101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

96
STRATEGI KOMUNIKASI KH. AHMAD SYARIFUDDIN ABDUL GHANI DALAM PEMBINAAN AKHLAK PADA MASYARAKAT LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH JAKARTA BARAT SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh: Ahmad Mursyidi NIM: 107051002596 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H

Upload: vuongtruc

Post on 12-Jan-2017

265 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

STRATEGI KOMUNIKASI

KH. AHMAD SYARIFUDDIN ABDUL GHANI

DALAM PEMBINAAN AKHLAK PADA MASYARAKAT

LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH

JAKARTA BARAT

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Ahmad Mursyidi

NIM: 107051002596

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M/1432 H

Page 2: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

STRATEGI KOMUNIKASI

KH. AHMAD SYARIFUDDIN ABDUL GHANI

DALAM PEMBINAAN AKHLAK PADA MASYARAKAT

LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH

JAKARTA BARAT

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Ahmad Mursyidi

NIM: 107051002596

Dibawah Bimbingan

Dr. Hj Roudhonah, MA

NIP. 195809101987032001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M/1432 H

Page 3: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi KH. Ahmad Syarifuddin

Abdul Ghani Dalam Pembinaan Akhlak Pada Masyarakat Lingkungan

Pondok Pesantren al-Hidayah Jakarta Barat”, telah diujikan dalam sidang

munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Juni 2011. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Komunikasi

Islam (S. Kom.I) pada jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Jakarta, 10 Juni 2011

Panitia Sidang Munaqosyah

Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota

Drs. Study Rizal, LK, MA Umi Musyarofah ,MA

NIP. 19640428 199303 1 002 NIP. 19710816 199703 2 002

Penguji I. Penguji II.

Drs. H. Mahmud Djalal, MA Drs. H. S. Hamdani, MA

Nip. 19520422 198103 1 002 NIP. 19550309 199403 1 001

Pembimbing,

Dr. Hj. Roudhonah, MA

NIP. 19580910 198703 2 001

Page 4: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

i

ABSTRAK

Ahmad Mursyidi

107051002596

Strategi Komunikasi KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Dalam

Pembinaan Akhlak Pada Masyarakat Lingkungan Pondok Pesantren al-

Hidayah Jakarta Barat

Pada zaman sekarang ini nilai-nilai akhlak yang sudah tertanam di dalam

masyarakat sudah mulai menurun, untuk itu, KH. Ahmad Syarifuddin Abdul

Ghani sebagai seorang pemimpin Pondok Pesantren al-Hidayah dan sebagai kiai

di lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol mempunyai

peranan penting untuk membentuk masyarakat yang berakhlak karimah. Selain itu

juga untuk meyampaikan pesan-pesan agama kepada masyarakatnya yang

meliputi aqidah, ibadah, syari’ah, dan akhlak, dalam aspek akhlak perlunya

pembinaan akhlak yang baik bagi masyarakat, oleh karena itu diperlukan adanya

strategi komunikasi KH. Syarifuddin Abdu Ghani dalam pembinaan akhlak pada

masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol agar

tujuan tersebut tercapai.

Bagaimana strategi komunikasi dan metode apa saja yang digunakan KH.

Ahmad Syarifuddin dalam pembinaan akhlak? Bagaimana bentuk komunikasi

KH. Ahmad Syarifuddin dalam pembinaan akhlak? Apa saja hambatan-hambatan

komunikasi dalam pembinaan akhlak ?

Strategi komunikasi yang digunakan KH. Ahmad Syarifuddin dalam

pembinaan akhlak adalah; Mengenal komunikan, menentukan pesan, membujuk,

mengontrol, mengantisipasi, merangkul dan strategi memberi kabar gembira dan

peringatan. Metode yang digunakan adalah cerita, diskusi, tanya jawab, ceramah

dan nasihat. Bentuk komunikasi yang dilakukan oleh KH. Ahmad Syarifuddin

lebih cenderung kepada komunikasi kelompok dan komunikasi antarpribadi.

Faktor penghambatanya adalah pemanfaatan waktu, kondisi dari komunikan dan

sikap orang tua yang apatis.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Peneliti berusaha untuk menggambarkan secara jelas segala

yang terjadi di lapangan dan kemudian dianalisa untuk mendapatkan hasil yang

berdasarkan tujuan penelitian. Pendekatan kualitatif ini menitik beratkan pada

data-data penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan

dan wawancara.

Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan, bahwa dengan

menggunakan strategi komunikasi dan bentuk komunikasi, semua itu berhsil

dilakukan oleh KH. Ahmad Syarifuddin dalam pembinaan akhlak pada

masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah Kampung Basmol, dan hasil

yang diperoleh cukup baik, hal ini dapat dilihat tanggapan dari masyarakat strategi

komunikasi dan bentuk komunikasi yang dilakukan oleh KH. Ahmad Syarifuddin

dalam segi prilaku sehari-hari yang menunjukan kemajuan yang lebih baik, serta

dapat memberikan banyak pengetahuan agama dan menjadi wadah bagi

masyarakat untuk membina ilmu.

Page 5: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

ii

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang terindah yang pantas diucapkan selain ucapan

Alhamdulillah. Suatu ungkapan rasa syukur yang begitu tulus yang hanya

dipersembahkan kehadirat Allah SWT. Shalawat dan salam semoga selalu Allah

limpahkan kepada pemimpin seluruh umat manusia hinggga akhir zaman,

Baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan

kepada para pengikutya yang setia menjalankan ajaran-ajarannya.

Dalam proses penulisan skripsi ini dari awal hingga akhir, cukup banyak

kesulitan yang penulis hadapi, baik yang menyangkut soal pendanaan,

pengumpulan bahan bacaan, dan lain sebagainya. Namun berkat bantuan dari

berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya

kepada semua pihak yang telah terlibat dan juga membantu penulisan skripsi ini,

terutama penulis sampaikan kepada:

1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr.

Komaruddin Hidayat, MA.

2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Arif Subhan, MA.

3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

Bapak Drs. Jumroni M. Si.

Page 6: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

iii

4. Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu

Umi Musyarofah, MA.

5. Pembimbing skripsi, Ibu Dr. Hj. Roudhonah, MA yang telah memberikan

arahan, nasihat serta bimbingannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan penuh motivasi. Semoga Allah memberikan kasih sayang

kepadanya.

6. Para dosen Jurusan Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam di Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan sebagian ilmunya

kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta seluruh civitas

akademika yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

7. Seluruh petugas perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

serta petugas perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

membantu penulis dalam penyediaan referensi dalam penulisan skripsi ini.

8. KH. Ahmad Syarifuddin selaku pemimpin Pondok Pesantren al-Hidayah dan

tokoh agama masyarakat kampung Basmol, serta kepada para informan yang

telah memberikan informasinya kepada penulis

9. Ayahanda H. Ahmad Zawawi dan Ibunda Hj. Mimi Ilmiah yang telah

memberikan didikan, pengajaran, nasihat, serta doanya yang tidak mungkin

penulis balas jasa-jasanya, sehingga penulis dapat menempuh hidup ini

dengan penuh semangat demi mencapai sebuah cita-cita semoga Allah SWT

memberikan umur yang panjang dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat

kepada mereka

Page 7: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

iv

10. Kakak Bariroh dan Fawaz, dan adik-adiku Adila dan Maysur yang senantiasa

mendo’kan, mendukung dan memberikan motifvasi kepada penulis.

11. Keluarga besar penulis yang telah memberikan doa’nya serta motivasi kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Kepda kawan-kawan seperjuangan KPI A, C, D khususnya KPI B angkatan

2007, Syarif Fadilah, Ahmad Khumaidi, Rifqi Ridho, Fatan Nur Hamidi,

Ilham Berlian dan Wahyudi yang telah membantu dan memberikan masukan-

masukan serta memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

13. My Lovely Ines Sukma Wati yang selalu setia menemani, mendo’akan serta

selalu memberi motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

terdapat banyak kekuarangan dan kelemahan baik dari segi isi, metodologi,

maupun analisanya. Oleh karen itu, saran dan kritik dari para pembaca akan

disambut dengan senang hati demi tercapainya kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis hanya bisa berharap karya tulis yang sangat sederhana ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan para pembaca dalam upaya memahami khazanah

dalam ilmu komunikasi

Jakarta, Januari 2011

Penulis

Page 8: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK………………………………………………………...……… i

KATA PENGANTAR…………………………………………………… ii

DAFTAR ISI……………………………………………...……………… v

DAFTAR TABEL………..……………………………………………… viii

BAB I PENDAHULAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………… 1

B. Pembatasan dan Perunusan Masalah………...……………….. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………..………… 7

D. Metodologi Penelitian….……………………………………... 8

E. Tinjauan Pustaka………………………..…………………….. 12

F. Sistematika Penulisan…………………………………………. 13

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Strategi Komunikasi………………………………………….. 15

1. Pengertian Startegi Komunikasi…….…………………….. 15

2. Tahapan-Tahapan Strategi Komunikasi............................... 16

B. Pengertian Komunikasi…………………….………………… 17

1. Definisi Komunikasi………………………………………. 17

2. Unsur-Unsur Komunikasi………………………………. ... 20

3. Bentuk Komunikasi……………………………….. . ……. 24

C. Pengertian Akhlak…………………………………………… 27

1. Definisi Akhlak…………………………………………… 27

2. Pembinaan Akhlak………………………………………… 28

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak.. 28

D. Masyarakat……………………………………………………. 29

1. Pengertian Masyarakat…………………………………….. 29

Page 9: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

vi

2. Masyarakat Dengan Kehidupan Beragama………………… 30

E. Pesantren………………………………………………………. 31

BAB III SEKILAS TENTANG BIOGRAFI KH. AHMAD

SYARIFUDDIN ABDUL GHANI DAN GAMBARAN

UMUM KAMPUNG BASMOL

A. Biografi KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani……………… 33

1. Riwayat Hidup KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani…… 33

2. Kiprah dan Aktifitas Dakwah KH. Ahmad Syarifuddin

Abdul Ghani ………………………………………………. 35

3. Karya KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani…………....... 39

B. Kampung Basmol…………………………………………….... 39

1. Keadaan Penduduk………………………………………… 40

2. Keadaan Ekonomi, Agama dan Budaya…………………… 41

3. Tingkat Pendidikan………………………………………… 44

4. Sarana Prasarana…………………………………………… 44

C. Sekilas Pondok Pesantren al-Hidayah………………………… 45

BAB IV ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI KH. AHMAD

SYARIFUDDIN ABDUL GHANI DALAM

PEMBINAAN AKHLAK DI LINGKUNGAN PONDOK

PESANTREN AL-HIDAYAH

A. Strategi Komunikasi KH. Ahmad Syraifuddin Abdul Ghani

Dalam Pembinaan Akhlak…………………………………….. 48

B. Bentuk Komunikasi KH. Ahmad Syraifuddin Abdul Ghani

Dalam Pembinaan Akhlak…………………..………………… 59

C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pembinaan

Akhlak…………………………………………………………. 66

1. Faktor Pendukung…………………………………………. 66

2. Faktor Penghambat………………...…………………........ 68

Page 10: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

vii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………….. 70

B. Saran…...…………………………………………………………. 73

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 75

LAMPIRAN

Page 11: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

viii

DAFTAR TABEL

1. TABEL 1: Tentang Jumlah Penduduk Masyarakat Kampung Basmol…. 41

2. TABEL 2: Tentang Pekerjaan Masyarakat Kampung Basmol………..….. 42

3. TABEL 3: Tentang Agama Yang Dianut Masyarakat Kampung Basmol.. 43

Page 12: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada zaman yang moderen ini nilai agama yang sudah tertanam dalam diri

masyarakat mulai tergeser dengan adanya budaya-budaya asing yang dapat

merusak tingkah laku moral bangsa, disana sini terdengar macam-macam

kenakalan, perkelahian, penyalah-gunaan narkotika, kehilangan semangat untuk

belajar, ketidak patuhan terhadap orang tua dan sebgainya, tidak bisa dipungkiri

lagi bahwa saat ini masyarakat makin lama sudah menurun akhlakul karimahnya.

Dalam pergaulan pada saat ini sudah tidak memandang lagi akan nilai-nilai

moral, karena pergaulan bebas dalam masyarakat.

Bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang besar, apabila sumber daya

manusianya mempunyai akhlak yang baik, keimanan yang mantap dan mampu

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, namun apabila tanpa akhlak yang

baik dan keimanan yang kuat serta moral yang tidak bertanggung jawab, maka

suatu negara tidak akan dapat berkembang karena masyarakatnya tidak berakhlak

baik dan hanya dapat merusak moral bangsa ini. Allah SWT telah menjelaskan

dalam al-Qur`an surah al-A‟raaf ayat 56.

Page 13: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

2

Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah

memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan

penuh harapan Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-

orang yang berbuat baik.”

Dalam ayat tersebut Allah menjelaskan, bahwa Allah akan selalu

mencurahkan rahmatnya kepada hamba-Nya yang mempunyai akhlak dan budi

pekerti yang baik, karena apabila seseorang tidak mempunyai akhlak yang tidak

baik, maka akan dapat merusak diri sendiri dan lingkungan, bahkan dapat

merusak moral bangsa ini, karena kelakuan dan perbuatan yang buruk yang sudah

tidak memandang lagi nilai dan norma-norma dalam masyarakat.

Dalam pembentukan akhlak setiap muslim, Allah SWT telah mengutus

rasul-Nya untuk menyempurnakan akhlak manusia menjadi akhlak yang mulia.

Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad;

نما بعثت ألتمما مكارم األخالق إ

Artinya: “Sesungguhnya saya (Nabi Muhamma SAW) diutus untuk

menyempurnakan akhlak” (HR.Imam Ahmad)1

Allah SWT telah menjelaskan juga didalam al-Qur`an surah al-Qalam ayat

4.

Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu (Rasulullah) benar-benar berbudi pekerti

yang agung.”

1 Imam Badrudin Abi Muhammad Mahmud bin Ahmad al-„Ayni, Umdatul Qori fi Syarhil

Shoheh Bukhory Juz-32. ( Lebanon: Daarul Fikri, 2005) h. 217

Page 14: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

3

Rasulullah SAW diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak, akhlak

yang buruk menjadi akhlak yang baik, karena di dalam diri Rasulullah terdapat

suri tauladan yang baik, yang pantas dan patut dicontoh oleh setiap umatnya.

“Menurut analisis Imam al-Ghozali, dalam pembinaan akhlak

terintegrasi dalam pelaksananan rukun Islam, hasil analisis Imam al-

Ghozali terhadap rukun Islam yang lima telah menunujukan dengan jelas

bahwa dalam rukun Islam terkandung konsep pembinaan akhlak. Rukun

Islam yang pertama adalah syahadat, yaitu bersaksi bahwa tidak ada

Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah. Kalimat itu

mengandung pernyataan bahwa selama hidupnya manusia hanya tunduk

kepada aturan dan tuntunan Allah. Selanjutnya rukun Islam yang ke dua

adalah mengerjakan shalat lima waktu, shalat yang dikerjakan akan

membawa pelakunya terhindar dari perbuatan keji dan mungkar.

Selanjutnya, rukun Islam yang ketiga adalah zakat, karena zakat

mengandung pendidikan akhlak yaitu agar orang dapat membersihkan

hartanya dari hak orang lain. Lalu rukun Islam yang ke empat adalah

puasa, karena puasa merupakan latihan menahan diri dari keinginan

melakukan perbuatan keji yang dilarang oleh agama seperti mencuri,

berjudi, berzina dan lain sebagainya. Selanjutnya rukun Islam yang kelima

adalah ibadah haji, hubungan ibadah haji dalam pembinaan akhlak karena

dalam pelaksanaan ibadah haji tidak boleh berkata kotor, berbuat fasik,

dan berbantah-bantahan didalam masa mengerjakan haji”. 2

Selain dari pengamalan rukun Islam, “metode pembinaan akhlak dapat

pula di bentuk dengan hanya pelajaran, instruksi dan larangan, sebab tabi‟at jiwa

untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru

mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu, menanamkan sopan santun

memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari”.3

Pembinaan akhlak adalah satu pembinaan budi pekerti yang dilakukan

dengan konsisten dan sungguh-sungguh agar terwujudnya akhlak yang mulia,

masksudnya adalah pembinaan akhlak yang terpuji yang berdasarkan pada al-

Qur`an dan hadist, akhlak merupakan implementasi dari iman dalam segala

2 Abudin Nata, Akhlak tasawuf , (Jakarta: Rajawali Pers: 1996 h, 158

3 Ibid.,h, 163

Page 15: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

4

bentuk prilaku, yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik individu,

keluarga, masyarakat dan negara.

Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau pun tidak, komunikasi adalah

bagian dari kehidupan manusia itu sendiri dalam berinteraksi sehari-hari. Manusia

sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya, gerak dan tangis

yang pertama saat dia dilahirkan adalah suatu tanda komunikasi. Dalam

kehidupan sehari-hari manusia pasti mengadakan hubungan interaksi dengan

orang lain, serta dalam keseharian sengaja atau tidak disengaja manusia pasti

melakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal.

Kehadiran seorang kiai di dalam lingkungan masyarakat sangat berperan

dalam membentuk masyarakat yang bermoral dan berakhlakul karimah, ia bukan

hanya sekedar menempatkan dirinya sebagai pengajar dan pendidik santri-

santrinya, melainkan juga aktif memecahkan masalah-masalah krusial yang

dihadapi masyarakat. Biasanya kiai adalah pemimpin nonformal sekaligus

pemimimpin spiritual, oleh karena itu dibutuhkan strategi komunikasi yang baik

antara kiai dengan masyarakat yang berada dilingkungan pesantren agar

terciptanya keakraban sehingga kiai mampu mengetahui sejauh mana watak dan

sifat warga masyarakat di lingkungan pesantrennya.

Menurut Mujamil Qomar dalam bukunya Pesantren dari transformasi

metodologi menuju demokrtisasi institusi menjelaslkan bahwa:

“Kepercayaan masyarakat yang begitu tinggi terhadap kiai dan

didukung potensinya memecahkan berbagai problem sosio-psikis-kultural-

Page 16: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

5

politik-religius menyebabkan kiai menempati posisi kelompok elit dalam

struktur sosial dan politik di masyarakat”.4

KH. Syarifudin Abdul Ghani selaku ketua yayasan Pondok Pesantren al-

Hidayah, juga aktif di organisasi sebagai Ketua Komisi Fatwa MUI (Majlis ulama

Indonesia) tingkat DKI Jakarta, “beliau adalah sosok kiai yang sangat disegani

juga sangat memperhatikan masyarakatnya yang berada di lingkungan Pondok

Pesantren al-Hidayah.”5

Dalam kesibukan beliau sehari-hari sebagai ketua yayasan al-Hidayah atau

di dalam organisasi lain dan di beberapa majlis taklim di wilayah DKI Jakarta dan

Tangerang, beliau masih menyempatkan waktunya untuk membina akhlak pada

masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah, beliau mengajar dibeberapa

majlis taklim di daerah lingkungan masyarakat Pondok Pesantren al-Hidayah,

banyak warga masyarakat yang mengikuti pengajian yang beliau pimpin, karena

pesan moral yang disampaikan beliau sebagai komunikator menggunakan bahasa

yang menarik dan tidak menyulitkan jama‟ah (komunikan), sehingga pesan yang

disampaikan mudah diterima oleh jama‟ah.

Selain itu, kiai Syarifuddin sebagai pemimpin spritual dalam masyarakat

berusaha memberikan contoh yang baik kepada warga masyarakatnya didalam

kehidupan sehari-hari, sebagai contoh apabila ada seorang yang melanggar

peraturan agama seperti berjudi, minum-minuman keras, maka kiai harus berperan

untuk melarang dan memberi nasihat-nasihat dan memperbaikinya agar warga

4 Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi, (Jakarta: Erlangga,2005), h. 29 5 Wawancara pribadi dengan bapak Mat Hasyim ketua Rt 15, Jakarta 22 Maret 2011

Page 17: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

6

masyarakat itu tidak mengulangi perbuatan tersebut serta dapat mengetahui mana

perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk.

Komunikasi dan interaksi yang terjadi anatara kiai dan masyarakat ini

diharapkan dapat memberikan efek yang positif dalam pembinaan akhlak terhadap

masyarakat, lebih khusus masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah

Basmol. Oleh karena itu dapat di lihat, betapa pentingnya seorang figur kiai bukan

hanya membina akhlak dan budi pekerti kepada santrinya saja, akan tetapi lebih-

lebih kepada masyarkat sekitar yang berada di lingkungan Pondok Pesantren al-

Hidayah Basmol agar terwujudnya masyarakat yang madani.

Sehubungan dengan konteks dakwah dan sosial inilah, KH. Ahamd

Syarifuddin Abdul Ghani sebagai kiai sekaligus ketua yayasan Pondok Pesantren

al-Hidayah yang berada di jl- al-Hidayah Basmol adalah sosok kiai yang

mempunyai ciri-ciri seperti yang telah disebutkan di atas. Beliau sebagai seorang

figur kiai menekankan kepada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-

Hidayah agar mempunyai budi pekerti yang baik serta bermoral dalam

berinteraksi dalam pergaulan sehari-hari.

Berkaitan dengan hal diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui dan

mengungkap prihal startegi komunikasi yang dilakukan oleh kiai pondok

pesantren terhadap masyarakat lingkungan pondok pesantren dalam pembinaan

akhlak sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul skripsi "Strategi

Komunikasi KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani Dalam Pembinaan Akhlak

Pada Masyarakat Lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah Jakarta Barat”

Page 18: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

7

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka dalam penilitian ini

penulis ingin membatasi masalah yang ingin diteliti mengenai strategi komunikasi

dan bentuk komunikasi KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani dalam pembinaan

akhlak hanya pada di kampung Basmol Jakarta Barat.

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi komunikasi yang diterapkan KH. Ahmad

Syarifudin dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan

Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol ?

2. Bagaimana bentuk komunikasi yang di terapkan oleh KH. Ahmad

Syarifudin dalam pembinaan Akhlak pada masyarakat lingkungan

Pondok Pesantren al-Hidayah Kampung Basmol ?

3. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam strategi komunikasi

KH. Ahmad Syarifudin dalam pembinaan akhlak pada masyarakat

lingkungan Pondok Pesantren al-Hiayah kampung Basmol ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang

ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui strategi komunikasi yang diterapkan oleh KH.

Ahmad Syarifudin dalam pembinaan akhlak pada masyarakat

lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah di kampung Basmol.

Page 19: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

8

2. Untuk mengetahui bentuk komunikasi yang diterapkan oleh KH.

Ahmad Syarifudin dalam pembinaan Akhlak pada masyarakat

lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah di kampung Basmol.

3. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat

strategi komunikasi dalam membina akhlak pada masyarakat di

lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah di kampung Basmol.

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Akademis

a. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi kontribusi positif dalam

bidang studi akhlak dan khususnya dalam ilmu komunikasi.

b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi

dan dokumentasi ilmiah dalam studi akhlak dan ilmu komunikasi.

2. Manfaat Praktis.

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan seberapa

penting komunikasi sebagai media dalam pembinaan akhlak.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif,

penelitian deskiptif ialah hanya “memaparkan situasi atau peristiwa, penelitian ini

tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat

Page 20: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

9

prediksi”6. Pendekatan dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan

kualitatif, “pendekatan kualitatif bertujuan untuk memberikan gambaran tentang

suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu

gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih”.7

Peneliti berusaha untuk menggambarkan secara jelas segala yang terjadi di

lapangan dan kemudian dianalisis untuk mendapatkan hasil yang berdasarkan

tujuan penelitian. Pendekatan kualitatif ini menitik beratkan pada data-data

penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan dan

wawancara.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani dan di

Kampung Basmol Jakarta Barat. Penelitian di mulai sejak Bulan Februari sampai

dengan Bulan Mei 2011

3. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah KH. Ahmad

Syarifuddin Abdul Ghani dan yang menjadi objek penelitiannya adalah strategi

komunikasi KH. Ahmad Syarifudin Abdul Gahni dalam pembinaan akhlak pada

masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah.

4. Teknik pengumpulan data

Ada tiga macam teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu:

6 Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi.(Bandung Remaja

Rosdakarya:2007),h24. 7 Irwan Soehartono, Metode Peneitian Sosial ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), h.

35

Page 21: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

10

a. Observasi

Observasi adalah “pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti”.8 Peneliti mengamati langsung objek yang akan diteliti.

Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan pengamatan terhadap kegiatan

dan bentuk komunikasi serta strategi komunikasi yang dilakukan KH. Syarifudin

Abdul Ghani dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok

Pesantren al-Hidayah Basmol.

b. Wawancara Mendalam

Wawancara/interview adalah “percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu.”9

Wawancara berarti adalah “proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya-jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau

pewawancara dengan si penjawab atau informan dengan menggunakan alat yang

dinamakan interview guide (pedoman wawancara).”10

Peneliti mewawancarai dan bertanya langsung kepada narasumber untuk

mendapatkan informasi yang tepat, wawancara ini ditunjukan kepada ketua

yayasan al-Hidayah Basmol yaitu bapak KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani dan

ketua RT 15 Bapak Mat Hasyim, Ketua RW 06 Bapak Madinah, Sesepuh

8 Husaini Usman dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta : Bumi

Akasara, 2000), h. 54 9 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009),

h. 186 10

Moh. Nazir, Metode Penelitian. (Jakarta: Galia Indonesia. 1999). h.63.

Page 22: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

11

Kampung Basmol Bapak Asmat Arsyad dan Warga masyarakat Kampung Basmol

yaitu, Bapak H. Turmudzi, Bapak Heri Jaya Subrata dan Muhammad Ibnu.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah “teknik pengumpulan data yang tidak langsung

ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti tidak hanya dokumen

resmi”11

Teknik dokumentasi sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai

sumber data, “karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data

dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan”.12

Untuk melengkapi data yang sudah diperoleh melalui observasi dan

wawancara, peneliti juga menggunakan metode dokumentasi untuk

mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan penelitian. Data-data tersebut

berasal dari artikel, media elektronik, dan foto-foto sebagai lampirannya.

5. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, lalu dianalisis dengan tehnik triangulasi, yaitu

menggabungkan ketiga hasil data sementara dari observasi, dokumentasi, dan

wawancara kemudian dikumpulkan untuk dibuat kesimpulan, kemudian data-data

tersebut diolah atau direvisi kembali dengan menggunakan metode dekriptif

analisis dengan pendekatan kualitatif

11

Irwan Soehartono, Metode Peneitian Sosial.( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), h.

70 12

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009),

h. 217

Page 23: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

12

Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku pedoman

penulisan skripsi yang diterbitkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta CeQDA tahun

2007

E. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa skripsi/penelitian mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, khususnya jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang

pembahasannya hampir sama dengan judul yang peneliti bahas, yaitu :

1. Strategi Komunikasi Prof. DR. KH. Didin Hafiduddin, M.Sc, dalam

mensosialisasikan zakat di Indonesia oleh penulis Muhammad Alvi (Skripsi :

UIN 2008.) Pembahasan masalah skripsinya adalah tentang bagaiman KH.

Didin Hafiduduin mensosialisasikan zakat di Indonesia dan membahas

kegiatan yang dilakukan oleh Didin Hafiduddin dalam mensosialisasikan

zakat.

2. Pola Komunikasi Dalam Pembinaan Akhlak Siswa MAN 4 Model Pondok

Pinang Jakarta Selatan, oleh penulis Agus Ratina (skripsi UIN 2009.) Skripsi

tersebut membahas tentang pola komunikasi antara guru dan murid dalam

proses belajar mengajar khusunya pada mata pelajaran akhlak.

3. Pola Komunikasi Antara Pengasuh Dengan Anak Asuh Dalam Pembinaan

Akhlak Di Panti Asuhan AL-Ikhsan Vila Tomang Tangrang, oleh penulis

Herman Setiawan (Skripsi UIN: 2010.) Skripsi tersebut membahas tentang

pola komunikasi antara pengasuh dengan anak asuh di Panti Asuhan al-Ikhsan

Vila Tomang Tangrang yang lebih memfokuskan pada pola komunikasi antar

pribadi.

Page 24: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

13

Berbeda dari skripsi di atas, penelitian yang penulis lakukan untuk

menyusun skripsi ini adalah lebih cenderung mengarah kepada strategi

komunikasi serta bentuk komunikasi KH. Syarifudin Abdul Ghani dalam

pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-hidayah

Basmol Jakarta Barat

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi pembahasan menjadi lima

bab yang meliputi:

BAB I Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan argumentasi

menegenai studi ini. Dalam bab ini peneliti menguraikan latar

belakang masalah, Pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan

sistematika penulisan.

BAB II Berisi tentang tinjauan teoritis mengenai defenisi komunikasi,

strategi komunikasi, bentu-bentuk komunikasi, unsur-unsur

komunikasi, pengertian masyarakat, Masyarakat dengan

Kehidupan Beragama, pembinaan akhlak dan definisi pondok

pesantren.

BAB III Membahas sekilas tentang Riwayat Hidup KH. Ahmad Syarifuddin

Abdul Ghani, berkaitan dengan latar belakang keluarga, latar

belakang pendidikan. Kiprah dan Aktifitas KH. Ahmad Syarifudin

Abdul Ghani. Karya KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani.

Gambaran singkat tentang keadaan penduduk kampung Basmol,

Page 25: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

14

keadaan ekonomi, sosial, budaya dan sekilas tentang Pondok

Pesantren al-Hidayah.

BAB IV Dalam bab ini menjelaskan tentang bagaimana strategi komunikasi

KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani dalam pembinaan akhlak

pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah, dan

bagaimana bentuk komunikasi yang diterapkan oleh KH. Ahmad

Syarifuddin Abdul Ghani dalam pembinaan akhlak pada

masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah, serta faktor

penunjang dan penghambat dalam pembinaan akahlak pada

masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah.

BAB V Penutup. Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari

penulisan skripsi, serta saran-saran yang dianggap perlu.

Page 26: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

15

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Strategi Komunikasi

1. Pengertian Strategi Komunikasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “strategi adalah

ilmu dan seni menggunkan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk

melaksanakan kebijakan tertentu di perang dan damai, atau rencana yang cermat

mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran ksusus”.1

Menurut pakar komunikasi Onong Uchjana Effendy, mengatakan bahwa:

“strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manjemen untuk

mencapai tujuan, namun untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak

berfungsi sebagai jalan yang hanya memberikan arah saja, melainkan

harus mampu menunjukan taktik oprasionalnya.”2

Demikian pula pada strategi komunikasi merupakan paduan dari

perencanaan komunikasi (communication planing) dan manajemen (managemen

communication) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut

strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana oprasionalnya secara

taktis harus dilakukan.

Jadi, strartegi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk

mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan terebut, stretegi komunikasi harus

dapat menujukan bagaimana oprasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam

arti bahwa pendekatan bisa berbeda tergantung pada situasi dan kondisi.

1Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005),h. 1092 2Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Terori dan praktek,(Bandung: Remaja

Rosdakarya,2007). Cet, ke-21. h.32

Page 27: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

16

2. Tahapan-tahapan Startegi Komunikasi

Untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan, dalam proses strategi

komunikasi terdapat beberapa tahapan-tahapan dalam prosesnya, di antaranya

yaitu :

a. Perumusan Strategi

Dalam perurumusan strategi, konseptor harus mempetimbangkan

mengenai peluang dan ancaman eksternal, menenetapkan kekuatan dan

kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan startegi

alternatif dan memilih strategi untuk dilaksanakan.

“Perumusan strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang

terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan,

kemudian mengadakan analisis mengenai kemungkinan-kemungkinan

serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat

diambil dalam rangka gerak menuju kepada tujuan itu.”3

b. Implementasi strategi

Setelah merumuskan dan memilih strategi yang ditetapkan, maka langkah

berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahapan

pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerja

sama dari seluruh unit, tingkat dan anggota organisasi.

“Dalam pelaksaan strategi yang tidak menerapkan komitmen dan

kerja sama dalam pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan analisis

strategi hanaya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan.

Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian sumber

daya yang ditampakan melalui penetapan struktur organisasi dan

mekanisme kepemimpinan yang dijalanakan bersama budaya perusahaan

dan organisasi.” 4

c. Evalusi Strategi.

3 Ali Murtopo, Startegi Kebudayaan, ( Jakarta: Centre for Strategic and International

Studies-CSIS,1978).h 8 4 Fred David, Manajemen Strategi konsep, (Jakarta: Prehalindo,2002).h. 3

Page 28: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

17

Tahap akhir dari menyusun strategi adalah “evaluasi implementasi

strategi, evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai, dan

dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evalausi menjadi tolak

ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan

evaluasi sangat diperluakn untuk menentukan sasaran yang dinyatakan telah

tercapai”.5

Ada tiga amacam langkah dasar untuk mengevaluasi strategi, yaitu:

1.) Meninjau faktot-fakor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi.

Adanya perubahan yanag ada akan menjadi satu hambatan dalam

pencapaian tujuan, begtitu pula dengan faktor internal yang diantaranya

strategi tidak efektif atau hasil implememnatsi yang buruk dapat

berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai.

2.) Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan

kenyataan). Prosesnya dapat diilakukan dengan menyidiki penyimpanan

dari renacana, mengevalusi prestasi individual, dan menyimak kemajuan

yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk

mengevalausi strategi harus mudah diukur dan mudah dibuktikan,

kriteria yang meramalkan hasil lebih penting dari pada kriteria yang

mengungkapkan apa yang terjadi.

3.) Mengembalikan tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi

sesuai dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti yang ada

ditinggalkan atau merumuskan strategi baru. Tindakan korekratif

diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan hasil yang

dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan.6

B. Pengertian Komunikasi

1. Definisi Komunikasi

Kata atau istilah komunikasi adalah “merupakan terjemahan dari bahasa

Inggris Communication yang dikembangkan di Amerika Serikat dan

komunikasipun berasal dari unsur persurat kabaran, yakni journalism. Adapun

5 Ibid.h. 3

6 Ibid

Page 29: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

18

definisi komunikasi dapat dilihat dari dua sudut, yaitu: dari sudut bahasa

(etimologi) dan dari sudut istilah (terminologi)”.7

“Komunikasi menurut bahasa atau etimologi dalam “Ensiklopedi Umum”

diartikan dengan “Perhubungan”, sedangkan Communication berasal dari

berperkataan latin, yaitu:

1. Communicare, yang berarti berpartisipasi ataupun memberitahukan.

2. Communis, yang berarti milik bersama ataupun berlaku dimana-mana

3. Communis Opinion, yang berarti pendapat umum ataupun pendapat mayoritas

4. Communico, yang berarti membuat sama.

5. Demikian juga Communication berasal dari kata latin Communicatio yang

juga bersumber dari kata Communis yang berarti sama. Sama disini

maksudnya sama makna”.8

Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat

terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya,

jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya,

maka komunikasi berlangsung. Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi

tidak berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara orang-orang itu tidak

komunikatif.

Adapun pengertian komunikasi menurut istilah atau terminology banyak

dikemukakan oleh sarjana-sarjana yang menekuni ilmu komunikasi yaitu ;

1.) Laswell, 1960, mengatakan bahwa “komunikasi pada dasarnya merupakan

suatu proses yang menjelaskan “siapa”, “mengatakan apa”, “dengan saluran

apa”, “kepada siapa”, dan dengan akibat atau hasil apa” ( Who? Says what?

Iin which chanel? To whom? With effect?.)” 9

2.) Rogers dan D. Lawrence Kincaid mendefinisikan komunikasi adalah “suatu

proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran

7 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Cet. Ke-1. h.19

8 Ibid

9 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Cet. Ke-1. h.21

Page 30: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

19

informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada

saling pengertian yang mendalam”.10

3.) Sedangkan menurut William J. Seller, memberikan komunukasi yang lebih

bersifat universal. Dia mengatakan bahwa komunikasi adalah “proses dengan

mana simbol verbal dan non verbal dikirimkan, diterima, dan diberi arti”.11

4.) Menurut pakar komunikasi Onong Uchjana, mendefinisikan komunikasi

adalah “proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain

untuk memberi tahu atau meruabah sikap, pendapat atau prilaku, baik

langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media”.12

5.) James A.F Stoner, dalam bukunya yang berjudul: manajemen, menyebutkan

bahwa komunikasi adalah “proses dimana seseorang berusaha memberikan

pengertian dengan cara pemindahan pesan”13

Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana

seseorang menyampaikan pesannya, baik dengan lambang bahasa maupun dengan

isyarat, gambar, simbol, gaya, yang antara keduanya sudah terdapat kesamaan

makna, sehingga keduanya mengerti apa yang sedang dikomunikasikan. Dengan

kata lain, jika lambangnya tidak dimengrti oleh salah satu pihak, maka

komunikasinya akan tidak lancar dan tidak komunikatif.

2. Unsur Unsur Komunikasi

10

Hafied Changara, Pengantar Ilmu Komunikasi.(Jakarta: Rajagrafindo

Persada,1998).h.20 11

Arni Muhammad, komunikasi Organisasi.( Jakarta:Bumi Aksara, 2009).cet ke-10.h. 4 12

Onong Uchyana, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008).cet.ke-

7. h.5 13

H.A.W Widjaja. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi

Aksara,2008). cet.ke-5. h. 8

Page 31: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

20

Dari pengertian komunikasi yang yang telah dikemukakan, jelas bahwa

komunikasi anatara manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang

menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya

komunikasi hanya terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media,

penerima, dan efek, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Menurut

Joseph de Vito menambahkan lagi adalah faktor lingkungan dan umpan balik dan

unsur-unsur ini bisa disebut juga elemen atau komponen komunikasi yaitu:

a. Komunikator

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber atau komunikator

sebagai pembuat atau pengirim informasi, dalam komunikasi antar manusia.

Yang dimaksud dengan sumber atau komunikator disini adalah “dasar

yang digunakan di dalam penyampaian pesan, yang digunakan dalam rangka

memperkuat pesan itu sendiri, sumber ini yang perlu di perhatikan adalah

memandang kredibilitasnya terhadap sumber kepercayaan baru, ataupun lama.

Sumber yang disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya

disebut source, sender, atau encoder. “14

b. Pesan

Pesan adalah “suatu gagasan atau ide, informasi, pengalaman yang telah

dituangkan dalam lambang untuk disebarkan kepada pihak lain”.15

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah “sesuatu yang

disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara

14

Hafied Changara, Penagntar Ilmu Komunikasi.(Jakarta: Rajagrafindo Persada,1998).h.

24 15

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Cet. Ke-1. h.45

Page 32: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

21

tatap muka atau melalui media komunikasi, isinya bisa berupa ilmu pengetahaun,

hiburan, informasi, nasihat atau propaganda”.16

Pesan seharusnya mempunyai inti pesan atau tema, sebagai pengarah di

dalam usaha mencoba mempengruhi atau mengubah sikap dan tingkah laku

komunikan. Namun pesan juga dapat disampaikan secara panjang lebar, tapi yang

perlu diperhatikan dan diarahkan kepada tujuan akhir dari komunikasi. Dalam

bahasa Inggris pesan biasanya di terjemahkan dengan kata message, content atau

informasi.

c. Media

Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk

memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat

mengenai saluran atau media, ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-

macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi, pancaindra dianggap

sebagai media komunikasi.

Selain itu saluran komunikasi yang terdapat pada indra manusia, “ada juga

saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram, yang digolongkan sebagi

media komunikasi antarpribadi”.17

d. Komunikan

16

Hafied Changara, Penagntar Ilmu Komunikasi.(Jakarta: Rajagrafindo Persada,1998).h.

24 17

Ibid. h.25

Page 33: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

22

Komunikan atau penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang

dikirim oleh sumber, Penerima bisa terdiri dari satu orang, atau lebih, bisa dalam

bentuk kelompok, partai atau negara.

Penerima merupakan peranan paling penting dalam proses komunikasi

karena komunikan adalah “yang menjadi sasaran dari komunikasi, jika suatu

pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan barbagai macam masalah

yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada komunikator (sumber), pesan

atau saluran”.18

e. Efek

.Efek atau pengaruh adalah “perubahan yang terjadi di pihak komunikan

sebagai akibat dari diterimanya pesan melalui komunikasi. Efek bisa bersifat

kognitif yang meliputi pengetahuan, bisa juga bersifat afektif yang meliputi

perasaan emosi, atau bisa juga bersifat konatif yang merupakan tindakan”19

Efek mrupakan akhir dari komunikasi, yaitu sikap dan tingkahlaku

seseorang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan, jika sikap dan

tingkah laku orang lain itu sesuai, maka berarti komunuikasi itu berhasil.

f. Umpan Balik (Feed Back)

Feed back adalah “tanggapan, jawaban atau respons komunikan kepada

komunikator, bahwa komunikasinya dapat diterima dan berjalan.”20

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu

bentuk dari pada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya

18

Ibid. h.26 19

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Cet. Ke-1. h.46 20

Ibid. h.46

Page 34: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

23

umpan balik juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan

belum sampai pada penerima

g. Lingkungan

Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat

mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan pada empat

macam yaitu limgkunagn fisik, lingkungan sosial budaya, lingungan psikologis,

dan dimensi waktu.

Menurut Hafied Changara dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi

menjelaskan bahwa:

“Lingkungan fisik menunjukan bahwa suatu proses komunikasi hanya

bisa terjadi kalau tidak terdapat lingkungan fisik. Lingkungan sosial

menunjukan faktor sosial budaya, ekonomi dan politik yang bisa menjadi

kendala terjadinya komunikasi. Lingkungan psikologis adalah

pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi.

Sedangakan dimensi waktu menunjukan situasi yang tepat untuk

melakukan kegiatan komunikasi, banyak proses komunikasi tertunda

karena pertimbangan waktu”. 21

Jadi dalan proses komunikasi, setiap unsur memilki peranan yang sangat

penting dalam membangun proses komunikasi. Efektif atau tidaknya komunikasi

tergantung dari unsur-unsur yang ini, bahkan ketujuh unsur ini saling bergantung

satu sama lainnya. Artinya, tanpa keikut sertaan satu unsur akan memberi

pengaruh pada jalannya komunikasi.

3. Bentuk Komunikasi

21

Hafied Changara, Pengantar Ilmu Komunikasi.(Jakarta: Rajagrafindo Persada,1998). h

29

Page 35: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

24

Seperti halnya definisi komunikasi, klasifikasi tipe atau bentuk

komunikasi dikalangan para pakar juga berbeda satu sama lainnya. Klasifikasi itu

didasarkatn atas sudut pandang masing-masisng pakar menurut pengalaman dan

bidang studinya.

Joseph A. Devito membagi komunikasi atas empat macam, yaitu

“komunikasi antarpribadi, komunikasi antar kelompok kecil, komuniaksi public

dan komunikasi massa”.22

R Wayne Pace dengan teman-temanya dari Bringham Young University

dalam bukunya Technicues for Effective Communivcation (1979) membagi

bentuk-bentuk komunikasi atas tiga tipe yaitu, “komunikasi dengan diri sendiri,

komunikasi antarpribadi serta komunikasi khalayak”.23

Adapun yang dimaksud dengan bentuk-bentuk komunikasi di sini adalah;

komunikasi antarpribadi (Interpersonal Communication), komunikasi kelompok

(Group Communication) dan komunikasi massa (Mass Communication)

a. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)

Komunikasi antarpribadi adalah “komunikasi yang berlangsung antara dua

orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan, komunikasi

jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face), bisa juga

melalui sebuah medium telepon”.24

Menurut Roudhonah dalam bukunya Ilmu Komunikasi mengatakan

bahwa:

22

Ibid. h.29 23

Ibid. h.30 24

Onong Uchyana, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Alumni,1981). h.48

Page 36: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

25

“Secara umum, komunikasi antrapribadi dapat diartikan sebagai suatu

proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi.

Pengertian mengacu pada perubahan dan tindakan (action) yang

berlangsung secara terus menerus. Komunikasi antarpribadi juga

merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima

pesan secara timbal-balik. Sedangkan makna, yaitu sesuatu yang

dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah kesamaan pemahaman diantra

orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan

dalam proses komunikasi.”25

Jadi, komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang dilaksanakan oleh

dua orang secara tatap muka (face to face), dimana komunikator bisa memberi

pesan secara langsung dan komunikan juga dapat menerima dan menanggapi

pesan dari komunikator secara langsung, serta dapat memberikan umpan balik

(feed back) secara langsung, seperti percakapan, dialog dan wawancara.

b. Komunikasi Kelompok (Group Communication)

Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human

Communication, A Revisian of Approaching Spech/ Communicatin, yang telah

disadur oleh Sasa Djuarsa yang dikutip oleh Roudhonah dalam bukunya ilmu

komunikasi mengatakan bahwa:

“komunikasi kelompok adalah interaksi tatap muka dari tiga atau lebih

individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti

berbagai informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga

semua anggota dapat menumbuhkan karekteristik pribadi anggota lainnya

dengan akurat.26

Jumlah dalam komunikasi kelompok tidak bisa ditentukan jumlah

orangnya, hanya terdapat istilah small group yaitu sekumpulan orang yang

berjumlahnya sedikit dan large group yaitu sekumpulan orang yang jumlahnya

25

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Cet. Ke-1. h.106 26

Ibid, h.124

Page 37: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

26

lebih besar, tapi tidak bisa ditentukan berapa jumlah orang yang termasuk

kelompok kecil dan berapa orang yang termasuk kelompok besar.

c. Komunikasi Massa (Mass Communication)

Komunikasi massa adalah “penyampaian pesan komunikasi melalui atau

menggunakan media massa modern, yang meliputi surat kabar, siaran radio, dan

telivisi yang ditujukan kepada umum”27

Komunikasi massa dapat didefinisikan juga “sebagai proses komunikasi

yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada

khalayak yang sifatnya masal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio,

telivisi, surat kabarm dan film.”28

Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baiknya

lambat atau tertunda dan sangat terbatas, akan tetapi, dengan perkembangan

teknoogi komunikasi yang begitu cepat, khusunya media massa elektronik seperti

radio dan telivisi, maka umpan balik dari khalayak bisa dilakukan dengan cepat

kepada penyiar, misalnya melalui program interaktif.

Jadi, komuniaksi massa adalah penyebaran pesan dengan menggunakan

media yang ditujukan kepada sejumlah ornag yang tidak tampak oleh si

penyampai pesan, seperti pembaca surat kabar, pendengar radio, penonton telivisi,

tidak tampak oleh sikomunikator.

C. Pengertian Akhlak

1. Definisi Akhlak

27

Ibid,h. 137 28

Hafied Changara, Penagntar Ilmu Komunikasi.(Jakarta: Rajagrafindo Persada,1998).h.

37

Page 38: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

27

Menurut dari segi bahasa, akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu “isim

masdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan

timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala, yufilu, aif’alan yang berarti al-sajiah

(perangai), at-thabi’ah (kelakuan, tabi’at, watak, dasar), al’adat (kebiasaan,

kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik), dan al-din (agama).”29

Menurut istilah dalam pengertian akhlak, banyak para pakar yang

mendifinisikan akhlak, ibnu Maskawih medifinisikan akhlak yaitu “sifat yang

tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa

memrlukan pemikiran dan pertimbangan”.30

Sejalan dengan pendapat tersebut diatas, dalam Mu'jam al-Washith,

Ibrahim Anis mengatakan akhlak adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa, yang

dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa

membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”.31

Namun dari definisi akhalak tersebut diatas nampak tidak ada yang

bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara satu dan lainnya

2. Pembinaan Akhlak.

Pembinaan akhlak merupakan gabungan dari kata yang berkaitan yaitu

pembinaan dan akhlak. Menurut Zakiah Darajat dalam bukunya ilmu jiwa dan

agama menjelaskan bahwa:

29

Jamil Shaliba, al-mu’jam al-fulsafi, juz 1 (Mesir: Dar al-Kitab al-Mishiri, 1978),

h.539. Lihat pula Luis Ma’luf, kamus al-Munjid, (Beirut: al-Maktabah al-Katulikiyah, t.t), h.194;

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm.19. 30

. Ibn Maskawih, Tahdzib al-Akhlak wa Tathir al-A'raq. (Mesir: al-Mathba'ah al-

Mishiriyah, 1934), cet I, h. 40. 31

Ibrahim Anis, al-Mu'jam al-Washith,( Mesir: Dar al-Ma'arif, 1972), h.202

Page 39: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

28

“Arti dari pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal maupun

nonformal yang dilakasanakan secara sadar, berencana, terancang teratur

dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menambahkan,

mengembangkan suatu dasar kpribadian yang seimbang dan utuh dan

seluas pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat keinginan serta

prakarsa sendiri, menambah, mengembangkan dan meningkatkan kearah

tercapainya, martabat, mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan

pribadi yang mandiri.”32

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khsuusnya

dan pada pendidikan umumnya, ada tiga aliran yang sudah sama popular, Pertama

aliran Nativisme. Kedua, aliran Empirisme, dan ketiga aliran Konvergensi.

