pengaruh self esteem terhadap penyalahgunaan narkoba...
TRANSCRIPT
PENGARUH SELF ESTEEM TERHADAP
PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA
REMAJA DI PSPP “GALIH PAKUAN” BOGOR
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Sosial
(S.Sos)
Oleh
NIA HIDAYATY
NIM 1111054100046
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
i
ABSTRAK
Nia Hidayaty
Pengaruh Self Esteem Terhadap Penyalahgunaan Narkoba
Pada Remaja di PSPP “Galih Pakuan” Bogor
Masa remaja merupakan masa transisi dalam membentuk
kepribadian. Perilaku delikuen dipengaruhi oleh kepribadian
individu seperti adanya gangguan emosional, kurangnya rasa
percaya diri dan harga diri yang rendah. Seseorang yang
mempunyai harga diri yang rendah biasanya akan menganggap
dirinya tidak berharga dan dengan mudahnya untuk melakukan
hal yang negatif, salah satunya penyalahgunaan narkoba.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh
Self Esteem terhadap Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja di
PSPP Galih Pakuan Bogor. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif, proses penelitian ini bersifat deduktif, dimana untuk
menjawab rumusan masalah digunakan konsep atau teori
sehingga dapat dirumuskan melalui hipotesis, selanjutnysa
hipotesis diuji melalui pengumpulan data lapangan. Selanjutnya
jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian survei,
penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari
suatu populasi (PSPP Galih Pakuan) Bogor, dengan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengukuran data pokok.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa tidak terdapat pengaruh antara self esteem terhadap
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Hasil ini dapat
dilihat dari uji F-test dengan nilai signifikansi sebesar 0,140
dengan alpha sebesar 0,05. Karena nilai signifikansi lebih besar
dari alpha maka tidak terdapat pengaruh antara self esteem (X)
terhadap penyalahgunaan narkoba (Y). Adapun berdasarkan hasil
uji koefisien determinasi R Square (R2) sebesar 7,9% sedangkan
sisanya sebesar 92,1% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel
lain di luar variabel penelitian. Maka dapat diketahui bahwa nilai
R Square (R2) dikatakan cukup tinggi antara variabel self esteem
(X) terhadap variabel penyalahgunaan narkoba (Y).
Kata Kunci: Self Esteem, Penyalahgunaan Narkoba
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin. Dengan menyebut nama
Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji
dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan petunjuk dan rahmat-Nya juga berkat
ridho Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Self Esteem Terhadap
Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja di PSPP Galih
Pakuan Bogor”. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Besar kita, Nabi Muhammad SAW.
Selama proses hingga terwujudnya skripsi ini saya banyak
mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai
pihak dan berbagai fasilitas. Atas dasar itulah dengan
kerendahan hati perkenankanlah saya mengucapkan
terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Dr. Arief Subhan, MA. Sebagai Dekan Fakultas IImu
Dakwah dan ilmu Komunikasi. Suparto, M.Ed, Ph.D
Sebagai wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. Raudhonah,
MA. Selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum.
Dr. Suhaimi, M.Si. Sebagai Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
2. Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. Sebagai Ketua Program
Studi Kesejahteraan Sosial, Nunung Khoiriyah, MA.
Sebagai Sekretaris Program Studi, dan para Dosen
Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah banyak
memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis.
iii
3. Ir. Noor Bekti Negoro, SE,M.Si, Sebagai Dosen
Pembimbing skripsi yang dengan kesungguhan dan
kesabaran yang telah memberikan banyak kritik dan saran,
masukan, bimbingan serta arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Seluruh dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah memberikan wawasan ilmu pengetahuan dan
membimbing penulis selama melaksanakan perkuliahan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Untuk yang paling penulis sayangi, kasihi dan hormati,
Bapa dan Mama tercinta, beserta keluarga besarku yang
senantiasa memberikan dukungan serta tak henti-hentinya
doa, cinta dan kasih sayang yang tulus mereka panjatkan
untuk penulis agar selalu bersemangat dalam menyusun
dan menyelesaikan skripsi ini.
6. Keluarga besar PSPP “Galih Pakuan” Bogor, penulis
ucapkan terima kasih kepada Bapak Beni Sujanto,
A.KS,M.Si sebagai Kepala Panti yang telah mengizinkan
penulis untuk melakukan penelitian, dan penulis
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Jarmadi,
M.Si, Ibu Ika, Bapak Sigit yang sudah membimbing dan
memberikan arahan kepada penulis selama melaksanakan
penelitian. Serta para responden PSPP ”Galih Pakuan”
Bogor yang telah bersedia membantu untuk menjadi
responden. Semoga Allah membalas segala bentuk
kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.
iv
7. Teman-teman Kesejahteraan sosial 2011 atas dukungan
yang telah diberikan kepada penulis. Khususnya para
sahabat terdekat Ida Fatmawati, Charisma Juwanita,
Shelly Puspita Sari, Ayu Ratna Sari, Novita Dwi, Triyanty
(kiky) yang telah banyak membantu penulis dalam
memberikan waktu, kasih sayang, semangat, motivasi
sehingga penulis terbantu dalam menyelesaikan skripsi.
8. Sepupu saya Qonita Rahmi. Atas bantuannya yang bisa
meluangkan waktu untuk membantu dan memberikan
masukan kepada penulis sehingga penulis terbantu dalam
menyelesaikan skripsi.
9. Sahabat masa SMP dan SMA yang sudah seperti keluarga.
Uswatun Khasanah, Viany Nurul Alya, Raden Kartika,
Fakhriatih dan Ennisa Lubis terimakasih atas doa,
perhatian, dan nasihat yang kalian berikan serta
kebersamaan yang sangat berkesan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini
jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan keterbatasan
waktu, serta kemampuan penulis sendiri. Akhir kata penulis
mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Terimakasih.
Billahi fii sabililhaq fastabiqul khairat.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 28 Juni 2018
Nia Hidayaty
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia berkembang dari waktu ke waktu dalam
kehidupan dengan ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik,
sikap, kecerdasan dan emosi. Dalam proses ini, tiap individu
menentukan nilai-nilai dan sikap dalam menentukan prinsip,
hubungan dan pemahaman. Perkembangan psikologis manusia
adalah sesuatu yang didapatkan dari hasil belajar dalam
kehidupan. Ini sesuai dengan fitrah manusia yang dianugerahkan
akal sebagai alat untuk berpikir, berbudaya dan menjunjung nilai-
nilai peradaban. Namun dalam perjalanannya, seseorang akan
menghadapi perubahan-perubahan pada masa dimana
kematangan secara seksual bermula. Dalam masa ini, apabila
seorang remaja tidak membekali diri dengan informasi tentang
hal yang akan terjadi pada diri mereka saat puber, kemungkinan
besar mereka akan mengalami reaksi negatif seperti emosi yang
tidak terkendali. Dan hal ini tentu akan berpengaruh pada
perkembangan psikologisnya.1
Masa remaja menunjukkan sifat-sifat masa transisi dalam
membentuk kepribadian. Perilaku delikuen dipengaruhi oleh
kepribadian individu seperti adanya gangguan emosional,
1 Article, diakses pada 08 Juli 2018 dari Perkembangan Emosi dalam
Psikologi Remaja https://dosenpsikologi.com/psikologi-remaja
2
kurangnya rasa percaya diri dan self esteem (harga diri) yang
rendah. Seseorang yang mempunyai self esteem (harga diri)
rendah biasanya akan menganggap dirinya tidak berharga akan
melakukan hal-hal negatif yang menurutnya dianggap ideal
meskipun dianggap tidak ideal bagi lingkungan masyarakat untuk
menutupi rasa tidak berharga dirinya. Walaupun dalam
keluarganya mereka merasa harmonis, namun kepribadian
seseorang juga menjadi point besar terhadap perbuatan negatif,
salah satunya penyalahgunaan narkoba.
Mencermati perkembangan peredaran dan penyalahgunaan
narkoba akhir-akhir ini, telah mencapai situasi yang
mengkhawatirkan, sehingga menjadi persoalan kenegaraan yang
mendesak. Karena korban penyalahgunaan narkoba bukan hanya
orang dewasa, mahasiswa tetapi juga pelajar SMU sampai pelajar
setingkat SD. Dikatakan, remaja merupakan golongan yang
rentan terhadap penyalahgunaan narkoba karena selain memiliki
sifat dinamis, energik, selalu ingin mencoba. Mereka juga mudah
tergoda dan putus asa sehingga mudah jatuh pada masalah
penyalahgunaan narkoba.
Menurut Piaget (Hurlock, 1991) yang mengatakan bahwa
secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu
menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia
dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat
orang tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.2
Masa remaja, menurut Mappiare (1982) berlangsung antara usia
2Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja:
Perkembangan Peserta Didik,. h. 9
3
12 tahun sampai dengan usia 21 tahun bagi wanita, dan 13 sampai
dengan usia 22 tahun bagi pria. Rentan usia remaja ini dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12-13 tahun sampai dengan
usia 17-18 tahun adalah masa remaja awal, dan usia 17-18 tahun
sampai dengan usia 21-22 tahun adalah usia masa remaja akhir.
Salah satu lembaga yang menangani permasalahan
penyalahgunaan narkoba adalah Panti Sosial Pamardi Putra
“Galih Pakuan” Bogor. Dimana panti tersebut merupakan salah
satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementrian Sosial yang berada
di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktorat
Jenderal Bina Rehabilitasi Sosial.3
Di Panti Napza tersebut penyalahgunaan narkoba sebagian
besar masih remaja.4 Dengan berbekal sarana-sarana yang ada
serta pekerja sosial yang tangguh, Panti Sosial Pamardi Putra
“Galih Pakuan” Bogor berupaya untuk merehabilitasi remaja
yang mempunyai masalah sosial untuk dapat dijadikan,
diwujudkan menjadi remaja yang bertanggung jawab, berbudi
luhur yang akhirnya mampu melaksanakan fungsi sosialnya dan
dapat hidup bermasyarakat dimanapun mereka berada.5
Berdasarkan pemilihan panti diatas, maka mendorong saya untuk
mengetahui lebih jauh tentang penyalahgunaan narkoba pada
remaja di Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor.
3 Profil Sejarah PSPP Galih Pakuan Bogor,“Di akses pada 23 April 2015
dari
http://galihpakuan.kemsos.go.id/modules.php?name=Content&pa=showpage&
pid=10 4Article,” di akses pada 23 April 2015 dari
http://rehsos.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=1820 5 Pamflet Profil Panti Sosial Parmadi Putra, Galih Pakuan Bogor.
4
Individu yang mampu mengelola emosi-emosinya sebagai
efektif, akan lebih memiliki daya tahan untuk tidak terkena
kecemasan dan depresi. Terutama jika individu mampu
mengelola emosi-emosi negatif yang dialaminya seperti perasaan
sedih, marah, benci, kecewa, atau frustasi (Thompson,
1995;Goleman, 1995). Penelitian yang ada menunjukkan bahwa
self esteem berperan penting dalam kehidupan remaja. DeSimone
dkk (2005) menegaskan bahwa self esteem sangat berperan
penting dalam mencegah remaja terlibat penyalahgunaan napza.
Bush, dkk (2002) Menurut Rosen dkk (1982) kesulitan ini terjadi
karena adanya dua jenis persepsi-diri negatif dasar yaitu pertama,
orang-orang dengan self esteem rendah memiliki tingkat
ketakutan yang lebih tinggi ketika menghadapi ancaman/masalah
dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki self esteem
tinggi. Kedua, orang-orang dengan self esteem yang rendah
menganggap diri mereka sendiri sebagai orang-orang yang
kurang memiliki keterampilan yang adekuat/baik untuk
menangani suatu masalah. Akibatnya mereka kurang tertarik
untuk mengambil langkah-langkah preventif dan memiliki
kepercayaan fatalistik yang lebih banyak sehingga mereka
menyakini bahwa mereka tidak dapat melakukan apapun juga
untuk mencegah terjadinya masalah yang buruk dalam hidup
mereka. Keyakinan mereka akan kemampuannya dalam
memecahkan masalah rendah, sehingga mereka cenderung
menarik diri atau lari dari masalah, bukan menghadapinya dengan
bertanggung jawab.6
6 Triantoro Safaria, “Kecenderungan Penyalahgunaan NAPZA Ditinjau
5
Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba yang
bukan untuk tujuan pengobatan, tetapi agar dapat menikmati
pengaruhnya, dalam jumlah berlebih, secara kurang lebih teratur,
berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan ganggunan
kesehatan fisik, gangguan kesehatan jiwa, dan kehidupan
sosialnya. Penyalahgunaan narkoba oleh remaja merupakan
masalah yang serius, karena penyalahgunaan narkoba dapat
merusak masa depan remaja. Menurut laporan Rumah Sakit
Ketergantungan Obat (RSKO) di Jakarta, dari penderita yang
umumnya berusia 15-24 tahun, banyak yang masih aktif di SMP
dan SMA, bahkan perguruan tinggi. Generasi muda merupakan
sasaran strategis mafia perdagangan narkoba. Oleh karena itu,
generasi muda sangat rawan terhadap masalah tersebut.7
Pengguna narkoba di Indonesia, hasil penelitian BNN yang
dilakukan pada akhir tahun 2017, rehabilitasi narkoba merupakan
salah satu upaya untuk menyelamatkan para pengguna dari
belenggu narkoba. Pada tahun 2017, BNN telah merehabilitasi
18.311 penyalahguna narkoba, baik di balai rehabilitasi maupun
di dalam lembaga pemasyarakatan, dan telah memberikan
layanan pasca rehabilitasi kepada 7.829 mantan penyalahguna
narkoba.8
dari Tingkat Regiliusitas Regulasi Emosi, Motif Berprestasi, Harga Diri,
Keharmonisan Keluarga, Dan Pengaruh Negatif Teman Sebaya” (Jurnal
Humanitas: Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan, 2007. Vol. 4). h. 16 7 Lydia Herlina Martono, “Mengenal Penyalahgunaan Narkoba”, (Balai
Pustaka, Jakarta, 2006). h. 3 8 Humas BNN, Press Release Akhir Tahun 2017 “Kerja Bersama Perang
Melawan Narkoba”
6
Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang kompleks
dan memiliki dimensi yang luas baik dari segi medis, psikiatrik,
kesehatan jiwa maupun psikososial.9 Jenis-jenis yang sering
disalahgunakan, menurut Halonen dan Santroks (1999) narkotika
psikotropika, dan bahan adiktif lainnya diluar keperluan medis,
tanpa pengawasan dokter, dan merupakan perbuatan melanggar
hukum.
Jumlah pengguna narkotika, psikotropika, dan zat adiktif di
kalangan remaja cenderung meningkat. Bahaya kehilangan
generasi produktif terbayang di depan mata. Pengguna narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif (napza) diperkirakan sekitar 5 juta
orang atau 2,8 persen dari total penduduk Indonesia. Angka ini
lebih tinggi daripada jumlah penduduk Nusa Tenggara Timur
yang mencapai 4,6 juta jiwa. Pengguna remaja yang berusia 12-
21 tahun ditaksir sekitar 14.000 orang dari jumlah remaja di
Indonesia sekitar 70 juta orang.10
Peranan orang tua sangatlah penting dalam membentuk
watak dan kepribadian remaja dan orang tua yang berhasil
menjalankan tugas dan fungsinya dalam keluarga adalah orang
tua yang memiliki kemampuan untuk memberikan kesejahteraan
kepada anaknya dan melindungi anak untuk tidak melakukan
penyalahgunaan narkoba.
Menurut Depkes RI, Narkoba merupakan bahan/zat yang bila
masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama
9 Afiatin, Tina, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba dengan Program
AJI. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000). h. 13 10
http://regional.kompas.com/read/2013/03/07/03184385/Pengguna.Nark
oba.di.Kalangan.Remaja.Meningkat, di akses pada 8 Juli 2017
7
susunan saraf pusat/otak sehingga bilamana disalahgunakan akan
menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial.
