pengintegrasian pendidikan multikultural dengan …
TRANSCRIPT
PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
DENGAN MATA KULIAH BAHASA INDONESIA PADA MAHASISWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Disusun Oleh:
Feeling Wulandini Bakri
141224034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
DENGAN MATA KULIAH BAHASA INDONESIA PADA MAHASISWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Disusun Oleh:
Feeling Wulandini Bakri
141224034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO
Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran
ibumu
(Amsal 1:8)
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan
kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan
yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
(Pengkhotbah 3:11)
Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.
(Yakobus 5:16b)
Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% kerja keras.
(Thomas Alva Edison)
Belajarlah untuk memberi dari kekurangan
(Bakri)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberkati dan menyertai setiap langkah saya.
Kedua orang tua saya, Bakri dan Sri Mulyani
Kakak dan adik saya tercinta, Andronikus Kresna Dewantara dan Queensya
Meistika Putri Bakri yang selalu mendoakan saya, memberikan motivasi dan
dukungan, serta kasih sayangnya sehingga saya merasa yakin atas segala sesuatu
yang saya jalani.
Keluarga Besar Mbah Gito Sumarto dan Mbah Harjo Suyoto yang selalu
mendoakan dan mendukung saya, sehingga saya dapat menyelesaikan karya ini
dengan baik.
Teman teristimewa, Johanes Bakti Indratama yang selalu berusaha untuk
memahami keadaan saya dan mendukung saya dalam menyelesaikan karya ini.
Enam Srikandi, teman-teman terdekat saya di PBSI 2014.
Teman-teman terbaik di PBSI 2014 dan Keluarga Besar PBSI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Bakri, Feeling Wulandini. 2018. Pengintegrasian Pendidikan Multikultural
dengan Mata Kuliah Bahasa Indonesia pada Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta. Skripsi.
Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan materi bahasa Indonesia yang
terintegrasi dengan pendidikan multikultural, khususnya pendidikan
keanekaragaman suku, agama, ras, dan golongan. Pokok yang dibahas dalam
penelitian ini adalah pengintegrasian pendidikan multikultural dengan mata kuliah
Bahasa Indonesia, khususnya pendidikan keanekaragaman suku, agama, ras/etnis,
dan golongan, serta pengembangan buku ajar Bahasa Indonesia bagi mahasiswa
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pengembangan (Research and
Development). Penelitian dilaksanakan pada 12 mahasiswa Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta, baik yang sedang dan sudah
menempuh mata kuliah Bahasa Indonesia. Kedua belas mahasiswa tersebut dipilih
secara acak yang terdiri atas mahasiswa angkatan 2017, 2016, 2015, dan 2014.
Tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara, kemudian
mengumpulkan data dengan menyebar angket analisis kebutuhan, dan tes
kemampuan berbahasa Indonesia. Wawancara dan angket digunakan untuk
menganalisis seberapa jauh pendidikan multikultural dilaksanakan dalam kegiatan
belajar mengajar. Selain itu, teknik wawancara dan angket juga menjadi salah satu
cara agar peneliti mengetahui seberapa penting pendidikan multikultural
dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar. Peneliti juga menggunakan teknik tes
kemampuan berbahasa Indonesia. Berdasarkan hasil tes dari kedua belas
mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyarakarta, tidak ada mahasiswa yang
memiliki kemampuan berbahasa dengan kriteria kurang dan kurang sekali. Hal itu
dapat dibuktikan dari hasil penghitungan rata-rata skor tes kemampuan berbahasa
mahasiswa, yaitu 74 yang berada pada interval 61-80 dengan kriteria baik.
Pengintegrasian pendidikan multikultural dengan mata kuliah Bahasa
Indonesia dimuat dalam produk buku ajar berjudul “Pendidikan Multikultural
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa PGSD” sebagai hasil akhir
dari penelitian ini. Desain produk berupa buku ajar kemudian divalidasi oleh dosen
ahli untuk dinilai tingkat kelayakannya. Berdasarkan hasil validasi, peneliti akan
mengetahui bagian yang perlu direvisi. Setelah buku ajar direvisi kemudian
dilakukan uji coba terhadap kelompok terbatas. Setelah melakukan uji coba dapat
diketahui bahwa buku ajar tersebut layak untuk dikembangkan.
Kata kunci: pendidikan multikultural, pendidikan keanekaragaman suku, agama,
ras/etnis, dan golongan, mata kuliah Bahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Bakri, Feeling Wulandini. 2018. The Integration of Multicultural Education with
Indonesian Language Course to Primary Teacher Education Study
Program PGRI Yogyakarta University. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP,
USD.
This research intended to develop Indonesian language materials which were
integrated with a multicultural education, especially on the diversity of tribes,
religions, races and groups. The main discussion in this research was the integrity
of multicultural education with Indonesian language course mainly education of
tribe, religion, race and group diversities; and Indonesian language textbook
development for PGSD students in PGRI Yogyakarta University.
This research included to types of research development. The research was
applied to twelve PGSD students both ongoing students and outgoing students from
Indonesian language course. The twelve college students are selected randomly
from the students batch 2017, 2016, 2015, and 2014. The first step in the research
was interviewing. Then, collecting data by distributing the questionnaires needs
analysis, and Indonesian language skill test. Interviewing and distributing the
questionnaires were used to analyze to what extent multicultural education had been
applied into a learning activity. In addition, they became the ways to know the
importance of multicultural eduaction in a learning activity. The researcher also
used Indonesian language skill test. Based on the result from the test result from
twelve PGSD students in PGRI Yogyakarta University, there was no students had
neither bad nor very bad in a language ability. It could be proved by the average
score of student’s language ability test, was 74 with a good criteria which on the
interval 61-80.
Multicultural education integration with Indonesian language course were
loaded in a book product tittled “Pendidikan Multikultural dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa PGSD.” as the final result from the research.
The product design was textbooks then they were validated by advanced lecturers
to assess the feasibility. Based on the validation results, the reseacher would know
which was necessary to revise. After revision, those textbooks were tested toward
limited groups. After testing, they could be identified which those textbooks could
be developed.
Keywords: multicultural education, education of tribe, religion, race and group
diversities, Indonesian language course
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
senantiasa memberikan berkat dan kasih setiaNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengintegrasian Pendidikan Multikultural
dengan Mata Kuliah Bahasa Indonesia pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta”. Skripsi ini disusun oleh
penulis sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini berhasil diselesaikan karena bantuan dan
dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan kasih setiaNya kepada saya.
2. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah memberikan banyak
dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
4. Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
5. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan
bijaksana dalam membimbing dan memberikan berbagai masukan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi.
6. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia yang telah bersedia menjadi validator dalam
penelitian ini.
7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah
mendidik, membimbing, dan mendukung penulis dalam menyelesaikan
skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
MOTTO ............................................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH ............................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR SKEMA ........................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Batasan Masalah ............................................................................................... 6
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................................ 6
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 7
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 8
1.6 Batasan Istilah .................................................................................................. 9
1.7 Sistematika Penyajian .................................................................................... 10
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................... 11
2.1 Penelitian yang Relevan ................................................................................. 11
2.2 Landasan Teori ................................................................................................ 14
2.2.1 Buku Ajar .................................................................................................... 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.2.2 Fungsi Buku Ajar ........................................................................................ 15
2.2.3 Teori Pembelajaran Bahasa Indonesia ........................................................ 16
2.2.3.1 Aspek-Aspek Pembelajaran Bahasa Indonesia ............................... 17
2.2.3.2 Fokus Pembelajaran Bahasa Indonesia ........................................... 23
2.2.3.3 Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia .......................................... 25
2.2.4 Pendidikan Multikultural ............................................................................ 28
2.2.4.1 Definisi Pendidikan Multikultural .................................................. 31
2.2.4.2 Faktor-Faktor Pendidikan Multikultural ......................................... 32
2.2.4.3 Karakteristik Pendidikan Multikultural .......................................... 35
2.2.4.4 Peran Pendidik dalam Pendidikan Multikultural ............................ 36
2.2.5 Model Pengintegrasian Bidang Bahasa dengan
Pendidikan Multikultural ............................................................................ 37
2.2.6 Kompetensi Guru ........................................................................................ 39
2.3 Kerangka Berpikir .......................................................................................... 43
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 45
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................... 45
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian .................................................................. 46
3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 47
3.4 Instrumen Penelitian ....................................................................................... 47
3.4.1 Instrumen Tes .............................................................................................. 47
3.4.2 Instrumen Nontes ........................................................................................ 48
3.4.2.1 Wawancara ..................................................................................... 48
3.4.2.2 Angket ............................................................................................. 48
3.5 Teknik Analisis Data ...................................................................................... 49
3.5.1 Identifikasi Data .......................................................................................... 49
3.5.1.1 Identifikasi Hasil Wawancara ......................................................... 49
3.5.1.2 Identifikasi Hasil Angket Analisis Kebutuhan ............................... 50
3.5.1.3 Identifikasi Data Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia ............... 50
3.5.2 Klasifikasi Data ........................................................................................... 52
3.5.3 Interpretasi Data .......................................................................................... 53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
3.5.4 Pelaporan ..................................................................................................... 54
3.6 Prosedur Pengembangan ................................................................................ 54
3.7 Uji Validasi Produk ........................................................................................ 60
3.7.1 Uji Validasi Produk oleh Validator ............................................................. 60
3.7.2 Uji Validasi Produk melalui Uji Coba Lapangan ....................................... 60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 61
4.1 Deskripsi Data ................................................................................................ 61
4.2 Analisis Data .................................................................................................. 72
4.2.1 Pengintegrasian Pendidikan Keanekaragaman Suku
ke dalam Mata Kuliah Bahasa Indonesia ................................................... 73
4.2.2 Pengintegrasian Pendidikan Keanekaragaman Agama
ke dalam Mata Kuliah Bahasa Indonesia .................................................... 81
4.2.3 Pengintegrasian Pendidikan Keanekaragaman Ras/Etnis
ke dalam Mata Kuliah Bahasa Indonesia .................................................... 89
4.2.4 Pengintegrasian Pendidikan Kewarganegaraan Golongan
ke dalam Mata Kuliah Bahasa Indonesia .................................................... 96
4.3 Pembahasan Hasil Analisis Data .................................................................. 103
4.3.1 Pengintegrasian Pendidikan Kewarganegaraan Suku
ke dalam Mata Kuliah Bahasa Indonesia .................................................. 105
4.3.2 Pengintegrasian Pendidikan Kewarganegaraan Agama
ke dalam Mata Kuliah Bahasa Indonesia .................................................. 107
4.3.3 Pengintegrasian Pendidikan Kewarganegaraan Ras/Etnis
ke dalam Mata Kuliah Bahasa Indonesia .................................................. 108
4.3.4 Pengintegrasian Pendidikan Kewarganegaraan Golongan
ke dalam Mata Kuliah Bahasa Indonesia .................................................. 110
4.4 Deskripsi Produk .......................................................................................... 111
4.5 Analisis Data Validasi dan Uji Coba Produk ............................................... 113
4.5.1 Deskripsi Hasil Validasi Dosen Ahli ........................................................ 114
4.5.2 Deskripsi Hasil Uji Coba Produk .............................................................. 115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ........................................ 121
5.1 Simpulan ...................................................................................................... 121
5.2 Implikasi ....................................................................................................... 124
5.3 Saran ............................................................................................................. 125
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 126
LAMPIRAN ...................................................................................................... 129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penentuan Kriteria ................................................................................ 52
Tabel 3.2 Kategori ITK ........................................................................................ 53
Tabel 4.1 Kategori ITK ........................................................................................ 62
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan ITK ......................................................................... 63
Tabel 4.3 Aspek Memahami Isi Bacaan .............................................................. 64
Tabel 4.4 Aspek Kaidah Penulisan Kalimat ........................................................ 64
Tabel 4.5 Aspek Menentukan Judul Teks ............................................................ 65
Tabel 4.6 Aspek Menentukan Jenis Keterampilan Berbahasa ............................. 66
Tabel 4.7 Aspek Menentukan Satuan Bentuk ...................................................... 67
Tabel 4.8 Aspek Menentukan Bentuk Frasa dalam Kalimar ............................... 67
Tabel 4.9 Aspek Menentukan Kegiatan Keterampilan Berbahasa ....................... 68
Tabel 4.10 Aspek Menentukan Makna pada Kata Berprefiks ............................. 69
Tabel 4.11 Aspek Menentukan Pembentukan Kata Ulang .................................. 70
Tabel 4.12 Penentuan Kriteria .............................................................................. 70
Tabel 4.13 Indikator Pengetahuan Mengenai Pendidikan Keanekaragaman
Suku ................................................................................................... 77
Tabel 4.14 Indikator Pentingnya Pendidikan Keanekaragaman Suku ................. 77
Tabel 4.15 Indikator Penerapan Pendidikan Keanekaragaman Suku dari Segi
Materi .................................................................................................. 78
Tabel 4.16 Indikator Penerapan Pendidikan Keanekaragaman Suku dari Segi
Sikap Sosial ........................................................................................ 79
Tabel 4.17 Indikator Adanya Sumber Belajar yang Mendukung ........................ 80
Tabel 4.18 Indikator Pengetahuan Mengenai Pendidikan Keanekaragaman
Agama ................................................................................................ 85
Tabel 4.19 Indikator Pentingnya Pendidikan Keanekaragaman Agama .............. 85
Tabel 4.20 Indikator Penerapan Pendidikan Keanekaragaman Agama dari Segi
Materi ................................................................................................... 86
Tabel 4.21 Indikator Penerapan Pendidikan Keanekaragaman Agama dari Segi
Sikap Sosial ........................................................................................ 87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Tabel 4.22 Indikator Adanya Sumber Belajar yang Mendukung ......................... 88
Tabel 4.23 Indikator Pengetahuan Mengenai Pendidikan Keanekaragaman
Ras/Etnis ............................................................................................ 91
Tabel 4.24 Indikator Pentingnya Pendidikan Keanekaragaman Ras/Etnis .......... 92
Tabel 4.25 Indikator Penerapan Pendidikan Keanekaragaman Ras/Etnis dari
Segi Materi ......................................................................................... 93
Tabel 4.26 Indikator Penerapan Pendidikan Keanekaragaman Ras/Etnis dari
Segi Sikap Sosial ............................................................................... 94
Tabel 4.27 Indikator Adanya Sumber Belajar yang Mendukung ........................ 95
Tabel 4.28 Indikator Pengetahuan Mengenai Pendidikan Keanekaragaman
Golongan............................................................................................. 98
Tabel 4.29 Indikator Pentingnya Pendidikan Keanekaragaman Golongan ......... 99
Tabel 4.30 Indikator Penerapan Pendidikan Keanekaragaman Golongan dari
Segi Materi........................................................................................ 100
Tabel 4.31 Indikator Penerapan Pendidikan Keanekaragaman Golongan dari
Segi Sikap Sosial ............................................................................. 101
Tabel 4.32 Indikator Adanya Sumber Belajar yang Mendukung ...................... 102
Tabel 4.33 Hasil Perhitungan Uji Coba Produk Mahasiswa .............................. 115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Kerangka Berpikir .............................................................................. 44
Skema 3.1 Langkah Penelitian dan Pengembangan Borg and Gall ..................... 56
Skema 3.2 Delapan Langkah Penelitian dan Pengembangan .............................. 57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara ..................................................... 129
Lampiran 2 Kisi-Kisi Instrumen Angket ........................................................... 131
Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Berbahasa .......................... 133
Lampiran 4 Instrumen Wawancara .................................................................... 134
Lampiran 5 Angket Analisis Kebutuhan ............................................................ 149
Lampiran 6 Hasil Perhitungan Angket ................................................................ 155
Lampiran 7 Tes Kemampuan Berbahasa ........................................................... 156
Lampiran 8 Kunci Jawaban ................................................................................ 174
Lampiran 9 Kisi-Kisi Instrumen Validasi Buku Ajar dan Uji Coba .................. 175
Lampiran 10 Validasi Dosen Ahli ...................................................................... 177
Lampiran 11 Uji Coba Lapangan ....................................................................... 180
Lampiran 12 Surat Izin Penelitian....................................................................... 189
Lampiran 13 Surat Permohonan Validasi .......................................................... 190
Lampiran 14 Analisis Butir Soal ........................................................................ 191
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang seharusnya patut berbangga hati. Hal ini dapat
dikatakan karena kekayaan yang luar biasa yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Kekayaan yang dimiliki bukan hanya pada sumber daya alamnya, tetapi juga
terdapat pada keragaman budaya, suku, agama, ras, dan bahasa. Selain kaya akan
ribuan pulau yang dimiliki, Indonesia juga memiliki ratusan bahasa dari setiap
daerahnya masing-masing. Masyarakat Indonesia pun memeluk agama dan
keyakinan sesuai dengan kepercayaannya, seperti Islam, Kristen Protestan, Kristen
Katolik, Hindu, Budha, Konghucu, bahkan agama kepercayaan yang dibawa dari
daerah asalnya. Hal itulah yang membuktikan jika bangsa Indonesia adalah bangsa
yang kaya akan perbedaan.
Menurut Isman (2013) dalam bukunya Mahakarya Rakyat Indonesia, ada
beberapa faktor yang menyebabkan kemajemukan itu terjadi: 1) keadaan geografi
Indonesia yang merupakan wilayah kepulauan, 2) letak Indonesia yang berada di
antara Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik, 3) adanya perbedaan iklim serta
struktur tanah di berbagai daerah kepulauan Nusantara. Berdasarkan faktor sejarah,
kemajemukan di Indonesia dimulai dari kedatangan ekspedisi nenek moyang
bangsa Indonesia dari daerah selatan sungai Yung Tse di Cina Selatan. Sebuah
perjalanan panjang yang membuat mereka harus membentuk generasi-generasi
baru dalam perjalanan tersebut. Setibanya di Indonesia, masing-masing rombongan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
telah menjadi kelompok masyarakat yang memiliki bahasa dan karakter yang
berbeda, walaupun mereka berasal dari daerah yang sama. Hal itu terjadi karena
mereka memiliki rute perjalanan yang berbeda. Selain itu, kebijakan-kebijakan dari
penjajah pada masa penjajahan juga merupakan sebab terjadinya kemajemukan
masyarakat Indonesia.
Sayangnya, dalam perjalanan kehidupan tidak semua keadaan bisa berjalan
dengan baik dan apik. Seringkali keberagaman tersebut menjadi latar belakang
permasalahan yang terjadi antarmasyarakat dan antarumat beragama, bahkan
hingga terjadi pertumpahan darah yang tidak bisa dielakkan. Selain memberikan
keuntungan, keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia juga dapat memberikan
dampak yang kurang menguntungkan bagi sebagian masyarakat. Hal tersebut
terjadi karena munculnya sifat fanatisme terhadap kebudayaan dan kepercayaan
yang dianutnya sehingga sulit menerima kebudayaan dan kepercayaan lainnya.
Pada akhirnya, dapat dikatakan apabila keberagaman yang dimiliki bangsa
Indonesia diibaratkan sebagai pisau bermata dua, yang bisa memberikan dampak
positif maupun dampak negatif tergantung dari sisi mana masyarakat
menggunakannya.
Konflik yang pernah terjadi di Indonesia adalah kerusuhan yang terjadi pada
saat Orde Baru (Mei 1998) sebagai konflik antaretnis. Konflik tersebut dipicu oleh
adanya krisis moneter yang melumpuhkan perekonomian negara. Namun, lambat
laun kerusuhan tersebut berubah menjadi konflik antara etnis pribumi dan etnis
Tionghoa. Kerusuhan tersebut menyebabkan harta benda etnis Tionghoa dijarah
dan dibakar karena kemarahan etnis pribumi. Selain itu, mereka juga melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kekerasan, pembunuhan, dan pelecehan seksual terhadap wanita dari etnis
Tionghoa (okezone.com. 25 Februari 2016. Diakses 16/6/2017).
Konflik mengerikan yang juga pernah terjadi adalah konflik antarsuku, yaitu
suku Dayak dan Madura. Konflik yang terjadi pada tahun 2001 ini, dikenal dengan
Tragedi Sampit. Tragedi ini terjadi karena adanya bentrok antarsuku yang
mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia. Bahkan dalam tragedi ini juga
terjadi aksi pemenggalan kepala yang dilakukan oleh suku Dayak. Hal tersebut
terpaksa dilakukan karena suku Dayak merasa jika mereka harus mempertahankan
wilayahnya yang pada saat itu mulai dikuasai oleh masyarakat Madura
(okezone.com. 25 Februari 2016. Diakses 16/6/2017). Fakta menunjukkan bahwa
bangsa ini mulai kehilangan identitasnya (Molan, 2015).
Selain konflik dan permasalahan tersebut, pendidikan di Indonesia juga
memiliki tantangan besar yang harus dihadapi. Sampai saat ini, kerap terjadi
kekerasan dan konflik yang terjadi antarpelajar dan antarmahasiswa. Kekerasan
tersebut terjadi dengan berbagai latar belakang masalah dan alasan. Bahkan tidak
hanya terjadi secara individu, tetapi juga secara berkelompok. Biasanya hal itu
terjadi karena adanya rasa tidak suka terhadap lawannya, mulai dari saling ejek,
saling serang (tawuran), bahkan ada juga yang berani untuk membunuh. Konflik
antarpelajar dan antarmahasiswa pun bisa saja terjadi karena adanya perbedaan cara
pandang dan cara berpikir. Mereka merasa jika kelompoknya adalah yang paling
benar, sehingga pembelaan diri dengan cara apapun dianggap paling baik walaupun
itu menyangkut nyawanya sendiri atau orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Dunia pendidikan memiliki peran yang cukup besar untuk mengubah konsep
pemikiran para pelajar dan mahasiswa sebagai generasi muda bangsa Indonesia.
Dengan adanya pendidikan multikultural yang diajarkan sejak dini, para pelajar
dapat menanamkan sikap toleransi, saling menghargai, saling menghormati, serta
menjaga kedamaian antarmasyarakat yang memiliki latar belakang berbeda-beda.
Menurut Molan (2015), pendidikan multikulturalisme adalah upaya untuk
menata masyarakat (bangsa) yang plural (majemuk) menjadi masyarakat (bangsa)
yang multikulturalistik, stabil, dan dinamis. Multikulrutalisme berupaya untuk
menata suatu bangsa yang plural dan cenderung terkotak-kota serta saling
mendominasi, menjadi bangsa yang saling bekerjasama membangun masyarakat.
Pendidikan di Indonesia harus bisa mengarahkan peserta didik agar mampu
menerima dan menghargai segala perbedaan yang ada, sehingga tidak ada lagi
perpecahan yang terjadi karena adanya rasa tidak saling menghargai antarindividu
maupun antarkelompok.
Dalam kehidupan masyarakat multikultural, tentu terdapat budaya yang
dianggap sebagai mayoritas maupun minoritas di setiap daerah. Ada budaya yang
dianggap sebagai budaya yang mendominasi, ada juga budaya yang dianggap tidak
mendominasi. Namun, pendekatan multikultural dapat membantu mahasiswa dan
peserta didik untuk mengubah pola pikir terhadap pernyataan ‘kaum mayoritas dan
minoritas’. Mayoritas dan minoritas bukanlah sesuatu yang harus dibedakan, tetapi
mahasiswa dan peserta didik harus memahami jika kaum mayoritas dan minoritas
ada untuk membuat masyarakat belajar saling menghargai dan menghormati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Berdasarkan konteks di atas, pendidik khususnya guru merupakan faktor
penting yang mampu mendorong perkembangan multikultural para siswa di
sekolah. Sekolah merupakan tempat/lembaga sebagai wadah untuk membangun
kehidupan para siswa dalam berbangsa dan bernegara secara multikultural. Sebagai
calon guru, hal tersebut perlu ditanamkan dalam diri peserta didik, agar nilai-nilai
multikultural tidak hilang sehingga peserta didik pun siap dalam menghadapi
perkembangan global. Itulah mengapa, dalam hal ini materi pembelajaran harus
sungguh-sungguh diperhatikan. Materi yang baik harus mampu memberikan
pemahaman mengenai nilai-nilai multikultural dan kenyataan hidup bangsa
Indonesia yang memiliki ragam suku, budaya, agama, dan RAS. Dengan adanya
muatan nilai-nilai multikultural di dalam materi pembelajaran, peserta didik akan
lebih mudah dalam menyikapi dan menghargai perbedaan yang ada. Maka dari itu,
pendidikan multikultural harus terintegrasikan dengan materi pelajaran yang ada di
sekolah. Pendidikan multikultural bisa saja disampaikan secara tersirat maupun
tersurat dalam pemberian materi. Nilai-nilai multikultural tersebut dapat
diimplementasikan dalam beberapa materi keterampilan seperti menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis.
Pendidikan guru menjadi salah satu cara untuk mengembangkan kesadaran
hidup manusia yang beragam. Salah satu komponen penting yang perlu
dikembangkan adalah calon-calon guru yang mengajar di sekolah dasar, yaitu
mahasiswa PGSD. Hal itu dilakukan karena dengan menanamkan pendidikan
multikulturalisme dalam diri mahasiswa PGSD, peserta didik yang masih SD akan
dengan mudah mendapatkan pendidikan multikulturalisme sesuai dengan apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
telah didapat oleh mahasiswa PGSD sebagai calon guru. Dengan demikian, penulis
melakukan penelitian ini sebagai salah satu cara untuk mampu mengintegrasikan
pendidikan multikultural dengan mata kuliah bahasa Indonesia pada mahasiswa
PGSD.
Pada penelitian awal, peneliti mendapatkan data bahwa sebagian besar
mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyakarta telah memiliki pengetahuan
mengenai pendidikan multikulturalisme, khususnya pendidikan keanekaragaman
suku, agama, ras/etnis, dan golongan. Kemudian menurut beberapa mahasiswa,
pendidikan keanekaragaman tersebut sudah diterapkan dalam perkuliahan baik dari
segi materi maupun sikap sosial seperti kerja kelompok. Namun, sampai saat ini
belum terdapat sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan
multikulturalisme.
1.2 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini lebih mendalami
permasalahan yang dibatasi pada nilai-nilai multikultural yang terdapat dalam mata
kuliah Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyakarta.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, disusun rumusan masalah utama
“bagaimanakah mengintegrasikan pendidikan multikultural ke dalam mata
kuliah bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas PGRI
Yogyakarta?”. Kondisi multikultural yang dimaksud difokuskan pada masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
SARA (suku, agama, ras, dan golongan). Oleh karena itu, atas dasar rumusan
masalah utama di atas, disusun submasalah sebagai berikut.
a. Bagaimanakah pengintegrasian pendidikan keanekaragaman suku ke dalam
mata kuliah bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas PGRI
Yogyakarta?
b. Bagaimanakah pengintegrasian pendidikan keanekaragaman agama ke dalam
mata kuliah bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas PGRI
Yogyakarta?
c. Bagaimanakah pengintegrasian pendidikan keanekaragaman ras/etnis ke dalam
mata kuliah bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas PGRI
Yogyakarta?
d. Bagaimanakah pengintegrasian pendidikan keanekaragaman golongan ke dalam
mata kuliah bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas PGRI
Yogyakarta?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian adalah pengembangan materi buku ajar bahasa
Indonesia mahasiswa PGSD yang terintegrasi dengan multikulturalisme khususnya
suku, agama, ras/etnis, dan golongan yang sering dijadikan pemicu konflik sosial
dalam masyarakat. Berdasarkan tujuan umum tersebut, disusun tujuan khusus
sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
a. Mendeskripsikan pengintegrasian pendidikan keanekaragaman suku dalam
mata mata kuliah bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas PGRI
Yogyakarta.
b. Mendeskripsikan pengintegrasian pendidikan keanekaragaman agama dalam
mata kuliah bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas PGRI
Yogyakarta.
c. Mendeskripsikan pengintegrasian pendidikan keanekaragaman ras/etnis dalam
mata kuliah bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas PGRI
Yogyakarta.
d. Mendeskripsikan pengintegrasian pendidikan keanekaragaman golongan dalam
mata kuliah bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas PGRI
Yogyakarta.
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian dari hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Bagi calon guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam
memilih dan merancang materi pembelajaran yang sesuai dan mencapai tujuan
pembelajaran yang terintegrasi dengan pendidikan multikultural.
b. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk
memupuk sifat dan sikap toleransi, serta keberagaman suku, agama, ras/etnis,
dan golongan melalui materi pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1.6 Batasan Istilah
Adapun beberapa batasan ilmiah yang ada dalam skripsi ini adalah buku ajar,
pendidikan multikultural, materi, pendekatan, metode, teknik, strategi, suku,
agama, ras, golongan, pengintegrasian pendidikan multikultural, dan kompetensi.
a. Buku ajar adalah buku yang digunakan sebagai buku pelajaran dalam bidang
studi tertentu yang memuat materi pembelajaran.
b. Pendidikan multikultural diartikan sebagai pendidikan keragaman budaya dalam
masyarakat untuk membina sikap mahasiswa agar menghargai keragaman
budaya masyarakat.
c. Materi adalah segala sesuatu yang telah dirancang dalam kurikulum yang akan
disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan.
d. Pendekatan mengandung keselarasan teori-teori tentang apa yang dipelajari,
tentang proses pembelajaran (teori pembelajaran), dan tentang apa yang mesti
dilakukan guru (teori pengajaran).
e. Metode adalah rancang bangun pembelajaran yang satu sama lain tidak saling
bertentangan untuk mencapai suatu tujuan.
f. Teknik adalah cara bagaimana suatu tujuan dapat tercapai.
g. Strategi adalah rencana mengenai suatu kegiatan untuk mencapai tujuan.
h. Pengintegrasian pendidikan multikultural dengan pembelajaran Bahasa
Indonesia harus merujuk pada kondisi dan lingkungan bangsa Indonesia yang
memiliki keragaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
i. Kompetensi dirumuskan sebagai suatu tugas yang memadai, atau pemilikan
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan
seseorang.
1.7 Sistematika Penyajian
Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I menguraikan latar belakang masalah,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian.
Bab II berisi mengenai kajian teori. Bab ini menguraikan penelitian yang
relevan, landasan teori dan kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang
penelitian yang sejenis dan memiliki topik yang sama. Landasan teori berisi uraian
mengenai media pembelajaran, buku ajar, pendidikan, multikulturalisme, dan
pendidikan multikulturalisme.
Bab III berisi tentang metode penelitian. Bab ini menguraikan jenis
penelitian, prosedur pengembangan, setting penelitian, validasi produk, jenis data,
teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.
Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan. Selain itu, bab ini juga
memaparkan hasil data dari penilaian validator atau expert judgement yang berasal
dari Universitas PGRI Yogyakarta. Pada bab ini juga dijelaskan mengenai deskripsi
dan analisis data dari hasil uji coba yang dilakukan oleh peneliti terhadap subjek
penelitian.
Bab V berisi simpulan, implikasi, dan saran. Bab ini menguraikan simpulan,
keterbatasan penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian tentang pengembangan media sudah banyak dilakukan
oleh para peneliti. Namun, penelitian pengembangan media untuk pendidikan
multikultural yang terintegrasi dengan pelajaran bahasa Indonesia masih belum
banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara
lain: Pertama, Pendidikan Multikultural dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia
Non-BSE untuk Siswa SMP di Surakarta oleh Joko Purwanto (2013) mahasiswa
Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
Kedua, Implementasi Pendidikan Multikultural di Sekolah Inklusi SD Taman Muda
Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta oleh Nuhraini Pahlipung (2016)
mahasiswa Kebijakan Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Ketiga, Aspek
Multikultural dalam Buku Teks Bahasa Indonesia untuk Siswa SMP oleh Slasi
Widasmara (2012) mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas
Negeri Yogyakarta.