“Menurut aliran Netivisme bahwa faktor yang paling berpengaruh

terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam

yang bentuknya berupa kecendrungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika

seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecendrungan kepada yang

baik maka dengan sendirinya orang tersebut akan baik.

Selanjutnya, menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling

berpengaruh terhaap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar,

yaitu lingkungan sosial, termasuk pembentukan dan pendidikan yang

diberikan. Jika pembinaan dan pendidikan yang diberikan anak itu baik,

maka baiklah anak itu. Demikian jika sebaliknya. Aliran ini tampak begitu

percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan

pengajaran.

Dalam pada itu aliran konvergensi berpendapat pembentukan

akhlak dipengaruhi oleh factor internal, yaiut pembawaan si anak, dan

faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembniaan yang dibauat secara

khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan social. Fitrah dan

kecendrungan ke arah yang baik yang ada di dalam diri manusia dibina

secara intensif melalui berbagai metode”.33

D. Masyarakat

1. Pengertian Masyarakat

32

Zakiah Darajat. Ilmu Jiwa dan Agama (Jakarta: Bulan Bintang,1976), h, 36. 33

Abudin Nata, Akhlak tasawuf , (Jakarta: Rajawali Pers: 1996) h, 165

Page 40: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

29

Masyarakat dalam bahasa inggris sering dipakai dalam istilah yaitu

“society yang berasal dari kata Latin socius, berarti “kawan”. Istilah masyarakat

sendiri berasal dari akar kata Arab syaraka yang berarti “ikut serta”,

berpartisipasi.”34

Sebagaimana dengan hal-hal ilmu sosial lainnya, objek sosiologi adalah

masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia, dan proses yang

timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.

Memang agak sukar untuk memberikan batasan tentang masyarakat, oleh

karena istilah masyarakat terlalu banyak mencakup berbagai factor, sehingga

kalaupun diberikan suatu definisi yang berusaha mencakup keseluruhannya, ada

juga yang tidak memenuhi unsur-unsurnya

Beberapa orang sarjana telah mencoba untuk memberikan definisi

masyarakat (society) seperti misalnya:

a. Mac Iver dan Page berpendapat bahw masyarakat adalah “suatu sistem

dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerja sama anatara

berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tinglah laku serta

kebebasan-kebebasan-kebebasan manusia. Masyarakat merupakan jalinan

hussbungan social. Dan masyarakat selalu berubah”35

b. Ralph Li nton menyatakan bahwa: “Masyarakat merupakan setiap

kelompok manusia yan telah hidup dan bekerja bersama cukup lama

sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dna menganggap diri

34

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 116 35

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantars. (Jakarta: Raja Grafindo

Persada,2006), h.24

Page 41: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

30

mereka sebagai suatu kesatuan social dengan batas-batas yang

dirumuskan dengan jelas”36

.

c. Selo Soemardjan menyatakan bahwa: “masyarakat adalah orang-orang

yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.”37

Dapat dirumuskan maka definisi masyarakat secara khusus adalah

“kesatuan hidup manuisia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat

tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas

bersama”.38

2. Masyarakat dengan kehidupan beragama

Terlepas dari bentuk hubungan anatara agama dengan masyarakat, baik

dalam bentuk organisasi maupun fungsi agama, “maka dalam setiap masyarakat

agama masih tetap memiliki fungsi dalam kehidupan masyarakat. Agama sebagai

anutan manusia, terlihat masih berfungsi sebagai pedoman yang dijadikan sumber

untuk mengatur norma-norma kehidupan”.39

Agama adalah “merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia,

seperti di kutip Dr. Harun Nasution dalam buku Islam ditinjau dari berbagai

aspek, agama adalah ajaran yang berasal dari kitab suci.”40

Berbicara lebih lanjut mengenai fungsinya agama sangat berperan dalam

memenuhi kebutuhan serta pemeliharaan masyarakat, artinya bahwa dalam

mengatur kehidupan sosial, agama memiliki kekuatan untuk memaksa dan

36

Ibid. 37

Ibid. 38

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 118 39

Jalaludin Rahmat, Psikologi Agama.(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 253 40

Harun Nasution, Islam di Tinaju dari Berbagai Aspeknya. (Jakarta: Remaja

Rosdakarya, 1979), h. 11

Page 42: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

31

mengikat masyarakat untuk mau mengorbankan kepentingan-kepentingan

pribadinya demi kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Di pihak lain,

agama juga berperan dalam membantu menciptakan sistem-sistem nilai sosial

yang terpadu dan utuh dengan memberikan nilai-nilai yang berfungsi

menyalurkan sikap-sikap para anggota masyarakat dan menetapkan isi kewajiban-

kewajiban sosial mereka.

“Agama membentuk taqwa, berpangkal dari taqwa inilah terbentuk

kebudyaaan Islam, itulah yang disebut masyarakat Islam. Kebudayaan Islam

ialah cara brfikir dan cara merasakan taqwa, yang menyatakan diri dalam

seluruh segi kehidupan sekelompok manusia yang membentuk masyarakat

dalam suatau ruang dan suatu waktu. Sedangkan masyarakrat Islam adalah

kelompok manusia dimana hidup terjaring kebudyaan Iskam yang diamalkan

oleh kelompok itu sebagai kebudayaanya, kelompok itu bekerjasama dan

hidup bersama berdasarkan prinsip-prinsip al-Qur`an dan Hadis dalam tiap

segi kehidupan.”41

E. Pesantren

Pesantren adalah “berarti santri dengn awalan "pe" dan akhiran "an"

berarti tempat tinggal para santri”42

, yang lazim disebut dengan istilah pondok.

Di Indonesia istilah pesantren lebih popular dengan sebutan pondok

pesantren. Lain halnya dengan pesantren, “pondok berasal dari bahasa Arab

“funduq”, yang berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal sederhana”.43

Pesantren itu terdiri dari lima elemen pokok, yaitu; “kyai, santri, masjid,

pondok, dan pengajaran kitab-kitab Islam kalsik. Kelima elemen tersebut

merupakan cirri khusus yang dimiliki pesantren dan membedakan pendidikan

41

Sidi Gazalba, Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan Sosiografi,cet, ke-2, (Jakarta:

Bulan Bintang 1976), h. 102 42

Zamarkasyi Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, cet, ke-

6, (Jakarta: LP3ES,1994),h. 18. 43

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan

Perkembangan, cet. Ke-2, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1996), h.138.

Page 43: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

32

pondok pesantren dengan lembaga pendidikan dalam bentuk lain. Sekalipun

kelima elemen ini saling menunjang eksisitensi sebuah pesantren, tetapi kiai

memainkan peranan yang begitu sentral dalam dunia pesantren”.44

44

Yasmadi, Moderenisai Pesantren, Kritik Nur Kholis Majid Terhaap Pendidikan Islam

Tradisional, cet-1, ( Jakarat: Ciputat Press, 2002), h.63

Page 44: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

33

BAB III

SEKILAS TENTANG BIOGRAFI

KH. AHMAD SYRIFUDDIN ABDUL GHANI

DAN GAMBARAN UMUM KAMPUNG BASMOL

A. Biografi KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani

1. Riwayat Hidup KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani

KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani “di lahirkan di kampung Basmol

Kembangan Utara Jakarta Barat pada tanggal 1 Juli 1957”1, kiai Syarifuddin yang

biasa di sapa warga Basmol dengan ustadz Syarif merupakan anak terakhir dari

sebelas bersaudara, yaitu “ustadzah Jawiyah, ustadz Jawahir, ustadzah Salimah,

Ustadzah Husna, M. Syatiri (almarhum), Ustadz Abdul Rohman, Ridwan

(almarhum), M. Isa, Zahrudin (almarhum), Sanwani (almarhum) dan ustadz

Ahmad Syarifuddin, beliau dilahirkan dari pasangan KH. Abdul Ghani bin M.

Zein bin Muqri bin Sama‟un yang berprofesi sebagai guru madrasah, dan ibunya

bernama Ny. Alijah yang berasal dari Kedoya Jakarta Barat, dia adalah seorang

ustadzah yang mengajar di beberapa majlis taklim di daerah Kedoya dan

sekitarnya”.2

Dimasa kanak-kanak, “kiai Syarifuddin sering berkelahi dengan kakak-

kakaknya, terkadang juga dengan teman sebayanya, dan sering dimarahi ketika

tidak menuruti perintah orang tuanya. Namun dibalik kenakalan beliau dimasa

1Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifudduin Abdul Ghani. Jakarta 02 Maret

2011 2 Ahmad Zawawi, Silsilah Keturunan KH. Abd Ghani Bin Moh Zein, Bin Muqri, bin

sama’un (Jakarta:T.pn,2006), cet-2,h.4

Page 45: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

34

kanak-kanak, beliau rajin membantu ayahnya mengambilkan air wudhu untuk

melaksanakan shalat maghrib, beliau juga dididik dengan ketat dalam

mempelajari ilmu agama dan mengaji oleh ayahnya”.3

Pada tahun 1990 KH. Ahmad Syarifuddin menikah dengan Nurhasanah

binti Sarwo Wahdi, lalu dari hasil pernikahannya dikaruniai lima orang anak,

diantaranya tiga laki-laki dan dua perempuan, mereka adalah Jauhar, Syaza

(almarhum), „Uzair, Muqoddas dan Fadiya. Sama seperti ayahnya, ustad Syarif

juga mendididik anak-anaknya dengan sangat ketat dalam mempelajari ilmu

agama.4

“Pada usia enam tahun kiai Syarifudin mulai masuk pendidikan formal

yaitu;

1. SR (Sekolah Rakyat) Cengkareng Jakarta Tahun 1963 – 1969

2. SLTP Jakarta Tahun 1969 – 1972

3. SMEP Jakarta Tahun 1972 – 1975

4. Madrasah Aliyah (MA) Annida Bekasi Tahun 1975 – 1978

5. SI Islamic University Medina, Madina Saudi Arabia Jurusan as-Sunah

(Hadis) Tahun 1978-1982

6. S2 Islamic University Medina, Madina Saudi Arabia Jurusan as-Sunah

(Hadis) Tahun 1982 – 1985.”5

3 Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifudduin Abdul Ghani. Jakarta 20 April

2011 4 Ahmad Zawawi, Silsilah Keturunan KH. Abd Ghani Bin Moh Zein, Bin Muqri, bin

sama’un (Jakarta:T.pn,2006), cet-2,h.15 5 Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifuddin, Jakarta, 02 Maret 2011

Page 46: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

35

2. Kiprah dan Aktifitas Dakwah KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani

Pada tahun 1986 kiai Syarifudin pulang ke Indonesia setelah mengenyam

pendidikan di Madinah Arab Saudi selama tujuh tahun. Aktivitas pertama yang

beliau lakukan adalah mengajar di Madrsah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah al-

Hidayah kampung Basmol serta mendidik para santri Pondok Pesantren al-

Hidayah kampung Basmol, dan juga mengajar di beberapa majlis taklim yang ada

di Jakarta.

Pengalaman demi pengalaman beliau rasakan, luasnya pergaulan serta

banyaknya prestasi, serta kedalaman ilmu yang dimilikinya, sehingga beliau aktif

dalam organisasi-organisasi tingkat kota dan provinsi DKI Jakarta. Lembaga-

lembaga organisasi tersebut adalah :

1. Anggota Majlis Ulama Indonesia (MUI) Jakarta Barat pada tahun 1988

– 2003

2. Sekertaris Syuriah Nahdlotul Ulama (NU) pada tahun 2004 – 2009

3. Ketua (STIT) Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiah al-Marhalah al-Ulya Bekasi

pada tahun 2004 - sampai sekarang

4. Ketua Yayasan Pembinaan dan Pendidikan Islam al-Hidayah (YAPPIA)

Jakarta, pada tahun 2007 – sampai sekarang

5. Ketua Komisi Fatwa Majlis Ulama Indonesia DKI Jakarta, pada tahun

2010 – sampai sekarang

6. Pimpinan di beberapa Majlis Taklim di daerah Jakarta dan Tangrang6

6 Wawancara pribadi dengan kiai Ahmad Syarifuddin, Jakarta 02 Maret 2011

Page 47: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

36

Sejak tahun 1986 KH. Ahmad Syarifuddin mendidik dan mengajar santri

di Pondok Pesantren al-Hidayah, beliau juga aktif mengajar di sekolah Madrsah

Tsanawiyah al-Hidayah dan Madrasah Aliyah al-Hidayah kampung Basmol dan

mengajar di beberapa Majlis Taklim di kampung Basmol yaitu:

1. “Hari Minggu pagi jam 09:00 WIB di Masjid al-Musari‟in Kampung

Basmol, kitab yang dikaji adalah Shoheh Bukhori, menerangkan

hukum-hukum fiqih yang beradsarkan dari hadist-hadist shoheh

2. Hari Senen setelah shalat Subuh mengajar santri putra di rumah beliau

(ustadz Syarifuddin), kitab yang dikaji adalah Sunan Abu Daud yang

menerangkan tentang hadis- hadis Rasulullah yang berdasarkan

riwayat Abu Dawud, dan kitab Sunan Turmudzi yang menerangkan

tentang hadist-hadis Rasulullah berdasarkan riwayat Imam Turmudzi.

3. Hari Selasa mengajar di MTs dan MA al-Hidayah kampung Basmol

Jakarta Barat.

4. Hari Rabu setelah shalat Maghrib mengajar santri putri di rumah

ustadz Syarifuddin, kitab yang dikaji adalah Fathul Mu’in, yang

menerangkan tentang hukum-hukum fiqih dan Tafsir Ibnu Katsir,

yang menerangkan tentang tafsir ayat-ayat al-Qur`an.

5. Hari Kamis pagi mengajar kaum ibu-ibu di Majlis Taklim al-

Toyyibiah, kitab yang di kaji adalah Subulus Salam, menerangkan

tentang hukum-hukum fiqih.

6. Hari Kamis Mengajar di MTs dan MA al-Hidayah kampung Basmol

Jakarta Barat.

Page 48: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

37

7. Hari Jum‟at setelah shalat Isya di Masjid al-Musari‟in Kampung

Basmol, kitab yang dikaji adalah menjelaskan isi kandungan ayat-ayat

al-Qur‟an yang berkaitan dengan hukum-hukum dan akhlak.

8. Hari Sabtu mengajar di MTs dan MA al-Hidayah kampung Basmol

Jakarta Barat” 7

Selain beliau mengajar beberapa majlis taklim di wilayah kampung

Basmol Jakarta Barat, beliau juga mengajar di beberapa majlis taklim di wilayah

DKI Jakarta dan Tangerang, diantaranya;

1. “Hari Minggu setelah shalat Maghrib di Mushola al-Ikhlas Kebon

Jeruk Jakarta Barat, kitab yang di kaji adalah Riyadus Sholihin yaitu

menerengkan tentang hukum, akhlak dan tauladan Rasulullah SAW

berdasarkan hadis-hadis shoheh.

2. Hari Minggu setelah shalat isya di Masjid al-Ma‟ruf Kebayoran Lama

Jakarta Selatan, kitab yang dikaji adalah Kifayatul Akhyar yang

menerangkan tentang hukum-hukum dalam fiqih, dan Tafsir Jalalain

menerangkan tafsir dan asbabunuzul ayat-ayat al-Qur`an.

