panduan guru pendidikan prb gempa smp, puskur, undp
Embed Size (px)
TRANSCRIPT



Cover dalam
GEMPA BUMIBahan Pengayaan Bagi Guru SMP/MTs
Penulis: Dra. Etty Sofyatiningrum, M.EdNara Sumber: Dr. Ir. Eko Teguh Paripurno M
PUSAT KURIKULUMBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALJAKARTA, 2009
Modul AjarPengintegrasian Pengurangan Risiko

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa BumiBahan Pengayaan Bagi Guru SMP/MTs
Penulis: Dra. Etty Sofyatiningrum, M.EdNara Sumber: Dr. Ir. Eko Teguh Paripurno MEditor: Ninil R Miftahul Jannah dan Dian AfriyanieIlustrator Sampul : Nandana Y (SD Muhammadiyah Bausasran I Yogyakarta)
Ilustrator Isi: Rizki Goni, Feri Rahman, Antan Juliansyah, Feri Fauzi, Rigan A.T.
Lay Out Isi:Galang Gumilar, Antan Juliansyah, Feri Fauzi, Rudini Rusmawan, Ardi H, Agusbobos.
ISBN : 978-979-725-226-7
Program Safer Communities through Disaster Risk Reduction (SCDRR)Jl. Tulung Agung No. 46, Jakarta 10310, INDONESIA
Telp : +62 21 390 5484 (hunting)Fax : +62 21 391 8604E-mail : [email protected] : www.sc-drr.org
Program masyarakat yang lebih aman melalui pengurangan risiko bencana (Safer Communities through Disaster Risk Reduction disingkat SCDRR), merupakan proyek kerja sama antara United Nations Development Programme (UNDP), BAPPENAS, BNPB dan Kementerian Dalam Negeri, dengan dukungan dana UNDP, Departement for International Development (DFID) Pemerintah Inggris dan Australian Agency For International Development (AusAID)

SAMBUTAN
Indonesia yang merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia berada di kawasan yang disebut cincin api, dimana risiko untuk terjadi bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, letusan gunung api, banjir dan
longsor sangat tinggi. Bencana alam ini telah menimbulkan ribuan korban jiwa, kerugian materil dan meninggalkan banyak orang untuk berjuang membangun kembali tempat tinggal dan mata pencahariannya.
Kesiapsiagaan merupakan hal yang penting dan harus dibangun pada setiap tingkat kelompok di masyarakat. Pengalaman menunjukkan bahwa kehancuran akibat bencana dapat secara drastis dikurangi jika semua orang lebih siap menghadapi bencana. Sekolah adalah pusat pendidikan yang tidak hanya memberikan kita ilmu pengetahuan tetapi juga bekal untuk kelangsungan hidup kita, kesiapsiagaan terhadap bencana merupakan bagian dari ketrampilan untuk kelangsungan hidup kita. Sekolah juga seringkali menjadi tempat penghubung dan tempat belajar bagi seluruh masyarakat. Anak-anak merupakan peserta ajar yang paling cepat dan mereka tidak hanya mampu memadukan pengetahuan beru ke dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga menjadi sumber pengetahuan bagi keluarga dan masyarakatnya dalam hal prilaku yang sehat dan aman, yang mereka dapatkan di sekolah. Oleh karenanya, menjadikan pencegahan bencana menjadi salah satu fokus di sekolah dengan memberdayakan anak-anak dan remaja untuk memahami tanda-tanda peringatan bencana dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko dan mencegah bencana, merupakan suatu langkah awal yang penting dalam membangun ketangguhan bencana seluruh masyarakat. Jadi kesiapsiagaan haruslah menjadi bagian dari materi yang diberikan dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah.
Pusat Kurikulum sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam pengembangan model-model kurikulum sebagai referensi satuan pendidikan dalam pengembangan kurikulumnya, telah berhasil dalam menyusun serangkaian modul ajar dan modul pelatihan untuk pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam tingkat satuan pendidikan. Secara keseluruhan modul ini terdiri atas 15 modul ajar dan 3 modul pelatihan, yaitu:
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SD.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SMA.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SD.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA.
KEPALA PUSAT KURIKULUM

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SD.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SMA.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SD.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SD.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMP.Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA.Modul Pelatihan Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana untuk SD,
SMP dan SMA.
Penyusunan modul-modul tersebut merupakan hasil kerjasama antara Pusat Kurikulum dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal BAPPENAS dalam sebuah Program Safer Community Through Disaster Risk Reduction (SCDRR) In Development yang didanai oleh United Nations Development Program (UNDP) yang bertujuan untuk membangun masyarakat yang aman dari ancaman melalui berbagai upaya pengurangan risiko bencana.
Setiap modul ajar dilengkapi dengan contoh-contoh silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan model bahan ajar. Sedangkan modul pelatihan terdiri dari panduan fasilitasi dan bahan bacaan bagi pelatih mengenai penyelenggaraan penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana, sekolah siaga bencana, pendidikan PRB, dan strategi pengintegrasian pendidikan PRB ke dalam kurikulum satuan pendidikan.
Diharapkan modul-modul tersebut dapat bermanfaat dan dijadikan bahan acuan bagi para pihak yang berkepentingan dalam kesiapsiagaan di sekolah.
Jakarta, Desember 2009Kepala Pusat Kurikulum
Dra. Diah Harianti, M.Psi

SAMBUTAN
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan letak geografisnya pada posisi pertemuan 4 lempeng tektonik, merupakan wilayah yang rawan bencana. Selain itu dengan kompleksitas kondisi demografi, sosial dan ekonomi di
Indonesia yang berkontribusi pada tingginya tingkat kerentanan masyarakat terhadap ancaman bencana, serta minimnya kapasitas masyarakat dalam menangani bencana menyebabkan risiko bencana di Indonesia menjadi tinggi. Pada tahun 2005, Indonesia menempati peringkat ke-7 dari sejumlah negara yang paling banyak dilanda bencana alam (ISDR 2006-2009, World Disaster Reduction Campaign, UNESCO).
Berangkat dari hal tersebut dan guna mendukung paradigma pengurangan risiko bencana di sektor pendidikan, maka Pusat Kurikulum-sebuah unit eselon II di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan pada Kementerian Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal BAPPENAS tengah melaksanakan kegiatan Program Safer Community Through Disaster Risk Reduction (SCDRR) In Development melalui dana hibah UNDP. Kegiatan ini bertujuan membangun masyarakat yang aman dari ancaman melalui berbagai upaya pengurangan risiko bencana.
Dalam kerjasama ini, Pusat Kurikulum telah mengembangkan kurikulum khususnya dalam mengintegrasikan materi-materi dan kompetensi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) ke dalam mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Pendidikan Jasmani yang ada di sekolah mulai dari jenjang SD atau yang sederajat sampai SMA atau yang sederajat. Model pengintegrasian materi dan kompetensi PRB dengan mata pelajaran-mata pelajaran ini bertujuan agar muatan kurikulum dan beban belajar tidak menjadi lebih berat. Disamping mengintegrasikan ke mata pelajaran yang sudah ada PRB juga bisa dijadikan muatan lokal (Mulok) serta ekstra kurikuler.
Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ini disusun dalam rangka untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengetahuan tentang bencana dan mensosialisasikan langkah-langkah preventif untuk mengurangi risiko bencana yang dapat menimpa di wilayah Indonesia. Tanpa adanya upaya terus-menerus untuk mendiseminasikan informasi tentang ancaman dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko-risiko yang dapat ditimbulkannya, sulit bagi kita untuk mewujudkan guru dan peserta didik yang tangguh dalam menghadapai bencana.
Modul ini dapat menjadi salah satu solusi yang memungkinkan bagi para guru untuk mengajarkan peserta didik dari hari ke hari di sekolah secara berkesinambungan, sehingga proses, internalisasi pengetahuan kebencanaan bukan hanya dipahami
KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Bencana Gempa Bumi untuk SD/MI
vi
dan diketahui dalam ingatan belaka tapi juga mendorong munculnya respon cepat penyelamatan yang benar dari peserta didik ketika menghadapi bencana.
Diharapkan modul ini dapat dimanfaatkan, antara lain:Sebagai alat pemandu dalam membantu para guru dalam melakukan
pengajaran tentang pengurangan risiko bencana kepada peserta didik di sekolah sebagai upaya membangun kesiapsiagaan dan keselamatan dari bencana di sekolah.
Membuka peluang dan membangun kreatifitas guru dalam menerapkan pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana yang disesuaikan dengan konteks sekolah yang dibinanya
Memberikan gambaran secara lebih sistematis dan komprehensif cara pengintegrasian pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana ke dalam mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri di Sekolah.
Mendorong inisiatif para guru, sekolah dan gugus dalam mengupayakan pengurangan risiko bencana dan membangun budaya keselamatan di sekolah, lingkungan rumah dan lingkungan sekitar.
Semoga Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ini menjadi bermanfaat dan membantu bagi semua guru untuk meningkatkan pengetahuan, meningkatkan ketrampilan dan membentuk sikap anak untuk menjadi lebih tanggap terhadap ancaman bencana.
Jakarta, Desember 2009
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan Nasional
Prof. Dr. H. Mansyur Ramly

SAMBUTAN
Menyikapi situasi kejadian bencana dan kenyataan luasnya cakupan wilayah tanah air yang memiliki berbagai ancaman bencana, pemerintah Indonesia telah melakukan sejumlah inisiatif guna mengurangi risiko bencana ditanah
air. Pada akhir tahun 2006 Bappenas meluncurkan buku Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB) 2006 – 2009, sebagai komitmen dalam mengarusutamakan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan nasional, yang merupakan pelengkap dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005 – 2009 yang telah ada. Berdasarkan RAN PRB 2006 – 2009 tersebut, Pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk program pencegahan dan pengurangan risiko bencana, sebagaimana tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) mulai tahun 2007. Lebih lanjut pada April 2007, Pemerintah menerbitkan Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yang menjadi tonggak sejarah dalam upaya penanggulangan risiko bencana di Indonesia, dan diikuti dengan peraturan turunannya, serta dibentuknya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) melalui Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008.
Untuk mendukung prakarsa – prakarsa yang telah dimulai oleh Pemerintah Indonesia tersebut, UNDP bekerjasama dengan Bappenas, BNPB dan kementrian dalam negeri telah menginisiasi sebuah program yang ditujukan untuk mewujudkan masyarakat yang lebih aman melalui pengurangan risiko bencana dalam pembangunan atau yang dikenal dengan Program Safer Communities Through Disaster Risk Reduction in Development (SCDRR in Development). Program SCDRR ini kan berlangsung selama 5 tahun (2007 – 2012) dan dirancang untuk mendorong agar pengurangan risiko bencana menjadi sesuatu yang lazim dalam proses pembangunan yang terdesentralisasi. Untuk mewujudkan hal itu maka upaya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana kedalam proses pembangunan mutlak harus dijalankan. Upaya tersebut dilaksanakan melalui 4 pilar sasarna program SCDRR, yaitu : (1) Diberlakukannya kebijakan, peraturan dan kerangka kerja regulasi pengurangan risiko bencana; (2) Diperkuatnya kelembagaan pengurangan risiko bencana dan kemitraan diantara mereka; (3) Dipahaminya risiko bencana dan tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi risiko tersebut oleh masyarakat dan pengambil kebijakan melalui pendidikan dan penyadaran publik; (4) Didemonstrasikannya pengurangan risiko bencana sebagai bagian dari program pembangunan.
Terkait dengan sasaran ketiga mengenai perlunya pendidikan dan penyadaran publik terhadap pengurangan risiko bencana, selama beberapa tahun ini pemerintah bersama-sama beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat, dan institusi pendidikan di tingkat nasional maupun daerah telah melakukan berbagai upaya dalam pendidikan kebencanaan, termasuk memasukkan materi kebencanaan kedalam muatan lokal, pelatihan untuk guru, kampanye dan advokasi, hingga school road show untuk kegiatan simulation drill di sekolah-sekolah. Namun demikian, kegiatan-kegiatan tersebut belum terkoordinasi dengan baik dan belum terintegrasi dalam satu kerangka yang dapat
DIREKTUR KAWASAN KHUSUS DAN DAERAH TERTINGGAL, BAPPENAS
SELAKU NATIONAL PROJECT DIRECTOR SCDRR

disepakati bersama. Dilain pihak, pemetaan aktivitas pendidikan diberbagai wilayah rawan bencana di Indonesia serta intervensi dan dukungan peningkatan kapasitas untuk pendidikan masih sangat minim dan terpusat, khususnya di wilayah Jawa dan Sumatera. Kajian kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana yang telah dilakukan di berbagai wilayah menunjukkan rendahnya tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah dibanding masyarakat serta aparat (LIPI, 2006 – 2007). Hal ini sangat ironis, karena sekolah adalah basis dari komunitas anak-anak, yang merupakan kelompok rentan yang perlu dlindungi dan secara bersamaan perlu ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya.
Di sisi lain, tantangan dalam mengintegrasikan upaya-upaya pengurangan risiko bencana kedalam sistem pendidikan juga telah banyak dikaji, seperti : (1) Beratnya beban kurikulum siswa; (2) Kurangnya pemahaman guru mengenai bencana ; (3) Kurangnya kapasitas dan keahlian guru dalam integrasi PRB kedalam kurikulum; (4) Minimnya panduan, silabus dan materi ajar yang terdistribusi dan dapat diakses oleh guru; (5) Terbatasnya sumberdaya (tenaga, biaya dan sarana); dan (6) Kondisi bangunan fisik sekolah, sarana dan prasarana pada ummnya memprihatinkan, tidak berorientasi pada AMDAL dan konstruksi tahan gempa.
Untuk menjawab tantangan tersebut dan guna melaksanakan integrasi pengurangan risiko bencana ke dalam sistem pendidikan, dalam rangka mewujudkan budaya aman dan siaga bencana, maka SCDRR telah mendukung Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana kedalam Sistem Pendidikan Nasional. Strategi ini akan disahkan melalui suatu bentuk kebijakan ditingkat nasional yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelaksanaan integrasi PRB ke dalam sistem pendidikan baik intra maupun ekstrakurikuler secara nasional.
Untuk mendukung implementasi kebijakan tesebut, maka SCDRR mendukung Pusat Kurikulum, Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun modul ajar dan modul pelatihan pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam intra dan ekstrakurikuler. Modul-modul ini berisi model pembelajaran, materi ajar lengkap dengan panduan pengajarannya, dalam hal integrasi PRB kedalam intra dan ekstrakurikuler.
Diharapkan modul-modul yang disusun oleh Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional ini dapat menjadi acuan standar dan/atau memperkaya bahan-bahan yang sudah ada dan sudah disusun oleh berbagai pihak lainnya, sehingga dapat bermanfaat dan digunakan oleh praktisi pendidikan dan pemangku kepentingan lainnya dalam rangka peningkatan kesiapsiagaan sekolah terutama didaerah rawan bencana. Terima Kasih.
Jakarta, 31 Desember 2009
Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tetinggal, Bappenas
Selaku National Project Director SCDRR
Dr.Ir Suprayoga Hadi, MSP

DAFTAR ISI
SAMBUTAN KEPALA PUSAT KURIKULUM III
SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL V
SAMBUTAN DIREKTUR KAWASAN KHUSUS DAN DAERAH TERTINGGAL, BAPPENAS SELAKU NATIONAL PROJECT DIRECTOR SCDRR VII
DAFTAR ISI IX
DAFTAR TABEL XI
DAFTAR GAMBAR XIII
DAFTAR KOTAK XV
BAB I PENDAHULUAN 11.1 Landasan dan Pedoman 1
1.1.1 Landasan Filosofis 3 1.1.2 Landasan Sosiologis 4 1.1.3 Landasan Yuridis 4 1.1.4 Pedoman Pengembangan Produk 5 1.1.5 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ke dalam Sistem Pendidikan Nasional 6
1.2 Kerangka Kerja Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana 7 1.2.1 Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana dan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan 7 1.2.2 Konsep Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana 8
BAB II FENOMENA DAN PERISTIWA GEMPA BUMI 10 2.1 Fenomena Gempa Bumi di Indonesia 10 2.2 Peristiwa Gempa Bumi di Indonesia 14
BAB III PENGURANGAN RISIKO GEMPA BUMI 183.1 Pengurangan Risiko Bencana 18
3.1.1 Bencana 19 3.1.2 Risiko Bencana, Konstruksi dari Ancaman, Kerentanan dan Kapasitas 21 3.1.3 Pengurangan Risiko Bencana 23

Daftar Isi
x
3.1.4 Upaya Pengurangan Risiko Bencana 233.2 Kesiapsiagaan Gempa Bumi 28
3.2.1 Tindakan Sebelum Terjadi Gempa Bumi 28 3.2.2 Tindakan Saat Terjadi Gempa Bumi 34 3.2.3 Tindakan Setelah Terjadi Gempa Bumi 36
BAB IV MATERI PEMBELAJARAN PENGURANGAN RISIKO GEMPA BUMI 394.1 Identifikasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Gempa Bumi 39 4.2 Pemetaan Indikator Siswa 41 4.3 Pendekatan Kegiatan Belajar Mengajar 43
BAB V PENGINTEGRASIAN MATERI POKOK PENGURANGAN RISIKO GEMPA BUMI KE DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MENENGAH PERTAMA (SMP/MTS) 445.1 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi ke dalam Mata Pelajaran 44
5.1.1 Identifikasi Mata Pembelajaran tentang Pengurangan Risiko Bencana 465.1.2 Analisis Kompetensi Dasar (KD) yang dapat diintegrasikan 495.1.3 Penyusunan Silabus Mata Pelajaran Terintegrasi 655.1.4. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Terintegrasi 805.1.5. Model Bahan Ajar 102
5.2. Pengembangan Model Muatan Lokal Pengurangan Risiko Gempa Bumi 112
5.2.1 Analisis Konteks Mata Pelajaran Muatan Lokal 1125.2.2 Penyusunan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal Pengurangan Risiko Gempa Bumi 1165.2.3 Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal Pengurangan Risiko Gempa Bumi 118
5.3. Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana Sebagai Pada Kegiatan Pengembangan Diri 132
DAFTAR ISTILAH 140
DAFTAR PUSTAKA 144

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kejadian Gempa bumi di Indonesia dalam kurun waktu 200 tahun serta jumlah Korban Jiwa. 15Tabel 3.1 Skala Richter (SR). 30Tabel 3.2 Skala MMI Kekuatan Gempa Bumi. 31Tabel 3.3 Hubungan antara Skala Richter dengan MMI. 32Tabel 4.1 Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Gempa Bumi 39Tabel 4.2 Indikator Perilaku Siswa untuk Pembelajaran Pengurangan Risiko Gempa Bumi 41Tabel 5.1 Identifikasi Mata Pembelajaran Tentang PRB 46Tabel 5.2 Format Analisis KD dari Beberapa Mata Pelajaran 50Tabel 5.3 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran IPS Kelas VII Semester 1 66Tabel 5.4 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran IPS Kelas VII Semester 2 68Tabel 5.5 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran IPS Kelas VIII Semester 1 69Tabel 5.6 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran IPS kelas IX Semester 2 70Tabel 5.7 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan kelas VII Semester 1 71Tabel 5.8 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan kelas VII Semester 1 72Tabel 5.9 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan kelas VII Semester 1 73Tabel 5.10 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan kelas IX Semester 2 74Tabel 5.11 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran Pendidikan IPA Terpadu kelasVII Semester 1 75

Daftar Tabel
xii
Tabel 5.12 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran Pendidikan IPA Terpadu kelasVIII Semester 1 76Tabel 5.13 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran Pendidikan Bahasa Indonesia Terpadu kelas VII Semester 1 77Tabel 5.14 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran Pendidikan Bahasa Indonesia Terpadu kelas VIII Semester 1 78Tabel 5.15 Silabus Integrasi Pengurangan Risiko Gempa Bumi Untuk Mata Pelajaran Pendidikan Bahasa Indonesia Terpadu kelas IX Semester 1 79Tabel 5.16 Pengintegrasian Pendidikan Pengurangan Resiko sebagai pelajaran Muatan Lokal 116Tabel 5.17 Silabus Integrasi Pendidikan Pengurangan Risiko Gempa Bumi dalam Muatan Lokal (SK : Memahami Peristiwa Gempa Bumi dan Dampaknya). 119Tabel 5.18 Silabus Integrasi Pendidikan Pengurangan Risiko Gempa Bumi dalam Muatan Lokal (SK : Siap Siaga Terhadap Ancaman Bencana). 120Tabel 5.19 Silabus Integrasi Pendidikan Pengurangan Risiko Gempa Bumi dalam Muatan Lokal (SK : Memahami hubungan Risiko, bahaya, kerentanan dan kapasitas ). 121Tabel 5.20 Silabus Integrasi Pendidikan Pengurangan Risiko Gempa Bumi dalam Muatan Lokal (SK : Memahami jenis ketahanan gedung dan fasilitas sekolah terhadap ancaman bencana). 122Tabel 5.21 Contoh Kegiatan PMR yang dapat diintegrasikan PRB 135Tabel 5.22 Contoh Kegiatan Pramuka yang dapat diintegrasikan PRB 136Tabel 5.23 Silabus Integrasi PRB dalam Kegiatan PMR 137Tabel 5.24 Silabus Integrasi PRB dalam Kegiatan Pramuka 138

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Potensi Gempa di Indonesia. 12Gambar 2.2 Enam Wilayah Gempa di Indonesia. 12Gambar 2.3 Daerah Sebaran Bencana Gempa Bumi 14Gambar 3.1 Model Hubungan antara Risiko Bencana, Kerentanan dan Bahaya. 19Gambar 3.2 Gempa bumi di Yogya,27 Mei 2006. 20Gambar 3.3 Persentase Orang Terkena Bencana Berdasarkan jenis Bencana. 21Gambar 3.4 Bangunan yang rusak akibat goncangan gempa (Ground Motion). 24Gambar 3.5 Bangunan yang mengalami liquefaction akibat gempa bumi di aceh pada tahun 2005. 25Gambar 3.6 Longsor akibat gempa. 25Gambar 3.7 Struktur Bangunan Tahan Gempa. 25Gambar 3.8 Penyusunan Perabot. 29Gambar 3.9 Beberapa bentuk simulasi penyelamatan diri saat gempa. 29Gambar 3.10 Seismograf Horizontal. 34Gambar 3.11 Seismograf Vertikal. 34Gambar 3.12 seismogram. 34Gambar 5.1. penyelamatan diri saat gempa. 103Gambar 5.2. Contoh berita di Surat Kabar 105Gambar 5.3. Yang Harus Dikerjakan Sebelum, Saat Dan Sesudah Gempa Bumi 106Gambar 5.4. gambar kliping berita dari surat kabar nasional 107Gambar 5.5. Proses terjadinya gempa bumi 108Gambar 5.6. Proses Terjadinya Gempa Tektonik 109Gambar 5.7. Bentukan kawah 110Gambar 5.8. Akibat gempa 111

Daftar Gambar
xiv

DAFTAR KOTAK
Kotak 5.1 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran, IPS. 85Kotak 5.2 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran Penjaskes IX 88Kotak 5.3 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran IPA Terpadu Kelas VII 90Kotak 5.4 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran IPA Terpadu Kelas VIII 93Kotak 5.5 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII 95Kotak 5.6 Contoh Rencana PembangunanMata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII 97Kotak 5.7 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IX 100Kotak 5.8 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran 123Kotak 5.9 ontoh RPP Mata Pelajaran Mulok PRB 125Kotak 5.10 Contoh RPP Mata Pelajaran Mulok PRB 127

Daftar Kotak
xvi

1.1 Landasan dan Pedoman
Berdasarkan hasil Konferensi Sedunia tentang Pengurangan Risiko Bencana yang diselenggarakan pada tanggal 18-22 Januari 2005 di Kobe, Hyogo, Jepang; dan dalam rangka mengadopsi Kerangka Kerja Aksi 2005-2015 dengan tema ‘Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas Terhadap Bencana’ memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya. Konferensi tersebut menekankan perlunya mengidentifikasi cara-cara untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana.
Pada bulan Januari 2005, lebih dari 4.000 perwakilan pemerintah, organisasi non-pemerintah, institusi akademik, dan sektor swasta berkumpul di Kobe, Jepang, pada World Conference on Disaster Reduction (WCDR) kesebelas. Konferensi tersebut mengakhiri perundingan-perundingan tentang Kerangka Kerja Aksi Hyogo 2005-2015 (Hyogo Framework For Action/HFA) : Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas terhadap Bencana. Kerangka Aksi ini diadopsi oleh 168 negara dan menetapkan tujuan yang jelas – secara substansiil mengurangi kerugian akibat bencana, baik korban jiwa maupun kerugian terhadap aset-aset sosial, ekonomi, dan lingkungan suatu masyarakat dan negara – dan merinci seperangkat prioritas untuk mencapai tujuan setindaknya pada tahun 2015.
HFA menekankan bahwa pengurangan risiko bencana adalah isu sentral kebijakan pembangunan, selain juga menjadi perhatian berbagai bidang ilmu, kemanusiaan, dan lingkungan. Bencana merusak hasil-hasil pembangunan, memelaratkan rakyat dan negara. Tanpa usaha yang serius untuk mengatasi kerugian akibat bencana, bencana akan terus menjadi penghalang besar dalam pencapaian Sasaran Pembangunan Milenium. Untuk membantu pencapaian hasil yang diinginkan, HFA mengidentifikasi lima Prioritas Aksi yang spesifik: (1) Membuat pengurangan risiko bencana sebagai prioritas; (2) Memperbaiki informasi risiko dan peringatan dini; (3) Membangun budaya keamanan dan ketahanan; (4) Mengurangi risiko pada sektor-sektor utama; (5) Memperkuat kesiapan untuk bereaksi.
BAB IPENDAHULUAN

Pendahuluan
2
HFA memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya. Konferensi tersebut menekankan perlunya mengidentifikasi cara-cara untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana. Karena bencana dapat diredam secara berarti jika masyarakat mempunyai informasi yang cukup dan didorong pada budaya pencegahan dan ketahanan terhadap bencana, yang pada akhirnya memerlukan pencarian, pengumpulan, dan penyebaran pengetahuan dan informasi yang relevan tentang bahaya, kerentanan, dan kapasitas.
Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha antara lain: (1) menggalakkan dimasuk-kannya pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana sebagai bagian yang relevan dalam kurikulum pendidikan di semua tingkat dan menggunakan jalur formal dan informal lainnya untuk menjangkau anak-anak muda dan anak-anak dengan informasi; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen instrinsik dalam dekade 2005–2014 untuk Pendidikan bagi Pembangunan Berkelanjutan (United Nations Decade of Education for Sustainable Development); (2) menggalakkan pelaksanaan penjajagan risiko tingkat lokal dan program kesiapsiagaan terhadap bencana di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lanjutan; (3) menggalakkan pelaksanaan program dan aktivitas di sekolah-sekolah untuk pembelajaran tentang bagaimana meminimalisir efek bahaya; (4) mengembangkan program pelatihan dan pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana dengan sasaran sektor-sektor tertentu, misalnya: para perancang pembangunan, penyelenggara tanggap darurat, pejabat pemerintah tingkat lokal, dan sebagainya; (5) menggalakkan inisiatif pelatihan berbasis masyarakat dengan mempertimbangkan peran tenaga sukarelawan sebagaimana mestinya untuk meningkatkan kapasitas lokal dalam melakukan mitigasi dan menghadapi bencana; (6) memastikan kesetaraan akses kesempatan memperoleh pelatihan dan pendidikan bagi perempuan dan konstituen yang rentan; dan (7) menggalakkan pelatihan tentang sensitivitas gender dan budaya sebagai bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pelatihan tentang pengurangan risiko bencana.
‘Kampanye Pendidikan tentang Risiko Bencana dan Keselamatan di Sekolah’ yang dikoordinir oleh UN/ISDR (United Nations/International Strategy for Disaster Reduction) hingga penghujung tahun 2007 dengan didasari berbagai pertimbangan. Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan selama kejadian bencana, terutama yang sedang bersekolah pada saat berlangsungnya kejadian. Pada saat bencana, gedung sekolah hancur, mengurangi usia hidup murid sekolah dan guru yang sangat berharga dan terganggunya hak memperoleh pendidikan sebagai dampak bencana. Pembangunan kembali sekolah juga memerlukan waktu yang tidak sebentar dan pastilah sangat mahal.
Kampanye ditujukan kepada murid sekolah dasar dan menengah, para guru, pembuat kebijakan pendidikan, orangtua, insinyur dan ahli bangunan. Selain itu juga ditujukan kepada lembaga pemerintah yang bertanggung-jawab atas isu manajemen bencana, mendiknas, para pemimpin politik di tingkat nasional, pembuat keputusan di masyarakat, dan otoritas lokal. Pesan yang bisa disampaikan antara lain: (1) pendidikan tentang risiko bencana menguatkan anak-anak dan

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SD/MI
3
membantu membangun kesadaran yang lebih besar isu tersebut di dalam masyarakat; (2) fasilitas bangunan sekolah yang bisa menyelamatkan hidup dan melindungi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa dari suatu kejadian bencana alam; dan (3) pendidikan tentang risiko bencana dan fasilitas keselamatan di sekolah akan membantu negara-negara menuju ke arah pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium.
Sekolah dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap generasi muda, yaitu dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan menyampaikan pengetahuan tradisional dan konvensional kepada generasi muda. Untuk melindungi anak-anak dari ancaman bencana alam diperlukan dua prioritas berbeda namun tidak bisa dipisahkan aksinya yaitu pendidikan untuk mengurangi risiko bencana dan keselamatan dan keamanan sekolah.
Sekolah juga harus mampu melindungi anak-anak dari suatu kejadian bencana alam. Investasi dalam memperkuat struktur gedung sekolah sebelum suatu bencana terjadi, akan mengurangi biaya/anggaran jangka panjang, melindungi generasi muda penerus bangsa, dan memastikan kelangsungan kegiatan belajar-mengajar setelah kejadian bencana. Pendidikan di sekolah dasar dan menegah membantu anak-anak memainkan peranan penting dalam penyelamatan hidup dan perlindungan aset/milik masyarakat pada saat kejadian bencana. Menyelenggarakan pendidikan tentang risiko bencana ke dalam kurikulum sekolah sangat membantu dalam membangun kesadaran akan isu tersebut di lingkungan masyarakat.
Mengurangi risiko bencana dimulai dari sekolah. Seluruh komponen, dalam hal ini anak-anak sekolah, para guru, para pemimpin masyarakat, orangtua, maupun individu yang tertarik dengan pendidikan tentang risiko bencana dan keselamatan di sekolah, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, institusi lokal/regional/nasional/ internasional, sektor swasta dan publik untuk dapat berpartisipasi secara aktif. Keterlibatan media juga diperlukan untuk mendorong sebuah budaya ketahanan terhadap bencana dan keterlibatan komunitas yang kuat dalam rangka kampanye pendidikan publik secara terus-menerus dan dalam konsultasi publik di segenap lapisan masyarakat. Bencana?! Jika Siap Kita Selamat.
Padatnya kurikulum pendidikan nasional tidak boleh kita jadikan alasan untuk tidak melakukan kegiatan pengurangan risiko bencana di sekolah secara berkelanjutan. Pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana di sekolah-sekolah bisa dilaksanakan dengan mengintegrasikan materi pembelajaran pengurangan risiko bencana ke dalam (1) mata pelajaran pokok/paket, (2) muatan lokal, dan (3) ekstrakurikuler dan pengembangan diri. Atau secara khusus mengembangkan dan menyelenggarakan kurikulum muatan lokal dan ektrakurikuler/pengembangan diri yang didedikasikan khusus untuk pendidikan pengurangan risiko bencana.
1.1.1 Landasan FilosofisBencana merupakan suatu bentuk gangguan terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat, oleh karena itu, secara filosofis, pengurangan risiko bencana merupakan bagian dari pemenuhan tujuan bernegara Republik

Pendahuluan
4
Indonesia, yaitu melindungi segenap rakyat dan bangsa, serta seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Upaya melindungi segenap rakyat dan bangsa dikuatkan pula dengan hak setiap orang atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dari ancaman ketakutan untuk untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi, hak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan (Pasal 28G ayat (1) dan Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945.
1.1.2 Landasan SosiologisAda tiga pertimbangan sosiologis yang patut diketengahkan, yaitu Pertama secara geografis, demografis dan geologis, Indonesia merupakan negara rawan bencana, baik bencana alam dan bencana akibat ulah manusia, seperti kegagalan atau mala praktik teknologi. Kedua, adalah bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kondisi sosial masyarakat, telah menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yang berakibat pada terjadinya bencana. Ketiga, adalah kondisi struktur manajemen bencana itu sendiri. Kematian, cidera dan kerugian materi, serta masalah lingkungan dan ekonomi dapat dikurangi apabila penyelenggaraan penanggulangan bencana telah dilakukan secara komprehensif yang mencakup pendekatan yang bersifat pencegahan, pengurangaan risiko, tindakan kesiapsiagaan tindakan tanggap terhadap bencana, serta upaya pemulihan. Disamping itu, pendekatan yang mengedepankan pentingnya partisipasi dari semua tingkat pemerintahan, baik pemerintah pusat dan daerah, mengambil peran yang aktif dalam menciptakan manajemen bencana yang efektif. Serta pentingnya partisipasi publik dan pemangku kepentingan dalam penanganan bencana.
1.1.3 Landasan YuridisPertimbangan yuridis adalah menyangkut masalah-masalah hukum serta peran hukum dalam penanganan bencana. Hal ini dikaitkan dengan peran hukum dalam pembangunan, baik sebagai pengatur perilaku, maupun instrumen untuk penyelesaian masalah. Hukum sangat diperlukan, karena hukum atau peraturan perundang-undangan dapat menjamin adanya kepastian dan keadilan dalam penanganan bencana. Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana ditempatkan guna memberikan jawaban atau solusi terhadap permasalahan yang berkaitan dengan penangan bencana, merupakan landasan yuridis paling dekat untuk pelaksanaan usaha-usaha pengurangan risiko bencana di Indonesia.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SD/MI
5
1.1.4 Pedoman pengembangan produkProgram pendidikan pengurangan risiko bencana (PRB) bertujuan untuk meminimalisir risiko bencana dan meningkatkan kapasitas sekolah dalam melaksanakan pengurangan risiko bencana, kesiapsiagaan, mitigasi, dan peringatan dini. PRB oleh satuan pendidikan dapat dilakukan dengan cara mengintegrasikan materi pendidikan pengurangan risiko bencana dalam kurikulum yang berlaku di sekolah, mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri dan ekstrakurikuler, dan bahan ajar.
Dasar hukum yang menjadi pedoman perancangan dan pengembangan serial modul dan modul pelatihan adalah: 1. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.2. Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.3. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.4. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025.5. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 - 2009.6. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.7. Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana.8. Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2008 tentang Pengesahan ASEAN
Agreement on Disaster Management and Emergency Response (Persetujuan ASEAN mengenai Penanggulangan Bencana dan Penanganan Darurat).
9. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
10. Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.11. Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan.12. Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi
dan Standar Kompetensi Lulusan, yang disempurnakan dengan Peraturan Mendiknas No. 6 Tahun 2007.
13. Peraturan Mendiknas No. 40 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balitbang Depdiknas.
14. Peraturan Mendiknas No. 50 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Pemerintah Provinsi.
15. Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA.
16. Surat Edaran Mendiknas No. 33/MPN/SE/2007 tentang Sosialisasi KTSP.

