panduan guru pendidikan prb gempa smp, puskur, undp

163

Upload: ninil-jannah

Post on 15-Aug-2015

77 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Cover dalam

GEMPA BUMIBahan Pengayaan Bagi Guru SMP/MTs

Penulis: Dra. Etty Sofyatiningrum, M.EdNara Sumber: Dr. Ir. Eko Teguh Paripurno M

PUSAT KURIKULUMBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALJAKARTA, 2009

Modul AjarPengintegrasian Pengurangan Risiko

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa BumiBahan Pengayaan Bagi Guru SMP/MTs

Penulis: Dra. Etty Sofyatiningrum, M.EdNara Sumber: Dr. Ir. Eko Teguh Paripurno MEditor: Ninil R Miftahul Jannah dan Dian AfriyanieIlustrator Sampul : Nandana Y (SD Muhammadiyah Bausasran I Yogyakarta)

Ilustrator Isi: Rizki Goni, Feri Rahman, Antan Juliansyah, Feri Fauzi, Rigan A.T.

Lay Out Isi:Galang Gumilar, Antan Juliansyah, Feri Fauzi, Rudini Rusmawan, Ardi H, Agusbobos.

ISBN : 978-979-725-226-7

Program Safer Communities through Disaster Risk Reduction (SCDRR)Jl. Tulung Agung No. 46, Jakarta 10310, INDONESIA

Telp : +62 21 390 5484 (hunting)Fax : +62 21 391 8604E-mail : [email protected] : www.sc-drr.org

Program masyarakat yang lebih aman melalui pengurangan risiko bencana (Safer Communities through Disaster Risk Reduction disingkat SCDRR), merupakan proyek kerja sama antara United Nations Development Programme (UNDP), BAPPENAS, BNPB dan Kementerian Dalam Negeri, dengan dukungan dana UNDP, Departement for International Development (DFID) Pemerintah Inggris dan Australian Agency For International Development (AusAID)

SAMBUTAN

Indonesia yang merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia berada di kawasan yang disebut cincin api, dimana risiko untuk terjadi bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, letusan gunung api, banjir dan

longsor sangat tinggi. Bencana alam ini telah menimbulkan ribuan korban jiwa, kerugian materil dan meninggalkan banyak orang untuk berjuang membangun kembali tempat tinggal dan mata pencahariannya.

Kesiapsiagaan merupakan hal yang penting dan harus dibangun pada setiap tingkat kelompok di masyarakat. Pengalaman menunjukkan bahwa kehancuran akibat bencana dapat secara drastis dikurangi jika semua orang lebih siap menghadapi bencana. Sekolah adalah pusat pendidikan yang tidak hanya memberikan kita ilmu pengetahuan tetapi juga bekal untuk kelangsungan hidup kita, kesiapsiagaan terhadap bencana merupakan bagian dari ketrampilan untuk kelangsungan hidup kita. Sekolah juga seringkali menjadi tempat penghubung dan tempat belajar bagi seluruh masyarakat. Anak-anak merupakan peserta ajar yang paling cepat dan mereka tidak hanya mampu memadukan pengetahuan beru ke dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga menjadi sumber pengetahuan bagi keluarga dan masyarakatnya dalam hal prilaku yang sehat dan aman, yang mereka dapatkan di sekolah. Oleh karenanya, menjadikan pencegahan bencana menjadi salah satu fokus di sekolah dengan memberdayakan anak-anak dan remaja untuk memahami tanda-tanda peringatan bencana dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko dan mencegah bencana, merupakan suatu langkah awal yang penting dalam membangun ketangguhan bencana seluruh masyarakat. Jadi kesiapsiagaan haruslah menjadi bagian dari materi yang diberikan dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah.

Pusat Kurikulum sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam pengembangan model-model kurikulum sebagai referensi satuan pendidikan dalam pengembangan kurikulumnya, telah berhasil dalam menyusun serangkaian modul ajar dan modul pelatihan untuk pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam tingkat satuan pendidikan. Secara keseluruhan modul ini terdiri atas 15 modul ajar dan 3 modul pelatihan, yaitu:

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SD.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SMA.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SD.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA.

KEPALA PUSAT KURIKULUM

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SD.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SMA.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SD.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SD.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA.Modul Pelatihan Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana untuk SD,

SMP dan SMA.

Penyusunan modul-modul tersebut merupakan hasil kerjasama antara Pusat Kurikulum dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal BAPPENAS dalam sebuah Program Safer Community Through Disaster Risk Reduction (SCDRR) In Development yang didanai oleh United Nations Development Program (UNDP) yang bertujuan untuk membangun masyarakat yang aman dari ancaman melalui berbagai upaya pengurangan risiko bencana.

Setiap modul ajar dilengkapi dengan contoh-contoh silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan model bahan ajar. Sedangkan modul pelatihan terdiri dari panduan fasilitasi dan bahan bacaan bagi pelatih mengenai penyelenggaraan penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana, sekolah siaga bencana, pendidikan PRB, dan strategi pengintegrasian pendidikan PRB ke dalam kurikulum satuan pendidikan.

Diharapkan modul-modul tersebut dapat bermanfaat dan dijadikan bahan acuan bagi para pihak yang berkepentingan dalam kesiapsiagaan di sekolah.

Jakarta, Desember 2009Kepala Pusat Kurikulum

Dra. Diah Harianti, M.Psi

SAMBUTAN

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letak geografisnya pada posisi pertemuan 4 lempeng tektonik, merupakan wilayah yang rawan bencana. Selain itu dengan kompleksitas kondisi demografi, sosial dan ekonomi di

Indonesia yang berkontribusi pada tingginya tingkat kerentanan masyarakat terhadap ancaman bencana, serta minimnya kapasitas masyarakat dalam menangani bencana menyebabkan risiko bencana di Indonesia menjadi tinggi. Pada tahun 2005, Indonesia menempati peringkat ke-7 dari sejumlah negara yang paling banyak dilanda bencana alam (ISDR 2006-2009, World Disaster Reduction Campaign, UNESCO).

Berangkat dari hal tersebut dan guna mendukung paradigma pengurangan risiko bencana di sektor pendidikan, maka Pusat Kurikulum-sebuah unit eselon II di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan pada Kementerian Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal BAPPENAS tengah melaksanakan kegiatan Program Safer Community Through Disaster Risk Reduction (SCDRR) In Development melalui dana hibah UNDP. Kegiatan ini bertujuan membangun masyarakat yang aman dari ancaman melalui berbagai upaya pengurangan risiko bencana.

Dalam kerjasama ini, Pusat Kurikulum telah mengembangkan kurikulum khususnya dalam mengintegrasikan materi-materi dan kompetensi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) ke dalam mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Pendidikan Jasmani yang ada di sekolah mulai dari jenjang SD atau yang sederajat sampai SMA atau yang sederajat. Model pengintegrasian materi dan kompetensi PRB dengan mata pelajaran-mata pelajaran ini bertujuan agar muatan kurikulum dan beban belajar tidak menjadi lebih berat. Disamping mengintegrasikan ke mata pelajaran yang sudah ada PRB juga bisa dijadikan muatan lokal (Mulok) serta ekstra kurikuler.

Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ini disusun dalam rangka untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengetahuan tentang bencana dan mensosialisasikan langkah-langkah preventif untuk mengurangi risiko bencana yang dapat menimpa di wilayah Indonesia. Tanpa adanya upaya terus-menerus untuk mendiseminasikan informasi tentang ancaman dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko-risiko yang dapat ditimbulkannya, sulit bagi kita untuk mewujudkan guru dan peserta didik yang tangguh dalam menghadapai bencana.

Modul ini dapat menjadi salah satu solusi yang memungkinkan bagi para guru untuk mengajarkan peserta didik dari hari ke hari di sekolah secara berkesinambungan, sehingga proses, internalisasi pengetahuan kebencanaan bukan hanya dipahami

KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Bencana Gempa Bumi untuk SD/MI

vi

dan diketahui dalam ingatan belaka tapi juga mendorong munculnya respon cepat penyelamatan yang benar dari peserta didik ketika menghadapi bencana.

Diharapkan modul ini dapat dimanfaatkan, antara lain:Sebagai alat pemandu dalam membantu para guru dalam melakukan

pengajaran tentang pengurangan risiko bencana kepada peserta didik di sekolah sebagai upaya membangun kesiapsiagaan dan keselamatan dari bencana di sekolah.

Membuka peluang dan membangun kreatifitas guru dalam menerapkan pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana yang disesuaikan dengan konteks sekolah yang dibinanya

Memberikan gambaran secara lebih sistematis dan komprehensif cara pengintegrasian pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana ke dalam mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri di Sekolah.

Mendorong inisiatif para guru, sekolah dan gugus dalam mengupayakan pengurangan risiko bencana dan membangun budaya keselamatan di sekolah, lingkungan rumah dan lingkungan sekitar.

Semoga Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ini menjadi bermanfaat dan membantu bagi semua guru untuk meningkatkan pengetahuan, meningkatkan ketrampilan dan membentuk sikap anak untuk menjadi lebih tanggap terhadap ancaman bencana.

Jakarta, Desember 2009

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Pendidikan Nasional

Prof. Dr. H. Mansyur Ramly

SAMBUTAN

Menyikapi situasi kejadian bencana dan kenyataan luasnya cakupan wilayah tanah air yang memiliki berbagai ancaman bencana, pemerintah Indonesia telah melakukan sejumlah inisiatif guna mengurangi risiko bencana ditanah

air. Pada akhir tahun 2006 Bappenas meluncurkan buku Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB) 2006 – 2009, sebagai komitmen dalam mengarusutamakan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan nasional, yang merupakan pelengkap dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005 – 2009 yang telah ada. Berdasarkan RAN PRB 2006 – 2009 tersebut, Pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk program pencegahan dan pengurangan risiko bencana, sebagaimana tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) mulai tahun 2007. Lebih lanjut pada April 2007, Pemerintah menerbitkan Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yang menjadi tonggak sejarah dalam upaya penanggulangan risiko bencana di Indonesia, dan diikuti dengan peraturan turunannya, serta dibentuknya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) melalui Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008.

Untuk mendukung prakarsa – prakarsa yang telah dimulai oleh Pemerintah Indonesia tersebut, UNDP bekerjasama dengan Bappenas, BNPB dan kementrian dalam negeri telah menginisiasi sebuah program yang ditujukan untuk mewujudkan masyarakat yang lebih aman melalui pengurangan risiko bencana dalam pembangunan atau yang dikenal dengan Program Safer Communities Through Disaster Risk Reduction in Development (SCDRR in Development). Program SCDRR ini kan berlangsung selama 5 tahun (2007 – 2012) dan dirancang untuk mendorong agar pengurangan risiko bencana menjadi sesuatu yang lazim dalam proses pembangunan yang terdesentralisasi. Untuk mewujudkan hal itu maka upaya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana kedalam proses pembangunan mutlak harus dijalankan. Upaya tersebut dilaksanakan melalui 4 pilar sasarna program SCDRR, yaitu : (1) Diberlakukannya kebijakan, peraturan dan kerangka kerja regulasi pengurangan risiko bencana; (2) Diperkuatnya kelembagaan pengurangan risiko bencana dan kemitraan diantara mereka; (3) Dipahaminya risiko bencana dan tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi risiko tersebut oleh masyarakat dan pengambil kebijakan melalui pendidikan dan penyadaran publik; (4) Didemonstrasikannya pengurangan risiko bencana sebagai bagian dari program pembangunan.

Terkait dengan sasaran ketiga mengenai perlunya pendidikan dan penyadaran publik terhadap pengurangan risiko bencana, selama beberapa tahun ini pemerintah bersama-sama beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat, dan institusi pendidikan di tingkat nasional maupun daerah telah melakukan berbagai upaya dalam pendidikan kebencanaan, termasuk memasukkan materi kebencanaan kedalam muatan lokal, pelatihan untuk guru, kampanye dan advokasi, hingga school road show untuk kegiatan simulation drill di sekolah-sekolah. Namun demikian, kegiatan-kegiatan tersebut belum terkoordinasi dengan baik dan belum terintegrasi dalam satu kerangka yang dapat

DIREKTUR KAWASAN KHUSUS DAN DAERAH TERTINGGAL, BAPPENAS

SELAKU NATIONAL PROJECT DIRECTOR SCDRR

disepakati bersama. Dilain pihak, pemetaan aktivitas pendidikan diberbagai wilayah rawan bencana di Indonesia serta intervensi dan dukungan peningkatan kapasitas untuk pendidikan masih sangat minim dan terpusat, khususnya di wilayah Jawa dan Sumatera. Kajian kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana yang telah dilakukan di berbagai wilayah menunjukkan rendahnya tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah dibanding masyarakat serta aparat (LIPI, 2006 – 2007). Hal ini sangat ironis, karena sekolah adalah basis dari komunitas anak-anak, yang merupakan kelompok rentan yang perlu dlindungi dan secara bersamaan perlu ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya.

Di sisi lain, tantangan dalam mengintegrasikan upaya-upaya pengurangan risiko bencana kedalam sistem pendidikan juga telah banyak dikaji, seperti : (1) Beratnya beban kurikulum siswa; (2) Kurangnya pemahaman guru mengenai bencana ; (3) Kurangnya kapasitas dan keahlian guru dalam integrasi PRB kedalam kurikulum; (4) Minimnya panduan, silabus dan materi ajar yang terdistribusi dan dapat diakses oleh guru; (5) Terbatasnya sumberdaya (tenaga, biaya dan sarana); dan (6) Kondisi bangunan fisik sekolah, sarana dan prasarana pada ummnya memprihatinkan, tidak berorientasi pada AMDAL dan konstruksi tahan gempa.

Untuk menjawab tantangan tersebut dan guna melaksanakan integrasi pengurangan risiko bencana ke dalam sistem pendidikan, dalam rangka mewujudkan budaya aman dan siaga bencana, maka SCDRR telah mendukung Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana kedalam Sistem Pendidikan Nasional. Strategi ini akan disahkan melalui suatu bentuk kebijakan ditingkat nasional yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelaksanaan integrasi PRB ke dalam sistem pendidikan baik intra maupun ekstrakurikuler secara nasional.

Untuk mendukung implementasi kebijakan tesebut, maka SCDRR mendukung Pusat Kurikulum, Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun modul ajar dan modul pelatihan pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam intra dan ekstrakurikuler. Modul-modul ini berisi model pembelajaran, materi ajar lengkap dengan panduan pengajarannya, dalam hal integrasi PRB kedalam intra dan ekstrakurikuler.

Diharapkan modul-modul yang disusun oleh Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional ini dapat menjadi acuan standar dan/atau memperkaya bahan-bahan yang sudah ada dan sudah disusun oleh berbagai pihak lainnya, sehingga dapat bermanfaat dan digunakan oleh praktisi pendidikan dan pemangku kepentingan lainnya dalam rangka peningkatan kesiapsiagaan sekolah terutama didaerah rawan bencana. Terima Kasih.

Jakarta, 31 Desember 2009

Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tetinggal, Bappenas

Selaku National Project Director SCDRR

Dr.Ir Suprayoga Hadi, MSP

DAFTAR ISI

SAMBUTAN KEPALA PUSAT KURIKULUM III

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL V

SAMBUTAN DIREKTUR KAWASAN KHUSUS DAN DAERAH TERTINGGAL, BAPPENAS SELAKU NATIONAL PROJECT DIRECTOR SCDRR VII

DAFTAR ISI IX

DAFTAR TABEL XI

DAFTAR GAMBAR XIII

DAFTAR KOTAK XV

BAB I PENDAHULUAN 11.1 Landasan dan Pedoman 1

1.1.1 Landasan Filosofis 3 1.1.2 Landasan Sosiologis 4 1.1.3 Landasan Yuridis 4 1.1.4 Pedoman Pengembangan Produk 5 1.1.5 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ke dalam Sistem Pendidikan Nasional 6

1.2 Kerangka Kerja Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana 7 1.2.1 Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana dan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan 7 1.2.2 Konsep Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana 8

BAB II FENOMENA DAN PERISTIWA GEMPA BUMI 10 2.1 Fenomena Gempa Bumi di Indonesia 10 2.2 Peristiwa Gempa Bumi di Indonesia 14

BAB III PENGURANGAN RISIKO GEMPA BUMI 183.1 Pengurangan Risiko Bencana 18

3.1.1 Bencana 19 3.1.2 Risiko Bencana, Konstruksi dari Ancaman, Kerentanan dan Kapasitas 21 3.1.3 Pengurangan Risiko Bencana 23

Daftar Isi

x

3.1.4 Upaya Pengurangan Risiko Bencana 233.2 Kesiapsiagaan Gempa Bumi 28

3.2.1 Tindakan Sebelum Terjadi Gempa Bumi 28 3.2.2 Tindakan Saat Terjadi Gempa Bumi 34 3.2.3 Tindakan Setelah Terjadi Gempa Bumi 36

BAB IV MATERI PEMBELAJARAN PENGURANGAN RISIKO GEMPA BUMI 394.1 Identifikasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Gempa Bumi 39 4.2 Pemetaan Indikator Siswa 41 4.3 Pendekatan Kegiatan Belajar Mengajar 43

BAB V PENGINTEGRASIAN MATERI POKOK PENGURANGAN RISIKO GEMPA BUMI KE DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MENENGAH PERTAMA (SMP/MTS) 445.1 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi ke dalam Mata Pelajaran 44

5.1.1 Identifikasi Mata Pembelajaran tentang Pengurangan Risiko Bencana 465.1.2 Analisis Kompetensi Dasar (KD) yang dapat diintegrasikan 495.1.3 Penyusunan Silabus Mata Pelajaran Terintegrasi 655.1.4. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Terintegrasi 805.1.5. Model Bahan Ajar 102

5.2. Pengembangan Model Muatan Lokal Pengurangan Risiko Gempa Bumi 112

5.2.1 Analisis Konteks Mata Pelajaran Muatan Lokal 1125.2.2 Penyusunan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal Pengurangan Risiko Gempa Bumi 1165.2.3 Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal Pengurangan Risiko Gempa Bumi 118

5.3. Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana Sebagai Pada Kegiatan Pengembangan Diri 132

DAFTAR ISTILAH 140

DAFTAR PUSTAKA 144

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kejadian Gempa bumi di Indonesia dalam kurun waktu 200 tahun serta jumlah Korban Jiwa. 15Tabel 3.1 Skala Richter (SR). 30Tabel 3.2 Skala MMI Kekuatan Gempa Bumi. 31Tabel 3.3 Hubungan antara Skala Richter dengan MMI. 32Tabel 4.1 Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Gempa Bumi 39Tabel 4.2 Indikator Perilaku Siswa untuk Pembelajaran Pengurangan Risiko Gempa Bumi 41Tabel 5.1 Identifikasi Mata Pembelajaran Tentang PRB 46Tabel 5.2 Format Analisis KD dari Beberapa Mata Pelajaran 50Tabel 5.3 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran IPS Kelas VII Semester 1 66Tabel 5.4 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran IPS Kelas VII Semester 2 68Tabel 5.5 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran IPS Kelas VIII Semester 1 69Tabel 5.6 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran IPS kelas IX Semester 2 70Tabel 5.7 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan

Kesehatan kelas VII Semester 1 71Tabel 5.8 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan

Kesehatan kelas VII Semester 1 72Tabel 5.9 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan

Kesehatan kelas VII Semester 1 73Tabel 5.10 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan

Kesehatan kelas IX Semester 2 74Tabel 5.11 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran Pendidikan IPA Terpadu kelasVII Semester 1 75

Daftar Tabel

xii

Tabel 5.12 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran Pendidikan IPA Terpadu kelasVIII Semester 1 76Tabel 5.13 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran Pendidikan Bahasa Indonesia Terpadu kelas VII Semester 1 77Tabel 5.14 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran Pendidikan Bahasa Indonesia Terpadu kelas VIII Semester 1 78Tabel 5.15 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran Pendidikan Bahasa Indonesia Terpadu kelas IX Semester 1 79Tabel 5.16 Pengintegrasian Pendidikan Pengurangan Resiko sebagai pelajaran Muatan Lokal 116Tabel 5.17 Silabus Integrasi Pendidikan Pengurangan Risiko Gempa Bumi dalam Muatan Lokal (SK : Memahami Peristiwa Gempa Bumi dan Dampaknya). 119Tabel 5.18 Silabus Integrasi Pendidikan Pengurangan Risiko Gempa Bumi dalam Muatan Lokal (SK : Siap Siaga Terhadap Ancaman Bencana). 120Tabel 5.19 Silabus Integrasi Pendidikan Pengurangan Risiko Gempa Bumi dalam Muatan Lokal (SK : Memahami hubungan Risiko, bahaya, kerentanan dan kapasitas ). 121Tabel 5.20 Silabus Integrasi Pendidikan Pengurangan Risiko Gempa Bumi dalam Muatan Lokal (SK : Memahami jenis ketahanan gedung dan fasilitas sekolah terhadap ancaman bencana). 122Tabel 5.21 Contoh Kegiatan PMR yang dapat diintegrasikan PRB 135Tabel 5.22 Contoh Kegiatan Pramuka yang dapat diintegrasikan PRB 136Tabel 5.23 Silabus Integrasi PRB dalam Kegiatan PMR 137Tabel 5.24 Silabus Integrasi PRB dalam Kegiatan Pramuka 138

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Potensi Gempa di Indonesia. 12Gambar 2.2 Enam Wilayah Gempa di Indonesia. 12Gambar 2.3 Daerah Sebaran Bencana Gempa Bumi 14Gambar 3.1 Model Hubungan antara Risiko Bencana, Kerentanan dan Bahaya. 19Gambar 3.2 Gempa bumi di Yogya,27 Mei 2006. 20Gambar 3.3 Persentase Orang Terkena Bencana Berdasarkan jenis Bencana. 21Gambar 3.4 Bangunan yang rusak akibat goncangan gempa (Ground Motion). 24Gambar 3.5 Bangunan yang mengalami liquefaction akibat gempa bumi di aceh pada tahun 2005. 25Gambar 3.6 Longsor akibat gempa. 25Gambar 3.7 Struktur Bangunan Tahan Gempa. 25Gambar 3.8 Penyusunan Perabot. 29Gambar 3.9 Beberapa bentuk simulasi penyelamatan diri saat gempa. 29Gambar 3.10 Seismograf Horizontal. 34Gambar 3.11 Seismograf Vertikal. 34Gambar 3.12 seismogram. 34Gambar 5.1. penyelamatan diri saat gempa. 103Gambar 5.2. Contoh berita di Surat Kabar 105Gambar 5.3. Yang Harus Dikerjakan Sebelum, Saat Dan Sesudah Gempa Bumi 106Gambar 5.4. gambar kliping berita dari surat kabar nasional 107Gambar 5.5. Proses terjadinya gempa bumi 108Gambar 5.6. Proses Terjadinya Gempa Tektonik 109Gambar 5.7. Bentukan kawah 110Gambar 5.8. Akibat gempa 111

Daftar Gambar

xiv

DAFTAR KOTAK

Kotak 5.1 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran, IPS. 85Kotak 5.2 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran Penjaskes IX 88Kotak 5.3 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran IPA Terpadu Kelas VII 90Kotak 5.4 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran IPA Terpadu Kelas VIII 93Kotak 5.5 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII 95Kotak 5.6 Contoh Rencana PembangunanMata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII 97Kotak 5.7 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IX 100Kotak 5.8 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran 123Kotak 5.9 ontoh RPP Mata Pelajaran Mulok PRB 125Kotak 5.10 Contoh RPP Mata Pelajaran Mulok PRB 127

Daftar Kotak

xvi

1.1 Landasan dan Pedoman

Berdasarkan hasil Konferensi Sedunia tentang Pengurangan Risiko Bencana yang diselenggarakan pada tanggal 18-22 Januari 2005 di Kobe, Hyogo, Jepang; dan dalam rangka mengadopsi Kerangka Kerja Aksi 2005-2015 dengan tema ‘Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas Terhadap Bencana’ memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya. Konferensi tersebut menekankan perlunya mengidentifikasi cara-cara untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana.

Pada bulan Januari 2005, lebih dari 4.000 perwakilan pemerintah, organisasi non-pemerintah, institusi akademik, dan sektor swasta berkumpul di Kobe, Jepang, pada World Conference on Disaster Reduction (WCDR) kesebelas. Konferensi tersebut mengakhiri perundingan-perundingan tentang Kerangka Kerja Aksi Hyogo 2005-2015 (Hyogo Framework For Action/HFA) : Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas terhadap Bencana. Kerangka Aksi ini diadopsi oleh 168 negara dan menetapkan tujuan yang jelas – secara substansiil mengurangi kerugian akibat bencana, baik korban jiwa maupun kerugian terhadap aset-aset sosial, ekonomi, dan lingkungan suatu masyarakat dan negara – dan merinci seperangkat prioritas untuk mencapai tujuan setindaknya pada tahun 2015.

HFA menekankan bahwa pengurangan risiko bencana adalah isu sentral kebijakan pembangunan, selain juga menjadi perhatian berbagai bidang ilmu, kemanusiaan, dan lingkungan. Bencana merusak hasil-hasil pembangunan, memelaratkan rakyat dan negara. Tanpa usaha yang serius untuk mengatasi kerugian akibat bencana, bencana akan terus menjadi penghalang besar dalam pencapaian Sasaran Pembangunan Milenium. Untuk membantu pencapaian hasil yang diinginkan, HFA mengidentifikasi lima Prioritas Aksi yang spesifik: (1) Membuat pengurangan risiko bencana sebagai prioritas; (2) Memperbaiki informasi risiko dan peringatan dini; (3) Membangun budaya keamanan dan ketahanan; (4) Mengurangi risiko pada sektor-sektor utama; (5) Memperkuat kesiapan untuk bereaksi.

BAB IPENDAHULUAN

Pendahuluan

2

HFA memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya. Konferensi tersebut menekankan perlunya mengidentifikasi cara-cara untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana. Karena bencana dapat diredam secara berarti jika masyarakat mempunyai informasi yang cukup dan didorong pada budaya pencegahan dan ketahanan terhadap bencana, yang pada akhirnya memerlukan pencarian, pengumpulan, dan penyebaran pengetahuan dan informasi yang relevan tentang bahaya, kerentanan, dan kapasitas.

Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha antara lain: (1) menggalakkan dimasuk-kannya pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana sebagai bagian yang relevan dalam kurikulum pendidikan di semua tingkat dan menggunakan jalur formal dan informal lainnya untuk menjangkau anak-anak muda dan anak-anak dengan informasi; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen instrinsik dalam dekade 2005–2014 untuk Pendidikan bagi Pembangunan Berkelanjutan (United Nations Decade of Education for Sustainable Development); (2) menggalakkan pelaksanaan penjajagan risiko tingkat lokal dan program kesiapsiagaan terhadap bencana di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lanjutan; (3) menggalakkan pelaksanaan program dan aktivitas di sekolah-sekolah untuk pembelajaran tentang bagaimana meminimalisir efek bahaya; (4) mengembangkan program pelatihan dan pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana dengan sasaran sektor-sektor tertentu, misalnya: para perancang pembangunan, penyelenggara tanggap darurat, pejabat pemerintah tingkat lokal, dan sebagainya; (5) menggalakkan inisiatif pelatihan berbasis masyarakat dengan mempertimbangkan peran tenaga sukarelawan sebagaimana mestinya untuk meningkatkan kapasitas lokal dalam melakukan mitigasi dan menghadapi bencana; (6) memastikan kesetaraan akses kesempatan memperoleh pelatihan dan pendidikan bagi perempuan dan konstituen yang rentan; dan (7) menggalakkan pelatihan tentang sensitivitas gender dan budaya sebagai bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pelatihan tentang pengurangan risiko bencana.

‘Kampanye Pendidikan tentang Risiko Bencana dan Keselamatan di Sekolah’ yang dikoordinir oleh UN/ISDR (United Nations/International Strategy for Disaster Reduction) hingga penghujung tahun 2007 dengan didasari berbagai pertimbangan. Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan selama kejadian bencana, terutama yang sedang bersekolah pada saat berlangsungnya kejadian. Pada saat bencana, gedung sekolah hancur, mengurangi usia hidup murid sekolah dan guru yang sangat berharga dan terganggunya hak memperoleh pendidikan sebagai dampak bencana. Pembangunan kembali sekolah juga memerlukan waktu yang tidak sebentar dan pastilah sangat mahal.

Kampanye ditujukan kepada murid sekolah dasar dan menengah, para guru, pembuat kebijakan pendidikan, orangtua, insinyur dan ahli bangunan. Selain itu juga ditujukan kepada lembaga pemerintah yang bertanggung-jawab atas isu manajemen bencana, mendiknas, para pemimpin politik di tingkat nasional, pembuat keputusan di masyarakat, dan otoritas lokal. Pesan yang bisa disampaikan antara lain: (1) pendidikan tentang risiko bencana menguatkan anak-anak dan

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SD/MI

3

membantu membangun kesadaran yang lebih besar isu tersebut di dalam masyarakat; (2) fasilitas bangunan sekolah yang bisa menyelamatkan hidup dan melindungi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa dari suatu kejadian bencana alam; dan (3) pendidikan tentang risiko bencana dan fasilitas keselamatan di sekolah akan membantu negara-negara menuju ke arah pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium.

Sekolah dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap generasi muda, yaitu dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan menyampaikan pengetahuan tradisional dan konvensional kepada generasi muda. Untuk melindungi anak-anak dari ancaman bencana alam diperlukan dua prioritas berbeda namun tidak bisa dipisahkan aksinya yaitu pendidikan untuk mengurangi risiko bencana dan keselamatan dan keamanan sekolah.

Sekolah juga harus mampu melindungi anak-anak dari suatu kejadian bencana alam. Investasi dalam memperkuat struktur gedung sekolah sebelum suatu bencana terjadi, akan mengurangi biaya/anggaran jangka panjang, melindungi generasi muda penerus bangsa, dan memastikan kelangsungan kegiatan belajar-mengajar setelah kejadian bencana. Pendidikan di sekolah dasar dan menegah membantu anak-anak memainkan peranan penting dalam penyelamatan hidup dan perlindungan aset/milik masyarakat pada saat kejadian bencana. Menyelenggarakan pendidikan tentang risiko bencana ke dalam kurikulum sekolah sangat membantu dalam membangun kesadaran akan isu tersebut di lingkungan masyarakat.

Mengurangi risiko bencana dimulai dari sekolah. Seluruh komponen, dalam hal ini anak-anak sekolah, para guru, para pemimpin masyarakat, orangtua, maupun individu yang tertarik dengan pendidikan tentang risiko bencana dan keselamatan di sekolah, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, institusi lokal/regional/nasional/ internasional, sektor swasta dan publik untuk dapat berpartisipasi secara aktif. Keterlibatan media juga diperlukan untuk mendorong sebuah budaya ketahanan terhadap bencana dan keterlibatan komunitas yang kuat dalam rangka kampanye pendidikan publik secara terus-menerus dan dalam konsultasi publik di segenap lapisan masyarakat. Bencana?! Jika Siap Kita Selamat.

Padatnya kurikulum pendidikan nasional tidak boleh kita jadikan alasan untuk tidak melakukan kegiatan pengurangan risiko bencana di sekolah secara berkelanjutan. Pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana di sekolah-sekolah bisa dilaksanakan dengan mengintegrasikan materi pembelajaran pengurangan risiko bencana ke dalam (1) mata pelajaran pokok/paket, (2) muatan lokal, dan (3) ekstrakurikuler dan pengembangan diri. Atau secara khusus mengembangkan dan menyelenggarakan kurikulum muatan lokal dan ektrakurikuler/pengembangan diri yang didedikasikan khusus untuk pendidikan pengurangan risiko bencana.

1.1.1 Landasan FilosofisBencana merupakan suatu bentuk gangguan terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat, oleh karena itu, secara filosofis, pengurangan risiko bencana merupakan bagian dari pemenuhan tujuan bernegara Republik

Pendahuluan

4

Indonesia, yaitu melindungi segenap rakyat dan bangsa, serta seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Upaya melindungi segenap rakyat dan bangsa dikuatkan pula dengan hak setiap orang atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dari ancaman ketakutan untuk untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi, hak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan (Pasal 28G ayat (1) dan Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945.

1.1.2 Landasan SosiologisAda tiga pertimbangan sosiologis yang patut diketengahkan, yaitu Pertama secara geografis, demografis dan geologis, Indonesia merupakan negara rawan bencana, baik bencana alam dan bencana akibat ulah manusia, seperti kegagalan atau mala praktik teknologi. Kedua, adalah bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kondisi sosial masyarakat, telah menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yang berakibat pada terjadinya bencana. Ketiga, adalah kondisi struktur manajemen bencana itu sendiri. Kematian, cidera dan kerugian materi, serta masalah lingkungan dan ekonomi dapat dikurangi apabila penyelenggaraan penanggulangan bencana telah dilakukan secara komprehensif yang mencakup pendekatan yang bersifat pencegahan, pengurangaan risiko, tindakan kesiapsiagaan tindakan tanggap terhadap bencana, serta upaya pemulihan. Disamping itu, pendekatan yang mengedepankan pentingnya partisipasi dari semua tingkat pemerintahan, baik pemerintah pusat dan daerah, mengambil peran yang aktif dalam menciptakan manajemen bencana yang efektif. Serta pentingnya partisipasi publik dan pemangku kepentingan dalam penanganan bencana.

