makalah assessment
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi semua pihak memungkinkan mendapatkan informasi secara
melimpah, cepat, dan mudah dari berbagai sumber dan dari berbagai penjuru dunia. Oleh
karena itu, manusia dituntut mempunyai kemampuan berpikir kritis, kreatif, logis, dan
sistematis dalam memperoleh, memilih, mengelola, dan menindak lanjuti informasi yang
akan dimanfaatkan dalam kehidupan. Berpikir kritis diperlukan dalam kehidupan di
masyarakat karena dalam kehidupan di masyarakat, manusia selalu dihadapkan pada
permasalahan yang memerlukan pemecahan. Untuk memecahkan suatu permasalahan
tentu diperlukan data-data agar dapat dibuat keputusan yang logis dan untuk membuat
suatu keputusan yang tepat, diperlukan kemampuan berpikir kritis yang baik. Begitu
pentingnya, berpikir kritis pada umumnya dianggap sebagai tujuan utama dari
pembelajaran. Selain itu, berpikir kritis memainkan peranan yang penting dalam banyak
macam pekerjaan, khususnya pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan
berpikir analitis.
Berpikir kritis sesungguhnya adalah suatu proses berpikir yang terjadi pada
seseorang yang bertujuan untuk membuat keputusan-keputusan yang masuk akal
mengenai sesuatu yang dapat ia yakini kebenarannya serta yang akan dilakukan nanti.
Seseorang pada suatu saat tertentu akan selalu harus membuat keputusan, oleh karena itu
kemampuan berpikir kritis harus dikembangkan, terutama ketika dalam membuat
keputusan itu ia sedang berhadapan dengan situasi kritis, terdesak oleh waktu serta apa
yang dihadapi itu tidaklah begitu jelas dan rumit. Hal ini biasanya terjadi jika seseorang
dihadapkan pada beberapa pilihan keputusan yang mungkin, dan dia harus memilih
manakah yang terbaik dari sekian pilihan tersebut. Demikian juga dalam hal berpikir
kritis, keputusan yang akan diambil itu haruslah didasarkan pada informasi yang akurat
serta pemahaman yang jelas terhadap situasi yang dihadapi. Misalnya dalam membuat
suatu keputusan untuk memilih suatu strategi atau suatu teorema dalam matematika
untuk membuktikan suatu pernyataan. Untuk menghasilkan suatu kesimpulan yang
benar, maka hal ini harus didasarkan pada informasi yang diketahui atau yang bersumber
dari apa yang diketahui serta sifat-sifat matematika yang relevan dengan masalah yang
dihadapi. Sebab jika keputusan itu tidak didasarkan pada informasi serta asumsi yang
benar, maka kesimpulan itu tidak memiliki dasar yang benar.
Untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, maka diperlukan
adanya suatu proses pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya
untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat
memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya
memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Anak didik
merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing
yang tidak sama dengan orang lain. Pembelajaran yang kurang memperhatikan
perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat
mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis memegang
peranan penting dalam proses belajar siswa. Untuk itu kemampuan berpikir kritis siswa
sangat penting untuk dikembangkan dalam rangka memudahkan siswa untuk
memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan,
dan membuat keputusan.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini terdapat beberapa masalah yang perlu dibahas, antara lain :
1. Bagaimana cara memudahkan penilaian berpikir kritis siswa?
2. Bagaimana memilih pertanyaan-pertanyaan untuk mempromosikan laporan-laporan
tentang berpikir kritis?
3. Bagaimana penggunaan pemecahan masalah untuk menilai berpikir kritis?
BAB II
PEMBAHASAN
Guru-guru sering mendengar siswanya berkata, “saya dapat melakukannya, tapi saya
tidak dapat menjelaskannya.”. Melakukan memang penting, tapi pemahaman siswa dan
berkomunikasi tentang apa yang mereka lakukan jauh lebih penting. Jika siswa mampu
menyampaikan apa yang mereka pikirkan, maka guru dapat lebih baik dalam menilai kualitas
berpikir siswa dan menggunakan hasilnya untuk menolong mereka. Instruksi rencana
dikaitkan erat dengan kebutuhan-kebutuhan siswanya.
