pengaruh pemupukan nitrogen terhadap tinggi … · latar belakang ... bending adalah suatu cara...
TRANSCRIPT
1
PENGARUH PEMUPUKAN NITROGEN TERHADAP TINGGI
DAN PERCABANGAN TANAMAN TEH (Camelia sinensis (L.)
O. Kuntze) UNTUK PEMBENTUKAN BIDANG PETIK
MIFTAH ANUGRAH PAMUNGKAS
A24080107
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
Abstract
The objective of this research was to investigate the effect of various dosage of
Nitrogen fertilizer on high and branching of tea plant (Camelia sinensis (L.) O.
Kuntze). Research was conducted from February until June 2012 at Cikabayan
Atas Experimental Station, IPB, Darmaga, Bogor. Experiment consists of one
factor, arranged in Randomized Block Design with four replication. The
treatments applied were (P0 : 60 kg N/ha; P1 : 120 kg N/ha; P2 : 180 kg N/ha;
P3 : 240 kg N/ha). The results showed Nitrogen fertilizer significantly affect plant
height in the third week of observation, number of leaves in the ninth until the
seventeenth week of observation, the diameter of the stem in the first to the fourth
week of observation and sub-branches. P2 treatment (180 kg N / ha) is the best
treatment but did not different with P1 treatment. Nitrogen fertilizer did not
significantly affect the number of branches, greenness of leaves and a high
percentage of plants greater 70 cm.
Keywords: (Camelia sinensis), frame formation, nitrogen fertilizer dosage,
centering and bending.
2
RINGKASAN
MIFTAH ANUGRAH PAMUNGKAS. Pengaruh Pemupukan Nitrogen
terhadap Tinggi dan Percabangan Tanaman Teh (Camelia sinensis (L.) O.
Kuntze) untuk Pembentukan Bidang Petik. (Dibimbing oleh SUPIJATNO).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh berbagai dosis pupuk
nitrogen terhadap pertumbuhan tinggi dan percabangan tanaman teh (Camelia
sinensis (L.) O. Kuntze) dalam rangka pembentukan bidang petik. Penelitian
dilakukan di Kebun Percobaan Cikabayan Atas IPB, Darmaga, Bogor, pada bulan
Februari hingga Juni 2012.
Penelitian ini terdiri atas satu faktor dengan susunan rancangan acak
kelompok (RAK). Perlakuan yang digunakan yaitu dosis pupuk nitrogen yang
terdiri atas 4 taraf, yaitu 60 kg N/ha (P0), 120 kg N/ha (P1), 180 kg N/ha (P2), dan
240 kg N/ha (P3). Perlakuan tersebut diulang sebanyak 4 kali, sehingga terdapat
16 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri atas 8 tanaman.
Data yang diperoleh diuji dengan analisis ragam, bila berbeda nyata maka
dilakukan uji lanjut DMRT pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk nitrogen
memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman pada minggu kedua,
jumlah daun pada minggu kedelapan hingga minggu keenam belas, diameter
batang pada minggu pertama hingga minggu ketiga serta pada jumlah cabang
sekunder. Pertumbuhan tinggi tanaman paling cepat terdapat pada perlakuan dosis
pupuk 180 kg N/ha dengan waktu 8 minggu dapat mencapai tinggi lebih dari
70 cm. Pada perlakuan dosis pupuk 180 kg N/ha memiliki jumlah cabang primer
rata-rata 7.14 dan jumlah cabang sekunder rata-rata 3.25. Pada peubah lainnya
dosis pupuk tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah cabang
primer, tingkat kehijauan daun serta persentase tinggi tanaman mencapai lebih
dari 70 cm.
Berdasarkan penelitian, perlakuan dosis pupuk 180 kg N/ha menghasilkan
pertumbuhan tanaman yang lebih baik pada peubah tinggi tanaman, jumlah
cabang primer dan cabang sekunder serta diameter batang. Pada peubah jumlah
3
daun, perlakuan dosis pupuk 180 kg N/ha dan 120 kg N/ha tidak berbeda nyata,
tetapi pertambahan jumlah daun peerlakuan 120 kg N/ha lebih besar dibandingkan
perlakuan pupuk 180 kg N/ha. Secara keseluruhan perlakuan pupuk 180 kg N/ha
lebih baik pada setiap peubah pengamatan sehingga memudahkan pembentukan
bidang petik.
4
PENGARUH PEMUPUKAN NITROGEN TERHADAP TINGGI
DAN PERCABANGAN TANAMAN TEH (Camelia sinensis (L.)
O. Kuntze) UNTUK PEMBENTUKAN BIDANG PETIK
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Miftah Anugrah Pamungkas
A24080107
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
5
Judul : PENGARUH PEMUPUKAN NITROGEN TERHADAP
TINGGI DAN PERCABANGAN TANAMAN TEH
(Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) UNTUK
PEMBENTUKAN BIDANG PETIK
Nama: MIFTAH ANUGRAH PAMUNGKAS
NRP : A24080107
Menyetujui,
Dosen pembimbing
Dr Ir Supijatno, MSi
NIP. 19610621 198601 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr
NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus:
6
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Subang, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 30
Desember 1990. Penulis merupakan anak ketiga dari Bapak Nana Saputra dan Ibu
Ade Juariah, S.Pd.
Tahun 2002 penulis lulus dari SDN Sukamandi 2, kemudian pada tahun
2005 penulis menyelesaikan studinya di SMPN 1 Ciasem, Subang. Selanjutnya
penulis lulus dari SMAN 1 Ciasem, Subang pada tahun 2008. Pada tahun yang
sama penulis diterima sebagai mahasiswa di IPB melalui jalur USMI. Selanjutnya
pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.
Penulis juga aktif di berbagai kegiatan organisasi (HIMPRO) diantaranya
tahun 2009/2010 menjadi Staf Divisi Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa
Agronomi (HIMAGRON) Departemen Agronomi dan Hortikultura. Pada tahun
yang sama penulis menjadi kepala divisi marketing koperasi Agrohotplate
Himagron. Pada tahun 2011 menjadi staf perekonomian umat, Forum Komunikasi
Rohis Departemen (FKRD) Faperta. Penulis juga aktif menjadi panitia dalam
kegiatan-kegiatan kemahasiswaan seperti Seri A Faperta tahun 2010, Masa
Perkenalan Departemen tahun 2010, Agrosportmen II tahun 2010, Festa XXXII
tahun 2011.
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Pemupukan Nitrogen terhadap Tinggi dan Percabangan
Tanaman Teh (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) untuk Pembentukan Bidang
Petik”.
Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Sarjana Pertanian pada program sarjana Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak, Ibu, Aa, Teteh, Ua, yang telah memberikan dukungan moril,
motivasi serta doa.
2. Dr Ir Supijatno, MSi. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan serta pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan
skripsi.
3. Dr Ir Darda Efendi, MS. selaku dosen pembimbing akademik atas saran-
saran persiapan penelitian yang diberikan kepada penulis.
4. Dr Ir Ade Wachjar, MS. dan Dr Ir Ani Kurniawati MS. yang telah menguji
penulis pada Ujian Skripsi di IPB.
5. Rene, Rahmi, Pita, Aris, Ferin, Tira, Dwi, Agus C, Agus R, Ikhsan, Tiara,
Adin, Susi, Ismail, Casey, Sindra, Andri, Tama, Nida, yang telah membantu
kegiatan di lapangan, mengolah data dan penulisan skripsi.
Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukan.
Bogor, Desember 2012
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xi
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
Latar Belakang.................................................................................. 1
Tujuan............................................................................................... 3
Hipotesis........................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 4
Botani Tanaman Teh......................................................................... 4
Ekofisiologi Teh................................................................................ 5
Pembentukan Bidang Petik............................................................... 7
Pengaruh Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan Pucuk................. 9
Pengaruh Pupuk Nitrogen terhadap Tanah dan Pertumbuhan
Tanaman............................................................................................ 10
BAHAN DAN METODE............................................................................. 12
Tempat dan Waktu............................................................................ 12
Bahan dan Alat................................................................................. 12
Metode.............................................................................................. 12
Pelaksanaan Penelitian...................................................................... 13
Pengamatan....................................................................................... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 15
Hasil................................................................................................... 15
Kondisi Umum........................................................................... 15
Tinggi Tanaman.......................................................................... 20
Jumlah Daun............................................................................... 21
Diameter Batang......................................................................... 23
Jumlah Cabang Primer dan Jumlah Cabang Sekunder............... 24
Waktu yang Dibutuhkan Tanaman Teh untuk Mencapai
Tinggi 70 cm............................................................................... 25
Tingkat Kehijauan Daun............................................................. 26
Pembahasan........................................................................................ 26
KESIMPULAN.............................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 32
LAMPIRAN.................................................................................................. 35
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Tinggi Tanaman Teh dengan Dosis Nitrogen yang Berbeda pada
Pengamatan Minggu kedua................................................................... 20
2. Jumlah Daun Tanaman Teh pada Minggu Kedelapan hingga Minggu
Keenam Belas dengan Perbedaan Perlakuan Dosis Pupuk Nitrogen.... 22
3. Diameter Batang dengan Perbedaan Perlakuan Dosis Pupuk Nitrogen
pada Minggu Pertama hingga Minggu Ketiga Pengamatan................. 23
4. Jumlah Cabang Primer dan Cabang Sekunder Tanaman Teh dengan
Perlakuan Perbedaan Dosis Pupuk Nitrogen........................................ 25
5. Rataan Tingkat Kehijauan Daun serta Waktu yang Dibutuhkan untuk Mencapai Tinggi 70 cm pada Tanaman Teh dengan Pemberian Dosis
Pupuk yang Berbeda............................................................................ 26
10
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Kondisi Pertanaman Teh Saat 1 BSP (A) dan 4 BSP (B)................ 18
2. Penyakit yang Menyerang Pertanaman Teh.................................... 18
3. Hama yang Menyerang Pertanaman Teh......................................... 19
4. Persentase Tanaman Teh yang Telah Mencapai Tinggi 70 cm pada
Berbagai Dosis Pupuk Nitrogen....................................................... 21
5. Jumlah Daun Tanaman Teh pada Perlakuan Perbedaan Dosis
Pupuk Nitrogen................................................................................ 23
6. Diameter Batang Tanaman Teh pada Berbagai Perlakuan Dosis Pupuk Nitrogen................................................................................ 24
x
11
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Denah Petak Percobaan................................................................... 36
2. Keadaan Suhu dan Curah Hujan Selama Penelitian di Wilayah Darmaga, Bogor............................................................................... 37
3. Sidik Ragam Peubah-peubah Pengamatan Pendahuluan................. 38
4. Hasil Analisis Tanah Setelah Penelitian........................................... 39
5. Rekapitulasi Sidik Ragam Peubah-peubah Pengamatan.................. 40
6. Sidik Ragam Peubah Tinggi Tanaman Teh...................................... 40
7. Sidik Ragam Peubah Jumlah Daun Tanaman Teh............................ 42
8. Sidik Ragam Peubah Diameter Batang Tanaman Teh...................... 44
9. Sidik Ragam Peubah Jumlah Cabang Primer dan Sekunder Tanaman Teh..................................................................................... 46
10. Sidik Ragam Peubah Tinggi Tanaman Teh Mencapai 70 cm........... 46
11. Sidik Ragam Peubah Tingkat Kehijauan Daun Tanaman Teh.......... 47
xi
1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Tanaman teh (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan tanaman
berbentuk pohon yang tingginya dapat mencapai belasan meter. Untuk keperluan
perkebunan, tinggi tanaman teh dipertahankan sekitar 1.5 m sehingga bentuknya
seperti tanaman perdu. Tanaman ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga
banyak dibudidayakan di Indonesia. Produk olahan tanaman teh memiliki peranan
besar dalam mencukupi kebutuhan minuman penyegar di Indonesia selain kopi
dan cokelat. Teh merupakan sumber antioksidan yang cukup bagi tubuh bila
dikonsumsi secara teratur. Wibowo dalam Mangeonsoekarjo (2007) menyatakan
bahwa tanaman teh di Indonesia didominasi oleh teh jenis assamica (Camelia
sinensis var. assamica) yang lebih banyak memiliki zat antioksidan yang
mencapai 12-14 % seperti polifenol, thianmin, katekin, derivatnya dibandingkan
dengan jenis sinensis (Camelia sinensis var. sinensis).
Luas perkebunan teh di Indonesia cenderung menurun tiap tahunnya
sedangkan untuk produksi menunjukkan hasil yang fluktuatif pada tiap tahunnya.
