pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe ...digilib.unila.ac.id/29744/2/skripsi tanpa bab...

84
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STUDENT TEAM ACHIEVMENT DIVISION (STAD) TERHADAP KEMAPUAN PUKULAN FOREHAND TENIS MEJA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SEKIPI KECAMATAN ABUNG TINGGI LAMPUNG UTARA (Skripsi) OLEH ANANG ARTAREZA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Upload: others

Post on 19-Sep-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWDAN STUDENT TEAM ACHIEVMENT DIVISION (STAD) TERHADAP

KEMAPUAN PUKULAN FOREHAND TENIS MEJA PADASISWA KELAS V SD NEGERI SEKIPI KECAMATAN

ABUNG TINGGI LAMPUNG UTARA

(Skripsi)

OLEH

ANANG ARTAREZA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

Page 2: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

ii

`

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWDAN STUDENT TEAM ACHIEVMENT DIVISION (STAD) TERHADAP

KEMAPUAN PUKULAN FOREHAND TENIS MEJA PADASISWA KELAS V SD NEGERI SEKIPI KECAMATAN

ABUNG TINGGI LAMPUNG UTARA

Oleh

ANANG ARTAREZA

Permasalahan dalam penelitian ini adalah masih rendahnya kemampuan siswadalam menguasai kemampuan pukulan forehand. Tujuan penelitian adalahuntuk mengatahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw danStudent Team Achievment Division (STAD) terhadap kemampuan pukulanforehand tenis meja pada siswa kelas V SD Negeri Sekipi Kecamatan AbungTinggi Lampung Utara. Metode yang digunakan adalah eksperimen dengandesain penelitian pre test, ordinal pairing, treatment dan post test. Populasipenelitian berjumlah 40 siswa, dan sampel menggunakan total samplingsebanyak 40 siswa. Teknik pengambilan data menggunakan backboard test.Hasil analisis data diperoleh uji-t perbedaan antara kelompok Jigsaw danSTAD diperoleh t hitung= -1,776 < t tabel= 2,024 maka tolak H1 dan terima H0

artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara model pembelajarankooperatif tipe Jigsaw dan STAD terhadap kemampuan pukulan forhand tenismeja pada siswa kelas V SD Negeri Sekipi Kecamatan Abung Tinggi LampungUtara. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran tipeJigsaw dan STAD berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan pukulanforehand tenis meja dan model pembelajaran tipe STAD memliki pengaruhyang lebih besar daripada model pembelajaran tipe Jigsaw.

Kata Kunci : Jigsaw, pukulan forehand, STAD, tenis meja,

Page 3: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

iii

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWDAN STUDENT TEAM ACHIEVMENT DIVISION (STAD) TERHADAP

KEMAPUAN PUKULAN FOREHAND TENIS MEJA PADASISWA KELAS V SD NEGERI SEKIPI KECAMATAN

ABUNG TINGGI LAMPUNG UTARA

OLEH

ANANG ARTAREZA

SkripsiSebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

PadaJurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

Page 4: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada
Page 5: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada
Page 6: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada
Page 7: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Anang Artareza lahir di Sekipi Kecamatan

Abung Tinggi Lampung Utara pada tanggal 09 Juni 1995,

dari pasangan bapak Sarwono S.Pd dan ibu Eliza

Sulistilinda. Penulis adalah anak pertama dari empat

bersaudara.

Penulis menyelsaikan studi tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) Dharma Wanita,

Bukit Kemuning pada tahun 2001, kemudian menempuh pendidikan Sekolah Dasar

(SD) Negeri Sekipi Abung Tinggi Lampung Utara diselesaikan pada tahun 2007,

dilanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Bukit

Kemuning Lampung Utara diselesaikan pada tahun 2010, kemudian melanjutkan ke

Madrasah Aliyah (MA) Negeri 1 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2013.

Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Penjaskesrek

Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Lampung, melalui jalur SBMPTN pada tahun 2013.

Pada tahun 2016 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa

Rejobasuki, Kecamatan Seputih Raman dan melakukan PPL di SD Negeri 1

Rejobasuki Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Pada bulan

Juli-Agustus 2016.

Page 8: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

viii

Motto

"Man Jadda Wajada”

“Siapa Yang Bersungguh - Sungguh Pasti Akan Berhasil”

(Al-hadits)

“Setiap Orang Punya Jatah Gagal. Habiskan Jatah Gagalmu Saat

Muda”

(Dahlan Iskan)

"Hidup Hanya Sekali, Harus Berarti Setelah Itu Mati"

(Anang Artareza)

Page 9: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

ix

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini dengan kerendahan hati mengharap

Ridho Allah SWT, sebagai tanda cinta kasihku kepada:

Kedua orang tuaku, bapak Sarwono dan ibu Eliza Sulistilinda

tercinta yang tak pernah lupa untuk selalu memberikan do’a

dalam setiap sujud dan harapan disetiap tetes keringatmu demi

tercapainya cita-citaku.

Adik-adikku yang kusayangi Diki, Aldi, Gita dan seluruh

keluarga besarku, yang selalu memotivasi, mendoakan dan

menantikan keberhasilanku.

Sahabat-sahabat Penjaskesrek 2013 yang selalu mensupportku.

Almamaterku tercinta. Universitas Lampung

Page 10: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

x

SANWACANA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Student Team

Achievment Division (STAD) Terhadap Kemampuan Pukulan Forehand Tenis

Meja Pada Siswa Kelas V SD Negeri Sekipi Kecamtan Abung Tinggi Lampung

Utara” Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan sebagai Sarjana Pendidikan

di Universitas Lampung.

Dalam proses penyelsaian skripsi ini dan selama menjadi mahasiswa di Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, penulis banyak mendapat

bimbingan, petunjuk, bantuan, dan nasihat dari berbagai pihak. Oleh sebab itu

pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang

setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum, selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidkan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Akor Sitepu, M.Pd. Ketua Program Studi Pendidkan Jasmani,

Kesehatan, dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan Universitas

Lampung.

Page 11: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

xi

4. Bapak Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd. selaku Pembimbing pertama dan

Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan

motivasi serta kepercayaan kepada penulis.

5. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd selaku Pembimbing kedua. yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan kepada penulis.

6. Bapak Drs. Suranto, M.Kes selaku Pembahas yang telah memberikan

perbaikan, pengarahan, masukan kepada penulis.

7. Bapak, Ibu Dosen dan karyawan staf tata usaha FKIP Unila yang telah

memberikan pengetahuan dan pelayanannya sehingga terselsaikan skripsi ini.

8. Kepala Sekolah dan guru olahraga SD Negeri Sekipi Abung Tinggi Lampung

Utara, yang telah memberikan izin untuk melaksakan penelitian.

9. Teman-teman seperjuanganku khususnya penjaskesrek angkatan 2013 yang

senantiasa memberikan warna disetiap kebersamaan selama menjalani studi di

Universitas Lampung.

10. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tulus dan ikhlas,

semoga diberikan balasan kebaikan yang berlimpah dari Allah SWT.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 5 Desember 2017

Penulis,

Anang Artareza

Page 12: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

xii

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR TABEL ........................................................................................ xiiiDAFTAR GAMBAR .................................................................................... xivDAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

BAB I. PENDAHULUANA. Latar Belakan................................................................................... 1B. Identifikasi Masalah......................................................................... 5C. Batasan Masalah .................................................................................. 6D. Rumusan Masalah ............................................................................... 6E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7F. Manfaat Penelitian........................................................................... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKAA. Pengertian Pembelajaran .................................................................. 10B. Tujuan Pembelajaran ....................................................................... 12C. Belajar Motorik................................................................................. 15D. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Olahraga............ 16E. Permainan Tenis Meja ...................................................................... 17

1. Pengertian Tenis Meja ................................................................ 172. Teknik Memegang Bad ............................................................... 183. Peralatan Tenis Meja ................................................................... 214. Pukulan Dasar Tenis Meja........................................................... 24

F. Model Pembelajaran ......................................................................... 29G. Pembelajaran Kooperatif (Cooverative Learning) ........................... 30H. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.............................................. 32I. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD .............................................. 36J. Grand Theory.................................................................................... 38K. Penelitian Relevan ............................................................................ 40L. Kerangka Berpikir ............................................................................ 43M. Hipotesis ........................................................................................... 44

Page 13: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

xiii

BAB III. METODOLOGI PENELITIANA Metode Penelitian ....................................................................... 47B Populasi dan Sampel Penelitian.................................................. 48C Variabel dan Data Penelitian ...................................................... 49D Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................. 54E Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 56F Prosedur Penelitian .................................................................... 56G Isntrumen Penelitian ................................................................... 58H Teknik Analisis Data .................................................................. 61

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian........................................................................... 65

1. Deskripsi Data ........................................................................ 652. Analisis Data .......................................................................... 71

B. Pembahasan ................................................................................ 75

BAB V. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan................................................................................. 80B. Saran ........................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 82

LAMPIRAN............................................................................................... 84

Page 14: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabulasi hasil penelitian kelompok model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw dan STAD...................................................... 65

2. Persentase Jumlah Nilai Tes Awal yang Di atas Rata-Rata dan

Di Bawah Rata-Rata Model Pembelajaran Jigsaw dan STAD.......... 66

3. Persentase Jumlah Nilai Tes Akhir yang Di atas Rata-Rata dan

Di Bawah Rata-Rata Model Pembelajaran Jigsaw dan STAD.......... 66

4. Hasil Uji Normalitas .......................................................................... 72

5. Hasil Uji Homogenitas ...................................................................... 73

6. Tabel Z............................................................................................... 112

7. Tabel Uji Normalitas ......................................................................... 113

8. Tabel Uji T......................................................................................... 114

Page 15: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Shakehand Grip ......................................................................... 19

2. Penhold Grip ............................................................................. 20

3. Smiller Grip ............................................................................... 21

4. Lapangan Tenis Meja ................................................................. 22

5. Bola ................................................................................................ 23

6. Bad (Grip) ...................................................................................... 23

7. Sikap Persiapan Awal Gerakan Forehand .................................... 25

8. Sikap Gerakan Memukul Lanjutan Forehand ............................... 26

9. Sikap Akhir Pukulan Forehand ..................................................... 27

10. Sikap Persiapan Awal Gerakan Backhand .................................... 28

11. Sikap Gerakan Memukul Lanjutan Backhand .............................. 29

12. Sikap Akhir Pukulan Backhand ..................................................... 29

13. Skema Model Pembelajaran Tipe Jigsaw .................................... 35

14. Variabel Penelitian ......................................................................... 50

15. Rencangan Penelitian ..................................................................... 52

16. Backboard Test ............................................................................... 56

17. Hasil Tes Awal Dan Akhir Kelompok model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw ................................................................... 67

