fazra raissa wulandari-fdk.pdf

108
PERAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT KELOMPOK USAHA BERSAMA DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI DESA LEBAK WANGI KECAMATAN SEPATAN TIMUR TANGERANG SKRIPSI Di ajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I) Oleh : FAZRA RAISSA WULANDARI NIM: 107054102883 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

Upload: duongkhanh

Post on 09-Feb-2017

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

PERAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT KELOMPOK USAHA BERSAMA

DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI DESA LEBAK WANGI

KECAMATAN SEPATAN TIMUR TANGERANG

SKRIPSI

Di ajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)

Oleh :

FAZRA RAISSA WULANDARI

NIM: 107054102883

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

Page 2: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

PERAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT KELOMPOK USAHA BERSAMA

DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI DESA LEBAK WANGI

KECAMATAN SEPATAN TIMUR TANGERANG

SkripsiDiajukan untuk memenuhi persyaratan

Menempuh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

FAZRA RAISSA WULANDARINIM : 107054102883

Di Bawah Bimbingan

Dr. H. Asep Usman Ismail, MA.NIP. 19600721 199103 1 001

JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

Page 3: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “PERAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT KELOMPOK

USAHA BERSAMA DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI

DESA LEBAK WANGI KECAMATAN SEPATAN TIMUR TANGERANG.”

Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tanggal 16 juni 2011. Skripsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Kesejahteraan Sosial Islam (S.Sos.I)

pada Program Studi Kesejahteraan Sosial.

Jakarta, 16 Juni 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekertasi Merangkap Anggota

Siti Napsiyah, MSW Ahmad Zaky, MSiNIP. 197000903 199603 1 001 NIP. 150411158

Penguji I Penguji II

Drs. Helmi Rustandi, M.Ag Nurhayati Nurbus, MSiNIP. 196012081 988031 005 NIP. 150289775

Pembimbing

Dr. H. Asep Usman Ismail, MA.NIP. 19600721 199103 1 001

Page 4: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu penyataan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 16 Juni 2011

Fazra Raissa Wulandari

Page 5: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

i

ABSTRAK

Fazra Raissa WulandariPeran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama Dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang.

Dimensi kemiskinan dapat diartikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh faktor faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia saat ini dirasakan sudah sangat mendesak dilakukan khususnya bagi keluarga miskin, karena adanya kondisi yang menunjukan beban hidup yang semakin meningkat, pada dasarnya keluarga miskin memiliki kemampuan atau potensi yang ada pada diri mereka sebagai modal dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya walaupun dalam keadaan sangat minim atau terbatas. Oleh karena itu pemerintaah melaksanakan program dan salah satunya KUBE, Adanya KUBE dalam melaksanakan program pemberdayaan keluarga miskin melalui program Kelompok Usaha Bersama pemerintah mempunyai mekanisme pelaksanaan program yaitu adanya Pembina teknis wilayah dengan dukungan anggaran dari APBD, sebagai pekerja sosial masyarakat yang cakupannya sebagai pendampingan tehadap keluarga miskin dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial.

KUBE merupakan dibentuk, tumbuh dan berkembang atas dasar prakarsanya sendiri, saling berinteraksi, antara satu dengan lain dan tinggal dalam satu wilayah tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan prodiktivitas, modal sosial. Jenis kegiatannya adalah pada bidang pertanian, perternakan, perikanan, industri rumah tangga/ kerajinan rakyat, perdagangan danjasa. Adanya KUBE dalam melaksanakan program pemberdayaan keluarga miskin melalui

Salah satunya adalah Kelompok Usaha Bersama “ Monalisa” Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur berdiri pada Tahun 2008 yang dibentuk oleh Dinas Sosial Kabupaten Tangerang. KUBE ini dibentuk dengan latar belakang ingin meningkatkan kesejahteraan atau pengembangan usaha ekonomi keluarga miskin, karena begitu banyaknya pengangguran dan anak-anak putus sekolah yang hanya berdiam diri dan mengakibatkan kemiskinan.KUBE Monalisa Berawal dari pembuatan kue biasa yang dikelola oleh pribadi bergerak pada pembuatan kue kering seperti keripik, peyek, keripik pisang dll, yang berjumlah 10 orang

Dari hasil penelitian bahwa peran pendampingan sangat diperlukan agar KUBE dapat berjalan dan berkembang dengan ditampilkannya pendamping, pendamping adalah seorang pekerja sosial dibidang kemasyarakatan yang perannya meliputi perencana, pembimbing, pemberi informasi, motivator, faslitator dan evaluator. Pendamping bukan seorang penyembuh tetapi adalah seorang pemecah masalah Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara ,observasi, dan studi dokumen, dimana yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Bidang Perencanaan, PSM dan ketua KUBE

Page 6: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirohim

Saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan taufik dan hidayah-Ny, shalawat serta salam kita curahkan kepada

junjungan NABI kita NABI MUHAMMAD SAW, serta keluarganya, para

sahabatnya. Tanpa ijin-mu takkan ku mampu menyelesaikan skripsi ini.

Kau memberikan kesehatan dalam setiap napasku, Kau memberikan

kemudahan dalam setiap sulitkan, Kau memberikan kebahagian dalam setiap

tangisku. Ya Rabb, kekhawatiranku tak terjadi, karena Kau telah

menyelamatkanku dalam penyelesaian skripsi ini. Kini, akankah ku mampu

mempertanggungjawabkan semuanya.

Penulis menyadari bahwa karya tulus ini jauh dari kategori sempurna,

sekalipun penulis telah berusaha untuk melakukan yang terbaik. Dengan penuh

kerendahan hati, penulis membuka diri untuk menerima masukan dan kritik demi

perbaikan skripsi dan sebagai bahan evaluasi serta intropeksi diri.

Perjalan penulis dari awal pencaharian tempat, penyusunan dan

penyelesaian karya tulis ini pun tidak luput dari orang-orang yang memberikan

do’a, motivasi, arahan serta kontribusi guna menyelesaikan karya tulis menjadi

sebuah bentuk skripsi. Karena itu, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan

seuntai ucapan terima kasih yang diiringi do’a penuh harap, semoga Allah

mendengarkan dan memberikan harapan yang terbaik kepada jiwa-jiwa tersebut.

1. Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

iii

2. Siti Napsiyah Arifuzzaman, MSW. Selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan

Sosial.

3. Ahmad Zaky, M.Si. Selaku Sekretaris jurusan Kesejahteraan Sosial.

4. Bapak Dr. H. Asep Usman Ismail, MA., Dosen pembimbing skripsi yang

telah banyak memberikan inspirasi dan meluangkan waktunya serta

banyak memberikan masukan kepada penulis mengenai penelitian yang

telah penulis kerjakan semoga Allah memberikan kesehatan kepada beliau

serta membalas segala amal ibadah beliau. Semoga anakmu ini bisa

mengamalkan ilmunya dengan baik. Amien

5. Bapak/Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya

dosen Jurusan Kesejahteraan Sosial.

6. Seluruh pegawai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khusunya pegawai

perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi serta pegawai

Perpustakaan Utama yang telah memberikan kemudahan kepada penulis

dalam mencari buku yang penulis perlukan.

7. Untuk kedua orang tuaku tercinta, Ayah tercinta (Drs. Udin Syamsudin)

dan Mamah tercinta (Siti Napiyah), yang selalu sabar dalam

membesarkanku, memberikan kasih sayang dan cinta yang tiada hentinya.

Selalu ada bersamaku dan disampingku selalu, terima kasih atas semua

doa untukku, semoga semua harapan dan cita-citaku tercapai untuk

membahagiakanmu. Tak lupa pula, adik-adik tercinta (Fahmi Ilham

Arjanggi), (Nia Amalia Baried), dan (Laily Intan Cahaya), yang selalu

memberikan keceriaan untukku.

Page 8: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

iv

8. Dinas Sosial Kabupaten Tangerang, khususnya Pak Peter, Pak Ade yang

tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas semua dukungan

dan motivasi kalian selama ini.

9. Pendamping Kelompok Usaha Bersama khususnya, Terima kasih untuk

Pak Subur yang membantu dalam penelitian ini.

10. Anggota Kelompok Usaha Bersama, khususnnya Ibu Farida selaku ketua

KUBE yang membantu memperlancar penelitian semoga saya bisa

bermanfaat untuk masyarakat di Desa Lebak Wangi.

11. Kawan-kawan Kessos, khususnya angkatan 2007 terima kasih atas

motivasi dan dukungannya yang selalu ada disetiap duka dan suka dan

yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

12. Untuk alumni Ponpes Assiddiqyah dan teman-teman alumni terima kasih

semua doa-doa kalian.

13. Terima kasih untuk ( MRS ) semoga kita akan selalu bersama. Amien.

14. Tak lupa semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya, namun penulis

sangat mengucapkan terima kasih semoga Allah SWT membalas

kebaikan-kebaikan kalian.

Jakarta, 16 Juni 2011

Page 9: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................8

D. Metodelogi Penelitian ..........................................................10

E. Tinjauan Pustaka .................................................................13

F. Sistematika Penulisan ..........................................................15

BAB II LANDASAN TOERI

A. Peran ...................................................................................16

1. Pengertian Peran ............................................................16

B. Pekerja Sosial Masyarakat ...................................................18

1. Pengertian Pekerja Sosial Masyarakat ............................18

2. Peran Pekerja Sosial Masyarakat ....................................20

3. Kegiatan Pekerja Sosial Masyarakat ...............................22

C. Kelompok Usaha Bersama....................................................23

1. Pembentukan Kelompok Usaha Bersama .......................23

2. Tujuan Kelompok Usaha Bersama ..................................24

3. Kelembagaan Kelompok Usaha Bersama .......................26

Page 10: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

vi

D. Pemberdayaan .....................................................................28

1. Pengertian Pemberdayaan ...............................................28

2. Strategi Pemberdayaan ..................................................29

3. Tahapan Pemberdayaan ..................................................31

E. Keluarga Miskin ..................................................................34

1. Pengertian Keluarga Miskin ..........................................34

2. Indikator Keluarga Miskin .............................................36

BAB III GAMBARAN UMUM KELOMPOK USAHA BERSAMA

MONALISA

A. Gambaran Umum Desa Lebak Wangi

1. Sejarah Desa Lebak Wangi .............................................38

2. Sejarah Pemerintahan Desa ............................................39

3. Kondisi Geografi ............................................................39

4. Kondisi Demografi .........................................................41

5. Kondisi Sosial ................................................................41

6. Kondisi Ekonomi ..........................................................42

B. Kelompok Usaha Bersama ...................................................43

1. Profil Kelompok Usaha Bersama ....................................43

2. Visi, Misi dan tujuan KUBE Monalisa ...........................44

3. Kegiatan KUBE Monalisa ..............................................45

4. Sturuktur KUBE Monalisa .............................................46

Page 11: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

vii

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS

A. Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha

Bersama di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur

Tangerang ...........................................................................48

B. Kegiatan Pekerja Sosial Masyarakat KUBE dalam

Pemberdayaan Keluarga Miskin ..........................................61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................63

B. Saran ...................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang senantiasa

hadir di tengah tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang.

Kemiskinan senantiasa menarik perhatian berbagai kalangan, baik para

akademisi maupun para praktisi. Berbagai teori, konsep dan pendekatan pun

terus dikembangkan untuk menyibak tirai dari misteri kemiskinan ini. Di

Indonesia, masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa

relevan untuk dikaji terus menerus. Ini bukan saja karena masalah kemiskinan

telah ada sejak lama tetapi kemiskinan masih hadir di tengah-tengah kita saat

ini1. Kemiskinan merujuk pada kekurangan jaringan dan struktur sosial yang

mendukung dalam mendapatkan kesempatan-kesempatan peningkatan

produktivitas. Dimensi kemiskinan ini juga dapat diartikan sebagai

kemiskinan yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat seperti

faktor internal dan eksternal.2

Oleh karena itu peningkatan kesejahteraan rakyat di Indonesia saat ini

dirasakan sudah sangat mendesak dilakukan khususnya bagi keluarga miskin,

karena adanya kondisi yang menunjukan beban hidup yang harus ditanggung

oleh keluarga miskin yang semakin meningkat, pada dasarnya keluarga miskin

memiliki kemampuan atau potensi yang ada pada diri mereka sebagai modal

1 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat ( Bandung : Refika Aditama, 2005 ), h. 131.

2 Ibid., h. 135.

Page 13: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

2

dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya walaupun dalam keadaan

sangat minim atau terbatas.3

Terlihat bahwa beban hidup yang ditanggung oleh keluarga miskin

sangat berat terlebih lagi keperluan hidup sangat besar, kita bisa lihat bahwa

jumlah keluarga miskin di Kabupaten Tangerang masih berada di atas rata-

rata yang harus ditangani, meski sedikit berkurang jumlah keluarga miskin

di Kabupaten Tangerang, tetapi membutuhkan penanganan yang sangat

serius. Tingginya harga kebutuhan dan rendahnya daya beli masyarakat

menjadi salah satu pemicu adanya keluarga miskin. Dinas Kesejahteraan

Sosial Kabupaten Tangerang mencatat jumlah keluarga miskin tahun 2009

sebanyak 177.729 KK, dan 2010 sebanyak 165.512 KK.4

Bersumber Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Tangerang ada 36

kecamatan di Kabupaten Tangerang yang jumlah kemiskinannya tertinggi,

yang berada di wilayah Pantai Utara Tangerang, seperti Kecamatan Teluk

Naga dengan jumlah 20.508 Kepala keluarga, Rajeg 11.624 KK, Paku Haji

10.905 KK, dan Kresek 8.892 KK5, yang jumlah pendapatan adalah Rp

175.000 perbulan, yang sampai saat ini keadaannya sangat memprihatinkan.

Banyaknya keluarga miskin yang ada pada saat ini karena adanya

masalah yang dihadapi keluarga miskin seperti: menghadapi penghasilan

rendah dibawah garis kemiskinan dan dapat diukur dari tingkat pengeluaran

3 Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat

Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro 2004, h.11

4 Dinas Sosial Kabupaten Tangerang, Buku Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Kemampuan Bagi Pendampingan Sosial dan BKM 2010, h.9

5 Dinas Sosial Kabupaten Tangerang, Laporan Realisasi Kegiatan Pembangunan Bidang Urusan Sosial 2009, h.5

Page 14: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

3

per-orang-per bulan berdasarkan standar BPS per wilayah propinsi dan

kabupaten/kota, tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu

anggota keluarga yang sakit, tidak mampu membianyai pendidikan dasar 9

tahun bagi anak-anaknya dan rumah yang tidak layak huni6.

Sehingga dapat kita lihat bahwa keluarga miskin berhak memperoleh

pelayanan kesejahteraan sosial atau peningkatan untuk kehidupan sehari-hari

karena keluarga miskin termasuk penyandang masalah kesejahteraan sosial

(PMKS) yang membutuhkan penanganan yang sungguh-sungguh, terpandu

secara lintas sektor dan berkelanjutan7. Pemenuhan taraf kesejahteraan

keluarga miskin perlu diupanyakan mengingat sebagian besar belum mencapai

taraf kesejateraan sosial.

Dalam hal ini Departemen Kementerian RI telah merancang dan

mengimplemtasikan program penanganan kemiskinan melalui beberapa jenis

program seperti: Proyek Bantuan Kesejahteraan Sosial (BKS), Program

Kesejanteraan Sosial KUBE (Prokesos KUBE), Program Bantuan Sosial Fakir

Miskin (BSFM) dan lain-lain diseluruh propinsi dengan sasaran keluarga

miskin, baik di perkotaan dan pedesaan.8

Melalui program inilah pemberdayaan keluarga miskin dirancangkan

guna untuk mengurangi terjadi peningkatan yang besar, dalam konteks

pembangunan kesejahteraan sosial berarti peningkatan kapasitas (Capacity

6 Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat

Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro, h.15.

7 Ibid., h.1.8 Joyakin Tampubolon, (ed)., Implementasi Program Pemberdayaan Fakir miskin,

(Jakarta : Puslitbang Kesejahteraan Sosial-Departement Sosial, 2007), h.1.

Page 15: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

4

Building) agar para penerima pelayanan sosial memiliki kemampuan dan

kepercayaan diri dalam memenuhi kebutuhan dasar.9

Pemberdayaan memiliki konteks yang luas begitu banyaknya program

pemberdayaan yang guna meningkatkan taraf hidup masyarakat seperti

pemberdayaan sosial, kesehatan dan ekonomi melalui intervensi mikro dan

makro. Pemberdayaan berguna untuk mengembangkan klien dari keadaan

tidak atau kurang berdaya mempunyai daya guna mencapai kehidupan untuk

lebih baik.10

Usaha mengatasi penanggulangan keluarga miskin melalui

pemberdayaan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah melaui berbagai

program yang telah ada. Salah satu dari program tersebut adalah program

pengembangan usaha ekonomi produktif melalui kelompok usaha bersama

(KUBE). Program ini ditujukan untuk meningkatkan motivasi keluarga miskin

untuk lebih maju, meningkatkan interaksi dan kerjasama dalam kelompok,

mendayagunakan potensi sumber sosial ekomoni lokal keluarga miskin, dan

memperkuat budaya kewirausahaan.

