pengaruh ukuran perusahaan, leverage,...
TRANSCRIPT
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, PROFITABILITAS,
INTENSITAS ASET TETAP, INTENSITAS PERSEDIAAN DAN
KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP EFFECTIVE TAX RATE
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2010-2014)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Vicky Amelia
NIM: 1111082000114
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1436H / 2015M
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Vicky Amelia
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 2 September 1993
3. Alamat : Jalan Wijaya Kusuma Ujung VI
No.80 Rt.011 Rw.001
Kelurahan : Pondok Betung
Kecamatan: Pondok Aren
Kotamadya: Tangerang Selatan
Kode pos :15221
4. Telepon : 087784102037
5. Email : [email protected]
6. Ayah : Taufik
7. Ibu : Lenny Marlina
8. Anak ke-, dari : 1 dari 3 bersaudara
II. PENDIDIKAN
1. SD Negeri 07 Jakarta Selatan (1999 – 2005)
2. SMP Negeri 235 Jakarta Selatan (2005 – 2008)
3. SMK Negeri 18 Jakarta – Akuntansi (2008 – 2011)
4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
– S1 Akuntansi
(2011 – 2015)
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
2. Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Akuntansi
vii
ABSTRACT
The Effect of Size, Leverage, Profitability, Fixed Asset Intensity, Inventory
Intensity and Independen Commissioners to Effective Tax Rate on
Manufacturing Companies in Indonesia Stock Exchange Year 2010-2014
This research aims to obtain empirical evidence about the effects of size,
leverage, profitability, fixed asset intensity, inventory intensity and independent
commisioners to effective tax rate. The independent variables used are size,
leverage, profitability, fixed asset intensity, inventory intensity and independent
commissioners. The dependent variable used is effective tax rate.
The research population was manufacturing companies listed in Indonesia
Stock Exchange (IDX) in period of 2010-2014. Sample was collected by purposive
sampling method. Total 23 manufacturing companies were taken as study‟s
sample. Analysis method of this research used multiple regression.
The result showed that the size and profitability significant effect on the
effective tax rate. While leverage, profitability, fixed asset intensity, inventory
intensity and independent commissioners does not significantly effect the effective
tax rate.
Keywords : Size, Leverage, Profitability, Fixed Assets Intensity, Inventory
Intensity, Independent Commissioners, Effective Tax Rate.
viii
ABSTRAK
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Intensitas Aset
Tetap, Intensitas Persediaan dan Komisaris Independen terhadap Effective
Tax Rate Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun
2010-2014
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh
ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas, intensitas aset tetap, intensitas
persediaan dan komisaris independen terhadap effective tax rate. Variabel
independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas,
intensitas aset tetap, intensitas persediaan, dan komisaris independen. Variabel
dependen yang digunakan adalah effective tax rate.
Populasi dalam penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014. Sampel yang dikumpulkan
menggunakan metode purposive sampling. Total 23 perusahaan ditentukan
sebagai sampel. Metode analisis penelitian ini menggunakan regresi linier
berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan profitabilitas
berpengaruh signifikan terhadap effective tax rate. sedangkan leverage, intensitas
aset tetap, intensitas persediaan dan komisaris independen tidak berpengaruh
terhadap effective tax rate.
Kata Kunci : Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Intensitas Aset
Tetap, Intensitas Persediaan, Komisaris Independen, Effective Tax
Rate.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillaahirabbil‟aalamiin.
Tiada kata yang patut saya sampaikan kecuali rasa syukur yang sedalam-
dalamnya ke hadirat Allah SWT Sang Pencipta Alam Raya, Yang Maha Agung,
Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap, Intensitas
Persediaan dan Komisaris Independen terhadap Effective Tax Rate”. Skripsi
ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW, rahmatan lil „alamiin yang telah mengubah kegelapan menjadi
terang benderang bagi kehidupan ummat manusia di dunia maupun akhirat.
Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini
masih terdapat banyak kekurangan. Kesuksesan dan keberhasilan saya dalam
menyusun skripsi ini tak luput dari bantuan berbagai pihak, baik dari dosen,
keluarga maupun rekan-rekan seperjuangan. Dengan segenap kerendahan dan
ketulusan hati yang paling dalam, saya menyampaikan untaian beribu ucapan
terima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-setingginya kepada :
1. Kedua orangtua yang paling dan sangat saya cintai yaitu Ayahanda Taufik
dan Ibunda Lenny Marlina. Terima kasih atas untaian doa, cinta, kasih
sayang, pengorbanan dan dukungannya baik moril maupun material yang
telah diberikan selama ini, sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan khusus untuk kedua orangtua
saya.
2. Kedua adik tercinta, Maghfi Salsabilla dan Qorry Nurjannah, yang senantiasa
mendoakan dan memberikan dukungan untuk kesuksesan saya.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA. selaku Sekertaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Dr. Yahya Hamja, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah
meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan
x
pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas semua saran yang telah Bapak
berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
7. Ibu Yulianti, SE., M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah
meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan
pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas semua saran yang telah Ibu
berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
8. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan kepada saya
selama menempuh masa studi.
9. Rekan-rekan seperjuangan Akuntansi 2011. Terima kasih telah menjadi
teman terbaik dalam menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Sukses untuk kita semua.
10. Sahabat Nurul Wardah. Terimakasih sudah menjadi sahabat terbaik, untuk
kebersamaan dalam melewati susah senang perjalanan di kampus dan menjadi
pendengar sekaligus motivator yang baik dan sabar.
11. Untuk teman jalan-jalan, teman satu bimbingan Rika Pratiwi dan teman-
teman kosan najda (Monawaroh, Gita Syardiana, dan Ratri Nurjanati).
Terimakasih sudah memberikan warna selama masa kuliah, untuk kepedulian,
motivasi serta waktunya selama ini.
12. Rekan-rekan Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah (Dita Rohmah, Nur Vitriani, Liliek Khana Aisyah, Amna
Suresti dan Noviyansyah Zulkarnaen) yang telah memberikan saran,
dukungan, motivasi dan bimbingannya selama skripsi ini.
13. Rekan-rekan Jakampus UIN, terutama ketum Imaduddin yang telah menjadi
keluarga kecil diakhir perkuliahan, semangat dan sukses untuk kita semua.
14. Kepada pihak-pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Terima
kasih telah banyak membantu, mendukung dan mendoakan saya dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Sehubungan dengan keterbatasan wawasan dan pengetahuan yang
dimiliki, saya benar-benar menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari berbagai pihak.
Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, Agustus 2015
Vicky Amelia
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............. Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................................ vii
ABSTRAK ................................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ix
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ixi
DAFTAR TABEL .................................................................................................... ixiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 16
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil ........................... 16
1. Teori Keagenan ................................................................................ 16
2. Pajak ................................................................................................. 17
3. Effective Tax Rate (ETR) .................................................................. 20
4. Ukuran Perusahaan ........................................................................... 23
5. Leverage ........................................................................................... 24
6. Profitabilitas ..................................................................................... 26
7. Intensitas Aset Tetap ......................................................................... 28
xii
8. Intensitas Persediaan ........................................................................ 29
9. Komisaris Independen ...................................................................... 33
B. Penelitian Sebelumnya ........................................................................... 37
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 40
D. Hipotesis ................................................................................................. 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 51
A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 51
B. Metode Penentuan Sampel ..................................................................... 51
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 52
D. Metode Analisis Data ............................................................................. 53
1. Statistik Deskriptif ........................................................................... 53
2. Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 54
3. Regresi Berganda ............................................................................. 58
4. Uji Koefisien Determinasi (R2) ........................................................ 60
5. Uji Hipotesis ..................................................................................... 60
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................. 62
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................................ 69
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... 69
B. Analisis Dan Pembahasan ...................................................................... 74
1. Analisis Statistik Deskriptif ............................................................. 74
2. Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 77
3. Uji Koefisien Determinasi (R2) ........................................................ 86
4. Uji Hipotesis ..................................................................................... 87
5. Pembahasan ...................................................................................... 93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 102
A. Kesimpulan .......................................................................................... 102
xiii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 105
LAMPIRAN ............................................................................................................. 106
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor
Tabel 2.1
Keterangan Halaman
Penelitian Sebelumnya...............................................................37
Tabel 3.1 Operasional Variabel..................................................................68
Tabel 4.1 Rincian Perolehan Sampel Penelitian.........................................73
Tabel 4.2 Sampel Perusahaan Manufaktur.................................................73
Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif......................................................75
Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Uji Park
Sebelum Transformasi................................................................78
Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Uji Park
Sesudah Transformasi................................................................79
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolonieritas Menggunakan VIF.........................80
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov-Smirnov......84
Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi Menggunakan Uji Durbin Watson........85
Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi Menggunakan Runs Test.......................85
Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)........................................86
Tabel 4.11 Hasil Uji Signifikasi Simultan (Uji Statistik F).........................87
Tabel 4.12 Hasil Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji Statistik t).......88
Error! Bookmark not defined.
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir............................................................42
Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot..79
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram................82
Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot.......................83
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan Halaman
Lampiran 1 Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian................113
Lampiran 2 Perhitungan Data......................................................................114
Lampiran 3 Hasil Output SPSS 22 for windows Sebelum Transformasi.....119
Lampiran 4 Hasil Output SPSS 22 for windows Sesudah Transformasi.....123
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terbentang
luas dari Sabang hingga Merauke mempunyai jumlah penduduk yang cukup
besar sekitar 250 juta jiwa dan merupakan suatu objek potensial dalam pajak.
Indonesia sendiri mempunyai kekayaan alam yang berlimpah dan terletak
pada kondisi geografis yang strategis, tidak mengherankan banyak
perusahaan dalam maupun luar negeri yang berada di Indonesia. Tingginya
jumlah pertumbuhan perusahaan di Indonesia seperti perusahaan manufaktur
maupun jasa menyebabkan roda perekonomian bergerak dengan cepat dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada di sekitar perusahaan
tersebut. Kondisi seperti itu dapat menguntungkan pemerintah dalam
penerimaan negara dari sektor pajak.
Waluyo (2011) dalam Ardyansah dan Zulaikha (2014) menyebutkan
bahwa salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau
negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu dengan menggali sumber dana
yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Peranan pajak merupakan salah
satu penerimaan negara yang terbesar, sehingga pemerintah menaruh
perhatian khusus pada sektor pajak. Pemerintah di Indonesia sendiri
melakukan usaha intensifikasi dan ekstensifikasi dalam upaya untuk
mengoptimalkan sektor perpajakan. Berdasarkan hal tersebut besar kecilnya
penerimaan pajak dapat menentukan besarnya anggaran APBN.
2
Perusahaan merupakan salah satu subjek pajak penghasilan, yaitu
subjek pajak badan. Penjelasan Undang-Undang No.36 Tahun 2008 pasal 2
ayat (1) huruf b menjelaskan bahwa subjek pajak badan adalah sekumpulan
orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk
badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap
lainnya.
Perusahaan ketika menerima atau memperoleh penghasilan akan
merubah status perpajakannya menjadi wajib pajak dan akan dikenai pajak
penghasilan. Penjelasan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 1
menjelaskan bahwa pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak
yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam undang-undang disebut
wajib pajak. Wajib Pajak akan dikenakan pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenakan
pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak, apabila kewajiban pajak
subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak (Darmadi dan Zulaikha,
2013).
3
Perusahaan dalam penghitungan pajaknya menggunakan dasar
penghasilan kena pajak dan tarif yang berlaku sesuai dengan Undang-Undang
No.36 Tahun 2008. Tarif pajak badan yang berlaku di Indonesia diatur dalam
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat (1) huruf b, ayat (2), ayat
(2) huruf a, huruf b, dan pasal (31E). (Darmadi dan Zulaikha, 2013).
Menurut Mangoting (1999), bagi perusahaan pajak dianggap sebagai
biaya sehingga perlu dilakukan usaha-usaha atau strategi-strategi tertentu
untuk menguranginya. Perusahaan melakukan manajemen pajak dengan
tujuan untuk mengurangi atau menekan serendah mungkin kewajiban
pajaknya. Mangoting (1999) menyatakan bahwa manajemen pajak
merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban pajak yang benar tetapi jumlah
pajak dapat dikurangi atau ditekan serendah mungkin untuk mendapatkan
laba dan likuiditas yang diharapkan oleh manajemen. Untuk mendorong
pengusaha melakukan usaha yang lebih giat lagi, pemerintah memberikan
insentif penurunan tarif Pajak badan dalam negeri. Penjelasan Undang-
Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat (2b) menjelaskan bahwa:
Wajib pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang
paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham
yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi
persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima
persen) lebih rendah daripada tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dan ayat (2a) yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
Berdasarkan website resmi Dirjen pajak pada tahun 2011, Pemerintah
mencatat penerimaan dari sektor perpajakan sebesar Rp 872,6 triliun atau
99,3% dari target sebesar Rp 878,7 triliun. Perbedaan sebesar Rp 6,1 triliun
4
tersebut menunjukkan bahwa penerimaan dan target penerimaan dari sektor
pajak tidak sesuai dengan yang diharapkan, meskipun dibandingkan pada
tahun 2010 penerimaan pajak pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan
sebesar 20,6%. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah menyiapkan berbagai
langkah-langkah untuk mengamankan target penerimaan pajak, salah satunya
adalah pengawasan secara lebih intensif pada sektor usaha yang memberikan
kontribusi signifikan terhadap penerimaan perpajakan.
Pajak dalam perusahaan mendapatkan perhatian yang cukup
signifikan, dikarenakan bagi perusahaan pajak adalah beban yang akan
mengurangi jumlah laba bersih yang akan diterima perusahaan sehingga
sebisa mungkin perusahaan membayar pajak serendah mungkin. Berbeda
dengan pemerintah yang menganggap pajak adalah penerimaan negara yang
cukup penting sehingga pemerintah akan menarik pajak setinggi-tingginya.
Adanya perbedaan pandangan antara pemerintah dengan manajemen
perusahaan mengenai pajak menyebabkan banyak perusahaan ketika
mendapatkan beban pajak yang dirasakan terlalu berat maka mendorong
manajemen untuk mengatasinya dengan berbagai cara, salah satunya dengan
memanipulasi laba perusahaan (Wulandari, dkk, 2004).
Upaya pemerintah untuk melakukan pengoptimalan dalam sektor
pajak ini bukan tanpa kendala. Salah satu kendala pemerintah dalam upaya
pengoptimalan sektor pajak ini adalah penghindaran pajak (Tax Avoidance)
dan penggelapan pajak (Tax Evasion) atau dengan berbagai kebijakan yang
diterapkan perusahaan untuk meminimalkan jumlah pajak yang dibayar
5
perusahaan, salah satunya adalah perusahaan dapat memilih metode akuntansi
yang tepat untuk menurunkan effective tax rate (ETR). Penghindaran pajak
(Tax Avoidance) adalah suatu tindakan yang benar-benar legal (Zain dalam
Ardyansah, 2014).
Upaya mengurangi beban pajak yang dihasilkan oleh perusahaan
dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti perencanaan pajak (tax
planning), penghindaraan pajak (tax avoidance) dan penggelapan pajak (tax
evasion). Berbagai kebijakan dapat diambil oleh perusahaan guna
menurunkan jumlah beban pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan
termasuk dalam pemilihan metode akuntansi sehingga dapat menurunkan
besaran pajak efektif. Pengukuran perencanaan pajak yang efektif dapat
dilakukan dengan menggunakan tarif pajak efektif (effective tax rate/ETR).
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Karayan dan Swenson (2007), salah
satu cara untuk mengukur seberapa baik sebuah perusahaan mengelola
pajaknya adalah dengan melihat tarif efektifnya. Tarif pajak efektif adalah
perbandingan antara pajak riil yang kita bayar dengan laba komersial sebelum
pajak (Richardson dan Lanis, 2007). Keberadaan nilai effective tax rate
(ETR) merupakan salah satu bentuk perhitungan nilai tarif ideal pajak yang
dihitung dalam sebuah perusahaan, oleh karena itu keberadaan dari effective
tax rate (ETR) kemudian menjadi suatu perhatian yang khusus pada berbagai
penelitian karena dapat merangkum efek kumulatif dari berbagai insentif
pajak dan perubahan tarif pajak perusahaan. (Liansheng et al., 2007)
6
Dengan adanya beban pajak akan mengurangi laba bersih perusahaan.
Oleh karena itu perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin agar dapat
membayar pajak sekecil mungkin dan berupaya untuk menghindari pajak atau
bahkan melakukan penghindaran pajak illegal yang sering disebut dengan
penggelapan pajak. Kasus Asian Agri yang terungkap pertama kali pada awal
tahun 2007 merupakan kasus penggelapan pajak terbesar. Kasus tersebut
adalah contoh nyata dari upaya sejumlah perusahaan untuk menghindari pajak
secara illegal. Sejumlah perusahaan bersedia untuk menyuap petugas pajak
(fiskus) agar beban pajak yang dibayar perusahaan berkurang. Upaya-upaya
sejumlah perusahaan tersebut akan merugikan perusahaan dikemudian hari,
maka perusahaan seharusnya melakukan penghindaran pajak dengan cara-
cara yang legal karena dalam ketentuan perpajakan masih terdapat berbagai
celah yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan agar jumlah pajak yang
dibayar oleh perusahaan optimal dan minimum (secara keseluruhan). Optimal
berarti bahwa, perusahaan tidak membayar sesuatu (pajak) yang semestinya
tidak harus dibayar, membayar pajak dengan jumlah yang paling sedikit
namun tetap dilakukan dengan cara yang elegan dan tidak menyalahi
ketentuan yang berlaku.
(https://triyani.wordpress.com/2008/06/06/pengindaran-pajak-vs-
penggelapan-pajak/).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk
membayar pajak, ukuran perusahaan (size) misalnya merupakan variabel yang
paling banyak digunakan untuk meneliti beban pajak perusahaan (Rodriguez
7
dan Arias, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Derashid dan Zhang (2003)
dan Richardson dan Lanis (2007) menjelaskan bahwa perusahaan yang
termasuk dalam perusahaan berskala besar membayar pajak lebih rendah
daripada perusahaan yang berskala kecil. Hasil penelitian Derashid dan
Zhang (2003) dan Richardson dan Lanis (2007) menemukan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh negatif terhadap tarif pajak efektif.
Porcano dalam Noor et al. (2010) menjelaskan bahwa perusahaan
berskala besar mempunyai lebih banyak sumber daya yang dapat digunakan
untuk perencanaan pajak dan lobi politik. Tetapi ada juga penelitian yang
menyebutkan bahwa perusahan yang berskala besar membayar pajak lebih
besar daripada perusahaan berskala kecil, ini dikarenakan adanya political
cost yang menyebabkan jumlah beban pajak yang dibayarkan oleh perusahaan
besar menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya (Zimmerman, dalam Noor et
al., 2010).
Leverage menjelaskan hubungan antara penggunaan dana perusahaan
yang diperoleh dari utang. Utang dapat menyebabkan penurunan pajak
dikarenakan adanya biaya bunga yang timbul dari utang yang dimiliki oleh
perusahaan dapat digunakan sebagai pengurang penghasilan. Penggunaan
utang dalam membiayai kegiatan operasional perusahaan akan menimbulkan
biaya tetap yaitu bunga. (Prabowo 2006 dalam Darmadi, 2013) menjelaskan
bahwa bunga pinjaman baik yang dibayar maupun yang belum dibayar pada
saat jatuh tempo adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan.
Biaya bunga dapat dikurangkan dari pajak, sehingga penggunaan utang
8
sebagai pembiayaan operasional perusahaan akan secara langsung
mempengaruhi tarif pajak efektif perusahaan. Perusahaan dengan jumlah
utang yang lebih banyak memiliki nilai effective tax rate (ETR) yang lebih
rendah karena pengeluaran biaya bunga akan mengurangi biaya pajak yang
akan dikeluarkan oleh perusahaan (Noor et al., 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Hanum dan Zulaikha (2013)
menemukan bahwa semakin banyak penggunaan utang dalam membiayai
kegiatan operasional perusahaan maka semakin baik tarif pajak efektif yang
dihasilkan oleh perusahaan ditandai dengan semakin rendahnya tarif pajak
efektifnya, dikarenakan biaya bunga merupakan faktor pengurang dalam
pajak. Hasil penelitian oleh Hanum dan Zulaikha (2013) menemukan bahwa
leverage berpengaruh positif terhadap effective tax rate. Penelitian yang
dilakukan oleh Ardyansah dan Zulaikha (2014) menemukan bahwa leverage
memiliki arah yang positif menunjukkan bahwa peningkatan biaya bunga
diikuti dengan peningkatan biaya pajak. Perusahaan menggunakan utang
yang diperoleh untuk keperluan investasi sehingga menghasilkan pendapatan
di luar usaha perusahaan. Hal ini membuat laba yang diperoleh perusahaan
naik dan mempengaruhi kenaikan beban pajak yang ditanggung perusahaan.
Hasil penelitian oleh Ardyansah dan Zulaikha (2014) menemukan bahwa
leverage mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap effective tax
rate. Karena adanya perbedaan hasil penelitian dan data yang terus menerus
mengalami perubahan, maka diperlukan penelitian untuk mengatasi masalah
ini.