18. Grafik peningkatan hasil kemampuan pukulan forehand ............ 68

19. Hasil Tes Awal Dan Akhir Kelompok model pembelajaran

kooperatif tipe STAD .................................................................... 69

20. Grafik Peningkatan Hasil Kemampuan Pukulan Forehand........... 69

21. Perbedaan Hasil Tes Awal Antar Kelompok Pembelajaran

Kooperatif tipe Jigsaw dan STAD ................................................. 70

22. Perbedaan Hasil Tes Akhir Antar Kelompok Pembelajaran

Kooperatif tipe Jigsaw dan STAD ................................................. 71

Page 16: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Program Latihan Kelompok Jigsaw ............................................. 84

2. Program Latihan Kelompok STAD .............................................. 90

3. Data Hasil Tes Awal Pukulan Forehand Tenis Meja ................... 96

4. Data Hasil Pembagian Kelompok Dengan Ordinal Pairing......... 97

5. Data Perbandingan Tes Awal dan Tes Akhir

Kelompok Jigsaw.......................................................................... 98

6. Data Perbandingan Tes Awal dan Tes Akhir

Kelompok STAD .......................................................................... 99

7. Uji Normalitas Data Tes Awal Kelompok Jigsaw ....................... 100

8. Uji Normalitas Data Tes Awal Kelompok STAD ........................ 101

9. Uji Normalitas Data Tes Akhir Kelompok Jigsaw ...................... 102

10. Uji Normalitas Data Tes Akhir Kelompok STAD ........................ 103

11. Uji Homogenitas Data Tes Awal Kelompok Jigsaw dan

Kelompok STAD .......................................................................... 104

12. Uji Homogenitas Data Tes Akhir Kelompok Jigsaw dan

Kelompok STAD .......................................................................... 105

13. Tabel Uji Hipotesis Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw ................................................................ 106

14. Tabel Uji Hipotesis Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD ................................................................. 107

15. Uji-t Perbedaan Tes Awal Kelompok Pembelajaran Jigsaw

dan Kelompok STAD ................................................................... 108

16. Uji-t Perbedaan Tes Akhir Kelompok Pembelajaran Jigsaw

dan Kelompok STAD ................................................................... 110

Page 17: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap individu di era global dituntut mengembangkan kapasitasnya secara

optimal, kreatif, dan mampu mengadaptasikan diri terhadap perkembangan

dan situasi global yang amat bervariasi dan semakin berkembang. Setiap

individu dituntut memiliki daya nalar yang kreatif dan mampu mengikuti

arus di era modern ini, untuk itu ketrampilan yang dimiliki individu adalah

ketrampilan intelektual, sosial, dan personal.

Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) merupakan

komponen pendidikan secara keseluruhan. Penjasorkes merupakan bagian

penting bagi perkembangan manusia untuk mencapai tujuan pendidikan

secara menyeluruh. Oleh karena itu, Penjasorkes yang diselenggarakan di

sekolah mempunyai jangkauan yang luas. Penjasorkes bukan hanya sarana

penunjang tujuan pendidikan melainkan juga mewujudkan tujuan

pembangunan bangsa.

Model pembelajaran Penjasorkes tidak harus berpusat pada guru saja, akan

tetapi keberadaan siswa juga sangat berperan dalam pembelajaran

penjasorkes konsep dasar penjasorkes model pembelajaran Penjasorkes

Page 18: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

2

yang efektif perlu dipahami oleh mereka yang hendak akan mengajar

pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Peran pendidikan jasmani sudah dimulai dari tingkat sekolah dasar,

menengah dan tinggi. Pada setiap tingkatan sekolah tersebut ada berbagai

materi pembelajaran yang disampaikan, selain materi yang berhubungan

dengan kesehatan, Pendidikan Jasmani juga mengajarkan berbagai macam

cabang olahraga yang diajarkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku di

masing-masing sekolah.

Berdasarkan pengamatan awal bahwa kekaguman pada setiap cabang

olahraga diharapkan dapat menarik minat bagi sipebelajar dalam bidang

olahraga, seperti yang terjadi di SD Negeri Sekipi Kecamatan Abung

Tinggi Lampung Utara bahwa pada beberapa cabang olahraga seperti

bulutangkis, sepak bola, dan bola voli, siswa mempunyai semangat lebih

dibandingkan dengan olahraga lain khususnya tenismeja. Kekaguman itu

terjadi karena adanya rasa suka dari siswa yang kemudian memberikan

sumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga

ada sebuah harapan khususnya pada pembelajaran tenis meja agar

mendapat peranan yang sama seperti olahraga bulutangkis, sepakbola dan

bolavoli.

Permainan tenis meja adalah salah satu cabang olahraga yang banyak

digemari masyarakat luas, terutama masyarakat sekolah termasuk

perguruan tinggi. Hal ini bukan hanya disebabkan oleh masuknya cabang

ini dalam kurikulum di sekolah tetapi juga permainan ini sangat menarik

Page 19: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

3

dan dapat dimainkan di dalam ruangan dengan peralatan yang relatif

murah, serta tidak membutuhkan tempat yang luas. Tenis meja dapat

dimainkan dan dinikmati oleh semua anggota keluarga dan memberi gerak

badan serta hiburan kepada pemain-pemain pada semua tingkat usia, dan

termasuk juga mereka yang cacat jasmaninya.

Olahraga tenis meja di Indonesia merupakan bagian dari salah satu cabang

olahraga permainan yang belum dapat mengimbangi prestasi dunia, baik di

tingkat Asia maupun di tingkat Internasional. Oleh karena usaha untuk

meningkatkan hasil belajar atau keterampilan bermain tenismeja adalah

sangat penting baik ditingkat sekolah, club atau perkumpulan-

perkumpulan tenismeja yang lainnya. Salah satu cara meningkatkan hasil

belajar tenismeja dalam permainan tenismeja adalah dengan cara memilih

dan menggunakan metode yang tepat di dalam mengajar tenis meja.

Dalam proses belajar tenis meja merupakan sasaran pokok dalam

penelitian, terutama yang menyangkut masalah perbedaan pembelajaran

pukulan forehand dengan model pembelajaran Jigsaw dan STAD. lni

bukan berarti bahwa kemampuan dalam tenis meja tidak hanya ditentukan

oleh metode belajar saja, tetapi masih banyak faktor lain yang dapat

mempengaruhinya.

Dalam hal ini penulis memilih hasil belajar keterampilan pukulan forehand

dalam tenismeja dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw dan

STAD sebagai pilihan untuk meningkatkan pukulan forehand dalam tenis

Page 20: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

4

meja, karena cara memukul bola yang baik dan benar akan menentukan

pengembangan permainan itu sendiri.

Seorang guru harus mampu menerapkan model pembelajaran gerak yang

relatif sesuai dengan kondisi sipebelajar. Belajar adalah suatu proses

perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut

ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku

seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,

pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.

Hasil temuan awal pada saat penelitian menunjukkan bahwa letak

kesalahan atau kesulitan gerak yang dialami siswa adalah pada tahap

pelaksanaan, terutama gerakan sikap berdiri, posisi kaki, mengambil bola

dititik tertinggi, bola tepat mengenai bagian tengah bad, pukul dengan kuat

dan terarah. Penulis mengidentifikasi penyebab masih rendahnya

kemampuan siswa dalam menguasai pukulan forehand ialah pada

perkenaan bola saat memukul tidak tepat pada permukaan tengah bad,

belum bisa mengarahkan pukulan forehand memantul ke meja lawan,

power pukulan forehand lemah atau terlalu kuat tidak terarah sehingga

keluar meja atau masih menyangkut di net, masih kaku cara pegangan

pukulan forehand dan penyelesaian akhir yang kurang efektif. Metode

belajar yang dipakai monoton atau tidak ada variasi membuat proses

pembelajaran membosankan, hal ini terlihat pada saat penulis melakukan

penelitian.

Page 21: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

5

Berdasarkan uraian-uraian di atas bahwa hasil belajar yang dicapai oleh

siswa tidak terlepas dari peranan guru dalam memilih dan menerapkan

model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa

agar tercapainya keberhasilan pembelajaran. Model pembelajaran yang

dipilih harus dapat memberdayakan siswa agar lebih banyak bergerak

untuk mencoba gerak dasar forehand dan berlatih secara berulang-ulang.

Bertitik tolak dari uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui

bagaimana pemilihan metode tersebut apakah tepat dan terdapat perbedaan

dalam meningkatkan keterampilan gerak dasar siswa pada mata pelajaran

tenismeja khususnya pada pukulan forehand. Sehingga penulis mengambil

judul penelitian”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

dan Student Team Achievement Division (STAD) Terhadap Pukulan

Forehand Dalam Tenismeja Pada Siswa Kelas V SD Negeri Sekipi

Kecamatan Abung Tinggi Lampung Utara”. Untuk mengetahui hal

tersebut, maka perlu dikaji dan diteliti secara lebih mendalam baik secara

teori maupun praktik melalui penelitian eksperimen.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang timbul

dapat di identifikasi sebagai berikut:

1. Kurangnya kemampuan siswa pada tahap pelaksanaan, terutama

gerakan sikap berdiri dan posisi kaki.

Page 22: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

6

2. Siswa rata-rata mengalami kesulitan saat memukul bola tidak tepat

mengenai permukaan tengah bad sehingga belum bisa mengarahkan

pukulan forehand memantul ke meja lawan dan posisi kemiringan bad

yang tidak tepat

3. Siswa rata-rata belum bisa mengontrol power pukulan forehand lemah

atau terlalu kuat tidak terarah sehingga keluar meja atau masih

menyangkut di net.

4. Sebagian siswa masih kaku pada saat memegang bad pukulan forehand

dan penyelesaian akhir yang kurang efektif.

5. Model pembelajaran yang monoton atau tidak ada variasi membuat

proses pembelajaran membosankan

C. Batasan Masalah

Untuk memudahkan penelitian perlu pembatasan yang berdasarkan

tujuan dari penelitian ini, adapun pembatasan masalah tersebut adalah

menggunakan dua model pembelajaran kooperatif yaitu tipe Jigsaw dan

Student Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan

kemampuan pukulan forehand dalam tenis meja. Dengan sampel

penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Sekipi Kecamatan Abung

Tinggi Lampung Utara.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 23: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

7

a. Seberapa besar pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

terhadap kemampuan pukulan forhand tenis meja pada siswa kelas V

SD Negeri Sekipi Kecamatan Abung Tinggi Lampung Utara?

b. Seberapa besar pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD

terhadap kemampuan pukulan forhand tenis meja pada siswa kelas V

SD Negeri Sekipi Kecamatan Abung Tinggi Lampung Utara?

c. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw dan STAD terhadap kemampuan pukulan

forhand tenis meja pada siswa kelas V SD Negeri Sekipi Kecamatan

Abung Tinggi Lampung Utara?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan

yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Tujuan umum

a. Untuk membuktikan adakah perbedaan yang signifikan dari model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD terhadap gerak dasar

kemampuan pukulan forehand tenis meja.

b. Untuk membuktikan adakah pengaruh yang signifikan dari model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD terhadap gerak dasar

kemampuan pukulan forehand tenis meja.