Program ini diharapkan menjadi lokasi program untuk menyediakan

kontribusi pendanaan, untuk meningkatkan motivasi keluarga miskin supaya

maju, meningkatkan interaksi dan kerjasama dalam kelompok keluarga

miskin, mendayagunakan potensi sumber sosial ekonomi lokal, memperkuat

9 Artikel di Akses pada 27 Maret 2011 dari http://www.banjar-jabar.go.id/index10 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komunitas ( Jakarta :Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003 ) ,h.53

Page 16: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

5

budaya kewirausahaan, dan mengembangkan ekonomi pasar dan menjalin

kemitraan sosial ekonomi dengan pihak yang terkait.11

Kegiatan usaha ekonomi produktif yang dikembangkan meliputi

bidang pertanian, perternakan, perikanan, industri rumah tangga, jasa dan

kegiatan ekonomi lainnya, kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pemberian

bantuan modal usaha, sarana prasarana ekonomi dan santunan hidup yang

disalurkan secara langsung atau melalui mekanisme perbankan.

Pengembangan KUBE yang ditujukan untuk mewujudkan kemandirian usaha

ekonomi keluarga miskin, meningkatkan tanggung jawab sosial dunia usaha

dalam penanggulangan kemiskinan.

Dalam Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 84/HUK/1997 tentang

Pelaksanaan Pemberian Bantuan Sosial Keluarga Miskin, dan untuk

Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial lintas Kabupaten/

Kota yang mengaju pada pasal 10 UU No 32 tahun 200412, maka

pemberdayaan untuk keluarga miskin dapat dilaksanakan.

Dalam melaksanakan program pemberdayaan keluarga miskin melalui

program Kelompok Usaha Bersama pemerintah mempunyai mekanisme

pelaksanaan program yaitu adanya Pembina teknis wilayah dengan dukungan

anggaran dari APBD, sebagai pekerja sosial masyarakat yang cakupannya

sebagai pendampingan yang disebut sebagai pekerja sosial masyarakat,

tehadap keluarga miskin dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial.

11 Departement Sosial RI, Direktorat Jendral Pemberdayaan Sosial, Pemberdayaan Fakir

Miskin 2006, h.1.12 Departement Sosial RI, Panduan Operasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin

2005, h. 39.

Page 17: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

6

Pekerja sosial dibentuk dan ditentukan oleh ketua tim Pembina (Bupati/

Walikota)13. Pekerja sosial berguna untuk memecahkan masalah dan

mengembangkan KUBE agar dapat dilaksanakan dengan baik berjalan dengan

lancar dan KUBE dapat tumbuh, maju dan mandiri. Karena pendamping

adalah pemandu yang mempengaruhi segala aktifitas KUBE.14

Dalam tataran pelaksanaan terkadang antara teori dan pelaksanaan

pekerja sosial di lapangan kurang begitu berjalan dengan baik, dikarenakan

banyak yang tidak bisa membedakan bagaimana menjadi pekerja sosial

profesional atau sebagai relawan di bidang sosial, sehingga dalam pelaksanaan

di lapangan kurang begitu berjalan lancar. Oleh sebab itu keberhasilan dalam

penanganan permasalahan dalam pemberdayaan keluarga miskin harus

diperlukan tenaga pekerja sosial yang cakupannya sebagai pendamping sosial

yang menguasai disiplin ilmu kesejahteraan sosial.

Kondisi emperik menunjukkan bahwa pendamping sosial, baik

pemerintah maupun masyarakat, baik di pusat maupun di daerah ada yang

berlatar belakang pekerja sosial professional. Pekerja sosial professional

memiliki kriteria antara lain tingkat pendidikan minimal adalah sarjana (S1)

atau Diploma IV, mempunyai pengalaman minimal 2 tahun dalam

pendampingan sosial atau pengembangan masyarakat (community

deveploment), mempunyai wawasan dan pengetahuan tentang pembangunan

kesejahteraan sosial, mempunyai pengetahuan dan keterampilan pekerja sosial

yang diperoleh melalui pendidikan formal dan non formal, mempunyai

13 Ibid., h. 41.14 Departement Sosial RI, Modul Pendampingan Sosial Program Pemberdayaan Fakir

Miskin Melalui Mekanisme Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial ( P2FM- BLPS) 2009, h.93.

Page 18: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

7

pengetahuan dan keterampilan di bidang lembaga dan keuangan mikro, dan

mempunyai kemampuan manajerial.15

Pekerja sosial professional tergabung dalam Ikatan Pekerja Profesional

Indonesia (IPSPI) yang merupakan landasan untuk memutuskan persoalan-

persoalan etika, apabila perilaku pekerja sosial professional dinilai

menyimpang dari standar perilaku etis dalam melaksanakan hubungan-

hubungan profesionalnya dengan kelayakan, kolega, profesi dan dengan

masyarakat16.

Sehingga, pekerja sosial professional diharapkan menciptakan sinergi

yang harmonis dan efektif dalam mencapai tujuan pembangunan dan

pelayanan kesejahteraan sosial, khususnya untuk tenaga kesejahteraan sosial

masyarakat yang dijadikan sebagai pendamping sosial17.

Pekerja sosial diharapkan sebagai agen perubah yang turut terlibat

membantu memecahkan persoalan yang ada khususnya dalam pemberdayaan

keluarga miskin. Berdasarkan masalah di atas diperlukan penelitian apakah

pendamping sosial sudah berperan secara optimal dalam pemberdayaan

masyarakat. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti subyek di atas

dengan judul.

“Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

Dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi

Kecamatan Sepatan Timur Tangerang.

15 Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat

Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro, h.111.

16 Artikel di akses pada tanggal 06 april 2011 dari http://ichwanmuis.com/?p=170817Departement Sosial RI, Modul Pendampingan Sosial Program Pemberdayaan Fakir

Miskin Melalui Mekanisme Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial ( P2FM- BLPS), h.1.

Page 19: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

8

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penulisan ini menjadi terarah dan mempunyai titik fokus yang

jelas, maka penulis membatasi penelitian ini pada peran Pekerja Sosial

Masyarakt dengan pembatasan yang hanya meliputi peran sebagai

perencana, peran pembimbing, peran sebagai pemberi informasi, peran

sebagai motivator, peran sebagai fasilitator, dan peran sebagai evaluator.

Yang penelitiannya sejak tanggal 31 Maret 2011 - 31 Mei 2011

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah serta eksplorasi permasalahan

pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

a. Bagaimana Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama

(KUBE) dalam pemberdayaan keluarga miskin di Desa Lebak Wangi

Kecamatan Sepatan Timur Kabupaten Tangerang ?

b. Bagaimana Kegiatan Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha

Bersama (KUBE) dalam pemberdayaan keluarga miskin Desa Lebak

Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Tujuan Umum :

Untuk mengetahui peran pendamping kelompok usaha bersama

(KUBE) dalam pemberdayaan keluarga miskin

Page 20: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

9

b. Tujuan Khusus :

Mendeskripsikan proses pekerja sosial masyarakat dalam

pemberdayaan keluarga miskin.

2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Manfaat Akademis

1) Memberikan sumbangan pengetahuan peran dan tugas

pendampingan sosial dan proses pelaksanaan dalam pemberdayaan

keluarga miskin.

2) Memberikan sumbangan pengetahuan dan proses pelaksanaan

pendampingan sosial keluarga miskin untuk meningkatkan

kompetensi di bidang pemberdayaan masyarakat

3) Menjadi bahan pijakan untuk penelitian selanjutnya.

b. Manfaat Praktisi

1) Memberikan masukan dan saran untuk para praktisi pemberdayaan

keluarga miskin baik yang aktif di lembaga pemerintahan maupun

swadaya masyarakat (LSM).

2) Merupakan masukan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut,

khususnya penelitian terapan yang berkaitan dengan permasalahan

pemberdayaan keluarga miskin.

3) Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan dalam

lingkup kesejahteraan sosial.

Page 21: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

10

D. Metodelogi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualiltatif, yaitu metode

penelitian yang dihasilkan dari data-data yang dikumpulkan dan berupa

kata-kata dan merupakan suatu penelitian alamiah. Bogdan dan taylor

mendefinisikan metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskritif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari

orang-orang perilaku yang diamati.18

2. Macam dan Sumber Data

a. Data primer adalah data yang belum tersedia sehingga untuk

menjawab masalah penelitian, data harus diperoleh dari sumber aslinya

atau data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

sumber asli, yaitu dari Bidang Perencanaan 1 orang, Tenaga Pekerja

Sosial Masyarakat 1 orang, Ketua KUBE 1 orang.

b. Data sekunder adalah Data ini merupakan data yang diperoleh dari

catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian maupun

instansi yang terkait lainya. Data sekunder ini penulis peroleh dari

profil KUBE, dan profil Desa Lebak Wangi 2011-2011.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Istilah observasi berasal dari bahasa latin yang berasal dari

bahasa latin yang berarti “melihat” dan “memperhatikan19. Observasi

18 Lexi. J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2007),hal. 4.19 Tristiadi Ardi, Observasi dan wawancara,( Malang : Bayumedia Publishing, 2003),

h.1.

Page 22: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

11

Merupakan salah satu cara penelitian pada ilmu-ilmu sosial, cara ini

bisa hemat biaya dan dapat dilakukan oleh seorang individu dengan

menggunakan mata sebagai alat melihat data serta menilai lingkungan

yang dilihat.

Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan langsung,

mengamati dan mendengarkan dalam rangka memahami, mencari

jawaban dan mencari bukti atas bagaimana Peran Pendamping Dalam

Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan

Sepatan Timur Tangerang.

b. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan

tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik, dan

berlandaskan kepada tujuan penyelidik20. percakapan dengan maksud

tertentu untuk mendapatkan data yang kongret dari hasil pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan. Dalam wawancara ini yang dilakukan

penulis untuk mengumpulkan data yakni dengan cara mengajukan

pertanyaan kepada pendamping dan anggota kube

c. Studi dokumentasi

Mencari data-data yang tertulis, baik berupa buku, jurnal

ataupun yang lainnya. Tehnik ini dilakukan dengan cara

mengkatagorisasi kemudian mempelajari bahan-bahan tertulis yang

berhubungan dengan masalah penelitian dan mengambil data atau

informasi.

20 Ibid., h.63

Page 23: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

12

4. Teknik Analisis Data

Setelah data yang di perlukan terkumpul, langkah selanjutnya

adalah menyusun data secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah

dan tujuan penelitian. Dalam melakukan analisi dan penulis menggunakan

metode deskriptif yaitu teknik analisis data dimana penulis terlebih dahulu

memaparkan semua data yang diperoleh mengenai, segala bentuk pekerja

sosial masyarakat ataupun aktifitas KUBE.

5. Keabsahan Data

Teknik Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki

kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria kredebilitas (derajat kepercayaan), yaitu kriterium ini dapat

menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan

memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data tersebut untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Triagulasi)21,

hal ini dicapai dengan jalan (1) membandingkan dokumen dokumen

yang berhubungan dengan KUBE Monalisa dengan hasil data

wawancara binaan KUBE Monalisa. (2) membandingkan antara

jawaban yang diberikan oleh pekerja sosial masyarakat dengan

angggota KUBE mengenai program Kelompok Usaha Bersama.

b. Kriterium kepastian, menurut Scriven ( dalam Lexy, 2004) yaitu masih

ada unsur “ kualitas yang melekat pada konsep objektivitas. Hal itu

digali dari pengertian bahwa jika sesuatu objektif, berarti dapat

21 Lexy. J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosydakarya,

2004), Cet. Ke-20, h. 330

Page 24: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

13

dipercaya, factual dan dapat dipastikan22. Dalam penelitian ini, peneliti

membuktikan data-data ini terpercya yaitu dengan data-data yang di

dapat dari rekaman hasil wawancara terhadap penelitian. Adapun dari

segi faktual, adalah melihat program yang diteliti, yaitu program

kelompok usaha bersama dalam pemberdayaan keluarga miskin yang

dilaksanakan oleh pekerja sosial masyarakat yang berperan sebagai

pendamping sosial. dalam hal ini peneliti dapat memastikan, bahwa

kepastian program KUBE dengan adanya peran pekerja sosial

masyarakat melalui rekaman hasil wawancara.

6. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai sejak tanggal 31 Maret 2011 dan

penelitian berakhir pada 31 Mei 2011. Adapun tempat peneltian ini di

KUBE MONALISA di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur

Tangerang.

7. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini mengacu kepada Buku Hamid Nasuhi,

dkk, pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi),

(CeQDA-UIN Jakarta, 2007) Cet. Ke.-1.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum peneliti mengkaji tulisan ini, ada beberapa karya ilmiah yang

berbentuk skripsi dan pembahasannya sangat dekat dengan tema yang penulis

angkat dalam skripsi ini, antra lain :

22 Ibid, h.326

Page 25: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

14

1. Hasil peneliti Hilda Avisha, dengan judul pendampingan program

kemitraan pada tanggung jawab sosial perusahaan PT. Aneka Tambang,

Tbk di wilayah Jakarta selatan, (Jakarta : UIN,2009). Pembahasan dalam

skripsi tersebut menjelaskan tentang bagaimana Proses pendampingan dan

faktor-faktor penghambat dalam menjalankan pendampingan di PT. Aneka

Tambang, Tbk .

2. Hasil penelitian winny widayana, dengan judul pendampingan usaha

produktif melalui mediator pemandirian Program gerakan Masyarakat

masndiri (GMM) Pemda Kab. Bogor di Desa Pasir Gaok Bogor (studi

kasus pada kelompok silih asih 1, kelompok silih asih 3 dan kelompok

Prayoga), (Jakarta : UIN, 2008). Pembahasan dalam skripsi tersebut

menjelaskan mengenai proses pendampingan dengan menjabarkan

tahapan-tahapan pendampingan usaha produktif yang di laksanakan oleh

pemda Kab. Bogor terhadap tiga kelompok binaan di Desa Pasir Gaok

serta faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung. Dari skripsi

itulah peneliti mencoba membahas peran pendamping dan kegiatan

pendamping yang di lakukan Tenaga Kesejahteraan Sosial kecamatan dan

pekerja Sosial Masyarakat yang menjalankan kepedulian sosialnya, dan

karena itulah peneliti mengangkat skripsi yang berjudul Peran

Pendamping Kelompok Usaha Bersama Dalam Pemberdayaan Keluarga

Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang.

Namun demikian, peneliti tidak menafikan diri bahwa hasil dari karya

ilmiyah di atas memberikan inspirasi bagi peneliti untuk mengangkat skripsi

yang bertema Peran Pendamping Kelompok Usaha Bersama Dalam

Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan

Timur Tangerang.

Page 26: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

15

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini penulis membagi

dalam lima bab, yaitu :

BAB I : Membahas Tentang Latar Belakang Masalah, Fokus dan Masalah,

Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitian dan Sistematika

Penulisan

BAB II : Membahas Kerangka Teori Peran Pendamping KUBE Meliputi :

Pengertian Peran, Pengertian Pendamping KUBE, Peran Pendamping KUBE,

Tugas Pendamping KUBE, Prose Pendamping KUBE, Pembentukan KUBE,

Tujuan KUBE, Kelembagaan KUBE, Pengertian Pemberdayaan, Strategi

Tahapan Pemberdayaan, Pengertian keluarga miskin, Indikator Keluarga

Miskin

BAB III : Gambaran Umum Pendamping Kube Monalisa Profil KUBE, Visi,

Misi dan Tujuan KUBE, Kegiatan Pemasaran KUBE, Struktur Organisasi

KUBE, Gambaran umum KUBE, Sejarah Pemerintahan Desa, Kondisi

geografis, Kondisi Sosial, Kondisi Demografi, Kondisi Ekonomi

BAB IV : Menjelaskan Tentang Analisis Peran Pendamping Kube Dalam

Pemberdayaan keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan

Timur Kabupaten Tangerang meliputi Tentang Peran Pendamping Kube dalam

Pemberdayaan keluarga Miskin, meliputi : Analisi Peran Pendamping Kube,

dan tahapan kegiatan Pendamping KUBE.

BAB V: Penutup Yang Meliputi Kesimpulan dan Saran-Saran.

