ari pratama putra-fdk.pdf

114
RETORIKA DAKWAH KH. AHMAD DAMANHURI DI DEPOK Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.) Oleh: ARI PRATAMA PUTRA NIM: 107051002478 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M

Upload: vonhan

Post on 10-Feb-2017

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ari pratama putra-fdk.pdf

RETORIKA DAKWAH KH. AHMAD DAMANHURI

DI DEPOK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)

Oleh:

ARI PRATAMA PUTRA

NIM: 107051002478

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M

Page 2: ari pratama putra-fdk.pdf

RETORIKA DAKWAH KH. AHMAD DAMANHURI

DI DEPOK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)

Oleh:

ARI PRATAMA PUTRA

NIM: 107051002478

Di Bawah Bimbingan

Drs. Sugiharto, MA

NIP. 19660806 199603 1 001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M

Page 3: ari pratama putra-fdk.pdf

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Retorika Dakwah KH. Ahmad Damanhuri di

Depok”, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

pada tanggal 14 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

untuk meraih gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I) pada jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam.

Jakarta, 14 Juni 2011

Panitia Sidang Munaqosyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Jumroni, M.Si Umi Musyarofah, MA

NIP. 19630515 199203 1 006 NIP. 19710816 199703 2 002

Anggota

Penguji I. Penguji II.

Drs. S. Hamdani, MA Drs. Wahidin Saputra, MA

NIP. 19550309 199403 1 001 NIP. 19700903 199603 1 001

Pembimbing,

Drs. Sugiharto, MA

NIP. 19660806 199603 1 001

Page 4: ari pratama putra-fdk.pdf

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh strata satu (S1) Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat

atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 30 Mei 2011

ARI PRATAMA PUTRA

NIM: 107051002478

Page 5: ari pratama putra-fdk.pdf

iv

ABSTRAK ARI RATAMA PUTRA / NIM: 107051002478 RETORIKA DAKWAH KH. AHMAD DAMANHURI DI DEPOK

KH. Ahmad Damanhuri adalah seorang muballigh yang berprinsip kepada Ahlu Sunnah Wal Jama’ah (NU), yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Beliau diberi julukan oleh para da’i di kota Depok yaitu singa podium dalam berdakwah dengan sistem penyampaian dan intonasi yang baik sehingga pada tahun 2004-2009 beliau dipercaya oleh masyarakat Depok untuk menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD Kota Depok), beliaupun berhasil menyampaikan dakwah melalui bidang pendidikan formal di Yayasan Pesantren Al-Karimiyah yang berada di daerah Sawangan-Depok dan non formal di berbagai Majlis Ta’lim, peringatan hari besar Islam dan kegiatan keagamaan yang ada di Sawangan-Depok.

Berdasarkan latar belakang di atas, batasan masalahnya adalah tentang bagaimaa retorika dakwah KH. Ahmad Damanhuri. Sedangkan rumusan maslahnya adalah bagaimana konsep retorika dakwah KH. Ahmad Damanhuri di Depok? dan bagaimana penerapan retorika dakwah KH. Ahmad Damanhuri di Depok?. Tujuannya untuk mengetahui bagaimana konsep retorika dakwah KH. Ahmad Damahuri dan bagaimana penerapan retorika dakwah KH. Ahmad Damanhuri. Manfaatnya adalah memberikan kontribusi positif bagi pengembangan penelitian melalui pendekatan Ilmu Komunikasi, menambah pengetahuan bagi penulis dan umumnya bagi yang lain yang terjun pada dunia dakwah, khususnya retorika dakwah KH. Ahmad damanhuri.

Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif Deskriftif Analisis, yaitu metode yang memiliki beberapa langkah penerapan, yaitu mendeskripsikan konsep retorika dakwah KH. Ahmad Damanhuri dan penerapan retorika dakwah KH. Ahmad damanhuri. Waktunya dari 1 Mei-30 Mei 2011 yang berlokasi di Yayasan Pesantren Al-Karimiyah Sawangan-Depok. Tekniknya dengan observasi langsung ke kediaman beliau dan tempat dimana beliau melakukan dakwah, wawancara langsung dengan KH. Ahmad Damanhuri dan ketua jama’ah majlis ta’lim, guru, dosen, mahasiswa serta santri dan mengumpulkan dokumentasi tentang KH. Ahmad Damanhuri. Analisisnya berpedoman sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang oleh CeQDA (Center for Quality Develoment and Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Retorika menurut KH. Ahmad Damanhuri adalah bagaimana cara seorang da’i berbicara yang berkaitan dengan dakwah itu sendiri sehingga orang yang mendengar itu bisa tertarik dengan apa yang dibicarakan, dari mulai gaya bahasa, penampilan dan tehnik berbicara yang memiliki daya sentuh kepada hati audience, sehingga mereka khusu’ mendengarkan dan meresap terhadap apa yang disampaikan oleh para penceramah.Dakwah menurut KH. Ahmad Damanhuri adalah mengajak kepada semua manusia termasuk non muslim, agar mereka mengimani Allah. Sedangkan penerapan retorika Dakwah KH. Ahmad damanhuri adalah bahasa yang digunakan dalam berdakwah adalah bahasa sehari-hari dalam pergaulan di masyarakat dan menggunakan suara yang keras, berapi-api dan ketegasan dalam memberikan hukum Islam terhadap persoalan-persoalan yang tengah terjadi di masyarakat dan bahasa tubuh, gaya, penampilan dan gerakan tangan, kepala dan perhatian yang fokus kepada jama’ah. Bahasa tubuh beliau menunjukan kewibawaan, kesegaran dan keberanian, beliau memiliki tubuh yang bisa dibilang, tegar, lincah dengan intonasi suara yang bass yang mengisyaratkan bahwa umat Islam harus jaya, berkibar dan semangat jihad di jalan Allah SWT.

Page 6: ari pratama putra-fdk.pdf

v

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, pemilik

semesta alam dan sumber segala ilmu, dan dengan hidayah-Nya selalu tercurah

kepada makhluk-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga tercurah pada manusia biasa yang berakhlak luar

biasa, manusia agung yang diciptakan oleh yang Maha Agung, manusia besar

yang diciptakan yang Maha Besar, yaitu baginda nabi Muhammad SAW yang

telah membimbing umatnya dari masa kegelapan (jahiliyah) hingga menuju

cahaya terang benderang dengan al-Quran dan as-Sunnahnya.

Penulis menyadari benar, bahwa skripsi yang sudah merupakan bagian tak

terpisahkan dari penulis, ternyata adalah suatu kebanggaan dan begitu banyaknya

orang yang ikut memberikan semua yang dibutuhkan oleh penulis dalam proses

penyelesaiannya. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, beserta seluruh pembantu dekan.

2. Bapak Drs. Jumroni, M.Si, Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Ibu Umi Musyarofah, MA, Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam.

4. Bapak Drs. Sugiarto, MA, Pembimbing skripsi ini, yang telah memberikan

bimbingan dan arahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

Page 7: ari pratama putra-fdk.pdf

vi

5. Bapak serta Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta seluruh

staf dan karyawannya yang telah melayani dan menyiapkan fasilitas literatur,

sampai penulis bisa menyelesaikan studi ini.

7. Pimpinan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, serta seluruh staf

dan karyawannya yang telah melayani dan menyiapkan fasilitas literatur.

8. Para pegawai/staf fakultas dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan

pelayanan yang prima kepada penulis.

9. Bapak dan Ibu tercinta, Bapak Sukendi, Ibu Nurjannah dan Ibu Susilawati

yang dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang yang tulus dan ikhlas

mengasuh dan mendidik serta senantiasa mendoakan penulis, sehingga bisa

mengenyam pendidikan formal tingkat perguruan tinggi hingga selesai.

10. Nenek Lamih dan Kakek Mursan yang telah memberikan bantuan materi

untuk kuliah saya sampai dengan tahap akhir.

11. Bapak KH Ahmad Damanhuri, MA sebagai Pimpinan Yayasan Pesantren Al-

Karimiyah dan subjek dari penelitian skripsi ini, yang telah membantu penulis

mendapatkan informasi retorika dakwah KH. Ahmad Damanhuri.

12. Para Muballigh, Dosen, Guru, Mahasiswa, Santri, Ketua majlis Ta’lim

Ummahatul Aula, Majlis Sahabat serta seluruh pengurus Yayasan Al-

Karimiyah yang telah berkenan untuk menjadi responden dalam skripsi yang

berjudul Retorika Dakwah KH. Ahmad Damanhuri di Depok.

13. Untuk adik-adikku tersayang; Hadi Dwi Putra dan Aditia Suwandi, yang ikut

andil dalam memberikan bantuan dan motivasi pada penulis baik moril

maupun materil, serta semua saudara-saudaraku yang pernah memberikan

dorongan, semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

Page 8: ari pratama putra-fdk.pdf

vii

14. Teman-teman seperjuangan yang ikut andil dalam memberikan bantuan dan

dorongan terutama KPI C angkatan 2007 khususnya; Muhammad Reza, Hasan

Saladhin, Ega Maulana, Sofyan Hadi rahman, Maulana Yusuf, Arip Hidayat,

Angga Gurnita, Qori’atun Shalihah, serta teman-teman yang lain yang penulis

tidak sebutkan akan tetapi penulis tidak akan pernah lupakan. Dan Taman-

teman Pesantren dan Mahasiswa STAISKA Al-Karimyah

Dengan hamparan kedua tangan serta ketulusan, penulis mendoakan

semoga bantuan, dukungan, bimbingan dan perhatian yang telah diberikan oleh

semua pihak akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT

disertai limpahan rahmat, hidayah serta berkah-Nya, Amin ya Roobal ’Alamin

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sepenuhnya dapat

menentramkan kegelisahan intelektual serta menyirami dahaga ilmiah, untuk itu

penulis sangat berlapang dada menerima masukan-masukan yang bersifat

membangun. Semoga skripsi di hadapan anda ini dapat memberikan kontribusi

positif, memperluas wawasan keilmuan serta menambah khazanah perpustakaan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Ciputat, 06 Juni 2011

Penulis,

Ari Pratama Putra

NIM: 107051002478

Page 9: ari pratama putra-fdk.pdf

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 8

D. Metodologi Penelitian ............................................................... 9

E. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 13

F. Sistematika Penulisan ................................................................ 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS................................................................ 15

A. Ruang Lingkup Retorika ......................................................... 15

1. Pengertian Retorika ............................................................... 15

2. Unsur Dasar Retorika ............................................................ 18

3. Hukum dan Prinsip Retorika ................................................. 20

4. Pembagian Retorika .............................................................. 23

5. Tipologi Retorika .................................................................. 25

6. Organisasi, Struktur dan Imbauan Pesan Retorika ................ 25

7. Tujuan dan Fungsi Retorika .................................................. 28

8. Tehnik Retorika ...................................................................... 32

B. Ruang Lingkup Dakwah ........................................................... 33

1. Pengertian Dakwah ............................................................... 33

2. Unsur-unsur Dakwah ............................................................ 35

3. Bentuk-bentuk Dakwah ......................................................... 41

C. Hubungan Retorika dengan Dakwah ...................................... 41

Page 10: ari pratama putra-fdk.pdf

ix

BAB III BIOGRAFI KH. AHMAD DAMANHURI ................................. 45

A. Riwayat Hidup KH. Ahmad Damanhuri .................................. 45

B. Pendidikan dan Organisasi KH. Ahmad Damanhuri ................ 48

C. Aktivitas Dakwah KH. Ahmad Damanhuri.............................. 52

D. Karya-karya KH. Ahmad Damanhuri....................................... 55

BAB IV RETORIKA DAKWAH KH AHMAD DAMANHURI ............ 57

A. Konsep Retorika KH. Ahmad Damanhuri ................................ 57

B. Konsep Dakwah KH. Ahmad Damanhuri ................................. 67

C. Penerapan Retorika Dakwah KH. Ahmad Damanhuri .............. 72

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 88

A. Kesimpulan ............................................................................... 88

B. Saran-saran ................................................................................ 91

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... . 92

LAMPIRAN .................................................................................................... . 94

Page 11: ari pratama putra-fdk.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu kegiatan yang oleh setiap orang dalam kehidupan di

masyarakat adalah bertutur kata atau berbicara. Kegiatan bertutur kata atau

berbicara mempunyai kedudukan dan fungsi yang penting dalam aktivitas

manusia berbangsa, bermasyarakat, dan berpradaban.1

Dalam dunia komunikasi cara berbicara disebut retorika yaitu ilmu

yang mengajarkan cara berbicara yang baik, dengan menggunakan berbagai

macam disiplin ilmu pendukung. Sering kali retorika disamakan dengan public

speaking, yaitu suatu bentuk kemunikasi lisan yang disampaikan kepada

kelompok orang banyak tetapi sebenarnya retorika itu tidak hanya sekedar

berbicara di hadapan umum, melainkan ia merupakan sebuah gabungan antara

seni bicara dan pengetahuan atau suatu masalah tertentu untuk meyakinkan

pihak orang banyak melalui pendekatan persuasif. Dikatakan seni karena

retorika menuntut keterampilan dalam penguasaan atas bahasa dan dikatakan

pengetahuan disebabkan adanya materi atau masalah tertentu yang harus

disampaikan kepada pihak orang lain.2

1 Wahidin Saputra, Buku Ajar Retorika Dakwah Lisan [Teknik Kithabah], (Fakultas

Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2006), h.1. 2 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), cet,ke-2,

hal. 136.

Page 12: ari pratama putra-fdk.pdf

2

Islam adalah Agama yang menyerukan kepada Amar Maruf Nahyi

Munkar, atau dengan kata lain Islam adalah agama dakwah. Dakwah

mengandung arti, ajakan, atau seruan baik lisan, tulisan maupun tingkah laku.

Dakwah merupakan kewajiban individu muslim kapanpun dan di manapun

berada. Berdakwah tidak dapat dilaksanakan dengan asal-asalan melainkan

harus dengan metode, karena yang diseru adalah manusia yang mempunyai

pendirian.3

Adapun pengertian dakwah nenurut Prof. H.M. Toha Yahya Umar,

yaitu, mengajak manusia dengan cara bijaksana pada jalan yang benar

sebagaimana perintah Allah untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan

akhirat.4

Allah berfirman di dalam Al-Qur’an Surah An-Nahl (16) ayat 165:

”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu

Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah

yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (an-Nahlu: 125)

3 H. Naan Rukmana, Masjid dan Dakwah (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002), Cet Ke-1,

hal. 164. 4 Rafiuddin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip-Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung:

Pustaka Setia,1997) hal. 31.

Page 13: ari pratama putra-fdk.pdf

3

Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia diajak kepada agama Allah

melalui tiga cara, Dakwah dengan Hikmah, Mauizhah Hasanah dan al-Jidal

(perdebatan).5

Hikmah adalah al-Burhan al-Aqli (argumentasi yang logis).

Maksudnya argumentasi yang masuk akal, yang tidak dapat dibantah.

Argumentasi yang memuaskan, yang bisa mempengaruhi jiwa siapa saja.

Karena manusia tidak dapat menutupi akalnya dihadapan argumentasi-

argumentasi yang pasti serta pemikiran yang kuat.

Mauizhah Hasanah atau peringatan yang baik, itu berarti

mempengaruhi perasaan manusia tatkala akal mereka diseru dan

mempengaruhi pemikiran mereka tatkala pemikirannya diseru, sehingga

pemahaman mereka terhadap apa yang mereka dakwahkan senantiasa diliputi

oleh semangat untuk melaksanakannya serta beraktifitas untuk meraihnya.

Adapun cara yang ketiga, al-Jidal (perdebatan) dengan cara yang baik

dengan bertujuan mencari kebenaran bukan kemenangan. Yaitu diskusi

terbatas pada ide. Dilakukan dengan menyerang dan menjatuhkan

argumentasi-argumentasi yang bathil, lalu memberikan argumentasi-

argumentasi yang jitu dan benar.

5 Anonim, Islam, Dakwah dan Politik (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002) Cet. Ke-1,

hal. 33-36.

Page 14: ari pratama putra-fdk.pdf

4

Tujuan dakwah adalah mengajak manusia kejalan Allah SWT, jalan

yang benar, yaitu Islam. Di samping itu, dakwah juga bertujuan untuk

mempengaruhi cara berfikir manusia, cara merasa, cara bersikap dan

bertindak, agar hidup manusia sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.6

Dakwah akan diterima dengan baik apabila para da’i mengetahui

secara tepat kepada siapa dakwah itu di tujukan, dikarenakan setiap manusia

itu tidak sama, baik dari segi usia, tingkat kecerdasan dan status sosial dalam

masyarakat. Yang kesemua itu menuntut agar penyeru dakwah arif dan

bijaksana kepada siapa dan bagaimana ia harus menghadapi jama’ah.7

Menguasai materi saja belum cukup untuk meraih sukses dalam dunia

pidato tanpa dibarengi dengan keindahan bahasa. Rangkaian kata dan susunan

bahasa yang indah dan berirama dalam pidato merupakan akar dalam retorika.

Hitler mampu menggiring manusia dalam kancah perang dunia kedua,

Napoleon Bonaparte berhasil menguasai duapertiga daratan Eropa, Bung

Tomo tokoh 10 November yang dikenal dengan Hari Pahlawan dan Sukarono

yang mampu membangkitkan semangat bangsa Indonesia untuk bangkit

berjuang melawan penjajah Belanda dalam meraih kemerdekaan. Semua itu

kalau kita kaji dan analisa tidak lain bersumber dari sebuah pidato serta

keindahan bahasa yang mampu menggerakkan hati manusia untuk melakukan

apa yang orator ingini. Dengan pidato bisa membakar semangat banyak orang

agar mau maju ke medan perang dan membangun bersama untuk negeri ini.

6 Rafiuddin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip-Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung:

CV. Pustaka Setia, 1997) Cet. Ke-1, hal. 32. 7 M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikasi, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet ke-1

hal 2

Page 15: ari pratama putra-fdk.pdf

5

Banyak sekali orang yang pandai berbicara sehingga berpidato panjang

lebar, akan tetapi tidak memperoleh apa-apa selain kelelahan dan kebosanan,

hal ini disebabkan pembicara banyak mempunyai bahan materi tetapi tidak

mampu mengorganisasikannya. Oleh karena itu, bila seseorang mau menjadi

ahli pidato, maka perlu memperhatikan dan memahami tahap penyusunan

pidato.8

Penggunaan retorika dalam berdakwah merupakan persuasi dari da’i

untuk menyakinkan mad’u bahwa ajaran Islam sebagai pedoman hidup yang

mampu menyelamatkan manusia untuk hidup di dunia dan akhirat. Retorika

akan berpengaruh pada isi pesan dakwah yang disampaikan da’i. Ekspresi

komunikasi efektif da’i dalam menyampaikan dakwah Islam akan dilihat dan

didengar oleh mad’u, sehingga mad’u akan mengikuti apa yang disampaikan

dan diharapkan da’i.

Pada saat ini para da’i dalam berdakwah menggunakan metode pribadi

yang dapat memberikan perhatian kepada masyarakat. Seiring dengan harapan

kehadiran para da’i di tengah masyarakat agar memberikan nuansa baru dalam

berdakwah sehingga masyarakat dapat menerima dan mengamalkan apa yang

disampaikan oleh para da’i.

Seorang da’i dituntut untuk mampu menggunakan kata yang baik dan

teratur sehingga pesan dakwah memiliki relevansi dalam kehidupan di

masyarakat yang dapat dimengerti dan difahami oleh mad’u menganai pesan

dakwah yang disampaikan. Walaupun ayat dan hadits yang digunakan oleh

8 Wahidin Saputra, Buku Ajar Retorika Dakwah Lisan [Teknik Khithabah], hal. 1.

Page 16: ari pratama putra-fdk.pdf

6

para da’i memiliki kesamaan, namun mereka berbeda dalam menjelaskan ayat

dan hadits tersebut, tergantung pada persiapan dan keilmuan da’i. Maka

retorika berfungsi sebagai ilmu yang membimbing untuk merancang kata agar

tercapai tujuan dakwah.

KH. Ahmad Damanhuri adalah seorang muballigh yang berprinsip

kepada Ahlu Sunnah Wal Jama’ah (NU), yaitu Al-Qur’an dan Sunnah

Rasulullah SAW. Beliau diberi julukan oleh para da’i di kota Depok yaitu

singa podium dalam berdakwah dengan sistem penyampaian dan intonasi

yang baik beliau dapat merekrut begitu banyak kalangan mad’u dari berbagai

status, beliaupun berhasil menyampaikan dakwah melalui bidang pendidikan

formal di Yayasan Pesantren Al-Karimiyah yang berada di daerah Sawangan-

Baru Kota-Depok dan non formal, seperti Majlis Ta’lim, peringatan hari besar

Islam dan kegiatan keagamaan yang ada di Sawangan-Depok.

Beliau adalah salah satu Kyai yang segani di daerah Sawangan-Depok,

beliau pernah berdakwah di Pemerintahan Kota Depok ketika menjadi

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Depok (DPRD Kota Depok)

pada tahun 2004-2009 dan pernah berdakwah di dalam Partai Kebangkitan

Bangsa (PKB) pada tahun 1988-2009. Dakwah beliau dijadikan contoh oleh

para da’i. Diantara Kyai yang tidak asing di daerah Sawangan-Depok dan

mengikuti gaya dakwah beliau yakni, KH. Encep Hidayat, MA, K.H. Hasan

Ansori, MA dan KH. Abdullah Syafi’i, MA.

Berdasarkan pertimbangan dan alasan sebagaimana yang telah

diuraikan diatas dikuatkan juga oleh pernyataan bahwa retorika adalah suatu

Page 17: ari pratama putra-fdk.pdf

7

ilmu yang sangat penting dan harus dimiliki oleh seorang da’i dalam proses

pelaksanaan dakwahnya agar apa yang menjadi tujuan dapat tercapai. Dari

sebab itulah penulis tertarik untuk membahas sosok Kyai yang memiliki cita-

cita luhur untuk menegakkan dan memajukan Agama Allah. Untuk membahas

lebih dalam tentang konsep retorika dakwah dan penerapan retorika dakwah

yang digunakan oleh KH. Ahmad Damanhuri dalam menyampaikan dakwah

Islam pada sebuah skripsi yang berjudul ”Retorika Dakwah KH. Ahmad

Damanhuri di Depok”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Karena luasnya tentang pembahasan retorika, untuk lebih

memfokuskan penulisan skripsi ini, maka masalah yang akan dibahas dalam

penulisan skripsi ini tentang bagaimana Retorika Dakwah KH. Ahmad

Damanhuri di Depok.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep retorika KH. Ahmad Damanhuri?

2. Bagaimana konsep dakwah KH. Ahmad Damanhuri

3. Bagaimana penerapan retorika dakwah KH. Ahmad

Damanhuri?