Page 24: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

8

2. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

a) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw terhadap gerak dasar kemampuan pukulan

forehand dalam tenis meja pada siswa kelas V SD Negeri Sekipi

Kecamatan Abung Tinggi Lampung Utara.

b) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran

kooperatif tipe STAD terhadap gerak dasar kemampuan pukulan

forehand dalam tenis meja pada siswa kelas V SD Negeri Sekipi

Kecamatan Abung Tinggi Lampung Utara.

c) Untuk mengetahui perbedaan kedua model pembelajaran kooperatif

antara Jigsaw dengan STAD mana yang lebih baik untuk

meningkatkan pukulan forehand dalam tenis meja pada siswa kelas

V SD Negeri Sekipi Kecamatan Abung Tinggi Lampung Utara.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan membawa manfaat secara langsung

maupun tidak langsung untuk dunia pendidikan. Adapun manfaat dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi sekolah agar

dapat mengembangkan model pembelajaran yang berbeda dan

bervariatif dalam cabang olahraga tenis meja khususnya gerak dasar

kemampuan pukulan forhand.

Page 25: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

9

2. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan guru dalam memilih suatu model pembelajaran

yang kreatif yang dapat menunjang keberhasilan pembelajaran

pendidikan jasmani.

3. Bagi Siswa

Menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan

variatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani melalui variasi model

pembelajaran yang diterapkan.

4. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui bahwa dengan model pembelajaran

kooperatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan gerak dasar

kemampuan pukulan forehand tenis meja pada siswa. Dan menambah

wawasan serta pengalaman bagi peneliti.

Page 26: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pembelajaran

Pembelajara dapat dikatakan sebagai hasil dari memori dan kognisi yang

berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang terjadi ketika seseorang

sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-

hari, karena belajar merupakan proses alamiah setiap orang. Pembelajaran

merupakan konsep yang terkait dengan proses belajar - mengajar. Dalam

bidang pendidikan istilah belajar-mengajar lebih populer dengan istilah

pembelajaran. Di dalam pendidikan jasmani istilah belajar-mengajar

pendidikan jasmani disebut juga proses pembelajaran pendidikan jasmani.

Menurut Trianto (2014: 19) Pembelajaran adalah usaha sadar seorang guru

untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan

sumber belajar lainya) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang

diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan

interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara

keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju

pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.

Page 27: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

11

Menurut Hamalik (2008: 57), mengatakan bahwa pembelajaran adalah

suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,

fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai

tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, manusia terlibat dalam sistem

pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainya, misalnya tenaga

laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan alat tulisnya,

fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan,

terdiri dari ruangan kelas dan lapangan. Prosedur meliputi jadwal dan

metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dan sebagainya.

Proses pembelajaran merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk

mencapai tujuan yang diharapkan yang berkaitan dengan proses

pembelajaran.

Pengertian yang mantap dalam hakikat dan defenisi pembelajaran

merupakan bantuan yang sangat berguna bagi pengajaran pendidikan

jasmani. Proses pembelajaran merupakan suatu usaha yang strategis untuk

mencapai tujuan yang diharapkan. Begitu juga dengan proses belajar

mengajar sendiri merupakan hubungan timbal balik antar peserta didik dan

pendidik, juga antar sesama peserta didik. Sehingga terasa sekali bahwa

proses pembelajaran bukan sekedar penyampaian pesan berupa materi

pembelajaran saja, tetapi menanamkan sikap dan nilai pada diri peserta

didik yang sedang belajar.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

adalah serangkaian kegiatan yang dirancang dan disusun agar terjadi proses

Page 28: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

12

belajar pada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran

mengacu pada segala kegiatan yang dirancang untuk mendukung proses

belajar yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku individu yang

sesuai dengan tujuan pembelajaran.

B. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau

kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran

tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran.

Tujuan tersebut dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang

spesifik. Menarik untuk digaris bawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan

David E. Kapel (dalam Istiqomah,2010) bahwa perumusan tujuan

pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung

implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanya dibuat

secara tertulis (written plan). Upaya merumuskan tujuan pembelajaran

dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa.

Nana S. Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari

tujuan pembelajaran, yaitu: (1) memudahkan dalam mengkomunikasikan

maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat

melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri; (2) memudahkan

guru memilih dan menyusun bahan ajar; (3) membantu memudahkan guru

Page 29: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

13

menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran; (4) memudahkan

guru mengadakan penilaian.

Dalam pendekatan masalah khusus dalam pembelajaran, mendeskripsikan

bahwa pendekatan ini akan menciptakan pembelajaran yang spesifik sesuai

dengan bidangnya. Pendekatan ini lebih mempertimbangkan apa yang

harus dipelajari tentang materi tersebut. Tidak bisa dipungkiri bahwa

identifikasi tujuan pembelajaran melalui pendekatan masalah khusus dalam

pembelajaran, mengandung makna sebagai pengetahuan dan pengertian

berdasarkan informasi yang diterima.

Pendekatan berikutnya yaitu pendekatan penguraian isi pembelajaran.

Pendekatan ini lebih menetapkan berdasarkan fakta-fakta dari masalah

yang di tampilkan, tapi sebuah asumsi menyatakan bahwa frekuensi akan

mempengaruhi masalah seperti siswa yang berada dalam kelas unggul

tetapi tidak belajar dengan tipe yang benar atau tidak sesuai dengan isi

pembelajaran. Pendekatan ini sering terjadi jika “tipe yang benar dan sesuai

dengan isi pembelajaran” sesuai denga isi standar kurikulum dan bagan

kerja, perangkat pembelajaran, pelatihan manual, dan lain sebagainya.

Masalah pada pendekatan ini, harus sesuai dengan standar isi dimana tidak

banyak yang sesuai atau tidak ada jalan keluar yang cukup mampu untuk

organisasi atau kebutuhan sosial.

Tujuan khusus melalui pendekatan tugas akan valid jika melalui

perencanaan yang tepat dan melalui latihan dengan petugas yang ahli dalam

pelatihan tersebut atau jika pendesain pembelajaran dapat melatih

Page 30: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

14

pemahaman dan kecakapan untuk mengkonfirmasi atau mengubah tujuan

pembelajaran setelah menemukan fakta. Pendekatan yang keempat yaitu

pendekatan pada teknologi penampilan, dimana dalam tujuan pembelajaran

disusun dalam menanggapi masalah atau kesempatan dalam sebuah

struktur. Tidak ada pertimbangan atas gagasan sebelumnya dari apa yang

harus dipelajari dari apa yang akan termasuk dalam tujuan pembelajaran

atau dalam kenyataan adanya kebutuhan untuk semua pembelajaran.

Pendesain terlibat dalam analisis pelaksanaan dan proses asesmen

kebutuhan untuk mengidentifikasi masalah dengan tepat, dimana hal

tersebut bukanlah tugas yang mudah.

Kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan salah satu tugas

penting guru dalam memproses pembelajaran siswa. Dalam perspektif

kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Permendiknas RI

No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa salah satu

komponen dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

yaitu adanya tujuan pembelajaran yang di dalamnya menggambarkan

proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik

sesuai dengan kompetensi dasar.

Agar proses pembelajaran dapat terkonsepsikan dengan baik, maka seorang

guru dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan tujuan

pembelajaran secara jelas dan tegas. Dengan harapan dapat memberikan

pemahaman kepada para guru agar dapat merumuskan tujuan pembelajaran

Page 31: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

15

secara tegas dan jelas dari mata pelajaran yang menjadi tanggung

jawabnya.

C. Belajar Motorik

Belajar motorik adalah proses perubahan individu sebagai hasil timbal

balik antara latihan dan kondisi lingkungan. Belajar motorik adalah suatu

perubahan perilaku gerak yang relatif permanen sebagai hasil dari latihan

dan pengalaman. Belajar motorik adalah suatu proses perubahan merespons

yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman

(Schmidt, 1991)

Motorik adalah keseluruhan proses yang terjadi pada tubuh manusia, yang

meliputi proses pengendalian (koordinasi) dan proses pengaturan (kondisi

fisik) yang dipengaruhi oleh faktor fisiologi dan faktor psikis untuk

mendapatkan suatu gerakan yang baik. Motorik berfungsi sebagai motor

penggerak yang terdapat didalam tubuh manusia. Motorik dan gerak

tidaklah sama, namun tetapi berhubungan definisi lain menyebutkan bahwa

yang dimaksud dengan motorik ialah segala sesuatu yang ada hubungannya

dengan gerakan-gerakan tubuh.

Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui

kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord.

Jadi, perkembangan motorik merupakan perkembangan kemampuan

melakukan atau merespon suatu hal, jadi bertambahnya usia bertambah

Page 32: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

16

pula kemampuan motoriknya. Untuk mengembangkan kemampuan

motoriknya, anak melakukan berbagai aktivitas.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar

motorik adalah proses perubahan individu baik berupa perilaku gerak

maupun respon yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan dan

pengalaman.

D. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Olahraga

Pembelajaran pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong

perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan,

penalaran, penghayatan nilai (sikap, mental, emosional, dan sosial).

Pendidikan jasmani dan kesehatan pada dasarnya memiliki arah

pembelajaran yang menekankan pembelajaran gerak dasar yang benar

sehingga gerakan yang dilakukan akan menghasilkan dan meningkatakan

efektifitas kesehatan yang baik serta peningkatan pola gerak terampil

sebagai dasar gerak olahraga.

Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas

jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk

mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik,

neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem

pendidikan nasional. (Depdiknas, 2004:1)

Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk

meningkatkan kebugaran jasmani, pengetahuan, prilaku hidup yang aktif

Page 33: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

17

dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara

terencana, bertahap, dan berkelanjutan agar dapat meningkatkan sikap

positif bagi diri sendiri sebagai pelaku dan menghargai manfaat aktifitas

jasmani bagi peningkatan kualitas hidup sehat seseorang sehingga akan

terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup yang aktif (Depdiknas, 2004 : 2)

Pembelajaran pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong

perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan,

penalaran, penghayatan nilai (sikap, mental, emosional, dan sosial).

