pengembangan ongoing assessment multytipe soal fisika …digilib.unila.ac.id/57586/20/tesis tanpa...

58
PENGEMBANGAN ONGOING ASSESSMENT MULTYTIPE SOAL FISIKA UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGETAHUAN KONSEPTUAL SISWA (Tesis) Oleh AGUS SETIAWAN PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Upload: others

Post on 06-Jan-2020

21 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PENGEMBANGAN ONGOING ASSESSMENT MULTYTIPE SOAL

FISIKA UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR

KRITIS DAN PENGETAHUAN KONSEPTUAL SISWA

(Tesis)

Oleh

AGUS SETIAWAN

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Agus Setiawan

ABSTRAK

PENGEMBANGAN ONGOING ASSESSMENT MULTYTIPE SOAL

FISIKA UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR

KRITIS DAN PENGETAHUAN KONSEPTUAL SISWA

Oleh

Agus Setiawan

Tujuan dari penelitian adalah mengembangkan ongoing assessment dengan tipe

soal yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pengetahuan

konseptual siswa. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan

menggunakan metode ADDIE yang terdiri atas 5 tahap, yaitu: (1) analyze, (2)

design, (3) development, (4) implementation, dan (5) evaluation. Kelayakan

onggoing assessment dinilai berdasarkan 3 aspek: (1) kevalidan, (2) kepraktisan,

dan (3) keefektifan. Kevalidan dinilai oleh ahli menggunakan lembar validasi

dengan aspek konstruksi, subtansi dan bahasa yang memperoleh persentase rata-

rata sebesar 85,82 dengan kategori valid. Kepraktisan ditinjau dari respon siswa

menggunakan kuesioner dan lembar observasi keterlaksanaan oleh guru.

Kepraktisan produk dari aspek keterlaksanaan pembelajaran mendapat persentase

skor 93,10% dengan kriteria sangat tinggi dan dari aspek respon siswa mendapat

persentase skor 76,22% dengan kategori tinggi. Keefektifan diperoleh

Agus Setiawan

berdasarakan N-Gain. Hasil uji keefektifan produk menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan ongoing assessment pada ketiga kelas efektif dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pengetahuan konseptual siswa.

Kata kunci: ongoing assessment, keterampilan berpikir kritis, pemahaman

konseptual

Agus Setiawan

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF ONGOING ASSESSMENT WITH MULTI TYPE

QUESTIONS OF PHYSICS TO TRAIN STUDENT'S CRITICAL

THINKING SKILLS AND CONCEPTUAL KNOWLEDGE

By

Agus Setiawan

The aim of this research is development an ongoing assessment with the right type

of questions to improve students' critical thinking skills and conceptual

knowledge. This research is a development research using the ADDIE method

which consists of 5 stages, namely: (1) analyze, (2) design, (3) development, (4)

implementation, and (5) evaluation. Ongoing departure assessment was assessed

based on 3 aspects: (1) validity, (2) practicality, and (3) effectiveness. Product

validated by 3 experts through a validation sheets with aspects of construction,

substance and language which obtain an average percentage of 85.82 in the valid

category. Practicality in terms of student responses using questionnaires and

implementation observation sheets by the teacher. The practicality of the product

from the aspect of learning implementation gets a score of 93.10% with very high

criteria and from the students response aspect get a score of 76.22% with a high

category. Effectiveness obtained based on N-Gain score. The results of the

Agus Setiawan

product effectiveness test showed that ongoing assessment in the three classes was

effective in improving students' critical thinking skills and conceptual knowledge.

Keywords: ongoing assessment, critical thinking skills, conceptual understanding

PENGEMBANGAN ONGOING ASSESSMENT MULTYTIPE SOAL

FISIKA UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR

KRITIS DAN PENGETAHUAN KONSEPTUAL SISWA

Oleh

Agus Setiawan

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikanUniversitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rajabasa Lama, Lampung Timur pada tanggal 27 November

1992, anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Muslihan dan Ibu

Marfuah.

Penulis mengawali pendidikan di TK Pertiwi pada Tahun 1997 dan melanjutkan

pendidikan formal di SD Negeri 1 Labuhan Ratu yang diselesaikan pada Tahun

2005, melanjutkan di SMP Negeri 1 Labuhan Ratu diselesaikan pada Tahun 2008

dan masuk MAN 1 Metro yang diselesaikan pada Tahun 2011. Pada tahun 2011

penulis diterima di Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diselesaikan pada tahun 2016.

Kemudian pada tahun 2016, penulis melanjutkan pendidikan Magister Pendidikan

Fisika di Universitas Lampung.

MOTTO

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

(Q.S. Ar-Rahman: 13)

Sibuklah memperbaiki ibadahmu, maka Allah akan memperbaiki duniamu.

(Agus Setiawan)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat-Nya.

Dengan kerendahan hati, saya persembahkan karyaku ini kepada:

1. Ibu Marfuah dan Bapak Muslihan yang telah sepenuh hati membesarkan,

mendidik dan mendoakanku. Mudah-mudahan kelak dapat lebih banyak

memberi kebahagiaan dan membuat kalian bangga.

2. Kakak tersayang Erni Lia Safitri dan Subirno, serta seluruh keluarga besar

yang selalu menyayangi serta turut memberikan semangat dan doa.

3. Para pendidik yang telah mengajarkan banyak hal baik, ilmu pengetahuan,

ilmu hidup, maupun ilmu akhirat dengan penuh keikhlasan dan ketulusan.

4. Almamater tercinta.

SANWACANA

Bismillahirahmannirahim..

Segala puji hanya milik Allah SWT, karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya

penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Pada kesempatan kali ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas

Lampung.

2. Bapak Prof. Drs. Mustofa, M.A., Ph. D., selaku Direktur Pascasarjana

Universitas Lampung.

3. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

5. Bapak Prof. Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister

Pendidikan Fisika sekaligus pembahas yang telah banyak memberikan

masukan yang bersifat positif dan membangun.

6. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku dosen Pembimbing I yang telah

memberikan motivasi, bimbingan serta arahan kepada penulis.

7. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memotivasi, membimbing, dan mengarahkan hingga tahap penyelesaian tesis.

8. Tim validator Bapak Prof. Dr. Agus Suyatna, M.Si., Ibu Dr. Kartini Herlina,

M.Si., dan Ibu Endang P., S.Pd., yang telah banyak memberikan masukan

bersifat positif dan membangun.

9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Magister Pendidikan Universitas Lampung.

10. Dewan guru serta siswa-siswi SMAN 10 Bandarlampung dan MAN 1 Metro

atas bantuan dan kerjasamanya.

11. Teman-teman seperjuangan Magister Pendidikan Fisika 2016 Angkatan

keempat, serta kakak dan adik tingkat di Program Studi Magister Pendidikan

Fisika atas bantuan dan kerjasamanya.

12. Teteh Febriana Andita Pradana terimakasih telah banyak membantu.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

Penulis berdoa semoga semua amal dan bantuan yang telah diberikan mendapat

balasan yang lebih baik dari Allah SWT dan semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Aamiin.

Bandarlampung, Juni 2019

Penulis

Agus Setiawan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .......................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xviii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Keterampil Berpikir Kritis ..................................................... 6

B. Ongoing Assessment............................................................... 9

C. Multytype soal ........................................................................ 12

D. Pengetahuan Konseptual ........................................................ 16

E. Penelitian yang Relevan ........................................................ 18

F. Kerangka Pemikiran ............................................................... 19

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ................................................................... 22

1. Analyze (Analisis) ............................................................ 22

2. Design (Desain) ................................................................ 22

3. Development (Pengembangan) ......................................... 23

4. Implementation (Implementasi) ....................................... 24

5. Evaluation (Evaluasi) ....................................................... 25

B. Subjek penelitian .................................................................... 26

C. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 26

1. Teknik Angket .................................................................. 26

2. Teknik Tes ........................................................................ 27

D. Teknik Analisis Data .............................................................. 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Pengembangan ............................................. 32

1. Analyze ............................................................................. 32

2. Design ............................................................................... 33

3. Development ..................................................................... 34

4. Implementation ................................................................. 36

5. Evaluation ......................................................................... 39

B. Pembahasan ............................................................................ 42

1. Karakteristik Ongoing Assessmen Multytype Soal Fisika 42

2. Kevalidan Ongoing Assessmen Multytype Soal Fisika ..... 44

3. Kepraktisan Ongoing Assessmen Multytype Soal Fisika .. 45

4. Keefektifan Ongoing Assessmen Multytype Soal Fisika

untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan

Pengetahuan Konseptual Siswa ........................................ 47

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ................................................................................. 52

