pengertian pendidikan kewarganegaraan 1

36
PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Secara bahasa, istilah “Civic Education” oleh sebagian pakar diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Pendidikan Kewargaan dan Pendidikan Kewarganegaraan. Istilah “Pendidikan Kewargaan” diwakili oleh Azra dan Tim ICCE (Indonesian Center for Civic Education) dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, sebagai pengembang Civic Education pertama di perguruan tinggi. Penggunaan istilah “Pendidikan Kewarganegaraan” diwakili oleh Winataputra dkk dari Tim CICED (Center Indonesian for Civic Education), Tim ICCE (2005: 6). Menurut Kerr (Winataputra dan Budimansyah, 2007:4), mengemukakan bahwa Citizenship education or civics education didefinisikan sebagai berikut: Citizenship or civics education is construed broadly to encompass the preparation of young people for their roles and responsibilities as citizens and, in particular, the role of education (trough schooling, teaching, and learning) in that preparatory process. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung jawabnya sebagai warga negara, dan secara khusus, peran pendidikan termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran dan belajar, dalam proses penyiapan warga negara tersebut. Cogan (1999:4) mengartikan civic education sebagai "...the foundational course work in school designed to prepare young citizens for an active role in their communities in their adult lives", maksudnya adalah suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warga negara muda, agar kelak setelah

Upload: sulton-agung-el-aboed

Post on 24-Oct-2015

228 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

pkn

TRANSCRIPT

Page 1: PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1

PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Secara bahasa, istilah “Civic Education” oleh sebagian pakar diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Pendidikan Kewargaan dan Pendidikan Kewarganegaraan. Istilah “Pendidikan Kewargaan” diwakili oleh Azra dan Tim ICCE (Indonesian Center for Civic Education) dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, sebagai pengembang Civic Education pertama di perguruan tinggi. Penggunaan istilah “Pendidikan Kewarganegaraan” diwakili oleh Winataputra dkk dari Tim CICED (Center Indonesian for Civic Education), Tim ICCE (2005: 6). Menurut Kerr (Winataputra dan Budimansyah, 2007:4), mengemukakan bahwa Citizenship education or civics education didefinisikan sebagai berikut:Citizenship or civics education is construed broadly to encompass the preparation of young people for their roles and responsibilities as citizens and, in particular, the role of education (trough schooling, teaching, and learning) in that preparatory process.

Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung jawabnya sebagai warga negara, dan secara khusus, peran pendidikan termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran dan belajar, dalam proses penyiapan warga negara tersebut. Cogan (1999:4) mengartikan civic education sebagai "...the foundational course work in school designed to prepare young citizens for an active role in their communities in their adult lives", maksudnya adalah suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warga negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakatn¬ya. Menurut Zamroni (Tim ICCE, 2005:7) mengemukakan bahwa pengertian Pendidikan Kewarganegaraan adalah: Pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru, bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat. Demokrasi adalah suatu learning proses yang tidak dapat begitu saja meniru dari masyarakat lain. Kelangsungan demokrasi tergantung pada kemampuan mentransformasikan nilai-nilai demokrasi.

Sementara itu, PKn di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen yang kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hakikat negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan modern. Negara

Page 2: PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1

kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan atau nasionalisme yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang sama, walaupun warga masyarakat tersebut berbeda-beda agama, ras, etnik, atau golongannya. (Risalah sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia/BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia/PPKI). Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006:49), adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD NRI 1945. Lebih lanjut Somantri (2001:154) mengemukakan bahwa:PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

civic education1999:4Menurut Branson dalam demokrasi adalah pendidikan – untuk mengembangkan dan memperkuat – dalam atau tentang pemerintahan otonom (self government). Pemerintahan otonom demokratis berarti bahwa warga negara aktif terlibat dalam pemerintahannya sendiri; mereka tidak hanya menerima didikte orang lain atau memenuhi tuntutan orang lain. Beberapa unsur yang terkait dengan pengembangan PKn, antara lain (Somantri, 2001:158):a. Hubungan pengetahuan intraseptif (intraceptive knowledge) dengan pengetahuan ekstraseptif (extraceptive knowledge) atau antara agama dan ilmu.b. Kebudayaan Indonesia dan tujuan pendidikan nasional.c. Disiplin ilmu pendidikan, terutama psikologi pendidikan. d. Disiplin ilmu-ilmu sosial, khususnya “ide fundamental” Ilmu Kewarganegaraan.

e. Dokumen negara, khususnya Pancasila, UUD NRI 1945 dan perundangan negara serta sejarah perjuangan bangsa.f. Kegiatan dasar manusia.g. Pengertian pendidikan IPS

Ketujuh unsur inilah yang akan mempengaruhi pengembangan PKn. Karena pengembangan pendidikan Kewarganegaraan akan mempengaruhi pengertian PKn sebgai salah satu tujuan pendidikan IPS.Sehubungan dengan itu, PKn sebagai salah satu tujuan pendidikan IPS yang menekankan pada nilai-nilai untuk menumbuhkan warga negara yang baik dan patriotik, maka batasan pengertian PKn dapat dirumuskan sebagai berikut

Page 3: PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1

(Somantri, 2001:159):Pendidikan Kewarganegaraan adalah seleksi dan adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu Kewarganegaraan, humaniora, dan kegiatan dasar manusia, yang diorganisasikan dan disajikan secara psikologis dan ilmiah untuk ikut mencapai salah satu tujuanpendidikan IPS.

