pengaruh model pembelajaran ropes (review,...
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ROPES (REVIEW,
OVERVIEW, PRESENTATION, EXERCISE, SUMMARY)
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA
KONSEP FLUIDA STATIS
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Lili Setiowati
NIM 11150163000012
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
I
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
II
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI
III
LEMBAR PENGESAHAN
IV
ABSTRAK
LILI SETIOWATI, NIM. 11150163000012 Pengaruh Model Pembelajaran
ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) Terhadap
Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Konsep Fluida Statis. Skripsi Program
Studi Tadris Fisika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
Model pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise,
Summary) telah diterapkan pada penelitian untuk meningkatkan keterampilan
proses sains siswa di SMA 57 Jakarta. Kelas XI MIPA 2 dipilih sebagai kelas
kontrol dan XI MIPA 1 sebagai kelas eksperimen. Model pembelajaran ROPES
memiliki kelebihan yaitu menekankan pada kemampuan dan peran aktif siswa
untuk memahami materi pembelajaran melalui serangkaian kegiatan yang utuh dan
saling berkaitan, mulai dari kemampuan dasar pada tahap Review, sampai
kemampuan mendalam pada tahap Summary. Metode penelitian yang digunakan
adalah quasi experiment dengan desain nonequivalent control group dan teknik
pengambilan sampel berupa cluster sampling. Instrument yang digunakan yaitu
instrument tes berupa soal pilihan ganda dan instrument nontes berupa angket. Hasil
uji hipotesis dengan menggunakan uji statistik non- parametrik dari Mann Whitney
yang dilakukan terhadap data posttest, pada taraf signifikansi 0,05 diperoleh nilai
Sig (2 − 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑) 0,000, maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1)
diterima. Artinya, model pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation,
Exercise, Summary) terbukti berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa
pada konsep fluida statis. Diperkuat dengan hasil nilai N-Gain kelas eksperimen
mengalami peningkatan indikator keterampilan proses sains yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol. Sementara, hasil angket respon siswa secara
keseluruhan menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary)
berada dalam kategori kuat dengan presentase 92,7.
Kata kunci: Model Pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation,
Exercise, Summary), Keterampilan Proses Sains, Fluida Statis.
V
ABSTRACT
LILI SETIOWATI, NIM. 11150163000012. The Effect of ROPES (Review,
Overview, Presentation, Exercise, Summary) Learning Models to Student’s
Science Process Skill Ability in Static Fluid Concept. Skripsi of Physics Education
Program, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University of
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
The ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) learning
model’s has been applied to research to improve student’s science process skills in
SMA Negeri 57 Jakarta. The class XI MIPA 2 was chosen as control class and class
XI MIPA 1 as experiment class. The ROPES learning model has advantages is that
it emphasizing the ability and active role of students to understand learning
material through a series of whole and interrelated activites, starts from the basic
abilities at the review stage, to the profound abilities at the summary stage.The
method used is quasi experiment with nonequivalent control group design and
technique of sampling is cluster sampling. The instrument were use in the research
are test instrument which is multiple choice questions and instrument non test which
is questionnaire. The result of hypothesis test using nonparametric statistic test
from Mann Whitney were conducted on the posttest, at significance level 0,05 was
obtained Sig (2 − 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑) of 0,000, so H0 rejected and H1 accepted. This means
that ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) learning models
proven effect on the student science process skills ability in static fluid.
Strengthened with the N-Gain test result showed indicators of science process skills
ability in the class experiment was increase higher that the control class. While, the
results questionnaire response of student also show that learning using ROPES
(Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) learning models got a strong
category with percentage of 92,7.
Keywords: ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary)
Learning Models, Science Process Skill, Static Fluid.
VI
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) Terhadap
Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Konsep Fluida Statis”. Sholawat serta salam
semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, kepada keluarganya,
para sahabatnya, dan kita semua selaku umatnya hingga akhir zaman. Amin ya
Robbal’alamiin.
Ucapan terimaksih disampaikan kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Secara khusus, ucapan terimaksih
tersebut disampaikan kepada:
1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syatif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Tadris Fisika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ai Nurlaela, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan selama proses penulisan skripsi.
4. Bapak Dwi Nanto, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis selama menjadi mahasiswa pendidikan
fisika di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Seluruh dosen, staf, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya Prodi Tadris Fisika yang telah memberikan ilmu pengetahuan,
pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.
6. Ibu Setianingrum, M.Pd, selaku Kepala SMA Negeri 57 Jakarta yang telah
memberikan izin penelitian di sekolah tersebut.
7. Bapak Jedhendry, S.Si, selaku Guru bidang studi fisika di SMA Negeri 57
Jakarta yang telah memberikan dukungan dan saran kepada penulis selama
penelitian berlangsung.
VII
8. Keluarga tercinta Ayahanda Wawan Setiawan, Ibunda Rukiyah, Abang Kikih,
serta kedua adik tercinta yakni Muhammad Saddam dan Kevin Renaldi yang
selalu memberikan doa, kasih sayang, serta motivasi kepada penulis.
9. Sahabat ciwi-ciwi Lena Marlina, Syarifah Hanum, Alif yun Hariani yang telah
berbagi pengalaman, keceriaan, dan kebahagiaan.
10. Keluarga pendidikan Fisika 2015, yang senantiasa menjadi tempat berbagi kasih
sayang, pengalaman, dan motivsi.
11. Seluruh pihak yang telah membantu penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan untuk perbaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, Februari 2020
Penulis
VIII
DAFTAR ISI
SURAT PERYATAAN KARYA SENDIRI ................................................... I
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI ......................................... II
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. III
ABSTRAK ........................................................................................................ IV
ABSTRACT ...................................................................................................... V
KATA PENGANTAR ...................................................................................... VI
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ X
DAFTAR TABEL ............................................................................................ XI
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... XIII
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 4
C. Batasan Masalah ................................................................................. 5
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN ....................... 7
A. Kajian Teori ......................................................................................... 7
1. Model Pembelajaran ROPES ......................................................... 7
2. Keterampilan Proses Sains ............................................................. 10
3. Konsep Fluida Statis ...................................................................... 16
B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................. 23
C. Kerangka Bepikir ................................................................................. 26
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 28
A. Waktu dan Tempat penelitian .............................................................. 28
IX
B. Metode Penelitian ................................................................................ 28
C. Desain Penelitian ................................................................................. 28
D. Variabel Penelitian ............................................................................... 29
E. Populasi dan Sampel ............................................................................ 29
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 30
G. Instrumen Penelitian ............................................................................ 30
H. Kalibrasi Instrumen .............................................................................. 34
1. Kalibrasi Instrumen Tes ................................................................ 34
I. Analisis Data ........................................................................................ 40
1. Analisis Data Tes .......................................................................... 40
2. Analisis Data Nontes .................................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 47
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 47
1. Hasil Pretest ................................................................................... 47
2. Hasil Posttest ................................................................................ 49
3. Rekapitulasi Hasil Penilaian Keterampilan Proses Sains Siswa ... 51
4. Hasil Uji Prasyarat Analisis .......................................................... 57
5. Hasil Uji Hipotesis ........................................................................ 59
6. Hasil N-Gain ................................................................................. 60
7. Analisis Data Angket .................................................................... 61
B. Pembahasan .......................................................................................... 62
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 67
A. Kesimpulan ............................................................................................ 67
B. Saran ....................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 69
LAMPIRAN ...................................................................................................... 74
X
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tekanan Fluida ......................................................................... 17
Gambar 2.2 Tekanan Hidrostatika ............................................................... 17
Gambar 2.3 Manometer Pipa Terbuka ......................................................... 19
Gambar 2.4 Dongkrak Hidrolik ................................................................... 19
Gambar 2.5 Menentukan Gaya Apung ......................................................... 20
Gambar 2.6 Tegangan Permukaan ............................................................... 21
Gambar 2.7 Kerangka Berfikir ..................................................................... 27
Gambar 4.1 Diagram Ditribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen ..................................................................... 47
Gambar 4.2 Nilai Mean Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ....... 49
Gambar 4.3 Diagram Ditribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen ..................................................................... 49
Gambar 4.4 Nilai Mean Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ..... 51
Gambar 4.5 Rekapitulasi Nilai Mean Pretest dan Posttest .......................... 52
Gambar 4.6 Persentase Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Indikator
Mengobservasi ......................................................................... 54
Gambar 4.7 Persentase Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Indikator
Berhipotesis .............................................................................. 55
Gambar 4.8 Persentase Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Indikator
Merencanakan Percobaan ......................................................... 55
Gambar 4.9 Persentase Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Indikator
Menerapkan Konsep ................................................................. 56
Gambar 4.10 Persentase Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Indikator
Mengkomunikasikan ................................................................ 57
XI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Proses Sains ........................................... 14
Tabel 3.1 Desain Penelitian .......................................................................... 29
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes ................................................................ 31
Tabel 3.3 Penskoran Pernyataan Angket ..................................................... 33
Tabel 3.4 Kriteria Interpretasi Skor ............................................................. 33
Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Nontes .......................................................... 34
Tabel 3.6 Kriteria Koefisien Korelasi Validitas ........................................... 35
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ................................................ 35
Tabel 3.8 Kriteria Koefisien Korelasi Reliabilitas ....................................... 36
Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes ............................................ 37
Tabel 3.10 Kriteria Interpretasi Taraf Kesukaran .......................................... 37
Tabel 3.11 Hasil Uji Taraf Kesukaran ........................................................... 38
Tabel 3.12 Kriteria Interpretasi Daya Pembeda ............................................. 39
Tabel 3.13 Hasil Uji Daya Pembeda .............................................................. 39
Tabel 3.14 Kriteria Interpretasi N-Gain ......................................................... 45
Tabel 3.15 Kriteria Interpertasi Skor Angket Nontes ..................................... 46
Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen ..................................................... 48
Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen ..................................................... 50
Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Hasil Pretest dan Posttest Pada Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen .................................................................. 51
Tabel 4.4 Perbandingan Skor Indikator Keterampilan Proses Sains Siswa ... 53
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk Pretest dan Posttest .............. 58
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest ................................. 59
Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest ....................................... 60
Tabel 4.8 Hasil Uji N-Gain Pretest dan Posttest .......................................... 60
XII
Tabel 4.9 Hasil Angket Respon Siswa .......................................................... 61
XIII
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN ....................................... 74
1. Lembar Wawancara Guru ........................................................................ 75
2. RPP Kelas Eksperimen ............................................................................. 84
3. RPP Kelas Kontrol ................................................................................... 112
4. LKS Kelas Eksperimen ............................................................................ 137
5. LKS Kelas Kontrol ................................................................................... 161
6. Soal Evaluasi ............................................................................................ 181
7. Penilaian Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas Eksperimen .............. 187
8. Penilaian Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas Kontrol ..................... 193
LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN ................................................. 199
1. Kisi-kisi Instrumen Tes Uji Coba Penelitian ........................................... 200
2. Instrumen Tes Uji Coba Penelitian .......................................................... 203
3. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes .................................................... 241
a. Uji Validitas Butir Soal ...................................................................... 241
b. Uji Reliabilitas Instrumen .................................................................. 243
c. Uji Daya Beda .................................................................................... 244
d. Uji Taraf Kesukaran ........................................................................... 245
e. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen ............................................. 246
4. Soal yang Digunakan ............................................................................... 248
5. Instrumen Nontes ..................................................................................... 270
a. Kisi-kisi Instrumen Nontes ................................................................ 270
b. Instrumen Nontes ............................................................................... 271
6. Lembar Validasi Ahli Materi ................................................................... 273
7. Lembar Validasi Ahli Pendidikan ............................................................ 278
LAMPIRAN C ANALISIS HASIL PENELITIAN ......................................... 280
1. Hasil Pretest ............................................................................................. 281
2. Hasil Posttest ............................................................................................ 286
3. Hasil Olah Data Per Indikator Keterampilan Proses Sains ...................... 291
4. Uji Normalitas Hasil Pretest .................................................................... 303
5. Uji Normalitas Hasil Posttest ................................................................... 304
6. Uji Homogenitas Hasil Pretest ................................................................. 305
7. Uji Homogenitas Hasil Posttest ............................................................... 306
8. Uji Hipotesis Hasil Pretest ....................................................................... 307
9. Uji Hipotesis Hasil Posttest ..................................................................... 308
10. Uji N-Gain Kelas Kontrol ........................................................................ 309
11. Uji N-Gain Kelas Eksperimen ................................................................. 316
XIV
12. Data Angket Respon Siswa ...................................................................... 323
LAMPIRAN D SURAT KETERANGAN ........................................................ 325
1. Surat Keterangan Observasi ..................................................................... 326
2. Surat Izin Observasi ................................................................................. 329
3. Surat Keterangan Validasi Soal ............................................................... 332
4. Surat Izin Validasi Soal ............................................................................ 333
5. Surat Keterangan Penelitian ..................................................................... 336
6. Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................................ 337
7. Uji Referensi ............................................................................................ 338
LAMPIRAN E LAIN-LAIN .............................................................................. 351
1. Foto-foto Penelitian .................................................................................. 352
2. Biodata Penulis ........................................................................................ 355
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fisika merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan yang mempelajari
bagian-bagian dari alam, menganalisis gejala alam, menganalisis proses dan produk
dari alam, serta menganalisis interaksi yang ada didalamnya.1 Pembelajaran fisika
tidak hanya berisikan tentang teori-teori atau rumus-rumus yang harus dihafalkan,
akan tetapi lebih menekankan pada pemahaman konsep yang harus dipahami secara
mendalam, sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna.2 Dengan demikian
pembelajaran fisika harus mengarah kepada pembelajaran yang bersifat
transaksional, yaitu siswa dan guru sama-sama terlibat aktif pada saat proses
pembelajaran berlangsung, pengetahuan yang didapatkan siswa tidak hanya
diperoleh dari pengetahuan guru saja, melainkan dapat berasal dari pengalaman
siswa.3
Kurikulum 2013 menekankan kepada penguatan proses pembelajaran, dalam
hal ini saat proses pembelajaran berlangsung, siswa diharapkan untuk mencari tahu
bukan hanya diberi tahu.4 Dalam pembelajaran fisika siswa tidak hanya ditekankan
untuk menguasai pengetahuan saja, namun juga ditekankan untuk menguasai
keterampilan proses serta sikap ilmiah, keterampilan proses serta sikap ilmiah
dalam pembelajaran fisika inilah yang dikenal dengan keterampilan proses sains.5
Menurut Rustaman, keterampilan proses sains melibatkan aspek keterampilan
1 Gusnita Betaria Sinaga dan Usler Simarmata, “Pengaruh Model Pembelajaran ROPES
(Review, Overview, Presentation, Exercise, Sumamary) Berbantu Audio Visual Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Materi Kalor Dikelas X Semester II SMA N 11 Medan”, Jurnal Inpafi, Vol. 2,
No.3, Agustus 2014, hlm. 96.
2 Ellinda Eka Wahyuni, Sutarto, dan I Ketut Mahardika, “Model Pembelajaran ROPES
(Review, Overview, Presentation, Exercise, Sumamary) Disertai Media Audio visual Terhadap
Aktifitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di MAN 1 Jember”, Artikel Ilmiah
Mahasiswa, 2015, hlm. 2.
3 Indri Restanti, Sudarti, dan Alex Harijant, “Pengaruh Model Pembelajaran ROPES
dengan Teknik Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
Di Bondowoso”, Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 4 No.1, Juni 2015, hlm. 93.