B. Saran ....................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Indikator Taksonomi Bloom ............................................................. 9

2. Pretest-Posttest Group Design .......................................................... 24

3. Skor Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis .................................... 27

4. Daftar Kriteria Koefisien Validasi .................................................... 28

5. Daftar Kualifikasi Tingkat Kepraktisan ........................................... 29

6. Nilai Rata-rata Gain Ternormalisasi dan Klasifikasinya .................. 30

7. Indikator dan Kisi-kisi Ongoing Assessment .................................... 34

8. Rekapitulasi Validasi Ahli ................................................................ 35

9. Hasil One Way Anova dari Pre-test dan Post-test ............................. 38

10. Hasil Uji Tukey HSD dari Pre-test dan Post-test ............................. 38

11. Hasil One Way Anova dari n-gain ..................................................... 40

12. Hasil Uji Tukey HSD n-gain ............................................................. 40

13. Rekapitulasi Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ..................... 41

14. Rekapitulasi Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran ............ 42

15. Pemetaan Soal dengan Indikator ....................................................... 43

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Bagan Kerangka Berpikir Penelitian ................................................. 21

2. Diagram Alur Penelitian dan Pengembangan ................................... 25

3. Desain Ongoing Assessment ............................................................. 33

4. Rata-rata N-gain pada Uji 1-1 ........................................................... 35

5. Rata-rata Pre-test dan Post-test Setiap Kelas ................................... 37

6. Rata-rata N-gain Setiap Kelas ........................................................... 39

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kisi-kisi Angket Guru dan Siswa .................................................. 60

2. Angket Analisis Kebutuhan untuk Guru ....................................... 61

3. Angket Analisis Kebutuhan untuk Siswa ...................................... 64

4. Rekapitulasi Analisis Kebutuhan Guru ......................................... 67

5. Rekapitulasi Analisis Kebutuhan Siswa ........................................ 71

6. RPP Usaha dan Energi ................................................................... 75

7. Kisi-kisi Ongoing Assessment ....................................................... 80

8. Soal Ongoing Assessment Tipe Esay ............................................. 82

9. Soal Ongoing Assessment tipe Pilihan Jamak ............................... 88

10. Soal Ongoing Assessment Tipe Benar-Salah ................................. 98

11. Kunci Jawaban Ongoing Assessment ............................................ 104

12. Validasi Ahli .................................................................................. 112

13. Rekapitulasi Validasi Ahli ............................................................. 114

14. Kisi-kisi Instrumen Observasi Keterlaksanaan Ongoing

Assessment ..................................................................................... 116

15. Instrumen Observasi Keterlaksanaan Ongoing Assessment .......... 117

16. Rekapitulasi Observasi Keterlaksanaan Ongoing Assessment ...... 119

17. Kisi-kisi Angket Respon Siswa ..................................................... 121

18. Angket Respon Siswa .................................................................... 122

19. Rekapitulasi Angket Respon Siswa ............................................... 125

20. Kisi-kisi Pre-test dan Post-test ...................................................... 130

21. Soal Pre-test dan Post-test ............................................................. 131

22. Rubrik Pensekoran Pre-test dan Post-test ..................................... 134

23. Kunci Jawaban Pre-test dan Post-test ........................................... 135

24. Nilai Pre-test dan Post-test ............................................................ 138

25. Hasil Uji Statistik ........................................................................... 141

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan hasil Trends Internasional Mathematics Science Study

(TIMSS) tahun 2015, Indonesia menempati peringkat 50 dari 54 negara.

Soal soal pada TIMSS merupakan soal-soal berpikir tingkat tinggi, seperti

berpikir kritis. Ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa

masih rendah.

Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa akan mempengaruhi

kemampuannya dalam bersaing secara global pada abad 21, dimana

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat. Sebab, dalam

persaingan tersebut seorang siswa harus memiliki kemampuan yang

menjadikannya sebagai sumber daya manusia yang unggul. Salah satu

kompetensi yang menjadi ciri sumber daya manusia yang unggul adalah

kemampuan berpikir kritis.

Keterampilan berpikir kritis siswa dapat ditingkatkan melalui perbaikan

asesmen yang digunakan (Rusyati, Rustaman, & Saefudin, 2015). Asesmen

merupakan alat untuk mengukur kemampuan yang telah dicapai oleh siswa.

Agar dapat menghasilkan pengukuran yang baik, asesmen harus dirancang

dengan memperhatikan komponen berpikir kritis. Asesmen yang digunakan

selama ini hanya berfokus pada hasil belajar siswa dengan level kognitif

2

pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan aplikasi (C3) yang menyebabkan

pengetahun konseptual siswa yang rendah. Sedangkan, asesmen berpikir

kritis memiliki level kognitif analisis (C4) evaluasi (C5) dan kreasi (C6).

Asesmen berpikir kritis harus menuntut siswa untuk berpikir bagaimana

memecahkan masalah dengan kemampuan konseptualnya.

Hasil analisis angket kebutuhan guru menunjukan bahwa 66,67% guru

menyatakan kurang melatih kemampuan berpikir kritis. Hasil analisis

angket kebutuhan siswa menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis

siswa masih kurang pada beberapa indikator. Sebanyak 65,38% siswa

merasa belum mampu memfokuskan masalah, sebanyak 53,85% siswa

belum mampu menjawab dengan bukti, sebanyak 61,54% siswa merasa

mengalami sedikit peningkatan dalam mengamati dan mempertimbangkan

hasil pengamatan, dan sebanyak 65,38 siswa merasa tes yang diberikan guru

sedikit melatih kemampuannya dalam menemukan sejumlah kemungkinan

jawaban.

Setiap proses pembelajaran diharapkan untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas hasil belajar. Menumbuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi

tidak dapat dilakukan apabila asesmen hanya diberikan di akhir

pembelajaran (Redhana, 2017). Penerapan ongoing assessment dapat

menumbuhkan keterampilan berpikir kritis dengan memberikan pengalaman

belajar yang menantang siswa untuk melakukan analisis terhadap suatu

fenomena.

3

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka telah

dilakukan penelitian pengembangan yang berjudul “Pengembangan

Ongoing Assessment Multytipe Soal Fisika Untuk Melatih Keterampilan

Berpikir Kritis dan Pengetahuan Konseptual Siswa”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah:

1. Bagaimana karakteristik ongoing assessment multytype soal fisika?

2. Bagaimana kevalidan ongoing assessment multytype soal fisika?

3. Bagaimana kepraktisan ongoing assessment multytype soal fisika?

4. Bagaimana keefektifan ongoing assessment multytype soal fisika untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pengetahuan konseptual

siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan karakteristik ongoing assessment multytype soal fisika.

2. Mendeskripsikan kevalidan ongoing assessment multytype soal fisika.

3. Mendeskripsikan kepraktisan ongoing assessment multytype soal fisika.

4. Mendeskripsikan keefektifan ongoing assessment multytype soal fisika.

4

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. Tersedianya asesmen yang dapat diguakan oleh guru dalam

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan pengatahuan koseptual

siswa pada materi Usaha dan Energi.

2. Memotivasi guru untuk terus berusaha meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa.

3. Meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan konseptual siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan ongoing

assessment untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan

konseptual siswa.

2. Ongoing assessment dikembangkan pada materi fisika SMA/MA kelas

X semester ganjil, yaitu Usaha dan Energi sesuai Standar Isi Kurikulum

2013.

3. Produk yang dikembangkan adalah ongoing assessment multytype soal

dimana soal ongoing assessment dikembangkan dalam beberapa tipe

soal.

4. Kevalidan ongoing assessment ditinjau dari penilaian dan pendapat ahli

terhadap konstruk, subtansi dan bahasa ongoing assessment hasil

pengembangan.

5

5. Keefektifan ongoing assessment ditinjau dari keterampilan berpikir

kritis siswa ditetapkan berdasarkan nilai N-Gain.

6. Kepraktisan ongoing assessment dapat diamati berdasarkan

keterlaksanaan proses pembelajaran dan respon siswa terhadap

penggunaan ongoing assessment hasil pengembangan.

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Keterampilan Berpikir Kritis

Tantangan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat

memaksa satuan pendidikan di Indonesia untuk dapat terus memperbaiki

kualitas sistem pendidikan. Salah satu upaya pemerintah adalah

memperbaiki kurikulum. Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang disusun

untuk menghadapi era perkembangan global karena dapat menghasilkan

insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, efektif melalui penguatan

sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi (Leksono, 2014).