Pendahuluan
6
1.1.5 Pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam Sistem Pendidikan NasionalUU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 38 Ayat (2):
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah dibawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah
Kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penyusunan kurikulum merupakan tanggung jawab setiap satuan pendidikan (sekolah dan madrasah). Oleh karena itu tidak lagi dikenal apa yang disebut dengan kurikulum nasional, yang pada periode sebelumnya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat.
Dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 17 menyebutkan:1 Kurikulum tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/
MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik
2 Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK dan departemen yang mengurusi urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK
Penjabaran kurikulum dilakukan dengan penyusunan silabus dan bahan ajar sesuai dengan kondisi geografis dan demografis untuk daerah, kebutuhan, potensi dan karkateristik satuan pendidikan dan peserta didik, yang selanjutnya diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Pasal 1: 1 Satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan
menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai kebutuhan satuan pendidikan.
2 Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari standar isi dan standar kompetensi lulusan.
3 Kurikulum satuan pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan dasar dan menengah setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah atau Komite Madrasah.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SD/MI
7
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 Ayat 1, juga telah mengakomodasi kebutuhan pendidikan bencana dalam terminologi ‘pendidikan layanan khusus’. Yakni “pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi”.
1.2 Kerangka Kerja Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana
1.2.1 Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana dan Pendidikan Untuk Pembangunan BerkelanjutanPada bulan Desember 2002, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi 57/254 untuk menempatkan Dekade Pendidikan Bagi Pembangunan Berkelanjutan, mulai 2005-2014, dibawah koordinasi UNESCO. Pendidikan untuk pengurangan bencana (alam) telah diidentifikasi sebagai masalah inti yang akan dibahas di bawah DESD. Pendidikan dipandang dalam konsep yang lebih luas. Sebagaimana didefinisikan dalam Bab 36 dalam Agenda 21, “Pendidikan sangat penting untuk mencapai perlindungan lingkungan dan kesadaran etika, nilai-nilai dan sikap, keterampilan dan perilaku yang konsisten dengan pembangunan berkelanjutan. Baik formal dan pendidikan non-formal sangat diperlukan untuk pembangunan berkelanjutan “. Pendidikan dan pengetahuan berkontribusi untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya (alam) serta kerentanan dan ancaman yang ada yang dihadapi oleh masyarakat. Juga memberikan kontribusi untuk menumbuhkembangkan keterampilan hidup.
Dasawarsa ini didukung oleh Kerangka Aksi Hyogo 2005 – 2015 yang menyoroti pentingnya pendidikan dan pembelajaran sebagai bagian dari prioritas aksi, menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat. Inisiatif pengurangan risiko bencana harus berakar di semua lembaga-lembaga pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah dan memasukkan dalam program pendidikan. Pendidikan pengurangan risiko bencana yang mencakup semua aspek peningkatan kesadaran publik, pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk menciptakan dan atau meningkatkan budaya pencegahan melalui identifikasi dan pemahaman risiko, serta belajar mengenai langkah-langkah pengurangan risiko bencana, dan tanggap bencana.
Oleh karena itu Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana - sebagai bagian dari Pengurangan Risiko Bencana (PRB) - harus melekat dengan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan, dan mendukung kerangka ESD yang mencakup 3 aspek, yaitu: 1 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah interdisipliner.
Oleh karena itu, pertimbangan penting diberikan kepada dampak, dan hubungan antara, masyarakat, lingkungan, ekonomi dan budaya.

Pendahuluan
8
2 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana dan meningkatkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah, dan ketrampilan hidup sosial dan emosional untuk pemberdayaan kelompok rentan atau terkena bencana.
3 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana mendukung Tujuan Pembangunan Milenium. Tanpa mempertimbangkan Pengurangan Risiko Bencana dalam perencanaan pembangunan, semua upaya pembangunan termasuk inisiatif DESD dihancurkan dalam hitungan detik.
Kerangka kerja Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana atau pendidikan pengurangan risiko bencana dikembangkan mengikuti arahan UN-ISDR sebagai berikut: “Pendidikan pengurangan risiko bencana adalah sebuah proses pembelajaran bersama yang bersifat interaktif di tengah masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada. Cakupan pendidikan pengurangan risiko bencana lebih luas daripada pendidikan formal di sekolah dan universitas. Termasuk di dalamnya adalah pengakuan dan penggunaan kearifan tradisional dan pengetahuan lokal bagi perlindungan terhadap bencana alam.”
HFA pada PRIORITAS AKSI 3, Poin Aktivitas kunci termaktub rekomendasi bahwa PRB dimasukkan dalam kurikulum sekolah, pendidikan formal dan informal.
“Menggalakkan dimasukkannya pengetahuan pengurangan risiko bencana dalam bagian yang relevan dalam kurikulum sekolah di semua tingkat dan menggunakan jalur formal dan informal lainnya untuk menjangkau pemuda dan anak-anak; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen intrinsik Dekade Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (2005-2015) dari PBB “.
1.2.2 Konsep Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko BencanaPendidikan Pengurangan Risiko Bencana adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran untuk memberdayaan peserta didik dalam upaya untuk pengurangan risiko bencana dan membangun budaya aman serta tangguh terhadap bencana. Pendidikan PRB lebih luas dari penddidikan bencana, bahkan lebih dari pendidikan tentang pengurangan risiko bencana. Tetapi mengembangkan motivasi, ketrampilan, dan pengetahuan agar dapat tertindak dan mengambil bagian dari upaya untuk pengurangan risiko bencana.
Tujuan pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah: 1 Menumbuhkembangkan nilai dan sikap kemanusiaan.2 Menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana. 3 Mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana, pemahaman tentang
kerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan fisik, serta kerentanan. prilaku dan motivasi.
4 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan untuk pencegahan dan pengurangan risiko bencana, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap risiko bencana.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SD/MI
9
5 Mengembangkan upaya untuk pengurangan risiko bencana diatas, baik secara individu maupun kolektif.
6 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siaga bencana.7 Meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana.8 Mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali
komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang disebabkan karena terjadinya bencana.
9 Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar dan mendadak.

2.1. Fenomena Gempa Bumi di Indonesia
Bencana merupakan fenomena yang terjadi karena komponen-komponen pemicu, ancaman, dan kerentanan bekerja bersama secara sistematis, sehingga menyebabkan terjadinya risiko pada komunitas. Bencana secara sederhana didefinisikan sebagai suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat tersebut untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya mereka sendiri Pemicu merupakan faktor-faktor luar yang menjadikan potensi ancaman yang tersembunyi muncul ke bermukaan sebagai ancaman nyata. Ancaman adalah kejadian-kejadian, gejala alam atau kegiatan manusia yang berpotensi untuk menimbulkan kamatian, luka-luka, kerusakan harta benda, gangguan sosial ekonomi atau kerusakan lingkungan.
Di antara sekian banyak jenis bencana alam, gempa bumi termasuk yang paling dahsyat. Gempa bumi adalah getaran permukaan bumi atau sentakan asli dari bumi yang bersumber di dalam bumi yang merambat melalui permukaan bumi dan menembus bumi. Gempa bumi terjadi karena pergesekan antara lempeng-lempeng tektonik yang berada jauh di bawah permukaan bumi.
Gempa bisa terjadi kapan saja sepanjang tahun, siang atau malam, dengan dampak buruk yang terjadi secara mendadak dan hanya memberikan sedikit isyarat bahaya. Gempa dapat menghancurkan bangunan hanya dalam waktu beberapa detik saja, menewaskan atau melukai orang-orang yang berada di dalamnya. Gempa bumi bukan hanya mampu meluluh-lantakkan kota-kota sampai hampir tak tersisa lagi, namun juga bisa menggoyahkan kestabilan pemerintahan, perekonomian, dan struktur sosial suatu negara.
Bencana alam gempa bumi akan terus berulang karena Indonesia merupakan daerah sangat rawan gempa bumi, baik vulkanik maupun tektonik. Daerah itu sering disebut sebagai daerah sabuk api Pasifik. Di bawah ini diperlihatkan gambar posisi Indonesia yang berada pada pertemuan lempeng-lempeng kerak bumi yang bergerak. Indonesia dilalui tiga lempeng aktif, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik. Lempeng Australia begerak dari arah selatan mendorong lempeng Eurasia dengan kecepatan kurang lebih 7 cm/tahun ke arah
FENOMENA DAN PERISTIWA GEMPA BUMIBAB II

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SD/MI
11
selatan. Sedangkan lempeng Pasifik bergerak dari arah timur menuju barat dengan kecepatan kurang lebih 11 cm/tahun.
Kerak bumi terdiri dari lapisan batuan (litosfera) yang berbeda-beda ketebalannya. Di bawah samudra, dalamnya sampai 10 kilometer, dan dibawah benua kedalamannya mencapai 65 kilometer. Kerak bumi itu sendiri tidak berbentuk benda tunggal, melainkan berupa bagian-bagian yang dinamakan lempeng. Ukuran lempeng bermacam-macam, ada yang beberapa puluh, beberapa ratus, bahkan beberapa ribu kilometer. Teori tektonik lempeng menyatakan bahwa lapisan kerak bumi itu berada di atas lapisan lain yang lebih mampu bergeser atau bergerak, namanya mantle atau lapisan pengantara (di bawah litosfera ). Lapisan pengantara bisa bergerak berkat mekanisme tertentu yang hingga kini belum bisa diketahui pasti ataupun dibuktikan, namun para ahli memperkirakan gerakan itu dimungkinkan oleh arus konveksi panas. Ketika lapisan-lapisan saling bergeserkan, tekanan pada bumi pun meningkat. Tekanan-tekanan ini bisa digolong-golongkan menurut corak gerakan sepanjang batas-batas wilayah setiap lempeng: Gerakan saling menjauh, Gerakan meluncur miring secara relatif ke arah lapisan-lapisan lain, Gerakan saling mendorong.
Semua gerakan itu dihubungkan dengan terjadinya gempa bumi yang mencapai daerah permukaan. Batas–batas wilayah setiap lempeng yang mengeluarkan energi yang telah tersimpan, dengan cara mengalirkannya atau memuntahkannya, adalah bagian rapuh, patahan/sesar, lipatan, atau patahan yang dalam istilah asing disebut retakan. Teori pengikatan ulang secara elastis menyatakan bahwa kerak bumi terus-menerus ditekan gerakan-gerakan lapisan-lapisan tektonik, sehingga akhirnya melampaui titik tegangan tertinggi yang dapat ditahannya. Lantaran itulah terjadi ledakan atau muntahan sepanjang patahan/sesar, dan selama itu lapis-lapis bebatuan melakukan pengikatan ulang dengan tekanan-tekanan elastisnya sendiri sampai tegangan mereda. Biasanya, batu-batu itu melakukan pengikatan ulang di kedua sisi patahan / sesar dengan arah yang berlawanan
Ada beberapa faktor kunci yang turut mengakibatkan kerapuhan kita dalam menghadapi gempa bumi : (1) Lokasi pemukiman ada di sekitar daerah seismik, terutama di atas tanah yang rapuh, sepanjang lereng yang sangat riskan kelongsoran, atau pada jalur–jalur patahan/sesar. (2) Struktur–struktur bangunan, misalnya rumah, jembatan, bendungan, dan sebagainya, tidak tahan terhadap gerakan atau bahkan getaran tanah.
Bangunan–bangunan bata yang tanpa rangka dan pondasi yang kuat, dengan atap yang berat, lebih rawan kerusakan akibat gempa jika dibandingkan dengan bangunan–bangunan dari kayu yang ringan. (3) Kelompok–kelompok bangunan padat/berdesakan, dan banyak sekali penghuninya. (4) Kurang akses terhadap informasi tentang risiko-risiko gempa bumi. (5) Gempa bumi punya ‘aturan ketat’ yang selalu dipatuhinya sendiri : tiap 1 korban tewas ; ada 3 yang selamat tapi mengalami luka-luka.
Sejumlah wilayah di Indonesia berulang kali dilanda gempa bumi. Dalam rentang waktu yang singkat gempa mengguncang Tasikmalaya, Yogyakarta, Aceh, Nusa Tenggara Barat, Toli-Toli, Sulawesi Tengah, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi,

Fenomena dan peristiwa Gempa Bumi
12
Bengkulu dan hingga kini Lampung juga dihantui dengan gempa. Akibat gempa tidak hanya merusakan bangunan, namun banyak menelan korban jiwa.
Potensi gempa di Indonesia memang terbilang besar, hal ini disebabkan lokasi Indonesia yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik utama, yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia, Pasifik, dan Fhilipine sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.1 Potensi Gempa di Indonesia
Berdasarkan SNI-1726 2002 Indonesia dibagi menjadi 6 wilayah gempa, seperti pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.2 Enam Wilayah Gempa di Indonesia
Dimana wilayah gempa 1 adalah wilayah dengan kegempaan yang paling rendah dan wilayah gempa 6 adalah wilayah dengan kegempaan paling tinggi. Pembagian wilayah gempa ini, didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun, yang nilai rata-ratanya untuk setiap wilayah gempa ditetapkan dalam tabel. Gempa yang bekerja pada suatu struktur menyebabkan struktur tersebut akan mengalami pergerakan secara vertikal maupun secara lateral. Dalam hal ini konstruksi bangunan yang tahan gempa juga perlu diperhatikan.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SD/MI
13
Besarnya dampak gempa bumi terhadap bangunan tergantung pada beberapa hal diantaranya adalah skala gempa, jarak episenter, mekanisme sumber, jenis lapisan tanah di lokasi bangunan dan kualitas bangunan. Sampai sekarang kita belum mampu secara tuntas menghilangkan risiko bencana akibat fenomena itu. Tetapi perbedaan kemampuan kita mengenali, memahami dan menyikapi bahaya fenomena yang berisiko itulah yang membuat besaran risiko yang mengena pada diri kita berbeda. Semakin kita mengenali dan memahami fenomena bahaya itu dengan baik, maka kita semakin dapat menyikapinya dengan lebih baik. Sikap dan tanggap yang didasarkan atas pengenalan dan pemahaman yang baik akan dapat memperkecil risiko bencana yang mengena pada kita.
Oleh karena itu, untuk mengurangi hilangnya kehidupan manusia dan alam sekitarnya serta harta benda, penderitaan manusia, kerusakan ekonomi, diperlukan tenaga dan dana yang tidak sedikit, serta penanganan yang tepat pada kapasitas manusia.
A. Kondisi Geografis
Dari aspek geologis, geografis, dan morfologis, Indonesia merupakan salah satu wilayah yang rawan terhadap bencana. Kepulauan Indonesia termasuk dalam wilayah deretan gunung berapi Pasifik, yang bentuknya melengkung dari utara Pulau Sumatera-Jawa-Nusa Tenggara hingga ke Sulawesi Utara.
Meskipun kepulauan Nusantara mempunyai sifat iklim tropis, namun secara mikro tiap pulau mempunyai karakteristik tersendiri, mulai dari Sumatera hingga ke Papua sifat iklimnya semakin kering. Musim di Indonesia dipengaruhi oleh letak kepulauan yang berada di antara Samudera Hindia dan Pasifik dan Benua Asia dan Australia. Angin muson barat yang bertiup dari Asia dan Pasifik mengakibatkan terjadinya musim penghujan, sementara agin muson timur yang bertiup dari Australia mengakibatkan musim kemarau. Pada saat kondisi iklim global berpengaruh terhadap iklim di Indonesia, maka perubahan musim dapat menjadi pemicu terjadinya bencana banjir, kekeringan dan kebakaran hutan.
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik dan lempeng Indo Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman memanjang di sebelah barat Sumatera, sebelah selatan Pulau Jawa hingga ke Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah utara Kepulauan Maluku dan sebelah utara Papua.
Akibat lain dari adanya tumbukan itu adalah terbentuknya palung samudera, lipatan, punggungan, dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api, dan sebaran sumber gempa bumi. Gunung api yang berada di Indonesia berjumlah 129 dan 13% dari gunung api aktif dunia berada di negara kita. Sehingga Indonesia merupakan kawasan rawan terhadap bencana letusan gunung api dan gempa bumi.

Fenomena dan peristiwa Gempa Bumi
14
Jenis tanah pelapukan yang banyak dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan gunung api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dan sedikit pasir. Tanah jenis ini menjadikan sebagian besar Indonesia merupakan tanah yang subur. Sebaliknya, tanah pelapukan yang berada di atas bantuan kedap air pada perbukitan atau punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika di perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor. Selain longsor, tanah perbukitan yang gundul juga akan menyebabkan terjadinya banjir di daerah-daerah sekitarnya yang berkedudukan lebih rendah. Curah hujan yang cukup tinggi yang seringkali terjadi di berbagai kawasan di Indonesia semakin memicu terjadinya banjir.
Dengan demikian Indonesia selain merupakan negara yang menempati posisi yang strategis dengan kekayaan alam yang begitu melimpah dan beraneka ragam, juga
merupakan negara dengan tingkat kerentanan bencana yang sangat tinggi. Jajaran gunung api memunculkan ancaman erupsi gunung api, sementara lempeng bumi yang terus bergerak memunculkan ancaman gempa dan tsunami. Sebagai kawasan tropis, Indonesia juga memiliki risiko terhadap ancaman banjir,
tanah longsor dan berbagai macam wabah penyakit. Saat musim kemarau, datang ancaman kekeringan. Kondisi ini telah terjadi pada setiap musim kemarau sekitar 10 tahun belakangan ini, dan dapat diprediksikan akan terus berlanjut karena kerusakan sebagian besar Daerah Aliran Sungai di Indonesia ini.
2.2. Peristiwa Gempa Bumi Di Indonesia
Selama ini, tindakan dalam usaha penanggulangan bencana dilakukan oleh pemerintah yang pelaksanaanya kemudian dilakukan bersama antara pemerintah daerah dengan organisasi-organisasi terkait dan masyarakat yang tertimpa bencana. Pada saat mengahadapi bencana, masyarakat yang belum mampu untuk menanganinya sendiri harus menunggu bantuan yang kadang-kadang tidak segera datang.
Perlu disadari bahwa pada detik-detik pertama saat bencana terjadi adalah saat yang paling penting dalam usaha mengurangi dampak bencana yang lebih besar. Dengan terulangnya bencana gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta, Sumatera Barat, Jawa Barat maupun di wilayah Indonesia lainnya dan didasari oleh pemikiran tersebut dan sejalan dengan program pengembanagan masyarakat yang mandiri,
Gambar 2.3. Daerah Sebaran Bencana Gempa Bumi Sumber : BMG dalam Bakornas PB 2007

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SD/MI
15
masyarakat sendiri perlu mengetahui secara menyeluruh semua upaya tindakan penanggulangan bencana supaya bisa segera mengambil tindakan yang tepat pada waktu bencana terjadi.
Untuk mengurangi kemungkinan bencana disuatu wilayah, tindakan pencegahan bencana perlu dilakukan oleh masyarakat. Pada saat bencana terjadi, korban yang timbul umumnya disebabkan oleh kurangnya persiapan. Persiapan yang baik akan bisa membantu masyarakat untuk melakukan tindakan yang tepat guna dan tepat waktu.
Bencana bisa menimbulkan kerusakan dan korban jiwa. Dengan mengetahui cara pencegahannya masyarakat bisa mengurangi risiko ini. Penangulangan bencana ini hendaknya menjadi tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pihak-pihak yang terkait. Kerjasama ini sangat penting untuk memperlancar proses penanggulangan bencana.
30 September 189914 Agustus 196826 Juni 197619 Agustus 197712 Desember 19922 Juni 1994
17 Februari 19964 Juni 200012 November 200426 Desember 200427 Mei 200613 September 200717 November 20084 Januari 20092 September 2009
30 September 2009
1Oktober 2009
7,8 SR7,8 SR7,1 SR8,0 SR7,5 SR7,2 SR
8,1 SR7,3 SR7,3 SR9,1 SR5,9 SR7,7 SR7,7 SR7,2 SR7,3 SR
7,6 SR
7.0 SR
Laut Banda/AmbonSulawesi Utara
PapuaKepulauan Sunda
FloresBanyuwangi,
Jawa TimurBiak, PapuaBengkuluAlor, NTT
AcehYogyakarta
Padang, Bengkulu, Jambi
Sulawesi TengahManokwari, Papua Barat
Tasikmalaya, Jawa Barat
Sumatera BaratBengkulu, Jambi
3.280392
9.000189
2.200200
1089326
220.0006.223
1042
77
529
2
KEKUATAN (SKALA RICHTER)TANGGAL KEJADIAN TEMPAT KORBAN
TEWAS (JIWA)
Sumber: Kompas, 5 Oktober 2009
Tabel 2.1: Kejadian gempa bumi di Indonesia dalam kurun waktu 200 tahun serta jumlah korban jiwa.
Dengan terulangnya bencana gempa bumi yang terjadi di Indonesia, yang telah menimbulkan korban jiwa dan harta benda, serta masih menyisakan masalah relokasi pengungsi dan penyediaan akses dan ruang belajar untuk anak adalah suatu fakta bahwa kita belum banyak belajar dari peristiwa bencana sebelumnya. Berbagai bencana itu semestinya menjadi pelajaran bagi masyarakat bahwa siapa pun tanpa terkecuali harus selalu siap siaga dalam menghadapi bencana. Kesiapsiagaan ini merupakan suatu kemampuan dalam mengantisipasi dan mengurangi dampak yang diakibatkan bencana.

Fenomena dan peristiwa Gempa Bumi
16
Adapun stakeholders yang terlibat dan sangat berpengaruh dalam upaya mengurangi dampak terjadinya bencana antara lain individu, keluarga/rumah tangga, pemerintah, dan lembaga pendidikan.
Individu dan rumah tangga merupakan ujung tombak, subjek dan objek dari kesiapsiagaan, karena berpengaruh secara langsung terhadap risiko bencana. Pemerintah juga mempunyai peran dan tanggung jawab yang sangat penting, terutama dalam kondisi social ekonomi masyarakat yang masih memerlukan peran pemerintah, terutama yang berkaitan dengan pendidikan masyarakat yang berkaitan dengan bencana, penyediaan fasilitas, sarana dan prasarana publik untuk keadaan darurat. Sedangkan komunitas sekolah mempunyai potensi yang sangat besar sebagai sumber pengetahuan, penyebarluasan pengetahuan tentang bencana dan petunjuk praktis apa yang harus dipersiapkan sebelum terjadinya bencana dan apa yang harus dilakukan pada saat dan setelah terjadinya bencana (Hidayati, dkk, 2006).
Masyarakat sekolah merupakan salah satu stakeholders yang penting dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam bencana. Dengan peningkatan kesiapsiagaan sekolah, maka akan meingkatkan kesiapsiagaan masyarakat secara umum. Kesiapsiagaan tersebut perlu dimiliki oleh warga sekolah dan lingkungan. Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari upaya peningkatan kapasitas. Peningkatan kapasitas tersebut dapat melalui pendidikan yang berlangsung di sekolah yaitu melalui pendidikan pengurangan risiko bencana (PRB).
Adapun tujuan dari pendidikan pengurangan risiko bencana (PRB) adalah mengurangi risiko bencana dengan cara mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas individu/rumah tangga/komunitas dalam menghadapi dampak bencana, termasuk dampak bencana yang tidak dapat dihindarkan, sehingga berkelanjutan dan kemandirian dapat terwujud. Pendidikan ini dapat diselenggarakan dengan terintegrasi pada kurikulum yang telah dilaksanakan oleh sekolah dan yang disesuaikan dengan parameter kesiapsiagaan.
Model pendidikan terkait kebencanaan yang meluas adalah pendidikan kesiapsiagaan. UN/ISDR (International Strategy for Disaster Reduction) menyatakan pendidikan kesiapsiaagaan adalah aktivitas-aktivitas dan langkah-langkah yang diambil sebelumnya untuk memastikan respon yang efektif terhadap dampak bahaya, termasuk dengan mengeluarkan peringatan dini yang tepat waktu dan efektif dan dengan memindahkan penduduk dan harta benda untuk sementara dari lokasi yang terancam.
Dalam kaitan dengan kondisi geografis Indonesia yang rawan bencana alam, peserta didik perlu dibekali dengan pengetahuan tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana secara rutin agar mereka mampu beradaptasi dengan kondisi tersebut dan mengetahui secara tepat apa yang harus dilakukan saat bencana datang, mengetahui bagaimana menyelamatkan diri secara tepat sehingga sewaktu bencana datang mereka dapat menghadapi bencana secara tenang. Peserta didik juga perlu diajarkan tentang kondisi geografis dan sosial wilayah Indonesia dan diajarkan secara rinci mengenai panduan-panduan praktis dan tepat yang mesti mereka lakukan saat bencana terjadi.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SD/MI
17
Pembelajaran tidak mesti harus dalam mata pelajaran tersendiri tetapi dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran yang sesuai.

3.1. Pengurangan Risiko Bencana
Pengelolaaan yang tidak baik dalam sumber daya alam dan sumber daya manusia akan mengakibatkan terjadi bencana. Selain itu, kondisi alam dan keanekaragaman penduduk dan budaya di Indonesia dapat juga menyebabkan terjadinya bencana alam, bencana akibat ulah manusia, dan kedaruratan kompleks. Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi (gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat hidrometeorologi (banjir, tanah longsor, kekeringan, angin topan), bencana akibat faktor biologi (wabah penyakit manusia, penyakit tanaman/ternak, hama tanaman) serta kegagalan teknologi (kecelakaan industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah manusia terkait dengan konflik antar manusia akibat perebutan sumberdaya yang terbatas, alasan ideologi, religius serta politik. Sedangkan kedaruratan kompleks merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatu daerah.
Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi, hampir tidak mungkin diperkirakan secara akurat kapan, dimana akan terjadi dan besaran kekuatannya. Sedangkan beberapa bencana lainnya seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, letusan gunung api, dan tsunami masih dapat diramalkan sebelumnya. Meskipun demikian kejadian bencana selalu memberikan dampak kejutan dan menimbulkan banyak kerugian baik jiwa maupun materi. Kejutan tersebut terjadi karena kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman bahaya.
Secara umum terdapat peristiwa bencana yang terjadi berulang setiap tahun. Bahkan sekarang ini peristiwa bencana menjadi lebih sering dan terjadi silih berganti, misalnya dari kekeringan, kemudian kebakaran, lalu diikuti banjir. Akibatnya muncul anggapan bahwa bencana tersebut sebagai sesuatu hal yang memang harus terjadi. Padahal semua itu merupakan fenomena alamiah yang melekat pada bumi dan timbulnya korban dan kerugian disebabkan oleh beberapa faktor ketidaksiapan. Beberapa faktor tersebut adalah :
1. Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya.
2. Sikap atau perilaku yang mengakibatkan penurunan kualitas sumberdaya alam.
BAB
BAB IIIPENGURANGAN RISIKO GEMPA BUMI

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SD/MI
19
3. Kurangnya informasi/peringatan dini yang menyebabkan ketidaksiapan.
4. Ketidakberdayaan/ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya.
3.1.1. BencanaBencana merupakan fenomena yang terjadi karena komponen-komponen, ancaman, dan kerentanan bekerja bersama secara sistematis, sehingga menyebabkan terjadinya risiko pada komunitas. Ancaman merupakan kejadian-kejadian, gejala alam atau kegiatan manusia yang berpotensi untuk menimbulkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda, gangguan sosial ekonomi atau kerusakan lingkungan. Kerentanan adalah kondisi-kondisi yang ditentukan oleh faktor-faktor atau proses-proses fisik, sosial ekonomi dan lingkungan hidup yang meningkatkan kerawanan suatu komunitas terhadap dampak ancaman bencana. Risiko merupakan suatu peluang dari timbulnya akibat buruk, atau kemungkinan kerugian dalam hal kematian, luka-luka, kehilangan dan kerusakan harta benda, gangguan kegiatan matapencaharian dan ekonomi atau kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi antara ancaman bencana dan kondisi kerentanan.
Dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa bencana merupakan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Menurut ISDR bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri.
Terjadinya Bencana
Bahaya
Kerentanan
Kejadian
RISIKOBENCANA
BENCANA
Gambar 3.1 Model hubungan antara risiko bencana, kerentanan dan bahaya

Pengurangan Risiko Gempa Bumi
20
Adapun komponen yang berpengaruh terhadap besar kecilnya dampak suatu bencana antara lain sebagai berikut: bahaya, kerentanan, risiko bencana, dan kapasitas.
Berdasarkan sumber bencananya, terdapat tiga jenis bencana: (1) bencana alam, yaitu bencana yang murni yang disebabkan oleh peristiwa alam, contohnya gempa bumi, gunung meletus, angin puting beliung. (2) bencana akibat ulah manusia, yaitu bencana yang disebabkan oleh kekhilafan manusia seperti kebakaran dan kornsleting listrik. (3) bencana kompleks, yaitu bencana yang diakibatkan oleh gabungan antara perilaku alam dan ulah manusia sebagai contoh banjir akibat hujan diluar normal dan penggundulan hutan.
Bahaya Dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara dengan potensi bencana yang sangat tinggi. Beberapa potensi bencana yang ada antara lain adalah bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir, tanah longsor, dan lain-lain. Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu potensi bahaya utama dan potensi bahaya ikutan. Potensi bahaya utama ini dapat dilihat antara lain pada peta potensi bencana gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan, peta potensi bencana tanah longsor, peta potensi bencana letusan gunung api, peta potensi bencana tsunami, peta potensi bencana banjir, dan lain-lain.
Gambar 3.2. Gempa bumi di Yogya, 27 Mei 2006
Dari indikator-indikator di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki potensi bahaya utama yang tinggi. Hal ini tentunya sangat tidak menguntungkan bagi negara Indonesia.
Disamping tingginya potensi bahaya utama, Indonesia juga memiliki potensi bahaya ikutan yang sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator misalnya likuifaksi, persentase bangunan yang terbuat dari kayu, kepadatan bangunan, dan kepadatan industri berbahaya. Potensi bahaya ikutan ini sangat tinggi terutama di daerah perkotaan yang memiliki kepadatan, persentase bangunan kayu (utamanya di daerah pemukiman kumuh perkotaan), dan jumlah industri berbahaya, yang tinggi. Dengan indikator diatas, perkotaan Indonesia merupakan wilayah dengan potensi bencana yang sangat tinggi.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
21
3.1.2. Risiko Bencana, Konstruksi dari Ancaman, Kerentanan dan KapasitasKejadian bencana di Indonesia terus meningkat sepanjang tahun. Ini mem-buktikan bahwa Indonesia merupakan negara yang rapuh dalam menghadapi ancaman bencana.
Banjir, 38 %
Gempa,31 %
Kebakaran, 17 %
Epidemik,4 %
Massmovwet,
2 %Letusan
Gunung Api,3 %
Kekeringan,6 %
Gambar 3.3. Persentase Orang Terkena Bencana Berdasarkan Jenis Bencana
Gambar di atas menunjukkan persentase orang terkena bencana berdasarkan jenis bencana di Indonesia antara kurun waktu 1980 – 2008.
Perbedaan kemampuan dalam mengenali karakteristik bahaya membuat besaran risiko yang mengena pada situasi bencana juga akan berbeda. Semakin mampu untuk mengenali dan memahami fenomena bahaya itu dengan baik, maka manusia akan semakin dapat mensikapinya dengan lebih baik. Sikap dan tanggap yang didasarkan atas pengenalan dan pemahaman yang baik akan dapat memperkecil risiko bencana. Kehancuran dahsyat yang terjadi akibat gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatra Utara, serta DI Yogyakarta dan Jawa Tengah, juga memunculkan kebingungan bagaimana harus mensikapinya; hiruk pikuk di Alor dan Palu saat terjadi gempa menunjukkan betapa bangsa Indonesia belum mampu dengan baik menghadapi ancaman bahaya yang melingkupi.
Ancaman BencanaAncaman bencana seperti yang tertuang dalam UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana. Sedangkan menurut Dr. Krishna S. Pribadi ancaman bencana merupakan: Suatu peristiwa besar yang jarang terjadi, dalam lingkungan alam atau
lingkungan binaan, yang mempengaruhi kehidupan, harta atau kegiatan manusia, sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan bencana.