Sementara itu menurut batasan WHO tahun 1969 bahwa, yang
dimaksud dengan narkoba adalah zat kimia yang mampu
mengubah pikiran, perasaan, fungsi mental, dan perilaku
seseorang menjadi tidak normal. Sedangkan yang dimaksud
dengan obat (drugs) adalah zat-zat yang apabila dimasukkan ke
dalam tubuh organisme yang hidup, maka akan mengadakan
perubahan pada satu atau lebih fungsi-fungsi organ tubuh.11
Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika, yang dimaksud dengan narkotika adalaah zat atau obat
yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis
maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hiilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan
sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini atau yang
kemudian ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan.12
Permasalahan narkoba sangat erat hubungannya dengan
nilai-nilai keagamaan seseorang, peran agama sangat penting
dalam mengatasi permasalahan narkoba di Indonesia. Islam
sangat memperhatikan generasi penerus bangsa dan agama
11
Tim BNN, Materi Advokasi Pencegahan Narkoba, (Jakarta: Badan
Narkotika Nasional Republik Indonesia) 12
Dikdik M, Arief Mansyur, S.H., M.H. Urgensi Perlindungan Korban
Kejahatan Antara Norma dan Realita, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006), h. 100
8
sebagaimana dijelaskan mengenai larangan menggunakan
narkoba dalam al-Qur'an Surah al-Madinah/5: 90 berikut:
ا أيها ٱلذيه ءامىى ه عمل إوماي م رجس م ٱلخمز وٱلميسز وٱلوصاب وٱلسل
ه فٱجتىبىي لعلكم تفلحىن يط ٱلش
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum
arak, khamr, berjudi, berkurban tentang berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan tersebut agar kamu mendapatkan
keberuntungan.”13
Dalam sebuah hadist shahih muslim (no.2003 Kitabul
Asyiribah, Musnad Imam Ahmad), menyatakan bahwa
Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap zat, bahan atau minuman yang dapat memabukkan
dan melemahkan akal sehat adalah khamr, dan setiap khamr
hukumnya haram”. (H.R. Abdullah bin Umar r.a).
Berdasarkan al-Qur'an dan hadist di atas, Narkoba termasuk
kategori barang yang memabukkan, melemahkan dan
mengganggu akal sehat sehingga diharamkan. Menurut hukum
Islam telah jelas melarang kita untuk menggunakan barang
haram.
Mengenai kesulitan atau gangguan kepribadian ini salah satu
penyebabnya adalah self esteem (harga diri) atau gengsi yang
terlalu tinggi. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh W.R.
Mitic terhadap sejumlah pelajar di South Ontario, Amerika
Serikat, masalah hubungan antara self esteem (harga diri) dan
13
Al-Qur'an Online, “Q.S al-Maidah ayat 90 beserta terjemahannya”
artikel ini di akses pada 20 Oktober 2016
9
kebiasaan minum-minuman beralkohol telah menjadi fokus
perhatian.14
Sebagian besar mantan pecandu narkoba memiliki perasaan
bersalah, tidak berguna dan mudah tersinggung sehingga
mengakibatkan pecandu tidak memiliki kesejahteraan
sosioemosional. Untuk membuktikan apakah benar self esteem
akan berpengaruh terhadap penyalahgunaan narkoba, maka dalam
penelitian ini akan meneliti pengaruh self esteem terhadap
penyalahgunaan narkoba pada remaja.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas,
maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Pengaruh Self
Esteem terhadap Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja di
PSPP “Galih Pakuan” Bogor.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
14
Sarlito W. Sarwono “Psikologi Remaja”, (Jakarta, PT. RajaGrafindo
Persada) h. 268
10
Demi terfokusnya pikiran peneliti membatasi
permasalahan penelitian ini maka peneliti membatasi
permasalahan pada:
a. Pengaruh self esteem terhadap penyalahgunaan narkoba
pada remaja di PSPP “Galih Pakuan” Bogor.
b. Hubungan self esteem terhadap penyalahgunaan narkoba
pada remaja di PSPP “Galih Pakuan” Bogor.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti
dapat merumuskan masalah yang akan menjadi acuan dalam
penelitian ini. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
a. Adakah hubungan antara self esteem dengan
penyalahgunaan narkoba pada remaja di PSPP “Galih
Pakuan” Bogor ?
b. Adakah pengaruh self esteem terhadap penyalahgunaan
narkoba pada remaja di PSPP “Galih Pakuan” Bogor ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
11
a. Untuk mengetahui hubungan antara self esteem terhadap
penyalahgunaan narkoba pada remaja di PSPP “Galih
Pakuan” Bogor.
b. Untuk mengetahui pengaruh self esteem terhadap
penyalahgunaan narkoba pada remaja di PSPP “Galih
Pakuan” Bogor.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Secara akademis hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat memberikan sumbangan kepada Bidang Ilmu
Kesejahteraan Sosial dan dapat memberikan kontribusi
positif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan studi kesejahteraan sosial, khususnya
pemahaman mengenai self esteem dan penyalahgunaan
narkoba pada remaja.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan
dapat menjadi bahan bacaan serta masukan, khususnya bagi
peneliti dan masyarakat, sehingga dapat mengetahui
bagaimana pengaruh self esteem dan bagaimana dampak
penyalahgunaan narkoba pada remaja.
D. Metodelogi Penelitian
12
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian digunakan pendekatan kuantitatif.
Dalam penelitian ini peneliti mengidentifikasi dua variabel
yang nantinya akan dicari korelasi antara keduanya. Adapun
variabel tersebut sebagai berikut:
a. Variabel bebas (independent variabel) merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat). Variabel ini biasanya disimbolkan dengan
variabel “x”.15
Dalam hal ini yang menjadi variabel “x”
adalah self esteem.
b. Variabel terikat (dependent variabel) merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Variabel ini biasanya
disimbolkan dengan variabel “y”. Dalam hal ini yang
menjadi variabel “y” adalah penyalahgunaan narkoba
pada remaja. Pengaruh antar variabel dalam penelitian
ini adalah hubungan asismetris, yaitu hubungan ketika
variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain dan
tidak saling dipertukarkan. Sedangkan hipotesis
berdasarkan hubungan antar variabel dalam penelitian
ini adalah hipotesis assosiatif. Hipotesis assosiatif
merupakan jenis hipotesis yang menjelaskan hubungan
antar variabel.
2. Jenis Dan Sumber Data
15
Prof. Dr.Sugiyono,”Statistik Untuk Penelitian”, (Bandung: CV.
Alfabeta, 2010). Cet.16, h. 4
13
a. Jenis Data
Jenis data yang diambil dalam penelitian ini meliputi dua
macam data yaitu:
1) Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat,
kata atau gambar dan tidak bisa diukur secara
langsung.16
Adapun yang dimaksud data kualitatif dalam
skripsi ini seperti: gambaran umum wilayah, letak
geografis, sejarah berdirinya, visi misi, tujuan, sarana
prasarana dan lain sebagainya.
2) Data kuantitatif
Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka,
atau data kuantitatif yang diangkakan (skoring). Sesuai
dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau
dianalisis dengan menggunakan tekhnik perhitungan
statistik.17
b. Sumber Data
1). Data Primer (Primary Data)
Data primer merupakan data yang dikumpulkan
sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau
objek penelitian dilakukan.18
Adapun yang menjadi
sumber data dalam skripsi ini adalah (jumlah yang mau
disebar angket) responden di PSPP Galih Pakuan Bogor.
16
Prof. Dr.Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, h. 23 17
Prof. Dr.Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, h. 23 18
Syofian Siregar, Statistik Deskriptif untuk Penelitian (Jakarta: Rajawali
Pers, 2011), h. 128
14
2). Data Sekunder (Secondary Data)
Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau
digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahannya.19
Adapun data sekunder yang digunakan oleh penelitian
ini adalah: Riset Kepustakaan. Kepustakaan (Library
Research) adalah Penelitian yang datanya diambil
terutama atau seluruhnya dari kepustakaan, buku,
dokumen, artikel, jurnal, internet yang berhubungan
dengan masalah ini.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi waktu penelitian dilaksanakan dari bulan April
2018 sampai dengan Juni 2018. Adapun lokasi penelitian ini
dilakukan yaitu di PSPP Galih Pakuan Bogor.
4. Tinjauan pustaka
Tinjauan pustaka merupakan tinjaun atas kepustakaan
(literature) yang berkaitan dengan topik pembahasan
penelitian serta berkaitan dengan permasalahan yang
dilakukan dalam penelitian skripsi ini, sebagai berikut:
Nama : Bias Rembulan Smestha
Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
19
Syofian Siregar, Statistik Deskriptif untuk Penelitian, h.128
15
Judul Skripsi : Pengaruh Self Esteem dan Dukungan
Sosial terhadap Resiliensi Mantan
Pecandu Narkoba
Dalam skripsi ini peneliti meneliti bagaimana pengaruh
self esteem dan dukungan sosial terhadap resiliensi mantan
pecandu narkoba. Perbedaan dengan skripsi penelitian yang
saya lakukan ialah mengenai pengaruh self esteem terhadap
penyalahgunaan narkoba pada remaja dan tempat penelitian
di PSPP “Galih Pakuan” Bogor.
Nama : Ida Fatmawati
Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Judul Skripsi : Hubungan Konformitas Teman Sebaya
Terhadap Penyalahgunaan Narkoba di
PSPP “Galih Pakuan” Bogor
Dalam skripsi ini peneliti meneliti bagaimana hubungan
konformitas teman sebaya dengan penyalahgunaan narkoba
pada remaja di PSPP “Galih Pakuan” Bogor. Perbedaan
dengan penelitian yang penulis lakukan ialah meneliti
pengaruh self esteem dengan penyalahgunaan narkoba pada
remaja.
5. Metode Pengumpulan Data
16
Dalam rangka untuk mendapatkan data yang diperlukan
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut:
a. Metode Angket
Angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan
yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi
oleh responden. Setelah diisi, angket dikembalikan kepada
peneliti.20
Jadi dengan metode angket ini peneliti
mengumpulkan sejumlah daftar pertanyaan tertulis kepada
responden mengenai penyalahgunaan narkoba pada remaja
yang akan diteliti untuk mendapatkan jawaban yang bersifat
pribadi, kemudian dari jawaban peneliti kemukakan dan
selanjutnya peneliti sajikan dalam penyajian data.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke
dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.
Dalam menganalisis data ini, peneliti menggunakan metode
analisis kuantitatif guna mengetahui pengaruh self esteem
terhadap penyalahgunaan narkoba pada remaja di PSPP
Galih Pakuan Bogor.
20
Bungin Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana,
2009), h. 123
17
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien
korelasi yang ditentukan besar atau kecil, dapat berpedoman pada
ketentuan yang tertera pada Tabel 1 sebagai berikut:21
Tabel 1. Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,899 – 1,000
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
21
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
(Bandung: Alvabeta, 2009), h. 229
18
E. Sistematika Penelitian
Untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan
isi skripsi ini, maka peneliti membuat sistematika penelitian
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar
belakang masalah, pembatasan masalah,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodelogi penelitian, serta
sistematika penelitian.
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan dijelaskan teori-teori yang
berhubungan dengan isi skripsi sebagai dasar
pemikiran untuk membahas permasalahan
dalam penelitian skripsi, yaitu: teori tentang self
esteem, teori penyalahgunaan narkoba pada
remaja, faktor-faktor yang mempengaruhinya.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan menjelaskan mengenai
metode-metode yang berkenaan dengan skripsi
ini, yaitu : pendekatan dan desain penelitian,
ruang lingkup penelitian, metode penentuan
sampel, metode pengumpulan data, variable
19
penelitian, hipotesis penelitian, definisi
operasional dan indikator variabel penelitian,
uji instrument, dan teknik analisis data.
BAB IV :TEMUAN PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan gambaran umum
tentang Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP)
“Galih Pakuan” Bogor. Dan akan dijelaskan dan
dijabarkan data hasil penelitian yang telah
didapatkan berikut analisis data berdasarkan
statistika dan kesimpulan.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini akan diuraikan tentang
kesimpulan, diskusi, dan saran.
20
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Self Esteem
1. Pengertian Self esteem
Menurut Minchinton (1993) dalam bukunya Maximum Self
esteem, Self esteem adalah nilai yang dilekatkan pada diri kita.
Self esteem juga berarti penilaian atas “harga diri” kita sebagai
manusia, berdasarkan pada persetujuan atau pengingkaran atas
diri dan perilaku kita.1 Sedangkan William James dalam
(Guindon, 2010) mendefinisikan self esteem sebagai
penghargaan diri yang terdiri atas perasaan dan emosi yang
mengacu pada diri. Wells dan Marwell menyimpulkan bahwa
hampir semua definisi dari self esteem konsisten pada dua aspek
utama, yaitu: penilaian dan mempengaruhi atau pengalaman
emosi.
Horney dalam (Guindon, 2010) menyatakan bahwa setiap
orang dilahirkan dengan potensi yang unik dan self esteem
diperoleh dari pencapaian tersebut. Sedangkan dalam sumber
yang sama, Sullivana mengusulkan bahwa self esteem adalah
kebutuhan sosial yang harus diterima, disukai, dan dimiliki, hal
1 Minchinton, J. (1993). Maximum Self Esteem: The Hand Book for
reclaiming your sense of self worth. Kuala Lumpur: Golden Books Center Sdh,
Bhd
21
ini diperoleh dari interaksi sosial yang mencerminkan penilaian
diri.2
Menurut Ghufron (2010) harga diri merupakan hasil
penilaian yang dilakukannya dan perlakuan orang lain terhadap
dirinya dan menunjukkan sejauh mana individu memiliki rasa
percaya diri serta mampu berhasil dan berguna.3
Self esteem adalah suatu konsep penting dan popular, baik
dalam ilmu sosial maupun kehidupan sehari-hari. Branden
(2007), menjelaskan bahwa tanpa dibekali self esteem yang
sehat, individu akan mengalami kesulitan untuk mengatasi
tantangan hidup maupun untuk merasakan berbagai kebahagiaan
dalam hidupnya. Branden juga mengatakan bahwa self esteem
mengandung nilai keberlangsungan hidup (Survival Value) yang
merupakan kebutuhan dasar manusia. Hal ini memungkinkan self
esteem mampu memberikan sumbangan bermakna bagi proses
kehidupan individu selanjutnya, maupun bagi perkembangan
pribadi yang normal dan sehat.4
Teori self esteem dari Rosenberg, 1965 ; Mruk, 2006)
menjelaskan mengenai self esteem secara global, yaitu evaluasi
diri secara keseluruhan baik itu negatif maupun positif. Teori
dari Rosenberg mengukur self esteem secara global pada masa
2 Guindo, M. H. (2010). Self Esteem across the lifespan: issue and
interventions. New York: Routledge Taylor and Francis group 3 Ghufron, M. N., & Risnawita, S. R. (2010). Teori-teori psikologi.
Yogyakarta: Ar-ruz Media Group 4 Branden, N. (2007). The Power of Self Esteem. Florida: Health
Communication inc.
22
remaja dan dewasa awal.5 Self esteem bukan merupakan bawaan
yang telah dimiliki seseorang sejak lahir tetapi merupakan suatu
komponen kepribadian yang berkembang semenjak awal
kehidupan anak. Perkembangan ini terjadi secara perlahan-lahan,
yaitu melalui interaksinya dengan orang tua, orang lain yang
bermakna bagi individu tersebut, dan teman-teman sebayanya
(Erikson, 1963 ; Santrock, 2011).6
Coopersmith (1967) mengemukakan bahwa self esteem
penilaian diri yang dilakukan oleh individu yang berkaitan
dengan dirinya sendiri, yang mencerminkan sikap penerimaan
dan penolakan, dan menunjukkan seberapa jauh individu tersebut
percaya bahwa dirinya mampu, penting, berhasil serta berharga.