Direktorat Jenderal Perkebunan (2011) menyatakan bahwa luas perkebunan teh
pada tahun 2007 mencapai 133 734 hektar dan dapat memproduksi sebesar
150 623 ton. Pada tahun 2008 luas perkebunan teh menurun menjadi
127 712 hektar tetapi hasil produksinya meningkat menjadi sebesar 153 971 ton.
Luas perkebunan teh terus menurun hingga 123 506 hektar pada tahun 2009 tetapi
hasil produksinya lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu sekitar 156 901 ton.
Pada tahun 2010 masih terdapat penurunan luas menjadi 122 898 hektar yang
berkorelasi positif dengan penurunannya sehingga produksinya hanya sebesar
140 944 ton. Pada tahun 2011 terdapat luas perkebunan teh dengan angka
sementara yang menunjukkan peningkatan menjadi 123 351 hektar dan
produksinya yang mencapai 152 219 ton.
Kendala yang terdapat pada produksi pucuk teh dalam negeri selain luas
perkebunan teh yang terus berkurang yaitu tingkat produktivitas. Sultoni (2010)
menyatakan bahwa tingkat produktivitas teh di Indonesia saat ini hanya sebesar
2
± 1 300 kg/ha/th, atau 60 % dari potensi produktivitas yang dimiliki yaitu
2 000 kg/ha/th. Produksi yang dihasilkan dari luasan perkebunan yang ada masih
belum dapat mencukupi kebutuhan pucuk teh sehingga masih ada sebagian kecil
impor untuk pucuk teh. Rochyati (2011) menyatakan bahwa pada tahun 2011
impor teh telah mencapai 20 000 ton. Hal ini disebabkan oleh konversi lahan
menjadi tanaman sayuran, perumahan bahkan perkebunan karet dan sawit
sehingga terjadi penurunan jumlah produksi dari berkurangnya luasan lahan
perkebunan. Upaya peningkatan produksi perlu dilakukan oleh para peneliti di
bidang tanaman teh agar dapat menghasilkan tanaman teh yang memiliki
produktivitas tinggi, memiliki kualitas yang baik serta berkelanjutan.
Salah satu cara untuk dapat meningkatkan produksi tanaman teh adalah
dengan pemupukan yang tepat serta pembentukan bidang petik yang baik. Rumus
atau komposisi pemupukan pada perkebunan teh dalam setahun hanya berpegang
pada N-P-K. Wibowo dalam Mangeonsoekarjo (2007) menyatakan bahwa rumus
pemupukan N-P-K memiliki perbandingan yaitu 6-1-2 untuk Andosol, 5-1-2
untuk Latosol, dan 5-1-1 untuk Podzolik. Dosis anjuran pemupukan yang telah
diberikan adalah N = 120-140 kg, P2O5 = 9-12 kg, dan K2O = 40-60 kg/ha/tahun.
Berdasarkan hasil analisis daun disarankan penggunaan cara pemupukan
penyembuhan (recovery) secara bergantian agar dapat memperbaiki kualitas
tanaman teh.
Terdapat berbagai cara untuk pembentukan bidang petik yang baik bagi
tanaman teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006) menyatakan bahwa
pembentukan percabangan tanaman teh dapat dilakukan dengan cara pemenggalan
(centering) dan perundukan (bending). Tujuan utama dari centering adalah untuk
memacu pertumbuhan kesamping. Setelah mendapatkan cabang-cabang pada
tanaman teh tersebut kemudian dilakukan pemangkasan secara selektif.
Bending adalah suatu cara pembentukan bidang petik dengan melengkungkan
batang utama dan cabang-cabang sekunder agar merangsang pertumbuhan tunas
pada bagian tersebut. Bending dilakukan pada tanaman teh yang telah memiliki
tinggi lebih dari 70 cm. Tanaman teh tersebut dilengkungkan hingga ujungnya
kemudian diikat atau dipasak menggunakan sebilah bambu. Selanjutnya tanaman
3
tersebut dipetik daun pucuknya agar menginisiasi tunas baru. Jika terdapat cabang
yang memiliki panjang lebih dari 70 cm maka dilakukan bending.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian pupuk
nitrogen terhadap pertumbuhan tinggi dan percabangan tanaman teh (Camelia
sinensis (L.) O. Kuntze).
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan adalah terdapat taraf dosis pupuk nitrogen yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi dan percabangan tanaman teh (Camelia
sinensis (L.) O. Kuntze) untuk pembentukan bidang petik.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Teh
Tanaman teh (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan salah satu
spesies yang berasal dari famili Theaceae. Di seluruh dunia tersebar sekitar 1 500
jenis yang berasal dari 25 negara. Eden (1965) menyatakan bahwa tinggi tanaman
teh dapat mencapai hingga belasan meter, hanya saja untuk keperluan perkebunan
tinggi tanaman dipertahankan hingga 1.5 meter. Pusat Penelitian Teh dan Kina,
(2006) menyatakan bahwa tanaman teh pada dasarnya dapat dibedakan atas
(1) jenis sinensis (Camelia sinensis var. sinensis) serta (2) jenis assamica
(Camelia sinensis var. assamica). Oleh karena sifat tanaman teh menyerbuk
silang, maka terdapat pula jenis hibrida yang merupakan turunan dari hasil
persilangan antara jenis sinensis dengan jenis assamica.
Secara umum tanaman teh memiliki perakaran yang dangkal, peka terhadap
keadaan fisik tanah dan hanya sedikit memiliki kemampuan menembus tanah
yang keras. Akar tanamannya berupa akar tunggang dan memiliki banyak cabang
akar. Jika akar tunggangnya putus maka cabang akar yang akan menggantikan
fungsinya sehingga tumbuh besar dan cukup dalam ke arah vertikal.
Tanaman teh memiliki daun yang berbentuk jorong atau agak bulat seperti
telur yang terbalik/lanset dengan gerigi di tepinya. Selain itu, tanaman teh
memiliki daun tunggal dan berbulu halus pada permukaan daun muda, sedangkan
pada permukaan daun tua tidak berbulu. Daun tunggal adalah daun yang setiap
tangkai daun hanya mendukung satu helaian daun. Posisi daunnya berseling pada
batang dan cabang untuk tiap helainya.
Tanaman teh mengalami pertumbuhan tunas yang silih berganti antara yang
berasal dari ketiak daun dengan bekas ketiak daun atau ketiak daun yang daunnya
telah gugur. Tunas yang tumbuh diikuti dengan pembentukan daun. Tiap tunas
baru memiliki daun kuncup yang menutupi titik tumbuh serta daunnya.
Tanaman teh memiliki bunga berwarna putih bersih yang muncul dari ketiak
daun dan cukup wangi. Pada bunga tersebut terdapat sekitar 100-200 benang sari.
5
Mahkota bunga teh berjumlah 5-6 helai yang memiliki putik dengan tangkai yang
panjang atau pendek dan pada kepalanya terdapat tiga buah sirip.
Tanaman teh menghasilkan buah yang berbentuk kotak berwarna hijau
kecoklatan. Dalam satu buah berisi satu sampai enam biji, rata-rata memiliki tiga
biji. Buah yang masak dan kering akan pecah dengan sendirinya serta bijinya akan
ikut keluar. Bijinya berbentuk bulat atau gepeng pada satu sisinya. Pada saat
masih muda biji berwarna putih dan berubah menjadi coklat setelah tua.
Terdapat beberapa fase tanaman teh untuk pertumbuhan pucuk yaitu:
1. Fase inisiasi yang dimulai pada tunas dorman saat pucuk dipetik sampai
perpanjangan sel dan membutuhkan waktu selama 14-16 hari.
2. Fase peralihan antara membukanya dua daun perisai sampai daun kepel
membentang, lamanya 11 hari.
3. Fase terakhir tumbuh secara linier yaitu daun-daun normal yang masing-
masing setiap helai 8-9 hari.
Terdapat juga fase istirahat untuk tunas dan tidak menghasilkan daun. Fase
ini ditandai dengan adanya kuncup inaktif (kuncup burung) yaitu daun yang masih
muda dan baru membuka di ujung tunas. Lamanya fase istirahat berbeda-beda
bergantung jenis klon tanaman teh, pengaruh iklim, tanah, maupun, serangan
hama dan penyakit. Tunas-tunas tersebut akan kembali membentuk daun-daun
baru secara bergantian antara fase istirahat dan fase aktif.
Ekofisiologi Teh
Tanaman teh (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) berasal dari daerah
subtropis (antara 23.5 °LU dan 23.5 °LS). Tanaman teh dapat tumbuh baik pada
daerah 40º LU hingga 33º LS. Pada umumnya di Indonesia tanaman teh lebih
banyak dibudidayakan di daerah pegunungan. Menurut Nazarudin dan Paimin
(1993) terdapat syarat lingkungan khusus agar tanaman teh dapat tumbuh dan
menghasilkan produk secara optimal karena tidak setiap daerah dapat ditanami teh
untuk menghasilkan produksi yang baik. Syarat tumbuh tanaman teh meliputi
ketinggian tempat, curah hujan dan temperatur, serta jenis dan kesuburan tanah.
Berdasarkan ketinggian tempat yang ideal di daerah tropis sekitar 1 200-
1 500 m di atas permukaan laut (dpl) tetapi untuk di sebagian besar wilayah
6
pertanaman teh Indonesia berkisar antara 700-1 200 m dpl. Pada kisaran tersebut
produksi pucuk daun teh optimal tercapai pada saat tanaman berumur tujuh tahun,
sedangkan jika ketinggian permukaan lebih dari 1 200 m dpl produksi pucuk daun
teh tercapai setelah sepuluh tahun karena pembentukan tunas yang lebih lambat.
Hal ini akibat dari berkurangnya sebagian besar sejumlah pancaran sinar matahari
yang diterima oleh tanaman.
Curah hujan rata-rata 1 400 mm per tahun baik untuk tanaman teh. Tanaman
teh tidak tahan terhadap daerah yang panas dan kering sehingga suhu yang
optimum yang diinginkan bagi pertanaman teh adalah 14-25 ºC dengan
kelembaban relatif pada siang hari tidak kurang dari 70 %. Wibowo dalam
Mangeonsoekarjo (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman teh akan
terhenti apabila suhu lingkungan di bawah 13 ºC dan di atas 30 ºC serta
kelembaban relatif kurang dari 70 %.
Tanah yang cocok untuk pertanaman teh adalah tanah yang subur, banyak
mengandung bahan organik, berdrainase baik, tidak bercadas serta mempunyai
derajat keasaman (pH) antara 4.5-5.6. Jenis tanah seperti lempung berpasir,
Latosol, Andosol, Podzolik Merah, lempung berat (heavy clay), dan tanah
Vulkanis muda cocok untuk tanaman teh.
Klon Gambung 7 berasal dari persilangan klon antara Malabar 2 (Mal 2)
dan Pasir Sarongge 1 (PS 1), sama seperti klon Gambung 4 dan Gambung 5. Ciri-
ciri klon Gambung 7 adalah warna daun hijau muda, permukaan daun dilapisi lilin
sangat tebal sehingga mengkilap, bentuk daun agak cekung, internodia sedang,
kedudukan daun semi erek, dan percabangan tanaman sangat baik. Klon Gambung
7 dianjurkan untuk ditanam di kebun yang memiliki ketinggian dari dataran
rendah atau di bawah 800 m dpl hingga dataran tinggi atau lebih dari 1 800 m dpl.
Klon Gambung 7 merupakan klon yang paling baik di antara klon Gambung
lainnya karena potensi hasilnya sangat tinggi hingga mencapai 5 800 kg/ha/tahun.
Dalimoenthe dan Johan (2008) menyatakan bahwa klon Gambung 7 merupakan
salah satu dari hasil seleksi lanjutan klon dengan produktivitas tinggi yang dirilis
pada bulan Oktober 1998 dan masuk menjadi klon anjuran Pusat Penelitian Teh
dan Kina di tahun yang sama. Upaya Pusat Penelitian Teh dan Kina menghasilkan
dan menyediakan bahan tanam yang lebih baik dan menguntungkan, yaitu klon
7
yang berproduksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit serta mempunyai
pertumbuhan yang cepat.
Pembentukan Bidang Petik
Produksi pucuk yang tinggi merupakan tujuan utama dari budidaya tanaman
teh. Berbagai upaya kultur teknik dan pengelolaan kebun telah dilakukan untuk
meningkatkan produksi. Pembentukan percabangan yang ideal dengan bidang
petik yang luas diperlukan agar dapat memperoleh tanaman yang produktif
sehingga dapat menghasilkan pucuk daun sebanyak-banyaknya. Pusat Penelitian
Teh dan Kina (2002) menyatakan bahwa untuk mencapai hal tersebut perlu
dilakukan cara pembentukan bidang petik (frame). Tujuan pembentukan frame
adalah merangsang munculnya cabang-cabang lateral dan selanjutnya menjaga
agar cabang-cabang tersebut hidup sehat dan menjadi tempat keluarnya pucuk
(Dalimoenthe dan Johan, 2008). Pembentukan bidang petik dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu pemangkasan dan pemenggalan (centering), perundukan
(bending) serta kombinasi keduanya (centering-bending).
