layang prb ed 3 low

8
LAYANG PRB YOGYAKARTA – Warga yang tinggal di Lereng Gunung Ketika hujan abu kembali turun pada Juli lalu, misalnya, Jalin Merapi. Jaringan yang dibangun sejak 2006 ini Merapi memiliki cara sendiri untuk mengabarkan segenap Gema Merapi ikut andil menyebarkan informasi tersebut. digagas bersama oleh tiga radio komunitas yakni Lintas informasi tentang Gunung Merapi dan dinamika Untuk menjaga keakuratan informasi, mereka Merapi FM (Kemalang, Kabupaten Klaten), MMC FM (Selo, masyarakat yang tinggal di sekelilingnya. Mereka berkonsultasi dengan para ahli gunung api di Balai Kabupaten Boyolali) dan K FM (Dukun, Kabupaten membangun jejaring yang menampung informasi lalu Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Magelang) bersama beberapa lembaga swadaya menyebarkannya untuk mengajak warga tanggap dan Kegunungapian (BPPTK) Yogakarta. masyarakat (LSM). siaga terhadap bencana. “Kadang-kadang berita itu dilebih-lebihkan sehingga Mart Widarto dari Combine Resource Institution (CRI), Sekelompok warga di Dusun Pentingsari, Desa membuat panik warga. Kami yang dekat dengan Merapi salah satu LSM yang turut menginisiasi Jalin Merapi Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY, kan lebih tahu kondisi di lapangan, jadi apa yang kami lihat menjelaskan, informasi yang disiarkan lewat jaringan ini misalnya, membangun Radio Komunitas Gema Merapi itu kami tanyakan dulu ke BPPTK sebelum disiarkan biar digali oleh warga bersama relawan. Mereka memanfaatkan pada akhir 2010 lalu. Ruang siaran radio ini berada di salah tidak bikin panik,” tutur Totok Hartanto (29), pengurus berbagai alat dan media komunikasi. satu sudut ruang tamu rumah Rahmat Prasetyo (21), Gema Merapi lainnya, Rabu (29/8). Pada 2006, media yang tersedia dan dianggap cocok pengurus sekaligus salah satu penyiar Gema Merapi. untuk menyebarkan informasi adalah handy talky (HT), Berbekal seperangkat komputer, mixer, power dan yahoo messenger dan telepon genggam. Pada erupsi 2010, Jaringan pemancar tanpa tower, mereka sudah bisa menyapa mereka lebih banyak menggunakan media sosial seperti Radio Komunitas Gema Merapi merupakan salah satu pendengarnya setiap hari twitter dan facebook. Informasi simpul baru dalam Jaringan Informasi Lingkar Merapi atau Sam Cheng datang terlalu siang, Minggu (2/9) itu. Jarum jam hampir menunjuk pukul 13.00. Mestinya ia sudah duduk manis menyapa pendengarnya, namun ia harus menyelesaikan dulu tugas hariannya : mencari rumput. Setelah rutinitas harian tersebut ditunaikan, barulah dia masuk ke ruang siaran. Bersama Neng Chua, pemuda itu membawa pendengar program “Musang (Musik Siang)” Radio Komunitas Lintas Merapi mengudara. Radio Komunitas Lintas Merapi terletak di Dusun Deles, Desa Sidorejo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Radio ini disiarkan dari sebuah ruang sederhana dengan dinding berlapis karpet biru, di lantai dua rumah Sukiman Mochtar Pratomo (42), yang merupakan salah satu pendiri Radio Komunitas Lintas Merapi. Di ruang siaran itu, terdapat jendela kaca kecil di sisi utara dinding. Dari situlah, para penyiar bisa menengok pucuk Gunung Merapi, lalu mengabarkan perkembangan kondisi terkininya. “Selamat siang pendengar Radio Komunitas Lintas Merapi. Merapi siang ini tampak cerah. Selamat mendengarkan Neng Rahmat Prasetyo (21), penyiar Radio Komunitas Gema Merapi menyapa pendengar dari dalam studio di Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY, Rabu (29/8). Dengan peralatan sederhana, Gema Merapi berupaya mengabarkan kondisi Merapi pada pendengarnya. Eling lan waspada ngadhepi bebaya Halaman 7 Opini Urgensi Komunikasi dan Koordinasi dalam Situasi Bencana Edisi Agustus-September 2012 Halaman 3 Info Jogja & Jateng Siswa SD Berlatih Mitigasi Bencana Gunung Berapi Halaman 2 Urun Rembug Subandriyo : Media Komunitas Punya Peran Penting Radio Komunitas “Gema Merapi” Upaya Warga Mengabarkan Merapi (bersambung ke hlm. 7) Radio yang Memiliki “Roh” (bersambung ke hlm. 7) IOM / Sampur

Upload: didik-humam-zarodi

Post on 04-Aug-2015

116 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Layang PRB edisi 3 2012

TRANSCRIPT

Page 1: Layang PRB Ed 3 Low

LAYANG PRB

YOGYAKARTA – Warga yang tinggal di Lereng Gunung Ketika hujan abu kembali turun pada Juli lalu, misalnya, Jalin Merapi. Jaringan yang dibangun sejak 2006 ini Merapi memiliki cara sendiri untuk mengabarkan segenap Gema Merapi ikut andil menyebarkan informasi tersebut. digagas bersama oleh tiga radio komunitas yakni Lintas informasi tentang Gunung Merapi dan dinamika Untuk menjaga keakuratan informasi , merek a Merapi FM (Kemalang, Kabupaten Klaten), MMC FM (Selo, masyarakat yang tinggal di sekelilingnya. Mereka berkonsultasi dengan para ahli gunung api di Balai Kabupaten Boyolali) dan K FM (Dukun, Kabupaten membangun jejaring yang menampung informasi lalu Pe n y e l i d i k a n d a n Pe n g e m b a n g a n Te k n o l o g i Magelang) bersama beberapa lembaga swadaya menyebarkannya untuk mengajak warga tanggap dan Kegunungapian (BPPTK) Yogakarta. masyarakat (LSM). siaga terhadap bencana. “Kadang-kadang berita itu dilebih-lebihkan sehingga Mart Widarto dari Combine Resource Institution (CRI),