Pendidikan jasmani dan kesehatan pada dasarnya memiliki arah

pembelajaran yang menekankan pembelajaran gerak dasar yang benar

sehingga gerakan yang dilakukan akan menghasilkan dan meningkatakan

efektifitas kesehatan yang baik serta peningkatan pola gerak terampil

sebagai dasar gerak olahraga.

E. Permainan Tenis Meja

1. Pengertian Tenis Meja

Yang dimaksud dengan tenis meja adalah suatu permainan yang

menggunakan meja sebagai lapangan yang dibatasi oleh jaring (net)

yang menggunakan bola kecil yang terbuat dari celluloid dan

permainannya menggunakan pemukul atau yang disebut bad

(Depdiknas, 2004 : 6). Negara asal tenis meja yang sebenarnya tidak

diketahui. Olahraga ini dimulai kira-kira di tahun 1890-an sebagai

permainan pendatang. Tenis meja menjadi populer pada tahun 1920-an

dan klub-klub bermunculan di seluruh dunia. Nama aslinya adalah ping

Page 34: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

18

pong, diambil dari nama merk dagang Parker Brother. Kemudian dari

pingpong diubah menjadi tenis meja. Federasi Tenis Meja Internasional

(ITTF) didirikan pada tahun 1926.

Tenis meja adalah cabang olahraga yang sangat mengandalkan

kemampuan skill yang tinggi dan kondisi tubuh yang prima. Faktor

kematangan skill mutlak menentukan dalam permainan tenismeja, hal

ini mengingat bentuk lapangan yang relatif kecil, bola yang kecil,

pemukul yang kecil. Ciri khas permainan tenismeja yang lain adalah

kecepatan. Kecepatan ini tidak hanya pada gerakan-gerakan saja,

melainkan hitungannyapun cepat.

Dalam satu set permainan dibutuhkan 11 angka yang diperoleh pada

setiap bola mati, baik oleh sendiri maupun lawan. Sifat permainan

tenismeja rally point memerlukan kematangan teknik dan mental untuk

mengambil keputusan yang cepat untuk menyerang dan bertahan. Rally

point yaitu suatu sifat permainan yang apabila bola mati langsung

menghasilkan angka. Kecepatan memukul, ketepatan menganalisa

pukulan lawan mutlak menentukan. Pengembalian bola yang tepat,

setiap jenis pukulan mempunyai efek terhadap bola yang berbeda pula.

2. Teknik Memegang Bad (Grip)

Teknik memegang bad merupakan faktor yang sangat penting

dalam permainan tenis meja. Secara garis besar pegangan dapat

dibedakan menjadi dua macam :

Page 35: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

19

a. Shakehand Grip

Gambar 1. Shakehand GripSumber: Larry Hodges (2007: 16).

Shakehands grips merupakan cara memegang bad yang paling

multiguna, paling terkenal, dan paling disarankan. Berikut ini

cara memegang bad dengan shakehand grips:

1) Dengan bidang bad yang tegak lurus dengan lantai,

peganglah bet seakan-akan sedang bersalaman.

2) Bidang bad bersandar pada lekuk antara ibu jari dan jari

telunjuk.

3) Ibu jari bersandar pada sisi forehand dari bad, kuku ibu

jari tegak. lurus dengan permukaan bad.

4) Jari telunjuk bersandar pada sisi backhand dari bad.

5) Tiga jari lain berada di sekeliling pegangan bad.

Page 36: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

20

b. Penhold Grip

Gambar 2. Penholder GripSumber: Larry Hodges (2007: 16).

Penhold Grips merupakan satu sisi bad digunakan untuk

semua pukulan, sisi yang lain mungkin mempunyai

kesempatan untuk memukul bola. Cara memegang bad dengan

Penhold Grips, antara lain:

1) Pegang bad mengarah ke bawah dengan pegangan

mengarah keatas.

2) Pegang bad tepat di mana pegangan menyatu dengan

bidang bad dengan menggunakan ibu jari dan jari

telunjuk. Cara ini sama dengan cara memeganng pena.

3) Pada sisi belakang, ketiga jari lain dapat ditekuk (Penhold

Grips gaya Cina), atau ketiga jari diluruskan ke arah

bawah dan dirapatkan (Penhold Grips gaya Korea)

Page 37: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

21

c. Seemiller Grip

Gambar 3. Seemiller GripSumber : Larry Hodges (2007: 20).

Seemiller grips merupakan versi lain dari shakehand grips,

akan tetapi beberapa pelatih menganggap seemiller grips

memiliki mutu yang paling rendah, karena dengan pegangan

seperti itu atlet tidak dapat melakukan pukulan forehand dan

backhand dengan baik. Seperti halnya penhold grips, cara

seemiller grips juga hanya menggunakan satu sisi bet untuk

memukul bola.

3. Peralatan Tenis Meja

Untuk melakukan olahraga tenis meja ada beberapa alat yang harus

disiapkan, yaitu meja beserta meja, net, bola, dan bad.

Adapun penjelasan tentang peraturan peralatan dalam tenis meja

sebagai berikut:

Page 38: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

22

a. Meja

Gambar 4. Meja Tenis MejaSumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tenis_meja

Meja yang digunakan untuk bermain tenis meja mempunyai

ukuran dan ketentuan tertentu.

Menurut Sutarmin (2007: 5) meja tenis meja mempunyai

ketentuan sebagai berikut : (1) meja dibuat dari kayu dengan cat

warna gelap biasanya hijau tua; (2) permukaan meja harus rata;

(3) berukuran panjang 274 cm dan lebar 152,5 cm; (4) meja

diletakkan di lantai yang permukaannnya rata; Setiap tepi meja

diberi diberi garis putih yang lebarnya 2 cm; (5) bagian tengah

meja diberi garis selebar 2 cm berwarna putih yang membelah

panjang meja, sama luasnya; (6) net atau jaring untuk tenis meja

Page 39: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

23

terdiri atas net dan tiang penyangga atau penjepit, net dipasang

di atas permukaan meja, masing-masing ujungnya diikatkan di

tiang penangga, net dipasang dengan ketinggian 15,25 cm dari

permukaan meja, dan bagian bawah net harus rapat dengan meja

b. Bola

Gambar 5. Bola Tenis MejaSumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tenis_meja

Salah satu peralatan yang penting dalam tenis meja adalah

bola. Menurut (Sutarmin, 2007:6) bola untuk tenis meja

memiliki ketentuan sebagai berikut : (1) dibuat dari bahan

seluloid atau plastik; (2) berwarna putih atau orange; (3)

berbentuk bulat, dengan diameter 40 mm; (4) beratnya 25

gram; (5) ciri bola yang berkualitas adalah tanda bintang pada

bola

c. Bad (Grip)

Page 40: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

24

Gambar 6. Bad Tenis MejaSumber: http://id.wikipedia.org/Tenis_meja

Bad yang digunakan untuk bermain tenis meja mempunyai

ketentuan sebagai berikut (Sutarmin, 2007: 6): (1) bad dibuat

dari kayu alami yang dapat dilapisi dengan bahan perekat

seperti fiber carbon, fiber glass, atau bahan lainnya; (2) sisi

bad yang digunakan memukul bola harus ditutupi karet; (3)

karet boleh berbintik boleh juga tanpa bintik; (4) karet yang

berbintik ke dalam ketebalannya tidak melebihi 4 mm.

4. Pukulan Dasar Dalam Tenis Meja

Sebagai seorang pemain hendaknya dapat mengontrol teknik

permainannya sendiri dan dapat memperbaiki serta

mengembangkannya. Untuk itu perlu adanya pembinaan sejumlah

pukulan-pukulan yang merupakan dasar untuk meningkatkan mutu

permainan yang diinginkan.

Di dalam permainan tenis meja ada dua macam pukulan Sutarmin

(2007: 21):

a. Pukulan Forehand

Pukulan forehand merupakan pukulan yang paling umum

dilakukan dalam tenismeja. Menurut Sutarmin (2007: 21)

pukulan forehand adalah pukulan bola dengan posisi telapak

tangan yang memegang bad/raket menghadap ke depan.

Page 41: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

25

Pukulan forehand dianggap pukulan yang penting karena tiga

alasan, yaitu (Larry Hodges, 2007: 33): (1) pukulan forehand

untuk menyerang dengan sisi forehand; (2) pukulan forehand

bisa menjadi pukulan utama untuk melakukan serangan; (3)

pukulan forehand merupakan pukulan yang paling sering

digunakan untuk melakukan smash.

Berikut sikap gerakan pukulan forehand, dengan mengambil

sikap dasar agak condong ke arah meja, dengan pengertian

bahwa kaki kiri berada di depan:

1) Sikap persiapan awal gerakan lengan

Gambar 7. Tahap Sikap Persiapan awal GerakanSumber: Larry Hodges (2007: 35)

Lengan atas membentuk sudut kecil dengan tubuh, tetapi

tidak rapat pada tubuh dan jangan terlalu horizontal.

Lengan bawah membentuk sudut sekitar 90º dengan siku

Page 42: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

26

ditekan ke depan. Selama melakukan pukulan bola posisi

bad/raket terbuka.

2) Gerakan memukul

Gambar 8. Sikap gerakan memukul dalam pukulan forehandSumber: Larry Hodges (2007: 36)

Gerakan memukul dilakukan dari belakang ke depan, dari

kanan ke kiri dan dari atas kebawah merupakan bagian

yang bergerak paling kuat. Hal ini harus diperhatikan

karena lengan atas turun bergerak kedepan dengan

sendirinya. Perkenaan bad dengan bola sebaiknya pada saat

mencapai titik tertinggi yaitu pada waktu pantulan bola

mencapai titik tertinggi barulah pukulan dilakukan. Tetapi

pantulan bola terlalu tinggi maka pukulan baru dilakukan

setelah bola melewati titik tertinggi.

3) Sikap akhir

Page 43: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

27

Setelah bat/raket mengenai bola, gerakan lengan diteruskan

secara relaks sehingga bad/raket berada di depan kembali.

Gambar 9. Tahap Sikap Gerakan Akhir Pukulan ForehandSumber: Larry Hodge (2007: 37)

b. Pukulan Backhand

Pukulan backhand melengkapi forehand dalam menutupi bola

yang datang. Menurut Sutarmin (2007: 21) pukulan backhand

adalah pukulan bola dengan posisi tangan menghadap ke

belakang, atau posisi punggung tangan yang memegang

raket/bad menghadap ke depan.

Berikut sikap gerakan pukulan backhand, yang digunakan

untuk melakukan pukulan dengan dorongan backhand sikap

tubuh dan kedua kaki berdiri sejajar dengan meja, tungkai

kanan berada di depan.