Beberapa faktor yang lebih menjelaskan mengenai Pendidikan Kewarganegaraan antara lain (Somantri, 2001:161):a. PKn merupakan bagian atau salah satu tujuan pendidikan IPS, yaitu bahan pendidikannya diorganisasikan secara terpadu (intergrated) dari berbagai disiplin ilmu sosial, humaniora, dokumen negara, terutama Pancasila, UUD NRI 1945, GBHN, dan perundangan negara, dengan tekanan bahan pendidikan pada hubungan warga negara dan bahan pendidikan yang berkenaan dengan bela negara.b. PKn adalah seleksi dan adaptasi dari berbagai disiplin ilmu sosial, humaniora, Pancasila, UUD NRI 1945 dan dokumen negara lainnya yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.c. PKn dikembangkan secara ilmiah dan psikologis baik untuk tingkat jurusan PMPKN FPIPS maupun dikembangkan untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah serta perguruan tinggi.d. Dalam mengembangkan dan melaksanakan PKn, kita harus berpikir secara integratif, yaitu kesatuan yang utuh dari hubungan antara hubungan pengetahuan intraseptif (agama, nilai-nilai) dengan pengetahuan ekstraseptif (ilmu), kebudayaan Indonesia, tujuan pendidikan nasional, Pancasila, UUD1945, GBHN, filsasat pendidikan, psikologi pendidikan, pengembangan kurikulum disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, kemudian dibuat program pendidikannya yang terdiri atas unsur: (i) tujuan pendidikan, (ii) bahan pendidikan, (iii) metode pendidikan, (iv) evaluasi.e. PKn menitikberatkan pada kemampuan dan ketrampilan berpikir aktif warga negara, terutama generasi muda, dalam menginternalisasikan nilai-nilai warga negara yang baik (good citizen)dalam suasana demokratis dalam berbagai masalah kemasyarakatan (civic affairs).f. Dalam kepustakan asing PKn sering disebut civic education, yang salah satu batasannya ialah “seluruh kegiatan sekolah, rumah, dan masyarakat yang dapat menumbuhkan demokrasi.PKn sebagai pendidikan nilai dapat membantu para siswa membantu siswa memilih sistem nilai yang dipilihnya dan mengembangkan aspek afektif yang akan ditampilkan dalam perilakunya. Seperti yang diungkapkan Al-Muchtar dalam Hand Out Strategi Belajar Mengajar (2001:33), mengemukakan bahwa:Pendidikan nilai bertujuan untuk membantu perilaku peserta didik menumbuhkan dan memperkuat sistem nilai dipilihnya untuk dijadikan dasar bagi penampilan

Page 4: PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1

perilakunya. Pendidikan nilai bertumpu pada pengembangan sikap (afektif) oleh karena itu berbeda dengan belajar mengajar dengan pendidikan kognitif atau psikomotor. Pendidikan nilai secara formal di Indonesia diberikan pada mata pelajaran PPKn yang merupakan pendidikan nilai Pancasila agar dapat menjadi kepribadian yang fungsional.

TUJUAN

Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para calon-calon penerus bangsa yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai imu pengetahuaan dan teknologi serta seni.

Selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, profesional, bertanggung  jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.

Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai perilaku yang:

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa serta menghayati nilai-nilai falsafah bangsa.

2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam masnyarakat berbangsa dan bernegara.

3. Rasional, dinamis, dan sabar akan hak dan kewajiban warga negara.4. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk

kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara.

Melalui pendidikan Kewarganegaraan , warga negara Republik indonesia diharapkan mampu “memahami”, menganalisa, dan menjawab masalah-masalah yang di hadapi oleh masyarakat , bangsa dan negaranya secra konsisten dan berkesinambungan dalam cita-cita dan tujuan nasional seperti yang di gariskan dalam pembukaan UUD 1945.

2.1 Pengertian Urgensi dan Orientasi Pendidikan Kewarganegaraan

Page 5: PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1

Sejak timbulnya gerakan reformasi dan demokratisaasi di indonesia pada

akhir dasawarsa 1990-an yang ternyata telah berhasil mengakhiri secara formal

tatanan dan instrumentasi demokrasi semu di era orde baru, dan secara perlahan

menapaki era baru orde reformasi, mulai berkembang pemikiran perlunya

merekonseptualisasi dan meresponsisi pendidikan kewarganegaraan dalam konteks

pendidikan demokrasi dalam arti mendasar. Dan sesuai dengan undang undang no.

2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional didalam kurikulum pendidikan

tinggi telah ditetapkan adanya mata kuliah pendidikan kewarganegaraan

(kewiraan) sebagai salah satu komponen dari kelompok mata kuliah umum.

Sampai saat ini secara umum mata kuliah ini mencakup materi pendidikan

kewarganegaraan dengan tujuan untuk mengembangkan mahasiswa agar mampu

berperan aktif sebagai warga negara dalam kontek bela negara. Hal ini dapat

dipahami karena memang pada awalnya, yakni sebelum ada undang-undang no. 2

tahun 1989 itu, mata kuliah ini lebih dikenal sebagai mata kuliah kewiraan. Dan

kini telah menjadi pendidikan kewarganegaraan yang bertujuan  dari jalur

pendidikan formal akan menjadi warga negara yang memiliki berbagai

kemampuan untuk melakukan perubahan dalam masyarakat dan menjadi agent

perubahan bagi masyarakatnya serta mampu melakukan proses pembelajaran diri,

proses pengewanjatahan nilai-nilai dan pengalihan prinsip-prinsip dalam

kehidupan nyata.

Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik

menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air (penjelasan

pasal ayat 1 uu no.20/2003) dalam kontek pendidikan nasional pendidikan

kewarganegaraan dijadikan sebagai wadah dan instrument untuk menwujudkan

tujuan pendidikan nasional yaitu perkembangan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Page 6: PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1

Tujuan dari pendidikan kewarganegaraan pada dasarnya adalah bagaimana

menjadikan warga negara yang cerdas dan baik serta mampu mendukung 

keberlangsungan bangsa dan negara. Upaya kewarganegaraan individu atau orang-

orang yang hidup dalam suatu negara merupakan tugas pokok negara. Konsep

warga negara yang cerdas dan baik tentunya tergantung dari pandangan hidup dan

sistem politik negara yang bersangkutan. Pendidikam kewarganegaraan, khususnya

sepanjang pemerintahan orde baru, telah direkayasa sebagai alat untuk

melanggengkan kekuasaan melalui cara indoktrinasi, manipulasi atas demokrasi

dan pancasila, dan tindakan paradoks penguasa orde baru. Sikap paradoks orde

baru terlihat dari tidak jalannya antara program pendidikan kewiraan dan pancasila

dengan perilaku elit orde baru dalam mengelola negara yang penuh dengan praktek

korupsi, kolusi, dan nepotisme (kkn). Besarnya jumlah masyarakat indonesia yang

awam tentang demokrasi , maka membutuhkan sebuah model pendidikan

kewarganegaraan yang memperdayakan dan membebaskan rakyat dari keawaman

demokrasi tersebut.

Penggunaan pendidikan kewarganegaraan tidak lepas dari realitas empiris

bangsa indonesia saat ini yang masih awam tentang demokrasi. Dengan kata lain,

pendidikan kewarganegaraan (civic education) adalah suatu program pendidikan

yang berusaha menggabungkan unsur-unsur substantif dari komponen civic

education diatas melalui model pembelajaran yang demokratis, interaktif, dan

humanis dalam lingkungan yang demokratis. Unsur-unsur substantif  civic

education tersebut terangkum dalam tiga komponen inti yang saling terkait dalam

pendidikan kewarganegaraan yaitu: demokrasi, ham, dan masyarakat madani.

Dengan kata lain, pendidikan kewarganegaraan (civic education) adalah suatu

program pendidikan yang berusaha menggabungkan unsur-unsur substantif dari

komponen civic education diatas melalui model pembelajaran yang demokratis,

interaktif, dan humanis dalam lingkungan yang demokratis. Unsur-unsur

Page 7: PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1

substantif  civic education tersebut terangkum dalam tiga komponen inti yang

saling terkait dalam pendidikan kewarganegaraan yaitu: demokrasi, ham, dan

masyarakat madani. Dengan kata lain, pendidikan kewarganegaraan (civic

education) adalah suatu program pendidikan yang berusaha menggabungkan

unsur-unsur substantif dari komponen civic education diatas melalui model

pembelajaran yang demokratis, interaktif, dan humanis dalam lingkungan yang

demokratis. Unsur-unsur substantif  civic education tersebut terangkum dalam tiga

komponen inti yang saling terkait dalam pendidikan kewarganegaraan yaitu:

demokrasi, ham, dan masyarakat madani. Pendidikan kewarganegaraan

mengembangkan paradigma demokratis yakni orientasi yang menekankan pada

upaya penberdayaan mahasiswa sebagai warga negara indonesia secara

demokratis. Paradigma demokratis dalam pendidikan menempatkan peserta didik

sebagai subyek aktif, pendidik sebagai mitra peserta didik dalam proses

pembelajaran.sedangkan tujuan dari paradigma demokrasi ini adalah sebagai upaya

pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik tidak hanya mengetahuai sesuatu

melainkan dapat belajar untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab sebagai

individu dan makhluk sosial serta belajar untuk melakukan sesuatu  yang didasari

oleh pengetahuan yang memilikinya.

Sebagai output dari pendidikan yang demokratis, kedewasaan warga negara

dalam berdemokrasi di Barat bisa menjadi referensi adanya keterkaitan antara

sikap-sikap demokratis warga negara dan program pendidikan demokrasi, populer

dengan sebutan civic education (pendidikan kewarganegaraan), yang ditempuh

melalui jalur pendidikan formal.

Bagi negara yang tengah bertransisi menuju demokrasi, seperti Indonesia,

pendidikan kewarganegaraan yang mampu memperkuat barisan masyarakat sipil

yang beradab dan demokratis amat penting diakukan.

Page 8: PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1

Pendidikan kewarganegaraan bukanlah barang baru dalam sejarah

pendidikan nasional. Di era Soekarno, misalnya, pendidikan kewarganegaraan

dikenal dengan pendidikan civic.

Secara konseptual, pendidikan kewarganegaraan adalah suatu bentuk

pendidikan yang memuat unsur-unsur pendidikan demokrasi yang berlaku

universal, di mana prinsip umum demokrasi yang mengandung pengertian

mekanisme sosial politik yang dilakukan melalui prinsip dari, oleh, dan untuk

warga negara menjadi fondasi dan tujuannya.

Mengaca pada realitas demokrasi di Indonesia, pendidikan demokrasi yang

disubordinasikan dalam pendidikan kewarganegaraan dengan konsep itu sudah

saatnya dilakukan. Tujuan pendidikan ini adalah untuk membangun kesadaran

peserta didik akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan mampu

menggunakannya secara demokratis dan beradab.

Orientasi lama pengajaran PPKn yang lebih menekankan kepatuhan peserta

didik kepada negara sudah saatnya diubah ke arah pengajaran yang berorientasi

pada penyiapan peserta didik menjadi warga negara yang kritis, aktif, toleran, dan

mandiri.

Jika orientasi pendidikan PPKn masa lalu telah terbukti gagal melahirkan

manusia Indonesia yang mandiri dan kreatif, karena terlalu kuatnya muatan

“pengarahan” negara atas warga negara, pendidikan kewarganegaraan mendatang

seharusnya diarahkan untuk membangun daya kreativitas dan inovasi peserta didik

melalui pola-pola pendidikan yang demokratis dan partisipatif.