Pemangkasan atau pemenggalan (centering) dilakukan pada tanaman belum
menghasilkan (TBM) asal stek atau biji. Pelaksanaan centering sebagai berikut:
1. Setelah bibit ditanam di lapangan dan berumur kira-kira 4-6 bulan, batang
utama dipotong atau dipenggal setinggi 15-20 cm dari permukaan tanah
dengan meninggalkan minimal 5 helai daun. Apabila pada ketinggian
tersebut tidak terdapat daun maka centering dilakukan lebih tinggi.
2. Setelah 6-9 bulan centering terdapat cabang yang tumbuh ke atas, maka
cabang tersebut dipotong (de-centering) pada ketinggian 30 cm dengan
tujuan untuk memacu pertumbuhan ke samping/melebar.
3. Tiga sampai enam bulan kemudian, jika percabangan baru telah tumbuh
mencapai 60-70 cm maka dilakukan pemangkasan secara selektif (selective
cut cross) setinggi 45 cm. Tunas-tunas yang tumbuh setelah pemangkasan
selektif ini dibiarkan tumbuh selama 3-6 bulan, kemudian dijedang (tipping)
pada ketinggian 60-65 cm atau 15-20 cm dari bidang pangkas.
Keuntungan centering adalah mudah dilakukan serta biaya yang lebih
murah, sedangkan kerugiannya adalah jangka waktu yang cukup lama untuk
8
tanaman dapat menutup tanah, biaya pemeliharaan tinggi serta perakaran tanaman
mengalami gangguan. Selain itu terjadi kehilangan sebagian cadangan makanan
berupa karbohidrat (pati) pada batang yang dipangkas. Kesalahan dalam
menentukan ketinggian tanaman untuk dipangkas merupakan hal penting karena
sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman.
Cara perundukan (bending) dilakukan dengan melengkungkan batang utama
dan cabang sekunder tanpa memotong bagian-bagian tanaman tersebut.
Pelengkungan batang dan cabang tersebut dapat menyebabkan terakumulasinya
bahan makanan (karbohidrat) di bagian sisi atas batang sehingga akan merangsang
pertumbuhan tunas pada bagian tersebut. Pelaksanaan bending sebagai berikut:
1. Sekitar 4-6 bulan setelah bibit ditanam di lapangan, batang utama yang telah
mencapai tinggi lebih dari 70 cm dilengkungkan dengan sudut 45º dengan
permukaan tanah serta pucuknya dipotong. Pelengkungan dapat dilakukan
dengan menggunakan tali bambu, cagak kayu atau lainnya.
2. Kira-kira setelah 6 bulan dari bending I, tunas-tunas sekunder akibat
bending I telah mencapai panjang 40-50 cm dapat dilakukan bending II
dengan pelengkungan menyebar ke segala arah.
3. Cabang yang tumbuh ke atas setelah bending II dilakukan cut cross pada
ketinggian 30 cm sedangkan cabang lain yang belum mencapai ketinggian
tersebut dibiarkan.
4. Tunas yang tumbuh akibat bending II dilakukan cut cross setinggi 45 cm.
Keuntungan pembentukan bidang petik dengan cara bending yaitu bentuk
perdu terancang lebih awal, frame lebih rendah, cepat menutup tanah, tidak ada
pembuangan bagian tanaman, dan produksi awal akan lebih tinggi dibandingkan
dengan centering. Kekurangan yang terdapat pada penggunaan cara bending
adalah biaya yang dibutuhkan lebih besar, pemeliharaan akan sulit di awal, hanya
baik pada pertanaman dataran sedang hingga tinggi, memerlukan keterampilan
khusus serta pengawasan yang baik serta keseimbangan air mudah terganggu.
9
Pengaruh Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan Pucuk
Tanaman teh merupakan tanaman yang dipanen daun muda atau pucuknya
secara teratur, sehingga setiap faktor penentu pertumbuhan vegetatif termasuk
pupuk akan dapat mempengaruhi pertumbuhan pucuk tersebut. Adisewojo dalam
Rusmana dan Salim (2003) menyatakan bahwa hasil pucuk yang diperoleh
bergantung pada pertumbuhan tunas tanaman teh tersebut. Klon seri Gambung
memiliki sifat kecepatan pertumbuhan pucuk yang berbeda (Johan dan Sriyadi,
2005). Perbedaan kecepatan tumbuh tanaman teh tersebut yang menyebabkan
adanya daur petik pada perkebunan teh. Daur petik tersebut dibedakan tiap luasan
tertentu.
Pucuk daun teh memiliki komposisi kimia yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya. Pusat Penelitian Teh dan Kina (2002) menyatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi variasi susunan kimia daun teh diantaranya
adalah jenis klon tanaman teh, variasi musim dan kondisi tanah, perlakuan kultur
teknis, umur daun, serta banyaknya sinar matahari yang diterima tanaman. Variasi
tersebut sulit diatasi, apalagi yang bersifat genetis dan alamiah. Variasi tersebut
masih dapat diterima ketika komposisinya diusahakan masih berada dalam
keadaan baik atau tidak berubah.
Daun pucuk pada tanaman teh memiliki senyawa nitrogen yang jumlahnya
lebih besar dibandingkan dengan bagian lain pada tanaman teh. Salim et al.
(1989) menyatakan bahwa persentase kadar N pucuk daun teh pada 6 bulan
pertama setelah pemberian zeolit mengalami perubahan kecuali dengan adanya
penambahan zeolit 4-6 ton/ha/tahun, persentase kadar N pucuk akan tetap stabil.
Rusmana dan Salim (2003) menyatakan bahwa akan berbeda persentase serapan
N pucuk ketika diberikan perlakuan pengolahan tanah dan pemberian pupuk
organik pada pertanaman teh.
Pemberian nitrogen pada pertanaman tidak selalu meningkatkan jumlah
pucuk secara signifikan. Setiawati dan Nasikun (1991) menyatakan bahwa
lingkungan fisik yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh
adalah tanah dan iklim. Semua unsur iklim berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman teh, namun hanya curah hujan dan penyinaran matahari yang memiliki
pengaruh paling tinggi. Jumlah hari hujan yang tinggi berpengaruh terhadap hasil
10
pertumbuhan pucuk. Kondisi tersebut mengakibatkan penyinaran matahari rendah
sehingga proses fotosintesis yang membutuhkan sinar matahari menjadi
terhambat.
Pembentukan pucuk pada tanaman teh sangat ditentukan dengan banyaknya
hasil fotosintesis yang digunakan untuk pembentukan pucuk yang dikenal dengan
Harvest Index (HI). Kecukupan pasokan nitrogen pada tanaman ditandai oleh
aktivitas fotosintesis yang tinggi, pertumbuhan vegetatif yang baik dan warna
tanaman yang hijau tua. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Munawar (2011)
yang menyatakan bahwa nitrogen merupakan bagian dari klorofil yang
bertanggung jawab terhadap fotosintesis.
Pengaruh Pupuk Nitrogen terhadap Tanah dan Pertumbuhan Tanaman
Nitrogen berperan sebagai penyusun penting klorofil, bagian integral dari
protein tanaman, dan pertumbuhan vegetatif tanaman (Hall, 2007). Nitrogen
menyusun sekitar 40 % - 50 % bobot kering protoplasma atau bahan hidup sel
tanaman (Munawar, 2011). Oleh karena itu, nitrogen dibutuhkan dalam jumlah
lebih besar dibandingkan dengan senyawa lain bagi tanaman.
Urea (CO(NH2)2 salah satunya terbentuk dari reaksi Haber-Bosch yang
berasal dari gas hidrogen (H2) dan gas N2 atmosfer. Hasil reaksi tersebut berupa
NH3 yang dapat digunakan sebagai bahan baku dasar pembuatan urea (Munawar,
2011). Urea atau senyawa nitrogen diserap tanaman dari tanah dalam bentuk nitrat
(NO3-) dan amonium (NH4
+). Nitrat merupakan bentuk senyawa yang paling
disukai tanaman untuk pertumbuhan, tetapi dipengaruhi oleh jenis dan faktor-
faktor lingkungan. Tanaman cenderung menyerap nitrat meskipun yang diberikan
adalah pupuk amonium. Laju serapan nitrat lebih tinggi dan diserap tanaman
secara aktif.
Pemupukan nitrogen yang berat secara terus menerus melalui tanah akan
memasamkan tanah (Willson et al., 1975), karena jumlah hara yang bersifat basa
dalam daun cenderung menurun dengan meningkatnya hasil produksi. Dampak
lain dari pempukan nitrogen yang berlebihan adalah menyebabkan produksi
mengalami penurunan, karena tanaman kekurangan basa (Darmawijaya, 1977).
Jika dalam pemupukan nitrogen dosisnya terlalu tinggi maka dapat menyebabkan
11
kematian pada tanaman. Hardjowigeno (2007) menyatakan dalam proses reaksi
pembentukan urea sering terbentuk senyawa biuret yang merupakan racun bagi
tanaman apabila terdapat dalam jumlah yang banyak.
Potensi tanah dalam produksi pucuk diawali dengan kandungan unsur hara
yang tersedia di dalamnya. Kadar N-total tanah bagian atas merupakan kriteria
berikutnya untuk sub-klas keserasian tanah pada perkebunan teh. Wibowo dalam
Mangeonsoekarjo (2007) menyatakan bahwa kadar N-total merupakan jumlah
yang dikandung tanah yang terdiri atas nitrogen yang terkandung dalam bahan
organik dan nitrogen dalam bentuk ion tersedia. Kadar nitrogen sangat
dipengaruhi oleh cuaca serta dapat mempercepat terlaksananya potensi
pertumbuhan, peningkatan produksi biji dan buah dan meningkatkan kualitas
daun. Menurut Munawar (2011), nitrogen dalam tanaman memiliki fungsi sebagai
penyusun penting klorofil, protoplasma, protein, asam nukleat, peningkatan
pertumbuhan dan perkembangan semua jaringan, peningkatan kualitas daun
sayur-sayuran dan kandungan protein biji-bijian.
12
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan Atas
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor mulai bulan
Februari hingga Juni 2012.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah bibit tanaman teh klon Gambung 7
sebanyak 176 bibit, pupuk Urea, serta pupuk kandang kotoran ayam. Alat yang
digunakan adalah cangkul, kored, ember, penggaris atau meteran, ajir, jangka
sorong, alat ukur klorofil SPAD-502 Plus serta alat tulis.
Metode
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal dengan susunan
rancangan acak kelompok (RAK). Perlakuan yang digunakan yaitu dosis pupuk
nitrogen yang terdiri atas 4 taraf yaitu:
P0 = 60 kg N/ha.
P1 = 120 kg N/ha
P2 = 180 kg N/ha.
P3 = 240 kg N/ha.
Empat perlakuan tersebut diulang sebanyak 4 kali, sehingga terdapat 16
satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri atas 8 tanaman. Data
yang diperoleh diuji dengan uji analisis ragam dan dilakukan uji lanjut DMRT
pada data yang berbeda nyata dengan taraf 5 %.
Model linier percobaan ini adalah:
Yij = µ + τi + βj + εij
(i = 1,2,3,4 ; j = 1,2,3,4)
Keterangan:
Yij : respon pengamatan kelompok ke-i, perlakuan pupuk nitrogen ke-j
µ : nilai tengah umum
τi : pengaruh kelompok ke-i
13
βj : pengaruh perlakuan pupuk nitrogen ke-j
εij : pengaruh galat kelompok ke-i, perlakuan pupuk nitrogen ke-j
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada 2 blok lahan, masing-masing blok seluas
20 x 10 meter yang memiliki perbedaan tinggi sekitar 1 meter antar bloknya
(Lampiran 1). Pengolahan tanah dilakukan pada minggu terakhir bulan Oktober
2011 dengan cara menggemburkan tanah kemudian dibuat lubang tanam dengan
jarak tanam 120 cm x 60 cm. Setiap lubang tanam diberi pupuk organik kotoran
ayam dengan dosis 1 kg/lubang tanam. Dua minggu kemudian ditanam bibit teh
pada lubang tanam yang telah diberikan pupuk kandang. Perlakuan pemupukan
dilakukan pada minggu terakhir bulan Februari 2012, dengan cara menaburkan
pupuk pada alur pupuk di sekeliling tanaman. Perlakuan dosis pupuk hanya
dilakukan satu kali aplikasi dikarenakan pupuk yang digunakan adalah pupuk
slow release yang efeknya dapat mempengaruhi tanaman beberapa waktu
kemudian. Dosis pupuk Urea yang digunakan untuk perlakuan pemupukan
nitrogen yaitu P0 (60 kg N/ha) = 4.3 g per tanaman, P1 (120 kg N/ha)
= 8.6 g per tanaman, P2 (180 kg N/ha) = 13 g per tanaman dan P3 (240 kg N/ha)
= 17.2 g per tanaman.