Page 18: ari pratama putra-fdk.pdf

8

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan

untuk:

1. Mengetahui bagaimana konsep retorika KH. Ahmad Damanhuri.

2. Mengetahui bagaimana konsep dakwah KH. Ahmad Damanhuri

3. Mengetetahui bagaimana penerapan retorika dakwah KH. Ahmad

Damanhuri.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi positif bagi

pengembangan penelitian melalui pendekatan Ilmu Komunikasi. Untuk

menambah pengetahuan bagi penulis dan umumnya bagi yang lain yang

terjun pada dunia dakwah, yang berkaitan tentang retorika sebagai alat

utama dalam menyiarkan agama Islami.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan akan menjadi sebuah

bahan tambahan bagi para da’i untuk dapat menyampaikan dakwah Islam

dengan cara yang efektif dan efesien dalam menyingkapi perkembangan

dakwah di Indonesia, khususnya yang berkenaan dengan retorika dakwah

KH. Ahmad Damanhuri di Depok.

Page 19: ari pratama putra-fdk.pdf

9

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan representatif dalam

penelitian ini maka, penulis menggunakan metode Kualitatif Deskriftif

Analisis, yaitu metode yang memiliki beberapa langkah penerapan.9

Langkah pertama adalah mendeskripsikan gagasan primer yang menjadi

bahan utama. Langkah kedua, adalah membahas gagasan primer yang pada

hakikatnya adalah memberikan penafsiran penulis terhadap gagasan yang

dideskripsikan.

Bagdan dan Taylor dalam buku penelitian kualitatif

mendefinisikan ”Metode kualitatif sebaga prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.10

Dean J. Champion dalam bukunya mengatakan bahwa penelitian

kualitatif adalah ”Penelitian yang berfungsi untuk mendata atau

mengelompokan sederet unsur yang terlihat sebagai pembentuk suatu

bidang persoalan yang ada.”11

Penulis mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis,

factual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan fenomena

yang diteliti.

9 Mastuhu, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, Tujuan Antar Disiplin Ilmu, (Bandung:

Pusjarlit Dan Nuansa, 1998). Cet. Ke-1, hal. 45. 10

Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kulaitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosyda

Karya, 1993) cet ke-10, h. 3 11

Dean J. Champion, Metode Dan masalah Penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 1998)

h. 6

Page 20: ari pratama putra-fdk.pdf

10

Adapun secara deskriptif adalah bahwa data yang dikumpulkan

berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh

penerapan metode kualitatif.

2. Subyek dan Obyek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah KH. Ahmad Damanhuri. Dan

objek dari penelitian ini adalah retorika dakwah KH. Ahmad Damanhuri di

Depok.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan dimulai pada tanggal 1

Maret 2011 sampai 31 Mei 2011. Sedangkan tempat penelitian ini adalah

Yayasan Pesantren Al-Karimiyah di Sawangan-Depok.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi yaitu pengambilan data yang didapatkan melalui

pengamatan, pencatatan sistematik dan fenomena-fenomena yang

diselidiki langsung kepada objeknya dengan menggunakan indera

penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.12

Teknik pada penelitian ini penulis mendatangi dewan Dosen, Guru,

Asatidz yang bermukim di lingkungan Pondok Pesantren Al-

Karimiyah, ketua Majlis Sahabat dan Ummahatul Aula yang bertempat

12

Lexy j. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2007) Cet. Ke-1, hal. 186.

Page 21: ari pratama putra-fdk.pdf

11

tinggal di Sawangan-Depok serta mengikuti dan mencatat dakwah KH.

Ahmad Damanhuri di Majlis Sahabat dan Ummahatul Aula, guna

memperoleh data yang konkrit tentang hal-hal yang berkaitan tentang

penerapan retorika dalam berdakwah KH. Ahmad Damanhuri.

Dalam hal ini penulis mengamati selama tiga bulan setiap hari

selasa pagi di masjid al-Aula dan hari rabu malam kamis setiap dua

minggu sekali di kediaman KH. Ahmad Damanhuri. Dan menghadiri

peringatan hari besar Islam yang beliau hadiri untuk ceramah, yaitu

Peringatan Mulid Nabi Muhammad SAW di Musholla As-Siddiqiyah

daerah Cidokom Gunung Sindur pada tanggal 18 April 2011 dan

Peringatan Maulid di Masjid Al-Aula Sawangan-Baru Kota Depok

pada tanggal 20 April 2011.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk

mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan

pertanyaan-pertanyaan kepada informan.13

Penulis melakukan

wawancara secara langsung dengan KH. Ahmad Damanhuri untuk

mengetahui jawaban langsung tentang konsep retorika dan dakwah

yang beliau lakukan, KH. Encep Hidayat, K.H. Hasan Ansori, KH.

Abdullah Syafi’i, Ust. Rohimi Azhari,Ust. Ahmad Fatih Ghazali, Ust.

Syahruddin al-Qosimi, S.Hi, Ustjh. Hjh. Suharti, Ust. Muhammad

13

Joko Subagyo, Metode Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta: Rhineka Cipta, 1991), Cet

Ke-1.

Page 22: ari pratama putra-fdk.pdf

12

Kahfi, S.Pdi, Muhammad Fathi dan beberapa dosen juga santri,

jama’ah beliau dari beberapa Majelis Ta’lim. Guna mendapatkan

informasi tentang retorika dakwah KH. Ahmad Damanhuri dalam

ceramahnya, serta wawancara ini juga bertujuan untuk melengkapi

data, guna menjawab perumusan masalah yang peneliti ajukan.

c. Dokumentasi

Dalam hal ini penulis mengumpulkan dokumentasi yang

berkaitan tentang retorika dakwah KH. Ahmad Damanhuri di Depok

baik berupa buku, tulisan atau juga foto beliau ketika berdakwah dan

berkas-berkas lain yang berkaitan dengan retorika dakwah. Dokumen

ini digunakan untuk melengkapi data-data hasil penelitian yang

sebelumnya telah dilakukan.

5. Analisis Data

Apabila telah terkumpul langkah selanjutnya adalah

mengklarifikasikan data untuk kemudian dianalisis, sesuai dengan

perumusan masalah dan tujuan penelitian, setelah itu disajikan dalam

laporan ilmiah. Dalam penulisan penelitian ini penulis berpedoman kepada

buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)

yang oleh CeQDA (Center for Quality Develoment and Assurance)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 23: ari pratama putra-fdk.pdf

13

6. Tinjauan Pustaka

Sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut, maka langkah

pertama adalah meninjau pustakaan serta menelaah skripsi-skripsi

terdahulu yang mempunyai objek dan subjek yang hampir sama. Antara

lain.

1. Penerapan Retorika Dakwah Ustadz Yusuf Mansur. Karya Sulnah

Syafitri. Nim: 103051028556, Tahun 2007. Angkatan 2003.

2. Retorika Dakwah KH. Ahmad Syafi’i Al-Mustawa. Karya Abdul

Fatah. Nim: 105051001919, Tahun 2009.

3. Retorika Dakwah KH. Abdurrahman Al-Madinah di Pondok

Pesantren al-Hidayah. Karya Heryanto, Tahun 2010.

4. Retorika Nasaruddin Umar Pada Pengajian Rutin Di Masjid Agung

Sunda Kelapa. Karya Tiara Zulharbi, Angkatan 2001.

5. Retorika Dakwah KH. Habib Ali Alwi Bin Thohir. Karya Syarifah

Sa’diyah. Angkatan 2003.

Perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang lain adalah subyek

penelitian ini KH. Ahmad Damanhuri yang berlatar belakang pendidikan

formal sampai ke jenjang Doktoral, sosok yang lantang, tegas, pemberani,

pemilik Yayasan Pesantren Al-Karimiyah (MTS, MA, STAISKA, KBIH,

Majlis Ta’lim dan Wali Santri) dan pernah menjadi Anggota DPRD Kota

Depok. Perbedaan yang lain yaitu objek penelitian ini di Kota-Depok baik

di Pemerintahan maupun lembaga sosial yang ada di masyarakat,

khususnya di Sawangan-Baru Yayasan Pesantren Al-Karimiyah.

Page 24: ari pratama putra-fdk.pdf

14

7. Sistematika Penulisan

Penulisan ini ditulis secara sistematis, dan terbagi menjadi lima

bab, yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub dengan sistematika.

BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, metodologi

penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan teoritis retorika dan dakwah, terdiri dari ruang

lingkup retorika, yang membahas pengertian retorika, unsur

dasar retorika, hukum dan prinsip retorika, tipologi retorika,

organisasi, struktur dan imbauan pesan retorika, tujuan dan

fungsi retorika, dan tehnik retorika. Ruang lingkup dakwah,

yang membahas pengertian dakwah, unsur-unsur dakwah,

bentuk-bentuk dakwah dan hubungan retorika dengan

dakwah.

BAB III : Biografi KH. Ahmad Damahuri, yang terdiri dari riwayat

hidup, pendidikan, organisasi, aktivitas dakwah dan karya-

karya KH. Ahamad Damanhuri.

BAB IV : Hasil dan Analisis, yang terdiri dari konsep retorika dan

dakwah KH. Ahmad Damanhuri, serta penerapan retorika

dakwah KH. Ahmad Damanhuri.

BAB V : Yang merupakan bagian terakhir dari skripsi ini, terdiri dari

kesimpulan dan saran-saran.

Page 25: ari pratama putra-fdk.pdf

15

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Ruang Lingkup Retorika

1. Pengertian Retorika

a. Pengertian Bahasa

Ditinjau dari segi bahasa, perkatan retorika berasal dari bahasa

yunani, yaitu ”rhetor” yang mengandung arti seorang juru pidato,

yang mempunyai sinonim Orator.1 Dalam bahasa Inggris ”Rhetoric”

bersumber dari perkataan ”Rhetorica yang berarti ilmu bicara”2 dan

dalam bahasa arab disebut fannul khitabah.3

b. Pengertian Istilah

Definisi retorika dari segi istilah, beberapa pendapat antara lain:

1. Retorika menurut Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Fross,

dalam bukunya Theories of Human Communication,

didefinisikan sebagai the art of constructing arguments and

speechmaking4 (seni membangun argumentasi dan seni bicara).

2. Retorika menurut Donald C. Bryant adalah proses untuk

menyesuaikan ide dengan orang dan menyesuaikan orang

1 M.H. Israr, Retorika dan Dakwah Islam Era Modern, (Jakarta: CV. Firdaus, 1993), Cet,

Ke-1, hal 10. 2 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2002), h. 53. 3 T.A Lathief Rousydy, Dasar-dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: PT.

Firma Rimbow, 1989), h. 40. 4 Morissan dan Andy Corry Wardhani, Teori Komunikasi tentang Komunikator, Pesan,

Percakapan, dan Hubungan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), Cetakan Pertama, hal. 43.

Page 26: ari pratama putra-fdk.pdf

16

dengan ide melalui berbagai macam pesan (adjusting ideas to

people to ideas in messages of all kinds).5

3. Retorika menurut Morissan dan Andy Corry Wardhani adalah

segala hal bagaimana manusia menggunakan simbol untuk

mempengaruhi siapa saja yang ada di dekatnya dan

membangun dunia di mana mereka tinggal.6

4. Retorika menurut Jalaludin Rahmat adalah pemekaran bakat-

bakat tertinggi manusia, yakni rasio dan cita rasa lewat bahasa

selaku kemampuan untuk berkomunikasi dalam medan

pikiran.7

5. Retorika menurut Gorys Kraf adalah suatu pemakaian bahasa

sebagai seni baik lisan maupun tertulis yang didasarkan pada

suatu pengetahuan yang tersusun rapi dan baik.8

6. Retorika menurut I Gusti Ngurah Oka adalah ilmu yang

mengajarkan tindakan dan usaha efektif dalam persuasi

penataan dan penampilan kultur untuk membina saling

pengertian, dan kerjasama serta kedamaian dalam kehidupan

masyarakat.9

5 Morissan dan Andy Corry Wardhani, Teori Komunikasi tentang Komunikator, Pesan,

Percakapan, dan Hubungan, hlm. 43. 6 Morissan dan Andy Corry Wardhani, Teori Komunikasi tentang Komunikator, Pesan,

Percakapan, dan Hubungan, hlm. 44. 7 Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, (Bandung: PT, Remaja

Rosdakarya, 1998), hal. 5. 8 Gorys Kraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), Cet.

Ke-13, hlm. 3 9 I Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Pengantar, (Bandung: Terate, 1976),

Cet, Ke-1, hal. 13.

Page 27: ari pratama putra-fdk.pdf

17

7. Retorika menurut Wahidin Saputra adalah ilmu yang

mempelajari tentang bagaimana bertutur kata di hadapan orang

lain dengan sistematis, logis, untuk memberikan pemahaman

dan meyakinkan orang lain.10

8. Retorika menurut ahli publisistik Jamaluddin Adinegoro,

seperti yang dikutip T.A Lathief Rousydiy adalah kepandaian

mengarang atau pengetahuan teknik yang melahirkan fikiran

dan perasaan dengan lisan dan tulisan secara sempurna.11

9. Retorika menurut encyclopedia britania adalah kesenian

menggunakan bahasa untuk menghasilkan kesan yang

diinginkan terhadap pembaca dan pendengar.12

10. Retorika menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah

keterampilan berbahasa secara efektif dalam karang mengarang

atau seni berpidato yang muluk-muluk dan bombastis.13

Dengan demikian, penulis dapat memahami dan merangkum

pengertian retorika dari berbagai pendapat adalah pemekaran bakat-

bakat tertinggi manusia, yaitu seni beribcara manusia melalui cita rasa

lewat bahasa yang menggunakan simbol untuk membangun

kemampuan argumentasi berkomunikasi dalam medan pikiran dan

10

Wahidin Saputra, Retorika Dakwah Lisan, (Teknik Khitabah), (Buku Ajar Fakultas

Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Dakwah Pres 2006), hal. 2. 11

T.A Lathief Rousydy, Dasar-dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: PT.

Firma Rimbow, 1989), h. 7. 12

Datuk Tombak Alam, Kunci Sukses Penerangan dan Dakwah, (Jakarta: PT, Rhineka

Cipta), hal. 36. 13

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka), Edisi Ke-2, hal. 953.

Page 28: ari pratama putra-fdk.pdf

18

menyesuaikan ide dengan orang dan menyesuaikan orang dengan ide

dengan sistematis, logis dan efektif agar orang lain terpengaruh dan

mau membina saling pengertian, kerjasama serta kedamaian dalam

kehidupan bermasyarakat.

2. Unsur Dasar Retorika

Retorika sebagai alat persuasi memiliki pola dasar retorika sebagai

berikut:

1. To Start of Fire, sebagai pendahulu dengan tujuan menarik minat

dan perhatian pendengar:

a. Menciptakan suasana yang cerah, ceriah bagi masalah pokok

yang hendak dikemukakan.

b. Mewujudkan massa psychologis agar pendengar tertarik

terhadap apa yang hendak dikemukakan.

c. Melukiskan pokok persoalan yang disentuhkan kepada jiwa

para pendengar, sehingga dirasakan sebagai hal yang baru dan

penting baginya.

2. To Bulid a Bridge, (membangun jalan pikiran dengan pendengar)

dengan tema yang tepat dan padat, memilih ilustrasi dan

argumentasi yang meyakinkan.

Bagaimana da’i dapat membagun jalan pikiran pendengar atas

tema yang disampaikan dengan menggunakan ilustrasi yang jelas

dan tepat.

3. For Instace

a. Confiratio (positif), yaitu: argumen yang memperkuat

pendapat/gagasan yang telah dikemukakan dengan ditopang

oleh pendapat/pendirian tokoh-tokoh terkemuka.

b. Refutatio (negatif), yaitu: argumen yang melumpuhkan

pendapat/gagasan pihak lain yang berbeda dengan

pendapat/pendirian kita sendiri, sambil mengetengahkan bukti-

bukti yang konkrit, dengan disertai humor.

4. So What yaitu membuat kesimpulan sebelum penutup, agar pidato

itu sebagai suatu kebulatan sehingga kesan terakhir dapat

membekas dalam ingatan para pendengar.14

14

A.H. Hasanudin, Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan, (Surabaya:

PT Usaha nasional, 1982), h. 26.

Page 29: ari pratama putra-fdk.pdf

19

Ada lima unsur dalam retorika:

1. Act (tindakan), tindakan adalah tingkah laku yang dilakukan orang

dalam setiap harinya, sebagian orang dapat memperhatikan

tindakan orang lain dengan hanya melihat bagaimana ia bertingkah

laku.

2. Scene (medan), medan adalah tempat yang dapat digunakan untuk

berpidato, seperti panggung, mimbar, dan lain sebagainya.

3. Agent (pelaku), pelaku adalah orang yang melaksanakan pidato dan

orang yang menjadi sasaran atau pendengar dalam pidato tersebut,

dalam ilmu dakwah pelaku disebut da’i dan mad’u, pelaku retorika

adalah sebagai sumber kekuatan atas unsur yang ada.

4. Agency (sasaran tindak), sasaran tindak adalah alat yang digunakan

oleh orator untuk menyampaikan materi pidatonya. Alat ini bisa

berbentuk media mimbar, media cetak dan media elektronik.

5. Porpusa (tujuan), tujuan adalah salah satu faktor yang sangat

penting dalam pelaksanaan retorika, karena dengan tujuan itulah

dapat dirumuskan suatu landasan tindakan dan dengan tujuan pula

orang yang mendengar pidato akan memahami terhadap isi pesan

yang disampaikan. Sehingga akan timbul perubahan dalam diri

pendengar sesuai dengan apa yang diharapkan pembicara.15

15

A.H Hasanuddin, Rhetorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan, (Surabaya:

PT Usaha nasional, 1982), h. 25-27.

Page 30: ari pratama putra-fdk.pdf

20

Menurut Toto Tasmara, hal yang paling dominan dalam retorika yaitu:

1. Pengetahuan bahasa

2. Pengetahuan atas materi

3. Kelincahan berlogika

4. Pengetahuan atas jiwa massa

5. Pengetahuan atas sistem sosial budaya masyarakat

(pengetahuan interdisipliner)16

3. Hukum dan Prinsip Retorika

1. Hukum Retorika

Ada lima tahapan membuat pidato atau yang sering dikenal dengan

(the five connons rethoric) atau lima hukum retorika. Menurut Aristoteles

dalam buku diksi dan gaya bahasa yang ditulis oleh Gorys Keraf, berikut

ini.

1. Inventio atau Heuresis, yaitu penemuan atau penelitian materi-

materi. Langkah ini mencangkup kemampuan untuk

menemukan, mengumpulkan, menganalisis dan memilih materi

yang cocok untuk pidato. Menurut Aristoteles argumen-

argumen harus dicari melalui rasio, moral, dan efeksi. Karena

ini dianggap sebagai bagian yang sang sangat penting.

16

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama), hal. 136.

Page 31: ari pratama putra-fdk.pdf

21

2. Dipositio atau Taxis atau Oikonomia, adalah peyusunan dan

pengurutan materi (argumen) dalam sebuah pidato.

3. Elocutio atau Laxis, yaitu pengungkapan atau peyajian gagasan

dalam bahasa yang sesuai, meliputi komposisi bahasa,

kerapian, kemahiranan, ketajaman, kesopanan, kemegahan dan

hiasan pikiran.

4. Memoria atau mneme yaitu menghafalkan pidato, latihan untuk

mengingat gagasan-gagasan dalam pidato yang sudah disusun.

5. Pronuntiatio atau Hypokrisis, yaitu menyajikan pidato,

penyajian efektif dari sebuah pidato yang ditentukan oleh suara,

sikap, dan gerak-gerik tubuh.17

Dalam perkembagannya, kelima kanon retorika tersebut mendapat

penafsiran yang semakin luas. Saat ini, pengertian ’penciptaan’ sudah

meluas dan mengacu pada pengertian konseptualisasi, yaitu proses

pemberian makna terhadap data melalui interpretasi (the process through

which we assign meaning to data through interpretation).18

Ini berarti

suatu pengakuan terhadap fakta bahwa kita tidak sekedar menemukan apa

yang ada, tetapi menciptakannya melalui kategori interpretasi yang kita

gunakan. Pengaturan adalah proses mengorganisir simbol, yaitu mengatur

17

Gorys Keraf, Diksi Dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1984),

Cet. Ke-7, hal.9-10. 18

Morissan dan Andy Corry Wardhani, Teori Komunikasi tentang Komunikator, Pesan,

Percakapan, dan Hubungan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), Cetakan Pertama, hal. 44.

Page 32: ari pratama putra-fdk.pdf

22

informasi yang terkait dengan hubungan di antara manusia, simbol dan

konteks yang terlibat.19

2. Prinsip Retorika

Setelah bahan pidato dipersiapkan, kemudian mengatur materi

dakwah dan disusun dengan menarik yang harus didasari pada tiga prinsip

yaitu:

1. Kesatuan (unity) komposisi yang baik adalah merupakan

kesatuan yang utuh. Ini meliputi kesatuan dalam isi, tujuan dan

sifat. Dalam isi maksud adalah gagasan tunggal harus

mendemonasi uraian, mengenai tujuan harus jelas, apakah

tujuan pidato itu untuk menghibur, memberitahukan dan

mempengaruhi, begitupun sifat pembicara apakah serius,

informal, formal apakah bermain-main. Dengan demikian akan

jelas apa yang akan disampaikan dalam pidato tersebut.

2. Pertautan-pertautan (coherency) ini menunjukan yang baik

adalah merupakan urutan bagian yang berkaitan satu sama lain,

pertautan meyebabkan perpidahan dari pokok yang satu ke

pokok yang lain secara lancar.

3. Titik berat (emphasis) bisa persatuan dan pertautan membantu

pendengaran untuk mengikuti dengan mudah proses

19

Morissan dan Andy Corry Wardhani, Teori Komunikasi tentang Komunikator, Pesan,

Percakapan, dan Hubungan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), Cetakan Pertama, hal. 45.

Page 33: ari pratama putra-fdk.pdf

23

pembicaraan, maka titik berat menunjukan mereka pada

bagian-bagian yang penting patut diperhatikan.20

4. Pembagian Retorika

Pidato yang baik dapat menghitam putihkan jiwa pendengar, dapat

menggetarkan jiwa dan mempengaruhi mereka, membuat mereka sedih,

marah, bersemangat, sadar dan sikap mental yang lain-lain.21

Aristoteles mengemukakan bahwasannya retorika sebagai bagian

dari ilmu bina bicara ini terbagi empat bagian yaitu:

1. Bentuk dan Sususnan (Arrangment)

Maksudnya bentuk dan susunan pidato itu mengandung nilai

estetika. Dengan kata lain, tidak monoton, atau kaku. Akan tetapi

bervariasi. Adakalnya pidato itu berbentuk induktif dan adakalanya

deduktif. Adakalanya monolog dan adakalanya dialog. Monolog adalah

seni berbicara dimana hanya seorang yang berbicara. Sedangkan dialog

adalah dimana dua orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian

dalam satu proses pembicaraan. Adapun bentuk dialog yang penting

adalah diskusi, tanya-jawab, perundingan, percakapan dan debat.

20

Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern, (Bandung: PT, Remaja Rosdakarya, 2002), Cet.

Ke-6, hlm, 32-34. 21

Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam, Teknik Dakwah dan Lidership, (Bandung: CV.

Diponogoro, 1981), cet. Ke-2, hlm. 99.