1.1.3 Landasan YuridisPertimbangan yuridis adalah menyangkut masalah-masalah hukum serta peran hukum dalam penanganan bencana. Hal ini dikaitkan dengan peran hukum dalam pembangunan, baik sebagai pengatur perilaku, maupun instrumen untuk penyelesaian masalah. Hukum sangat diperlukan, karena hukum atau peraturan perundang-undangan dapat menjamin adanya kepastian dan keadilan dalam penanganan bencana. Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana ditempatkan guna memberikan jawaban atau solusi terhadap permasalahan yang berkaitan dengan penangan bencana, merupakan landasan yuridis paling dekat untuk pelaksanaan usaha-usaha pengurangan risiko bencana di Indonesia.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SD/MI

5

1.1.4 Pedoman pengembangan produkProgram pendidikan pengurangan risiko bencana (PRB) bertujuan untuk meminimalisir risiko bencana dan meningkatkan kapasitas sekolah dalam melaksanakan pengurangan risiko bencana, kesiapsiagaan, mitigasi, dan peringatan dini. PRB oleh satuan pendidikan dapat dilakukan dengan cara mengintegrasikan materi pendidikan pengurangan risiko bencana dalam kurikulum yang berlaku di sekolah, mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri dan ekstrakurikuler, dan bahan ajar.

Dasar hukum yang menjadi pedoman perancangan dan pengembangan serial modul dan modul pelatihan adalah: 1. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.2. Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.3. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.4. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025.5. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 - 2009.6. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan.7. Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional

Penanggulangan Bencana.8. Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2008 tentang Pengesahan ASEAN

Agreement on Disaster Management and Emergency Response (Persetujuan ASEAN mengenai Penanggulangan Bencana dan Penanganan Darurat).

9. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.

10. Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.11. Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi

Lulusan.12. Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi

dan Standar Kompetensi Lulusan, yang disempurnakan dengan Peraturan Mendiknas No. 6 Tahun 2007.

13. Peraturan Mendiknas No. 40 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balitbang Depdiknas.

14. Peraturan Mendiknas No. 50 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Pemerintah Provinsi.

15. Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA.

16. Surat Edaran Mendiknas No. 33/MPN/SE/2007 tentang Sosialisasi KTSP.

Pendahuluan

6

1.1.5 Pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam Sistem Pendidikan NasionalUU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 38 Ayat (2):

Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah dibawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah

Kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penyusunan kurikulum merupakan tanggung jawab setiap satuan pendidikan (sekolah dan madrasah). Oleh karena itu tidak lagi dikenal apa yang disebut dengan kurikulum nasional, yang pada periode sebelumnya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat.

Dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 17 menyebutkan:1 Kurikulum tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/

MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik

2 Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK dan departemen yang mengurusi urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK

Penjabaran kurikulum dilakukan dengan penyusunan silabus dan bahan ajar sesuai dengan kondisi geografis dan demografis untuk daerah, kebutuhan, potensi dan karkateristik satuan pendidikan dan peserta didik, yang selanjutnya diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Pasal 1: 1 Satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan

menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai kebutuhan satuan pendidikan.

2 Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari standar isi dan standar kompetensi lulusan.

3 Kurikulum satuan pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan dasar dan menengah setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah atau Komite Madrasah.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SD/MI

7

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 Ayat 1, juga telah mengakomodasi kebutuhan pendidikan bencana dalam terminologi ‘pendidikan layanan khusus’. Yakni “pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi”.

1.2 Kerangka Kerja Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana

1.2.1 Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana dan Pendidikan Untuk Pembangunan BerkelanjutanPada bulan Desember 2002, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi 57/254 untuk menempatkan Dekade Pendidikan Bagi Pembangunan Berkelanjutan, mulai 2005-2014, dibawah koordinasi UNESCO. Pendidikan untuk pengurangan bencana (alam) telah diidentifikasi sebagai masalah inti yang akan dibahas di bawah DESD. Pendidikan dipandang dalam konsep yang lebih luas. Sebagaimana didefinisikan dalam Bab 36 dalam Agenda 21, “Pendidikan sangat penting untuk mencapai perlindungan lingkungan dan kesadaran etika, nilai-nilai dan sikap, keterampilan dan perilaku yang konsisten dengan pembangunan berkelanjutan. Baik formal dan pendidikan non-formal sangat diperlukan untuk pembangunan berkelanjutan “. Pendidikan dan pengetahuan berkontribusi untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya (alam) serta kerentanan dan ancaman yang ada yang dihadapi oleh masyarakat. Juga memberikan kontribusi untuk menumbuhkembangkan keterampilan hidup.

Dasawarsa ini didukung oleh Kerangka Aksi Hyogo 2005 – 2015 yang menyoroti pentingnya pendidikan dan pembelajaran sebagai bagian dari prioritas aksi, menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat. Inisiatif pengurangan risiko bencana harus berakar di semua lembaga-lembaga pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah dan memasukkan dalam program pendidikan. Pendidikan pengurangan risiko bencana yang mencakup semua aspek peningkatan kesadaran publik, pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk menciptakan dan atau meningkatkan budaya pencegahan melalui identifikasi dan pemahaman risiko, serta belajar mengenai langkah-langkah pengurangan risiko bencana, dan tanggap bencana.

Oleh karena itu Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana - sebagai bagian dari Pengurangan Risiko Bencana (PRB) - harus melekat dengan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan, dan mendukung kerangka ESD yang mencakup 3 aspek, yaitu: 1 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah interdisipliner.

Oleh karena itu, pertimbangan penting diberikan kepada dampak, dan hubungan antara, masyarakat, lingkungan, ekonomi dan budaya.

Pendahuluan

8

2 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana dan meningkatkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah, dan ketrampilan hidup sosial dan emosional untuk pemberdayaan kelompok rentan atau terkena bencana.

3 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana mendukung Tujuan Pembangunan Milenium. Tanpa mempertimbangkan Pengurangan Risiko Bencana dalam perencanaan pembangunan, semua upaya pembangunan termasuk inisiatif DESD dihancurkan dalam hitungan detik.

Kerangka kerja Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana atau pendidikan pengurangan risiko bencana dikembangkan mengikuti arahan UN-ISDR sebagai berikut: “Pendidikan pengurangan risiko bencana adalah sebuah proses pembelajaran bersama yang bersifat interaktif di tengah masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada. Cakupan pendidikan pengurangan risiko bencana lebih luas daripada pendidikan formal di sekolah dan universitas. Termasuk di dalamnya adalah pengakuan dan penggunaan kearifan tradisional dan pengetahuan lokal bagi perlindungan terhadap bencana alam.”

HFA pada PRIORITAS AKSI 3, Poin Aktivitas kunci termaktub rekomendasi bahwa PRB dimasukkan dalam kurikulum sekolah, pendidikan formal dan informal.

“Menggalakkan dimasukkannya pengetahuan pengurangan risiko bencana dalam bagian yang relevan dalam kurikulum sekolah di semua tingkat dan menggunakan jalur formal dan informal lainnya untuk menjangkau pemuda dan anak-anak; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen intrinsik Dekade Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (2005-2015) dari PBB “.

1.2.2 Konsep Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko BencanaPendidikan Pengurangan Risiko Bencana adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran untuk memberdayaan peserta didik dalam upaya untuk pengurangan risiko bencana dan membangun budaya aman serta tangguh terhadap bencana. Pendidikan PRB lebih luas dari penddidikan bencana, bahkan lebih dari pendidikan tentang pengurangan risiko bencana. Tetapi mengembangkan motivasi, ketrampilan, dan pengetahuan agar dapat tertindak dan mengambil bagian dari upaya untuk pengurangan risiko bencana.

Tujuan pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah: 1 Menumbuhkembangkan nilai dan sikap kemanusiaan.2 Menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana. 3 Mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana, pemahaman tentang

kerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan fisik, serta kerentanan. prilaku dan motivasi.

4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan untuk pencegahan dan pengurangan risiko bencana, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap risiko bencana.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SD/MI

9

5 Mengembangkan upaya untuk pengurangan risiko bencana diatas, baik secara individu maupun kolektif.

6 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siaga bencana.7 Meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana.8 Mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali

komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang disebabkan karena terjadinya bencana.

9 Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar dan mendadak.

2.1. Fenomena Gempa Bumi di Indonesia

Bencana merupakan fenomena yang terjadi karena komponen-komponen pemicu, ancaman, dan kerentanan bekerja bersama secara sistematis, sehingga menyebabkan terjadinya risiko pada komunitas. Bencana secara sederhana didefinisikan sebagai suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat tersebut untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya mereka sendiri Pemicu merupakan faktor-faktor luar yang menjadikan potensi ancaman yang tersembunyi muncul ke bermukaan sebagai ancaman nyata. Ancaman adalah kejadian-kejadian, gejala alam atau kegiatan manusia yang berpotensi untuk menimbulkan kamatian, luka-luka, kerusakan harta benda, gangguan sosial ekonomi atau kerusakan lingkungan.

Di antara sekian banyak jenis bencana alam, gempa bumi termasuk yang paling dahsyat. Gempa bumi adalah getaran permukaan bumi atau sentakan asli dari bumi yang bersumber di dalam bumi yang merambat melalui permukaan bumi dan menembus bumi. Gempa bumi terjadi karena pergesekan antara lempeng-lempeng tektonik yang berada jauh di bawah permukaan bumi.

Gempa bisa terjadi kapan saja sepanjang tahun, siang atau malam, dengan dampak buruk yang terjadi secara mendadak dan hanya memberikan sedikit isyarat bahaya. Gempa dapat menghancurkan bangunan hanya dalam waktu beberapa detik saja, menewaskan atau melukai orang-orang yang berada di dalamnya. Gempa bumi bukan hanya mampu meluluh-lantakkan kota-kota sampai hampir tak tersisa lagi, namun juga bisa menggoyahkan kestabilan pemerintahan, perekonomian, dan struktur sosial suatu negara.

Bencana alam gempa bumi akan terus berulang karena Indonesia merupakan daerah sangat rawan gempa bumi, baik vulkanik maupun tektonik. Daerah itu sering disebut sebagai daerah sabuk api Pasifik. Di bawah ini diperlihatkan gambar posisi Indonesia yang berada pada pertemuan lempeng-lempeng kerak bumi yang bergerak. Indonesia dilalui tiga lempeng aktif, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik. Lempeng Australia begerak dari arah selatan mendorong lempeng Eurasia dengan kecepatan kurang lebih 7 cm/tahun ke arah

FENOMENA DAN PERISTIWA GEMPA BUMIBAB II

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SD/MI

11

selatan. Sedangkan lempeng Pasifik bergerak dari arah timur menuju barat dengan kecepatan kurang lebih 11 cm/tahun.

Kerak bumi terdiri dari lapisan batuan (litosfera) yang berbeda-beda ketebalannya. Di bawah samudra, dalamnya sampai 10 kilometer, dan dibawah benua kedalamannya mencapai 65 kilometer. Kerak bumi itu sendiri tidak berbentuk benda tunggal, melainkan berupa bagian-bagian yang dinamakan lempeng. Ukuran lempeng bermacam-macam, ada yang beberapa puluh, beberapa ratus, bahkan beberapa ribu kilometer. Teori tektonik lempeng menyatakan bahwa lapisan kerak bumi itu berada di atas lapisan lain yang lebih mampu bergeser atau bergerak, namanya mantle atau lapisan pengantara (di bawah litosfera ). Lapisan pengantara bisa bergerak berkat mekanisme tertentu yang hingga kini belum bisa diketahui pasti ataupun dibuktikan, namun para ahli memperkirakan gerakan itu dimungkinkan oleh arus konveksi panas. Ketika lapisan-lapisan saling bergeserkan, tekanan pada bumi pun meningkat. Tekanan-tekanan ini bisa digolong-golongkan menurut corak gerakan sepanjang batas-batas wilayah setiap lempeng: Gerakan saling menjauh, Gerakan meluncur miring secara relatif ke arah lapisan-lapisan lain, Gerakan saling mendorong.

Semua gerakan itu dihubungkan dengan terjadinya gempa bumi yang mencapai daerah permukaan. Batas–batas wilayah setiap lempeng yang mengeluarkan energi yang telah tersimpan, dengan cara mengalirkannya atau memuntahkannya, adalah bagian rapuh, patahan/sesar, lipatan, atau patahan yang dalam istilah asing disebut retakan. Teori pengikatan ulang secara elastis menyatakan bahwa kerak bumi terus-menerus ditekan gerakan-gerakan lapisan-lapisan tektonik, sehingga akhirnya melampaui titik tegangan tertinggi yang dapat ditahannya. Lantaran itulah terjadi ledakan atau muntahan sepanjang patahan/sesar, dan selama itu lapis-lapis bebatuan melakukan pengikatan ulang dengan tekanan-tekanan elastisnya sendiri sampai tegangan mereda. Biasanya, batu-batu itu melakukan pengikatan ulang di kedua sisi patahan / sesar dengan arah yang berlawanan

Ada beberapa faktor kunci yang turut mengakibatkan kerapuhan kita dalam menghadapi gempa bumi : (1) Lokasi pemukiman ada di sekitar daerah seismik, terutama di atas tanah yang rapuh, sepanjang lereng yang sangat riskan kelongsoran, atau pada jalur–jalur patahan/sesar. (2) Struktur–struktur bangunan, misalnya rumah, jembatan, bendungan, dan sebagainya, tidak tahan terhadap gerakan atau bahkan getaran tanah.

Bangunan–bangunan bata yang tanpa rangka dan pondasi yang kuat, dengan atap yang berat, lebih rawan kerusakan akibat gempa jika dibandingkan dengan bangunan–bangunan dari kayu yang ringan. (3) Kelompok–kelompok bangunan padat/berdesakan, dan banyak sekali penghuninya. (4) Kurang akses terhadap informasi tentang risiko-risiko gempa bumi. (5) Gempa bumi punya ‘aturan ketat’ yang selalu dipatuhinya sendiri : tiap 1 korban tewas ; ada 3 yang selamat tapi mengalami luka-luka.

Sejumlah wilayah di Indonesia berulang kali dilanda gempa bumi. Dalam rentang waktu yang singkat gempa mengguncang Tasikmalaya, Yogyakarta, Aceh, Nusa Tenggara Barat, Toli-Toli, Sulawesi Tengah, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi,

Fenomena dan peristiwa Gempa Bumi

12

Bengkulu dan hingga kini Lampung juga dihantui dengan gempa. Akibat gempa tidak hanya merusakan bangunan, namun banyak menelan korban jiwa.

Potensi gempa di Indonesia memang terbilang besar, hal ini disebabkan lokasi Indonesia yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik utama, yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia, Pasifik, dan Fhilipine sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.1 Potensi Gempa di Indonesia

Berdasarkan SNI-1726 2002 Indonesia dibagi menjadi 6 wilayah gempa, seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.2 Enam Wilayah Gempa di Indonesia

Dimana wilayah gempa 1 adalah wilayah dengan kegempaan yang paling rendah dan wilayah gempa 6 adalah wilayah dengan kegempaan paling tinggi. Pembagian wilayah gempa ini, didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun, yang nilai rata-ratanya untuk setiap wilayah gempa ditetapkan dalam tabel. Gempa yang bekerja pada suatu struktur menyebabkan struktur tersebut akan mengalami pergerakan secara vertikal maupun secara lateral. Dalam hal ini konstruksi bangunan yang tahan gempa juga perlu diperhatikan.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SD/MI

13

Besarnya dampak gempa bumi terhadap bangunan tergantung pada beberapa hal diantaranya adalah skala gempa, jarak episenter, mekanisme sumber, jenis lapisan tanah di lokasi bangunan dan kualitas bangunan. Sampai sekarang kita belum mampu secara tuntas menghilangkan risiko bencana akibat fenomena itu. Tetapi perbedaan kemampuan kita mengenali, memahami dan menyikapi bahaya fenomena yang berisiko itulah yang membuat besaran risiko yang mengena pada diri kita berbeda. Semakin kita mengenali dan memahami fenomena bahaya itu dengan baik, maka kita semakin dapat menyikapinya dengan lebih baik. Sikap dan tanggap yang didasarkan atas pengenalan dan pemahaman yang baik akan dapat memperkecil risiko bencana yang mengena pada kita.

Oleh karena itu, untuk mengurangi hilangnya kehidupan manusia dan alam sekitarnya serta harta benda, penderitaan manusia, kerusakan ekonomi, diperlukan tenaga dan dana yang tidak sedikit, serta penanganan yang tepat pada kapasitas manusia.

A. Kondisi Geografis

Dari aspek geologis, geografis, dan morfologis, Indonesia merupakan salah satu wilayah yang rawan terhadap bencana. Kepulauan Indonesia termasuk dalam wilayah deretan gunung berapi Pasifik, yang bentuknya melengkung dari utara Pulau Sumatera-Jawa-Nusa Tenggara hingga ke Sulawesi Utara.

Meskipun kepulauan Nusantara mempunyai sifat iklim tropis, namun secara mikro tiap pulau mempunyai karakteristik tersendiri, mulai dari Sumatera hingga ke Papua sifat iklimnya semakin kering. Musim di Indonesia dipengaruhi oleh letak kepulauan yang berada di antara Samudera Hindia dan Pasifik dan Benua Asia dan Australia. Angin muson barat yang bertiup dari Asia dan Pasifik mengakibatkan terjadinya musim penghujan, sementara agin muson timur yang bertiup dari Australia mengakibatkan musim kemarau. Pada saat kondisi iklim global berpengaruh terhadap iklim di Indonesia, maka perubahan musim dapat menjadi pemicu terjadinya bencana banjir, kekeringan dan kebakaran hutan.

Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik dan lempeng Indo Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman memanjang di sebelah barat Sumatera, sebelah selatan Pulau Jawa hingga ke Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah utara Kepulauan Maluku dan sebelah utara Papua.

Akibat lain dari adanya tumbukan itu adalah terbentuknya palung samudera, lipatan, punggungan, dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api, dan sebaran sumber gempa bumi. Gunung api yang berada di Indonesia berjumlah 129 dan 13% dari gunung api aktif dunia berada di negara kita. Sehingga Indonesia merupakan kawasan rawan terhadap bencana letusan gunung api dan gempa bumi.

Fenomena dan peristiwa Gempa Bumi

14

Jenis tanah pelapukan yang banyak dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan gunung api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dan sedikit pasir. Tanah jenis ini menjadikan sebagian besar Indonesia merupakan tanah yang subur. Sebaliknya, tanah pelapukan yang berada di atas bantuan kedap air pada perbukitan atau punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika di perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor. Selain longsor, tanah perbukitan yang gundul juga akan menyebabkan terjadinya banjir di daerah-daerah sekitarnya yang berkedudukan lebih rendah. Curah hujan yang cukup tinggi yang seringkali terjadi di berbagai kawasan di Indonesia semakin memicu terjadinya banjir.

Dengan demikian Indonesia selain merupakan negara yang menempati posisi yang strategis dengan kekayaan alam yang begitu melimpah dan beraneka ragam, juga

merupakan negara dengan tingkat kerentanan bencana yang sangat tinggi. Jajaran gunung api memunculkan ancaman erupsi gunung api, sementara lempeng bumi yang terus bergerak memunculkan ancaman gempa dan tsunami. Sebagai kawasan tropis, Indonesia juga memiliki risiko terhadap ancaman banjir,

tanah longsor dan berbagai macam wabah penyakit. Saat musim kemarau, datang ancaman kekeringan. Kondisi ini telah terjadi pada setiap musim kemarau sekitar 10 tahun belakangan ini, dan dapat diprediksikan akan terus berlanjut karena kerusakan sebagian besar Daerah Aliran Sungai di Indonesia ini.

2.2. Peristiwa Gempa Bumi Di Indonesia

Selama ini, tindakan dalam usaha penanggulangan bencana dilakukan oleh pemerintah yang pelaksanaanya kemudian dilakukan bersama antara pemerintah daerah dengan organisasi-organisasi terkait dan masyarakat yang tertimpa bencana. Pada saat mengahadapi bencana, masyarakat yang belum mampu untuk menanganinya sendiri harus menunggu bantuan yang kadang-kadang tidak segera datang.

Perlu disadari bahwa pada detik-detik pertama saat bencana terjadi adalah saat yang paling penting dalam usaha mengurangi dampak bencana yang lebih besar. Dengan terulangnya bencana gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta, Sumatera Barat, Jawa Barat maupun di wilayah Indonesia lainnya dan didasari oleh pemikiran tersebut dan sejalan dengan program pengembanagan masyarakat yang mandiri,

Gambar 2.3. Daerah Sebaran Bencana Gempa Bumi Sumber : BMG dalam Bakornas PB 2007

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SD/MI

15

masyarakat sendiri perlu mengetahui secara menyeluruh semua upaya tindakan penanggulangan bencana supaya bisa segera mengambil tindakan yang tepat pada waktu bencana terjadi.

Untuk mengurangi kemungkinan bencana disuatu wilayah, tindakan pencegahan bencana perlu dilakukan oleh masyarakat. Pada saat bencana terjadi, korban yang timbul umumnya disebabkan oleh kurangnya persiapan. Persiapan yang baik akan bisa membantu masyarakat untuk melakukan tindakan yang tepat guna dan tepat waktu.

Bencana bisa menimbulkan kerusakan dan korban jiwa. Dengan mengetahui cara pencegahannya masyarakat bisa mengurangi risiko ini. Penangulangan bencana ini hendaknya menjadi tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pihak-pihak yang terkait. Kerjasama ini sangat penting untuk memperlancar proses penanggulangan bencana.

30 September 189914 Agustus 196826 Juni 197619 Agustus 197712 Desember 19922 Juni 1994

17 Februari 19964 Juni 200012 November 200426 Desember 200427 Mei 200613 September 200717 November 20084 Januari 20092 September 2009

30 September 2009

1Oktober 2009

7,8 SR7,8 SR7,1 SR8,0 SR7,5 SR7,2 SR

8,1 SR7,3 SR7,3 SR9,1 SR5,9 SR7,7 SR7,7 SR7,2 SR7,3 SR

7,6 SR

7.0 SR

Laut Banda/AmbonSulawesi Utara

PapuaKepulauan Sunda

FloresBanyuwangi,

Jawa TimurBiak, PapuaBengkuluAlor, NTT

AcehYogyakarta

Padang, Bengkulu, Jambi

Sulawesi TengahManokwari, Papua Barat

Tasikmalaya, Jawa Barat

Sumatera BaratBengkulu, Jambi

3.280392

9.000189

2.200200

1089326

220.0006.223

1042

77

529

2

KEKUATAN (SKALA RICHTER)TANGGAL KEJADIAN TEMPAT KORBAN

TEWAS (JIWA)

Sumber: Kompas, 5 Oktober 2009

Tabel 2.1: Kejadian gempa bumi di Indonesia dalam kurun waktu 200 tahun serta jumlah korban jiwa.

Dengan terulangnya bencana gempa bumi yang terjadi di Indonesia, yang telah menimbulkan korban jiwa dan harta benda, serta masih menyisakan masalah relokasi pengungsi dan penyediaan akses dan ruang belajar untuk anak adalah suatu fakta bahwa kita belum banyak belajar dari peristiwa bencana sebelumnya. Berbagai bencana itu semestinya menjadi pelajaran bagi masyarakat bahwa siapa pun tanpa terkecuali harus selalu siap siaga dalam menghadapi bencana. Kesiapsiagaan ini merupakan suatu kemampuan dalam mengantisipasi dan mengurangi dampak yang diakibatkan bencana.

Fenomena dan peristiwa Gempa Bumi

16

Adapun stakeholders yang terlibat dan sangat berpengaruh dalam upaya mengurangi dampak terjadinya bencana antara lain individu, keluarga/rumah tangga, pemerintah, dan lembaga pendidikan.

Individu dan rumah tangga merupakan ujung tombak, subjek dan objek dari kesiapsiagaan, karena berpengaruh secara langsung terhadap risiko bencana. Pemerintah juga mempunyai peran dan tanggung jawab yang sangat penting, terutama dalam kondisi social ekonomi masyarakat yang masih memerlukan peran pemerintah, terutama yang berkaitan dengan pendidikan masyarakat yang berkaitan dengan bencana, penyediaan fasilitas, sarana dan prasarana publik untuk keadaan darurat. Sedangkan komunitas sekolah mempunyai potensi yang sangat besar sebagai sumber pengetahuan, penyebarluasan pengetahuan tentang bencana dan petunjuk praktis apa yang harus dipersiapkan sebelum terjadinya bencana dan apa yang harus dilakukan pada saat dan setelah terjadinya bencana (Hidayati, dkk, 2006).

Masyarakat sekolah merupakan salah satu stakeholders yang penting dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam bencana. Dengan peningkatan kesiapsiagaan sekolah, maka akan meingkatkan kesiapsiagaan masyarakat secara umum. Kesiapsiagaan tersebut perlu dimiliki oleh warga sekolah dan lingkungan. Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari upaya peningkatan kapasitas. Peningkatan kapasitas tersebut dapat melalui pendidikan yang berlangsung di sekolah yaitu melalui pendidikan pengurangan risiko bencana (PRB).

Adapun tujuan dari pendidikan pengurangan risiko bencana (PRB) adalah mengurangi risiko bencana dengan cara mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas individu/rumah tangga/komunitas dalam menghadapi dampak bencana, termasuk dampak bencana yang tidak dapat dihindarkan, sehingga berkelanjutan dan kemandirian dapat terwujud. Pendidikan ini dapat diselenggarakan dengan terintegrasi pada kurikulum yang telah dilaksanakan oleh sekolah dan yang disesuaikan dengan parameter kesiapsiagaan.

Model pendidikan terkait kebencanaan yang meluas adalah pendidikan kesiapsiagaan. UN/ISDR (International Strategy for Disaster Reduction) menyatakan pendidikan kesiapsiaagaan adalah aktivitas-aktivitas dan langkah-langkah yang diambil sebelumnya untuk memastikan respon yang efektif terhadap dampak bahaya, termasuk dengan mengeluarkan peringatan dini yang tepat waktu dan efektif dan dengan memindahkan penduduk dan harta benda untuk sementara dari lokasi yang terancam.

Dalam kaitan dengan kondisi geografis Indonesia yang rawan bencana alam, peserta didik perlu dibekali dengan pengetahuan tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana secara rutin agar mereka mampu beradaptasi dengan kondisi tersebut dan mengetahui secara tepat apa yang harus dilakukan saat bencana datang, mengetahui bagaimana menyelamatkan diri secara tepat sehingga sewaktu bencana datang mereka dapat menghadapi bencana secara tenang. Peserta didik juga perlu diajarkan tentang kondisi geografis dan sosial wilayah Indonesia dan diajarkan secara rinci mengenai panduan-panduan praktis dan tepat yang mesti mereka lakukan saat bencana terjadi.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SD/MI

17

Pembelajaran tidak mesti harus dalam mata pelajaran tersendiri tetapi dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran yang sesuai.

3.1. Pengurangan Risiko Bencana

Pengelolaaan yang tidak baik dalam sumber daya alam dan sumber daya manusia akan mengakibatkan terjadi bencana. Selain itu, kondisi alam dan keanekaragaman penduduk dan budaya di Indonesia dapat juga menyebabkan terjadinya bencana alam, bencana akibat ulah manusia, dan kedaruratan kompleks. Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi (gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat hidrometeorologi (banjir, tanah longsor, kekeringan, angin topan), bencana akibat faktor biologi (wabah penyakit manusia, penyakit tanaman/ternak, hama tanaman) serta kegagalan teknologi (kecelakaan industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah manusia terkait dengan konflik antar manusia akibat perebutan sumberdaya yang terbatas, alasan ideologi, religius serta politik. Sedangkan kedaruratan kompleks merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatu daerah.

Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi, hampir tidak mungkin diperkirakan secara akurat kapan, dimana akan terjadi dan besaran kekuatannya. Sedangkan beberapa bencana lainnya seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, letusan gunung api, dan tsunami masih dapat diramalkan sebelumnya. Meskipun demikian kejadian bencana selalu memberikan dampak kejutan dan menimbulkan banyak kerugian baik jiwa maupun materi. Kejutan tersebut terjadi karena kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman bahaya.

Secara umum terdapat peristiwa bencana yang terjadi berulang setiap tahun. Bahkan sekarang ini peristiwa bencana menjadi lebih sering dan terjadi silih berganti, misalnya dari kekeringan, kemudian kebakaran, lalu diikuti banjir. Akibatnya muncul anggapan bahwa bencana tersebut sebagai sesuatu hal yang memang harus terjadi. Padahal semua itu merupakan fenomena alamiah yang melekat pada bumi dan timbulnya korban dan kerugian disebabkan oleh beberapa faktor ketidaksiapan. Beberapa faktor tersebut adalah :

1. Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya.

2. Sikap atau perilaku yang mengakibatkan penurunan kualitas sumberdaya alam.

BAB

BAB IIIPENGURANGAN RISIKO GEMPA BUMI

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SD/MI

19

3. Kurangnya informasi/peringatan dini yang menyebabkan ketidaksiapan.

4. Ketidakberdayaan/ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya.

3.1.1. BencanaBencana merupakan fenomena yang terjadi karena komponen-komponen, ancaman, dan kerentanan bekerja bersama secara sistematis, sehingga menyebabkan terjadinya risiko pada komunitas. Ancaman merupakan kejadian-kejadian, gejala alam atau kegiatan manusia yang berpotensi untuk menimbulkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda, gangguan sosial ekonomi atau kerusakan lingkungan. Kerentanan adalah kondisi-kondisi yang ditentukan oleh faktor-faktor atau proses-proses fisik, sosial ekonomi dan lingkungan hidup yang meningkatkan kerawanan suatu komunitas terhadap dampak ancaman bencana. Risiko merupakan suatu peluang dari timbulnya akibat buruk, atau kemungkinan kerugian dalam hal kematian, luka-luka, kehilangan dan kerusakan harta benda, gangguan kegiatan matapencaharian dan ekonomi atau kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi antara ancaman bencana dan kondisi kerentanan.

Dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa bencana merupakan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Menurut ISDR bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri.

Terjadinya Bencana

Bahaya

Kerentanan

Kejadian

RISIKOBENCANA

BENCANA

Gambar 3.1 Model hubungan antara risiko bencana, kerentanan dan bahaya

Pengurangan Risiko Gempa Bumi

20

Adapun komponen yang berpengaruh terhadap besar kecilnya dampak suatu bencana antara lain sebagai berikut: bahaya, kerentanan, risiko bencana, dan kapasitas.

Berdasarkan sumber bencananya, terdapat tiga jenis bencana: (1) bencana alam, yaitu bencana yang murni yang disebabkan oleh peristiwa alam, contohnya gempa bumi, gunung meletus, angin puting beliung. (2) bencana akibat ulah manusia, yaitu bencana yang disebabkan oleh kekhilafan manusia seperti kebakaran dan kornsleting listrik. (3) bencana kompleks, yaitu bencana yang diakibatkan oleh gabungan antara perilaku alam dan ulah manusia sebagai contoh banjir akibat hujan diluar normal dan penggundulan hutan.

Bahaya Dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara dengan potensi bencana yang sangat tinggi. Beberapa potensi bencana yang ada antara lain adalah bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir, tanah longsor, dan lain-lain. Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu potensi bahaya utama dan potensi bahaya ikutan. Potensi bahaya utama ini dapat dilihat antara lain pada peta potensi bencana gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan, peta potensi bencana tanah longsor, peta potensi bencana letusan gunung api, peta potensi bencana tsunami, peta potensi bencana banjir, dan lain-lain.

Gambar 3.2. Gempa bumi di Yogya, 27 Mei 2006

Dari indikator-indikator di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki potensi bahaya utama yang tinggi. Hal ini tentunya sangat tidak menguntungkan bagi negara Indonesia.

Disamping tingginya potensi bahaya utama, Indonesia juga memiliki potensi bahaya ikutan yang sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator misalnya likuifaksi, persentase bangunan yang terbuat dari kayu, kepadatan bangunan, dan kepadatan industri berbahaya. Potensi bahaya ikutan ini sangat tinggi terutama di daerah perkotaan yang memiliki kepadatan, persentase bangunan kayu (utamanya di daerah pemukiman kumuh perkotaan), dan jumlah industri berbahaya, yang tinggi. Dengan indikator diatas, perkotaan Indonesia merupakan wilayah dengan potensi bencana yang sangat tinggi.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

21

3.1.2. Risiko Bencana, Konstruksi dari Ancaman, Kerentanan dan KapasitasKejadian bencana di Indonesia terus meningkat sepanjang tahun. Ini mem-buktikan bahwa Indonesia merupakan negara yang rapuh dalam menghadapi ancaman bencana.

