nilai moral dalamserat wasitawala

204
NILAI MORAL DALAM SERAT WASITAWALA KARANGAN MAS DEMANG WARSA PRADONGGA SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Oleh: Slamet Suyudi NIM 082160341 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2013

Upload: others

Post on 14-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

NILAI MORAL DALAM SERAT WASITAWALA

KARANGAN MAS DEMANG WARSA PRADONGGA

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarSarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Oleh:Slamet Suyudi

NIM 082160341

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2013

Page 2: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

NILAI MORAL DALAM SERAT WASITAWALA

KARANGAN MAS DEMANG WARSA PRADONGGA

OlehSlamet Suyudi

NIM. 082160341Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di depan Panitia Penguji Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing I

Yuli Widiyono, M.Pd.NIDN. 1040413

Pembimbing II

Aris Hidayat, S.Pd.NIDN. 1101026

Mengetahui,Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Yuli Widiyono, M.Pd.NIDN. 1040413

Page 3: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

iii

NILAI MORAL DALAM SERAT WASITAWALA

KARANGAN MAS DEMANG WARSA PRADONGGA

Oleh

Slamet Suyudi

NIM. 082160341

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi

Universitas Muhammadiyah Purworejo

Pada tanggal : 26 Maret 2013

TIM PENGUJI

Penguji Utama

Aris Aryanto, M. Hum

NIDN. 0625038601 …………………………………….

Penguji I / Pembimbing I

Yuli Widiyono, M.Pd.

NIDN. 1040413 …………………………………….

Penguji II / Pembimbing II

Aris Hidayat, S.Pd.

NIDN. 1101026 …………………………………….

Mengetahui,Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Drs. H. Hartono, M.M.NIP. 19540105198103 1 002

Page 4: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

iv

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Slamet Suyudi

NIM : 082160341

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purworejo

Menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

sendiri, bukan plagiat orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat

atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode etik ilmiah.

Apabila terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat,

saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh

Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Purworejo, 23 Maret 2013

Yang membuat pernyataan

Slamet Suyudi

Page 5: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

Pathokan ngaurip iku lakune amung kang bekti, mring Gusti Pangeranira yaiku

manungsa jati

“Pedoman hidup itu perilakunya hanya taat atau patuh kepada Tuhan kamu yaitu

manusia sejati” ( Mas Demang Warsa Pradongga: 17 Dhandhanggula)

“ Ngudi laku utama kanthi sentosa ing budi “

“Berusaha berbuat baik dengan budi yang sentosa” ( Wiwin Widyawati: 133)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. (Ayah) Kuwat Guntoro dan (Ibuku) Sakirah tercinta

yang telah memberikan dukungan serta do a restu.

2. Pak dhe Drs. Kasido dan Bu Lik Gesrek

Rahadiningsih yang selalu memberikan bimbingan,

arahan dan motivasi.

3. Rekan-rekan PBSJ atas partisipasinya (kang Hasim

Parno).

4. Pendidikan bahasa dan Sastra Jawa UMP.

Page 6: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas

segala rahmat, hidayah serta keridhaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan lancar dan baik.

Banyak kendala dan kesulitan yang penulis hadapi selama proses

penyusunan skripsi ini, namun atas pertolongan Allah Swt. dan bantuan dari

berbagai pihak, kesulitan-kesulitan dan kendala tersebut dapat teratasi. Oleh

karena itu penulis sampaikan terima kasih kepada:

1. Drs. H. Supriyono, M.Pd. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Purworejo;

2. Drs. H. Hartono, M.M. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan

kemudahan prosedur perijinan penelitian;

3. Aris Aryanto, M.Hum. selaku penguji utama yang memberikan penilaian

terbaik untuk skripsi ini;

4. Yuli Widiyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Jawa Universitas Muhammadiyah Purworejo sekaligus sebagai dosen

pembimbing I dan penguji II yang telah membimbing dan memberikan

berbagai kemudahan perijinan dalam penelitian ini;

5. Aris Hidayat, S.Pd. selaku dosen pembimbing II dan penguji III yang telah

membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan yang berguna untuk

kelancaran penyusunan skripsi ini;

Page 7: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

vii

6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah membimbing,

mengarahkan dan memberikan bekal pengetahuan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini ;

7. Staff Tata Usaha dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan Staff

Tata Usaha Program Studi Bahasa dan Sastra Jawa yang membantu dalam

hal surat menyurat dan telah memberikan pelayanan terbaik kepada

mahasiswa ;

8. Staff Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang

memberikan berbagai kemudahan peminjaman buku-buku penunjang skripsi

ini ;

9. Teman-temanku yang selalu membantu dan memberikan semangat dalam

penyelesaian skripsi ini ;

10. Semua pihak yang terkait dan berkenan memberikan bantuan baik berupa

moril maupun materiil yang tidak dapat penulis sebutkan satu per-satu.

Penulis hanya berdoa semoga Allah Swt. memberikan balasan yang berlipat ganda

atas budi baik yang telah diberikan.

Tentang terdapatnya kelemahan-kelemahan isi dan kurang sempurnanya

skripsi ini tidak akan ditutup-tutupi karena sudah sangat jelas. Oleh karena itu,

kritik dan saran untuk menyempurnakan tulisan ini sangat penulis harapkan.

Purworejo, 23 Maret 2013

Penyusun

Slamet Suyudi

Page 8: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

v

ABSTRAK

Suyudi Slamet. “Nilai Moral dalam Serat Wasitawala Karangan MasDemang Warsa Pradongga Skripsi” ,Purworejo. Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan Bahasa dan sastra Jawa.Universitas Muhammadiyah Purworejo 2013.

Penelitian ini untuk bertujuan mendeskripsikan nilai moral dalam teksWasitawala serta mendeskripsikan relevansi isi teks Sera Wasitawala.

Teori yang menjadi dasar penelitian ini adalah teori BurhanudinNurgiyantoro yang menjelaskan nilai moral termasuk salah satu hal yang dapatmempengaruhi tingkah laku serta cara berfikir manusia supaya melakukanperbuatan baik.

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan metodedeskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik baca danteknik catat. Sumber data berupa bentuk naskah Jawa Serat Wasitawala yangtersimpan di museum Rekso Pustaka Istana Mangkunegaran Surakarta. Instrumenpenelitian menggunakan kartu data sebagai sumber instrumen dengan didukungoleh sumber berupa buku-buku yang relevan dengan penelitian.

Hasil penelitian pada teks Serat Wasitawala tersebut adalah terkandungteks Serat Wasitawala banyak memuat tentang nilai moral yang masih relevandijalankan oleh para remaja khususnya masa sekarang ini. Beberapa nilai moraltersebut diantaranya yaitu, hubungan manusia dengan Tuhan, menjalankan ajaranRasul, mengerti awal akhir hidup, anjuran untuk berusaha, larangan beranikepada orang tua, mengetahui baik dan buruk, ikhlas hal mengabdi kepada raja,sabar serta rendah hati, larangan berbuat sombong, mengetahui kuwajiban,menjadi contoh yang baik, rajin bekerja serta menjaga pemerintahan dan ajaranuntuk berprihatin.

Kata-kata kunci : moral, relevansi, tembang

viii

Page 9: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

ix

SARIPATI

Suyudi Slamet. Nilai Moral dalam Serat Wasitawala Karangan MasDemang Warsa Pradongga Skripsi, Purworejo. Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan Bahasa dan sastra Jawa. Universitas Muhammadiyah Purworejo 2013. Panaliten menika gadhah ancas ngandharaken nilai moral teks SeratWasitawala lan ngandharaken relevansi isi teks Wasitawala.

Teori ingkang dados pathokan inggih menika teori BurhanudinNurgiyantoro mratelakaken bilih moral menika kalebet salah satunggaling babingkang nuntun solah tingkah lan pikiran manungsa supados nindakaken lakubecik utawi prayogi.

Metode ingkang dipunginakaken wonten ing panaliten menika inggihmenika metode deskriptif kualitatif. Data dipunkempalaken ngginakaken teknikbaca lan teknik catat. Sumber data arupi naskah Wasitawala ingkang kasimpening Museum Rekso Pustaka Istana Mangkunegara Surakarta. Instrumen penelitianingkang dipunginakaken arupi kartu data minangka sumber instrumen kabiyantubuku-buku ingkang relevan kalihan panaliten. Asil analisis saged dipunpendhet dudutan bilih salebeting teks Wasitawalakathah ngewrat nilai moral ingkang taksih relevan dipuntindakaken lan dadospedhoman para mudha ing jaman samenika. Asil panaliten teks Serat Wasitawalakasebat inggih menika wonten ing teks Serat Wasitawala kathah ngewrat nilaimoral ingkang taksih relevan dipuntindakaken para mudha ing madyaningbebrayan. Nilai moral kala wau inggih menika nilai ketaatan dhumateng Tuhan,nglampahi ajaran rosululloh, mangertosi wiwitan lan wusana gesang, nglampahiihtiyar, pasrah , ajreh dhumateng tiyang sepuh, mangertosi prahtingkah becik lanawis, lilo ngenger dhumateng Ratu, awisan nglampahi goroh, sabar, ngedohakenpratingkah laku sombong utawi angkuh, ngutamakaken kuwajiban, patuhdhumateng garwo, tuladha ingkang prayogi, sregep anambut kardi, ugi ngengingibab anjagi praja lan ajaran nglampahi prihatos.

Kata-kata kunci : moral, relevansi, tembang

Page 10: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

viii

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN JUDUL .................................................................................... iHALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iiHALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iiiSURAT PERNYATAAN .............................................................................. ivMOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vKATA PENGANTAR .................................................................................. viABSTRAK ................................................................................................... viiiSARIPATI .................................................................................................... ixDAFTAR ISI ................................................................................................ xDAFTAR TABEL ........................................................................................ xiiDAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1B. Identifikasi Masalah ................................................................ 4C. Batasan Masalah ..................................................................... 5D. Rumusan Masalah ................................................................... 6E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 6F. Sistematika Penulisan .............................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORIA. Tinjauan Pustaka .................................................................... 8B. Kajian Teoretis ....................................................................... 11

1. Karya Sastra dan kasusastraan Jawa ................................... 11a. Karya Sastra .................................................................. 11b. Kasusastran Jawa .......................................................... 15

2. Serat .................................................................................. 163. Tembang Macapat ............................................................. 174. Nilai Moral ....................................................................... 23

a. Pengertian Nilai ............................................................ 235. Nilai Dalam Karya Sastra .................................................. 246. Naskah dan Teori Filologi ................................................. 28

a. Naskah .......................................................................... 28 b. Teori Filologi ................................................................. 30

BAB III METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian........................................................................ 34B. Subjek dan Objek Penelitian .................................................... 34C. Sumber Data dan Data ............................................................. 35D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 35E. Instrumen Penelitian ................................................................ 35F. Teknik Analisa Data ................................................................ 36G. Teknik Penyajian Data ............................................................ 36

x

Page 11: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

ix

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASANA. Penyajian Data ........................................................................ 37

1. Nilai Moral yang Berhubungan Manusia dengan Tuhan ..... 372. Nilai moral yang dalam Serat Wasitawala

berhubungan manusia dengan Manusia .............................. 423. Nilai Moral dalam Serat Wasitawala yang

Berhubungan Manusia Dengan diri Sendiri ........................ 504. Relevansi Isi Serat Wasitawala dengan Kehidupan

Sekarang............................................................................ 54B. Pembahasan Data ..................................................................... 56

1. Nilai Moral dalam Serat Wasitawala yangMembahas Hubungan Manusia dengan Tuhan ................... 56

2. Nilai Moral Yang berhubungan Manusia dengan Manusia ............................................................................. 663. Nilai Moral dalam Serat Wasitawala yang Berhubungan Manusia dengan Diri Sendiri ........................ 874. Relevansi Isi Serat Wasitawala dengan Kehidupan Sekarang ............................................................................ 96

BAB V PENUTUPA. Simpulan ................................................................................ 103B. Saran ...................................................................................... 104

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 105LAMPIRAN ................................................................................................ 108

xi

Page 12: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Metrum Tembang Macapat ............................................................. 20

Tabel 2. Nilai Moral Hubungan Antara Manusia dengan Tuhan .................... 37

Tabel 3. Nilai Moral Hubungan antara Manusia dengan Manusia .................. 42

Tabel 4. Nilai Moral Hubungan antara Manusia Dengan diri Sendiri ............. 50

Tabel 5. Relevansi dengan Kehidupan Sekarang ........................................... 54

Page 13: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

40

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan Dosen Pembimbing

Lampiran 2 Kartu Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 Deskripsi Naskah

Lampiran 4 Naskah Serat Wasitawala

Lampiran 5 Translitrasi Ortografis Serat Wasitawala

Lampiran 6 Terjemahan Serat Wasitawala

Page 14: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara yang berbineka tunggal ika kaya akan budaya

di tiap-tiap daerah yang beraneka ragam. Keanekaragaman bahasa dan sastra

daerah, sebagai warisan nenek moyang yang tak ternilai harganya merupakan

suatu kebanggan bagi bangsa Indonesia. Beraneka ragam kebudayaan daerah

tersebut merupakan alat penunjang untuk memperkaya kebudayaan Indonesia

pada umumnya. Letak Indonesia yang sangat strategis, membuat Indonesia

kaya dengan beraneka ragam peninggalan berharga salah satunya berupa

naskah dan prasasti batu tulis. Di samping itu, terdapat pula peninggalan

berupa sastra lisan. Dalam sastra lisan terungkap kreativitas bahasa dan sastra

yang di dalamnya ditonjolkan hakikat kemanusiaan masyarakat di masa

lampau. Naskah merupakan dokumen yang paling menarik untuk di kaji,

karena memiliki kelebihan yaitu dapat memberikan informasi yang luas

dibandingkan bentuk peninggalan yang lain salah satunya adalah serat atau

naskah.

Sebagai karya sastra, serat mengandung berbagai nilai- nilai tentang

ajaran moral sebagai gambaran kehidupan masa lampau sehingga patut dikaji

untuk cermin kehidupan akan datang. Dalam hal ini serat sangat memiliki

pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat. Karya sastra dalam hal ini

serat merupakan perwujudan kehidupan bangsa di masa lalu, masa kini dan

masa akan datang, melalui sastra manusia dapat mengimajinasikan dalam

Page 15: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

2

kehidupan. Hasil karya sastra Jawa baru yang berkembang setelah periode

Jawa kuna dan Jawa tengahan. Banyak sekali pemugaran teks sastra Jawa

yang ditulis kembali ke dalam bahasa Jawa dan dengan metrum baru atau

lebih dikenal dengan nama serat.

Naskah wulang merupakan karya sastra yang berisikan ajaran atau

pelajaran (Poerwadarminta, 1939: 667). Naskah atau teks wulang berisikan

ajaran atau pelajaran dalam upaya membentuk pribadi yang utama, baik

membentuk hubunganya dengan pengabdian raja dan negara maupun dalam

masyarakat. Wulang disebut juga sebagi karya sastra yang berisikan moral

yang mengandung petunjuk dan teladan atau yang bersifat didaktis. Pada

zaman pra- Surakarta umumnya, teks wulang memuat ajaran tentang

mengabdi kepada raja dan Negara, serta zaman Surakarta dan sesudahnya teks

wulang mementingkan ajaran pembentukan sikap seseorang sebagai pribadi

yang ideal.

Di era globalisasai sekarang ini, masyarakat secara luas masih asing

atau awam tidak mengetahui tentang naskah Jawa, apalagi generasi penerus.

Naskah merupakan karangan yang masih asli ditulis tangan, ketik secara

manual atau karangan yang dianggap sebagai karya asli (Kamus Lengkap

Bahasa Indonesia, 2007: 586). Naskah merupakan warisan para leluhur yang

tidak lain hasil dari karya cipta para pujangga di masa dahulu.

Dari beberapa macam bentuk isi naskah dapat digolongkan berupa

bentuk, Prosa, gancaran, suluk maupun tembang. Serat Wasitawala

dikategorikan berbentuk tembang macapat berisi tentang ajaran moral yang

Page 16: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

3

berupa tuntunan nasehat. Bila mendengar tembang macapat masyarakat

umumnya para remaja mengartikannya sebagai ajaran yang kuno. Karena

bergulirnya zaman yang merubah sendi peradaban kehidupan, lambat laun

macapat tidak dikenal oleh generasi muda. Namun sebagian orang tua masih

melestarikan tembang macapat melalui berbagai media cetak media Audio.

Serat Wasitawala adalah sebuah naskah yang dikarang oleh Mas

Demang Warsa Pradongga seorang mantri Niyaga Kepatihan Kraton Surakarta

pada tahun 1843 Masehi. Serat Wasitawala berasal dari dua kata dalam

Bahasa Jawa yang berarti, Wasita adalah ‘nasehat / pitutur ‘ dan wala yaitu

anak yang berarti nasehat untuk anak (Winter,Ranggawarsita 293:296). Jadi

Serat Wasitawala merupakan naskah kuno yang berisikan tentang nasehat

yang ditujukan kepada anak khususnya anak remaja, sebagai ajaran moral

atau tuntunan bekal hidup.

Isi kandungan Serat Wasitawala adalah berbentuk tembang macapat

ada enam macam jenis tembang antara lain Asmarandana berjumlah 26 pada

(bait), Sinom 21 pada, Kinanthi 32, Pangkur 35, Mijil 30, Dhandanggula 21.

Serat Wasitawala kemungkinan mengandung ajaran moral yang berupa

nasehat yang ditujukan bagi umat manusia khususnya pada anak untuk bekal

dalam menjalani kehidupan sehari-hari maupun kehidupan yang akan datang,

sehingga menarik untuk di kaji lebih lanjut. Serat Wasitawala perlu

dimengerti dan dikaji isi dengan cara dialih bahasakan/translitrasi,

diterjemahkan dan dianalisis agar dipahami nilai ajaran moral yang tertuang

Page 17: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

4

apa yang didalamnya sehingga dapat menjadi pedoman cara bertingkah laku

manusia dalam menjalani kehidupan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini mengambil judul

“Nilai Moral dalam Serat Wasitawala karangan Mas Demang Warsa

Pradongga” penulis dengan alasan sebagai berikut.

1. Isi Serat Wasitawala kemungkinan besar mengandung nilai moral yang

berupa nasehat bagi tingkah laku manusia khususnya anak sehingga

menarik untuk di teliti lebih lanjut.

2. Naskah yang berbentuk aksara Jawa dan tembang macapat masih asing

bagi masyarakat khalayak umum terutama para anak muda sehingga perlu

ditekankan dengan cara diperkenalkan lebih lanjut, karena isinya

mempunyai sarat akan pentingnya tentang ajaran hidup .

3. Naskah Jawa yang berupa tembang macapat merupakan hasil karya cipta

para pujangga pada masa dahulu yang harus kita jaga, maupun lestarikan,

sebagai ciri khas budaya bangsa sehingga tidak hilang kepribadian suatu

bangsa seperti sesanti mengatakan ‘adat katimuran’atau budaya Jawa,

yang penuh dengan unggah-ungguh dan sopan santun.

4. Tembang macapat maupun naskah Jawa sekiranya dapat dijadikan materi

wajib pembelajaran bahasa dan sastra Jawa, agar siswa dapat mengenal

serta memahami kebudayaan Jawa, agar terbentuk budi pekerti yang baik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka identifikasi masalah dapat

dideskripsikan sebagai berikut.

Page 18: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

5

1. Nilai moral dalam tembang macapat Serat Wasitawala dapat bermanfaat

sebagai penuntun hidup dalam bersikap dan bertingkah laku dalam

masyarakat.

2. Serat Wasitawala karangan Mas Demang Warsa Pradongga berbentuk

tembang macapat yang berisikan enam jenis tembang yaitu

Dhandanggula, Mijil, Pangkur, Kinanthi, Asmarandana, dan Sinom.

3. Serat Wasitawala banyak mengandung tentang nilai moral ajaran hidup

bagi manusia dan dapat direlevansikan / terapkan dalam kehidupan dimasa

sekarang sehingga menarik untuk diteliti lebih lanjut.

4. Tembang macapat yang terdapat dalam Serat Wasitawala sebagai warisan

budaya yang perlu dilestarikan dan termasuk muatan lokal dan biasanya

tembang macapat diajarkan dalam muatan lokal khususnya pelajaran

bahasa Jawa.

5. Penelitian terhadap naskah, terutama Serat Wasitawala, koleksi

perpustakaan Rekso Pustaka Mangkunegaran dengan kode katalog A 286

dipilih karena salah satu naskah yang memaparkan mengenai nasehat

piwulang terhadap nilai dalam kehidupan.

C. Batasan Masalah

Pada penelitian ini penulis membatasi penelitian pada nilai moral

dalam Serat Wasitawala dan penerapanya dengan kehidupan sekarang.

Page 19: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

6

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah kami kemukakan diatas, maka

masalah yang akan diteliti yaitu.

1. Bagaimana nilai moral yang terkandung dalam Serat Wasitawala karangan

Mas Demang Warsa Pradongga?

2. Bagimana relevansi / penerapan isi Serat Wasitawala dengan kehidupan

sekarang?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mendeskripsikan :

a. Nilai Moral dalam Serat Wasitawala karangan Mas Demang Warsa

Pradongga.

b. Penerapan isi Serat Wasitawala dengan kehidupan sekarang.

2. Manfaat penelitian

a. Secara Teoretis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

dalam bidang kajian filologi/ studi naskah.

2) Hasil penelitian ini diharapkan membantu pengembangan

apreasiasi dibidang kesastraan khususnya budaya Jawa.

b. Secara Praktis

1) Deskripsi nilai moral dalam Serat Wasitawala diharapkan dapat

menjadi tuntunan dan ajaran bertingkah laku bagi masyarakat Jawa

pada umumnya khususnya juga manusia pada umumnya.

Page 20: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

7

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah tentang apresiasi

tentang aspek moralitas didalam karya sastra khususnya pada

tembang macapat dalam Serat Wasitawala.

3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu wujud

menumbuh kembangkan rasa cinta terhadap budaya Jawa, agar

tidak hilang tergusur oleh peradaban zaman.

4) Hasil penelitian ini diharapkan mampu sebagai alat / media untuk

memotivasi siswa dalam pembelajaran bahasa dan sastra jawa,

khususnya dengan cara mempelajari maupun memahami tembang

macapat beserta isi nilai kandungan moral didalamnya seperti

yang terdapat pada Serat Wasitawala.

F. Sistematika Penulisan

Sistematiaka penulisan skripsi ini meliputi :

Bab I adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,

permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, penegasan istilah, sistematika

penulisan.

Bab II merupakan tinjauan pustaka dan kajian teoritis yang berisi

tentang penelitian terdahulu dan teori relevan.

Bab III yaitu metode penelitian yang terdiri dari subjek dan objek

penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data, instrumen

penelitian, teknik analisis data dan teknik penyajian hasil analisis data.

Bab IV penyajian data dan pembahasan yang berisi uraian hasil

penelitian dan saran terhadap subjekpenelitian

Page 21: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN TEORI DAN KERANGKA

BERPIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Sebelum mengemukakan mengenai nilai moral, penulis akan

menyajikan beberapa penelitian terdahulu dengan pendekatan tentang nilai

moral sebagai acuan penelitian ini, yakni sebagai berikut.

1. Erawati (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Nilai Pendidikan

Moral dalam Panyandra Pengantin”.

Erawati (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Nilai Pendidikan

Moral dalam Panyandra Pengantin” objek penelitiannya menggunakan

panyandra pengantin karya Sutawijaya. Dalam penelitiannya tersebut

ditemukan beberapa nilai yaitu nilai moral yang berhubungan dengan

akhlak Tuhan Yang Maha Esa, akhlak yang berhubungan sesama manusia,

terhadap lingkungan.

Penelitian yang penulis lakukan mempunyai persamaan dan

perbedaan dengan penelitian tersebut. Persamaannya yaitu sama-sama

mengkaji nilai moral sedangkan perbedannya, Erawati mengkaji nilai

moral dalam panyandra pengantin karya Sutawijaya, sedangkan penulisan

mengkaji nilai moral dalam Serat Wasitawala Karangan Mas Demang

Warsa Pradongga.

8

Page 22: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

9

2. Tias (2011) “Nilai Pendidikan Moral dalam Suluk Suksma Lelana” Karya

Raden Ngabehi Ranggawarsita.

Penelitian kedua adalah penelittian yang dilakukan oleh Tias (2011)

dengan judul “Nilai pendidikan Moral Dalam Suluk Suksmalelana karya

Raden Ngabehi Ranggawarsita “ Tias menggunakan buku teori moral yang

dikemukakan oleh Kenny (dalam Nurgiyantoro, 1995: 322) menyatakan

bahwa pesan moral dalam karya sastra biasanya dimaksudkan sebagai

suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu,bersifat praktis

dan dapat ditafsirkan oleh pembaca. Dalam penelitiannya ditemukan

empat aspek moralitas yaitu nilai moral yang berhubungan antara manusia

dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia

dengan alam, dan hubungan penerapan manusia terhadap kehidupan

sekarang.

Persamaan penelitian Tias dengan penelitian yang penulis lakukan

adalah sama-sama mengkaji tentang nilai moral sedangkan perbedaannya,

Tias mengkaji moral dalam Suluk Suksma lelana Karya Ngabehi

Ranggawarsita , sedangkan penulis mengkaji nilai moral dalam Serat

Wasitawala Karangan Mas Demang Warsa Pradongga.

3. Sulaksono (2010) “Nilai Pendidikan Moral dalam Cerita Bersambung

Harjuna Kawiwaha dalam Majalah Djoko Lodhang Karya Wisnu Sri

Widodo”.

Penelitian yang ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh

Sulaksono (2010) dengan judul “Nilai Pendidikan Moral dalam Cerita

Page 23: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

10

bersambung Harjuna Kawiwaha dalam Majalah Djoko Lodhang Karya

Wisnu Sri Widodo“ menyebutkan bahwa nilai pendidikan moral dibedakan

menjadi tiga jenis yaitu nilai pendidikan moral terhadap Tuhan, nilai

pendidikan moral terhadap sesama manusia, dan pedidikan moral terhadap

diri sendiri. Sulaksono juga secara rinci moral yang menyangkut hubungan

manusia dengan Tuhan berupa berdoa kepada Tuhan, moral yang

menyangkut hubungan manusia dengan manusia yaitu, tanggung jawab,

patuh, cinta, hormat, kepahlawanan. Moral yang berhubungan manusia

dengan diri sendiri meliputi, berani, pengendalian diri, setia, sabar, takut,

ombong, rindu, sedih, marah dan yakin.

Persamaannya penelitian Sulaksono dengan penelitian yang penulis

sama-sama mengkaji nilai moral. Akan tetapi juga perbedaan yang

menonjol pada objek yang diteliti, Sulaksono mengkaji nilai pendidikan

moral dalam cerita bersambung dimajalah Djoko Lodhang, sedangkan

penulis mengkaji naskah yang di tulis tangan (manuskrip) dalam Serat

Wasitawala karangan Mas Demang Warsa Pradongga.

Penelitian yang keempat yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yulita

Sari (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “ Nilai Moral dalam Serat

Candrawarna Karya Pujaharja dan Kemungkinan Pembelajaran di SMA.

Dalam penelitiannya Sari menggunakan metode studi pustaka.

Selain itu Sari juga menggunakan metode analisis isi yang merupakan

metode yang berhubungan dengan isi komunukasi baik verbal maupun non

verbal. Menyatakan bahwa nilai moral dapat dibedakan menjadi tiga jenis

Page 24: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

11

yaitu (1) nilai moral yang berhubungan antara manusia dengan diri sendiri

yaitu teliti, amanah/ dapat dipercaya, meninggalkan sifat tidak jujur,

meninggalkan sifat keras kepala, meninggalkan sifat serakah (2) nilai

moral yang berhubungan dengan sesama yaitu menjaga pertemanan, suka

menolong sesama, menghargai pendapat orang lain, setia kepada suami,

dilarang berani kepada suami. (3) nilai moral yang berhubungan manusia

dengan Tuhan yaitu, beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa (percaya

kepada takdir Tuhan) mendekatkan diri kepada Allah SWT, bersyukur atas

rejeki Allah.

Persamaan penelitian Sari dengan peneliti dengan penulis lakukan

adalah sama- sama mengkaji tentang nilai moral, sedangkan perbedaanya

Sari mengkaji moral dalam Serat Candrawarna karya Pujaharja,

sedangkan penulis mengkaji nilai moral dalam Serat Wasitawala

Karangan Mas Demang Warsa Pradongga.

B. Kajian Teoretis

1. Karya Sastra dan Kasusatraan Jawa

a. Karya Sastra

Karya sastra merupakan bagian dari kebudayaan manusia yang

mengungkapkan pikiran-pikiran terbaik manusia. Pengalaman impian,

cita-cita, kebahagiaan, kasih sayang dan ungkapan apa yang ada dalam

hati pengarang. Di dalam karya sastra terdapat berbagai pesan moral

dan nilai-nilai ajaran hidup yang ingin disampaikan pengarang sebagai

tuntunan bagi pemikat karya sastra dan bagi manusia pada umumnya.

Page 25: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

12

Jenis pesan moral itu tidak terbatas dan sangat luas ruang lingkupnya,

pesan moral tersebut dapat menyangkut persoalan hidup dan

kehidupan, menyangkut harkat martabat manusia. Secara garis besar

persoalan hidup manusia dibedakan kedalam persoalan manusia

dengan diri sendiri, dengan lingkup sosial/ sesama manusia,dan

hubungan manusia dengan Tuhan (Nurgiyantoro, 2009: 323).

Sastra berarti ‘ layang ‘ surat, kawruh pengetahuan dan tulisan

(Poerbatjaraka, 1939: 545), selanjutnya Winarni, (2009: 6) Sastra

berasal dari bahasa sansekerta, yakni dari kata sas yang berarti

mengarahkan, memberi petunjuk atau instruksi. Sedangkan tra berarti

alat atau sarana, sastra banyak diartikan sebagai tulisan. Pengertian ini

kemudian ditambah dengan kata su yang berarti indah atau baik.Jadi

susastra menjadi tulisan yang indah. Sastra merupakan tulisan yang

memberikan unsure estetik, memberikan sesuatu kepada pembaca dan

mampu menggerakan kreativitas pembaca. Sastra merupakan

ungkapan batin seseorang melalui bahasa dengan cara penggambaran

titian terhadap kenyataan hidup, wawasan pengarang dapat pula

imajinasi murni pengarang.

Sastra adalah hasil kreativitas pengarang yang bersumber dari

kehidupan manusia secara langsung atau melalui rekaannya dengan

bahasa sebagai medianya. Sastra dianggap sebagai karya yang berpusat

pada moral manusia (humanitat), yang di satu sisi terkait dengan

sejarah dan pada sisi lain pada filsafat Darma (dalam Winarni 2009: 7).

Page 26: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

13

Karya sastra adalah kehidupan buatan atau rekaan sastrawan.

Kehidupan dalam karya sastra adalah kehidupan yang telah diwarnai

dengan sikap penulisnya, latar belakang pendidikannya serta

keyakinannya. Bahwa karya sastra mempunyai fungsi bukan semata-

mata untuk memberi hiburan kepada penikmatnya, melainkan juga

memberikan sesuatu yang memang dibutuhkan manusia pada

umumnya, yakni nilai-nilai yang anggun dan agung yang sering

terlepas dari pengamatan sehari-hari (Suharianto, 1982: 18). Teks

karya sastra merupakan sesuatu yang konstan, yang mantap, tidak

berubah sepanjang masa, sesuai dengan ciptaan penulisnya (Teeuw,

1984: 250).

Karya sastra pada dasarnya bersifat umum dan sekaligus

bersifat khusus, atau lebih tepat lagi individu dan umum sekaligus.

Bahwa yang dimaksud dengan individual di sini dengan seratus persen

unik atau khusus. Setiap manusia yang memilliki kesamaan dengan

umat manusia pada umumnya, dengan sesama jenisnya, dengan bangsa

dan kelasnya, dengan rekaan seprofesinya setiap karya sastra

mempunyai ciri sifat yang sama dengan karya seni yang lain

(Budianta,1990: 9).

Menurut Astiyanto (dalam Sari, 2012: 29) karya sastra

merupakan bagian dari kebudayaan manusia sering sekali bercerita

tentang pikiran-pikiran terbaik manusia. Sastra bukan saja

mengekpresikan pikiran orang perorangan akan tetapi pikiran suatu

Page 27: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

14

bangsa. Dikatakan pula sastra bercerita tentang perasaan dan perhatian

manusia, tentang kehendak, impian cita-cita manusia, kebahagiaan,

kasih sayang dan keadilan. Selanjutnya Todorov (dalam Riyadi 1994:

6) karya sastra sebagai struktur cerita yang terbangun oleh unsur-

unsur satuan cerita yang berupa peristiwa- peristiwa.

Menurut Saxby (dalam Nurgiyantoro, 2005: 4) mengatakan

bahwa sastra hakikatnya adalah citra kehidupan, gambaran kehidupan.

Citra kehidupan dapat di pahami sebagai penggambaran secara konkret

tentang model- model kehidupan sebagai mana yang kita jumpai dalam

kehidupan faktual sehingga mudah di imajinasikan sewaktu dibaca.

Selanjutnya Damono (1984: 1) karya sastra diciptakan oleh sastrawan

untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaakan oleh masyarakat. Sastra

adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu suatu

kenyataan sosial.

Lukens (dalam Nurgiyantoro, 2005: 9) sastra menawarkan dua

hal utama, yaitu kesenangan dan pemahaman. Sastra hadir kepada

pembaca memberikan hiburan- hiburan yang menyenangkan. Sastra

menampilkan cerita yang menarik, mengajak pembaca untuk

memenjakan fantasi, membawa pembaca kesuatu alur kehidupan yang

penuh daya, suspensi, daya yang menarik pembaca untuk ingin tahu

dan merasa terikat karenanya mempermainkan emosi pembaca

sehingga ikut larut ke dalam alur cerita.

Page 28: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

15

Menurut Dresden (dalam Tias 2011) karya sastra sebagai dunia

‘dalam kata’ yang memiliki kebulatan makna intrisik hanya dapat

digali karya sastra itu sendiri. Karya sastra selalu menawarkan pesan

moral yang berhubungan sifat- sifat luhur manusia, memperjuangkan

hak dan martabat manusia.

Jadi menurut penulis karya sastra adalah sebuah usaha manusia

untuk mengungkapkan imajinasi tentang bentuk tulisan yang

menggambarkan tentang kehidupan manusia pada umumnya.

b. Kasusastran Jawa

Karya sastra telah berkembang sejak awal dari zaman kuno

sampai zaman modern. Periodesasi kasusatran Jawa dibagi menjadi

empat bagian yaitu karya sastra Jawa kuno, Jawa tengahan, Jawa baru,

dan jawa modern. Karya Jawa kuno berbentuk gancaran, dan kakawin,

Karya sastra Jawa tengahan berbentuk (prosa), (gancaran) tembang

gedhe, tembang tengahan, macapat, dan kidung. Karya sastra jawa

modern berbentuk gancaran (prosa) dan tembang macapat gedhe

sedangkan hasil karya sastra modern antara lain berbentuk berita

(pawarta), cerita atau puisi / geguritan (Abdullah, 2007: 15).

Pertumbuhan kasusatran jawa sudah dikenal secara luas dan

selang waktu cukup lama. Karya sastra yang paling tua adalah Serat

Candrakarana yang dibuat pada masa Dinasti Syailindra yang

berkuasa sekitar tahun 700 Caka dan telah berhasil membangun

monumen megah berupa Candi Kalasan. Serat Candrakarana ini berisi

tentang pelajaran persajakan dan leksikografi Poerbacaraka (dalam

Purwadi, 2005: 12).

Page 29: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

16

Kesusteraan nusantara berkembang sejak jaman adanya tulisan.

Tulisan pada jaman dahulu berwujud prasasti misalnya prasasti Candi

Prabu Boko. Setelah ada daun rontal, maka mulai ada kesusteraan yang

berupa kakawin yang di tulis pada daun rontal. (Purwadi, 2009: 1).

Jadi karya sastra merupakan hasil perpaduan harmonis antara

kerja perasaan dan pikiran yang mampu menimbulkan cerita atau

bayangan-bayangan tertentu di .dalam benak penikmatnya.

2. Serat

Purwadi (1995: 301) serat mempunyai pengertian tulisan atau

layang. Menurut Wintala (2012: 13) serat merupakan salah satu karya

sastra Jawa kuno yang cenderung berupa naskah- naskah tembang macapat

baik berisi kisah (babad atau legenda) maupun nasihat-nasihat.

Sejalan dengan pendapat Subalidinata (1994: 52) yang

menjelaskan bahwa, karya sastra Jawa dikarang nganggo basa Jawa

kuna, tengahan lan Jawa anyar, rakitaning sastra iku kasebut pustaka

kang saiki lumrah kasebut buku. Kajaba digunakake tembung pustaka,

wong sok nyebut nganggo istilah layang utawa serat. (Karya sastra Jawa

dikarang dengan bahasa Jawa kuna, tengahan, dan Jawa baru, rangkaian

sastra itu disebut pustaka yang sekarang wajar disebut buku.

Serat atau layang dapat diartikan sebagai sebuah karya sastra

klasik yang dituangkan ke dalam buku yang berisi pengetahuan-

pengetahuan masa lalu.

Page 30: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

17

3. Tembang Macapat

Dalam sastra Jawa terdapat puisi tradisional yang disebut macapat.

Jenis puisi ini terikat oleh aturan yang mapan, yaitu guru gatra, guru

wilangan, dan guru lagu. Padmosoekatja (dalam Haryatmo, 2003: 1) atau

jumlah larik dalam bait, jumlah suku kata atau silabe dalam larik dan

bunyi suku kata atau silabe pada akhir larik. Macapat merupakan jenis

genre puisi Jawa baru yang memiliki aturan metrum (pembaitan) berupa

guru gatra atau jumlah guru baris dalam pada bait, guru wilangan atau

wanda suku kata tiap gatra sesuai kedudukan gatra pada dan guru lagu

atau dhong-dhing atau rima akhir gatra sesuai kedudukan gatra dalam

pada, bait, guru gatra , guru wilangan, berkaitan dengan jenis metrum

yang digunakan.

Istilah macapat sudah dikenal oleh sebagian masyarakat Indonesia,

terutama suku Jawa, Sunda, Madura, dan Bali. Diperkirakan, macapat

timbul pada akhir abad XVI dan awal abad XIX Masehi atau pada zaman

kepujanggan Surakarta, abad XVIII Masehi atau bahkan pada zaman

Kartasura atau zaman Mataram, abad XVII Masehi. (Darusuprapta,

1990:1).

Poedjasoebrata dalam (Purwadi, Mahmudi, Setyaningrum, 1995:

512) menyatakan bahwa tembang berasal dari pengertian karangan bunga

(tetembungan kang rinonce kadya tembang), maka tembang disebut

‘sekar’ yang merupakan tembang krama dan kembang. Tembang berasal

Page 31: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

18

dari jarwo dhosok tem + bang, artinya kata yang disusun seperti rangkaian

bunga. Dengan demikian tembang mengandung pengertian keindahan.

Sedangkan macapat maksudnya membaca/ melajukan empat-

empat yaitu, pemberhentian nafas pada empat suku kata. Di dalam

tembang macapat terdapat erat kaitanya dengan isi dan metrum, lagu.

Penggunaan suatu metrum harus sesuai dengan watak yang dimilikinya

karena watak tersebut ikut menentukan nilai keindahan tembang. Berikut

ini berbagai jenis watak tembang macapat.

a. Mijil, mempunyai watak teraharu dan terpesona. Tembang tersebut

cocok untuk menyatakan suasana haru, terpesona dalam hubunganya

dengan kasih sayang dan nasihat.

b. Sinom, berwatak senang, gembira, memiktat. Dan segi kegunaanya,

tembang tersebut cocok untuk menggambarkan suasana gerak yang

menunjukan kelincahaan.

c. Maskumambang berwatak susah, sedih, sedih, terharu, merana, dan

penuh derita. Tembang tersebut lebih cocok untuk melukiskan suasana

sedih, haru, merana penuh derita.

d. Asmarandana berwatak sedih, rindu, dan mesra. Watak tersebut lebih

cocok untuk menyatakan rasa sedih, rindu, dan mesra.

e. Dhandanggula berwatak manis, luwes, memukau. Dari segi

kegunaanya, watak tersebut sangat cocok untuk menggambarkan

sebagai hal atau suasana.

Page 32: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

19

f. Gambuh berwatak wajar, jelas, dan tanpa ragu- ragu. Tembang tersebut

lebih cocok untuk mengungkapkan hal- hal yang bersifat kekelurgaan,

nasihat, serta menggambarkan kesungguhan hati.

g. Durma tembang berwatak bersemangat, keras, dan galak. Watak

tersebut lebih cocok untuk mengungkapkan kemarahan, kejengkelan,

dan dalam peperangan.

h. Pangkur tembang pangkur berwatak gagah, perwira, bergairah, dan

bersemangat. Watak demikian cocok untuk memberikan nasihat yang

bersemangat, melukiskan cinta yang berapi- api, serta melukiskan

suasana bernada keras.

i. Megatruh tembang tersebut berwatak susah, sedih, penuh derita,

kecewa, dan menerawang. Watak tersebut cocok untuk melukiskan

suasanah sedih, pilu, penuh derita, kecewa dan menerawang.

j. Pocung tembang berwatak santai, seenaknya, cocok untuk

menggambarkan suasana santai, seenaknya, dan bersungguh- sungguh.

Menurut Moelyono (dalam Haryatmo, 2003:11) tembang macapat

terdapat Sembilan jenis, antara lain: pocung, dhangdhanggula, sinom,

pangkur, asmarandana, kinanthi, durma, mijil. Di dalam macapat terdapat

watak yang erat kaitanya dengan isi, metrum, dan lagu. Penggunaan suatu

metrum harus sesuai dengan watak tersebut ikut menentukan nilai

keindahan tembang.

Page 33: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

20

No NamaTembang Gatra Guru Wilangan dan Guru Lagu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 mijil 6 10i 6o 10e 10i 6i 6u - - - -2 sinom 9 8a 8i 8a 8i 7i 8u 7a 8i 12a3 Maskumambang 4 12i 6a 8i 8a - - - - - -4 asmarandana 7 8i 8a 8e 8a 7a 8u 8a5 gambuh 5 7u 10u 12i 8u 8o6 kinanthi 6 8u 8i 8a 8i 8a 8i7 dhandhanggula 10 10i 10a 8e 7u 9i 7a 6u 8a 12i 7a8 durma 7 12a 7i 6a 7a 8i 5a 7i9 pangkur 7 8a 11i 8u 7a 12u 8a 8i10 megatruh 5 12u 8i 8u 8i 8o11 pocung 4 12u 6a 8i 12a

Tabel 1 metrum tembang macapat

Menurut (Sutardjo, 2006:16) tembang macapat selain indah untuk

dinyanyikan juga mengandung makna filosofis terhadap kehidupan

manusia, yaitu:

a. Mijil

Masa kelahiran anak (mijil), sifat tembang prihatin; karena dalam

kehamilan dan menghadapi kelahiran anak, orang tua biasanya selalu

prihatin, berdoa agar semuanya dapat selamat (ibu dan bayi) sewaktu

melahirkan.

b. Maskumambang

Menggambarkan masa anak-anak, sifat tembangnya prihatin yaitu,

masa kegembiraan telah memiliki buah hati (anak = emas), namun

selalu kuatir apabila anaknya terkena musibah/halangan dalam

bermain, mengingat anak balita masih serba ceroboh.

Page 34: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

21

c. Sinom

Menggambarkan masa muda, wataknya tembang grapyak simpati,

supel, memang masa remaja biasanya senang bicara pandai bergaul

dalam rangka mencari simpati orang lain.

d. Durma

Menggambarkan masa remaja yang masih labil mudah terpengaruh

terhadap lingkungan serta keadaan. Watak tembang galak pemberani

karena para pemuda biasanya amat berani dan mudah emosi, sering

kurang kontrol, dan senang bertengkar.

e. Asmarandana

Menggambarkan masa remaja yang mulai jatuh cintaterhadap lain

jenis. Watak tembangnya grapyak ‘simpati’ gembira dan sedih, karena

apabila seseorang baru jatuh cinta perasaan senang, khawatir .

f. Dhandhanggula

Mulai menggambarkan masa tua, mulai mengatur atau menyelaraskan

hidup, saling membantu dalam kehidupan. Wataknya supel, manis,

menyenangkan maksudnya masa tua mulai senang membantu dan

kerjasama dengan tetangga/sesama, serta menyesuaikan dengan

lingkungan.

g. Gambuh

Menggambarkan kematangan jiwa, antara cipta karsa dan karya telah

jumbuh ‘ sesuai, menyatu’. Telah dapat menyeimbangkan antara

kebutuhan jasmani / lahir dan rohani / batin. Watak tembang pitutur

Page 35: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

22

atau nasihat, maksudnya masa tersebut senang memberi petuah atau

pelajaran -pelajaran hidup.

h. Pangkur

Penggambaran masa lanjut usia yang telah mungkur

’mengkesampingkan’ urusan duniawi. Watak tembangnya semangat,

perwira, maksudnya dalam melawan hawa nafsu (duniawi, serakah)

sangat sungguh-sungguh, agar tidak menggangu ketenangan hidup.

i. Kinanthi

Menggambarkan masa mulai hidup berumah tangga, watak

tembangnya senang, asih‘ kasih sayang‘ dan gumolong ‘bersatu’.

Mengingat masa hidup berkeluarga merupakan waktu yang amat

menyenangkan, penuh kasih sayang dan harus bersatu.

j. Megatruh

Menggambarkan masa kematian, pisahnya roh dengan bada (jasad),

pegat atau pisah dan roh ‘nyawa’. Watak tembang Megatruh adalah

susah, nelangsa, prihatin, kecewa, maksudnnya apabila kematian telah

datang para sanak keluarga akan merasa susah/ sedih.

k. Pocung

Penggambaran sewaktu mayat mulai dipocong ‘dikafan’ dan watak

tembangnya sembrana ‘sembarangan’ dan seenaknya. Maksudnya

apabila manusia telah meninggal akan lupa segalanya, dan tidur

seenaknya bergantung kehendak para sanak saudara yang masih hidup.

Page 36: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

23

Macapat merupakan salah satu hasil karya sastra dalam bentuk

tembang yang mengandung ajaran hidup, aturan yang baik,

pengetahuan serta bahasa yang indah. Seorang pengarang menciptakan

karya sastra khususnya berupa tembang biasanya menyisipkan tentang

pengetahuan dan tuntunan hidup diterapkan dan digunakan sebagai

pedoman hidup.

4. Nilai Moral

a. Pengertian Nilai

Menurut Sutardjo (2006: 106) Nilai merupakan sesuatu yang

dapat digunakan sebagai tolak ukur atau pedoman, tuntunan yang baik

dalam kehidupan masyarakat. Nilai berfungsi sebagai, landasan

perbuatan, juga sebagai pengarah dan pendorong seseorang dalam

melakukan perbuatan. Nilai secara luas adalah suatu cita-cita, dan cita-

cita mutlak hal yang benar, hal-hal yang baik dan hal yang indah

Selanjutnya Waluyo (2007: 98) nilai merupakan fenomena psikis

manusia yang menganggap sesuatu hal bermanfaat dan berharga dalam

kehidupanya, sehingga seseorang dengan suka rela terlibat fisik dan

mental ke dalam fenomena tersebut. Menurut Soedarsono dkk (1985:

21) nilai adalah ukuran yang harus kita tegakkan untuk melestarikan

irama kehidupan yang sesuai dengan kodrat alam dan cita-cita luhur

suatu masyarakat/ bangsa.

Puspita (2011: 20) nilai memiliki yang sangat luas bila

dihubungkan dengan unsur yang ada pada diri manusia berupa akal,

Page 37: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

24

pikiran, perasaan, dan keyakinan. Sesuatu dikatakan sebagai nilai

apabila itu berguna(nilai kegunaan), benar (nilai kebenaraan), indah

(nilai estetis), baik (nilai moral dan sebagainya.

Nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang

menangani kelakuan baik atau buruk dari manusia. Menurut Uzey

(dalam Kaelan 2000) menyebutkan ada tiga kategori nilai. Ketiga nilai

itu adalah sebagai berikut :

1) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan

jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia.

2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk

dapat mengadakan kegiatan dan aktifitas.

3) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia.

Nilai karya sastra merupakan sesuatu yang variabel menurut

peranan faktor- faktor dari model semiotik dalam situasi konkrit

tertentu (Teeuw, 1984: 379).

Menurut penulis nilai moral dalam karya sastra merupakan

suatu penilaian baik buruk budi pekerti yang berhubungan dengan

harkat dan martabat manusia, disampaikan melalui cerita serta

kebudayaan masa lampau yang tertuang dalam isi dari karya sastra

5. Nilai Moral dalam Karya Sastra

Secara etimologis kata Moral berasal dari bahasa latin mos (jamak:

mores) yang berarti mengandung adat kebiasaan dan norma yang menjadi

Page 38: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

25

pegangan hidup seseorang atau kelompok orang bagi pengaturan tingkah

lakunya (Zuriah, 2007: 17)

Moral merupakan sesuatu yang restrictive, artinya bukan sekedar

sesuatu yang deskritif tentang sesuatu yang baik, melainkan juga sesuatu yang

mengarahkan kelakuan dan pikiran seseorang untuk berbuat baik. Moralitas

menuntut keseluruhan hidup dari seseorang karena ia melaksanakan apa yang

baik dan menolak apa yang batil (Zuriah, 2007: 12)

Menurut (Nurgiyantoro, 1995: 323) ajaran moral itu sendiri dapat

mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan, serta yang mencakup

harkat dan martabat manusia. Persoalan hidup dan kehidupan manusia itu

dapat dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan diri

sendiri, hubungan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk hubungan

dengan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan.

Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan

hidup pengarang yang bersangkutan, pandangan tentang nilai-nilai

kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikannya kepada pembaca

Selanjutnya Kenny (dalam Nurgiyantoro,1995: 321) yang dimaksud

dengan moral merupakan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan

ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil /

ditafsirkan lewat cerita oleh pembaca.

Moral atau kesusilaan adalah nilai yang sebenarnya bagi manusia.

Tuntunan kodrat tentang pengakuan manusia mengenai baik dan buruk.

Menurut Suseno (dalam Widyawati 2010: 1) ajaran moral adalah ajaran,

Page 39: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

26

wejangan, khotbah-khotbah, pathokan, kumpulan peraturan dan ketetapan,

entah lisan atau tulis, tentang bagaimana manusia harus hidup dan

bertindak agar ia menjadi yang baik. Moral atau kesusilaaan adalah

keseluruhan dari berbagai kaidah dan pengertian yang menentukan mana

yang dianggap baik dan mana yang dianggap durhaka dalam suatu

golongan dalam masyarakat (Soedarsono dkk,1985: 22)

Menurut Poedjawijatna (dalam Darusuprapta, 1990: 1) ajaran

moral merupakan ajaran yang bertalian dengan perbuatan dan kelakuan

yang pada hakikatnya merupakan pencerminan akhlak atau budi pekerti.

Selanjutnya Amin (dalam Darusuprapta, 1990: 1) ajaran moral

menerangkan apa yang seharusnya dan sebaiknya dilakukan oleh manusia

terhadap manusia lain. Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan

pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang

nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikannya kepada

pembaca.

Moral juga dimaksudkan sebagian suatu saran yang berhubungan

dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil /

ditafsirkan lewat cerita oleh pembaca Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2000: 321).

Moral dalam karya sastra sengaja diberikan oleh pengarang tentang

berbagai hal yang berhubungan dengan kehidupan seperti tingkah laku,

dan sopan santun pergaulan.

Moralitas merupakan tata tertib atau tingkah laku yang dianggap

baik dan luhur dalam suatu lingkungan atau masyarakat. Moralitas usaha

Page 40: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

27

untuk menyampaikan ajaran-ajaran moral, agar aturan-aturan, tingkah laku

dan perbuatan supaya ditaati dan dilestarikan oleh anggota masyarakat

(Soedarsono dkk, 1985: 5).

Menurut Depdikbud (dalam Sari, 2012: 27) moral adalah ajaran

tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,

kewajiban dan sebagainya, akhlak, budi pekerti, susila. Pada umumnya

orang memberikan pengertian bahwa moral menyangkut apa yang

seharusnya atau yang tidak seharusnya dilakukan dalam situasi tertentu,

apa yang benar apa yang salah dalam sebuah tindakan, apa yang baik dan

apa yang buruk pada individu- individu yang tersebut didalamnya.

Menurut Cahyono (1995: 297) moral atau moralitas pada

hakikatnya merupakan suatu fenomena dan sekaligus fakta sosial yang

inheren, yang terdiri dari aturan - aturan dan kegiatan- kegiatan sosial.

Menurut Rest, Kant (dalam Cahyono 1995: 210) moral mencakup

makna yang begitu luas yaitu:

a. Tingkah laku membantu orang lain

b. Tingkah laku yang sesuai dengan norma- norma sosial.

c. Internalisasi norma-norma sosial.

d. Timbulnya empati atau rasa salah.

e. Penalaran tentang keadilan.

f. Memperhatikan kepentingan orang lain.

Jadi dapat disimpulkan moral adalah seluruh tatanan atau ukuran

yang mengatur tingkah laku, perbuatan dan kebiasaan manusia yang

Page 41: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

28

dianggap baik dan buruk oleh masyarakat yang bersangkutan baik dan

buruk baik bagi orang yang satu dengan yang lain ada kalanya tidak

sama.suatu penilaian baik buruk budi pekerti yang berhubungan dengan

harkat dan martabat manusia, disampaikan melalui cerita serta kebudayaan

masa lampau yang tertuang dalam isi dari karya sastra

6. Naskah dan Teori Filologi

a. Naskah

Naskah merupakan karangan yang ditulis tangan, atau karangan

yang dicetak dan diterbitkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991: 165).

Naskah merupakan benda konkret yang dapat dilihat atau dipegang.

Tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan

perasaan sebagai hasil budaya bangsa masa lampau. Semua bahan

tulisan tangan itu disebut naskah handschrif (Suryani, 2011: 47).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 684) ada empat

pengertian naskah, yaitu (1) karangan yang masih di tulis tangan, (2)

karangan seseorang sebagai karya asli, (3) bahan-bahan berita yang

siap untuk diset, (4) rancangan.

Naskah adalah salah satu hasil budaya yang diungkapkan oleh

teks klasik dapat dibaca dalam bentuk peninggalan-peninggalan yang

berupa tulisan. Naskah sebagai suatu keutuhan dan mengungkapkan

pesan. Naskah-naskah di nusantara mengemban isi yang sangat kaya.

Kekayaan itu dapat ditunjukan oleh aneka ragam aspek kehidupan

yang dikemukakan meliputi, masalah sosial, politik, ekonomi, agama,

Page 42: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

29

kebudayaan, dan sastra. (Baried dkk,1985: 4) Naskah biasanya

disimpan pada katalog di perpustakaan dan museum yang terdapat di

berbagai Negara. Sebagian naskah lainya masih tersimpan dalam

koleksi perseorangan, misalnya naskah Melayu, Aceh dan Jawa.

Naskah berbeda dengan teks manuskrip. Naskah adalah benda

konkret yang dapat dilihat atau dipegang. Dalam pengertian naskah

mencakup alat tulis (beserta bahan dan teknik penjilidanya), sampul,

aksara beserta sistem ajaanya, tinta, rubrikasi, iluminasi, hiasan-hiasan

yang muncul pada lembar-lembar alat tulis. Wujud naskah dapat

disentuh, diraba, atau pun dirasakan langsung oleh indera. Naskah pada

dasarnya sebagai sarana komunikasi antara penulis yang merupakan

pemilik kebudayaan masa lalu dan pembaca di masa kemudian.

Adapun objek komunikasinya adalah teks, yang merupakan kandungan

naskah (Saputra, 2008: 4).

Sedangkan yang dimaksud dengan dengan teks ialah

kandungan atau isi dari naskah yang bersifat abstrak yang hanya

dibayangkan saja. Teks terdiri dari isi yaitu, ide-ide atau amanat yang

hendak disampaikan pengarang kepada pembaca. Teks juga merupakan

kandungan yang naskah yang dinyatakan bahasa atau benda lain sesuai

dengan jenis wacananya. Teks dalam tradisi Jawa yang dibingkai

prosidi sastra berupa macapat untuk teks-teks Jawa baru, kidung teks

Jawa tengahan, dan kakawin untuk teks Jawa kuna.

Page 43: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

30

Jadi naskah merupakan salah satu hasil karya sastra pengarang

yang mengandung berbagai pesan ajaran moral, norma, aturan, etik,

nilai-nilai serta pedoman hidup. Dahulu naskah berbentuk tulisan

tangan tetapi sekarang naskah berbentuk cetak.

b. Teori Filologi

Filologi berasal dari kata Yunani, philos yang berarti cinta dan

logos yang berarti kata. Bentukan kedua kata tersebut menjadi cinta

kata atau senang bertutur. Secara etimologis, kata filologi berasal dari

philologia yang pada awalnya berarti kegemaran berbincang-bincang,

yang kemudian berarti, cinta kepada kata, perhatian kepada sastra, dan

akhirnya studi ilmu sastra. Filologi merupakan ilmu yang menyelidiki

perkembangan kerohanian suatu bangsa dan khususnya atau

menyelidiki kebudayaan berdasarkan bahasa dan kasusasteraanya

Sutrisno, (dalam Suryani, 2011: 2)

Baried (1985:1) filologi adalah suatu pendekatan tentang sastra-

sastra dalam arti yang luas mencakup bidang kebahasaan, kesasteraan

dan kebudayaan. Apabila dikatakan bahwa sastra merupakan hasil

kebudayaaan masa lampau maka pengertian kebudayaan di sini

merupakan kelompok adat kebiasaan, kepercayaan, dan nilai turun-

temurun dipakai dipakai masyarakat pada waktu tertentu untuk

menghadapi dan menyesuaikan diri dengan segala situasi yang

tumbuh, baik dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan

kelompok.

Page 44: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

31

Masih menurut Baried (dalam Suryani, 2011: 3) bahwa istilah

filologi dalam arti studi, teks, suatu studi yang melakukan kegiatan

dengan mengadakan kritik terhadap teks atau kritik teks. Dalam

pengertian ini filologi dikenal sebagai studi tentang seluk- beluk teks.

Di negara Belanda filologi berarti ilmu pengetahuan yang berhubungan

dengan studi teks sastra atau budaya yang berkaitan dengan latar

belakang kebudayaan yang didukung oleh teks tersebut. Di Prancis

filologi selain mendapat arti suatu bahasa melalui dokumen tertulis,

juga merupakan suatu studi mengenai teks lama dan transmisinya. Di

Inggris filologi merupakan ilmu dan studi bahasa yang ilmiah yang

disandang oleh linguistik pada masa sekarang, dan apabila studinya

dikhususkan pada teks- teks tua, filologi memperoleh pengertian

semacam linguistik historis.

Baried (dalam Suryani 2011: 6) Filologi mengkaji teks klasik

dengan tujuan mengenalinya sesempurna mungkin dan selanjutnya

menempatkan dalam keseluruhan sejarah bangsa. Dengan menemukan

keadaan teks seperti adanya semula, maka teks dapat terungkap secara

sempurna pula. Secara terperinci, dapat dikatakan bahwa filologi

memiliki tujuan umum dan tujuan khusus.

Sasaran objek dan kerja filologi adalah naskah dan teks.

Adapun tahapan-tahapan penelitian filologi meliputi:

Page 45: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

32

1) Inventarisasi Naskah

Yang dimaksud inventarisasi naskah adalah kegiatan

mengumpulkan informasi mengenai keadaan naskah yang

mengandung teks korpus. Naskah - naskah yang mengandung teks

sekorpus secara sederhana berarti naskah- naskah yang

mengandung teks sejudul, yang kadang- kadang tercantum pada

sampul naskah atau kelopak depan naskah (Saputra, 2008: 81).

2) Deskripsi Naskah

Menurut Suryani (2011: 75) deskripsi naskah adalah

penyajian informasi mengenai fisik naskah- naskah yang menjadi

objek penelitian.

3) Translitrasi

Menurut Baried (1985: 65) transliterasi adalah penggantian

jenis tulisan, huruf demi huruf dari abjad yang satu keabjad yang

lain. Istilah istilah ini dipakai bersama- sama dengan istilah

transkripsi, dengan pengertian yang sama pada penggantian jenis

tulisa naskah. Penggantian jenis tulisan pada prasasti umumnya

memakai istilah transkripsi. Apabila istilah transkripsi dibedakan

dari istilah translitrasi maka transkripsi diartikan sebagai salinan

atau turunan tanpa mengganti macam tulisan.

Translitrasi mempunyai dua macam bentuk yaitu translitrasi

ortografis dan translitrasi diplomatik. Translitrasi ortografis adalah

pengalihan dari huruf Jawa ke huruf Latin dengan berpedoman

Page 46: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

33

pada sistem tulisan Latin atau sesuai dengan EYD. Sedangkan

translitrasi diplomatis adalah merupakan pengalihan huruf, yakni

dari huruf Jawa ke huruf Latin dengan tetap berpedoman sistem

aksara Jawa dan tanpa mengadakan perubahan apapun.

Jadi filologi adalah ilmu yang menyelidiki perkembangan

kerohanian suatu bangsa dan kekhususannya atau menyelidiki

suatu kebudayaan berdasarkan bahasa dan kesusasteraan.

Page 47: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam skripsi ini menggunakan deskritif kualitatif yaitu

menjelaskan atau menjabarkan secara verbal, yang tidak berupa angka serta

apa adanya. Dalam metode penelitian ini adalah dengan teknik pustaka,

melalui pendekatan ilmu filologi. Tahapan atau langkah-langkah penelitian

pendekatan ilmu filologi ini diawali dengan pengumpulan data mencari objek

yang berupa naskah. Transliterasi / alih bahasa dengan menggunakan jenis

transliterasi otrografis yaitu, mengalih jenis tulisan dengan memperhatikan

ejaan yang disempurnakan, selanjutnya dengan penerjemahan dan mengkaji

nilai moral dalam Serat Wasitawala karangan Demang Warsa Pradongga.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah naskah Serat Wasitawala yang memuat

syair-syair tembang macapat berjumlah enam jenis tembang yaitu

Dhandhanggula, Mijil, Kinanthi, Durma, Sinom, Asmarandana, dan Pangkur.

Naskah tersebut tersimpan di perpustakaan Rekso Pustaka Mangkunegaran

Surakarta.

Objek dari penelitian ini adalah kajian nilai moral yang terkandung di

dalam naskah Serat Wasitawala, serta relevansi dalam kehidupan sekarang.

34

Page 48: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

35

C. Sumber Data dan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah Serat Wasitawala karangan

Mas Demang Warsa Pradongga salah satu mantri di Kepatihan kraton

Mangkunegaran. Data penelitian ini adalah baris-baris tembang macapat yang

memuat mengenai nilai moral.

Dalam penelitian ini berupa syair tembang macapat di Serat

Wasitawala yang berjumlah enam tembang yaitu Dhandanggula, Mijil,

Kinanthi, Durma, Sinom, Asmarandana dan Pangkur.

D. Teknik Pengumpulan Data

(Subroto dalam Nuraeini 210: 29) teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah menggunakan teknik pustaka yaitu mempergunakan

sumber-sumber tertulis dalam memperoleh data. Serta menggunakan teknik

simak yaitu mengadakan penyimakan secara teliti, cermat, kemudian

dilakukan pemahaman terhadap teknik simak maupaun teknik catat guna

menemukan nilai-nilai moral yang tekandung dalan Serat Wasitawala

selanjutnya dikelompokan menurut nilai moral yang kami analisis.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, sistematis sehingga

mudah diolah (Arikunto,1997 : 136).

Page 49: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

36

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan deskripsi kualitatif. Teknik analisis data merupakan cara-cara

penafsiran dengan menyajikan dalam bentuk deskripsi. Penafsiran dalam

metode ini memberikan pada situasi alamiah dan mempertimbangkan pada isi

pesan yang terkandung dalam karya sastra sehingga dapat diketahui isi secara

tepat (Ratna, 2004: 49).

G. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil analisis data penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel yang

telah dikategorikan sesuai nilai moralnya adalah nilai moral hubungan

manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan sesama, dan hubungan

manusia dengan diri sendiri. Teknik penyajian hasil analisis data dalam

penelitian ini menggunakan metode penyajian data formal, yaitu penyajian

data analisis dengan kata-kata lugas, bahasa sehari-hari dan tidak formal atau

baku.

Page 50: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

37

BAB IVPENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data

Berdasarkan penelitian, maka nilai moral yang terdapat pada Serat

Wasitawala terdiri dari (1) Hubungan Manusia dengan Tuhan (2) Hubungan

Manusia dengan manusia (3) Hubungan Manusia dengan diri sendiri (4)

Relevansi dengan Kehidupan Sekarang.

1. Nilai Moral yang Berhubungan Manusia dengan Tuhan

Tabel 1. Nilai Moral Hubungan Antara manusia dengan Tuhan

No Tembang Pupuh Indikator(Translitrasi Ortografis) Nilai Moral

1. Dhandhanggula 12 yen sira sukra marangamasjid,lakonana ingsaprentahira,Kanjeng rosulsadhawuhe,gedhe kramatipun,lamun sira ajeg maringmasjid,tur becik cahayanira,manther yen dinulu,tur ngadohaken ingrencana,ingkang pancen kangdadya rubedengmangkin,wus sirna saking sira.

Terjemahan:

Kalau kamu hari Jumatke Masjid lakukanlahperintah paduka rosul,sabdanya besarkeluhuranya. Apabilakamu tetap pergi keMasjid lagi pula baik

Menjalankanajaran rosul

Page 51: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

38

cahaya/ sinar. Pusatpikiran kalau marah danmenjauhkan di godaan/penghalang, yangmemang menjadikesulitan nanti sudahhilang dari kamu.

2 Sinom 10 Wus karsaning HyangSuksma,yen wau ponang wijajil,wenang gogodha mringjanma, kabeh titahingHyang Widhi,yen ginodha tan keni,pasthi amanggihrahayu, tegese sambilanakang bakal bilahi,bok Manawa iblislumayu ngenthar,yen ana wong lembahmanah,ngijajil tan bisa osik,badan cape kraos gila,kapok saturunireki,apan kadya binasemi,saksana ngoncatimabur,aneng ing awang-awang,nginggil indracalamangkin,sakalangkung kapok jrihanak putunira,

Terjemahan:

Sudah kehendak Tuhankalau tadi sang keluarberhak/ kuasa menggodakepada manusia, semuamakhluk Tuhan. Kalautergoda tidakterpengaruh pastimenemukan selamat.

Waspadaterhadapgodaan.

Page 52: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

39

Maksudnya terperdayayang akan celaka,mungkin saja iblis laritakut. Bila ada orangyang rendah hati tampaktidak bisa menganggu.Tubuh akan terasa jijikjera sampai keturunankamu walaupun sepertimenakuti. Segera pergiterbang di angkasa,tinggi jauh nanti.Selebihnya jera takutanak cucumu.

3 Mijil 1 Wus dilalah karsaneHyang Widhi,yen kaya mangkono, wurung janma pan ikutembene,nora weruh druhakanebenjing,sabarang wawadi, datan darbe kewuh,wong wanodya yenmangkono yayi,dhemen laku goroh,nglambrang siyangratri,gayuh dadi menus,

Terjemahan:

Sudah kebetulankehendak Tuhan kalauseperti itu manusia gagalpada akhirnya tidakmelihat dosa besok.Semua rahasia tidakmempunyai malu. Orangperempuan yang sepertiitu kakak, senangmelakukan mengingkarijanji pergi siang malammencapai menjaditerlanjur tidak baik

laranganmelakukaningkar janji.

Page 53: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

40

4 Mijil 9 Utamane urip puniki,kudu weruh jatinewekasan sangkanparane,weruh dunungipun,upayanen ingkangsayekti,yen sira wus uning,patrinen kang brukut, aja nganthi kejodheran, kabeh sintrengagebanging sireki, tankena winedharan.

Terjemahan:

Utamanaya hidup iniharus tahu sertamengerti sebenarnyaawal dan akhir yangsesungguhnya, kalaukamu sudah mengertiikat dengan terbungkusrapat jangan sampaikeluar semua sulapanmenggoda/ menganggukamu, tidak bisa sabar.

Mengerti awaldan akhir hidup.

5 Dhandhanggula 11 Yekti kudu siraangawrusi,Saben dina yen katharencana,Lah enggal sigkiranabae,Hywa kongsikapangguh,Ingkang dadyasatraning Widhi,Yen bisa nglakoni, salatlima wektu,Watake adoh kanghawa,Lamun ana janma sabar,Tegeng batin,Kinasih mring Hyangsuksma.

Menjalankanibadah sholat.

Page 54: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

41

Terjemahan:

Sungguh kamu harusmengerti setiap hariapabila banyak godaan.Segera jauhkanlah sajajangan segera dijumpaiyang menjadi musuhTuhan. Kalau bisamelakukan sholat limawaktu sifatnya jauh darikehendak. Apabila adamanusia sabar teguh hatidisenangi terhadapTuhan.

6 Kinanthi 16 Karaharjan sakpandhuwur,Yen sira wignyannglakoni,Budi temen lan narima,Sabar lila lahir batin,Nyingkirana kangbrahala,Tapa mati jroning urip,Pathokan ngurip iku,Nora susah sugihngelmi,Tanapi lan pengasihan,Lakune among kangbekti,Mring GustiPangeranira,Yaiku manungsa jati.

Terjemahan:

Sejahtera yang tinggiapabila kamu pandaiilmu pengetahuanmenjalankan pikiran/watak sungguh danlapang dada sabar relalahir batin. Jauhilahbanyak patung.Mencegah meninggaldidalam hidup. Pedoman

Taat kepadaTuhan

Page 55: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

42

hidup itu tidak perlukaya ilmu seumpamadan kasih sayang.Menjalankan hanyabakti/ patuh terhadapTuhan yaitu manusiasejati.

2. Nilai moral yang dalam Serat Wasitawala berhubungan manusia

dengan Manusia

Tabel 1. Nilai Moral Hubungan antara Manusia dengan Manusia

No Tembang Pupuh Indikator(Translitrasi Ortografis) Nilai Moral

1 Dhandhanggula 9 janma ingkang ala lawanbecik, lan sireku kudu ngesorana, yoya raketana kabeh,yen sira dadya luhur, ingkang jembar sagaraneki,kang sedheng sadayannya,anem sepu ipun,ingkang bisa momong sira,kabeh mau padha titah ingHyang Widhi tan kena siya-siya’.

“Manusia yang burukmaupun baik kamu harusmerendah di hadapanya,baikjadikan saudara semua. Bilakamu menjadi orang baiksabar hatinya, yang bisamencakup semua yaitu,orang tua dan muda yangbisa membesarkan kamu,semua tadi merupakanmahkluk Tuhan tidak bolehdi sia- siakan”.

Sabar serta rendahhati

Page 56: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

43

2 Dhandhanggula 3 Aja dumeh kalebu takdirMaksa kudu istiyarJanma wus diwenangakeGayuh utaminipunDimen manggeh sakecabenjing,Manawa lama-lamaDuryatira rawuhKang pancen takdirpangeranPinaringan ngapura HyangWidhiNing budi nirmala

Terjemahan:

“Jangan lagi menjadi takdirterpaksa harus berusahamanusia sudah ditakdirkanmencapai keutamaan, supayamenemukan kebahagiaanbesok mungkin lama-kelamaan datang sorotcahaya (rezeki) yang sudahmenjadi takdir manusiadiberi ampun oleh Tuhanpada prilaku suci/ bersih”

Anjuran untukselalu berusaha.

3 Pangkur 3 Yen sira uwis nglengganaApasraha kang murba ingsirekiYen gayuh dadine luhurSangkanana ing ngandhapKawruhana sasmitanebunglon ikuRemene saba ron-ronanIng kono marganireki

Terjemahan:

“Kalau kamu sudah ikhlasberpasralah kepada Tuhanyang menciptakanmu,apabila mencapai menjadi

Berserah diri

Page 57: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

44

baik mulai dari bawahketahuilah pertandanyabunglon itu, senangnyaberkunjung ke dedaunan disitu karenanya kamu”

4 Kinanthi 12 Lan aja sok kumapurun, mring yayah renanireki,yaiku kawruhanira,pupundhenira sasami,sadaya para wong tuwa, kang taksih pramilineki,

Terjemahan:

“Dan jangan kadang-kadangberani kepada ayah ibukamu, yaitu ketahuilahhormati (orang tua) sesama.Semua bagi orang tua yangmasih keluarga kamu”

Larangan beranikepada orang tua.

5 Sinom 1 Ya sireku yen wus wikan,sawiji-wijining janmiingkang becik lawan ala,timbangen ingkang sayekti,sawusnya sira uning,lah woworana sadarum,marang samaning janma,kang becik catheten batin,ingkang ala aja katara.

Terjemahan:

“Kalau kamu sudah tahu/mengerti salah satu orangyang baik maupun burukpertimbangkan denganbenar, selanjutnya kamuperhatikan berbaurlah semuasesama manusia yang baikcatat di batin sedangkanyang yang jelek/burukjangan sampai kelihatan”

Membertimbangkanbaik buruk.

Page 58: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

45

6. Sinom 17 Aja ngandelaken digdaya,atos wuwuluding kulit,gendhungan solahtingkahnya,kang ginulang siyang ratri,yaiku budi srani,tan wurung kecemplungendhut,dadya intiping nraka,durakane anemahi,lagya mentas ginada ingMalaekat.

Terjemahan:

“Jangan menghandalkankekuatan keras kuatnya kulit,prilaku yang siang malamyaitu cara pikiran kristentidak lain masuk lumpurmenjadi dasar nerakadosanya menjadi kenyataanbaru saja terbebaskan darimalaikat”

Larangan berbuatsombong

7. Kinanthi 31 Eklasna manahirekuyen sira ngawuleng gustikang wekel wajibnyangawasana karsaning gustikapareng suka lan renakang bisa ngrangkanni.Terjemahan:

“ikhlaskan hati kamu kalaukamu mengabdi kepada rajayang rajin terhadapkuwajiban mengertikehendak Raja .Bersamasuka dan duka yang bisamenutupi

Iklhas perihalmengabdi kepadaraja.

8. Kinanthi 8 Pesunen sariranipun,Supaya mulur kang pikir,Mumpung ataksih mudaNgudiya lukitan bakit,

Megutamakankuwajiban.

Page 59: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

46

Kang utama kawajiban,Ing nembe menawa singgih

Terjemahan:

Usahakan sungguh-sungguhbadan kamu agar,memanjang pikiran.Mumpung masih mudamencapai perkataan bergunayang utama kuwajiban yangpada akhirnya mungkin sajamenjadi baik.

9. Dhandhanggula 14 Amiliha taruna kang pekik,Sokur angsal janma ingkangtapa,Kang gedhe martabate,Aja ana cacaddipun,Ingkang mulus budinireki,Ingkang sugih kluwiyan,Ywa ngnti kaliru,Kang aja remen ing dunya,Hywa nganti mikir,Pamewehing murid,Kang remen sukci budya.

Terjemahan:

Pilihlah anak muda yangtampan syukur mendapatkanmanusia yangbertapa/semedi, yang besarmartabatnya jangan sampaiada cacadnya yang halusbudi/pikiran, yang kayakelebihan jangan sampaisalah yang tidak senang padadunia. Jangan sampaiberfikir pemberian muridyang senang suci ataupandai.

Kriteria memilihguru yang baik.

10. Pangkur 31 Banget wediya wong priyarah ,arahen barang sacturneki,

Taat Kepada sangsuami

Page 60: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

47

kramamu aja kasandhung, yaiku guronira ,kawruhanmu lakinya wajibtinurut , kang kena linampahan, ya kudu sira nglakoni.

Terjemahan:

Takutlah kepada seoranglaki-laki mengarahkansesuatu walaupunsekecilnya. Nikah mu jangansampai bermasalah, yaituguru kamu ketahuilahseorang suami wajib ditaati,tidak boleh berani haruskamu lakukan.

11. Sinom 17 Winedharaken ing tongga,ngojahken babdireki,enggone padha jodhowan,rembagnya tan seneng piker,angguru ngathik- athik,mring janma priya kangbagus,kang ala ingewanan,ginuyu pating cukikik,hiya iku bathine karemsasanjan.

Terjemahan:

Membuka di tetanggamembicarakan tentangdirinya masalah tentangberumah tangga.Berbicaranya tidak senangberfikir menjelek-jelekanterhadap seorang laki-lakiyang tampan yang burukdikeseampingkan tertawadidalam hati.

LaranganMenggunjingkanTetangga

Page 61: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

48

12. marang Gusti kang murbasireki,hywa kongsi pedhotdenya nyuwun marangduryate,aja nganti tukaran laki,ajrih ing salami,mring guru lakimu,

Terjemahan:

“Terhadap Tuhan yangmenciptakan kamu jangansampai putus, dan memohonkepada sorot (ketentraman)jangan sampai berggantisuami takutlah untukselamanya, kepada gurusuamimu”

Larangan berggantiPasangan.

13. Kinanthi 2 wong wanodya yen,mangkono yayi,dhemen laku goroh,nora duwe temen salawase,wit iku pikire owah gingsir,nglambrang siyang ratri,nggayuh dadi menus,

Terjemahan:

“Seorang perempuan apabilaseperti itu kakak, senangmelakukan perbuatanmeningkari janji tidakmempunyai saudaraselamanya pohon ituberubah pergi siang malammencapai menjadi terlanjurtidak baik”

Larangan UntukBerbohong

Page 62: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

49

14. Mijil 5 Aja nedya sira, kumawanimring mratuwa karo,bapa biyung tiyang nini lankakine, heh kang bangetsira dena ajrih, ya pituturneki,wajib yen tinurut.

Terjemahan:

Jangan terus kamu beraniterhadap mertuwa ayah ibuserta kakek dan nenek.Kamu dan takutilah dia,nasehatnya wajib dijalankan.

Larangan beranikepada orang tua.

15. Mijil 6 Ingkang pancen kena den

lakoni, turuten sapakon,yen wanodya bektya lakine,aja niyat manenei ing laki,yaiku sesulih,wong tuwanira.

Terjemahan:

Yang memang bisadilakukan menurut perintahkalau perempuan patuhsuami, jangan berniatmenentang suami yaituwakil orang tua kamu.

Patuh kepada suami

Page 63: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

50

3. Nilai Moral dalam Serat Wasitawala yang Berhubungan Manusia

Dengan diri Sendiri.

No Tembang Pupuh Indikator(Translitrasi Ortografis) Nilai Moral

1. Mijil 9 Kang utama ngurip puniki,dadyo titiron,

amikiran bisa kasaid,golekna ya merganesinggih,tutuking rejeki, gangsare lestantun,upayanen kongsi kapanggih,denira sakloron,lah pesunen ing budidayane,apesthiya bisane kasaid,dimen angungkuli,ing sasamenipun.

Terjemahan:

Utamanya hidup ini jadilahcontoh berfikir supaya bermanfaat mencari agarmenjadi baik, lancarnyarejeki supaya cepat lestari.Usahakan sampai bertemudan kamu berdua usahakansungguh-sungguh harusihtiyar tentunya agar lestari,supaya melebihi darisesama.

Menjadicontoh yangbaik.

2. Pangkur 30 Sanadyan para wanodya, ingkang padha surtiangati-ati, nyemiyepatrapireki,mring raja kayanira,kang satiti barang duwekewong kakung,kang primpen ywasembrana, gemenana ing

Cermat danTeliti

Page 64: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

51

salami,

Terjemahan:

Walaupun semuaperempuan yang masihmuda, cermat berhati- hati.Terhadap sikapmu kepadaraja seperti dia, yang telitisesuatu benda kepunyaanorang laki-laki. Simpanyang baik-baik janganceroboh genggamlah untukkebahagiaan.

3. Sinom Poma padha ngawruhana,Aja kongsi cupet budi,Gayuhen budi ingkanginggil,Nuwuna mring HyangWidhi,Estinen ingkang satuhu,Ywa taberi kumpulen,Janma kang kereh iblis,Ing tegese wong kangmanah kabrabreyan.

Terjemahan:

Seumpama bahwaketahuilah jangan sampaisempit pikiran, berfikirlahyang baik/utama capailahpikiran yang tinggimemohon kepada Tuhan .Belajar dengan benar janganrajin berkumpul orang yangberteman iblis maksudnyaorang yang mempunyai hatiyang jahat.

Janganberfikiran yangsempit.

4. Mijil 11 R oRosanana gonmu nambutkardi,Yeku glis gumolong,

Rajin bekerja

Page 65: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

52

Pan lestari kabegjantamangke,Wuwuh tutut rijekinireki,Yen ngudi sayekti,Pasti glis nglumpuk,Tur sampulur sandhangirabukti,Tan kari sami wong,Banjur dadya darsanawurine,Marang anak putunira,Benjing,Ananging sireki ywa kedhatpanuwun.

Terjemahan:

Kuatkan kamu bekerja yaitucepat menjadi satu danterpelihara keberuntungannanti. Bertambah jinak/mudah rezeki kamu, apabilaberusaha benar akan cepatmengumpul. Lagi pulapemberian sandang/ pakaiannyata tidak tertinggal samaorang. Lanjut menjadicontoh belakang/akhirterhadap anak cucu kamubesok. Tetapi kamu janganputus permohonan.

5. Kinanthi 3 Maspadakna kang satuhu,mring wajibira kang yekti,pesunen sariranira, padhagayuh utami, dudugi lantatakrama, solah tingkahkang prayogi.

Terjemahan:Waspada yang benarterhadap kuwajiban sertasungguh usahakan badanmumencapai utama senangdan tatakrama prilaku yangbaik.

Mencapaiprilaku yangbaik.

Page 66: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

53

6. Mijil 1 Hiya dukaning Pangeran,kang murba marang sireki,among karsaning wasita, sira den angati- ati, pesunen kang sajati, bisane undhagi punjul, limpat grahitanira,kalukitan ing bakit,

kang utama pan aja ngantikatara,

Terjemahan:

Benar kemarahan Tuhanyang menguasai terhadapkamu hanya kehendaknasehat, kamu harap berhati-hati. Usahakan dengansungguh yang benar bisanyaberfikir lebih cekatan batinkamu, perkataan yang berguna,yang penting juga jangansampai kelihatan.

Menjagaperkataan

7. Sinom 7 Aja ngandelaken digdaya,atos wuwuluding kulit,

gendhungan solahtingkahnya, kang ginulang siyang ratri,yaiku budi srani, tan wurungkecemplung endhut, dadyaintiping nraka, durakaneanemahi, lagya mentasginada ing Malaekat.

Terjemahan:

Jangan menghandalkankekuatan keras kuatnyakulit, prilaku yang siangmalam yaitu pikiran kristentidak lain masuk lumpurmenjadi dasar nerakadosanya menjadi kenyataanbaru saja terbebaskan olehmalaikat.

Laranganberbuatsombong

Page 67: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

54

4. Relevansi Isi Serat Wasitawala dengan Kehidupan Sekarang

No Tembang Pupuh Indikator(Translitrasi Ortografis) Nilai Moral

1 Sinom 5 Aja kaya jaman mangkyalakune arebut inggiltan pajah weruh ing tataanggayuh dadi priyayikatha kang tinggal dugidegsura ing patrapipunsamya ngembag bandarasolah tingkah muna-muninora duwe angengeti yenkawul

Terjemahan:

Jangan seperti zaman nantiperilaku merebut yangtinggi tidak melihat padaaturan mencapai menjadibangsawan banyak yangtertinggal sampai kejitingkah perilaku. Senangmembicarakan rajaperilakunya menjelekantidak punya rasa maluterhadap orang kecil(rakyat)”

Masih relevandengankeadaansekarangbahwa masihbanyak orangmencariKedudukan/jabatan Tinggi.

2. Kinanthi 7 Golekna kang satuhu,marang kawajibaneki,ngupaya ta kang utama,den taberi prihatin,ywa katungkul mangannendra,lah sudanen dahar guling.Pesunen sariranipun,Supaya mulur kang pikir,Mumpung taksih taruna,Ngudiya lukitan bakit,Kang utama kuwajiban,Ing tembe menawa singgih.Terjemahan:

Mencarilah yang sungguh-

Masih relevanbahwasekarang inimasih banyakorang yangmelakukanajaran untukprihatin.

Page 68: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

55

sungguh terhadapkuwajiban kamu berusahayang baik, dan rajin(prihatin) susah janganhanya makan tidur kurangimakan minum. Usahakandengan sungguh tubuhmuagar memanjang pikiranselagi masih mudamencapai perkataanberguna yang pentingkuwajiban akhirnyamungkin saja baik.

3. Kinanthi 18 Titenana kang satuhu,Reksananen prajanireki,Ngawasna sasamaningjanma,Ana ala lawan becik,Kang nistha madya utama,Ana lancang kumaki

Terjeamahan:

Teliti yang sebenarnya jagaserta rawat pemerintahanwaspada sesama manusiaada buruk dan baik yanghina tengah utama adaberani besar kepala.

Masih relevandengankeadaansekarang agarsupayamenjaga suatunegara/pemerintahan

4. Kinanthi 19 Ya niskara trapireki,Sinauwa tapa ngeli,Geni hara banyu hara,Ngluwange siyang ratri,Awasna marang sasmita,Wahywane sasmiteng gaib.

Terjemahan:Iya semua apa sajasikapmu belajar bertapalapar api hening air heningsarana pada siang malammelihat terhadap pertanda,sungguh-sungguhpertandanya yang samar.

Masih relevandengan kedaansekarang iniajaran untukbertapa.

Page 69: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

56

B. Pembahasan

Wasitawala berasal dari dua suku kata dalam bahasa Jawa Wasita yang

berarti pitutur ‘ pesan’ piweling dan wala yang berarti layang/ surat. Jadi Serat

Wasitawala merupakan naskah atau serat yang berisi tentang nasehat/

piwulang sebagai tuntunan hidup. Berdasarkan hasil pengkajian terhadap isi

naskah Serat Wasitawala, isinya mengandung nilai moral ajaran hidup bagi

manusia hubunganya dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan diri

sendiri. Nilai moral tersebut seperti sajikan dalam tabel penyajian data. Hasil

analisis nilai moral dalam Serat Wasitawala karangan Mas Demang Warsa

Pradongga dan relevansinya dengan kehidupan sekarang adalah sebagai

berikut:

1. Nilai Moral dalam Serat Wasitawala yang Membahas Hubungan

Manusia dengan Tuhan

a. Menjalankan Ajaran Rosul (Dhandhanggula: 12)

yen sira sukra maranga masjid,lakonana ing saprentahira,Kanjeng rosul sadhawuhe,kramatipun,lamun sira ajeg maring masjid,tur becik cahayanira,manther yen dinulu,tur ngadohaken ing rencana,ingkang pancen kang dadya rubedeng mangkin,wus sirna saking sira.

Terjemahan:

“Kalau kamu hari Jumat ke Masjid lakukanlah perintah paduka rosul,sabda besar keluhuranya. Apabila kamu tetap pergi ke Masjid lagi pulabaik cahaya/ sinarnya. Pusat pikiran kalau marah dan menjauhkan di

Page 70: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

57

godaan/ penghalang yang memang menjadi kesulitan nanti sudahhilang dari kamu”

Tembang Dhandhanggula bait ke 12 didalam Serat

Wasitawala mengandung pesan taat menjalankan ajaran rasul. Hal

tersebut dapat ditunjukan pada kalimat lakononi ing saprentahira

“lakukan pada perintanya” serta kanjeng Rasul sadawuhe

“mematuhi semua perintah ajaran rasul” mematuhi, menjalankan

perintah-perintahnya dan menjahui segala laranganya hal tersebut

diwajibkan bagi seorang muslim, Allah menjanjikanya pahala yang

besar bagi hamabnya. Menaati perintah rasul sama juga menaati

perintah Allah yaitu dengan cara rajin beribadah menjalankan sholat

berjamaah seperti petikan kalimat lamun sira ajeg maring masjid

“bila kamu rajin ke masjid” apabila kita rajin ke masjid melakukan

ibadah akan menjauhkanya kita dari bencana atau godaan. Godaan

dalam kehidupan banyak sekali kadang godaan datang dari setan,

serta manusia itu sendiri. Masjid merupakan rumah Allah untuk

melakukan ibadah, serta mengingatNya. Dianjurkanya untuk mematuhi

perintahNya akan menjadikan hidup tentram. Menaati berarti artinya

sama dengan mencintai Nya, di dalam Hadist yang berbunyi “Tidak

beriman diantaramu hingga lebih dicintai olehnya dari pada anaknya

dan orang tuanya serta manusia selurunya (HR Bukhari- Muslim.

Orang yang rajin menjalankan sholat akan menemukan suatu

pencerahan jiwa, berpikiran jernih, dijauhkan dari godaan tenang

dalam mengadapi sesuatu hal. Seperti kalimat ingkang dadya

Page 71: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

58

rubedeng mangkin “ menjadi penghalang nanti” Sebaliknya jika orang

yang tidak pernah menjalankan kuwajiban sholat kelak kemudian akan

menemukan bencana/ dosa.

b. Waspada terhadap godaan (Sinom: 10)

wus karsaning Hyang Suksmayen wau ponang wijajil,wenang gogodha mring janma,kabeh titahing Hyang Widhi,yen ginodha tan keni,pasthi amanggih rahayu,tegese sambilana,kang bakal bilahi,bok Manawa iblis lumayu ngenthar’.yen ana wong lembah manah,ngijajil tan bisa osik,badan cape kraos gila,kapok saturunireki,apan kadya binasemi,saksana ngoncati mabur,aneng ing awing-awang,nginggil indracala mangkin,

sakalangkung kapok jrih anak putunira

Terjemahan:

“Sudah kehendak Tuhan kalau tadi sang keluar berhak/ kuasamenggoda kepada , semua makhluk Tuhan. Kalau tergoda tidakterpengaruh pasti menemukan selamat. Maksudnya hati-hati yangakan celaka, mungkin saja iblis lari takut. Bila ada orang yang rendahdiri tampak tidak bisa ganggu tubuh terasa jijik. Jera keturunan kamuwalaupun seperti menakuti. Segera pergi terbang di angkasa, tinggipanah nanti. Selebihnya jera takut anak cucu kamu”

Nilai moral dalam tembang Sinom bait ke sepuluh Serat

Wasitawala mengandung ajaran untuk waspada terhadap godaan atau

gangguan. Sudah ditakdirkan oleh Nya kepada manusia telah

karuniakan akal serta pikiran baginya sebagai mahluk yang paling

Page 72: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

59

sempurna dari mahluk yang lain. Setan merupakan musuh utama

manusia yang akan menggoda namun tetapi tidak kalah nya dengan

hawa nafsu . Hal tersebut pada kalimat , yen ginodha tan keni, “apabila

tergoda tidak terpengaruh”

Maksudnya bahwa semua yang tampak maupun tidak tampak

Tuhanlah yang menciptakan, mengatur, sedangkan kalau tergoda tidak

terpengaruh pendek kata orang yang mempunyai iman serta ketakwaan

teguh terhadap pendiria. Iblis merupakan musuh yang suka ingkar,

berbuat angkara murka, iblis menggodanya supaya menjadi teman di

akhirat nanti. Barang siapa yang berteman denganya berarti menjadi

musuh Tuhan. Jika seorang manusia tergoda oleh iblis dan bisa

menahan hawa nafsu dari diri kita, seorang hamba manusia akan

menemukan apa yang disebut dengan ketentraman atau pahala

(ganjaran), kanugrahan lahir maupun batin. Namun itu yang menjadi

penghalang bagi manusia hidup didunia, apabila kita bisa melewatinya

hal tersebut iblis akan lari takut pada kita. Kalimat tersebut dapat

ditunjukan pada kalimat kang bakal bilahi, bok menawa iblis lumayu

ngenthar “akan menjadikan penghalang serta mungkin saja iblis kan

lari takut”. Iblis akan menggoda manusia apabila tidak mempunyai

keimanan yang kokoh.

c. Mengetahui awal-akhir kehidupan (Mijil: 9)

utamane urip punikikudu wruh jatine wekasan sangkan paraneweruh dunungipunupayanen ingkang sayekti

Page 73: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

60

yen sira wus uningapatrinen kang brukutaja nganti kejodherankabeh sintren gagebanging sirekitan kena winedharan

Terjemahan:

“Utamanaya hidup ini harus melihat/ mengerti sebenarnya akhir darimana melihat asal mula. Usahakanlah yang benar, kalau kamu sudahmengerti ikat dengan terbungkus rapat jangan sampai keluar semuasulapan menganggu kamu tidak perlu”

Bait ke sembilan tembang Mijil dalam Serat Wasitawala

mengandung nilai moral agar mengetahui atau mengerti kehidupan

yang akan datang seperti ditunjukan pada kalimat kudu wruh jatine

wekasan sangkan parane “harus tahu sebenarnya akhir dari mana

kehidupan” maksudnya bahwa bagimana kehidupan itu berasal dan

setelah mati mau kemana kita selanjutnya. Mengajarkan agar selalu

ingat kepada Tuhan, manusia hidup hanya sebentar di dunia ini tidak

lama, orang Jawa mengatakan hidup hanya mampir ngombe (mampir

minum) kehidupan yang paling kekal akan diakherat nanti, waktu yang

singkat harus dipergunakan sebaik-baiknya, melakukan kebaikan dan

menjauhi keburukan.

Manusia harus tahu kelak hendak dikemanakan jasad ruhnya

seperti hal kalimat weruh dunungipun “tahu/mengerti tempat akhir”

kehidupan manusia tidak langgeng (awet) tetap ada batasnya yaitu

yang disebut dengan kematian orang Jawa (kejawen) mengenal dengan

Sangkan paraning dumadi (dari mana asal mula hidup manusia) di

ciptakan oleh Tuhan dan suatu saat kembali kepada Tuhan sang

Page 74: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

61

pencipta. Hendaknya bisa mawas diri kehati- hatian dalam

menjalankan perbuatan/ tingkah laku. Manusia yang dianggap selamat

apabila mempunyai keimanan yang kukuh bisa mengikat dirinya

sendiri yaitu patrinen kang brukut “ tutup yang rapat” bahwa agar

menahan diri, tidak terpengaruh oleh perbuatan yang kurang baik

supaya menutup kaimanan dan ketakwaan. Semua prilaku berasal dari

diri kita sendiri, dan kembali kepada dirinya, hendaknya mengerti

sebab-akibat.

d. Menjalankan ibadah Sholat (Dhandhanggula :11)

Yekti kudu sira angawruhi,saben dina yen katha rencana,lah enggal singkirana bae,haywa kongsi kapangguh, ingkang dadya saturaning Widhi, yen bisa nglakonana, salat limang wektu,watake adoh kang hawa, lamun ana janma sabar,tegeng batin,kinasih mring Hyang suksma.

Terjemahan;

“Sungguh harus kamu mengerti setiap hari apabila banyak godaan,cepat jauhkanlah saja jangan segera dijumpai yang menjadi musuhTuhan. Kalau bisa melakukan sholat lima waktu sifatnya jauh darikehendak. Apabila ada manusia sabar teguh hati disenangi terhadapTuhan”

Bait tersebut secara tidak langsung mengajarkan kita agar

selalu melakukan kuwajiban ibadah sholat, karena sholat dapat

menjauhkan dari bencana. Orang yang tekun dalam menjalankan sholat

nafsunya dapat terkendali. Sholat merupakan tiangnya agama, siapa

Page 75: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

62

yang tidak mendirikan sholat berarti merobohkan agama dan

sebaliknya barang siapa yang menjalankanya sholat berarti mendirikan

agama. Bait ke lima belas tembang Dhandhanggula menegaskan

bahwa kuwajiban orang muslim terhadap Tuhan yang pertama

diperintahkan adalah menjalankan sholat lima waktu, apabila hal

tersebut dapat dijalankan dengan baik dampak perbuatan serta sifat

terlihat melalui prilaku, ditunjukan pada kalimat yen bisa nglakonana,

salat limang wektu “kalau bisa melakukan sholat lima waktu”

diperintahkan melaksankan paling sedikit sehari lima waktu yang

wajib dilakukan. Apabila bisa terbiasa melakukanya sama dengan

mengendalikan pada diri kita, seperti petikan kalimat watake adoh

kang hawa “ kalau bisa melakukan sholat lima waktu wataknya jauh

dari kemauan” sedangkan kalimat lamun ana janma sabar tegeng

batin, kinasih Hyang Suksma” ada manusia yang sabar kukuh hati

dicintai kepada Tuhan” Dan apa bila ada manusia yang sabar yang

patuh dicintai Tuhan itulah yang patut dicontoh, serta menjauhkan apa

yang menjadi larangan Tuhan, apabila melanggar terhadap perintah

supaya segera untuk memperbaiki. Manusia yang dicintai Tuhan

adalah manusia yang beriman dan bertaqwa.

e. Taat/ Patuh kepada Tuhan (Kinanthi :16)

Karaharjan sak pandhuwur,Yen sira wignyan nglakoni,Budi temen lan narima,Sabar lila lahir batin,Nyingkirana kang brahala,Tapa mati jroning urp,

Page 76: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

63

Pathokan ngurip iku,Nora susah sugih ngelmi,Tanapi lan pengasihan,Lakune among kang bekti,Mring Gusti Pangeranira,Yaiku manungsa jati.

Terjemahan:

“Sejahtera mulai keatas apabila kamu ilmu pengetahuanmenjalankan pikiran/ watak sungguh dan lapang dada sabar rela lahirbatin. Jauhkanlah dari banyak penghalang mencegah meninggal/matididalam hidup. Pedoman hidup itu tidak perlu kaya ilmu seumpamadan kasih sayang. Menjalankan hanya bakti dan patuh terhadap Tuhanyaitu manusia sejati”

Bait ke enam belas tembang Kinanthi dalam Serat Wasitawala

menguraikan bahwa hidup harus patuh dan berbakti kepada Tuhan

dapat ditunjukan pada kalimat lakune among kang bekti “ prilakunya

hanya taat” yaitu menjauhi segala larangnya dan menaati segala yang

diperintahkanya sedangkan kalimat mring pangeranira “kepada

Tuhan” Supaya memberikan pelajaran atau pesan kepada semua

manusia dalam melaksanakan suatu kuwajiban sebagai hamba Tuhan.

Manusia tidak boleh mengelaknya karena Tuhanlah yang menciptakan

semua yang ada dimuka bumi. Diharuskan tunduk bersujud menjadi

manusia yang selalu ingat akan kebesaran dan keagungaNya. Pada

kalimat manusia jati “manusia sejati” yaitu manusia yang selalu

menaati perintah Tuhan dan Rosul, menjauhi segala laranganya

berbuat kebaikan bagi sesama itulah yang dapat manusia sejati/

manusia yang menyempurnakan hidupnya melalui ketaatan kepada

Tuhan.

Page 77: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

64

Hidup yang semata- mata tawakal kepada Tuhan manusia yang

menjadi takut kepada hukuman, hamba atau manusia yang hidup dan

matinya benar-benar dicurahkan kepada jalan Tuhan untuk menjadi

abdi. Tuhan hendaknya dicintai dan dipuji karena Tuhan yang telah

memberikan segala apa yang di ciptakan bagi manusia.

f. Anjuran untuk membagikan Rizki. (Pangkur: 24)

kang kasebut janma utamanora kewaran marang ala lawan beciklawan malih wekasaningsundibanget amerloknalamun Gusti paring ganjar mring sirekibarang suwek lawan artabanjur baginen kang wradin

Terjemahan :

“Yang tersebut manusia utama tidak kesulitan terhadap buruk danbaik dan ada lagi pesan saya, sangat penting untuk dijalankan. ApabilaTuhan memberikan pahala terhadap kamu sesuatu sobek serta uangterus bagikan yang merata”

Bait ke dua puluh empat tembang Pangkur dalam Serat

Wasitawala mengandung ajaran/ nilai moral hubungan manusia

dengan manusia terutama hal anjuran untuk membagikan rejeki hal

tersebut dapat ditunjukan pada kalimat” lamun gusti paring ganjar

mring sireki “apabila Tuhan memberikan pahala terhadap kamu” dan

banjur baginen kang wradin “terus bagikan yang merata”

mengjarkan kita apabila dikasih rejeki oleh Tuhan sebagian rejeki

supaya dibagikan kepada orang yang berhak membutuhkan (fakir

miskin) untuk beramal saleh atau sodaqoh. Beramal soleh dapat

Page 78: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

65

berupa bantuan seperti kalimat barang suwek lawan arta “sesuatu

yang berguna dan uang” yaitu dapat berupa uang maupun yang

kebutukan lain Hal tersebut sangat anjurkan sebagai pesan nasehat,

mencerminkan manusia yang utama/ baik menjalankan amal

kebajikan.

g. Melakukan Perbuatan bohong akan dijauhi teman (Mijil:1)

wus dilalah karsane Hyang Widhi, yen kaya mangkono,wurung jamna pan iku tembene,nora weruh druhakane benjing,sabarang wawadi,datan darbe kewuh,wong wanodya yen mangkono yayi,dhemen laku goroh,nora duwe temen salawase,wit iku pikire owah gingsir,nglambrang siyang ratri,gayuh dadi menus,

“Sudah Kehendak takdir Tuhan apabila seperti itu, gagal manusia danitu pada akhirnya tidak melihat durhaka besok. Apa saja rahasia tidakmempunyai perasaan. Orang perempuan seperti itu adik senangmelakukan bohong tidak mempunyai kawan selamanya. Pohon itupikiran berubah-ubah. Pergi siang malam mencapai menjadisengsara”

Bait ke satu tembang Mijil dalam Serat Wasitawala

menjelaskan bahwa Tuhan telah menakdirkan apa saja kehendakNya.

Salah satunn adalah manusia yang telah ditakdirkan menjadi mahluk

yang mempunyai akal serta derajat yang paling tinggi diantara mahluk

yang lain. Namun tetapi bahwa jika manusia itu sendiri berbuat jelek

serta tidak mau tunduk kepada yang menjadi laragan , melebihi dari

Page 79: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

66

pada hewan tidak mempunyai rasa malu,hal tersebut dapat ditunjukan

pada kalimat nora weruh durakane benjang “tidak melihat hukuman

nanti” maksudnya manusia tidak ingat akan dosa dan perbuatan.

Senang melakukan kejahatan, angkara murka merugikan manusia lain

melanggar hukum dan norma-norma yang berlaku. Orang yang lupa

akan hukuman nanti yang diberikan oleh Tuhan kepada umatnya

yang tidak mematuhi kehendakNya akan diberikan hukuman yang

sesuai dia perbuat. Melakukan perbuatan yang kurang terpuji

kemudian hari akan mengalami dampak tingkah laku yang telah

dilakukanya. Bahwa Tuhan Maha tahu semua yang diperbuat kita

akan selalu diawasi serta dicatat oleh Tuhan .

2. Nilai Moral Yang berhubungan Manusia dengan Manusia.

a. Sabar serta rendah hati (Dhandhanggula: 9)

janma ingkang ala lawan becik, lan sireku kudu ngesorana, yoya raketana kabeh, yen sira dadya luhur, ingkang jembar sagaraneki,kang sedheng sadayannya, anem sepu ipun, ingkang bisa momong sira,kabeh mau padha titah ing Hyang Widhi

tan kena siya- siya’.

“Manusia yang jelek ataupun baik kamu harus merendah dihadapanya,baik jadikan saudara semua. Bila kamu menjadi orangbaik sabar hati, yang bisa mencakup semua yaitu, orang tua dan mudayang bisa membesarkan kamu, semua tadi merupakan mahkluk Tuhantidak boleh mensia- siakan”.

Page 80: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

67

Tembang Dhandhanggula bait ke sembilan dalam Serat

Wasitawala mengajarkan kita agar menjadi manusia sabar serta rendah

diri hal tersebut dapat ditunjukan pada kalimat lan sira kudu

ngseorana “ dan kamu harus rendah hati” maksudnya bahwa kepada

orang lain kita harus merendahkan hati, tidak sombong, memamerkan

keunggulanya serta kepandaian yang dimiliki. Manusia diharapkan

dapat menghargai, menghormati satu dengan yang lain Pepatah Jawa

mengatakan harus andhap asor (rendah hati serta jujur tidak sombong)

memotifasi kepada diri kita tentang kepribadian cara bergaul kepada

orang lain yaitu hormat kepada sesama. Sedangkan kalimat ingkang

jembar sagaraneki “yang luas serta lapang hati kamu” bawasanya

seorang manusia harus sabar hati dan teguh dalam menghadapi

keadaan, cobaan dan segala ujian . Kesabaran dalam bertingkah laku,

mengambil keputusan mengendalikan emosi dan perasaan.

Sabar kepada orang lain yang sudah memberikan nasehat

atau memotifasi kepada kita semua merupakan saudara, tidak boleh

mensia-siakan. Hendaknya sabar, ikhlas lilo dan legawa mengajarkan

kita untuk melatih kepribadian yang unggul sikap mental yang baik.

Tidak ceroboh selalu berhati-hati dalam mensiasati bentuk prilaku atau

perbuatan diharapkan mawas diri.

Page 81: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

68

b. Manusia diharuskan untuk selalu berusaha (Dhandhanggula: 3)

Aja dumeh kalebu takdirMaksa kudu istiyarJanma wus diwenangakeGayuh utaminipunDimen manggeh sakeca benjingManawa lama-lamaDuryatira rawuhKang pancen takdir pangeranPinaringan ngapura Hyang WidhiNing budi nirmala

Terjemahan :

“Jangan lagi menjadi takdir terpaksa harus berusaha manusia sudahditakdirkan mencapai keutamaan, supaya menemukan kebahagiaanbesok mungkin lama- kelamaan datang sorot cahaya yang sudahmenjadi takdir manusia diberi ampun oleh Tuhan pada prilaku suciatau bersih”

Bait ke tiga tembang Dhandanggula dalam Serat Wasitawala

mengandung nilai manusia diharuskan untuk selalu berusaha hal

tersebut dapat ditunjukan pada kalimat maksa kudu ihtyar “ terpaksa

harus berusaha” maksudnya bahwa manusia hidup tidak boleh

berpangku tangan, bermalas-malasan apalagi menghandalkan terhadap

orang lain. Manusia harus mempunyai prilaku ulet, rajin bekerja serta

pantang menyerah rajin melakukan semua hal, Berusaha adalah

kuwajiban bagi setiap orang tanpa usaha hidup sama halnya orang

yang mati. Berusaha dan berdoa hendaknya harus selalu diimbangi

seperti kalimat duryatira rawuh” kebahagiaan datang” maksudnya

barang siapa yang rajin dan giat berusaha lambat laun Tuhan akan

mengabulkan suatu keinginan atau tujuan yang hendak dicapai.

Kebahagiaan, ketentraman, dan mempunyai harta yang melimpah,

Page 82: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

69

serta jabatan atau kedudukan yang tinggi tidak serta merta datang

sendiri namun tetapi semuanya melalui proses yang sangat panjang

yaitu, ketekunan kerja keras tangan kita, jeli telaten serta kegigihan

pikiran. Kebahagiaan yang paling utama adalah berprilaku baik ,

berguna bagi orang lain berhati ikhlas kepada sesama halnya kalimat

ning budi nirmala “berprilaku suci bersih” maksudnya hati/ batin

benar-benar dilandasi dengan tulus ikhlas (Lilata’ala) bukan karena

manusia ingin dipuji .

c. Berserah Diri (Pangkur: 9)

Yen sira uwis nglengganaApasraha kang murba ing sirekiYen gayuh dadine luhurSangkanana ing ngandhapKawruhana sasmitane bunglon ikuRemene saba ron-ronanIng kono marganireki

“kalau kamu sudah ikhlas berpasralah kepada Tuhan yangmenciptakanmu, apabila mencapai menjadi baik mulailah dari bawahketahuilah pertandanya bunglon itu, senangnya berkunjung dedaunandi situ karenanya kamu”

Bait ke empat belas tembang Sinom dalam Serat Wasitawala

mengandung nilai moral berserah diri hal tersebut ditunjukan pada

kalimat apasraha kang murba ing sireki “ berpasralah kepada Tuhan

yang menciptakan kamu” bahwa semua apa yang dikehendaki

merupakan sang pencipta yang mengatur. Manusia hanya bisa

berusaha atau berihtiyar dengan sungguh-sungguh, namun hasil akhir

Page 83: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

70

Tuhanlah yang memberikan. Pasrah bukan tidak mau berusaha tetapi

sebagai proses yang perlu dilakukann setiap manusia.

Mencapai suatu jabatan, harta benda yang melimpah, awalnya

tidak gampang semua melalui jerih payah seperti petikan sangkanana

ing ngandhap “ berasal dari bawah” Maksudnya bahwa semua usaha

yang dilakukan mulanya menderita, menemui banyak kesulitan serta

rintangan. Hal tersebut adalah manusiawi umum bagi mahluk Tuhan.

Bahwa Kalimat kawruhana sasmitaning bunglon “Ketahuilah

pertanda/ prilaku bunglon” pendek kata manusia dapat di ibaratkan

seperti hal itu yaitu pandai bergaul, berteman, serta bersilaturahmi

dampaknya akan mendatangkan rejeki. Hendak menyusaikan diri

diamana tempat, akan banyak teman ataupun saudara, sama saja

memperbanyak rejeki kita. Binatang buglon dimana saja hinggap dapat

beradaptasi mampu mengubah warna kulitnya, manusia juga

diharapkan begitu tidak terpaut oleh suatu keadaan mensiasati kondisi

dan situasi dalam melakukan kehidupan dalam pepatah Jawa bisa

empan papan.

d. Larangan berani kepada orang tua (Mijil: 5)

aja nedya sira kumawanimring mratuwa karobapa biyung tiyang nini lan kakinekang banget sira dena ajrihya pituturnekiwajib yen tinurut

Page 84: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

71

Terjemahan:

“jangan terus kamu berani terhadap mertuwa ayah ibu nenek sertakakeknya. Dan sangat kamu takutilah nasehatnya harus wajib bilakalau ditaati.”

Bait ke lima tembang Mijil dalam Serat Wasitawala

mengajarkan kita agar jangan berani kepada seorang mertuwa, kedua

orang tua serta kakek dan nenek. Hal tersebut dapat ditunjukan pad

kalimat aja sira kumawani serta mring maratuwa karo “jangan sira

berani serta kepada seorang maratuwa” Mengisyaratkan kepada

seorang perempuan yang akan menjalankan kehidupan berumah

tangga, hal tersebut supaya menjadikanya bekal saat nanti. Maratuwa

merupakan wakil dari dari orang tua kita yang yang sudah banyak

asam garam, bisa mendidik dan mengarahkan bagimana berumah

tangga yang baik. Diharuskan setidaknya mengormati dan menghargai

kepada orang tua sendiri. Nasehat tersebut hendaknya dijalankan

jangan bagi semua perempuan yang akan melakukan berumah tangga.

Selanjutnya jangan berani kepada orang tua karena orang tua

merupakan wakil dari Tuhan, yang patut di hormati dan taati semua

printah dan nasehat (petuah) yang sudah banyak memakan asam

garam. Pepatah mengatakan sorga ada di telapak kaki ibu maksud

apabila kita berani atau durhaka kepada orang tua ayah dan ibu akan

akan menemukan jalan kesengsaraan akhirnya kehidupan tidak

sejahtera, segala do’a akan menjadi kenyataan dan akhirnya akan

masuk neraka pada saat nanti.

Page 85: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

72

Karena orang tua lah yang mengukir kita janganlah sekali-kali

berani kepada orang tua, dahulu orang Jawa mempunyai ajaran yang

terkenal yaitu dengan ajaran sembah limo (lima ajaran kepatuhan)

antara lain sembah kepada bapak ibu, sembah maratuwa suami istri,

sembah saudara, sembah guru sejati dan sembah Tuhan. Pertama

sembah kepada bapak ibu artinya bahwa merekalah sebagai lantaran

dilahirkanya hidup didunia ini. Hingga pintar bisa melakukan

pekerjaan juga dari jasa bapak ibu dari Allah dengan itu wajib

disembah. Kedua sembah kepada kedua maratuwa karena maratuwa

yang memberikan rasa sejati. Rasa sejatilah yang menaburkan benih

kasih sayang. Sembah yang ketiga kepada saudara karena saudaralah

yang menggantikan ayah yang pantas di hormati. Sembah yang

keempat ialah kepada guru sejati, sebab guru yang mengajarkan dan

menyempurnakan hidup, membikin hati pikiran terang melalui ilmu

pengetahuan, membenarkan jalan menuju kebahagiaan. Sembah yang

kelima yaitu kepada Tuhan karena yang telah mencipta hidup dan mati,

yang memberikan rejeki (yang menguasai hidup dan kehidupan).Orang

hidup di dunia wajib tunduk kepada Allah. Hendaklah nasehat saya

dipatuhi agar menemukan baik di kemudian hari.

e. Mempertimbangkan prilaku baik dan buruk (Sinom: 1)

Ya sireku yen wus wikan,sawiji-wijining janmiingkang becik lawan ala,timbangen ingkang sayekti,

Page 86: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

73

sawusnya sira uning,lah woworana sadarum,marang samaning janma,kang becik catheten batin,ingkang ala aja katara.

“Kalau kamu sudah tahu/ mengerti salah satu orang yang baik maupunburuk pertimbangkan dengan benar, selanjutnya kamu perhatikanberbaurlah semua sesama manusia yang baik catat di batin sedangkanyang yang jelek atau buruk jangan sampai kelihatan”

Nilai moral dalam tembang Sinom bait ke satu dalam Serat

Wasitawala mengajarkan kepada kita agar dapat mempertimbangkan

serta memilah-milah prilaku yang baik maupun prilaku jelek, seperti

dapat ditunjukan pada kalimat timbangen ingkang sayekti

“menimbang yang benar“ maksud hal tersebut dapat menimbang serta

memilah –milah diantara manusia yang perbuatan jelek dan baik.

Apabila manusia tersebut berbuat baik terhadap kita agar supaya cukup

disimpan dalam hati, namun apabila ada manusia yang berprilaku jelek

kepada kita harus pandai-pandai menyembunyikanya agar jangan

sampai ketahuan.

Hal tersebut dapat ditunjukan pada kalimat kang becik

catheten batin” yang baik catat di hati”dan ingkang ala aja ketara “

yang jelek jangan sampai kelihatan” mempunyai pengertian bahwa

apabila kita tidak senang perbuatan orang lain yang telah menyakiti

hati kita hendaknya jangan mengejek membalas kepada orang lain

cukup diri kita yang mengetahui. Bawasanya manusia harus bersikap

lila legawa /berdaya tampung luas (multi dimensi) seperti samudera

Page 87: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

74

bisa menampung baik dan buruk karena masing-masing ada jatahnya.

Diumpamakan yang orang tua memberikan nasehat yang orang muda,

dan sebaliknya yang muda seharusnya bisa mengingatkan yang lebih

tua.

f. Laranagan berbuat sombong dan angkuh (Sinom:17)

Aja ngandelaken digdaya, atos wuwuluding kulit,gendhungan solah tingkahnya, kang ginulang siyang ratri,yaiku budi srani,tan wurung kecemplung endhut,dadya intiping nraka,durakane anemahi,lagya mentas ginada ing Malaekat.

“Jangan menghandalkan kekuatan keras kuatnya kulit, perilakunyayang siang malam yaitu pikiran kristen tidak lain masuk lumpurmenjadi dasar neraka dosanya menjadi kenyataan baru sajaterbebaskan dari malaikat”

Nilai moral dalam tembang Sinom bait ke tujuh belas Serat

Wasitwala menegaskan agar tidak boleh berbuat sombong. Perbuatan

sombong merupakan prilaku tidak baik hal tersebut dapat ditunjukan

pada kalimat aja ngandelaken digdaya “jangan menghandalkan/

mengagungkan kedikjayaan” dan kalimat atos wuwuluding kulit

“tebal kerasnya kulit” prilaku menghandalkan kekuatan atau ilmu

lainya merupakan sifat yang sombong, manusia hidup tidak boleh

berbuat sombong karena sombong merupakan pakaian Tuhan. Manusia

Page 88: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

75

dengan diharapkan dapat saling mengormati, menghargai antara satu

dengan lainya. Karena perbuatan sombong dapat menjadikan hidup

kita dicela oleh orang lain, mempunyai banyak musuh Orang jawa

terkenal kalimat aja adigang adigung adiguna yaitu yang maksudnya

bahwa adigang mempunyai arti menyombongkan kekuasaan. Adigung

berarti menyombongkan drajat pangkat. Sedangkan adiguna berarti

menyombongkan kepandaian atau kelebihan. Secara bebas bahwa

didalam hidup ini manusia tidak boleh menyombongkan kepandaian

atau kelebihan yang di miliki.

Sesunggunya manusia berada dalam ketidakberdayaan.

Kekuasaan, derajat, pangkat adan kelebihan lainya hanyalah ibarat

pakaian yang melekat pada tubuh. Suatu saat, mau atau pun tidak mau,

manusia harus menanggalkan dan meninggalkan semua itu. Dan ketika

manusia telah ‘telanjang’ itulah semua kelebihan yang dimiliki yang

pernah melekat pada dirinya akan musnah.

Hal demikian tidak baik sehingga harus dihindari Pepatah jawa

mengatakan urip iku kudu andhap asor maksudnya hidup harus rendah

hati, tidak memamerkan kelebihan yang dimiliknya. Orang yang

mempunyai sifat seperti itu pada akhirnya tidak akan selamat halnya

petikan kalimat tan wurung kecemplung endut “ tidak lain akan

masuk lumpur yaitu menjadi penghuni neraka yang akan disiksa oleh

malaikat, semua akan menimpa pada yang melakukan perbuatan hal

tersebut..

Page 89: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

76

g. Ikhlas Mengabdi Kepada Raja (Kinanthi: 31)

Eklasna manahirekuyen sira ngawuleng gustikang wekel wajibnyangawasana karsaning gustikapareng suka lan renakang bisa ngrangkanni.

“ikhlaskan hati kamu kalau kamu mengabdi kepada raja yang rajinterhadap kuwajiban mengerti kehendak Raja .Bersama suka dan dukayang bisa menutupi”

Bait ke tiga puluh satu Tembang Kinanthi dalam Serat

Wasitawala mengandung nilai moral supaya ikhlas mengabdi kepada

Raja, hal itu dapat ditunjukan pada kalimat eklasna manahira “ikhlasn

hati kamu” maksudnya bahwa bila mengabdi kepada narendra atau raja

memang sulit hati tidak boleh bimbang/ ragu-ragu harus mantap serta

patuh kepadaNya harus menuruti printah dan aturan. Karena Raja

/narendra sebagai pemimpin sebagai wakil Tuhan yang berhak

mengadili dan menghukum. Siapa yang tidak berhak

mengindahkannya berarti menentang kehendak Tuhan. Hendaknya

mengabdi kepada Raja, harus ikhlas lahir batin tanpa adanya suatu

paksaan.

Jika tidak mantap hatinya lebih baik jangan mengabdi, karena

seorang abdi besar godaan dan tanggung seperti kalimat kapareng

suka rena “merasakan suka duka” maksudnya yaitu susah maupun

senang dirasakan bersama yang bisa menjaga sang Raja sebagaimana

kata “menjaga” hendaknya prilaku teliti, cermat, dan berhati-hati yang

dimiliki sang Raja jangan berbuat dengan kemaun sendiri, kang bisa

Page 90: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

77

ngrangkani “yang bisa menutupi” pendek kata jangan berani

membuka rahasia dari seorang Raja, diharuskan bisa menyimpan,

menutupi aib atau rahasia serta tanggap terhadap kemauan segala yang

di kehendaki oleh sang Raja..

h. Mengutamakan kuwajiban (Kinanthi: 8)

pesunen sariranirapun,supaya mulur kang pikir, mumpung ataksih taruna,ngudiya lukitan bakit,kang utama kawajiban,ing tembe Manawa singgih.

Terjemahan:

“Berusaha sungguh-sungguh badanmu agar memanjang yang angan-angan/pikiran, selagi masih muda. Mencapai perkataan berguna yangutama kuwajiban pada akhirnya jika benar.

Nilai moral dalam tembang Kinanthi bait ke delapan belas Serat

Wasitwala menegaskan bahwa agar mengutamakan kuwajiban.

berusaha kamu /badanmu dikala masih muda agar pikiran, angan-

angan menjadikanya baik di kemudian hari. Hal tersebut dapat

ditunjukan pada kalimat Pesunen sariranirapun” Berusaha dengan

sunggu-sungguh”. Berusaha mencapai angan-angan supaya pikiran

jernih serta mempunyai jiwa yang sabar, tidak mudah emosi dapat

menahan diri. Sedangkan ngudiya lukitan bakit “meraih/ mencapai

perkataan yang berguna” maksudnya apabila bicara atau berucap di

harapkan dengan perkataan yang berguna tidak boleh menyakiti hati

Page 91: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

78

orang lain. Mengormati dan menghargai diharapkan mempunyai

sopan santun serta unggah-ungguh (tata krama)

Selanjutnya di usia muda diharapakan untuk mencari ilmu

pengetahuan pepatah mengatakan carilah ilmu sampai ke negeri cina

maksudnya bahwa walaupun jauh serta sulit ilmu itu tetap kita cari

walaupun melalui proses yang sulit. Orang Jawa juga mengatakan ilmu

iku kalakone kanthi laku “ilmu itu bisa dicapai dengan proses atau

belajar dengan sungguh-sungguh. Ilmu merupakan cahaya atau

penerang bagi jiwa bagi setiap yang menjalani terutama manusia. Usia

muda tidak boleh berpangku tangan, berhura-hura mensia-siakan

waktu apalagi bermalas-malasan. Dapat mengisi waktu dengan cara

tekun belajar. Menncari ilmu mumpung masih ada kesempatan, agar

kelak kemudian hari menjadi bekal dihari tua.

i. Kriteria memilih guru yang baik (Dhandhanggula: 14)

Amiliha taruna kang pekik,sokur angsal janma ingkang tapa, kang edhe martabate, aja na cacadipun,Ingkag mulus budinireki,ingkang sugih kluwiyan,ywa nganti kaliru, kang aja remen ing dunya,haywa nganti mikir pamewehing murid,kang remen sukci budya.

Terjemahan:

“Memililah anak muda yang tampan syukur mendapatkan manusiayang bertapa, yang besar martabatnya jangan sampai ada cacad yanghalus prilakunya. Jangan sampai salah, jangan suka terhadap harta,

Page 92: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

79

juga jangan sampai memikirkan pemberian dari murid yang sukaberprilaku suci”.

Tembang Dhandhanggula bait ke empat belas dalam Serat

Wasitawala memberikan nasehat agar memeilih guru yang baik.

Memilih Guru yang tidak mudah tentunya orang bisa menjadikan

contoh baik prilaku maupun ilmunya yang bisa ddi apat jadikan contoh

bagi murid. Kriteria guru yang baik yaitu dikatakan orang yang senang

bertapa maksudnya orang yang senang berpuasa mengurangi makan

minum yang hati suci lahir maupun batin. Yang kedua orang yang

mempunyai martabat baik dan tidak ada perilaku cacad, maksudnya

orang yang disegani, tidak pernah menyakiti hati orang lain, tentunya

berperilaku baik, mengerti tentang hukum mengetahui halal dan

haram. Keempat memililah guru yang benar- benar mempunyai

kelebihan ilmu pengetahuan. Kelima jangan memilih guru yang senang

di beri pemberian dari murid, guru yang benar memberikan ilmu

dengan tulus ikhlas tanpa mengarap imbalan. Keenam memlilih guru

yang tidak hanya memikirkan berwujud kepentingan duniawi saja,

namun guru yang tujuan lain untuk kepentingan akhirat mencari

keridolhan Tuhan.

Seorang guru harus senantiasa menyucikan hati dari

keinginan-keinginan dan niat buruk, atau dengan kata lain beramal

baik sebanyak mungkin. Dalam ajaran islam dikenal dengan konsep

“lilahahi ta’alaa (semua hanya karena Allah Ta’la) tidak mengharap

Page 93: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

80

imbalan serta mengharap balas jasa dari orang lain. Selanjutnya guru

yang senang terhadap prilaku yang baik senang menolong, bersodaqoh

dan membantu kepada yang membutuhkan. Pepatah jawa mengatakan

Guru merupakan (ditiru lan digugu) maksudnya meniru prilaku serta

ahlaknya, ilmu pengetahuan sedangkan digugu maksudnya ucapan

atau nasehat seorang guru wajib dilaksankan. Guru merupakan suri

tauladan, sebagai kaca benggala (cermin) ilmu dan prilaku bagi siswa

maupun orang lain, guru juga wakil dari orang tua bagi anak didik

yang diasuh. Guru sebagai pembangkit serta pencerah terhadap ilmu

pengetahuan dan akhlak.

j. Taat kepada seorang suami (Pangkur: 31)

Banget wedya wong priyaarahen barang sacturnekiKramamu aja kasandhungYaiku guroniraKawruhanmu lakinya wajib tinirutKang kena linampahanYa kudu sira nglakoni

Terjemahan:

“takutlah kepada seorang laki-laki agar saling mengarahkan walaupunsekecil apapun. Nikah kamu jangan sampai bermasalah,yaitu gurukamu seorang suami wajib ditaati tidak boleh menentang harus kamulakukan”

Tembang Pangkur bait ke tiga puluh satu dalam Serat

Wasitawala memberi tuntunan atau nasihat kepada kita agar berbakti

kepada seorang suami. Hal tersebut dapat ditunjukan pada kalimat

Page 94: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

81

kawruhana lakinya wajib tinurut “ketahuilah seorang laki-laki wajib

ditaati” mentaati kepada seorang suami merupakan kuwajiban bagi

seoarng istri karena suami adalah sebagai wakil orang tua serta

menjadi guru baginya, hal tersebut dapat di tunjukan pada kalimat

yaiku guronira “yaitu guru kamu” hendaknya wajib ditiru terhadap

prilkunya tidak boleh menentang perintah suami. Dalam berumah

tangga diharapkan saling menghormati, menghargai dan menutupi

kesasalahan masing-masing dapat di tunjukan pada kalimat rah arahen

barang sacturneki “saling mengarahkan” di dalam semua hal.

Hendaknya seorang perempuan (istri) dalam melayani kepada

suami(bapak) menggunakan ajaran driji lima (lima jari) yaitu jempol,

panuduh, panunggal, manis, dan jenthik.

Jempol ‘ibu jari’ maksudnya bahwa suami merupakan lelaki

yang paling tampan dan hebat, dan ibu melayani bapak harus benar-

benar pol’ penuh dan tulus ikhlas. Jari panuduh’ penunjuk’ maksudnya

seorang ibu hendaknya selalu dan segera menjalankan apa yang

menjadi perintah dan petunjuk suami. Jari panunggul ‘paling tengah

dan tinggi’ maksudnya tidak boleh merendahkan serta mencela suami,

tetapi sebaliknya. Apabila diberi rejeki atau nafkah hanya sedikit atau

pas-pasan diterima dengan bangga dan senang hati, agar suami tidak

senang korupsi dan mencuri karena dorongan dan tuntutan suami. Jari

manis, maksudnya seorang istri harus selalu menyenangkan suami,

patrap dan pangucap selalu membuat ketentraman, kesejukan serta

Page 95: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

82

kedamaian hati. Jari jenthik ‘kelingking’ maksudnya seorang ibu harus

senang kreatif, terampil, dan rajin bekerja.

k. Larangan menggunjingkan Tetangga (Sinom: 18)

Winedharaken ing tonggaNgojahken babdirekiEnggone padha jodhowanRembagnya tan seneng pikerAngguru ngathik-athikMring janma priya kang bagusKang ala ingewananGinuyu pating cukikikHiya iku bathine karem sasanjan

Terjemahan:

“menyacat tetangga membicarakan tentang dirinya masalah tentangberkeluarga. Berbicara tidak tanpa di berfikir lebih dahulu menjelek-jelekan terhadap seorang laki-laki yang tampan. Sedangkan yang jelekdikesampingkan tertawa di dalam terbehek-behek hal itu merupakanhatinya yang tidak baik”

Bait ke delapan belas tembang Sinom dalam Serat Wasitawala

mengandung nilai moral perempuan yang tidak berfikir serta

menjelekan orang lain hal tersebut dapat ditunjukan pada kalimat

rembagnya tan seneng piker “bicaranya tidak senang berfikir”

maksudnya bahwa orang yang tidak mau berfikir dahulu bicaranya

pasti asal keluar tidak mau memandang mana yang hendak patut

diucapkan. Apabila berbicara senaknya saja mengungkit-ungkit

keburukan orang lain dan menyakiti hati. Senangnya membicarakan

rumah tangga orang lain, berwatak suka mencemoh seperti kalimat

Page 96: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

83

angguru ngathik-athik “menjelek-jelekan serta mengungkit-ungkit”

yaitu prilakunya seorang perempuan yang tidak tahu diri. Orang yang

seperti itu biasanya hati dan pikiranya kotor, senang menetertawakan

orang lain apabila lagi menerima musibah. Perempuan yang bermuka

dua maksudnya bila di hadapanya ia sopan serta hormat padanya tetapi

di belakang mempunyai iri hati membicarakan kejelekan, apalagi bila

ada orang yang tampan/ ganteng terkagum akan ketampanan namun

bila ada laki-laki yang jelek wajahnya senang mengkesampingkan.

Pepatah Jawa terkenal dengan “nyumur gumuling” artinya mempunyai

sifat terbuka tidak bisa menyimpan rahasia dimuka depan baik namun

dibelakang jahat. Segala sesuatu yang diucapkan selalu

menguntungkan diri sendiri.

l. Larangan bergonta-ganti suami (Mijil: 13)

marang Gusti kang murba sirekihywa kongsi pedhotdenya nyuwun marang duryateaja nganti tukaran lakiajrih ing salamimring guru lakimu

Terjemahan:

“terhadap Tuhan yang menciptakan kamu jangan sampai putus, danmeminta kepada sorot (ketentraman) jangan sampai bertukaran suamitakutlah untuk selamanya, kepada guru suamimu”

Bait ke tiga belas tembang Mijil dalam Serat Wasitawala

mengandung nilai moral larangan bergonta-ganti suami hal, tersebut

Page 97: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

84

dapat ditunjukan pada kalimat aja nganti tukaran laki “jangan sampai

berganti suami” maksudnya bahwa seorang istri tidak boleh

menceraikan sang suami, apabila seorang perempuan menceraikanya

merupakan perbuatan yang tidak baik, perempuaan yang suka

bergonta-ganti pasangan merupakan perempuan yang suka selingkuh

(royal). Pada kalimat ini di anjurkan untuk selalu mendekatkan diri

kepada Tuhan Hal itu dapat ditunjukan pada kalimat denya nyuwun

marang duryate “dan meminta terhadap sorot maksudnya bahwa” agar

selalu berdo’a kepada Tuhan supaya hidup berumah tangga menjadi

sejahtera serta lenggeng jauh dari penghalang.

Seorang perempuan hendaknya jangan berani kepada seorang

suami seperti kalimat ajrih ing salami “takutlah kepada suami”

maksudnya harus taat, patuh apa saja kehendak suami. Karena suami(

laki-laki) wajib hormati menjadi perempuan yang ngugemi (setia),

sedangkan kalimat mring guru lakimu “terhadap guru suamimu” yaitu

jangan berani kepada suami bahwa suami adalah sebagai guru yang

patut dicontoh dan ditiru menjadi panutan dalam keluarga maupun

dirinya (istri).

m. Larangan untuk berbohong serta mengingkari janji (Mijil: 2)

wong wanodya yen mangkono yayidhemen laku gorohnora duwe temen salawasewit iku pikire owah gingsirnglambrang siyang ratri

Page 98: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

85

nggayuh dadi menus

Terjemahan:

“orang perempuan bila seperti itu kakak, senang melakukan perbuataningkar janji tidak mempunyai teman selamanya pohon itu berubahpergi siang malam mencapai menjadi terlanjur tidak baik”

Bait ke dua tembang Mijil dalam Serat Wasitawala

mengandung nilai moral perempuan yang suka berbohong hal tersebut

dapat ditunjukan pada kalimat dhemen laku goroh “senang melakukan

bohong” maksudnya bila berkata tidak pernah menepati janji hanya di

mulut saja tidak disertai dengan tindakan. Orang yang senang

berbohong itu akan di jauhi oleh orang lain dan tidak bisa dipercaya

seperti petikan kalimat nora duwe temen salawase “tidak mempunyai

kawan/ saudara selamanya” bila kita berbuat kebohongan atau sering

ingkar janji kepada sesamanya kawan, saudara akan jauh dari kita.

Perbuatan tersebut hendaknya angan dilakukan tidak lain akan

merugikan kita sendiri, pepatah jawa mengatakan ajining diri ana ing

lathi (harga diri/ kerhormatan terletak pada mulut) orang hormat pada

kita bukan karena harta benda yang melimpah, jabatan yang tinggi

namun yang diutamakan adalah ucapan atau perkataan. Karena ucapan

dapat membawa suatu kebaikan, tetapi juga membawa kematian,

kesengsaraan, persahabatan ucapan juga dapat menjadi penyebab

semula yang akibatnya dijauhi oleh orang lain.

Perbuatan suka bohong atau mengingkari janji dalam dalil

agama Islam disebut “munafik” berdusta bila berkata tidak sesuai

Page 99: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

86

dengan kenyataan. Orang sering melakukan hal tersebut pikiranya

tidak tenang angan-angan selalu berubah tidak mempunyai pendirian

seperi kalimat nglambrang siyang ratri “bingung siang malam”

maksudnya tidak tenang karena perbuatan yang kurang terpuji pikiran

selalu tidak tenang.

n. Larangan menolak keinginan perintah suami (Mijil: 17)

wong dadyestri kang bisa nglakonisaprentahing bojoaja asring badali karsaneyen wanodya duweke nglakoniajrihnya kang sayektimring lakinireki

Terjemahan:

“Menjadi istri yang dapat menjalankan perintah suami, jangan seringmenolak printah suami bila perempuan sering menentang kemauan.Kalau perempuan kepunyaanya menjalankan takutlah yang benarterhadap suami kamu ”

Bait ke tujuh belas tembang Mijil dalam Serat Wasitawala

mengandung nilai moral jangan membantah perintah suami hal

tersebut dapat ditunjukan pada kalimat aja asring badali karsane

“jangan sering membantah kehendak kemauan maksud bahwa seorang

istri wajib taat serta patuh semua perintah suami tidak boleh

membantah maupaun mengelaknya. Wanita Jawa apabila berumah

tangga agar selalu setia, berbakti menurut segala printah suami.

Seorang perempuan diharapkan bisa diatur pepatah Jawa mengatakan

Page 100: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

87

wanita simbol (wani ditata). Miskipun dimadu harus tetap rila lan

legawa atau ikhlas, rela dan senang tetap memelihara kecantikan.

Selalu menjaga keharmonisan, keutuhan, dan kelangsungan dalam

hidup berumah tangga. Karena suami merupakan wakil dari orang tua

yang memberi nafkah dan bertanggung jawab keluarga. Bila seorang

perempuan berani terhadap suami sangatlah besar dosanya.

Seorang istri atau ibu hendaknya memiliki tri telu kepada

suami atau bapak, karena suami di ibaratkan ayah atau bapak, suami

juga diibaratkan sebagai Gusti atau Allah katon Dewa yang

mengejawantah atau Guru. Ketiga hal tersebut (a) tulus ikhlas takut

pada suami (b) tulus serta ikhlas dan hormat (c) harus menurut dan taat

kepada suami.

3. Nilai Moral dalam Serat Wasitawala yang Berhubungan Manusia

dengan Diri Sendiri

a. Hidup harus menjadi contoh (Mijil: 9)

kang utama ngurip punikidadyo titironamikira bisa kasaidgolekna ya margane inggihtutukig rejekigangsare lestantun

Terjemahan:

“Yang paling utama hidup ini menjadi contoh memikirkan agar bisalestari carilah karena menjadi baik lancar rejeki mudah terpelihara”

Page 101: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

88

Bait ke sembilan tembang Mijil dalam Serat Wasitawala

mengandung nilai atau pesan moral hidup supaya menjadi contoh yang

baik, hal tersebut dapat ditunjukan pada kalimat dadyo titiron “menjadi

contoh” yaitu contoh berprilaku dan perkataan yang baik menjadik suri

tauladan. Orang yang bicaranya keluar dengan tertata rapi yang

berwujud nasehat yang sarat dengan ajaran baik, harganya memang

melebihi hatra benda, bisa mengubah hati dan pikiran. Tetapi semangat

pikiran dan hidupnya hati tidak bisa berubah hanya dengan bicara saja.

Yang penting bicara yang mengandung tindakan dalam rangka

tauladan. Hanya tauladan yang biasa menumbuhkan kepercayaan.

Selalu memikirkan cara hal-hal yang baik seperti kalimat golekna

mergane inggih “mencari sebab yang baik” maksudnya kita jangan

sampai melakukan tindakan yang kurang terpuji salah satunya dalam

hal mencari rejeki, apabila datang suatu rezeki kepada kita selalu di

syukuri di manfaatkan dengan baik akan menjadikanya rezeki itu

barokah serta lestari. Supaya rejeki yang diperoleh awet dan tetap

lestari agar sebagian harta disisipkan untuk anak yatim dan fakir

miskin. Agar harta yang dimiliki bersih, akibatnya menjadi

bermanfaat terhadap orang lain maupun diri sendiri.

b. Anjuran untuk melakukan Hemat dan berhati-hati (Pangkur: 30)

Sanadyan para wanodyaIngkang padha surti angati-atiNyemiye patrairekiMring raja kayanira

Page 102: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

89

Kang satiti barang duweke wong kakungKang primpen ywa sembranaGemenana ing salami

Terjemahan:

“Walaupun semua perempuan yang hemat/cermat dan berhati-hati.Terhadap prilaku kepada raja seperti dia yang teliti sesuatu kepunyaanorang laki-laki yang tertutup jangan sampai ceroboh peganglah untukselamanya”

Tembang Pangkur bait ke tiga puluh mengandung nilai moral

anjuran berbuat hemat dan hal tersebut dapat ditunjukan pada kalimat

ingkang padha surti angati-ati “yang sama hemat/cermat berhati-hati”

Hendaknya jangan berbuat boros, pandai memilah- milah rajin untuk

menabung dan tidak melkukan yang tidak ada manfaatnya.

Pada kalimat kang teliti duweke wong kakung “yang teliti

sesuatu kepunyaan orang laki-laki” mengajarkan agar untuk seorang

perempuan yang berumah tangga supaya selalu hati-hati dan waspada

terhadap kepunyaan seorang laki-laki (suami), raja. Pada perihal

mengabdi menegrti apa keinginyanya, jangan berbuat ceroboh, seperti

yang pada kalimat kang primpen ywa sembrana “yang tertutup jangan

ceroboh” hendaknya seorang istri dapat menjadi pegangan sebagai

tuntunan berumah tangga.

c. Jangan berfikiran yang sempit (Sinom: 12)

Poma padha ngawruhanaAja kongsi cupet budiMikira ingkang utamaGayuhen budi ingkang inggil

Page 103: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

90

Nuwuna mring Hyang WidhiEstine ingkang satuhuYwa taberi kumpulenJanma kang kereh iblisIng tegese wong kang manah kabrabreyan

Terjemahan:

“Mengingatkan bahwa ketahuilah jangan sampai sempit pikiran,berfikirlah yang baik atau utama capailah pikiran yang tinggi memintakepada Tuhan belajar dengan benar jangan rajin berkumpul orang yangberteman iblis maksudnya orang yang mempunyai hati jahat”

Bait ke dua belas tembang Sinom dalam Serat Wasitawala

mengajarkan kepada kita supaya jangan berfikiran yang sempit. Hal

tersebut dapat ditunjukan pada kalimat aja kongsi cupet budi “ jangan

berfikiran yang sempit” Apabila berfikir yang sempit merupakan cara

pandang dari sebuah mata hati kita. Diharapkan berfikir yang luas,

jernih menanggapi berbagai hal jika bisa dilakukan sama dengan

mencapai prilaku yang baik dapat dijadikan contoh suri tauladan hal

tersebut dapat juga ditunjukan pada kalimat Gayuhen budi ingkang

inggil “capailah prilaku yang tinggil”maksudnya agar mencapai

perbuatan yang baik janganlah berkumpul orang- orang yang

berprilaku tidak baik yaitu orang yang berteman dengan iblis suka

membuat kerugian orang lain yang hatinya tidak suci. Diumpamakan

jika orang berteman dengan pedagang minyak wangi tidak menutup

kemungkinan badannya berbau harum namun, sebaliknya jika orang

bergaul dengan orang yang jahat setidak- tidaknya akan ikut menjadi

jahat atau tidak baik. Iblis akan menggoda dan menghalang- halangi

Page 104: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

91

manusia yang akan berbuat baik, maka diharapkan untuk rajin berdo’a

dan beribadah dengan tekun serta sungguh-sungguh.

d. Rajin bekerja (Mijil: 11)

Rosanana gonmu nambut kardiYeku glis gumolongPan lestari kabegjanta mangkeWuwuh tutut rijekinirekiYen ngudi sayektiPasti glis nglumpukTur sampulur sandhangira buktiTan kari sami wongBanjur dadya darsana wurineMarang anak putunira benjingAnanging sireki ywa kendhat panuwun

Terjemahan:“Kuatkan kamu bekerja yaitu cepat menjadi satu dan terpaliharakeberuntungan nanti. Bertambah jinak/ mudah rejeki kamu, apabilaberusaha benar akan cepat mengumpul. Lagi pula pemberian sandang/pakaian nyata tidak tertinggal sesama orang. Lanjut menjadi contohbelakang terhadap anak cucu kamu besok. Tetapi kamu jangan putuspermohonan”

Tembang Mijil bait ke sebelas dalam Serat Wasitawala

memberikan tuntunan kepada kita agar melakukan rajin bekerja,

seperti kutipan pada kalimat rosanan gonmu nambut kardi “kuatkan

kamu bekerja”

Hal tersebut akan membawa kemakmuran, kesejahteraan, tercukupi

segala kebutuhan hidup. Bahwa manusia hidup dianjurkan untuk

bekerja dan berusaha, apabila dilakukan dengan rajin, tekun serta

sungguh-sungguh segala kebutuhan hidup akan terpenuhi seperti

pakaian, halnya tertera pada kalimat Tur sampulur sandhangira bukti

Page 105: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

92

“juga terpenuhi pakaian nyata” apabila tercukupi menjadikanya

sentosa terhadap keluarga. Dikemudian hari dapat dijadikan contoh

suri tauladan kepada anak cucu kelak kemudian.

e. Mencapai prilaku yang baik (Kinanthi: 3)

maspadakna kang satuhumring wajibira kang yektipesunen sariranirapadha gayuh utamiduduki lan tatakramasolah tingkah kang prayogi

Terjemahan:

“Waspadalah yang benar terhadap kuwajiban yang sungguhberusahalah kamu mencapai keutamaan sopan santun dan tatakramaprilaku yang baik/ mulia”

Tembang Kinanthi bait ke tiga dalam Serat Wasitawala

mengajarkan agar menaati kuwajiban serta mencapai prilaku yang

baik. Hal tersebut dapat ditunjukan pada kalimat mring wajibira kang

yekti “terhadap kuwajiban yang benar” kuwajiban merupakan

keharusan dilaksanakan dengan tulus ikhlas serta menahan hawa nafsu.

Melaksanakan suatu kebaikan tidak ada jeleknya asalkan dilakukan

dengan sungguh-sungguh melatih diri agar menjadi prilaku yang baik

contonya pada kalimat padha gayuh utami “ mencapai yang utama”

utamanya hidup ini adalah belajar dengan sunggah- sungguh dalam

bertata karma, menghormati, belajar menghargai pendapat orang lain

selanjutnya mencapai tingkah laku yang baik

Page 106: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

93

Pada kalimat duduki lan tata krama” sopan-santun dan

unggah-ngguh mengisyaratkan agar seorang anak muda supaya

mempunyai sopan-santun serta unggah-ungguh. Orang jawa jangan

sampai hilang kejawaanya (ilang Jawane) maksudya hilang

kepribadiannya yang penuh dengan kearifan lokal, yang dapat

mengubah suatu prilaku menjadi baik.

f. Mepertimbangkan Prilaku Baik dan buruk (Sinom: 1)ya sureku yen wus wikansawiji-wijining janmiingkang becik klawan alatimbangen ingkang sayektisawusnya sira uninglah woworana sadarummarang samaning janmakang becik cathethen batiningkang ala aja kataraTerjamahan:

“Kalau kamu sudah tahu/ mengerti salah satu orang yang baik maupunburuk pertimbangkan dengan benar, sesudahnya kamu mengertiberbaurlah semua terhadap sesama manusia dengan baik catat dihatisedangkan yang buruk jangan sampai kelihatan”.

Bait ke satu tembang macapat Sinom dalam Serat Wasitawala

mengandung nilai moral mempertimbangkan perbuatan baik dan jelek,

semua berasal berasal dari manusia itu sendiri apabila . Halnya pada

kalimat ingkang becik klawan ala “yang baik serta yang buruk”

hendaknya bisa memilah dan memilih mana sekiranya patut di ambil

contoh dan hendaknya prilaku yang tidak baik hal demikian sangatlah

penting. Setidaknya bisa menutupi apabila seorang berbuat jelek,

Page 107: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

94

jangan mencemoh, menjahui terhadapnya. Berbuat kebaikan terhadap

orang lain tidak boleh pamer apalagi bebuat sombong. Seperti yang

ditunjukan pada kalimat Kang becik cathethen batin “yang baik catat

dalam hati” Cukuplah di simpan di hati sebagai pelajaran. Sebaliknya

kejelekan itu jangan sampai kelihatan maksudnya juga bahwa suatu

kejelekan tidak boleh di ungit-ungkit. Diharuskan dapat membawa diri

serta beradaptasi dengan dengan baik pepatah Jawa mengatakan

hendaknya bisa empan papan (Dimana tempat) dapat menyusaikan diri

di mana saja kita berada.

g. Mengasuh serta mengemban terhadap sesama Manusia(Dhandhanggula: 10)

yen wus bisa anglakonimomong marang sasmaning janmayaiku gedhe sawabe nora susah gugurungapaya guna padasihiku bae wus kanggyangurip punikusaperlune laku sirasadinane ngawasna sasmita jatijatine blis kang godha

Terjemahan:

“bila sudah kamu lakukan membantu terhadap sesama manusia yaitubesar pengaruhnya tidak susah berguru upayakan berguna untuksesama itu saja sudah cukup hidup itu penting untuk dia/kamu. Setiaphari melihat pertanda yang nyata, nyatanya iblis yang menggodha”

Bait ke sepuluh tembang Dhandhanggula dalam Serta

Wasitawala mengandung pesan moral agar mengasuh/ mengemban

Page 108: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

95

terhadap sesama manusia. Hal tersebut dapat ditunjukan pada kalimat

momong marang sasmaning janma” mengemban/terhadap sesama

mahluk manusia” yaitu mengerti kedaan orang lain di segala situasi

dan kondisi, mampu beradaptasi sesuai dengan keadaan. Bisa menutupi

kekurangan maupun kelebihan orang lain tidak berlaku sombong

maupun angkuh, hendaknya menghargai, menghormati bertindak adil

tidak membeda-bedakan antara satu dengan yang lain. Hidup

merupakan tergantung pada diri sendiri bagimana kita menyikapi

keadaan di sekliling kita. Melakukan kebaikan terhadap sesama

merupakan kuwajiban namun, biasanya kebaikan itu di halang- halangi

oleh iblis. Kalimat ngurip puniku “ hidup itu” dan saperlune laku

sira “kuwajiban tergantung kamu” bawasanya melakukan kebaikan

ataupun apa saja bukan tergantung oleh orang lain namun pada diri kita

sendiri yang menjalani, pada kalimat Yaiku gedhe sawabe nora susah

guguru“ yaitu besar manfaatnya tidak usah berguru /menuntut ilmu

Maksudnya hidup itu yang penting bisa bermanfaat bagi orang lain,

saling membantu kepada yang membutukan.

h. Menjaga perkataan (Sinom :10)

hiya dukaning Pangeran , kang murba marang sireki,among karsaning wasita, sira den angati- ati, pesunen kang sajati, bisane undhagi punjul, limpat grahitanira, kalukitan ing bakit,

Page 109: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

96

kang utama pan aja nganti katara’.

Terjemahan:

“Bencana Tuhan yang telah menciptakan kamu, serta kehendaknasihat kamu harus berhati-hati tahanlah dengan benar. Janganmerasa bisa yang menjadikanya angan kamu bingung, bila berucapperkataan yang berguna paling penting adalah jangan sampaikelihatan atau ketahuan”

Bait tembang Sinom tersebut secara tidak langsung

mengajarkan kepada kita supaya berhati-hati dengan menjaga

perkataan/ ucapan jangan seperti kalimat kalukitan ing bakit “

perkataan yang berguna” maksudnya jangan seenaknya berucap asal

keluar dari mulut yang tidak berguna. Perkataan yang dapat

menimbulkan orang lain sakit hati di harapkan untuk selalu berhati-

hati. Bahwa ucapan dapat menimbulkan keburukan bagi kita. Pepatah

jawa terkenal dengan ajinig diri ana ing lathi (kehormatan terletak

pada di ucapan) bila diormati, hargai tentunya bukan kekayaan atau

lainya yang penting adalah terletak pada ucapan/ perkataan.

4. Relevansi Isi Serat Wasitawala dengan Kehidupan Sekarang.

Nilai moral yang terkandung dalam Serat Wasitawala dapat

dijadikan tuntunan kehidupan pada era sekarang ini. Walaupun sudah

berpulu-puluh tahun silam berganti adat istiadat namun polah pikirnya

tetap sama. Ajaran (piwulang) yang terkandung dalam Serat Wasitawala

hendaknya dapat menjadi tuntunan hidup (kaca benggala) pada zaman era

Page 110: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

97

sekarang ini yang meliputi ajaran manusia dengan Tuhan, manusia dengan

manusia, dan manusia dengan diri sendiri .

Adapun relevansi dari isi ajaran (piwulang) yang terkandung dalam

kehidupan sekarang dapat kami paparkan sebagai berikut:

a. Isi Serat Wasitawala Tentang meraih kedudukan/ jabatan Tinggi

(Sinom: 5)

Dalam Serat Wasitawala memberikan penjelasan tentang

mencapai kedudukan yang tinggi yaitu pada tembang Sinom bait ke

lima berikut:

aja kaya jaman mangkyalakune arebut inggiltan pajah weruh ing tataanggayuh dadi priyayikatha kang tinggal dugidegsura ing patrapipunsamya ngembag bandarasolah tingkah muna-muninora duwe angengeti yen kawula

Terjemahan:

“Jangan seperti zaman nanti perilakunya merebut yang tinggi tidakmelihat pada aturan mencapai jabatan/kedudukan banyak yangtertinggal keji tingkah prilaku. senang membicarakan raja prilakunyamenjelekan tidak punya malu bila orang kecil (rakyat)”

Isi tembang tersebut mengandung nilai moral tentang mencapai

suatu jabatan atau kedudukan. Isi Serat Wasitawala ini sangat relevan

dengan keadaan kehidupan sekarang ini bahwa kedudukan/ jabatan

sebagai impian manusia.

Zaman dahulu para Raja atau pun (senopati) mencapai

kedudukan juga dengan usaha yaitu berperang serta melalui jalur

Page 111: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

98

politik hanya untuk memparoleh kekuasaan atau kedudukan. Tidak

jauh beda dengan era sekarang ini suatu kekuasaan tetap menjadi

prioritas bagi manusia. Jabatan ditempuh melalui jalan pintas

kehidupan sekarang masih banyak ditemui kedudukan/ jabatan yang

asal mulanya tidak jujur yaitu pada jabatan para anggota legeslatif

dengan melalui cara penyuapan terhadap rakyat. Demi kepentingan

pribadi / golongan melakukan dengan cara- cara yang tidak baik.

b. Isi Serat Wasitawala tentang Ajaran untuk rajin prihatin

Dalam Serat Wasitawala mengandung ajaran hidup untuk

prihatin, banyak melatih diri agar memiliki berbudi/ tingkah dan

mencapai keutamaan hidup, seperti ditunjukan dalam tembang bait

Kinanthi ke tujuh berikut:

golekna kang satuhumarang kawajibanekingupaya ta kang utamaden taberi prihatinywa katungkul mangan nendralan sudanen dahar guling

Terjemahan:

“mencarilah yang sebenarnya terhadap kuwajiban kamu berusahalahyang baik dan rajin prihatin jangan hanya makan tidur dan kurangimakan serta minum."

Bait ke tujuh tembamg Kinanthi dalam Serat Wasitawala

mengandung nilai moral agar rajin untuk berprihatin. Dapat ditunjukan

pada kalimat den taberi prihatin “dan rajin prihatin “sedanggkan lan

Page 112: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

99

sudanen dahar guling “mengurangi makan serta minum” maksudnya

supaya rajin prihatin yaitu dengan mengurangi makan/ minum

(berpuasa), mengurangi tidur hal, yang demikian dampak positif pada

diri yang melakukanya terhadap perubahan pada pikiran serta prilaku.

Manusia hidup didunia hendaknya menjalankan laku prihatin . Laku

ini bertujuan untuk rohani agar jiwa terang dan terbuka dalam

menghadapi segala hal, dan apa saja yang diharapkan terkabul,

menemukann kebahagian dan sebagainya. Sebaliknya orang yang tidak

melakukan prihatin sejak kecil hingga tua akan melarat/ miskin

seterusnya dan tidak memiliki kepandaian. Mencari dengan benar

terhadap suatu kuwajiban, mencapai cita-cita yang baik memberikan

kesempatan mumpung muda supaya jangan berfoya-foya jangan

menghabiskan waktu serta bermalas-malasan hanya makan tidur.

Bahwa orang yang rajin berprihatin mengurangi makan minum

dan tidur ulahnya membanting raga, menyucikan diri akan tercapai

suatu keinginan. Adapun apabila yang berdoa kepada Tuhan apabila

dengan sungguh-sungguh lambat laun akan dikabulkan. Tuhan yang

maha pemurah akan mengabulkan keinginanya dalil mengatakan siapa

jujur balasanya akan mujur. Mumpung masih muda diharapkan belajar

“ginahua” yaitu sehat dalam sakit, dan bersukaria dalam prihatin” dan

“prihatin dalam bersukaria” itu hendaknya dilatih, dan mati dalam

hidup’, mencontoh orang-orang dahulu(leluhur).

Page 113: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

100

c. Isi Serat Wasitawala berisi tentang menjaga Negara.

Tembang Kinanthi bait ke delapan belas dalam Serat Wasitawala

mengajarkan tentang menjaga Negara/ pemerintahan berikut ini:

tienana kang satuhureksananen prajanirekingawasana sasamaning janmaana ala lawan becikkang nistha madya utamaana lancang kumaki

Terjemahan:

“Teliti yang sebenarnya jagalah negaramu waspada sesama manusiaada buruk/jelek dan baik yang hina tengah utama ada berani besarkepala”

Ajaran tersebut masih sangat relevan dalam kehidupan pada

sekarang ini supaya menjaga Negara atau pemerintahan, terutama

kepada pejabat yang telah mengabdi kepada Negara seperti pemimpin.

Apabila memilih pemimpin hendaknya orang yang berprilaku baik

memihak pada rakyat namun sebaliknya , kita harus berhati-hati dan

waspada terhadap pemimpin yang kurang baik. Ada tiga kriteria

tingkatan pemimpin bangsa atau Negara yaitu kepemimpinan yang

nistha, madya, utama.

Pertama, pemimpin yang tergolong nistha yaitu, adalah mereka

gila terhadap kekayaan (meliken arta). Pemimpin semacam ini,

biasanya ingin menyunat hak-hak kekayaan rakyat dengan aneka dalih/

cara. Harta kekayaan diatur sedemikian rupa, sehingga tampak legal,

kemudian dikuasai semaunya sendiri. Kedua, pemimpin yang

Page 114: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

101

tergolong madya, bercirikan dua hal yakni, (a) pemimpin yang mau

memberikan sebagian rejekinya kepada rakyat. Pemberian disertai

dengan niat tulus dan keikhlasan. (b) pemimpin yang mampu

menghukum rakyat yang berbuat dosa dengan sikap adil. Ketiga,

pemimpin yang tergolong utama memiliki ciri bersikap berbudi

bawaleksana. Artinya, mau memberikan sesuatu kepada rakyat secara

iklhas lahir batin. Mereka juga tak mengharapkan apa- apa dari rakyat,

kecuali pengabdian yang sesuai kewajibannya.

d. Isi Serat Wasitawala tentang ajaran bertapa.

ya niskara trapirekisinauwa tapa ngeliseni hara banyu harangluwange siyang ratriawasna marang sasmitawahywane sasmiteng gaibTerjemahan:

“Iya semua apa saja sikapmu belajar bertapa lapar api hening airhening sarana pada siang malam melihat terhadap pertanda, sungguh-sungguh pertandanya samar “

Ajaran untuk bertapa masih relevan dengan pada era sekarang

ini biasanya masih dilakukan oleh orang- orang yang mempelajari

ilmu “kejawen” atau ilmu kasepuhan. Dalam kehidupan masyarakat

sekarang ilmu (aliran) kejawen juga disebut ilmu rasa, sering

dilakukan dengan cara “menyepi“ atau bertapa (mesu raga, cipta, dan

rasa). Tembang tersebut berisikan anjuran melakukan bertapa, ada

empat jenis etika cara yang harus dilakukan oleh seorang pertapa

Page 115: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

102

seperti isi Serat tersebut diatas yaitu: (a) tapa narima, maksudnya

harus mengikuti apa kehendak Tuhan seperti sampan dilautan. (b)

tapa geni hara, tidak terpengaruh oleh suara-suara yang memanaskan.

(c) tapa banyuhara harus mengikuti petuah saudara, (d) tapa patihara,

dengan menimbun ditanah, harus tidak memperlihatkan kebaikan

sendiri.

Page 116: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

103

BAB VPENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan analisis dan hasil pembahasan dalam data Serat

Wasitawala karangan Mas Demang Warsa Pradongga, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Nilai moral yang membahas meliputi tentang hubungan manusia dengan

Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan diri sendiri.

a. Adapun nilai moral yang membahas hubungan manusia dengan Tuhan

terdapat pada tembang Dhandhanggula bait ke dua belas, sebelas,

tembang Sinom bait ke 10, tembang Kinanthi bait ke enam belas, Mijil

bait ke satu , dan Sembilan.

b. Hubungan nilai moral yang membahas manusia dengan manusia

tedapat pada tembang Dhandhanggula bait ke Sembilan, empat belas,

tiga ,tembang Pangkur bait ke tiga, tembang Mijil bait ke tiga belas,

dua, lima, enam, tembang Sinom bait ke satu, tuju belas, tembang

Kinanthi bait ke dua belas, delapan, tiga belas .

c. Nilai moral yang membahas manusia dengan diri sendiri terdapat pada

tembang Mijil bait ke Sembilan, sebelas, tembang Pangkur bait ke tiga

puluh, tembang Sinom bait ke satu, sepuluh, dua belas, tembang

Dhandhanggula bait ke sepuluh, tembang Kinanthi bait ke tiga.

103

Page 117: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

104

2. Isi nilai moral dalam Serat Wasitawala yang masih relevan diterapkan

pada kehidupan sekarang ini yaitu ajaran untuk bertapa, mencapai

kedudukan/ pangkat, melakukan prihatin, menjaga Negara/ pemerintahan.

B. Saran

1. Di dalam Serat Wasitawala karangan Mas Demang Warsa Pradongga

masih terdapat banyak nilai moral yang belum terkupas dan sangat

berguna pada kehidupan era sekarang ini, maka perlu di diaji/ analisis

lebih dalam lagi dan diamalkan dalam kehidupan.

2. Bagi para pembaca, diharapkan timbul keinginan untuk mempelajari

secara mendalam isi Serat Wasitawala serta tembang macapat di

dalamnya sebagai bentuk melestarikan warisan budaya adi luhung.

3. Diharapkan ada peneliti lain setelah ini yang mengkaji lebih dalam lagi

baik dari segi nilai moral maupun segi lainya dari Serat Wasitawala.

4. Pengkajian nilai moral Serat Wasitawala ini, tentunya masih banyak

kekurangan dan sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu

diharapkan peneliti lain dapat mengkaji lebih lanjut dan lebih baik lagi.

Page 118: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

37

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Wakit, Handayani Lestari Sri. 2007. Bahasa Jawa Kuna. UniversitasSebelas Maret: Surakarta.

Arikunto, Suharsimi.1997. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta.

Damono , Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra. Diknas: Jakarta.

Darusuprapta dkk. 1990. Ajaran Moral dalam Suluk. Departemen PendidikanNasional: Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Erawati Anik. 2010. Nilai Pendidikan Moral Dalam Panyandra Pengantin.Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Haricahyono, Cheppy. 1995. Dimensi- Dimensi Pendidikan Moral. IKIPSemarang Press.

Haryatmo, dkk. 2003. Macapat Modern dalam Sastra Jawa Analisis Bentuk danIsi. Depdiknas: Jakarta.

Mahmudi, Purwadi, dan Erna Setyaningrum. 1995. Tata Bahasa Jawa. MediaAbadi. Yogyakarta.

Nurgiyantoro Burhan. 2005. Sastra Anak. Yogyakarta. Gajah Mada UniversityPress.

_______, Burhan. 1991. Teori Pengkajian Fiksi. Gajah Mada University Press:Yogyakarta.

Poerwadarminta, WJS. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia: Groningen.

Purwadi, 2009. Sejarah Sastra Jawa Klasik. Panji Pustaka; Yogyakarta.

_______. 2005. Sejarah Sastra Jawa. Gelombang Pasang: Yogyakarta.

Ratna, Kutha Nyoman. 2010. Teori dan Metode Penelitian Sastra. PustakaPelajar: Yogyakarta

Riyadi, Slamet dkk. 1994. Idiom Tentang Nilai Budaya Sastra Jawa. Diknas.Jakarta.

Saputra Karsono. 2008. Penghantar Filologi Jawa. Wedatama Widya Sastra.Jakarta

Page 119: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

38

Sari, Yulita 2012. Nilai Moral dalam Serat Candrawarna. Skripsi UniversitasMuhammadiyah Purworejo.

Soedarsono.dkk.1985. Pendidikan Moral dalam Jiwa Jawa. Depdiknas :Jakarta.

Suharianto. 1982. Dasar-dasar Teori Sastra. Widya Duta: Surakarta.

Sulaksono, Djoko. 2010. Nilai Pendidikan Moral Dalam Cerita BersambungHarjuna Kawiwaha. Skripsi Universitas Muhammdiyah Purworejo.

Suryani, Elis. 2011. Filologi. Ghalia Indonesia: Bogor.

Sutardjo, Imam. 2006. Mutiara Budaya Jawa. Universitas Sebelas Maret.Yogyakarta.

Teeuw. 1984. Sastra Dan Ilmu Sastra. Pustaka Jaya. Jakarta.

Tias, Priska Deswari. 2011. Nilai Pendidikan moral Dalam Suluk Sukma Lelana.Skripsi Universitas Muhammdiyah Purworejo.

Uzey. 2009. Pengertian Nilai (www. Blogspot. Com) Diakses pada tanggal 3September 2012.

Waluyo, J Herman. 2007. Penghantar Filsafat Ilmu. Widya Sari Press. Salatiga.

_______________.2011. Pengkajian Sastra. Universitas Sebelas Maret:Surakarta.

Werrn Austin, Weelk Rene. 1990. Teori Kasusteraan. Gramedia: Jakarta.

Widyawati, Wiwien. 2010. Etika Jawa. Pura Pustaka.: Yogyakarta.

Winarni, Retno. 2009. Kajian Sastra. Widya Sari Press: Salatiga

Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam PersepektifPerubahan. Bumi Aksara: Jakarta.

Baried, Siti, dkk. 1985. Pengantar Filologi. Departemen Pendidikan danKebudayaan. Jakarta.

Subalidinata. 1994. Kawruh Kasusastran Jawa. Yayasan Pustaka Nusatama.Yogyakarta.

Wibowo, Agvenda. 2012. Basa Jawa Sansekerta. Aswaja Pressindo. _____

Nuraeni, Dwi. 2010. Nilai Moralitas pada Tembang Macapat PupuhDhandhanggula dan Pengkur dalam Serat Wulangreh KaranganPakubuwana IV. Skripsi Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Page 120: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

39

Winter, Ranggawrsita. 2009. Kamus Kawi Jawa. Gajah Mada University Press:Yogyakarta.

Puspita, Dwi 2011. “Nilai Moral dalam Serat Nitisruti Karangan PangeranKaranggayam”. Skripsi Purworejo: Universitas MuhammadiyahPurworejo.

Page 121: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

41

GLOSARIUM

Serat : Tulisan atau layang

Macapat : Membaca melajukan empat-empat pemberhentian nafas

pada empat-empat pemberhentian nafas pada empat suku

kata

Pupuh : Kumpulan bait dalam tembang macapat

Wasita : Nasihat atau pitutur

Wala : anak menjelang dewasa (di bawah umur 16 tahun)

Bait : Sajak dua baris (dalam karya sastra)

Kidung : lagu, karangan yang terikat oleh tembang

Wulang : ajaran, saran, nasihat

Kawruh : Pengetahuan, ilmu

Page 122: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 123: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 124: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 125: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

Deskripsi NaskahBerikut ini adalah tabel deskripsi naskah Naskah Serat Wasitwala

No. Keadaan Fisik NaskahSerat Wasitawala

Deskripsi Naskah Serat Wasitawala

1. Judul naskah Serat Wasitawala

2. Nomor kodeks .A.286.

3. Tempat penyimpanan naskah Perpustakaan Rekso Pustoko Istana

Mangkunegaran Surakarta

4. Jenis naskah Serat

5. Jenis teks Tembang

6. Jenis huruf teks Aksara Jawa

7. Jenis aksara Jawa dalam

huruf teks

Mucuk eri

8. Karakteristik huruf teksUkuran huruf agak besar dengan tulisan

agak miring

9. Goresan huruf Tebal dan jelas

10. Bahasa teks Bahasa Jawa

11. Nama penulis Mas Demang Warsa Pradongga

12. Tempat penulisan Surakarta Jawa Tengah

13. Tanggal penulisan 1912 Masehi

14. Jumlah halaman 30 halaman

15. Jumlah baris setiap halaman 21 baris

16. Penomoran halaman

Terdapat di tengah atas, setiap halaman

ditulis menggunakan aksara Jawa, dan

setiap pergantian bait terdapat nomor

memakai huruf kapital.

17. Pembagian halaman cover, judul, isi teks

Page 126: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

18. Tebal naskah 10 cm

19. Ukuran naskah 21 cm X 14 cm

20. Ukuran teks 14 cm X 20 cm

21. Isi naskahBerupa ajaran hidup untuk bekal anak

remaja

22. Sampul naskahBerwarna hijau muda, tebal dan terbuat

dari karton

23. Keadaan naskahMasih utuh, kertasnya halus keadaan

baik.

24. Jenis bahan naskahKertas bergaris dengan warna hitam

agak kecoklatan

25. Warna tinta Hitam

26. Tanda air/ cap kertas

Pada halaman i terdapat cap

perpustakaan berwarna biru di tengah

atas dan hitam ditengah bagian bawah

27.Wedana Renggan (hiasan

gambar)

Gambar orang meniupkan terompet

memakai topi koboi dengan warna

merah dan hijau

28. Jenis Tulisan Ngetumbar

29. Bentuk gugus konsonan

ha na ca ra ka

da ta sa wa la

pa dha ja ya nya

Page 127: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

ma ga ba tha nga

30. Bentuk gugus pasangan

ha na ca ra ka

da ta sa wa la

pa dha ja ya nya

ma ga ba tha nga

31. Aksara sandhangan

1. Sandhangan swara

i = o =

u = a =

e =

2. Sandhangan wyanjana

ra = ya =

re =

3. Panyigeging wanda

h =

r =

ng =

4. Sandhangan paten (pangkon)

Page 128: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

32. Aksara MurdaNa Ka Ta Sa Pa Nya

Ga Ba

33. Aksara Swara a =

34. Aksara Rekan fa =

35. Pada lan tetenger

1. Pada lingsa (koma) =

2. Purwapada =

36. Angka Jawa

1 = 6 =

2 = 7 =

3 = 8 =

4 = 9 =

5 = 10 =

Page 129: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

TRANSLITERASI ORTOGRAFIS

PUPUH ASMARADANA

1. Asmaradana kinardi, mangimuring muring driya, karsa manawun samangke,

kuma wasis beg pujongga,cumanthaka gumisa, sajatine mudha punggung,

anggepe kadya sarjana.

2. Adreng gopita rerepi, rikanang wahywannya bangkya, gubahana harsa

linungke, pra kulawandawanira, tanapi para putra, saking rencakaning

kayun, dadya akarya sambit.

3. Sinritari sukra kaping, dwi dasa jawal candrama, marengu wawu warsane,

nenggih sangkalaning warsa, sapta ron naga raja, tingengran ing

namanipun, karana wasitawala.

4. Amurwa ingkang kinteki, kang pancen nedya utama, yen arsa mering

waliteng ngong, aja dumeh neng mustaka, tan kena maidowa, yen tineraktan

rahayu, kang manut cerak duryatnya.

5. Nglakonana aprihatin, pesunen sariranira, supaya mundhak budine,

dentaberi tetakona, haywa nganti prenesan, yen sira maksa katutuh, pan iku

anggeping khewan.

6. Kayata upamaneki, janma tan weruh ing tata, candrane uriping kebo,

tanbisa aworing janma, sinirik mring sasama, lingak-linguk kaya enthung,

temahane dadi kompra.

7. Pan nora manggih basuki, yen remen marang sembranan, nyedhakaken

durakane, poma sira ywa sembrana, sadara aja tinggal, kang anteng

jatmikeng ruruh, iku gedhe sawabira.

8. Nanging kudu ngati- yati, barang solah tingkahira, kang surti, titi patrape,

aja lali duga- duga, sabarang lakunira, ngestokna ingkang satuhu, hiya

mring wasitaning Hyang.

9. Pantes samya den lakoni, kang kasebut ing pustaka, hiya kudu ngimanake,

kang pasthi banjur sarjana, kinacek samanira, sinungan sih para luhur, ing

salama manggih harja .

Page 130: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

10. Haywa sira pan kumaki , gumaut lancing kumethak, dhemen sumambung

guneme, lumaku den ginuguwa, iku satruning Allah, ya sitakna kaya asu,

janma nyukeri bawana.

11. Singkirana kang atebih, sira aja wani cerak, tan wurung niwasi tembe, hiya

ing watakira, yen wong mangkono puniku, ingaranan eblis dharat.

12. Poma den awas sayekti, marang samanya ing titah, kang ala becik patrape,

yen sira uwis waskitha, angawasna sasmita marang salah tingkahipun,

yogya candheten ing driya.

13. Lamun sira yen angabdi, suwita para pangeran, sansaya abot sanggane, iku

tur kathah godhannya, ya samaning pra kanca, hiya estri lawan jalu, byada

tanapi parekan.

14. Aja sira kumawani, mring pingitaning bandara, tegese kalangenani, sira tan

kena sembrana, wis pasthi yen duraka, jahil dhemen karem wadul, iku nora

manggih harja.

15. Jwa nganti nglakoni silib, gegampang darbeking liyan, kang dudu

kuwajibane, aja kongsi culikeng tyas, iku karyaning setan, saksana tampi ing

kukum, tembe kacemplung neraka.

16. Winastan godhaning eblis, pakarya ing kadurjanan, degsura culika trape,

poma den angarah- arah, marang laku satindak, singkirna kang nora patut,

iku lakuning kawula.

17. Tan kena ngresuleng batin, kudu sira nirmaleng tyas, lakonana prihatine,

aja petung dagang layar, kaya ngelmu sudagar, ngetung tuna bathinipun,

iku tan darbe supangat.

18. Pan kadya den supatani, jedok barang kang sinedya, sajege wagel awake,

nulya ngalih pasuwitan, ngedheg tumempel bandara, tuwin mantra lan

panewu, tan ajenak switeng tuwan.

19. Dadya pupudhak Walandi , jejongos ing aranira, melik kang kathah

Neptune, during ing watara lama, tan jenjem manahira, bingung pan

kakeyan petung, banjure dadya urakan.

Page 131: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

20. Datan arsa nambut kardi, ngupaya ecaning badan, ya kaya uler candrane,

gumremet roning pang wreksa, mangani keh godhongan, pan ingkang

sinedyeng kayun, mung muktekaken sarira.

21. Yaiku pralambangneki, janma kang nora antepan, tuwin kang ngrusak

budine, datan mikir mring pakaryan, lan sukan woring janma, yaiku

uripireku, kena ingaranan pejah.

22. Wus pepet jajahaneki, tan awor samaning janma, wasita iku kandhane,

muga ywa nglakoni cidra, kang becik ing sasama, rukuna atut kang runtut,

iku lakuning ngagesang.

23. Yen ana ngarsaning gusti, ngawasna haywa sembrana, lejar tanapi kelinge,

aja bungah yen ginanjar , jwa susah yen dinukan, sira engeta satuhu, kawula

tan darbe wenang.

24. Miturut manut nglakoni, ywa madoni ing parentah, eringa marang nagrine,

ingkang uwis akelakyan, raharja swarga dunya, mung pahitan siga iku,

haywa kongsi swaleng driya.

25. Sinauwa tapa ngeli, geni hara banyu hara, ngluwanga siyang ratrine, abot

tapa jroning praja, ginodha sabenira, Ngijajil iku kang ngridhu, poma sira

jwa sembrana.

26. Datan kena ginagampil, aneng ing sajroning praja, tan kena lena patrape,

tindaknya aja sembrana, tuwin samaning titah, awasna ing solahipun,

pinituwa lan taruna.

PUPUH SINOM

1. Ya sireku yen wus wikan, sawiji- wijining janmi, ingkang becik lawan ala,

timbangen ingkang sayekti, sawusnya sira uning, lah woworana sadarum,

marang samaning janma, kang becik catheten batin, ingkang ala sretunen

aja katara.

2. Nora kena siya- siya, marang samaning dumadi, aja nganti tutukaran, gawe

seriking ati, lan aja asring kibir, nyumbarken kagunanipun, ngandelaken

kawignyan, jubriya sajroning batin, nora kena pasthi bakal nemu duka.

Page 132: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

3. Hiya dukaning Pangeran, kang murba marang sireki, among karsaning

wasita, sira den angati- yati, pesunen kang sajati, bisane undhagi punjul,

limpat grahitanira, ing kalukitan kang bakit, kang utama pan aja nganti

katara.

4. Yen wus kacakup ing sira, barang kalukitaneki, sangsabana ywa katara,

kandhuten kang primpen yekti, yen wus bisa nglakoni, Manawa bisa aluhur,

Kang Kwasa paring nugraha, kamulyanira Ywang Widhi, pan jinurung

katurutan kang sinedya.

5. Aja kaya jaman mangkya, lakune arebut inggil, tan paja weruh ing tata,

anggayuh dadya priyayi, kathah kang tinggal dugi, degsura ing patrapipun,

samya ngemba bandara, solah tingkah muna- muni, nora duwe angengeti

yen kawula.

6. Anggepe sajroning driya, tan ana bedanireki, lah hiya pan samya titah, ing

gustiku Jwang linuwih, angandelaken ngelmi, nora tedhas yen sinuduk,

mulanya ing samangkya, kathah kang rinangket gusti, purwanira kena

patrape priyongga.

7. Aja ngandelken digdaya, atos wuwuleding kulit, gendhungan solah

tingkahnya, kang ginulang siyang ratri, yaiku budi srani, tan wurung

kacemplung ngendhut, dadya intiping nraka, durakane anemahi, lagya

mentas ginada ing Malaekat.

8. Cintrakanira kapanggya, suka sakeh kang wijajil, yen wus antuk dennya

godha, jogedan nglelater aglis, munggeng ing ngarsaneki, linca keplok

manggut- manggut, saking renaning driya, yen ana janma kang ngaji, ajrih

ngerak badan karaos marlupa.

9. Yen myarsa tiyang ingkang adan, badan kadya den gebugi, lamun ana wong

tukaran, padu kongsi silih ungkih, jambak – jinambak genti, arame peluk-

pineluk, Wijajil cikrak- cikrak, neng ngarsa wurining janmi, tetayungan

seger sumyah kang sarira.

10. Wus karsanira Hyang Suksma, yen wau ponang Wijajil, wenang gogodha

mring janma, kabeh titahing Hyang Widhi, yen ginodha tan keni, pasthi

Page 133: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

amanggih rahayu, tegese sabilana, kang bakal dadya bilahi, bokmanawa

eblise lumayu ngenthar.

11. Yen ana wong lembah manah, Ngijajil tan bisa osik, badan cape kraos gila,

kapok saturunireki, apan kadya binesmi, saksana ngoncati mabur, aneng

ing awing- awing, nginggil indracala mangkin, sakalangkung kapok jrih

nak putunira.

12. Poma padha ngrawuhana, aja kongsi cupet budi, mikira ingkang utama,

gayuhen budi kang inggil, nuwuna mring Hyang Widhi, esthinen ingkang

satuhu, ywa taberi kumpulan, janma kang wus kereh eblis, ing tegese wong

kang manah kabrabeyan.

13. Wujude kang kababreyan , tan agelem ngalah thithik, ngur mati yen ngalah

basa, saucap- ucapireki, ya kudu angungkuli, ambege banjur kumingsun,

braok- braok swaranya, kabeh wuwusnya ngegeti, poma enggal singkirana

aja cerak.

14. Padha sira ngawruhana, marang candranireng janmi, kang cupet ing

budenira, iku kadadeyaneki, tan becik kang pinanggih, salawase tan

rahayu, wus kereh eblis lanat, dadya satruning Hyang Widhi, lamun bisa

ywa nganti kaya mangkana.

15. Lan aja karem sesanjan, mring tepine kanan kering, wismanya para

prikonca, tuwin pra wanuhaneki, ywa nganti tinggal dugi, sanadyan sanjan

sireku, nganggowa empan papan, yen tan ana parluneki, aja sonja mundhak

nyedhaken duraka.

16. Wong mangkono tanpa karya, tur iku nora medahi, malah anemu brahala,

sira kudu ngati-yati, sanadyan olih mingsil, kudu ngawasna satuhu, bok

Manawa cinoba, dadya sandhunganireki, poma sira ywa nganti padha

sembrana.

17. Nora ngemungaken priya, sanadyan janma pawestri, kabeh

kulawarganingwang, gayuhen ingkang utami, ywa remen sanjan maring,

tetongga iku tan patut, mundhak baut mraceka, durakane anemahi, pes –

apese ngatingalken wadinira.

Page 134: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

18. Winedharaken ing tongga, ngojahken babdireki, enggone padha jodhowan,

rembagnya tan seneng pikir, anggure ngathik- athik, mring janma priya

kang bagus, kang ala ingewanan, ginuyu pating cukikik, hiya iku bathine

karem sasanjan.

19. Wus pasthi bae mangkana, baut rembag ngathik- athik, nulya banjur mikir

royal, rerukunan nyewa glindhing, samya ngupaya tandhing, kang dadya

sasenengipun, wus tamtu yen wanodya, yen krep remen sanjan maring,

tongga pasthi karem marang papresenan.

20. Anulya samya kasukan, sumyah raosing panggalih, ing wuri datan uninga,

anggere kasakit ngarsi, pramila jaman mangkin, kathah samya dadi menus,

kasukan saben dina, lamun nora darbe picis, anggegampang marang

duweke ing liyan.

21. Yen nora apatrap cidra, pasthi gawe ulat liring, mring priya kang darbe

brana, banjur nulya den bondheti, sak kakung- kakungneki, watone bisa

anyukup, ing kabutuhanira, kinaryan kasukan aglis, kang sinedya muga

dadi kanthenira.

PUPUH KINANTHI

1. Sawusnya kasukan rampung, wanci madya lingsir wengi, sigra dennya

bebondhetan, wantune jalu lan estri, bineta marang ingsun, samya nuruti

panggalih.

2. Poma prawandaningsun, ywa karem sesanjan maring, wisma kering

kananira, kabeh arinta pawestri, padha sira ngestokena, mring

wasitaningsun iki.

3. Cobanen maido tutur, aja dumeh aneng tulis, tamtu banjur dadya kompra,

ingaranan dadi kapir, ya kupur kalawan kopar, ing tembe kapiran benjing.

4. Ciptane darbe kaduwung, yen tumekeng sepuh benjing, rikalanira taruna,

mung prenesan kang den esthi, anilar marang wajibnya, ora taberi marsudi.

5. Mung kasukan siyang dalu, punika kang dipun esthi, tur iku tanpa paedah ,

ngedohken darajatneki, mung cepak brahalanira, yaiku bakal niwasi.

Page 135: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

6. Aja asring salang surup, sira kudu kang patitis, pituture sudarmanta,

manuta saujarneki, ingkang pantes linakonan, yen ala catheten batin.

7. Golekana kang satuhu, marang kawajibaneki, ngupaya ta kang utama, den

taberiya prihatin, ywa katungkul mangan nendra, lah sudanen dhahar

guling.

8. Pesunen sariranipun, supaya mulur kang pikir, mupung ataksih taruna,

ngudiya lukitan bakit, kang utama kawajiban, ing tembe Manawa singgih.

9. Aja sira kumapurun, sumambung wuwusireki, yen jagongan lan wong tuwa,

den taberi angadhepi, rungokna ingkang waspada, sak kojahnya ywa

mangsuli.

10. Upama sira tan sarju, pan aja nganti katawis, jer sujanma warna- warna,

ana ala lawan becik, prayitnaha jroning nala, sireki kudu udani.

11. Yen ana kang nedya padu, aja kongsi wani tandhing, teka sira kalahana,

sumingkira ingkang tebih iku cobaning Pangeran, poma kang titi

samangkin.

12. Lan aja sok kumapurun, mring yayah renanireki, yaiku kawruhanira,

pupundhenira sasami, sadaya para wong tuwa, kang taksih pramilineki.

13. Turuten saujaripun, haywa kongsi nyulayani, kang pantes ya lakonana,

pundhinen ingkang sayekti, nyupangati ing wataknya, barang kang

sinedyeng galih.

14. Gampil cerak drajatipun, nugrahanira Hyang Widhi, tur antara datan lama,

nuli ginanjar priyayi, kinasih marang srinata, kang mangkurat tanah Jawi.

Estokna ingkang satuhu, wediya mring yayah bibi, iku gedhe sawabira, tur

sesaminireng janmi, awelasa sih sadaya, den anggep sakondhaneki.

15. Yen sudarma pan wus tamtu, darbe kudangan mring siwi, kawignyanira

kang putra, ngungkulana ing sasami, nugraha lan kawiryannya, muga

bisaha sajati.

16. Wus lumrah kudanganipun, yen wong kang wus darbe siwi, sadaya,

angengetana, sira den angati- yati, kang asih mring yayah rena, mupangati

ing sasami.

Page 136: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

17. Yen ngantiha kamipurun, mring sudarma lawan bibi, kena ingaranan

khewan, nora wruh purwaning nguni, den lakoni etoh nyawa, kangmongka

sireku wani.

18. Yaiku nora rahayu, salawase pothar- pathir, pama gayuh- gayuh tuna,

angrangsang –ngrangsang tan keni, barang kang sinedya cidra, cupet

pangesthi nireki.

19. Marsudiya kang rahayu, mikira ingkang sayekti, mring kudanganing wong

tuwa, supaya margane singgih, cerak kaduryatanira, istiyara kang sajati.

20. Sireku yen wus kacakup, marang kautamaneki, ya sira anglakonana, den

kerep marlupeng mangkin, sajroning sira marlupa, ywa nganti kendhating

pikir.

21. Utamaning wajibipun, pilih janma kang wruh wajib, kathah samya

nyayawara, during eruh kang utami, kasusu jinunjung lenggah, pramila

kathah kang edir.

22. Anggepe kaya wus cukup, bisane mung ngrungu nempil, iku janma kang

mangkana, pan ginuyu wong utami, ing sasolah tingkahira, tan ngrasa

badanireki.

23. Kang ginuyu ora weruh, tansah dennya akumaki, dheweke meksa tan

ngrasa, tondha iku cupet budi, uripe padha lan khewan, nora wruh marang

ing wadi.

24. Aja dhemen grudag- grudug, kaya kidang lawan kancil, podok yen ngarah

utama, yen woworannya tan becik, katanggor janma kang kompra, pasthine

banjur nulari.

25. Aja ngoworan wong iku, kang wus anglakoni juti, sanadyan nora miluwa,

iku wruh solahing maling, lama- lama nuli bisa, banjur teken dadya maling.

26. Katiwasan akiripun, yen kumpulan mring wong juti, durjana iku wong

kompra, nora wurung durakani, saksana cemplung naraka, ginandheng

astane kalih.

27. Yaiku ing kukumipun, kang padha nglakoni silib, wus takdire badanira,

dadya satruning nagari, kompra dadiya wong durjana, wus manjing ereh

ing eblis.

Page 137: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

28. Heh becik apa puniku, utamane kang taberi, endi kang den sira sedya, ywa

nganti sepen kang pikir , ywa ngantiha kawoworan, ing kono bakal

kapanggih.

29. Margane dadya priyantun, upayanen kang sayekti, lakonana apruwita, pra

Pangeran lawan Gusti, tanapi para bandara, jalaran dadining pyayi.

30. Eklasna manahireku, yen sira ngawuleng gusti, kang wekel marang

wajibnya, ngawasna karsaning gusti, kapareng suka lan duka, kang bisa

sira ngrangkani.

31. Kang weruh marang ing semu, angetokken pinterneki, punika pan nora

kena, sirikane para gusti, lah muga ngarah- araha, ungkurna kawignyaneki.

PUPUH PANGKUR

1. Sinauwa kang sagara, ngawasena marang para luhur mangkin, aja dumeh

sira punjul, ing kabakitanira, nora kena kabeh darah ing Matarum, yen

klancangan kawulanya, dukane yayah sinipi.

2. Ora liwat among sira, ambodho api- apiya tau uning, kang tajem trep

silanipun, hya karem sosongaran, ing sajroning sireku neng ngarsanipun,

ing gusti narendratmaja, sinaunen banting ragi.

3. Singkirna kang dadya hawa, cecegaha pesunen jroning batin, ywa

menakken angganipun, pupung sira taruna, bok Manawa kadugen

karsanireku, katurutan dening Allah, jinangkung marang Hyang Widhi.

4. Sadaranya haywa tinggal, anganggowa dugi lawan prayogi, ya aja kongsi

kasaru, mring samaning tumitah, yen ta kongsi ingaruhan kancanipun,

sinaru lan kalingseman, kaya khewan uripneki.

5. Lah dudu traping manungsa, sasat khewan padha lan kebo sapi, tembene

kecemplung ngendhut, dadya intiping nraka, banjur manjing kono dadya

isenipun, ing kekawah Condramuka, tinadhahan ing Wijajil.

6. Poma sira dipun awas, mring sasmita esthinen kang sayekti, sarjana

undhagi punjul, wiweka aja tinggal, lan ngawasna ing sasolah bawanipun,

prikonca solah tingkahnya, kang ala miwah kang becik.

Page 138: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

7. Kang bisa ajur ajer sira, aja nganti nampik tuwin amilih, ya raketana

sadarum, pan iku samya titah, pri kancanya yen sireku nora sarju, catheten

sajroning nala, srehunen aja katawis.

8. Ngagesang iku lampahnya, den nastiti ywa sok jubriya ing batin, kasiku

kang murbeng tuwuh, kudua lakonana, ngalah basa sakecap aja kacancung,

kang abisa pangarahnya, tan kena yen ginagampil.

9. Yen sira uwis nglenggana, apasraha kang murba ing sireki, yen gayuh

dadine luhur, sangkanana ing ngandhap, kawruhana sasmitane bunglon

iku, remene saba ronrona, ing kono marganireki.

10. Tegese kabeh worana, lamun kuning sireku melu kuning, yen seta hiya

sireku, kudu awarna pethak, lamun retadi enggal nganggowa gincu, yen

ireng sireku kresna, aja nganti ora bakit.

11. Bunglon ana ing wastanira, lamun bisa yaiku janma luwih, nora cupet

budenipun, lan sira ngawruhana, awediya marang ing Pangeranipun, Gusti

Kang Murbeng Bawana, yen tinerak bilaheni.

12. Eringa marang nagara, lamun sira arsaha wani- wani, nerak wewaler kang

kasbut, druhaka donya kherat , ora susah ngenteni yen prapteng besuk,

samengko bae kadadak, cilakane anemahi.

13. Pramila sira samangkya, singkirana barang kang nora becik, yen sira

nedya amuwus, ing sabarang kinecapna, den nastiti arahen aja kasluru, yen

wus kabanjur tan kena, temahane aniwasi.

14. Pinaiben nora kena, yen tinerak sayekti bilaheni, ya gedhe wewalatipun,

sira kudu pruwita, hiya iku wasitengsun kang kasebut, pantes samya

linampahan, mring wandawa wus prayogi.

15. Mring janma priya wanodya, kang wuwujang lan taksih hawan sunthi, kang

samya nedya rahayu, lan kang gayuh utama, pasthi bae padha nglenggana

sadarum, samya kacathet ing driya, sanget dennya trimakasih.

16. Kajaba kang mikir kompra, sajatine hiya nora praduli, ngewani marang

pitutur, ambuwang kautaman, anyedhakken mring brahala kang den gilut,

druhakane wus neng ngarsa, temahane dadya juti.

Page 139: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

17. Mring tongga nglimpe patrapnya, angon ulat ngumbar tangane kalih,

jalalatan netranipun, sampiran kang rinangsang, ya apese ngentas timba

trima lowung, labed datanpa karya, during iku dadya weri.

18. Kadya kalong lampahira, lamun ratri angambil wowohan aglis, eleke

sadalu muput , nginjen- injen keh wisma, lamun ingkang darbe wisma

samya turu, saksana ajejogedan, wus ngrasa yen olih kardi.

19. Lakune wong kang durjana, nora nedya ngesthi bisane becik, tamtune

kacemplung endhut, dadya intiping nraka, waler iki kabeh

kulawarganingsun, ywa sira wani narajang , muga ywa ana nglakoni.

20. Kang gepok tan kadursilan, poma- poma muga aja na praduli, adohna kang

nora patut, mikira kang utama, golekana margane duryatireku, tur ingsun

mangayubagya, esthinen dadya priyayi.

21. Yen sira tuwin katekan, panuwunmu bisa dadi priyayi, ya sokur pangkat

luhur, kang bisa ngrangkanana, gonmu ngemong heh para pri kancanipun,

kang becik miwah kang ala, yaiku anggonen sami.

22. Kang gedhe sagaranira, haywa nganti sira ciri- ciniri, tan raharja

ngakiripun, angur sira wetokna, ora kena yen gambol jareming kalbu, yen

wani ngur nyenenana, aja asring ngandhut serik.

23. Mindhak anemu duraka, paring kukum kang murba ing sireki, becik kang

manut piturut, kang becik den anggowa, nanging sira duduga ywa kongsi

kantun, bisa angaruhara, tegese bisa ngemori.

24. Kang kasbut janma utama, nora kewrah marang kang ala becik, lawan

malih wekasingsun, dibanget amarlokna, lamun Gusti paring ganjar mring

sireku, barang suwek lawan arta, banjur bagenen kang wradin.

25. Aja wani nyilep sira, mring kucahe geganjaraning Gusti, orangsal

barkahing luhur, tur nuli kena welak, wuwuh dadya bantoyong ing

angganipun, drejade ora lila, kaya dipun sepatani.

26. Dadi dhuwur dhemen cidra, angenaki sarak marang wong cilik, open wah

taberi gantung, kang dudu wajibira, iku saya akathah druhakanipun, cupet

ingkang sinedya, munggwa ngrangsang datan keni.

Page 140: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

27. Kang mangkono guwayannya, ora duwe manther sansaya nguncis, dinulu

lir Cina murus, kang kawon gugadira, anyrengungus kuru wuwuh bengus-

bengus, melas nrithil kedhepnya, niyat den nggo aling- aling.

28. Iku kinarya gahota, pramilannya piyapi kedhep nrithil, karepe aja na

weruh, mamelas wujudira, wong mangkono pancen tatekon ing asu,

kacemplungken nraka benjang, tinadhahan ing Wijajil.

29. Poma sira ngawruhana, yen wong dhemen goroh marang sasami, nora

mupangati iku, slawas katula- tula, tur sajege sinretu, pra samenipun, wong

tuwanya datan lila, tanapi luwurireku.

30. Sanadyan para wanodya, ingkang padha surti angati- ati, nyemiya

patrapireku, mring raja kayanira, kang satiti barang duweke wong kakung,

kang primpen ywa sembrana, gemenana ing salami.

31. Banget wediya wong priya, rah arahen barang sacaturneki, kramamu aja

kasandhung, yaiku guronira, kawruhanmu lakinya wajib tinurut, kang kena

linampahan, ya kudu sira nglakoni.

32. Supayanya marga gampang, anggenira ngupaya sandhang bukti, sempulur

rejeki tutut, katekan kang cinipta, yen anganggep marang ing pituturingsun,

pasthine manggih harja, tentrem tata tur basuki.

33. Aja kaya jaman mangkya, karem mumpet delep marang ing laki, goroh kang

sinedyeng kayun, tan ngatingalken kaya, ing sabang wajib sadarbeking

kakung, ing mongka panganggepira, den aku darbek pribadi.

34. Lamun yen ana wanodya, kang mangkono gorohi marang laki, yaikut

wadon kapahung, boros salawasira, tur yen luput ingaruhan nora mundur,

mencereng pecicilan, dinulu lir mata kirik.

35. Nora becik kang pinanggya, datan oleh barkahe kaki nini, tanapi ing

luwuripun, tan dongakaken mangkya, nora lila kabeh sak wong tuwanipun,

amuwuhi puji ala, tan purun mijil kang becik.

Page 141: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

PUPUH MIJIL1. Wus dilalah karsane Hyang Widhi, yen kaya mangkono, wurung janma pan

iku tembene, nora weruh druhakane benjing, sabarang wawadi, datan

darbe kewuh.

2. Wong wanodya yen mangkono yayi, dhemen laku goroh, nora duwe temen

salawase, wit iku pikire owah gingsir, nglambrang siyang ratri, gayuh dadi

menus.

3. Yen kenaha sabrayatan mami, saka wangsiteng wong, kajabane wong kang

pancen takdire, angedohna barang nora becik, utamane yekti, golekana

estu.

4. Amikira nak putu ing wuri, yen taksih turun wong , awediya mring yayah

rename, lamun yen wus nambutken ngakrami, wediya kang asih, marang

mra tuwamu.

5. Aja nedya sira kumawani, mring mratuwa karo, bapa tiyang nini lan kakine,

heh kang banget sira dena ajrih, ya pituturneki, wajib yen tinurut.

6. Ingkang pancen kena den lakoni, turuten sapakon, yen wanodya bektiya

lakine, aja niyat maneni ing laki, yaiku susulih, wong tuwanireku.

7. Aja dumeh ala tanpa warni, tan lumrah sami wong, jer pan kadya

dhedhengkul rupane, ya wus pantes kudu sira jeni, lamun den niyati, nedya

kumapurun.

8. Pan ing tembe anemu bilahi, luwih saka abot, nora wurung katiwasan

mangke, jroning driya banjur owah gingsir, tur adoh rejeki, ngrambyang

nusup- nusup.

9. Kang utama ngaurip puniki, dadiya titiron, amikira bisa kasaide, golekana

ya margane inggih, tututing rijeki, gangsare lestantun.

10. Upayanen kang kongsi kapanggih, denira sakloron, lah pesunen ing budi

dayane, apesthiya bisane kasaid, dimen angungkuli, ing sasamenipun.

11. Rosanana gonmu nambut kardi yeku glis gumolong, pan lestari kabegjanta

mangke, wuwuh tutut rijekinireki, yen ngudi sayekti, pasthi glise nglumpuk.

Page 142: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

12. Tur sampulur sandhangira bukti, tan kari sami wong, banjur dadya darsana

wurine, marang anak putunira benjing, ananging sireki, ywa kendhat

panuwun.

13. Marang Gusti kang murba sireki, haywa kongsi pedhot, dennya nuwun

marang ing duryate, aja nganti tukaran lan laki, ajriha ing salami, mring

guru lakimu.

14. Wus wajibe ginugu salami, den turut sapakon, lan aja sok tukaran

tanggane, ginugahen ngalah ba sakedhik, haywa kongsi tandhing, pastine

rahayu.

15. Lan aja wani nyilep kreyaning, lalakinya mengko, samubarang wajib

pamintane, angetokna mring pasunging laki, ywa dora sireki, druhakane

muput.

16. Kang taberi anambuta kardi, nanging ngatos – atos, aja nganti rekasa

tembene, yen wanodya wajibe satiti, gemiya kang yekti, hiya sapandhuwur.

17. Wong dadyestri kang bisa nglakoni, saprentahing bojo, aja asring badali

karsane, yen wanodya duweke nglakoni, ajrihnya kang sayekti, mring

lakinireku.

18. Wong sakaro ywa padha sok runtik, tukuna kang golong, aja remen tukaran

arame, nganti dadya linayat ing kering, adoh kang rijeki, sinengitan wahyu.

19. Bungah ingkang tan remen sireki, yen padu lan bojo, samya suka tongga

teparone, kabatinan padha angeploki, yekti kathah sengit, wong tongga

puniku.

20. Katimbanga kang ala lan becik, ning kathah kanga won, bibrahaken tan

bisa ngumpulke, wus dumunung pangawaking eblis, awit kang abecik, ya

ing manahipun.

21. Pramilanya ya kang ngati – ati, kawruhana mengko, kang nastiti surti ing

patrape, kang supadya raharja salami, tur kathah jrih asih, nenggih

sajeggipun.

22. Lamun ana pawestri tan ajrih, marang ingkang bojo, wus dumunung

panyakit arane, kaya anjing kapanjingan eblis, netranira miring, kuning

semunipun.

Page 143: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

23. Layak bae netra semu kuning, wong edan wus manggon, nanging datan ana

wruh slawase, katanggor wong lara owah gingsir, pramila salami, tan ajrih

mring kakung.

24. Tumrap anjing pinethung tan wedi, nora duwe kapok, malah nyokot

kranjingan arane, estri iku yen wus kereh eblis, nora bisa mari, jaba yen

wus lampuse.

25. Muga sira den prayitna yekti, yen ngepek punang wong ingkang patrap

mangkono dadine, durakani ing sajeging urip, aja wani- wani, nrajang

wong kapahung.

26. Ing slawase tan gemi mring wajib, kas kayaning bojo, among delep iku

pakaryane, aminteri duweke ing laki, mung kinarya main, siyang ratrinipun.

27. Wus jumeneng pawestri Wijajil, luwih dening awon, nora wurung durakane

gedhe, jer puniku dadya mungsuh nagri, kabeh kanan kering, mila jrih

kalangkung.

28. Yen winulang wus makem kandhali, dire kudu berot, kang cinipta enak

bedhal bae, angupaya sasenenging ati, plahur den tekadi, megat trisneng

kakung.

29. Poma aja anak putu wuri, ngepek wong mangkono, mindhak ngontraken

pikir sajege, nora becik mring guwayaneki, goroh siyang ratri, payus

ngelub- elub.

30. Ngupayaha kang naluri yekti, kang taksih turun wong, nanging kudu sireku

samangke, amretakna martabat kang becik, wicaranireki, kang manis ing

semu.

PUPUH DHANDHANGGULA

1. Ingkang padha surti ngati-yati, ngupayaha margane utama, golekana

sadurunge, pupung during kabacut, anglakoni kang during krami, heh pra

wandawaningwang, esthinen satuhu, marang ujaring wasita, janma iku yen

padha ora ngawruhi, mring kautamanira.

Page 144: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

2. Dadya ora kainan sireki, anggenira ngupaya utama, anem kongsi sepuh

mangke, nuwun kang murbeng tuwuh, den lakoni anumpal keli, supaya

enggal prapta, ing nugrahanipun, dene kudu nora angsal, ya jabreha paring

yen kudu thithik, wus takdire Hyang Suksma.

3. Aja dumeh yen kalebu takdir, maksa taksih kudu istiyara, janma wus

diwenangake, gayuh utamanipun, dimen manggih sakeca benjing, manawa

lama- lama, duryatira rawuh, kang pancen takdir Pangeran, pinaringan

ngapura dening Hyang Widhi, ning budi kang nirmala.

4. Dimen dadya sudarsaneng wuri, kapan dadi tepining tuladha, marang

kadang kadehane , tanapi anak putu, lamun sukci budine nenggih, tur iku

manggih harja, ing salaminipun, lawan aja krep kumpulan, ra royal lan

janma ingkang karem main, kasukan saben dina.

5. Lamun hiya mangkono sireki, dadya sira anembah brahala, tegese bubrah

tatane, poma aja na manut, budi srani panggawe eblis, anyedhaken duraka,

ngubak nrakanipun, kaduwung ing benjangira, yen wus sepuh tumekane

prapteng akir, kraos raosing driya.

6. Muga padha aja na nglakoni, nyedhakake kang dadya brahala, singkirana

sadurunge, yaiku nora patut, andadeken rubedaneki, ngur sira ngupayaha,

ing kalukitanamu, sarjana lawan utama, aja nganti kasoran samanireki,

nanging aja katara.

7. Bok Manawa sira wus nampani, kanugrahan lan duryat ingeran, aja

ngegungken dhirine, haywa gedheken angkuh, aja ambek lan aja edir,

Manawa yen dinukan, mring Pangeranipun, ingkang bisa momong sira,

hiya iku samya titahing Hyang Widhi, pan sira ngawruhana.

8. Yen anggayuh luhur tur lestari, sinauwa tapa geni hara, mendhem tanapi

ngluwange, tapa ngeli ing banyu, lakonana ingkang sajati, tur gedhe

sawabira, slamet slaminipun, yen wus kacakup ing sira, ngati- yati barang

sapatrapireki, ywa tinggal duga-duga.

9. Janma ingkang ala lawan becik, lan sireku kudu ngesorana, yogya raketana

kabeh, yen sira dadya luhur, ingkang jembar sagaraneki, kang sedheng

Page 145: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

sadayannya, anem sepuhipun, ingkang bbisa momong sira, kabeh mau pada

titah ing Hyang Widhi, tan kena siya – siya.

10. Yen wus bisa sira anglakoni, momong marang sasamaning janma, yaiku

gedhe sawabe, nora susah guguru, angupaya guna padasih, iku bae wus

kanggya, ngaurip puniku, saprelune laku sira, sadinane ngawasna sasmita

jati, jatine blis kang godha.

11. Yekti kudu sira angrawuhi, saben dina yen kathah rencana, lah enggal

singkirna bae, haywa kongsi kapangguh, ingkang dadya satruning Widhi,

yen bisa nglakonana, salat limang wektu, watake adoh kang hawa, lamun

ana janma sabar tegeng batin, kinasih mring Hyang Suksma.

12. Yen ri sukra ya maranga masjid, lakonana ing saprentahira, Kanjeng Rasul

sadhawuhe, gedhe keramatipun, lamun ajeg sira mring masjid, tur becik

cahyanira, manther yen dinulu, tur ngadohken ing rencana, ingkang pancen

kang dadya rubedeng mangkin, wus sirna sangking sira.

13. Nadyan nora bisa marang masjid, becik aneng wismanya priyongga, ya

kang kudu ngimanake, haywa beda sireku, anggenira nedya nglakoni,

anenggih jrengatira, dhawuhe Jeng Rasul, lawan malih guguruwa,

ngupayaha manungsa ingkang sajati, jatine kang sanyata.

14. Amiliha kang taruna pekik, sokur angsal janma ingkang tapa, kang wus

gedhe martabate, aja na cacadipun, ingkang mulus budinireki, ingkang

sugih kluwiyan, ywa nganti kaliru, kang aja remen mring dunya, haywa

nganti mikir pawewehing murid, kang remen sukci budya.

15. Ingkang sabar lila tegeng Widhi, kang wus cukup ambek palamarta, lawan

kang bisa jur ajer, tegese kang wus putus, anggen- anggen ingkang sajati,

tan kewran samubarang, gumelar sadayeku, sahananing jagat raya, datan

samar wus ginegem neng ngasteki, yeku janma utama.

16. Yen wus angsal dennya angulati, enggal sira – sira amanjinga siswa,

lakonana pituture, haywa kongsi pakewuh, ingkang dhingin mikira ngaji,

dimen pruwiteng badan, wruha surupipun, pramilanya lakonana, sira

enggal nyangga Panaraga nuli, dimen dadya utama.

Page 146: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

17. Utamane ngaurip puniku, kudu wruha jatine wekasan, lan wruha sangkan

parane, weruha dunungipun, upayanen ingkang sayekti, yen sira wus

uninga, petrinen kang brukut, aja nganti kajodheran, kabeh sintren

gagebenganing sireki, tan kena winedharna.

18. Kabeh kawruh kang tumrap sireki, nora kena kinarya sembranan, yaiku

gedhe walate, yen ana nedya padu, tutukaran prakara ngelmi, den enggal

angalaha, ywa tandhing sireku, ing parlune nora nana, aja bungah den

alem yen wis aluwih, ywa susah pinoyokan.

19. Pembekane yen manungsa jati, bungah lamun den ina sasama, wus ngrasa

yen oleh gawe, malah alingak – linguk, ling – alinge busuk kapati, yen

janma mung wongwongan, sayekti tan surup, yen ora samya utama, pasthi

ora uninga patrapireki, tondha yen tunggal bubya.

20. Upayanen kang konsi kapanggih, anggonira marsudi utama, lakonana

prihatine, ywa remen lemer catur, haywa umuk yen sira angling, ja kaya

jaman mangkya, akeh kang gadebus, angungasaken kadibyan, kasudiran

jaya jijat Majapahit, kathah jajaka wruhnya.

21. Anggepira golek den ajeni, sajatine kinarya pajiwa, mula ya klimis lathine,

mung malenthuning wadhuk, mung punika kang dipun esthi, pratondha

cupet bubya, wong mangkono iku, ginuyu kang wus utama, wong mangkono

sajatine nora bakit, mung dadya rerasanan.

Rampunging panedhak amarengi ing dinten Akat Kaliwon tanggal kaping :

12 wulan Sura, ing tahun Alip, ongka : 1843. Utawi kaping 22, wulan

Dhesember, tahun 1912.

Ingkang nedhak :

Tedhakan Sande Asma

Page 147: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

PUPUH KINANTHI

1. Dennya mangapus ing kidung, sinawung sekar Kinanthi, ing purwanira ri

Tumpak, ping dwilikur Madilakir, Jimangal sangkalanira, wiwara bujesthi

aji.

2. Kinarya wasitanipun, pra kulawandawa mami, dimen ngundhaken

hagnyana, padha gayuha utami, kangge sriyatna salami, aja pijer mangan

nendra, samya darbeya prihatin.

3. Maspakdakna kang satuhu, mring wajibira kang yekti, pesunen sariranira,

padha gayuha utami, dudugi lan tatakrama, solah tingkah kang prayogi.

4. Demara patrap lan patut, degsura ngaluyat edir, maparti kadya bandara,

sireku aja nglakoni, yen ana patrap mangkana, lah dudu anggoning dasih.

5. Mangkono kawula iku, ywa dir matrapaken dhiri, sura ngendelken

kawignyan, ywa dumeh lagya kinasih, ing gusti lan pra bandara, wus

ngengkok tibeg undhagi.

6. Wartane janma kang punjul, datan kena ambeg dhiri, kuminter lancing

kumethak, kasiku marang Hyang Widhi, mung kuda sabar narima, haywa

nyedhakaken melik.

7. Sapa wonge ingkang purun, nglakoni tan darbe mingsil, kamilikan tan

kamamah, pan aja sira abukti, yen tan ana ron kumleyang, kang tiba

pangkonireki.

8. Pralambang mangkono iku, dumunung ibarat yekti, tegese kang krana esah,

kabeh ganjaraning Widhi, yaiku kang jeneng kalal, wus pantes yen sira

bukti.

9. Dongenge janma kang putus, kang aran manungsa jati, nyingkiri sakeh

brahala, datan siya- siya maring, pra titah samya kawula, temen mantep

kang den gonni.

10. Gara godha datan sarju, mung manungku semadining, sanget manuwun

Hyang Suksma, katrusaken lahir batin, raharjaha lan kawiryan, ngantos

trah tumerah siwi.

Page 148: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

11. Manengku ing siyang dalu, nunuwun marang Hyang Widhi, kadugena

karsanira, adi samanireng janmi, dimen dadya sudarsana, karya lupiya ing

wuri.

12. Tri tahun sampun kalangkung, catur Jimawal lumaris, tan liya paminta

amba, parengna wignya numrapi, kawiryan lawan nugraha, gampil

amargane singgih.

13. Niyatana kang satuhu, ngungkurana kanisthaneki, ngupayaha kang utama,

esthinen budi kang sukci, bok manawa lama- lama, nugraha lan bekja

prapti.

14. Ya kang pinarsudeng kayun, kabeh numrapana yekti, Hyang Suksma

ganjara yuswa, dirga basuki salami, myang tata tentreming praja,

raharjaha tekeng benjing.

15. Gawaha benjang kang muput, ngantos trah tumerah siwi, ywa nglakoni laku

cidra, ngabektiya ing Hyang Widhi, mituhuwa mring Pangeran, kang murba

marang sireki.

16. Karaharjan sapandhuwur, yen sira wignya nglakoni, budi temen lan

narima, sabar lila lahir batin, nyingkirana keh brahala, tapa mati jroning

urip.

17. Pathokan ngaurip iku, nora susah sugih ngelmi, tanapi, lan pangasihan,

lakune among kang bekti, mring Gusti Pangeranira, yaiku manungsa jati.

18. Titenana kang satuhu, reksanen prajanireki, ngawasna samaning janma,

ana ala ana becik, kang nistha madya utama, ana kang lancing kumaki.

19. Ya niskara trapireku, sinauwa tapa ngeli, genihara banyuhara, ngluwanga

ing siyang ratri, awasna marang sasmita, wahywane sasmiteng gaib.

Page 149: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

PUJINE YEN LIWAT NGALAM

Singgah – singgah durga bilahi padha lunga, lara ayu alelaku, teka ayu

salakuku, wahya adhingina, hariyah angger raburi, ana dhudhu sambung laku,

dohna sabilana.

Pujine ……………………………..

Kun kadi baya, kadi bakun, yakulu hitulmaoti, ana seja ora teka, tekaha

ora temama, ora temama saking kresaning Allah, Allahu, ya Aku Allah sejati.

Kaping telu. Yen wis nglowong. Jam 7 sore ngapalke.

Ing ngandhap punika nyariosaken iman supingining tiyang, pethikan

saking serat : Tajusalatin (cap- capan) kaca : 292 dumugi kaca : 305. Kaserat

ing dinten Jumungah Legi tanggal kaping : 3 Jumadilawal Be. Ongka : 1848

utawi tanggal kaping : 15 Februwari 1918. Mentas sowan ngurmati jumenengan

Residhen (dedeg inggil satengah sepuh, kilap namanipun) ngiras pantes

tingalan tahunan Kanjeng Ratu Pakubuwana.

Page 150: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

PUPUH PANGKUR

1. Lawan malih wonten lapal, ya albiruka timupit langali, wal omatu wal

kikmatu, wal ngitanatu lawan, wil wasiti omatiya owetnatu, wal mahodatu

punika, wil kasariya omati.

2. Lire umad Rasullolah, kang ngabarkat kalawan kang ngabecik, akeh mring

dedeg kang luhur, luhur ingkang sembada, kaprawiran kawicaksanan

rahayu, gone dedeg kang pideksa, wong nganter budi berbudi.

3. Gone kemat pala cidra, umad Rasul kang dedeg pendhek cilik, miwah kang

rada bikukul, iku goning musibat, nadyan alus kuluasparin malngunun,

kalamun rambute abang, lanat kasurupan iblis.

4. Pasal kang kaping sangalas, nyatakaken ngelmu tigang prakawis.

Dereng rampung, seratan sampun telas.

Page 151: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

A. Dhandhanggula

1. Asmarandana belum tentu marah-marah indra kehendak, menggangap

sebelumnya pintar seperti Pujangga. Kadang- kadang bisa sebenarnya

senang tolol anggapnya seperti sarjana.

2. Ingin sekali mendengarkan lagu yang juga merah dikarang untaikanlah

hendak dihormati. Teman sejawat kamu serta para anak dari susah/sedih

kehendak menjadi hasil dilempar.

3. Jumat dua puluh Desember bulan tahun ke tujuh yaitu penghalang/

bencana tahun 1871 ditandai pada namanya sebab Wasitawala.

4. Memulai yang lajang/muda yang memang menjadi baik/utama kalau

kehendak. Senang terhadap sering kali kamu jangan selagi ada dikepala

tidak perlu mencela kalau melanggar tidak baik, yang menurut dekat

cahaya/ anugrah.

5. Lakukanlah prihatin berusahalah sungguh-sungguh kamu agar lebih

meningkat akal budi dan rajin bertanya. Jangan sampai becanda apabila

kamu memaksa tunduk seperti itu anggapnya hewan.

6. Seperti umpamanya manusia yang tidak melihat aturan gambaran

hidupnya kerbau tidak bisa berbaur manusia. Dijauhi terhadap sesama

melihat kanan kiri seperti kepompong pada akhirnya menjadi orang

buangan.

7. Tidak menemukan ketentraman kalau senang terhadap ceroboh

mendekatkan kejahatan hormat/ rendah hati. Jangan tertinggal yang

tenang penuh sopan santun pelan itu besar wibawa.

8. Tetapi harus berhati- hati sesuatu tingkah lakumu yang hemat/ cermat

teliti. Sikapnya jangan lupa kira-kira sesuatu prilakumu jalankan dengan

sebenarnya kehendak nasehat Tuhan.

9. Pantas/ layak untuk dilakukan yang tersebut pada buku dan harus percaya

yang pasti terlanjur sarjana/ ahli. Berbeda sesama kamu kedapatan kasih

oleh baik/luhur di selamanya mendapatkan ketentramaan.

Page 152: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

10. Jangan kamu besar kepala mati mendahului perintah berani, senang

menyambung bicara. Berjalan dan percaya itu musuh Allah baiklah seperti

anjing manusia sengsara dunia.

11. Singkirkan yang jauh kamu jangan berani dekat, tidak lain mengakibatkan

pada akhirnya menularkan membuat jahat. Juga pada watakamu kalau

orang seperti itu dinamakan iblis darat.

12. Sangat dan waspada benar terhadap sesama pada ciptaan yang buruk

maupun baik sifatnya. Kalau kamu sudah pintar litahlah pertanda tingkah

lakunya baik simpan pada batin.

13. Kalau kamu bila mengabdi kepada Pangeran/ Raja menjadi berat bebanya

itu juga banyak rintangan. Terhadap sesama kawan sejawat perempuan

maupun laki-laki engkau/beliau serta yang dekat.

14. Jangan kamu berani terhadap sembunyi tuan(bangsawan) maksudnya

kesukaanya kamu tidak boleh ceroboh. Sudah tentu bila jahat jahil senang

suka mengadu itu tidak menemukan ketentramaan.

15. Jangan sampai melakukan bohong memudahkan milik orang yang bukan

kuwajibanya. Jangan sampai mengambil hati itu pekerjaanya setan lekas/

segera menerima pada hukum pada akhirnya masuk neraka.

16. Seperti godanya iblis pekerjaan pada orang buruk/jahat kejam licik

sifatnya sangat dan berniat terhadap tercapai jalan sak langkah, jauhkan

yang tidak baik itu prilakunya hamba.

17. Tidak boleh mengeluh batin harus kamu selamat hati melakukan prihatin.

Jangan berhitung seperti ilmu saudagar mengitung rugi labanya, itu tidak

memiliki barokah/ kanugrahan.

18. Dan seperti di kutuk rumah yang tetap sesuatu yang berniat selamanya,

penghalang badan terus berpindah mengabdi. Berdiri tegap tuan serta

pejabat mantra dan panewu tidak tenang mengabdi tuan.

19. Menjadi teman belanda penghianat itu namanya ingin mempunyai yang

banyak lahirnya. Belum berapa lama tidak hatimu gelisah seperti

kebanyakan berhitung terus menjadi buangan.

Page 153: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

20. Tidak berkeinginan bekerja berusaha enaknya badan iya seperti ulat

bentuknya berjalan dedaunan, batang kayu memakan banyaknya daun

tetapi yang niat kemauan hanya mementingkan diri sendiri.

21. Yaitu perlambang/ tanda manusia yang tidak tabah, serta yang merusak

pikiran dan tidak berfikir terhadap pekerjaan. Dan enggan/malu bercampur

manusia yaitu hidupnya dapat dikatakan mati.

22. Sudah tertutup menjajah tidak bercampur/berbaur sesama manusia nasehat

itu katanya semoga jangan melakukan ingkar, yang baik sesama bersatu

rukun sekali itu jalanya hidup.

23. Apabila ada didepanya tuan, ketahuilah jangan berani tidak tetap serta

susah jangan senang apabila diberi jangan bersedih bila tercapai kamu

ingat benar hamba tidak memiliki hak.

24. Menurut ikut melakukan jangan membantah pada perintah memusuhi

terhadap Negara yang sudah terkabulkan. Ketentraman surga dunia hanya

tidak menyenangkan malu jangan sampai menutupi pesan hati.

25. Belajar bertapa lapar api hening, air hening menasehati siang malam berat

bertapa didalam Negara. Tidak dapat lupa yang menggoda umpama kamu

jangan berani.

26. Tidak boleh mudah hendak di dalam Negara tidak boleh lengah

prilakunya, solah tingkah jangan berani serta sesama mahkluk lihatlah

pada prilakunya tua dan muda.

B. Pupuh Sinom

1. Iya kamu bila sudah mengetahui satu-satunya manusia, yang baik dan

buruk pertimbangkan yang sesungguhnya. Sesudah kamu mengetahui dan

berbaurlah semua terhadap sesama manusia yang baik catat dihati yang

buruk masukan jangan kelihatan.

2. Tidak boleh mensia-siakan terhadap sesama yang terjadi jangan sampai

bertukaran, membuat sakit hati dan jangan sering menghandalkan bicara

keras. Kepunyaanya menghandalkan kekuatan congkak dialam hati tidak

boleh pasti akan menemukan marah.

Page 154: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

3. Iya marahnya Tuhan yang menguasai kamu hanya kehendak nasehat kamu

dan berhati-hati, usahakan yang benarnya pandai mengerjakan melebihi

cekatan. Hatimu yang perkataan berguna yang baik jangan sampai

kelihatan.

4. Apabila sudah memuat pada kamu sesuatu perkataan apalagi jangan

kelihatan, dimasukan simpan rapat-rapat. Andai sudah menjalankan

mungkin dapat tinggi yang menguasai memberi anugrah mulia Tuhan,

tetapi mendukung tersampaikan yang berniat.

5. Jangan seperti zaman nanti prilakunya merebut tinggi tidak sama sekali

melihat aturan mencapai menjadi bangsawan. Banyak yang meninggalkan

sampai keji prilakunya sama umpama tuan prilakunya mengelurkan suara

tidak punya ingat kalau rakyat.

6. Menggangap didalam batin tidak ada beda, kamu dan sesama ciptaan pada

Tuhan Yang Maha Esa. Menghandalkan ilmu tidak bisa kalau ditusuk

makanya, pada akhirnya banyak yang tertangkap tuan awal kamu terkena

sikap/tindakan sendiri.

7. Jangan menghandalkan kekuatan keras kuatnya kulit, mengunggulkan/

pamer solah tingkah /prilaku siang malam yaitu pikiran Kristen. Tidak lain

masuk lumpur menjadi intip neraka akibatnya kenyataan baru saja disiksa

oleh malaikat.

8. Celaka kamu mendapatkan senang banyak yang keturunan jikalau sudah

mendapat dan menggoda berjoged nikmat segera ada di, pada didepanmu.

Bertepuk mendundu-nunduk senangnya batin apabila manusia yang

mengaji takut kering badan terasa lupa.

9. Kalau mendengar orang yang adzan badan seperti dipukuli bila ada orang

bertukar bertanding bicara segera silih berganti menarik-narik berganti,

ramai peluk-memeluk gembira, tetapi depan belakang manusia keturunan

segar cerah yang dia.

10. Sudah kehendak Tuhan apabila calon keturunan berhak menggoda

manusia semua ciptaan Tuhan. Apabila tergoda tidak terpengaruh pasti

Page 155: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

menemukan ketentramaan, maksudnya melawan yang akan menjadi

penghalang mungkin saja iblis lari takut.

11. Apabila ada orang rendah hati keturunan tidak bisa berbuat, badan terasa

takut jera keturunan kamu seperti menakutkan sekali selanjutnya meloncat

terbang di langit tinggil Indracala nanti selebihnya jera takut anak cucumu.

12. Umpama ketahuilah jangan segera sempit pikiran, berfikir yang utama

capailah pikiran yang tinggi. Meminta kepada Tuhan pelajari sungguh-

sungguh jangan rajin berkumpul/bercampur manusia yang sudah disuruh

iblis pada maksudnya orang yang hati hancur.

13. Bentuknya hati tidak tenang tidak mau mengalah sedikit, menghormati

kalau mengalah bahasa seucap-ucapanya. Iya harus melebihi perasaan

terus unjuk saya. lancang-lancang suaranya semua sudah meningatkan

umpama cepat jauhkan jangan dekat.

14. Bahwa kamu ketahuilah terhadap pujiannya manusia yang sempit pada

akal budinya itu terjadi tidak baik menemukan selamanya. Tidak selamat

sudah dibawah iblis laknat menjadi musuh Tuhan kalau bisa jangan

sampai begitu.

15. Dan jangan suka/hobi bertamu terhadap pinggir kanan kiri rumahnya

teman serta para perempuan jangan sampai tertinggal. Sampai walaupun

bertamu/kunjung kamu membawa dimana tempat bila tidak ada perlunya

jangan kosong/sepi agar mendekatkan kejelekan.

16. Orang begitu tanpa hasil juga itu tidak bermanfaat akibatnya menemukan

reca/patung. Kamu harus berhati-hati walaupun mendapat hasil harus

melihat benar mungkin saja cobaan menjadi penghalang kamu umpama

kamu jangan sampai berani.

17. Tidak menghandalkan laki-laki walaupun manusia perempuan semua

keluarga saya capailah yang baik. Jangan senang bertamu ke tetangga itu

tidak baik supaya pintar kenyataan sengsara-sengsaranya melihatkan

rahasiamu.

Page 156: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

18. Membuka di tetangga membicarakan tentang dirinya masalah berpasangan

musyawarahnya tidak senang berfikir. Mencela terhadap manusia laki-laki

yang tampan yang buruk dikesamingkan tertawa terbahak-bahak iya itu

batinya suka bertamu/ kunjung.

19. Sudah tentu saja begitu pintar/trampil musyawarah menjelek- jelekan terus

memikirkan selingkuh bersatu menyewa pelacur. Usaha bertarung yang

menjadi kesenanganya sudah barang tentu perempuan bila sering bertamu

hendak ke tetangga tentu suka terhadap bercanda.

20. Kemudian sama senang-senang ceria rasa hati/perasaan pada akhir tidak

mengerti. Anggapnya sakit kehendak oleh karena itu zaman nanti banyak

menjadi gembira setiap hari, sedangkan tidak punya uang memudahkan

terhadap kepunyaan pada orang lain.

21. Kalau tidak tindakan ingkar tentu membuat muka kejap terhadap laki-laki

yang memiliki harta terus kemudian dan ikuti. Semua laki-lakinya asalkan

bisa mencukupi pada kebutuhanmu hasil bersenang-senang segera yang

diniati semoga menjadi kesabaranmu.

Pupuh Kinanthi

1. Sesudah bersenang-senang selesai waktu tengah berganti malam siap

olehnya, laki-laki dan perempuan bersatu terhadap sedang menuruti hati.

2. Umpama sanak saudara saya jangan senang datang bertamu rumah kanan

kiri kamu. Semua tidak berdaya perempuan sama kamu jalankan terhadap

nasehat saya ini.

3. Coba tidak percaya ucapan jangan selagi masih ditulis tentu terus menjadi

orang buangan. Dinamakan menjadi kafir ya kufur serta kufur pada

akhirnya sengsara besok.

4. Cipta/buat memiliki belum sampai kalau datang tua besok, ketika kamu

muda hanya becanda yang di pelajari meninggalkan terhadap

kuwajibannya tidak rajin berusaha.

Page 157: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

5. Hanya bersenang-senang siang malam itu yang hanya dipelajari juga itu

tanpa manfaat. Menjauhkan derajatnya hanya medekatkan penghalangmu

yaitu akan mencelakai.

6. Jangan sering salah terima kamu harus timbang-timbang, benar nasehat

ayah taat perkataanya yang pantas lakukanlah bila buruk catat dihati.

7. Carilah yang sebenarnya terhadap kuwajibanya, berusaha yang utama dan

rajinlah prihatin jangan hanya makan tidur dan kurangi makan minum.

8. Usahakanlah badanmu agar panjang yang pikiran mumpung masih muda.

Mencapai perkataan berguna penting kuwajiban pada akhirnya menjadi

baik.

9. Jangan kamu berani kalau duduk dan orang tua dan rajin menghadap

dengarkan dengan hati-hati semua perkataan jangan melawan.

10. Seumpama kamu tidak setuju dan jangan sampai dahulu orang macam-

macam ada buruk serta baik waspada didalam hati kamu harus telanjangi.

11. Apabila ada orang akan bersilisih/cekcok jangan segera berani bertanding

dating kamu mengalah menjaulah yang jauh itu cobaan Tuhan umpama

yang teliti nanti.

12. Dan jangan kadang-kadang terhadap ayah ibu kamu yaitu ketahuilah

sesembahan sesama semua orang tua yang masih keluarganya.

13. Jalankan perkataanya jangan segera bertengkar yang pantas lakukan

hormati/hargai yang sungguh menyemangati pada sifatnaya sesuatu

berniat pikir.

14. Mudah dekat derajatnaya kanugrahan Tuhan juga jarak tidak lama

mendapatkan bangsawan disayang terhadap raja yang Amangkurat tanah

Jawa.

15. Lakukan yang benar takutlah terhadap ayah ibu itu besar wibawamu juga

sesama manusia kasihi semua dan anggap perkataannya.

Page 158: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

16. Apabila ayah sudah barang tentu memiliki kesenangan terhadap anak

kepandaian sang anak melebihi pada sesama nugraha mulia semoga pandai

sebenar/sesunggunya.

17. Sudah wajar diharapkanya kalau orang yang sudah mempunyai anak

semua mengeluarkan kamu dan berhati-hati yang saying terhadap bapak

ibu memanfaati pada sesama.

18. Apabila sampai saya niat/ kehendak terhadap ayah serta bibi dapat

dikatakan hewan tidak melihat asal mulanya dahulu dan dilakukan taruhan

nyawa.

19. Yaitu tidak sejahtera selamanya khawatir seandainya mencapai-capai rugi

meranggeh-ranggeh tidak sampai sesuatu yang berniat bohong sempit

berlatih kamu.

20. Berusaha yang sejahtera berfikir yang sungguh terhadap pengharapan

orang tua agar menjadi baik dekat cahaya kamu berysahalah yang benar.

21. Kamu bila sudah tercapai terhadap utama/baik segera kamu lakukan dan

sering lupa nanti didalam kamu lupa jangan sampai putus pikiran.

22. Utamanya wajibanya memilih manusia yang mengetahui kuwajiban

banyak yang tidak pasti belum melihat yang utama/baik tergesah angkat

duduk oleh karena itu banyak yang mengunggul-uggulkan.

23. Menganggapnya seperti sudah cukup bisanya hanya mendengar ,

memungut itu manusia yang begitu tetapi tertawa orang baik pada

prilakunya tidak merasa tubunya .

24. Yang tertawa tidak melihat hanya di besar kepala dia memaksa tidak

merasa pertanda sempit pikiran/budi hidupnya sama dan hewan tidak

melihat terhadap pada rahasia.

25. Jangan senang bolak-balik seperti kidang serta kancil sama kalau

mencapai baik bila bercampur tidak baik tertabrak manusia yan orang

buangan tentunya lanjut menular.

26. Jangan bercampur orang itu yang sudah melakukan jahat walaupun tidak

ikut itu melihat perilaku pencuri lama-kelamaan akan bisa terus menjadi

pencuri.

Page 159: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

27. Terlanjur akhirnya kalau berkumpul orang jahat, perampok itu orang

buangan tidak lain dosanya seketika masuk neraka disiksa tanganya dua.

28. Yaitu pada hukumnya yang melakukan ingkar/ bohong sudah takdirnya

badanmu menjadi musuh Negara buangan menjadi orang penjahat sudah

masuk teman iblis.

29. Lebih baik apa itu utamanya yang rajin mana dan kamu inginkan . Jangan

sampai sepi berfikir jangan sampai berbaur, di situ akan mendapatkan.

30. Mulanya menjadi bangsawan usahakan yang sungguh lakukan mengabdi,

terhadap Pangeran serta Raja dan para tuan karena menjadikanya

bangsawan/ pejabat.

31. Ikhlaskan hatimu apabila kamu mengabdi Raja yang rajin/sungguh-

sungguh terhadap kuwajiban/tugas melihatlah kehendak Raja bisa suka

dan duka yang bisa kamu menutupi.

32. Yang melihat terhadap pada agak mengeluarkan kepandaian itu tidak

boleh musuh pada Raja dan semoga mengarahkan mengkesampingkan

kekuatanya.

Pupuh Pangkur

1. Belajarlah yang luas waspada terhadap para luhur nanti jangan selagi

kamu lebih pada bisa tidak boleh semua keturunan Mataram kalau berani

rakyatnya sedih, ayah marah.

2. Tidak lewat hanya kamu membodoh berpura-pura tidak mengerti yang

tajam prilakunya. Jangan senang sombong sewaktu kamu di depannya

anak Raja belajarlah berkelahi lebih.

3. Jauhkanlah yang menjadi hawa mencegah usahkan dengan sunggu-

sungguh didalam hati jangan enak badan. Mumpung kamu muda mungkin

saja tersampaikan kehendakmu terkabulkan oleh Allah kehendak Tuhan.

4. Hormat jangan tidak mau membawa sampai dan baik/mulia jangan sampai

mendahului kepada sesama. Makhluk kalau nanti ditegur temanya,

mendahului tidak malu seperti hewan hidupnya.

Page 160: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

5. Dan bukan patrapnya manusia seperti hewan sama dan kerbau sapi pada

akhirnya masuk lumpur. Menjadi dasar neraka terus masuk disitu menjadi

isinya di danau dipuncak gunung Candramuka bercampur keturunan.

6. Sangat kamu harus waspada terhadap pertanda, pelajari yang benar ahli

pikir lebih hati-hati jangan tertinggal lan tajam penglihatan. Pada prilaku

karismanya para kawan prilakunya yang buruk serta yang baik.

7. Yang dapat ceria/gembira wajahnya kamu jangan sampai menolak serta

memilih iya dekatilah semua itu sesama mahluk. Kawan bekerja kalau

kamu tidak cocok catat didalam hati masukan jangan kira-kira.

8. Hidup itu jalanya di teliti jangan kadang-kadang sombong/ angkuh dihati

sayang yang menguasai tumbuh haruslah melakukan mengalah bahasa

kata, demi kata jangan terlanjur yang dapat mengarahkanya tidak boleh

kalau mudah.

9. Kalau kamu sudah ikhlas/ rela menyerah yang menguasai pada kamu

kalau mencapai menjadi baik berasal dari bawah. Ketahuilah pertandanya

bunglon itu senangnya berkunjung dedaunan disitu karena kamu.

10. Maksudnya semua berbaurlah bila kuning kamu ikut kuning apabila putih

iya kamu harus berwarna hitam juga kamu harus berwarna hitam .Segera

membawa lifen kalau hitam kamu Kresna jangan sampai tidak bisa.

11. Buglon ana pada namamu apabila dapat yaitu mahluk yang lebih tidak

sempit akal budinya. Dan kamu ketahui takutlah kepada Tuhan, Tuhan

yang menguasai dunia bila melanggar celaka.

12. Memusuhi terhadap Negara apabila kamu niat berani-berani melanggar

pantangan yang tersebut berdosa dunia akhirat. Tidak menanti kalau

sampai besok nanti saja mendadak celaka benar.

13. Oleh karena itu kamu nanti jauhkanlah sesuatu yang tidak baik kalau kamu

berniat berkata/berbicara. Pada sesuatu ucapkanlah dan teliti sarankan

jangan mencari kalau sudah terlanjur tidak sampai akibatnya celaka.

14. Rumah tidak boleh kalau melanggar benar celaka ya besar terkutuknya

kamu harus mengabdi dan ini nasehat saya tersebut. Pantas untuk jalankan

kepada sanak saudara sudah baik.

Page 161: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

15. Terhadap/ kepada manusia laki-laki perempuan yang jejaka dan masih

gadis yang sedang berniat selamat dan yang mencapai baik. Tentu saja

dapat tidak mau semua sedang catat di hati amat di terima kasih.

16. Selain yang berfikir orang buangan sebenarnya tidak perhatian tidak

menyukai terhadap nasehat. Membuang kebaikan mendekatkan kepada

patung (sesat) yang dan berusaha. Dosanya sudah didepanya akhirnya

menjadi jahat.

17. Terhadap tetangga sembunyi sikapnya mengumbar wajah/muka tanganya

dua. Melotot matanya menumpang mencapai yang tinggi, celakanya

menunggu gayung menerima lumayan/sekedar mulai tidak hasil sebelum

itu menjadi musuh.

18. Seperti kelelawar jalanmu apabila malam mengambil buah-buahan cepat.

Jeleknya semalam suntuk menginti-intip banyak rumah seandainya yang

memliki rumah lagi tidur seketika berjoged, sudah merasa kalau mendapat

hasil.

19. Prilaku orang yang jahat tidak niat melatih menjadi baik tentunya masuk

lumpur menjadi dasarnya neraka. Aturan ini semua keluarga saya jangan

kamu berani melanggar semoga jangan ada melakukanya.

20. Yang sentuh tidak melanggar aturan sangat-sangat semoga jangan ada

memperhatikan. Jauhkan yang tidak bagus berfikir yang baik carilah

mulanya cahayamu/ anugrahnya juga saya turut menyembadani berlatih

menjadi bangsawan.

21. Kalau kamu serta sampai do’amu, dapat menjadi bangsawan/ pejabat

syukur pangkat tinggi yang dapat ikut merasakan sengsara. Kamu

mengasuh semua teman sejawat yang baik serta yang buruk yaitu pakailah

semua.

22. Yang besar sabar kamu, jangan sampai kamu cacad-mencacad tidak

sejahtera akhirnya lebih kamu keluarkan tidak boleh kalau disimpan

membengkah hati. Kalau berani lebih dimarahi jangan sering menyimpan

amarah.

Page 162: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

23. Meningkat menemui durhaka/jahat memberikan hukum yang menguasai

kamu, baik yang menurut patuh yang baik dan bawalah tetapi kamu hati-

hati jangan sampai ketinggalan dapat huru-hara maksudnya dapat

bergaul/bercampur.

24. Yang tersebut manusia baik, tidak kesulitan terhadap yang baik serta lagi

pesan saya sangat memerlukan apabila Tuhan memberikan pahala

terhadap kamu, sesuatu robek dan uang terus bagikan yang rata.

25. Jangan berani tertutup kamu kepada sisa pahala Tuhan tidak mendapat

barokah baik, juga terus mendapat kutukan. Bertambah menjadi melayang-

layang pada badanya tidak ikhlas seperti di kutuk.

26. Menjadi tinggi senang ingkar janji menggampangkan/ memudahkan

terhadap tata aturan agama. Terhadap orang kecil dirawat juga rajin

menahan yang bukan kuwajibanmu itu lebih banyak dosanya sempit niat

hanya mencapai tidak rawat/pelihara.

27. Yang begitu air mukanya tidak punya cahaya lebih-lebih pucat,

memberikan yang lebih seperti Cina sakit perut yang kalah menuntutmu.

Kurus bertambah putih kotor kasihan menggigil kedipnya berniyat oleh

memakai penutup/pembatas.

28. Itu hasil bekerja/ pekerjaan makanya pura-pura berkedip menerus niatnya

jangan ada melihat kasihan wujudnya. Orang seperti itu memang bertanya

pada anjing kamasukan neraka besok meminta pada keturunan.

29. Sangat kamu ketahui apabila orang senang ingkar janji terhadap, sesama

tidak memanfaat itu selama merasakan sengsara. Juga selamanya

kekacauan teman sekerja orang tuanya tidak ikhlas/ merelakan tetapi

leluhur kamu.

30. Walaupun bagi perempuan yang masih teliti, hati-hati sengsara prilakunya

terhadap Raja seperti dia. Yang teliti kepunyaan orang laki-laki yang

tersimpan baik-baik jangan ceroboh peganglah untuk selamanya.

31. Sangat takutlah orang laki-laki saran/petunjuk sesuatu bicaranya, bahasa

halus kamu jangan terantuk yaitu guru kamu. Ketahuilah suami wajib

ditaati tidak boleh jalankan iya harus kamu lakukan.

Page 163: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

32. Agar jalan mudah kamu berusaha sandang makanan nyata rezeki jinak,

tersampaikan yang membuat kalau menganggap terhadap pada nasehat.

Saya tentunya mendapatkan makmur, tentram tata dan sejahtera.

33. Jangan seperti zaman nanti senang sekali melihat benam terhadap pada

laki-laki. Berbohong yang berniat keinginan tidak melihatkan penghasilan

wajib kepunyaan laki-laki maka anggap kamu olehnya kepunyaan sendiri.

34. Apabila ada perempuan yang begitu berbohong kepada laki-laki, yaitu

perempuan boros selamanya. Kamu juga kalau salah mencela tidak

mundur/mengalah melotot melebihi seperti mata anjing.

35. Tidak baik yang bertemu, tidak mendapat anugrah kakek nenek tetapi di

leluhur tidak mendoakan nanti. Tidak ikhlas semua orang tuanya menangis

doa buruk tidak mau keluar/ lahir dengan baik.

Mijil

1. Sudah disangka kehendak Tuhan kalau seperti begitu gagal manusia pada

akhirnya. Tidak melihat celakanya besok apa saja rahasia tidak punya

perasaan.

2. Orang perempuan begitu, adik senang melakukan bohong tidak punya

kawan selamanya. Karena itu pikiranya berubah-ubah pergi kemana-mana

siang malam mencapai menjadi bukan manusia.

3. Apabila terkena keluarga saya dari nasehat orang selain orang yang

memang takdirnya menjauhkan sesuatu tidak baik, baiknya benar carilah

sunggu-sungguh.

4. Berfikirlah anak cucu di pada akhirnaya kalau masih keturunan manusia

takutlah terhadap ayah ibunya. Apabila sudah memegang nikah takutlah,

yang sayang terhadap maratua kamu.

5. Jangan berniat kamu berani terhadap meratuwa semua, ayah orang nenek

dan kakeknya yang sangat kamu olehnya takut juga nasehatnya wajib di

patuhi.

Page 164: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

6. Memang harus boleh olehnya dilakukan patuhi perintah kalau perempuan

taatlah suaminya jangan berniat pada suami yaitu wakil orang tua kamu.

7. Jangan selagi buruk rupa tidak wajar sesama orang walaupun seperti lulut

wajahnya, iya sudah pantas harus kamu hormati apabila dan berniat berani.

8. Sudah mengerti pada akhirnya menemukan celaka lebih dari berat tidak

lain terlanjur nanti dalam hati, terus berubah-ubah juga jauh rezeki

kemana-mana tanpa tujuan.

9. Yang baik hidup ini jadilah contoh memikirkan agar besar, carilah iya

sebabnya baik jinaknya rezeki lestari terpelihara.

10. Usahakan yang sampai bertemu olehnya berdua rusak usahakan sungguh-

sungguh pada akal budi tenaganya, tentunya agar besar supaya melebihi

pada sesamanya.

11. Kuatkanlah kamu bekerja yaitu cepat menjadi satu tetapi lestari nasib baik

nanti. Tambah rezeki kamu kalau berusaha sungguh-sungguh tentu akan

terkumpul.

12. Juga memanjang pakaian nyata tidak tertinggal sesama manusia terus

menjadi contoh/tauladan. Belakang nanti terhadap anak cucumu besok

tetapi kamu jangan putus permohonan.

13. Terhadap Tuhan yang menguasai kamu jangan sampai putus, olehnya

memohon/ meminta pada cahayanya. Jangan sampai berganti dan laki-laki

takutlah pada selamanya terhadap suamimu.

14. Sudah kuwajibanya percaya selamanya dan taat perintah dan jangan

kadang-kadang ganti tetangganya mau mengalah walaupun sedikit.

Jangan sampai bertarung tentunya selamat.

15. Dan jangan berani menutupi pekerjaan laki-lakinya nanti, sesuatu wajib

permintaan mengeluarkan terhadap pemberian pria. Tidak bohong kamu

celakanya sampai pada ujung.

16. Yang rajin bekerja tetapi hati-hati jangan sampai sengsara kemudian, kalau

perempuan wajib teliti hemat yang sungguh iya seterusnya.

Page 165: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

17. Orang menjadi istri yang dapat melakukan perintah suami jangan sering

ganti keinginanya, kalau perempuan punyanya melakukan takutlah yang

benar terhadap pria

18. Orang bersama jangan kadang-kadang kecewa/sakit hati belilah yang

bersatu jangan senang berganti suara lantang. Sampai menjadi takyiah

pada kirinya jauh dari rezeki marah ilham/anugrah.

19. Senang yang tidak suka kamu kalau cekcok dan suami tentunya senang

tetangga sebelah. Batinya selalu bertepuk tangan sungguh banyak yang

tidak suka orang tetangga itu.

20. Pertimbangkan yang buruk dan baik tetapi banyak yang buruk,

membubarkan tidak dapat bersatu. Sudah menjadi pembesarnya iblis

karena yang baik iya di batin.

21. Makanya juga yang hati-hati ketahuilah nanti yang teliti gadis pada

sikap/tindakan yang agar tentram. Selama juga banyak takut menyayangi

juga selamanya.

22. Apabila ada perempuan tidak takut terhadap yang suami sudah kedapatan

penyakit namanya. Seperti anjing kemasukan iblis matanya miring kuning

kelihatanya.

23. Pantas saja mata agak kuning orang gila sudah menempati, tetapi tidak ada

melihat selamanya. Tertabrak orang sakit berubah tidak tetap oleh karena

itu tidak takut terhadap laki-laki.

24. Terhadap anjing dipukul tidak takut tidak punya jera, bahkan menggigit

ketagihan namanya. Perempuan itu kalau sudah diprintah iblis tidak bisa

sembuh, kecuali kalau sudah mati/mampus.

25. Semoga kamu olehnya waspada benar kalau mengambil si orang yang

sikap begitu jadinya celakanya selama hidup jangan berani-berani

melanggar orang berguna.

26. Di selamanya tidak teliti terhadap kuwajiban simpanan penghasilan suami,

hanya benam itu pekerjaanya membohongi kepunyaanya di suami hanya

pekerjaan judi siang malamnya.

Page 166: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

27. Sudah namanya perempuan keturunan lebih dari buruk tidak lain

celakanya besar. lanjut itu menjadi musuh Negara semua kanan kiri, maka

takut selebinya.

28. Kalau ajaran/ nasehat sudah tidak lepas-lepas, angkuh harus meronta yang

tercipta enak berpisah/ pergi saja berusaha kesayanganya hati dari pada

niat/ kemauan memutus cintanya laki-laki.

29. Sangat jangan anak cucu nanti, mengambil orang begitu supaya menyala-

nyala pikiran selamanya. Tidak baik terhadap air mukamu bohong siang

malam pucat pasi.

30. Berusaha yang naluri/ insting benar yang masih keturunan manusia tetapi

harus kamu nanti. Menandakan martabat yang baik bicara kamu manis di

semu/agak.

PUPUH DHANDHANGGULA

1. Yang sama hemat berhati-hati berusaha sebab baik carilah sebelumnya,

mumpung belum terlanjur melakukan yang belum menikah iya para sanak

kelurga saya. Pelajari benar terhadap sabda ajaran/ nasehat , manusia itu

kalau sama tidak melihat terhadap kebaikan mu.

2. Jadilah tidak hina kamu, kamu berusaha baik muda sampai tua nanti

memohon kepada yang menguasai tumbuh di pergi menumpang-

numpang. Agar segera datang/tiba di anugrah umpama tidak harus

mendapat juga tingkah laku pemberian kalau harus sedikit sudah takdirnya

Tuhan.

3. Jangan mentang-mentang termasuk takdir terpaksa masih harus berusaha

manusia sudah berhak mencapai baik agar mendapat enak besok. Apabila

lama- kelamaan sorot kamu dating yang memang takdir Tuhan diberi maaf

oleh Tuhan pada akal budi yang bersih/suci.

4. Agar jadilah teladan belakang kapan menjadi pinggir contoh terhadap

saudara semua, tetapi anak cucu apabila suci/bersih akal budinya. Iya juga

Page 167: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

itu menemukan makmur di selamanya serta jangan bercampur, tidak

manusia yang suka judi bersenang-senang setiap hari.

5. Kalau benar begitu kamu menjadi menyembah patung maksudnya berubah

tatananya sangat jangan ada yang menurut akal budi Kristen. Pekerjaanya

iblis mendekatkan dosa bercampur air neraka terlanjur di besok kamu

kalau sudah tua sesampainya tiba akhir terasa rasanya hati.

6. Semoga sama jangan ada melakukan, mendekatkan yang menjadi patung

singkirkan sebelumnya yaitu tidak pantas. Menjadikan lebih baik kamu

berusaha di perkataan mu ahli dan baik jangan sampai hina sesama tetapi

jangan kelihatan.

7. Mungkin saja kamu sudah menerima anugrah dan sorot/cahaya seperti

jangan menghandalkan dirinya. Jangan membesarkan sombong jangan hati

dan jangan congkak, apabila kalau mendapat kepada Tuhan yang dapat

mengasuh kamu iya itu sesama mahkluk Tuhan dan kamu ketahuilah.

8. Kalau mencapai baik serta lestari belajar bertapa api hening, mengubur

serta menasehati bertapa mengikuti mengalir di air lakukanlah yang

sungguh juga besar manfaatnya. Selamat selamanya kalau sudah

mencakup/ memuat pada kamu hati- hati sesuatu sikap kamu jangan

meninggalkan waspada.

9. Manusia yang buruk serta baik dan harus merendah baik dekatilah semua

kalau kamu jadilah baik yang luas samudramu. Yang memuat semuanya

muda tuanya yang dapat mengasuh kamu semua tadi sama mahkluk pada

Tuhan tidak boleh mensia-siakan.

10. Kalau sudah dapat kamu lakukan mengasuh terhadap sesama manusia

yaitu besar manfaatnya tidak usah berguru. Berusaha kepandaian kekasih

itu saja sudah buat hidup itu perlu terlaksana kamu seharinya melihat

pertanda benar, sebenarnya iblis yang menggoda.

11. Sungguh harus kamu mengetahui setiap hari kalau banyak godaan segera

saingkirkan saja jangan sampai ketemu yang menjadi musuh Tuhan. Kalau

dapat melakukan sholat lima waktu sikapnya jauh dari keinginan apabila

ana manusia sabar teguh hati disayangi oleh Tuhan.

Page 168: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

12. Kalau kamu hari jumat iya ke masjid laukanlah pada printah paduka Rosul

semua sabda besar petuahnya. Apabila tetap kamu ke masjid juga baik

cahayamu melebihi juga menjauhkan pada penghalang yang memang

menjadi sulit/rumit nanti sudah hilang dari kamu.

13. Walaupun tidak bisa ke masjid baik di rumahnya pribadi iya kamu harus

percaya melakukan petunjuk. Jangan beda kamu olehnya berniat

melakukan yaitu perselisihanmu, printah paduka Rosul serta lagi

bergurulah berusaha manusia yang sungguh sebenarnya yang nyata.

14. Memililah yang muda tampan syukur mendapat manusia yang bertapa

yang sudah besar martabatnya jangan ada cacad yang halus akal budi.

Yang kaya kelebihan jangan sampai keliru yang jangan senang pada dunia

jangan berfikir pemberian dari murid yang senang suci bersih norma/

hukum.

15. Yang sabar rela teguh Tuhan yang sudah cukup hati/ perasaan tabiat baik

serta yang dapat keinginan mengawasi ramah maksudnya yang sudah

putus pikiran. Yang sebenarnya tidak kesukaran segala hal apa saja semua

keadaan dunia raya tidak samar-samar sudah tergenggam pada tangan

yaitu manusia baik/utama.

16. Kalau sudah mendapat olehnya mengawasi segera-segera masuk

siswa/murid lakukan nasehat jangan sampai enggan yang dahulu berfikir

mengaji. Supaya berguru raga melihat petang hari makanya lakukan kamu

cepat pergi Panaraga dan supaya menjadi baik.

17. Utamanya hidup ini harus tahu sesungguhnya akhir dan mengetahui dari

mana asalnya melihat tempat tinggal. Usahakan yang sebenar kalau kamu

sudah tahu, pelihara yang terbungkus rapat jangan sampai keluar semua

sulapan pembesar kamu tidak dapat tergoda.

18. Semua pengetahuan yang terhadap kamu tidak boleh, hasil ceroboh yaitu

besar terkutuk kalau ada jelas cekcok bertukar masalah ilmu dan segera

mengalah jangan bertarung kamu. Yang penting tidak ada jangan senang

kalau dipuji bila sudah labih jangan sedih cela.

Page 169: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

19. Sifat kalau manusia benar senang apabila di hina sesama sudah merasa

kalau kalau dapat pekerjaan.

20. Usahakan yang sampai bertemu/berjumpa olehnya berusaha baik, lakukan

prihatin jangan senang bertutur kata/membicarakan jangan mengunggul-

unggulkan. Kalau kamu berkata jangan seperti zaman nanti banyak yang

berbohong memamerkan kelebihan, keberanian menang pangkat

Majapahit banyak jejaka melihatnya.

21. Anggapnya mencari di hormati sebenarnya hasil jiwa/nyawa makanya

juga halus mulutnya cuma besar perut hanya itu yang dipelajari

mempertandakan sempit pikiran/ nalar. Orang seperti itu tertawa yang

sudah baik , orang seperti itu sebenarnya tidak bisa hanya menjadi

pembicaraan/omongan.

Selesainya setiap bersamaan pada hari Ahad kliwon tanggal ke: 12 bulan

Sura di tahun pertama , angkaga : 1843 atau yang ke, 22 bulan desember

tahun 1922

Yang nulis:

(tanda tangan)

Page 170: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

Turun samaran nama

Pupuh Kinanthi

1. Olehnya memotong di lagu dikarang sarana lagu/tembang Kinanthi mulai

kamu di hari Ahad kliwon ke dua puluh delapan Jumadilakir tahun 1849.

2. Menjalankan nasehatnya para keluarga kamu/ saya agar lebih bahwa untuk

sang raja, ketentraman jangan hanya makan tidur agar punya prihatin.

3. Waspada/berhati-hati yang sungguh terhadap kuwajiban kamu benar

usahakan badan kamu sama mencapai baik. Masalah tata krama

sikap/prilaku yang baik.

4. Hilang/ mati sikap tidak pantas kejam kurang ajar mengunggulkan seperti

tuan kamu jangan melakukan, walaupun ada sikap begitu bukan olenya

hamba/ kekasih.

5. Begitu hamba itu jangan mengunggulkan sikap diri/badan berani

menghandalkan kekuatan. Jangan kadang-kadang selagi dicintai di Raja

serta Tuan sudah mengakui tiba di pintar.

6. Berita manusia yang lebih tidak boleh watak sendiri, sok pintar

mendahului sombong sampai terhadap Tuhan. Hanya harus sabar ikhlas

jangan mendekatkan nyala api.

7. Siapa orang yang mau melakukan /menjalankan tidak mempunyai malu

merasa memiliki tidak hati. Dan jangan kamu nyata apabila tidak ada daun

melayang yang jatuh pangkuanmu.

8. Menggambarkan begitu itu terletak ibarat sungguh maksudnya yang sebab

satu. Semua pahala Tuhan yaitu yang namanya halal sudah pantas kalau

kamu nyata.

9. Ceritanya manusia yang putus yang nama manusia sejati, menjauh

banyaknya godaan tidak menyengsarakan kepada tingkah laku para

hamba, sungguh-sungguh mantap yang di tempati.

Page 171: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

10. Prahara (istri) menggoda/mengakibatkan setuju hanya berdoa, bertapa

sangat memohon Tuhan sampai lahir batin ketentraman dan mulia sampai

turun-tumuran anak.

11. Berdoa di siang malam memohon kepada Tuhan, terkabulkan kehendakmu

baik sesama manusia agar menjadi contoh pekerjaan teladan di belakang.

12. Tiga tahun sudah berjalan seribu delapan ratus empat puluh delapan pergi

tidak lain permintaan saya bolehkan mengerti terhadap mulia serta anugrah

mudah sebabnya nyata.

13. Niatkan yang sungguh mengkesampingkan kenistaan berusahala yang

baik, berlatih akal budi yang suci andai mungkin lama-kelamaananugrah

dan untung datang.

14. Iya yang berupaya niat semua terhadap benar, Tuhan berilah usia panjang

sejahtera selamanya. Kepada tata ketentraman pemerintahan

selamatkanlah sampai besok.

15. Bawa besok yang selesai sampai turun-temurun anak. Jangan melakukan

prilaku khianat taat kepada Tuhan, patuh kepada Raja yang menguasai

kamu.

16. Sejahtera ke atas kalau kamu mengerti menjalankan akal budi sungguh-

sungguh dan ikhlas sabar rela lahir batin menjauhkan banyaknya rintangan

bertapa mati dalam hidup.

17. Pedoman hidup itu tidak susah kaya ilmu tetapi dan pengasihan(ilmu cinta

kasih) jalanya hanya taat terhadap Tuhan yaitu manusia sebenarnya.

18. Teliti yang sebenarnya jagalah pemerintah kerajaan kamu waspadalah

sesama manusia/orang ada buruk ada baik yang hina, tengah baik ada yang

berani sombong.

19. Iya semuanya sikapmu setiap-setiap bertapa mengikuti api hening air

hening menasehati siang malam waspada terhadap pertanda pertandanya

gaib/ samar-samar.

Page 172: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

Doa kalau lewat alam

Jauh- menjauh penghalang celaka sama pergi sakit cantik berjalan datang cantik

waktu dahulu hari asalkan rabu ada bukan hubungan berjalan jauhkan hawa

nafsu.

Do’a...........................

Permisi jauh dari penghalang ada penghalang tidak datang, kalau datang tidak

tergoda. Ada sengaja tidak datang, datang tidak sampai/tega dari kehendak Allah,

Allahu, iya saya Allah sejati tiga kali kalau sudah puasa jam tujuh sore dihafalkan.

Di bawah ini menceritakan Iman Supingi orang petikan dari Serat Tajusalatin cap-

capan/ nomor dua ratus sembilan pulug dua sampai nomor tiga ratus lima. Ditulis

di hari Jum’at legi tanggal ke tiga Jumadilawal angka seribu delapan ratus empat

puluh delapan atau tanggal ke lima belas Pebruari seribu sembilan ratus delapan

belas. Baru saja menjalankan menghadap menghormati penetapan residen (berdiri

tinggi setengah tua, kilat namanya) menjalankan bersama pantas warisan tahunan

Raja Pakubuwana.

Page 173: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA

Pupuh Pangkur

1. Serta lagi ada do’a kepada Mu aku berpasrah, kapada Mu aku bertawakal,

kepada Mu aku beriman, kepada Mu aku kembali, dengan pertolonhan Mu

aku bertaubat, kepada Mu aku menjtuhkan hukum, oleh karena itu

ampunilah dosaku telah lalu dan telah datang.

2. Seperti umat Rosululloh yang restu serta yang baik banyak kepada tinggi

badan yang baik. Baik yang mampu keberanian, bijaksana sejahtera

olehnya, tinggi badan yang besar serta tinggi orang menghantarkan akal

budi baik.

3. Olenya tenung/sentet memulai ingkar janji umad Rosul yang pendek kecil

serta yang agak membungkuk itu mendapat celaka walaupun halus

badannya ,apabila rambutnya merah terkutuk kemasukan iblis.

4. Pasal yang ke sembilan belas menyatakan ilmu tiga perkara

Belum selesai, tulisan sudah habis.

Page 174: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 175: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 176: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 177: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 178: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 179: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 180: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 181: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 182: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 183: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 184: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 185: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 186: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 187: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 188: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 189: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 190: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 191: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 192: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 193: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 194: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 195: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 196: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 197: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 198: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 199: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 200: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 201: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 202: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 203: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA
Page 204: NILAI MORAL DALAMSERAT WASITAWALA