Page 34: ari pratama putra-fdk.pdf

24

2. Penggunaan Bahasa (Expression)

Maksudnya seni berpidato atau retorika terletak dalam penggunaan

bahasa. Bahkan boleh dibilang penggunaan bahasa berpidato itu

merupakan kunci dalam menilai retorika. Penggunaan yang dimaksudkan

disini ialah kemampuan menempatkan ragam bahasa yang komunikatif.

3. Pembinaan Teknik Bicara

Efektivitas monologika dan dialogika tergantung juga pada teknik

bicara. Teknik bicara merupakan syarat bagi retorika. Oleh karena itu

pembinaan teknik bicara merupakan bagian yang penting dalam retorika.

Dalam bagian ini, perhatian lebih diarahkan pada pembinaan teknik

bernafas, teknik mengucap, bina suara, teknik membaca dan bercerita.22

4. Sikap Persuasi (Persuasion)

Yang dimaksudkan dengan sikap persuasi ini ialah suatu sikap

yang akan mengandung simpati orang (audience). Apabila orang sudah

simpati, hatinya sudah terpikat, itu adalah keberhasilan dalam memainkan

retorika, sebab hakikat dari retorika itu tidak lebih dari untuk mengundang

atau menarik perhatian audience terhadap pidato yang kita sajikan.23

22

Dori Wuwur Hendrikus, Retorika Tampil Berpidato Berdiskusi Berargumentasi

Bernegosiasi, (Yogyakarta: Kansius 1991), Cet. Ke-1, hlm. 16. 23

Basrah Lubis, Retorika Dakwah I, (Jakarta: CV. Primadinar), hlm. 67.

Page 35: ari pratama putra-fdk.pdf

25

5. Tipologi Retorika

Ada empat tipologi retorika. Pertama, tipe impromptu yang

mengungkapkan gagasan secara spontan, fleksibel, dan berorientasi pada

orsinalitas forum. Tipe ini kekurangannya pada susunan kalimat dan

logika berfikir yang kurang sistematis. Kedua, tipe manuscript atau

paparan yang berorientasi pada naskah yang telah dipersiapkan. Ketiga,

tipe memoriter, yakni mengandalkan pada hapalan-hapalan, bukan pada

penguasaan yang mendalam. Keempat, tipe ekstemporer, yakni

mempersiapkan outline dan pokok-pokok penunjang pembahasan. 24

Dengan outline itulah da’i mengelaborasi berbagai isi pesan

dakwah Islam sehingga mampu menyakinkan pihak lain bahwa Islam

sebagai Rahmatalil ‘Alamin. Dari keempat tipologi itu, tentu akan terlihat

da’i mana yang mampu menguasai materi sehingga bisa menjadi salah satu

indikator keberhasilan dakwah Islam yang dapat dibaca.

6. Organisasi, Struktur, dan Imbauan Pesan Retorika

1. Organisasi Pesan

Retorika mengenal enam macam organisasi: deduktif, induktif,

kronologis, logis, spasial, dan topikal. Urutan deduktif dimulai dengan

menyatakan dulu gagasan utama, kemudian memperjelasnya dengan

keterangan penunjang, penyimpulan, dan bukti. Sebaliknya, dalam

urutan induktif kita mengemukakan perincian-perincian dan kemudian

24

Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta Barat: PT

Lasswell Visitama), Cet Pertama,, April 2010, hal. 41-42.

Page 36: ari pratama putra-fdk.pdf

26

menarik kesimpulan. Dengan urutan kronologis, pesan disusun

berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa; dengan urutan logis,

pesan disusun berdasarkan sebab ke akibat atau akibat ke sebab;

dengan urutan spasial, pesan disusun berdasarkan tempat; sedangkan

dengan urutan topikal, pesan disusun berdasarkan topik pembicaraan;

klasifikasinya, dari yang penting kepada yang kurang penting, dari

yang mudah ke yang sukar, dari yang dikenal kepada yang asing.25

2. Struktur Pesan

1) Bila pembicara menyajikan dua sisi persoalan (yang pro dan

kontra), tidak ada keuntungan untuk berbicara yang pertama,

karena berbagai kondisi (waktu, khalayak, tempat dan

sebagainya) akan menentukan pembicara yang paling

berpengaruh.

2) Bila pendengar secara terbuka memihak satu sisi argumen, sisi

yang lain tidak mungkin mengubah posisi mereka. Sikap ini

mungkin timbul karena kebutuhan untuk mempertahankan

harga diri. Mengubah posisi akan membuat orang keliatan tidak

konsisten, mudah dipengaruhi dan bahkan tidak jujur.

3) Jika pembicara menyajikan dua sisi persoalan, kita bisanya

lebih mudah dipengaruhi oleh sisi yang disajikan lebih dahulu.

25

Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008),

Cet Ke-26, hal. 295.

Page 37: ari pratama putra-fdk.pdf

27

4) Perubahan sikap lebih sering terjadi jika gagasan yang

dikehendaki atau yang diterima disajikan sebelum gagasan

yang kurang dikehendaki.

5) Urutan pro-kon lebih efektif dari pada urutan kon-pro bila

digunakan oleh sumber yang memiliki otoritas dan dihormati

oleh khalayak.

6) Argumentasi yang terakhir didengar akan lebih efektif bila ada

jangka waktu cukup lama di antara dua pesan, dan pengujian

segera terjadi setelah pesan kedua. 26

3. Imbauan Pesan

Bila pesan-pesan kita dimaksudkan untuk mempengaruhi orang

lain maka kita harus menyentuh motif yang menggerakkan atau

mendorong perilaku komunikate.

a. Imbauan rasional didasarkan pada anggapan bahwa manusia

pada dasarnya makhluk rasional yang baru bereaksi pada

imbauan emosional, bila imbauan rasional tidak ada.

b. Imbauan emosional menggunakan pernyataan-pernyataan atau

bahasa yang menyentuh emosi komunikate.

c. Imbauan takut menggunakan pesan yang mencemaskan,

mengancam, atau meresahkan.

26

Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi, hlm. 298.

Page 38: ari pratama putra-fdk.pdf

28

d. Imbauan ganjaran menggunakan rujukan yang menjanjikan

komunikate sesuatu yang mereka perlukan atau yang mereka

inginkan.

e. Imbauan motivasional menggunakan imbauan motif (motive

appeals) yang menyentuh kondisi intern dalam diri manusia.27

7. Tujuan dan Fungsi Retorika

a. Tujuan Retorika

Retorika sebagai ilmu yang berdiri sendiri yang berujuan

menurut Aristoteles adalah persuasi.28

Menurut Erwin P Bettinghaus

(1973), persuasi merupakan usaha yang disadari untuk mengubah

sikap, kepercayaan atau prilaku orang melalui transmisi pesan.29

Aristoteles meyebutkan tiga cara untuk mempengaruhi orang lain:

a. Ethos: anda harus bisa dan sanggup menunjukan pada khayalak

bahwa anda memiliki pengetahuan yang luas dan status

terhormat.

b. Phatos: anda mampu meyentuh hati, khayalak (perasaan,

emosi, harapan, kebencian dan kasih sayang mereka).

27

Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi, hlm 299-301. 28

I Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Sejarah Pengantar, hal. 63. 29

Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta Barat: PT

Lasswell Visitama), Cet Pertama,, April 2010, hal. 90.

Page 39: ari pratama putra-fdk.pdf

29

c. Logos: anda harus meyakinkan khayalak dengan mengajukan

bukti. Pada situasi ini anda harus mendekati khayalak melalui

otak atau pola pikir mereka.30

Secara massa retorika bertujuan sebagai berikut:

a) to inform, yaitu memberikan penerangan dan pengertian

kepada massa, guna memberikan penerangan yang

mampu menanamkan pengertian dengan sebaik-

baiknya.

b) to convine, yaitu meyakinkan atau menginsafkan.

c) to inspire, yaitu menimbulkan inspirasi dengan teknik

dan sistem penyampaian yang baik dan bijaksana.

d) to entertain, yaitu menggembirakan, menghibur atau

menyenangkan dan memuaskan.

e) to ectuate (to put into action), yaitu menggerakkan dan

mengarahkan mereka untuk bertindak merealisir dan

melaksanakan ide yang telah dikomunikasikan oleh

orator di hadapan massa.31

b. Fungsi Retorika

Menurut Plato, retorika berfungsi untuk memberikan

kemampuan dalam menggunakan bahasa yang sempurna, dan

30

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, t.t), hal. 156. 31

T,A Lathief Rosydy, Dasar-Dasar Retorika Komunikasi Dan Informasi, (Medan: PT.

Firma Rinbow, 1939), hal. 234-235.

Page 40: ari pratama putra-fdk.pdf

30

merupakan jalan bagi seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang

luas.32

I Gusti Ngurah Oka menjelaskan bahwa retorika adalah untuk:

a. Menyediakan gambaran yang jelas tentang manusia terutama

dalam hubungan kegiatan bertutur kata, termasuk ke dalam

gambaran ini antara lain gambaran proses kejiwaan ketika ia

terdodong untuk bertutur ketika ia mengidantifikasi pokok

persoalan dan retorika bertutur ditampilkan.

b. Menampilkan gambaran yang jelas tentang bahasa atau benda

yang bisa diangkat menjadi topik tutur, misalkan gambaran

tentang hakikat, struktur dan fungsi topik tutur.

c. Mengemukakan gambaran yang terperinci tentang masalah

tutur misalkan dikemukakan tentang hakikat, struktur, bagian-

bagian topik tutur.

Bersama-sama dengan penampilan gambaran ketiga hal

tersebut di atas disiapkan pula bimbingan tentang:

a) Cara memiliki topik.

b) Cara-cara memandang dan menganalisi topik tutur untuk

menentukan sasaran ulasan yang persuasif dan objektif.

c) Pemilihan jenis tutur yang disesuaikan dan tujuan yang

hendak dicapai.

32

Onong Uchana Effendi, Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditia Bakti, 2003), hal.

55.

Page 41: ari pratama putra-fdk.pdf

31

d) Pemilihan materi bahasa serta peyusunan menjadi kalimat-

kalimat yang padu, utuh, dan berfariasi. pemilihan gaya

bahasa dan gaya tutur dalam penampilan tutur kata.33

Jika kita memahami fungsi retorika, maka akan sejalan dengan

empat fungsi komunukasi yakni:

1) Mass Information untuk memberi dan menerima informasi

kepada khayalak. Hal ini bisa dilakukan oleh setiap orang

dengan pengetahuan yang dimiliki. Tanpa komunikasi

informasi tidak dapat disampaikan dan diterima.

2) Mass Educatian, yaitu memberi pendidikan. Fungsi ini

dilakukan oleh guru kepada murid untuk meningkatkan

pengetahuan atau oleh siapa saja yang memiliki keinginan

untuk memberi pendidikan.

3) Mass Persuasion, yaitu untuk mempengaruhi. Hal ini bisa

dilakukan oleh setiap orang atau lembaga yang memberi

dukungan. Dan ini biasa digunakan oleh orang yang bisnis,

dengan cara mempengaruhi melalui iklan yang dibuat.

4) Mass Entertainment, yaitu untuk menghibur. Hal ini biasa

digunakan oleh radio, televisi atau orang yang memiliki

profesional menghibur.34

33

I Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Pengantar, hal. 65. 34

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), Cet. Ke-1, hal. 52.

Page 42: ari pratama putra-fdk.pdf

32

8. Tehnik Retorika

Pembinaan teknik lebih diarahkan pada pembinaan teknik bernafas,

teknik mengucap, bina suara, teknik membaca dan bercerita.35

Ada tiga prinsip pidato yaitu:

a. Pelihara kontak visual dan kontak mental dengan khayalak

(kontak).

b. Gunakan lambang-lambang audikif atau usahakan suara anda

memberikan makna yang lebih baik kaya pada bahasa anda

(olah fokal).

c. Berbicara dalam seluruh kepribadian anda: dengan wajah,

tangan, dan tubuh anda (olah visual).36

Penampilan wicara-tutur kata bisa dibagi dalam dua hal:

a. Vokal

a.) Volume suara supaya ditentukan batas yang terkeras dan yang

terendah dengan memperhatikan ruangan dan jumlah publik

yang hadir.

b.) Artikulasi (pengucapan masing-masing suku kata harus cukup

jelas) hindarkan suara sengau/minir/sumbang.

c.) Infleksion (lagu pengucapan kalimat) irama dan tekanan

intonasi nada dan tempo tepat pada bagian yang dipentingkan.

d.) Pause (istirahat secara sadar) dengan menjaga ketenangan diri.

b. Fisik

a.) Pose (sikap badan secara keseluruhan dan tata busana) diatur

sesimpatik mungkin

b.) Mimik (perubahan raut muka) selaras dengan saat infleksion

c.) Gesture (gerakan anggota badan) tidak berlebih-lebihan

d.) Movement (perubahan tempat) dari duduk ke berdiri lau naik

mimbar dan seterusnya selalu wajar dan sopan serta tidak

dibuat-buat.37

35

P Rudi Wuwur Hendrikus, Retorika; Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi,

Bernegosiasi, (Jakarta: CV. Firdaus, 1993), h. 16-17. 36

A.H Hasanuddin, Rhetorika Dakwah Dan Publisistik Dalam Kepemimpinan,

(Surabaya: PT. Usaha Nasional, 1982), hal.5. 37

A.H. Hasanuddin, Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan, h. 24

Page 43: ari pratama putra-fdk.pdf

33

B. Ruang Lingkup Dakwah

1. Pengertian Dakwah

a. Pengertian Bahasa

Dilihat dari segi bahasa kata dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu

bentuk isim masdar dari kata da’a-yad’u-da’watan yang artinya meyeru,

memanggil, mengajak dan menjamu.38

Di dalam al-Qur’an ada beberapa ayat yang menunjukan kata

tersebut, antara lain, dalam surat Yunus ayat 25.

“Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang

yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam)”.(Q.S. Yunus : 25)

b. Pengertian Istilah

Ada beberapa pengertian istilah menurut para pakar ilmu dakwah,

antara lain:

Dakwah menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah mengajak

manusia agar beriman kepada Allah dan Rasulullah SAW dengan cara

membenarkan apa yang mereka beritakan dan mengikuti apa yang mereka

perintahkan.39

38

Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara

Penerjemah, 1973), hal. 127. 39

Said Muhammad Nuh, Dakwah Fardiyah : Pendekatan Personal dalam Dakwah,

(Surakarta: Era Intermedia, 2000), Cet, Ke-2., hal. 13-14.

Page 44: ari pratama putra-fdk.pdf

34

Dakwah menurut M. Quraish Shihab adalah seruan atau ajakan

kepada jalan keinsyafan atau mengubah situasi yang kurang baik menjadi

lebih baik dan senpurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.40

Dakwah menurut M. Arifin adalah suatu kajian dalam seruan, baik

dengan lisan, tulisan maupun tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan

berancana untuk mempengaruhi orang lain agar timbul suatu pengertian,

kesadaran, serta penghayatan ajaran agama tanpa ada unsur paksaan.41

Dakwah menurut Abu Risman adalah segala usaha yang dilakukan

oleh seorang muslim atau lebih untuk merangsang orang lain agar

memahami, meyakini dan kemudian menghayati ajaran Islam sebagai

pedoman hidup dan kehidupan.42

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dakwah

adalah mengadakan suatu perubahan dan pembenahan baik yang bersifat

individu maupun sosial sesuai dengan ajaran Islam. Kegiatan tersebut

disampaikan dengan menggunakan lisan, tulisan dan tingkah laku yang

dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang

lain agar timbul pengertian keinsyafan dalam diri individu dengan

menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan

sehari-hari.

40

Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an Fungsi Peran Wahyu Dalam Kehidupan

Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1999), Cet. Ke,.XIX, hal. 194. 41

M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993),

hal.6. 42

Abu Risma, Dakwah Islam Praktis dalam Pembangunan Suatu Pendekatan Sosiologis,

(Yogyakarta: PLP2M, 1985), h. 12.

Page 45: ari pratama putra-fdk.pdf

35

2. Unsur-Unsur Dakwah

a. Da’i

Da’i secara bahasa diambil dari bahasa arab, bentuk isim fa’il dari

asal kata da’a-yad’u-da’watan, artinya orang yang melakukan dakwah.

Secara terminologi, da’i yaitu setiap muslim yang berakal mukallaf (akil

baligh) dengan kewajiban dakwah.43

Menurut DR. Musthafa ar-rafi’i syarat-syarat dan sifat yang harus

dipenuhi sosok juru dakwah adalah ”Pertama, amal dan kegiatan da’i

harus ikhlas karena mencaru ridha Allah dan karena ingin meraih pahala

dari Allah. Kedua, seorang juru dakwah harus menjadi teladan dalam

amal shaleh. Ketiga, menempuh cara hikmah (bijaksana) terhadap orang

orang pelajar dan intelek, dan melakukan metode ”mauizhah hasanah”

(nasihat yang baik) dalam menghadapi orang awam dan orang biasa.

Keempat, seorang juru dakwah harus betul-betul menguasai ilmu yang

sesuai dengan jama’ah dan menguasai teori dari bahasa aliyah pemikiran.

Kelima, seorang juru dakwah harus lembut dalam menyampaikan nilai-

nilai dan pandangan serta lembut dalam mengingkari kesesatan. Keenam,

dalam berdakwah ia bertujuan menarik manfaat dan menghilangkan

kemudharatan. Ketujuh, harus sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan.

Kedelapan, harus mengetahui tabiat kewajiban jama’ah. Kesembilan, sang

43

Idris A Shomad, Diktat Ilmu Dakwah, (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas

Dakwah Dan Komunikasi, 2004), hal.6.

Page 46: ari pratama putra-fdk.pdf

36

juru dakwah harus menggunakan kekuatan apabila cara hikmah, jidal dan

mauizhah hasanah tidak mempan”.44

b. Mad’u

Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia

penerima dakwah, baik individu maupun sebagai kelompok, baik manusia

yang beragama Islam maupun tidak. Dengan kata lain, manusia secara

keseluruhan.45

Menurut Muhammad Abduh dalam buku managemen dakwah

karangan M. Munir dan Wahyu Illahi mad’u terbagi menjadi tiga

golongan.46

a. Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat

berpikir secara kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan.

b. Golongan awam yaitu orang kebanyakan yang belum dapat

berpikir secara krisis dan mendalam, serta belum mendapat

pengertian-pengertian yang tinggi.

c. Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut,

mereka senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas

tertentu saja, dan tidak dapat membahas secara terdalam.

Sedangkan mad’u menurut Imam Habib Abdullah Haddad dapat di

kelompokan dalam delapan rumpun, yaitu47

:

44

Mustthafa ar-Rafi’I, Potret Juru Dakwah, (Jakarta: CV. Pustaka al-Kautsar, 2002), hal

38-50. 45

M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group), edisi ke-1, Cet. Ke-2, hal.23. 46

Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal.23-24.

Page 47: ari pratama putra-fdk.pdf

37

a. Para ulama.

b. Ahli juhud dan ahli ibadah.

c. Penguasaan dan pemerintahan.

d. Kelompok ahli perniagaan, industri dan sebagainya.

e. Faqir miskin dan orang lemah.

f. Anak, istri dan kaum hamba.

g. Orang awam yang taat dan berbuat maksiat.

h. Orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rosulnya.

Dengan demikian seorang da’i harus mengetahui keberagaman

audiense dari sudut ideologi, mereka ada yang atheis, Musyrik, Yahudi,

Nasrani dan Munafiq. Ada juga yang muslim tapi masih membutuhkan

bimbingan atau umat Islam yang masih melakukan maksiat, mereka juga

berbeda dari segi intelektualitas, status sosial, kesehatan, pendidikan, ada

yang buta huruf, ada yang kaya, miskin, ada yang sehat dan yang sakit.

c. Materi Dakwah

Seorang da’i yang bijaksana adalah orang yang dapat mempelajari

realitas masyarakat dan kepercayaan mereka serta menempatkan mereka

pada tempatnya masing-masing, kemudian ia mengajak mereka

berdasarkan kemampuan akal, pemahaman, tabi’at, tingkat keilmuan dan

status sosial mereka dan seorang dai yang bijak adalah yang mengetahui

metode yang akan di pakainya.48

47

Munzier Saputra dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta, Prenada Media, 2006),

Cet. Ke-2. ed.rev, hal. 106. 48

Sa’id al-Qathani, Menjadi Da’i Sukses, (Jakarta: Qisthi Press, 2005), Cet Ke-1, Hal.97.

Page 48: ari pratama putra-fdk.pdf

38

Materi (maddah) dakwah adalah masalah isi pesan atau materi

yang di sampaikan dai dan mad’u, pada dasarnya bersumber dari al-Qur’an

dan hadits sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syariah, dan

akhlak.49

d. Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkatan yaitu ”meta”

(melalui) dan ”hodos” (jalan cara), maka metode adalah cara atau jalan

yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.50

Metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan oleh seorang

da’i untuk meyampaikan meteri dakwah.51

Atau kumpulan kegiatan untuk

mencapai satu tujuan tertentu.

Pada surat an-Nahl ayat 165 menerangkan bahwa berdakwah itu

hendaknya dengan menggunakan metode hikmah (bijaksana) karena di

dalam berdakwah tidak ada unsur paksaan dan juga menggunakan

mau’idzah hasanah (nasehat yang baik) agar orang-orang yang diajak

selalu mendapatkan siraman rohani yang merupakan obat penenang hati di

dalam setiap masalah. Bahkan ayat Al-qu’ran yang memanggil umat Islam

untuk melalukan dakwah bil hikmah dan mau’idzah hasanah serta

mujadalah bil ihsan pada saat ini telah difahami secara luas sebagai proses

komunikasi dan edukasi. Dengan demikian, prinsip-prinsip metode serta

teknik komunikasi dan edukasi berlaku dan berkembang dalam kegiatan

49

Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, hal. 109. 50

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 61. 51

Wardi Bactiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, h. 34.

Page 49: ari pratama putra-fdk.pdf

39

dakwah, selain itu juga terus menerus mengolah dan mengembangkan

pesan dari kegiatan dakwah tersebut.52

e. Media Dakwah

Media dakwah adalah peralatan yang digunakan untuk

menyampaikan atau meyalurkan meteri dakwah.53

Dewasa ini, jenis-jenis

media atau sarana dakwah sangat banyak jumlahnya antara lain, radio,

video, rekaman, televisi, surat kabar, majalah, tabloit dan bahkan jaringan

informasi melalui komputer internet.