Pengurangan Risiko Gempa Bumi
22
Suatu fenomena alam atau buatan manusia yang dapat menimbulkan kerugian fisik dan ekonomi atau mengancam jiwa manusia dan kesejahteraannya, bila terjadi di suatu lingkungan permukiman, kegiatan budi daya atau industri.
Ancaman bencana dapat bersifat membahayakan bagi suatu lingkungan akibat kondisi lingkungan yang rentan.
KerentananKerentanan adalah seberapa besar suatu masyarakat, bangunan, pelayanan atau suatu daerah akan mendapat kerusakan atau terganggu oleh dampak suatu bahaya tertentu, bergantung kepada kondisinya, jenis konstruksi dan kedekatannya kepada suatu daerah yang berbahaya atau rawan bencana.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerentanan tersebut adalah : Institusi lokal yang lemah dalam membuat kebijakan dan peraturan serta
penegakan kebijakan tersebut, terutama terkait dengan penanggulangan bencana dan upaya pengurangan risiko bencana, termasuk di dalamnya adalah lemahnya aparat penegak hukum;
Kurangnya penyebaran informasi mengenai kebencanaan, baik melalui penyuluhan, pelatihan serta keahlian khusus yang diperlukan dalam upaya-upaya pengurangan risiko bencana;
Penduduk terkait dengan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat.
Kenyataan menunjukkan kerentaan cukup tinggi dari masyarakat, infrastruktur serta elemen-elemen di dalam kota/kawasan yang berisiko bencana. Karena kurangnya pemahaman adanya bahaya sekitarnya, maka masyarkat dikatakan rentan terhadap bencana. Bangunan dibantaran sungai, bangunan tepat di lereng tempat mengairnya lahar gunung berapi, bangunan di tepi pantai, bangunan yang permanen dan tidak tahan gempa dan lain-lain merupakan contoh kerentaan suatu lingkungan.
Kapasitas.Kapasitas adalah kemampuan dari masyarakat dalam menghadapi bencana. Misalnya pengetahuan rendah, maka kapasitasnya rendah, contohnya: Tidak tahu kalau di dekat rumahnya terdapat ancaman tanah longsor, Tidak tahu kalau membangun rumah di bantaran kali dapat menyebabkan
banjir, Tidak tahu kalau mengikis tebing untuk diambil tanahnya dapat
menyebabkan longsor, Tidak tahu kalau menebang pohon tanpa mengganti dengan pohon baru
dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor, Tidak memiliki keterampilan bagaimana membuat rumah tahan gempa, Tidak memiliki keterampilan bagaimana mengevakuasi ketika terjadi
gempa, Tidak memiliki keterampilan bagaimana menyelamatkan diri dan orang
lain ketika terjadi bencana, dan lain-lain.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
23
3.1.3. Pengurangan Risiko BencanaPengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktik mengurangi risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengelola faktor-faktor penyebab dari bencana termasuk dengan dikuranginya paparan terhadap ancaman, penurunan kerentanan manusia dan properti, pengelolaan lahan dan lingkungan yang bijaksana, serta meningkatkan kesiapsiagaanan terhadap kejadian yang merugikan.
3.1.4. Upaya Pengurangan Risiko Bencana
1. Mitigasi Bencana.Tujuan dari mitigasi bencana gempa bumi adalah untuk mengembangkan strategi mitigasi yang dapat mengurangi hilangnya kehidupan dari alam sekitarnya serta harta benda, penderitaan manusia, kerusakan ekonomi dan biaya yang diperlukan untuk menangani korban bencana yang dihasilkan oleh bencana gempa bumi. Rencana mitigasi bencana gempa bumi dapat meningkatkan cara pandang yang luas dan terintegrasi terhadap sistem pengurangan risko bencana yang meliputi elemen-elemen berikut : Identifikasi bencana dan kerentanannya serta evaluasi risiko bencana
tersebut. Strategi pengurangan bencana yang bersumber dari wilayah dan
dimiliki oleh pemegang kebijakan. Seperangkat peraturan, perundang-undangan dan regulasi yang
menyediakan kerangka kerja yang komprehensif untuk interaksi antara berbagai organisasi dan institusi yang berbeda.
Mekanisme koordinasi institusi yang kuat. Sistem yang solid untuk mengendalikan pemenuhan dan penguatan
code dan standar untuk konstruksi bangunan yang aman. Perencanaan dan tataguna lahan dan pemukiman yang menggabungkan
kepedulian akan bencana dan pengurangan risiko. Penggunaan peralatan komunikasi untuk pengurangan risiko akibat
bencana yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bencana, pendidikan, pelatihan dan penilaian.
Manajemen kesiapsiagaan dan kedaruratan berdasarkan pemahaman risiko.
Kerjasama dan koordinasi antar instansi, antar kota, antar organisasi.
Dalam upaya mengurangi risiko bencana maka diperlukan kesiapsiagaan yang lebih baik. Oleh karena itu siswa juga harus harus memahami pengertian dari gempa, sebab-sebab terjadinya, dampaknya, serta hal-hal apa saja yang harus diperhatikan sebelum, saat dan setelah terjadinya gempa tersebut.

Pengurangan Risiko Gempa Bumi
24
2. Dampak GempaGempa bisa terjadi kapan saja sepanjang tahun, siang atau malam, dengan dampak buruk yang terjadi secara mendadak dan hanya memberikan sedikit isyarat bahaya. Gempa dapat menghancurkan bangunan hanya dalam waktu beberapa detik saja, menewaskan atau melukai orang-orang yang berada di dalamnya. Gempa bumi bukan hanya mampu meluluh-lantakkan kota-kota sampai hampir tak tersisa lagi, namun juga bisa menggoyahkan kestabilan pemerintahan, perekonomian, dan struktur sosial suatu negara.
Faktor kunci yang turut mengakibatkan kerapuhan Indonesia dalam menghadapi gempa bumi: (1) Lokasi pemukiman ada di sekitar daerah seismik, terutama di atas tanah yang rapuh, sepanjang lereng yang sangat riskan kelongsoran, atau pada jalur- jalur patahan/sesar; (2) Struktur-struktur bangunan, misalnya rumah, jembatan, bendungan, dan sebagainya, tidak tahan terhadap gerakan atau bahkan getaran tanah. Bangunan-bangunan bata yang tanpa rangka dan pondasi yang kuat, dengan atap yang berat, lebih rawan kerusakan akibat gempa jika dibandingkan dengan bangunan-bangunan dari kayu yang ringan; (3) Kelompok-kelompok bangunan padat/berdesakan, dan banyak sekali penghuninya; (4) Kurang akses terhadap informasi tentang risiko-risiko gempa bumi; dan (5) Gempa bumi punya “aturan ketat” yang selalu dipatuhinya sendiri: tiap 1 korban tewas; ada 3 yang selamat tapi mengalami luka-luka.
Berdasarkan analisa ancaman gempa tersebut maka kemungkinan dampak bahaya gempa bumi yang akan melanda diantaranya adalah:
Ground motion, yakni goncangan yang menyebabkan struktur bangunan rusak.
Gambar 3.4. Bangunan yang rusak akibat goncangan gempa (Ground Motion)

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
25
Liquefaction, yakni perubahan stabilitas tanah menjadi massa yang lebih encer.
Gambar 3.5. Bangunan yang mengalami liquefaction akibat gempa bumi
Landslides, yakni gempa memicu terjadinya gerakan tanah (longsor).
Gambar 3.6 Longsor akibat gempa
Kebakaran yang terjadi akibat rusaknya sistem listrik dan gas. Tsunami yakni gelombang impulsif yang ditimbulkan oleh adanya
perubahan formasi batuan sesaat akibat gempa pada dasar lautan.
3. Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana Gempa Bumi Harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa khususnya di
daerah rawan gempa, Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan.
Gambar 3.7. Struktur Bangunan Tahan Gempa

Pengurangan Risiko Gempa Bumi
26
Pembangunan fasilitas umum yang sesuai dengan kaidah-kaidah konstruksi bangunan tahan gempa yang telah ditetapkan.
Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada. Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat
kepadatan hunian di daerah rawan gempa bumi. Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan pemanfaatan
lahan. Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa
bumi dan cara - cara penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi. Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan, kewaspadaan
masyarakat terhadap gempa bumi, pelatihan pemadam kebakaran dan pertolongan pertama.
Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan masyarakat lainnya.
Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi gempa bumi.
Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan pelatihan pemadaman kebakaran dan pertolongan pertama.
Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan masyarakat lainnya.
Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi gempa bumi.
4. Penanggulangan BencanaDalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, pasal 33-38, dinyatakan, bahwa:
Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi:
prabencana; saat tanggap darurat; dan pasca bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan prabencana meliputi:
dalam situasi tidak terjadi bencana; dan dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana sebagaimana dimaksud meliputi:
perencanaan penanggulangan bencana; pengurangan risiko bencana;

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
27
pencegahan; pemaduan dalam perencanaan pembangunan; persyaratan analisis risiko bencana; pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang; pendidikan dan pelatihan; dan persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
Perencanaan penanggulangan bencana meliputi:
pengenalan dan pengkajian ancaman bencana; pemahaman tentang kerentanan masyarakat; analisis kemungkinan dampak bencana; pilihan tindakan pengurangan risiko bencana; penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak
bencana; dan alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
Pengurangan risiko bencana , dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana. Kegiatan meliputi:
pengenalan dan pemantauan risiko bencana; perencanaan partisipatif penanggulangan bencana; pengembangan budaya sadar bencana; peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana;
dan penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan
bencana.
Pencegahan meliputi:
identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana;
kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana;
pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana;
penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup; dan penguatan ketahanan sosial masyarakat.

Pengurangan Risiko Gempa Bumi
28
Berdasarkan informasi dari Undang-undang tersebut, banyak hal yang dapat diidentifikasi, dijadikan bahan pengayaan bagi guru, yang tidak diajarkan ke siswa. Selain kompetensi yang harus dikuasai siswa tentu harus dikuasai guru, sebaiknya kepala sekolah dan guru menambah kompetensi lainnya seperti:
menyusun program untuk meningkatkan keamanan sekolah terhadap Bencana.
menyusun rencana aksi sekolah; perencanaan penanggulangan bencana; pengurangan risiko bencana; pencegahan; pemaduan dalam perencanaan pembangunan; persyaratan analisis risiko bencana; pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang; Perencanaan penanggulangan bencana meliputi:
- pengenalan dan pengkajian ancaman bencana;- pemahaman tentang kerentanan masyarakat;- analisis kemungkinan dampak bencana;- pilihan tindakan pengurangan risiko bencana;- penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak
bencana; dan- alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia.
Pengurangan risiko bencana , dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana. Kegiatan meliputi:- pengenalan dan pemantauan risiko bencana;- perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;- pengembangan budaya sadar bencana;- peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana;
dan- penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan
bencana.
3.2. Kesiapsiagaan Gempa Bumi
3.2.1. Tindakan Sebelum Terjadi Gempa Bumi
1. Hal yang harus dilakukan sebelum terjadi gempaAdapun yang harus kita lakukan sebelum terjadi gempa adalah:
Perabot sekolah atau rumah tangga (seperti lemari, dan lain-lain) diatur menempel pada dinding (dipaku/diikat) untuk menghindari jatuh, roboh, & bergeser pada saat terjadi gempa.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
29
Gambar 3.8. Penyusunan Perabot
Atur benda yang berat sedapat mungkin berada pada bagian bawah. Cek kestabilan benda yang tergantung yang dapat jatuh pada saat
gempabumi terjadi (misalnya: lampu, dan lain-lain) Matikan aliran air, gas dan listrik apabila sedang tidak digunakan Simpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang aman dan tidak
mudah pecah, untuk menghindari kebakaran Perhatikan letak pintu, lift serta tangga darurat, apabila terjadi
gempabumi, dapat mengetahui jalan keluar bangunan atau tempat paling aman untuk berlindung.
2. Merencanakan Siaga Gempa Bumi Sederhana : Rencana darurat yang baik hanya berisi beberapa rincian
saja. Tentukan Jalan Melarikan Diri : Pastikan anda tahu jalan yang paling
aman untuk meninggalkan rumah setelah gempa. Tentukan tempat bertemu : Jika teman atau anggota keluarga terpencar,
tentukan dua tempat bertemu. Pertama semestinya lokasi yang aman dekat rumah dan tempat kedua dapat berupa bangunan atau taman di luar desa.
Adakan latihan cara melindungi diri dari gempa bumi, seperti berlindung di bawah meja, berlari sambil melindungi diri, dan lainnya.
Gambar 3.9. Beberapa bentuk simulasi penyelamatan diri disaat gempa

Pengurangan Risiko Gempa Bumi
30
3. Kekuatan Gempa.Kekuatan gempa dinyatakan dalam Skala Richter (SR). Skala Richter merupakan indeks angka dalam angka Latin yang menerangkan tingkat kekuatan gempa. Skala Richter dimulai dari 1 hingga 9.
Tabel 3.1. Skala Richter (SR)
1 – 3
3 – 4
5
6
7
8
9
Tercatat oleh seismograf setempat, tetapi umumnya tidak terasa.
Kadang-kadang terasa namun tidak ada kekuatan.
Terasa cukup luas dan terjadi kerusakan ringan di dekat pusat gempa (episentrum).
Kerusakan bangunan (bangunan dengan struktur konstruksi buruk) pada jarak kurang dari 10 km dari episentrum.
Skala gempa cukup besar yang menyebabkan kerusakan cukup serius samapai jarak 100 km.
Skala gempa besar yang menyebabkan kerusakan cukup serius hingga jarak 100 km.
Skala gempa sangat besar yang menyebabkan kerusakan parah hingga 1000 km.
KETERANGANKEKUATAN(MAGNITUDE)
Sedangkan untuk mengukur intensitas gempa di suatu tempat adalah dengan melihat dampak yang terjadi di daerah tersebut, seperti kerusakan pada bangunan, topografi, reaksi manusia, dan hal lainnya yang teramati. Intensitas tersebut diukur dengan skala intensitas dengan Skala MMI (Modified Mercally Intensity).

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
31
Tabel 3.2. Skala MMI Kekuatan Gempa Bumi
Umumnya getaran tidak terasa.
Getaran dirasakan oleh beberapa orang terutama yang berada di dalam bangunan yang tinggi. Benda-benda ringan yang bergantung bergoyang-goyang.
Getaran dirasakan nyata di dalam rumah. Getaran terasa seakan ada truk yang sedang lewat.
Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak di dalam rumah. Barang berat yang digantung bergoyang, gelas-gelas gemirincing, daun pintu berderik dan dinding atau rangka rumah berbunyi.
Getaran dirasakan hampir oleh semua penduduk, orang tidur terbangun, barang pajangan jatuh dan pecah, barang-barang terpelanting, daun pintu bergerak terbuka tertutup, pigura dinding bergerak.
Getaran dirasakan oleh semua penduduk, banyak yang terkejut dan lari ke luar rumah, plester dinding jatuh dan cerebong asap pabrik rusak, buku-buku berjatuhan.
Kerusakan ringan pada rumah dengan konstruksi baik, sedangkan pada ruangan konstruksi kurang baik dinding retak, cerobong asap pabrik pecah. Terasa oleh orang yang naik kendaraan dan orang yang sedang berjalan kaki jatuh.
Retak-retak pada bangunan yang kuat, dinding dapat lepas dari rangka rumah cerobong asap dan menara roboh. Air menjadi keruh. Tanah mengalami retak, bergeser atau terjadi pelongsoran di daerah curam.
Bangunan yang tidak kuat hancur, banyak bangunan kuat retak, rangka bangunan menjadi tidak lurus, pipa-pipa dalam rumah putus. Rumah seperti berpindah dari pondasi bangunan.
Bangunan dari kayu yang kuat rusak, rangka rumah lepas dari pondasinya. Tanah terbelah, tanah longsor di tiap-tiap pinggir sungai dan di lereng yang curam. Jembatan dapat rusak. Terjadi likuifaksi.
Bangunan-bangunan hanya sedikit yang tetap berdiri. Pipa dalam tanah tidak dapat dipakai kembali, tanah terbelah. Rel kereta api melengkung.
Hancur sama sekali. Permukaan tanah nampak bergelombang. Benda-benda terlempar ke udara.
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
KETERANGANINTENSITAS
Tabel 2. Skala MMI Kekuatan Gempa Bumi

Pengurangan Risiko Gempa Bumi
32
Tabel 3.3. Hubungan Antara Skala Richter dengan MMI
3,0 – 3,9
4,0 – 4,9
5,0 – 5,9
6,0 – 6,9
7,0 – 7,9
8,0 – 8,9
MAGNITUDE(SR)
II – III
IV – V
VI – VII
VII – VIII
IX – X
XI – XII
Intensitas (MMI)
1.800
7.200
39.000
125.000
500.000
1.600.000
Luas (km2)
24
48
112
200
400
720
Jarak(km)
Tabel 3. Hubungan Antara Skala Richter dengan MMI
4. Cara Mengukur GempaMengukur kekuatan gempa dapat menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Maka berdasarkan pendekatannya, skala pengukuran gempa dapat dibagi menjadi dua, yaitu 1) magnitudo (magnitude) yang merupakan skala kuantitatif, dan 2) intensitas (intensity) yang merupakan skala kualitatif.
Ada bermacam-macam jenis magnitudo gempa, diantaranya adalah:
Magnitudo lokal ML (local magnitude) Magnitudo gelombang badan MB (body-wave magnitude) Magnitudo gelombang permukaan MS (surface-wave magnitude) Magnitudo momen MW (moment magnitude) Magnitudo gabungan M (unified magnitude)
Namun yang paling populer adalah magnitudo lokal ML yang tak lain adalah Magnitudo Skala Richter (SR). Magnitudo ini dikembangkan pertama kali pada tahun 1935 oleh seorang seismologis Amerika, Charles F. Richter, untuk mengukur kekuatan gempa di California. Richter mengukur magnitudo gempa berdasarkan nilai amplitudo maksimum gerakan tanah (gelombang) pada jarak 100 km dari episenter gempa. Besarnya gelombang ini tercatat pada seismograf. Seismograf dapat mendeteksi gerakan tanah mulai dari 0,00001 mm (1x10-5 mm) hingga 1 m. Untuk menyederhanakan rentang angka yang terlalu besar dalam skala ini, Richter menggunakan bilangan logaritma berbasis 10. Ini berarti setiap kenaikan 1 angka pada skala Richter menunjukkan amplitudo 10 kali lebih besar.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
33
Letak episentrum gempa bumi dapat ditentukan dengan tiga cara yaitu: (1) metode homeoseista, yaitu dengan menggunakan tiga tempat yang terletak pada suatu homeoseista. Homeoseista adalah gari pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mengalami/mencatat gelombang primer pada waktu yang sama; (2) metode episentral, yaitu dengan menggunakan rumus laksa; (3) jika diketahui tiga stasiun, dapat ditentukan dimana letak pusat gempa itu.
Kekuatan gempa antara satu tepat dengan tempat lainnya berbeda-beda. Kekuatan gempa itu dapat diklasifikasikan dengan menggunakan skala. Ada beberapa skala yang biasa digunakan, antara lain:
Skala mercalli, disusun berdasarkan derajat kerusakan akibat gempa, dengan skala I-XII
Skala omori, disusun berdasarkan derajat kerusakan akibat gempa, dengan skala I-VII
Skala derossiferol, disusun berdasarkan derajat kerusakan akibat gempa, dengan skala I-X
Skala cancani, disusun berdasarkan derajat kerusakan akibat gempa, dengan skala I-XII
Skala richter, disusun berdasarkan skala magnitudonya (ukuran besarnya gempa), dengan skala 0-8.
Karena perambatan gelombang gempa merupakan gelombang seismik maka alat untuk merekamnya disebut seismograf dan hasil rekaman disebut seismogram. Dari rekaman tersebut maka dapat disimpulkan penyebab terjadinya, lokasi asalnya, kekuatannya, jenisnya serta sifat-sifatnya. Bahkan dari gelombang gempa tersebut dapat diketahui struktur bagian bumi.
Gelombang seismik sendiri adalah gelombang mekanis yang muncul akibat adanya gempa bumi. Adapun pengertian gelombang secara umum adalah femomena perambatan gangguan (usikan) dalam medium sekitarnya. Gangguan ini mula-mula terjadi secara lokal yang menyebabkan terjadinya osilasi (pergeseran) kedudukan partikel-partikel medium, osilasi tekanan ataupun osilasi rapat.
Gempa bumi dapat dirasakan oleh tubuh manusia namun manusia tidak dapat mengukur kekuatan gempa. Kekuatan gempa dapat diukur dengan alat tertentu yang disebut dengan seismograf. Seismograf mencatat lama dan intensitas gelombang gempa. Seismograf modern dapat menangkap gelombang gempa dari berbagai arah (vertikal dan horizontal). Bentuk visualsasi hasil perekaman seismograf terhadap gempa yang terjadi disebut seismogram.

Pengurangan Risiko Gempa Bumi
34
Gambar 3.10. Seismograf Horizontal Gambar 3.11. Seismograf Vertikal
Gambar 3. 12. Seismogram
3.2.2. Tindakan Saat Terjadi Gempa BumiSaat terjadinya gempa, biasanya kita dalam kondisi panik dan terpana, serta kaget dengan kejadian yang baru saja menimpa kita. Hal ini biasanya menjadikan kita tidak bisa berbuat apa-apa. Namun untuk meminimalisir adanya korban, maka kita melakukan tanggap darurat. Tanggap darurat adalah upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi, dan pengungsian.
Adapun tindakan penyelamatan diri saat terjadi gempa adalah :
Bila berada di ruangan, maka: Lindungi kepala dan badan dari reruntuhan bangunan dengan tas, papan,
atau bantal atau bersembunyi di bawah meja, dll. Jangan menggunakan lift atau tangga berjalan Hindari benda-benda yang mudah jatuh, misalnya lemari, lampu gantung,
kaca ruangan, genting/atap rumah, dll. Menunduk di bawah meja atau di sudut ruangan Berdiri menempel pada dinding bagian dalam berdiri dibawah kusen
pintu Berdiri menempel pada dinding bagian dalam Berlari keluar apabila masih bisa dilakukan
Di luar bangunan Hindari objek yang mudah roboh, seperti papan reklame, tiang listrik,
jembatan, gedung, sehingga lebih baik berkumpul di lapangan terbuka, jongkok dan lindungi kepala di lapangan terbuka.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
35
Perhatiakn tempat anda berpijak hindari jika terjdai rekahan tanah Hindari daerah yang mungkin terjadi longsoran Jika tampak tanda tsunami segera lari menuju ketempat yang lebih tinggi,
ikuti jalur evakuasi.
Di dalam kendaraan Jauhi persimpangan, jembatan dan bangunan lainnya Hentikan mobil, keluar, turun, dan menjauhi dari mobil, hindari jika terjadi
pergeseran atau kebakaran
Jika getaran gempa telah berhenti Jangan masuk kedalam bangunan jika kondisinya terdapat kerusakan,
gempa susulan walaupun berkekuatan kecil dapat merobohkan bangunan yang kondisisnya sudah parah.
Periksa lingkungan sekitar anda dari kebocoran pipa gas, kebakaran, terjadi arus pendek listrik, dll.
Perkecil segala hal yang dapat membahayakan (mematikan listik, tidak menyalakan api, dll)
Mendengarkan informasi mealui radio atau media komunikasi lainnya untuk informasi gempa susulan, dll.
Adapun hal-hal yang sebaiknya dilakukan saat gempa bumi terjadi adalah: Bila anda berada di dalam bangunan, dan bila ada kesempatan, segera
keluar menuju tempat terbuka, hati-hati terhadap pecahan kaca atau benda yang jatuh. Jika tidak, jongkok atau tiarap di lantai. Gunakan bangku, meja, atau perlengkapan rumah tangga yang kuat sebagai perlindungan
Menjauhlah dari jendela kaca, perapian, kompor, atau peralatan rumah tangga yang mungkin akan jatuh
Jika malam hari dan anda di tempat tidur, cari tempat yang aman di bawah tempat tidur atau meja yang kuat. Lampu senter sebaiknya selalu tersedia di dekat tempat tidur.
Jika anda di luar, cari tempat terbuka, jauh dari bangunan, pohon tinggi, dan jaringan listrik. Hindari rekahan akibat gempa yang dapat sangat berbahaya.
Jika anda mengemudi, berhentilah jika aman, tapi tetap dalam mobil. Menjauhlah dari jembatan, jembatan layang, atau terowongan.
Jika anda di pegunungan, dekat dengan lereng atau jurang yang rapuh, waspadalah dengan batu atau tanah longsor yang runtuh akibat gempa.
Jika anda di pantai, segeralah berpindah ke daerah yang agak tinggi atau beberapa ratus meter dari pantai. Gempa bumi dapat menyebabkan tsunami.
Adapun hal-hal yang harus dilakukan saat anda dan keluarga terlepas dari bahaya akibat gempa awal : Periksa adanya luka. Setelah menolong diri sendiri, bantu menolong
mereka yang terluka atau terjebak.

Pengurangan Risiko Gempa Bumi
36
Periksa keamanan. Periksa hal-hal berikut setelah gempa: api atau bahaya kebakaran, kebocoran gas, kerusakan saluran listrik dlsb.
Lindungi diri anda dari bahaya tidak langsung. Bantu tetangga yang memerlukan bantuan. Orang tua dan orang cacat
mungkin perlu bantuan tambahan. Pembersihan. Singkirkan barang-barang yang mungkin berbahaya,
termasuk obat-obatan yang tumpah. Waspada dengan gempa susulan. Tetaplah berada jauh dari bangunan. Biarkan jalan bebas rintangan untuk
mobil darurat
3.2.3. Tindakan Sesudah Terjadinya GempaSetelah terjadi bencana, harus dilakukan upaya-upaya untuk menormalkan kembali kehidupan yang mengalami kerusakan. Adapun hal-hal yang harus dilakukan setelah terjadinya bencana gempa bumi ini, antara lain adalah:
a. Rehabilitasi Merupakan upaya langkah yang dilakukan setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum, fasilitas sosial penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian. Rehabilitasi ini dilakukan melalui pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat di wilayah bencana dengan sasaran utama normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan social ekonomi masyarakat pada wilayah bencana. Misalnya, pembersihan jalan yang terisolasi atau tertutup lumpur banjir dan reruntuhan, pembersihan kantor, sekolahan, dan lain-lain.
Gambar 4.1 Rehabilitasi Korban Gempa Bumi
b. Rekonstruksi Merupakan program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial, dan ekonomi untuk mengembalikan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya.
Pembangunan kembali ini dilakukan pada semua aspek, baik sarana dan prasarana, kelembagaan pada wilayah bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial, udaya, tegaknya hukum dan ketertiban dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah bencana.
Kegiatan rekonstruksi yang efektif dan efisien memerlukan lima hal;

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
37
adanya pengakuan pemerintah terhadap kerugian proses pembangunan nasional yang diakibatkan oleh bencana,
adanya penanggung jawab, alokasi dana, dan koordinasi instansi terkait dalam melaksanakan berbagai kegitan rekonstruksi yang diperlukan,
pembangunan saran dan prasarana yang lebih aman sehingga ketahanan terhadap bencana dimasa depan lebih meningkat,
penerapan rancangan bangunan yang tepat dan pembangunan infrastruktur yang lebih baik dan tahan terhadap bencana, serta
pembangunan sarana dan prasaran peredam bencana dimasa mendatang.
c. Pemulihan Pemulihan adalah proses pengembalian kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali sarana dan prasaran pada keadaan semula dengan melakukan upaya memperbaiki prasaran dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dan lain-lain).
d. Bantuan darurat Bantuan darurat merupakan upaya untuk memerikan bantuan berkaitan dengn pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, tempat tinggal sementara, perlindungan, kesehatan, sanitasi, dan air bersih.
e. Tindakan penyelamatan diri
Tindakan untuk penyelamatan diri setelah terjadi gempa bumi adalah:1. Keluar dengan tertib dan hati-hati menuju lokasi yang aman.2. Hindari benda-benda yang berbahaya (runtuhan, pecahan, saluran listrik,
gas, dan lain-lain.3. Periksa jika ada yang terluka (P3K)4. Periksa lingkungan sekitar, waspada terhadap bahaya kebakaran, dan
retakan tanah.5. Dengarkan instruksi dari instansi terkait (via radio)6. Waspadalah terhadap: Gempa susulan, Isu-isu yang menyesatkan, dan
Lingkungan sekitar yang berpotensi menimbulkan bahaya.
Gambar 4.2 Rekonstruksi

Pengurangan Risiko Gempa Bumi
38
f. Perlakuan khusus untuk anak-anakUsahakan agar keluarga tetap berkumpul, tenangkan anak-anak, biarkan anak-anak bercerita tentang pengalaman dan perasaan mereka selam gempa, serta libatkan anak-anak dalam kegiatan pasca gempa.
Goncangan gempa yang sangat dahsyat dapat mengakibatkan gangguan kece-masan pascatrauma (PTSD) yang merujuk pada gangguan psikologis dan luka emosional yang dialami oleh individu yang mengalami suatu peristiwa tragis dan luar biasa (Schiraldi, 2000). Gangguan kecemasan pascatrauma bagi anak yang mengalami bencana gempa bumi dapat dikategorikan sebagai suatu gangguan
kecemasan dengan indikator dan ciri-ciri diagnostik tertentu yang berbeda dengan kecemasan biasa.
Gangguan kecemasan pascatrauma pada anak-anak jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan gangguan:1. Aspek fisik antara lain: suhu badan meninggi, menggigil, badan terasa
lesu, mual-mual, pening, ketidakmampuan menyelesaikan masalah, sesak napas, panik. Aspek emosi, antara lain: hilangnya gairah hidup, ketakutan, dikendalikan emosi, dan merasa rendah diri.
2. Aspek mental antara lain: kebingungan, tidak dapat berkonsentrasi, tidak mampu mengingat dengan baik, tidak dapat menyelesaikan masalah.
3. Aspek perilaku antara lain: sulit tidur, kehilangan selera makan, makan berlebihan, banyak merokok, minum alkohol, menghindar, sering menangis, tidak mampu berbicara, tidak bergerak, gelisah, terlalu banyak gerak, mudah marah, ingin bunuh diri, menggerakkan anggota tubuh secara berulang-ulang, rasa malu berlebihan, mengurung diri, menyalahkan orang lain.
4. Aspek spiritual antara lain: putus asa, hilang harapan, menyalahkan Tuhan, berhenti ibadah, tidak berdaya, meragukan keyakinan, dan tidak tulus, dll.
Gambar 4.3 Perlakuan khusus

