pengembangan nilai moral pada anak

32
Pengembangan nilai moral pada anak __________________________________________________________ _______________________________________ Pendidikan Moral Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 1

Upload: maya-kusfitri-yana

Post on 19-Jun-2015

2.271 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Moral yang baik menjadi modal individu dalam berinteraksi social. Kenyataan membuktikan bahwa individu yang diterima lingkungan adalah yang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya. Karena moral bukanlah sesuatu yang asing karena kejujuran, disiplin, menghargai orang lain, empati, saling menghormati, control diri dan keadilan merupakan konsep-konsep aspek moral yang sudah umum dalam kehidupan kita sehari-hari dan merupakan factor penentu untuk beradaptasi di lingkungan sosialnya.

TRANSCRIPT

Page 1: Pengembangan Nilai Moral Pada Anak

Pengembangan nilai moral pada anak

_________________________________________________________________________________________________

Pendidikan Moral

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 1

Page 2: Pengembangan Nilai Moral Pada Anak

Universitas Indraprasta PGRI

Semester IV

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 2

Page 3: Pengembangan Nilai Moral Pada Anak

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

senantiasa memberikan kita berbagai nikmat, sehingga saat ini kita masih diberi

kesempatan untuk terus menuntut ilmu dan mengembangkan wawasan kita.

Semoga kita dapat mensyukuri segala nikmat yang di berikan-Nya dan

menjadikannya sarana untuk selalu beribadah kepada-Nya.

Adapun makalah ini mengulas tentang bagaimana cara mengembangkan

nilai moral pada anak. Karena, pada dasarnya individu yang dapat diterima oleh

lingkungannya ialah individu yang dapat menyesuaikan diri dan bermoral baik,

dan bukan semata-mata karena factor akademis. Maka peran orang tua dalam

membimbing moral anaknya sangatlah penting. Untuk itu, makalah ini akan

membahas tentang bagaimana cara mengembangkan moral pada anak.

Satu yang tidak dapat saya lupakan, bahwa penyusunan makalah ini tidak

terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai sumber. Oleh karena itu saya

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Oleh karena saya merasa ada kekurangan dalam makalah ini, untuk itu

saya mengharapkan segala kritik dan saran serta masukan-masukan yang bersifat

membangun dari teman-teman.

Semoga apa yang saya sampaikan dalam makalah ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca dalam pembelajaran maupun sebagai wawasan dalam

menjalani kehidupan sehari-hari.

Jakarta, Juli 2009

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 3

Page 4: Pengembangan Nilai Moral Pada Anak

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR PUSTAKA iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 3

1.3 Pembatasan Masalah 3

1.4 Perumusan Masalah 3

1.5 Tujuan Penelitian 3

BAB II LANDASAN TEORI 4

BAB III PEMBAHASAN 6

3.1 Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Moral Anak 6

3.2 Efek Negatif Tidak Mampu Memahami Konsep Moral 10

3.3 Nilai Dalam Diri 11

3.4 Nilai Kebersamaan 13

BAB IV PENUTUP 17

4.1 Kesimpulan 17

4.2 Saran 18

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 4

Page 5: Pengembangan Nilai Moral Pada Anak

DAFTAR PUSTAKA

Dari Buku

Hartono, Agung dan Sunarto. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Ibung, Dian. 2009. Mengembangkan Nilai Moral Pada Anak. Jakarta: PT Elex

Media Komputindo.

Mahdi, Amril. 2005. Etika dan Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media.

Dari Internet

http://bunyan.co.id/new/?m=article&id=1200988688

http://tinulad.blogspot.com/2008/12/sedikit-uraian-sejarah-pendidikan.html

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 5

Page 6: Pengembangan Nilai Moral Pada Anak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

“Knowledge is power”

Kutipan yang terkenal dari Francis Bacon tersebut jelas mengungkapkan

pentingnya pendidikan bagi manusia. Sumber pokok kekuatan manusia adalah

pengetahuan. Mengapa? Karena manusia dengan pengetahuannya mampu

melakukan olah cipta sehingga ia mampu bertahan dalam masa yang terus maju

dan berkembang1.

Namun, untuk memperoleh cikal bakal manusia dengan olah cipta yang

maju dan berkembang tidak cukup hanya dengan pengetahuan saja, ada nilai-nilai

yang harus dipelajari oleh seorang anak agar mereka dapat beretika dengan baik.