Media dakwah merupakan sarana untuk meyampaikan pesan

agama dengan mendayagunakan alat-alat atau temuan teknologi modern

yang ada pada zaman ini. Dengan begitu banyaknya media dakwah yang

tersedia. Mereka seorang da’i memilih salah satu atau beberapa media saja

sesuai dengan tujuan atau hendak yang dicapai sehingga apa yang menjadi

tujuan dakwah dapat tercapai dengan efektif dan efesien.

f. Tujuan Dakwah

Jika ditinjau dari aspek psikologis tujuan dakwah untuk

menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengalaman ajaran

agama yang disampaikan oleh seorang da’i. Sehingga ruang lingkup

dakwah meliputi masalah pembentukan sikap mental dan pengembangan

motivasi yang bersifat positif dalam segala aspek kehidupan.54

52

M. Habib Chirzin, Orientasi Lembaga Dakwah dan Agenda Dakwah Masa Depan,

Saminar Nasional Dakwah dan Politik, (Jakarta : 12 September 1995), h.5. 53

Wardi Bactiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, h. 34 54

H. M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bina Aksara, 1997), Cet. Ke-4, h.5.

Page 50: ari pratama putra-fdk.pdf

40

g. Keberhasilan Dakwah

Ada beberapa kemungkinan menurut Ahmad Mubarok untuk

keberhasilan dakwah. Kemungkinan pertama, karena pesan dakwah yang

disampaikan seorang da’i memang relevan dengan kebutuhan masyarakat

yang merupakan suatu keniscayaan yang tidak mungkin ditolak, sehinga

mereka menerima pesan dakwah itu dengan antusias.

Kemungkinan kedua, karena faktor seorang da’i, yaitu da’i tersebut

memiliki daya tarik dan pesona yang menyebabkan masyarakat sudah

dapat menerima pesan dakwahnya meski kualitas dakwahnya bisa jadi

sederhana saja.

Kemungkinan ketiga, karena kondisi psikologi masyarakat yang

sedang haus terhadap siraman rohani dan mereka terlanjur memiliki

persepsi positif pada setiap da’i, sehingga pesan dakwah sebenarnya

kurang jelas ditafsirkan sendiri oleh masyarakat dengan penafsiran jelas.

Kemungkinan keempat, karena faktor keemasan yang menarik,

masyarakat yang semula acuh tak acuh terhadap agama dan juga terhadap

da’i setelah paket dakwah yang diberi keemasan lain, maka paket dakwah

berhasil menjadi stimuli yang menggelitik persepsi masyarakat dan

akhirnya merekapun merespon positif.55

55

Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999) cet. Ke-1,

hal.161.

Page 51: ari pratama putra-fdk.pdf

41

3. Bentuk-Bentuk Dakwah

a. Dakwah bi al-Lisan

Dakwah ini dilakukan dengan menggunakan lisan antara lain,

Qaulun ma’rufun, dengan bebicara dalam pergaulan sehari-hari yang

disertai dengan misi agama yaitu agama Islam.

b. Dakwah bi al-Hal

Yaitu dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan yang

langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai objek dakwah atau

berdakwah melalui perbuatan, mulai dari tutur kata, tingkah laku, sampai

pada kerja bentuk nyata seperti mendirikan panti asuhan, fakir miskin,

sekolah-sekolah, rumah ibadah dll.56

c. Dakwah bi al-Qalam

Berbicara dakwah tentang dakwah bi al-Qalam tidak terlepas

dengan memahami makna tulisan. Dalam konteks ini, tulisan memiliki dua

fungsi. Pertama, sebagai alat komunikasi atau komunikasi ide yang

produknya berupa ilmu pengetahuan. Kedua, sebagai alat komunikasi

ekspresi yang produknya berupa karya seni (jurnalistik).57

C. Hubungan Retorika dengan Dakwah

Untuk tersebar luasnya agama Islam yang merupakan rahmat bagi

seluruh alam, kepada seluruh umat manusia, maka para da’i atau muballigh

semenjak dari dulu hingga sekarang, dalam setiap kesempatan khutbah atau

56

Rafi’uddin, dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung:

Pustaka Setia, 2001), hal. 24. 57

Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, hal. 175.

Page 52: ari pratama putra-fdk.pdf

42

ceramah, tidaklah hanya bicara demi bicara. Akan tetapi bagaimana agar

pembicaraan tersebut dapat merangsang mereka yang mendengarkan (mad’u)

untuk berbuat sesuatu yang nyata dalam kehidupannya sesuai dengan

tuntunan Al-Qur’an dan Hadits.

Menurut Efendi M Siregar retorika adalah ”Sebuah seni (sistem)

berpidato menggunakan bahasa lisan, agar dapat menghasilkan kesan

terutama para pendengar. Retorika termasuk seni yang paling tua dalam

komunikasi massa. Karena itu berpidato termasuk salah satu cara dari sekian

banyak cara berkomunikasi yaitu antara si pembicara (komunikator) dengan

sejumlah orang (komunikan/audiense). Jadi berpidato termasuk untuk

menyampaikan isi hati, pesan (message), ide (butiran pikiran, program,

perasaan dan sebagainya oleh seseorang kepada sejumlah orang. Dengan kata

lain pidato merupakan salah satu sarana informasi dan komunikasi yang

sangat penting. Karena melalui pidato orang akan dapat menyebarluaskan

idenya, data menanamkan pengaruhnya bahan dapat memberikan arah berfikir

yang baik dan sistemasis, bukan ”omong kosong” dan berteriak-riak tidak

karuan, melainkan dengan moral, dan harus didukung oleh rithme, volume,

penyajian dan penampilan yang sempurna”.58

Dakwah dengan menggunakan retorika adalah memaparkan sesuatu

masalah agama dan kemudian orang merasa begitu concern (terlibat) dengan

masalah yang dipaparkan tersebut, sama halnya apabila seorang orator

menyampaikan suatu persoalan kemudian merasa terdorong untuk mencari

58

Efendi M Siregar, Teknik Berpidato dan Menguasai Massa (Jakarta: Yayasan Mari

Belajar, 1992). Cet. Ke-2, hlm. 29

Page 53: ari pratama putra-fdk.pdf

43

sebab deviasi (penyimpangan) dan kemudian membuat keputusan tertentu

untuk mencari pemecahannya.

Dengan kata lain, di dalam proses retorika merupakan usaha untuk

melibatkan emosi dan rasio dari pihak khalayak agar merasa terlibat dengan

masalah atau persoalan yang disajikan merupakan inti dari pemaparan retorika

sebagai sarana menuju tujuan akhir yaitu suatu tindakan yang sesuai dengan

harapan komunikator. Sementara tujuan yang ingin dicapai dakwah antara

lain, agar manusia mengerjakan kebaikan dan meninggalkan kejahatan, serta

memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

Hubungan retorika dengan dakwah menurut T.A Latief Rosydi dalam

bukunya Dasar-dasar Retorika Komunikasi dan Informasi adalah

”Kemampuan dalam kemahiran menggunakan bahasa untuk melahirkan

pikiran dan perasaan itulah sebenarnya hakikat retorika. Dan kemahiran serta

kesenian menggunakan bahasa adalah masalah pokok dalam menyampaikan

dakwah. Karena itu antara dakwah dengan retorika tidak dapat dipisahkan.

Dimana ada dakwah disitu ada retorika”.59

Kesuksesan para da’i atau muballigh dalam khutbah lebih banyak

ditunjang dan ditentukan oleh kemampuan retorika yang dimiliki oleh da’i

tersebut. Dan kalaulah dakwah belum berhasil menurut yang dicata-citakan

dan menurut garis yang telah ditetapkan semula, mungkin karena cara

persuasi (retorika) tidak menjadi perhatian dan tidak terpenuhi oleh para da’i.

59

Efendi M Siregar, Teknik Berpidato dan Menguasai Massa, hlm. 94.

Page 54: ari pratama putra-fdk.pdf

44

Dan dalam hal ini diungkapkan oleh T.A Latief Rosydi dalam dalam

bukunya Dasar-dasar Retorika Komunikasi dan Informasi tentang faktor

penyebab kegagalan dalam berdakwah adalah karena kurangnya keberhasilan

kita, baik dalam menanamkan pengertian dan keyakinan, apa lagi dalam

menggunakan massa rakyat untuk membuat, berjuang dan berkorban (sesuai

dengan ajaran Islam), salah satu dari penyebabnya adalah karena kelemahan

kita dalam memanfaatkan retorika dakwah dalam penyampaiyannya.60

Komunikasi dan retorika memliki kesamaan, terutama dalam hal

media yang dipergunakan. Apakah medium yang digunakan medium lisan,

tulisan dan sebagainya, yang terutama dalam hal ini adalah unsur bahasa yang

memegang peranan yang sangat penting dan sangat menentukan yaitu gaya

bahasa yang digunakan oleh seorang da’i dalam menyampaikan dakwahnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dakwah dan retorika

sangat berhubungan erat, dakwah bertujuan untuk meningkatkan kehidupan

umat manusia kepada keadaan yang lebih baik sesuai dengan tuntutan al-

Qur’an dan Hadits. Sedangkan retorika adalah cara bagaimana kita

mempengaruhi orang lain untuk mengikuti apa kemauan kita, yang intinya

adalah sama-sama untuk saling mempengaruhi orang lain.

60

Efendi M Siregar, Teknik Berpidato dan Menguasai Massa, hlm. 95.

Page 55: ari pratama putra-fdk.pdf

45

BAB III

BIOGRAFI KH. AHMAD DAMANHURI

A. Riwayat Hidup KH. Ahmad Damanhuri

KH. Ahmad Damanhuri dilahirkan pada tanggal 27 April 1959 di

Sawangan-Depok, yang bertepatan dengan ulang tahun Kota Depok. Beliau

berasal dari keluarga Nahdlatul Ulama (NU) yang sederhana. Ayah beliau

bernama H. „Abdul Karim bin H. Zainal „Abidin bin H. Maksum, ayah beliau

berpendidikan di Pesantren serta bekerja sebagai pegawai KUA dan guru

ngaji. Ibu beliau bernama Hjh. Maryam sebagai guru ngaji.

KH. Ahmad Damanhuri tergolong anak yang sangat disayangi oleh

kedua orang tuanya. Beliau merupakan anak pertama dari lima bersaudara

yaitu KH. Ahmad Damanhuri, MA, Ustdzh. Hjh. Suharti, Hjh. Sumidah, H.

Badruddin AK, S.Pdi, dan H. Fu‟ad El-Halimi, S. Pdi. Sejak kecil mereka

semua dididik dalam keluarga yang taat pada Agama. Mereka berada di

lingkungan pendidikan Agama yang sangat kuat dan patuh dalam menjalankan

Syari‟at Allah. Oleh sebab itu ayah beliau selalu menekankan agar kelak

dewasa nanti menjadi anak yang berilmu dan mampu meneruskan perjuangan

ayahnya.

Kemudian KH. Ahmad Damanhuri menikah dengan keluarga dari

Muhammadiyah yang bernama Hjh. Prawati Ningsih, beliau mempunyai dua

anak perempuan dan tiga anak laki-laki. Pertama, Sayyidah Rifqoh, S.Sos,

yang sudah mempunyai dua anak perempuan yang bernama Naswah dan

Page 56: ari pratama putra-fdk.pdf

46

Yasmin dan sedang menyelesaikan pendidikan S2 di IBNU KHLALDUN.

Kedua, Sayyidah Qonita, S. Pdi, yang sudah mempunyai satu anak yang

bernama Mulaiki Bilqis. Ketiga, Muhammad Fathi, yang sedang semester 2 di

UIN dan semester 4 di STAISKA). Keempat, Muhammad Nabil Bahnesi,

yang baru lulus MA) dan anak yang Kelima adalah Muhammad Nahdo, yang

baru lulus SD. 1

KH. Ahmad Damanhuri adalah seorang Muballigh yang mempunyai

Pondok Pesantren Al-Karimiyah, MTS, MA, STAISKA, KBIH dan Majlis

Ta‟lim yang berlokasi di Jl. H. Maksum No 23 Sawangan Baru Kota Depok

16511 Tlp/Fax. 0251 8617335. Latar belakang didirikannya Pondok Pesantren

Al-Karimiyah adalah: Pertama, ingin mencetak santri-santri yang unggul,

berakhlak mulia dan berpengetahuan agama yang luas. Kedua, ingin mencetak

santri yang memiliki kemampuan orasi atau ahli dalam berpidato sehingga

dapat berdakwah dan mengembangkan syi‟ar Islam. Ketiga, untuk mencari

keridhaan Allah SWT. Keempat, untuk menyebarkan dakwah Islamiyah,

Kelima, untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah

SWT dan yang terakhir turut serta membantu program pemerintah untuk

mewujudkan manusia-manusia pembangunan yang bertaqwa, sehat jasmani

dan rohani dengan memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi, serta

bertanggung jawab terhadap umat manusia dan bangsa untuk saat ini dan masa

1 Hasil Wawancara Pribadi dengan KH. Ahmad Damanhuri yang berlokasi di Jl. H.

Maksum No 23 Sawangan Baru Kota Depok 16511 Tlp/Fax. 0251 8617335 (Kediaman Rumah

KH. Ahmad Damanhuri) pada hari Jum‟at, 29 April 2011 dan Rabu, 04 Mei 2011, jam 19.30 WIB

s/d Selesai.

Page 57: ari pratama putra-fdk.pdf

47

depan dalam bidang pendidikan/ kebudayaan, keagamaan dan kegiatan soaial

lainnya.2

Sosok yang senantiasa menyeru ke jalan Allah serta mengamalkan

sunnah-sunnah Nabi, akhlaknya yang mulia menjadi panutan bagi keluarga

dan masyarakat.

KH. Ahmad Damanhuri merupakan salah satu kyai yang disegani di

mata masyarakat, karena ilmu dan wibawanya yang menjadi figure seorang

ulama. Beliau dikenal di masyarakat sebagai panutan bagi para ustad-ustad

atau para kyai, khususnya yang berada di daerah Sawangan Baru Kota Depok

dan sekitarnya. Karena kegigihan beliau dalam berdakwah, beliau berhasil

mendirikan Yayasan Pesantren Al-Karimiyah.

KH. Ahmad Damanhuri merupakan figure seorang bapak yang sholeh.

Beliau dikenal dimasyarakat sebagai orang baik dan tekun melaksanakan

ibadah, yang semangat berjuang mensyiarkan ajaran Islam dengan segala

kemampuannya. Beliau ingin apabila mempunyai seorang anak, ingin

menjadikan anak-anaknya yang sholeh dan sholehah, dengan memberikan

sebuah pendidikan agama mengirimkannya ke Pondok Pesantren. Yang

akhirnya berhasil meneruskan perjuangan dakwah beliau sebagai seorang da‟i

yang menyiarkan dan menanamkan nilai-nilai keislaman di masyarakat serta

pesantren yang beliau sudah kembangkan sampai saat ini.

2 Hasil Wawancara Pribadi dengan KH. Ahmad Damanhuri

Page 58: ari pratama putra-fdk.pdf

48

Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur‟an Surah An-Nisa ayat 9 yang

berarti:

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka

khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka

bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang

baik dan benar”. (An-Nisa: 9)

Dalam satu hadits Rasul dikatakan yang artinya sebagai berikut:

“Jika Anak Adam Meninggal Maka Terputuslah Amal Ibadahnya Kecuali

Tiga. Yang Pertama. Shodaqoh Jariyah. Kedua. Ilmu Yang Bermanfaat Dan

Ketiga Anak Yang Selalu Mendoakan Kedua Orangtuanya”.3

B. Pendidikan dan Organisasi KH. Ahmad Damanhuri

1. Pendidikan KH. Ahmad Damanhuri

Sebagaimana umumnya orang-orang yang pintar dan berhasil itu

diawali dengan sebuah perjalanan hidupnya dalam menuntut ilmu. Berikut

ini perjalanan pendidikan KH. Ahmad Damanhuri:

1. Tahun 1965-1973 Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Atfal Sawangan-

Baru Kota-Depok.

2. Tahun 1973-1976 Madrasah Tsanawiyah dan Pesantren Salafiyah

Al-Mashad di bawah asuhan Al-Habib Hamid Bin Hud Bin Alwi

Al-„Athos Cijurai Sukabumi.

3 Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Albani, Shahih At-Targib Wa At Tarhih, (Hadits-

Hadits Sahih Tentang Anjuran Dan Janji Pahala, Ancaman & Dosa, (Jakarta. PT. Tim Pustaka

Sahifa, 2007). Hal. 180

Page 59: ari pratama putra-fdk.pdf

49

3. Tahun 1976-1979 Madrasah Aliyah dan Pesantren Modern Darur

Rahman Kebayoran Baru Jakarta di bawah pimpinan KH. Syukron

Ma‟mun.

4. Tahun 1979-1980 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas

Ushuluddin Jurusan Dakwah (tidak sampai selesai).

5. Tahun 1980-1983. Madinah University Saudi Arabia KSA Jurusan

Lenguistik Bahasa Arab (Diploma 1 dan 2).

6. Tahun 1983-1988 Madinah University Saudi Arabia KSA Fakultas

Syari‟ah (S1).

7. Tahun 2006-2009 Pascasarjana UNISMA 45 Bekasi Fakultas Syari

‟ah (S2) Magister.

8. Tahun 2009 s/d Sekarang Pascasarjana Universitas IBNU

KHOLDUN BOGOR (S3) Doctoral.4

2. Organisasi KH. Ahmad Damanhuri

Organisasi merupakan kumpulan kepentingan individu yang

memiliki tujuan yang sama. Berikut ini data organisasi KH. Ahmad

Damanhuri tentang pengalaman dalam bidang organisasi dari tahun 1990-

2011.

1. Tahun 1990 s/d Sekarang mendirikan dan menjadi Pimpinan

Yayasan Pesantren Al-karimiyah yang menaungi Pondok Pesantren

Modern, MTS, MA, STAISKA, Kegiatan Bimbingan Ibadah Haji

dan Umroh (KBIH), Koprasi dan Majlis Ta‟lim yang berlokasi di

4 Hasil Wawancara Pribadi dengan KH. Ahmad Damanhuri.

Page 60: ari pratama putra-fdk.pdf

50

Jl. H. Maksum No 23 Sawangan Baru Kota Depok 16511 Tlp/Fax.

0251 8617335.

2. Tahun 1998-2009 bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa

(PKB). KH. Ahmad Damanhuri bergabung dengan PKB sejak

berdiri PKB yang di Deklarasikan pada tahun 1988, karena dalam

pemikiran KH. Ahmad Damanhuri orang NU yang termarjinalkan

di Daerah Sawangan-Baru Kota-Depok dan pilihan pada waktu itu

bagi beliau untuk berada di PKB dan didorong juga oleh tokoh-

tokoh masyarakat.

KH. Ahmad Damahuri tertarik dengan pemikiran KH.

Abdurrahman Wahid “Gusdur” (Almarhum), walaupun pemikiran

Gusdur banyak kontraversial di masyarakat, akan tetapi menurut

KH. Ahmad Damanhuri bahwa pemikiran Gusdur kalau diamati

ada kebenaran yang ditemukan dalam pemikiran Gusdur.

3. Tahun 2004-2009 menjadi Anggotan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kota Depok (DPRD). KH. Ahmad Damahuri menjadi

Anggota DPRD Kota Depok merupakan kemauan masyarakat

untuk mengangkat beliau menjadi anggota DPRD Kota Depok dan

masuk ke dalam dunia pemerintahan, istilah yang beliau sampaikan

kepada penulis “kalau abi ga mau jadi Anggota DPR, nanti

mengecewakan masyarakat”.

Oleh karena itu beliau terpilih menjadi Anggota DPRD

Kota Depok periode 2004-2009. Dan setelah selesai menjabat

Page 61: ari pratama putra-fdk.pdf

51

menjadi Anggota DPRD Kota Depok, beliau tidak mau dicalonkan

lagi menjadi anggota DPRD, bahkan beliau pada tahun 2009 akan

dicalonkan menjadi Wakil Walikota Depok, akan tetapi beliau

tidak mau, karena tekat beliau sudah bulat untuk keluar pada tahun

2009 dari PKB dan Pemerintahan untuk memfokuskan diri kepada

Yayasan Pesantren Al-Karimyah dan Lingkungan Masyarakat di

Sawangan Baru Kota Depok.

Selain itu, alasan beliau untuk keluar dari partai dan

pemerintahan adalah karena melihat situasi dan kondisi PKB yang

sudah tidak kondusif. Oleh karena itu beliau tidak mau dipartai

lagi. Pengalaman beliau selama menjadi Anggota DPRD Kota

Depok adalah menimba Ilmu politik dan pemerintahan untuk

menjadi wasilah dakwah Islam, sehingga kalau beliau diminta

untuk berbicara tentang politik dan pemerintahan, beliau mampu,

karena didukung dengan pengalaman praktek dalam dunia politik

dan pemerintahan.

4. Tahun 1973-1978 yaitu IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama),

GP ANSOR (Gerakan Pemuda ANSOR), KNPI (Komite Pemuda

Nasional Indonesia), AMPI (Angkatan Muda Pembaharuan

Indonesia), KMNU (Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama

Madinah), PPI (Perhimpunan Mahasiswa Indonesia Madinah),

Ittihadul Muballigin DKI.

Page 62: ari pratama putra-fdk.pdf

52

5. Tahun 1998 s/d sekarang di LDNU DKI Jakarta (Lembaga Dakwah

Nahdlatul Ulama DKI Jakarta).

6. Tahun 1998-2001 mendirikan FPI (From Pembela Islam) dan

sekaligus menjadi wakil ketua FPI.

7. Tahun 2005 s/d saat ini sebagai wakil ketua DPP (Dewan Pimpinan

Pusat) Forum Ulama dan Habaib Betawi.5

C. Aktifitas Dakwah KH. Ahmad Damanhuri

KH. Ahmad Damanhuri sebagai pengasuh Yayasan Pesantren Al-

Karimiyah yang menanungi (pondok pesantern, MTS, MA, STAISKA, KBIH

dan Majlis Ta‟lim). Beliau juga masih aktif menghadiri undangan ceramah

atau dakwah mimbariyah di masjid, mushalla, kantor, lembaga dan rumah ke

berbagai daerah di Indonesia, diantaranya: Sawangan-Depok, Jabotabek,

Jawa-Barat, Jawa-Tengah, Jawa-Timur, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan

Sumatra. Beliau berdakwah dalam acara peringatan hari besar Islam dan sosial

seperti: Maulid Nabi, Isra‟ Mi‟raj, Muharram, Nuzulul Qur‟an, „Idul Fitri,

Pernikahan, Sunatan, Syukuran, dan lain sebagainya.

KH. Ahmad Damanhuri membina pengajian kaum pemuda/i pada hari

Minggu Pukul 19.30 WIB di kediaman beliau/di masjid Al-Aula yang diberi

nama Majlis Sahabat sebanyak 350 remaja putra-putri. Beliau juga membina

Majlis Ta‟lim kaum ibu Ummahatul Aula yang terdiri dari 20 majlis ta‟lim se-

Kecamatan Sawangan bertempat di Masjid Al-Aula. Jama‟ah tersebut

5 Hasil wawancara Pribadi dengan KH. Ahmad Damanhuri.

Page 63: ari pratama putra-fdk.pdf

53

berjumlah 400 orang ibu-ibu yang diadakan pada hari Selasa setiap seminggu

sekali Pukul 08.30 WIB. Selain itu Beliau juga membina pengajian kaum

bapak pada malam Jum‟at untuk lingkungan Sawangan-Baru Kota Depok di

Masjid Al-Aula. Semua pengajian tersebut berada di bawah naungan

Pesantren Al-Karimiyah.6

Dengan cara penyampaiannya yang bagus dan mudah dicerna oleh

masyarakat serta memadukan materi ceramah dengan humor yang dapat

menyegarkan suasana mad‟u. KH. Ahmad Damanhuri mampu merekrut

jama‟ah dari berbagai kalangan, bahkan banyak jama‟ah yang menginginkan

majlis ta‟limya diajar oleh beliau. Beliau juga sebagai dosen di Sekolah Tinggi

Swasta Al-Karimyah (STAISKA), beliau juga mempunyai usaha tanaman

hias, madu lebah dan usaha-usaha lain yang halal dan baik menurut Al-Qur‟an

dan Sunnah Rasulullah SAW.