1) Sikap persiapan awal gerakan

Page 44: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

28

Lengan atas tidak terlalu lurus kebawah juga tidak mengarah

horizontal kedepan tetapi menyerong. Lengan bawah

membentuk sudut kecil denganlengan atas, posisi bad/raket

terbuka selama melakukan pukulan.

Gambar 10. Sikap persiapan awal dalam Pukulan BackhandSumber: Larry Hodges (2007: 38)

2) Gerakan pukulan

Gerakan memukul dilakukan dari belakang ke depan dari

kiri ke kanan dan atas ke bawah dengan lengan

direntangkan. Untuk melakukan gerakan pukulan ini

perhatian dipusatkan terutama pada lengan bawah.

Perkenaan bad dengan bola, ini tergantung pada kecepatan

permainan yang dilakukan, bola yang datangnya pelan

dipukul ketika mencapai titik tertinggi, tetapi apabila

datangnya bola cepat dipukul sebelum mencapai titik

tertinggi

Page 45: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

29

Gambar 11. Sikap gerakan pukulan BackhandSumber: Larry Hodges (2007: 39)

3) Sikap akhir gerakan lengan

Setelah bad/raket mengenai bola, gerakan diteruskan secara

relaks sehingga bad/raket berada di depan badan.

Gambar 12. Sikap akhir gerakan pukulan BackhandSumber: Larry Hodges (2007: 39)

F. Model Pembelajaran

Page 46: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

30

Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam

pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

belajar siswa. Model pembelajaran yang sesuai akan sangat membantu

dalam pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran akan lebih mudah

terwujud. Soekamto, dkk. (Trianto, 2009: 22) mengemukakan bahwa

model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai

pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam

merencanakan aktivitas pembelajaran.

Senada dengan yang diutarakan oleh Komalasari (2010: 57) bahwa

model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar

dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan

kata lain, model pembelajaran adalah wadah atau bungkus dari

penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Berdasarkan dari beberapa uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan

bahwa model pembelajaran adalah kerangka sistematis mengenai tata

cara guru dalam mengatur jalannya pembelajaran demi terwujudnya

tujuan pembelajaran.

G. Pembelajaran Kooperatif (Cooverative Learning)

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

berdasarkan faham konstruktivis. yaitu suatu pendekatan di mana

Page 47: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

31

siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan

informasi yang kompleks, memerikasa informasi dengan aturan yang

ada dan merevisinya bila perlu. Pembelajaran kooperatif (cooperative

learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar

dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur

kelompok yang bersifat heterogen.

Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok.

Oleh karena itu, banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang

aneh dalam cooperative learning karena mereka bernggapan telah biasa

melakukan pembelajaran kooperatif dalam bentuk belajar kelompok.

Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan

cooperative learning, seperti dijelaskan Abdulhak dalam Rusman

(2014:203) bahwa “pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui

sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan

pemahaman bersama di antara peserta belajar.

Menurut Sanjaya (2014:203) “Pembelajaran kooperatif merupakan

kegiatan belajar siswa yang dilakukakan dengan cara berkelompok.

Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang

dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telak dirumuskan.

Dalam model pembelajaran cooperative ini, guru lebih berperan sebagai

fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah

Page 48: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

32

pemahamanya yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru

tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus

membangun pengetahuan dalam pikiranya. Siswa mempuyai

kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam penerapan

ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk

menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran yang memerlukan kerja sama antara

siswa, saling kebergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan,

dan penghargaan. Keberhasilan pembelajaran bergantung dari individu

dalam kelompok.

H. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan

pertama kali oleh Eliot Aronson tahun (1975), dan kemudian di

adaptasi oleh Robert E Slavin dan teman-teman di Universitas John

Hopkins.

Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji dan ada juga yang

menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun

potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini

mengambil cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa

melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan

siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Page 49: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

33

Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang

besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru

membagi siswa kedalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri 4-5

orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap

penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan

sebaik-baiknya. Siswa yang bertanggung jawab terhadap subtopik

yang sama membentuk kelompok lagi yang disebut kelmpok ahli

(exspert group) yang terdiri atas empat atau lima orang. Guru juga

memberikan banyak kesempatan pada siswa untuk mengolah informasi

dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Model pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah sebuah model belajar

yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk

kelompok kecil. Seperti diungkapkan oleh Lie dalam Rusman

(2014:218), bahwa “pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini

merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam

kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara

heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan

bertanggung jawab secara mandiri. Sedangkan menurut Rusman

(2014:218) Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif

yang paling fleksibel. Jigsaw merupakan teknik kooperatif yang

menggabungkan materi dari siswa lain sehingga membentuk kumpulan

pengetahuan atau keterampilan yang padu.

Page 50: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

34

Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi model

Collaborative Learning yaitu proses belajar kelompok dimana setiap

anggota menyumbangkan informai, pengalaman, ide, sikap, pendapat,

kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara

bersamasama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw:

1. Siswa dibagi atas beberapa kelompokan secara heterogen, tiap

kelompok anggotanya terdiri 4–5 orang

2. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi

sebelumnya untuk di pelajari dan setiap anggota kelompok

bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari materi

tersebut

3. Masing – masing anggota dari beberapa kelompok secara acak

ditugaskan untuk menjadi ahli (exspert) pada suatu aspek dari

materi tertentu.

4. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok ahli kembali

ke kelompok semula untuk mengajar anggota lain mengenai materi

yang telah dipelajari dalam kelompok ahli.

5. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam kelompok asal para

siswa dievaluasi dan diberikan tes secara invidual mengenai semua

materi yang telah dipelajari.

6. Pemberian skor atau nilai oleh guru.

Page 51: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

35

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

Gambar 13. Skema Model Pembelajaran Tipe JigsawSumber : Trianto Ibnu Badar (2014:123)

Pada pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Jigsaw pada awalnya

akan terjadi proses yang kurang lancar. Hal ini terjadi karena beberapa

masalah yang muncul selama kegiatan belajar mengajar, antara lain:

(1) Peserta didik yang pandai akan mendominasi pembicaraan,

sebaliknya peserta didik yang kurang pandai akan kesulitan

memberikan presentasi; (2) Peserta didik yang pandai akan merasa

bosan dengan anggota kelompok yang lambat. Untuk mengatasi

masalah tersebut adalah dengan jalan keluarnya diantaranya: (1) Agar

kelompok hendaknya terdiri dari peserta didik yang berkemampuan

akademiknya beragam yaitu dari tingkat akademik tinggi sampai

rendah; (2) Tidak menganut keanggotaan permanen, artinya peserta

didik dapat bergantian kelompok dalam kurun waktu tertentu.

Page 52: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

36

I. Pembelajaran Kooperatif Tipe (STAD)

Model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement

Division (STAD) pertama kali dikembangkan oleh Robert Slavin dan

teman temannya di Universitas John Hopkins, dan merupakan

pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan paling

mudah diterapkan oleh guru yang baru menggunakan model

pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (2007:213) menyatakan bahwa

pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5

orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis

kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa

bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah

menguasi pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa diberikan tes

tentang materi tersebut, pada saat tes mereka tidak dibolehkan saling

membantu.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model

pembelajaran kooperatif di mana siswa belajar berdiskusi guna

memahami konsep-konsep menemukan hasil yang benar. Semua

anggota dibagi tanggung jawab, semua siswa secara individu diberi tes

yang akan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh kelompok, sehingga

untuk memperoleh suatu penghargaan, hasil belajar tiap kelompok

tersebut di bandingkan. Dalam STAD, para siswa dibagi dalam

kelompok belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda

tingkat kemampuannya, jenis kelamin, dan latar belakang etnik. Guru

Page 53: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

37

menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam kelompok mereka

untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai

pelajaran.

Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara

sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk

saling membantu. Skor kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata

pencapaian mereka sebelumnya, kepada masing-masing tim akan

diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa

dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin ini kemudian

dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang memenuhi

kreteria tertentu akan mendapatkan penghargaan. Seluruh rangkaian

kegiatan, termasuk presentasi yang disampaikan guru, praktik tim, dan

kuis biasanya memerlukan waktu 3-5 periode kelas. Tiap siswa harus

tau materinya tidak boleh saling bantu dalam mengerjakan kuis, tiap

siswa harus tau materinya, tanggung jawab individual seperti

memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu sama

lain, karena satu-satunya cara bagi tim untuk berhasil adalah dengan

membuat semua anggota tim menguasai informasi atau kemampuan

yang diajarkan. Karena skor tim didasarkan atas kemajuan yang dibuat

anggotanya dibandingkan hasil yang dicapai sebelumnya (kesempatan

yang sukses bersama), semua siswa mempunyai kesempatan untuk

menjadi “bintang” tim dalam minggu tersebut, baik dengan

memperoleh skor yang lebih tinggi dari rekor mereka sebelumnya

maupun dengan membuat jawaban kuis yang sempurna, yang selalu

Page 54: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

38

akan memberikan skor maksimum tanpa menghiraukan rata-rata skor

terakhir siswa.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD:

1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 atau 5 orang secara

heterogen (menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)

2. Guru menyajikan pelajaran

3. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh

anggota – anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti

dapat menjelaskan pada anggota lainya sampai semua anggota

dalam kelompok mengerti.

4. Guru memberikan tes atau pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada

saat tes mereka tidak dibolehkan saling membantu

5. Lalu memberikan penghargaan kelompok.

Berdasarkan pendapat di atas, yang dimaksud dengan Student Team

Achievement Division (STAD) dalam penelitian ini adalah guru

membagai siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari

empat sampai enam orang dan terdiri dari laki-laki dan perempuan

yang berasal dari siswa memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan

rendah dengan langkah-langkah: Presentasi kelas, Belajar dalam tim,

Kuis, Skor kemajuan individu, dan Penghargaan kelompok.