Banjir, 38 %

Gempa,31 %

Kebakaran, 17 %

Epidemik,4 %

Massmovwet,

2 %Letusan

Gunung Api,3 %

Kekeringan,6 %

Gambar 3.3. Persentase Orang Terkena Bencana Berdasarkan Jenis Bencana

Gambar di atas menunjukkan persentase orang terkena bencana berdasarkan jenis bencana di Indonesia antara kurun waktu 1980 – 2008.

Perbedaan kemampuan dalam mengenali karakteristik bahaya membuat besaran risiko yang mengena pada situasi bencana juga akan berbeda. Semakin mampu untuk mengenali dan memahami fenomena bahaya itu dengan baik, maka manusia akan semakin dapat mensikapinya dengan lebih baik. Sikap dan tanggap yang didasarkan atas pengenalan dan pemahaman yang baik akan dapat memperkecil risiko bencana. Kehancuran dahsyat yang terjadi akibat gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatra Utara, serta DI Yogyakarta dan Jawa Tengah, juga memunculkan kebingungan bagaimana harus mensikapinya; hiruk pikuk di Alor dan Palu saat terjadi gempa menunjukkan betapa bangsa Indonesia belum mampu dengan baik menghadapi ancaman bahaya yang melingkupi.

Ancaman BencanaAncaman bencana seperti yang tertuang dalam UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana. Sedangkan menurut Dr. Krishna S. Pribadi ancaman bencana merupakan: Suatu peristiwa besar yang jarang terjadi, dalam lingkungan alam atau

lingkungan binaan, yang mempengaruhi kehidupan, harta atau kegiatan manusia, sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan bencana.

Pengurangan Risiko Gempa Bumi

22

Suatu fenomena alam atau buatan manusia yang dapat menimbulkan kerugian fisik dan ekonomi atau mengancam jiwa manusia dan kesejahteraannya, bila terjadi di suatu lingkungan permukiman, kegiatan budi daya atau industri.

Ancaman bencana dapat bersifat membahayakan bagi suatu lingkungan akibat kondisi lingkungan yang rentan.

KerentananKerentanan adalah seberapa besar suatu masyarakat, bangunan, pelayanan atau suatu daerah akan mendapat kerusakan atau terganggu oleh dampak suatu bahaya tertentu, bergantung kepada kondisinya, jenis konstruksi dan kedekatannya kepada suatu daerah yang berbahaya atau rawan bencana.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerentanan tersebut adalah : Institusi lokal yang lemah dalam membuat kebijakan dan peraturan serta

penegakan kebijakan tersebut, terutama terkait dengan penanggulangan bencana dan upaya pengurangan risiko bencana, termasuk di dalamnya adalah lemahnya aparat penegak hukum;

Kurangnya penyebaran informasi mengenai kebencanaan, baik melalui penyuluhan, pelatihan serta keahlian khusus yang diperlukan dalam upaya-upaya pengurangan risiko bencana;

Penduduk terkait dengan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat.

Kenyataan menunjukkan kerentaan cukup tinggi dari masyarakat, infrastruktur serta elemen-elemen di dalam kota/kawasan yang berisiko bencana. Karena kurangnya pemahaman adanya bahaya sekitarnya, maka masyarkat dikatakan rentan terhadap bencana. Bangunan dibantaran sungai, bangunan tepat di lereng tempat mengairnya lahar gunung berapi, bangunan di tepi pantai, bangunan yang permanen dan tidak tahan gempa dan lain-lain merupakan contoh kerentaan suatu lingkungan.

Kapasitas.Kapasitas adalah kemampuan dari masyarakat dalam menghadapi bencana. Misalnya pengetahuan rendah, maka kapasitasnya rendah, contohnya: Tidak tahu kalau di dekat rumahnya terdapat ancaman tanah longsor, Tidak tahu kalau membangun rumah di bantaran kali dapat menyebabkan

banjir, Tidak tahu kalau mengikis tebing untuk diambil tanahnya dapat

menyebabkan longsor, Tidak tahu kalau menebang pohon tanpa mengganti dengan pohon baru

dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor, Tidak memiliki keterampilan bagaimana membuat rumah tahan gempa, Tidak memiliki keterampilan bagaimana mengevakuasi ketika terjadi

gempa, Tidak memiliki keterampilan bagaimana menyelamatkan diri dan orang

lain ketika terjadi bencana, dan lain-lain.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

23

3.1.3. Pengurangan Risiko BencanaPengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktik mengurangi risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengelola faktor-faktor penyebab dari bencana termasuk dengan dikuranginya paparan terhadap ancaman, penurunan kerentanan manusia dan properti, pengelolaan lahan dan lingkungan yang bijaksana, serta meningkatkan kesiapsiagaanan terhadap kejadian yang merugikan.

3.1.4. Upaya Pengurangan Risiko Bencana

1. Mitigasi Bencana.Tujuan dari mitigasi bencana gempa bumi adalah untuk mengembangkan strategi mitigasi yang dapat mengurangi hilangnya kehidupan dari alam sekitarnya serta harta benda, penderitaan manusia, kerusakan ekonomi dan biaya yang diperlukan untuk menangani korban bencana yang dihasilkan oleh bencana gempa bumi. Rencana mitigasi bencana gempa bumi dapat meningkatkan cara pandang yang luas dan terintegrasi terhadap sistem pengurangan risko bencana yang meliputi elemen-elemen berikut : Identifikasi bencana dan kerentanannya serta evaluasi risiko bencana

tersebut. Strategi pengurangan bencana yang bersumber dari wilayah dan

dimiliki oleh pemegang kebijakan. Seperangkat peraturan, perundang-undangan dan regulasi yang

menyediakan kerangka kerja yang komprehensif untuk interaksi antara berbagai organisasi dan institusi yang berbeda.

Mekanisme koordinasi institusi yang kuat. Sistem yang solid untuk mengendalikan pemenuhan dan penguatan

code dan standar untuk konstruksi bangunan yang aman. Perencanaan dan tataguna lahan dan pemukiman yang menggabungkan

kepedulian akan bencana dan pengurangan risiko. Penggunaan peralatan komunikasi untuk pengurangan risiko akibat

bencana yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bencana, pendidikan, pelatihan dan penilaian.

Manajemen kesiapsiagaan dan kedaruratan berdasarkan pemahaman risiko.

Kerjasama dan koordinasi antar instansi, antar kota, antar organisasi.

Dalam upaya mengurangi risiko bencana maka diperlukan kesiapsiagaan yang lebih baik. Oleh karena itu siswa juga harus harus memahami pengertian dari gempa, sebab-sebab terjadinya, dampaknya, serta hal-hal apa saja yang harus diperhatikan sebelum, saat dan setelah terjadinya gempa tersebut.

Pengurangan Risiko Gempa Bumi

24

2. Dampak GempaGempa bisa terjadi kapan saja sepanjang tahun, siang atau malam, dengan dampak buruk yang terjadi secara mendadak dan hanya memberikan sedikit isyarat bahaya. Gempa dapat menghancurkan bangunan hanya dalam waktu beberapa detik saja, menewaskan atau melukai orang-orang yang berada di dalamnya. Gempa bumi bukan hanya mampu meluluh-lantakkan kota-kota sampai hampir tak tersisa lagi, namun juga bisa menggoyahkan kestabilan pemerintahan, perekonomian, dan struktur sosial suatu negara.

Faktor kunci yang turut mengakibatkan kerapuhan Indonesia dalam menghadapi gempa bumi: (1) Lokasi pemukiman ada di sekitar daerah seismik, terutama di atas tanah yang rapuh, sepanjang lereng yang sangat riskan kelongsoran, atau pada jalur- jalur patahan/sesar; (2) Struktur-struktur bangunan, misalnya rumah, jembatan, bendungan, dan sebagainya, tidak tahan terhadap gerakan atau bahkan getaran tanah. Bangunan-bangunan bata yang tanpa rangka dan pondasi yang kuat, dengan atap yang berat, lebih rawan kerusakan akibat gempa jika dibandingkan dengan bangunan-bangunan dari kayu yang ringan; (3) Kelompok-kelompok bangunan padat/berdesakan, dan banyak sekali penghuninya; (4) Kurang akses terhadap informasi tentang risiko-risiko gempa bumi; dan (5) Gempa bumi punya “aturan ketat” yang selalu dipatuhinya sendiri: tiap 1 korban tewas; ada 3 yang selamat tapi mengalami luka-luka.

Berdasarkan analisa ancaman gempa tersebut maka kemungkinan dampak bahaya gempa bumi yang akan melanda diantaranya adalah:

Ground motion, yakni goncangan yang menyebabkan struktur bangunan rusak.

Gambar 3.4. Bangunan yang rusak akibat goncangan gempa (Ground Motion)

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

25

Liquefaction, yakni perubahan stabilitas tanah menjadi massa yang lebih encer.

Gambar 3.5. Bangunan yang mengalami liquefaction akibat gempa bumi

Landslides, yakni gempa memicu terjadinya gerakan tanah (longsor).

Gambar 3.6 Longsor akibat gempa

Kebakaran yang terjadi akibat rusaknya sistem listrik dan gas. Tsunami yakni gelombang impulsif yang ditimbulkan oleh adanya

perubahan formasi batuan sesaat akibat gempa pada dasar lautan.

3. Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana Gempa Bumi Harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa khususnya di

daerah rawan gempa, Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan.

Gambar 3.7. Struktur Bangunan Tahan Gempa

Pengurangan Risiko Gempa Bumi

26

Pembangunan fasilitas umum yang sesuai dengan kaidah-kaidah konstruksi bangunan tahan gempa yang telah ditetapkan.

Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada. Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat

kepadatan hunian di daerah rawan gempa bumi. Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan pemanfaatan

lahan. Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa

bumi dan cara - cara penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi. Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan, kewaspadaan

masyarakat terhadap gempa bumi, pelatihan pemadam kebakaran dan pertolongan pertama.

Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan masyarakat lainnya.

Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi gempa bumi.

Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan pelatihan pemadaman kebakaran dan pertolongan pertama.

Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan masyarakat lainnya.

Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi gempa bumi.

4. Penanggulangan BencanaDalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, pasal 33-38, dinyatakan, bahwa:

Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi:

prabencana; saat tanggap darurat; dan pasca bencana.

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan prabencana meliputi:

dalam situasi tidak terjadi bencana; dan dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.

Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana sebagaimana dimaksud meliputi:

perencanaan penanggulangan bencana; pengurangan risiko bencana;

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

27

pencegahan; pemaduan dalam perencanaan pembangunan; persyaratan analisis risiko bencana; pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang; pendidikan dan pelatihan; dan persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.

Perencanaan penanggulangan bencana meliputi:

pengenalan dan pengkajian ancaman bencana; pemahaman tentang kerentanan masyarakat; analisis kemungkinan dampak bencana; pilihan tindakan pengurangan risiko bencana; penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak

bencana; dan alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.

Pengurangan risiko bencana , dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana. Kegiatan meliputi:

pengenalan dan pemantauan risiko bencana; perencanaan partisipatif penanggulangan bencana; pengembangan budaya sadar bencana; peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana;

dan penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan

bencana.

Pencegahan meliputi:

identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana;

kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana;

pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana;

penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup; dan penguatan ketahanan sosial masyarakat.

Pengurangan Risiko Gempa Bumi

28

Berdasarkan informasi dari Undang-undang tersebut, banyak hal yang dapat diidentifikasi, dijadikan bahan pengayaan bagi guru, yang tidak diajarkan ke siswa. Selain kompetensi yang harus dikuasai siswa tentu harus dikuasai guru, sebaiknya kepala sekolah dan guru menambah kompetensi lainnya seperti:

menyusun program untuk meningkatkan keamanan sekolah terhadap Bencana.

menyusun rencana aksi sekolah; perencanaan penanggulangan bencana; pengurangan risiko bencana; pencegahan; pemaduan dalam perencanaan pembangunan; persyaratan analisis risiko bencana; pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang; Perencanaan penanggulangan bencana meliputi:

- pengenalan dan pengkajian ancaman bencana;- pemahaman tentang kerentanan masyarakat;- analisis kemungkinan dampak bencana;- pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;- penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak

bencana; dan- alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.

Pengurangan risiko bencana , dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana. Kegiatan meliputi:- pengenalan dan pemantauan risiko bencana;- perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;- pengembangan budaya sadar bencana;- peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana;

dan- penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan

bencana.

3.2. Kesiapsiagaan Gempa Bumi

3.2.1. Tindakan Sebelum Terjadi Gempa Bumi

1. Hal yang harus dilakukan sebelum terjadi gempaAdapun yang harus kita lakukan sebelum terjadi gempa adalah:

Perabot sekolah atau rumah tangga (seperti lemari, dan lain-lain) diatur menempel pada dinding (dipaku/diikat) untuk menghindari jatuh, roboh, & bergeser pada saat terjadi gempa.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

29

Gambar 3.8. Penyusunan Perabot

Atur benda yang berat sedapat mungkin berada pada bagian bawah. Cek kestabilan benda yang tergantung yang dapat jatuh pada saat

gempabumi terjadi (misalnya: lampu, dan lain-lain) Matikan aliran air, gas dan listrik apabila sedang tidak digunakan Simpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang aman dan tidak

mudah pecah, untuk menghindari kebakaran Perhatikan letak pintu, lift serta tangga darurat, apabila terjadi

gempabumi, dapat mengetahui jalan keluar bangunan atau tempat paling aman untuk berlindung.

2. Merencanakan Siaga Gempa Bumi Sederhana : Rencana darurat yang baik hanya berisi beberapa rincian

saja. Tentukan Jalan Melarikan Diri : Pastikan anda tahu jalan yang paling

aman untuk meninggalkan rumah setelah gempa. Tentukan tempat bertemu : Jika teman atau anggota keluarga terpencar,

tentukan dua tempat bertemu. Pertama semestinya lokasi yang aman dekat rumah dan tempat kedua dapat berupa bangunan atau taman di luar desa.

Adakan latihan cara melindungi diri dari gempa bumi, seperti berlindung di bawah meja, berlari sambil melindungi diri, dan lainnya.

Gambar 3.9. Beberapa bentuk simulasi penyelamatan diri disaat gempa

Pengurangan Risiko Gempa Bumi

30

3. Kekuatan Gempa.Kekuatan gempa dinyatakan dalam Skala Richter (SR). Skala Richter merupakan indeks angka dalam angka Latin yang menerangkan tingkat kekuatan gempa. Skala Richter dimulai dari 1 hingga 9.

Tabel 3.1. Skala Richter (SR)

1 – 3

3 – 4

5

6

7

8

9

Tercatat oleh seismograf setempat, tetapi umumnya tidak terasa.

Kadang-kadang terasa namun tidak ada kekuatan.

Terasa cukup luas dan terjadi kerusakan ringan di dekat pusat gempa (episentrum).

Kerusakan bangunan (bangunan dengan struktur konstruksi buruk) pada jarak kurang dari 10 km dari episentrum.

Skala gempa cukup besar yang menyebabkan kerusakan cukup serius samapai jarak 100 km.

Skala gempa besar yang menyebabkan kerusakan cukup serius hingga jarak 100 km.

Skala gempa sangat besar yang menyebabkan kerusakan parah hingga 1000 km.

KETERANGANKEKUATAN(MAGNITUDE)

Sedangkan untuk mengukur intensitas gempa di suatu tempat adalah dengan melihat dampak yang terjadi di daerah tersebut, seperti kerusakan pada bangunan, topografi, reaksi manusia, dan hal lainnya yang teramati. Intensitas tersebut diukur dengan skala intensitas dengan Skala MMI (Modified Mercally Intensity).

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

31

Tabel 3.2. Skala MMI Kekuatan Gempa Bumi

Umumnya getaran tidak terasa.

Getaran dirasakan oleh beberapa orang terutama yang berada di dalam bangunan yang tinggi. Benda-benda ringan yang bergantung bergoyang-goyang.

Getaran dirasakan nyata di dalam rumah. Getaran terasa seakan ada truk yang sedang lewat.

Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak di dalam rumah. Barang berat yang digantung bergoyang, gelas-gelas gemirincing, daun pintu berderik dan dinding atau rangka rumah berbunyi.

Getaran dirasakan hampir oleh semua penduduk, orang tidur terbangun, barang pajangan jatuh dan pecah, barang-barang terpelanting, daun pintu bergerak terbuka tertutup, pigura dinding bergerak.

Getaran dirasakan oleh semua penduduk, banyak yang terkejut dan lari ke luar rumah, plester dinding jatuh dan cerebong asap pabrik rusak, buku-buku berjatuhan.

Kerusakan ringan pada rumah dengan konstruksi baik, sedangkan pada ruangan konstruksi kurang baik dinding retak, cerobong asap pabrik pecah. Terasa oleh orang yang naik kendaraan dan orang yang sedang berjalan kaki jatuh.

Retak-retak pada bangunan yang kuat, dinding dapat lepas dari rangka rumah cerobong asap dan menara roboh. Air menjadi keruh. Tanah mengalami retak, bergeser atau terjadi pelongsoran di daerah curam.

Bangunan yang tidak kuat hancur, banyak bangunan kuat retak, rangka bangunan menjadi tidak lurus, pipa-pipa dalam rumah putus. Rumah seperti berpindah dari pondasi bangunan.

Bangunan dari kayu yang kuat rusak, rangka rumah lepas dari pondasinya. Tanah terbelah, tanah longsor di tiap-tiap pinggir sungai dan di lereng yang curam. Jembatan dapat rusak. Terjadi likuifaksi.

Bangunan-bangunan hanya sedikit yang tetap berdiri. Pipa dalam tanah tidak dapat dipakai kembali, tanah terbelah. Rel kereta api melengkung.

Hancur sama sekali. Permukaan tanah nampak bergelombang. Benda-benda terlempar ke udara.

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX

X

XI

XII

KETERANGANINTENSITAS

Tabel 2. Skala MMI Kekuatan Gempa Bumi

Pengurangan Risiko Gempa Bumi

32

Tabel 3.3. Hubungan Antara Skala Richter dengan MMI

3,0 – 3,9

4,0 – 4,9

5,0 – 5,9

6,0 – 6,9

7,0 – 7,9

8,0 – 8,9

MAGNITUDE(SR)

II – III

IV – V

VI – VII

VII – VIII

IX – X

XI – XII

Intensitas (MMI)

1.800

7.200

39.000

125.000

500.000

1.600.000

Luas (km2)

24

48

112

200

400

720

Jarak(km)

Tabel 3. Hubungan Antara Skala Richter dengan MMI

4. Cara Mengukur GempaMengukur kekuatan gempa dapat menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Maka berdasarkan pendekatannya, skala pengukuran gempa dapat dibagi menjadi dua, yaitu 1) magnitudo (magnitude) yang merupakan skala kuantitatif, dan 2) intensitas (intensity) yang merupakan skala kualitatif.

Ada bermacam-macam jenis magnitudo gempa, diantaranya adalah:

Magnitudo lokal ML (local magnitude) Magnitudo gelombang badan MB (body-wave magnitude) Magnitudo gelombang permukaan MS (surface-wave magnitude) Magnitudo momen MW (moment magnitude) Magnitudo gabungan M (unified magnitude)

Namun yang paling populer adalah magnitudo lokal ML yang tak lain adalah Magnitudo Skala Richter (SR). Magnitudo ini dikembangkan pertama kali pada tahun 1935 oleh seorang seismologis Amerika, Charles F. Richter, untuk mengukur kekuatan gempa di California. Richter mengukur magnitudo gempa berdasarkan nilai amplitudo maksimum gerakan tanah (gelombang) pada jarak 100 km dari episenter gempa. Besarnya gelombang ini tercatat pada seismograf. Seismograf dapat mendeteksi gerakan tanah mulai dari 0,00001 mm (1x10-5 mm) hingga 1 m. Untuk menyederhanakan rentang angka yang terlalu besar dalam skala ini, Richter menggunakan bilangan logaritma berbasis 10. Ini berarti setiap kenaikan 1 angka pada skala Richter menunjukkan amplitudo 10 kali lebih besar.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

33

Letak episentrum gempa bumi dapat ditentukan dengan tiga cara yaitu: (1) metode homeoseista, yaitu dengan menggunakan tiga tempat yang terletak pada suatu homeoseista. Homeoseista adalah gari pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mengalami/mencatat gelombang primer pada waktu yang sama; (2) metode episentral, yaitu dengan menggunakan rumus laksa; (3) jika diketahui tiga stasiun, dapat ditentukan dimana letak pusat gempa itu.

Kekuatan gempa antara satu tepat dengan tempat lainnya berbeda-beda. Kekuatan gempa itu dapat diklasifikasikan dengan menggunakan skala. Ada beberapa skala yang biasa digunakan, antara lain:

Skala mercalli, disusun berdasarkan derajat kerusakan akibat gempa, dengan skala I-XII

Skala omori, disusun berdasarkan derajat kerusakan akibat gempa, dengan skala I-VII

Skala derossiferol, disusun berdasarkan derajat kerusakan akibat gempa, dengan skala I-X

Skala cancani, disusun berdasarkan derajat kerusakan akibat gempa, dengan skala I-XII

Skala richter, disusun berdasarkan skala magnitudonya (ukuran besarnya gempa), dengan skala 0-8.

Karena perambatan gelombang gempa merupakan gelombang seismik maka alat untuk merekamnya disebut seismograf dan hasil rekaman disebut seismogram. Dari rekaman tersebut maka dapat disimpulkan penyebab terjadinya, lokasi asalnya, kekuatannya, jenisnya serta sifat-sifatnya. Bahkan dari gelombang gempa tersebut dapat diketahui struktur bagian bumi.

Gelombang seismik sendiri adalah gelombang mekanis yang muncul akibat adanya gempa bumi. Adapun pengertian gelombang secara umum adalah femomena perambatan gangguan (usikan) dalam medium sekitarnya. Gangguan ini mula-mula terjadi secara lokal yang menyebabkan terjadinya osilasi (pergeseran) kedudukan partikel-partikel medium, osilasi tekanan ataupun osilasi rapat.

Gempa bumi dapat dirasakan oleh tubuh manusia namun manusia tidak dapat mengukur kekuatan gempa. Kekuatan gempa dapat diukur dengan alat tertentu yang disebut dengan seismograf. Seismograf mencatat lama dan intensitas gelombang gempa. Seismograf modern dapat menangkap gelombang gempa dari berbagai arah (vertikal dan horizontal). Bentuk visualsasi hasil perekaman seismograf terhadap gempa yang terjadi disebut seismogram.

Pengurangan Risiko Gempa Bumi

34

Gambar 3.10. Seismograf Horizontal Gambar 3.11. Seismograf Vertikal

Gambar 3. 12. Seismogram

3.2.2. Tindakan Saat Terjadi Gempa BumiSaat terjadinya gempa, biasanya kita dalam kondisi panik dan terpana, serta kaget dengan kejadian yang baru saja menimpa kita. Hal ini biasanya menjadikan kita tidak bisa berbuat apa-apa. Namun untuk meminimalisir adanya korban, maka kita melakukan tanggap darurat. Tanggap darurat adalah upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi, dan pengungsian.

Adapun tindakan penyelamatan diri saat terjadi gempa adalah :

Bila berada di ruangan, maka: Lindungi kepala dan badan dari reruntuhan bangunan dengan tas, papan,

atau bantal atau bersembunyi di bawah meja, dll. Jangan menggunakan lift atau tangga berjalan Hindari benda-benda yang mudah jatuh, misalnya lemari, lampu gantung,

kaca ruangan, genting/atap rumah, dll. Menunduk di bawah meja atau di sudut ruangan Berdiri menempel pada dinding bagian dalam berdiri dibawah kusen

pintu Berdiri menempel pada dinding bagian dalam Berlari keluar apabila masih bisa dilakukan

Di luar bangunan Hindari objek yang mudah roboh, seperti papan reklame, tiang listrik,

jembatan, gedung, sehingga lebih baik berkumpul di lapangan terbuka, jongkok dan lindungi kepala di lapangan terbuka.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

35

Perhatiakn tempat anda berpijak hindari jika terjdai rekahan tanah Hindari daerah yang mungkin terjadi longsoran Jika tampak tanda tsunami segera lari menuju ketempat yang lebih tinggi,

ikuti jalur evakuasi.

Di dalam kendaraan Jauhi persimpangan, jembatan dan bangunan lainnya Hentikan mobil, keluar, turun, dan menjauhi dari mobil, hindari jika terjadi

pergeseran atau kebakaran

Jika getaran gempa telah berhenti Jangan masuk kedalam bangunan jika kondisinya terdapat kerusakan,

gempa susulan walaupun berkekuatan kecil dapat merobohkan bangunan yang kondisisnya sudah parah.

Periksa lingkungan sekitar anda dari kebocoran pipa gas, kebakaran, terjadi arus pendek listrik, dll.

Perkecil segala hal yang dapat membahayakan (mematikan listik, tidak menyalakan api, dll)

Mendengarkan informasi mealui radio atau media komunikasi lainnya untuk informasi gempa susulan, dll.

Adapun hal-hal yang sebaiknya dilakukan saat gempa bumi terjadi adalah: Bila anda berada di dalam bangunan, dan bila ada kesempatan, segera

keluar menuju tempat terbuka, hati-hati terhadap pecahan kaca atau benda yang jatuh. Jika tidak, jongkok atau tiarap di lantai. Gunakan bangku, meja, atau perlengkapan rumah tangga yang kuat sebagai perlindungan

Menjauhlah dari jendela kaca, perapian, kompor, atau peralatan rumah tangga yang mungkin akan jatuh

Jika malam hari dan anda di tempat tidur, cari tempat yang aman di bawah tempat tidur atau meja yang kuat. Lampu senter sebaiknya selalu tersedia di dekat tempat tidur.

Jika anda di luar, cari tempat terbuka, jauh dari bangunan, pohon tinggi, dan jaringan listrik. Hindari rekahan akibat gempa yang dapat sangat berbahaya.

Jika anda mengemudi, berhentilah jika aman, tapi tetap dalam mobil. Menjauhlah dari jembatan, jembatan layang, atau terowongan.

Jika anda di pegunungan, dekat dengan lereng atau jurang yang rapuh, waspadalah dengan batu atau tanah longsor yang runtuh akibat gempa.

Jika anda di pantai, segeralah berpindah ke daerah yang agak tinggi atau beberapa ratus meter dari pantai. Gempa bumi dapat menyebabkan tsunami.

Adapun hal-hal yang harus dilakukan saat anda dan keluarga terlepas dari bahaya akibat gempa awal : Periksa adanya luka. Setelah menolong diri sendiri, bantu menolong

mereka yang terluka atau terjebak.

Pengurangan Risiko Gempa Bumi

36

Periksa keamanan. Periksa hal-hal berikut setelah gempa: api atau bahaya kebakaran, kebocoran gas, kerusakan saluran listrik dlsb.

Lindungi diri anda dari bahaya tidak langsung. Bantu tetangga yang memerlukan bantuan. Orang tua dan orang cacat

mungkin perlu bantuan tambahan. Pembersihan. Singkirkan barang-barang yang mungkin berbahaya,

termasuk obat-obatan yang tumpah. Waspada dengan gempa susulan. Tetaplah berada jauh dari bangunan. Biarkan jalan bebas rintangan untuk

mobil darurat

3.2.3. Tindakan Sesudah Terjadinya GempaSetelah terjadi bencana, harus dilakukan upaya-upaya untuk menormalkan kembali kehidupan yang mengalami kerusakan. Adapun hal-hal yang harus dilakukan setelah terjadinya bencana gempa bumi ini, antara lain adalah:

a. Rehabilitasi Merupakan upaya langkah yang dilakukan setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum, fasilitas sosial penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian. Rehabilitasi ini dilakukan melalui pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat di wilayah bencana dengan sasaran utama normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan social ekonomi masyarakat pada wilayah bencana. Misalnya, pembersihan jalan yang terisolasi atau tertutup lumpur banjir dan reruntuhan, pembersihan kantor, sekolahan, dan lain-lain.

Gambar 4.1 Rehabilitasi Korban Gempa Bumi

b. Rekonstruksi Merupakan program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial, dan ekonomi untuk mengembalikan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya.

Pembangunan kembali ini dilakukan pada semua aspek, baik sarana dan prasarana, kelembagaan pada wilayah bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial, udaya, tegaknya hukum dan ketertiban dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah bencana.

Kegiatan rekonstruksi yang efektif dan efisien memerlukan lima hal;

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

37

adanya pengakuan pemerintah terhadap kerugian proses pembangunan nasional yang diakibatkan oleh bencana,

adanya penanggung jawab, alokasi dana, dan koordinasi instansi terkait dalam melaksanakan berbagai kegitan rekonstruksi yang diperlukan,

pembangunan saran dan prasarana yang lebih aman sehingga ketahanan terhadap bencana dimasa depan lebih meningkat,

penerapan rancangan bangunan yang tepat dan pembangunan infrastruktur yang lebih baik dan tahan terhadap bencana, serta

pembangunan sarana dan prasaran peredam bencana dimasa mendatang.

c. Pemulihan Pemulihan adalah proses pengembalian kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali sarana dan prasaran pada keadaan semula dengan melakukan upaya memperbaiki prasaran dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dan lain-lain).

d. Bantuan darurat Bantuan darurat merupakan upaya untuk memerikan bantuan berkaitan dengn pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, tempat tinggal sementara, perlindungan, kesehatan, sanitasi, dan air bersih.

e. Tindakan penyelamatan diri

Tindakan untuk penyelamatan diri setelah terjadi gempa bumi adalah:1. Keluar dengan tertib dan hati-hati menuju lokasi yang aman.2. Hindari benda-benda yang berbahaya (runtuhan, pecahan, saluran listrik,

gas, dan lain-lain.3. Periksa jika ada yang terluka (P3K)4. Periksa lingkungan sekitar, waspada terhadap bahaya kebakaran, dan

retakan tanah.5. Dengarkan instruksi dari instansi terkait (via radio)6. Waspadalah terhadap: Gempa susulan, Isu-isu yang menyesatkan, dan

Lingkungan sekitar yang berpotensi menimbulkan bahaya.

Gambar 4.2 Rekonstruksi

Pengurangan Risiko Gempa Bumi

38

f. Perlakuan khusus untuk anak-anakUsahakan agar keluarga tetap berkumpul, tenangkan anak-anak, biarkan anak-anak bercerita tentang pengalaman dan perasaan mereka selam gempa, serta libatkan anak-anak dalam kegiatan pasca gempa.

Goncangan gempa yang sangat dahsyat dapat mengakibatkan gangguan kece-masan pascatrauma (PTSD) yang merujuk pada gangguan psikologis dan luka emosional yang dialami oleh individu yang mengalami suatu peristiwa tragis dan luar biasa (Schiraldi, 2000). Gangguan kecemasan pascatrauma bagi anak yang mengalami bencana gempa bumi dapat dikategorikan sebagai suatu gangguan

kecemasan dengan indikator dan ciri-ciri diagnostik tertentu yang berbeda dengan kecemasan biasa.

Gangguan kecemasan pascatrauma pada anak-anak jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan gangguan:1. Aspek fisik antara lain: suhu badan meninggi, menggigil, badan terasa

lesu, mual-mual, pening, ketidakmampuan menyelesaikan masalah, sesak napas, panik. Aspek emosi, antara lain: hilangnya gairah hidup, ketakutan, dikendalikan emosi, dan merasa rendah diri.

2. Aspek mental antara lain: kebingungan, tidak dapat berkonsentrasi, tidak mampu mengingat dengan baik, tidak dapat menyelesaikan masalah.

3. Aspek perilaku antara lain: sulit tidur, kehilangan selera makan, makan berlebihan, banyak merokok, minum alkohol, menghindar, sering menangis, tidak mampu berbicara, tidak bergerak, gelisah, terlalu banyak gerak, mudah marah, ingin bunuh diri, menggerakkan anggota tubuh secara berulang-ulang, rasa malu berlebihan, mengurung diri, menyalahkan orang lain.

4. Aspek spiritual antara lain: putus asa, hilang harapan, menyalahkan Tuhan, berhenti ibadah, tidak berdaya, meragukan keyakinan, dan tidak tulus, dll.

Gambar 4.3 Perlakuan khusus

4.1. Identifikasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Gempa Bumi

Muatan pendidikan PRB untuk siswa SMP/MTs disusun dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Kepentingan dan kemampuan peserta didik dan lingkungannyaMuatan pendidikan PRB dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki peluang atau kesempatan untuk selamat dan membantu orang lain agar selamat ketika gempa bumi terjadi. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut perlu peningkatan kompetensi/kapasitas peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan, termasuk kearifan lokal yang dimiliki masyarakat dalam lingkungan tersebut. Kegiatan pembelajaran PRB berpusat pada peserta didik.

2. Keragaman risiko bahaya dan karakteristik daerah dan lingkunganSetiap daerah memiliki risiko, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan PRB sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum harus mengakomodir keragaman tersebut yang relevan dengan kebutuhan pendidikan PRB.