Dalam 5 standar, standar-standar profesional dalam mengajar matematika (NCTM
1991, 95) membuat beberapa rekomendasi untuk evaluasi pengajaran matematika seperti
pemecahan masalah, pertimbangan, dan komunikasi, termasuk di bawah ini :
Penilaian pengajaran matematika sebagai sebuah proses yang melibatkan pemecahan
masalah, pertimbangan, dan komunikasi harus memberikan bukti bahwa guru :
1. Melibatkan siswa dalam tugas-tugas yang meliputi pemecahan masalah, pemikiran,
dan komunikasi.
2. Melibatkan siswa dalam wacana matematika yang memperluas pemahaman mereka
dalam pemecahan masalah dan kapasitas mereka untuk mengeluarkan pendapat dan
berkomunikasi secara matematis.
Rekomendasi-rekomendasi ini terkait dengan berpikir kritis. Penilaian efektif dalam
berpikir kritis sangat bergantung pada seberapa baik guru dapat memfasilitasi dalam
mengkomunikasikan bukti pemahaman siswa, berpikir kritis, dan pertimbangan. Dalam
memecahkan masalah-masalah, aspek-aspek dalam berpikir kritis, termasuk menganalisis
situasi masalah, membuat keputusan, memantau kemajuan, dan mengevaluasi solusi
penyelesaiannya. Saat memecahkan sebuah masalah, seorang siswa pertama-tama harus
mendapatkan representasi yang tepat dari masalah dengan mempertimbangkan kenyataan
yang berkaitan dengan masalah, kondisi, dan tujuan; memutuskan kenyataan mana yang
relevan; dan memahami bagaimana membatasi kondisi-kondisi dan bagaimana memurnikan
tujuan. Ketika sebuah penyelesaian tercapai, itu harus dinilai sehubungan dengan seberapa
baik penyelesaian tersebut sesuai dengan kenyataan masalah, kondisi, dan tujuan. Sulit untuk
menilai pemikiran tersebut, terutama jika hanya sedikit yang telah dikomunikasikan untuk
menilai kualitas pemikiran.
Dalam salah satu saran praktisnya untuk memecahkan masalah, Brownell (1942, 439)
mengatakan, “Sebuah masalah tidak benar-benar dipecahkan kecuali jika pelajar memahami
apa yang sudah mereka kerjakan dan tahu mengapa tindakannya benar,” Sehubungan dengan
penilaian pemahaman pelajar dalam sebuah penyelesaian masalah, kita dapat mengatakan,
“Sebuah penyelesaian tidak benar-benar dievaluasi kecuali jika guru memahami apa yang
telah siswa kerjakan dan tahu apakah pemikiran itu sesuai.”
Dengan demikian, untuk memenuhi tantangan dari penilaian berpikir kritis, kita perlu
memberikan situasi masalah yang dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
mengkomunikasikan pemikiran mereka. Kita dapat menggunakan pemilihan masalah yang
baik dengan format-format yang disempurnakan untuk mempromosikan pemikiran kritis dan
komunikasi pemikiran tersebut, seperti yang terlihat pada beberapa contoh berikut.
A. Memudahkan penilaian berpikir kritis
Contoh-contoh di bawah ini terdiri dari masalah-masalah khas dengan pertanyaan
tambahan yang dirancang untuk mendorong komunikasi berpikir kritis sebagai dasar
yang lebih efektif untuk penilaian. Contoh respon siswa secara singkat dibahas untuk
menunjukkan berbagai tingkatan berpikir kritis.
1. Tidak memberi pertanyaan atau sebuah fakta dari masalah. Menyuruh siswa
memeriksa fakta-fakta dari masalah dan kondisi-kondisi dan menuliskan
pertanyaan dan penyelesaian mereka sendiri.
Kaset-kaset musik rock dijual di sebuah toko musik. Beberapa dijual seharga $4 dan
yang lain $5. Dalam 10 menit, 16 kaset terjual.
Guru lupa menuliskan satu lagi kenyataan. Dia juga lupa menulis pertanyaannya.