Saat ini hasil belajar siswa Indonesia lebih dominan pada dimensi

pengetahuan, sedangkan dimensi penalaran dan penerapan jauh lebih rendah

(Widiadnyana, Sadia, & Suastra, 2014). Penerapan penilaian dengan

menekankan pada pertanyaan yang membutuhkan pemikiran mendalam

hingga dapat mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (high-order

thinking) serta mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja siswa.

Keterampilan berpikir kritis dapat dibangun ketika siswa melakukan

pemecahan masalah. Ketika siswa melakukan pemecahan masalah maka

siswa berpikir untuk mencari apa yang diketahui dan apa yang tidak

diketahui, memonitor proses dan mengevaluasi apa yang sudah dilakukan

(Saputra, Yunita, & Ibrahim, 2016).

7

Berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa

untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka

sendiri. Berpikir kritis adalah sebuah proses terorganisasi yang

memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika dan bahasa yang

mendasari pernyataan orang lain. Berpikir kritis juga merupakan berpikir

dengan baik dan merenungkan tentang proses berpikir merupakan bagian

dari berpikir dengan baik (Syahbana, 2012). Ennis (1985) menyatakan

berpikir kritis merupakan berpikir reflektif dan rasional yang difokuskan

pada pembuatan keputusan tentang apa yang diyakini atau dilakukan.

Berpikir kritis harus didasarkan atas fakta-fakta yang dicari dengan sadar

dan tegas untuk menghasilkan keputusan yang terbaik (Redhana, 2017).

Terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan dalam berpikir kritis, yaitu: (1)

berpikir kritis dimulai dengan proses pemecahan masalah; (2) berpikir kritis

sebagai proses penalaran; (3) berikir kritis menghasilkan suatu keputusan

(Ennis, 1985).

Seorang siswa harus dapat membuat pertimbangan dengan fakta yang

relevan untuk menjadi pemikir kritis. Pemikir kritis memiliki ciri-ciri antara

lain: menggunakan bukti dengan akurat, mengorganisasikan pikiran dengan

ringkas dan jelas, membedakan bukti yang valid dan tidak valid,

menangguhkan pendapat ketika belum tersedia bukti yang cukup,

mengantisipasi akibat dari suatu tindakan, mendengar ide orang lain dengan

baik, memandang masalah-masalah memiliki lebih dari satu solusi, dan

menemukan cara lain dalam memecahkan masalah (Nickerson, Perkins, &

Smith, 1985).

8

Proses menumbuh kembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat

dilakukan dengan menerapkan strategi atau model mengajar yang tepat.

Keterampilan berpikir kritis ini dilihat dari kegiatan belajar siswa di dalam

kelas saat mengikuti proses pembelajaran. Keterampilan berpikir kritis dapat

dilihat pada siswa mengenai bagaimana cara siswa untuk mendapatkan

informasi yang terpercaya. Berpikir kritis merupakan keterampilan yang

diperlukan oleh siswa. Dimilikinya keterampilan berpikir kritis diharapkan

siswa mampu menghadapi perubahan serta tantangan dalam kehidupan yang

selalu berkembang (Nafiah, 2015).

Berdasarkan pendapat para ahli tentang kemampuan berpikir kritis di atas

dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis (critical thinking) adalah proses

sistematis dalam pembuatan keputusan berdasarkan pada sudut pandang

yang berbeda dan kemampuan yang mengungkap data/definisi/teorema yang

relevan dalam menyelesaikan suatu masalah.

Taksonomi Bloom yang telah direvisi mendefinisikan kemampuan berpikir

tingkat tinggi melibatkan analisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta

(C6) dianggap berpikir tingkat tinggi (Andrerson & Krathworl, 2001).

Kemampuan berpikir tingkat tinggi dibedakan menjadi dua, yatu

kemampuan berpikir kritis dengan level kognitif analisis (C4) dan

mengevaluasi (C5) serta kemampuan berpikir kreatif dengan level kognitif

mencipta (C6). Tabel 1 menunjukkan indikator sesuai Taksonomi Bloom

yang telah direvisi.

9

Tabel 1. Indikator Taksonomi Bloom

Indikator KATA KUNCI

Remembering

(mengingat):can the

student recall or remember

the information? Dapatkah

siswa mengucapkan atau

mengingat informasi?

Menyebutkan definisi,

menirukan ucapan, menyatakan

susunan, mengucapkan,

mengulang, menyatakan

LOTS (Lower Order

Thingking Skil)

Understanding

(pemahaman): Dapatkah

siswa menjelaskan konsep,

prinsip, hukum atau

prosedur?

Mengelompokkan,

menggambarkan, menjelaskan

identifikasi, menempatkan,

melaporkan, menjelaskan,

menerjemahkan, pharaprase.

Applying (penerapan): Dapatkah siswa

menerapkan

pemahamannya dalam

situasi baru?

Memilih, mendemonstrasikan,

memerankan, menggunakan,

mengilustrasikan,

menginterpretasi, menyusun

jadwal, membuat sketsa,

memecahkan masalah, menulis

Analyzing (analisis):

Dapatkah siswa memilah

bagian-bagian berdasarkan

perbedaan dan

kesamaannya?

Mengkaji, membandingkan,

mengkontraskan, membedakan,

melakukan deskriminasi,

memisahkan, menguji,

melakukan eksperimen,

mempertanyakan.

HOTS (Higher Order

Thingking Skill)

Evaluating (evaluasi): Dapatkah siswa

menyatakan baik atau

buruk terhadap sebuah

fenomena atau objek

tertentu?

Memberi argumentasi,

mempertahankan, menyatakan,

memilih, memberi dukungan,

memberi penilaian, melakukan

evaluasi

Creating (penciptaan): Dapatkah siswa

menciptakan sebuah benda

atau pandangan?

Merakit, mengubah,

membangun, mencipta,

merancang, mendirikan,

merumuskan, menulis.

(Andrerson & Krathworl, 2001)

B. Ongoing Assessment

Asesmen merupakan program penilaian yang dilakukan secara

berkesinambungan untuk menentukan keberhasilan pembelajaran yang

telah dilakukan. Secara umum, tujuan asesmen adalah untuk menilai

pembelajaran di kelas dan meningkatkan pembelajaran serta kualitas belajar

10

siswa. Pada kegiatan penilaian dikenal adanya prinsip kesinambungan,

yaitu penilaian yang dilakukan secara berencana, terus-menerus dan

bertahap untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan tingkah laku

siswa sebagai hasil belajar dari kegiatan belajar. Adapun salah satu bentuk

penilaian yang berdasar pada prinsip kesinambungan adalah ongoing

asessment.

Ongoing assessment adalah proses untuk mempersiapkan siswa dengan

respon yang jelas untuk mengetahui pemahaman siswa dengan tujuan untuk

membantu meningkatkan kinerja siswa selanjutnya. Rosidin (2016)

menjelaskan bahwa dalam ongoing assessmen semua indikator harus

diuji dan kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi

yang telah dipahami dan belum dibahami serta kesulitan iswa dalam

mempelajarinya. Dodge (2004) menyatakan bahwa Ongoing assessment

merupakan proses mengumpulkan informasi dalam konteks kegiatan kelas

setiap hari untuk memperoleh gambaran representatif terhadap kemampuan

dan kemajuan siswa.

Carbery (2009) menyatakan bahwa: Ongoing assessment sebenarnya

bukanlah hal yang baru dalam pendidikan. Sejak guru membuat penilaian

terhadap kerja siswa, sejak saat itulah asesmen mengambil peran. Meskipun

penilaian yang dibuat guru masih bersifat tidak jelas dan tidak

mengidentifikasi permasalahan. Untuk menjadi nilai yang jelas, ongoing

assessment harus dikembangkan berdasarkan cara yang prinsipil dan

sistematik. Joslin (2010) menjelaskan langkah-langkah dalam memahami

11

ongoing assessment: memahami tujuan, menunjukkan pemahaman,

mengindentifikasi kriteria, dan umpan balik.

Menurut Joslin (2010) penilaian untuk membantu perkembangan

pemahaman dilakukan lebih dari tes di akhir unit pembelajaran. Hal ini

diperlukan untuk menginformasikan kepada siswa dan guru tentang apakah

siswa benar-benar sudah mengerti dan bagaimana proses belajar mengajar

selanjutnya akan dilakukan. Penggabungan dari unjuk kerja dan umpan

balik sebenarnya sangat dibutuhkan siswa sebagai acuan mereka untuk

meningkatkan pemahaman siswa tentang suatu topik atau konsep tertentu

dalam kerangka mengajar untuk memahami. Umpan balik merupakan salah

satu faktor yang berdampak kuat dalam keberhasilan proses pembelajaran dan

prestasi siswa (Black & William, 1998). Pembelajaran aktif dan dinamis

sangat bergantung pada umpan balik yang menjadi inti dari ongoing

assessment (Abdurrahman, Saregar, & Umam, 2018).

