manusia,nilai, moral dan hukum

45
MANUSIA, NILAI, MORAL DAN HUKUM 1. HAKIKAT NILAI, MORAL, DAN HUKUM DALAM KEHIDUPAN MANUSIA A. Nilai dan Moral sebagai Materi Pendidikan Ada beberapa bidang filsafat yang berhubungan dengan cara manusia mencari hakikat sesuatu, salah satu diantaranya adalah aksiologi. Aksiologi adalah filsafat nilai, yang memiliki dua kajian utama yaitu estetika dan etika. Estetika berhubungan dengan keindahan, sementara etika berhubungan dengan kajian baik buruk dan benar salah. Apabila nilai sudah masuk pada kawasan pribadi, muncul persoalan apakah pihak lain atau orang lain dapat mencampuri urusan pribadi orang tersebut ? (khususnya dalam bidang nilai itu). Oleh karena itu, adagium Latin muncul “degustibus non disputandum” atau selera tidak dapat diperdebatkan, tetapi, meskipun demikian, ada alat ukur yang sama pada manusia, manusia memiliki akal dan pikiran untuk mempertimbangkannya, dia tahu apa yang dipilih, dia tahu mengapa harus memilih dan tahu risiko akibat pilihannya. Terma etika Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 1

Upload: gilang-ramadhan

Post on 11-Aug-2015

295 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

read and understand

TRANSCRIPT

Page 1: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

MANUSIA, NILAI, MORAL DAN HUKUM

1. HAKIKAT NILAI, MORAL, DAN HUKUM DALAM

KEHIDUPAN MANUSIA

A. Nilai dan Moral sebagai Materi Pendidikan

Ada beberapa bidang filsafat yang berhubungan dengan cara manusia

mencari hakikat sesuatu, salah satu diantaranya adalah aksiologi. Aksiologi adalah

filsafat nilai, yang memiliki dua kajian utama yaitu estetika dan etika. Estetika

berhubungan dengan keindahan, sementara etika berhubungan dengan kajian baik

buruk dan benar salah. Apabila nilai sudah masuk pada kawasan pribadi, muncul

persoalan apakah pihak lain atau orang lain dapat mencampuri urusan pribadi

orang tersebut ? (khususnya dalam bidang nilai itu). Oleh karena itu, adagium

Latin muncul “degustibus non disputandum” atau selera tidak dapat

diperdebatkan, tetapi, meskipun demikian, ada alat ukur yang sama pada manusia,

manusia memiliki akal dan pikiran untuk mempertimbangkannya, dia tahu apa

yang dipilih, dia tahu mengapa harus memilih dan tahu risiko akibat pilihannya.

Terma etika memiliki makna yang bervariasi, Bertens, menyebutkan ada tiga jenis

makna etika :

a) Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi

pegangan seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

b) Etika berarti juga kumpulan asas atau nilai moral, yang dimaksud disini adalah

kode etik.

c) Etika mempunyai arti lagi ilmu tentang yang baik dan yang buruk. Etika di sini

artinya sama dengan filsafat moral.

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 1

Page 2: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

B. Nilai Moral di antara Pandangan Objektif dan Subjektif Manusia

Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memakai nilai dalam dua

konteks, pertama akan memandang nilai sebagai sesuatu yang objektif, apabila

dia memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada yang menilainya, bahkan

memandang nilai telah ada sebelum adanya manusia sebagai penilai. Baik dan

buruk, benar dan salah bukan hadir karena hasil persepsi dan penafsiran manusia,

tetapi ada sebagi sesuatu yang ada dan menuntun manusia dalam kehidupannya.

Pandangan kedua memandang nilai itu subjektif, artinya nilai sangat tergantung

pada subjek yang menilainya. Jadi nilai memang tidak akan ada dan tidak akan

hadir tanpa hadirnya penilai. Nilai dalam objek bukan penting atau tidak penting

pada objek sejatinya, melainkan tergantung si penilai memberikan persepsi

terhadap objek tersebut .

Nilai itu objektif atau subjektif bisa dilihat dari dua kategori, yaitu :

1) apakah objek itu memiliki nilai karena kita mendambakannya, atau kita

mendambakannya karena objek itu memiliki nilai ?

2) apakah hasrat, kenikmatan, perhatian yang memberikan nilai pada objek, atau

kita mengalami preferensi karena kenyataan bahwa objek tersebut memiliki

nilai mendahului dan asing bagi reaksi psikologis badan organis kita ?

C. Nilai di antara Kualitas Primer dan Kualitas Sekunder

Kualitas adalah sebuah sifat, kualitas menentukan tinggi rendahnya derajat

sesuatu, kualitas pun menentukan berharga tidaknya suatu objek. Menurut

Frondizi, kualitas dibagi dua :

1. Kualitas Primer, yaitu kualitas dasar yang tanpa itu objek tidak dapat

menjadi ada, seperti panjang dan beratnya batu sudah ada sebelim batu itu

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 2

Page 3: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

dipahat (menjadi patung misalnya). Kualitas primer ini merupakan bagian

dari eksistensi objek-objek tidak ada tanpa adanya kualitas primer ini.

2. Kualitas Sekunder, yaitu kualitas yang dapat ditangkap oleh pancaindra

seperti warna, rasa, bau dan sebagainya. Kualitas ini terpengaruh oleh

tingkat subjektivitas. Seperti halnya kualitas primer, kualitas sekunder pun

merupakan bagian dari eksistensi atau realitas objek.

Kualitas primer harus ada dan memang tidak mungkin ada suatu

objek tanpa kualitas primernya Sedangkan kualitas sekunder merupakan bagian

eksistensi objek tetapi kehadirannya sangat tergantung subjek penilai. Nilai bukan

kualitas primer dan bukan kulaitas sekunder, sebab : “Nilai tidak menambah atau

memberi eksistensi objek. Nilai bukan benda atau unsur benda, melainkan sifat,

kualitas/sui-generis, yang dimiliki objek tertentu yang dikatakan “baik”.

D. Metode menemukan dan Hierarki Nilai dalam Pendidikan

Nilai berhubungan erat dengan kegiatan manusia menilai.menilai berarti

menimbang,yaitu kegiatan manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang

lain,yang selanjutnya diambil suatu keputusan .