Sekelompok warga di Dusun Pentingsari, Desa membuat panik warga. Kami yang dekat dengan Merapi salah satu LSM yang turut menginisiasi Jalin Merapi Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY, kan lebih tahu kondisi di lapangan, jadi apa yang kami lihat menjelaskan, informasi yang disiarkan lewat jaringan ini misalnya, membangun Radio Komunitas Gema Merapi itu kami tanyakan dulu ke BPPTK sebelum disiarkan biar digali oleh warga bersama relawan. Mereka memanfaatkan pada akhir 2010 lalu. Ruang siaran radio ini berada di salah tidak bikin panik,” tutur Totok Hartanto (29), pengurus berbagai alat dan media komunikasi.satu sudut ruang tamu rumah Rahmat Prasetyo (21), Gema Merapi lainnya, Rabu (29/8). Pada 2006, media yang tersedia dan dianggap cocok pengurus sekaligus salah satu penyiar Gema Merapi. untuk menyebarkan informasi adalah handy talky (HT), Berbekal seperangkat komputer, mixer, power dan yahoo messenger dan telepon genggam. Pada erupsi 2010, Jaringan pemancar tanpa tower, mereka sudah bisa menyapa mereka lebih banyak menggunakan media sosial seperti Radio Komunitas Gema Merapi merupakan salah satu pendengarnya setiap hari twitter dan facebook. Informasi simpul baru dalam Jaringan Informasi Lingkar Merapi atau

Sam Cheng datang terlalu siang, Minggu (2/9) itu. Jarum jam hampir menunjuk pukul 13.00. Mestinya ia sudah duduk manis menyapa pendengarnya, namun ia harus menyelesaikan dulu tugas hariannya : mencari rumput.

Setelah rutinitas harian tersebut ditunaikan, barulah dia masuk ke ruang siaran. Bersama Neng Chua, pemuda itu membawa pendengar program “Musang (Musik Siang)” Radio Komunitas Lintas Merapi mengudara.

Radio Komunitas Lintas Merapi terletak di Dusun Deles, Desa Sidorejo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Radio ini disiarkan dari sebuah ruang sederhana dengan dinding berlapis karpet biru, di lantai dua rumah Sukiman Mochtar Pratomo (42), yang merupakan salah satu pendiri Radio Komunitas Lintas Merapi.

Di ruang siaran itu, terdapat jendela kaca kecil di sisi utara dinding. Dari situlah, para penyiar bisa menengok pucuk Gunung Merapi, lalu mengabarkan perkembangan kondisi terkininya. “Selamat siang pendengar Radio Komunitas Lintas Merapi. Merapi siang ini tampak cerah. Selamat mendengarkan Neng Rahmat Prasetyo (21), penyiar Radio Komunitas Gema Merapi menyapa pendengar dari dalam studio di Desa Umbulharjo,

Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY, Rabu (29/8). Dengan peralatan sederhana, Gema Merapi berupaya mengabarkan kondisi Merapi pada pendengarnya.

Eling lan waspada ngadhepi bebaya

Halaman 7

Opini

Urgensi Komunikasi danKoordinasi dalam Situasi Bencana

Edisi Agustus-September 2012

Halaman 3

Info Jogja & Jateng

Siswa SD Berlatih Mitigasi Bencana Gunung Berapi

Halaman 2

Urun Rembug

Subandriyo : Media KomunitasPunya Peran Penting

Radio Komunitas “Gema Merapi”

Upaya Warga Mengabarkan Merapi

(bersambung ke hlm. 7)

Radio yang Memiliki “Roh”

(bersambung ke hlm. 7)

IOM / Sampur

Page 2: Layang PRB Ed 3 Low

2URUN REMBUG

Di Lereng Gunung Merapi, warga memiliki cara sendiri untuk menyikapi aktivitas Merapi dan dampaknya bagi kehidupan mereka. Respons itu d i w u j u d k a n d e n g a n m e n d i r i k a n m e d i a k o m u n i k a s i u n t u k m e n g i n f o r m a s i k a n perkembangan Merapi.

Mereka memaksimalkan fungsi peralatan seperti handy talky (HT), telepon genggam, maupun radio untuk menyiarkan informasi. Dari markasnya, mereka memantau perkembangan Merapi dari menit ke menit dan melaporkannya secara langsung.

Jika Merapi tiba-tiba menunjukkan gejala yang tidak biasa, mereka akan meminta penjelasan dari para ahli gunung api di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta sebelum menyiarkan informasi tersebut pada warga. Tujuannya agar puluhan ribu warga yang tinggal tidak jauh dari puncak Merapi m e n d a p a t k a n i n f o r m a s i y a n g b i s a dipertanggungjawabkan.

Metode ini menjadi a lternat i f untuk menghadapi simpang siur kondisi Merapi dalam situasi bencana. Warga di Lereng Merapi sebagai pihak yang akan paling merasakan dampak erupsi harus mendapatkan informasi dari sumber terpercaya agar mereka tidak panik atau salah mengambil sikap dalam merespons situasi.

Media semacam itu juga sukses menjadi ruang penghubung antara warga terdampak dengan masyarakat luar yang ingin menyalurkan bantuan. Informasi warga yang butuh bantuan dari berbagai pelosok desa ditampung, lalu disalurkan melalui berbagai media : HT, telepon genggam, yahoo messenger, website, twitter, facebook hingga radio. Masyarak at yang ingin membantu bisa menyalurkan bantuannya ke tempat yang tepat.

Pascaerupsi, media komunitas itu terus bergerak. Mereka aktif menyampaikan informasi tentang kegiatan warga di lingkungan terdekat, termasuk aktivitas perekonomian mereka, sembari tak lupa menyelipkan informasi pengurangan risiko bencana. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, mereka punya andil besar dalam mengajak dan mengedukasi warga untuk aktif mengurangi risiko bencana.

Lewat media komunitas, warga menjadi subyek dari penyebarluasan informasi tentang kehidupan dan lingkungan mereka. Mereka menolong dirinya sendiri. Praktik-praktik semacam itu perlu dicatat agar bisa diingat, juga ditiru dengan segala kemungkinan pengembangannya. Dengan mencatat, kita akan lebih siaga terhadap bencana.