Nilai-nilai tersebut harus mengandung konsep kejujuran, disiplin, menghargai

orang lain, empati, saling menghormati, control diri, dan keadilan. Keseluruhan

aspek tersebut akan didapat apabila anak mempelajari nilai moral.

Pendidikan, tepatnya usaha pembelajaran di sekolah, sebagai usaha sadar

yang diarahkan dalam rangka meningkatkan kualitas eksistensialitas manusia,

tentu tidak dapat dilepaskan sedikitpun dari moralitas2, bahkan semestinya

penentuan penilaian akan keberhasilan suatu pembelajaran dalam pendidikan pada

materi pelajaran apa pun tidak dapat dilepaskan dari nilai moral yang didapat oleh

anak didik ketika telah menyelesaikan suatu pembelajaran materi pelajaran

tertentu.

1http://tinulad.blogspot.com/2008/12/sedikit-uraian-sejarah-pendidikan.html

2Amril Mahdi, “Etika dan Pendidikan”, (Yogyakarta: Aditya Media, 2005) dan

(Pekanbaru: LSFK2P, 2005), Bab II hlm. 20-45.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 6

Page 7: Pengembangan Nilai Moral Pada Anak

Ketika suatu penilaian berkisar pada kepribadian anak dan kemampuan

anak untuk menghargai orang lain, untuk bertanggung jawab pada perbuatannya,

dan aspek-aspek moralitas lainnya, kepandaian akademis bukan lagi mutlak

keberhasilan seorang anak. Karena pada kenyataannya, untuk dapat bertahan

hidup, diterima masyarakat, serta tetap dapat berkembang sebagai pribadi,

kepandaian akademis menjadi syarat yang kesekian, bukan syarat tunggal yang

utama. Namun, bukan berarti keberhasilan seorang anak semata-mata tidak

mempertimbangkan prestasi akademis. Akan lebih berarti jika anak tersebut

mengembangkan moral yang baik, untuk kemudian dipadukan dengan kecerdasan

akademis.

Di lain pihak, kondisi lingkungan sekarang ini tampak rentan bagi seorang

anak untuk belajar dan mendapat contoh nilai-nilai moral yang baik. Orang tua

yang sibuk bekerja, seringkali kekurangan waktu yang berkualitas untuk

mendampingi pendidikan anak-anaknya. Bukan saja pendidikan akademis, tetapi

terutama pembelajaran moral. Hal ini masih ditambah dengan adanya informasi-

informasi yang kurang mendidik dari berbagai media yang mudah didapat anak

dan sulit dikontrol orang tua. Film anak yang sarat kekerasan, sinetron anak yang

alur ceritanya bukan untuk kapasitas seorang anak, pornografi di internet, dan lain

sebagainya. Sehingga dewasa ini, banyak anak atau remaja yang melakukan

perbuatan tidak bermoral yang cenderung meningkat. Hal ini sebaiknya membuat

orang tua waspada akan kondisi lingkungan dimana anak-anaknya tumbuh dan

berkembang.

Moral yang baik menjadi modal individu dalam berinteraksi social.

Kenyataan membuktikan bahwa individu yang diterima lingkungan adalah yang

mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya. Karena moral

bukanlah sesuatu yang asing karena kejujuran, disiplin, menghargai orang lain,

empati, saling menghormati, control diri dan keadilan merupakan konsep-konsep

aspek moral yang sudah umum dalam kehidupan kita sehari-hari dan merupakan

factor penentu untuk beradaptasi di lingkungan sosialnya.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 7

Page 8: Pengembangan Nilai Moral Pada Anak

1.2 Identifikasi Masalah

1. Mengapa perlu mempelajari moral?

2. Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan

moral anak?

3. Efek negative apa saja yang terjadi apabila anak tidak mampu memahami

konsep moral?

4. Nilai-nilai apa sajakah yang diperlukan untuk pengembangan moral dalam

diri dan kebersamaan?

1.3 Pembatasan Masalah

Penulis membatasi permasalah pada ruang lingkup pengembangan nilai

moral terhadap anak.

1.4 Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas maka rumusan permasalahannya yaitu

apakah pengembangan nilai moral berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak?

1.5 Tujuan Penelitian

1. Melakukan penelitian untuk mengetahui alasan dalan mempelajari moral.

2. Melakukan penelitian untuk mengetahui factor-faktor yang mendukung dan

menghambat dalam proses pembelajaran moral.

3. Melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pembelajaran moral

pada anak.

4. Melakukan penelitian untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam

moral.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 8

Page 9: Pengembangan Nilai Moral Pada Anak

BAB II

LANDASAN TEORI

Moral pada dasarnya memiliki banyak arti sesuai dengan sudut pandang

yang berbeda-beda. Dalam kamus psikologi (Chaplin, 2006), disebutkan bahwa

moral mengacu pada akhlak yang sesuai dengan peraturan social, atau

menyangkut hokum atau adat kebiasaan yang menyangkut tingkah laku.

Sementara dalam psikologi perkembangan, Hurlock (edisi ke-6, 1990),

disebutkan bahwa perilaku moral adalah: perilaku yang sesuai dengan kode moral

kelompok social. Moral sendiri berarti: tata cara, kebiasaan dan adat. Perilaku

moral dikendalikan konsep-konsep moral atauperaturan perilaku yang telah

menjadikebiasaan bagi anggota suatu budaya. Sementara dalam Webster’s new

World Dictionary (Wantah, 2005) Moral adalah: sesuatu yang berkaitan atau

ada hubungannya dengan kemampuan menentukan benar salah dan baik buruknya

tingkah laku.3

Dari tiga definisi di atas, dapatlah disimpulkan bahwa:

“Moral adalah suatu keyakinan tentang benar salah, baik dan buruk, yang

sesuai dengan kesepakatan social, yang mendasari tindakan atau

pemikiran.”(Purwadarminto, 1957: 957).4

Lawrence Kohlberg (Wantah, 2005), seorang pakar pendidikan moral

pernah mengatakan bahwa perkembangan moral seorang anak erat hubungannya

dengan cara berpikir seorang anak. Artinya, bagaimana seorang anak memiliki

kemampuan untuk melihat, mengamati, memperkirakan, berpikir, menduga,

3Dian Ibung, Psi., “Mengembangkan Nilai Moral Pada Anak”, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009), Bab I hlm. 3-4.

4Prof. Dr. H. Sunarto dan Dra. Ny. B. Agung Hartono, “Perkembangan Peserta Didik”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Bab V hlm. 169.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 9

Page 10: Pengembangan Nilai Moral Pada Anak

mempertimbangkan dan menilai, akan mempengaruhi perkembangan moral pada

diri anak. Semakin baik kemampuan berpikir seorang anak, maka semakin besar

kemungkinan seorang anak memiliki perkembangan moral yang baik. Anak

dengan perkembangan moral yang baik diharapkan mampu memahami konsep

moral yang baik dan kemudian berperilaku sesuai standar tersebut dengan

konsisten.5

Namun demikian, Kohlberg menambahkan bahwa pengertian hubungan

yang erat antara kemampuan berpikir dan perkembangan moral seorang anak

tidak menjamin bahwa anak yang cerdas akan memiliki perkembangan moral

yang baik. Lebih jauh, dikatakan Kohlberg, bahwa belum tentu anak atau

seseorang yang cerdas akan menunjukkan perilaku moral yang baik, walau ia

mengerti akan konsep moral yang seharusnya.

Contoh kasus seperti yang terjadi pada salah seorang anak tetangga saya,

Arfi, 10 tahun, anak yang cerdas. Sejak kelas 1 SD, ia selalu ada dalam urutan 3

besar. Namun, setiap hari pembagian rapor, guru selalu meminta orang tua Arfi

berdiskusi dengan guru untuk membicarakan tingkah laku Arfi yang nakal. Arfi

sering melanggar peraturan sekolah, tidak menghormati guru, dan lain

sebagainya. Gurunya sering memperingati dan memberikan hukuman, namun ia

tidak juga jera. Herannya, Arfi sendiri selalu paham kesalahannya dan tahu nilai

moral yang benar.

Dari contoh kasus di atas maka dapat disimpulkan kebenaran pernyataan

Kohlberg yang menyatakan bahwa belum tentu anak atau seseorang yang cerdas

akan menunjukkan perilaku moral yang baik, walau ia mengerti akan konsep

moral yang seharusnya.

