pengertian pendidikan

Upload: aries-m

Post on 02-Mar-2016

49 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGERTIAN PENDIDIKANPendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.Kehidupan suatu bangsa erat sekali kaitannya dengan tingkat pendidikan. Pendidikan bukan hanya sekedar mengawetkan budaya dan meneruskannya dari generasi ke generasi, akan tetapi juga diharapkan dapat mengubah dan mengembangkan pengetahuan.Pendidikan bukan hanya menyampaikan keterampilan yang sudah dikenal, tetapi harus dapat meramalkan berbagai jenis keterampilan dan kemahiran yang akan datang, dan sekaligus menemukan cara yang tepat dan cepat supaya dapat dikuasai oleh anak didik.Pendidikan merupakan usaha yang sengaja secara sadar dan terencana untuk membantu meningkatkan perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara/masyarakat, dengan memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai. Dilihat dari sudut perkembangan yang dialami oleh anak, maka usaha yang sengaja dan terencana tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan yang dialaminya dalam setiap periode perkembangan. Dengan kata lain, pendidikan dipandang mempunyai peranan yang besar dalam mencapai keberhasilan dalam perkembangan anak.Branata (1988) mengungkapkan bahwa Pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun secara tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan. Pendapat diatas seajalan dengan pendapat Purwanto (1987 :11) yang menyatakan bahwa Pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat.Kleis (1974) memberikan batasan umum bahwa :pendidikan adalah pengalaman yang dengan pengalaman itu, seseorang atau kelompok orang dapat memahami seseuatu yang sebelumnya tidak mereka pahami. Pengalaman itu terjadi karena ada interaksi antara seseorang atau kelompok dengan lingkungannya. Interaksi itu menimbulkan proses perubahan (belajar) pada manusia dan selanjutnya proses perubahan itu menghasilkan perkembangan (development) bagi kehidupan seseorang atau kelompok dalam lingkungannya.Proses belajar akan menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif (penalaran, penafsiran, pemahaman, dan penerapan informasi), peningkatan kompetensi (keterampilan intelektual dan sosial), serta pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap nilai, sikap, penghargaan dan perasaan, serta kemauan untuk berbuat atau merespon sesuatu rangsangan (stimuli).

Orang yakin dan percaya untuk menanggulangi kemiskinan, cara utama adalah dengan memperbesar jumlah penduduk yang bersekolah dan terdidik dengan baik. Dengan kata lain, pendidikan dipandang sebagai jalan menuju kemakmuran.Manusia dilahirkan dalam keadaan yang tidak berdaya sama sekali. Dia sangat membutuhkan bantuan yang penuh perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya, terutama ibunya, supaya dia dapat hidup terus dengan sempurna, jasmani dan rohani. Orang tualah yang pertama dan utama bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya. Dalam ilmu jiwa dikenal dengan istilah pertumbuhan dan perkembangan, yaitu supaya anak sempurna dalam pertumbuhan dan perkembangannya.Pertumbuhan ialah perubahan-perubahan yang terjadi pada jasmani; bertambah besar dan tinggi. Perkembangan lebih luas dari pertunbuhan ialah perubahan-perubahan yang terjadi pada rohani dan jasmaniah. Dengan kata lain, perkembangan merupakan suatu rentetan perubahan yang sifatnya menyeluruh dalam interaksi anak dan lingkungannya.Oleh karena itu Idris (1982:10) mengemukakan bahwa :Pendidikan adalah serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan si anak didik yang secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memebrikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya, dalam arti supaya dapat mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, agar menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab. Potensi disini ialah potensi fisik, emosi, sosial, sikap, moral, pengetahuan, dan keterampilan.

PENGERTIAN ILMUPENDIDIKANPerkembangan pemikiran manusia dalam memberikan batasan tentang makna dan pengertian pendidikan, setiap saat selalu menunjukkan adanya perubahan. Perubahan itu didasarkan atas berbagai temuan dan perubahan di lapangan yang berkaitan dengan semakin bertambahnya komponen sistem pendidikan yang ada. Berkembangnya pola pikir para ahli pendidikan, pengelola pendidikan dan pengamat pendidikan yang membuahkan teori-teori baru. Kemajuan alat teknologi turut andil dalam mewarnai perubahan makna dan pengertian pendidikan tersebut. Pada saat yang sama, proses pembelajaran dan pendidikan selalu eksis dan terus berlangsung. Karena itu, bisa jadi pandangan seseorang tentang makna atau pengertian pendidikan yang dianut oleh suatu negara tertentu, pada saat yang berbeda dan di tempat yang berbeda makna dan pengertian pendidikan itu justru tidak relevan. Namun demikian, selama belum ada teori dan temuan baru tentang makna dan pengertian pendidikan, maka teori dan temuan yang telah ada masih relevan untuk dimanfaatkan sebagai acauan.Ilmu Pendidikan adalah dua kata yang dipadukan, yakniIlmudanPendidikanyang masing-masing memiliki arti dan makna tersendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka disebutkan, bahwaIlmuadalahPengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.Senada dengan Nur Ubiyati yang mengemukakan, bahwa Ilmu ialahsuatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan mempunyai metode-metode tertentu yang bersifat ilmiah.Ada lagi yang mengemukakan, bahwaIlmu adalah suatu uraian yang tersusun dengan lengkap tentang salah satu dari keberadaan. Uraian tersebut adalah tentang segi-segi dari keberadaan tertentu. Segi-segi ini saling berkait, mempunyai hubungan sebab akibat, tersusun logis dan diperoleh melalui cara atau metode tertentu.Endang Saifuddin Anshari, mengatakan bahwaIlmuberasal dari kata bahasa Arab Alima yang memiliki pengertian Tahu. Dan dalam bahasa Inggris dan Perancis disebut dengan Science, dalam bahasa Jerman Wissenscaftdan dalam bahasa Belanda Wetenschap. Yang kesemuanya sama memiliki arti tahu. Scienceberasal scio,scire(bahasa Latin) yang berarti tahu. Jadi, baik ilmumaupun sciencesecaraetimologisberarti pengetahuan. Namun, secaraterminologisilmu dan science itu semacanpengetahuanyang mempunyai ciri-ciri, tanda-tanda dan syarat-syarat yang khas. Jadi, ilmu adalahsemacam pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda dan syarat tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris, umum dan kumulatif, lukisan dan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang distudinya dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan pemikiran dan penginderaan manusia.Mohammad Hatta menjelaskan, bahwa tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurutnya bangunnya dari dalam.Prof. Drs. Harsoyo menjelaskan, bahwa ilmu itu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan, juga merupakan pendekatan atau suatu metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia. Dan merupakan suatu cara menganalisa yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan sesuatu proposisi dalam bentuk jika ., Maka .Berdasarkan uraian di atas, maka bisa diambil suatu kesimpulan bahwailmuadalah usaha pemahaman manusia yang disusun dalam satu sistema mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum-hukum tentang hal-ihwal yang diselidiki (alam, manusia dan agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran yang dibantu penginderaan manusia itu, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimentalSedangkan artiPendidikan, adalah merupakanproses upaya meningkatkan nilai peradaban individu atau masyarakat dari suatu keadaan tertentu menjadi suatu keadaan yang lebih baik. Serta dalam Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I Pasal 1 dikemukakan, bahwa Pendidikan adalahusaha sadar dan terrencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.Sedangkan dalam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) KataPendidikandiartikan sebagaiproses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka menjelaskan, bahwa kataPendidikanberasal dari kata dasardidik, yang artinyamemelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.Sedangkan arti dariPendidikanadalahProses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, dan perbuatan mendidik.Menurut Redja Mudyahardjo, bahwaIlmuPendidikanmerupakansebuah sistem pengetahuan tentang pendidikan yang diperoleh melalui riset.Oleh karena pengetahuan yang dihasilkan riset tersebut disajikan dalam bentuk konsep-konsep pendidikan, maka Ilmu Pendidikan dapat pula dibataskan sebagai sebuah sistem konsep pendidikan yang dihasilkan melalui riset. Dengan mengutipMay BrodbeckdalamLigic and scientific Method in research, yang dimuat dalamHandbook of Research on teaching,yang menjelaskan bahwa setiap ilmu berisi sejumlah besar istilah yang disebut konsep, yang tidak lain merupakan apa yang kita pikirkan berdasarkan pengalaman. Sehingga unsur yang menjadi isi setiap ilmu termasuk Ilmu Pendidikan adalahkonsep. Keseluruhan konsep yang menjadi isi sebuah ilmu ditata secara sistematis menjadi suatu kesatuan. Sekelompok konsep yang berkenaan dengan sekelompok hal, yang merupakan satu kesatuan disebut skema konseptual. Dan setiap ilmu termasuk Ilmu Pendidikan, terbentuk dari beberapa skema konseptual yang merupakan bagian-bagian atau komponen-komponen isi ilmu. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa organisasi isi Ilmu Pendidikan, sebagai sebuah sistem konsep, terbentuk dari unsur-unsur yang berupa konsep-konsep tentang variabel-variabel pendidikan, dan bagian-bagian yang berupa skema-skema konseptual tentang komponen-komponen pendidikan.Menurut Ngalim Purwanto, bahwa ada dua istilah yang hampir sama bentuknya, yaituPaedagogiedanPaedagogiek.PaedagogieartinyapendidikansedangkanPaedagogiekadalahilmu pendidikan.Paedagogiekatauilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik.Paedagogiekberasal dari bahasa Yunani, yakniPaedagogiayang berartipergaulan dengan anak-anak. SedangkanPaedagogosialahorang yang menjadi pelayan atau bujang pada zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah. Selain itu juga, di rumah anak-anak tersebutpaedagogosselalu mengawasi dan menjaga mereka. Jadi, pendidikan pada zaman Yunani Kuno diserahkan padapaedagogos.Paedagogosberasal dari katapaedos (anak)danagoge (saya membimbing, memimpin). Perkataanpaedagogosyang mulanya berartirendah (pelayan, bujang), sekarang dipakai untuk pekerjaan mulia.Paedagoog (pendidik atau ahli didik)ialah seseorang yang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhanya agar dapat berdiri sendiri.Hal ini senada dengan Taqiyudin M. Yang menjelaskan, bahwa di lingkungan Yunani Kuno, terdapat dua kata yang memiliki fungsi yang berbeda, yakniPaedagogiedanAndragogi. KataPaedagogiepada awalnya berartiPergaulan bersama anak-anak. Arti ini bermula dari cerita yang berkembang bahwa konon, di lingkungan masyarakat Yunani Kuno terdapat seseorang atau sekelompok orang yang pekerjaan utamanya adalah mengantar dan menjemput anak-anak sekolah. Karena setiap hari mereka bertemu dan bergaul dengan anak majikannya itu, sehingga mereka makin tahu dan memahami sifat, sikap dan karakter anak yang diantar jemputnya itu. Bahkan pergaulan mereka tidak hanya pada saat-saat antar jemput saja, melainkan ketika mereka di rumah majikannya pun ditugasi untuk membimbing dan mengawasi anak-anak majikannya. Hasil dari pengetahuan dan pemahaman terhadap sikap, sifat dan karakter anak majikannya itu, lama kelamaan mereka jadi dekat dan cenderung menjadi orang tua kedua (second parent) baik di sekolah maupun di rumah. Sehingga mereka lebih tahu tentang kemampuan, kemauan dan bakat anaknya itu. Bekal inilah kemudian menjadikan tugas mereka semakin banyak, yaitu antar jemput, mengawasi, membimbing dan membelajari apa yang belum diketahui oleh anak majikannya. Sehingga sebutan bagi mereka yang dekat dengan anak-anak dan mengetahui banyak tentang dunia anak dalam bahasa Yunani kuno disebutagogos.Lebih lanjut Taqiyudin M. menjelaskan, bahwa kataPaedagogosterdiri dari dua kata, yakni paedosyang berarti anakdan agogeyang berartisaya membimbing. Karena itulah sehingga sistem pendidikan bagi anak-anak pada jaman Yunani Kuno ditangani oleh parapaedagog. Perkembangan berikutnya, pekerjaan parapaedagogini tidak hanya bermanfaat bagi anak-anak, tetapi bermanfaat juga bagi orang dewasa yang telah lanjut usia (adult). Dalam bahasa Yunani Kuno, orang lanjut usia(lansia)disebut andra. Dan bagi lansia yang mendapat bimbingan daripaedagogdisebutandragogosyang berartipembimbingan yang diberikan kepad orang dewasa.Baik katapaedagogosmaupunandragogos, keduanya semakna dengan kataeducationdalam bahasa Inggris yang berartimemberi peningkatan (to give rise to)danmengembangkan(to develop). Kataeducationdalam arti sempit adalah suatu bentuk proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan.Wasti Sumanto dan Hendyat Soetopo dengan mengutip pendapat Crow&Crow menjelaskan, bahwapendidikan adalah proses pengalaman yang memberikan pengertian, pandangan(insight)dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan ia menjadi semakin berkembang.Dan menurut Good V. Carter dalam bukunyaDictionary of Educationmenjelaskan, bahwaPendidikanadalah:The Aggragate of all the process by mean of wich a person develops abilities, attitudas and other from of behavior of positive value in society in wich he lives (Kumpulan dari semua proses yang memungkinkan seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk perilaku yang bernilai positif di dalam masyarakat dimana ia hidup). Dan pada bagian lain di katakan, bahwaPendidikanitu adalah:The social process by wich people are subjected to the influence of a selected and controlled envirenment, so that they may attain social competence and optimum individual development. (Proses sosial ketika seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol sehingga mereka dapat memperoleh kemampuan sosial dan perkembangan individu secara optimal.Andrias Harefa dengan mengutip perkataan Pater Drost, yang mengatakan, bahwa pendidikan kata Latin untuk mendidik adalaheducareyang berasal dari katae-ducareyang berarti menggiring ke luar. Jadi,educaredapat diartikan sebagai usaha pemuliaan. Jadi, pemuliaan manusia atau pembentukan manusia. Maka proses pendidikan sebagai proses pembentukan yang berbentuk proses informal. Tidak ada pendidikan formal, karena itu tidak ada pendidikan formal, karena itu tidak mungkin. Seluruh proses pemuliaan, ialah pembentukan moral manusia muda hanya mungkin lewat interaksi informal antara dia dan lingkungan hidup manusia muda itu. Jadi, kesimpulan yang paling mendasar, ialah bahwa lembaga pertama dan utama pembentukan dan pendidikan adalah keluarga. Dan salah satu bantuan yang diberikan kepada orang tua oleh masyarakat adalah pembentukan manusia muda pada bidang intelektual. Dan proses pembentuan ini berlangsung dalam lembaga yang disebut sekolah. Yang didalamnya terdapat proses kegiatan belajar mengajar atau dengan kata lain pembiasaan atau pembelajaran. Yang pembelajaran itu membantu pelajar mengembangkan potensi intelektual yang ada padanya.Selain itu juga, banyak pakar pendidikan yang menjelaskan pengertian Pendidikan diantaranya ada yang menjelaskan, bahwa pendidikan itu adalahsegala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Senada juga dengan pendapat bahwa pada umumnya pendidikan dapat diartikansebagai suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Pendidikan juga bisa disebut sebagaiusaha manusia untuk menyiapkan dirinya untuk kehidupan yang bermakna.Berdasarkan uraian di atas, maka bisa diambil suatu pemahaman, bahwaPendidikanitu adalahsuatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya, dan sebagai usaha manusia untuk menyiapkan dirinya untuk kehidupan yang bermakna. Atau juga bisa diartikan suatu usaha yang dilakukan orang dewasa dalam situasi pergaulan dengan anak-anak melalui proses perubahan yang dialami anak-anak dalam bentuk pembelajaran atau pelatihan dan perubahan itu meliputi pemikiran (kognitif), perasaan (afektif) dan keterampilan (psikomotorik).Jadi,Ilmu pendidikanadalahsuatu kumpulan pengetahuan atau konsep yang tersusun secara sistematis dan mempunyai metode-metode tertentu yang bersifat ilmiah yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik atau suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya dalam rangka mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang bermakna.

