internalisasi nilai-nilai islam wasathiyah dan …

24
Syamsul Hadi 79 ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018 4 INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN WAWASAN KEBANGSAAN DI KALANGAN PELAJAR SANTI DI LASEM Syamsul Hadi Pascasarjana UNUSIA Jakarta Artikel ini bertujuan menjelaskan temuan lapangan terkait proses internalisasi nilai-nilai Islam wasathiyah dan wawasan kebangsaan di kalangan pelajar-santri di Desa Karangturi Lasem. Suatu kawasan pemukiman yang tidak hanya populer sebagai basis kaum sarungan, tetapi sekaligus identik dengan komunitas pecinan, yangtetap mengedepankan keselarasan sosial. Penelitian dilakukan di MA Al-Hidayat Kauman Lasem, menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan konstruktivis. Penggalian data melalui teknik wawancara mendalam dan observasi lapangan, serta diperkuat dengan studi dokumen.Informan ditentukan melalui teknik snow balling.Hasil penelitian menunjukkan, pembentukan jatidiri pelajar-santri yang berkarakter religius-nasionalis di MA Al- Hidayat Lasem dapat berhasil melalui pemanfaatan ruang- ruang sosial yang melingkupi seluruh alur proses dan dinamika sosial-keagamaan dalam kinerja lembaga pendidikan. Ruang-ruang sosial dimaksud merupakan arena berproses yang meliputi tiga milieu belajar, yaitu: madrasah, pesantren, dan masyarakat. Konstruksi ruang-ruang sosial berjalan secara intens mempengaruhi nalar, persepsi, image dan penilaian, serta tindakan individu-individu pelajar-santri dalam keseluruhan proses pergaulan hidup mereka sehari-hari. Penelitian juga membuktikan, secara kuantitatif tingkat pemahaman mereka dalam konteks isu relasi Islam dan negara, terbukti sangat baik, dalam arti tidak mempersoalkan Pancasila

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN …

Syamsul Hadi

79 ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018

4

INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN WAWASAN

KEBANGSAAN DI KALANGAN PELAJAR SANTI DI LASEM

Syamsul Hadi

Pascasarjana UNUSIA Jakarta

Artikel ini bertujuan menjelaskan temuan lapangan terkait

proses internalisasi nilai-nilai Islam wasathiyah dan wawasan

kebangsaan di kalangan pelajar-santri di Desa Karangturi

Lasem. Suatu kawasan pemukiman yang tidak hanya populer

sebagai basis kaum sarungan, tetapi sekaligus identik dengan

komunitas pecinan, yangtetap mengedepankan keselarasan

sosial. Penelitian dilakukan di MA Al-Hidayat Kauman Lasem,

menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan

konstruktivis. Penggalian data melalui teknik wawancara

mendalam dan observasi lapangan, serta diperkuat dengan

studi dokumen.Informan ditentukan melalui teknik snow

balling.Hasil penelitian menunjukkan, pembentukan jatidiri

pelajar-santri yang berkarakter religius-nasionalis di MA Al-

Hidayat Lasem dapat berhasil melalui pemanfaatan ruang-

ruang sosial yang melingkupi seluruh alur proses dan

dinamika sosial-keagamaan dalam kinerja lembaga pendidikan.

Ruang-ruang sosial dimaksud merupakan arena berproses yang

meliputi tiga milieu belajar, yaitu: madrasah, pesantren, dan

masyarakat. Konstruksi ruang-ruang sosial berjalan secara

intens mempengaruhi nalar, persepsi, image dan penilaian,

serta tindakan individu-individu pelajar-santri dalam

keseluruhan proses pergaulan hidup mereka sehari-hari.

Penelitian juga membuktikan, secara kuantitatif tingkat

pemahaman mereka dalam konteks isu relasi Islam dan negara,

terbukti sangat baik, dalam arti tidak mempersoalkan Pancasila

Page 2: INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN …

Internalisasi Nilai-nilai Islam Wasathiyah dan Wawasan Kebangsaan di Kalangan ...,

80 I ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018

sebagai falsafah negara, bentuk dan konstitusi negara.

Mengenai isu toleransi dan pluralisme tidak ditemukan

masalah berarti di kalangan mereka.

Kata kunci: Islam wasathiyah, madrasah, pelajar-santri,

pluralisme.

Pendahuluan

Lasem dalam serat Badra-Santi, merupakan kota kadipaten

yang memiliki kehidupan multikultur di antarawarga, seakan

tidak ditemukan sekat-sekat sosial dan berelasi penuh harmoni.

Pertengahan abad ke-18 warga Lasem, saling membantu dan

bekerjasama mengusir penjajah Belanda (VOC), yang dikenal

dengan peristiwa Perang Lasem tahun 1750. Perang tersebut

dipimpin tiga serangkai; Tumenggung Widyaningrat (Oey Ing

Kiat), Raden Panji Margono dan mendapatkan restu dari tokoh

spiritual pesantren, Kiai Ali Baidhowi. Hal ini membuktikan

bahwa Lasem sejak dulu mampu mengelola keragaman untuk

keselarasan dan kesejahteraan semua warganya.1 Tatanan sosial

tersebut perlu dikedepankan dalam membangun bangsa

Indonesia modern, sehingga perdamaian tidak terganggu oleh

disintegrasi bangsa.

Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP) yang

dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan Januari

2011, di wilayah Jabodetabek, menyebutkan bahwa pelajar SMP

dan SMU 48,9 persen menyatakan setuju tindakan kekerasan

atau aksi radikal demi agama. 14,2 persen pelajar menyatakan

setuju dengan aksi terorisme yang dilakukan oleh para bomber

seperti Imam Samudra, Amrozi, dan Noordin M Top.2 Data di

1 Dinukil dari cerita naratif serat Badra-Santi karangan Panji Kamzah,

yang ditulis ulang tahun 1966, h. 34 – 37.

2 Lihat: https://www2.kemenag.go.id/berita/85157/penelitian-lakip-

tak-dapat-memberikan-gambaran-umum, (diunduh tanggal 9 Juli 2018,

pukul: 16.51 WIB).

Page 3: INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN …

Syamsul Hadi

81 ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018

atas, meskipun tidak bisa digeneralisir untuk kondisi pelajar di

Tanah Air, merupakan bukti serius adanya ancaman terhadap

kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di

masa akan datang.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berdasarkan

hasil survey, pada Februari 2016memaparkan, sebanyak 25

persen siswa mengatakan, Pancasila tidak lagi relevan sebagai

dasar negara Indonesia. Terdapat 84 persen siswa bahkan setuju

penerapan syariat Islam, 52,3 persen malahan setuju kekerasan

beragama, dan 14,2 persen siswa mendukung aksi pengeboman.