Page 27: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Peran

1. Pengertian Peran

Peran dan kedudukan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain,

tak ada peran tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peran. Sebagaimana

halnya peran berasal dari kata peranan (role) merupakan aspek dinamis

kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan

kewajibannya. Peran juga mempunyai dua arti yaitu setiap orang

mempunyai macam-macam peran yang berasal dari pola-pola pergaulan

hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peran menetukan apa yang

diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan kesempatan apa yang

diberikan oleh masyarakat kepadanya.1

Pentingnya peran karena peran mengatur perilaku seseorang, peran

menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan

perbuatan-perbuatan orang lain. Orang yang bersangkutan akan dapat

menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku orang-orang

sekelompoknya.

Peran yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan

posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam

masyarakat yaitu (social-position) merupakan unsur statis yang lebih

1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994),

h. 268.

Page 28: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

17

banyak menunjuk pada fungsi, penyesuian diri dan sebagai masyarakat

serta menjalankan suatu peran2. Peran mungkin mencangkup tiga hal,

yaitu :

a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan

rangkaian peran-peran yang membimbing seseorang dalam kehidupan

kemasyarakatan.

b. Peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi

c. Peran juga dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat.

Dalam skripsi ini penulis melihat peran yang digunakan dalam

penelitian adalah peran yang meliputi norma-norma yang dihubungkan

dengan posisi tempat seseorang dalam masyarakat karena seseorang yang

mempunyai kedudukan dalam sruktur masyarakat dapat mempertanggung

jawabkan tugas atau fungsinya dengan baik

Oleh karena itu dapat menyesuaikan dirinya agar masyarakat

melihat bahwa seseorang yang mempunyai peran dapat membimbing

masyarakat tanpa mencari keuntungan semata dan imbalan. Seseorang

yang mempunyai peran bekerja hanya untuk memberikan pelayanan dan

dapat membangun komunikasi dengan menghormati harkat-martabat dan

harga diri masyarakat.

2 Ibid., h.269-270.

Page 29: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

18

B. Pekerja Sosial Masyarkat

1. Pengertian Pekerja Sosial Masyarakat

Pekerja sosial merupakan satu strategi yang sangat menentukan

keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan prinsip

keberhasilan pekerja sosial, yakni “membantu orang agar mampu

membantu dirinya sendiri”. Peran seorang pekerja sosial seringkali

diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan sebagai

penyembuh atau pemecah masalah (problem solver) secara langsung, oleh

karena itu pekerja sosial sebagai agen perubah yang turut terlibat

membantu memecahkan persoalan dalam pemberdayaan masyarakat.3

Pekerja sosial adalah suatu proses menjalin relasi sosial antara

pendampingan dengan dan masyarakat sekitarnya, dalam rangka

memecahkan masalah, memperkuat dukungan, mendayagunakan berbagai

sumber atau potensi dalam pemenuhan kebutuhan hidup, serta

meningkatkan akses anggota pelayanan sosial dasar, lapangan kerja, dan

fasilitas pelayanan publik lainnya4. Pekerja Sosial dipersiapkan dengan

baik agar memiliki kemampuan untuk memfasilitasi anggota dengan baik.5

Agar menjadi terarah dalam pemberdayaan masyarakat perlu

adanya tujuan yang sebagaimana dikemukakan oleh Gunawan6 bahwa

tujuan pekerja sosial adalah :

3 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat ( Bandung : Refika

Aditama, 2005), h.93.4 Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat

Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro 2004, h.7.

5 Ibid., h. 1016 Gunawan Sumodiningrat, Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa ( Jakarta : Elex Media

Komputindo. 2009), h.106

Page 30: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

19

a. Meningkatkan motivasi kemampuan dan peran anggota dalam

mencapai kualitas hidup dan kesejahteraan anggotannya.

b. Meningkatkan kemampuan yang didampingi dalam menemukali

permasalahan dan potensi sumber daya sosial dan ekonomi yang ada di

lingkungannya.

c. Meningkatkan kemampuan dalam hal merencanakan melaksanakan,

mengevaluasi usaha ekonomi produktif, termasuk dalam penyusunan

proposal pengembangan usaha.

d. Meningkatkan kemampuan dalam mempertanggung jawabkan

pemanfaatan dana bantuan untuk usaha ekonomi produktif dengan

membuat pembukuan sederhana dalam meningkatkan akses keuangan.

Selain itu pekerja sosial dalam melaksanakan keberfungsian

pekerja sosial dalam masyarakat dilihat dari beberapa strategi pekerja

sosial antara lain:7

a. Meningkatkan kemampuan orang dalam menghadapi masalah yang

dialaminya

b. Menghubungkan orang dengan sistem dan jaringan sosial yang

memungkinkan mereka menjangkau atau memperoleh berbagai

sumber, pelayanan dan kesempatan

c. Meningkatkan kinerja lembaga-lembaga sosial sehingga mampu

memberikan pelayanan sosial secara efektif, berkualitas dan

berperikemanusiaan

7 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h.21.

Page 31: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

20

d. Merumuskan dan mengembangkan perangkat hukum dan peraturan

yang mampu menciptakan situasi yang kondusif.

Dalam hal ini, pendamping mengajak masyarakat untuk bekerja

bukan berdasarkan kebutuhan apa yang dirasakan oleh pekerja sosial saja,

tetapi diawali dari kebutuhan apa yang memang dirasakan oleh masyarakat.

Pendamping tidak dapat memaksakan untuk melibatkan masyarakat pada

sesuatu yang mereka belum siap.

2. Peran Pekeja Sosial

Dalam melaksanakan fungsi, tugas dan kegiatan Pekerja Sosial

dalam melakukan pendamping sosial dapat menjalankan peran yang

meliputi : Perencana, Pembimbing, Pemberi Informasi, Motivator,

Fasilitator dan Evaluator.8

a. Perencana

Perencana memerlukan visi Berorientasi ke depan sebagai

kekuatan pendorong dalam mengembangkan potensi dan peningkatan

kemampuan. Pendamping sosial sebagai perencana bertugas

menetapkan tujuan dan merumuskan perencanaan yang efektif, dengan

terlebih dahulu memperoleh gambaran awal tentang sruktur sosial-

ekonomi aktual masyarakat yang dapat mempengaruhi upaya

pemberdayaan yang akan dilaksanakan.

8 Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosia Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejateraan

Sosial Departement Sosial RI, Modul Pendampingan Sosial Program Pemberdayaan Fakir Miskin Melalui Mekanisme Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial, 2009, h. 107.

Page 32: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

21

b. Pembimbing

Sebagai pembimbing, pendamping sosial dituntut kemampuan dan

keterampilan untuk mengajak, mengarahkan, dan membina sehingga

mengerti, memahami, dan melaksanakan hasil bimbingan secara aktif

dalam melaksanakan aktivitas sosial ekonominya.

c. Pemberi Informasi

Pendamping sosial memberikan penjelasan tentang gambaran

umum program pemberdayaan, manfaat melakukan usaha ekonomi

produktif dengan cara mengembangkan kegiatan sosial, ekonomi, dan

kelembagaan, cara memanfaatkan lembaga keuangan mikro, dan

sebagainnya.

d. Motivator

Pendamping sosial memberikan rangsangan dan dorongan

semangat kepada anggota, sehingga mereka dapat mengenali masalah

dan kekuatan yang dimilikinya. Pendamping sosial dapat memunculkan

parisipasi, sehingga diharapkan dapat merubah sikap, pola pikir, dan

dapat mengembangkan potensinya melalui upaya pemberdayaan yang

dilaksanakan

e. Fasilitator

Pendamping sosial memberikan kemudahan baik berupa barang,

peralatan, maupun ketentuan, sehingga membantu meningkatkan

kemampuan melaksanakan berbagai kegiatan sosial, ekonomi, dan

kelembagaan, serta mengatasi berbagai kendala dan masalah.

Page 33: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

22

Fasilitator sebagai penanggung jawab untuk membantu klien menjadi

mampu menangani teakanan situasional atau transisional.

Pengertian pada fasilitator yang didasari oleh visi pekerja sosial

bahwa “setiap perubahan terjadi pada dasarnya dikarenakan oleh

adanya usaha-usaha klien sendiri, dan peran pekerja sosial adalah

memfasilitasi atau memungkinkan klien mampu melakukan perubahan

yang ditetapkan dan disepakati bersama.

f. Evaluator

Pendamping sosial dapat memberikan penilaian, saran dan

masukan, tentang pilihan mana yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Disamping itu, pendamping dapat memberika penilaian terhadap

keseluruhan program guna meningkatkan kualitas program

pendampingan sosial.

3. Kegiatan Pekerja Sosial

Kegiatan pendampingan sosial merupakan serangkaian kegiatan

yang saling berhubungan dan mempengaruhi satu dengan yang lain.

Keberhasilan atau kegagalan suatu tahap kegiatan akan mempengaruhi dan

dipengaruhi oleh proses ini yaitu:9

a. Menumbuhkan Kepercayaan

Proses ini adalah kegiatan yang terencana dalam membantu klien

dengan cara menciptakan hubungan pribadi dengan para tokoh

9 Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat

Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro, 2004, h. 121

Page 34: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

23

masyarakat, seperti : tokoh agama, tokoh adat,dan pihak-pihak yang

terkait dilingkungan mereka.

b. Menciptakan Kesepakatan

Proses kegiatan terencana dalam membantu klien memastikan

kesediaan mereka menerima pendamping sosial dalam membantu

melaksanakan kegiatan dibidang sosial ekonomi, kelembagaan

c. Membentuk tim kerja kelompok

Proses kegiatan yang terencana dalam membantu klien guna

memecahkan masalahnya melalui pembentukan tim kerja kelompok

sesuai dengan uraian tugas disepakati oleh mereka.

d. Identifikasi dan Memobilisasi Sumber

Proses kegiatan yang terancana dalam membantu kelompok untuk

mengetahui yang terancana dalam membantu kelompok untuk

mengetahui kondisi permasalahan dan potensi serta sistem sumber

yang ada di lingkungannya.

Mobilisasi adalah proses kegiatan yang terancana dalam membantu

klien guna menghimpun, mendorong, mendayagunakan sistem sumber

yang ada di lingkungannya.

C. Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

1. Pembentukan KUBE

KUBE dibentuk dilandasi oleh nilai filosofis “dari”, “oleh” dan

“untuk” masyarakat. Artinya bahwa keberadaan suatu kelompok KUBE di

Page 35: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

24

manapun (desa atau kota) adalah berasal dari dan berada di tengah-tengah

masyarakat. Pembentukannya oleh masyarakat setempat dan

peruntukannya juga untuk anggota dan masyarakat setempat.

Karena konsep yang demikian, maka pembentukan dan

pengembangan KUBE harus berincikan nilai dan norma budaya setempat,

harus sesuai dengan keberadaan sumber-sumber dan potensi yang tersedia

di lingkungan setempat, juga harus sesuai dengan kemampuan SDM

(anggota KUBE) yang ada.10

Oleh karena itu KUBE adalah kelompok warga atau keluarga di

binaan yang dibetuk warga atau keluarga yang telah dibina melalui proses

kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan

kesejahteraan sosial dan usaha ekonomi dalam semangat kebersamaan

sebagai sarana untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya.

KUBE merupakan metode pendekatan yang terintegrasi dan

keseluruhan proses pemberdayaan masyarakat. Pembentukan KUBE

dimulai dengan proses pembentukan kelompok sebagai hasil bimbingan

sosial, pelatih keterampilan, bantuan stimulans dan pendampingan.11

2. Tujuan Kelompok Usaha Bersama

Keberadaan KUBE bagi keluarga miskin telah menjadi sarana

untuk meningkatkan usaha ekonomi produktif (khususnya dalam

10 I Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat

Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro, 2004, h. 51.

11 Gunawan Sumodiningrat, Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa ( Jakarta : Elex Media Komputindo, 2009), h. 88.

Page 36: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

25

peningkatan pendapatan). Menyediakan sebagaian kebutuhan yang

diperlukan bagi keluarga miskin menciptakan keharmonisan hubungan

sosial antara warga menyelesaikan masalah sosial yang dirasakan keluarga

miskin, pengembangan diri dan sebagai wadah berbagai pengalaman antar

anggota.12

Oleh karena itu tujuan KUBE diarahkan kepada upaya

mempercepat penghapus kemiskinan melalui:13

a. Peningkatan kemampuan berusaha para anggota KUBE secara bersama

dalam kelompok

b. Peningkatan pendapatan atau peningkatkan kemampuan anggota

kelompok KUBE di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup

sehari-hari ditandai dengan: meningkatkan pendapatan keluarga,

meningkatkan kualitas pangan, sandang, papan, kesehatan tingkat

pendidikan; dapat melaksanakan kegiatan keagamaan; dan

meningkatkan pemenuhan kebutuhan kebutuhan sosial lainnya.

c. Pengembangan usaha

d. Peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan sosial di antara para

anggota KUBE dan dengan masyarakat sekitar atau meningkatkan

kemampuan anggota kelompok KUBE dalam menampilkan peranan-

peranan sosialnya, baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya,

ditandai dengan semakin meningkatnya kepedulian dan rasa tanggung

jawabdan keikutsertaan anggota dalam usaha-usaha kesejahteraan

sosial di lingkungannya.

12 Ibid., h.49.13 Gunawan Sumodiningrat, Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa ( Jakarta : Elex Media

Komputindo. 2009), h. 89.

Page 37: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

26

3. Kelembagaan KUBE

Dilihat dari segi kelembagaan Setiap melakukan binaan keluarga

KUBE mempunyai kelembagaan yaitu :

a. Kriteria Anggota

1) Keluarga miskin yang mempunyai pendapatan di bawah garis

kemiskinan (tingkat pengeluaran sama dengan 480 kg untuk 320

kg dan untuk perkotaan 320 kg.

2) Warga masyarakat yang berdomisili tetap

3) Usia produktif

4) Menyatakan kesediaan bergabung dalam kelompok

5) Memiliki potensi dan keterampilan di bidang usaha ekonomi

tertentu

b. Jumlah Anggota Kube

1) Jumlah keanggotaan KUBE dapat bervariasi, tergantung kebutuhan

nyata di lapangan/ situasi dan kondisi lokal dan kesepakatan

kelompok itu sendiri

2) Jumlah kube terdiri dari 5-10 KK (Kube Kelompok Kecil)

3) Karena sifat suatu kegiatan dan kepentingan tertentu, kelompok

KUBE dapat terdiri dari kelompok besar ( gabungan beberapa kube

atau kelompok kecil). Namun pembinaan secara rutin tetap dalam

KUBE kelompok kecil

4) Satu kelompok KUBE yang anggota dikategorikan keluarga miskin

dapat melilih anggotanya yang bukan termasuk kategori miskin,

Page 38: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

27

namun mempunyai semangat kewirausahaan namun jumlah

anggota yang bukan dari keluarga miskin hanya 20% dari anggota

KUBE yang ada.

c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kelompok

1) Kedekatan tempat tinggal

2) Jenis usaha atau keterampilan anggota

3) Ketersediaan sumber/keadaan geografis

4) Latar belakang kehidupan budaya

5) Memiliki motivasi yang sama

6) Keberadaan kelompok-kelompok masyarakat sudah tumbuh

d. Sruktur dan Kepengurusan KUBE

1) Sruktur organisasi suatu bentuk tanggung jawab yang harus

dijalankan. Dengan stuktur dapat diketahui “ siapa mengerjakan

apa”, “ siapa berkewajiban dan bertanggung jawab apa”.

2) Struktur KUBE sangat tergantung pada kegiatan atau jenis usaha

yang dijalankan oleh KUBE tersebut.

3) Perumusan sruktur KUBE yang terdiri dari : ketua, sekertaris dan

bendahara

4) Kepengurusan dipilih berdasarkan hasil musyawarah atau

kesepakatan anggota kelompok.

e. Kewajiban Anggota

1) Mengikuti dan mentaati semua ketentuan-ketentuan yang ada yang

sudah disepakati

2) Mewujudkan tujuan yang ingin dicapai bersama

Page 39: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

28

3) Membangun kerjasama dengan berbagai pihak

4) Memanfaatkan dana bantuan modal usaha dengan penuh tanggung

jawab.14

D. Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan

(empowerment) berasal dari kata “power‘’ (kekuasaan atau

keberdayaan).15

Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan, sebagai proses,

pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan

atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-

individu yang mengalami masalah sosial. Sebagai tujuan, maka

pemberdayaan merujuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh

sebuah perubahan sosial.16

Dalam kaitan konsep pemberdayaan banyak ahli membahas hal

ini. Salah satunya adalah Payne (1997: h.266), yang mengemukan bahwa

suatu pemberdayaan (empowerment), pada intinya, ditunjukan guna: 17

“to help clients gain power of decision and action over their own lives by reducing the effect of social or personal blocks to

14 Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosia Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejateraan

Sosial Departement Sosial RI, Modul Pendampingan Sosial Program Pemberdayaan Fakir Miskin Melalui Mekanisme Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial, 2009, h.15.

