ahmad yani
DESCRIPTION
Permasalahan Parkir di jalan Ahmad YaniTRANSCRIPT
Bab 1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Kehidupan bermasyarakat tidak luput dari berbagai macamnya aktifitas dan kegiatan
setiap individu baik di kota maupun di desa. Seiring berkembangnya zaman,
kebutuhan setiap orang berdasarkan aktifitas masing – masing tentunya menjadi
lebih banyak dan rumit. Tak heran bila terkadang kebutuhan kita saling
bersinggungan ataupun sejalan.
Hal itu bisa dilihat di kehidupan masyarakat kota yang nampak hilir mudik
menyelesaikan setiap urusan masing – masing. Dari banyaknya pergerakan
masyarakat itu pula, Kota pun mulai memiliki berbagai macam masalah seperti
kemacetan.
Macet identik dengan melambatnya gerakan atau bahkan terhenti akibat banyak
faktor. Salah satunya yaitu parkir. Parkir merupakan kegiatan dimana setiap orang
yang memiliki kendaraan menyimpan atau menempatkan kendaraan mereka baik
ditempat yang disediakan seperti lapangan parkir dan basement atau disembarang
tempat seperti bahu jalan dan trotoar.
Kota makassar sendiri setiap tahunnya mengalami pertambahan jumlah kendaraan
pribadi. Hal itu dapat dilihat langsung banyaknya kendaraan baru di jalan – jalan
kota makassar yang hilir mudik kesana kemari. Namun, sayangnya pemerintah
sendiri belum mampu mengimbangi tumbuhnya kendaraan yang melintasi jalan –
jalan kota makassar.
Tidak tersedianya lahan parkir yang cukup tentunya akan berdampak pada gerakan
lalu lintas yang menjadi macet akibat kendaraan pribadi yang parkir di badan jalan
dan mengganggu pejalan kaki dikarenakan trotoar yang menjadi lahan parkir.
b. Rumusan Masalah
Cukupkah lahan parkir yang tersedia disetiap bangunan yang ada
disepanjang jalan (sepanjang jalan Ahmad Yani)
1 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Tersedianya fasilitas pendukung yang dapat mengurangi penggunaan
kendaraan didalam kawasan ini (Kawasan Perkantoran Ahmad Yani)
c. Tujuan Perencanaan
Merencanakan parkiran terpusat di kawasan Perkantoran yang dapat mengatasi
kemacetan di jalan Ahmad Yani
d. Batasan Masalah
Mengingat masalah parkir cukup luas, maka kelompok kami membatasi dalam ruang
lingkup :
1. Menghitung jumlah lahan parkir setiap bangunan / kantor / sekolah
2. Data asal para pengunjung kawasan dari kuisoner (baik karyawan atau
masyarakat)
3. Data kepemilikan kendaraan pribadi yang dimiliki setiap pengunjung kawasan
dari kuisioner
4. Data jumlah angkutan umum yang melintas
5. Data fungsi lahan di kawasan ini
e. Manfaat Penelitian
Bagi mahasiswa : dapat mengatasi masalah minimnya lahan parkir untuk
menanmpung banyaknya jumlah kendaraan pribadi disetiap kawasan -
kawasan tertentu serta mengaitkan antara teori dan kenyataan di lapangan.
Bagi akademik : dapat menjadi referensi bagi yang membutuhkan
Bagi masyarakat : dapat mengetahui fungsi dari setiap lahan dan penerapan
penggunaan parkir yang seharusnya
2 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Bab 2. Kajian Teori
1. Pengertian parkir
Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara
karena ditinggalkan oleh pengemudinya. Secara hukum dilarang untuk parkir di
tengah jalan raya; namun parkir di sisi jalan umumnya diperbolehkan. Fasilitas
parkir dibangun bersama-sama dengan kebanyakan gedung, untuk memfasilitasi
kendaraan pemakai gedung.Termasuk dalam pengertian parkir adalah setiap
kendaraan yang berhenti pada tempat-tempat tertentu baik yang dinyatakan
dengan rambu lalu lintas ataupun tidak, serta tidak semata-mata untuk
kepentingan menaikkan dan/atau menurunkan orang dan/atau barang.
Beberapa definisi parkir dari beberapa sumber diantaranya adalah sebagai
berikut :
Menurut Poerwadarmita (1976), parkir adalah tempat pemberhentian
kendaraan beberapa saat.
Pignataro (1973) dan Sukanto (1985) menjelaskan bahwa parkir adalah
memberhentikan dan menyimpan kendaraan (mobil, sepeda motor, sepeda,
dan sebagainya) untuk sementara waktu pada suatu ruang tertentu. Ruang
tersebut dapat berupa tepi jalan, garasi atau pelataran yang disediakan untuk
menampung kendaraan tersebut.
Dijelaskan dalam buku peraturan lalu lintas (1998) pengertian dari parkir yaitu
tempat pemberhentian kendaraan dalam jangka waktu yang lama atau
sebentar tergantung kendaraan dan kebutuhan.
Parkir adalah tempat menempatkan/memangkal dengan memberhentikan
kendaraan angkutan/barang (bermotor maupun tidak bermotor) pada suatu
tempat dalam jangka waktu tertentu (Warpani,1988).
Sedangkan menurut Kepmen Perhub No. 4 Th. 1994, parkir adalah keadaan
tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara.
3 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
2. Satuan Ruang Parkir (SRP)
Suatu satuan ruang parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk meletakan
kendaraan (mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda motor), termasuk ruang
bebas dan buka pintu. Untuk hal-hal tertentu bila tanpa penjelasan, SRP adalah
SRP untuk mobil penumpang. Satuan ruang parkir digunakan untuk mengukur
kebutuhan ruang parkir. Tetapi untuk menentukan satuan ruang parkir tidak
terlepas dari pertimbangan-pertimbangan seperti halnya satuan-satuan lain.
Pada ruang parkir dikendalikan, ruang parkir harus diberi ruang marka pada
permukaan jalan. Ruang parkir dibagi dalam dua bentuk, yaitu :
Ruang parkir sejajar; lebih diinginkan jika kendaraan-kendaraan berjalan
melampaui ruang parkir tersebut dan kemudian masuk mundur. Ukuran
standar untuk bentuk ini adalah 6,1 x 2,3 atau 2,4 meter.
Ruang parkir bersudut, makin besar sudut masuknya, maka makin kecil luas
daerah masing-masing ruang parkirnya, akan tetapi makin besar juga lebar
jalan yang diperlukan untuk membuat lingkaran membelok bagi kendaraan
yang memasuki ruang parkir.
Penentuan satuan ruang parkir (SRP) untuk masing-masing jenis kendaraan telah
dianalisis sedemikian rupa dan dengan beberapa pendekatan. Penentuan SRP
dibagi atas tiga jenis kendaraan dan berdasarkan penentuan SRP untuk mobil
penumpang diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) golongan seperti pada Tabel II.1.
4 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
3. Cara dan Jenis Parkir
5 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Menurut Sofyan (2002), cara dan jenis parkir dapat dikelompokan
menjadi tiga jenis, yaitu :
Pertama, menurut penempatannya. Menurut cara penempatannya dapat di
bagi menjadi dua, yaitu parkir di tepi jalan dan di luar jalan. Untuk lebih
jelasnya diuraikan pada penjelasan dibawah ini.
Parkir di tepi jalan (on street parking)
Parkir di tepi jalan (on street parking) adalah parkir yang mengambil tempat di
sepanjang badan jalan dengan atau tanpa melebarkan jalan untuk pembatas
parkir. Parkir di tepi jalan ini baik untuk pengunjung yang ingin dekat dengan
tujuannya, tetapi untuk lokasi yang intensitas penggunaan lahan yang tinggi,
Parkir di luar jalan (off street parking) Parkir di luar jalan ini menempati
pelataran parkir tertentu di luar badan jalan, baik itu di bangunan khusus
parkir ataupun di halaman terbuka. Beberapa jenis parkir di luar jalan
diantaranya yaitu : Gedung parkir atau basement, yaitu ruang parkir pada
suatu bagian bangunan. Pelataran parkir, yaitu ruang parkir pada suatu
bidang tanah di luar badan jalan.
Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan, berkaitan dengan parkir di luar
jalan ini, yaitu : penyediaan petak parkir yang optimal, peningkatan efisiensi
pengendara pada saat keluar-masuk ruang parkir, menciptakan suasana yang
aman dan nyaman, dan menata pintu masuk dan keluar fasilitas parkir dengan
jalur pejalan kaki atau arus lalu lintas setempat agar nyaman dan aman.
Keunggulan parkir off street dibandingkan dengan parkir on street adalah :
tingkat keamanannya terjamin, tidak mengganggu lalu lintas, dan memiliki
keleluasaan dalam pengaturan petak parkir dalam usaha memaksimalkan
kapasitas lahan parkir. Disamping keunggulan ada juga kelemahan dari parkir off
street yaitu, jarak berjalan kaki menuju tempat tujuan akan lebih jauh, kecuali
untuk ruang parkir yang menyatu atau merupakan bagian dari bangunan atau
gedung yang dituju. Selain itu pendestrianpun harus diperhatikan, karena dengan
jauhnya pengunjung berjalan ketempat tujuan, maka tingkat pelayanan bagi para
pejalan kaki pun harus diperhatikan seperti trotoar, jembatan penyebrangan,
zebracross, dan lain-lain.
6 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Kedua, menurut jenis kendaraan. Parkir menurut jenis kendaraan, terdapat
beberapa golongan, diantaranya yaitu :
1) Parkir untuk kendaraan beroda dua tidak bermesin (sepeda).
2) Parkir untuk becak, andong, dan dokar.
3) Parkir untuk kendaraan beroda dua bermesin (sepeda motor).
4) Parkir untuk kendaraan roda tiga atau lebih yang bermesin (mobil, bemo,
bajaj, truk, dan lain-lain).
Pemisahan ruang parkir ini bertujuan agar pelayanannya dapat lebih mudah dan
tidak terjadi keruwetan/kesemrawutan di ruang parkir. Di samping itu juga dapat
memaksimalkan kapasitas yang ada dari petak parkir tersebut. Ketiga, menurut jenis
kepemilikan dan pengoperasiannya. Cara dan jenis parkir ini dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis, diantaranya yaitu :
Parkir milik dan pengoperasiannya adalah pihak swasta.
Parkir milik pemerintah daerah dan yang mengoperasikannya adalah pihak
swasta.
Parkir milik dan yang mengoperasikannya adalah pemerintah.