Nilai itu memiliki polaritas dan hieraiki,yaitu

1. Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek negative yang sesuai

(polaritas) seperti baik dan buruk ,keindahan dan kejelekkan.

2. Nilai tersusun secara hierarkis,yaitu hierarki urutan pentingnya.

Nicholas rescher mengemukakan 6 klasifikasi nilai,yaitu klasifikasi nilai yang

didasarkan atas:

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 3

Page 4: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

1. Pengakuan, yaitu pengakuan subjek tentang nilai yang harus dimiliki seseorang

atau suatu kelompok, misalnya nilai profesi, nilai kesukuan atau nilai

kebangsaan.

2. Objek yang dipermasalahkan,yaitu cara mengevaluasi suatu objek yang

dinilai,seperti manusia dinilai dari kecerdasannya,bangsa dinilai dari keadilan

hukumanya.

3. Keuntungan yang diperoleh yaitu menurut keinginan ,kebutuhan, kepentingan

atau minat seseorang yang diwujudkan dalam kenyataan ,contohnya kategori

nilai ekonomi ,maka keuntungan yang diperoleh berupa produksi; kategori

nilai moral,maka keuntungan yang diperoleh berupa kejujuran.

4. Tujuan yang akan dicapai yaitu berdasarkan tipe tujuan tertentu sebagai reaksi

keadaan yang dinilai.contoh:nilai akreditasi pendidikan.

5. Hubungan antara pengemban nilai dengan keuntungan:

a) - Nilai yang berorientasi pada keluarga hasilnya kebanggan keluarga.

- Nilai yang berorientasi pada profesi hasilnya nama baik profesi.

- Nilai yang berorientasi pada profesi hasilnya nilai patriotisme.

- Nilai yang berorientasi pada masyarakat hasilnya keadilan sosial.

b) Nilai yang beriorentasi pada masyarakat hasilnya keadilan sosial

6. Hubungan yang dihasilkan nilai itu sendiri dengan hal lain yang lebih

baik,dimana nilai tertentu secara hikerakis lebih kecil dari nilai lainnya.

Nilai memilki tingkatan dalam pengertian hierarki.

Menurut Max Scheller,menyebutkan hierarki tersebut terdiri dari:

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 4

Page 5: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

a) Nilai kenikmatan ,yaitu nilai yang mengenakkan atau tidak mengenakkan, yang

berkaitan dengan indra manusia yang menyebabkan manusia senang atau

menderita.

b) Nilai kehidupan,yaitu nilai yang penting bagi kehidupan.

c) Nilai kejiwaan,yaitu nilai yang tidak tergantung pada keadaan jasmani maupun

lingkungan.

d) Nilai kerohanian,yaitu moralitas nilai yang suci dan tidak suci.

Sedangkan menurut Notonegoro ,membagi hierarki nilai pada tiga bentuk,yaitu

a) Nilai material ,yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia.

b) Nilai vital,yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat

mengadakan kegiatan aktivitas.

c) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia

Nilai kerohanian ini bisa dibedakan pada empat macam:

1) Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio,budi,cipta) manusia

2) Nilai keindahan atau nilai estetis,yang bersumber pada unsur perasaan

(asthetis,gevoel,rasa manusia)

3) Nilai kebaikan ,atau moral,yang bersumber pada unsur kehendak

(will,wollen,karsa) manusia.

4) Nilai relegius ,yang bersumber nilai kerohanian tertinggi dan mutlak.Nilai

religius ini bersumber kepada kepercayaaan atau keyakinan manusia.

Sedangkan di Indonesia (khususnya pada dekade penataran P4) hierarki nilai

dibagi tiga ,sebagai berikut:

1) Nilai dasar ( dalam bahasa ilmiahnya disebut dasar Ontologis ) yaitu

merupakan hakikat,esensi, intisari atau makna yang terdalam dari nilai-nilai

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 5

Page 6: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

tersebut.nilai dasar ini bersifat universal karena menyangkut hakikat

kennyataan objektif segala sesuatu misalnya, hakikat Tuhan, manusia atau

segala sesuatu lainnya

2) Nilai Instrumental, merupakan suatu pedoman yang dapat diukur atau

diarahkan

3) Nilai praksis, pada hakikatnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai

instrumental dalam suatu kehidupan nyata

E. Pengertian Nilai

Dibawah ini akan dikemukakan sebelas definisi yang diharapkan mewakili

berbagai sudut pandang.

1. Menurut Cheng ( 1955 ) Nilai merupakan sesuatu yang potensial, dalam arti

terdapatnya hubungan yang harmonis dan kreatif, sehingga berfungsi untuk

menyempurnakan manusia ,sedangkan kualitas merupakan atribut atau sifat

yang seharusnya dimiliki.

2. Menurut Dictionary of Sociologi and Related Scienci: Value,….the believed

capacity of any object to satisfy human desire, the quality of any object which

causes it to be of interest to an individual or a group. ( Nilai adalah kemampuan

yang diyakini terdapat suatu objek untuk memuaskan hasrat manusia, yaitu

kualitas objek yang menyebabkan tertariknya individu atau kelompok

3. Menurut Frankena: Nilai dalam filsaffat dipakai untuk menunjuk kata benda

abstrak yang artinya “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness) dan

kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau

melakukan penilaian.

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 6

Page 7: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

4. MenurutLasyo: nilai bagi manusia merupakan landasan atau motivasi dalam

segala tingkah laku atau perbuatannya.la tingkah laku atau perbuatannya.

5. MenurutArthur W. Comb: nilai adalah kepercayaan-kepercayaan yang

digeneralisir yang berfungsi sebagai garis pembimbing untuk menyeleksi

tujuan serta perilaku yang akan dipilih untuk dicapai.

6. MenurutJack R. Fraenkel: nilai adalah gagasan-konsep-tentang sesuatu yang

dipandang penting oleh seseorang untuk hidup.

7. Menurut  Charles R. Knikker: nilai adalah sekelompok sikap yang

menggerakkan perbuatan atau keputusan yang dengan sengaja menolak

perbuatan

8. Menurut Dardji Darmodihardjo: nilai adalah yang berguna bagi kehidupan

manusia jasmani dan rohani.