PERANAN DAN KEDUDUKAN ILMU PENDIDIKAN DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN1.PERANAN ILMU PENDIDIKAN DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKANIlmupendidikan mempunyai Peranansebagai perantara dalam membentuk masyarakat yang mempunyai landasan individual, sosial dan nsurei dalam penyelenggaraan pendidikan. Pada skala mikro pendidikan bagi individu dan kelompok kecil beralngsung dalam skala nsurei tebatas seperti antara nsurei sahabat, antara seorang guru dengan satu atau sekelompok kecil siswanya, serta dalam keluarga antara suami dan isteri, antara orang tua dan anak serta anak lainnya. Pendidikan dalam skala mikro diperlukan agar manusia sebagai individu berkembang semua potensinya dalam arti perangkat pembawaanya yang baik dengan lengkap.Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional dan Penyelenggaraan pendidikan.Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan , kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.Pendidikan sistem terbuka: fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program lintas satuan dan jalur pendidikan.Pendidikan multimakna: proses pendidikan yang diselenggarakan dengan berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan watak dan kepribadian, serta berbagai kecakapan hidup.

2.KEDUDUKAN ILMU PENDIDIKAN DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKANIlmu pendidikan adalah ilmu yg mempelajari serta memproses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, pembuatan mendidik. Ilmu pendidikan sebagai suatu ilmu harus dapat bersifat:a. Empiris, karena objeknya dijumpai dalam dunia pengalaman.b. Rokhaniah, karena situasi pendidikan berdasar atas tujuan manusia tidakmembiarkan peserta didik kepada keadaan alamnya.c. Normatif, karena berdasar atas pemilihan antara yang baik dan yang buruk.d. Histories, karena memberikan uraian teoritis tentang sitem-sistem pendidikan sepanjang jaman dengan mengingat latar belakang kebudayaan dan filsafat yang berpengaruh pada jaman tertentu.e. Praktis, karena memberikan pemikiran tentang masalah dan ketentuan pendidikan yang langsung ditujukan kepada perbuatan mendidik.Kedudukan ilmu pendidikan itu berada di tengah-tengah ilmu yang lain dalam penyelenggaraan pendidikan. Ilmu pendidikan ialah suatu llmu pengetahuan yang membahas masalah yamg berhubungan dengan pendidikan, sedangkan, definisi yang terpenting dari suatu pendidikan itu sendiri yaitu:Meningkatkan pengetahuan, pengertian, kesadaran, dan toleransi.Meningkatkan questioning skills dan kemampuan menganalisakan sesuatu - termasuk pendidikannya.Meningkatkan kedewasaan individu.Untuk perkembangan Negara, diperlukan pendidikan yang menghargai kreativitas dan supaya negara dapat membuat sesuatu yang baru dan lebih baik, dan tidak hanya meng-copy dari negara lain.Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam hidup manusia dimana ada kehidupan disitu pasti ada pendidikanPendidikan sebagai gejala sekaligus upaya memanusiakan manusia itu sendiri.Dalam perkembangan adanya tuntutan adanya pendidikan lebih baik, teratur untuk mengembangkan potensi manusia, sehingga muncul pemikiran teoritis tentang pendidikan.Pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki manusia, melahirkan teori-teori pendidikan.

SIFAT-SIFAT ILMU PENDIDIKANIlmu pendidikan termasuk ilmu pengetahuan empiris yang diangkat dari pengalaman pendidikan, kemudian disusun secara teoritis untuk digunakan secara praktis. Dengan menempatkan kedudukan ilmu pendidikan di dalam sistematika ilmu pengetahuan, maka ilmu pendidikan juga dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan masalah masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Sebagai mana setiap ilmu mempunyai sifat masing-masing begitu juga dengan ilmu pendidikan.Sifat ilmu pendidikan diantaranya adalah ilmu pendidikan sebagai Ilmu Normatif dan ilmu pendidikan sebagai Ilmu Teoritis dan Praktis:Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu NormatifIlmu pendidikan itu selalu berurusan dengan soal siapakah manusia itu. Pembahasan mengenai siapakah manusia itu biasanya termask bidang filsafat, yaitu filsafat antropologi. Pandangan filsafat tentang manusia sangat besar pengaruhnya terhadap konsep serta praktik-praktik pendidikan. Karena pandangan filsafat itu menentukan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh seorang pendidik atau suatu bangsa yang melakukan pendidikan.Nilai yang dijunjung tinggi ini dijadikan norma untuk menentukan ciri-ciri manusia yang ingin dicapai melalui praktik pendidikan. Nilai-nilai tidak diperoleh hanya dari praktik dan pengalaman mendidik, tetapi secara normative bersumber dari norma masyarakat, norma filsafat dan pandangan hidup, malah dari keyakinan keagamaan yang dianut oleh seseorang.

Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu yang Bersifat Teoritis dan PraktisDalam ilmu mendidik teoritis para cerdik pandai mengatur dan mensistemkan di dalam sewa pikirnya masalah yang tersusun sebagai pola pemikiran pendidikan. Jadi dari praktik-praktik pendidikan disusun pemikiran-pemikiran secara teoritis. Pemikiran-pemikiran teoritis inilah yang disusun dalam satu system pendidikan yang biasa disebut Ilmu Mendidik Teoritis.Terdapat hubungan antara ilmu mendidik teoritis, sistematis dan histories. Apa sajakah yang dapat disumbangkan sejarah pendidikan bagi teori pendidikan maupun praktik pendidikan?. Meskipun ilmu mendidik sistematis mendahului ilmu mendidik histories, akan tetapi ilmu mendidik histories juga memberikan bantuan dan memperkaya ilmu mendidik sistematis.Selanjutnya adalah bagaimana hubungan antara ilmu mendidik histories dan ilmu mendidik praktis. Seorang maha guru ilmu mendidik JM. Guning berkata : teori tanpa praktek adalah baik pada human cerdik cendikiawan dan praktek tanpa teori hanya terdapat pada orang gila dan penjahat penjahat namun alangkah lebih sempurnanya ilmu pendidikan itu dilakukan dengan cara teori dan praktek secara bersama-sama.Untuk lebih memahami bahwa ilmu pendidikan itu adalah yang memerlukan pemikiran yang teoritis , adalah bahwa setiap pendidik memerlukan kritik- kritik sumbangan pemikiran dari para ahli/ orang lain, ia dapat belajar dari catatan-catatan kritik saran dari orang lain, yang pada akhirnya dapat dikatakan bahwa ia belajar berdasarkan teori

BAB IIKAJIAN TEORIA. LANDASAN PENDIDIKANPendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput masa depan.1.Landasan Filosofisa. Pengertian Landasan FilosofisLandasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan, menyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalahIdealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme dan Ekstensialismea) EsensialismeEsensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts) atau bahan ajar esensial.b) PerenialismePerenialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.c)Pragmatisme dan ProgresifmePragmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.d) RekonstruksionismeRekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.b. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan NasionalPasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945, sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.2. Landasan Sosiologisa. Pengertian Landasan SosiologisDasar sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologipendidikan meliputi empat bidang:1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.2.Hubungan kemanusiaan.3.Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.4.Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antarasekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.3.Landasan Kulturala. Pengertian Landasan KulturalKebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun informal.Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai dengan perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nilai-nilai,dan norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.b. Kebudayaan Sebagai Landasan Sistem Pendidikan NasionalPelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini haruslah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.4.Landasan Psikologisa. Pengertian Landasan PsikologisDasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak. Pemahaman terhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.b. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan PsikologisPemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk memahami peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.5.Landasan Ilmiah dan Teknologisa. Pengertian Landasan IPTEKKebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang teknologi kedalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.b. Perkembangan IPTEK sebagai Landasan IlmiahIptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar seyogyanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara memperoleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat.B. ASAS-ASAS POKOK PENDIDIKANAsas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam Belajar.1. Asas Tut Wuri HandayaniSebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:1. Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)2. Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dansemangat)3. Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)2. Asas Belajar Sepanjang HayatAsas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat merancang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.1. Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dankesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengankehidupan peserta didik di masa depan.2. Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antarapengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.3. Asas Kemandirian dalam BelajarDalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk ulur tangan bila diperlukan.Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).BAB IIIPEMBAHASANPENERAPAN PENDIDIKAN1. Program Aksi Penerapan Pendidikan IslamiTantangan yang dihadapi umat Islam saat ini dalam bidang pendidikan Islami ialah belum memiliki teori pendidikan Islami yang komprehensif dan integral dalam membentuk pribadi Muslim yang diharapkan dan bagaimana menemukan teori pendidikan Islami itu menjadi praktis dan aplikatif. Namun demikian, jika dicermati perkembangannya, Islamisasi disiplin ini merebak kuat dan karenanya perbincangan tentang Islamisasi disiplin ilmu menguat tajam. Dalam perkembangan sekarang ini, telah muncul Islamic Anthropology yang dipelopori oleh Merril Wynn Davies dan Akbar S. Akhmad, Islamic Economy yang dipelopori oleh Muhammad Anwar dan Muhammad Najatullah Siddiqie, Islamic Sociology diprakarsai oleh Ilyas B. Yunus dan Muhammad al-Mubarrak, Psikologi Islami (Islamic Psychology) digerakkan oleh Malik B. Badri, Muhammad Utsman Najati dan Hanna Djumhana Bastaman dan terakhir ini sedang diperbincangkan adalah pendidikan Islami (Islamic Education).Mencermati perkembangan di atas, maka ada sejumlah program aksi yang diperlu diperbincangkan untuk pengembangan profesionalitas guru dan unggul dalam menerapkan pendidikan Islami di Aceh. Beberapa program aksi yang mendesak untuk dikembangkan, di antaranya:Pertama, mewujudkan keunggulan dalam mutu lulusan. Masa depan umat manusia di abad 21 sangat ditentukan oleh seberapa jauh ia mampu eksis secara fungsional di tengah-tengah kehidupan global yang amat kompetitif. Dalam situasi tersebut manusia yang akan survive adalah yang dapat mengubah tantangan menjadi peluang dan dapat mengisi peluang tersebut dengan produktif. Sementara itu, faktor kepribadian atau moralitas yang baik akan menjadi salah satu daya tarik dalam berkomunikasi dengan sesama manusia. Masa depan membutuhkan manusia-manusia kreatif, inovatif, dinamis, terbuka, bermoral baik, mandiri atau penuh percaya diri, menghargai waktu, mampu berkomunikasi dan memanfaatkan peluang serta menjadikan orang lain sebagai mitra yang saling menguntungkan.Dengan memperhatikan keunggulan kompetitif masa depan di atas, maka lulusan pendidikan Islam hendaknya senantiasa memiliki sikap berpegang teguh kepada nilai-nilai spiritual yang bersumber pada ajaran agama semakin dibutuhkan masyarakat masa depan. Hal yang demikian diperlukan untuk mengatasi berbagai kegoncangan jiwa atau stress akibat kekalahan, kelelahan atau keterbatasan daya dalam bersaing dengan orang lain untuk memperebutkan kesempatan atau sebagai akibat dari kehidupan sekuler-materialistik yang semakin merajalela.Kedua, beberapa indikator keunggulan lulusan pendidikan Islam yang perlu diperjuangkan, yakni:1. secara akademik, lulusan pendidikan Islam dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, terutama pada PTN terkemuka.2. secara moral, lulusan pendidikan Islam dapat menunjukkan tanggung jawab dan kepeduliannya kepada masyarakat sekitarnya.3. secara individual, lulusan pendidikan Islam semakin meningkat ketakwaannya.4. secara sosial, lulusan pendidikan Islam dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya dan5. secara kultural, lulusan pendidikan Islam mampu menginterpretasikan ajaran agamanya sesuai dengan lingkungan sosialnya.Dengan kata lain, dimensi kognitif intelektual, afektif emosional, psikomotorik-praktis dan kultural dapat terbina secara seimbang dan selaras.Inilah indikator-indikator yang dapat dijadikan tolok ukur untuk melihat ketepatan strategi penerapan pendidikan Islam yang diterapkan.Ketiga, pengembangan profesionalitas guru. Pengembangan profesionalitas guru di satu pihak mengacu kepada sikap guru terhadap profesinya, dan di satu pihak lagi adalah derajat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki guru dalam rangka melakukan pekerjaannya sebagai guru. Ada dua hal yang sangat inti dalam pengembangan profesionalitas ini, yakni panggilan hidup dan keahlian.a. Guru hendaknya menyadari benar bahwa profesi yang disandangnyaadalah sebagai pemenuhan panggilan hidupnya. Artinya itulah lapanganpengabdiannya dan itulah lapangan kehidupannya. Kriteria panggilanhidup mengacu kepada pengabdian, sekarang orang lebih senangmenyebutnya dengan dedikasi.b. Guru hendaknya menyadari benar bahwa profesi guru yang disandangnyaadalah diperoleh dengan suatu keahlian khusus. Oleh karenanya, kriteriakeahlian khusus mengacu kepada mutu layanan yang tercermin dalamproses belajar mengajar.Jika demikian halnya, maka persoalan dedikasi dan keahlian guru itulah yang secara sungguh-sungguh hendak dikembangkan profesionalitasnya. Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional. Karena adanya pendidik profesional itu, maka sekolah-sekolah unggul bernuansa Islami-lah yang dilirik dan menjadi alternatif pilihan masyarakat di masa kini dan masa depan, Insya Allah.BAB IVKESIMPULAN1. Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan. Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia. Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baiksecara formal maupun informal. Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia.2. Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir.Ada tiga asas pokok Pendidikan yaitua. Asas Tut wuri Handayani.b. Asas Belajar Sepanjang Hayat.c. Asas Kemandirian dalam Belajar.3. Tantangan yang dihadapi umat Islam saat ini dalam bidang pendidikan Islami ialah belum memiliki teori pendidikan Islami yang komprehensif dan integral dalam membentuk pribadi Muslim yang diharapkan dan bagaimana menemukan teori pendidikan Islami itu menjadi praktis dan aplikatif.BAB VPENUTUPDemikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya

1.Aliran NativismeIstilah Nativisme dari asal kata natives yang artinya terlahir. Nativisme adalah sebuah doktrin filosofis yang berpangaruh besar terhadap pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini adalah Arthur Schopenhauer(1788-1869), seoran filosofis Jerman. Airan ini identik dengan pesimistisyang memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah di tentukan oleh faktor-faktor yang di bawa manusia sejak lahir,pembawaan yang telah terdapat pada waktu lahir itulah yang menentukan hasil perkembangannya. Menurut aliran nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Dalam ilmu pendidikan pandangan seperti ini di sebut pesimistis pedagogis.Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak itu sendiri. Bagi nativisme lingkungan lingkungan sekitar tidak mempengaruhi perkembangan anak, penganut aliran ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya kalau anak mempunyai pembawaan baik maka dia akan baik. pembawaan baik dan buruk ini tidak dapat di ubah dari luar.Jadi menurut pemaparan di atas telah jelas bahwa pendidikan menurut aliran nativisme tidak bisa mengubah perkembangan seorang anak atau tidak mempunyai pengaruh sama sekali. Karena menurut mereka baik buruknya seoang anak di tentukan oleh pembawaan sejak lahir, dan peran pendidikan di sini hanya sebatas mengembangkan bakat saja. Misalnya: seorang pemuda sekolah menengah mempunyai bakat musik, walaupun orang tuanya sering menasehati bahkan memarahinya supaya mau belajar, tapi fikiran dan perasaanya tetap tertuju pada musik dan dia akan tetap berbakat menjadi pemusik.2.Aliran NaturalismeNature artinya alam atau yang di bawa sejak lahir. Aliran ini di pelopori oleh seorang filusuf Prancis JJ. Rousseau(1712-1778). Berbeda dengan nativisme naturalisme berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik, dan tidak satupun dengan pembawaan buruk. Bagaimana hasil perkembangannya kemudian sangant di tentukan oleh pendidkan yang di terimanya atau yang mempengaruhinya. Jika pengeruh itu baik maka akan baiklah ia akan tetapi jika pengaruh itu jelek, akan jelek pula hasilnya. seperti dikatakan oleh tokoh aliran ini yaitu J.J. Rousseau sebagai berikut:semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari sang pencipta, tetapi semua rusak di tangan manusia. Oleh karena itu sebagai pendidik Rousseau mengajukan pendidikan alam artinya anak hendaklah di biarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya, manusia atau masyarakat jangan banyak mencampurinya. Rousseau juga berpendapat bahwa pendidikan yang di berikan orang dewasa malahan dapat merusak pembawaan anak yang baik itu, aliran ini juga di sebut negativisme.Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Yang di laksanakan adalah menyerahkan anak didik kea lam, agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan itu. Rousseau ingin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba di buat-buat sehingga kebaikan anak-anak yang di peroleh secara alamiyah sejak saat kelahirannya itu dapat berkembang secara sepontan dan bebas. Ia mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaannya, kemampuannya dan kecenderungannya.Jadi menurut aliran ini pendidikan harus di jauhkan dari anak-anak, seperti di ketahui, gagasan naturalism yang menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini malah terbukti sebaliknya pendidikan makin lama makin di perlukan.3.Aliran EmpirismeKebalikan dari aliran empirisme dan naturalisme adalah empirisme dengan tokoh utama Jhon Locke(1632-1704). Nama asli aliran ini adalah the school of british empirism(aliran empirisme inggris).Doktrin aliran empirisme yang sangat mashur adalah tabula rasa, sebuah istilah bahasa latin yang berarti buku tulis yang kosong atau lembaran kosong. Doktrin tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya. Sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir di anggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini para penganut empirisme menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong dan tak punya kemapuan apa-apa.Aliran empirisme berpendapat berlawanan dengan aliran nativisme dan naturalisme karena berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali di tentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang di terimanya sejak kecil. Manusia-manusia dapat di didik menjadi apa saja(kearah yang baik maupun kearah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidikannya. Dalam pendidikan pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme pedagogis.Dari pemaparan dan contoh di atas jelas menurut pandangan empirisme bahwa peran pendidik sangat penting sebab akan mencetak anak didik sesuai keinginan pendidik. Tapi dalam dunia pengetahuan pendapat seperti ini sudah tidak di akui lagi, umumnya orang sekarang mengakui adanya perkembangan dari pengaruh pembawaan dan lingkungan. Suatu pembawaan tidak dapat mencapai perkembangannya jika tidak di pengaruhi oleh lingkungan.Di samping itu orang berpendapat bahwa dalam batas-batas yang tertentu kita dilahirkan dengan membawa intelegensi. Di katakana dalam batas-batas tertentu karena sepanjang pengetahuan kita tahu bahwa intelegensi dapat kita kembangkan.4.Aliran KonvergensiAliran konvergensi merupakan gabungan dari aliran-aliran di atas, aliran ini menggabungkan pentingnya hereditas dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia, tidak hanya berpegang pada pembawaan, tetapi juga kepada faktor yang sama pentingnya yang mempunyai andil lebih besar dalam menentukan masa depan seseorang.Aliran konvergensi mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkemangan manusia itu adalah tergantung pada dua faktor, yaitu: faktor bakat/pembawaan dan faktor lingkungan, pengalaman/pendidikan. Inilah yang di sebut teori konvergensi. (convergentie=penyatuan hasil, kerjasama mencapai satu hasil. Konvergeren=menuju atau berkumpul pada satu titik pertemuan).Menurut William Stern(1871-1939), seorang anak di lahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun buruk. Bakat yang di bawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. sebaliknya lingkungan yang baik dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang di perlukan untuk pengembang itu. sebagai contoh pada hakikatnya kemampuan anak berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil konvergensi. Pada anak manusia ada pebawaan untuk berbicara dan melalui situasi lingkungannya anak belajar berbicara dalam bahasa tertentu. Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan pembawaan bahasanya, karena itu anak manusia mula-mula menggunakan bahasa lingkungannya.Karena itu teori W. Stern di sebut teori konvergensi(memusatkan ke satu titik). Jadi menurut teori konvergensi:Pendidikan mungkin untuk di laksanakanPendidikan di artikan sebagai pertolongan yang di berikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik.Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.Dari ketiga teori tersebut jelaslah bahwa semua yang berkembang dalam diri suatu individu di tentukan oleh pembawaan dan juga oleh lingkungannya. Seorang anak dapat berkata-kata juga di pengaruhi oleh dua faktor, pembawaan dan lingkungan. Jika salah satu dari kedua faktor itu tidak ada, tidaklah mungkin lepandaian berkata-kata dapat berkembang.5.Pengaruh Aliran-aliran Klasik Terhadap Pemikiran dan Praktek Pendidikandi Indonesia.Di indonesia telah di terapkan berbagai aliran-aliran pendidikan, penerimaan tersebut dilakukan dengan pendekatan efektif fungsional yakni diterima sesuai kebutuhan, namun ditempatkan dalam latar pandangan yang konvergensi.Meskipun dalam hal-hal tertentu sangat diutamakan bakat dan potensi lainnya dari anak, namun upaya penciptaan lingkungan untuk mengembangkan bakat dan kemampuan itu diusahakan pula secara optimal. Dengan kata lain, meskipun peranan pandangan empirisme dan nativisme tidak sepenuhnya ditolak, tetapi penerimaan itu dilakukan dengan pendekatan eksistis fungsional yakni diterima sesuai dengan kebutuhan, namun di tempatkan dalam latar pandangan yang konvergensi seperti telah dikemukakan, tumbuh-kembang, manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni hereditas, dan anugerah. Faktor terakhir itu merupakan pencerminan pengakuan atas adanya kekuasaan yang ikut menentukan nasib manusia.Dari paparan diatas jelas bahwa Indonesia yang mayoritas agama islam lebih condong pada aliran konvergensi yakni factor yang mempengaruhi perkembangan adalah pembawaan dan lingkungan.pembawaan merupakan potensi-potensi yang ada pada diri manusia sejak lahir yang perlu dikembangkan dengan adanya pendidikan atau lingkungan.Dewasa ini hampir tidak ada yang menganut teori nativisme, naturalisme, maupun empirisme, mereka lebih condong pada aliran konvergensi.Gerakan Baru Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan diIndonesiaPendidikan sebagai suatu kegiatan yang komplek menuntut penanganan untuk meningkatkan kualitasnya, baik yang bersifat menyeluruh maupun pada beberapa komponen tertentu saja. Gerakan-gerakan baru dalam pendidikan pada umumnya adalah upaya peningkatan mutu pendidikan hanya dalam satu atau beberapa komponen saja. Meskipun demikian, sebagai suatu sistem penanganan satu atau beberapa itu akan mempengaruhi pula komponen lainnya. Beberapa dari gerakan-gerakan baru tersebut memusatkan diri pada perbaikan dan peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar pada sistem persekolahan, seperti pengajaran alam sekitar, pengajaran pusat perhatian, sekolah kerja, pengajaran proyek, dan sebagainya (Suparlan, 1984; Soejono, 1958). Gerakan-gerakan baru itu pada umumnyatelah memberi kontribusi secara bervariasi terhaap penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di sekolah sekarang ini.a.Pengajaran Alam SekitarGerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar, perintis gerakan ini antara lain: Fr. A. Finger (1808-1888) di Jerman denganheimatkunde(penajaran alam sekitar), dan J. Ligthart (1859-1916) di Belanda denganHet Volle Leven(kehidupan senyatanya). Beberapa prinsip gerakanHeimatkundeadalah:1). Dengan pengajaran alam sekitar itu guru dapat meragakan secara langsung. Pentingnya pengajaran dengan meragakan atau mewujudkan itu sesuai dengan sifat-sifat atau dasar-dasar pengajaran.2). Pengajaran alam sekitar memberikan engajaran sebanyak-banyaknya agar anak aktif atau giat tidak hanya duduk, mendengar, dan mencatat saja.3). Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran totalitas, yaitu suatu bentuk pengajaran dengan ciri-ciri dalam garis besarnya sebagai berikut:a). Suatu pengajaran yang tidak mengenai pembagian mata pengajaran dalam daftar pengajaran, tetapi guru memahami tujuan pengajaran dan mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan.b). Suatu pengajaran yang menarik minat, karena segala sesuatu dipusatkan atas suatu bahan pengajaran yang menarik perhatian anak dan diambilkan dari alam sekitarnya.c). Suatu pengajaran yang memungkinkan segala bahan pengajaran itu berhubung-hubungan satu sama lain seerat-eratnya secara teratur.4). Pengajaran alam sekitar memberikan anak bahan apersepsi intelektual yang kukuh dan tidak verbalistis. Apersepsi intelektual adalah segala sesuatu yang baru dan masuk di dalam intelek anak, harus dapat luluh menjadi satu dengan kekayaan pengetahuan yang sudah dimiliki anak. hrus terjadi proses asimilasi antara pengetahuan lama denagn pengetahuan baru.5). Pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional, karena alam sekitar mempunyai ikatan emosional dengan anak.Untuk anak maupun orang dewasa tidak ada perbedaan alam sekitar, segala kejadian di alam sekitarnya merupakan sebagian dari hidupnya sediri, dalam duka maupun suka (perhelatan, kelahiran, kematian, pesta desa, panen, penanaman ladang, dan sebagainya). Bahkan kolam, kali, gunung, ladang, jalan, itu semua merupakan bagian dari dirinya atau dirinya adalah bagian dari itu semua. Demikianlah alam sekitar sebagai fundamen pendidikan dan pengajaran memberikan dasar emosional, sehingga anak menaruh perhatian yang spontan terhadap segala sesuatu yang diberikan kepadanya asalkan itu didasarkan atas dan diambil dari alam sekitar.Sedangkan J. Lingthart mengemukakan pegangan dalanHet Volle Levensebagai berikut:1). Anak harus mengetahui barangnya terlebih dahulu sebelum mendengar namanya, tidak kebalikannya, sebab kata itu hanya suatu tanda dari pengertian tentang barang itu.2). Pengajaran sesungguhnya harus mendasarkan pada pengajaran selanjutnya atau mata pengajaran yang lain harus dipusatkan atas pengajaran itu.3). Harus diadakan perjalanan memasuki hidup senyatanya kesemua jurusan, agar murid paham akan hubungan antara bermacam-macam lapangan dalam hidupnya(pengajaran alam sekitar).Pokok-pokok pendapat pengajaran alam sekitar tersebut telah banyak dilakukan di sekolah, baik dengan peragaan, penggunaan bahan lokal dalam pengajaran, dan lain-lain. Seperti telah dikemukakan bahwa beberapa tahun terakhir ini telah ditetapkan adanya muatan lokal dalam kurikulum, termasuk penggunaan alam sekitar. Dengan muatan lokal tersebut diharapkan anak semakin dekat dengan alam dan masyarakat lingkunganny. Di samping alam sekitar sebagai isi bahan ajaran, alam sekitar jiga menjadi kajian empirik melalui percobaan, studi banding, dan sebagainya. Dengan memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar, anak akan lebih menghargai, mencinti, dan melestarikan lingkungannya.b.Pengajaran Pusat PerhatianPengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly(1871-1932) dari Belgia dengan pengajaran melaluipusat-pusat minat (Centres dinteret), di samping pendapatnya tentang pengajaran global. Pendidikan menurut Decroly berdasarkan pada semboyan:Ecole pour la vie, par la vie(sekolah untuk hidup dan oleh hidup). Anak harus dididik untuk dapat hidup dalam masyarakat dan dipersiapkan dalam masyarakat, anak harus diarahkan kepada pembentukan individu dan anggota masyarakat. Oleh karena itu, anak harus mempunyai pengetahuan terhadap diri sendiri (tentang hasyrat dan cita-citanya) dan pengetahuan tentang dunianya (lingkungannya, tempat hidup dihari depannya). Menurut Decroly dunia ini terdiri dari alam dan kebudayaan. Dan dunia itu harus hidup dan dapat mengembangkan kemampuan untuk mencapai cita-cita. Oleh karena itu, anak harus mempunyai pengetahuan atas diri sendiri dan dunianya. Pengetahuan anak harus bersifat subjektif dan objektif. Dari penelitian secara tekun, Decroly menyumbangkan dua pendapat yng sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran, yang merupakan dua hal yang khas dari Decroly, yaitu:1). Metode Global(keseluruhan). Dari hasil yang didapat dari observasi dan test, dapatlah ia menetapkan bahwa anak-anak mengamati dan mengingat secara globl(keseluruhan). Mengingat keseluruhan lebih dulu daripada bagian-bagianny. Jadi ini berdasarkan prinsip psikologi Gestalt. Dalam mengajarkan membaca dan menulis, ternyata mengajarkan kalimat lebih mudah daripada mengajarkan kata-kata lepas. Sedangkan kata lebih mudah diajarkan daripada mengajarkan huruf-huruf secara tersendiri. Metode ini bersifat videovisual sebab arti sesuatu kata yang diajarkan itu selalu diasosiasikan enagn tanda (tulisan), atau gambar yang dapat dilihat.2).Centre dinteret(pusat-pusat minat). Dari penyelidikan psikologik, ia menetapkan bahwa anak-anak mempunyai minat yang spontan(sewajarnya). Pengajaran harus disesuaikan dengan minat-minat spontan tersebut. Sebab apabila tidak, maka pengajaran itu tidak banyak hasilnya. Anak mempunyai minat-minat spontan terhadap diri sendiri, dan minat itu dapat dibedakan menjadi:(a). Dorongan mempertahankan diri(b). Dorongan mencari makan dan minum(c). Dorongan memelihara diriSedangkan minat terhadap masyarakat (biososial) ialah :(a). Dorongan sibuk bermain-main(b). Dorongan meniru orang lainDorongan-dorongan inilah yang digunakan sebagai pusat-pusat minat. Sedangkan pendidikan dan pengajaran harus selalu dihubungkan dengan pusat-pusat minat tersebut.Gerakan pengajaran pusat perhatian tersebut telah mendorong berbagai upaya agar dalam kegiatan belajar mengajar diadakan berbagai variasi (cara mengajar, dan lain-lain) agar perhatian siswa tetap terpusat pada bahan ajaran. Dengan kemajuan teknologi pengajaran, peluang mengadakan variasi tersebut menjadi terbuka lebar , dan dengan demikian upaya menarik minat menjadi lebih besar. Pemusatan perhatian dalam pengajaran biasanya dilakukan bukan hanya pada pembukaan pengajaran, tetapi juga pada setiap kali akan membahas subtopik yang baru.c.Sekolah KerjaGerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. Perlu dikemukakan bahwa sekolah kerja itu bertolak dari pandangan, bahwa pendidikan hanya demi kepentingan individu tetapi juga demi kepentingan masyarakat. Dengan kata lain, sekolah berkewajiban menyiapkan warga negara yang baik.Menurut G. Kerschensteiner tujuan sekolah adalah:(a). Menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang didapat dari buku atau orang lain, dan yang didapat dari penglaman sendiri.(b). Agar anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran tertentu.(c). Agar anak dapat memiliki pekerjaan sebgai persiapan jabatan dalam mengabdi kepada negara.Kerschensteiner berpendapat bahwa kewajiban utama sekolah adalah mempersiapkan anak-anak untuk dapat bekerja. Bukan pekerjaan otak yang dipentingkan, melainkan pekerjaan tangan, sebab pekerjaan tangan adalah dasar dari segala pengetahuan adat, agama, bahasa, kesenian, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Oleh karena demikian banyaknya macam pekerjaan yang menjadi pusat pelajaran, maka sekolah kerja dibagi menjadi 3 golongan besar yaitu :(1). Sekolah-sekolah perindustrian (tukang cukur, tukang cetak, tukang kayu, tukang daging, masinis, dan lain-lain).(2). Sekolah-sekolah perdagangan (makanan, pakaian, bank, asuransi, pemegang buku, porselin, pisau, dan gunting dari besi, dan lain-lain)(3). Sekolah-sekolah rumah tangga, bertujuan mendidik para calon ibu yang diharapkan akan menghasilkan warga negara yang baik.Di Amerika Serikat, gema sekolah kerja dapat ditemukandalam gagasan-gagasan J. Dewey tentang pendidikan, khususnya metode proyek. Disamping itu, gagasan sekolah kerja sangat mendorong berkembangnya sekolah kejujuran di setiap negara, termasuk di Indonesia. Peranan sekolah kejujuran pada tingkat menengah merupakan tulang punggung penyiapan tenaga terampil yang diperlukan oleh negara-negara yang sedang dalam proses pembangunan seperti Indonesia. Pendidikan keterampilan itu sangat diperlukan oleh setiap orang yang akan memasuki lapangan kerja. Oleh karena itu, dalam rangka wajib belajar 9 tahun di Indonesia akan dikembangkan pula paket program yang memberi peluang lulusannya untuk memasuki lapangan kerja, dengan tidk mengabaikan pendidikan umum yang akan melanjutkan ke SMTA. Disamping pengaruh sekolah kerja di program pendidikan jalur sekolah, pengaruh terbesar gagasan ini adalah pada jalur pendidikan luar sekolah (seperti kursus-kursus, balai latihan kerja, dan sebagainya).d.Pengajaran ProyekDalam pengajaran proyek, anak bebas menentukan pilihannya (terhadap pekerjaan), merancang, serta memimpinnya. Proyek yang ditentukan oleh anak mendorong untuk mencari jalan pemecahan bila ia menemui kesulitan. Anak dengan sendirinya giat dan aktif karena sesuai dengan apa yang diinginkannya. Proyek itulah yang menyebabkan mata pelajaran itu tidak terpisah-pisah antara yang satu dengan yang lain. Pengajaran berkisar di sekitar pusat-pusat minat sewajarnya. Menurut Dewey yang menjadi kompleks pokok ialah pertukangan kayu, memasak, dan menenun. Mata pelajaran seperti menulis, membaca, dan berhitung serta bahasa tidak ada, sebab semua itu berjalan dengan sendirinya pada waktu anak-anak melaksanakan proyek itu. Dalam pengajaran proyek, pekerjaan-pekerjaan dikerjakan secara berkelompok untuk menghidupkan rasa gotong royong. Dalam bekerja sama akan lahir sifat-sifat baik pada diri anak , seperti bersaing secara positif, bebas menyatakan pendapat, dan disiplin yang sewajarnya. Sifat-sifat manusia tersebut sangat diperlukan dalam masyarakat luas yang kapitalistik dan demokratik.Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, antara lain dengan nama pengajaran proyek, pengajaran unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan masalah secara komprhensif, dengan kata lain menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah secara multidisiplin. Pendekatan multidisiplin tersebut semakin lama semakin penting, terutama dalam masyarakat yang maju.e.Pengaruh Gerakan Baru dalam Pendidikan Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan di IndonesiaTelah dikemukakan bahwa gerakan baru dalam pendidikan tersebut berkaita dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah, namun dasar-dasar pikirannya tentulah menjangkau semua segi dari pendidikan, baik aspek konseptual maupun operasional. Sebab itu, mungkin saja gerakan-gerakan itu tidak diadopsi seutuhnya di suatu masyarakat atau negara tertentu, namun asas pokoknya menjiwai kebijakan-kebjakan pendidikan dalam masyarakat atau negara itu. Sebagai contoh yang telah dikemukakan pada setiap paparan tentang gerakan itu untuk Inonesia, seperti muatan lokal dalam kurikulum untuk mendekatkan peserta didik dengan lingkungannya, berkembangnya sekolah kejujuran, pemupukan semangat kerja sama multidisiplin dalam menghadapi masalah, dan sebagainya.Akhirnya, perlu ditekankan lagi bahwa kajian tentang pemikiran-pemikiran pendidikan pada masa lalu akan sangat bermanfaat untuk memperluas pemahaman tentang seluk-beluk pendidikan, serta memupuk wawasan historis dri setiap tenaga kependidikan. Kedua hal itu sangat penting karena setiap keputusan dan tindakan di bidang pendidikan, termasuk di bidang pembelajaran, akan membawa dampak bukan hanya pada masa kini, tetapi juga masa depan. Oleh karena itu, setiap keputusan dan tindakan itu harus dapat dipertanggugjawabkan secara profesional. Sebagai contoh, beberapa tahun terakhir ini telah terjadi polemik tentang peran pokok pendidikan (terutama jalur sekolah) yakni tentang masalah relevansi tentang dunia kerja (siap pakai), apakah tekanan pada pembudayaan manusia yang menyadari harkat dan martabatnya, ataukah memberi bekal keterampilan untuk memasuki dunia kerja. Kedua hal itu tentulah sama pentingnya dalam membangun sumber daya manusia Indonesia yang bermutu.B. Dua Aliran Pokok Pendidikan di IndonesiaDua aliran pokok pendidikan di Indonesia yaitu Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Karya Tanam. Kedua aliran ini dipandang sebagai tonggak pemikiran tentang Pendidikan di Indonesia. Tetapi, perlu dimengerti bahwaprakarsa dan upaya di bidang pendidikan tidak terbatas oleh Taman Siswa dan INS saja. Secara historis, pendidikan melembaga ( lebih banyak pada jalur luar sekolah) dikenal sebelum Belanda menjajah Indonesia. Seperti padepokan, pesantren, dll. Setelah Belanda memperkenalkan system persekolahan di Indonesia timbul upaya untuk mendirikan sekoolah RA Kartini (1879-1904). Demikian pula tokoh di bidang keagamaan ( islam, Kristen, khatolik, dll) telah merintis persekolahan yang bercorak keagamaan sesuai agamanya masing-masing. Salah satu yang kini mempunyai sekolah tersebar diseluruh pelosok tanah air yaitu Muhammadyah yang didirikan oleh K.H. Achmad Dachlan pada tahun 1912. Sedangkan yang bercorak kebangsaan adalah Perguruan Taman siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tahun 3 juli 1922, ruang pendidik INS Kayu Taman didirikan oleh Muh. Sjafei pada 31 oktober 1926, Kesatria Institut (Bandung), Perguruan Rakyat(Jakarta), dll. Selain itu, ada pula pengembangan terhadap lembaga-lembaga yang ada seperti madrasah, seminari, pesantren,modern, dll.Setelah kemerdekaan, telah diupayakan mengembangkan suatu system pendidikan nasionalsesuai ketetapan ayat 2 Pasal 31 UUD 1945. Seperti yang telah dikemukakan bahwa menjelang PJP II telah diletakkan landasan yuridis untuk penataan Sisdiknas dengan ditetapkannya UU RI No. 2 tahun 1989 beserta peraturan pelaksanaannya. Sebagai satu Sisdiknas, seluruh upaya dan lembaga pendidikan di Indonesia seyoginya berada dan sesuai dengan aturan dari Sisdiknas tersebut termasuk gagasan ataualiran pendidikan yang dikembangkan di Indonesia. Oleh karena itu, dua aliran pokok Taman Siswa dan INS dalam latar Sisdiknas yaitu sebagai berikut:1.Perguruan Kebangsaan Taman SiswaPerguruan Kebangsaan Taman siswa didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara ( lahir 2 Mei 1889 dengan nama Suwardi Suryaningrat) mendirikan yayasan pada tanggal 3 juli 1932, selanjutnya mendirikan Taman Indra ( Taman Kanak-kanak), kursus guru, Taman Muda (SD), dan disusul Taman Muda sekaligus merangkap Taman Guru (Mulo-Kweekschool). Dan sekarang dikembangkan Taman Madya. Prasarjana, dan Sarjan Wiyata. Dengan demikian taman siswa meliputi semua jenjang persekolahan, dari pendidikan sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.Perguruan Kebagsaan Taman Siswa dibagi menjadi dua meliputi:a.Asas dan Tujuan Taman SiswaPerguruan Kebangsaan Taman Siswa memiliki tujuh asas perjuangan untuk menghadapi pemerintah koloniaql Belanda sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup yang bersifat nasional dan demokrasi. Ketujuh asas tersebut disebut asas 1922 yang meliputi:1.Bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan mengingat terbitnya perseatuan dalam peri kehidupan umum. Dari asas yang pertama ini jelas bahwa tujuan yang hendak dicapai oleh Taman Siswa adalah kehidupan yang tertib dan damai ( tata dan tenteram, orde in vrede). Kehidupan yang tertip dan damai hendaknya dicapai menurut dasar kodrat alam sebagai sifat lahir dan manisfestasi kekuasaa Tuhan. Asas inilah yang mendorong Taman Siswa untuk mengganti sistyem pendidikan cara lama yang menggunakan perintah, paksaan, dan hukuman dengan system khas Taman Siswa, yang didasarkan pada perkembangan kodrati.dari asas ini pulalah lahir system among, dalam cara mana guru memperoleh sebutan pamong, yaitu sebagai pemimpinyang berdiri sendiri dengan semboyan Tut Wuri Handayani yaitu tetap berpengaruh dan member kesempatan kepada anak didik untuk berjalan sendiri, dan tidak terus menerus dicampuri, diperintah, atau dipaksa. Pamong hanya wajib memikirkan segala sesuatu yang merintangi jalannya anak didik serta hanya bertindak aktif dan mencampuri tingkah laku atau perbuatan anak apabila mereka sendiri tidak dapat menghindarkan diri dari berbagai rintangan untuk maju. Jadi system Among adalah cara pendidikan yang dipakai dalam system Taman Siswa dengan maksud mewajibkan pada guru supaya mengingatkan dan mementingkan kodrati adatnya pada siswa dengan tidak melupakan segala keadaan yang mengelilinginya.2.pengajar harus member pengetahuan yang berfaedah dalam arti lahir dan batin sehingga dapat memerdekakan diri. Dalam asas kedua ini masih mengandung keterangan lebih lanjut tentang prinsip kemerdekaan yang terdapat didalam asas yang pertama, yakni dengan memberi ketegasan bahwa kemerdekaan itu hendaknya dikenakan terhadap cara siswa berpikir, tidak hanya dicekoki atau menerima buah pikiran saja, melainkan para siswa hendaknya dibiasakan mencari/menemukan sendiri berbagi nilai pengetahuan dan ketrampilan dengan menggunakan pikiran dan kemampuannya sendiri. Membimbing anak agar kelak menjadi orang sungguh-sungguh merdeka lahir dan batindengan cara memerdekakan batinnya, pikirannya, dan tenaganya.3.Pengajar harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri. Dengan asas ini Tamna siswa ingin mencegah system pengajaran yang intelektualis dan pola hidup yang kebarat-baratan yang dapat memisahkan orang-orangterpelajar dan rakyat terpelajar pada umumnya.4.Pengajar harus tersebar luas sampai dapat menjangkau seluruh rakyat. Dari asas ini tampak jelas pendirian Taman Siswa yaitu lebih baik memajukan pengajar untuk rakyat umum dari pada mempertinggi pengajaran tetapi mengurangi mengurangi tersebarnya pendidikan dan pengajaran. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa lebih mementingkan tersebarnya pendidikan dan pengajaran bagi rakyat umum, dengan kata lain pemerataan pendidikan.5.Untuk mengajar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya baik lahir maupun batin hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan apapun dari siapapun yang mengikat, baik berupa ikatan lahir maupun batin. Dari asas hidup dengan kekuatan sendiri inilah maka Taman siswa mampu hidup dan memperhatikan kepribadiannya sepanjang masa (dalam masa penjajahan maupun jaman kemerdekaan sekarang ini).6.Sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan. Dari asas ini tersirat keharusan untuk hidup sederhana dan hemat.7.Asas berhamba kepada anak didik ini menunjukkan hasrat Taman Siswa untuk menampilkan pendidik-pendidik dalam arti yang semurni-murninya, pendidik yang bekerja tanpa pamrih, ikhlas, penuh pengorbanan, demi kenahagiaan anak-anak semata. Kualifikasi pendidik yang seperti inilah berhak memiliki sebutan pamong atau istilah sekarang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.Ketujuh asas tersebut diumumkan pada tanggal 3 juli 1922 yang bertepatan dengan berdirinya Taman Siswa, dan disahkan oleh Kongres Taman Siswa pertama di Yogyakarta pada tanggal 7 agustus 1930. Ketujuh asas itu akan tetap hidup sebagai sifat-sifat yang hakiki dari Taman siswa yang tidak dapt diubah, dikurangi, atau ditambah selama nam Taman Siswa digunakan, meskipun bentuk, isi, dan cara melaksanakannya harus selalu disesuaikan dengan alam dan jamannya.Selain itu, dikemukakan penjelasan resmi dari Perguruan