Penelitian pertama, Purwanto (2013) berjudul Pendidikan Multikultural dalam
Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Non-BSE untuk Siswa SMP di Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan muatan
pendidikan multikultural dalam buku pelajaran bahasa Indonesia non-BSE tingkat
SMP serta bagaimana kualitas muatan pendidikan multikultural dalam buku
pelajaran bahasa Indonesia non-BSE tingkat SMP. Permasalahan yang diangkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
adalah bagaimana muatan dan kualitas muatan pendidikan multikultural dalam
buku pelajaran bahasa Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatif. Objek penelitian yang digunakan berupa dokumen, yakni buku pelajaran
bahasa Indonesia non-BSE tingkat SMP. Hasil penelitian tersebut menyatakan
bahwa lima buku pelajaran bahasa Indonesia non-BSE tingkat SMP kelas VIII yang
diteliti ditemukan adanya sejumlah dimensi dan subdimensi pendidikan
multikultural.
Relevansi penelitian pertama dengan penelitian Pengintegrasian Pendidikan
Multikultural dengan Mata Kuliah Bahasa Indonesia pada Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta adalah pada
topik penelitian mengenai pendidikan multikultural. Peneliti dapat
mengembangkan produk buku ajar sesuai dengan buku yang sudah diteliti oleh
peneliti pertama sebagai acuan, seperti dimensi dan sub dimensi apa saja yang harus
dikembangkan oleh peneliti.
Penelitian kedua, Palipung (2016) berjudul Implementasi Pendidikan
Multikultural di Sekolah Inklusi SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa
Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi
pendidikan multikultural, mendeskripsikan faktor-faktor pendukung dan
penghambat pendidikan multikultural, dan mendeskripsikan cara mengatasi
hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di SD Taman Muda Ibu
Pawiyatan Tamansiswa. Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana
implementasi pendidikan multikultural, faktor pendukung dan penghambat dalam
implementasi pendidikan multikultural, serta upaya mengatasi hambatan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Salah satu hasil
penelitian tersebut adalah pemahaman warga sekolah mengenai pendidikan
multikultural.
Relevansi penelitian kedua dengan penelitian Pengintegrasian Pendidikan
Multikultural dengan Mata Kuliah Bahasa Indonesia pada Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta adalah pada
topik penelitian mengenai pendidikan multikultural. Selain itu, pada penelitian
kedua dilakukan penelitian implementasi pendidikan multikultural di Sekolah
Dasar. Berdasarkan hal tersebut, peneliti dapat mengembangkan produk buku ajar
dengan melihat permasalahan yang sudah diteliti oleh peneliti kedua, mengingat
peneliti mengembangkan buku ajar untuk mahasiswa PGSD sebagai calon guru
Sekolah Dasar.
Penelitian ketiga, Widasmara (2012) berjudul Aspek Multikultural dalam
Buku Teks Bahasa Indonesia untuk Siswa SMP. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui nilai-nilai multikultural yang termuat dalam buku teks Bahasa
Indonesia untuk tingkat SMP. Permasalahan yang diangkat adalah nilai-nilai
multikultural apa saja yang termuat dalam buku teks Bahasa Indonesia untuk
tingkat SMP. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif.
Sumber data yang digunakan adalah teks atau dokumen berupa buku teks Bahasa
Indonesia untuk tingkat SMP.
Relevansi penelitian ketiga dengan penelitian Pengintegrasian Pendidikan
Multikultural dengan Mata Kuliah Bahasa Indonesia pada Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta adalah pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
topik penelitian mengenai pendidikan multikultural. Peneliti dapat
mengembangkan media buku ajar sesuai dengan buku yang sudah diteliti oleh
peneliti pertama sebagai acuan, seperti dimensi dan sub dimensi apa saja yang harus
dikembangkan oleh peneliti.
2.2 Landasan Teori
Pada landasan teori, akan dipaparkan teori-teori yang mendasari penelitian.
Paparan dalam subbab ini menjelaskan mengenai teori-teori buku ajar, teori
pembelajaran bahasa Indonesia, pendidikan multikultural, model pengintegrasian
bidang bahasa dengan pendidikan multikultural, dan kompetensi guru.
2.2.1 Buku Ajar
Menurut Sitepu (2012), buku ajar atau buku teks pelajaran adalah buku acuan
yang digunakan di satuan pendidikan dasar atau dan menengah atau perguruan
tinggi yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan,
ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan. Buku
ajar adalah buku yang digunakan sebagai buku pelajaran dalam bidang studi
tertentu.
Menurut Widasmara (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Aspek
Multikultural dalam Buku Teks Bahasa Indonesia untuk Siswa SMP, buku ajar
merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan
penting dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Buku ajar merupakan suatu
kesatuan unit pembelajaran yang berisi informasi, pembahasan serta evaluasi. Buku
ajar akan mempermudah peserta didik dan mahasiswa apabila disusun secara
sistematis, menarik, dan memenuhi aturan penulisan yang berlaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Pada penelitian ini, peneliti akan mengembangkan sebuah produk buku ajar.
Akan tetapi, produk yang akan dikembangkan oleh peneliti berkaitan dengan
pendidikan multikultural yang akan diintegrasikan dengan materi bahasa Indonesia
untuk mahasiswa PGSD. Pendidikan multikultural yang akan dikembangkan dalam
produk buku ajar ini terdiri dari keanekaragaman suku, agama, ras/etnis, dan
golongan.
Dalam buku ajar ini, peneliti akan memberikan materi bahasa Indonesia yang
didukung dengan contoh dan teks yang berkaitan dengan keanekaragaman suku,
agama, ras/etnis, dan golongan. Selain itu, peneliti juga akan memberikan tugas
kelompok kepada mahasiswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berbahasa
yang didukung dengan pendidikan keanekaragaman suku, agama, ras/etnis, dan
golongan.
2.2.2 Fungsi Buku Ajar
Dalam bukunya, Sitepu (2012) mengatakan fungsi utama buku adalah sebagai
media informasi yang pada awalnya dalam bentuk tulisan tangan, kemudian cetakan
dan belakangan ini dalam bentuk elektronik. Kehadiran buku memberikan
pengaruh besar dalam proses belajar dan membelajarkan sehingga menururut
Ashby (1972) dalam Sitepu (2012) menimbulkan revolusi pendidikan. Buku dapat
dijadikan sebagai sumber utama kedua yang memungkinkan orang dapat belajar
dari buku tanpa kehadiran pendidik.
Dalam sebuah proses pembelajaran, buku merupakan komponen yang
memiliki peranan penting. Namun, buku ajar harus menyajikan sumber bahan yang
baik. Selain itu, juga harus memiliki daya tarik yang tinggi karena akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
mempengaruhi minat peserta didik dan mahasiswa terhadap buku tersebut. Buku
ajar juga harus mampu memotivasi peserta didik dan mahasiswa sebagai pembaca.
Motivasi tersebut akan muncul apabila bahasa yang digunakan sederhana dan
mudah dipahami. Motivasi juga akan timbul karena buku ajar tersebut mengandung
informasi yang relevan dengan kebutuhan belajar peserta didik dan mahasiswa.
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengembangkan buku ajar bahasa
Indonesia yang akan diintegrasikan dengan pendidikan multikultural, yakni
keanekaragaman suku, agama, ras/etnis, dan golongan. Fungsi buku ajar ini adalah
agar mahasiswa tidak hanya mengembangkan kemampuan akademiknya dalam
mempelajari bahasa Indonesia, melainkan mahasiswa juga dapat mengembangkan
pengetahuannya atas keberagaman yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, peneliti
mengembangkan produk buku ajar ini untuk menyelaraskan pengetahuan
mahasiswa mengenai materi bahasa Indonesia maupun keanekaragaman suku,
agama, ras/etnis, dan golongan yang ada di Indonesia.
2.2.3 Teori Pembelajaran Bahasa Indonesia
Proses pembelajaran bahasa Indonesia merupakan proses interaksi yang
dilakukan oleh peserta didik dan pendidik yang didudukung dengan adanya materi
(Pranowo, 2014). Pada umumnya, paradigma lama merupakan proses belajar
mengajar bahasa Indonesia yang berlangsung di dalam kelas dan hanya berfokus
pada pendidik. Sebaliknya, pada paradigma baru proses belajar mengajar bahasa
Indonesia harus berfokus pada peserta didik (student centered).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2.2.3.1 Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa Indonesia
Komponen utama dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah guru,
peserta didik, dan materi. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, guru mengajarkan
materi kepada peserta didik dengan memanfaatkan beberapa komponen pendukung.
Komponen-komponen tersebut terdiri atas pendekatan, metode, teknik, dan strategi.
(Pranowo, 2014). Menurut Pranowo (2014:268), komponen tersebut memang tidak
mutlak, tetapi pembelajaran bahasa Indonesia akan lebih mencapai kompetensi
pembelajar apabila komponen pendukung tersebut ada.
1. Peserta didik
Peserta didik adalah seseorang yang ingin belajar atau memperoleh
pendidikan. Peserta didik adala seseorang yang memiliki hak untuk memperoleh
layanan pendidikan (pembelajaran) dari pemerintah atau masyarakat luas sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuannya (Ahmadi, 2014).
Menurut Tirtarahardja dan Sulo (2008), peserta didik berstatus sebagai subjek
didik karena peserta didik (tanpa pandang usia) adalah subjek atau pribadi yag
otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Ciri khas peserta didik yang perlu
dipahami oleh pendidik ialah (Titrtarahardja dan Sulo, 2008).
a) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan
insan yang unik
Anak sejak lahir telah memiliki potensi-potensi yang ingin dikembangkan
dan diaktualisasikan. Untuk mengaktualisasikannya membutuhkan bantuan dan
bimbingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
b) Individu yang sedang berkembang
Maksudnya dari perkembangan di sini adalah perubahan yang terjadi dalam
diri peserta didik secara wajar, baik ditujukan kepada diri sendiri maupun ke arah
penyesuaian dengan lingkungan. Sejak manusia lahir bahkan sejak masih berada
dalam kandungan, ia berada dalam proses perkembangan. Proses perkembangan
melalui suatu rangkaian yang bertingkat-tingkat dan setiap tingkat mempunyai
sifat-sifat khusus. Perbedaan sifat tersebut harus diketahui oleh pendidik pada
masing-masing tingkat perkembangan. Atas dasar itu pendidikan dapat mengatur
kondisi dan strategi yang relevan dengan kebutuhan peserta didik.
c) Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi
Dalam proses perkembangannya, peserta didik membutuhkan bantuan dan
bimbingan. Bayi yang baru lahir secara badani dan hayati tidak terlepas dari ibunya,
seharusnya setelah ia tumbuh berkembang menjadi dewasa ia sudah dapat hidup
sendiri. Namun kenyataannya, untuk kebutuhan perkembangan hidupnya, ia masih
menggantungkan diri sepenuhnya kepada orang dewasa, sepanjang ia belum
dewasa. Dalam perjalanan hidup, peserta didik memiliki persoalan yang berbeda,
ada yang bisa mengatasinya sendiri tetapi ada juga yang memerlukan bantuan orang
lain.
d) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri
Kewajiban pendidik dan orang tua (si pendidik) adalah memberikan
kebebasan kepada peserta didik. Jadi, pendidik tidak boleh memaksakan agar
peserta didik berbuat menurut pola yang dikehendaki pendidik. Ini dimaksud agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
peserta didik memperoleh kesempatan memerdekakan diri dan bertanggung jawab
sesuai dengan kepribadiannya sendiri.
2. Pendidik
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pendidikan dengan sasaran peserta didik (Tirtarahardja dan Sulo, 2008). Peserta
didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Konteks pendidikan di
lingkungan sekolah menjadi tanggung jawab utama seorang guru.
Pendidik harus memiliki kewibawaan (kekuasaan batin mendidik) dan
menghindari penggunaan kekuasaan lahir, yaitu kekuasaan yang semata-mata
didasarkan kepada unsur wewenang jabatan. Pendidik adalah pendukung norma-
norma (pendukung kewibawaan). Pendidik mempunyai tugas untuk
mentransformasikan norma-norma atau kewibawaan tersebut kepada peserta didik.
Peserta didik membutuhkan sesuatu (perlindungan, bantuan, dan bimbingan) dari
pendidik dan pendidik dengan rela memenuhinya.
Menurut Langeveld (1955) dalam Tirtarahardja dan Sulo (2008), terdapat tiga
sendi kewibawaan yaitu kepercayaan, kasih sayang, dan kemampuan.
a) Kepercayaan, pendidik harus percaya bahwa dirinya bisa mendidik dan juga
harus percaya bahwa peseta didik dapat dididik.
b) Kasih sayang, mengandung dua makna yaitu penyerahan diri kepada yang
disayangi dan pengendalian terhadap yang disayangi. Dengan adanya sifat
penyeraan diri maka pada pendidik timbul kesediaan untuk berkorban yang
dalam bentuk konkretnya berupa pengabdian dalam kerja. Pengendalian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
terhadap yang disayangi dimaksudkan agar peserta didik tidak berbuat sesuatu
yang merugikan dirinya.
c) Kemampuan, mendidik dapat dikembangkan melalui beberapa cara, antara lain
pengkajian terhadap ilmu pengetahuan kependidikan, mengambl manfaat dari
pengalaman kerja, dan lain-lain.
3. Materi
Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam kurikulum
yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Dalam materi pembelajaran
Bahasa Indonesia, pembelajaran bahasa menyangkut empat keterampilan, yaitu
keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan
keterampilan menulis baik dalam bidang bahasa maupun sastra (Pranowo, 2014).
Di sampng itu, materi kebahasaan yang diperlukan ketika sedang mempelajari
empat keterampilan tersebut harus diintegrasikan ketika pembelajaran keterampilan
sedang berlangsung.
4. Pendekatan
Pendekatan adalah asumsi teoretis yang berkaitan dengan hakikat bahasa,
belajar bahasa, dan pengajaran bahasa (Anthony, 1963 dalam Pranowo, 2014).
Pendekatan mengandung keselarasan teori-teori tentang apa yang dipelajari,
tentang proses pembelajaran (teori pembelajaran), dan tentang apa yang mesti
dilakukan guru (teori pengajaran). Misalnya, linguistik struktural berkeyakinan
bahwa belajar bahasa pada hakikatnya adalah menguasai elemen-elemen bahasa
yang kemudian elemen-elemen tersebut dapat digunakan untuk berbahasa secara
baik dan benar. Lain halnya dengan pendekatan komunikatif yang menekankan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
fungsi bahasa dalam kehidupan nyata, teori pembelajaran yang menekankan
keaktifan pembelajar sebagai subjek yang aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan
untuk mencapai penguasaan kompetensi komunikatif (kemampuan menggunakan
bahasa secara akurat dalam kehidupan nyata), sehingga dibutuhkan peran guru
sebagai fasilitator dalam mencapai penguasaan kompetensi komunikatif tersebut.
Berdasarkan pendekatan-pendekatan yang telah disebutkan, sebagai seorang
guru bahasa sebenarnya bebas dalam memilih pendekatan yang akan digunakan.
Menurut Pranowo (2014), pendekatan manapun yang digunakan apabila memenuhi
ketentuan secara ketat dan disiplin, semuanya akan memberikan hasil secara
maksimal. Jika pendekatan yang digunakan, dipilih sesuai dengan karakteristik
siswa, kegiatan pembelajaran bahasa akan berjalan dengan efektif sehingga tujuan
pembelajaran akan dengan mudah dicapai.
5. Metode
Metode adalah rancang bangun pembelajaran yang satu sama lain tidak saling
bertentangan untuk mencapai suatu tujuan. Metode pembelajaran bahasa adalah
rencana pembelajaran bahasa, yang mencakup pemilihan, penentuan, dan
penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan. Pemilihan, penentuan,
dan penyusunan bahan ajar secara sistematis dilakukan agar siswa mudah menyerap
dan menguasai bahan ajar tersebut. Semuanya itu didasarkan pada pendekatan yang
dianut, dengan kata lain, pendekatan merupakan dasar penentu metode yang
digunakan.
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, guru dapat memilih banyak metode.
Namun, guru yang baik pasti mampu menentukan metode yang sesuai agar tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
dapat tercapai secara efektif dan efisien. Dalam hal ini, setelah guru menetapkan
tujuan yang hendak dicapai kemudian ia mulai memilih bahan ajar yang sesuai
dengan bahan ajar tersebut. Setelah itu, guru menentukan bahan ajar yang telah
dipilih, yang sesuai dengan tingkat usia, tingkat kemampuan, kebutuhan, dan latar
belakang lingkungan siswa. Kemudian, bahan ajar tersebut disusun menurut urutan
tingkat kesukaran, yakni dari yang mudah ke yang lebih sukar. Di samping itu, guru
merencanakan pula cara mengevaluasi, mengadakan remedi serta mengembangkan
bahan ajar tersebut.
6. Teknik
Menurut Pranowo (2014) teknik adalah cara bagaimana seseorang melewati
jalan yang sudah dipilih berdasarkan suatu asumsi tertentu. Teknik adalah cara
bagaimana suatu tujuan dapat tercapai. Teknik pembelajaran merupakan cara guru
menyampaikan bahan ajar yang telah disusun (dalam metode), berdasarkan
pendekatan yang dianut.
Seorang guru harus mampu mencari cara agar proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan. Dalam menentukan teknik
pembelajaran ini, guru perlu mempertimbangkan situasi kelas, lingkungan, kondisi
siswa, sifat-sifat siswa, dan kondisi-kondisi yang lain. Pemilihan teknik harus
diperhatikan dengan baik agar dapat mencapai suatu tujuan dengan efektif dan
efisien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
7. Strategi
Strategi adalah siasat untuk mencapai suatu tujuan. Teknik apapun yang
dipilih oleh guru, harus memperhitungkan strategi. Setiap strategi harus
memperhitungkan bahwa tujuan akan tercapai dengan baik (Pranowo, 2014).
2.2.3.2 Fokus Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pada umumnya, fokus pembelajaran bahasa Indonesia terbagi atas
pembelajaran yang berfokus pada guru (paradigma lama) dan pembelajaran yang
berfokus pada siswa (paradigma baru). Akan tetapi, pembelajaran bahasa Indonesia
adalah pembelajaran yang komunikatif. Artinya, pembelajaran bahasa Indonesia
harus lebih ditekankan pada aspek komunikatif dan fungsional (Sulistyowati,
2015). Hal tersebut sesuai dengan paradigma baru pembelajaran bahasa Indonesia,
yang pembelajarannya berpusat pada siswa.
1. Paradigma Lama
Keadaan pembelajaran bahasa di sekolah-sekolah tidak membawa peserta
didik dan mahasiswa ke arah pencapaian kemahiran berbahasa. Menurut Sumardi
dalam Nurhayati (2008) yang ditulis dalam jurnalnya Berbagai Strategi
Pembelajaran Bahasa dapat Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Siswa, guru
lebih banyak memberikan bekal berupa teori dan pengetahuan bahasa daripada
mengutamakan keterampilan berbahasa baik lisan maupun tulisan.
Keterampilan berbahasa peserta didik dan mahasiswa masih sangat kurang
sehingga kemampuan mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis terbilang
cukup rendah. Salah satu hal yang menjadi penyebab rendahnya motivasi peserta
didik adalah pembelajaran bahasa Indonesia yang hanya terfokus pada tata bahasa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
bukan bagaimana menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan baik dan
benar.
Selain faktor di atas, guru juga harus mampu memiliki kreativitas dalam
menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Guru harus
mampu membangkitkan semangat peserta didik dan mahasiswa dalam belajar
bahasa Indonesia. Guru harus memiliki strategi agar peserta didik dan mahasiswa
menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, pada
hakikatnya yang aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah siswa (student-centered)
bukan guru seperti yang ada pada paradigma lama.
2. Paradigma Baru
Paradigma baru pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah
pembelajaran yang komunikatif. Artinya, siswa mempelajari hal-ikhwal berbahasa
dan bukan mempelajari tentang bahasa. Hal ini sesuai dengan paradigma baru
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, yang pembelajarannya berpusat pada
siswa, lingkungan merupakan pusat bagi siswa, kekuatan dan tanggug jawab yang
utama berpusat pada diri siswa. Selain itu, siswa juga dibimbing dalam
megembangkan kemampuan menjawab pertanyaan “how” dan “why” bukan hanya
“what” dan “when” (Sulistyowati, 2015). Dalam jurnal tersebut, pendekatan
komunikatif didasarkan pada pemikiran menurut Littlewood sebagai berikut.
a) Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang lebih luas tentang
bahasa. Hal ini terutama dilihat bahwa bahasa tidak terbatas pada tata bahasa dan
kosa kata, tetapi juga pada fungsinya sebagai sarana berkomunikasi.
b) Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang luas dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
pembelajaran bahasa. Hal ini menimbulkan kesadaran bahwa mengajarkan
bahasa, tidak cukup dengan memberikan bentuk-bentuk asing kepada peserta
didik dan mahasiswa, tetapi peserta didik dan mahasiswa harus mampu
mengembangkan cara-cara untuk menerapkan bentuk itu sesuai dengan fungsi
bahasa sebagai sarana komunikasi dalam situasi dan waktu yang tepat.
Paradigma baru pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang komunikatif
menjadikan peserta didik dan mahasiswa sebagai pusatnya karena kegiatan lebih
banyak pada diri peserta didik dan mahasiswa. Guru hanya sebagai fasilitator,
sedangkan siswa diberi kebebasan, tanggung jawab, dan kreativitas yang lebih
besar dalam proses belajar (Stevik dalam Sumardi, 1992).
Tujuan pengajaran bahasa bukan hanya untuk menguasai linguistik, tetapi
juga bertujuan untuk mampu berkomunikasi secara rill sehingga peserta didik dan
mahasiswa mencapai kemampuan berkomunikasi yang baik. Oleh karena itu,
pembelajaran Bahasa Indonesia seharusnya tidak hanya mengajarkan teori-teori
kebahasaan, tetapi guru perlu menitikberatkan materi pembelajaran pada praktik
penggunaan bahasa. Misalnya, peserta didik dan mahasiswa diminta untuk menulis
dan menciptakan karya sastra.
2.2.3.3 Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki peranan yang penting dalam dunia
pendidikan. Hal itu dikarenakan karena setiap mata pelajaran memerlukan bahasa
Indonesia dalam prosesnya yang meliputi keterampilan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Melalui pembelajaran bahasa, peserta didik dan mahasiswa
dapat mempelajari materi pelajaran lain, karena materi yang dibahas diintegrasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dengan kompetensi inti yang terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya, sehingga
pembelajaran Bahasa Indonesia lebih sebagai penghela mata pelajaran lainnya, baik
dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan (Sulistyowati, 2015).
Materi pelajaran perlu didukung dengan adanya penggunaan metode, media,
alat peraga, dan sebagainya agar dapat mencapai tujuan dengan efektif dan efisien.
Namun untuk dapat melakukan itu, guru harus mempunyai empat kompetensi guru,
yakni kompetensi pedagogis, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan
kompetensi sosial. Hal tersebut perlu diperhatikan karena guru masih seringkali
mengahadapi masalah dalam menentukan materi pembelajaran yang tepat untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam materi pembelajaran Bahasa Indonesia, para pendidik pasti sudah
mengetahui empat keterampilan yang harus diajarkan kepada peserta didik dan
mahasiswa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis baik
dalam bidang bahasa maupun sastra (Pranowo, 2014). Keempat keterampilan
tersebut perlu diajarkan kepada peserta didik dan mahasiswa. Selain itu, materi
kebahasaan yang diperlukan ketika sedang memperlajari empat keterampilan
tersebut harus diintegrasikan ketika pembelajaran keterampilan sedang
berlangsung, misalnya penggunaan kaidah kebahasaan yang baik dan benar.
Berikut merupakan penjelasan singkat mengenai materi yang diajarkan dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia (Pranowo, 2014:253-256).
1. Keterampilan menyimak
Dalam kegiatan berkomunikasi secara lisan, sebagai mitra tutur seseorang
harus mampu menerima informasi yang disampaikan oleh penutur. Informasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
diterima pun bukan sekadar informasi secara tersurat, tetapi juga informasi secara
tersirat yang ada dalam kegiatan komunikasi tersebut. Jika tuturan hanya ditangkap
sebatas informasi tersuratnya, sebenarnya mitra tutur tidak mendapatkan informasi
apapun (Pranowo, 2014).
2. Keterampilan berbicara
Menurut Pranowo, keterampilan berbicara merupakan kemampuan
mengungkapkan gagasan menggunakan bahasa lisan. Materi yang dapat diajarkan
misalnya wawancara, diskusi, bercerita, dan sebagainya. Dalam kegiatan berbicara,
pembelajar harus mengetahui siapa yang menjadi mitra bicaranya, bagaimana
situasinya, pokok masalah yang dibacarakan dan ragam bahasa yang digunakan.
3. Keterampilan membaca
Keterampilan membaca merupakan kemampuan menangkap informasi yang
disampaikan melalui bahasa tulis. Sudah banyak materi membaca yang biasa
diajarkan oleh guru. Misalnya, membaca teks cerpen, membaca puisi, membaca
teks drama, dan lain sebagainya.
4. Keterampilan menulis
Keterampilan menulis adalah keterampilan mengungkapkan gagasan
menggunakan bahasa tulis. Materi yang perlu diajarkan dalam keterampilan
menulis adalah menulis karya ilmiah sederhana, menulis puisi, menulis surat,
menulis pengumuman, menulis berita, dan menulis berbagai bentuk paragraf
(narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, eksplanasi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
5. Materi kebahasaan
Materi kebahasaan terintegrasi dengan materi keterampilan berbahasa.
Permasalahan yang sering muncul dalam pembelajaran, antara lain.
a) Permasalahan ejaan tidak terletak pada kejelasan aturan tetapi pada
penggunaannya dalam berbahasa. Pembelajar kurang menguasai ejaan karena
kurang mendapat porsi memadai dari guru.
b) Permasalahan sintaksis muncul terutama berkaitan dengan penyusunan kalimat
secara baik dan benar. Pengunan subjek, predikat, dan objek adalah
permasalahan serius yang dihadapi oleh pembelajar. Selain itu, permasalahan
dalam penggunaan kalimat efektif. Faktor penyebabnya adalah kurang mahirnya
guru dalam mengidentifikasi ciri penanda fungsi kata dalam kalimat.
c) Permasalahan semantik muncul berkaitan dengan pemakaian kata-kata baku dan
takbaku dalam berbahasa. Kata-kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur
sering terbawa dalam bahasa baku. Misalnya: “bisa – dapat – mampu”.
d) Permasalahan pragmatic muncul berkaitan dengan pemakaian bahasa yang tidak
sesuai dengan konteks. Hal ini terjadi karena guru terbiasa dengan pemakaian
bahasa secara tekstual seperti dalam kajian linguistik.
2.2.4 Pendidikan Multikultural
Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Hal ini
dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam.
Selain itu, dapat dilihat pula dari banyaknya pulau yang ada di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), populasi penduduk Indonesia yang sangat
banyak, banyaknya suku dengan bahasa yang berbeda-beda, serta adanya agama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dan kepercayaan yang beragam pula seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha,
Konghucu, dan berbagai macam aliran kepercayaan.
Keragaman ini bisa saja menimbulkan berbagai persoalan seperti yang saat
ini sering kita hadapi, salah satunya adalah hilangnya rasa kemanusiaan untuk
saling menghormati hak-hak orang lain. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu
adanya strategi khusus untuk menyelesaikan permasalahan tersebut yang dapat
dilakukan melalui bidang sosial, politik, budaya, ekonomi, dan pendidikan. Dengan
demikian, pendidikan multikultural memiliki alternatif dengan menerapkan
keragaman masyarakat pada strategi dan konsep pendidikan, khususnya keragaman
suku, agama, ras/etnis, dan golongan. Hal penting yang perlu ditekankan adalah
strategi pendidikan ini tidak hanya bertujuan agar mahasiswa mudah memahami
materi pelajaran tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran mereka agar selalu
bersikap demokratis dan menghargai adanya keberagaman.
Oleh sebab itu, hal terpenting yang perlu diketahui dalam dunia pendidikan
adalah seorang pendidik tidak hanya dituntut untuk mengajarkan mata pelajaran
yang diajarkannya secara profesional. Namun, seorang pendidik khususnya guru
harus menanamkan nilai-nilai dari pendidikan multikultural (Yaqin, 2005).
Menurut Banks (2001), pendidikan multikultural merupakan suatu rangkaian
kepercayaan (self of beliefs) dan penjelasan yang mengakui pentingnya
keanekaragaman budaya dan etnis dalan bentuk gaya hidup, pengalaman sosial,
identitas pribadi, kesempatan pendidikan dari individu, kelompok, dan Negara.
Berdasarkan hal tersebut, penerapan pendidikan multikultural bertujuan agar
peserta didik dan mahasiswa mampu menerima perbedaan dan memiliki rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
toleransi tanpa memandang suku, agama, ras/etnis, dan golongan. Pendidikan
multikultural adalah proses pendidikan untuk menghormati dan memiliki rasa
toleransi, sehingga peserta didik dan mahasiswa dapat menyikapi konflik yang
terjadi di dalam masyarakat.
Faktanya bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku, agama, ras dan golongan.
Akan tetapi, bangsa Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang
berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Dengan demikian, seluruh masyarakat
Indonesia harus bersatu tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan untuk
dapat membangun kehidupan bangsa yang maju, adil, makmur, dan sejahtera. Oleh
karena itu, sekolah dan pendidik perlu menanamkan pendidikan multikultural dan
sikap saling menghargai dalam diri para mahasiswa.
Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang memberikan perhatian
serius terhadap pengembangan sikap toleran, menghargai perbedaan etnik, budaya,
dan agama, dan memberikan hak-hak sipil termasuk pada kelompok minoritas.
Menurut Purwanto (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Pendidikan
Multikultural dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Non-BSE untuk Siswa SMP
di Surakarta, paradigma pendidikan multikultural mengisyaratkan bahwa individu
siswa belajar bersama dengan individu lain dalam suasana saling menghormati,
saling toleransi, dan saling memahami. Pendidik harus mampu menerapkan strategi
pembelajaran dalam pergaulan sosial dengan para peserta didik yang memiliki
berbagai latar belakang yang beragam itu dalam suasana belajar yang
menyenangkan, sehingga mereka akan saling belajar segi positif-positif dari
temannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
2.2.4.1 Definisi Pendidikan Multikultural
Menurut James A. Banks (1997), pendidikan multikultural harus dilakukan
secara komprehensif. Hal itu berarti, pendidikan multikultural tidak hanya
menerapkan sikap adil di antara para mahasiswa yang berbeda suku, agama, ras,
dan golongan. Namun, pendidikan multikultural harus didukung dengan kurikulum,
baik kurikulum yang tersurat maupun tersirat. Pendidik juga harus memiliki
pemahaman, sikap, dan tindakan yang menunjukkan adanya pendidikan
multikultural pada para mahasiswa.
Pada dasarnya, dunia pendidikan harus merancang dan merencanakan proses
pendidikan multikultural dengan baik. Hal itu dilakukan agar mahasiswa dapat
menjadi masyarakat yang demokratis, dapat menumbuhkan sikap multikultural
sehingga mampu menghargai segala macam perbedaan yang ada di Indonesia.
Selain itu, pendidik juga memberikan kontribusi yang positif dengan menanamkan
sikap dan perilaku multikultural kepada mahasiswanya.
Pembelajaran multikultural, baik melalui mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan, Agama, ataupun mata kuliah lainnya adalah proses pembinaan
dan pembentukan sikap hidup yang dilandasi dengan nilai-nilai dalam diri setiap
mahasiswa. Hal itu bertujuan agar para mahasiswa memiliki sikap pluralisme,
menghargai hak asasi setiap manusia, demokrasi, dan mau hidup saling
berdampingan. Dengan demikian, orientasi pembelajaran mahasiswa adalah
pembinaan sikap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Pendidikan multikultural juga dapat dihadirkan di mata kuliah lainnya.
Pendidikan multikultural dapat masuk pada bagian-bagian tertentu dari mata kuliah,
itu sudah membantu para mahasiswa untuk memahami pendidikan multikultural.