3. Hari Selasa setelah shalat Ashar di Masjid Nurul Janah Semanan

Jakarta, kitab yang di kaji adalah Al-Muwatho menerangkan tentang

hukum-hukum fiqih berdasarkan hadis-hadis Rasulullah yang di

riwayatkan dari Imam Malik.

4. Hari Selasa setelah shalat maghrib di Masjid Gahiru Jami‟ Darussalam

Pesing Jakarta, kitab yang dikaji adalah Riyadus Shalihin.

7 Wawancara Pribadi dengan KH.Ahmad Syarifuddin. Jakarta, 28 Maret 2011

Page 49: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

38

5. Hari Rabu Mengajar di Sekolah Tinggi Tarbiah al-Marhala al-Nida

Bekasi, setelah itu melakukan tugas di kantor MUI (Majlis Ulama

Indonesia) untuk melakukan musyawarah.

6. Hari Jum‟at setelah shalat Jum‟at di mengajar kaum ibu-ibu di Majlis

Taklim al-Muslimun Semanan Jakarta Barat, kitab yang dikaji adalah

Riyadus Sholihin.

7. Hari Jum‟at setelah shalat Ashar di Masjid Agung al-Adzom

Tangerang, kitab yang dikaji adalah Subulus Salam.

8. Hari Sabtu setelah shalat Maghrib di masjid al-Jannah pedongkelan

Jakarta Barat, kitab yang dikaji adalah Irsyadul I’bad, menerangkan

tentang hukum-hukum fiqih

9. Hari Sabtu setelah shalat Isya di masjid Baiturrahman Pesing Jakarta

Barat, kitab yang dikaji adalah Irsyadul I’bad.”8

Di dalam kesibukan dan aktifitas ustadz Syarifuddin dalam mengajar di

beberapa majlis taklim di DKI Jakarta dan sekitarnya, namun, “beliau masih

menyempatkan waktu senggangnya untuk memperhatikan warga masyarakat

lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol agar warga kampung

Basmol tidak terjerumus dalam tindakan-tindakan kejahatan yang dapat

merugikan diri sendiri dan lingkungan”.9

8 Wawancara Pribadi dengan KH.Ahmad Syarifuddin. Jakarta, 28 Maret 2011

9 Wawancara Pribadi dengan bapak Mat Hasyim ketua Rt 15, Jakarta 22 Maret 2011

Page 50: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

39

3. Karya KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani

KH. Ahmad Syarifuddin mempunyai karya satu buah karangan kitab yaitu

“Al-Badru Munir fi Takhriji Ahadist Syarhil Kabir. Kitab ini terdiri dari dua puluh

delapan (28) jus, yang setiap jusnya dikarang oleh satu orang, sementara KH.

Ahmad Syarifuddin mengarang pada juz empat (4) yang terdiri dari empat ratus

lima puluh delapan (458) halaman. kitab ini dijadikan sebuah kenang-kenangan

oleh lulusan mahasiswa S2 Islamic University Medina, Madina Saudi Arabia

Jurusan as-Sunah (Hadis) angkatan 1982. Dalam kitab ini menjelaskan tentang

hadis shoheh yang berhubungan dengan Al-Toharoh (bersuci) madzhab al-Imam

Abi Hafidz Umar bin Ahmad al-Anshori al-Syafi‟I (Imam Syafi‟i). Kitab al-

Badru Munir diterbitkan oleh percetakan Daarul ‘Ashima Riyadh Saudi Arabia

pada tahun 2009”.10

B. Kampung Basmol

Menurut salah satu tokoh masyarakat setempat, diperoleh informasi bahwa

“pada mulanya kampung Basmol bernama kampung Pesalo. Kemudian ada

seorang guru besar Jakarta yang berasal dari Depok bernama K.H. Abdul Majid

yang memberikan nama Basmol بسمل) ) yang artinya membaca bismillah” .11

Jarak kampung Basmol ke pusat pemerintahan yaitu kurang lebih 500

(lima ratus) meter dari kantor kecamatan Kembangan dan 2 (dua) Kilo Meter

(KM) dari kantor wali kota Jakara Barat serta dengan batas-batas sebagai berkut;

10

Wawancara pribadi dengan kiai Ahmad Syarifuddin, Jakarta 28 Maret 2011. 11

Wawancara dengan Ust. H. Asmat Arsyad (sesepuh kampung Basmol), Jakarta 02

Maret 2011

Page 51: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

40

1. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kampung Kapling/RW 08

Kelurahan Kedaung Kali Angke.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kampung Baru

3. Sebelah Timur berbatasan dengan RW 05 Kembangan

4. Sebelah Barat berbatasan dengan kali Cengkareng Drain Kelurahan

Cengkareng.

1. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk kampung Basmol pada bulan februari 2011 sebanyak

4.549 jiwa, terdiri dari 2238 orang laki-laki dan 2311 orang perempuan dengan

jumlah kepala keluarga (KK) Sebanyak 1.183 Jiwa. Jumlah penduduk ini

merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada di

RW se-Kelurahan Kembangan Utara, hal ini disebabkan karena terjadi pemekaran

jumlah RT yang semulanya hanya 12 RT kini menjadi 15 RT dimana areal tanah

yang semula perkebunan kini menjadi tempat pemukiman penduduk.

Dibandingkan dengan jumlah penduduk asli (Betawi) yang hanya 40% maka

jumlah penduduk pendatang 60%. Hal ini terjadi karena banyak penduduk asli

yang membuat rumah-rumah kontrakan yang penghuninya sebagian besar adalah

pendatang12

. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel di bawah ini.

12

Wawancara dengan Bapak Madinah (Ketua RW. 06) Hari Selasa tgl 01 Maret 2011

Page 52: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

41

Tabel 1

Tentang Jumlah Penduduk Masyarakat Kampung Basmol

NO TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 2008 2098 2298 4396

2 2009 2211 2064 4275

3 2010 2199 2293 4492

4 2011 2238 2311 4549

2. Keadaan Ekonomi, agama dan Budaya.

a. Ekonomi

Menurut data yang saya dapat pada bulan maret 2011, bahwa “di RW 06

Kampung Basmol mempunyai jumlah penduduk 4549 jiwa, 3639 jiwa (80%)

terdiri dari orang dewasa, yaitu yang tidak lagi berhubungan dengan pendidikan

formal. Sedangkan anak-anak atau remaja terdiri dari 910 (20%), yaitu yang

masih dalam pendidikan formal. Di tinjau dari status ekonomi pada umumnya,

masyarakat kampung Basmol sangat beragam mata pencariannya mulai dari buruh

pabrik, guru, pedagang, sampai kepada pegawai baik swasta maupun negeri.

Sebagian besar dari mereka adalah laki-laki, sedangkan perempuan sebagian besar

tinggal dirumah sebagai ibu rumah tangga meskipun ada yang ikut sibuk

membantu ekonomi keluarga dengan berdagang dirumah.”13

Untuk lebih jelanya

dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

13

Wawancara dengan Bapak Madinah (Ketua RW. 06) Hari Selasa tgl 01 Maret 2011

Page 53: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

42

Tabel 2

Tentang Pekerjaan Masyarakat Kampung Basmol

NO Pekerjaan Jumlah (Jiwa) %

1 Pedagang 1455 40

2 Guru 546 15

3 Pegawai/Karyawan 1092 30

4 Wiraswasta 182 5

5 Lain-lain 364 10

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa masyarakat Kampung

Basmol 40% berprofesi sebgai pedagang, 15% berprofesi sebagai guru, 30%

berprofesi sebagai karyawan, 5% berprofesi sebagai wiraswasta, jadi dapat

disimpulkan bahwa, penduduk warga Kampung Basmol dalam status ekonomi

adalah menengah kebawah.

b. Agama

Dilihat dari jumlah agama, 96% penduduk masyarakat kampung Basmol

RW 05 menganut agama Islam, sedangkan yang lainnya menganut agama Kristen

Protestan, Kristen Katolik dan Budha, akan tetapi kerukunan dan kehidupan

beragama sehari-hari berlangsung sangat harmonis, sampai dengan penulis

mengadakan peneletian belum pernah terjadi hal-hal yang membuat perpecahan

dikalangan umat beragama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel dibawah

ini.

Page 54: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

43

Tabel 3

Tentang Agama Yang Dianut Masyarakat Kampung Basmol

NO Agama Jumlah (jiwa) %

1 Islam 4339 96

2 Protestan 59 1,12

3 Katolik 64 1,22

4 Hindu 0 0

5 Budha 87 1,66

“Dari tabel diatas terlihat jumlah penduduk yang beragama Islam

berjumlah (96%), dengan demikian agama Islam di RW 06 Basmol cukup

potensial terlebih kampung Basmol berdampingan dengan Pondok Pesantren al-

Hidayah serta didukung sarana ibadah yaitu: satu buah masjid, 12 musolah dan

majls taklim”.14

c. Budaya

Budaya Betawi terasa sangat mewarnai masyarakat kampung Basmol,

terutama tampak dari segi bahasa yang digunakan sehari-hari. Kehidupan

bergotong royong sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka, hal ini dapat

dilihat seperti pada acara walimah, ta‟ziah, pembangunan rumah warga dan

pembangunan sarana umum.

Budaya dan tradisi di kampung Basmol adalah budaya yang bernuansa

islami, budaya ini merupakan peninggalan dari orang tua terdahulu yang sampai

14

Wawancara dengan Bapak Madinah (Ketua RW. 06) Hari Selasa tgl 01 Maret 2011

Page 55: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

44

sekarang masih di budayakan. Misalnya budaya memakai busana yang muslim

dan muslimah, tradisi makan bersama dalam satu tempat hidangan yang diletakan

di atas nampan untuk empat orang dalam acara sedekahan baik di masid ataupun

dirumah-rumah, tradisi melaksanakan haulan para alim ulama yang dimakamkan

di kampung Basmol, tradisi pemisahan tempat duduk antara laki-laki dan wanita,

dan ketika suatu keluarga yang melakuskan hajat pernikahan atau lainnya,

biasanya mengundang hiburan seperti hadroh dan marawis bukan dangdut dan

sejenisnya. Mayoritas masyarakat yang melestarikan budaya tersebut adalah

masyarakat Betawi, namun ada sebagian masyarakat pendatang yang mengikuti

tardisi dan budaya tersebut.

3. Tingkat Pendidikan

Keadaan penduduk menurut pendidikan dapat dikatakan relatif cukup,

karena hampir seluruh masyarakat Basmol pernah mengenyam pendidikan

meskipun tidak sampai menyelesaikan sekolah dasar, dan tidak sedikit juga yang

mampu menyelesaikan sampai perguruan tinggi.

4. Sarana Prasarana

a. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan yang ada di kampung Basmol terdapat 2 yayasan

pendidikan, yaitu YAPPIA (Yayasan Pembinaan dan Pendidikan Islam al-

Hidayah) yang terdiri dari: 1 (satu) Pondok Pesantren al-Hidayah, 1 (satu) MI

(Hidayatul Istiqomah, 1 (satu) MTs (Madrasah Tsanawiyah) al-Hidayah, 1 (satu)

MA (Madrah aliyah) al-Hidayah, dan yayasan PGRI yang terdiri dari: 1 (satu)

Page 56: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

45

SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) PGRI dan 1 (satu) Perguruan Tinggi PGRI.

Selanjutnya ada 5 (lima) TPA (Taman Pendidikan Al-Qur`an), 1 (satu) TK (taman

kanak-kanak), 2 (dua) buah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), 1 (satu) SDN

09, dan mobil perpustkaan keliling yang beroprasi satu bulan sekali.

b. Sarana Olahraga

Sarana olahraga yang terdapat di kampung Basmol yaitu 2 (dua) lapangan

sepak bola, 1 (satu) lapangan bulu tangkis dan 1 (satu) bulapangan basket.

c. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan di kampung Basmol, ada PUSKESMAS (Pusat

Kesehatan Masyarakat) keliling yang hadir dua kali dalam seminggu yaitu pada

hari senen dan hari rabu.

C. Sekilas Pondok Pesantren al-Hidayah

Sejak mulai berdirinya Yayasan Pembinaan dan Pendidikan Islam al-

Hiadayah (YAPPIA) yang didirikan pada tahun 1979 oleh pendirinya KH. M..

Hasyim telah menyelenggarakan kurikulum khas pesantren, dimana, banyak

muatan-muatan lokal yang berorentasikan pada pemahaman kitab-kitab kuning.

Sebelumnya telah didirikan Madrasah Ibtidaiyah pada tahun 1954 seluas 3.600m2.

Kemudian pada tahun 1973 di atsa areal tanah 4000m2 didirikan Madrasah

Tsanawiyah dan pada tahun 1985 didirikan Madrasah Aliyah.

Kegiatan pendidikan mulai ditingkatkan dengan pelajaran tambahan.

Siswa/santri pertama madrasah ini sebanyak 13 orang, 5 orang putra dan 8 orang

Page 57: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

46

putri. Dari sinilah mulai dilakukan persiapan-persiapan untuk mendirikan pondok

pesantren.

Melihat makin terbukanya kesempatan untuk menidirikan pondok

pesantren dan untuk memperluas kesempatan belajar bagi siswa/santri serta

memberi ketenangan kepada orang tua dan terdorong oleh rasa tanggung jawab

terhadap pendidikan nasional serta keinginan luhur untuk memberikan pengabdian

terhadap masyarakat, maka KH. M. Hasyim Mas‟ud yang telah banyak membina

ilmu di pondok pesantren tradisional kembali merintis pondok pesantren

yangnantinya dapat menampung siswa/santri dari luar wilayah, seperti dari Tang

erang, Bekasi dan Bogor.

Gagasan cemerlang KH. M. Hasyim Mas‟ud mendapat dukungan dari

keluarga dan tokoh agama setempat, yaitu KH. Alawi Zein, Ustadz Asmat Arsyad

dan KH. Ahmad Syarifudin Abdul Ghani.” Akahirnya pada tahun 1979, tepatnya

tanggal 27 Maret 1979 disepakatilah berdirinya sebuah pondok pesantrten

dibawah naungan Yayasan Pembinaan dan Pendidikan Islam al-Hidayah.

Pimpinan pondok pesanten putri sekaligus ketua yaysan YAPPIA pada saat itu

KH. M. Hasyim Mas‟ud yang kini digantikan oleh putranya KH. Hisyam Hasyim

dan ketua yayasan YAPPIA digantikan oleh KH. Ahmad Syarifuddin Abdul

Ghani dan pimpinan pondok peasntren putra sampai saat ini di pimpin oleh KH.

Alawi Zein.” 15

Pondok Pesantren al-Hidayah berdiri di atas areal tanah 1.608m2, pada saat

ini jumlah santri di Pondok Pesantren al-Hidayah berjumlah 236, santri putra

15

Wawancara dengan Ust. H. Asmat Arsyad (sesepuh kampung Basmol), Jakarta 02

Maret 2011

Page 58: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

47

berjumlah 120 sementara santri putri 116, daerah asal santri sangat bervariasi,

tetapi mayoritas dari sekitar Jakarta, Bogor, Tangrang dan Bekasi. Sementara

jumlah pengurus harian santri putra ada 6 pengurus yang mayoritas mereka adalah

alumni pondok pesantren, sementara untuk pengurus harian santri putri berjumlah

6 pengurus dan mayoritas pengurus santri putri adalah sebagai santri senior.

Page 59: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

48

BAB IV

ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI

KH. AHMAD SYARIFUDDIN ABDUL GHANI

DALAM PEMBINAAN AKHLAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH

A. Startegi Komunikasi KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani

Strategi komunikasi yang diterapkan oleh KH Ahmad Syarifuddin dalam

pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah

kampung Basmol, yaitu;

1. Mengenal Komunikan

Mengenal komunikan berarti mengenal warga masyarakat lingkungan

Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol dengan cara mengenali atau

bertanya-tanya kepada komunikan, langkah ini merupakan langkah pertama yang

dilakukan oleh KH. Syarifuddin Abdul Ghani dalam pembinaan akhlak, karena

dengan mengenal komunikan terlebih dahulu dapat mengetahui latar belakang

warga masyarakat kampung Basmol, sebab warga masyarakat kampung Basmol

mempunyai latar belakang dan psikologis yang berbeda-beda.