4 Ai Hayati Rahayu dan Poppy Anggraeni, “Analisis Profil Keterampilan Proses Sains Siswa
Sekolah Dasar Di Kebupaten Sumedang”, Jurnal Pesona Dasar, Vol 5 No.2, Oktober 2017, hlm. 23. 5 Ibid.
2
kognitif, manual, dan sosial.6 Dengan demikian, karena melibatkan semua aspek
keterampilan, maka siswa dapat terlibat aktif pada saat proses pembelajaran
berlangsung dan pembelajaran akan terasa lebih menarik. Guru perlu melatih
keterampilan proses sains dalam pembelajaran, karena keterampilan proses sains
dapat membekali siswa untuk membentuk konsep ketika menghadapi masalah yang
dihadapi dalam kehidupan.
Hasil studi internasional PISA (The Programme for International Student
Assessment) pada tahun 2015, menyatakan bahwa Literasi Sains Siswa masih
rendah, Indonesia berada pada peringkat 69 dari 72 negara peserta PISA. Penilaian
tersebut didasarkan pada indikator mengamati, mengidentifikasi masalah,
menafsirkan data, menyimpulkan percobaan, serta keterampilan dalam menerapkan
konsep.7 Indikator penilaian tersebut merupakan indikator keterampilan proses
sains.8 Hal tersebut dapat dijadikan indikator bahwa, keterampilan proses sains
siswa di Indonesia masih tergolong rendah.
Berdasarkan hasil observasi dengan guru mata pelajaran fisika pada studi
pendahuluan di enam sekolah SMA Negeri wilayah Jakarta Barat, didapatkan
informasi bahwa kurikulum yang digunakan untuk pembelajaran fisika sudah
menggunakan kurikulum 2013. Pada umumnya pembelajaran fisika di sekolah
masih berpusat pada guru. Metode yang sering digunakan dalam pembelajaran
antara lain, ceramah, diskusi, serta tanya jawab, sehingga membuat siswa
cenderung pasif dalam pembelajaran. Proses pembelajaran dengan metode
eksperimen hanya sesekali dilakukan pada materi tertentu tanpa memperhatikan
penilaian keterampilan proses sains siswa.
Beberapa peneliti sebelumnya telah meneliti keterampilan proses sains pada
beberapa sekolah, berdasarkan penelitian tersebut terlihat bahwa keterampilan
proses sains siswa masih sangat rendah.9 Adapun bagi peneliti sendiri, telah
6 Nuryani Y. Rustarman, dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: Universitas
Negeri Malang, 2005), hlm. 86. 7 Sunyono Sunyono, “Science Process Skill Characteristics of Junior High Scholl Students
in Lampung European Scientific”, Journal education, Vol. 14, No. 10, April 2018, ISSN: 1857-7881,
hlm. 34. 8 Rustarman.op.cit., hlm. 87. 9 Rahayu, loc.cit.
3
melakukan studi pendahuluan di daerah Jakarta Barat dan diperoleh hasil yang
sama, keterampilan proses sains siswa masih belum terlatih. Jarangnya siswa
melaksanakan praktikum dan pada umumnya belum ada waktu khusus untuk siswa
melakukan praktikum. Di samping itu jika siswa akan melaksanakan praktikum,
waktu yang digunakan masih bercampur dengan waktu Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM), sehingga waktu yang digunakan untuk melaksanakan praktikum masih
sangat terbatas, akibatnya keterampilan proses sains siswa kurang terlatih.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan model
pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary).
Model pembelajaran ROPES adalah model pembelajaran yang menekankan pada
kemampuan dan peran aktif siswa untuk memahami materi pelajaran melalui
serangkaian kegiatan yang utuh dan saling terkait.10 Tahapan model pembelajaran
ROPES antara lain: Review, pada tahap ini antara guru dan siswa saling sharing
pengetahuan atau pengalaman yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang
akan dipelajari.11 Overview, pada tahap pembelajaran ini guru membangan
hubungan isi pembelajaran yang akan dipelajari, memaparkan langkah
pembelajaran yang akan digunakan saat proses pembelajaran serta memotivasi
siswa sebelum memulai pembelajaran. Presentation, pada tahap ini guru beserta
siswa mempresentasi materi pembelajaran.12 Exercise, pada tahap ini siswa
melakukan eksperimen atau diskusi yang bertujuan untuk menggali informasi.
Tahapan akhir dalam model pembelajaran ROPES ialah Summary, pada tahap ini
siswa dibantu oleh guru untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari.13
Sedangkan, tahap Exercise dalam model pembelajaran ROPES merupakan tahapan
penting bagi siswa untuk membangun keterampilan proses sains siswa, sebab pada
tahap ini melibatkan siswa secara langsung melalui eksperimen, sehingga siswa
terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian model pembelajaran
ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) dapat menjadikan
10Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2011), hlm.
99. 11 Sinaga, op.cit., hlm. 97. 12 Wahyuni, loc.cit. 13 Restanti, op.cit., hlm. 94.
4
pembelajaran fisika lebih menarik, lebih menekankan pada poses pembelajaran
serta dapat meningkatkan keterampilan proses sains.
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ROPES cocok untuk
diterapkan pada konsep fluida statis. Konsep fluida statis ialah salah satu konsep
fisika yang proses pembelajarannya menuntut siswa tidak hanya paham materi saja,
melainkan siswa ditantut untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu pada konsep fluida statis dapat dilakukan melalui percobaan sederhana,
misalnya saja mengamati proses melayang, mengapung dan tenggelam. Melalui
percobaan telur yang diletakkan dalam fluida yang memiliki massa jenis berbeda,
massa jenis berbeda disebabkan karena terdapat kandungan garam dalam fluida.
Semakin banyak kandungan garam dalam fluida maka semakin terapung posisi
telur dalam fluida. Selain percobaan tersebut masih ada materi fluida statis yang
dapat diterapkan melalui percobaan sederhana. Dengan demikian model
pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) pada
konsep fluida statis diharapkan dapat melatih keterampilan proses sains siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran ROPES (Review,
Overview, Presentation, Exercise, Summary) Terhadap Keterampilan Proses
Sains Siswa Pada Konsep Fluida Statis”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Pembelajaran fisika di sekolah secara umum masih menggunakan metode
ceramah, diskusi, dan tanya jawab, sehingga siswa cenderung pasif selama
proses pembelajaran.
2. Pembelajaran fisika melalui metode eksperimen hanya sesekali dilakukan.
3. Kurangnya metode eksperimen dalam pembelajaran fisika yang menyebabkan
rendahnya keterampilan proses sains pada siswa.
5
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih terarah dan
terfokus, maka perlu dibatasi masalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran ROPES
(Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) yang dikembangkan oleh
Hunts.
2. Konsep yang digunakan pada penelitian ini, yakni materi fluida statis yang
dipelajari oleh kelas XI pada semester ganjil.
3. Keterampilan proses sains yang diukur dalam penelitian ini adalah aspek
keterampilan proses sains menurut menurut Rustaman (2005), yang dibatasi
pada indikator mengobservasi, berhipotesis, merencanakan percobaan,
menerapkan konsep, dan mengkomunikasikan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas,
maka perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran ROPES (Review, Overview,
Presentation, Exercise, Summary) terhadap keterampilan proses sains siswa
pada konsep fluida statis?
2. Bagaimana nilai N-Gain keterampilan proses sains siswa?
3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan model
pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary)?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran ROPES (Review,
Overview, Presentation, Exercise, Summary) terhadap keterampilan proses sains
siswa pada konsep fluida statis.
2. Mengetahui mengetahui nilai N-Gain keterampilan proses sains siswa.
6
3. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model
ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary)
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
1. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif guru dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang lebih menarik.
2. Melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses sains
siswa.
3. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah
menjadi dasar dalam proses pembelajaran menggunakan model ROPES
(Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) dalam kegiatan belajar
mengajar.
7
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Teori
1. Model Pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation,
Exercise, Summary)
a. Pengertian Model Pembelajaran ROPES
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Setiap
model pembelajaran mengarahkan kedalam mendesain pembelajaran untuk
membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga mencapai tujuan
pembelajaran.14 Model pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation,
Exercise, Summary) dikemukakan oleh Hunts.15 Model ROPES dikembangkan
berdasarkan teori belajar kontruktivisme. Menurut teori belajar kontruktivisme,
proses belajar dilakukan dengan memfasilitasi siswa agar memperoleh
pengalaman belajar yang digunakan untuk membangun konsep terhadap
pengetahuan yang sedang dipelajari.16
Model pembelajaran ROPES merupakan model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan, melakukan
percobaan, dan menyimpulkan sesuatu yang telah dipelajarinya dengan tetap
dibawah arahan guru.17 Hunts menyebutkan bahwa model pembelajaran ROPES
digunakan sebagai rencana prosedur persiapan sebelum mengajar. Adapun
langkah-langkah model pembelajaran ROPES antara lain: 18
14 Trianto, op.cit., hlm. 22.
15 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),
hlm. 99. 16 Rizka Nurul Dina, Agus Wahyuni, dan Saminan,“Penerapan Model Pembelajaran ROPES
(Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika
Pada Materi Alat-Alat Optik Di Kelas XI-A SMA Negeri 4 Banda Aceh”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa
(JIM) Pendidikan Fisika. Vol. 1 No.4, Oktober 2016, hlm. 243. 17 Nizaruddin, “ROPES Learning Model Modification to Increase Proficiency Students of
Rational Thingking”. Program Studi Pendidikan Matematika IKIP PGRI Semarang. 2010. 18 Majid, loc.cit.
8
1) Review
Kegiatan ini dilakukan dalam waktu 1 sampai 5 menit, guru perlu mengukur
kesiapan awal siswa dalam memahami materi, dengan cara melihat pengetahuan
sebelumnya yang sudah dimiliki siswa, yang diperlukan sebagai prerequisite
siswa untuk memahami materi yang akan disampaikan. Hal ini perlu diperhatikan
guru pada tahapan review antara lain:19
a) Guru dapat memulai proses pembelajaran, jika perhatian dan motivasi siswa
sudah terbentuk.
b) Guru dapat memulai proses pembelajaran, jika interaksi antara guru dengan
siswa sudah terbentuk.
c) Guru dapat memulai proses pembelajaran, jika siswa dapat memahami
hubungan antara materi yang sudah dipelajari sebelumnya dengan materi yang
akan dipelajari pada hari itu.
2) Overview
Kegiatan ini dilakukan dalam waktu 2 sampai 5 menit. Pada kegiatan ini guru
menyampakan isi (content) secara singkat dan strategi yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran.20 Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menyampaikan pandangannya atas langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Sehingga siswa merasa ikut terlibat dalam
proses pembelajaran dan merasa dihargai keberadaannya.
3) Presentation
Kegiatan ini merupakan inti dari proses kegiatan belajar mengajar, karena di
sini guru sudah tidak lagi memberikan penjelasan-penjelasan singkat, akan tetapi
sudah masuk pada proses telling, showing, dan doing. Proses tersebut sangat
diperlukan untuk meningkatkan daya ingat siswa tentang pelajaran yang mereka
dapatkan.21 Pada kegiatan ini guru perlu melakukan modifikasi agar dapat
terciptanya suasana student center, agar selama proses pembelajaran berlangsung
19 Ibid. 20 Gusnita Betaria Sinaga dan Usler Simarmata, “Pengaruh Model Pembelajaran ROPES
(Review, Overview, Presentation, Exercise, Sumamary) Berbantu Audio Visual Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Materi Kalor Dikelas X Semester II SMA N 11 Medan”, Bioedukasi, Vol. 2,
No 3, Agustus 2014, hlm. 96. 21 Majid, op.cit., hlm. 100.
9
siswa lah yang berperan aktif dan siswa pula yang melakukan presentasi materi
pembelajaran, guru hanya mengarahkan kegiatan selama proses pembelajaran
berlangsung. Pada tahapan ini siswa mencoba menyampaikan hasil pembahasan
dalam kelompok dari materi yang ditugaskan untuk dipelajari.22
4) Exercise
Pada kegiatan ini memberikan kesempatan kepada siswa mempraktekkan apa
yang telah pahami siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengalaman
langsung kepada siswa sehingga hasil yang dicapai lebih bermakna. Oleh karena
itu guru harus mempersiapkan rencana pembelajaran tersebut dengan baik melalui
skenario pembelajaran.23 Misalnya untuk pelajaran fisika siswa dapat melakukan
percobaan di ruang kelas maupun di laboratorium.
5) Summary
Kegiatan ini berupa pembuatan rangkuman dari seluruh kegiatan
pembelajaran.24 Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat apa yang telah pahami
siswa selama proses pembelajaran. Dari semua tahapan pembelajaran ROPES
kegiatan summary lah yang sering tertinggal oleh guru, karena guru sering
menghabiskan waktu pada kegiatan presentation, yang pada akhirnya kehabisan
waktu pembelajaran sehingga proses kegiatan summary tertinggal.25 Untuk itu
guru perlu memperhatikan rencana proses pembelajaran yang telah dibuat
sebelumnya.
b. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran ROPES
Berikut ini kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran ROPES.26 Model
pembelajaran ROPES memiliki beberapa kelebihan antara lain:
1) Siswa akan merasa lebih dihargai karena mereka ikut mengajukan pendapat
tentang pembelajaran yang dilaksanakan.
22 Nizaruddin, loc.cit. 23 Majid, loc.cit. 24 Sinaga, loc.cit. 25 Majid, op.cit., hlm. 101. 26 Dina, op.cit., hlm. 239.
10
2) Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, bersikap
objektif, jujur dan terbuka sehingga siswa akan lebih tertantang dalam belajar.
3) Dengan bereksperimen siswa lebih akan termotivasi dalam belajar dan tidak
mudah jenuh.
4) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
5) Mendorong siswa untuk bisa merumuskan hipotesis sendiri.
Model pembelajaran ROPES juga memiliki beberapa kekurangan antara lain:
1) Jika siswa belum menguasai pembelajaran sebelumnya maka guru harus
dengan bijak memberi kesempatan kepada siswa untuk memahaminya
terlebih dahulu, sehingga akan mengurangi waktu penyamapaian materi.
2) Apabila terjadi akumulasi bahan ajar yang tertunda, maka harus dicarikan
waktu tambahan.
2. Keterampilan Proses Sains
a. Pengertian Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains ialah keterampilan-keterampilan yang biasa
dilakukan untuk memperoleh pengetahuan.27 Keterampilan proses sains
mengarahkan siswa untuk dapat menemukan pengetahuannya sendiri, melalui
kegiatan mengamati, melakukan eksperimen, menerapkan konsep,
mengkomunikasikan gagasan, dan lain sebagainya.
Beberapa alasan keterampilan proses sains diperlukan dalam pendidikan
antara lain:28
1) Melatih siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
2) Memberikan bekal kepada siswa untuk membentuk konsep sendiri dan
bagaimana mempelajari cara sesuatu
3) Membantu siswa mengembangkan kemampuan dirinya sendiri
4) Dapat membantu siswa yang masih berada pada taraf perkembangan berpikir
konkret.
27 Zulfiani, op.cit., hlm. 51. 28 Ibid.
11
Keterampilan proses sains dibangun dari tiga keterampilan, yaitu
kognitif, manual, dan sosial.29 Sesuai dengan karakteristik pembelajaran sains
siswa dituntut untuk mencari tahu, bukan hanya membentuk fakta, konsep, dan
prinsip saja namun menekankan pada penemuan. Kemampuan siswa dalam
melakukan penemuan dibekali dengan kegiatan pembelajaran yang
berorientasi pada proses (student centered), dalam proses pembelajaran
berlangsung peran guru hanya sebagai fasilitator.