Anehnya lagi, pembinaan keagamaan atau pelajaran agama

Islam yang radikal dan intoleran ini justru tumbuh subur di

lembaga pendidikan sekolah dan Perguruan Tinggi yang

notabene milik negara.3

Lasem, dalam konteks sosio-kultural, lebih dikenal dengan

keragaman etnis dan budaya. Benturan-benturan sosial yang

mengakibatkan konflik horisontal hingga saat ini belum pernah

terjadi secara destruktif dan menelan korban, baik jiwa maupun

harta benda. Predikat Lasem sebagai daerah yang disebut

multikultural, tercermin dari perbedaan agama/keyakinan dan

suku bangsa. Masyarakat Lasem selain memiliki perbedaan

keyakinan, juga berbeda dalam banyak hal terutama dari segi

latar belakang budaya, mata pencaharian, pendidikan, adat,

tradisi dan status sosial.

Latar belakang di atas, memaparkan jawaban dari tiga

pertanyaan penelitian. Pertama, bagaimana proses internalisasi

nilai-nilai Islam wasathiyah dan wawasan kebangsaan yang

terjadi di kalangan pelajar jenjang menengah atas di Lasem?

Kedua, faktor-faktor apa saja yang memperkuat pemahaman

nilai-nilai Islam wasathiyah dan wawasan kebangsaan di

3 Lihat:

http://news.metrotvnews.com/read/2016/02/18/486273/gerakan-radikal-

incar-siswa-dan-mahasiswa, (diunduh pada tanggal 8 Juli 2018, pikul:

12.35 WIB)

Page 4: INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN …

Internalisasi Nilai-nilai Islam Wasathiyah dan Wawasan Kebangsaan di Kalangan ...,

82 I ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018

kalangan pelajar jenjang menengah atas di Lasem? Ketiga,

bagaimana pemahaman nilai-nilai Islam wasathiyah dan

wawasan kebangsaan yang dimiliki pelajar jenjang menengah

atas di Lasem?

Metodologi

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus (case study),

dan menggunakan pendekatan kualitatif. Data primer didapat

melalui wawancara mendalam (in-depth interview) dan observasi

lapangan, sedangkan data sekunder didapat dari studi

dokumen dan cacatan lapang. Informan dipilih secara accidental

dan snowballing,sebanyak 20 orang, terdiri dari pengasuh

pesantren (kiai), Kepala MA Al-Hidayat, ustadz-ustadzah/guru,

badal (asistenkiai), santri dan pengurus pondok, akademisi,

aparat pemerintah, sesepuh desa, tokoh masyarakat, alumni

pesantren dan masyarakat sekitar pesantren. Penelitian

dilaksankan pada bulan September - Oktober 2018. Fokus lokasi

penelitian di lembaga sekolah menengah tingkat atas yang

berbasis pesantren, MA Al-Hidayat Lasem. Analiasa data

menggunakan deskriptif-kualitatif, yang secara sederhana

mengikuti model Miles dan Huberman, yakni melalui proses;

data reduction,data display, dan conclusion drawing/verification.4

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil

interpretasi-subyektif yang mendalam dalam rangka

mendapatkan suatu temuan konsep dan kesimpulan yang

menjelaskan data.

MA Al-Hidayat dan Komunitas Pecinan Lasem

MA Al-Hidayat dikenal dengan MALIDA, didirikan di

tengah-tengah kawasan pecinan Lasem, oleh dua dzurriyah atau

cucu Kiai Maksoem Lasem, yaitu Gus Din (KH. Zainuddin Mc,

4 Mattew B. Miles dan A. Michel Huberman, Analisa Data Kualitatif:

Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru, Jakarta: UI Press, 1992, h. 20.

Page 5: INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN …

Syamsul Hadi

83 ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018

Lc) dan Gus Za’im (KH. A. Zaim Ahmad Ma’shoem). Tepatnya

pada tanggal 24 Juli 2000 di Desa Karangturi Kecamatan Lasem

Kabupaten Rembang Jawa Tengah.

Visi perjuangan MA Al-Hidayat Lasem adalah membekali

peserta didik dengan aqidah Islamiyah yang kuat, penguasaan

ilmu pengetahuan dan keterampilan, berakhlak mulia, kuat rasa

tanggung jawab terhadap masyarakat maupun kepada Allah

SWT, memiliki rasa kebersamaan dan kesatuan yang kokoh dan

untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Visi utama tersebut

kemudian direalisasikan melalui misi madrasah, yaitu:

melaksanakan pembelajaran di luar madrasah yang menuju

kepada perubahan anak didik agar berakidah kuat, akhlaq

mulia, dan rasa tanggung jawab yang tinggi, melaksanakan

pembelajaran di dalam madrasah yang menuju standar

kompetensi nasional agar anak didik memiliki pengetahuan

standar dan keterampilan komputer yang memadai, serta

termotivasi untuk menimbulkan semangat kerja keras yang

tinggi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan

visi dan misi di atas, MA Al-Hidayat menegaskan tujuannya,

yaitu membangun manusia Indonesia yang pancasilais, kuat

ilmu, iman dan amal.5

Tahun pendidikan 2018/2019, MA Al-Hidayat Lasem

menampung peserta didik aktif sebanyak 127 orang. Dibagi

menjadi 7 rombongan belajar (rombel), serta membuka jurusan

IPS dan IPA, yang dibimbing oleh 20 guru lulusan PTAI dan

PTU, serta pesantren. Kepala Madrasah untuk periode sekarang

dipegang Nurul Hidayah, S.Ag. yang menggatikan Kepala

Madrasah sebelumnya, Dzurrotun Nafisah S.Ag.6

5 Lihat: https://maalhidayat.wordpress.com/2009/03/19/profile-ma-al-

hidayat, diakses pada tanggal 10 Oktober 2018, pukul: 17.30 WIB.