Pengamatan pendahuluan dilakukan pada hari yang sama dengan kegiatan
aplikasi pupuk yang bertujuan untuk mengetahui kondisi awal tanaman serta nilai
peubah-peubah pengamatan. Tanaman yang telah mencapai tinggi lebih dari
70 cm ataupun cabang primer yang telah memiliki panjang lebih dari 70 cm
dilakukan bending yang pada minggu selanjutnya tidak dilakukan pengamatan
tinggi tanaman pada tanaman tersebut.
Pada pertanaman teh dilakukan kegiatan pemeliharaan yang meliputi
pengendalian gulma dan hama penyakit tanaman. Pengendalian gulma dilakukan
secara manual (pencabutan) sesuai dengan perkembangan gulma. Pengendalian
organisme pengganggu tanaman dilakukan apabila sudah terdapat gejala serangan
pada tanaman dengan membuang bagian tanaman yang terserang ataupun
membuang/menjauhkan hama tersebut dari tanaman.
14
Pengamatan
Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan setiap minggu pada 128
tanaman sampel. Pengamatan yang dilakukan meliputi:
1. Tinggi tanaman.
Tinggi tanaman diukur dengan cara membentangkan alat ukur berupa
meteran yang disejajarkan dengan batang utama. Tinggi tanaman tersebut
diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh tanaman yang paling
tinggi. Pengukuran dilakukan pada minggu awal hingga minggu terakhir
pengamatan.
2. Jumlah cabang primer dan cabang sekunder.
Jumlah cabang primer dan cabang sekunder dihitung satu per satu cabang
yang muncul tiap minggu. Pengukuran dilakukan pada minggu awal
hingga minggu terakhir pengamatan.
3. Jumlah daun.
Jumlah daun dihitung dengan satu per satu daun yang muncul tiap minggu.
Pengukuran dilakukan pada minggu awal hingga minggu terakhir
pengamatan.
4. Diameter batang yang diamati pada 10 cm dari permukaan tanah.
Diameter batang diukur dengan cara memberikan tanda pada batang utama
tanaman 10 cm dari permukaan tanah, kemudian diukur dengan
menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan pada minggu awal
hingga minggu terakhir pengamatan.
5. Tingkat kehijauan daun.
Tingkat kehijauan daun diukur dengan menggunakan alat ukur klorofil
SPAD-502 Plus dengan merek Konica Minolta. Jenis alat digital dengan
cara kerja dua optik pada ujung alat yang ditempelkan pada permukaan
daun. Pengamatan dilakukan pada daun pucuk dengan lebar lebih dari 1.5
cm. Kegiatan pengamatan ini hanya dilaksanakan pada minggu terakhir
pengamatan.
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Umum
Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar
272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah
curah hujan tersebut lebih baik dari kebutuhan optimal tanaman teh. Dalimoenthe
dan Johan (2008) menyatakan bahwa tanaman teh membutuhkan paling sedikit
curah hujan 114 mm per bulan untuk tumbuh optimal. Jumlah curah hujan
tersebut memiliki nilai yang sangat tinggi pada bulan pertama pengamatan
sedangkan pada dua bulan terakhir pengamatan curah hujan cukup rendah. Suhu
optimum untuk pertanaman teh berkisar antara 14 °C - 25 °C. Menurut
Dalimoenthe dan Johan (2008) jika suhu udara lebih dari suhu optimum tetapi
tidak melebihi 30 °C maka tanaman masih dapat tumbuh walaupun tidak optimal,
tetapi jika suhu pertanaman melebihi 30 °C maka hasil fotosintesis akan
berkurang karena banyak karbohidrat yang dirombak kembali pada proses
respirasi sehingga fotosintat menurun. Suhu maksimum rata-rata per bulan pada
lokasi percobaan adalah 27.5 ºC dan suhu minimum rata-rata sebesar 26.1 ºC
sehingga pertanaman masih dapat tumbuh dengan baik walaupun suhu udara
sedikit lebih tinggi dari suhu optimum (Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika Bogor, 2012) (Lampiran 2).
Hasil pengamatan pendahuluan menunjukkan bahwa pertanaman teh
memiliki keragaan yang relatif sama. Pengukuran tinggi tanaman pada tiap
ulangan memberikan perbedaan tinggi yang tidak nyata. Jumlah daun tiap
tanaman hampir sama pada tanaman yang memiliki tinggi yang sama, sehingga
jumlah daun tidak berbeda nyata pada tiap ulangan. Pengukuran jumlah cabang
primer dan jumlah cabang sekunder memberikan hasil yang tidak berbeda nyata
sedangkan pengukuran diameter batang memberikan hasil yang nyata. Hal ini
disebabkan oleh pengaruh lingkungan sehingga terdapat perbedaan pada
pengukuran diameter (Lampiran 3).
16
Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa nilai pH KCl dan H2O
menunjukkan nilai yang sama pada tiap perlakuan yaitu 4.1 dan 4.8 yang
termasuk dalam kategori sangat rendah pada kriteria penilaian sifat kimia tanah,
tetapi masih dalam batas toleransi tanaman untuk tumbuh dengan baik karena
nilai pH yang baik untuk pertanaman teh yaitu antara 4.5 - 5.6. Nilai C-organik
dan N-total terbaik terdapat pada perlakuan 180 kg N/ha, secara berturut yaitu
2.95 % dan 0.25 %. Nilai C-organik dan N-total pada tiap perlakuan termasuk
dalam kategori sedang pada kriteria penilaian sifat kimia tanah. Walaupun
terdapat perbedaan penambahan jumlah nitrogen terhadap tanah, tetapi
penambahan tersebut tidak menyebabkan peningkatkan jumlah bahan organik dan
nitrogen dalam tanah. Nilai C-organik dan N-total tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain yaitu pengelolaan tanah, tekstur tanah, iklim, posisi
lanskap, dan tipe vegetasi (Bot dan Benites dalam Munawar, 2011). Nilai C/N
pada perlakuan 180 kg N/ha mencapai 11.80 % yang termasuk kategori sedang,
padahal tanaman teh menghendaki nilai C/N yang termasuk kategori rendah
karena baik untuk pertumbuhan vegetatif yaitu perlakuan 60 kg N/ha sebesar
9.09 %. Munawar (2011) menyatakan bahwa rasio C/N rendah berarti tanah
banyak mengandung nitrogen dan mudah terdekomposisi, sehingga cepat
memasok nitrogen pada tanaman (Lampiran 4).
Unsur Ca pada tiap perlakuan berada pada kategori yang sama yaitu sangat
rendah dengan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan 60 kg N/ha yaitu sebesar
1.69 me/100 g. Nilai unsur Na tertinggi yaitu pada perlakuan 180 kg N/ha sebesar
0.67 me/100 g yang termasik dalam kategori sedang ketersediaannya di dalam
tanah, sedangkan perlakuan lainnya berada pada kategori rendah. Unsur Mg
menunjukkan nilai tertinggi pada perlakuan yang sama yaitu 60 kg N/ha dengan
nilai sebesar 0.53 me/100 g dengan kategori rendah pada kriteria penilaian sifat
kimia tanah. Kandungan Mg dalam tanah masih dalam kondisi yang sesuai karena
menurut Havlin et al. dalam Munawar (2011) menyatakan bahwa pada umumnya
tanah mengandung Mg berkisar 0.05 % di tanah (Lampiran 4).
Nilai KTK (Kapasitas Tukar Kation) bergantung pada ketersediaan unsur K
pada tanah karena pasokan K lebih efektif pada tanah yang memiliki nilai KTK
tinggi. Nilai KTK pada tiap perlakuan pupuk termasuk dalam kategori rendah
17
pada kriteria penilaian sifat kimia tanah. Nilai KTK tertinggi terdapat pada
perlakuan 120 kg N/ha yaitu sebesar 13.55 % yang termasuk dalam kategori
rendah tetapi kandungan K tertinggi terdapat pada perlakuan 180 kg N/ha yaitu
sebesar 0.58 me/100 g yang termasuk kategori sedang. Hal tersebut menunjukkan
bahwa dengan nilai KTK yang lebih tinggi efektifitas pasokan K terhadap
tanaman berjalan baik sedangkan dengan tanah kandungan K yang tinggi belum
tentu dapat memberikan pasokan K secara efektif pada tanah. Nilai kejenuhan
basa (KB) dan kadar air tanah terbaik terdapat pada perlakuan 180 kg N/ha secara
berurut 25.49 % dan 22.24 %. Nilai KB pada semua perlakuan berada pada
kategori sangat rendah hingga rendah pada kriteria penilaian sifat kimia tanah
sehingga tanah dikategorikan kurang subur, sedangkan kadar air tanah dalam
kondisi cukup (Lampiran 4).
Pada satu bulan setelah perlakuan (BSP) tanaman teh menunjukkan
kondisi yang baik karena curah hujan yang masih tinggi. Tanaman terlihat segar
dengan daun-daun yang berwarna hijau tua. Pada bulan pertama pengamatan
pertanaman teh dibersihkan dari serasah daun agar memudahkan air meresap ke
dalam tanah. Pada bulan keempat pengamatan, curah hujan sangat rendah
sehingga serasah dibiarkan pada pertanaman agar tidak mempercepat laju
penguapan air dari tanah. Perbedaan pertumbuhan tanaman terlihat sangat tinggi
ketika dilakukan pengamatan setelah adanya hujan pada hari sebelumnya dan
pengamatan tanpa ada hujan pada hari sebelumnya. Hasil pengukuran pada
peubah-peubah pengamatan pada bulan awal percobaan menunjukkan hasil yang
baik disebabkan curah hujan masih tinggi, berbeda dengan bulan akhir
pengamatan yang sangat minim turunnya hujan menyebabkan daun-daun teh
sangat kering sehingga perlu dilakukan penyiraman. Keadaan Kebun Percobaan
Cikabayan Atas pada bulan pertama dan bulan keempat pengamatan menunjukkan
pertumbuhan yang baik. Pertanaman teh ternaungi oleh tanaman karet sehingga
penyinaran kurang optimal, namun tidak menurunkan potensi tumbuh tanaman
yang terlihat dari pertambahan tinggi, jumlah daun, jumlah cabang serta
pertambahan diameter batang yang cukup baik (Gambar 1).
18
A B Gambar 1. Kondisi Pertanaman Teh Saat 1 BSP (A) dan 4 BSP (B)
Gangguan hama dan penyakit tidak memberikan pengaruh yang signifikan
pada pertanaman teh. Penyakit yang menyerang pertanaman teh pada saat
percobaan diantaranya cacar daun teh yang disebabkan oleh jamur Exobasidium
vexans (Gambar 2). Menurut Departemen Pertanian (2002) penyakit ini dapat
menurunkan produksi pucuk basah hingga 50 % karena menyerang daun serta
ranting yang masih muda. Pada umumnya serangan penyakit ini terjadi pada
pucuk peko, daun pertama, kedua dan ketiga. Selain itu pada pertanaman teh
terdapat penyakit mati ujung (die back) atau juga biasa disebut tea gray blight
(Gambar 2) yang disebabkan oleh jamur Pestalotia longiseta. Penyakit ini
menyerang tanaman terutama melalui luka atau daun yang rusak hingga ranting
serta tunas mengering dan dapat juga menyerang ranting yang masih hijau.
Pencabutan tanaman atau membuang bagian tanaman yang terkena penyakit
dilakukan untuk menghindarkan serangan penyakit yang lebih tinggi.
Exobasidium vexans Tea Gray Blight
Gambar 2. Penyakit yang Menyerang Pertanaman Teh
19
Hama yang menyerang pertanaman teh diantaranya adalah sejenis kutu
putih Viburni pseudococcus (Gambar 3) berkoloni untuk menyerang daun dengan
cara menyedot cairan pada daun. Selain itu terdapat ulat penggulung daun atau
Homona coffearia. Menurut Departemen Pertanian (2002) cara yang dilakukan
hama tersebut adalah dengan menyambungkan dua (atau lebih) daun bersama-
sama dengan sutra atau dengan menggulung satu daun lalu menyambungkan
dengan yang lain. Ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma) atau short roller of
tea dengan cara menggulung pucuk memakai benang-benang halus untuk
mengikat daun pucuk sehingga tetap tergulung. Hama yang menyerang
pertanaman diatasi dengan langsung membuang daun yang terdapat koloni hama
atau dengan secara teknis diambil satu-persatu. Hal ini bertujuan untuk
menghindarkan dari kehilangan data akibat serangan hama.