9
Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan
dikenai pajak yang tinggi. Pada Undang Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 1
dijelaskan bahwa penghasilan yang diterima oleh subjek pajak (perusahaan)
akan dikenai pajak penghasilan, sehingga semakin besar penghasilan yang
diterima oleh perusahaan akan menyebabkan semakin besar pajak
penghasilan yang dikenakan kepada perusahaan (Richardson dan Lanis,
2007). Hasil penelitian oleh Richardson dan Roman (2007) menemukan
bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap tarif pajak efektif.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Noor et al. (2010) menemukan
bahwa besarnya profitabilitas perusahaan dapat mengurangi beban pajak
perusahaan. Penyebabnya adalah karena perusahaan dengan tingkat efisiensi
yang tinggi dan yang memiliki pendapatan tinggi cenderung menghadapi
beban pajak yang rendah. Rendahnya beban pajak perusahaan dikarenakan
perusahaan dengan pendapatan yang tinggi berhasil memanfaatkan
keuntungan dari adanya insentif pajak dan pengurang pajak yang lain yang
dapat menyebabkan tarif pajak efektif perusahaan lebih rendah dari yang
seharusnya (Noor et al., 2010). Hasil penelitian oleh Noor et al. (2010)
menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap tarif pajak
efektif.
Intensitas kepemilikan aset tetap dapat mempengaruhi pajak
perusahaan karena adanya beban depresiasi yang melekat pada aset tetap
tersebut. Beban depresiasi tersebut akan menjadi pengurang terhadap pajak
yang harus dibayar oleh perusahaan (Blocher et al., 2007). Dalam penelitian
10
di Malaysia yang dilakukan oleh Noor et al. (2010) menyatakan bahwa
perusahaan yang memiliki proporsi yang besar dalam aset tetap akan
membayar pajaknya lebih rendah, karena perusahaan mendapatkan
keuntungan dari depresiasi yang melekat pada aset tetap yang dapat
mengurangi beban pajak perusahaan. Hasil penelitian oleh Noor et al. (2010)
menemukan bahwa intensitas aset tetap berpengaruh negatif terhadap tarif
pajak efektif.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Ardyansah dan Zulaikha (2014)
menemukan bahwa perusahaan yang mempunyai aset tetap yang tinggi
menanggung beban pajak yang tinggi. Hal ini dikarenakan beberapa
perusahaan mempunyai aset tetap yang sudah habis manfaat ekonominya
tetapi tidak dihentikan pengakuannya dan untuk aset bergerak seperti
kendaraan jika dibawa pulang oleh penggunanya maka tidak semua biaya
penyusutan atau pemeliharaan dapat dibebankan melainkan hanya sebasar
50%. Adanya perlakuan terhadap biaya penyusutan terhadap aset tetap dapat
mempengaruhi perhitungan jumlah pajak yang ditanggung perusahaan. Hasil
penelitian oleh Ardyansah dan Zulaikha (2014) menemukan bahwa intensitas
aset tetap tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate.
Besarnya intensitas persedian dapat menimbulkan biaya tambahan
yang dapat mengurangi laba perusahaan. PSAK No 14 (Revisi 2008)
menjelaskan jumlah pemborosan (bahan, tenaga kerja, atau biaya produksi),
biaya penyimpanan, biaya administrasi dan umum, dan biaya penjualan
dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban dalam periode
11
terjadinya biaya. Biaya tambahan yang timbul akibat investasi perusahaan
terhadap persediaan akan mengurangi jumlah pajak yang dibayarkan
perusahaan. Adanya hubungan linear antara laba perusahaan dengan pajak
yang dibayarkan oleh perusahaan menyebabkan penurunan pembayaran pajak
yang dilakukan oleh perusahaan (Darmadi dan Zulaikha, 2013).
Penelitian tentang intensitas persediaan yang telah dilakukan oleh
Richardson dan Lanis (2007), Noor et al. (2010), dan Chiao et al. (2012)
menemukan bahwa intensitas persediaan berakibat pada bertambahnya pajak
yang akan dibayarkan oleh perusahaan. Bertambahnya jumlah pajak yang
dibayar oleh perusahaan dikarenakan tidak adanya faktor pengurang pajak
dalam kepemilikan persediaan. Hasil penelitian oleh Richardson dan Lanis
(2007), Noor et al. (2010), dan Chiao et al. (2012) menemukan bahwa
intensitas persediaan berpengaruh positif terhadap tarif pajak efektif.
Sabli dan Noor (2012) menjelaskan bahwa kurangnya pengetahuan
mengenai latar belakang kegiatan bisnis perusahaan dapat mempengaruhi
kinerja pengawasan komisaris independen terhadap manajemen perusahaan
dan mengakibatkan gagalnya perumusan strategi perusahaan yang efektif
termasuk dalam strategi yang berhubungan dengan pajak. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Sabli dan Noor (2012) bahwa komisaris independen
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Ardyansah dan Zulaikha (2014)
menemukan bahwa banyaknya proporsi komisaris independen yang semakin
besar dapat berpengaruh pada beban pembayaran pajak yang lebih tinggi.
12
Komisaris independen akan melaporkan jumlah pajak sesuai dengan tarif
pajak yang berlaku terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan. Seperti
yang dijelaskan Suyanto (2012) semakin banyak jumlah komisaris
independen maka pengawasan terhadap agen akan semakin ketat. Hasil
penelitian oleh Ardyansah dan Zulaikha (2014) menemukan bahwa komisaris
independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap effective tax rate.
Berkembangnya sistem perpajakan dan semakin ketatnya regulasi
pemerintah mengenai sistem perpajakan yang ada di Indonesia, serta
berdasarkan pada penelitian-penelitian terdahulu, maka peneliti akan meneliti
faktor-faktor yang mempengaruhi effective tax rate pada perusahaan
manufaktur yang ada di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini hanya
menggunakan perusahaan manufaktur dikarenakan karena perusahaan
manufaktur cukup mendominasi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, dan untuk mendapatkan hasil yang tidak bias dan
akurat, karena setiap jenis bidang usaha memiliki peraturan dan kebijakan
yang berbeda.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dari penelitian
sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ardyansah dan Zulaikha
(2014).
a. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian sebelumnya
menggunakan variabel size, leverage, profitability, capital intensity ratio
dan komisaris independen. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti
menambahkan variabel intensitas persediaan.
13
b. Berdasarkan penelitian sebelumnya, data diperoleh dari perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012.
Sedangkan dalam penelitian ini, data diperoleh dari perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-
2014.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas,
Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan dan Komisaris Independen
terhadap Effective Tax Rate (ETR) pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai beerikut:
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap effective tax rate?
2. Apakah leverage berpengaruh terhadap effective tax rate?
3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap effective tax rate?
4. Apakah intensitas aset tetap berpengaruh terhadap effective tax rate?
5. Apakah intensitas persediaan berpengaruh terhadap effective tax rate?
6. Apakah komisaris independen berpengaruh terhadap effective tax rate?
14
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap effective tax rate;
2. Pengaruh leverage terhadap effective tax rate;
3. Pengaruh profitabilitas terhadap effective tax rate;
4. Pengaruh intensitas aset tetap terhadap effective tax rate;
5. Pengaruh intesitas persediaan terhadap effective tax rate;
6. Pengaruh komisaris independen terhadap effective tax rate;
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain
adalah sebagai berikut:
a. Kontribusi Teoritis
Manfaat penelitian yang diharapkan untuk kontribusi teoritis antara
lain adalah sebagai berikut:
1) Mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai
bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk
menambah ilmu pengetahuan.
2) Masyarakat, sebagai sarana informasi untuk menambah
pengetahuan akuntansi.
3) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta
menambah referensi mengenai topik ini.
15
b. Kontribusi Praktis
Manfaat penelitian yang diharapkan untuk kontribusi praktis antara
lain adalah sebagai berikut:
1) Bagi pembuat kebijakan perpajakan agar dapat lebih
memperhatikan hal-hal yang bisa digunakan oleh perusahaan yang
dapat mengurangi pendapatan negara dari sektor pajak.
2) Bagi perusahaan agar perusahaan dapat lebih baik lagi dalam upaya
mengurangi beban pajak yang dihasilkan oleh perusahaan.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel yang Diambil
1. Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan teori agensi adalah
kontrak antara satu atau beberapa principal yang menyewa orang lain
(agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama mereka yang meliputi
pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agent. Dalam
pendelegasian wewenang pemilik (principal) kepada manajer (agent),
manajemen diberi hak untuk mengambil keputusan bisnis bagi
kepentingan pemilik.
Teori keagenan juga mengimplikasikan adanya asimetri informasi
antara manajer sebagai pihak agen dan pemilik sebagai prinsipal.
Manajemen sebagai agen, secara moral bertanggung jawab untuk
mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai
imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan
demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan
dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau
mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki sehingga
munculah informasi asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik
(principal) yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk
melakukan manajemen laba (earnings management) dalam rangka
menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi
17
perusahaan (Irfan dalam Melinda dan Nur, 2013). Dalam pelaksanaan
kontrak akan timbul biaya agensi (agency cost), yaitu biaya yang timbul
agar manajer bertindak selaras dengan tujuan pemilik, seperti pembuatan
kontrak ataupun melakukan pengawasan (Masri dan Martani, 2012).
Perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen dapat
mempengaruhi berbagai hal yang menyangkut kinerja perusahaan, salah
satunya adalah kebijakan perusahaan mengenai pajak. Sistem perpajakan
di Indonesia yang menggunakan self assessment system yaitu wewenang
yang diberikan oleh pemerintah untuk menghitung dan melaporkan pajak
sendiri. Penggunaaan self assessment system dapat memberikan
kesempatan pihak agen untuk menghitung penghasilan kena pajak
serendah mungkin, sehingga beban pajak yang ditanggung perusahaan
menjadi turun. Hal ini dilakukan pihak agen karena adanya asimetris
informasi terhadap pihak prinsipal, dengan melakukan manajemen pajak
maka pihak agen akan memperoleh keuntungan tersendiri yang tidak bisa
didapatkan dari kerjasama dengan pihak prinsipal (Ardyansah dan
Zulaikha, 2014).
2. Pajak
Salah satu cara negara untuk melakukan pembiayaan pembangunan
adalah dengan cara menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri
yang berupa pajak. Serta menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2007,
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh wajib
pajak pribadi atau badan yang sifatnya memaksa berdasarkan undang-
18
undang dan tidak mendapatkan imbalan secara langsung digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Berikut ini beberapa pengertian Pajak yang dikutip oleh R. Santoso
Brotodiharjo dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Hukum Pajak
(1992:2-6) sebagai berikut
a. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani “Pajak adalah iuran kepada negara
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali,
yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan
tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.”
b. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH “Pajak adalah iuran rakyat
kepada kas Negara (peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor
pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan
tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.”
c. Menurut Prof. Edwin R.A, Seligmen “Pajak itu merupakan suatu
kontribusi seseorang yang bersifat paksaan kepada pemerintah/negara
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang bertalian dengan
masyarakat umum tanpa adanya manfaat/keuntungan-keuntungan
yang ditunjukan secara khusus kepada seseorang sebagai imbalannya”
19
d. Menurut Mr. Dr. N. J. Fieldmann “Pajak adalah prestasi yang
dipaksakan secara sepihak oleh dan terutang kepada penguasa
(menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa
adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran umum.”
e. Menurut Prof. Dr. M. J. H. Smeets “Pajak adalah prestasi kepada
pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang
dapat dipaksakan, tanpa adakalanya kontraprestasi yang dapat
ditunjukkan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk
membiayai pengeluaran pemerintah.”
f. Definisi Dr. Soeparman Soemahamidjaya “Pajak adalah iuran wajib,
berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan
norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang
dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.”
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dapat
disimpulkan bahwa pengertian pajak adalah:
1) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun daerah
berdasarkan undang-undang perpajakan dan aturan pelaksanaanya
dapat dipaksakan.
2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah yang dilakukan oleh para
wajib pajak.
20
3) Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya)
dari sektor swasta (wajib pajak membayar pajak) ke sektor negara
(pemungut pajak atau administrator pajak).
4) Pajak digunakan untuk pengeluaran-pengeluaran pemerintah dan jika
ada surplus digunakan untuk membiayai public investment dalam
rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun
pembangunan
3. Effective Tax Rate (ETR)
Menurut Richardson dan Lanis (2007) Tarif pajak efektif adalah
perbandingan antara pajak riil yang kita bayar dengan laba komersial
sebelum pajak. Tarif pajak efektif digunakan untuk mengukur dampak
perubahan kebijakan perpajakan atas beban pajak perusahaan. Dengan
menggunakan tarif pajak efektif kita bisa mengetahui seberapa besar
persentase perusahaan sebenarnya membayar pajak sebenarnya terhadap
laba komersial yang diperoleh oleh perusahaan. Serta dari tarif pajak
efektif ini perusahaan bisa melihat berapa riilnya perusahaan membayar
pajak apakah lebih besar atau lebih kecil dari tarif yang ditetapkan
berdasarkan laba komersial sebelum pajak perusahaan tersebut. Tarif pajak
efektif perusahaan merupakan ukuran penting dari beban pajak bagi para
pembuat kebijakan untuk jenis usaha tertentu dan dalam pemberian
insentif kepada wajib pajak. (Haryadi, 2012).
Dan tarif pajak efektif ini juga bermanfaat bagi perusahaan untuk
mengetahui sejauh mana perusahaan tersebut dalam memanajemen sistem
21
perpajakan yang berlaku. Karena apabila perusahaan memiliki persentase
tarif pajak efektif yang lebih tinggi dari tarif yang ditetapkan maka
perusahaan kurang maksimal dalam memaksimalkan insentif-insentif
perpajakan yang ada maka dapat memperkecil persentase pembayaran
pajak dari laba komersial. Serta tarif pajak efektif ini juga sering
digunakan oleh para pembuat keputusan dan pihak yang berkepentingan
sebagai alat dalam membuat kesimpulan mengenai sistem perpajakan
(Jurnal Stickney dan McGee dalam Haryadi, 2012).
Price Waterhouse Coopers (PWC) merumuskan tarif pajak efektif
sebagai total pajak penghasilan terutang dibagi dengan penghasilan
sebelum pajak. Total pajak penghasilan terutang merupakan beban pajak
yang dibayarkan pada tahun berjalan (Handayani dan Arfan, 2014). Dari
definisi tersebut effective tax rate (ETR) mempunyai tujuan untuk
mengetahui seberapa besar persentase perusahaan membayar pajak
sebenarnya terhadap laba komersial yang diperoleh perusahaan. Dan dari
tarif pajak efektif ini perusahaan bisa melihat berapa pajak yang
sebenarnya dibayar apakah lebih besar atau lebih kecil dari tarif yang
ditetapkan berdasarkan laba komersial sebelum pajak perusahaan tersebut.
Tarif pajak efektif perusahaan merupakan ukuran penting dari beban pajak
bagi para pembuat kebijakan untuk jenis usaha tertentu dan dalam
pemberian insentif kepada wajib pajak. Sedangkan di pihak pemerintah
tarif pajak efektif ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam
pembuatan kebijakan dalam membuat peraturan perpajakan tentang
22
insentif yang akan diberikan kepada wajib pajak tertentu serta dalam
penetapan tarif pajak yang berlaku. Sehingga tarif pajak efektif ini sangat
penting digunakan untuk mengukur dampak perbedaan kebijakan
perpajakan dengan kebijakan akuntansi atas beban pajak perusahaan.
(Haryadi, 2012).
Menurut Deviani (2009) dalam penelitiannya membedakan beban
pajak perusahaan atas beban pajak kini dan beban pajak tangguhan. Beban
pajak tangguhan mencerminkan besarnya beda waktu yang dikalikan
dengan suatu tarif pajak marginal. Beban pajak tangguhan ini muncul
karena adanya perbedaan waktu pengakuan penghasilan menurut akuntansi
dan pajak. Beban pajak kini mencerminkan adanya perbedaan waktu dan
perbedaan tetap sebagai akibat adanya perbedaan aturan perpajakan
dengan standar akuntansi.
Beberapa alasan mendasar terkait dengan penetapan effective tax
rate (ETR) perusahaan. Alasan pertama adalah adanya pengaruh politik
yang terjadi dalam proses perpajakan. Pengaruh perubahan politik
terkadang dapat menyebabkan adanya intervensi tergantung dengan
bagaimana pihak-pihak yang berkuasa dan yang berkepentingan. Tidak
transparasinya proses penetapan tarif pajak yang dilakukan pemerintah
menyebabkan adanya kemungkinan intervensi yang dilakukan oleh pihak-
pihak yang mempunyai kepentingan. Alasan kedua adalah kandungan
informasi laporan pajak perusahaan yang ditimbulkan oleh para investor.
Dengan laporan pajak maka para investor dapat melihat sejauh mana
23
perusahaan mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Hal ini dikaitkan dengan investor yang cenderung memilih berada pada
jalur aman dalam setiap investasinya Kevin dan Thomas (1985) dalam
Aunalal (2011).
4. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan indikator untuk mengukur tahap
kedewasaan suatu perusahaan. Perusahaan besar adalah perusahaan yang
memiliki total aset dalam jumlah besar, untuk perusahaan yang memiliki
total aset yang lebih kecil dari perusahaan besar maka dapat dikategorikan
dalam perusahaan menengah, dan yang memiliki total aset jauh dibawah
perusahaan besar dapat dikategorikan sebagai perusahaan kecil (Darmadi
dan Zulaikha, 2013).
Zimmerman (1983) menjelaskan bahwa ukuran perusahaan sebagai
proksi dari political cost dianggap sangat sensitif terhadap perilaku
pelaporan laba. Penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman (1983)
menjelaskan bahwa perusahaan yang lebih besar akan membayar pajak
yang lebih tinggi, sehingga dengan besaran laba yang semakin besar maka
akan menunjukkan tarif efektif pajak yang semakin besar juga. Perusahaan
dengan jumlah aset yang tinggi maka akan meningkatkan jumlah
produktivitas juga. Ketika produktivitas meningkat maka jumlah laba yang
dihasilkan perusahaan akan semakin meningkat pula dan laba adalah
faktor yang mempengaruhi beban pajak yang dihasilkan.
24
Menurut Richardson dan Lanis (2007) ada dua pandangan yang
saling bersaing tentang hubungan antara effective tax rate (ETR) dan
ukuran perusahaan: the political cost theory dan the political power
theory. The political cost theory mempunyai visibilitas yang tinggi, hal ini
menyebabkan perusahaan akan menjadi sorotan pemerintah dan menjadi
korban regulasi dari kebijakan pemerintah. Sedangkan the political power
theory menjelaskan hubungan antara perusahaan besar dengan sumber
daya yang dimilikinya untuk memanipulasi proses politik melakukan tax
planning untuk mencapai penghematan pajak yang optimal.
5. Leverage
Leverage banyaknya jumlah utang yang dimiliki perusahaan dalam
melakukan pembiayaan dan dapat digunakan untuk mengukur besarnya
aktiva yang dibiayai dengan utang. Perusahaan yang mempunyai tingkat
leverage yang tinggi mempunyai ketergantungan pada pinjaman luar untuk
membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat
leverage rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri
(Yulfaida dan Zulaikha, 2012).
Tingkat utang adalah besar kecilnya kewajiban suatu perusahaan
yang timbul dari transaksi pada waktu lalu dan harus dibayar dengan kas,
barang dan jasa di waktu yang akan datang. Dalam hal ini utang
berbanding terbalik dengan laba sehingga jika utang semakin besar maka
laba akan semakin kecil dengan penambahan beban bunga. Terkait dengan
25
pajak, semakin besar laba yang diperoleh maka akan semakin besar pula
kewajiban pajaknya (Tiearya, 2012).
Masri dan Martani (2012) menjelaskan bahwa pemilihan utang dan
modal sebagai sumber pendanaan merupakan keputusan penting yang
dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Adanya biaya bunga pada utang
menjadi pertimbangan penggunaan utang sebagai sumber pendanaan oleh
perusahaan (Masri dan Martani, 2012). Modigliani dan Miller dalam Masri
dan Martani (2012) menjelaskan bahwa biaya bunga merupakan faktor
pengurang pajak penghasilan sehingga dapat digunakan untuk menghemat
pajak.
Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan perusahaan dalam membayarkan seluruh
kewajibannya (baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang).
Jenis rasio utang (Leverage ratio) dalam penelitian ini adalah debt to
equity ratio. Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
menilai utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan
kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh
kewajibannya.
Bagi bank (kreditor), semakin besar rasio ini, akan semakin tidak
menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas
kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun bagi perusahaan
justru semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya, dengan rasio
yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik
26
dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian
atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini juga memberikan petunjuk
umum tentang kelayakan dan risiko keuangan perusahaan. Debt to equity
ratio untuk setiap perusahaan tentu berbeda-beda, tergantung karakteristik
bisnis dan keberagaman arus kasnya. Perusahaan dengan arus kas yang
stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio kas yang kurang
stabil (Kasmir, 2009:160).
Leverage menjelaskan hubungan antara penggunaan dana
perusahaan yang diperoleh dari utang. Penggunaan utang dalam
membiayai kegiatan operasional perusahaan akan menimbulkan biaya
tetap yaitu bunga. Biaya bunga dapat dikurangkan dari pajak, sehingga
penggunaan utang sebagai pembiayaan operasional perusahaan akan
secara langsung mempengaruhi tarif pajak efektif perusahaan. Perusahan
dengan jumlah utang yang lebih banyak memiliki nilai effective tax rate
(ETR) yang lebih rendah karena pengeluaran biaya bunga akan
mengurangi biaya pajak yang akan dikeluarkan oleh perusahaan (Noor et
al, 2010).