Membentuk sebuah fakta yang berguna dan sebuah pertanyaan untuk masalah.
Kemudian memecahkannya.
Seorang siswa kelas 6 memberikan jawaban di bawah ini :
Fakta : secara keseluruhan kaset yang terjual seharga $74
Pertanyaan : Berapa banyak kaset seharga $4 dan $5 yang terjual?
Dalam menilai konten ini, seorang guru akan mencoba untuk menentukan seberapa
baik siswa dapat menerima dan mengelola fakta-fakta dan kondisi-kondisi dan
bagaimana dengan jelas fakta dan pertanyaan siswa terkait dengan apa yang
diberikan. Di sini guru akan mencatat bahwa $74 adalah harga yang sesuai dengan
fakta dan kondisi dari masalah. Setiap jumlah dari $60 sampai $80 akan
menunjukkan kepada guru bahwa siswa tidak hanya memiliki sebuah representasi
yang semestinya dari masalah yang tidak lengkap namun mampu menciptakan fakta
tambahan yang sesuai dengan fakta-fakta dan kondisi-kondisi yang diberikan.
Pertanyaan yang dibuat oleh siswa juga sesuai dengan fakta yang diberikan dan fakta
yang baru dibuat. Relevansi dan konsistensi dari dua tanggapan semakin melengkapi
bukti bahwa siswa sudah mendemonstrasikan level berpikir dan pemahaman yang
lebih tinggi terhadap masalah dari solusi yang ditunjukkan untuk masalah khas yang
benar-benar dibangun oleh guru. Karena siswa langsung menulis sebuah fakta dan
pertanyaan yang sesuai, siswa didorong untuk tidak hanya terlibat dalam berpikir
kritis tetapi juga untuk mengkomunikasikan informasi yang memungkinkan guru
untuk menilai kualitas berpikir siswa.
Konstruksi masalah yang tidak lengkap dimana siswa harus membuat fakta dan
pertanyaan menghasilkan berbagai tanggapan bagi guru untuk menilai. Tingkat dasar
pemahaman dan pemikiran untuk masalah yang sama ditampilkan oleh tanggapan
siswa kelas 6 yang lain :
Fakta : Berapa banyak kaset di toko musik?
Pertanyaan : Berapa lama penjualan berlangsung?
Ini adalah sebuah contoh kegagalan memahami fakta-fakta dan kondisi-kondisi yang
diberikan, siswa tidak dapat membedakan antara fakta dan pertanyaan.
2. Setelah siswa menyelesaikan sebuah masalah, mereka diminta membuat masalah
yang sama atau yang terkait
Kami membutuhkan 6 jeruk dan 3 lemon untuk membuat 8 liter minuman buah.
Kelasmu ingin membuat 40 liter minuman buah untuk hari olahraga. Harga sebuah
jeruk 20 sen dan harga sebuah lemon 10 sen. Setelah kamu membeli buah-buahan
tersebut, berapa uang kembalian yang akan kalian peroleh jika kalian membayar
$10?
Siswa kelas VII, membuat masalah yang menghasilkan berbagai tanggapan dari
yang sederhana ke yang modern.
Sederhana : 4 kantong bola-bola coklat dan 2 kantong tepung dapat menghasilkan 12
kue. Seseorang ingin membuat 48 kue. Berapa kantong yang harus dia beli?
Modern : dibutuhkan 8 liter soda jeruk nipis dan 2 liter jus frambos untuk membuat
10 liter koktil frambos. Harga 2 liter soda $1,75 dan harga 1 liter koktil frambos
$1,15. Berapa banyak yang harus dibayar untuk membuat 60 liter koktil untuk
sebuah makan malam besar?
Dalam bangunan sederhana, angka yang dipilih memperlihatkan kekurangan siswa
dalam pemahaman akan jumlah dalam dunia nyata dan hubungan antara jumlah.
Seperti kurangnya kesadaran mungkin mencerminkan sebuah sejarah dari masalah-
masalah buatan sekolah dimana angka telah dimanipulasi dalam perhitungan dengan
sedikit referensi ke dunia nyata.