Keterampilan proses yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran fisika,
diantaranya:
1) Melakukan Observasi
Observasi adalah salah satu keterampilan ilmiah yang mendasar.
Mengobservasi tidak sama dengan melihat, dalam observasi kita memilah-milah
mana yang penting dan mana yang tidak penting.30 Keterampilan ini berhubungan
dengan penggunaan secara optimal dan proporsional seluruh alat indra untuk
menggambarkan obyek dan hubungan ruang waktu atau mengukur karakteristik
fisik benda-benda yang diamati. Pengamatan dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Pengamatan juga dapat dilakukan dengan alat bantu atau tidak.31
2) Mengelompokkan
Mengelompokkan adalah salah satu kemampuan yang penting dalam kerja
ilmiah.32 Dasar keterampilan mengelompokkan adalah kemampuan
mengidentifikasi perbedaan dan persamaan antara berbagai objek yang diamati,
yang termasuk jenis keterampilan ini antara lain menggolongkan,
membandingkan, mengkonstraskan, dan mengurutkan.33
3) Meramalkan
Keterampilan meramalkan mencakup keterampilan memperkiraan tentang
sesuatu yang belum terjadi, berdasarkan suatu kecenderungan atau pola data yang
29 Ibid., hlm. 52. 30 Conny Semiawan, dkk, Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta : PT Grasindo, 1985),
hlm. 17. 31 Zulfiani, op.cit., hlm. 53. 32 Semiawan, op.cit, hlm. 22. 33 Zulfiani, loc.cit.
12
sudah ada.34 Guru perlu melatih keterampilan meramal kepada siswa, dalam
membuat peramalan kejadian yang akan datang, berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan siswa.35
4) Hipotesis
Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menjelaskan suatu
pengamatan tertentu. Dalam kegiatan ilmiah, biasanya seorang ilmuwan membuat
hipotesis terlebih dahulu, yang selanjutnya hipotesis tersebut diuji melalui
kegiatan eksperimen.36 Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel atau
mengajukan perkiraan penyebab terjadinya sesuatu yang selanjutnya akan
dibuktikan kebenarannya melalui eksperimen.37
5) Merencanakan percobaan atau eksperimen
Eksperimen ialah kegiatan untuk menguji hipotesis melalui penyelidikan
percobaan.38 Termasuk kedalam jenis merencanakan percobaan adalah
keterampilan menentukan alat bahan yang diperlukan untuk menguji sesuatu,
dapat mengurutakan langkah percobaan dengan benar serta dapat menentukan apa
yang akan diukur, diamati, dan dicatat.
6) Menafsirkan hasil pengamatan
Data yang dikumpulkan melalui observasi, perhitungan, pengukuran,
eksperimen, dicatat selanjutnya disajikan dalam berbagai bentuk, seperti tabel,
grafik maupun diagram.39 Interpretasi meliputi keterampilan mencatat hasil
pengamatan dalam bentuk angka, menghubungkan hasil pengamatan, menemukan
pola keteraturan dari suatu seri pengamatan sehingga memperoleh sebuah
kesimpulan.40
7) Menerapkan konsep atau prinsip
Guru perlu melatih kemampuan menerapkan konsep siswa, dengan cara
menggunakan konsep yang telah di kuasai untuk dapat memecahkan masalah
34 Ibid. 35 Semiawan, op.cit, hlm. 31. 36 Ibid., hlm. 25. 37 Zulfiani, op.cit., hlm. 54. 38 Semiawan, op.cit., hlm. 26. 39 Ibid., hlm. 29. 40 Zulfiani, op.cit., hlm. 53.
13
tertentu dan menjelaskan suatu peristiwa baru dengan konsep yang telah
dimiliki.41
8) Keterampilan berkomunikasi
Setelah data hasil percobaan diolah selanjutnya data hasil percobaan tersebut
diinformasikan kepada orang lain. Kegiatan tersebut termasuk keterampilan
berkomunikasi. Bentuk keterampilan berkomunikasi ini bisa dalam bentuk lisan,
tulisan, grafik, tabel, diagram, atau gambar.42
9) Mengajukan pertanyaan
Keterampilan ini seharusnya merupakan keterampilan mendasar yang harus
dimiliki siswa sebelum mempelajari suatu masalah lebih lanjut. Setiap berhadapan
dengan suatu masalah seharusnya siswa mengajukan pertanyaan tentang apa,
mengapa, bagaimana serta menanyakan latar belakang hipotesis.43
10) Keterampilan menyimpulkan
Keterampilan- keterampilan proses yang dipaparkan di atas menjadi kurang
begitu bermakna bagi hasil belajar siswa, terutama dalam hal penguasaan konsep,
apabila tidak ditunjang dengan keterampilan menarik kesimpulan dari
serangkaian hasil kegiatan percobaan.44
41 Semiawan, op.cit., hlm. 32. 42 Zulfiani, op.cit., hlm. 54. 43 Ibid., hlm. 55.
44 Ibid.
14
b. Indikator Keterampilan Proses Sains
Tabel 2.1 Indikator keterampilan proses sains menurut Harlen (1992) dan
Rustaman (2005).45
Observasi 1) Menggunakan sebanyak mungkin indra
2) Menggunakan fakta relevan
Klasifikasi 1) Mencatat setiap pengamatan secara terpisah
2) Mencari perbedaan persamaan
3) Mengontraskan ciri – ciri
4) Membandingkan
5) Mencari dasar pengelompokkan
6) Menghubungkan hasil-hasil pengamatan
Interpretasi 1) Menghubungkan hasil pengamatan
2) Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan
3) Menyimpulkan
Prediksi 1) Menggunakan pola - pola hasil pengamatan
2) Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada
keadaan yang belum diamati
Mengajukan
pertanyaan
1) Bertanya apa, bagaimana, dan mengapa
2) Bertanya untuk meminta penjelasan
3) Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang
hipotesis
Berhipotesis 1) Mengetahui bahwa ada lebih dari satu
kemungkinan penjelasan dari satu kejadian
2) Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji
kebenarannya dengan memperoleh bukti
Merencanakan
percobaan
1) Menentukan alat/bahan yang digunakan
2) Menentukan variabel/faktor penentu
3) Menentukan apa yang akan diukur, diamati, dicatat
45 Nuryani Y. Rustarman, dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: Universitas
Negeri Malang, 2005), hlm. 86.
15
4) Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa
langkah kerja
Menggunakan
alat/ bahan
1) Memakai alat / bahan
2) Mengetahui alasan mengapa menggunakan
alat/bahan
3) Mengetahui bagaimana mengetahui alat/bahan
Menerapkan
konsep
1) Menerapkan konsep yang telah dipelajari pada
situasi baru
2) Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk
menjelaskan apa yang sedang terjadi
Berkomunikasi 1) Memberikan data empiris hasil percobaan dengan
tabel/ grafik/ diagram
2) Menyampaikan laporan secara sistematik
3) Menjelaskan hasil percobaan
4) Membaca grafik atau tabel atau diagram
5) Mendiskusikan hasil kegiatan
16
3. Fluida Statis
Tiga wujud, atau fase materi antara lain padat (solid), cair (liquid), dan gas.
Benda padat selalu mempertahankan suatu bentuk dan ukuran yang tetap. Benda
cair tidak mempertahankan bentuk yang tetap, benda ini selalu mengikuti bentuk
wadahnya. Sedangkan Gas tidak memiliki bentuk maupun volume yang tetap,
karena zat cair dan gas tidak dapat mempertahankan bentuk yang tetap, maka zat
ini memiliki kemampuan mengalir, oleh karena itu zat cair dan gas sering disebut
sebagai fluida.46
a. Densitas
Densitas atau massa jenis (𝜌), didefiniskkan sebagai massa persatuan volume.
Bila massa jenis kita beri simbol 𝜌 maka massa jenis dapat tuliskan.47
𝜌 = massa
volume (2.1)
Satuan massa jenis adalah kg/m3.
b. Tekanan di Dalam Fluida
Gaya persatuan luas dinamakan tekanan Fluida. Bila tekanan kita beri simbol
P maka tekanan dapat tuliskan.48
𝑃 = F
A (2.2)
Satuan tekanan dalam SI adalah newton per meter persegi (N/m2) yang dinamakan
Pascal (Pa).
1Pa =1 N/m2
Keterangan:
P = Tekanan (N/m2)
F = Gaya (N)
A = Luas Permukaan (m2)
46 Douglas C.Giancoli, Fisika Edisi Ketujuh: Prinsip dan Aplikasi, (Jakarta: Erlangga, 2014),
hlm. 261. 47 Ibid. 48 Paul A Tipler, Fisika Untuk Sains dan Teknik, (Jakarta: Erlangga, 1998), hlm.389.
17
Gambar 2.1 Tekanan Fluida49
Fluida memberikan sebuah gaya yang tegak lurus pada setiap permukaan
benda yang ada di dalam fluida. Gaya persatuan luas yang diadakan oleh fluida
sama di setiap titik pada permukaan benda pada kedalaman yang sama.50
c. Tekanan Hidrostatika
Gambar 2.2 Tekanan Hidrostatika51
Fluida dapat kita anggap terdiri dari beberapa lapis. Pada lapisan atas akan
membebani lapisan bawah. Tekanan pada lapisan atas hanya berasal dari tekanan
udara luar Po, sementara tekanan pada lapisan bawah mendapat tekanan dari udara
luar dan dari berat lapisan atas. Lapisan fluida tersebut dalam keadaan diam dan
mendapat tekanan dari fluida yang lain baik dari atas maupun dari bawah, karena
silinder fluida diam maka resultan gaya yang dialami adalah nol. Tekanan dari
atas berasal dari Po yaitu tekanan di atas silinder sehingga gaya dari atas adalah:52
𝐹𝑜 = 𝑃𝑜𝐴 (2.3)
49 Giancoli, op.cit., hlm. 262. 50 Tipler, loc.cit. 51 Dwi Satya Palupi, Suharyanto dan Karyono, Fisika Untuk SMA dan MA Kelas XI, (Jakarta:
CV.Sahabat,2009), hlm. 209.
52 Ibid.
18
Gaya berat adalah F = mg, sedangkan gaya pada permukaan bawah silinder
disebabkan oleh gaya dari atas silinder dan gaya berat. Sehingga kita dapat
menuliskan persamaan gaya pada permukaan bawah silinder adalah:
F = Fo + mg (2.4)
Bila fluida memiliki densitas (𝜌) maka massa fluida dalam silinder adalah m =
𝜌V = 𝜌Ah. Sehingga persamaan (2.4) dapat kita tuliskan sebagai:
F = Fo + ρgAh (2.5)
Bila kedua ruas persamaan (2.5) kita bagi dengan A maka akan kita dapatkan
tekanan di dasar silinder fluida adalah:
P = Po + ρgh (2.6)
P = ρgh (2.7)
Tekanan fluida berbanding lurus dengan densitas cairan dan kedalaman benda
di dalam cairan tersebut. Secara umum, tekanan pada kedalaman yang sama
disebuah cairan yang homogen akan sama besar.53
d. Tekanan Atmosfer dan Tekanan Ukur
Tekanan udara disuatu tempat akan sedikit bervariasi seiring perubahan
cuaca. Satuan tekanan praktis yang biasa digunakan, yaitu atmosfer disingkat,
atm.54
1 atm = 1,013 × 105 N/m2 = 101,3 kPa.
Satuan tekanan lainnya yang sering digunakan adalah bar.
I bar = 1000 × 105 N/m2
Sehingga, tekanan atmosfer standar adalah sedikit lebih besar daripada 1 bar.
53 Giancoli, op.cit., hlm. 263. 54 Ibid., hlm. 264.
19
Gambar 2.3 Manometer Pipa Terbuka55
Alat pengukur tekanan yang sederhana yaitu manometer pipa terbuka. Salah
satu ujung pipa yang terbuka dihubungkan dengan ruangan yang hendak kita cari
tekanannya, sehingga tekanannya adalah tekanan ruangan. Misalkan tekanannya
P. Ujung yang lain dibiarkan terbuka, sehingga tekanan di ujung ini adalah
tekanan udara luar yaitu Po atau tekanan atmosfer. Karena adanya tekanan P maka
cairan dalam manometer akan berbeda ketinggiannya sebesar h seperti gambar di
atas. Perbedaan tekanan antara P dan Po disebut sebagai tekanan ukur atau
tekanan Gauge. Tekanan P disebut tekanan mutlak. Sehingga secara matematis
dapat dituliskan:56
P = Pgauge + Patm (2.8)
e. Prinsip Pascal
Prinsip Pascal menyatakan bahwa jika tekanan eksternal diberikan pada
suatu fluida yang berada di dalam wadah, tekanan di setiap titik di dalam fluida
itu akan bertambah sebesar jumlah tekanan eksternal tersebut.57
Salah satu contoh penggunaan Prinsip Pascal adalah pada dongkrak hidrolik.
Gambar 2.4 Dongkrak Hidrolik58
55 Palupi, op.cit., hlm. 213. 56 Tipler, op.cit., hlm. 392. 57 Giancoli, op.cit., hlm. 265. 58 Palupi, op.cit., hlm. 215.
20
Bila pada permukaan A1 diberi gaya F1 maka tekanan di A1 akan diteruskan
sehingga cairan akan mendapat tambahan tekanan sebesar:59
P =F1
A1 (2.9)
Ujung permukaan A2 juga akan mendapat penambahan tekanan yang sama
sehingga gaya ke atas pada permukaan A2 adalah:
F2 = F1
A1 A2 (2.10)
f. Gaya Apung dan Prinsip Archimedes
Sebuah benda yang tenggelam dalam air “ditimbang” dengan
menggantungkannya pada sebuah timbangan pegas. Maka timbangan
menunjukkan nilai yang lebih kecil dibandingkan jika benda ditimbang di udara.
Ini disebabkan air memberikan gaya keatas, mengimbangi gaya ke atas dan
tekanan air yang lebih besar dari gaya berat. Gaya yang diberikan oleh fluida pada
benda yang tenggelam dinamakan gaya apung.60
Prinsip Archimedes “Sebuah benda yang tenggelam seluruhnya atau sebagian
dalam suatu fluida diangkat ke atas oleh sebuah gaya yang sama dengan berat
fluida yang dipindahkan”.