6. Profitabilitas
Atarwaman (2011) menjelaskan bahwa profitabilitas selain
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba juga untuk mengetahui efektifitas manajemen perusahaan dalam
mengelola aset yang dimiliki. Ghozali dan Chariri dalam Atarwaman
(2011) menjelaskan laba akuntansi merupakan selisih pengukuran
27
pendapatan dan biaya. Selisih antara pendapatan yang diterima oleh
perusahaan akan dikurangkan dengan biaya untuk melihat kinerja
perusahaan apakah mendapatkan laba atau merugi dari kegiatan usaha
perusahaan (Darmadi dan Zulaikha, 2013).
Ketika perusahaan telah mengalami laba, maka dapat dikatakan
bahwa manajemen telah bekerja dengan baik dalam memaksimalkan
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga pendapatan yang
diterima oleh perusahaan lebih besar daripada biaya yang diperlukan untuk
mendapatkan pendapatan (Atarwaman, 2011). Perusahaan yang menerima
penghasilan atau mendapatkan laba dari kegiatan usahanya diwajibkan
untuk membayar pajak atas penghasilan yang diterima. Undang-undang
No. 36 Tahun 2008 pasal 1 menjelaskan bahwa pajak penghasilan
dikenakan kepada subjek pajak yang menerima atau memperoleh
penghasilan dalam tahun pajak. Semakin besar penghasilan yang diterima
oleh perusahaan akan berpengaruh pada besarnya pajak penghasilan yang
harus dibayarkan oleh perusahaan (Richardson dan Lanis, 2007).
Menurut Rodriguez dan Arias (2012) profitabilitas merupakan
salah satu faktor penentu beban pajak, karena perusahaan yang memiliki
keuntungan yang besar akan membayar pajak setiap tahun. Sedangkan
perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan yang rendah atau bahkan
mengalami kerugian akan membayar pajak yang lebih sedikit atau tidak
sama sekali. Selain itu dengan menggunakan kompensasi kerugian,
perusahaan dapat mengurangi kewajiban membayar pajak untuk tahun
28
buku sebelumnya atau berikutnya. Semua ini merupakan manfaat beban
pajak untuk perusahaan-perusahaan yang mengalami kerugian.
Berdasarkan konsep tersebut, kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dapat secara langsung mempengaruhi tarif efektif perusahaan
membayar pajak.
7. Intensitas Aset Tetap
Aset tetap merupakan komponen aset yang paling besar nilainya di
dalam neraca (Laporan Posisi Keuangan) sebagian besar perusahaan,
terutama perusahaan padat modal seperti perusahaan manufaktur. Martani
et al. (2012) mendefinisikan aset tetap adalah aset berwujud yang:
a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang
atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administrasi.
b. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Martani et al. (2012) menjelaskan bahwa aset tetap suatu entitas
memiliki masa manfaat lebih dari satu periode dan seiring dengan
pemakaian aset tetap tersebut maka kemampuan potensial aset tetap
tersebut untuk menghasilkan pendapatan akan semakin berkurang. Oleh
karena itu, biaya perolehan aset tetap harus dialokasikan sepanjang umur
dari aset tersebut secara sistematis. Depresiasi adalah metode
pengalokasian biaya aset tetap untuk menyusutkan nilai secara sistematis
selama periode manfaat dari aset tersebut (Martani et al, 2012). Dalam
manajemen pajak, depresiasi dapat dijadikan sebagai pengurang beban
29
pajak. Perusahaan dengan rasio aset tetap dibanding dengan total aset yang
besar, akan membayar pajak lebih rendah dibanding perusahaan yang
memiliki rasio lebih kecil (Blocher et al, 2007).
8. Intensitas Persediaan
Usaha manufaktur biasanya mempunyai 5 (lima) jenis persediaan,
yaitu sebagai berikut: (Agoes, 2013:54)
a. Bahan baku dan bahan pelengkap
Biaya perolehan bahan baku (raw material) terdiri atas harga
pembelian, ongkos angkut, biaya gudang, dan biaya lain-lain yang
berhubungan dengan penyimpanan sampai bahan tersebut dipakai
dalam produksi.
Bahan baku masih dapat digolongkan ke dalam bahan baku langsung
dan bahan pembantu. Bahan baku langsung adalah bahan-bahan yang
dapat diidentifikasi langsung dalam produk, misalnya bahan kayu
untuk pembuatan lemari. Bahan baku pelengkap adalah bahan yang
tidak dapat diidentifikasi dalam produk, seperti minyak pelumas dan
kertas amplas. Bahan tersebut secara fisik tidak terlihat dalam produk.
b. Barang dalam pengolahan
Barang dalam pengolahan (work in process) adalah barang yang
masih dalam tahap penyelesaian. Untuk menyelesaikan produk
tersebut, perusahaan masih memerlukan tambahan pekerjaan sehingga
membutuhkan biaya tenaga dan biaya tidak langsung lainnya.
30
c. Barang jadi
Barang jadi (finished goods) adalah produk yang telah selesai diolah
dan siap untuk dijual. Semua biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,
dan biaya tidak langsung telah selesai dibebankan. Persediaan
meliputi barang-barang yang ada dalam perusahaan, dalam perjalanan
atau yang dititipkan kepada pihak lain. Barang-barang yang tidak
dapat lagi dijual atau digunakan untuk produksi tidak digolongkan ke
dalam persediaan. Persediaan semacam ini dimasukkan sebagai bagian
aset lain-lain.
d. Barang dalam perjalanan
Barang dalam perjalanan (goods in transit) adalah barang yang
dikirimkan atas dasar FOB Shipping Point yang masih berada dalam
perjalanan pada akhir periode akan menjadi milik pembeli dan harus
diperhitungkan pada catatan pembeli. Apabila tidak diperhitungkan
maka persediaan dan utang usaha akan terlalu rendah dicatat dalam
neraca serta pembelian dan persediaan akhir akan terlalu rendah
dicatat dalam laporan laba rugi.
e. Barang konsinyasi
Barang konsinyasi (consigned goods) adalah barang yang telah
diserahkan kepada consignee tetapi merupakan kepemilikan dari
consignor dan dimasukkan dalam persediaan consignor sebesar harga
beli atau biaya produksi. Consigned goods akan diungkapkan dalam
31
catatan tersendiri. Consignee harus hati-hati agar tidak memasukkan
setiap barang konsinyasi sebagai bagian dari persediaan.
Investasi persediaan yang dilakukan oleh perusahaan dapat diukur
dengan rasio perbandingan antara jumlah persediaan dengan total aset
(Richardson dan Lanis, 2007). Rasio ini dapat digunakan untuk analisis
apakah investasi perusahaan terhadap persediaan telah sesuai dengan
kebutuhan atau malah terjadi pemborosan. Beberapa fungsi dari
persediaan menurut Herjanto (2007:238) antara lain:
a. Menghilangkan risiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau
barang yang diperlukan oleh perusahaan.
b. Menghilangkan risiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga
harus dikembalikan.
c. Menghilangkan risiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
d. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman
sehingga persediaan tidak akan kesulitan jika bahan baku tidak
tersedia di pasaran.
e. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon
kuantitas. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan
tersedianya barang yang diperlukan.
Perusahaan yang memiliki jumlah persediaan yang besar
membutuhkan biaya yang besar untuk mengatur persediaan yang ada.
Herjanto (2007:237) menjelaskan bahwa jumlah persediaan yang besar
akan mengakibatkan timbulnya dana menganggur yang besar,
32
meningkatnya biaya penyimpanan, dan resiko kerusakan barang yang
lebih besar. Persediaan merupakan salah satu aset yang sangat penting
bagi suatu entitas baik bagi perusahaan ritel, manufaktur, jasa, maupun
entitas lainnya (Martani et al, 2012).
PSAK No. 14 (revisi 2008) mendefinisikan persediaan sebagai aset
yang; (i) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa; (ii) dalam
proses produksi untuk penjualan tersebut; (iii) dalam bentuk bahan atau
perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Investasi persediaan yang dilakukan oleh perusahaan dapat diukur dengan
rasio perbandingan antara jumlah persediaan dengan total aset (Richardson
dan Lanis, 2007). Rasio ini dapat digunakan untuk analisis apakah
investasi perusahaan terhadap persediaan telah sesuai dengan kebutuhan
atau malah terjadi pemborosan.
PSAK No. 14 (revisi 2008) menjelaskan bahwa biaya tambahan
yang timbul akibat investasi perusahaan pada persediaan harus dikeluarkan
dari biaya persediaan dan diakui sebagai biaya dalam periode terjadinya
biaya. Dengan dikeluarkannya biaya tambahan dari persediaan dan diakui
sebagai beban pada periode terjadinya biaya, maka dapat menyebabkan
penurunan laba perusahaan (Darmadi dan Zulaikha, 2013). Ketika
perusahaan mengalami penurunan laba, maka perusahaan akan membayar
pajak lebih rendah sesuai dengan laba yang diterima oleh perusahaan.
33
9. Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan
pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau
hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau semata-mata demi kepentingan perusahaan
(Ujiyantho dan Bambang, 2007).
Komisaris independen memiliki peran yang sangat penting dalam
penerapan corporate governance karena keberadaan dewan komisaris
belum dapat memberikan jaminan terlaksananya prinsip-prinsip corporate
governance, khususnya mengenai perlindungan terhadap investor. Untuk
mendorong implementasi corporate governance, dibentuk sebuah organ
tambahan dalam struktur perseroan. Organ tambahan tersebut diharapkan
dapat meningkatkan penerapan corporate governance di dalam
perusahaan-perusahaan di Indonesia (Surya dan Yustiavandana,
2006:133).
Rifai (2009) menjelaskan bahwa keberadaan komisaris independen
dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang lebih objektif, independen
dan untuk menjaga fairness serta memberikan keseimbangan antara
kepentingan pemegang saham mayoritas dan perlindungan terhadap
kepentingan pemegang saham minoritas, bahkan kepentingan stakeholder
lainnya. Komisaris independen sangat dibutuhkan oleh perusahaan-
perusahaan yang ada di Indonesia terutama bagi perusahaan publik.
34
Dengan adanya komisaris independen semua pihak yang berkepentingan
mendapatkan manfaat yang besar, terutama terbentuknya situasi yang
suitable dengan prinsip Good Corporate Governance, dimana komisaris
dapat memberikan pandangan dengan tingkat independensi dan
akuntabilitas yang lebih tinggi (Rifai, 2009).
Surya dan Yustiavandana (2006:135) menjelaskan bahwa
komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota
manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau berhubungan
langsung maupun tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari
suatu perusahaan tersebut. Dengan adanya komisaris independen
diharapkan dapat terjadinya keseimbangan dalam perusahaan antara
manajemen perusahaan dan para stakeholder-nya.
Keberadaan komisaris independen berdasarkan peraturan Bursa
Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-305/BEJ/07-2004 mewajibkan
perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk
memiliki komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari seluruh
jajaran anggota dewan komisaris. Dewan Komisaris yang dapat dipilih
terlebih dahulu melalui RUPS sebelum pencatatan dan mulai efektif
bertindak sebagai komisaris independen setelah saham perusahaan tercatat.
Beberapa kriteria lainnya tentang komisaris independen
berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Kep-29/PM/2004
tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit Nomor
IX.I.5 adalah sebagai berikut:
35
1) Komisaris Independen tidak memiliki saham baik langsung maupun
tidak langsung pada emiten atau perusahaan publik;
2) Komisaris Independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan
emiten atau Perusahaan Publik, Komisaris, Direksi, atau Pemegang
Saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik;
3) Komisaris Independen harus berasal dari luar emiten atau perusahaan
publik;
4) Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung
yang berkitan dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik.
Komisaris independen bersama dewan komisaris memiliki tugas-
tugas utama meliputi (Surya dan Yustiavandana, 2006:138):
1) Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar
rencana kerja, kebijakan pengendalian risiko, anggaran tahunan dan
rencana usaha, menetapkan sasaran kerja, mengawasi pelaksanaan dan
kinerja perusahaan, memonitor penggunaan modal perusahaan,
investasi, dan penjualan aset. Tugas ini terkait dengan tanggung jawab
serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan
manajemen (accountability).
2) Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci dan
penggajian anggota dewan direksi, serta menjamin suatu proses
pencalonan anggota dewan direksi yang transparan (trancparency)
dan adil (fairness).
36
3) Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada tingkat
manajemen, anggota dewan direksi dan anggota dewan komisaris,
termasuk penyalahgunaan aset dan manipulasi transaksi perusahaan.
Tugas ini memberikan perlindungan terhadap hak-hak para pemegang
saham (fairness).
4) Memonitor pelaksanaan governance, dan melakukan perubahan jika
diperlukan.
5) Memantau proses keterbukaan dan efektivitas komunikasi dalam
perusahaan untuk menyediakan informasi yang tepat waktu dan jelas.
Komisaris independen mempunyai peran yang cukup berpengaruh
terhadap tingkat perusahaan dalam membayar pajak. Menurut Suyanto
(2012) semakin banyak jumlah komisaris independen maka pengawasan
terhadap agen akan semakin ketat. Karena adanya pengawasan lebih dari
komisaris independen maka diprediksi tingkat pajak efektifnya sesuai
dengan semestinya. Komisaris independen selalu mengawasi agar
perusahaan mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku (Ardyansah,
2014).
37
B. Penelitian Sebelumnya
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat
dilihat dalam tabel 2.1 yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
No Peneliti dan Judul
(Tahun)
Metode Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan
1 Ardyansah dan
Zulaikha
(2014)
1. Variabel dependen:
Effective Tax Rate
2. Variabel Independen:
Size, Leverage,
Profitability, Capital
Intensity Ratio, dan
Komisaris Independen
1. Intensitas
Persediaan
Variabel size (ukuran perusahaan) memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap effective tax
rate (ETR) dengan arah negatif
Variabel leverage tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap effective tax rate (ETR).
Variabel profitability tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap effective tax rate
(ETR).
Variabel capital intensity ratio tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap effective tax
rate (ETR).
Variabel komisaris komisaris independen
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
effective tax rate (ETR) dengan arah positif.
Bersambung ke halaman selanjutnya
38
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti dan Judul
(Tahun)
Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
2
Chiao et, al.
(2012)
“Determinants of
Effect Tax Rates for
Firms Listed on
China‟s Stock
Markets: Panel
Models With Two-
Sided Cencors”
1. Variabel dependen:
Effective Tax Rate
2. Variabel Independen:
Kepemilikan Aset
Tetap, Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas,
Intensitas Persediaan
dan Leverage
1. Variabel Independen:
Komisaris
Independen
Kepemilikan saham oleh pemerintah dan
kepemilikan aset tetap tidak ada memiliki
pengaruh dengan tarif pajak efektif.
Ukuran perusahaan, ROA dan intensitas
persediaan pengaruh positif terhadap tarif
pajak efektif.
Variabel independen hutang perusahaan
berpengaruh negatif terhadap tarif pajak
efektif.
3
Teddy Haryadi
(2012)
“Pengaruh Intensitas
Modal, Leverage, dan
Ukuran Perusahaan
TerhadapTarif Pajak
Efektif Pada
Perusahaan
Pertambangan di BEI
Tahun 2010-2011
1. Variabel Dependen:
Tarif Pajak Efektif
2. Variabel Independen:
Ukuran Perusahaan,
hutang perusahaan
1. Variabel Independen:
Intensitas Modal,
Profitabilitas,
Intensitas Aset Tetap,
dan Komisaris
Independen
Intensitas modal dan ukuran perusahaan
tidak berpengaruh terhadap tarif pajak
efektif.
Variabel leverage akan berpengaruh
positif terhadap tarif pajak efektif
Bersambung ke halaman selanjutnya
39
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti dan Judul
(Tahun)
Metode Penelitian Hasil
Persamaan Perbedaan
4
Noor et al.
(2008)
“Corporate Effective
Tax Rates: a Study on
Malaysian Public
Listed Companies”
1. Variabel Dependen:
Tarif Pajak Efektif
2. Variabel
Independen:
Ukuran Perusahaan,
Intensitas Persediaan,
Profitabilitas, Hutang
Perusahaan,
Intensitas Aset Tetap
1. Variabel Independen:
Komisaris Independen
Ukuran perusahaan dan intensitas
persediaan berpengaruh positif terhadap
tarif pajak efektif.
ROA, hutang perusahaan dan intensitas
aset tetap berpengaruh negatif terhadap
tarif pajak efektif
Untuk jenis usaha perusahaan didapatkan
hasil bahwa industri produk, perdagangan
dan jasa, consumer product, pertanian,
teknologi dan properti memiliki tarif pajak
efektif yang rendah dibanding sektor lain.
5
Richardson dan
Lanis (2007)
“Determinants of The
Variability in
Corporate Effective
Tax Rates and Tax
Reform : Evidence
From Australia”
1. Variabel Dependen:
Effective Tax Rate
2. Variabel Independen:
Ukuran Perusahaan,
hutang finansial,
intensitas aset tetap,
dan intensitas
persediaan
1. Variabel Independen:
Komisaris Independen,
profitabilitas, intensitas
penelitian dan
pengembangan
Ukuran perusahaan, hutang finansial,
intensitas aset tetap, intensitas penelitian
dan pengembangan berpengaruh negatif
terhadap tarif pajak efektif
Untuk variabel intensitas persediaan
berpengaruh positif terhadap tarif pajak
efektif
Sumber: diolah dari berbagai referensi
40
C. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini mengenai pengaruh terhadap tarif pajak efektif pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. Terdapat
beberapa variabel yang ingin diteliti oleh peneliti karena diindikasikan
mempengaruhi tarif pajak efektif. Diantaranya: Ukuran Perusahaan,
Leverage, Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan dan
Komisaris Independen yang dalam hal ini menjadi variabel independen dan
Tarif Pajak Efektif yang akan menjadi variabel yang dipengaruhi atau
dependen.
Penelitian ini mengambil perusahaan-perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI periode tahun 2010-2014. Dalam menentukan sampel pada
penelitian ini, menggunakan purposive sampling, yaitu sampel yang dipilih
secara cermat dengan karakteristik populasi yang dicari oleh peneliti sehingga
relevan dengan rancangan penelitian yang diharapkan. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dapat diperoleh
dari Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan
adalah regresi berganda. Kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar berikut:
41
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian di atas, maka gambaran menyeluruh tentang penelitian
ini tergambar dalam 2.1 alur penelitian seperti berikut:
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Intensitas Aset Tetap,
Intensitas Persediaan, dan Komisaris Independen terhadap Effective Tax Rate
(ETR)
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Tahun 2010-2014
Basis Teori
Variabel Independen
Ukuran Perusahaan (X1)
(Ardyansah dan Zulaikha:2014)
Leverage (X2)
(Ardyansah dan Zulaikha:2014)
Profitabilitas (X3)
(Ardyansah dan Zulaikha:2014)
Intensitas Aset Tetap (X4)
(Ardyansah dan Zulaikha:2014)
Intensitas Persediaan (X5)
(Chiao et, al:2012)
Komisaris Independen (X6)
(Ardyansah dan Zulaikha:2014)
Variabel Dependen
Effective Tax Rate (Y)
(Ardyansah dan
Zulaikha:2014)
Bersambung ke halaman berikutnya
42
Gambar 2.1 (Lanjutan)
Statistik Deskriptif
Uji Asumsi Klasik:
- Uji Heterokedastisitas
- Uji Multikolonieritas
- Uji Normalitas
- Uji Autokorelasi
Regresi Berganda
Uji Hipotesis:
- Uji Simultan dengan F-test
- Uji Parsial dengan t-test
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
43
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu hubungan sebab
akibat suatu masalah yang akan dibuktikan kebenarannya berdasarkan fakta-
fakta yang ada dengan menguji atau mengolah data-data yang telah diperoleh.
Hubungan sebab akibat yang ada merupakan variabel-variabel yang
diwujudkan dalam pernyataan.
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan (Size) terhadap Effective Tax Rate
(ETR)
Size atau ukuran perusahaan dapat diartikan suatu skala dimana
perusahaan dapat diklasifikasikan besar kecilnya menurut berbagai cara,
salah satunya adalah dengan besar kecilnya aset yang dimiliki. Ukuran
perusahaan dapat menentukan besar kecilnya aset yang dimiliki
perusahaan, semakin besar aset yang dimiliki semakin meningkat juga
jumlah produktifitas. Hal itu akan menghasilkan laba yang semakin
meningkat dan mempengaruhi tingkat pembayaran pajak. Perusahaan
besar cenderung memiliki ruang lebih besar untuk perencanaan pajak yang
baik dan mengadopsi praktek akuntansi yang efektif untuk menurunkan
ETR perusahaan (Rodriguez dan Arias, 2012).
Penelitian Ardyansah dan Zulaikha (2014) menyebutkan laba yang
tinggi yang diperoleh perusahaan memberikan konsekuensi akan semakin
tingginya pajak yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Kondisi ini
menjadikan manajer akan berusaha memperkecil pajak yang dilaporkan
namun dengan melaporkan laba yang tetap tinggi, dimana salah satunya
44
adalah dengan mengalihkan ke dalam pajak ditahan. Kondisi demikian
dapat menyebabkan beban pajak total menjadi lebih kecil. Adanya
pengaruh negatif yang signifikan dari ukuran perusahaan terhadap ETR
dikarenakan perusahaan besar memiliki ruang lebih besar untuk
perencanaan pajak yang baik dan mengadopsi praktek akuntansi yang
efektif untuk menurunkan ETR perusahaan. Derashid dan Zhang (2003)
menjelaskan bahwa perusahaan yang termasuk dalam perusahaan berskala
besar membayar pajak lebih rendah daripada perusahaan yang berskala
kecil, ini disebabkan karena perusahaan berskala besar mempunyai lebih
banyak sumber daya yang dapat digunakan untuk perencanaan pajak dan
lobi politik. Lebih lanjut Richardson dan Lanis (2007) menyebutkan
bahwa, semakin besar perusahaan maka akan semakin rendah effective tax
rate (ETR) yang dimilikinya. Berdasarkan penjelasan dan teori dari
penelitian sebelumnya, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis
sebagai berikut:
H1: Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Effective Tax
Rate (ETR)
2. Pengaruh Leverage terhadap Effective Tax Rate (ETR)
Utang adalah sumber pembiayaan eksternal yang merupakan
kewajiban keuangan kepada pihak lain. Tingkat utang adalah besar
kecilnya kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari transaksi pada
waktu lalu dan harus dibayar dengan kas, barang dan jasa di waktu yang
akan datang. Dalam hal ini utang berbanding terbalik dengan laba
45
sehingga jika utang semakin besar maka laba akan semakin kecil dengan
penambahan beban bunga. Terkait dengan pajak, semakin besar laba yang
diperoleh maka akan semakin besar pula kewajiban pajaknya (Tiearya,
2012).
