implikasi konsep self esteem abraham moslow …

77
IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Disusun oleh: Fadhila Athiya Rahmah NIM. 11150110000002 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Upload: others

Post on 08-Nov-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW

DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun oleh:

Fadhila Athiya Rahmah

NIM. 11150110000002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …
Page 3: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …
Page 4: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …
Page 5: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

ABSTRAK

Fadhila Athiya Rahmah, NIM: 11150110000002. Implikasi Konsep Self

Esteem Abraham Maslow dalam Pencapaian Tujuan Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Program Studi Pendidikan Agama Islam FITK UIN

Jakarta 1441H/2019M.

Berawal dari kegelisahan penulis mengenai kondisi pendidikan saat ini,

dimana kondisi moral dan akhlak peserta didik menunjukan kegagalan dari proses

pembelajaran pendidikan agama Islam untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Penelitian ditujukan untuk mengetahui implikasi dari konsep self esteem menurut

Abraham Maslow sebagai upaya pencapaian tujuan pembelajaran Pendidikan

Agama Islam. Proses penelitian menggunakan metode library research. Abraham

Maslow mencoba memahami individu melalui hirarki kebutuhan hidup manusia

yang relative sama pada setiap individu dan bersifat naluriah. Self esteem

merupakan bagian dari kebutuhan hidup manusia. Self esteem berarti penghargaan

atau penilaian individu terhadap dirinya sendiri maupun hasil dari penilaian orang

lain. Self esteem dapat bernilai tinggi maupun rendah. Hasil dari penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa pertama, pemenuhan self esteem sebagai hirarki

kebutuhan hidup manusia dari tingkat dasar sampai puncak pada pendidik dan

peserta didik dapat berperan sebagai motivator dan evaluator dalam upaya untuk

mencapai tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam. Kedua, dengan

terpenuhinya kebutuhan dalam hirarki kebutuhan hidup manusia dapat juga

menunjukan karakteristik self esteem yang baik dan buruk pada pendidik dan

peserta didik dalam pencapaian tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam.

Kata kunci : Self esteem, hirarki kebutuhan manusia, Abraham Maslow,

pembelajaran PAI.

Pembimbing : Dr. Bahrissalim, M.Ag

Daftar Pustaka : 1984 sampai 2018

Page 6: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

ABSTRACT

Fadhila Athiya Rahmah, NIM: 11150110000002. Implications of the Concept

of Self Esteem Abraham Maslow in the Achievemennt of Islamic Education

Learning. Islamic Education Study Program, Faculty of Tarbiyah and Teacher

Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2019.

Started with anxiety of moral learner that shows the failure of the Islamic

Education learning process to achieve the learning objectives. Research aimed to know

the implications of the concept of self esteem Abraham Maslow in an effort achievement

learning objectivies. The research process with library research. Abraham Maslow’s

trying to understand the individual through the hierarchy human needs to be the same and

instinctive. Self esteem means award or individual assessment of himself as well as a

result of the assessment of others. It can be high or low value. The result of reaserch are

first fulfillment of eslf esteem as a hierarchy of human needs role as motivator and

evaluator. Second fulfillment hierarcy human needs shows the character of high and low

on educator and learner in the achievement of Islamic education learning objectives.

Key Word : Self esteem, hirarki kebutuhan manusia, Abraham Maslow,

pembelajaran PAI.

Mentor : Dr. Bahrissalim, M.Ag

Bibliography : 1984 sampai 2018

Page 7: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah

memberikan rahmah dan rahim-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan

skripsi ini sebagai tugas akhir untuk menempuh Sarjana Strata 1 (S1) di Jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi “Konsep Self Esteem

Abraham Maslow dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”.

Dalam penulisan ini tentunya terdapat banyak pihak yang membantu dan

mendukung sehingga skripsi ini dapat selesai. Penyusun mengucapkan

terimakasih sebanyak-banyaknya kepada seluruh pihak, antara lain:

1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., sebagai Rektor

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Dr. Sururin, M.Ag., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

3. Bapak Abdul Haris dan bapak Rusdi Jamil sebagai ketua dan sekretaris

Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

4. Bapak Abdul Majid Khon dan ibu Marhamah Saleh sebagai mantan ketua

dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang kebijakannya penulis rasakan sejak memasuki

masa perkuliahan;

5. Bapak Yudhi Munadi, M.Ag., sebagai dosen penasihat akademik yang

telah memberikan banyak motivasi berharga yang akan selalu penulis

ingat;

6. Bapak Bahrissalim, M.Ag sebagai dosen pembimbing skripsi yang

senantiasa sabar membimbing, mengarahkan dan memberi nasehat kepada

penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini;

7. Anugerah terindah, Ibu Susilowati dan Bapak Muhtarudin, juga Laili Sofia

Fitri, terima kasih banyak untuk segalanya;

8. Keluarga Alfiah bin Notodiharjo di Pasar Minggu dan Jagakarsa, doa dan

dukungannya selalu terasa lahir dan batin bagi penulis;

Page 8: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

9. Kawan kawan seperjuangan Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan

2015 serta rekan-rekan organisasi internal, eksternal, primordial HML

Banten dan Tangsel juga KKN Aksara12, yang selalu memberi warna

terhadap hari-hari penulis di Ciputat, semangat dan cerita kalian akan

selalu menjadi yang penulis rindukan;

10. Sahabat-sahabatku yang senantiasa menjadi ruang penulis untuk berdialog,

berbagi keluh-kesah dalam penulisan skripsi ini Olih, Syifa, Chika, Novi,

Laely, juga yang pernah berbagi atap yang sama Maya, Finza, Nazi.

11. Serta kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebut satu per satu,

dimana telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, semoga Allah SWT

membalas seluruh doa dan kebaikan dengan kebaikan pula. Aamiin.

Penulis tentunya sadar akan adanya kekurangan dan kesalahan yang

terdapat dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu penulis mohon maaf. Semoga

skipsi ini dapat menuai banyak manfaat bagi penulis dan pembacanya, aamiin.

Ciputat, 2019

Fadhila Athiya Rahmah.

Page 9: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 7

C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 8

D. Perumusan Masalah ........................................................................ 8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORITIK

A. Konsep Self Esteem ......................................................................... 10

B. Pembelajaran ................................................................................... 20

C. Pendidikan Agama Islam ................................................................ 31

D. Hasil Penelitian Relevan ................................................................. 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian............................................................ 41

B. Metode Penelitian............................................................................ 41

C. Focus Penelitian .............................................................................. 43

D. Prosedur Penelitian ......................................................................... 43

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ................................................................................. 44

1. Konsep Self Esteem Abraham Maslow .................................... 44

2. Karakteristik Self Esteem pada Pendidik dan Peserta Didik ... 50

3. Implikasi Konsep Self Esteem dalam Pencapaian Tujuan

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ................................... 54

B. Pembahasan ..................................................................................... 58

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 62

B. Saran ................................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 64

Page 10: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang terus mengalami pertumbuhan dan

perkembangan baik fisik maupun non fisik, tujuannya ialah untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungannya. Usaha untuk menyesuaikan diri terhadap

lingkungannya tersebut disebut pendidikan. Dalam proses pendidikan individu

akan mengoptimalkan seluruh potensi yang dimilikinya. Pembelajaranlah yang

bertugas untuk mengarahkan potensi induvidu tersebut menjadi seperti yang ia

inginkan.1

Pendidikan dalam ajaran Islam bertujuan untuk menjadikan manusia

beriman kepada Allah SWT. Iman ialah potensi rohani yang harus

diaktualisasikan dalam bentuk akhlak mulia, sehingga akan menjadikannya insan

taqwa. Akhlak mulia tidak hanya diimplementasikan terhadap sesama manusia,

akan tetapi juga akhlak dengan Allah, dan dengan seluruh makhluk ciptaan-

Nya.2

Wajah pendidikan di Indonesia bisa kita lihat dari pidato yang

disampaikan oleh Anies R. Baswedan dalam silaturahmi kementrian dengan

kepala dinas sebagai Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI mengenai berita

baik tentang pendidikan di Indonesia yaitu jumlah institusi pendidikan di setiap

jenjang bertambah, angka partisipasi pendidikan dasar juga sudah meningkat,

jumlah mahasiswa melonjak, dan pemberantasan buta huruf terus digalakkan.

Dari 142 negara, kenerja pendidikan Indonesia cukup memuaskan, berada pada

pringkat 30 perihal kapasitas berinovasi yang setara dengan Selandia Baru, dan

peringkat 28 pada tingkat produktivitas yang setara dengan Irlandia.3

1 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, cet.16, 2014), h.

79. 2 Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama

Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, cet.3, 2004), h.75. 3 Anies Baswedan, Pidato Gawat Darurat Pendidikan di Indonesia, disampaikan pada

silaturahmi kementrian dengan kepala dinas, Desember, 2014

Page 11: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

2

Selain berita baik, terdapat sisi gelap pendidikan Indonesia yang cukup

menyedihkan, yakni dipaparkan bahwa hasil uji kompetensi guru dari 260.000

guru yang mengikutinya diperoleh hasil rata-rata hanya 44,5 dari rata-rata yang

diharapkan yaitu 7,0. Indonesia berada pada peringkat 40 dari 42 negara di

bidang literasi dan sains. Perbandingan minat baca orang Indonesia hanya 1:

1000, kekerasan fisik dan seksual oleh/terhadap pelajar menjadi berita yang tiada

berkesudahan. Dari 142 negara, Indonesia menempati peringkat 103 dalam kasus

suap dan pungutan liar, peringat 109 pada kejahatan terorganisir, peringkat 87

dalam kasus transparansi dalam pemerintahan dan peringkat 107 dalam perilaku

etis oleh perusahan.4

Yang kita ketahui dalam undang-undang sistem pendidikan nasional

bahwa fungsi dan tujan pendidikan nasional salah satunya ialah untuk

menjadikan manusia sebagai makhluk yang berakhlak mulia, cakap, kreatif

sehingga mampu manjadi bangsa yang martabat.5 Dengan paparan di atas,

menunjukan bahwa pendidikan di Indonesia belum mencapai fungsi dan

tujuannya

Dengan lahirnya ideologi negara yaitu Pancasila dan UUD 45 maka

lahirlah pula kurikulum mata pelajaran pendidikan agama Islam. Di dalamnya

termaktub “Negara berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa menurut dasar

kemanusiaan yang adil dan beradab” Dalam perkembangannya mata pelajaran

pendidikan agama Islam menjadi mata pelajaran wajib yang harus disampaikan

pada semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan.6

Tujuan mata pelajaran pendidikan agama Islam ialah agar peserta didik

dapat meningkatkan keimanannya, memahami, menghayati dan mengamalkan

ajaran Islam. Proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik dalam

mempelajari pendidikan agama Islam dimulai dari tahap kognisi dengan

memperoleh pengetahuan dan pemahaman, lalu diinternalisasikan dalam bentuk

4 Ibid.

5 UURI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3

6 Abdullah Idi dan Safarina, Etika Pendidikan: Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat,

(Jakarta: PT Rajageafindo Persada, cet 2, 2016), h.167-171.

Page 12: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

3

afeksi sebagai bentuk penghayatan dan pengelaman batin yang dirasakan

terhadap ajaran Islam, melalui afeksi tersebut peserta didik diharapkan mampu

mengamalkan ajaran Islam dalam bentuk psikomotoriknya. Dengan begitu

tercapailah tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam dengan peserta didik

yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia.7

Namun seringkali pendidikan agama Islam dijadikan penyebab atas krisis

multimdimensional yang tengah dihadapi bangsa. Kemerosotan moral pelajar,

kriminalitas dan kekerasan yang tidak kunjung usai, berperilaku menyimpang

seperti bullying, menyontek, penyalahgunaan narkotika, maraknya sex bebas dan

lain sebagainya yang digadang sebagai kegagalan pendidikan agama Islam

dalam mencapai tujuannya. Tidak adil rasanya jika menjadikan hal tersebut

sebagai akibat dari gagalnya pendidikan agama Islam. Padahal setiap mata

pelajaran yang diajarkan bertujuan untuk menciptakan akhlak mulia. Jika

didapati peserta didik dengan perilaku menyimpang tersebut maka harusnya itu

bukan semerta-merta kesalahan guru PAI saja. Ada banyak faktor yang

memengaruhi, namun bukan berarti guru PAI melepas tanggungjawabnya

sebagai pembimbing utama moral dan akhlak peserta didik, tetapi akan lebih

baik jika terjadi harmonisasi diantara seluruh elemen pendidik agar sama-sama

menjadi teladan yang baik bagi peserta didik. 8

Jika salah satu akar dari permasalahan multidimensi yang terjadi

didasarkan pada krisis moral atau akhlak dan pendidikan agama Islam adalah

mata pelajaran yang konsen mengenai hal tersebut, maka muncul tantangan bagi

guru PAI untuk dapat menemukan solusi atas permasalahan tersebut. Tantangan

yang dijalani oleh guru PAI diantaranya yaitu menghapuskan paradigma

pengajaran lama yang dogmatis, tidak hanya bersifat normative, teoritis, dan

kognitif saja tetapi pengamalan nilai-nilai ajaran islam dalam kehidupan yang

lebih kontekstual, peningkatan kreatifitas guru PAI dalam mengembangkan

7 Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama

Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, cet.3, 2004), h.78-79 8 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah,

dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Rajawali Press, 2009), h.17.

Page 13: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

4

metodologi pembelajaran supaya lebih atraktif, relevan dan efektif bagi peserta

didiknya, juga peningkatan kompetensi profesional pendidik.9

Mengetahui hal tersebut pentinglah untuk kita mengevaluasi diri.

Evaluasi dalam bidang pendidikan ialah upaya pertanggungjawaban untuk

mengendalikan dan menetapkan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen

pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.10

Proses evaluasi menjadi suatu

kebutuhan yang harus dijalankan. Evaluasi dalam diri individu bisa disebut juga

dengan self esteem atau harga diri.11

Evaluasi dapat dilaksanakan oleh komponen yang terlibat langsung

dalam proses pembelajaran yakni pendidik dan peserta didik. Pendidik memiliki

peranan sentral dalam pembelajaran yakni sebagai pengontrol pengetahuan

dengan menyampaikan materi, membimbing dan mengatur jalannya

pembelajaran. Tingkah laku pendidik menjadi cerminan dan tauladan bagi

peserta didiknya, pendidik berkewajiban menciptakan suasana belajar yang

dapat memfasilitasi kebutuhan, kemampuan, dan potensi peserta didik sehingga

proses pembelajaran berlangsung optimal12

.

Sedangkan peserta didik ialah subjek dan objek pembelajaran. Disebut

sebagai subjek pembelajaran karena peserta didik adalah pelaku yang menjalani

pembelajaran, dirinya sendiri yang mengolah hasil belajar dan kemudian

menentukan sikap terhadap hasil pembelajaran yang ia terima. Peserta didik juga

sebagai objek pembelajaran, karena peserta didik menjadi sasaran dan target

yang akan menjalani proses pembelajaran.13

Dengan melakukan evaluasi, pendidik dan peserta didik dapat

mengetahui self esteem dirinya sebagai pembawaan dirinya dalam proses

pembelajaran. Self esteem ialah penilaian diri, sejauh mana individu menilai

dirinya sebagai makhluk yang eksistensinya dapat diakui. Self esteem terbentuk

9 Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:

Rajawali Press, 2011), h.156 10

UURI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 21. 11

Refnadi, “Konsep Self Esteem serta Implikasinya pada Siswa”, Jurnal Educatio Vol 4,

2018, h.16-22 12

Jamaludin, dkk, Pembelajaran Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

cet.1, 2015), h.76. 13

Jamaludin, dkk, Ibid, h.77.