6 Mayoritas tenaga pendidik MA Al-Hidayat Lasem pernah

menempuh pendidikan keislaman di pondok pesantren.Malahan beberapa

guru di antaranya nyantri di pesantren Al-Hidayat Lasem sendiri. Dan

untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar ditambah 2 (dua)

Page 6: INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN …

Internalisasi Nilai-nilai Islam Wasathiyah dan Wawasan Kebangsaan di Kalangan ...,

84 I ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018

MA Al-Hidayat menggunakan kurikulum standar nasional

dengan tambahan muatan lokal pesantren. Buku-buku paket

pelajaran dari pemerintah tetap digunakan, tetapi

dikombinasikan dengan referensi dari kitab-kitab salaf yang

muktabar (standar), yang menjadi materi pengajaran pondok

pesantren. Kurikulum madrasah yang memadukan kurikulum

negara dan pesantren, menjadi distingsi atau kekhasan MA Al-

Hidayat dibandingkan dengan sekolah atau madrasah di tempat

lain.

MA Al-Hidayat, secara geografis sejak tahun pendidikan

2014/2015 berlokasi di kampung Kauman Desa Karangturi

Kecamatan Lasem. Sebelum periode itu berlokasi di Desa

Soditan. Salah satu desa yang menjadi kawasan pecinan Lasem

ini berfungsi sebagai Ibukota Kecamatan Lasem. Luas wilayah

desa yang banyak dihuni kaum babah (Cina peranakan) sebesar

91,17 Ha atau 2,02 persen dari total wilayah Kecamatan Lasem,

dan secara administratif terbagi menjadi 5 rukun warga (RW)

dan 13 rukun tetangga (RT).

Berdasarkan data BPS Rembang jumlah penduduk Desa

Karangturi pada tahun 2016 sebanyak 2.618 jiwa. Jumlah

penduduk laki-laki ada 1.258 jiwa (48,05 persen) dan penduduk

perempuan berjumlah 1.360 jiwa (51,95 persen), dengan angka

sex rasio sebesar 92,50 persen,7sementara tingkat kepadatan

penduduk di Desa Karangturi sebesar 2.872 per Km2.

Penduduk Karangturi terdiri dari pemeluk agama Islam

ada 1520 orang (58,05 persen), Kristen ada 452 orang (17,27

persen), Katholik ada 603 orang (23,03 persen), Budha 9 orang

(0,34 persen), Hindu 15 orang (0,57 persen), Konghucu 19 orang

(0,73 persen), dan sisanya adalah pengikut penghayat

kepercayaan. Keyakinan beragama di kalangan warga Cina

orang staf tenaga kependidikan yang dipekerjakan untuk mengelola

admnitrasi madrasah.

7 BPS Rembang, Kecamatan Lasem dalam Angka Tahun 2018, Rembang:

Pemkab. Rembang, 2018.

Page 7: INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN …

Syamsul Hadi

85 ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018

Karangturi pada umumnya tersebar di 4 agama: Kristen,

Katholik dan sebagian kecil memeluk agama Budha dan

Konghucu. Jika semua pengikut mereka digabung maka

diperkirakan penduduk non Muslim (dari etnis Cina dan etnis

lain) yang bermukim di Desa Karangturi pada tahun 2017

berjumlah 1.063 orang atau 41,36 persen dari total penduduk

desa yang terkenal dengan batik tulis motif akulturasi.8 Lasem

meskipun secara umum, dikenal sebagai basis kaum sarungan,

namun di Desa Karangturi komposisi penduduk Muslim dan

non Muslim angkanya relatif berimbang.9

Sepanjang sejarahnya kawasan pecinan Karagturi sampai

detik ini belum pernah muncul kerusahan rasial atau konflik

terbuka antaragama. Penduduk Lasemhidup dengan harmoni,

mengedepankan sikap teposeliro dan saling menghargai satu

sama lain. Toleransi dalam konteks ini, merupakan keniscayaan

historis yang identik dengan sebutan Lasem sebagai kota

harmoni. Pemeluk agama di Lasem, diberikan keluasaan dalam

mengekspresikan bentuk-bentuk keyakinan yang dianutnya.

Terbukti dengan banyaknya tempat ibadah yang berbeda.

Realitas ini menunjukkan keberagamaan mereka telah dijamin

kebebasannya untuk meningkatkan kualitas keimanan. Contoh

di Desa Karangturi, telah berdiri 2 masjid dan 7 langgar,

sedangkan untuk pemeluk agama lain terdapat bangunan 1

gereja dan 1 wihara. Praktik-praktik upacara dan ritus

keagamaan juga terlaksana dengan baik tanpa ada gangguan

dari pihak manapun. Menjadi aneh dan naif apabila ada

seseorang yang tiba-tiba muncul di tengah-tengah masyarakat

8 Meskipun etnis Cina jumlahnya mayorias dari populasi non Muslim

tetapi diperkirakan hanya sekitar 30 persen dari jumlah total penduduk di

Desa Karangturi.

9 Bandingkan dengan tulisan Dwi Ratna Nurhajarini, dkk. Akulturasi

Lintas Zaman di Lasem: Perspektif Sejarah dan Budaya (Kurun Niaga –

Sekarang), Yogyakarta: BPNB-Yogyakarta, 2015.

Page 8: INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN …

Internalisasi Nilai-nilai Islam Wasathiyah dan Wawasan Kebangsaan di Kalangan ...,

86 I ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018

kemudian berkehedak melarang orang lain yang berbeda

keyakinan untuk menjalakan perintah agamanya.

Hasil dan Pembahasan

Lingkup kajian sosiologi madzhab structural berpendapat,

bahwa ruang-ruang sosial (baca; social milieu) tidaklah hampa.

Menurut pandangan kaum struktural, dinamika aktor-aktor

yang berada di dalam ruang sosial dipengaruhi dan diarahkan

oleh struktur yang melingkupi. Ruang-ruang sosial dimaksud

dapat pula disebut sebagai arena (field),10 yaitu kondisi obyektif

di mana para aktor saling berinteraksi dan memerankan

perannya masing-masing sehingga masyarakat berjalan

dinamis.