15 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Jakarta: Refika Aditama,2005), h.57.

16 Ibid., h.59-60.17 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komunitas( pengantar pada pemikiran praktisi dan pendekatan praktisi). ( Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI,2003) Edisi Revisi, h. 54.

Page 40: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

29

exercising existing power, by uncreasing capacity and self-confidence ti use by transferring power from the environment to clients.”

(membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya)

2. Srategi Pemberdayaan

Strategi pemberdayaan dalam memperdayakan masyarakat secara

konseptual pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Dalam

konteks pekerjaan sosial pemberdayaan dapat dilakukan melaui tiga aras

atau mantra pemberdayaan ( empowerment setting ) : mikro, mezzo, dan

makro.18

a. Aras Mikro

Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu

melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention.

Tujuannya adalah membimbing atau melatihan klien dalam

menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut

sebagai pendekatan yang berpusat pada Tugas (task centered

approach)

b. Aras Mezzo

Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien

pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai

18 Edi Suharto, Memberdayakan Masyarakat, Memberdayakan Rakyat, h.66

Page 41: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

30

media intervensi, pendidikan, pelatihan, dinamika kelompok. Biasanya

digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran,

pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memilih

kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

c. Aras Makro

Pendekatan ini disebut juga sebagai stategi system besar (large-

sytem strategy). Karena sasaran perubahan diarahkan pada system

lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,

kampanye, aksi sosial, lobbying.

Dari 3 strategi pemberdayaan, strategi yang digunakan dalam

skripsi ini adalah strategi pendekatan melalui makro (komunitas atau

organisasi) merupakan bentuk intervensi dalam ilmu kesejahteraan

sosial yang digunakan melakukan perubahan dan pemberdayaan pada

tingkat komunitas.

Intervensi makro merupakan istilah community work

merupakan bentuk intervensi langsung yang dirancang dalam rangka

melakukan perubahan secara terencana yang pendekatannya bersifat

pengembangan masyarakat lokal, kebijakan sosial guna melakukan

perubahan pada masyarakat atau komunitas tertentu.19

19 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komunitas( pengantar pada pemikiran praktisi dan pendekatan praktisi). ( Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI, 2003) Edisi Revisi, h. 55.

Page 42: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

31

Intervensi makro dapat digambarkan 3 tingkatan yaitu:20

a. Melakukan intervensi terhadap individu, keluarga, dan kelompok

masyarakat yang berada didaerah tertentu, misalnya saja dalam suatu

kelurahan ataupun RT

b. Melakukan intervensi yang agen perubahannya melalui organisasi

ditingkat lokal, provinsi, ataupun pemerintahan

c. Agen perubahan melakukan intervensi pada isu yang terakait

pembangunan ekonomi.

3. Tahapan Pemberdayaan

Tahapan pemberdayaan adalah:21

a. Tahapan Persiapan ( Engagement)

Pada tahap ini di dalamnya sekurang-kurangannya ada dua tahapan

yang harus dikerjakan, yaitu

1) Penyiapan petugas dalam hal ini tenaga pemberdayaan masyarakat

yang bisa juga dilakukan oleh Comunnity Worker yang dipilih

mempunyai latar belakang yang sangat berbeda suatu dengan yang

lainnya. Misalnya saja, ada petugas yang berlatar belakang Sarjana

Agama, Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, Sarjana Pendidikan

dan Sarjana Ilmu Budaya. Sehingga perlu dilakukan pelatihan awal

untuk menyamakan persepsi mengenai program pemberdayaan

masyarakat yang akan dikerjakan di daerah tersebut

20 Ibid., h.60.21 Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komunitas, h.251-259

Page 43: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

32

2) Penyiapan lapangan merupakan prasyarat suksesnya suatu program

pemberdayaan masyarakat. Community Worker pada awalnya

melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan

sasaran, baik informal maupun formal. Bila sudah ditemukan

daerah yang ingin dikembangkan.

b. Tahap Pengkajian (Assesment)

Proses assessment yang dilakukan di sini dapat dilakukan

secara individual melalui tokoh-tokoh masyarakat tetapi dapat juga

melalui kelompok-kelompok dalam masyarakat. Pada tahap ini

Community Worker berusaha mengidentifikasi masalah (kebutuhan)

dan juga sumber daya yang dimiki klien. Dalam analisis kebutuhan

masyarakat ini ada berbagai tehnik yang dapat digunakan untuk

melakukan assessment. Baik itu dengan pendekatan kualitatif maupun

kuantitatif. Dalam proses assessment ini, dikenal pula konsep

“kebutuhan normatif” yaitu kebutuhan berdasarkan standar norma

berlaku, kadangkala suatu masyarakat tidak merasakan suatu hal

sebagai kebutuhan mereka, tetapi Community Worker melihat bahwa

kondisi yang ada perlu diperbaiki.

c. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau kegiatan ( Designing)

Dalam proses ini petugas bertindak sebagai fasilitator yang

membantu masyarakat berdiskusi dan memikirkan program dan

kegiatan apa saja yang tepat dilaksanakan.dalam hal ni masyarakat

secara partisipatif memcoba melibatkan warga untuk berpikir tentang

masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.

Page 44: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

33

Upaya mengatasi permasalahan yang ada masyarakat diharapkan dapat

memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat

mereka lakukan.

d. Tahap Pemformulasi Rencana Aksi

Pada tahap ini petugas membantu masing-masing kelompok

masyarakat untuk memformulasikan gagasan mereka dalam bentuk

tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal

kepada pihak penyandang dana. Bantuan pihak petugas ini biasanya

amat diperlukan pada kelompok yang belum pernah mengajukan

proposal kepada penyandang dana.

e. Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan (Implementasi)

Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yng paling

penting dalam program pemberdayaan masyarakat, karena sesuatu

yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam

pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama antara petugas dan

warga masyarakat, maupun kerja sama antar warga. Dalam upaya

melaksanakan program pemberdayaan masyarakat, peran masyarakat

sebagai kader diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program

yang telah dikembangkan.

f. Tahap Evaluasi

Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas

terhadap program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan

sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan

warga pada tahap ini diharapkan akan terbentuk suatu system dalam

Page 45: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

34

komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal. Sehingga

dalam jangaka panjang diharapkan akan dapat membentuk suatu

sistem dalam masyarakat yang lebih “ mandiri” dengan memanfaatkan

sumber daya yang ada. Evaluasi program berguna untuk memberikan

umpan balik yang berguna bagi perbaikan suatu program ataupun

kegiatan.

g. Tahap Terminasi

Pada tahap ini merupakan “ pemutusan “ hubungan secara

formal dengan komunits sasaran. Terminasi dalam suatu program

pemberdayaan masyarakat, tidak jarang dilakukan bukan karena

masyarakat sudah dianggap “mandiri” tetapi lebih karena proyek

sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang

ditetapkan sebelumnya.

E. Keluarga miskin

1. Pengertian Keluarga Miskin

Dalam konsep sosiologi, keluarga adalah unit terkecil yang

menjadi pendukung dan pembangkit lahirnya bangsa dan masyarakat.

Selain itu keluarga adalah umat kecil yang memiliki pimpinan dan

anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta memilki hak dan

kewajiban bagi masing-masing anggotanya.22

Kemudian miskin dalam, Al-Qur’an menyebut miskin dalam

bentuk tunggal sebanyak 11 kali dan menyebut dalam bentuk jamak,

22 Rusmin Tumanggor, Sosiologi Dalam Persepektif Islam ( Jakarta: UIN Jakarta Press,

2004), h.26

Page 46: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

35

masakin sebayak 12 kali. Jadi secara keseluruhan Al-Qur’an menyebut

miskin sebanyak 23 kali. Dilihat dari segi kebahasaan istilah miskin

berasal kata kerja sakana, yang akar hurufnya terdiri atas s-k-n perkataan

sakana mengandung arti diam, tetap, jumud dan statis. Raghib al-

Ashfahani mendefinisikan miskin adalah seseorang yang tidak memiliki

apapun23.

Miskin menggambarkan akibat dari keadaan diri seseorang atau

sekelompok orang yang lemah. Penjelasaan kebahasaan tentang pengertian

miskin menggambarkan akibat dari keadaan diri seseorang atau

sekelompok orang lemah. Ketika, seseorang itu tidak berhasil

mengembangkan potensi dirinya secara optimal, yakni potensi

kecerdasaan, mental, dan keterampilan maka keadaan itu akan berakibat

langsung pada kemiskinan, yakni ketidakmampuan mendapatkan,

memiliki, dan mengakses sumber-sumber rizki sehingga tidak memiliki

sesuatu apa pun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.24

Oleh karena itu keluarga miskin adalah seseorang atau penduduk

dalam pengeluaran tidak mampu memeuhi kecukupan kosumsi makanan

setara 2100 kalori per-hari ditambah pemenuhan kebutuhan pokok

minimum non makanan berupa perumahan, pakaian, kesehatan dasar,

pendidikan dasar, transportasi dan aneka/ jasa atau keluarga miskin adalah

seseorang atau kepala keluarga yang sama sekali tidak mempunyai sumber

mata pencaharian dan tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi

23 Asep Usman Ismail, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa ( Jakarta:

UIN Jakarta Press, 2008), h. 19.24 Ibid., h.20.

Page 47: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

36

kebutuhan pokok atau orang yang mempunyai akan tetapi tidak dapat

memenuhi kebutuhan pokok keluarga yang layak bagi kemanusiaan.25

2. Indikator Keluarga Miskin

Timbulnya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada

pertengahan tahun 1997, menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk

yang hidup di bawah garis kemiskinan. Faktor peningkatan ini dipengaruhi

oleh meningkatnya indeks pengeluaran makanan dan non makanan yang

digunakan sebagai garis kemiskinan dari BPS26. Dengan demikian

indikator keluarga miskin menurut BPS adalah:

a. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

b. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu

murahan.

c. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu

berkualitas rendah/ tembok tanpa diplester.

d. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah

tangga lain atau kesulitan memperoleh air bersih.

e. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

f. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak tidak terlindung/

sungai/ air/ hujan

g. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu

bakar/arang/minyak tanah.

25 Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat

Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro, 2004, h.13.

26Artikel di akses pada tanggal 31 maret 2011 dari http://suyatno.blog.undip.ac.id/files/2009/11/13-indikator-kemiskinan.pdf

Page 48: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

37

h. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.

i. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

j. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

k. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

l. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani, buruh tani,

nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya

dengan pendapatan di bawah RP. 600.00 perbulan

m. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak tidak sekolah/

tidak tamat SD/hanya SD.

n. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp.

500.000, seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal

motor, atau barang modal lainnya.

Page 49: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

38

BAB III

GAMBARAN DESA LEBAK WANGI DAN GAMBARAN KELOMPOK

USAHA BERSAMA MONALISA

A. Gambaran Umum Desa Lebak Wangi

1. Sejarah Desa Lebak Wangi

Desa Lebak Wangi adalah sebuah Desa pemakaran dari Desa

Kedaung Barat pada bulan Agustus 1980, yang masuk kepada Wilayah

Kecamatan Sepatan pada saat itu dan kini Kecamatan Sepatan Timur

yang juga merupakan Kecamatan pemekaran pada akhr tahun 2006.

Alasan pemekaran Desa Lebak Wangi dari Desa Kedaung Barat

pada saat itu Desa Kedaung Barat terlalu luas sehingga jangkaun pelyanan

terhadap masyarakat dirasa kurang maksimal, sehingga dilakukan

pemekaran Desa Lebak Wangi.

Nama Lebak Wangi dari dua suku kata yaitu Lebak dan Wangi,

Lebak adalah sebuah tempat atau sebuah kampung yang daerahnya

berbatasan desangan Desa Karet Kecamatan Sepatan. Wangi diambil dari

sebuah kampung atau tempat dimana daerah tersebut terkenal dengan hasil

kerajinannya dan pengasilan pertanian, seperti Kampun Lebak terkenal

dengan pandai besinya.

Kampung Bayur terkenal ubi atau singkongnya serta Kampung

Bayur pengsil kerajinan tangan pembuat makanan yang terbuat dari

singkong yaitu “ opak “ sehingga sampai-sampai kampong tersebut

Page 50: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

39

dinamai Kp. Bayur Opak, jadi wangi adalah nama lain dari kata terkenal,

termasuk atau kata termashur karena hasil kerajinan dan penghasil

pertanian tersebut, maka jadilah Desa “ Lebak Wangi “.1

2. Sejarah Pemerintahan Desa

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-

batas wilyah dan berwenang untuk mengatur serta mengurus kepentingan

masyarakatnya berdasarkan asal usul, adat istiadat setempat yang diakui

dan di hormati dalam system Pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Dalam menjalankan tugas pemerintahan tentunya harus berpegang

kepada aturan datau sistem pemerintahan yang dianut oleh pemerintahan

yang lebih tinggi, baik itu Pemerintah Kecamatan, Kabupaten/ Kota

Propinsi atau Pemenrintahan Pusat.

Situasi pemerintahan kini dengan pemerintahan yang lalu sangat

berbeda yang dipengaruhi perkembangan pembangunan dan Era

Globalisasi serta transpaaransi, namun harus tetap berpedoman kepada azas

pancasila dan undang-undang Dasar 1945 yang mempunyai cita-cita luhur.

3. Kondisi Geografi

Letak Desa Wangi secara geografis membentang dari utara ke

selatan dengan bentangan 3,2 km dan membujur dari Barat ke Timur

sepanjang 3,3 km sungai cisadane yang berada disebelah Timur merupakan

1 Rencana Pembangungan Jangka Menengah Desa dab Rencana Kerja Pembangunan

Desa Lebak Wangi, Kabupaten Tangerang 2011-2015. h. 3.

Page 51: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

40

batas wilyah yang memisahkan Desa Lebak Wangi dengan wilayah Kota

Tangerang, sedangkan batas-batas ini seperti Utara dibatasi dengan saluran

air tersier begitu juga batas disebelah Barat bagian Utara dibatasi oleh

saluran air tersier dan jalan serta dibagian Selatan batasannya hanya

pemukiman penduduk dan persawahan.

Dengan kondisi lahan yang data Desa Lebak Wangi mempunyai

luas wilayah 525 Ha yang sampai saat ini lahan pertanian sawah masih

dominan dan merupakan lahan subur yang cocok untuk tanaman padi dan

jenis sayuran, sedangkan sebagaiannya merupakan pemukiman pendududk

perumahan KPR-BTN, yang rumah industri dan kegiatan ekonomi lainnya.

Kepadatan penduduk Desa Lebak Wangi masing-masing wilayah

tidak merata dan wilyah yang paling padat penduduknya adalah wilayah

RW.08 RW.02 dan RW.04 sedangkan wilayah RW. 01 dan RW. 03

kepadatan penduduknya masih tergolong sedang.

Desa Lebak Wangi dengan jumlah penduduk 22.367 jiwa

merupakan hasil sensus penduduk pada tahun 2010 dan terletak diatas 6M

diatas permukaan air laut dengan batas-batasnya wilyah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Desa Kedaung Barat dan Jatimulya

- Sebelah Timur : Sungai Cisadane atau kec. Neglasari

- Sebelah Selatan : Kec. Periuk dan Periuk Jaya

- Sebelah Barat : Desa Karet dan Pondok Jaya

Suhu udara rata-rata berkisar antara 27° s/d 33° C kareana letak

Desa Lebak Wangi tidak terlalu jauh dari pantai utara dan kurang lebih

Page 52: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

41

jaraknya 7,5 Km. Hal ini sangat mempengaruhi suasana pantai/ iklim

pantai.

4. Kondisi Demografi

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 Desa Lebak Wangi

berpenduduk sebanyak 22.367 jiwa yang terdiri dari :

- Jumlah Pendudk Laki-laki : 11.586 jiwa

- Jumlah Pendudk Perempuan : 10.781 jiwa

- Jumlah Rumah Tangga : 4.828 RMT

- Jumlah Kepala Keluarga : 5.351 KK

Adapun Desa Lebak Wangi yang mengikuti program Kelompok

Usaha Bersama ( KUBE) sampai tahun 2011 berjumlah 10 (KK) dari

jumlah 22.36 KK.