Page 14: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

5

atas diri kita sendiri dan perlakuan orang lain terhadap diri. Hal itu berarti self

esteem dapat bersifat kuat dan lemah. Individu dengan self esteem kuat akan

berhasil mengatasi persoalan dirinya dan membangun relasi yang baik dengan

orang lain sehingga membuatnya berhasil. Sedangkan individu dengan self

esteem rendah akan menilai dirinya negative, bahkan dapat menghukum dirinya

sendiri karena ketidakmampuan dirinya dalam menjalin hubungan dengan orang

lain. Penghargaan diri yang rendah akan memicu seseorang untuk dapat

melakukan tindakan yang ekstrim dan merugikan.14

Self esteem dalam ajaran Islam berarti derajat keimanan. Derajat

keimanan yang baik bagi seorang muslim ialah dengan menyerahkan segala

sesuatunya kepada Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam firmah Allah

SWT dalam surat Ali Imran ayat 139 yang berbunyi:

Self esteem dapat berkembang melalui pengalaman dan relasi yang terjadi

sejak lahir.15

Ketika individu berinteraksi dan berhadapan dengan dunia baru

menunjukan bahwa individu keberadaannya diakui dan diterima. Dengan adanya

interaksi ini akan mucul kesadaran mengenai pemahaman dan identitas diri.

Menurut Guindon, self esteem akan memengaruhi motivasi, perilaku fungsional,

dan kepuasan dalam menjalani kehidupan. Dengan adanya hal tersebut

memudahkan individu untuk dapat meningkatkan nilai positif dirinya sehingga

disebutkan bahwa self esteem merupakan kebutuhan dasar manusia.16

Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran humanistic yang

muncul sebagai reaksi atas aliran behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran

humanistic Abraham Maslow menggambarkan bahwa individu ialah makhluk

yang bebas dan bermartabat serta selalu bergerak ke arah pengungkapan potensi

14

Muhammad Suhron, Asuhan Keperawatan: Konsep Diri Self Esteem, (Ponorogo: Unmuh

Ponorogo Press, cet.1, 2016), h.20-21. 15

Bruno U.D.O and Njoku Joyce, “The Role of Teacher in Improving Students Self

Esteem”, International Journal of Academic Research in Progressive Education and Development

Vol.3, 2014, p. 47-53. 16

Refnadi, op.cit. h.16-22

Page 15: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

6

yang dimilikinya dengan syarat lingkungannya memungkinkan.17

Menurut

Maslow individu termotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang sama untuk

setiap spesies dan bersifat naluriah, yang merupakan kodrat manusia sebagai

makhluk yang lemah. Individu memiliki sifat yang tidak akan merasa puas,

karena menurutnya kepuasan hanya bersifat sementara.

Maslow menyusun kebutuhannya menjadi lima tingkat. Pada tingkat

dasar kebutuhan dasar manusia terdapat kebutuhan fisik yang mendominasi

seperti kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan kedua yakni rasa

aman, manusia ingin hidup aman dari ancaman dan bahaya tentunya. Jika rasa

aman sudah terpenuhi kebutuhan ketiga yang muncul yakni kebutuhan akan rasa

memiliki dan cinta, saling memberi dan menerima yang membuktikan bahwa

manusia telah menjadi bagian dari masyarakat. Setelah kebutuhan tingkat tiga

terpenuhi maka kebutuhan tingkat empat adalah kebutuhan untuk dihargai dan

menghargai (self esteem) karena manusia dalam masyarakat tanpa atau dengan

kesadaran menginginkan rasa hormat atau dihargai baik bagi dirinya sendiri

maupun dari orang lain. Dan kebutuhan yang terakhir yakni kebutuhan

aktualisasi diri. 18

Seperti yang kita ketahui, dalam proses pembelajaran peserta didik dan

pendidik memiliki kepribadian dan latar belakang yang beragam, kebutuhan

mereka terhadap proses pembelajaran bermacam bentuknya. Maslow menyusun

hirarki kebutuhan manusia sebagai salah satu pendekatan humanistik yang dapat

mengoptimalkan proses pembelajaran. Karena dengan adanya hirarki tersebut

pendidik dan peserta didik memiliki motivasi untuk dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya dan meningkatkan kualitas pembelajarannya.19

Realita bahwa peserta didik datang ke sekolah dengan tidak menunjukan

ketidaksiapannya untuk belajar, membawa respek yang rendah kepada orang

yang lebih dewasa serta masih banyak ditemukan peserta didik dengan kriteria

17

E. Koeswara, Teori-teori Kepribadian, (Bandung: PT ERESCO, 1991), h.109. 18

Hendro Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian atas Pemikiran Abraham Maslow,

(Yogyakarta: Penerbit PT Kanisius, 2014) h. 39-42. 19

Anastasia Sri Mendati, “Aplikasi Hierarki Kebutuhan Maslow dalam Meningkatkan

Motivasi Belajar Mahasiswa”, Jurnal Widya Warta No.1, 2010, h.82-91.

Page 16: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

7

self esteem yang rendah mengharuskan pendidik khususnya guru PAI

mengetahui dan memahami konsep self esteem sebagai salah satu solusi agar

tujuan pembelajaran PAI dapat tercapai.20

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti

tentang “Konsep Self Esteem Abraham Maslow dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI)”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka

beberapa masalah yang dapat teridentifikasi ialah sebagai berikut:

1. Proses penyelenggaraan pendidikan belum optimal, terbukti dengan

adanya potret pendidikan di Indonesia yang sudah gawat darurat, hal ini

menunjukan bahwa kualitas/mutu pendidikan Indonesia masih jauh dari

fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang ditetapkan.

2. Tujuan pembelajaran PAI ialah untuk dapat meningkatkan keimanan,

pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam sehingga

menjadi insan yang beriman, taqwa dan berakhlak mulia. Namun

seringkali pembelajaran PAI dijadikan penyebab atas krisis

multidimensional yang tengah dihadapi bangsa karna gagal mencapai

tujuan pembelajaran tersebut.

3. Pentingnya evaluasi dalam bidang pendidikan sebagai upaya

pertanggungjawaban. Evaluasi dimulai dari dalam diri individu atau bisa

disebut dengan self esteem atau penilaian diri. Konsep Self esteem sangat

penting diketahui terutama oleh pendidik dan peserta didik sebagai

bentuk pembawaan/penilaian diri dalam proses pembelajaran.

4. Maslow menyusun hirarki kebutuhan manusia. Salah satu bagian dari

hirarki kebutuhan itu ialah kebutuhan akan self esteem atau harga diri.

Dengan hirarki tersebut, bagaimana pengaruhnya bagi pendidik dan

peserta didik dalam pencapaian tujuan pembelajaran PAI.

20

Robinghatin, “Pengembangan Self Esteem melalui Pembelajaran Koperatif”, Jurnal

STAIN Samarinda, t.t, h. 1-10.

Page 17: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

8

5. Salah satu solusi untuk masalah yang dihadapi oleh guru PAI ialah

dengan memiliki self esteem yang tinggi. Bagaimana upaya yang dapat

dilakukan untuk menciptakan self esteem yang tinggi pada pendidik dan

peserta didik sehingga tujuan pembelajaran PAI dapat tercapai.

C. Batasan Masalah

Dari beberapa masalah yang telah teruraikan pada identifikasi masalah,

penulis tentunya tidak akan membahas keseluruhannya, karena penulis hanya

akan fokus kepada pembahasan mengenai:

1. Implikasi konsep self esteem Abraham Maslow dalam rangka pencapaian

tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam

2. Karakteristik self esteem pada diri pendidik dan peserta didik

D. Rumusan Masalah

Setelah diketahui fokus masalah yang akan dikaji, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini akan membahas mengenai:

1. Bagaimana konsep self esteem menurut Abraham Maslow?

2. Bagaimana karakteristik self esteem pada diri pendidik dan peserta didik?

3. Bagaimana implikasi konsep self esteem dalam rangka pencapaian tujuan

pembelajaran PAI?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:

1. Mengetahui konsep self esteem menurut Abraham Maslow

2. Mengetahui karakteristik self esteem pada diri pendidik dan peserta didik

3. Mengetahui implikasi konsep self esteem dalam rangka pencapaian

tujuan pembelajaran PAI

Berdasar tujuan penelitian di atas, maka manfaat dari penelitian ini ialah:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan

wawasan mengenai implikasi konsep self esteem Abraham Maslow

dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Secara praktis, penelitian mengenai implikasi konsep self esteem menurut

Abraham Maslow dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran PAI

diharapkan dapat menjadi panduan dan acuan khususnya bagi pendidik

Page 18: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

9

untuk dapat memahami karakteristik self esteem pada dirinya dan peserta

didik agar proses pembelajaran dapat berlangsung optimal dan tujuan

pembelajaran tercapai.

Page 19: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

9

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Konsep Self Esteem

1. Definisi Self Esteem

Self esteem merupakan istilah psikologi dari harga diri. Self esteem

terkait dengan aspek emosional dalam diri individu.1 Manusia akan

merasa bangga jika dirinya memperoleh penghargaan yang menunjukan

bahwa kehadiran dirinya diterima dan berarti bagi orang lain.

Keberadaannya selalu membawa manfaat bagi orang lain, maka apabila

hadirnya tidak ada maka seolah-olah ada sesuatu yang kurang lengkap.

Sebaliknya, apabila manusia tidak memperoleh penghargaan dan

pengakuan emosinya akan cenderung tidak stabil dikarenakan

kehadirannya tidak dihargai dan tidak dibutuhkan oleh orang lain. Akibat

terburuknya ia akan merasa apapun yang dikerjakan walaupun ia sudah

mengerjakan dengan sebaik-baiknya tidak akan berarti. Lalu ia akan

merasa putus asa, stress dan pesimis terhadap masa depannya. 2

Beberapa

definisi Self esteem menurut ahli, yaitu:

Menurut Santorck, self esteem berarti evaluasi terhadap dirinya

sendiri, baik secara positif maupun negative. Dengan adanya evaluasi ini

individu dapat menilai kemampuan dan keberhasilan dirinya. Penilaian

tersebut dapat terlihat dari penghargaan atas keberadaan dan keberartian

dirinya. Individu dengan self esteem tinggi akan bersikap positif,

menghargai dan menerima dirinya apa adanya.3

Menurut Adler dan Stewart dalam sebuah situs yang membahas

mengenai self esteem dijelaskan bahwa self esteem mengacu kepada

seluruh perasaan individu dalam menilai dan menghargai dirinya sendiri.

1 Robinghatin, “Pengembangan Self Esteem melalui Pembelajaran Koperatif”, Jurnal

STAIN Samarinda, t.t, h.1-10. 2 Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern, (Jakarta: PT Indeks, cet.1, 2013), h.98.

3 Anika Putri, “Hubungan antara Persahabatan dengan Self Esteem”, Skripsi pada Fakultas

Psikologi Universitas Muhamadiyah Surkarta, 2016, h. 1-13.

Page 20: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

10

Dalam hal ini dapat dikatakan pula bahwa self esteem ialah suatu

pertimbangan bagaimana penilaian, pengakuan, penghargaan, dan

kecenderungan yang baik ataupun tidak baik dalam diri individu tersebut

yang dipengaruhi oleh keturunan, kepribadian, pengalaman hidup, usia,

kesehatan, gagasan/ide, keadaan sosial, pandangan orang lain serta

pembandingkan diri dengan orang lain.4

Dengan begitu dapat ditarik kesimpulan terkait self esteem yakni

penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk yang

keberadaanya diakui dan merupakan bentuk evaluasi dari hasil

pengalaman dan dapat bernilai positif dan negative.

Pembentukan Self esteem terjadi setelah adanya interaksi. Interaksi

minimal memerlukan adanya pengakuan dan penerimaan dari orang lain.

Dengan proses interaksi tersebut munculah kesadaran akan identitas dan

pemahaman tentang diri. Hal tersebut akan membentuk self esteem

sebagai individu yang keberadaannya berarti, berharga, dan dapat

diterima oleh orang lain. Keluarga sebagai lingkungan utama

pertumbuhan seseorang memiliki peranan penting dalam pembentukan

self esteem seseorang.5

Self esteem juga berkembang melalui pengalaman dan relasi.

Pengalaman yang negatif dan relasi yang buruk akan menyebabkan self

esteem rendah. Pembentukan self esteem dimulai sejak kecil dimana

orang tua yang memiliki peranan besar. Ketika sejak kecil individu sudah

sering dibentak, dimarahi, atau bahkan dipukuli maka ia akan

menganggap dirinya tidak berharga. Jika keadaan seperti ini terus

berlanjut maka individu akan miskin citra diri / self esteemnya rendah.

Peran orang dewasa pada awal masa perkembangan individu sangat

berpengaruh untuk membentukan self esteem, bahkan ketika individu

melanjutkan study ke jenjang yang lebih tinggi pengembangan self

4Courtney Ackerman, What is Self Esteem? A Psychologist Explains,

https://positivepsychology.com/self-esteem/, diakses pada 17 September 2019 pukul 15.00 WIB. 5 Nikmarijal, “Urgensi Peranan Keluarga bagi Perkembangan Self Esteem Remaja”, Jurnal

Universitas Pendidikan Indonesia, t.t, h.1-5.

Page 21: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

11

esteemnyapun perlu terus diperhatikan. Yang menjadi tugas para orang

dewasa ialah menjaga keharmonisan keluarga sejak dini, memantau

perkembangan pada masa-masa sekolahnya dimana individu mulai

menemukan orang-orang baru yang memungkinkan ia untuk terlibat

dalam masalah-masalah yang bersifat merusak dirinya.6

Menurut Nathaniel Branden membangun self esteem dapat

dilakukan melalui 6 pilar yakni:

a. Praktek hidup secara sadar, dengan menyadari perilaku sehari-hari

dan menjaga hubungan dengan orang lain.

b. Praktek menerima diri, dengan menyadari dan menerima bagian

terbaik dan terburuk dari dalam diri.

c. Praktek bertanggung jawab, dengan sadar tanggung jawab atas

pilihan yang diambil dan tindakan yang dilakukan.

d. Praktek ketegasan diri, bertindak dengan penuh keyakinan dan

perasaan.

e. Praktek hidup dengan menyengaja, dilakukan dengan mencapai

tujuan-tujuan pribadi yang telah dibuat untuk memberikan energi

pada diri

f. Praktek hidup dengan penuh integritas, tidak memberi kompensasi

terhadap segala hal yang bertentangan dengan keyakinan dan

tujuan yang ingin dicapai.7

2. Aspek dan Komponen Self Esteem

Coopersmith mengatakan bahwa self esteem adalah bentuk

evaluasi diri, penilaian yang bersifat umum terhadap kemampuan diri,

kebernilaian atas dirinya dan pandangan orang lain. Self esteem dalam

diri individu menurut Coopersmith terdiri dari beberapa aspek yaitu:

6 Bruno U.D.O and Njoku Joyce, “The Role of Teacher in Improving Students Self

Esteem”, International Journal of Academic Research in Progressive Education and Development

Vol.3, 2014, p. 47-53. 7Courtney Ackerman, What is Self Esteem? A Psychologist Explains,

https://positivepsychology.com/self-esteem/, diakses pada 17 September 2019 pukul 15.00 WIB.

Page 22: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

12

a. Perasaan berharga

Individu akan memiliki perasaan berharga ketika ia dapat

menghargai orang lain dan menganggap dirinya berharga. Dengan

adanya perasaan ini individu dapat mengontrol tindakan yang

dilakukannya, mengekspresikan dirinya dan dapat menerima kritik

untuk dirinya.

b. Perasaan mampu

Perasaaan ini akan muncul jika individu mampu mencapai sesuatu

yang ia harapkan. Individu dengan perasaan ini akan memiliki nilai

dan sikap yang lebih demokratis dan realistis terhadap segala

sesuatu. Apabila individu mampu mencapai tujuannya ia akan

menilai dirinya secara tinggi.

c. Perasaan diterima

Perasaan ini muncul ketika individu merasa terlah menjadi bagian

dari lingkungannya. Ketika dalam suatu kelompok individu

diperlakukan sebagai bagian dari kelompok tersebut maka ia

merasa dirinya diterima dan dihargai dalam kelompok tersebut.8

Menurut Battle, self esteem pada individu terdiri atas tiga komponen,

yakni:

a. General self esteem

General self esteem ialah self worth terhadap keseluruhan penilaian

diri, aktifitas dan keterampilan yang merupakan hasil dari

pengalaman yang telah dilalui. Self esteem dianggap sebagai

penyebab dari segala tindakan. Menjaga self esteem menjadi

kebutuhan dasar agar dapat terlihat baik secara pribadi maupun di

public, karena individu akan berperilaku sesuai dengan tingkat self

esteem dirinya. General self esteem mempengaruhi perilaku

seseorang dalam kesehariannya dan dalam proses mencapai tujuan.

b. Sosial self esteem

8 Muhammad Suhron, Asuhan Keperawatan Konsep Diri: Self Esteem, (Ponorogo: Unmuh

Ponorogo Press, 2016), h.25.