Coopersmith (1967) juga mengungkapkan bahwa self esteem
merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan
memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan
indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuan,
keberartian, kesuksesan, dan keberhargaan diri.7
Berkaitan dengan karakteristik self esteem pada pecandu
narkoba, De Leon (2000) menyebutkan bahwa self esteem dari
pecandu narkoba secara umum berada pada tingkat yang rendah
(low self esteem). Para pecandu narkoba yang direhabilitasi
menampilkan penghargaan terhadap diri yang sangat kurang dan
5 Rosenberg, M. (1965). Society and the adolescent self image.
Princenton, NJ: Princenton Univercity Press. 6 Santrock, Erikson, Perkembangan Remaja, 2011
7 Coopersmith, S. (1967). The Antecedents of Self Esteem. San Francisco:
W. H. Freeman & Co
23
secara khas mengungkapkan persepsi diri yang buruk terhadap
perilaku moral dan etis, juga terhadap hubungan dengan orang
lain (terutama keluarga). Para pecandu juga mengalami kesulitan
untuk menghargai dirinya sendiri akibat dari anggapan tentang
diri mereka dari orang lain dan stigma negatif di masyarakat
tentang pecandu narkoba, serta adanya anggapan dari pecandu
bahwa dirinya sulit untuk mengontrol diri (De Leon, 2000).8
Orang tua memiliki peran yang penting dalam pembentukan
self esteem, orang tua yang dijadikan model pertama dari proses
imitasi anak, ia akan menilai dirinya sebagaimana orang tuanya
menilai dirinya. Jika orangtua menerima kemampuan anak
sebagaimana adanya, maka ia juga akan menerima dirinya.
Tetapi jika orang tua menuntut yang tinggi dari apa yang ada
pada diri anak sehingga mereka tidak menerima anak
sebagaimana adanya, maka anakpun akan menolak dirinya.
Semakin besar anak, semakin banyak pula orang di lingkungan
sosialnya yang mempengaruhi pembentukan self esteemnya.
Mereka itu adalah teman sebaya, anak kemungkinan menemukan
standar penilaian yang berbeda terhadap dirinya.
Dari beberapa pemaparan mengenai definisi self esteem
diatas, dapat disimpulkan bahwa self esteem adalah penilaian
individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan keyakinan bahwa
dirinya sebagai individu yang mampu, penting dan berharga yang
mempengaruhi oleh hasil interaksi dengan orang disekitarnya
8 De Leon, G. (2000). The Therapeutic Community, Theory, Model, and
Method. New York: Springer
24
serta sikap, penerimaan, penghargaan dan perlakuan orang lain
terhadap dirinya.
2. Kategori Self Esteem
Branden (1985) dalam bukunya “The Self: Self esteem And
Personal Transformation” Menyebutkan bahwa self esteem
dapat dikategorikan menjadi 3 bagian, yaitu:9
1. Low Self esteem
Individu dengan self esteem yang rendah memiliki
kecenderungan untuk lebih mudah mengalami depresi
dan kecemasan. Seseorang dengan self esteem yang
rendah akan merasa dirinya tidak pantas mendapatkan
kebahagiaan, merasa tidak layak untuk mendapatkan
kegembiraan atau penghargaan dalam hidupnya.
2. Good Self esteem
Ketika seseorang telah memiliki suatu elmen yang
penting untuk kebahagiaannya serta tidak memerlukan
jaminan utnuk mendapatkan kebahagiaan, dan juga
memiliki self confidence dan self respect yang tinggi,
mereka dapat dikatakan memiliki self esteem yang baik.
Individu dengan memiliki self esteem yang baik bukan
berarti tidak memiliki ketakutan ataupun ketidak
yakinan terhadap dirinya, terkadang mereka juga
memiliki keraguan pada beberapa hal misalnya, mereka
9 Branden, The Self: Self esteem And Personal Transformation” (1985)
25
tidak yakin untuk mendapatkan penghargaan khusus
seperti meraih Nobel. Namun mereka dapat menikmati
kehidupan dan sumber kesejahteraan dalam hidup.
3. High Self esteem
Individu dengan self esteem yang tinggi akan memiliki
kekuatan yang besar dalam menjalankan kehidupannya.
3. Dimensi Self esteem
Minchinton (1993) dalam bukunya “Maximum Self esteem”
memaparkan tiga aspek dalam self esteem, yaitu:10
1. Perasaan tentang Diri Sendiri
Individu dengan self esteem yang tinggi merupakan
individu yang dapat menerima diri seutuhnya tanpa syarat,
dan juga menghargai dirinya sebagai seseorang yang
berharga. Penerimaan tanpa syarat berarti menerima dan
menghargai diri sendiri tanpa bergantung pada apapun,
menerima diri apa adanya secara penuh, merasa nyaman
dengan apa yang dilakukan, dan tidak berfokus pada
kekurangan yang dimiliki.
Individu yang memiliki self esteem rendah akan takut
untuk mencoba segala hal. Ketika ada orang yang menilai
rendah diri dan pekerjaannya, maka ia akan meragukan
kemampuannya dan akan takut dalam mempertanyakan
tujuan yang ditetapkannya. Apabila terbatasnya penghargaan
10
Bias Rembulan Smestha, Pengaruh Self Esteem dan Dukungan Sosial
Terhadap Resiliensi Mantan Pecandu Narkoba. (Skripsi S1, Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015). h. 36
26
pada diri akan membuatnya meletakkan batasan yang kaku
atas apa yang ingin dicapai. Jika dia telah meletakkan tujuan
yang ingin dicapai, maka mereka tidak meyakini bahwa bisa
mencapainya.
2. Perasaan tentang Hidup
Individu yang memiliki self esteem yang tinggi adalah
individu yang merasa memiliki tanggung jawab dan kontrol
atas hidupnya. Mereka merasa bahwa apapun yang terjadi
pada kehidupannya adalah karena pilihan dan keputusannya,
bukan karena faktor eksternal.
Individu dengan self esteem yang rendah akan
cenderung salah dalam menggambarkan realitas
kehidupannya. Dan tidak mempedulikan apa yang terjadi
pada lingkungan sekitar.
3. Perasaan tentang Orang Lain
Individu dengan self esteem yang tinggi memiliki
toleransi dan penghargaan kepada semua orang, sepanjang ia
meyakini bahwa ia memiliki hak yang sama seperti manusia
pada umumnya. Ketika ia merasa nyaman dengan dirinya, ia
akan menghargai hak-hak orang lain, apa yang orang lain
lakukan, dan pilihan serta kehidupan yang mereka jalani,
selama orang lain juga memiliki kehendak untuk menghargai
dirinya.
27
Individu dengan self esteem yang rendah akan memiliki
dasar penghargaan yang rendah pada orang lain, tidsk
memiliki toleransi dan memiliki keyakinan bahwa orang lain
harus hidup berdasarkan pada cara pandangnya terhadap
mereka.
4. Pengukuran Self esteem
Guindo (2010) dalam bukunya “Self Esteem Across The
Lifespan” menjelaskan beberapa instrumen dalam pengukuran
self esteem, yaitu sebagai berikut:11
Self esteem Scale (SES) yang dikembangkan oleh
Rosenberg, 1965. Instrumen ini hanya mengukur self esteem
secara umum, melakukan pengukuran unidimentional dari
perasaan secara umum terhadap harga diri dan penerimaan diri.
Memperkirakann perasaan positif atau negatif mengenai diri
sendiri. SES terdiri dari 10 item, dimana pada setiap pernyataan
terdapat 4 pilihan respon. SES dapat digunakan pada remaja
hingga dewasa.
Self esteem Inventory (SEI), dikembangkan oleh
Coopersmith, 1981. SEI terdiri dari 2 bentuk, yaitu tipe A yang
dapat mengukur self esteem secara umum dan khusus, pada tipe
A ini terdapat 4 sub skala, yaitu hubungan sosial diri dan teman
sepermainan, rumah orang tua, akademik disekolah, dan skala
11
Guindo, M. H. (2010), Self esteem across the lifespan: issue and
interventions. New York: Routledge Taylor and Francis group.
28
kebohongan. Tipe B hanya mengukur self esteem secara umum.
Pada SEI, responden diminta memilih aku atau bukan aku pada
pernyataan yang tersedia. Pada tipe A terdapat 50 item dan tipe B
terdapat 25 item. SEI dapat digunakan pada anak usia tahun
sampai 15 tahun.
Tennessee Self Concept Scale (TSCS) dikembangkan oleh
Roid dan Fitts, 1988. TSCS terdiri dari 100 item, dimana dalam
setiap pernyataan terdapat 5 pilihan respon terhadap pernyataan
tersebut. Dalam TSCS terdapat pernyataan yang dapat mengukur
self esteem secara umum atau khusus, sepersi sosial, keluarga,
fisik, etika, moral, dan kategori personal. TSCS dapat digunakan
pada yang telah berusia diatas 12 tahun.
Dalam penelitian ini akan menggunakan alat pengukur self
esteem berbentuk skala yang akan diadaptasi dari alat
pengukuran self esteem yang dikembangkan oleh Minchinton.
Alat pengukuran self esteem ini terdiri dari 25 item berdasarkan 3
dimensi self esteem menurut Minchinton, yaitu Perasaan tentang
Diri Sendiri, Perasaan tentang Hidup, Perasaan tentang Orang
Lain. Tujuan dari pengukuran ini adalah ingin mengetahui
keadaan dan tingkat self esteem responden.
29
B. Penyalahgunaan Narkoba
1. Pengertian Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan Narkoba adalah penggunaan narkoba yang
dilakukan tidak untuk maksud pengobatan, tetapi karena ingin
menikmati pengaruhnya dalam jumlah berlebih, teratur dan
cukup lama sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik,
mental, dan kehidupan sosialnya.12
Penyalahgunaan narkoba oleh remaja merupakan masalah
yang serius, karena penyalahgunaan narkoba dapat merusak
masa depan remaja. Menurut laporan Rumah Sakit
Ketergantungan Obat (RSKO) di Jakarta, dari penderita yang
umumnya berusia 15-24 tahun, banyak yang masih aktif di SMP
dan SMA, bahkan perguruan tinggi. Generasi muda merupakan
sasaran strategis mafia perdagangan narkoba. Oleh karena itu,
generasi muda sangat rawan terhadap masalah tersebut. (Lydia
Herlina Martono dan Satya Joewana, 2008 : 26). Secara lebih
terperinci dapat dijelaskan, penyalahgunaan Narkotika adalah
penggunaan narkoba yang dilakukan tidak untuk maksud
pengobatan, tetapi karena ingin menikmati pengaruhnya. Karena
pengaruhnya itulah narkoba disalahgunakan. (Lydia Herlina
Martono dan Satya Joewana, 2008:15)13
12
Lydia Herlina Martono, “Mengenal Penyalahgunaan Narkoba”, (Balai
Pustaka, Jakarta, 2006). h. 3 13
Lydia Herlina Martono dan Satya Joewana. 2008. Belajar Hidup
bertanggung Jawab, Menangkal Narkoba dan Kekerasan. Jakarta. Balai
Pustaka.
30
Secara etimologis narkoba atau narkotika berasal dari bahasa
inggris narcose atau narcosis yang berarti menidurkan dan
pembiusan. Narkoba berasal dari bahasa Yunani yaitu narke atau
narkam yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa.
Narkotika berasal dari perkataan narcotic yang artinya sesuatu
yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
efek stupor (bengong), bahan-bahan pembius dan obat bius.
Masalah penyalahgunaan narkoba terus menjadi
permasalahan global, mewabah hampir semua bangsa di dunia
ini, mengakibatkan kematian jutaan jiwa, menghancurkan
kehidupan keluarga dan mengancam keamanan. Narkoba juga
menyebabkan penyakit AIDS, dan merenggut nyawa kaum muda
serta masa depan kita.
Beberapa teori dapat menjelaskan fenomena penyalahgunaan
narkoba yaitu:14
1. Teori belajar sosial, sikap dan perilaku dipelajari
individu dari lingkungannya dan bersifat saling
mempengaruhi.
2. Teori pelabelan yaitu pemberian “cap” sebagai
penguatan terhadap perilaku “cap” tersebut
(Becker,1960; Williams,1976). Perilaku yang di “cap”
atau di “label” ini adalah perilaku resiko
penyalahgunaan narkoba.
14
Sudarsono SH, Msi, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005)
h. 131
31
3. Teori ekologi sosial, teori ini dipakai oleh Maring &
Braun (2004); Williams, et al (2006). Pada teori ekologi
sosial seseorang berada di dalam sebuah sistem
bertingkat yang akan mempengaruhi perilaku, yaitu
sistem individu, sistem mikro, sistem mezzo dan sistem
makro. (Berns, 2004)
4. Teori kontrol sosial merupakan teori yang
dikembangkan dengan konsep mengapa seseorang tidak
melakukan perilaku menyimpang. Teori kontrol sosial
juga menyatakan bahwa aspek-aspek perilaku risiko
penyalahgunaan narkoba muncul karena lemahnya atau
tidak ada kontrol dari orang dalam lembaga dan atau
lembaga dimana seseorang berada, yang terdiri dari
kelekatan, komitmen, keterlibatan, dan keyakinan
(Hircshis 1969, 2002).
Menurut Hircshis, social control/bonding theory
menyebutkan empat dimensi social control, yaitu:15
1. Attachment atau kelekatan. Kelekatan. Kelekatan
merupakan faktor emosi. Hal ini mendeskripsikan
bahwa anak memiliki kecenderungan untuk melekatkan
diri pada orang lain. Anak melakukan kelekatan ini
dengan orang tua, sekolah dan teman sebayanya,
didalamnya termasuk supervisi orang tua, kualitas
15
Ida Fatmawati. Hubungan Konformitas Teman Sebaya dengan
Penyalahgunaan pada Remaja di PSPP “Galih Pakuan” Bogor. (Skripsi, S1
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi 2015), h. 24
32
komunikasi, kebersamaan, pemahaman orang tua
tentang pertemanan anaknya dan kepercayaan.
2. Commitment atau komitmen terhadap aturan.
Komitmen merupakan komponen rasional dari suatu
ikatan. Hal ini mengacu pada sejauh mana anak-anak
terlibat dalam kegiatan konvensional suatu kelompok.
Jika individu beresiko kehilangan banyak sehubungan
dengan status, pekerjaan, dan kedudukan dalam
masyarakat, kecil kemungkinannya dia akan melanggar
hukum. Contohnya seperti percaya pada norma-norma
dan nilai-nilai hidup yang berlaku di masyarakat.
3. Involvement atau keterlibatan. Keterlibatan anak
berhubungan dengan seberapa banyak waktu yang
dihabiskan seorang anak untuk berinteraksi dengan
individu lain dalam suatu kegiatan. Jika interaksi yang
tepat dengan kegiatan diantaranya, olahraga, kesenian
dan lainnya merupakan kegiatan yang secara dapat
dilakukan anak kemungkinan melakukan perilaku nakal
akan semakin kecil. Sebaliknya interaksi dan kegiatan
kurang tepat seperti bolos sekolah, melawan orang tua,
mencuri dan lainnya merupakan hal yang sering
dilakukan anak maka kenakalan akan semakin mudah
terbentuk dalam diri anak.
4. Belief atau keyakinan. Keyakinan yaitu kesediaan
dengan penuh kesadaran untuk menerima segala aturan.
Keyakinan dalam nilai moral dari norma konvensional
merupakan komponen keempat dari ikatan sosial.
33
Kepatuhan tehadap norma tersebut tentunya akan
mengurangi hasrat untuk melanggar. Tetapi, bila
seseorang tidak mematuhi norma-norma maka lebih
besar kemungkinan melakukan pelanggaran.
Dalam teori kontrol sosial dipergunakan sebagai istilah
umum untuk menggambarkan proses-proses yang menghasilkan
dan melestarikan kehidupan sosial yang teratur. Oleh sebab itu
teori kontrol sosial ini sangat berpengaruh terhadap perilaku
penyalahgunaan narkoba. Remaja merupakan individu dalam
proses membentuk jati diri, dalam masa perkembangan sikap
tergantung terhadap orang tua kearah kemandirian anak
menghadapi masa dewasa. Maka dari itu dibutuhkan kontrol
sosial yang mampu mengantisipasi perilaku resiko
penyalahgunaan narkoba. Keterkaitan antar lembaga kontrol
sosial akan mampu mengontrol perilaku resiko penyalahgunaan
narkoba, yang terdiri dari: keluarga, agama, pendidikan, nilai-
nilai dan norma-norma dalam suatu komunitas.