3. Kondisi sosial budaya masyarakat setempatPengembangan muatan pendidikan PRB dilakukan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat diperlukan, termasuk kearipan lokal yang ada.

4. Peningkatan kesadaran akan adanya risiko bencana akibat gempa bumiMuatan pendidikan PRB dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan kesadaran siswa akan adanya risiko bahaya gempa. Untuk itu diperlukan pengetahuan dan pemahaman terjadinya gempa bumi, zona gempa bumi, hal-hal yang terjadi ketika dan setelah gempa bumi.

Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Gempa Bumi BAB IV

Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Gempa Bumi

40

5. Peningkatan kompetensi/kapasitas diri agar dapat mengurangi bahaya bencana yang diakibatkan gempa bumi Pendidikan PRB dilakukan secara sistematik dan terpadu dengan pendidikan mata pelajaran lain, untuk meningkatkan kompetensi siswa secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal, agar selamat ketika gempa terjadi. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional, sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik.

6. Menyeluruh dan berkesinambunganSubstansi muatan pendidikan PRB mencakup keseluruhan dimensi kompetensi yang diperlukan, dimensi kognitif, psikomotor dan afektif.

7. Belajar sepanjang hayat Pengembangan muatan pendidikan PRB diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, dirumuskan kompetensi yang nantinya dirumuskan ke dalam indikator, yang harus dikuasai siswa SMP/MTs adalah :

1. Memahami peristiwa gempa bumi dan dampaknya.2. Memahami risiko, bahaya, kerentanan dan kapasitas dirinya. 3. Siap siaga terhadap ancaman gempa bumi Rencana Darurat.4. Mengidentifikasi ancaman, kerentanan dan kapasitas di lingkungan gempa

bumi.5. Memahami jenis ketahanan gedung dan fasilitas sekolah terhadap ancaman

bencana.6. Memahami upaya tanggap darurat sebelum, disaat, setelah gempa bumi

terjadi.

7. Memahami kondisi psikologi anak sebelum, sesaat dan setelah terjadi bencana.

Adapun materi pembelajaran pengurangan risiko gempa untuk setiap jenjang kelas adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Gempa Bumi

MATERI PEMBELAJARAN KELAS

< Peristiwa gempa bumi< Resiko dan bahaya gempa bumi < Dampak gempa bumi

< Kerentanan dan kapasitas bencana< Siap siaga terhadap ancaman gempa bumi sebelum gempa bumi

< Siap siaga terhadap ancaman sesaat gempa bumi< Pengertian resiko, kerentanan, dan kapasitas bencana< Peran fasilitas sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk melindungi diri< Siap siaga terhadap ancaman setelah gempa bumi

< Hubungan antara resiko, bahaya, kerentanan, dan kapasitas< Konstruksi bengunan tahan gempa< Tanda bahaya bencana< Terampil menanggapi tanda bahaya gempa bumi< Siap siaga terhadap ancaman setelah gempa bumi

I SMP

II SMP

III SMP

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana Bumi untuk SMP/MTs

41

MATERI PEMBELAJARAN KELAS

< Peristiwa gempa bumi< Resiko dan bahaya gempa bumi < Dampak gempa bumi

< Kerentanan dan kapasitas bencana< Siap siaga terhadap ancaman gempa bumi sebelum gempa bumi

< Siap siaga terhadap ancaman sesaat gempa bumi< Pengertian resiko, kerentanan, dan kapasitas bencana< Peran fasilitas sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk melindungi diri< Siap siaga terhadap ancaman setelah gempa bumi

< Hubungan antara resiko, bahaya, kerentanan, dan kapasitas< Konstruksi bengunan tahan gempa< Tanda bahaya bencana< Terampil menanggapi tanda bahaya gempa bumi< Siap siaga terhadap ancaman setelah gempa bumi

I SMP

II SMP

III SMP

MATERI PEMBELAJARAN KELAS

< Peristiwa gempa bumi< Resiko dan bahaya gempa bumi < Dampak gempa bumi

< Kerentanan dan kapasitas bencana< Siap siaga terhadap ancaman gempa bumi sebelum gempa bumi

< Siap siaga terhadap ancaman sesaat gempa bumi< Pengertian resiko, kerentanan, dan kapasitas bencana< Peran fasilitas sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk melindungi diri< Siap siaga terhadap ancaman setelah gempa bumi

< Hubungan antara resiko, bahaya, kerentanan, dan kapasitas< Konstruksi bengunan tahan gempa< Tanda bahaya bencana< Terampil menanggapi tanda bahaya gempa bumi< Siap siaga terhadap ancaman setelah gempa bumi

I SMP

II SMP

III SMP

4.2. Pemetaan Indikator Siswa

Kompetensi tersebut dapat dielaborasi ke dalam indikator-indikator sebagai berikut:

Tabel 4.2 Indikator Perilaku Siswa untuk Pembelajaran Pengurangan Risiko Gempa Bumi

KELAS MATERI PEMBELAJARAN INDIKATOR PERILAKU SISWA

KELAS MATERI PEMBELAJARAN INDIKATOR PERILAKU SISWA

Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Gempa Bumi

42

KELAS MATERI PEMBELAJARAN INDIKATOR PERILAKU SISWA

KELAS MATERI PEMBELAJARAN INDIKATOR PERILAKU SISWA

KELAS MATERI PEMBELAJARAN INDIKATOR PERILAKU SISWA

KELAS MATERI PEMBELAJARAN INDIKATOR PERILAKU SISWA

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana Bumi untuk SMP/MTs

43

4.3.Pendekatan Kegiatan Belajar Mengajar

Terapan pendidikan kesiapsiagaan bencana maupun pendidikan bencana, bermuara pada (1) Pemahaman tentang bencana, (2) Pemahaman tentang kerentanan, (3) Pemahaman tentang kerentanan fisik dan fasilitas-fasilitas penting untuk keadaan darurat bencana, dan (4) Sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana.

Tujuan pendidikan pengurangan risiko bencana, dalam pelaksanaan di sekolah perlu dijabarkan menjadi indikator perilaku siswa. Penetapan indikator perilaku siswa dalam pengurangan risiko bencana mempertimbangan beberapa aspek, yaitu:

1. Perkembangan psikologis anak, diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi yang diberikan kepada anak agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan anak dan peristiwa bencana yang dialami oleh anak.

2. Berbasis lingkungan, dengan mengutamakan nilai-nilai kearifan lokal. Ini mempunyai makna bahwa siswa diajak untuk bersahabat dengan alam lingkungan sekitar yang sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal.

3. Mempunyai nilai aplikatif yang tinggi, karena siswa bisa langsung menerapkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang benar-benar diperlukan pada saat bencana maupun tanggap darurat.

Adapun pendekatan yang dapat dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran PRB, agar lebih menyenangkan siswa, sebaiknya digunakan pendekatan cooperative learning dan simulasi, serta pendekatan dan metode lainnya jika diperlukan. Pendidikan pengurangan risiko bencana adalah sebuah proses pembelajran bersama yang bersifat interakitf di tengah masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada. Cakupan pendidikan pengurangan risiko bencana lebih luas daripada pendidikan formal di sekolah dan universitas. Termasuk di dalamnya adalah pengakuan dan penggunaan kearifan tradisional dan pengetahuan terhadap bencana (UN-ISMP/MTsR).

Pengintegrasian materi ajar PRB di dalam kurikulum harus dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan KTSP. Oleh karena itu perlu adanya kajian terhadap mata pelajaran-mata pelajaran yang dapat dikembangkan dengan materi ajar PRB gempa bumi.

5.1. Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi ke dalam Mata Pelajaran.

Tahapan dalam pengintegrasian materi PRB terhadap mata pelajaran di tingkat SMP/MTs sebagai berikut :

1. Identifikasi Materi Pembelajaran tentang Pengurangan Risiko BencanaKonsep mengenai pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran pokok dalam kurikulum, diantaranya: IPA Terpadu, IPS Terpadu, Bahasa Indonesia, Muatan Lokal, dan Penjas Orkes.

2. Analisis Kompetensi Dasar (KD) yang Memungkinkan dapat diintegrasi dengan PRBKompetensi-kompetensi dasar yang terdapat pada KTSP dapat diintegrasikan dengan materi PRB dalam bentuk model KTSP daerah bencana. Model ini disusun sesuai dengan kondisi, kebutuhan, potensi, dan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik di daerah bencana yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan atau referensi bagi satuan pendidikan di daerah lain yang punya karakteristik yang sama.

Setelah kurikulum, bahan ajar sebagai acuan yang lebih operasional dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, merupakan komponen yang sangat berperan dalam memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai bencana dan kesiapsiagaan bencana terhadap warga negara, khsusnya peserta didik.

Melalui bahan ajar yang disusun pada pembelajaran tematik dan di setiap mata pelajaran dapat diintegrasikan mengenai jenis-jenis bencana beserta penyebabnya, usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam menghindari terjadinya beberapa bencana, apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana, dampak yang ditimbulkan oleh bencana dan usaha-usaha yang dalam mengurangi dampak tersebut, apa yang dilakukan setelah bencana itu terjadi, dan lain-lain.

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)BAB V

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

45

3. Menyusun Silabus yang Terintegrasi PRBSilabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar yang diintegrasikan dengan nilai-nilai pengurangan risiko bencana (PRB).

Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

Silabus Integrasi PRB dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing sekolah dan jenis ancaman bencana yang rentan di wilayahnya. Langkah-langkah penyusunan silabus yang mengintegrasikan PRB diantaranya adalah sebagai berikut: Mengkaji dan menentukan standar kompetensi (SK) yang dapat

diintegrasikan dengan PRB. Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar (KD) yang sesuai dengan SK

yang diintegrasikan. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi (dengan mengacu pada

SK dan KD). Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran yang sesuai dengan PRB

gempa bumi. Mengembangkan kegiatan pembelajaran berintegrasi PBR gempa bumi,

seperti penyampaian informasi bahaya gempa, simulasi penyelamatan diri, pertolongan pertama, dan lainnya.

Menentukan Jenis Penilaian. Menentukan Alokasi Waktu. Menentukan Sumber Belajar yang berhubungan dengan PRB gempa

bumi.

4. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)Rencana pembelajaran merupakan langkah awal dari suatu menejemen pembelajaran yang berisi kebijakan strategic tentang pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan. Dalam rencana pembelajaran selalu terdapat komponen yang saling berkaitan yaitu tujuan, bahan ajar, metode/teknik, media, alat evaluasi, dan penjadwalan setiap langkah kegiatan. Komponen-komponen tersebut saling berkaitan dan diintegrasikan dengan nilai-nilai usaha pengurangan risiko bencana (PRB).

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. RPP yang terintegrasi PRB gempa disusun sesuai dengan KD yang relevan dengan materi ajar PRB gempa bumi.

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

46

5.1.1. Identifikasi Mata Pembelajaran tentang Pengurangan Risiko BencanaSetelah dianalisis, ternyata PRB dapat diintegrasikan pada mata pelajaran IPA Terpadu, IPS Terpadu, Bahasa Indonesia dan Pendidikan Jasmani. Pemetaan pelajaran dan nomor KD yang dapat diintegrasikan dengan PRB sebagai berikut.

Tabel 5.1. Identifikasi Mata Pembelajaran Tentang PRB

KELAS MATERI PEMBELAJARAN

Sebelum Bencana Keselamatan kerja. Pencemaran dan kerusakan lingkungan hubungannya dengan aktivitas manusia. Saat Terjadi Bencana Keselamatan kerja

Sebelum Bencana: Tenaga endogen dan tenaga eksogen Faktor-faktor penyebab terjadinya gempa bumiStruktur bumi dan proses gempa bumi Pola pemukiman penduduk

Saat Terjadi Bencana: Gejala diastri�sme dan vulkanisme Kaitan bentang lahan dengan persebaran pemukiman penduduk

Setelah Terjadi Bencana: Kaitan interaksi sosial dengan proses sosial Dampak positif dan negatif dari tenaga endogen dan eksogen bagi kehidupan serta upaya penanggulanggannya

Sebelum Bencana Sepak Bola Bola Voli Bola Basket

Saat Terjadi Bencana-

Setelah Terjadi Bencana Pendidikan luar kelas

Sebelum Bencana Cara menemukan makna kata secara cepat dan implementasinya. Penulisan pengumuman. Penemuan gagasan utama teks. Cara menjelaskan hubungan latar cerpen dengan realitas kehidupan sosial dan implementasinya.

Saat Terjadi Bencana Penyampaian pengumuman

Setelah Terjadi Bencana Penyimpulan berita. Penulisan berita (yang didengarkan). Penyimpulan pikiran, pendapat, dan gagasan seorang tokoh/narasumber yang disampaikan dalam wawancara. Penulisan hal penting/isi wawancara Cara mengubah teks wawancara ke bentuk narasi dan implementasinya.

VII SMP

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

47

KELAS MATERI PEMBELAJARAN

Sebelum Bencana Cara menemukan makna kata secara cepat dan implementasinya. Penulisan pengumuman. Penemuan gagasan utama teks. Cara menjelaskan hubungan latar cerpen dengan realitas kehidupan sosial dan implementasinya.

Saat Terjadi Bencana Penyampaian pengumuman

Setelah Terjadi Bencana Penyimpulan berita. Penulisan berita (yang didengarkan). Penyimpulan pikiran, pendapat, dan gagasan seorang tokoh/narasumber yang disampaikan dalam wawancara. Penulisan hal penting/isi wawancara Cara mengubah teks wawancara ke bentuk narasi dan implementasinya.

Sebelum Bencana Gaya dan pengaruhnya pada benda yang dikenai gaya. Bentuk energi. Hubungan antara tekanan dan luas daerah yang dikenai gaya. Getaran dan gelombang.

Saat Terjadi Bencana Getaran dan gelombang.

Setelah Terjadi Bencana-

Sebelum bencana Letak geogra�s Indonesia Kaitan letak geogra�s dengan iklim dan waktu di Indonesia Unsur-unsur lingkungan biotik, abiotik, dan sosial budaya

Saat bencana Bentuk kerusakan lingkungan hidup dan faktor penyebabnya

Setelah bencana Pengelolaan masalah lingkungan

Sebelum bencana Gempa dan Kesehatan

Saat bencana

Setelah bencana Dampak gempa terhadap kesehatan

VII SMP

VIII SMP

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

48

KELAS MATERI PEMBELAJARAN

Sebelum Bencana Pendeskripsikan tempat atau arah dalam konteks yang sebenarnya sesuai dengan yang tertera dalam denah. Menyimpulkan isi suatu teks dengan membaca cepat 250 kata per menit. Cara menanggapi unsur-unsur pementasan drama dan implementasinya. Bermain peran. Penulisan naskah drama.

Saat Terjadi Bencana Penulisan bahasa petunjuk. Bermain peran.

Setelah Terjadi Bencana Cara berwawancara dan implementa-sinya. Cara menemukan pokok-pokok berita dan implementasinya. Cara mengemukakan kembali berita dan implementasinya.

Sebelum Bencana Peta tentang pola dan bentuk-bentuk muka bumi Diagram bentuk muka bumi daratan dan dasar laut Unsur-unsur �sik dan sosial kawasan asia tenggara

Saat Terjadi Bencana-

Setelah Terjadi Bencana Pola dan bentuk objek geogra�s sesuai dengan bentang alamnya

Sebelum Bencana Bencana alam

Saat Terjadi Bencana Bencana alam

Setelah Terjadi Bencana Budaya hidup sehat

Sebelum Bencana Penyimpulan dialog interaktif. Cara membedakan fakta dan opini serta implementa-sinya. Penulisan iklan baris. Cara meresensi buku pengetahuan dan implementa-sinya. Cara menemukan gagasan dalam wacana dan implementa-sinya. Penyimpulan teks bacaan dengan membaca cepat 300 kata per menit. Penulisan karya tulis

Saat Terjadi Bencana Cara menemukan informasi secara cepat dan implementa-sinya. Menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.

Setelah Terjadi Bencana Penyimpulan dialog interaktif. Cara mengomentari pendapat dalam dialog dan implementa-sinya. Pelaporan berbagai peristiwa. Cara membedakan fakta dan opini serta implementasinya. Menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Cara menemukan gagasan dalam wacana dan implementasi-nya. Penulisan surat pembaca. Penulisan naskah drama berdasarkan peristiwa nyata.

VIII SMP

IX SMP

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

49

KELAS MATERI PEMBELAJARAN

Sebelum Bencana Penyimpulan dialog interaktif. Cara membedakan fakta dan opini serta implementa-sinya. Penulisan iklan baris. Cara meresensi buku pengetahuan dan implementa-sinya. Cara menemukan gagasan dalam wacana dan implementa-sinya. Penyimpulan teks bacaan dengan membaca cepat 300 kata per menit. Penulisan karya tulis

Saat Terjadi Bencana Cara menemukan informasi secara cepat dan implementa-sinya. Menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.

Setelah Terjadi Bencana Penyimpulan dialog interaktif. Cara mengomentari pendapat dalam dialog dan implementa-sinya. Pelaporan berbagai peristiwa. Cara membedakan fakta dan opini serta implementasinya. Menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Cara menemukan gagasan dalam wacana dan implementasi-nya. Penulisan surat pembaca. Penulisan naskah drama berdasarkan peristiwa nyata.

IX SMP

5.1.2. Analisis Kompetensi Dasar (KD) yang dapat diintegrasikanStandar kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap orang dalam mengantisipasi bahaya gempa adalah mampu mengantisipasi sebelum gempa terjadi, bertindak tepat pada saat dan setelah setelah gempa terjadi. Berkaitan dengan hal tersebut, siswa harus dilatih agar memiliki kemampuan dalam melakukan tindakan praktis untuk (1) menyelamatkan diri dari bencana gempa; (2) Berpartisipasi dalam membantu upaya mitigasi bencana gempa.

Di bawah ini terdapat contoh format analisis KD dari beberapa mata pelajaran yang dapat diintegrasikan dengan pendidikan pengurangan risiko bencana gempa bumi.

KELA

SM

ATER

I PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

R PE

RILA

KU

SISW

AM

ATA

PEL

AJA

RAN

SKKD

VII

SMP

Sebe

lum

Ben

cana

K

esel

amat

an k

erja

.

Pen

cem

aran

dan

ker

usak

an li

ngku

ngan

hub

unga

nnya

den

gan

a

ktiv

itas

man

usia

Saat

Ter

jadi

Ben

cana

Ke

sela

mat

an k

erja

Sete

lah

Terj

adi B

enca

na

Sebe

lum

Ben

cana

M

emah

ami l

angk

ah-la

ngka

h

pen

yela

mat

an d

iri s

aat g

empa

.

Men

yada

ri pe

ntin

gnya

men

jaga

ling

kung

an.

Saat

Ter

jadi

Ben

cana

M

ensi

mul

asik

an

k

esel

amat

an d

iri s

aat

te

rjadi

gem

pa

Sete

lah

Terj

adi B

enca

na

IPA

Terp

adu

5. M

emah

ami g

ejal

a-ge

jala

ala

m m

elal

ui p

enga

mat

an.

7. M

emah

ami s

alin

g

ket

erga

n-tu

ngan

dal

am

e

kosi

tem

.

5. M

emah

ami g

ejal

a-ge

jala

ala

m m

elal

ui p

enga

mat

an

5.4

Men

erap

kan

kese

la-

mat

an k

erja

dal

am

mel

akuk

an p

enga

-

m

atan

gej

ala-

geja

la

ala

m.

7.4

Men

gapl

i-kas

ikan

p

eran

man

usia

d

alam

pen

gelo

laan

li

ngku

ngan

unt

uk

men

gata

si p

ence

-

m

aran

dan

ker

usa-

kan

ling

kung

an.

5.4

Men

erap

kan

kese

la-

mat

an k

erja

dal

am

m

elak

ukan

pen

ga-

mat

an g

ejal

a-ge

jala

a

lam

.

Tabe

l 5.2

For

mat

Ana

lisis

KD

dar

i Beb

erap

a M

ata

Pela

jara

n

KELA

SM

ATER

I PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

R PE

RILA

KU

SISW

AM

ATA

PEL

AJA

RAN

SKKD

Sebe

lum

Ben

cana

:

Ten

aga

endo

gen

dan

tena

ga e

ksog

en

Fak

tor-

fakt

or p

enye

bab

terja

diny

a ge

mpa

bum

i

Str

uktu

r bum

i dan

pro

ses

g

empa

bum

i

Pol

a pe

muk

iman

pen

dudu

k

Saat

Ter

jadi

Ben

cana

:

Gej

ala

dias

tri�

sme

dan

vulk

anis

me

K

aita

n be

ntan

g la

han

d

enga

n pe

rseb

aran

pem

ukim

an p

endu

duk

Sete

lah

Terj

adi B

enca

na:

K

aita

n in

tera

ksi s

osia

l

den

gan

pros

es s

osia

l

Dam

pak

posi

tif d

anne

gatif

dar

i ten

agae

ndog

en d

an

e

ksog

en b

agi k

ehid

upan

ser

ta u

paya

pen

angg

ulan

ggan

nya

Sebe

lum

Ben

cana

:

Men

jela

skan

per

beda

an

t

enag

a en

doge

n da

n

eks

ogen

.

Men

yebu

tkan

fact

or-fa

ktor

te

rjadi

nya

gem

pa b

umi

M

enje

lask

an s

truk

tur d

an

pros

es g

empa

bum

i

Men

entu

kan

pola

pe

muk

iman

pen

dudu

k

ya

ng b

aik

Saat

Ter

jadi

Ben

cana

:

Men

yebu

tkan

gej

ala

d

iast

rovi

sme

dan

vula

knis

me

M

enen

tuka

n po

la

p

emuk

iman

yan

g se

suai

den

gan

bent

ang

laha

n.

Sete

lah

Terj

adi B

enca

na:

M

enje

lask

an k

aita

n in

tera

ksi

soci

al d

enga

n pr

oses

soc

ial.

M

enye

butk

an d

ampa

k

po

sitif

dan

neg

ativ

e da

ri

pe

ngar

uh te

naga

eks

ogen

da

n en

doge

n se

rta

upay

a

pe

nang

gula

ngan

nya

IPS

1. M

emah

ami l

ingk

unga

n

keh

idup

an m

anus

ia.

6. m

emah

ami k

egia

tan

e

kono

mi m

asya

raka

t.

1.1

Men

desk

ripsi

kan

ker

agam

an b

entu

k

m

uka

bum

i, pr

oses

pe

mbe

ntuk

an, d

an

dam

pakn

ya

terh

adap

keh

idup

an

6.1

Men

desk

ripsi

kan

pol

a ke

giat

an

eko

nom

i pen

dudu

k,

pen

ggun

aan

laha

n,

dan

pol

a pe

rmuk

i-

m

an b

erda

sark

an

kon

disi

�si

k pe

rmu-

kaa

n bu

mi.

VII

SMP

KELA

SM

ATER

I PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

R PE

RILA

KU

SISW

AM

ATA

PEL

AJA

RAN

SKKD

Sebe

lum

ben

cana

G

empa

dan

Kes

ehat

an

Saat

ben

cana

-

Sete

lah

benc

ana

D

ampa

k ge

mpa

terh

adap

kes

ehat

an

Sebe

lum

ben

cana

M

acam

pen

yaki

t

Pen

yeba

b pe

nyak

it

Gej

ala

peny

akit

M

elak

ukan

pen

cega

han

p

enya

kit

Saat

ben

cana

-

Sete

lah

benc

ana

M

elak

ukan

pen

cega

han

te

rhad

ap p

enya

kit y

ang

m

ungk

in d

iaki

batk

an p

asca

gem

pa b

umi

PEN

JASK

ES13

. Men

erap

kan

buda

ya

hid

up s

ehat

6. M

empr

aktik

an

p

erke

mah

an d

an d

asar

-

das

ar p

enye

lam

atan

di

li

ngku

ngan

sek

olah

, dan

nila

i-nila

i yan

g te

rkan

dung

di d

alam

nya

13.1

Mel

akuk

an id

en-

ti�

kasi

ber

baga

i

p

enya

kit m

enul

ar

yan

g be

rsum

ber

dar

i lin

gkun

gan

tid

ak s

ehat

13.2

Mel

akuk

an c

ara

m

engh

inda

ri

peny

akit

men

ular

ya

ng b

ersu

mbe

r

dari

lingk

unga

n

yang

tida

k se

hat

6.1.

Mem

prak

tikka

n

p

emili

han

tem

pat

yan

g te

pat u

ntuk

m

endi

rikan

tend

a

p

erke

mah

an, m

em-

pra

ktek

kan

tekn

ik

das

ar p

emas

anga

n

t

enda

unt

uk

per

kem

ahan

di

lin

gkun

gan

seca

ra

ber

egu,

ser

ta n

ilai

ker

jasa

ma,

tang

gu-

ngj

awab

dan

teng

gan

g ra

sa

6.2.

Mem

prak

tikka

n

p

enye

lam

atan

dan

P

3K te

rhad

ap je

nis

luka

ring

an s

erta

n

ilai k

erja

sam

a,

tang

gung

jaw

ab

dan

teng

gang

rasa

VII

SMP

KELA

SM

ATER

I PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

R PE

RILA

KU

SISW

AM

ATA

PEL

AJA

RAN

SKKD

Sebe

lum

Ben

cana

C

ara

men

emuk

an

m

akna

kat

a se

cara

cep

at d

an

im

plem

enta

-sin

ya

Pen

ulis

an

p

engu

mum

an.

P

enem

uan

g

agas

an

u

tam

a te

ks.

C

ara

men

jela

skan

hub

unga

n

lata

r cer

pen

d

enga

n re

alita

s

keh

idup

an

s

osia

l dan

impl

emen

ta-s

inya

.

Saat

Ter

jadi

Ben

cana

P

enya

mpa

ian

p

engu

mum

an

Sebe

lum

Ben

cana

M

enje

lask

an m

akna

kat

a ya

ng b

erhu

bung

an

d

enga

n ge

mpa

(ska

la

R

icht

er,

S

eism

ogra

f, Ke

rent

anan

,

dll)

.

Mem

buat

pen

gum

uman

gem

pa.

M

engu

ngka

p-ka

n ga

gasa

n

dar

i tek

s ge

mpa

.

Men

jela

skan

hub

unga

n

kon

disi

geo

gra�

s su

atu

d

aera

h de

ngan

kon

disi

keh

idup

an m

asya

raka

t.

Saat

Ter

jadi

Ben

cana

M

ensi

mul

a-si

kan

p

engu

mum

an

m

enge

nai g

empa

Baha

sa In

done

sia

3. M

emah

ami r

agam

teks

non

sast

ra d

enga

n

ber

baga

i car

a m

emba

ca.

4. M

engu

ng-k

apka

n pi

kira

n

dan

pen

gala

man

dal

am

b

uku

haria

n da

n

sur

at p

ribad

i.

11. M

emah

ami w

acan

a

tu

lis

mel

alui

keg

iata

n

m

emba

ca

inte

nsif

dan

mem

baca

m

emin

dai

3.1

Men

emuk

an m

akna

ka

ta te

rten

tu d

alam

ka

mus

sec

ara

cepa

t

da

n te

pat d

enga

n

kont

eks

yang

di

ingi

nkan

mel

alui

ke

giat

an m

emba

ca

mem

inda

i.

4.3

Men

ulis

teks

p

engu

mum

an

den

gan

baha

sa

yan

g ef

ektif

, bai

k,

dan

ben

ar.

11.2

Men

emuk

an

ga

gasa

n ut

ama

da

lam

teks

.

VII

SMP

KELA

SM

ATER

I PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

R PE

RILA

KU

SISW

AM

ATA

PEL

AJA

RAN

SKKD

Sete

lah

Terj

adi B

enca

na

Pen

yim

pula

n be

rita.

P

enul

isan

ber

ita

(y

ang

d

iden

gark

an).

P

enyi

mpu

lan

piki

ran,

pen

dapa

t, da

n

gag

asan

seo

rang

toko

h/na

rasu

mbe

r

yan

g

dis

ampa

ikan

dal

am

w

awan

cara

.

Pen

ulis

an h

al

p

entin

g/is

i

waw

anca

ra.

C

ara

men

guba

h

teks

waw

anca

ra

k

e be

ntuk

nar

asi d

an

im

plem

enta

si-n

ya.

Sete

lah

Terj

adi B

enca

na

Men

yim

pulk

an b

erita

tent

ang

gem

pa.

M

enul

iska

n be

rita

gem

pa.

M

enyi

mpu

lkan

pik

iran,

pen

dapa

t, da

n ga

gasa

n

seo

rang

toko

h/na

rasu

mbe

r

yan

g di

sam

paik

an d

alam

waw

anca

ra m

enge

nai

ge

mpa

.

Men

ulis

kan

hal p

entin

g

men

gena

i gem

pa.

M

enyu

sun

nara

si m

enge

nai

g

empa

ber

dasa

rkan

teks

waw

anca

ra.

Baha

sa In

done

sia

14. M

engu

ng-k

apka

n

ta

ngga

pan

terh

adap

pem

baca

an

cerp

en.

2. M

engu

ng-k

apka

n

pen

gala

man

dan

info

rmas

i mel

alui

keg

iata

n

ber

cerit

a da

n

men

yam

pai-k

an

p

engu

-mum

an.

1. M

emah

ami w

acan

a lis

an

m

elal

ui k

egia

tan

m

ende

ngar

-

kan

ber

ita.

9. M

emah

ami w

acan

a

lisa

n da

lam

keg

iata

n w

awan

cara

.

12. M

engu

ng-k

apka

n

b

erba

gai

info

rmas

i dal

am

ben

tuk

nara

si

d

an p

esan

sin

gkat

.

14.2

Men

jela

skan

hubu

ngan

lata

r

suat

u ce

rpen

deng

an

re

alita

s so

sial

.2.

2 M

enya

mpa

ikan

p

engu

mum

an

den

gan

into

nasi

y

ang

tepa

t ser

ta

men

ggun

akan

ka

limat

-kal

imat

ya

ng lu

gas

dan

sede

rhan

a.1.

1 M

enyi

mpu

lkan

is

i ber

ita y

ang

dib

acak

an d

alam

b

eber

apa

kal

imat

.1.

2 M

enul

iska

n

k

emba

li b

erita

y

ang

diba

caka

n

k

e da

lam

b

eber

apa

kalim

at.

9.1

Men

yim

pulk

an

pik

iran,

pen

dapa

t,

d

an g

agas

an

seo

rang

toko

h/

n

aras

umbe

r yan

g

d

isam

paik

an d

alam

w

awan

cara

.9.

2. M

enul

iska

n de

ngan

s

ingk

at h

al-h

al

pen

ting

yang

d

ikem

ukak

an

nar

asum

ber d

alam

w

awan

cara

.12

.1 M

engu

bah

teks

waw

anca

ra

m

enja

di n

aras

i.

VII

SMP

KELA

SM

ATER

I PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

R PE

RILA

KU

SISW

AM

ATA

PEL

AJA

RAN

SKKD

VIII

SM

PSe

belu

m B

enca

na G

aya

dan

peng

aruh

nya

p

ada

bend

a ya

ng

d

iken

ai g

aya.

B

entu

k en

ergi

.

Hub

unga

n an

tara

teka

nan

d

an lu

as d

aera

h ya

ng

d

iken

ai g

aya.

G

etar

an d

an g

elom

bang

.

Saat

Ter

jadi

Ben

cana

G

etar

an d

an g

elom

bang

.

Sete

lah

Terj

adi B

enca

na

Sebe

lum

Ben

cana

M

emah

ami g

aya

dan

p

enga

ruhn

ya p

ada

daer

ah

yan

g di

kena

i gay

a.

Mem

aham

i ben

tuk

ener

gi

y

ang

terk

andu

ng d

alam

bum

i (ya

ng m

emun

gkin

kan

t

erja

diny

a ge

mpa

).

Men

emuk

an h

ubun

gan

a

ntar

a te

kana

n da

n lu

as

d

aera

h ya

ng d

iken

ai g

aya

m

elal

ui p

erco

baan

.

Mem

aham

i bah

wa

gem

pa

m

erup

akan

con

toh

dari

g

etar

an d

an g

elom

bang

.

Saat

Ter

jadi

Ben

cana

M

embu

at a

lat g

empa

min

i

ber

dasa

rkan

prin

sip

geta

ran

da

n ge

lom

bang

.

Sete

lah

Terj

adi B

enca

na

IPA

Terp

adu

5.M

emah

ami p

eran

an u

saha

,

gaya

, dan

ene

rgi d

alam

kehi

dupa

n se

hari-

hari.

6. M

emah

ami k

onse

p da

n

pen

erap

an g

etar

an,

g

elom

bang

dan

opt

ika

d

alam

pro

duk

tekn

olog

i

seh

ari-h

ari.

6. M

emah

ami k

onse

p da

n

pen

erap

an g

etar

an,

g

elom

bang

dan

opt

ika

d

alam

pro

duk

tekn

olog

i

seh

ari-h

ari.