Page 23: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

13

Sosial self esteem mengacu kepada pandangan diri terhadap

kualitas hubungannya dengan orang lain. Sosial self esteem

menjadi penanda dari kesehatan psikososial individu, sebagai

dukungan intrapersonal dengan lingkungannya juga penyesuaian

individu dan psikopatologi. Kemampuan individu untuk

berinteraksi dilandasi atas dasar kenyamanan.

c. Personal self esteem

Personal self esteem berkaitan dengan self image. Personal self

esteem memengaruhi cara pandang dan perilaku diri. Yang masih

menjadi masalah ialah individu masih belum sepenuhnya

mengetahui nilai/eksistensi dirinya. Memahami personal self

esteem adalah langkah awal untuk dapat memiliki cara pandang

dan perilaku yang positif dengan cara penyadaran diri terlebih

dahulu.9

3. Faktor yang Memengeruhi Self Esteem

Terdapat beberapa factor yang memengaruhi self esteem individu,

antara lain:

a. Usia

Individu akan memperoleh self esteem sesuai tingkatan usianya dan

dimana lingkungan ia tumbuh. Di usia anak-anak dan remaja

biasanya ia akan memeroleh self esteemnya di sekolah dari teman,

maupun gurunya.

b. Ras dan etnis

Dengan banyaknya suku, budaya, etnis dan ras yang ada

kemungkinan akan berpengaruh kepada self esteem individu

tersebut dengan menjunjung tinggi gelongannya tersebut.

c. Pubertas

9 Refnadi, “Konsep Self Esteem serta Implikasinya pada Siswa”, Jurnal Educatio Vol 4,

2018, h.16-22.

Page 24: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

14

Masa ini adalah perpindahan dari masa anak-anak menuju remaja

yang ditandai dengan timbulnya tanda seks sekunder pada individu

dan hormonalnya sehingga akan memengaruhi self esteemnya.

d. Jenis kelamin

Beberapa penelitian yang menunjukan bahwa pria lebih menjaga

self esteemnya dari pada wanita. Contohnya remaja putri akan lebih

mudah terganggu apabila menyangkut citra dirinya dibanding

remaja putra, karena remaja putri akan lebih sensitive dan peduli

terhadap penilaian dari orang lain supaya ia dapat diterima di

lingkungannya10

.

Dalam lingkungan pendidikan, factor yang berpengaruh terhadap

self esteem peserta didik ialah:

e. Latar belakang sosial

Kelas sosial dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelas atas, kelas

menengah, dan kelas bawah. Latar belakang sosial ditentukan oleh

tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan keluarga. Individu

dengan kelas sosial atas memiliki self esteem tinggi, sedangkan

individu dengan kelas sosial menengah kebawah memiliki self

esteem rendah.

f. Karakteristik pengasuhan

Self esteem anak akan tercermin dari bagaimana pola asuh di

keluarga dan riwayat perkawinan, pola interaksi ayah dan ibu juga

mempengaruhi. Ibu dan ayah yang memiliki self esteem tinggi akan

tercermin kepada pribadi anak yang hangat terhadap keluarga dan

selalu berperilaku positif. Anak dengan hasil pertengkaran dan

konflik akan menghasilkan self esteem yang negative.

g. Karakteristik subjek

Meliputi atribut fisik, karena tubuhnya dianggap tidak atau kurang

ideal dari pandangan orang lain maupun dirinya sendiri, self esteem

perempuan berhubungan dengan apakah ia sudah cukup cantik

10

Muhammad Suhron, ibid, h.24.

Page 25: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

15

sedangkan lak-laki berhubungan dengan apakah dia sudah cukup

tampan; Intelegensi berfikir individu, individu dengan pengetahuan

yang luas memiliki self esteem yang tinggi; Sikap/ kepribadiannya,

individu yang sering merasa gelisah atau tidak tenang menandakan

sef esteemnya rendah; adanya masalah atau penyakit, berakibat

pada self esteem yang rendah.

h. Riwayat awal dan pengalaman

Dapat dilihat dari ukuran dan posisinya dalam keluarga, apakah

individu mengalami persaingan dalam keluarganya atau mendapat

perhatian yang lebih dari keluarga. Individu yang berasal dari latar

keluarga yang memiliki budaya, ekonomi, pendidikan yang positif

akan mempengaruhi tingkat self esteem yang tinggi. Juga

sebaliknya.

i. Hubungan orang tua dan anak

Apabila dalam hubungan orang tua dengan anak yang terjadi

adalah saling menerima, demokratis, juga tidak saling

ketergantungan atau mandiri, juga permisif. Maka dapat dicirikan

individu tersebut meniliki self esteem yang tinggi. 11

j. Persahabatan

Dengan adanya persahabatan memungkinkan seseorang untuk

berhubungan secara intim, penuh arti, dan kekal tanpa

memerhatikan status dan aturan-aturan. Individu yang memiliki

kualitas persahabatan yang tinggi akhirnya akan mengalami self

esteem yag tinggi pula.12

11

AR Koesdyantho, Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Self Esteem Mahasiswa,

Jurnal Ilmiah Widya Wacana Vol.5 No. 1 Januari 2009, diakses pada 18 February 2019 pukul

12:42 WIB. 12

Anika Putri, “Hubungan antara Persahabatan dengan Self Esteem”, Skripsi pada Fakultas

Psikologi Universitas Muhamadiyah Surkarta, 2016, h. 1-13.

Page 26: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

16

4. Karakteristik Self Esteem Individu

Tingkat self esteem individu terbagi menjadi dua golongan, yaitu

self esteem tinggi dan self esteem rendah, dengan karakteristik sebagai

berikut:

a. Individu dengan self esteem tinggi, memiliki ciri:

1) Merasa dirinya berharga, mengapresiasi diri sendiri tanpa

mengharapkan balasan dari orang lain

2) Tidak jumawa dengan dirinya dan menganggap yang lain

rendah

3) Aktif dan dapat mengekspresikan dirinya dengan baik

4) Berprestasi dalam bidang akademik

5) Dapat menjalin hubungan sosial dengan baik

6) Menerima kritik yang ditujukan pada dirinya

7) Memiliki keyakinan diri yang tinggi

8) Tidak terpengaruh oleh penilaian orang lain

9) Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.

b. Individu dengan self esteem rendah, memiliki ciri:

1) Memiliki perasaan inferior, fokusnya untuk melindungi diri dan

tidak melakukan kesalahan

2) Kurang bisa megekspresikan diri

3) Memiliki kekhawatiran dalam interaksi sosial

4) Mudah putus asa dan depresi

5) Merasa diasingkan dan kurang diperhatikan

6) Tidak konsisten

7) Sangat ketergantungan dengan lingkungannya

8) Mudah mengakui kesalahan.13

Dalam sumber lain yang menjelaskan tentang kualitas/karakteristik

self esteem dijelaskan bahwa individu dengan positive self esteem

memiliki ciri:

1) Memiliki keyakinan terhadap prinsip hidup yang kuat

13

Muhammad Suhron, ibid, h.26-30.

Page 27: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

17

2) Dapat menentukan pilihan, percaya kepada pendapat pribadi,

tidak menyalahkan pendapat yang berbeda dengan dirinya

3) Percaya akan kapasitas diri dalam menyelesaikan masalah, dapat

memperbaiki kegagalan, dan tidak sungkan meminta bantuan

4) Selalu turutserta dan menikmati berbagai kegiatan yang positif

5) Mempercayai bahwa dirinya berharga, maka orang-orang akan

bahagia jika berada di dekatnya

6) Tidak mudah memanipulasi oleh orang lain

7) Menempatkan diri bahwa dirinya sama orang lain, tanpa melihat

perbedaan pendapatan atau karirnya.

Sebaliknya, individu dengan negative self esteem memiliki

karakteristik:

1) Berat menerima kritik, suka menciptakan keadaan dimana ia

tidak puas dengan pencapaian dirinya, cenderung membesar-

besarkan masalah sebagai bentuk ketidakmampuannya untuk

memaafkan diri sendiri

2) Amat sangat sensitif, menganggap kritikan sebegai sesuatu

penyerangan bukan sebuah bentuk perbaikan

3) Terus menerus merasa bimbang karena takut membuat

kesalahan

4) Perfeksionis, akan frustasi apabila hasilnya tidak sempurna

5) Menganggap musuh semua yang tidak memahaminya

6) Mudah marah pada hal-hal yang kecil

7) Merasa disepelekan/diremehkan/dikecilkan

8) Cenderung bersikap negative dan seringkali sulit menikmati

kehidupan.14

Menurut hasil survey yang dilakukan oleh Mary H. Guindon

mengenai karakteristik self esteem pada peserta didik diperoleh

kesimpulan bahwa peserta didik yang memiliki self esteem tinggi

14

Audrey Sherman, Characteristic of High and Low Self Esteem,

https://dysfunctioninterrupted.com/characteristics-of-high-and-low-self-esteem/ diakses pada 17

September 2019 pukul 15.00 WIB.

Page 28: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

18

memiliki karakteristik diantaranya: percaya diri, mudah bergaul, pandai

menyesuaikan diri, ramah, bahagia, selalu optimis dan positif, memiliki

pendirian yang kokoh, penuh motivasi, menerima dan toleran, aktif,

nyaman dengan dirinya sendiri, penyayang, bertanggung jawab, tegas,

tidak mudah terpengaruh, dan kompetitif. Sedangkan peserta didik

dengan karakteristik self esteem rendah dicirikan dengan: lebih suka

menyendiri, pemalu, berperilaku negative, merasa gelisah, sulit

bersosialisasi, kurang motivasi, murung, ketergantungan, tidak mampu

mengambil resiko, tidak percaya diri, dan sulit berkomunikasi.15

15

Refnadi, “Konsep Self Esteem serta Implikasinya pada Siswa”, Jurnal Educatio Vol 4,

2018, h.16-22.

Page 29: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

19

B. Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses belajar. Belajar menurut Sukmadinata

ialah perubahan dalam kepribadian, yang diungkapkan sebagai respon baru

baik dalam bentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan

kecakapan. Proses pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan kapan

saja, tidak harus dalam kelas, dapat dilakukan secara formal, semiformal

maupun nonformal. Belajar juga dapat dilakukan dari lingkungan belajar

itu sendiri atau dari peristiwa sosial sehari-hari.16

Pembelajaran adalah

sebuah usaha untuk menciptakan situasi belajar yang dapat meningkatkan

kemampuan peserta didik sehingga tercapai tujuan pembelajarannya.17

Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai proses interaksi yang

dilakukan baik antar peserta didik atau antara peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajarnya pada suatu lingkungan belajar. Dalam

pembelajaran pendidik memiliki perananan sentral. Pendidik diharapkan

dapat menciptakan suasana belajar sedemikian rupa sehingga kualitas

belajar peserta didik lebih efektif. Karena tugas pendidik bukan hanya

untuk transfer pengetahuan.18

Prinsip dasar pembelajaran diantaranya:

a. Pembelajaran adalah proses yang berlangsung seumur hidup;

b. Belajar berlangsung dari yang sederhana menuju yang kompleks;

c. Belajar mulai dari yang factual;

d. Belajar adalah bagian dari perkembangan makhluk hidup;

e. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi bermacam-macam

factor, seperti faktor pembawaan, factor lingkungan, factor

kematangan, dan usaha peserta didik itu sendiri;

f. Proses pembelajaran mencakup seluruh aspek kehidupan;

16

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran teori dan konsep, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2011), h. 15. 17

Jamaludin, Acep Komarudin dan Koko Khoerudin, Pembelajaran Perspektif Islam,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h.30. 18

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persana, 2006), h. 77.

Page 30: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

20

g. Kegiatan pembelajaran berlangsung dimana saja kapan saja;

h. Kegiatan pembelajaran bisa dilaksanakan dengan atau tanpa guru;

i. Dalam proses pembelajaran pasti akan ditemukan hambatan

j. Dalam pembelajaran perlu adanya bimbingan dari pihak lain.19

2. Komponen Pembelajaran

Beberapa komponen yang diperlukan untuk menyampaikan

pembelajaran ialah:

a. Tujuan pembelajaran

Yaitu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan.

Penetapan tujuan pembelajaran ini nantinya akan memengaruhi

komponen pembelajaran yang lainnya seperti materi pembelajaran,

metode pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran,

serta evaluasi pembelajaran.

b. Bahan pembelajaran

Merupakan isi dari proses pembelajaran. Bahan pembelajaran harus

disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, dengan

memperhatikan umur, minat dan bakat, latar belakang serta

pengalaman. Untuk itu pendidik harus menguasai bahan

pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didiknya.

c. Metode pembelajaran

Digunakan sebagai cara untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran bisa dilihat dari

beberapa factor, yakni tujuan yang ingin dicapai, keadaan peserta

didik, dan kondisi pendidik.

d. Media pembelajaran

Yakni segala sesuatu yang dapat digunakan demi tercapainya

tujuan pembelajaran. Media pembelajaran bertujuan untuk

merangsang perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran

agar tujuan pembelajarannya dapat tercapai.

19

Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, ibid, h. 18.

Page 31: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

21

e. Evaluasi pembelajaran

Merupakan proses pengumpulan data yang berkaitan dengan

kemampuan peserta didik untuk mengetahui hasil dari proses

pembelajaran.20

Evaluasi dilakukan untuk mengintrepretasikan

respon peserta didik dalam proses pembelajaran. Dalam evaluasi

ini peserta didik juga dapat mengevaluasi tingkah lakunya sendiri.

3. Langkah Pembelajaran

Ahmad Tafsir dalam buku Ilmu Pendidikan Islami menjelaskan

bahwa urutan langkah belajar ditentukan oleh banyak hal, antara lain:

a. Tujuan pembelajaran. Misalnya jika tujuan pembelajarannya adalah

keterampilan maka urutan langkahnya disesuaikan dengan tujuan

keterampilan; bila tujuannya mencapai konsep maka urutannya

akan berbeda dengan tujuan keterampilan, demikian seterusnya.

b. Kemampuan pendidik. Jika pendidik memiliki bakat melukis ia

dapat melukis untuk menyampaikan materi pembelajaran, jika

pendidik senang bercerita, ia dapat menggunakan metode

mendongeng, dan sebagainya. Langkah-langkah pembelajarannya

disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.

c. Jumlah murid. Perhatikan kondisi pembelajaran dengan melihat

jumlah muridnya, apabila misalnya pembelajaran dilaksanakan di

dalam kelas dengan jumlah 10 peserta didik maka pendidik harus

selektif memilih metode pembelajarannya, kondisi kelas ini cukup

efektif dan memungkinkan pendidik mengontrol jalannya

pembelajaran.

d. Media pembelajaran. Media yang digunakan juga disesuaikan

dengan metode pembelajaran yang digunakan. Apabila metode

pembelajaran tidak memerlukan media atau alat maka itu tidak

diperlukan.

20

Jumanta Hamdayana, Metodologi Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), h.16.