3. Menyajikan sebuah penyelesaian untuk masalah yang berisi kesalahan
konseptual atau prosedural atau sebuah kekeliruan
Meminta siswa untuk memeriksa penyelesaian dan menjawab serangkaian
pertanyaan yang berfokus untuk mengungkapkan sejauh mana kemampuan berpikir
kritis mereka. Sebuah contoh masalah untuk kelas 4 yang ditunjukkan pada gambar
di bawah ini
Sebuah penyelesaian masalah yang berisi kesalahan prosedural
Ini adalah bagaimana Jason mencoba memecahkan masalah tersebut :
1. Apakah Jason menggunakan semua fakta yang ada dalam diagram? Jelaskan mengapa kamu berpikir dia melakukannya atau tidak.Tidak, Jason tidak menggunakan semua fakta yang ada dalam diagram. Dia tidak menggunakan rute terpanjang yang dibuat Donatello yaitu 49 km.
2. Jika kamu adalah seorang guru, apa yang akan kamu katakan pada Jason?Saya akan mengatakan “Jason apakah kamu berpikir bahwa kamu sudah melakukan hal yang benar? Lihatlah dengan lebih seksama pada diagram dan coba periksa jawabanmu.”
3. Buatlah pertanyaanmu sendiri dengan menggunakan fakta-fakta dan informasi dalam masalah Michelangelo pergi ke toko pizza di Apex, Flex, Dory, dan Como. Dia melakukan perjalanan dari Apex ke Flex, Flex ke Dory, rute 49 km dari Apex ke Dory, Apex ke Como, dan Como ke Dory. Berapa km jarak yang dia tempuh untuk pergi ke toko pizza?
Donatello, seorang “kura-kura ninja remaja Mutan” sedang berada di kota Dory dalam sebuah pesta pizza dengan 200 anak-anak. Teman-temannya,Leonardo, Michelangelo, dan Raphael, berada di Apex dan mereka ingin bergabung dalam pesta tersebut. Masing-masing memutuskan untuk mengambil rute yang berbeda dari Apex menuju Dory. Leonardo mengambil rute terpanjang dan Michelangelo mengambil rute terpendek. Berapa jauh lagi Leonardo harus melakukan perjalanan agar bisa bertemu Michelangelo di Dory?
Bahkan siswa kelas 4 dan kelas 5 menempatkan diri mereka sebagai seorang guru
dengan sangat mudah, seperti yang ditunjukkan dalam tanggapan mereka terhadap
pertanyaan no.2. Mereka menggunakan bahasa yang lebih formal, dewasa, dan
sensitif, dan tanggapan mereka adalah hal yang sering dibuat oleh guru.
Berikut adalah beberapa contoh nyata tanggapan siswa kelas 4 :
“Jason, ini adalah strategi yang baik tapi kamu tidak melihat rutenya dengan hati-
hati. Coba perhatikan lagi, Jason.”
“Jason ingat untuk menggunakan tanda km dan jangan lupa tanda + juga.
Sekalipun jawabanmu salah, metode yang kamu gunakan sudah benar. Di lain
waktu kamu harus lebih memperhatikan informasi yang ada.”
Sekelompok pertanyaan seperti yang fokus pada masalah tunggal, termasuk
pertanyaan-pertanyaan yang menempatkan siswa dalam peran remaja dan memupuk
kreativitas mereka, melayani sebagai jembatan yang sangat baik bagi siswa untuk
terlibat dalam berpikir kritis dan untuk mengkomunikasikan apa yang mereka
pikirkan. Tanggapan terhadap pertanyaan pertama dalam kelompok ini memberikan
informasi kepada guru tentang kemampuan siswa untuk menganalisis dan
mengkritik solusi yang diberikan. Tanggapan kedua memungkinkan siswa untuk
mendemonstrasikan penilaian mereka ketika mereka berperan sebagai seorang guru,
dan tanggapan ketiga memberi peluang bagi kreativitas dan demonstrasi kemampuan
untuk mengkoordinasikan fakta-fakta, kondisi-kondisi, dan pertanyaan yang sesuai
dengan masalah yang dibuat oleh siswa.