Viburni pseudococcus Cydia leucostoma
Homona coffearia
Gambar 3. Hama yang Menyerang Pertanaman Teh
20
Rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan dosis
pupuk memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada minggu kedua,
jumlah daun pada minggu delapan hingga minggu keenam belas, diameter batang
pada minggu pertama hingga minggu ketiga serta pada pengukuran jumlah cabang
sekunder. Pada peubah lainnya menunjukkan bahwa perbedaan dosis pupuk
memberikan pengaruh yang tidak nyata pada pertanaman teh (Lampiran 5).
Tinggi Tanaman
Hasil uji analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk nitrogen
berpengaruh nyata pada pengamatan tinggi tanaman di minggu kedua (Lampiran
6). Pada minggu kedua tersebut terlihat bahwa perlakuan 180 kg N/ha memiliki
tinggi tanaman yang lebih baik bila dibandingkan dengan semua perlakuan.
Berdasarkan data pada Tabel 1, perlakuan 180 kg N/ha berbeda nyata dengan
perlakuan 60 kg N/ha dan 120 kg N/ ha tetapi tidak berbeda dengan perlakuan
240 kg N/ha.
Tabel 1. Tinggi Tanaman Teh dengan Dosis Nitrogen yang Berbeda pada
Pengamatan Minggu Kedua.
Perlakuan (kg N/ha) Tinggi Tanaman (cm)
60 52.1 b
120 50.4 b
180 58.9 a
240 53.2 ab
Ket: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji
DMRT 5%
Pada Gambar 4, disajikan persentase tanaman teh yang telah mencapai
tinggi lebih dari 70 cm. Persentase tanaman teh tersebut berasal dari banyaknya
tanaman yang telah mencapai tinggi lebih dari 70 cm pada perlakuan yang sama.
Tanaman-tanaman yang telah mencapai tinggi lebih dari 70 cm tersebut tidak
diukur lagi tingginya pada pengamatan selanjutnya melainkan dilakukan bending
pada batang utamanya. Tinggi tanaman harus mencapai lebih dari 70 cm agar
memudahkan untuk melakukan bending. Bending tersebut dilakukan ke arah
samping barisan tanaman sehingga jika tingginya kurang dari 70 cm khawatir
tanaman akan patah, sedangkan jika terlampau tinggi dari 70 cm maka tanaman
akan sulit dilakukan bending karena jarak antar perlakuan cukup rapat.
21
Pertanaman teh pada perlakuan 180 kg N/ha mencapai tinggi lebih dari
70 cm lebih cepat dibandingkan perlakuan lainnya. Padahal pada minggu kedua
dan ketiga, perlakuan 240 kg N/ha memiliki persentase tanaman yang mencapai
tinggi lebih dari 70 cm yang lebih baik daripada perlakuan 180 kg N/ha. Diawali
pada minggu keempat, persentase perlakuan 180 kg N/ha selalu tertinggi hingga
akhir pengamatan dan persentase akhirnya mencapai 90.62 %.
Gambar 4. Persentase Tanaman Teh yang Telah Mencapai Tinggi 70 cm pada
Berbagai Dosis Pupuk Nitrogen
Jumlah Daun
Hubungan jumlah daun pada suatu tanaman dapat mempengaruhi besaran
energi yang dapat dihasilkan oleh tanaman tersebut. Pemberian pupuk nitrogen
memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun tanaman teh pada minggu
kedelapan hingga minggu terakhir pengamatan, sesuai dengan hasil uji analisis
ragam pada Lampiran 7. Pada minggu kedelapan hingga minggu keenam belas
terlihat bahwa perlakuan 180 kg N/ha memiliki jumlah daun lebih banyak apabila
dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Berdasarkan data pada Tabel 2,
perlakuan 180 kg N/ha berbeda nyata dengan perlakuan 60 kg N/ha tetapi tidak
berbeda nyata dengan perlakuan 120 kg N/ha. Perlakuan 240 kg N/ha tidak
berbeda nyata dengan perlakuan 180 kg N/ha hanya pada minggu ketiga belas,
lainnya berbeda nyata.
90.62
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
100.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Per
sen
tase
(%
)
Minggu Pengamatan ke-
60 kg N/ha 120 kg N/ha 180 kg N/ha 240 kg N/ha
22
Tabel 2. Jumlah Daun Tanaman Teh pada Minggu Kedelapan hingga
Minggu Keenam Belas dengan Perbedaan Perlakuan Dosis
Pupuk Nitrogen.
Minggu Jumlah daun
60 kg N/ha 120 kg N/ha 180 kg N/ha 240 kg N/ha
·································· (helai) ································
Minggu ke-8 56.1 b 62.4 ab 69.7 a 59.0 b
Minggu ke-9 59.1 b 66.3 ab 75.7 a 64.2 b
Minggu ke-10 63.1 b 71.5 ab 82.4 a 68.3 b
Minggu ke-11 65.8 b 75.9 ab 86.4 a 71.8 b
Minggu ke-12 68.1 b 78.5 ab 89.1 a 75.1 b
Minggu ke-13 74.2 b 86.6 ab 95.7 a 83.7 bc
Minggu ke-14 78.4 b 90.5 ab 98.7 a 89.5 a
Minggu ke-15 88.1 b 100.0 ab 107.8 a 97.5 ab
Minggu ke-16 92.0 b 104.5 ab 108.8 a 100.2 ab Ket: Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji
DMRT 5%
Perkembangan jumlah daun pada pertanaman teh selama masa percobaan
disajikan pada Gambar 5. Pada Gambar 5 tersebut terlihat bahwa jumlah daun
pada perlakuan 180 kg N/ha selalu lebih tinggi daripada jumlah daun pada
perlakuan lainnya hingga pengamatan minggu terakhir. Perbedaan jumlah daun
terendah terdapat pada minggu kelima yaitu pada perlakuan 180 kg N/ha terdapat
57.1 helai daun sedangkan pada perlakuan 120 kg N/ha terdapat 55.3 helai daun.
Perbedaan jumlah daun yang paling tinggi terdapat pada minggu kesepuluh yaitu
perlakuan 180 kg N/ha dengan 82.4 helai daun dan perlakuan 120 kg N/ha dengan
71.5 helai daun. Rata-rata jumlah daun pada perlakuan 180 kg N/ha pada minggu
terakhir pengamatan mencapai 108.8 helai daun, sedangkan untuk perlakuan 120
kg N/ha dan 240 kg N/ha secara berturut 104.5 dan 100.2 helai daun.
23
Gambar 5. Jumlah Daun Tanaman Teh pada Perlakuan Perbedaan Dosis Pupuk
Nitrogen
Diameter Batang
Setelah melakukan uji analisis ragam, dihasilkan bahwa pengaruh
pemberian pupuk nitrogen berpengaruh nyata pada diameter batang di minggu
pertama hingga minggu ketiga pengamatan (Lampiran 8). Pada minggu pertama
hingga ketiga tersebut terlihat bahwa perlakuan 180 kg N/ha memiliki diamater
batang lebih baik bila dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Berdasarkan
Tabel 3 dari minggu pertama hingga ketiga pengamatan, perlakuan 180 kg N/ha
berbeda nyata dengan perlakuan 60 kg N/ha dan 240 kg N/ha tetapi tidak berbeda
nyata dengan perlakuan 120 kg N/ha di minggu kedua.
Tabel 3. Diameter Batang dengan Perbedaan Perlakuan Dosis Pupuk
Nitrogen pada Minggu Pertama hingga Minggu Ketiga
Pengamatan
Minggu Diameter batang
60 kg N/ha 120 kg N/ha 180 kg N/ha 240 kg N/ha
····································cm···································
Minggu ke-1 0.43 b 0.45 b 0.49 a 0.46 b
Minggu ke-2 0.44 b 0.46 ab 0.49 a 0.45 b
Minggu ke-3 0.45 b 0.45 b 0.49 a 0.44 b Ket: Angka pada baris yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji
DMRT 5%
55.3
71.4
57.1
82.4
25
50
75
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Jum
lah D
aun T
anam
an T
eh (h
elai
)
Minggu Pengamatan ke-
60 kg N/ha 120 kg N/ha 180 kg N/ha 240 kg N/ha
24
Pola perkembangan diameter batang pada tanaman teh selama masa
percobaan disajikan pada Gambar 6. Pada Gambar 6 terlihat bahwa diameter
batang perlakuan 180 kg N/ha memiliki nilai yang lebih tinggi daripada perlakuan
lain dari minggu awal hingga minggu terakhir pengamatan, padahal pada minggu
keempat nilainya hampir sama dengan perlakuan 120 kg N/ha. Pada minggu
keempat tersebut perlakuan 180 kg N/ha memiliki nilai diameter 0.50 cm
sedangkan perlakuan 120 kg N/ha dengan nilai diameter 0.49 cm. Tetapi
pengamatan pada minggu-minggu selanjutnya hingga akhir pengamatan nilai
diameter perlakuan 180 kg N/ha memiliki pertumbuhan yang lebih baik daripada
pertumbuhan diameter perlakuan 120 kg N/ha sehingga nilai diameternya berada
dibawah nilai diameter perlakuan 180 kg N/ha. Pada pengamatan terakhir
diameter batang, perlakuan 180 kg N/ha memiliki nilai diameter yang paling baik
dengan rata-rata 0.88 cm pada tiap tanaman.
Gambar 6. Diameter Batang Tanaman Teh pada Berbagai Perlakuan Dosis
Pupuk Nitrogen
Jumlah Cabang Primer dan Jumlah Cabang Sekunder
Hasil uji analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh pemberian pupuk
nitrogen dengan dosis yang berbeda berpengaruh nyata pada jumlah cabang
sekunder sedangkan pada jumlah cabang primer tidak berpengaruh nyata
(Lampiran 9). Walaupun jumlah cabang primer tidak berbeda nyata antar
perlakuan tetapi perlakuan 180 kg N/ha menunjukkan hasil yang baik dengan
0.49
0.5
0.88
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Dia
met
er B
atan
g T
anam
an T
eh (c
m)
Minggu Pengamatan ke-
60 kg N/ha 120 kg N/ha 180 kg N/ha 240 kg N/ha
25
memiliki rata-rata jumlah cabang paling baik diantara perlakuan lainnya.
Berdasarkan Tabel 4, nilai rata-rata jumlah cabang primer pada perlakuan
180 kg N/ha adalah 7.14 cabang, jumlah tersebut lebih tinggi dari perlakuan
lainnya yang memiliki nilai rata-rata jumlah cabang pada kisaran 6 cabang per
tanaman. Jumlah cabang sekunder pada perlakuan 180 kg N/ha berbeda nyata
dengan perlakuan 60 kg N/ha tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 120 kg
N/ha dan 240 kg N/ha. Jumlah cabang sekunder terbaik terdapat pada perlakuan
180 kg N/ha yaitu 3.25 buah cabang sekunder sedangkan yang terendah terdapat
pada perlakuan 60 kg N/ha sebesar 1.42 buah cabang sekunder. Jumlah cabang
sekunder tersebut sebagian didapatkan dari pengamatan tanaman awal dan
sebagian lain didapatkan dari hasil perlakuan bending.
Tabel 4. Jumlah Cabang Primer dan Cabang Sekunder Tanaman Teh dengan
Perlakuan Perbedaan Dosis Pupuk Nitrogen
Perlakuan
(kg N/ha)
Jumlah
Cabang Primer Cabang Sekunder
60 6.23 1.42 b
120 6.48 2.42 ab
180 7.14 3.25 a
240 6.66 1.97 ab
Ket: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji
DMRT 5%
Waktu yang Dibutuhkan Tanaman Teh untuk Mencapai Tinggi 70 cm
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tinggi lebih dari 70 cm berbeda
pada tiap tanaman. Hasil uji analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh
pemberian pupuk nitrogen dengan dosis yang berbeda tidak berpengaruh nyata
pada lama waktu tanaman teh untuk mencapai tinggi 70 cm sebagai syarat
bending. Waktu yang dibutuhkan tanaman untuk mencapai tinggi 70 cm tidak
berbeda nyata antar perlakuan (Lampiran 10). Berdasarkan Tabel 6, pertanaman
teh yang lebih cepat mencapai tinggi 70 cm terdapat pada perlakuan 180 kg N/ha
dengan waktu sekitar 8 minggu, selanjutnya perlakuan 240 kg N/ha dengan waktu
9 minggu sedangkan 60 kg N/ha dan 120 kg N/ha dengan waktu 10 minggu.