5Loc. Cit.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 10

Page 11: Pengembangan Nilai Moral Pada Anak

BAB III

PEMBAHASAN

Pendidikan moral penting karena dengan pendidikan moral, anak mampu

memiliki pertahanan diri dalam menghindari hal-hal negative yang mungkin

terjadi dalam perjalanan hidupnya. Selain itu, manfaat terpenting adanya

pendidikan moral bagi anak adalah untuk menumbuhkan nilai-nilai moral yang

baik pada diri anak, agar ia, secara mandiri, mampu membedakan mana yang

positif dan yang negative. Tanpa bimbingan dan pengawasan dari orang tua atau

pihak lain di kemudian hari, anak diharapkan mampu menentukan segala

tindakannya dalam batasan yang positif.

Anak yang dalam dirinya berkembang nilai-nilai moral positif, dapat

diharapkan untuk terhindar dari kenakalan remaja, tindak kriminalitas, juga

menghindari narkoba. Untuk itu sebaiknya diketahui cara yang tepat dan efektif

bagi anak dalam mempelajari perilaku moral. Disiplin, dapat menjadi salah satu

cara yang baik bagi seorang anak dalam mempelajari aspek-aspek moral. Karena,

disiplin memenuhi kebutuhan anak dalam banyak hal yang tercermin dalam

kehidupannya sehari-hari.6

3.1 Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Moral Anak

Dalam proses pembentukan dan pengembangan nilai moral pada anak,

tentu terdapat beberapa factor yang mendorong dan menghambat pendidikan

moral, yang akan disebutkan sebagai berikut.

6Dian Ibung, Psi., “Mengembangkan Nilai Moral Pada Anak”, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009), Bab I hlm. 9-10.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 11

Page 12: Pengembangan Nilai Moral Pada Anak

Faktor Pendukung

Untuk mendukung perkembangan moral, ada beberapa cara yang dapat

dilakukan, yaitu:

1. Mengabaikan

Mengabaikan adalah cara yang digunakan orang tua ketika perilaku anak

tidak disetujui. Misalnya untuk anak yang terlalu manja dan meminta suatu hal

namun tidak disetujui oleh orang tuanya, maka orang tua dapat mengabaikan

permintaan anaknya atau tidak meperdulikannya.

2. Mencontohkan

Memberikan contoh berarti menjadi model perilaku yang diinginkan

muncul dari anak, karena cara ini bisa menjadi cara yang paling efektif untuk

membentuk moral anak.

3. Membiarkan

Membiarkan bukan berarti mengabaikan, melainkan memberikan

kesempatan pada anak untuk belajar dari kesalahannya.

4. Mengalihkan Perhatian

Bisa dilakukan apabila anak yang terlibat cukup banyak, misalnya

perkelahian. Orang tua ataupun orang dewasa dapat mengalihkan perhatian anak-

anak dengan mengajak untuk melakukan hal lain yang lebih baik.

5. Tantangan

Dengan tantangan, orang tua dapat mendorong anak untuk mengeluarkan

kemampuannya dalam suatu keadaan. Hal ini dapat dijadikan pelajaran bagi anak

untuk melakukan pilihan dan menentukan baik atau buruk sesuatu hal dikemudian

hari.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 12

Page 13: Pengembangan Nilai Moral Pada Anak

6. Memuji

Memuji anak atas tindakannya yang tepat dapat menguatkan sikap dan

perilakunya. Dengan memuji, anak dapat mengerti bahwa sikap dan perilakunya

itu positif dan sesuai dengan harapan lingkungan. Anak bisa merasa dihargai,

sehingga kepercayaan dirinya akan meningkat. Dengan pujian, anak akan

merekam sikap dan perilaku dalam ingatannya sehingga termotivasi untuk

mengulanginya lagi.

7. Menciptakan Inisiatif

Cara ini dapat dilakukan dengan mengajak anak untuk melakukan suatu

hal yang membangkitkan keinginan dari dirinya sendiri. Orang tua dapat

memunculkan inisiatif anak misalnya dengan memberi tahu manfaat dari

perbuatannya dan efeknya apabila tidak dikerjakan. Tetapi jangan dengan cara

menakut-nakutinya.

8. Latihan dan Pembiasaan

Menurut Robert Coles (Wantah, 2005) latihan dan pembiasaan merupakan

strategi penting dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia dini. Sikap

orang tua dapat dijadikan latihan dan pembiasaan bagi anak. Sejak kecil orang tua

selalu merawat, memelihara, menjaga kesehatan dan lain sebagainya untuk anak.