Hal ini sesuai dengan penuturan KH. Ahmad Syarifuddin sebagi berikut:

“Jadi, sebelum ana (saya) berbicara atau melakukan komunikasi dengan

masyarakat kampung Basmol, dalam komunikasi face to face saya harus

lebih dahulu mengetahui bagaimana latar belakang dia (komunikan), baik

dalam latar belakang psikologis, kejiwaan atau pendidikan. Contoh saja

ketika dia sedang banyak dibebani masalah dalam keluarganya yang belum

terselesaikan, saya harus merasakan apa yang dia rasakan, jadi saya bisa

tahu apa yang sebenarnya dia inginkan. Sedangkan, ketika saya

menyampaikan pesan pada banyak orang atau dalam komunikasi

Page 60: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

49

kelompok, contoh; ketika saya mengajar saya melihat dahulu komunikan

atau yang ngaji (jama’ah) dengan saya apakah dia berpendidikan tinggi

(disini saya melihatnya dari segi usia), kalau memang yang ngaji itu

mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup, maka saya bisa

menggunakan istilah-istilah dalam menerangkan pesan dalam pembinaan

akhlak yang saya sampaikan, karena dalam hadist Nabi Muhammad SAW

di jelaskan bahwa berbicaralah seseorang sesuai dengan kemampuan

mereka”1

2. Menentukan Pesan

Strategi selanjutnya adalah menentukan pesan, yaitu terlebih dahulu

menentukan materi atau pesan yang akan disampaikan kepada komunikan (warga

masyarakat kampung Basmol), seperti beliau memberikan pesan kepada jama’ah

untuk mengajak kepada kebaikan dan selalu berbuat baik kepada sesama, selain

itu memberikan solusi, pendapat atau nasihat ketika ada warga masyarakat yang

ingin meminta pendapat atau solusi dengan beliau. Oleh karena itu, ketika kiai

Syarifuddin berhadapan dengan warga kampung Basmol harus terlebih dahulu

mengerti latar belakang dan psikologisnya, agar pesan dan bahasa yang

disampaikan itu sesuai dengan warga kampung Basmol, kemudian pesan itu

direncanakan dan disampaikan dengan bahasa yang tidak menyulitkan

komunikan, sehingga pesan itu dapat menarik perhatiaan. Hal ini dilakukan

supaya pesan tersebut dapat diterima dan dapat dipahami, sehingga dapat

mempengaruhi komunikan agar adanya perubahan pada masyarakat lingkungan

Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol kearah yang lebih baik.

Hal ini sesuai dengan penuturan KH. Ahmad Syarifuddin sebagai berikut;

“Selanjutnya strategi yang saya lakukan adalah menentukan materi

(pesan) yang akan saya sampaikan pada masyarakat atau jama’ah. Jadi..

materi atau pesan yang akan disampaikan harus sesuai dengan kemampuan

1 Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Jakarta 30 Maret 2011

Page 61: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

50

komunikan dalam mencerna materi atau pesan itu, yah..tujuannya supaya

pesan atau materi yang saya sampaikan dapat dimengerti oleh masyarakat,

selain itu juga dari bahasa yang saya pakai ada unsur humornya agar lebih

menarik jama’ah (masyarakat) supaya jama’ah tidak merasa bosan”2

3. Menentukan Metode

Agar tercapainya dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan

Pondok Pesantren al-Hidayah, KH. Ahamd Syarifuddin menetapkan metode-

metode, tujuannya adalah agar pesan yang akan disampaikan bisa diterima dan

mudah dipahami oleh masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah

kampung Basmol.

Adapun metode-metode yang digunakan KH. Syarifuddin dalam

pembinaan akhlak pada masyarakat kampung Basmol, yaitu;

a. Metode Cerita

Metode cerita ini digunakan, karena didalamnya terdapat misi pedidikan

yang dalam dan sangat menarik, karena manusia pada secara fitrah suka pada

kisah-kisah terutama pada anak-anak.

Metode cerita ini ditujukan kepada anak-anak atau remaja yang mengikuti

pengajian Hadist Shoheh Bukhori ketika sedang mengkaji kitab tentang Hadist

yang berkaitan dengan akhlak, seperti menceritakan kisah Rasulullah SAW yang

selalu bersikap baik, jujur dan amanah, diharapkan para warga masyarakat

kampung Basmol yang mengikuti pengajian dan mendengarkan cerita, dapat

mengambil hikmahnya dari kisah-kisah keteladanan Rasulullah.

2 Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Jakarta 30 Maret 2011

Page 62: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

51

Hal ini seseuai dengan pendapat salah satu jama’ah warga masyarakat

kampung Basmol bernama Muhammad Ibnu;

“Waktu saya ngaji kitab Shoheh Bukhori dengan ustadz Syarif, saya

sering mendengarkan kisah-kisah atau cerita tentang Rasulullah SAW, Jadi

ustadz Syarif menceritakan keteladanan tentang Rasulullah, seperti ketika

Rasulullah sedang berjalan lalu bertemu dengan anak kecil, dan Rasul

memberi salam kepada anak kecil tersebut, jadi dapat di artikan bahwa

Rasulullah SAW sangat menyayangi anak kecil dan memang disunahkan

oleh Rasulullah untuk memberi salam kepada sesama orang muslim

walaupun itu dengan anak kecil sekalipun.”3

b. Metode diskusi

Diskusi adalah “suatau proses yang melibatkan dua atau lebih individu

yang berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau

sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar menukar informasi,

mempertahankan pendapat dan pemecahan masalah”.4

Metode diskusi ini dilakukan ketika dalam pengajian umum, lalu terdapat

permasalahan fiqih yang hukumya belum jelas yang masih banyak perbedaan dan

perlu didiskusikan kepada ustadz atau jama’ah yang lain yang hadir dalam

pengajian itu, tujuannya untuk memberikan solusi atau jalan tengah atas masalah

tersebut.

Hal ini seperti yang dikatakan oleh KH. Ahmad Syarifuddin sebagai

berikut;

“Jadi.. yang dimasud dengan diskusi ini ketika ana (saya) sedang

membahas suatu materi dalam kitab fiqih dan menemukan suatu hukum

yang belum jelas hukumnya, yah,, maka didiskusikan dan dibicarakan

kepada ustadz atau jama’ah yang hadir dalam pengajian itu, contohya

3 Wawancara pribadi dengan Muhammad Ibnu, warga Masyarakat Kampung Basmol.

Jakarta 29 April 2011. 4 Ramayulis, Metode Pengajaran Agama Islam,( Jakarta ; PT Kalam Mulia, 1990),h. 141

Page 63: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

52

kemarin dalam permasalahan tentang bab haji, kalau seseorang sedang

ihram melanggar dengan pelanggaran yang sifatnya menghilangkan seperti

memotong kuku karena lupa yah itu tetap kena dam (denda). Nah…

sekarang permasalahnya kalau pelanggaranya yang sifatnya memakai

seperti memakai kopyah karena lupa apakah itu kena dam juga? Lalu

setelah dibicarakan dan didiskusikan dengan ustadz atau jama’ah yang lain

akhirnya menemukan jawaban dan kesepakatan bahwa hal tersebut tidak

terkena dam, karena di jelaskan dalam kitab Hasyiyah al’Alamah Ibnu

Hajar al-Haitami ala Syarhi Idhoh Fimanasikil Haji karya Imam Nawawi

halaman 187, bahwa apabila seseorang sedang ihram lalu dia melanggar

yang sifatnya itu memakai karena lupa maka tidak terkena dam.5

Proses berlangsungnya komunikasi seperti ini adalah ”komunikasi dua

arah (two way traffic communication) karena dilakukannya secara langsung,

sehingga masalah cepat dapat di atasi dan dipecahkan bersama”.6

c. Metode Tanya Jawab

Metode ini dilakukan ketika dalam pengajian umum setelah menjelaskan

materi kepada jama’ah (warga masyarakat kampung Basmol), kiai Syarifuddin

memberikan pertanyaan kepada jama’ah (komunikan) tentang materi yang sudah

dijelaskan, hal ini dilakukan untuk mengingat kembali materi-materi yang sudah

disampaikan dan dijelaskan kepada jama’ah. Kiai Syarifuddin juga memberi

kesempatan kepada jama’ah (warga masyarakat kampung Basmol) untuk

menanyakan materi yang telah disampaikan atas kekurang-pahaman jama’ah, atau

mengenai masalah tentang hukum fiqih dan masalah akhlak, ataupun hanya

sekedar meminta contoh dari materi penjelasan yang telah disampikan oleh kiai

Syarifuddin, hal ini dilakukan untuk membantu warga masyarakat kampung

5 Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Jakarta 30 Maret 2011

6 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Cet. Ke-1. h.113

Page 64: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

53

Basmol (jama’ah) mengerti dalam materi yang telah disampaikan pada proses

pengajian berlangsung.

Hal ini sesuai dengan penuturan salah satu jama’ah warga masyarakat

Kampung Basmol bernama Muhammad Ibnu;

“Jadi.. ketika saya sedang mengaji dengan ustadz Syarif, setelah

selesai pengjian bisasanya beliau memberikan kesempatan kepada jama’ah

untuk bertanya suatu hal yang biasanya berkaitan dengan akhlak dan

hukum. Ketika itu saya bertanya kepada ustadz Syarifuddin tentang akhlak

yaitu; Apakah kita seorang muslim harus tetap bersikap sopan kepada

orang yang non muslim, lalu ustadz Syarif menjawab, ya, kita harus

bersikap sopan meskipun kepada orang yang non muslim, karena Islam

mengajarkan kita untuk bersikap sopan kepada siapa saja”7

d. Metode Ceramah

Ceramah adalah “cara penyajian atau penyampaian informasi melalui

penerangan, dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap siswanya”8. Ceramah

juga disebut sebuah cara pengajaran yang dilakukan oleh kiai yang sifatnya

monolog dan hubungannya satu arah.

Metode ini dilakukan oleh kiai Syarifuddin dalam menyampaikan materi

kepada jama’ahnya (masyarakat kampung Basmol) dengan cara menerangkan dan

menguraikan materi yang bersumber dari al-Qur`an, Hadist, ataupun buku-buku

agama. Dalam penyampain tersebut, kiai melakukan pengulangan materi, hal ini

dilakukan agar materi atau pesan yang disampaikan kiai dapat lebih di pahami dan

diterima oleh warga masyarakat kampung Basmol. Metode ini digunakan sebagai

komunikasi lisan antara kiai dengan masyarakat kampung Basmol dalam proses

7 Wawancara pribadi dengan Muhammad Ibnu, warga Masyarakat Kampung Basmol.

Jakarta 29 April 2011. 8 Ramayulis, Metode Pengajaran Agama Islam,( Jakarta ; PT Kalam Mulia, 1990),h. 129

Page 65: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

54

belajar mengajar yaitu dalam pengajian umum. Meskipun metode ini lebih banyak

menuntut keaktifan komunikator (kiai) dari pada komunikan (jama’ah), metode

ini merupakan cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan

atau informasi tentang persoalan serta masalah secara lisan.

Ceramah merupakan metode komunikasi yang paling ekonomis untuk

menyampaikan informasi, karena dapat mengatasi kekurang-pahaman jama’ah

masyarakat kampung Basmol (komunikan) dalam membaca, jadi jama’ah

masyarakat kampung Basmol hanya mendengarkan pesan dari kiai (komunikator)

agar mempermudah jama’ah dalam menerima dan memahami pesan atau materi

yang disampaikan oleh kiai. Selain itu, metode ceramah merupakan satu metode

komunikasi yang efektif, karena pesan yang disampaikan kiai lebih cepat dan

serentak diterima oleh jama’ah masyarakat kampung Basmol .

e. Metode Nasihat.

Metode ini dilakukan “ketika ada warga masyarakat linkungan Pondok

Pesantren al-Hidayah kmpung Basmol melakukan tindak kejahatan atau perbuatan

yang menyimpang, maka tindakan kiai Syarifuddin untuk menasihatinya atau

bahkan dengan menghukumnya, bentuk hukuman atau ganjaran ini merupakan

bentuk perhatian kiai Syarifuddin langsung”9. Hal ini telah dijelaskan dalam al-

Qur`an surah ali-Imron ayat 104

9 Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Jakarta 30 Maret 2011

Page 66: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

55

Artinya “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari

yang munkar. merekalah orang-orang yang beruntung.”

Dalam ayat tersebut, terdapat kata ma’ruf maksudnya adalah menyuruh

kepada segala perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan terdapat

kata munkar maksudnya adalah mencegah dan melarang dari segala perbuatan

yang menajuhkan diri dari Allah SWT.

4. Strategi Membujuk

Strategi membujuk ini bisa disebut juga dengan komunikasi persuasif.

Menurut salah satu pakar komunikasi Bettinghous, mendefinisikan komunikasi

persuasif adalah “komunikasi manusia yang dirancang untuk mempengaruhi

orang lain dengan usaha mengubah keyakinan, nilai, atau sikap mereka.

(komunikan)”10

Tujuan pokok dari strategi ini adalah untuk mempengaruhi pikran,

perasaan, dan tingkah laku seseorang dan kelompok, yaitu warga masyarakat

lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol, lalu kemudian

melakukan tindakan atau perbuatan sebagaimana yang dikehendaki komunikator

(kiai). Dalam strategi ini, bukan sekedar untuk membujuk atau merayu saja, tetapi,

merupakan suatu teknik mempengaruhi dengan menggunakan data dan fakta

psikologis dan sosiologis dari komunikan, oleh karena itu bagi kiai (persuader)

10

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007). Cet. Ke-1. h.155

Page 67: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

56

harus memiliki kemampuan untuk dapat memperkirakan keadaan khalayak yang

dihadapi.

Strategi ini dilakukan untuk mengajak dan membujuk kepada warga

masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol untuk

menghadiri pengajian-pengajian rutin agar terciptanya pembentukan akhlak yang

baik, atau melakukan kegiatan-kegiatan yang positif, agar terhindar dari

perbuatan-perbuatan yang dapat merusak diri sendiri dan lingkungan.

Dalam strategi ini, agar warga masyarakat kampung Basmol merasa

terdorong hatinya dan meluangkan waktunya untuk mengikuti pengajian-

pengajian rutin yang dilaksanakan di majlis-majlis taklim dan masjid, atau ikut

serta dalam PHBI (Perayan Hari Besar Islam), hal ini dilakukan karena banyak

warga masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol

sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

5. Strategi Mengontrol

Yang dimaksud dengan strategi mengontrol, yaitu kiai Syarifuddin

mengontrol untuk melihat-lihat dan memperhatikan warga masyarakat lingkungan

Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol, jika ada warga yang

menyimpang serta melakukan tindak kejahatan maka kiai menasehatinnya dan

memberi teguran keras kepada warga yang melakukan penyimpangan atau

melakukan tindak kejahatan, seperti minum-minuman keras dan lain sebagainya.

Page 68: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

57

6. Startegi Antisipasi

Maksud strategi antsipasi ini adalah memenuhi keinginan warga

masyarakat kampung Basmol, agar apa yang warga inginkan terpenuhi, seperti

memberi izin atau memperbolehkan ketika ada warga masyarakat kampung

Basmol yang ingin mengadakan lomba-lomba seperti kompetisi catur, futsal,

sepak bola dan lain sebagainya, asalkan itu tidak melanggar ketentuan dari nilai-

nilai agama Islam, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pembrontakan

terhadap diri masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung

Basmol.

Hal ini sesuai dengan penuturan KH. Ahmad Syarifuddin sebagai berilut;

“Yah… strategi ini maksudnya untuk menghindari pembrontakan yang

terjadi pada masyarakat, jadi kalau warga masyarakat kampung Basmol

ketika ingin mengadakan suatu acara atau event, biasanya mereka meminta

izin atau meminta pendapat dahulu dengan ana (saya), yah.. jadi saya

melihat apakah acara atau event tersebut mempunyai mudhorot atau tidak

pada masyarakat kampung Basmol”11

7. Strategi Merangkul

Startegi ini adalah suatu upaya untuk memberikan kepercayaan dan

motivasi terhadap warga masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah

kampung Basmol atas bakat serta kemampuan yang dimilikinya.