Perilaku budaya demokrasi harus terus dikembangkan dalam kehidupan

demokrasi, baik dalam suprastruktur maupun infrastruktur. Perilaku budaya

demokrasi yang dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara akan menghasilkan demokrasi yang berbudaya dan peradaban. Kondisi

Page 9: PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1

demikian merupakan iklim yang cukup mendukung terwujudnya masyarakat

madani.

Untuk membentuk suatu negara yang demokratis, maka negara tersebut

harus melaksanakan prinsip demokrasi yang didukung oleh warga negara. Prinsip

demokrasi adalah perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi. Nilai-nilai

demokrasi tersebut antara lain : adil, terbuka, menghargai, mengakui perbedaan,

anti kekerasan, damai, tanggung jawab ,dan kerja sama.

Sistem politik demokrasi yang berlaku di Indonesia adalah Sistem Politik

Demokrasi Pancasila. Budaya demokrasi Pancasila merupakan paham demokrasi

yang berpedoman pada asas kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan/perwakilan yang berketuhanaan yang Maha Esa,

berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, dan bersama sama

menjiwai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keinginan rakyat dapat

tersalurkan baik dalam lembaga suprastruktur politik (lembaga negara), maupun

dalam infrastruktur politik (partai politik, organisasi massa, dan media politik

lainnya).

Membiasakan diri melaksanakan budaya demokrasi dalam kehidupan sehari-

hari dapat dilakukan di lingkungan keluarga ,maupun lingkungan sekolah, di

organisasi masyarakat (ormas) dan partai politik (parpol), serta di DPR sebagai

lembaga pembuat Undang-Undang.

Tujuan dari pendidikan kewarganegaraan pada dasarnya adalah bagaimana

menjadikan warga negara yang cerdas dan baik serta mampu mendukung 

keberlangsungan bangsa dan negara.

Penggunaan pendidikan kewarganegaraan tidak lepas dari realitas empiris

bangsa indonesia saat ini yang masih awam tentang demokrasi .pendidikan

kewarganegaraan. 

Page 10: PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1

Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik

menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air Pendidikan

kewarganegaraan dijadikan sebagai wadah dan instrument untuk mewujudkan

tujuan pendidikan nasional yaitu perkembangan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

2.2 Implementasi Sikap Kritis, Analitis, dan Logis

Implementasi sikap berpikir kritis, analitis, dan logis dalam melihat makna

civic education (Pendidikan Kewarganegaraan)

a.    Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial

untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan

lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak

1942. Penelitian dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik

pembicaraan dalam sepuluh tahun terakhir ini (Patrick, 2000:1). Definisi berpikir

kritis banyak dikemukakan para ahli.

Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau

strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah

menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-

merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan

masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan

membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara

efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan

mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala

menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis

Page 11: PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1

juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang

akan dituju.

Keterkaitan berpikir kritis dalam pembelajaran adalah perlunya

mempersiapkan siswa agar menjadi pemecah masalah yang tangguh, pembuat

keputusan yang matang, dan orang yang tak pernah berhenti belajar. Penting bagi

siswa untuk menjadi seorang pemikir mandiri sejalan dengan meningkatnya jenis

pekerjaan di masa yang akan datang yang membutuhkan para pekerja handal yang

memiliki kemampuan berpikir kritis. Selama ini, kemampuan berpikir masih belum

merasuk ke jiwa siswa sehingga belum dapat berfungsi maksimal di masyarakat

yang serba praktis saat ini. Sebuah laporan di Malaysia menyebutkan bahwa

pembelajaran kognisi tingkat tinggi membantu siswa untuk menjadi pembelajar

mandiri, mengembangkan keterampilan berpikir siswa lebih umum dinyatakan

sebagai tujuan pendidikan saja. Rajendran (2002) menemukan kurangnya

kemampuan siswa dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan di

sekolah dan kelas ke permasalahan yang mereka temui dalam kehidupan sehari-

hari. Dia menegaskan bahwa banyak siswa tidak mampu memberikan bukti tak

lebih dari pemahaman yang dangkal tentang konsep dan hubungan yang mendasar

bagi mata pelajaran yang telah mereka pelajari, atau ketidakmampuan untuk

menerapkan ilmu pengetahuan yang telah mereka peroleh ke dalam permasalahan

dunia nyata (Rajendran, 2002).

Menurut kajian ini kebutuhan untuk mengajarkan kemampuan berpikir

sebagai bagian yang menyatu dengan kurikulum sekolah merupakan hal yang

sangat penting. Sebagian besar negara mempedulikan kenaikan standar pendidikan

melalui wajib belajar pada pendidikan formal. Menurut Cotton (2003), pada

tatanan masyarakat yang serba praktis ini, pendidikan anak-anak menjadi tujuan

utama pendidikan. Hal ini akan membekali anak-anak dengan pembelajaran

sepanjang hayat dan kemampuan berpikir kritis yang dibutuhkan untuk menangkap

Page 12: PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1

fakta dan memproses informasi di era dunia yang makin berkembang ini. Salah

satu dari fungsi sekolah adalah menyediakan tenaga kerja yang mumpuni dan siap

dengan berbagai masalah yang ada di masyarakat, maka penting pembelajaran

berpikir dimasukkan ke dalam proses pembelajaran. Selain perhatian terhadap

penguasaan hal-hal dasar seperti membaca, menulis, sains dan matematika,

perhatian yang sama juga terletak pada kemampuan berpikir kritis. Pengetahuan

dasar atau penguasaannya saja tidak cukup untuk memenuhi tuntutan

perkembangan dunia masa yang akan datang. Beberapa kajian pedagogi yang

memiliki kontribusi terhadap antara lain Bourke (2004), See (1998), See dan Lim

(2003), Dhinsa dan Shanmuganathan (2002).

Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwhol (2001)

sangat berguna dalam meningkatkan level berpikir kritis. Peneliti Chai dan Tan

(2003) mengusulkan sebuah pendekatan yang disebut dengan knowledge building

community untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. Mereka

menyatakan bahwa pendekatan ini mampu mengubah struktur wacana tradisional

penyampaian ilmu pengetahuan di kelas untuk mengembangkan ide-ide dan

keterampilan berpikir kritis. Rangkaian guru mengajukan pertanyaan, siswa

menjawab dan kemudian guru mengevaluasi dan menjelaskan kembali secara rinci

jawaban dari siswa, adalah tipikal kelas tradisional (Chai dan Tan 2003).

Apa yang dibutuhkan sekarang adalah suatu konteks ramah sosial bagi

peserta didik untuk membawa ide mereka ke dalam kelas. Lee (1999) mengatakan

bahwa memberikan materi yang tepat, arahan yang benar dan suasana

pembelajaran yang kondusif, anak-anak dari usia berapapun akan mampu

berkembang kemampuan berpikir kritisnya.

Kunci berpikir kritis adalah mengembangkan pendekatan impersonal yang

memperhatikan argumentasi dan fakta sejalan dengan pandangan, pendapat dan

perasaan personal. Wacana akademik didasarkan pada prinsip-prinsip berpikir

Page 13: PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1

kritis yang dijelaskan oleh Northedge (2005) sebagai berikut: Debat: membantah

poin-poin yang memiliki pandangan berbeda. Keilmuan: kesadaran akan hal lain

apa yang telah ditulis, dan mengutipnya dengan tepat. Argumen: mengembangkan

poin-poin dalam urutan logis yang akan mengarah pada kesimpulan. Kritis:

mengetahui/ memperhatikan kekuatan dan kelemahan. Analisis: menguraikan

argumen yang dikemukakan. Bukti: meyakinkan orang bahwa argumen yang

dibawa didukung oleh bukti yang valid. Objektif: tidak memihak dan emosional

serta tanpa menimbulkan daya tarik langsung pada orang lain. Presisi: menuju

ketepatan, hal-hal apapun yang tidak terkait dengan argumen harus dihilangkan.

Pemikiran kritis dan analitis harus diaplikasikan pada semua aspek kegiatan

akademik, misalnya aktivitas memilih informasi, membaca, menulis, berbicara,

dan menyimak. Belajar membaca dan mengevaluasi informasi secara kritis

merupakan keahlian yang paling penting, apabila telah dikuasai dapat

diaplikasikan di bidang-bidang lainnya.

Contoh : pada saat kemarin BBM akan naik seharusnya kita tidak panik tetapi kita

membuat bahan pengganti BBM yang lebih murah dan mudah dalam membuatnya.

b.    Analitis

Kemampuan analitis adalah kemampuan siswa untuk menguraikan atau

memisahkan suatu hal ke dalam bagian-bagiannya dan dapat mencari keterkaitan

antara bagian-bagian tersebut. Menganalisis adalah kemampuan memisahkan

materi (informasi) ke dalam bagian-bagiannya yang perlu, mencari hubungan

antarabagian-bagiannya, mampu melihat (mengenal) komponen-komponennya,

bagaimana komponen-komponen itu berhubungan dan terorganisasikan,

membedakan fakta dari hayalan.

Dalam kemampuan analisis ini juga termasuk kemampuan menyelesaikan

soal-soal yang tidak rutin, menemukan hubungan, membuktikan dan

Page 14: PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1

mengomentari bukti, dan merumuskan serta menunjukkan benarnya suatu

generalisasi, tetapi baru dalam tahap analisis belum dapat menyusun.

Pendapat lain yang sejalan, Suherman dan Sukjaya (1990: 49) menyatakan

bahwa kemampuan analisis adalah kemampuan untuk merinci atau menguraikan

suatu masalah (soal) menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (komponen) serta

mampu untuk memahami hubungan diantara bagian-bagian tersebut. Hal ini juga

diperkuat oleh Bloom yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir analitis

menekankan pada pemecahan materi ke dalam bagian-bagian yang lebih khusus

atau kecil dan mendeteksi hubungan-hubungan dan bagian-bagian tersebut dan

bagian-bagian itu diorganisir.

Ross mengungkapkan beberapa indikator kemampuan analitis, yaitu:

1)   Memberikan alasan mengapa sebuah jawaban atau pendekatan suatu masalah

adalah masuk akal.

2)   Membuat dan mengevaluasi kesimpulan umum berdasarkan atas penyelidikan atau

penelitian.

3)   Meramalkan atau menggambarkan kesimpulan atau putusan dari informasi yang

sesuai.

4)   Mempertimbangkan validitas dari argumen dengan menggunakan berpikir

deduktif dan induktif.

5)   Menggunakan data yang mendukung untuk menjelaskan mengapa cara yang

digunakan dalam jawaban adalah benar.

c.    Logis (Rasional)

Rasional diambil dari kata bahasa inggris yaitu “rational” yang mempunyai

definisi yaitu dapat diterima oleh akal dan pikiran dapat ditalar sesuai dengan

kemampuan otak.Hal-hal yang rasional adalah suatu hal yang di dalam prosesnya

dapat dimengerti sesuai dengan kenyataan dan realitas yang ada.Biasanya kata

rasional ditujukan untuk suatu hal atau kegiatan yang masuk diakal dan diterima

Page 15: PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1

dengan baik oleh masyarakat . Rasional juga berarti norma  norma yang sudah

baku di dalam masyarakat dan telah menjadi suatu hal yang biasa dan permanen.