4. Pengaturan Parkir
Parkir dapat digunakan sebagai salah satu alat dalam pengaturan manajemen
lalu lintas, disamping itu parkir digunakan sebagai sumber pendapatan asli daerah.
7 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Oleh karena itu perlu diatur sedemikian sehingga pendapatan retribusi parkir
diperoleh dan lalu lintas dapat berjalan lancar, sehingga masyarakat dapat
melakukan perjalanan dengan kendaraan pribadi dan kemudian dapat memarkirnya
di tempat tujuan perjalanan mereka, baik itu diruang parkir dipinggir jalan maupun
parkir diluar jalan. Pengaturan parkir dipinggir jalan dan pelataran ataupun bangunan
yang dimiliki oleh pemerintah daerah merupakan wewenang Dinas LLAJ Tingkat II,
tetapi disamping itu pengaturan parkir diluar jalan dikendalikan oleh Dinas Tata Kota.
Pengaturan parkir diluar jalan dikendalikan melalui Izin Mendirikan Bangunan.
1. On street parking
Informasi yang perlu diketahui dalam pengaturan parkir di tepi jalan adalah
lamanya parkir dilakukan (durasi parkir) dan besarnya permintaan parkir
(demand), kemudian dilihat sejauh mana dapat dipenuhi dengan ruang parkir
yang disediakan di pinggir jalan dan ruang parkir diluar jalan. Selanjutnya metode
operasinya juga perlu dipelajari antara lain besarnya tarif parkir yang
diberlakukan, golongan tarif yang diberlakukan serta metode pembayaran
retribusi parkir.
2. Off street parking
Pengaturan parkir di luar jalan ini biasanya sudah ditentukan untuk siapa saja
parkir itu diperuntukkan. Berikut ini dijelaskan parkir diberbagai pelataran/gedung
parkir di luar jalan baik yang disediakan oleh pengelola bangunan maupun yang
dimiliki dan dikelola oleh pengembang/pemilik :
a. Pertokoan :
Parkir dibatasi untuk pengunjung kepertokoan yang bersangkutan, serta
karyawan yang bekerja diperusahaan tersebut dan disamping itu perlu juga
disediakan parkir untuk pemasok barang kepertokoan itu.
Ruang parkir dimiliki dan diusahakan oleh pertokoan itu sendiri.
Pengunjung dapat dikenakan ongkos parkir, tetapi sering tidak dipungut
bayaran karena alasan agar lebih menarik pengunjung.
b. Sekolah/Perguruan Tinggi
8 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Parkir dibatasi untuk guru/dosen serta karyawan yang bekerja di sekolah
tersebut dan disamping itu juga perlu disediakan parkir untuk penjemput
murid sekolah ataupun murid yang membawa kendaraan sendiri.
Ruang parkir dimiliki dan diusahakan oleh sekolah itu sendiri.
Pengunjung dapat dikenakan ongkos parkir.
c. Gedung/pelataran khusus parkir umum
Parkir dapat dilakukan oleh seluruh kelompok masyarakat.
Ruang parkir dimiliki oleh pemerintah daerah ataupun pihak ketiga.
Pemakai ruang parkir dikenakan biaya parkir, baik tarif tetap/flat maupun
berdasarkan waktu penggunaan.
5. Metode Pengaturan Parkir
Selain dengan melarang sama sekali parkir, perparkiran juga dapat diatur dengan
tiga cara, antara lain yaitu :
a. Dengan pembatasan waktu (misalnya 20 menit) Adanya pembatasan waktu
parkir dirasakan amat penting, terutama pada jalan-jalan yang berdekatan
dengan kawasan perbelanjaan. Kelemahan dari penerapan batas waktu
parkir adalah mahalnya biaya dan sulit pelaksanaannya. Jika tidak ada
pengawas yang mencatat waktu datang dan pergi kendaraan-kendaraan
pada jalan dengan parkir terbatas, maka usaha pelarangan menjadi kurang
berarti.
b. Dengan meteran parkir
Meteran parkir adalah satu bentuk pengawasan parkir yang sangat
sederhana. Suatu kawasan didalam kota dinyatakan sebagai ‘zone meteran’
tempat segala jenis parkir dilarang kecuali pada bagian yang bertanda dan
ada meterannya. Biasanya kelebihan penghasilan dari meteran akan
dipergunakan untuk membangun palataran parkir di luar jalan.
c. Dengan menggunakan cakram (piringan) parkir, atau kartu parkir
9 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Piringan parkir adalah alternatif utama untuk meteran parkir. Piringan parkir,
seperti yang digunakan ‘Zone Biru’ di Paris, menyediakan parkir bebas,
sepanjang bahu jalan yang tidak ditentukan batas-batasnya, untuk kurun
waktu tertentu.
6. Kebijakan Parkir
Parkir merupakan tempat menaruh kendaraan untuk sementara waktu pada
suatu tempat tertentu yang telah dipersiapkan untuk parkir. Bila permintaan akan
parkir meningkat dan tidak mungkin untuk memenuhinya atau bila parkir di pinggir
jalan telah mengganggu kelancaran lalu lintas dan pergerakan menuju suatu tempat
atau kawasan, maka harus mempertimbangkan penerapan suatu kebijakan parkir
untuk mengendalikan masalah tersebut. Kebijaksanaan parkir menyangkut 4
(empat) unsur pokok, yaitu pemilihan dan penetapan tujuan, pengambilan
keputusan, cara-cara untuk mencapai tujuan, organisasi/lembaga yang
melaksanakan, yang mempunyai kekuasaan untuk menetapkan kebijakan parkir.
Kebijakan parkir sangat penting direncanakan guna mengetahui manajemen lalu
lintas agar lebih tertib dan tidak ada lagi permasalahan kemacetan dan kecelakaan
lalu lintas.
7. Penetapan Lokasi Parkir
Penetapan lokasi fasilitas parkir untuk umum dilakukan oleh Menteri. Penetapan
lokasi dan pembangunan fasilitas untuk umum, dilakukan dengan memperhatikan :
1. Rencana umum tata ruang,
2. Keselamatan dan kelancaran lalu lintas,
3. Kelestarian lingkungan,
4. Kemudahan bagi pengguna jasa,
5. Estetika kota.
Keberadaan fasilitas parkir untuk umum berupa gedung parkir atau taman parkir
harus menunjang keselamatan dan kelancaran lalu lintas, sehingga penetapan
lokasinya terutama menyangkut akses keluar masuk fasilitas parkir harus dirancang
agar tidak mengganggu kelancaran lalu lintas. Setiap jalan dapat dipergunakan
10 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
sebagai tempat berhenti atau parkir apabila tidak dilarang oleh rambu-rambu atau
marka atau tanda-tanda lain atau di tempat-tempat tertentu, seperti :
1. Sekitar tempat penyeberangan pejalan kaki, atau tempat penyeberangan
sepeda yang telah ditentukan,
2. Pada jalur khusus pejalan kaki,
3. Pada lingkungan tertentu,
4. Di atas jembatan,
5. Pada tempat yang mendekati perlintasan sebidang dan persimpangan,
6. Di muka pintu keluar masuk pekarangan,
7. Pada tempat yang dapat menutupi rambu-rambu atau alat pemberi isyarat
lalu lintas, dan
8. Berdekatan dengan keran pemadam kebakaran atau sumber air sejenis.
8. Standar Kebutuhan Parkir
Standar kebutuhan luas area kegiatan parkir berbeda antara yang satu
dengan yang lain, tergantung kepada beberapa hal antara lain pelayanan,
tarif yang diberlakukan, ketersediaan ruang parkir, tingkat pemilikan
kendaraan bermotor, tingkat pendapatan masyarakat. Berdasarkan hasil studi
dari Indian Road Congress (1973) dan Direktorat Jenderal Perhubungan
Darat (1998), ditetapkan persyaratan akan kebutuhan lahan parkir, juga
kegiatan dan standarstandar kebutuhan parkir.
9. Kebutuhan Lahan Parkir
Menurut studi kebutuhan lahan parkir yang dilakukan oleh Indian Road
Congress (1973), dirumuskan sebuah persyaratan untuk perparkiran seperti
tercantum dalam Tabel II.2 dibawah ini.
11 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
10.Rambu Pada Area Parkir
Rambu sebagai perlengkapan jalan yang berfungsi untuk memberikan
informasi kepada pengendara dapat dilengkapi dengan papan penunjuk yang
menyatakan petunjuk, peringatan, larangan, atau perintah yang hanya berlaku
untuk waktu-waktu, hari-hari, jarak-jarak, dan jenis kendaraan ataupun perihal
lainnya sebagai hasil rekayasa lalu lintas
11.Marka Pada Area Parkir
Marka pada area parkir berfungsi untuk menyatakan tempat untuk parkir kendaraan
yang berupa parkir dalam posisi paralel ataupun parkir bersudut. Adapun
penggunaan marka terbagi menjadi dua sesuai dengan jenis kendaraan, yaitu
sebagai berikut:
12 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
a. Marka parkir kendaraan mobil
Marka yang digunakan untuk ruang parkir kendaraan mobil di pelataran parkir
dalam bangunan adalah marka jalan tegak lurus atau bersudut 90° seperti
yang terlihat pada Gambar 6.2 berikut:
Sehingga ketetapan marka parkir untuk mobil yang mengacu pada
Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir 1998 oleh Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat memiliki lebar garis 12 cm dengan panjang 5 m
dan jarak antar garis 2,5 m (mengikuti dimensi SRP yang digunakan).
b. Marka parkir kendaraan sepeda motor
Marka yang digunakan untuk ruang parkir kendaraan sepeda motor dalam
bangunan adalah marka jalan tegak lurus atau bersudut 90° seperti yang
terlihat pada Gambar 6.3 berikut:
13 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Sehingga ketetapan marka parkir untuk sepeda motor yang mengacu pada
Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir 1998 oleh Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat memiliki lebar garis 12 cm dengan panjang 2,00
m dan jarak antar garis 0,70 m (mengikuti dimensi SRP sepeda motor).