5. Kondisi Sosial

a. Kondisi Kehidupan Beragama

Masyarakat di Desa Lebak Wangi sebagaian besar menganut

berbagai macam-macam agama antara lain

- Agama islam : 20.115 Jiwa

- Agama Kristen : 188 Jiwa

- Agama Budha : 27 Jiwa

- Agama Hindu : 22 Jiwa

- Kong Hucu : 2.015 Jiwa

Page 53: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

42

b. Tingkat Pendidikan

Pada dasarnya pendidikan merupakan salah satu indikator

penentuan berhasilnya suatu daerah dalam pembangunan. Pendidikan

berkaitan dengan berlangsungnya dengan peningkatan kualitas sumber

daya manusia. Dengan demikian pendidikan pada masyarakat desa

lebak wangi.

- Belum Sekolah : 1.219 Jiwa

- SD : 5.703 Jiwa

- SLP : 4.812 Jiwa

- SLA : 4.141 Jiwa

- Diploma/ Sarjana : 5.700 Jiwa

- Buta Aksara : 784 Jiwa

6. Kondisi Ekonomi

Jenis mata pencaharian masyarakat desa bermacam-macam seperti

Petani 254 Jiwa, pedagang 1.115 Jiwa, peternak 0 Jiwa, buruh

karyawan 2.117, PNS 212 Jiwa, buruh bangunan 577 Jiwa, perangkat desa

16 Jiwa, TNI 26 Jiwa, penjahit 154 Jiwa, perangakt desa 16 jiwa, lain-lain

955 jiwa, pensiunan 154 jiwa, petani 1.470 jiwa, tukang kayu 244 jiwa.

Page 54: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

43

B. Kelompok Usaha Bersama Monalisa

1. Profil Kelompok Usaha Bersma Monalisa

Kelompok Usaha Bersama “ Monalisa” Lebak Wangi Kecamatan

Sepatan Timur berdiri pada Tahun 2008 yang dibentuk oleh Dinas Sosial

Kabupaten Tangerang. KUBE ini dibentuk dengan latar belakang ingin

meningkatkan kesejahteraan atau pengembangan usaha ekonomi keluarga

miskin, karena begitu banyaknya pengangguran dan anak-anak putus

sekolah yang hanya berdiam diri dan mengakibatkan kemiskinan.2

KUBE Monalisa Berawal dari pembuatan kue biasa yang dikelola

oleh pribadi bergerak pada pembuatan kue kering seperti keripik, peyek,

keripik pisang dll. Pada perjalanannya pembuatan kue-kue kering

tersebut banyak yang memesan sehingga pada tahun 2004 mendapatkan

program bantuan dana bergulir dari P2Kp, yang kemudian pada tahun

2009 kelompok tersebut menjadi KUBE Monalisa dengan jumlah

anggota sebanyak 5 orang.

Pada tahun tersebut pula mendapatkan bantuan pembeberdayaan

bantuan dari Dinas Provinsi Banten melalui Dinas Sosial Kabupten

Tangerang yang berupa alat-alat masak dan bahan-bahan pembuatan kue.3

KUBE Monalisa tersebut berkembang dan mendapatkan bantuan kembali

dari Dinas Sosial Kabupaten Tangerang dan berdasarkan pengamatan dan

survei, tersebut akhirnya pada tahun 2010.

2 Profil KUBE Monalisa. h, 2.3 Wawancara Pendamping Kube M.Syubur Pada Tanggal 07-05-2011 jam 15.00

Page 55: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

44

Dinas Sosial Kabupaten Tangerang melalui anggraran APBD,

KUBE mendapatkan bantuan berupa peralatan pembuatan Kue. Jumlah

angota kube menjadi bertambah sebanyak 10 orang dengan 8 anggota

Wanita dan 2 Orang pria. Sehingga KUBE dapat meberdayakan warga

masyarakat tempat yang tidak mempunyai penghasilan tetap menjadi

mendapatkan penghasilan dan mengangkat taraf status kehidupan sosial.4

2. Visi, Misi dan Tujuan KUBE Monalisa

Suatu program atau organisasi agar berjalan dengan lancar harus

mempunyai visi, misi dan tujuan yang berguna untuk program tersebut

menjadi terarah begitu juga dengan KUBE Monalisa mempunyai visi, misi

dan tujuan seperti.5

a. VISI

1) Menumbuhkembangkan semangat wirausaha bagi pelaku usaha

bersama

2) Menunjukan kemandirian usaha sosial dalam meningkatkan

ekonomi keluarga

3) Meingkatkan taraf hidup masyarakat miskin pedesaan

b. Misi

1) Membangun kebersamaan antar sesama anggota kelompok

2) Menumbuhkan rasa kesetikawanan sosial antara anggota dan

masyarakat

4 Wawancara Pendamping Kube M.Syubur Pada Tanggal 07-05-2011 jam 15.005 Profil KUBE Monalisa, h.3

Page 56: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

45

3) Meningkatkan taraf hidup kesejahteraan ekonomi keluarga

sekaligus meningkatkan status sosial di masyarakat.

c. Tujuan

1) Kube menjadi harapan besar untuk membawa dampak perubahan

terhadap peningkatan ekonomi keluarga miskin.

2) Meningkatkan motivasi dan kerjasama diantara anggota KUBE

dalam rangka pengelolaan dan pengembangan usaha yang

dilakukan anggota.

3) Meningkatkan pendapatan para anggota KUBE sehingga mampu

mengatasi masalah-masala yang ada.

4) Meningkatkan kepedulian para anggota KUBE dalam menangani

masalah sosial yang ada dilingkungannya

5) Meningkatkan kesejahteraan sosial para anggota KUBE.

3. Kegiatan Pemasaran

Pada dasarnya KUBE MONALISA memiliki target pemasaran

untuk menjual hasil yang telah dilakukan oleh anggota KUBE untuk

mendapatkan hasil yang baik dengan target.6

a. Target Pemasaran

Target pemasaran adalah di lingkungan sekitar Kecamatan

Sepatan Timur, pasar-pasar, agen dan penjual keliling yang ada di

Desa Lebak Wangi Tangerang.

6 Ibid., h.4

Page 57: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

46

b. Aspek Harga

Harga jual kue didasarkan pada harga pasar, kondisi makanan

atau kue dan juga memperhitungkan biaya produksi yang dikeluarkan.

Oleh karena itu penjualan dilakukan dengan melihat situasi dan

kondisi harga pasar terlebih dahulu.

c. Jalur Pemasaran

Jalur Pemasaran terdiri dari :

1) Jalur langsung :

KUBE MONALISA Pembeli membeli di tempat KUBE

Produksi

2) Jalur tidak langsung

KUBE MONALISA AGEN PASAR

4. Struktur Organisasi KUBE Monalisa

Penyelengara kegiatan ini melalui Kelompok Usaha Bersama

KUBE “ Monalisa mempunyai sruktur penanggungjawab sebagai berikut :

Nama KUBE : Monalisa

Alamat KUBE : Desa Lebak Wangi RT02/07

Ketua : Farida Nuraeni

Fasilitator : PSM

Page 58: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

47

KETUA

FARIDA NUR’AENI

PENDAMPING

M. SYUBUR

BENDAHARA

RAMAH SEKRETARIS

ISAH

Anggota

Sinah

Anggota

Nani

Anggota

Siti. S

Anggota

Bayu.F

Anggota

Ika

Anggota

Oman

Anggota

Nursinah

Page 59: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

48

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS

A. Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama di Desa

Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang

Dari hasil penelitian, bahwa peran pekerja sosial masyarakat yang

dilaksanakan melalui Dinas Sosial Kabupaten Tangerang dan dilakukan

Pekerja Sosial Masyarakat di Desa Lebak Wangi yang berfungsi sebagai

pendampingan dalam pemberdayaan keluarga miskin dengan cara

pembentukan pekerja sosial masyarakat yang cakupannya sebagai pendamping

yang terlebih dahulu dan peran pekerja sosial masyarakat kemudian

kegiatannya adalah :

1. Pembentukan Pendamping Sosial Desa (Pekerja Sosial Masyarakat)

Cara pembentukan untuk pendamping Kelompok Usaha Bersama

ada pekerja sosial dari desa harus dari lokasi program yang akan

dilaksanakan program KUBE, awalnya mendata orang-orang LSM dan

melalui tokoh-tokoh masyarakat setempat yang di ungkapkan pada bidang

perencanaan sosial di Dinas Sosial Kabupaten Tangerang berikut ini :

“ Awalnya dari Dinas mendata orang-orang LSM kemudian dilatih pendidikan peksos dasar dari Dinas Sosial yang dilaksanakan untuk pendamping sosial waktu 8 hari di Lembang dari kementrian Sosial. Dan backround TKSK dan PSM yang ada di tiap Desa terutama TKSK harus lulusan S1/ lulusan Kessos tetapi walaupun tidak lulusan kessos harus mengusai materi materi tentang kessos dan mengikuti pelatihan pendampingan selama 12 hari yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial untuk mendapatkan pengetahuan

Page 60: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

49

menjadi seorang peksos. PSM minimal SMA dan siap menjadi seorang pendamping masyarakat “.1

Biasanya Dinas Sosial memilih pekerja sosial yang siap untuk

melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk bidang pemberdayaan, dan

bertanggung jawab atas program yang diberikan dari Kementriaan Sosial,

dan siap mengikuti pelatihan-pelatihan yang di berikan oleh Dinas Sosial.

Agar program KUBE dapat aktif dan berkembang untuk mendapatkan

hasil yang baik dan disinilah pekerja sosial dipilih yang berkualitas.

Tetapi dalam pemberdayaan keluarga miskin melalui program

KUBE yang berada di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan timur, yang

aktif adalah seorang pekerja sosial masyarakat. Oleh karena itu pekerja

sosial masyarakat di Desa Lebak Wangi juga mempunyai pengetahuan

yang sudah memenuhi kriteria artinya pekerja sosial masyarakat, dapat

bertanggung jawab untuk di lokasi Kelompok Usaha Bersama. Oleh karena

itu Pekerja Sosial Masyarakat adalah seorang pendamping sosial

masyarakat yang bekerja pada tingkat desa yang di kemukakan berikut ini:

“PSM kedudukannya di Desa, PSM hanya pelatihan dasar peksos PSM sukarelwan murni PSM SKnya dari Desa IKPSM”.2

Pekerja sosial maasyarakat selalu memantau setiap minggu,

pekerja sosial masyarakat harus dari lokasi yang sedang berjalannya

program. Dalam pemberdayaan keluarga miskin pekerja sosial masyarakat

1 Jan Peter Situmorang (Bidang Perencanaan Sosial) di Dinas Sosial, Kabupaten

Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 20112 Jan Peter Situmorang (Bidang Perencanaan Sosial) di Dinas Sosial, Kabupaten

Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011

Page 61: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

50

sangat diperlukan yang di ungkapkan pada Pekerja Sosial Masyrakat

berikut ini:

“ PSM adalah awalnya KUBE terbentuk melalui PSM, PSM melihat potensi atau kemampuan di tiap daerahnya kemudian saya mengajukan ke kecamatan dan dari kecamatan di ajukan ke Dinas Sosial Tangerang “.3

Proses pengembangan usaha adalah seorang Pekerja Sosial

Masyarakat yang mana berguna untuk mengembangkan KUBE agar dapat

berjalan dengan baik. Seorang pekerja sosial mempunyai peran yang

sangat mempengaruhi berjalannya KUBE untuk pengembangan dalam

pemberdayaan keluarga miskin dan mempunyai peran yang sangat

penting, peran yang di tampilkan oleh pekerja sosial masyarakat adalah

adalah perencana, pembimbing, fasilitator, pemberi informasi, motivator,

evaluator.

2. Peran Pendamping KUBE dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin di

Desa Lebak Wangi

a. Perencana

Setelah melakukan pembentukan yang dipilih dan diberikan

pelatihan oleh Dinas Sosial Kabupaten Tangerang maka untuk

pembentukan KUBE di Desa Lebak Wangi adalah Tahap pertama

dalam pemberdayaan adalah tahap persiapan dimana menyiapkan

petugas pekerja sosial melakukan sosialisasi program, pembentukan

KUBE, yang dalam tahap ini dilakukan pekerja sosial desa (PSM),

3 M. syubur (Pendamping Sosial Masyarakat PSM ) di kecamatan Sepatan Timur,

Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011

Page 62: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

51

dan instansi terkait seperti Dinas Sosial Kabupten Tangerang. Melalui

tiap tiap Desa yang ingin mengikuti program KUBE yang ungkapkan

oleh pendamping sosial (PSM) :

“Itu pertama sosialisasi program, pendataan dahulu, penentuan kriteria, penentuan lokasi KUBE baru penetapan layak atau tidaknya seseorang untuk mendapatkan bantuan. Klo KUBE terbentuk itu bebas tergantung kriteria yang diperlukan, yang penting mempunyai potensi yang dimilki. Apalagi klo KUBE sudah mempunyai tempat itu lebih bagus lagi”.4

Pembentukan KUBE yang dilakukan oleh pekerja sosial desa

(PSM) dilakukan dengan cara melihat potensi keluarga miskin yang

diterima, memilih tempat pemberdayaan yang akan dijadikan

pemberdayaan kemudian mendata calon binaan KUBE. Biasanya

Pekerja Sosial Masyarakat, yang melakukan penentuan kriteria itu,

tergantung apa yang di butuhkan oleh calon binaan yang akan menjadi

atau terbentuknya KUBE contohnya seperti membuat usaha warung,

tata boga, konveksi, bengkel dll. Dan terbentuknya KUBE Monalisa

adalah yang di ungkapkan oleh Pekerja Sosial Masyarakat :

“ ya, awalnya ibu farida itu seorang ibu rumah tangga yang mempunyai bakat untuk membuat kue-kue kering tetapi ibu farida tidak mempunyai cukup dana untuk memasarkan dan membuat kue banyak pesanan, akhrinya saya sebagai PSM setempat mempunyai inisiatif agar ibu farida dibuatkan KUBE dari Dinas Sosial kemudian saya mengajukan ke TKSK dan TKSK melihat kemudian didata calon binaan, setempat agar membuatkan pesyaratan-persyaratan yang akan diajukan agar ibu farida dibuatkan KUBE setelah ibu Farida dibuatkan KUBE oleh Dinas

4 M. Syubur (Pekerja Sosial Masyarakat ) di kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten

Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011

Page 63: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

52

kemudian ibu farida mempekerjakan masyarakat sekitar yang mau bekerja di KUBE”.5

Oleh karena itu peran pekerja sosial masyarakat dalam tahap

persiapan sangatlah dibutuhkan untuk penunjang jalan KUBE

Monalisa tersebut melalui pekerja sosial masyarakat, sangat penting

untuk terbentuknya KUBE. disni perannya sebagai perencana.

Perencana bertugas sebagai

- Mendata atau survey suatu lokasi dalan tahap pemberdayaan

- Menyaksikan bantuan penyaluran bantuan untuk paket usaha

- Pembinaan berkala

- Pelaporan pengembangan

b. Pembimbing

Pada tahap pengkajian ini tahap dimana pendamping melihat

dapat menyelesaikan masalah sebelum atau sudah menjadi anggota

KUBE, pendamping disini harus bisa melihat sumber daya, anggota

KUBE harus secara aktif dapat menyelesaikan masalah pendamping

hanya sebagai pembimbing dan pengarah dalam kebutuhan dan

masalah anggota KUBE dapat yang di ungkapkan berikut ini :

“Masalah sebelum menjadi KUBE Masyarakat menjadi takut program apa ini, Klo sudah masuk data kapan anggaran turun, kecemburuan dari seseorang ke orang lain karena tidak ikut dalam KUBE. Masalah sesudah menjadi KUBE Laporan, lalai dalam pelaporan bulan, administrasi akhir yah pendamping yang selalu mengarahkan dan memberikan masukan-masukan atau membimbing KUBE, pola kemiraan kadang susah Pendamping

5 Farida nuraeni (Ketua KUBE Monalisa) di kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten

Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011

Page 64: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

53

sebagai pengarah sajah, dan pemberi informasi pendamping sudah mengasih jalan agar KUBE bergerak sendiri yah itu sih tergantung KUBE itu sendiri, penghasilan di KUBE itu minim tergantung job kerja, tetapi manajemen harus di pegang oleh pengurus agar dapat berkembang. Kebutuhannya KUBE Semua KUBE sama yaitu pendaan yang cukup atau anggaran, barang-barang yang diperlukan “.6

Dalam proses pendampingan yang dilakukan pekerja sosial

masyarakat KUBE, sebelum terbentuknya KUBE bisa menyakinkan

keluarga miskin agar tidak takut untuk mengikuti program KUBE, dan

jangan sampai adanya kecemburun sosial diantara masyarakat yang

tidak dapat program KUBE. Ini dilakukan terlebih dahulu pendataan

dan survey rumah keluarga miskin apakah berhak mendapatkan

program KUBE.