Gambar 2.5 Menentukan Gaya Apung61
Gaya yang ditimbulkan oleh tekanan pada bidang atas silinder adalah F1 =
P1A = 𝜌1gh1A, dan arahnya ke bawah. Serupa dengan itu, gaya pada bidang bawah
59 Tipler, op.cit., hlm. 391. 60 Ibid., hlm. 394. 61 Giancoli, op.cit., hlm. 268.
21
silinder adalah F2 = P2A = 𝜌2gh2A, dan arahnya ke atas. Gaya neto yang bekerja
pada tabung akibat tekanan fluida, disebut gaya apung FA yang mengarah ke
atas.62
FA = F2 – F1 = ρgA(h2 – h1) (2.11)
FA = F2 – F1 = ρgA∆h (2.12)
FA = F2 – F1 = ρgV (2.13)
g. Tegangan Permukaan dan Kapilaritas
Gambar 2.6 Tegangan Permukaan63
Sebuah penjepit kertas dapat terapung di permukaan air jika diletakkan secara
hati-hati. Gaya yang membuat penjepit kertas dapat terapung di permukaan air
bukan gaya apung, tetapi disebabkan adanya tegangan permukaan.64 Gaya yang
menopang penjepit kertas ini sebanding dengan dua kali panjang penjepit kertas,
karena terdapat selaput perumukaan pada kedua sisi penjepit kertas. Bila penjepit
kertas panjang L dan gaya yang dibutuhkan penjepit kertas untuk dapat terapung
di permukaan air adalah F, maka secara matematis tegangan permukaan
dinyatakan dengan,65
𝛾 = 𝐹
2𝑙 (2.14)
Keterangan:
𝛾 = Tegangan Permukaan (N.m-1)
F = Gaya (N)
62 Ibid. 63 Ibid., hlm. 281. 64 Ibid., hlm. 280. 65 Tipler, op.cit., hlm. 398.
22
l = Panjang garis pada permukaan (m)
Gaya kohesi adalah gaya tarik-menarik antara molekul yang sejenis,
sedangkan, gaya adhesi adalah gaya tarik-menarik antara molekul yang tidak
sejenis. Kelengkungan permukaan zat cair disebut meniskus. Bila gaya kohesi
lebih besar dari gaya adhesi maka resultan gaya mengarah ke dalam cairan sehingga
permukaan akan melengkung ke bawah dan terjadi meniskus cembung. Bila gaya
adhesi lebih besar dari gaya kohesi maka resultan gaya akan mengarah ke tabung
sehingga membentuk kelengkungan ke bawah atau terjadi meniskus cekung.66
Fenomena naik atau turunnya permukaan zat cair dalam suatu pipa kapiler
(pipa dengan luas permukaan yang sempit) dinamakan dengan kapilaritas.
Semakin kecil pipa akan semakin besar kenaikan atau penurunan zat cair. Kenaikan
atau penurunan zat cair dalam pipa kapiler secara matematis dapat dituliskan:67
h =2γcosθ
rρg (2.15)
Keterangan :
h = Kenaikan/penurunan zat cair dalam pipa kapiler (m)
𝛾 = Tegangan permukaan zat cair (N.m-1)
𝜃 = Sudut kontak (derajat)
𝜌 = Massa jenis zat cair (kg.m-3)
𝑔 = Percepatan gravitasi (m.s-2)
66 Palupi, op.cit., hlm. 228. 67 Tipler, op.cit., hlm. 400.
23
B. Penelitian Relevan
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Jurnal Gusnita Betaria Sinaga dan Usler Simarmata (2014), “Pengaruh Model
Pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary)
Berbantu Audio Visual Terhadap hasil Belajar Siswa Pada Materikalor Di
Kelas X Semester II SMAN 11 Medan”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa model pembelajaran ROPES berbantuan audio visual lebih baik dari
pada pembelajaran konvensional pada materi kalor di kelas X semester II SMA
N 11 Medan.68
2. Jurnal Indri Restanti, Sudarti, dan Alex Harijant (2015), “Pengaruh Model
Pembelajaran ROPES Dengan Teknik Talking Stick Terhadap Hasil Belajar
Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Di Bondowoso”. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa model pembelajaran ROPES dengan teknik Talking
Stick berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif produk, afektif dan
psikomotor fisika siswa SMA di Bondowoso dan Model pembelajaran ROPES
dengan teknik Talking Stick berpengaruh terhadap hasil belajar siswa SMA di
Bondowoso.69
3. Jurnal Rizka Nurul Dina, Agus Wahyuni, dan Saminan (2016), “Penerapan
Model Pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise,
Summary) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Materi Alat-Alat
Optik Di Kelas XI-A SMA Negeri 4 Banda Aceh”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran
menggunakan model ROPES mengalami kenaikan.70
4. Jurnal Chrisna Tri Yeheski Sinaga dan Edy Surya (2014), “Perbedaan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Dengan Menggunakan
68 Sinaga, op.cit., hlm. 96.
69 Indri Restanti, Sudarti, dan Alex Harijant, “Pengaruh Model Pembelajaran ROPES
Dengan Teknik Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Sma
Di Bondowoso” Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 4 No.1, Juni 2015, hlm. 93 – 97.
70 Dina, op.cit., hlm. 238.
24
Model Pembelajaran ROPES dan STAD SMP Negeri 35 Medan”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa
yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran ROPES lebih baik dari
pada kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model
Pembelajaran STAD pada materi kubus dan balok. Dari hasil analisis data
diperoleh rata-rata hasil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
dengan model pembelajaran ROPES sebesar 71,24 dan rata-rata hasil
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan model
pembelajaran Kooperatif tipe STAD sebesar 59,55.71
5. Penelitian Dzakiyy Ilmi (2017), “Pengaruh Latihan Soal Digital Terhadap
Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Konsep Fluida Dinamis Kelas XI”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan hasil keterampilan proses
sains siswa yang menggunakan latihan soal digital lebih tinggi dibandingkan
dengan hasil keterampilan proses sains siswa dengan pembelajaran
konvensional.72
6. Penelitian Nizaruddin (2010), “ROPES Learning Model Modification to
Increase Proficiency Students of Rational Thingking” menyatakan bahwa
model pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise,
Summary) adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi
mahasiswa untuk berkomunikasi, melakukan latihan dan menyimpulkan
bahwa dia telah belajar sesuatu sementara di bawah arahan dosen.
Pengembangan dan modifikasi dari model pembelajaran ini dapat dilakukan
dalam upaya memberdayakan kemampuan belajar mandiri mahasiswa
keterampilan berpikir rasional mahasiswa.73
7. Jurnal Internasional Imanuel Lohmay, dkk (2016), “The Influence of
Application of ROPES and Problem-Based Learning Model in Group
71 Chrisna Tri Yeheski Sinaga dan Edy Surya, “Perbedaan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran ROPES dan STAD SMP Negeri
35 Medan”, Jurnal Pendidikan, 2014. 72 Dzakiyy Ilmi, “Pengaruh Latihan Soal Digital Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa
Pada Konsep Fluida Dinamis Kelas XI”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Jakarta, 2017, tidak dipublikasikan. 73 Nizaruddin., loc.cit.
25
Counseling Viewed from Basic Skills of Student Counseling towards Problem
Solving Skills”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perpaduan model
pembelajaran ROPES dengan model problem based learning (PBL) dapat
meningkatkan kemampuan peseta didik dalam memecahkan masalah serta
dapat menjadikan siswa lebih menjadi aktif dikelas selama proses
pembelajaran.74
8. Jurnal Internasional Rose Marie Balan, dkk (2011), “Instructional
Improvement Through Professional Development”. Hunt menyatakan bahwa
format ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) dapat
membantu pendidik dalam melaksanakan instruksi karena fleksibilitas. Ulasan
dimulai dengan latihan yang menarik perhatian, sementara gambaran
memperkenalkan konten dan aplikasi dunia nyata. Presentasi meliputi
menunjukkan, mengatakan, dan melakukan kegiatan. Latihan meliputi
penerapan pembelajaran dan umpan balik, sementara ringkasan memberikan
penutupan dan memastikan bahwa poin-poin penting yang diperkuat 75
9. Jurnal Internasional Mustafa Cansiz, dkk (2016), “Exploring The Development
Of Science Process Skills Through History Of Science Instruction”.
Menjelaskan tentang perkembangan keterampilan proses sains siswa,
menyimpulkan keterampilan proses sains sangat efektif diterapkan pada
pembelajaran IPA. Melalui keterampilan proses sains, siswa dapat mengalami
aktivitas secara langsung dan diberi kesempatan untuk terlibat aktif dalam
proses pembelajaran.76
10. Jurnal Internasional Sinan �̈�zgelen (2012), “Students’ Science Process Skills
within a Cognitive Domain Framework”. Menjelaskan tentang keterampilan
proses sains. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterampilan proses
74 Imanuel Lohmay, dkk, “The Influence of Application of ROPES and Problem-Based
Learning Model in Group Counseling Viewed from Basic Skills of Student Counseling towards
Problem Solving Skills”, International Conference On Education 2016. 75 Rose Marie Balan, Tammy Patterson Manko, dan Karen Frances Phillips, “Instructional
Improvement through Professional Development”, Transformative Dialogues: Teaching & Learning
Journal, Volume 5 Issue 2 November 2011. 76 Mustafa Cansiz, Semra Sungur, dan Ceren Oztekin, “Exploring The Development Of
Science Process Skills Through History Of Science Instruction”, Science in the primary school,
2016.
26
sains berhubungan dengan perkembangan kognitif siswa. Keterampilan proses
sains siswa dapat membantu cara berpikir siswa dalam memecahkan masalah.77
C. Kerangka Berfikir
Pembelajaran fisika akan lebih bermakna jika siswa diberikan pengalaman
langsung untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, dengan terlibat aktifnya
siswa dalam proses pembelajaran dapat melatih berbagai keterampilan yang
dimiliki siswa. Keterampilan yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran fisika
ialah keterampilan proses sains.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan,
pada umumnya pembelajaran fisika di sekolah masih berpusat pada guru. Metode
yang sering digunakan dalam pembelajaran antara lain, ceramah, diskusi, serta
tanya jawab, sehingga membuat siswa cenderung pasif dalam pembelajaran.
Proses pembelajaran dengan metode eksperimen hanya sesekali dilakukan pada
materi tertentu tanpa memperhatikan keterampilan proses sains siswa, yang
menyebabkan kurang terlatihnya keterampilan proses sains siswa.
Oleh karena itu, peneliti mencoba menyelesaikan permasalahan yang ada
dengan menerapkan model pembelajaran ROPES (Review, Overview,
Presentation, Exercise, Summary). Model pembelajaran ROPES menekankan
pada keterlibataktifan siswa dalam pembelajaran berlangsung. Penerapan model
pembelajaran ROPES dapat memaksimalkan aktivitas siswa dalam pembelajaran
melalui eksperimen. Guru hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Siswa
dapat membangun pemahamannya sendiri melalui kegiatan eksperimen. Sehingga
dengan diterapkannya model pembelajaran ROPES dalam penelitian ini,
diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Kerangka
berpikir dapat dilihat pada Gambar 2.7 berikut ini:
77 Sinan �̈�zgelen, “Students’ Science Process Skills within a Cognitive Domain Framework”,
Eurasia Journal of Mathematics, Science & Tecnology Education, ISSN 1305-8223, Vol.8 No.4,
2012.
27
Gambar 2.7 Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan,
maka hipotesis penelitian yang diajukan bahwa model pembelajaran ROPES
berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep fluida statis.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020.
Sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah SMA Negeri 57 Jakarta.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen semu
(quasi experiment). Pada metode eksperimen semu mempunyai mempunyai
kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol
variabel – variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.78 Pemilihan
metode ini dikarenakan pemilihan subjek tidak dilakukan secara random,
melainkan menggunakan subjek yang sudah ada sebelumnya.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah desain nonequivalent control group.
Desain ini hampir sama dengan pretest – posttest control group design. Dalam
desain ini, subjek kelompok tidak dilakukan secara acak dan kedua kelas diberikan
pembelajaran yang berbeda.79 Kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation,
Exercise, Summary) sedangkan kelas kontrol dilakukan pembelajaran yang biasa
dilakukan oleh guru dalam pembelajaran sehari-hari, mengikuti kurikulum 2013
dengan pendekatan saintifik. Adapun desain penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
3.1 berikut ini:
78 Sugyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2015), hlm. 114.
79 Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan
Penguasaan Metodologi Penelitian, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm. 222.
29
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelas Tes Awal Perlakuan Tes Akhir
Eksperimen T1 XA T2
Kontrol T1 XB T2
Keterangan:
XA = Pembelajaran dengan menggunakan model ROPES
XB = Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik
T1 = Tes awal (pretest) sebelum perlakuan
T2 = Tes akhir (posttest) setelah perlakuan
D. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:
1. Variabel bebas adalah variabel mempengaruhi variabel lain atau yang menjadi
sebab timbulnya variabel variabel terikat.80 Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah model pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation,
Exercise, Summary).
2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi variabel lain atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas.81 Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah keterampilan proses sains siswa.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki.82
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 57 Jakarta.
2. Sampel adalah sebagian dari populasi.83 Teknik sampling adalah cara atau
teknik yang digunakan untuk mengambil sampel.84 Penelitian ini menggunakan
cluster sampling yaitu mengambil sampel berdasarkan daerah populasi yang
80 Kadir, Statistik Terapan: Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program SPSS/
Lisrel dalam Penelitian, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015), hlm. 8.
81 Ibid. 82 Sutrisno Hadi, Statistik, (Yogyakarta: ANDI, 2004), hlm. 182. 83 Ibid. 84 Ibid., hlm. 183.
30
telah ditetapkan.85 Berdasarkan teknik sampling diambil dua kelas sebagai
sampel, yaitu kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2
sebagai kelas kontrol.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
dua teknik, yaitu pemberian tes keterampilan proses sains dan pemberian angket.
Pemberian tes keterampilan proses sains pada saat pretest dan posttest pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Sementara, angket diberikan pada kelas eksperimen
setelah perlakukan berupa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary).
G. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu untuk mengumpulkan data, kemudian
diolah dan dianalisis untuk kemudian disimpulkan.86 Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu instrumen tes dan instrumen nontes.
1. Instrument Tes
Tes adalah suatu cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan
pengukuran, yang di dalamnya terdapat sebuah pertanyaan atau serangkaian tugas
yang harus dikerjakan oleh siswa untuk mengukur aspek tertentu.87 Teknik tes
dilakukan untuk memperoleh data keterampilan proses sains siswa pada indikator
observasi (K1), hipotesis (K2), merencanakan percobaan (K3), menerapkan konsep
(K4), dan berkomunikasi (K5). Instrumen yang digunakan berupa soal-soal tes
objektif. Tes objektif dapat berupa tes pilihan ganda, tes benar salah, dan tes
perjodohan.88 Kisi-kisi instrumen tes keterampilan proses sains siswa dapat
ditunjukkan pada Tabel 3.2 berikut:
85 Sugyono, op.cit., hlm. 121.
86 Yanti Herlianti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2006), hlm. 28. 87 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), hlm. 118. 88 Herlianti, op.cit., hlm. 58.
31
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes
Indikator
Pembelajaran
Aspek KPS Jumlah
Soal K1 K2 K3 K4 K5
Melakukan observasi pada
tekanan hidrostatis dan tekanan
pada prinsip pascal
1, 2*,
3
3
Membuat hipotesis pada
tekanan hidrostatis dan tekanan
pada prinsip pascal
4*, 5* 2
Merencanakan dan
melaksanakan percobaan
tekanan hidrostatis dan tekanan
pada prinsip pascal
6, 7*,
8*
3
Menerapkan konsep tekanan
hidrostatis dan tekanan pada
prinsip pascal
9*,
10*
2
Menarik kesimpulan percobaan
sederhana tekanan hidrostatis
dan tekanan pada prinsip pascal
11,
12*,
13*
3
Melakukan pengamatan/
observasi pada prinsip
Archimedes
14,
15*
2
Membuat hipotesis pada prinsip
Archimedes
16*,
17*,
18*,
19
4
Merencanakan dan
melaksanakan percobaan
prinsip Archimedes
20,
21,
22,
5
32
23*,
24
Menerapkan konsep prinsip
Archimedes
25,
26*,
27,
28*,
29
5
Menarik kesimpulan pada
percobaan prinsip Archimedes
30*,
31*
2
Melakukan pengamatan/
observasi tentang tegangan
permukaan dan gejala
kapilaritas
32*,
33, 34
3
Merencanakan dan
melaksanakan percobaan
tegangan permukaan dan gejala
kapilaritas
35*,
36,
37*,
38*
4
Menerapkan konsep percobaan
tegangan permukaan dan gejala
kapilaritas.