Page 32: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

22

Pedoman dasar dalam pembuatan langkah pembelajaran

diperkenalkan oleh Robert Glaser yaitu dengan:

a. Menentukan tujuan pengajaran yang hendak dijapai pada saat jam

pelajaran. Tujuan tersebut tidak boleh menyimpang dari tujuan

yang telah ditetapkan oleh tujuan instruksional umum.

b. Menentukan entering behavior. Yakni guru mengetahui kondisi

peserta didiknya juga kondisi kesiapan pembelajaran.

c. Menentukan prosedur mengajar. Pendidik hendaklahnya

mengetahui berbagai macam pengajaran menurut jenis pembinaan

yang harus dilakukan.

d. Menentukan cara dan teknik evaluasi yang dilakukan ketika

pembelajaran berakhir.21

Pada intinya, meskipun berbeda-beda dalam penyebutannya

komponen pembelajaran yang efektif terdiri dari:

a. Pendahuluan pembelajaran

b. Pemaparan dan pengklasifikasian materi ajar dengan jelas

c. Pengawasan peserta didik dalam proses pembelajaran

d. Memberikan waktu untuk praktek atau latihan

e. Kesimpulan dan penutup pembelajaran

f. Pendalaman materi dan review22

4. Pendidik

Menurut istilah, pendidik ialah tenaga kependidikan yang

berkualifikasi sebagai guru, dosen, pamong belajar, tutor, konselor,

instruktur maupun lainnya yang khusus berpartisipasi dalam

penyelenggaraan pendidikan.23

Dengan amanah yang diembannya, tidak semua orang dapat

menjadi pendidik, pendidik harus menguasai kompetensi agar dapat

21

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), h.

196. 22

Jamaludin, Acep Komarudin dan Koko Khoerudin, op.cit, h.135. 23

UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 6

Page 33: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

23

disebut professional. Kompetensi yang harus dikuasai mencakup

memahami peserta didik, mengerti tujuan pendidikan, menguasai materi,

metode, dan evaluasi, serta memahami alat dan lingkungan belajar.24

a. Syarat Utama Pendidik

Menurut Santrock, syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang

pendidik yakni:

1) Memiliki pengetahuan dan keterampilan professional, tujuh

keterampilan yang harus dikuasai pendidik dalam melaksanakan

pembelajaran di kelas yaitu: terampil dalam merencanakan

pengajaran secara instruksional, terampil mengembangkan

pembelajaran, terampil mengatur kelas, terampil memotivasi,

terampil berkomunikasi, terampil menilai, serta terampil

menguasai teknologi.

2) Memiliki komitmen dan motivasi. Komitmen ialah kesungguhan

seseorang untuk melaksanakan suatu tugas dan

bertanggungjawab secara tuntas. Pendidik harus memiliki

komitmen untuk melaksanakan tugas dan bertanggungjawab

penuh dalam mendidik peserta didiknya. Motivasi ialah

dorongan seseorang untuk melakukan suatu tugas dan

tanggungjawab yang didasarkan pada tujuan tertentu. Pendidik

diharuskan memiliki motivasi yang tulus dan ikhlas ketika

melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik.

Motivasi tersebut akan tercermin dalam bentuk tingkah laku

seorang pendidik. 25

b. Prinsip Profesionalitas Pendidik

Pemerintah telah membuat kebijakan mengenai prinsip

profesionalitas yang harus dimiliki guru diantaranya ialah:

1) berdasarkan panggilan jiwa, minat, bakat dan idealism

24

Jamaludin, Acep Komarudin dan Koko Khoerudin, op.cit, h. 96. 25

Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern, (Jakarta: PT Indeks, cet.1, 2013), h. 111

Page 34: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

24

2) Mempunyai komitmen dalam meningkatkan mutu pendidikan,

keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia

3) Berlatar belakang pendidikan yang sesuai dan memiliki

kualifikasi akademik

4) Berkompeten dan bertanggungjawab atas tugasnya

5) Memperoleh penghasilan sesuai dengan prestasi kerjanya

6) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan

keprofesionalannya

7) Mendapatkan jaminan perlindungan hukum dalam menjalankan

tugasnya

8) Tergabung dalam organisasi profesi yang berkaitan dengan

tugas keprofesionalannya.26

c. Kompetensi Pendidik

Dalam system pendidikan nasional dinyatakan bahwa guru wajib

memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat

jasmani dan rohani, juga mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Kualifikasi akademik bagi pendidik dapat diperoleh dengan menumpuh

jalur pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat. Kompetensi

yang harus dimiliki guru meliputi:

1) Kompetensi pedagogis, yaitu kemampuan untuk mengelola

pembelajaran juga peserta didik

2) Kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan pendidik untuk

dapat menjadi pribadi yang mentap, berakhlak mulia,

berwibawa, arif, dan dapat menjadi teladan bagi peserta didik.

3) Kompetensi professional, yaitu kemampuan untuk menguasai

materi pembelajaran secara komprehensif.

4) Kompetensi sosial, yakni kemampuan pendidik dalam

berinteraksi dan berkomunikasi dengan efektif dan efesien

26

Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern, (Jakarta: PT Indeks, cet.1, 2013), h. 108

Page 35: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

25

kepada peserta didik, sesame pendidik, wali murid, atau

masyarakat.27

5. Peserta didik

Peserta didik ialah anggota masyarakat yang berupaya

mengembangkan potensi dirinya dengan proses belajar yang tersedia di

setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan.28

Peserta didik memiliki hak

yang telah diatur dalam system pendidikan nasional yakni:

1) Memperoleh pendidikan agama sesuai dengan agama yang

dianutnya dan mendapat pengajaran oleh pendidik yang seagama.

2) Memperoleh layanan pendidikan yang sesuai dengan bakat, minat,

dan kemampuan.

3) Memperoleh beasiswa bagi peserta didik yang berprestasi serta

yang orangtuanya tidak mampu membiayai.

4) Memperoleh biaya pendidikan bagi peserta didik yang orang

tuanya tidak mampu membiayai

5) Melanjutkan ke program pendidikan pada jalur dan satuan

pendidikan lain yang setara

6) Menyelesaikan pendidikan sesuai dengan kemampuan belajar

masing-masing dan tidak melebihi batas waktu yang ditentukan.

Selain hak yang telah diatur, peserta didik juga memiliki kewajiban

yang harus dipenuhi diantaranya:

1) Menjaga norma pendidikan sebagai jaminan keberlangsungan

proses dan keberhasilan pendidikan

2) Turut serta menanggung biaya pendidikan bagi yang mampu.29

Peserta didik ialah subjek dan objek pendidikan. Dengannya

peserta didik menjadi kunci dalam pelaksanaan pendidikan. Peserta didik

merupakan kesatuan psiko-fisis yang berinteraksi secara sosiologis dengan

rekan sebayanya, pendidik, stakeholder sekolah, dan masyarakat umum

27

Agoes Dariyo, op.cit, h.108 28

UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 4 29

Agoes Dariyo, op.cit, h. 123-124.

Page 36: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

26

dengan berbagai potensi psikologis dan latar belakang kehidupan yang

berbeda.30

Ada banyak hal yang perlu diketahui tentang peserta didik,

terutama bagi calon pendidik. Aspek-aspek tersebut diantaranya:

1) Latar belakang masyarakat dimana kultur peserta didik itu menetap

2) Situasi di dalam latar belakang keluarganya

3) Tingkat intelegensi peserta didik

4) Hasil belajar yang diperoleh peserta didik selama mengikuti proses

pembelajaran

5) Keadaan pertumbuhan dan kesehatan peserta didik

6) Hubungan/relasi yang terjalin antar pribadi peserta didik

7) Kebutuhan emosional masing-masing peserta didik

8) Sifat-sifat kepribadian dan minat belajar peserta didik yang

beraneka ragam.31

6. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Proses Pembelajaran

Dalam proses belajar juga terdapat banyak factor yang

memengaruhi, factor tersebut diantaranya:

a. Peserta didik dengan aneka ragamnya, yang mencakup tingkat

kecerdasan, bakat, sikap, minat, motivasi, keyakinan, kecerdasan,

kedisiplinan, dan tanggung jawab yang tentunya berbeda-beda;

b. Pengajar dengan kompetensi pedagogic, kompetensi sosial,

kompetensi personal, dan kompetensi profesional, dengan

kualifikasi pendidikan dan kesejahteraan yang memadai;

c. Atmosfir pembelajaran yang sehat, aktif dan partisipatif serta

adanya komunikasi multiarah yan diharapkan mampu

mengembangkan kecerdasan dan spiritual serta menekan emosi

baik untuk pendidik maupun peserta didik;

d. Sarana dan prasarana yang menunjang penuh proses pembelajaran;

30

Jamaludin, Acep Komarudin dan Koko Khoerudin, Pembelajaran Perspektif Islam,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h.96. 31

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), h.101-105.

Page 37: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

27

e. Kurikulum sebagai acuan pembelajaran;

f. Lingkungan agama, sosial, budaya, politik, ekonomi, ilmu, dan

teknologi serta alam yang mendukung proses pembelajaran;

g. Pembiayaan yang mendukung berlangsungnya proses

pembelajaran.32

Slameto juga berpendapat bahwa faktor yang memengaruhi

keberhasilan proses pembelajaran ialah suatu rangkaian keterkaitan yang

terjadi antara pendidik dan peserta didik. Faktor ini terdiri dari faktor

internal dan faktor eksternal.33

a. Faktor internal, berasal dari dalam diri individu

1) Factor fisiologi, yang dibagi menjadi dua macam yaitu:

Pertama, keadaan tonus jasmani. Kondisi fisik yang sehat akan

mempengaruhi proses pembelajaran. Apabila fisik sehat akan

berpengaruh positif, apabila fisik lemah atau sedang sakit akan

menghambat proses pembelajaran. Untuk itu perlunya menjaga

kesehatan fisik agar tidak mengganggu proses pembelajaran

dengan cara menjaga pola makan yang sehat, olah raga teratur

dan istirarat yang cukup.

Kedua, keadaan fungsi jasmani/ fisiologis. Peran panca indra

sangat memengaruhi proses pembelajaran. Panca indra adalah

gerbang masuknya seluruh informasi yang disampaikan melalui

pembelajaran, untuk itu penting menjaga kesehatan fungsi

panca indra kita untuk memudahkan aktivitas pembelajaran.

2) Factor psikologis

a) Intelegensi peserta didik, yakni kemampuan psiko-fisik

individu dalam mereaksikan suatu rangsangan atau

beradaptasi dengan lingkungan dengan mudah. Intelegensi

tidak hanya ditentukan oleh kualitas otak saja, tatapi organ

tubuh lainnya juga memengaruhi.

32

Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT

Refika Aditama, 2012), h. 8. 33

Jamaludin, Acep Komarudin dan Koko Khoerudin, op.cit, h. 147

Page 38: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

28

b) Motivasi, ialah suatu bentuk dorongan positif yang

berpengaruh pada keefektifan proses belajar peserta didik.

Motivasi juga terdiri atas dua sumber utama, yakni berasal

dari dalam diri individu itu sendiri dan dukungan dari orang

lain.

c) Sikap, ialah dimensi efektif manusia yang berupa

kecenderungan bereaksi atau merespon suatu objek,

peristiwa, atau lainnya secara konsisten baik positif maupun

negative. Sikap pendidik dan peserta didik masing-masing

memiliki pengaruh dalam proses pembelajaran.

d) Bakat, ialah kemampuan atau potensi yang dimiliki setiap

individu untuk mendukung proses belajarnya sehingga

memudahkan tercapainya keberhasilan di masa depan.

Pendidik dapat memahami bakat setiap peserta didiknya

dengan cara mendukung dan mengarahkan bakat peserta

didiknya agar berkembang.

b. Faktor eksternal, berasal dari luar diri individu

1) Metode mengajar, metode yang pendidik terapkan harus

dilaksanakan sesuai dengan prinsip pembelajaran, sebab

pemilihan metode sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

proses pembelajaran.

2) Kurikulum, kurikulum adalah serangkaian komponen yang

tersusun dan telah ditetapkan yang akan berpengeruh langsung

kepada peserta didik

3) Relasi pendidik dan peserta didik, jika terjalin hubungan yang

baik antara pendidik dengan peserta didik proses pembelajaran

akan berlangsung menyenangkan. Jika tidak maka tingkat

partisipasi peserta didik akan rendah.

4) Relasi peserta didik dengan peserta didik, penting bagi pendidik

mengetahui kondisi masing-masing peserta didiknya. Apabila

diketahui antar peserta didik memiliki masalah yang dapat

Page 39: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

29

mengganggu proses pembelajaran maka pendidik wajib

menjadi mediator. Pendidik harus menciptakan hubungan yang

bai antar peserta didik agar berpengaruh positif terhadap

pembelajaran.

5) Disiplin sekolah, kebijakan sekolah akan memengaruhi

kerajinan peserta didik. Bentuk disiplin sekolah berupa

kedisiplinan pendidik dan peserta didik dalam proses

pembelajaran dan melaksanakan tata tertib.

6) Alat pembelajaran, dengan ketersediaan dan keahlian pendidik

dalam memilih alat pembelajaran yang tepat akan

mempermudah peserta didik menerima materi pembelajaran.34

34

Jamaludin, Acep Komarudin dan Koko Khoerudin, op.cit, h.147-154.

Page 40: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

30

C. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan memiliki pengertian yang beranekaragam. Dari

epistimologinya pendidikan biasa kita kaitkan dengan istilah tarbiyah,

ta’lim, ta’dib, riyadhah, irsyad, dan tadris.35

Tarbiyah dapat berarti

mengasuh, memproduksi, mengembangkan, memelihara, membesarkan.

Ta’lim berarti pengajaran. Ta’dib berarti pendidikan sopan santun, akhlak,

moral, etika. Riyadhah berarti pelatihan atau pengajaran.

Menurut terminology pendidikan dapat diartikan sebagai usaha

pendidik yang dilakukan dengan kesadaran untuk mencapai suatu tujuan

dengan meningkatkan keterampilan, sikap, dan pengetahuan peserta didik

yang terlibat secara aktif mengikuti proses pembelajaran dimana prosesnya

sudah tersusun dan terencana dapat dilaksanakan dalam jalur formal,

nonformal maupun semiformal di dalam maupun luar sekolah.

Pendidikan menurut Ahmad Tafsir memiliki tiga focus utama,

yakni pertama, proses atau kegiatannya terbagi menjadi tiga bagian, yakni

kegiatan yang dilakukan oleh individu itu sendiri, kegiatan yang dilakukan

oleh lingkungan, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang lain. Kedua,

ranah pendidikan mencakup tiga bagian pula yaitu jasmani, akal, dan hati.

Ketiga, lokasi pendidikan juga dibagi menjadi tiga bagian, yakni rumah

tangga, masyarakat, dan sekolah.36

Atau sumber lain yang menyatakan bahwa dalam pendidikan

terdapat dua proses inti yaitu pengembangan individu dan pengembangan

sosial. Pengembangan individu meliputi proses pengembangan

kemampuan, sikap, dan tingkah laku peserta didik yang langsung terlibat

didalam proses pendidikan secara aktif. Serta pengembangan sosial yang

mendukung apabila lingkungan pendidikan baik kurikulim, sarana, media

35

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Kaharisma Putra

Utama, 2017), h. 10. 36

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), h.36

Page 41: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

31

dan lainya yang menunjang kegiatan pendidikan telah disediakan dan

terkontrol.37

Agama berasal dari Bahasa sansekerta, a yang artinya tidak serta

gama artinya pergi. Maka agama berarti tidak pergi, menetap, turun

temurun.38

Agama juga dapat diartikan sebagai peraturan, tata cara,

upacara hubungan dengan Dewa. Agama memiliki beberapa unsur penting

yaitu adanya kekuatan ghaib atau agung, pengakuan atau kepercayaan

terhadap kekuatan ghaib yang agung, adanya hubungan dengan yang

agung tersebut dengan peribadatan atau penyembahan, dan respon yang

emosional dari individu.