2. Jenis – Jenis Narkoba16
a. Heroin
Heroin adalah jenis narkotika yang sangat keras dan
dapat menimbulkan ketergantungan yang kuat, baik
fisik maupun mental. Yang mengakibatkan rasa sakit
16
G. Padmohoedojo, Paulina. 2003. Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba. Jakarta : Badan Narkoba Nasional
34
dan kejang-kejang saat di pemakai berhenti
memakainya. Heroin biasanya terdapat dalam bentuk
butiran, tepung atau cairan. Putaw adalah salah satu jeni
heroin yang populer di Indonesia. Heroin
mempengaruhi sistem syaraf pusat, membuat orang jadi
bodoh dan lemas, merusak konsentrasi. Banyak pemakai
heroin yang meninggal karena over dosis. Heroin
disebut juga dengan nama : Putw putih, Bedak, PT,
White, Etep, dan lain-lain.
b. Ganja/Cannabis
Cannabis mengandung zat kimia (delta g – tetrahydro
cannabinol) yang mempengaruhi perasaan, penglihatan
serta pendengaran. Akibat penggunaan ganja adalah:
hilangnya konsentrasi, kehilangan keseimbangan, dan
koordinasi tubuh, berkurangnya sirkulasi darah ke
jantung, rasa cemas, gelisah dan panik, depresi,
kebingungan/halusinasi. Ganja dikenal juga dengan
istilah : Marijuana, Cimeng, Gele, Hash, Rumput/Grass,
Kangkung, Ikat, Bang, Labang dan lain-lain.
c. Ectesy/Ekstasi
Ekstasi adalah salah satu jenis amfetamine yang
biasanya berbentuk pil (tablet dan kapsul) yang dapat
memberikan rangsangan yang kuat terhadap sistem
syaraf manusia. Pengguna ekstasi, harus minum obat-
obatan lainnya untuk menghilangkan reaksi buruk yang
timbul pada dirinya. Efek lainnya yang timbul dari
penyalahgunaan ekstasi adalah : Diare, rasa haus yang
35
berlebihan, hiperaktif, sakit kepala, pusing, gemetar tak
kontrol, denyut nadi yang sangat cepat, mual, muntah,
hilang nafsu makan. Ekstasi dikenal dengan istilah :
Inex, I, Kancing dan lain-lain.
d. Shabu
Shabu adalah nama populer untuk methamphetamine di
Indonesia. bentuknya seperti kristal, tidak berbau dan
tidak berwarna. Karena itulah sering disebut “Ice”.
Pemakai shabu-shabu secara mental akan bergantung
dengan zat ini dan penyalahgunaan yang terus menerus
dapat merusak otot jantung dan bahkan menyebabkan
kematian. Istilah lain untuk shabu-shabu : Ice, Kristal,
Ubas, SS, Mecin dan lain-lain.
e. Inhalen (Penyalahgunaan Zat-Zat Dengan Cara Dihirup
[sniffing])
Inhalen adalah zat adiktif seperti lem, tiner, cat dan zat
yang sejenisnya yang biasanya disalahgunakan dengan
cara di hirup. Penyalahgunaan inhalen ini akan merusak
pertumbuhan dan perkembangan otot syaraf, dan organ
tubuh lain. Mati mendadak akibat menghirup (sudden
sniffing death – ssd) dapat terjadi pada si pemakai.
Akibat-akibat lainnya dari menghirup inhalen adalah:
Kehilangan ingatan, tidak dapat bepikir, mudah
berdarah dan memar, kerusakan pada sistem saraf pusat,
kerusakan hati, ginjal dan jantung, kejang-kejang, keram
otot dan batuk-batuk. Dikenal dengan sebutan ngelem.
36
f. Alkohol
Alkohol tergolong zat adiktif yang bersifat
menenangkan sistem syaraf pusat (SSP). Alkohol
meningkatkan pembentukan lemak dalam hati juga
menghambat skeresi protein dari sel hati. Pada wanita
peminum berat yang sedang hamil dapat mengakibatkan
kematian bayi, lahir/aborsi spontan.
3. Dampak Dari Penyalahgunaan Narkoba
Akhir-akhir ini telah terjadi penyalahgunaan narkoba.
Banyak narkoba beredar di pasaran, misalnya ganja, sabu-sabu,
ekstasi, dan pil koplo. Penyalahgunaan obat jenis narkoba sangat
berbahaya karena dapat mempengaruhi susunan syaraf,
mengakibatkan ketagihan, dan ketergantungan, karena
mempengaruhi susunan syaraf. Narkoba menimbulkan
perubahan perilaku, perasaan, persepsi,dan kesadaran.
Pemakaian narkoba secara umum yang tidak sesuai dengan
aturan dapat menimbulkan efek yang membahayakan tubuh.
Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat
tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian
pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum,
dampak penyalahgunaan narkoba dapat terlihat kedalam dampak
kesehatan fisik, psikis maupun sosial seseorang, diantaranya:17
17
BNN-RI Advokasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba, (2009)
37
1. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap fisik
a. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti:
kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran,
kerusakan syaraf tepi
b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah
(kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung,
gangguan peredaran darah
c. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti:
penanahan (abses), alergi, eksim
d. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti:
penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas,
pengerasan jaringan paru-paru
e. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-
murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit
tidur
f. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan
reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti:
penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen,
progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual
g. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan
reproduksi pada remaja perempuan antara lain
perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan
menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
h. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik,
khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian,
38
risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C,
dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya
i. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika
terjadi over dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi
kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa
menyebabkan kematian
2. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap psikis
a. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh
curiga
c. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
d. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
e. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan
bunuh diri
3. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap lingkungan
sosial
a. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan
oleh lingkungan
b. Merepotkan dan menjadi beban keluarga
c. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat.
Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar
biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat
pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan
sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest).
Gejala fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial
39
seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri,
pemarah, manipulatif, dll.
4. Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA
Ada lima bentuk penanggulangan masalah NAPZA, yaitu
sebagai berikut:18
a. Promotif (pembinaan)
Program ini ditujukan kepada masyarakat yang belum
memakai atau bahkan belum mengenal NAPZA. Prinsipnya
adalah dengan meningkatkan peranan atau kegiatan agar
kelompok ini secara nyata lebih sejahtera sehingga tidak
pernah berfikir untuk memperoleh kebahagiaan semu
dengan memakai NAPZA.
Bentuk program diantara lain yaitu pelatihan dialog
interaktif, kelompok olahraga, seni budaya, atau kelompok
usaha (tani, dagang, bengkel, koperasi, kerajinan dan lain-
lain). Penekanan dalam program promotif adalah
peningkatan kualitas kinerja agar lebih bahagia dan
sejahtera. Pengenalan terhadap masalah narkoba hanya
peringatan sepintas lalu.
b. Preventif (pencegahan)
Progam ini ditujukan kepada masyarakat sehat belum
mengenal NAPZA agar mengetahui seluk beluk NAPZA
sehingga tidak tertarik untuk menyalahgunakannya. Bentuk
18 Subagyo Partodiharjo, 2007, h. 100
40
kegiatan yang dapat dilakukan pada upaya pencegahan
diantaranya yaitu :
1) Kampanye anti penyalahgunaan NAPZA
2) Penyuluhan seluk beluk NAPZA
3) Pendidikan dan pelatihan kelompok sebaya (peer
groups)
4) Upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan
distribusi NAPZA di masyarakat
c. Kuratif (penyembuhan)
Progam kuratif ditunjukan kepada pemakai dan
penyalahguna NAPZA. Tujuannya adalah mengobati
ketergantungan dan menyembuhkan penyakit sebagai akibar
dari pemakaian NAPZA, sekaligus menghentikan pemakaian
NAPZA. Bentuk kegiatan adalah pengobatan penderita atau
pemakai, meliputi :19
1) Penghentian pemakaian NAPZA.
2) Pengobatan gangguan kesehatan akibat penghentian
dan pemakaian NAPZA (detoksifikasi).
3) Pengobatan terhadap kerusakan organ tubuh akibat
NAPZA.
4) Pengobatan terhadap penyakit lain yang masuk
bersamaan NAPZA (penyakit yang tidak langsung
19
Ibid. h. 102
41
disebabkan oleh narkoba seperti HIV/AIDS, hepatitis
B/C, sifilis, pneumonia, dan lain-lain).
Subagyo Partodiharjo (2007:103) mengungkapkan
bahwa pengobatan terhadap pemakai dan penyalahguna
NAPZA tidak sederhana, tetapi sangat kompleks dan
berbiaya mahal. Selain itu, kesembuhannya pun merupakan
tanda tanya besar. Keberhasilan penghentian penyalahgunan
NAPZA tergantung pada jenis NAPZA yang disalahgunakan,
kurun waktu pemakaian, besar dosis NAPZA yang
disalahgunakan, sikap atau kesadaran penderita, sikap dari
keluarga penderita, dan hubungan penderita dengan sindikat
pengedar.
d. Rehabilitatif (pemulihan)
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan
raga yang ditujukan kepada pemakai NAPZA yang sudah
menjalani progam kuratif. Tujuannya agar mereka tidak
memakai lagi dan bebas dari penyakit ikutan yang
disebabkan oleh bekas pemakaian NAPZA.20
Ditambahkan
oleh Subagyo Partodiharjo (2007: 106) rehabilitasi
masyarakat memberikan bimbingan hidup berupa praktik
keagamaan dan atau kegiatan kegiatan produktif seperti
olahraga, kesenian, pertanian, perbengkelan, perdagangan,
dan lain-lain. Ada berbagai cara pemulihan.
e. Represif (penindakan)
20
Subagyo Partodiharjo, 2007, h. 105
42
Subagyo Partodiharjo (2007: 107) mendefinisikan
progam represif adalah progam penindakan terhadap
produsen, bandar, pengedar, dan pemakai berdasarkan
hukum. Progam ini merupakan progam instansi pemerintah
yang berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi
maupun distribusi semua zat yang tergolong NAPZA.
Semakin meluasnya peredaran gelap NAPZA di masyarakat
diperlukan partisipasi masyarakat dalam membantu aparat
terkait. Subagyo Partodiharjo (2007: 108) menambahkan
salah satu hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat
diantaranya yaitu melaporkan, masyarakat diminta untuk
melaporkan adanya kegiatan yang dicurigai terkait dengan
penyalahgunaan, peredaran, maupun produksi NAPZA.
5. Pengukuran Penyalahgunaan Narkoba
Pengukuran penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan sesuai
dengan indikator-indikator yang diambil dalam teori. Dalam
penelitian ini, indikator-indikator penyalahgunaan narkoba
diambil berdasarkan teori kontrol sosial menurut Hirchi yang
mengatakan bahwa ada empat dimensi yaitu, kelekatan,
komitmen, keterlibatan, dan keyakinan.
C. Remaja
Pengertian Remaja
43
Istilah remaja sering dikenal dalam bahasa asing
„adolescence‟, berasal dari kata latin yaitu adolescere, yang
artinya tumbuh atau tumbuh ke arah kematangan. Remaja adalah
suatu periode transisi, dimana individu mengalami perubahan
baik secara fisik maupun psikis dari masa anakanak menuju ke
masa dewasa (Hurlock, 1991). Masa remaja dibagi menjadi 3
(tiga) periode (Kagan & Coles, Keniston & Lipsitz dalam
Steinberg, 2002), yaitu remaja awal (early adolescence), usia 11
tahun – 14 tahun, remaja pertengahan (middle adolescence), usia
15 tahun – 18 tahun dan remaja akhir (late adolescence), usia 19
tahun – 22 tahun. Menurut Ketterlinus & Lamb (1994) individu
yang berada pada periode remaja akhir merupakan individu yang
mayoritas menjadi penyalahgunaan narkoba.21
Remaja diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat
dalam arti kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap
realitas sosial, situasi dan relasi baik di lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat. Berikut ini ciri-ciri penyesuaian sosial
remaja, diantaranya:
a. Di lingkungan Keluarga
Menjalin hubungan yang baik dengan orang tua dan
saudaranya
Menerima otoritas orang tua (menaati peraturan
orang tua)
21 Hurlock, Elizabeth B, ”Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan”, (edisi kelima). Terjemahan, Penerbit
Erlangga, 1991.
44
Menerima tanggung jawab dan batasan (norma)
keluarga
b. Di lingkungan Sekolah
Bersikap peduli dan menaati peraturan sekolah
Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah
Menjalin persahabatan dengan teman sebaya
Hormat kepada guru, pemimpin sekolah atau staf
lain
Berprestasi di sekolah
c. Di lingkungan Masyarakat
Peduli terhadap hak-hak orang lain
Menjalin dan memelihara hubungan dengan teman
sebaya atau orang lain
Bersikap simpati dan menghormati terhadap
kesejahteraan orang lain
Peduli terhadap hukum, tradisi dan kebijakan-
kebijakan masyarakat
D. Kerangka Berfikir
Melepaskan diri dari ketergantungan terhadap narkoba
merupakan hal yang sulit untuk dilalui. Untuk bisa terlepas dari
jeratan narkoba, seseorang harus melalui proses rehabilitasi yang
panjang dan tidak mudah untuk dilalui. Bahkan setelah bebas
dari jeratan narkoba, mantan pecandu tetap akan melalui
kesulitan dalam menjalani kehidupannya sehingga dapat
45
membuat mereka relaps. DeSimone dkk (2005) menegaskan
bahwa self esteem sangat berperan penting dalam mencegah
remaja terlibat penyalahgunaan narkoba.
Menurut Minchinton (1991), self esteem adalah penilaian
terhadap diri sendiri, tolak ukur harga diri sebagai manusia,
berdasarkan pada kemampuan penerimaan diri dan perilaku
sendiri. Self esteem juga dapat dideskripsikan sebagai
penghormatan terhadap diri sendiri atau perasaan mengenai apa
dan siapa diri kita sebenarnya. Self esteem bukan hanya sekedar
aspek atau kualitas diri tetapi dengan pengertian yang lebih luas
yang merupakan kombinasi yang berhubungan dengan karakter
dan perilaku. Dalam hal ini pentingnya self esteem merupakan
inti diri kita – dasar dalam diri yang kita bangun dalam hidup.
Selama kita tidak hidup sendirian di bumi ini, perasaan mengenai
diri sendiri dapat mempengaruhi bagaimana cara berhubungan
dengan orang lain di sekitar kita dan pada setiap aspek dalam
hidup kita.
Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa tingkat self esteem
(harga diri) yang tinggi diasumsikan merupakan faktor yang
memperkuat remaja yang dapat menerima dirinya seutuhnya dan
akan lebih menghargai dirinya maka ia akan merasa nyaman
dengan apa yang dilakukannya dan tidak mudah untuk
melakukan hal yang negatif. Sebaliknya Sedangkan jika self
esteem (harga diri) rendah remaja akan cenderung lebih mudah
mengalami depresi, kecemasan dan merasa dirinya tidak pantas
untuk mendapatkan kebahagiaan dan mudah untuk melakukan
hal yang negatif.
46
Jika remaja masuk kedalam kelompok yang mempunyai
kegiatan positif, maka remaja tersebut akan menghasilkan nilai
yang positif juga. Begitu sebaliknya apabila remaja masuk atau
bergabung dalam kelompok yang mempunyai kegiatan yang
negatif, salah satunya penyalahgunaan narkoba maka remaja
tersebut akan menghasilkan nilai yang negatif pula. Seperti pada
uraian kerangka teoritis telah di jelaskan bahwa tinggi dan
rendahnya self esteem berpengaruh terhadap penyalahgunaan
narkoba pada remaja.
Kerangka hubungan antara self esteem sebagai faktor bagi
penyalahgunaan narkoba melalui dimensi-dimensi yang ada
didalamnya, digambarkan dalam bagan di bawah ini:
Self Esteem
Skema Self Esteem terhadap Penyalahgunaan Narkoba
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data
Penyalahgunaan Narkoba
Perasaan Tentang
Diri Sendiri
Perasaan Tentang
Hidup
Perasaan Tentang
Orang Lain
47
yang terkumpul.22
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang
penting kedudukannya dalam penelitian , maka dari itu penulis di
tuntut untuk dapat merumuskan hipotesis ini dengan jelas.23
Penentuan hipotesis ini akan membantu peneliti untuk
menentukan fakta apa yang di cari, prosedur serta metode apa
yang sesuai untuk di gunakan serta bagaimana
mengorganisasikan hasil penemuan.24
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
“Pengaruh Self Esteem Terhadap Penyalahgunaan Narkoba pada
Remaja di PSPP “Galih Pakuan” Bogor.