Ongoing assessment dilakukan selama proses pembelajaran (Nurhamidah &

Wasis, 2013). Hal ini dilakukan dengan mengurangi menulis laporan dan

lebih jauh lagi dengan berinteraksi antara guru dan siswa. Selanjutnya hal

ini harus dilakukan dengan merespon pertanyaan siswa setiap hari dan

memvariasikan berbagai macam pertanyaan yang akan ditanyakan kepada

siswa, salah satunya dengan komunikasi secara langsung mengenai jenis

kesalahan yang mereka buat dan cara lain dengan memberi perbaikan

kesalahan pemahaman mereka. Jenis observasi berkelanjutan dan asesmen

ini tidak terpisahkan dari praktik mengajar yang baik.

12

Chapman (2005) memberi definisi secara spesifik tentang ongoing

assessment, yaitu ongoing assessment terdiri dari penilaian sebelum dan

selama pembelajaran untuk menemukan apa yang dibutuhkan oleh siswa.

Hal ini didesain untuk menggali informasi tentang aktivitas dan pengalaman

belajar. Siswa menerima umpan balik dari penampilannya untuk

memperbaiki pembelajaran selanjutnya. Carbery (2009: 31) mengatakan

bahwa: Penilaian formatif merupakan bagian dari ongoing assessment yang

berupa pengambilan penilaian dalam kelas secara berkelanjutan. Jika

penilaian sumatif fokus pada produk (hasil tes), maka ongoing assessment

fokus terhadap proses pembelajaran.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas mengenai ongoing assessment maka

dapat disimpulkan kembali bahwa ongoing assessment merupakan penilaian

formatif yang menggabungkan unjuk kerja dengan umpan balik secara

berkelanjutan selama proses pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan

cara yang sistematik.

C. Multytype Soal

Multytype soal adalah tipe-tipe soal yang digunakan dalam menilai

pencapaian hasil belajar siswa. Beberapa soal yang dapat digunakan untuk

meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa, yaitu pilihan jamak,

jawaban singkat, benar/salah, mencocokkan, mengurutkan dan uraian

(Pradana dan Suyatna, 2017) .

13

1) Pilihan Jamak

Soal pilihan jamak merupakan soal yang jawabannya harus dipilih dari

beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Pilihan jawaban

yang disedikan terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh. Pengecoh

merupakan jawaban yang salah, namun memungkinkan seseorang

terkecoh untuk memilihnya jika tidak menguasai materi (Sani, 2014)

Soal pilihan jamak dapat digunakan untuk mengukur berbagai jenjang

kognitif sesuai Taksonomi Bloom (Sani, 2014). Namun soal pilihan

jamak cenderung meminta pilihan jawaban benar yang menimbulkan

kecenderungan siswa tidak belajar untuk memahami materi tetapi

menghafal soal dan jawaban. Untuk menggunakan tipe soal pilihan

jamak dalam meningkatakan kemampuan berpikir kritis diperlukan

modifikasi soal yang sesuai dengan indikator kemampuan berpikir kritis.

Selain itu soal pilihan jamak kurang mampu memberikan informasi yang

cukup untuk dijadikan umpan balik guna mendiagnosis atau

memodifikasi pengalaman belajar (Majid, 2014). Hal tersebut

menujukkan bahwa pilihan jamak kurang efektif digunakan dalam

ongoing assessment.

2) Jawaban Singkat

Bentuk tes ini mengharuskan siswa menuliskan jawaban singkatnya

sesuai dengan petunjuk. Ada tiga jenis soal dalam bentuk tes ini, yaitu:

jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau isian, dan jenis identifikasi atau

asosiasi (Rosidin, 2017). Jenis soal yang sering digunakan dari bentuk

14

tes ini adalah isian dimana siswa diminta memberikan jawaban singkat

dengan mengisi bagian yang tidak lengkap dengan kalimat singkat, kata,

frasa atau angka (Sani, 2014).

Tipe soal ini sulit untuk mengukur kemampuan berpikir kritis

(Ratumanan & Laurens, 2011). Tipe soal ini hanya memiliki satu

jawaban sehingga siswa tidak dapat mengembangkan kemampuannya

dalam menemukan sejumlah kemungkinan jawaban yang merupakan

indikator kemampuan berpikir kritis.

3) Benar/salah

Tes benar/salah ini adalah bentuk tes yang terdiri dari dua bagian.

Bagian pertama berupa bacaan uraian atau cerita. Bagian kedua berupa

butir soal pernyataan benar/salah. Siswa hanya menjawab benar atau

salah dari butir soal uraian. Soal yang diberikan memiliki bobot materi

yang tinggi sehingga dapat melatih siswa untuk berpikir tingkat tinggi.

Soal memiliki sehimpunan jawaban yang membutuhkan analisis,

evaluasi dan kreasi (Sa’adah, Sugiyanto, & Sutarman, 2014).

Kemudian untuk menghindari asal tebak jawaban benar maka diberikan

denda skor untuk skor jawaban benar, jawaban salah maupun tidak

menjawab (Sa’adah, Sugiyanto, & Sutarman, 2014). Hal tersebut akan

menuntut siswa untuk mencari informasi. Informasi yang diperoleh

dianalisis dan disimpulkan sehingga memperoleh jawaban yang tepat.

Proses menganalisis dan menyimpulkan akan melatih kemampuan

berpikir kritis siswa.

15

4) Mencocokkan atau menjodohkan

Tes ini disusun dalam dua kelompok atau daftar dimana masing-masing

kelompok memuat kata, istilah, atau kalimat yang diletakkan

bersebelahan (Muhibbinsyah, 2010). Pada tes ini siswa diminta untuk

menjodohkan antara kelompok pertama dengan kelompok kedua sesuai

dengan petunjuk yang diberikan.

Tipe soal menjodohkan biasanya digunakan untuk mengukur

kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan

sederhana (Muhibbinsyah, 2010). Menurut taksonomi bloom,

kemampuan mengidentifikasi termasuk dalam indikator pemahaman

(C2). Hal tersebut menunjukkan bahwa tipe soal menjodohkan tidak

dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis yang

memiliki indikator analisis (C4), evaluasi (C5), dan kreasi (C6).

5) Uraian

Tipe soal ini menuntut siswa untuk menyampaikan, menyusun, dan

memadukan gagasan dan ide-idenya dengan menggunakan bahasa

mereka sendiri (Rosidin, 2017). Soal ini memungkinkan siswa

menjawab dengan bebas sesuai dengan pemahaman yang mereka miliki.

Soal ini memiliki karakteristik pertanyaan yang menuntut siswa untuk

memberikan penjelasan, penafsiran, membandingkan, dan sebagainya.

Soal tipe uraian ini memiliki kelemahan, yaitu penskoran sulit dilakukan

secara objektif, membutuhkan waktu yang lama dalam mengoreksi,

jumlah pokok bahasan yang dapat diujikan terbatas (Rosidin, 2017). Hal

16

tersebut disebabkan soal tipe uraian menghendaki jawaban yang berupa

uraian yang cukup panjang.

Soal tipe uraian menuntut siswa untuk mengorganisasi informasi dan

menganalisisnya sehingga memperoleh suatu kesimpulan (Perkasa,

Saputra, & Fronita, 2015). Sesuai dengan indikator berpikir kritis

dimana siswa mampu menemukan dan mengasalisis gagasan sehingga

memperoleh beberapa kemungkinan jawaban.

D. Pengetahuan Konseptual

Konsep adalah abstraksi yang menggambarkan karakteristik umum objek

atau kelompok objek, proses, peristiwa dan fenomena lainnya. Sejalan

dengan pemahaman fisika yang meliputi fenomena, cara kerja, cara berpikir,

dan cara menyelesaikan masalah, dapat dikatakan bahwa konsep fisika

merupakan abstraksi yang menggambarkan karakteristik umum objek,

peristiwa kelompok atau fenomena alam.

Berkaitan dengan pemahaman konseptual siswa, rendahnya pemahaman

konseptual menyebabkan siswa mengalami kesulitan di dalam

menyelesaikan permasalahan atau mengalami kesulitan untuk belajar.

Konseptual dapat diartikan sebagai hubungan seseorang dengan konsep

yang dipelajari (Fatmawati & Subarjah, 2016). Siswa yang memiliki

pemahaman konseptual dapat melihat hubungan suatu fakta dan dapat

memberikan argumen untuk menjelaskan mengapa beberapa fakta

merupakan akibat dari fakta yang lain. Mereka telah mengorganisasi

pengetahuan mereka menjadi sebuah kesatuan yang utuh, yang

17

memungkinkan untuk mempelajari ide-ide baru degan menghubungkan ide-

ide yang sudah mereka ketahui (Suratman, 2010).