Untuk mendukung kehadiran pendidikan multikultural, ada banyak cara yang
dapat dilakukan oleh pendidik contohnya memilih bahan ajar yang menekankan
pada penghargaan terhadap suku, agama, budaya, dan golongan lain. Pendidik juga
harus menjelaskan mengenai persamaan dan perbedaan tiap budaya. Para
mahasiswa harus dibantu untuk dapat menerima dan mengerti akan perbedaan nilai-
nilai setiap suku, agama, budaya, dan golongan sehingga akhirnya mahasiswa dapat
saling menghargai satu sama lain.
Menurut Farida Hanum (2008), model pembelajaran di dalam kelas harus
diwarnai dengan multikultural, yaitu dengan menggunakan berbagai pendekatan.
Menurutnya, pendidik tidak perlu takut untuk memperkenalkan simbol atau gambar
yang berasal dari suku, agama, ras dan golongan lain seperti di zaman Orde Baru
dulu. Dengan memperkenalkan perbedaan nilai tersebut, para mahasiswa terbantu
untuk belajar menghargai perbedaan. Namun, apabila pendidik sama sekali tidak
pernah memperkenalkan perbedaan nilai tersebut, para mahasiswa menjadi sulit
mengenal perbedaan nilai lainnya sehingga mahasiswa cenderung tidak peduli dan
sulit menghargai perbedaan itu.
2.2.4.2 Faktor-faktor Pendidikan Multikultural
Pada subbab ini akan dipaparkan teori mengenai keberagaman multikultural
yang ada di Indonesia. Keberagaman tersebut menjadi faktor-faktor penerapan
pendidikan multikultural. Keberagaman multikultural yang dipaparkan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
subbab ini terdiri atas keberagaman suku, keberagaman agama, keberagaman
ras/etnis, dan keberagaman golongan.
1. Keberagaman Suku
Menurut Koentjaraningat dalam Waluya (2007), suku bangsa merupakan
suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan
kebudayaan, sedangkan kesadaran dan identitas tersebut sering dikuatkan oleh
kesatuan bahasa. Adapun menurut Rosdijati (2015), suku bangsa adalah kelompok
manusia yang memiliki persamaan ciri dan budaya, suku bangsa sangat berkaitan
dengan asal-usul, tempat asal, dan kebudayaan. Suku bangsa merupakan suatu
kelompok yang memiliki kesamaan budaya dan identitas.
Ciri-ciri suku bangsa adalah memiliki kesamaan kebudayaan, adat istiadat,
bahasa daerah, kesenian daerah, daerah asal, dan sistem kekerabatan. Indonesia
memiliki suku bangsa yang sangat banyak dan tersebar di mana-mana. Setiap suku
bangsa memiliki karakter yang berbeda, sehingga Indonesia memiliki banyak
perbadaan yang membentuk keanekaragaman.
2. Keberagaman Agama
Menurut Emile Burnaof dalam Waluya (2007), agama merupakan amaliah
akal manusia yang mengakui adanya kekuatan Yang Maha Tinggi dan amaliah hati
manusia yang memohon rahmat dan kekuatan tersebut. Setiap orang di Indonesia
pasti memeluk satu agama atau kepercayaan yang diyakini. Berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 1 Tahun 1965 dan Undang-Undang (UU) Nomor 5 tahun 1969,
terdapat enam agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia yakni Islam, Kristen,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Katholik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Negara menjamin masyarakat Indonesia
untuk dapat menganut dan melaksanakan ajaran agamanya masing-masing.
Dengan banyaknya agama yang diakui oleh pemerintah, masyarakat
Indonesia diajak untuk mewujudkan hidup dalam keberagaman beragama. Menurut
Kemendikbud (2016), semua agama mengajarkan kebaikan kepada pengikutnya,
misalnya menghormati agama orang lain, bersikap toleran terhadap teman yang
sedang menjalankan ibadahnya sesuai dengan kepercayaannya, tidak memandang
rendah agama lain, dan lain sebagainya. Salah satu contoh kearifan lokan dari ajaran
agama adalah sikap toleransi yang mewujudkan terjadinya kerukunan antarumat
beragama (Kemendikbud, 2016).
3. Keberagaman Ras/Etnis
Etnis adalah konsep kultural yang terpusat pada kesamaan norma, nilai,
agama, simbol, dan praktik kultural, sedangkan ras merujuk pada garis karakteristik
biologis dan diyakini yang paling menonjol adalah pigmentasi kulit, misalnya kulit
putih, rambut hitam, dan sebagainya (Barker, 2008:203). Ras dapat diartikan
sebagai suatu kelompok berdasarkan garis keturunan dan memiliki ciri-ciri fisik
yang sama, seperti bentuk rambut, warna kulit, ukuran badan, bentuk muka, bentuk
dan warna mata, serta ciri fisik lainnya. Manusia yang satu dengan yang lainnya
memiliki ciri fisik yang berbeda karena adanya perbedaan tersebut.
4. Keberagaman Golongan
Dalam sosiologi, dikenal adanya lapisan masyarakat yang disebut dengan
kelas sosial. Hal itu menyebabkan terjadinya penggolongan kelas seperti kelas
tinggi atau atas, kelas sedang atau menengah, kelas rendah atau bawah. Menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Pitirim A. Sorokin dalam Waluya (2007), perbedaan penduduk atau masyarakat ke
dalam kelas-kelas secara bertingkat disebut dengan stratifikasi sosial. Perwujuan
golongan atau pembeda tersebut adalah adanya kelas sosial yang lebih tinggi dan
kelas sosial yang lebih rendah.
Selain itu, keberagaman golongan ditandai dengan adanya pembentukan
kelompok berupa organisasi-organisasi kemasyarakatan. Dengan demikian, kelas
sosial dan organisasi kemasyarakatan membentuk golongan-golongan tertentu di
masyarakat.
Keberagaman antargolongan harus membantu mewujudkan persatuan dan
kesatuan bangsa. Keberagaman antargolongan tidak boleh menimbulkan
perselisihan yang membawa dampak pada perpecahan.
2.2.4.3 Karakteristik Pendekatan Multikultural
Menurut Ali Maksum (2011) dalam bukunya Pluralisme dan
Multikulturalisme, hal-hal yang merupakan karakteristik teori multikulturalisme
adalah.
1. Penolakan terhadap teori universalitas yang cenderung mendukung pihak yang
kuat, sedangkan teori multikultural lebih cenderung mendukung dan berupaya
memberdayakan pihak yang lemah.
2. Teori multikultural mencoba menjadi inklusif yaitu berupaya untuk menawarkan
teori atas kelompok-kelompok lemah.
3. Teori multikultural tidak bebas atau tidak mengobral nilai, tetapi lebih kepada
menyusun teori atas nama pihak yang lemah dan bekerja di dunia sosial untuk
mengubah struktur sosial, kultur, dan prospek, untuk masing-masing individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
4. Teori multikultural tidak hanya berkecimpung dalam dunia sosial saja tetapi juga
dunia intelektual, dengan cara menjadikannya lebih terbuka dan beragam.
5. Tidak ada untuk menarik garis yang jelas antara teori dan tipe narasi lainnya.
6. Teori multikultural sangat kritis, yaitu kritik terhadap diri dan kritik terhadap
teori lain, yang paling penting terhadap dunia sosial.
7. Teori multikultural menyadari bahwa karya mereka dibatasi oleh sejarah
tertentu, konteks kultural dan sosial tertentu, yang mana mereka pernah hidup
dalam konteks tersebut.
2.2.4.4 Peran Pendidik dalam Pendidikan Multikultural
Dalam jurnalnya yang disampaikan pada Seminar Nasional dengan tema
“Pendidikan Multikultural dan Demokrasi di Indonesia”, Farida Hanum (2008)
mengatakan bahwa peran pendidik dalam pendidikan multikultural juga amat
penting. Pendidik harus mengatur dan mengorganisir isi, proses, situasi, dan
kegiatan secara multikultural, di mana tiap mahasiswa dari berbagai suku, agama,
ras, dan golongan berkesempatan untuk mengembangkan dirinya dan saling
menghargai perbedaan itu. Menurut Palipung (2016) dalam penelitiannya yang
berjudul Implementasi Pendidikan Multikultural di Sekolah Inklusi SD Taman
Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta, pendidik khususnya guru berfungsi
untuk melatih dan mendisiplinkan pikiran peserta didik, memberikan pendidikan
moral dan agama, menanamkan kesadaran nasionalisme dan patriotisme, dan
menjadi warga negara yang baik. Dengan demikian, peran pendidik sangat
diperlukan dalam memenuhi berbagai kebutuhan peserta didik tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Pendidik perlu menekankan perbedaan (diversity) dalam pembelajaran, antara
lain, (1) mendiskusikan sumbangan aneka budaya dan orang dari suku lain dalam
hidup bersama sebagai bangsa; (2) mendiskusikan bahwa semua orang dari budaya
apapun ternyata juga menggunakan hasil kerja orang lain dari budaya lain. Dalam
pengelompokkan mahasiswa di kelas maupun di luar kelas, pendidik diharapkan
memperkenalkan keanekaragaman itu.
2.2.5 Model Pengintegrasian Bidang Bahasa dengan Pendidikan Multikultural
Keberhasilan seorang pembelajar dipengaruhi oleh kreativitas seorang
pendidik baik dalam menentukan metode, teknik, media dan bahan ajar yang akan
digunakan sesuai dengan kemampuan pembelajar. Model pembelajaran yang
digunakan oleh pendidik dalam mengajarkan Bahasa Indonesia masih terpaku pada
tujuan kompetensinya saja seperti aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Namun, hal tersebut masih biasa dan belum disesuaikan dengan kondisi lingkungan
pembelajar sebagai warga negara Indonesia yang beraneka ragam suku, budaya,
golongan, dan agama.
Pengintegrasian pendidikan multikultural dengan pembelajaran Bahasa
Indonesia harus merujuk pada kondisi dan lingkungan bangsa Indonesia yang
memiliki keragaman. Pendidikan karakter dan multikultural memiliki peran yang
sangat penting untuk mewujudkan hidup saling menghargai, toleransi, dan hidup
rukun. Hal tersebut akan membentuk peserta didik dan mahasiswa sebagai
pembelajar menjadi pribadi yang memiliki karakter sesuai dengan dengan nilai-
nilai bangsa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Berdasarkan pernyataan-pernyaataan di atas, pendidikan multikultural perlu
diterapkan pada kegiatan belajar mengajar, baik dalam diri seorang pelajar maupun
mahasiswa. Salah satunya adalah pendidikan multikultural perlu diterapkan dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia. Menurut Zuliyanti (2012) dalam jurnalnya,
bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang bertujuan untuk
membantu peserta didik dan mahasiswa menentukan makna diri (jati diri) di dunia
sosial berkaitan dengan berkomunikasi dengan orang lain. Penilaian kemampuan
bercerita adalah tes lisan yang digunakan untuk mengungkap data tentang
kemampuan peserta didik atau mahasiswa dalam menceritakan pengalamannya
berkonteks multikultural bermuatan pendidikan karakter.
Dalam jurnal yang ditulis oleh Zuliyanti (2012) juga dijelaskan pada awal
pembelajaran, peserta didik atau mahasiswa diberikan motivasi untuk mengikuti
pelajaran yang berkonteks multikultural. Kemudian, pembelajaran dilakukan
dengan memberikan bimbingan untuk menentukan topik berkonteks multikultural.
Pembelajaran Bahasa Indonesia juga dapat didukung dengan penggunaan buku-
buku dan sumber belajar dengan konteks mengenai keragaman suku, budaya,
golongan, dan agama. Namun, materi pembelajaran harus tetap mengacu pada
kurikulum yang berlaku. Selain itu, pembelajaran harus dilakukan dengan
membiasakan peserta didik atau mahasiswa untuk dapat menerima, menghargai,
dan percaya diri terhadap perbedaan yang ada serta mampu berperilaku dan berpikir
positif terhadap perbedaan tersebut.
Nilai-nilai pendidikan multikultural juga dapat diaplikasikan ke dalam
pembelajaran teks Bahasa Indonesia. Misalnya, peserta didik atau mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
diminta untuk membaca sebuah teks mengenai keragaman budaya yang ada
Indonesia. Dengan diterapkannya pendidikan multikultural pada pembelajaran
Bahasa Indonesia, peserta didik atau mahasiswa akan lebih menghormati budaya
dan identitas orang lain, sehingga pembelajar tidak hanya baik di bidang
akademiknya tetapi juga baik pada pendidikan karakternya. Pendidikan
multikultural sangat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia, karena nilai-nilai yang
terkandung dalam pendidikan multikultural mampu memberikan dorongan untuk
menanamkan sikap dalam menghargai orang lain, adat istiadat, budaya, suku,
agama, golongan, dan keyakinan lain.
2.2.6 Kompetensi Guru
Kompetensi dirumuskan sebagai suatu tugas yang memadai, atau pemilikan
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang
(Roestiyah, 1986 dalam Janawi, 2012). Definisi ini memahami, dalam diri manusia
ada suatu potensi tertentu yang dikembangkan dan dapat dijadikan sebagai
motivator, yakni kekuatan dari dalam individu tersebut. Pengertian tersebut
diokuskan pada tugas guru dalam mendidik.
Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat (10)
dinyatakan bahwa “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan”. Wujud professional atau tidak tenaga
pendidik diwujudkan dengan sertifikat pendidik. Dalam pasal 1 ayat (12)
ditegaskan “sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang
diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Kompetensi guru dituangkan secara jelas dalam UU No. 14 tahun 2005. Hal-
hal yang bersifat teknis dan penjabarannya dapat diperhatikan melalui PP No. 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu pendidik harus memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kompetensi yang dimaksudkan dalm UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen adalah berkenaan dengan kompetensi pedagogik, kompetensi
professional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Kompetensi ini juga
secara tegas digambarkan dalam PP No. 19 tahun 2005. Kemudian standar tersebut
dipertegas dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2005
tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik. Keempat kompeternsi
tersebut harus menjadi perhatian utama bagi seluruh guru pada setiap satuan
tingkatan pendidikan dan memberikan andil besar apakah seorang guru dapat
disebut sebagai guru yang professional atau tidak, sehingga pekerjaan mengajar
menjadi pilihan profesi yang harus dipertanggungjawabkan (Janawi, 2012).
Keempat kompetensi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik berkaitan langsung dengan penguasaan disiplin ilmu
pendidikan dan ilmu lain yang berkaitan dengan tugas sebagai guru. Oleh karena
itu, seorang calon guru harus memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang
relevan dengan bidang keilmuannya.
a) Menguasai karakteristik peserta didik
b) Menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
c) Mengembangkan kurikulum dan rancangan pembelajaran
d) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk kepentingan
pembelajaran
f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik
h) Menyelenggarakan evaluasi dan penilaian proses dan hasil belajar
i) Memanfaatkan hasil evaluasi dan penilaian untuk kepentingan pembelajaran
j) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran
2. Kompetensi professional
Kompetensi professional merupakan kemampuan dasar tenaga pendidik.
Seorang guru akan disebut profesional apabila mampu menguasai keahlian dan
keterampilan teoritik dan praktik dalam proses pembelajaran. Kompetensi ini
cenderung mengacu kepada kemampuan teoritik dan praktik lapangan.
a) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang sesuai dan
mendukung bidang keahlian/bidang studi yang diampu.
b) Memanfaatkan teknologi informasi dan teknologi (TIK) untuk meningkatkan
kualitas pembelajran sesuai bidang studi yang diampu.
c) Menguasai filosofi, metodologi, teknis, dan fraksis penelitian dan
pengembangan ilmu yang sesuai dan mendukung bidang keahliannya.
d) Mengembangkan diri dan kinerja profesionalitasnya dengan melakukan
tindakan reflektif dan pengunaan TIK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
e) Meningkatkan kinerja dan komitmen dalam pelaksanaan pengabdian kepada
masyarakat.
3. Kompetensi Kepribadian
Kemampuan ini meliputi kemampuan personalitas, jati diri sebagai seorang
tenaga pendidik yang menjadi panutan bagi peserta didik. Kompetensi ini yang
meggambarkan bahwa guru adalah sosok yang patut untuk digugu dan ditiru. Guru
menjadi teladan bagi peserta didik terutama untuk jenjang pendidikan dasar atau
taman kanak-kanak. Pada masa ini, anak-anak cenderung meniru apa yang dilihat
dan didengarnya.
a) Berjiwa pendidik dan bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia.
b) Tampil sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan menjadi teladan bagi
peserta didik dan masyarakat.
c) Tampil sebagai pribadi yang mantap, dewasa, stabil, dan berwibawa.
d) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab, rasa bangga sebagai tenaga pendidik
dan rasa percaya diri.
4. Kompetensi Sosial
Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan guru berinteraksi dengan
peserta didik dan orang yang ada di sekitar dirinya. Hendaknya guru memiliki
strategi dan pendekatan dalam melakukan komunikasi yang cenderung bersifat
horizontal.
a) Bersikap inklusif dan bertindak obyektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
b) Beradaptasi dengan lingkungan tempat bertugas dan dengan lingkungan
masyarakat.
c) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan komunitas profesi
sendiri maupun profesi lain, secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
d) Berkomunikasi secara empatik dan santun dengan masyarakat luas.
2.3 Kerangka Berpikir
Paparan subbab tentang kerangka pikir yang digunakan dalam
mengembangkan produk media pembelajaran buku ajar yang terintegrasi dengan
pendidikan multikultural sebagai media untuk mendukung perkuliahan bahasa
Indonesia mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyakarta.
Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang memiliki alternatif dengan
menerapkan keragaman masyarakat pada strategi dan konsep pendidikan,
khususnya keragaman suku, agama, ras/etnis, dan golongan. Hal tersebut harus
diupayakan, mengingat dewasa ini bangsa Indonesia seringkali diterpa isu dan
permasalahan mengenai kuragnya toleransi dalam hidup bermasyarakat.
Salah satu cara memperkenalkan multikulturalisme kepada peserta didik
adalah dengan mengintegrasikan pembelajaran dengan pendidikan multikultural.
Seorang pendidik tidak hanya dituntut untuk mengajarkan mata pelajaran yang
diampunya saja, tetapi juga harus mampu menanamkan nilai-nilai dari pendidikan
multikultural. Dengan demikian, pendidikan juga mampu membina sikap peserta
didik dan mahasiswa untuk dapat menghargai keragaman budaya masyarakat.
Selain itu, para peserta didik dan mahasiswa juga mampu menjunjung tinggi
perbedaan yang ada di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Berdasarkan permasalahan dan harapan di atas, peneliti melakukan
pengembangan media yaitu buku ajar berbasis pendidikan multikultural terintegrasi
dengan mata kuliah Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD, berdasarkan analisis
kebutuhan dan analisis silabus mata kuliah bahasa Indonesia mahasiswa PGSD. Uji
coba produk dilakukan dengan dua tahap: Pertama, penilaian yang dilakukan oleh
dosen ahli dari Universitas Sanata Dharma dan satu pengampu mata kuliah Bahasa
Indonesia mahasiswa PGSD. Kedua adalah uji coba lapangan. Terakhir adalah
revisi produk yang dilakukan berdasarkan hasil uji coba. Peneliti melakukan
penelitian dengan subjek peneliti adalah mahasiswa PGSD yang sedang dan sudah
menempuh mata kuliah bahasa Indonesia.
Skema 2.1 Kerangka Berpikir
MULTIKULTURALISME
MATERI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
SUKU AGAMA RAS/ETNIS GOLONGAN
BUKU AJAR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian Research and Development
(R&D) atau yang sering disebut penelitian pengembangan. Penelitian dan
pengembangan adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka
mengembangkan suatu produk baru atau memperbaiki produk-produk yang telah
ada agar dapat dipertanggungjawabkan (Direktorat Tenaga Kependidikan dan
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, 2008
dalam Tegeh, dkk., 2014). Santyasa dalam Tegeh, dkk. (2014) mengatakan bahwa
penelitian pengembangan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran
memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan
inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai
pertanggungjawaban professional dan komitmennya terhadap pemerolehan
kualitas pembelajaran.
b. Pengembangan model, pendekatan, dan metode pembelajaran serta media
belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.
c. Proses pengembangan produk validasi yang dilakukan melalui uji ahli dan uji
lapangan secara terbatas perlu dilakukan, sehingga produk yang dihasilkan
bemanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
validasi dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas,
sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.
d. Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media
pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara
sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas.
Penelitian pengembangan adalah penelitian yang berupaya untuk
menghasilkan suatu produk yang digunakan untuk mengatasi pembelajaran.
Penelitian pengembangan merupakan suatu proses untuk mengembangkan dan
memvalidasi produk-produk yang akan digunakan dalam pendidikan dan
pembelajaran (Soenarto, 2005 dalam Tegeh, dkk., 2014).
Berdasarkan pernyataan beberapa ahli di atas, produk yang akan
dikembangkan adalah buku ajar. Melalui metode Research and Development
(R&D), akan dikembangkan buku ajar untuk mengintegrasikan materi mata kuliah
bahasa Indonesia dengan pendidikan multikultural.
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian
Subyek penelitian sangat penting dalam sebuah penelitian karena peneliti
akan mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan. Untuk dapat memperoleh
data yang tepat, diperlukan subyek penelitian yang sesuai dengan kebutuhan data
dan informasi. Oleh karena itu, peneliti memilih mahasiswa Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta, baik yang sedang dan sudah
menempuh mata kuliah Bahasa Indonesia sebagai subyek penelitian.
Sebagai sumber data, mahasiswa dapat memberikan data dan informasi yang
dapat digunakan sebagai analisis kebutuhan. Selain itu, peneliti juga dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
mengetahui sejauh mana penggunaan buku ajar yang terintegrasi dengan
pendidikan multikultural dibutuhkan oleh mahasiswa PGSD pada mata kuliah
Bahasa Indonesia. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari hasil wawancara
yang digunakan untuk menganalisis kebutuhan mahasiswa dan tes kemampuan
berbahasa.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian dan pengembangan ini menggunakan teknik pengumpulan data
berupa wawancara, angket, dan tes kemampuan berbahasa. Wawancara dan
penyebaran angket dilaksanakan sebagai langkah untuk menganalisis seberapa jauh
pendidikan multikultural dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu,
wawancara dan penyebaran angket juga menjadi salah satu cara agar peneliti
mengetahui seberapa penting pendidikan multikultural dibutuhkan dalam kegiatan
belajar mengajar. Tes kemampuan berbahasa dilakukan untuk mengetahui tingkat
kemampuan berbahasa Indonesia mahasiswa PGSD.
3.4 Instrumen Penelitian
3.4.1 Instrumen Tes
Menurut Nurgiyantoro (2013), tes merupakan bentuk pengukuran untuk
mendapatkan informasi baik kompetensi, pengetahuan, maupun keterampilan
peserta didik. Melalui tes ini, peneliti dapat mengetahui tingkat kemampuan
berbahasa Indonesia mahasiswa PGSD. Peneliti akan membuat soal pilihan ganda
sebanyak 25 butir soal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
3.4.2 Instrumen Nontes
Teknik nontes adalah alat penilaian yang digunakan untuk mendapatkan
informasi mengenai peserta didik tanpa melalui tes. Penelitian pengembangan ini
menggunakan instrument nontes untuk dapat menganalisis seberapa jauh
pendidikan multikultural dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu,
juga menjadi salah satu cara agar peneliti mengetahui seberapa penting pendidikan
multikultural dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar. Peneliti menggunakan
dua instrumen nontes yaitu wawancara dan angket.
3.4.2.1 Wawancara
Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan
data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif
kuantitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka
(Sukmadinata, 2008).
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara yang dilakukan secara
terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data,
bila peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh dan
telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya pun telah disiapkan (Sugiyono, 2015).
3.4.2.2 Angket
Menurut Nurgiyantoro (2013), angket merupakan serangkaian pertanyaan
atau pernyataan tertulis yang ditujukan kepada responden mengenai masalah
tertentu untuk mendapatkan tanggapan dari responden tersebut. Pada penelitian ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
peneliti menggunakan angket yang bersifat tertutup. Angket tertutup adalah angket
yang pilihan jawabannya telah tersedia (Nurgiyantoro, 2013).
Angket dalam penelitian ini adalah angket analisis kebutuhan. Angket analisis
kebutuhan ini berisi mengenai seberapa jauh pendidikan keanekaragaman suku,
agama, ras/etnis, dan golongan dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Selain itu, melalui angket ini peneliti dapat mengetahui seberapa penting
pendidikan keanekaragaman suku, agama, ras/etnis, dan golongan dibutuhkan
dalam perkuliahan Bahasa Indonesia.
3.5 Teknik Analisis Data
Menurut Furchan (1982), setelah data penelitian terkumpul, peneliti
menganalisis hasil-hasil yang telah didapat. Kemudian, peneliti menafsirkan apa
yang telah ditemukan, dan akhirnya peneliti dapat menulis laporan penelitian.
3.5.1 Identifikasi Data
Peneliti dapat dikatakan berhasil apabila ia mampu mengidentifikasi data-
data yang telah terkumpul baik tes maupun nontes. Dalam penelitian ini, data yang
didapat oleh peneliti adalah hasil dari analisis kebutuhan dan hasil tes kemampuan
berbahasa mahasiswa. Hasil analisis kebutuhan didapat melalui teknik wawancara
dan angket. Peneliti akan mengelompokkan data-data tersebut berdasarkan ciri
penanda yang sesuai. Identifikasi ini akan dilihat berdasarkan hasil analisis
kebutuhan melalui wawancara, angket, dan hasil tes kemampuan berbahasa.
3.5.1.1 Identifikasi Hasil Wawancara
Peneliti melakukan wawancara untuk dapat menganalisis seberapa jauh
pendidikan multikultural dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
menjadi salah satu cara agar peneliti mengetahui seberapa penting pendidikan
multikultural dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar. Data yang diperoleh
dari hasil wawancara dengan mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyakarta
kemudian dianalisis dengan mengelompokkan dan menyimpulkan data mentah
hasil wawancara tersebut. Berdasarkan data inilah, peneliti kemudian merancang
produk awal untuk menyusun buku ajar mata kuliah bahasa Indonesia yang
terintegrasi dengan pendidikan multikultural untuk mahasiswa PGSD.
3.5.1.2 Identifikasi Hasil Angket Analisis Kebutuhan
Hasil angket analisis kebutuhan terdiri dari dua jawaban yang berbeda, yaitu
jawaban “YA” dan “TIDAK”. Pengidentifikasian hasil angket tersebut dilakukan
dengan cara menghitung jumlah responden yang memilih pernyataan positif
mengenai peran penting pendidikan keanekaragaman suku, agama, ras/etnis, dan
golongan.
3.5.1.3 Identifikasi Data Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia
Data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan berbahasa Indonesia
mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyakarta dianalisis untuk mengetahui
tingkat pemahaman mahasiswa PGSD dalam menerima dan menyerap materi
Bahasa Indonesia yang telah dipelajari. Kemudian berdasarkan hasil tes ini, peneliti
akan merancang produk awal untuk menyusun buku ajar bahasa Indonesia yang
terintegrasi dengan pendidikan multikultural untuk mahasiswa PGSD.
Identifikasi data dilakukan dengan cara memberi skor (1) untuk jawaban yang
benar dan skor (0) untuk jawaban yang salah. Penilaian dilakukan dengan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
jumlah jawaban benar x 4. Setalah itu, peneliti mencari rata-rata mahasiswa dengan
rumus:
Rata-rata = ∑n
𝑁
Keterangan:
∑n = Jumlah skor mahasiswa
N = Jumlah mahasiswa
Setelah mendapatkan rata-rata nilai, peneliti melakukan perhitungan Indeks
Tingkat Kesulitan (ITK) butir soal dengan rumus berikut menurut Nurgiyantoro
(2013):
ITK = 𝐹𝐾
𝑁
Menurut Oller dalam Nurgiyantoro (2013:195), butir soal dikatakan layak
apabila indek tingkat kesulitannya berkisar antara 0,15 sampai dengan 0,85. Indeks
yang terdapat di luar indeks tersebut dapat diartikan jika butir soal itu masih terlalu
mudah atau sulit. Akan tetapi, rentangan interval tersebut masih luas, indeks
tersebut masih terlihat ekstrim sulit dan mudah. Oleh karena itu, ITK yang dapat
ditoleransi berkisar antara 0,20-0,80. ITK 0,20-0,40 merupakan butir soal yang
sulit; 0,41-0,60 merupakan soal yang memiliki predikat sedang; dan 0,61-0,80
memiliki predikat mudah.
Selanjutnya, peneliti melakukan penentuan kriteria dengan menggunakan
persentase. Seorang peserta didik akan dinyatakan lulus apabila ia mampu
mengerjakan dengan betul “sekian” persen butir soal yang disediakan
(Nurgiyantoro, 2013:252). Di bawah ini merupakan tabel penghitungan persentase
untuk skala 5 yang diadaptasi dari kriteria penilaian menurut Nurgiyantoro (2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel 3.1 Penentuan Kriteria
No. Interval Persentase
Tingkat Penguasaan
Nilai Ubahan Skala Lima Keterangan
1 – 5 E – A
1. 81 – 100 5 A Baik Sekali
2. 61 – 80 4 B Baik
3. 41 – 60 3 C Cukup
4. 21 – 40 2 D Kurang
5. 1 – 20 1 E Kurang Sekali
3.5.2 Klasifikasi Data
Pada tahap ini, peneliti akan mengklasifikasi data apabila peneliti sudah
mengetahui hasil analisis kebutuhan dan hasil tes kemampuan berbahasa. Hasil-
hasil data tersebut merupakan data yang akan diklasifikasikan oleh peneliti. Untuk
dapat mengklasifikasi data-data tersebut, peneliti menggolongkanya menjadi dua,
yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.
Data kuantitatif didapat dari hasil tes kemampuan berbahasa mahasiswa.
Berdasarkan hasil tes tersebut, peneliti akan menunjukkan data kualitatif. Pertama,
peneliti melakukan penghitungan ITK, seperti pada tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel 3.2 Kategori ITK
Rentang Indeks Kategori
0,20 – 0,40 Sulit
0,41 – 0,60 Sedang
0,61 – 0,80 Mudah
Berdasarkan tabel di atas, rentang indeks merupakan klasifikasi data
kuantitatif, sedangkan kategori merupakan klasifikasi data kualitatif. Dengan
menghitung ITK, peneliti dapat mengetahui manakah soal yang terlalu sulit dan
terlalu mudah karena soal-soal tersebut merupkan soal yang dianggap tidak layak.
Peneliti mengklasifikasikan data hasil angket analisis kebutuhan sebagai data
kualitatif. Angket ini berisi mengenai pengetahuan dan peran penting pendidikan
keanekaragaman suku, agama, ras/etnis dan golongan dalam kegiatan perkuliahan
Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyakarta. Peneliti
akan membandingkan jumlah responden yang menjawab “YA” dengan jumlah
responden yang menjawab “TIDAK”. Perbandingan tersebut merupakan
pengklasifikasian data kuantitatif.
3.5.3 Interpretasi Data
Setelah melakukan klasifikasi data yang telah diperoleh peneliti dari
penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa PGSD Universitas PGRI
Yogyakarta, kemudian data tersebut ditafsirkan dan dimaknai untuk menganalisis
data yang sudah didapat dengan teori yang ada. Melalui tahap ini, peneliti dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
mengetahui kebutuhan mahasiswa agar mahasiswa dapat memahami materi bahasa
Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan multikultural. Setelah melalui tahap
ini, peneliti akan membuat produk berupa buku ajar yang kemudian akan divalidasi
oleh dosen.
3.5.4 Pelaporan
Setelah melalui tahap identifikasi, klasifikasi, dan interpretasi, pada tahap ini
peneliti membuat laporan hasil penelitian dalam bentuk tertulis. Setelah peniliti
menyusun laporan hasil penelitian, peneliti mempresentasikan laporan tersebut di
depan para ahli. Hal itu bertujuan agar peneliti memperoleh saran dan masukan dari
hasil penelitian yang telah didapat.