Utang dapat digunakan oleh manajer untuk menekan biaya pajak
perusahaan dengan memanfaatkan biaya bunga utang. Menurut Darmadi
dan Zulaikha (2013), jika biaya bunga pada utang dapat digunakan untuk
menekan beban pajak, maka ada kemungkinan manajer memilih
menggunakan utang untuk pendanaan guna mendapatkan benefit berupa
biaya bunga pada utang. Biaya bunga pada utang yang timbul akan
digunakan sebagai pengurang pajak sehingga dapat meningkatkan laba
perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Derashid dan Zhang (2003),
mendapatkan hasil bahwa utang perusahaan berpengaruh negatif terhadap
tarif pajak efektif yang menggambarkan bahwa utang perusahaan dapat
membantu mengurangi beban pajak perusahaan.
Masri dan Martani (2012) menjelaskan bahwa pemilihan utang dan
modal sebagai sumber pendanaan merupakan keputusan penting yang
dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Adanya biaya bunga pada utang
menjadi pertimbangan penggunaan utang sebagai sumber pendanaan oleh
perusahaan (Masri dan Martani, 2012). Modigliani dan Miller dalam Masri
dan Martani (2012) menjelaskan bahwa biaya bunga merupakan faktor
pengurang pajak penghasilan sehingga dapat digunakan untuk menghemat
pajak.
46
Di sisi lain, penggunaan utang dalam membiayai kegiatan
operasional perusahaan akan menimbulkan biaya tetap yaitu bunga. Biaya
bunga dapat dikurangkan dari pajak, sehingga penggunaan utang sebagai
pembiayaan operasional perusahaan akan secara langsung mempengaruhi
tarif pajak efektif perusahaan. Perusahaan dengan jumlah utang yang lebih
banyak memiliki nilai effective tax rate (ETR) yang lebih rendah karena
pengeluaran biaya bunga akan mengurangi biaya pajak yang akan
dikeluarkan oleh perusahaan (Noor et al, 2008). Dari uraian di atas dapat
diambil hipotesis yaitu:
H2 : Leverage berpengaruh signifikan terhadap effective tax rate
3. Pengaruh Profitabilitas (ROA) terhadap Effective Tax Rate (ETR)
Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi dapat
membayar pajak lebih tinggi dari perusahaan yang memiliki profitabilitas
yang rendah. Penyebabnya adalah karena pajak penghasilan perusahaan
akan dikenakan berdasarkan besarnya penghasilan yang diterima oleh
perusahaan. Undang Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 1 menjelaskan
bahwa pajak penghasilan dibebankan kepada subjek pajak yang menerima
atau memperoleh penghasilan dalam tahun pajak. Richardson dan Lanis
(2007) menyebutkan bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas yang
tinggi akan membayar pajak lebih tinggi dari perusahaan yang memiliki
tingkat profitabilitas yang lebih rendah.
Penelitian yang dilakukan oleh Noor, Fadzillah dan Matsuki (2008)
menemukan hubungan negatif antara profitabilitas dengan tarif pajak
47
efektif. Hubungan negatif ini mengindikasikan perusahaan yang semakin
efisien dan mempunyai profit yang tinggi membayar beban pajak yang
rendah. Alasan yang memungkinkan adalah bahwa profitabilitas
perusahaan dikelola untuk mendapatkan keuntungan dari insentif pajak
dan kelonggaran pajak lainnya untuk menurunkan tarif pajak efektifnya.
Dari uraian diatas, dapat diambil hipotesis bahwa:
H3: Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Effective Tax Rate
(ETR)
4. Pengaruh Intensitas Aset Tetap terhadap Effective Tax Rate (ETR)
Intensitas aset tetap perusahaan menggambarkan banyaknya
investasi perusahaan terhadap aset tetap perusahaan. Intensitas aset tetap
perusahaan dapat mengurangi pajak karena adanya depresiasi yang
melekat dalam aset tetap. Manajer akan menginvestasikan dana
menganggur perusahaan untuk berinvestasi dalam aset tetap, dengan
tujuan untuk mendapatkan keuntungan berupa depresiasi yang dapat
digunakan sebagai pengurang pajak (Darmadi dan Zulaikha, 2013).
Rodriguez dan Arias (2012) menyebutkan bahwa aktiva tetap yang
dimiliki perusahaan memungkinkan perusahaan untuk memotong pajak
akibat depresiasi dari aktiva tetap setiap tahunnya.
Liu dan Cao (2007) menyebutkan bahwa metode penyusutan aset
didorong oleh hukum pajak, sehingga biaya depresiasi dapat dikurangkan
pada laba sebelum pajak. Lebih lanjut, Sabli dan Noor (2012) menjelaskan
bahwa perusahaan yang mempunyai aset tetap yang tinggi cenderung
48
melakukan perencanaan pajak, sehingga mempunyai effective txa rate
yang rendah. Penelitian terdahulu yang telah dilakukan Derashid dan
Zhang (2003), Richardson dan Lanis (2007) dan Noor et al. (2010)
mendapatkan hasil bahwa variabel intensitas aset tetap berpengaruh
negatif terhadap tarif pajak efektif. Dari uraian diatas, dapat diambil
hipotesis bahwa:
H4 : Intensitas Aset Tetap berpengaruh signifikan terhadap Effective Tax
Rate (ETR)
5. Pengaruh Intensitas Persediaan terhadap Effective Tax Rate
Intensitas persediaan menggambarkan bagaimana perusahaan
menginvestasikan kekayaannya pada persediaan. Besarnya Intensitas
persediaan dapat menimbulkan biaya tambahan antara lain adanya biaya
penyimpanan dan biaya yang timbul akibat adanya kerusakan barang
(Herjanto, 2007). PSAK No. 14 mengatur biaya yang timbul atas
kepemilikan persediaan yang besar harus dikeluarkan dari dari biaya
persediaan dan diakui sebagai beban dalam periode terjadinya biaya. Biaya
tambahan atas adanya persediaan yang besar akan menyebabkan
penurunan laba perusahaan.
Dalam agensi teori, manajer akan berusaha meminimalisir beban
tambahan karena banyaknya persediaan agar tidak mengurangi laba
perusahaan. Disisi lain, manajer akan memaksimalkan biaya tambahan
yang terpaksa ditanggung untuk menekan beban pajak. Cara yang akan
digunakan manajer adalah dengan membebankan biaya tambahan
49
persediaan untuk menurunkan laba perusahaan sehingga dapat
menurunkan beban pajak perusahaan (Darmadi dan Zulaikha, 2013). Jika
laba perusahaaan mengecil, maka akan menyebabkan menurunnya pajak
yang dibayarkan oleh perusahaan. Dari uraian diatas, dapat diambil
hipotesis bahwa:
H5 : Intensitas Persediaan berpengaruh signifikan terhadap Effective Tax
Rate (ETR)
6. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Effective Tax Rate
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
menyebutkan bahwa komisaris independen diangkat berdasarkan
keputusan RUPS dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham
utama, anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris lainnya.
Persyaratan mengenai komisaris independen yang harus ada dalam jajaran
komisaris menunjukkan bahwa peranan dari komisaris independen sangat
penting bagi perusahaan.
Menurut Melinda dan Nur (2013) semakin besar jumlah komisaris
independen pada dewan komisaris, maka semakin baik mereka bisa
memenuhi peran mereka di dalam mengawasi dan mengontrol tindakan-
tindakan para direktur eksekutif. Keberadaan komisaris independen
diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat
oleh direksi sehingga mendorong perusahaan untuk mengungkapkan
informasi yang luas terhadap stakeholders-nya (Melinda dan Nur, 2013).
50
Seperti yang sudah dijelaskan oleh Surya dan Yustiavandana
(2006:135) bahwa Komisaris Independen adalah komisaris yang berasal
dari luar perusahaan dan tidak mempunyai hubungan terhadap internal
perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penelitian yang dilakukan oleh Sabli dan Noor (2012)
menyimpulkan bahwa komisaris independen melakukan pengawasan yang
sangat baik dengan mengarahkan perusahaan berdasarkan pada aturan
yang telah ditetapkan. Komisaris independen dan dewan komisaris
bertugas melaksanakan pengawasan dan menentukan strategi kebijakan
jangka pendek maupun jangka panjang yang menguntungkan perusahaan
namun tidak melanggar hukum termasuk dalam penentuan strategi yang
terkait dengan pajak. Diharapkan semakin banyak jumlah komisaris
independen akan menurunkan tarif pajak efektif perusahan. Dari uraian
diatas, dapat diambil hipotesis bahwa:
H6 : Komisaris Independen berpengaruh signifikan terhadap Effective Tax
Rate (ETR)
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh
variabel independen yakni Ukuran Perusahaan, Leverage, Probabilitas,
Intensitas Aset Tetap, Intensitas Persediaan, dan Komisaris Independen
terhadap variabel dependen yakni Effective Tax Rate (ETR). Populasi pada
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada periode tahun 2010 hingga 2014, dipilih periode 2010
hingga 2014 dikarenakan untuk meneliti perusahaan manufaktur dengan
tahun terbaru.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Adapun metode yang digunakan
peneliti dalam pemilihan sampel penelitian adalah pemilihan sampel
bertujuan (Purposive Sampling) dengan pemilihan berdasarkan pertimbangan
(Judgment Sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak
acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan
tertentu. Elemen populasi yang dipilih sebagai sampel dibatasi pada elemen-
elemen yang dapat memberikan informasi berdasarkan pertimbangan
(Indriantoro dan Supomo, 2002). Dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2010-2014.
52
2. Perusahaan yang mengalami laba lima tahun berturut-turut.
Kriteria ini digunakan karena pajak penghasilan dikenakan atas laba yang
diperoleh perusahaan, sehingga ketika perusahaan merugi, perusahaan
tidak dikenai pajak penghasilan.
3. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan dengan
lengkap dan telah diaudit pada tahun 2010-2014.
Kelengkapan laporan keuangan sangat diperlukan dalam penilaian
variabel-variabel penelitian, sehingga perusahaan yang tidak lengkap
laporan keuangannya tidak termasuk dalam sampel penelitian.
4. Menggunakan mata uang rupiah dalam penilaian laporan keuangannya.
Kriteria ini digunakan untuk pemilihan sampel karena sebagian besar
perusahaan di Indonesia menggunakan mata uang rupiah dalam laporan
keuangannya. Perusahaan yang menggunakan mata uang dolar dalam
laporan keuangannya kurang mewakili keadaan perusahaan manufaktur di
Indonesia.
5. Data-data mengenai variabel-variabel yang diteliti tersedia dengan lengkap
dalam laporan keuangan perusahaan pada tahun 2010-2014.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti
menggunakan penelitian pustaka (Library Research) yaitu peneliti
memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui
buku, jurnal, internet, dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul
penelitian. Peneliti menggunakan data sekunder yang merupakan sumber data
53
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya
berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip
(data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan
(Indriantoro dan Bambang, 2002). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
pengumpulan data sekunder diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia
(BEI) dan website resmi perusahaan yang bersangkutan. Sumber data yang
digunakan berasal dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD), annual
report, dan mengakses website Bursa Efek Indonesia melalui internet
(www.idx.co.id).
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik
deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
sehingga menjadikan sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah untuk
dipahami. Statistik deskriptif dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean),
median, modus, standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum
(Ghozali, 2013:19). Statistik deskriptif dapat menjelaskan variabel-
variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Selain itu statistik deskriptif
menyajikan ukuran-ukuran numerik yang sangat penting bagi data sampel.
Uji statistik deskriptif tersebut dilakukan dengan program SPSS 22.
54
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder pada
penelitian ini yaitu dilakukan empat uji asumi klasik diantaranya uji
multikolonieritas, uji normalitas, uji heterokedastisitas, dan uji
autokorelasi.
a. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak
terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139).
Uji ini dapat dilakukan dengan melihat gambar plot antara nilai
prediksi variabel independen (ZPRED) dengan residual (SRESID).
Apabila dalam grafik tersebut tidak terdapat pola tertentu yang teratur
dan data tersebar acak diatas dan dibawah angaka 0 pada sumbu Y,
maka diidentifikasikan tidak terdapat heteroskedastisitas (Ghozali,
2013). Selain itu pendeteksian ada atau tidaknya heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan uji park yaitu meregresikan nilai residual
(Lnei2) dengan masing-masing variabel independen (LnSIZE,
LnLEV, LnROA, LnCI, LnII, LnIND), jika probabilitas signifikannya
55
diatas tingkat kepercayaan 5% maka tidak terdapat heteroskedastisitas
(Ghozali, 2013:142).
b. Uji Multikoloniearitas
Uji multikoloniearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi,
maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal
adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
independen sama dengan nol. Cara mendeteksi multikoloniearitas
dengan menganalisis matrik korelasi antar variabel independen dan
perhitungan nilai Tolerance dan VIF. Perhitungan nilai tolerance juga
menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai
Tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar
variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungan
nilai Variance Inflation Factor (VIP) juga menunjukkan hal yang
sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih
dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas
antar variabel independen dalam model regresi (Ghozali, 2013:105).
c. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai
56
residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka
uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua
cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak
yaitu dengan analisis grafik dan uji statistic. (Ghozali. 2013:160)
1) Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan
antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi
normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini
dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil.
Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis
lurus diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan
garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis
yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya (Ghozali, 2013:161)
2) Analisis Statistik
Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai
kurtosis dan nilai skewness dari residual. Uji statistik lain yang
dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji
statistik non parametik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Pedoman
pengambilan keputusan tentang data tersebut mendekati atau
57
merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogrov-Smirnov
dapat dilihat dari:
1) Nilai signifikansi atau probabilitas < 0.05, maka distribusi data
adalah tidak normal.
2) Nilai signifikansi atau probabilitas > 0.05, maka distribusi data
adalah normal (Ghozali, 2013:163).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2013:110). Untuk
menguji ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini. Digunakan uji
Durbin-Watson (DW Test) sebagai keputusan ada atau tidaknya
autokorelasi. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2013:110).
58
Pengujian autokorelasi penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson
(DW), salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah
autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan
sebagai berikut (Sunyoto, 2011:91).
1. Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2 atau (DW <
-2).
2. Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan
+2 atau (-2 ≤ DW ≤ + 2).
3. Terjadi autokorelasi negatif, jika nilai DW diatas + 2 atau (DW >
+2).
Untuk mendeteksi apakah antar residual terdapat korelasi yang
tinggi, salah satunya dapat menggunakan Run Test yang merupakan
bagian dari statistic non-parametrik. Jika antar residual tidak terdapat
hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau
random. Run Test digunakan untuk melihat apakah data residual
terjadi secara random atau tidak (sistematis) (Ghozali, 2013:120).
3. Regresi Berganda
Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara
dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen. Variabel dependen diasumsikan
random/stokastik, yang berarti mempunyai distribusi probabilistik. Variabel
independen/bebas diasumsikan memiliki nilai tetap (dalam pengambilan
sampel yang berulang) (Ghozali, 2013:96).
59
Metode statistik yang digunakan untuk melakukan pengujian terhadap
hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
berganda. Analisis regresi berganda (multiple regression analysis) merupakan
analisis yang dapat digunakan sebagai model prediksi terhadap suatu variabel
dependen dari beberapa variabel independen.
Adapun model persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu:
ETRt = α + β1SIZEit + β2LEVit + β3ROAit + β4CIit + β5IIit +
β6INDit + €it
Dimana:
ETRit : Tingkat Pajak Efektif
α : Konstanta
β1,2,3 : Koefisien variabel
SIZEit : Ukuran Perusahaan
LEVit : Leverage
ROAit : Profitabilitas
CIit : Intensitas Aset Tetap
IIit : Intensitas Persediaan
INDit : Komisaris Independen
€it : Error
60
4. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. (Ghozali,
2013:97).
5. Uji Hipotesis
Secara statistik, setidaknya pengujian hipotesis ini dapat diukur dari
nilai statistik F, dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan
secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah
dimana H0 ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji
statistiknya berada dalam daerah dimana H0 diterima. (Ghozali, 2013:97).
a. Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat.
Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji apakah semua parameter dalam
model:
61
1) H0 : b1 = ... = bk = 0, artinya apakah semua variabel independen
bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
dependen.
2) Ha : b1 ≠ b2 ≠ ... ≠ bk ≠ 0, artinya semua variabel independen
secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap
variabel dependen.
Kriteria pengujian yang digunakan dalam uji F adalah:
a) Apabila nilai F lebih besar daripada 4 maka H0 dapat ditolak
pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita menerima
hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel
independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi
variabel dependen.
b) Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F
menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F
tabel, maka H0 ditolak dan menerima Ha (Ghozali, 2013:98).
b. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Tingkat signifikansi ditandai huruf Yunani alpha ( . Tidak ada
satupun tingkat signifikansi yang berlaku bagi semua pengujian. Suatu
keputusan dibuat untuk menggunakan tingkat 0,05 (seringkali disebut
sebagai tingkat 5 persen), tingkat 0,01, tingkat 0,10, atau tingkat lainnya
antara 0 dan 1. (Lind, et. al)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan
62
variasi variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah
apakah suatu parameter (bi) yaitu:
1) H0 : bi = 0, artinya apakah suatu variabel independen bukan
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
2) Ha : bi ≠ 0, artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen.
3) Kriteria pengujuan yang digunakan dalam uji t (sig 0,05):
a) Apabila tingkat signifikansi (sig) > 0,05 maka H0 diterima dan
Ha ditolak
b) Apabila tingkat signifikansi (sig) < 0,05 maka H0 ditolak dan
Ha diterima (Ghozali, 2013:99).
4) Dengan menggunakan nilai t tabel dan derajat bebas (degree of
freedom) (df = n-1):
a) Apabila nilai t hitung > nilai t tabel, maka H0 ditolak dan Ha
diterima
c) Apabila nilai t hitung < nilai t tabel, maka H0 diterima dan Ha
ditolak.
E. Operasional Variabel Penelitian
Konsep dasar dari definisi operasional mencakup pengertian untuk
mendapatkan data yang akan dianalisis dengan tujuan untuk
mengoperasionalkan konsep-konsep penelitian menjadi variabel penelitian
serta cara pengukurannya. Adapun definisi operasional yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
63
1. Variabel
Definisi operasional variabel adalah bagaimana menemukan dan
mengukur variabel-variabel tersebut di lapangan dengan merumuskan
secara singkat dan jelas, serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran
(Sekaran, 2006: 116). Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu
variabel independen atau variabel bebas (X) dan variabel dependen atau
variabel terikat (Y). Ada tujuh variabel independen atau bebas (X) dalam
penelitian ini yaitu ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas, intensitas
aset tetap, intensitas persediaan dan komisaris independen. Sedangkan
untuk variabel dependen atau variabel terikat (Y) dalam penelitian ini
hanya ada satu yaitu effective tax rate (ETR). Berikut akan dijelaskan
masing-masing variabel pada bagian selanjutnya.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen atau variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel
dependennya adalah Effective tax rate (ETR). Effective tax rate (ETR)
adalah tingkat pajak efektif perusahaan. Effective tax rate semakin baik
apabila nilai effective tax rate semakin rendah. Menurut Rodriguez dan
Arias (2012) effective tax rate dapat dihitung dari beban pajak dibagi
dengan laba sebelum pajak dan tidak membedakan antara beban pajak kini
dan beban pajak tangguhan. ETR dihitung dari beban pajak penghasilan
(beban pajak kini) dibagi dengan pendapatan sebelum pajak. Semakin baik
nilai effective tax rate ditandai dengan semakin rendahnya nilai effective
64
tax rate perusahaan tersebut. Beban pajak yang digunakan hanya
menggunakan beban pajak kini dikarenakan pada beban pajak kini
dimungkinkan untuk melakukan pemilihan kebijakan-kebijakan yang
terkait dengan perpajakan dan akuntansi.
Effective Tax Rate perusahaan dapat diukur dengan menggunakan
rumus yang digunakan Ardyansah dan Zulaikha (2014):
Effective Tax Rate (ETR) =
Beban pajak dan laba sebelum pajak dalam penghitungan tarif
pajak efektif merupakan beban pajak yang tercantum dalam laporan
laba/rugi perusahaan.
3. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel
lainnya. Dalam penelitian ini variabel independen adalah ukuran
perusahaan, leverage, profitabilitas, intensitas aset tetap, intensitas
persediaan dan komisaris independen.
a. Ukuran Perusahaan (Size)
Ukuran perusahaan merupakan suatu pengklasifikasian sebuah
perusahaan berdasarkan jumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan
(Darmadi dan Zulaikha, 2013). Penelitian ini menggunakan proxy
total aset perusahaan untuk menentukan ukuran perusahaan. Untuk
65
mengukur skala perusahaan dapat menggunakan rumus yang
digunakan Ardyansah dan Zulaikha (2014)
SIZE = Ln (Total Assets)
b. Leverage
Definisi utang adalah salah satu sumber pendanaan yang dapat
digunakan perusahaan untuk membiayai pengeluarannya. Rasio utang
digunakan untuk menggambarkan total aset perusahaan yang dibiayai
oleh utang (Darmadi dan Zulaikha, 2013). Variabel leverage diukur
dengan rumusan debt to equity ratio (Kasmir, 2008:198)
LEV=
c. Profitabilitas (ROA)
Definisi profitabilitas adalah ukuran untuk menilai efisien
penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan membandingkan
antara modal yang digunakan dengan laba operasi yang dicapai
(Darmadi dan Zulaikha, 2013). Penelitian ini menggunakan proxy
rasio return on asset (ROA) untuk mengukur profitabilitas
perusahaan. Variabel leverage diukur dengan rumusan return on asset
(Hery, 2015:228)
ROA =
66
d. Intensitas Aset Tetap
Definisi intensitas aset tetap adalah gambaran besarnya aset
tetap yang dimiliki oleh perusahaan (Darmadi dan Zulaikha, 2013).
Penelitian ini menggunakan proxy intensitas aset tetap untuk
menggambarkan intensitas aset tetap perusahaan. Intensitas aset tetap
perusahaan dalam penelitian ini dapat dihitung dengan cara total aset
tetap yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan total aset
perusahaan, sesuai dengan rumus yang digunakan Ardyansah dan
Zulaikha (2014).
Intensitas Aset Tetap =
e. Intensitas Persediaan
Intensitas persediaan merupakan cerminan dari seberapa besar
perusahaan berinvestasi terhadap persediaan yang ada dalam
perusahaan (Darmadi dan Zulaikha, 2013). Variabel intensitas aset
tetap menggunakan proxy rasio intensitas persediaan. Rasio intensitas
persediaan dapat dihitungan dengan cara nilai persediaan yang ada
dalam perusahaan dibandingkan dengan total aset perusahaan. Melalui
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa intensitas persediaan dapat
diukur dengan rumus yang digunakan Chiao et, al (2012):
Intensitas Persediaan =
67
f. Komisaris Independen
Komisaris independen adalah komisaris yang berasal dari luar
perusahaan dan tidak mempunyai hubungan terhadap internal
perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung seperti yang
dijelaskan oleh Surya dan Yustiavandana, 2006. Berdasarkan
peraturan Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-305/BEJ/07-2004
setiap perusahaan yang telah memiliki komisaris independen sekurang
kurangnya 30% (tiga puluh persen) dari jumlah seluruh anggota
komisaris berarti telah memenuhi pedoman corporate governance.
Ardyansah dan Zulaikha (2014) merumuskan Proporsi dewan
Komisaris Independen yaitu perbandingan antara jumlah komisaris
independen dengan total seluruh anggota dewan komisaris. Variabel
ini diukur dengan formula sebagai berikut :
Proporsi Komisaris Independen=
68
Rasio operasional variabel dapat dilihat dalam tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel Pengukuran Variabel Skala
Pengukuran
Effective Tax Rate (Y)
(Ardyansah dan Zulaikha,
2014)
ETR =
Rasio
Ukuran Perusahaan (X1)
(Ardyansah dan Zulaikha,
2014)
SIZE = Ln (Total Assets)
Rasio
Leverage (X2)
(Kasmir, 2008:198)
LEV=
Rasio
Profitabilitas (X3)
(Hery, 2015:228)
ROA=
Rasio
Intensitas Aset Tetap (X4)
(Ardyansah dan Zulaikha,
2014)
CI =
Rasio
Intensitas Persediaan (X5)
(Chiao, et al. 2012)
II=
Rasio
Komisaris Independen (X6)
(Ardyansah dan Zulaikha,
2014)
Proporsi Komisaris Independen=
Rasio
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
69
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia
merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial
Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu
didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah
kolonial atau VOC. BEI didirikan di Jakarta pada tanggal 14 Desember
1912.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan
dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan,
bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami
kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang
dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial
kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang
menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana
mestinya.
Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX)
adalah sebuah bursa saham di Jakarta. Bursa Efek Jakarta merupakan
salah satu bursa tempat dimana orang memperjual belikan efek di
Indonesia. Pada 1 Desember 2007 Bursa Efek Indonesia merupakan hasil
70
penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek
Surabaya (BES).
Bursa Efek Jakarta (BEJ) pertama kali berdiri pada zaman
pemerintah Hindia Belanda, yang kemudian dibentuk ulang melalui
Undang-Undang Darurat No. 13 tahun 1951, dan selanjutnya dipertegas
oleh Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 tahun 1952. Selama dua
dawarsa kemudian BEJ mengalami pasang surut yang ditandai pula oleh
pemberhentian kegiatan sepanjang dekade 60-an dan awal 70-an. Pada
tahun 1977, pemerintah Indonesia menghidupkan kembali BEJ dengan
mencatatkan 13 perusahaan PMA. Namun demikian, baru sekitar dekade
80-an dan awal 90-an, BEJ benar-benar berkembang menjadi bursa efek
seperti kita kenal sekarang sebagai Bursa Efek Indonesia.
Bursa efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (ISX)
merupakan hasil penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa
Efek Surabaya (BES), dimana Bursa Efek Surabaya (BES) melebur ke
dalam Bursa Efek Jakarta (BEJ). Bursa Efek Indonesia dipimpin oleh
Direktur Utama. Langkah merger BEJ dengan BES adalah upaya untuk
meningkatkan efektifitas operasional dan transaksi pasar modal guna
bersaing dengan bursa luar negeri. Bursa hasil penggabungan ini mulai
beroperasi pada 1 Desember 2007.
BEI menggunakan system perdagangan bernama bernama
Automated Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan
system manual yang digunakan sebelumnya System JATS ini sendiri
71
direncanakan akan digantikan system baru yang akan disediakan OMX.
BEI adalah bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi dan
sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan ekonomi
nasional. Peranan BEI adalah berupaya mengembangkan pemodal lokal
yang besar dan solid untuk menciptakan pasar modal Indonesia yang
stabil. Untuk memberikan informasi yang lebih lengkap tentang
perkembangan bursa kepada masyarakat, BEI menyebarkan data
pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik. Indikator
pergerakan harga saham tersebut adalah indeks harga saham. Saat ini,
BEI mempunyai beberapa jenis indeks harga saham yaitu:
a. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) atau Jakarta Composite
Index merupakan semua saham tercatat sebagai komponen kalkulasi
indeks.
b. Indeks LQ45, menggunakan 45 saham terpilih setelah melalui
beberapa tahapan seleksi.
c. Jakarta Islamic Index, menggunakan 30 saham terpilih yang
termasuk dalam daftar efek syariah yang diterbitkan oleh
BAPEPAM-LK.
d. Indeks Kompas100, menggunakan 100 saham pilihan harian koran
Kompas.
e. Indeks main board dan development board yaitu indeks yang
didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI (papan utama
dan papan pengembangan).
72
f. Indeks sektoral, menggunakan semua saham yang masuk dalam
sektoral yang sama, sektoral tersebut yaitu agrikultur, manufaktur,
pertambangan, keuangan, basic industry, miscellaneous industry,
consumer goods, property & real estate, trade & service.
2. Deskripsi Objek Penelitian
Berdasarkan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dengan periode tahun 2010-2014 tersebut,
penelitian ini menggunakan beberapa sampel perusahaan manufaktur
dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel
dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan pada penelitian berdasarkan
kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data
sekunder yang berasal dari laporan keuangan dan laporan tahunan pada
tahun 2010-2014 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan
mengunduh data tersebut pada website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada alamat web www.idx.co.id. Berikut ini adalah rincian perolehan
sampel perusahaan manufaktur dengan kriteria-kriteria yang telah
ditentukan sesuai dengan kebutuhan analisis sebagai berikut:
73
Tabel 4.1
Rincian Perolehan Sampel Penelitian
Kriteria Sampel Jumlah
Perusahaan
Jumlah perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek
Indonesia tahun 2010 sampai dengan tahun 2014
145
Perusahaan manufaktur yang merugi (15)
Perusahaan manufaktur yang menggunakan mata uang
asing
(27)
Perusahaan manufaktur yang tidak melaporkan laporan
keuangan tahun 2010-2014
(14)
Tidak lengkap (66)
Jumlah perusahaan (sampel) 23
Jumlah sampel total dalam penelitian 115
Sumber: data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel perolehan sampel penelitian diatas, jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 115 untuk periode tahun
2010 sampai dengan periode tahun 2014. Sampel tersebut dipilih karena
memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Berikut ini adalah
tabel sampel perusahaan manufaktur:
Tabel 4.2
Sampel Manufaktur Perusahaan
No Nama Perusahaan Kode
Perusahaan
1 PT. Asahimas Flat Glass Tbk AMFG
2 PT. Betonjaya Manunggal Tbk BTON
3 PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN
4 PT. Delta Djakarta Tbk DLTA
5 PT. Ekadharma International Tbk EKAD
6 PT. Gajah Tunggal Tbk GJTL
Bersambung ke halaman selanjutnya
74
No. Nama Perusahaan Kode
Perusahaan
7 PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP
8 PT. Champion Pacific Indonesia Tbk IGAR
9 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
10 PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP
11 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF
12 PT. KMI Wire and Cable Tbk KBLI
13 PT. Kabelindo Murni Tbk KBLM
14 PT. Kalbe Farma Tbk KLBF
15 PT. Lion Metal Works Tbk LION
16 PT. Mayora Indah Tbk MYOR
17 PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk ROTI
18 PT. Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk SCCO
19 PT. Sekar Laut Tbk SKLT
20 PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk SMGR
21 PT. Selamat Sempurna Tbk SMSM
22 PT. Mandom Indonesia Tbk TCID
23 PT. Surya Toto Indonesia Tbk TOTO
Sumber: Data sekunder yang diolah
B. Analisis Dan Pembahasan
1. Analisis Statistik Deskriptif
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ukuran
perusahaan, leverage, profitabilitas, intensitas aset tetap, intensitas persediaan
dan komisaris independen sebagai variabel independen. Sedangkan variabel
dependennya adalah effective tax rate.
75
Variabel-variabel tersebut akan diuji secara statistik deskriptif. Pengujian
dengan statistik deskriptif akan memberikan gambaran atau deskripsi data
yang dilihat melalui nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean) dan standar
deviasi. Berikut ini merupakan tabel hasil pengujian statistik deskriptif atas
variabel-variabel tersebut:
Tabel 4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
SIZE 115 25,22 32,08 28,4549 1,68706
LEV 115 ,03 1,94 ,6468 ,48180
ROA 115 ,01 ,34 ,1239 ,06710
CI 115 ,05 ,78 ,3210 ,15748
II 115 ,02 ,39 ,1826 ,07979
IND 115 ,25 ,50 ,3735 ,05565
ETR 115 ,15 ,33 ,2461 ,02999
Valid N
(listwise) 115
Sumber: Data sekunder yang diolah
a. Variabel Independen
1) Ukuran Perusahaan
Hasil uji statistik pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa variabel
ukuran perusahaan (SIZE) dari jumlah sampel (N) 115 memiliki nilai
minimum sebesar 25,22 dan ukuran perusahaan (SIZE) maksimum
sebesar 32,08 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 28,4549, sedangkan
standar deviasi sebesar 1,68706.
76
2) Leverage
Hasil uji statistik pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa variabel
leverage (LEV) dari jumlah sampel (N) 115 memiliki nilai minimum
sebesar 0,03 dan leverage (LEV) maksimum sebesar 1,94 dengan nilai
rata-rata (mean) sebesar 0,6468, sedangkan standar deviasi sebesar
0,48180.
3) Profitabilitas
Hasil uji statistik pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa variabel
profitabilitas (ROA) dari jumlah sampel (N) 115 memiliki nilai minimum
sebesar 0,01 dan profitabilitas (ROA) maksimum sebesar 0,34 dengan
nilai rata-rata (mean) sebesar 0,1239, sedangkan standar deviasi sebesar
0,06710.
4) Intensitas Aset Tetap
Hasil uji statistik pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa variabel
intensitas aset tetap (CI) dari jumlah sampel (N) 115 memiliki nilai
minimum sebesar 0,05 dan intensitas aset tetap (CI) maksimum sebesar
0,78 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,3210, sedangkan standar
deviasi sebesar 0,15748.
5) Intensitas Persediaan
Hasil uji statistik pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa variabel
intensitas persediaan (II) dari jumlah sampel (N) 115 memiliki nilai
minimum sebesar 0,02 dan intensitas persediaan (II) maksimum sebesar
77
0,39 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,1826, sedangkan standar
deviasi sebesar 0,07979.
6) Komisaris Independen
Hasil uji statistik pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa variabel
komisaris independen (IND) dari jumlah sampel (N) 115 memiliki nilai
minimum sebesar 0,25 dan komisaris independen (IND) maksimum
sebesar 0,50 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,3735, sedangkan
standar deviasi sebesar 0,05565.
b. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Effective Tax Rate.
Hasil uji statistik pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa variabel Effective
Tax Rate (ETR) dari jumlah sampel (N) 115 memiliki nilai minimum
sebesar 0,15 dan Effective Tax Rate (ETR) maksimum sebesar 0,33
dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,2461, sedangkan standar deviasi
sebesar 0,02999.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Pendeteksian ada atau tidaknya heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan uji park pada tabel 4.4
78
Tabel 4.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Uji Park sebelum
Transformasi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2,420 13,655 ,177 ,860
Ln_SIZE -3,721 3,959 -,095 -,940 ,349
Ln_LEV ,322 ,326 ,113 ,988 ,326
Ln_ROA -,844 ,339 -,269 -2,488 ,014
Ln_CI -,393 ,418 -,100 -,942 ,348
Ln_II ,234 ,350 ,064 ,670 ,504
Ln_IND ,574 1,499 ,036 ,383 ,703
a. Dependent Variable: Ln_PARK
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.4 mengenai hasil uji heteroskedastisitas
menggunakan uji park, memberikan koefisien parameter untuk variabel
independen profitabilitas (ROA) signifikan <0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa model regresi terdapat Heteroskedastisitas. Maka dari itu untuk
mengobati penyimpangan asumsi klasik atas heteroskedastisitas dilakukan
dengan Model Regresi Semi Log (Ghozali, 2013:193).
Model Regresi Semi Log yaitu model regresi kita rubah menjadi semi-
log dengan semua variabel independen ukuran perusahaan, leverage,
profitabilitas, intensitas aset tetap, intensitas persediaan, dan komisaris
independen dalam bentuk logaritma natural sehingga persamaan regresi
menjadi seperti berikut ini:
ETRt = β1 + β2Ln_SIZEit + β3Ln_LEVit + β4Ln_ROAit + β5Ln_CIit +
Ln_β6IIit + β7INDit + €it
79
Tabel 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Uji Park Sesudah
Transformasi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -3,294 16,650 -,198 ,844
Ln_SIZE -,589 4,827 -,013 -,122 ,903
Ln_LEV ,756 ,398 ,223 1,901 ,060
Ln_ROA -,274 ,414 -,074 -,663 ,509
Ln_CI -,142 ,510 -,030 -,280 ,780
Ln_II ,405 ,426 ,093 ,950 ,344
Ln_IND 3,278 1,828 ,172 1,793 ,076
a. Dependent Variable: Ln_UjiPark
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.5 mengenai hasil uji heteroskedastisitas
menggunakan uji park, memberikan koefisien parameter untuk variabel
independen tidak ada yang siginfikan (>0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa model regresi tidak terdapat Heteroskedastisitas.
Grafik 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot
Sumber: Data sekunder yang diolah
80
Berdasarkan grafik 4.1 mengenai hasil uji heteroskedastisitas
menggunakan grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa pada model regresi ini tidak terjadi
heteroskedastisitas, sehingga model regresi ini layak dipakai untuk
memprediksi effective tax rate berdasarkan variabel-variabel yang
mempengaruhinya yaitu ukuran perusahaan (SIZE), leverage (LEV),
profitabilitas (ROA), intensitas aset tetap (CI), intensitas persediaan (II), dan
komisaris independen (IND).
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas ini dilihat dari nilai tolerance (T) dan variance
inflation factor (VIF). Uji multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah
terdapat korelasi antar variabel independen Berikut ini adalah tabel hasil
pengujian uji multikolonieritas dengan menggunakan nilai tolerance (T) dan
variance inflation factor (VIF).
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolonieritas Menggunakan VIF
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Ln_SIZE ,790 1,266
Ln_LEV ,617 1,620
Ln_ROA ,685 1,461
Ln_CI ,715 1,399
Ln_II ,882 1,134
Ln_IND ,924 1,082
a. Dependent Variable: ETR
81
Berdasarkan tabel 4.6 mengenai hasil uji multikolonieritas menggunakan
VIF terlihat bahwa variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai
tolerance (T) sebesar 0,790 dan variance inflation factor (VIF) sebesar 1,266,
variabel leverage (LEV) memiliki nilai tolerance (T) sebesar 0,617 dan
variance inflation factor (VIF) sebesar 1,620, variabel profitabilitas (ROA)
memiliki nilai tolerance (T) sebesar 0,685 dan variance inflation factor (VIF)
sebesar 1,461, variabel intensitas aset tetap (CI) memiliki nilai tolerance (T)
sebesar 0,715 dan variance inflation factor (VIF) sebesar 1,399, variabel
intensitas persediaan (II) memiliki nilai tolerance (T) sebesar 0,882 dan
variance inflation factor (VIF) sebesar 1,134, serta variabel komisaris
independen (IND) memiliki nilai tolerance (T) sebesar 0,924 dan variance
inflation factor (VIF) sebesar 1,082.
Dari hasil perhitungan nilai tolerance (T) diatas menunjukkan tidak ada
variabel independen yang memiliki nilai tolerance (T) kurang dari 0,10 yang
berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari
95%. Tabel 4.6 juga menunjukkan hal yang sama bahwa tidak ada satu
variabel independen yang memiliki nilai variance inflation factor (VIF) lebih
dari 10. Berdasarkan hasil uji multikolonieritas tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa dalam model persamaan regresi penelitian ini tidak
terdapat masalah pada uji multikolonieritas dan model persamaan regresi
dapat digunakan pada penelitian ini.
82
c. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk menguji
normalitas atas suatu data dilakukan pengujian melalui analisis grafik.
Berikut ini adalah hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik histogram
Grafik 4.2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan grafik 4.2 mengenai hasil uji normalitas menggunakan
grafik histogram, pada grafik 4.2 menunjukkan pola distribusi pada grafik
histogram tersebut adalah grafik histogram dengan pola distribusi normal.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini telah
terdistribusi dengan normal atau model regresi telah memenuhi asumsi
normalitas.
83
Grafik 4.3
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan grafik 4.3 mengenai hasil uji normalitas menggunakan
grafik P-Plot hal ini terlihat data pada grafik tersebut menyebar disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini telah terdistribusi dengan
normal dan model regresi memenuhi asumsi normalitas.
84
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Kolmogorov-Sminorv (K-S)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 115
Normal
Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,02741511
Most Extreme
Differences
Absolute ,077
Positive ,065
Negative -,077
Test Statistic ,077
Asymp. Sig. (2-tailed) ,089c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.7 mengenai hasil uji normalitas menggunakan uji
statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov, besarnya nilai Kolmogorov-
Smirnov adalah 0,077 dan signifikan pada 0,089 yang nilainya lebih dari
0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini
telah terdistribusi dengan normal.
d. Uji Autokorelasi
Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah
autokorelasi. Jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak
baik atau tidak layak dipakai prediksi. Salah satu ukuran dalam menentukan
ada tidaknya autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson
(DW). Terjadi autokorelasi positif jika nilai DW dibawah -2 (DW < -2), tidak
terjadi autokorelasi jika nilai DW berada di antara -2 dan +2 atau -2 ≤ DW ≤
+2, terjadi autokorelasi positif jika nilai DW diatas +2 (DW > +2) (Sunyoto,
85
2011:91). Adapun hasil pengujian autokorelasi dengan menggunakan uji
Durbin – Watson (DW test) yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji Autokorelasi Menggunakan Uji Durbin – Watson
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 ,405a ,164 ,118 ,02817 1,705
a. Predictors: (Constant), Ln_IND, Ln_SIZE, Ln_ROA, Ln_II, Ln_CI,
Ln_LEV
b. Dependent Variable: ETR
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.8 mengenai hasil uji autokorelasi menggunakan uji
Durbin-Watson, ditemukan nilai Durbin Watson test sebesar 1,705. Nilai DW
tersebut berada di antara -2 dan +2 atau DW -2 ≤ DW ≤ +2. Maka tidak
terjadi autokorelasi dalam penelitian ini.
Tabel 4.9
Hasil Uji Autokorelasi Menggunakan Runs Test
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -,00145
Cases < Test Value 57
Cases >= Test Value 58
Total Cases 115
Number of Runs 50
Z -1,592
Asymp. Sig. (2-tailed) ,111
a. Median
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.9 mengenai hasil uji autokorelasi menggunakan run
test, bahwa Nilai test adalah -0,00145 dan signifikan pada 0,111 yang
nilainya lebih dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa residual random
(acak).
86
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pada
penelitian ini, pengujian koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk
mengukur variabel independen yaitu variabel ukuran perusahaan (SIZE),
leverage (LEV), profitabilitas (ROA), intensitas aset tetap (CI), intensitas
persediaan (II), dan komisaris independen (IND) dalam menjelaskan variabel
dependen effective tax rate (ETR).