Tujuan dari startegi ini adalah untuk merangsang agar bakat dan

kemampuan yang dimiliki warga masayarakat kampung Basmol dapat

dikembangkan dengan baik, seperti warga yang mempunyai bakat ceramah, atau

11

Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Jakarta 30 Maret 2011

Page 69: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

58

qori, dan itu bisa dikembangkan dengan mengikuti lomba-lomba dalam tingkat

daerah sampai dengan tingkat nasional.

Dalam startegi ini juga kiai Syarifuddin berupaya untuk mengajak

masyarakat kampung Basmol untuk mengadakan acara peringatan hari besar

Islam, seperti Isra’ mi’raj, maulid Nabi Muhammad SAW, dan tahun baru

hijriyah, hal ini dilakukan untuk mengingat kembali perjuangan dan sejarah Islam

pada masa lalu, sehingga masyarakat kampung Basmol dapat mengmbil hikmah

dari perayaan hari besar Islam tersebut.

Hal ini sesuai dengan penuturan KH. Ahmad Syarifuddin sebagi berikut;

“Dalam strategi ini selain ana (saya) megajak kepada warga

masyarakat kampung Basmol untuk meningkatkan bakat dan kemampuan

yang mereka miliki dalam hal yang positif, saya juga selalu mengajak atau

merangkul kepada warga masyarakat kampung Basmol dalam tiap tahunya

untuk merayakan peringatan hari besar Islam seperti Isra’ Mi’raj, maulid

Nabi, dan tahun baru hijriyah, dari pada mereka merayakan seperti tahun

baru masehi yang sifatnya hura-hura tanpa ada tujuan. 12

8. Strategi memberi kabar gembira dan memberi peringatan

Maksud strategi ini adalah untuk mengimig-ngimingi seseorang apabila

dia berbuat baik akan mendapat pahala dan balasannya adalah surga dan

menakut-nakuti seseorang ketika dia berbuat maksiat akan mendapatkan laknat

dari Allah SWT. Contoh, ketika pada saat kiai Syarifuddin memberikan

penjelasan bahwa apabila seseorang yang berbuat maksiat akan mendapatkan

laknat dari Allah SWT dan dimasukan kedalam api neraka jahanam dan apabila

12

Wawancara pribadi dengan KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Jakarta 30 Maret 2011

Page 70: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

59

seorang mukmin yang berjihad dijalan Allah, lalu dia meninggal dunia maka dia

meninggal dalam keadaan mati syahid dan akan masuk surga tanpa hisab.

Dalam strategi ini telah dijelaskan dalam al-Qur`an surat al-Ahdzab ayat

45;

Artinya; “Hai Nabi, Sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan

pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan,”

Dalam ayat tersebut terdapat kata “Basyiran” yang artinya adalah

pemabawa kabar gembira, maksudnya adalah; Allah telah berjanji akan memberi

balasan kebaikan kepada orang-orang yang berbuat baik, yaitu akan memperoleh

pahala dan dimasukan kedalam surga, sedangkan kata “Nadziran” yang artinya

adalah pemberi peringatan, yaitu menakut-nakuti bagi orang yang berbuat

kejahatan, Allah SWT mengancam keapada umatnya, apabila seseorang berbuat

kejahatan maka akan mendapatkan dosa dan dimasukan kedalam api neraka.

B. Bentuk Komunikasi KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani Dalam

Pembinaan Akhlak

1. Komunikasi Antarpribadi

Bentuk Komunikasi antarpribadi ini sering digunakan oleh kiai

Syarifuddin, biasanya pada saat diluar kegiatan beliau dalam proses belajar

mengajar, Misalnya pada saat waktu istirahat dirumah, warga masyarakat

Page 71: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

60

kampung Basmol dapat berkonsultasi dengan kiai Syarifuddin dan membicarakan

masalah mereka seperti membicarakan masalah akademis ataupun masalah

pribadi. Dalam hal ini seorang kiai sangat berperan penting untuk memberikan

solusi atau arahan kepada warga masyarakatnya.

Dalam proses komunikasi antarpribadi, komunikan dapat memberi timbal

balik secara langsung kepada komunikator. Karena timbal balik memegang

peranan penting dalam komunikasi ini. Sebab ini menentukan berlanjutnya sebuah

komunikasi atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan oleh seorang

komunikator. Dalam komunikasi ini dikarenakan situasinya tatap muka, maka

tanggapan komunikan dapat segera diketahui secara langsung.

Pentingnya dalam komunikasi antarpribadi, karena prosesnya

memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung secara

dialogis biasanya lebih baik dari pada secara monolog. Monolog menunjukan

suatu komunikasi di mana seorang bicara, yang lain mendengarkan, jadi tidak

dapat berinteraksi. Yang aktif hanya komunikator saja, sedangkan komunikan

bersikap pasif.

Dalam Komunikasi antarpribadi antara kiai (komunikator) dengan

masyarakat warga Basmol (komunikan) adanya mukhathabah (berbincang-

bincang) dan muwajahah (tatap muka) secara dekat dan intens. Hal ini

mempermudah terbukanya berbagai macam permasalahan dan problem yang tidak

mungkin dilakukan ketika menghadapi orang banyak, sehingga dapat memberikan

kesempatan seluas-seluasnya bagi warga Basmol untuk menanyakan segala

Page 72: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

61

sesuatu yang berkenaan dengan keislaman dirinya atau masalah pribadi lainnya

kepada kiai Syarifuddin.

Dalam komunikasi antarpibadi ini, kiai berupaya mempengaruhi dan

mengendalikan prilaku warga melalui pendekatan psikologis, ada saatnya warga

masyarakat kampung Basmol berkonsultasi secara langsung kepada kiai mengenai

masalah-masalah hukum yang ia belum mengerti, atau ketika warga masyarakat

merasa kesulitan dalam menjalani kehidupan karena terbebani masalah, terutama

masalah pergaulan anak-anak mereka. Komunikasi antarpribadi ini dugunakan

untuk pembinaan akhlak warga masyarakat atau memasukan nilai-nilai keislaman

dalam diri warga masyarakat kampung Basmol.

Dalam penagajian di majlis taklim, kiai menggunakan komunikasi

antarpribadi dengan cara tatap muka (face to face Communication) yang lebih

bersifat dialogis, serta efek dan umpan balik secara langsung. Dalam

menyampaikan materi-materi pembelajaran, dalam hal ini setelah kiai

menyampaikan materi, setelah itu munculah beberapa pertanyaan yang diajukan

oleh komunikan (jama’ah) kepada kiai ketika mereka kurang mengerti atas pesan

atau materi yang sudah disampaikan oleh kiai (komunikator). Hal ini penulis lihat

pada saat kiai mengajarkan materi-materi yang berkaitan dengan hukum fiqih,

berkaitan dengan akhlak dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pesan-pesan

moral.

Adapun bentuk komunikasi antarpribadi yang biasa dilakukan warga

masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol kepada

kiai Syarifuddin dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut ;

Page 73: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

62

1) Konsultasi Masalah Pribadi

Warga masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung

Basmol yang sedang memilki masalah pribadi, baik itu masalah keluarga, masalah

tentang pengetauhuan atau masalah lainnya, biasanya mereka berkonsultasi

dengan kiai Syarifuddin, salah satu warga Basmol bernama Turmudzi “ketika ada

masalah dalam keluarganya dia meminta solusi atau pendapat dan nasihat kepada

kiai Syarifuddin tentang masalahnya, lalu kiai menerima Turmudzi dan

mendengarkan dengan seksama kemudian memberikan beberapa solusi dan

dorongan motivasi agar mampu menghadapi kesulitannya. Kiai Syarifuddin juga

memberikan nasihat dan rasa simpati agar Turmudzi mampu menghadapi semua

masalah-masalah, karena masalah itu adalah sebagai ujian yang harus dihadapi

setiap manusia”.13

2) Konsultasi Khusus

Pada beberapa kesempatan warga masyarakat lingkungan Pondok

Pesantren al-Hidayah kampung Basmol melakukan pertemuan khusus dengan kiai

Syarifuddin. Maksud dari pertemuan ini disebut khusus karena ada beberapa

kebutuhan tersendiri dari warga akan nasihat, amalan atau do’a. Salah satu warga

Basmol bernama Heri Jaya Subrata “ketika anak keduanya telah lahir, dia datang

ke rumah kiai Syarifuddin dengan membawa sebuah korma ajwa untuk

didoa’akan oleh kiai Syarifuddin, lalu korma tersebut akan dimakan oleh anaknya

13

Wawancara pribadi dengan Ahmad Zubair, Jakarta 29 Maret 2011

Page 74: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

63

yang baru lahir, dengan harapan akan membawa keberkahan bagi bayinya agar

dewasa nanti menjadi orang yang solehah, dan berguna bagi agama dan bangsa”.14

2. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok (group communication) adalah “komunikasi yang

berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang

jumlahnya lebih dari dua orang”.15

Yaitu warga masyarakat lingkungan Pondok

Pesantren al-Hidayah kampung Basmol yang jumlahnya banyak.

Dalam proses belajar mengajar, yaitu dalam pengajian umum bisanya

menggunakan bentuk komunikasi kelompok kecil (small group), dalam

komunikasi ini berlangsung dua arah antara kiai (komunikator) yang

menyampaikan materi pembelajaran dan warga masyarakat kampung Basmol

(komunikan), dalam hal ini menerima dan memahami apa yang disampaikan oleh

kiai (komunikator).

Dalam komunikasi kelompok, komunikator menunjukan pesannya kepada

komunikan, misalnya melalui ceramah, kuliah, diskusi dan lainnya. Dalam situasi

komunikasi seperti itu logika berperan penting. Komunikan akan dapat menilai

logis tidaknya uaraian dan penjelasan dari komunikator. Pada saat kegiatan

pengajian, para jama’ah (warga masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-

Hidayah kampung Basmol) mendengarkan ceramah atau penjelasan materi dari

kiai atau melakukan diskusi dengan kiai, dan pada saat itu jama’ah mencoba untuk

memahami isi ceramah atau penjelasan materi dari kiai.

14

Wawancara Pribadi dengan Heri Jaya Subrata¸ Jakarta 27 Maret, 2011 15

Onong Uchjana Effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: Citra Aditya Baktu, 2003)

Page 75: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

64

Dalam situasi kelompok kecil, kiai sebagai seorang komunikator lebih

dapat memperhatikan umpan balik (feed back) jama’ah warga masyarakat

kampung Basmol, pada saat kiai melihat bahwa umpan balik yang terjadi pada

jama’ah bersifat negatif, maka respon ini dapat segera diketahui, karena yang

sifatnya yang tatap muka (face fo face). Umpan balik yang diperlukan oleh kiai

adalah bersifat verbal, karena komunikasinya ditujukan kepada kognisi jama’ah.

Jadi, permasalahannya mengerti atau tidak semuanya ia harus dikatakan dengan

kata-kata.

Meskipun dalam pengajian antara kiai dengan jama’ah (warga masyarakat

kampung Basmol) termasuk bentuk komunikasi kelompok kecil, kiai bisa

mengubahnya dengan menggunakan komunikasi antarpribadi, yaitu kiai menjadi

komunikator dan jama’ah menjadi komunikan. Dalam hal ini, setelah kiai

Syarifuddin menyampaikan materinya kepada jama’ah masyarakat kampung

Basmol, setelah itu munculah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh komunikan

(jama’ah) ketika mereka tidak mengerti mengenai hal-hal yang disampaikan

komunikator (kiai) dan pada saat itu komunikator merubah bentuk komunikasinya

menjadi komunikasi antrpribadi.

Dengan demikian, bentuk komunikasi yang digunakan oleh KH. Ahmad

Syarifuddin dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok

Pesantren al-Hidayah kampung Basmol, berdasarkan pengamatan dan wawancara

bahwa lebih efektif menggunkan bentuk komunikasi kelompok dalam proses

kegiatan pengajian umum secara face to face, karena membuat jama’ah merasa

Page 76: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

65

lebih nyaman dan lebih konsentrasi dalam memahami pesan-pesan dakwah secara

kontinu.

Bentuk komunikasi tersebut berjalan dengan efektif, indikasi ini dilhat

pada proses penyampaian hal tersebut terjadi ketika sesorang kiai menyampaikan

sebuah materi, sebelum penyampaian materi dengan merencanakan pesan terlebih

dahulu, yang akan disampaikan kepada jama’ah, dengan pesan-pesan yang

terencena, maka menimbulkan suatu komunikasi yang baik dan mudah dimengerti

oleh seorang jama’ah. Karena komunikasi dapat dikatakan efektif jika seorang

kiai dan jama’ah menemukan pengertian yang sama. Hal ini sesuai dengan

perkataan oleh Onong Uchjana Effendy bahwa komunikasi adalah

“pemberiatahuan atau pertukaran pikiran yang berarti sama atau kesamaan arti”.16

Proses pembinaan akhlak yang dilakukan oleh KH. Ahmad Syarifuddin

terhadap warga masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung

Basmol, yaitu melalui materi akhlak yang disampaikan oleh kiai yang bertujuan

agar masyarakat kampung Basmol dapat mengetahui secara teori bagaimana

akhlak yang baik dan akhlak yang buruk, agar mempunyai akhlak kapada

Tuhannya, yaitu; menta’ati segala perintahnya dan menjauhi larangannya, dan

akhlak kepada sesama manusia, yaitu; agar sesama manusia dapat saling bersikap

sopan santun, serta saling menghormati satu sama lain, dan saling menghargai hak

dan kewajibannya, dan akhlak dengan lingkungannya yaitu; agar terhindarnya

perbuatan-perbuatan yang dapat merusak lingkungannya, seperti membuat

kerusuhan dan lain sebagainya, agar warga masyarakat kampung Basmol dapat

16

Onong Uchjana Effendy, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bina Cipta, 1998), cet. Ke-3,h.1

Page 77: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

66

memahami dan meagamalkanya sesuai dengan ajaran Islam dan menggunakannya

sebagai pedoman hidup, fungsinya yaitu untuk menumbuhkan kebiasaan baik

dalam berhubungan dengan Allah SWT, serta sesama manusia dan terhadap diri

sendiri. Kemudian membiasakan warga masyarakat kampung Basmol untuk

melaksanakan hal-hal yang baik. Seperti membiasakan menolong sesama manusia

dalam kebaikan.

Apabila masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidyah kampung

Basmol dibiasakan dan diajarkan sifat-sifat yang baik maka ia akan tumbuh

dengan sifat-sifat yang baik juga. Dan sebaliknya, jika dibisakan dengan sifat

yang butruk dan dibiarkan begitu saja, maka ia akan celaka.

Komunikasi mengandung makna pertukaran pesan, tidak ada perubahan

dalam masyarakat tanpa peran komunikasi. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa komunikasi hadir pada semua upaya yang bertujuan membawa kearah

perubahan yang lebih baik.

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pembinaan Akhlak

1. Faktor Pendukung

a. Komunikator

Keadaan kiai Syarifuddin sebagai komunikator, mempunyai latar belakang

pendidikan yang cukup dan adanya sumber kepercayaan dari masyarakat

kampung Basmol (komunikan) yang ditentukan dari keahliannya dan

kemampuannya serta pengalamannya yang luas dalam penya mpaian materi

Page 78: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

67

akhlak maupun pembinaan melalui peranan seorang kiai dihadapan

masyarakatnya (komunikan), selain itu juga kiai Syarifuddin mempunyai sumber

daya tarik dalam penyampaian pesan moral dengan tutur bahasa yang tidak

menyulitkan komunikan, sehingga masyarakat (komunikan) dapat mudah

menerima pesan yang disampaikan oleh kiai Syarifuddin.

b. Masyarakat

Warga masyarakat (komunikan) berperan sebagai penerima pesan dari kiai

(komunikator). Warga masyarakat dapat menerima keadaan kiai Syarifuddin

sebabagai sosok kiai di Pondok Pesantren al-Hidayah dan di kampung, hal ini

dapat dilihat tidak ada terjadinya suatu pertentangan dalam masyarakat terhadap

keadaan kiai Syarifuddin, dan adanya kesadaran dalam diri masyarakat

lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah akan pentingnya penanaman nilai-nilai

keislaman, serta di kampung Basmol banyak tokoh-tokoh agama (ustadz dan

ustadzah) yang bisa membantu dalam pembentukan akhlak didalam masyarakat

kampung Basmol.

c. Sarana

Keberadaan Pondok Pesantren, majlis taklim, masjid dan musolah sebagai

sarana dalam pembentukan akhlak yang ada didalam lingkungan Pondok

Pesantren al-Hidayah kampung Basmol mendapatkan respon positif dari

masyarakat. Hal ini dilihat dari antusias warga masyarakat kampung Basmol

untuk mengikuti pengajian pengajian di majlis taklim dan di masjid.