39 1
Menarik kesimpulan pada
percobaan tegangan permukaan
dan gejala kapilaritas
40 1
Jumlah 8 6 12 8 6 40
Persentase 20% 15% 30% 20% 15% 100%
Keterangan: *butir soal yang valid berjumlah 22.
2. Instrumen Nontes
Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket. Angket
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan
33
pertanyaan atau pernyataan kepada responden untuk dijawabnya.89 Tujuan
penggunaan angket dalam penelitian ini untuk mengetahui respon siswa terhadap
penggunaan model pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation,
Exercise, Summary). Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
angket skala Likert. Penskoran pernyataan angket dapat dilihat pada Tabel 3.3
berikut:90
Tabel 3.3 Penskoran Pernyataan Angket
Jawaban Nilai
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Cukup (C) 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
Kriteria interpretasi skor dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.4
berikut:91
Tabel 3.4 Kriteria Interpretasi Skor
Angka Kriteria
0% - 20% Sangat Lemah
21% - 40% Lemah
41% - 60% Cukup
61% - 80% Kuat
81% - 100% Sangat Kuat
89 Sugiyono, op.cit., hlm. 199. 90 Ibid., hlm. 134.
91 Rahmania Avianti dan Bartha Yonata, “Keterampilan Proses Sains Siswa melalui
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Materi Asam Basa Kelas XI SMAN 8
Surabaya”,UNESA Journal of Chemical Education, Vol.4, No.2, ISSN: 2252-9454, 2015, hlm. 228.
34
Kisi-kisi instrumen nontes dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.5
berikut:
Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Nontes
No. Indikator Pernyataan Tiap butir soal
Jumlah Positif Negatif
1. Penggunaan model
pembelajaran ROPES 1,3 2,4 4
2.
Penggunaan model
pembelajaran ROPES terhadap
keterampilan proses sains
5,7 6,8 4
3.
Penggunaan model
pembelajaran ROPES dalam
penyampaian konsep fluida
statis
9, 11 10, 12 4
Jumlah soal 6 6 12
H. Kalibrasi Instrumen
1. Kalibrasi Instrumen Tes
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini diuji berdasarkan kriteria
yang harus dipenuhi oleh instrumen penelitian, yaitu:
a. Uji Validitas
Validitas menunjuk kepada kesesuaian, kebermaknaan, dan kebergunaan
kesimpulan-kesimpulan yang dibuat berdasarkan skor instrumen.92 Sebuah tes
dikatakan valid jika instrument atau alat ukur tersebut benar benar mengukur
sesuatu yang hendak diukur. Validitas suatu tes dinyatakan dengan angka koefisien
korelasi (r). Kriteria koefisien korelasi dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel
3.6 berikut:93
92 Muri Yusuf, Asesmen dan Evaluasi Pendidikan: Pilar Penyedia Informasi dan Kegiatan
Pengendalian Mutu Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hlm. 61.
93 Ibid., hlm.68
35
Tabel 3.6 Kriteria koefisien korelasi Validitas
Interval Validitas Kriteria
r ≤ 0,20 Sangat rendah
≤ 0,20 r ≤ 0,40 Rendah
≤ 0,40 r ≤ 0,70 Cukup
≤ 0,70 r ≤ 0,90 Tinggi
≤ 0,90 r ≤ 1,00 Sangat tinggi
Validitas butir soal dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment
sebagai berikut.94
𝑟𝑥𝑦 = N ∑ XY− (∑ X)(∑ Y)
√{N ∑ X2− (∑ X)2} {N ∑ Y2− (∑ Y)2}
Keterangan:
N : Jumlah subjek
∑ 𝑋 : Skor butir soal
∑ 𝑌 : Skor total tiap subjek
𝑟𝑥𝑦 : Koefisien korelasi X dan Y
Kriteria untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu soal dibandingkan dengan
harga r pada tabel product moment dengan taraf signifikansi 5% suatu butir soal
dikatakan valid jika harga 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙.
Hasil uji validitas instrument tes dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes
Statistik Butir Soal
Jumlah Soal 40
Jumlah Siswa 35
Nomor Soal yang Valid 2, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 15, 16, 17,
18, 23, 26, 28, 30, 31, 32, 35, 37, 38.
Jumlah Soal yang Valid 22
Persentase Soal yang Valid 55%
94 Ibid., hlm.65.
36
Tabel 3.7 memberikan informasi bahwa hasil uji validitas instrument soal
didapatkan soal yang valid sebanyak 22 soal dari jumlah soal keseluruhan 40 soal
dengan perolehan persentase 55.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat atau derajat stabilitas dan konsistensi dari suatu
instrumen.95 Suatu instrument dikatakan reliabel, apabila alat ukur itu diujikan
kepada kelompok yang sama secara berulang-ulang, hasilnya akan tetap sama,
konsisten stabil atau relatif sama. Rumus yang digunakan untuk mengetahui
reliabilitas tes objektif sebagai berikut:96
𝑟11 = (𝑛
𝑛−1) (
𝑆2− ∑ 𝑝𝑞
𝑆2)
Keterangan:
𝑟11 : Reliabilitas instrumen secara keseluruhan
n : Jumlah butir soal dalam satu instrumen
p : Proporsi subjek yang menjawab butir soal dengan benar
q : Proporsi subjek yang menjawab butir soal dengan salah (q = 1 – p )
𝑆2 : Standar deviasi dari skor total
Setelah diperoleh koefisien reliabilitasnya, selanjutnya akan dilakukan
pengujian reliabilitas. Dalam pengujian reliabilitas akan mengacu pada harga r
product moment pada tabel. Jika 𝑟11> 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka soal yang diujicobakan reliabel.
Adapun kriteria koefisien korelasi reliabilitas menurut Gilford sebagai berikut:97
Tabel 3.8 Kriteria Koefisien Korelasi Reliabilitas
Koefisien Korelsi 𝒓𝟏𝟏 Kriteria
0,00 – 0,20 Reliabilitas Kecil
0,20 – 0,40 Reliabilitas rendah
0,40 – 0,60 Reliabilitas sedang
0,60 – 0,80 Reliabilitas tinggi
95 Ibid., hlm.74. 96 Ibid., hlm.81. 97 Herlianti., op.cit. hlm. 49.
37
0,80 -1,00 Reliabilitas sangat tinggi
Hasil uji reliabilitas instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut:
Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes
Statistik Reliabilitas
𝑟11 0,81
Kesimpulan Sangat Tinggi
Tabel 3.8 memberikan informasi bahwa hasil uji reliabilitas instrumen soal
diperoleh nilai reliabilitas 0,81 masuk dalam kategori sangat tinggi.
c. Taraf Kesukaran
Perhitungan taraf kesukaran adalah pengukuran seberapa besar derajat
kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang
(proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. suatu soal tes
hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah.98 Rumus yang
digunakan untuk mencari indeks kesukaran adalah:
P = ∑ 𝐵
𝑁
Keterangan:
P : Tingkat kesukaran
∑ 𝐵 : Banyaknya siswa yang menjawab benar
N : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria interpretasi taraf kesukaran instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.10
berikut:99
Tabel 3.10 Kriteria Interpretasi Taraf Kesukaran
Interval Taraf Kesukaran Kriteria
TK < 0,30 Sukar
0,30 ≤ TK ≤ 0,70 Sedang
TK > 0,70 Mudah
98 Arifin, op.cit., hlm. 266. 99 Ibid., hlm. 272.
38
Tabel 3.11 Hasil uji taraf kesukaran instrumen tes
Tingkat Kesukaran Butir Soal
Jumlah Soal Presentase
Mudah 8 20 %
Sedang 31 77,5 %
Sukar 1 2,5 %
Jumlah 40 100%
Tabel 3.11 memberikan informasi bahwa hasil uji taraf kesukaran instrumen
tes untuk jumlah soal sebanyak 40. Berdasarkan tingkat kesukaran soal, soal dengan
tingkat kesukaran mudah sebanyak 8 soal dengan perolehan persentase 20.
Sementara, soal dengan tingkat kesukaran sedang sebanyak 31 soal dengan
perolehan persentase 77,5 dan soal dengan tingkat kesukaran sukar sebanyak 1 soal
dengan perolehan persentase 2,5.
d. Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal
mampu membedakan siswa yang sudah menguasai kompetensi dengan siswa yang
belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu.100 Rumus untuk
menentukan indeks diskriminasi adalah:101
𝐷 = 𝐽𝑝
𝑁𝑃−
𝐽𝑘
𝑁𝑘= 𝑃𝑝 − 𝑃𝑘
Keterangan:
D : Indeks diskriminasi
𝐽𝑝 : Jumlah siswa kelompok pintar yang menjawab benar
𝐽𝑘 : Jumlah siswa kelompok kurang pintar yang menjawab benar
𝑁𝑝 : Jumlah siswa kelompok pintar
𝑁𝑘 : Jumlah siswa kelompok kurang pintar
𝑃𝑝 : Proporsi kelompok pintar yang menjawab benar
100 Ibid., hlm.273.
101 Yusuf., op.cit. hlm.258.
39
𝑃𝑘 : Proporsi kelompok kurang pintar yang menjawab benar
Kriteria interpretasi daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.12 berikut:102
Tabel 3.12 Kriteria Interpretasi Daya Pembeda
Interval Daya Pembeda Kriteria Soal
0,00 ≤ D ≤ 0,20 Kurang
0,21 ≤ D ≤ 0,40 Cukup
0,41 ≤ D ≤ 0,70 Baik
0,71 ≤ D < 1,00 Baik Sekali
Hasil uji daya pembeda instrument tes dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 3.13 Hasil Uji Daya Pembeda
Kriteria Soal Butir Soal
Jumlah Soal Persentase
Kurang 6 15%
Cukup 11 27,5%
Baik 21 52,5%
Baik Sekali 2 5%
Jumlah 40 100%
Tabel 3.13 memberikan informasi bahwa hasil uji daya pembeda instrumen tes
untuk jumlah soal sebanyak 40. Berdasarkan kriteria soal, soal dengan kriteria
kurang sebanyak 6 soal dengan perolehan persentase 15. Sementara, soal dengan
kriteria cukup sebanyak 11 soal dengan perolehan persentase 27,5 dan soal dengan
kriteria baik sebanyak 21 soal dengan perolehan persentase 52,5, serta soal dengan
kriteria sangat baik sebanyak 2 soal dengan perolehan persentase 5.
102 Ibid.
40
I. Analisis Data
Analisis data adalah tahap terpenting, di mana data yang dikumpulkan diolah
dan disajikan untuk membantu peneliti menjawab permasalahan yang ditelitinya.103
Analisis data dalam penelitian ini mempersyaratkan dua uji yang harus dipenuhi,
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Analisis Data Tes
a. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis dilakukan untuk menentukan rumus statistik yang akan
digunakan dalam uji hipotesis. Uji prasyarat analisis ini mempersyaratkan dua uji
yang harus dipenuhi, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diteliti
terdistribusi normal. Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan uji shapiro-Wilk menggunakan software
statistical product and service solution (SPSS), dengan langkah sebagai berikut:104
a) Klik Analyze > Descriptive Statistics > Explore
b) Masukkan variabel yang dilakukan pengujian normalitas pada jendela Explore.
Masukkan variabel pengujian pada kolom Dependent List, dan masukkan
variabel pengujian berdasarkan kriteria tertentu pada kolom Factor List
c) Klik Plots, beri tanda centang Normality plots with tests
d) Klik Continue lalu klik ok
e) Membuat rumusan hipotesis
H0 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
103 Rohmad Qomari, “Teknik Penelusuran Analisis Data Kuantitatif dalam Penelitian
Kependidikan”, Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan , Vol 14 No.3 5227-539, 2009, hlm.1.
104 Stanislaus S. Uyanto, Pedoman Analisis Data dengan SPSS Edisi 3, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2009), hlm.39.
41
f) Membuat kriteria pengujian:
H0 diterima, jika tingkat signifikansi (𝛼) > 0,05, sampel berasal dari populasi
terdistribusi normal
H0 ditolak, jika tingkat signifikansi (𝛼) < 0,05, sampel berasal dari populasi
terdistribusi tidak normal
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah pengujian mengenai sama atau tidaknya variansi-
variansi dua buah distribusi atau lebih.105 Sampel yang memiliki kemampuan yang
sama (homogen) dapat dilihat dari variansi-variansi data yang sama. Teknik yang
digunakan untuk menguji homogenitas dalam penelitian ini adalah uji levene
menggunakan software statistical product and service solution (SPSS), yaitu
dengan langkah sebagai berikut:106
a) Klik Compare Means > One Way ANOVA
b) Masukkan variabel yang diujikan pada kolom Dependent List serta masukkan
variabel pengujian berdasarkan kriteria tertentu pada kolom Factor List
c) Klik Options, beri tanda centang bagian Homogeneity of varian test
d) Klik Continue lalu klik ok
e) Membuat rumusan hipotesis
H0 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi homogen
H1 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak homogen
f) Membuat kriteria pengujian:
H0 diterima, jika tingkat signifikansi (𝛼) > 0,05, sampel berasal dari populasi
terdistribusi homogen
H0 ditolak, jika tingkat signifikansi (𝛼) < 0,05, sampel berasal dari populasi
terdistribusi tidak homogeny
105 Ruseffendi, Statistika Dasar Untuk Pendidikan, (Bandung: IKIP Bandung Press, 1998),
hlm. 294. 106 Singgih Santoso, Statistika Multivariat dengan SPSS, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2017), hlm. 49.
42
b. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari model pembelajaran
ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Sumarry) terhadap
keterampilan proses sains siswa pada konsep fluida statis. Uji hipotesis pada
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan software statistical product
and service solution (SPSS). Uji hipotesis yang digunakan harus sesuai dengan
terdistribusi dan homogen suatu data. Berikut ini macam-macam data sesuai dengan
terdistribusi dan homogen, beserta uji yang akan digunakan.
1) Data Terdistribusi Normal dan Homogen
Data terdistribusi normal dan homogen, pengujian hipotesis statistik
menggunakan statistik parametrik, yaitu dengan uji t dengan menggunakan bantuan
software statistical product and service solution (SPSS), dengan langkah sebagai
berikut:107
a) Klik Analyze > Compare Means > Idependent-Samples T Test
b) Masukkan variabel yang diujikan pada kolom Test Variable (s) serta masukkan
variabel pengujian berdasarkan kriteria tertentu pada kolom Grouping
Variabel.
c) Tentukan dua jenis kelompok pada kolom Define Groups
d) Klik Continue lalu klik ok
e) Membuat rumusan hipotesis
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan mengenai keterampilan proses
sains siswa pada konsep fluida statis
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan mengenai keterampilan proses sains
siswa pada konsep fluida statis
f) Membuat kriteria pengujian:
H0 diterima, jika sig (2-tailed) > 0,05
H0 ditolak, jika sig (2-tailed) < 0,05
107 Uyanto, op.cit., hlm. 147.
43
2) Data Terdistribusi Normal dan Tidak Homogen
Data terdistribusi normal dan tidak homogen, pengujian hipotesis statistik
dengan uji t uji t’ dengan menggunakan bantuan software statistical product and
service solution (SPSS), dengan langkah sebagai berikut:108
a) Klik Analyze > Compare Means > Paired Sample T Test
b) Masukkan variabel yang diujikan pada kolom Test Variable (s) serta masukkan
variabel pengujian berdasarkan kriteria tertentu pada kolom Grouping
Variabel.
c) Tentukan nilai confidence interval atau derajat kepercayaan penelitian.