Edisi 2012Agustus-September

LAYANG PRB

Media Komunitas TAJUK

Mencatat Praktik yang Baik

Subandriyo :

Punya Peran Pentingdipertanggungjawabkan. Dalam kaitannya dengan segala fenomena yang terjadi di Gunung Merapi, BPPTK/Badan Geologi adalah pihak yang mendapat wewenang untuk menginterpretasikan segala fenomena yang terjadi di gunung tersebut. Oleh karena itu, informasi yang disampaikan sebaiknya adalah informasi yang sudah dikonfirmasi ke sumber BPPTK.

Menurut dia, warga memang bisa mengamati gunung Merapi secara visual. Hasil pengamatan semacam itu bisa dilaporkan lewat medianya, asal tidak ditambahi dengan interpretasi tertentu. “Sebab yang punya keahlian dan peralatan untuk menginterpretasikan fenomena di Gunung Merapi itu ya BPPTK,” jelasnya.

Ia menjelaskan, interpretasi mengenai aktivitas Gunung Merapi itu dilakukan dengan menganalisis laporan dari Keberadaan media komunitas dengan segala bentuknya di sejumlah peralatan yang sudah dipasang di Gunung Merapi, lereng Gunung Merapi dinilai memiliki peran penting dalam serta laporan petugas di pos-pos pengamatan. “Kami melihat upaya menyebarkan informasi kesiapsiagaan bencana erupsi trend data yang ada, karena setiap hari juga memang selalu ada Merapi. Badan Penyelidian dan Pengembangan Teknologi laporan aktivitas Merapi. Kalau tidak ada anomali, maka Kegunungapian (BPPTK) Badan Geologi Yogyakarta selaku interpretasinya akan cepat sehingga kalau perlu pihak yang berwenang memberikan peringatan dini terkait diinformasikan ya bisa cepat diinformasikan,” tambahnya.ancaman erupsi Gunung Merapi membutuhkan media

Laporan mengenai Merapi akan berdampak besar pada komunitas agar informasi yang ingin disampaikan bisa cepat warga Lereng Merapi yang mendapatkan informasi tersebut. sampai ke sasaran.Oleh karena itu, informasi yang disampaikan harus bisa Kepala BPPTK/Badan Geologi Yogyakarta Subandriyo dipertanggungjawabkan agar tidak merugikan warga. Media menuturkan, selama ini pihaknya sudah menjalin komunikasi komunitas memiliki tugas penting untuk menyampaikan dengan sejumlah radio komunitas yang ada di Lereng Merapi. informasi yang benar kepada warga. (RAS)“Dalam situasi yang insidentil, mereka biasanya berkomunikasi

dengan petugas kami di pos-pos pengamatan. Petugas di pos pengataman itu sudah berkoordinasi dengan kami di BPPTK. Informasi itulah yang kemudian di sampaikan lewat media komunitas,” ujarnya, saat ditemui Rabu (5/9).

Menurut dia, informasi yang disampaikan lewat media seperti radio komunitas bisa lebih cepat sampai dan tepat sasaran karena mereka memiliki sasaran pendengar yang spesifik. Fungsi semacam ini sangat mendukung tugas BPPTK saat harus menyampaikan peringatan dini terkait aktivitas Merapi.

Informasi kegunungapian yang dimiliki BPPTK bisa didapatkan pengelola media komunitas lewat petugas di pos pengataman, website resmi BPPTK, frekuensi radio komunikasi BPPTK, maupun telepon. “Untuk radio itu ada laporan setiap jam 08.00 dan 18.00, rata-rata pengelola radio komunitas sepertinya sudah kenal dengan radio komunikasi kami,” katanya.

Bisa dipertanggungjawabkanMelihat peran penting media komunitas, ia berharap agar

informasi status Merapi yang disampaikan oleh media k o m u n i t a s d i a m b i l d a r i s u m b e r y a n g b i s a

Informasi yang disampaikan lewat media seperti radio

komunitas bisa lebih cepat sampai dan tepat sasaran

karena mereka memiliki sasaran pendengar yang

spesifik. Fungsi semacam ini sangat mendukung tugas

BPPTK saat harus menyampaikan peringatan dini

terkait aktivitas Merapi- Subandriyo -

IOM / Idha

Page 3: Layang PRB Ed 3 Low

3INFO FORUM PRB

YOGYAKARTA – Sejumlah desa di lereng Gunung Indonesia, dalam hal ini Kota Yogyakarta, terpilih menjadi dusun tersebut dituntut untuk hidup harmonis dengan Merapi akan dikunjungi peserta konferensi tentang lokasi konferensi AMCDRR yang ke lima. Konferensi bencana. Dusun-dusun itu antara lain Dusun Srunen, Kali penanggulangan risiko bencana “The 5th Asian Ministrial tersebut akan berlangsung pada 22 – 25 Oktober Tengah Lor dan Kali Tengah Kidul di Desa Glagaharjo, Conference on Disaster Risk Reduction (AMCDRR)” akhir mendatang. Kecamatan Cangkringan, Sleman.Oktober mendatang. Peserta konferensi akan melihat pola Peserta AMCDRR berasal dari 60 negara di kawasan Asia Peserta juga akan diajak melihat proses rehabilitasi dan hidup dan ketangguhan warga lereng Merapi di desa-desa Pasifik, yang terdiri dari jajaran petinggi negara Asia Pasifik, rekonstruksi pascabencana di wilayah Sleman. Mereka yang hidup di kawasan bencana gunung berapi. kalangan akademisi, penggiat pengurangan resiko akan melihat lokasi hunian tetap (Huntap) yang menjadi

Rencana kunjungan peserta AMCDRR itu terungkap bencana di tataran regional, media, dunia swasta dan tempat tinggal baru bagi warga terdampak erupsi Merapi, dalam rapat kerja antara kelompok kerja AMCDRR dengan pemangku kepentingan lainnya. Dalam kunjungan ke serta sektor-sektor ekonomi warga yang mulai bangkit Bupati Sleman Sri Purnomo, Senin (3/9) di Kantor Bupati lapangan, para peserta akan diajak melihat dusun-dusun pascaerupsi di kawasan tersebut. Selain itu, mereka juga Sleman. AMCDRR merupakan konferensi dua tahunan yang berlokasi sangat dekat dengan Gunung Merapi. akan diajak melihat massifnya dampak erupsi Merapi pada pengurangan risiko bencana di kawasan Asia Pasifik. Begitu dekatnya dengan puncak Merapi, warga di dusun- 2010 silam. (RAS)

atau Disaster Recovery Index (DRI).YOGYAKARTA - Tenaga lapangan yang akan Survei DRI merupakan suatu metode yang dapat melakukan survei Longitudinal Study Merapi mendapatkan

digunakan untuk mengukur kondisi masyarakat pelatihan teori dan praktik. Mereka diharapkan bisa pascaerupsi terhadap indikator-indikator kesejahteraan, memiliki kapasitas yang memadai sehingga bisa seperti pendapatan, belanja, kepemilikan aset, akses mengumpulkan data-data penting di lapangan.terhadap layanan dasar, nutrisi, kesehatan, pendidikan, Pelatihan tenaga lapangan (enumerator) ini diadakan serta indikator-indikator lain termasuk ketahanan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selaku komunitas terhadap bencana.penyelenggara survei Longitudinal Study Merapi