3.6 Prosedur Pengembangan
Pengembangan yang akan dilakukan sesuai dengan langkah-langkah
pengembangan menurut Borg and Gall. Produk yang akan dikembangkan adalah
modul yang harus sesuai dengan analisis kebutuhan sehingga produk tersebut tepat
sasaran. Model pengembangan diadaptadi dari langkah-langkah penelitian
pengembangan model Borg and Gall. Terdapat sepuluh langkah umum dalam
siklus RnD atau penelitian dan pengembangan yang digunakan untuk
mengembangkan suatu produk pengembangan, antara lain (Sukmadinata,
2008:169-170).
1. Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting).
Pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil, dan
pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
2. Perencanaan (planning). Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan-
kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan
yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah-langkah
penelitian, kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas.
3. Pengembangan draf produk (develop preliminary form of product).
Pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran, dan instrumen
evaluasi.
4. Uji coba lapangan (main field testing). Uji coba di lapangan pada 1 sampai 3
sekolah dengan 6 sampai dengan 12 subjek uji coba (guru). Selama uji coba
diadakan pengamatan, wawancara, dan pengedaran angket.
5. Merevisi hasil uji coba (main product revision). Memperbaiki atau
menyempurnakan hasil uji coba.
6. Uji coba lapangan (main field testing). Melakukan uji coba yang lebih luas pada
5 sampai 15 sekolah dengan 30 sampai dengan 100 orang subjek uji coba. Data
kuantitatif penampilan guru sebelum dan sesudah menggunakan model yang
dicobakan dikumpulkan. Hasil-hasil pengumpulan data dievaluasi dan kalau
mungkin dibandingkan dengan kelompok pembanding.
7. Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operasional product revision).
Menyempurnakan produk hasil uji lapangan.
8. Uji pelaksanaan lapangan (operasional field testing). Dilaksanakan pada 10
sampai dengan 30 sekolah melibatkan 40 sampai dengan 200 subjek. Pengujian
dilakukan melalui angket, wawancara, dan observasi, serta analisis hasilnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
9. Penyempurnaan produk akhir (final product revision). Penyempurnaan
didasarkan masukan dari uji pelaksanaan lapangan.
10. Diseminasi dan impelementasi (dissemination and impelementation).
Melaporkan hasilnya dalam pertemuan profesional dan dalam jurnal. Bekerja
sama dengan penerbit untuk penerbitan. Memonitor penyebaran untuk
pengontrolan kualitas.
Langkah-langkah penelitian dan pengembangan Borg and Gall ditunjukkan
pada gambar berikut
Skema 3.1 Langkah Penelitian dan Pengembangan Borg and Gall
Penelitian dan
Pengumpulan
Data
Perencanaan Pengembangan
Draf Produk
Uji Coba
Lapangan
Awal
Persiapan
Revisi Hasil
Uji Coba
Uji Coba
Lapangan
Penyempurnaan
Produk
Uji
Pelaksanaan
Lapangan
Penyempurnaan
Produk Akhir
Diseminasi dan
Implementasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Berkaitan dengan judul penelitian dan disesuaikan dengan kondisi lapangan
dan jangkauan waktu, maka peneliti mengadaptasi beberapa langkah sesuai dengan
kebutuhan yang ada. Langkah penelitian dengan skala kecil adalah membatasi
pengembangan hanya menggunakan beberapa langkah dari langkah siklus R&D.
Model penelitian dan pengembangan yang digunakan dalam penelitian
pengembangan ini adalah (1) penelitian dan pengumpulan data, (2) perencanaan,
(3) pengembangan produk awal, (4) validasi produk, (5) revisi produk, (6) uji coba
produk, (7) revisi produk, (8) diseminasi dan implementasi. Langkah-langkah
penelitian dan pengembangan yang dilakukan secara sistematika digambarkan
sebagai berikut.
Skema 3.2 Delapan Langkah Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan yang dilakukan adalah upaya untuk
mengembangkan produk media buku ajar sebagai media untuk mengintegrasikan
mata pelajaran bahasa Indonesia dengan pendidikan multikulturalisme untuk
Penelitian
dan
Pengumpulan
Data
Perencanaan Pengembangan
Produk
Validasi
Produk
Revisi
Produk
Uji Coba Produk
Diseminasi dan
Implementasi
Revisi
Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
mahasiswa PGSD. Upaya yang dilakukan terdiri dari delapan tahap yang telah
disesuaikan dengan kebutuhan.
Langkah pertama adalah penelitian dan pengumpulan data. Langkah tersebut
dilaksanakan dengan menggunakan teknik wawancara dan tes kemampuan
berbahasa. Wawancara ditujukan kepada mahasiswa PGSD di Universitas PGRI
Yogyakarta yang sedang dan sudah menempuh mata kuliah bahasa Indonesia.
Kegiatan wawancara ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan mahasiswa dalam
penggunaan media pembelajaran dan pentingnya pendidikan multikultural dalam
pembelajaran. Kemudian, tes kemampuan berbahasa dilakukan untuk mengetahui
tingkat kemampuan berbahasa Indonesia mahasiswa PGSD Universitas PGRI
Yogyakarta. Kegiatan pengumpulan informasi ini digunakan untuk mendapatkan
data sebagai analisis kebutuhan mahasiswa. Berdasarkan data analisis kebutuhan
tersebut, peneliti dapat menjadikannya sebagai acuan dalam mengembangkan
produk berupa buku ajar Bahasa Indonesia.
Langkah kedua adalah perencanaan produk. Pada langkah ini akan dijelaskan
rancangan produk berupa buku ajar Bahasa Indonesia dan proses pengembangan
produk tersebut.
Langkah ketiga adalah pengembangan produk. Pada langkah ini, peneliti
perlu menganalisis silabus mata kuliah Bahasa Indonesia yang digunakan oleh
mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyakarta. Hal tersebut bertujuan untuk
menyesuaikan penggunaan media pembelajaran buku ajar Bahasa Indonesia dengan
materi yang akan diajarkan kepada mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Langkah keempat adalah validasi produk. Evaluasi adalah kegiatan yang
bertujuan untuk mengetahui kualitas produk yang dikembangkan. Instrumen
evaluasi berupa angket penilaian yang ditujukan kepada expert judgement. Expert
judgement memvalidasi dengan memberi skor dan saran yang menjadi acuan pada
revisi desain produk awal.
Langkah kelima revisi produk awal. Revisi produk awal dilakukan
berdasarkan validasi produk yang dilakukan oleh validator.
Langkah keenam adalah uji coba awal atau uji lapangan persiapan. Uji coba
ini ditujukan pada kelompok terbatas. Setelah melaksanakan uji coba pada
kelompok terbatas, subjek penelitian mengisi angket sebagai umpan balik. Angket
tersebut digunakan untuk menilai produk yang kemudian dilakukan revisi pada
produk. Berdasarkan penilaian, kritik, dan saran yang telah diberikan oleh
kelompok terbatas sebagai subjek penelitian, peneliti merevisi produk untuk
memperbaiki kekurangan dari produk tersebut.
Langkah ketujuh adalah penyempurnaan produk. Penyempurnaan produk
dilakukan berdasarkan hasil uji coba lapangan utama. Penyempurnaan produk
memerhatikan hasil angket umpan balik kelompok terbatas sebagai subjek
penelitian.
Langkah kedelapan adalah diseminasi dan implementasi. Pada langkah ini,
peneliti bekerja sama dengan penerbit untuk penerbitan. Memonitor penyebaran
untuk pengontrolan kualitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
3.7 Uji Validasi Produk
3.7.1 Uji Validasi Produk oleh Validator
Uji validasi produk dilakukan oleh validator yaitu pakar atau ahli
pembelajaran Bahasa Indonesia. Sebelum masuk pada tahap langkah uji coba,
produk perlu divalidasi oleh validator untuk mengetahui tingkat kelayakan produk
yang dibuat. Produk tersebut akan diberikan kritik dan saran oleh validator. Setiap
pakar diminta untuk menilai produk yang telah dibuat (Sugiyono, 2014:302).
Setelah validator menilai produk tersebut, peneliti merevisi produk berdasarkan
penilaian validator yang kemudian dapat diujicobakan pada kelompok terbatas.
3.7.2 Uji Validasi Produk melalui Uji Coba Lapangan
Setelah mendapatkan validasi dari validator, peneliti melakukan uji coba
produk kepada enam hingga sepuluh mahasiswa PGSD. Setelah itu, para
mahasiswa mengisi lembar angket untuk memberikan penilaian terhadap produk
yang dibuat. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan produk yang
dikembangkan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Peneliti mendapatkan data penelitian ini menggunakan teknik wawancara
terstruktur, tes kemampuan berbahasa, dan angket tertutup. Wawancara dilakukan
pada hari Selasa, 17 Oktober 2017 di Universitas PGRI Yogyakarta. Responden
dalam penelitian ini adalah mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyakarta yang
sedang dan sudah menempuh mata kuliah Bahasa Indonesia.
Pada saat mengumpulkan data, peneliti melakukan wawancara dengan
memilih responden secara acak yang dianggap dapat mewakili jawaban-jawaban
dari seluruh mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyakarta. Jumlah mahasiswa
yang diwawancarai oleh peneliti adalah sebanyak 12 orang, di antaranya 4
mahasiswa angkatan 2017, 4 mahasiswa angkatan 2016, dan 4 mahasiswa angkatan
2014. Pengumpulan data tersebut berlangsung sejak pukul 10.00-13.00. Peneliti
melakukan wawancara di luar kelas dan berlangsung secara informal.
Teknik tes kemampuan berbahasa dilakukan sejak hari Kamis, 15 Februari
2018 hingga hari Selasa, 27 Februari 2018. Akan tetapi, peneliti tidak melakukan
tes kemampuan berbahasa secara langsung di Universitas PGRI Yogyakarta karena
pada hari dan tanggal tersebut, Universitas PGRI Yogyakarta masih libur. Oleh
karena itu, peneliti mengirimkan lembar tes tersebut melalui email kepada 12
mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyakarta yang sedang dan sudah menempuh
mata kuliah Bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tes kemampuan berbahasa pada
mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyakarta. Tes ini menggunakan tes objektif
berupa pilihan ganda sebanyak 25 butir soal. Tiap butir soal berisi gagasan dan
pernyataan yang dibuat oleh peneliti sendiri, tetapi juga terdapat gagasan dan
pernyataan yang peneliti ambil dari internet. Pada teknik tes ini, peneliti berharap
mahasiswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan benar.
Penilaian tes kemampuan berbahasa ini menggunakan rumus seperti di bawah
ini:
X = Jumlah jawaban benar x 4
Kemudian peneliti mencari nilai rata-rata dengan rumus sebagai berikut:
Rata-rata = ∑n
𝑁
Berdasarkan rumus tersebut, rata-rata nilai tes kemampuan berbahasa
mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyakarta adalah 74.
Pada setiap tes, peneliti melakukan analisis indeks tingkat kesulitan butir soal.
Indeks Tingkat Kesulitan (ITK) adalah indeks yang menunjukkan seberapa mudah
atau sulit suatu butir soal bagi peserta tes yang diuji (Nurgiyantoro, 2013). Dengan
dilakukannya analisis ITK, peneliti dapat mengetahui kelompok soal yang sulit,
sedang, dan mudah sehingga peneliti juga dapat menentukan kelayakan soal
tersebut berdasarkan tabel klasifikasi ITK di bawah ini.
Tabel 4.1 Kategori ITK
Rentang Indeks Kategori
0,20 – 0,40 Sulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
0,41 – 0,60 Sedang
0,61 – 0,80 Mudah
Berikut merupakan hasil penghitungan ITK pada 25 butir soal yang telah
peneliti ujikan kepada 12 responden.
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan ITK
No. Kategori Predikat Nomor Butir Soal
1. Sulit - -
2. Sedang Layak 17, 18, 19, 20, dan 25
3. Mudah Layak 1, 5, 6, 12, 16, 21, 22, 23, dan 24
Berdasarkan tabel di atas, dari 25 butir soal yang diujikan tidak terdapat soal
yang berkategori sulit, 5 butir soal berkategori sedang, dan 9 butir soal berkategori
mudah. Tabel di atas hanya memaparkan butir soal yang berkategori layak,
sehingga soal yang berkategori tidak layak tidak dicantumkan dalam tabel dan tidak
dianalisis pada subbab analisis tes kemampuan berbahasa.
4.1.1 Aspek Memahami Isi Bacaan
Pada aspek ini terdapat empat butir soal, yaitu butir soal nomor 1, 4, 5, dan
11. Akan tetapi, butir soal nomor 4 dan 11 termasuk dalam kategori tidak layak
sehingga kedua butir soal tersebut tidak dianalisis. Di bawah ini merupakan tabel
penjelasannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tabel 4.3 Memahami Isi Bacaan
No. Aspek Jumlah Butir
Soal
Jumlah
Mahasiswa
Jumlah
Benar
Jumlah
Salah
1. Memahami
isi bacaan
1 1 12 9 3
2. 1 5 12 9 3
Total 2 2 24 18 6
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pada butir soal nomor 1
terdapat 9 mahasiswa yang menjawab benar dan 3 mahasiswa yang menjawab
salah. Kemudian, pada butir soal nomor 5 juga terdapat 9 mahasiswa yang
menjawab benar dan 3 mahasiswa yang menjawab salah. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan jika mahasiswa sudah mampu memahami isi bacaan yang mereka
baca.
4.1.2 Aspek Kaidah Penulisan Kalimat
Pada aspek ini terdapat dua butir soal, yaitu butir soal nomor 3 dan 6. Akan
tetapi, butir soal nomor 3 termasuk dalam kategori tidak layak sehingga butir soal
nomor 3 tidak dianalisis. Di bawah ini merupakan tabel penjelasannya.
Tabel 4.4 Kaidah Penulisan Kalimat
No. Aspek Jumlah Butir
Soal
Jumlah
Mahasiswa
Jumlah
Benar
Jumlah
Salah
1. Kaidah
penulisan
kalimat
1 6 12 9 3
Total 2 1 12 9 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pada butir soal nomor 6
terdapat 9 mahasiswa yang menjawab benar dan 3 mahasiswa yang menjawab
salah. Data tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa yang menjawab benar lebih
banyak daripada mahasiswa yang menjawab salah. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan jika mahasiswa sudah mampu menentukan kalimat sesuai dengan
kaidahnya.
4.1.3 Menentukan Judul Teks
Pada aspek ini terdapat dua butir soal, yaitu butir soal nomor 12 dan 15. Akan
tetapi, butir soal nomor 15 termasuk dalam kategori tidak layak sehingga butir soal
nomor 15 tidak dianalisis. Di bawah ini merupakan tabel penjelasannya.
Tabel 4.5 Menentukan Judul Teks
No. Aspek Jumlah Butir
Soal
Jumlah
Mahasiswa
Jumlah
Benar
Jumlah
Salah
1. Menentukan
judul teks
1 12 12 8 4
Total 2 1 12 8 4
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pada butir soal nomor 12
terdapat 8 mahasiswa yang menjawab benar dan 4 mahasiswa yang menjawab
salah. Data tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa yang menjawab benar lebih
banyak daripada mahasiswa yang menjawab salah. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan jika mahasiswa sudah mampu menentukan judul sebuah teks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
4.1.4 Menentukan Jenis Keterampilan Bahasa
Aspek selanjutnya adalah menentukan jenis keterampilan bahasa. Pada aspek
ini terdapat dua butir soal, yaitu butir soal nomor 16 dan 17. Di bawah ini
merupakan tabel penjelasannya.
Tabel 4.6 Menentukan Jenis Keterampilan Berbahasa
No. Aspek Jumlah Butir
Soal
Jumlah
Mahasiswa
Jumlah
Benar
Jumlah
Salah
1. Menentukan
jenis
keterampilan
berbahasa
1 16 12 8 4
2 1 17 12 7 5
Total 2 2 24 15 9
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pada butir soal nomor 16
terdapat 8 mahasiswa yang menjawab benar dan 4 mahasiswa yang menjawab
salah. Kemudian, pada butir soal nomor 17 terdapat 7 mahasiswa yang menjawab
benar dan 5 mahasiswa yang menjawab salah. Data tersebut menunjukkan bahwa
mahasiswa yang menjawab benar lebih banyak daripada mahasiswa yang
menjawab salah. Maka, dapat disimpulkan jika mahasiswa sudah mampu
menentukan jenis keterampilan berbahasa.
4.1.5 Menentukan Satuan Bentuk
Aspek selanjutnya adalah menentukan satuan bentuk. Pada aspek ini terdapat
dua butir soal, yaitu butir soal nomor 18 dan 19. Di bawah ini merupakan tabel
penjelasannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tabel 4.7 Menentukan Satuan Bentuk
No. Aspek Jumlah Butir
Soal
Jumlah
Mahasiswa
Jumlah
Benar
Jumlah
Salah
1. Menentukan
satuan bentuk
1 18 12 7 5
2 1 19 12 7 5
Total 2 2 24 14 10
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pada butir soal nomor 18
terdapat 7 mahasiswa yang menjawab benar dan 5 mahasiswa yang menjawab
salah. Kemudian, pada butir soal nomor 19 juga terdapat 7 mahasiswa yang
menjawab benar dan 5 mahasiswa yang menjawab salah. Data tersebut
menunjukkan bahwa mahasiswa yang menjawab benar lebih banyak daripada
mahasiswa yang menjawab salah. Maka, dapat disimpulkan jika mahasiswa sudah
mampu menentukan satuan bentuk.
4.1.6 Menentukan Bentuk Frasa dalam Kalimat
Aspek selanjutnya adalah menentukan bentuk frasa dalam kalimat. Pada
aspek ini terdapat dua butir soal, yaitu butir soal nomor 20 dan 23. Di bawah ini
merupakan tabel penjelasannya.
Tabel 4.8 Menentukan Bentuk Frasa dalam Kalimat
No. Aspek Jumlah Butir
Soal
Jumlah
Mahasiswa
Jumlah
Benar
Jumlah
Salah
1. Menentukan
bentuk frasa
dalam kalimat
1 20 12 7 5
2 1 23 12 8 4
Total 2 2 24 15 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pada butir soal nomor 20
terdapat 7 mahasiswa yang menjawab benar dan 5 mahasiswa yang menjawab
salah. Kemudian, pada butir soal nomor 23 terdapat 8 mahasiswa yang menjawab
benar dan 4 mahasiswa yang menjawab salah. Data tersebut menunjukkan bahwa
mahasiswa yang menjawab benar lebih banyak daripada mahasiswa yang
menjawab salah. Maka, dapat disimpulkan jika mahasiswa sudah mampu
menentukan bentuk frasa dalam kalimat.
4.1.7 Menentukan Kegiatan Keterampilan Berbahasa
Aspek selanjutnya adalah menentukan kegiatan keterampilan berbahasa. Pada
aspek ini terdapat dua butir soal, yaitu butir soal nomor 21 dan 24. Di bawah ini
merupakan tabel penjelasannya.
Tabel 4.9 Menentukan Kegiatan Keterampilan Berbahasa
No. Aspek Jumlah Butir
Soal
Jumlah
Mahasiswa
Jumlah
Benar
Jumlah
Salah
1. Menentukan
kegiatan
keterampilan
berbahasa
1 21 12 8 4
2 1 24 12 8 4
Total 2 2 24 16 8
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pada butir soal nomor 21
terdapat 8 mahasiswa yang menjawab benar dan 4 mahasiswa yang menjawab
salah. Kemudian, pada butir soal nomor 24 juga terdapat 8 mahasiswa yang
menjawab benar dan 4 mahasiswa yang menjawab salah. Data tersebut
menunjukkan bahwa mahasiswa yang menjawab benar lebih banyak daripada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
mahasiswa yang menjawab salah. Maka, dapat disimpulkan jika mahasiswa sudah
mampu menentukan kegiatan keterampilan berbahasa.
4.1.8 Menentukan Makna pada Kata Berprefiks
Aspek selanjutnya adalah menentukan makna pada kata berprefiks. Pada
aspek ini hanya terdapat satu butir soal, yaitu butir soal nomor 22. Di bawah ini
merupakan tabel penjelasannya.
Tabel 4.10 Menentukan Makna pada Kata Berprefiks
No. Aspek Jumlah Butir
Soal
Jumlah
Mahasiswa
Jumlah
Benar
Jumlah
Salah
1. Menentukan
makna pada
kata
berprefiks
1 22 12 8 4
Total 2 2 24 8 4
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pada butir soal nomor 22
terdapat 8 mahasiswa yang menjawab benar dan 4 mahasiswa yang menjawab
salah. Data tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa yang menjawab benar lebih
banyak daripada mahasiswa yang menjawab salah. Maka, dapat disimpulkan jika
mahasiswa sudah mampu menentukan makna pada kata berprefiks.
4.1.9 Menentukan Pembentukan Kata Ulang
Aspek selanjutnya adalah menentukan pembentukan kata ulang. Pada aspek
ini hanya terdapat satu butir soal, yaitu butir soal nomor 25. Di bawah ini
merupakan tabel penjelasannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Tabel 4.11 Menentukan Pembentukan Kata Ulang
No. Aspek Jumlah Butir
Soal
Jumlah
Mahasiswa
Jumlah
Benar
Jumlah
Salah
1. Menentukan
pembentukan
kata ulang
1 25 12 6 6
Total 2 2 24 6 6
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pada butir soal nomor 25
terdapat 6 mahasiswa yang menjawab benar dan 6 mahasiswa yang menjawab
salah. Data tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa yang menjawab benar sama
banyaknya dengan mahasiswa yang menjawab salah.
Selanjutnya peneliti menentukan kriteria kelulusan dengan menggunakan
penentuan kriteria menurut Nurgiyantoro (2013:253) yang telah diadaptasi oleh
peneliti. Kriteria penilaian ini menggunakan perhitungan persentase skala empat.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelulusan yang telah dicapai oleh
mahasiswa melalui tes kemampuan berbahasa. Di bawah ini merupakan tabel hasil
penghitungan tes kemampuan berbahasa.
Tabel 4.12 Penentuan Kriteria
No. Interval
Persentase
Tingkat
Penguasaan
Frekuensi Persentase Nilai Ubahan
Skala Lima
Keterangan
1 – 5 E – A
1. 81 – 100 5 41,67% 5 A Baik Sekali
2. 61 – 80 3 25% 4 B Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
3. 41 – 60 4 33,33% 3 C Cukup
4. 21 – 40 0 2 D Kurang
5. 1 – 20 0 1 E Kurang Sekali
Berdasarkan tabel hasil analisis di atas, dapat diketahui bahwa mahasiswa
yang berada pada kriteria baik sekali, yaitu pada interval 81-100 berjumlah 5 orang
dengan persentase 41,67%. Mahasiswa yang berada pada kriteria baik, yaitu pada
interval 61-80 berjumlah 3 orang dengan persentase 25%. Mahasiswa yang berada
pada kriteria cukup, yaitu pada interval 41-60 berjumlah 4 orang dengan persentase
33,33%. Dari data di atas, juga dapat diketahui bahwa tidak ada mahasiswa yang
berada pada kriteria kurang dan kurang sekali.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan jika dari 12
mahasiswa PGSD Universitas PGSD Yogyakarta, tidak ada yang memiliki
kemampuan berbahas dengan kriteria kurang dan kurang sekali. Hal itu dapat dilihat
dari jumlah mahasiswa yang berada pada interval 81-100 yaitu 5 orang dengan
persentase 41,67%. Selain itu, simpulan ini juga dapat dibuktikan dari hasil
penghitungan rata-rata skor tes kemampuan berbahasa mahasiswa, yaitu 74 yang
berada pada interval 61-80 dengan kriteria baik.
Selain itu, peneliti juga melakukan teknik penyebaran angket. Penyebaran
angket dilakukan sejak hari Selasa, 27 Februari 2018 hingga Sabtu, 3 Maret 2018.
Akan tetapi, peneliti menyebarkan angket melalui email kepada 12 mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
PGSD Universitas PGRI Yogyakarta. Hal itu dikarenakan, pada hari dan tanggal
tersebut Universitas PGRI Yogyakarta masih libur.
4.2 Analisis Data
Pada penelitian ini, peneliti menganalisis data berdasarkan hasil wawancara,
hasil angket, dan hasil tes kemampuan berbahasa. Berdasarkan data yang telah
diperoleh melalui teknik wawancara, tes, dan angket, peneliti akan
mengembangkan sebuah produk berupa buku ajar Bahasa Indonesia yang
terintegrasi dengan pendidikan multikultural untuk mahasiswa PGSD. Peneliti
berharap buku ajar tersebut tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan berbahasa
mahasiswa PGSD, tetapi juga mampu menanamkan sikap saling menghargai dan
tolerasi akan keanekaragaman suku, agama, ras/etnis, dan golongan di Indonesia.
Peneliti menggunakan 4 tahap analisis data yang sebelumnya telah dijelaskan
pada bab sebelumnya. Tahap-tahap itu terdiri dari, (1) identifikasi, (2) klasifikasi,
(3) interpretasi, (4) pelaporan, yang kemudian akan dijelaskan dalam pembahasan.
Pada pembahasan hasil wawancara, peneliti akan menjelaskannya dalam bentuk
narasi, sedangkan pada hasil angket dan tes kemampuan berbahasa peneliti akan
menjelaskannya dalam bentuk narasi yang disertai dengan tabel.
Pada penelitian ini, peneliti melakukan wawancara untuk dapat menganalisis
seberapa jauh pendidikan multikultural dilaksanakan dalam kegiatan belajar
mengajar. Selain itu, melalui teknik wawancara peneliti dapat mengetahui seberapa
penting pendidikan multikultural dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar.
Teknik tes juga menjadi salah satu teknik yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini. Melalui teknik tes, peneliti dapat mengetahui tingkat pemahaman dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
kemampuan mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyakarta dalam menerima dan
menyerap materi Bahasa Indonesia yang sedang dan sudah dipelajari.
Dalam penelitian ini, angket digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
pendidikan keanekaragaman suku, agama, ras/etnis, dan golongan dilaksanakan
dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu, melalui angket ini peneliti dapat
mengetahui apakah pendidikan keanekaragaman suku, agama, ras/etnis, dan
golongan dianggap penting dan dibutuhkan oleh mahasiswa dalam perkuliahan
Bahasa Indonesia.
Angket ini berisi 20 pernyataan dengan dua pilihan jawaban, yaitu YA atau
TIDAK. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terbagi menjadi 4 bagian, yakni 5
pertanyaan mengenai pendidikan keanekaragaman suku, 5 pertanyaan mengenai
pendidikan keanekaragaman agama, 5 pertanyaan mengenai pendidikan
keanekaragaman ras/etnis, dan 5 pertanyaan mengenai pendidikan keanekaragaman
golongan.
4.2.1 Pengintegrasian Pendidikan Keanekaragaman Suku ke dalam Mata
Kuliah Bahasa Indonesia
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, satu di antara dua
belas mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyakarta masih merasa ragu dalam
pengetahuannya mengenai pendidikan multikultural, salah satunya nilai-nilai dalam
keberagaman suku. Pada saat wawancara berlangsung peneliti bertanya “Apa yang
Anda ketahui mengenai keberagaman suku dalam dunia pendidikan?”, mahasiswa
menjawab “Pembelajaran yang mengaitkan materi dengan keberagaman suku”.
Menurut mahasiswa tersebut, pendidikan keanekaragaman suku hanya dikaitkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
dengan materi pembelajaran tanpa menerapkan sikap sosial apapun dalam diri
mahasiswa dan peserta didik. Namun, enam mahasiswa lainnya menjawab
“Penerapan sikap sosial dan toleransi atas keberagaman suku dalam
pembelajaran”. Mahasiswa tersebut beranggapan bahwa pendidikan
keanekaragaman suku hanya diterapkan dalam sikap sosial dan toleransi tanpa
dikaitkan dengan materi pembelajaran. Akan tetapi, lima mahasiswa lainnya
menjawab “Mengaitkan materi pembelajaran dengan keberagaman serta
menerapkan sikap sosial dan toleransi atas keberagaman”. Mahasiswa-mahasiswa
tersebut beranggapan jika materi pembelajaran harus dikaitkan dengan
keberagaman suku, serta menerapkan sikap sosial dan toleransi atas keberagaman.
Bagi beberapa mahasiswa, pendidikan keanekaragaman suku dianggap
penting untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Pada saat wawancara
berlangsung peneliti bertanya “Mengapa keberagaman suku dalam dunia
pendidikan penting untuk diterapkan?”, mahasiswa memberikan jawaban “Untuk
menanamkan sikap saling menghargai.”. Hal itu bertujuan agar mahasiswa dapat
menanamkan sikap saling menghargai atas perbedaan suku yang ada di Indonesia,
Namun, masih ada satu mahasiswa yang menjawab “Untuk mengetahui perbedaan
yang terdapat dalam setiap suku.”. Mahasiswa tersebut beranggapan jika
penerapan pendidikan keanekaragaman suku dalam kegiatan pembelajaran hanya
untuk mengetahui perbedaan tanpa ada tindakan selanjutnya.
Pada saat melakukan wawancara, peneliti bertanya “Selama Anda mengikuti
perkuliahan Bahasa Indonesia, apakah keberagaman suku dalam dunia pendidikan
sudah diterapkan dari segi materi perkuliahan?”. Selama mengikuti perkuliahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Bahasa Indonesia, delapan mahasiswa merasa bahwa pendidikan keanekaragaman
suku sudah diterapkan dari segi materi pembelajaran. Namun, ada juga mahasiswa
yang masih merasa ragu dan kurang dengan penerapan pendidikan keanekaragaman
suku.
Buku ajar adalah sumber belajar yang akan dikembangkan oleh peneliti.
Berdasarkan hasil wawancara, sepuluh mahasiswa mengatakan jika buku ajar dapat
mendukung proses perkuliahan Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan
pendidikan keanekaragaman suku. Namun, mahasiswa lainnya masih merasa ragu
akan penggunaan buku ajar. Dalam sebuah buku ajar terdapat beberapa komponen
yang perlu diperhatikan. Pada saat wawancara berlangsung, peneliti bertanya “Jika
penggunaan buku ajar mendukung, komponen apa yang paling penting untuk
diterapkan?”. Menurut delapan mahasiswa, komponen yang paling penting adalah
materi. Namun, mahasiswa lainnya mengatakan pengemasan dan desain adalah
komponen yang paling penting. Selain itu, satu mahasiswa menganggap bahwa
komponen yang paling penting dalam sebuah buku ajar adalah contoh teks.
Menurut beberapa mahasiswa, selain dari segi materi, pendidikan
keanekaragaman suku juga penting untuk diterapkan dari segi sikap sosial. Salah
satunya contohnya adalah kegiatan berkelompok. Namun, mahasiswa lainnya
menjawab “Kegiatan di luar kelas, seperti melakukan pengamatan atau
observasi.”. Mahasiswa tersebut berpendapat bahwa kegiatan pembelajaran di luar
kelas seperti melakukan pengamatan atau observasi dapat mendukung proses
perkuliahan Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan
keanekaragaman suku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Dari wawancara yang dilakukan, peneliti mengambil simpulan bahwa
mahasiswa sudah memiliki pengetahuan mengenai pendidikan keanekaragaman
suku. Hal ini terlihat pada penjelasan di atas jika hanya terdapat satu mahasiswa
yang masih merasa ragu akan pengetahuannya mengenai pendidikan
keanekaragaman suku. Akan tetapi dari hasil wawancara yang peneliti dapat, tidak
banyak mahasiswa yang beranggapan jika materi pembelajaran harus dikaitkan
dengan keberagaman suku, serta menerapkan sikap sosial dan toleransi atas
keberagaman. Selain itu, sebagian besar mahasiswa juga menganggap jika
pendidikan keanekaragaman suku penting untuk diterapkan dalam perkuliahan
Bahasa Indonesia. Menurut mahasiswa, pendidikan keanekaragaman suku juga
telah diterapkan pada perkuliahan Bahasa Indonesia.
Selain wawacara, peneliti juga melakukan teknik penyebaran angket.