Contoh : saat dihadapkan pada kericuhan atau masalah, kita tidak boleh

berpikir bahwa dunia sudah berakhir, namun berpikir secara nalar bahwa masalah

pasti akan ada jalan keluarnya dan hidup akan tetap berjalan.

2.3 Perilaku Positif yang Mencerminkan Nilai-Nilai Pendidikan

Kewarganegaraan

Dalam kehidupan, terdapat nilai-nilai yang lahir dalam suatu masyarakat.

Nilai itu sendiri adalah sesuatu yang dianggap baik dan benar. Nilai adalah sesuatu

yang dianggap berharga oleh suatu masyarakat. Nilai itu sendiri diwujudkan dalam

bentuk norma yang berguna untuk mengatur hidup manusia. Nilai tersebut

diimplementasikan dalam bentuk norma. Berikut adalah beberapa nilai yang

dikaitkan hubungannya dengan integrasi nasional, antara lain :

a.  Kesopanan

Bahasa dan sopan santun menunjukkan cerminan pribadi seseorang. Sifat atau

watak pribadi seseorang dapat dilihat dari perkataan yang ia ucapkan maupun

penampilan diri. Penggunaan bahasa yang lemah lembut, sopan, santun, sistematis,

teratur, jelas, dan lugas mencerminkan pribadi yang berbudi. Bagi saya nilai

kesopanan merupakan perwujudan budi pekerti luhur yang diperoleh melalui

pendidikan dan latihan dari berbagai orang dalam kedudukannya masing-masing,

seperti: orang tua dan guru, para pemuka agama dan masyarakat umum dan

tulisan-tulisan dan hasil karya para bijak.

Dari pendidikan dan latihan tersebut, saya mewujudkannya dalam bentuk sikap

dan perilaku yang sehat dan serasi dengan kodrat, tempat waktu dan lingkungan

dimana saya berada sehari-hari. Perwujudan nilai sopan santun disesuaikan dengan

kondisi dan situasi secara pribadi ( individu ) maupun secara kelompok. Secara

Page 16: PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1

Pribadi dapat mewujudkan tata krama dan sopan santun dalam kehidupan sehari–

hari sesuai nilai sopan santun sebagai pencerminan kepribadian dan budi pekerti

luhur.Sikap dan perilaku tersebut saya wujudkan dalam:

1)   Sikap berbicara

2)   Sikap duduk

3)   Sikap berdiri

4)   Sikap berjalan

5)   Sikap berpakaian

6)   Sikap makan dan minum

7)   Sikap pergaulan

8)   Sikap penghormatan

9)   Sikap menggunakan fasilitas umum Secara Kelompok

Sebagai mahluk sosial yang memiliki norma nilai sopan santun,

berkepribadian dan berbudi pekerti luhur harus dapat mewujudkan sikap dan

perilaku kelompok sehari-hari sesuai dengan norma nilai sopan santun

dilingkungan sosialnya. Pencerminan sikap dan perilaku bermasyarakat dan

bernegara  antara lain sebagai berikut :

1)   Menghormati orang yang lebih tua.

2)   Menerima sesuatu selalu dengan tangan kanan.

3)   Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan sombong.

4)   Tidak meludah di sembarang tempat.

Nilai kesopanan merupakan karakteristik masyarakat Indonesia yang sangat

menjunjung tinggi persaudaraan, saling menghormati dan menghargai orang

lainnya sangatlah kental, bahkan kadang sering saya lihat banyak yang berbasa-

basi atau memaksakan diri untuk menegur dan bercengkrama hanya untuk

menanyakan kabar pribadi dan keluarga masing-masing, kemudian baru

Page 17: PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1

dilanjutkan dengan membicarakan suatu kejadian, masalah ataupun topik

pembicaraan yang menarik perhatian sehingga akhirnya menyatu didalam

komunikasi yang hangat dan bersahabat.

Keadaan sekarang ini yang secara realita kebudayaan terus berubah karena

masuknya budaya barat akan sulit mempertahankan kesopanan di semua keadaan

ataupun di semua tempat. Misalnya saja sopan santun dalam tutur kata. Di barat,

anak-anak yang sudah dewasa biasanya memanggil orang tuanya dengan sebutan

nama, tetapi di Indonesia sendiri panggilan tersebut sangat tidak sopan karena

orang tua umurnya lebih tua dari kita dan kita harus memanggilnya bapak ataupun

ibu. Kemudian sopan santun dalam berpakaian, di luar negeri orang yang

berpakaian bikini di pantai bagi mereka wajar. Tapi bagi kita berpakaian seperti itu

sangat tidak sopan karena dianggap tidak sesuai dengan norma kesopanan.

Maka dapat disimpulkan bahwa nilai kesopanan merupakan bentuk dari jati

diri bangsa. Bangsa tersebut dapat dikatakan baik atau buruknya etika warga

Negara terlihat jelas dari nilai kesopanan. Oleh karena itu, sangat penting kita

terapkan nilai kesopanan mulai dari sekarang, terutama dalam bermasyarakat dan

bernegara karena nilai kesopanan merupakan pembentuk jati diri bangsa. Integrasi

nasional menjadi benteng kita dari dampak negative globalisasi dan alat pemersatu

nilai kesopanan dengan menempatkan kurikulum yang memberikan pendidikan

Karakter kepada peserta didik sebagai masa depan Indonesia. Pada tingkat dasar

pendidikan karakter masuk dalam Pendidikan Kewarganegaraan(PKn). Pendidikan

karakter mengajarkan budi pekerti yang berisi nilai-nilai perilaku manusia yang

akan diukur menurut kebaikan dan ke-burukannya melalui ukuran norma agama,

norma hukum, tata krama, dan sopan santun, norma budaya/adat istiadat

masyarakat. Pendidikan karakter akan mengidentifikasi perilaku positif yang

diharapkan dapat terwujud dalam perbuatan, perkataan, pikiran, sikap, perasaan,

dan kepribadian peserta didik. Budi pekerti luhur dapat menciptakan sikap sopan

Page 18: PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1

santun, suatu sikap dan perbuatan menunjukkan hormat, takzim, tertib menurut

adat yang baik yang menunjukkan tingkah laku yang beradab.