Hal ini akan mengajarkan moral yang positif bagi anak.7

9. Bermain

Melalui bermain, anak dapat mengenal lingkungan social yang

memberikan banyak masukan mengenai nilai-nilai yang disetujui dan tidak

disetujui, belajar mengetahui dan menerima kekurangan dan kelebihan dirinya dan

orang lain, belajar konsep-konsep moral secara nyata, dan belajar untuk disiplin

mematuhi aturan.

7Ibid, hlm. 27.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 13

Page 14: Pengembangan Nilai Moral Pada Anak

Faktor Penghambat

Berikut adalah kesulitan yang dihadapi anak dalam mempelajari konsep

moral:

1. Tingkat Intelegensi

Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang anak, semakin mudah ia

mempelajari suatu konsep moral.

2. Cara Pengajaran

Biasanya orang tua menekankan pada apa yang tidak boleh dan apa yang

salah, bukan pada apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang benar. Akibatnya

anak menjadi bingung. Oelh karena itu, dalam pengembangan moral anak, orang

tua harus berhati-hati dalam berkata. Misalnya mengubah kata “Tidak boleh

bohong” menjadi “Harus jujur”.

Selain itu, orang tua harus bersabar dalam mengajarkan pendidikan moral

untuk anaknya. Karena banyak factor yang mempengaruhi kemampuan anak

dalam memahami konsep moral. Tetapi dengan menggunakan proses belajar

secara kontinu dapat dijadikan alternative untuk memudahkan anak menguasai

konsep moral seperti yang diharapkan.

3. Perubahan Nilai Sosial

Perubahan nilai social dapat menjadi beban bagi anak dalam menyesuaikan

diri. Karena ketika seorang anak belum selesai menyesuaikan diri dengan nilai

moral yang pertama, anak sudah harus menyesuaikan diri dengan nilai moral yang

baru.

4. Perbedaan Nilai Moral

Orang tua atau guru yang mengajarkan suatu nilai moral pada anak,

seringkali lupa bahwa ia harus memberikan teladan pada anak mengenai apa yang

ia ajarkan. Akibatnya anak tidak menemukan kesesuaian antara nilai moral yang

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 14

Page 15: Pengembangan Nilai Moral Pada Anak

diajarkan dengan nilai moral yang ia lihat. Anak menjadi bingung dan cenderung

mengabaikan peraturan yang ditetapkan.

5. Nilai dan Situasi yang Berbeda

Anak cenderung beum mampu memberikan penilaian pada peristiwa unik

atau khusus. Karena itu, anak menyamaratakan peraturan yang satu untuk kodisi

yang berbeda.

6. Konflik Dengan Lingkungan Sosial

Sering kali anak bingung menghadapi harapan lingkungan social yang

berbeda antara lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain. Misalnya,

dirumah, ia diajarkan untuk melawan jika dipukul temannya. Tetapi disekolah,

anak diajarkan untuk selalu melawan dengan kebaikan. Akibatnya anak bingung

mana yang harus ia lakukan.

3.2 Efek Negatif Tidak Mampu Memahami Konsep Moral

Pelanggaran terhadap nilai moral, dapat memebrikan efek negative dalam

dua hal utama bagi seorang anak. Pertama melanggar nilai moral akan membuat

anak menerima:

1. Sanksi social: anak menerima sanksi negative dari lingkungannya,

misalnya dilecehkan.

2. Sanksi individual: anak merasa bersalah dan atau melu terhadap dirinya.

Efek dari pelanggaran yang dilakukan dapat sangan berbahaya. Terutama

bukan karena dilakukannya tingkah laku yang bertentangan dengan moral, tapi

juga bagaimana sikap pelaku sendiri terhadap nilai yang ia langgar. Selanjutnya,

pelanggaran dapat mengakibatkan penyimpangan tingkah laku atau mengganggu

kepribadian si pelanggar itu sendiri.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 15

Page 16: Pengembangan Nilai Moral Pada Anak

3.3 Nilai Dalam Diri

Ketika seorang anak semakin besar, maka nilai moral internal yang ia

miliki akan mulai berkikisan dengan nilai moral lingkungan social dimana ia

berada. Anak tidak akan mengalami gesekan jika nilai pribadinya sesuai dengan

nilai pada lingkungan sosialnya, dalam hal ini teman sebayanya. Masalah baru

akan terasa jika nilai pribadi anak tidak sesuai dengan nilai moral teman sebaya.

