nilai moral

21
NAMA : DIKA MADYAWAN NIM : 1414511051 PRODI : ILMU KELAUTAN 1. Artikel Studi Kasus Persoalan Nilai dan Moral. TINJAUAN NILAI DAN MORAL GENG MOTOR A. Pendahuluan Makassar merupakan salah satu dari lima kota terbesar di Indonesia. Dalam perkembangannya Makassar mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam bidang ekonomi, infrastruktur dan lain sebagainya. Sebagai dampak dari perkembangan tersebut Makassar menghadapi masalah sosial kemasyarakatan yang tidak sedikit pula, dan sebagian besar dari masalah tersebut sebenarnya melanggar dari norma sosial dan hukum positif yang berlaku. Geng motor adalah salah satu masalah baru yang timbul dari efek perkembangan kota Makassar. Perilaku dari geng motor yang anggotanya sebagian besar adalah remaja tersebut sudah meresahkan masyarakat. Geng motor yang berkembang pesat di masyarakat Kota Makassar ini sering kali melakukan pelanggaran tindak pidana, diantaranya: malanggar peraturan lalu lintas, miras, penyalahgunaan obat terlarang, penganiyaan, perkelahian antar kelompok, bahkan sampai perampokan. Hal ini meresahkan masyarakat Kota Makassar, terlebih bagi orang yang ingin keluar di malam hari. Geng motor memang termasuk Juvenile Delinquency atau lebih sering disebut kenakalan remaja. Hal ini sangat memperihatinkan masa depan bangsa dan Negara ini terletak pada kaum muda seperti mereka dan sebagian dari mereka terjebak atau dapat dikatakan

Upload: dika-konepeople

Post on 20-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

moral

TRANSCRIPT

Page 1: Nilai Moral

NAMA : DIKA MADYAWANNIM : 1414511051

PRODI : ILMU KELAUTAN

1. Artikel Studi Kasus Persoalan Nilai dan Moral.

TINJAUAN NILAI DAN MORAL GENG MOTOR

A. Pendahuluan

Makassar merupakan salah satu dari lima kota terbesar di Indonesia. Dalam perkembangannya Makassar mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam bidang ekonomi, infrastruktur dan lain sebagainya. Sebagai dampak dari perkembangan tersebut Makassar menghadapi masalah sosial kemasyarakatan yang tidak sedikit pula, dan sebagian besar dari masalah tersebut sebenarnya melanggar dari norma sosial dan hukum positif yang berlaku. Geng motor adalah salah satu masalah baru yang timbul dari efek perkembangan kota Makassar. Perilaku dari geng motor yang anggotanya sebagian besar adalah remaja tersebut sudah meresahkan masyarakat.

Geng motor yang berkembang pesat di masyarakat Kota Makassar ini sering kali melakukan pelanggaran tindak pidana, diantaranya: malanggar peraturan lalu lintas, miras, penyalahgunaan obat terlarang, penganiyaan, perkelahian antar kelompok, bahkan sampai perampokan. Hal ini meresahkan masyarakat Kota Makassar, terlebih bagi orang yang ingin keluar di malam hari.

Geng motor memang termasuk Juvenile Delinquency atau lebih sering disebut kenakalan remaja. Hal ini sangat memperihatinkan masa depan bangsa dan Negara ini terletak pada kaum muda seperti mereka dan sebagian dari mereka terjebak atau dapat dikatakan ikut dalam kegiatan geng motor yang tidak produktif dan cenderung destruktif ini.

Makalah ini disusun untuk melihat bagaimana perilaku remaja yang terlibat dari geng motor ditinjau dari persepektif sosiologi hukum. Dimulai dengan terori sosiologi hukum tentang perilaku menyimpang, apa itu geng motor? Faktor-faktor apa saja yang mempengruhi sehingga geng motor berkembang pesat di masyrakat Kota Makassar, serta solusi apa yang dapat diberikan tentang permasalahan geng motor ini.

Page 2: Nilai Moral

B. Tinjauan Pustaka

1. Moral

Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai susila. Moral adalah hal-hal yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif.

Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi.

Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama.

2. Perilaku Menyimpang.

Perilaku menyimpang adalah perilaku dari para warga masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma sosial yang berlaku. Secara umum, yang digolongkan sebagai perilaku menyimpang, antara lain tindakan yang nonconform, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang ada. tindakan yang anti sosial atau asosial, yaitu tindakan yang melawan kebiasaan masyarakat atau kepentingan umum, dan tindakan-tindakan kriminal, yaitu tindakan

Page 3: Nilai Moral

yang nyata-nyata telah melanggar aturan-aturan hukum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang lain.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat. Perilaku menyimpang didefinisikan secara berbeda berdasarkan empat sudut pandang.

Petama, secarastatiskal, yaitu segala perilaku yang bertolak dari suatu tindakan yang bukan rata-rata atau perilaku yang jarang dan tidak sering dilakukan.

Kedua, secara absolute atau mutlak. Definisi perilaku menyimpang yang berasal dari kaum absolutis ini berangkat dari aturan-aturan sosial yang dianggap sebagai sesuatu yang mutlak atau jelas dan nyata, sudah ada sejak dulu, serta berlaku tanpa terkecuali, untuk semua warga masyarakat.

Ketiga, secara reaktif, yaitu perilaku yang dicapkan kepadanya atau orang lain telah memberi cap kepadanya. Dan keempat, secara normatif, yaitu penyimpangan adalah suatu pelanggaran dari suatu norma sosial.

Ada dua perspektif yang bisa digunakan untuk memahami sebab-sebab dan latar belakang seseorang atau kelompok berperilaku menyimpang, yaitu perspektif individualistik dan yang kedua adalah teori – teori sosiologi. Berikut ini beberapa definisi dari perilaku menyimpang yang dijelaskan oleh beberapa ahli sosiologi :

James Worker Van der Zaden. Penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.

Robert Muhamad Zaenal Lawang. Penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.

Paul Band Horton. Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.

Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.

3. Pendapat ahli tentang Kenakalan Remaja Atau Juvenile Delinquency

Page 4: Nilai Moral

Kartini Kartono menyatakan bahwa; Geng delinquen banyak tumbuh dan berkembang di kota-kota besar dan bertanggung jawab atas banyaknya kejahatan dalam bentuk: pencurian, perusakan milik orang lain, dengan sengaja melanggar dan menentang otoritas orang dewasa serta moralitas yang konvensional, melakukan tindak kekerasan, meneror lingkungan dan lain-lain.

Wagiati Soetedjo mengemukanan pendapat mengenai kenakalan anak bahwa: hal tersebut cenderung dikatakan sebagai kenakalan anak dari pada kejahatan anak terlalu ekstrim rasanya seorang anak yang melakukan tindak pidana dikatakan sebagai penjahat, sementara kejadiannya adalah prose salami yang tidak setiap manusia harus mengalami kegoncangan masa menjelang kedewasaannya.

Sofyan S. Willis, “kenakalan remaja itu adalah disebabkan kegagalan mereka dalam memperoleh penghargaan dari masyarakat di mana anak dan remaja itu tinggal. Penghargaan yang diharapkan remaja itu ialah dalam bentuk tugas dan tanggung jawab seperti orang dewasa. Mereka menuntut suatu peranan sebagaimana yang dilakukan orang dewasa.

Fuad Hassan, “secara sosiologis kenakalan remaja ialah kelakuan atau perbuatan anti social dan anti normative”.

Kusumanto: “juvenile Deliquency” atau kenakalan remaja ialah tingkah laku individu yang bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umum yang dianggap sebagai akseptabel dan baik oleh suatu lingkungan atau hukum yang berlaku di suatu masyarakat yang berkebudayaan,”

Paul Moedikno memberikan perumusan mengenai Juvenile Delinquency, yaitu sebagai berikut:

Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu kejahatan, bagi anak-anak merupakan delinquency,. Jadi semua tindakan yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya, membunuh dan sebagainya.

Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu yang menimbulkan keonaran dalam masyarakat, misalnya memakai celana jangkis tidak sopan, mode you can see dan sebagainya.

Semua perbutan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi social, termasuk gelandangan, pengemis dan lain-lain

Maud A. Merril, merumuskan Juvenile Delinquency sebagai berikut: “ A child is classified as a delinquent when social tendencies appear to be so grave thet has become or ought tobecome the subject of official action”. Bahwa seorang anak digolongkan anak Delinquency apabila tampak adanya kecenderungan-kecenderungan anti sosial yang demikian memuncaknya sehingga yang berwajib terpaksa atau hendaknya mengambil tindakan terhadapnya, dalam arti menahannya atau mengasingkannya.

Page 5: Nilai Moral

Andie Mappiare, mengemukakan pengertian sebagai berikut: yang disebut kenakalan remaja atau Jevenile delinquency yaitu pembagain karena tidak tahu terhadap peraturan yang ada, menimbulkan pelanggaran-pelanggaran tersebut. Keadaan agresif yang mengalami tingkah laku bermasalah.

M. Gold dan J. Petronio memberikan definisi tentang penyimpangan perilaku remaja dalam arti kenakalan anak (Juvenile Delinquency) yaitu sebagai berikut, kenakalan anak adalah tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa perbuatannya itu diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman.

Kesimpulan Yesmil Anwar dan Adang, dari beberapa definisi kenakalan remaja diatas dalam bukunya yang bejudul Kriminologi adalah tindak perbuatan para remaja yang bertentangan dengan hukum, agama dan norma-norma mesyarakat sehingga akibatnya dapat merugikan orang lain, mengganggu ketentraman umum dan juga merusak dirinya sendiri.

Beliau juga membagi kenakalan remaja menjadi empat jenis :

Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, pembunuhan, dan lain-lain.

Kenakalan yang menimbulkan korban materi : perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain-lain.

Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat

Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka dan sebagainya.

4. Teori Perilaku Menyimpang

a) Teori Differencial Association (Edwin H. Sutherland) Teori ini menyatakan bahwa perilaku menyimpang merupakan perilaku yang di sebabkan karena hubungan diferensiasi.

b) Teori Labelling (Edwin M.Lemert) Teori ini menyatakan bahwa perilaku menyimpang merupakan perilaku yang menyimpang karena pemberian penjulukan .Teori ini menggambarkan bagaimana suatu perilaku

Page 6: Nilai Moral

menyimpang seringkali menimbulkan serangkaian peristiwa yang justru mempertegas dan meningkatkan tindakan penyimpangan.

Teori labelling merupakan teori untuk mengukur mengapa terjadinya kejahatan, metode yang digunakan dalam teori ini adalah “self refort” atau melakukan interview terhadap pelaku kejahatan yang tidak tertangkat/tidak diketahui oleh polisi. Pembahasan labelling, terfokuskan pada dua tema, pertama; menjelaskan mengapa dan bagaimana orang-orang tertentu diberi label, kedua; pengaruh atau efek dari label tersebut, sebagai suatu konsekuensi dari perbuatan yang telah dilakukannya.Frank tannembaum (1938) kejahatan tidaklah sepenuhnya merupakan hasil dari kekurangmampuan seseorang untuk menyesuaikan dirinya dengan kelompok, akan tetapi dalam kenyataannya, ia telah dipaksa untuk menyesuaikan dirinya dengan kelompoknya. Dengan demikian, menurut Tannembaum, kejahatan merupakan hasil konflik antara kelompok dengan masyarakat yang kebih luas, dimana terdapat dua definisi yang bertentangan tentang tingkah laku yang layak. Dua macam pendekatan labelling:

Persoalan tentang bagaimana dan mengapa seseorang memperoleh cap atau label?Persoalan labelling ini, memperlakukan labelling sebagai dependent variabel atau variabel yang tidak bebas dan keberadaannya memerlukan penjelasan. Labelling dalam arti ini adalah labelling sebagai akibat dari reaksi masyarakat.