12.Kewenangan penyelenggaraan parkir
Pasal 11 ayat 2 Undang-undang No 14 Tahun 1992 menyebutkan
bahwa fasilitas parkir untuk umum dapat diselenggarakan oleh Pemerintah,
badan hukum Indonesia, atau warga negara Indonesia. Dalam KM. Menteri
Perhubungan No. 66 Tahun 1993 pasal 7 ayat 2 dijelaskan bahwa izin
penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum diberikan oleh
Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tinggkat II, oleh Gubernur/Kepala
Daerah Tingkat I Propinsi Riau untuk wilayah Kotamadya Administratif Batam
dan oleh Gubernur/Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk Daerah
Khusus Ibukota Jakarta. Penyelenggaraan fasilitas parkir umum meliputi
pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan. Penyelenggaraan fasilitas
parkir untuk umum, dapat memungut biaya terhadap penggunaan fasilitas
parkir yang diusahakannya. Berbeda dengan ketentuan yang berlaku sebelum
ini di dalam Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 1997 tentang Retribusi,
retribusi parkir hanya dapat dilakukan di pinggir jalan dan pada tempat khusus
parkir yang dimiliki atau dikelola oleh pemerintah daerah sedangkan bagi
pelataran/gedung parkir yang dimiliki atau dikelola oleh swasta retribusi parkir
tidak dapat dipungut oleh Pemerintah Daerah.
13.Penetapan lokasi fasilitas parkir
Penetapan lokasi fasilitas parkir untuk umum dilakukan oleh Menteri.
Penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas parkir untuk umum, dilakukan
dengan memperhatikan:
a) Rencana umum tata ruang daerah;
b) Keselamatan dan kelancaran lalu lintas;
c) Kelestarian lingkungan
d) Kemudahan bagi pengguna jasa.
14 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Keberadaan fasilitas parkir untuk umum berupa gedung parkir atau taman parkir
harus menunjang keselamatan dan kelancaran lalu lintas, sehingga penetapan
lokasinya terutama menyangkut akses keluar masuk fasilitas parkir harus
dirancang agar tidak mengganggu kelancaran lalu lintas.
14.Aspek Pembinaan
Pembinaan di bidang lalu lintas jalan khususnya mengenai parkir meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
Pengaturan,
Pengendalian dan
Pengawasan
Yang ditujukan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban, kelancaran lalu lintas.
Di dalam melakukan pembinaan penyelenggaraan parkir juga harus
diperhatikan aspek kepentingan umum atau masyarakat pemakai jalan,
kelestarian lingkungan, tata ruang, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
hubungan internasional serta koordinasi antar wewenang pembina lalu lintas
jalan ditingkat pusat dan daerah serta antar instansi, sektor dan unsur terkait
lainnya. Dalam pembinaan penyelenggaraan parkir diperlukan penetapan
aturan-aturan umum yang bersifat seragam dan berlaku secara nasional serta
dengan mengingat ketentuan-ketentuan lalu lintas yang berlaku secara
internasional. Di samping itu, untuk dapat meningkatkan daya guna dan
hasil guna dalam penggunaan dan pemanfaatan jalan, diperlukan adanya
ketentuan-ketentuan bagi Pemerintah dalam melaksanakan kegiatan
perencanaan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian lalu lintas dan juga
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan perencanaan, pengadaan, pemasangan,
dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan jalan di seluruh jaringan jalan primer
dan sekunder yang ada ditanah air. Maka dalam peraturan pemerintah ini
diatur ketentuan-ketentuan mengenai prasarana lalu lintas dan angkutan
jalan yang meliputi antara lain kelas-kelas jalan, jaringan lintas angkut barang,
terminal penumpang dan barang fasilitas pejalan kaki, fasilitas penyeberangan
orang, fasilitas parkir, rambu- rambu, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu
lintas, dan lain sebagainya di mana merupakan unsur penting dalam
menyelenggarakan lalu lintas dan angkutan jalan yang berdaya guna serta
15 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
memberikan perlindungan keselamatan, keamanan, kemudahan serta
kenyamanan bagi para pemakai jalan.
15.Dasar Kebijakan Parkir
Bila permintaan terhadap parkir meningkat dan tidak mungkin untuk
memenuhinya atau bila parkir yang dilakukan di pinggir jalan
mengakibatkan gangguan terhadap kelancaran lalu lintas ataupun untuk
membatasi arus lalu lintas menuju suatu kawasan tertentu maka sudah perlu
untuk mempertimbangkan penerapan suatu kebijakan parkir untuk
mengendalikannya. Kebijakan dibidang parkir, maka kita membicarakan
tentang pemilihan tujuan-tujuan yang ingin dicapai di bidang parkir, cara-cara
mana yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
16.Pengertian Kebijakan
Kebijakan (policy) pada umumnya menunjukkan kepada prinsip-prinsip
yang mengatur kegiatan yang diarahkan kepada pencapaian suatu tujuan
tertentu. Dengan demikian setiap studi tentang kebijakan seharusnya
menyangkut tiga hal pokok yaitu:
a) Apa yang kita inginkan (tujuan)
b) Bagaimana mencapai tujuan tersebut (sarana/cara)
c) Siapa kita ini (jenis organisasi atau kelompok yang bersangkutan)
Kebijakan (public Policy) juga dapat dirumuskan sebagai “Suatu kumpulan
keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau oleh kelompok (politisi)
dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan. Untuk
mencapai tujuan tersebut pihak yang membuat kebijakan mempunyai
kekuasaan untuk melaksanakannya”. Dalam rumusan ini kebijakan secara
umum ataupun khusus kebijakan parkir menyangkut 4 (empat) unsur pokok, yaitu:
a) Pemilihan dan penetapan tujuan
b) Pengambilan keputusan;
c) Cara-cara untuk mencapai tujuan;
16 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
d) Organisasi/lembaga yang melaksanakan, yang mempunyai kekuasaan
untuk menetapkan kebijakan parkir.
17.Ruang Lingkup Kebijakan Parkir
Salah satu unsur pokok dari kebijakan adalah penentuan tujuan. Yang
merupakan bukan hal yang mudah, karena berhadapan dengan berbagai
golongan masyarakat yang kepentingannya berbeda-beda, bahkan dapat
saling bertentangan. Kita mengenal berbagai kategori tujuan. Ada tujuan
umum, tujuan khusus, tujuan jangka panjang, tujuan jangka pendek,
tujuan nasional, tujuan sektoral, tujuan antara, tujuan akhir dan
tujuan yang bersifat regional. Dengan demikian kita mengenal adanya
semacam hirarki dalam tujuan yang ingin dicapai.
18.Pemahaman Sistem dalam Kebijakan
Dipandang dari sudut perekonomian secara keseluruhan, transportasi
hanyalah merupakan suatu sub sistem. Ini berarti bahwa perubahan pada sub
sistem transportasi akan berpengaruh kepada sub sistem lainnya.
Sebaliknya perubahan pada sektor ekonomi yang lain sebagai suatu sub
sistem akan membawa perubahan/pengaruh terhadap sub sistem transportasi.
Dengan dasar pemahaman sistem tersebut, maka dalam setiap pengambilan
keputusan di bidang parkir perlu mempertimbangkan:
Pengaruh kebijakan terhadap pencapaian sasaran yang ingin dicapai
Dampak atau pengaruh dari kebijakan terhadap manajemen lalu lintas
Dampak atau pengaruh dari kebijakan terhadap sektor-sektor ekonomi
yang lain
19. Instrumen Kebijakan Parkir
Adanya berbagai instrumen kebijakan yang tersedia bagi
pemerintah,yang dapat digunakan untuk mempengaruhi penyelenggaraan
parkir, atau memecahkan masalah parkir, dalam rangka mencapai tujuan-
tujuan yang dinginkan.Instrumen-instrumen kebijakan di bidang parkir
ditunjukkan dalam Tabel 7.4. Masalah yang timbul dalam penggunaan
17 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
instrumen-instrumen tersebut adalah instrumen yang mana yang
harus digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Pemilihan instrumen
yang akan digunakan tergantung masalah apa yang dihadapi, tujuan
apa yang ingin dicapai, dampak-dampak apa yang mungkin timbul
dan sebagainya.
20.Pengaturan pembatasan parkir
Peraturan dan ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah
dalam rangka pengendalian dan penyelenggaraan parkir peraturan-peraturan
yang ada menyangkut: peraturan tentang sarana, prasarana, pengemudi,
lalu lintas dan operasi parkir untuk semua pola parkir.
Pengendalian Harga/Tarif Parkir
Penetapan harga/tarif parkir oleh pemerintah dianggap sebagai metode
yang bisa digunakan dalam pengendalian pelayanan parkir. Penetapan
harga dapat diberlakukan secara umum, atau dapat juga untuk jenis pelayanan
tertentu. pemerintah juga dapat menetapkan tarif diskriminatif untuk pelayanan
yang sama, dan pemerintah juga dapat mengizinkan beroperasinya parkir
dengan pelayanan yang lebih baik dengan tarif yang lebih tinggi.
Kebijakan Tarif Parkir
Pertimbangan yang perlu diambil oleh pemerintah daerah dari retribusi
parkir ini adalah bagaimana menetapkan tarif parkir yang paling tepat,
tidak terlalu murah ataupun terlalu mahal. Dengan menggunakan pendekatan
ekonomi dapat diterapkan tarip parkir yang paling optimal, sehingga retribusi
parkir ini dapat digunakan sebagai alat untuk mendapatkan pendapatan asli
daerah tetapi juga sebagai alat untuk mengendalikan penggunaan kendaraan
pribadi. Pasal 6 huruf c Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1997 tentang
Retribusi dikatakan bahwa tarif retribusi parkir di tepi jalan umum yang rawan
kemacetan dapat diterapkan lebih tinggi dari pada di tepi jalan umum yang
18 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
kurang rawan kemacetan dengan sasaran mengendalikan kelancaran lalu
lintas. Peraturan perundangan yang berlaku mengenai jenis-jenis retribusi
yang berhubungan dengan kepentingan nasional dan memperhatikan pedoman
yang ditetapkan oleh Menteri dalam Negeri dan atau Menteri Teknis terkait,
dalam hal ini keputusan menteri perhubungan no. 66 Tahun 1993 tentang
Fasilitas Parkir untuk Umum dan Keputusan Menteri Perhubungan No. 4 Tahun
1994 tentang Tata Cara Parkir Kendaraan Bermotor di Jalan.
Satuan biaya untuk fasilitas penyelenggaraan parkir dapat dihitung berdasarkan
penggunaan fasilitas per jam, per hari atau perjanjian penggunaan dalam jangka
waktu tertentu. Besarnya biaya penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum
dan pemungutan biaya terhadap penggunaan fasilitas parkir ditetapkan dengan
Peraturan Daerah yang bersangkutan.
Harga dan Tata Guna Lahan Perkotaan
Telah umum diketahui bahwa lahan yang terdapat di pusat kota adalah
lebih mahal dibanding dengan lahan yang terdapat di luar pusat kota.
Alasan utamanya adalah karena lokasi-lokasi di pusat kota mempunyai
suatu tingkat aksesibilitas (kemudahan hubungan) yang tinggi untuk mencapai
berbagai aktivitas yang terpusat di dalam suatu daerah yang relatif kecil.