Karena, pada usia remaja penerimaan teman sebaya menjadi penting. Remaja

ingin diterima oleh sebayanya sebagai bukti dari pengakuan keberadaan dirinya

dan kemampuannya dalam menjalin relasi social. Ketika si remaja harus memilih,

kemungkinan besar ia akan memilih nilai moral teman sebaya. Pada saat ini

remaja menyadari bahwa nilai moral berhubungan dengan penerimaan social.

1. Kejujuran

Kejujuran adalah suatu kemampuan untuk mengetahui perasaan atau

pemikiran atau juga tindakan seseorang pada orang lain. Kejujuran menjadi

penting karena dengan mengakui apa yang ia pikirkan, ia rasakan, dan ia lakukan

sebagaimana adanya, seseorang dapat terhindar dari perasaan bersalah yang timbul

akibat dari kebohongan dan kecurangan yang ia lakukan.

2. Disiplin

Disiplin dimengerti sebagai cara untuk membantu anak agar dapat

mengembangkan pengendalian diri. Dengan disiplin, anak dapat memperoleh

batasan untuk memperbaikin tingkah lakunya yang salah. Disiplin mendorong,

membimbing dan membantu anak agar memperoleh perasaan puas karena

kesetiaan dan kepatuhannya, dan mengajarkan kepada anak bagaimana berpikir

secara teratur (Wantah, 2005).8

8Ibid, hlm. 82.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 16

Page 17: Pengembangan Nilai Moral Pada Anak

Bahkan selanjutnya dijelaskan bahwa disiplin dapat memenuhi kebutuhan

anak dalam banyak hal. Karena dengan disiplin, anak dapat berpikir dan

menentukan sendiri tingkah laku sosialnya sesuai dengan lingkungan sosialnya.

Orang tua sering menekankan disiplin dalam upaya mendidik anak-

anaknya. Namun, disiplin kemudian sering kali identik dengan hukuman. Padahal,

ada cara-cara lain yang dapat dilakukan orang tua untuk mendorong, membimbing

dan membantu anak-anaknya berkembang dan mempelajari moral tanpa melalui

hukuman.

Dalam buku “Confident Childreen”, Gray (2001) menyatakan bahwa akan

lebih memuaskan bagi anak dan orang tua bila anak dapat melakukan yang

diinginkan orang tua, dengan kesadarannya sendiri dan bukan karena takut

hukuman. Jika, anak melakukan kesepakatan tanpa memikirkan apakah imbalan

yang akan ia dapat atau apakah ia akan dihukum jika tidak melakukan kesepakatan

tersebut, itu berarti anak sudah sadar gunanya melakukan kesepakatan tersebut dan

berinisiatif untuk melakukannya. Bentuk kesadaran seperti ini akan membuat anak

dengan senang hati melaksanakan peraturan, bahkan tanpa perlu pengawasan. Ini

karena anak sudah mengerti alasan positif dan akibat negative yang mungkin

timbul bila ia tidak melaksanakan tersebut dari dalam hatinya.9

3. Peduli Orang Lain

Setiap orang senang ketika diperlakukan dengan baik oleh orang lain.

Bahkan setiap orang akan ikut merasakan kebahagiaan ketika melihat orang lain

baik dan perhatian pada orang lain. Umumnya, seseorang yang perhatian dan

peduli pada orang lain, juga menikmati sikapnya itu dan merasa senang karenanya.

Kebaikan hati adalah kepedulian terhadap kesejahteraan dan perasaan

orang lain. (Borba, 2008).10

9Ibid, hlm. 84.

10Ibid, hlm. 111.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 17

Page 18: Pengembangan Nilai Moral Pada Anak

Dengan adanya perasaan tersebut, maka seseorang (anak) yang perhatian

pada orang lain akan bertingkah laku baik dan menyenangkan. Ciri-cirinya:

1. Gemar melakukan perbuatan yang menyenangkan bagi orang lain, bahkan

sering kali mengabaikan kepentingannya sendiri karena betul-betul peduli

dengan perasaan dan kebutuhan orang lain.

2. Biasanya berpikiran positif terhadap apapun.

3. Tidak mengharapkan balasan. Kebaikan yang dilakukan benar-benar atas

pertimbangan moral baiknya, dan bukan karena mengharapkan balasan dari

orang lain atau karena alasan tertentu.