Kata agama dalam Bahasa Arab yaitu din yang juga memiliki

empat unsur penting yakni pertama pengakuan terhadap yang agung dalam

ini iman kepada Allah, kedua hubungan tersebut dilanjutkan dalam bentuk

ibadah kepada Allah, ketiga adanya doktrin yang mengatur terhadap

pengakuan tersebut terdapat dalam Al-quran dan Sunnah Nabi, keempat

adanya sikap dalam bentuk taqwa. Ciri-ciri agama berdasarkan istilah din

yakni agama dikenal sebagai peraturan Tuhan, agama hanya diperuntukan

kepada orang yang berakal, agama dijalankan atas kehendak pribadi, dan

agama bertujuan ganda dengan berorientasi kepada kebahagiaan dan

kesejahteraan dunia dan akhirat.

Istilah agama dalam kamus besar Bahasa Indonesia ialah sistem

yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada

Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan

pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.39

Definisi pendidikan agama telah ditetapkan dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No 55 tahun 2007 tentang pendidikan

agama dan pendidikan keagamaan bab 1 pasal 1 yang dimaksud dengan

37

Syafril dan Zulhendri Zen, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Depok: Penerbit Kancana,

2017), h.31. 38

Dede Ahmad Ghozali dan Heri Gunawan, Studi Islam Suatu Pengantar Pendekatan

Interdisipliner, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h.2 39

Kamus Besar Bahasa Indonesia, kbbi.web.id

Page 42: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

32

Pendidikan agama ialah pendidikan yang memberikan pengetahuan

dan pembentukan sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta

didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan

sekurang kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua

jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.40

Islam berasal dari kata salama yang berarti patuh atau menerima.

Kata dasarnya salima yang berarti sejahtera, tidak tercela, dan tidak

bercacat. Dari kata itu munculah kata selamat, salm, silm yang berarti

kedamaian, kepatuhan, dan penyerahan diri. Secara terminology Islam

berarti agama dengan ajaran yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada

Rasul Muhammad SAW. Ajaran Islam bertujuan untuk membawa rahmat

bagi semesta. Ajaran Islam sangat komprehensif, mengatur seluruh tata

cara kehidupan pengikutnya dalam beribadah maupun berinteraksi dengan

seluruh makhluk-Nya.

Sumber ajaran Islam yang utama adalah Al-quran dan Sunnah, dan

ijtihad. Sumber ajaran islam ini tergambarkan dalam dialog yang terjadi

antara Rasulullah SAW dengan Mu’adz bin Jabal ketika akan ditugaskan

menjadi gubernur Yaman.

Rasulullah : “Dengan apakah engkau melaksanakan hukum?”

Mu’adz : “Dengan kitab Allah.”

Rasulullah : “Jikalau tidak mendapatkan dalam kitab?”

Mu’adz : “Dengan Sunnah Rasul.”

Rasulullah : “Jikalau tidak mendapatkan di sana?”

Mu’adz : “Saya berjihad dengan akal saya dan tidak akan putus

asa.”

Rasululah : ”Segala puji bagi Allah yang telah berkenan memberi

petunjuk kepada utusan-Nya yang diberi restu-

Nya.”41

Dari dialog ini terdapat kesimpulan bahwa sumber ajaran islam

yang diprioritaskan utama adalah Al-quran, kemudian Sunnah jika tidak

40

PP RI No 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan 41

Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),

h.170.

Page 43: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

33

terdapat dalam keduanya maka manusia akan berijtihad. Jika terjadi

pertentangan maka kembali lagi ke Al-quran.

Dengan demikian, pendidikan agama Islam dapat diartikan sebagai

suatu program yang dirancang untuk mempersiapkan peserta didik agar

dapat mengimani dan mengimplementasikan ajaran islam juga

menghormati ajaran agama lain agar tercipta kerukunan sebagai lambang

persatuan bangsa.42

Sehingga usaha pembelajaran PAI di sekolah jangan

sampai menumbuhkan semangat fanatisme dan intoleran antar peserta

didik juga memperlemah kerukunan kehidupan beragama.

2. Meteri Pendidikan Agama Islam

Dalam buku Pengayaan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

di SMP dan SMA untuk pendidik, terdapat lima pokok bahasan mata

pelajaran PAI yaitu: Al-Quran Hadist, Akidah, Akhlak, Fikih, Tarikh &

Kebudayaan Islam. Pokok bahasan ini melingkupi konsep:

a. Al-Quran Hadist

Pembahasan materi ini adalah mengenai konsep berlomba dalam

kebaikan, bersih dan sehat, etos kerja, ikhlas, ilmu pengetahuan dan

teknologi, khalifah, penciptaan manusia, lingkungan, manusia,

menuntut ilmu, musyawarah, peduli, sabar, dan toleransi agama

dalam Al-quran hadits.

b. Akidah

Dalam pembahasan materi akidah ini akan dijelaskan mengenai

konsep arsy, azli, fatalisme, hari akhir, ikhtiar, iman, ismah,

istiqomah, kafir, malaikat, metafisik, mukjizat, nasib, qada dan

qodhar, qanaah, risalah, sunatullah, syirik, tagut, tahayul, tawakal,

ten commandeman, ulul azmi.

c. Akhlak

Pembahasan tentang materi akhlak ialah adil, akhlak, amanah,

ananiyah, ghadab, hasad, hilm, husn al-dann, iffah, ikhlas, israf,

42

Muhammad Alim, ibid, h.9.

Page 44: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

34

munafik, muruah, namimah, qanaah, raja’, rida, riya, sabar, taat,

takabur, tasamuh, taubat, tawadu, tawakal, ukhuwah, zuhud.

d. Fikih

Dalam materi fikih akan dijelaskan mengenai konsep akikah, aurat,

baitul maal, dakwah, darurat, faraid, fasakh, hablun min al-nas dan

hablun min al-lah, hadanah, haid, harfiyah, hijab, idah, hari ied,

ijab kabul, ijma, ijtihad, ila, jenazah, kafarat, khiyar, khulu, kurban,

lian, menghadap kiblat, mudarabah, mukhalaf, mumayyiz, musafir,

puasa, qiyas, riba, rukhsah, sholat dan khutbah jumat, sholat jamak

qasar, sujud, syarak, talak, waris, wasiat, zakat, zihar.

e. Tarikh & Kebudayaan Islam

Yang akan membahas tentang Abdurrahman bin Auf, Abu Bakar,

Abu Hurairah, Abu Jahal, Abu Lahab, Abu Sufyan, Abu Thalib,

Aisyah, Ali bin Abi Thalib, kaum anshar, badar, bay’ah, bayt al-

mal, Hamzah, hijrah, hudaibiyah, Hunain, Ibnu Abbas, jahiliyah,

jama’ah, ka’bah, Khadijah, khalifah, khandaq, Madinah, Makkah,

Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Muhammad SWT, piagam Madinah,

quraisy, riddah, sahabat, siffin, suku, tabuk, Thalhah bin

Ubaydillah, uhud, Umar bin Khatab, ummat, Utsman bin Affan,

yahudi, Zayd bin Tzabit, Al-Zubair bin Al-Awwam.43

3. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam

Segala sesuatu diciptakan memiliki tujuan. Tujuan pengajaran

misalnya disusun memiliki fungsi sebagai pusat untuk melaksanakan

kegiatan pembelajaran, penentu arah kegiatan pembelajaran, pedoman

pembuatan RPP, bahan memperluas ruang lingkup pembelajaran serta

untuk mencegah dari penyimpangan kegiatan pembelajaran.44

43

Ismatu Ropi, dkk, Buku Pengayaan Mata Pelajaran PAI di SMP dan SMA untuk Guru,

(Jakarta: Penerbit Kencana, 2012), h. xv-xxvi. 44

Zakiyah Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),

h.73.

Page 45: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

35

Fungsi dan tujuan pendidikan secara umum telah dijelaskan oleh

Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan yang telah merancang tujuan

pendidikan di dalam Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 yang berbunyi:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangan kemampuan dan

membentk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokrtis serta bertanggung jawab.45

Tercatut pula dalam Bab II pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No 55 tahun 2007 tentang fungsi dan tujuan dari pendidikan

agama. Pendidikan agama memiliki fungsi untuk membentuk manusia

Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta

berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan

inter dan antarumat beragama. Sedangkan tujuan pendidikan agama

dijelaskan sebagai langkah untuk berkembangnya kemampuan peserta

didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama

yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi,

dan seni.46

Dalam bukunya Ramayulis menuliskan tujuan dan fungsi dari

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Tugas Pendidikan Agama Islam,

diantaranya ialah membimbing, dan mengarahkan pertumbuhan dan

perkembangan peserta didik secara bertahap sampai titik dimana peserta

didik mencapai kehidupan yang optimal. Dan fungsi pendidikan agama

islam ialah menyediakan fasilitas yang memungkinkan tugas pendidikan

tersebut berjalan dengan lancar.47

45

UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 46

Peraturan Pemerintah RI No 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan

Keagamaan. 47

Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam: analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam,

(Jakarta: Kalam Mulia, 2015), hlm. 122.

Page 46: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

36

Menurut GBPP mata pelajaran pendidikan agama Islam tahun

1999, tujuan pendidikan agama islam ialah untuk mengokohkan keimanan,

pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam kepada peserta

didik sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa juga

berakhlak mulia di dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara.48

Dengan demikian, proses pembelajaran yang dialami peserta didik

dimulai dengan tahap kognisi, yaitu peserta didik mengetahui dan

memahami ajaran islam. Lalu memasuki tahap afeksi dengan

menginternalisasikan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam dirinya dalam

bentuk menghayati dan meyakini ajaran Islam dengan hal tersebut

diharapkan peserta didik dapat mengamalkan dan menaati ajaran

agamanya dalam tahap psikomotorik untuk menjadi manusia yang

beriman, bertaqwa juga berakhlak mulia.

Pengajaran pendidikan agama islam di sekolah memiliki

karakteristik yang membedakan dengan mata pelajaran yang lainnya,

yaitu:

a. Mata pelajaran PAI berupaya untuk mengokohkan akidah peserta

didik agar terjaga dalam situasi dan kondisi apapun

b. Mata pelajaran PAI berupaya menjaga nilai nilai yang terkandung

dalam Al-quran dan Hadits serta otentitas keduanya sebagai sumber

ajaran islam

c. Mata pelajaran PAI lebih menekankan kepada pengamalan iman,

ilmu, amal dalam kehidupan sehari-hari

d. Mata pelajaran PAI berusaha untuk menumbuhkan sikap sholeh

baik untuk individu maupun sosial

e. Mata Pelajaran PAI menjadi landasan untuk mengembangkan

iptek, budaya, serta aspek lainnya

48

Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan

Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cet.3, 2004), h. 78.

Page 47: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

37

f. Isi dari mata pelajaran PAI mengandung nilai yang bersifat

rasional dan supra rasional

g. Mata pelajaran PAI berupaya memahami dan menambil ibrah dari

sejarah kebudayaan (peradaban) islam

h. Mata Pelajaran PAI memungkinkan munculnya multitafsir,

sehingga akan mendorong siswa untuk menjaga ukhuwah

Islamiyah.49

Karakteristik-karakteristik ini muncul berdasarkan pada fungsi

pendidikan agama islam sendiri yaitu:

a. Untuk mengembangkan intelektual, psikomotorik dan afektif

peserta didik

b. Untuk mengembangkan segala fitrah yang ada peserta didik

c. Untuk meningkatkan kualitas akhlak insani dan ilahi peserta didik

d. Untuk menciptkan generasi yang madani.50

D. Penelitian Relevan

Beberapa hasil penelitian relevan yang mendukung peneliti untuk

melakukan penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Jurnal mengenai “Konsep self esteem serta Implikasinya pada Siswa” yang

ditulis oleh Refnadi. Dijelaskan bahwa untuk menghadapi permasalahan

pendidikan, siswa diharuskan memiliki self esteem yang tinggi agar dapat

mencegahnya melakukan hal-hal negative dalam proses pembelajaran. Self

esteem yang tinggi akan membuat siswa merasa berharga, menghormati

dirinya sendiri, selalu memiliki pandangan positif terhadap segala sesuatu,

dan juga menjadikannya selalu ingin berkembang. Sedangkan self esteem

yang rendah akan membuatnya mengalami berbagai masalah psikologis

dan sosial. Ia akan mudah mendapat pengaruh negative dari

lingkungannya sehingga akan cenderung berperilaku menyimpang.

49

Su’dadah, “Kedudukan dan Tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah”, Jurnal

Kependidikan Vol.II No.2 November 2014, h.157 diakses pada tanggal 30 Juli 2019 pukul 16.27

WIB 50

Su’dadah, ibid.

Page 48: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

38

Dengan rendahnya self esteem pada siswa akan menghambat siswa untuk

berprestasi.51

2. Penelitian dengan judul “Upaya Sekolah dalam Pembentukan Self Esteem

Siswa melalui Pembelajaran” yang ditulis oleh Ruhmania Utari,

menyatakan bahwa sekolah adalah lembaga yang akan memengaruhi

perilaku siswa di kemudian hari. Kebijakan sekolah secara otomatis akan

berpengaruh terhadap self esteem peserta didiknya. Sekolah harus memberi

ruang bagi pendidik untuk menjadi bagian dalam membuat kebijakan

sekolah. Karena pendidiklah yang langsung berinteraksi dengan peserta

didik dalam proses pembelajaran yang akan memengaruhi pembentukan

self esteem peserta didiknya.52

3. Jurnal yang ditulis Anastasia Sri Mendari yang berjudul “Aplikasi Teori

Hirarki Kebutuhan Maslow dalam Meningkatkan Motivasi Belajar

Mahasiswa”. Disimpulkan bahwa untuk memahami dan memuaskan

kebutuhan mahasiswa dapat dilakukan dengan memberikan motivasi

sebagai dorongan atas kekuatan yang ada pada diri sebagai salah satu

faktor membentuk perilaku. Dengan pemberian motivasi kepada

mahasiswa dapat mengoptimalkan efektifitas proses pembelajaran.53

4. Penelitian Robinggatin dengan judul “Pengembangan Self Esteem melalui

Pembelajaran Kooperatif” dengan subjek ialah siswa sekolah dasar,

penelitian menunjukan bahwa pengembangan self esteem dapat dilakukan

melalui pembelajaran kooperatif dengan cara mengajarkan nilai-nilai

kerjasama, membangun komunitas antar kelas, toleransi dengan

perbedaan, dan mengembangkan hubungan positif antar teman sehingga

akan mengembangan kemampuan akademiknya. Anak dengan self esteem

tinggi akan lebih percaya diri, menganggap orang lain sama seperti

dirinya, dengan itu ia tidak akan merasakan adanya perbedaan dan akan

51

Refnadi, “Konsep Self Esteem serta Implikasinya pada Siswa”, Jurnal Educatio Vol 4,

2018, h.16-22. 52

Ruhmania Utari, “Upaya Sekolah dalam Pembentukan Self Esteem Siswa melalui

Pembelajaran”, Jurnal Dinamika Pendidikan No.1, 2007, h. 76-89. 53

Anastasia Sri Mendari, “Aplikasi Teori Hirarki Kebutuhan Maslow dalam Meningkatkan

Motivasi Belajar Mahasiswa”. Jurnal Widya Warta No.1, 2010, h.82-91.

Page 49: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

39

lebih menerima dan saling menghargai satu sama lain. Pengembangan self

esteem oleh guru dilakukan dengan melayani anak dengan penuh tanggung

jawab, melayani dengan sepenuh hati, dan menghindari dari pilih kasih,

ancaman, mempermalukan atau bahkan merendahkan harga diri siswa

tersebut.54

5. Penelitian yang dilakukan oleh Anika Putri mengenai “Hubungan antara

Persahabatan dengan Self Esteem” dengan tujuan untuk mengetahui

adanya peran sahabat dalam pembentukan self esteem pada mahasiswa.