Ruang-ruang sosial, seperti madrasah, pesantren, dan

masyarakat adalah social milieu yang membentuk perilaku para

peserta didik yang belajar di Madrasah Aliyah Al-Hidayat

Lasem. Ketiga ruang sosial ini saling beririsan dalam

mempengaruhi tindakan sosial para aktor yang berinteraksi di

dalamnya. Penting dikemukakan di sini bahwa lingkungan

sosial adalah struktur itu sendiri. Social milieu muncul sebelum

individu-individu atau masyarakat lahir. Suatu “gugusan”

sistem kemasyarakatan yang aktif dan terbentuk dari masa

lampau yang telah mendahului individu dan masyarakat

manusia hadir di dunia, meski tidak selalu hadir secara fisik,

akan tetapi sepertinya terasa mengikat keberadaan individu-

10 Suatu konsep sosiologis dari Pierre Bourdieu (1930 – 2002), yaitu

jaringan hubungan antarposisi obyektif yang lebih bersifat relasional

ketimbang struktural. Di dalam arena (field) sebenarnya yang menyiapkan

dan membimbing strategi yang digunakan penghuni pada posisi tertentu

(secara individual atau kolektif) yang mencoba melindungi atau

meningkatkan posisi mereka untuk memaksakan prinsip penjenjangan

sosial yang paling menguntungkan bagi produk mereka sendiri, George

Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prenada

Media, 2011, hal. 524 – 525).

Page 9: INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN …

Syamsul Hadi

87 ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018

individu dan kelompok masyarakat dalam mengakumalisikan

tindakan sosialnya, seperti mewujudnya aturan-aturan (rules)

yang berupa tata nilai, tata kepercayaan, keterampilan hidup,

norma-norma, pola-pola perilaku, adat-istiadat dan lain

sebagainya.11

Proses internalisasi nilai-nilai Islam wasathiyah dan

wawasan kebangsaan di kalangan pelajar MA Al-Hidayat

Lasem, terjadi pada ruang-ruang sosial dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Ruang Sosial Madrasah

Secara rutin dan berulang-ulang semua siswa

mengalami proses interaksi aktif di lingkungan madrsah

dengan guru, Kepala Madrasah, pegawai dan teman sebaya

sejak pukul 06.45-14.15 wib. Interaksi sosial melalui

aktivitas transfer of knowledge di ruang kelas, perpustakaan

dan praktik laboratorium, termasuk siswa yang

mengembangkan relasi-relasi sosialnya dengan aktor lain

melalui organisasi intra maupun ekstra madrasah seperti

OSIS, Pramuka, IPNU-IPPNU serta group-group olah raga

dan seni-budaya.

Semua kegiatan baik kurikuler maupun ekstrakurikuler

dapat dilaksanakan, kecuali aktivitas yang sekiranya

melenceng atau bertentangan dengan tujuan awal

pendirian madrasah, yaitu: membangun manusia Indonesia

yang pancasilais, kuat ilmu, iman dan amal. Praktik-praktik

dan pemikiran yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam

moderat atau wasathiyah (Ahlussunnah wal Jama’ah) dan

Pancasila tidak bisa ditolelir berkembang di lingkungan

madrasah. Seluruh siswa diupayakan terhindar dari

paham-paham keislaman maupun ideologi politik yang

11 Lihat selengkapnya, Anthony Giddens, The Constitution of Society,

Cambridge: Polity Press, 1984, h. 101.

Page 10: INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN …

Internalisasi Nilai-nilai Islam Wasathiyah dan Wawasan Kebangsaan di Kalangan ...,

88 I ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018

bersifat ekstrim dan radikal, seperti pemikiran liberal atau

ideologi keagamaan trans-nasional.12 Pihak madrasah

berikhtiyar melakukan seleksi terhadap buku-buku

referensi yang digunakan sebagai buku ajar maupun

koleksi buku-buku yang terdapat diperpustakaan. Siswa

madrasah dan santri PP. Kauman juga tidak diperbolehkan

membawa telepon gengam. Penerimaan tenaga pengajar,

terutama bagi calon pendidik yang berasal dari luar lulusan

pesantren Al-Hidayat dan pesantren Kauman Lasem, harus

terseleksi terlebih dahulu melalui pengasuh pesantren

yang secara struktural membawahi institusi madrasah.13

2. Ruang Sosial Pesantren

Sekitar 80 persen siswa MA Al-Hidayat Lasem

bermukim di pesantren, dan mayoritas memilih nyantri di

Pondok Pesantren Kauman yang notabene berlokasi di Desa

Karangturi. Selain faktor lokasi, pesantren Al-Hidayat dan

Kauman Lasem dari aspek historis maupun organisatoris

lebih memiliki kedekatan emosional bagi sivitas akademik

di lingkungan MA Al-Hidayat. Lebih-lebih kegiatan

pengajian dan bimbangan di Pondok Pesantren Kauman

juga telah diintegrasikan dengan semua kegiatan yang ada

di MA Al-Hidayat.

Pesantren Kauman Lasem berada di tengah-tengah

komunitas pecinan. Penduduk di sebelah selatan, barat dan

utara tembok pesantren adalah rumah-rumah orang Cina

yang berpagar tembok tinggi serta berhias lampion.

Diperkirakan sekitar 50 persen lebih penduduknya (RW;02)

di kampung Kauman, merupakan etnis berkulit kuning dan

bermata sipit.

12 Wawancara dengan pengasuh pesantren Kauman, Gus Za’im dan

Kepala MA Al-Hidayat, Nurul Jannah pada tanggal 20 Oktober 2018.

13Wawancara dengan Kepala MA Al-Hidayat, Nurul Jannah pada

tanggal 20 Oktober 2018.

Page 11: INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN …

Syamsul Hadi

89 ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018

Tahun 2018Pondok Pesantren Kauman menampung

santri mukim sebanyak 178 orang putra dan putri.

Ditambah lagi sekitar 300 orang santri weton, yaitu santri

yang hanya ikut pengajian wetonan hari Jum’at malam

Sabtu yang diselenggarakan pukul 20.00 s/d 22.00 wib.14

Santri wetonPondok Pesantren Kauman berasal dari para

kiai dan nyai kampung yang bermukim di kota Lasem dan

sekitarnya, termasuk santri asal Rembang, Juwana, Pati,

Blora dan Tuban.15

Pondok Pesantren Kauman yang diasuh Gus Za’im

(KH. Za’im Ahmad Maksum) menyelenggarakan pengajian

Al-Qur’an, Hadits dan kitab-kitab kuning secara rutin setelah

waktu sholat fardlu.16 Ada sekitar 30 judul kitab kuning dari

berbagai fan ilmu keislaman dipelajari di Pondok Pesantren

Kauman. Aktivitas pesantren dimulai sejak bangun tidur

04.00 s/d. 22.00 Wib (saat istirahat menjelang tidur), kecuali

di hari libur Jum’at, jam pengajian diganti denganYasinan

dan Sholawatan, kemudian dilanjut dengan ritual ziarah

kubur kepada para masyayikh atau kiai Lasem yang

dimakamkan di kompleks Masjid Jami’ Lasem. Para santri

14 Santri weton adalah santri peserta pengajian kitab hadits Riyadhus

Sholihin, mereka yang datang dari masyarakat Kecamatan Lasem

sekitarnya, juga dari Kabupaten Rembang, Pati, Kudus dan Tuban,

awancara dengan Abdullah Hamid, pada tanggal 20 Oktober 2018 dan

Murtadlo (Lurah pesantren Kauman), pada tanggal 19 Oktober 2018.