9. John Dewey menyatakan: “…..value is any object of social interest”.

Maknanya adalah bahwa sesuatu bernilai apabila disukai dan dibenarkan oleh

sekelompok manusia (sosial). Dalam hal ini Dewey

mengutamakan kesepakatan sosial (masyarakat, antar manusia, termasuk

negara).

10. Menurut Herbert larry Winecoff. Value a set of attitude (scheme) which

generate or cause a judgement which guide action or in action (a lack of

action) and which provide a standard or a set of principles)

11. menurut Encyclopedia Britainica: Nilai adalah kualitas objek yang

menyangkut jenis apresiasi atu minat

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 7

Page 8: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

F. Makna nilai bagi manusia

Sebab seperti yang diungkapkan oleh Sheller, bahwa:

1) Nilai tertinggi menghasilkan kepuasaan yang lebih mendalam.

2) Kepuasaan jangan dikacaukan dengan kenikmatan (meskipun kenikmatan

merupakan hasil kepuasaan).

3) Semakin kurang kerelatifan nilai, semakin tinggi keberadaanya, nilai tertinggi

dari semua nilai adalah nilai mutlak.

2. PROBLEMATIKA PEMBINAAN NILAI MORAL

A. Pengaruh Kehidupan Keluarga dalam Pembinaan Nilai Moral

Kehidupan modern sebagai dampak kemajuan teknologi menghasilkan

berbagai perubahan, pilihan, kesempatan tetapi mengandung berbagai resiko

akibat kompleksitas kehidupan yang ditimbulkan adalah munculnya “nila-nilai

modern” yang tidak jelas dan membingungkan anak (individu).

Keluarga sebagai bagian dari masyarakat, terpengaruh oleh tuntutan kemajuan

yang terjadi, nbamun masih banyak orang yang meyakini bahwa nilai moral itu

hidup dan dibangun dalam lingkungan keluarga.Menurut Louis Rath(1997,

hlm.12) “Berdasarkan data terbaru, dua dari lima ibu, bekerja di luar rumah,

stimasi terakhir menyebutkan bahwa dua dari lima ibu merupakan keluarga

broken home atau pada keluarga yang kedua orang tuanya bekerja berakibat pada

penurunan intensitas hubungan antara anak dengan orang tua. Dalam lingkungan

yang kurang baik dan kadang menegangkan ini seorang anak sangat sulit untuk

membangun nilai-nilainya secara jelas.”

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 8

Page 9: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

Saat ini merupakan fakta, banyak anak yang tidak mengetahui hal-hal yang

dikerjakan orangtua di luar rumah untuk mencari penghasilannya. Anak jarang

melihat apa yang di kerjakan orangtua dan tidak mendapatkan informasi yang

cukup melalui diskusi yang bermakna tentang hakikat suatu karier baik

permasalahan maupun keberhasilannya. Dengan kata lain problema utama bagi

kehidupan orangtua yang bekerja terletak pada tingkat komunikasi dengan anak-

anaknya.

Persoalan lain yang terjadi di keluarga adalah terjadinya migrasi atau

perpindahan domisili. Hal ini disebabkan tuntutan kerja atau memenuhi kebutuhan

lainnya. Dampak yang muncul dari kegiatan tersebut dapat menggoyahkan

stabilitas kehidupan anak-anak. Pola-pola hubungan sering kali menjadi rusak,

muncul murid dan guru yang harus ditemui anak, muncul pula keharusan

mengenal komunitas baru, tetangga baru, penganut(agama) kepercayaan baru dan

mungkin pula pola-pola kehidupan yang berbeda. Mobilitas demografis yang

sangat tinggi ini merupakan sesuatu yang unik, di satu sisi merupakan bagian dari

hadapan baru bagi keluarga, namun di sisi lain, bagi anak-anak yang sedang

tumbuh dan berkembang, tuntutan itu menghabiskan waktu dan energi untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sarat nilai.

Ada benarnya pernyataan yang mengungkapkan bahwa keluarga saat ini

merupakan pelarian dari dunia nyata. Bapak, ibu dan anak-anak pulang ke rumah

untuk bersembunyi dari berbagai tekanan kehidupan di luar rumah. Orangtua

mengharapkan rumah menjadi tempat perlindungan yang tenang dan berharap

anak-anaknya sudah beristirahat. Sebelum mereka datang, anak-anak sudah tidur

dan kesempatan untuk membahas makna-makna aktivitas seharian tentang apa

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 9

Page 10: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

yang orangtua mereka lakukan, kembali menghilang. Dalam rangkuman buku

“What is the human prospect?”,Robert Heilbroner, menyatakan bahwa :

“ Banyak kegelisahan dan kegetiran generasi pertengahan abad yang akan datang

yang nyata-nyata karena ketidakcakapan untuk menyampaikan nilai pada remaja.

Kejadian ini lebih banyak terjadi pada pendidikan moral melebihi transmisi nilai

dari suatu generasi ke generasi berikutnya, proses kejadiannya diperhambat oleh

lemahnya struktur keluarga. Keluarga modern Amerika (mungkin juga di kota-

kota besar di Indonesia, Cat Penulis) itu amat kecil, lebih terisolasi, dan lebih

pragmatis dari pada sebagai teman seperti lima puluh tahun yang lalu. Di

lingkungan rumah, ketika bapak bahkan juga ibu sebagian besar hidupnya umtuk

bekerja setiap hari dan keluarganya hanya menyatu ketika membagikan makanan,

maka kesempatan untuk mempengaruhi sikap moral atau berpikir anaknya tentu

akan berkurang. Ketika kelurga bersatu, disana akan menjadi ajang kesepakatan

rasa yang baik terhadap keraguan sudut pandang nilai dan moral.”

Persoalan merosotnya intensitas interaksi dalam keluarga, serta

terputusnya komunikasi yang harmonis antara orangtua dengan anak,

mengakibatkan merosotnya fungsi keluarga dalam pembinaan nilai moral anak.

Keluarga bisa jadi tidak lagi menjadi tempat untuk memperjelas nilai yang harus

dipegang bahkan sebaliknya menambah kebingungan nilai bagi anak. Dalam

posisi inilah institusi perlu memfasilitasi peserta didik untuk melakukan

klarifikasi nilai.

B. Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Pembinaan Nilai Moral

Sebagai makhluk sosial, anak pasti punya teman dan pergaulan dengan teman

akan menambah pembendaharaan informasi yang akhirnya akan mempengaruhi

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 10

Page 11: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

berbagai jenis kepercayaan yang dimilikinya. Kumpulan kepercayaan yang

dimiliki anak akan membentuk sikap yang dapat mendorong untuk memilih atau

menolak sesuatu. Sikap-sikap yang mengkristal pada diri anak akan menjadi nilai

dan nilai tersebut akan berpengaruh pada perilakunya. Pertemanan yang paling

berpengaruh timbul dari teman sebaya karena di antara mereka relative lebih

terbuka, dan intensitas pergaulannya relative lebih sering, baik di sekolah/kampus

maupun dalam lingkungan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian Abbas

Asyyafah (1997,hlm.102) “Kebiasaan merokok lebih banyak disebabkan karena

pengaruh teman sebaya.” Bukan sesuatu yang mustahil bila perilaku buruk lainnya

disebabkan pula karena pengaruh teman sebaya.

Kelompok sebaya tentu mempunyai aturan main sendiri dan anak cenderung

akan menyesuaikan dengan aturan main itu dengan harapan akan diterima oleh

kelompoknya. Perbedaan sudut pandang antara keluarga dengan temannya

menjadi masalh tersendiri bagi nilai anak-anak. Anak di hadapkan pada keharusan

mematuhi aturan keluarga dan resiko dikeluarkannya dari pertemanan. Bagi anak

situasi ini menjadi dilematis. Persoalan nilai mana yang akan menjadi keyakinan

individu(mahasiswa) tentu diperlukan adanya upaya pendidikan untuk

membimbing mereka keluar dari kebingungan nilai serta menemukan nilai hakiki

yang menjadi pegangannya.

C. Pengaruh Figur Otoritas Terhadap Perkembangan Nilai Moral Individu

Orang dewasa, terlebih lagi anak-anak dihadapkan pada pilihan yang tidak

mudah menjawabnya, seolah-olah kita telah mati rasa dengan maraknya variasi

nilai yang ditawarkan, setiap figure otoritas masing-masing menawarkan nilai

yang berbeda menambah bingungnya nilai bagi anak.

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 11

Page 12: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

Jika seorang anak atau remaja mengungkapkan kebingungannya di depan

orang dewasa maka dapat diprediksi reaksi orang dewasa tersebut. Orang dewasa

akan berusaha menunjukkan jalan mana yang paling baik bagi anak atau remaja

tersebut. Orang dewasa mempunyai pemikiran bahwa fungsi utama dalam

menjalin hubungan dengan anak-anak adalah memberi tahu sesuatu kepada

mereka , memberi tahu apa yang harus mereka lakukan, kapan waktu yang tepat

untuk melakukannya, dimana harus dilakukan, seberapa sering harus

melakukannya dan juga kapan harus mengakhirinya. Jika anak itu menolak maka

dapat dipastikan anak itu tergolong tidak taat, kurang ajar, atau pembangkang.

Orang tua belum meyakini bahwa anak-anak telah menjadi ”manusia”. Anak-

anak diharuskan mengikuti anjuran yang disarankan. Mereka juga harus

mengikuti harapan atau aspirasi yang dimiliki orang tua. Masih ada kecendrungan

untuk menganggap bahwa keyakinan seperti keyakinannya. Dengan demikian,

orang dewasa tidak berupaya mengurangi kebingungan nilai anak bahkan

sebaliknya menambah jumlah pilihan nilai yang menimbulkan tingginya tingkat

kebingungan dan ketidakjelasan nilai bagi anak. Dalam kondisi seperti inilah

pendidikan perlu mengupayakan agar peserta didik mampu menemukan nilai

dirinya tanpa harus bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup dan berkembang di

masyarakat.

D. PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP PERKEMBANGAN

NILAI MORAL

Pada akhir abad ke 20, alat-alat komunikasi yang potensial telah di

perkenalkan ke dalam kehidupan keluarga. Pertama kali telepon, lalu di susul

dengan radio dan televisi. Mereka yang menangani pemerograman mulai

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 12

Page 13: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

mengembangkan sesuatu yang dianggap ny menarik dan menyenangkan anak-

anak.

Dalam media komunikasi mutakhir tentu akan mengembangkan suatu

pandangan hidup yang terfokus sehingga memberikan nilai stabilitas pada anak.

Hasilnya sangat dramatis, baik radio, film, televisi, VCD, majalah, anak-anak jadi

terbiasa melihat dan menyimak pandangan hidup yang bervariasi, bahkan banyak

di antara pandangan dan nilai kehidupan tersebut dalam kehidupan keluarga tidak

akan mereka temui.

Sekarang persoalan pornografi, seksualitas, kekerasaan disuguhkan secara

terbuka. Bahkan adegan-adegan yang benar-benar dipandang immoral dlakukan

oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi, sementara semua orang yang

menonton, menyimak dan mencernanya. Sudah tentu saja anak akan memungut

sejumlah gagasan atau nilai dari semua ini baik nilai-nilai positif dan termasuk

pengaruh negatifnya.

Sangat mungkin bahwa kontribusi terbesar media-media tadi akan

membiasakn pemahaman yang tengah tumbuh pada anak-anak seputar mana yang

betul dan mana yang salah, mana yang benar dan mana yang palsu, mana yang

bagus dan mana yang jelek, mana yang adil dan mana yang timpang, mana yang

bermoral dan mana yang tidak bermoral.

Sekarang mucul pula alat-alat komunikasi atau alat cetak baru dengan

komputerisasi yang relatif lebih ekonomis, Buku komik muncul dan penerbit

melihat peluang besar dalam segmen pasar anak. Buku-buku ini menjadi

penyampai cerita kriminal, horror, dan semua bentuk kejanggalan kehidupan.