22
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta 2002, h. 64 23
Ibid. h. 66 24
Ibnu hajar. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif dalam
pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo persada 2002. h. 61-62
48
48
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat pengaruh self
esteem terhadap penyalahgunaan narkoba pada remaja di PSPP
“Galih Pakuan” Bogor, sehingga dalam penelitian yang
digunakan pendekatan kuantitatif. Pada pendekatan kuantitatif
kegiatan analisis datanya meliputi pengolahan data dan penyajian
data, melakukan perhitungan untuk mendeskripsikan data, dan
melakukan pengujian hipotesis dengan mengajukan uji statistik.1
Proses penelitian bersifat deduktif, kemudian teori tersebut
diverifikasi untuk menguji kebenaran teori. Untuk dapat menguji
teori, maka teori disimpulkan dalam bentuk hipotesis. Hipotesis
akan memudahkan dalam memahami karangka berfikir dari
sebuah teori.2 Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian inferensial yaitu serangkaian teknik yang
digunakan untuk mengkaji, menaksir dan mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang diperoleh dari sampel untuk
menggambarkan karakteristik suatu populasi.3
1 Syofian Siregar, Statistik Deskriptif untuk Penelitian (Jakarta: Rajawali
Press, 2011), h. 205-206
2 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2011). h. 45
3 Syofian Siregar, Statistik Deskriptif untuk Penelitian, h. 2
49
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang peneliti gunakan
adalah survei. Penelitian survei adalah penelitian yang
mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.4
B. Ruang Lingkup Penelitian
1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah sekelompok
orang yang dapat memberikan informasi, yaitu
responden PSPP Galih Pakuan Bogor. Sedangkan objek
dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Self Esteem
terhadap Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja”.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan April
2018 sampai dengan bulan Juni 2018. Adapun lokasi
penelitian ini dilakukan yaitu di PSPP Galih Pakuan
Bogor. Beralamatkan di Jalan H. Miing No. 71 Putat
Nutug Ciseeng – Bogor 16330. Alasan peneliti memilih
lokasi tersebut didasarkan atas pertimbangan sebagai
berikut:
a. Pihak lembaga bersedia untuk diadakan
penelitian dengan permasalahan yang
dikemukakan dalam penelitian ini.
4 Marsi Slngarimbun, dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei,
(Jakarta: LP3ES, 2011), h. 3
50
b. Peneliti dapat menemukan data yang dibutuhkan
mengenai penyalahgunaan narkoba.
c. Ketertarikan peneliti terhadap permasalahan
penyahgunaan narkoba pada remaja di Indonesia.
C. Metode Penentuan Sampel
Populasi penelitian merupakan wilayah generalisasi yang
terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.5 Adapun
populasi yang ingin diteliti ialah responden PSPP Galih Pakuan.
Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang akan diteliti.
Penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu penarikan
sampel yang ditetapkan berdasarkan karakteristik atas elemen
populasi dan target yang disesuaikan dengan tujuan masalah
penelitian.6
Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel
menggunakan rumus slovin sebagai berikut7:
5 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 61
6 Masri Mansoer dan Elin Driana, Statistik Sosial, (Jakarta: Ushul Press,
2009), h. 35
7 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian
Kuantitatif: Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006), h. 137
51
Dimana:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d2 =
Presisi yang diterapkan
Tabel 2. Data Responden
Gedung
Asrama
Jumlah
kamar
Jumlah Responden Jumlah
Mei 2018 Juni 2018
Dom 1 5 kamar 80 orang Berkurang
20 orang
60 orang
Dom 2 5 kamar 72 orang Berkurang
16 orang
56 orang
116 54
= 53,7
Maka jumlah sampel yang dibulatkan adalah menjadi 54
orang. Sampel yang akan diambil dari populasi menggunakan
teknik penelitian purposive sampling yaitu penarikan sampel
yang ditetapkan berdasarkan karakteristik atas elemen populasi
target yang disesuaikan dengan tujuan masalah penelitian.
52
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data yang dibutuhkan guna melengkapi
proses penelitian ini, peneliti melakukan serangkaian kegiatan
yang bersumber dari:
1. Data Primer (Primary Data)
Data primer merupakan data yang diperoleh dari
pengumpulan langsung dari lapangan (tidak melalui media
peranta), berupa opini subjek (orang) secara individual atau
kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian
atau kegiatan, dan hasil pengujian. Adapun data primer yang
digunakan yaitu angket. Angket merupakan serangkaian atau
daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian
dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, angket
dikembalikan kepada peneliti.8 Jadi dengan metode angket ini
peneliti mengumpulkan sejumlah daftar pertanyaan tertulis
kepada responden mengenai self esteem yang akan diteliti untuk
mendapatkan jawaban yang bersifat pribadi, kemudian dari
sejumlah jawaban tersebut peneliti kemukakandan selanjutnya
peneliti sajikan dalam penyajian data.
2. Data Sekunder (Secondary Data)
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan
8 Bungin Burhan, Metodelogi Pennelitian Kuantitatif, h. 123
53
dicatat oleh pihak lain). Adapun data sekunder yang digunakan
oleh penelitian adalah: Riset Kepustakaan. Kepustakaan (Library
Research) adalah penelitian yang datanya diambil terutama atau
seluruhnya dari kepustakaan seperti, buku, dokumen, artikel,
jurnal, internet dan lain sebagainya.
E. Variabel Penelitian
Menurut Arikunto variabel adalah objek penelitian atau apa
yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Menurut Suharsimi
Arikunto, ada dua jenis variabel penelitian yaitu variabel bebas
(variabel independent) dan variabel terikat (variabel dependent).
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi
penyebab sedangkan variabel terikat adalah variabel yang di
pengaruhi atau variabel akibat.9 Dalam penelitian ini variabel-
variabel tersebut adalah :
Tabel 3. Variabel Penelitian
Variabel Independent Variabel Dependent
F. Hipotesis Penelitian
9 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, h. 4
Self Esteem (Harga Diri)
(Variabel X)
Penyalahgunaan Narkoba
(Variabel Y)
54
Hipotesis penelitian merupakan proposisi yang akan diuji
keberlakuannya, atau merupakan sebagai jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian.10
Dikatakan sementara
karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasari oleh data-data yang empiris yang
diperoleh dari pengumpulan data.
Untuk menguji hipotesis, ada beberapa ketentuan yang perlu
diperhatikan yaitu merumuskan hipotesis nol (Ho) dan harus
disertai pula dengan hipotasis alternative (Ha).11
Hipotesis dapat
dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:
Ho.β = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara self esteem dengan
penyalahgunaan narkoba pada remaja.
Ha.β ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara
self esteem dengan penyalahgunaan
narkoba pada remaja.
G. Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian
10 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, h. 84
11
Singgih Sentosa, SPSS: Mengelola Data Statistik Secara Profesional
(Jakarta: PPM, 2002), Cet.ke-2, h. 22-23
55
Definisi operasional adalah sebuah konsep yang mempunyai
variasi nilai yang diterapkan dalam suatu penelitian dan sangat
erat kaitannya dengan indikator. Penelitian ini terdiri dari dua
variabel yaitu, variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah self esteem sedangkan variabel terikat
dalam penelitian ini adalah penyalahgunaan narkoba pada remaja
sebagai berikut:
1. Variabel Self Esteem (Harga Diri)
a. Devinisi Operasional
Self esteem adalah nilai yang melekat pada diri
individu, dan juga merupakan penilaian terhadap harga
diri berdasarkan perlakuan yang di terima dari
lingkungan.
b. Indikator Operasional
Menurut Michington, self esteem terdapat tiga
aspek, antara lain meliputi:
1) Perasaan Tentang Diri Sendiri
2) Perasaan Tentang Hidup
3) Perasaan Tentang Orang Lain
2. Variabel Penyalahgunaan Narkoba
a. Devinisi Operasional
Penyalahgunaan Narkoba adalah penggunaan
narkoba yang dilakukan tidak untuk maksud
pengobatan, akan tetapi ingin menikmati pengaruhnya.
Karena pengaruhnya itulah narkoba disalahgunakan.
b. Indikator Operasional
56
Menurut Hirschis social control/bonding theory
berpendapat tentang empat dimensi yang membuat
seseorang berpengaruh terhadap penyalahgunaan
narkoba, yaitu:
1) Kelekatan
2) Komitmen
3) Keterlibatan
4) Keyakinan
Variabel Definisi Operasional Indikator
Self Esteem
(Variabel X)
Self esteem adalah penilaian
individu terhadap dirinya
sendiri berdasarkan keyakinan
bahwa dirinya sebagai
individu yang mampu, penting
dan berharga yang
mempengaruhi oleh hasil
interaksi dengan orang
disekitarnya serta sikap,
penerimaan, penghargaan dan
perlakuan orang lain terhadap
dirinya.
a. Perasaan Tentang Diri
Sendiri
- Penilaian individu terhadap
dirinya sendiri
- Penerimaan individu
terhadap dirinya sendiri
b. Perasaan Tentang Hidup
- Penilaian individu terhadap
kehidupan yang dijalaninya
c. Perasaan Tentang Orang
Lain
- Penghargaan individu
terhadap orang disekitarnya
- Penghormatan individu
terhadap orang disekitarnya
57
Tabel 4. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian
Operasional Variabel
Adapun blue print skala self esteem (harga diri) dan skala
penyalahgunaan narkoba pada remaja, dilakukan uji coba
validitas instrument terlihat pada Tabel 5 dan Tabel 6 sebagai
berikut:
Penyalahgu
naan
Narkoba
Pada
Remaja
(Variabel Y)
Penyalahgunaan narkoba
adalah penggunaan narkoba
yang dilakukan tidak untuk
maksud pengobatan, tetapi
karena ingin menikmati
pengaruhnya dalam jumlah
berlebih, teratur dan cukup
lama sehingga menyebabkan
gangguan kesehatan fisik,
mental, dan kehidupan
sosialnya.
a. Kelekatan
- Kelekatan terhadap orang
tua
- Kelekatan terhadap teman
sebaya
b. Komitmen
- Menghormati tradisi
- Percaya pada norma di
masyarakat
c. Keterlibatan
- Berinteraksi dengan
kegiatan
d. Keyakinan
- Kesadaran untuk menerima
segala aturan
58
Tabel 5. Blue Print Self Esteem (Harga Diri) (sebelum validasi
instrument)
No Dimensi Ukuran Perasaan
Tentang diri sendiri
Item Jumlah
Favorable Un favorable
1. Penilaian individu terhadap
dirinya sendiri 7,10,16,20 6,21 6
2. Penerimaan individu
terhadap dirinya sendiri 1,5 2
No Dimensi Ukuran Perasaan
Tentang Hidup
Item Jumlah
Favorable Un favorable
1. Penilaian individu terhadap
kehidupan yang dijalaninya
4,8,15,17,19
24 6
No Dimensi Perasaan Tentang
Orang Lain
Item Jumlah
Favorable Un favorable
1. Penghargaan individu
terhadap orang disekitarnya 2,12,23 3,13 5
2. Penghormatan individu
terhadap orang disekitarnya 9,11,14,18,22,25 6
59
Jumlah 25
Tabel 6. Blue Print Penyalahgunaan Narkoba (sebelum
validasi instrument)
No Dimensi Ukuran Kelekatan Item
Jumlah Favorable Un favorable
1. Kelekatan dengan Orang Tua 6,7,8 9,10 5
2. Kelekatan dengan teman sebaya 1,3,4,5 2 5
No Dimensi Ukuran Komitmen Item
Jumlah favorable Un favorable
1. Menghormati tradisi 12 17,14,11,15,
19 6
2. Percaya pada norma di
masyarakat 18,20 13,16,21 5
No. Dimensi Ukuran Keterlibatan Item
Jumlah favorable Un favorable
1. Berinteraksi dengan kegiatan 22,26 23,24,25 5
No. Dimensi Ukuran Keyakinan Item Jumlah
60
favorable Un favorable
1. Kesadaran untuk menerima
segala aturan 28,29,30 27,31 5
Jumlah 31
Selanjutnya, adapun blue print untuk skala Self Esteem dan
skala Penyalahgunaan Narkoba setelah dilakukan uji coba
validitas instrument terlihat pada Tabel 7 dan Tabel 8 sebagai
berikut:
Tabel 7. Blue Print Skala Self Esteem (sesudah validasi
instrument)
No Dimensi Ukuran Perasaan Tentang
diri sendiri
Item Jumlah
Favorable Un favorable
1. Penilaian individu terhadap dirinya
sendiri 10,16 - 2
2. Penerimaan individu terhadap
dirinya sendiri 1,5 - 2
No Dimensi Ukuran Perasaan Tentang
Hidup
Item Jumlah
Favorable Un favorable
1. Penilaian individu terhadap
kehidupan yang dijalaninya 8,15,17,24 - 4
No Dimensi Perasaan Tentang Orang
Lain
Item Jumlah
Favorable Un favorable
61
1. Penghargaan individu terhadap
orang disekitarnya 12,23 - 2
2. Penghormatan individu terhadap
orang disekitarnya 11,18, 25 - 3
Jumlah 13
Tabel 8. Blue Print Skala Penyalahgunaan Narkoba (sesudah
validasi instrument)
No Dimensi Ukuran Kelekatan Item
Jumlah favorable Un favorable
1. Kelekatan dengan Orang Tua 7,8 - 2
2. Kelekatan dengan teman
sebaya 5 - 1
No Dimensi Ukuran Komitmen Item
Jumlah favorable Un favorable
1. Menghormati tradisi 12 14,19 3
2. Percaya pada norma di
masyarakat 20 13 2
No. Dimensi Ukuran Keterlibatan Item
Jumlah favorable Un favorable
1. Berinteraksi dengan kegiatan 22,26 - 2
62
No. Dimensi Ukuran Keyakinan Item
Jumlah favorable Un favorable
1. Kesadaran untuk menerima
segala aturan 28,29,30 27 4
Jumlah 14
H. Uji Instrumen
1. Uji Validitas Data
Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuesioener. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pernyataan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut.
Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada
pernyataan pada kuesioner yang harus dibuang atau diganti
karena dianggap tidak relevan. Item instrumen dianggap valid
jika r hitung > r table. Dan dianggap memenuhi syarat koefisien
dengan n = 54 taraf kesalahan 5% diperoleh 0,361 dan taraf
kesalahan 1% diperoleh 0,398.12
Pada uji instrumen ini peneliti
menggunakan bantuan Microsoft Excel.
2. Uji Realibilitas Data
12
Iskandar, Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Jakarta:
Referensi, 2013), h.266
63
Uji Realibilitas merupakan pengujian yang menunjukkan
sejauh mana alat ukur dipercaya atau dapat diandalkan.
Instrument dikatakan reliable apabila terdapat kesamaan data
dalam waktu yang berbeda. Suatu kuesioner dikatakan reliabel
atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten meskipun diuji berkali-kali.
Jika hasil dari cronbach alpha > 0,60 maka data tersebut
mempunyai realibilitas kurang baik, sedangkan cronbach alpha
> 0,7 dapat diterima, dan cronbach alpha > 0,8 adalah baik13
I. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke
dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan.
Dalam menganalisis data ini, peneliti menggunakan metode
analisis kuantitatif guna mengetahui pengaruh self esteem dengan
penyalahgunaan narkoba pada remaja dilakukan dengan skala
likert. Skala likert adalah skala yang dapat digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang suatu
objek atau fenomena tertentu. Sebagai berikut14
:
Tabel 9. Skala Likert
No Alternatif Jawaban Positif Negatif
13
Duwi Prayitno, 5 jam Belajar Olahan Data dengan SPSS 17
(Yogyakarta: CV. Andi offset, 2009) h. 172
14
Syofian Siregar, Statistik Deskriptif untuk Penelitian, h. 138
64
1 Sangat Setuju 4 1
2 Setuju 3 2
4 Tidak Setuju 2 3
5 Sangat Tidak Setuju 1 4
Kemudian data yang diperoleh dengan menggunakan
kuesioner, dimana hasil analisisnya dipresentasikan di dalam
Tabel analisis berdasarkan variabel self esteem dengan
penyalahgunaan narkoba pada remaja di PSPP Galih Pakuan
Bogor dapat dianalisis dengan cara sebagai berikut:
1. Uji Koefesien Korelasi
Uji koefesien korelasi ini berfungsi untuk melihat hubungan
antara variabel self esteem (harga diri) terhadap penyalahgunaan
narkoba pada remaja. Setelah data diklarifikasikan, kemudian
diadakan analisis data. Perumusan masalah untuk regresi linear
sederhana (X,Y), yaitu adakah hubungan yang signifikan antara
variabel X dengan variabel Y.