4.1. Identifikasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Gempa Bumi
Muatan pendidikan PRB untuk siswa SMP/MTs disusun dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Kepentingan dan kemampuan peserta didik dan lingkungannyaMuatan pendidikan PRB dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki peluang atau kesempatan untuk selamat dan membantu orang lain agar selamat ketika gempa bumi terjadi. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut perlu peningkatan kompetensi/kapasitas peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan, termasuk kearifan lokal yang dimiliki masyarakat dalam lingkungan tersebut. Kegiatan pembelajaran PRB berpusat pada peserta didik.
2. Keragaman risiko bahaya dan karakteristik daerah dan lingkunganSetiap daerah memiliki risiko, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan PRB sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum harus mengakomodir keragaman tersebut yang relevan dengan kebutuhan pendidikan PRB.
3. Kondisi sosial budaya masyarakat setempatPengembangan muatan pendidikan PRB dilakukan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat diperlukan, termasuk kearipan lokal yang ada.
4. Peningkatan kesadaran akan adanya risiko bencana akibat gempa bumiMuatan pendidikan PRB dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan kesadaran siswa akan adanya risiko bahaya gempa. Untuk itu diperlukan pengetahuan dan pemahaman terjadinya gempa bumi, zona gempa bumi, hal-hal yang terjadi ketika dan setelah gempa bumi.
Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Gempa Bumi BAB IV

Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Gempa Bumi
40
5. Peningkatan kompetensi/kapasitas diri agar dapat mengurangi bahaya bencana yang diakibatkan gempa bumi Pendidikan PRB dilakukan secara sistematik dan terpadu dengan pendidikan mata pelajaran lain, untuk meningkatkan kompetensi siswa secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal, agar selamat ketika gempa terjadi. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional, sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik.
6. Menyeluruh dan berkesinambunganSubstansi muatan pendidikan PRB mencakup keseluruhan dimensi kompetensi yang diperlukan, dimensi kognitif, psikomotor dan afektif.
7. Belajar sepanjang hayat Pengembangan muatan pendidikan PRB diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, dirumuskan kompetensi yang nantinya dirumuskan ke dalam indikator, yang harus dikuasai siswa SMP/MTs adalah :
1. Memahami peristiwa gempa bumi dan dampaknya.2. Memahami risiko, bahaya, kerentanan dan kapasitas dirinya. 3. Siap siaga terhadap ancaman gempa bumi Rencana Darurat.4. Mengidentifikasi ancaman, kerentanan dan kapasitas di lingkungan gempa
bumi.5. Memahami jenis ketahanan gedung dan fasilitas sekolah terhadap ancaman
bencana.6. Memahami upaya tanggap darurat sebelum, disaat, setelah gempa bumi
terjadi.
7. Memahami kondisi psikologi anak sebelum, sesaat dan setelah terjadi bencana.
Adapun materi pembelajaran pengurangan risiko gempa untuk setiap jenjang kelas adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Gempa Bumi
MATERI PEMBELAJARAN KELAS
< Peristiwa gempa bumi< Resiko dan bahaya gempa bumi < Dampak gempa bumi
< Kerentanan dan kapasitas bencana< Siap siaga terhadap ancaman gempa bumi sebelum gempa bumi
< Siap siaga terhadap ancaman sesaat gempa bumi< Pengertian resiko, kerentanan, dan kapasitas bencana< Peran fasilitas sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk melindungi diri< Siap siaga terhadap ancaman setelah gempa bumi
< Hubungan antara resiko, bahaya, kerentanan, dan kapasitas< Konstruksi bengunan tahan gempa< Tanda bahaya bencana< Terampil menanggapi tanda bahaya gempa bumi< Siap siaga terhadap ancaman setelah gempa bumi
I SMP
II SMP
III SMP

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana Bumi untuk SMP/MTs
41
MATERI PEMBELAJARAN KELAS
< Peristiwa gempa bumi< Resiko dan bahaya gempa bumi < Dampak gempa bumi
< Kerentanan dan kapasitas bencana< Siap siaga terhadap ancaman gempa bumi sebelum gempa bumi
< Siap siaga terhadap ancaman sesaat gempa bumi< Pengertian resiko, kerentanan, dan kapasitas bencana< Peran fasilitas sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk melindungi diri< Siap siaga terhadap ancaman setelah gempa bumi
< Hubungan antara resiko, bahaya, kerentanan, dan kapasitas< Konstruksi bengunan tahan gempa< Tanda bahaya bencana< Terampil menanggapi tanda bahaya gempa bumi< Siap siaga terhadap ancaman setelah gempa bumi
I SMP
II SMP
III SMP
MATERI PEMBELAJARAN KELAS
< Peristiwa gempa bumi< Resiko dan bahaya gempa bumi < Dampak gempa bumi
< Kerentanan dan kapasitas bencana< Siap siaga terhadap ancaman gempa bumi sebelum gempa bumi
< Siap siaga terhadap ancaman sesaat gempa bumi< Pengertian resiko, kerentanan, dan kapasitas bencana< Peran fasilitas sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk melindungi diri< Siap siaga terhadap ancaman setelah gempa bumi
< Hubungan antara resiko, bahaya, kerentanan, dan kapasitas< Konstruksi bengunan tahan gempa< Tanda bahaya bencana< Terampil menanggapi tanda bahaya gempa bumi< Siap siaga terhadap ancaman setelah gempa bumi
I SMP
II SMP
III SMP
4.2. Pemetaan Indikator Siswa
Kompetensi tersebut dapat dielaborasi ke dalam indikator-indikator sebagai berikut:
Tabel 4.2 Indikator Perilaku Siswa untuk Pembelajaran Pengurangan Risiko Gempa Bumi
KELAS MATERI PEMBELAJARAN INDIKATOR PERILAKU SISWA
KELAS MATERI PEMBELAJARAN INDIKATOR PERILAKU SISWA

Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Gempa Bumi
42
KELAS MATERI PEMBELAJARAN INDIKATOR PERILAKU SISWA
KELAS MATERI PEMBELAJARAN INDIKATOR PERILAKU SISWA
KELAS MATERI PEMBELAJARAN INDIKATOR PERILAKU SISWA
KELAS MATERI PEMBELAJARAN INDIKATOR PERILAKU SISWA

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana Bumi untuk SMP/MTs
43
4.3.Pendekatan Kegiatan Belajar Mengajar
Terapan pendidikan kesiapsiagaan bencana maupun pendidikan bencana, bermuara pada (1) Pemahaman tentang bencana, (2) Pemahaman tentang kerentanan, (3) Pemahaman tentang kerentanan fisik dan fasilitas-fasilitas penting untuk keadaan darurat bencana, dan (4) Sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana.
Tujuan pendidikan pengurangan risiko bencana, dalam pelaksanaan di sekolah perlu dijabarkan menjadi indikator perilaku siswa. Penetapan indikator perilaku siswa dalam pengurangan risiko bencana mempertimbangan beberapa aspek, yaitu:
1. Perkembangan psikologis anak, diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi yang diberikan kepada anak agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan anak dan peristiwa bencana yang dialami oleh anak.
2. Berbasis lingkungan, dengan mengutamakan nilai-nilai kearifan lokal. Ini mempunyai makna bahwa siswa diajak untuk bersahabat dengan alam lingkungan sekitar yang sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal.
3. Mempunyai nilai aplikatif yang tinggi, karena siswa bisa langsung menerapkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang benar-benar diperlukan pada saat bencana maupun tanggap darurat.
Adapun pendekatan yang dapat dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran PRB, agar lebih menyenangkan siswa, sebaiknya digunakan pendekatan cooperative learning dan simulasi, serta pendekatan dan metode lainnya jika diperlukan. Pendidikan pengurangan risiko bencana adalah sebuah proses pembelajran bersama yang bersifat interakitf di tengah masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada. Cakupan pendidikan pengurangan risiko bencana lebih luas daripada pendidikan formal di sekolah dan universitas. Termasuk di dalamnya adalah pengakuan dan penggunaan kearifan tradisional dan pengetahuan terhadap bencana (UN-ISMP/MTsR).
Pengintegrasian materi ajar PRB di dalam kurikulum harus dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan KTSP. Oleh karena itu perlu adanya kajian terhadap mata pelajaran-mata pelajaran yang dapat dikembangkan dengan materi ajar PRB gempa bumi.

5.1. Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi ke dalam Mata Pelajaran.
Tahapan dalam pengintegrasian materi PRB terhadap mata pelajaran di tingkat SMP/MTs sebagai berikut :
1. Identifikasi Materi Pembelajaran tentang Pengurangan Risiko BencanaKonsep mengenai pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran pokok dalam kurikulum, diantaranya: IPA Terpadu, IPS Terpadu, Bahasa Indonesia, Muatan Lokal, dan Penjas Orkes.
2. Analisis Kompetensi Dasar (KD) yang Memungkinkan dapat diintegrasi dengan PRBKompetensi-kompetensi dasar yang terdapat pada KTSP dapat diintegrasikan dengan materi PRB dalam bentuk model KTSP daerah bencana. Model ini disusun sesuai dengan kondisi, kebutuhan, potensi, dan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik di daerah bencana yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan atau referensi bagi satuan pendidikan di daerah lain yang punya karakteristik yang sama.
Setelah kurikulum, bahan ajar sebagai acuan yang lebih operasional dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, merupakan komponen yang sangat berperan dalam memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai bencana dan kesiapsiagaan bencana terhadap warga negara, khsusnya peserta didik.
Melalui bahan ajar yang disusun pada pembelajaran tematik dan di setiap mata pelajaran dapat diintegrasikan mengenai jenis-jenis bencana beserta penyebabnya, usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam menghindari terjadinya beberapa bencana, apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana, dampak yang ditimbulkan oleh bencana dan usaha-usaha yang dalam mengurangi dampak tersebut, apa yang dilakukan setelah bencana itu terjadi, dan lain-lain.
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)BAB V

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
45
3. Menyusun Silabus yang Terintegrasi PRBSilabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar yang diintegrasikan dengan nilai-nilai pengurangan risiko bencana (PRB).
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Silabus Integrasi PRB dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing sekolah dan jenis ancaman bencana yang rentan di wilayahnya. Langkah-langkah penyusunan silabus yang mengintegrasikan PRB diantaranya adalah sebagai berikut: Mengkaji dan menentukan standar kompetensi (SK) yang dapat
diintegrasikan dengan PRB. Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar (KD) yang sesuai dengan SK
yang diintegrasikan. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi (dengan mengacu pada
SK dan KD). Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran yang sesuai dengan PRB
gempa bumi. Mengembangkan kegiatan pembelajaran berintegrasi PBR gempa bumi,
seperti penyampaian informasi bahaya gempa, simulasi penyelamatan diri, pertolongan pertama, dan lainnya.
Menentukan Jenis Penilaian. Menentukan Alokasi Waktu. Menentukan Sumber Belajar yang berhubungan dengan PRB gempa
bumi.
4. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)Rencana pembelajaran merupakan langkah awal dari suatu menejemen pembelajaran yang berisi kebijakan strategic tentang pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan. Dalam rencana pembelajaran selalu terdapat komponen yang saling berkaitan yaitu tujuan, bahan ajar, metode/teknik, media, alat evaluasi, dan penjadwalan setiap langkah kegiatan. Komponen-komponen tersebut saling berkaitan dan diintegrasikan dengan nilai-nilai usaha pengurangan risiko bencana (PRB).
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. RPP yang terintegrasi PRB gempa disusun sesuai dengan KD yang relevan dengan materi ajar PRB gempa bumi.

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
46
5.1.1. Identifikasi Mata Pembelajaran tentang Pengurangan Risiko BencanaSetelah dianalisis, ternyata PRB dapat diintegrasikan pada mata pelajaran IPA Terpadu, IPS Terpadu, Bahasa Indonesia dan Pendidikan Jasmani. Pemetaan pelajaran dan nomor KD yang dapat diintegrasikan dengan PRB sebagai berikut.
Tabel 5.1. Identifikasi Mata Pembelajaran Tentang PRB
KELAS MATERI PEMBELAJARAN
Sebelum Bencana Keselamatan kerja. Pencemaran dan kerusakan lingkungan hubungannya dengan aktivitas manusia. Saat Terjadi Bencana Keselamatan kerja
Sebelum Bencana: Tenaga endogen dan tenaga eksogen Faktor-faktor penyebab terjadinya gempa bumiStruktur bumi dan proses gempa bumi Pola pemukiman penduduk
Saat Terjadi Bencana: Gejala diastri�sme dan vulkanisme Kaitan bentang lahan dengan persebaran pemukiman penduduk
Setelah Terjadi Bencana: Kaitan interaksi sosial dengan proses sosial Dampak positif dan negatif dari tenaga endogen dan eksogen bagi kehidupan serta upaya penanggulanggannya
Sebelum Bencana Sepak Bola Bola Voli Bola Basket
Saat Terjadi Bencana-
Setelah Terjadi Bencana Pendidikan luar kelas
Sebelum Bencana Cara menemukan makna kata secara cepat dan implementasinya. Penulisan pengumuman. Penemuan gagasan utama teks. Cara menjelaskan hubungan latar cerpen dengan realitas kehidupan sosial dan implementasinya.
Saat Terjadi Bencana Penyampaian pengumuman
Setelah Terjadi Bencana Penyimpulan berita. Penulisan berita (yang didengarkan). Penyimpulan pikiran, pendapat, dan gagasan seorang tokoh/narasumber yang disampaikan dalam wawancara. Penulisan hal penting/isi wawancara Cara mengubah teks wawancara ke bentuk narasi dan implementasinya.
VII SMP

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
47
KELAS MATERI PEMBELAJARAN
Sebelum Bencana Cara menemukan makna kata secara cepat dan implementasinya. Penulisan pengumuman. Penemuan gagasan utama teks. Cara menjelaskan hubungan latar cerpen dengan realitas kehidupan sosial dan implementasinya.
Saat Terjadi Bencana Penyampaian pengumuman
Setelah Terjadi Bencana Penyimpulan berita. Penulisan berita (yang didengarkan). Penyimpulan pikiran, pendapat, dan gagasan seorang tokoh/narasumber yang disampaikan dalam wawancara. Penulisan hal penting/isi wawancara Cara mengubah teks wawancara ke bentuk narasi dan implementasinya.
Sebelum Bencana Gaya dan pengaruhnya pada benda yang dikenai gaya. Bentuk energi. Hubungan antara tekanan dan luas daerah yang dikenai gaya. Getaran dan gelombang.
Saat Terjadi Bencana Getaran dan gelombang.
Setelah Terjadi Bencana-
Sebelum bencana Letak geogra�s Indonesia Kaitan letak geogra�s dengan iklim dan waktu di Indonesia Unsur-unsur lingkungan biotik, abiotik, dan sosial budaya
Saat bencana Bentuk kerusakan lingkungan hidup dan faktor penyebabnya
Setelah bencana Pengelolaan masalah lingkungan
Sebelum bencana Gempa dan Kesehatan
Saat bencana
Setelah bencana Dampak gempa terhadap kesehatan
VII SMP
VIII SMP

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
48
KELAS MATERI PEMBELAJARAN
Sebelum Bencana Pendeskripsikan tempat atau arah dalam konteks yang sebenarnya sesuai dengan yang tertera dalam denah. Menyimpulkan isi suatu teks dengan membaca cepat 250 kata per menit. Cara menanggapi unsur-unsur pementasan drama dan implementasinya. Bermain peran. Penulisan naskah drama.
Saat Terjadi Bencana Penulisan bahasa petunjuk. Bermain peran.
Setelah Terjadi Bencana Cara berwawancara dan implementa-sinya. Cara menemukan pokok-pokok berita dan implementasinya. Cara mengemukakan kembali berita dan implementasinya.
Sebelum Bencana Peta tentang pola dan bentuk-bentuk muka bumi Diagram bentuk muka bumi daratan dan dasar laut Unsur-unsur �sik dan sosial kawasan asia tenggara
Saat Terjadi Bencana-
Setelah Terjadi Bencana Pola dan bentuk objek geogra�s sesuai dengan bentang alamnya
Sebelum Bencana Bencana alam
Saat Terjadi Bencana Bencana alam
Setelah Terjadi Bencana Budaya hidup sehat
Sebelum Bencana Penyimpulan dialog interaktif. Cara membedakan fakta dan opini serta implementa-sinya. Penulisan iklan baris. Cara meresensi buku pengetahuan dan implementa-sinya. Cara menemukan gagasan dalam wacana dan implementa-sinya. Penyimpulan teks bacaan dengan membaca cepat 300 kata per menit. Penulisan karya tulis
Saat Terjadi Bencana Cara menemukan informasi secara cepat dan implementa-sinya. Menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.
Setelah Terjadi Bencana Penyimpulan dialog interaktif. Cara mengomentari pendapat dalam dialog dan implementa-sinya. Pelaporan berbagai peristiwa. Cara membedakan fakta dan opini serta implementasinya. Menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Cara menemukan gagasan dalam wacana dan implementasi-nya. Penulisan surat pembaca. Penulisan naskah drama berdasarkan peristiwa nyata.
VIII SMP
IX SMP

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
49
KELAS MATERI PEMBELAJARAN
Sebelum Bencana Penyimpulan dialog interaktif. Cara membedakan fakta dan opini serta implementa-sinya. Penulisan iklan baris. Cara meresensi buku pengetahuan dan implementa-sinya. Cara menemukan gagasan dalam wacana dan implementa-sinya. Penyimpulan teks bacaan dengan membaca cepat 300 kata per menit. Penulisan karya tulis
Saat Terjadi Bencana Cara menemukan informasi secara cepat dan implementa-sinya. Menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.
Setelah Terjadi Bencana Penyimpulan dialog interaktif. Cara mengomentari pendapat dalam dialog dan implementa-sinya. Pelaporan berbagai peristiwa. Cara membedakan fakta dan opini serta implementasinya. Menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Cara menemukan gagasan dalam wacana dan implementasi-nya. Penulisan surat pembaca. Penulisan naskah drama berdasarkan peristiwa nyata.
IX SMP
5.1.2. Analisis Kompetensi Dasar (KD) yang dapat diintegrasikanStandar kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap orang dalam mengantisipasi bahaya gempa adalah mampu mengantisipasi sebelum gempa terjadi, bertindak tepat pada saat dan setelah setelah gempa terjadi. Berkaitan dengan hal tersebut, siswa harus dilatih agar memiliki kemampuan dalam melakukan tindakan praktis untuk (1) menyelamatkan diri dari bencana gempa; (2) Berpartisipasi dalam membantu upaya mitigasi bencana gempa.
Di bawah ini terdapat contoh format analisis KD dari beberapa mata pelajaran yang dapat diintegrasikan dengan pendidikan pengurangan risiko bencana gempa bumi.

KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU
SISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
VII
SMP
Sebe
lum
Ben
cana
K
esel
amat
an k
erja
.
Pen
cem
aran
dan
ker
usak
an li
ngku
ngan
hub
unga
nnya
den
gan
a
ktiv
itas
man
usia
Saat
Ter
jadi
Ben
cana
Ke
sela
mat
an k
erja
Sete
lah
Terj
adi B
enca
na
–
Sebe
lum
Ben
cana
M
emah
ami l
angk
ah-la
ngka
h
pen
yela
mat
an d
iri s
aat g
empa
.
Men
yada
ri pe
ntin
gnya
men
jaga
ling
kung
an.
Saat
Ter
jadi
Ben
cana
M
ensi
mul
asik
an
k
esel
amat
an d
iri s
aat
te
rjadi
gem
pa
Sete
lah
Terj
adi B
enca
na
–
IPA
Terp
adu
5. M
emah
ami g
ejal
a-ge
jala
ala
m m
elal
ui p
enga
mat
an.
7. M
emah
ami s
alin
g
ket
erga
n-tu
ngan
dal
am
e
kosi
tem
.
5. M
emah
ami g
ejal
a-ge
jala
ala
m m
elal
ui p
enga
mat
an
–
5.4
Men
erap
kan
kese
la-
mat
an k
erja
dal
am
mel
akuk
an p
enga
-
m
atan
gej
ala-
geja
la
ala
m.
7.4
Men
gapl
i-kas
ikan
p
eran
man
usia
d
alam
pen
gelo
laan
li
ngku
ngan
unt
uk
men
gata
si p
ence
-
m
aran
dan
ker
usa-
kan
ling
kung
an.
5.4
Men
erap
kan
kese
la-
mat
an k
erja
dal
am
m
elak
ukan
pen
ga-
mat
an g
ejal
a-ge
jala
a
lam
.
Tabe
l 5.2
For
mat
Ana
lisis
KD
dar
i Beb
erap
a M
ata
Pela
jara
n

KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU
SISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
Sebe
lum
Ben
cana
:
Ten
aga
endo
gen
dan
tena
ga e
ksog
en
Fak
tor-
fakt
or p
enye
bab
terja
diny
a ge
mpa
bum
i
Str
uktu
r bum
i dan
pro
ses
g
empa
bum
i
Pol
a pe
muk
iman
pen
dudu
k
Saat
Ter
jadi
Ben
cana
:
Gej
ala
dias
tri�
sme
dan
vulk
anis
me
K
aita
n be
ntan
g la
han
d
enga
n pe
rseb
aran
pem
ukim
an p
endu
duk
Sete
lah
Terj
adi B
enca
na:
K
aita
n in
tera
ksi s
osia
l
den
gan
pros
es s
osia
l
Dam
pak
posi
tif d
anne
gatif
dar
i ten
agae
ndog
en d
an
e
ksog
en b
agi k
ehid
upan
ser
ta u
paya
pen
angg
ulan
ggan
nya
Sebe
lum
Ben
cana
:
Men
jela
skan
per
beda
an
t
enag
a en
doge
n da
n
eks
ogen
.
Men
yebu
tkan
fact
or-fa
ktor
te
rjadi
nya
gem
pa b
umi
M
enje
lask
an s
truk
tur d
an
pros
es g
empa
bum
i
Men
entu
kan
pola
pe
muk
iman
pen
dudu
k
ya
ng b
aik
Saat
Ter
jadi
Ben
cana
:
Men
yebu
tkan
gej
ala
d
iast
rovi
sme
dan
vula
knis
me
M
enen
tuka
n po
la
p
emuk
iman
yan
g se
suai
den
gan
bent
ang
laha
n.
Sete
lah
Terj
adi B
enca
na:
M
enje
lask
an k
aita
n in
tera
ksi
soci
al d
enga
n pr
oses
soc
ial.
M
enye
butk
an d
ampa
k
po
sitif
dan
neg
ativ
e da
ri
pe
ngar
uh te
naga
eks
ogen
da
n en
doge
n se
rta
upay
a
pe
nang
gula
ngan
nya
IPS
1. M
emah
ami l
ingk
unga
n
keh
idup
an m
anus
ia.
6. m
emah
ami k
egia
tan
e
kono
mi m
asya
raka
t.
1.1
Men
desk
ripsi
kan
ker
agam
an b
entu
k
m
uka
bum
i, pr
oses
pe
mbe
ntuk
an, d
an
dam
pakn
ya
terh
adap
keh
idup
an
6.1
Men
desk
ripsi
kan
pol
a ke
giat
an
eko
nom
i pen
dudu
k,
pen
ggun
aan
laha
n,
dan
pol
a pe
rmuk
i-
m
an b
erda
sark
an
kon
disi
�si
k pe
rmu-
kaa
n bu
mi.
VII
SMP

KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU
SISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
Sebe
lum
ben
cana
G
empa
dan
Kes
ehat
an
Saat
ben
cana
-
Sete
lah
benc
ana
D
ampa
k ge
mpa
terh
adap
kes
ehat
an
Sebe
lum
ben
cana
M
acam
pen
yaki
t
Pen
yeba
b pe
nyak
it
Gej
ala
peny
akit
M
elak
ukan
pen
cega
han
p
enya
kit
Saat
ben
cana
-
Sete
lah
benc
ana
M
elak
ukan
pen
cega
han
te
rhad
ap p
enya
kit y
ang
m
ungk
in d
iaki
batk
an p
asca
gem
pa b
umi
PEN
JASK
ES13
. Men
erap
kan
buda
ya
hid
up s
ehat
6. M
empr
aktik
an
p
erke
mah
an d
an d
asar
-
das
ar p
enye
lam
atan
di
li
ngku
ngan
sek
olah
, dan
nila
i-nila
i yan
g te
rkan
dung
di d
alam
nya
13.1
Mel
akuk
an id
en-
ti�
kasi
ber
baga
i
p
enya
kit m
enul
ar
yan
g be
rsum
ber
dar
i lin
gkun
gan
tid
ak s
ehat
13.2
Mel
akuk
an c
ara
m
engh
inda
ri
peny
akit
men
ular
ya
ng b
ersu
mbe
r
dari
lingk
unga
n
yang
tida
k se
hat
6.1.
Mem
prak
tikka
n
p
emili
han
tem
pat
yan
g te
pat u
ntuk
m
endi
rikan
tend
a
p
erke
mah
an, m
em-
pra
ktek
kan
tekn
ik
das
ar p
emas
anga
n
t
enda
unt
uk
per
kem
ahan
di
lin
gkun
gan
seca
ra
ber
egu,
ser
ta n
ilai
ker
jasa
ma,
tang
gu-
ngj
awab
dan
teng
gan
g ra
sa
6.2.
Mem
prak
tikka
n
p
enye
lam
atan
dan
P
3K te
rhad
ap je
nis
luka
ring
an s
erta
n
ilai k
erja
sam
a,
tang
gung
jaw
ab
dan
teng
gang
rasa
VII
SMP

KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU
SISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
Sebe
lum
Ben
cana
C
ara
men
emuk
an
m
akna
kat
a se
cara
cep
at d
an
im
plem
enta
-sin
ya
Pen
ulis
an
p
engu
mum
an.
P
enem
uan
g
agas
an
u
tam
a te
ks.
C
ara
men
jela
skan
hub
unga
n
lata
r cer
pen
d
enga
n re
alita
s
keh
idup
an
s
osia
l dan
impl
emen
ta-s
inya
.
Saat
Ter
jadi
Ben
cana
P
enya
mpa
ian
p
engu
mum
an
Sebe
lum
Ben
cana
M
enje
lask
an m
akna
kat
a ya
ng b
erhu
bung
an
d
enga
n ge
mpa
(ska
la
R
icht
er,
S
eism
ogra
f, Ke
rent
anan
,
dll)
.
Mem
buat
pen
gum
uman
gem
pa.
M
engu
ngka
p-ka
n ga
gasa
n
dar
i tek
s ge
mpa
.
Men
jela
skan
hub
unga
n
kon
disi
geo
gra�
s su
atu
d
aera
h de
ngan
kon
disi
keh
idup
an m
asya
raka
t.
Saat
Ter
jadi
Ben
cana
M
ensi
mul
a-si
kan
p
engu
mum
an
m
enge
nai g
empa
Baha
sa In
done
sia
3. M
emah
ami r
agam
teks
non
sast
ra d
enga
n
ber
baga
i car
a m
emba
ca.
4. M
engu
ng-k
apka
n pi
kira
n
dan
pen
gala
man
dal
am
b
uku
haria
n da
n
sur
at p
ribad
i.
11. M
emah
ami w
acan
a
tu
lis
mel
alui
keg
iata
n
m
emba
ca
inte
nsif
dan
mem
baca
m
emin
dai
3.1
Men
emuk
an m
akna
ka
ta te
rten
tu d
alam
ka
mus
sec
ara
cepa
t
da
n te
pat d
enga
n
kont
eks
yang
di
ingi
nkan
mel
alui
ke
giat
an m
emba
ca
mem
inda
i.
4.3
Men
ulis
teks
p
engu
mum
an
den
gan
baha
sa
yan
g ef
ektif
, bai
k,
dan
ben
ar.
11.2
Men
emuk
an
ga
gasa
n ut
ama
da
lam
teks
.
VII
SMP

KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU
SISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
Sete
lah
Terj
adi B
enca
na
Pen
yim
pula
n be
rita.
P
enul
isan
ber
ita
(y
ang
d
iden
gark
an).
P
enyi
mpu
lan
piki
ran,
pen
dapa
t, da
n
gag
asan
seo
rang
toko
h/na
rasu
mbe
r
yan
g
dis
ampa
ikan
dal
am
w
awan
cara
.
Pen
ulis
an h
al
p
entin
g/is
i
waw
anca
ra.
C
ara
men
guba
h
teks
waw
anca
ra
k
e be
ntuk
nar
asi d
an
im
plem
enta
si-n
ya.
Sete
lah
Terj
adi B
enca
na
Men
yim
pulk
an b
erita
tent
ang
gem
pa.
M
enul
iska
n be
rita
gem
pa.
M
enyi
mpu
lkan
pik
iran,
pen
dapa
t, da
n ga
gasa
n
seo
rang
toko
h/na
rasu
mbe
r
yan
g di
sam
paik
an d
alam
waw
anca
ra m
enge
nai
ge
mpa
.
Men
ulis
kan
hal p
entin
g
men
gena
i gem
pa.
M
enyu
sun
nara
si m
enge
nai
g
empa
ber
dasa
rkan
teks
waw
anca
ra.
Baha
sa In
done
sia
14. M
engu
ng-k
apka
n
ta
ngga
pan
terh
adap
pem
baca
an
cerp
en.
2. M
engu
ng-k
apka
n
pen
gala
man
dan
info
rmas
i mel
alui
keg
iata
n
ber
cerit
a da
n
men
yam
pai-k
an
p
engu
-mum
an.
1. M
emah
ami w
acan
a lis
an
m
elal
ui k
egia
tan
m
ende
ngar
-
kan
ber
ita.
9. M
emah
ami w
acan
a
lisa
n da
lam
keg
iata
n w
awan
cara
.
12. M
engu
ng-k
apka
n
b
erba
gai
info
rmas
i dal
am
ben
tuk
nara
si
d
an p
esan
sin
gkat
.
14.2
Men
jela
skan
hubu
ngan
lata
r
suat
u ce
rpen
deng
an
re
alita
s so
sial
.2.
2 M
enya
mpa
ikan
p
engu
mum
an
den
gan
into
nasi
y
ang
tepa
t ser
ta
men
ggun
akan
ka
limat
-kal
imat
ya
ng lu
gas
dan
sede
rhan
a.1.
1 M
enyi
mpu
lkan
is
i ber
ita y
ang
dib
acak
an d
alam
b
eber
apa
kal
imat
.1.
2 M
enul
iska
n
k
emba
li b
erita
y
ang
diba
caka
n
k
e da
lam
b
eber
apa
kalim
at.
9.1
Men
yim
pulk
an
pik
iran,
pen
dapa
t,
d
an g
agas
an
seo
rang
toko
h/
n
aras
umbe
r yan
g
d
isam
paik
an d
alam
w
awan
cara
.9.
2. M
enul
iska
n de
ngan
s
ingk
at h
al-h
al
pen
ting
yang
d
ikem
ukak
an
nar
asum
ber d
alam
w
awan
cara
.12
.1 M
engu
bah
teks
waw
anca
ra
m
enja
di n
aras
i.
VII
SMP

KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU
SISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
VIII
SM
PSe
belu
m B
enca
na G
aya
dan
peng
aruh
nya
p
ada
bend
a ya
ng
d
iken
ai g
aya.
B
entu
k en
ergi
.
Hub
unga
n an
tara
teka
nan
d
an lu
as d
aera
h ya
ng
d
iken
ai g
aya.
G
etar
an d
an g
elom
bang
.
Saat
Ter
jadi
Ben
cana
G
etar
an d
an g
elom
bang
.
Sete
lah
Terj
adi B
enca
na
Sebe
lum
Ben
cana
M
emah
ami g
aya
dan
p
enga
ruhn
ya p
ada
daer
ah
yan
g di
kena
i gay
a.
Mem
aham
i ben
tuk
ener
gi
y
ang
terk
andu
ng d
alam
bum
i (ya
ng m
emun
gkin
kan
t
erja
diny
a ge
mpa
).
Men
emuk
an h
ubun
gan
a
ntar
a te
kana
n da
n lu
as
d
aera
h ya
ng d
iken
ai g
aya
m
elal
ui p
erco
baan
.
Mem
aham
i bah
wa
gem
pa
m
erup
akan
con
toh
dari
g
etar
an d
an g
elom
bang
.
Saat
Ter
jadi
Ben
cana
M
embu
at a
lat g
empa
min
i
ber
dasa
rkan
prin
sip
geta
ran
da
n ge
lom
bang
.
Sete
lah
Terj
adi B
enca
na
IPA
Terp
adu
5.M
emah
ami p
eran
an u
saha
,
gaya
, dan
ene
rgi d
alam
kehi
dupa
n se
hari-
hari.
6. M
emah
ami k
onse
p da
n
pen
erap
an g
etar
an,
g
elom
bang
dan
opt
ika
d
alam
pro
duk
tekn
olog
i
seh
ari-h
ari.
6. M
emah
ami k
onse
p da
n
pen
erap
an g
etar
an,
g
elom
bang
dan
opt
ika
d
alam
pro
duk
tekn
olog
i
seh
ari-h
ari.
–
5.1
Men
gide
nti�
kasi
je
nis-
jeni
s ga
ya,
pen
jum
laha
n ga
ya
dan
pen
garu
hnya
p
ada
suat
u be
nda
yan
g di
kena
i gay
a.5.
3 M
enje
lask
an
hub
unga
n be
ntuk
e
nerg
i dan
per
uba-
han
nya,
prin
sip
“usa
ha d
an e
nerg
i”
s
erta
pen
erap
anny
a
d
alam
keh
idup
an
seh
ari-h
ari.
5.5
Men
yelid
iki t
ekan
an
pada
ben
da p
adat
,
ca
ir, d
an g
as s
erta
pe
nera
pann
ya
dala
m k
ehid
upan
se
hari-
hari.
6.1
“Men
des-
krip
sika
n”
kon
sep
geta
ran
dan
gel
omba
ng s
erta
p
aram
eter
-
p
aram
eter
nya
6.1
Men
desk
ripsi
kan
kon
sep
geta
ran
dan
gel
omba
ng s
erta
p
aram
eter
-
p
aram
eter
nya
–

KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU
SISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
Sebe
lum
ben
cana
Le
tak
geog
ra�s
Indo
nesi
a
Kai
tan
leta
k ge
ogra
�s
d
enga
n ik
lim d
an w
aktu
di I
ndon
esia
U
nsur
-uns
ur li
ngku
ngan
bio
tik, a
biot
ik, d
an s
osia
l
bud
aya
Saat
ben
cana
Be
ntuk
ker
usak
an
lin
gkun
gan
hidu
p da
n
fakt
or p
enye
babn
ya
Sete
lah
benc
ana
Pe
nang
gula
ngan
mas
alah
ling
kung
an
Sebe
lum
ben
cana
M
enje
lask
an le
tak
geog
ra�s
Indo
nesi
a
Men
yebu
tkan
hub
unga
n
let
ak g
eogr
a�s
deng
an ik
lim
d
an w
aktu
Indo
nesi
a
Men
ulis
kan
unsu
re-u
nsur
bio
tic d
an a
biot
ik d
an
s
osia
l bud
aya.
Saat
ben
cana
M
enul
iska
n be
ntuk
-ben
tuk
k
erus
akan
ling
kung
an h
idup
dan
fact
or p
enye
babn
ya.
Sete
lah
benc
ana
M
enye
butk
an c
ara
p
enan
ggul
anga
n da
n
pen
gura
ngan
resi
koris
iko
a
kiba
t ker
usak
an d
an
b
enca
na a
lam
.
IPS
1. m
emah
ami p
erm
asal
ahan
sos
ial b
erka
itan
deng
an
p
ertu
mbu
han
jum
lah
p
endu
duk.
1.1
Men
desk
ripsi
kan
kon
disi
�si
k w
ilaya
h
d
an p
endu
duk
1.3
Men
desk
ripsi
kan
per
mas
alah
an
ling
kung
an h
idup
d
an u
paya
p
enan
ggul
anga
-
n
nya
dala
m
pem
bang
unan
b
erke
lanj
utan
VIII
SM
P

KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU
SISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
Sebe
lum
ben
cana
G
empa
dan
Kes
ehat
an
Saat
ben
cana
- Sete
lah
benc
ana
D
ampa
k ge
mpa
terh
adap
kes
ehat
an
Sebe
lum
ben
cana
M
acam
pen
yaki
t
Peny
ebab
pen
yaki
t
Gej
ala
peny
akit
M
elak
ukan
pen
cega
han
pe
nyak
it
Saat
ben
cana
- Sete
lah
benc
ana
M
elak
ukan
pen
cega
han
te
rhad
ap p
enya
kit y
ang
m
ungk
in d
iaki
batk
an
pa
sca
gem
pa b
umi
PEN
JASK
ES13
. Men
erap
kan
buda
ya
hid
up s
ehat
13.1
Mel
akuk
an id
en-
ti�
kasi
ber
baga
i
peny
akit
men
ular
ya
ng b
ersu
mbe
r
dari
lingk
unga
n
tidak
seh
at
13.2
Mel
akuk
an c
ara
m
engh
inda
ri
peny
akit
men
ular
yang
ber
sum
ber
da
ri lin
gkun
gan
ya
ng ti
dak
seha
t
VIII
SM
P

KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU
SISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
Sebe
lum
Ben
cana
P
ende
skrip
-sik
an te
mpa
t
ata
u ar
ah d
alam
kon
teks
yan
g se
bena
rnya
ses
uai
de
ngan
yan
g te
rter
a da
lam
dena
h.
Men
yim
pulk
an is
i sua
tu
te
ks d
enga
n m
emba
ca
c
epat
250
kat
a pe
r men
it.
Cara
men
angg
api u
nsur
-
unsu
r pem
enta
san
dram
a
dan
impl
emen
ta-s
inya
.
Berm
ain
pera
n.
Pen
ulis
an n
aska
h dr
ama.
Sebe
lum
Ben
cana
M
ende
skrip
-sik
an p
oten
si
g
empa
di d
enah
.
Men
yim
puka
n te
ks
m
enge
nai g
empa
.
Mem
pela
jari
pros
edur
pen
yela
mat
an d
iri s
aat
g
empa
ber
dasa
rkan
pem
enta
san
dram
a.
Mem
aham
i pro
sedu
r
pen
yela
mat
an d
iri s
aat
g
empa
mel
alui
per
an.
M
enul
iska
n na
skah
dra
ma
te
ntan
g ge
mpa
dan
pro
sedu
r
pen
yela
mat
an d
iri.
Baha
sa In
done
sia
3. M
emah
ami r
agam
wac
ana
tulis
den
gan
m
emba
ca
m
emin
dai,
mem
baca
cep
at.
5. M
enga
pre-
sias
i
pem
enta
san
dram
a.6.
Men
gung
-kap
kan
p
ikira
n da
n pe
rasa
an
d
enga
n be
rmai
n pe
ran.
3.2
Men
desk
ripsi
kan
tem
pat a
tau
arah
d
alam
kon
teks
yan
g
s
eben
arny
a se
suai
d
enga
n ya
ng
tert
era
dala
m
den
ah.
3.3
Men
yim
pulk
an is
i
s
uatu
teks
den
gan
mem
baca
cep
at
250
kata
per
men
it.5.
1 M
enan
ggap
i uns
ur
pem
enta
san
nask
ah
d
ram
a6.
1 Be
rmai
n pe
ran
sesu
ai d
enga
n
na
skah
yan
g di
tulis
si
swa.
6.2
Berm
ain
pera
n
d
enga
n ca
ra
impr
ovis
asi s
esua
i
de
ngan
ker
angk
a
na
skah
yan
g di
tulis
ol
eh s
isw
a.
VIII
SM
P

KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU
SISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
Saat
Ter
jadi
Ben
cana
P
enul
isan
bah
asa
petu
njuk
.
Ber
mai
n pe
ran.
Saat
Ter
jadi
Ben
cana
M
enul
iska
n pe
tunj
uk-
p
etun
juk
peny
elam
atan
gem
pa.
M
emai
nkan
per
an
p
enye
lam
atan
diri
dar
i
gem
pa b
umi.
6. M
engu
ngka
pkan
pik
iran
d
an p
eras
aan
mel
alui
keg
iata
n m
enul
is k
reat
if
nas
kah
dram
a.2.
Men
gung
-kap
kan
in
form
asi d
alam
ben
tuk
la
pora
n, s
urat
din
as,
da
n pe
tunj
uk6.
Men
gung
-kap
kan
p
ikira
n da
n pe
rasa
an
d
enga
n be
rmai
n pe
ran.
2. M
egun
gkap
ber
baga
i
inf
orm
asi m
elal
ui
w
awan
cara
dan
pre
sent
asi l
apor
an.
8.1
Men
ulis
kre
atif
nask
ah d
ram
a sa
tu
ba
bak
deng
an m
em-
perh
atik
an
keas
lian
ide.
8.2
Men
ulis
kre
atif
nas
kah
dram
a sa
tu
bab
ak d
enga
n
m
empe
rhat
ikan
k
aida
h pe
nulis
an
nas
kah
dram
a.4.
3 M
enul
is p
etun
juk
mel
akuk
an s
esua
tu
den
gan
urut
an y
ang
tepa
t dan
m
engg
unak
an
bah
asa
yang
efe
ktif
VIII
SM
PBa
hasa
Indo
nesi
a

KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU
SISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
C
ara
berw
awan
cara
dan
impl
emen
ta-s
inya
.
Car
a m
enem
ukan
pok
ok-
p
okok
ber
ita d
an
im
plem
enta
-sin
ya.
C
ara
men
gem
ukak
an
k
emba
li be
rita
dan
im
plem
enta
siny
a.
Sete
lah
Terj
adi B
enca
na
Men
yusu
n w
awan
cara
berd
asar
kan
peris
tiwa
ge
mpa
yan
g te
rjadi
.
Men
gung
kap-
kan
poko
k-
pok
ok b
erita
men
gena
i
gem
pa.
M
enge
muk
a-ka
n ke
mba
li
ber
ita m
enge
nai g
empa
9. M
emah
ami i
si b
erita
rad
io/t
elev
isi
6.1
Berm
ain
pera
n
s
esua
i den
gan
nas-
kah
yan
g di
tulis
s
isw
a.6.
2 Be
rmai
n pe
ran
den
gan
cara
im
prov
isas
i ses
uai
deng
an k
eran
gka
nask
ah y
ang
ditu
lis
oleh
sis
wa.
2.1
Berw
awan
cara
d
enga
n
n
aras
umbe
r dar
i
b
erba
gai k
alan
gan
den
gan
perh
atik
an
etik
a
b
erw
awan
cara
.9.
1 M
enem
ukan
pok
ok-
pok
ok b
erita
(apa
,
si
apa,
men
gapa
,
di
man
a, k
apan
, dan
ba
gaim
ana)
yan
g
di
deng
ar a
tau
dito
nton
mea
lui
radi
o/te
levi
si.
9.2
Men
gem
ukak
an
kem
bali
berit
a ya
ng
d
iden
gar/
dito
nton
mel
alui
radi
o/ te
levi
si
VIII
SM
PBa
hasa
Indo
nesi
a

KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU
SISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
IX S
MP
Sebe
lum
Ben
cana
Saat
Ter
jadi
Ben
cana
Sete
lah
Terj
adi B
enca
na
Sebe
lum
Ben
cana
Saat
Ter
jadi
Ben
cana
Sete
lah
Terj
adi B
enca
na
IPA
Terp
adu
Sebe
lum
Ben
cana
P
eta
tent
ang
pola
dan
ben
tuk-
bent
uk m
uka
bum
i
Dia
gram
ben
tuk
muk
a
bum
i dar
atan
dan
das
ar la
ut
Uns
ur-u
nsur
�si
k da
n
sosi
al k
awas
an
as
ia te
ngga
ra
Saat
Ter
jadi
Ben
cana
- Sete
lah
Terj
adi B
enca
na
Pol
a da
n be
ntuk
obj
ek
g
eogr
a�s
sesu
ai d
enga
n
ben
tang
ala
mny
a
Sebe
lum
Ben
cana
M
enul
iska
n pe
ta te
ntan
g
pol
a da
n be
ntuk
-ben
tuk
m
uka
bum
i
Men
ggam
bark
an d
iagr
am
b
entu
k m
uka
bum
i dar
atan
dan
dasa
r lau
t
Saat
Ter
jadi
Ben
cana
- Sete
lah
Terj
adi B
enca
na
Men
yebu
tkan
pol
a da
n
ben
tuk
obje
k ge
ogra
�s
s
esua
i den
gan
bent
ang
alam
IPS
5. M
emah
ami h
ubun
gan
m
anus
ia d
enga
n bu
mi,
5.3
Men
desk
ripsi
kan
pem
bagi
an
per
muk
aan
bum
i
a
tas
benu
a da
n
s
amud
era.

KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU
SISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
IX S
MP
Sebe
lum
Ben
cana
Benc
ana
alam
Saat
Ter
jadi
Ben
cana
Benc
ana
alam
Sete
lah
Terj
adi B
enca
na
Buda
ya h
idup
seh
at
Sebe
lum
Ben
cana
M
elak
ukan
iden
ti�ka
si je
nis
b
enca
na
Mel
akuk
an id
enti�
kasi
pen
yeba
b be
ncan
a
Mel
akuk
an p
ence
gaha
n
dan
pen
angg
ulan
gan
b
enca
na a
lam
Saat
Ter
jadi
Ben
cana
M
empr
aktik
kan
cara
men
ghad
api b
erba
gai
b
enca
na te
ruta
ma
gem
pa
b
umi m
elal
ui s
imul
asi
Sete
lah
Terj
adi B
enca
na
Mel
akuk
an tr
aum
a he
alin
g
dan
reko
nstr
uksi
pas
ca
ge
mpa
bum
i
PEN
JASK
ES13
. Men
erap
kan
buda
ya
hid
up s
ehat
13.1
Mem
prak
tikan
iden
ti�ka
si b
ahay
a
benc
ana
alam
13.2
Mem
prak
tikan
c
ara
men
ghad
api
ber
baga
i
b
enca
ala
m
Sebe
lum
Ben
cana
P
enyi
mpu
lan
dial
og
in
tera
ktif.
C
ara
mem
beda
kan
fakt
a da
n op
ini s
erta
impl
emen
ta-s
inya
.
Pen
ulis
an ik
lan
baris
.
Car
a m
eres
ensi
buk
u
pen
geta
huan
dan
impl
emen
ta-s
inya
.
Car
a m
enem
ukan
gag
asan
d
alam
wac
ana
dan
im
plem
enta
-sin
ya.
P
enyi
mpu
lan
teks
bac
aan
de
ngan
mem
baca
cep
at
300
kat
a pe
r men
it.
Pen
ulis
an k
arya
tulis
Sebe
lum
Ben
cana
M
enyi
mpu
lkan
dia
log
i
nter
aktif
tent
ang
gem
pa.
M
embe
daka
n fa
kta
dan
o
pini
men
gena
i per
istiw
a
gem
pa.
M
enul
iska
n ik
lan
baris
men
gena
i pot
ensi
dan
dam
pak
benc
ana
gem
pa
d
aera
h ya
ng d
iting
gali.
M
enul
iska
n re
sens
i buk
u
pen
geta
huan
men
gena
i
gem
pa.
M
enul
iska
n ga
gasa
n da
lam
wac
ana
gem
pa.
M
enyi
mpu
lkan
teks
men
gena
i gem
pa.
M
embu
at k
arya
tulis
ber
tem
akan
gem
pa
Baha
sa In
done
sia
1. M
emah
ami d
ialo
g
inte
rakt
if pa
da ta
yang
an
te
levi
si/ s
iara
n ra
dio.
3. M
emah
ami r
agam
wac
ana
tu
lis d
enga
n m
emba
ca
in
tens
if da
n m
emba
ca
m
emin
dai.
4. M
engu
ngka
pkan
info
rmas
i dal
am b
entu
k
ikla
n ba
ris, r
esen
si, d
an
k
aran
gan
1.1
Men
yim
pulk
an is
i
d
ialo
g in
tera
ktif
bebe
rapa
na
rasu
mbe
r pad
a
ta
yang
an te
levi
si/
siar
an ra
dio.
3.1
Mem
beda
kan
anta
ra fa
kta
dan
opin
i dal
am te
ks
ikla
n di
sur
at k
abar
m
elal
ui k
egia
tan
mem
baca
inte
nsif.
4.1
Men
ulis
ikla
n ba
ris
deng
an b
ahas
a ya
ng
sing
kat,
pada
t dan
je
las.
4.2
Mer
esen
si b
uku
peng
etah
uan.

KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU
SISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
Saat
Ter
jadi
Ben
cana
C
ara
men
emuk
an
in
form
asi s
ecar
a ce
pat
da
n im
plem
enta
-sin
ya.
M
enul
is c
erita
pen
dek
b
erto
lak
dari
peris
tiwa
y
ang
pern
ah d
iala
mi
Sete
lah
Terj
adi B
enca
na
Pen
yim
pula
n di
alog
inte
rakt
if.
Car
a m
engo
men
tari
p
enda
pat d
alam
dia
log
da
n im
plem
enta
-sin
ya.
P
elap
oran
ber
baga
i
per
istiw
a.
Car
a m
embe
daka
n fa
kta
d
an o
pini
ser
ta
im
plem
enta
siny
a.
Men
ulis
cer
ita p
ende
k
ber
tola
k da
ri pe
ristiw
a
yan
g pe
rnah
dia
lam
i.
Car
a m
enem
ukan
gag
asan
dal
am w
acan
a da
n
impl
emen
tasi
-nya
.
Pen
ulis
an s
urat
pem
baca
.
Penu
lisan
nas
kah
dram
a
berd
asar
kan
peris
tiwa
nyat
a
Saat
Ter
jadi
Ben
cana
M
enya
dari
info
rmas
i
men
gena
i gem
pa d
an
m
engi
nfor
mas
ikan
nya.
M
enul
iska
n ce
rita
pend
ek
m
enge
nai g
empa
ber
dasa
rkan
per
istiw
a
yan
g pe
rnah
dia
lam
i.
Sete
lah
Terj
adi B
enca
na
Men
yim
pulk
an d
ialo
g
int
erak
tif m
enge
nai p
eris
tiwa
g
empa
dan
dam
pakn
ya
p
ada
lingk
unga
n.
Men
gom
enta
ri pe
ndap
at
m
enge
nai g
empa
.
Mel
apor
kan
peris
tiwa
gem
pa.
M
embe
daka
n fa
kta
dan
opin
i
per
istiw
a ge
mpa
.
Men
ulis
kan
cerit
a pe
ndek
men
gena
i dap
ak p
eris
tiwa
g
empa
ber
tola
k da
ri pe
ristiw
a
yan
g pe
rnah
dia
lam
i.
Men
ulis
kan
gaga
san
wac
ana
m
enge
nai d
ampa
k ge
mpa
.
Men
ulis
kan
sura
t pem
baca
yan
g be
rhub
unga
n de
ngan
peris
tiwa
gem
pa.
M
enul
iska
n na
skah
dra
ma
b
erda
sark
an p
eris
tiwa
gem
pa.
Baha
sa In
done
sia
12. M
engu
ngka
pkan
pik
iran,
p
eras
aan,
dan
info
rmas
i
d
alam
ben
tuk
kary
a
il
mia
h se
derh
ana,
teks
p
idat
o, s
urat
Mem
aham
i rag
am w
acan
a
tulis
den
gan
mem
baca
inte
nsif
dan
mem
baca
mem
inda
i.8.
Men
gung
kapk
an k
emba
li
pik
iran,
per
asaa
n, d
an
p
enga
lam
an d
alam
cer
ita
p
ende
k.1.
Mem
aham
i dia
log
in
tera
ktif
pada
taya
ngan
tele
visi
/ sia
ran
radi
o.2.
Men
gung
kapk
an p
ikira
n,
p
eras
aan,
dan
info
rmas
i
dal
am b
entu
k ko
men
tar
d
an la
pora
n.3.
Mem
aham
i rag
am w
acan
a
tulis
den
gan
mem
baca
inte
nsif
dan
mem
baca
mem
inda
i.8.
Men
gung
kapk
an k
emba
li
pik
iran,
per
asaa
n, d
an
p
enga
lam
an d
alam
cer
ita
p
ende
k
12.1
Men
ulis
kar
ya tu
lis
s
eder
hana
den
gan
m
engg
una-
kan
be
rbag
ai s
umbe
r.12
.3 M
enul
is s
urat
pem
baca
tent
ang
lin
gkun
gan
se
kola
h.3.
2 M
enem
ukan
in
form
asi y
ang
dip
erlu
kan
seca
ra
cep
at d
an te
pat
dar
i ind
eks
buku
m
elal
ui k
egia
tan
mem
baca
m
emin
dai.
8.2
Men
ulis
cer
ita
pen
dek
bert
olak
d
ari p
eris
tiwa
yang
p
erna
h di
alam
i.
IX S
MP

KELA
SM
ATER
I PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
R PE
RILA
KU
SISW
AM
ATA
PEL
AJA
RAN
SKKD
Baha
sa In
done
sia
11. M
emah
ami r
agam
w
acan
a tu
lis e
ngan
m
emba
ca e
kste
nsif,
m
emba
ca in
tens
if, d
an
mem
baca
cep
at.
12. M
engu
ng-k
apka
n pi
kira
n,
per
asaa
n, d
an in
form
asi
dal
am b
entu
k ka
rya
ilm
iah
sede
rhan
a, te
ks
pid
ato,
sur
at.
16. M
enul
is n
aska
h dr
ama.
1.1
Men
yim
pulk
an is
i
d
ialo
g in
tera
ktif
beb
erap
a
n
aras
umbe
r pad
a
ta
yang
an te
levi
si/
sia
ran
radi
o.1.
2 M
engo
men
tari
pend
apat
na
rasu
mbe
r dal
am
dial
og in
tera
ktif
pada
taya
ngan
te
levi
si/s
iara
n ra
dio.
2.2
Mel
apor
kan
sec
ara
lisa
n be
rbag
ai
per
istiw
a de
ngan
m
engg
unak
an
kal
imat
yan
g je
las.
3.2
Men
emuk
an
info
rmas
i yan
g
di
perlu
kan
seca
ra
cepa
t dan
tepa
t dar
i
in
deks
buk
u m
elal
ui
kegi
atan
mem
baca
m
emin
dai.
8.2
Men
ulis
cer
ita
pen
dek
ber
tola
k da
ri
p
eris
tiwa
yan
g pe
rnah
d
iala
mi.
1.1
Men
yim
pulk
an is
i
d
ialo
g in
tera
ktif
beb
erap
a
n
aras
umbe
r
p
ada
taya
ngan
te
levi
si/
sia
ran
radi
o.12
.3 M
enul
is s
urat
pem
baca
tent
ang
lin
gkun
gan
seko
lah.
16.2
Men
ulis
nas
kah
dr
ama
bera
sark
an
pe
ristiw
a ny
ata.
IX S
MP

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
65
5.1.3. Penyusunan Silabus Mata Pelajaran TerintegrasiSilabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat komponen yang harus dikembangkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik dan lingkungannya. Komponen tersebut terdiri atas Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Silabus harus menjawab pertanyaan kompetensi apa yang harus dicapai anak? Bagaimana cara mencapainya? Dan bagaimana cara menilai ketercapaian kompetensi itu?
Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan. Tabel dibawah ini merupakan contoh-contoh silabus integrasi pengurangan risiko gempa bumi untuk beberapa mata pelajaran.

Tabe
l 5.3
Sila
bus
Inte
gras
i Pen
gura
ngan
Ris
iko
Gem
pa B
umi
Unt
uk M
ata
Pela
jara
n IP
S Ke
las V
II Se
mes
ter 1
Mod
el S
ilabu
s In
tegr
asi P
endi
dika
n Pe
ngur
anga
n Ri
siko
Gem
pa B
umi D
alam
Mat
a Pe
laja
ran
Seko
lah
: SM
P…Ke
las
: V
II (t
ujuh
)M
ata
Pela
jara
n
: Ilm
u Pe
nget
ahua
n So
sial
Sem
este
r
: 1
(sat
u)
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
POKO
KKE
GIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NSU
MBE
R/BA
HA
N/
ALA
TA
LOK
ASI
WA
KTU
1.1
Men
desk
ripsi
kan
ker
agam
an
ben
tuk
muk
a
b
umi,
pros
es
pem
bent
ukan
,
d
an d
ampa
knya
te
rhad
ap
keh
idup
an
Tena
ga E
ndog
en
dan
Tena
gaEk
soge
n
Gej
ala
dias
trop
ism
e da
n vu
lkan
ism
e
Fakt
or-fa
ktor
pe
nyeb
ab
terja
diny
a ge
mpa
bu
mi
Jeni
s-je
nis
batu
an
Pros
es p
elap
ukan
ben
tuka
n di
mka
bum
i yan
g m
erup
akan
has
il da
ri te
naga
g
eolo
gi
ge
jala
-gej
ala
dias
trop
ism
e
dan
vulk
anis
me
gu
nung
api
di I
ndon
esia
pen
yeba
b te
rjadi
nya
gem
pa
bum
i
mel
alui
gam
bar d
an b
atua
n y
ang
ada
di li
ngku
ngan
sek
itar
12 JP
en
doge
n ya
ng m
enye
babk
an
terja
diny
a be
ntuk
muk
a bu
mi
dia
stro
pism
e da
n vu
lkan
ism
e s
erta
seb
aran
tipe
gun
ung
api
pen
yeba
b te
rjadi
nya
gem
pa
bum
i dan
aki
bat y
ang
diti
mbu
lkan
nya
ber
dasa
rkan
pro
ses
pem
bent
ukan
nya
pel
apuk
an
St
anda
r Kom
pete
nsi
: 1
. M
emah
ami l
ingk
unga
n ke
hidu
pan
man
usia
.

KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
POKO
KKE
GIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NSU
MBE
R/BA
HA
N/
ALA
TA
LOK
ASI
WA
KTU
1.1
Men
desk
ripsi
kan
ker
agam
an
ben
tuk
muk
a
b
umi,
pros
es
pem
bent
ukan
,
d
an d
ampa
knya
te
rhad
ap
keh
idup
an
Pros
es e
rosi
dan
pe
nyeb
abny
a
Pros
es
sedi
men
tasi
Dam
pak
posi
tif
dan
nega
tif d
ari
tena
ga e
ndog
en
dan
ekso
gen
bagi
ke
hidu
pan
sert
a up
aya
pen
ang-
gula
ngan
nya.
lin
gkun
gan
seki
tar t
enta
ng
pro
ses
pela
puka
n
ten
tang
ero
si.
has
il pr
oses
sed
imen
tasi
ten
tang
dam
pak
posi
tif d
an
neg
atif
tena
ga e
ndog
en d
an
eks
ogen
bag
i keh
idup
an s
erta
u
paya
pen
angg
ulan
gann
ya
12 JP
dan
fakt
or-fa
ktor
pen
yeba
bnya
, d
ampa
knya
yan
g di
hasi
lkan
ole
h pr
oses
s
edim
enta
si.
pos
itif d
an n
egat
if da
ri te
naga
e
ndog
en d
an e
ksog
en b
agi
keh
idup
an s
erta
upa
ya
pen
angg
ulan
gann
ya.

KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
POKO
KKE
GIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NSU
MBE
R/BA
HA
N/
ALA
TA
LOK
ASI
WA
KTU
6.1
Men
desk
ripsi
kan
pol
a ke
giat
an
eko
nom
i
p
endu
duk,
p
engg
unaa
n
la
han,
dan
pol
a
p
erm
ukim
an
ber
dasa
rkan
k
ondi
si �
sik
per
muk
aan
bum
i
Peng
guna
an la
han
Mac
am-m
acam
m
ata
penc
ahar
ian
pend
uduk
Kaita
n be
ntuk
m
uka
bum
i de
ngan
pe
nggu
naan
laha
n
Bent
uk
peng
guna
an la
han
di p
edes
aan
dan
perk
otaa
n.
Pola
per
muk
iman
pe
ndud
uk
(men
giku
ti al
ur
sung
ai, j
alan
dan
pa
ntai
).
Kaita
n be
ntan
g la
han
deng
an
pers
ebar
an
perm
ukim
an
pend
uduk
.
sum
ber a
tau
med
ia b
elaj
ar la
in
ten
tang
mac
am-m
acam
mat
a p
enca
haria
n pe
ndud
uk.
muk
a bu
mi d
enga
n p
engg
unaa
n la
han.
pen
ggun
aan
laha
n di
ped
esaa
n d
an p
erka
otaa
n.
per
muk
iman
pen
dudu
k (
men
giku
ti al
ur s
unga
i, ja
lan,
p
anta
i).
ben
tang
laha
n de
ngan
p
erse
bara
n pe
rmuk
iman
p
endu
duk.
sert
a al
asan
p
endu
duk
berm
ukim
di
sua
tu lo
kasi
.
pen
caha
rian
pend
uduk
(
pert
ania
n, n
on p
erta
nian
).
pen
ggun
aan
laha
n di
p
edes
aan
dan
perk
otaa
n.
per
muk
iman
pen
dudu
k (
men
giku
ti al
ur s
unga
i, ja
lan,
p
anta
i).
(ag
ihan
) per
muk
iman
p
endu
duk
di b
erba
gai
ben
tang
laha
n da
n m
engu
ngka
pkan
ala
san
pen
dudu
k m
emili
h be
rmuk
im
di l
okas
i ter
sebu
t.
lah
an d
enga
n pe
rseb
aran
p
erm
ukim
an p
endu
duk.
6x45
’
bent
uk m
uka
re
leva
n
Ta
bel 5
.4 S
ilabu
s In
tegr
asi P
engu
rang
an R
isik
o G
empa
Bum
i Unt
uk M
ata
Pela
jara
n IP
S Ke
las V
II Se
mes
ter 2

Se
kola
h
:
SM
P…Ke
las
: V
III (d
elap
an)
Mat
a Pe
laja
ran
:
Ilm
u Pe
nget
ahua
n So
sial
Sem
este
r
:
1 (S
atu)
.
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
POKO
KKE
GIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NSU
MBE
R/BA
HA
N/
ALA
TA
LOK
ASI
WA
KTU
1.2
Men
desk
ripsi
kan
kond
isi �
sik
wila
yah
dan
pend
uduk
Leta
k ge
ogra
�s
Indo
nesi
a (p
osis
i ge
ogra
�s d
an le
tak
geog
ra�s
).
Kaita
n le
tak
geog
ra�s
den
gan
iklim
dan
wak
tu
di In
done
sia
Mus
im d
i In
done
sia.
Pers
ebar
an �
ora
dan
faun
a In
done
sia
dan
kaita
nnya
den
gan
pem
bagi
an
wila
yah
Wal
lace
a da
n W
eber
.
Pers
ebar
an je
nis
tana
h di
Indo
nesi
a.
Pem
anfa
tan
berb
agai
jeni
s ta
nah
di In
done
sia
geo
gra�
s da
n le
tak
geog
ra�s
I
ndon
esia
.
let
ak g
eogr
a�s
deng
an ik
lim
di I
ndon
esia
.
den
gan
wak
tu d
an p
erub
ahan
m
usim
di I
ndon
esia
.
�or
a da
n fa
una
Indo
nesi
a
per
seba
ran
jeni
s ta
nah
di
Ind
ones
ia.
ber
baga
i jen
is ta
nah
di
Ind
ones
ia
(po
sisi
geo
gra�
s, le
tak
geo
gra�
s) In
done
sia
geo
gra�
s de
ngan
per
ubah
an
mus
im d
i Ind
ones
ia
ter
jadi
nya
peru
baha
n m
usim
d
an m
enen
tuka
n bu
lan
ber
lang
sung
nya
mus
im h
ujan
d
an m
usim
kem
arau
di w
ilaya
h I
ndon
esia
.
per
seba
ran
�ora
dan
faun
a
tip
e A
sia,
tipe
Aus
tral
ia s
erta
k
aita
nnya
den
gan
pem
bagi
an
wila
yah
Wal
lace
a da
n W
eber
jen
is ta
nah
dan
pem
anfa
atan
nya
di In
done
sia
6x45
’
re
leva
n
Stan
dar K
ompe
tens
i
: 1
. mem
aham
i per
mas
alah
an s
osia
l ber
kaita
n de
ngan
per
tum
buha
n ju
mla
h pe
ndud
uk
Tabe
l 5.5
Sila
bus
Inte
gras
i Pen
gura
ngan
Ris
iko
Gem
pa B
umi U
ntuk
Mat
a Pe
laja
ran
Ips
Kela
s VIII
Sem
este
r 1