Efek labelling terhadap penyimpangan tingkah laku berikutnya.Persoalan ini memperlakukan labelling sebagai variabel yang independent atau variabel bebas/mempengaruhi. Dua proses mempengaruhi seseorang tersebut adalah, pertama; diberikan oleh pengamat yang kemudian seterusnya cap/label itu melekat pada diri orang itu, kedua; label atau cap tersebut sudah diadopsi oleh seseorang dan membawa pengaruh pada dirinya sehingga ia mengakui dengan sendirinya sebagaimana cap/label itu diberikan padanya oleh si pengamat

c) Teori Merton. Merton mengindefikasikan lima tipe cara adaptasi individu terhadap situasi tertentu, empat diantara perilaku dalam menghadapi situasi tersebut merupakan perilaku menyimpang .

Konformitas,merupakan cara yang paling banyak dilakukan

Page 7: Nilai Moral

Inovasi,merupakan cara dimana perilaku mengikuti tujuan yang di tentukan masyarakat tetapi memakai cara yang dilarang oleh masyarakat.

Ritualisme ,merupakan perilaku seseorang yang telah meninggalkan tujuan budaya namun masih tetap berpegang pada cara-cara yang telah digariskan masyarakat.

Retreatism,merupakan bentuk adaptasi berikut . Dalam bentuk adaptasi ini perilaku seseorang tidak mengikuti tujuan budaya dan tidak mengikuti cara untuk meraih tujuan budaya . Pola adaptasi ini dapat di jumpai pada orang yang menderita gangguan jiwa,gelandangan,pemabuk,pecandu obat bius.

Rebellion (pemberontak ),merupakan bentuk adaptasi terakhir.Dalam pola adaptasi ini orang tidak lagi mengakui struktur sosial yang ada dan berupaya menciptakan suatu struktur social yang lain.

d) Teori Fungsi dari Durkheim. Durkheim berpandangan bahwa kejahatan perlu bagi masyarakat karena dengan adanya kejahatan maka moralitas dan hukum dapat berkembang secara normal.

e) Teori konflik dari Karl Marx Menurut pandangan ini apa yang merupakan perilaku menyimpang di definisikan oleh kelompok-kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk melindungi kepentingan mereka sendiri.Hukum merupakan pencerminan kepentingan kelas yang berkuasa dan bahwa sistem peradilan pidana mencerminkan nilai dan kepentingan mereka. Ada dua macam konflik dalam teori ini ,yaitu :

Teori konflik budaya Ini terjadi bilamana dalam suatu masyarakat terdapat sejumlah kebudayaan khusus hal tersebut mengurangi kemungkinan timbulnya kesepakatan nilai.

Teori konflik kelas social Mereka memandang kesepakatan nilai sebagai mitos yang diciptakan secara halus oleh mereka yang berkuasa demi kepentingan mereka sendiri karena hal tersebut akan memuat nilai mereka seolah-olah merupakan nilai semua orang .mereka yang menentang hak-hak istimewa kelas dianggap penjahat .

f) Teori Kontrol Sosial

Page 8: Nilai Moral

Perspektif kontrol adalah perspektif yang terbatas untuk penjelasan delikuensu dan kejahatan. Teori ini meletakkan penyebab kejahatan pada lemahnya ikatan individu atau ikatan sosial dengan masyarakat, atau macetnya integrasi sosial.

Teori kontrol sosial menunjuk pada pembahasan delikuensi dan kejahatan dikaitkan dengan variabel-variabel yang bersifat sosiologis: antara lain struktur keluarga, pendidikan, kelompok dominan. Dengan demikian pendemikian pendekatna teori kontrol-sosial ini berbeda dengan teori kontrol lainnya.Durkheim (1895), “ A society will always have a certain number of deviance and that devience is really a normal phenomenon”Reiss membedakan dua macam kontrol, yaitu Personal Control (internal control) adalah kemampuan seseorang untuk menahan diri untuk tidak mencapai kebutuhannya dengan cara melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat.Social control atau kontrol eksternal adalah kemampuan kelompok sosial atau lembaga-lembaga di masyarakat untuk melaksanakan norma-norma atau peraturan menjadi efektif.Walter Reckless (1961) dengan bantuan Simon Dinitz, mengemikakan teori containment theory. Teori ini menjelaskan bahwa kenakalan remaja merupakan hasil akibat dari irrelasi antara dua bentuk kontrol, yaitu kontrol eksternal atau social control dan kontrol internal atau internal control.Hirschi, kemudian menjelaskan bahwa social bonds meliputi empat unsur, yaitu sebagai berikut:

attachment, keterikatan seseorang pada orang lain (orangtua) atau lembaga (sekolah) dapat mencegah atau menghambat yang bersangkutan melakukan kejahatan.

involvement, frekuensi kegiatan seseorang akan memperkicil kecenderungan yang bersangkutan untuk terlibat dalam kejahatan.

Commitment, investasi seseorang dalam masyarakat, antara lain dalam bentuk: pendidikan, reputasi yang baik, kemajuan dalam bidang wiraswasta,

Belief, unsur yang mewujudkan pengakuan seseorang akan norma-norma yang baik dan adil dalam masyarakat.

g) Teori Anomie, Teori ini diperkenalkan oleh Emile Durkheim untuk menggambarkan keadaan yang kacau, tanpa peraturan. Kata ini berasal dari bahasa Yunani ‘a’: ‘ tanpa’, dan ‘nomos’: ‘hukum’ atau ‘peraturan’.

Page 9: Nilai Moral

Teori anomi menempatkan ketidakseimbangan nilai dan norma dalam masyarakat sebagai penyebab penyimpangan, dimana tujuan-tujuan budaya lebih ditekankan dari pada cara-cara yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan budaya itu. Individu dan kelompok dalam masyarakat seperti itu harus menyesuaikan diri dan beberapa bentuk penyesuaian diri itu bisa jadi sebuah penyimpangan. Sebagain besar orang menganut norma-norma masyarakat dalam waktu yang lama, semetara orang atau kelompok lainya melakukan penyimpangan. Kelompok yang mengalami lebih banyak ketegangan karena ketidakseimbangan ini (misalnya orang-orang kelas bawah) lebih cenderung mengadaptasi penyimpangan daripada kelompok lainnya., “anomie adalah suatu keadaan, dimana dalam suatu masyarakat, tidak adanya kesempatan, adanya perbedaan struktur kesempatan untuk mencapai sebuah tujuan (cita-cita). Kedua faktor inilah yang menyebabkan masyarakat menjadi frustasi; terjadinya konflik; adanya ketidakpuasan sesama individu, maka semakin dekat dengan kondisi hancur-berantakan yang tidak didasarkan kepada norma yang berlaku, inilah a-nomie

Pembahasan

1. Apa itu “Geng Motor” ?

Geng motor adalah suatu perkumpulan remaja yang didasari dengan kesamaan hobby, umur dan kedekatan tertentu. Geng motor merupakan komunitas yang informal bukan merupakan komunitas formal. Dengan status ini geng menjadi salah satu factor melakukan tindak pidana untuk mempertegas eksistensinya di masyarakat dan komunitas geng motor lainnya. Ciri komunitas informal yang ada pada geng motor antara lain:

Hubungan antar anggota tidak memiliki aturan. Tidak memiliki aturan dalam setiap kegiatan. Lebih berbentuk pribadi Tidak berbentuk lembaga (lebih cenderung bebas)

. Perlu dibedakan antara geng motor dengan Club Motor. Club Motor biasanya mengusung merek tertentu atau spesifikasi jenis motor tertentu dengan perangkat organisasi formal, seperti HDC (Harley Davidson Club), Scooter (kelompok pencinta Vespa) kelompok Honda, kelompok Suzkuki, Tiger, Mio. Ada juga Brotherhood dikelompok pencinta motor besar tua. Tapi kalau soal aksi jalanan, semuanya sama saja. Kebanyakan sama-sama merasa jadi raja jalanan, tak mau didahului, apalagi

Page 10: Nilai Moral

disalip oleh pengendara lain. Sekarang geng-geng motor sudah berada dalam taraf berbahaya, tak segan mereka tawuran dan tak merasa berdosa para geng tersebut membunuh. Perbedaan mencolok dari geng motor dan club motor adalah :

Kebanyakan anggota geng motor tidak memakai perangkat safety seperti helm, sepatu dan jaket.