J. Grand Theory

Adapun teori dasar atau hasil penelitian yang menyatakan peneliatian

model pembelajaran kooperatif berpengaruh signifikan terhadap

Page 55: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

39

pembelajaran penjaskes antara lain. Hasil penenlitian yang dilakukan

oleh Ana Naimatul Jannah (2014) yang berjudul Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Forehand dan

Backhand Tenis Meja Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3

Pamekasan. Didapat hasil analisis data yaitu nilai thitung (11,424) >

ttabel (1,684) untuk forehand dan nilai thitung (14,113) > ttabel (1,684).

karena nilai thitung > nilai ttabel, maka dapat dikatakan bahwa H0 ditolak

dan Ha diterima. Dengan kata lain terdapat pengaruh yang signifikan

pemberian model pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar

forehand dan backhand tenis meja pada siswa kelas VII E SMPN 3

Pamekasan

Penelitian yang dilakukan oleh Ragil Sanjaya (2016) yang berjudul

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievment

Division (STAD) Dan Tipe Jigsaw Terhadap Gerak Dasar Lompat Jauh

Gaya Jongkok Siswa Kelas VII Smp Negeri 8 Bandar Lampung. Dari hasil

penelitain yang telah dilakukan menyatakan ada pengaruh yang signifikan

antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw terhadap

gerak dasar lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMP Negeri 8 Bandar

Lampung.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Bijak Adhi Suroyo (2014) yang

berjudul ‘‘Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Student Team Achievment Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar

Shooting Sepak Bola’’ diperoleh hasil perhitungan statistik dapat

Page 56: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

40

disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap hasil

belajar shooting sepakbola yang dibuktikan dari nilai thitung (4,488) > ttabel(2,042) dengan taraf signifikan 0,05. Sedangkan besar pengaruhnya

diketahui sebesar 30,13%.

Berdasarkan dari tiga hasil penelitian diatas menyatakan pembelajaran

model kooperatif mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

pembelajaran pendidikan jasmani kesehatan dan olahraga.

K. Penelitian Relevan

Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti telah menelusuri beberapa

hasil penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian

yang peneliti lakukan ini. Dari beberapa contoh judul penelitian

terdahulu memang memiliki keterkaitan dari segi masalah yaitu

mencari tau tentang hubungan dan pengaruh akan tetapi objek dan

sasarannya yang berbeda. Adapun penelitian yang relevan dengan

penlitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ana Naimatul Jannah (2014) yang

berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil

Belajar Forehand dan Backhand Tenis Meja Pada Siswa Kelas VII

SMP Negeri 3 Pamekasan. Jenis penelitian yang digunakan adalah

kuantitatif. Dan desain penelitian yang digunakan adalah desain

penelitian eksperimen One Group Pretest-Posttest Design. Metode

Page 57: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

41

pengumpulan data penelitian ini adalah membuat format penilaian

dan melakukan eksperimen pada kelas yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan,

(1) ada pengaruh yang signifikan pembelajaran kooperatif terhadap

hasil belajar pukulan forehand tenis meja, dengan perbedaan rata-

rata antara pretest dan posttest sebesar 22,22 dan rata-rata hasil

posttest sebesar 90. (2) ada pengaruh yang signifikan pembelajaran

kooperatif terhadap pukulan backhand tenis meja dengan

perbedaan rata-rata pretest sebesar 33,389 dan rata-rata hasil

posttest sebesar 70,694. (3) dan terdapat perbedaan yang signifikan

pemberian model pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar

pukulan forehand dan backhand tenis meja.

Skripsi : Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ragil Sanjaya (2016) yang berjudul

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team

Achievment Division (STAD) Dan Tipe Jigsaw Terhadap Gerak

Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa Kelas VII Smp Negeri 8

Bandar Lampung. Tujuan penelitian adalah untuk mengatahui

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team

Achievment Division (STAD) Dan Tipe Jigsaw Terhadap Gerak

Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa Kelas VII Smp Negeri 8

Bandar Lampung. Metode yang digunakan adalah metode

eksperimen dengan desain penelitian pre test, ordinal pairing,

treatment dan post test. Populasi penelitian berjumlah 258 siswa,

Page 58: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

42

dan sampel sebanyak 60 siswa. Teknik pengambilan data

menggunakan tes instrument gerak dasar. Teknik analisis data

menggunakan Uji t, dengan persyaratan analisis Uji Normalitas,

Uji Homogenitas, dan Uji Hipotesis. Hasil analisis data

menunjukan bahwa model pembelajaran STAD dapat diperoleh

nilai rata-rata 28,65, sedangkan setelah diberi pembelajaran nilai

rata-ratanya adalah 29,60. Hal ini terjadi peningkatan nilai sebesar

0,95. Model pembelajaran Jigsaw diperoleh nilai rata-rata 37,40,

dan setelah diberi pembelajaran nilai rata-ratanya adalah 37,85.

Hal ini terjadi peningkatan nilai sebesar 0,45. Berdasarkan analasis

dan pembahasan dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan

bahwa (1) Ada pengaruh yang signifikan antara model

pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap gerak dasar lompat

jauh gaya jongkok pada siswa SMP Negeri 8 Bandar Lampung. (2)

Ada pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw terhadap gerak dasar lompat jauh gaya

jongkok pada siswa SMP Negeri 8 Bandar Lampung. (3) Model

pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dalam

meningkatkan keterampilan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok

pada siswa SMP Negeri 8 Bandar Lampung.

Skripsi : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Prodi Penjaskesrek,

Universitas Lampung.

Page 59: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

43

L. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan

antara variabel yang akan diteliti, jadi secara teoritis perlu dijelaskan

hubungan antara variabel independen dan dependen.

Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2012 : 60) mengemukakan

bahwa “Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang

bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah

diidentifikasi sebagai hal yang penting jadi dengan demikian maka

kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi

pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang

paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran atau suatu

bentuk proses dari keseluruhan dari penelitian yang akan dilakukan.

Menurut Riduwan (2004 : 25) kerangka berfikir adalah dasar

pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi

dan telaah penelitian. Kerangka pikir memuat teori, dalil atau konsep-

konsep yang akan dijadikandasar dalam penelitian.

Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya

dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa

tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Kerangka pikir

penelitian merupakan urut-urutan logis dari pemikiran peneliti untuk

memecahkan suatu masalah penelitian, yang dituangkan dalam bentuk

bagan dengan penjelasannya.

Page 60: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

44

Dari uraian diatas, dapat diduga bahwa dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dapat meningkatkan gerak dasar kemampuan pukulan forehand dalam

tenis meja.

M. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih

praduga karena masih harus diverifikasi. Menurut Erwan A. Purwanto

dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2007:137), hipotesis adalah pernyataan

atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian

yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga

harus diuji secara empiris.

Dari penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis

adalah kesimpulan awal dari sebuah penelitian, yang belum teruji

kebenarannya (perkiraan), dan untuk membuktikan kebenarannya

maka dilakukanlah penelitian.

KEMAMPUAN PUKULANFOREHAND TENIS MEJA

MODEL PEMBELAJARANTIPE JIGSAW

MODEL PEMBELAJARANTIPE STAD

MODEL PEMBELAJARANKOOPERATIF

Page 61: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

45

Berdasarkan pendapat menurut para ahli di atas maka hipotesis

dirumuskan sebagai berikut :

H1 : Ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw terhadap kemampuan pukulan forehand tenis meja

siswa kelas V SD Negeri Sekipi Kecamatan Abung Tinggi

Lampung Utara.

H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw terhadap kemampuan pukulan forehand

tenis meja siswa kelas V SD Negeri Sekipi Kecamatan Abung

Tinggi Lampung Utara.

H2 : Ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD terhadap kemampuan pukulan forehand tenis meja

siswa kelas V SD Negeri Sekipi Kecamatan Abung Tinggi

Lampung Utara.

H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD terhadap kemampuan pukulan forehand

tenis meja siswa kelas V SD Negeri Sekipi Kecamatan Abung

Tinggi Lampung Utara.

H3 : Ada pengaruh yang lebih signifikan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw dan STAD terhadap kemampuan pukulan

forehand tenis meja siswa kelas V SD Negeri Sekipi Kecamatan

Abung Tinggi Lampung Utara.

Page 62: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

46

H0 : Tidak ada pengaruh yang lebih signifikan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw dan STAD terhadap kemampuan pukulan

forehand tenis meja siswa kelas V SD Negeri Sekipi Kecamatan

Abung Tinggi Lampung Utara.

Page 63: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

D]alam suatu penelitian pasti mutlak diperlukan metode yang akan

digunakan. Karena dengan menggunakan metode, maka terdapat cara untuk

menyelesaikan sebuah penelitian. Menurut Sugiyono (2009:3) “Metode

penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu.” Artinya melalui penggunaan metode serta

pemilihan sebuah metode yang tepat maka akan membantu jalannya sebuah

penelitian.

Beranjak dari sebuah permasalahan, rumusan masalah dan tujuan

penelitian, maka metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2009:107) “Metode penelitian

eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari

pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendalikan.” Sedangkan menurut Arikunto (2006:3) mengatakan

bahwa.“Metode eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan

sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti

dengan mengeliminisasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor - faktor

lain yang mengganggu.”

Page 64: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

48

Metode eksperimen dibedakan menjadi dua, yaitu eksperimen murni (true

experiment) dan eksperimen semu (quasi experiment). Penelitian ini

tergolong penelitian eksperimen dengan pendekatan komparatif.

Komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Menguji

hipotesis komparatif berarti menguji parameter populasi yang berbentuk

perbandingan (Sugiyono, 2005:115). Pendapat lain, Mohammad Nasir

(2003 :68) mengatakan bahwa “ penelitian komparatif adalah sejenis

penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang

sebab akibat, dengan menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya atau

munculnya suatu fenomena tertentu”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode komparatif adalah penelitian yang

bertujuan untuk membandingkan dua variabel atau lebih tanpa ada nya

kelompok kontrol untuk mendapatkan jawaban atau fakta apakah ada

perbandingan atau tidak dari objek yang sedang diteliti.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau

objek yang mempunyai sifat-sifat umum. Menurut Suharsimi Arikunto

(2006:130), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan

menurut Sudjana (2005:6) populasi adalah semua hasil menghitung atau

pengukuran kuantitatif, kualitatif, mengenai karakteristik tertentu dari

semua anggota kumpulan lengkap dan jelas yang dipelajari sifat-

sifatnya.

Page 65: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

49

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa populasi

adalah semua objek yang akan diteliti yang bersifat lengkap dan jelas.

Populasi dalam penelitin ini ialah siswa kelas V SD Negeri Sekipi

Kecamatan Abung Tinggi Lampung Utara, total berjumlah sebanyak 40

siswa. Terdiri dari siswa putra sebanyak 23 siswa dan siswa putri

sebanyak 17 siswa.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2012:118) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” akan tetapi dalam

penelitian ini semua populasi dijadikan sampel. Arikunto (2010:90)

apabila seseorang meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah

penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi sampel.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

sampling total yaitu pengambilan sampel dengan mengambil seluruh

populasi penelitian yaitu seluruh siswa kelas V SD Negeri Sekipi

Kecamatan Abung Tinggi Kabupaten Lampung Utara sebanyak 40

siswa.

C. Variabel dan Data Penelitian

1. Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:161) “variabel adalah obyek

penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian atau penelitian”.