Pendamping ini biasanya dilakukan oleh pekera sosial

masyarakat setempat. Kemudian agar KUBE berjalan perlu adanya

laporan bulan, dan membuat admistrasi yang dilakukan di dalam

KUBE, pekerja sosial biasanya hanya memberi masukan agar tugas

yang dilakukan untuk kemanjuan dapat berkembanng, kebutuhan yang

ada di perlukan KUBE adalah kebutuhan material oleh karena itu

KUBE harus membuat profil atau kegiatan organisasi, agar pihak

provinsi tiap tahun bisa membantu KUBE disinilah pendamping

membagai ilmu untuk pembuatan profil dll.

6 M. Syubur (Pendamping Sosial Masyarakat ) di kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten

Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011

Page 65: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

54

KUBE Monalisa memerlukan tempat usaha yang lebih luas

dan memerlukan anggaran dana yang yang di ungkapkan oleh ibu

farida sebagai berikut :

“Klo soal kebutuhan saya ingin membuat tempat usaha pgn nya sih pisah untuk tempat produksi karena kan slama ini klo produksinya dirumah saya neng. Dan alat-alat masak buat pembuatan kue”.7

Pekerja sosial masyarakat dalam hal ini belum bisa memenuhui

keinginan ibu Farida karena butuh proses yang sangat lama untuk

pemenuhan pencapaian ini. Tetapi kalau soal dana atau anggaran

pekerja sos sampai ial masyarakat, saat ini sudah melakukan tugasnya

dengan baik, karena setiap tahunnya KUBE Monalisa mendapatkan

anggaran walaupun dana yang ada tidak terlalu besar jumlahnya.

c. Fasilitator

Pekerja sosial dalam tahap kegiatan ini, mencoba melibatkan

anggota KUBE agar anggota bisa mengerti tentang kebutuhan apa

yang inginkan, mengembangkan potensi setiap anggota KUBE.

Pekerja sosial disini sebagai fasilitator yang membantu masyarakat

berdiskusi dan memikirkan bagaimana kegiatan bisa terlaksana dengan

baik yang diungkapkan berikut ini Pekerja Sosial Masyarakat:

“Pendamping sebatas memotivasi, membina, dan agar anggota KUBE tidak bingung dengan adanya program ini dikarenakan anggota KUBE sebagain besar adalah orang-orang yang kurang pengetahuannya tetapi saya tidak ikut dalam kegiatan tetapi hanya memantau sajah”.8

7 Farida nuraeni (Ketua KUBE Monalisa) di kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten

Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 20118 M.Syubur (Pendamping Sosial Masyarakat ) di kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten

Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011

Page 66: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

55

Pekerja sosial dalam tidak begitu aktif yang aktif adalah

anggota KUBE tersebut, pekerja sosial masyarakat hanya

mendampingi dalam dibutuhkan untuk memberi masukan untuk

KUBE. Dan kelompok anggota KUBE harus membuat kesepakatan

yang akan dijalankan oleh anggota, dalam tahap ini pendamping harus

bersikap netral dan sepenuhnya memberikan keputusan atau

kesepakatan.

Seperti yang di kemukakan oleh Ibu Farida dalam tahap

kegiatan pendamping melibatkan saya, apa yang dibutuhkan oleh saya

dan anggota seperti tujuan saya ikut KUBE adalah :

“ Saya ingin membantu masyarakat dari pada menganggur lebih baik bekerja agar lebih produktif dan dapat membantu masalah ekonomi keluarga. Potensi yang ibu miliki adalah pembuatan kue kue kering. Dan hal ini PSM menyetujuinya”.9

Pekerja sosial masyarakat disini yang paling berpengaruh

dalam kegiatan, karena pekerja sosial masyarakt terlebih dahulu

melihat potensi dan kemampuan apa saja yang bisa memberikan

manfaat. Kemudian pekerja sosial masyarakat menyetujui apa yng di

inginkan oleh anggota.

Pekerja sosial masyarakat menyerahkan semua kepada anggota

KUBE. Pekerja sosial masyarakat hanya mendampingi kalau ada

masalah-masalah saja. Kemudian pekerja sosial masyarakat juga

9 Farida nuraeni (Ketua KUBE Monalisa) di kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten

Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011

Page 67: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

56

membentuk kepengurusan atau manajemen KUBE karena agar

kegiatan KUBE dapat berjalan efektif.

Pekerja sosial masyarakat memotivasi kelompok untuk

membentuk kepengurusan yang terdiri dari ketua, sekertaris dan

bendahara. Untuk itu, pekerja sosial perlu menjelaskan maksud dan

tujuan di bentuknya kepengurusan dalam suatu kelompok. Dan

pendamping memberikan penjelasan mengenai karakter, tugas dan

tanggung jawab pengurus.

d. Pemberi informasi

Pekerja sosial masyarakat pada tahap pemformulasian rencana

aksi sebagai pemberi informasi yang berguna untuk mencari mitra

kerja untuk hasil KUBE di pasarkan. Membantu KUBE mendapatkan

bantuan agar KUBE dapat terus bekembang, mandiri di butuhkanlah

seorang yang mampu berkomunikasi pada pihak-pihak yang terkait,

pendamping dalam tahap ini pekerja sosial masyarakat, bisa dibilang

mempromosikan hasil-hasil binaannya. Yang di ungkapkan berikut

ini:

“Mencari Pola mitra kerja, pendorong pembentukan koprasi, LKM. Dan Kita bisa mengajukan penyesuaian program mencoba memfasilitasi baik Dinas Sosial kabupaten dan Provinsi, awal dari pendamping kemudian Dinas dan pendamping menyiapkan syarat-syarat yang diperlukan agar KUBE mendapatkan bantuan”.10

10 M. Syubur (Pekerja Sosial Masyarakat ) di kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten

Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011

Page 68: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

57

Pekerja sosial harus bisa memberikan yang terbaik untuk warga

binaannya. Bertugas untuk membantu syarat-syarat yang dibutuhkan

anggota mendapatkan program bantuan tiap tahun dari pihak provinsi.

Dalam melaksanakan tugas pendampingan sosial, para pekerja

sosial dapat menjalakan peran yang berhubungan dengan KUBE. Agar

tidak keliru mana peran dan tugas yang dijalankan oleh pendamping

yang di kemukakan berikut ini :

“Peran yang dilakukan oleh pendamping sama dengan tugas tetapi ini lebih di lihat oleh masyarakat seperti pembimbing, pemberi informasi, motivator, perencana, fasilitator, evaluator kemudian juga pada intinya pendamping bukan sebagai penyembuh tetapi untuk meningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka dapat menjalankan kehidupan dan memperbaiki status sosial”.11

Pekerja sosial masyarakat harus mempunyai visi dan misi yang

baik dalam suatu program, mempunyai tujuan memilih tempat yang

akan dijadikan sasaran kegiatan. Kemudian pendamping di KUBE

harus mempunyai kemampuan dan keterampilan mampu memberikan

masukan, saran, penilaian, mengerti, memahami setiap ada persoalan

atau kendala yang dihadapi oleh KUBE. Ini dilakukan oleh pekerja

sosial masyarakat yang memberikan atau mencari apa yang

dibutuhkan untuk pembuatan kue-kue kering di dalam KUBE.

Melihat dari penelitian bahwa peran pendamping yang sangat

mempunyai peran yang sangat banyak dalam pengembangan KUBE

adalah seorang pekerja sosial masyarakat, yang setiap minggunya

11 Jan Peter Situmorang (Bidang Perencanaan Sosial) di Dinas Sosial, Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011

Page 69: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

58

melakukan pemantuan untuk kelangsungan KUBE. Membantu apa

yang di inginkan KUBE dan memberikan masukan yang bisa membuat

KUBE maju ini di ungkapkan oleh Ibu Farida bahwa :

“Kalo saya memgetahui yah Cuma pemantauan sajah, pak subur selalu memantau dan mendampingi kalo ada kendala-kendala didalam KUBE. Malah klo TKSK mah jarang neng kan dia mah sekecamatan jadi Cuma sesekali saja klo PSM malah yang sering”.12

Pekerja sosial masyarakat, mengajak masyarakat untuk bekerja

bukan berdasarkan kebutuhan apa yang dirasakan oleh pekerja sosial

saja, tetapi diawali dari kebutuhan apa yang memang dirasakan oleh

masyarakat. Pekerja sosial masyarakat tidak dapat memaksakan untuk

melibatkan masyarakat pada sesuatu yang mereka belum siap. Oleh

karena itu tugas pendamping hanya sebagai pendukung, membina

KUBE.

Tugas pendamping sebagai melaksanakan pemantuan yang

berada di dalam KUBE, menilai terhadap kekurangan dan kelebihan

KUBE guna peningkatan hasil yang akan dicapai pada waktu kegiatan

berikutnya, mengarsipkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan KUBE,

penyuluhan sosial, mampu mendayagunakan sistem kelembagaan yang

berada di lingkungannya.

e. Motivator

Pada tahap ini pelaksanaan program atau kegitan pekerja sosial

mayarakat sebagai motivator melakukan pendampingan secara rutin

12 Farida nuraeni (Ketua KUBE Monalisa) di kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011

Page 70: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

59

tiap minggu guna untuk melihat sejauh mana perkembanganya KUBE.

Pekerja sosial masyarakat melakukan pengembangan program dengan

cara merubah sikap dan pola pikir mereka. Pada tahap motivator

pekerja sosial masyarakat melihat sejauh mana hasil KUBE

dikembangkan dan mengapa KUBE perlu adanya motivator. Selain itu

pada tahap motivator pekerja sosial melakukan kerja sama dengan

anggota untuk berjalannya kegiatan yang di ungkapkan pada pekerja

sosial masayarakat :

“Cara pemasaran KUBE Monalisa yaitu adanya pedangang keliling yang mengambil hasil produksi KUBE untuk di jual kemudian ada juga membeli di tempat KUBE, dan ibu Farida memasarkan ke warung-warung terdekat, trus agen membeli ke tempat KUBE baru di jual di pasar “.13

Terlihat bahwa pekerja sosial masyarakat sebagai motivator

membantu KUBE agar berkembang dan berjalan disni pekerja sosial

masyarakt bekerja sama dengan warga sekitar agar turut membantu

berjalannya program KUBE tersebut. Dan pekerja sosial masyarakat

dapat menjaga program ini dengan cara selalu memberikan motivasi

kepada anggota KUBE.

f. Evaluator

Mengevaluasi KUBE dengan Cara pemantuan atau

pengawasan oleh pekerja sosial masyarakat desa berikut ini :

“ adanya papan nama kube identitas KUBE , Sturktur orgnanisasi, Pembukuan pelengkapan admintrasi, Produksi produktivitas

13 M. Syubur (Pendamping Sosial Masyarakat Desa ) di kecamatan Sepatan Timur,

Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011 dan M. Syubur ( PSM) di Desa Lebak Wangi Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang 07 Mei 2011

Page 71: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

60

berhubungan dengan hasil dan pemasarannya ,Bagi hasil keuntungannya cara bagi hasil iu sesuai kubenya, Seleksi KUBE berprsetasi, Aspek dan inventaris barang digunakan atau tidak, Ada tidaknya IKS (Iuran Kesejahteraan Sosial ), Apakah sudah memiliki dan sudah memiliki kelembagaan mikro. Ya, tentu pengawasan yang dilakukan pendamping setiap minggu dan pertemuan wajib 1 bulan atau rapat bulan”.14

Pekerja sosial masyarakat berusaha memberikan yang terbaik

untuk warga binaannya karena menjadi seorang pendamping tidaklah

mudah mempunyai tanggung jawab yang besar kepada masyarakat.

Mengevaluasi KUBE bermaksud untuk apa yang di inginkan KUBE

selama tahap pemberdayaan berlangsung.

Selanjutnya apa yang sudah dijalankan dalam dan apakah hasil

yang diterima untuk KUBE itu sendiri maupun masyarakat. Kemudian

tidak ada tahap terminasi dalam pendampingan yang dilakukan oleh

pekerja sosial masyarakat Desa di dalam KUBE yang di ungkapkan

sebagai berikut :

“Tidak ada tahap terminasi walaupun KUBE itu sudah berkembang atau maju tetap selalu di dampingi terus karena apabila KUBE itu berkembang maka pihak provisi selalu memberika bantuan. Tahap terminasi dilakukan apabila KUBE sudah mandiri dan tidak lagi menerima bantuan yang diberikan oleh Dinas Sosial ataupun provinsi”.15

Karena KUBE selalu di damping karena Karena keterbatasan

SDM, kemudian prodak pemasaran mekanisme pemasaran KUBE

14 M. Syubur (Pendamping Sosial Masyarakat Desa ) di kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011 dan M. Syubur ( PSM) di Desa Lebak Wangi Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang 07 Mei 2011

15 M. Syubur (Pendamping Sosial Masyarakat Desa ) di kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011 dan M. Syubur ( PSM) di Desa Lebak Wangi Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang 07 Mei 2011

Page 72: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

61

hanya memproduksi hasil tetapi KUBE tidak tahu bagaimana cara

pemasarannya disinilah pekerja sosial masyarakat sangat di perlukan

menjadi penghubung untuk memasarkan hasil KUBE karena KUBE itu

kan banyak orang-orang miskin atau keluarga miskin yang

pengetahuannya terbatas.

B. Kegiatan Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama dalam

Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan

Sepatan Timur Tangerang.

1. Menumbuhkan Kepercayaan

Proses ini adalah kegiatan yang dilakukan pendamping melalui pekerja

sosial masyarakat melakukan perencanaan dan kemudian melaksanakan

program yang terencana dalam membantu anggota dengan cara

menciptakan hubungan pribadi dengan para tokoh masyarakat, seperti :

tokoh agama, tokoh adat, dan pihak-pihak yang terkait dilingkungan

mereka. Karena dalam hal ini tokoh-tokoh masyarakat sangatlah penting

guna membangun sebuah pemberdayaan agar berjalan dengan lancar.

2. Menciptakan Kesepakatan

Kemudian pekerja sosial masyarakat, melakukan proses kegiatan yaitu

menciptakan kesepakatan agar dalam tahap pemberdayaan tidak mudah

pecah, kesepakatan kelompok ini dilakukan oleh pekerja sosial

masyarakat, apa yang diinginkan oleh anggota dan usaha apa yang ingin

dijalankan untuk kedepannya. Pekerja Sosial masyarakat membantu

Page 73: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

62

anggota agar memastikan kesediaan mereka menerima pendamping sosial

dalam membantu melaksanakan kegiatan dibidang sosial ekonomi atau

kelembagaan.

3. Membentuk tim kerja kelompok

Dalam Proses kegiatan KUBE dibutuhkan tim kerja kelompok yang

terencana dalam membantu klien guna memecahkan masalahnya melalui

pembentukan tim kerja kelompok sesuai dengan uraian tugas disepakati

oleh anggota KUBE. Setelah menerapkan warga binaan yang masuk pada

program KUBE, pekerja sosial masyarakt memfasilitasi untuk pertemuan

awal yang dihadari oleh warga binaan yang terdata.

Pada kesempatan ini pekerja sosial masyarakat mensosialisasikan

program KUBE, mengakaji kebutuhan anggota KUBE., mengkaji konsep

serta maksud dan tujuan dari pembentukan kelompok. Pembentukan

kelompok yang dilakukan oleh pekerja sosial masyarakat guna

mewujudkan semangat dan kegiatan yang kooperatif.

Page 74: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

63

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dengan cara pengumpulan data

melalui wawancara, studi dokumentasi, dan observasi ke KUBE Monalisa

mengenai peran pendampingan KUBE pada program pemberdayaan keluarga

miskin dapat penulis simpulkan bahwa :

1. Pelaksanaan peran pendampingan yang dilakukan PSM, dilakukan

dengan 6 tahap pendampingan, yaitu :

a. Perencana pendamping melakukan persiapan untuk binaan yaitu

pendamping melakukan sosialisasi program, pendataan, dan kebutuhan

pada anggota mempersiapkan segala kebutuahan KUBE, menentukan

tujuan dan mengembangkan potensi pada anggota KUBE Monalisa

dan penentuan lokasi

b. Pembimbing pekerja sosial masyarakat sebagai pembimbing

mengarahkan dan membina KUBE agar bisa mengembangkan KUBE

secara aktif dan membimbing dalam hal pembukuan dan segala

manajemen KUBE Monalisa.

c. Pemberi Informasi pekerja sosial masyarakat, bisa membantu dalam

hal memasarkan hasil KUBE Monalisa, yang sekarang hasil KUBE

Monalisa bisa diterima dipasaran seperti di agen kue-kue kering,

warung-warung dll.