Membawa senjata tajam yang dibuat sendiri atau udah dari pabriknya seperti samurai, badik hingga bom Molotov

Biasanya hanya keluar pada malam hari dan tidak menggunakan lampu penerang serta berisik.

Anggota nya lebih banyak ke pada kaum lelaki yang didominasi remaja yang berusia SMP/SMA.

Motor yang mereka gunakan bodong, gak ada spion, sein, hingga lampu utama. Yang penting buat mereka adalah kencang dan mampu melibas orang yang lewat.

Visi dan misi mereka jelas, hanya membuat kekacauan dan ingin menjadi geng terseram diantara geng motor lainnya hingga sering terjadi tawuran diatas motor.

Tempat berkumpul, lebih suka ditempat yang jauh dari kata terang. Lebih memilih tempat sepi, gelap dan bau busuk, serta jauh dari Keramaian.

Geng motor, secara substansi merupakan perkumpulan orang-orang. Kebebasan untuk berkumpul merupakan salah satu hak yang diakui dalam Undang-undang dasar 1945 amandemen ke-IV, yaitu pasal 28E ayat 3, yang menyebutkan “setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”.

Dari pasal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sebagai warga negara Indonesia berhak untuk berserikat, membentuk perkumpulan dan mengeluarkan pendapatnya. Setiap ada hak tentu ada kewajiban. Ada peraturan yang membatasi prilaku dari perserikatan atau perkumpulan tersebut. Dalam KUHP pasal 510 dan pasal 511, berbunyi sebagai berikut:

Pasal 510 KUHP

(1) Diancam dengan pidana denda paling banyak tiga ratus tujuh puluh lima rupiah, barang siapa tanpa ijin kepala polisi atau pegawai negeri lain yang ditunjuk untuk itu:

a. Mengadakan pesta atau keramaian untuk umumb. Mengadakan arak-arakan di jalan umum

(2) Jika arak-arakan diadakan untuk menyatakan keinginan-keinginan secara menakjubkan, yang bersalah diancam dengan pidana paling

Page 11: Nilai Moral

lama dua minggu atau pidana denda dua ribu dua ratus lima puluh rupiah.

Pasal 511 KUHP

Barang siapa di waktu ada pesta arak-arakan dan sebagainya, tidak menaati perintah dan petunjuk yang diadakan oleh polisi untuk mencegah kecelakaan oleh kemacetan lalu lintas di jalan umum, diancam dengan pidana paling banyak tiga ratus tujuh puluh lima rupiah.Walaupun semua orang berhak untuk berkumpul (geng motor) namun hal tersebut tidak boleh bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku.

2. Pendekatan Teori Sosiologi Hukum Tentang Geng Motor

a. Teori kontrol sosial

Menyatakan bahwa pengertian teori kontrol sosial atau control theory merujuk kepada pembahasan delikuensi dan kejahatan yang dikaitkan dengan variabel-variabel yang bersifat sosiologis, antara lain struktur keluarga, pendidikan, dan kelompok yang dominan.

Dengan demikian, pendekatan teori kontrol sosial ini berbeda dengan teori kontrol lainnya. Pemunculan teori kontrol sosial ini diakibatkan tiga ragam perkembangan kriminologi. Ketiga ragam perkembangan yang dimaksud yaitu: pertama, adanya reaksi terhadap orientasi labelling dan konflik dan kembali kepada penyelidikan tentang tingkah laku kriminal. Kriminologi konserfatif ( sebagaimana teori ini berpijak) kurang mnyukai kriminologi baru atau new criminology dan hendak kembali kepada subjek semula, yaitu: penjahat. Kedua, munculnya studi tentang criminal justice sebagai suatu ilmu baru yang telah membawa pengaruh terhadap kriminologi menjadi lebih pragmatis

Page 12: Nilai Moral

dan beroreintasi pada sistem. Ketiga, teori kontrol sosial telah dikaitkan dengan suatu teknik riset baru khususnya bagi tingkah laku anak/remaja, yakni self report survey.