Dalam istilah yang lebih teknis, kemampuan satu kegiatan untuk bersaing
dengan aktivitas-aktivitas tata guna lahan yang lain dikenal sebagai ‘kemampuan
sewa (bid rent)’.
Harga Fasilitas Parkir
Penetapan tarif parkir diterapkan untuk beberapa tujuan, antara lain
untuk memaksimalkan retribusi parkir. Ataupun untuk mengurangi kegiatan par-
kir suatu daerah dalam kaitannya dengan pembatasan lalu lintas kendaraan
pri badi. Semakin dekat ke pusat kota dapat diterapkan tarif yang lebih tinggi.
Kawasan dapat dikelompokkan untuk membentuk zona-zona dengan
ciri/karakteristik parkir yang sama, di mana dapat diterapkan tarip menurut zona.
Penetapan tarif retribusi jasa umum pada dasarnya disesuaikan dengan
peraturan perundangan yang berlaku mengenai jenis-jenisretribusi yang
19 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
berhubungan dengan kepentingan nasional dan memperhatikan pedoman yang
ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan atau Menteri Teknis terkait.
Penanganan parkir juga kesulitan untuk menyelenggarakan perparkiran di tempat-
tempat yang tingkat kesibukannya relatif tinggi. Kesulitan tersebut disebabkan
oleh permintaan parkir dan harga lahan yang tinggi.
Penetapan Harga Jasa Fasilitas Parkir (Tarif)
Penetapan harga jasa fasilitas parkir akan berbeda untuk masing-masing
wilayah. Untuk menetapkan harga jasa fasilitas parkir tersebut adalah tergantung
pada harga fasilitas pakir. Dengan dmikian, para penyelenggara sangat memper-
hatikan biaya yang dikeluarkan seperti pengadaan fasilitas parkir, pemeliharaan,
gaji pekerja parkir, subsidi dan lain sebagainya. Pada kasus ini penetapan
harga jasa fasilitas parkir (tarif) selalu berpedoman kepada hukum penawaran
dan permintaan. Untuk penawaran, semakin besar fasilitas parkir yang
disediakan, maka semakin murah harga jasa fasilitas parkir, sedangkan untuk
permintaan adalah semakin murah harga jasa failitas parkir, maka permintaan
parkir semakin besar.
Kebijakan Pembatasan Parkir Dengan Harga (Tarif)
Kegiatan lalu lintas di kota-kota besar sering menimbulkan masalah yang
sulit untuk diatasi. Yang tidak asing lagi permaslahan di kota-kota besar
adalah kemacetan. Pada umumnya semakin mendekati pusat kota, maka
kepadatan lalu lintas (traffic jam) semakin memprihatinkan. Untuk itu pihak
pemerintah sering menentukan suatu kebijakan untuk mengatasi kemacetan
dengan harga tarif yang tinggi bagi kendaraan yang akan dan sedang parkir.
Dengan diterapkan suatu kebijakan parkir dengan cara harga tarif yang
berbeda antara CBD dengan kawasan lain sesuai dengan jaraknya ke CBD,
volume lalu lintas di sekitar CBD akan menurun. Pembatasan parkir dengan tarif
yang lebih tinggi sesuai dengan jaraknya ke CBD, maka teknik seperti ini
merupakan salah satu untuk mendistribusikan beban volume lalu lintas.
20 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Pengendalian Parkir
Salah satu kebijakan parkir adalah menerapkan pembatasan kegiatan parkir.
Pembatasan kegiatan parkir dilakukan terhadap parkir pinggir jalan ataupun
pada parkir di luar jalan yang diterapkan terutama di jalan-jalan utama
dan pusat-pusat kota. Kebijakan ini sangat efektif untuk meningkatkan tingkat
pelayanan jaringan jalan. Mobil barang merupakan salah satu moda yang
menggunakan prasarana jalan, sangat memperburuk tingkat pelayanan jaringan
jalan baik pada saat melaju ke pusat kota atau tempat-tempat yang tingkat
kegiatannya sangat besar maupun pada saat bongkar/muat pada tempat-
tempat tersebut. Pemilihan cara pengendalian parkir di jalan didasarkan
pada pembatasan waktu dan lokasi serta dipengaruhi oleh peraturan jalan, dan
sistem pembayaran parkir.
Jaringan Jalan
Pada umumnya semakin dekat arah pergerakan menuju pusat kota, akan
semakin banyak menemui hambatan-hambatan pada saat mengemudikan kenda-
raan. Hambatan-hambatan tersebut disebabkan oleh semakin besarnya tingkat
kegiatan-kegiatan yang ada, di mana salah satu penghambat yang penting
adalah parkir di pinggir jalan. Berbeda halnya dengan pergerakan menuju arah
yang keluar dari pusat kota, yaitu semakin jauh dari pusat kota semakin
sedikit pula hambatan-hambatan yang ditemui.
Pengendalian Permintaan
Bila permintaan parkir telah melampaui penyediaan ruang parkir, yang
ditandai dari banyak pelanggaran terhadap parkir di tempat seharusnya
tidak boleh parkir, atau banyaknya parkir ganda. Harga dan biaya adalah
penting, mengingat pengendalian tersebut dapat digunakan secara bersama
agar penawaran ruang parkir yang tersedia dapat disesuaikan dengan
permintaan. Parkir dikendalikan melalui suatu kombinasi atas pembatasan-
pembatasan ruang, waktu dan biaya. Parkir tidak diizinkan pada tempat-tempat
di mana merupakan daerah berbahaya, kapasitas jalan yang lebih besar
21 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
adalah diperlukan. Pengendalian dengan waktu dan biaya berkaitan dengan
usaha untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan, dan pembayaran
kembali atas investasi keuangan untuk pembangunan prasarana dan perawatan.
Pembatasan lokasi/ruang parkir kendaraan, terutama dimaksudkan
untuk mengendalikan arus lalu lintas kendaraan pribadi ke suatu daerah
tertentu atau untuk membebaskan suatu daerah/koidor tertentu dari
kendaraan yang parkir di pinggir jalan karena alasan kelancaran lalu lintas.
Pembatasan waktu parkir pada suatu koridor tertentu karena alasan
kelancaran lalu lintas, karena parkir di pinggir jalan dapat mengurangi
kapasitas jalan, misalnya pada suatu koridor pada jam sibuk pagi harus
bebas parkir karena ruang parkir tesebut digunakan untuk mengalirkan arus
lau lintas.
Penetapan tarif parkir optimal sehingga pendapatan asli daerah dapat
dioptimalkan sedang arus lalu lintas tetap dapat bergerak dengan lancar,
sebagaimana dibahas dalam bab terdahulu.
Pembatasan waktu parkir biasanya diwujudkan dengan penetapan tarif
progresif menurut lamanya waktu parkir.
Pembatasan-pembatasan pengeluaran izin dan jenis kendaraan.
Pembatasan waktu terhadap akses parkir.
Alat Pengendali Parkir
Pembatasan-pembatasan parkir khususnya di jalan biasanya menurut
lokasi dan waktunya, tetapi hal ini memerlukan penegakan dan penindakan yang
tegas. Metode-metode pengendalian yang utama dan umum dilakukan dengan:
Sistem Karcis :
Para pengemudi yang akan memarkir kendaraannya mendapatkan karcis
dari juru parkir atau pun pada saat masuk kawasan yang dikendalikan
parkirnya melalui mesin parkir ataupun oleh petugas di gardu parkir, pada karcis
dituliskan jam masuk ke ruang parkir dan nomor kendaraan. Mesin modern
22 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
yang sekarang sudah dikembangkan dan sudah digunakan di Jakarta yang
menggunakan kartu mengetik, yang mencatat waktu kendaraan masuk
secara otomatis pada saat kendaraan masuk ke pelataran parkir. Tarif yang
berlaku di Bandara Soekarno Hatta pada saat ini adalah Rp. 1500 untuk jam
pertama dan Rp. 1000 untuk setiap jam berikutnya. Surat izin ini umumnya
berbentuk stiker yang ditempel pada bagian depan dan belakang kaca
kendaraan yang menunjukkan identitas, hal ini berguna untuk menghindarkan
adanya parkir liar juga untuk pengendalian dan keperluan keamanan
penghuni perumahan atau kompleks tertentu. Jam pengukur waktu, di mana jam
berfungsi untuk mengukur lamanya parkir tersebut berputar sesuai dengan
jumlah uang yang dimasukkan. Alat pengukur tersebut di samping
memperhatikan pembatasan waktu, sekaligus mengumpulkan uang pula, Untuk
melaksanakan sistem yang demikian ini harus dilakukan penegakan hukum
yang kontinyu dan kepada pelanggar yaitu bagi mereka yang melewati waktu
atau bagi mereka yang tidak membayar dikeluarkan surat tilang.
Sistem kartu dan disk
Dengan sistem pemilik kendaraan diminta untuk memperagakan kartu
atau disk yang memperlihatkan waktu kedatangan kendaraan pada ruang
parkir. Peraturan setempat akan menentukan batas waktu kendaraan tersebut
diizinkan menunggu (parkir). Kartu dan disk harus disediakan di toko-toko
setempat, di mana dapat dengan tanpa dipungut biaya atau dengan cara
membelinya. Batas waktu pada dasarnya ditentukan tergantung pada
keseimbangan penawaran dan permintaan yang ada karakteristik-
karakteristik dasar yang mengindikasikan kondisi-kondisi tersebut di atas adalah:
a) Tingginya angka pergantian dan tingkat pemakaian ruang parkir pada
batas waktu yang ada.
b) Angka pergantian parkir rendah dan tingkat pemakaian tinggi di sekitar
daerah yang tidak diterapkan batas waktu.
c) Banyak kendaraan berlalu lalang untuk mencari ruang parkir.
d) Parkir ganda.
Daerah yang diberi tanda parkir terbatas biasanya sepanjang 6 m, yang
23 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
mewadahi parkir jangka panjang dan parkir jangka pendek dan tersedia ruang
yang kendaraannya tidak boleh parkir. Petunjuk umum yang dapat digunakan
untuk pembatasan waktu (lamanya) parkir adalah:
a) 1 (satu) jam untuk daerah perkotaan
b) 2 (dua) jam untuk daerah pinggiran dan sekitarnya
c) 10 – 20 menit di daerah tertentu, misal Bank, Kantor Pos dsb.