Taman Siswa tentang ketujuh asas 1922 tersebut oleh Ki Hajar Dewantara (1952: 270-271, wawasan kependidikan guru, 1982: 148-151), sebagai berikut:Pasal pertama: terkandungnya dasar kemerdekaan bagi tiap-tiap orang untuk mengatur dirinya sendiri. Kebebasan bukan kebebasan ynag leluasa, namun kebebasan yang terbatas dan harus mengerti tertib damainya hidup bersama. Ayat kedua dalam pasal tersebut mengemukakan tujuan hidup merdeka, yaitu hidup tertib dan damai; bukan hanya tertib saja namun sebenarnya tidak ada rasa damai, tetapi tidak ada peraturan tertib. Itulah cita-cita tertib, damai yang abadi.Kita dapat menentukan sendiri bagaimana cara kita melaksanakan asas ini terhadap anak-anak atau murid. Dengan menyesuaikan keadaan masing-masing, misalnya: ketertiban didalam kelas yang dicapai dengan kekerasan seperti memukul anak yang rebut, dengan kata keras dan kasar, bukanlah ketertiban yang sejati. Ketertiban yang dicapai dengan cara yang demikian mengakibatkan tertib tetapi menimbulkan kegelisahan atau menjauhkan ketentraman. Dan ketertiban yang seperti ini, akan mengakibatkan anak tidak akan terdidik menjadi anak-anak yang berjiwa tertib dan damai sebaliknya mereka akan menjadi orang yang bertabiat takut dan dihinggapi perasaan rendah.Pasal Kedua: Kemerdekaan tadi hendaknya terhadap cara anak-anak berfikir, yaitu jangan selalu dipeloporiatau disuruh mengakui buah pikiran orang lain, tetapi biasakanlah anak-anak mencari sendiri segala pengetahuan dengan menggunakan pikirannya sendiri. Begitu pula cara anak-anak melakukan sikap batinnya, merasakan, memelihara keinsyafan, dan jangan dipelopori, namun berilah ebrbasan secukupnya kepada mereka.dan merdekakanlah batinnya, pikirannya, dan tenaganya, karena itu merupakan syarat-syarat untuk membimbing anak-anak agar menjadi orang-orang yang merdeka, lahir dan batinnya.Pasal ketiga: kepentingan-kepentingan umum disebabkan karena bangsa kita selalu menyesuaikan diri dengan hidup dan penghidupan kebarat-baratan. Hal ini terdapat pula dalam system kependidikan dan pengajaran, yang terlampau mengutamakan kecerdasan pikiran, hingga menyuburkan jiwa intelektualitis dengan segala akibat-akibatnya. Dalam pasal ketiga dapat kita lihat keterangan, yang mengenai dasar kebudayaan yang selalu tampak dalam usaha kita, dan bersama-sama dengan dasar-dasar kodratiakan member kepuasan dalam hidup kita.Pasal keempat: mepertinggi pengajaran sangat perlu tetapi, jangan sampai menghambat tersebarnya pendidikan dan pengajaran untuk seluruh masyarakat murba. Dalam jaman Belanda sudah ada perguruan-perguruan tinggi, tetapi karena system pengajarannya sangat primitive, maka pelajar-pelajar kebanyakan berasal dari golongan Belanda dan bangsa asing lainnya yang berkeleluasaan menerima pengajar persiapan yang baik dan cukup.Pasal kelima: inilah asas yang paling penting bagi semua orang , yang sungguh-sungguh berhasyat mengajar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya. Jangan menerima bantuan yang mengikat kita, naik berupa ikatan lahir maupun batin. Boleh kita menerima bantuan dari siapapun asal tidak mengikat, sehingga dapat mengurangi kemerdekaan dan kebebasan kita. Oleh karena itu pokok dari asas ini yaitu berkehendak mengusahakan kekuatan diri sendiri.Pasal keenam:syarat yang mutlak dalam mengajar yaitu keharusan untuk membelanjai sendiri dengan segala usaha. System itu dari dulu dikenak sebagai zelf-begrotings-systeem, golongan-golongan lain, yang ingi hidup merdeka dan bebas, sangat sulit untuk ditiru. Kesulitan tadi disebabkan karena untuk menegakkan system membelanjai sendiri dan diperlukan keharusan untuk hidup sederhana.Pasal ketujuh: harus ada keikhlasan lahir dan batin pada diri kita, untuk mengorbankan segala kepentingan kita agar selamat dan bahagianya anak-anak yang kita didik. Kita harus sanggup mematahkan segala ikatan lahir dan batin, yang mencencang jiwa raga kita, untu dapat berhamba kepada sang anak dengan segala hasrat kesucian.Untuk melengkapi asas 1922 tersebut dengan dasar-dasar 1947 yang disebut Panca Dharma. Yaitu sebagai berikut:1.Asas Kemerdekaandiartikan sebagai disiplin pada diri sendiri oleh diri sendiri dengan dasar nilai hidup yang tinggi, baik hidup sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Maka dari itu kemerdekaan menjadi alat untuk mengembangkan pribadi yang kuat dan sadar dalam suatu perimbangan dan keselarasan dengan masyarakat tertib dan damai tempat keanggotaannya.2.Asas Kodrat Alampada hakikatnya manusia itu sebagai makhluk yaitu satu dengan kodrat ala mini. Ia tidak bisa lepas dari kehendaknya, tetapi akan bahagia apabila bisa menyatukan diri dengan kodrat alam yang mengandung kemajuan yang dapat kita gambarkan sebagai tumbuhnya tiap-tiap benih suatu pohon yag kemudian berkembang menjadi besar dan akhirnya berbuah. Dan setelah menyebarkan benih biji yang baru pohon tersebut mengakhiri hidupnya, dengan keyakinan bahwa darmanya akan dibawa terus dengan tumbuhnya lagi benih-benih yang disebarkan.3.Asas Kebudayaan taman Siswamemelihara kebudayaan kebangsaan kearah kemajuan yang sesuai dengan kecerdasan jaman, kemajuan dunia, dan kepentingan hidup rakyat lahir dan batin tiap-tiap jaman dan keadaan.4.Asas Kebangsaantidak bertentangan dengan kemanusiaan, harus menjadi bentuk dan fiil kemanusiaan yang nyata. Oleh karena itu, tidak mengandung arti permusuhan sengan bangsa lain, melainkan mengandung rasa satu dengan bangsa sendiri, rasa satu dalam suka dan duka, rasa satu dalam kehendak menuju kebahagiaan hidup lahir dan batin seluruh bangsa.5.Asa Kemanusiaandarma tiap-tiap manusia itu adalah mewujudkan kemanusiaan, yang berarti kemajuan manusia lahir dan batin yang setinggi-tingginya, kemajuan kemanusiaan yang tinggi itu dapat dilihat pada kesucian hati orang dan adanya rasa kasih terhadap sesame manusia dan terhadap makhluk tuhan lainnya. Dasar cinta kasih kemanusiaan itu harus tampak sebagai kesimpulan untuk berjuang melawan segala sesuatu yang merintangi kemajuan selaras dengan kehendak alam.Tujuan perguruan kebangsaan Taman Siswa dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tujuan yayasan atau keseluruhan perguruan dan tujuan pendidikan. Tujuan yang pertama itu (pasal 8) adalah:1.Dinyatakan dalam keterangan Asas Taman Siswa tahun 1922 pasal 1, tujuan taman siswa sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan damai.2.Tertib sebenarnya tidak ada, jika tidak ada damai antara manusia. Damai antara manusia mungkin hanya ada dalam keadilan social sebagai wujud berlakunya kedaulatan adab kemanusiaan, yang menghilangkan segala rintangan oleh manusia terhadap sesamanya dalam sarat-sarat hidupnya, serta menjamin terbaginya sarat-sarat hidup lahir batin, secara sama rata sama rasa. Sedangkan Tujuan Pendidikan (pasal 13) yaitu: Tujuan Pendidikan taman Siswa ialah membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya.b.Upaya-upaya yang dilakukan taman siswaperaturan dasar persatuan taman siswa menetapkan berbagai upaya yang dilakukan taman siswa, baik di lingkungan perguruan maupun di luar lingkungan perguruan itu. Di lingkungan perguruan, untuk mencapai tujuannya (seperti yang dinyatakan dalam pasal 8) taman siswa berusaha dengan jalan (pasal 9) senagai berikut:1)Menyelengagarakan tugas pendidikan dalam bentuk pergururan dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi, baik yan bersifat umum maupun yang bersifat kejuruan, serta memberi pendidikan itu serba isi yang baik dan berguna untuk keperluan hidup dan penghidupan masyarakat sesuai dengan asas, dasar dan tujuan pendidikan taman siswa dengan selalu meningkatkan/menyesuaikan dengan kecerdasan zaman dan kemajuan dunia.2)Mengikuti, mempelajari perkembangan dunia di luar taman siswa yang ada hubungannya dengan bidang-bidang kegiatan-kegiatan taman siswa, untuk diambil faedah sebaik-baiknya.3)Menumbuhkan dan memasakkan lingkungan hidup keluarga taman siswa, sehingga dapat tampak benar wujud masyarakat taman siswa yang dicita-citakan.4)Meluaskan kehidupan ke-taman siswa-an diluar lingkungan masyarakat perguruan, sehingga dapat terbentuk wadah yang nyata bagi jiwa taman siswa, agar dengan demikian ada pengaruh timbal balik antara perguruan/keluarga dan masyarakat sekitarnya pasa khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya.Disamping upaya-upaya dalam lingkungan perguruan, untuk mencapai tujuan taman siswa (seperti tersebut pada pasal 8), taman siswa berusaha diluar lingkungan pergururan dengan jalan (pasa 10) sebagai berikut:1)Menjalankan kerja pendidikan untuk masyarakat umum dengan dasar-dasar dan hidup taman siswa, baik yang bersifat umum untuk maningkatkan kecerdasan masyarakat maupun pendidikan karya untuk meningkatkan kecakapan dan kemampuan hidupnya.2)Menyelenggarakan usaha-usaha kemasyarakatan dalam masyarakat dalam bentuk-bentuk badan sosial ekonomi yang dapat memberi bimbingan dan dorongan kegiatan masyarakat dalam perjuangannya menuju masyarakat bahagia tertib damai.3)Bersama-sama dengan instansi-instansi pemerintahan menyelenggarakan usaha-usaha pembentukan kesatuan hidup kekeluargaan sebagai pola masyarakat baru indonesia.4)Menyelenggarakan usaha pendidikan kader pembangunan yang tenaganya dapat disumbangkan kepada masyarakat untuk pembangun.5)Mengusahakan terbentuknya pusat-pusat kegiatan kemasyarakatan dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupan masyarakat dengan inti-inti kejiwaan taman siswa.c.Hasil-hasil yang dicapaiYayasan Perguruan Kevangsaan Taman Siswa yang didirikan Suwardi Suryanigrat (Ki Hadjar Dewantara) pada tanggal 3 Juli 1922 si Yogyakarta sampai kini telah mencapai berbagai hal seperti: gagasan/pemikiran tentang pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari taman indria sampai dengan sarjana wiyata, dan sejumklah besar alumni perguruan (banyak yang menjadi tokoh nasional, antara lain Ki Hadjar