65
Sebelum mengetahui seberapa besar koefesien determinasi
perlu menghitung koefesiennya terlebih dahulu dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:15
√
Keterangan:
rxy = Korelasi antara variabel X dengan Y
x = (x1-x2) selisih nilai X dengan rata-rata variabel
X
y = (y1-y2) selisih nilai Y dengan rata-rata variabel
Y
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefesien
korelasi yang ditentukan tersebut besar atau kecil, maka dapat
berpedoman pada ketentuan yang tertera pada Tabel 10 berikut:16
Tabel 10. Interprestasi Terhadap Koefesien Korelasi
Interval Koefesien Tingkat Hubungan
15
Sugiyono, Statistik untuk Penelitian (Bandung: Alvabetta, 2009), h.
228 16
Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, h. 229
66
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,899 – 1,000
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
2. Uji Koefesien Determinasi
Uji koefesien determinasi bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan
variabel dependen. Dalam output SPSS, koefesien determinasi
terletak pada model summary dan tertulis R square.
Nilai R square diketahui baik antara 0,5 karena R square
berkisar antara 0,1. Pada umumnya sampel dengan data deret
waktu (time series) memilih R square maupun adjusted R square
dikatakan cukup tinggi dengan nilai diatas 0,5.17
3. Uji Regresi Linear Sederhana
17
Singgih Santosa, SPSS: Mengelola Data Statistik Secara Profesional,
h. 50-51
67
Analisis regresi linear sederhana dipakai untuk menganalisa
hubungan linear satu variabel independen dengan satu variabel
dependen.18
Maka persamaan analisis regresinya ialah:
Y = a + Bx
Keterangan:
Y = Variabel Dependen (Penyalahgunaan Narkoba)
a = Titik potong garis regresi pada sumbu y
b = Perubahan rata-rata variabel Y untuk setiap perubahan
variabel X
x = Variabel independen (self esteem)
4. Uji Regresi Linear Berganda
Untuk menguji hipotesis penelitian mengenai hubungan
antara self esteem terhadap penyalahgunaan narkoba pada
remaja, maka peneliti mengolah data yang didapat dengan
menggunakan analisis regresi linear berganda (multiple linear
regrassion), rumus regresi linear berganda adalah:19
Y = a + b1X1 + b2X2+ b3X3
Keterangan:
Y = Variabe Dependen (penyalahgunaan narkoba pada remaja)
18
Dwi Priyatno, 5 Jam Belajar Olah Data Dengan SPSS 17, (Yogyakarta:
CV. Andi Offset, 2009), h.172 19
Pangestu Subagyo dan Djarwanto Ps, Statistika Induktif Edisi ke-5
(Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2005) h. 270
68
a = Harga konstan
b1 = Koefisien regresi parsal ukuran perasaan tentang diri sendiri
b2 = Koefisien regresi parsal ukuran perasaan tentang hidup
b3 = Koefisien regresi parsal ukuran perasaan tentang orang lain
5. Uji T-test (Persial)
T-test bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual (persial)
terhadap variabel dependen. Adapun nilai-nilai taraf
signifikannya sebesar 1% sampai dengan 10%.
Untuk menguji hipotesis, ada beberapa ketentuan yang perlu
diperhatikan yaitu merumuskan hipotesis nol (Ho) dan harus
disertai pula dengan hipotesis anternative (Ha).20
Hipotesis dapat
dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:
a. Variabel Ukuran Perasaan Tentang Diri Sendiri (X1)
Ho :β = 0 Tidak terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara self esteem (harga
20
Singgih Santosa, SPSS: Mengelola Data Statistik Secara Profesional,
h. 52-53
69
diri) terhadap penyalahgunaan
narkoba pada remaja.
Ha :β ≠ 0 Terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara self esteem (harga
diri) terhadap penyalahgunaan
narkoba pada remaja.
b. Variabel Perasaan Tentang Hidup (X2)
Ho : β = 0 Tidak terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara self esteem (harga
diri) terhadap penyalahgunaan
narkoba pada remaja.
Ha :β ≠ 0 Terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara self esteem (harga
diri) terhadap penyalahgunaan
narkoba pada remaja.
c. Variabel Perasaan Tentang Orang Lain (X3)
Ho : β = 0 Tidak terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara self esteem (harga
diri) terhadap penyalahgunaan
narkoba pada remaja.
Ha :β ≠ 0 Terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara self esteem (harga
diri) terhadap penyalahgunaan
narkoba pada remaja.
6. Uji F-test (Simultan)
70
Pengujian serentak digunakan untuk mengetahui apakah
secara simultan (bersama-sama) koefisien regresi variabel bebas
mempunyai pengaruh nyata atau tidak terhadap variabel
tergantung.21
Adapun nilai taraf signifikan sebesar a= 0,01
sampai dengan 0,5.
Untuk melakukan uji hipotesis, maka ada beberapa
ketentuan yang perlu diperhatikan, seperti sebagai berikut ini:
Ho :β = 0 Tidak terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara self esteem (harga diri)
terhadap penyalahgunaan narkoba pada
remaja.
Ha :β ≠ 0 Terdapat pengaruh positif dan signifikan
antara self esteem (harga diri) terhadap
penyalahgunaan narkoba pada remaja.
Jika sig F > 0,05 maka artinya tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika sig
F < 0,05 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel bebas dengan variabel terikat.
21
HM. Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), h.225
71
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Lembaga
1. Lokasi Penelitian
Panti Sosial Pamardi Putra Galih Pakuan Bogor merupakan
Unit Pelaksaan Teknis (UPT) Kementrian Sosial, melaksanakan
kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban
penyalahgunaan narkoba yang beralamat di Jalan H. Miing No.
71 Putat Nutug Ciseeng Bogor – Jawa Barat.
2. Sejarah Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”
Bogor
Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan” Bogor berdiri
sejak tahun 1982 dan mulai beroperasi pada tahun 1983
berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Bina
Rehabilitasi Sosial Nomor: KEP.007/PRS-4/1983, dengan nama
Panti Rehabilitasi Sosial Korban Narkotika Putat Nutug. Tanggal
28 Februari 1989 Panti ini ditetapkan sebagai Panti tipe “A”
berdasarkan Kepmensos Nomor: 6/HUK/1989 dan sejak tanggal
26 April 1994 dengan bersadarkan Surat Keputusan Direktorat
Jenderal Bina Rehabilitasi Sosial Nomor: 06/KEP/BRS/IV/1994
72
Panti ini dinamakan Panti Sosial Pamardi Putra “Galih Pakuan”
Bogor.1
3. Visi
Panti sebagai Pusat Pelayanan, Perlindungan dan Rehabilitasi
Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA berstandar Nasional,
Profesional, berkualitas tahun 2020.
4. Misi
a. Menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial
penyalahgunaan NAPZA dalam sistem panti
menggunakan pendekatan multi disipliner, teknik
pelayanan yang unggul dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan.
b. Menyelenggarakan pengkajian model pelayanan dan
rehabilitasi sosial penyalahgunaan NAPZA.
c. Memfasilitasi tumbuh kembangnya motivasi dan usaha
masyarakat dalam penanggulangan penyalahgunaan
NAPZA.
d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan SDM dalam
rangka meningkatkan pelayanan rehabilitasi sosial
korban penyalahgunaan NAPZA yang berkualitas.2
5. Tugas Pokok
1 Brosur PSPP Galih Pakuan Bogor, “Solusi Bagi Korban
Penyalahgunaan Narkoba” 2 Brosur PSPP Galih Pakuan Bogor, “Solusi Bagi Korban
Penyalahgunaan Narkoba”
73
Berdasarkan Permensos Nomor: 106 Tahun 2009, tugas
pokok PSPP “Galih Pakuan” Bogor yaitu memberikan
bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif,
rehabilitatif, promotif, dalam bentuk bimbingan pengetahuan
dasar, pendidikan fisik, mental, sosial, bimbingan keterampilan,
resosialisasi serta bimbingan lanjut bagi eks korban narkotika dan
pengguna psikotropika sindroma ketergantungan agar mampu
mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, serta
pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan rujukan.3
6. Fungsi
a. Pelaksaan penyusunan rencana dan program serta
evaluasi dan laporan.
b. Pelaksaan registrasi, observassi, identifikasi,
penyelenggaraan asrama, dan pemeliharaan serta
penetapan diagnosa sosial dan perawatan medis.
c. Pelaksanaan bimbingan fisik, mental, sosial dan
keterampilan.
d. Pelaksanaan resosialisasi, penyaluran dan bimbingan
lanjut.
e. Pemberian informasi dan advokasi.
f. Pengkajian dan pengembangan standar pelayanan dan
rehabilitasi sosial.
g. Pengelolaan urusan tata usaha.
7. Sasaran Pelayanan
3 Brosur PSPP Galih Pakuan Bogor, “Solusi Bagi Korban
Penyalahgunaan Narkoba”
74
a. Korban penyalahguna NAPZA yang dirujuk dari Dinas
Sosial, BAPAS, Satpol. PP, Kepolisian dan instansi
terkait lainnya.
b. Korban penyalahguna NAPZA hasil motivasi dan
penjangkauan pekerja sosial.
c. Korban penyalahguna NAPZA yang datang dengan
keinginan sendiri mengikuti program rehabilitasi sosial.
8. Struktur Organisasi
PSPP “Galih Pakuan” Bogor sebagai salah satu Unit kerja
Eselon III dilingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial,
struktur organisasinya berdasarkan Menteri Sosial RI
No.86/HUK/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian
Sosial terdiri dari tiga Unit Kerja eselon IV dengan uraian tugas
dan fungsi sebagai berikut:
75
Bagan Struktur Organisasi Panti Sosial Pamardi Putra Galih
Pakuan Bogor
Kepala
PSPP Galih Pakuan Bogor
Beni Sujianto, A.KS, M.Si
Kepala
Sub. Bag. Tata Usaha
Iwan Nurchandra S, S.sos
Kepala Seksi
Rehabilitasi Sosial
Drs. Jarmadi, M.Si
Kepala Seksi
Program dan Advokasi Sosial
Zayadi, S.Sos, MM
Kelompok Jabatan Fungsional
Koordinator Pekerja Sosial
Instalasi Sheltered
Workshop
76
9. Kapasitas Tampunng
Dalam menjalankan kegiatan rehabilitasi sosial PSPP “Galih
Pakuan” Bogor, penerimaan klien dilaksakan setiap saat
sepanjang daya tampung masih tersedia, dengan kapasitas 180
responden yang terdiri dari primary, re-entry, dan rencana
pengembangan dua asrama (dometory). Primary merupakan
tahap pembinaan mental dan sosial, sedangkan re-entry adalah
tahap persiapan dan pelatihan peningkatan kapasitas untuk
berkumpul kembali di masyarakat. Masing-masing ada 3 ruang
asrama, jadi total asrama berjumlah 6 ruangan. Untuk 120 orang
responden primary dan 60 responden re-entry dan 100 responden
Rencana Pengembangan Dua Asrama (Dometory) terdiri 2
asrama, masing-masing memiliki 5 kamar. Dan jumlah responden
saat ini yang menempati ruangan PSPP “Galih Pakuan” Bogor
per 18 Mei 2018 adalah:
Tabel 11. Jumlah Responden
No Jenis Jumlah Responden
1 Primary 120
2 Re-entry 60
3 Dometory 100
Dari tabel diatas diketahui jumlah responden yang sedang
mengikuti kegiatan rehabilitasi sosial berjumlah primary 120
Responden, re-entry 60 Responden dan dometory 100
Responden. Jadi total Responden yang mengikuti kegiatan
77
rehabilitasi sosial di PSPP “Galih Pakuan” Bogor berjumlah 180
Responden.
10. Sarana dan Prasarana
Selama di PSPP “Galih Pakuan” Bogor, klien mendapatkan
fasilitas:
a. Ruang Kantor
b. Ruang Data dan Informasi
c. Ruang Bimbingan Sosial, Mental, dan Keterampilan
d. Ruang Olahraga dan Kesenian
e. Lapangan Upacara, Lapangan Bola, Ruang Rapat/
Konferensi
f. Ruang Poliklinik, Ruang Fitnes Sport Center, Intalasi
Produksi
g. Mushola, Aula Utama, Wisma, Gedung, Gudang,
Pendopo
h. Ruang Komputer, Ruang Perpustakaan, Ruang Pos Jaga
i. Asrama Primary (3) dan Asrama Re-entry (3), Dometory
(2 Unit) Dapur, Ruang Makan, Kendaraan Dinas
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Deskripsi Data Responden Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menyebar angket kepada 54
responden penyalahgunaan narkoba yang dilakukan di PSPP
“Galih Pakuan” Bogor. Pada angket tersebut berisi 56 pertanyaan,
yang terbagi menjadi 25 pertanyaan tentang Self Esteem (Harga
78
Diri) dan 31 pertanyaan tentang penyalahgunaan narkoba. Dari
54 responden yang terkumpul peneliti mengklarifikasikan asrama
dometory, jumlah kamar dan jumlah responden antara bulan Mei
2018 sampai Juni 2018 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 12. Data Responden
Gedung
Asrama
Jumlah
kamar
Jumlah Responden Jumlah
Mei 2018 Juni 2018
Dom 1 5 kamar 80 orang Berkurang
20 orang
60 orang
Dom 2 5 kamar 72 orang Berkurang
16 orang
56 orang
116 54
Dari hasil tabel diatas, menunjukkan bahwa jumlah total
responden yang diambil menjadi sampel pada asrama dom 1 dan
dom 2 diantaranya. Pada gedung asrama dom 1 dengan jumlah 5
kamar berpenghuni sebanyak 80 orang, dan pada bulan Juni 2018
penghuni berkurang sebanyak 20 orang dengan total keseluruhan
60 responden. Kemudian pada asrama dom 2 dengan jumlah 5
kamar pada bulan Mei 2018 berpenghuni sebanyak 72 orang, dan
pada bulan Juni mendapatkan pengurangan penghuni sebanyak
16 orang dengan total keseluruhan 56 responden. Maka jumlah
total populasi sebanyak 116 responden.
79
Maka jumlah sampel yang dibulatkan menjadi 54 responden.
Sampel yang akan diambil dari populasi menggunakan teknik
Purposive Sampling yaitu penarikan sampel yang ditetapkan
berdasarkan karakteristik atas elemen populasi dan target yang
disesuaikan dengan tujuan masalah.4
Untuk mendapatkan data primer pada penelitian ini, hasil
analisis data untuk penyebaran kuesioner pada responden
penyalahgunaan narkoba yang dilakukan di PSPP “Galih Pakuan”
Bogor berjumlah 54 responden. Penulis melakukan penyebaran
kepada 54 klien dengan memberikan 56 butir pertanyaan untuk
menguji validitas dan reabilitas dari sebuah pertanyaan yang
diajukan dan di sebar di PSPP “Galih Pakuan” Bogor. Dari hasil
uji coba instrument variabel self esteem (X) dan penyalahgunaan
narkoba (Y) pada penelitian yang dilakukan di PSPP “Galih
Pakuan” Bogor diperoleh kesimpulan bahwa variabel self esteem
(X) memperoleh 25 item alat ukur, dinyatakan valid sebanyak 13
item dan tidak valid sebanyak 12 item alat ukur, sedangkan
variabel penyalahgunaan narkoba (Y) memperoleh 31 alat ukur
dinyatakan valid sebanyak 14 item dan tidak valid sebanyak 17
item alat ukur. Analisis dilakukan dengan menggunakan software
SPSS 22 for windows release.