Waktu tanaman mencapai tinggi 70 cm diukur untuk mengetahui efisiensi
penggunaan pupuk nitrogen serta bending tanaman teh.
26
Tingkat Kehijauan Daun
Hasil uji analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan dosis pupuk
nitrogen yang diberikan tidak berpengaruh nyata pada tingkat kehijauan daun
(Lampiran 11). Pengukuran tingkat kehijauan daun secara destruktif berkorelasi
positif dengan kadar nitrogen daun. Berdasarkan Tabel 5, perlakuan pupuk
180 kg N/ha memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu sebesar 38.0 satuan unit
sedangkan untuk perlakuan 240 kg N/ha rata-rata jumlah, 120 kg N/ha dan
60 kg N/ha secara berurut adalah 35.8 satuan unit, 34.7 satuan unit, dan
33.7 satuan unit.
Tabel 5. Rataan Tingkat Kehijauan Daun serta Waktu yang Dibutuhkan
untuk Mencapai Tinggi 70 cm pada Tanaman Teh dengan
Pemberian Dosis Pupuk yang Berbeda
Perlakuan
(kg N/ha)
Tingkat
Kehijauan Daun
(satuan unit)
Lama Waktu Tanaman Mencapai Tinggi
70 cm (minggu)
60 33.7 10.3
120 34.7 10.2
180 38.0 8.4
240 35.8 9.4
Ket: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji
DMRT 5%
Pembahasan
Aplikasi pupuk organik beberapa minggu sebelum pindah tanam dapat
membantu penyediaan hara yang teratur dan seimbang dari tanah untuk tanaman.
Hasil penelitian Hanafiah dalam Hanafiah (2005) menunjukkan bahwa pemberian
pupuk organik pada tanah dapat memperbaiki sifat kimiawi tanah. Penggunaan
pupuk organik juga dapat mempengaruhi warna tanah menjadi coklat-hitam,
merangsang granulasi, menurunkan plastisitas dan kohesi tanah, memperbaiki
struktur tanah menjadi lebih remah dan meningkatkan daya tanah mengikat air
(Hanafiah, 2005).
Untuk mendapatkan bentuk bidang petik (frame) yang baik tanaman teh
harus memiliki komponen pembentuk frame yang sesuai. Dalimoenthe dan Johan,
2008 menyatakan bahwa pemilihan cara pembentukan bidang petik dapat
27
mempercepat penutupan perdu sehingga masa tanaman belum menghasilkan
(TBM) dapat dipersingkat. Pembentukan bidang petik dilakukan pada masa
tanaman belum menghasilkan (TBM) yang didominasi pertumbuhan vegetatifnya
sehingga kecukupan nitrogen dalam tanah perlu diperhatikan.
Rachmiati (1988) menyebutkan bahwa nitrogen merupakan hara utama
untuk pertumbuhan dan produksi tanaman teh, karena bagian yang dipanen adalah
pucuk (tunas muda) yang merupakan bagian vegetatif tanaman. Syarief dalam
Rachmiati et al. (2004) menambahkan bahwa pupuk nitrogen diperlukan tanaman
untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti
daun, batang dan akar.
Pembentukan bidang petik (frame) adalah perlakuan kultur teknis terhadap
tanaman teh yang belum menghasilkan untuk membentuk perdu dengan kerangka
percabangan yang ideal dan bidang petik yang luas, agar dapat menghasilkan
pucuk yang banyak dalam waktu relatif cepat. Pemilihan bending untuk
pembentukan frame pada percobaan ini agar bentuk perdu terancang lebih awal,
frame lebih rendah, cepat menutup tanah, tidak ada pembuangan bagian tanaman,
dan produksi awal akan lebih tinggi dibandingkan dengan centering.
Mata tunas pada batang yang lebih tua memiliki sifat dormansi yang lebih
kuat sehingga pertumbuhan mata tunas yang baru akan menjadi lebih lambat.
Selain itu tanaman teh akan memasuki periode pangkas pada tiga tahun
berikutnya agar terus pada fase vegetatif, akan lebih baik jika bidang petik (frame)
telah terbentuk sebelum periode pangkas tersebut.
Perlakuan pemberian pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman pada minggu kedua pengamatan. Hal ini diduga tanaman memiliki
kemampuan memanfaatkan nitrogen dalam tanah pada minggu-minggu awal
pengamatan sehingga hasil tinggi pada tanaman berbeda dengan perlakuan
lainnya. Ketersediaan nitrogen dalam tanah dipengaruhi antara lain oleh bahan
organik tanah, kadar air tanah, suhu serta fiksasi nitrogen oleh baktreri tanah.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan 180 kg N/ha menghasilkan
pertumbuhan yang lebih baik serta memiliki kemampuan untuk mencapai tinggi
lebih dari 70 cm lebih cepat dibandingkan perlakuan lainnya. Pada perlakuan
180 kg N/ha, tanaman telah dapat dilakukan bending dalam waktu 8 minggu
28
setelah perlakuan, sedangkan perlakuan lainnya baru dapat dilakukan bending
pada 10 minggu setelah perlakuan. Pertambahan tinggi tanaman tersebut sangat
dipengaruhi oleh ketersedian nitrogen dalam tanah (Rusmana dan Salim, 2003),
yang menyatakan bahwa peranan unsur nitrogen bagi tanaman adalah untuk
merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang
dan daun. Ketersediaan nitrogen pada penelitian ini terdapat pada kategori sedang
walaupun penambahan dosisnya berbeda tiap perlakuan sehingga
pertumbuhannya berbeda pada minggu kedua pengamatan.
Jumlah daun pada suatu tanaman sangat berperan penting bagi
perkembangan tanaman karena daun sebagai media terjadinya proses fotosintesis
yang menghasilkan energi bagi tanaman untuk tumbuh. Pemberian pupuk nitrogen
berpengaruh nyata pada jumlah daun pada minggu kedelapan hingga minggu
keenam belas. Hasil menunjukkan bahwa jumlah daun pada perlakuan
180 kg N/ha memiliki jumlah daun paling banyak dibandingkan dengan perlakuan
lain, tetapi perlakuan 120 kg N/ha memiliki pertambahan jumlah daun yang lebih
baik. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa perlakuan 120 kg N/ha lebih efektif
untuk pertambahan jumlah daun tanaman teh. Menurut Hanafiah (2005)
penggunaan pupuk nitrogen berperan menonjol terhadap bagian vegetatif tanaman
(dedaunan dan pucuk). Penggunaan dosis yang tepat akan lebih mengoptimalkan
hasil pucuk dari tanaman teh.
Pada dua bulan terakhir pengamatan curah hujan sangat rendah sehingga
kadar air tanah berkurang (Hall, 2007), menyatakan bahwa tanaman
membutuhkan dosis pupuk nitrogen yang tepat bagi kecepatan tanaman untuk
tumbuh, khususnya pada saat cuaca panas atau ketika tanah menunjukkan
kekeringan. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman membutuhkan nitrogen
pada saat tanah kekurangan air, walaupun ketersediaan nitrogen dalam tanah
tinggi tetapi tanaman belum membutuhkan maka tidak akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman.
Pemberian pupuk nitrogen yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata
pada diameter batang tanaman teh pada pengamatan minggu pertama hingga
minggu ketiga. Diameter batang pada perlakuan 180 kg N/ha telah memiliki nilai
yang lebih tinggi pada awal pengamatan tetapi setelah dilakukan uji lanjut DMRT,
29
pada minggu tersebut perlakuan 180 kg N/ha memang lebih baik bila
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Diameter batang pada perlakuan
180 kg N/ha meningkat lebih cepat tiap minggunya sedangkan perlakuan lain
peningkatannya stagnan. Hal tersebut didukung dengan ketersediaan air pada
bulan pertama pengamatan dengan curah hujan yang cukup tinggi. Menurut
Hanafiah (2005) air yang diserap tanaman selain sebagai komponen sel-selnya,
juga berfungsi sebagai media reaksi pada hampir seluruh proses metabolismenya.
Metabolisme nitrogen dalam tanaman merupakan faktor utama untuk
pertumbuhan vegetatif, batang, dan daun tanaman sehingga terdapat pengaruhnya
pada pertambahan diameter batang tanaman teh tersebut.
Pada penghitungan jumlah cabang primer dan sekunder, dosis pupuk
nitrogen berpengaruh nyata pada jumlah cabang sekunder sedangkan pada jumlah
cabang primer tidak berpengaruh nyata. Hasil yang berbeda antara jumlah cabang
primer dan cabang sekunder ini sangat berkaitan dengan genetik dari tanaman
tersebut. Klon tanaman teh yang berbeda memungkinkan dapat mempengaruhi
perbedaan antara jumlah cabang primer dan sekunder sehingga berbeda nyata
hanya pada cabang sekunder. Lina et al. (2009) menemukan bahwa pemupukan
nitrogen memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah anak daun sedangkan
tidak berpengaruh nyata pada jumlah daun. Tiap tanaman memiliki genetik yang
berbeda untuk pertambahan jumlah cabang primer dan cabang sekunder, sehingga
masih sangat sulit untuk mengetahuinya.
Menurut Barchia (2009) dalam suatu tanaman, nitrogen berfungsi sebagai
penyusun penting dari klorofil, protoplasma, protein, peningkat pertumbuhan dan
perkembangan semua jaringan. Kandungan klorofil pada daun dapat diketahui
dengan mengukur tingkat kehijauan daun pada suatu tanaman. Hasil pengukuran
kehijauan daun didapatkan bahwa antar perlakuan tidak berbeda nyata. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pengaruh nitrogen sangat kecil terhadap tingkat
kehijauan daun walaupun terdapat daun dengan tingkat kehijauan yang tinggi.
Tingkat kehijauan daun menunjukkan bahwa tanaman memiliki kadar nitrogen
yang cukup serta menunjukkan kondisi pertanaman yang sehat. Pengukuran
tingkan kehijauan ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk
nitrogen. Pengelolaan unsur hara serta aplikasi pupuk adalah faktor yang sangat
30
menentukan pencapaian serapan hara yang optimal bagi produksi tanaman yang
tinggi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan pupuk nitrogen dengan
dosis 180 kg/ha dapat menghasilkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik
dibandingkan dengan perlakuan dosis pupuk yang lainnya, tetapi semakin tinggi
dosis yang diberikan tidak berkorelasi positif terhadap tanaman teh. Hal tersebut
mungkin terjadi akibat pencucian nitrogen dalam tanah sehingga pengaruh
penambahan pupuk nitrogen tidak berpengaruh pada tanaman teh. Jika terdapat
kelebihan jumlah nitrogen maka bergantung pada kapasitas tanaman menyerap
nitrogen untuk digunakan sebagai pertumbuhan vegetatif tanaman teh.
31
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk nitrogen
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan percabangan tanaman teh.
Perlakuan pupuk 180 kg N/ha menghasilkan pertumbuhan tanaman yang lebih
baik pada peubah tinggi tanaman, jumlah cabang primer dan cabang sekunder,
serta diameter batang. Jumlah daun pada perlakuan 180 kg N/ha dan 120 kg N/ha
tidak berbeda nyata, tetapi pertambahan jumlah daun perlakuan 120 kg N/ha lebih
besar dibandingkan perlakuan 180 kg N/ha. Perlakuan pupuk 180 kg N/ha
menghasilkan tinggi tanaman lebih cepat untuk mencapai 70 cm hanya dengan
waktu 8 minggu serta jumlah cabang rata-rata 7.14 dan jumlah anak cabang rata-
ratanya 3.25 lebih banyak daripada perlakuan lainnya. Kondisi ini lebih
memudahkan untuk pembentukan bidang petik.
32
DAFTAR PUSTAKA
Adisewojo, R.S. 1982. Bercocok Tanam Teh. Dalam Rusmana, N. dan A.A.
Salim. 2003. Pengaruh kombinasi pupuk daun puder dan takaran pupuk N,
P, K yang berbeda terhadap hasil pucuk tanaman teh (Camelia sinensis (L)
O. Kuntze) seedling, TRI 2025 dan GMB 4. Jurnal Penelitian Teh dan Kina.
9 (1-2): 28-39
Barchia, M.F. 2009. Agroekosistem Tanah Mineral Asam. Gajah Mada University
Press. Yogyakarta. 260 hal
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2012. Data Curah Hujan Bogor.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Stasiun Klimatologi Bogor.
Bot, A. dan J. Benites. 2005. The Importance of Soil Organic Matter, Key to
Drought-Resistant Soil and Sustained Food Production. FAO Soils Bulletin.
80p. Dalam Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman.
IPB Press. Bogor. 259 hal.