Hasil survei tersebut akan dipresentasikan BNPB dalam bekerjasama dengan Merapi Recovery Response United acara Asian Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction Nations Development Program (MRR-UNDP), Survey (AMCDRR) ke V di Yogyakarta pada akhir Oktober 2012. Jika Meter, Forum PRB DIY, dan Forum PRB Jateng. Pelatihan presentasi tersebut berhasil meyakinkan 60 negara peserta tersebut berlangsung pada 27 Agustus – 2 September di konferensi, survei Longitudinal Study Merapi yang Hotel Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. menghasilkan DRI akan menjadi hal baru dalam Dalam pelatihan ini, peserta tidak hanya menerima teori di manajemen penanggulangan bencana. DRI bisa menjadi dalam ruangan, namun juga praktik langsung di masyarakat terdampak bencana. Caranya dengan instrumen untuk menjamin keberlanjutan pelaksanaan masyarakat dengan tinggal di desa selama dua hari. mengumpulkan informasi secara periodik terhadap rumah rehabilitasi dan rekonstruksi bencana. (Tim Manajemen Survei Longitudinal Study Merapi dilakukan sebagai tangga dan komunitas di daerah terdampak bencana Longitudinal Study Merapi)salah satu instrumen untuk mengukur tingkat pemulihan sehingga bisa menghasilkan indeks pemulihan bencana

kehidupan dan ketahanan terhadap bencana pada

Tenaga Lapangan Longitudinal Study Mendapat Pelatihan

Edisi 2012Agustus-September

LAYANG PRB

Info AMCDRR

Peserta AMCDRR Akan Kunjungi Desa Lereng Merapi

Suasana pelatihan Longitudinal Sudy bagi para tenaga lapangan selama tujuh hari yang berlangsung di Hotel Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga , Senin (27/8).

Dokumentasi Tim Manajemen Longitudinal Study Merapi

Page 4: Layang PRB Ed 3 Low

4INFO JOGJA & JATENG

sumber air terdekat, sehingga penghuni Huntap bisa Desa Umbulharjo dan Wukirsari juga mulai dihuni warga. YOGYAKARTA – Sebagian warga terdampak Merapi langsung menyalakan air di rumah tanpa menunggu Menurut Wijang Wijanarko, Urban Design Expert yang semula tinggal di hunian sementara atau Huntara giliran. Rekompak, saat ini jumlah Huntap yang sudah dihuni mulai menempati hunian tetap atau Huntap. Mereka

Huntap Pagerjurang yang berkapasitas 301 rumah mencapai 634 unit. segera membenahi rumah barunya untuk menyambut Hari sudah ditempati tak kurang dari 45 kepala keluarga. Berdasarkan data dari Sofyan Aziz, Kepala Bidang Raya Idul Fitri yang jatuh pada 19 – 20 Agustus.Rumah-rumah yang dihuni tampak mulai semarak dengan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Suratini (37), warga Dusun Monggang, Desa Kepuharjo, aktivitas warga. Selain memasang daun pintu dan jendela, Bencana Daerah DIY, hingga 7 Agustus 2012, sejumlah 895 Cangkringan, Sleman, DIY mengaku sudah mulai warga mulai menanam bunga di halaman serta memasang unit Huntap telah selesai dibangun. Total ada 2.052 unit menempati Huntap Pagerjurang di Desa Kepuharjo sejak sangkar burung di teras rumah mereka. Huntap yang akan dibangun. (RAS) seminggu menjelang hari raya Idul Fitri. “Enak enggak enak,

Selain Huntap Pagerjurang Desa Kepuharjo, Huntap di ya tetep enak tinggal di sini. Lagipula kalau tidak di sini, mau tinggal dimana lagi,” katanya saat ditemui, Rabu (29/8).

Begitu menempati rumah barunya, Suratini yang sebelumnya tinggal di Huntara Gondang 3 segera memasang daun pintu dan jendela yang ia beli jadi dari tukang kayu. Dinding masih dibiarkan seperti semula. Sedangkan lantai yang belum dipasangi ubin ia lapisi dengan karpet plastik sehingga lebih nyaman di kaki.

Saat Idul Fitri tiba sanak saudara dari luar desa datang mengunjunginya di Huntap. “Tapi banyak juga yang sempat kecelik (salah masuk), soalnya mereka mengira saya masih di shelter,” ujarnya.

Warga lainnya Poniman (35) juga mengaku sudah tenang karena bisa tinggal di rumah yang baru. Suasana hari raya masih terasa di rumahnya. Berbagai jenis kue dan keripik sisa suguhan hari raya masih tersedia di atas tikar di ruang tamunya. “Pokoknya asal sudah ada wc (toilet) sama air, rumah sudah bisa ditempati,” katanya.