Membangun pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan

pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran yang bermakna terjadi ketika

seseorang tidak hanya mampu mengingat semua istilah dan fakta penting,

tetapi juga dapat menggunakan informasi untuk memecahkan masalah dan

untuk memahami konsep-konsep baru (Anderson & Krathwohl, 2001).

Dalam membangun pengetahuan, perlu ditanamkan pada siswa bahwa

mempelajari fisika bukan tentang menghafal fakta, melainkan tentang

pemahaman dan matematika (Yuliati, 2007).

Mengingat bahwa fisika adalah subjek yang membutuhkan pemahaman

konseptual satu sama lain secara hierarkis saling berhubungan, mempelajari

fisika dapat dipahami sebagai upaya untuk mengetahui kehidupan nyata.

Pemahaman konsep fisika membutuhkan pemikiran konseptual dan

penggunaan proses kognitif. Banyak masalah dalam pembelajaran

disebabkan ketidakmampuan siswa untuk berpikir logis dalam situasi ilmiah

(Foster, 2000). Heller & Heller (2000) mengamati bahwa kesulitan ini

disebabkan oleh tidak memiliki tingkat kognitif yang tepat untuk tujuan

pemahaman dan penerapan. Manurung (2010) mengungkapkan beberapa

kelemahan dalam pembelajaran Fisika, yaitu: (a) proses pembelajaran tidak

dapat menunjukkan fenomena Fisika secara langsung, (b) kurangnya proses

penemuan, (c) kurangnya atau tidak adanya media pembelajaran, dan (d)

pemahaman konseptual yang lemah. Alasan yang disebutkan di atas

menyebabkan kesulitan bagi siswa untuk memahami konsep Fisika.

18

Siswa yang memiliki pengetahuan konseptual lebih mudah ingat dan dapat

mengaplikasikan serta menghubungkan pengetahuan baru dengan

pengetahuan yang telah dipahami. Pemahaman konseptual adalah

pemahaman tentang prinsip dasar suatu materi yang menjadi penghubung

antara beberapa pengetahuan dalam materi tersebut (Rittle, Siegler, &

Alibali, 2001). Siswa dikatakan memiliki pengetahuan konseptual apabila

mereka dapat menentukan, membedakan dan memberikan contoh sesuai

konsep yang dipahami (Baker, 2002). Pengetahuan konseptual siswa dapat

dikembangkan melalui analisis suatu fenomena atau masalah (Zaini, 2005).

E. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Surahman, Maharta, & Abdurrahman (2013)

menunjukkan hasil positif, dimana penggunaan ongoing assessment mampu

meningkatkan pemahaman konsep siswa. Melalui ongoing assessment,

siswa secara terus-menerus mengerjakan latihan soal dan diberi feedback

ketika konsep yang digunakan salah. Sesuai hasil penelitian Rahmawati,

Abdurrahman, & Suyatna (2015) bahwa latihan soal dan pemberian

feedback dalam ongoing assessment akan memudahkan siswa dalam

memahami konsep. Selain itu, hasil penelitian Abdurrahman, Saregar,

Umam (2018) menunjukkan penggunaan ongoing assessment dapat

meningkatkan interaksi siswa, baik siswa dengan siswa, siswa dengan guru,

siswa dengan sumber belajar.

Penelitian terkait keterampilan berpikir kritis siswa dilakukan oleh

Handriyani, Harjono, & Doyan (2015) dimana rangkaian pembelajaran yang

19

diterapkan menunjukkan adanya proses untuk melatih keterampilan berpikir

kritis karena keterampilan berpikir kritistidak akan berkembang apabila

tidak dilatih.Seperti yang dikemukakan oleh Rahma (2013) keterampilan

berpikir kritis membutuhkan latihan, praktik, dan kesabaran.Keterampilan

berpikir kritis tidak terjadi secara lahiriah, tetapi perlu dilatih dengan tujuan

untuk menyiapkan siswa menjadi seorang pemikir kritis (Snyder & Snyder,

2008). Penelitian yang dilakukan oleh Massa (2014) keterampilan berpikir

kritis dapat menumbuhkan kemampuan argumentasi, berpikir fleksibel, dan

pemecahan masalah.

F. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran di Indonesia belum menekankan pada kemampuan bepikir

tingkat tinggi, salah satunya kemampuan berpikir kritis. Terbukti dari hasil

Trends Internasional Mathematics Science Study (TIMSS) tahun 2015,

Indonesia berada pada urutan 45 dari 48 negara dengan skor 397 untuk

bidang sains. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis

siswa Indonesia masih rendah, dimana siswa Indonesia masih lemah dalam

kemampuan mengintegrasikan informasi, menarik simpulan, dan men-

generalisasi pengetahuan yang dimiliki ke hal-hal lain.

Ongoing assessment merupakan assessment yang tidak hanya dilakukan

pada akhir pembelajaran suatu materi melainkan selama proses

pembelajaran. Penerapan assessment yang secara terus-menerus selama

proses pembelajaran akan membentuk lingkungan belajar yang aktif

sehingga berdampak pada kemampuan berpikir siswa.

20

Ketika pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan ongoing assessment

siswa belajar dengan menjawab soal yang diberikan oleh guru. Siswa harus

menjawab pertanyaan tersebut dengan mencari dan menganalisis informasi,

apakah informasi tersebut sesuai dengan konsep yang diperlukan dalam

menjawab soal. Setelah siswa memberikan jawaban guru memberikan

umpan balik berupa penguatan ketika jawaban siswa benar dan klarifikasi

ketika jawaban siswa salah.

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan ongoing assessmen akan

menerapkan proses di atas secara berulang sampai siswa menguasi konsep

dari kompetensi yang telah ditentukan. Proses menjawab soal dengan

mencari dan menganalisis informasi yang berulang inilah yang akan

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pengetahuan konseptual

siswa.

Adapun kerangka berpikir pada penelitian pengembangan ini dapat dilihat

pada Gambar 1.

21

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian

Tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

pesat pada abad ke-21, siswa harus meningkatkan kemampuan

berpikir kritisnya.

Pengembangan ongoing assessment sesuai

indikator kemampuan berpikir kritis

Penerapan ongoing assessment

Menumbuhkan

keterampilan berpikir

kritis

Menumbuhkan

pengetahuan

konseptual

Pemberian soal

a. Tipe pilihan

jamak

b. Tipe benar/salah

c. Tipe esay

Pemberian umpan

balik

Penyampaian materi

(metode ceramah dan

tanya jawab)

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian ini, yaitu research and development (penelitian dan

pengembangan). Pengembangan yang dilakukan merupakan pengembangan

ongoing assessment pada materi fisika Usaha dan Energi untuk

meningkatakan kemampuan berpikir kritis siswa.

Desain pengembangan dilaksanakan dengan menggunakan model

pengembangan media menurut ADDIE dalam Mulyatiningsih (2012).

Prosedur penelitian meliputi 5 tahapan, yaitu:

1. Analyze (analisis)

Analisis dalam penelitian ini menjadi dasar dalam menentukan

kebutuhan pengembangan ongoing assessment. Kegiatan analisis ini

meliputi analisis kebutuhan menggunakan instrumen yang berupa angket

pengungkap kebutuhan yang diberikan kepada guru mata pelajaran fisika

dan siswa kelas X dan analisis materi berupa analisis kurikulum serta

kajian pustaka.

2. Design (perencanaan)

Pada tahap ini dibuat rancangan yang mencakup tujuan, indikator, dan

kisi-kisi. Tahap ini disusun berdasarkan hasil analasis kebutuhan,

23

kurikulum serta kajian pustaka. Tujuan dan indikator disusun dengan

menyesuaikan antara kurikulum yang digunakan dan indikator

kemampuan berpikir kritis. Sementara kisi-kisi disusun berdasarkan

tujuan dan indikator yang telah dibuat.

3. Development (pengembangan)

Kegiatan pengembangan, yaitu pertama, pembuatan soal–soal ongoing

assessmen multytype sesuai dengan perencanaan yang telah ditentukan

dan rubric penskoran. Tipe soal yang akan dikembangkan, yaitu pilihan

jamak, benar/salah, dan uraian.

Kedua, pembuatan intrumen validasi dan dilakukan validasi oleh ahli.

Soal tes yang valid atau layak digunakan diukur berdasarkan penilaian

ahli untuk menilai aspek konten dan konstruk masing-masing tipe soal.