Dewantara, Ki Mangunsarkono, dan Ki Suratman). Ketiga pencapaian itu merupakan pencapaian sebagai suatu yayasan pendidikan, yang juga merupakan pencapaian sebagai suatu yayasan pendidikan, yag juga mungkin dicapai oleh yayasan pendidikan lainnya.Meskipun hampir semua upaya pendidikan yang dilakukan oleh orang Indonesia Di zaman penajajahan adalah sebagai sarana perjuangan kemerdekaan Indonesia, namun taman siswa menduduki tempat khusus dalam peran perjuangannya itu. Sebagaimana tercermin pada namanya dengan mencamtukan kebangsaan pada tahun 1992 (jadi sebelum sumpahpemuda tahun 1928), maka taman siswa telah tampil sebagai pelopor persatuan dan kesatuan Indonesia berdasarkan asas kebangsaan dan kebudayaan Indonesia. Seperti diketahui, persatuan dan kesatuan itu sangat diperlukan oleh setiap bangsa yang bhineka agar tunggal ika, seperti Indonesia.Akhirnya perlu dikemukakan harapan seperti yang tercermin dalam tajuk rencana hariankompasmenyambut kongres ke-16 hari dan jadi ke-70 taman siswa dengan judul menyegarkan kembali semangat humanisme Ki Hadjar Dewantara yakni perlunya penyegaran untuk mengantisipasi perkembangan masyarakat yang serba cepat dan tak terduga. Seperti dikemukakan dalam tajuk itu, penyegaran itu telah lama berlangsung dalam taman siswa, namun mulai meredup.Setekah berturtu asas itu disempurnakan oleh Ki Sarmidi menjadi panadarma, Ki Moch Tauchid dengan konsep penerapannya dibidang ekonomi, Ki Mohammad Said dengan filsafat kekeluargaan, dan terakhir Ki Sarino dalam Pendidikan Kedesaan, kita punya kesan tak ada lagi barang baru dari taman siswa (menyegarkan kembali, 1992: 4).Karen atanpa penyegaran dan dinamisasi, dapat terjadi taman siswa sebagai Indonesia Kecil bisa mengikuti sesama taman siswa lain yakni perguruan kebangsaan dan bersemangat nasionalisme yang satu persatu mati, demikian kompas. Harapan kita, sesama penyegaran dan dinamisasi itu akan terus berkembang agar taman siswa dapat maju terus, seperti diketahui, hari jadi pendiri Taman Siswa itu (2 Mei) telah ditetapkan sebagai hari Pendidikan Nasional.Ruang Pendidik INS Kayu TamanRuang pendidik INS (Indonesia Nederlansche School) didirikan oleh Mohammad Sjafi (lahir di Matan, Kalbar tahun 1895) padea tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Taman (Sumatra Barat). INS pada mulanya dipimpin oleh bapaknya, kemudian diambil alih oleh Mohammad Sjafei. Dimulai dengan 75 orang murid, dibagi menjadi dua kelas, serta masuk sekolah bergantian karena gurunya hanya satu, yakni Moh. Sjafei sendiri. Sekolah ini mengalami pasang surut dengan keadaan Indonesia saat itu, bahkan pada bulan desember 1948 sewaktu belanda menyerang ke kayu taman, seluruh gedung INS dibumihanguskan, termasuk ruang pendidikan, pengajar, dan kebudayaan (RPPK) di Padang panjang. Baru pada bulan mei 1950 ruang pendidik INS kayu taman bangkit kembali dan Moh. Sjafei mulai lagi dengan 30 orang siswa. Pada tahun 1952, INS mendirikan percetakan Sridharma yang menerbitkan majalah bulananSendidengan sasaran khalayak adalah anak-anak.a)Asas dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu TamanPada awal didirikan, ruang pendidik INS mempunyai asas-asas sebagai berikut:1).Berpikir logis dan rasional.2).Keaktifan atau kegiatan.3).Pendidik masyarakat.4).Memperhatikan pembawaan anak.5).Menentang intelektualisme.Setelah lemerdekaan Indonesia, Moh. Sjafei mengembangkan asas-asas pendidikan INS menjadi dasar-dasar pendidikan RI. Dasar-dasar tersebut dikembangkan dengan mengintegrasikan asas-asas runag pendidik INS, sila-sila dari pancasila, dan hasil analisis alam dan masyaakat Indonesia, serta pengalaman sebagai guru sekolah Kartini di jakarta (1914-1922), dan sebagai pimpinan INS. Dasar-dasar pendidikan tersebut (Mohammad Sjafei, 1979: 31-86; dan Said, 19821: 57-69) sebagai berikut:1)Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.2)Kemanusiaan3)Kesusilaan4)Kerakyatan5)Kebangsaan6)Gabungan antara pendidikan ilmu umum dan kejuruan.7)Pecaya pada diri sendiri juga pada tuhan.8)Berakhlak (bersusila) setinggi mungkin.9)Bertanggung jawab akan keselamatn nusa dan bangsa.10)Berjiwa aktif positif dan aktif negatif.11)Mempunyai daya cipta.12)Cerdas, logis, dan rasional.13)Berperasaan tajam, halus, dan estetis.14)Gigih atau ulet yang sehat.15)Correctatau tepat.16)Emosional atau terharu.17)Jasmanisehat atau kuat.Cakap berbahasa Indonesia, Inggris, dan Arab.18)Sanggup hidup sederhana dan bersusah payah.19)Sanggup mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan alat serba kurang.20)Sebanyak mungkin memakai kebudayaan nasional waktu mendidik.21)Waktu mengajar para guru mungkin menjadi objek, dan murid-murid menjadi subjek.22)Bilahal ini tidak mungkin barulah para guru menjadi subjek dan murid menjadi objek.23)Sebanyak mungkin para guru mencontohkan pelajaran-pelajarannya, tidak hanya pandaimenyuruh saja.24)Diusahakan supaya pelajar mempunyai darah kesatria; berani karena benar.25)Mempunyai jiwa konsentrasi.26)Pemeliharaan (perawatan) sesuatu usaha.27)Menepati janji.28)a.Sebelum pekerjaan dimulai dibiasakan menimbangnya dulu sebaik-naiknya.b.Kewajiban harus dipenuhi.29).HematDemikianlah dasar-dasar pendidikan menurut Moh. Sjafei , yang mencakup berbagai hal, seperti: syarat-syarat pendidikan yang efektif, tujuan yang ingin dicapai, dan sebgainya.Sejak didirikan, tujuan ruang pendidik INS kayu taman adalah:a)Mendidik rakyat kearah kemerdekaan.b)Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.c)Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat.d)Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab.e)Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.b)Usaha-Usaha Ruang Pendidik Taman KayuTerdapat berbagai usaha yang dilakukan oleh Moh. Sjafei dan kawan-kawan dalam mengembangkan gagasan dan berupaya mewujudkannya, baik yang berkaitan dengan ruang pendidik INS maupun tentang pendidikan danperjuangan/pembangunan bangsa Indonesia pada umumnya. Beberapa hal yan perlu dikemukakan adalah memantapkan dan menyebarluaskan gagasan-gagasannya tentang pendidikan nasional, pengembangan ruang pendidik INS (kelembagaan, sarana/prasarana, dan lain-lain), upaya pemberantasan buta huruf, penerbitan majalah anak-anak, dan lain-lain.Beberapa usaha yang dilakukan ruang pendidik INS kayu taman yang dalam bidang kelembaaan anatar lain menyelenggarakan berbagai jenjang pendidikan, seperti ruang rendah (7 tahun, serta sekolah dasar), ruang dewasa (4 tahun sesudah ruang rendah, setara sekolah menengah), dan sebagainya. Perlu ditekankan bahwa program pendidikan INS tersebut sangat mengutamakan pendidikan keterampilan-kerajinan, dengan mengutamakan menggambarkan, pekerjaan tangan, dan sejenisnya (Moh. Sjafei, 1979: 87-117). Terdapat pula program khusus untuk menjadi guru yakni tambahan satu tahun setelah ruang dewasa untuk pembekalan kemampuan mengajar dan praktek mengajar (Said, 1981: 57-69). Disamping bidangkelembagaan itu, ruang pendidik INS kayu taman juga menyelenggarakan usaha lain sebagai bagian mencerdaskan kehidupan bangsa, yakni penerbitansendi(majalah anak-anak), buku bacaan dalam rangka pemberantasan buta huruf/aksara dan angka dengan judulKunci 13, mencetak buku-buku pelajaran, dan lain-lain. (Soejono, 1958: 46). Seperti diketahui, upaya-upaya ruang pendidik INS tersebut dilakukan sebagai usaha mandiri, dan menolak bantuan yang mungkin akan membatasi kebebasannya.c)Hasil-Hasil yang Dicapai Ruang Pendidik INS Taman KayuRuang pendidik INS kayu taman mengalami masa pasang surut seirama dengan pasang-surutnya perjuangan bangsa Indonesia. Seperti telah dikemukakan bahwa akibat bumi hangus pada penyerangan Belanda tahun 1948, praktis kegiatan dan nyata dari INS terhenti; dan baru dimulai kembali pada tahun 1950. Perkembangannya berlangsung lambat, tetapi tidak mati seperti beberapa perguruan kebangsaan lainnya. Sebagaimana taman siswa, ruang pendidik INS kayu taman juga mengupayakan gagasan-gagasan tentang pendidikan nasional (utamanya pendidikan keterampilan/kerajinan), beberapa ruang pendidikan (jenjang persekolahan), dan sejumlah alumni. Beberapa orang alumni telah berhasil menerbitkan salah satu tulisan Moh. Sjafei yakniDasar-Dasar Pendidikan(1976), yang ditulis pada tahun 1968 (cetakan kedua tahun 1979).Seperti harapan kepada Taman Siswa, ruang pendidik INS kayu taman juga duharapkan melakukan penyegaran dan dinamisasi, seiring dengan perkembangan masyarakat dan iptek. Disamping itu, upaya-upaya pengembangan ruang pendidik INS seyogianyadilakukan dalam kerangka pengemabangan sisidiknas, sebagai bagian dari usaha mewujudkan cita-cita ruang pendidik INS, yakni mencerdaskan seluruh rakyat Indonesia.

1.Masalah pemerataan pendidikanMasalah pemerataan pendidikan adalah bagaimana sistim pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan.

Pemecahan masalah pemerataan pendidikan dapat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

a.Cara konvensional, antara lain :-Membangun gedung sekolah-Menggunakan gedung sekolah untuk double sift (sistem bergantian pagi dan sore).b. Cara inovatif, antara lain :-Sistem pamong-SD kecil pada daerah terpencil-Sistem guru kunjung-SMP terbuka-Kejar paket A dan B-Belajar jarak jauh2.Masalah mutu pendidikan

Mutu pendidikan dipermaslahkan jika hasil pendidikan belum mencapai seperti taraf yang diharapkan. Mutu pendidkan pada akhirnya dilihat pada kualitas keluarannya.

Pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manejemen sebagai berikut :a.Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentahb.Pengembangan kemampuan tenaga kependidikanc.Penyempurnaan kurikulumd.Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tentram untuk belajar.e.Penyempurnaan sarana belajarf.Peningkatan administrasi menejemeng.Kegiatan pengendalian mutu

3.Masalah efisiensi pendidikan

Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan.Beberapa masalah