Seko
lah
:
SMP…
Kela
s
:
IX (s
embi
lan)
Mat
a Pe
laja
ran
: Ilm
u Pe
nget
ahua
n So
sial
Sem
este
r
: 2
(dua
)
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
POKO
KKE
GIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NSU
MBE
R/BA
HA
N/
ALA
TA
LOK
ASI
WA
KTU
15.3
Men
desk
ripsi
kan
pe
mba
gian
perm
ukaa
n
bum
i ata
s
benu
a da
n
sam
uder
a.
6x45
’ t
erbe
ntuk
nya
benu
a.
pos
isi b
enua
-ben
ua d
an
sam
uder
a
ben
ua, m
elip
uti b
enta
ng a
lam
d
an p
endu
duk
mas
ing-
mas
ing
be
nua.
neg
ara
di m
asin
g-m
asin
g k
awas
an b
enua
.
pos
isi,
luas
, dan
ked
alam
an m
asin
g-m
asin
g sa
mud
era.
sam
uder
a
Sam
uder
a :
Pro
ses
pem
bent
ukan
b
enua
-ben
ua.
Pos
isi b
enua
- b
enua
dan
s
amud
era
Kara
kter
istik
be
ntan
g al
am
dan
pend
uduk
di
ben
ua-b
enua
. Co
ntoh
neg
ara-
nega
ra d
i mas
ing-
mas
ing
kaw
asan
be
nua.
Kara
kter
istik
m
asin
g-m
asin
g sa
mud
era.
Fung
si s
amud
era
yan
g re
leva
n.
pe
mbe
ntuk
an b
enua
.
dan
ata
u gl
obe
untu
k
ten
tang
pos
isi b
enua
-ben
ua
dan
sam
uder
a.
mas
ing-
mas
ing
benu
a.
neg
ara
di m
asin
g-m
asin
g k
awas
an b
enua
.
tet
ang
kara
kter
istik
mas
ing-
mas
ing
sam
uder
a.
Stan
dar K
ompe
tens
i : 5
. Mem
aham
i hub
unga
n m
anus
ia d
enga
n bu
mi
Tabe
l 5.6
Sila
bus
Inte
gras
i Pen
gura
ngan
Ris
iko
Gem
pa B
umi U
ntuk
Mat
a Pe
laja
ran
IPS
kela
s IX
Sem
este
r 2

Tabe
l 5.7
Sila
bus
Inte
gras
i Pen
gura
ngan
Ris
iko
Gem
pa B
umi U
ntuk
Mat
a Pe
laja
ran
Pend
idik
an Ja
sman
i, O
lahr
aga
dan
Kese
hata
n ke
las V
II Se
mes
ter 1
Seko
lah
:
SMP…
Kela
s
: V
II (t
ujuh
)M
ata
Pela
jara
n :
Pend
idik
an Ja
sman
i, O
lahr
aga
dan
Kese
hata
nSe
mes
ter
:
1 (s
atu)
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
POKO
KKE
GIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NSU
MBE
R/BA
HA
N/
ALA
TA
LOK
ASI
WA
KTU
1.3
Mem
prak
tikka
n te
knik
das
ar a
tletik
se
rta
nila
i tol
eran
si,
perc
aya
diri,
ke
bera
nian
, men
jaga
ke
sela
mat
an d
iri
dan
oran
g la
in,
bers
edia
ber
bagi
te
mpa
t dan
pe
rala
tan
**)
2x45
’ p
ada
gera
kan
kaki
, len
gan,
p
osis
i bad
an d
an p
enda
rata
n
tel
apak
kak
i
yan
g di
mod
i�ka
si
di u
dara
dan
men
dara
t
per
atur
an y
ang
dim
odi�
kasi
u
ntuk
men
anam
kan
nila
i p
erca
ya d
iri d
an k
eber
ania
n
m
enol
ak p
elur
u
per
atur
an y
ang
dim
odi�
kasi
u
ntuk
men
anam
kan
sika
p m
enja
ga k
esel
amat
an
diri
dan
ora
ng la
in
dan
mel
empa
r cak
ram
per
atur
an y
ang
dim
odi�
kasi
u
ntuk
men
anam
kan
sika
p m
enja
ga k
esel
amat
an
diri
dan
ora
ng l
ain
Pen
dek
50M
Gay
a Jo
ngko
k
Men
yam
ping
Men
yam
ping
blo
ck, p
elur
u,
cak
ram
, lem
bing
(
yang
dim
odi�
kasi
)
(ge
raka
n ka
ki, l
enga
n,
pos
isis
bad
an, p
enda
rata
n t
elap
ak k
aki)
yan
g di
mod
i�ka
si
jau
h de
ngan
per
atur
an y
ang
dim
odi�
kasi
mem
egan
g p
elur
u da
n m
enol
ak
pel
uru
deng
an p
erat
uran
y
ang
dim
odi�
kasi
mem
egan
g da
n m
elem
par
cak
ram
cak
ram
den
gan
pera
tu ra
n y
ang
dim
odi�
kasi
Stan
dar K
ompe
tens
i :
1. M
empr
aktik
an b
erba
gai t
ekni
k da
sar p
erm
aina
n da
n ol
ahra
ga s
erta
nila
i-nila
i yan
g te
rkan
dung
di d
alam
nya

Seko
lah
:
SMP…
Kela
s
: V
II (t
ujuh
)M
ata
Pela
jara
n :
Pend
idik
an Ja
sman
i, O
lahr
aga
dan
Kese
hata
nSe
mes
ter
:
1 (s
atu)
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
POKO
KKE
GIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NSU
MBE
R/BA
HA
N/
ALA
TA
LOK
ASI
WA
KTU
6.1.
Mem
prak
tikka
n pe
mili
han
tem
pat
yang
tep
at u
ntuk
m
endi
rikan
tend
a pe
rkem
ahan
, m
empr
akte
kkan
te
knik
das
ar
pem
asan
gan
tend
a un
tuk
perk
emah
an
di li
ngku
ngan
sec
ara
bere
gu, s
erta
nila
i ke
rjasa
ma,
ta
nggu
ngja
wab
da
n te
ngga
ng ra
sa
6.2.
Mem
prak
tikka
n pe
nyel
amat
an
dan
P3K
terh
adap
je
nis
luka
ring
an
sert
a ni
lai k
erja
sam
a,
tang
gung
jaw
ab
dan
teng
gang
rasa
2x45
’ u
ntuk
men
dirik
an te
nda
per
kem
ahan
sec
ara
kel
ompo
k at
au re
gu
ter
hada
p lu
ka le
cet,i
ris,m
emar
, d
an tu
suk
seca
ra b
erpa
sang
an
ata
u ke
lom
pok
Pend
idik
an
luar
kel
asBu
ku te
ks,
pera
lata
n P3
K da
n lin
gkun
gan
yan
g te
pat u
ntuk
men
dirik
an
ten
da p
erke
mah
an
ter
hada
p lu
ka le
cet,
iris,
mem
ar d
an tu
suk
Stan
dar K
ompe
tens
i :
6. M
empr
aktik
an p
erke
mah
an d
an d
asar
-das
ar p
enye
lam
atan
di l
ingk
unga
n se
kola
h, d
an n
ilai-n
ilai y
ang
terk
andu
ng d
i dal
amny
a
Mod
el S
ilabu
s In
tegr
asi P
endi
dika
n Pe
ngur
anga
n Ri
siko
Gem
pa B
umi D
alam
Mat
a Pe
laja
ran
Tabe
l 5.8
Sila
bus
Inte
gras
i Pen
gura
ngan
Ris
iko
Gem
pa B
umi U
ntuk
Mat
a Pe
laja
ran
Pend
idik
an Ja
sman
i, O
lahr
aga
dan
Kese
hata
n ke
las V
II Se
mes
ter 1

Tabe
l 5.9
Sila
bus
Inte
gras
i Pen
gura
ngan
Ris
iko
Gem
pa B
umi U
ntuk
Mat
a Pe
laja
ran
Pend
idik
an Ja
sman
i, O
lahr
aga
dan
Kese
hata
n ke
las V
II Se
mes
ter 1
Seko
lah
:
SMP…
Kela
s
: V
III (d
elap
an)
Mat
a Pe
laja
ran
: Pe
ndid
ikan
Jasm
ani,
Ola
hrag
a da
n Ke
seha
tan
Sem
este
r
: 2
(Dua
)
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
POKO
KKE
GIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NSU
MBE
R/BA
HA
N/
ALA
TA
LOK
ASI
WA
KTU
13.1
Mel
akuk
an
iden
ti�ka
si b
erba
gai
peny
akit
men
ular
ya
ng b
ersu
mbe
r dar
i lin
gkun
gan
tidak
seh
at
13.2
Mel
akuk
an c
ara
men
ghin
dari
peny
akit
men
ular
yan
g be
rsum
ber d
ari
lingk
unga
n ya
ng
tidak
seh
at
1x45
’ p
enye
bab
dan
geja
la p
enya
kit
ter
hada
p pe
nyak
it
Kese
hata
nBu
ku te
ks,
pera
lata
n P3
K da
n lin
gkun
gan
pen
yaki
t
Stan
dar K
ompe
tens
i :
13.
Men
erap
kan
buda
ya h
idup
seh
at

Seko
lah
:
SMP…
Kela
s
:
IX (s
embi
lan)
Mat
a Pe
laja
ran
: Pe
ndid
ikan
Jasm
ani,
Ola
hrag
a da
n Ke
seha
tan
Sem
este
r
: 2
(Dua
)
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
POKO
KKE
GIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NSU
MBE
R/BA
HA
N/
ALA
TA
LOK
ASI
WA
KTU
13.1
Mem
prak
tikan
id
enti�
kasi
bah
aya
benc
ana
alam
13.2
Mem
prak
tikan
ca
ra m
engh
adap
i be
rbag
ai b
enca
na
alam
2x45
’ b
enca
na s
ecar
a ke
lom
pok
pen
yeba
b be
ncan
a se
cara
k
elom
pok
pen
angg
ulan
gan
benc
ana
ala
m s
ecar
a ke
lom
pok
atau
regu
Buda
ya
hidu
p se
hat
Buku
teks
,
pera
lata
n P3
K da
n lin
gkun
gan
ben
cana
pen
yeba
b be
ncan
a
pen
angg
ulan
gan
benc
ana
alam
Stan
dar K
ompe
tens
i :
13.
Men
erap
kan
buda
ya h
idup
seh
at
Mod
el S
ilabu
s In
tegr
asi P
endi
dika
n Pe
ngur
anga
n Ri
siko
Gem
pa B
umi D
alam
Mat
a Pe
laja
ran
Tabe
l 5.1
0 Si
labu
s In
tegr
asi P
engu
rang
an R
isik
o G
empa
Bum
i Unt
uk M
ata
Pela
jara
n Pe
ndid
ikan
Jasm
ani,
Ola
hrag
a da
n Ke
seha
tan
kel
as IX
Sem
este
r 2

Tabe
l 5.1
1 Si
labu
s In
tegr
asi P
engu
rang
an R
isik
o G
empa
Bum
i Unt
uk M
ata
Pela
jara
n Pe
ndid
ikan
IPA
Terp
adu
kela
sVII
Sem
este
r 1
Seko
lah
:
SMP…
Kela
s
:
VII
(Tuj
uh)
Mat
a Pe
laja
ran
: IP
A Te
rpad
uSe
mes
ter
:
1( S
atu)
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
POKO
KKE
GIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NSU
MBE
R/BA
HA
N/
ALA
TA
LOK
ASI
WA
KTU
5.4
Men
erap
kan
kese
lam
atan
ker
ja
dala
m m
elak
ukan
pe
ngam
atan
ge
jala
-gej
ala
alam
.
Jeni
s ta
giha
n:
kel
ompo
k
har
ian
Bent
uk
inst
rum
en
ter
tulis
sik
ap
per
form
en
4 JP
ref
eren
si te
ntan
g ke
sela
mat
an
ker
ja.
bah
an-b
ahan
yan
g be
rbah
aya
dal
am p
enga
mat
an g
ejal
a al
am.
Kese
lam
atan
ker
ja
kela
s VII.
eva
kuas
i.
ser
ta b
ahan
kim
ia.
mem
perla
kuka
n al
at d
an b
ahan
yan
g be
rbah
aya
dan
yang
dap
at
men
imbu
lkan
pen
yaki
t.
pen
yela
mat
an d
iri s
aat g
empa
.
diri
saa
t ter
jadi
gem
pa.
Stan
dar K
ompe
tens
i : 5
. Mem
aham
i gej
ala-
geja
la a
lam
mel
alui
pen
gam
atan
.
Mod
el S
ilabu
s In
tegr
asi P
endi
dika
n Pe
ngur
anga
n Ri
siko
Gem
pa B
umi D
alam
Mat
a Pe
laja
ran

Seko
lah
:
SMP…
Kela
s
:
VIII
(Del
apan
)M
ata
Pela
jara
n :
IPA
Terp
adu
Sem
este
r
: 1(
Sat
u)
Mod
el S
ilabu
s In
tegr
asi P
endi
dika
n Pe
ngur
anga
n Ri
siko
Gem
pa B
umi D
alam
Mat
a Pe
laja
ran
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
POKO
KKE
GIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NSU
MBE
R/BA
HA
N/
ALA
TA
LOK
ASI
WA
KTU
6.1
Men
desk
ripsi
kan
kons
ep g
etar
an d
an
gelo
mba
ng s
erta
pa
ram
eter
-pa
ram
eter
nya.
Jeni
s ta
giha
n:
kel
ompo
k
har
ian
Bent
uk
inst
rum
en
ter
tulis
sik
ap
per
form
en
6 JP
ref
eren
si te
ntan
g pe
nger
tian
get
aran
dan
frek
wen
si s
uatu
get
aran
dan
frek
wen
si s
uatu
get
aran
ref
eren
si te
ntan
g pe
nger
tian
gel
omba
ng
gel
omba
ng lo
ngitu
dina
l dan
g
elom
bang
tran
sver
sal
ber
dasa
rkan
prin
sip
geta
ran
dan
gel
omba
ng.
Get
aran
dan
ge
lom
bang
. k
elas
VII.
unt
uk m
embu
at “
gem
pa je
lly”.
keh
idup
an s
ehar
i-har
i
fr
ekue
nsi s
uatu
get
aran
gel
omba
ng lo
ngitu
dina
l dan
ge
lom
bang
tran
sver
sal
gel
omba
ng, f
reku
ensi
dan
p
anja
ng g
elom
bang
ber
dasa
rkan
prin
sip
geta
ran
dan
gel
omba
ng.
Stan
dar K
ompe
tens
i : 6
. Mem
aham
i kon
sep
dan
pene
rapa
n ge
tara
n, g
elom
bang
dan
opt
ika
dala
m p
rodu
k te
knol
ogi s
ehar
i-har
i.
Tabe
l 5.1
2 Si
labu
s In
tegr
asi P
engu
rang
an R
isik
o G
empa
Bum
i Unt
uk M
ata
Pela
jara
n Pe
ndid
ikan
IPA
Terp
adu
kela
sVIII
Sem
este
r 1

Tabe
l 5.1
3 Si
labu
s In
tegr
asi P
engu
rang
an R
isik
o G
empa
Bum
i Unt
uk M
ata
Pela
jara
n Pe
ndid
ikan
Bah
asa
Indo
nesi
a Te
rpad
u ke
las V
II Se
mes
ter 1
Seko
lah
:
SMP…
Kela
s
:
VII
(Tuj
uh)
Mat
a Pe
laja
ran
: Ba
hasa
Indo
nesi
aSe
mes
ter
:
1( S
atu)
Mod
el S
ilabu
s In
tegr
asi P
endi
dika
n Pe
ngur
anga
n Ri
siko
Gem
pa B
umi D
alam
Mat
a Pe
laja
ran
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
POKO
KKE
GIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NSU
MBE
R/BA
HA
N/
ALA
TA
LOK
ASI
WA
KTU
1. 1
Men
yim
pulk
an
isi b
erita
yan
g di
baca
kan
dala
m
bebe
rapa
kal
imat
.
Jeni
s ta
giha
n:
kel
ompo
k
har
ian
Bent
uk
inst
rum
en
ter
tulis
sik
ap
2t JP
(ge
mpa
bum
i)
ter
hada
p is
i ber
ita le
wat
dis
kusi
ber
ita m
enja
di is
i ber
ita
dal
am s
atu
alin
ea.
Peny
impu
lan
berit
a b
erita
yan
g di
deng
arka
n
ber
ita m
enja
di is
i ber
ita
sat
u al
inea
.
gem
pa b
umi d
ari b
erita
m
enge
nai g
empa
bum
i.
Stan
dar K
ompe
tens
i : M
ende
ngar
kan
1. M
emah
ami w
acan
a lis
an m
elal
ui k
egia
tan
men
deng
arka
n be
rita.

Seko
lah
:
SMP…
Kela
s
:
VIII
(Del
apan
)M
ata
Pela
jara
n :
Baha
sa In
done
sia
Sem
este
r
: 1(
Sat
u)
Mod
el S
ilabu
s In
tegr
asi P
endi
dika
n Pe
ngur
anga
n Ri
siko
Gem
pa B
umi D
alam
Mat
a Pe
laja
ran
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
POKO
KKE
GIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NSU
MBE
R/BA
HA
N/
ALA
TA
LOK
ASI
WA
KTU
4.3
Men
ulis
pet
unju
k m
elak
ukan
ses
uatu
de
ngan
uru
tan
yang
tepa
t dan
m
engg
unak
an
baha
sa y
ang
efek
tif.
Jeni
s ta
giha
n:
kel
ompo
k
har
ian
Bent
uk
inst
rum
en
ter
tulis
sik
ap
2t JP
pet
unju
k de
ngan
bah
asa
des
krip
tif
pet
unju
k
pen
yunt
inga
n b
ahas
a pe
tunj
uk
(m
odel
) yan
g be
lum
efe
ktif
pet
unju
k te
man
.
ber
kelo
mpo
k.
Penu
lisan
ba
hasa
pet
unju
k. B
ahas
a In
done
sia
se
belu
m, s
aat,
dan
gem
pa.
mel
akuk
an s
esua
tu
bah
asa
petu
ntuk
den
gan
baha
sa y
ang
efek
tif
pe
nyel
amat
an g
empa
.
Stan
dar K
ompe
tens
i : M
enul
is 4
. Men
gung
kapk
an in
form
asi d
alam
ben
tuk
lapo
ran,
sur
at d
inas
, dan
pet
unju
k.
Tabe
l 5.1
4 Si
labu
s In
tegr
asi P
engu
rang
an R
isik
o G
empa
Bum
i Unt
uk M
ata
Pela
jara
n Pe
ndid
ikan
Bah
asa
Indo
nesi
a Te
rpad
u ke
las V
III S
emes
ter 1

Tabe
l 5.1
5 Si
labu
s In
tegr
asi P
engu
rang
an R
isik
o G
empa
Bum
i Unt
uk M
ata
Pela
jara
n Pe
ndid
ikan
Bah
asa
Indo
nesi
a Te
rpad
u ke
las
IX S
emes
ter 1
Seko
lah
:
SMP…
Kela
s
:
IX (S
embi
lan)
Mat
a Pe
laja
ran
: Ba
hasa
Indo
nesi
aSe
mes
ter
:
1( S
atu)
Mod
el S
ilabu
s In
tegr
asi P
endi
dika
n Pe
ngur
anga
n Ri
siko
Gem
pa B
umi D
alam
Mat
a Pe
laja
ran
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
POKO
KKE
GIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NSU
MBE
R/BA
HA
N/
ALA
TA
LOK
ASI
WA
KTU
11.1
Men
emuk
an
gaga
san
dari
bebe
rapa
ar
tikel
dan
buk
u m
elal
ui k
egia
tan
mem
baca
eks
tens
if.
Jeni
s ta
giha
n:
kel
ompo
k
har
ian
Bent
uk
inst
rum
en
ter
tulis
sik
ap
2t JP
gem
pa u
ntuk
men
emuk
an
ber
baga
i gag
asan
yan
g t
erda
pat d
i dal
amny
a.
gem
pa d
enga
n ca
ra m
engu
tip
per
nyat
aan-
pern
yata
an y
ang
ter
dapa
t di d
alam
nya
dan
mem
anfa
atka
nnya
dal
am
pen
ulis
an k
arya
ilm
iah
Cara
men
emuk
an
gaga
san
dala
m
wac
ana
dan
impl
emen
tats
inya
.
art
ikel
arik
el a
tau
buku
seb
agai
r
efer
ensi
dal
am p
enul
isan
k
arya
tulis
.
wac
ana
gem
pa
Stan
dar K
ompe
tens
i : M
emba
ca11
. Mem
aham
i rag
am w
acan
a tu
lis d
enga
n m
emba
ca e
kste
nsif,
mem
baca
inte
nsif,
dan
mem
baca
cep
at.

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
80
5.1.4. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran TerintegrasiRPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KO. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KO yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
Komponen RPP adalah :1. Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
2. Standar kompetensiStandar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
3. Kompetensi dasarKompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.
4. Indikator pencapaian kompetensiIndikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operacional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
5. Tujuan pembelajaranTujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6. Materi ajarMateri ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
81
7. Alokasi waktuAlokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KO dan beban belajar.
8. Metode pembelajaranMetode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikatoryang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SMP/MTs/MI
9. Kegiatan pembelajaran
Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
KO. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas
pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
10. Penilaian hasil belajarProsedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
11. Sumber belajarPenentuan sumber belajar didasarkan pada estándar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
Prinsip-prinsip Penyusunan RPP1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
82
sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
2. Mendorong partisipasi aktif peserta didikProses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.
3. Mengembangkan budaya membaca dan menulisProses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjutRPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
5. Keterkaitan dan keterpaduanRPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan Iintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasiRPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi
Pelaksanaan PembelajaranPelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
1. Kegiatan PendahuluanDalam kegiatan pendahuluan, guru:
menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
2. Kegiatan IntiPelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
83
KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
EksplorasiDalam kegiatan eksplorasi, guru:
- melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
- menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
- memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
- melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;
- memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
ElaborasiDalam kegiatan elaborasi, guru:
- membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
- memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
- memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
- memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
- memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
- memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
- memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
- memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;
- memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
84
KonfirmasiDalam kegiatan konfirmasi, guru:
- memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
- memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:- berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
- membantu menyelesaikan masalah;- memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan
hasil eksplorasi;- memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;- memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif.
3. Kegiatan PenutupDalam kegiatan penutup, guru:
bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Penilaian Hasil PembelajaranPenilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
85
Kotak 5.1 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran, IPS.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Nama Sekolah : SMP/MTs .................................
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas : VI
Semester : 2
Alokasi Waktu : 4 x 35 menit
Standar Kompetensi:
Memahami lingkungan kehidupan manusia
Kompetensi Dasar :
Mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan, dan dampaknya terhadap kehidupan
Indikator :
Mendeskripsikan proses alam endogen yang menyebabkan terjadinya bentuk muka bumi
Mendeskripsikan gejala diastrofisme dan vulkanisme serta sebaran tipe gunung api
Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab terjadinya gempa bumi dan akibat yang ditimbulkannya
Tujuan Pembelajaran :
Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa diharapkan mampu:
Menjelaskan proses terbentuknya muka bumi.
Membedakan gejala diastrofisme dan vulkanisme
Menyebutkan faktor-faktor terjadinya gempa bumi
Menyebutkan hal-hal apa sajakah yang harus dilakukan sebelum, saat dan setelah terjadinya bencana gempa bumi
Materi pokok
Tenaga endogen dan tenaga eksogen
Gejala diastrofisme dan vulkanisme
Faktor-faktor penyebab terjadinya gempa bumi
Alat/bahan/sumber belajar
Alat/bahan:
Peta

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
86
Atlas
Globe
LCD, Komputer
Lembar kerja siswa
Sumber :
Internet
Buku IPS
Skenario pembelajaran
1. Pendahuluan(10 menit) Prasyarat pengetahuan:
Siswa dapat membedakan pengertian tenaga endogen dan eksogen serta menjelaskan proses diastrofisme dan vulkanisme.
Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang kejadian gempa yang menimpa wilayah Indonesia dan sekitarnya.
Contohnya: apakah yang harus kita lakukan ketika sebelum, sesaat, dan setelah terjadi bencana gempa bumi jika bencana gempa bumi itu menimpa wilayah kita?
2. Kegiatan inti (60 menit)a. Guru memberikan lembar kerja kepada siswa untuk mencari dan membuat
makalah tentang proses terjadinya muka bumi dan terjadinya bencana gempa bumi
b. Masing-masing kelompok membuat makalah dan mempresentasikannya dalam bentuk peta konsep di dalam kelas secara bergantian
c. Anggota kelompok lain bertanya atau menanggapi setiap makalah yang dipresentasikan oleh tiap-tiap kelompok secara bergantian.
d. Guru menjadi fasilitator dan membimbing jalannya diskusi
3. Penutup (20 menit)a. Guru meminta setiap perwakilan kelompok untuk menyimpulkan materi
yang telah dipelajarib. Guru menguatkan kesimpulan yang diberikan siswac. Guru memberikan kuis
d. Berdoa
Penilaian
Dilakukan penilaian individual pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
87
a. Penilaian kognitifNilai dapat dilihat dari hasil ulangan harian dan kuis
b. Penilaian afektifNilai didapat dari pengamatan guru terhadap siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
NAMASISWA
JUMLAHSKOR KET
INDIKATOR / SKOR
1 2 3 4 5 6
NO
1. Aliyudin
2.
3.
Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24
Nilai siswa= x 100
Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D
Contoh:
jumlah skor24
NAMASISWA
JUMLAHSKOR KET
INDIKATOR / SKOR
1 2 3 4 5 6
NO
1. Aliyudin
2.
3.
Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24
Nilai siswa= x 100
Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D
Contoh:
jumlah skor24

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
88
Kotak 5.2 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran Penjaskes IX
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Mata pelajaran : Penjaskes
Satuan pendidikan : SMP …
Kelas/semester : IX/2
Alokasi Waktu : 2x45 menit
Standar kompetensi
Menerapkan budaya hidup sehat
Kompetensi dasar
13.1 Mempraktikkan identifikasi bahaya bencana alam
13.2 Mempraktikan cara menghadapi berbagai bencana alam
Indikator
Melakukan identifikasi jenis bencana
Melakukan identifikasi penyebab bencana
Melakukan pencegahan dan penanggulangan bencana alam
Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab terjadinya gempa bumi dan akibat yang ditimbulkannya
Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini siswa diharapkan mampu:
Menjelaskan jenis-jenis, sebab-sebab, dan akibat bencana alam.
Menyebutkan faktor-faktor terjadinya gempa bumi
Menyebutkan hal-hal apa sajakah yang harus dilakukan sebelum, saat dan setelah terjadinya bencana gempa bumi
Materi pokok
Budaya hidup sehat
Jenis, faktor penyebab, dan akibat terjadinya gempa bumi serta penanggulangannya.
Alat/bahan/sumber belajar
Alat/bahan:
Peralatan P3K
LCD, Komputer
Lembar kerja siswa

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
89
Sumber :
Internet
Buku Penjaskes
Skenario pembelajaran
Pendahuluan (10 menit)1. Prasyarat pengetahuan:
Siswa dapat menyebutkan jenis-jenis bencana alam yang sering terjadi di Indonesia.
2. Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang kejadian gempa yang menimpa wilayah Indonesia dan sekitarnya.Contohnya: apakah yang harus kita lakukan ketika sebelum, sesaat, dan setelah terjadi bencana gempa bumi jika bencana gempa bumi itu menimpa wilayah kita?
Kegiatan inti (60 menit)1. Guru memberikan lembar kerja kepada siswa untuk membuat kreasi dan
simulasi tentang hal-hal apa saja yang harus dilakukan ketika terjadi gempa di wilayahnya.
2. Masing-masing kelompok membuat simulasi atau games kemudian mempraktikannya di dalam atau di luar kelas secara bergantian
3. Anggota kelompok lain bertanya atau menanggapi setiap simulasi yang dipresentasikan oleh tiap-tiap kelompok secara bergantian.
4. Guru menjadi fasilitator dan membimbing jalannya simulasi dan games
Penutup (20 menit)1. Guru meminta setiap perwakilan kelompok untuk menyimpulkan materi
yang telah dipelajari2. Guru menguatkan kesimpulan yang diberikan siswa3. Guru memberikan kuis4. Berdoa
PenilaianDilakukan penilaian individual pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.1. Penilaian kognitif
Nilai dapat dilihat dari hasil ulangan harian dan kuis
2. Penilaian afektifNilai didapat dari pengamatan guru terhadap siswa selama proses
pembelajaran berlangsung

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
90
NAMASISWA
JUMLAHSKOR KET
INDIKATOR / SKOR
1 2 3 4 5 6
NO
1. Aliyudin
2.
3.
Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24
Nilai siswa= x 100
Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D
Contoh:
jumlah skor24
Kotak 5.3 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran IPA Terpadu Kelas VII
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Sekolah : SMP…
Mata Pelajaran : IPA Terpadu
Kelas : VII
Alokasi Waktu : 4 × 40 menit
Standar Kompetensi :
Memahami gejala-gejala alam melalui pengamatan.
Kompetensi Dasar :
Menerapkan keselamatan kerja dalam melakukan pengamatan gejala-gejala alam.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
91
Indikator :
Memegang, membawa dan memperlakukan alat dan bahan secara aman.
Mendeskripsikan bahan-bahan yang berbahaya dan yang dapat menimbulkan penyakit.
Mengindentifikasi simbol-simbol dalam Laboratorium.
Memahami langkah-langkah penyelamatan diri saat gempa.
Mensimulasikan keselamatan diri saat terjadi gempa.
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan siswa dapat:
Pertemuan 1: Memegang, membawa dan memperlakukan alat dan bahan secara aman. Mendeskripsikan bahan-bahan yang berbahaya dan yang dapat
menimbulkan penyakit. Mengindentifikasi simbol-simbol dalam Laboratorium.
Pertemuan 2: Memahami langkah-langkah penyelamatan diri saat gempa. Mensimulasikan keselamatan diri saat terjadi gempa.
II. Materi Pembelajaran
Keselamatan kerja.
III. Metode Pembelajaran
Penyampaian Informasi
Diskusi
Tanya jawab
Simulasi (role playing)
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan 1 Kegiatan awal (5 menit)
- Siswa mengucapkan salam yang dilanjutkan dengan doa bersama.- Siswa dimotivasi dengan pertanyaan: “Bagaimana cara membawa
mikroskop?” Kegiatan inti (65 menit)
- Siswa menyimak penjelasan guru mengenai bagaimana cara memegang, membawa dan memperlakukan alat dan bahan secara aman.

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
92
- Siswa menyimak penjelasan guru mengenai bahan-bahan yang berbahaya dan yang dapat menimbulkan penyakit serta mengindentifikasi simbol-simbol dalam Laboratorium.
- Siswa melakukan tanya jawab seputar keselamatan kerja. Kegiatan akhir (10 menit)
- Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.- Siswa menyimak penguatan dari guru.
Pertemuan 2 Kegiatan awal (5 menit)
- Siswa mengucapkan salam yang dilanjutkan dengan doa bersama.- Siswa dimotivasi dengan pertanyaan: “Apa yang harus anda kerjakan
sebelum, saat, dan setelah gempa?” Kegiatan inti (65 menit)
- Siswa menyimak penjelasan guru mengenai langkah-langkah penyelamatan diri saat peristiwa gempa.
- Siswa secara berkelompok mensimulasikan penyelamatan diri saat gempa.
- Siswa melakukan tanya jawab seputar gempa bumi. Kegiatan akhir (10 menit)
- Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.- Siswa menyimak penguatan dari guru.
V. Sumber dan Alat Bantu
Buku IPA kelas VII Semester 1.
Buku pelajaran kelas VII.
Mikroskop dan alat serta bahan kimia.
Meja dan kursi kelas.
Penunjuk arah evakuasi.
Lingkungan.
VI. Penilaian
Bentuk penilaian : pengamatan kinerja dan sikap (afektif ) tugas
Jenis penilaian : penilaian proses dan penilaian hasil
Instrumen penilaian : lembar pengamatan dan soal
Aspek yang dinilai : kognitif, afektif dan psikomotorik

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
93
NAMASISWA
JUMLAHSKOR KET
INDIKATOR / SKOR
1 2 3 4 5 6
NO
1. Aliyudin
2.
3.
Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24
Nilai siswa= x 100
Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D
Contoh:
jumlah skor24
NAMASISWA
JUMLAHSKOR KET
INDIKATOR / SKOR
1 2 3 4 5 6
NO
1. Aliyudin
2.
3.
Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24
Nilai siswa= x 100
Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D
Contoh:
jumlah skor24
Kotak 5.4 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran IPA Terpadu Kelas VIII
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sekolah : SMP…
Mata Pelajaran : IPA Terpadu
Kelas : VIII
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit
Standar Kompetensi :
Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.
Kompetensi Dasar :
Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameter-nya.
Indikator :
Melakukan percobaan untuk mencari perbedaan karakteristik gelombang longitudinal dan gelombang transversal
Membuat alat gempa mini berdasarkan prinsip getaran dan gelombang.