Berikut ini adalah hasil pengujian hipotesis dengan melakukan uji
koefisien determinasi (R2):
Tabel 4.10
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
1 ,405
a ,164 ,118
a. Predictors: (Constant), Ln_IND, Ln_SIZE, Ln_ROA, Ln_II,
Ln_CI, Ln_LEV
b. Dependent Variable: ETR
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.10 mengenai hasil uji koefisien determinasi (R2)
besarnya nilai adjusted R2
square adalah 0,118, hal ini berarti 11,8% variabel
effective tax rate (ETR) dapat dijelaskan oleh keenam variabel independen,
ukuran perusahaan (SIZE), leverage (LEV), profotabilitas (ROA), intensitas
aset tetap (CI), intensitas persediaan (II), dan komisaris independen (IND).
87
Sedangkan sisanya yaitu 88,2% (100% - 11,8%) dijelaskan oleh variabel-
variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model ini. Variabel-variabel
tersebut antara lain kepemilikan manajerial, perbedaan bisnis yang
dijalankan, intensitas penelitian dan pengembangan, serta perbandingan nilai
buku dan nilai pasar perusahaan.
4. Uji Hipotesis
a. Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)
Uji signifikasi simultan (uji statistik F) dilakukan pada tingkat signifikasi
0,05. Apabila nilai probability F lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan
Ha ditolak, sebaliknya jika nilai probability F lebih kecil daripada 0,05 maka
H0 ditolak dan Ha diterima. Berikut ini merupakan hasil uji signifikasi
simultan (uji statistik F):
Tabel 4.11
Hasil Uji Signifikasi Simultan (Uji Statistik F)
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression ,017 6 ,003 3,539 ,003b
Residual ,086 108 ,001
Total ,103 114
a. Dependent Variable: ETR
b. Predictors: (Constant), Ln_IND, Ln_SIZE, Ln_ROA, Ln_II, Ln_CI,
Ln_LEV
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.11 mengenai hasil uji signifikasi simultan (uji
statistik F) atau uji ANOVA dapat diketahui bahwa didapat nilai F hitung
sebesar 3,539 dengan probabilitas 0,003. Karena probabilitas 0,003 lebih
kecil dari 0,05 maka model persamaan regresi ini dapat digunakan untuk
88
memprediksi effective tax rate (ETR) atau dapat dikatakan bahwa ukuran
perusahaan (SIZE), Leverage (LEV), profitabilitas (ROA), intensitas aset
tetap (CI), intensitas persediaan (II), dan komisaris independen (IND)
bersama-sama berpengaruh terhadap effective tax rate (ETR).
b. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh variabel
independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Adapun
tingkat signifikasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu 0,05. Berikut ini
adalah hasil uji signifikan parameter individual (uji statistik t):
Tabel 4.12
Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,590 ,174 3,399 ,001
Ln_SIZE -,110 ,050 -,216 -2,178 ,032
Ln_LEV ,001 ,004 ,034 ,304 ,762
Ln_ROA -,010 ,004 -,250 -2,349 ,021
Ln_CI ,010 ,005 ,190 1,828 ,070
Ln_II ,000 ,004 -,003 -,035 ,972
Ln_IND -,013 ,019 -,062 -,678 ,499
a. Dependent Variable: ETR
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.12 mengenai hasil uji signifikan parameter
individual (uji statistik t) menunjukkan bahwa dari keenam variabel
independen yang dimasukkan ke dalam model regresi, dua variabel
berpengaruh terhadap effective tax rate. Hal ini terlihat dari tingkat signifikasi
untuk variabel ukuran perusahaan signifikan pada 0,032 dengan tingkat
89
signifikasi dibawah 0,05 menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap effective tax rate. Variabel leverage signifikan pada
0,762 dengan tingkat signifikan diatas 0,05 menunjukkan bahwa variabel
leverage tidak berpengaruh terhadap effective tax rate.
Variabel profitabilitas signifikan pada 0,021 dengan tingkat signifikan
dibawah 0,05 menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh
terhadap effective tax rate. Variabel intensitas aset tetap signifikan pada 0,070
dengan tingkat signifikan diatas 0,05 menunjukkan bahwa variabel intensitas
aset tetap tidak berpengaruh terhadap effective tax rate. Variabel intensitas
persediaan signifikan pada 0,972 dengan tingkat signifikan diatas 0,05
menunjukkan bahwa variabel intensitas persediaan tidak berpengaruh
terhadap effective tax rate. Dan variabel komisaris independen signifikan
pada 0,499 dengan tingkat signifikan diatas 0,05 menunjukkan bahwa
variabel komisaris independen tidak berpengaruh terhadap effective tax rate.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai uji signifikasi parameter individual (uji
statistik t) pada tabel 4.9 yaitu sebagai berikut:
1) Ukuran Perusahaan (SIZE)
Berdasarkan tabel 4.12 ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai t
hitung sebesar -2,178 dan tingkat signifikasi 0,032. Tingkat signifikasi
0,032 menunjukkan tingkat signifikasi lebih kecil dari 0,05 yang berarti
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap effective tax rate.
90
2) Leverage (LEV)
Berdasarkan tabel 4.12 leverage (LEV) memiliki nilai t hitung
sebesar 0,304 dan tingkat signifikasi 0,762. Tingkat signifikasi 0,762
menunjukkan tingkat signifikasi lebih besar dari 0,05 yang berarti
leverage tidak berpengaruh terhadap effective tax rate.
3) Profitabilitas (ROA)
Berdasarkan tabel 4.12 profitabilitas (ROA) memiliki nilai t hitung
sebesar -2,349 dan tingkat signifikasi 0,021. Tingkat signifikasi 0,021
menunjukkan tingkat signifikasi lebih kecil dari 0,05 yang berarti
profitabilitas berpengaruh terhadap effective tax rate.
4) Intensitas Aset Tetap (CI)
Berdasarkan tabel 4.12 intensitas aset tetap (CI) memiliki nilai t
hitung sebesar 1,828 dan tingkat signifikasi 0,070. Tingkat signifikasi
0,070 menunjukkan tingkat signifikasi lebih besar dari 0,05 yang berarti
intensitas aset tetap tidak berpengaruh terhadap effective tax rate. Namun
apabila alpha ( sebesar 0,10, intensitas aset tetap (CI) memiliki nilai t
hitung sebesar 1,828 dan tingkat signifikasi 0,070. Maka Tingkat
signifikasi 0,070 menunjukkan tingkat signifikasi lebih kecil dari 0,10
yang berarti intensitas aset tetap berpengaruh terhadap effective tax rate.
5) Intensitas Persediaan (II)
Berdasarkan tabel 4.12 intensitas persediaan (II) memiliki nilai t
hitung sebesar -0,035 dan tingkat signifikasi 0,972. Tingkat signifikasi
91
0,972 menunjukkan tingkat signifikasi lebih besar dari 0,05 yang berarti
intensitas persediaan tidak berpengaruh terhadap effective tax rate.
6) Komisaris Independen (IND)
Berdasarkan tabel 4.12 komisaris independen (IND) memiliki nilai t
hitung sebesar -0,678 dan tingkat signifikasi 0,499. Tingkat signifikasi
0,499 menunjukkan tingkat signifikasi lebih besar dari 0,05 yang berarti
komisaris independen tidak berpengaruh terhadap effective tax rate.
Berdasarkan tabel 4.12 maka model persamaan regresi berganda
yaitu sebagai berikut:
ETRit = 0,590 – 0,110Ln_SIZEit + 0,001Ln_LEVit – 0,010Ln_ROAit +
0,010Ln_CIit + 0,000Ln_IIit – 0,013Ln_INDit
Berdasarkan persamaan regresi diatas dapat diinterpretasikan sebagai
berikut:
a) Koefisien konstanta sebesar 0,590 dengan nilai positif, ini dapat
diartikan bahwa effective tax rate (ETR) akan bernilai 0,590 apabila
masing-masing variabel ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas,
intensitas aset tetap, intensitas persediaan dan komisaris independen
bernilai 0.
b) Variabel ukuran perusahaan memiliki koefisien regresi sebesar -
0,110. Niilai koefisien regresi negatif menunjukkan bahwa jika
setiap kenaikan satu persen variabel ukuran perusahaan, dengan
asumsi variabel lain tetap maka akan menurunkan effective tax rate
sebesar -0,110.
92
c) Variabel leverage memiliki koefisien regresi sebesar 0,001. Nilai
koefisien regresi positif menunjukkan bahwa jika setiap kenaikan
satu persen variabel leverage, dengan asumsi variabel lain tetap
maka akan menaikkan effective tax rate sebesar 0,001.
d) Variabel profitabilitas memiliki koefisien regresi sebesar -0,010.
Nilai koefisien regresi negatif menunjukkan bahwa jika setiap
kenaikan satu persen variabel profitabilitas, dengan asumsi variabel
lain tetap maka akan menurunkan effective tax rate sebesar 0,010.
e) Variabel intensitas aset tetap memiliki koefisien regresi sebesar
0,010. Nilai koefisien regresi positif menunjukkan bahwa jika setiap
kenaikan satu persen variabel intensitas aset tetap, dengan asumsi
variabel lain tetap maka akan menaikkan effective tax rate sebesar
0,010.
f) Variabel intensitas persediaan memiliki koefisien regresi sebesar
0,000. Nilai koefisien regresi positif menunjukkan bahwa jika setiap
kenaikan satu variabel intensitas persediaan, dengan asumsi variabel
lain tetap maka akan menaikkan effective tax rate sebesar 0,000.
g) Variabel komisaris independen memiliki koefisien regresi sebesar -
0,013. Nilai koefisien regresi negatif menunjukkan bahwa jika setiap
kenaikan satu variabel komisaris independen, dengan asumsi
variabel lain tetap maka akan menurunkan effective tax rate sebesar
0,013.
93
5. Pembahasan
a. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Effective Tax Rate
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap effective tax
rate. Hal ini dilihat dari tingkat ukuran perusahaan sebesar 0,032 < 0,05 dan
nilai t hitung sebesar -2,178. Hal ini mengindikasikan bahwa ukuran
perusahaan (SIZE) signifikan dengan arah negatif. Hipotesis pertama (H1)
adalah ukuran perusahaan (SIZE) memiliki arah negatif dan memiliki
pengaruh secara parsial terhadap effective tax rate. Dengan demikian
hipotesis pertama dari penelitian ini diterima.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Derashid dan Zhang (2003), Richardson dan Lanis (2007) dan Ardyansah dan
Zulaikha (2014) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki arah
negatif dengan effective tax rate. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa
semakin besar perusahaan maka effective tax rate akan semakin rendah. Hal
tersebut menjelaskan bahwa semakin besar perusahaan maka dalam
penyampaian informasi yang terdapat pada laporan akhir tahun harus sangat
hati-hati untuk menghasilkan laporan yang akurat dan terhindar dari salah saji
(Siregar dan Utama, 2005). Dengan hasil tersebut diindikasikan bahwa
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tersebut
kurang efektif dalam melakukan tata kelola aset yang sudah tidak optimal
sehingga menyebabkan tidak efisiennya biaya pengelolaan aset dan
menyebabkan rendahnya laba yang dihasilkan (Anthony, 2004). Laba
94
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam penentuan besaran
effective tax rate. Serta hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
Richardson dan Lanis (2007) yang menyatakan bahwa perusahaan besar
dianggap memiliki sumber daya untuk memanipulasi proses politik yang
terjadi atau menggunakan sumber daya yang ada untuk membuat perencanaan
pajak yang baik serta menjalankan aktivitasnya sedemikian rupa sehingga
dapat mengoptimalkan tax saving.
Namun hasil penelitian ini menolak penelitian yang dilakukan oleh Chiao
et, al. (2012) dan Noor et, al. (2008) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan (size) berpengaruh positif terhadap effective tax rate.
b. Pengaruh Leverage terhadap Effective Tax Rate
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap effective tax rate.
Hal ini dilihat dari tingkat leverage sebesar 0,762 > 0,05 dan nilai t hitung
sebesar 0,304. Hipotesis kedua (H2) adalah leverage (LEV) tidak memiliki
pengaruh secara parsial terhadap effective tax rate. Dengan demikian
hipotesis kedua dari penelitian ini ditolak.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ardyansah dan Zulaikha (2014). Berdasarkan teori agensi, perusahaan yang
mempunyai kinerja yang baik cenderung mempunyai konflik atau perbedaan
kepentingan antara prinsipal dan agen yang rendah. Hal ini dikarenakan
tujuan dari masing-masing pihak dapat terpenuhi sesuai dengan yang
diharapkan. Oleh karena itu semakin tinggi tarif pajak sebuah perusahaan
95
maka semakin besar manfaat yang diperoleh dari penggunaan utang
(Arsidatama, 2012).
Variabel leverage tidak berpengaruh terhadap effective tax rate,
menunjukkan bahwa semakin tinggi ataupun semakin rendah leverage suatu
perusahaan tidak berpengaruh terhadap penghindaran yang dilakukan oleh
perusahaan tersebut (Agusti, 2014). Penghindaran pajak berbanding lurus
dengan effective tax rate. Secara logika, semakin tinggi nilai dari rasio
leverage, berarti semakin tinggi jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga
yang digunakan perusahaan. (Kurniasih, 2013). Hasil penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Surbakti (2012). Hal ini
disebabkan banyak perusahaan yang menjadi sampel memiliki jumlah hutang
yang relatif kecil.
Leverage adalah tingkat hutang yang digunakan perusahaan dalam
melakukan pembiayaan di perusahaannya (Husnan, 2008). Tingkat leverage
hanya akan mempengaruhi pendanaan perusahaan bukan mempengaruhi
bagaimana perusahaan menghasilkan laba, sesuai dengan pendapat Gupta dan
Newberry (1997) menyatakan bahwa keputusan pendanaan perusahaan dapat
menjadi gambaran penghindaran pajak terkait dengan tarif efektif pajak, hal
tersebut dikarenakan ada peraturan perpajakan terkait kebijakan struktur
pendanaan perusahaan. Keputusan pendanaan yang dimaksud adalah apakah
perusahaan lebih menggunakan pendanaan dari sisi modal atau ekuitas.
Namun penelitian ini menolak hasil penelitian yang dilakukan oleh
Haryadi (2012) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI yang
96
menyatakan bahwa leverage berpengaruh signifikan secara positif terhadap
effective tax rate.
c. Pengaruh Profitabilitas terhadap Effective Tax Rate
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap effective tax rate.
Hal ini dilihat dari tingkat profitabilitas sebesar 0,021 < 0,05 dan nilai t
hitung sebesar -2,349. Hal ini mengindikasikan bahwa profitabilitas (ROA)
signifikan dengan arah negatif. Hipotesis ketiga (H3) adalah profitabilitas
(ROA) memiliki arah negatif dan berpengaruh secara parsial terhadap
effective tax rate. Dengan demikian hipotesis ketiga dari penelitian ini
diterima.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Noor et, al., (2008) yang menyatakan bahwa profitabilitas (ROA)
berpengaruh negatif terhadap effective tax rate, juga penelitian yang
dilakukan oleh Derashid dan Zhang (2003) yang menyatakan bahwa ROA
berpengaruh negatif terhadap effective tax rate, karena semakin efisien
perusahaan, maka perusahaan tersebut akan membayar pajak lebih sedikit
sehingga effective tax rate perusahaan tersebut akan lebih kecil.
Noor et, al., (2010) menemukan bahwa besarnya profitabilitas
perusahaan dapat mengurangi beban pajak perusahaan. Penyebabnya adalah
karena perusahaan dengan tingkat efisiensi yang tinggi dan yang memiliki
pendapatan tinggi cenderung menghadapi beban pajak yang rendah.
Rendahnya beban pajak perusahaan dikarenakan perusahaan dengan
97
pendapatan yang tinggi berhasil memanfaatkan keuntungan dari adanya
insentif pajak dan pengurang pajak yang lain yang dapat menyebabkan
effective tax rate perusahaan lebih rendah dari yang seharusnya.
Namun hasil penelitian ini menolak penelitian yang dilakukan Ardyansah
dan Zulaikha yang menyatakan bahwa profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh
terhadap effective tax rate.
d. Pengaruh Intensitas Aset Tetap terhadap Effective Tax Rate.
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa intensitas aset tetap (CI) tidak berpengaruh terhadap
effective tax rate. Hal ini dilihat dari tingkat intensitas aset tetap sebesar 0,070
> 0,05 dan nilai t hitung sebesar 1,828. Hipotesis keempat (H4) adalah
intensitas aset tetap (CI) tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap
effective tax rate. Dengan demikian hipotesis keempat dari penelitian ini
ditolak.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Chiao et, al., (2012) yang menyatakan bahwa kepemilikan aset tetap tidak ada
memiliki pengaruh dengan effective tax rate, juga penelitian yang dilakukan
oleh Ardyansah dan Zulaikha (2014) yang menyatakan bahwa capital
intensity ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap effective tax
rate.
Hasil tersebut mengindikasikan bahwa Intensitas Aset Tetap (CI) pada
perusahaan manufaktur tidak mempengaruhi besaran effective tax rate yang
dihasilkan oleh perusahaan dan terdapat indikasi bahwa pada perusahaan
98
manufaktur terdapat banyak aset tetap yang habis umur ekonomisnya. Ketika
suatu perusahaan membeli aset dengan umur di atas satu tahun, perusahaan
menyusutkan aset tersebut sepanjang waktu penggunaannya. (Eugenen F, et.
al) Maka perusahaan tidak memperhitungkan biaya penyusutan dikarenakan
telah habis umur ekonomis aset tetap.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Haryadi (2012). Hal ini diakibatkan perusahaan membuat kebijakat terhadap
penyusutan aset tetap sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku
sehingga perusahaan tidak perlu lagi melakukan koreksi fiskal terhadap aset
tetap dalam perlakuan perhitungan pajak terhutang untuk tahun pajak tersebut
(Haryadi, 2012). Sehingga mengakibatkan intensitas aset tetap tidak
berpengaruh terhadap effective tax rate.
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan menggunakan alpha (
sebesar 0,10, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intensitas aset tetap
(CI) berpengaruh terhadap effective tax rate. Hal ini dilihat dari tingkat
intensitas aset tetap sebesar 0,070 < 0,05 dan nilai t hitung sebesar 1,828. Hal
ini mengindikasikan bahwa intensitas aset tetap (CI) signifikan dengan arah
positif.
Variabel intensitas aset tetap mempunyai arah yang positif menunjukkan
bahwa perusahaan yang mempunyai aset tetap yang tinggi menanggung
beban pajak yang tinggi. Hal ini dikarenakan beberapa perusahaan-
perusahaan mempunyai aset tetap yang sudah habis manfaat ekonominya
tetapi tidak dihentikan pengakuannya dan untuk aset bergerak seperti
99
kendaraan jika dibawa pulang oleh penggunanya maka tidak semua biaya
penyusutan atau pemeliharaan dapat dibebankan melainkan hanya sebesar
50%. Adanya perlakuan terhadap biaya penyusutan terhadap aset tetap dapat
mempengaruhi perhitungan jumlah pajak yang ditanggung perusahaan
(Ardyansah dan Zulaikha, 2014).
Namun hasil penelitian ini menolak penelitian yang dilakukan Gupta dan
Newberry (2007) dan Thomas (2011) yang mendapatkan intensitas aset tetap
berpengaruh positif terhadap effective tax rate.
e. Pengaruh Intensitas Persediaan terhadap Effective Tax Rate
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa intensitas persediaan (II) tidak berpengaruh terhadap
effective tax rate. Hal ini dapat dilihat dari tingkat intensitas persediaan
sebesar 0,972 > 0,05 dan nilai t hitung sebesar -0,035. Hipotesis kelima (H5)
adalah intensitas persediaan (II) tidak memiliki pengaruh secara parsial
terhadap effective tax rate. Dengan demikian hipotesis kelima dari penelitian
ini ditolak.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Tanoto, Tiffany dan Gatot Soepriyanto (2013) yang menyatakan bahwa
inventory intensity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ETR
perusahaan. Variabel intensitas persediaan tidak memiliki pengaruh terhadap
effective tax rate dimana sedikit banyaknya persediaan yang dimiliki
perusahaan, bukan merupakan faktor untuk menentukan besar kecilnya
jumlah pajak yang dibayar perusahaan. Hasil penelitian ini juga sejalan
100
dengan penelitian yang dilakukan oleh Noor et. al, hal ini terjadi karena
biasanya dalam Undang-Undang perpajakan tidak memberikan insentif pajak
bagi perusahaan yang memiliki jumlah persediaan barang dagang yang besar.
Namun hasil penelitian ini menolak penelitian yang dilakukan Noor et al,.
(2010) dan Chiao et al,. (2012) yang mendapatkan intensitas persediaan
berpengaruh positif terhadap effective tax rate.
f. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Effective Tax Rate
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa komisaris independen (IND) tidak berpengaruh terhadap
effective tax rate. Hal ini dapat dilihat dari tingkat komisaris independen
sebesar 0,499 > 0,05 dan nilai t hitung sebesar -0,035. Hipotesis keenam (H6)
adalah komisaris independen (IND) tidak memiliki pengaruh secara parsial
terhadap effective tax rate. Dengan demikian hipotesis keenam dari penelitian
ini ditolak.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hanum dan Zulaikha (2013) yang menyatakan bahwa komisaris independen
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ETR perusahaan. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa komisaris independen yang merupakan bagian dari
dewan komisaris tidak melakukan fungsi pengawasan yang cukup baik
terhadap manajemen perusahaan seperti yang dijelaskan Antonia (2008).