4. Membuat sebuah masalah dimana siswa harus mengkomunikasikan sebuah
penjelasan tanpa benar-benar memecahkan masalah
Format di bawah ini, dimana siswa kelas 4 diminta untuk menjelaskan sebuah
masalah dalam percakapan telepon, didasarkan pada ide yang digunakan di Program
Penilaian California (Pandey 1990).
Sebuah bis dapat memuat 36 orang. Pada perhentian pertama 1 orang naik. Pada
perhentian kedua 2 orang naik, pada perhentian ketiga 3 orang naik, dan seterusnya.
Jika tidak seorang pun yang turun dari bis, setelah berapa kali perhentian bis itu akan
penuh?
Di bawah ini adalah contoh tanggapan-tanggapan siswa :
Untuk menjawab pertanyaan tersebut kamu cukup menambahkan 1 dan 2 dan
seterusnya sampai kamu memperoleh jumlah 36 dan kemudian kamu menghitung
ada berapa perhentian bis.
Coba bayangkan bis yang kosong. Kemudian 1 orang naik, kemudian 2 orang naik,
kemudian 3 orang naik dan seterusnya. Perhatikan bahwa itu adalah sebuah pola
perhitungan -123456789101112- seterusnya sampai bi situ penuh.
Situasi telepon memberikan pengaturan yang alami bagi siswa untuk berpikir verbal
tentang masalah ini. Ketika siswa diajak untuk membahasakan masalah tersebut,
mereka melakukan dan mengungkapkan pemikiran lebih dari yang mereka lakukan
saat diminta untuk memecahkan masalah tersebut. Menulis kembali percakapan
telepon memungkinkan guru untuk menilai pemahaman siswa sebelum mereka
memecahkan masalah tersebut. Kedalaman pemahaman mungkin terungkap dari
panjangnya verbalisasi, pemilihan, dan koordinasi fakta-fakta, gambaran dari
rencana untuk penyelesaian, dan upaya untuk menghubungkan masalah dengan
materi atau pengalaman yang lebih akrab bagi siswa. Solusi berikutnya dari masalah
dan penciptaan masalah yang terkait memberikan informasi tambahan tentang cara
berpikir siswa.
B. Memilih pertanyaan-pertanyaan untuk mempromosikan laporan-laporan tentang
berpikir kritis
Untuk tujuan penilaian, pertanyaan disajikan sebelum siswa melanjutkan ke
pemecahan masalah yang dapat mempromosikan keterlibatan mereka dan berkomunikasi
tentang berpikir kritis. Berikut ini beberapa contoh :
1. Apakah kamu pikir masalah ini akan mudah atau sukar untukmu? Mengapa kamu
berpikir seperti itu?
2. Apakah ada yang tidak kamu pahami dalam masalah tersebut? Gambarkan atau
jelaskan apa yang tidak kamu pahami?
3. Apakah masalah itu mempunyai fakta atau informasi yang tidak dibutuhkan?
4. Apakah kamu pernah menyelesaikan masalah yang seperti ini sebelumnya?
Gambarkan masalah tersebut!
5. Dapatkah kamu menggambarkan diagram untuk menjelaskan masalah tersebut?
6. Strategi apa yang kamu pikir dapat menolongmu untuk memecahkan masalah
tersebut?
Terlalu sering siswa membaca masalah dan terburu-buru menyelesaikannya tanpa
melihat prosedur penyelesaian sebelum mereka memahami situasi masalah tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan ini menolong siswa untuk pelan-pelan, berpikir, dan memperoleh
representasi yang lebih baik tentang masalah sebelum mereka memilih dan
melaksanakan sebuah strategi.
Pertanyaan tambahan yang diajukan setelah siswa memecahkan masalah dapat
juga menarik informasi tentang cara berpikir siswa. Di bawah ini adalah beberapa
contohnya :
1. Apakah kamu menulis pernyataan yang lengkap dalam jawabanmu?
2. Apakah jawabanmu masuk akal sesuai dengan fakta-fakta yang diberikan?
3. Strategi apa yang kamu gunakan? Mengapa kamu menggunakan strategi tersebut?
4. Apakah kamu pikir solusimu sudah benar? Jelaskan mengapa kamu berpikir seperti
itu!