b.  Nilai Ketekunan

Ketekunan merupakan sikap pantang menyerah, telaten dan ulet yang

ditunjukkan seorang manusia untuk mencapai tujuan. Nilai ketekunan amat sangat

penting bagi kehidupan manusia karena melalui nilai itulah bisa diukur seberapa

besar tekad dan usaha seseorang untuk mencapai keinginannya.

Dalam konteks pendidikan nasional, ketekunan merupakan salah satu pilar

yang sangat penting. Terdapat sembilan pilar yang saling berkaitan dalam system

pendidikan di Indonesia, yaitu responsibility (tanggung jawab), respect (rasa

hormat), fairness (keadilan), courage (keberanian), honesty (kejujuran), citizenship

(kewarganegaraan), self-discipline (disiplin diri), caring (peduli), dan perseverance

(ketekunan).  

(http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/28/pendidikan-karakter-untuk-bangsa-

yang-rapuh-berkarakter/)

Dalam penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, nilai ketekunan bisa

ditemukan dalam tindakan seperti berikut :

1)   Untuk menjadi juara kelas, maka harus tekun belajar.

2)   Untuk membeli suatu barang yang diinginkan tanpa meminta uang dari orang tua,

harus tekun mengumpulkan uang atau menyisakan uang saku.

3)   Supaya tugas selesai dengan baik dan tepat waktu, harus dikerjakan secara telaten

dan sungguh-sungguh.

4)   Untuk mendapat IP yang tinggi, harus tekun mengikuti perkuliahan, yaitu dengan

rajin masuk kuliah, mengerjakan semua tugas, dan belajar dengan sungguh-

sungguh.

Berkaitan dengan integrasi nasional, nilai ketekunan memegang peranan

penting bagi persatuan negara Indonesia. Ketekunan harus diterapkan bagi masing-

Page 19: PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1

masing diri warga negara Indonesia. Jika semua warga negara Indonesia memiliki

ketekunan dalam masing-masing kegiatannya, maka tidak heran jika negara ini

akan menjadi negara maju. Kemajuan suatu negara akan sangat berpengaruh bagi

integrasi/persatuan suatu negara. Jarang sekali kita mendengar dalam negara maju

terjadi pemberontakan dari suatu kelompok masyarakat yang ingin berlepas diri

dari negara itu.

Contoh nyata dari nilai ketekunan yang sangat berpengaruh bagi integrasi

nasional adalah negara jepang. Jepang dikenal sebagai negara maju yang

penduduknya memiliki ketekunan yang sangat tinggi. Mereka sanggup

menciptakan teknologi melalui ketekunan kerja mereka. Tidak heran jika warga

Jepang sangat membanggakan negaranya dan memiliki nasionalisme yang sangat

tinggi terhadap negaranya. Hal inilah yang sepatutnya ditiru bangsa Indonesia.

Melalui ketekunan, kita warga Indonesia bisa melakukan sustu hal yang dapat

mengharumkan nama negeri ini sehingga kecintaan kita terhadap tanah air akan

sangat tinggi.

c.  Disiplin

1) Pengertian Kedisiplinan

`Disiplin adalah sikap/ tindakan yang sesuai dengan aturan dan tata tertib

yang berlaku. Jadi, kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk

melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai – nilai ketaatan,

kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Kedisiplinan dalam proses

pendidikan sangat diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga kondisi suasana

belajar dan mengajar berjalan dengan lancar, tetapi juga untuk menciptakan pribadi

yang kuat bagi peserta didik.

2) Contoh/ Fakta Perilaku Disiplin Dalam Kehidupan Sehari-hari

a) Set iap har i saya bangun t idur jam 5 pagi dengan tekun dan te l i t i

la lu merapikan tempat tidur, setelah tempat tidurnya rapi, bersiap-siap mandi.

Page 20: PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1

Selesai mandi, saya melakukan sholat subuh, kemudian bersiap-siap. Saya menuju

ke meja makan untuk sarapan pagi bersama keluarga. Saya kemudian berpamitan

pada kedua orang tuanya. Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh saya pun

berangkat ke kampus.

b) Setiap hari, perkuliahan masuk pukul 07.30. Setiap hari saya sampai di

kampus pukul 07.15 sehingga saya tidak pernah terlambat dalam mengikuti

perkuliahan.

c) Ketika saya mengendarai sepeda motor, diperempatan jalan lampu lalu

lintas berwarna kuning menyala. Saya mengurangi laju sepeda motor saya. Ketika

lampu berwarna merah saya berhenti. Dan juga selalu memakai helm dan

membawa SIM dan STNK kemanapun saya pergi.  

3) Ciri-ciri Orang Disiplin

a)    Selalu menaati peraturan/ tata tertib yang ada.

b)   Selalu melaksanakan tugas dan kewajiban yang diterimanya dengan tepat

waktu.

c)    Kehidupannya teratur.

d)   Tidak mengulur-ulur waktu dan menunda peker jaan.