5.1

Men

gide

nti�

kasi

je

nis-

jeni

s ga

ya,

pen

jum

laha

n ga

ya

dan

pen

garu

hnya

p

ada

suat

u be

nda

yan

g di

kena

i gay

a.5.

3 M

enje

lask

an

hub

unga

n be

ntuk

e

nerg

i dan

per

uba-

han

nya,

prin

sip

“usa

ha d

an e

nerg

i”

s

erta

pen

erap

anny

a

d

alam

keh

idup

an

seh

ari-h

ari.

5.5

Men

yelid

iki t

ekan

an

pada

ben

da p

adat

,

ca

ir, d

an g

as s

erta

pe

nera

pann

ya

dala

m k

ehid

upan

se

hari-

hari.

6.1

“Men

des-

krip

sika

n”

kon

sep

geta

ran

dan

gel

omba

ng s

erta

p

aram

eter

-

p

aram

eter

nya

6.1

Men

desk

ripsi

kan

kon

sep

geta

ran

dan

gel

omba

ng s

erta

p

aram

eter

-

p

aram

eter

nya

KELA

SM

ATER

I PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

R PE

RILA

KU

SISW

AM

ATA

PEL

AJA

RAN

SKKD

Sebe

lum

ben

cana

Le

tak

geog

ra�s

Indo

nesi

a

Kai

tan

leta

k ge

ogra

�s

d

enga

n ik

lim d

an w

aktu

di I

ndon

esia

U

nsur

-uns

ur li

ngku

ngan

bio

tik, a

biot

ik, d

an s

osia

l

bud

aya

Saat

ben

cana

Be

ntuk

ker

usak

an

lin

gkun

gan

hidu

p da

n

fakt

or p

enye

babn

ya

Sete

lah

benc

ana

Pe

nang

gula

ngan

mas

alah

ling

kung

an

Sebe

lum

ben

cana

M

enje

lask

an le

tak

geog

ra�s

Indo

nesi

a

Men

yebu

tkan

hub

unga

n

let

ak g

eogr

a�s

deng

an ik

lim

d

an w

aktu

Indo

nesi

a

Men

ulis

kan

unsu

re-u

nsur

bio

tic d

an a

biot

ik d

an

s

osia

l bud

aya.

Saat

ben

cana

M

enul

iska

n be

ntuk

-ben

tuk

k

erus

akan

ling

kung

an h

idup

dan

fact

or p

enye

babn

ya.

Sete

lah

benc

ana

M

enye

butk

an c

ara

p

enan

ggul

anga

n da

n

pen

gura

ngan

resi

koris

iko

a

kiba

t ker

usak

an d

an

b

enca

na a

lam

.

IPS

1. m

emah

ami p

erm

asal

ahan

sos

ial b

erka

itan

deng

an

p

ertu

mbu

han

jum

lah

p

endu

duk.

1.1

Men

desk

ripsi

kan

kon

disi

�si

k w

ilaya

h

d

an p

endu

duk

1.3

Men

desk

ripsi

kan

per

mas

alah

an

ling

kung

an h

idup

d

an u

paya

p

enan

ggul

anga

-

n

nya

dala

m

pem

bang

unan

b

erke

lanj

utan

VIII

SM

P

KELA

SM

ATER

I PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

R PE

RILA

KU

SISW

AM

ATA

PEL

AJA

RAN

SKKD

Sebe

lum

ben

cana

G

empa

dan

Kes

ehat

an

Saat

ben

cana

- Sete

lah

benc

ana

D

ampa

k ge

mpa

terh

adap

kes

ehat

an

Sebe

lum

ben

cana

M

acam

pen

yaki

t

Peny

ebab

pen

yaki

t

Gej

ala

peny

akit

M

elak

ukan

pen

cega

han

pe

nyak

it

Saat

ben

cana

- Sete

lah

benc

ana

M

elak

ukan

pen

cega

han

te

rhad

ap p

enya

kit y

ang

m

ungk

in d

iaki

batk

an

pa

sca

gem

pa b

umi

PEN

JASK

ES13

. Men

erap

kan

buda

ya

hid

up s

ehat

13.1

Mel

akuk

an id

en-

ti�

kasi

ber

baga

i

peny

akit

men

ular

ya

ng b

ersu

mbe

r

dari

lingk

unga

n

tidak

seh

at

13.2

Mel

akuk

an c

ara

m

engh

inda

ri

peny

akit

men

ular

yang

ber

sum

ber

da

ri lin

gkun

gan

ya

ng ti

dak

seha

t

VIII

SM

P

KELA

SM

ATER

I PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

R PE

RILA

KU

SISW

AM

ATA

PEL

AJA

RAN

SKKD

Sebe

lum

Ben

cana

P

ende

skrip

-sik

an te

mpa

t

ata

u ar

ah d

alam

kon

teks

yan

g se

bena

rnya

ses

uai

de

ngan

yan

g te

rter

a da

lam

dena

h.

Men

yim

pulk

an is

i sua

tu

te

ks d

enga

n m

emba

ca

c

epat

250

kat

a pe

r men

it.

Cara

men

angg

api u

nsur

-

unsu

r pem

enta

san

dram

a

dan

impl

emen

ta-s

inya

.

Berm

ain

pera

n.

Pen

ulis

an n

aska

h dr

ama.

Sebe

lum

Ben

cana

M

ende

skrip

-sik

an p

oten

si

g

empa

di d

enah

.

Men

yim

puka

n te

ks

m

enge

nai g

empa

.

Mem

pela

jari

pros

edur

pen

yela

mat

an d

iri s

aat

g

empa

ber

dasa

rkan

pem

enta

san

dram

a.

Mem

aham

i pro

sedu

r

pen

yela

mat

an d

iri s

aat

g

empa

mel

alui

per

an.

M

enul

iska

n na

skah

dra

ma

te

ntan

g ge

mpa

dan

pro

sedu

r

pen

yela

mat

an d

iri.

Baha

sa In

done

sia

3. M

emah

ami r

agam

wac

ana

tulis

den

gan

m

emba

ca

m

emin

dai,

mem

baca

cep

at.

5. M

enga

pre-

sias

i

pem

enta

san

dram

a.6.

Men

gung

-kap

kan

p

ikira

n da

n pe

rasa

an

d

enga

n be

rmai

n pe

ran.

3.2

Men

desk

ripsi

kan

tem

pat a

tau

arah

d

alam

kon

teks

yan

g

s

eben

arny

a se

suai

d

enga

n ya

ng

tert

era

dala

m

den

ah.

3.3

Men

yim

pulk

an is

i

s

uatu

teks

den

gan

mem

baca

cep

at

250

kata

per

men

it.5.

1 M

enan

ggap

i uns

ur

pem

enta

san

nask

ah

d

ram

a6.

1 Be

rmai

n pe

ran

sesu

ai d

enga

n

na

skah

yan

g di

tulis

si

swa.

6.2

Berm

ain

pera

n

d

enga

n ca

ra

impr

ovis

asi s

esua

i

de

ngan

ker

angk

a

na

skah

yan

g di

tulis

ol

eh s

isw

a.

VIII

SM

P

KELA

SM

ATER

I PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

R PE

RILA

KU

SISW

AM

ATA

PEL

AJA

RAN

SKKD

Saat

Ter

jadi

Ben

cana

P

enul

isan

bah

asa

petu

njuk

.

Ber

mai

n pe

ran.

Saat

Ter

jadi

Ben

cana

M

enul

iska

n pe

tunj

uk-

p

etun

juk

peny

elam

atan

gem

pa.

M

emai

nkan

per

an

p

enye

lam

atan

diri

dar

i

gem

pa b

umi.

6. M

engu

ngka

pkan

pik

iran

d

an p

eras

aan

mel

alui

keg

iata

n m

enul

is k

reat

if

nas

kah

dram

a.2.

Men

gung

-kap

kan

in

form

asi d

alam

ben

tuk

la

pora

n, s

urat

din

as,

da

n pe

tunj

uk6.

Men

gung

-kap

kan

p

ikira

n da

n pe

rasa

an

d

enga

n be

rmai

n pe

ran.

2. M

egun

gkap

ber

baga

i

inf

orm

asi m

elal

ui

w

awan

cara

dan

pre

sent

asi l

apor

an.

8.1

Men

ulis

kre

atif

nask

ah d

ram

a sa

tu

ba

bak

deng

an m

em-

perh

atik

an

keas

lian

ide.

8.2

Men

ulis

kre

atif

nas

kah

dram

a sa

tu

bab

ak d

enga

n

m

empe

rhat

ikan

k

aida

h pe

nulis

an

nas

kah

dram

a.4.

3 M

enul

is p

etun

juk

mel

akuk

an s

esua

tu

den

gan

urut

an y

ang

tepa

t dan

m

engg

unak

an

bah

asa

yang

efe

ktif

VIII

SM

PBa

hasa

Indo

nesi

a

KELA

SM

ATER

I PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

R PE

RILA

KU

SISW

AM

ATA

PEL

AJA

RAN

SKKD

C

ara

berw

awan

cara

dan

impl

emen

ta-s

inya

.

Car

a m

enem

ukan

pok

ok-

p

okok

ber

ita d

an

im

plem

enta

-sin

ya.

C

ara

men

gem

ukak

an

k

emba

li be

rita

dan

im

plem

enta

siny

a.

Sete

lah

Terj

adi B

enca

na

Men

yusu

n w

awan

cara

berd

asar

kan

peris

tiwa

ge

mpa

yan

g te

rjadi

.

Men

gung

kap-

kan

poko

k-

pok

ok b

erita

men

gena

i

gem

pa.

M

enge

muk

a-ka

n ke

mba

li

ber

ita m

enge

nai g

empa

9. M

emah

ami i

si b

erita

rad

io/t

elev

isi

6.1

Berm

ain

pera

n

s

esua

i den

gan

nas-

kah

yan

g di

tulis

s

isw

a.6.

2 Be

rmai

n pe

ran

den

gan

cara

im

prov

isas

i ses

uai

deng

an k

eran

gka

nask

ah y

ang

ditu

lis

oleh

sis

wa.

2.1

Berw

awan

cara

d

enga

n

n

aras

umbe

r dar

i

b

erba

gai k

alan

gan

den

gan

perh

atik

an

etik

a

b

erw

awan

cara

.9.

1 M

enem

ukan

pok

ok-

pok

ok b

erita

(apa

,

si

apa,

men

gapa

,

di

man

a, k

apan

, dan

ba

gaim

ana)

yan

g

di

deng

ar a

tau

dito

nton

mea

lui

radi

o/te

levi

si.

9.2

Men

gem

ukak

an

kem

bali

berit

a ya

ng

d

iden

gar/

dito

nton

mel

alui

radi

o/ te

levi

si

VIII

SM

PBa

hasa

Indo

nesi

a

KELA

SM

ATER

I PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

R PE

RILA

KU

SISW

AM

ATA

PEL

AJA

RAN

SKKD

IX S

MP

Sebe

lum

Ben

cana

Saat

Ter

jadi

Ben

cana

Sete

lah

Terj

adi B

enca

na

Sebe

lum

Ben

cana

Saat

Ter

jadi

Ben

cana

Sete

lah

Terj

adi B

enca

na

IPA

Terp

adu

Sebe

lum

Ben

cana

P

eta

tent

ang

pola

dan

ben

tuk-

bent

uk m

uka

bum

i

Dia

gram

ben

tuk

muk

a

bum

i dar

atan

dan

das

ar la

ut

Uns

ur-u

nsur

�si

k da

n

sosi

al k

awas

an

as

ia te

ngga

ra

Saat

Ter

jadi

Ben

cana

- Sete

lah

Terj

adi B

enca

na

Pol

a da

n be

ntuk

obj

ek

g

eogr

a�s

sesu

ai d

enga

n

ben

tang

ala

mny

a

Sebe

lum

Ben

cana

M

enul

iska

n pe

ta te

ntan

g

pol

a da

n be

ntuk

-ben

tuk

m

uka

bum

i

Men

ggam

bark

an d

iagr

am

b

entu

k m

uka

bum

i dar

atan

dan

dasa

r lau

t

Saat

Ter

jadi

Ben

cana

- Sete

lah

Terj

adi B

enca

na

Men

yebu

tkan

pol

a da

n

ben

tuk

obje

k ge

ogra

�s

s

esua

i den

gan

bent

ang

alam

IPS

5. M

emah

ami h

ubun

gan

m

anus

ia d

enga

n bu

mi,

5.3

Men

desk

ripsi

kan

pem

bagi

an

per

muk

aan

bum

i

a

tas

benu

a da

n

s

amud

era.

KELA

SM

ATER

I PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

R PE

RILA

KU

SISW

AM

ATA

PEL

AJA

RAN

SKKD

IX S

MP

Sebe

lum

Ben

cana

Benc

ana

alam

Saat

Ter

jadi

Ben

cana

Benc

ana

alam

Sete

lah

Terj

adi B

enca

na

Buda

ya h

idup

seh

at

Sebe

lum

Ben

cana

M

elak

ukan

iden

ti�ka

si je

nis

b

enca

na

Mel

akuk

an id

enti�

kasi

pen

yeba

b be

ncan

a

Mel

akuk

an p

ence

gaha

n

dan

pen

angg

ulan

gan

b

enca

na a

lam

Saat

Ter

jadi

Ben

cana

M

empr

aktik

kan

cara

men

ghad

api b

erba

gai

b

enca

na te

ruta

ma

gem

pa

b

umi m

elal

ui s

imul

asi

Sete

lah

Terj

adi B

enca

na

Mel

akuk

an tr

aum

a he

alin

g

dan

reko

nstr

uksi

pas

ca

ge

mpa

bum

i

PEN

JASK

ES13

. Men

erap

kan

buda

ya

hid

up s

ehat

13.1

Mem

prak

tikan

iden

ti�ka

si b

ahay

a

benc

ana

alam

13.2

Mem

prak

tikan

c

ara

men

ghad

api

ber

baga

i

b

enca

ala

m

Sebe

lum

Ben

cana

P

enyi

mpu

lan

dial

og

in

tera

ktif.

C

ara

mem

beda

kan

fakt

a da

n op

ini s

erta

impl

emen

ta-s

inya

.

Pen

ulis

an ik

lan

baris

.

Car

a m

eres

ensi

buk

u

pen

geta

huan

dan

impl

emen

ta-s

inya

.

Car

a m

enem

ukan

gag

asan

d

alam

wac

ana

dan

im

plem

enta

-sin

ya.

P

enyi

mpu

lan

teks

bac

aan

de

ngan

mem

baca

cep

at

300

kat

a pe

r men

it.

Pen

ulis

an k

arya

tulis

Sebe

lum

Ben

cana

M

enyi

mpu

lkan

dia

log

i

nter

aktif

tent

ang

gem

pa.

M

embe

daka

n fa

kta

dan

o

pini

men

gena

i per

istiw

a

gem

pa.

M

enul

iska

n ik

lan

baris

men

gena

i pot

ensi

dan

dam

pak

benc

ana

gem

pa

d

aera

h ya

ng d

iting

gali.

M

enul

iska

n re

sens

i buk

u

pen

geta

huan

men

gena

i

gem

pa.

M

enul

iska

n ga

gasa

n da

lam

wac

ana

gem

pa.

M

enyi

mpu

lkan

teks

men

gena

i gem

pa.

M

embu

at k

arya

tulis

ber

tem

akan

gem

pa

Baha

sa In

done

sia

1. M

emah

ami d

ialo

g

inte

rakt

if pa

da ta

yang

an

te

levi

si/ s

iara

n ra

dio.

3. M

emah

ami r

agam

wac

ana

tu

lis d

enga

n m

emba

ca

in

tens

if da

n m

emba

ca

m

emin

dai.

4. M

engu

ngka

pkan

info

rmas

i dal

am b

entu

k

ikla

n ba

ris, r

esen

si, d

an

k

aran

gan

1.1

Men

yim

pulk

an is

i

d

ialo

g in

tera

ktif

bebe

rapa

na

rasu

mbe

r pad

a

ta

yang

an te

levi

si/

siar

an ra

dio.

3.1

Mem

beda

kan

anta

ra fa

kta

dan

opin

i dal

am te

ks

ikla

n di

sur

at k

abar

m

elal

ui k

egia

tan

mem

baca

inte

nsif.

4.1

Men

ulis

ikla

n ba

ris

deng

an b

ahas

a ya

ng

sing

kat,

pada

t dan

je

las.

4.2

Mer

esen

si b

uku

peng

etah

uan.

KELA

SM

ATER

I PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

R PE

RILA

KU

SISW

AM

ATA

PEL

AJA

RAN

SKKD

Saat

Ter

jadi

Ben

cana

C

ara

men

emuk

an

in

form

asi s

ecar

a ce

pat

da

n im

plem

enta

-sin

ya.

M

enul

is c

erita

pen

dek

b

erto

lak

dari

peris

tiwa

y

ang

pern

ah d

iala

mi

Sete

lah

Terj

adi B

enca

na

Pen

yim

pula

n di

alog

inte

rakt

if.

Car

a m

engo

men

tari

p

enda

pat d

alam

dia

log

da

n im

plem

enta

-sin

ya.

P

elap

oran

ber

baga

i

per

istiw

a.

Car

a m

embe

daka

n fa

kta

d

an o

pini

ser

ta

im

plem

enta

siny

a.

Men

ulis

cer

ita p

ende

k

ber

tola

k da

ri pe

ristiw

a

yan

g pe

rnah

dia

lam

i.

Car

a m

enem

ukan

gag

asan

dal

am w

acan

a da

n

impl

emen

tasi

-nya

.

Pen

ulis

an s

urat

pem

baca

.

Penu

lisan

nas

kah

dram

a

berd

asar

kan

peris

tiwa

nyat

a

Saat

Ter

jadi

Ben

cana

M

enya

dari

info

rmas

i

men

gena

i gem

pa d

an

m

engi

nfor

mas

ikan

nya.

M

enul

iska

n ce

rita

pend

ek

m

enge

nai g

empa

ber

dasa

rkan

per

istiw

a

yan

g pe

rnah

dia

lam

i.

Sete

lah

Terj

adi B

enca

na

Men

yim

pulk

an d

ialo

g

int

erak

tif m

enge

nai p

eris

tiwa

g

empa

dan

dam

pakn

ya

p

ada

lingk

unga

n.

Men

gom

enta

ri pe

ndap

at

m

enge

nai g

empa

.

Mel

apor

kan

peris

tiwa

gem

pa.

M

embe

daka

n fa

kta

dan

opin

i

per

istiw

a ge

mpa

.

Men

ulis

kan

cerit

a pe

ndek

men

gena

i dap

ak p

eris

tiwa

g

empa

ber

tola

k da

ri pe

ristiw

a

yan

g pe

rnah

dia

lam

i.

Men

ulis

kan

gaga

san

wac

ana

m

enge

nai d

ampa

k ge

mpa

.

Men

ulis

kan

sura

t pem

baca

yan

g be

rhub

unga

n de

ngan

peris

tiwa

gem

pa.

M

enul

iska

n na

skah

dra

ma

b

erda

sark

an p

eris

tiwa

gem

pa.

Baha

sa In

done

sia

12. M

engu

ngka

pkan

pik

iran,

p

eras

aan,

dan

info

rmas

i

d

alam

ben

tuk

kary

a

il

mia

h se

derh

ana,

teks

p

idat

o, s

urat

Mem

aham

i rag

am w

acan

a

tulis

den

gan

mem

baca

inte

nsif

dan

mem

baca

mem

inda

i.8.

Men

gung

kapk

an k

emba

li

pik

iran,

per

asaa

n, d

an

p

enga

lam

an d

alam

cer

ita

p

ende

k.1.

Mem

aham

i dia

log

in

tera

ktif

pada

taya

ngan

tele

visi

/ sia

ran

radi

o.2.

Men

gung

kapk

an p

ikira

n,

p

eras

aan,

dan

info

rmas

i

dal

am b

entu

k ko

men

tar

d

an la

pora

n.3.

Mem

aham

i rag

am w

acan

a

tulis

den

gan

mem

baca

inte

nsif

dan

mem

baca

mem

inda

i.8.

Men

gung

kapk

an k

emba

li

pik

iran,

per

asaa

n, d

an

p

enga

lam

an d

alam

cer

ita

p

ende

k

12.1

Men

ulis

kar

ya tu

lis

s

eder

hana

den

gan

m

engg

una-

kan

be

rbag

ai s

umbe

r.12

.3 M

enul

is s

urat

pem

baca

tent

ang

lin

gkun

gan

se

kola

h.3.

2 M

enem

ukan

in

form

asi y

ang

dip

erlu

kan

seca

ra

cep

at d

an te

pat

dar

i ind

eks

buku

m

elal

ui k

egia

tan

mem

baca

m

emin

dai.

8.2

Men

ulis

cer

ita

pen

dek

bert

olak

d

ari p

eris

tiwa

yang

p

erna

h di

alam

i.

IX S

MP

KELA

SM

ATER

I PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

R PE

RILA

KU

SISW

AM

ATA

PEL

AJA

RAN

SKKD

Baha

sa In

done

sia

11. M

emah

ami r

agam

w

acan

a tu

lis e

ngan

m

emba

ca e

kste

nsif,

m

emba

ca in

tens

if, d

an

mem

baca

cep

at.

12. M

engu

ng-k

apka

n pi

kira

n,

per

asaa

n, d

an in

form

asi

dal

am b

entu

k ka

rya

ilm

iah

sede

rhan

a, te

ks

pid

ato,

sur

at.

16. M

enul

is n

aska

h dr

ama.

1.1

Men

yim

pulk

an is

i

d

ialo

g in

tera

ktif

beb

erap

a

n

aras

umbe

r pad

a

ta

yang

an te

levi

si/

sia

ran

radi

o.1.

2 M

engo

men

tari

pend

apat

na

rasu

mbe

r dal

am

dial

og in

tera

ktif

pada

taya

ngan

te

levi

si/s

iara

n ra

dio.

2.2

Mel

apor

kan

sec

ara

lisa

n be

rbag

ai

per

istiw

a de

ngan

m

engg

unak

an

kal

imat

yan

g je

las.

3.2

Men

emuk

an

info

rmas

i yan

g

di

perlu

kan

seca

ra

cepa

t dan

tepa

t dar

i

in

deks

buk

u m

elal

ui

kegi

atan

mem

baca

m

emin

dai.

8.2

Men

ulis

cer

ita

pen

dek

ber

tola

k da

ri

p

eris

tiwa

yan

g pe

rnah

d

iala

mi.

1.1

Men

yim

pulk

an is

i

d

ialo

g in

tera

ktif

beb

erap

a

n

aras

umbe

r

p

ada

taya

ngan

te

levi

si/

sia

ran

radi

o.12

.3 M

enul

is s

urat

pem

baca

tent

ang

lin

gkun

gan

seko

lah.

16.2

Men

ulis

nas

kah

dr

ama

bera

sark

an

pe

ristiw

a ny

ata.

IX S

MP

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

65

5.1.3. Penyusunan Silabus Mata Pelajaran TerintegrasiSilabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat komponen yang harus dikembangkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik dan lingkungannya. Komponen tersebut terdiri atas Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Silabus harus menjawab pertanyaan kompetensi apa yang harus dicapai anak? Bagaimana cara mencapainya? Dan bagaimana cara menilai ketercapaian kompetensi itu?

Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan. Tabel dibawah ini merupakan contoh-contoh silabus integrasi pengurangan risiko gempa bumi untuk beberapa mata pelajaran.

Tabe

l 5.3

Sila

bus

Inte

gras

i Pen

gura

ngan

Ris

iko

Gem

pa B

umi

Unt

uk M

ata

Pela

jara

n IP

S Ke

las V

II Se

mes

ter 1

Mod

el S

ilabu

s In

tegr

asi P

endi

dika

n Pe

ngur

anga

n Ri

siko

Gem

pa B

umi D

alam

Mat

a Pe

laja

ran

Seko

lah

: SM

P…Ke

las

: V

II (t

ujuh

)M

ata

Pela

jara

n

: Ilm

u Pe

nget

ahua

n So

sial

Sem

este

r

: 1

(sat

u)

KOM

PETE

NSI

DA

SAR

MAT

ERI

POKO

KKE

GIA

TAN

PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

RPE

NIL

AIA

NSU

MBE

R/BA

HA

N/

ALA

TA

LOK

ASI

WA

KTU

1.1

Men

desk

ripsi

kan

ker

agam

an

ben

tuk

muk

a

b

umi,

pros

es

pem

bent

ukan

,

d

an d

ampa

knya

te

rhad

ap

keh

idup

an

Tena

ga E

ndog

en

dan

Tena

gaEk

soge

n

Gej

ala

dias

trop

ism

e da

n vu

lkan

ism

e

Fakt

or-fa

ktor

pe

nyeb

ab

terja

diny

a ge

mpa

bu

mi

Jeni

s-je

nis

batu

an

Pros

es p

elap

ukan

ben

tuka

n di

mka

bum

i yan

g m

erup

akan

has

il da

ri te

naga

g

eolo

gi

ge

jala

-gej

ala

dias

trop

ism

e

dan

vulk

anis

me

gu

nung

api

di I

ndon

esia

pen

yeba

b te

rjadi

nya

gem

pa

bum

i

mel

alui

gam

bar d

an b

atua

n y

ang

ada

di li

ngku

ngan

sek

itar

12 JP

en

doge

n ya

ng m

enye

babk

an

terja

diny

a be

ntuk

muk

a bu

mi

dia

stro

pism

e da

n vu

lkan

ism

e s

erta

seb

aran

tipe

gun

ung

api

pen

yeba

b te

rjadi

nya

gem

pa

bum

i dan

aki

bat y

ang

diti

mbu

lkan

nya

ber

dasa

rkan

pro

ses

pem

bent

ukan

nya

pel

apuk

an

St

anda

r Kom

pete

nsi

: 1

. M

emah

ami l

ingk

unga

n ke

hidu

pan

man

usia

.

KOM

PETE

NSI

DA

SAR

MAT

ERI

POKO

KKE

GIA

TAN

PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

RPE

NIL

AIA

NSU

MBE

R/BA

HA

N/

ALA

TA

LOK

ASI

WA

KTU

1.1

Men

desk

ripsi

kan

ker

agam

an

ben

tuk

muk

a

b

umi,

pros

es

pem

bent

ukan

,

d

an d

ampa

knya

te

rhad

ap

keh

idup

an

Pros

es e

rosi

dan

pe

nyeb

abny

a

Pros

es

sedi

men

tasi

Dam

pak

posi

tif

dan

nega

tif d

ari

tena

ga e

ndog

en

dan

ekso

gen

bagi

ke

hidu

pan

sert

a up

aya

pen

ang-

gula

ngan

nya.

lin

gkun

gan

seki

tar t

enta

ng

pro

ses

pela

puka

n

ten

tang

ero

si.

has

il pr

oses

sed

imen

tasi

ten

tang

dam

pak

posi

tif d

an

neg

atif

tena

ga e

ndog

en d

an

eks

ogen

bag

i keh

idup

an s

erta

u

paya

pen

angg

ulan

gann

ya

12 JP

dan

fakt

or-fa

ktor

pen

yeba

bnya

, d

ampa

knya

yan

g di

hasi

lkan

ole

h pr

oses

s

edim

enta

si.

pos

itif d

an n

egat

if da

ri te

naga

e

ndog

en d

an e

ksog

en b

agi

keh

idup

an s

erta

upa

ya

pen

angg

ulan

gann

ya.

KOM

PETE

NSI

DA

SAR

MAT

ERI

POKO

KKE

GIA

TAN

PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

RPE

NIL

AIA

NSU

MBE

R/BA

HA

N/

ALA

TA

LOK

ASI

WA

KTU

6.1

Men

desk

ripsi

kan

pol

a ke

giat

an

eko

nom

i

p

endu

duk,

p

engg

unaa

n

la

han,

dan

pol

a

p

erm

ukim

an

ber

dasa

rkan

k

ondi

si �

sik

per

muk

aan

bum

i

Peng

guna

an la

han

Mac

am-m

acam

m

ata

penc

ahar

ian

pend

uduk

Kaita

n be

ntuk

m

uka

bum

i de

ngan

pe

nggu

naan

laha

n

Bent

uk

peng

guna

an la

han

di p

edes

aan

dan

perk

otaa

n.

Pola

per

muk

iman

pe

ndud

uk

(men

giku

ti al

ur

sung

ai, j

alan

dan

pa

ntai

).

Kaita

n be

ntan

g la

han

deng

an

pers

ebar

an

perm

ukim

an

pend

uduk

.

sum

ber a

tau

med

ia b

elaj

ar la

in

ten

tang

mac

am-m

acam

mat

a p

enca

haria

n pe

ndud

uk.

muk

a bu

mi d

enga

n p

engg

unaa

n la

han.

pen

ggun

aan

laha

n di

ped

esaa

n d

an p

erka

otaa

n.

per

muk

iman

pen

dudu

k (

men

giku

ti al

ur s

unga

i, ja

lan,

p

anta

i).

ben

tang

laha

n de

ngan

p

erse

bara

n pe

rmuk

iman

p

endu

duk.

sert

a al

asan

p

endu

duk

berm

ukim

di

sua

tu lo

kasi

.

pen

caha

rian

pend

uduk

(

pert

ania

n, n

on p

erta

nian

).

pen

ggun

aan

laha

n di

p

edes

aan

dan

perk

otaa

n.

per

muk

iman

pen

dudu

k (

men

giku

ti al

ur s

unga

i, ja

lan,

p

anta

i).

(ag

ihan

) per

muk

iman

p

endu

duk

di b

erba

gai

ben

tang

laha

n da

n m

engu

ngka

pkan

ala

san

pen

dudu

k m

emili

h be

rmuk

im

di l

okas

i ter

sebu

t.

lah

an d

enga

n pe

rseb

aran

p

erm

ukim

an p

endu

duk.

6x45

bent

uk m

uka

re

leva

n

Ta

bel 5

.4 S

ilabu

s In

tegr

asi P

engu

rang

an R

isik

o G

empa

Bum

i Unt

uk M

ata

Pela

jara

n IP

S Ke

las V

II Se

mes

ter 2

Se

kola

h

:

SM

P…Ke

las

: V

III (d

elap

an)

Mat

a Pe

laja

ran

:

Ilm

u Pe

nget

ahua

n So

sial

Sem

este

r

:

1 (S

atu)

.

KOM

PETE

NSI

DA

SAR

MAT

ERI

POKO

KKE

GIA

TAN

PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

RPE

NIL

AIA

NSU

MBE

R/BA

HA

N/

ALA

TA

LOK

ASI

WA

KTU

1.2

Men

desk

ripsi

kan

kond

isi �

sik

wila

yah

dan

pend

uduk

Leta

k ge

ogra

�s

Indo

nesi

a (p

osis

i ge

ogra

�s d

an le

tak

geog

ra�s

).

Kaita

n le

tak

geog

ra�s

den

gan

iklim

dan

wak

tu

di In

done

sia

Mus

im d

i In

done

sia.

Pers

ebar

an �

ora

dan

faun

a In

done

sia

dan

kaita

nnya

den

gan

pem

bagi

an

wila

yah

Wal

lace

a da

n W

eber

.

Pers

ebar

an je

nis

tana

h di

Indo

nesi

a.

Pem

anfa

tan

berb

agai

jeni

s ta

nah

di In

done

sia

geo

gra�

s da

n le

tak

geog

ra�s

I

ndon

esia

.

let

ak g

eogr

a�s

deng

an ik

lim

di I

ndon

esia

.

den

gan

wak

tu d

an p

erub

ahan

m

usim

di I

ndon

esia

.

�or

a da

n fa

una

Indo

nesi

a

per

seba

ran

jeni

s ta

nah

di

Ind

ones

ia.

ber

baga

i jen

is ta

nah

di

Ind

ones

ia

(po

sisi

geo

gra�

s, le

tak

geo

gra�

s) In

done

sia

geo

gra�

s de

ngan

per

ubah

an

mus

im d

i Ind

ones

ia

ter

jadi

nya

peru

baha

n m

usim

d

an m

enen

tuka

n bu

lan

ber

lang

sung

nya

mus

im h

ujan

d

an m

usim

kem

arau

di w

ilaya

h I

ndon

esia

.

per

seba

ran

�ora

dan

faun

a

tip

e A

sia,

tipe

Aus

tral

ia s

erta

k

aita

nnya

den

gan

pem

bagi

an

wila

yah

Wal

lace

a da

n W

eber

jen

is ta

nah

dan

pem

anfa

atan

nya

di In

done

sia

6x45

re

leva

n

Stan

dar K

ompe

tens

i

: 1

. mem

aham

i per

mas

alah

an s

osia

l ber

kaita

n de

ngan

per

tum

buha

n ju

mla

h pe

ndud

uk

Tabe

l 5.5

Sila

bus

Inte

gras

i Pen

gura

ngan

Ris

iko

Gem

pa B

umi U

ntuk

Mat

a Pe

laja

ran

Ips

Kela

s VIII

Sem

este

r 1

Seko

lah

:

SMP…

Kela

s

:

IX (s

embi

lan)

Mat

a Pe

laja

ran

: Ilm

u Pe

nget

ahua

n So

sial

Sem

este

r

: 2

(dua

)

KOM

PETE

NSI

DA

SAR

MAT

ERI

POKO

KKE

GIA

TAN

PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

RPE

NIL

AIA

NSU

MBE

R/BA

HA

N/

ALA

TA

LOK

ASI

WA

KTU

15.3

Men

desk

ripsi

kan

pe

mba

gian

perm

ukaa

n

bum

i ata

s

benu

a da

n

sam

uder

a.