Pendidikan keanekaragaman suku merupakan salah satu aspek yang akan diteliti
melalui angket. Pada aspek ini terdapat 5 pernyataan yang perlu dijawab oleh
responden dengan pilihan jawaban YA atau TIDAK. Berdasarkan hasil analisis
angket, berikut merupakan analisis angket berdasarkan aspek pendidikan
keanekaragaman suku.
1. Pengetahuan Mengenai Pendidikan Keanekaragaman Suku
Pernyataan pertama pada aspek ini adalah pengetahuan mahasiswa mengenai
pendidikan keanekaragaman suku. Berikut adalah tabel analisis angket pada
pernyataan pertama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Tabel 4.13 Pengetahuan Mengenai Pendidikan Keanekaragaman Suku
No. Pernyataan Jumlah Butir
Pernyataan
Jumlah
Mahasiswa
Jawaban
Ya
Jawaban
Tidak
1. Saya memiliki
pengetahuan
mengenai
pendidikan
keanekaragaman
suku
1 1 12 9 3
Total 1 1 12 9 3
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang
memiliki pengetahuan mengenai pendidikan keanekaragaman suku, yaitu sebanyak
9 mahasiswa dengan persentase 75%, sedangkan 3 mahasiswa lainnya dengan
persentase 25%% tidak memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman suku. Maka, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang memiliki
pengetahuan mengenai pendidikan keanekaragaman suku lebih banyak daripada
yang tidak memiliki pengetahuan tersebut.
2. Pentingnya Pendidikan Keanekaragaman Suku
Pernyataan kedua pada aspek ini adalah pentingnya pendidikan
keanekaragaman suku bagi mahasiswa. Berikut adalah tabel analisis angket pada
pernyataan kedua.
Tabel 4.14 Pentingnya Pendidikan Keanekaragaman Suku
No. Pernyataan Jumlah Butir
Pernyataan
Jumlah
Mahasiswa
Jawaban
Ya
Jawaban
Tidak
1. Menurut saya,
pendidikan
1 1 12 12 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
keanekaragaman
suku penting
untuk diterapkan
dalam
perkuliahan
bahasa
Indonesia
Total 1 1 12 12 0
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang
menganggap pendidikan keanekaragaman suku penting untuk diterapkan, yaitu
sebanyak 12 mahasiswa dengan persentase 100%, Maka, dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa menganggap jika pendidikan keanekaragaman suku perlu diterapkan
dalam perkuliahan bahasa Indonesia untuk menanamkan sikap saling menghargai
dan toleransi.
3. Penerapan Pendidikan Keanekaragaman Suku dari Segi Materi
Pernyataan ketiga pada aspek ini adalah penerapan pendidikan
keanekaragaman suku dari segi materi dalam perkuliahan bahasa Indonesia. Berikut
adalah tabel analisis angket pada pernyataan ketiga.
Tabel 4.15 Penerapan Pendidikan Keanekaragaman Suku
dari Segi Materi
No. Pernyataan Jumlah Butir
Pernyataan
Jumlah
Mahasiswa
Jawaban
Ya
Jawaban
Tidak
1. Pendidikan
keanekaragaman
suku sudah
diterapkan dari
segi materi
1 1 12 11 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
perkuliahan
bahasa
Indonesia
Total 1 1 12 11 1
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang
beranggapan jika pendidikan keanekaragaman suku telah diterapkan dari segi
materi pada perkuliahan bahasa Indonesia, yaitu sebanyak 11 mahasiswa dengan
persentase 91,67%, sedangkan 1 mahasiswa lainnya dengan persentase 8,33%
beranggapan jika pendidikan keanekaragaman suku tidak diterapkan dari segi
materi pada perkuliahan bahasa Indonesia. Maka, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan keanekaragaman suku telah diterapkan dalam perkuliahan bahasa
Indonesia dari segi materi.
4. Penerapan Pendidikan Keanekaragaman Suku dari Segi Sikap Sosial
Pernyataan keempat pada aspek ini adalah penerapan pendidikan
keanekaragaman suku dari segi sikap sosial dalam perkuliahan bahasa Indonesia.
Berikut adalah tabel analisis angket pada pernyataan keempat.
Tabel 4.16 Penerapan Pendidikan Keanekaragaman Suku
dari Segi Sikap Sosial
No. Pernyataan Jumlah Butir
Pernyataan
Jumlah
Mahasiswa
Jawaban
Ya
Jawaban
Tidak
1. Pendidikan
keanekaragaman
suku sudah
diterapkan dari
segi sikap sosial
1 1 12 12 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
(kegiatan
berkelompok)
Total 1 1 12 12 0
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang
beranggapan jika pendidikan keanekaragaman suku telah diterapkan dari segi sikap
sosial pada perkuliahan bahasa Indonesia, yaitu sebanyak 12 mahasiswa dengan
persentase 100%. Maka, dapat disimpulkan bahwa pendidikan keanekaragaman
suku telah diterapkan dalam perkuliahan bahasa Indonesia dari segi sikap sosial.
5. Adanya Sumber Belajar yang Mendukung
Pernyataan kelima pada aspek ini adalah adanya sumber belajar yang
mendukung pendidikan keanekaragaman suku. Berikut adalah tabel analisis angket
pada pernyataan kelima.
Tabel 4.17 Adanya Sumber Belajar yang Mendukung
No. Pernyataan Jumlah Butir
Pernyataan
Jumlah
Mahasiswa
Jawaban
Ya
Jawaban
Tidak
1. Selama
perkuliahan
Bahasa
Indonesia,
terdapat sumber
belajar yang
mendukung
adanya
pendidikan
keanekaragaman
suku
1 1 12 7 5
Total 1 1 12 7 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang
menganggap adanya sumber belajar yang mendukung pendidikan keanekaragaman
suku, yaitu sebanyak 7 mahasiswa dengan persentase 58,33%, sedangkan 5
mahasiswa lainnya dengan persentase 41,67% beranggapan jika selama perkuliahan
bahasa Indonesia, tidak ada sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan
keanekaragaman suku.
4.2.2 Pengintegrasian Pendidikan Keanekaragaman Agama ke dalam Mata
Kuliah Bahasa Indonesia
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, satu di antara dua
belas mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyakarta masih merasa ragu dalam
pengetahuannya mengenai pendidikan multikultural, salah satunya nilai-nilai dalam
keberagaman agama. Pada saat melakukan wawancara, peneliti bertanya “Apa yang
Anda ketahui mengenai keberagaman agama dalam dunia pendidikan?” Menurut
beberapa mahasiswa, materi pembelajaran harus dikaitkan dengan pendidikan
keberagaman agama agar mahasiswa dapat memiliki sikap toleransi atas
keberagaman agama.
Selain itu, hal tersebut juga bertujuan agar mahasiswa dapat menjaga
persatuan bangsa karena dewasa ini agama selalu dijadikan alasan sebagai konflik
saudara di Indonesia. Pada saat melakukan wawancara, peneliti bertanya “Mengapa
keberagaman agama dalam dunia pendidikan penting untuk diterapkan?”.
Berdasarkan pertanyaan tersebut, sebagian besar mahasiswa menjawab “Untuk
meminimalisir konflik yang kerap terjadi di masyarakat atas keberagaman
agama”. Beberapa mahasiswa juga beranggapan bahwa pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
keanekaragaman agama dianggap perlu diterapkan dalam kegiatan pembelajaran,
agar setiap mahasiswa dapat belajar untuk saling menghargai perbedaan agama
yang ada di Indonesia. Akan tetapi, ada mahasiswa yang mengatakan jika
pendidikan keanekaragaman agama hanya sekadar perlu untuk diketahui
perbedaannya.
Selain dari segi materi, beberapa mahasiswa beranggapan jika pendidikan
keanekaragaman agama juga penting untuk diterapkan dari segi sikap sosial, seperti
kegiatan berkelompok. Pada saat melakukan wawancara, peneliti bertanya “Selama
Anda mengikuti perkuliahan Bahasa Indonesia, apakah keberagaman agama
dalam dunia pendidikan sudah diterapkan dari segi sikap sosial?”. Sebelas
mahasiswa mengatakan jika hal tersebut sudah diterapkan, tetapi satu mahasiswa
masih merasa ragu.
Adapun harapan mahasiswa dengan diterapkannya pendidikan
keanekaragaman agama dalam mata kuliah Bahasa Indonesia adalah agar
pendidikan di Indonesia tidak hanya mementingkan kemampuan akademik tetapi
juga dapat menumbuhkan sikap toleransi pada diri peserta didik maupun
mahasiswa. Oleh karena itu, mahasiswa berharap pendidikan keanekaragaman
agama dapat diterapkan dalam kegiatan perkuliahan salah satunya dalam mata
kuliah Bahasa Indonesia.
Dalam perkuliahan Bahasa Indonesia, beberapa mahasiswa beranggapan
bahwa terdapat sumber belajar yang berhubungan dan mendukung adanya
penerapan pendidikan keanekaragaan agama. Namun, ada juga mahasiswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
menganggap jika hal tersebut masih kurang dan hanya diterapkan dalam konteks
bahasa.
Buku ajar adalah sumber belajar yang akan dikembangkan oleh peneliti.
Berdasarkan hasil wawancara, sepuluh mahasiswa mengatakan jika buku ajar dapat
mendukung proses perkuliahan Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan
pendidikan keanekaragaman agama. Namun, mahasiswa lainnya masih merasa ragu
akan penggunaan buku ajar. Dengan dikembangkannya buku ajar, mahasiswa
memiliki harapan atas pengembangan buku ajar tersebut. Delapan mahasiswa
berharap adanya keseimbangan antara materi yang diberikan dan pendidikan
keanekaragaman agama dalam pengembangan buku ajar. Selain itu, empat
mahasiswa lainnya berharap buku ajar yang dikembangkan dibuat semenarik
mungkin dan materi yang dibahas sesuai dengan jenjang pendidikan yang dituju.
Dalam ranah kognitif, peneliti bertanya “Kegiatan pembelajaran seperti apa
yang dapat mendukung proses perkuliahan Bahasa Indonesia yang terintegrasi
dengan keberagaman agama dalam dunia pendidikan?”. Satu mahasiswa
mengatakan jika menganalisis teks bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan
pendidikan keanekaragaman agama dapat mendukung proses perkuliahan. Namun,
dua mahasiswa menganggap jika pembelajaran teori Bahasa Indonesia yang
didukung dengan contoh mengenai pendidikan keanekaragaman agama dapat
mendukung pembelajaran. Akan tetapi, delapan mahasiswa mengatakan dengan
mencari informasi/pengetahuan mengenai empat keterampilan berbahasa yang
berkaitan dengan pendidikan keanekaragaman agama lebih dapat mendukung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
proses perkuliahan Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan
multikultural.
Dari wawancara yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa
sebagian besar mahasiswa sudah memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman agama. Hal ini terlihat dari tanggapan mahasiswa yang
mengatakan jika pendidikan keanekaragaman agama perlu diterapkan agar
mahasiswa dapat meningkatkan rasa toleransi dan rasa saling menghargai
antarumat beragama. Menurut peneliti, hal ini sangat berguna bagi mahasiswa
dalam hidup bermasyarakat karena secara pribadi mahasiswa memiliki harapan
agar pendidikan di Indonesia juga dapat memperhatikan pendidikan multikultural,
khususnya pendidikan keanekaragaman agama.
Selain wawacara, peneliti juga melakukan teknik penyebaran angket.
Pendidikan keanekaragaman agama merupakan salah satu aspek yang akan diteliti
dan dikembangkan oleh peneliti dalam produk buku ajar. Pada aspek ini terdapat 5
pernyataan yang perlu dijawab oleh responden dengan pilihan jawaban YA atau
TIDAK. Di bawah ini merupakan analisis angket berdasarkan aspek pendidikan
keanekaragaman agama.
1. Pengetahuan Mengenai Pendidikan Keanekaragaman Agama
Pernyataan pertama pada aspek ini adalah pengetahuan mahasiswa mengenai
pendidikan keanekaragaman agama. Berikut adalah tabel analisis angket pada
pernyataan pertama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Tabel 4.18 Pengetahuan Mengenai Pendidikan Keanekaragaman
Agama
No. Pernyataan Jumlah Butir
Pernyataan
Jumlah
Mahasiswa
Jawaban
Ya
Jawaban
Tidak
1. Saya memiliki
pengetahuan
mengenai
pendidikan
keanekaragaman
agama
1 1 12 12 0
Total 1 1 12 12 0
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang
memiliki pengetahuan mengenai pendidikan keanekaragaman agama, yaitu
sebanyak 12 mahasiswa dengan persentase 100%. Maka, dapat disimpulkan bahwa
semua mahasiswa memiliki pengetahuan mengenai pendidikan keanekaragaman
agama.
2. Pentingnya Pendidikan Keanekaragaman Agama
Pernyataan kedua pada aspek ini adalah pentingnya pendidikan
keanekaragaman agama bagi mahasiswa. Berikut adalah tabel analisis angket pada
pernyataan kedua.
Tabel 4.19 Pentingnya Pendidikan Keanekaragaman Agama
No. Pernyataan Jumlah Butir
Pernyataan
Jumlah
Mahasiswa
Jawaban
Ya
Jawaban
Tidak
1. Menurut saya,
pendidikan
keanekaragaman
agama penting
1 1 12 12 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
untuk diterapkan
dalam
perkuliahan
bahasa Indonesia
Total 1 1 12 12 0
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang
menganggap bahwa pendidikan keanekaragaman agama penting untuk diterapkan,
yaitu sebanyak 12 mahasiswa dengan persentase 100%. Maka, dapat disimpulkan
bahwa semua mahasiswa menganggap jika pendidikan keanekaragaman agama
perlu diterapkan dalam perkuliahan bahasa Indonesia untuk menanamkan sikap
saling menghargai dan toleransi.
3. Penerapan Pendidikan Keanekaragaman Agama dari Segi Materi
Pernyataan ketiga pada aspek ini adalah penerapan pendidikan
keanekaragaman agama dari segi materi dalam perkuliahan bahasa Indonesia.
Berikut adalah tabel analisis angket pada pernyataan ketiga.
Tabel 4.20 Penerapan Pendidikan Keanekaragaman Agama
dari Segi Materi
No. Pernyataan Jumlah Butir
Pernyataan
Jumlah
Mahasiswa
Jawaban
Ya
Jawaban
Tidak
1. Pendidikan
keanekaragaman
agama sudah
diterapkan dari
segi materi
perkuliahan
bahasa
Indonesia
1 1 12 9 3
Total 1 1 12 9 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang
beranggapan jika pendidikan keanekaragaman agama telah diterapkan dari segi
materi pada perkuliahan bahasa Indonesia, yaitu sebanyak 9 mahasiswa dengan
persentase 75%, sedangkan 3 mahasiswa lainnya dengan persentase 25%
beranggapan jika pendidikan keanekaragaman agama tidak diterapkan dari segi
materi pada perkuliahan bahasa Indonesia. Maka, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan keanekaragaman agama telah diterapkan dalam perkuliahan bahasa
Indonesia dari segi materi.
4. Penerapan Pendidikan Keanekaragaman Agama dari Segi Sikap Sosial
Pernyataan keempat pada aspek ini adalah penerapan pendidikan
keanekaragaman agama dari segi sikap sosial dalam perkuliahan bahasa Indonesia.
Berikut adalah tabel analisis angket pada pernyataan keempat.
Tabel 4.21 Penerapan Pendidikan Keanekaragaman Agama
dari Segi Sikap Sosial
No. Pernyataan Jumlah Butir
Pernyataan
Jumlah
Mahasiswa
Jawaban
Ya
Jawaban
Tidak
1. Pendidikan
keanekaragaman
agama sudah
diterapkan dari
segi sikap sosial
(kegiatan
berkelompok)
1 1 12 10 2
Total 1 1 12 10 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang
beranggapan jika pendidikan keanekaragaman suku telah diterapkan dari segi sikap
sosial pada perkuliahan bahasa Indonesia, yaitu sebanyak 10 mahasiswa dengan
persentase 83,33%, sedangkan 2 mahasiswa lainnya dengan persentase 16,67%
beranggapan jika pendidikan keanekaragaman agama tidak diterapkan dari segi
sikap sosial pada perkuliahan bahasa Indonesia. Maka, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan keanekaragaman agama telah diterapkan dalam perkuliahan bahasa
Indonesia dari segi sikap sosial.
5. Adanya Sumber Belajar yang Mendukung
Pernyataan kelima pada aspek ini adalah adanya sumber belajar yang
mendukung pendidikan keanekaragaman agama. Berikut adalah tabel analisis
angket pada pernyataan kelima.
Tabel 4.22 Adanya Sumber Belajar yang Mendukung
No. Pernyataan Jumlah Butir
Pernyataan
Jumlah
Mahasiswa
Jawaban
Ya
Jawaban
Tidak
1. Selama
perkuliahan
Bahasa
Indonesia,
terdapat sumber
belajar yang
mendukung
adanya
pendidikan
keanekaragaman
agama
1 1 11 3 9
Total 1 1 11 3 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang
menganggap adanya sumber belajar yang mendukung pendidikan keanekaragaman
agama, yaitu sebanyak 3 mahasiswa dengan persentase 25%, sedangkan 9
mahasiswa lainnya dengan persentase 75% beranggapan jika selama perkuliahan
bahasa Indonesia, tidak ada sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan
keanekaragaman agama. Maka, dapat disimpulkan bahwa selama perkuliahan
bahasa Indonesia belum ada sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan
keanekaragaman agama.
4.2.3 Pengintegrasian Pendidikan Keanekaragaman Ras/Etnis ke dalam Mata
Kuliah Bahasa Indonesia
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, satu di antara dua
belas mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyakarta masih merasa ragu dalam
pengetahuannya mengenai pendidikan multikultural, salah satunya nilai-nilai dalam
keberagaman ras/etnis. Namun, mahasiswa lainnya sudah memiliki pengetahuan
mengenai pendidikan multikultural.
Pada saat melakukan wawancara, peneliti bertanya “Apa yang Anda ketahui
mengenai keberagaman ras/etnis dalam dunia pendidikan?”. Berdasarkan
pertanyaan tersebut, satu mahasiswa mengatakan jika pendidikan keanekaragaman
ras/etnis adalah pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan
ras/etnis. Maksud dari pernyataan tersebut adalah pendidikan keanekaragaman
ras/etnis hanya sebatas dikaitkan dengan materi pembelajaran. Namun, enam
mahasiswa lainnya, masih beranggapan bahwa pendidikan keanekaragaman
ras/etnis hanya perlu diterapkan dalam segi sosial saja. Akan tetapi, menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
mahasiswa lainnya materi pembelajaran perlu dikaitkan dengan keberagaman
ras/etnis, serta menerapkan sikap sosial dan toleransi atas keberagaman tersebut.
Hal itu bertujuan agar mahasiswa dapat memahami dan menerima latar belakang
terjadinya perbedaan ras/etnis yang ada di Indonesia.
Berkaitan dengan hal di atas, peneliti bertanya “Apakah selama perkuliahan
Bahasa Indonesia, ada sumber belajar yang berhubungan dan mendukung adanya
keberagaman ras/etnis dalam dunia pendidikan?”. Berdasarkan pertanyaan
tersebut, terdapat beberapa mahasiswa yang menganggap bahwa sumber belajar
yang mendukung penerapan pendidikan keanekaragaman ras/etnis tidak pernah
digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti ingin
mengembangkan produk buku ajar yang terintegrasi dengan pendidikan
multikultural, salah satunya adalah pendidikan keanekaragaman ras/etnis.
Dengan dikembangkannya buku ajar, mahasiswa memiliki harapan atas
pengembangan buku ajar tersebut. Dalam ranah psikomotorik, peneliti bertanya
“Kegiatan pembelajaran seperti apa yang dapat mendukung proses perkuliahan
Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan keberagaman ras/etnis dalam dunia
pendidikan?”. Mahasiswa berpendapat bahwa kegiatan pembelajaran di luar kelas
seperti melakukan observasi dapat mendukung proses perkuliahan Bahasa
Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan multikultural, salah satunya adalah
pendidikan keanekaragaman ras/etnis. Namun, mahasiswa lainnya beranggapan
jika kegiatan berkelompok sudah cukup untuk dapat mendukung proses
pembelajaran yang terintegrasi dengan pendidikan multikultural.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Dari hasil wawancara yang dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa
sebagian besar mahasiswa telah memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman ras/etnis. Akan tetapi berdasarkan pendapat mahasiswa, peneliti
melihat jika belum terdapat sumber belajar yang mendukung penerapan pendidikan
keanekaragaman ras/etnis. Oleh karena itu, mahasiswa memiliki harapan atas
pengembangan produk buku ajar yang akan dikembangkan oleh peneliti.
Selain wawacara, peneliti juga melakukan teknik penyebaran angket.
Pendidikan keanekaragaman ras/etnis merupakan salah satu aspek yang akan diteliti
dan dikembangkan oleh peneliti dalam produk buku ajar. Pada aspek ini terdapat 5
pernyataan yang perlu dijawab oleh responden dengan pilihan jawaban YA atau
TIDAK. Di bawah ini merupakan analisis angket berdasarkan aspek pendidikan
keanekaragaman ras/etnis.
1. Pengetahuan Mengenai Pendidikan Keanekaragaman Ras/Etnis
Pernyataan pertama pada aspek ini adalah pengetahuan mahasiswa mengenai
pendidikan keanekaragaman ras/etnis. Berikut adalah tabel analisis angket pada
pernyataan pertama.
Tabel 4.23 Pengetahuan Mengenai
Pendidikan Keanekaragaman Ras/Etnis
No. Pernyataan Jumlah Butir
Pernyataan
Jumlah
Mahasiswa
Jawaban
Ya
Jawaban
Tidak
1. Saya memiliki
pengetahuan
mengenai
pendidikan
1 1 12 9 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
keanekaragaman
ras/etnis
Total 1 1 12 9 3
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang
memiliki pengetahuan mengenai pendidikan keanekaragaman agama, yaitu
sebanyak 9 mahasiswa dengan persentase 75%, sedangkan 3 mahasiswa lainnya
dengan persentase 25% belum memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman ras/etnis.
2. Pentingnya Pendidikan Keanekaragaman Ras/Etnis
Pernyataan kedua pada aspek ini adalah pentingnya pendidikan
keanekaragaman ras/etnis bagi mahasiswa. Berikut adalah tabel analisis angket
pada pernyataan kedua.
Tabel 4.24 Pentingnya Pendidikan Keanekaragaman Ras/Etnis
No. Pernyataan Jumlah Butir
Pernyataan
Jumlah
Mahasiswa
Jawaban
Ya
Jawaban
Tidak
1. Menurut saya,
pendidikan
keanekaragaman
ras/etnis penting
untuk diterapkan
dalam
perkuliahan
bahasa Indonesia
1 1 12 11 1
Total 1 1 12 11 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang
menganggap bahwa pendidikan keanekaragaman ras/etnis penting untuk
diterapkan, yaitu sebanyak 11 mahasiswa dengan persentase 91,67, sedangkan 1
mahasiswa lainnya dengan persentase 8,33% beranggapan jika pendidikan
keanekaragaman ras/etnis tidak penting untuk diterapkan. Maka, dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar mahasiswa menganggap jika pendidikan keanekaragaman
ras/etnis perlu diterapkan dalam perkuliahan bahasa Indonesia untuk menanamkan
sikap saling menghargai dan toleransi antaretnis.
3. Penerapan Pendidikan Keanekaragaman Ras/Etnis dari Segi Materi
Pernyataan ketiga pada aspek ini adalah penerapan pendidikan
keanekaragaman ras/etnis dari segi materi dalam perkuliahan bahasa Indonesia.
Berikut adalah tabel analisis angket pada pernyataan ketiga.
Tabel 4.25 Penerapan Pendidikan Keanekaragaman Ras/Etnis
dari Segi Materi
No. Pernyataan Jumlah Butir
Pernyataan
Jumlah
Mahasiswa
Jawaban
Ya
Jawaban
Tidak
1. Pendidikan
keanekaragaman
ras/etnis sudah
diterapkan dari
segi materi
perkuliahan
bahasa
Indonesia
1 1 12 8 4
Total 1 1 12 8 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang
beranggapan jika pendidikan keanekaragaman ras/etnis telah diterapkan dari segi
materi pada perkuliahan bahasa Indonesia, yaitu sebanyak 8 mahasiswa dengan
persentase 66,67%, sedangkan 4 mahasiswa lainnya dengan persentase 33,33%
beranggapan jika pendidikan keanekaragaman ras/etnis tidak diterapkan dari segi
materi pada perkuliahan bahasa Indonesia. Maka, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan keanekaragaman ras/etnis telah diterapkan dalam perkuliahan bahasa
Indonesia dari segi materi.
4. Penerapan Pendidikan Keanekaragaman Ras/Etnis dari Segi Sikap Sosial
Pernyataan keempat pada aspek ini adalah penerapan pendidikan
keanekaragaman ras/etnis dari segi sikap sosial dalam perkuliahan bahasa
Indonesia. Berikut adalah tabel analisis angket pada pernyataan keempat.
Tabel 4.26 Penerapan Pendidikan Keanekaragaman Ras/Etnis
dari Segi Sikap Sosial
No. Pernyataan Jumlah Butir
Pernyataan
Jumlah
Mahasiswa
Jawaban
Ya
Jawaban
Tidak
1. Pendidikan
keanekaragaman
ras/etnis sudah
diterapkan dari
segi sikap sosial
(kegiatan
berkelompok)
1 1 12 9 3
Total 1 1 12 9 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang
beranggapan jika pendidikan keanekaragaman ras/etnis telah diterapkan dari segi
sikap sosial pada perkuliahan bahasa Indonesia, yaitu sebanyak 9 mahasiswa
dengan persentase 75%, sedangkan 3 mahasiswa lainnya dengan persentase 25%
beranggapan jika pendidikan keanekaragaman ras/etnis tidak diterapkan dari segi
sikap sosial pada perkuliahan bahasa Indonesia. Maka, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan keanekaragaman ras/etnis telah diterapkan dalam perkuliahan bahasa
Indonesia dari segi sikap sosial.
5. Adanya Sumber Belajar yang Mendukung
Pernyataan kelima pada aspek ini adalah adanya sumber belajar yang
mendukung pendidikan keanekaragaman ras/etnis. Berikut adalah tabel analisis
angket pada pernyataan kelima.
Tabel 4.27 Adanya Sumber Belajar yang Mendukung
No. Pernyataan Jumlah Butir
Pernyataan
Jumlah
Mahasiswa
Jawaban
Ya
Jawaban
Tidak
1. Selama
perkuliahan
Bahasa
Indonesia,
terdapat sumber
belajar yang
mendukung
adanya
pendidikan
keanekaragaman
ras/etnis
1 1 12 5 7
Total 1 1 12 5 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang
menganggap adanya sumber belajar yang mendukung pendidikan keanekaragaman
ras/etnis, yaitu sebanyak 5 mahasiswa dengan persentase 41,67%, sedangkan 7
mahasiswa lainnya dengan persentase 58,33% beranggapan jika selama perkuliahan
bahasa Indonesia, tidak terdapat sumber belajar yang mendukung adanya
pendidikan keanekaragaman ras/etnis. Maka, dapat disimpulkan bahwa selama
perkuliahan bahasa Indonesia belum ada sumber belajar yang mendukung adanya
pendidikan keanekaragaman ras/etnis.
4.2.4 Pengintegrasian Pendidikan Keanekaragaman Golongan ke dalam Mata
Kuliah Bahasa Indonesia
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, satu di antara dua
belas mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyakarta masih merasa ragu dalam
pengetahuannya mengenai pendidikan multikultural, khususnya nilai-nilai dalam
keberagaman golongan. Pada saat melakukan wawancara, peneliti bertanya
“Mengapa keberagaman golongan dalam dunia pendidikan penting untuk
diterapkan?” Bagi beberapa mahasiswa, pendidikan keanekaragaman golongan
merupakan hal yang perlu untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Hal itu
dikarenakan konflik golongan kerap kali muncul, terutama padaa saat masa
pemilihan umum dan daerah. Selain itu, beberapa mahasiswa menjawab
“Pendidikan keanekaragam golongan juga berguna untuk menanamkan sikap
saling menghargai atas perbedaan golongan”.
Dengan adanya penelitian dan pengembangan ini, mahasiswa berharap
pendidikan tidak lagi mementingkan kemampuan akademik mahasiswa maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
peserta didik saja. Menurut mahasiswa, pendidikan di Indonesia pelu menerapkan
pendidikan multikultural salah satunya adalah pendidikan keanekaragaman
golongan. Alasan yang diberikan pun tidak berbeda dengan pendidikan
keanekaragaman lainnya, yaitu agar mahasiswa dan peserta didik dapat
menanamkan sikap saling menghargai dan toleransi antar kelompok dan golongan.
Buku ajar adalah sumber belajar yang akan dikembangkan oleh peneliti. Pada
saat melakukan wawancara, peneliti bertanya “Menurut Anda, apakah buku ajar
dapat mendukung proses perkuliahan Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan
keberagaman golongan dalam dunia pendidikan?”. Berdasarkan pertanyaan
tersebut, sepuluh mahasiswa mengatakan jika buku ajar dapat mendukung proses
perkuliahan Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan multikultural,
khususnya keberagaman suku, agama, ras/etnis, dan golongan.
Dari wawancara yang telah dilakukan, peneliti mengambil simpulan bahwa
terdapat satu mahasiswa yang masih ragu akan pengetahuannya mengenai
pendidikan keanekaragaman golongan. Kemudian berdasarkan pendapat
mahasiswa, peneliti menganggap bahwa konflik golongan merupakan salah satu
konflik yang kerap kali muncul, terutama pada saat masa pemilihan kepala Negara
atau daerah. Hal itu dapat dilihat dari anggapan mahasiswa yang mengatakan jika
pendidikan seharusnya tidak hanya mementingkan kemampuan akademik tetapi
juga dapat memperhatikan pendidikan multikulturalisme yang seharusnya juga
didapat oleh mahasiswa, salah satunya pendidikan keanekaragaman golongan. Oleh
karena itu, peneliti menyimpulkan jika mahasiswa berharap pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
keanekaragaman golongan dapat diterapkan dalam kegiatan perkuliahan yang
didukung dengan adanya sumber belajar.
Selain wawacara, peneliti juga melakukan teknik penyebaran angket.
Pendidikan keanekaragaman golongan merupakan salah satu aspek yang akan
diteliti dan dikembangkan oleh peneliti dalam produk buku ajar. Pada aspek ini
terdapat 5 pernyataan yang perlu dijawab oleh responden dengan pilihan jawaban
YA atau TIDAK. Di bawah ini merupakan analisis angket berdasarkan aspek
pendidikan keanekaragaman golongan.
1. Pengetahuan Mengenai Pendidikan Keanekaragaman Golongan
Pernyataan pertama pada aspek ini adalah pengetahuan mahasiswa mengenai
pendidikan keanekaragaman golongan. Berikut adalah tabel analisis angket pada
pernyataan pertama.
Tabel 4.28 Pengetahuan Mengenai
Pendidikan Keanekaragaman Golongan
No. Pernyataan Jumlah Butir
Pernyataan
Jumlah
Mahasiswa
Jawaban
Ya
Jawaban
Tidak
1. Saya memiliki
pengetahuan
mengenai
pendidikan
keanekaragaman
golongan
1 1 12 6 6
Total 1 1 12 6 6
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang
memiliki pengetahuan mengenai pendidikan keanekaragaman agama, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
sebanyak 6 mahasiswa dengan persentase 50%, sedangkan 6 mahasiswa lainnya
dengan persentase 50% belum memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman golongan.
2. Pentingnya Pendidikan Keanekaragaman Golongan
Pernyataan kedua pada aspek ini adalah pentingnya pendidikan
keanekaragaman golongan bagi mahasiswa. Berikut adalah tabel analisis angket
pada pernyataan kedua.