Biasanya adalah 95%, yang berarti tingkat kesalahan penelitian 5%.
d) Klik Continue lalu klik ok
e) Membuat rumusan hipotesis
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan mengenai keterampilan proses
sains siswa pada konsep fluida statis
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan mengenai keterampilan proses sains
siswa pada konsep fluida statis
f) Membuat kriteria pengujian:
H0 diterima, jika sig (2-tailed) > 0,05
H0 ditolak, jika sig (2-tailed) < 0,05
3) Data Tidak Terdistribusi Normal
Data tidak terdistribusi normal, maka pengujian hipotesis menggunakan
statistic nonparametrik, yaitu uji Mann Whitney (uji U) dengan menggunakan
bantuan software statistical product and service solution (SPSS), dengan langkah
sebagai berikut:109
a) Klik Analyze > Non Parametrik Tests > Legacy Dialogs > 2 Independent
Samples
b) Muncul kolom Two-Independent –Samples Test.
108 Ibid. 109 Ibid. hlm. 322.
44
c) Masukkan variabel yang diujikan pada kolom Test Variable List serta
masukkan variabel pengujian berdasarkan kriteria tertentu pada kolom
Grouping Variabel.
d) Tentukan dua jenis kelompok pada kolom Define Groups
e) Pada bagian Test Type beri tanda centang pada Mann-Whitney U
f) Klik Continue lalu klik ok
g) Membuat rumusan hipotesis
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan mengenai keterampilan proses
sains siswa pada konsep fluida statis
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan mengenai keterampilan proses sains
siswa pada konsep fluida statis
h) Membuat kriteria pengujian:
H0 diterima, jika sig (2-tailed) > 0,05
H0 ditolak, jika sig (2-tailed) < 0,05
c. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik dalam penelitian dengan rumusan sebagai berikut:
H0 : 𝜇 = 𝜇0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada penggunaan model
pembelajaran ROPES terhadap keterampilan proses sains siswa
pada konsep fluida statis
H1 : 𝜇 ≠ 𝜇0 : Terdapat pengaruh yang signifikan pada penggunaan model
pembelajaran ROPES terhadap keterampilan proses sains siswa
pada konsep fluida statis.
d. Nilai N-Gain
N-Gain ialah selisih antara nilai posttest dengan nilai pretest. N-gain
menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah
pembelajaran dilakukan.110 Nilai N-Gain digunakan untuk mengetahui peningkatan
110 Herlianti., op.cit. hlm 71
45
keterampilan proses sains siswa. Hasil N-Gain diperoleh dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:111
(𝑔) = (Spost)− (Spre)
100%− (Spre)
Keterangan:
(𝑔) : Faktor gain
(Spre) : Skor rata-rata keterampilan proses sains siswa diawal (%)
(Spost) : Skor rata-rata keterampilan proses sains siswa diakhir (%)
Kriteria interpretasi N-Gain (g) dapat dilihat pada Tabel 3.14 berikut:
Tabel 3.14 Kriteria Interpretasi N-Gain
Nilai N-Gain Kriteria
𝑔 ≥ 0,7 Tinggi
0,7 > 𝑔 ≥ 0,3 Sedang
𝑔 < 0,3 Rendah
2. Analisis Data Nontes
Analisis data nontes dalam penelitian ini berupa analisis data desktiptif. Data
nontes yang dianalisis adalah data angket. Data hasil perolehan skor lembar angket
akan diolah menggunakan persamaan:112
Angka Presentase = Jumlah Skor yang diperoleh
Skor Maksimal × 100%
Persentase yang didapat selanjutnya diinterpretasikan pada kategori pada Tabel
3.15 berikut.
111 Karman La Nani, dkk, The Effectiveness Ofict-Assisted Project-Based Learning In
Enhancing Student’s Statistical Communication Ability, International Journal Of Education and
Research, Vol.3, 2015, hlm.190.
112 Aviani, op.cit., hlm.227.
46
Tabel 3.15 Kriteria Interpretasi Skor Angket Nontes
Angka Kriteria
0% - 20% Sangat Lemah
21% - 40% Lemah
41% - 60% Cukup
61% - 80% Kuat
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian di kelas kontrol maupun kelas eksperimen akan diuraikan pada
sub bab ini. Hasil yang diuraikan diperoleh dari data pretest dan posttest pada kelas
kontrol maupun kelas eksperimen serta data angket dari kelas eksperimen. Hasil
pretest dan posttest mendeskripsikan keterampilan proses sains siswa pada
indikator mengobservasi, berhipotesis, merencanakan percobaan, menerapkan
konsep dan mengkomunikasikan. Sementara, hasil angket menjelaskan respon
siswa terhadap model pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation,
Exercise, Summary) yang digunakan selama proses pembelajaran di kelas
eksperimen. Untuk lebih jelasnya, hasil penelitian akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Hasil Pretest
Hasil pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan
penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini:
Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen
Pengelolahan data untuk menentukan distribusi frekuensi hasil pretest dapat
dilihat pada lampiran C.1. Berdasarkan Gambar 4.1 di atas, memberikan informasi
5
34
9
6
9
0 0
2
45 5 5
8
2
5
0
2
4
6
8
10
30 - 35 36 - 41 42 - 47 48 - 53 54 - 59 60 - 65 66 - 71 72 - 77
JUM
LA
H S
ISW
A
INTERVAL NILAINilai Maksimal = 100
Pretest Eksperimen Pretest Kontrol
48
sebaran nilai pretest siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan nilai
maksimal 100. Nilai pretest tertinggi berada pada interval nilai 72-77, terdapat 5
siswa (14%) dikelas kontrol dan 0 siswa (0%) dikelas eksperimen. Nilai pretest
terendah berada pada interval nilai 30-35 dengan kelas kontrol berjumlah 2 siswa
(5,5%) dan kelas eksperimen berjumlah 5 siswa (14%). Frekuensi terbanyak pada
kelas kontrol berada pada interval nilai 60-65 dengan jumlah 8 siswa (22%).
Sedangkan frekuensi terbanyak pada kelas eksperimen berada pada interval nilai
48-53 dan 60-65 dengan jumlah 9 siswa (25%).
Berdasarkan perhitungan statistik, maka diperoleh beberapa ukuran pemusatan
dan penyebaran data nilai pretest yang ditunjukkan pada Tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Pemusatan dan Penyebaran
Data
Pretest
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Nilai Terendah 30 30
Nilai Tertinggi 75 65
Mean 55 50
Median 55 50
Modus 60 50
Standar Deviasi 12,36 9,89
Lampiran C.1
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh bahwa nilai terendah pada kelas kontrol dan
eksperimen sama, yaitu 30. Sedangkan nilai tertinggi pada kelas kontrol sebesar 75
dan kelas eksperimen sebesar 65. Mean atau nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 55
dan nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 50. Median atau nilai tengah yang
dihasilkan kelas kontrol sebesar 55 sementara kelas eksperimen sebesar 50. Modus
atau nilai yang sering muncul pada kelas kontrol sebesar 60 sementara kelas
eksperimen sebesar 50. Adapun standar deviasi pada kelas kontrol sebesar 12,36
dan pada kelas eksperimen sebesar 9,89. Gambaran nilai mean pretest pada kelas
kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini:
49
Gambar 4.2 Nilai Mean Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
2. Hasil Posttest
Hasil posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah diberi perlakuan
penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini:
Gambar 4.3 Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen
Pengelolahan data untuk menentukan distribusi frekuensi hasil posttest dapat
dilihat pada lampiran C.2. Berdasarkan grafik di atas, terlihat beberapa hasil
posttest pada interval nilai tertentu antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
dengan nilai maksimal 100. Pada interval nilai 70-75, 76-81, 82-87, terlihat siswa
kelas kontrol mendapatkan nilai lebih banyak dibandingkan kelas eksperimen.
Sedangkan pada interval nilai 88-93, 94-99, 100-105, terlihat siswa kelas
50
55
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
Pretest kelas Eksperimen Pretest kelas Kontrol
Nila
i Rat
a-R
ata
Hasil Pretest Nilai Maksimal = 100
1
3
5
13
9
5
78
10
7
4
00
2
4
6
8
10
12
14
70 - 75 76 - 81 82 - 87 88 - 93 94 - 99 100 - 105
Jum
lah S
isw
a
Interval Nilai Nilai Maksimal = 100
Posttest Eksperimen Posttest Kontrol
50
eksperimen mendapatkan nilai lebih banyak dibandingkan kelas kontrol. Nilai
posttest tertinggi berada pada interval nilai 100-105, terdapat 5 siswa (14%) dikelas
eksperimen dan 0 siswa (0%) dikelas kontrol. Nilai posttest terendah berada pada
interval nilai 70-75 dengan kelas kontrol berjumlah 7 siswa (19,4%) dan kelas
eksperimen berjumlah 1 siswa (2,8%). Frekuensi terbanyak pada kelas kontrol
berada pada interval nilai 82-87 dengan jumlah 10 siswa (27,8%). Sedangkan
frekuensi terbanyak pada kelas eksperimen berada pada interval nilai 88-93 dengan
jumlah 13 siswa (36,1%).
Berdasarkan perhitungan statistik, maka diperoleh beberapa ukuran pemusatan
dan penyebaran data nilai posttest yang ditunjukkan pada Tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest Kelas Kontrol
dan Kelas Eksperimen
Pemusatan dan Penyebaran
Data
Pretest
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Nilai Terendah 70 70
Nilai Tertinggi 95 100
Mean 83,75 90,69
Median 85 91
Modus 85 90
Standar Deviasi 6,90 6,67
Lampiran C.2
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh bahwa nilai terendah pada kelas kontrol dan
eksperimen sama, yaitu 70. Sedangkan nilai tertinggi pada kelas kontrol sebesar 95
dan kelas eksperimen sebesar 100. Mean atau nilai rata-rata kelas kontrol sebesar
83,75 dan nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 90,69. Median atau nilai tengah
yang dihasilkan kelas kontrol sebesar 85 sementara kelas eksperimen sebesar 91.
Modus atau nilai yang sering muncul pada kelas kontrol sebesar 85 sementara kelas
eksperimen sebesar 90. Adapun standar deviasi pada kelas kontrol sebesar 6,90 dan
pada kelas eksperimen sebesar 6,67. Gambaran nilai mean posttest pada kelas
kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini:
51
Gambar 4.4 Nilai Mean Posttest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
3. Rekapitulasi Hasil Penilaian Keterampilan Proses Sains Siswa
a. Hasil Pretest dan Posttest
Data hasil pretest dan posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat
pada Tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Hasil Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen.
No. Pemusatan dan
Penyebaran Data
Pretest Posttest
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
1. Nilai Terendah 30 30 70 70
2. Nilai Tertinggi 75 65 95 100
3. Rata-rata 55 50 83,75 90,69
4. Modus 55 50 85 90
5. Median 60 50 85 90
6. Standar Deviasi 12,36 9,89 6,90 6,67
Sebelum melakukan penelitian dilakukan pretest untuk mengetahui
kemampuan awal siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Berdasarkan
Tabel 4.3 diatas, didapatkan nilai rata-rata pretest kelas kontrol sebesar 55 dan nilai
rata-rata pretest kelas eksperimen sebesar 50. Hal tersebut menunjukkan bahwa
nilai rata-rata pretest kelas kontrol dan eksperimen adalah sama. Tabel 4.3 diatas,
83,75
90,69
80
82
84
86
88
90
92
Posttest Kontrol Posttest Eksperimen
Nil
ai
Mea
n
Hasil Posttest
52
menunjukkan kelas kontrol maupun kelas eksperimen mengalami peningkatan nilai
rata-rata setelah diberi pembelajaran yang berbeda. Nilai rata-rata pada kelas
kontrol mengalami peningkatan dengan selisih pretest dan posttest sebesar 28,75.
Sedangkan, nilai rata-rata pada kelas eksperimen mengalami peningkatan dengan
selisih pretest dan posttest sebesar 40,69. Hal ini menunjukkan kelas eksperimen
yang diberikan perlakukan berupa pembelajaran dengan model pembelajaran
ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) memiliki
peningkatan keterampilan proses sains siswa yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol. Gambaran rekapitulasi nilai mean pretest dan posttest antara
kelas kontrol dan kelas eksperimen secara jelas dapat dilihat pada Gambar 4.5
berikut ini.
Gambar 4.5 Rekapitulasi Nilai Mean Pretest dan Posttest
b. Keterampilan Proses Sains Siswa
Keterampilan proses sains yang diukur meliputi indikator mengobservasi,
berhipotesis, merencanakan percobaan, menerapkan konsep dan
mengkomunikasikan. Perbandingan skor pencapaian indikator mengobservasi,
berhipotesis, merencanakan percobaan, menerapkan konsep dan
mengkomunikasikan berdasarkan hasil pretest dan posttest pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.
0
20
40
60
80
100
Pretest Posttest
50
90,69
55
83,75
NIL
AI
ME
AN
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
53
Tabel 4.4 Perbandingan Indikator Keterampilan Proses Sains Siswa
Indikator KPS Skor
Ideal
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Pretest Posttest Pretest Posttest
�̅� % �̅� % �̅� % �̅� %
Mengobservasi 3 2,22 74% 2,83 94% 2,17 72% 2,86 95%
Berhipotesis 5 2,75 55% 4,00 80% 2,64 53% 4,81 96%
Merencanakan
Percobaan
5 2,72 54% 4,08 82% 2,44 49% 4,19 84%
Menerapkan Konsep 4 1,19 30% 3,00 75% 0,94 24% 3,33 83%
Mengkomunikasikan 3 2,11 70% 2,83 94% 1,83 61% 2,89 96%
Lampiran C.3
Berdasarkan persentase skor pretest menunjukkan bahwa, kemampuan awal
keterampilan proses sains siswa kelas kontrol dengan kelas eksperimen adalah
sama. Sedangkan persentase skor posttest menunjukkan bahwa, kemampuan akhir
keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
kelas kontrol.
Berdasarkan hasil pretest kelas kontrol, persentase siswa yang menjawab benar
pada indikator mengobservasi sebesar 74%, berhipotesis sebesar 55%,
merencanakan percobaan sebesar 54%, menerapkan konsep sebesar 30%, dan
mengkomunikasikan sebesar 70%. Sedangkan hasil posttest kelas kontrol,
persentase siswa yang menjawab benar pada indikator mengobservasi sebesar 94%,
berhipotesis sebesar 80%, merencanakan percobaan sebesar 82%, menerapkan
konsep sebesar 75%, dan mengkomunikasikan sebesar 94%. Sehingga berdasarkan
hasil pretest dan posttest kelas kontrol, selisih persentase indikator mengobservasi
sebesar 20%, berhipotesis sebesar 25%, merencanakan percobaan sebesar 28%,
menerapkan konsep sebesar 45%, dan mengkomunikasikan sebesar 24%.
Berdasarkan hasil pretest kelas eksperimen, persentase siswa yang menjawab
benar pada indikator mengobservasi sebesar 72%, berhipotesis sebesar 53%,
merencanakan percobaan sebesar 49%, menerapkan konsep sebesar 24%, dan
mengkomunikasikan sebesar 61%. Sedangkan hasil posttest kelas eksperimen,
persentase siswa yang menjawab benar pada indikator mengobservasi sebesar 95%,
54
berhipotesis sebesar 96%, merencanakan percobaan sebesar 84%, menerapkan
konsep sebesar 83%, dan mengkomunikasikan sebesar 96%. Sehingga berdasarkan
hasil pretest dan posttest kelas eksperimen, selisih persentase indikator
mengobservasi sebesar 23%, berhipotesis sebesar 43%, merencanakan percobaan
sebesar 35%, menerapkan konsep sebesar 59%, dan mengkomunikasikan sebesar
35%.