Ketiga, perbaikan sesuai penilaian dan saran dari ahli. Validasi dan

perbaikan dilakukan bersiklus sampai soal yang dikembangkan

dinyatakan valid oleh ahli.

Setelah soal tes valid, kegiatan keempat, dilakukan uji coba terbatas. Uji

coba terbatas dilakukan dengan cara uji 1-1. Pada uji ini dipilih tiga siswa

atau lebih yang dapat mewakili populasi target dari produk yang dibuat.

Hasil uji coba terbatas yang telah diperoleh selanjutkan digunakan untuk

menentukan bagaimana parameter soal yang dikembangkan berupa

kepraktisan.

24

4. Implementation (implementasi)

Implementasi adalah langkah dimana produk yang telah dikembangkan

dan direvisi diuji kepada siswa. Uji coba produk ini menggunakan

desain penelitian pretest-posttest group design (Creswell, 2012:309). Uji

ini dikenakan kepada kelas X dengan tiga kelas, yaitu kelas A

menggunakan ongoing assessment tipe pilihan jamak, kelas B

menggunakan ongoing assessment tipe benar/salah, dan kelas C

mengunakan ongoing assessment tipe esay.

Uji coba pada setiap kelas dilaksanakan dengan tiga tahapan, pertama

siswa diberikan pretest untuk mengetahui pengetahuan tentang materi

sebelum pembelajaran. Kedua , proses pembelajaran menggunakan

ongoing assessment. Siswa diberi pertanyaan sesuai materi dan diminta

menjawab dengan bukti atau data. Kemudian akan diberikan feedback

oleh guru dalam bentuk penguatan atau klarifikasi. Proses ini dilakukan

secar bersiklus sampai kompetensi materi selesai. Ketiga, pemberian

posttest untuk menguji kemampuan kritis dan pengetahuan konseptual

siswa setelah pembelajaran. Tabel 2 menunjukan bentuk desain

penelitian yang digunakan.

Tabel 2. Pretest-Posttest Group Design

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

A O1 X 1 O2

B O3 X2 O4

C O5 X3 O6

Keterangan:

O1 : Tes pemahaman awal (pretest) kelas A

O2 : Tes pemahaman akhir (posttest) kelas A

O3 : Tes pemahaman awal (pretest) kelas B

O4 : Tes pemahaman akhir (posttest) kelas B

25

ANALYZE

Analisis Kebutuhan Guru dan Siswa

Analisis kurikulum

Analisis kajian pustaka

DESIGN

Menentukan tujuan, indikator dan kisi-kisi

produk yang akan dikembangkan

DEVELOPMENT

Penyusunan soal ongoing assessment

Pembuatan rubrik

Uji ahli

Uji 1-1

IMPLEMENTATION

Uji coba produk pada kelas X

EVALUATION

Penilain kepraktisan produk

Tes kemampuan berpikir kritis

O5 : Tes pemahaman awal (pretest) kelas C

O6 : Tes pemahaman akhir (posttest) kelas C

X1 : Pembelajaran menggunakan ongoing assessment tipe pilihan jamak

yang dikembangkan

X2 : Pembelajaran menggunakan ongoing assessment tipe benar/salah

yang dikembangkan

X3 : Pembelajaran menggunakan ongoing assessment tipe esay yang

dikembangkan

5. Evaluation (evaluasi)

Evaluasi dalah proses untuk melihat apakah produk yang dikembangkan

berhasil, sesuai dengan harapan yang ditentukan. Pada tahap ini

dilakukan penilaian terhadap produk untuk mengetahui kepraktisan dan

keefektifannya. Evaluasi diberikan kepada siswa kelas X menggunakan

angket dan tes setelah pembelajaran menggunakan produk yang

dikembangkan.

Gambar 2. menunjukkan diagram alur penelitian dan pengembangan

ADDIE yang digunakan.

Gambar 2. Diagram Alur Penelitian dan Pengembangan

26

B. Subjek Uji Coba

Penelitian pengembangan ini akan dilakukan pada siswa kelas X IPA SMA

Negeri di Bandar Lampung. Sampel diambil secara acak dengan teknik

cluster random sampling, sehingga mendapatkan tiga kelas, yaitu kelas A

menggunakan ongoing assessment tipe pilihan jamak, kelas B menggunakan

ongoing assessment tipe benar/salah, dan kelas C mengunakan ongoing

assessment tipe esay.

C. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian pengembangan yang dilakukan memiliki dua jenis data, yaitu

data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh melalui instrumen

angket, sedangkan data kuantitatif diperoleh melalui pre-test dan post-test

yang digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa.

1. Teknik Angket

Teknik angket digunakan pada tahap studi pendahuluan, uji ahli dan uji

1-1 dari produk yang dikembangkan. Angket pada saat studi pendahuluan

berupa daftar pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui apakah

pembelajaran di kelas sudah menerapkan berpikir kritis dan bagaimana

asesmen digunakan dalam pembelajan.

Instumen angket uji ahli digunakan untuk mengumpulkan data tentang

validasi ahli terkait aspek konten dan konstruk masing-masing tipe soal,

pilihan jamak, benar/salah, dan uraian. Sedangkan instrumen angket uji

27

1-1 digunakan untuk mengumpulkan data kepraktisan produk yang

dikembangkan sebelum digunakan pada uji coba lapangan..

2. Teknik Tes

Pengambilan data menggunakan tes terdiri atas pre-test dan post-test.

Pre-test dilakukan sebelum pembelajaran dimulai, sedangkan post-test

dilakukan saat pokok bahasan selesai dipelajari. Bentuk tes yang

digunakan, yaitu pilhan jamak, benar/salah, dan uraian. Tes dilakukan

pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diterapkan pada

tahap implementasi, untuk mengukur peningkatan keterampilan berpikir

tingkat tinggi siswa dalam rangka mengukur keefektifan ongoing

assessment yang dikembangkan.

Tabel 3. Skor Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis

Kategori

Skor

Rubrik Penilaian

Skor Tinggi 5 Jawaban yang diberikan benar, lengkap, jelas,

fokus, dan akurat. Poin-poin yang berhubungan

dengan pertanyaan soal dikemukakan dengan

jelas untuk mendukung jawaban yang diberikan.

Hubungan antara jawaban dengan soal tergambar

jelas.

Skor Sedang 3 Jawaban yang diberikan jelas dan cukup fokus,

namun kurang lengkap. Contoh-contoh yang

diberikan terbatas. Keterkaitan antara jawaban

dengan soal kurang akurat.

Skor Rendah 1 Jawaban yang diberikan kurang sesuai dengan apa

yang dimaksudkan dalam soal,berisi informasi

yang tidak akurat, atau menunjukkan kurangnya

penguasaan terhadap materi. Poin-point yang

diberikan tidak jelas,dan tidak memberikan contoh

yang mendukung.

0 Tidak ada jawaban

(Stiggins, 1994:153)

28

D. Teknik Analisis Data

Pada tahap analisis, data analisis kebutuhan, analisis kurikulum dan kajian

pustaka yang diperoleh dianalaisis secara kualitiatif. Hasil analisis dari data-

data tersebut akan digunkan pada tahap kedua, yaitu desain. Pada tahap

ketiga, yaitu pengembangan, dilakukan uji validasi terhadap konten dan

konstruk dari produk yang dikembangkan oleh para ahli. Kemudian hasil uji

validasi dianalisis total skor empirik validator (∑ �) dibagi dengan skor

maksimal yang diharapkan (n) melalui perhitungan dengan rumus:

� � = ∑ �

� � 100

(Sudjana, 2012)

Perolehan hasil validasi instrumen tes selanjutnya konversi sesuai dengan

kriteria hasil evaluasi pada Tabel 4.

Tabel 4.Daftar Kriteria Koefisien Validitas

Nilai rata-rata Kriteria evaluasi

25% – 40%

41% – 55%

56% – 70%

71% – 85%

86% – 100%

Tidak valid

Kurang valid

Cukup valid

Valid

Sangat valid

(Purwanto, 2010)

Selanjutnya untuk tingkat kepraktisan dianalisis dengan menggunakan

rumus sebagai berikut.

Xin % = ∑

�� �x100%

Keterangan:

Xin = Tingkat kepraktisan

∑S = Jumlah skor jawaban

Smaks = Jumlah maksimal jawaban (Sudjana, 2012)

29

Hasil perhitungkan kemudian dikonversikan pada kriteria hasil tingkat

kepraktisan pada Tabel 5.