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
94
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan siswa dapat:
Melakukan percobaan untuk mencari perbedaan karakteristik gelombang longitudinal dan gelombang transversal
Membuat alat gempa mini berdasarkan prinsip getaran dan gelombang.
II. Materi Pembelajaran
Getaran dan gelombang
III. Metode Pembelajaran
Penyampaian Informasi
Diskusi
Tanya jawab
Praktikum
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan awal (5 menit)- Siswa mengucapkan salam yang dilanjutkan dengan doa bersama.- Siswa dimotivasi dengan pertanyaan: “Apa yang terjadi jika bumi diberi
gelombang seperti gempa?”
Kegiatan inti (65 menit)- Siswa menyimak penjelasan guru mengenai bagaimana cara membuat
gempa jelly berdasarkan pada LKS (Lembar Kinerja Siswa) yang diberikan.
- Siswa menyimak penjelasan guru mengenai cara kerja gelombang pada gempa jelly.
- Siswa melakukan praktikum.- Siswa secara berkelompok mendemostrasikan hasil kerjanya.- Siswa melakukan tanya jawab seputar gempa.
Kegiatan akhir (10 menit)- Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.- Siswa menyimak penguatan dari guru.
V. Sumber dan Alat Bantu
Buku IPA kelas VII Semester 1.
Dua jenis agar-agar.
Tusuk gigi 10 buah
Benang jahit 20 cm
Alat tulis.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
95
Lingkungan.
VII. Penilaian
Bentuk penilaian : pengamatan kinerja dan sikap (afektif ) tugas
Jenis penilaian : penilaian proses dan penilaian hasil
Instrumen penilaian : lembar pengamatan dan soal
Aspek yang dinilai : kognitif, afektif dan psikomotorik
NAMASISWA
JUMLAHSKOR KET
INDIKATOR / SKOR
1 2 3 4 5 6
NO
1. Aliyudin
2.
3.
Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24
Nilai siswa= x 100
Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D
Contoh:
jumlah skor24
Kotak 5.5 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sekolah : SMP…
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : VII
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit
Standar Kompetensi:
Mendengarkan
Memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
96
Kompetensi Dasar
Menyimpulkan isi berita yang diba¬cakan dalam beberapa kalimat.
Indikator :
Menunjukkan pokok-pokok berita yang didengarkan
Menyarikan pokok-pokok berita menjadi isi berita
Menyimpulkan isi berita dalam satu alinea.
Menjelaskan bahaya bencana gempa bumi dari berita mengenai gempa bumi.
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan siswa dapat:
Menunjukkan pokok-pokok berita yang didengarkan
Menyarikan pokok-pokok berita menjadi isi berita
Menyimpulkan isi berita dalam satu alinea.
Menjelaskan bahaya bencana gempa bumi dari berita mengenai gempa bumi.
II. Materi Pembelajaran
Penyimpulan Berita
III. Metode Pembelajaran
Penyampaian Informasi
Diskusi
Tanya jawab
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan awal (5 menit)- Siswa mengucapkan salam yang dilanjutkan dengan doa bersama.- Siswa dimotivasi dengan pernyataan: “Kalian pasti pernah mendengar
atau membaca berita mengenai bencana gempa bumi yang terjadi di Indonesia.”
Kegiatan inti (65 menit)- Siswa menyimak penyampaian berita melalui radio/televisi atau salah
seorang dari siswa membacakan berita mengenai gempa bumi.- Siswa secara berkelompok mendiskusikan mengenai pokok-pokok
isi berita yang dibacakan dan menyimpulkan bahaya bencana gempa bumi.
- Siswa melakukan tanya jawab seputar isi berita gempa bumi.
Kegiatan akhir (10 menit)
- Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
- Siswa menyimak penguatan dari guru.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
97
V. Sumber dan Alat Bantu
Buku Bahasa Indonesia kelas VII semester 1
Teks Berita
Radio/Televisi/CD rekaman berita
VIII. Penilaian
Bentuk penilaian : pengamatan kinerja dan sikap (afektif ) tugas
Jenis penilaian : penilaian proses dan penilaian hasil
Instrumen penilaian : lembar pengamatan dan soal
Aspek yang dinilai : kognitif, afektif dan psikomotorik
NAMASISWA
JUMLAHSKOR KET
INDIKATOR / SKOR
1 2 3 4 5 6
NO
1. Aliyudin
2.
3.
Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24
Nilai siswa= x 100
Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D
Contoh:
jumlah skor24
Kotak 5.6 Contoh Rencana PembangunanMata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sekolah : SMP…
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : VIII
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
98
Standar Kompetensi :
Menulis
Mengungkapkan informasi dalam bentuk laporan, surat dinas, dan petunjuk.
Kompetensi Dasar:
Menulis petunjuk melakukan sesuatu dengan urutan yang tepat dan menggunakan bahasa yang efektif
Indikator:
Mampu mendata urutan melakukan sesuatu
Mampu menyimpulkan ciri-ciri bahasa petunjuk
Mampu menulis petunjuk dengan bahasa yang efektif
Menyunting bahasa petunjuk
Menuliskan petunjuk-petunjuk penyelamatan gempa.
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan siswa dapat:
Mampu mendata urutan melakukan sesuatu
Mampu menyimpulkan ciri-ciri bahasa petuntuk
Mampu menulis petunjuk dengan bahasa yang efektif
Menyunting bahasa petunjuk
Menuliskan petunjuk-petunjuk penyelamatan gempa.
II. Materi Pembelajaran
Penulisan bahasa petunjuk.
III. Metode Pembelajaran
Penyampaian Informasi
Diskusi
Tanya jawab
Penugasan
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan awal (5 menit)- Siswa mengucapkan salam yang dilanjutkan dengan doa bersama.- Siswa dimotivasi dengan pernyataan: “Kalian pasti pernah mendengar
atau membaca berbagai petunjuk lalu lintas di jalan. Pada gempa bumi ada tahapan prosedur atau petunjuk untuk melakukan penyelamatan diri.”

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
99
Kegiatan inti (65 menit)- Siswa menyimak penyampaian guru mengenai pengertian petunjuk:
bagaimana mendata urutan melakukan sesuatu, menyimpulkan cirri-ciri bahasa petunjuk, menuliskan petunjuk dengan bahasa yang efektif pada bahasan gempa.
- Siswa secara berkelompok membuat petunjuk penyelamatan diri saat gempa terjadi.
- Siswa melakukan tanya jawab seputar petunjuk gempa bumi.
3) Kegiatan akhir (10 menit)- Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.- Siswa menyimak penguatan dari guru.
V. Sumber dan Alat Bantu
Buku Bahasa Indonesia kelas VII semester 1
Contoh petunjuk gempa
Lingkungan
IX. Penilaian
Bentuk penilaian : pengamatan kinerja dan sikap (efektif ) tugas
Jenis penilaian : penilaian proses dan penilaian hasil
Instrumen penilaian : lembar pengamatan dan soal
Aspek yang dinilai : kognitif, afektif dan psikomotorik
NAMASISWA
JUMLAHSKOR KET
INDIKATOR / SKOR
1 2 3 4 5 6
NO
1. Aliyudin
2.
3.
Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24
Nilai siswa= x 100
Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D
Contoh:
jumlah skor24

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
100
Kotak 5.7 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IX
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sekolah : SMP…
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : IX
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit
Standar Kompetensi:
Membaca
Memahami ragam wacana tulis dengan membaca ekstensif, membaca intensif, dan membaca cepat.
Kompetensi Dasar:
Menemukan gagasan dari beberapa artikel dan buku melalui kegiatan membaca ekstensif.
Indikator:
Menemukan gagasan dari artikel
Menemukan gagasan dari buku
Mengutip pernyataan dari arikel atau buku sebagai referensi dalam penulisan karya tulis.
Menuliskan gagasan dalam wacana gempa
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan siswa dapat:
Menemukan gagasan dari artikel
Menemukan gagasan dari buku
Mengutip pernyataan dari arikel atau buku sebagai referensi dalam penulisan karya tulis.
Menuliskan gagasan dalam wacana gempa
II. Materi Pembelajaran
Cara menemukan gagasan dalam wacana dan implementasinya.
III. Metode Pembelajaran
Penyampaian Informasi
Diskusi
Tanya jawab
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan awal (5 menit)Siswa mengucapkan salam yang dilanjutkan dengan doa bersama.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
101
Kegiatan inti (65 menit)- Siswa menyimak penjelasan guru mengenai bagaimana cara menemukan
gagasan dalam wacana dan implementasinya.- Siswa secara berkelompok mendiskusikan mengenai bagaimana cara
menemukan gagasan dalam wacana.- Siswa melakukan tanya jawab seputar gagasan artikel tentang kondisi
geografis Indonesia.
3) Kegiatan akhir (10 menit)- Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.- Siswa menyimak penguatan dari guru.
V. Sumber dan Alat Bantu
Buku Bahasa Indonesia kelas VII semester 1
Artikel koran
X. Penilaian
Bentuk penilaian : pengamatan kinerja dan sikap (afektif ) tugas
Jenis penilaian : penilaian proses dan penilaian hasil
Instrumen penilaian : lembar pengamatan dan soal
Aspek yang dinilai : kognitif, afektif dan psikomotorik
NAMASISWA
JUMLAHSKOR KET
INDIKATOR / SKOR
1 2 3 4 5 6
NO
1. Aliyudin
2.
3.
Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24
Nilai siswa= x 100
Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D
Contoh:
jumlah skor24
NAMASISWA
JUMLAHSKOR KET
INDIKATOR / SKOR
1 2 3 4 5 6
NO
1. Aliyudin
2.
3.
Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24
Nilai siswa= x 100
Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D
Contoh:
jumlah skor24

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
102
5.1.5. Model Bahan AjarBahan ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Jadi dapatlah dikatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.
Sedangkan fungsi bahan ajar adalah : Pedoman bagi guru Pedoman bagi siswa Alat evaluasi
Tujuan bahan ajar adalah: Membantu siswa Memberikan banyak pilihan Memudahkan guru Lebih menarik
Langkah-langkah Menyusun Bahan Ajar yang Mengintegrasikan PRB Gempa Bumi Memahami Teknik Penyusunan Bahan Ajar Mengidentifikasi Materi Pembelajaran tentang PRB Tsunami Menganalisis Kompetensi Dasar yang Dapat Diintegrasikan materi PRB
Gempa Bumi Menyusun Silabus dan RPP yang mengintegrasikan Materi PRB gempa
bumi Menyusun Bahan Ajar yang Mengintegrasikan Materi PRB gempa bumi
Contoh bahan ajar IPA Terpadu VII SMP

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
103
Gambar 5.1. penyelamatan diri saat gempa.
Contoh bahan ajar IPA Terpadu VIII SMP
Untuk melihat pengaruh gelombang terhadap dampak gempa dapat dilakukan percobaan “gempa jelly”.
Alat dan Bahan. Dua jenis agar-agar (agar-agar lunak dan agar-agar keras, perhatikan cara
membuat pada langkah selanjutnya). Tusuk gigi sebanyak 10 buah (sebagai tiang listrik) Benang jahit 20 cm (sebagai kabel listrik) Alat tulis: pulpen/pensil
Membuat agar-agar Tiga bungkus bahan agar-agar (2 bungkus warna merah dan satu bungkus
warna putih). Kompor Panci Sendok Dua buah cetakan agar-agar diameter 20 cm dan tinggi 8 cm. Piring dua buah Gula pasir ¼ kg Air putih 2 Liter Gelas plastik 1 buah ukuran 250 mL untuk menakar

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
104
Cara membuat permukaan bumi dengan agar-agar: Agar-agar keras
- Masukkan dua bungkus agar-agar merah ke dalam 5 gelas air, 1 gelas gula pasir ke dalam panci.
- Masak dan aduk perlahan hingga mendidih- Tuangkan ke dalam cetakan dan tunggu hingga dingin
Agar-agar lunak- Masukkan satu bungkus agar-agar putih, tambahkan lima gelas air dan
satu gelas gula pasir ke dalam panci- Masukkan adonan dan aduk hingga mendidih- Tuang ke dalam cetakan dan tunggu hingga dingin
Melihat pengaruh gelombang gempa Tuang kedua agar-agar yang telah mengeras ke dalam dua piring yang
terpisah Tancapkan tusuk gigi yang telah diikat ujung-ujungnya dengan benang ke
atas kedua agar-agar tersebut. Tusuk gigi menggambarkan tiang listrik dan benang menunjukkan kabel listrik.
Untuk melihat pengaruh resonansi gempa, pukullah perlahan sisi kedua piring secara bersamaan. Perhatikan dari goyangan tusuk gigi. Tusuk gigi bergerak karena gelombang dari getaran piring merambat melalui agar-agar tersebut.
Pertanyaan. Apakah getaran pada kedua jenis agar-agar tersebut sama? Mana yang bergetar lebih besar? Agar-agar yang padat atau yang lunak? Mengapa hal ini bisa terjadi?

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
105
Contoh bahan ajar Bahasa Indonesia VII SMP
Gambar 5.2. Contoh berita di Surat Kabar
Secara berkelompok, siswa diminta untuk menjawab pertanyaan berikut, kemudian dipresentasikan, ditanggapi, dan dibetulkan. Tuliskan minimal tiga pokok berita yang terdapat dalam berita yang
dibacakan! Berdasar pada pokok-pokok berita yang kalian dapatkan, tuliskan simpulan
isi berita tersebut dalam satu alinea! Jelaskan bahaya bencana gempa bumi berdasarkan isi berita yang kalian
buat!

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
106
Contoh bahan ajar Bahasa Indonesia VIII SMP
Gambar 5.3. Yang Harus Dikerjakan Sebelum, Saat Dan Sesudah Gempa Bumi

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
107
Contoh bahan ajar Bahasa Indonesia IX SMP
Gambar 5.4. gambar kliping berita dari surat kabar nasional

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
108
Contoh bahan ajar IPS
Gambar: 5.5. Proses terjadinya gempa bumi
Keberagaman bentuk muka bumi disebabkan oleh kekuatan besar yang bekerja pada bumi yang disebut Tenaga Geologi. Tenaga geologi pada dasarnya dibedakan atas dua macam, yaitu Tenaga Endogen dan Tenaga Eksogen. Tenaga Endogen ialah tenaga yang berasal dari dalam bumi dan mempunyai sifat membangun. Tenaga Endogen digolongkan menjadi Tektonisme, Vulkanisme dan Seisme.
Tenaga Tektonik (Tektonisme) adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang mengakibatkan terjadinya pergeseran dan perubahan letak lapisan batuan, baik secara horizontal (gerak orogenetik) maupun secara vertikal (gerak epirogenetik).
Gerak Orogenetik (Orogenesa). Gerak pembentukkan gunung meliputi daerah yang sempit dan dalam waktu yang relatif singkat. Gerak itu dapat menimbulkan,
Lipatan
Patahan
Retakan
Gerak Epirogenetik (Orogenesa)
Gerak naik atau turun dari permukaan bumi, meliputi daerah yang luas dan berlangsung lambat. Gerak epirogenetik dibedakan menjadi,
Gerak Epirogenetik Positif, bila permukaan bumi turun atau seolah-olah permukaan air laut naik.
Gerak Epirogenetik Negatif, bila permukaan bumi naik atau seolah-olah permukaan air laut turun.
Gempa Bumi (Seisme), adalah pergeseran lapisan batuan yang menyebabkan terjadinya getaran yang hebat. Gempa bumi pada umumnya dapat merusak

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
109
permukaan bumi. Gempa adalah getaran bumi yang terasa di permukaan, akibat terjadinya pelepasan energi yang cepat, karena adanya pergeseran pada kerak bumi. Kondisi daerah pragempa, di sebagian kerak bumi terdapat retakan berupa sesar / patahan. Apabila, terjadi penimbunan energi sepanjang bidang sesar. Mendapat tekanan Setelah tertimbun relatif lama, akumulasi energi cukup kuat untuk mengeser bidang sesar, menghasilkan pusat gempa. Energi terlepas secara cepat sebagai gelombang gempa yang menjalar ke segala arah.
Berdasarkan penyebabnya, gempa dibedakan menjadi:
1. Gempa Tektonik (gempa dislokasi) Terjadi karena pergeseran letak lapisan kulit bumi (gempa dislokasi). Gempa ini sering menimbulkan bencana yang cukup besar, karena efeknya pada wilayah yang cukup luas. Sesar aktif bergerak sedikit demi sedikit kear-ah yng saling berlawanan Pada tahap ini terjadi akumulasi energi elastis.
Pada tahap ini mulai terjadi deformasi sesar, karena energi elastis makin besar.
Pada tahap ini terjadi pelepasan energi secara mendadak sehingga terjadi peristiwa yang dis-ebut gempa bumi tektonik. Pada tahap ini sesar kembali mencapai tingkat kese-imbangannya kembali. Pergeseran ini kian lama menimbulkan energi-energi stress yang sewaktu waktu terjadi pelepasan energi yang mendadak. Peristiwa inilah yang disebut gempa tektonik yaitu peristiwa pelepasan energi secara tiba-tiba di dalam batuan sepanjang sesar atau patahan seperti terlihat dalam gambar.
Gambar 5.6. Proses Terjadinya Gempa Tektonik
2. Gempa Vulkanis (gempa gunung berapi), Terjadi bersamaan dengan meletusnya gunung berapi atau dapat juga terjadinya sebelum atau sesudahnya. Gempa ini terasa di sekitar gunung berapi yang sedang dalam proses vulkanisme.
3. Gempa runtuhan Terjadi pada saat terjadinya runtuhan tanah dalam volumen yang cukup besar seperti longsoran dan gempa ini pada sifatnya merupakan gempa lemah dan hanya terasa pada radius kecil lokasi reruntuhan terjadi.

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
110
Gambar 5.7. Bentukan kawah
Alat Pengukur Gempa
Seismograf adalah alat pengukur dan pencatat getaran gempa bumi, seismograf berasal dari kata seismos yang berarti getaran gempa dan graphein yang berarti menulis atau mencatat. Seismograf ada berbagai macam, diantaranya:
Seismograf horizontal, merupakan alat pencatat getaran gempa yang mencatat gempa bumi arah mendatar.
Seismograf vertical, merupakan alat pencatat getaran gempa yang mencatat getaran gempa arah tegak.
Klasifikasi Gempa Berdasarkan Kedalaman
Adapun menurut Fowler, 1990 mengklasifikasikan gempa berdasarkan kedalaman fokus (hiposentrum) sebagai berikut:
Gempa dangkal : < 70 km di bawah permukaan laut
Gempa menengah : < 300 km dibawah permukaan laut
Gempa dalam : > 300 km (kadang-kadang > 450 km) di bawah permukaan laut.
Pertanyaan:
1. Apakah yang anda ketahui tentang perbedaan tenaga endogen dan tenaga eksogen?
2. Peristiwa apa sajakah yang disebabkan oleh tenaga eksogen?
3. Sebutkan macam-macam gempa bumi berdasarkan penyebabnya! Sebutkan pula hal apa sajakah yang harus dilakukan sebelum, saat, dan ketika gempa bumi terjadi!

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
111
Contoh bahan ajar PENJASKES
Macam-macam bencana alam yang telah terjadi di Indonesia
Gambar 5.8. Akibat gempa
Sebenarnya kita harus banyak belajar dari setiap kejadian yang menimpa kita. Apapun kejadian tersebut, bagaimanapun kejadian tersebut, baik kejadian yang menyenangkan ataupun yang menyedihkan. Salah satunya adalah bencana alam. Maksud bencana atau musibah adalah pergiliran kepada manusia, dan sebagai batas agar manusia tidak menyombongkan diri dan membanggakan diri (QS. Al Hadiid: 23). Menghadapi bencana alam adalah sebuah tindakan baik tindakan pra-bencana, tindakan saat bencana, dan tindakan pasca bencana.
Tindakan pra-bencana Adalah tindakan yang diupayakan untuk menghindari bencana, sebelum terjadi bencana. Caranya adalah dengan adanya peringatan awal (early warning) akan terjadinya bencana. Kemudian masyarakat juga harus disosialisasikan bagaimana menghadapi bencana (gempa, banjir, gunung meletus, badai dsb). Banyak artikel atau tips tentang bagaimana menghadapi musibah. Ini dilakukan agar masyarakat mengerti apa yang akan dilakukan (tindakan preventif ) apabila kalau-kalau terjadi bencana.
Tindakan saat bencana Adalah tindakan yang dilakukan saat bencana, bila bencana memang benar-benar terjadi. Cara ini bergantung pada usaha-usaha yang dilakukan pada point pertama (tindakan pra bencana). Minimal, sosialisasi bagaimana menghadapi bencana sudah dilakukan dengan baik dan masyarakat dapat melalukannya saat terjadi bencana. Misal, bagaimana seharusnya yang dilakukan apabila terjadi gempa, segera keluar dari bangunan dsb.

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
112
Perlindungan Bencana Gempa Bumi
Dewasa ini semakin banyak kota besar berpenduduk puluhan juta orang dibangun di kawasan kegempaan aktif. Karena itu perlindungan terhadap ancaman bencana harus menjadi prioritas. Bencana gempa bumi dewasa ini amat ditakuti, karena sering menimbulkan korban jiwa dan memusnahkan harta benda. Padahal, gempa bumi adalah gejala alam yang memang akan terus menerus terjadi di bumi yang dinamis ini. Hanya saja pertumbuhan penduduk amat pesat, serta konsentrasi populasi di kawasan tertentu yang sebetulnya rawan gempa Bumi, menyebabkan jatuhnya korban jiwa cukup banyak. Pemetaan lempeng tektonik menunjukan, potensi ancaman bencana berbeda-beda tergantung dari struktur dan kedalaman zone subduksi lempeng tektoniknya. Namun dalam tema pencegahan bencana, terdapat standar yang relatif sama, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Di kawasan rawan gempa misalnya, aturan mengenai konstruksi bangunan dan tatalaksana lahan harus dipatuhi. Sekolah dan rumah sakit tidak boleh dibangun di dekat patahan aktif. Serta penyuluhan terus menerus mengenai ancaman bencana alam.
Akan tetapi, semua juga harus menyadari, bencana selalu datang secara tidak terduga, juga di kawasan yang sudah tergolong relatif siap menghadapi bencana alam. Dan sekarang ini harus juga diperhitungkan jumlah korban jiwa cukup besar. Karena semakin banyak kota besar berpenduduk puluhan juta orang, yang dibangun di kawasan rawan gempa.
Setelah mengetahui tentang bahaya dan akibat dari bencana, khususnya gempa bumi maka:
1. Buatlah makalah tentang upaya mitigasi gempa secara berkelompok!
2. Buatlah simulasi atau permainan dengan kreasi sendiri tentang hal-hal yang harus dilakukan sebelum, saat, dan ketika terjadi gempa bumi! Kemudian presentasikan bersama kelompokmu!
5.2. Pengembangan Model Muatan Lokal Pengurangan Risiko Gempa Bumi.
Mata Pelajaran Muatan lokal pengembangannya sepenuhnya ditangani oleh sekolah dan komite sekolah yang membutuhkan penanganan secara profesional dalam merencanakan, mengelola, dan melaksanakannya. Dengan demikian di samping mendukung pembangunan daerah dan pembangunan nasional, perencanaan, pengelolaan, maupun pelaksanaan muatan lokal memperhatikan keseimbangan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Penanganan secara profesional muatan lokal merupakan tanggung jawab pemangku kepentingan (stakeholders) yaitu sekolah dan komite sekolah.
5.2.1 Analisis Konteks Mata Pelajaran Muatan Lokal
Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal oleh sekolah dan komite sekolah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
113
1. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerahKegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di daerah yang bersangkutan seperti Pemda/Bappeda, Instansi vertikal terkait, Perguruan Tinggi, dan dunia usaha/industri. Keadaan daerah seperti telah disebutkan di atas dapat ditinjau dari potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari:
Rencana pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas pembangunan daerah, baik pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan berkelanjutan (sustainable development);
Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan;
Aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan daerahnya, serta konservasi alam dan pemberdayaannya
2. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokalBerdasarkan kajian dari beberapa sumber seperti di atas dapat diperoleh berbagai jenis kebutuhan. Berbagai jenis kebutuhan ini dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah, antara lain untuk:
Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah; Meningkatkan keterampilan di bidang pekerjaan tertentu; Meningkatkan kemampuan berwiraswasta; Meningkatkan penguasaan bahasa Asing untuk keperluan sehari-hari;
3. Menentukan bahan kajian muatan lokalKegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut:
Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik; Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan; Tersedianya sarana dan prasarana Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan Kelayakan berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah; Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan
situasi daerah.4. Menentukan Mata Pelajaran Muatan Lokal
Berdasarkan bahan kajian muatan lokal tersebut dapat ditentukan kegiatan pembelajarannya. Kegiatan pembelajaran ini pada dasarnya dirancang agar bahan kajian muatan lokal dapat memberikan bekal pengetahuan,

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
114
keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Kegiatan ini berupa kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, dan prospek pengembangan daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.
Serangkaian kegiatan pembelajaran yang sudah ditentukan oleh sekolah dan komite sekolah kemudian ditetapkan oleh sekolah dan komite sekolah untuk dijadikan nama mata pelajaran muatan lokal. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
5. Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP. Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah
langkah awal dalam membuat mata pelajaran muatan lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah. Adapun langkah-langkah dalam mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah sebagai berikut:- Pengembangan Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah menentukan kompetensi yang
didasarkan pada materi sebagai basis pengetahuan. - Pengembangan Kompetensi Dasar Kompetensi dasar merupakan kompetensi yang harus dikuasai
siswa. Penentuan ini dilakukan dengan melibatkan guru, ahli bidang kajian, ahli dari instansi lain yang sesuai dan ahli lain yang relevan
Pengembangan silabus secara umum mencakup: - Mengidentifikasi materi pembelajaran, - Mengembangkan kegiatan pembelajaran, - Mengembangkan indikator, - Pengembangan penilaian, - Pengalokasian waktu, - Menentukan Sumber Belajar.
Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Setelah silabus selesai dibuat, maka guru perlu merencanakan
pelaksanaan pembelajaran untuk satu kali tatap muka. Adapun

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
115
komponen dari RPP minimal memuat: - Tujuan pembelajaran, - Indikator, - Materi Ajar/Pembelajaran, - Kegiatan Pembelajaran, - Metode Pengajaran, - Sumber Belajar
Penilaian Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian:- Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi. - Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa
yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
- Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.
- Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
- Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
116
5.2.2 Penyusunan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal Pengurangan Risiko Gempa BumiStandar kompetensi merupakan kemampuan yang meyeluruh mencakup tiga ranah kemampuan (kognitif, psikomotor, dan afektif ). Kompetensi dasar merupakan bagian atau dapat juga disebut tahapan dari pencapaian standar kompetensi. Indikator, merupakan ciri atau bukti bahwa kompetensi tersebut dikuasai oleh siswa.
Adapun langkah-langkah dalam mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah sebagai berikut:1. Pengembangan Standar Kompetensi
Standar kompetensi adalah menentukan kompetensi yang didasarkan pada materi sebagai basis pengetahuan.
2. Pengembangan Kompetensi DasarKompetensi dasar merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa. Penentuan ini dilakukan dengan melibatkan guru, ahli bidang kajian, ahli dari instansi lain yang sesuai
Di bawah ini merupakan pengintegrasian pendidikan pengurangan risiko (PRB) sebagai pelajaran muatan lokal (MULOK):
Tabel 5.16 Pengintegrasian Pendidikan Pengurangan Resiko sebagai pelajaran Muatan Lokal
KELAS INDIKATORSTANDAR KOMPETENSI KOMPETENSIDASAR
VII SMP
Memahami peristiwa gempa bumi dan
dampaknya.
Memahami peristiwa
gempa bumi
Memahami risiko, bahaya, kerentanan dan kapasitas
dirinya
Memahami dampak
gempa bumi.
bumi dan proses gempa bumi
(penyebab) gempa bumi
gempa bumi
mengurangi dampak gempa bumi
Memahami risiko dan, bahaya
gempa bumi. gempa bumi
dan keremtanan gempa bumi
Memahami kerentanan
dan kapasitas kerentanan
kapasitas
antara risiko, bahaya, kerentanan, dan kapasitas

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
117
KELAS INDIKATORSTANDAR KOMPETENSI KOMPETENSIDASAR
VIII SMP
IX SMP
Siap siaga terhadap ancaman bencana sebelum,
sesaat, sesudah gempa bumi.
Siap siaga terhadapancaman
gempa bumi sebelum
gempa bumi.
gempa bumi
simulasi
Siap siaga terhadapancaman sesaat dan
setelah gempa bumi bumi
Memahami hubungan Memahami pengertian
pengertian rentan
individu.
terhadap ancaman bencana
Memahami
bangunan tahan gempa
bangunan tahan gempa
bangunan tahan gempa
melindungi diri disaat gempa
gempa tiba
tanggap darurat disaat tanda gempa bumi.
menanggapi
gempa bumi

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
118
5.2.3 Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal Pengurangan Risiko Gempa BumiSilabus Mulok harus memenuhi prinsip-prinsip pengembangan silabus yaitu: ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, dan menyeluruh
Pengembangan silabus meliputi: 1. Pengkajian SK dan KD, 2. Identifikasi Materi Pembelajaran,3. Pengembangan Kegiatan Pembelajaran, 4. Perumusan indikator pencapaian kompetensi,5. Penentuan jenis penilaian,6. Penentuan alokasi waktu, 7. Penentuan sumber belajar
Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP mulok pengurangan risiko gempa bumi disusun dan dikembangkan berdasarkan silabus yang telah dibuat dengan mengikuti kaidah yang benar. Dalam mulok pengurangan risiko gempa bumi hendaknya dalam metode pembelajaran lebih menekankan pada demonstrasi dan simulasi.
Penilaian
Penilaian pencapaian Standar Kompetensi maupun Kompetensi Dasar dilakukan berdasarkan indikator, menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, portofolio, dan penilaian diri, sesuai dengan jenis mulok pengurangan risiko gempa bumi.

Seko
lah
: S
MP
...M
ata
Pela
jara
n : M
ulok
Pen
gura
ngan
Res
ikoR
isik
o Be
ncan
a (P
RB)
Kela
s/Se
mes
ter
: VII/
1
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
POKO
KKE
GIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NSU
MBE
R/BA
HA
N/
ALA
TA
LOK
ASI
WA
KTU
(6)
(1)
(8)
(7)
(9)
(10)
(11)
Mem
aham
i kon
stru
ksi
bang
unan
taha
n ge
mpa
Gem
pa B
umi
dili
hat d
ari p
enyu
sun
lapi
san
bum
i.
Ind
ones
ia y
ang
berp
oten
si
gem
pa m
elal
ui p
eta
pote
nsi
gem
pa s
ecar
a be
rkel
ompo
k.
ser
ta je
nis
peny
ebab
gem
pa
bum
i.
bum
i.
dan
pro
ses
gem
pa b
umi
(pe
nyeb
ab) g
empa
bum
i
Jeni
s ta
giha
n:
kel
ompo
k
Bent
uk
inst
rum
en :
ter
tulis
sik
ap
2 JP
bu
mi.
Stan
dar K
ompe
tens
i : M
emah
ami p
eris
tiwa
gem
pa b
umi d
an d
ampa
knya
.
Mod
el S
ilabu
s In
tegr
asi P
endi
dika
n Pe
ngur
anga
n Ri
siko
Ben
cana
Gem
pa B
umi
Tabe
l 5.1
7 Si
labu
s In
tegr
asi P
endi
dika
n Pe
ngur
anga
n Ri
siko
Gem
pa B
umi d
alam
Mua
tan
Loka
l (S
K : M
emah
ami P
eris
tiwa
Gem
pa B
umi d
an D
ampa
knya
).