Tabel 4.29 Pentingnya Pendidikan Keanekaragaman Golongan
No. Pernyataan Jumlah Butir
Pernyataan
Jumlah
Mahasiswa
Jawaban
Ya
Jawaban
Tidak
1. Menurut saya,
pendidikan
keanekaragaman
golongan penting
untuk diterapkan
dalam
perkuliahan
bahasa Indonesia
1 1 12 10 2
Total 1 1 12 10 2
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang
menganggap bahwa pendidikan keanekaragaman golongan penting untuk
diterapkan, yaitu sebanyak 10 mahasiswa dengan persentase 83,33%, sedangkan 2
mahasiswa lainnya dengan persentase 16,67% beranggapan jika pendidikan
keanekaragaman golongan tidak penting untuk diterapkan. Maka, dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa menganggap jika pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
keanekaragaman golongan perlu diterapkan dalam perkuliahan bahasa Indonesia
untuk menanamkan sikap saling menghargai dan toleransi antargolongan.
3. Penerapan Pendidikan Keanekaragaman Golongan dari Segi Materi
Pernyataan ketiga pada aspek ini adalah penerapan pendidikan
keanekaragaman golongan dari segi materi dalam perkuliahan bahasa Indonesia.
Berikut adalah tabel analisis angket pada pernyataan ketiga.
Tabel 4.30 Penerapan Pendidikan Keanekaragaman Golongan
dari Segi Materi
No. Pernyataan Jumlah Butir
Pernyataan
Jumlah
Mahasiswa
Jawaban
Ya
Jawaban
Tidak
1. Pendidikan
keanekaragaman
golongan sudah
diterapkan dari
segi materi
perkuliahan
bahasa
Indonesia
1 1 12 6 6
Total 1 1 12 6 6
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang
beranggapan jika pendidikan keanekaragaman golongan telah diterapkan dari segi
materi pada perkuliahan bahasa Indonesia, yaitu sebanyak 6 mahasiswa dengan
persentase 50%, sedangkan 6 mahasiswa lainnya dengan persentase 50%
beranggapan jika pendidikan keanekaragaman golongan tidak diterapkan dari segi
materi pada perkuliahan bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
4. Penerapan Pendidikan Keanekaragaman Golongan dari Segi Sikap Sosial
Pernyataan keempat pada aspek ini adalah penerapan pendidikan
keanekaragaman golongan dari segi sikap sosial dalam perkuliahan bahasa
Indonesia. Berikut adalah tabel analisis angket pada pernyataan keempat.
Tabel 4.31 Penerapan Pendidikan Keanekaragaman Golongan
dari Segi Sikap Sosial
No. Pernyataan Jumlah Butir
Pernyataan
Jumlah
Mahasiswa
Jawaban
Ya
Jawaban
Tidak
1. Pendidikan
keanekaragaman
golongan sudah
diterapkan dari
segi sikap sosial
(kegiatan
berkelompok)
1 1 12 7 5
Total 1 1 12 7 5
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang
beranggapan jika pendidikan keanekaragaman golongan telah diterapkan dari segi
sikap sosial pada perkuliahan bahasa Indonesia, yaitu sebanyak 7 mahasiswa
dengan persentase 58,33%, sedangkan 5 mahasiswa lainnya dengan persentase
41,67% beranggapan jika pendidikan keanekaragaman golongan tidak diterapkan
dari segi sikap sosial pada perkuliahan bahasa Indonesia. Maka, dapat disimpulkan
bahwa pendidikan keanekaragaman golongan telah diterapkan dalam perkuliahan
bahasa Indonesia dari segi sikap sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
5. Adanya Sumber Belajar yang Mendukung
Pernyataan kelima pada aspek ini adalah adanya sumber belajar yang
mendukung pendidikan keanekaragaman golongan. Berikut adalah tabel analisis
angket pada pernyataan kelima.
Tabel 4.32 Adanya Sumber Belajar yang Mendukung
No. Pernyataan Jumlah Butir
Pernyataan
Jumlah
Mahasiswa
Jawaban
Ya
Jawaban
Tidak
1. Selama
perkuliahan
Bahasa
Indonesia,
terdapat sumber
belajar yang
mendukung
adanya
pendidikan
keanekaragaman
golongan
1 1 12 3 9
Total 1 1 12 3 9
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang
menganggap adanya sumber belajar yang mendukung pendidikan keanekaragaman
golongan, yaitu sebanyak 3 mahasiswa dengan persentase 25%, sedangkan 9
mahasiswa lainnya dengan persentase 75% beranggapan jika selama perkuliahan
bahasa Indonesia, tidak terdapat sumber belajar yang mendukung adanya
pendidikan keanekaragaman golongan. Maka, dapat disimpulkan bahwa selama
perkuliahan bahasa Indonesia belum ada sumber belajar yang mendukung adanya
pendidikan keanekaragaman golongan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
4.3 Pembahasan Hasil Analisis Data
Pada bagian ini, peneliti akan membahas mengenai pengintegrasian
pendidikan multikultural dalam mata kuliah Bahasa Indonesia. Peneliti akan
mengembangkan produk berupa buku ajar untuk dapat mengintegrasikan kedua hal
tersebut berdasarkan data yang telah diperoleh peneliti melalui wawancara, angket,
dan tes kemampuan berbahasa. Buku ajar merupakan buku acuan yang digunakan
di satuan pendidikan dasar atau dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat
materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan, ketakwaan, akhlak
mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan (Sitepu, 2014).
Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui bahwa sebagian besar
mahasiswa sudah memiliki pengetahuan mengenai pendidikan multikultural,
khususnya pendidikan keanekaragaman suku, agama, ras/etnis, dan golongan.
Selain itu, mahasiswa juga menganggap bahwa pendidikan keanekaragaman
tersebut penting untuk diterapkan dalam mata kuliah bahasa Indonesia. Hal itu
dikarenakan, menurut mahasiswa dewasa ini kerap muncul konflik-konflik atas
nama keanekaragaman suku, agama, ras/etnis, dan golongan. Kemudian,
pendidikan multikultural juga berguna untuk meningkatkan rasa saling menghargai
dan toleransi.
Berdasarkan hasil angket, data yang didapat tidak jauh berbeda dengan data
yang didapat dari hasil wawancara, yaitu sebagian besar mahasiswa sudah memiliki
pengetahuan mengenai pendidikan keanekaragaman suku, agama, ras/etnis, dan
golongan. Kemudian, menurut beberapa mahasiswa pendidikan multikultural sudah
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran baik dari segi materi maupun sikap sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Namun, ada juga mahasiswa yang menganggap jika hal tersebut belum dilakukan.
Akan tetapi, menurut kebanyakan mahasiswa hingga saat ini belum ada sumber
belajar yang mendukung penerapan pendidikan keanekaragaman tersebut.
Hasil analisis tes kemampuan berbahasa mahasiswa berada pada kategori
baik. Hal ini menjelaskan bahwa mahasiswa sudah memiliki kemampuan berbahasa
yang baik, meskipun masih terdapat beberapa mahasiswa yang kurang teliti dalam
membaca soal sehingga jawaban yang dipilih belum benar.
Berdasarkan data yang telah diperoleh, peneliti akan menyusun sebuah buku
acuan yang memuat materi-materi Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi
khususnya mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyakarta. Menurut Pranowo
(2014), materi yang diajarkan dalam mata kuliah Bahasa Indonesia perlu mencakup
empat keterampilan berbahasa yang harus diajarkan kepada peserta didik dan
mahasiswa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis baik
dalam bidang bahasa maupun sastra. Akan tetapi, peneliti akan mengintegrasikan
materi tersebut dengan pendidikan multikultural, antara lain keanekaragaman suku,
agama, ras/etnis, dan golongan.
Pada dasarnya pendidikan multikultural memiliki alternatif, yaitu dengan
menerapkan keanekaragaman masyarakat pada strategi dan konsep pendidikan,
khususnya keberagaman suku, agama, ras/etnis, dan golongan. Hal ini bertujuan
agar strategi pendidikan tidak hanya membuat mahasiswa menjadi lebih mudah
untuk memahami materi pelajaran, tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran
mereka agar selalu bersikap demokratis dan menghargai adanya keberagaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Oleh sebab itu, hal terpenting yang perlu diketahui dalam dunia pendidikan
adalah seorang pendidik tidak hanya dituntut untuk mengajarkan mata pelajaran
yang diajarkannya. Namun, seorang pendidik khususnya guru harus menanamkan
nilai-nilai dari pendidikan multikultural (Yaqin, 2005).
Pengintegrasian pendidikan multikultural dengan pembelajaran Bahasa
Indonesia harus merujuk pada kondisi bangsa Indonesia yang memiliki keragaman.
Pendidikan multikultural memiliki peran yang sangat penting untuk mewujudkan
hidup saling menghargai, toleransi, dan hidup rukun. Dalam jurnal yang ditulis oleh
Zuliyanti dijelaskan pada awal pembelajaran, peserta didik atau mahasiswa
diberikan motivasi untuk mengikuti pelajaran yang berkonteks multikultural.
4.3.1 Pengintegrasian Pendidikan Keanekaragaman Suku ke dalam Mata
Kuliah Bahasa Indonesia
Suku bangsa merupakan suatu kelompok yang memiliki kesamaan budaya
dan identitas, seperti kesamaan adat, bahasa, kesenian, dan sistem kekerabatan.
Suku merupakan salah satu keanekaragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia,
sehingga setiap masyarakat di Indonesia memiliki latar belakang suku yang
berbeda. Dengan adanya perbedaan suku tersebut, masyarakat Indonesia harus
memiliki sikap saling menghargai dan toleransi.
Keanekaragaman suku merupakan salah satu keanekaragaman yang akan
peneliti integrasikan dengan mata kuliah Bahasa Indonesia. Dari pendapat-pendapat
mahasiswa yang telah ditulis pada subbab sebelumnya, peneliti menawarkan buku
ajar untuk mata kuliah Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan
keanekaragaman suku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Peneliti akan mengintegrasikan pendidikan keanekaragaman suku ke dalam
mata kuliah Bahasa Indonesia untuk mahasiswa PGSD berupa buku ajar. Buku ajar
tersebut berisi beberapa materi mengenai sejarah bahasa Indonesia, keterampilan
berbahasa, dan sastra, yang disertai dengan contoh teks, ilustrasi, dan gambar, salah
satunya adalah artikel mengenai kebudayaan di suku Jawa dan tari kecak yang
berasal dari Bali.
Selain itu, peneliti juga membuat latihan materi di akhir bab yang dikaitkan
dengan teks atau artikel mengenai keanekaragaman suku. Dalam buku ajar, peneliti
juga membuat suatu tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa untuk melakukan
observasi di sekolah mengenai penerapan pendidikan multikultural termasuk
keanekaragaman suku, yang kemudian dilaporkan dalam bentuk karangan ilmiah.
Selain itu, mahasiswa juga diminta untuk melakukan wawancara terhadap beberapa
narasumber dari suku yang berbeda.
Ada banyak penyebab mengenai rendahnya motivasi mahasiswa atau peserta
didik dalam pembelajaran bahasa Indonesia, salah satunya adalah pembelajaran
bahasa Indonesia yang hanya terfokus pada tata bahasa. Seharusnya pendidik
mengajarkan mengenai penggunaan bahasa untuk berkomunikasi dengan baik dan
benar, salah satunya dengan menerapkan kegiatan wawancara. Selain itu, observasi
yang akan dilakukan oleh mahasiswa merupakan salah satu cara untuk
menanamkan paradigma baru dalam dunia pendidikan. Paradigma baru dalam
pembelajaran bahasa Indonesia merupakan pembelajaran yang komunikatif. Guru
hanya sebagai fasilitator, sedangkan siswa diberi kebebasan, tanggung jawab, dan
kreativitas yang lebih besar dalam proses belajar (Stevik dalam Sumardi, 1992).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
4.3.2 Pengintegrasian Pendidikan Keanekaragaman Agama ke dalam Mata
Kuliah Bahasa Indonesia
Indonesia memiliki enam agama yang telah diakui oleh pemerintah, yaitu
Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Akan tetapi, setiap orang
di Indonesia cukup memeluk satu agama yang diyakini dan dipercayai sesuai
dengan keinginannya tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Negara pun telah
menjamin agar masyarakat Indonesia dapat menganut dan melaksanakan ajaran
agamanya masing-masing tanpa ada hambatan dan gangguan.
Keanekaragaman agama merupakan salah satu keanekaragaman yang akan
diintegrasikan dengan mata kuliah Bahasa Indonesia. Dari pendapat-pendapat
mahasiswa yang telah ditulis pada subbab sebelumnya, peneliti menawarkan buku
ajar untuk mata kuliah Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan
keanekaragaman agama.
Peneliti akan mengintegrasikan pendidikan keanekaragaman agama ke dalam
mata kuliah Bahasa Indonesia untuk mahasiswa PGSD berupa buku ajar, disertai
dengan contoh teks, ilustrasi, dan gambar yang dikaitkan dengan keberagaman
agama di Indonesia, salah satunya adalah artikel mengenai Kedatangan Agama
Hindu di Nusantara. Selain itu, peneliti membuat latihan materi pada akhir bab
yang dikaitkan dengan teks atau artikel mengenai keanekaragaman agam di
Indonesia. Peneliti juga membuat suatu tugas yang harus dikerjakan oleh
mahasiswa untuk melakukan observasi di sekolah mengenai penerapan pendidikan
multikultural termasuk keanekaragaman agama yang kemudian dilaporkan dalam
bentuk karangan ilmiah. Selain itu, secara berkelompok mahasiswa diminta untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
menampilkan sebuah drama mengenai keanekaragaman di Indonesia, salah satunya
adalah keanekaragaman agama
Dalam jurnalnya, Zuliyanti mengatakan bahwa bermain peran adalah salah
satu model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dan mahasiswa untuk
menentukan jati dirinya di dunia sosial berkaitan dengan hal berkomunikasi dengan
orang lain. Hal tersebut merupakan sebuah tes lisan yang dapat digunakan untuk
melihat kemampuan peserta didik atau mahasiswa dalam menceritakan
pengalamannya berkonteks multikultural bermuatan pendidikan karakter.
4.3.3 Pengintegrasian Pendidikan Keanekaragaman Ras/Etnis ke dalam Mata
Kuliah Bahasa Indonesia
Ras/etnis merupakan suatu kelompok berdasarkan garis keturunan dan
memiliki ciri-ciri fisik yang sama, seperti bentuk rambut, warna kulit, ukuran
badan, bentuk muka, bentuk dan warna mata, serta ciri fisik lainnya. Ras/etnis
merupakan salah satu keanekaragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia,
sehingga setiap masyarakat di Indonesia wajib menghargai perbedaan tersebut.
Melalui keberagaman ras/etnis, masyarakat juga mampu belajar untuk saling
menghormati setiap kelompok ras/etnis yang ada di Indonesia.
Keanekaragaman ras/etnis merupakan salah satu keanekaragaman yang akan
diintegrasikan ke dalam mata kuliah Bahasa Indonesia. Dari pendapat-pendapat
mahasiswa yang telah ditulis pada subbab sebelumnya, peneliti menawarkan buku
ajar untuk mata kuliah Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan
keanekaragaman ras/etnis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Peneliti akan mengintegrasikan pendidikan keanekaragaman ras/etnis ke
dalam mata kuliah Bahasa Indonesia untuk mahasiswa PGSD dengan membuat
beberapa materi mengenai kebahasaan dan sastra. Materi-materi tersebut didukung
dengan adanya contoh teks, ilustrasi, dan gambar yang dikaitkan dengan
keberagaman ras/etnis di Indonesia. Teks yang terdapat di dalam buku ajar adalah
artikel mengenai Leluhur Orang Tionghoa-Indonesia, biografi Laksamana Muda
TNI (Purn) John Lie dan Liem Koen Hian yang memiliki keturunan Tionghoa, dan
juga sinopsis novel Boenga Roos dari Tjikembang karya Kwee Tek Hoaij yang
menceritakan percintaan antaretnis (Tionghoa dan pribumi), yang juga
menggambarkan budaya Cina dan Sunda, serta persoalan kepercayaan (Konghucu
dan Islam).
Pada akhir bab, peneliti juga membuat latihan materi yang dikaitkan dengan
teks atau artikel mengenai keanekaragaman ras/etnis. Dalam buku ajar, peneliti juga
membuat suatu tugas secara berkelompok yang harus dikerjakan oleh mahasiswa,
untuk membuat tiga jenis karya sastra yang terdiri puisi, prosa, dan drama dengan
mengangkat tema mengenai keanekaragaman ras/etnis. Hal itu peneliti lakukan
agar mahasiswa lebih termotivasi lagi dalam mengikuti perkuliahan Bahasa
Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan multikultural.
Seorang pendidik harus memiliki kreativitas dalam menggunakan metode
pembelajaran yang menyenangkan. Pendidik harus memiliki strategi agar
mahasiswa atau peserta didik menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Dengan demikian, pada hakikatnya yang aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah
siswa (student-centered) bukan guru seperti yang ada pada paradigma lama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
4.3.4 Pengintegrasian Pendidikan Keanekaragaman Golongan ke dalam Mata
Kuliah Bahasa Indonesia
Dalam sosiologi, dikenal adanya lapisan masyarakat yang disebut dengan
penggolongan kelas sosial, seperti kelas tinggi atau atas, kelas sedang atau
menengah, kelas rendah atau bawah. Kedudukan dan status sosial tersebut
menyebabkan adanya penggolongan berdasarkan kelas. Selain itu, keberagaman
golongan juga disebabkan karena adanya pembentukan kelompok berupa
organisasi-organisasi kemasyarakatan. Dengan demikian, kelas sosial dan
organisasi kemasyarakatan membentuk golongan-golongan tertentu di masyarakat.
Keanekaragaman golongan merupakan salah satu keanekaragaman yang akan
diintegrasikan ke dalam mata kuliah Bahasa Indonesia. Dari pendapat-pendapat
mahasiswa yang telah ditulis pada subbab sebelumnya, peneliti menawarkan buku
ajar untuk mata kuliah Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan
keanekaragaman golongan.
Peneliti akan mengintegrasikan pendidikan keanekaragaman golongan ke
dalam mata kuliah Bahasa Indonesia untuk mahasiswa PGSD dengan membuat
beberapa materi yang disertai dengan contoh teks, ilustrasi, dan gambar yang
dikaitkan dengan keberagaman golongan di Indonesia, salah satunya adalah contoh
mengenai Konflik antara Bobotoh dan Jackmania. Selain itu, juga terdapat sinopsis
cerita rakyat Malin Kundang yang bertujuan untuk menyampaikan pesan agar kita
tidak boleh mendiskriminasi orang lain hanya karena memiliki latar belakang
golongan yang berbeda, yaitu golongan atas (kaya) dan golongan bawah (miskin).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Peneliti juga membuat latihan materi pada akhir bab yang dikaitkan dengan
teks atau artikel mengenai keanekaragaman golongan di Indonesia. Peneliti juga
membuat tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa secara berkelompok, yaitu
mempresentasikan materi mengenai pentingnya pendidikan keanekaragaman
golongan. Hal tersebut dilakukan agar mahasiswa juga dapat berlatihan berbicara
di muka umum. Selain itu, mahasiswa juga diminta untuk membuat sebuah teks
drama yang kemudian akan ditampilkan di depan kelas bersama dengan kelompok.
Peneliti telah menentukan beberapa tema yang dapat dipilih oleh setiap kelompok,
salah satunya adalah mengenai toleransi antargolongan di Indonesia.
4.4 Deskripsi Produk
Karakteristik bahan ajar yang dikembangkan, yaitu bersifat kontekstual
dengan mengangkat sejarah, isu, dan permasalahan dari keanekaragaman suku,
agama, ras/etnis, dan golongan yang ada di Indonesia. Selain itu, materi juga
disajikan sesuai dengan pengalaman mahasiswa pada saat melakukan wawancara
dan observasi di lingkungan sekitar. Hal tersebut akan lebih memudahkan
mahasiswa dalam memahami materi yang disajikan.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka model atau desain bahan ajar yang
disusun adalah sebagai berikut:
a. Menyajikan materi secara jelas disertai dengan contoh teks untuk memudahkan
mahasiswa dalam memahami materi.
b. Menyajikan ilustrasi dan gambar yang disesuaikan dengan materi untuk
memudahkan mahasiswa dalam memahami materi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
c. Memuat latihan materi dan tugas kelompok di akhir bab untuk mengukur tingkat
pemahaman mahasiswa terhadap materi yang disajikan.
d. Memuat tugas kelompok untuk dapat melihat kerjasama dalam diri mahasiswa
dan dapat meningkatkan sikap sosial setiap mahasiswa.
e. Memuat permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan keanekaragaman
suku, agama, ras/etnis, dan golongan pada teks baik dalam materi maupun
latihan materi.
Data yang telah dikumpulkan menjadi acuan penyusunan buku ajar. Buku ajar
yang disusun adalah buku ajar untuk mata kuliah Bahasa Indonesia yang
terintegrasi dengan pendidikan multikultural bagi mahasiswa PGSD. Buku ajar
disusun berdasarkan hasil wawancara dan hasil analisis angket. Sebelum dilakukan
penyusunan buku ajar, terlebih dahulu dirancang desain awal buku ajar tersebut.
Adapun desain tersebut meliputi.
1. Bagian depan, bagian ini terdiri dari:
a. halaman judul
b. kata pengantar
c. daftar isi
2. Bagian isi, bagian ini terdiri dari:
a. judul bab, buku ajar ini terdiri dari 8 bab, antara lain.
1) Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
2) Keterampilan Menyimak
3) Keterampilan Berbicara di Muka Umum
4) Keterampilan Membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
5) Keterampilan Menulis Karangan Ilmiah
6) Sastra Indonesia Multikultural
7) Karya Sastra Anak
8) Nilai-Nilai Kontribusi Sastra Anak
b. Materi
Materi merupakan isi buku yang disajikan dalam bentuk uraian yang
dilengkapi dengan contoh teks, ilustrasi, dan gambar sehingga mahasiswa
menjadi lebih mudah dalam memahami materi.
c. Latihan materi
Latihan materi terbagi menjadi latihan individu dan latihan kelompok.
Latihan materi pada akhir bab digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman
mahasiswa terhadap materi yang disajikan. Selain dapat mengetahui tingkat
pemahaman, latihan individu dan latihan kelompok dapat membuat mahasiswa
lebih memahami adanya keanekaragaman suku, agama, ras/etnis, dan golongan
di Indonesia.
4.5 Analisis Data Validasi dan Uji Coba Produk
Pada penelitian ini, produk yang akan dikembangkan adalah buku ajar. Buku
ajar akan diserahkan kepada dosen ahli untuk dinilai tingkat kelayakannya melalui
validasi. Dalam menilai buku ajar, dosen ahli akan memilih jawaban YA atau
TIDAK. Selain itu, dosen ahli juga memberikan keterangan berupa kritik dan/atau
saran. Setelah melakukan validasi dan merevisi produk, peneliti akan melakukan
ujicoba produk pada mahasiswa. Mahasiswa akan menilai buku ajar dengan
memilih jawaban YA atau TIDAK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
4.5.1 Deskripsi Hasil Validasi Dosen Ahli
Pada penelitian ini, validasi buku ajar dilakukan oleh Dr. R. Kunjana Rahardi,
M.Hum. Terdapat tiga aspek yang perlu divalidasi oleh dosen ahli. Berdasarkan
hasil validasi tersebut, peneliti akan merevisi aspek-aspek yang dianggap belum
layak pada produk buku ajar. Hal itu dilakukan agar peneliti dapat menghasilkan
produk yang sesuai dan tepat.
1. Aspek Materi dalam Buku Ajar
Terdapat tujuh indikator yang perlu dinilai dalam aspek ini, yaitu kesesuaian
materi dengan Kompetensi Dasar (KD) dan indikator, kesesuaian isi materi dengan
judul atau subjudul, kelengkapan dan kejelasan materi dalam buku ajar, kesesuaian
urutan materi dalam buku ajar, kesesuaian contoh materi dalam buku ajar, kejelasan
contoh materi yang disajikan sehingga mudah dipahami, dan kesesuaian evaluasi
dalam buku ajar dengan materi. Berdasarkan hasil validasi dosen ahli, ketujuh
indikator pada aspek ini dinyatakan layak dan tidak perlu direvisi.
2. Aspek Kebahasaan dalam Buku Ajar
Pada aspek ini terdapat tiga indikator yang perlu dinilai, yaitu keefektifan
kalimat yang digunakan dalam buku ajar, kesesuaian penggunaan tanda baca dan
kalimat dengan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), dan penggunaan bahasa yang
memudahkan pemahaman materi. Berdasarkan hasil validasi dosen ahli, ketiga
indikator pada aspek ini dinyatakan layak dan tidak perlu direvisi.
3. Penilaian Kelayakan Format Buku Ajar
Terdapat lima indikator yang perlu dinilai pada aspek ini, yaitu judul buku
ajar sudah sesuai dengan isi materi dan menarik minat pembaca, desain dan gambar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
sampul buku ajar memberi kesan positif bagi pembaca, desain dan gambar sampul
buku ajar menarik minat pembaca, pemilihan gambar/foto sesuai dan tepat dengan
materi dan komponen tiap buku ajar, dan tulisan dalam buku ajar mudah dibaca.
Berdasarkan hasil validasi dosen ahli, kelima indikator pada aspek ini dinyatakan
layak dan tidak perlu direvisi.
4.5.2 Deskripsi Hasil Uji Coba Produk
Setelah divalidasi oleh dosen ahli dan dinyatakan layak, produk buku ajar
perlu diujicoba kepada mahasiswa. Uji coba produk dilakukan dalam kelompok
terbatas yang terdiri dari empat mahasiswa. Empat mahasiswa tersebut terdiri dari
tiga mahasiswa semester IV dan satu mahasiswa semester VIII Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta.
Pada penilaian uji coba produk, mahasiswa akan memilih jawaban YA atau
TIDAK serta memberikan kritik dan/atau saran terhadap produk buku ajar. Pada
penilaian ini terdapat tiga aspek yang perlu dinilai, yaitu: (1) aspek kelayakan
materi, (2) aspek kebahasaan, dan (3) aspek kelayakan format buku ajar. Berikut
merupakan hasil perhitungan uji coba produk mahasiswa.
Tabel 4.33 Hasil Perhitungan Uji Coba Produk Mahasiswa
No. Aspek yang dinilai Pilihan Jawaban
Jumlah
YA TIDAK
Penilaian Kelayakan Materi dalam Buku Ajar
1. Kesesuaian isi materi dengan
Kompetensi Dasar (KD) dan indikator
4 0 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
2. Kesesuaian isi materi dengan judul atau
subjudul
4 0 4
3. Materi dalam buku ajar sudah cukup
lengkap dan jelas
4 0 4
4. Urutan materi dalam buku ajar sudah
sesuai
4 0 4
5. Contoh materi dalam buku ajar sudah
sesuai dengan materi 4 0 4
6. Contoh materi disajikan dengan jelas
dan mudah dipahami 3 1 4
7. Evaluasi yang diberikan dalam buku
ajar sesuai dengan materi 4 0 4
Penilaian Kelayakan Aspek Kebahasaan dalam Buku Ajar
1 Kalimat yang digunakan dalam buku ajar
efektif 4 0 4
2
Penggunaan tanda baca dan kalimat
sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia
(EBI)
4 0 4
3. Penggunaan bahasa memudahkan
pemahaman materi 4 0 4
Penilaian Kelayakan Format Buku Ajar
1. Judul buku ajar menarik minat pembaca 3 1 4
2. Desain dan gambar sampul buku ajar
memberi kesan positif bagi pembaca 4 0 4
3. Desain dan gambar sampul buku ajar
menarik minat pembaca 2 2 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
4.
Pemilihan gambar/foto sesuai dan tepat
dengan materi dan komponen tiap buku
ajar
4 0 4
5. Tulisan dalam buku ajar mudah dibaca 4 0 4
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui pada indikator pertama semua
mahasiswa menyatakan bahwa isi materi dalam produk buku ajar sudah sesuai
dengan Kompetensi Dasar (KD) dan indikator. Pada indikator pertama dalam aspek
pertama, semua mahasiswa tidak memberikan komentar, kritik, dan/atau saran.
Pada indikator kedua di aspek pertama, semua mahasiswa menyatakan bahwa
isi materi dalam produk buku ajar sudah sesuai dengan judul atau subjudul produk
buku ajar. Pada indikator kedua, semua mahasiswa juga tidak memberikan
komentar, kritik, dan/atau saran terhadap produk buku ajar.
Pada indikator ketiga di aspek pertama, semua mahasiswa menyatakan bahwa
materi dalam buku ajar sudah cukup lengkap dan jelas. Pada indikator ketiga, semua
mahasiswa juga tidak memberikan komentar, kritik, dan/atau saran terhadap produk
buku ajar.
Pada indikator keempat di aspek pertama, semua mahasiswa menyatakan
bahwa urutan materi dalam buku ajar sudah sesuai. Pada indikator keempat, semua
mahasiswa juga tidak memberikan komentar, kritik, dan/atau saran terhadap produk
buku ajar.
Pada indikator kelima di aspek pertama, semua mahasiswa menyatakan
bahwa contoh materi dalam buku ajar sudah sesuai dengan materi. Pada indikator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
kelima, semua mahasiswa juga tidak memberikan komentar, kritik, dan/atau saran
terhadap produk buku ajar.
Pada indikator keenam di aspek pertama, terdapat tiga mahasiswa yang
menyatakan bahwa contoh materi disajikan dengan jelas dan mudah dipahami.
Akan tetapi, terdapat satu mahasiwa yang memilih jawaban TIDAK dengan
komentar bahwa seharusnya contoh materi disesuaikan dengan kelas. Berdasarkan
hasil perhitungan uji coba pada tabel di atas dapat dibuktikan bahwa contoh materi
yang disajikan sudah jelas dan dinyatakan layak.
Pada indikator ketujuh di aspek pertama, semua mahasiswa menyatakan
bahwa evaluasi yang diberikan dalam buku ajar sudah sesuai dengan materi. Pada
indikator ketujuh, semua mahasiswa juga tidak memberikan komentar, kritik,
dan/atau saran terhadap produk buku ajar.
Pada indikator pertama di aspek kedua, semua mahasiswa menyatakan bahwa
kalimat yang digunakan dalam buku ajar sudah efektif. Pada indikator ini, semua
mahasiswa juga tidak memberikan komentar, kritik, dan/atau saran terhadap produk
buku ajar.
Pada indikator kedua di aspek kedua, semua mahasiswa menyatakan bahwa
penggunaan tanda baca dan kalimat sudah sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia
(EBI). Pada indikator kedua ini, semua mahasiswa juga tidak memberikan
komentar, kritik, dan/atau saran terhadap produk buku ajar.
Pada indikator ketiga di aspek kedua, semua mahasiswa menyatakan bahwa
penggunaan bahasa sudah membantu dalam memahami materi. Pada indikator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
ketiga ini, semua mahasiswa juga tidak memberikan komentar, kritik, dan/atau
saran terhadap produk buku ajar.
Pada indikator pertama di aspek ketiga, terdapat tiga mahasiswa yang
menyatakan bahwa judul buku ajar menarik minat pembaca. Akan tetapi, terdapat
satu mahasiwa yang memilih jawaban TIDAK. Namun, pada indikator ini, semua
mahasiswa juga tidak memberikan komentar, kritik, dan/atau saran terhadap produk
buku ajar. Berdasarkan hasil perhitungan uji coba pada tabel di atas dapat
dibuktikan bahwa judul buku ajar dinyatakan layak.
Pada indikator kedua di aspek ketiga, semua mahasiswa menyatakan bahwa
desain dan gambar sampul buku ajar memberi kesan positif bagi pembaca. Pada
indikator ini, semua mahasiswa juga tidak memberikan komentar, kritik, dan/atau
saran terhadap produk buku ajar.
Pada indikator ketiga di aspek ketiga, terdapat dua mahasiswa yang
menyatakan bahwa desain dan gambar sampul buku ajar menarik minat pembaca.