6x45

’ t

erbe

ntuk

nya

benu

a.

pos

isi b

enua

-ben

ua d

an

sam

uder

a

ben

ua, m

elip

uti b

enta

ng a

lam

d

an p

endu

duk

mas

ing-

mas

ing

be

nua.

neg

ara

di m

asin

g-m

asin

g k

awas

an b

enua

.

pos

isi,

luas

, dan

ked

alam

an m

asin

g-m

asin

g sa

mud

era.

sam

uder

a

Sam

uder

a :

Pro

ses

pem

bent

ukan

b

enua

-ben

ua.

Pos

isi b

enua

- b

enua

dan

s

amud

era

Kara

kter

istik

be

ntan

g al

am

dan

pend

uduk

di

ben

ua-b

enua

. Co

ntoh

neg

ara-

nega

ra d

i mas

ing-

mas

ing

kaw

asan

be

nua.

Kara

kter

istik

m

asin

g-m

asin

g sa

mud

era.

Fung

si s

amud

era

yan

g re

leva

n.

pe

mbe

ntuk

an b

enua

.

dan

ata

u gl

obe

untu

k

ten

tang

pos

isi b

enua

-ben

ua

dan

sam

uder

a.

mas

ing-

mas

ing

benu

a.

neg

ara

di m

asin

g-m

asin

g k

awas

an b

enua

.

tet

ang

kara

kter

istik

mas

ing-

mas

ing

sam

uder

a.

Stan

dar K

ompe

tens

i : 5

. Mem

aham

i hub

unga

n m

anus

ia d

enga

n bu

mi

Tabe

l 5.6

Sila

bus

Inte

gras

i Pen

gura

ngan

Ris

iko

Gem

pa B

umi U

ntuk

Mat

a Pe

laja

ran

IPS

kela

s IX

Sem

este

r 2

Tabe

l 5.7

Sila

bus

Inte

gras

i Pen

gura

ngan

Ris

iko

Gem

pa B

umi U

ntuk

Mat

a Pe

laja

ran

Pend

idik

an Ja

sman

i, O

lahr

aga

dan

Kese

hata

n ke

las V

II Se

mes

ter 1

Seko

lah

:

SMP…

Kela

s

: V

II (t

ujuh

)M

ata

Pela

jara

n :

Pend

idik

an Ja

sman

i, O

lahr

aga

dan

Kese

hata

nSe

mes

ter

:

1 (s

atu)

KOM

PETE

NSI

DA

SAR

MAT

ERI

POKO

KKE

GIA

TAN

PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

RPE

NIL

AIA

NSU

MBE

R/BA

HA

N/

ALA

TA

LOK

ASI

WA

KTU

1.3

Mem

prak

tikka

n te

knik

das

ar a

tletik

se

rta

nila

i tol

eran

si,

perc

aya

diri,

ke

bera

nian

, men

jaga

ke

sela

mat

an d

iri

dan

oran

g la

in,

bers

edia

ber

bagi

te

mpa

t dan

pe

rala

tan

**)

2x45

’ p

ada

gera

kan

kaki

, len

gan,

p

osis

i bad

an d

an p

enda

rata

n

tel

apak

kak

i

yan

g di

mod

i�ka

si

di u

dara

dan

men

dara

t

per

atur

an y

ang

dim

odi�

kasi

u

ntuk

men

anam

kan

nila

i p

erca

ya d

iri d

an k

eber

ania

n

m

enol

ak p

elur

u

per

atur

an y

ang

dim

odi�

kasi

u

ntuk

men

anam

kan

sika

p m

enja

ga k

esel

amat

an

diri

dan

ora

ng la

in

dan

mel

empa

r cak

ram

per

atur

an y

ang

dim

odi�

kasi

u

ntuk

men

anam

kan

sika

p m

enja

ga k

esel

amat

an

diri

dan

ora

ng l

ain

Pen

dek

50M

Gay

a Jo

ngko

k

Men

yam

ping

Men

yam

ping

blo

ck, p

elur

u,

cak

ram

, lem

bing

(

yang

dim

odi�

kasi

)

(ge

raka

n ka

ki, l

enga

n,

pos

isis

bad

an, p

enda

rata

n t

elap

ak k

aki)

yan

g di

mod

i�ka

si

jau

h de

ngan

per

atur

an y

ang

dim

odi�

kasi

mem

egan

g p

elur

u da

n m

enol

ak

pel

uru

deng

an p

erat

uran

y

ang

dim

odi�

kasi

mem

egan

g da

n m

elem

par

cak

ram

cak

ram

den

gan

pera

tu ra

n y

ang

dim

odi�

kasi

Stan

dar K

ompe

tens

i :

1. M

empr

aktik

an b

erba

gai t

ekni

k da

sar p

erm

aina

n da

n ol

ahra

ga s

erta

nila

i-nila

i yan

g te

rkan

dung

di d

alam

nya

Seko

lah

:

SMP…

Kela

s

: V

II (t

ujuh

)M

ata

Pela

jara

n :

Pend

idik

an Ja

sman

i, O

lahr

aga

dan

Kese

hata

nSe

mes

ter

:

1 (s

atu)

KOM

PETE

NSI

DA

SAR

MAT

ERI

POKO

KKE

GIA

TAN

PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

RPE

NIL

AIA

NSU

MBE

R/BA

HA

N/

ALA

TA

LOK

ASI

WA

KTU

6.1.

Mem

prak

tikka

n pe

mili

han

tem

pat

yang

tep

at u

ntuk

m

endi

rikan

tend

a pe

rkem

ahan

, m

empr

akte

kkan

te

knik

das

ar

pem

asan

gan

tend

a un

tuk

perk

emah

an

di li

ngku

ngan

sec

ara

bere

gu, s

erta

nila

i ke

rjasa

ma,

ta

nggu

ngja

wab

da

n te

ngga

ng ra

sa

6.2.

Mem

prak

tikka

n pe

nyel

amat

an

dan

P3K

terh

adap

je

nis

luka

ring

an

sert

a ni

lai k

erja

sam

a,

tang

gung

jaw

ab

dan

teng

gang

rasa

2x45

’ u

ntuk

men

dirik

an te

nda

per

kem

ahan

sec

ara

kel

ompo

k at

au re

gu

ter

hada

p lu

ka le

cet,i

ris,m

emar

, d

an tu

suk

seca

ra b

erpa

sang

an

ata

u ke

lom

pok

Pend

idik

an

luar

kel

asBu

ku te

ks,

pera

lata

n P3

K da

n lin

gkun

gan

yan

g te

pat u

ntuk

men

dirik

an

ten

da p

erke

mah

an

ter

hada

p lu

ka le

cet,

iris,

mem

ar d

an tu

suk

Stan

dar K

ompe

tens

i :

6. M

empr

aktik

an p

erke

mah

an d

an d

asar

-das

ar p

enye

lam

atan

di l

ingk

unga

n se

kola

h, d

an n

ilai-n

ilai y

ang

terk

andu

ng d

i dal

amny

a

Mod

el S

ilabu

s In

tegr

asi P

endi

dika

n Pe

ngur

anga

n Ri

siko

Gem

pa B

umi D

alam

Mat

a Pe

laja

ran

Tabe

l 5.8

Sila

bus

Inte

gras

i Pen

gura

ngan

Ris

iko

Gem

pa B

umi U

ntuk

Mat

a Pe

laja

ran

Pend

idik

an Ja

sman

i, O

lahr

aga

dan

Kese

hata

n ke

las V

II Se

mes

ter 1

Tabe

l 5.9

Sila

bus

Inte

gras

i Pen

gura

ngan

Ris

iko

Gem

pa B

umi U

ntuk

Mat

a Pe

laja

ran

Pend

idik

an Ja

sman

i, O

lahr

aga

dan

Kese

hata

n ke

las V

II Se

mes

ter 1

Seko

lah

:

SMP…

Kela

s

: V

III (d

elap

an)

Mat

a Pe

laja

ran

: Pe

ndid

ikan

Jasm

ani,

Ola

hrag

a da

n Ke

seha

tan

Sem

este

r

: 2

(Dua

)

KOM

PETE

NSI

DA

SAR

MAT

ERI

POKO

KKE

GIA

TAN

PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

RPE

NIL

AIA

NSU

MBE

R/BA

HA

N/

ALA

TA

LOK

ASI

WA

KTU

13.1

Mel

akuk

an

iden

ti�ka

si b

erba

gai

peny

akit

men

ular

ya

ng b

ersu

mbe

r dar

i lin

gkun

gan

tidak

seh

at

13.2

Mel

akuk

an c

ara

men

ghin

dari

peny

akit

men

ular

yan

g be

rsum

ber d

ari

lingk

unga

n ya

ng

tidak

seh

at

1x45

’ p

enye

bab

dan

geja

la p

enya

kit

ter

hada

p pe

nyak

it

Kese

hata

nBu

ku te

ks,

pera

lata

n P3

K da

n lin

gkun

gan

pen

yaki

t

Stan

dar K

ompe

tens

i :

13.

Men

erap

kan

buda

ya h

idup

seh

at

Seko

lah

:

SMP…

Kela

s

:

IX (s

embi

lan)

Mat

a Pe

laja

ran

: Pe

ndid

ikan

Jasm

ani,

Ola

hrag

a da

n Ke

seha

tan

Sem

este

r

: 2

(Dua

)

KOM

PETE

NSI

DA

SAR

MAT

ERI

POKO

KKE

GIA

TAN

PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

RPE

NIL

AIA

NSU

MBE

R/BA

HA

N/

ALA

TA

LOK

ASI

WA

KTU

13.1

Mem

prak

tikan

id

enti�

kasi

bah

aya

benc

ana

alam

13.2

Mem

prak

tikan

ca

ra m

engh

adap

i be

rbag

ai b

enca

na

alam

2x45

’ b

enca

na s

ecar

a ke

lom

pok

pen

yeba

b be

ncan

a se

cara

k

elom

pok

pen

angg

ulan

gan

benc

ana

ala

m s

ecar

a ke

lom

pok

atau

regu

Buda

ya

hidu

p se

hat

Buku

teks

,

pera

lata

n P3

K da

n lin

gkun

gan

ben

cana

pen

yeba

b be

ncan

a

pen

angg

ulan

gan

benc

ana

alam

Stan

dar K

ompe

tens

i :

13.

Men

erap

kan

buda

ya h

idup

seh

at

Mod

el S

ilabu

s In

tegr

asi P

endi

dika

n Pe

ngur

anga

n Ri

siko

Gem

pa B

umi D

alam

Mat

a Pe

laja

ran

Tabe

l 5.1

0 Si

labu

s In

tegr

asi P

engu

rang

an R

isik

o G

empa

Bum

i Unt

uk M

ata

Pela

jara

n Pe

ndid

ikan

Jasm

ani,

Ola

hrag

a da

n Ke

seha

tan

kel

as IX

Sem

este

r 2

Tabe

l 5.1

1 Si

labu

s In

tegr

asi P

engu

rang

an R

isik

o G

empa

Bum

i Unt

uk M

ata

Pela

jara

n Pe

ndid

ikan

IPA

Terp

adu

kela

sVII

Sem

este

r 1

Seko

lah

:

SMP…

Kela

s

:

VII

(Tuj

uh)

Mat

a Pe

laja

ran

: IP

A Te

rpad

uSe

mes

ter

:

1( S

atu)

KOM

PETE

NSI

DA

SAR

MAT

ERI

POKO

KKE

GIA

TAN

PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

RPE

NIL

AIA

NSU

MBE

R/BA

HA

N/

ALA

TA

LOK

ASI

WA

KTU

5.4

Men

erap

kan

kese

lam

atan

ker

ja

dala

m m

elak

ukan

pe

ngam

atan

ge

jala

-gej

ala

alam

.

Jeni

s ta

giha

n:

kel

ompo

k

har

ian

Bent

uk

inst

rum

en

ter

tulis

sik

ap

per

form

en

4 JP

ref

eren

si te

ntan

g ke

sela

mat

an

ker

ja.

bah

an-b

ahan

yan

g be

rbah

aya

dal

am p

enga

mat

an g

ejal

a al

am.

Kese

lam

atan

ker

ja

kela

s VII.

eva

kuas

i.

ser

ta b

ahan

kim

ia.

mem

perla

kuka

n al

at d

an b

ahan

yan

g be

rbah

aya

dan

yang

dap

at

men

imbu

lkan

pen

yaki

t.

pen

yela

mat

an d

iri s

aat g

empa

.

diri

saa

t ter

jadi

gem

pa.

Stan

dar K

ompe

tens

i : 5

. Mem

aham

i gej

ala-

geja

la a

lam

mel

alui

pen

gam

atan

.

Mod

el S

ilabu

s In

tegr

asi P

endi

dika

n Pe

ngur

anga

n Ri

siko

Gem

pa B

umi D

alam

Mat

a Pe

laja

ran

Seko

lah

:

SMP…

Kela

s

:

VIII

(Del

apan

)M

ata

Pela

jara

n :

IPA

Terp

adu

Sem

este

r

: 1(

Sat

u)

Mod

el S

ilabu

s In

tegr

asi P

endi

dika

n Pe

ngur

anga

n Ri

siko

Gem

pa B

umi D

alam

Mat

a Pe

laja

ran

KOM

PETE

NSI

DA

SAR

MAT

ERI

POKO

KKE

GIA

TAN

PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

RPE

NIL

AIA

NSU

MBE

R/BA

HA

N/

ALA

TA

LOK

ASI

WA

KTU

6.1

Men

desk

ripsi

kan

kons

ep g

etar

an d

an

gelo

mba

ng s

erta

pa

ram

eter

-pa

ram

eter

nya.

Jeni

s ta

giha

n:

kel

ompo

k

har

ian

Bent

uk

inst

rum

en

ter

tulis

sik

ap

per

form

en

6 JP

ref

eren

si te

ntan

g pe

nger

tian

get

aran

dan

frek

wen

si s

uatu

get

aran

dan

frek

wen

si s

uatu

get

aran

ref

eren

si te

ntan

g pe

nger

tian

gel

omba

ng

gel

omba

ng lo

ngitu

dina

l dan

g

elom

bang

tran

sver

sal

ber

dasa

rkan

prin

sip

geta

ran

dan

gel

omba

ng.

Get

aran

dan

ge

lom

bang

. k

elas

VII.

unt

uk m

embu

at “

gem

pa je

lly”.

keh

idup

an s

ehar

i-har

i

fr

ekue

nsi s

uatu

get

aran

gel

omba

ng lo

ngitu

dina

l dan

ge

lom

bang

tran

sver

sal

gel

omba

ng, f

reku

ensi

dan

p

anja

ng g

elom

bang

ber

dasa

rkan

prin

sip

geta

ran

dan

gel

omba

ng.

Stan

dar K

ompe

tens

i : 6

. Mem

aham

i kon

sep

dan

pene

rapa

n ge

tara

n, g

elom

bang

dan

opt

ika

dala

m p

rodu

k te

knol

ogi s

ehar

i-har

i.

Tabe

l 5.1

2 Si

labu

s In

tegr

asi P

engu

rang

an R

isik

o G

empa

Bum

i Unt

uk M

ata

Pela

jara

n Pe

ndid

ikan

IPA

Terp

adu

kela

sVIII

Sem

este

r 1

Tabe

l 5.1

3 Si

labu

s In

tegr

asi P

engu

rang

an R

isik

o G

empa

Bum

i Unt

uk M

ata

Pela

jara

n Pe

ndid

ikan

Bah

asa

Indo

nesi

a Te

rpad

u ke

las V

II Se

mes

ter 1

Seko

lah

:

SMP…

Kela

s

:

VII

(Tuj

uh)

Mat

a Pe

laja

ran

: Ba

hasa

Indo

nesi

aSe

mes

ter

:

1( S

atu)

Mod

el S

ilabu

s In

tegr

asi P

endi

dika

n Pe

ngur

anga

n Ri

siko

Gem

pa B

umi D

alam

Mat

a Pe

laja

ran

KOM

PETE

NSI

DA

SAR

MAT

ERI

POKO

KKE

GIA

TAN

PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

RPE

NIL

AIA

NSU

MBE

R/BA

HA

N/

ALA

TA

LOK

ASI

WA

KTU

1. 1

Men

yim

pulk

an

isi b

erita

yan

g di

baca

kan

dala

m

bebe

rapa

kal

imat

.

Jeni

s ta

giha

n:

kel

ompo

k

har

ian

Bent

uk

inst

rum

en

ter

tulis

sik

ap

2t JP

(ge

mpa

bum

i)

ter

hada

p is

i ber

ita le

wat

dis

kusi

ber

ita m

enja

di is

i ber

ita

dal

am s

atu

alin

ea.

Peny

impu

lan

berit

a b

erita

yan

g di

deng

arka

n

ber

ita m

enja

di is

i ber

ita

sat

u al

inea

.

gem

pa b

umi d

ari b

erita

m

enge

nai g

empa

bum

i.

Stan

dar K

ompe

tens

i : M

ende

ngar

kan

1. M

emah

ami w

acan

a lis

an m

elal

ui k

egia

tan

men

deng

arka

n be

rita.

Seko

lah

:

SMP…

Kela

s

:

VIII

(Del

apan

)M

ata

Pela

jara

n :

Baha

sa In

done

sia

Sem

este

r

: 1(

Sat

u)

Mod

el S

ilabu

s In

tegr

asi P

endi

dika

n Pe

ngur

anga

n Ri

siko

Gem

pa B

umi D

alam

Mat

a Pe

laja

ran

KOM

PETE

NSI

DA

SAR

MAT

ERI

POKO

KKE

GIA

TAN

PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

RPE

NIL

AIA

NSU

MBE

R/BA

HA

N/

ALA

TA

LOK

ASI

WA

KTU

4.3

Men

ulis

pet

unju

k m

elak

ukan

ses

uatu

de

ngan

uru

tan

yang

tepa

t dan

m

engg

unak

an

baha

sa y

ang

efek

tif.

Jeni

s ta

giha

n:

kel

ompo

k

har

ian

Bent

uk

inst

rum

en

ter

tulis

sik

ap

2t JP

pet

unju

k de

ngan

bah

asa

des

krip

tif

pet

unju

k

pen

yunt

inga

n b

ahas

a pe

tunj

uk

(m

odel

) yan

g be

lum

efe

ktif

pet

unju

k te

man

.

ber

kelo

mpo

k.

Penu

lisan

ba

hasa

pet

unju

k. B

ahas

a In

done

sia

se

belu

m, s

aat,

dan

gem

pa.

mel

akuk

an s

esua

tu

bah

asa

petu

ntuk

den

gan

baha

sa y

ang

efek

tif

pe

nyel

amat

an g

empa

.

Stan

dar K

ompe

tens

i : M

enul

is 4

. Men

gung

kapk

an in

form

asi d

alam

ben

tuk

lapo

ran,

sur

at d

inas

, dan

pet

unju

k.

Tabe

l 5.1

4 Si

labu

s In

tegr

asi P

engu

rang

an R

isik

o G

empa

Bum

i Unt

uk M

ata

Pela

jara

n Pe

ndid

ikan

Bah

asa

Indo

nesi

a Te

rpad

u ke

las V

III S

emes

ter 1

Tabe

l 5.1

5 Si

labu

s In

tegr

asi P

engu

rang

an R

isik

o G

empa

Bum

i Unt

uk M

ata

Pela

jara

n Pe

ndid

ikan

Bah

asa

Indo

nesi

a Te

rpad

u ke

las

IX S

emes

ter 1

Seko

lah

:

SMP…

Kela

s

:

IX (S

embi

lan)

Mat

a Pe

laja

ran

: Ba

hasa

Indo

nesi

aSe

mes

ter

:

1( S

atu)

Mod

el S

ilabu

s In

tegr

asi P

endi

dika

n Pe

ngur

anga

n Ri

siko

Gem

pa B

umi D

alam

Mat

a Pe

laja

ran

KOM

PETE

NSI

DA

SAR

MAT

ERI

POKO

KKE

GIA

TAN

PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

RPE

NIL

AIA

NSU

MBE

R/BA

HA

N/

ALA

TA

LOK

ASI

WA

KTU

11.1

Men

emuk

an

gaga

san

dari

bebe

rapa

ar

tikel

dan

buk

u m

elal

ui k

egia

tan

mem

baca

eks

tens

if.

Jeni

s ta

giha

n:

kel

ompo

k

har

ian

Bent

uk

inst

rum

en

ter

tulis

sik

ap

2t JP

gem

pa u

ntuk

men

emuk

an

ber

baga

i gag

asan

yan

g t

erda

pat d

i dal

amny

a.

gem

pa d

enga

n ca

ra m

engu

tip

per

nyat

aan-

pern

yata

an y

ang

ter

dapa

t di d

alam

nya

dan

mem

anfa

atka

nnya

dal

am

pen

ulis

an k

arya

ilm

iah

Cara

men

emuk

an

gaga

san

dala

m

wac

ana

dan

impl

emen

tats

inya

.

art

ikel

arik

el a

tau

buku

seb

agai

r

efer

ensi

dal

am p

enul

isan

k

arya

tulis

.

wac

ana

gem

pa

Stan

dar K

ompe

tens

i : M

emba

ca11

. Mem

aham

i rag

am w

acan

a tu

lis d

enga

n m

emba

ca e

kste

nsif,

mem

baca

inte

nsif,

dan

mem

baca

cep

at.

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

80

5.1.4. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran TerintegrasiRPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KO. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KO yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.

Komponen RPP adalah :1. Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.

2. Standar kompetensiStandar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.

3. Kompetensi dasarKompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.

4. Indikator pencapaian kompetensiIndikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operacional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

5. Tujuan pembelajaranTujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.

6. Materi ajarMateri ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

81

7. Alokasi waktuAlokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KO dan beban belajar.

8. Metode pembelajaranMetode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikatoryang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SMP/MTs/MI

9. Kegiatan pembelajaran

Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan

pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai

KO. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas

pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.

10. Penilaian hasil belajarProsedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.

11. Sumber belajarPenentuan sumber belajar didasarkan pada estándar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

Prinsip-prinsip Penyusunan RPP1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik

RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

82

sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.

2. Mendorong partisipasi aktif peserta didikProses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.

3. Mengembangkan budaya membaca dan menulisProses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjutRPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

5. Keterkaitan dan keterpaduanRPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan Iintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasiRPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi

Pelaksanaan PembelajaranPelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

1. Kegiatan PendahuluanDalam kegiatan pendahuluan, guru:

menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;

menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;

menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

2. Kegiatan IntiPelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

83

KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

EksplorasiDalam kegiatan eksplorasi, guru:

- melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;

- menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;

- memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

- melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;

- memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.

ElaborasiDalam kegiatan elaborasi, guru:

- membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;

- memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;

- memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;

- memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;

- memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;

- memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;

- memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;

- memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;

- memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

84

KonfirmasiDalam kegiatan konfirmasi, guru:

- memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,

- memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,

memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,

memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:- berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab

pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;

- membantu menyelesaikan masalah;- memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan

hasil eksplorasi;- memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;- memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum

berpartisipasi aktif.

3. Kegiatan PenutupDalam kegiatan penutup, guru:

bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;

melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran

remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;

menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Penilaian Hasil PembelajaranPenilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

85

Kotak 5.1 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran, IPS.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Nama Sekolah : SMP/MTs .................................

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Kelas : VI

Semester : 2

Alokasi Waktu : 4 x 35 menit

Standar Kompetensi:

Memahami lingkungan kehidupan manusia

Kompetensi Dasar :

Mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan, dan dampaknya terhadap kehidupan

Indikator :

Mendeskripsikan proses alam endogen yang menyebabkan terjadinya bentuk muka bumi

Mendeskripsikan gejala diastrofisme dan vulkanisme serta sebaran tipe gunung api

Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab terjadinya gempa bumi dan akibat yang ditimbulkannya

Tujuan Pembelajaran :

Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa diharapkan mampu:

Menjelaskan proses terbentuknya muka bumi.

Membedakan gejala diastrofisme dan vulkanisme

Menyebutkan faktor-faktor terjadinya gempa bumi

Menyebutkan hal-hal apa sajakah yang harus dilakukan sebelum, saat dan setelah terjadinya bencana gempa bumi

Materi pokok

Tenaga endogen dan tenaga eksogen

Gejala diastrofisme dan vulkanisme

Faktor-faktor penyebab terjadinya gempa bumi

Alat/bahan/sumber belajar

Alat/bahan:

Peta

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

86

Atlas

Globe

LCD, Komputer

Lembar kerja siswa

Sumber :

Internet

Buku IPS

Skenario pembelajaran

1. Pendahuluan(10 menit) Prasyarat pengetahuan:

Siswa dapat membedakan pengertian tenaga endogen dan eksogen serta menjelaskan proses diastrofisme dan vulkanisme.

Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang kejadian gempa yang menimpa wilayah Indonesia dan sekitarnya.

Contohnya: apakah yang harus kita lakukan ketika sebelum, sesaat, dan setelah terjadi bencana gempa bumi jika bencana gempa bumi itu menimpa wilayah kita?

2. Kegiatan inti (60 menit)a. Guru memberikan lembar kerja kepada siswa untuk mencari dan membuat

makalah tentang proses terjadinya muka bumi dan terjadinya bencana gempa bumi

b. Masing-masing kelompok membuat makalah dan mempresentasikannya dalam bentuk peta konsep di dalam kelas secara bergantian

c. Anggota kelompok lain bertanya atau menanggapi setiap makalah yang dipresentasikan oleh tiap-tiap kelompok secara bergantian.

d. Guru menjadi fasilitator dan membimbing jalannya diskusi

3. Penutup (20 menit)a. Guru meminta setiap perwakilan kelompok untuk menyimpulkan materi

yang telah dipelajarib. Guru menguatkan kesimpulan yang diberikan siswac. Guru memberikan kuis

d. Berdoa

Penilaian

Dilakukan penilaian individual pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

87

a. Penilaian kognitifNilai dapat dilihat dari hasil ulangan harian dan kuis

b. Penilaian afektifNilai didapat dari pengamatan guru terhadap siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

NAMASISWA

JUMLAHSKOR KET

INDIKATOR / SKOR

1 2 3 4 5 6

NO

1. Aliyudin

2.

3.

Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24

Nilai siswa= x 100

Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D

Contoh:

jumlah skor24

NAMASISWA

JUMLAHSKOR KET

INDIKATOR / SKOR

1 2 3 4 5 6

NO

1. Aliyudin

2.

3.

Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24

Nilai siswa= x 100

Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D

Contoh:

jumlah skor24

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

88

Kotak 5.2 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran Penjaskes IX

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata pelajaran : Penjaskes

Satuan pendidikan : SMP …

Kelas/semester : IX/2

Alokasi Waktu : 2x45 menit

Standar kompetensi

Menerapkan budaya hidup sehat

Kompetensi dasar

13.1 Mempraktikkan identifikasi bahaya bencana alam

13.2 Mempraktikan cara menghadapi berbagai bencana alam

Indikator

Melakukan identifikasi jenis bencana

Melakukan identifikasi penyebab bencana

Melakukan pencegahan dan penanggulangan bencana alam

Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab terjadinya gempa bumi dan akibat yang ditimbulkannya

Tujuan pembelajaran

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini siswa diharapkan mampu:

Menjelaskan jenis-jenis, sebab-sebab, dan akibat bencana alam.

Menyebutkan faktor-faktor terjadinya gempa bumi

Menyebutkan hal-hal apa sajakah yang harus dilakukan sebelum, saat dan setelah terjadinya bencana gempa bumi

Materi pokok

Budaya hidup sehat

Jenis, faktor penyebab, dan akibat terjadinya gempa bumi serta penanggulangannya.

Alat/bahan/sumber belajar

Alat/bahan:

Peralatan P3K

LCD, Komputer

Lembar kerja siswa

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

89

Sumber :

Internet

Buku Penjaskes

Skenario pembelajaran

Pendahuluan (10 menit)1. Prasyarat pengetahuan:

Siswa dapat menyebutkan jenis-jenis bencana alam yang sering terjadi di Indonesia.

2. Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang kejadian gempa yang menimpa wilayah Indonesia dan sekitarnya.Contohnya: apakah yang harus kita lakukan ketika sebelum, sesaat, dan setelah terjadi bencana gempa bumi jika bencana gempa bumi itu menimpa wilayah kita?

Kegiatan inti (60 menit)1. Guru memberikan lembar kerja kepada siswa untuk membuat kreasi dan

simulasi tentang hal-hal apa saja yang harus dilakukan ketika terjadi gempa di wilayahnya.

2. Masing-masing kelompok membuat simulasi atau games kemudian mempraktikannya di dalam atau di luar kelas secara bergantian

3. Anggota kelompok lain bertanya atau menanggapi setiap simulasi yang dipresentasikan oleh tiap-tiap kelompok secara bergantian.

4. Guru menjadi fasilitator dan membimbing jalannya simulasi dan games

Penutup (20 menit)1. Guru meminta setiap perwakilan kelompok untuk menyimpulkan materi

yang telah dipelajari2. Guru menguatkan kesimpulan yang diberikan siswa3. Guru memberikan kuis4. Berdoa

PenilaianDilakukan penilaian individual pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.1. Penilaian kognitif

Nilai dapat dilihat dari hasil ulangan harian dan kuis

2. Penilaian afektifNilai didapat dari pengamatan guru terhadap siswa selama proses

pembelajaran berlangsung

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

90

NAMASISWA

JUMLAHSKOR KET

INDIKATOR / SKOR

1 2 3 4 5 6

NO

1. Aliyudin

2.

3.

Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24

Nilai siswa= x 100

Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D

Contoh:

jumlah skor24

Kotak 5.3 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran IPA Terpadu Kelas VII

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Sekolah : SMP…

Mata Pelajaran : IPA Terpadu

Kelas : VII

Alokasi Waktu : 4 × 40 menit

Standar Kompetensi :

Memahami gejala-gejala alam melalui pengamatan.

Kompetensi Dasar :

Menerapkan keselamatan kerja dalam melakukan pengamatan gejala-gejala alam.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

91

Indikator :

Memegang, membawa dan memperlakukan alat dan bahan secara aman.

Mendeskripsikan bahan-bahan yang berbahaya dan yang dapat menimbulkan penyakit.

Mengindentifikasi simbol-simbol dalam Laboratorium.

Memahami langkah-langkah penyelamatan diri saat gempa.

Mensimulasikan keselamatan diri saat terjadi gempa.

I. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan siswa dapat:

Pertemuan 1: Memegang, membawa dan memperlakukan alat dan bahan secara aman. Mendeskripsikan bahan-bahan yang berbahaya dan yang dapat

menimbulkan penyakit. Mengindentifikasi simbol-simbol dalam Laboratorium.

Pertemuan 2: Memahami langkah-langkah penyelamatan diri saat gempa. Mensimulasikan keselamatan diri saat terjadi gempa.

II. Materi Pembelajaran

Keselamatan kerja.

III. Metode Pembelajaran

Penyampaian Informasi

Diskusi

Tanya jawab

Simulasi (role playing)

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan 1 Kegiatan awal (5 menit)

- Siswa mengucapkan salam yang dilanjutkan dengan doa bersama.- Siswa dimotivasi dengan pertanyaan: “Bagaimana cara membawa

mikroskop?” Kegiatan inti (65 menit)

- Siswa menyimak penjelasan guru mengenai bagaimana cara memegang, membawa dan memperlakukan alat dan bahan secara aman.

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

92

- Siswa menyimak penjelasan guru mengenai bahan-bahan yang berbahaya dan yang dapat menimbulkan penyakit serta mengindentifikasi simbol-simbol dalam Laboratorium.

- Siswa melakukan tanya jawab seputar keselamatan kerja. Kegiatan akhir (10 menit)

- Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.- Siswa menyimak penguatan dari guru.

Pertemuan 2 Kegiatan awal (5 menit)

- Siswa mengucapkan salam yang dilanjutkan dengan doa bersama.- Siswa dimotivasi dengan pertanyaan: “Apa yang harus anda kerjakan

sebelum, saat, dan setelah gempa?” Kegiatan inti (65 menit)

- Siswa menyimak penjelasan guru mengenai langkah-langkah penyelamatan diri saat peristiwa gempa.

- Siswa secara berkelompok mensimulasikan penyelamatan diri saat gempa.

- Siswa melakukan tanya jawab seputar gempa bumi. Kegiatan akhir (10 menit)

- Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.- Siswa menyimak penguatan dari guru.

V. Sumber dan Alat Bantu

Buku IPA kelas VII Semester 1.

Buku pelajaran kelas VII.

Mikroskop dan alat serta bahan kimia.

Meja dan kursi kelas.