Menurut dia, penghuni Huntap saat ini masih harus bergiliran untuk mendapatkan pasokan air. Ia berharap ke depan pasokan air diperlancar dengan memanfaatkan

Edisi 2012Agustus-September

LAYANG PRB

Warga Mulai Tempati Huntap

Subandi, Staf Prakirawan BMKG Yogyakarta, Kamis (13/9). derajat celcius pada Juli - Agustus lalu, kini berangsur naik, Menurut Subandi, faktor topografi dan geografi itu juga seiring bergesernya matahari ke sisi selatan.

akan membuat kawasan Merapi bagian selatan mendapat Walaupun tidak terkena dampak badai elnino lemah, hujan lebih awal dibandingkan wilayah lain di DIY. “Di awal sejumlah warga di kawasan Merapi tetap masih akan Oktober beberapa daerah mungkin akan mendapat hujan, merasakan dampak musim kemarau hingga akhir Oktober tapi curah hujannya masih rendah. Baru pada akhir mendatang. Oleh karena itu, warga harus tetap Oktober hujan akan merata, dengan curah hujan yang mengantisipasi kekurangan air. normal,” tambahnya. Sejak awal Agustus, sejumlah warga di kawasan Merapi YOGYAKARTA – Memasuki pertengahan September,

Hingga akhir Oktober mendatang cuaca di kawasan sudah mengeluhkan pasokan air dari sumber mata air di puncak kemarau di kawasan Gunung Merapi dan Merapi akan cenderung cerah saat pagi, dan berawan Kali Kuning yang mulai berkurang. Padahal air itu tidak sekitarnya sudah lewat. Meski begitu, hujan diperkirakan mulai siang hingga sore. Suhu pada waktu siang berkisar hanya berguna untuk konsumsi rumah tangga, namun baru akan turun pada akhir Oktober sehingga warga di antara 23 hingga 32 derajat celcius. Sedangkan suhu udara juga untuk memelihara ternak dan mengairi lahan sekitar Merapi harus tetap mengantisipasi potensi pada malam hari yang sempat turun hingga di bawah 20 pertanian. (RAS)kekeringan dan kekurangan air.

Berdasarkan data dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, saat ini kawasan Merapi masih berada di musim kemarau. Namun fenomena kekeringan akibat badai elnino lemah yang melanda beberapa kawasan di wilayah DIY seperti di di Bantul maupun Gunung Kidul, diperkirakan tidak berpengaruh di kawasan Merapi. “Faktor topografi dan geografi yang lebih tinggi membuat kawasan Merapi tidak terpengaruh elnino lemah itu,” kata

Sejumlah warga mulai menampati rumah barunya di Hunian Tetap (HUNTAP) Pager Jurang, Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman seperti yang terlihat Rabu (29/8).

Hujan Turun Akhir Oktober

Info Cuaca

LAYANG PRB

PENANGGUNG JAWAB PRODUKSI : Diana Setiawati (IOM), Danang Samsurizal (Koordinator Forum PRB DIY) PENYUNTING : Diana Setiawati, Idha Saraswati (IOM ), Aris Sustiyono (Forum PRB DIY), Mariana Pardede (Forum PRB DIY) REPORTER : Idha Saraswati, Lubabun Ni’am LAYOUT : Sampur Ariyanto (IOM) KONTRIBUTOR : Humam Zarodi, Aris Sustiyono

Alamat Redaksi : Gedung KESBANGLINMAS DIY Lt 2, Jl Sudirman No 5, Yogyakarta email : [email protected]

Redaksi Layang PRB menerima tulisan opini sepanjang 5000 karakter (termasuk spasi) dilengkapi biodata singkat penulis. Bagi tulisan yang dimuat, redaksi akan memberikan honor sepantasnya.

IOM / Sampur

Page 5: Layang PRB Ed 3 Low

5INFO JOGJA & JATENG

YOGYAKARTA – Puluhan siswa sekolah dasar di lereng FX Suwaji, guru SD Tarakanita Tritis Purwobinangun Gunung Merapi mengikuti pelatihan mitigasi dan simulasi Pakem Sleman mengatakan, dari sekolahnya ada 27 siswa evakuasi gunung berapi. Selain mengenali karakter yang ikut. Mereka duduk di kelas lima dan enam. “Dulu gunung berapi, mereka diajari cara menyelamatkan diri pernah ada pelatihan simulasi juga, tapi tentang gempa. saat bencana terjadi. Kalau gunung berapi malah belum pernah,” ujarnya.

Pelatihan simulasi evakuasi bencana itu diadakan pada Direktur ASMI Desanta Afra Tien Sotyaningrum Sabtu (11/8), oleh Akademi Sekretaris dan Manajemen menjelaskan, siswa yang tinggal di kawasan rawan Indonesia (ASMI) Desanta bersama IOM Yogyakarta, di bencana Merapi diharapkan bisa tahu apa yang harus halaman SD Tarakanita Tritis, Kecamatan Turi, Sleman. mereka lakukan saat bencana tiba. Pelatihan ini juga Pesertanya adalah siswa SD Tarakanita Tritis dan SD bertujuan mengurangi rasa panik dan trauma saat Tarakanita Ngembesan, yang lokasi sekolahnya berjarak menghadapi bencana. “Ini upaya preventif, agar siswa tahu empat hingga enam kilometer dari puncak Gunung apa yang bisa ia dilakukan sesuai dengan umurnya,” Merapi. terangnya.

Sebelum simulasi dimulai, siswa diajak mengenali ciri- Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan ciri Gunung Merapi dengan menjawab sejumlah Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, pertanyaan. Nando, siswa kelas VI SD Tarakanita Tritis Makwan, menilai pelatihan semacam ini perlu diadakan tampak bersemangat menjawab ciri-ciri Gunung Merapi. supaya sekolah menjadi tangguh terhadap bencana. Selain mengeluarkan material padat berupa batu, kerikil Apalagi, lokasi kedua sekolah tersebut berada di kawasan dan pasir, ia tahu bahwa Merapi juga mengeluarkan awan rawan bencana Merapi.panas yang biasa disebut wedhus gembel. Community Resilience Supervisor IOM Yohan Rahmat

Siswa lalu diajak menggambar Gunung Merapi dan Santosa menuturkan, IOM dengan dukungan Indonesia posisi rumah serta sekolah mereka di sekitar gunung. Multi Donor Fund Facility for Disaster Recovery (IMDFF-DR) Dengan cara itu, siswa diajak mengenali posisi rumah dan sangat mendukung kegiatan tersebut. Dalam simulasi itu, sekolah mereka yang berada tidak jauh dari puncak pemerintah, komunitas, dan pihak-pihak pendukung Gunung Merapi. seperti PMI dan lembaga internasional telah berkolaborasi

Setelah itu siswa dilatih melakukan evakuasi dan dengan baik dalam upaya pengurangan risiko bencana. pertolongan pertama dalam kondisi bencana oleh petugas “Selain itu, pengenalan dan edukasi PRB kepada anak-anak dari Palang Merah Indonesia. Mereka juga diajak sejak usia dini menjadi sebuah investasi yang sangat mengenali anggota tubuh, sehingga bisa mengetahui berharga untuk komunitas Merapi di masa depan,” katanya. bagian tubuh vital yang harus dilindungi saat evakuasi. (RAS)

Edisi 2012Agustus-September

LAYANG PRB

khususnya di wilayah Kabupaten Sleman DIY dan Klaten Jawa Tengah. Badan Geologi juga aktif melakukan sosialisasi agar masyarakat di kawasan Merapi bisa memahami ancaman bencana secara lebih rasional dan proporsional.