Pembatasan Wilayah Parkir Untuk Kendaraan Berat
Dalam penggunaan ruang jalan pada sistem jaringan jalan, berbeda
antara kendaraan yang satu dengan yang lain. Kendaraan pribadi dan
mobil barang, tentunya kedua jenis kendaraan tersebut memiliki karakteristik
tersendiri dalam penggunaan ruang jalan. Pembatasan wilayah parkir mobil
barang pada saat siang hari, sangatlah efektif untuk meningkatkan tingkat
pelayanan. Bagaimanapun mobil barang pada saat bongkar/muat barang
di pusat kota akan mengakibatkan penggunaan lebar jalan yang sangat besar.
Di samping menggunakan lebar yang besar juga berhenti untuk parkir
relatif besar dibanding dengan kendaraan yang lain.
Pembatasan Wilayah Parkir Pada Sistem Jaringan Jalan
Kebijakan parkir dengan pembatasan wilayah akan efektif untuk mening-
katkan tingkat pelayanan. Kebijakan tersebut memiliki keuntungan-keuntungan
sebagai berikut:
mampu mendistribusikan volume lalu lintas secara merata
kecenderungan menggunakan angkutan umum
mengurangi tingkat penggunaan angkutan pribadi
meningkatkan tingkat pelayanan jaringan jalan
dan lain sebagainya.
Evaluasi Penerapan Kebijakan Parkir
Kebijakan parkir terdiri dari 3 (tiga) aspek yakni kebijakan parkir dengan
pembatasan wilayah, pembatasan dengan tarif, pembatasan dengan waktu. Yang
24 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
mana tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan unjuk kerja jaringan jalan.
Dari 3 (tiga) kebijakan tersebut perlu suatu evaluasi untuk memilih yang
terbaik yang sesuai dengan kondisi kota yang bersangkutan. Hasil evaluasi
yang berkaitan dengan kebijakan parkir, yang terbaik akan diterapkan untuk
menghindari kemacetan lalu lintas.
Manfaat Penerapan Kebijakan
Untuk mengetahui suatu kebijakan berhasil atau gagal, perlu dilakukan
evaluasi terhadap manfaat yang dihasilkan dari penerapan kebijakan tersebut.
Untuk itu perlu dilakukan pemantauan sebelum dan sesudah kebijakan
tersebut
dilaksanakan dan hasil pemantauan selanjutnya dijadikan untuk penyempurnaan
kebijakan lebih lanjut.
Kriteria Identifikasi manfaat penerapan kebijakan
Untuk pemakaian jalan ada empat kriteria yang dijadikan dasar dalam
penilaian, yaitu:
peningkatan efisien lalu lintas yang dicapai
peningkatan keselamatan
penurunan dampak lingkungan sebagai akibat diterapkannya kebijakan.
Peningkatan pendapatan asli daerah dari retribusi parkir
Aksesbilitas untuk para pemakai jalan akan dipengaruhi oleh ruas-ruas
jalan yang hilang dalam jaringan yang bersangkutan, ruas-ruas yang
penampilannya buruk dengan kecepatan rendah disebabkan oleh kemacetan,
ratio yang tinggi antara jumlah lalu lintas dan kapasitas ruas dan tindakan
manajemen lalu lintas yang tidak efisien atau tidak produktif seperti desain sistem
satu arah yang buruk, pembatasan membelok dan lain sebagainya.
25 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan
1 Ruang lingkup
SNI tentang Sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan menguraikan
istilah dan definisi yang berhubungan dengan bidang perumahan dan prasarana
jalan, dan menguraikan persyaratan umum maupun teknis yang harus dipenuhi
dalam setiap perencanaan sistem jaringan jalan perumahan.
2 Acuan normatif
Penyusunan Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan
perumahan ini mengacu kepada : AASHTO 1996, A Policy on Geometric Design of
Highway and Streets.
3 Istilah dan definisi
Istilah dan definisi yang digunakan dalam pedoman ini sebagai berikut:
3.1 daerah perumahan
3.1.1 kawasan siap bangun (KASIBA)
sebidang tanah yang fisiknya telah dipersiapkan untuk pembangunan
perumahan dan pemukiman skala besar yang terbagi dalam lingkungan siap bangun
atau lebih yang pelaksanaanya dilakukan secara bertahap dengan lebih dahulu
dilengkapi dengan jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan sesuai
dengan rencana tata ruang lingkungan yang ditetapkan oleh Pemerintah
Kota/Kabupaten, dan memenuhi persyaratan pembakuan pelayanan prasarana dan
sarana lingkungan, khusus untuk DKI Jakarta rencana tata ruang lingkungannya
ditetapkan oleh Pemerintah DKI Jakarta
26 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
3.1.2 lingkungan siap bangun (LISIBA)
sebidang tanah yang merupakan bagian dari kasiba ataupun berdiri sendiri
yang telah dipersiapkan dan dilengkapi dengan prasarana lingkungan dan selain itu
juga sesuai dengan persyaratan pembakuan tata lingkungan tempat tinggal atau
hunian dan pelayanan lingkungan untuk membangun kaveling tanah matang
3.1.3 kaveling tanah matang
sebidang tanah yang telah dipersiapkan sesuai dengan persyaratan
pembakuan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan tanah, dan rencana tata
ruang lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian untuk membangun
bangunan
27 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
3.1.4 perumahan
kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan
3.1.5 permukiman
bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa
kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri
kehidupan dan penghidupan
3.1.6 prasarana lingkungan
kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan
permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya
3.1.7 blok
sebidang tanah yang merupakan bagian dari Lisiba, terdiri dari sekelompok
rumah tinggal atau persil
3.1.8 rumah
bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga
3.1.9 satuan lingkungan permukiman
kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan
tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang berstruktur
3.1.10 sarana lingkungan
fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk menyelenggarakan dan
mengembangkan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya
3.1.11 utilitas umum
sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan
3.1.12 kota jenjang I
kota yang berperan melayani seluruh satuan wilayah pengembangannya,
dengan kemampuan pelayanan jasa yang paling tinggi dalam satuan wilayah
pengembangannya serta memiliki orientasi ke luar wilayahnya
3.1.13 kota jenjang II
kota yang berperan melayani sebagian dari satuan wilayah
pengembangannya dengan kemampuan pelayanan jasa yang lebih rendah dari kota
28 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
jenjang kesatu dalam satuan wilayah pengembangannya dan terikat jangkauan jasa
ke kota jenjang kedua serta memiliki orientasi ke kota jenjang kesatu
3.1.14 kota jenjang III
kota yang berperan melayani sebagian dari satuan wilayah
pengembangannya dengan kemampuan pelayanan jasa yang lebih rendah dari kota
jenjang kedua dalam satuan wilayah pengembangannya dan terikat jangkauan jasa
ke kota jenjang kedua serta memiliki orientasi ke kota jenjang kedua dan ke kota
jenjang kesatu
3.1.15 kawasan primer
kawasan kota yang mempunyai fungsi sebagai pusat pelayanan jasa bagi
kebutuhan pelayanan kota, dan wilayah pengembangannya
3.1.16 kawasan sekunder
kawasan kota yang mempunyai fungsi pelayanan terhadap warga kota itu
sendiri yang lebih berorientasi ke dalam dan jangkauan lokal
3.2 jaringan jalan
3.2.1 jalan
Suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi segala
bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu-lintas kendaraan, orang dan hewan. Jalan umum adalah
jalan yang diperuntukkan bagi lalu-lintas umum
3.2.2 sistem jaringan primer dan sekunder
3.2.2.1 sistem jaringan primer
sistem jaringan jalan primer disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata
ruang dan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional, yang menghubungkan
secara menerus kota jenjang kesatu, kota jenjang kedua, kota jenjang ketiga dan
kota jenjang di bawahnya sampai ke persil di dalam satu kesatuan wilayah
pengembangan dan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang
kesatu antar satuan wilayah pengembangan
29 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Catatan Berdasarkan pengelompokkan jalan menurut peranannya, jaringan
jalan primer terjadi atas jalan arteri primer, jalan kolektor primer, dan jalan lokal
primer :
1) jalan arteri primer menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak
berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang
kedua.
2) jalan kolektor primer menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang
kedua, atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.
3) jalan lokal primer menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil, atau
menghubungkan kota jenjang kedua dengan persil, atau menghubungkan kota
jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota
jenjang dibawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil, atau di bawah kota jenjang
ketiga sampai persil.
3.2.2.2 sistem jaringan sekunder
sistem jaringan jalan sekunder disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata
ruang kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi
primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan
seterusnya sampai perumahan
Catatan Berdasarkan pengelompokkan jalan menurut peranannya, jaringan
jalan sekunder terbagi atas jalan arteri sekunder, jalan kolektor sekunder, dan jalan
lokal sekunder.
1) jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer dan kawasan sekunder
kesatu, atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan
sekunder kesatu, atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kedua.
2) jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder kedua
dengan kawasan sekunder ketiga.
3) jalan lokal sekunder menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
perumahan, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan,
kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai perumahan.