Berdasarkan deskripsi data pada Tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa sebelum
diberi perlakuan penelitian, skor pretest pada indikator mengobservasi,
berhipotesis, merencanakan percobaan, menerapakan konsep maupun
mengkomunikasikan, antara kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama.
Namun setelah diberi pembelajaran yang berbeda antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen, skor posttest pada indikator mengobservasi, berhipotesis,
merencanakan percobaan, menerapakan konsep dan mengkomunikasikan, kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Kelas eksperimen dilakukan
pembelajaran dengan model pembelajaran ROPES (Review, Overview,
Presentation, Exercise, Summary), sedangkan kelas kontrol dilakukan
pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru dalam pembelajaran sehari-hari,
mengikuti kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik. Perbandingan persentase
skor pretest dan posttest keterampilan proses sains siswa pada kelas kontrol dan
kelas eksperimen dapat dilihat pada Gambar 4.6 sampai Gambar 4.10 berikut ini.
Gambar 4.6 Persentase Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Indikator
Mengobservasi
Gambar 4.6 menunjukkan persentase keterampilan proses sains siswa pada
indikator mengobservasi antara kelas kontrol dan eksperimen berdasarkan hasil
72%
95%
74%
94%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Pretest Posttest
Per
sen
tase
MengobservasiKelas Eksperimen Kelas Kontrol
55
pretest dan posttest. Hasil pretest pada indikator mengobservasi, kelas kontrol
memiliki persentase skor benar sebesar 74% sedangkan kelas eksperimen memiliki
persentase skor benar sebesar 72%. Hasil posttest pada indikator mengobservasi,
kelas kontrol memiliki persentase skor benar sebesar 94% sedangkan kelas
eksperimen memiliki persentase skor benar sebesar 95%.
Gambar 4.7 Persentase Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Indikator
Berhipotesis
Gambar 4.7 menunjukkan persentase keterampilan proses sains siswa pada
indikator berhipotesis antara kelas kontrol dan eksperimen berdasarkan hasil pretest
dan posttest. Hasil pretest pada indikator berhipotesis, kelas kontrol memiliki
persentase skor benar sebesar 55% sedangkan kelas eksperimen memiliki
persentase skor benar sebesar 53%. Hasil posttest pada indikator berhipotesis, kelas
kontrol memiliki persentase skor benar sebesar 80% sedangkan kelas eksperimen
memiliki persentase skor benar sebesar 96%.
53%
96%
55%
80%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Pretest Posttest
Per
sen
tase
BerhipotesisKelas Eksperimen Kelas Kontrol
49%
84%
54%
82%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Pretest Posttest
Per
esen
tase
Merencanakan PercobaanKelas Eksperimen Kelas Kontrol
56
Gambar 4.8 Persentase Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Indikator
Merencanakan Percobaan
Gambar 4.8 menunjukkan persentase keterampilan proses sains siswa pada
indikator merencanakan percobaan antara kelas kontrol dan eksperimen
berdasarkan hasil pretest dan posttest. Hasil pretest pada indikator merencanakan
percobaan, kelas kontrol memiliki persentase skor benar sebesar 54% sedangkan
kelas eksperimen memiliki persentase skor benar sebesar 49%. Hasil posttest pada
indikator merencanakan percobaan, kelas kontrol memiliki persentase skor benar
sebesar 82% sedangkan kelas eksperimen memiliki persentase skor benar sebesar
84%.
Gambar 4.9 Persentase Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Indikator
Menerapkan Konsep
Gambar 4.9 menunjukkan persentase keterampilan proses sains siswa pada
indikator menerapkan konsep antara kelas kontrol dan eksperimen berdasarkan
hasil pretest dan posttest. Hasil pretest pada indikator menerapkan konsep, kelas
kontrol memiliki persentase skor benar sebesar 30% sedangkan kelas eksperimen
memiliki persentase skor benar sebesar 24%. Hasil posttest pada indikator
menerapkan konsep, kelas kontrol memiliki persentase skor benar sebesar 75%
sedangkan kelas eksperimen memiliki persentase skor benar sebesar 83%.
24%
83%
30%
75%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Pretest Posttest
Per
sen
tase
Menerapkan KonsepKelas Eksperimen Kelas Kontrol
57
Gambar 4.10 Persentase Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Indikator
Mengkomunikasikan
Gambar 4.10 menunjukkan persentase keterampilan proses sains siswa pada
indikator mengkomunikasikan antara kelas kontrol dan eksperimen berdasarkan
hasil pretest dan posttest. Hasil pretest pada indikator mengkomunikasikan, kelas
kontrol memiliki persentase skor benar sebesar 70% sedangkan kelas eksperimen
memiliki persentase skor benar sebesar 61%. Hasil posttest pada indikator
mengkomunikasikan, kelas kontrol memiliki persentase skor benar sebesar 94%
sedangkan kelas eksperimen memiliki persentase skor benar sebesar 96%.
4. Hasil Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat hasil analisis data yang diperoleh,
apakah terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas data ini dilakukan
terhadap data pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji
normalitas terhadap kedua hasil tersebut menggunakan uji SPSS shapiro-wilk
melalui software SPSS. Pengambilan keputusan uji normalitas dilakukan
berdasarkan kriteria pengujian, yaitu jika nilai 𝑠𝑖𝑔 (2 − 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑) < 0,05 maka
dinyatakan bahwa data tidak normal, sedangkan jika nilai 𝑠𝑖𝑔 (2 − 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑) > 0,05
maka dinyatakan bahwa data normal. Hasil uji normalitas pada penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini:
61%
96%
70%
94%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Pretest Posttest
Per
sen
tase
MengkomunikasikanKelas Eksperimen Kelas Kontrol
58
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk Pretest dan Posttest
Statistik
Pretest Posttest
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Sig. (2 – tailed) 0,142 0,073 0,053 0,005
Taraf Signifikansi
(𝛼) 0,05
Keputusan Terdistribusi
normal
Terdistribusi
normal
Terdistribusi
normal
Terdistribusi
tidak normal
Lampiran C.4 dan C.5
Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa nilai signifikansi pretest dan posttest pada
kelas kontrol lebih besar dibandingkan dengan nilai taraf signifikansi 0,05. Hal ini
menunjukkan data pretest dan posttest kelas kontrol terdistribusi normal.
Sementara, data pretest dan posttest kelas eksperimen memiliki nilai yang berbeda.
Nilai signifikansi pretest kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan nilai
taraf signifikansi 0,05, sedangkan nilai signifikansi posttest kelas eksperimen lebih
kecil dibandingkan dengan nilai taraf signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan data
pretest kelas eksperimen terdistribusi normal, sedangkan data posttest kelas
eksperimen tidak terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diteliti
memiliki kemampuan yang sama atau tidak. Uji homogenitas dilakukan terhadap
data pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji homogenitas
terhadap kedua hasil tersebut menggunakan uji SPSS Test of Homogeneity of
Variance pada taraf signifikansi 5%. Pengambilan keputusan uji homogenitas
dilakukan berdasarkan kriteria pengujian, yaitu jika nilai 𝑠𝑖𝑔 (2 − 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑 < 0,05
maka dinyatakan bahwa data tidak homogen, sedangkan jika 𝑠𝑖𝑔 (2 − 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑) >
0,05 maka dinyatakan bahwa data homogen. Hasil uji homogenitas pada penelitian
ini dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini:
59
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest
Statistik
Pretest Posttest
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Sig. (2 – tailed) 0,138 0,508
Taraf Signifikansi (𝛼) 0,05
Keputusan Data Homogen Data Homogen
Lampiran C.6 dan C.7
Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa nilai signifikan pretest dan posttest pada
kelas kontrol dan kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan nilai taraf
signifikan 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data pretest maupun posttest kelas
kontrol dan kelas eksperimen memiliki data homogen.
5. Hasil Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas.
Berdasarkan uji tersebut diperoleh hasil untuk data pretest terdistribusi normal dan
memiliki varians yang sama atau homogen. Sedangkan data posttest terdapat data
yang tidak terdistribusi normal dan memiliki varians yang sama atau homogen.
Untuk data pretest terdistribusi normal dan memiliki varians yang sama atau
homogen, dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-T analisis tes statistika
parametrik melalui software SPSS pada taraf signifikansi 5%. Sedangkan untuk
data posttest terdapat data yang tidak terdistribusi normal dan memiliki varians
yang sama atau homogen, dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji
nonparametrik Mann-Whithney menggunakan bantuan SPSS pada taraf
signifikansi 5%. Pengambilan keputusan uji homogenitas dilakukan berdasarkan
kriteria pengujian, yaitu jika nilai 𝑠𝑖𝑔 (2 − 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima, sedangkan jika 𝑠𝑖𝑔 (2 − 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑) > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Hasil perhitungan uji hipotesis dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini:
60
Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest
Statistik
Pretest Posttest
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
Sig. (2 – tailed) 0,070 0,000
Taraf Signifikansi (𝛼) 0,05
Keputusan H0 diterima H1 diterima
Lampiran C.8 dan C.9
Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa pada saat pretest nilai sig (2 – tailed) > taraf
signifikansi (0,05), maka hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis alternatif (H1)
ditolak. Artinya, kemampuan awal kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama.
Sementara untuk hasil posttest nilai 𝑠𝑖𝑔 (2 − 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑) < taraf signifikansi (0,05),
maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima. Diterimanya
hipotesis alternatif pada pengujian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengunaan
model pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary)
terbukti berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep fluida
statis.
6. Hasil N-Gain
N-Gain dilakukan untuk melihat peningkatan keterampilan proses sains siswa
pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil N-Gain dapat dilihat pada Tabel 4.8
berikut ini:
Tabel 4.8 Hasil Nilai N-Gain Pretest dan Posttest
Indikator Keterampilan
Proses Sains
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
N-Gain Kategori N-Gain Kategori
Mengobservasi 0,76 Tinggi 0,82 Tinggi
Berhipotesis 0,55 Sedang 0,91 Tinggi
Merencanakan Percobaan 0,60 Sedang 0,68 Sedang
Menerapkan Konsep 0,64 Sedang 0,77 Tinggi
Mengkomunikasikan 0,80 Tinggi 0,89 Tinggi
Lampiran C.10
61
Tabel 4.8 memberikan informasi bahwa nilai N-Gain keterampilan
keterampilan proses sains kelas kontrol pada indikator berhipotesis, merencanakan
percobaan, dan menerapkan konsep berada dalam kategori sedang. Sedangkan pada
indikator mengobservasi dan mengkomunikasikan berada dalam kategori tinggi.
Sementara, nilai N-Gain keterampilan proses sains kelas eksperimen pada indikator
mengobservasi, berhipotesis, menerapkan konsep dan mengkomunikasikan berada
dalam kategori tinggi. Sedangkan pada indikator merencanakan percobaan berada
dalam kategori sedang.
7. Analisis Data Angket
Analisis data angket diperoleh dari kelas eksperimen yang diberikan
perlakuan berupa pembelajaran dengan model pembelajaran ROPES (Review,
Overview, Presentation, Exercise, Summary). Kemudian diolah berdasarkan
masing-masing indikator dan menghasilkan analisis data berupa persentase
sehingga diinterpretasikan dalam bentuk keterangan ketertarikan siswa terhadap
model pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise,
Summary). Hasil respon siswa terhadap model pembelajaran ROPES (Review,
Overview, Presentation, Exercise, Summary) dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut
ini:
Tabel 4.9 Hasil Angket Respon Siswa
No. Indikator Angket Persentase Kategori
1. Penggunaan model pembelajaran
ROPES
92% Kuat
2. Penggunaan model pembelajaran
ROPES terhadap keterampilan proses
sains
93% Kuat
3. Penggunaan model pembelajaran
ROPES dalam penyampaian konsep
fluida statis
93% Kuat
Rata-Rata 92,7% Kuat
Lampiran C.11
62
B. Pembahasan
Keterampilan proses sains siswa pada konsep fluida statis masih tergolong
rendah. Rendahnya keterampilan proses sains siswa dapat dilihat dari pencapaian
siswa dalam menjawab soal pretest, masih banyak siswa yang memperoleh nilai
dibawah rata-rata. Instrumen tes posttest dan pretest yang digunakan untuk
mengukur keterampilan proses sains siswa telah di validasi sebelumnya, dengan
nilai korelasi validitas sebesar 0,68 berada dalam kategori cukup dan nilai
reliabilitas sebesar 0,81 berada dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
instrumen tes tersebut valid dan dapat dipercaya untuk mengukur keterampilan
proses sains siswa.
Rendahnya keterampilan proses sains siswa dapat disebabkan oleh beberapa
hal diantaranya, pembelajaran yang bersifat teacher centered, penerimaan
informasi secara penuh berasal dari guru.113 Siswa jarang dilibatkan dalam kegiatan
praktikum.114 Serta minimnya prasarana laboratorium.115
Rendahnya keterampilan proses sains siswa perlu mendapatkan perlakuan
dalam proses pembelajaran. Peneliti mencoba menerapkan salah satu model
pembelajaran untuk mengatasi masalah keterampilan proses sains. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran ROPES, karena model
pembelajaran ROPES adalah model pembelajaran yang menekankan pada
kemampuan dan peran aktif siswa untuk memahami materi pelajaran melalui
serangkaian kegiatan yang utuh dan saling berkaitan.116 Terdapat dua kelas yang
digunakan pada penelitian ini, antara lain kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Antara kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan pembelajaran yang berbeda,
113 Ummi Salamah dan Mursal, “Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Peserta Didik
Menggunakan Metode Eksperimen Berbasis Inkuiri Pada Materi Kalor”, Jurnal Pendidikan Sains
Indonesia, Vol. 05 No.01, 2017, hlm. 60.
114 Amining Rahmasiwi, Slamet Santosari, dan Dewi Puspita Sari, “Peningkatan
Keterampilan Proses Sains Siswa dalam Pembelajaran Biologi melalui Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri di Kelas XI MIA 9 (ICT) SMA Negeri 1 Karanganyar”, Jurnal Peningkatan
Keterampilan Proses Sains, 2014, hlm. 428. 115 Rahmasiwi, op.cit., hlm. 429. 116 Ellinda Eka Wahyuni, dkk, “Model Pembelajaran ROPES (Review, Overview,
Presentation, Exercise, Summary) Disertai Media Audiovisual Terhadap Aktivitas Dan
HasilBelajar Siswa Pada Pembelajaran Fisika Di MAN 1 Jember”, Artikel Ilmiah Mahasiswa,
2015, hlm. 2.