Akan tetapi, dua mahasiwa lainnya memilih jawaban TIDAK. Namun, pada
indikator ini, semua mahasiswa juga tidak memberikan komentar, kritik, dan/atau
saran terhadap produk buku ajar.
Pada indikator keempat di aspek ketiga, semua mahasiswa menyatakan
bahwa pemilihan gambar/foto sudah sesuai dan tepat dengan materi dan komponen
tiap buku ajar. Pada indikator ini, semua mahasiswa juga tidak memberikan
komentar, kritik, dan/atau saran terhadap produk buku ajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Pada indikator kelima di aspek ketiga, semua mahasiswa menyatakan bahwa
tulisan dalam buku ajar mudah dibaca. Pada indikator ini, semua mahasiswa juga
tidak memberikan komentar, kritik, dan/atau saran terhadap produk buku ajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasannya, peneliti membuat kesimpulan
yaitu mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta
masih membutuhkan sumber belajar yang terintegrasi dengan pendidikan
multikultural, khususnya keanekaragaman suku, agama, ras/etnis, dan golongan.
Penelitian ini juga membuktikan bahwa pendidikan keanekaragaman suku, agama,
ras/etnis, dan golongan merupakan suatu hal yang penting untuk diterapkan bagi
mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyakarta. Walaupun menurut beberapa
mahasiswa pendidikan keanekaragaman tersebut telah diterapkan baik dari segi
materi maupun sosial, tetapi beberapa mahasiswa lainnya menganggap jika hal
tersebut belum didukung dengan adanya sumber belajar.
Pertama, pengintegrasian pendidikan keanekaragaman suku ke dalam mata
kuliah Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek yang diteliti dan dibahas oleh
peneliti. Berdasarkan hasil angket analisis kebutuhan, mahasiswa PGSD
Universitas PGRI Yogyakarta telah memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman suku sebesar 75%. Bagi mahasiswa, pendidikan keanekaragaman
suku sangat penting untuk diterapkan dalam perkuliahan Bahasa Indonesia.
Dari hasil penelitian juga dapat diketahui jika pendidikan keanekaragaman
suku sudah diterapkan dalam mata kuliah Bahasa Indonesia baik dari segi materi,
yaitu 91,67% maupun dari segi sikap sosial yaitu, 100%. Akan tetapi, terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
perbedaan pendapat yang cukup terlihat mengenai adanya sumber belajar yang
mendukung pendidikan keanekaragaman suku, yaitu 58,33% sedangkan mahasiswa
lainnya menganggap jika belum ada sumber belajar yang mendukung pendidikan
keanekaragaman suku, yaitu 41,67%.
Kedua, pengintegrasian pendidikan keanekaragaman agama ke dalam mata
kuliah Bahasa Indonesia merupakan aspek kedua yang diteliti dan dibahas oleh
peneliti. Berdasarkan hasil angket analisis kebutuhan, mahasiswa PGSD
Universitas PGRI Yogyakarta telah memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman agama, yaitu 100%. Bagi seluruh mahasiswa, pendidikan
keanekaragaman agama sangat penting untuk diterapkan dalam perkuliahan Bahasa
Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian, juga dapat diketahui bahwa pendidikan
keanekaragaman agama sudah diterapkan dalam mata kuliah Bahasa Indonesia baik
dari segi materi, yaitu 75% dan dari segi sikap sosial, yaitu 83,33%. Akan tetapi,
terdapat perbedaan pendapat yang cukup terlihat mengenai adanya sumber belajar
yang mendukung pendidikan keanekaragaman agama. Mahasiswa yang
berpendapat bahwa terdapat sumber belajar yang mendukung pendidikan
keanekaragaman agama, yaitu hanya 25%, sedangkan mahasiswa lainnya dengan
persentase 75% beranggapan jika selama perkuliahan bahasa Indonesia, tidak ada
sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan keanekaragaman agama.
Ketiga, pengintegrasian pendidikan keanekaragaman ras/etnis ke dalam mata
kuliah Bahasa Indonesia merupakan aspek ketiga yang diteliti dan dibahas oleh
peneliti. Berdasarkan hasil angket analisis kebutuhan, mahasiswa PGSD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Universitas PGRI Yogyakarta yang telah memiliki pengetahuan mengenai
pendidikan keanekaragaman ras/etnis, yaitu sebesar 75%. Bagi mahasiswa,
pendidikan keanekaragaman ras/etnis penting untuk diterapkan dalam perkuliahan
Bahasa Indonesia, yaitu 91,67. Akan tetapi, ada juga mahasiswa yang tidak
menganggap hal tersebut penting, yaitu hanya 8,33% .
Berdasarkan hasil penelitian, juga dapat diketahui bahwa pendidikan
keanekaragaman ras/etnis sudah diterapkan dalam mata kuliah Bahasa Indonesia
baik dari segi materi, yaitu 66,67% dan dari segi sikap sosial, yaitu 75%. Akan
tetapi, terdapat perbedaan pendapat yang cukup terlihat mengenai adanya sumber
belajar yang mendukung pendidikan keanekaragaman ras/etnis. Mahasiswa yang
berpendapat bahwa terdapat sumber belajar yang mendukung pendidikan
keanekaragaman ras/etnis, yaitu hanya 41,67%, sedangkan mahasiswa lainnya
dengan persentase 58,33% beranggapan jika selama perkuliahan bahasa Indonesia,
tidak ada sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan keanekaragaman
ras/etnis.
Keempat, pengintegrasian pendidikan keanekaragaman golongan ke dalam
mata kuliah Bahasa Indonesia merupakan aspek terakhir yang diteliti dan dibahas
oleh peneliti. Berdasarkan hasil angket analisis kebutuhan, mahasiswa PGSD
Universitas PGRI Yogyakarta yang telah memiliki pengetahuan mengenai
pendidikan keanekaragaman golongan, yaitu hanya 50%. Akan tetapi menurut
beberapa mahasiswa, pendidikan keanekaragaman golongan juga penting untuk
diterapkan dalam perkuliahan Bahasa Indonesia, yaitu 83,33. Namun, ada juga
mahasiswa yang tidak menganggap hal tersebut penting, yaitu hanya 16,67% .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Berdasarkan hasil penelitian, juga dapat diketahui bahwa pendidikan
keanekaragaman golongan sudah diterapkan dalam mata kuliah Bahasa Indonesia
baik dari segi materi, yaitu 50% dan dari segi sikap sosial, yaitu 58,33%. Akan
tetapi, terdapat perbedaan pendapat yang cukup terlihat mengenai adanya sumber
belajar yang mendukung pendidikan keanekaragaman ras/etnis. Mahasiswa yang
berpendapat bahwa terdapat sumber belajar yang mendukung pendidikan
keanekaragaman ras/etnis, yaitu hanya 25%, sedangkan mahasiswa lainnya dengan
persentase 75% beranggapan jika selama perkuliahan bahasa Indonesia, tidak ada
sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan keanekaragaman golongan.
Berdasarkan hasil analisis di atas, peneliti menyusun dan mengembangkan
sebuah buku ajar yang berjudul “Pendidikan Multikultural dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa PGSD”. Setelah menyusun dan
mengembangkan buku ajar, kemudian buku ajar tersebut divalidasi oleh dosen ahli.
Peneliti akan merevisi buku ajar apabila terdapat kekurangan berdasarkan hasil
validasi. Setelah peneliti merevisi buku ajar, kemudian buku ajar akan diujicobakan
kepada mahasiswa.
5.2 Implikasi
Pengembangan buku ajar mengenai pendidikan multikultural yang
terintegrasi dengan mata kuliah bahasa Indonesia ini bermanfaat bagi para
mahasiswa, khususnya mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas
PGRI Yogyakarta. Hal itu dikarenakan buku ajar tersebut disusun berdasarkan hasil
analisis kebutuhan mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyakarta yang didapat
oleh peneliti. Apabila buku ajar yang disusun oleh peneiti digunakan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
mahasiswa dari program studi atau universitas lain, mahasiswa tersebut harus
menyesuaikan materi yang dipelajari dengan materi yang terdapat di dalam buku
ajar.
5.3 Saran-saran
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasannya, peneliti memberikan
beberapa saran. Sebagai generasi muda, mahasiswa harus memupuk dan
menanamkan rasa saling menghargai serta menghormati baik antarsuku, agama,
ras/etnis, dan golongan. Hal itu dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah
satunya adalah penggunaan buku ajar yang terintegrasi dengan pendidikan
multikultural. Selain itu, dalam rangka meningkatkan toleransi mahasiswa dan
menanamkan sikap saling menghargai atas keanekaragaman suku, agama, ras/etnis,
dan golongan, hendaknya pendidik selalu memberikan motivasi dan pengetahuan
mengenai keanekaragaman tersebut kepada mahasiswa untuk saling menjaga
kerukunan melalui suatu pembelajaran materi.
Penelitian ini merupakan penelitian yang mengembangkan produk berupa
buku ajar. Oleh karena itu, buku ajar perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut
secara keseluruhan untuk dapat melengkapi kekurangan pada buku ajar tersebut,
serta bermanfaat bagi seluruh mahasiswa, khususnya mahasiswa PGSD. Penelitian
ini juga dapat dijadikan sebagai informasi tambahan apabila terdapat mahasiswa
atau peneliti lain yang ingin meneliti dan mengembangkan suatu produk berkaitan
dengan pendidikan multikultural.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Rulam. 2014. Pengantar Pendidikan: Asas dan Filsafat Pendidikan.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Banks, James A dan Cherry A McGee Banks (editor). 2001. Handbook of Research
on Multicultural Education 2nd Edition. San Fransisco: Jossey Bass.
Banks, James. A, Educating Citizens in a Multicultural Society, Teacher College
Press, Columbia University, New York, 1997.
Barker, Chris. 2008. Cultural Studies: Dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta:
Kreasi Wacana.
Diputra, Rizka. “Lima Konflik SARA Paling Mengerikan Ini Pernah Terjadi di
Indonesia. 16 Juni 2017. https://news.okezone.com/read/2016/02/25/340/
1320731/lima-konflik-sara-paling-mengerikan-ini-pernah-terjadi-di-
indonesia
Hanum, Farida (2008). “Pentingnya Pendidikan Multikultural dalam Mewujudkan
Demokrasi di Indonesia” dalam jurnal Seminar Nasional dengan Tema
“Pendidikan Multikultural dan Demokrasi di Indonesia” dan Wisuda
Program Akta IV Angkatan I, STIT Alma Ata Yogyakarta.
Isman, Hayono. 2013. Mahakarya Rakyat Indonesia: Renungan Kritis Pancasila
sebagai Pilar Bangsa. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.
Janawi. 2012. Kompetensi Guru Citra Guru Profesional. Bandung: Alfabeta.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016). Analisis Kearifan Lokal Ditinjau
dari Keberagaman Budaya. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan
Kebudayaan, Kemendikbud.
Maksum, Ali. 2011. Pluralisme dan Multikulturalisme Paradigma Baru
Pendidikan Agama Islam di Indonesia. Yogyakarta: Aditya Media.
Molan, Benyamin. 2015. Multikulturalisme: Cerdas Membangun Hidup Bersama
yang Stabil dan Dinamis. Jakarta: PT Indeks.
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis
Kompetensi. Yogyakarta: Anggota IKAPI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Nurhayati (2008). Berbagai Strategi Pembelajaran Bahasa dapat Meningkatkan
Kemampuan Berbahasa Siswa. Vol. XI, Nomor 2.
Pranowo. 2014. Teori Belajar Bahasa: untuk Guru Bahasa dan Mahasiswa Jurusan
Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rosdijati, Nani. 2015. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI Kelas V. Jakarta:
Erlangga.
Sitepu, B.P. 2012. Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sulistyowati, Diah (2015). “Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah
dan Perguruan Tinggi” dalam jurnal Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra
III.
Tegeh, I Made, dkk. 2014. Model Penelitian Pengembangan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Tirtarahardja, Umar dan S. L. La Sulo. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Waluya, Bagja. 2007. Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat untuk
Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu
Pengetahuan Sosial. Bandung: PT Setia Purna Inves.
Widoyoko, Eko Putro. 2014. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yaqin, Ainul. 2005. Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding
untuk Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Zuliyanti (2012). “Pengembangan Model Opera Dalam Pembelajaran Keterampilan
Bercerita Berkonteks Multikultural Bermuatan Nilai-Nilai Karakter pada
Peserta Didik SMA” dalam jurnal Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Lampiran 1
Kisi-kisi Wawancara
Wawancara ini menggunakan teknik wawancara yang dilakukan secara
terstruktur. Pada teknik wawancara ini, peneliti telah mengetahui informasi apa
yang akan diperoleh. Peneliti juga telah menyiapkan instrument penelitian berupa
pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan (Sugiyono,
2015). Pada kegiatan wawancara ini, peneliti melakukan wawancara dengan 12
mahasiswa PGSD Universitas PGRI Yogyakarta.
No. Indikator Jumlah
1. Pengetahuan tentang pendidikan multikultural
(keanekaragaman suku, agama, ras/etnis, dan golongan)
2
2. Pentingnya pendidikan multikultural (keanekaragaman suku,
agama, ras/etnis, dan golongan)
2
3. Relevansi pendidikan multikultural (keanekaragaman suku,
agama, ras/etnis, dan golongan) dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia
2
4. Harapan tentang adanya pendidikan multikultural
(keanekaragaman suku, agama, ras/etnis, dan golongan) dalam
mata kuliah Bahasa Indonesia
1
5. Ketersediaan sumber belajar yang berhubungan dengan
pendidikan multikultural (keanekaragaman suku, agama,
ras/etnis, dan golongan)
3
6. Penggunaan buku ajar dalam perkuliahan Bahasa Indonesia
yang terintegrasi dengan pendidikan multikultural
(keanekaragaman suku, agama, ras/etnis, dan golongan)
2
7. Harapan mengenai pengembangan buku ajar untuk perkuliahan
Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
multikultural (keanekaragaman suku, agama, ras/etnis, dan
golongan)
8. Kegiatan perkuliahan Bahasa Indonesia dalam ranah
psikomotorik dan kognitif yang terintegrasi dengan pendidikan
multikultural (keanekaragaman suku, agama, ras/etnis, dan
golongan)
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Lampiran 2
Kisi-kisi Angket
No. Indikator Jumlah
1. Memiliki pengetahuan mengenai pendidikan keanekaragaman
suku
1
2. Pendidikan keanekaragaman suku penting atau tidak untuk
diterapkan
1
3. Pendidikan keanekaragaman suku sudah diterapkan dari segi
materi perkuliahan
1
4. Pendidikan keanekaragaman suku sudah diterapkan dari segi
sikap sosial (kegiatan berkelompok)
1
5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat sumber belajar
yang mendukung adanya pendidikan keanekaragaman suku
1
6. Memiliki pengetahuan mengenai pendidikan keanekaragaman
agama
1
7. Pendidikan keanekaragaman agama penting atau tidak untuk
diterapkan
1
8. Pendidikan keanekaragaman agama sudah diterapkan dari segi
materi perkuliahan
1
9. Pendidikan keanekaragaman agama sudah diterapkan dari segi
sikap sosial (kegiatan berkelompok)
1
10. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat sumber belajar
yang mendukung adanya pendidikan keanekaragaman agama
1
11. Memiliki pengetahuan mengenai pendidikan keanekaragaman
ras/etnis
1
12. Pendidikan keanekaragaman ras/etnis penting atau tidak untuk
diterapkan
1
13. Pendidikan keanekaragaman ras/etnis sudah diterapkan dari segi
materi perkuliahan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
14. Pendidikan keanekaragaman ras/etnis sudah diterapkan dari segi
sikap sosial (kegiatan berkelompok)
1
15. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat sumber belajar
yang mendukung adanya pendidikan keanekaragaman ras/etnis
1
16. Memiliki pengetahuan mengenai pendidikan keanekaragaman
golongan
1
17. Pendidikan keanekaragaman golongan penting atau tidak untuk
diterapkan
1
18. Pendidikan keanekaragaman golongan sudah diterapkan dari
segi materi perkuliahan
1
19. Pendidikan keanekaragaman golongan sudah diterapkan dari
segi sikap sosial (kegiatan berkelompok)
1
20. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat sumber belajar
yang mendukung adanya pendidikan keanekaragaman golongan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Lampiran 3
Kisi-kisi Tes Kemampuan Berbahasa
No. Indikator Jumlah Butir
Soal
Butir Soal
Nomor
1. Memahami isi bacaan 4 1, 4, 5, dan 11
2. Menentukan jenis teks 1 2
3. Kaidah penulisan kalimat 2 3 dan 6
4. Menentukan konjungsi sebab akibat 1 7
5. Menentukan urutan struktur teks 1 8
6. Memahami arti kata 1 9
7. Mengevaluasi penggunaan kata 1 10
8. Menentukan judul 2 12 dan 15
9. Menentukan jenis keterampilan
bahasa
2 16 dan 17
10. Menentukan satuan bentuk 2 18 dan 19
11. Menentukan bentuk frasa dalam
kalimat
2 20 dan 23
12. Memahami maksud 2 21 dan 24
13. Menentukan makna pada kata
berprefiks
1 22
14. Menentukan pembentukan kata
ulang
1 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
ANGKET KEBUTUHAN MAHASISWA
Nama : Yola Dwi Shinta Melati
Semester : 4
Perguruan Tinggi : Universitas PGRI Yogyakarta
No. Pernyataan YA TIDAK
A. Pendidikan Keanekaragaman Suku
1. Anda memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman suku.
2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman suku
penting atau tidak untuk diterapkan.
3. Pendidikan keanekaragaman suku sudah diterapkan
dari segi materi perkuliahan.
4. Pendidikan keanekaragaman suku sudah diterapkan
dari segi sikap sosial (kegiatan berkelompok).
5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat
sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan
keanekaragaman suku.
V
V
V
V
V
B. Pendidikan Keanekaragaman Agama
1. Anda memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman agama.
2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman agama
penting atau tidak untuk diterapkan.
3. Pendidikan keanekaragaman agama sudah
diterapkan dari segi materi perkuliahan.
4. Pendidikan keanekaragaman agama sudah
diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan
berkelompok).
V
V
V
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat
sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan
keanekaragaman agama.
V
C. Pendidikan Keanekaragaman Ras/Etnis
1. Anda memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman ras/etnis.
2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman
ras/etnis penting atau tidak untuk diterapkan.
3. Pendidikan keanekaragaman ras/etnis sudah
diterapkan dari segi materi perkuliahan.
4. Pendidikan keanekaragaman ras/etnis sudah
diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan
berkelompok).
5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat
sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan
keanekaragaman ras/etnis.
V
V
V
V
V
D. Pendidikan Keanekaragaman Golongan
1. Anda memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman golongan.
2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman
golongan penting atau tidak untuk diterapkan.
3. Pendidikan keanekaragaman golongan sudah
diterapkan dari segi materi perkuliahan.
4. Pendidikan keanekaragaman golongan sudah
diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan
berkelompok).
5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat
sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan
keanekaragaman golongan.
V
V
V
V
V
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
ANGKET KEBUTUHAN MAHASISWA
Nama : HUDI SYAHPUTRA
Semester : 6
Perguruan Tinggi : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
No. Pernyataan YA TIDAK
A. Pendidikan Keanekaragaman Suku
1. Anda memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman suku.
2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman suku
penting atau tidak untuk diterapkan.
3. Pendidikan keanekaragaman suku sudah diterapkan
dari segi materi perkuliahan.
4. Pendidikan keanekaragaman suku sudah diterapkan
dari segi sikap sosial (kegiatan berkelompok).
5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat
sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan
keanekaragaman suku.
√
√
√
√
√
B. Pendidikan Keanekaragaman Agama
1. Anda memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman agama.
2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman agama
penting atau tidak untuk diterapkan.
3. Pendidikan keanekaragaman agama sudah
diterapkan dari segi materi perkuliahan.
4. Pendidikan keanekaragaman agama sudah
diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan
berkelompok).
√
√
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat
sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan
keanekaragaman agama.
√
C. Pendidikan Keanekaragaman Ras/Etnis
1. Anda memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman ras/etnis.
2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman
ras/etnis penting atau tidak untuk diterapkan.
3. Pendidikan keanekaragaman ras/etnis sudah
diterapkan dari segi materi perkuliahan.
4. Pendidikan keanekaragaman ras/etnis sudah
diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan
berkelompok).
5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat
sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan
keanekaragaman ras/etnis.
√
√
√
√
√
D. Pendidikan Keanekaragaman Golongan
1. Anda memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman golongan.
2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman
golongan penting atau tidak untuk diterapkan.
3. Pendidikan keanekaragaman golongan sudah
diterapkan dari segi materi perkuliahan.
4. Pendidikan keanekaragaman golongan sudah
diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan
berkelompok).
5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat
sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan
keanekaragaman golongan.
√
√
√
√
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
ANGKET KEBUTUHAN MAHASISWA
Nama : Dwi Nurrani
Semester : 8
Perguruan Tinggi : Universitas PGRI Yogyakarta
No. Pernyataan YA TIDAK
A. Pendidikan Keanekaragaman Suku
1. Anda memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman suku.
2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman suku
penting atau tidak untuk diterapkan.
3. Pendidikan keanekaragaman suku sudah diterapkan
dari segi materi perkuliahan.
4. Pendidikan keanekaragaman suku sudah diterapkan
dari segi sikap sosial (kegiatan berkelompok).
5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat
sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan
keanekaragaman suku.
B. Pendidikan Keanekaragaman Agama
1. Anda memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman agama.
2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman agama
penting atau tidak untuk diterapkan.
3. Pendidikan keanekaragaman agama sudah
diterapkan dari segi materi perkuliahan.
4. Pendidikan keanekaragaman agama sudah
diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan
berkelompok).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat
sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan
keanekaragaman agama.
C. Pendidikan Keanekaragaman Ras/Etnis
1. Anda memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman ras/etnis.
2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman
ras/etnis penting atau tidak untuk diterapkan.
3. Pendidikan keanekaragaman ras/etnis sudah
diterapkan dari segi materi perkuliahan.
4. Pendidikan keanekaragaman ras/etnis sudah
diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan
berkelompok).
5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat
sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan
keanekaragaman ras/etnis.
D. Pendidikan Keanekaragaman Golongan
1. Anda memiliki pengetahuan mengenai pendidikan
keanekaragaman golongan.
2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman
golongan penting atau tidak untuk diterapkan.
3. Pendidikan keanekaragaman golongan sudah
diterapkan dari segi materi perkuliahan.
4. Pendidikan keanekaragaman golongan sudah
diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan
berkelompok).
5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat
sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan
keanekaragaman golongan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Lampiran 6
Hasil Perhitungan Angket
Pernyataan Ya Tidak Jumlah
1 9 3 12
2 12 0 12
3 11 1 12
4 12 0 12
5 7 5 12
6 12 0 12
7 12 0 12
8 9 3 12
9 10 2 12
10 3 9 12
11 9 3 12
12 11 1 12
13 8 4 12
14 9 3 12
15 5 7 12
16 6 6 12
17 10 2 12
18 6 6 12
19 7 5 12
20 3 9 12
Jumlah 171 69 240
Jawaban YA : 171/20 = 8.55 dibulatkan menjadi 9
Jawaban TIDAK : 69/20 = 3.45 dibulatkan menjadi 3
(9/12 x 100%) = 75%
(3/12 x 100%) = 25%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia
Nama : Indra Setiawan
Semester : 8 (Delapan)
Perguruan Tinggi : Universitas PGRI Yogyakarta
1. Setiap orang di Indonesia pasti memiliki suku yang beragam. Akan tetapi,
mereka dapat saling berkomunikasi dengan satu bahasa yang dapat mereka
pahami yaitu bahasa Indonesia tanpa melupakan identitas kesukuan mereka
dan bahasa daerah asalnya.
Pernyataan di atas menyatakan fungsi bahasa Indonesia sebagai…
A. Identitas bangsa Indonesia
B. Alat pemersatu suku bangsa
C. Bahasa resmi Negara Indonesia
D. Lambang kebanggaan bangsa Indonesia
2. Paguyuban merupakan kelompok masyarakat yang ikatan sosialnya
didasari oleh ikatan perorangan yang sangat kuat. Tanda-tandanya
antara lain sesama anggota menampakkan pertemanan atau
persahabatan yang rukun, berhubungan simpatik, dan tak ada
permusuhan.
Dalam suasana yang guyub ada kerukunan atau harmoni. Kerukunan
berarti suasana damai dan tanpa pertengkaran. Kerukunan berarti pula
adanya perasaan satu hati dan kesepakatan. Itulah sebabnya terdapat
istilah rukun tetangga dan rukun warga dalam struktur masyarakat di
Indonesia. Maksudnya tidak lain agar di dalam kelompok masyarakat itu
tercipta kedamaian. Kelompok yang rukun ditandai dengan semacam
perjanjian dalam perasaan, sikap atau tindakan setiap anggota untuk
gembira membangun kebersamaan sehingga yang terjadi adalah hal-hal
yang menyenangkan.
Teks tersebut termasuk jenis teks eksplanasi yang menjelaskan terjadinya
fenomena ... .
A. alam
B. sosial
C. politik
D. budaya
3. Berikut ini adalah penulisan kalimat yang sesuai dengan peraturan kaidah,
yaitu …
A. Parjo selalu menolong Beta setiap hari.
B. Anita adalah wanita Si pengirim surat itu.
C. Walaupun hujan, putu tetap pergi ke pura.
D. Setiap malam Ahmad selalu menunggu Sang kekasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
4. Putra adalah seorang mahasiswa di salah satu Universitas di Bandung.
Ayahnya adalah keturunan Jawa tepatnya di daerah Solo, sedangkan Ibunya
lahir dan besar di daerah Sumatera. Namun sebelum menjadi mahasiswa di
Bandung, Putra hidup di daerah Jakarta bersama orang tuanya.
Berdasarkan cerita di atas, bahasa pertama Putra adalah...
A. Jawa
B. Bandung
C. Sumatera
D. Indonesia
5. Penyajian buku pelajaran di Indonesia seringkali ditulis dalam bahasa
Indonesia agar dapat dibaca oleh seluruh warga Indonesia dari suku dan
budaya manapun.
Berdasarkan pernyataan tersebut menyatakan fungsi bahasa Indonesia
sebagai …
A. identitas bangsa Indonesia
B. bahasa resmi Negara Indonesia
C. bahasa pengantar dalam pendidikan
D. alat kepentingan pembangunan nasional
6. "Saya sangat senang, karena besok Johanes akan datang!" kata Wayan.
Kalimat tidak langsung yang paling tepat dari kalimat diatas adalah ...
A. Wayan senang sekali karena besok Johanes akan datang.
B. Wayan mengatakan bahwa ia sangat senang karena Johanes datang.
C. Wayan mengatakan bahwa saya sangat senang karena Johanes datang.
D. Wayan mengatakan bahwa ia sangat senang karena besok Johanes akan
datang.
7. Perhatikan kutipan teks berikut!
Gempa terjadi … adanya pergeseran lapisan bawah bumi.
Pergeseran ini bisa juga terjadi akibat letusan gunung merapi. Gempa
bumi yang terjadi begitu cepat sering menimbulkan dampak yang luar
biasa. Getaran gempa merambat ke segala arah … dapat menghancurkan
gedung, jalan, dan fasilitas umum lain.
Konjungsi pembentuk hubungan sebab akibat yang tepat untuk mengisi
bagian yang kosong di atas adalah… .
A. Dapat, adanya
B. Sebab, sehingga
C. Maka, karena itu
D. Karena, sehingga
8. Bacalah dengan cermat struktur teks eksplanasi di bawah ini!
(1) Penyebab utama banjir bandang adalah terjadinya proses orografi. Hujan
orografis adalah hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
air dan bergerak secara horizontal. Kemudian air tersebut naik menuju
pegunungan, suhu udara di pegunungan yang dingin menyebabkan
kondensasi dan akhirnya terjadi hujan di sekitar pegunungan. Karena
curah hujan yang deras, akhirnya mengakibatkan banjir bandang yang
terjadi di daerah-daerah sepanjang aliran sungai.
(2) Banjir bandang tidak bisa ditanggap sebagai satu persoalan tunggal,
tetapi sesuatu yang diakibatkan oleh beberapa faktor yang secara
berantai mengundang banjir. Pemerintah dan masyarakat harus bersatu
padu menanggulangi banjir agar dampak negatif bencana alam yang
satu ini dapat diminimalisasi.
(3) Banjir bandang merupakan banjir yang besar dan datang dengan tiba-
tiba, mengalir dengan deras juga menghanyutkan benda-benda besar.
Banjir bandang juga disebut dengan air bah.
Urutan struktur yang tepat berdasarkan teks di atas adalah… .
A. (3), (2), (1)
B. (3), (1), (2)
C. (2), (1), (3)
D. (1), (3), (2)
9. Jika musim penghujan sudah datang, salah satu masalah yang muncul adalah
banjir. Banjir ini disebabkan oleh banyak hal. Mulai dari penumpukan
sampah yang menyumbat saluran air, dangkalnya sungai, serta semakin
berkurangnya pepohonan akibat illegal logging.
Arti kata illegal logging dalam teks di atas adalah… .
A. Penebangan pohon
B. Pembuangan sampah
C. Penanaman pohon secara illegal
D. Penebangan pohon secara illegal
10. Seorang atlit profesionil, setiap bertanding pasti menggunakan metoda
bermain secara konsekwen, berbeda dengan atlit amateran.
Beberapa kata yang harus diperbaiki pada kalimat diatas adalah:
A. Atlet, profesional, metode, konsekuen, amatiran
B. Atlet, propesional, metode, konsekuen, amatiran
C. Atlit, profesional, metodologi, konsekwen, amatir
D. Atlet, propesional, methoda, konsekuwen, amatiran
11. Jika kita akan membuat teks eksplanasi, berikut ini yang bukan kalimat
penjelas tentang dampak yang dirasakan oleh manusia terkait perubahan
iklim yang ekstrem adalah…
A. Meluasnya berbagai penyakit yang mengancam manusia
B. Hilangnya berbagai jenis keragaman hayati
C. Penjajahan dalam bentuk budaya
D. Meningkatnya permukaan air laut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
12.
Judul yang paling sesuai untuk teks di atas adalah…
A. ADHD (Attention Deficite Hyperactivity Disorder)
B. Attention Deficite Hyperactivity Disorder
C. Gangguan ADHD dalam Otak Manusia
D. Bagian-bagian dalam Otak Manusia
13. Berikut ini merupakan penulisan tanggal surat yang tepat, yaitu …
A. Malang, 15 Agustus 2016.
B. Malang, 15 Agustus 2016
C. Malang 15 Agustus 2016
D. Malang, 15-08-2016
14. Bahasa Indonesia yang baku tidak digunakan dalam … .
A. surat lamaran kerja
B. surat keputusan
C. surat pribadi
D. surat resmi
15. Penulisan judul yang tepat dan sesuai adalah …
A. Keanekaragaman Suku Dan Budaya di Indonesia
B. Keanekaragaman Suku Dan Budaya Di Indonesia
C. Keanekaragaman Suku dan budaya Di Indonesia
D. Keanekaragaman Suku dan Budaya di Indonesia
16. Jenis keterampilan berbahasa yang bersifat produktif adalah ... .
A. berbicara dan menulis
B. menulis dan membaca
C. mendengarkan dan berbicara
D. mendengarkan dan membaca
ADHD (Attention Deficite Hyperactivity Disorder) merupakan gangguan kesehatan jiwa yang sering terjadi pada anak. ADHD ini disebabkan oleh kerusakan ringan pada struktur otak, kurangnya aktivitas di daerah frontal otak, dan faktor keturunan.
Otak terdiri dari otak besar dan otak kecil. Belahan-belahan otak tersebut dihubungkan oleh neuron. Pada penderita ADHD, neuron penghubung otak tersebut rusak sehingga penderita tidak dapat menafsirkan makna atau gerakan sehingga mereka kurang focus dan berlari ke jalanan tanpa melihat sekelilingnya.