Lembaga yang beliau asuh menjadi tempat kegiatan dakwah yang di

lakukan oleh KH. Ahmad Damanhuri di Pondok Pesantren Al-Karimiyah dan

Sekolah Tinggi Agama Islam Swasta Al-Karimyah (STAISKA), melalui

Peringatan Hari Besar Islam, Pengajian Wali Santri, Pengajian Santri dan

Seminar Pendidikan.

A. Aktivitas Dakwah KH. Ahmad Damanhuri Melalui Peringatan

Hari-hari Besar Islam

Peringatan hari-hari besar Islam dilaksanakan secara terbuka tidak

hanya di hadiri oleh para Mahasiswa, Santriawan dan Santriawati, tetapi

6 Hasil wawancara Pribadi dengan KH. Ahmad Damanhuri

Page 64: ari pratama putra-fdk.pdf

54

juga tidak tertutup bagi warga sekalian untuk ikut hadir atau meramaikan

peringatan hari-hari besar islam tersebut. Acara ini diisi dengan ceramah

atau nasihat keagamaan yang dilakukan oleh KH. Ahmad Damanhuri dan

para Muballigh lainya.

B. Aktivitas Dakwah KH. Ahmad Damanhuri Melalui Pengajian

Wali Santri

Pengajian Wali Santri yang di bawah naungan pengasuh Pondok

Pesantren Al–Karimiyah Sawangan-Depok yang di laksanakan sebulan

sekali pada hari minggu pagi pukul 08.00-12.30 WIB. Materi yang di

berikan dalam pengajian ini adalah tentang aqidah, akhlak, fiqih dan lain-

lain. Adapun metode yang di gunakan oleh KH. Ahmad Damanhuri adalah

dengan metode ceramah dan tanya jawab. Metode ceramah ini adalah

suatu tehnik atau metode dakwah yang banyak di warnai oleh ciri

karakteristik berbicara seorang da‟i atau mubaligh pada suatu aktifitas

dakwah. Sedangkan metode tanya jawab adalah penyampaian materi

dengan cara mendorong sasarannya untuk mengatakan suatu masalah yang

di rasa belum mengerti dan muballigh atau da‟i sebagai penjawabnya.

C. Aktivitas Dakwah KH. Ahmad Damanhuri Melalui Pengajian

Santri

Pelaksanaan penyuluhan agama ini di laksanakan dalam bentuk

Shalat Tasbih, Shalat Dhuha dan Pengajian. Khusus bagi para santri putra

maupun santri putri secara keseluruhan, tetapi acara tersebut di laksanakan

Page 65: ari pratama putra-fdk.pdf

55

di masjid Al-Aula. Acara ini di laksanakan setiap hari Minggu sekali

Pukul 08.00-10.00 WIB yang dipimpin langsung oleh KH. Ahmad

Damanhuri dengan penyampaian pelajaran agama dan tanya jawab, baik

yang bersifat organisasi maupun yang bersifat keilmuan.

D. Aktivitas Dakwah KH. Ahmad Damanhuri Melalui Seminar

Pendidikan di STAISKA

Acara ini diadakan oleh mahasiswa untuk membahas tentang

masalah yang dibutuhkan dan menjadi perbincangan dimasyarakat, namun

peserta yang hadir tidak hanya mahasiswa melainkan, strukutural

Pesantren, Dosen, santri, masyarakat, pejabat pemerintah dan organisasi

yang bersifat umum dengan membahas tema seperti: Terorisme, Faham

Radikalisme, Ahmadiyah dan Pendidikan. Dalam hal ini KH. Ahmad

Damanhuri menjadi pembicara tentang hukum tersebut dalam Islam.

D. Karya-Karya KH. Ahmad Damanhuri

1. “Sikap Yahudi Terhadap Islam” dan Keutamaan Jihad di Jalan Allah

(Abdul Aziz Abdullah Bin Baz) Terjemahan dari Bahasa Arab ke

Bahasa Indonesia. Penerjemah KH. Ahamad Damanhuri, Editor Drs.

KH. Hasan Anshori, MA, Desain Cover M. Hidayatullah di terbitkan

olehYayasan Pesantren Al-Karimiyah Sawangan-Baru Kota-Depok

021-91272 996, 1813 8000 5543 dan Di cetak oleh CV. Kreasi

Gemilang Percetakan, Advertising, sablon dan Perijinan Depok, 021.

77883770.

Page 66: ari pratama putra-fdk.pdf

56

2. Kewarisan Anak diluar Nikah. Penulis dan Penyusun KH. Ahmad

Damanhuri MA, Imfaq cetak H. Adi Sunaryo, Editor Drs. H. Hasan

Anshori, MA, Setting “CINTA ILMU”, Layout Abu Sab‟ah Desain

Cover M. Hidayatullah, Cetakan Pertama Agustus 2008 dan Penerbit

Yayasan Pesantren Al-Karimiyah Sawangan-Baru Kota-Depok.

3. 35 Penyebab di Ampuni Dosa (Tulisan Sendiri).

4. Kunci Memperoleh Rizki. (Tulisan Sendiri)

5. Rahasia Terkabulnya Do‟a. (Tulisan Sendiri)

Page 67: ari pratama putra-fdk.pdf

57

BAB IV

ANALISIS RETORIKA DAKWAH KH. AHMAD DAMANHURI DI

DEPOK

A. Konsep Retorika KH. Ahmad Damanhuri

Retorika menurut KH. Ahmad Damanhuri adalah bagian dari dakwah,

yaitu cara untuk mempengaruhi orang lain agar tertarik kepada kebaikan yang

sesuai dengan Al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah SAW dan sebagai alat utama

yang sangat berperan penting bagi seorang da‟i dalam berdakwah untuk

menentukan gaya bahasa, penampilan dan tehnik berbicara yang memiliki

daya sentuh kepada hati nurani mad‟u agar khusu‟ mendengarkan dan

meresapi pesan dakwah yang disampaikan oleh da‟i.1

Langkah-langkah yang beliau lakukan adalah pertama, menyesuaikan

materi dakwah dengan topik yang sedang menjadi perbincangan di masyarakat

atau dengan kata lain materi dakwah harus sesuai dengan acara yang

diperingati. Kedua, mencari dalil atau argument yang sesuai dengan materi,

baik berupa dalil al-Qur‟an, hadits, ijma‟, qiyas maupun pendapat pribadi yang

memiliki daya rasionalitas dan emosional sehingga dapat menyentuh hati

jama‟ah. Ketiga, menyisipkan pengalaman pribadi yang dapat membangkitkan

semangat audiens. Keempat, menyusun materi dakwah yaitu mana yang lebih

dahulu untuk disampaikan dan mana yang diakhirkan untuk disampaikan,

1 Hasil Wawancara Pribadi dengan KH. Ahmad Damanhuri yang berlokasi di Jl. H.

Maksum No 23 Sawangan Baru Kota Depok 16511 Tlp/Fax. 0251 8617335 (Kediaman Rumah

KH. Ahmad Damanhuri) pada hari Jum‟at, 29 April 2011 dan Rabu, 04 Mei 2011, jam 19.30 WIB

s/d Selesai.

Page 68: ari pratama putra-fdk.pdf

58

mana yang penting dan mana yang tedak begitu penting, dan menyisipkan

humor dari setiap materi dengan bahasa sehari-hari. Yang kelima, menguasai

dan memahami materi untuk disampaikan kepada jama‟ah.2

Retorika merupakan seni atau gaya dalam penyampaian materi, berarti

materi yang disampaikan dikemas dengan cara yang menarik, sebagaimana

tujuan dari retorika dalam berdakwah adalah mengutarakan pesan dakwah

lewat bahasa lisan dengan menganjurkan jama‟ah mengikuti ajaran Islam, agar

jama‟ah lebih paham dan tertarik untuk mengikuti apa yang disampaikan.

Dalam ilmu retorika seorang orator disaat berbicara harus melakukan

persiapan-persiapan, seperti, penguasaan materi, pemilihan topik dan

penyampaian pesan dengan gaya bahasa yang baik, karena itu semua menjadi

syarat dalam mencapai keberhasilan dakwah, karena persiapan adalah

setengah dari kesuksesan.

KH. Ahmad Damanhuri ketika berdakwah menggunakan bahasa

sehari-hari dalam pergaulan di masyarakat dan menggunakan suara yang

keras, berapi-api dan ketegasan dalam memberikan hukum Islam terhadap

persoalan-persoalan yang tengah terjadi di masyarakat. Seperti status hukum

jama‟ah Ahmadiyah dan Mensiasati Pengaruh Faham Radikalisme dan

Terorisme. Ciri khas pesan retorika KH. Ahmad Damanhuri adalah bahasa

Indonesia yang berlogat Betawi asli dengan semangat jihad di jalan Allah

untuk menegakkan syari‟at Islam di muka bumi ini, khususnya di Sawangan-

2 Proses pengamatan ketika KH. Ahmad Damanhuri mengajar (ta‟lim) di Yayasan

Pesantren Al-Karimiyah dan wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Damanhuri.

Page 69: ari pratama putra-fdk.pdf

59

Depok yang berbasis Ahlusunnah Wal Jama‟ah (NU), yaitu Al-Qur‟an dan

Sunnah Rasulullah SAW.

KH. Ahmad Damanhuri ketika berdakwah menggunakan bahasa tubuh,

gaya, penampilan dan gerakan tangan, kepala dan perhatian yang fokus

kepada jama‟ah.

Bahasa tubuh beliau menunjukan kewibawaan, kesegaran dan

keberanian, beliau memiliki tubuh yang bisa dibilang tegar, lincah dengan

intonasi suara yang bass yang mengisyaratkan bahwa umat Islam harus jaya,

berkibar dan semangat jihad untuk menegakkan syari‟at Islam dan

melestarikan peninggalan budaya (tradisi) orang tua kita („urf sohih), seperti

Maulid Nabi, Isra‟ Mi‟raj, Tahlilan dan lain-lain yang sesuai dengan Hukum

Islam.

Gaya yang beliau gunakan adalah gaya dengan posisi badan berdiri

tegap diatas panggung tanpa menggunakan mimbar, dan kadang pula beliau

suka turun dari panggung untuk mendekati, menyapa jama‟ah dan melakukan

proses komunikasi umpan balik.3

Penampilan beliau kertika berdakwah sangat berwibawa, yaitu

membawa mobil warna hitam yang bermerek X-trail, udeng-udeng berwarna

hitam, gamis hitam dan kadang pula gamis putih dengan sarung yang sangat

bagus dan rapih sebagai simbol bahwa umat Islam harus rapih dan bersih

3 Hasil pengamatan penulis ketika penulis ceramah bersama dalam satu acara dengan KH.

Ahmad Damanhuri, yaitu hasil ceramah KH. Ahmad Damahuri di Desa Cidokom Kecamatan

Gunung Sindur di Musholla As-Siddiqiyah dalam acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad

SAW. tanggal 18 April 2011.

Page 70: ari pratama putra-fdk.pdf

60

ketika berhadapan dengan sesama manusia. Menurut KH. Ahmad Damanhuri,

bahwa umat Islam harus kaya lahir dan bathin agar mampu mengeluarkan

hartanya di jalan Allah.4

KH. Ahmad Damanhuri ketika berdakwah juga memberikan

penjelasan isyarat tangan ke atas dan ke bawah dan menganggukan kepala

ketika menyatakan bagus dan mengelengkan kepala ketika menyatakan

keprihatinan kepada generasi muda yang menyia-nyiakan kesempatan masa

muda untuk menuntut ilmu dan kondisi masyarakat/ faham yang sedang

mewabah di Indonesia seperti pengaruh faham Ahmadiyah.5 Selain itu yang

tidak kalah pentingnya dari retorika beliau adalah beliau suka menghampiri

jama‟ah/ mendekati audience untuk langsung berhadapan dan berkomunikasi.

Ini menunjukkan bahwa beliau sangat mensosialisasikan diri bergabung untuk

mengetahui kondisi dan situasi jama‟ahnya.

Fungsi retorika menurut KH. Ahmad Damanhuri adalah untuk

mengatur pesan dakwah Islam yang akan disampaikan oleh seorang da‟i

kepada mad‟u agar dapat mempengaruhi dan menarik simpati, sehingga mad‟u

mengamalkan nilai ajaran Islam di dalam kehidupan sehari-hari.6

4 Beliau pernah bercerita kepada penulis ketika beliau didatangi oleh seorang pendeta di

rumah beliau, pendeta itu terkejut melihat seorang Kyai yang bernama KH. Ahmad Damanhuri

memiliki rumah, 2 mobil, Yayasan, Pesantren, dll. Sementara pendeta itu membawa mobil yang

levelnya dibawah beliau, beliau berpesan kepada penulis agar kita tidak dilecehkan oleh agama

lain, bahwa kita juga mampu, bukan hanya menguasai akhirat, akan tetapi isi dunia untuk

menjemabatani kepada kehidupan yang sebenarnya. 5 Sambutan KH Ahmad Damanhuri atas nama tokoh „Ulama Masyarakat Sawangan-Baru

dalam Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Al-Aula pada tanggal 01 Mei 2011. 6 Hasil Wawancara Pribadi dengan KH. Ahmad Damanhuri.

Page 71: ari pratama putra-fdk.pdf

61

Tujuan Retorika menurut KH. Ahmad Damanhuri adalah untuk

mengajak jama‟ah ke dalam suasana santai dan ceria dalam mendengarkan

pesan dakwah Islam, agar dapat menarik perhatian jama‟ah, jika da‟i

menyampaikan dakwah diawali dengan bahasa yang lembut maka jama‟ah

dapat menerima pesan dakwah dengan mudah, namun jika dimulai dengan

penyampaian dakwah yang kasar maka jama‟ah pun akan enggan menerima

pesan dakwah tersebut.

Penggunaan retorika dalam berdakwah merupakan bagian integral

yang sangat penting bagi setiap da‟i dalam menyampaikan pesan dakwah

Islam kepada mad‟u, karena sehebat apapun ilmu yang didapati oleh seorang

da‟i, kalau da‟i tidak mampu untuk menyampaikan pesan dakwah Islam

dengan sistematis, logis dan berbasis al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah SAW,

maka pesan dakwah yang disampaikan oleh para da‟i kepada mad‟u akan sulit

dicerna, difahami dan dimengerti, sehingga kesuksesan da‟i dalam berdakwah

sangat sulit di raih.

Sebaliknya walaupun ilmu yang dimiliki oleh seorang da‟i sedikit,

akan tetapi da‟i menggunakan retorika dalam berdakwah, sehingga pesan

dakwah yang disampaikan oleh da‟i kepada mad‟u mudah dicerna, difahami

dan dimengerti, maka dakwah da‟i tersebut akan mendapatkan simpati dan

respon positif dari mad‟u, sehingga kesuksesan da‟i dalam berdakwah akan

tercapai.7

7 Hasil Wawancara Pribadi dengan KH. Ahmad Damanhuri

Page 72: ari pratama putra-fdk.pdf

62

Dengan demikian penggunaan retorika akan sangat memudahkan da‟i

dalam berdakwah mengenai Ilmu Agama Islam yang didapati, untuk

disampaikan kepada mad‟u dengan efektif, efisien dan menarik hati nurani,

sehingga mad‟u memahami pesan dakwah yang disampaikan oleh da‟i dan

mengamalkan ajaran agama Islam di dalam kehidupan sehari-hari.

Keberhasilan dakwah akan membentuk masyarakat yang Baldatun

Thoyyibatun Warobbun Ghofur, yaitu masyarakat yang sejahtera lahir dan

bathin.

Berdakwah tanpa menggunakan retorika, maka pesan dakwah Islam

yang disampaiakan oleh da‟i akan sulit dicerna, dimengerti, dan difahami oleh

mad‟u. Sebagaimana ungkapan Bpk. Drs. Wahidin Saputra, MA sebagai

Pembantu Dekan Bidang Akademik dan Dosen mata kuliah Retorika pada

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam proses perkuliahan di

semester 5 KPI C angkatan 2007 membuat motto dalam pidato “naik mimbar

tanpa persiapan akan turun tanpa penghormatan”. Ini menunjukan persiapan

dalam berdakawah merupakan hal yang wajib untuk mendapatkan

penghormatan dan kesuksesan berpidato.

Menurut KH. Ahmad Damanhuri persiapan sebelum berdakwah

merupakan hal yang sangat penting. Ada tiga unsur yang harus diperhatikan

oleh setiap da‟i yang ingin menyampaikan dakwah Islam kepada mad‟u agar

pesan dakwah dapat diterima dengan baik dan efektif, sebagai berikut:

1. Mental da‟i dalam berdakwah harus berniat ikhlas karena Allah SWT,

bukan karena mengharapkan materi dan pujian dari manusia. da‟i

Page 73: ari pratama putra-fdk.pdf

63

dalam berdakwah harus memiliki Akhlak Mahmudah dan menjauhi

Akhlak Madzmumah.

2. Memahami dan menguasai ilmu al-Qur‟an, tafsir, hadits, hukum

syari‟at, hakikat, ma‟rifat, muamalah dan bahasa Arab.

3. Retorika Dakwah.

Berdakwah pada dasarnya merupakan aktifitas lisan baik yang

disampaikan secara formal melalui berbagai forum resmi ataupun sekedar

berbicara dengan orang-perorang dengan mengajak mereka ke jalan Allah

SWT. Ceramah atau khutbah merupakan salah satu bentuk kegiatan dakwah

yang sangat sering dilakukan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Agar

dakwah itu berlangsung dengan baik, memikat dan menyentuh akal, dan hati

para jama‟ah, maka pemahaman tentang retorika menjadi perkara yang sangat

penting.

Rasulullah SAW bersabda “Khotibunnas „ala Qadri „Uquullihim”

yang berarti “berbicaralah kalian menurut kadar kemampuan mereka”. Oleh

karena itu, sebagai seorang da‟i harus mengetahui dan menyesuaikan diri

kepada kondisi dan situasi mad‟u dalam berdakwah. Menurut KH. Ahmad

Damanhuri, MA, ada tiga klasifikasi mad‟u yang beragama Islam yang harus

disesuaikan oleh da‟i dalam berdakwah, sebagai berikut:

1. Golongan umat muslim yang matang dalam beragama, yaitu mereka

yang menyadari diri bahwa mereka berasal dari Allah dan akan

kembali kepada Allah SWT. Cara berdakwah kepada orang yang

matang dalam beragama yaitu dengan cara mengajak mereka untuk

Page 74: ari pratama putra-fdk.pdf

64

selalu istiqomah dalam menjalankan pengabdian diri yang ikhlas

kepada Allah SWT.

2. Golongan umat muslim yang berada dipertengahan yaitu mereka yang

belum matang dalam beragama, mereka berada dalam golongan ittiba‟

(mengikuti kepada orang yang mengerti dan mengetahui dari mana

sumber ajaran tersebut, namun mereka belum memfokuskan diri untuk

mendalami tentang pengetahuan agama Islam). Cara berdakwah

kepada orang yang berada di pertengahan dalam beragama yaitu

dengan cara mengajak mereka untuk mencapai kepada kematangan

dalam beragama atau lebih memantapkan diri dalam beragama dan

menyakini dalam hati bahwa kita milik Allah dan akan kembali kepada

Allah SWT.

3. Golongan muslim yang awam, yaitu mereka yang belum mengetahui

agama secara mendalam, mereka tergolong orang-orang yang taqlid

(ikut-ikutan dalam beragama, belum mengetahui agama Islam secara

kafah). Cara berdakwah kepada orang yang awam yaitu dengan cara

mengajak mereka agar lebih mengetahui dan mencintai terhadap ajaran

agama Islam yang dapat menyelamatkan mereka hidup di dunia dan

akrirat.

Dalam berdakwah seorang da‟i dituntut agar memahami betul apa yang

dimau oleh mad‟u agar dakwah yang disampaikan benar-benar sampai kepada

masyarakat sehingga dapat merubah jalan pikiran orang lain ke dalam

perbuatan yang lebih baik yang sesuai dengan ajaran Islam. Retorika menjadi

Page 75: ari pratama putra-fdk.pdf

65

hal yang paling pokok untuk mengaktualisasikan tujuan dakwah tersebut, seni

berbicara yang baik akan memudahkan jama‟ah untuk menerima dan

memahami materi yang disampaikan. Seni berbicara merupakan rasa atau

warna yang melengkapi setiap kata yang terlontar dalam berkomunikasi,

sehingga setiap kata yang keluar dari lisan menjadi indah dan enak didengar

serta mampu menghipnotis jama‟ah.

Menurut KH. Ahmad Damanhuri, MA penggunaan humor dalam

berdakwah itu hanya sisipan untuk menghidupkan suasana dakwah itu sendiri.

Tanpa humor pun yang penting isi ceramah itu mempunyai daya sentuh yang

kuat untuk audience, maka akan berhasil dakwahnya, yang namaya humor itu

sisipan boleh ada boleh tidak, kembali kepada karakter muballigh dan ilmu

pengetahuan yang da‟i miliki. Yang terpenting adalah mad‟u harus khusu‟ dan

meresapi pesan dakwah yang disampaikan oleh para penceramah.

KH. Ahmad Damanhuri ketika berdakwah di hadapan ribuan jama‟ah,

beliau menampilkan seluruh gaya yang dimiliki tanpa harus meniru gaya

orang lain, terkadang beliau menggunakan bahasa tubuh (gesture) seperti

menggerakkan tangan ke atas dan ke bawah, mimic wajah yang dibuat secara

spontan, dan kontak mata beliau yang tidak pernah lengah kehadapan jama‟ah,

sehingga dakwah beliau dapat menarik perhatian jama‟ah.

Salah satu petunjuk al-Qur‟an bagi mereka yang menjalankan dakwah

adalah dianjurkan para da‟i dalam melakukan dakwah itu sesuai dengan kadar

Page 76: ari pratama putra-fdk.pdf

66

kemampuan orang yang didakwahi dan dengan bahasa kaum mereka dan

bukan dengan bahasa yang tidak dipahami oleh para pendengar dakwah.8

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Ibrahim ayat empat:

“Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa

kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka

Allah menyesatkansiapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa

yang Dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha

Bijaksana”.(Q.S. Ibrohim : 4)

Apabila mad‟u sebagai seorang petani, maka gunakanlah penyampaian

dakwah dengan bahasa petani, apabila mad‟u sebagai orang yang

berintelektual, maka gunakanlah dakwah dengan bahasa yang intelektual.

Oleh karena itu bagi seorang da‟i jangan sampai salah menggunakan bahasa

dalam berdakwah kepada khalayak, karena itu dapat mengurangi keberhasilan

dalam berdakwah.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan, ternyata sebelum KH.