Proses analisis data menggunakan korelasi product momen dengan

korelasi antara persahabatan dengan self esteem (r) sebesar 0,0425 dengan

p=0,000 dimana p< 0,01 yang berarti terdapat hubungan positif yang

sangat signifikan antara persahabatan dengan self esteem. Semakin tinggi

tingkat persahabatan maka semakin tinggi pula self esteemnya, sebaliknya

jika tingkat persahabatan rendah maka rendah pulalah tingkat self

esteemnya. Penghargaan yang diterima sebagai respon dari persahabatan

tersebut pada akhirnya akan mempertinggi self esteem seseorang. Dalam

penelitian itu juga diketahui peran persahabatan terhadap self esteem

hanya seseorang sebesar 17% tersisa sekitar 83% faktor lain yang dapat

memengaruhi self esteem seseorang.55

54

Robinghatin, “Pengembangan Self Esteem melalui Pembelajaran Koperatif”, Jurnal

STAIN Samarinda, t.t, h. 1-10. 55

Anika Putri, “Hubungan antara Persahabatan dengan Self Esteem”, Skripsi pada Fakultas

Psikologi Universitas Muhamadiyah Surkarta, 2016, h.1-13.

Page 50: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian ini ialah implikasi konsep self

esteem menurut Abraham Maslow dalam pencapaian tujuan pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Waktu penelitian ini terhitung sejak lulus seminar

proposal pada bulan April 2019 sampai dengan Oktober 2019.

B. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penulis melakukan penelitian melalui studi kepustakaan atau library

research. Penelitian kepustakaan termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif

dimana proses pengumpulan data dilakukan di perpustakaan sebagi salah satu

sumber literarur bagi penulis dalam mencari topik penelitian.1 Kajian pustaka

dilakukan dengan mencari dan memilih sumber bacaan yang relevan dengan objek

penelitian. Proses penelitian berlangsung di perpustakaan umum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan tempat-tempat lain yang mendukung tersedianya topik

terkait objek penelitian.

2. Sumber Data

Sumber data ialah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan

dasar suatu kajian atau penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data

primer dan data sekunder yang mendukung objek penelitian. Data primer ialah

data yang diperoleh langsung dari objek penelitian, sedangkan data sekunder ialah

data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian, tetapi melalui

sumber lain.

Sumber primer dalam penelitian ini ialah buku Motivasi dan Kepribadian

karangan Abraham Maslow yang diterjemahkan oleh Nurul Iman dikoreksi oleh

1Andi Prastowo, Metode Penelitian kualitatif dalam Prespektif Rancangan Penelitian,

(Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), cet. III hlm 190.

Page 51: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

41

staf lembaga PPM diterbitkan oleh PT Pustaka Binaman Pressindo tahun 1984.

Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah:

a. Literature mengenai pemikiran Abraham Maslow seperti Buku Manusia

Utuh: Sebuah Kajian atas Pemikiran Abraham Maslow oleh Hendro

Setiawan diterbitkan oleh penerbit Kanisius tahun 2014 dan Buku

Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow oleh Frank G.

Goble diterjemahkan oleh A.Supratinya Penerbit Kanisuis tahun 1987.

b. Literatur mengenai pembelajaran PAI seperti buku-buku karangan

Muhaimin dengan judul:

Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan

Agama Islam di Sekolah diterbitkan oleh PT Remaja Rosdakarya

Offset tahun 2001

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,

Madrasah, dan Perguruan Tinggi diterbitkan oleh PT Rajawali Press

tahun 2009

Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma Pengembangan,

Managemen Kelembagaan, Kurikulum, hingga Strategi

Pembelajaran, diterbitkan oleh PT Rajawali Press, tahun 2009

Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Agama Islam

diterbitkan oleh Rajawali Press tahun 2011

Model Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran dalam

Pendidikan Islam Kontemporer di Sekolah/Madrasah dan Perguruan

Tinggi diterbitkan oleh UIN Maliki Press tahun 2016

c. Dan segala bentuk karya ilmiah seperti jurnal, skripsi, dan hasil seminar

mengenai konsep self esteem, pemikiran Abraham Maslow, serta kajian

terhadap pembelajaran pendidikan agama Islam yang relevan terhadap

objek penelitian.

Page 52: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

42

C. Fokus Penelitian

Penelitian ini akan terfokus kepada pembahasan mengenai implikasi

konsep self esteem Abraham Maslow dalam pencapaian tujuan pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di sekolah.

D. Prosedur Penelitian

Secara umum terdapat empat tahapan dalam pelaksanaan kajian

kepustakaan yakni:

1. Melakukan penelusuran kepustakaan, dengan mengumpulkan sumber-

sumber yang relevan terhadap fokus penelitian dari berbagai karya ilmiah

baik berupa buku maupun jurnal.

2. Melakukan pengkajian terhadap hasil data terpilih, dengan membaca dan

menarik keterkaitan antara sumber data dan fokus penelitian.

3. Menyusun dan mengembangkan kerangka teoritis, kerangka teoritis berisi

teori atau isu-isu penelitian dengan tujuan agar penelitian lebih terfokus,

penyusunan kerangka teoritis dilakukan dengan sumber data yang umum

terlebih dahulu kemudian ke yang lebih spesifik.

4. Menyusun dan mengembangkan kerangka konseptual, setelah mengetahui

kerangka toritis yang hendak diteliti, kerangka konseptual akan membantu

penulis dalam menjawab permasalahan penelitian yang telah disusun

dalam kerangka teoritis tersebut.2

2 Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.124.

Page 53: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

43

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Konsep Self Esteem Abraham Maslow

a. Biografi singkat pemikiran Abraham Maslow

Abraham Harold Maslow lahir 1 April 1908, dibesarkan di

Brooklyn, New York, USA. Maslow adalah anak pertama dari tujuh

bersaudara. Menjadi minoritas karena ia satu-satunya anak laki-laki

Yahudi di perkampungan non Yahudi. Masa kecil Maslow sangat

tidak bahagia, ia sulit bergaul. Namun Maslow kecil dapat menjalani

kehidupannya dengan berteman dengan buku, ia tumbuh di dalam

perpustakaan. Dengan begitu ia selalu menjadi peringkat pertama di

sekolahnya. Maslow sangat suka belajar dan ia memilih jurusan

psikologi sebagai studinya berdasarkan pada ketertarikannya pada

masalah-masalah kemanusiaan dan kegigihannya dalam mewujudkan

sesuatu yang nyata.1

Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran humanistic

atau mazhab ketiga yang muncul sebagai reaksi atas aliran

behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran humanistic Abraham Maslow

menggambarkan bahwa individu ialah makhluk yang bebas dan

bermartabat serta selalu bergerak ke arah pengungkapan potensi yang

dimilikinya dengan syarat lingkungannya memungkinkan. Menurut

Maslow manusia adalah makhluk yang terintegrasi secara penuh dan

dapat mencapai tingkat tertinggi dalam kehidupannya. Sedangkan

pemikiran sebelumnya dianggap belum memberi tempat bagi nilai-

nilai luhur manusia. Seperti yang diketahui bahwa psikoanalisis

dipengaruhi oleh Darwin yang menganggap bahwa individu adalah

1 Hendro Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian atas Pemikiran Abraham Maslow,

(Sleman: PT Kanisius, 2014), h. 23.

Page 54: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

44

hasil evolusi yang terjadi secara kebetulan. Dalam psikologi aliran ini

disebut dengan aliran pesimistik, atau lebih dikenal dengan mazhab

pertama. Sedangkan mazhab kedua atau aliran behaviorisme

menganggap bahwa individu terlahir dalam keadaan netral seperti

kertas putih. Lingkunganlah yang membentuk arah perkembangannya

melalui proses belajar.2

Maslow memiliki pandangan bahwa manusia termotivasi oleh

sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama pada seluruh spesies,

tetap, dan berasal dari sumber genetis atau naluriah. Menurut Maslow

kebutuhan-kebutuhan dasar manusia juga bersifat psikologi, tidak

hanya fisiologis. Kebutuhan ialah kodrat manusia sebagai makhluk

yang lemah. Suatu sifat dapat dikatakan sebagai suatu kebutuhan jika

memiliki syarat: ketidak-hadirannya akan menimbukan penyakit,

kehadirannya dapat mencegah timbunya penyakit, pemulihannya

dapat menyembuhkan penyakit, dan dalam kondisi yang sangat

kompleks dimana individu bebas memilih, individu yang kekurangan

akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan tersebut dibandingkan

dengan pemuasan terhadap hal lainnya.3

Kekhasan pemikiran Maslow dalam memahami manusia ialah

dengan memahami kebutuhannya. Teori Maslow dibangun

berlandaskan hirarki kebutuhan manusia, hirarki menunjukan

keterkaitan antara kebutuhan yang satu dengan lainnya. Ia membagi

kebutuhan dalam lima tingkat dasar, tiap tingkat akan mendasari

tingkat selanjutnya yang lebih tinggi.4

2 Ujam Jaenudin, Teori-teori Kepribadian, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), h.121.

3 Frank G. Goble, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow penerjemah A.

Supratinya, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1987), h. 70. 4 Hendro Setiawan, op.cit, h. 39.

Page 55: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

45

*Hirarki kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow

b. Konsep self esteem Abraham Maslow

Istilah self esteem dalam Bahasa Indonesia disebut juga dengan

harga diri. Manusia pada umumnya (orang yang mengalami ganguan

kejiwaan dikecualikan) memiliki hasrat untuk dihargai dan dihormati,

hal ini dapat mudah kita identifikasi dalam kehidupan sehari-hari,

misalnya dalam bentuk kecenderungan beberapa orang untuk

menonjolkan dirinya atau menunjukan eksistensinya dalam rangka

berebut kekuasaan atau jabatan dalam suatu komunitas atau hanya

untuk mendapat perhatian.5

Pentingnya perhatian self esteem sejak masa anak-anak akan

sangat memengaruhi perkembangan kepribadiannya kelak, hal ini

menjadi kajian Maslow dalam penelitiannya terhadap suku Indian

Blackfoot yang dikenal sebagai suku yang memiliki karakter yang

kuat, ulet, pejuang, pemberani dan sangat menghormati pribadi

manusia. Maslow mengagumi cara suku Indian Blackfoot dalam

mendidik anak-anak mereka. Maslow menceritakan bahwa ketika ada

seorang anak kecil hendak membuka pintu, ia tidak dapat langsung

membuka pintu tersebut karena pintunya besar dan berat. Anak kecil

tesebut terus mencoba membuka pintu sambil menggerutu dan

berkeringat. Jika dibeberapa negara orang dewasa yang melihat

peristiwa tersebut akan membantunya dan membukakan pintu, tidak

5 Ibid, h. 150.

Self Actualization

The Esteem Needs

The Belongingness and Love Needs

Safety Needs

Physiological Needs

Page 56: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

46

dengan suka suku Indian Blackfoot ini, ia mendiamkannya sampai

setengah jam. Kemudian setelah anak itu berhasil membuka pintunya

sendiri semua orang akan memujinya karena telah berhasil dengan

usahanya sendiri. Hal ini menunjukan bahwa suku Indian Blackfoot

sangat menaruh penghormatan yang besar terhadap mereka sejak

dini.6

Maslow beranggapan bahwa self esteem adalah bagian dari

kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Manusia memiliki berbagai

macam kebutuhan hidup, dimana salah satunya mencakup dengan rasa

hormat atau memiliki harga diri dan penghargaan. Kebutuhan ini

dapat dilihat dalam dua bentuk, yakni: pertama harga diri bagi dirinya

sendiri, individu memiliki perasaan bahwa dirinya ialah individu yang

memiliki kekuatan, prestasi, keunggulan, kemampuan, dan

kepercayaan pada diri untuk menghadapi dunia, semacam

menganggap dirinya bernilai. Kedua yakni bahwa individu ialah

bagian dari suatu kelompok dimana ia memiliki hasrat akan

memeroleh pengakuan, prestise, status, dominasi, perhatian atau

apresiasi.7

Pemenuhan akan self esteem bagi individu akan berdampak

pada kepercayaan diri, kebermanfaatan, kapabilitas, kekuatan dan

menjadi berguna, sehingga kehadirannya dianggap sebagai bagian dari

masyarakat dunia. Sebaliknya, apabila seseorang gagal dalam

memenuhi self esteem maka yang timbul adalah rasa rendah diri,

lemah, tidak berdaya, putus asa dan sifat-sifat negative lainnya yang

akan menjadikan penyakit atau gangguan mental.8

Namun akan berbahaya jika kita menyerahkan self esteem

hanya kepada pendapat orang lain. Self esteem yang kuat ialah yang

dilandasi oleh kapasitas dan kompetensi diri sendiri bukan karena

6 Ibid, h.152.

7 Abraham Maslow, Motivasi dan Kepribadian penerjemah Nurul Iman, (Jakarta: PT

Pustaka Binaman Pressindo, 1984), h. 50. 8 Ibid, h. 51.

Page 57: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

47

pujian berlebih oleh faktor-faktor luar yang tidak berdasar. Dalam hal

ini akan terlihat perbedaaan antara prestise (penghormatan dan

penghargaan dari orang lain) dan kompetensi. Self esteem yang sehat

dilandasi atas keinginan yang kuat, kemauan yang keras, ketetapan

hati dan tanggung jawab yang terjadi secara alami sebagai sifat asli

seseorang, bukan karena keinginan atau angan-angan semu.9

Self esteem sebagai suatu kebutuhan hidup menurut Maslow

dalam hirarki kebutuhan manusia berada pada tingkatan keempat,

maka untuk mencapai self esteem pada individu dimulai dari

pemenuhan kebutuhan dasar hingga kebutuhan puncak.

Tahapan hirarki kebutuhan hidup menurut Abraham Maslow:

1) Physiological Needs (Kebutuhan fisik)

Kebutuhan fisik menjadi kebutuhan mendasar dan

mendominasi manusia yang pada dasarnya sebuah usaha

pengendlian untuk bertahan hidup. Kebutuhan ini mencakup

perkembangan konsepsi homeostatis yakni usaha tubuh untuk

mempertahankan aliran darah agar tetap normal dan selera

individu yang berbeda-beda dalam kaitannya dengan

kebutuhan tubuh.10

Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi maka kebutuhan yang lain

akan tenggelam dan tidak akan memengaruhinya, misalnya

ketika individu lapar dan haus ia menjadi sulit berkonsentrasi

atau bahkan melakukan kegiatan lainnya. Ia akan termotivasi

untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan cara mencari

makanan. Jika hasrat fisiologis individu dirasa melimpah maka

akan timbul kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih tinggi

mendominasi individu, bukan lagi kebutuhan fisiologis.11

2) Safety Needs (Kebutuhan rasa aman)

9 Ibid, h. 51.

10 Ibid, h. 39

11 Hendro Setiawan, op.cit, h. 48

Page 58: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

48

Kebutuhan ini terdiri atas keamanan, kemantapan,

perlindungan, bebas dari rasa takut cemas dan kekalutan,

ketertiban, perlindungan hukum dan sebagainya. Kebutuhan ini

dapat kita lihat pada bayi atau anak kecil yang akan langsung

bereaksi ketika merasa ada sesuatu yang membuatnya tidak

nyaman atau membahayakan, sedang pada orang dewasa sudah

diajarkan bagaimana cara menahannya.12

Seseorang yang

merasa tidak aman akan memiliki kebutuhan akan keteraturan

dan perlindungan yang berlebihan dan akan berusaha keras

untuk menghindari sesuatu yang asing dan tidak diharapkan.13

3) The Belongingness and Love Needs (Kepemilikan dan cinta)

Individu akan merasakan perlunya hubungan dengan orang

lain sebagai makhluk sosial, ia tidak akan bertahan lama

dengan rasa kesendirian, apalagi jika ia menjadi orang yang

ditolak dari lingkungannya. Kebutuhan ini termasuk kebutuhan

untuk memberi dan menerima perhatian dari orang lain.

Menurut Maslow kebutuhan ini merupakan perasaan

dimengerti secara mendalam dan diterima sepenuh hati.