15 Wawancara dengan Murtadlo (Lurah pesantren Kauman), pada

tanggal 19 Oktober 2018.

16 Selain Gus Za’im, terdapat 9 ustdaz dan 6 ustadzah yang terjadwal

dalam kegiatan pengajian dan pengasuhan di pesantren Kauman. Untuk

kegiatan madrasah diniyah putra dan putri diselenggrakan pada pukul

16.00 – 17.00 wib secara terpisah. Sedangkan di waktu yang lain diadakan

pengajian sorogan kepada ustadz dan ustadah tertentu. Bagi santri putri

yang mengahafalkan Al-Qur’an langsung mendapatkan bimbingan dan

asuhan langsung bersama Ibu Nyai Dzurrotun Nafisah.Bermukim di

pesantren hampir dipastikan tiada hari tanpa mengaji dan beribadah

kepada Allah SWT.

Page 12: INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN …

Internalisasi Nilai-nilai Islam Wasathiyah dan Wawasan Kebangsaan di Kalangan ...,

90 I ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018

di pagi hingga siang hari, melakukan olah raga dan

kegiatan kemasyarakatan, bahkan kerap bergotong-royong

bersama warga etnis Cina di RW setempat atau yang

bermukim di sekitar lokasi pesantren.

Para santri Kauman, walaupun hampir setiap hari

dihabituasi dengan nilai-nilai dan norma-norma Islam,

namun model pendidikan tradisonal alapesantren semacam

ini justru tidak menimbulkan faham keagamaan (Islam)

yang sempit atau fanatisme buta. Para santri mudah

beradaptasi dengan berbedaan di masyarakat. Dibuktikan,

dengan tidak hanya pada tataran elite yang dapat menjalin

relasi sosial antar-etnis, tetapi di kalangan masyarakat

bawah dan santri pun tidak cangung-cangung

melakukannya, dengan cacatan hal-hal tersebut tindak

bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar yang diajarkan

oleh Baginda Rasulullah Muhammad Saw.17

3. Ruang sosial Masyarakat

Identifikasi karakteristik sosio-kultural di Desa

Karangturi bahwa latar perbedaan tidakhanya ditonjolkan

dari aspek etnisitas dan kebudayaan, tetapi dalam hal

ekonomi, pilihan politik atau ideologi juga pendidikan dan

pekerjaan. Terbukti perbedaan-perbedaan yang ada relatif

bisa diterima oleh semua kalangan kemudian diolah

sedemikian rupa melalui mekanisme sosial sehingga

memantulkan ke luar sebagai keunikan yang patut

dibanggakan dan layak dicontoh di tempat lain.

Potensi Lasem dalam mengelola khazanah multikultur,

menjadi keunggulan budaya yang patut dibanggakan.

Masyarakat multikultur telah lama terbangun di Lasem dan

hingga saat ini mereka menyadari betul akan petingnya

17 Disarikan dari wawancara penulis dengan pengasuh, Gus Za’im

seusai pengajian wetonan pada 19 Oktober 2018.

Page 13: INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN …

Syamsul Hadi

91 ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018

menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan pluralisme.

Moment historis yang dianggap penting sebagai rujukan

nilai yang menjadi dasar terbentuknya bangunan

kerukunan sosio-kultural di Lasem, yaitu Perang Lasem

pada tahun 1750. Peristiwa heroik mengusir kompeni di

bumi Dampoawang, tampil tiga pemimpin Lasem yang

merepresentasikan kemajemukan masyarakat (Jawa, Arab

dan Cina), yaitu: Raden Panji Margono, Kiai Ali Baidhowi

(Mbah Joyo Tirto) dan Oey Ing Kiat (Adipati Lasem waktu

itu).18

Peristiwa-peristiwa kemasyarakatan telah mewarnai

perilaku para aktor dalam ruang-ruang sosial di Lasem.

Struktur sosial, berupa ingatan kolektif masyarakat Lasem

telah terbangun secara mapan, dan melahirkan corak

masyarakat Lasem yang harmonis, toleran dan senantiasa

mengesankan nilai-nilai perdamaian dalam membangun

relasi-relasi sosial-ekonomi-politik.

Tindakan kolektif-ketetanggaan, seperti saling

membantu, merupakan salah satu nilai yang telah

diejawantahkan dalam tindakan (social practices). Ketua RT

Cina di lingkungan pesantren Kauman, Kristianto atau Pak

Semar mengatakan, hubungan ketetanggan antara keluarga

pesantren Kauman senantiasa nampak rukun dan adem

ayem (Jawa: tenang dan damai). Perbedaan etnis dan

keyakinan tidak serta merta menghalang-halangi untuk

bersilaturrahmi. Para santri tidak jarang terlibat gotong

royong yang dipimpin Pak Semar, Ketua RT yang notabene

beretnis Cina. Pada acara rembuk RT dan RW, pesantren

Kauman juga kerap dijadikan tempat berkumpul para

anggota organisasi warga yang mayoritas anggotanya

adalah etnis Cina. Apabila ada kematian, pernikahan dan

hari-hari tertentu yang dimuliakan kalangan orang

18 M. Akrom Unjiya, Lasem, Negeri Dampo Awang Sejarah Yang

Terlupakan, Yogyakarta: Fokmas 2008, h. 105.

Page 14: INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN …

Internalisasi Nilai-nilai Islam Wasathiyah dan Wawasan Kebangsaan di Kalangan ...,

92 I ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018

Karakter Pelajar - Santri:

Religius - Nasionalis

Tionghoa, maka Gus Za’im hampir dipastikan bersedia

hadir. Apabila beliau sedang berhalangan, biasanya

mengutus beberapa anak pondok (santri) sebagai wakil dari

keluarga pesantren, dan santri pun tidak ada rasa canggung

untuk srawung dengan tetangga Cinanya.19

Sejak awal ditegaskan, tujuan pendirian MA Al-

Hidayat Lasem adalah membangun kader bangsa terpelajar

berkarakter religius dan nasionalis. Tujuan mulia ini tentu

memerlukan proses yang istiqomah dan kerja keras dari para

pihak yang terlibat pengelolaan madrasah. Berdasarkan

data lapangan setidaknya ada tiga faktor pendukung dalam

pembangunan karakter pelajar santri MA Al-Hidayat dapat

direalisasikan. Ilustrasi gambar di bawah menunjukkan

pola determinasi ketiga faktor dalam pembentukan

karakter dan jatidiri pelajar-santri Kauman.