Page 79: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

68

2. Faktor Penghambat

Dalam pembinaan akhlak yang dilakukan oleh KH. Ahmad Syarifuddin

Abdul Ghani tentu saja tidak semuanya dapat berjalan lancar, ada beberapa faktor

yang menghambat proses dalam pembinaan akhlak yaitu;

a. Waktu

Salah satu faktor penghambat dalam upaya pembinaan akhlak masyarakat

kampung Basmol adalah kurangannya pemanfaatan waktu. Kesibukan kiai

Syarifddin yang banyak menghaibskan waktunya diluar rumah, seperti sibuk

didalam organisasi, mengajar diberapa majlis taklim yang ada diluar kampung

Basmol, mengajar di perguruan tinggi. Hal ini menjadi penghambat ketika ada

warga masyarakat kampung Basmol yang ingin bertemu beliau dirumahnya, untuk

berkomunikasi atau meminta pendapat dan nasihat dalam masalah mereka.

Selain itu, pada warga masyarakat kampung Basmol itu sendiri yang tidak

bisa memanfaatkan waktu kosong mereka, karena kesibukan mereka dalam

pekerjaanya, sehingga warga masyarakat kampung Basmol terbentur waktunya

untuk mengikuti pengajian-pengajian rutin yang diadakan dimajlis taklim atau

dimasjid.

b. Kondisi

Kondisi disini adalah keadaan yang terjadi pada warga masyarakat

kampung Basmol itu sendiri, misalnya warga yang pendiam, yang mempunyai

rasa takut, dan merasa kurang dekat dengan kiai. Hal ini disebabkan oleh faktor

psikologis mereka, dimana ketika ada warga masyarakat kampung Basmol ingin

Page 80: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

69

menyamapikan masalah pada kiai, mereka masih merasa segan. Oleh karen itu,

hal ini menjadi penghambat kiai Syarifuddin sebagai komunikator dalam

menyampaikan materi atau pesan moral kepada waraga masyarakat lingkugan

Pondok Pesantren al-Hidayah sebagai komunikan.

c. Orang Tua

Peran orang tua sangat menentukan prilaku anaknya ketika dia sejak kecil.

Sikap orang tua yang apatis (acuh tak acuh) terhadap pergaulan anak-anak

mereka, dalam hal ini orang tua bersikap apatis (kurang tegas) untuk

memerintahkan kepada anaknya agar mengikuti pengajian-pengajian yang

diadakan di lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung Basmol, padahal

rumah mereka dekat dari tempat pengajian seperti masjid dan majlis taklim. selain

itu juga sikap orang tua yang mementingkan kesibukan mereka masing-masing,

sehingga menyebabkan kurangnya komunikasi dan interaksi anatara orang tua dan

anak.

Page 81: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Strategi Komunikasi KH.

Ahmad Syarifuddin Dalam Pembinaan Akhlak Pada Masyarakat Lingkungan

Pondok Pesantren al-Hidayah ” maka penulis dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut;

1. Strategi yang di gunakan oleh KH. Ahamd Syarifuddin dalam pembinaan

akhlak adalah ; pertama mengenal komunikan, yaitu dengan mengenal

komunikan terlebih dahulu dapat mengetahui latar belakang warga

masyarakat kampung Basmol, sebab warga masyarakat kampung Basmol

mempunyai latar belakang dan psikologis yang berbeda-beda. Kedua

menentukan pesan, yaitu agar masyarakat dapat mudah menerima pesan yang

disampaikan. Ketiga startegi membujuk, yaitu kiai berupaya mempengaruhi

supaya masyarakat menghadiri pengajian-pengajian rutin agar terciptanya

pembentukan akhlak yang baik. Keempat strategi mengontrol, yaitu kiai

Syarifuddin melihat-lihat warga masyarakat kampung Basmol, jika ada warga

yang menyimpang serta melakukan tindak kejahatan maka kiai

menasehatinnya dan memberi teguran keras. Kelima strategi antisipasi, yaitu

kiai berupaya memenuhi keinginan warga agar tidak terjadinya pembrontakan

dalam masyarakat. Keeneam Startegi merangkul, strategi ini adalah upaya

Page 82: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

71

untuk memberikan kepercayaan dan motivasi terhadap warga masyarakat

kampung Basmol atas bakat serta kemampuan yang dimilikinya. Ketujuh

strategi memberi kabar gembira dan meberi peringatan, strategi ini adalah

untuk mengimig-ngimingi seseorang apabila dia berbuat baik akan mendapat

pahala dan balasannya adalah surga dan menakut-nakuti seseorang ketika dia

berbuat maksiat akan mendapatkan laknat dari Allah SWT. Adapun metode

yang digunakan oleh KH. Ahmad Syarifuddin yaitu, metode cerita, diskusi,

Tanya jawab, ceramah dan metode nasihat.

2. Bentuk Komunikasi yang digunakan oleh KH. Ahmad Syarifuddin dalam

pembinaan akhlak kepada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-

Hidayah kampung Basmol adalah komunikasi kelompok, yaitu komunikasi

yang terjadi antara kiyai Syarifuddin sebagai komunikator kepada masyarakat

kampung Basmol (jama’ah) sebagai komunikan ketika dalam proses

pengajian di masjid dan di majlis taklim. Bentuk komunikasi ini lebih efektif

dalam proses kegiatan pengajian umum secara face to face, karena dilhat

pada proses penyampaian hal tersebut terjadi ketika sesorang kiai

menyampaikan sebuah materi, sebelum penyampaian materi dengan

merencanakan pesan terlebih dahulu, yang akan disampaikan kepada

jama’ah, dengan pesan-pesan yang terencena, maka menimbulkan suatu

komunikasi yang baik dan mudah dimengerti oleh seorang jama’ah. Karena

komunikasi dapat dikatakan efektif jika seorang kiai dan jama’ah

menemukan pengertian yang sama. Hal ini sesuai dengan perkataan oleh

Page 83: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

72

Onong Uchjana Effendy bahwa komunikasi adalah pemberiatahuan atau

pertukaran pikiran yang berarti sama atau kesamaan arti. Selain komunikasi

kelompok KH. Ahmad Syarifuddin juga menggunakan bentuk komunikasi

antarpribadi. Komunikasi ini lebih sering digunakan pada saat diluar

pengajian, dalam hal ini KH. Ahmad Syarifuddin melauangkan waktunya

untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Kegiatan ini merupakan bentuk

sharing anatara kiai dengan masyarakat yang diawali dengan pertanyaan

masyarakat mengenai permasalahan baik masalah pribadi, masalah hukum

atau masalah akademis yang berkaitan dengan pembinaan akhlak.

3. Faktor pendukung yang dilakukan dalam strategi komunikasi KH. Ahmad

Syarifuddin dalam pembinaan akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok

Pesantren al-Hidayah kampung Basmol yang pertama, yaitu “komunikator”(

KH. Ahmad Syarifuddin) mempunyai pendidikan tinggi serta pengalaman

yang luas dalam penyampaian materi akhlak maupun pembinaannya. Kedua,

yaitu masyarakat yang menerima keberadaan KH. Ahmad Syarifuddin

sebagai kiai (komunikator), selain itu adanya kesadaran dalam diri masyarkat

akan pentingnya penanaman nilai-nilai keagamaan dalam pembinaan akhlak.

Ketiga sarana, keberadaan sarana seperti pondok pesantren, masjid, mushola

dan majlis taklim mendapatkan respon positif dari masyarakat sebagai tempat

untuk pengajian dalam pembinaan akahlak.

Adapun fator penghambatnya adalah yang pertama waktu, dalam hal ini kiai

dan masyarakat sibuk dengan kepentingan mereka masing-masing, sehingga

Page 84: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

73

kurangnya pemanfaatan waktu dalam melakukan komunikasi dan interaksi

antara kiai dengan masyarakat. Kedua kondisi, yaitu keadaan yang tejadi

dalam diri komunikan yang masih merasa segan atau takut terhadap kiai.

Ketiga peran orang tua, yaitu peran orang tua yang bersikap apatis terhadap

pergaulan anak mereka, seperti tidak selalu memerintahkan kepada anakanya

untuk mengikuti pengajian rutin.

B. Saran

Penulis mengemukakan beberapa saran yang dianggap perlu mengenai

strategi komunikasi KH. Ahmad Syarifuddi Abdul Ghani dalam pembinaan

akhlak pada masyarakat lingkungan Pondok Pesantren al-Hidayah kampung

Basmol, diantaranya;

1. Hendaknya KH. Ahmad Syarifuddin lebih dekat lagi dengan warga

masyarakat kampung Basmol, bukan hanya kepada santrinya saja, hal ini agar

terciptanya efektifitas komunikasi dan memungkinkan keberhasilan

pembinaan akhlak yang optimal. Keberhasilan komunikasi kiai dalam

pembinaan akhlak pada masyarakat bukan hanya tugas dari kiai saja,

melainkan harus ada dukungan dari pihak-pihak lain, diantaranya para orang

tua, dan ustadz atau ustadzah yang ada di lingkugan Pondok Pesanren al-

Hidayah

2. Hendaknya KH. Ahmad Syarifuddin lebih bisa meluangkan waktunya agar

masyarakat lebih mudah ketika ingin menemui kiai untuk berkomunikasi atau

meminta pendapat dan nasihat terhadap masalah mereka.

Page 85: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

74

3. Hendaknya warga masyarakat lingkuangan Pondok Pesantren al-Hidayah

kampung Basmol lebih bisa meluangkan waktunya untuk bisa mengikuti

pengajian-pengajian rutin dalam pembinaan akhlak.

4. Hendaknya orang tua lebih memperhatikan pergaulan anak-anaknya dan

jangan terlalu memberi kebebasan terhadap anak-anaknya supaya anak

tersebut tidak terjerumus dalam tindak kejahatan. Selain itu pihak orang tua

seharusnya memerintahkan dengan tegas kepada anaknya untuk mengikuti

pengajian-pengajian rutin dalam pembinaan akhlak, dan juga peran orang tua

sebagai agen model dalam keluarga harus bisa memberikan contoh yang baik

kepada anak-anaknya.

Page 86: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

75

DAFTAR PUSTAKA

Arbi, Armawati, Dakwah dan Komunikasi. Jakarta : UIN Jakarta Press, 2003

Cangara, Hafidz, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafndo

Persada, 1998

Darajat, Zakiah. Ilmu jiwa dan agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1976

_____________Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang, 1975

David fred, Manajemen Strategi konsep, (Jakarta: Prehalindo,2002

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Bumi Pustaka, 2002

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka,1990

Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren, Jakarta: LP3ES 1982

Effendi, Firdaus, Membangun masyarakat madani melalui khotbah dan ceramah,

Jakarta: Nuansa Madani, 1999

Effendi, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung:

Rosdakarya, 2001

______________________Dinmika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya,

2008

_________________ Spektrum Komunikasi, Bandung: Bandar Maju, 1992

____________________, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2003

Gazalba, Sidi, Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, Jakarta:

Bulan Bintang, 1976

Haedari Amin. Refleksi Pesantren Otokritik dan Prospektif, Jakarta: Ciputan

Institut, 2007

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintasan Sejarah

Pertumbuhan dan Perkembangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,1996

Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta, 2009

Maksum, Muhammad, Refleksi Pesantren, Jakarta: Ciputat Institut, 2007

Page 87: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

76

Muhammad, Arni. komunikasi Organisasi. Jakarta:Bumi Aksara, 2009

Moleong J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remja Rosdakarya

2009

Munir, Samsul, ilmu dakwah, Jakarta: Bumi Aksara, 2009

Nasution, Harun, Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: Remaja

Rosdakarya, 1979

Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf,, Jakarta: Rajawali Pers 1996

Nazir, Moh, Metode Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia. 1999

Partanto A Pius, Al- Barry M Dahlan. Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola,

1994

Qomar, Murjani. Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga 2005

Qardhawi, Yusuf. Masyarakat Berbasis Syariat Islam Akidah, Ibadah, Akhlak,

Solo: Era Intermedia, 2003

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press,2007

Ramayulis, Metode Pengajaran Agama Islam, Jakarta ; Kalam Mulia, 1990

Soehartono, Irwan, Metodologi Penelitian Sosial, Bandung : Remaja Rosdakarya,

2004

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2006

________________. Beberapa Teri Sosilogi Tentang Struktur Masyarkat, Jakarta:

Rajawali, 1983

Usman. Husaini dan Setiady, Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta :

Bumi Akasara, 2000

Wawancara Pribadi dengan Bapak Madinah, Ketua RW 06 Kampung Basmol

Kembangan Utara, Jakarta 01 Maret 2011

Wawancara Pribadi dengan Bapak Asmat, Sesepuh Kampung Basmol, Jakarta 02

Maret 2011

Page 88: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

77

Wawancara Pribadi dengan KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani, Kiai dan

Ketua Pondok Pesantren al-Hidayah, Jakarta, 02, 28, 30 Maret 2011

Wawancara Pribadi dengan Bapak Mat Hasyim, Ketua RT 15 Kampung Basmol

Kembangan Utara, Jakarta 22 Maret 2011

Wawancara Pribadi dengan Heri Jaya Subrata, Warga Masyarakat lingkungan

Pondok Pesantren al-Hidayah Kampung Basmol, Jakarta, 27 Maret 2011

Wawancara Pribadi dengan Ahmad Zubair, Warga Masyarakat lingkungan

Pondok Pesantren al-Hidayah Kampung Basmol, Jakarta, 29 Maret 2011

Widjaja, H A.W. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta: Bhineka cipta, 2002

_____________Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta Bumi Aksara,

2008

Yasmadi, Moderenisai Pesantren, Kritik Nur Kholis Majid Terhaap Pendidikan

Islam Tradisional, Jakarat: Ciputat Press, 2002

Yusuf.M, Pawit, Komunikasi Instruksional Teori dan Praktek, Jakarta: Bumi

Aksara, 2010

Zawawi, Ahmad, Silisah Keturunan KH. Abdul Ghani Bin Moh. Zein, Bin Muqri,

Bin Sama’un. Jakarta: T.pn, 2006

Page 89: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

KH. AHMAD SYARIFUDDIN ABDUL GHANI, MA

Page 90: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

Penulis Bersama KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani

Penulis Bersama Ustadz Asmat Arsyad

(Sesepuh Kampung Basmol)

Page 91: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

Penulis Bersama Bpk. Madinah (Ketua RW06/RT 015)

Penulis Bersama Bpk. Mat Hasyim (Ketua RT 015)

Page 92: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

Penulis Bersama Turmudzi (Warga Kampung Basmol)

Penulis Bersama Bpk. Heri Jaya Subrata

(Warga Kampung Basmol)

Penulis Bersama Muhammad Ibnu (Warga Kampung Basmol)

Page 93: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

KH. Ahmad Syarifuddin Saat Mengajar

di Masjid Jami’ al- Musari’in Kampung Basmol

Masyarakat Kampung Basmol Saat Mengikuti Pengajian Rutin

Di Masjid Jami’al Musari’in Kampung Basmol

Page 94: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

Asrama Putra Pondok Pesantren al-Hidayah

Asrama Putri Pondok Pesantren al-Hidayah

Page 95: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

Salah Satu Sudut Lingkungan

Pondok Pesantren al-Hidayah Kampung Basmol

Salah Satu Sudut Lingkungan

Pondok Pesantren al-Hidayah Kampung Basmol

Page 96: 101550-ahmad mursyidi-fdk.pdf

Masjid Jami’ al-Musari’in Kampung Basmol

Majlis Taklim al-Mas’udiah Kampung Basmol