Baginya cinta menyangkut hubungan yang sehat penuh kasih

sayang didalamnya terdapat rasa saling percaya.14

4) The Esteem Needs (Kebutuhan Harga Diri)

Individu akan memiliki dua kebutuhan akan penghargaan,

yakni harga diri dan penghargaan dari orang lain. Seseorang

yang memiliki cukup penghargaan akan merasa lebih percaya

diri, mampu, atau bahkan lebih produktif. Sebaliknya jika

penghargaan dirinya rendah maka ia akan diliputi rasa rendah

diri dan tidak berdaya yang akan menimbulkan keputus-asaan

atau bahkan perilaku neurotic. Harga diri yang sehat akan

12

Abraham Maslow, op.cit, h. 43-44. 13

Frank G. Goble, op.cit, h. 72. 14

Ibid, h, 74

Page 59: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

49

timbul dari penghargaan yang layak dari orang lain bukan

karena sanjungan yang berlebihan.15

5) Self Actualization

Self actualization merujuk kepada keinginan seseorang untuk

mewujudkan diri sesuai dengan kemampuannya. Bentuk dari

kebutuhan ini berbeda-beda tiap individunya, misalnya

seseorang musisi menciptakan music, penyair dapat bersyair,

dimana pada akhirnya hal tersebut akan membawa

ketentraman baginya.16

Self actualization ditempatkan pada

puncak hirarki yang menjadi tujuan hidup manusia, yang mana

diperlukan upaya keras untuk mencapainya.17

2. Karakteristik Self Esteem pada Pendidik dan Peserta Didik

Karakteristik self esteem seseorang bergantung kepada diri individu

itu sendiri. Bagaimana ia menilai tentang kondisi dirinya dengan berbagai

faktor yang akan memengaruhi perilaku dalam kehidupan sehari-harinya.

Penilaian tersebut terungkapkan dalam bentuk perbuatan, tindakan atau

sikap yang dapat bersifat positif maupun negative. Manfaat apabila

memiliki karakter self esteem yang positif ialah individu akan semakin

kuat menjalani hidup, tidak mudah putus asa, semakin kreatif, memiliki

harapan yang besar dan semakin hormat dan bijak terhadap orang lain.

Namun apabila individu memiliki self esteem negative maka dirinya akan

merasa tidak mampu, mudah cemas, stress, menimbulkan masalah dan

merasa tidak berharga.18

a. Karakteristik self esteem pendidik

15

Ibid, h. 76 16

Abraham Maslow, op.cit, h. 51-52. 17

Hendro Setiawan, op.cit, h, 43. 18

Ridha Oktavianti, dkk, “Self Esteem”, Jurnal Psikologi Universitas Pendidikan

Indonesia, 2008, h. 6-7.

Page 60: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

50

Self esteem pada pendidik dapat diartikan sebagai tahapan

dimana pendidik memandang atau menilai dirinya sendiri melalui

prestasi atau pencapaian yang diraihnya sehingga menujukan kualitas

dari pendidik itu sendiri.19

Menurut Imam Ghozali seorang pendidik

setidaknya harus memiliki rasa kasih sayang terhadap peserta didik

seperti kepada anak kandungnya sendiri, mengikuti teladan

Rasulullah SAW, tidak menunda-nunda dalam menyampaikan

ilmunya kepada peserta didik, juga senantiasa menasihati peserta

didik agar terhindar dari perbuatan tercela.20

Sebagai pendidik, memiliki karakteristik self esteem yang baik

merupakan kunci agar pembelajaran menjadi efektif. Karakteristik

tersebut diantaranya:

1) Memiliki gairah dan motivasi untuk membantu peserta didik

belajar dan bertumbuh.

2) Memiliki kualitas, rasa peduli, empati, respek dan adil

terhadap hubungannya dengan peserta didik.

3) Memiliki leadership dan kontrol yang dapat berpengaruh

terhadap proses pembelajaran.

4) Menunjukan keikutsertaan dan pribadi yang menyenangkan

(semangat, humoris, kreatif, kharismatik, dan lainnya) ke

dalam pembelajaran.

5) Menguasai ilmu tentang metodologi pengajaran dan kurikulum

yang menjadi dasar pelaksanaan pembelajaran di sekolah.21

Jika dilihat dari keefektifitasan proses mengajar, self esteem

pendidik dapat dibedakan menjadi dua klasifikasi, yakni pendidik

yang memiliki kinerja baik dan buruk. Pendidik dengan kinerja baik

memiliki karakteristik:

19

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), h. 232. 20 Sukring, Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2013), h. 84. 21

Elaine K. McEwan, 10 Karakter yang Harus Dimiliki Guru yang Sangat Efektif,

diterjemahkan oleh Benyamin Molan, (Jakarta: PT Indeks, 2014), h.11-25

Page 61: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

51

1) Mengusai materi dan metodologi pembelajaran

2) Dapat mengendalikan proses pembelajaran serta menciptakan

suasana pembelajaran yang menarik dan menyenagkan

3) Memiliki hubungan yang baik dan menghargai peserta didik

4) Dapat mengerti, memahami, dan menerima kondisi peserta

didik serta tidak membeda-bedakan peserta didik.22

5) Bersikap jujur, terbuka, berakhlak mulia, dan dapat menjadi

teladan bagi peserta didik

6) Menunjukan pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa

7) Memiliki etos kerja, tanggung jawab, rasa percaya diri, dan

bangga dengan tugasnya.23

Sedangkan pendidik dengan kinerja yang buruk memiliki

karakteristik:

1) Ketidaksiapan pendidik dalam menguasai materi pembelajaran

2) Tidak memiliki wibawa sehingga tidak mempu mengendalikan

kelas dan menciptakan kondisi belajar tidak kondusif

3) Menunjukan sikap buruk dalam ucapan, perasaan, pemikiran,

dan tingkah laku

4) Tidak memiliki relasi yang baik dengan peserta didik dengan

menutup diri, tidak memberikan perhatian, serta kaku terhadap

peserta didik.

5) Bertindak otoriter dan tidak peka terhadap perubahan yang

terjadi.24

b. Karakteristik self esteem peserta didik

Karakteristik self esteem pada peserta didik merupakan bentuk

kepribadian yang tercermin dari sikap dan perbuatannya sebagai ciri

22

Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern, (Jakarta: Pt Indeks, 2003), h.114-116. 23

Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta:

Rajawali Press, 2011), h. 191-192. 24

Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern, (Jakarta: Pt Indeks, 2003), h. 116-118.

Page 62: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

52

khas yang membedakan satu dengan lainnya dalam proses

pembelajaran. Karakteristik self esteem yang harus dimiliki peserta

didik dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam

diantaranya:

1) Menunjukan sikap dan perilaku yang menjunjukan ketaatan

dalam menjalankan ajaran agama Islam

2) Menjadi individu yang dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan, dan pekerjaan (amanah)

3) Menghargai adanya perbedaan gagasan, pendapat, ataupun ide

orang lain yang berbeda dengan dirinya (tasamuh)

4) Menunjukan kepedulian (ta’awun)

5) Bersikap sopan santun dan tawadlu

6) Bertanggung jawab dan bekerja keras dalam menyelesaikan

kewajibannya

7) Menyelesaikan persoalan dengan tekun, gigih, dan optimis

8) Cinta ilmu pengetahuan dan dapat bermanfaat untuk

semuanya25

Dalam bukunya, Sukron menjelaskan bahwa dalam proses

pembelajaran peserta didik harus menunjukan akhlak:

1) Suci hati dari segala penyakit hati sebelum memulai menuntut

ilmu, sebab ilmu adalah cahaya maka cahaya hanya akan

masuk ke dalam hati yang bersih.

2) Memiliki tujuan yang jelas, yakni dalam rangka menghiasi diri

dengan sifat-sifat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

3) Tabah ketika menjalankan proses belajar dan sabar dalam

menghadapi cobaan.

4) Ikhlas dalam menuntut ilmu juga menunjukan sikap hormat

pada pendidik.26

25

Muhaimin, Model Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran dalam Pendidikan Islam

Kontemporer di Sekolah/ Madrasah dan Perguruan Tinggi, ibid, h. 64-68 26 Sukring, op.cit, h.94.

Page 63: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

53

Page 64: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

54

3. Implikasi konsep Self Esteem dalam Pencapaian Tujuan

Pembelajaran PAI

Self esteem dalam lingkungan sekolah seringkali dihubungkan

dengan prestasi akademik, fungsi sosial, dan psikopatologi. Self esteem

akan berpengaruh terhadap pengembangan motivasi pendidik dan peserta

didik sebagai penunjang keberhasilan proses dan tujuan pembelajaran.

Self esteem juga dapat berperan sebagai jembatan antara kemampuan diri

dan prestasi belajar yang diharapkan.27

Implikasi dari konsep self esteem dalam proses pembelajaran

pendidikan agama Islam menurut Abraham Maslow sebagai upaya untuk

pencapaian tujuan pembelajaran didasarkan pada hirarki kebutuhan dasar

manusia dapat dilakukan dengan cara pemenuhan kebutuhan dari tingkat

dasar hingga puncak. Yakni sebagai berikut:

a. Memenuhi kebutuhan fisik

Sebelum memulai proses pembelajaran pendidik harus

memerhatikan dengan baik kondisi dan kesiapan peserta didik

untuk menerima pembelajaran, dengan cara menciptakan

lingkungan belajar yang kondusif, memberi waktu istirahat yang

cukup dan tidak memaksakan peserta didik dengan mamberi

beban tugas yang berlebihan.

b. Pemenuhan kebutuhan akan rasa aman

Ketika pembelajaran dimulai pendidik harus melakukan

entering behavior, yakni mengetahui kondisi peserta didik dan

kesiapan belajar. Kaidah entering behavior ialah “individu tidak

boleh mengajari individu yang tidak dikenalnya.” Dengan hal

tersebut maka pendidik harus mengenali karakteristik, latar

27

Prihadi K and Chua M, Setudents Self Esteem at School: The Risk, The Challenge, and

The Cure, Journal of Education and Learning Vol. 6, 2012, p.1-14.

Page 65: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

55

belakang, kondisi fisik dan mental peserta didik sehingga peserta

didik siap dan nyaman melaksanakan pembelajaran. 28

Kebutuhan akan rasa aman dapat dipenuhi dengan cara:

1) Mempersiapkan materi dan media pembelajaran dengan baik,

2) Lebih banyak memberikan penguatan melalui pujian atau

reward pada hal yang positif daripada menghukum pada

perilaku negative,

3) Bersikap menyenangkan,

4) Memperlakukan peserta didik dengan adil, dan

5) Tidak mudah menghakimi atau mengancam peserta didik.

c. Pemenuhan kebutuhan kasih sayang dan rasa memiliki

Pemenuhan akan kebutuhan ini dapat dilakukan melalui:

Dalam hubungan antara pendidik dengan peserta didik, pendidik

harus:

1) Menunjukan sikap empati dan terbuka pada peserta

didiknya,

2) Menjadi pendengar yang baik dan memahami (kebutuhan,

potensi, minat, karakter, kepribadian, dan latar belakang)

peserta didiknya,

3) Memperlakukan dengan kasih sayang layaknya anak

kandungnya sendiri, serta

4) Menghargai dan menghormati setiap pendapat atau

keputusan peserta didik.

Dalam hubungan dengan sesama peserta didik seharusnya:

1) Muncul perasaan saling percaya,

2) Mampu bekerjasama dengan baik,

3) Menunjukan sikap peduli dan gemar berbagi, serta

4) Saling menjaga, menghormati, dan menolong antar peserta

didik.

28

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), h.196.

Page 66: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

56

d. Pemenuhan kebutuhan harga diri (self esteem)

Self esteem pada diri peserta didik dapat terbentuk melalui

beberapa cara yakni:

1) Memastikan keberhasilan peserta didik dengan

mengembangkan system pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan peseta didik,

2) Focus kepada keahlian peserta didik bukan

kekurangannya,

3) Tidak mempermalukan peserta didik di depan umum,

4) Melibatkan peserta didik untuk berpartisipasi aktif dan

bertanggung-jawab dalam pembelajaran,

5) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengeksplorasi keingintahuannya, serta

6) Menyediakan ruang bagi peserta didik untuk berpendapat

ketika berdiskusi.29

Indicator yang dapat menunjukan self esteem yang baik

pada peserta didik yakni:

1) Memiliki semangat belajar yang tinggi,

2) Mampu melaksanakan tugas secara mandiri dan tidak

bergantung pada orang lain,

3) Menyukai tugas yang menantang,

4) Berani mengambil resiko,

5) Disiplin,

6) Bersungguh-sungguh dan pantang menyerah dalam

mengerjakan tugas,

7) Mengakui dan menghormati adanya perbedaan dalam

segala hal,

8) Saling percaya, dan tidak memaksakan kehendak kepada

orang lain.30

29

Anastasia Sri Mendari, “Aplikasi Teori Hirarki Kebutuhan Maslow dalam Meningkatkan

Motivasi Belajar”, Jurnal Widya Warta No.1, 2010, h. 82-91.

Page 67: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

57

Sedangkan beberapa hal yang yang dapat membentuk self

esteem pada diri pendidik yakni:

1) Penguasaan terhadap materi yang diajarkan,

2) Pemilihan metode mengajar sesuai dengan situasi dan

kondisi peserta didik,

3) Memiliki relasi yang baik dengan seluruh elemen

pendidikan (peserta didik, wali murid, staff, dll), dan

4) Pengalaman dan keterampilan pendidik itu sendiri.31

e. Aktualisasi diri

Aktualisasi diri dalam mata pelajaran PAI dapat dilihat

dari proses dan hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil

pembelajaran dapat dilihat dalam tiga kategori yakni efektifitas,

efisiensi dan daya tarik.

1) Pembelajaran efektif dapat tercermin melalui kecermatan

dan penguasaan materi yang dipelajari, kualitas dan

kuantitas hasil unjuk kerja, serta kesesuaian dengan

prosedur pelaksanaan pembelajaran.

2) Pembelajaran efesien dapat diukur melalui rasio

keefektifan dengan jumlah waktu yang digunakan dan

biaya yang dikeluarkan.

3) Daya tarik pembelajaran bisa dilihat dari kecenderungan

peserta didik untuk terus belajar.32

Jika pembelajaran PAI yang dilakukan mencerminkan

ketiga hasil tersebut, maka proses pembelajaran optimal dan

tujuan pembelajaran PAI tercapai. Yakni menumbuhkembangkan

30

Muhaimin, Model Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran dalam Pendidikan Islam

Kontemporer di Sekolah/ Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Malang: UIN Maliki Press, 2016), h.

64 31

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah,

dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 120 32

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama

Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cet.5, 2012), h. 156

Page 68: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

58

akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan

pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan juga

pengalaman didik terhadap ajaran Islam sehingga menjadikannya

sebagai individu yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT;

juga menjadi individu yang taat beragama dan berakhlak mulia

yakni yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif,

jujur, adil, etis, disiplin, toleran, menjaga keharmonisan individu

dan sosial serta turut mengembangkan budaya Islam dalam

lingkungan sekolah.33

B. Pembahasan

Pada kurikulum 2013, pembelajaran dilaksanakan dengan

menggunakan konsep pendekatan scientific. Dimana pembelajaran

merupakan proses ilmiah yang dapat mengembangan sikap, keterampilan,

juga pengetahuan peserta didik dengan hasil akhirnya ialah peningatan dan

keseimbangan antara soft skill dan hard skill dari peserta didik.34

Penerapan

scientific approach menekankan pada proses mengamati, mengamati,

menanya, mencoba, menalar atau mengasosiasi, dan mengomunikasikan.35

Implementasi pendekatan scientific salah satunya dapat diterapkan

melalui model pembelajaran kooperatif, dengan cara menyesuaikan atau

mengintegrasikan langkah-langkah pendekatan scientific dengan langkah-

langkah pembelajaran tersebut.36

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat

unsur-unsur yang menjadi focus utama / prinsip dasar pembelajaran yakni:

1) Adanya ketergantungan positif untuk dapat menyelesaikan

pembelajaran bersama-sama,

33

Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 189. 34

Konsep Pendekatan Scientific, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia. 35

Ahmad Salim, “Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

Madrasah”, Jurnal Cendekia Vol.12, 2014, h.33-48 36

Muhammad Fathurrohman, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Ar-Ruzz Media), h.