Gambar 1:

Faktor-Faktor Pembentuk Karakter Religius Nasionalis

Sumber: Disusun Berdasarkan Data Lapangan 2018.

19 Ditulis berdasarkan wawancara dengan Pak Semar (warga Cina

yang bertetangga dengan pesantren) pada tanggal 21 Oktober 2018.Pak

Semar adalah ketua RT yang belum tergantikan selama 40 tahun

menjabatnya.

Page 15: INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN …

Syamsul Hadi

93 ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018

Pertama, lingkungan pendidikan yang mendukung.

Kondisi riil pendidikan dan pembelajaran di lingkungan

madrasah, pesantren maupun di masyarakat perdesaan

Karangturi telah mencerminkan pola kehidupan

kemasyarakatan dan keagamaan yang mengarah pada

penghargaan terhadap perbedaan budaya dan keyakinan.

Siswa madrasah sejak awal telah dihabituasi dengan nilai-

nilai Islam yang kuat melalui kegiatan di dalam maupun di

luar madrasah. Doktrin-doktrin keislaman yang

ditanamkan yaitu pandangan keagamaan inklusif atau

ajaran yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila

dan budaya bangsa. Ajaran Islam yang ramah dan toleran

terhadap perbedaan dan menghargai pluralitas diakui

sebagai keniscayaan sejarah bangsa Indonesia.20

Kedua, melalukukan filterisasi informasi dari luar.

Filterisasi dimaksudkan untuk menjaga nilai-nilai Islam

rahmatan lil ‘alamin dari pengaruh budaya dan pengetahuan

sekuler-libelarlis, serta doktrin-doktrin radikal-

fundamentalis dari paham keagamaan trans-nasional, yang

bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan budaya

bangsa Indoensia. Kepala MA Al-Hidayat menjelaskan:

“Pihak kami sangat berhati-hati sekali dengan masalah

informasi yang diterima siswa, karena kalau tidak sejak dini

diperhatikan secara ketat, maka dampaknya sangat

berpengaruh terhadap pola pikir dan perilaku siswa itu

sendiri yang bisa jadi bertentangan dengan visi, misi dan

tujuan madrasah. … sehingga buku-buku yang menjadi

tambahan koleksi perpustakaan pun perlu diseleksi terlebih

dahulu. Termasuk guru-guru yang latar belakang

pendidikannya di luar pesantren Al-Hidayat dan pesantren

Kauman, mereka terlebih dahulu perlu diketahui paham

keagamaannya dan harus benar-benar sudah mendapatkan

20 Wawancara dengan Nurul Hidayah (Kepala MA Al-Hidayat

Lasem), pada tanggal 20 Oktober 2018.

Page 16: INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN …

Internalisasi Nilai-nilai Islam Wasathiyah dan Wawasan Kebangsaan di Kalangan ...,

94 I ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018

persetujuan dari pengasuh pesantren yang memiliki

tanggung jawab terhadap eksistensi dan kebelangsungan

madrasah kami. Hal ini dilakukan supaya siswa atau santri

tidak terpapar dengan ideologi keagamaan radikal yang

jelas-jelas bertentagan dengan paham keagamaan

pesantren”.21

Ketiga, upaya menjadikan kiai sebagai role model. Kiai

di pesantren, merupakan teladan hidup dan rujukan

perilaku bagi para santri dan keluarga besar pesantren,

termasuk para siswa madrasah yang berada dalam

naungan pesantren. Relasi ini tidak hanya sebatas urusan

ubudiyah, tetapi menyangkut urusan mu’amalah, bahkan

menyangkut relasi-relasi sosial-kemasyarakatan yang

pantas dijadikan contoh. Kehidupan sosial-keagamaan

antara kiai dan santri di Pesantren Kauman Lasem, sosok

KH. A. Za’im Ahmad Maksoem (Abah Za’im) adalah role

model bagi semua santri dan siswa MA Al-Hidayat Lasem.

Menurut penilaian santri senior, Murtadlo (Lurah

Pondok Kauman), kiai adalah seorang ayah pengganti

orang tua santri di rumah. Beliau adalah seorang murabbi

(pembimbing ruhani) sekaligus muaddib (penanam nilai-

nilai dan teladan perilaku berbudi). Beliau merupakan figur

panutan yang ucapan, pandangan dan tindakannya patut

dicontoh dan diteladani santri, selagi yang diajarkan dan

diteladankan oleh kiai tidak bertentangan dengan perintah

Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw. Suatu ketika kiai (Abah

Za’im) memerintahkan Murtadlo bersama pengurus

pesantren lain untuk menghadiri acara pernikahan (jagong

manten) dari etnis Cina, mereka pun sami’na wa atha’na

menjalankan perintah kiainya, karena apa yang diperintah

21 Redaksi merupakan kontruksi ulang penulis dan telah diedit

bedasarkan hasil wawancara dengan Kepala MA Al-Hidayat Lasem, pada

tanggal 20 Oktober 2018.

Page 17: INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN …

Syamsul Hadi

95 ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018

kiai sesuai dengan perintah Nabi Muhammad Saw, yaitu

menghormati hak-hak ketetangaan, falyukrim jaarahu.22

Kiai di pesantren adalah figur utama (central figure)

yang menjadi pusat pendidikan. Kurikulum pesantren yang

paling pokok dan mendasar, yaitu menjadikan sosok

kharismatik kiai pengasuh sebagai rujukan nilai dan

perilaku santri dan masyarakat sekitarnya. Tradisi

pengajaran ini mendudukan posisi sentral kiai sebagai

sumber utama ilmu pengetahuan agama. Perilaku

keagamaan kiai merupakan inspirasi dan teladan dalam

kepemimpinan pesantren bahkan dianggap sebagai faktor

penentu kelangsungan hidup lembaga indigenous ini. Jadi,

sangatlah beralasan kalau pola kepemimpinan dan semua

kegiatan di lingkungan pesantren terpusat pada kiai.