Page 75: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

64

d. Motivator pekerja sosial masyarakat memberikan rangsangan dan

dorongan semangat kepada anggota KUBE dan bisa mengembangkan

anggota menjadi masyarakat yang mandiri. Pendamping juga

melakukan monitoring setiap minggu. Sehingga mereka dapat

mengenali masalah yang ada pada KUBE Monalisa.

e. Fasilitator Pekerja sosial masyarakat memberikan kemudahan dengan

cara memenuhi kebutuhan baik berupa barang, peralatan yang

diperlukan KUBE atau mencari dana untuk kemajuan KUBE Monalisa

dan dapat mengelola hasil KUBE

f. Evaluator Pekerja sosial masyarakat melakukan evaluasi setiap

bulannya dan dapat memberikan penilaian, saran dan masukan,

kepada KUBE tentang pilihan mana yang sesuai dengan kebutuhan

mereka. Disamping itu, pendamping dapat memberika penilaian

terhadap hasil KUBE.

Namun dari pendampingan yang dilakukan oleh dan pekerja sosial

masyarakat, kepada KUBE Monalisa tidak secara khusus melakukan

terminasi atau tahap pemutusan hubungan. Karena waulupun KUBE

sudah berkembang dan tumbuh maju, KUBE perlu pendamping agar

KUBE selalu berjalan dan hasil KUBE terus berkembang, kalau KUBE

berkembang dengan maju maka banyaklah warga-warga miskin yang

dapat diberdayakan. Pada program KUBE yang digulirkan oleh

pemerintah membawa dampak baik sekali, dan mengapa harus KUBE

karena KUBE Mempertimbangkan aspek kearifan lokal Kegotong

Page 76: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

65

royongan/ kerjasama, Saling membantu segi produksivitas dan jaminan

pemasaran, Keterbatas anggaran dalam pemberdayaan Pembinaannya

lebih mudah/ monitoring lebih mudah.

2. Pelaksanaan tahap kegiatan pekerja sosial yang dilakukan oleh Pekerja

Sosial Masyarakat dilakukan dengan 5 kegiatan, yaitu :

a. Pemantapan Program membuat kesepakatan kepada anggota akan

program program KUBE kepada warga sekitar KUBE Monalisa.

b. Pembentukan anggota dalam tahapan kegiatan berusaha membuat

pembentukan anggota,dan membuat struktur organisasi.

c. Indentifikasi/ mengdiagnosis masalah pada KUBE indentifikasi/

mengdiagnosis masalah pada KUBE, memobilisasi sumber daya yang

ada didalam KUBE.

B. Saran

Adapun untuk Pendamping atau PSM yang melaksanakan

pendampingan, diharapkan bermanfaat sebagai evaluasi dalam meningkatkan

kualitas pelaksaan pendampingan terhadap pemberdayaan keluarga miskin

adalah :

1. Kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh PSM terhadap

pemberdayaan keluarga miskin, semsetinya disertai dengan adanya

penetapan terminasi atau tahapan pemutusan hubungan agar anggota

KUBE dapat mandiri dan lebih produktif lagi dalam menjalakan

usahanya.

Page 77: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

66

2. Komunikasi yang aktif terhadap anggota KUBE agar apa yang diinginkan

oleh anggota pendamping dapat memenuhinya.

3. Dapat mengatasi masalah yang cepat dan tidak lambat di dalam KUBE

Melakukan pendampingan sosial dalam mekanisme program yang

dilaksanakan oleh Dinas Sosial dan dilakukan oleh PSM. Dinas Sosial yang

sekaligus melakukan pendampingan adalah :

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pekerja sosial, salah satunya Dinas

Sosial memilih pendamping sosial harus dari lulusan kesejahteraan sosial

karena lebih tahu bagaimana dan ilmunya pun luas. Pemberian pelatihan

yang buka lulusan kesejahteraan sosial harus lebih ditingkatkan lagi

terlebih lagi bagi PSM yang kurang dan hanya sedikit menerima pelatihan

pekerja sosial dibidang masyarakat.

2. Selain memberikan pelatihan Dinas Sosial juga memberikan pembinaan

secara insentif terhadap pendamping sosial agar menambah pengetahuan

dan wawasan pendampingan dan pemantauan yang sering ke KUBE

Monalisa agar apa yang dirasakan dan dibutuhkan oleh KUBE Dinas

Sosial dapat mengetahuinya. Karena setiap binaan memiliki kebutuhan

yang berbeda-beda dan dapat memberikan solusi yang dari tiap

binaannya.

3. Anggaran yang diberikan oleh provinsi untuk tiap KUBE, Dinas harus

bisa membaginya dengan cepat karena, kebutuhan pada setiap KUBE

adalah dana untuk pengembangan usahanya. Dinas Sosial dituntut untuk

aktif dalam menghadapi berbagai masalah.

Page 78: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Adi, Isbandi Rukminto, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan

Intervensi Komunitas Jakarta : Fakultas Universitas Indonesia, 2003.

Adi, Tristiadi, Observasi dan wawancara, Malang : Bayumedia, 2003.

Dinas Sosial Kabupaten Tangerang. Buku Pedoman Pelaksaan Kegiatan

Peningkatan Kemampuan Bagi Pendampingan Sosial dan BKM Tangerang:

Dinas Sosial Kabupaten Tangerang, 2010.

Dinas Sosial Kabupaten Tangerang, Laporan Realisasi Kegiatan

Pembangunan Bidang Urusan Sosial Tangerang : Dinas Sosial Kabupaten

Tangerang, 2009.

Hanindito, Andi. dkk. Panduan Operasional Program Pemberdayaan

Fakir Miskin bagi Eks Korban Bencana Alam Jakarta : Departemen Sosial RI,

2005.

Hisbullah, Agus. dkk. Panduan Operasional Program Pemberdayaan

Fakir Miskin Jakarta: Departemen Sosial RI, 2005.

Ismail, Asep Usman, Pedoman Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan

Dhua’afa Jakarta: UIN Jakarta Press, 2008.

Maleong, Lexi. J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2007.

Page 79: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

Machasi, Mulyono, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir

Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama dan Lembaga Keuangan Mikro Jakarta

: Departemen Sosial RI, 2004.

Saroyo, Suharno. dkk. Pendampingan Sosial Program Pemberdayaan

Fakir Miskin Melalui Mekanisme Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial

P2FM-BLPS Jakarta : Departemen Sosial RI, 2009.

Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Bandung:

Refika Aditama, 2005.

Sumodiningrat, Gunawan, Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa Jakarta:

Elax Media Komputindo, 2009.

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1994.

Tampubolon, Joyakin, ed. Implementasi Program Pemberdayaan Fakir

Miskin Jakarta : Departemen Sosial RI, 2007.

Tumanggor, Rusmin, Sosiologi Dalam Persepektif Islam Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2004.

Page 80: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

JURNAL

Profil Kelompok Usaha Monalisa. 2010- 2012

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana Kerja

Pembangunan Desa Lebak Wangi, Kabupaten Tangerang 2011-2015

INTERNET

Artikel diakses pada tanggal 31 Maret 2011 dari http:// suyatno.blog.

unip.ac.id/files/ files/2009/11/13-indikator-kemiskinan. Pdf

Artikel diakses pada tanggal 06 april 2011 dari http:// ichwanmuis.com

pekerja sosial. com/1708

DOKUMENTASI

Kelompok Usaha Bersama Bidang Tata Boga di Desa Lebak Wangi

Kecamatan Sepatan Timur Tangerang.

WAWANCARA

Wawancara Pribadi, Jan Peter Situmorang (Bidang Perencanaan Sosial) di

Dinas Sosial Kabupaten Tangerang Tanggal 06 Mei 2011.

Wawancara Pribadi, Muhamad Syubur Pekerja Sosial Masyarakat

Tanggal 07 Mei 2011.

Wawancara Pribadi, Farida Nuraeni Ketua Kelompok Usaha Bersama

Monalisa Tanggaal 08 Mei 2011.

Page 81: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

OBSERVASI

Observasi dilakukan di Dinas Sosial Kabupaten di Ruangan Pak Peter di

Bidang Perencanaan Sosial Jam 13. 00 WIB.

Observasi dilakukan di Dinas Sosial di Ruang Jaminan Sosial di Dinas

Sosial Kabupaten Tangerang dengan Pak Syubur Jam 15.00 WIB.

Observasi dilakukan di KUBE Monalisa di Desa Lebak Wangi Jam 11.00

WIB.

Page 82: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf
Page 83: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf
Page 84: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

Wawancara

Peran Pekerja Sosial KUBE dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin

di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang

A. Biodata Bidang Perencanaan di Dinas Sosial Kab. Tangerang

1. Nama Informan : Jan Peter Sitomurang, M.Si

2. Jenis Kelamin Informan : Laki-laki

3. Umur Informan : 49 Tahun

4. Alamat Informan : Kelurahan Babakan Kecamatan Legok

5. Bidang yang ditangani : Bidang Perencanaan Sosial

6. Tanggal wawancara : 06 Mei 2011

7. Tempat Wawancara : Dinas Sosial Kabupaten Tangerang

8. Waktu Wawancara : 13.00 WIB

B. Hasil Wawancara

1. Bagaimana cara pembentukan pendamping sosial di tiap kecamatan

dan desa?

Untuk menjadi pendamping sosial ada 2 cara yang dilakukan seperti

a. Ya, harus mengikuti alur program lokasi pendamping harus dari Desa

tersebut biasanya cara ini bisa dilaksanakan mereka yang mendata

orang-orang LSM atau tokoh-tokoh masyarakat setempat dilatih

pendidikan peksos dasar dari Dinas Sosial yang dilaksanakan untuk

pendamping sosial waktu 8 hari di Lembang dari kementrian Sosial

Page 85: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

b. Kemudian backround TKSK dan PSM yang ada di tiap Desa terutama

TKSK harus lulusan S1/ lulusan Kessos tetapi walaupun tidak lulusan

kessos harus mengusai materi materi tentang kessos dan mengikuti

pelatihan pendampingan selama 12 hari untuk mendapatkan

pengetahuan menjadi seorang peksos. PSM minimal SMA dan siap

menjadi seorang pendamping masyarakat.

2. Kemampuan dan keterampilan apa saja yang diperlukan untuk

menjadi pendamping sosial ?

Sebenarnya dalam pendampingan sosial itu tidak mudah tetapi

intinya siap menjadi pendamping dan mengerti apa itu program KUBE.

Untuk TKSK tadi sudah saya sebutkan harus lulus sarjana atau

diploma 1V, mempunyai wawasan dan pengetahuan tentang

pemberdayaan masyarakat, mempunyai pengetahuan dan keterampilan

pekerja sosial yang di peroleh melalui pendidikan formal dan non-

formal dan mempunyai kemampuan manajerial seperti pada

pengotrolan dan kepemimpinan, memiliki motivasi dan semangat kerja

yang tinggi, serta berjiwa kreatif- inovatif dalam mengembangkan

KUBE, bisa hidup dan bekerja di lingkungan KUBE, menguasai

keterampilan teknis yaitu menguasai di bidang ekonomi, sosial, dan

kelenbagaan KUBE mempunyai kemampuan untuk membangun

jaringan kerja.

3. Apa saja tanggung jawab pendamping sosial KUBE ?

Pada dasarnya menjadi pendamping harus mempunyai tanggung jawab

tanggung jawab pendamping sosial

a. Mendata calon binaan KUBE

Page 86: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

b. Mendampingi kegiatan pembinaan KUBE

c. Menyaksikan bantuan penyaluran bantuan untuk paket usaha

d. Pembinaan berkala/ memdampingi perkembangan KUBE

e. Pelaporan pengembangan KUBE ketingkatan kecamatan

4. Bagaimana cara efektif menjadi pendampingi KUBE ?

Cara efektif yang dimulai dari mengamati dulu permasalahan yang ada

di Desa mulai dari Pendataan, pembinaan , survey dan mengikuti pelatihan

pendampingan.

5. Peran apa saja yang harus ditampilkan oleh pendamping sosial ?

Ya, peran yang dilakukan oleh pendamping sama dengan tugas tetapi ini

lebih di lihat oleh masyrakat seperti pembimbing, pemberi informasi,

motivator, perencana, fasilitator, evaloator kemudian juga pada intinya

pendamping bukan sebagai penyembuh tetapi untuk meningkatkan atau

memperbaiki kapasitas mereka dapat menjalankan kehidupan dan

memperbaiki status sosial

6. Apa saja tugas yang harus dilaksanakan pendamping sosial KUBE ?

Pada dasarnya tugas pendamping itu mengelola KUBE agar berkembang

di masyarakat seperti pembinaan, pencatatan, monitoring, dokumentasi

terus peningkatan kapasitas, advokasi dan penyuluhan sosial karena dari

sinilah pendamping dapat membentuk KUBE dengan baik atau

pemungkinan, fasilitasi, penguatan, perlindungan, pendukung.

7. Mengapa KUBE perlu didampingi ?

Karena keterbatasan SDM, kemudian prodak pemasaran mekanisme

pemasaran KUBE hanya memproduksi hasil tetapi KUBE tidak tahu

bagaimana cara pemasarannya nah disinilah pendamping sangat di

Page 87: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

perlukan menjadi penghubung untuk memasarkan hasil KUBE karena

KUBE itu kan banyak orang-orang miskin atau keluarga miskin yang

pengetahuannya terbatas.

8. Bagaimana cara pembentukan KUBE untuk keluarga miskin ?

Cara pembentukan melalui data di Desa dengan data kemiskinan

kemudian indikator pokok tingkat kesehatan, tingkat pendidikan dan daya

beli masyarakat itu sendiri

Di lihat pada umumnya pendamping kemudian ke desa - baru kecamatan

baru - kedinas sosial, dari sistem perencanaan baru di dokumentasikan ke

Desa baru ke Dinas. Kemudian di cover di Kabupaten ini melalui

pendamping atau LSM yang mengajukan dengan krakteristik yang 3 tadi

dan di cantumkan potensi yang dimiliki yang berhubungan dengan KUBE

yang akan di ajukan ke Dinas Sosial dan Dinas survey.

9. Mengapa harus melalui KUBE untuk pemberdayaan keluarga

miskin?

a. Mempertimbangkan aspek kearifan lokal

b. Kegotongroyongan/ kerjasama

c. Saling membantu segi produksivitas dan jaminan pemasaran

d. Keterbatas anggaran dalam pemberdayaan

e. Pembinaannya lebih mudah/ monitoring lebih mudah

10. Apakah perbedaan TKSK dan PSM ?

a. TKSK status kedudukan di tingkat kecamtan

- Tingkat pendidikan atau SDM di bidang TKSK rata-rata S1 dan

sudah mengikuti pelatihan peksos professional .

Page 88: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

- TKSK SKnya kementrian sosial dan ada menerima biaya tali

kasih 250 RB perbulan

b. PSM kedudukannya di Desa

- PSM hanya pelatihan dasar peksos

- PSM sukarelwan murni PSM SKnya dari Desa IKPSM

11. Bagaimana memonitoring dan mengevaluasi KUBE ?

a. Survey dulu dan adanya papan nama kube identitas KUBE

b. Sturktur orgnanisasi

c. Pembukuan pelengkapan admintrasi

d. Produksi produktivitas berhubungan dengan hasil dan pemasarannya

e. Bagi hasil keuntungannya cara bagi hasil iu sesuai kubenya

f. Seleksi KUBE berprsetasi

g. Aspek dan inventaris barang digunakan atau tidak

h. Ada tidaknya IKS (Iuran Kesejahteraan Sosial )

i. Apakah sudah memiliki dan sudah memiliki kelembagaan mikro

j. Cara-cara menangai masalah dan hambatan dengan cara rapat tiap

bulan

12. Apa saja indikator kegagalan dan keberhasilan KUBE ?

Kegagalan dalam KUBE

a. Indikator kegagalan KUBE adalah KUBE tidak jalan KUBE tidak

berkembang atau tidak ada aktifitas di dalam KUBE

b. Pengurusan atau usaha kube di kelola secara pribadi

keberhasilan dilipih sebagai

a. KUBE prestasi dan selalu memproduksi hasil dari KUBE tersebut.

13. Bagaimana menentukan pendamping sosial dalam tahap terminasi ?

Page 89: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

Tidak ada terminasi dalam KUBE apabila kube masih berjalan maka

terus mendampingi dan selalu membimbing agar KUBE dapat berkembang

lebih maju.