5. Apakah masalah ini mudah atau sukar bagimu? Jelaskan mengapa!
6. Bisakah kamu menyelesaikan masalah ini dengan cara yang berbeda? Tunjukkan
bagaimana caranya!
Kombinasi pertanyaan yang disajikan sebelum dan sesudah siswa menyelesaikan
masalah dapat menjelaskan lebih lanjut tentang cara berpikir siswa terhadap sebuah
masalah, terutama satu tanpa kekonsistenan. Contoh ekstrim dari masalah seperti itu,
bersama dengan pertanyaan yang terkait dan tanggapan siswa kelas 5 SD ditunjukkan
seperti ini :
Kelas 6 pergi ke museum yang berjarak 18 km menggunakan bis. Di dalam bis terdapat
15 anak perempuan dan 13 anak laki-laki. Berapa umur pengemudi bis itu?
1. Sebelum kamu menyelesaikan masalah ini, coba jelaskan apa yang kamu pikirkan
tentang masalah tersebut!
Tanggapan : memperkirakan jawabannya karena ini terlihat sulit
2. Sekarang selesaikan masalah tersebut jika mungkin.
Tanggapan : Diatas 16 tahun – mungkin 43 jika kamu menjumlahkan semua angka
kecuali 6
3. Mengapa kamu berpikir ini adalah masalah yang baik atau buruk?
Tanggapan : ini baik karena membuatmu berpikir
Dalam contoh ini siswa menunjukkan beberapa bukti dari berpikir kritis, seperti
mempertimbangkan estimasi dan mengenal bahwa seorang supir bis harus berumur di
atas 16, tapi gagal untuk melihat keganjilan dalam masalah. Mengherankan, banyak
siswa kelas 4 – 7 yang mengamati bahwa masalah tersebut tidak dapat dipecahkan
meskipun demikian kita tetap melanjutkan untuk menghitung umur supir bis itu.
Untuk menilai kualitas tanggapan terhadap pertanyaan yang diberikan, guru dapat
menyusun kriteria deskriptif singkat untuk berbagai tingkatan berpikir kritis. Meskipun
konsep berpikir kritis sangat kompleks, untuk tujuan penilaian yang praktis, kriteria
dapat dibuat menjadi lebih sederhana, seperti contoh di bawah ini :
0- Siswa tidak berupaya berpikir kritis, yang ditunjukkan dengan jawaban yang kosong
atau komentar yang buruk
1- Siswa berusaha untuk menjawab pertanyaan, tapi tanggapannya tidak logis dan tidak
relevan
2- Siswa memahami pertanyaan dan memberikan komentar yang sesuai, tapi
tanggapannya tidak lengkap atau membingungkan
3- Siswa memahami pertanyaan dan memberikan aspek yang paling relevan dengan
pengamatan yang benar dan logis atau kesimpulan, atau siswa memberikan
keseluruhan aspek yang relevan dengan sedikit kesalahan
4- Siswa memahami pertanyaan dan memberikan keseluruhan aspek yang relevan
dengan pengamatan dan kesimpulan yang sepenuhnya logis.
C. Menggunakan pemecahan masalah untuk menilai pemikiran kritis
Khasnya, siswa diminta untuk menyelesaikan masalah. Jarang dari mereka yang
diminta untuk belajar dan mengkritik solusi masalah yang diberikan. Pemikiran mereka
relatif terhadap penyelesaian yang kompleks yang mungkin dapat mengungkapkan lebih
dari pemikiran yang mereka gunakan dalam menyelesaikan masalah. Pertanyaan yang
tepat dibangun untuk menolong siswa mengkomunikasikan apa yang mereka pikirkan
membantu guru dalam menilai kualitas berpikir mereka. Meskipun masalah sudah
dipecahkan, siswa harus mengkritik kesesuaian strategi dengan implementasinya. Jika
penyelesaian berisi kesalahan yang signifikan, kesalahan memberikan dasar yang jelas
dan sederhana untuk menilai cara berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah.