Adapun untuk banjir lahar dingin, saat ini belum ada ancaman berarti karena cuaca masih kemarau. Sensor untuk mendeteksi getaran telah dipasang di sungai-sungai yang berhulu di Merapi. Dengan sensor itu, ancaman banjir lahar dingin akan bisa dideteksi lebih cepat. (RAS)

YOGYAKARTA - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian atau BPPTK Yogyakarta menegaskan bahwa aktivitas Gunung Merapi masih normal. Berdasarkan pemantauan dengan berbagai metode, sejauh ini belum ada sedikitpun gejala peningkatan aktivitas.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Badan Geologi Yogyakarta, Subandriyo, mengatakan, berdasarkan pengalaman dan data selama ini, erupsi Merapi selalu didahului dengan gejala-gejala awal yang bisa dideteksi. Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu panik.

“Seperti ketika terjadi hembusan asap dan hujan abu beberapa bulan lalu, itu hal biasa sebagai aktivitas pascaerupsi. Jadi tidak perlu khawatir Merapi tiba-tiba meletus,” jelasnya, Rabu (5/9).

Meski begitu, ia mengingatkan bahwa posisi kawah Merapi yang berdiameter sekitar 400 meter lebih terbuka ke arah selatan. Melihat hal itu, probabilitas arah erupsi Merapi ke depan akan lebih besar ke arah selatan. Hasil kajian bahaya erupsi Merapi yang didasarkan pada data historis dan sains juga menunjukkan bahwa arah erupsi lebih dominan ke selatan. “Jika tidak ada penyimpangan, butuh waktu satu abad untuk mengubah arah eruspi,” katanya.

Badan Geologi telah merekomendasikan perubahan tata ruang di kawasan Merapi,

Siswa SD Berlatih Mitigasi Bencana Gunung Berapi

Siswa SD Tarakanita Tritis dan SD Tarakanita Ngembesan berlatih mengevakuasi korban bencana, Sabtu (11/8) di lapangan SD Tarakanita Tritis, Kecamatan Turi, Sleman. Latihan ini bertujuan membekali siswa agar siap menghadapi bencana.

Puncak Gunung Merapi terlihat jelas saat difoto beberapa waktu lalu. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BBPTK) Yogyakarta menyatakan saat ini Merapi berstatus normal.

Kondisi Merapi Masih Normal

IOM / Intan

IOM / Sampur

Page 6: Layang PRB Ed 3 Low

Urgensi Komunikasi dan Koordinasi dalam Situasi Bencana

OPINI 6Edisi 2012Agustus-September

LAYANG PRB

Isi dari artikel yang berupa opini dalam Layang PRB ini adalah tanggung jawab penulis dan tidak mewakili opini lembaga.

Aris SustiyonoDirektur Yayasan Lestari Indonesia/Pokja Forum PRB DIY

Oleh :

Bangsa Indonesia telah mendapatkan pembelajaran yang sangat banyak dalam pihak. Jika hal tersebut tidak dilakukan sudah dapat dipastikan akan muncul sikap apriori menghadapi peristiwa bencana. Apalagi dalam satu dasawarsa ini terjadi bencana yang bahkan penolakan kehadiran para pekerja kemanusian oleh masyarakat, padahal disisi lain amat massif dengan dampak yang luar biasa baik kerugian materil, imateril maupun ada banyak hal yang membutuhkan bantuan pihak lain. korban jiwa. Pengalaman baik maupun buruk perlu dicatat sebagai media pembelajaran Selain itu, kurangnya komunikasi dan koordinasi juga dapat menimbulkan sehingga semua pihak tidak lagi gagap saat harus berhadapan lagi dengan bencana. ketimpangan didalam melakukan respon tanggap darurat. Tidak jarang suatu daerah ada

Para pekerja kemanusian yang kerap terlibat dalam tindakan respons tanggap darurat yang sama sekali tidak tersentuh bantuan sementara di daerah satunya berlebihan bahkan akan selalu menemukan situasi yang tidak mudah bahkan bisa dikatakan sulit, sekalipun menjadi tidak berarti. misi yang diemban adalah misi kemanusian yang bisa dikatakan mulia karena bermaksud Sebagai contoh respons tanggap darurat dengan mendistribusikan bantuan nasi membantu meringankan beban mereka yang terkena dampak bencana. bungkus ke pengungsian yang tidak merata. Satu wilayah sama sekali tidak mendapatkan

Hadirnya banyak pihak ke lokasi terkena bencana tentu saja akan menimbulkan bantuan padahal membutuhkan, sementara di tempat pengungsian lain bantuan resistensi masyarakat apabila tidak dilakukan komunikasi dan koordinasi antarsemua berlebihan hingga menjadi basi dan dibuang sehingga menjadi sia-sia.

Maka dari itu, salah satu aspek pembelajaran yang sangat penting untuk diperhatikan dalam melakukan tindakan respons suatu kejadian bencana dimanapun adalah komunikasi dan koordinasi antarberbagai pihak yang terlibat. Komunikasi dan koordinasi merupakan dua hal yang menjadi satu kesatuan yang amat menentukan tingkat keberhasilan melakukan respons tanggap darurat secara cepat dan tepat. Sudah menjadi hal yang biasa bahwa ketika ada bencana maka akan tercipta situasi yang begitu kacau dan tidak normal.

Perlu ada perubahan paradigma dalam manajemen penanggulangan bencana, sebagaimana yang tertuang dalam Undang-undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana bahwa urusan bencana merupakan urusan bersama yang dikomando oleh Pemerintah Pusat atau Daerah tergantung status bencananya.

Oleh karena itu, jika koordinasi dan komunikasi antarberbagai pihak tidak harmonis di wilayah terkena bencana maka jelas akan menciptakan persoalan baru yang menambah situasi menjadi semakin kontraproduktif.