Pada saat yang bertepatan, surat kabar dan majalah pun berubah dramatis, isinya

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 13

Page 14: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

banyak menyampaikan cerita kriminal, seks, dan korupsi. Gambar tidak senonoh

pun dicetak, bahkan muncul layanan iklan yang mempromosikan layanan seksual,

dan tentu mengundang orang untuk mencoba melakukannya.

Dalam hal ini, tidak bermaksud menyatakan bahwa alternative-alternative

yang di tawarkan harus dihapuskan, atau menyebutkan bahwa anak-anak tidak

dapat mengambil semua pelajarandari kejadian tersebut. Tetapi jika anak hanya

dengan dirinya sendiri, anak tidak akan mampu mengambil manfaat besar dari

jutaan pilihan yang tersedia. Jika keluarga dapat membahas nya secara masuk akal

dari setiap hal yang di sajikan , mungkin setiap anak akan dapat mengambil

tentang makna dari pandangan-pandangan yang baru dalam kehidupan ini

E. PENGARUH OTAK ATAU BERFIKIR TERHADAP

PERKEMBANGAN NILAI MORAL

Menurut Rath:

“Pengalaman itu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap proses

kematangan, dengan demikian guru/pendidik dapat dan harus membimbing

anakmelalui proses yang kontinu melalui pengembangan situasi bermasalah yang

memperkaya kesempatan berfikir dan memilih.Melalui lingkungan sperti ini, anak

akan berfikir, lebih menyadari alternattive dean lebih menyadari konsekuensinya.

Kita belajar dari hal-hal yang kita jalani.

Dalam konteks pendidik, berpikir dimaknaisebagai proses yang

berhubungan dengam penyelidikan dan pembuatan keputusan. Dimana pun

keputusan diambil, pertiimbangan nilai pasti terlibat, dan dimana pun

penyelidikan berlangsung akan selalu melibatkan tujuan. ”Beberapa tujuan

mungkin menunjukkan indicator nilai.”

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 14

Page 15: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

Berfikir adaalah hasil kerja otak, namun otak tidak bekerja secara

sederhana dam pengertian stimulus respons, dan juga tidak

menyimpan”fakta”secara sederhana sebagai refrensi masa depan. “Otak kita

adalah suatu organ yang sangat mengagumkan untuk menemukan dan

menciptakan makna. Dalam keadaan terjaga atau tertidur, otak kita tetap berusaha

membuat pengalaman lahir (Outer) dan pengalaman batin (inner). Atas dasar itu

semua orang adalah pencari dan pencipta makna, dan makna-makna yang kita

ciptakan menentukkan bagaimana cara kita berperilaku.

Immanuel kant mengatakan bahwa manusia melalui pemikiran rasional

dan kesadaran moral serta keyakinan agamanya dapat digunakan menunjukan

eksistensinya. Argument ini didasarkan bahwa “Manusia itu rasional, rasional

sendiri adalah moral, moral manusia itu(didasarkan rasionalnya) merupakan inti

manusia, dan inti moral manusia mencerminkkan “kemanusiaan yang benar”,

Dengan demikain, manusia dengan penyelidikan rasionalnya akan membuktikan

prinsip-prinsip yang berlaku secara universal.Atas dasar logika rasional inilah

menusia akhirnya menentukan serangkaian”rasional imperative” yaitu aturan-

aturan yang menjadi pedoman hidupnya. Aturan-aturan (hukum) yang ditentukan

secara rasional in akan memberikan moral dan pengetahuan tentang benar dan

salah, sehingga manusia pantas deberi derajat yang tinggi melebihi makhuk yang

lain

Atas dasar argument itu, maka Kant menganjurkan tujuan pendidikan sebagai

bberikut:

1. Untuk mengajarkkan proses dan keterampulan berfikir rasional.

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 15

Page 16: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

2. Untuk mengembangkan individu yang mampu memilih tujuan dan keputusan

yang baik secara bebas,

Dengan demikian, pendidik tentang nilai moral yang menggunakan

pendekatan berfikir dan lebih berorientasi pada upaya-upaya untuk

mengklarifikasi nilai moral sangat dimungkinkan bila meliihat eratnya

hubungaqn antara berfikir nilai iti sendiri, meskipuun diakui bahwa ada

pendekatan laindalam pendidikan nilai yang memiliki orientasi byang berbeda.

F. PENGARUH INFORMASI TERHHADAP PERKEMBANGAN NILAI

MORAL

Setap hari manusia akan mendapatkan informasi, informasi ini akan

berpengaruh terhadap sistem keyakinan yang dimiliki oleh individu, baik

informasi itu diterima secara keseluruhan, diterima sebagian atau di tolak

semuanya, namun bagaimana pun informasi itu ditolak akan menguatkan

keyakinan yang telah ada pada individu tersebut. Apabila informasi baru tersebut

telah diterima individu tersebut serta mengubah atau menguatkan keyakinan nya,

maka akan terbentuk lah sikap. “Sikap adalah serangkaian keyakinan yang

menentukan pilihan terhadap objek atu situasi tertentu. Serangkaian sikap inilah

yang kan mendorong munculnya pertimbangan yang harus dibuat sehingga

menghasilkan standar atau prinsip yang bisa dijadikan alat ukur sebuah tindakan.

Prinsip dan standar itulah yang di sebut dengan nilai

Informasi baru yang di hasilkan sanagat tergantung pada faktor faktor sebagai

berikut:

a. Bagaimana informasi itu diperkenalkan (Proses input)

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 16

Page 17: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

b. Oleh siapa informasi iti diisampaikan (hal ini berhubungan dengan kredibilitas

si pembawa informasi)

c. Dalam kondisi bagaimana informasi itu disampaikan atau diterima

d. Sejauh mana tingkat disonasi kognitif yang terjadi akibat informasi baru

tersebut(yaitu tingkat dan sifat komplik yang terjdi dengan keyakinan yana

ada)

e. Level penerimaan individu yaitu motivasi individu ubtuk berubah

f. Level kesiapan indivdu untuk menerima informasi baru serta mengubah

tingkah lakunya(tahap kematangan individu serta kkayaan pengalaman masa

lalunya)

Oleh karena itu, munculnya informasi, apabila informasi tersebut sama kuatnya

maka akan memengaruhi disonasi kognitif yang sama.misalnya saja pengaruh

tuntutan teman dengan tututan aturan keluarga dan aturan agama akan menjadi

konflik internal pada individu yang akhirnya akan menimbulkan kebingungan.