Gambar di bawah ini menunjukkan sebuah contoh penyelesaian masalah yang
dikerjakan oleh siswa kelas X dengan banyak kesalahan dan pertanyaan-pertanyaan yang
membantu untuk mengungkapkan ketiadaan atau kehadiran pemikiran kritis, bersama
dengan contoh tanggapan yang luar biasa terhadap pertanyaan (Szetela 1992)
Sebuah masalah dengan banyak kesalahan yang membantu untuk mengungkapkan cara berpikir kritis
Tanggapan siswa kelas X di atas merupakan contoh kualitas berpikir dan
melaporkan apa yang guru ingin ketahui. Tanggapan tersebut menunjukkan sedikitnya
pemahaman terhadap masalah dan solusi dan sebuah kecenderungan yang selalu bersedia
menerima solusi yang diberikan tanpa berpikir kritis. Respon yang tidak memadai
mungkin sebagian besar karena kurangnya pengalaman siswa dengan situasi yang
membutuhkan analisis kritis atau untuk kebutuhan mereka dalam jangka waktu yang
lebih lama untuk meningkatkan pelaporan tentang pemikiran mereka. Sangat penting
untuk memilih pertanyaan yang baik karena memungkinkan untuk mempromosikan
pemikiran kritis dan melaporkan pemikiran tersebut. Pertanyaan cocok diberikan kepada
siswa segera setelah mereka selesai mempelajari sebuah pemecahan masalah yang
mungkin berfokus pada aspek khusus dalam pemecahan masalah dimana guru ingin
menilai pemikiran kritis, seperti di bawah ini :
1. Fokus pada kewajaran jawaban. Apakah jawaban dalam masalah masuk akal sesuai
dengan fakta-fakta masalah? Jelaskan mengapa!
Satu liter cat aspal dapat digunakan untuk mencat 6 m2 jalan. Cat dijual dalam kaleng yang berisi 5 L . berapa kaleng cat yang dibutuhkan untuk mengecat jalan dengan panjang 15 m dan lebar 3 m?Jill mencoba menyelesaikan masalah itu dengan cara :A = l x w15 x 3 = 45 m2 = luas jalan45 : 6 = 7,5 Jadi, dibutuhkan 7,5 kaleng cat.Jawablah pertanyaan di bawah ini tentang cara kerja Jill :1. Apakah solusi Jill menunjukkan bahwa dia mengerti dan menggunakan dengan baik
fakta-fakta dalam masalah? Jelaskan mengapa!Dia memahami pertanyaan tentang luas jalan, tapi dia tidak memahami bagaimana mengubah 7,5 menjadi berapa kaleng cat yang dibutuhkan.
2. Apakah jawaban Jill benar? Jelaskan mengapa!Jawaban Jill sudah benar sampai dia memperoleh 7,5. Yang Jill tidak perhatikan adalah satu liter cat aspal dapat digunakan untuk mencat 6 m2 jalan dan setiap kaleng cat berisi 5 L cat. Hanya kira-kira 2 kaleng cat yang dibutuhkan.
2. Fokus pada strategi yang digunakan. Apakah strategi yang digunakan sudah benar?
Mengapa kamu berpikir seperti itu?
3. Fokus pada alternatif jawaban lainnya. Dapatkah masalah ini diselesaikan dengan cara
lain? Jelaskan mengapa!
4. Fokus pada kecukupan representasinya. Apakah pemecah masalah mengabaikan
beberapa kondisi dalam masalah? Jika iya, jelaskan bagian mana yang diabaikan!
5. Fokus pada kebenaran dari penerapan strategi. Apakah pemecah masalah membuat
kesalahan? Jika iya, jelaskan kesalahan apa yang dibuatnya!
6. Fokus pada tujuan masalah, termasuk bagian-bagiannya. Apakah pernyataan jawaban
sudah lengkap? Apakah berisi bagian-bagian yang tepat?