63
kelas kontrol dilakukan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru dalam
pembelajaran sehari-hari, mengikuti kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik,
sedangkan kelas eksperimen dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran
ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan pada sub bab sebelumnya,
nilai rata-rata pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama. Nilai rata-
rata pretest kelas kontrol sebesar 55, sedangkan nilai rata-rata pretest kelas
eksperimen sebesar 50. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan awal keterampilan
proses sains siswa adalah sama. Kemampuan akhir keterampilan proses sains siswa
meningkat setelah diberikan perlakuan pembelajaran yang berbeda. Nilai rata-rata
posttest kelas eksperimen sebesar 90,69 dan nilai rata-rata posttest kelas kontrol
sebesar 83,75. Hal tersebut menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa
setelah diberikan perlakuan sama-sama mengalami kenaikan, akan tetapi kenaikkan
yang terjadi pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gusnita Betaria
Sinaga dan Usler Simarmata, yang menjelaskan bahwa terdapat dua kelas yang
digunakan dalam penelitian yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol diberikan perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen
diberikan perlakuan dengan model pembelajaran ROPES berbantu audio visual,
sedangkan kelas kontrol diberikan perlakuan dengan pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih
unggul dibandingkan kelas kontrol. Nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 75,16
sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 66,51.117
Hasil uji hipotesis kelas kontrol dan kelas eksperimen yang diberikan perlakuan
berbeda, diperoleh nilai 𝑠𝑖𝑔 (2 − 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑) < taraf signifikansi (0,05). Artinya,
penggunaan model pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation,
Exercise, Summary) terbukti berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa
pada konsep fluida statis. Pengaruh penggunaan model pembelajaran ROPES
117 Gusnita Betaria Sinaga dan Usler Simarmata, “Pengaruh Model Pembelajaran ROPES
(Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) Berbantu Audio Visual Terhadap hasil
Belajar Siswa Pada Materikalor Di Kelas X Semester Ii Sma N 11 Medan”, Jurnal Inpafi Vol. 2,
No. 3, Agustus 2014, hlm. 99.
64
(Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) terlihat dari adanya
peningkatan keterampilan proses sains pada nilai posttest kelas eksperimen lebih
tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Indri Restanti yang menyatakan bahwa model pembelajaran ROPES
dengan teknik talking stick memiliki pengaruh yang lebih unggul terhadap hasil
belajar dan keterampilan proses sains siswa dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional.118 Hasil ini didukung pula oleh hasil angket respon
siswa pada kelas eksperimen terhadap model pembelajaran ROPES mendapatkan
respon kuat dengan perolehan persentase 92,7.
Berdasarkan nilai N-Gain, kelas eksperimen mengalami peningkatan indikator
keterampilan proses sains yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, yaitu pada
indikator mengobservasi, berhipotesis, merencanakan percobaan, menerapkan
konsep, serta mengkomunikasikan. Nilai N-Gain siswa kelas eksperimen lebih
tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan siswa kelas eksperimen
diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran ROPES dalam
proses pembelajaran. Tahapan-tahapan model pembelajaran ROPES antara lain:
Review, Overview, Presentation, Exercise, dan Summary. Proses Review dilakukan
dengan mengukur kesiapan siswa terhadap materi yang akan disampaikan dengan
memberikan apersepsi sebelum memulai pembelajaran. Proses Overview dilakukan
dengan cara guru menjelaskan strategi yang akan digunakan saat proses
pembelajaran berlangsung. Proses presentation, guru menyampaikan inti dari
materi pembelajaran yang bertujuan sebagai bekal siswa untuk membentuk konsep
yang akan dipelajari. Proses Exercise dilakukan dengan cara memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan percobaan yang telah mereka
pahami dan tetap dibawah arahan guru. Selanjutnya proses Summary dilakukan
dengan cara meminta siswa untuk menyimpulkan pembelajaran yang telah
didapatnya. Pada kelas eksperimen, guru hanya memfasilitasi dan memotivasi
siswa agar terlibat aktif selama proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan
118 Indri Restanti, Sudarti, dan Alex Harijanto, “Pengaruh Model Pembelajaran ROPES
dengan Teknik Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Siswa dan Keterampilan Proses Sains Siswa
SMA Di Bondowoso”, Jurnal Pendidikan Fisika, Vol 4 No. 1, Juli 2015, hlm. 97.
65
penelitian yang dilakukan oleh Rizka Nurul Dina, dkk yang menyatakan bahwa
model pembelajaran ROPES dapat membuat aktif siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.119
Nilai N-Gain pada indikator mengobservasi, kelas eksperimen sebesar 1,07 kali
lipat dari kelas kontrol. Nilai N-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar
0,82 dan 0,76 masuk dalam kategori tinggi, tetapi nilai N-Gain pada kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan nilai N-Gain kelas kontrol. Pada indikator
mengobservasi kelas eksperimen mendapatkan nilai N-Gain yang lebih unggul
dibandingkan kelas kontrol karena, siswa pada kelas eksperimen sebelum memulai
percobaan diberikan tugas oleh guru untuk mengamati konsep yang berkaitan
dengan materi yang akan dipraktikumkan. Siswa dilatih aktivitasnya untuk
mengobservasi gambar atau fenomena-fenomena kehidupan sehari-hari terkait
konsep fluida statis.
Nilai N-Gain pada indikator berhipotesis, kelas eksperimen sebesar 1,65 kali
lipat dari kelas kontrol. Nilai N-Gain pada kelas eksperimen sebesar 0,91 masuk
dalam kategori tinggi sedangkan sedangkan nilai N-Gain pada kelas kontrol sebesar
0,55 masuk dalam kategori sedang. Perbedaan nilai N-Gain tersebut dikarenakan
pada proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ROPES siswa
lebih terlatih dalam membuat hipotesis sebelum melaksanakan percobaan. Sebelum
melaksanakan percobaan tiap-tiap siswa dalam kelompok diwajibkan untuk
membuat hipotesis yang terdapat didalam LKS.
Nilai N-Gain pada indikator merencanakan percobaan, kelas eksperimen
sebesar 1,13 kali lipat dari kelas kontrol. Nilai N-Gain pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol sebesar 0,68 dan 0,60 masuk dalam kategori sedang, tetapi nilai N-
Gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan nilai N-Gain kelas kontrol.
Pada kelas eksperimen, peneliti di bantu dengan dengan guru-guru lain untuk
mengamati proses pelaksanaannya kegiatan praktikum yang dilaksanakan,
119 Rizka Nurul Dina, dkk, “Penerapan Model Pembelajaran ROPES (Review, Overview,
Presentation, Exercise, Summary) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Materi Alat-Alat
Optik Di Kelas X Ia-1 Sma Negeri 4 Banda Aceh”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pendidikan
Fisika. Vol. 1 No.4 Oktober 2016, hlm. 243.
66
sehingga siswa kelas eksperimen lebih serius dan fokus dalam melakukan
percobaan.
Nilai N-Gain pada indikator menerapkan konsep, kelas eksperimen sebesar
1,20 kali lipat dari kelas kontrol. Nilai N-Gain pada kelas eksperimen sebesar 0,77
masuk dalam kategori tinggi sedangkan nilai N-Gain pada kelas kontrol sebesar
0,64 masuk dalam kategori sedang. Pada kelas eksperimen, karena melakukan
percobaan dibawah pengawasan peneliti dan guru-guru lain saat melakukan
percobaan, sehingga lebih serius dan fokus saat melakukan percobaan. Sehingga
siswa kelas eksperimen dapat memahami konsep hasil percobaan dengan baik.
Nilai N-Gain pada indikator mengkomunikasikan, kelas eksperimen sebesar
1,11 kali lipat dari kelas kontrol. Nilai N-Gain pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol yaitu 0,89 dan 0,80 masuk dalam kategori tinggi, tetapi nilai N-Gain pada
kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan N-Gain kelas kontrol. Pada kelas
eksperimen, walaupun melakukan percobaan dilakukan secara kelompok, tetapi
tiap-tiap siswa wajib membuat kesimpulan dari hasil percobaan yang telah
dilakukan. Sehingga saat menyampaikan hasil kesimpulan tiap-tiap siswa dapat
menyampaikan hasil pendapat sendiri.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Model Pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise,
Summary) terbukti berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa pada
konsep fluida statis. Hal ini berdasarkan hasil uji hipotesis statistik dan posttest
menggunakan uji Mann-Whitney yang menyatakan bahwa nilai 𝑠𝑖𝑔 (2 – 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑)
< taraf signifikansi (0,05)
2. Hasil nilai N-Gain keterampilan proses sains secara keseluruhan pada kelas
eksperimen sebesar 0,81 masuk dalam kategori tinggi dan kelas kontrol sebesar
0,67 masuk dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa kelas
eksperimen mengalami peningkatan keterampilan proses sains yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen keterampilan proses
sains pada indikator berhipotesis mengalami peningkatan tertinggi di antara
indikator keterampilan proses sains lainnya dengan perolehan nilai 0,91 masuk
dalam kategori tinggi.
3. Hasil angket respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran ROPES
secara keseluruhan mendapatkan respon kuat dengan perolehan persentase yaitu
92,7%.
68
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mengajukan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Manajemen waktu pelaksanaan kegiatan model pembelajaran ROPES (Review,
Overview, Presentation, Exercise, Summary) perlu diatur dengan baik, agar
semua langkah-langkah dalam model pembelajaran tersebut dapat terlaksana
dengan baik.
2. Pada saat siswa sedang melaksanakan percobaan disarankan untuk lebih
membimbing siswa demi pencapaian tujuan pembelajaran yang maksimal.
3. Alat dan bahan percobaan sebaiknya disediakan dengan jumlah yang cukup
banyak agar setiap anggota kelompok yang terbentuk dapat bekerja secara
optimal.
4. Sebaiknya dalam penelitian indikator keterampilan proses sains tidak dibatasi,
agar setiap indikator keterampilan proses sains dapat diteliti.
69
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2013.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
2017.
Avianti, Rahmania dan Bartha Yonata. Keterampilan Proses Sains Siswa melalui
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Materi Asam Basa Kelas XI
SMAN 8 Surabaya. UNESA Journal of Chemical Education.Vol.4.
No.2.ISSN: 2252-9454. 2015.
Cansiz, Mustafa, Semra Sungur, dan Ceren Oztekin. Exploring The Development
Of Science Process Skills Through History Of Science Instruction. Science
in the primary school. 2016.
Dina, Rizka Nurul, Agus Wahyuni, dan Saminan. Penerapan Model Pembelajaran
ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Materi Alat-Alat Optik Di Kelas
XI-A SMA Negeri 4 Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Pendidikan Fisika. Vol. 1 No.4. 2016.
Fathurrohman, Muhammad. Model- Model Pembelajaran Inovatif Alternatif
Desain Pembelajaran yang Menyenangkan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
2015.
Giancoli, Douglas C. Fisika Edisi Ketujuh: Prinsip dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.
2014.
Hadi, Sutrisno. Statistik. Yogyakarta: ANDI. 2004.
Herlianti, Yanti. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2006.
Ilmi, Dzakiyy. Pengaruh Latihan Soal Digital Terhadap Keterampilan Proses
Sains Siswa Pada Konsep Fluida Dinamis Kelas XI. Skripsi pada
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta. 2017.
Tidak dipublikasikan.
70
Kadir. Statistik Terapan: Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program
SPSS/ Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2015.
Kasiram, Moh. Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan
Penguasaan Metodologi Penelitian. Malang: UIN Malang Press. 2008.
Lohmay, Imanuel. The Influence of Application of ROPES and Problem-Based
Learning Model in Group Counseling Viewed from Basic Skills of Student
Counseling towards Problem Solving Skills. International Conference On
Education. 2016.
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2011.
Mujahidin, Firdos. Strategi Mengola Pembelajaran Bermutu. Bandung: PT
Rosdakarya. 2017
Nani, Karman La. The Effectiveness Ofict-Assisted Project-Based Learning In
Enhancing Student’s Statistical Communication Ability. International
Journal Of Education and Research. Vol.3. 2015.
Nicolellis, Debbie dan Lyn Legere. Vocational Peer Support Training Program
Trainer’s Guide. Boston, MA: Boston University. Center for Psychiatric
Rehabilitation. 2015.
Nizaruddin. ROPES Learning Model Modification to Increase Proficiency Students
of Rational Thingking. Program Studi Pendidikan Matematika IKIP PGRI
Semarang. 2010.
Novia, Nur. Pengaruh Media Simulasi Komputer Terhadap Miskonsepsi Siswa
SMA Kelas X Pada Konsep Fluida Statis. Skripsi pada Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta. 2016. Tidak dipublikasikan.
Ozgelen, Sinan. Students’ Science Process Skills within a Cognitive Domain Framework.
Eurasia Journal of Mathematics, Science & Tecnology Education. ISSN 1305-
8223. Vol.8 No.4. 2012.
Palupi, Dwi Satya, dkk. Fisika Untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: CV.Sahabat.
2009.
71
Rahayu, Ai Hayati, dan Poppy Anggraeni. Analisis Profil Keterampilan Proses
Sains Siswa Sekolah Dasar Di Kebupaten Sumedang. Jurnal Pesona Dasar.
Vol 5 No.2. 2017.
Rahmasiwi, Amining, Slamet Santosari, dan Dewi Puspita Sari. Peningkatan
Keterampilan Proses Sains Siswa dalam Pembelajaran Biologi melalui
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri di Kelas XI MIA 9 (ICT) SMA
Negeri 1 Karanganyar. Jurnal Peningkatan Keterampilan Proses Sains.
2014.
Restanti, Indri, Sudarti, dan Alex Harijant. Pengaruh Model Pembelajaran ROPES
dengan Teknik Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Dan Keterampilan
Proses Sains Siswa SMA Di Bondowoso. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol. 4
No.1. 2015.
Rose Marie Balan,Tammy Patterson Manko, dan Karen Frances Phillips.
Instructional Improvement through Professional Development.
Transformative Dialogues: Teaching & Learning Journal. Volume 5 Issue
2. 2011.
Ruseffendi. Statistika Dasar Untuk Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.
1998.
Rusman. Pembelajaran Tematik terpadu Teori Praktik dan Penilaian. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada. 2015.
Rustarman, Nuryani Y, dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi Cetakan I. Malang:
Universitas Negeri Malang. 2005.
Salamah, Ummi dan Mursal. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Peserta
Didik Menggunakan Metode Eksperimen Berbasis Inkuiri Pada Materi
Kalor. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia. Vol. 05 No.01. 2017.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana. 2011.
Santoso, Singgih. Statistik Multivariat dengan SPSS. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo. 2017.
72
Semiawan, Conny, dkk. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta : PT Grasindo.
1985.
Sinaga, Chrisna Tri Yeheski dan Edy Surya. Perbedaan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran
ROPES dan STAD SMP Negeri 35 Medan. Jurnal Pendidikan. 2014.
Sinagar, Gusnita Betaria dan Usler Simarmata. Pengaruh Model Pembelajaran
ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Sumamary) Berbantu
Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kalor Dikelas X
Semester II SMA N 11 Medan. Jurnal Inpafi. Vol. 2, No.3. 2014.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta. 2015.
Sunyono, Sunyono. Science Process Skill Characteristics of Junior High Scholl
Students in Lampung European Scientific. Journal education. Vol. 14, No.
10. ISSN: 1857-7881. 2018.
Sutrisno dan Sitti Ahmiarti. FISIKA DASAR (Mekanika, Fluida, & Gelombang).
Jakarta: UIN Jakarta Press. 2007.
Tipler, Paul A. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga. 1998.
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif Konsep, Landasan,
Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2009.
Uyanto, Stanislaus S. Pedoman Analisis Data dengan SPSS Edisi 3. Yogyakarta:
Graha Ilmu. 2009.
Wahyuni, Ellinda Eka, Sutarto, dan I Ketut Mahardika. Model Pembelajaran
ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Sumamary) Disertai
Media Audio visual Terhadap Aktifitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Fisika Di MAN 1 Jember. Artikel Ilmiah Mahasiswa. 2015.
Yusuf, Muri. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan: Pilar Penyedia Informasi dan
Kegiatan Pengendalian Mutu Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.
2015.
73
Zulfiani, dkk. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta. 2009.
74