Kebingungan ini bisa di perparah apabila di lembaga pendidik peserta didik

diberi lagi informasi tambahan yang berbeda dengan tiga tuntutan tersebut tanpa

memeberikan solusi untuk menemukan nilai dirinya.

3. MANUSIA DAN HUKUM

Manusia adalah adalah makhluk sosial, makhluk yang selalu berinteraksi

dan membutuhkan bantuan sesamanya. Untuk terciptanya keteraturan diperlukan

aturan yang disebut hukum. Hukum dalam masyarakat merupakan

tuntutan,mengingat bahwa kita tidak mungkin menggambarkan hidupnya manusia

tanpa atau di luar masyarakat. Hukum diciptakan dengan tujuan yang berbeda-

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 17

Page 18: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

beda,ada yang menyatakan bahwa tujuan hukum adalah keadilan ,ada juga yang

menyatakan kegunaan ,ada yang menyatakan kepastian hukum dan lain-lain.

Mochtar kusumaatmadja,mengatakan “Ketertiban adalah tujuan pokok dan

pertama dari segala hukum,kebutuhan terhadap ketertiban merupakan syarat

pokok (fundamental ) bagi adanya suatu masyarakat yang teratur ,ketertiban

sebagai tujuan utama hukum,merupakan fakta objektif yang berlaku bagi segala

masyarakat manusia dalam segala bentuknya”.

Untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat,diperlukan adanya kepastian

dalam pergaulan antar manusia dalam masyarakat. Kepastian ini bukan saja agar

kehidupan masyarakat menjadi teratur akan tetapi akan mempertegas lembaga-

lembaga hukum mana yang melaksanakannya.

Banyak kaidah yang berkembang dan dipatuhi masyarakat,seperti kaidah

agama,kaidah susila,kesopanan,adat kebiasaan, dan kaidah moral. Kaidah

hukumsebagai salah satu kaidah sosial tidak berarti meniadakan kaidah-kaidah ain

tersebut,bahkan antara kaidah hukum dengan kaidah lain saling berhubungan

memperkuat satu sama lain,meskipun adkalanya kaidah hukum itu sungguh-

sungguh merupakan hukum apabila benar-benar di kehendaki diterima oleh

masyarakat.Bahkan dapat dikatakan bahwa hukum merupakan pencerminan dari

nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.Selanjutnya mochtar Kusumaatmadja

mengatakan “Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang

hidup (the living law) dalam masyarakat,yang tentunya sesuai atau merupakan

pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut.”

Hukum dalam masyarakat merupakan tuntutan, mengingat bahwa kita

tidak mungkin menggambarkan hidup manusia tanpa atau di luar masyarakat.

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 18

Page 19: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

Maka manusia, masyarakat, dan hukum merupakan pengertian yang tidak bisa

dipisahkan. Untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat, diperlukan adanya

kepastian dalam pergaulan antar-manusia dalam masyarakat. Kepastian ini bukan

saja agar kehidupan masyarakat menjadi teratur akan tetapi akan mempertegas

lembaga-lembaga hukum mana yang melaksanakannya.

Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the

living law) dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan

pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut.

Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan

dalam ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: “Ubi societas

ibi jus” (di mana ada masyarakat di situ ada hukumnya). Artinya bahwa dalam

setiap pembentukan suatu bangunan struktur sosial yang bernama masyarakat,

maka selalu akan dibutuhkan bahan yang bersifat sebagai “semen perekat” atas

berbagai komponen pembentuk dari masyarakat itu, dan yang berfungsi sebagai

“semen perekat” tersebut adalah hukum.

Untuk mewujudkan keteraturan, maka mula-mula manusia membentuk

suatu struktur tatanan (organisasi) di antara dirinya yang dikenal dengan istilah

tatanan sosial (social order) yang bernama: masyarakat. Guna membangun dan

mempertahankan tatanan sosial masyarakat yang teratur ini, maka manusia

membutuhkan pranata pengatur yang terdiri dari dua hal: aturan (hukum) dan si

pengatur(kekuasaan).

A. Tujuan Hukum

Banyak teori atau pendapat mengenai tujuan hukum. Berikut teori-teori dari

para ahli :

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 19

Page 20: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

1) Prof. Subekti, SH: Hukum itu mengabdi pada tujuan negara yaitu mencapai

kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya dengan cara menyelenggarakan.

2) Prof. Mr. Dr. LJ. van Apeldoorn: Tujuan hukum adalah mengatur hubungan

antara sesama manusia secara damai. Hukum menghendaki perdamaian antara

sesama. Dengan menimbang kepentingan yang bertentangan secara teliti dan

seimbang.

3) Geny : Tujuan hukum semata-mata ialah untuk mencapai keadilan. Keadilan

itu menuntut bahwa dalam keadaan yang sama tiap orang mendapat bagian

yang sama pula.

4) Roscoe Pound berpendapat bahwa hukum berfungsi sebagai alat merekayasa

masyarakat (law is tool of social engineering).

5) Muchatr Kusumaatmadja berpendapat bahwa tujuan pokok dan utama dari

hukum adalah ketertiban. Kebutuhan akan ketertiban ini merupakan syarat

pokok bagi adanya suatu masyarakat manusia yang teratur.

Tujuan hukum menurut hukum positif Indonesia termuat dalam

pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi “..untuk membentuk suatu

pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

perdamaian abadi dan keadilan sosial”.

Pada umumnya hukum bertujuan menjamin adanya kepastian hukum

dalam masyarakat. Selain itu, menjaga dan mencegah agar tiap orang tidak

menjadi hakim atas dirinya sendiri, namun tiap perkara harus diputuskan oleh

hakim berdasarkan dengan ketentuan yang sedang berlaku.

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 20

Page 21: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

B. Penegakan Hukum

Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat), bukan

berdasarkan kekuasaan (machstaat) apalagi bercirikan negara penjaga malam

(nachtwachterstaat). Sejak awal kemerdekaan, para bapak bangsa ini sudah

menginginkan bahwa negara Indonesia harus dikelola berdasarkan hukum.