Seperti juga aspek moral lainnya, maka perhatian pada orang lain adalah

suatu bentuk moral yang terutama didapat melalui teladan dari orang tua dan

merupakan sesuatu yang harus dipupuk, dilatih, dan dikembangkan, bahkan sejak

anak usia dini. Adanya perhatian pada orang lain dalam diri seorang anak, akan

mencegah anak melakukan tindak kejahatan atau tindak tidak bermoral lainnya

karena ia akan memikirkan efeknya bagi orang lain.

3.4 Nilai Kebersamaan

Karena manusia lahir sebagai makhluk individual yang juga makhluk

social. Ini disebabkan bahwa sebagai individu, manusia tidak lepas keberadaannya

dalam suatu lingkungan social. Bahkan manusia selalu berada dalam lebih dari

satu lingkungan social, misalnya lingkungan disekitar rumah, sekolah, dan lain

sebagainya. Dalam interaksinya dengan lingkungan inilah, manusia mengemban

harapan-harapan social yang ditujukan pada dirinya, dan harus dipenuhi olehnya,

bilamana ia ingin diterima dalam lingkungan social tersebut. Harapan-harapan ini

kemudian disebut sebagai nilai-nilai moral yang harus dimiliki manusia sebagai

konsekuensinya menjadi makhluk social.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 18

Page 19: Pengembangan Nilai Moral Pada Anak

1. Empati

Empati adalah kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain.

Untuk mengerti dan merasakan pemikiran serta perasaan orang lain. Para ahli

mengatakan bahwa dengan empati, anak dapat menghindarkan diri dari perbuatan

keji karena paham efek negative yang ditimbulkan dari perbuatan tidak bermoral

tersebut. Anak yang memiliki empati yang baik akan mempunyai kemampuan

tenggang rasa terhadap orang lain dan peka terhadap situasi orang lain.11

Empati merupakan bawaan dari lahir, namun, tidak akan berkembang jika

tidak diberi kesempatan berkembang dalam kehidupan seorang anak selanjutnya.

Perkembangan empati dimulai ketika seorang anak berusia sekita 4 tahun, ketika

anak mulai mampu melihat hubungan dalam suatu lingkungan social. Pada usia

ini, anak juga mulai aktif terlibat dalam suatu lingkungan social, dan tidak lagi

terlalu terpusat pada dirinya sendiri.

Tugas orang tua untuk melatih dan mengembangkan kemampuan empati

anak. Orang tua dapat melakukannya dengan member contoh bagaimana anak

dapat ber-empati pada orang lain, serta dengan menjelaskan efek dari empati.

Diharapkan dengan teladan dan pengertian, maka anak dapat menghayati empati

sehingga menjadi bagian dari perilakunya tanpa harus ada pengawasan.

2. Menghargai dan Menghormati Orang Lain

Menghargai dan menghormati orang lain berarti memperlakukan orang lain

dengan baik dan manusiawi. Kedua sikap ini merupakan sikap yang harus dimiliki

setiap individu bila ia ingin diterima di lingkungannya, sekaligus dihargai dan

dihormati orang lain. Jadi, dapat dikatakan menghargai dan menghormati orang

lain merupakan sikap wajib setiap manusia dalam kehidupannya.

Sikap menghormati dan menghargai orang lain tidak tumbuh begitu saja

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 19

Page 20: Pengembangan Nilai Moral Pada Anak

11Ibid, hlm. 132-135.

dalam diri seorang anak. Sikap ini muncul ketika anak sudah tumbuh besar dan

sudah mulai dapat mengerti hal yang bersifat abstrak. Namun proses

pembelajarannya dapat dimulai sejak dini, yaitu dengan member teladan pada

anak, mengenai apa yang disebut dengan menghormati dan menghargai orang

lain.

Seorang anak akan menghormati orang lain apabila ia merasa orang lain

menghormati dirinya. Karena merasa dihormati orang lain, maka anak

menumbuhkan rasa menghormati diri sendiri.

3. Kontrol Diri

Didalam kontrol diri terdapat ekspresi emosi. Ekspresi emosi termasuk

pada keterampilan moral anak yang berhubungan dengan relasi anak dengan

lingkungan sosialnya karena ekspresi emosi erat kaitannya dengan penerimaan

lingkungan.12

Umumnya, ekspresi emosi yang menyulitkan anak dengan lingkungannya

adalah ekspresi emosi negative seperti marah, kecewa, sedih, dan sebagainya.

Jarang ada ekspresi emosi positif yang mengganggu lingkungan. Karena biasanya

ketika merasa marah, sedih, kecewa, atau frustasi, anak melakukan hal-hal buruk

yang tidak sesuai dengan moral social. Misalnya anak mengeluarkan kata-kata

kasar, berlaku kasar, dan lain sebagainya.

Dengan tingkah laku yang buruk, anak tidak menunjukkan kemampuan

untuk menghormati orang lain. Namun tingkah laku buruk itu tetap ia lakukan

karena mampu meredakan emosinya. Karena itu, harus dicari cara lain yang

berguna untuk mengekspresikan emosi anak namun tetap dapat diterima

lingkungan. Artinya, anak harus dapat mangontrol emosinya seperti harapan

lingkungannya, terutama ketika usia anak terus bertambah, namun tetap dapat

mengekspresikan emosinya.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 20

Page 21: Pengembangan Nilai Moral Pada Anak

10Ibid, hlm. 148-167.

4. Keadilan

Adil adalah perasaan atau keyakinan yang memberikan motivasi untuk

bersikap jujur, bertindak benar, dan berbagi dengan orang lain. Biasanya, anak

yang memiliki perasaan adil menjadi peka terhadap unsur-unsur moral lainnya

dan selalu membela yang benar.13

Untuk mengembangkan keadilan pada anak, ada beberapa langkah yang

dapat dilakukan orang tua dalam mengajarkan keadilan pada anaknya. Langkah-

langkah ini kurang lebih sama dengan langkah-langkah pengembangan aspek

moral lainnya, yaitu memberikan teladan dan bersikap adil pada anak.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 21

Page 22: Pengembangan Nilai Moral Pada Anak

13Ibid, hlm. 169-170.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Moral adalah suatu keyakinan tentang benar salah, baik dan buruk, yang

sesuai dengan kesepakatan social, yang mendasari tindakan atau pemikiran. Moral

yang baik menjadi modal individu dalam berinteraksi social. Kenyataan

membuktikan bahwa individu yang diterima lingkungan adalah yang mampu

menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya. Karena moral bukanlah

sesuatu yang asing karena kejujuran, disiplin, menghargai orang lain, empati,

saling menghormati, control diri dan keadilan merupakan konsep-konsep aspek

moral yang sudah umum dalam kehidupan kita sehari-hari dan merupakan factor

penentu untuk beradaptasi di lingkungan sosialnya.

Ketika suatu penilaian berkisar pada kepribadian anak dan kemampuan

anak untuk menghargai orang lain, untuk bertanggung jawab pada perbuatannya,

dan aspek-aspek moralitas lainnya, kepandaian akademis bukan lagi mutlak

keberhasilan seorang anak. Karena pada kenyataannya, untuk dapat bertahan

hidup, diterima masyarakat, serta tetap dapat berkembang sebagai pribadi,

kepandaian akademis menjadi syarat yang kesekian, bukan syarat tunggal yang

utama.

Namun, bukan berarti keberhasilan seorang anak semata-mata tidak

mempertimbangkan prestasi akademis. Akan lebih berarti jika anak tersebut

mengembangkan moral yang baik, untuk kemudian dipadukan dengan kecerdasan

akademis. Karena, pada kenyataannya, seorang anak yang cerdas, belum tentu

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 22

Page 23: Pengembangan Nilai Moral Pada Anak

akan menunjukkan perilaku moral yang baik, walaupun ia memahami akan

konsep moral yang seharusnya.

4.2 Saran

Hendaknya setiap orang tua dapat meluangkan waktunya untuk dapat

membantu proses pengembangan moral anaknya dan jangan hanya terpaku pada

hal yang bersifat akademis saja. Karena pada dasarnya, individu yang bisa

diterima oleh lingkungan ialah individu yang mampu menyesuaikan diri dengan

lingkungannya.

Selain itu, orang tua hendaknya bisa menjadi teladan bagi anaknya.

Karena, walau bagaimanapun, orang tua merupakan kerabat terdekat bagi anak

yang biasanya dijadikan panutan dalam kehidupannya.

Pengembangan Nilai Moral Pada Anak 23