Penunjuk arah evakuasi.

Lingkungan.

VI. Penilaian

Bentuk penilaian : pengamatan kinerja dan sikap (afektif ) tugas

Jenis penilaian : penilaian proses dan penilaian hasil

Instrumen penilaian : lembar pengamatan dan soal

Aspek yang dinilai : kognitif, afektif dan psikomotorik

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

93

NAMASISWA

JUMLAHSKOR KET

INDIKATOR / SKOR

1 2 3 4 5 6

NO

1. Aliyudin

2.

3.

Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24

Nilai siswa= x 100

Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D

Contoh:

jumlah skor24

NAMASISWA

JUMLAHSKOR KET

INDIKATOR / SKOR

1 2 3 4 5 6

NO

1. Aliyudin

2.

3.

Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24

Nilai siswa= x 100

Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D

Contoh:

jumlah skor24

Kotak 5.4 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran IPA Terpadu Kelas VIII

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Sekolah : SMP…

Mata Pelajaran : IPA Terpadu

Kelas : VIII

Alokasi Waktu : 2 × 40 menit

Standar Kompetensi :

Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.

Kompetensi Dasar :

Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameter-nya.

Indikator :

Melakukan percobaan untuk mencari perbedaan karakteristik gelombang longitudinal dan gelombang transversal

Membuat alat gempa mini berdasarkan prinsip getaran dan gelombang.

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

94

I. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan siswa dapat:

Melakukan percobaan untuk mencari perbedaan karakteristik gelombang longitudinal dan gelombang transversal

Membuat alat gempa mini berdasarkan prinsip getaran dan gelombang.

II. Materi Pembelajaran

Getaran dan gelombang

III. Metode Pembelajaran

Penyampaian Informasi

Diskusi

Tanya jawab

Praktikum

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

Kegiatan awal (5 menit)- Siswa mengucapkan salam yang dilanjutkan dengan doa bersama.- Siswa dimotivasi dengan pertanyaan: “Apa yang terjadi jika bumi diberi

gelombang seperti gempa?”

Kegiatan inti (65 menit)- Siswa menyimak penjelasan guru mengenai bagaimana cara membuat

gempa jelly berdasarkan pada LKS (Lembar Kinerja Siswa) yang diberikan.

- Siswa menyimak penjelasan guru mengenai cara kerja gelombang pada gempa jelly.

- Siswa melakukan praktikum.- Siswa secara berkelompok mendemostrasikan hasil kerjanya.- Siswa melakukan tanya jawab seputar gempa.

Kegiatan akhir (10 menit)- Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.- Siswa menyimak penguatan dari guru.

V. Sumber dan Alat Bantu

Buku IPA kelas VII Semester 1.

Dua jenis agar-agar.

Tusuk gigi 10 buah

Benang jahit 20 cm

Alat tulis.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

95

Lingkungan.

VII. Penilaian

Bentuk penilaian : pengamatan kinerja dan sikap (afektif ) tugas

Jenis penilaian : penilaian proses dan penilaian hasil

Instrumen penilaian : lembar pengamatan dan soal

Aspek yang dinilai : kognitif, afektif dan psikomotorik

NAMASISWA

JUMLAHSKOR KET

INDIKATOR / SKOR

1 2 3 4 5 6

NO

1. Aliyudin

2.

3.

Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24

Nilai siswa= x 100

Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D

Contoh:

jumlah skor24

Kotak 5.5 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Sekolah : SMP…

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : VII

Alokasi Waktu : 2 × 40 menit

Standar Kompetensi:

Mendengarkan

Memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

96

Kompetensi Dasar

Menyimpulkan isi berita yang diba¬cakan dalam beberapa kalimat.

Indikator :

Menunjukkan pokok-pokok berita yang didengarkan

Menyarikan pokok-pokok berita menjadi isi berita

Menyimpulkan isi berita dalam satu alinea.

Menjelaskan bahaya bencana gempa bumi dari berita mengenai gempa bumi.

I. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan siswa dapat:

Menunjukkan pokok-pokok berita yang didengarkan

Menyarikan pokok-pokok berita menjadi isi berita

Menyimpulkan isi berita dalam satu alinea.

Menjelaskan bahaya bencana gempa bumi dari berita mengenai gempa bumi.

II. Materi Pembelajaran

Penyimpulan Berita

III. Metode Pembelajaran

Penyampaian Informasi

Diskusi

Tanya jawab

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

Kegiatan awal (5 menit)- Siswa mengucapkan salam yang dilanjutkan dengan doa bersama.- Siswa dimotivasi dengan pernyataan: “Kalian pasti pernah mendengar

atau membaca berita mengenai bencana gempa bumi yang terjadi di Indonesia.”

Kegiatan inti (65 menit)- Siswa menyimak penyampaian berita melalui radio/televisi atau salah

seorang dari siswa membacakan berita mengenai gempa bumi.- Siswa secara berkelompok mendiskusikan mengenai pokok-pokok

isi berita yang dibacakan dan menyimpulkan bahaya bencana gempa bumi.

- Siswa melakukan tanya jawab seputar isi berita gempa bumi.

Kegiatan akhir (10 menit)

- Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.

- Siswa menyimak penguatan dari guru.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

97

V. Sumber dan Alat Bantu

Buku Bahasa Indonesia kelas VII semester 1

Teks Berita

Radio/Televisi/CD rekaman berita

VIII. Penilaian

Bentuk penilaian : pengamatan kinerja dan sikap (afektif ) tugas

Jenis penilaian : penilaian proses dan penilaian hasil

Instrumen penilaian : lembar pengamatan dan soal

Aspek yang dinilai : kognitif, afektif dan psikomotorik

NAMASISWA

JUMLAHSKOR KET

INDIKATOR / SKOR

1 2 3 4 5 6

NO

1. Aliyudin

2.

3.

Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24

Nilai siswa= x 100

Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D

Contoh:

jumlah skor24

Kotak 5.6 Contoh Rencana PembangunanMata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Sekolah : SMP…

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : VIII

Alokasi Waktu : 2 × 40 menit

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

98

Standar Kompetensi :

Menulis

Mengungkapkan informasi dalam bentuk laporan, surat dinas, dan petunjuk.

Kompetensi Dasar:

Menulis petunjuk melakukan sesuatu dengan urutan yang tepat dan menggunakan bahasa yang efektif

Indikator:

Mampu mendata urutan melakukan sesuatu

Mampu menyimpulkan ciri-ciri bahasa petunjuk

Mampu menulis petunjuk dengan bahasa yang efektif

Menyunting bahasa petunjuk

Menuliskan petunjuk-petunjuk penyelamatan gempa.

I. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan siswa dapat:

Mampu mendata urutan melakukan sesuatu

Mampu menyimpulkan ciri-ciri bahasa petuntuk

Mampu menulis petunjuk dengan bahasa yang efektif

Menyunting bahasa petunjuk

Menuliskan petunjuk-petunjuk penyelamatan gempa.

II. Materi Pembelajaran

Penulisan bahasa petunjuk.

III. Metode Pembelajaran

Penyampaian Informasi

Diskusi

Tanya jawab

Penugasan

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

Kegiatan awal (5 menit)- Siswa mengucapkan salam yang dilanjutkan dengan doa bersama.- Siswa dimotivasi dengan pernyataan: “Kalian pasti pernah mendengar

atau membaca berbagai petunjuk lalu lintas di jalan. Pada gempa bumi ada tahapan prosedur atau petunjuk untuk melakukan penyelamatan diri.”

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

99

Kegiatan inti (65 menit)- Siswa menyimak penyampaian guru mengenai pengertian petunjuk:

bagaimana mendata urutan melakukan sesuatu, menyimpulkan cirri-ciri bahasa petunjuk, menuliskan petunjuk dengan bahasa yang efektif pada bahasan gempa.

- Siswa secara berkelompok membuat petunjuk penyelamatan diri saat gempa terjadi.

- Siswa melakukan tanya jawab seputar petunjuk gempa bumi.

3) Kegiatan akhir (10 menit)- Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.- Siswa menyimak penguatan dari guru.

V. Sumber dan Alat Bantu

Buku Bahasa Indonesia kelas VII semester 1

Contoh petunjuk gempa

Lingkungan

IX. Penilaian

Bentuk penilaian : pengamatan kinerja dan sikap (efektif ) tugas

Jenis penilaian : penilaian proses dan penilaian hasil

Instrumen penilaian : lembar pengamatan dan soal

Aspek yang dinilai : kognitif, afektif dan psikomotorik

NAMASISWA

JUMLAHSKOR KET

INDIKATOR / SKOR

1 2 3 4 5 6

NO

1. Aliyudin

2.

3.

Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24

Nilai siswa= x 100

Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D

Contoh:

jumlah skor24

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

100

Kotak 5.7 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IX

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Sekolah : SMP…

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : IX

Alokasi Waktu : 2 × 40 menit

Standar Kompetensi:

Membaca

Memahami ragam wacana tulis dengan membaca ekstensif, membaca intensif, dan membaca cepat.

Kompetensi Dasar:

Menemukan gagasan dari beberapa artikel dan buku melalui kegiatan membaca ekstensif.

Indikator:

Menemukan gagasan dari artikel

Menemukan gagasan dari buku

Mengutip pernyataan dari arikel atau buku sebagai referensi dalam penulisan karya tulis.

Menuliskan gagasan dalam wacana gempa

I. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan siswa dapat:

Menemukan gagasan dari artikel

Menemukan gagasan dari buku

Mengutip pernyataan dari arikel atau buku sebagai referensi dalam penulisan karya tulis.

Menuliskan gagasan dalam wacana gempa

II. Materi Pembelajaran

Cara menemukan gagasan dalam wacana dan implementasinya.

III. Metode Pembelajaran

Penyampaian Informasi

Diskusi

Tanya jawab

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

Kegiatan awal (5 menit)Siswa mengucapkan salam yang dilanjutkan dengan doa bersama.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

101

Kegiatan inti (65 menit)- Siswa menyimak penjelasan guru mengenai bagaimana cara menemukan

gagasan dalam wacana dan implementasinya.- Siswa secara berkelompok mendiskusikan mengenai bagaimana cara

menemukan gagasan dalam wacana.- Siswa melakukan tanya jawab seputar gagasan artikel tentang kondisi

geografis Indonesia.

3) Kegiatan akhir (10 menit)- Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.- Siswa menyimak penguatan dari guru.

V. Sumber dan Alat Bantu

Buku Bahasa Indonesia kelas VII semester 1

Artikel koran

X. Penilaian

Bentuk penilaian : pengamatan kinerja dan sikap (afektif ) tugas

Jenis penilaian : penilaian proses dan penilaian hasil

Instrumen penilaian : lembar pengamatan dan soal

Aspek yang dinilai : kognitif, afektif dan psikomotorik

NAMASISWA

JUMLAHSKOR KET

INDIKATOR / SKOR

1 2 3 4 5 6

NO

1. Aliyudin

2.

3.

Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24

Nilai siswa= x 100

Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D

Contoh:

jumlah skor24

NAMASISWA

JUMLAHSKOR KET

INDIKATOR / SKOR

1 2 3 4 5 6

NO

1. Aliyudin

2.

3.

Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24

Nilai siswa= x 100

Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D

Contoh:

jumlah skor24

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

102

5.1.5. Model Bahan AjarBahan ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Jadi dapatlah dikatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.

Sedangkan fungsi bahan ajar adalah : Pedoman bagi guru Pedoman bagi siswa Alat evaluasi

Tujuan bahan ajar adalah: Membantu siswa Memberikan banyak pilihan Memudahkan guru Lebih menarik

Langkah-langkah Menyusun Bahan Ajar yang Mengintegrasikan PRB Gempa Bumi Memahami Teknik Penyusunan Bahan Ajar Mengidentifikasi Materi Pembelajaran tentang PRB Tsunami Menganalisis Kompetensi Dasar yang Dapat Diintegrasikan materi PRB

Gempa Bumi Menyusun Silabus dan RPP yang mengintegrasikan Materi PRB gempa

bumi Menyusun Bahan Ajar yang Mengintegrasikan Materi PRB gempa bumi

Contoh bahan ajar IPA Terpadu VII SMP

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

103

Gambar 5.1. penyelamatan diri saat gempa.

Contoh bahan ajar IPA Terpadu VIII SMP

Untuk melihat pengaruh gelombang terhadap dampak gempa dapat dilakukan percobaan “gempa jelly”.

Alat dan Bahan. Dua jenis agar-agar (agar-agar lunak dan agar-agar keras, perhatikan cara

membuat pada langkah selanjutnya). Tusuk gigi sebanyak 10 buah (sebagai tiang listrik) Benang jahit 20 cm (sebagai kabel listrik) Alat tulis: pulpen/pensil

Membuat agar-agar Tiga bungkus bahan agar-agar (2 bungkus warna merah dan satu bungkus

warna putih). Kompor Panci Sendok Dua buah cetakan agar-agar diameter 20 cm dan tinggi 8 cm. Piring dua buah Gula pasir ¼ kg Air putih 2 Liter Gelas plastik 1 buah ukuran 250 mL untuk menakar

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

104

Cara membuat permukaan bumi dengan agar-agar: Agar-agar keras

- Masukkan dua bungkus agar-agar merah ke dalam 5 gelas air, 1 gelas gula pasir ke dalam panci.

- Masak dan aduk perlahan hingga mendidih- Tuangkan ke dalam cetakan dan tunggu hingga dingin

Agar-agar lunak- Masukkan satu bungkus agar-agar putih, tambahkan lima gelas air dan

satu gelas gula pasir ke dalam panci- Masukkan adonan dan aduk hingga mendidih- Tuang ke dalam cetakan dan tunggu hingga dingin

Melihat pengaruh gelombang gempa Tuang kedua agar-agar yang telah mengeras ke dalam dua piring yang

terpisah Tancapkan tusuk gigi yang telah diikat ujung-ujungnya dengan benang ke

atas kedua agar-agar tersebut. Tusuk gigi menggambarkan tiang listrik dan benang menunjukkan kabel listrik.

Untuk melihat pengaruh resonansi gempa, pukullah perlahan sisi kedua piring secara bersamaan. Perhatikan dari goyangan tusuk gigi. Tusuk gigi bergerak karena gelombang dari getaran piring merambat melalui agar-agar tersebut.

Pertanyaan. Apakah getaran pada kedua jenis agar-agar tersebut sama? Mana yang bergetar lebih besar? Agar-agar yang padat atau yang lunak? Mengapa hal ini bisa terjadi?

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

105

Contoh bahan ajar Bahasa Indonesia VII SMP

Gambar 5.2. Contoh berita di Surat Kabar

Secara berkelompok, siswa diminta untuk menjawab pertanyaan berikut, kemudian dipresentasikan, ditanggapi, dan dibetulkan. Tuliskan minimal tiga pokok berita yang terdapat dalam berita yang

dibacakan! Berdasar pada pokok-pokok berita yang kalian dapatkan, tuliskan simpulan

isi berita tersebut dalam satu alinea! Jelaskan bahaya bencana gempa bumi berdasarkan isi berita yang kalian

buat!

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

106

Contoh bahan ajar Bahasa Indonesia VIII SMP

Gambar 5.3. Yang Harus Dikerjakan Sebelum, Saat Dan Sesudah Gempa Bumi

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

107

Contoh bahan ajar Bahasa Indonesia IX SMP

Gambar 5.4. gambar kliping berita dari surat kabar nasional

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

108

Contoh bahan ajar IPS

Gambar: 5.5. Proses terjadinya gempa bumi

Keberagaman bentuk muka bumi disebabkan oleh kekuatan besar yang bekerja pada bumi yang disebut Tenaga Geologi. Tenaga geologi pada dasarnya dibedakan atas dua macam, yaitu Tenaga Endogen dan Tenaga Eksogen. Tenaga Endogen ialah tenaga yang berasal dari dalam bumi dan mempunyai sifat membangun. Tenaga Endogen digolongkan menjadi Tektonisme, Vulkanisme dan Seisme.

Tenaga Tektonik (Tektonisme) adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang mengakibatkan terjadinya pergeseran dan perubahan letak lapisan batuan, baik secara horizontal (gerak orogenetik) maupun secara vertikal (gerak epirogenetik).

Gerak Orogenetik (Orogenesa). Gerak pembentukkan gunung meliputi daerah yang sempit dan dalam waktu yang relatif singkat. Gerak itu dapat menimbulkan,

Lipatan

Patahan

Retakan

Gerak Epirogenetik (Orogenesa)

Gerak naik atau turun dari permukaan bumi, meliputi daerah yang luas dan berlangsung lambat. Gerak epirogenetik dibedakan menjadi,

Gerak Epirogenetik Positif, bila permukaan bumi turun atau seolah-olah permukaan air laut naik.

Gerak Epirogenetik Negatif, bila permukaan bumi naik atau seolah-olah permukaan air laut turun.

Gempa Bumi (Seisme), adalah pergeseran lapisan batuan yang menyebabkan terjadinya getaran yang hebat. Gempa bumi pada umumnya dapat merusak

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

109

permukaan bumi. Gempa adalah getaran bumi yang terasa di permukaan, akibat terjadinya pelepasan energi yang cepat, karena adanya pergeseran pada kerak bumi. Kondisi daerah pragempa, di sebagian kerak bumi terdapat retakan berupa sesar / patahan. Apabila, terjadi penimbunan energi sepanjang bidang sesar. Mendapat tekanan Setelah tertimbun relatif lama, akumulasi energi cukup kuat untuk mengeser bidang sesar, menghasilkan pusat gempa. Energi terlepas secara cepat sebagai gelombang gempa yang menjalar ke segala arah.

Berdasarkan penyebabnya, gempa dibedakan menjadi:

1. Gempa Tektonik (gempa dislokasi) Terjadi karena pergeseran letak lapisan kulit bumi (gempa dislokasi). Gempa ini sering menimbulkan bencana yang cukup besar, karena efeknya pada wilayah yang cukup luas. Sesar aktif bergerak sedikit demi sedikit kear-ah yng saling berlawanan Pada tahap ini terjadi akumulasi energi elastis.

Pada tahap ini mulai terjadi deformasi sesar, karena energi elastis makin besar.

Pada tahap ini terjadi pelepasan energi secara mendadak sehingga terjadi peristiwa yang dis-ebut gempa bumi tektonik. Pada tahap ini sesar kembali mencapai tingkat kese-imbangannya kembali. Pergeseran ini kian lama menimbulkan energi-energi stress yang sewaktu waktu terjadi pelepasan energi yang mendadak. Peristiwa inilah yang disebut gempa tektonik yaitu peristiwa pelepasan energi secara tiba-tiba di dalam batuan sepanjang sesar atau patahan seperti terlihat dalam gambar.

Gambar 5.6. Proses Terjadinya Gempa Tektonik

2. Gempa Vulkanis (gempa gunung berapi), Terjadi bersamaan dengan meletusnya gunung berapi atau dapat juga terjadinya sebelum atau sesudahnya. Gempa ini terasa di sekitar gunung berapi yang sedang dalam proses vulkanisme.

3. Gempa runtuhan Terjadi pada saat terjadinya runtuhan tanah dalam volumen yang cukup besar seperti longsoran dan gempa ini pada sifatnya merupakan gempa lemah dan hanya terasa pada radius kecil lokasi reruntuhan terjadi.

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

110

Gambar 5.7. Bentukan kawah

Alat Pengukur Gempa

Seismograf adalah alat pengukur dan pencatat getaran gempa bumi, seismograf berasal dari kata seismos yang berarti getaran gempa dan graphein yang berarti menulis atau mencatat. Seismograf ada berbagai macam, diantaranya:

Seismograf horizontal, merupakan alat pencatat getaran gempa yang mencatat gempa bumi arah mendatar.

Seismograf vertical, merupakan alat pencatat getaran gempa yang mencatat getaran gempa arah tegak.

Klasifikasi Gempa Berdasarkan Kedalaman

Adapun menurut Fowler, 1990 mengklasifikasikan gempa berdasarkan kedalaman fokus (hiposentrum) sebagai berikut:

Gempa dangkal : < 70 km di bawah permukaan laut

Gempa menengah : < 300 km dibawah permukaan laut

Gempa dalam : > 300 km (kadang-kadang > 450 km) di bawah permukaan laut.

Pertanyaan:

1. Apakah yang anda ketahui tentang perbedaan tenaga endogen dan tenaga eksogen?

2. Peristiwa apa sajakah yang disebabkan oleh tenaga eksogen?

3. Sebutkan macam-macam gempa bumi berdasarkan penyebabnya! Sebutkan pula hal apa sajakah yang harus dilakukan sebelum, saat, dan ketika gempa bumi terjadi!

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

111

Contoh bahan ajar PENJASKES

Macam-macam bencana alam yang telah terjadi di Indonesia

Gambar 5.8. Akibat gempa

Sebenarnya kita harus banyak belajar dari setiap kejadian yang menimpa kita. Apapun kejadian tersebut, bagaimanapun kejadian tersebut, baik kejadian yang menyenangkan ataupun yang menyedihkan. Salah satunya adalah bencana alam. Maksud bencana atau musibah adalah pergiliran kepada manusia, dan sebagai batas agar manusia tidak menyombongkan diri dan membanggakan diri (QS. Al Hadiid: 23). Menghadapi bencana alam adalah sebuah tindakan baik tindakan pra-bencana, tindakan saat bencana, dan tindakan pasca bencana.

Tindakan pra-bencana Adalah tindakan yang diupayakan untuk menghindari bencana, sebelum terjadi bencana. Caranya adalah dengan adanya peringatan awal (early warning) akan terjadinya bencana. Kemudian masyarakat juga harus disosialisasikan bagaimana menghadapi bencana (gempa, banjir, gunung meletus, badai dsb). Banyak artikel atau tips tentang bagaimana menghadapi musibah. Ini dilakukan agar masyarakat mengerti apa yang akan dilakukan (tindakan preventif ) apabila kalau-kalau terjadi bencana.

Tindakan saat bencana Adalah tindakan yang dilakukan saat bencana, bila bencana memang benar-benar terjadi. Cara ini bergantung pada usaha-usaha yang dilakukan pada point pertama (tindakan pra bencana). Minimal, sosialisasi bagaimana menghadapi bencana sudah dilakukan dengan baik dan masyarakat dapat melalukannya saat terjadi bencana. Misal, bagaimana seharusnya yang dilakukan apabila terjadi gempa, segera keluar dari bangunan dsb.

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

112

Perlindungan Bencana Gempa Bumi

Dewasa ini semakin banyak kota besar berpenduduk puluhan juta orang dibangun di kawasan kegempaan aktif. Karena itu perlindungan terhadap ancaman bencana harus menjadi prioritas. Bencana gempa bumi dewasa ini amat ditakuti, karena sering menimbulkan korban jiwa dan memusnahkan harta benda. Padahal, gempa bumi adalah gejala alam yang memang akan terus menerus terjadi di bumi yang dinamis ini. Hanya saja pertumbuhan penduduk amat pesat, serta konsentrasi populasi di kawasan tertentu yang sebetulnya rawan gempa Bumi, menyebabkan jatuhnya korban jiwa cukup banyak. Pemetaan lempeng tektonik menunjukan, potensi ancaman bencana berbeda-beda tergantung dari struktur dan kedalaman zone subduksi lempeng tektoniknya. Namun dalam tema pencegahan bencana, terdapat standar yang relatif sama, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Di kawasan rawan gempa misalnya, aturan mengenai konstruksi bangunan dan tatalaksana lahan harus dipatuhi. Sekolah dan rumah sakit tidak boleh dibangun di dekat patahan aktif. Serta penyuluhan terus menerus mengenai ancaman bencana alam.

Akan tetapi, semua juga harus menyadari, bencana selalu datang secara tidak terduga, juga di kawasan yang sudah tergolong relatif siap menghadapi bencana alam. Dan sekarang ini harus juga diperhitungkan jumlah korban jiwa cukup besar. Karena semakin banyak kota besar berpenduduk puluhan juta orang, yang dibangun di kawasan rawan gempa.

Setelah mengetahui tentang bahaya dan akibat dari bencana, khususnya gempa bumi maka:

1. Buatlah makalah tentang upaya mitigasi gempa secara berkelompok!

2. Buatlah simulasi atau permainan dengan kreasi sendiri tentang hal-hal yang harus dilakukan sebelum, saat, dan ketika terjadi gempa bumi! Kemudian presentasikan bersama kelompokmu!

5.2. Pengembangan Model Muatan Lokal Pengurangan Risiko Gempa Bumi.

Mata Pelajaran Muatan lokal pengembangannya sepenuhnya ditangani oleh sekolah dan komite sekolah yang membutuhkan penanganan secara profesional dalam merencanakan, mengelola, dan melaksanakannya. Dengan demikian di samping mendukung pembangunan daerah dan pembangunan nasional, perencanaan, pengelolaan, maupun pelaksanaan muatan lokal memperhatikan keseimbangan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Penanganan secara profesional muatan lokal merupakan tanggung jawab pemangku kepentingan (stakeholders) yaitu sekolah dan komite sekolah.

5.2.1 Analisis Konteks Mata Pelajaran Muatan Lokal

Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal oleh sekolah dan komite sekolah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

113

1. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerahKegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di daerah yang bersangkutan seperti Pemda/Bappeda, Instansi vertikal terkait, Perguruan Tinggi, dan dunia usaha/industri. Keadaan daerah seperti telah disebutkan di atas dapat ditinjau dari potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari:

Rencana pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas pembangunan daerah, baik pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan berkelanjutan (sustainable development);

Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan;

Aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan daerahnya, serta konservasi alam dan pemberdayaannya

2. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokalBerdasarkan kajian dari beberapa sumber seperti di atas dapat diperoleh berbagai jenis kebutuhan. Berbagai jenis kebutuhan ini dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah, antara lain untuk:

Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah; Meningkatkan keterampilan di bidang pekerjaan tertentu; Meningkatkan kemampuan berwiraswasta; Meningkatkan penguasaan bahasa Asing untuk keperluan sehari-hari;

3. Menentukan bahan kajian muatan lokalKegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut:

Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik; Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan; Tersedianya sarana dan prasarana Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan Kelayakan berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah; Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan

situasi daerah.4. Menentukan Mata Pelajaran Muatan Lokal

Berdasarkan bahan kajian muatan lokal tersebut dapat ditentukan kegiatan pembelajarannya. Kegiatan pembelajaran ini pada dasarnya dirancang agar bahan kajian muatan lokal dapat memberikan bekal pengetahuan,

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

114

keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Kegiatan ini berupa kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, dan prospek pengembangan daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.

Serangkaian kegiatan pembelajaran yang sudah ditentukan oleh sekolah dan komite sekolah kemudian ditetapkan oleh sekolah dan komite sekolah untuk dijadikan nama mata pelajaran muatan lokal. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.

5. Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP. Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah

langkah awal dalam membuat mata pelajaran muatan lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah. Adapun langkah-langkah dalam mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah sebagai berikut:- Pengembangan Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah menentukan kompetensi yang

didasarkan pada materi sebagai basis pengetahuan. - Pengembangan Kompetensi Dasar Kompetensi dasar merupakan kompetensi yang harus dikuasai

siswa. Penentuan ini dilakukan dengan melibatkan guru, ahli bidang kajian, ahli dari instansi lain yang sesuai dan ahli lain yang relevan

Pengembangan silabus secara umum mencakup: - Mengidentifikasi materi pembelajaran, - Mengembangkan kegiatan pembelajaran, - Mengembangkan indikator, - Pengembangan penilaian, - Pengalokasian waktu, - Menentukan Sumber Belajar.

Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Setelah silabus selesai dibuat, maka guru perlu merencanakan

pelaksanaan pembelajaran untuk satu kali tatap muka. Adapun

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

115

komponen dari RPP minimal memuat: - Tujuan pembelajaran, - Indikator, - Materi Ajar/Pembelajaran, - Kegiatan Pembelajaran, - Metode Pengajaran, - Sumber Belajar

Penilaian Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,

menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian:- Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi. - Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa

yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.

- Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.

- Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.

- Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

116

5.2.2 Penyusunan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal Pengurangan Risiko Gempa BumiStandar kompetensi merupakan kemampuan yang meyeluruh mencakup tiga ranah kemampuan (kognitif, psikomotor, dan afektif ). Kompetensi dasar merupakan bagian atau dapat juga disebut tahapan dari pencapaian standar kompetensi. Indikator, merupakan ciri atau bukti bahwa kompetensi tersebut dikuasai oleh siswa.

Adapun langkah-langkah dalam mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah sebagai berikut:1. Pengembangan Standar Kompetensi

Standar kompetensi adalah menentukan kompetensi yang didasarkan pada materi sebagai basis pengetahuan.

2. Pengembangan Kompetensi DasarKompetensi dasar merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa. Penentuan ini dilakukan dengan melibatkan guru, ahli bidang kajian, ahli dari instansi lain yang sesuai

Di bawah ini merupakan pengintegrasian pendidikan pengurangan risiko (PRB) sebagai pelajaran muatan lokal (MULOK):

Tabel 5.16 Pengintegrasian Pendidikan Pengurangan Resiko sebagai pelajaran Muatan Lokal

KELAS INDIKATORSTANDAR KOMPETENSI KOMPETENSIDASAR

VII SMP

Memahami peristiwa gempa bumi dan

dampaknya.

Memahami peristiwa

gempa bumi

Memahami risiko, bahaya, kerentanan dan kapasitas

dirinya

Memahami dampak

gempa bumi.

bumi dan proses gempa bumi

(penyebab) gempa bumi

gempa bumi

mengurangi dampak gempa bumi

Memahami risiko dan, bahaya

gempa bumi. gempa bumi

dan keremtanan gempa bumi

Memahami kerentanan

dan kapasitas kerentanan

kapasitas

antara risiko, bahaya, kerentanan, dan kapasitas

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

117

KELAS INDIKATORSTANDAR KOMPETENSI KOMPETENSIDASAR

VIII SMP

IX SMP

Siap siaga terhadap ancaman bencana sebelum,

sesaat, sesudah gempa bumi.

Siap siaga terhadapancaman

gempa bumi sebelum

gempa bumi.

gempa bumi

simulasi

Siap siaga terhadapancaman sesaat dan

setelah gempa bumi bumi

Memahami hubungan Memahami pengertian

pengertian rentan

individu.

terhadap ancaman bencana

Memahami

bangunan tahan gempa

bangunan tahan gempa

bangunan tahan gempa

melindungi diri disaat gempa

gempa tiba

tanggap darurat disaat tanda gempa bumi.

menanggapi

gempa bumi

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

118

5.2.3 Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal Pengurangan Risiko Gempa BumiSilabus Mulok harus memenuhi prinsip-prinsip pengembangan silabus yaitu: ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, dan menyeluruh

Pengembangan silabus meliputi: 1. Pengkajian SK dan KD, 2. Identifikasi Materi Pembelajaran,3. Pengembangan Kegiatan Pembelajaran, 4. Perumusan indikator pencapaian kompetensi,5. Penentuan jenis penilaian,6. Penentuan alokasi waktu, 7. Penentuan sumber belajar

Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP mulok pengurangan risiko gempa bumi disusun dan dikembangkan berdasarkan silabus yang telah dibuat dengan mengikuti kaidah yang benar. Dalam mulok pengurangan risiko gempa bumi hendaknya dalam metode pembelajaran lebih menekankan pada demonstrasi dan simulasi.

Penilaian

Penilaian pencapaian Standar Kompetensi maupun Kompetensi Dasar dilakukan berdasarkan indikator, menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, portofolio, dan penilaian diri, sesuai dengan jenis mulok pengurangan risiko gempa bumi.

Seko

lah

: S

MP

...M

ata

Pela

jara

n : M

ulok

Pen

gura

ngan

Res

ikoR

isik

o Be

ncan

a (P

RB)

Kela

s/Se

mes

ter

: VII/

1

KOM

PETE

NSI

DA

SAR

MAT

ERI

POKO

KKE

GIA

TAN

PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

RPE

NIL

AIA

NSU

MBE

R/BA

HA

N/

ALA

TA

LOK

ASI

WA

KTU

(6)

(1)

(8)

(7)

(9)

(10)

(11)

Mem

aham

i kon

stru

ksi

bang

unan

taha

n ge

mpa

Gem

pa B

umi

dili

hat d

ari p

enyu

sun

lapi

san

bum

i.

Ind

ones

ia y

ang

berp

oten

si

gem

pa m

elal

ui p

eta

pote

nsi

gem

pa s

ecar

a be

rkel

ompo

k.

ser

ta je

nis

peny

ebab

gem

pa

bum

i.

bum

i.

dan

pro

ses

gem

pa b

umi

(pe

nyeb

ab) g

empa

bum

i

Jeni

s ta

giha

n:

kel

ompo

k

Bent

uk

inst

rum

en :

ter

tulis

sik

ap

2 JP

bu

mi.

Stan

dar K

ompe

tens

i : M

emah

ami p

eris

tiwa

gem

pa b

umi d

an d

ampa

knya

.