Bidang Perencanaan Dinas Sosial

Kabupaten Tangerang

Page 90: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

Wawancara

Peran Pekerja Sosial KUBE dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin

di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang

A. Biodata Pendamping PSM

1. Nama Informan : Muhammad Syubur

2. Jenis Kelamin Informan : laki-laki

3. Umur Informan : 40 Tahun

4. Alamat Informan : Lebak Wangi Rt 01/02

5. Bidang yang ditangani Informan : PSM Tahun 2009 s/skrng

6. Pelatihan yang pernah di ikuti :

- Pelatihan dasar-dasar PSM

- Pelatihan Manajemen

- Admistrasi PSM

- Pelatihan BKM

7. Tanggal wawancara : 07 Mei 2011

8. Tempat Wawancara : Dinas Sosial

9. Waktu Wawancara : 15.00 WIB

B. Hasil Wawancara

Bagaimanakah kronologis proses pendampingan yang dilakukan untuk

pemberdayaan yang di mulai dari :

1. Bagaimana terbentuknya KUBE Monalisa di Desa Lebak

Wangi ?

Ya, awalnya itu ibu Farida itu seorang ibu yang mempunyai bakat

membuat kue kue kering tetapi ibu tidak mempunyai cukup dana

untuk memasarkan dan membuat kue yang banyak untuk pesanan,

Page 91: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

akhirnya saya sebagai PSM (Pekerja Sosial Masyrakat) setempat

mempunyai inisiatif agar ibu Farida dibuatkan KUBE dari Dinas

Sosial dan mendapatkan anggaran. Kemudian saya mengajukan ke

TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan) yang kemudian

TKSK tersebut membantunya dan membuat persyaratan-persyaratan

yang akan di ajukan oleh Dinas Sosial Kabupaten Tangerang.

Syukur allhamdullih usaha produksi ibu Farida menjadi usaha yang

dibawahi atau di bantu oleh Dinas Sosial yang menjadi “ KUBE

MONALISA “

2. Apa sajakah fungsi atau peran apa saja yang dilakukan PSM di

dalam KUBE Monalisa ?

Pada dasarnya yang bertanggung jawab atas berkembangnya KUBE

adalah seorang pendamping sosial terlebih lagi pada PSM karena

PSM yang menetap juga di Desa tersebut, yang selalu berfungsi

karena kalau TKSK itu kan kecamatan jadi tidak selalu memantau

KUBE Monalisa.

Fungsi dan peran saya sebagai PSM adalah memberikan informasi-

informasi yang berkaitan dengan program dari Dinas Sosial

Kabupaten Tangerang dan peran hanya memotivasi memobilisasi

agar KUBE menjadi mandiri.

3. Tahap (assement )

a. Apa saja masalah atau kebutuhan apa sajakah yang

diperlukan klien atau anggota KUBE Monalisa?

Pada dasarnya KUBE Monalisa membutuhkan tempat yang bisa

dijadikan tempat pembuatan kue-kue karena selama ini membuat

Page 92: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

kuenya itu di ruma ibu Farida sendiri. Kemudian barang atau alat-

alat untuk masak dan yang paling penting adalah dananya

4. Tahap Perencanaan Alternatif program / kegiatan?

a. Apakah tujuan PSM di dalam KUBE Monalisa dan

bagaimanakah kegiatan yang dilakukan PSM di KUBE ?

Tujuannya adalah agar anggota KUBE tidak bingung dengan

adanya program ini dikarenakan anggota KUBE sebagain besar

adalah orang-orang yang kurang pengetahuannya tetapi saya juga

di bantu oleh TKSK. PSM tidak ikut dalam kegiatan tetapi hanya

memantau sajah.

5. Apa yang dilakukan PSM dalam meningkatkan KUBE ?

Dasarnya PSM atau itu bekerja sama agar KUBE dapat

berkembang dan meningkat terutama dalam anggaran. Yah,

saya membuat proposal, buku-buku laporan . Untuk mengajukan

dana kepada provinsi agar KUBE lebih maju

a. Bagaimana hasil KUBE Monalisa dipasarkan ?

Cara pemasaran KUBE Monalisa yaitu adanya pedangang

keliling yang mengambil hasil produksi KUBE untuk di jual

kemudian ada juga membeli di tempat KUBE, dan ibu Farida

memasarkan ke warung-warung terdekat, trus agen membeli ke

tempat KUBE baru di jual di pasar.

6. Tahap Evaluasi

a. Apakah PSM melakukan pemantauan atau pengawasan ?

Page 93: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

Ya, tentu saja seminggu bisa 3x atau sebulan 2x dan bahkan pada

awalnya setiap hari takutnya anggota KUBE perlu bantuan

mangkanya saya sering ke KUBE

b. Apakah program KUBE membawa dampak yang baik

dalam meningkatkan ekonomi keluarga miskin ?

Allamdullih adanya program KUBE sangat membantu saya juga

ikut mersakan karena di Desa Lebak Wangi banyak keluarga

miskin. Walaupun hasil yang diterima tidak banyak tetapi

membantu untuk kebutuhan sehari hari

c. Apa saja kegagalan atau keberhasilan yang dilakukan selama

PSM ?

Kegagalannya adalah kurangnya informasi pada anggota karena

anggota kadang susah dan tidak mengikuti apa yang saya

sarankan.

Keberhasilannya adalah KUBE Monalisa bisa memasarkan hasil

keluar KUBE dan saya bisa mencarikan akses informasi kepada

Dinas maupun propinsi. Saya berjuang untuk dapat

memperdayakan masyarakat di sekitar Desa saya

9. Tahap Terminasi

a. Apakah KUBE MONALISA sudah berkembang?

Sudah tetapi masih tahap berkembang, kebutuhannya terkendala

oleh dana. Dan KUBE sudah tercatat di propinsi.

a. Apa yang dilakukan pendamping dalam tahap terminasi ?

Tidak ada tahap terminasi selalu mendampingi KUBE

Pekerja Sosial Masyarakat

Page 94: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

Wawancara

Peran Pekerja Sosial KUBE dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin

di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang

A. Biodata Ketua KUBE

1. Nama Informan : Farida Nura’eni

2. Jenis Kelamin Informan : Perempuan

3. Umur Informan : 48 Tahun

4. Alamat Informan : Desa Lebak Wangi Kecamatan

Sepatan Timur Tangerang

5. Bidang yang ditangani Informan : Ketua KUBE

6. Tanggal wawancara : 08 Mei 2011

7. Tempat Wawancara : KUBE MONALISA

8. Waktu Wawancara : 11.00 WIB

B. Wawancara

1. Apa yang membuat ibu/mbak ikut program KUBE ?

Yang membuat saya ikut program KUBE saya bisa mengembangkan hasil

produksi saya kemudian saya juga bisa membantu keluarga miskin di

sekitar saya neng, kemudian juga kan suka ada KUBE yang berprestasi

dan kemudian menerima dan diberikan dana yang lebih dan bisa

memasarkan KUBE lebih banyak.

2. Apakah ibu/mbak tahu bagaimana proses pendampingan yang

dimulai dari

a. Tahap Persiapan

- bagaimana awal pembentukan KUBE ibu ?

Page 95: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

awalnya yah tadi saya pertama membuka usaha atau membikin

kue-kue kering kemudian pak subur mengajak saya katanya

bagaimana kalo usaha ibu di jadikan pengembangan usaha untuk

keluarga miskin dan membantu anak-anak yang putus sekolah.

Yah, saya menyambutnya dengan baik dan pak subur mengajukan

kekecamtan dan baru ke Dinas setelah itu saya dan usaha saya

menjadi KUBE MONALISA.

b. Tahap Pengkajian (assement )

- Apakah masalah yang dihadapi KUBE ?

Dana boleh besar, boleh kecil karena ingin lebih maju kadang juga

masalahnya adalah masyarakat menerima baik hasil KUBE dan

syukur allhamdullih banyak pesanan tetapi ibu kurang bahan-bahan

baku dan pemesan pisang dari lampung lama datangnya

- Kebutuhan apa sajakah yang di perlukan KUBE ?

Klo soal kebutuhan saya ingin membuat tempat usaha pgn nya sih

pisah untuk tempat produksi karena kan slama ini klo produksinya

dirumah saya neng. Dan alat-alat masak buat pembuatan kue

- Berapa Anggota di dalam KUBE ?

10 anggota 8 orang wanita dan 2 orang pria. 5 orang ibu-ibu 3

orang gadis, dan 2 pria yang belum menikah.

c. Tahap Perencanaan Alternatif program / kegiatan

- Apa tujuan dari KUBE MONALISA ini ibu ?

Tujuan saya ingin membantu masyarakat sajah dari pada

menganggur lebih baik bekerja agar lebih produktif walaupun

hasilnya masih kurang.

Page 96: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

- Bagaimanakah kegiatan yang dilakukan di KUBE dan apakah

hasil dari KUBE Monalisa ini ibu ?

Cuma membuat kue-kue kering tetapi klo ada yang pesanan yang

ingin membuat kue-kue basah saya terima neng.

d. Tahap Pemformulasian Rencana Aksi pemasaran atau

pengembangan

- Melalui apakah pemasaran yang dilakukan oleh KUBE ?

Pemasarannya ibu memasarkan ke warung-warung terus ada juga

ibu-ibu keliling yang mengambil kue dan di jual. Kemudian ibu

jual ke agen atau diluar desa seperti ke pasar kemis, dan agen2 di

pasar.

- Adakah bantuan dari pemerintah untuk KUBE ibu ?

Ada atuh neng, seperti alat- alat masak tetapi kadang kurang

kemudian dana yang tidak besar. Tetapi saya bersyukurlah neng.

Insya allah bulan mei ini turun anggran lagi neng.

- Apakah pendamping diperlukan dalam pengembangan

KUBE?

Sangat diperlukan neng, karna kita kan orang yang kurang

pengetahuannya yah ibarat yah orang kurang pendidikan neng, dan

pendamping sangat sangat membantu sekali untuk kemajuan usaha

saya. Kan suka ada rapat tiap bulan yah apa yang dibutuhkan untuk

KUBE dan pendamping selalu memberikan masukan masukan,

memberikan dorongan kadang juga member informasi.

e. Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan

Page 97: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

- Apakah ibu mengetahui proses pendampingan yang dilakukan

oleh pendamping untuk pengembangan KUBE seperti

membantu untuk mendapatkan bantuan, pemantauan atau

pengawasan ?

Kalo saya memgetahui yah Cuma pemantauan sajah, pak subur

selalu memantau dan mendampingi kalo ada kendala-kendala

didalam KUBE. Malah klo TKSK mah jarang neng kan dia mah

sekecamatan jadi Cuma sesekali saja klo psm malah yang sering.

f. Tahap Evaluasi

- Adakah rapat tiap bulan dan adakah iuran kesejahteraan

sosial ?

rapat tiap bulan selalu ada itu gunannya untuk membicarakan

masalah-masalah yang dihadapi dan pendamping hanya memberi

jalan agar masalah yang dan dihadapi selesai, kemudian hanya

memberikan masukan saja. IKS ada itu ibaratnya tabunganlah neng

untuk anggota tiap bulan 20 rb

g. Tahap Terminasi

- Apakah ibu sudah berhasil dalam pengembangan KUBE ini ?

Menurut saya cie sampai saat ini allhmdllih sudah berkembang

- Apakah pendamping melakukan terminasi ?

Tidak ada tahap terminasi slalu memantau

- Apakah harapan atau pesan ibu bagi pendamping dan KUBE ?

Harapan untuk KUBE saya mau program KUBE tidak pernah

hilang selalu ada untuk warga-warga miskin karena cukup

membantu, dan membuat masyarakat tidak menganggur.

Page 98: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

Pesan bagi pendamping ibu ingin pendamping selalu ada karean

sangat membatu program KUBE kalo tidak ada pendamping

mungkin saya tidak bisa mengembangkan KUBE.

KETUA KUBE

Page 99: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

OBSERVASI

Peran Pekerja Sosial KUBE dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin

di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang

A. Biodata Bidang Perencanaan di Dinas Sosial Kab. Tangerang

1. Nama Informan : Jan Peter Sitomurang, M.Si

2. Jenis Kelamin Informan : Laki-laki

3. Umur Informan : 49 Tahun

4. Alamat Informan : Kelurahan Babakan Kec. Legok

5. Bidang yang ditangani : Bidang Perencanaan Sosial

6. Tanggal wawancara : 06 Mei 2011

7. Tempat Wawancara : Dinas Sosial Kabupaten Tangerang

8. Waktu Wawancara : 13.00 WIB s/d14.30 WIB

B. Hasil Obsevasi

Pada Observasi yang peneliti teliti, bahwa proses observasi

dilakukan di Dinas Sosial Kabupaten Tangerang pada waktu 13.00 WIB

s/d 14.30 WIB, di ruangan Pak Peter sendiri, di ruang perencanaan. Pak

Peter menjawab pertanyaan peneliti sambil merokok, tenang dengan

santai dan sambil ketawa dan menjawab pertanyaan peneliti. Kadang

peneliti ditanya balik sama beliau dengan pertanyaan yang dibuat oleh Pak

Peter sendiri, duduknya kadang tidak menentu kadang bersandar, dan

duduknya sambil goyang-goyang. Sikap yang ditampilkan sangat

menghargai peneliti yang sedang melakukan wawancara adakalanya Pak

Peter sambil berbicang bincang dengan patner kerjanya. Waktu wawancara

Pak Peter menunda wawancaranya karena Pak Peter dipanggil oleh kepala

Dinas. Dan setelah dipanggil kemudian peliti melanjutka wawancara

dengan selesai. Menjawab pertanyaan dengan santai dan tenang tidak

tergesa gesa sambil merokok.

Page 100: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

OBSERVASI

Peran Pekerja Sosial KUBE dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin

di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang

A. Biodata Pendamping PSM

1. Nama Informan : Muhammad Syubur

2. Jenis Kelamin Informan : laki-laki

3. Umur Informan : 40 Tahun

4. Alamat Informan : Lebak Wangi Rt 01/02

5. Bidang yang ditangani : PSM Tahun 2009 s/skrng

6. Tanggal wawancara : 07 Mei 2011

7. Tempat Wawancara : Dinas Sosial

8. Waktu Wawancara : 15.00 WIB s/d 16.00 WIB

B. Hasil Obsevasi

Pada Observasi yang peneliti teliti, bahwa pada proses observasi

pada wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan pekerja sosial

masyarakat dilakukan di Dinas Sosial Kabupaten Tangerang di ruangan

jaminan sosial, pada waktu 15.00 WIB s/d 16.00 WIB. Pekerja sosial

masyarakat menjawab pertanyaan peneliti dengan cara sambil ketawa,

karena orangnya sangat humoris dan mudah bercanda. Sikap yang tenang

dan terbuka membuat peneliti dengan pekerja sosial masyarakat mudah

akrab. Wawancara dilakukan sambil duduk, sikap duduk pekerja sosial

masyarakat kadang-kadang duduknya bersandar kadang geser geser.

Pekerja sosial masyarakat menjawab semua apa yang ditanyakan oleh

peneliti. Dan pekerja sosial masyarakat kadang menanyakan tentang

peneliti. Wawancara yang dilakukan tidak terlalu serius. Proses

wawancara direkam dan menulis. Pekerja sosial masyarakat melakukan

wawancara sambil ngobrol dengan temannya dan sambil memakan kue.

Page 101: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf

OBSERVASI

Peran Pekerja Sosial KUBE dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin

di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang

A. Biodata Ketua KUBE

1. Nama Informan : Farida Nura’eni

2. Jenis Kelamin Informan : Perempuan

3. Umur Informan : 48 Tahun

4. Alamat Informan : Desa Lebak Wangi

Kecamatan Sepatan Timur Tangerang

5. Bidang yang ditangani Informan : Ketua KUBE

6. Tanggal wawancara : 08 Mei 2011

7. Tempat Wawancara : KUBE MONALISA

8. Waktu Wawancara : 11.00 WIB s/d 13.00 WIB

B. Hasil Observasi

Pada observasi yang peneliti teliti, pada tahap wawancara

dilakukan di tempat KUBE tersebut dan pada waktu 11.00 WIB s/d 13.00

WIB, sambil duduk diatas karpet didalam rumahnya. Ibu farida sangat

senang dan tidak merasa terganggu. Dalam pengamatan peneliti bahwa

sikap yang ditujukan adalah tenang dan agak sedikit grogi, menjawab

dengan sedikit ketawa, karena menjawab pertanyaan agak kaku dengan

terbata bata menjawab pertanyaan peneliti. Ibu farida sambil membuat

kue bolak balik dapur wawancara agak sedikit terganngu. Tetapi tidak

mengurangi rasa senang saya terhadap ibu farida karena beliau sangat baik

sekali. Sebenarnya peneliti juga sedikit tidak enak karena ibu farida

menjawab wawancara sibuk dengan membuat makanan. Di rumah Ibu

Farida ada suami, anak dan menantu Ibu Farida dan ada juga anggota

KUBE yang sedang membuat makanan.

Page 102: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf
Page 103: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf
Page 104: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf
Page 105: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf
Page 106: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf
Page 107: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf
Page 108: FAZRA RAISSA WULANDARI-FDK.pdf