Seko
lah
: S
MP
...M
ata
Pela
jara
n : M
ulok
Pen
gura
ngan
Res
ikoR
isik
o Be
ncan
a (P
RB)
Kela
s/Se
mes
ter
: VIII
/1
Mod
el S
ilabu
s In
tegr
asi P
endi
dika
n Pe
ngur
anga
n Ri
siko
Ben
cana
Gem
pa B
umi
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
POKO
KKE
GIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NSU
MBE
R/BA
HA
N/
ALA
TA
LOK
ASI
WA
KTU
(6)
(1)
(8)
(7)
(9)
(10)
(11)
Siap
sia
ga te
rhad
ap
anca
man
gem
pa b
umi
sebe
lum
gem
pa b
umi.
Siap
sia
ga te
rhad
ap
anca
man
ses
aat d
an
sete
lah
gem
pa b
umi.
Miti
gasi
Gem
pa p
rose
s te
rjadi
nya
gem
pa b
umi.
hal
apa
saj
a ya
ng h
arus
d
ilaku
kan
ketik
a se
belu
m,
ses
aat,
dan
saat
terja
di g
empa
b
umi.
gem
pa b
umi s
ecar
a b
erke
lom
pok.
bum
i.
ber
sika
p jik
a ge
mpa
bum
i t
erja
di.
res
ikor
isik
o ge
mpa
bum
i.
pas
ka g
empa
bum
i
Jeni
s ta
giha
n:
kel
ompo
k
Bent
uk
inst
rum
en :
ter
tulis
2 JP
si
mul
asi.
Stan
dar K
ompe
tens
i : S
iap
siag
a te
rhad
ap a
ncam
an b
enca
na s
ebel
um, s
esaa
t, se
suda
h ge
mpa
bum
i
Tabe
l 5.1
8 Si
labu
s In
tegr
asi P
endi
dika
n Pe
ngur
anga
n Ri
siko
Gem
pa B
umi d
alam
Mua
tan
Loka
l (S
K : S
iap
Siag
a Te
rhad
ap A
ncam
an B
enca
na).

Tabe
l 5.1
9 Si
labu
s In
tegr
asi P
endi
dika
n Pe
ngur
anga
n Ri
siko
Gem
pa B
umi d
alam
Mua
tan
Loka
l (S
K : M
emah
ami h
ubun
gan
Risi
ko, b
ahay
a, k
eren
tana
n da
n ka
pasi
tas
).
Seko
lah
: S
MP
...M
ata
Pela
jara
n : M
ulok
Pen
gura
ngan
Res
ikoR
isik
o Be
ncan
a (P
RB)
Kela
s/Se
mes
ter
: VIII
/2
Mod
el S
ilabu
s In
tegr
asi P
endi
dika
n Pe
ngur
anga
n Ri
siko
Ben
cana
Gem
pa B
umi
.
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
POKO
KKE
GIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NSU
MBE
R/BA
HA
N/
ALA
TA
LOK
ASI
WA
KTU
(6)
(1)
(8)
(7)
(9)
(10)
(11)
Mem
aham
i pen
gert
ian
resi
koris
iko
dan
kere
ntan
an.
Men
gide
nti�
kasi
ka
pasi
tas
indi
vidu
.
Risi
ko,
kere
ntaa
n, d
an
kapa
sita
s in
divi
du
Jeni
s ta
giha
n:
kel
ompo
k
Bent
uk
inst
rum
en :
ter
tulis
per
form
en
2 JP
si
mul
asi.
ris
iko
dan
kere
ntan
an.
kap
asita
s di
ri da
lam
m
engu
rang
i ris
iko
gem
pa b
umi.
ris
iko.
ren
taan
.
pen
ingk
atan
kap
asita
s di
ri.
dal
am m
engu
rang
i ris
iko
akib
at g
empa
bum
i.

Seko
lah
: S
MP
...M
ata
Pela
jara
n : M
ulok
Pen
gura
ngan
Res
ikoR
isik
o Be
ncan
a (P
RB)
Kela
s/Se
mes
ter
: IX
/1
Mod
el S
ilabu
s In
tegr
asi P
endi
dika
n Pe
ngur
anga
n Ri
siko
Ben
cana
Gem
pa B
umi
.
KOM
PETE
NSI
DA
SAR
MAT
ERI
POKO
KKE
GIA
TAN
PEM
BELA
JARA
NIN
DIK
ATO
RPE
NIL
AIA
NSU
MBE
R/BA
HA
N/
ALA
TA
LOK
ASI
WA
KTU
(6)
(1)
(8)
(7)
(9)
(10)
(11)
Mem
aham
i kon
stru
ksi
beng
unan
taha
n ge
mpa
Kons
truk
si
bang
unan
ta
han
gem
pa
Jeni
s ta
giha
n:
kel
ompo
k
Bent
uk
inst
rum
en :
ter
tulis
per
form
en
2 JP
si
mul
asi.
ban
guna
n ta
han
gem
pa
min
iatu
r rum
ah ta
han
gem
pa.
tah
an g
empa
tah
an g
empa
Stan
dar K
ompe
tens
i : M
emah
ami j
enis
ket
ahan
an g
edun
g da
n fa
silit
as s
ekol
ah te
rhad
ap a
ncam
an b
enca
na
Tabe
l 5.2
0 Si
labu
s In
tegr
asi P
endi
dika
n Pe
ngur
anga
n Ri
siko
Gem
pa B
umi d
alam
Mua
tan
Loka
l (S
K : M
emah
ami j
enis
ket
ahan
an g
edun
g da
n fa
silit
as s
ekol
ah te
rhad
ap a
ncam
an b
enca
na).

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
123
Adapun contoh Rencana Pelakssanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran MULOK PRB untuk materi gempa adalah sebagai berikut:
Kotak 5.8 Contoh Rencana Pembelajaran Mata Pelajaran
Rencana Pelakssanaan Pembelajaran (RPP)
Sekolah : SMP…
Mata Pelajaran : Mulok Pengurangan Risiko Bencana (PRB)
Kelas : VII
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit
Standar Kompetensi:
Memahami peristiwa gempa bumi dan dampaknya.
Kompetensi Dasar :
Memahami konstruksi bengunan tahan gempa.
Indikator :
Menjelaskan struktur bumi dan proses gempa bumi
Menjelaskan jenis (penyebab) gempa bumi
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan siswa dapat:
Menjelaskan struktur bumi dan proses gempa bumi
Menjelaskan jenis (penyebab) gempa bumi
II. Materi Pembelajaran
Gempa Bumi
III. Metode Pembelajaran
Penyampaian Informasi
Diskusi
Tanya jawab
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan awal (5 menit)- Siswa mengucapkan salam yang dilanjutkan dengan doa bersama.- Siswa dimotivasi dengan pertanyaan: “Apa yang dimaksud dengan
peristiwa gempa bumi?”

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
124
Kegiatan inti (65 menit)
- Siswa menyimak penjelasan guru mengenai pengertian bangunan tahan gempa
- Secara berkelompok membuat miniatur rumah tahan gempa.
Kegiatan akhir (10 menit)- Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.- Siswa menyimak penguatan dari guru.
V. Sumber dan Alat Bantu
Buku yang relevan
Gambar struktur bumi.
Peta Potensi Gempa.
Lingkungan.
VI. Penilaian
Bentuk penilaian : pengamatan kinerja dan sikap (afektif ) tugas
Jenis penilaian : penilaian proses dan penilaian hasil
Instrumen penilaian : lembar pengamatan dan soal
Aspek yang dinilai : kognitif, afektif dan psikomotorik
NAMASISWA
JUMLAHSKOR KET
INDIKATOR / SKOR
1 2 3 4 5 6
NO
1. Aliyudin
2.
3.
Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24
Nilai siswa= x 100
Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D
Contoh:
jumlah skor24
NAMASISWA
JUMLAHSKOR KET
INDIKATOR / SKOR
1 2 3 4 5 6
NO
1. Aliyudin
2.
3.
Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24
Nilai siswa= x 100
Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D
Contoh:
jumlah skor24

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
125
Kotak 5.9 Contoh RPP Mata Pelajaran Mulok PRB
Rencana Pelakssanaan Pembelajaran (RPP)
Sekolah : SMP…
Mata Pelajaran : Mulok Pengurangan Risiko Bencana (PRB)
Kelas : VII
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit
Standar Kompetensi :
Siap siaga terhadap ancaman bencana sebelum, sesaat, sesudah gempa bumi.
Kompetensi Dasar:
Siap siaga terhadap ancaman gempa bumi sebelum gempa bumi.
Indikator:
Menjelaskan hakekat gempa bumi
Menjelaskan bagaimana bersikap jika gempa bumi terjadi
Mahir melakukan simulasi
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan siswa dapat:
Menjelaskan penyebab, jenis, dan dampak terjadinya gempa bumi
Terampil melakukan sikap jika gempa terjadi
Mengambil tindakan yang tepat ketika sebelum, sesaat, maupun setelah terjadinya gempa bumi
II. Materi Pembelajaran
Mitigasi gempa
III. Metode Pembelajaran
Penyampaian Informasi
Diskusi
Tanya jawab
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan awal (5 menit)- Siswa mengucapkan salam yang dilanjutkan dengan doa bersama.- Siswa dimotivasi dengan pertanyaan: “Apa yang akan kalian lakukan jika
diwilayah tempat tingaalmu terjadi gempa bumi?”

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
126
Kegiatan inti (65 menit)- Siswa menyimak penjelasan guru mengenai hal-hal apa saja yang harus
dilakukan sebelum, saat, dan setelah gempa terjadi- Secara berkelompok melakukan simulasi tentang mitigasi gempa.
Kegiatan akhir (10 menit)- Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.- Siswa menyimak penguatan dari guru.
V. Sumber dan Alat Bantu
Buku yang relevan
Gambar struktur bumi.
Peta Potensi Gempa.
Lingkungan.
VI. Penilaian
Bentuk penilaian : pengamatan kinerja dan sikap (afektif ) tugas
Jenis penilaian : penilaian proses dan penilaian hasil
Instrumen penilaian : lembar pengamatan dan soal
Aspek yang dinilai : kognitif, afektif dan psikomotorik
NAMASISWA
JUMLAHSKOR KET
INDIKATOR / SKOR
1 2 3 4 5 6
NO
1. Aliyudin
2.
3.
Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24
Nilai siswa= x 100
Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D
Contoh:
jumlah skor24

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
127
Kotak 5.10 Contoh RPP Mata Pelajaran Mulok PRB
Rencana Pelakssanaan Pembelajaran (RPP)
Sekolah : SMP…
Mata Pelajaran : Mulok Pengurangan Risiko Bencana (PRB)
Kelas : IX
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit
Standar Kompetensi :
Memahami jenis ketahanan gedung dan fasilitas sekolah terhadap ancaman bencana.
Kompetensi Dasar :
Memahami konstruksi bengunan tahan gempa
Indikator :
Mengidentifikasi bangunan tahan gempa
Menyadari manfaat bangunan tahan gempa
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan siswa dapat:
Mengidentifikasi bangunan tahan gempa
Menyadari manfaat bangunan tahan gempa
II. Materi Pembelajaran
Konstruksi bangunan tahan gempa
III. Metode Pembelajaran
Penyampaian Informasi
Diskusi
Tanya jawab
Praktek membuat miniatur
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan awal (5 menit)- Siswa mengucapkan salam yang dilanjutkan dengan doa bersama.- Siswa dimotivasi dengan pertanyaan: “Gempa bumi dapat
meluluhlantakkan bangunan dalam waktu yang sangat singkat. Dapatkah kita membuat teknologi bangunan tahan gempa?”

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
128
Kegiatan inti (65 menit)- Siswa menyimak penjelasan guru mengenai struktur bumi dilihat dari
penyusun lapisan bumi.- Siswa menganalisis bagian/daerah di Indonesia yang berpotensi gempa
melalui peta potensi gempa secara berkelompok.- Siswa diberi tugas untuk mencari informasi melalui referensi tentang
struktur bumi serta jenis penyebab gempa bumi.- Siswa melakukan studi pustaka tentang gempa bumi.
Kegiatan akhir (10 menit)- Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.- Siswa menyimak penguatan dari guru.
V. Sumber dan Alat Bantu
Buku yang relevan
Alat dan Bahan membuat minaitur rumah
Lingkungan.
VI. Penilaian
Bentuk penilaian : pengamatan kinerja dan sikap (afektif ) tugas
Jenis penilaian : penilaian proses dan penilaian hasil
Instrumen penilaian : lembar pengamatan dan soal
Aspek yang dinilai : kognitif, afektif dan psikomotorik
NAMASISWA
JUMLAHSKOR KET
INDIKATOR / SKOR
1 2 3 4 5 6
NO
1. Aliyudin
2.
3.
Keterangan:1= bekerja sama 3= kerajinan 5= teliti2= kejujuran 4= aktif 6=bertanggung jawabJumlah skor maksimal= 6x4 = 24
Nilai siswa= x 100
Nilai afektif:86-100 = A71-85 = B50-70 = C<50 = D
Contoh:
jumlah skor24

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
129
Adapun contoh bahan ajar mata pelajaran MULOK PRB untuk materi gempa adalah sebagai berikut:
Contoh Bahan Ajar Mulok PRB Kelas VII SMP
Perhatikan gambar struktur bumi berikut!
Sebutkan bagian-bagian dari penyusun bumi?
Bagian manakah dari bumi yang dapat menyebabkan gempa?
Perhatikan wilayah rawan gempa bumi di Indonesia!
Sebutkan daerah mana saja yang termasuk di dalamnya? Apakah daerah yang Kamu tinggali termasuk diataranya?
Contoh Bahan Ajar Mulok PRB Kelas VIII SMP
Waspada Gempa
Mitigasi.
Mitigasi adalah salah satu usaha untuk me-ngurangi risiko dalam menghadapi bencana (bahaya). Sudah banyak ditulis tentang perlunya mitigasi bencana-bencana di Indonesia ini. Dibawah ini salah satu contoh

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
130
panduan penge tahuan tentang mitigasi gempa yang diambil dari UNDP.
Mekanisme kerusakan Energi getaran yang dikirimkan lewat permukaan bumi dari kedalaman. Getaran menyebabkan kerusakan dan menghancurkan bangunan-bangunan, yang pada gilirannya bisa membunuh dan melukai orang-orang yang bertempat tinggal di situ. Getaran juga mengakibatkan tanah longsor, pencairan, runtuhnya bebatuan dan kegagalan-kegagalan daratan yang lain, yang merusak tempat- tempat hunian di dekatnya. Getaran juga memicu kebakaran berganda, kecelakaan industri atau transportasi dan bisa memicu banjir lewat jebolnya bendungan-bendungan dan tanggul-tanggul penahan banjir.
Parameter kedahsyatan Skala ukuran (Richter, Momen Seismik) menunjukkan jumlah energi yang dikeluarkan pada episenter- ukuran dari satu daerah yang terlanda gempa bumi secara kasar terkait dengan jumlah energi yang dikeluarkan. Skala intensitas (Mercalli yang Dimodifikasi, MSK) menunjukkan kekuatan dari getaran bumi pada satu lokasi-kekuatan getaran juga terkait dengan banyaknya energi yang dikeluarkan, jarak dari episenter gempa bumi dan kondisi- kondisi tanah setempat.
Penyebab Pelepasan energi oleh penyesuaian- penyesuaian geofisik jauh di kedalaman bumi sepanjang daerah retakan yang terbentuk di dalam kerak bumi. Proses-proses tektonis dari gerakan benua yang lamban di atas permukaan bumi. Pergeseran-pergeseran geomorfologi setempat. Aktivitas vulkanis.
Strategi-strategi mitigasi utama - Rekayasa bangunan-bangunan untuk menahan kekuatan-kekuatan
getaran. - Kepatuhan terhadap persyaratan-persyaratan undang-undang bangunan
dan dorongan akan standar kualitas bangunan yang lebih tinggi.- Konstruksi dari bangunan-bangunan sektor umum yang penting menurut
standar tinggi dari rancangan teknik sipil.- Memperkuat bangunan-bangunan penting yang sudah ada yang diketahui
rentan. Perencanaan lokasi untuk mengurangi kepadatan penduduk di perkotaan di daerah- daerah geologi yang diketahui dapat melipat gandakan getaran-getaran bumi. Asuransi, penetapan zona gempa dan peraturan- peraturan tata guna tanah.
• Pertanyaan:Cobalah buat simulasi tentang bagaimana yang harus dilakukan ketika gempa terjadi engan kreasimu sendiri!

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
131
Contoh Bahan Ajar Mulok PRB Kelas IX SMP
Perhatikan gambar pembuatan rumah tahan gempa berikut!
Buatlah miniature yang mirip dengan susunan gambar berikut dan presentasikan hasilnya di depan kelas!

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
132
5.3. Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi ke Dalam Kegiatan Pengembangan Diri.
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu dari kegiatan pengembangan diri. Pengembangan diri adlah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkaitan dnegna masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik serta kegiatan kepramukaan, kepemimpinan, palang merah remaja (PMR) dan kelompok ilmiah remaja (KIR).
Pengembangan diri untuk satuan pendidikan khusus menekankan pada peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilaian kegiatan pengembangan diri diri dilakukan secara kualitatif.
Pola kesiagaan bencana sebagai bentuk pengurangan risiko bencana harus diawali di lingkungan sekolah. Sekolah harus diposisikan sebagai pelaku utama pelaksana pendidikan kesiapsiagaan bencana karena beberapa hal berikut.
Populasi siswa sekolah yang sangat besar,
Sekolah merupakan suatu komunitas yang terorganisir dengan baik,
Anak-anak usia sekolah adalah kelompok yang rentan terhadap bencana,
Siswa sangat peka dalam menerima perubahan-perubahan, termasuk pendidikan siaga bencana, dan
Sekolah merupakan perpanjang-tanganan keluarga dalam menentukan perilaku, termasuk perilaku terkait siaga bencana.
Salah satu upaya sekolah dalam mengambil peran dari kesiapsiagaan bencana adalah dengan membentuk dan/atau mengoptimalkan ekstrakulikuler Palang Merah Remaja (PMR) yang berbasis siaga bencana. Tujuan umum yang diharapkan adalah pembentukan Sekolah Siaga Bencana (SSB) untuk meningkatkan ketahanan sekolah dalam menghadapi bencana dan risiko dari bencana itu sendiri. Sedangkan tujuan khususnya adalah siaga bencana menjadi suatu institusi dalam dunia pendidikan di masyarakat sekolah.
Kelompok sasaran dalam lingkungan sekolah yang memiliki kepentingan dan kapasitas dalam melaksanakan upaya PBR diantaranya:
Kelompok primer, yakni para siswa karena jumlah mereka yang paling banyak daripada guru dan masyarakat sekolah lainnya.
Kelompok sekunder, yakni para guru karena guru dapat menyampaikan informasi dan materi terkait siaga bencana.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
133
Kelompok tersier, yakni kepala sekolah, yayasan maupun pemerintah (Depdiknas).
Pemberdayaan kapasitas kelompok primer dapat diwakili dengan mengembangkan PMR melalui dorongan dan pembinaan siaga bencana. PMR dapat difungsikan sebagai peer-educator yakni teman sebaya bagi siswa di sekolah dalam menginformasikan semua hal tentang bencana, dampak maupun cara penanganan bencana.
1. Menyusun program kegiatan ekskul yang mengintegrasikan PRB.Di bawah ini merupakan salah satu contoh program kegiatan ekskul kelompok ilmiah remaja (KIR) yang terintegrasi PRB: Mengadakan lomba pembuatan karya tulis tingkat sekolah menegah
tentang gempa bumi. Mengadakan simulasi dan latihan siap siaga gempa. Mengadakan bedah buku tentang gempa dan bencana alam Mengadakan bakti sosial untuk membantu korban gempa seperti
bimbingan/trauma healing untuk anak-anak yang terkena bencana gempa, mengumpulkan dan menyalurkan bantuan, dll.
Palang Merah Remaja atau PMR adalah organisasi kepemudaan binaan dari Palang Merah Indonesia yang berpusat di sekolah-sekolah dan bertujuan memberitahukan pengetahuan dasar kepada siswa sekolah dalam bidang yang berhubungan dengan kesehatan umum dan pertolongan pertama pada kecelakaan. Kegiatan utama dari ekstrakulikuler PMR didasarkan pada Tribakti PMR, yakni: 1). Berbakti kepada masyarakat, 2). Mempertinggi mutu ketrampilan dan memelihara kebersihan serta kesehatan, dan 3). Mempererat persahabatan nasional dan internasional.
Materi ajar pendidikan pengurangan risiko bencana gempa bumi secara umum dapat diintegrasikan dengan kegiatan PMR yang memuat topik-topik berikut.
Topik 1 : Pengenalan kepada Ancaman Bencana Gempa Bumi di Indonesia.
Topik 2 : Identifikasi Ancaman, Kerentanan dan Kapasitas di Lingkungan Sekolah.
Topik 3 : Perlindungan Diri Saat Gempa Bumi.
Topik 4 : Pengenalan kepada Penanggulangan Bencana.
Topik 5 : Pertolongan Pertama pada Korban Gempa.
Topik 6 : Kesiapsiagaan Sekolah terhadap Ancaman Bencana (Rencana Darurat/Emergency Plan).
Topik 7 : Penyusunan Rencana Aksi Sekolah Siaga Bencana Gempa Bumi.
Materi ajar tersebut dapat dikembangkan dengan melaksanakan berbagai simulasi diantaranya: perlindungan diri saat gempa (duck and cover), pertolongan pertama bagi korban gempa, evakuasi korban pasca gempa, dan lain sebagainya.

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
134
Sekolah yang aman dari bencana tidak hanya melihat dari komponen fisik atau struktur dari bangunan tersebut. Sebuah sekolah dianggap aman dari bencana apabila sekolah tersebut (1) memperhatikan konteks lokal dan ancaman-ancaman dari alam baik dari segi lokasi, struktur dan desain dari bangunan sekolah, (2) memiliki akses terhadap klinik yang berfungsi dan memiliki persediaan obat-obatan dan peralatan pada saat kejadian darurat, (3) memahami dan siaga akan ancaman alam yang dihadapi di lingkungan sekitarnya, (4) memiliki pemetaan akan ancaman dan kerentanan serta kapasitas untuk menghadapai bencana, (5) memiliki kebijakan mengenai rencana pengurangan risiko bencana dan untuk kesiapsiagaan bencana, (6) memiliki manajemen evakuasi dan prosedur tindakan apabila terjadi bencana, sesuai dengan karakteristik bencana yang dihadapi. Oleh karenanya matei ajar PRB gempa bumi dapat diintegrasikan dengan materi pokok pada ekstakulikuler PMR.
2 Materi Pembelajaran Pramuka, PMR yang dapat diintegrasikan dengan PRB
Materi PMR
Anggota PMR :
1. PMR MULA
Usia 7 – 12 tahun atau setingkat SD
2. PMR MADYA
Usia 12 – 16 tahun atau setingkat SLTP
3. PMR WIRA
Usia 16 – 20 tahun atau setingkat SLTA

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
135
Tabel 5.2.1: Contoh Kegiatan PMR yang dapat diintegrasikan PRB
TING-KATAN KELAS INDIKATOR MATERI
KEGIATANMATERI PEMBELAJARAN
PRB
(12) (2) (1) (7) (13)
PMR MADYA
VII SMP
VIII SMP

Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Gempa Bumi Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs)
136
TING-KATAN KELAS INDIKATOR MATERI
KEGIATANMATERI PEMBELAJARAN
PRB
(12) (2) (1) (7) (13)
IX SMP
Tabel 5.22 Contoh Kegiatan Pramuka yang dapat diintegrasikan PRB
TING-KATAN KELAS INDIKATOR MATERI
KEGIATANMATERI PEMBELAJARAN
PRB
(12) (2) (1) (7) (13)
PRA-MUKAPENG-
GALANG
VII SMP
VIII SMP
IX SMP

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa Bumi untuk SMP/MTs
137
TING-KATAN KELAS INDIKATOR MATERI
KEGIATANMATERI PEMBELAJARAN
PRB
(12) (2) (1) (7) (13)
PRA-MUKAPENG-
GALANG
VII SMP
VIII SMP
IX SMP
TING-KATAN KELAS INDIKATOR MATERI
KEGIATANMATERI PEMBELAJARAN
PRB
(12) (2) (1) (7) (13)
PRA-MUKAPENG-
GALANG
VII SMP
VIII SMP
IX SMP

MAT
ERI
KEG
IATA
NTU
JUA
NKE
GIA
TAN
MET
OD
E KE
GIA
TAN
/BE
LAJA
RPR
OSE
S KE
GIA
TAN
BELA
JAR
ALO
KA
SIW
AK
TU
ALA
T D
AN
BA
HA
NKE
GIA
TAN
SUM
BER/
BAH
AN
(13)
Tab
el 5
.23
Sila
bus
Inte
gras
i PRB
dal
am K
egia
tan
PMR

Tab
el 5
.24
Sila
bus
Inte
gras
i PRB
dal
am K
egia
tan
Pram
uka
MAT
ERI
KEG
IATA
NTU
JUA
NKE
GIA
TAN
MET
OD
E KE
GIA
TAN
/BE
LAJA
RPR
OSE
S KE
GIA
TAN
BELA
JAR
ALO
KA
SIW
AK
TU
ALA
T D
AN
BA
HA
NKE
GIA
TAN
SUM
BER/
BAH
AN
(13)

Daftar Istilah
140
DAFTAR ISTILAHPengurangan Risiko Bencana Pengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktik mengurangi risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengelola faktor-faktor penyebab dari bencana termasuk dengan dikuranginya paparan terhadap ancaman, penurunan kerentanan manusia dan properti, pengelolaan lahan dan lingkungan yang bijaksana, serta meningkatkan kesiapsiagaanan terhadap kejadian yang merugikan.
PendidikanPendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan Negara
Pengarusutamaan PRBProses dimana pertimbangan-pertimbangan pengurangan risiko bencana dikedepankan oleh organisasi/individu yang terlibat di dalam pengambilan keputusan dalam pembangunan ekonomi, fisik, politik, sosial-budaya suatu negara pada level nasional, wilayah daerah dan/atau lokal; serta proses-proses dimana pengurangan risiko bencana dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan tersebut
Pendidikan Siaga Bencana Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecakapan hidup dalam mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian dan langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Komite Sekolah Organisasi mandiri yang dibentuk dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Ia menjadi ruang bagi orangtua, masyarakat, dan pihak sekolah menyampaikan aspirasi dan merumuskan kebijakan bagi peningkatan pendidikan di sekolah. Ia merupakan badan independen yang tidak memiliki hubungan hirarkis dengan Kepala Sekolah. Ia menjadi mitra kepala sekolah dalam menjalankan peran dan fungsinya dalam memajukan sekolah.
KTSP Kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Sekolah dan kepala sekolah mengembangkan KTSP dan silabus berdasarkan a). Kerangka dasar kurikulum, b). Standar kompetensi, dibawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Provinsi.
Kurikulum Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahanpelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana Gempa Bumi untuk SMP/MTs
141
Ekstra kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.
Standar Kompetensi ukuran kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik setelah mengikuti suatuproses pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu.
Kompetensi kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki peserta didik.
Standar Nasional Pendidikan Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum NKRI. Lingkup standar nasional pendidikan meliputi: a. standar isi, b. standar proses, c. standar kompetensi lulusan, d. standar pendidik dan tenaga kependidikan, e. standar sarana dan prasarana, f. standar pengelolaan, g. standar pembiayaan, h. standar penilaian pendidikan.
Sumber/bahan belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi,

Daftar Istilah
142
serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun; dan
Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
Bencana adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam atau ulah manusia, yang dapat terjadi secara tibatiba atau perlahan-lahan, yang menyebabkan hilangnya jiwa manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan, di mana masyarakat setempat dengan segala kemampuan dan sumberdayanya tidak mampu untuk menanggulanginya.
Bahaya adalah situasi, kondisi, atau karakteristik biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang berpotensi menimbulkan korban dan kerusakan.
Kerentanan adalah tingkat kekurangan kemampuan suatu masyarakat untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan, dan menanggapi dampak bahaya tertentu. Kerentanan dapat berupa kerentanan fisik, ekonomi, sosial dan tabiat, yang dapat ditimbulkan oleh beragam penyebab.
Kemampuan adalah penguasaan sumberdaya, cara, dan kekuatan yang dimiliki masyarakat, yang memungkinkan mereka untuk, mempersiapkan diri, mencegah, menjinakkan, menanggulangi, mempertahankan diri serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat bencana
Risiko adalah kemungkinan timbulnya kerugian pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang timbul karena suatu bahaya menjadi bencana. Risiko dapat berupa kematian, luka, sakit, hilang, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat.
Pencegahan adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana dan jika mungkin dengan meniadakan bahaya.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana Gempa Bumi untuk SMP/MTs
143
Mitigasi adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak bencana, baik secara fisik struktural melalui pembuatan bangunan-bangunan fisik, maupun non fisik-struktural melalui perundang-undangan dan pelatihan.
Kesiapsiagaan adalah upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana, melalui pengorganisasian langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Peringatan Dini adalah upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi, yang menjangkau masyarakat, segera, tegas tidak membingungkan, resmi
Tanggap Darurat adalah upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian.
Bantuan Darurat merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, tempat tinggal sementara, perlindungan, kesehatan, sanitasi dan air bersih
Pemulihan adalah proses pengembalian kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali sarana dan prasarana pada keadaan semula dengan melakukan upaya memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dll).
Rehabilitasi adalah upaya langkah yang dilakukan setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas sosial penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian.
Rekonstruksi adalah program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya.
Penanggulangan Bencana adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana, mencakup tanggap darurat, pemulihan, pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan

Daftar Pustaka
144
DAFTAR PUSTAKACarolus Prasetya, dkk, Gempa Yogya dan Dinamika Palung Jawa, Yogyakarta: Pusat Studi Bencana UPN Veteran Yogyakarta, 2007.
Diposaptotomo, Subandono, dkk, Menyiasati Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Bogor: Buku Ilmah Populer, 2009.
Diposaptotomo, Subandono, dkk, Hidup Akrab dengan Gempa dan Tsunami, Bogor: Buku Ilmah Populer, 2008.
ET Paripurno, Gempa dan Tsunami, Yogyakarta: Pusat Studi Bencana UPN Veteran Yogyakarta, 2007.
Hidayati, Sri, Kesiapsiagaan Msyarakat Menghadapi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami, Jakarta: Prosiding, 2009.
Muktaf Hanafi, Akhmad, Manajemen Resiko Bencana Gempa Bumi (Studi Kasus Gempa Bumi Yogyakarta 27 Mei 2006), Jakarta: Batan, 2008.
SC-DRR/UNDP, Jakarta: Draf Nol Strategi Nasional Pengarusutamaan Pengurangan Resiko Bencana
Teguh Peripurno, Eko, Modul Majemen Bencana Pengenalan Gempa Untuk Penanggulangan Bencana, Yogyakarta: Pusat Studi Bencana UPN Veteran Yogyakarta, 2007.
UN/ISDR, Terminology on Disaster Risk Reduction, 2009
UNESCO, Natural Disaster Preparedness and Education for Sustainable Development, Bangkok: 2007.
UNESCO, Siap Menghadapi Bencana, Jakarta: DEPDIKNAS, 2007
Badan Meteorologi dan Geofisika, http://rekapuspa.wordpress.com/2009/10/08/antisipasi-gempa-bumi/, November 2009.
Keuntungan dan Pengaruh Posisi Letak Geografis dan Geologi Indonesia, http://bimly-se.blogspot.com/2009/08/keuntungan-dan-pengaruh-posisi-dan.html, November 2009
Antisipasi Gempa Bumi http://rekapuspa.wordpress.com/2009/10/08/antisipasi-gempa-bumi/
Fauzi, Keuntungan Dan Pengaruh Posisi Dan Letak Geografis Indonesia, http://bimly-se.blogspot.com/2009/08/keuntungan-dan-pengaruh-posisi-dan.html http://www.reindo.co.id/Gempa/Reference/Indore.htm
Kertapati, E. K., ”Aktivitas Gempabumi di Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi”, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Januari 2004.

Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana Gempa Bumi untuk SMP/MTs
145
Nugroho, Imam, Penyebaran Gempa Bumi Hubungannya dengan Tektonik Lempeng Jogjakarta: Perpustakaan Geologi UGM, 2008.
Priyono, Juniawan - KPJ’94 (2007). Pengurangan Resiko Bencana Dimulai dari Sekolah http://sutikno.org/index.php?option=com_content&task=view&id=37&Itemid=49