4)  Manfaat Disiplin

a)    Kehidupannya tenang, tenteram dan teratur. 

b)   Menumbuhkan sikap tanggung jawab anggota keluarga terhadap kepentingan

bersama dalam keluarga.

c)    Membiasakan mengatur dan mentaati penggunaan waktu untuk urusan keluarga

secara teratur.

d)   Membiasakan hidup tertib.

e)    Mentaati norma sopan santun, norma moral dan norma keagamaan dalam

lingkungan keluarga dan masyarakat.

f)    Tugas dapat se lesa i tepat pada waktunya

Page 21: PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1

g)   Menguntungkan di r i sendi r i dan orang la in

h)   Dapat menghemat waktu , b iaya , dan tenaga

5)   Kaitan Antara Kedisiplinan dengan Integrasi Nasional

Setiap orang dalam hidup bernegara pasti diatur oleh hukum yang berlaku pada

suatu negara itu. Di Indonesia, misalnya setiap warga negara wajib membayar

pajak kepada negara. Kalau semua warga negara disiplin dalam membayar pajak

maka pembangunan negara akan berjalan lancar, ekonomi negarapun akan jadi

kuat. Jika semua warga negara sadar akan hal itu maka negara Indonesia akan

maju, tidak akan ada wilayah dari negara Indonesia yang ingin keluar dari

Indonesia karena kurang mendapat perhatian dari pemerintah dan kehidupan

rakyatnya pun akan menjadi makmur dan sejahtera. Dengan semua itu maka akan

menyatukan semua warga Indonesia (integrasi) yang terdiri dari berbagai suku, ras,

agama, dan budaya dengan semboyan “Walaupun berbeda-beda tetap satu juga”

d. Tenggang Rasa dan Kepedulian

Nilai tenggang rasa adalah nilai yang harus ada dan tertanam dalam seluruh

elemen masyarakat khususnya masyarakat dalam satu kesatuan utuh sebagai

bagian dari satu bangsa dan satu Negara.

Nilai kepedulian adalah nilai yang harus muncul dan terwujud dalam pribadi diri

seseorang kemudian nilai tersebut di praktekan di dalam kehidupan sehari-hari dan

berkesimbungan ke masyarakat lain sebagai pihak yang saling berkaitan,

selanjutnya nilai tersebut mewujudkan kesadaran bahwa individu-individu yang

saling berkaitan itu tidak dapat hidup sendiri dan saling membutuhkan, adanya

nilai kepedulian ini sebagai tanda dan dari nilai inilah terciptakan sebuat ikatan

batin di antara individu satu dengan individu yang lainnya.

Page 22: PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1

Kedua nilai diatas sebagai perwujudan pembentuk keeratan antara

individu/kelompok satu  dengan individu/kelompok lain berkaitan erat dan

membentuk rasa persatuan dan kesatuan sebagai bagian dari satu bangsa dan satu

Negara yang utuh.

e. Kerukunan

Kerukunan adalah salah satu nilai yang berkaitan erat dengan integrasi nasional.

Kerukunan di sini memiliki arti yang luas, bukan hanya menjurus pada kerukunan

beragama saja. Namun, juga merupakan kerukunan dalam hal lain seperti

kerukunan antar suku, ras, dan lain-lain. Dalam kerukunan, haruslah kita

mengedepankan sikap toleransi yagn tinggi. Toleransi merupakan kunci dari

kerukunan tersebut. Jika kita sudah tidak dapat toleransi, maka dapat timbul suatu

konflik. Misalnya dalam kehidupan sehari-hari, Ani dan Ana akan mengerjakan

tugas kuliah bersama, di waktu bersamaan datang waktu shalat Duhur. Ana yang

memiliki agama yang berbeda harus memiliki rasa toleransi kepada temannya si

Ani untuk mengizinkannya melakukan kewajibannya itu.

Kaitan kerukunan dengan integrasi nasional adalah kerukunan dapat

memperkokoh integrasi nasional. Apabila semua warga negara dapat

mengedepankan kerukunan dengan menunjukkan sikap dan perilaku toleransi yang

ada, maka negara ini rasa persatuannya akan semakin kokoh.

Rendahnya empati dan kepedulian terhadap persoalan minoritas merupakan

gejala dari toleransi pasif. Ketidaktegasan pemerintah dalam penyelesaian konflik

sektarian seperti kasus Ahmadiyah, Syiah, dan sengketa rumah ibadah

mempertebal apatisme publik. Ketidaktuntasan proses penyelesaian konflik-konflik

telah menggerus rasa kepercayaan masyarakat terhadap komitmen pemerintah.

Kondisi semacam ini memicu ketidakpuasan kelompok masyarakat yang berujung

pada lunturnya kepercayaan mereka terhadap efektivitas penegakan hukum. Masa

depan kerukunan umat beragama menjadi taruhannya mengingat potensi konflik

Page 23: PENGERTIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 1

sektarian menjadi bagian tak terpisahkan dari realitas heterogenitas etnis dan

agama.

Meningkatnya intensitas konflik sosial berlatar agama, khususnya tiga tahun

terakhir, telah memaksa kita memahami kembali makna kerukunan kehidupan

beragama dalam konteks kekinian. Penelitian Lazuardi Birru menyimpulkan bahwa

indeks kerentanan radikalisme nasional di tahun 2011 sebesar 43,6 persen, masih

jauh dari zona aman, yaitu 33,33 persen. Topik kerukunan ini mengemuka dalam

diskusi terbatas yang diadakan Lembaga Ketahanan Nasional (20/3/2012) di

Jakarta. Kerentanan kerukunan antar-umat beragama akan mengancam integrasi

bangsa. Terlebih, potensi konflik sosial di Indonesia diperkirakan semakin

mengeskalasi beberapa tahun ke depan.