30 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
3.3 geometrik jalan
3.3.1 akses persil
merupakan jalan masuk ke setiap persil atau ke setiap rumah
3.3.2 akses jalan
merupakan pertemuan jalan yang mempunyai tingkat hirarki yang lebih
rendah dengan jalan yang mempunyai tingkat hirarki yang lebih tinggi
3.3.3 daerah manfaat jalan (DAMAJA)
merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar tinggi dan
kedalaman ruang batas tertentu. Ruang tersebut diperuntukkan bagi median,
perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng,
ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan dan
bangunan pelengkap lainnya
3.3.4 daerah milik jalan (DAMIJA)
merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu
yang dikuasai oleh Pembina Jalan. DAMIJA ini diperuntukkan bagi daerah manfaat
jalan (DAMAJA) dan pelebaran jalan maupun penambahan jalur lalu-lintas
dikemudian hari serta kebutuhan ruang untuk pengamanan jalan
3.3.5 daerah pengawasan jalan (DAWASJA)
merupakan ruang sepanjang jalan di luar daerah milik jalan (DAMIJA) yang
dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu, dan diperuntukkan bagi pandangan bebas
pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan
3.3.6 badan jalan
bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu-lintas, median dan bahu jalan
3.3.7 jalur lalu-lintas
bagian daerah manfaat jalan yang direncanakan khusus untuk lintasan
kendaraan bermotor (beroda empat atau lebih) dan biasanya diperkeras
3.3.8 lajur
31 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
bagian dari jalur lalu-lintas yang memanjang dibatasi oleh marka lajur jalan,
yang memiliki lebar cukup untuk kendaraan bermotor sesuai rencana (kendaraan
rencana)
3.3.9 bahu jalan
bagian dari jalan yang terletak pada tepi kiri dan atau kanan jalan dan
berfungsi sebagai: jalur lalu-lintas darurat, tempat berhenti sementara, ruang bebas
samping, penyangga kestabilan badan jalan, jalur sepeda (bahu diperkeras)
3.3.10 trotoar
bagian jalan atau bahu jalan yang terletak di tepi kiri/kanan jalan, berfungsi
sebagai jalur pejalan kaki
3.3.11 median
bagian bangunan jalan yang secara fisik memisahkan dua jalur lalu-lintas
yang berlawanan arah
3.3.12 jarak pandang
jarak di sepanjang tengah-tengah suatu jalur dari mata pengemudi ke suatu
titik dimuka pada garis yang sama yang dapat dilihat oleh pengemudi
3.3.13 jarak pandang henti
jarak pandang ke depan yang diperuntukan untuk kendaraan berhenti dengan
aman, dengan pengemudi yang cukup mahir dan keadaan waspada
3.3.14 volume lalu lintas
jumlah kendaraan yang melewati suatu penampang tertentu pada suatu ruas
jalan tertentu dalam satuan waktu tertentu
3.3.15 volume lalu-lintas harian rencana
taksiran atau prakiraan volume lalu-lintas harian untuk masa yang akan
datang pada bagian jalan tertentu
3.3.16 kecepatan rencana
kecepatan maksimum kendaraan yang aman yang dapat dipertahankan
sepanjang bagian jalan tertentu bila kondisi sedemikian baik sehingga ketentuan
desain jalan merupakan faktor yang menentukan
4 Persyarataan
4.1 Persyaratan umum prasarana jalan
32 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
4.1.1 Perizinan
Proses perencanan dan pelaksanaan pengembangan kawasan permukiman
skala besar harus melalui tahapan perizinan yang diperlukan yang dapat meliputi:
izin prinsip, izin lokasi, izin rencana detail dan izin sejenis lainnya.
Melihat materi yang harus tercantum dalam izin-izin tersebut di atas maka
perencanaan pelaksanaan teknis prasarana kawasan permukiman, khususnya
prasarana jalan, harus tercantum di ketiga izin tersebut.
Dalam izin prinsip, harus terkandung perencanaan sistem jaringan jalan
perumahan sesuai dengan persyaratan umum prasarana jalan perumahan.
Perencanaan teknis yang terukur dari prasarana jalan menyangkut dimensi
dan komposisi peruntukan lahan untuk prasarana jalan, dituangkan dalam izin
lokasi, dan harus memenuhi dimensi yang telah ditetapkan di persyaratan umum
prasarana jalan perumahan.
Di dalam izin rencana detail, yang di dalamnya memuat perencanaan teknis
yang lebih detail dari izin lokasi, dimensi serta jenis perkerasan prasarana jalan
mengacu kepada persyaratan teknis prasarana jalan perumahan.
4.1.2 Sistem jaringan jalan
Sistem jaringan jalan membentuk satu kesatuan dan terdiri dari sistem
jaringan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan
hirarki.
4.1.2.1 Sistem jaringan jalan wilayah dan kota
Persyaratan klasifikasi jalan menurut peranan jalan berdasarkan peraturan
pemerintah yaitu:
a) jalan arteri primer
− didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 km/jam dan
dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter;
− mempunyai kapasitas lebih besar daripada volume lalu-lintas rata-rata;
− lalu-lintas jalan arteri primer tidak boleh diganggu oleh lalu-lintas ulang alik,
lalu-lintas lokal dan kegiatan lokal, untuk itu persimpangan pada jalan ini perlu
diatur;
− jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi;
− jalan arteri primer tidak terputus walaupun memasuki kota dan desa;
33 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
− DAWASJA tidak kurang dari 20 meter.
b) jalan kolektor primer
− didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam dan lebar
badan jalan tidak kurang dari 7 meter;
− mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume lalu-lintas rata-
rata;
− jalan kolektor primer tidak terputus walaupun memasuki desa;
− DAWASJA tidak kurang dari 15 meter.
c) jalan lokal primer
− didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam dan
dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 6 meter;
− jalan lokal primer tidak terputus walaupun memasuki desa;
− DAWASJA tidak kurang dari 10 meter.
d) jalan arteri sekunder
− didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 km/jam dan
dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter;
− mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume lalu-lintas rata-
rata;
− pada jalan arteri sekunder lalu-lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu-
lintas lambat; untuk itu persimpangan pada jalan ini perlu diatur.
e) jalan kolektor sekunder
− didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam dan
dengan lebar jalan tidak kurang dari 7 meter;
− DAWASJA tidak kurang dari 7 meter.
f) jalan lokal sekunder
− didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10km/jam dan dengan
lebar badan jalan tidak kurang dari 5 meter;
34 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
− persyaratan teknis seperti di atas diperuntukkan bagi kendaraan beroda tiga
atau lebih;
− jalan lokal sekunder yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan beroda tiga atau
lebih harus mempunyai lebar badan jalan tidak kurang dari 3,5 meter;
− Dawasja tidak kurang dari 4 meter.
Hubungan dan fungsi hirarki jaringan jalan primer dan sekunder dapat dilihat
pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Jalan Arteri
primer
Jalan Arteri Jalan arteri primer
Jalan Kolektor
primer
Jalan Lokal Jalan Kolektor Primer Jalan kolektor primer
Primer
Jalan lokal
Jalan lokal primer
Primer
Jalan Lokal Primer
Jalan lokal
Primer
Jalan Lokal Primer
Keterangan:
35 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Kota jenjang IKota jenjang
Kota jenjang IIKota Jenjang II
Kota jenjang IIIKota Jenjang III
Kota dibawah jenjang
Persil
hirarki kota-kota dihubungkan oleh masing-masing fungsi jalan, dalam
gambar diwakili oleh garis yang menghubungkan masing-masing hirarki kota berikut
dengan fungsi jalan yang menghubungkannya
Gambar 1 Sistem jaringan jalan primer
Jalan arteri/ jalan arteri sekunder
sekunder
jalan arteri
sekunder
Jalan arteri/ jalan arteri sekunder
sekunder
jalan kolektor
sekunder
Jalan Lokal Jalan kolektor sekunder
sekunder
Jalan lokal
sekunder
Jalan Lokal Sekunder
36 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
F1 kawasan primer
F21 kawasan sekunderF21 kawasan
sekunder
F22 kawasan sekunder II
F22 kawasan sekunder II
F23 kawasan sekunder III
Perumahan
Keterangan:
Hirarki kawasan dihubungkan oleh masing-masing fungsi jalan, dalam gambar
diwakili oleh garis yang menghubungkan masing-masing hirarki kawasan berikut
dengan fungsi jalan yang menghubungkannya.
Gambar 2 Sistem jaringan jalan sekunder
4.1.2.2 Sistem jaringan jalan perumahan
Jalan lokal sekunder di perumahan dibagi ke dalam 3 (tiga) bagian yaitu:
a) jalan lokal sekunder I,
Jalan lokal I merupakan jalan poros perumahan yang menghubungkan antara
jalan kolektor dan atau pusat aktivitas di perumahan. Jalan ini secara fungsional
dapat dikatakan seperti jalan dengan hirarki arteri di dalam kawasan perumahan,
dengan kapasitas jalan yang dapat melayani jumlah kendaraan yang relatif
besar, yaitu antara 800-2000 kendaraan/hari.
b) jalan lokal sekunder II,
Jalan lokal II menghubungkan akses menuju jalan lokal sekunder III dan
menghubungkan aktivitas atau menuju jalan yang lebih tinggi hirarkinya. Jalan
lokal II dapat berbentuk loop yang menghubungkan satu jalan kolektor atau jalan
arteri pada dua titik, atau dapat juga berbentuk jalan lurus yang menghubungkan
lalu-lintas antara jalan kolektor atau jalan arteri. jalan lokal II mempunyai
kapasitas 200-1000 kendaraan/hari.
c) jalan lokal sekunder III,
Fungsi utama dari jalan ini adalah menghubungkan lalu-lintas dari dan
menuju persil jalan lainnya dalam perumahan. Jalan lokal III tidak memberikan
pelayanan sebagai jalan pintas. Kapasitas jalan ini adalah kurang dari 350
kendaraan/hari .
Hubungan hirarki serta fungsi dari jalan perumahan dapat dilihat pada Gambar 3.
37 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
LS I
LS I
LS I
LS II
LS II LS II LS II
LS II
LS III
LS III LS III
LS III
LS III
38 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Pusat LISIBA
(fasum/Fasos)
Pusat KASIBA
(fasum/Fasos)
Pusat Pemukiman
(fasum/Fasos)
Pusat LISIBA
(fasum/Fasos)
Pusat Pemukiman
(fasum/Fasos)
Kolektor / lokal
Pusat KASIBA
(fasum/Fasos)
Keterangan:
LS : Jalan Lokal Sekunder
Hirarki kawasan dihubungkan oleh masing-masing fungsi jalan, dalam
gambar diwakili oleh garis yang menghubungkan masing-masing hirarki kawasan
berikut dengan fungsi jalan yang menghubungkannya.
Gambar 3 Sistem jaringan jalan di kawasan perumahan
4.1.3 Klasifikasi jalan di perumahan
4.1.3.1 Klasifikasi jalan perumahan disusun berdasarkan:
− hirarki jalan
− fungsi jalan
− kawasan perumahan.
Klasifikasi jalan perumahan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hirarki jalan perumahan menurut fungsi, kelas dan berdasarkan skala
kawasan perumahan
No. Hirarki Jalan Fungsi Kelas Jalan
Kawasan Perumahan
1 Lokal Sekunder I
(LS I)
Sebagai jalan poros perumahan yang menghubungkan antara jalan Kolektor/ Lokal dan pusat aktivitas KASIBA.
III C KASIBA/LISIBA
2 Lokal Sekunder II (LS II)
Merupakan penghubung antara jalan Kolektor/Lokal dengan Pusat LISIBA dan atau menghubungkan Pusat KASIBA dengan Pusat LISIBA, sebagai akses
III C KASIBA/LISIBA
39 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Menuju jalan Lokal Sekunder III ke pusat LISIBA atau menuju jalan Lokal Sekunder I yang lebih tinggi tingkat hirarkinya.
3 Lokal Sekunder III. (LS III)
Merupakan penghubung antara jalan Kolektor/Lokal dengan pusat permukiman, pusat permukiman dengan pusat permukiman, dan akses menuju Lokal Sekunder II yang lebih tinggi tingkat hirarkinya.