4 Masri Mansoer dan Elin Driana, Statistik Sosial, (Jakarta: Ushul Press,
2009), h.35
80
C. Rekapitulasi Validitas dan Reabilitas Instrument
1. Validitas Variabel X dan Variabel Y.
Untuk mengetahui validitas instrument, dari masing-masing
pernyataan, maka penulis akan memaparkannya pada Tabel 13
dan Tabel 14.
Tabel 13. Uji Validitas Variabel X
No Pernyataan r hitung r tabel Hasil
Instrumen
1 Saya dapat menerima diri saya apa
adanya 0,398 0,361 Valid
2 Saya percaya orang lain berperilaku
seperti yang mereka lakukan karena
alasan yang baik
0,142 0,361 Tidak Valid
3 Pendapat saya terhadap diri saya
sendiri lebih penting dari pada
pendapat orang lain terhadap saya
0,142 0,361 Tidak Valid
4 Jika saya mengingat masa lalu, saya
hanya fokus pada ingatan yang
membahagiakan
0,115 0,361 Tidak Valid
5 Saya memaafkan diri saya atas
kesalahan yang saya lakukan 0,369 0,361 Valid
6 Saya tidak menghukum diri saya
sendiri atas kesalahan yang saya
perbuat dengan merasa bersalah
0,075 0,361 Tidak Valid
7 Saya menyukai diri saya tanpa
menghiraukan apa yang orang lain
rasakan
0,058 0,361 Tidak Valid
8 Saya tidak takut pada kegagalan atau
kekalahan 0,523 0,361 Valid
9 Saya tidak pernah membandingkan 0,259 0,361 Tidak Valid
81
kekurangan saya dengan orang lain
10 Saya merasa berguna meskipun saya
melakukan sesuatu dengan tidak
sempurna
0,501 0,361 Valid
11 Saya sama pentingnya dengan orang
lain 0,404 0,361 Valid
12 Saya tidak pernah mengizinkan orang
lain untuk menyuruh saya melakukan
hal yang berlawanan dengan penilaian
saya
0,427 0,361 Valid
13 Saya membiarkan orang lain untuk
mengalami konsekuensi dari tindakan
mereka
0,232 0,361 Tidak Valid
14 Ketika saya menginginkan seseorang
melakukan sesuatu untuk saya, saya
meminta kepada mereka secara
langsung
0,046 0,361 Tidak Valid
15 Saya menganggap masalah sebagai
peluang untuk memperbaiki kehidupan
saya
0,664 0,361 Valid
16 Saya dapat menyesuaikan diri disetiap
lingkungan dengan baik 0,560 0,361 Valid
17 Saya melihat setiap kejadian dalam
hidup memiliki manfaat dengan cara
tertentu
0,584 0,361 Valid
18 Saya tidak menuntut orang lain untuk
menyetujui standar ideal saya 0,516 0,361 Valid
19 Saya bertanggung jawab penuh atas
masalah saya 0,344 0,361 Tidak Valid
20 Saya dapat mengontrol semua perilaku
saya, termasuk kebiasaan saya 0,284 0,361 Tidak Valid
21 Saya tidak menghukum diri sendiri
dengan merasa buruk 0,166 0,361 Tidak Valid
22 Saya tidak terima disalahkan atas sakit
hatinya seseorang 0,068 0,361 Tidak Valid
23 Saya tidak memandang tinggi atau
rendahnya seseorang 0,406 0,361 Valid
82
24 Saya tidak membenarkan sesuatu tanpa
alasan yang jelas 0,697 0,361 Valid
25 Saya mendorong orang lain untuk
tumbuh dan dewasa lebih baik
daripada mengandalkan saya
0,555 0,361 Valid
Berdasarkan data yang tertera pada Tabel 13, dapat diketahui
bahwa nilai koefisien korelasi untuk diuji validitas instrumen
variabel self esteem (X) yang diperoleh rata-rata lebih besar dari
“r” tabel dan seluruh instrumen sebanyak sebanyak 13 butir
dikatakan valid.
Tabel 14. Uji Validitas Variabel Y
No Pernyataan r hitung r tabel Hasil
Instrumen
1 Teman-teman menerima saya apa adanya 0,180 0,361 Tidak Valid
2 Teman-teman tidak memahami apa yang saya
inginkan 0,098 0,361 Tidak Valid
3 Teman-teman tidak akan menjerumuskan
saya pada narkoba 0,208 0,361 Tidak Valid
4 Teman-teman yang paling bisa memahami
karakter saya 0,214 0,361 Tidak Valid
5 Sahabat terdekat melarang memakai narkoba,
karena peduli akan masa depan saya 0,598 0,361 Valid
6 Saya merasa orang tua bisa menjadi sahabat
yang baik 0,315 0,361 Tidak Valid
7 Orang tua memberikan nasihat positif kepada
saya 0,592 0,361 Valid
8 Bagian terpenting dalam hidup saya adalah
orang tua 0,453 0,361 Valid
83
9 Saya merasa pola asuh orang tua protektif 0,034 0,361 Tidak Valid
10 Orang tua cuek dengan keadaan saya selama
ini 0,291 0,361 Tidak Valid
11 Saya merahasiakan sebagai pengguna
narkoba karena khawatir akan dikucilkan
masyarakat
0,128 0,361 Tidak Valid
12 Saya meninggalkan narkoba karena menaati
peraturan yang ada 0,401 0,361 Valid
13 Saya akan tetap memakai narkoba karena
mengabaikan norma-norma yang berlaku di
masyarakat
0,506 0,361 Valid
14 Saya berhak menentukan hidup saya sendiri
untuk memakai narkoba 0,413 0,361 Valid
15 Saya merasa bangga memakai narkoba di
sekitar lingkungan 0,350 0,361 Tidak Valid
16 Masyarakat menolak pecandu narkoba seperti
saya di lingkungan mereka 0,044 0,361 Tidak Valid
17 Saya memakai narkoba karena tidak ada
penegakkan sanksi yang tegas di sekitar
lingkungan
0,101 0,361 Tidak Valid
18 Saya dapat mengontrol keinginan memakai
narkoba karena ingin mematuhi norma-norma
yang ada di masyarakat
0,014 0,361 Tidak Valid
19 Saya tetap memakai narkoba meskipun di
sekitar lingkungan ada yang memberitahu
mengenai dampak negatif menyalahgunaan
narkoba
0,571 0,361 Valid
20 Saya akan menerima semua masukan dari
masyarakat ketika keluar dari panti 0,457 0,361 Valid
21 Saya akan menerima semua hinaan dari
masyarakat ketika keluar dari panti 0,128 0,361 Tidak Valid
22 Saya mengikuti kegiatan-kegiatan di panti 0,564 0,361 Valid
23 Mengikuti kegiatan di panti membosankan 0,055 0,361 Tidak Valid
24 Saya merasa bosan berada di lingkungan
panti 0,319 0,361 Tidak Valid
84
25 Saya pasif mengikuti kegiatan-kegiatan di
panti 0,181 0,361 Tidak Valid
26 Saya bersemangat mengikuti semua kegiatan
di panti 0,512 0,361 Valid
27 Bagi saya mematuhi peraturan di panti
membosankan 0,363 0,361 Valid
28 Saya bersedia mentaati peraturan di panti 0,637 0,361 Valid
29 Saya yakin dapat menyelesaikan masa
rehabilitasi dengan baik selama mentaati
peraturan di panti
0,639 0,361 Valid
30 Dengan mematuhi peraturan di panti
memberikan perubahan sikap di dalam diri
saya
0,387 0,361 Valid
31 Mematuhi peraturan di panti memberikan
dampak negatif bagi perubahan sikap di
dalam diri saya
0,211 0,361 Tidak Valid
Berdasarkan data yang tertera pada Tabel 14, dapat diketahui
bahwa nilai koefiesien korelasi untuk uji validitas instrumen
variabel penyalahgunaan narkoba (Y) yang diperoleh rata-rata
lebih besar dari “r” tabel dan seluruh instrumen sebanyak 14 butir
dikatakan valid.
Setelah itu hasil instrument valid masing-masing variabel,
kemudian di sebar kepada 54 responden. Seperti yang tertera
pada Tabel 15 dan Tabel 16 :
85
Tabel 15. Hasil Instrument Valid Variabel X
No Pernyataan Hasil
Instrumen
1 Saya dapat menerima diri saya apa adanya Valid
2 Saya memaafkan diri saya atas kesalahan yang saya
lakukan Valid
3 Saya tidak takut pada kegagalan atau kekalahan Valid
4 Saya merasa berguna meskipun saya melakukan sesuatu
dengan tidak sempurna Valid
5 Saya sama pentingnya dengan orang lain Valid
6
Saya tidak pernah mengizinkan orang lain untuk
menyuruh saya melakukan hal yang berlawanan dengan
penilaian saya
Valid
7 Saya menganggap masalah sebagai peluang untuk
memperbaiki kehidupan saya Valid
8 Saya dapat menyesuaikan diri disetiap lingkungan
dengan baik Valid
9 Saya melihat setiap kejadian dalam hidup memiliki
manfaat dengan cara tertentu Valid
10 Saya tidak menuntut orang lain untuk menyetujui
standar ideal saya Valid
11 Saya tidak memandang tinggi atau rendahnya seseorang Valid
12 Saya tidak membenarkan sesuatu tanpa alasan yang
jelas Valid
13 Saya mendorong orang lain untuk tumbuh dan dewasa
lebih baik daripada mengandalkan saya Valid
86
Selanjutnya hasil instrument valid variabel Y, seperti yang
tergambar pada Tabel 16:
Tabel 16. Hasil Instrument Valid Variabel Y
No Pernyataan Hasil
Instrumen
1 Sahabat terdekat melarang memakai narkoba, karena
peduli akan masa depan saya Valid
2 Orang tua memberikan nasihat positif kepada saya Valid
3 Bagian terpenting dalam hidup saya adalah orang tua Valid
4 Saya meninggalkan narkoba karena menaati peraturan
yang ada Valid
5 Saya akan tetap memakai narkoba karena mengabaikan
norma-norma yang berlaku di masyarakat Valid
6 Saya berhak menentukan hidup saya sendiri untuk
memakai narkoba Valid
7
Saya tetap memakai narkoba meskipun di sekitar
lingkungan ada yang memberitahu mengenai dampak
negatif menyalahgunaan narkoba
Valid
8 Saya akan menerima semua masukan dari masyarakat
ketika keluar dari panti Valid
9 Saya mengikuti kegiatan-kegiatan di panti Valid
10 Saya bersemangat mengikuti semua kegiatan di panti Valid
11 Bagi saya mematuhi peraturan di panti membosankan Valid
12 Saya bersedia mentaati peraturan di panti Valid
13 Saya yakin dapat menyelesaikan masa rehabilitasi dengan
baik selama mentaati peraturan di panti Valid
14 Dengan mematuhi peraturan di panti memberikan
perubahan sikap di dalam diri saya Valid
87
2. Uji Realiabilitas
Melalui perhitungan dengan menggunakan bantuan softwere
SPSS 22 for windows release, nilai koefisien reabilitas
Cronbach’s Alpha sebagai berikut: (data selengkapnya terlampir).
Tabel 17. Hasil Uji Koefisien Reabilitas
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 54 100,0
Exclude
da
0 ,0
Total 54 100,0
a. Listwise deletion based on all variables
in the procedure.
Cronbach's Alpha > 0,7 adalah dapat diterima. Artinya data
instrument variabel self esteem (X) dapat dipercaya untuk
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,798 13
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 54 100,0
Exclude
da
0 ,0
Total 54 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,809 14
88
digunakan sebagai alat ukur pengumpulan data atau mengukur
objek yang sudah di tetapkan karena instrument tersebut dapat
diterima dan Cronbach's Alpha > 0,8 adalah baik. Artinya data
instrument variabel penyalahgunaan narkoba (Y) dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat ukur pengumpulan data atau
mengukur objek yang sudah di tetapkan karena instrument
tersebut dapat tergolong baik.
D. Pengujian Analisis Statistik
1. Pengaruh Self Esteem terhadap Penyalahgunaan
Narkoba
a. Uji Koefisien Korelasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan
menggunakan bantuan software SPSS 22 for windows release,
maka di dapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 18. Hasil Uji Koefisien Korelasi
Correlations
Self Esteem
Penyalahgunaan
Narkoba
Self Esteem Pearson
Correlation 1 ,337
Sig. (2-tailed) ,568
N 54 54
Penyalahgunaan
Narkoba
Pearson
Correlation ,337 1
Sig. (2-tailed) ,568
89
N 54 54
Pada Tabel 18, diperoleh hasil bahwa, korelasi antara
variabel self esteem (X) dan variabel penyalahgunaan narkoba
(Y), memiliki nilai 0,337 yang dapat dikategorikan memiliki
hubungan yang rendah, maka berpedoman pada ketentuan yang
tertera pada Tabel 19 sebagai berikut:
Tabel 19. Interprestasi Terhadap Koefesien Korelasi
Interval Koefesien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,899 – 1,000
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
b. Uji Regresi Linear Sederhana
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan
menggunakan bantuan SPSS 22 for windows realease, maka
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 20. Hasil Uji Regresi Linear Sederhana dan Uji T-test
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 37,382 6,543 5,713 ,000
self esteem ,091 ,158 ,079 ,575 ,568
90
a. Dependent Variable: penyalahgunaan narkoba
Berdasarkan Tabel 20, maka dapat disusun persamaan regresi
linear sederhana sebagai berikut:
y = 37,382 + 0,091x
Untuk menentukan taraf signifikan atau linieritas dari
regresi, kriterianya dapat ditentukan berdasarkan nilai sig < 0,5
pada variabel self esteem. Dengan nilai sig=0,568 yang berarti >
0,5, lebih besar dari pada nilai variabel self esteem, maka Ho
diterima. Dengan kata lain tidak ada pengaruh signifikan antara
variabel self esteem terhadap variabel penyalahgunaan narkoba.
Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa model
signifikan dengan nilai konsetanta sebesar 37,382 dan nilai
koefisien beta sebesar 0,091. Artinya setiap ada penambahan satu
nilai atau angka untuk variabel self esteem sebesar satu nilai atau
angka maka ada penambahan nilai sebesar 0,091.
c. Uji T-tes (Persial)
Berdasarkan hasil uji T-test dilihat dari Tabel 20 dapat
dijelaskan bahwa nilai masing-masing variabel adalah sebagai
berikut:
Nilai t hitung variable self esteem sebesar 0,575 dan nilai
signifikansinya sebesar 0,568 dengan alpha 0,05. Karena nilai
signifikansi lebih besar, maka Hₒ diterima. Artinya, tidak ada
91
pengaruh yang signifikan antara variabel self esteem terhadap
variabel penyalahgunaan narkoba.
d. Koefisien Determinasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan
menggunakan bantuan software SPSS 22 for windows release,
maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 21. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 ,282a ,079 ,022 6,23813 2,046
a. Predictors: (Constant), x3, x2, x1
b. Dependent Variable: y
Tabel 21, menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi R2
(R Square) sebesar 0,079 yang dipengaruhi oleh Variabel X1
(perasaan tentang diri sendiri), X2 (perasaan tentang hidup), X3
(perasaan tentang orang lain) sebesar 7,9%, Adapun sisanya
sebesar 92,1% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain di
luar variabel penelitian.