Pendapat Reiss, bahwa ada tiga komponen dari kontrol sosial dalam menjelaskan kenakalan anak/remaja diantaranya yaitu:

kurangnya kontrol internal yang wajar selama masa anak-anak hilangnya kontrol tersebut tidak adanya norma-norma sosial atau konflik dimaksud (di sekolah, orang

tua, atau lingkungan dekat)

b. Teori Anomie

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya teori anomie adalah suatu keadaan, dimana dalam suatu masyarakat, tidak adanya kesempatan, adanya perbedaan struktur kesempatan untuk mencapai sebuah tujuan (cita-cita). Kedua faktor inilah yang menyebabkan masyarakat menjadi frustasi; terjadinya konflik; adanya ketidakpuasan sesama individu, maka semakin dekat dengan kondisi hancur-berantakan yang tidak didasarkan kepada norma yang berlaku.

Dalam pandangan saya, yang menjadi titik penting dari teori ini adalah tidak adanya kesempatan dan perbedaan struktur kesempatan untuk mencapai sebuah tujuan (cita-cita). Sebagai orang yang juga pernah mengalami masa-masa SMP dan SMA, penulis juga merasakan bahwa adanya tekanan untuk menjadi tenar dikalangan anak-anak lainnya. Keadaan yang menghendaki diri kita dihargai oleh orang lain dan dianggap berarti dan penting.

Banyak cara yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut. Diantara banyak cara tersebut adalah cara-cara yang ditempuh oleh anggota geng motor tersebut. Mereka menganggap dengan menjadi anggota geng motor, mereka ingin menambah teman, ingin merasa aman, ingin disebut gaul, dan mudah mendapatkan perempuan.

Dengan pendekatan Teori anomie ini, kita dapat tahu bahwa cara-cara untuk mencapai tujuan dari anggota geng motor tersebut, adalah cara-cara yang tidak tepat.

c. Teori Labelling

Page 13: Nilai Moral

Teori labelling disini berperan setelah munculnya cap/label pada geng motor itu sendiri. Hal ini juga berdampak pada klub-klub motor lainnya yang ada di kota Makassar. Susahnya mengidentifikasi mana geng motor yang meresahkan warga dan mana yang tidak, seringkali membuat warga sudah berprasangka tidak baik lebih dulu, walhasil seringkali kumpul-kumpul geng motor selalu dianggap sesuatu yang bisa mengancam.

Cap/label juga sampai kepada klub-klub motor yang baru akan dibentuk. Pada umumnya klub motor-klub motor tersebut terdaftar di kepolisian (dalam arti medapat izin dari pihak kepolisian).

3. Penutup

I. Kesimpulan

1. Geng motor merupakan kelompok sosial yang memiliki dasar tujuan yang sama atau asosiasi yang dapat disebut suatu komunitas tapi hubungan negatif dengan komunitas yang tidak teratur dan cenderung melakukan tindakan anarkis

2. Menurut Allender (1998), salah satu fungsi keluarga yaitu fungsi socialization (sosialisasi) yang bertujuan untuk mengenalkan kultur (nilai dan perilaku) serta sebagai peraturan/pedoman hubungan internal dan eksternal. Orang tua bertanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai agama dan norma sosial agar sang anak berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang ada.

3. Guru, orangtua siswa, masyarakat dan pemerintah harus bergandeng tangan untuk menyediakan fasilitas sebagai tempat penyaluran energi remaja yang tengah tumbuh kembang. Selain menyediakan fasilitas bagi remaja untuk menyalurkan energinya ke arah positif, yang harus dilakukan adalah pendidikan karakter. Orangtua pun harus terus memantau ataupun mengawasi semua kegiatan anaknya. Dengan ikut berperannya orangtua diharapkan dapat mencegah anak-anak tersebut bergabung kedalam kelompok geng motor yang kini telah membuat keresahan didalam masyarakat.