Harapan sekarang dan di waktu yang akan datang, para pihak sudah semestinya mengedepankan keterbukaan untuk melakukan koordinasi dan komunikasi sehingga tujuan utama untuk membantu masyarakat terkena bencana dapat berjalan lancar dan benar-benar memberikan manfaat yang baik di tengah-tengah situasi sulit yang sedang membutuhkan perhatian banyak pihak.

Bahkan koordinasi dan komunikasi perlu dilakukan jauh-jauh hari sebelum terjadi bencana, karena hal itu juga merupakan bagian dari upaya kesiapsiagaan para pihak ketika melakukan respons tanggap darurat agar tidak terjadi kesenjangan bantuan diantara para penerima manfaat maupun apriori.

Tak ada satu pihak pun yang akan mampu sendirian untuk melakukan tindakan respons bencana sekalipun itu pemerintah, melainkan kerja sama semua pihak yang diawali dengan koordinasi dan komunikasi. Semoga catatan ini akan mengingatkan semua pihak yang kerap melakukan tindakan respons tanggap darurat dimanapun bencana itu terjadi. Tidak selamanya niat baik akan ditanggapi baik oleh orang lain jika tidak ada komunikasi yang sejelas-jelasnya.

IOM / Sampur

Page 7: Layang PRB Ed 3 Low

7Edisi 2012Agustus-September

LAYANG PRBINFO PETA

Radio Komunitas ... (sambungan hlm. 1)

yang datang melalui berbagai alat ditampung, lalu mitra pelaksana Plan Indonesia. Program tersebut Sistim informasididistribusikan ke radio, website, twitter, maupun facebook. diselenggarakan di sepuluh desa di Kabupaten Magelang, Langkah lain untuk melibatkan warga dalam upaya

Jalin Merapi juga memanfaatkan jaringan medianya Sleman, dan Klaten. pengurangan r is iko bencana di lakuk an lewat untuk mempertemukan penyintas dengan donatur. Anggota Lajur Merapi sudah menghasilkan film pengembangan Sistim Informasi Desa (SID) berbasis “Selama masa tanggap darurat, kalau ditotal jumlah bertema kehidupan sosial dan ekonomi penduduk di bencana. Merapi Recovery Response (MRR) – UNDP barang dan sumbangan lain yang disalurkan lewat Jalin sekitar lereng Gunung Merapi. Menurut Lilik Rudiyanto bekerjasama CRI, IDEA dan Lingkar mengembangkan SID Merapi nilainya mencapai lebih dari Rp 360 juta,” ujar Mart. (22), koordinator Lajur Merapi, jumlah anggota kini tidak di kawasan Merapi, yaitu di Desa Kepuharjo dan Desa

Pascaerupsi Merapi 2010, muncul juga Laskar Jurnalis lebih dari sepuluh orang. Namun mereka tetap bertahan Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, atau Laskar Merapi yang dibentuk pada 24 Juli 2011. Lajur mendokumentasikan berbagai hal untuk diunggah ke serta Desa Sirahan dan Desa Jumoyo, di Kecamatan Salam, Merapi ini difasilitasi Yayasan Lestari Indonesia sebagai facebook “Laskar Jurnalis Merapi”. Kabupaten Magelang.

SID akan membantu pemerintah desa dalam mengelola data kependudukan yang terintegrasi dengan fungsi pelayanan publik. Bagi desa-desa di kawasan Merapi, SID juga berfungsi untuk mengelola database kebencanaan, data kesiapsiagaan, data rehabilitasi dan rekonstruski Merapi, hingga sistem peringatan dini. SID tersebut rencananya akan dilengkapi peta interaktif desa yang menampilkan peta rawan bencana, peta kependudukan, hingga peta fasilitas umum dan sosial.

Sutiyani, Kepala Bagian Pemerintahan Desa Sirahan mengatakan, SID akan membantu pemerintah desa untuk memperoleh data dengan cepat, termasuk data dan informasi tentang bencana di wilayahnya. (RAS, LBB, HUM)

Chua ber-cuap-cuap….,” ucap Neng Chua di depan mikrofon. Sidorejo, Tegalmulyo, dan Balerante. Perannya pun terus berkembang. Tidak hanya Seperti hari Minggu itu, pada hari-hari biasa pun Lintas Merapi lebih dominan dengan menyiarkan program radio dengan peralatan yang juga makin lengkap, Lintas Merapi juga

program-program hiburan, mulai dari lagu pop, dangdut, sampai siaran langsung menjadi pusat kegiatan warga, mulai dari kegiatan belajar anak-anak dan pemuda, pertunjukan gamelan. Meski begitu, informasi tentang kebencanaan tetap diselipkan. pelestarian lingkungan, sampai urusan pengembangan ekonomi warga. “Radio komunitas “Karena informasi itu melintas seperti iklan, warga pendengar akan tetap menangkap itu punya roh kalau ada manfaatnya bagi warga setempat. Warga yang akan menghidupi pesan yang disampaikan,” terang Sukiman. radio ini,” ungkapnya.

Di luar itu, pada kondisi siaga, peranan Radio Komunitas Lintas Merapi sangat efektif Bukti bahwa Radio Komunitas Lintas Merapi memiliki ‘roh’ mungkin bisa dilihat dari sebagai media komunikasi dalam memantau perkembangan ancaman bencana. Apalagi, kesiapan warga Dusun Deles menghadapi ancaman bahaya Gunung Merapi datang Dusun Deles hanya berjarak empat kilometer dari puncak Gunung Merapi. Warga sekitar berkali-kali. Mereka menjadi lebih tanggap dan siaga. (LBB)pun belajar dari pengalaman bencana sebelumnya di desa-desa di lereng Gunung Merapi yang terlambat menanggapi ancaman bahaya karena lambatnya informasi yang sampai kepada mereka.

Ide mendirikan Lintas Merapi muncul pada 1996. Waktu itu, Sukiman bersama dengan komunitas Pasag Merapi mulai berpikir untuk menggunakan alat komunikasi yang mudah dan murah. “Saat itu, HT (handy talky) tidak bisa dimiliki semua orang,” kenang lelaki lulusan SMK Muhammadiyah Cangkringan, Sleman, ini.