Ketika memilih bentuk negara hukum, otomatis keseluruhan

penyelenggaraan negara ini harus sedapat mungkin berada dalam koridor hukum.

Semua harus diselenggarakan secara teratur (in order) dan setiap pelanggaran

terhadapnya haruslah dikenakan sanksi yang sepadan.

Penegakkan hukum, dengan demikian, adalah suatu kemestian dalam suatu

negara hukum. Penegakan hukum adalah juga ukuran untuk kemajuan dan

kesejahteraan suatu negara. Karena, negara-negara maju di dunia biasanya

ditandai, tidak sekedar perekonomiannya maju, namun juga penegakan hukum

dan perlindungan hak asasi manusia (HAM) –nya berjalan baik.

Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang harus diperhatikan yaitu kepastian

hukum, kemanfaatan dan keadilan. Friedmann berpendapat bahwa efektifitas

hukum ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:

a) Substansi hukum

Yaitu materi atau muatan hukum. Dalam hal ini peraturan haruslah peraturan

yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat untuk mewujudkan ketertiban

bersama.

b) Aparat Penegak Hukum

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 21

Page 22: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

Agar hukum dapat ditegakkan, diperlukan pengawalan yang dilaksanakan oleh

aparat penegak hukum yang memiliki komitmen dan integritas tinggi terhadap

terwujudnya tujuan hukum.

c) BudayaHukum

Budaya hukum yang dimaksud adalah budaya masyarakat yang tidak

berpegang pada pemikiran bahwa hukum ada untuk dilanggar, sebaliknya

hukum ada untuk dipatuhi demi terwujudnya kehidupan bersama yang tertib

dan saling menghargai sehingga harmonisasi kehidupan bersama dapat

terwujud.

Banyak pihak menyoroti penegakan hukum di Indonesia sebagai ‘jalan di

tempat’ ataupun malah ‘tidak berjalan sama sekali.’ Pendapat ini mengemuka

utamanya dalam fenomena pemberantasan korupsi dimana tercipta kesan bahwa

penegak hukum cenderung ‘tebang pilih’, alias hanya memilih kasus-kasus kecil

dengan ‘penjahat-penjahat kecil’ daripada buronan kelas kakap yang lama

bertebaran di dalam dan luar negeri.

Pendapat tersebut bisa jadi benar kalau penegakan hukum dilihat dari sisi

korupsi saja. Namun sesungguhnya penegakan hukum bersifat luas. Istilah hukum

sendiri sudah luas. Hukum tidak semata-mata peraturan perundang-undangan

namun juga bisa bersifat keputusan kepala adat. Hukum-pun bisa diartikan

sebagai pedoman bersikap tindak ataupun sebagai petugas.

Dalam suatu penegakkan hukum, sesuai kerangka Friedmann, hukum

harus diartikan sebagai suatu isi hukum (content of law), tata laksana hukum

(structure of law) dan budaya hukum (culture of law). Sehingga, penegakan

hukum tidak saja dilakukan melalui perundang-undangan, namun juga bagaimana

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 22

Page 23: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

memberdayakan aparat dan fasilitas hukum. Juga, yang tak kalah pentingnya

adalah bagaimana menciptakan budaya hukum masyarakat yang kondusif untuk

penegakan hukum.

Contoh paling aktual adalah tentang Perda Kawasan Bebas Rokok

misalnya. Peraturan ini secara normatif sangat baik karena perhatian yang begitu

besar terhadap kesehatan masyarakat. Namun, apakah telah berjalan efektif?

Ternyata belum. Karena, fasilitas yang minim, juga aparat penegaknya yang

terkadang tidak memberikan contoh yang baik. Sama halnya dengan masyarakat

perokok, kebiasaan untuk merokok di tempat-tempat publik adalah suatu budaya

yang agak sulit diberantas.

Oleh karenanya, penegakan hukum menuntut konsistensi dan keberanian

dari aparat. Juga, hadirnya fasilitas penegakan hukum yang optimal adalah suatu

kemestian. Misalnya, perda kawasan bebas rokok harus didukung dengan

memperbanyak tanda-tanda larangan merokok, atau menyediakan ruangan khusus

perokok, ataupun memasang alarm di ruangan yang sensitif dengan asap.

Masyarakat pun harus senantiasa mendapatkan penyadaran dan

pembelajaran yang kontinyu. Maka, program penyadaran, kampanye, pendidikan,

apapun namanya, harus terus menerus digalakkan dengan metode yang

partisipatif. Karena, adalah hak dari warganegara untuk mendapatkan informasi

dan pengetahuan yang tepat dan benar akan hal-hal yang penting dan berguna bagi

kelangsungan hidupnya.

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 23

Page 24: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

4. HUBUNGAN HUKUM DAN MORAL

Hukum dan moral terdapat hubungan yang erat sekali, pepatah Roma

mengatakan “Quid leges sine moribus?” Apa artinya undang-undang kalau tidak

disertai moralitas?. Hukum tidak akan berarti tanpa dijiwai moralitas, hukum akan

kosong tanpa moralitas. Di sisi lain, moral juga membutuhkan hukum, sebab

moral tanpa hukum hanya angan-angan saja, kalau tidak diundangkan atau

dilembagakan dalam masyarakat. Hokum hanya membatasi diri dengan mengatur

hubungan antar-manusia yang relevan.

Meskipun hubungan hukum dan moral begitu erat, namun hukum dan

moral tetap berbeda, sebab dalam kenyataan “mungkin” ada hukum yang

bertentangan dengan moral atau ada undang-undang yang immoral. Untuk itu

dalam konteks pengambilan keputusan hukum membutuhkan moral, sebagaimana

moral membutuhkan hukum.

Menurut K. Bertens ada empat perbedaan antara hukum dan moral :

1. Hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas, anrtinya dibukukan secara

sistematis dalam kitab perundang-undangan. Norma hukum lebih objektif,

sedangkan norma moral lebih bersifat subjektif.

2. Hukum dan moral mengatur tingkah laku manusia. Hukum membatasi dir pada

tingkah laku lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut juga sikap batin

seseorang.