4. Jika dikaitkan dengan teori-teori hukum, maka geng motor, dapat dijelaskan dengan teori kontrol sosial, teori anomie dan teori labelling.

II. Saran

Page 14: Nilai Moral

1. Para pelaku kejahatan yang berhimpun dalam Geng tersebut, harus ditindak sesuai hukum. Sedangkan bagi anggota yang tidak terlibat pelanggaran hukum, perlu segera disadarkan dan ditangani secara persuasif.

2. Diperlukan semua pihak yang terkait dengan kehidupan umat beragama, untuk benar-benar memahami betapa pentingnya ajaran agama dan peningkatan amaliahnya.

3. Proses penyadaran aggota geng motor harus dilakukan dengan bimbingan konseling yang mendalam dari ahlinya masing-masing.

2. komentar (pendapat) pribadi tentang studi kasus tersebut dan pemecahan permasalahannya

Pendapat saya pribadi tentang studi kasus tersebut adalah, Faktor-Faktor Penyebab Berkembangnya Geng Motor yaitu

1. Terbentuknya suatu kelompok bisa disebabkan oleh beberapa dorongan. Seseorang,

2. Salah satu penyebab utama mengapa remaja memilih bergabung dengan geng motor adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua.

3. Faktor lain yang juga ikut berperan menjadi alasan mengapa remaja saat ini memilih bergabung dengan geng motor adalah kurangnya sarana atau media bagi mereka untuk mengaktualisasikan dirinya secara positif.

Penyimpangan moral dengan adanya geng motor dikalangan remaja Kebanyakan berawal dari kegemaran mereka akan otomotif dan hobi mereka mengendarai kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Namun, hobi tersebut tidak dapat disalurkan dengan baik. Dikarenakan tidak adanya fasilitas dan sarana yang menunjang untuk kegiatan tersebut, seperti halnya sirkuit yang belum tersedia secara tepat di kawasan kota Makassar dan sekitarnya.

Maraknya geng motor dikalangan remaja disebabkan karena mereka merasa disegani serta ditakuti oleh teman-teman mereka, sehingga mereka seakan-akan hebat dan dapat menguasai apapun. Seelain itu, setiap anggota geng motor biasanya dibebani oleh sumpah sehingga mereka kerap berbuat nekat serta anarkis.

penyimpang nilai dan moral yang terjadi di antaranya:

Timbulnya prilaku yang hanya untuk memuaskan atau keserakahan Timbulnya agresivitas dan dorongan seksual

Page 15: Nilai Moral

Tidak mengikuti semua norma norma yang ada Nilai kebersamaan yang negatif seperti berkumpul dengan kawan senasib

dan sebaya, dan kesukaan untuk meniru-niru sehingga hal-hal negative ikut di tiru.

Kecenderungan pembawaan yang patologis atau tidak normal Konflik batin sendiri, dan kemudian mengunakan mekanisme pelarian diri

serta pembelaan diri yang irrasional.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi Geng Motor

Untuk menangani BEGAL atau Geng Motor diperlukan partisipasi dari semua komponen masyarakat yang ada mulai dari lingkungan rumah, lingkungan bertetangga, lingkungan sekolah, pemerintah bahkan aparat kepolisian.

Dalam menangani Geng Motor pihak kepolisian telah menempuh jalan yang preventif antara lain:

Mengadakan operasi terhadap kendaraan bermotor setiap malam minggu di daerah-daerah yang dianggap rawan kejahatan geng motor.

Melakukan patroli setiap malam. Memberikan penyuluhan terhadap anank-anak sekolah dengan

mengirimkan perwakilan dari pihak kepolisian untuk menjadi pembina upacara di sekolah yang ada di Makassar.

Upaya represif yaitu dengan melakukan penindakan terhadap anggota geng motor yang melakukan tindak pidana, baik itu tindak pidana dalam bentuk kejahatan maupun tindak pidana dalam bentuk pelanggaran berat.