Karena itu pula maju dan mundurnya pesantren sangat

tergantung pada kapasitas serta integritas kiai sebagai

pengasuh sekaligus pemimpin pesantren.23

Tingkat pemahaman nilai-nilai Islam wasathiyah dan

wawasan kebangsaan di kalangan pelajar santri Lasem

dapat diketahui melalui jawaban siswa dari pertanyaan

tertulis yang ditujukan kepada 70 siswa MA Al-Hidayat

dari jumlah total 127 orang siswa (sekitar 55 persen lebih).24

Hasil jawaban yang diperoleh dapat diinterpretasikan

melalui keterangan tabel berikut:

22 Disarikan dari wawancara penulis dengan Murtadlo (Lurah

pesantren Kauman), pada tanggal 18 Oktober 2018, dan wawancara

dengan Ketua RT setempat, Pak Semar alias Kristianto, pada tanggal 21

Oktober 2018.

23 Syamsul Hadi, dkk., Desa Pesantren dan Reproduksi Kiai Kampung,

Jurnal: Analisis, Volume XVI, Nomor 1, Juni 2016, h. 47 – 51.

24 Penentuan sasaran juga berdasarkan gender dan tingkatan kelas.

Data kuantitatif ini dimaksudkan sebagai data pembanding (baca;

trianggulasi) atas data kualitatif dari hasil wawancara dan pengamatan

langsung di lapangan.Dengan demikian dapat diperoleh informasih yang

sesungguhnya atau valid dan meyakinkan.

Page 18: INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN …

Internalisasi Nilai-nilai Islam Wasathiyah dan Wawasan Kebangsaan di Kalangan ...,

96 I ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018

Tabel 1

Tingkat Pemahaman Siswa MA Al-Hidayat Lasem terhadap

Nilai-nilai Islam Wasathiyah dan Wawasan Kebangsaan

No Nilai-nilai Yang

Diinternalisasi

Sikap Informan

N Setuju Tidak

Setuju

Tidak

Menjawab

Jml % Jml % Jml %

1. Pancasila merupakan

pilihan yang tepat

ditetapkan sebagai dasar

NKRI karena

penduduknya plural

(majemuk).

68 97,14 - - 2 02,86 70

2. UUD-45 sebagai landasan

dasar dalam mengatur

tata kehidupan benegara

dan berbangsa,

69 98,57 - - 1 01,43 70

3. Menghormat bendera

merah putih adalah bukti

kecintaan seorang warga

kepada Negara

70 100 - - - - 70

4. Mengamalkan Pancasila

dan UU-45 secara benar

(konsekuen) termasuk

mengamalkan nilai-nilai

dan ajaran Islam.

67 95,71 - - 3 04,29 70

5. NKRI merupakan bentuk

negara ideal untuk

menaungi seluruh rakyat

Indonesia yang majemuk.

65 92,86 - - 5 07,14 70

6. Orang yang melakukan

tindakan nekad bom

bunuh diri termasuk

melanggar ajaran agama

dan dasar negara kita.

69 98,57 1 01,43 - - 70

7. Anda termasuk orang

yang bersedia membantu

teman atau tetangga yang

tidak seiman

70 100 - - - - 70

8. Anda termasuk orang 65 92,86 - - 5 07,14 70

Page 19: INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN …

Syamsul Hadi

97 ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018

yang bersedia terlibat aktif

dalam organisasi yang

anggotanya berbeda

keyakinan atau agama

Sumber: Diolah berdasarkan ada primer penelitian, 2018

Pertama, internalisasi nilai-nilai Islam wasathiyah dan

wawasan kebangsaan di kalangan pelajar santri, dalam

kaitannya dengan masalah relasi Islam dan Negara,

menunjukkan angka 92,86 persen ke atas, menyatakan

setuju. Kriteria penilaian berdasarkan 5 indikator

pertanyaan (lihat, pertanyaan nomor 1 s/d 5), bahkan pada

pertanyaan nomor 3 (tiga) angkanya mencapai 100 persen.

Tingkat pemahaman pelajar santri, dengan demikian dalam

konteks relasi Islam dan negara terbukti sangat baik. Baik

dalam arti, pelajar santri tersebut sudah tidak

mempersoalkan Pancasila sebagai falsafah negara, bentuk

dan konstitusi negara kita. Tegasnya, Pancasila dan NKRI

sudah final dan tidak perlu diganti dengan yang lain.

Kedua, pemahaman pelajar santri dalam masalah

toleransi dan pluralisme. Berdasarkan indikator pertanyaan

nomor 6 s/d 8 maka terdapat angka 92,86 persen lebih

mereka telah menyatakan setuju, bahkan pada krtiteria

penilaian pada pertanyaan nomor 7 100 persen menyatakan

setuju, yakni tidak ditemukan masalah toleransi dan

pluralisme terkait hubungan antaretnis. Hanya satu orang

yang menyatakan tidak setuju terhadap pertanyaan nomor

6, karena masih sangsi kalau aksi bom bunuh diri

dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap ajaran agama

dan dasar Negara, sedangkan pada pertanyaan nomor 8,

terdapat 5 orang (07,14) yang tidak bersedia memberikan

jawaban.

Berdasarkan keterangan data kuantitatif dalam tabel di

atas, menunjukkan tingkat penilaian yang sangat baik, yaitu

Page 20: INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN …

Internalisasi Nilai-nilai Islam Wasathiyah dan Wawasan Kebangsaan di Kalangan ...,

98 I ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018

tidak ditemukan masalah mengenai tingkat pemahaman

keislaman dan keindonesian di kalangan pelajar santri

terkait isu relasi Islam dan negara maupun isu toleransi dan

pluralisme. Keterangan data tersebut, membuktikan

berfungsi ruang-ruang sosial dalam proses internalisasi

nilai-nilai Islam wasathiyah dan wawasan kebangsaan di

kalangan pelajar tingkat menengah atas, siswa MA Al-

Hidayat Lasem di kota Lasem.

Kesimpulan

Pertama, pembentukan jatidiri pelajar santri yang

berkarakter religius-nasionalis di kalangan pelajar tingkat

menengah atas di kota Lasem dinyatakan berhasil melalui

ruang-ruang sosial yang melingkupi seluruh alur proses dan

dinamika sosial-keagamaan dalam kinerja institusi pendidikan.

Ruang-ruang sosial dimaksud merupakan arena berproses yang

meliputi 3 (tiga) meliu belajar, yaitu: madrasah, pesantren, dan

masyarakat.