Ahmad Damanhuri berdakwah langkah pertama yang harus dilakukan adalah

mengenal mad‟u atau medan yang akan didakwahi, agar pesan dakwah mudah

diterima dan bisa menjangkau pola pemikian audience. Beliau bisa beradaptasi

dengan jama‟ah. Jika berceramah dengan para pejabat maka gaya bahasa yang

beliau gunakan pun dengan bahasa intelek dan ilmiah dan jika bicara

8 Musthafa Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qardhawi Harmoni Antara Kelembutan

Dan Ketegasan, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001), Cet. Ke-1, hal. 21.

Page 77: ari pratama putra-fdk.pdf

67

dihadapan jama‟ah yang biasa saja, maka bahasa yang digunakan sederhana

dan mudah dimengerti.

B. Konsep Dakwah KH. Ahmad Damanhuri

KH. Ahmad Damanhuri, MA memulai berdakwah setelah beliau

pulang menuntut ilmu dari Madinah University Saudi Arabia, karena beliau

mendapatkan amanah, tanggung jawab moral dan ilmu yang didapati untuk

disampaikan kepada masyarakat.

Dakwah menurut KH. Ahmad Damanhuri adalah mengajak kepada

semua golongan manusia termasuk non muslim, agar mereka mengimani

Allah SWT. Dengan kata lain dakwah mempunyai nilai ajakan kepada orang

lain agar mereka tertarik pada agama Islam.9 Selain itu, dakwah adalah

mengajak mad‟u agar senantiasa melaksanakan perintah Allah, menjalankan

apa yang diperintah Rasulullah SAW dan menjauhi apa yang dilarang oleh

Allah dan Rasulullah.

Dengan demikian dakwah secara luas bukan hanya ceramah

mimbariyyah saja, akan tetapi merupakan praktek dalam kehidupan sehari-hari

yang mempunyai nilai ajakan kepada orang lain agar mereka tertarik pada

pengamalan ajaran agama Islam. Oleh karena itu, memberikan contoh kepada

orang lain dalam kebaikan, maka itu disebut dakwah.

9 Hasil Wawancara Pribadi dengan KH. Ahmad Damanhuri yang berlokasi di Jl. H.

Maksum No 23 Sawangan Baru Kota Depok 16511 Tlp/Fax. 0251 8617335 (Kediaman Rumah

KH. Ahmad Damanhuri) pada hari Jum‟at, 29 April 2011 dan Rabu, 04 Mei 2011, jam 19.30 WIB

s/d Selesai.

Page 78: ari pratama putra-fdk.pdf

68

Konsep dakwah KH. Ahmad Damanhuri, MA lebih memprioritaskan

masalah-masalah yang sedang actual di masyarakat, seperti Ahmadiyah,

teroris, nabi dan malaikat palsu, serta aliran-aliran sesat yang

mengatasnamakan Islam, agar masyarakat tidak ikut-ikutan dalam hal yang

dapat merugikan diri sendiri dan juga terlebih bagi Agama.

Tujuan dakwah menurut KH. Ahmad Damanhuri, MA adalah untuk

membuat orang agar menyadari dari mana, dimana, untuk apa dan akan

kemana orang tersebut akan kembali dalam kehidupan yang sebenarnya yaitu

Allah SWT.

Metode dakwah menurut KH. Ahmad Damanhuri, MA adalah cara da‟i

dalam menyampaikan dakwah mengenai ajaran agama Islam agar pesan

dakwah yang disampaikan dapat dimengerti, difahami dan diamalkan oleh

mad‟u dalam kehidupan sehari-hari.

Metode dakwah Islam yang tepat untuk digunakan da‟i dalam

menyampaikan dakwah tentang pengamalan ajaran agama Islam kepada

mad‟u adalah menggunakan metode dakwah kondisional atau metode haliyyah

yaitu berdakwah dengan melihat siapa jama‟ah yang hadir atau dengan kata

lain dengan siapa kita berhadapan dalam berdakwah. Golongan apa yang akan

menerima pesan dakwah yang disampaikan oleh da‟i.10

Secara umum ada tiga golongan mad‟u menurut KH. Ahmad

Damanhuri yaitu golongan intelektual, menengah dan awam. Secara khusus

10

Wawancara Pribadi dengan KH. Ahmad Damanhuri.

Page 79: ari pratama putra-fdk.pdf

69

ada tiga klasifikasi golongan ummat Islam yang didakwahi menurut KH.

Ahmad Damanhuri :

Pertama, golongan umat Islam yang matang dalam beragama, yaitu

mereka yang menyadari diri bahwa mereka berasal dari Allah dan akan

kembali kepada Allah SWT. Berdakwah kepada orang yang matang dalam

beragama yaitu dengan cara mengajak mereka untuk selalu Istiqomah dalam

menjalankan pengabdian diri yang ikhlas untuk Allah SWT.

Kedua, golongan ummat Islam yang berada dipertengahan, yaitu

mereka yang belum matang dalam beragama, mereka berada dalam golongan

ittiba‟ (mengikuti kepada orang yang mengerti dan mengetahui dari mana

sumbernya namun mereka belum memfokuskan diri untuk mendalami agama

Islam itu sendiri). Berdakwah kepada orang yang berada di pertengahan dalam

beragama yaitu dengan cara mengajak mereka untuk mencapai kepada

kematangan dalam beragama atau lebih memantapkan diri dalam beragama

dan menyakini dalam hati bahwa kita milik Allah dan akan kembali kepada

Allah SWT.

Ketiga, golongan ummat Islam yang awam, yaitu mereka yang belum

mengetahui agama Islam, mereka tergolong orang-orang yang taqlid (hanya

ikut-ikutan dalam beragama, belum mengetahui agama Islam). Berdakwah

kepada orang yang awam yaitu dengan cara mengajak mereka untuk lebih

mengetahui dan mencintai terhadap ajaran agama Islam yang dapat

menyelamatkan hidup manusia di dunia dan akrirat.

Page 80: ari pratama putra-fdk.pdf

70

Dakwah ibarat bola lampu kehidupan, yang memberikan cahaya dan

menerangi jalan kehidupan yang lebih baik, dari kegelapan menuju terang

menderang, dari keserakahan menuju kedermawanan. Dakwah merupakan

bagian yang cukup terpenting bagi umat saat ini tatkala manusia dilanda

kegersangan spiritual, rapuhnya akhlak, maraknya korupsi, kolusi, kerusuhan,

kecurangan dan sederet tindakan-tindakan lainnya. Jelas bahwa dakwah

merupakan ajakan kepada keinsapan atau usaha mengubah situasi yang rumit

menjadi situasi yang lebih baik dan sempurna.

Menurut KH. Ahmad Damanhuri, MA da‟i yang professional yaitu

da‟i yang menganggap bahwa ceramah itu adalah sebagai bagian dari dirinya

sendiri dan yang menjadi tanggung jawab moral bagi da‟i itu sendiri bukan

bertujuan untuk kepentingan diri da‟i itu sendiri.

Kegagalan berdakwah menurut KH. Ahmad Damanhuri, MA. Pertama

adalah disebabkan da‟i tidak menjadi uswatun hasanah/ mencontahkan yang

baik kepada mad‟u. Kedua adalah da‟i dalam menyampaikan dakwahnya

kurang/ tidak komunikatif yaitu bahasa yang digunakannya sulit dimengerti

dan da‟i mengkomunikasikan apa yang disampaikan baik bentuk ceramah/

prilaku tidak dapat difahami oleh jama‟ah.

Sebagai da‟i harus memberikan uswatun hasanah kepada mad‟u

tentang ibadah dan muamalah dalam praktek kehidupan sehari-hari di

masyarakat. Dengan demikian ketika da‟i mengajak orang lain untuk

Page 81: ari pratama putra-fdk.pdf

71

melakukan kebaikan sementara da‟i juga mencontohkannya kepada mad‟u,

maka mad‟u akan menerima dan mengikutinya.

Oleh karena itu, nasehat atau pesan KH. Ahmad Damanhuri untuk para

da‟i/ muballigh yang mau mengharapkan kesuksesan dalam berdakwah adalah

sebagai berikut: Pertama adalah tancapkan keikhlasan dengan sebaik-baiknya,

dengan keikhlasan itu akan muncul cahaya-cahaya dakwah dan kalau cahaya

itu bisa menerangi ummat lalu umat itu merasa diterangi dengan cahaya

dakwah, maka dakwah itu sudah memberikan manfaat.

Kedua, bagi para calon da‟i/ muballigh hendaknya berprilaku sesuai

dengan apa yang dibicarakan dalam berdakwah atau ceramah. Ketiga,

perbanyak sabar, sebab ada kalanya orang dapat menerima apa yang

disampaikan dan ada pula kadang-kadang yang menolak, kalau ada yang

menolak dakwah da‟i, maka jangan bersedih hati, selalu tetap optimis dan

mencari solusi bagaimana dakwah agar diterima oleh jama‟ah.

Keempat, setiap da‟i harus memiliki jiwa tasamuh dalam setiap

permasalahan, tapi bukan masalah akidah, da‟i itu harus memiliki rasa

tenggang rasa, dalam hal-hal permasalahan yang lain, Karena seorang

muballigh/ da‟i dihadapkan oleh dua hal: Pertama, dia secara moral

bertanggung jawab terhadap dakwah yang disampaikannya. Kedua, disisi lain

dia pun harus menghargai dan menghormati “Laikrohafiddin”, yaitu tidak ada

paksaan dalam beragama dan “Lakum Dinukum Waliyadin”, yaitu untukmulah

Page 82: ari pratama putra-fdk.pdf

72

agamamu dan untukulah agamaku, sehingga da‟i harus memiliki rasa toleransi

dalam beragama.

C. Penerapan Retorika Dakwah KH. Damanhuri di Depok

KH. Ahmad Damanhuri termasuk salah satu Kyai yang konsisten

dalam berdakwah. Kepentingan umat lebih baliau prioritaskan dari pada

kepentingan pribadi. Beliau tidak kenal lelah dalam berdakwah demi syiarnya

agama Allah dimuka bumi serta tegaknya “Amar Ma‟ruf Nahyi Munkar”. Oleh

karena itu dakwah seharusnya dilakukan dengan baik agar isi dakwah itu dapat

tersampaikan kepada mad‟u.

Ciri khas penerapan retorika dakwah KH. Ahmad Damanhuri adalah

ketegasan dalam memberikan kedudukan hukum Islam terhadap persoalan

yang tengah terjadi di masyarakat, pesan dakwah yang beliau sampaikan

sangat mudah dicerna oleh audience dengan menggunakan bahasa sehari-hari

yang bernuansa Betawi yang lantang dalam berbicara, dengan tubuh yang

tegar dan semangat jihad di jalan Allah.11

Dengan demikian, penulis mengartikan bahwa sebagai seorang da‟i

harus tegas terhadap persoalan yang terjadi dimasyarakat dengan memberikan

status hukum dalam Islam meliputi: wajib, sunnah, haram, makruh dan

mubah dan pesan dakwah yang disampaikan oleh da‟i harus sesuai dengan

11

Hasil Penelitian Pribadi terhadap dakwah KH. Ahmad Damanhuri di Ciputat, Gunung

Sindur dan Yayasan Al-Karimiyah.

Page 83: ari pratama putra-fdk.pdf

73

kondisi dan situasi mad‟u yang hadir. Oleh karena itu, bagi seorang da‟i

jangan sampai lambat memberikan hukum dan salah menggunakan bahasa

dalam berdakwah kepada khalayak, karena itu dapat menghambat

keberhasilan dakwah.

Penerapan retorika dakwah sangat penting demi penunjang

keberhasilan dalam berdakwah. Penerapan retorika dakwah harus tepat pada

tujuan dan sasaran mengingat bervariasinya tingkat kesadaran dan

kemampuan daya nalar masyarakat. Dalam pelaksanaan retorika dakwah

beliau mempersiapkan tahapan-tahapan, seperti, menguasai dan menentukan

topik yang akan dibahas, penyampaian dengan bahasa yang baik, intonasi dan

artikulasi yang jelas, dan humor yang dapat menyegarkan suasana jama‟ah.

Untuk memudahkan penulis dalam melakukan jawaban terhadap penerapan

retorika yang beliau gunakan maka penulis membagi dalam beberapa langkah,

yaitu:

1. Persiapan Sebelum Berdakwah

Setiap da‟i yang berdakwah sangat mengharapkan pesan dakwah

yang disampaikan kepada mad‟u mendapatkan keberhasilan dan

kemanfaatan untuk da‟i dan jama‟ah yang hadir, yaitu mad‟u memamahi

dan mengamalkan pesan dakwah Islam di dalam kehidupan

bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara. Dakwah dapat

dilakukan dengan baik dan tepat sasaran dengan melakukan persiapan

sebelum berdakwah.

Page 84: ari pratama putra-fdk.pdf

74

Persiapan adalah salah satu faktor untuk mencapai keberhasilan

dalam berdakwah. Sebagaimana ungkapan Bpk. Drs. Wahidin Saputra,

MA sebagai Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, dan Dosen mata kuliah Retorika pada Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam dalam proses perkuliahan di semester 5

KPI C angkatan 2007, membuat motto dalam pidato “naik mimbar tanpa

persiapan akan turun tanpa penghormatan”. Ini menunjukan persiapan

dalam berdakawah merupakan hal yang wajib untuk mendapatkan

penghormatan dan kesuksesan dalam berpidato.

Walaupun jam terbang KH. Ahmad Damanhuri sangat padat,

namun beliau tidak luput dari persiapan-persiapan yang matang demi

menunjang keberhasilan berdakwah. Ada dua persiapan yang beliau

lakukan sebelum berdakwah, persiapan secara lahir dan persiapan secara

bathin. Diantara persiapan beliau secara lahir yaitu:

a. Istirahat dan tidur yang cukup/sesuai dengan kondisi badan

b. Makan dan minum yang tidak berlebihan

c. Busana dalam berdakwah yang sesuai, rapih dan sopan

d. Menguasai dan memahami materi dakwah yang akan disampaikan

e. Ketepatan Waktu dalam berdakwah

Berdakwah memerlukan persiapan fisik agar ketika kita berada di

atas mimbar tidak tegang dan kaku, dan ketika sedang melakukan dakwah

supaya kondisi fisik kita sehat dengan makan yang cukup, tidur yang

Page 85: ari pratama putra-fdk.pdf

75

cukup, materi yang sesuai dengan mad‟u dan pakaian yang rapih dan

sopan. KH. Ahmad Damahuri dalam berdakwah menggunakan gamis

hitam, mengikat kepala yang sudah dipakai peci dengan sorban (udeng-

udeng)/ peci hitam, kain sarung/ celana, sorban, kaca mata dan

menggunakan kendaraan bermobil warna hitam.12

Adapun persiapan beliau secara bethin yaitu:

a. Dzikir dengan membaca Al-Qur‟an

b. Shalat Tahajjud, Dhuha, Hajat, Tasbih

c. Puasa

d. Tafakkur „Alam

e. Beristigfar dan memohon Ridha kepada Allah SWT

Beliau sebelum berdakwah melakukan persiapan bathin seperti

shalat dhuha dan tasbih setiap hari minggu sekali berjama‟ah dengan santri

Al-Karimiyah di Masjid Al-Aula, membaca Al-Qur‟an dan bertafakkur

sebelum berangkat ceramah mengenai proses Allah menjadikan „Alam

semesta, shalat tahajjud, shalat hajat, berpuasa, beristigfar dan memohon

ridha kepada Allah SWT. Bahkan ketika beliau berada di atas mimbar,

beliau membaca “Robbisyrohlii Sodrii Wayassirlii Amrii Wahlul „Uqdatan

Min Lisaanii Yafqohu Qowlii”. Beliau memohon kepada Allah agar

dakwah yang disampaikan sesuai dengan maksud Al-Qur‟an dan Sunnah

Rasul.

12

Hasil observasi Pribadi ketika KH. Ahmad Damanhuri berceramah di Masjid al-Aula

dan Desa Cidokom Gunung Sindur dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW.

Page 86: ari pratama putra-fdk.pdf

76

2. Penyusunan dan Penguasaan Materi

Penyusunan dan penguasaan materi dakwah yang sesuai dengan

kebutuhan masyarakat merupakan suatu kewajiban bagi seorang da‟i,

sebab tanpa penguasaan materi yang mendalam maka akan sulit

membangun kredibilitas seorang da‟i, sehingga dakwah yang di sampaikan

ngawur dan asal-asalan, dakwah seperti ini akan membingungkan yang

menerimanya. Namun jika da‟i mampu menguasai materi yang disajikan

dengan bagus otomatis penyampaiannya pun akan bagus pula, da‟i terlihat

tenang dan santai, mad‟u pun akan mudah menerima pesan yang

disampaikan.

Ucapan yang untuk disampaikan kepada orang lain harus sesuai

dengan perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad SAW, kecuali perkara

yang dikhususkan untuk Nabi Muhammad. Oleh karena itu, beliau dalam

menyusun materi dakwah dimulai dengan pembacaan

“Bismillahirrahmaanirrahim”, karena segala aspek perbuatan mausia

harus mengingatkan kepada Allah dan merupakan Sunnah Rasulullah

SAW, karena al-Qur‟an merupakan cerminan akhlak Rasulullah. Tidak ada

seorang Rasulpun yang dipuji oleh Allah kecuali Nabi Muhammad

sebagaimana firman Allah “Wa Innaka La‟ala Khuluqin „Adzim”, oleh

karena itu, beliau memulai berdakwah dengan memuji Allah dan

bershalawat kepada Rasulullah.13

Berikut ini penerapan penyusunan dan

13

Ceramah KH. Ahmad Damanhuri di Masjid Al-Aula pada pengajian Majlis Ta‟lim

Ummmahatul Aula.

Page 87: ari pratama putra-fdk.pdf

77

penguasaan materi KH. Ahmad Damanhuri pada Acara pengajian di

Majlis Ta‟lim Ummahatul Aula di Masjid Al-Aula. Beliau

mengungkapkan dalam ceramahnya sebagai berikut:

“Assalamu‟alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Bismillahir

Rahmaanirrahim Robbisyrohlii Sodrii Wayassirlii Amrii Wahlul „Uqdatan

Min Lisaanii Yafqohu Qowlii”, berbicara tentang Adab kepada Nabi. Nabi

adalah tauladan kita dalam perkataan dan perbuatan. Ucapan yang kita

sampaikan kepada orang lain harus sesuai dengan Nabi, kecuali yang

beliau khususkan, bagaimana tuh akhlak Rasulullah? Rosul itu akhlak

Qur‟an, cerminan yang ada di al-Qur‟an, tidak ada seorang Rasul/ semua

manusia yang dipuji oleh Allah kecuali Nabi Muhammad “Wa Innaka

La‟ala Khuluqin „Adzim” Orang sama orang memuji biasa, ada batasnya,

terkadang bosan, tapi Allah ga pernah bosan memuji, saya dinasehatin

sama orang tua saya kalau dipuji jangan bangga, kalau dibenci jangan

marah, dan manusia yang dipuji oleh Allah hanya nabi kita...”14

3. Pemilihan Bahasa

Bahasa adalah momentum sebuah kata yang dapat membuat orang

lain paham mengerti. Seorang da‟i harus pandai memilih kata-kata dan

mengemasnya dengan bahasa yang tepat agar jamaah mudah

menerinmanya. Aristoteles memberikan nasehat gunakanlah bahasa yang

tepat, benar dan dapat di terima. Pilih kata-kata yang jelas dan langsung,

sampaikanlah kalimat yang indah, mulia, hidup dan sesuaikan bahasa

dengan kualitas khalayak.

Dalam dakwah KH. Ahmad Damanhuri menggunakan bahasa yang

mudah di pahami dan mudah di cerna oleh jamaah. Bahasa yang beliau

gunakan merupakan bahasa Indonesia dan logat yang beliau gunakan gaya

14

Ceramah KH. Ahmad Damanhuri di Masjid Al-Aula pada pengajian Majlis Ta‟lim

Ummmahatul Aula.

Page 88: ari pratama putra-fdk.pdf

78

suara Betawi yang khas. Berikut ini pilihan bahasa KH. Ahmad

Damanhuri dalam berdakwah yaitu:

“…Ketika kita berbuat baik kita akan diberikan keuntungan-

keuntungan sesuai Firman Allah Surat al-Mu‟munun ayat 1-11

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-

orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan

diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang

menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali

terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki. Maka

Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di

balik itu. Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas. dan orang-

orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya dan

orang-orang yang memelihara sembahyangnya. mereka Itulah orang-orang yang

akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di

dalamnya”.(Q.S. al-Mu‟minun ayat 1-11)

“orang yang beruntung adalah orang-orang yang khusu‟ dalam

shalatnya, Shalat khusu‟ yang kaya gimana, lagi shalat, tapi pikiran mah

kemana-mana, shalat khusu‟ itu bener-bener niat llillah, diucapin dibibir

silahkan ga diucapin ga papa yang penting dihati pake bahasa Indonesia

juga ga papa, jangan Allahu Akbar, tapi otaknya kan kemana-mana, kalau

shalat matanya liat ke tempat sujud, ingetin bacaan kita jangan ingetin

yang macem-macem, dan tidak boleh ada tulisan di tempat sejadah...”15

Gaya bahasa yang di sesuaikan dengan audiencenya yang di

hadapi rangkaian kata-kata yang tidak bertele–tele, susunan kata yang

15

Ceramah KH. Ahmad Damanhuri di Masjid Al-Aula pada pengajian Majlis Ta‟lim

Ummmahatul Aula.

Page 89: ari pratama putra-fdk.pdf

79

teratur dan sistamatis, membuat ceramah yang enak didengar dan di

pahami, beliau bicara tanpa ada rasa takut, sebab apa yang beliau

sampaikan adalah suatu kebenaran yang harus di ketahui dan di pahami.

Penggunaan bahasa, mimik dan intonasi retorika dakwah KH.

Ahmad Damanhuri mampu meyakinkan mad‟unya dalam pelaksanaan

dakwah bil-lisan, penerapan dan penggunaan gaya serta intonasi retorika

dakwah beliau dapat dikatakan bagus, karena penyampaian sesuai dengan

tingkat variasi keilmuannya.

Banyak para da‟i dalam berdakwah ketika membaca ayat al-

Qur‟an hanya setengah-setengah. Berikut ini da‟i yang berceramah

membaca penggalan ayat saja seperti Firman Allah Surat al-Ahzab ayat 21

yang disinggung dalam ceramah KH. Ahmad Damanhuri yaitu:

“…Laqod Kaana Lakum Fii Rosulillahi Uswatun Hasanah”,

jangan Cuma penggalan ayat sampe disitu aja, terusin lagi, buat siapa,

“Limangkana Yarjullaha Walyaumal Akhir Wadzakarallaha Katsiiro”

untuk orang-orang yang mengharapkan kembali kepada Allah, hari

kemudian dan mengingat atau berdzikir kepada Allah…”16

Berikut ini firman Allah surat al-Ahzab ayat 21:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang

baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (Q.S. al-Ahzab : 21)

4. Materi Dakwah

16

Ceramah KH. Ahmad Damanhuri di Masjid Al-Aula pada pengajian Majlis Ta‟lim

Ummmahatul Aula.