Pada 2004, mereka mendapatkan bantuan seperangkat peralatan radio dari sebuah lembaga swadaya masyarakat. “Saat itu harganya hanya sekitar Rp 2 juta-an. Tetapi, bagi kami, biaya tersebut sangat mahal. Kalau ada uang sejumlah itu lebih baik untuk keperluan sehari-hari,” ungkap bapak dua anak ini.

Seiring dengan datangnya peralatan, Sukiman pun mulai melibatkan warga untuk belajar dari satu pelatihan ke pelatihan yang lain. Mereka juga meminta siapa pun yang mereka kenal mengajarkan keterampilan mengoperasikan radio serta komputer. Walaupun masih tertatih-tatih dalam hal teknis, mereka sadar bahwa radio itu selayaknya bergerak mandiri dengan tenaga warga sekitar. “Juga harus hidup swadaya,” tandasnya.

Kini, Radio Komunitas Lintas Merapi dihidupi oleh 26 kru, yang terdiri dari warga Desa

Radio... (sambungan hlm. 1)

Dua penyiar Radio Komunitas Lintas Merapi tengah mengudara, Minggu (2/9). Radio komunitas di Dusun Deles, Desa Sidorejo, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah ini aktif mengajak pendengarnya siaga bencana.

Produksi Layang PRB ini didukung oleh :

NEW ZEALANDMINISTRY OF FOREIGN AFFAIRS & TRADE

ProgrammeAid

NZ

Ni’am

Page 8: Layang PRB Ed 3 Low

PROFIL

Tak sekadar menjual buahnya yang masir manis, petani Kenyataan itu memaksa petani memutar otak. Mereka harus segera mencari salak di Kabupaten Sleman DI Yogyakarta juga aktif lantas mencari terobosan. Salah satunya dengan sumber penghasilan lain. “Akhirnya berinovasi menghasilkan produk olahan salak yang layak membentuk Asosiasi Petani Salak Sleman Prima Sembada ada yang memakai sistim tumpang sari, jadi jual. Pascaerupsi Merapi, petani salak yang sempat pada 2009. Lewat asosiasi, para petani salak dari 21 di sela-sela salak ditanami cabai dan tanaman lain. terpuruk kini siap bangkit dengan berbagai inovasi baru. kelompok tani di Sleman berkumpul dan bekerjasama. Ada juga yang ikut mencari pasir,” tuturnya.Salah satu produk yang siap diluncurkan adalah kurma Mereka menguasai tak kurang dari 300 hektar lahan salak,

Akhir 2011, sebagian kecil rumpun salak milik petani salak rasa mete. Kurma ini terbuat dari daging buah salak, sehingga memiliki daya tawar lebih di hadapan pedagang.mulai berbuah. Sejak saat itu, jumlah rumpun tanaman dipadukan dengan kacang mete sebagai pengganti biji Sebelum erupsi Merapi pada akhir 2010, anggota salak yang pulih terus bertambah. Namun untuk pulih salak. Asosiasi Petani Salak Sleman Prima Sembada sudah seperti sediakala, dibutuhkan waktu satu hingga dua Iskandar, penggagas kurma salak rasa mete yang juga meluncurkan salak pondoh super, salak madu, serta tahun ke depan.Ketua Asosiasi Petani Salak Sleman Prima Sembada produk olahan seperti keripik, jenang dodol, wajik, hingga

Namun mereka tidak tinggal diam menunggu tanaman menuturkan, kurma salak itu sudah mulai diproduksi. roti berbahan salak. salaknya pulih. Selain terus berinovasi dengan Namun untuk diluncurkan ke pasar, produk tersebut masih Selain dipasarkan di dalam negeri, buah salak yang menciptakan produk olahan salak yang baru, mereka juga menunggu hasil uji kedaluwarsa dari Balai Pengkajian berkualitas tinggi juga sudah menembus pasar China. Jika siap membangkitkan agrowisata salak dengan menggelar Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta. “Kalau hasil ujinya salak di pasaran lokal harganya bisa jatuh hingga di level Rp atraksi wisata. Saat ini, lokasi agrowisata salak di sejumlah keluar, produk kurma salak itu akan langsung kami 2.500 per kg, maka salak yang diekspor bisa terjual hingga desa sudah mulai didatangi pengunjung. Namun hasilnya luncurkan,” ujarnya, Jumat (10/8). Rp 9.500 per kg.belum optimal.Selain kurma, para petani salak sebelumnya juga sudah Salak menjadi tumpuan hidup bagi para petani. Apalagi

Iskandar mengatakan, petani salak tidak bisa bangkit berinovasi dengan membuat berbagai produk dari salak. selain menjual buah dan produk olahannya, mereka juga sendirian. Mereka membutuhkan dukungan dari berbagai Inisiatif itu muncul karena mereka ingin menaikkan harga bisa menjual bibit, menjual wadah pengepak salak, serta pihak. “Kami membutuhkan dukungan promosi, baik jual salak agar mendapatkan pemasukan lebih. membuka kebun salak sebagai obyek agrowisata.nasional maupun kalau bisa internasional sehingga kebun Musrin, salah satu petani salak di Dusun Trumpon, Desa Namun erupsi Merapi pada akhir 2010 menghantam salak di Sleman bisa dikunjungi wisatawan dari berbagai Merdikorejo, Tempel, Sleman menuturkan, pada tahun petani salak. Sekitar 3 juta rumpun tanaman salak rusak tempat,” ujarnya. (RAS)1980-an, salak pondoh di Sleman masih langka sehingga terkena material erupsi Merapi. Petani yang semula

harga jual satu kilogram salak setara dengan 10 kg beras. menggantungkan hidup pada salak tiba-tiba dipaksa Namun di tahun 2000-an, 2 kg salak hanya setara dengan 1 kehilangan sumber pendapatan utama.kg beras. “Kalau musim panen, harga salak jatuh sampai di Menurut Iskandar, para petani salak yang memiliki bawah Rp 1.000 per kg. Petani tidak punya daya tawar lahan luas mungkin masih memiliki tabungan untuk hidup sehingga tidak bisa ikut menentukan harga salak,” ujarnya. pascaerupsi. Namun petani dengan kebun yang sempit

Menunggu Dicicipi

Edisi 2012Agustus-September

LAYANG PRB 8

Manisnya Salak Merapi

IOM / Intan

IOM / IdhaIOM / Idha