Kesulitan dalam menafsirkan dan menilai laporan siswa akan berkurang jika
pertanyaan-pertanyaannya lebih spesifik karena pertanyaan yang spesifik secara
langsung membawa siswa untuk mencapai target-target khusus. Meskipun demikian,
meskipun pertanyaan dipilih secara hati-hati, guru mungkin akan diperhadapkan dengan
laporan yang tidak jelas dan tidak kritis seperti “ya, jawabannya masuk akal karena itulah
cara saya melakukannya.”
Dari pernyataan seperti itu sulit untuk menjelaskan jika siswa sedang memikirkan
jawaban atau sedang terbuai ke dalam persetujuan yang tidak kritis dengan keseluruhan
solusi. Jawaban yang semakin tidak masuk akal dalam pemecahan masalah, semakin
besar kemungkinan bahwa tanggapan tersebut menunjukkan ketidakmampuan atau
keengganan untuk menyelidiki solusi yang diberikan secara kritis.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Untuk memudahkan dalam menilai cara berpikir kritis siswa, guru dapat memberikan
masalah-masalah khas dengan pertanyaan tambahan yang dirancang untuk mendorong
komunikasi berpikir kritis. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya :
a. Tidak memberi pertanyaan atau sebuah fakta dari masalah. Menyuruh siswa
memeriksa fakta-fakta dari masalah dan kondisi-kondisi dan menuliskan
pertanyaan dan penyelesaian mereka sendiri.
b. Setelah siswa menyelesaikan sebuah masalah, mereka diminta membuat
masalah yang sama atau yang terkait
c. Menyajikan sebuah penyelesaian untuk masalah yang berisi kesalahan
konseptual atau prosedural atau sebuah kekeliruan
d. Membuat sebuah masalah dimana siswa harus mengkomunikasikan sebuah
penjelasan tanpa benar-benar memecahkan masalah
2. Untuk tujuan penilaian, pertanyaan disajikan sebelum siswa melanjutkan ke
pemecahan masalah yang dapat mempromosikan keterlibatan mereka dan
berkomunikasi tentang berpikir kritis. Terlalu sering siswa membaca masalah dan
terburu-buru menyelesaikannya tanpa melihat prosedur penyelesaian sebelum mereka
memahami situasi masalah tersebut. Pertanyaan-pertanyaan ini menolong siswa untuk
pelan-pelan, berpikir, dan memperoleh representasi yang lebih baik tentang masalah
sebelum mereka memilih dan melaksanakan sebuah strategi. Pertanyaan tambahan
yang diajukan setelah siswa memecahkan masalah dapat juga menarik informasi
tentang cara berpikir siswa. Kombinasi pertanyaan yang disajikan sebelum dan
sesudah siswa menyelesaikan masalah dapat menjelaskan lebih lanjut tentang cara
berpikir siswa terhadap sebuah masalah, terutama satu tanpa kekonsistenan.
3. Pertanyaan yang tepat dibangun untuk menolong siswa mengkomunikasikan apa yang
mereka pikirkan membantu guru dalam menilai kualitas berpikir mereka. Meskipun
masalah sudah dipecahkan, siswa harus mengkritik kesesuaian strategi dengan
implementasinya. Jika penyelesaian berisi kesalahan yang signifikan, kesalahan
memberikan dasar yang jelas dan sederhana untuk menilai cara berpikir kritis siswa
dalam menyelesaikan masalah. Sangat penting untuk memilih pertanyaan yang baik
karena memungkinkan untuk mempromosikan pemikiran kritis dan melaporkan
pemikiran tersebut. Pertanyaan cocok diberikan kepada siswa segera setelah mereka
selesai mempelajari sebuah pemecahan masalah yang mungkin berfokus pada aspek
khusus dalam pemecahan masalah dimana guru ingin menilai pemikiran kritis.
B. SARAN
Dalam proses belajar mengajar di sekolah, guru hendaknya bisa memilih dan
menggunakan strategi pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat memahami konsep
matematika dengan baik, sehingga mampu mengasah kemampuan berpikir kritis siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Webb,L. Norman. 1993. Assessment in the Mathematics Classroom. University of Michigan.