Tabel 5. Daftar Kualifikasi Tingkat Kepraktisan

Kepraktisan Kualifikasi

0,0% – 20,0% sangat rendah

20,1% – 40,0% rendah

40,1% – 60,0% sedang

60,1% – 80,0% Tinggi

80,1% – 100% sangat tinggi

(Arikunto, 2016)

Keefektifan produk dianalisis menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan

membandingkan hasil pre-test, post-test, dan n-gain pada setiap kelas. Data

hasil pre-test digunakan untuk membandingkan pengetahuan awal siswa

dari ketiga kelas. Data hasil post-test digunakan untuk membandingkan

pencapaian kompetensi setelah belajar menggunakan ongoing assessment.

Data hasil n-gain digunakan untuk membandingkan efektifitas kegiatan

pembelajaran dari tiga tipe tes ongoing assessment yang dikembangkan.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan:

1. Menentukan N-Gain

Analisis hasil pre-test dan post-test untuk menguji efektifitas produk

digunakan skor n-gain. Untuk mendapatkan n-gain score digunakan

formula sebagai berikut.

� = ����� − ����

�� − ����

Keterangan :

g = skor N-gain

Spost = Nilai post-test

Spre = Nilai pre-test

SM = Skor Maksimum

30

Tabel 6. Nilai Rata-Rata Gain Ternormalisasi dan Klasifikasinya

Rata-rata Gain

Ternormalisasi Klasifikasi Tingkat Efektivitas

(g)> 0,70 Tinggi Efektif

0,30<(g)> 0,70 Sedang Cukup Efektif

0,30>(g) Rendah Kurang Efektif

(Hake, 1998)

2. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data pre-test, post-test,

dan n-gain pada setiap kelas berdistribusi normal. Penggujian dilakukan

menggunakan uji statistik non-parametrik, yaitu Kolmogorov-Smirnov

menggunakan bantuan program komputer SPSS 21.

1) Hipotesis

H0 = data terdistribusi secara normal

H1 = data tidak terdistribusi secara normal

2) Pedoman pegambilan keputusan

a) Nilai Asym.Sig. < 0,05 maka H0 ditolak.

b) Nilai Asym.Sig ≥ 0,05 maka H0 diterima.

3. Uji Homogenitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kehomogenan varian dari data pre-

test, post-test, dan n-gain pada setiap kelas. Ketentuan pengambilan

keputusan adalah sebagai berikut:

1) Hipotesis

H0 = Kedua sampel mempunyai varians sama

H1 = Kedua sampel mempunyai varians berbeda

31

2) Kriteria Pengujian

a) Jika nilai sig.≥0,05 maka H0 diterima

b) Jika nilai sig.< 0,05 maka H0 ditolak

4. Uji One Way Anova

Uji one way anova digunakan untuk membandingkan efektifitas kegiatan

pembelajaran dari tiga tipe tes ongoing assessment yang dikembangkan

berdasarkan perbandingan hasil pre-test, post-test, dan n-gain setiap

kelas. Adapun hipotesis penelitian sebagai berikut.

1) Hipotesis 1

H0 :Tidak ada perbedaan kemampuan awal siswa dari tiga kelas.

H1 : Ada perbedaan kemampuan awal siswa dari tiga kelas.

2) Hipotesis 2

H0 :Tidak ada perbedaan pencapaian kompetensi siswa dari tiga

kelas.

H1 : Ada perbedaan pencapaian kompetensi siswa dari tiga kelas.

3) Hipotesis 3

H0 :Tidak ada perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan

konseptual siswa dari tiga kelas.

H1 : Ada perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan

konseptual siswa dari tiga kelas.

Sedangkan Pedoman pegambilan keputusan sebagai berikut.

a) Nilai Asym.Sig. < 0,05 maka H0 ditolak.

b) Nilai Asym.Sig ≥ 0,05 maka H0 diterima.

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

sebagai berikut.

1. Ongoing assessment multytype soal fisika untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dan pengetahuan konseptual siswa disusun

berdasarkan level kognitif analisis (C4), evaluasi (C5), dan mencipta (C6),

memiliki 2 atau lebih cara penyelesaian, dan dapat digunakan untuk

mengidentifikasi kesulitan siswa.

2. Kevalidan ongoing assessment multytype soal fisika untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dan pengetahuan konseptual siswa berada

dalam kriteria valid ditinjau dari aspek konstruksi, subtansi, dan bahasa.

Artinya ongoing assessment multytype soal fisika dapat digunakan dalam

kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan

pengetahuan konseptual siswa.

3. Kepraktisan ongoing assessment multytype soal fisika untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dan pengetahuan konseptual siswa ditinjau dari

keterlaksanaan pembelajaran dan respons siswa. Kepraktisan dari

keterlaksanaan berada dalam kriteria sangat tinggi dan kepraktisan dari

respon siswa berada dalam katergori tinggi. Artinya ongoing assessment

53

multytype soal fisika hasil pengembangan praktis digunakan untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pengetahuan konseptual

siswa.

4. Ongoing assessment dengan tiga tipe soal efektif dalam meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dan pengetahuan konseptual siswa berdasarkan

nilai n-gain. Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan pengetahuan

konseptual siswa memiliki perbedaan, dimana siswa yang belajar dengan

ongoing assessment tipe pilihan jamak dan tipe benar/salah mengalami

peningkatan yang lebih besar dibandingkan siswa yang belajar dengan

ongoing assessment tipe esay.

B. Saran

Berdasarkan hasil akhir penelitian ini, maka peneliti memberikan saran, yaitu:

1. Perlu dikembangkan ongoing assessment dalam bentuk digital sehingga

siswa dapat belajar mandiri.

2. Penerapan ongoing assessment memerlukan waktu yang cukup lama

sehingga penerapan untuk pertama kali, sebaiknya pada materi yang

sedikit dan tidak komplek.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Siregar, A., & Umam, R. (2018). The Effect Of Feedback As Soft

Scaffolding On Ongoing Assessment Toward The Quantum Physics

Concept Mastery Of The Prospective Physics Teachers. Jurnal Pendidikan

IPA Indonesia, 7(1), 16-22.

Aji, S.H. & Suparwoto. (2018). Pengembangan Media Belajar Mandiri Berbasis

Aplikasi Whatsapp Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Fisika

Kelas Xi Sma N 1 Purwokerto. E-Journal Pendidikan Fisika, 7(1), 29-37.

Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (eds). (2001). A Taxonomy for Learning

Teaching and Assessing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of education

Objectives. New York: Addisin Wesley.

Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta:Rineka Cipta.

Baker, W. (2002). Written meta-cognition and procedural knowledge.

Educational Studies In Mathematics, 32, 1-36.

Black, P & William, D. (1998). Assessment and classroom learning. Assessment

in Educoation:principles, policy & practice, 5(1), 7-74.

Carbery. (2009). Practicalities of Ongoing Assessment. Diunduh dari

http://jalt.org/test/PDF/Carbery.pdf

Carin, A. A. & Sund, R. B. (1989). Teaching Science through Discovery. Ohio:

Charles E. Merril Publishing.

Chapman,C. & King, R.S. (2005). Differentiated Assessment Strategies-One Tools

Doesn’t Fit All. California: Corwin Press INC.

Conley. (2011). Ongoing Assessment. Diunduh dari

http://www.learner.org/workshops/socialstudies/pdf/session7/7.OngoingAss

essment.pdf

Creswell, J.,W. (2012). Educational Research: Planning, Conducting, and

Evaluating quantitative and qualitative research. Boston: Pearson

Education.

Darmawan, M., Surya, M., & Jamilah. (2017). Efektifitas Pemanfaatan Media

Buku Digital dalam Meningktakan Penguasan Konsep dan Keterampilan

Berpikir Kritis Peserta Didik Melalui Pembelajaran Konstektual. Teknologi

Pembelajaran, 2(2), 296-313.

Dodge, D.T., Heroman, C., Charles, J., & Maiorca, J. (2004). Beyond Outcomes:

How Ongoing Assessment Supports Children’s Learning and Leads to

Meaningful Curriculum. Washington, DC: National Association for the

Education of Young Children.

Ennis, R. (1985). Curriculum for critical thinking. Developing minds: a resource

book for teaching thinking. Alexandria: Association for Supervision and

Curriculum Development.

Espasa, A., & Meneses, J. (2010). Analysing feedback processes in an online

teaching and learning environment: an exploratory study. Higher education,

59(3), 277-292.

Fatmawati, F.F. & Subarjah, H. (2016). Contextual Teaching and Learning untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa. Jurnal Pena

Ilmiah. 1(1), 1071-1080.

Foster, T. (2000). The Development of Students’ Problem-Solving Skills from

instruction Emphasizing Quantitative Problem-Solving. Doctoral

Dissertation, University of Minnesota, Twin Cities.