Lingkungan belajar memiliki peran penting dalam

membentuk dan mempengaruhi perilaku pelajar santri pada

tataran praksis sosial, yang terkonstruksi dalam wujud jatidiri

dan karakter. Proses internalisasi, pada tataran realitas-empiris,

di dalam struktur ruang-ruang sosial saling berinteraksi melalui

peranan para aktor. Berdasarkan perspektif struktural, sudah

barang tentu ketiga ruang-ruang sosial dimaksud berkontribusi

serta mempengaruhi nalar, persepsi, image dan penilaian serta

tindakan individu-individu, dalam serangkaian proses maupun

pergaulan hidup mereka sehari-hari.

Kedua, masa depan negara Indonesia membutuhkan

keseriusan dan tekad yang kuat dalam mewujudkan generasi

penerus pembangunan nasional yang memiliki karakter dan

jatidiri anak bangsa yang cakap, tangguh, mandiri, religius,

nasionalis dan toleran. Kader penerus pembangunan nasional

tampil dari kalangan pelajar santri pecinan. Terdapat tiga faktor

Page 21: INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN …

Syamsul Hadi

99 ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018

utama, sebagai metode habituasi karakter dan jatidiri pelajar

santri dibentuk, yaitu: lingkungan pendidikan, filterisasi

informasi dari luar, dan menjadikan Kiai sebagai role model.

Ketiga, tingkat pemahaman peserta didik di MA Al-

Hidayat, yakni dalam konteks relasi Islam dan negara terbukti

sangat baik. Pelajar santri sudah tidak mempersoalkan Pancasila

sebagai falsafah negara, bentuk dan konstitusi negara.

Mengamalkan Pancasila berarti mengamalkan ajaran agama

Islam. Pancasila dan NKRI sudah final dan tidak perlu diganti

dengan ideologi lainnya. Terkait isu toleransi dan pluralisme,

tidak ditemukan masalah berarti mengenai tingkat pemahaman

keislaman dan keindonesian di kalangan pelajar santri (MA Al-

Hidayat Lasem). Keterangan data tersebut juga membuktikan

berfungsinya ruang-ruang sosial dalam proses internalisasi

nilai-nilai Islam wasathiyah dan wawasan kebangsaan di

kalangan pelajar tingkat menengah atas di kota Lasem.

Saran

Negara harus hadir untuk mengawal seluruh proses

pendidikan anak bangsa, sehingga ancaman disintegrasi bangsa

segera dapat diminimalisir dengan menghindarkan siswa dalam

proses indoktrinasi menyesatkan, yang dapat mengancam

eksistensi dan masa depan bangsa dan negara. Seperti halnya

bahaya paparan paham radikalisme dan intoleran terhadap

siswa di sekolah-sekolah pemerintah yang justru seluruh

operasionalnya menggunakan dana APBN.

Perlu dibangun ruang-ruang sosial di madarasah-madrasah

atau sekolah-sekolah Islam yang tidak berbasis pesantren,

sebagaimana pengalaman baik (best practices) MA Al-Hidayat

Lasem. Model pendidikan integratif secara struktur, terbukti

mampu mengoptimalkan proses internalisasi nilai-nilai Islam

wasathiyah dan wawasan kebangsaan di kalangan pelajar santri

dalam lingkungan komonitas sosial yang majemuk seperti di

kawasanpecinan Lasem,

Page 22: INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN …

Internalisasi Nilai-nilai Islam Wasathiyah dan Wawasan Kebangsaan di Kalangan ...,

100 I ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal

BPS Rembang, 2018. Kecamatan Lasem Dalam Angka Tahun 2018,

Rembang: Pemkab. Rembang.

Giddens, Anthony, 1984. The Constitution of Society, Cambridge:

Polity Press.

Hadi, Syamsul, at.all. Desa Pesantren dan Reproduksi Kiai

Kampung, Jurnal: Analisis, (Volume: XVI, Nomor 1, Juni

2016).

Kamzah, PanjiRM., 1858.Carita Lasem Badra-Santi, tanpa kota:

tanpa penerbit.

Miles, Mattew B dan Huberman A. Michel, 1992. Analisa Data

Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru, Jakarta:

UI Press.

Nurhajarini, Dwi Ratna, dkk. 2015. Akulturasi Lintas Zaman di

Lasem: Perspektif Sejarah dan Budaya (Kurun Niaga – Sekarang),

Yogyakarta: BPNB-Yogyakarta.

Ritzer George & Goodman, Douglas J, 2011.Teori Sosiologi

Modern, Jakarta: Prenada Media.

Unjiya, M. Akrom, 2008. Lasem, Negeri Dampo Awang Sejarah

Yang Terlupakan, Yogyakarta: Fokmas.

Wawancara Tokoh

Wawancara dengan Gus Za’im (pengasuh pesantren Kauman

dan Kepala MA Al-Hidayat, Nurul Jannah), pada tanggal

20 Oktober 2018.

Wawancara dengan Abdullah Hamid, pada tanggal 20 Oktober

2018

Wawancara dengan Murtadlo (Lurah pesantren Kauman), pada

tanggal 19 Oktober 2018.

Wawancara dengan Pak Semar (warga Cina yang bertetangga

dengan pesantren) pada tanggal 21 Oktober 2018. Pak

Page 23: INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN …

Syamsul Hadi

101 ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018

Semar adalah ketua RT yang belum tergantikan selama 40

tahun menjabatnya.

Wawancara dengan Nurul Hidayah (Kepala MA Al-Hidayat

Lasem), pada tanggal 20 Oktober 2018.

Media Online

http://news.metrotvnews.com/read/2016/02/18/486273/gerakan-

radikal-incar-siswa-dan-mahasiswa, (diunduh pada tanggal

8 Juli 2018, pikul: 12.35 Wib)

https://maalhidayat.wordpress.com/2009/03/19/profile-ma-al-

hidayat, (diakses pada tanggal 10 Oktober 2018, pukul:

17.30 wib)

https://www2.kemenag.go.id/berita/85157/penelitian-lakip-tak-

dapat-memberikan-gambaran-umum, (diunduh tanggal 9

Juli 2018, pukul: 16.51 Wib)

Page 24: INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM WASATHIYAH DAN …

Internalisasi Nilai-nilai Islam Wasathiyah dan Wawasan Kebangsaan di Kalangan ...,

102 I ISTIQRO’ Volume 16, Nomor 01, 2018