Page 90: ari pratama putra-fdk.pdf

80

Materi yang di angkat harus relevan dengan kondisi atau yang

tengah menjadi perhatian masyarakat saat ini, agar masyarakat berantusias

dalam mendengarkan dakwah yang di sampaikan. Penyampaian materi

harus disampaikan secara mendalam agar mad‟u dapat memahami

masalah-masalah yang sedang di hadapinya.

Dakwah adalah proses mengkomunikasikan materi dakwah kepada

tujuan dakwah atau sasaran yang di maksud oleh da‟i itu sendiri. Oleh

karena itu seorang da‟i harus mempersiapkan diri dalam melakukan

aktifitas dakwah. Di samping penguasaan materi-materi dakwah, juga

teknik dalam penyampaian dakwah yang dapat di terima oleh masyakat.

Menurut KH.ahmad Damanhuri, selayaknya materi yang akan di

sampaikan da‟i harus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat.

Materi yang beliau sajikan bersumber dari al-Quran, hadist, fatwa „ulama

dan lain sebagainya yang sesuai dengan materi yang akan di bahas. Serta

materi yang diangkatpun harus yang sedang menjadi pembicaraan

masyarakat, di kemas secara mendalam dengan gaya bahasa yang menarik,

karena dengan ini maka dakwah yang di sampaikan akan mengenai kepada

tujuan atau sasaran.

Menurut KH. Ahmad Damanhuri salah satu penyebab kegagalan

dakwah karena da‟i kurang mempersiapkan tema atau materi yang akan di

bahas, sebab jika kurang persiapan dalam berdakwah maka da‟i akan

bingung sendiri apa yang harus ia sampaikan, otomatis karena kurang

Page 91: ari pratama putra-fdk.pdf

81

persiapan maka dakwah akan gagal. Oleh karena itu persiapan materi

dalam berdakwah menjadi salah satu faktor yang utama dalam berdakwah.

Setelah penulis menghadiri beberapa kali ceramah beliau, baik di

lingkungan pesantren maupun di luar, seperti majelis-majelis yang beliau

asuh. Beliau menggunakan topik atau materi dakwah sesuai dengan

metode yang penulis gunakan pada bab dua yaitu:

Pertama, masalah aqidah (keimanan), masalah pokok yang

menjadi materi dakwah adalah aqidah Islamiyah, aspek akidah ini yang

akan membentuk moral manusia. Kedua, masalah syar‟iah, hukum atau

syariah di sebut sebagai cermin peradaban dalam pengertian bahwa ketika

ia tumbuh matang dan sempurna, maka peradaban mencerminkan dirinya

dalam hukum-hukumnya. Materi dakwah yang menyajikan unsur syar‟iat

harus dapat menggambarkan atau memberikan informasi yang jelas di

bidang hukum dalam bentuk status hukum yang bersifat wajib, mubah, dan

haram. Ketiga, masalah mu‟amalah, Islam merupakan agama yang

melakukan urusan mu‟amalah lebih besar porsinya dari pada urusan

ibadah. Ibadah dalam mu‟amalah di sini, di artikan sebagai ibadah yang

mencakup hubungan kepada manusia dalam rangka mengabdi kepada

Allah. Beliau selalu menganjurkan agar kita selalu menjaga tali

siraturahmi kepada siapapun, karena itu akan menyebabkan turunnya

rahmat kepada kita, seperti di panjangkan umurnya dan di permudah

rezekinya. Keempat, masalah akhlak Islam yang mengajarkan agar

Page 92: ari pratama putra-fdk.pdf

82

manusia berbuat baik dengan ukuran yang bersumber kepada Allah.

Sebagaiman telah di aktualisasikan oleh Rasulullah SAW.

Materi dakwah yang beliau sampaikan dapat diketahui dari

pembukaan yang beliau gunakan. Apakah materi itu tentang Maulid, Isra

Miraj, ataupun acara lainnya. Dakwah ini ada beberapa contoh pembukaan

yang beliau gumakan untuk menunjukan judul materi yang akan beliau

sampaikan tentang akhlak manusia kepada Rasulullah SAW:

17

Berikut ini materi dakwah yang pernah KH. Ahmad Damanhuri

sampaikan dalam ceramahnya yaitu:

“….Kita harus berakhlak kepada diri kita, kalau kita tidak

berakhlak kepada diri kita, maka hidup kita kacau, bablas, acak-acakan,

kita harus mempunyai aturan hidup, akhlak kita kepada Allah, manusia

dan alam sekitarnya. Ya bu ya? Jangan ayam lagi lewat maen tempong aja,

bagaimana kita harus berakhlak kepada hewan, diri sendiri dan orang lain.

Akhlak kepada diri kita itu kita harus mengetahui kejadian diri kita dan

pembekalan kita buat hidup baik untuk ruh dan jasad, roh itu bukan nafas,

gerak itu menunjukan roh ada, yang namanya roh, dibuat dari alam

malakut, dari atas, sementara jasad dari alam nafsu yaitu alam hayawan

dari bawah, alam syahwat tidak ada akal padanya, yang tidak bisa

membedakan antara buruk dan baik, dia hanya makan, kawin, kemauan

nafsu. Sedangkan alam malaikat itu ilmu pengetahuan, pemikiran, alam

jauh, alam akal, tidak ada syahwat, kalau nafsu bisa mengalahkan akal,

maka manusia kaya binatang, hidupnya cuma makan, minum, bersetubuh

udah ga ada yang lain, zohirnya saja, sementara kosong ilmunya, akalnya,

agamanya, namun manusia bisa jadi malaikat kalau tidak mengikuti hawa

17

Ceramah KH. Ahmad Damanhuri di Masjid Al-Aula pada pengajian Majlis Ta‟lim

Ummmahatul Aula.

Page 93: ari pratama putra-fdk.pdf

83

nafsunya, manusia lebih mengutamakan ruhaniahnya, namun demikian

kedua-duanya itu saling membutuhkan bantuan antara ruh dan jasad…”18

5. Humor

Menurut Viktor E. Frankl tokoh Logoterapi, humor adalah senjata

jiwa yang lain dalam mempertahankan diri. Sudah dimaklumi bahwa

humor, lebih dari sesuatu yang lain dalam kehidupan manusia, dapat

menghasilkan sikap menjauhkan diri dari kemampuan untuk bangkit

mengatasi segala situasi, sekalipun hanya beberapa detik.19

Kehidupan manusia tidak terlepas dari humor karena manusia

memiliki “sense of humor”. Terkadang da‟i memakai humor untuk

menarik perhatian jama‟ah. Namun demikian humor dalam ceramah bukan

sembarang humor seperti halnya pelawak. Humor yang dimaksud adalah

humor-humor yang bersifat edukatif dan berisi ceramah.20

Seorang da‟i

yang baik akan menyisipkan pesan–pesan dakwah melalui humor, karena

rasa humor juga dapat di gunakan untuk menjadikan masalah yang serius

menjadi santai.

“Ketika humor lenyap, sirna pula peradaban.” Demikian pendapat

seorang jurnalis internasional, Erna Bombeck (1927-1996). Dalam kamus

bahasa Indonesia kata humor berarti:

- Kemampuan merasai sesuatu yang lucu atau yang menyenangkan.

18

Ceramah KH. Ahmad Damanhuri di Masjid Al-Aula pada pengajian Majlis Ta‟lim

Ummmahatul Aula. 19

Ibid, hlm. 14 20

Asmuni Sukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: al-Ikhlas, 1993), hlm. 120

Page 94: ari pratama putra-fdk.pdf

84

- Keadaan (dalam cerita dan sebagainya) yang menggelikan hati;

kejenakaan; kelucuan. Sedangkan humoris diartikan orang yang

mempunyai rasa humor.21

Humor merupakan bagian dari dakwah da‟i, terkadang dalam

berdakwah para da‟i memilih dengan gaya bercanda, sehingga lebih

memudahkan mad‟u dalam menerima pesan yang di sampaikan oleh da‟i,

namun perlu dipahami juga bahwa humor di gunakan sebagai selingan dan

hanya menyegarkan suasana jama‟ah sehingga dakwah tidak monoton dan

mad‟upun tidak jenuh.

Berikut ini selingan dalam menyampaikan materi Ceramah KH.

Ahmad Damanhuri yaitu:

“…Nabi kita beristigfar sehari 100 kali, beristigfar jangan dibibir

doang, sambil merenungkan, manusia ga ada yang ga pernah shalah,

termasuk saya banyak salahnya. Kita beristigfar setiap abis shalat itu 3 kali

dikali 5 jadi 15 kali sehari minimal, orang-orang yang sering istigfar akan

diberikan kemudahan-kemudahan. Syakh Ulama Basri, ditanya syakh saya

inikan tani biar panen sukses gimana? kata syakh, banyak-banyak istigfar,

syakh ga punya anak dan rizki nih? perbanyak istigfar kan sering dibaca

sama ibu-ibu “Istagfiru Rabbakum Innahu kaana Gofaro”Dzikir kepada

Allah sebuah keharusan, fisik perlu makan, rohani kita perlu makan, ya itu

dzikrullah itu, dzikir dengan lisan, “Hasbunallah Wani‟malwakil Ni‟mal

Maula Wani‟man Nashir”Dzkir yang paling bagus itu membaca al-Qur‟an,

dan dzikir dengan renungan, didepan rumah ada pohon manis dari mana.

Jangan di depan rumah et deh orang punya anu, et deh orang punya ono,

jadi dzikirnya et deh, mikirin orang lain mulu…”22

Menurut KH. Ahmad Damanhuri humor itu tergantung bagaimana

situasi dan kondisi, humor digunakan pada saat mad‟u sudah terlihat

21

Fatmawati Amir dan Ade Sofyan Mulazid, Cara Cepat Menjadi MC Handal, (Jakarta:

kalam Pustaka, 2007), Cet. Ke-I, hlm. 13-14. 22

Ceramah KH. Ahmad Damanhuri di Masjid Al-Aula pada pengajian Majlis Ta‟lim

Ummmahatul Aula.

Page 95: ari pratama putra-fdk.pdf

85

jenuh. Sering kali beliau katakan bahwa retorika dakwah sangat penting

dalam berdakwah tanpa menguasai retorika dakwah maka kita akan di

tinggali oleh jama‟ah, walaupun dakwah itu terbilang serius, namun

humor itu perlu untuk membumbui dakwah, akan tetapi jangan terlalu

humoris, karena ditakutkan isi dari materi yang kita sampaikan berkurang

dan juga jangan terlalu serius, karena itu akan menjenuhkan jama‟ah.

Seperti yang pernah dicontohkan oleh KH. Ahmad Damanhuri

dalam menyampaikan materi dakwahnya yaitu:

“…Tabeat alam adalah berpasang-pasangan ada basah ada kering,

ada dingin ada panas, ada sehat ada sakit, terlalu panas juga ga baik terlalu

dingin juga ga baik yang sedang-sedang saja. Maka dijaga tabeat-tabeat

itu, jangan berlebih lebihan dan jauhi yang agak berbahaya, istirahat yang

cukup, tidur yang cukup, diem diem yang cukup, bergerak yang cukup,

dan makan yang cukup. Jangan apa bae dimakan, bludak lah dimakan,

kita harus bisa mengatur hidup, untuk keseimbangan antara roh dengan

jasad kita. Makan diatur oleh agama, Makanan itu sumber kesehatan kita,

jangan di tempat besan, semua kuluarga diajak, kondangan Cuma 4000,

empek-empek orang dibungkus semua,malu...”23

Beliau menggunakan humor seperti ini tatkala waktu menunjukkan

sudah sangat larut malam, setelah jamaah merasa terhibur dengan humor-

humor yang menyegarkan barulah beliau menyampaikan tema atau materi

yang akan disampaikan.

Berikut ini humor yang KH. Ahmad Damanhuri gunakan untuk

menyegarkan dan menarik perhatian jama‟ah yaitu

23

Ceramah KH. Ahmad Damanhuri di Masjid Al-Aula pada pengajian Majlis Ta‟lim

Ummmahatul Aula.

Page 96: ari pratama putra-fdk.pdf

86

“…Bu dengerin nih, rasul berpesan “sebagus bagus amal terus

menerus walaupun sedikit, ini mah sekali sedekah, ampe mati ga sedekah

sedekah, jangan begitu! Kalau mau kaya itu dengan sedekah...”24

Dari seluruh uraian di atas tentang penerapan retorika dakwah KH.

Ahmad Damanhuri dapat disimpulkan bahwa beliau berhasil dalam

melaksanakan dakwah yang sesuai dengan apa yang ada dalam retorika,

materi dakwah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, bahasa yang

mudah dipahami serta ilustrasi yang sesuai dengan tema dan memahami

situasi dan kondisi yang ada di masyarakat.

Hal ini dikuatkan lagi dengan pendapatnya Toto Tasmara bahwa

penerapan retorika ada beberapa hal yang perlu di perhatikan diantaranya;

aktualisasi, analisa, persoalan dan situasi, kekuatan bahasa, pengalaman,

intonasi, analogi dan pribahasa.25

Selama pengamatan penulis mengikuti dakwah beliau yang selalu

dihadiri ratusan jamaah walaupun terkadang pengajiannya sesuai sholat

Isya, penulis tidak menemukan jamaah yang mendengarkan dakwahnya

dalam keadaan tidur ataupun bercanda. Akan tetapi mereka justru sangat

antusias mendengarkan ceramahnya.

Dengan retorika yang beliau gunakan dapat menghipnotis jamaah,

tidak lain dan tidak bukan bahwa retorika yang baik serta cara

penyampaian yang dapat menarik hati jamaah.

24

Ceramah KH. Ahmad Damanhuri di Masjid Al-Aula pada pengajian Majlis Ta‟lim

Ummmahatul Aula. 25

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta; Gaya Media Pratama, 1997), Cet. Ke-3,

hal. 155

Page 97: ari pratama putra-fdk.pdf

87

Dari beberapa jamaah yang diwawancarai semuanya merespon

baik atas retorika dakwah yang beliau gunakan. Wawancara ini tingkatnya

bervariasi mulai dari santri ustad/zh, mahasiswa dan dosen. Kepandaian

KH. Ahmad Damanhuri dalam mengemas retorika sebagai alat dan

dakwah sebagai subjek. Dalam hal ini beliau behasil menggunakan

retorika untuk mencapai keberhasilan dalam berdakwah.

Page 98: ari pratama putra-fdk.pdf

88

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan skripsi ini dapat penulis

simpulkan, terdiri dari tiga butir yang merujuk pada permasalahan dan tujuan

penelitian.

1. Retorika menurut KH. Ahmad Damanhuri adalah bagaimana cara

seorang da’i berbicara yang berkaitan dengan dakwah itu sendiri

sehingga orang yang mendengar itu bisa tertarik dengan apa yang

dibicarakan, dari mulai gaya bahasa, penampilan dan tehnik berbicara

yang memiliki daya sentuh kepada hati audience, sehingga mereka

khusu’ mendengarkan dan meresap terhadap apa yang disampaikan

oleh para penceramah. KH. Ahmad Damanhuri ketika berdakwah

menggunakan pesan retorika verbal berupa bahasa yang digunakan

dalam berdakwah adalah bahasa sehari-hari dalam pergaulan di

masyarakat dan menggunakan suara yang keras, berapi-api dan

ketegasan dalam memberikan hukum Islam terhadap persoalan-

persoalan yang tengah terjadi di masyarakat.

KH. Ahmad Damanhuri ketika berdakwah selain menggunakan

retorika melalui pesan verbal, beliau juga menggunakan retorika

melalui pesan nonverbal berupa bahasa tubuh, gaya, penampilan dan

gerakan tangan, kepala dan perhatian yang fokus kepada jama’ah.

Page 99: ari pratama putra-fdk.pdf

89

2. Dakwah menurut KH. Ahmad Damanhuri adalah mengajak kepada

semua manusia termasuk non-muslim, agar mereka mengimani Allah.

Tujuan dakwah adalah untuk membuat orang agar menyadari dari

mana, dimana, untuk apa dan akan kemana orang tersebut akan

kembali dalam kehidupan yang sebenarnya yaitu Allah SWT. Metode

dakwah adalah cara da’i dalam menyampaikan dakwah mengenai

ajaran agama Islam agar pesan dakwah yang disampaikan dapat

dimengerti, difahami dan diamalkan oleh mad’u dalam kehidupan

sehari-hari. Konsep dakwah KH. Ahmad Damanhuri, MA lebih

memprioritaskan masalah-masalah yang sedang aktual di masyarakat,

seperti Ahmadiyah, teroris, nabi dan malaikat palsu, serta aliran-aliran

sesat yang mengatasnamakan Islam, dan memberikan ketegasan

hukum agar masyarakat tidak ikut-ikutan dalam hal yang dapat

merugikan diri sendiri dan juga terlebih bagi Agama.

3. Sedangkan penerapan retorika Dakwah KH. Ahmad damanhuri adalah

bahasa yang digunakan dalam berdakwah adalah bahasa sehari-hari

dalam pergaulan di masyarakat dan menggunakan suara yang keras,

berapi-api dan ketegasan dalam memberikan hukum Islam terhadap

persoalan-persoalan yang tengah terjadi di masyarakat dan bahasa

tubuh, gaya, penampilan dan gerakan tangan, kepala dan perhatian

yang fokus kepada jama’ah. Bahasa tubuh beliau menunjukan

kewibawaan, kesegaran dan keberanian, beliau memiliki tubuh yang

bisa dibilang, tegar, lincah dengan intonasi suara yang bass yang

Page 100: ari pratama putra-fdk.pdf

90

mengisyaratkan bahwa umat Islam harus jaya, berkibar dan semangat

jihad untuk menegakkan syari’at Islam di muka bumi ini.

Ciri khas penerapan retorika dakwah KH. Ahmad Damanhuri

adalah ketegasan dalam memberikan kedudukan hukum Islam terhadap

persoalan yang tengah terjadi di masyarakat, pesan dakwah yang

beliau sampaikan sangat mudah dicerna oleh audience dengan

menggunakan bahasa sehari-hari yang bernuansa Betawi asli yang

lantang dalam berbicara, dengan tubuh yang tegar dan semangat jihad

di jalan Allah.

Dalam pelaksanaan retorika dakwah beliau mempersiapkan

tahapan-tahapan, seperti, menguasai dan menentukan topik yang akan

dibahas, penyampaian dengan bahasa yang baik, intonasi dan artikulasi

yang jelas, dan humor yang dapat menyegarkan suasana jama’ah.

Penerapan retorika dakwah KH. Ahmad Damanhuri di

Sawangan-Depok dan sekitarnya khususnya Yayasan Pesantren AL-

Karimiyah. Seperti pada umumnya para kyai menyampaikan

dakwahnya dengan salam dan muqaddimah terlebih dahulu, lalu

memulainya dengan ayat atau hadits yang berkaitan dengan tema,

beliau menggunakan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami

oleh mad’unya serta menyesuaikan situasi dan kondisi, mengingat

klasifikasi mad’u dan daya tangkapnya yang berbeda.

Page 101: ari pratama putra-fdk.pdf

91

B. Saran-saran

Ada beberapan saran yang peneliti ajukan dalam penerapan retorika

dakwah KH. Ahmad Damanhuri di Depok. Semoga saran-saran ini dapat

bermanfaat. Dalam hal ini penulis mengajukan saran yakni:

1. Gunakanlah teknologi sebagai media dakwah dengan menulis agar

pesan dakwah Islam yang Abi sampaikan bisa diakses oleh siapa saja

dan kapan saja.

2. Abi panggilan sehari-hari beliau. Dakwah adalah tugas yang sangat

mulia sesuai dengan perintah Allah dan Rasulnya. Selalu konsisten

(Istiqomah) dalam menjalankan dakwah Islam, dengan selalu

melakukan perbaikan-perbaikan secara terus-menerus, karena figur dan

sosok yang tegas seperti abi yang dibutuhkan sekarang ini di

masyarakat.

3. Kepada segenap dewan guru, dosen, mahasiswa, wali santri, santri,

jama’ah Majlis Sahabat dan Ummahatul Aula agar terus menjalankan

dan mendukung program dengan selalu memberikan gagasan dan juga

ide. Agar Yayasan Pesantren Al-Karimiyah bisa lebih maju dan

berkembang lagi.

Page 102: ari pratama putra-fdk.pdf

92

DAFTAR PUSTAKA

Alam, Datuk Tombak. Kunci Sukses Penerangan Dan Dakwah, Jakarta: PT.

Rhineka Cipta.

Al-Qathani, Sa’id. Menjadi Da’i Sukses, Jakarta: Qisthi Press, 2005.

Amir, Fatmawati dan Sofyan Mulazid, Ade. Cara Cepat Menjadi MC Handal,

(Jakarta: kalam Pustaka, 2007), Cet. Ke-I, hlm. 13-14.

Anonim. Islam,Dakwah Dan Politik. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002.

Arifin. M. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara, 1993.

Ar-Rafi’i, Mustthafa. Potret Juru Dakwah. Jakarta: CV Pustaka al-Kautsar, 2002.

Badrutamam, Nurul. Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher. Jakarta, Grafindo, 2005.

Chirzin, Muhammad Habib Orientasi Lembaga Dakwah dan Agenda Dakwah

Masa Depan, Saminar Nasional Dakwah dan Politik, (Jakarta : 12

September 1995),,h. 5.

Departemen Pendidikan Nasioanal. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

Effendi, Uchana Onong. Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditia Bakti, 2003.

Hasanuddin, A.H. Rhetorika Dakwah dan Publisistik Dalam Kepemimpinan,

Surabaya: PT. Usaha Nasional, 1982.

Hendrikus, Dori Wuwur. Retorika. (Yogyakarta: Kalisiar, 1993).

Heryanto, Gun Gun. Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta Barat: PT

Lasswell Visitama), Cet Pertama,, April 2010.

Ismail, A. Ilyas. Paradigma Dakwah Sayyid Qutub. Jakarta, Pemadani, 2006.

Israr, M.H. Retorika dan Dakwah Islam Era Modern. Jakarta: CV. Firdaus, 1993.

Keraf, Gorys. Diksi Dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

1984.

Lubis, H. Basrah. Metodologi dan Retorika Dakwah Petunjuk Praktis Khutbah

Dan Pidato. Jakarta: PT. Tursina,1999.

Page 103: ari pratama putra-fdk.pdf

93

Malaikah, Musthafa. Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qardhawi Harmoni Antara

Kelembutan Dan Ketegasan. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001.

Morissan dan Corry Wardhani, Andy. Teori Komunikasi tentang Komunikator,

Pesan, Percakapan, dan Hubungan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009),

Cetakan Pertama.

Rakhmat, Jalaluddin, Retorika Modern Pendekatan Praktis, (Bandung: PT,

Remaja Rosdakarya, 1998).

West, Richard dan Lynn H. Turner. Pengantar Teori Komunikasi, Edisi 3 Analisis

dan Aplikasi Buku 2, (Jakarta: Salemba Humanika, 2008).