Hake, R. R. (1998). Interactive-engagement versus traditional methods: A six-

thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics

courses. American Journal of Physics. 66 (1), 64-74.

Handriani, L. S., Harjono, A. & Doyan, A. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran

Ikuiri Terstruktur dengan Pendekatan Saintifik Terhadap Kemampuan

Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Fisika Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika

dan Teknologi. 1 (3), 210-220.

Heller, K., & Heller, P. (2000). The Competent Problem Solver for Introductory

Physics. Boston: McGrew-Hill.

Joslin, C. (2010). Teaching for Understanding: Ongoing Assessment. Harvard

University Graduate School of Education and Project Zero. June 2010. Tina

Blythe.

http://www.learner.org/workshops/socialstudies/pdf/session7/7.OngoingAss

essment.pdf

Lailly, N. R., & Wisudawati, A. W. (2015). Analisis Soal Tipe Higher Order

Thinking Skill (HOTS) dalam Soal UN Kimia SMA Rayon B Tahun

2012/2013. Jurnal Kaunia, 11(1), 27-39.

Leksono, J. W. (2014). Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Prosiding Konvensi

Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7,

13 sd.14 November 2014. Bandung: FPTK Universitas Pendidikan

Indonesia. http://jurnal.upi.edu/file/065_Jati_Widyo_Leksono-Unesa_520-

524.pdf

Majid, A. (2014). Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Interes Media

Manurung, S.R. (2010). Pengembangan Pembelajaran Fisika Dasar untuk

meluruskan kesalahan konsep Mahasiswa jurusan Fisika Universitas Negeri

Medan. Research Report P3M Dikti Depdiknas.

Massa, S. (2014). THE Development of Critical Thinking in Primary School: The

Role of Theachers Beliefs. Procedia. (141), 387-392.

Mayer, R. E. (1992). Cognition and Instruction: Their Historic Meeting Within

Educational Psychology. Journal of Educational Psychology. 84 (4), 405-

412.

Muhibbinsyah. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Mulyatiningsih, E. (2012). Modul Kuliah Pengembangan Model Pembelajaran.

Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Nafiah, I & Prasetyo, A. P. B. (2015). Analisis Kebiasaan Berpikir Kritis Siswa

Saat Pembelajaran IPAKurikulum 2013 Berpendekatan Scientific. Journal

of Biology Education. 4 (1), 53-59. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/

ujbe/article/view/5234.

Nickerson, R. S., Perkins, D. N., & Smith, E. E. (1985). The Teaching Of

Thinking. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Norhamidah, L & Wasis. (2013). Penerapan Asesmen Berkelanjutan pada

Pembelajaran Materi Fluida Statis di Kelas XI IPA MAN 1 Tulung Agung.

Inovasi Pendidikan Fisika. 2(3), 203-207.

Perkasa, D. A., Saputra, E., & Fronita, M. (2015). Sistem Ujian Online Essay

dengan Penilaian Menggunakan Metode Latent Sematic Analysis (LSA).

Jurnal Ilmiah Rekayasa dan Manajemen Sistem Informasi, 1(1), 1-9.

Pokorny, H., & Pickford, P. (2010). Complexity, cues and relationships: Student

perceptions of feedback. Active Learning in Higher Education, 11(1), 21-30.

Pradana, F. A., & Suyatna, A. (2017). The Needs of Interactive Electronic School

Books to Enhance the Critical Thinking Skills of the Students Advances in

Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR). (158), 263-

271.

Purwanto, N. (2010). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Rahma, A.N. (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Inkuiri

Berpendekatan SETS Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan untuk

menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Empati Siswa Terhadap

Lingkungan. Journal of Education Research and Evaluation.1 (2), 133-138.

Rahmah, N. (2013). Belajar Bermakna Ausubel. Al-Khwarizmi: Jurnal

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 1(1), 43-48.

Rahmawati, I., Abdurrahman, A., & Suyatna, A. (2015). Penerapan Ongoing

Assessment Menggunakan Flash Card Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa.

Jurnal Pembelajaran Fisika, 3(4).

Ratumanan, T.G. & Laurens, T. (2011). Penilaian Hasil Belajar pada Tingkat

Satuan Pendidikan. Surabaya: Unesa University Press

Redhana, I. W. (2017). Menyiapkan Generasi Kritis dan Kreatif di Era Global.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan. Bandar Lampung: Universitas

Lampung.

Rittle-Johnson, B., Siegler, R.S. & Alibali. (2001). Developing Conceptual

Understanding Andprocedural Skill In Mathematics: An iterative process.

Journal of Educational Psychology. 93(2), 346-362.

Romli, S., Abdurrahman, A., & Riyadi, B. (2018). Designing students' worksheet

based on open-ended approach to foster students' creative thinking skills.

Journal of Physics: Conference Series, 948-1.

Rosidin, U. (2016). Penilaian Otentik. Yogyakarta: Media Akademi.

_________. (2017). Evaluasi dan Asesmen Pembelajaran. Yogyakarta: Media

Akademi.

Rusyati, L., Rustaman, N. & Saefudin. (2013). Pengembangan Soal Pilihan Ganda

Berpikir Kritis Inch dan Profil Pencapaiannya di SMA Negeri Kota

Bandung pada Tema Penyakit Manusia. Jurnal Pendidkkan MIPA. 18 (1),

124-134.

Sa’adah, A., Sugiyanto, & Sutarman. (2014). Jurnal Pendidikan Fisika

Universitas Malang. Pengembangan Instrumen Tes Benar-Salah Untuk

Menilai Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Ada Materi Dinamika

Rotasidan Kesetimbangan Benda Tegar. 2 (1).

Salihu, L., Aro, M., & Räsänen, P. (2017). Dynamic potential of feedback in self-

regulated learning and motivation of children with mathematical learning

difficulties. Hrvatska revija za rehabilitacijska istraživanja, 53(2), 111-129

Sani, R.U. (2014). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013.

Jakarta: Bumi Aksara

Saputra, Z. A. H., Yuanita, L. & Ibrahim, M. (2016). Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Kimia Model Inkuiri Untuk Meningkatkan Penguasaan

Konsep dan Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Pendidikan

Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. 6 (1), 1218-1223.

Schunk, D. H. (2005). Self-Regulated Learning: The Educational Legacy of Paul

R Pintrich. Educational Psycologist. 40 (2), 85-94.

Snyder, L.G. & Snyder, M.J. (2008). Teaching Critical Thinking and Problem

Solving Skills. The Delta Pi Epsilon Journal. 1 (2),90-99.

Solekhah, F.M., Maharta, N., & Suana, W. (2018). Development of Higher

Thinking Instrumen of Newton’s Laws of Motion. Journal of Physics and

Science Learning, 2(1), 17-26.

Stiggnis, R. J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York.

Macmillan College Publishing Company.

Sudjana, N. (2012). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Surahman, A., & Maharta, N., Abdurrahman. (2013). Pengaruh Ongoing

Assessment Teknik IF-AT (Immediate Feedback Assessment Technique)

Terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pembelajaran Fisika, 1(4).

Suratman, D., (2010). Pemahaman Konseptual dan Pengetahuan Prosedural

Materi Pertidaksamaan Linear Satu Variabel Siswa Kelas VII SMP (Studi

Kasus di Mts. Ushuluddin Singkawang. Jurnal Cakrawala Kependidikan,

9(2).

Syahbana, A. (2012). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa

SMP Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning. Edumatica. 2

(1): 45-57. https://online-

journal.unja.ac.id/index.php/edumatica/article/view/604.

Titin, T. (2016). Penyusunan Perangkat Pembelajaran pada Materi Ruang Lingkup

Biologi Kelas X SMA. Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA, 7(1), 45-56.

Widiadnyana, I. W., Sadia, I. W. & Suastra, I. W. (2014). Pengaruh Model

Discovery Learning Terhadap Pemahaman Konsep IPA dan Sikap Ilmiah

Siswa SMP. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan

Ganesha. 4 (1).

Woolfolk, A. (2009). Educational Psychology. Active Learning Edition Edisi 10.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Xun, G. E., & Land, S. M. (2004). A conceptual framework for scaffolding III-

structured problemsolving processes using question prompts and peer

interactions. Educational Technology Research and Development. 52(2), 5-

22.

Yuliati, L. (2007). Pengembangan Model Pembelajaran untuk Meningkatkan

Kemampuan Mengajar Calon Guru Fisika. Jurnal Ilmu Pendidikan. 14(1),

32-40.

Zaini, N. (2005). Pengetahuan konseptual dalam topik pecahan di kalangan guru-

guru pelatih Maktab perguruan. Projek Sarjana Pendidikan. Universiti

Kebangsaan Malaysia, Bangi.