Sabli dan Noor (2012) menjelaskan bahwa kurangnya pengetahuan mengenai
latar belakang kegiatan bisnis perusahaan dapat mengakibatkan gagalnya
perumusan strategi perusahaan yang efektif termasuk dalam strategi yang
101
berhubungan dengan pajak. Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya yang
telah dilakukan oleh Sabli dan Noor (2012), dimana berdasarkan
penelitiannya dihasilkan bahwa tidak terdapat signifikansi antara komisaris
independen dengan effective tax rate.
Proporsi yang lebih banyak dalam dewan komisaris independen tidak
dapat memberikan jaminan bahwa perusahaan pemerintah akan berjalan
dengan efektif dan baik sesuai dengan keinginan manajemen perusahaan. Hal
tersebut dikarenakan komisaris independen hanya bisa mengawasi kinerja
manajemen namun yang mengambil keputusan tetaplah manajemen itu
sendiri, wewenang komisaris independen tidak bisa secara langsung
menetapkan kebijakan mengenai besaran effective tax rate (Hanum dan
Zulaikha, 2013).
Namun hasil penelitian ini menolak penelitian yang dilakukan oleh
Ardyansah dan Zulaikha (2014) yang mendapatkan komisaris independen
komisaris komisaris independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
effective tax rate (ETR) dengan arah positif.
102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Merujuk pada hasil analisis, pengujian hipotesis, pembahasan serta
penelitian maka dapat dikemukakan beberapa simpulan penelitian sebagai
berikut:
1. Ukuran Perusahaan (SIZE) berpengaruh terhadap effective tax rate. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Derashid dan
Zhang (2003), Richardson dan Lanis (2007), dan Ardyansah dan
Zulaikha (2014). Namun penelitian ini menolak penelitian yang
dilakukan oleh Chiao et, al. (2012).
2. Leverage (LEV) tidak berpengaruh terhadap effective tax rate. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardyansah
dan Zulaikha (2014). Namun penelitian ini menolak penelitian yang
dilakukan oleh Teddy Haryadi (2012).
3. Profitabilitas (ROA) berpengaruh terhadap effective tax rate. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Noor et, al.,
(2008). Namun penelitian ini menolak penelitian yang dilakukan oleh
Ardyansah dan Zulaikha (2014).
4. Intensitas Aset Tetap (CI) tidak berpengaruh terhadap effective tax rate.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chiao
et, al., (2012) dan Ardyansah dan Zulaikha (2014). Namun penelitian ini
103
menolak penelitian yang dilakukan oleh Gupta dan Newberry (2007) dan
Thomas (2011).
5. Intensitas Persediaan (II) tidak berpengaruh terhadap effective tax rate.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tanoto,
Tiffany dan Gatot Soepriyanto (2013). Namun penelitian ini menolak
penelitian yang dilakukan oleh Noor et al,. (2010) dan Chiao et al,. (2012).
6. Komisaris Independen (IND) tidak berpengaruh terhadap effective tax
rate. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hanum dan Zulaikha (2013). Namun penelitian ini menolak penelitian
yang dilakukan oleh Ardyansah dan Zulaikha (2014).
B. Saran
Adapun saran yang dapat dipertimbangkan oleh peneliti selanjutnya yaitu
sebagai berikut:
1. Sampel yang digunakan dalam perusahaan ini hanya mencakup 23
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk
penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambah populasi perusahaan
yang akan dijadikan sampel penelitian di berbagai sektor seperti sektor
keuangan, sektor pertambangan, dan sektor lain yang terdaftar di Bursa
Efeek Indonesia (BEI).
2. Peneliti selanjutnya untuk menggunakan variabel lain seperti kepemilikan
manajerial, perbedaan bisnis yang dijalankan, intensitas penelitian dan
pengembangan, serta perbandingan nilai buku dan nilai pasar perusahaan.
104
3. Perusahaan lebih teliti dalam memasukkan pendapatan sebagai objek
pajak, sebagai contoh pendapatan yang seharusnya tidak dimasukan
sebagai objek pajak tetapi dimasukkan sebagai objek pajak, contohnya
adalah pendapatan deviden dengan tingkat kepemilikan 25% atau lebih
dan pendapatan operasi lainnya.
4. Perusahaan dapat mengalokasikan biaya penyimpanan persediaan agar
dapat mengurangi pajak yang seharusnya dibayar.
5. Perusahaan dapat memilih dua metode penyusutan aset tetap untuk
melakukan depresiasi, agar tiap tahun dapat menjadi pengurang dalam
pendapatan. Dan pajak yang dibayarkan akan lebih kecil.
105
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid. “Panduan Penulisan Skripsi”, Jakarta: FEB UIN Press, 2012.
Agoes, Sukrisno dan Estralita Trisnawati. “Akuntansi Perpajakan”, Jakarta:
Salemba Empat, 2013.
Agusti, Wirna Yola. “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Corporate
Governance terhadap Tax Avoidance. Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2012”. Fakultas Ekonomi,
Universitas Negeri Padang, 2014.
Ardyansah, D., & Zulaikha. Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Capital
Intensity Ratio dan Komisaris Independen terhadap Effective Tax Rate
(ETR). Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 3, Number 2, 2-9, 2014.
Anthony, Robert N dan Vijay Govindarajan. “Management Control System” New
York: Me Graw Hill. 2004
Atarwaman, Rita J. D. “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan,Profitabilitas,
dan Kepemilikan Manajerial terhadap Praktik Perataan Laba yang
Dilakukan oleh Perusahaan Manufaktur pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
Jurnal Ilmu Ekonomi, Vol.2, No. 2, Februari 2011.
Aunalal, Ardnolus. “Pengaruh Size, Profitability, & Ownership Structure Sebagai
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Effective Tax Rate Perusahaan. Thesis
Tidak dipublikasikan. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah
Mada. 2011
Blocher EJ, Chen KH, Cokins G, Lin TW. “Manajemen Biaya.” Tim Penerjemah
Penerbit Salemba, penerjemah, Jakarta : Salemba Empat. Terjemahan dari
Cost Management. 2007
Bursa Efek Indonesia. “Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Perusahaan”
diakses dari www.idx.co.id
Chiao YC, Hsieh YC, Lin W“Determinants of Effect Tax Rates for Firm Listed on
China‟s Stock Markets : Panel Models with Two-Sided Cencors”, the
Business & Management Review, Vol. 3 Number 1, November 2012.
Darmadi, Iqbal Nul Hakim dan Zulaikha. “Analisis Faktor yang Mempengaruhi
Manajemen Pajak dengan Indikator Tarif Pajak Efektif (Studi Empiris
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
106
pada Tahun 2011-2012). Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 2, No.4,
hal. 1-12. 2013
Derashid dan Zhang. “Effective Tax Rates and the “Industrial Policy”
Hypothesis: Evidence from Malaysia”, Journal of International
Accounting, Auditing & Taxation 12 (2003).
Deviani SP, Birgita. “Kemampuan Beban Pajak Tangguhan dan Beban Pajak
Kini dalam Deteksi Manajemen Laba pada saat Seasoned Equity
Offerings.” Universitas Diponegoro. 2009
Direksi PT Bursa Efek Jakarta. (2004). Kep-305/BEJ/07-2004: pencatatan saham
Dan efek bersifat ekuitas selain saham yang dierbitkan oleh perusahaan
tercatat. http://idx.co.id . diakses tanggal 30 Mei 2014.
Eddy Herjanto. “Manajemen Operasi”, Jakarta: Grasindo, 2007.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS.” Edisi Keempat,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. 2013
Gunadi. Akuntansi Pajak (Edisi Revisi). Jakarta: Grasindo. 2009
Gupta, S. And Newberry, K. “Determinants of the Variability Corporate Effective
Tax Rates: Evidence from Logitudinal Data”: Journal of Accounting and
Policy, 16, 1997 pp. 1-34.
Handayani, Desi. “Pengaruh Kecakapan Manajerial, Set Kesempatan Investasi
dan Kepemilikan Pemerintah terhadap Tarif Pajak Efektif.” Jurnal
Akuntansi Keuangan dan Bisnis. Vol. 6, Desember 2013, 26-35
Handayani, Desi & Tobi Arfan. “Pengaruh Transaksi Perusahaan Afiliasi
Terhadap Tarif Pajak Efektif”. Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis,
Vol. 7, Bulan 2014, 11-19.
Hanum, H. R., & Zulaikha. “Pengaruh Karakteristik Corporate Governance
terhadap Effective Tax Rates”. Diponegoro Journal of Accounting, Vol
02. No.02, 1-10. 2013.
Haryadi, Teddy. “Pengaruh Intensitas Modal, Leverage, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Tarif Pajak Efektif pada Perusahaan Pertambangan di BEI
Tahun 2010-2011. Artikel yang dipublikasikan. 2012
Hery. Akuntansi Perpajakan. Jakarta : Grasindo. 2014
https://triyani.wordpress.com/2008/06/06/pengindaran-pajak-vs-penggelapan-
pajak/
107
Indonesian Capital Market Directory. Jakarta. Bursa Efek Indonesia. 2010
Indonesian Capital Market Directory. Jakarta. Bursa Efek Indonesia. 2011
Indonesian Capital Market Directory. Jakarta. Bursa Efek Indonesia. 2012
Indonesian Capital Market Directory. Jakarta. Bursa Efek Indonesia. 2013
Indonesian Capital Market Directory. Jakarta. Bursa Efek Indonesia. 2014
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi & Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2002.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. “Theory of the Firm: Managerial behaviour,
agency cost, and ownership structure”. Journal of Financial Economics.
1976.
Karayan, John E and Charles W. Swenson, “Strategic Business Tax Planning”.
New Jersey: John Wiley & Sons. 2007
Kasmir. “Analisis Laporan Keuangan”. Jakarta: Rajawali Pers, 2008.
Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta No. Kep-305/BEJ/07-2004 tentang
Peraturan No 1-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas
Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat.
Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-29/PM/2004 Peraturan Nomor IX.15
tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
Kurniasih, Tommy., Sari Maria M. Ratna. “Pengaruh Return on Assets, Leverage,
Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal
pada Tax Avoidance” Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana. 2013
Liansheng W, Y, W, P, G, W, L “State Ownership, Tax Status and Size Effect of
Effective Tax Rate in China”. Journal of Accounting and Public Policy
Vol 26 No. 6, 2007.
Lind, Douglas A, William G. Marchal, & Samuel A. Wathen. “Teknik-Teknik
Statistika dalam Bisnis dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data
Global” Jakarta: Salemba Empat, 2011.
Liu, X., & Cao, S. “Determinants of Corporate Effective Tax Rates”. The Chinese
Economy, Vol. 40 No. 6. 2007
108
Mangoting, Yenni. “Tax Planning: Sebuah Pengantar Sebagai Alternatif
Meminimalkan Pajak”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 1, No. 1 Mei
1999 : 43 - 53.
Mardiasmo. Perpajakan Edisi Revisi (17th
ed.). Yogyakarta: Penerbit Andi. 2014
Martani, Dwi, Sylvia V.NPC., Ratna W., Aria F., dan Edward T. “Akuntansi
Keuangan Menengah Berbasis PSAK”. Salemba Empat, Jakarta. 2012
Martono dan Harjito, D. Agus. Manajemen Keuangan. Ekonisia Kampus Fakultas
Ekonomi UII, Yogyakarta. 2010.
Masri, Indah dan Dwi Martani. “Pengaruh Tax Avoidance terhadap Cost of Debt.
Simposium Nasional Akuntansi XV. Banjarmasin. 2012
Melinda, Maria dan Nur C. “Pengaruh Corporate Governance terhadap
Manajemen Pajak”. Diponegoro Jounal Of Accounting, Vol. 2, No. 3
2013
Minnick, Kristina., & Noga, Tracy., “Do Corporate Governance Characteristics
Influence Tax Management?” Journal of Corporate Finance, 16, 703-718.
2009.
Munawir. “Analisis Laporan Keuangan”. Liberty, Yogyakarta. 2004
Nasution, Lukman Hakim. “Pajak Pertambahan Nilai (PPN)”. Grasindo, Jakarta
2008.
Noor, Rohaya Md., Nor’Azam Mastuki, dan Barjoyai Bardai. “Corporate
Effective Tax Rate: A Study on Malaysian Public Listed Companies.
Malaysian Accounting Review, Vol. 7(1), No. 1-20. 2008
Noor, R. M., Fadzillah, N. S., & Mastuki, N. Corporate Tax Planning: A Study on
Corporate Effective Tax Rates of Malaysian Listed Companies.
International Journal of Trade, Economics, and Finance. Vol, 1(2),
No.189-193. 2010 http://dx.doi.org/10.7763/IJTEF.2010.VI.34
Noor, R. M. Corporate Tax Planning: “A Study on Corporate Effective Tax Rates
of Malaysian Listed Companies”. International Journal of Trade,
Economics and Finance, 1(2):189-193. 2010
Nurshamimi Sabli and Rohaya Md Noor (PhD), “Tax Planning and Corporate
Governance” International Conference On Business and Economic
Research (3rd Icber 2012) Proceeding
109
Price Water House Cooper. “Global Effective Tax Rates.” Price Water House
Cooper. 2011
Richardson, G., & Lanis, R. “Determinants of The Variability in Corporate
Effective Tax Rates and Tax Reform: Evidence from Australia”. Journal of
Accounting and Public Policy,Vol 26, 689-704, 2007.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 14 Tentang Persediaan Revisi 2008
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 Tentang Aset Tetap Revisi 2011
Pohan, Chairil Anwar “Pengantar Perpajakan – Teori dan Konsep Hukum
Pajak”. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2014:29-30.
Porcano, T. “Corporate Tax Rates: Progressive, Proportional, or Regressive”.
The Journal of the American Tax Association 7 (2), 17–31. 1986
Prabowo, Yusdianto. “Akuntansi Perpajakan Terapan” Jakarta:Grasindo. 2006
Pratiwi, Desak Eva Indira. “Perencanaan Pajak sebagai Upaya Legal untuk
Meminimalkan Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada KSU Griya Anyar
Sari Boga). Jurnal Ilmiah. Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas
Brawijaya.
Resmi, S. “Perpajakan – Teori dan Kasus (6th
ed.)”. Jakarta: Salemba Empat.
2011.
Richardson, Grant dan Lanis Roman. “Determinants of the Variability in ETR ans
Tax Reform: Evidence From Australia. Journal of Accounting and Public
Policy, Vol. 26. 2007
Rodriguez, E. F., & Arias, A. M., “Do Business Characteristics Determine an
Effective Tax Rate?”. The Chinese Economy, Vol. 45 No. 6, 2013.
Rifai, Badriyah. Peran Komisaris Independen dalam Mewujudkan Good
Corporate Governance di Perusahaan Publik. Jurnal Hukum No. 3 Vol.
16 Juli 2009: 396-412.
Sabli, N., & Noor M. R. “Tax Planning and Corporate Governance”. Proceeding
International Conference on Business and Economic Research Bandung.
ISBN: 978-967-5705-05-2, 2012.
Sari, D. K. “Pengaruh Karakteristik Kepemilikan dan Corporate Governance
Terhadap Pajak Agresif”. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Depok, 2010.
110
Sari, D.K., & Martani, D. “Ownership Characteristics, Corporate Governance
and Tax Agressiveness”. The 3 rd Accounting and the 2nd
Doctoral
Colloquium Facult of Economics Universitas Indonesia. Bali: FEUI.
Sekaran, Uma. “Metodologi Penelitian untuk Bisnis (4th
ed.). Jakarta: Salemba
Empat, 2006.
Slamet Haryono. “Struktur Kepemilikan dalam Bingkai Teori Keagenan”, Jurnal
Akuntansi & Bisnis, Vol. 5, No.1, Februari 2005.
Soemitro, Prof. Dr. H. Rochmat, SH. & Dewi Kania Sugiharti, SH., MH., Asas
dan Dasar Perpajakan, cetakan pertama, Bandung: PT. Refika Aditama,
2004.
Suandy, Erly. Perencanaan Pajak. Salemba Empat, Jakarta. 2003
Sumarsan, Thomas. Perpajakan Indonesia. Edisi 3. Indeks, Jakarta. 2013
Soemitro, Prof. Dr. H. Rochmat, SH. & Dewi Kania Sugiharti, SH., MH., Asas
dan Dasar Perpajakan, cetakan pertama, Bandung: PT. Refika Aditama,
2004.
Surya, Indra dan Ivan Yustiavandana. “Penerapan Good Corporate Governance
Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha”. Jakarta:
Kencana, 2006.
Thomas, Hutahean.. “TPE pada Perusahaan Korporasi pada Perusahaan Public
Manufaktur di Indonesia”. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Riau.2011
Tiearya, Ivan R. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba Sebagai
Respon Atas Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan 2008 Di Indonesia
(Studi Empiris Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2007-2009). Skripsi. Universitas Diponegoro : Semarang,
2012.
Ujiyantho, M.A. dan Bambang A.P. 2007. Mekanisme Corporate Governance,
Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan Go
Publik Sektor Manufaktur). Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar.
2007.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008. Perubahan Keempat
Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Jakarta, diakses dari http://www.pajak.go.id/dmdocuments/UU-36-2008.pdf
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
111
Wibowo, Adi. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tarif Pajak Efektif (Studi
Pada Perusahaan Publik di Indonesia). Tesis. Universitas Gadjah Mada.
2012
Wulandari, Deni, dkk “Indikasi Manajemen Laba Menjelang Undang-Undang
Perpajakan 2000 pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.” Simposium Nasional Akuntansi VII, Bali. 2004.
www.idx.co.id
www.pajak.go.id
Yulfaida dan Zhulaikha, “Pengaruh Size, Profitabilitas, Profile, Leverage dan
Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia” Semarang: UNDIP,
Diponegoro Journal of Accounting Volume 1, Nomer 2, Tahun 2012,
Halaman 1-12, http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting
Zain, Mohammad. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat. 2008
Zeng, Tao. 2011. “Ownership Concentration, State Ownership, and Effective Tax
Rate: Evidence from China‟s Listed Firms”. Accounting Perspectives. Vol.
9 No. 4.
Zimmerman, J., “Taxes and firm size”. Journal of Accounting and Economics 5
(2), 119–149. 1983
.
112
LAMPIRAN
113
LAMPIRAN 1: Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian
No. Nama Perusahaan Kode
1 PT. Asahimas Flat Glass Tbk AMFG
2 PT. Betonjaya Manunggal Tbk BTON
3 PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN
4 PT. Delta Djakarta Tbk DLTA
5 PT. Ekadharma International Tbk EKAD
6 PT. Gajah Tunggal Tbk GJTL
7 PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP
8 PT. Champion Pacific Indonesia Tbk IGAR
9 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
10 PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP
11 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF
12 PT. KMI Wire and Cable Tbk KBLI
13 PT. Kabelindo Murni Tbk KBLM
14 PT. Kalbe Farma Tbk KLBF
15 PT. Lion Metal Works Tbk LION
16 PT. Mayora Indah Tbk MYOR
17 PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk ROTI
18 PT. Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk SCCO
19 PT. Sekar Laut Tbk SKLT
20 PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk SMGR
21 PT. Selamat Sempurna Tbk SMSM
22 PT. Mandom Indonesia Tbk TCID
23 PT. Surya Toto Indonesia Tbk TOTO
114
LAMPIRAN 2 : Perhitungan Ukuran Perusahaan (SIZE), Leverage (LEV),
Profitabilitas (ROA), Intensitas Aset Tetap (CI), Intensitas Persediaan (II),
Komisaris Independen (IND) dan Effective Tax Rate (ETR).