III C LISIBA/BLOK
4.1.3.2 Penetapan jarak antar simpang ditetapkan berdasarkan hirarki jalan, dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Jarak akses jalan
NO. Hirarki jalan Jarak antar simpang
1 Lokal Sekunder I >200 meter
2 Lokal Sekunder II 100-200 meter
3 Lokal Sekunder III 50-100 meter
40 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
4.2 Persyaratan teknis prasarana jalan
4.2.1 Bagian-bagian jalan
Bagian-bagian jalan terdiri dari:
- DAMIJA
- DAMAJA
- DAWASJA
- jalur dan lajur jalan
- bahu dan trotoar
- saluran drainase
- median.
41 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
4.2.2 Parameter desain
4.2.2.1 Bangkitan perjalanan
Bangkitan perjalanan ditetapkan berdasarkan luas kawasan dan kepadatan
penduduk, disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Hubungan hirarki jalan perumahan dengan kepadatan dan
bangkitan perjalanan
Kepadatan penduduk Bangkitan
(perjalanan/orang/hari)
Hirarki
Jalan
Rendah 320 - 1670 LS I/II - LS III
Sedang 600 - 1950 LS I/II - LS III
Tinggi 700 - 2242 LS II – LS III
CATATAN Mengacu kepada pendekatan 50% luas lahan LISIBA, yang diperuntukan
untuk lahan hunian, mengikuti pola lahan berimbang 1:3:6 dengan luas kapling
dipilih paling minimum sesuai Peraturan Pemerintah untuk setiap tipe rumah
4.2.2.2 Potongan melintang jalan
Lebar DAMIJA, DAMAJA, DAWASJA dan bagian jalan untuk tiap hirarki jalan
perumahan. Lebar minimum untuk tiap hirarki jalan perumahan dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4 Lebar minimum bagian-bagian jalan untuk masing-masing hirarki jalan
Perumahan
42 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Gambar penampang melintang dari jalan perumahan dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Penampang melintang jalan lokal sekunder di perumahan
4.2.2.3 Tipe jalur dan lajur jalan
43 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
a) jalur lalu-lintas kendaraan bermotor bisa terdiri dari beberapa lajur
b) batas jalur:
- bahu
- trotoar
- median/separator
c) tipe jalan:
- 1 jalur dengan 2 lajur 2 arah
Keterangan gambar (spesifikasi detail sesuai fungsi jalan
dapat dilihat pada tabel 4):
a Perkerasan
b Lajur maksimum 3,5 meter
c Bahu min 1 meter
d Saluran Drainase 1 meter
e Jalur hijau 1 meter
f Jalur pejalan kaki 1.5 meter
g Sempadan bangunan minimum 10.5 meter
h Damaja
i Damija
j Dawasja
k Damaja > 5 meter di atas sumbu jalan
l Damaja > 1.5 meter di bawah sumbu jalan
m Infrastruktur lain (kabel, saluran air kotor dsb)
- 1 jalur dengan 2 lajur 1 arah
- 1 jalur dengan 1 lajur 1 arah
- 2 jalur dengan 4 lajur 2 arah tanpa median/separator
- 2 jalur dengan 4 lajur 2 arah dengan median/separator
4.2.2.4 Kecepatan rencana, jarak pandang henti, dan jari-jari
tikungan
Kecepatan rencana ditetapkan berdasarkan pertimbangan:
− fungsi dan klasifikasi jalan
− tingkat keselamatan jalan
44 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
− nilai ekonomis.
Syarat teknis dapat dilihat dalam Tabel 5.
Tabel 5 Kecepatan rencana, jarak pandang henti dan jari-jari tikungan
No Variabel Kelas III C
1 Kecepatan rencana 40 km/h
2 Jarak pandang henti 40 m
3 Jari-jari minimum (tikungan) 10 m
4.2.2.5 Kemiringan normal melintang jalan
Kemiringan normal melintang jalan ditentukan berdasarkan tipe perkerasan
yang akan dipilih dan kecepatan aliran.
Kemiringan normal melintang jalan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Kemiringan normal melintang jalan
NO Kelas Jalan Perkerasan
Laston
Bahu
Diperkeras
Penetrasi
Macadam
Tidak
Diperkeras
Tanah
1 III C 2% 3% > 3%
4.2.3 Sempadan bangunan dan klasifikasi jalan
Sempadan bangunan diukur dari as jalan (centre line) dan ditetapkan dengan
memperhatikan klasifikasi jalan.
Penentuan sempadan bangunan dapat dilihat pada Tabel 7.
45 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Keterangan:
a Jalan dengan hirarki fungsi lebih tinggi
b Jalan dengan hirarki fungsi lebih rendah
c Jarak sempadan bangunan untuk jalan
hirarki lebih tinggi
d Jarak sempadan bangunan untuk jalan
hirarki lebih tinggi
e Persil
R Jari-jari tepi perkerasan
Gambar 8 Sempadan bangunan pada pertemuan hirarki jalan perumahan
Tabel 8 Jari-jari minimum pertemuan 2 kelas jalan perumahan
46 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
4.2.4 Sistem drainase
Tipe sistem drainase ditentukan berdasarkan tingkat pelayanan saluran
drainase dalam fungsinya sebagai sarana dalam penyaluran air hujan yang jatuh di
dalam kawasan permukiman.
Tipe sistem drainase, dimensi, fungsi dan penempatannya dapat dilihat pada Tabel
10.
Tabel 9 Sistem drainase permukiman hubungannya dengan fungsi dan
Penempatannya
CATATAN
• Definisi Tidak Terpadu : Saluran drainase yang mengikuti sistem jaringan jalan dan
berfungsi sebagai saluran yang menyalurkan air hujan yang jatuh di DAMAJA,
bukan sebagai saluran primer drainase permukiman
• Definisi Terpadu : Saluran drainase yang mengikuti sistem jaringan jalan dan
berfungsi sebagai saluran yang menyalurkan air hujan yang jatuh di DAMAJA dan
yang jatuh di seluruh kawasan permukiman
47 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Gambar 9 Tipikal drainase terbuka
Gambar 10 Tipikal drainase tertutup
4.2.5 Fasilitas pendukung, perlengkapan jalan, angkutan umum
dan klasifikasi jalan
Hubungan antara fasilitas pendukung, perlengkapan jalan dan angkutan
umum dengan klasifikasi jalan, dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Fasilitas pendukung, perlengkapan jalan, angkutan umum dan
klasifikasi jalan
48 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
CATATAN
• Rambu dapat berupa : rambu peringatan, rambu larangan, rambu perintah, rambu
petunjuk.
• Marka jalan terdiri dari : marka membujur, marka melintang, marka serong, marka
lambang, marka lainnya.
• Alat pengendali dan pengaman pemakai jalan:
- Pengendali :alat pembatas kecepatan, alat pembatas tinggi dan lebar kendaraan
- Pengaman : pagar pengamanan, cermin tikungan, delineator, pulau lalu lintas, pita
penggaduh
• Fasilitas pendukung:
- fasilitas pejalan kaki
- parkir pada badan jalan
- halte
- tempat istirahat pejalan kaki
- penerangan jalan
Angkutan umum yang beroperasi di kawasan permukiman dapat berupa
jaringan trayek cabang dan atau trayek ranting (UU No14/1992),
menggunakan moda angkutan bus umum dan atau mobil penumpang.
49 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
4.2.6 Wewenang pembinaan dan pengendalian jalan perumahan
Kewenangan pembinaan serta pengendalian jalan perumahan secara administratif
berada pada Pemerintah Kota atau Pemerintah Kabupaten, sedangkan kewenangan
pembinaan dan pengendalian secara teknis berada pada dinas terkait di lingkungan
Pemerintah Kota maupun Pemerintah Kabupaten.
50 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Bab 3. Gambaran Umum
Jalan ahmad yani merupakan jalan yang terletak di kawasan pusat kota dan
perkantoran di kota makassar. Secara administratif, jalan ahmad yani berada di
kelurahan Baru, Kecamatan Ujung Pandang. Sepanjang jalan ahmad yani berdiri
beberapa gedung perkantoran dan komersil bahkan gedung balaikota Makassar.
Berdasarkan peraturan RTRW Kota Makassar, kawasan ahmad yani ditetapkan
menjadi pusat kota. Kawasan ini menjadi primadona tersendiri untuk warga kota
makassar karena disini terdapat lapangan kebanggaan yakni lapangan karebosi.
Dengan demikian, kawasan ini tak luput dari masalah – masalah yang ditimbulkan
dari tarikan kawasan ini. Masalah yang paling terlihat salah satunya adalah parkir,
masalah ini cukup kompleks diakibatkan kurangnya lahan parkir yang tersedia
dibanding banyaknya kendaraan yang datang menuju kawasan ini. Berdasarkan
pengamatan kelompok kami, beberapa isu masalah yang ada di kawasan ini antara
lain :
Kurangnya lahan parkir
51 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Untuk beberapa titik sepanjang jalan ahmad yani, terdapat beberapa pusat – pusat
kegiatan seperti komersial dan jasa seperti perbankan swasta dan negeri serta
beberapa kegiatan bisnis lainnya.
Beberapa kantor – kantor tersebut antara lain
1. Balaikota Makassar
2. Kantor KADIN (Kamar
Dagang Indonesia)
3. Bank BRI
4. Bank Mutiara
5. Bank danamon
6. Bank BCA
7. Bank Mega
8. KIA motors
9. Kompleks ruko
Beberapa kantor tersebut memiliki gedung perkantoran yang cukup besar namun
tidak memiliki lahan parkir untuk pegawai yang membawa kendaraan pribadi.
Bahkan di ahmad yani, balaikota Makassar menutup ruas slamet riyadi (yang
langsung terhubung ke ahmad yani) menjadi lahan parkir temporer (sementara, dari
jam 08.00-17.00).
Minimnya angkutan massal untuk karyawan
Jalan ahmad yani memiliki banyak kantor yang memiliki banyak karyawan.
Sayangnya, tidak ada angkutan massal yang dapat mengangkut karyawan tersebut
sehingga para karyawan tersebut menggunakan kendaraan pribadi.
Trotoar bagi pejalan kaki yang kurang nyaman
Trotoar yang ada terdapat di sepanjang jalan ahmad yani kurang nyaman
dikarenakan trotoar tersebut tidak memiliki peneduh (sejenis pohon atau atap)
sehingga masyarakat malas untuk berjalan kaki dan lebih memilih menggunakan
kendaraan walau hanya untuk berpindah tempat dengan jarak yang cukup dekat.