Page 104: ari pratama putra-fdk.pdf

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 105: ari pratama putra-fdk.pdf

HASIL WAWANCARA DENGAN KH. AHMAD DAMANHURI, MA.

HARI/ TANGGAL: Jum’at, 29 April 2011 dan Rabu, 04 Mei 2011

TEMPAT : Jl. H. Maksum No 23 Sawangan Baru Kota Depok 16511 Tlp/Fax.

0251 8617335 (Kediaman KH. Ahmad Damanhuri)

JAM/ Waktu : 19.30 WIB s/d Selesai.

1. Bagaimana Latar Belakang Keluarga, Pendidikan dan Pengalaman dalam Bidang

Organisasi KH. Ahmad Damanhuri?

Jawab:

Saya berasal dari keluarga Nahdlatul Ulama (NU) yang sederhana, saya anak

pertama dari lima bersaudara yaitu KH. Ahmad Damanhuri, MA, Ustjh. Hjh. Suharti,

Hjh. Sumidah, H. Badruddin AK, S.Pdi, dan H. Fu‟ad El-Halimi, S. Pdi. Ayah saya

bernama H. Abdul Karim bin H. Zainal Abidin bin H. Maksum, yang berpendidikan

di Pesantren serta bekerja sebagai pegawai KUA dan guru ngaji. Ibu saya bernama

Hjh. Maryam sebagai guru ngaji.

Saya lahir di Sawangan Kota Depok, 27 April 1959. Saya berpendidikan di

Madrasah dan Pesantren. Kemudian tahun 1977 Pesantren Salafiyah dan PGA 4

tahun. Kemudian tahun 1980 Pesantren Salafiyah Modern. Kemudian tahun 1987

kuliah di Indonesia tidak selesai selama 2 tahun, karena studi ke Madinah University

Saudi Arabia KSA Jurusan Lenguistik Bahasa Arab selama 2 tahun (S1). Kemudian

tahun 2006 pendidikan Pascasarjanadi UNISMA 45 Bekasi Fakultas Syari ‟ah (S2).

Kemudian tahun 2009 s/d Saat ini pendidikan Doctoral di Universitas IBNU

KHOLDUN BOGOR (S3). Kemudian saya menikah dengan keluarga Muhammadiyah

yaitu Hjh. Prawati Ningsih, saya mendapatkan dua anak perempuan dan tiga anak

laki-laki. Pertama, Sayyidah Rifqoh, S.Sos,(S2 di IBNU KHLALDUN), mempunyai 2

anak yaitu Naswah dan Yasmin. Kedua, Sayyidah Qonita, S. Pdi, mempunyai 1 anak

yaitu Mulaiki Bilqis. Ketiga, Muhammad Fathi (semester 2 di UIN dan semester 4 di

STAISKA). Keempat, Muhammad Nabil Bahnesi (lulus MA) dan Kelima, Muhammad

Nahdo (lulus SD).

Page 106: ari pratama putra-fdk.pdf

Saya memulai pengalaman dalam bidang organisasi pada tahun 1990-1998

yaitu IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama), GP ANSOR (Gerakan Pemuda

ANSOR), KNPI (Komite Pemuda Nasional Indonesia), AMPI (Angkatan Muda

Pembaharuan Indonesia), KMNU (Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama Madinah),

PPI (Perhimpunan Mahasiswa Indonesia Madinah), Ittihadul Muballigin DKI.

Kemudian pada tahun 1998- sampai sekarang di LDNU DKI Jakarta (Lembaga

Dakwah Nahdlatul Ulama DKI Jakarta). Kemudian pada tahun 1999-2001 sebagai

pendiri FPI (From Pembela Islam) dan sekaligus sebagai wakil ketua FPI. Lalu pada

tahun 2005- sampai saat ini sebagai wakil ketua DPP (Dewan Pimpinan Pusat)

Forum Ulama dan Habaib Betawi. Selain itu saya pernah menjadi anggota DPR Kota

Depok.

Saya bergabung dengan partai PKB sejak berdiri partai PKB yang di

Deklarasi pada tahun 1988, karena dalam pemikiran saya, adalah orang NU yang

termarjinalkan di Sawangan-Baru Kota-Depok dan pilihan yang terbaik dan tidak

ada yang lebih baik menurut saya kecuali PKB.

Saya sangat tertarik dengan pemikiran KH. Abdurrahman Wahid “Gusdur”

(Almarhum) sebagai Pembina Partai PKB dan pernah menjadi Presiden Republik

Indoensia, walaupun pemikiran Gusdur banyak kontraversial, akan tetapi menurut

saya adalah kalau kita pelajari dari pemikiran Gusdur, maka banyak kebenaran yang

ditemukan dalam pemikiran Gusdur sesuai dengan prinsip Ahlu Sunnah Wal jama‟ah

(NU), yaitu Al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah SAW.

Saya pernah menjadi Anggota DPRD Kota Depok 2004-2009 adalah kemauan

masyarakat untuk mengangkat saya di dalam dunia pemerintahan, istilah saya “kalau

abi ga mau jadi Anggota DPR nanti Abi takut mengecewakan kemauan masyarakat”.

Dan setelah selesai menjabat menjadi Anggota DPRD Kota Depok, saya tidak mau

dicalonkan lagi menjadi anggota DPRD, bahkan pada waktu itu saya akan

dicalonkan menjadi Wakil Walikota Depok, akan tetapi tekat beliau sudah bulat untuk

keluar dari partai dan memfokuskan diri untuk Yayasan Pesantren Al-Karimyah dan

Lingkungan Masyarakat di Sawangan Baru Kota Depok.

Selain itu alasan saya untuk keluar dari partai dan pemerintahan adalah

karena melihat situasi Partai PKB yang sudah tidak kondusif. Oleh karena itu saya

tidak mau dipartai lagi. Kemudian di tahun 2009 saya keluar dari partai PKB.

Page 107: ari pratama putra-fdk.pdf

Pengalaman saya di DPRD Kota Depok adalah banyak ilmu politik dan

pemerintahan yang saya dapat, kita juga disana menimba Ilmu dengan kita disitu kita

tau politik itu begini pemerintahan kaya begini, sehingga kalau kita diminta untuk

berbicara tentang pemerintahan kita mampu karena didukung dengan pengalaman

dan praktik dalam dunia pemerintahan.

2. Apa Aktifitas dan Karya KH. Ahmad Damanhuri?

Jawab:

Saya sebagai pengasuh Yayasan Pesantren Al-Karimiyah yang menanungi

(Pondok Pesantern, MTS, MA, STAISKA, KBIH dan Majlis Ta‟lim). Saya sebagai

tokoh masyarakat, pembina majlis ta‟lim, pengusaha , da‟i/ muballigh dan

menghadiri undangan ceramah dalam peringatan hari besar Islam atau dakwah

mimbariyah di masjid, mushalla, kantor dan lembaga-lembaga lainya ke berbagai

daerah di Indonesia, diantaranya: Sawangan-Depok, Jabotabek, Jawa-Barat, Jawa-

Tengah, Jawa-Timur, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan Sumatra. Saya membina Majlis

Ta‟lim kaum ibu yang diberi nama Ummahatul Aula di Masjid Al-Aula, terdiri dari

20 majlis ta‟lim se-Kecamatan Sawangan, berjumlah 400 orang ibu-ibu, diadakan

pada hari selasa setiap satu minggu sekali. Saya membina pengajian pemuda/i di

kediaman saya/di masjid Al-Aula yang diberi nama Majlis Sahabat sebanyak 350

remaja putra-putri. Saya membina pengajian kaum bapak pada malam jum‟at untuk

lingkungan Sawangan-Baru Kota Depok di Masjid Al-Aula. Semua pengajian tersebut

berada di bawah naungan Pesantren Al-Karimiyah. Selain berdakwah saya sebagai

dosen di Sekolah Tinggi Swasta Al-Karimyah (STAISKA), saya juga mempunyai

usaha tanaman hias, madu lebah dan usaha-usaha lain yang halal. Karya-karya saya

antara lain:

1. Sikap Yahudi Terhadap Islam Terjemahan dari Bahasa Arab ke Bahasa

Indonesia.

2. 35 Penyebab di Ampuni Dosa (Tulisan Sendiri).

3. Kunci Memperoleh Rizki.

4. Kewarisan Anak diluar Nikah.

5. Rahasia Terkabulnya Do‟a.

Page 108: ari pratama putra-fdk.pdf

3. Bagaimana Pengertian Dakwah Menurut KH. Ahmad Damanhuri?

Jawab:

Menurut hemat saya Dakwah adalah mengajak. Sedangkan Dakwah Islam

yaitu mengajak kepada semua manusia termasuk non muslim, agar mereka

mengimani Allah. Dengan demikian Dakwah mempunyai nilai ajakan kepada orang

lain agar mereka tertarik pada pengamalan ajaran agama Islam. Selain itu Dakwah

menurut hemat saya adalah mengajak kepada semua golongan manusia yaitu umat

muslim yang memiliki tiga klasifikasi dalam beragama Islam. Golongan umat muslim

yang pertama adalah umat muslim yang matang dalam beragama, mereka menyadari

diri bahwa mereka berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah SWT. Dengan

demikian berdakwah kepada orang yang matang dalam beragama adalah dengan

mengajak mereka untuk selalu Istiqomah dalam menjalankan pengabdiannya yang

ikhlas hanya untuk Allah SWT. Golongan umat muslim yang kedua adalah umat

muslim yang berada dipertengahan yaitu mereka yang belum matang dalam

beragama, mereka berada dalam golongan Ittiba‟ (mengikuti kepada orang yang

mengerti dan mengetahui dari mana sumbernya namun mereka belum memfokuskan

diri untuk mendalami agama Islam itu sendiri). Dengan demikian berdakwah kepada

orang yang berada di pertengahan dalam beragama adalah dengan mengajak mereka

untuk mencapai kepada kematangan dalam beragama atau lebih memantapkan

dirinya dalam beragama dan menyakini dalam hatinya bahwa kita milik Allah dan

akan kembali kepada Allah SWT. Dan golongan muslim yang ketiga adalah umat

muslim yang Awam, mereka Taqlid (hanya ikut-ikutan dalam beragama, belum

mengetahui agama Islam). Dengan demikian berdakwah kepada orang yang awam

adalah dengan mengajak mereka untuk lebih mengetahui dan mencintai terhadap

ajaran agama Islam yang dapat menyelamatkan penganutnya hidup di dunia dan

akrirat.

4. Bagaimana Metode Dakwah yang Tepat dan Efektif Menurut KH. Ahmad

Damanhuri?

Jawab:

Menurut hemat saya metode dakwah yaitu cara da‟i dalam menyampaikan

dakwah mengenai ajaran agama Islam agar pesan dakwah yang disampaikan dapat

dimengerti, difahami dan diamalkan oleh audience/ jama‟ah/ mad‟u dalam kehidupan

sehari-hari. Metode dakwah Islam yang tepat untuk digunakan da‟i dalam

Page 109: ari pratama putra-fdk.pdf

menyampaikan dakwah tentang pengamalan ajaran agama Islam kepada audience/

jama‟ah adalah menggunakan metode dakwah kondisional atau metode haliyyah

yaitu berdakwah dengan melihat siapa jama‟ah yang hadir atau dengan kata lain

dengan siapa kita berhadapan dalam berdakwah. Golongan apa yang akan menerima

pesan dakwah yang disampaikan oleh da‟i. Ada tiga golongan jama‟ah menurut saya

yaitu golongan intelektual, menengah dan awam. Sebagai da‟i harus dapat

menyesuaikan penyampaian bahasa dakwahnya kepada jama‟ah yang dihadapi

/hadir.

5. Mengapa KH. Ahmad Damanhuri Tertarik dengan Dunia Dakwah dan Sejak Kapan

KH. Ahmad Damanhuri Mulai Terjun ke Dunia Dakwah?

Jawab:

Pertama, karena berdakwah itu secara luas bukan hanya ceramah

mimbariyyah saja, akan tetapi merupakan praktek dalam kehidupan yang mempunyai

nilai ajakan kepada orang lain agar mereka tertarik pada pengamalan ajaran agama

Islam. Kemudian Saya memulai dakwah setelah saya pulang dari Madinah menuntut

ilmu, karena mengemban tanggung jawab moral untuk disampaikan kepada

masyarakat.

6. Bagaimana Strategi Dakwah agar Mad’u Tertarik Mendengar dan Mengikuti Dakwah

menurut KH.Ahmad Damanhuri?

Jawab:

Da‟i harus memberikan uswatun hasanah/ contoh kepada mad‟u yang positif

tentang ibadah dan muamalah dalam praktek kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Dengan demikian ketika da‟i mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan

sementara da‟i juga mencontohkannya maka mad‟u akan menerima dan

mengikutinya.

7. Apa Tujuan Dakwah Menurut KH. Ahmad Damanhuri?

Jawab:

Tujuan dakwah menurut hemat saya adalah untuk membuat orang agar

menyadari dari mana, dimana, untuk apa dan akan kemana orang tersebut akan

kembali dalam kehidupan yang sebenarnya yaitu Allah SWT.

Page 110: ari pratama putra-fdk.pdf

8. Bagaimana Persiapan Dakwah menurut KH.Ahmad Damanhuri?

Jawab:

Menurut hemat saya persiapan merupakan hal yang sangat penting dalam

berdakwah. Ada tiga unsur yang harus diperhatikan oleh setiap para da‟i yang ingin

menyampaikan dakwahnya kepada jama‟ah/ audience/ mad‟u agar dakwahnya dapat

diterima dengan baik dan efektif. Yang perlu dipersiapkan oleh da‟i sebelum

berdakwah.

Pertama adalah Mental da‟i dalam berdakwah harus berniat ikhlas karena

Allah SWT bukan karena mengharapkan materi dan pujian dari manusia. Selain itu

mental da‟i dalam berdakwah memiliki Akhlak Mahmudah (Kesabaran, Tasamuh)

dan menjauhi Akhlak Madzmumah (Sombong)

Kedua adalah memahami dan menguasai ilmu al-Qur‟an, tafsir, hadits,

hukum syari‟at, hakikat, ma‟rifat, muamalah dan Gramatika bahasa Arab.

Ketiga adalah retorika dakwah.

9. Apa Pengertian Retorika Dakwah menurut KH. Ahmad Damanhuri?

Jawab:

Menurut hemat saya retorika dakwah adalah Bagaimana cara seorang da‟I

berbicara yang berkaitan dengan dakwah itu sendiri sehingga orang yang mendengar

itu (mad‟u/ jama‟ah/ audience) bisa tertarik dengan apa yang dibicarakan (dakwah

da‟i) pertama dari mulai gaya bahasa dalam berdakwah, penampilan dan tekhnik

berbicara yang memiliki daya sentuh kepada hati audience/ jama‟ah/ mad‟u sehingga

mereka akan khusu‟ mendengarkan pesan dakwah, bahkan lebih meresap terhadap

apa yang disampaikan oleh para penceramah.

10. Seberapa Penting Penggunaan Humor dalam Berdakwah menurut KH. Ahmad

Damanhuri?

Jawab:

Menurut hemat saya Humor dalam dakwah itu hanya sisipan untuk

menghidupkan suasana dakwah itu sendiri. Tanpa humor pun yang penting isi

ceramah itu mempunyai daya sentuh yang kuat untuk audience/, maka akan berhasil

dakwahnya, yang namaya humor itu sisipan boleh ada boleh tidak, kembali kepada

karakter muballigh dan ilmu pengetahuan yang da‟i miliki.

Page 111: ari pratama putra-fdk.pdf

Yang terutama mereka harus khusu‟ dan meresapi pesan dakwah apa yang

disampaikan oleh para penceramah.

11. Seberapa Penting Penggunaan Retorika dalam Berdakwah menurut KH. Ahmad

Damanhuri?

Jawab:

Penggunaan retorika dalam berdakwah sangat penting digunakan oleh setiap

da‟i, karena sehebat apapun ilmunya kalau tidak bisa bagaimana cara

menyampaikannya maka ilmunya susah dimengarti oleh mad‟u. Sebaliknya walaupun

ilmunya sedikit tapi menggunakan retorika atau cara penyampaiannya menarik dan

mudah dicerna, difahami, dimengerti, maka akan direspon positif oleh mad‟u. jadi

retorika memudahkan da‟i agar ilmu yang didapatnya itu bisa disampaiakan dengan

efektif dan dapat menarik perhatian jama‟ah.

12. Bagaimana Cara Penerapan Retorika yang Efektif menurut KH. Ahmad Damanhuri?

Jawab:

Cara penerapan retorika Dakwah yang efektif menurut hemat saya adalah

yang paling bisa diterima oleh audience. “Khotibunnas ala Qadri „Uquullihim”.

Artinya berbicaralah kalian menurut kadar kemampuan mereka. Kalau petani

menggunakan bahasa petani kalau intelektual gunakan bahasa yang intelektual.

Maka bagi para da‟i jangan sampai salah pakai dalam penggunaan bahasa kepada

khalayak karena itu dapat mengurangi keberhasilan dalam berdakwah. Cara

penerapan retorika yang efektif harus mengenal mad‟u agar bisa memilih bahasa

yang digunakan da‟i untuk menyampaikan dakwah Islam. Oleh karena itu mengetahui

mad‟u merupakan salah satu faktor terpenting dalam berdakwah.

13. Apa Tujuan dan Fungsi Retorika dalam Berdakwah menurut KH. Ahmad Damanhuri?

Jawab:

Tujuan retorika adalah agar pesan dakwah yang disampaikannya itu dapat

menarik simpati audience untuk mengikuti dan mengamalkannya. Selain itu dakwah

bertujan mengajak mad‟u agar dapat senantiasa melaksanakan perintah allah,

menjalankan apa yang diperintah Rasul dan menjauhi apa yang dilarangnya, sebab

jika dakwah tidak mempunyai tujuan maka dakwah kita akan ngawur dan ngmbang

Page 112: ari pratama putra-fdk.pdf

maka kita harus tegas dan tahu ke mana mad‟u akan kita bawa. Sebab da‟i ibarat

supir bus kemana penumpang itu akan dibawa tergantung supir. Nah di dalam

membawa penumpang itu tentunya supir harus memiliki ilmu dalam nyupir itu sendiri

agar penumpang itu selamat sampai tujuan.

Fungsi retorika adalah bagian dari dakwah itu sendiri atau sebagai alat untuk

mempengaruhi orang lain agar tertarik kepada kebaikan yang sesuai dengan dakwah

itu sendiri.

14. Apa yang Menyebabkan Kegagalan dalam Berdakwah menurut KH. Ahmad

Damanhuri?

Jawab:

Pertama, da‟i tidak menjadi uswatun hasanah/ mencontahkan yang baik

kepada mad‟u. Kedua, da‟i dalam menyampaikan dakwahnya kurang/ tidak

komunikatif yaitu bahasa yang digunakannya sulit dimengerti dan da‟i

mengkomunikasikan apa yang disampaikan baik bentuk ceramah/ prilaku tidak dapat

difahami oleh jama‟ah.

15. Bagaimana Da’i yang Professional menurut KH. Ahmad Damanhuri?

Jawab:

Menurut hemat saya da‟i yang professional yaitu da‟i yang menganggap

bahwa ceramah itu adalah sebagai bagian dari dirinya sendiri dan yang menjadi

tanggung jawab moral bagi da‟i itu sendiri bukan bertujuan untuk kepentingan diri

da‟i itu sendiri.

16. Apa Nasehat atau Pesan KH. Ahmad Damanhuri untuk Calon-calon Da’i pada Masa

Mendatang?

Jawab:

Nasehat atau pesan saya untuk para da‟i/ muballigh yang mau mengharapkan

kesuksesan dalam berdakwah adalah sebagai berikut:

Yang pertama adalah tancapkan keikhlasan dengan sebaik-baiknya, dengan

keikhlasan itu akan muncul cahaya-cahaya dakwah dan kalau cahaya itu bisa

Page 113: ari pratama putra-fdk.pdf

menerangi ummat lalu umat itu merasa diterangi dengan cahaya dakwah, maka

dakwah itu sudah memberikan manfaat.

Yang kedua, nasehat saya bagi para calon da‟i/ calon muballigh adalah

hendaknya da‟i berprilaku sesuai apa yang dibicarakan dalam berdakwah atau

dalam ceramah.

Yang ketiga, perbayak sabar, sebab ada kalanya orang dapat menerima apa

yang disampaikan dan ada pula kadang-kadang yang menolak, kalau ada yang

menolak dakwah da‟i, maka jangan bersedih hati, selalu tetap optimis dan mencari

solusi bagaimana dakwah agar diterima oleh jama‟ah.

Yang keempat, setiap da‟i harus memiliki jiwa tasamuh dalam setiap

permasalahan, tapi bukan masalah akidah, dai itu harus memiliki rasa tenggang

rasa, dalam hal-hal permasalahan yang lain, Karena seorang muballigh/ da‟i

dihadapkan oleh dua hal: Pertama, Dia secara moral bertanggung jawab terhadap

dakwah yang disampaikannya. Yang kedua, disisi lain diapun harus menghargai dan

menghormati Laikrohafiddin “tidak ada paksaan dalam beragama”. Lakum Dinukum

Waliyadin “untukmulah agamamu dan untukulah agamaku” dengan harus memiliki

rasa toleransi dalam beragama.

Mengetahui,

Sawangan, 09 Mei 2011

Peneliti/ Pewawancara Nara Sumber

Ari Pratama Putra KH. Ahmad Damanhuri, MA.

Nim: 107051002478

Page 114: ari pratama putra-fdk.pdf

Nama : Ust. Muhammah Kahfi, S.Pdi.

Hari/Tanggal: Kamis, 05 Mei 2011

Tempat : Kamar Dewan Asatidz Pondok Pesantren Al-Karimiyah Sawangan-Depok

Pekerjaan : Guru dan Sekretaris KBIH Pondok Pesantren Al-Karimiyah

1. Bagaimana sosok KH. Ahmad Damanhuri di mata anda?

Jawab: Perfek, rendah diri, bijaksana dan dermawan.

2. Bagaimana pendapat anda terhadap Dakwah KH. Ahmad Damanhuri?

Jawab: Berani, tegas dan berbicara sesuai dengan dalil yang ada.

3. Apakah anda menyukai cara penyampaian Dakwah yang beliau gunakan?

Jawab: Menyukai, karena dakwahnya sesuai dengan dalil dan fakta yang ada.

4. Apakah anda mengerti isi dari Dakwah yang beliau sampaikan?

Jawab: Mengerti.

5. Menurut anda apakah Dakwah yang beliau gunakan sudah cukup efektif?

Jawab: Sudah cukup efektif, karena lugas dan tegas.

6. Apakah Retorika yang beliau gunakan bagus, apa alasannya?

Jawab: Bagus, karena berbicara dakwahnya sesuai dengan kehidupan sehari-

hari dan mudah dicerna oleh semua golongan.

7. Apakah beliau sering memberikan Dakwah dengan diselingi humor?

Jawab: Iya, karena dengan humor dakwah menjadi lebih segar.

Peneliti Responden

Ari Pratama Putra (Ust. Muhammah Kahfi, S.Pdi.)

Nim: 107051002478