Pada penderita ADHD, daerah yang mengendalikan ingatan (memori) dan emosi berukuran lebih kecil daripada orang normal. Hal ini menyebabkan penderita ADHD sering kehilangan atau melupakan sesuatu, kurang sadar, dan mudah emosi. Penderita ADHD, terkadang berasal dari gen atau keturunan. Walaupun tidak semua penderita ADHD merupakan keturunan penderita, tetapi faktor keturunan juga memicu seseorang menderita ADHD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
17. Yang merupakan persamaan antara keterampilan mendengarkan dengan
membaca adalah ...
A. kedua kegiatan tersebut merupakan hasil akal budi manusia dalam
berbahasa
B. kedua kegiatan tersebut merupakan kajian dalam ilmu bahasa
C. kedua kegiatan tersebut bersifat produktif
D. kedua kegiatan tersebut bersifat reseptif
18. Gadis cantik yang berbaju merah itu berjalan termasuk ke dalam satuan
... .
A. morfem
B. kata
C. frasa
D. klausa
19. Gadis cantik yang berbaju merah itu termasuk ke dalam satuan ... .
A. kalimat
B. klausa
C. frasa
D. kata
20. Paman Eko sedang menanam pohon di halaman rumah.
Frasa yang dicetak tebal termasuk dalam frasa … .
A. verba
B. adjektifa
C. nomina
D. adverbia
21. Berikut ini yang merupakan contoh kegiatan keterpaduan keterampilan
membaca dengan fokus menyimak adalah ...
A. Setelah menyimak penjelasan tentang penyakit yang berjangkit akhir-
akhir ini, siswa ditugasi membaca wacana kesehatan yang berjudul “flu
burung”. Kemudian siswa diminta menjawab beberapa pertanyaan yang
berkaitan dengan hal tersebut.
B. Siswa diberi tugas untuk membuat tulisan tentang bencana alam,
kemudian salah satu dari mereka diminta membacakan hasil tulisannya
di depan kelas, sementara itu teman-teman lainnya menyimak.
C. Siswa menyimak rekaman video mengenai kenaikan harga bahan-bahan
pokok. Kemudian guru meminta siswa menyimpulkan apa yang mereka
lihat secara lisan.
D. Guru meminta siswa mengamati alam sekitar, kemudian membuat
cerita secara lisan berdasarkan apa yang mereka simak tadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
22. Kalimat-kalimat di bawah ini yang mengandung kata berawalan ber- yang
menyatakan makna memiliki adalah …
A. Doni dan Anita sangat bergembira karena mereka akan pergi ke rumah
nenek.
B. Meskipun Dini berambut panjang, ia selalu mengikatnya agar terlihat
lebih rapi.
C. Berdasarkan perkiraan cuaca, hari ini hujan akan turun dengan
intensitas yang tinggi.
D. Saat sedang berangkat sekolah, Anjasmara berjumpa dengan Thomas
yang baru saja pulang dari Medan.
23. Ibu guru sedang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas.
Frasa yang dicetak tebal termasuk dalam frasa … .
A. adverbia
B. adjektifa
C. verba
D. nomina
24. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika bercerita adalah ...
A. penguasaan dan penghayatan cerita, pemilihan dan penyusunan
kalimat, pengekspresian yang alami.
B. memberikan hiburan, mengajarkan kebenaran, memberikan
keteladanan.
C. memahami pendengar, menguasai materi cerita, menguasai olah suara.
D. menentukan ide, mengembangkan ide, menuangkan ide.
25. Seorang ibu menimang-nimang bayinya sambil bernyanyi.
Proses pembentukan kata ulang pada kalimat tersebut sama dengan kalimat
…
A. Ibu membeli sayur-mayur di pasar.
B. Foto-foto itu dicetak oleh ayah kemarin sore.
C. Ana membuang-buang makanan yang sudah basi.
D. Kemarin pagi Budi mencoret-coreti buku Roni di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia
Nama : HUDI SYAHPUTRA
Semester : 6
Perguruan Tinggi : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
1. Setiap orang di Indonesia pasti memiliki suku yang beragam. Akan tetapi,
mereka dapat saling berkomunikasi dengan satu bahasa yang dapat mereka
pahami yaitu bahasa Indonesia tanpa melupakan identitas kesukuan mereka
dan bahasa daerah asalnya.
Pernyataan di atas menyatakan fungsi bahasa Indonesia sebagai…
A. Identitas bangsa Indonesia
B. Alat pemersatu suku bangsa
C. Bahasa resmi Negara Indonesia
D. Lambang kebanggaan bangsa Indonesia
2. Paguyuban merupakan kelompok masyarakat yang ikatan sosialnya
didasari oleh ikatan perorangan yang sangat kuat. Tanda-tandanya
antara lain sesama anggota menampakkan pertemanan atau
persahabatan yang rukun, berhubungan simpatik, dan tak ada
permusuhan.
Dalam suasana yang guyub ada kerukunan atau harmoni. Kerukunan
berarti suasana damai dan tanpa pertengkaran. Kerukunan berarti pula
adanya perasaan satu hati dan kesepakatan. Itulah sebabnya terdapat
istilah rukun tetangga dan rukun warga dalam struktur masyarakat di
Indonesia. Maksudnya tidak lain agar di dalam kelompok masyarakat itu
tercipta kedamaian. Kelompok yang rukun ditandai dengan semacam
perjanjian dalam perasaan, sikap atau tindakan setiap anggota untuk
gembira membangun kebersamaan sehingga yang terjadi adalah hal-hal
yang menyenangkan.
Teks tersebut termasuk jenis teks eksplanasi yang menjelaskan terjadinya
fenomena ... .
A. alam
B. sosial
C. politik
D. budaya
3. Berikut ini adalah penulisan kalimat yang sesuai dengan peraturan kaidah,
yaitu …
A. Parjo selalu menolong Beta setiap hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
B. Anita adalah wanita Si pengirim surat itu.
C. Walaupun hujan, putu tetap pergi ke pura.
D. Setiap malam Ahmad selalu menunggu Sang kekasih.
4. Putra adalah seorang mahasiswa di salah satu Universitas di Bandung.
Ayahnya adalah keturunan Jawa tepatnya di daerah Solo, sedangkan Ibunya
lahir dan besar di daerah Sumatera. Namun sebelum menjadi mahasiswa di
Bandung, Putra hidup di daerah Jakarta bersama orang tuanya.
Berdasarkan cerita di atas, bahasa pertama Putra adalah...
A. Jawa
B. Bandung
C. Sumatera
D. Indonesia
5. Penyajian buku pelajaran di Indonesia seringkali ditulis dalam bahasa
Indonesia agar dapat dibaca oleh seluruh warga Indonesia dari suku dan
budaya manapun.
Berdasarkan pernyataan tersebut menyatakan fungsi bahasa Indonesia
sebagai …
A. identitas bangsa Indonesia
B. bahasa resmi Negara Indonesia
C. bahasa pengantar dalam pendidikan
D. alat kepentingan pembangunan nasional
6. "Saya sangat senang, karena besok Johanes akan datang!" kata Wayan.
Kalimat tidak langsung yang paling tepat dari kalimat diatas adalah ...
A. Wayan senang sekali karena besok Johanes akan datang.
B. Wayan mengatakan bahwa ia sangat senang karena Johanes datang.
C. Wayan mengatakan bahwa saya sangat senang karena Johanes datang.
D. Wayan mengatakan bahwa ia sangat senang karena besok Johanes akan
datang.
7. Perhatikan kutipan teks berikut!
Gempa terjadi … adanya pergeseran lapisan bawah bumi.
Pergeseran ini bisa juga terjadi akibat letusan gunung merapi. Gempa
bumi yang terjadi begitu cepat sering menimbulkan dampak yang luar
biasa. Getaran gempa merambat ke segala arah … dapat menghancurkan
gedung, jalan, dan fasilitas umum lain.
Konjungsi pembentuk hubungan sebab akibat yang tepat untuk mengisi
bagian yang kosong di atas adalah… .
A. Dapat, adanya
B. Sebab, sehingga
C. Maka, karena itu
D. Karena, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
8. Bacalah dengan cermat struktur teks eksplanasi di bawah ini!
(1) Penyebab utama banjir bandang adalah terjadinya proses orografi. Hujan
orografis adalah hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap
air dan bergerak secara horizontal. Kemudian air tersebut naik menuju
pegunungan, suhu udara di pegunungan yang dingin menyebabkan
kondensasi dan akhirnya terjadi hujan di sekitar pegunungan. Karena
curah hujan yang deras, akhirnya mengakibatkan banjir bandang yang
terjadi di daerah-daerah sepanjang aliran sungai.
(2) Banjir bandang tidak bisa ditanggap sebagai satu persoalan tunggal,
tetapi sesuatu yang diakibatkan oleh beberapa faktor yang secara
berantai mengundang banjir. Pemerintah dan masyarakat harus bersatu
padu menanggulangi banjir agar dampak negatif bencana alam yang
satu ini dapat diminimalisasi.
(3) Banjir bandang merupakan banjir yang besar dan datang dengan tiba-
tiba, mengalir dengan deras juga menghanyutkan benda-benda besar.
Banjir bandang juga disebut dengan air bah.
Urutan struktur yang tepat berdasarkan teks di atas adalah… .
A. (3), (2), (1)
B. (3), (1), (2)
C. (2), (1), (3)
D. (1), (3), (2)
9. Jika musim penghujan sudah datang, salah satu masalah yang muncul adalah
banjir. Banjir ini disebabkan oleh banyak hal. Mulai dari penumpukan
sampah yang menyumbat saluran air, dangkalnya sungai, serta semakin
berkurangnya pepohonan akibat illegal logging.
Arti kata illegal logging dalam teks di atas adalah… .
A. Penebangan pohon
B. Pembuangan sampah
C. Penanaman pohon secara illegal
D. Penebangan pohon secara illegal
10. Seorang atlit profesionil, setiap bertanding pasti menggunakan metoda
bermain secara konsekwen, berbeda dengan atlit amateran.
Beberapa kata yang harus diperbaiki pada kalimat diatas adalah:
A. Atlet, profesional, metode, konsekuen, amatiran
B. Atlet, propesional, metode, konsekuen, amatiran
C. Atlit, profesional, metodologi, konsekwen, amatir
D. Atlet, propesional, methoda, konsekuwen, amatiran
11. Jika kita akan membuat teks eksplanasi, berikut ini yang bukan kalimat
penjelas tentang dampak yang dirasakan oleh manusia terkait perubahan
iklim yang ekstrem adalah…
A. Meluasnya berbagai penyakit yang mengancam manusia
B. Hilangnya berbagai jenis keragaman hayati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
C. Penjajahan dalam bentuk budaya
D. Meningkatnya permukaan air laut
12.
Judul yang paling sesuai untuk teks di atas adalah…
A. ADHD (Attention Deficite Hyperactivity Disorder)
B. Attention Deficite Hyperactivity Disorder
C. Gangguan ADHD dalam Otak Manusia
D. Bagian-bagian dalam Otak Manusia
13. Berikut ini merupakan penulisan tanggal surat yang tepat, yaitu …
A. Malang, 15 Agustus 2016.
B. Malang, 15 Agustus 2016
C. Malang 15 Agustus 2016
D. Malang, 15-08-2016
14. Bahasa Indonesia yang baku tidak digunakan dalam … .
A. surat lamaran kerja
B. surat keputusan
C. surat pribadi
D. surat resmi
15. Penulisan judul yang tepat dan sesuai adalah …
A. Keanekaragaman Suku Dan Budaya di Indonesia
B. Keanekaragaman Suku Dan Budaya Di Indonesia
C. Keanekaragaman Suku dan budaya Di Indonesia
D. Keanekaragaman Suku dan Budaya di Indonesia
16. Jenis keterampilan berbahasa yang bersifat produktif adalah ... .
A. berbicara dan menulis
B. menulis dan membaca
ADHD (Attention Deficite Hyperactivity Disorder) merupakan gangguan kesehatan jiwa yang sering terjadi pada anak. ADHD ini disebabkan oleh kerusakan ringan pada struktur otak, kurangnya aktivitas di daerah frontal otak, dan faktor keturunan.
Otak terdiri dari otak besar dan otak kecil. Belahan-belahan otak tersebut dihubungkan oleh neuron. Pada penderita ADHD, neuron penghubung otak tersebut rusak sehingga penderita tidak dapat menafsirkan makna atau gerakan sehingga mereka kurang focus dan berlari ke jalanan tanpa melihat sekelilingnya.
Pada penderita ADHD, daerah yang mengendalikan ingatan (memori) dan emosi berukuran lebih kecil daripada orang normal. Hal ini menyebabkan penderita ADHD sering kehilangan atau melupakan sesuatu, kurang sadar, dan mudah emosi. Penderita ADHD, terkadang berasal dari gen atau keturunan. Walaupun tidak semua penderita ADHD merupakan keturunan penderita, tetapi faktor keturunan juga memicu seseorang menderita ADHD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
C. mendengarkan dan berbicara
D. mendengarkan dan membaca
17. Yang merupakan persamaan antara keterampilan mendengarkan dengan
membaca adalah ...
A. kedua kegiatan tersebut merupakan hasil akal budi manusia dalam
berbahasa
B. kedua kegiatan tersebut merupakan kajian dalam ilmu bahasa
C. kedua kegiatan tersebut bersifat produktif
D. kedua kegiatan tersebut bersifat reseptif
18. Gadis cantik yang berbaju merah itu berjalan termasuk ke dalam satuan
... .
A. morfem
B. kata
C. frasa
D. klausa
19. Gadis cantik yang berbaju merah itu termasuk ke dalam satuan ... .
A. kalimat
B. klausa
C. frasa
D. kata
20. Paman Eko sedang menanam pohon di halaman rumah.
Frasa yang dicetak tebal termasuk dalam frasa … .
A. verba
B. adjektifa
C. nomina
D. adverbia
21. Berikut ini yang merupakan contoh kegiatan keterpaduan keterampilan
membaca dengan fokus menyimak adalah ...
A. Setelah menyimak penjelasan tentang penyakit yang berjangkit akhir-
akhir ini, siswa ditugasi membaca wacana kesehatan yang berjudul “flu
burung”. Kemudian siswa diminta menjawab beberapa pertanyaan yang
berkaitan dengan hal tersebut.
B. Siswa diberi tugas untuk membuat tulisan tentang bencana alam,
kemudian salah satu dari mereka diminta membacakan hasil tulisannya
di depan kelas, sementara itu teman-teman lainnya menyimak.
C. Siswa menyimak rekaman video mengenai kenaikan harga bahan-bahan
pokok. Kemudian guru meminta siswa menyimpulkan apa yang mereka
lihat secara lisan.
D. Guru meminta siswa mengamati alam sekitar, kemudian membuat
cerita secara lisan berdasarkan apa yang mereka simak tadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
22. Kalimat-kalimat di bawah ini yang mengandung kata berawalan ber- yang
menyatakan makna memiliki adalah …
A. Doni dan Anita sangat bergembira karena mereka akan pergi ke rumah
nenek.
B. Meskipun Dini berambut panjang, ia selalu mengikatnya agar terlihat
lebih rapi.
C. Berdasarkan perkiraan cuaca, hari ini hujan akan turun dengan
intensitas yang tinggi.
D. Saat sedang berangkat sekolah, Anjasmara berjumpa dengan Thomas
yang baru saja pulang dari Medan.
23. Ibu guru sedang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas.
Frasa yang dicetak tebal termasuk dalam frasa … .
A. adverbia
B. adjektifa
C. verba
D. nomina
24. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika bercerita adalah ...
A. penguasaan dan penghayatan cerita, pemilihan dan penyusunan
kalimat, pengekspresian yang alami.
B. memberikan hiburan, mengajarkan kebenaran, memberikan
keteladanan.
C. memahami pendengar, menguasai materi cerita, menguasai olah suara.
D. menentukan ide, mengembangkan ide, menuangkan ide.
25. Seorang ibu menimang-nimang bayinya sambil bernyanyi.
Proses pembentukan kata ulang pada kalimat tersebut sama dengan kalimat
…
A. Ibu membeli sayur-mayur di pasar.
B. Foto-foto itu dicetak oleh ayah kemarin sore.
C. Ana membuang-buang makanan yang sudah basi.
D. Kemarin pagi Budi mencoret-coreti buku Roni di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia
Nama : Bekti Budi Astuti
Semester : 4
Perguruan Tinggi : Universitas PGRI Yogyakarta
1. Setiap orang di Indonesia pasti memiliki suku yang beragam. Akan tetapi,
mereka dapat saling berkomunikasi dengan satu bahasa yang dapat mereka
pahami yaitu bahasa Indonesia tanpa melupakan identitas kesukuan mereka
dan bahasa daerah asalnya.
Pernyataan di atas menyatakan fungsi bahasa Indonesia sebagai…
A. Identitas bangsa Indonesia
B. Alat pemersatu suku bangsa
C. Bahasa resmi Negara Indonesia
D. Lambang kebanggaan bangsa Indonesia
2. Paguyuban merupakan kelompok masyarakat yang ikatan sosialnya
didasari oleh ikatan perorangan yang sangat kuat. Tanda-tandanya
antara lain sesama anggota menampakkan pertemanan atau
persahabatan yang rukun, berhubungan simpatik, dan tak ada
permusuhan.
Dalam suasana yang guyub ada kerukunan atau harmoni. Kerukunan
berarti suasana damai dan tanpa pertengkaran. Kerukunan berarti pula
adanya perasaan satu hati dan kesepakatan. Itulah sebabnya terdapat
istilah rukun tetangga dan rukun warga dalam struktur masyarakat di
Indonesia. Maksudnya tidak lain agar di dalam kelompok masyarakat itu
tercipta kedamaian. Kelompok yang rukun ditandai dengan semacam
perjanjian dalam perasaan, sikap atau tindakan setiap anggota untuk
gembira membangun kebersamaan sehingga yang terjadi adalah hal-hal
yang menyenangkan.
Teks tersebut termasuk jenis teks eksplanasi yang menjelaskan terjadinya
fenomena ... .
A. alam
B. sosial
C. politik
D. budaya
3. Berikut ini adalah penulisan kalimat yang sesuai dengan peraturan kaidah,
yaitu …
A. Parjo selalu menolong Beta setiap hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
B. Anita adalah wanita Si pengirim surat itu.
C. Walaupun hujan, putu tetap pergi ke pura.
D. Setiap malam Ahmad selalu menunggu Sang kekasih.
4. Putra adalah seorang mahasiswa di salah satu Universitas di Bandung.
Ayahnya adalah keturunan Jawa tepatnya di daerah Solo, sedangkan Ibunya
lahir dan besar di daerah Sumatera. Namun sebelum menjadi mahasiswa di
Bandung, Putra hidup di daerah Jakarta bersama orang tuanya.
Berdasarkan cerita di atas, bahasa pertama Putra adalah...
A. Jawa
B. Bandung
C. Sumatera
D. Indonesia
5. Penyajian buku pelajaran di Indonesia seringkali ditulis dalam bahasa
Indonesia agar dapat dibaca oleh seluruh warga Indonesia dari suku dan
budaya manapun. Berdasarkan pernyataan tersebut menyatakan fungsi
bahasa Indonesia sebagai …
A. identitas bangsa Indonesia
B. bahasa resmi Negara Indonesia
C. bahasa pengantar dalam pendidikan
D. alat kepentingan pembangunan nasional
6. "Saya sangat senang, karena besok Johanes akan datang!" kata Wayan.
Kalimat tidak langsung yang paling tepat dari kalimat diatas adalah ...
A. Wayan senang sekali karena besok Johanes akan datang.
B. Wayan mengatakan bahwa ia sangat senang karena Johanes datang.
C. Wayan mengatakan bahwa saya sangat senang karena Johanes datang.
D. Wayan mengatakan bahwa ia sangat senang karena besok Johanes akan
datang.
7. Perhatikan kutipan teks berikut!
Gempa terjadi … adanya pergeseran lapisan bawah bumi.
Pergeseran ini bisa juga terjadi akibat letusan gunung merapi. Gempa
bumi yang terjadi begitu cepat sering menimbulkan dampak yang luar
biasa. Getaran gempa merambat ke segala arah … dapat menghancurkan
gedung, jalan, dan fasilitas umum lain.
Konjungsi pembentuk hubungan sebab akibat yang tepat untuk mengisi
bagian yang kosong di atas adalah… .
A. Dapat, adanya
B. Sebab, sehingga
C. Maka, karena itu
D. Karena, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
8. Bacalah dengan cermat struktur teks eksplanasi di bawah ini!
(1) Penyebab utama banjir bandang adalah terjadinya proses orografi. Hujan
orografis adalah hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap
air dan bergerak secara horizontal. Kemudian air tersebut naik menuju
pegunungan, suhu udara di pegunungan yang dingin menyebabkan
kondensasi dan akhirnya terjadi hujan di sekitar pegunungan. Karena
curah hujan yang deras, akhirnya mengakibatkan banjir bandang yang
terjadi di daerah-daerah sepanjang aliran sungai.
(2) Banjir bandang tidak bisa ditanggap sebagai satu persoalan tunggal,
tetapi sesuatu yang diakibatkan oleh beberapa faktor yang secara
berantai mengundang banjir. Pemerintah dan masyarakat harus bersatu
padu menanggulangi banjir agar dampak negatif bencana alam yang
satu ini dapat diminimalisasi.
(3) Banjir bandang merupakan banjir yang besar dan datang dengan tiba-
tiba, mengalir dengan deras juga menghanyutkan benda-benda besar.
Banjir bandang juga disebut dengan air bah.
Urutan struktur yang tepat berdasarkan teks di atas adalah… .
A. (3), (2), (1)
B. (3), (1), (2)
C. (2), (1), (3)
D. (1), (3), (2)
9. Jika musim penghujan sudah datang, salah satu masalah yang muncul adalah
banjir. Banjir ini disebabkan oleh banyak hal. Mulai dari penumpukan
sampah yang menyumbat saluran air, dangkalnya sungai, serta semakin
berkurangnya pepohonan akibat illegal logging.
Arti kata illegal logging dalam teks di atas adalah… .
A. Penebangan pohon
B. Pembuangan sampah
C. Penanaman pohon secara illegal
D. Penebangan pohon secara illegal
10. Seorang atlit profesionil, setiap bertanding pasti menggunakan metoda
bermain secara konsekwen, berbeda dengan atlit amateran.
Beberapa kata yang harus diperbaiki pada kalimat diatas adalah:
A. Atlet, profesional, metode, konsekuen, amatiran
B. Atlet, propesional, metode, konsekuen, amatiran
C. Atlit, profesional, metodologi, konsekwen, amatir
D. Atlet, propesional, methoda, konsekuwen, amatiran
11. Jika kita akan membuat teks eksplanasi, berikut ini yang bukan kalimat
penjelas tentang dampak yang dirasakan oleh manusia terkait perubahan
iklim yang ekstrem adalah…
A. Meluasnya berbagai penyakit yang mengancam manusia
B. Hilangnya berbagai jenis keragaman hayati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
C. Penjajahan dalam bentuk budaya
D. Meningkatnya permukaan air laut
12.
Judul yang paling sesuai untuk teks di atas adalah…
A. ADHD (Attention Deficite Hyperactivity Disorder)
B. Attention Deficite Hyperactivity Disorder
C. Gangguan ADHD dalam Otak Manusia
D. Bagian-bagian dalam Otak Manusia
13. Berikut ini merupakan penulisan tanggal surat yang tepat, yaitu …
A. Malang, 15 Agustus 2016.
B. Malang, 15 Agustus 2016
C. Malang 15 Agustus 2016
D. Malang, 15-08-2016
14. Bahasa Indonesia yang baku tidak digunakan dalam … .
A. surat lamaran kerja
B. surat keputusan
C. surat pribadi
D. surat resmi
15. Penulisan judul yang tepat dan sesuai adalah …
A. Keanekaragaman Suku Dan Budaya di Indonesia
B. Keanekaragaman Suku Dan Budaya Di Indonesia
C. Keanekaragaman Suku dan budaya Di Indonesia
D. Keanekaragaman Suku dan Budaya di Indonesia
16. Jenis keterampilan berbahasa yang bersifat produktif adalah ... .
A. berbicara dan menulis
B. menulis dan membaca
ADHD (Attention Deficite Hyperactivity Disorder) merupakan gangguan kesehatan jiwa yang sering terjadi pada anak. ADHD ini disebabkan oleh kerusakan ringan pada struktur otak, kurangnya aktivitas di daerah frontal otak, dan faktor keturunan.
Otak terdiri dari otak besar dan otak kecil. Belahan-belahan otak tersebut dihubungkan oleh neuron. Pada penderita ADHD, neuron penghubung otak tersebut rusak sehingga penderita tidak dapat menafsirkan makna atau gerakan sehingga mereka kurang focus dan berlari ke jalanan tanpa melihat sekelilingnya.
Pada penderita ADHD, daerah yang mengendalikan ingatan (memori) dan emosi berukuran lebih kecil daripada orang normal. Hal ini menyebabkan penderita ADHD sering kehilangan atau melupakan sesuatu, kurang sadar, dan mudah emosi. Penderita ADHD, terkadang berasal dari gen atau keturunan. Walaupun tidak semua penderita ADHD merupakan keturunan penderita, tetapi faktor keturunan juga memicu seseorang menderita ADHD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
C. mendengarkan dan berbicara
D. mendengarkan dan membaca
17. Yang merupakan persamaan antara keterampilan mendengarkan dengan
membaca adalah ...
A. kedua kegiatan tersebut merupakan hasil akal budi manusia dalam
berbahasa
B. kedua kegiatan tersebut merupakan kajian dalam ilmu bahasa
C. kedua kegiatan tersebut bersifat produktif
D. kedua kegiatan tersebut bersifat reseptif
18. Gadis cantik yang berbaju merah itu berjalan termasuk ke dalam satuan
... .
A. morfem
B. kata
C. frasa
D. klausa
19. Gadis cantik yang berbaju merah itu termasuk ke dalam satuan ... .
A. kalimat
B. klausa
C. frasa
D. kata
20. Paman Eko sedang menanam pohon di halaman rumah.
Frasa yang dicetak tebal termasuk dalam frasa … .
A. verba
B. adjektifa
C. nomina
D. adverbia
21. Berikut ini yang merupakan contoh kegiatan keterpaduan keterampilan
membaca dengan fokus menyimak adalah ...
A. Setelah menyimak penjelasan tentang penyakit yang berjangkit akhir-
akhir ini, siswa ditugasi membaca wacana kesehatan yang berjudul “flu
burung”. Kemudian siswa diminta menjawab beberapa pertanyaan yang
berkaitan dengan hal tersebut.
B. Siswa diberi tugas untuk membuat tulisan tentang bencana alam,
kemudian salah satu dari mereka diminta membacakan hasil tulisannya
di depan kelas, sementara itu teman-teman lainnya menyimak.
C. Siswa menyimak rekaman video mengenai kenaikan harga bahan-bahan
pokok. Kemudian guru meminta siswa menyimpulkan apa yang mereka
lihat secara lisan.
D. Guru meminta siswa mengamati alam sekitar, kemudian membuat
cerita secara lisan berdasarkan apa yang mereka simak tadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
22. Kalimat-kalimat di bawah ini yang mengandung kata berawalan ber- yang
menyatakan makna memiliki adalah …
A. Doni dan Anita sangat bergembira karena mereka akan pergi ke rumah
nenek.
B. Meskipun Dini berambut panjang, ia selalu mengikatnya agar terlihat
lebih rapi.
C. Berdasarkan perkiraan cuaca, hari ini hujan akan turun dengan
intensitas yang tinggi.
D. Saat sedang berangkat sekolah, Anjasmara berjumpa dengan Thomas
yang baru saja pulang dari Medan.
23. Ibu guru sedang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas.
Frasa yang dicetak tebal termasuk dalam frasa … .
A. adverbia
B. adjektifa
C. verba
D. nomina
24. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika bercerita adalah ...
A. penguasaan dan penghayatan cerita, pemilihan dan penyusunan
kalimat, pengekspresian yang alami.
B. memberikan hiburan, mengajarkan kebenaran, memberikan
keteladanan.
C. memahami pendengar, menguasai materi cerita, menguasai olah suara.
D. menentukan ide, mengembangkan ide, menuangkan ide.
25. Seorang ibu menimang-nimang bayinya sambil bernyanyi.
Proses pembentukan kata ulang pada kalimat tersebut sama dengan kalimat
…
A. Ibu membeli sayur-mayur di pasar.
B. Foto-foto itu dicetak oleh ayah kemarin sore.
C. Ana membuang-buang makanan yang sudah basi.
D. Kemarin pagi Budi mencoret-coreti buku Roni di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
Lampiran 8
Kunci Jawaban
1. B
2. B
3. A
4. D
5. C
6. D
7. D
8. B
9. D
10. A
11. C
12. A
13. B
14. C
15. D
16. A
17. D
18. D
19. C
20. A
21. A
22. B
23. D
24. A
25. C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
Lampiran 9
Kisi-Kisi Instrumen Validasi Buku Ajar dan Uji Coba
No. Aspek Indikator
1. Penilaian Kelayakan
Materi dalam Buku Ajar
1. Kesesuaian isi materi dengan
Kompetensi Dasar (KD) dan indikator
2. Kesesuaian isi materi dengan judul atau
subjudul
3. Materi dalam buku ajar sudah cukup
lengkap dan jelas
4. Urutan materi dalam buku ajar sudah
sesuai
5. Contoh materi dalam buku ajar sudah
sesuai dengan materi
6. Contoh materi disajikan dengan jelas
dan mudah dipahami
7. Evaluasi yang diberikan dalam buku
ajar sesuai dengan materi
2. Penilaian Kelayakan
Aspek Kebahasaan dalam
Buku Ajar
1. Kalimat yang digunakan dalam buku
ajar efektif
2. Penggunaan tanda baca dan kalimat
sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia
(EBI)
3. Penggunaan bahasa memudahkan
pemahaman materi
3. Penilaian Kelayakan
Format Buku Ajar
1. Judul buku ajar sudah sesuai dengan isi
materi dan menarik minat pembaca
2. Desain dan gambar sampul buku ajar
memberi kesan positif bagi pembaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
3. Desain dan gambar sampul buku ajar
menarik minat pembaca
4. Pemilihan gambar/foto sesuai dan tepat
dengan materi dan komponen tiap buku
ajar
5. Tulisan dalam buku ajar mudah dibaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
Lampiran 14
Analisis Butir Soal
No. Nama/Semester Butir Soal Jumlah
Skor
Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1. Bekti Budi Astuti/4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 96
2. Fuad Muhammad H./4 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 15 60
3. Gandung Puji P./4 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 13 52
4. Hudi Syahputra/6 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 14 56
5. Indra Setiawan/8 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 17 68
6. Irwan Tri Susilo/4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 19 76
7. Purnomo Febri P./8 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 13 52
8. Siti Muthoharoh/4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 23 92
9. Tri Diastuti/4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 22 88
10. Winda Permatasari/4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 21 84
11. Yola Dwi Shinta M./4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 20 80
12. Zulfah Noor Aini/4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 21 84
Jumlah 9 11 10 12 9 9 10 2 12 12 10 8 10 12 12 8 7 7 7 7 8 8 8 8 6 222
12 =
18.5
888
12 =
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
BIOGRAFI PENULIS
Feeling Wulandini Bakri lahir pada tanggal 11 Januari 1997 di
Jakarta. Penulis menempuh Pendidikan Sekolah Dasar di SD
Rasa Sayang pada tahun 2002-2008. Penulis melanjutkan
Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 89
Jakarta pada tahun 2008-2011. Pada tahun 2011, penulis
melanjutkan Pendidikan Menengah Atas di SMA Negeri 57 Jakarta dan lulus pada
tahun 2014.
Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyelesaikan studi dengan
menyusun skripsi yang berjudul Pengintegrasian Pendidikan Multikultural dengan
Mata Kuliah Bahasa Indonesia pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI