internalisasi nilai-nilai moral pada jemaah …

26
1 INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH REMAJA PENGAJIAN DI MAJELIS TAKLIM KH. AHMAD ZUHDIANNOR YAHYA ABSTRAK Fenomena dunia pendidikan, khususnya remaja saat ini memang sangat memprihatinkan, disebabkan karena banyaknya pengaruh-pengaruh negatif baik pengaruh lingkungan maupun media sosial. Harapannya usia remaja haruslah memiliki karakter yang terpuji, karena remaja merupakan generasi penerus yang nantinya akan melanjutkan tongkat estafet pembangunan bangsa. Salah satu lembaga pendidikan nonformal di masyarakat yang dapat memberikan pendidikan moral adalah majelis taklim. Majelis taklim dituntut untuk berperan serta dalam menanamkan nilai-nilai moral pada remaja agar menghasilkan kepribadian remaja yang berakhlakul karimah. Ada dua tempat majelis taklim yang diteliti, yakni: majelis taklim yang bertempat di Masjid Jami sungai Jingah dan majelis taklim yang bertempat di Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin. Permasalahan Penelitian ini adalah: Nilai-nilai moral apa saja yang disampaikan pada pengajian di majelis taklim KH. Ahmad Zuhdiannor? Bagaimana proses internalisasi nilai-nilai moral pada pengajian di majelis taklim KH. Ahmad Zuhdiannor? Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah remaja yang aktif mengikuti pengajian, KH. Ahmad Zuhdiannor selaku pimpinan majelis taklim, panitia kepengurusan majelis taklim, masyarakat yang bermukim di sekitar majelis taklim, program kerja, visi-misi. Sedangkan tekhnik pengumpul data adalah: Observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Upload: others

Post on 24-Nov-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

1

INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH

REMAJA PENGAJIAN DI MAJELIS TAKLIM

KH. AHMAD ZUHDIANNOR

YAHYA

ABSTRAK

Fenomena dunia pendidikan, khususnya remaja saat ini memang sangat memprihatinkan, disebabkan karena banyaknya pengaruh-pengaruh negatif baik pengaruh lingkungan maupun media sosial. Harapannya usia remaja haruslah memiliki karakter yang terpuji, karena remaja merupakan generasi penerus yang nantinya akan melanjutkan tongkat estafet pembangunan bangsa. Salah satu lembaga pendidikan nonformal di masyarakat yang dapat memberikan pendidikan moral adalah majelis taklim. Majelis taklim dituntut untuk berperan serta dalam menanamkan nilai-nilai moral pada remaja agar menghasilkan kepribadian remaja yang berakhlakul karimah.

Ada dua tempat majelis taklim yang diteliti, yakni: majelis taklim yang bertempat di Masjid Jami sungai Jingah dan majelis taklim yang bertempat di Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin. Permasalahan Penelitian ini adalah: Nilai-nilai moral apa saja yang disampaikan pada pengajian di majelis taklim KH. Ahmad Zuhdiannor? Bagaimana proses internalisasi nilai-nilai moral pada pengajian di majelis taklim KH. Ahmad Zuhdiannor?

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah remaja yang aktif mengikuti pengajian, KH. Ahmad Zuhdiannor selaku pimpinan majelis taklim, panitia kepengurusan majelis taklim, masyarakat yang bermukim di sekitar majelis taklim, program kerja, visi-misi. Sedangkan tekhnik pengumpul data adalah: Observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Page 2: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL

2

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Nilai-nilai moral yang ditanamkan melalui pengajian di majelis taklim KH. Ahmad Zuhdiannor mencakup beberapa nilai moral, yaitu: jujur, sabar, syukur, senang/bahagia, toleransi, murah senyum, pemurah, ikhlas, iman dan takwa. (2) Proses internalisasi nilai moral pada pengajian di majelis taklim KH. Ahmad Zuhdiannor ini dilakukan dengan tiga tahapan, yakni: tahap pengenalan dan pemahaman, tahap penerimaan dan tahap pengintegrasian.

Kata kunci : Internalisasi Nilai Moral, Pendidikan Moral.

PENDAHULUAN

Perkembangan zaman yang berlangsung pada saat ini

memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku

remaja zaman sekarang. Perubahan yang sangat cepat dirasakan

adalah globalisasi. Globalisasi yang ditandai dengan

perkembangan teknologi informasi telah menciptakan hubungan

antar wilayah baik dalam ruang lingkup lokal, nasional dan

internasional begitu cepat dan dekat. Sekat-sekat geografis menjadi

lebih cair. Informasi yang mengalir begitu cepat ini memberikan

pengaruh terhadap perilaku remaja zaman sekarang.

Globalisasi sudah menembus semua penjuru dunia,

bahkan sampai daerah terpencil sekalipun, masuk kerumah-

rumah, dan membombardir pertahanan moral dan agama, sekuat

apapun dipertahankan. Televisi, Internet, Koran, Handphone, dan

lain-lain adalah media informasi dan komunikasi yang berjalan

dengan cepat, menggulung sekat-sekat tradisional yang selama ini

dipegang kuat. Moralitas menjadi longgar.

Page 3: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

Yahya

3

Sesuatu yang dahulu dianggap tabu, sekarang menjadi biasa-

biasa saja. Cara berpakaian, berinteraksi dengan lawan jenis,

menikmati hiburan di tempat-tempat spesial dan menikmati

narkoba menjadi trend dunia modern yang sulit ditanggulangi.

Akhirnya karakter anak bangsa berubah menjadi rapuh, mudah

diterjang ombak, terjerumus dalam ternd budaya yang melenakan,

dan tidak memikirkan akibat yang ditimbulkan. Prinsip-prinsip

moral, budaya bangsa, dan perjuangan hilang dari karakteristik

mereka. Inilah yang menyebabkan merosotnya moral serta

hilangnya kreativitas bangsa. Sebab, ketika karakter suatu bangsa

rapuh, maka semangat berkreasi dan berinovasi dalam kompetensi

yang ketat akan mengendur, kemudian akan dikalahkan oleh

semangat “konsumerisme, hedonism, dan permisifme” yang instan dan

menenggelamkan.1

Krisis yang melanda remaja mengindikasikan bahwa

pendidikan agama dan moral yang didapat di bangku sekolah, tidak

banyak memberikan perubahan perilaku. Bahkan yang terlihat

adalah banyaknya masyarakat Indonesia yang tidak sesuai antara

ucapan dan tindakannya. Kondisi demikian, diduga berawal dari

apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan.2

Indikator lain yang menunjukkan adanya gejala rusaknya

karakter generasi bangsa bisa dilihat dari praktek sopan santun

1Jamal Ma’mur Asmani, buku panduan internalisasi pendidikan karakter di

sekolah (Jogjakarta: Diva Press, 2013), h. 7-8. 2Zubaidi, Desain Pendidikan Karakter (Jakarta: Prenada Media Group, 2011),

h. 2.

Page 4: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL

4

siswa yang kini sudah mulai memudar, diantaranya dapat dilihat

dari cara berbicara sesama mereka, prilakunya terhadap guru dan

orangtua, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat, kata-

kata kotor yang tidak sepantasnya diucapkan oleh anak seusianya

seringkali terlontar. Sikap ramah terhadap guru ketika bertemu dan

penuh hormat terhadap orangtua pun tampaknya sudah menjadi

sesuatu yang sulit ditemukan dikalangan anak usia sekolah dewasa

ini. Anak-anak usia sekolah seringkali menggunakan bahasa yang

jauh dari tatanan nilai budaya masyarakat. Bahasa yang kerap

digunakan tidak lagi menjadi ciri dari sebuah bangsa yang

menjunjung tinggi etika dan kelemahlembutan.

Berbicara soal moral berarti berbicara soal perbuatan

manusia dan juga pemikiran dan pendirian mereka mengenai apa

yang baik dan apa yang tidak baik, mengenai apa yang patut dan

tidak patut untuk dilakukan sehingga dapat dikatakan moral

merupakan standar perilaku yang disepakati yang dapat dipakai

untuk mengukur perilaku diri sendiri sekaligus perilaku orang

lain.

Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan

yang amat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi

manusia, baik kapasitasnya sebagai pribadi (individu) maupun

sebagai anggota suatu kelompok (masyarakat dan bangsa).

Peradaban suatu bangsa dapat dinilai melalui karakter moral

masyarakatnya.

Page 5: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

Yahya

5

Moral dalam ajaran Islam berfungsi sebagai sarana untuk

mencapai derajat al-Insān Kamīl (manusia sempurna). Ibnu

Miskawaih (1994: 61-65) berpendapat bahwa “kesempurnaan

manusia diawali dari kesempurnaan individu, karena dari

individu-individu yang sempurna akan melahirkan masyarakat

yang beradab yang pada akhirnya akan berimplikasi pada

kesempurnaan moral”.3

Fenomena dunia pendidikan, khususnya lembaga pendidikan

formal dimana remaja- remaja mengenyam pendidikan saat ini

sering dikritik oleh masyarakat, hal ini disebabkan karena adanya

sejumlah pelajar yang menunjukkan sikap yang kurang terpuji dan

jauh dari norma-norma dimasyarakat.

Kondisi remaja saat ini yang semakin menunjukkan perilaku

anti budaya dan anti nilai-nilai pendidikan akhlak sehingga

mengalami krisis moral, seperti perilaku seks bebas dikalangan

generasi muda, penyalah gunaan narkoba, maraknya anarkis dan

permasalahan- permasalahan lainnya, yang demikian itulah

menjadikan sebagian masyarakat memberikan kritikan kepada

lembaga- lembaga pendidikan formal, sehingga dirasa kurang cukup

kalau hanya mengenyam pendidikan pada lembaga tersebut.

Nilai- nilai moral yang terdapat dalam ajaran agama Islam

dapat ditumbuhkembangkan salah satunya yaitu melalui lembaga

pendidikan, baik lembaga yang sifatnya formal maupun yang

3 Ibnu Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, (Bandung: Mizan, 1994),

h.61-65.

Page 6: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL

6

bersifat nonformal. Majelis taklim merupakan salah satu sarana

kegiatan yang berada di lingkungan masyarakat yang dapat

digunakan untuk melaksanakan pendidikan Islam.

Majelis taklim adalah wadah pembentuk jiwa dan

kepribadian yang agamis yang berfungsi sebagai stabilisator dalam

seluruh gerak aktivitas kehidupan umat Islam Indonesia, maka

sudah selayaknya kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islami

mendapat perhatian dan dukungan dari masyarakat, sehingga

tercipta insan-insan yang memiliki keseimbangan antara potensi

intelektual dan mental spiritual dalam upaya menghadapi

perubahan zaman yang semakin global dan maju.4

Berbagai kegiatan majelis taklim yang telah dilakukan

merupakan proses pendidikan yang mengarah kepada internalisasi

nilai-nilai moral sehingga para jemaah yang mampu merefleksikan

tatanan normatif yang mereka pelajari dalam realitas kehidupan

sehari-hari, khususnya untuk mengembangkan sikap keagamaan

jemaah di majelis taklim.

Sesuai dengan makna yang terkandung di dalam majelis

taklim yang berarti wadah atau tempat menuntut ilmu, maka

pendidikan agama harus sesuai dengan kebutuhan rohani remaja

pada khususnya dengan memperhatikan perkembangan

kedewasaannya. Inilah tujuan utama majelis taklim yakni

4 Tuti Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta lim, (Bandung:

Mizan, 1997), h. 78.

Page 7: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

Yahya

7

menjadikan manusia yang berakhlak mulia serta menanamkan

sekaligus mengamalkan nilai-nilai pendidikan agama Islam.

Salah satu majelis taklim tersebut adalah majelis taklim yang

diasuh oleh KH. Ahmad Zuhdianor atau yang lebih dikenal

masyarakat luas dengan sebutan Guru Zuhdi yang berada di

Banjarmasin. Majelis taklim ini sudah lama berdiri serta memberikan

banyak sekali pengetahuan-pengetahuan agama serta menanamkan

nilai- nilai moral kepada jemaahnya khususnya kepada jemaah

remaja.

Majelis taklim KH. Ahmad Zuhdiannor dibuka dan memang

diperuntukkan untuk masyarakat umum dan tersebar ditiga tempat,

yakni yang pertama bertempat di Masjid Jami Sungai Jingah

dilaksanakan pada setiap malam minggu, yang kedua bertempat di

Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin dilaksanakan pada setiap

malam Jumat dan yang ketiga di Teluk Dalam Komplek Pondok

Indah ditempat ini dilaksanakan pada setiap malam kamis. Adapun

kegiatannya dimulai dengan shalat maghrib berjamaah, dilanjutkan

dengan shalat sunnat hajat dan selanjutnya penyampaian materi

pengajian. Khusus pada malam minggu ditambah dengan acara

tasmiyah dan pembacaan syair atau Qasidah.

Pengajian ini dipimpin langsung oleh KH. Ahmad

Zuhdiannor yang sebelumnya dipimpin oleh ayah beliau yakni

KH. Muhammad. Sampai ketika ayahnya wafat maka diberi amanah

dan pesan untuk meneruskan pengajian-pengajian yang tersebut.

Page 8: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL

8

Materi yang Beliau sampaikan tentunya berkenaan dengan

pendidikan agama Islam diantaranya mencakup ibadah dan akhlak.

Hal ini bisa dilihat dari kitab yang Beliau ajarkan yakni kitab Al-

Nashaāih Addiīniyyaāh yang dikarang oleh Habiīb Abdullaāh bin

Alāwi Al-Hadādi Al-Hādhrami as-Syafi’iī, kitab Hidāyatussaālikiīn

Al-Imam Ghāzali, dan kitab Ihyaā Ulumiddiīn yang mana kitab-

kitab ini berisi pasal-pasal tentang ibadah dan kebanyakan dari

penjelasan Beliau berkenaan tentang akhlak budi pekerti.

KH. Ahmad Zuhdiannor adalah salah seorang Ulama muda

yang kharismatik sehingga disetiap pelaksanaan majelis taklim

dihadiri oleh ribuan jemaah dari berbagai daerah di kota

Banjarmasin. Menurut pengamatan penulis diperkirakan antara

tujuh sampai sepuluh ribu jemaah yang mengikuti majelis taklim

Beliau. Sebagian besar adalah dari kalangan remaja dan terus

bertambah setiap tahunnya, karena banyaknya keikutsertaan para

remaja dalam mengikuti pengajian Beliau inilah penulis pandang

berbeda dengan majelis-majelis taklim ditempat yang lain yang

mana bisa dilihat partisipasi remaja sangat minim, justru

kebanyakan partisipasinya dari orang- orang dewasa dan orang tua.

Penelitian diawali dengan survei terhadap internalisasi nilai-

nilai moral pada remaja yang mengikuti pengajian majelis taklim

KH. Ahmad Zuhdiannor. Mengarah pada perilaku remaja

tersebut, pertama penulis melakukan observasi awal dan

memperhatikan serta mengamati perilakunya pada saat pengajian

berlangsung maupun setelah mengikuti pengajian, Hal ini penulis

Page 9: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

Yahya

9

dapatkan dari mengamati beberapa remaja yang rutin dalam

pengajian tersebut menunjukkan sikap dan perilaku yang baik.

Misalkan bertutur kata yang santun, mendahulukan yang lebih tua,

saling berbagi dan sifat-sifat terpuji lainnya, disini letak

ketertarikan penulis untuk menggali lebih dalam lagi tentang

bagaimana penanaman nilai-nilai moral pada jemaah remaja

tersebut.

Selain itu banyaknya keikutsertaan remaja dalam pengajian

yang diselenggarakan oleh KH. Ahmad Zuhdiannor, menjadikan

tanda tanya begitu besar bagi penulis, bagaimana bisa begitu

banyaknya remaja yang mengikuti pengajian Beliau, bahkan dari

tempat- tempat yang jauh, misalnya dari Marabahan, Martapura,

bahkan ada yang dari Astambul. Apa yang ada di dalam hati dan

pikiran mereka, apa yang membuat menarik dari pengajian Guru

Zuhdi dan banyak pertanyaan lainnya yang perlu dicari jawabannya

pada majelis taklim ini.

Berangkat dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

meneliti lebih mendalam tentang pelaksanaan kegiatan majelis

taklim khususnya berhubungan dengan internalisasi nilai-nilai

moral pada jemaah remaja pengajian majelis taklim Guru Zuhdi,

dengan demikian penulis mencoba mengangkat sebuah judul

“INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH

REMAJA PENGAJIAN DI MAJELIS TAKLIM KH. AHMAD

ZUHDIANNOR”. Dalam hal ini penulis ingin mengetahui tentang

nilai-nilai moral apa saja yang ditanamkan dan bagaimana proses

Page 10: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL

10

internalisasi nilai-nilai moral di majelis taklim Masjid Jami Sungai

Jingah dan Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin.

METODE

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan dengan

pendekatan kualitatif (field research), yaitu prosedur penelitian yang

menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian ini memilih pendekatan penilitian kualitatif

dikarenakan permasalahan penelitian bersifat holistik, kompleks,

dinamis dan penuh makna. Serta peneliti bermaksud memahami

situasi sosial secara mendalam, menemukan pola dan teori.

Penelitian kualitatif (Qualitative Research) adalah suatu penelitian

yang ditujukan untuk mendeskripsikan (menggambarkan) dan

menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,

kepercayaan, persepsi, serta pemikiran orang secara individual

maupun kelompok. Beberapa deskripsi tersebut digunakan untuk

menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang menuju pada

kesimpulan. Oleh karena itu permasalahan yang ingin diteliti yakni

berkaitan dengan nilai-nilai moral yang ditanamkan dan bagaimana

proses internalisasi nilai-nilai moral tersebut pada jemaah remaja di

majelis taklim.

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada majelis taklim KH.

Ahmad Zuhdiannor yang berada di Masjid Jami Sungai Jingah yang

dilaksanakan pada malam Minggu dengan materi yang bersumber

dari kitab Hidayatussalikin dan yang kedua majelis taklim di Masjid

Page 11: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

Yahya

11

Raya Sabilal Muhtadin pada malam Jumat dengan kitab yang

dibacakan yakni Nasaihuddiniyah. Kedua majelis taklim ini berada

di Kota Banjarmasin Kalimantan Selatan.

Penetapan lokasi tersebut didasarkan atas keyakinan penulis

bahwa di kedua lokasi tersebut tersedia berbagai data dan sumber

data yang diperlukan, serta pada lokasi tersebut penulis menemukan

permasalahan yang belum pernah diteliti sebelumnya.

Data dalam penelitian ini terbagi dua yaitu data pokok dan

data penujang, adapun data pokok dalam penelitian ini adalah: 1)

Nilai-nilai moral yang ditanamkan pada jemaah remaja pengajian di

majelis taklim KH. Ahmad Zuhdiannor. 2) Proses internalisasi nilai-

nilai moral pada jemaah remaja pengajian di majelis taklim KH.

Ahmad Zuhdiannor. Sedangkan data penunjang yaitu data yang

menunjang terhadap data pokok yang berkenaan dengan gambaran

umum lokasi penelitian. Adapun gambaran lokasi penelitian yang di

teliti oleh penulis yaitu di Masjid Jami Sungai Jingah dan Masjid

Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin.

Sumber data dalam penelitian ini adalah: Data yang diperoleh

dari informan, dan dokumen sebagai berikut: a) KH. Ahmad

Zuhdiannor sebagai pimpinan majelis taklim. b) Remaja yang aktif

mengikuti pengajian. c) panitia Masjid dan kepengurusan majelis

taklim. d) Dokumentasi, yaitu data-data yang berkenaan dengan

penelitian berasal dari sumber tertulis atau laporan tertulis tentang

penelitian dan data-data lainnya.

Page 12: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL

12

Teknik penggali data merupakan upaya peneliti dalam

mengumpulkan data yang diperoleh di lapangan. Untuk

mendapatkan data yang akurat, maka dalam penelitian ini

digunakan beberapa teknik yaitu, sebagai berikut: 1)Teknik

wawancara (interview) Metode ini digunakan untuk menggali data-

data tentang internalisasi nilai-nilai moral pada jemaah remaja

pengajian. Pelaksanaan kegiatan wawancara ini, penulis

menggunakan teknik wawancara secara mendalam yakni menggali

data secara rinci dan jelas di lapangan dengan berpedoman

membuat garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Sedangkan hal-hal yang menjadi topik pembicaraan adalah yang

ada hubungannya dengan fokus penelitian yaitu internalisasi nilai-

nilai moral pada jemaah remaja pengajian di majelis taklim KH.

Ahmad Zuhdiannor. 2) Teknik Observasi: Sebelum melakukan

penelitian, penulis melakukan observasi awal ke tempat yang

menjadi lokasi penelitian. Teknik observasi ini penulis lakukan

dengan mengamati secara langsung setiap proses kagiatan di majelis

taklim KH. Ahmad Zuhdiannor dan yang menjadi objek

pengamatan penulis yaitu bagaimana proses penanaman nilai-nilai

moral pada pengajian tersebut, dan perilaku remaja pengajian, baik

sesudah proses pengajian atau pada saat proses pengajian itu

berlangsung serta proses pelaksanaan pengajian di majelis taklim

KH. Ahamd Zuhdiannor. 3) Dokumentasi: Metode dokumentasi

adalah kegiatan mencari data mengenai hal atau variabel yang

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah prasasti,

Page 13: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

Yahya

13

notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Adapun dokumen-dokumen

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah profil KH. Ahmad

Zuhdiannor dan majelis taklim, letak geografis, waktu atau jadwal

pengajian, kitab-kitab pegangan, metode dan tujuan kegiatan,

struktur kepanitiaan, keadaan pimpinan majelis taklim dan para

jemaah.

Setiap pelaksanaan kegiatan pengumpulan data, baik melalui

wawancara, observasi dan dokumentasi tersebut, peneliti berusaha

untuk melengkapi diri dengan peralatan yang memadai dengan alat-

alat elektronik (kamera dan tape) demi kelengkapan informasi yang

ingin diperoleh.

Dalam penelitian ini penulis menerapkan metode analisis data

kualitatif yakni analisis data tersebut dimulai sejak awal penelitian

sampai akhir. Analisis data merupakan upaya mencari dan menata

secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya.

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, maka untuk mengolah

datanya penulis menggunakan teori Miles dan Huberman yaitu:

Pengumpulan data, reduksi data, display data, verifikasi data.

Berikut penulis paparkan uraiannya:

1) Pengumpulan Data (Data Collection): yakni penulis

melakukan pengumpulan data dengan observasi yang

dilaksanakan di lapangan. Sedangkan untuk mengetahui

seberapa jauh internalisasi nilai-nilai moral pada jemaah

remaja pengajian di majelis taklim KH. Ahmad Zuhdianor,

Page 14: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL

14

dengan menggunakan catatan atau instrumen yang telah

disediakan.

2) Reduksi Data : Reduksi data diawali dengan menerangkan,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting terhadap isi dari suatu data yang berasal dari

lapangan, sehingga data yang telah direduksi dapat

memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil

pengamatan. Dalam proses reduksi data ini, peneliti dapat

melakukan pilihan-pilihan terhadap data yang hendak

dikode, mana yang dibuang, mana yang merupakan

ringkasan, cerita-cerita apa yang sedang berkembang. Reduksi

data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu

dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa

sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan

diverifikasi. Reduksi data dilakukan secara terus-menerus

selama penelitian berlangsung untuk memfokuskan data

pada hal-hal yang penting dari sekian banyak data yang

diperoleh dari hasil observasi , wawancara, dan catatan di

lapangan yang tidak terpola, dengan tujuan untuk

menemukan hal-hal pokok dalam menganalisis internalisasi

nilai-nilai moral pada jemaah remaja pengajian di majelis

taklim KH. Ahmad Zuhdianor.

3) Penyajian Data (Display Data): Setelah selesai melakukan

reduksi data maka kegiatan selanjutnya adalah melakukan

Page 15: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

Yahya

15

penyajian data, yaitu proses penyampaian laporan hasil

penelitian dalam bentuk tulisan. Pada umumnya, penelitian

kualitatif menyajikan data dalam bentuk naratif (cerita),

namun tidak menutup kemungkinan penyajian data dalam

bentuk bagan, matrik, grafik, gambar atau jaringan.5 Data

yang sudah disederhanakan selanjutnya disajikan dengan cara

mendiskripsikan dalam bentuk paparan data. Dengan

demikian didapatkan kesimpulan sementara yang berupa

temuan penelitian di lapangan yakni indikator- indikator

internalisasi remaja terhadap nilai-nilai moral pada pengajian

KH. Ahmad Zuhdianor. Pada tahap ini penulis membuat

rangkuman temuan penelitian secara sistematis sehingga pola

dan fokus pelaksanaan diketahui melalui kesimpulan data

tersebut diberi makna yang relevan dengan fokus penelitian.

4) Penarikan Kesimpulan: Prosedur penarikan kesimpulan

didasarkan pada data informasi yang tersusun pada bentuk

yang terpola pada penyajian data. Melalui informasi tersebut

peneliti dapat melihat dan menentukan kesimpulan yang

benar mengenai objek penelitian karena penarikan

kesimpulan merupakan kegiatan penggambaran yang utuh

dari objek penelitian. Menarik kesimpulan harus selalu

berdasarkan semua data yang diperoleh dalam kegiatan

penelitian. Dengan kata lain penarikan kesimpulan harus

5Yahya, M, Metodologi Penelitian,Riset dan teori, (Banjarmasin: STIA Bina

Banua. 2004), h. 73.

Page 16: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL

16

berdasarkan data, bukan atas angan-angan atau keinginan

peneliti semata.6 Pada tahap ini merupakan proses dimana

peneliti mampu menggambarkan internalisasi remaja

terhadap nilai-nilai moral pada pengajian KH. Ahmad

Zuhdianor. Dalam kegiatan ini penulis melakukan pengujian

atau kesimpulan yang telah diambil dan membandingkan

dengan teori- teori yang relevan serta petunjuk dan

pembinaan pemantapan penguji kesimpulan dihubungkan

dengan data awal melalui kegiatan member check, sehingga

menghasilkan suatu penelitian yang bermakna.

HASIL TEMUAN

Tujuan dari internalisasi nilai-nilai moral sama seperti tujuan

pendidikan karakter dan pendidikan moral yaitu membentuk

bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,

bertoleransi, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang

dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang

semuanya di jiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha

Esa berdasarkan Pancasila.7

Apabila nilai-nilai moral tersebut dapat diinternalisasikan

kepada jiwa remaja maka tentunya dapat membentuk karakter dan

kepribadian yang mulia, serta tujuan pendidikan agama Islam dapat

tercapai dengan baik. Hal ini berarti tujuan pendidikan nasional

6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Yogyakarta:

Alfabeta, 2013),h. 249 7Kemindiknas, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (Berdasarkan

Pengalaman di Satuan Pendidikan Rintisan, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011), h. 2

Page 17: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

Yahya

17

dapat tercapai yaitu mencetak generasi bangsa yang beriman,

bertaqwa kepada Allah Swt, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negera yang bertanggung

jawab. Memiliki perilaku yang mulia sangatlah penting, terutama

untuk menghadapi zaman modern dan arus globalisasi, di mana

nilai-nilai moral sangat merosot. Sebagai salah satu solusi maka

pendidikan moral dapat dijadikan sebagai kontrol dan filter dari

nilai-nilai yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam, sehingga

tidak akan terjadi krisis moral dan tindakan-tindakan yang dapat

merusak iman.

Berdasarkan paparan penelitian mengenai hasil internalisasi

nilai-nilai moral pada jemaah remaja pengajian di majelis taklim KH.

Ahmad Zuhdiannor, menunjukkan bahwa remaja dapat memahami

dan mengamalkan nilai-nilai moral yang telah ditanamkan pada

pengajian tersebut. Hal ini dapat dilihat bahwa remaja yang rutin

mengikuti kajian di majelis taklim menunjukkan perilaku-perilaku

yang mulia, baik perilaku yang berhubungan dengan orang lain dan

kepribadian diri sendiri.

Selanjutnya hasil internalisasi nilai-nilai moral dalam

membentuk perilaku yang mulia bagi remaja dapat dilihat bahwa

jemaah remaja memiliki perilaku mulia (akhlakul karimah) yakni jujur

dan sabar, sikap jujur ini bisa dilihat ketika melaksanakan ujian di

sekolah dan wawancara secara mendalam dengan informan.

Sedangkan sifat sabar dapat dilihat ketika mereka menerima

musibah, keteguhan dan ketabahan mereka terlihat dalam

Page 18: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL

18

kehidupan sehari-hari. sifat toleransi dan syukur, yang mana remaja

sangat peka terhadap keadaan di sekitarnya. Murah hati untuk

membantu dan menolong orang lain yang mendapat musibah

terutama teman-teman di sekelilingnya. Rasa syukur kepada Allah

Swt atas segala nikmat yang diberikan, sepertinya sudah menjadi

karakteristik mereka yang rutin mengikuti pengajian Guru Zuhdi,

karena tema syukur sangat diutamakan kepada jemaah, sebab sifat

syukur itu menghasilkan kebahagiaan dan ketenangan. Sifat ikhlas,

murah senyum dan sopan santun, hal ini dapat dilihat dari hasil

penelitian bahwa jemaah remaja bersikap sopan dan santun

terhadap orang tua dan guru dengan terbiasa menyapa dan

mengucap salam. Saling menghormati dan mengasihi sesama jemaah

terlihat dalam setiap pengajian, melaksanakan perintah guru dengan

baik. bahwa siswa patuh terhadap perintah guru. Sikap iman dan

takwa, hal ini ditunjukkan dengan kebiasaan melaksanakan ibadah

shalat dengan rutin, membaca Alquran, bersedekah, shalat sunnat

dan ibadah-ibadah lainnya. Disamping itu menjauhi segala

perbuatan maksiat, seperti minuman keras, narkoba, zina, mencuri

dan lain-lain.

1) Nilai-Nilai Moral yang Ditanamkan pada Jemaah Remaja

Pengajian di Majelis Taklim:

Majelis taklim KH. Ahmad Zuhdiannor selain menambah

wawasan ilmu agama bagi jemaahnya, juga bertujuan

menjadikan manusia yang memiliki pribadi yang berakhlakul

karimah. Dalam hal ini yakni pembentukan karakter yang baik

Page 19: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

Yahya

19

dan kuat dalam dirinya, yang tentunya sesuai dengan ajaran

Islam. Dalam mengembangkan karakter nilai-nilai moral yang

kuat pada diri jemaah diperlukan semangat penghayatan nilai-

nilai moral itu sendiri. Moral merupakan standar baik-buruk

yang ditentukan bagi individu nilai-nilai sosial budaya dimana

individu sebagai anggota sosial. Moralitas merupakan aspek

kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan

kehidupan sosial secara harmonis, adil, dan seimbang. Perilaku

moral diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai

penuh keteraturan, ketertiban, dan keharmonisan.8 Oleh karena

itu, majelis taklim ini berupaya menerapkan internalisasi nilai-

nilai moral agar dapat memberikan pengaruh yang positif

dalam berbagai hal khususnya bagi jemaah remaja demi

pembentukan karakter yang kuat pada diri mereka. Adapun

nilai-nilai moral tersebut antara lain adalah Jujur, Sabar, Syukur,

Senang/bahagia, Toleransi, Murah senyum, Pemurah, Ikhlas,

Iman dan Takwa.

Hasil dari penelitian penulis terhadap nilai-nilai moral

yang disampaikan melalui majelis taklim KH. Ahmad

Zuhdiannor tersebut diatas, menegaskan bahwa kedua majelis

taklim tersebut telah menanamkan nilai-nilai moral kepada

jemaah pengajian, hal ini sesuai dengan hasil wawancara dan

pengamatan penulis yang menunjukkan bahwa nilai-nilai

8Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja; Perkembangan

Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h.136.

Page 20: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL

20

tersebut bisa diterima dengan baik dan merasuk ke dalam jiwa

mereka serta dapat diinternalisasikan pada kehidupan sehari-

hari sehingga berdampak positif pada perkembangan akhlak

remaja seperti: ketaatan dalam melaksanakan ibadah, menutup

aurat, disiplin, keberanian mengemukakan pendapat,

menghargai orang lain dan , tanggung jawab, ikhlas dalam

melaksanakan ibadah, sabar dalam setiap musibah, suka

menolong orang lain, bersikap lemah lembut, berkata jujur dan

selalu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah

Swt.

Penanaman nilai-nilai moral di majelis taklim KH. Ahmad

Zuhdiannor, menggunakan pendekatan āl-māwîzah āl-hasanāh,

dimana dalam menyampaikan nasehat-nasehat agama dengan

cara-cara yang halus, lembut dan menyentuh bagi siapa yang

mendengarkannya. Dengan penampilan yang kharismatik yakni

sikap-sikap mulia yang ditunjukkan kepada para jemaah,

misalnya sifat ketawaddukan, murah senyum, berpenampilan

yang menarik, seperti memakai sorban yang selalu melilit

kepalanya, memakai jubah, dan pakaian serba putih dan wangi.

Hal ini secara tidak langsung memperkuat pendekatan al-

maw’izah al-hasnah. Sehingga tercapainya internalisasi nilai-

nilai moral kepada remaja pengajian dengan baik sesuai dengan

tujuan utama dari majelis taklim tersebut.

Page 21: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

Yahya

21

2) Proses Internalisasi Nilai-Nilai Moral

Mengenai tahapan internalisasi nilai ini, soedijarto

menyatakan bahwa bila nilai yang akan disampaikan

dimaksudkan untuk sepenuhnya menjadi bagian sistem

kepribadian setiap anak didik, maka tahap pengenalan dan

pemahaman, penerimaan dan pengintegrasian, ketiga-tiganya

wajib ditempuh. Sedangkan tiga tahap tersebut merupakan teori

yang dikemukakan oleh Krathwhol dan telah dikerucutkan oleh

Soedijarto.9

Adapun proses internalisasi nilai-nilai moral pada jemaah

remaja pengajian di majelis taklim KH. Ahmad Zuhdiannor

diperlukan waktu perlahan-lahan dengan beberapa tahapan yang

sesuai dengan teori Kratwhol, sebagai berikut: Tahap pengenalan

dan pemahaman yaitu tahap pemberian keyakinan dalam diri

jemaah tentang nilai-nilai moral melalui penjelasan-penjelasan

materi kajian dan contoh-contoh ketauladanan. Tahap

penerimaan, dimana nilai-nilai tersebut dapat diterima oleh

jemaah remaja pengajian, karena nilai tersebut sesuai dengan

kepentingan dan kebutuhannya, dalam hubungannya dengan

dirinya sendiri dan dengan lingkungannya. Yang terakhir yakni

tahap pengintegrasian yaitu tahap dimana nilai-nilai tersebut

sudah menjadi bagian dari jati diri jemaah sehingga menjadi

karakteristik dalam kehidupan sehari-hari.

9Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan Dan Bermutu, Jakarta:

Balai Pustaka. 1993), h. 149

Page 22: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL

22

Kegiatan pengajian majelis taklim KH. Ahmad Zuhdiannor

bertujuan untuk meningkatkan kualitas keagamaan bagi

masyarakat serta membentuk kepribadian luhur yang sesuai

dengan nilai-nilai moral. Penanaman nilai-nilai moral tersebut

sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai akhlak, dengan tujuan

agar jemaah dapat mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam

kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi

yang dilakukan selama penelitian, dikemukakan bahwa sebagai

bagian yang ikut menentukan keberhasilan dalam proses

internalisasi nilai-nilai moral, maka penggunaan metode dan

pendekatan-pendekatan yang baik yang sesuai dengan kondisi

jemaah, sangat diperlukan sebagai upaya untuk mencapai tujuan

pokok dari majelis taklim tersebut.

Gaya ceramah yang homoris tentunya membuat jemaah

lebih santai dan tidak terlalu tegang dan kaku. Penceramah yang

terlalu serius akan membuat jenuh dan mengantuk. Hal ini

tentunya berimbas kepada sejauhmana pemahaman yang

diterima oleh jemaah terhadap materi yang disampaikan.

Penampilan berpakaian yang rapi dan khas akan memberikan

kesan yang luar biasa kepada jemaah, karena menurut tradisi

masyarakat banjar bahwa, orang yang menggunakan pakaian

serba putih dan menggunakan sorban dikepalanya dipandang

sebagai orang yang alim artinya mempunyai keilmuan agama

yang luas. Bukan hanya sekedar itu, orang tersebut juga dipercaya

Page 23: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

Yahya

23

memiliki akhlak-akhlak yang baik yang dapat dijadikan suri

tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Menunjukkan sifat-sifat

yang terpuji seperti beriman dan bertakwa kepada Allah Swt,

ikhlas, sabar, kesungguhan, amanah, adil, berani, disiplin,

pemurah, pemaaf, menguasai ilmu agama yang dalam,

sehingga menjadi contoh teladan yang baik kepada jemaahnya.

Penggunaan bahasa yang sangat mudah dipahami oleh jemaah,

terutama penggunaan bahasa daerah karena memang sebagian

besar jemaah pengajian berasal dari suku Banjar. Pengulangan

kata-kata yang sering dilakukan serta pemberian contoh-contoh

kongkrit dalam kehidupan sehari-hari sangat membantu jemaah

untuk lebih mudah memahami dan mencerna materi yang

disampaikan.

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian,analisis data dan pembahasan

mengenai internalisasi nilai-nilai moral pada jemaah remaja

pengajian di majelis taklim KH. Ahmad Zuhdiannor, yang meliputi

nilai-nilai moral yang ditanamkan dan proses internalisasi nilai-nilai

moral pada pengajian tersebut, maka penulis dapat memberikan

simpulan sebagai berikut:

1. Nilai-nilai moral yang ditanamkan melalui pengajian majelis

taklim KH. Ahmad Zuhdiannor, yaitu: Jujur, Sabar, Syukur,

Senang/Bahagia, Toleransi, Murah senyum, Pemurah, Ikhlas

dan Iman/Takwa. Kesemua nilai-nilai moral ini tersampaikan

Page 24: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL

24

dengan baik dan bisa diterima oleh jemaah remaja pengajian

serta dapat diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Proses internalisasi nilai-nilai moral pada jemaah remaja

pengajian di majelis taklim KH. Ahmad Zuhdiannor,

menggunakan pendekatan ȧl-mȃwîzāh al-hȧsanȃh dimana KH.

Ahmad Zuhdiannor menyampaikan nasehat dengan lemah

lembut, penuh hikmah dan penggunaan bahasa yang

menyenangkan serta menyentuh hati, dengan pemilihan materi

yang sesuai dengan kondisi jemaah pengajian. Dalam

internalisasi nilai-nilai moral terhadap remaja diperlukan waktu

perlahan-lahan dengan beberapa tahapan yang sesuai dengan

teori Kratwhol, sebagai berikut: a) Tahap pengenalan dan

pemahaman yaitu tahap pemberian keyakinan dalam diri

jemaah tentang nilai-nilai moral melalui penjelasan-penjelasan

materi kajian dan contoh-contoh ketauladanan. b) Tahap

penerimaan, dimana nilai-nilai tersebut dapat diterima oleh

jemaah remaja pengajian, karena nilai tersebut sesuai dengan

kepentingan dan kebutuhannya, dalam hubungannya dengan

dirinya sendiri dan dengan lingkungannya. c) Tahap

pengintegrasian yaitu tahap dimana nilai-nilai tersebut sudah

menjadi bagian dari jati diri jemaah sehingga menjadi

karakteristik dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan pengajian majelis taklim KH. Ahmad Zuhdiannor

bertujuan untuk meningkatkan kualitas keagamaan bagi masyarakat

serta membentuk kepribadian luhur yang sesuai dengan nilai-nilai

Page 25: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

Yahya

25

moral. Penanaman nilai-nilai moral tersebut sangat erat kaitannya

dengan nilai-nilai akhlak, dengan tujuan agar jemaah dapat

mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Page 26: INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL PADA JEMAAH …

INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL

26

DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah, Tutty. 1997. Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim,

Bandung: Mizan.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2013. Buku Panduan Internalisasi

Pendidikan Karakter di Sekolah, Jogjakarta: Diva Press.

Asrori, Mohammad Ali Dan Mohammad, 2012. Psikologi Remaja;

Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Pt Bumi Aksara.

M, Yahya, 2004. Metodologi Penelitian,Riset dan teori, Banjarmasin:

STIA Bina Banua.

Miskawaih, Ibnu. 1994. Menuju Kesempurnaan Akhlak (Buku Dasar

Pertama Tentang Etika, Bandung : Mizan.

Kemindiknas, 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter

(Berdasarkan Pengalaman di Satuan Pendidikan Rintisan), Jakarta: Badan

Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

Soedijarto, 1993. Menuju Pendidikan Nasional Yang Relevan Dan

Bermutu, Jakarta: Balai Pustaka.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D

Yogyakarta: Alfabeta.

Zubaidi, 2011. Desain Pendidikan Karakter, Jakarta: Prenada Media

Group.