Page 66: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

50

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2

yaitu variabel bebas dan variabel terikat:

a. Variabel bebas adalah variabel yang nilai-nilainya tidak terkandung

pada variabel lainnya yang berguna untuk meramalkan dan

menerangkan nilai variabel yang disimbolkan dengan (X) adapun

variabel bebas dalam penelitian ini adalah:

1) Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. (X1)

2) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD. (X2)

b. Variabel terikat adalah variabel yang nilai-nilainya bergantung pada

variabel lainnya dan merupakan variabel yang diterangkan nilainya

dilambangkan dengan (Y) adapun variabel terikat dalam penelitian

ini adalah pukulan forehand tenis meja (Y)

X1

Y

X2

Gambar 14. Variabel penelitian

Keterangan:

X1 : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

X2 : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Y : Pukulan Forehand Tenis meja

Page 67: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

51

2. Data Penelitian

Dalam menyelidiki sesuatu masalah selalu diperlukan data. Data dapat

diartikan sebagai keterangan yang diperlukan untuk memecahkan suatu

masalah Surisman (2010:2). Sedangkan menurut Riduwan (2010:5)

Data merupakan suatu bahan yang masih mentah yang membutuhkan

pengolahan lebih lanjut sehingga menghasilkan informasi atau

keterangan, baik kuantitatif maupun kualitatif yang menunjukkan suatu

fakta.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa data adalah

semua hasil pengukuran atau observasi yang sudah dicatat lalu diolah

untuk mendapatkan informasi guna suatu keperluan tertentu.

Dalam hal ini data dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Data primer

Adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu

organisasi serta diperoleh langsung dari obyeknya. Adapun teknik

pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu:

1) Observasi

Menurut Sugiyono (2012:145) observasi merupakan suatu

proses kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai

proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting

adalah proses - proses pengamatan dan ingatan. Observasi

memiliki ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik

yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara

dan kuesioner identik dengan melakukan komunikasi dengan

Page 68: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

52

orang lain, maka observasi tidak terbatas pada orang tetapi juga

pada objek - objek alam yang lain.

b. Data sekunder

Adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, sudah

dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya data itu dicatat

dalam bentuk publikasi-publikasi.

3. Rancangan penelitian

Rancangan penelitian adalah gambaran dari seluruh pemikiran dan

kegiatan yang dilakukan dalam penelitian. Adapun bentuk desain dalam

penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 15. Rancangan Penelitian

Keterangan:

Pi : Populasi

Si : Sampel

Pretest : Tes awal

OP : Ordinal Pairing

K1 : Kelompok eksperimen 1

K2 : Kelompok eksperimen 2

X1 : Treatment model pembelajaran kooperatif Jigsaw

OPPretestPi

K1

K2

X1

X2 Posttest

Posttest

Si

Page 69: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

53

X2 : Treatment model pembelajaran kooperatif STAD

Posttest : Tes akhir

Adapun pembagian kelompok dalam penelitian ini dengan cara ordinal

pairing sebagai berikut :

Kelompok A Kelompok B

1 2 Keterangan:

4 3 A (Jigsaw) : 1 4 5 8 9

5 6 B (STAD) : 2 3 6 7 10

8 7

9 10 dst.

Dalam pelaksanaan penelitian menggunakan perlakuan atau treatment

yang berbeda antara dua kelompok yaitu kelompok eksperimen 1 dan

kelompok eksperimen 2. Dalam penelitian ini pengelompokan

kelompok dilakukan dengan berdasarkan data tes awal (pre test) yang

ditentukan menggunakan ordinal pairing.

Setelah ditentukan kelompok kemudian kedua kelompok diundi untuk

mendapatkan bentuk model pembelajaran. Didapat Kelompok

eksperimen I diberi perlakuan model pembelajaran Jigsaw dan

kelompok eksperimen II diberi perlakuan model pembelajaran STAD.

Perlakuan atau treatment diberikan selama 16 kali pertemuan yaitu

termasuk tes awal (pre-test) dan dilakukan tes akhir (post-test) untuk

mengetahui perbedaan pengaruh model pembelajaran jigsaw dan model

Page 70: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

54

pembelajaran STAD terhadap hasil kemampuan pukulan forehand pada

tenis meja . Setelah kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen I dan

kelompok eksperimen II diberi perlakuan yang telah direncanakan

sebelumnya,kemudian data tes akhir (post test) tersebut dibandingkan

dengan menggunakan statistik rumus analisis normalitas, homogenitas,

dan uji-t.

D. Definisi Oprasional Variabel Penelitian

Agar dalam penelitian ini tidak terjadi kesalahpahaman dan dapat

dimengerti oleh semua pihak maka dalam penelitian ini ada beberapa

definisi operasional yang perlu diketahui. Menurut Sugiyono (2010: 4)

bahwa variabel independen sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel

bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat), sedangkan

variabel dependen sering disebut variabel output, kriteria, konsekuen.

Dalam bahasa Indonesia disebut variabel terikat. Variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena

adanya variabel bebas.

Dalam penelitian ini terdapat variabel utama bebas sebagai prediktor.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw (X1) dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (X2) dan

variabel terikat adalah kemampuan pukulan forehand tenis meja (Y).

Definisi operasionalnya yaitu:

Page 71: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

55

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi

komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa

kedalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri 4-5 orang siswa

sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap

komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.

Siswa yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama

membentuk kelompok lagi yang disebut kelmpok ahli (exspert group)

yang terdiri atas empat atau lima orang. Guru juga memberikan banyak

kesempatan pada siswa untuk mengolah informasi dan meningkatkan

keterampilan berkomunikasi.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

salah satu model pembelajaran kooperatif di mana siswa belajar

berdiskusi guna memahami konsep-konsep menemukan hasil yang

benar. Semua anggota dibagi tanggung jawab, semua siswa secara

individu diberi tes yang akan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh

kelompok, sehingga untuk memperoleh suatu penghargaan, hasil

belajar tiap kelompok tersebut di bandingkan. Dalam STAD, para siswa

dibagi dalam kelompok belajar yang terdiri atas empat orang yang

berbeda-beda tingkat kemampuannya, jenis kelamin, dan latar belakang

etnik. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam

kelompok mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah

menguasai pelajaran.

Page 72: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

56

3. Pukulan Forehand

Pukulan forehand merupakan pukulan yang paling umum dilakukan

dalam tenismeja. Menurut Sutarmin (2007: 21) pukulan forehand

adalah pukulan bola dengan posisi telapak tangan yang memegang

bad/raket menghadap ke depan.

E. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini di laksanakan di SD Negeri Sekipi Kecamatan

Abung Tinggi Kabupaten Lampung Utara.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 April sampai dengan tanggal

13 Mei 2017

F. Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah kerja dalam penelitian ini yang digunakan adalah

Pre-test and Post-test Group. Pelaksanaan penelitian meliputi :

1. Tes Awal atau Pre-test

Tes awal bertujuan untuk memperoleh data awal tingkat kemampuan

pukulan forehand sampel sebelum diberi treatmen atau perlakuan. Tes

yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu melakukan Backboard Test.

Dalam tes kemampuan forehand ini yang dicatat adalah hasil yang

diperoleh dengan memantulkan bola ke meja tenis meja yang dibuat

Page 73: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

57

berdiri sebagian dengan arah sasarannya adalah meja yang berdiri,

selama 30 detik dengan menggunakan stopwatch.

2. Treatment atau Perlakuan

Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok pertama diberi

treatment model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan kelompok

kedua diberi treatment model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Pembagian kelompok dilakukan sesuai dari hasil data tes awal (tinggi

ke rendah), kemudian dimasukan dalam rumus ordinal pairing.

Pemberian treatment ini diberikan selama 16 kali pertemuan dimulai

dari tanggal 1 April – 13 Mei 2017 yaitu termasuk tes awal (pre-test)

dan dilakukan tes akhir (post-test). Untuk kelompok pertama Jigsaw

jadwal pemberian treatment dimulai dari tanggal 3 April hari Senin,

tanggal 5 hari Rabu, tanggal 7 hari Jum’at dan seterusnya. Sedangkan

untuk kelompok kedua STAD pemberian treatment dimulai dari tanggal

4 April hari Selasa, tanggal 6 April hari Kamis, tanggal 8 hari Sabtu

dan seterusnya.

3. Tes akhir (Post-test)

Tes akhir dilakukan setelah sampel melakukan treatment atau perlakuan

program latihan selama 16 kali pertemuan. Tes akhir ini dilakukan

seperti tes awal. Tujuan dari tes akhir ini untuk mengetahui hasil tingkat

kemampuan pukulan forehand setelah diberi treatment.

Page 74: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

58

G. Instrument Penelitian

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, sehingga mudah diolah (Arikunto, 2010 : 136).

Alat ukur yang digunakan dalam instrumen ini adalah Backboard Test

Tujuan test ini adalah untuk mengukur kemampuan pukulan forehand

sebelum dan setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw dan tipe STAD selama 30 detik, yang bersumber dari bersumber

dari Moth and Lockkhart dalam Heri Prawaka (2012: 29-30).

Dalam tes kemampuan forehand ini yang dicatat adalah hasil yang

diperoleh dengan memantulkan bola ke meja tenis meja yang dibuat berdiri

sebagian dengan arah sasarannya adalah meja yang berdiri, selama 30 detik

dengan menggunakan stopwatch. Pelaksanaan instumen kemampuan

forehand tenis meja sebagai berikut: instumen kemampuan forehand

merupakan tes yang terdiri dari satu item yang mencakup subjek

melakukan pemanasan dan latihan, subjek melakukan rally forehand

selama 30 detik. Setelah istirahat 10 detik, melakukan lagi rally 30 detik.

Bola pertama dimulai dari testee.

Adapun persiapan perlengkapan dan prosedur pelaksanaan tes sebagai

berikut:

Page 75: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

59

Gambar 16. Backboard TestSumber : https://prjasetia.wordpress.com

1. Alat-alat dan perlengkapan

a) Stopwatch

b) Bola tenis meja

c) Bad

d) Lapangan tenis meja

e) Keranjang kecil tempat menaruh bola

f) Blangko dan alat tulis untuk mencatat hasil tes

2. Petugas

a) Seorang pengambil waktu memegang stopwatch yang memberikan

aba-aba „ya‟ dan „stop’

b) Seorang penghitung bola yang masuk sasaran dengan pantulan yang

sah selama tiga puluh detik dan sekaligus mencatat hasilnya.