Dalimoenthe, S.L. dan M.E. Johan. 2008. Teknologi Percepatan Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM) pada Tanaman Teh. Prosiding Pertemuan Teknis Teh
Tahun 2008. Pusat Penelitian Teh dan Kina. Bandung.
Darmawijaya, M. I. 1977. Pemupukan di kebun teh. Warta Balai Penelitian Teh
dan Kina. BPTK Gambung. Bandung. 3(4):291-310
Departemen Pertanian. 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Teh.
Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi
Perkebunan. Jakarta
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Statistik Perkebunan Indonesia (Tree Crop
Estate Statistics of Indonesia). Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung.
Bandung.
Eden, T. 1965. Tea. 2nd Ed. Longmans Green and Co. Ltd. London. 201 p.
Hall, R. E. 2007. Soil Essential. Managing your farms primary asset. Landlinks
Press. Collingwood. 182p.
Havlin, J.L., J.D. Beaton, S.L.Nelson, W.L. Nelson. 2005. Soil Fertility and
Fertilizer. An introduction to nutrient management. New Jersey. Pearson
Prentice Hall. Dalam Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi
Tanaman. IPB Press. Bogor. 259 hal.
Hanafiah, K.A. 1989. Pengaruh Pupuk Kandang dan Kapur terhadap Agihan dan
Bentuk Ketersediaan P pada Tanah Latosol. Tesis S2. Bidang Kimia dan
Kesuburan Tanah. Program Studi Ilmu Tanah. UGM. Yogyakarta. Dalam
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada.
Jakarta. 358 p.
33
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
358 p.
Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta. 288 hal.
Johan, M.E. dan B. Sriyadi. 2005. Pemetikan klon teh seri Gambung pada siklus
panjang menggunakan gunting. Jurnal Penelitian Teh dan Kina. Bandung. 8
(3):72-78
Lina, S.B, M. Okazaki, D. S. Kimura, Y. Yano, K. Yonebayashi, M. Igura, M. A.
Quevedo and A. B. Loreto. 2009. Nitrogen uptake by sago palm
(Metroxylon sagu Rottb.) in the early growth stages. Soil Science and Plant
Nutrition. 55: 123-144.
Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press. Bogor.
259 hal.
Nazarudin, F. B. Paimin. 1993. Teh, Pembudidayaan dan Pengolahan. Penebar
Swadaya. Jakarta. 199 p.
Pusat Penelitian Teh dan Kina. 2002. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh. Edisi
Kedua. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung. 120 p.
__________________________. 2006. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh.
Edisi Ketiga. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung. 183 p.
Rachmiati, Y. 1998. Pokok-pokok Pemupukan pada Tanaman Teh. Kursus
Mandor Tanaman Teh. Lembaga Pendidikan Perkebunan Kampus
Yogyakarta. Yogyakarta. 8 hal. Dalam Wachjar, A., Supijatno dan
D. Rubiana. 2006. Pengaruh beberapa jenis pupuk hayati tehadap
pertumbuhan dua klon tanaman teh (Camelia sinensis (L) O. Kuntze) belum
menghasilkan. Buletin Agronomi (34) (3) 160-164.
Rochayati. 2011. Lahan berkurang, produksi teh terancam.
http://www.bisnis.com/articles/ lahan-berkurang-produksi-teh-terancam.
[2 Oktober 2012]
Rusmana, N. dan A.A. Salim. 2003. Pengaruh kombinasi pupuk daun puder dan
takaran pupuk N, P, K yang berbeda terhadap hasil pucuk tanaman teh
(Camelia sinensis (L) O. Kuntze) seedling, TRI 2025 dan GMB 4. Jurnal
Penelitian Teh dan Kina. Bandung. 9 (1-2): 28-39
Salim. A. A., Z. S. Wibowo dan Y. Rachmiati. 1989. Pengaruh takaran zeolit pada
pemupukan N terhadap efisiensi serapan N pupuk, hara daun dan hasil
pucuk pada tanaman teh. Jurnal Penelitian Teh dan Kina. Bandung. 1 (2-3):
76-80
Setiawati, I. dan Nasikun. 1991. Teh: Kajian Sosial dan Ekonomi. Aditya Media.
Yogyakarta. 210 p.
34
Staf Pusat Penelitian Tanah. 1993. Kriteria penilaian sifat-sifat tanah. Dalam
Hardjowigeno. S, dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan
Perencanaan Tataguna Lahan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Sultoni. 2010. Butuh Rp 1.5 triliun untuk dongkrak produksi teh nasional.
http://bisnis-jabar.com/index.php/2011/11/butuh-rp15-triliun-untuk-
dongkrak-produksi-teh-nasional/ [28 November 2011]
Syarief, S. 1993. Ilmu Tanah Pertanian. Bandung. Pustaka Buana. Dalam
Racmiati, Y., A.A. Salim dan S. Wibowo. 2004. Pengaruh berbagai takaran
pupuk majemuk NPK dan kompos limbah kulit kina terhadap pH, KTK, C-
Organik, dan pertumbuhan tanaman kina muda di inceptisol. Jurnal
Penelitian Teh dan Kina. Bandung. 9 (1-2): 21-27
Wibowo, Z.R. 2007. Manajemen tanah dan pemupukan perkebunan teh, p. 293-
340. Dalam S. Mangoensoekarjo (Ed). Manajemen Tanah dan Pemupukan
Budidaya Perkebunan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Willson, K. C., Hainsworth, M. J. Green and P. B. T. O’Shea. 1975. Studies on
The Mineral Nutrition of Tea III Phosfat Plant and Soil. 43: 259-278
35
LAMPIRAN
36
U1
U2
U3
U4
Lampiran 1. Denah Petak Percobaan
Keterangan: U1 : Ulangan 1 U2 : Ulangan 2
U3 : Ulangan 3 U4 : Ulangan 4
P0 : 60 kg N/ha P1 : 120 kg N/ha
P2 : 180 kg N/ha P3 : 240 kg N/ha
: Tanaman Contoh : Tanaman Pinggir
P0 P1 P2 P3 P2 P3 P0 P1
P2 P3 P0 P1 P3 P0 P1 P2
37
Lampiran 2. Keadaan Suhu dan Curah Hujan Selama Penelitian di Wilayah
Darmaga, Bogor
Bulan
Temperatur
rata-rata
(ºC)
Curah Hujan
(mm/bulan)
Hari Hujan
(hari)
Februari 27.2 548.9 25
Maret 27.3 136 21
April 27.5 390 25
Mei 26.1 195 18
Juni 26.2 94 15
Rataan 26.9 272.8 21
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi, Darmaga, Bogor, 2012
38
Lampiran 3. Sidik Ragam Peubah-peubah Pengamatan Pendahuluan
Tinggi Tanaman
Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01
Jumlah Daun
Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01
Diameter Batang
Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01
Jumlah Cabang Primer
Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01
Jumlah Cabang Sekunder
Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01
Sumber
Keragaman
db JK KT F-
Hitung
Pr>F KK (%)
Ulangan 3 41.9014000 13.9671333 0.81tn
0.5173 8.5
Perlakuan 3 134.3507500 44.7835833 2.61 0.1155
Galat 9 154.2596500 17.1399611
Umum 15 330.5118000
Sumber
Keragaman
db JK KT F-
Hitung
Pr>F KK (%)
Ulangan 3 97.25567500 32.41855833 2.21tn
0.1560 13.1
Perlakuan 3 60.69102500 20.23034167 1.38 0.3101
Galat 9 131.8184750 14.6464972
Umum 15 289.7651750
Sumber
Keragaman
db JK KT F-
Hitung
Pr>F KK (%)
Ulangan 3 0.00406875 0.00135625 4.60** 0.0325 4.1
Perlakuan 3 0.00481875 0.00160625 5.44 0.0207
Galat 9 0.00265625 0.00029514
Umum 15 0.01154375
Sumber
Keragaman db JK KT
F-
Hitung Pr>F KK (%)
Ulangan 3 1.99175000 0.66391667 0.90tn
0.4771 26.2
Perlakuan 3 2.27485000 0.75828333 1.03 0.4242
Galat 9 6.61990000 0.73554444
Umum 15 10.88650000
Sumber
Keragaman
db JK KT F-
Hitung
Pr>F KK (%)
Ulangan 3 0.09786875 0.03262292 0.39tn
0.7650 126.5
Perlakuan 3 0.03411875 0.01137292 0.13 0.9367
Galat 9 0.75830625 0.08425625
Umum 15 0.89029375
39
Lampiran 4. Hasil Analisis Tanah Setelah Penelitian
Keterangan: SR: Sangat Rendah R: Rendah S:Sedang T: Tinggi ST: Sangat Tinggi
Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007)
No.
Lapang
pH 1:1 Walkley &
Black Kjeldhal C/N
Rasio
N NH4Oac pH 7.0 KB Kadar
Air
H2O KCl C-Org N-Total Ca Mg K Na KTK
....................(%)................ .....................(me/100g)..................... ........(%)........
K 4.80 (SR) 4.10 2.71 (S) 0.24 (S) 11.29 (S) 0.96 (SR) 0.41 (R) 0.17 (SR) 0.22 (R) 13.14 (R) 13.39 (SR) 17.42
P0 4.80 (SR) 4.10 2.00 (S) 0.22 (S) 9.09 (R) 1.69 (SR) 0.53 (R) 0.17 (SR) 0.19 (R) 12.75 (R) 20.24 (R) 17.10
P1 4.80 (SR) 4.10 2.71 (S) 0.24 (S) 11.29 (S) 1.22 (SR) 0.39 (SR) 0.21 (R) 0.24 (R) 13.55 (R) 15.20 (SR) 13.14
P2 4.80 (SR) 4.10 2.95 (S) 0.25 (S) 11.80 (S) 1.60 (SR) 0.50 (R) 0.58 (S) 0.67 (S) 12.14 (R) 25.49 (R) 22.24
P3 4.80 (SR) 4.10 2.87 (S) 0.24 (S) 11.96 (S) 0.82 (SR) 0.30 (SR) 0.17 (SR) 0.18 (R) 13.14 (R) 11.19 (SR) 20.14
40
Lampiran 5. Rekapitulasi Sidik Ragam Peubah-peubah Pengamatan
Peubah Perlakuan kk (%)
Tinggi Tanaman minggu ke-2 * 6.84
Jumlah Daun Minggu ke-8 * 8.92
Jumlah Daun Minggu ke-9 * 9.34
Jumlah Daun Minggu ke-10 * 9.95
Jumlah Daun Minggu ke-11 * 10.33
Jumlah Daun Minggu ke-12 * 10.26
Jumlah Daun Minggu ke-13 ** 7.54
Jumlah Daun Minggu ke-14 ** 6.93
Jumlah Daun Minggu ke-15 * 6.82
Jumlah Daun Minggu ke-16 * 5.62
Jumlah Cabang tn 12.76
Jumlah Anak Cabang * 34.64
Diameter Batang Minggu ke-1 ** 3.63
Diameter Batang Minggu ke-2 * 4.69
Diameter Batang Minggu ke-3 * 4.30
Tingkat Kehijauan Daun tn 9.24
Lama Waktu Tanaman Mencapai Tinggi 70 cm tn 16.14
Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01
Lampiran 6. Sidik Ragam Peubah Tinggi Tanaman Teh
Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01
Sumber
Keragaman
db JK KT F-
Hitung
Pr>F KK (%)
Minggu ke-1
Ulangan 3 39.3266250 13.1088750 0.73 0.5576 8.3
Perlakuan 3 124.7188250 41.5729417 2.33tn
0.1430
Galat 9 160.7855250 17.8650583
Umum 15 324.8309750
Minggu ke-2
ulangan 3 80.3199687 26.7733229 1.99 0.1868 6.8
perlakuan 3 162.6601687 54.2200562 4.02* 0.0454
Galat 9 121.3686563 13.4854063
Umum 15 364.3487937
Minggu ke-3
ulangan 3 120.6538687 40.2179562 2.50 0.1259 7.1