214

Page 69: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

59

2) Adanya tanggung jawab peserta didik untuk mendapatkan hasil yang

terbaik,

3) Adanya interaksi untuk saling memberi dan menerima informasi,

4) Partisipasi dan komunikasi aktif dalam pembelajaran,

5) Evaluasi proses kelompok agar selanjutnya bisa lebih efektif.37

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Robinghatin dengan judul “Pengembangan self esteem melalui pembelajaran

kooperatif.” Dengan kesimpulan bahwa pengembangan self esteem melalui

pembelajaran kooperatif dilakukan dengan cara mengajarkan nilai-nilai

kerjasama, membangun relasi baik antar peserta didik, menghadirkan

toleransi, tanggung jawab, keterbukaan, saling menghargai, peduli dan

mengembangan kemampuan akademik atau potensi dirinya. Anak dengan self

esteem tinggi akan lebih percaya diri, dengan itu ia tidak akan merasa adanya

perbedaan, lebih menerima, saling menghargai satu sama lain dan dapat

mengembangan potensi dirinya. Pengembangan self esteem oleh pendidik

dilakukan dengan cara melayani peserta didik dengan penuh tanggung jawab,

sepenuh hati, dan menghindari dari pilih kasih, ancaman, mempermalukan

atau bahkan merendahkan harga diri peserta didik tersebut.38

Melalui proses

pembelajaran tersebut, peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan

antusias sehingga motivasi belajar peserta didik dapat meningkat dan

mendorong agar tujuan pembelajaran tercapai.39

Menurut Muhaimin dalam bukunya dipaparkan bahwa keberhasilan

seorang pendidik dapat dilihat apabila ia mengimplementasikan kompetensi

personal religious dan professional religious.40

Kompetensi personal

religious menurut Imam Al-Ghazali yang harus dimiliki oleh seorang

pendidik ialah dengan memperlakukan peserta didik layaknya anak kandung

37

Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rjawali Press, 2011), h. 212 38

Robinghatin, “Pengembangan Self Esteem melalui Pembelajaran Koperatif”, Jurnal

STAIN Samarinda, t.t, h. 1-10. 39

Abdul Munib, “Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan

Agama Islam.”, Jurnal Penelitian dan Pemikiran Keislaman Vol.2, 2017, h.234-255 40

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama

Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cet.3, 2004), h.97

Page 70: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

60

sendiri dengan penuh kasih sayang, selalu meneladani kepribadian

Rasulullah, berperilaku luwes dan bijak, dan telah mengamalkan ilmu yang

dipelajarinya. Menurut Abdurrahman Al-Nahlawy kompetensi personal

religious yang harus dimiliki pendidik ialah pendidik memiliki tujuan yang

Rabbani, bersikap ikhlas, sabar, jujur, dan adil. Menurut Athiyah al-Abrosyi

guru harus memiliki sifat zuhud, bersih dan suci, ikhlas, pemaaf, menjaga

harga diri juga kehormatannya, dan mencintai peserta didik layaknya anak

kandungnya sendiri.

Sedangkan kompetensi professional religious yang harus dimiliki

pendidik menurut Imam Al-Ghazali ialah pendidik harus mengetahui dan

menyesuaikan dengan taraf kemampuan peserta didik, dan tidak memaksakan

peserta didik untuk menerima pembelajaran apabila dipandang kurang

mampu. Menurut Abdurrahman an-Nahlawy pendidik harus terus

mengembangan kompetensi yang dimilikinya, pendidik juga harus terampil

dalam memilih metode pembelajaran yang disesuaikan dengan materi

pembelajaran, mampu mengontrol proses pembelajaran, memahami kondisi

peserta didik, juga fleksibel dan peka terhadap perkembangan teknologi.

Menurut Athiyah al-Abrosyi, pendidik professional ialah pendidik yang

memahami karakter, minat, bakat, juga perasaan peserta didiknya, juga ia

yang menguasai bidang keahliannya dan mau terus belajar.41

Dalam teori humanism, kajian tentang individu difokuskan pada

prestasi, motivasi, perasaan, dan kebutuhan dengan tujuan akhir aktualisasi

diri. Dalam pembelajaran aktualisasi diri ialah kondisi dimana individu dapat

mengembangkan potensinya secara utuh, bermakna, dan bermanfaat bagi

orang lain dan lingkungannya. Proses pembelajaran menurut teori humanistik

berpusat pada peserta didik, peran pendidik ialah sebagai fasilitator dalam

aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dimana nantinya peserta didik dapat

belajar mandiri. Efektifitas pembelajarannya dapat dilihat dari kemampuan

untuk menghadirkan diri ketika proses pembelajaran sehingga terjalin relasi

antara pendidik dan peserta didik yang bermakna dan mampu

41

Muhaimin, op.cit, h.98

Page 71: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

61

menumbuhkembangkan potensi yang ada pada dirinya agar menjadi pribadi

yang dewasa dan matang.42

Penerapan teori humanistic dalam proses pembelajaran dilakukan oleh

pendidik dengan cara: menghargai pendapat peserta didik sehingga ia merasa

berharga, memotivasi peserta didik untuk bisa belajar mandiri, memberi

kebebasan dan tanggung jawab terhadap peserta didik, menjadi fasilitator,

inisiator, serta berupaya penuh mengembangkan potensi peserta didiknya

secara maksimal.43

Konsep self esteem menurut Abraham Maslow dalam upaya

pencapaian tujuan pembelajaran PAI dengan mengacu pada pemenuhan

hirarki kebutuhan manusia menurut teori humanism dapat berfungsi sebagai

motivator dan evaluator. Self esteem sebagai motivator berdasar pada asumsi

bahwa dalam diri individu terdapat keinginan untuk terus berkembang dengan

melakukan pemenuhan terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya mulai dari

tingkat dasar hingga puncak. Motivasi belajar akan sulit berkembang jika

kebutuhan dasar peserta didik belum terpenuhi. Self esteem sebagai evaluator

dapat dilihat dari sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan berhasil

mencapai puncak pembelajaran yakni aktualisasi diri dimana tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

42

Jusrin Efendi Pohan, Filsafat Pendidikan, (Depok: Rajawali Press, 2019), h. 139-143. 43

Ibid, h. 152

Page 72: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

61

BAB V

PENUTUP

Sebagai penutup, penulis akan paparkan kesimpulan yang berasal dari

analisis hasil penelitian dan tambahan saran sebagai usaha perbaikan ke depannya.

A. Kesimpulan

Self esteem menurut Abraham Maslow adalah bagian dari kebutuhan hidup

manusia yang harus dipenuhi. Hal tersebut mencakup harga diri bagi dirinya

sendiri dan pengakuan dari orang lain. Menurut Maslow setiap individu memiliki

kebutuhan yang relative sama dan bersifat naluriah. untuk itu Maslow menyusun

hirarki kebutuhan manusia dimana self esteem merupakan bagian dari hirarki

tersebut.

Implikasi konsep self esteem Abraham Maslow dalam upaya untuk

pencapaian tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam dapat dilakukan melalui

pemenuhan hirarki kebutuhan dasar manusia mulai dari tingkat dasar sampai

puncak, yakni:

1. Memenuhi kebutuhan fisik,

2. Pemenuhan kebutuhan akan rasa aman,

3. Pemenuhan kebutuhan kasih sayang dan rasa memiliki,

4. Pemenuhan kebutuhan harga diri (self esteem), dan

5. Aktualisasi diri.

Dengan pemenuhan hirarki kebutuhan dasar manusia dapat terlihat

karakteristik self esteem yang baik dan buruk pada pendidik dan peserta didik

dalam proses pembelajaran. Selain itu, implikasi konsep self esteem Abraham

Maslow sebagai upaya untuk pencapaian tujuan pembelajaran pendidikan agama

Islam dapat berfungsi sebagai motivator dan evaluator ketika proses

pembelajaran.

B. Saran

Berawal dari sebuah ungkapan “Apa yang ada padamu ialah apa yang

kamu miliki, jika kamu memberikan cinta maka kamu memiliki rasa cinta, jika

Page 73: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

62

kamu memberikan kebencian maka yang kamu memiliki adalah rasa benci.”

Penulis berharap bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada

semua pihak. Adapun saran yang dapat penulis berikan melalui konsep self esteem

Abraham Maslow dalam pembelajaran PAI antara lain:

1. Kepada pendidik, orang tua, atau wali murid, sebagai orang dewasa

penting untuk memperhatikan perkembangan peserta didik/anaknya.

Tindakan maupun bahasa-bahasa verbal dan non verbal akan memiliki

perpengaruh terhadap pertumbuhan anak. Pemberian perhatian dan

penghargaan kepada anak sejak dini menjadi salah satu solusi agar

anak dapat memiliki self esteem yang tinggi yang akan membantunya

dalam proses pembelajaran.

2. Kepada peserta didik dan mahasiswa, belajar adalah proses sepanjang

hayat. Akan muncul banyak faktor yang memengaruhi proses belajar.

Penting bagi pembelajar untuk mencoba mengenali diri sendiri,

memberi penghargaan, mengapresiasi dan mengevaluasi diri supaya

proses pembelajaran berhasil. Hal ini akan berdampak pada self

esteem individu yang tinggi serta pembawaan yang mantap sehingga

individu tidak mudah terpengaruh, merasa rendah diri atau mengalami

neurosis.

3. Kepada lembaga pendidikan, agar dapat mencoba

mengimplementasikan hasil penelitian ini dengan melibatkan pendidik

dan peserta didik dalam penyusunan kebijakan sekolah sehingga akan

terlihat pengaruh inplikasi konsep self esteem Abraham Maslow pada

usaha pencapaian tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

4. Kepada peneliti selanjutnya untuk langsung terjun ke lapangan guna

melihat efektifitas dari penerapan konsep self esteem Abraham

Maslow dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran pendidikan

agama Islam.

Page 74: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

63

DAFTAR PUSTAKA

Ackerman, Courtney. What is Self Esteem? A Psychologist Explains,

https://positivepsychology.com/self-esteem/. diakses pada 17

September 2019 pukul 15.00 WIB.

Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011.

Baswedan, Anies. Pidato Gawat Darurat Pendidikan di Indonesia,

disampaikan pada silaturahmi kementrian dengan kepala dinas.

Desember. 2014

Bruno U.D.O and Njoku Joyce. “The Role of Teacher in Improving Students

Self Esteem”. International Journal of Academic Research in

Progressive Education and Development Vol.3. 2014.

Darajat, Zakiyah. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara,

1996.

Dariyo, Agoes. Dasar-Dasar Pedagogi Modern. Jakarta: Pt Indeks, 2003.

Fathurrohman, Muhammad. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Ar-Ruzz

Media

Ghozali, Dede Ahmad dan Heri Gunawan. Studi Islam Suatu Pengantar

Pendekatan Interdisipliner. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015.

Goble, Frank G. Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow

penerjemah A. Supratinya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1987.

Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014.

Hamdayana, Jumanta. Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2017.

Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:

PT Refika Aditama, 2012.

Idi, Abdullah dan Safarina. Etika Pendidikan: Keluarga, Sekolah, dan

Masyarakat. Jakarta: PT Rajageafindo Persada. cet 2. 2016.

Jaenudin, Ujam. Teori-teori Kepribadian. Bandung: CV Pustaka Setia, 2015.

Page 75: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

64

Jamaludin, Acep Komarudin dan Koko Khoerudin, Pembelajaran Perspektif

Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, kbbi.web.id

Koesdyantho, AR. “Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Self Esteem

Mahasiswa”. Jurnal Ilmiah Widya Wacana Vol.5 No. 1 Januari 2009.

Koeswara, E. Teori-teori Kepribadian. Bandung: PT ERESCO. 1991.

Konsep Pendekatan Scientific, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia.

Maslow, Abraham. Motivasi dan Kepribadian penerjemah Nurul Iman.

Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 1984.

McEwan, Elaine K. 10 Karakter yang Harus Dimiliki Guru yang Sangat

Efektif, diterjemahkan oleh Benyamin Molan. Jakarta: PT Indeks,

2014.

Mendari, Anastasia Sri. “Aplikasi Teori Hirarki Kebutuhan Maslow dalam

Meningkatkan Motivasi Belajar”, Jurnal Widya Warta No.1, 2010.

Muhaimin. Model Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran dalam

Pendidikan Islam Kontemporer di Sekolah/ Madrasah, dan Perguruan

Tinggi. Malang: UIN Maliki Press, 2016.

------------. Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Agama

Islam. Jakarta: Rajawali Press. 2011.

------------. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,

Madrasah, dan Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Rajawali Press. 2009.

------------. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Press, 2009.

------------.. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan

Agama Islam di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

cet.3. 2004.

Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT

Kaharisma Putra Utama, 2017.

Munib, Abdul. “Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Motivasi Belajar

Pendidikan Agama Islam.”. Jurnal Penelitian dan Pemikiran

Keislaman Vol.2, 2017.

Page 76: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

65

Nikmarijal. “Urgensi Peranan Keluarga bagi Perkembangan Self Esteem

Remaja”. Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia, t.t.

Oktavianti, Ridha, dkk. “Self Esteem”, Jurnal Psikologi Universitas

Pendidikan Indonesia, 2008.

Pohan, Jusrin Efendi. Filsafat Pendidikan. Depok: Rajawali Press, 2019.

PP RI No 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan

Keagamaan

Prastowo, Andi. Metode Penelitian kualitatif dalam Prespektif Rancangan

Penelitian. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media. cet.3. 2016.

Prihadi K and Chua M, Setudents Self Esteem at School: The Risk, The

Challenge, and The Cure, Journal of Education and Learning Vol. 6,

2012.

Putri Anika. “Hubungan antara Persahabatan dengan Self Esteem”. Skripsi

pada Fakultas Psikologi Universitas Muhamadiyah Surkarta, 2016.

Ramayulis. Filsafat Pendidikan Islam: analisis Filosofis Sistem Pendidikan

Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2015.

Refnadi. “Konsep Self Esteem serta Implikasinya pada Siswa”, Jurnal

Educatio Vol 4, 2018.

Robinghatin. “Pengembangan Self Esteem melalui Pembelajaran Koperatif”,

Jurnal STAIN Samarinda, t.t.

Ropi, Ismatu, dkk. Buku Pengayaan Mata Pelajaran PAI di SMP dan SMA

untuk Guru. Jakarta: Penerbit Kencana, 2012.

Rusman. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press, 2011.

Salim, Ahmad. “Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di Madrasah”. Jurnal Cendekia Vol.12, 2014.

Setiawan, Hendro. Manusia Utuh: Sebuah Kajian atas Pemikiran Abraham

Maslow. Sleman: PT Kanisius, 2014.

Sherman, Audrey. Characteristic of High and Low Self Esteem,

https://dysfunctioninterrupted.com/characteristics-of-high-and-low-

self-esteem/ diakses pada 17 September 2019 pukul 15.00 WIB.

Page 77: IMPLIKASI KONSEP SELF ESTEEM ABRAHAM MOSLOW …

66

Su’dadah. “Kedudukan dan Tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah”,

Jurnal Kependidikan Vol.II No.2 November 2014.

Suhron, Muhammad. Asuhan Keperawatan Konsep Diri: Self Esteem.

Ponorogo: Unmuh Ponorogo Press, 2016.

Sukring. Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam. Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2013. Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran teori dan konsep. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Syafril dan Zulhendri Zen. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Depok: Penerbit

Kancana, 2017.

Syah, Muhibin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017.

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Islami. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2016.

Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persana, 2006.

Utari, Ruhmania. “Upaya Sekolah dalam Pembentukan Self Esteem Siswa

melalui Pembelajaran”. Jurnal Dinamika Pendidikan No.1, 2007.

UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Widi, Restu Kartiko. Asas Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

2010.