92
2. Pengaruh Self Esteem Perasaan Tentang Diri Sendiri,
Perasaan Tentang Hidup, Perasaan Tentang Orang lain
Terhadap Penyalahgunaan Narkoba
a. Uji Koefiesien Korelasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan
menggunakan bantuan software SPSS 22 for windows
realease, maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 22. Hasil Uji Koefisien Korelasi
Correlations
penyalahgunaan
narkoba
perasaan tentang
diri sendiri
perasaan tentang hidup
perasaan tentang orang
lain
penyalahgunaan narkoba
Pearson Correlation
1 ,686** -,066 -,053
Sig. (2-tailed)
,000 ,637 ,703
N 54 54 54 54
perasaan tentang diri sendiri
Pearson Correlation
,686** 1 ,000 ,038
Sig. (2-tailed)
,000 1,000 ,786
N 54 54 54 54
perasaan tentang hidup
Pearson Correlation
-,066 ,000 1 -,116
Sig. (2-tailed)
,637 1,000 ,402
N 54 54 54 54
93
perasaan tentang orang lain
Pearson Correlation
-,053 ,038 -,116 1
Sig. (2-tailed)
,703 ,786 ,402
N 54 54 54 54
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Pada Tabel 22, diperoleh hasil bahwa, korelasi antara
variabel perasaan tentang diri sendiri (X1), dan variabel
penyalahgunaan narkoba (Y), memiliki nilai 0,686 yang dapat
dikategorikan memiliki hubungan yang kuat antara self esteem
perasaan tentang diri sendiri (X1) dengan penyalahgunaan
narkoba (Y).
Korelasi antara variabel perasaan tentang hidup (X2) dan
variabel penyalahgunaan narkoba (Y), memiliki nilai -0,066 yang
dapat dikategorikan memiliki hubungan yang sangat rendah
antara self esteem perasaan tentang hidup dengan penyalahgunaan
narkoba.
Korelasi antara variabel perasaan tentang orang lain (X3) dan
variabel penyalahgunaan narkoba (Y), memiliki nilai -0,053 yang
dapat dikategorikan memiliki hubungan yang sangat rendah
antara self esteem perasaan tentang orang lain dengan
penyalahgunaan narkoba.
Hasil yang diperoleh korelasi variabel perasaan tentang diri
sendiri (X1), perasaan tentang hidup (X2) dan perasaan tentang
orang lain (X3) Terhadap penyalahgunaan narkoba, maka hasil
94
tersebut berpedoman pada ketentuan yang tertera pada Tabel 19
Interprestasi terhadap Koefesien Korelasi.
b. Uji Regresi Linear Berganda
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan
menggunakan bantuan software SPSS 22 for windows release,
maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 23. Hasil Uji Regresi Linear Berganda dan Uji T-test
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 37,068 5,126 7,232 ,000
perasaan tentang diri sendiri (X1)
3,063 1,315 ,335 2,329 ,024
perasaan tentang hidup (X2)
-,812 1,117 -,101 -,727 ,471
perasaan tentang orang lain (X3)
-1,090 1,010 -,151 -1,080 ,286
a. Dependent Variable: penyalahgunaan narkoba
Berdasarkan Tabel 23, maka dapat disusun persamaan regresi
linear berganda sebagai berikut:
95
Y = 37,068 + 3,063 X1 ‒ 0,812 X2 ‒ 1,090 X3
Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa, Variabel
Perasaan tentang diri sendiri (X1) mempunyai nilai koefiesien
regresi sebesar 3,063. Dengan demikian setiap ada penambahan
satu nilai maka akan ada kenaikan penyalahgunaan narkoba
sebesar 3,063.
Variabel Perasaan tentang hidup (X2) mempunyai nilai
koefisien regresi sebesar -0,812. Dengan demikian setiap ada
penambahan satu nilai maka akan ada penurunan penyalahgunaan
narkoba sebesar -0,812.
Variabel Perasaan tentang orang lain (X3) mempunyai nilai
koefisien regresi sebesar -1,090. Dengan demikian Dengan
demikian setiap ada penambahan satu nilai maka akan ada
penurunan penyalahgunaan narkoba sebesar -1,090.
c. Uji T-Test (Persial)
Berdasarkan hasil uji T-test dilihat dari Table 23 dapat
dijelaskan bahwa nilai masing-masing variabel adalah sebagai
berikut:
Nilai t hitung variable perasaan tentang diri sendiri (X1)
sebesar 2,329 dan nilai signifikansinya sebesar 0,024 dengan
alpha 0,05. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari alpha, maka
Ha ditolak. Artinya, ada pengaruh signifikan antara variabel
96
perasaan tentang diri sendiri (X1) terhadap penyalahgunaan
narkoba (Y).
Nilai t hitung variabel perasaan tentang hidup (X2) sebesar -
0,727 dan nilai signifikansinya sebesar 0,471 dengan alpha 0,05.
Karena nilai signifikansi lebih besar dari alpha, maka Hₒ diterima.
Artinya, tidak ada pengaruh signifikan antara variabel Perasaan
tentang hidup (X2) terhadap penyalahgunaan narkoba (Y).
Nilai t hitung variabel perasaan tentang orang lain (X3)
sebesar -1,080 dan nilai signifikansinya sebesar 0,286 dengan
alpha 0,05. Karena nilai signifikansi lebih besar dari alpha, maka
Hₒ diterima. Artinya, tidak ada pengaruh signifikan antara
variabel X3 terhadap Y.
Ho :β = 0 Tidak terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara self esteem (harga diri)
terhadap penyalahgunaan narkoba pada
remaja.
Ha :β ≠ 0 Terdapat pengaruh positif dan signifikan
antara self esteem (harga diri) terhadap
penyalahgunaan narkoba pada remaja.
Dari hasil hipotesis diatas, dapat disimpulkan bahwa,
terdapat pengaruh secara signifikan pada variabel perasaan
tentang diri sendiri (X1) terhadap variabel penyalahgunaan
narkoba (Y) dengan nilai signifikansi sebesar 0,024.
Sedangkan tidak terdapat pengaruh signifikan pada variabel
perasaan tentang hidup (X2), terhadap variabel penyalahgunaan
97
narkoba (Y) dengan signifikansi 0,471. Dan tidak terdapat
pengaruh signifikan pada variabel perasaan tentang orang lain
(X3), terhadap variabel penyalahgunaan narkoba (Y) dengan
signifikansi 0,286.
d. Uji F-Test
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan
menggunakan bantuan software SPSS 22 for windows release,
maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 24. Hasil Uji F-Test
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regressi
on 213,764 3 71,255 1,908 ,140
b
Residual 1867,569 50 37,351
Total 2081,333 53
a. Dependent Variable: penyalahgunaan narkoba
b. Predictors: (Constant), perasaan tentang orang lain (X3), perasaan tentang
hidup (X2), perasaan tentang diri sendiri (X1)
98
Berdasarkan Table 24, menunjukan bahwa nilai F = 1,908
dengan signifikansinya sebesar 0,140 pada alpha 0,05 variabel X
(self esteem) secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh
secara signifikan terhadap variabel Y (penyalahgunaan narkoba).
98
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dan penelitian yang telah dilakukan di PSPP Galih Pakuan
“Bogor”. Mengenai “Pengaruh Self Esteem Terhadap
Penyalahgunaan Narkoba”, maka kesimpulan yang peneliti
peroleh sebagai berikut:
1. Berdasarkan uji korelasi, diperoleh nilai korelasi self
esteem sebesar 0,337 yang dapat dikategorikan memiliki
hubungan yang rendah, antara variabel self esteem
dengan penyalahgunaan narkoba.
2. Berdasarkan hasil uji regresi linear sederhana, dapat
diketahui bahwa nilai signifikan sebesar 0,568.
Sementara alpha yang digunakan dalam penelitian ini
sebesar 0,05. Karena nilai signifikan lebih besar dari
alpha, maka dapat disimpulkan tidak terdapat pengaruh
antara self esteem dengan penyalahgunaan narkoba. Nilai
t hitung variable self esteem sebesar 0,575 dan nilai
signifikansinya sebesar 0,568 dengan nilai alpha sebesar
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
yang signifikan antara variabel self esteem terhadap
variabel penyalahgunaan narkoba.
3. Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi R2
(R
Square) sebesar 0,079 yang dipengaruhi oleh Variabel
X1 (perasaan tentang diri sendiri), X2 (perasaan tentang
99
hidup), X3 (perasaan tentang orang lain) sebesar 7,9%,
Adapun sisanya sebesar 92,1% dipengaruhi atau
dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel penelitian.
4. Berdasarkan hasil analisis koefisien korelasi, antara:
a. Variabel perasaan tentang diri sendiri (X1) dengan
penyalahgunaan narkoba memiliki nilai signifikan
sebesar 0,000, dengan nilai alpha sebesar 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa memiliki hubungan antara
self esteem perasaan tentang diri sendiri (X1) dengan
penyalahgunaan narkoba (Y)
b. Variabel self esteem perasaan tentang hidup (X2)
dengan penyalahgunaan narkoba memiliki nilai
signifikan sebesar 0,637, dengan nilai alpha sebesar
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak memiliki
hubungan antara self esteem perasaan tentang hidup
(X) dengan penyalahgunaan narkoba (Y)
c. Variabel self esteem perasaan tentang orang lain (X3)
dengan penyalahgunaan narkoba memiliki nilai
signifikan sebesar 0,703, dengan nilai alpha sebesar
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak memiliki
hubungan antara self esteem perasaan tentang orang
lain (X) dengan penyalahgunaan narkoba (Y)
5. Berdasarkan hasil uji T-test variabel self esteem perasaan
tentang diri sendiri (X1) dengan nilai signifikansi 0,024
Sementara alpha yang digunakan dalam penelitian ini
sebesar 0,05, artinya variabel self esteem berpengaruh
signifikan terhadap penyalahgunaan narkoba (Y).
100
Sedangkan variabel perasaan tentang hidup (X2) dan
perasaan tentang orang lain (X3). Sementara alpha yang
digunakan dalam penelitian ini sebesar 0,05, artinya
variabel self esteem perasaan tentang diri sendiri (X1),
perasaan tentang hidup (X2) dan perasaan tentang orang
lain (X3), dengan nilai signifikansi masing-masing
sebesar, 0,471 dan 0,286 Sementara alpha yang
digunakan dalam penelitian ini sebesar 0,05, artinya,
variabel self esteem perasaan tentang hidup (X2) dan
perasaan tentang orang lain (X3) tidak berpengaruh
signifikan terhadap penyalahgunaan narkoba (Y).
B. Saran-saran
Setelah melalui seluruh proses penelitian dan penyusunan
laporan hasil penelitian, peneliti menyadari masih banyak
kekurangan dalam penelitian ini. Untuk menyempurnakan
penelitian selanjutnya maka peneliti memberikan saran yang
dapat dijadikan pertimbangan antara lain:
1. Secara Metodelogis
a. Untuk penelitian yang selanjutnya terkait dengan
penyalahgunaan narkoba, penyalahgunaan narkoba
sudah tepat untuk dijadikan sampel, namun
disarankan untuk menggunakan jumlah sampel
penelitian yang lebih banyak, agar sampel yang
diteliti lebih bervariasi.
101
2. Secara Praktis
a. PSPP Galih Pakuan dan BNN menambahkan materi
mengenai self esteem dan memperbanyak kegiatan
yang dapat meningkatkan self esteem pada
responden.
b. Untuk para korban penyalahgunaan narkoba,
sebaiknya lebih membuka diri kepada orang
terdekat seperti keluarga. Sehingga saat sedang
terpuruk dan mengalami masalah, ada yang
mendukung, membantu dan melindungi.
102
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Afiatin, Tina, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba dengan
Program AJI. (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2000).
Ali, Mohammad dan Muhammad Asrori, Psikologi Remaja:
Perkembangan Peserta Didik.
Arief Mansyur, Dikdik M. S.H., M.H. Urgensi Perlindungan
Korban Kejahatan Antara Norma dan Realita,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006)
BNN-RI. Advokasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba.
2009
Burhan, Bungin. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta:
Kencana, 2009) Marsi Slngarimbun, dan Sofian
Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES,
2011)
Branden, N. “The Power of Self esteem”. Florida: Health
Communication inc.
Branden. “The Self: Self esteem And Personal Transformation
(1985)
Coopersmith, S. The Antecedents of Self Esteem. San
Francisco: W. H. Freeman & Co (1967).
De Leon, G. The Therapeutic Community, Theory, Model, and
Method. New York: Springer (2000).
Gufron, M. N dan Risnawita, S. R “Teori-teori Psikologi
Yogyakarta” Ar-ruz Media Group. 2010
Guindo, M. H. (2010). Self Esteem across the lifespan: issue
and interventions. New York: Routledge Taylor and
Francis group.
103
Hajar, Ibnu. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif
dalam pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
persada 2002
Harlina, Lydia Martono dan Satya Joewana. 2008. Belajar
Hidup bertanggung Jawab, Menangkal Narkoba dan
Kekerasan. Jakarta. Balai Pustaka.
Humas BNN, “Kerja Bersama Perang Melawan Narkoba”.
Press Release Akhir tahun 2017
Hurlock, Elizabeth B, ”Psikologi Perkembangan: Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan”, (edisi
kelima). Terjemahan, Penerbit Erlangga, 1991.
Mansoer, Masri dan Elin Driana, Statistik Sosial, (Jakarta:
Ushul Press, 2009)
Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2011)
Martono, Lydia Herlina Mengenal Penyalahgunaan Narkoba,
Balai Pustaka Jakarta: 2006)
Minchinton, J. (1993). Maximum Self Esteem: The Hand Book
for reclaiming your sense of self worth. Kuala
Lumpur: Golden Books Center Sdh,Bhd.
Padmohoedojo, G. Paulina. Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba. Jakarta : Badan Narkoba Nasional 2003.
Partodiharjo, Subagyo. 2007
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah, Metode
Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasinya,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006)
Priyatno, Dwi, 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17,
Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2009
104
Rosenberg, M, “Society and the adolescent self image”.
Princenton, NJ: Princenton Univercity Press (1965)
Santrock, Erikson, Perkembangan Remaja, 2011
Santosa, Singgih. SPSS: Mengelola Data Statistik Secara
Profesional (Jakarta: PPM, 2002) Cet. ke-2
Sarwono, Sarlito W. “Psikologi Remaja”, (Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada)
Siregar, Syofian, Statistik Deskriptif untuk Penelitian (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011)
Slngarimbun, Marsi dan Sofian Effendi, Metode Penelitian
Survei, Jakarta: LP3ES, 2011
Subagyo, Pangestu dan Djarwanto Ps, Statistika Induktif Edisi
ke-5 (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta) 2005
Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005)
Sugiyono, Metode Kenelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
(Bandung: Alvabeta, 2009)
Sugiyono,”Statistik Untuk Penelitian”, (Bandung: CV.
Alfabeta, 2010), Cet.16
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta : Rineka Cipta 2002
Sumarsono, Sonny HM, Metode Riset Sumber Daya Manusia
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004)
Tim BNN, Materi Advokasi Pencegahan Narkoba, (Jakarta:
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia)
105
B. SKRIPSI
Fatmawati, Ida, “Hubungan Konformitas Teman Sebaya
dengan Penyalahgunaan pada Remaja di PSPP
“Galih Pakuan” Bogor” (Skripsi, S1 Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi 2015) Rembulan, Bias Smestha, “Pengaruh Self Esteem dan Dukungan
Sosial Terhadap Resiliensi Mantan Pecandu Narkoba.
(Skripsi S1, Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2015). Safaria, Triantoro, Kecenderungan Penyalahgunaan NAPZA
Ditinjau dari Tingkat Religiusitas Regulasi Emosi,
Motif Berprestasi, Harga Diri, Keharmonisan
Keluarga, Dan Pengaruh Negatif Teman Sebaya
(Jurnal Humanitas: Fakultas Psikologi Universitas
Ahmad Dahla, 2007)
C. ARTIKEL
Al-Qur'an Online, “Q.S al-Maidah ayat 90 beserta
terjemahannya” artikel ini di akses pada 20 Oktober
2016
Article, diakses pada 08 Juli 2018 dari Perkembangan Emosi
dalam Psikologi Remaja
https://dosenpsikologi.com/psikologi-remaja
Article,” di akses pada 23 April 2015 dari
http://rehsos.kemsos.go.id/modules.php?name=News
&file=article&sid=1820
Article,” di akses pada 08 juli 2017 dari
http://regional.kompas.com/read/2013/03/07/0318438
5/Pengguna.Narkoba.di.Kalangan.Remaja.Meningkat
Brosur Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP), Galih Pakuan
Bogor. Solusi Bagi Korban Penyalahgunaan
Narkoba.
Profil Sejarah PSPP Galih Pakuan Bogor,“Di akses pada 23
April 2015 dari
106
http://galihpakuan.kemsos.go.id/modules.php?name=
Content&pa=showpage&pid=10