Contoh, karyawan yang ingin beristirahat makan siang didaerah sudirman dan
kajolalido.
52 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Bab 4. Analisis dan data
Setelah melakukan survey lokasi, kami menemukan beberapa perkantoran dan
beberapa bangunan lainnya yang memiliki lahan parkir namun tak sanggup
menampung banyaknya pengunjung ataupun karyawan yang membawa kendaraan
pribadi.
Gedung – gedung tersebut antara lain :
1. Balaikota Makassar
2. Kantor KADIN (Kamar Dagang Indonesia)
3. Bank BRI
4. Bank Mutiara
5. Bank danamon
6. Bank BCA
7. Bank Mega
8. KIA motors
9. MTC (Makassar Trade Center)
10.Lapangan Karebosi
11.SMPN 6 Makassar
12.SD, SMP Nusantara
13.Kompleks ruko
dari beberapa gedung diatas, kami menganggap bahwa gedung – gedung tersebut
merupakan penyebab kemacetan dikarenakan tidak mampu menampung kendaraan
yang parkir. Sehingga, menyebabkan warga memarkirkan kendaraan mereka di
bahu jalan dan trotoar.
53 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Gambar1. Trotoar dan bahu jalan yang dijadikan tempat parkir
Kemudian, kami melakukan pengamatan terhadap beberapa gedung yang ada di
ahmad yani dan menghitung daya tampung setiap bangunan yang menampung
parkir tersebut. Berikut hasil perhitungan yang dilakukan secara manual.
No.
Nama Gedung Kendaraan parkir berdasarkan pengamatan
1 Balaikota 492 Bank BRI 263 Bank Mutiara 54 Polrestabes Makassar 275 Bank Danamon 326 SMPN 6 157 Kimia Farma 138 KADIN 379 Ruko 57
10 Ruko 1 3011 Karebosi >50
54 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Kami mengambil data dari masyarakat dengan menggunakana kuisioner yang
bertujuan untuk mengetahui tentang banyaknya kendaraan yang datang ke ahmad
yani. Berikut hasil tabulasi dari kuisioner
TABULASI KUISIONER KAWASAN PERKANTORAN AHMAD YANI
No. Pertanyaan Pilihan
1Jarak Tempuh dari tempat
tinggal menuju tujuan5KM 10KM 15KM 20KM ...IIIII IIIII I IIIII I II IIII
2Jenis Kendaraan yang
dikendaraiMobil Motor Angkutan Umum Jalan Kaki ...
IIII IIIII IIIII IIII IIII I
3Lama waktu yang dihabiskan
dalam perjalanan30 Menit 60 Menit 40 Menit 50 Menit ...
IIIII I III I IIIII IIIII III
4Jumlah kendaraan yang
dimiliki1 2 3 4 ...
IIIII IIIII IIIII I IIII II I
5
Kendaraan yang digunakan ketika melakukan
perpindahan tempat dalam kawasan ini
Jalan Kaki Mobil Motor Angkutan Umum
...
IIIII III IIII IIIII IIIII
55 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Data Bangunan disepanjang Jalan Ahmad Yani
No.
Nama Gedung Fungsi Lahan/BangunanKetersediaan Lahan Parkir
Jenis Tempat Parkir Luas Lahan (meter Persegi)
Luas Lahan Parkir (meter persegi)Tersedia Tidak Tersedia
1 Balaikota Pemerintahan Ya Lapangan Parkir 11000 7002 Bank BRI Perbankan Ya Lapangan Parkir 3500 5403 Bank Mutiara Perbankan Ya Lapangan Parkir 1100 1864 Polrestabes Makassar Pemerintahan/keamanan Ya Lapangan Parkir 5200 5555 Bank Danamon Perbankan Ya Basement 1500 8006 SMPN 6 Pendidikan Tidak - 2500 -7 Kimia Farma Komersil Ya Lapangan Parkir 2500 2208 KADIN Pemerintahan Ya Lapangan Parkir 1800 7459 Ruko Komersil Ya Lapangan Parkir 8900 800
10 Ruko 1 Komersil Ya Lapangan Parkir 15000 90011 Karebosi Komersil Ya Basement 40000 13000
56 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Tampak Udara Gedung – gedung disepanjang Jalan Ahmad Yani
57 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Perhitungan daya tampung tiap – tiap gedung berdasarkan standar Satuan Ruang Parkir
No.
Nama Gedung Satuan Ruang Parkir (SRP) berdasarkan fungsi
Daya Tampung tanpa sirkulasi
Daya Tampung Berdasarkan SNI
1 Balaikota 2.30 x 5.00 61 352 Bank BRI 2.30 x 5.00 47 303 Bank Mutiara 2.30 x 5.00 16 74 Polrestabes Makassar 2.30 x 5.00 48 315 Bank Danamon 2.30 x 5.00 70 356 SMPN 6 2.30 x 5.00 - -7 Kimia Farma 2.30 x 5.00 19 108 KADIN 2.30 x 5.00 65 359 Ruko 2.30 x 5.00 70 43
10 Ruko 1 2.30 x 5.00 78 5211 Karebosi 2.50 x 5.00 1040 400
Perhitungan diatas merupakan perhitungan berdasarkan standar ruang parkir yang telah ditetapkan direktorat jenderal perhubungan darat tahun 2008. Khusus untuk karebosi dikarenakan fungsi lahan adalah pusat perbelanjaan / komersil, kendaraaan di karebosi dimasukkan golongan II. Daya tampung tanpa sirkulasi merupakan perhitungan lahan parkir yang tersedia dibagi dengan Satuan Ruang Parkir (SRP) tanpa dikurangi dengan ruang sirkulasi yang telah dituliskan pada buku “Elemen Tata Ruang Kota, tahun 2012”. Setiap 20 kendaraan diharuskan memiliki spasi maksimum 100 meter persegi, jadi pada daya tampung berdasarkan SNI adalah perhitungan daya tampung yang sudah dikurangi dengan spasi sirkulasi 100 meter persegi setiap 20 kendaraaan.
58 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Khusus untuk SMPN 6 dan Kompleks Ruko, jumlah kendaraan mobil yang parkir di sekitaran lahan terlihat padat. Di SMPN 6 tidak terdapat lahan parkir untuk
para penjemput sehingga SMPN 6
59 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
1. Kompleks Ruko
5. Kompleks Ruko 6. Kompleks Ruko
3. Bank Danamon 4. Balaikota Makassar
diduga menjadi penyebab kemacetan di jam – jam tertentu di jalan ahmad yani. Untuk kompleks ruko, lahan parkir yang tersedia berada didepan ruko masing – masing sehingga memadatkan jalur sirkulasi dan menyebabkan kendaraan yang menumpuk di blok – blok ruko tersebut.
Agar kawasan ini terlihat tidak padat dan tidak macet lagi di jam – jam tertentu serta trotoar yang masih sering dipakai parkir kendaraan baik mobil maupun motor. Kami merencanakan untuk membangun tempat parkir terpusat yang tentu nyaman, aman dan terjangkau dari tempat aktifitas masing – masing gedung.
Dengan adanya lahan parkir terpusat, maka kawasan ini dapat menjadi kawasan contoh konsep humanis karena penggunaan trotoar untuk pejalan kaki dapat dimaksimalkan dan penghijauan guna peneduh trotoar dapat dilakukan. Penggunaan kendaraan pun dapat ditekan dalam kasawasan itu.
60 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Peta Analisis Kawasan
61 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
BAB 5. Konsep Perencanaan
Setelah melakukan analasis di kawasan tersebut. Kami melihat kemacetan
disebabkan oleh beberapa kendaraan yang parkir dibadan jalan dan bahkan diatas
trotoar. Serta masyarakat yang bergantung pada kendaraan saat akan melakukan
perpindahan tempat dalam kasawan itu juga dikarenakan trotoar yang tersedia
tentunya tidak mendukung para pejalan kaki seperti tidak adanya peneduh yang
melindungi dari sinar panas matahari disiang hari.
Konsep yang kami angkat tentunya adalah konsep kawasan humanis yang
menekankan pada desain pedestrian. Pembangunan gedung parkir menjadi prioritas
dikarenakan lahan yang sangat terbatas untuk kasawan ini. Hanya terdaapat sedikit
ruang guna lahan parkir. Jadi, pembangunan secara vertikal sangat diutamakan.
Adapun dampak dari ini konsep ini tentunya pengurangan penggunaan kendaraan
dalam kawasan ini dan tentu menghijaukan kawasan ini yang tentunya dapat
menambah taman dalam kota.
Adapun pedestrian menurut :
A. JOHN FRUIN (1979)
Berjalan kaki alat pergerakan internal kota untuk memunuhi kebutuhan interaksi
tatap muka dengan aktivitas Komersil & kultural di lingkungankota.
B. AMOS RAPOPORT (1977)
Kecepatan rendah mengoptimalkan pengamatan lingkungan Sekitar & objek secara
detail serta mudah menyadari lingkungan sekitar.
C. GIDEON, GIOVANY, (1977),
Transportasi yg menghubungkan atara kawasan perdagangan , budaya, pemukiman
sehingga menciptakan lingkungan kota yg manusiawi
62 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
PENEKANAN DESAIN PEDESTRIAN :
Merangkai / membantu keterkaitan antar elemen-elemen kota (urban desain)
Memberikan tekanan pada hubungan antar bangunan dan antar aktivitas
Memperhatikan hubungan antar amenities (eq : antara 'shelter bis' dengan wc
umum atau kios koran/majalah)
Mempertimbangkan kemungkinan perkembangan kota di masa mendatang
Mempertimbangkan keseimbangan 'rasio' dan 'keterkaitan' antara pedestrian
dan jalur kendaraan
Memperhatikan keamanan bagi penggunanya
Mempertimbangkan jumlah pengguna dan lebar minimum serta maksimum
jalur Memperhatikan desain terhadap dukungan aktivitas (activity support),
seperti tempat hiburan, pusat jajan, tempat bersantai, tempat pelayanan jasa,
dan sebagainya
Menekankan pentingnya tanaman, penerangan, tempat duduk dan elemen
lain penunjang kenyamanan pemakai
Mempertimbangkan kemungkinan terjadinya 'shared used hours' melalui
manajemen waktu pemakaian (jam tertentu untuk jalan kendaraan bermotor,
jam tertentu untuk pejalan kaki).
63 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
Gambar Gedung parkir Otomatis Gedung Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo,
Jakarta
64 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar
65 STUDIO 4 PERENCANAAN KOTAKawasan Perkantoran Ahmad Yani, Makassar