No. KODE TAHUN SIZE LEV ROA CI II IND ETR
1
AMFG
2010 28,50 0,29 0,14 0,44 0,21 0,33 0,25
2011 28,62 0,25 0,13 0,43 0,22 0,33 0,25
2012 28,77 0,27 0,11 0,44 0,22 0,33 0,25
2013 28,89 0,28 0,10 0,42 0,19 0,33 0,25
2014 29,00 0,23 0,12 0,39 0,19 0,33 0,23
2
BTON
2010 25,22 0,23 0,09 0,08 0,09 0,50 0,26
2011 25,50 0,29 0,16 0,08 0,09 0,50 0,22
2012 25,70 0,28 0,17 0,10 0,07 0,50 0,24
2013 25,89 0,27 0,15 0,08 0,09 0,50 0,22
2014 25,88 0,19 0,04 0,08 0,05 0,50 0,20
3
CPIN
2010 29,51 0,45 0,34 0,30 0,24 0,40 0,21
2011 29,81 0,43 0,27 0,36 0,26 0,40 0,21
2012 30,14 0,51 0,22 0,37 0,27 0,40 0,21
2013 30,39 0,58 0,16 0,41 0,26 0,33 0,27
2014 30,67 0,91 0,08 0,43 0,21 0,33 0,17
4
DLTA
2010 27,29 0,19 0,21 0,16 0,12 0,40 0,24
2011 27,27 0,22 0,22 0,14 0,12 0,40 0,26
2012 27,34 0,25 0,29 0,13 0,20 0,40 0,26
2013 27,49 0,28 0,31 0,11 0,20 0,40 0,25
2014 27,62 0,30 0,29 0,11 0,19 0,40 0,24
Bersambung ke halaman selanjutnya
115
LAMPIRAN 2: (Lanjutan)
No. KODE TAHUN SIZE LEV ROA CI II IND ETR
5
EKAD
2010 26,04 0,63 0,13 0,33 0,27 0,33 0,22
2011 26,19 0,61 0,11 0,31 0,31 0,50 0,26
2012 26,34 0,43 0,13 0,31 0,30 0,50 0,24
2013 26,56 0,45 0,11 0,28 0,32 0,50 0,24
2014 26,74 0,51 0,10 0,26 0,39 0,50 0,31
6
GJTL
2010 29,97 1,94 0,08 0,39 0,11 0,38 0,26
2011 30,08 1,61 0,06 0,40 0,14 0,38 0,20
2012 30,19 1,35 0,09 0,48 0,11 0,33 0,22
2013 30,36 1,68 0,01 0,42 0,12 0,29 0,28
2014 30,41 1,68 0,02 0,47 0,14 0,33 0,32
7
ICBP
2010 30,22 0,43 0,14 0,17 0,11 0,38 0,26
2011 30,35 0,42 0,14 0,17 0,11 0,38 0,25
2012 30,51 0,49 0,13 0,22 0,10 0,38 0,25
2013 30,69 0,60 0,11 0,23 0,13 0,43 0,25
2014 30,85 0,66 0,10 0,23 0,11 0,43 0,25
8
IGAR
2010 26,57 0,04 0,15 0,10 0,15 0,33 0,23
2011 26,60 0,03 0,16 0,08 0,22 0,33 0,23
2012 26,47 0,29 0,14 0,14 0,28 0,33 0,24
2013 26,48 0,39 0,11 0,16 0,32 0,33 0,28
2014 26,58 0,33 0,16 0,13 0,34 0,33 0,28
9
INDF
2010 31,49 0,91 0,08 0,25 0,12 0,30 0,28
2011 31,61 0,70 0,09 0,24 0,12 0,33 0,23
2012 31,72 0,74 0,08 0,27 0,13 0,38 0,24
2013 31,98 1,04 0,04 0,29 0,11 0,38 0,27
2014 32,08 1,08 0,05 0,26 0,10 0,38 0,29
Bersambung ke halaman selanjutnya
116
LAMPIRAN 2 : (Lanjutan)
No. KODE TAHUN SIZE LEV ROA CI II IND ETR
10
INTP
2010 30,36 0,17 0,21 0,50 0,08 0,43 0,24
2011 30,53 0,15 0,20 0,42 0,07 0,43 0,24
2012 30,76 0,17 0,16 0,35 0,06 0,43 0,24
2013 30,91 0,16 0,14 0,35 0,06 0,43 0,24
2014 30,99 0,17 0,18 0,42 0,06 0,43 0,22
11
KAEF
2010 28,14 0,49 0,08 0,25 0,23 0,40 0,22
2011 28,22 0,43 0,10 0,24 0,25 0,40 0,26
2012 28,36 0,44 0,10 0,22 0,26 0,40 0,26
2013 28,54 0,52 0,09 0,20 0,26 0,40 0,24
2014 28,72 0,64 0,01 0,19 0,23 0,40 0,15
12
KBLI
2010 27,59 0,46 0,05 0,41 0,21 0,40 0,28
2011 27,71 0,51 0,06 0,36 0,21 0,40 0,32
2012 27,78 0,71 0,11 0,34 0,26 0,40 0,27
2013 27,92 0,51 0,06 0,29 0,22 0,33 0,30
2014 27,92 0,42 0,05 0,31 0,20 0,40 0,26
13
KBLM
2010 26,72 0,77 0,01 0,58 0,09 0,50 0,33
2011 27,19 1,63 0,03 0,44 0,18 0,33 0,25
2012 27,31 1,73 0,03 0,40 0,24 0,33 0,26
2013 27,21 1,43 0,01 0,46 0,16 0,33 0,28
2014 27,20 1,23 0,03 0,45 0,14 0,33 0,25
14
KLBF
2010 29,58 0,22 0,19 0,23 0,22 0,33 0,24
2011 29,74 0,27 0,18 0,22 0,21 0,33 0,23
2012 29,87 0,28 0,19 0,24 0,22 0,33 0,23
2013 30,06 0,33 0,17 0,26 0,27 0,33 0,23
2014 30,15 0,27 0,17 0,27 0,25 0,33 0,23
Bersambung ke halaman selanjutnya
117
LAMPIRAN 2 : (Lanjutan)
No. KODE TAHUN SIZE LEV ROA CI II IND ETR
15
LION
2010 26,44 0,17 0,13 0,06 0,27 0,33 0,23
2011 26,63 0,21 0,14 0,05 0,28 0,33 0,22
2012 26,80 0,17 0,20 0,07 0,23 0,33 0,18
2013 26,94 0,20 0,13 0,12 0,26 0,33 0,24
2014 27,12 0,35 0,08 0,17 0,25 0,33 0,22
16
MYOR
2010 29,11 1,16 0,11 0,34 0,11 0,40 0,24
2011 29,52 1,72 0,07 0,31 0,20 0,40 0,23
2012 29,75 1,71 0,09 0,34 0,18 0,40 0,22
2013 29,90 1,47 0,11 0,32 0,15 0,40 0,22
2014 29,96 1,51 0,04 0,35 0,19 0,40 0,23
17
ROTI
2010 27,07 0,25 0,18 0,61 0,02 0,33 0,26
2011 27,36 0,39 0,15 0,72 0,02 0,33 0,25
2012 27,82 0,81 0,12 0,74 0,02 0,33 0,25
2013 28,23 1,32 0,09 0,64 0,02 0,33 0,25
2014 28,39 1,23 0,09 0,78 0,02 0,33 0,25
18
SCCO
2010 27,78 1,70 0,05 0,16 0,24 0,33 0,26
2011 28,01 1,80 0,08 0,14 0,14 0,33 0,24
2012 28,03 1,27 0,11 0,15 0,15 0,33 0,24
2013 28,20 1,49 0,06 0,14 0,17 0,33 0,28
2014 28,14 1,03 0,08 0,18 0,17 0,33 0,25
19
SKLT
2010 26,02 0,69 0,02 0,49 0,25 0,33 0,22
2011 26,09 0,74 0,03 0,47 0,22 0,33 0,25
2012 26,24 0,93 0,03 0,41 0,24 0,33 0,32
2013 26,43 1,16 0,04 0,42 0,23 0,33 0,31
2014 26,53 1,16 0,05 0,41 0,22 0,33 0,30
Bersambung ke halaman selanjutnya
118
LAMPIRAN 2 : (Lanjutan)
No. KODE TAHUN SIZE LEV ROA CI II IND ETR
20
SMGR
2010 30,38 0,28 0,24 0,49 0,10 0,40 0,23
2011 30,61 0,35 0,20 0,59 0,10 0,33 0,22
2012 30,91 0,46 0,19 0,63 0,09 0,50 0,22
2013 31,06 0,41 0,17 0,61 0,09 0,33 0,23
2014 31,17 0,37 0,16 0,59 0,08 0,43 0,21
21
SMSM
2010 27,70 0,88 0,15 0,35 0,29 0,33 0,19
2011 27,76 0,70 0,19 0,35 0,29 0,33 0,22
2012 28,07 0,71 0,16 0,33 0,27 0,33 0,22
2013 28,16 0,69 0,20 0,29 0,23 0,33 0,24
2014 28,19 0,53 0,24 0,28 0,25 0,33 0,22
22
TCID
2010 27,68 0,10 0,13 0,38 0,18 0,40 0,24
2011 27,75 0,11 0,12 0,37 0,25 0,40 0,26
2012 27,86 0,15 0,12 0,35 0,21 0,40 0,26
2013 28,01 0,24 0,11 0,47 0,23 0,40 0,27
2014 28,25 0,44 0,09 0,50 0,23 0,40 0,27
23
TOTO
2010 27,72 0,73 0,18 0,33 0,21 0,33 0,25
2011 27,92 0,76 0,16 0,36 0,21 0,33 0,26
2012 28,05 0,70 0,16 0,30 0,22 0,25 0,30
2013 28,19 0,69 0,14 0,32 0,21 0,25 0,27
2014 28,34 0,65 0,14 0,40 0,22 0,40 0,23
Sumber: Data Sekunder yang Diolah
119
LAMPIRAN 3: Hasil Output SPSS 22 for windows Sebelum Transformasi
Regression
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SIZE 115 25,22 32,08 28,4549 1,68706
LEV 115 ,03 1,94 ,6468 ,48180
ROA 115 ,01 ,34 ,1239 ,06710
CI 115 ,05 ,78 ,3210 ,15748
II 115 ,02 ,39 ,1826 ,07979
IND 115 ,25 ,50 ,3735 ,05565
ETR 115 ,15 ,33 ,2461 ,02999
Valid N (listwise) 115
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 IND, ROA, SIZE, CI, II, LEV
b . Enter
a. Dependent Variable: ETR
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,399a ,159 ,113 ,02825 1,695
a. Predictors: (Constant), IND, ROA, SIZE, CI, II, LEV
b. Dependent Variable: ETR
120
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression ,016 6 ,003 3,411 ,004b
Residual ,086 108 ,001
Total ,103 114
a. Dependent Variable: ETR
b. Predictors: (Constant), IND, ROA, SIZE, CI, II, LEV
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) ,349 ,058 6,047 ,000
SIZE -,003 ,002 -,162 -1,633 ,105 ,792 1,263
LEV -,001 ,007 -,013 -,116 ,908 ,606 1,651
ROA -,144 ,049 -,323 -2,948 ,004 ,649 1,541
CI ,024 ,019 ,128 1,309 ,193 ,816 1,226
II ,002 ,038 ,006 ,060 ,952 ,765 1,308
IND -,030 ,051 -,055 -,583 ,561 ,870 1,149
a. Dependent Variable: ETR
Coefficient Correlations
Model IND ROA SIZE CI II LEV
1 Correlations IND 1,000 ,056 ,102 ,125 ,240 ,230
ROA ,056 1,000 -,219 ,091 -,013 ,562
SIZE ,102 -,219 1,000 -,143 ,303 -,176
CI ,125 ,091 -,143 1,000 ,281 -,070
II ,240 -,013 ,303 ,281 1,000 ,044
LEV ,230 ,562 -,176 -,070 ,044 1,000
Covarinces IND ,003 ,000 9,204E-6 ,000 ,000 8,273E-5
ROA ,000 ,002 -1,892E-5 8,250E-5 -2,370E-5 ,000
SIZE 9,204E-6 -1,892E-5 3,107E-6 -4,685E-6 2,026E-5 -2,189E-6
CI ,000 8,250E-5 -4,685E-6 ,000 ,000 -9,206E-6
II ,000 -2,370E-5 2,026E-5 ,000 ,001 1,169E-5
LEV 8,273E-5 ,000 -2,189E-6 -9,206E-6 1,169E-5 4,978E-5
121
Correlations
SIZE LEV ROA CI II IND ETR
SIZE Pearson Correlation 1 ,155 ,088 ,263** -,353
** -,100 -,155
Sig. (2-tailed) ,098 ,351 ,004 ,000 ,290 ,098
N 115 115 115 115 115 115 115
LEV Pearson Correlation ,155 1 -,558** ,222
* -,105 -,258
** ,184
*
Sig. (2-tailed) ,098 ,000 ,017 ,262 ,005 ,049
N 115 115 115 115 115 115 115
ROA Pearson Correlation ,088 -,558** 1 -,156 ,037 ,090 -,354
**
Sig. (2-tailed) ,351 ,000 ,096 ,693 ,337 ,000
N 115 115 115 115 115 115 115
CI Pearson Correlation ,263** ,222
* -,156 1 -,336
** -,123 ,137
Sig. (2-tailed) ,004 ,017 ,096 ,000 ,190 ,143
N 115 115 115 115 115 115 115
II Pearson Correlation -,353** -,105 ,037 -,336
** 1 -,148 ,018
Sig. (2-tailed) ,000 ,262 ,693 ,000 ,115 ,849
N 115 115 115 115 115 115 115
IND Pearson Correlation -,100 -,258** ,090 -,123 -,148 1 -,081
Sig. (2-tailed) ,290 ,005 ,337 ,190 ,115 ,387
N 115 115 115 115 115 115 115
ETR Pearson Correlation -,155 ,184* -,354
** ,137 ,018 -,081 1
Sig. (2-tailed) ,098 ,049 ,000 ,143 ,849 ,387
N 115 115 115 115 115 115 115
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue
Condition
Index
Variance Proportions
(Constant) SIZE LEV ROA CI II IND
1 1 6,103 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00
2 ,477 3,578 ,00 ,00 ,27 ,10 ,01 ,01 ,00
3 ,218 5,285 ,00 ,00 ,04 ,02 ,35 ,25 ,00
4 ,119 7,155 ,00 ,00 ,37 ,40 ,31 ,24 ,00
5 ,070 9,362 ,00 ,00 ,15 ,37 ,23 ,24 ,10
6 ,011 23,289 ,03 ,08 ,18 ,10 ,10 ,07 ,78
7 ,001 70,109 ,97 ,91 ,00 ,01 ,00 ,19 ,12
a. Dependent Variable: ETR
122
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value ,2107 ,2728 ,2461 ,01197 115
Std. Predicted Value -2,958 2,234 ,000 1,000 115
Standard Error of Predicted
Value ,004 ,011 ,007 ,002 115
Adjusted Predicted Value ,2104 ,2771 ,2461 ,01222 115
Residual -,11096 ,06531 ,00000 ,02750 115
Std. Residual -3,928 2,312 ,000 ,973 115
Stud. Residual -4,065 2,402 ,000 1,007 115
Deleted Residual -,11885 ,07254 ,00001 ,02947 115
Stud. Deleted Residual -4,396 2,457 -,002 1,029 115
Mahal. Distance 1,480 16,415 5,948 3,426 115
Cook's Distance ,000 ,168 ,010 ,025 115
Centered Leverage Value ,013 ,144 ,052 ,030 115
a. Dependent Variable: ETR
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2,420 13,655 ,177 ,860
Ln_SIZE -3,721 3,959 -,095 -,940 ,349
Ln_LEV ,322 ,326 ,113 ,988 ,326
Ln_ROA -,844 ,339 -,269 -2,488 ,014
Ln_CI -,393 ,418 -,100 -,942 ,348
Ln_II ,234 ,350 ,064 ,670 ,504
Ln_IND ,574 1,499 ,036 ,383 ,703
a. Dependent Variable: Ln_PARK
123
LAMPIRAN 4 : Hasil Output SPSS 22 for windows Sesudah Transformasi
Model Regresi Semi Log (Ghozali, 2013:193)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Ln_SIZE 115 3,23 3,47 3,3466 ,05901
Ln_LEV 115 -3,47 ,66 -,7245 ,81016
Ln_ROA 115 -4,85 -1,08 -2,2900 ,73951
Ln_CI 115 -2,98 -,24 -1,2823 ,58772
Ln_II 115 -4,08 -,93 -1,8466 ,63247
Ln_IND 115 -1,39 -,69 -,9954 ,14403
ETR 115 ,15 ,33 ,2461 ,02999
Valid N (listwise) 115
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Ln_IND,
Ln_SIZE,
Ln_ROA, Ln_II,
Ln_CI, Ln_LEVb
. Enter
a. Dependent Variable: ETR
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,405a ,164 ,118 ,02817 1,705
a. Predictors: (Constant), Ln_IND, Ln_SIZE, Ln_ROA, Ln_II, Ln_CI, Ln_LEV
b. Dependent Variable: ETR
124
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,017 6 ,003 3,539 ,003b
Residual ,086 108 ,001
Total ,103 114
a. Dependent Variable: ETR
b. Predictors: (Constant), Ln_IND, Ln_SIZE, Ln_ROA, Ln_II, Ln_CI, Ln_LEV
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) ,590 ,174 3,399 ,001
Ln_SIZE -,110 ,050 -,216 -2,178 ,032 ,790 1,266
Ln_LEV ,001 ,004 ,034 ,304 ,762 ,617 1,620
Ln_ROA -,010 ,004 -,250 -2,349 ,021 ,685 1,461
Ln_CI ,010 ,005 ,190 1,828 ,070 ,715 1,399
Ln_II ,000 ,004 -,003 -,035 ,972 ,882 1,134
Ln_IND -,013 ,019 -,062 -,678 ,499 ,924 1,082
a. Dependent Variable: ETR
Coefficient Correlationsa
Model Ln_IND Ln_SIZE Ln_ROA Ln_II Ln_CI Ln_LEV
1 Correlations Ln_IND 1,000 ,041 ,022 ,158 ,078 ,158
Ln_SIZE ,041 1,000 -,242 ,137 -,305 -,168
Ln_ROA ,022 -,242 1,000 -,008 ,098 ,504
Ln_II ,158 ,137 -,008 1,000 ,233 -,073
Ln_CI ,078 -,305 ,098 ,233 1,000 -,230
Ln_LEV ,158 -,168 ,504 -,073 -,230 1,000
Covariances Ln_IND ,000 3,953E-5 1,796E-6 1,339E-5 7,901E-6 1,247E-5
Ln_SIZE 3,953E-5 ,003 -5,249E-5 3,070E-5 -8,154E-5 -3,493E-5
Ln_ROA 1,796E-6 -5,249E-5 1,859E-5 -1,562E-7 2,248E-6 9,001E-6
Ln_II 1,339E-5 3,070E-5 -1,562E-7 1,973E-5 5,490E-6 -1,336E-6
Ln_CI 7,901E-6 -8,154E-5 2,248E-6 5,490E-6 2,819E-5 -5,059E-6
Ln_LEV 1,247E-5 -3,493E-5 9,001E-6 -1,336E-6 -5,059E-6 1,718E-5
125
Collinearity Diagnosticsa
Mo
del
Dimen
sion Eigenvalue
Condition
Index
Variance Proportions
(Constant) Ln_SIZE Ln_LEV Ln_ROA Ln_CI Ln_II Ln_IND
1 1 6,127 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00
2 ,579 3,252 ,00 ,00 ,47 ,01 ,01 ,00 ,00
3 ,161 6,176 ,00 ,00 ,10 ,00 ,49 ,18 ,00
4 ,076 8,968 ,00 ,00 ,24 ,25 ,27 ,53 ,01
5 ,047 11,470 ,00 ,00 ,08 ,59 ,07 ,14 ,13
6 ,010 24,400 ,01 ,01 ,06 ,07 ,05 ,14 ,86
7 ,000 227,180 ,99 ,99 ,04 ,08 ,11 ,01 ,00
a. Dependent Variable: ETR
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value ,2273 ,2805 ,2461 ,01216 115
Std. Predicted Value -1,543 2,834 ,000 1,000 115
Standard Error of Predicted
Value ,004 ,012 ,007 ,002 115
Adjusted Predicted Value ,2264 ,2900 ,2462 ,01257 115
Residual -,11889 ,06746 ,00000 ,02742 115
Std. Residual -4,221 2,395 ,000 ,973 115
Stud. Residual -4,626 2,425 -,003 1,015 115
Deleted Residual -,14282 ,06913 -,00015 ,02988 115
Stud. Deleted Residual -5,143 2,482 -,007 1,045 115
Mahal. Distance ,886 19,670 5,948 4,317 115
Cook's Distance ,000 ,615 ,013 ,059 115
Centered Leverage Value ,008 ,173 ,052 ,038 115
a. Dependent Variable: ETR
126
Correlations
Ln_SIZE Ln_LEV Ln_ROA Ln_CI Ln_II Ln_IND ETR
Ln_SIZE Pearson Correlation 1 ,182 ,093 ,376** -,213
* -,081 -,155
Sig. (2-tailed) ,052 ,324 ,000 ,022 ,390 ,098
N 115 115 115 115 115 115 115
Ln_LEV Pearson Correlation ,182 1 -,521** ,369
** -,006 -,220
* ,209
*
Sig. (2-tailed) ,052 ,000 ,000 ,951 ,018 ,025
N 115 115 115 115 115 115 115
Ln_ROA Pearson Correlation ,093 -,521** 1 -,206
* -,010 ,091 -,332
**
Sig. (2-tailed) ,324 ,000 ,027 ,914 ,333 ,000
N 115 115 115 115 115 115 115
Ln_CI Pearson Correlation ,376** ,369
** -,206
* 1 -,263
** -,129 ,182
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,027 ,004 ,170 ,051
N 115 115 115 115 115 115 115
Ln_II Pearson Correlation -,213* -,006 -,010 -,263
** 1 -,128 ,003
Sig. (2-tailed) ,022 ,951 ,914 ,004 ,174 ,976
N 115 115 115 115 115 115 115
Ln_IND Pearson Correlation -,081 -,220* ,091 -,129 -,128 1 -,099
Sig. (2-tailed) ,390 ,018 ,333 ,170 ,174 ,293
N 115 115 115 115 115 115 115
ETR Pearson Correlation -,155 ,209* -,332
** ,182 ,003 -,099 1
Sig. (2-tailed) ,098 ,025 ,000 ,051 ,976 ,293
N 115 115 115 115 115 115 115
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -3,294 16,650 -,198 ,844
Ln_SIZE -,589 4,827 -,013 -,122 ,903
Ln_LEV ,756 ,398 ,223 1,901 ,060
Ln_ROA -,274 ,414 -,074 -,663 ,509
Ln_CI -,142 ,510 -,030 -,280 ,780
Ln_II ,405 ,426 ,093 ,950 ,344
Ln_IND 3,278 1,828 ,172 1,793 ,076
a. Dependent Variable: Ln_UjiPark
127
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 115
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,02741511
Most Extreme Differences Absolute ,077
Positive ,065
Negative -,077
Test Statistic ,077
Asymp. Sig. (2-tailed) ,089c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -,00145
Cases < Test Value 57
Cases >= Test Value 58
Total Cases 115
Number of Runs 50
Z -1,592
Asymp. Sig. (2-tailed) ,111
a. Median
128
Charts