Mod

el S

ilabu

s In

tegr

asi P

endi

dika

n Pe

ngur

anga

n Ri

siko

Ben

cana

Gem

pa B

umi

Tabe

l 5.1

7 Si

labu

s In

tegr

asi P

endi

dika

n Pe

ngur

anga

n Ri

siko

Gem

pa B

umi d

alam

Mua

tan

Loka

l (S

K : M

emah

ami P

eris

tiwa

Gem

pa B

umi d

an D

ampa

knya

).

Seko

lah

: S

MP

...M

ata

Pela

jara

n : M

ulok

Pen

gura

ngan

Res

ikoR

isik

o Be

ncan

a (P

RB)

Kela

s/Se

mes

ter

: VIII

/1

Mod

el S

ilabu

s In

tegr

asi P

endi

dika

n Pe

ngur

anga

n Ri

siko

Ben

cana

Gem

pa B

umi

KOM

PETE

NSI

DA

SAR

MAT

ERI

POKO

KKE

GIA

TAN

PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

RPE

NIL

AIA

NSU

MBE

R/BA

HA

N/

ALA

TA

LOK

ASI

WA

KTU

(6)

(1)

(8)

(7)

(9)

(10)

(11)

Siap

sia

ga te

rhad

ap

anca

man

gem

pa b

umi

sebe

lum

gem

pa b

umi.

Siap

sia

ga te

rhad

ap

anca

man

ses

aat d

an

sete

lah

gem

pa b

umi.

Miti

gasi

Gem

pa p

rose

s te

rjadi

nya

gem

pa b

umi.

hal

apa

saj

a ya

ng h

arus

d

ilaku

kan

ketik

a se

belu

m,

ses

aat,

dan

saat

terja

di g

empa

b

umi.

gem

pa b

umi s

ecar

a b

erke

lom

pok.

bum

i.

ber

sika

p jik

a ge

mpa

bum

i t

erja

di.

res

ikor

isik

o ge

mpa

bum

i.

pas

ka g

empa

bum

i

Jeni

s ta

giha

n:

kel

ompo

k

Bent

uk

inst

rum

en :

ter

tulis

2 JP

si

mul

asi.

Stan

dar K

ompe

tens

i : S

iap

siag

a te

rhad

ap a

ncam

an b

enca

na s

ebel

um, s

esaa

t, se

suda

h ge

mpa

bum

i

Tabe

l 5.1

8 Si

labu

s In

tegr

asi P

endi

dika

n Pe

ngur

anga

n Ri

siko

Gem

pa B

umi d

alam

Mua

tan

Loka

l (S

K : S

iap

Siag

a Te

rhad

ap A

ncam

an B

enca

na).

Tabe

l 5.1

9 Si

labu

s In

tegr

asi P

endi

dika

n Pe

ngur

anga

n Ri

siko

Gem

pa B

umi d

alam

Mua

tan

Loka

l (S

K : M

emah

ami h

ubun

gan

Risi

ko, b

ahay

a, k

eren

tana

n da

n ka

pasi

tas

).

Seko

lah

: S

MP

...M

ata

Pela

jara

n : M

ulok

Pen

gura

ngan

Res

ikoR

isik

o Be

ncan

a (P

RB)

Kela

s/Se

mes

ter

: VIII

/2

Mod

el S

ilabu

s In

tegr

asi P

endi

dika

n Pe

ngur

anga

n Ri

siko

Ben

cana

Gem

pa B

umi

.

KOM

PETE

NSI

DA

SAR

MAT

ERI

POKO

KKE

GIA

TAN

PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

RPE

NIL

AIA

NSU

MBE

R/BA

HA

N/

ALA

TA

LOK

ASI

WA

KTU

(6)

(1)

(8)

(7)

(9)

(10)

(11)

Mem

aham

i pen

gert

ian

resi

koris

iko

dan

kere

ntan

an.

Men

gide

nti�

kasi

ka

pasi

tas

indi

vidu

.

Risi

ko,

kere

ntaa

n, d

an

kapa

sita

s in

divi

du

Jeni

s ta

giha

n:

kel

ompo

k

Bent

uk

inst

rum

en :

ter

tulis

per

form

en

2 JP

si

mul

asi.

ris

iko

dan

kere

ntan

an.

kap

asita

s di

ri da

lam

m

engu

rang

i ris

iko

gem

pa b

umi.

ris

iko.

ren

taan

.

pen

ingk

atan

kap

asita

s di

ri.

dal

am m

engu

rang

i ris

iko

akib

at g

empa

bum

i.

Seko

lah

: S

MP

...M

ata

Pela

jara

n : M

ulok

Pen

gura

ngan

Res

ikoR

isik

o Be

ncan

a (P

RB)

Kela

s/Se

mes

ter

: IX

/1

Mod

el S

ilabu

s In

tegr

asi P

endi

dika

n Pe

ngur

anga

n Ri

siko

Ben

cana

Gem

pa B

umi

.

KOM

PETE

NSI

DA

SAR

MAT

ERI

POKO

KKE

GIA

TAN

PEM

BELA

JARA

NIN

DIK

ATO

RPE

NIL

AIA

NSU

MBE

R/BA

HA

N/

ALA

TA

LOK

ASI

WA

KTU

(6)

(1)

(8)

(7)

(9)

(10)

(11)

Mem

aham

i kon

stru

ksi

beng

unan

taha

n ge

mpa

Kons

truk

si

bang

unan

ta

han

gem

pa

Jeni

s ta

giha

n:

kel

ompo

k

Bent

uk

inst

rum

en :

ter

tulis

per

form

en

2 JP

si

mul

asi.

ban

guna

n ta

han

gem

pa

min

iatu

r rum

ah ta

han

gem

pa.

tah

an g

empa

tah

an g

empa

Stan

dar K

ompe

tens

i : M

emah

ami j

enis

ket

ahan

an g

edun

g da

n fa

silit

as s

ekol

ah te

rhad

ap a

ncam

an b

enca

na

Tabe

l 5.2

0 Si

labu

s In

tegr

asi P

endi

dika

n Pe

ngur

anga

n Ri

siko

Gem

pa B

umi d

alam

Mua

tan

Loka

l (S

K : M

emah

ami j

enis

ket

ahan

an g

edun

g da

n fa

silit

as s

ekol

ah te

rhad

ap a

ncam

an b

enca

na).

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

123

Adapun contoh Rencana Pelakssanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran MULOK PRB untuk materi gempa adalah sebagai berikut:

Kotak 5.8 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran

Rencana Pelakssanaan Pembelajaran (RPP)

Sekolah : SMP…

Mata Pelajaran : Mulok Pengurangan Risiko Bencana (PRB)

Kelas : VII

Alokasi Waktu : 2 × 40 menit

Standar Kompetensi:

Memahami peristiwa gempa bumi dan dampaknya.

Kompetensi Dasar :

Memahami konstruksi bengunan tahan gempa.

Indikator :

Menjelaskan struktur bumi dan proses gempa bumi

Menjelaskan jenis (penyebab) gempa bumi

I. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan siswa dapat:

Menjelaskan struktur bumi dan proses gempa bumi

Menjelaskan jenis (penyebab) gempa bumi

II. Materi Pembelajaran

Gempa Bumi

III. Metode Pembelajaran

Penyampaian Informasi

Diskusi

Tanya jawab

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

Kegiatan awal (5 menit)- Siswa mengucapkan salam yang dilanjutkan dengan doa bersama.- Siswa dimotivasi dengan pertanyaan: “Apa yang dimaksud dengan

peristiwa gempa bumi?”

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

124

Kegiatan inti (65 menit)

- Siswa menyimak penjelasan guru mengenai pengertian bangunan tahan gempa

- Secara berkelompok membuat miniatur rumah tahan gempa.

Kegiatan akhir (10 menit)- Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.- Siswa menyimak penguatan dari guru.

V. Sumber dan Alat Bantu

Buku yang relevan

Gambar struktur bumi.

Peta Potensi Gempa.

Lingkungan.

VI. Penilaian

Bentuk penilaian : pengamatan kinerja dan sikap (afektif ) tugas

Jenis penilaian : penilaian proses dan penilaian hasil

Instrumen penilaian : lembar pengamatan dan soal

Aspek yang dinilai : kognitif, afektif dan psikomotorik

NAMASISWA

JUMLAHSKOR KET

INDIKATOR / SKOR

1 2 3 4 5 6

NO

1. Aliyudin

2.

3.

Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24

Nilai siswa= x 100

Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D

Contoh:

jumlah skor24

NAMASISWA

JUMLAHSKOR KET

INDIKATOR / SKOR

1 2 3 4 5 6

NO

1. Aliyudin

2.

3.

Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24

Nilai siswa= x 100

Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D

Contoh:

jumlah skor24

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

125

Kotak 5.9 Contoh RPP Mata Pelajaran Mulok PRB

Rencana Pelakssanaan Pembelajaran (RPP)

Sekolah : SMP…

Mata Pelajaran : Mulok Pengurangan Risiko Bencana (PRB)

Kelas : VII

Alokasi Waktu : 2 × 40 menit

Standar Kompetensi :

Siap siaga terhadap ancaman bencana sebelum, sesaat, sesudah gempa bumi.

Kompetensi Dasar:

Siap siaga terhadap ancaman gempa bumi sebelum gempa bumi.

Indikator:

Menjelaskan hakekat gempa bumi

Menjelaskan bagaimana bersikap jika gempa bumi terjadi

Mahir melakukan simulasi

I. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan siswa dapat:

Menjelaskan penyebab, jenis, dan dampak terjadinya gempa bumi

Terampil melakukan sikap jika gempa terjadi

Mengambil tindakan yang tepat ketika sebelum, sesaat, maupun setelah terjadinya gempa bumi

II. Materi Pembelajaran

Mitigasi gempa

III. Metode Pembelajaran

Penyampaian Informasi

Diskusi

Tanya jawab

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

Kegiatan awal (5 menit)- Siswa mengucapkan salam yang dilanjutkan dengan doa bersama.- Siswa dimotivasi dengan pertanyaan: “Apa yang akan kalian lakukan jika

diwilayah tempat tingaalmu terjadi gempa bumi?”

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

126

Kegiatan inti (65 menit)- Siswa menyimak penjelasan guru mengenai hal-hal apa saja yang harus

dilakukan sebelum, saat, dan setelah gempa terjadi- Secara berkelompok melakukan simulasi tentang mitigasi gempa.

Kegiatan akhir (10 menit)- Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.- Siswa menyimak penguatan dari guru.

V. Sumber dan Alat Bantu

Buku yang relevan

Gambar struktur bumi.

Peta Potensi Gempa.

Lingkungan.

VI. Penilaian

Bentuk penilaian : pengamatan kinerja dan sikap (afektif ) tugas

Jenis penilaian : penilaian proses dan penilaian hasil

Instrumen penilaian : lembar pengamatan dan soal

Aspek yang dinilai : kognitif, afektif dan psikomotorik

NAMASISWA

JUMLAHSKOR KET

INDIKATOR / SKOR

1 2 3 4 5 6

NO

1. Aliyudin

2.

3.

Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24

Nilai siswa= x 100

Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D

Contoh:

jumlah skor24

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

127

Kotak 5.10 Contoh RPP Mata Pelajaran Mulok PRB

Rencana Pelakssanaan Pembelajaran (RPP)

Sekolah : SMP…

Mata Pelajaran : Mulok Pengurangan Risiko Bencana (PRB)

Kelas : IX

Alokasi Waktu : 2 × 40 menit

Standar Kompetensi :

Memahami jenis ketahanan gedung dan fasilitas sekolah terhadap ancaman bencana.

Kompetensi Dasar :

Memahami konstruksi bengunan tahan gempa

Indikator :

Mengidentifikasi bangunan tahan gempa

Menyadari manfaat bangunan tahan gempa

I. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan siswa dapat:

Mengidentifikasi bangunan tahan gempa

Menyadari manfaat bangunan tahan gempa

II. Materi Pembelajaran

Konstruksi bangunan tahan gempa

III. Metode Pembelajaran

Penyampaian Informasi

Diskusi

Tanya jawab

Praktek membuat miniatur

IV. Langkah-langkah Pembelajaran

Kegiatan awal (5 menit)- Siswa mengucapkan salam yang dilanjutkan dengan doa bersama.- Siswa dimotivasi dengan pertanyaan: “Gempa bumi dapat

meluluhlantakkan bangunan dalam waktu yang sangat singkat. Dapatkah kita membuat teknologi bangunan tahan gempa?”

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

128

Kegiatan inti (65 menit)- Siswa menyimak penjelasan guru mengenai struktur bumi dilihat dari

penyusun lapisan bumi.- Siswa menganalisis bagian/daerah di Indonesia yang berpotensi gempa

melalui peta potensi gempa secara berkelompok.- Siswa diberi tugas untuk mencari informasi melalui referensi tentang

struktur bumi serta jenis penyebab gempa bumi.- Siswa melakukan studi pustaka tentang gempa bumi.

Kegiatan akhir (10 menit)- Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.- Siswa menyimak penguatan dari guru.

V. Sumber dan Alat Bantu

Buku yang relevan

Alat dan Bahan membuat minaitur rumah

Lingkungan.

VI. Penilaian

Bentuk penilaian : pengamatan kinerja dan sikap (afektif ) tugas

Jenis penilaian : penilaian proses dan penilaian hasil

Instrumen penilaian : lembar pengamatan dan soal

Aspek yang dinilai : kognitif, afektif dan psikomotorik

NAMASISWA

JUMLAHSKOR KET

INDIKATOR / SKOR

1 2 3 4 5 6

NO

1. Aliyudin

2.

3.

Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24

Nilai siswa= x 100

Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D

Contoh:

jumlah skor24

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

129

Adapun contoh bahan ajar mata pelajaran MULOK PRB untuk materi gempa adalah sebagai berikut:

Contoh Bahan Ajar Mulok PRB Kelas VII SMP

Perhatikan gambar struktur bumi berikut!

Sebutkan bagian-bagian dari penyusun bumi?

Bagian manakah dari bumi yang dapat menyebabkan gempa?

Perhatikan wilayah rawan gempa bumi di Indonesia!

Sebutkan daerah mana saja yang termasuk di dalamnya? Apakah daerah yang Kamu tinggali termasuk diataranya?

Contoh Bahan Ajar Mulok PRB Kelas VIII SMP

Waspada Gempa

Mitigasi.

Mitigasi adalah salah satu usaha untuk me-ngurangi risiko dalam menghadapi bencana (bahaya). Sudah banyak ditulis tentang perlunya mitigasi bencana-bencana di Indonesia ini. Dibawah ini salah satu contoh

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

130

panduan penge tahuan tentang mitigasi gempa yang diambil dari UNDP.

Mekanisme kerusakan Energi getaran yang dikirimkan lewat permukaan bumi dari kedalaman. Getaran menyebabkan kerusakan dan menghancurkan bangunan-bangunan, yang pada gilirannya bisa membunuh dan melukai orang-orang yang bertempat tinggal di situ. Getaran juga mengakibatkan tanah longsor, pencairan, runtuhnya bebatuan dan kegagalan-kegagalan daratan yang lain, yang merusak tempat- tempat hunian di dekatnya. Getaran juga memicu kebakaran berganda, kecelakaan industri atau transportasi dan bisa memicu banjir lewat jebolnya bendungan-bendungan dan tanggul-tanggul penahan banjir.

Parameter kedahsyatan Skala ukuran (Richter, Momen Seismik) menunjukkan jumlah energi yang dikeluarkan pada episenter- ukuran dari satu daerah yang terlanda gempa bumi secara kasar terkait dengan jumlah energi yang dikeluarkan. Skala intensitas (Mercalli yang Dimodifikasi, MSK) menunjukkan kekuatan dari getaran bumi pada satu lokasi-kekuatan getaran juga terkait dengan banyaknya energi yang dikeluarkan, jarak dari episenter gempa bumi dan kondisi- kondisi tanah setempat.

Penyebab Pelepasan energi oleh penyesuaian- penyesuaian geofisik jauh di kedalaman bumi sepanjang daerah retakan yang terbentuk di dalam kerak bumi. Proses-proses tektonis dari gerakan benua yang lamban di atas permukaan bumi. Pergeseran-pergeseran geomorfologi setempat. Aktivitas vulkanis.

Strategi-strategi mitigasi utama - Rekayasa bangunan-bangunan untuk menahan kekuatan-kekuatan

getaran. - Kepatuhan terhadap persyaratan-persyaratan undang-undang bangunan

dan dorongan akan standar kualitas bangunan yang lebih tinggi.- Konstruksi dari bangunan-bangunan sektor umum yang penting menurut

standar tinggi dari rancangan teknik sipil.- Memperkuat bangunan-bangunan penting yang sudah ada yang diketahui

rentan. Perencanaan lokasi untuk mengurangi kepadatan penduduk di perkotaan di daerah- daerah geologi yang diketahui dapat melipat gandakan getaran-getaran bumi. Asuransi, penetapan zona gempa dan peraturan- peraturan tata guna tanah.

• Pertanyaan:Cobalah buat simulasi tentang bagaimana yang harus dilakukan ketika gempa terjadi engan kreasimu sendiri!

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

131

Contoh Bahan Ajar Mulok PRB Kelas IX SMP

Perhatikan gambar pembuatan rumah tahan gempa berikut!

Buatlah miniature yang mirip dengan susunan gambar berikut dan presentasikan hasilnya di depan kelas!

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

132

5.3. Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi ke Dalam Kegiatan Pengembangan Diri.

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu dari kegiatan pengembangan diri. Pengembangan diri adlah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.

Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkaitan dnegna masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik serta kegiatan kepramukaan, kepemimpinan, palang merah remaja (PMR) dan kelompok ilmiah remaja (KIR).

Pengembangan diri untuk satuan pendidikan khusus menekankan pada peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilaian kegiatan pengembangan diri diri dilakukan secara kualitatif.

Pola kesiagaan bencana sebagai bentuk pengurangan risiko bencana harus diawali di lingkungan sekolah. Sekolah harus diposisikan sebagai pelaku utama pelaksana pendidikan kesiapsiagaan bencana karena beberapa hal berikut.

Populasi siswa sekolah yang sangat besar,

Sekolah merupakan suatu komunitas yang terorganisir dengan baik,

Anak-anak usia sekolah adalah kelompok yang rentan terhadap bencana,

Siswa sangat peka dalam menerima perubahan-perubahan, termasuk pendidikan siaga bencana, dan

Sekolah merupakan perpanjang-tanganan keluarga dalam menentukan perilaku, termasuk perilaku terkait siaga bencana.

Salah satu upaya sekolah dalam mengambil peran dari kesiapsiagaan bencana adalah dengan membentuk dan/atau mengoptimalkan ekstrakulikuler Palang Merah Remaja (PMR) yang berbasis siaga bencana. Tujuan umum yang diharapkan adalah pembentukan Sekolah Siaga Bencana (SSB) untuk meningkatkan ketahanan sekolah dalam menghadapi bencana dan risiko dari bencana itu sendiri. Sedangkan tujuan khususnya adalah siaga bencana menjadi suatu institusi dalam dunia pendidikan di masyarakat sekolah.

Kelompok sasaran dalam lingkungan sekolah yang memiliki kepentingan dan kapasitas dalam melaksanakan upaya PBR diantaranya:

Kelompok primer, yakni para siswa karena jumlah mereka yang paling banyak daripada guru dan masyarakat sekolah lainnya.

Kelompok sekunder, yakni para guru karena guru dapat menyampaikan informasi dan materi terkait siaga bencana.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

133

Kelompok tersier, yakni kepala sekolah, yayasan maupun pemerintah (Depdiknas).

Pemberdayaan kapasitas kelompok primer dapat diwakili dengan mengembangkan PMR melalui dorongan dan pembinaan siaga bencana. PMR dapat difungsikan sebagai peer-educator yakni teman sebaya bagi siswa di sekolah dalam menginformasikan semua hal tentang bencana, dampak maupun cara penanganan bencana.

1. Menyusun program kegiatan ekskul yang mengintegrasikan PRB.Di bawah ini merupakan salah satu contoh program kegiatan ekskul kelompok ilmiah remaja (KIR) yang terintegrasi PRB: Mengadakan lomba pembuatan karya tulis tingkat sekolah menegah

tentang gempa bumi. Mengadakan simulasi dan latihan siap siaga gempa. Mengadakan bedah buku tentang gempa dan bencana alam Mengadakan bakti sosial untuk membantu korban gempa seperti

bimbingan/trauma healing untuk anak-anak yang terkena bencana gempa, mengumpulkan dan menyalurkan bantuan, dll.

Palang Merah Remaja atau PMR adalah organisasi kepemudaan binaan dari Palang Merah Indonesia yang berpusat di sekolah-sekolah dan bertujuan memberitahukan pengetahuan dasar kepada siswa sekolah dalam bidang yang berhubungan dengan kesehatan umum dan pertolongan pertama pada kecelakaan. Kegiatan utama dari ekstrakulikuler PMR didasarkan pada Tribakti PMR, yakni: 1). Berbakti kepada masyarakat, 2). Mempertinggi mutu ketrampilan dan memelihara kebersihan serta kesehatan, dan 3). Mempererat persahabatan nasional dan internasional.

Materi ajar pendidikan pengurangan risiko bencana gempa bumi secara umum dapat diintegrasikan dengan kegiatan PMR yang memuat topik-topik berikut.

Topik 1 : Pengenalan kepada Ancaman Bencana Gempa Bumi di Indonesia.

Topik 2 : Identifikasi Ancaman, Kerentanan dan Kapasitas di Lingkungan Sekolah.

Topik 3 : Perlindungan Diri Saat Gempa Bumi.

Topik 4 : Pengenalan kepada Penanggulangan Bencana.

Topik 5 : Pertolongan Pertama pada Korban Gempa.

Topik 6 : Kesiapsiagaan Sekolah terhadap Ancaman Bencana (Rencana Darurat/Emergency Plan).

Topik 7 : Penyusunan Rencana Aksi Sekolah Siaga Bencana Gempa Bumi.

Materi ajar tersebut dapat dikembangkan dengan melaksanakan berbagai simulasi diantaranya: perlindungan diri saat gempa (duck and cover), pertolongan pertama bagi korban gempa, evakuasi korban pasca gempa, dan lain sebagainya.

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

134

Sekolah yang aman dari bencana tidak hanya melihat dari komponen fisik atau struktur dari bangunan tersebut. Sebuah sekolah dianggap aman dari bencana apabila sekolah tersebut (1) memperhatikan konteks lokal dan ancaman-ancaman dari alam baik dari segi lokasi, struktur dan desain dari bangunan sekolah, (2) memiliki akses terhadap klinik yang berfungsi dan memiliki persediaan obat-obatan dan peralatan pada saat kejadian darurat, (3) memahami dan siaga akan ancaman alam yang dihadapi di lingkungan sekitarnya, (4) memiliki pemetaan akan ancaman dan kerentanan serta kapasitas untuk menghadapai bencana, (5) memiliki kebijakan mengenai rencana pengurangan risiko bencana dan untuk kesiapsiagaan bencana, (6) memiliki manajemen evakuasi dan prosedur tindakan apabila terjadi bencana, sesuai dengan karakteristik bencana yang dihadapi. Oleh karenanya matei ajar PRB gempa bumi dapat diintegrasikan dengan materi pokok pada ekstakulikuler PMR.

2 Materi Pembelajaran Pramuka, PMR yang dapat diintegrasikan dengan PRB

Materi PMR

Anggota PMR :

1. PMR MULA

Usia 7 – 12 tahun atau setingkat SD

2. PMR MADYA

Usia 12 – 16 tahun atau setingkat SLTP

3. PMR WIRA

Usia 16 – 20 tahun atau setingkat SLTA

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

135

Tabel 5.2.1: Contoh Kegiatan PMR yang dapat diintegrasikan PRB

TING-KATAN KELAS INDIKATOR MATERI

KEGIATANMATERI PEMBELAJARAN

PRB

(12) (2) (1) (7) (13)

PMR MADYA

VII SMP

VIII SMP

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)

136

TING-KATAN KELAS INDIKATOR MATERI

KEGIATANMATERI PEMBELAJARAN

PRB

(12) (2) (1) (7) (13)

IX SMP

Tabel 5.22 Contoh Kegiatan Pramuka yang dapat diintegrasikan PRB

TING-KATAN KELAS INDIKATOR MATERI

KEGIATANMATERI PEMBELAJARAN

PRB

(12) (2) (1) (7) (13)

PRA-MUKAPENG-

GALANG

VII SMP

VIII SMP

IX SMP

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs

137

TING-KATAN KELAS INDIKATOR MATERI

KEGIATANMATERI PEMBELAJARAN

PRB

(12) (2) (1) (7) (13)

PRA-MUKAPENG-

GALANG

VII SMP

VIII SMP

IX SMP

TING-KATAN KELAS INDIKATOR MATERI

KEGIATANMATERI PEMBELAJARAN

PRB

(12) (2) (1) (7) (13)

PRA-MUKAPENG-

GALANG

VII SMP

VIII SMP

IX SMP

MAT

ERI

KEG

IATA

NTU

JUA

NKE

GIA

TAN

MET

OD

E KE

GIA

TAN

/BE

LAJA

RPR

OSE

S KE

GIA

TAN

BELA

JAR

ALO

KA

SIW

AK

TU

ALA

T D

AN

BA

HA

NKE

GIA

TAN

SUM

BER/

BAH

AN

(13)

Tab

el 5

.23

Sila

bus

Inte

gras

i PRB

dal

am K

egia

tan

PMR

Tab

el 5

.24

Sila

bus

Inte

gras

i PRB

dal

am K

egia

tan

Pram

uka

MAT

ERI

KEG

IATA

NTU

JUA

NKE

GIA

TAN

MET

OD

E KE

GIA

TAN

/BE

LAJA

RPR

OSE

S KE

GIA

TAN

BELA

JAR

ALO

KA

SIW

AK

TU

ALA

T D

AN

BA

HA

NKE

GIA

TAN

SUM

BER/

BAH

AN

(13)

Daftar Istilah

140

DAFTAR ISTILAHPengurangan Risiko Bencana Pengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktik mengurangi risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengelola faktor-faktor penyebab dari bencana termasuk dengan dikuranginya paparan terhadap ancaman, penurunan kerentanan manusia dan properti, pengelolaan lahan dan lingkungan yang bijaksana, serta meningkatkan kesiapsiagaanan terhadap kejadian yang merugikan.

PendidikanPendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan Negara

Pengarusutamaan PRBProses dimana pertimbangan-pertimbangan pengurangan risiko bencana dikedepankan oleh organisasi/individu yang terlibat di dalam pengambilan keputusan dalam pembangunan ekonomi, fisik, politik, sosial-budaya suatu negara pada level nasional, wilayah daerah dan/atau lokal; serta proses-proses dimana pengurangan risiko bencana dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan tersebut

Pendidikan Siaga Bencana Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecakapan hidup dalam mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian dan langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

Komite Sekolah Organisasi mandiri yang dibentuk dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Ia menjadi ruang bagi orangtua, masyarakat, dan pihak sekolah menyampaikan aspirasi dan merumuskan kebijakan bagi peningkatan pendidikan di sekolah. Ia merupakan badan independen yang tidak memiliki hubungan hirarkis dengan Kepala Sekolah. Ia menjadi mitra kepala sekolah dalam menjalankan peran dan fungsinya dalam memajukan sekolah.

KTSP Kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Sekolah dan kepala sekolah mengembangkan KTSP dan silabus berdasarkan a). Kerangka dasar kurikulum, b). Standar kompetensi, dibawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Provinsi.

Kurikulum Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahanpelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana Gempa Bumi untuk SMP/MTs

141

Ekstra kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.

Standar Kompetensi ukuran kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik setelah mengikuti suatuproses pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu.

Kompetensi kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki peserta didik.

Standar Nasional Pendidikan Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum NKRI. Lingkup standar nasional pendidikan meliputi: a. standar isi, b. standar proses, c. standar kompetensi lulusan, d. standar pendidik dan tenaga kependidikan, e. standar sarana dan prasarana, f. standar pengelolaan, g. standar pembiayaan, h. standar penilaian pendidikan.

Sumber/bahan belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.

Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi,

Daftar Istilah

142

serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun; dan

Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

Bencana adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam atau ulah manusia, yang dapat terjadi secara tibatiba atau perlahan-lahan, yang menyebabkan hilangnya jiwa manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan, di mana masyarakat setempat dengan segala kemampuan dan sumberdayanya tidak mampu untuk menanggulanginya.

Bahaya adalah situasi, kondisi, atau karakteristik biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang berpotensi menimbulkan korban dan kerusakan.

Kerentanan adalah tingkat kekurangan kemampuan suatu masyarakat untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan, dan menanggapi dampak bahaya tertentu. Kerentanan dapat berupa kerentanan fisik, ekonomi, sosial dan tabiat, yang dapat ditimbulkan oleh beragam penyebab.

Kemampuan adalah penguasaan sumberdaya, cara, dan kekuatan yang dimiliki masyarakat, yang memungkinkan mereka untuk, mempersiapkan diri, mencegah, menjinakkan, menanggulangi, mempertahankan diri serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat bencana

Risiko adalah kemungkinan timbulnya kerugian pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang timbul karena suatu bahaya menjadi bencana. Risiko dapat berupa kematian, luka, sakit, hilang, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat.

Pencegahan adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana dan jika mungkin dengan meniadakan bahaya.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana Gempa Bumi untuk SMP/MTs

143

Mitigasi adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak bencana, baik secara fisik struktural melalui pembuatan bangunan-bangunan fisik, maupun non fisik-struktural melalui perundang-undangan dan pelatihan.

Kesiapsiagaan adalah upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana, melalui pengorganisasian langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

Peringatan Dini adalah upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi, yang menjangkau masyarakat, segera, tegas tidak membingungkan, resmi

Tanggap Darurat adalah upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian.

Bantuan Darurat merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, tempat tinggal sementara, perlindungan, kesehatan, sanitasi dan air bersih

Pemulihan adalah proses pengembalian kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali sarana dan prasarana pada keadaan semula dengan melakukan upaya memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dll).

Rehabilitasi adalah upaya langkah yang dilakukan setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas sosial penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian.

Rekonstruksi adalah program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya.

Penanggulangan Bencana adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana, mencakup tanggap darurat, pemulihan, pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan

Daftar Pustaka

144

DAFTAR PUSTAKACarolus Prasetya, dkk, Gempa Yogya dan Dinamika Palung Jawa, Yogyakarta: Pusat Studi Bencana UPN Veteran Yogyakarta, 2007.

Diposaptotomo, Subandono, dkk, Menyiasati Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Bogor: Buku Ilmah Populer, 2009.

Diposaptotomo, Subandono, dkk, Hidup Akrab dengan Gempa dan Tsunami, Bogor: Buku Ilmah Populer, 2008.

ET Paripurno, Gempa dan Tsunami, Yogyakarta: Pusat Studi Bencana UPN Veteran Yogyakarta, 2007.

Hidayati, Sri, Kesiapsiagaan Msyarakat Menghadapi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami, Jakarta: Prosiding, 2009.

Muktaf Hanafi, Akhmad, Manajemen Resiko Bencana Gempa Bumi (Studi Kasus Gempa Bumi Yogyakarta 27 Mei 2006), Jakarta: Batan, 2008.

SC-DRR/UNDP, Jakarta: Draf Nol Strategi Nasional Pengarusutamaan Pengurangan Resiko Bencana

Teguh Peripurno, Eko, Modul Majemen Bencana Pengenalan Gempa Untuk Penanggulangan Bencana, Yogyakarta: Pusat Studi Bencana UPN Veteran Yogyakarta, 2007.

UN/ISDR, Terminology on Disaster Risk Reduction, 2009

UNESCO, Natural Disaster Preparedness and Education for Sustainable Development, Bangkok: 2007.

UNESCO, Siap Menghadapi Bencana, Jakarta: DEPDIKNAS, 2007

Badan Meteorologi dan Geofisika, http://rekapuspa.wordpress.com/2009/10/08/antisipasi-gempa-bumi/, November 2009.

Keuntungan dan Pengaruh Posisi Letak Geografis dan Geologi Indonesia, http://bimly-se.blogspot.com/2009/08/keuntungan-dan-pengaruh-posisi-dan.html, November 2009

Antisipasi Gempa Bumi http://rekapuspa.wordpress.com/2009/10/08/antisipasi-gempa-bumi/

Fauzi, Keuntungan Dan Pengaruh Posisi Dan Letak Geografis Indonesia, http://bimly-se.blogspot.com/2009/08/keuntungan-dan-pengaruh-posisi-dan.html http://www.reindo.co.id/Gempa/Reference/Indore.htm

Kertapati, E. K., ”Aktivitas Gempabumi di Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi”, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Januari 2004.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana Gempa Bumi untuk SMP/MTs

145

Nugroho, Imam, Penyebaran Gempa Bumi Hubungannya dengan Tektonik Lempeng Jogjakarta: Perpustakaan Geologi UGM, 2008.

Priyono, Juniawan - KPJ’94 (2007). Pengurangan Resiko Bencana Dimulai dari Sekolah http://sutikno.org/index.php?option=com_content&task=view&id=37&Itemid=49