Page 76: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

60

3. Prosedur Pelaksanaan Tes

a) Peserta tes berdiri menghadap bagian meja dengan sebuah bad dan

sebuah bola di tangan.

b) Pada aba-aba “ya” peserta melakukan pukulan forehand pada bola

dengan cara memantulkan ke bagian meja horisontal kemudian

dipantulkan ke dinding vertikal dan bergerak kembali ke meja

horizontal. Gerakan ini dilakukan sebanyak banyaknya selama 30

detik.

c) Apabila peserta tes tidak dapat menguasai bola, maka ia dapat

mengambil bola yang tersedia dalam kotak dan melanjutkan

gerakan semula sebanyak-banyaknya dalam sisa waktu yang

tersedia.

d) Pantulan dinyatakan tidak sah apabilah bola di voli peserta tes

menekan meja dengan tangannya yang bebas pada saat memukul

bola, bola mengenai bagian meja bawah garis batas, melakukan

pukulan servis pada saat menilai tes, memukul bola setelah bola

memantul lebih dari satu kali pada bagian meja horisontal.

e) Penguji berdiri di samping meja, menghitung dan mencatat jumlah

pantulan yang sah selama 30 detik.

f) Setiap anak coba di beri kesempatan melakukan tes sebanyak 3 kali,

dengan waktu istirahat antara setiap kesempatan lamanya adalah 15

detik.

g) Pada aba-aba stop diberikan tetapi bola terlanjur dipukul maka

pantulan di anggap sah dan ikut dihitung sebagai skor peserta tes.

Page 77: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

61

4. Pemberian Skor

Bola pertama dari testee tidak dicatat. Dari 2 kali kesempatan tes yang

dilakukan, jumlah skor yang tertinggi dari rally selama 30 detik adalah

yang dipakai.

H. Teknik Analisis Data

Data yang dianalisis adalah data dari hasil tes awal dan akhir. Menghitung

hasil tes awal dan akhir model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan

STAD untuk meningkatkan kemampuan pukulan forehand menggunakan

teknik analisis data uji t. Adapun syarat dalam menggunakan uji t adalah ;

1. Uji normalitas

Uji normalitas adalah uji untuk melihat apakah data penelitian yang

diperoleh mempunyai distribusi atau sebaran normal atau tidak. Untuk

pengujian normalitas ini adalah menggunakan uji Liliefors. Langkah

pengujiannya mengikuti prosedur Sudjana (2005: 466) yaitu :

a. Pengamatan X1., X2….., Xn dijadikan bilangan baku Z1., Z2, ....... Zn

dengan menggunakan rumus

Zi =

Keterangan :

SD : Simpangan baku

Zi : Skor baku

Xi : Row skor

X : Rata-rata X

Page 78: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

62

b. Untuk tiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi

normal baku. Kemudian di hitung peluang F (Zi) = P (Z Zi)

c. Selanjutnya dihitung Z1,Z2,…Zn yang lebih kecil atau sama dengan

Zi kalau proporsi ini dinyatakan dengan S (Zi) maka

S (Zi) =.. ,…. ……., ….

d. Hitung selisih F (Zi) – S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga paling besar di antara harga mutlak selisih tersebut.

Sebutlah harga terbesar ini dengan L0. Setelah harga L0, nilai hasil

perhitungan tersebut dibandingkan dengan nilai kritis L0 untuk uji

Liliefors dengan taraf signifikan 0,05. bila harga L0 lebih kecil (<)

dari L tabel maka data yang akan diolah tersebut berdistribusi normal

sedangkan bila L0 lebih besar (>) dari L tabel, maka data tersebut

tidak berdistribusi normal.

L0<Ltabel = normal

L0<Ltabel = normal

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh informasi apakah kedua

kelompok sampel memiliki varians yang homogen atau tidak. Menurut

Sudjana (2005:250) untuk pengujian homogenitas digunakan rumus

sebagai berikut:

TerkecilVarians

TerbesarVariansF

Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan rumus:

Dk pembilang : n-1 (untuk varians terbesar)

Page 79: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

63

Dk penyebut : n-1 (untuk varians terkecil)

Taraf signifikan (0,05) maka dicari pada tabel F

Didapat dari tabel F. Dengan kriteria pengujian

Jika : Fhitung> Ftabel tidak homogen

Fhitung< Ftabel berarti homogen (bisa dilanjutkan)

Pengujian homogenitas ini bila Fhitung lebih kecil (<) dari Ftabel maka

data tersebut mempunyai varians yang homogen. Tapi sebaliknya bila

Fhitung lebih besar (>) dari Ftabel maka kedua kelompok mempunyai

varians yang berbeda.

3. Uji Hipotesis

Analisis dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dilakukan, yaitu

untuk mengetahui besarnya kontribusi yang diberikan oleh variabel

bebas (X1, X2 ,) terhadap variabel terikat (Y). Menurut Sugiyono

(2015:273), bila sampel berkolerasi/berpasangan, misalnya

membandingkan sebelum dan sesudah treatmen atau perlakuan, atau

membandingkan kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen,

maka dugunakan t-test. Menurut Sugiyono (2012:272) Pengujian

hipotesis menggunakan t-test terdapat beberapa rumus t-test yang

digunakan untuk pengujian, dan berikut pedomannya :

a. Bila jumlah anggota sampel n1= n2, dan varian homogen ( 21 )

maka dapat digunakan rumus t-test baik untuk sepaerated, maupun

pool varian. Untuk melihat harga t-tabel digunakan dk = n1 + n2 -2 .

b. Bila n1 ≠ n2, varian homogen ( 21 ), dapat digunakan rumus t-

test pool varian

Page 80: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

64

c. Bila n1 = n2, varian tidak homogen α ≠ α dapat digunakan rumus

seperated varian atau polled varian dengan dk= n1- 1 atau n2 – 1.

Jadi dk bukan n1 + n2 – 2.

d. Bila n1 ≠ n2 dan varian tidak homogen ( ). Untuk ini dapat

digunakan t-test dengan separated varian. Harga t sebagai pengganti

t-tabel dihitung dari selisih harga t-tabel dengan dk (n1-1) dan dk

(n2-1) dibagi dua, kemudian ditambahkan dengan harga t yang

terkecil.

e. Ketentuannya bila t-hitung ≤ t-tabel, maka H0 diterima dan tolak Ha

Berikut rumus t-test yang digunakan :

t hitung =

21

21

11

nnxS

XX

gab

2

)1()1(

21

222

211

nn

SxnSxnSgab

Keterangan :

X : Rerata kelompok eksperimen A

X : Rerata kelompok eksperimen B

1S : Simpangan baku kelompok eksperimen A

2S : Simpangan baku kelompok eksperimen B

1n : Jumlah sampel kelompok eksperimen A

2n : Jumlah sampel kelompok eksperimen B

Page 81: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa:

1. Ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw terhadap kemampuan pukulan forehand tenis meja siswa kelas V

SD Negeri Sekipi Kecamatan Abung Tinggi Lampung Utara.

2. Ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

terhadap kemampuan pukulan forehand tenis meja siswa kelas V SD

Negeri Sekipi Kecamatan Abung Tinggi Lampung Utara.

3. Tidak ada perbedaan keterampilan kemampuan pukulan forehand tenis

meja antara melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan

STAD.

B. Saran

Penulis menyarankan untuk dijadikan bahan masukan bagi :

1. Peneliti lainnya, untuk dapat terus menerus memperbaiki penelitian

dalam melakukan penelitian selanjutnya, dengan beberapa

penyempurnaan misalnya: a) jumlah sampel penelitian yang lebih besar;

Page 82: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

81

b) waktu penelitian yang lebih lama; c) menambah variabel bebas

sebagai pembanding.

2. Guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dalam upaya meningkatkan kemampuan pukulan forehand tenis meja.

3. Bagi siswa agar dapat meningkatkan kemampuan pukulan forehand tenis

meja

Page 83: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta.

Arends. 1997. Model-Model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstuktivitis,Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Depdiknas. 2004. Permainan Tenis Meja. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Pendidikan Jasmani,Jakarta, Depdiknas.

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hodges, Larry. 2007. Tenis Meja Tingkat Pemula. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.

Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning (Efektivitas Pembelajaran Kelompok).Bandung: Alfabeta.

Istiqomah. 2010. Taksonomi dan Tujuan Pembelajaran. http//materi.blogspot.in/2010/05/taksonomi-dan-tujuan-pembelajaran.html?m=1. Diakses 24Juli 2017 pukul 19.30 WIB.

Jannah, Ana Naimatul. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran KooperatifTerhadap Hasil Belajar Forehand dan Backhand Tenis Meja Pada SiswaKelas VII SMP Negeri 3 Pamekasan”. https://dokumen.tips.html. Skripsi.FIK, Universitas Negeri Surabaya. Diakses 20 Juli 2017 pukul 20.15 WIB.

Nasir, Muhammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008. Tentang Standar Proses KegiatanMenyusun RPP.

Prasidya, Ardhi. 2010. Tenis Meja. http://id.wikipedia.org/wiki/Tenis_meja.Diakses 22 Juli 2017 pukul 20.15 WIB.

Prawaka, Heri. 2012. Tingkat Keterampilan Pukulan Forehand Drive Dalam

Page 84: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ...digilib.unila.ac.id/29744/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfsumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga ada

83

Permainan Tenis meja Peserta Ekstrakurikuler Sekolah Dasar NegeriGuwosari Pajangan Kabupaten Bantul Tahun 2012. Skripsi. Yogyakarta:FIK UNY.

Purwanto, Erwan A dan Dyah Ratih Sulistyastuti. 2007. Metode PenelitianKuantitatif, Untuk Administrasi Publik, Dan Masalah-masalahSosial.Yogyakarta: Gaya Media.

Riduwan, 2010, Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika, Cet 2, Alfabeta.

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Sanjaya, Ragil. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe StuzdentTeam Achievment Division (STAD) Dan Tipe Jigsaw Terhadap GerakDasar Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa Kelas VII Smp Negeri 8 BandarLampung. http://unila.ac.id/. Skripsi. FKIP, Prodi Penjaskesrek,Universitas Lampung. Diakses 11 Juli 2017 pukul 16.25 WIB.

Schmidt, Richard A. 1988. Motor Control and Learning. A BehavioralEmphasis Human Kinetics, Publisher, Inc. http://www.humankinetics.com.Diakses pada 20 Juni 2017 pukul 21.20 WIB.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R&D).Bandung: CV. Alfabeta.

Sukmadinata, Nana S. 2002. Pengembangan kurikulum teori dan praktek.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sutarmin. 2007.Terampil Berolahraga Tenis Meja. Surakarta: Era Intermedia.

Trianto. 2014. Mendesaian Model Pembelajaran. Jakarta: Pranada Media Group.