perlakuan 3 156.6089688 52.2029896 3.24 tn
0.0745
Galat 9 144.9940563 16.1104507
Umum 15 422.2568938
Minggu ke-4
ulangan 3 95.1969500 31.7323167 1.78 0.2206 7.1
perlakuan 3 110.1512500 36.7170833 2.06 tn
0.1759
Galat 9 160.3555000 17.8172778
Umum 15 365.7037000
41
Lampiran 6 (Lanjutan)
Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01
Sumber
Keragaman
db JK KT F-
Hitung
Pr>F KK
(%)
Minggu ke-5
Ulangan 3 146.9282187 48.9760729 3.51 0.0626 5.9
Perlakuan 3 111.3803187 37.1267729 2.66 tn
0.1118
Galat 9 125.7367563 13.9707507
Umum 15 384.0452938
Minggu ke-6
Ulangan 3 138.4095688 46.1365229 2.96 0.0901 6.0
Perlakuan 3 104.3693188 34.7897729 2.23 tn
0.1537
Galat 9 140.2469062 15.5829896
Umum 15 383.0257938
Minggu ke-7
ulangan 3 116.0772500 38.6924167 1.88 0.2033 7.4
perlakuan 3 18.2692500 6.0897500 0.30 tn
0.8275
Galat 9 185.1622000 20.5735778
Umum 15 319.5087000
Minggu ke-8
ulangan 3 227.9730188 75.9910063 8.63 0.0052 4.7
perlakuan 3 71.5602188 23.8534063 2.71 tn
0.1078
Galat 9 79.2750562 8.8083396
Umum 15 378.8082938
Minggu ke-9
ulangan 3 59.72187500 19.90729167 0.63 0.6147 9.2
perlakuan 3 94.36342500 31.45447500 0.99 tn
0.4391
Galat 9 285.0748750 31.6749861
Umum 15 439.1601750
Minggu ke-10
Ulangan 3 76.1258188 25.3752729 1.08 0.4043 7.9
Perlakuan 3 147.8952688 49.2984229 2.11 tn
0.1698
Galat 9 210.7611562 23.4179062
Umum 15 434.7822438
Minggu ke-11
Ulangan 3 19.4942188 6.4980729 0.23 0.8712 8.8
Perlakuan 3 204.5084188 68.1694729 2.44 tn
0.1309
Galat 9 251.0855562 27.8983951
Umum 15 475.0881938
Minggu ke-12
Ulangan 3 22.4132187 7.4710729 0.29 0.8336 8.3
Perlakuan 3 141.8204687 47.2734896 1.82 tn
0.2141
Galat 9 234.0912063 26.0101340
Umum 15 398.3248937
42
Lampiran 6 (Lanjutan)
Sumber
Keragaman
db JK KT F-
Hitung
Pr>F KK
(%)
Minggu ke-13
Ulangan 3 18.9016188 6.3005396 0.26 0.8514 7.9
Perlakuan 3 123.4589188 41.1529729 1.71 tn
0.2344
Galat 9 216.8229062 24.0914340
Umum 15 359.1834438 Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01
Lampiran 7. Sidik Ragam Peubah Jumlah Daun Tanaman Teh
Sumber
Keragaman
db JK KT F-
Hitung
Pr>F KK (%)
Minggu ke-1
Perlakuan 3 60.69102500 20.23034167 1.38tn
0.3101 13.1
Ulangan 3 97.25567500 32.41855833 2.21 0.1560
Galat 9 131.8184750 14.64649720
Umum 16 289.7651750
Minggu ke-2
Perlakuan 3 132.1350188 44.0450063 3.10tn
0.0818 12.5
Ulangan 3 43.9165188 14.6388396 1.03 0.4243
Galat 9 127.8340062 14.2037785
Umum 16 303.8855438
Minggu ke-3
Perlakuan 3 184.5391688 61.5130563 2.88tn
0.0957 11.5
Ulangan 3 332.7499188 110.9166396 5.18 0.0236
Galat 9 192.5438062 21.3937562
Umum 16 709.8328938
Minggu ke-4
Perlakuan 3 179.0910500 59.6970167 3.62tn
0.0581 9.2
Ulangan 3 427.9891500 142.6630500 8.66 0.0051
Galat 9 148.3067000 16.4785222
Umum 16 755.3869000
Minggu ke-5
Perlakuan 3 137.5853500 45.8617833 2.90tn
0.0938 7.9
Ulangan 3 553.7636500 184.5878833 11.68 0.0019
Galat 9 142.1898000 15.7988667
Umum 16 833.5388000
Minggu ke-6
Perlakuan 3 117.7398188 39.2466063 1.40tn
0.3037 9.8
Ulangan 3 485.4152188 161.8050729 5.79 0.0174
Galat 9 251.4025062 27.9336118
Umum 16 854.5575438 Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01
43
Lampiran 7 (Lanjutan)
Sumber
Keragaman
db JK KT F-
Hitung
Pr>F KK
(%)
Minggu ke-7
Perlakuan 3 231.8550750 77.2850250 2.22tn
0.1553 10.2
Ulangan 3 584.1262250 194.7087417 5.59 0.0192
Galat 9 313.386475 34.8207190
Umum 16 1129.367775
Minggu ke-8
Perlakuan 3 414.8443187 138.2814396 4.54*
0.0335 8.9
Ulangan 3 586.8878187 195.6292729 6.43 0.0129
Galat 9 274.008706 30.4454120
Umum 16 1275.740844
Minggu ke-9
Perlakuan 3 581.0601000 193.6867000 5.03* 0.0256 9.3
Ulangan 3 476.5034000 158.8344667 4.13 0.0426
Galat 9 346.271400 38.474600
Umum 16 1403.834900
Minggu ke-10
Perlakuan 3 792.3672500 264.1224167 5.23* 0.0230 9.9
Ulangan 3 383.2265000 127.7421667 2.53 0.1226
Galat 9 454.098050 50.455339
Umum 16 1629.691800
Minggu ke-11
Perlakuan 3 903.7354687 301.2451562 5.01* 0.0259 10.3
Ulangan 3 447.0533187 149.0177729 2.48 0.1274
Galat 9 540.8841560 60.0982400
Umum 16 1891.672944
Minggu ke-12
Perlakuan 3 914.9148187 304.9716062 4.79* 0.0292 10.2
Ulangan 3 594.0230687 198.0076896 3.11 0.0813
Galat 9 572.990906 63.665656
Umum 16 2081.928794
Minggu ke-13
Perlakuan 3 944.8573500 314.9524500 7.65* 0.0076 7.5
Ulangan 3 854.6363500 284.8787833 6.92 0.0103
Galat 9 370.308100 41.145344
Umum 16 2169.801800
Minggu ke-14
Perlakuan 3 830.822325 276.940775 11.70** 0.0090 6.9
Ulangan 3 1345.130325 448.376775 7.23 0.0018
Galat 9 344.800325 38.311147
Umum 16 2520.752975 Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01
44
Lampiran 7 (Lanjutan)
Sumber
Keragaman
Db JK KT F-
Hitung
Pr>F KK (%)
Minggu ke-15
Perlakuan 3 792.669800 264.223267 5.86* 0.0168 6.8
Ulangan 3 1825.135800 608.378600 13.50 0.0011
Galat 9 405.487300 45.054144
Umum 16 3023.292900
Minggu ke-16
Perlakuan 3 617.864119 205.954706 6.33* 0.0134 5.6
Ulangan 3 1687.033969 562.344656 17.29 0.0004
Galat 9 292.660956 32.517884
Umum 16 2597.559044 Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01
Lampiran 8. Sidik Ragam Peubah Diameter Batang Tanaman Teh
Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01
Sumber
Keragaman
Db JK KT F-
Hitung
Pr>F KK (%)
Minggu ke-1
Perlakuan 3 0.00612500 0.00204167 7.28** 0.0089 3.6
Ulangan 3 0.01372500 0.00457500 16.31 0.0006
Galat 9 0.00252500 0.00028056
Umum 16 0.02237500
Minggu ke-2
Perlakuan 3 0.00622500 0.00207500 4.37* 0.0370 4.6
Ulangan 3 0.00347500 0.00115833 2.44 0.1314
Galat 9 0.00427500 0.00047500
Umum 16 0.01397500
Minggu ke-3
Perlakuan 3 0.00596875 0.00198958 5.04* 0.0256 4.3
Ulangan 3 0.01071875 0.00357292 9.04 0.0044
Galat 9 0.00355625 0.00039514
Umum 16 0.02024375
Minggu ke-4
Perlakuan 3 0.00532500 0.00177500 2.02tn
0.1823 6.1
Ulangan 3 0.01292500 0.00430833 4.89 0.0276
Galat 9 0.00792500 0.00088056
Umum 16 0.02617500
Minggu ke-5
Perlakuan 3 0.00322500 0.00107500 1.33tn
0.3244 5.5
Ulangan 3 0.01367500 0.00455833 5.64 0.0187
Galat 9 0.00727500 0.00080833
Umum 16 0.02417500
45
Lampiran 8 (Lanjutan)
Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01
Sumber
Keragaman
Db JK KT F-
Hitung
Pr>F KK (%)
Minggu ke-6
Perlakuan 3 0.00345000 0.00115000 1.06tn
0.4145 5.8
Ulangan 3 0.02015000 0.00671667 6.17 0.0145
Galat 9 0.00980000 0.00108889
Umum 16 0.03340000
Minggu ke-7
Perlakuan 3 0.00711875 0.00237292 3.78tn
0.0528 4.4
Ulangan 3 0.01371875 0.00457292 7.28 0.0089
Galat 9 0.00565625 0.00062847
Umum 16 0.02649375
Minggu ke-8
Perlakuan 3 0.00841875 0.00280625 2.34tn
0.1419 5.3
Ulangan 3 0.01941875 0.00647292 5.39 0.0212
Galat 9 0.01080625 0.00120069
Umum 16 0.03864375
Minggu ke-9
Perlakuan 3 0.01090000 0.00363333 1.75tn
0.2257 6.6
Ulangan 3 0.03565000 0.01188333 5.73 0.0179
Galat 9 0.01865000 0.00207222
Umum 16 0.06520000
Minggu ke-10
Perlakuan 3 0.01586875 0.00528958 2.59tn
0.1178 6.5
Ulangan 3 0.02331875 0.00777292 3.80 0.0519
Galat 9 0.01840625 0.00204514
Umum 16 0.05759375
Minggu ke-11
Perlakuan 3 0.01491875 0.00497292 2.07tn
0.1744 6.6
Ulangan 3 0.01986875 0.00662292 2.76 0.1039
Galat 9 0.02160625 0.00240069
Umum 16 0.05639375
Minggu ke-12
Perlakuan 3 0.01011875 0.00337292 1.28tn
0.3405 6.6
Ulangan 3 0.01836875 0.00612292 2.31 0.1443
Galat 9 0.02380625 0.00264514
Umum 16 0.05229375
Minggu ke-14
Perlakuan 3 0.00867500 0.00289167 1.38tn
0.3107 5.7
Ulangan 3 0.03682500 0.01227500 5.85 0.0169
Galat 9 0.01887500 0.00209722
Umum 16 0.06437500
46
Lampiran 8 (Lanjutan)
Sumber
Keragaman
db JK KT F-
Hitung
Pr>F KK (%)
Minggu ke-15
Perlakuan 3 0.01086875 0.00362292 1.42tn
0.2997 6.0
Ulangan 3 0.03661875 0.01220625 4.79 0.0293
Galat 9 0.02295625 0.00255069
Umum 16 0.07044375
Minggu ke-16
Perlakuan 3 0.01186875 0.00395625 1.10tn
0.3994 7.1
Ulangan 3 0.01651875 0.00550625 1.53 0.2733
Galat 9 0.03245625 0.00360625
Umum 16 0.06084375 Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01
Lampiran 9. Sidik Ragam Peubah Jumlah Cabang Primer dan Sekunder Tanaman
Teh
Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01
Lampiran 10. Sidik Ragam Peubah Tinggi Tanaman Teh Mencapai 70 cm
Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01
Sumber
Keragaman
db JK KT F-
Hitung
Pr>F KK (%)
Jumlah Cabang Primer
Ulangan 3 4.49972500 1.49990833 2.09 tn
0.1712 12.7
Perlakuan 3 1.79092500 0.59697500 0.83 0.5084
Galat 9 6.44512500 0.71612500
Umum 15 12.73577500
Jumlah Cabang Sekunder
Ulangan 3 0.83221875 0.27740625 0.45 * 0.7250 34.6
Perlakuan 3 7.18711875 2.39570625 3.87 0.0499
Galat 9 5.57630625 0.61958958
Umum 15 13.59564375
Sumber
Keragaman db JK KT
F-
Hitung Pr>F KK (%)
Ulangan 3 8.95271875 2.98423958 1.23tn
0.3541 16.1
Perlakuan 3 9.61971875 3.20657292 1.32 0.3264
Galat 9 21.81840625 2.42426736
Umum 15 40.39084375
47
Lampiran 11. Sidik Ragam Peubah Tingkat Kehijaun Daun Tanaman Teh
Ket: tn = tidak nyata; * = nyata pada taraf α = 0,05; ** = nyata pada taraf α = 0,01
Sumber
Keragaman
db JK KT F-
Hitung
Pr>F KK (%)
Ulangan 3 1.01831875 0.33943958 0.03 tn
0.9920 9.2
Perlakuan 3 41.03156875 13.67718958 1.26 0.3439
Galat 9 97.4010063 10.8223340
Umum 15 139.4508938