3. Sanksi yang berkaitan hukum berbeda dengan sanksi yang berkaitan dengan

moralitas. Hukum dapat dipaksakan, pelanggar akan terkena hukumannya

Norma etis tidak bias dipaksakan, sebab paksaan hanya mnyentuh bagian luar,

sedangkan perbuatan etis justru berasal dari dalam.

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 24

Page 25: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

4. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak

Negara. hukum diakui oleh Negara supaya berlaku sebagai hukum. Moralitas

didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi pada individu dan

masyarakat. Moral menilai hukum dan tidak sebaliknya.

Menurut Gunawan Setiardji, membedakan hukum dan moral :

1. Dasar, hukum memiliki dasar yuridis, consensus, dan hukum alam, sedangkan

moral berdasarkan hukum alam.

2. Otonominya, hukum bersifat heterogen yaitu datang dari luar diri manusia,

sedang moral datang dari diri sendiri.

3. Pelaksanaannya, hukum dapat dipaksakan, sedangkan moral tidak dapat

dipaksakan.

4. Sanksi, noral berbentuk sanksi kodrati, batiniah, menyesal, malu terhadap diri

sendiri.

5. Tujuannya, hukum mnegatur kehidupan manusia dalam kehidupan bernegara,

sedangkan moral mengatur kehidupan manusia sebagai manusia.

6. Waktu dan tempat, hukum tergantung pada waktu dan tempat, sedangkan

moral secara objektif tidak tergantung pada tempat dan waktu.

5. KEADILAN DAN KETIDAKADILAN HUKUM

1. Pengertian Keadilan dan Ketidakadilan Hukum

Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan

kewajiban. Dalam prinsip yang terdapat didalam Sila keadilan sosial, bahwa

setiap orang di Indonesia akan mendapatkan perlakuan adil dalam bidang hukum,

politik, ekonomi dan kebudayaan.

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 25

Page 26: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

Menurut SOCRATES,

Keadilan adalah :

Bilamana pemerintah dengan rakyatnya terdapat saling pengertian yang

baik, bila para penguasa sudah mematuhi dan mempraktekkan ketentuan-

ketentuan hukum dan bila pimpinan negara bersikap bijaksana dan memberi

contoh kehidupan yang baik, lebih tegasnya, bilamana setiap warga sudah dapat

merasakan bahwa pihak pemerintah (semua pejabat) sudah melaksanakan

tugasnya dengan baik.

Ketidakadilan adalah :

Jika pemerintah atau pimpinan kurang teliti menjalankan hukum, kurang

adil memerintah, dan kurang baik atau tidak baik dalam memberikan contoh.

Kong Hu Cu, menyatakan bahwa keadilan adalah adanya porsi atau tempat

yang sesuai dengan status atau derajat seseorang.

Aristoteles menyatakan keadilan adalah kelayakan dalam tindakan manusia.

2. Pengertian Hukum

Hukum tidak lain adalah perlindungan kepentingan manusia, yang

berbentuk kaidah dan norma. Dalam pelaksanaan perlindungan kepentingan

tersebut, perlu dibentuk suatu peraturan hidup atau kaidah disertai sanksi yang

bersifat mengikat dan memaksa. Kaidah yang disertai dengan sanksi disebut

hukum.

Menurut Utrecht, hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yang

mengurus tata tertib masyarakat dan karena itu harus diataati oleh masyarakat

tersebut.

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 26

Page 27: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

Menurut J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto, Hukum adalah

peraturan-peraturan yang memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia

dalam lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh badan-badan resmi yang

berwajib, pelanggaran manusia terhadap peraturan-peraturan yang berakibat

diambilnya tindakan, yaitu dengan hukum tertentu.

Hukum itu mengatur tingkah laku manusia dan hanya terdapat di dalam

kehidupan bermasyarakat dan ditujukan terhadap kepentingan-kepentingan dan

perlindungan terhadap manusia tersebut.

Kapankah hukum itu timbul? Hukum itu timbul apabila ada pertentangan

antara kepentingan-kepentingan manusia selama tidak ada “Conflict of Human

Interest.”

Hukum berisikan perintah dan larangan yang berlaku didalamnya. Hal ini

merupakan sifat dan ciri hukum itu sendiri.

3. Sumber-Sumber Hukum

Sumber hukum ditinjau dari 2 segi:

a. Segi Formal

b. Segi Materil

Pada sumber hukum materil dapat ditinjau dari berbagai sudut, misalnya

dari sudut Politik, sejarah, ekonomi, dan lain-lain.

1. Undang-Undang (Statue)

2. Kebiasaan (Custom)

3. Putusan Hakim (Yurisfrudensi)

4. Perjanjian atau Traktat (Treaty)

5. Pendapat Sarjana atau Pakar Hukum (Doctrine)

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 27

Page 28: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

4. Pembagian Hukum

Menurut Sumbernya

a. Hukum Undang-Undang

b. Hukum Kebiasaan

c. Hukum Traktat

d. Hukum Yurisfrudensi

Menurut Bentuknya

a. Hukum Tertulis

b. Hukum tidak terulis

Menurut Tempat Berlakunya

a. Hukum Nasional

b. Hukum Internasional

c. Hukum Asing

d. Hukum gereja

Menurut Waktu Berlakunya

a. Ius Constitulum (hukum positif)

b. Ius Constituendum

c. Hukum Asasi (Hukum Alam)

Menurut Cara Mempertahankannya

a. Hukum Materiel

b. Hukum Formal (Hukum Proses atau Hukum Acara)

Menurut sifatnya

a. Hukum yang memaksa

b. Hukum yang mengatur (Pelengkap)

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 28

Page 29: Manusia,Nilai, Moral Dan Hukum

Menurut Wujudnya

a. Hukum Obyektif

b. Hukum Subyektif

Menurut Isinya,

a. Hukum Privat (Hukum Sipil)

b. Hukum Publik (Hukum Negara)

Bagi masyarakat modern atau masyarakat primitive, hukum akan selalu

berfungsi. Dalam pemahaman sosiologis, hadirnya hukum adalah untuk diikuti

atau dilanggar, tetapi ada perilaku yang tidak sepenuhnya digolongkan kepada

mematuhi atau melanggar hukum.

Manusia, Nilai, Moral, dan Hukum | 29