pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe ...digilib.unila.ac.id/29744/2/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWDAN STUDENT TEAM ACHIEVMENT DIVISION (STAD) TERHADAP
KEMAPUAN PUKULAN FOREHAND TENIS MEJA PADASISWA KELAS V SD NEGERI SEKIPI KECAMATAN
ABUNG TINGGI LAMPUNG UTARA
(Skripsi)
OLEH
ANANG ARTAREZA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ii
`
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWDAN STUDENT TEAM ACHIEVMENT DIVISION (STAD) TERHADAP
KEMAPUAN PUKULAN FOREHAND TENIS MEJA PADASISWA KELAS V SD NEGERI SEKIPI KECAMATAN
ABUNG TINGGI LAMPUNG UTARA
Oleh
ANANG ARTAREZA
Permasalahan dalam penelitian ini adalah masih rendahnya kemampuan siswadalam menguasai kemampuan pukulan forehand. Tujuan penelitian adalahuntuk mengatahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw danStudent Team Achievment Division (STAD) terhadap kemampuan pukulanforehand tenis meja pada siswa kelas V SD Negeri Sekipi Kecamatan AbungTinggi Lampung Utara. Metode yang digunakan adalah eksperimen dengandesain penelitian pre test, ordinal pairing, treatment dan post test. Populasipenelitian berjumlah 40 siswa, dan sampel menggunakan total samplingsebanyak 40 siswa. Teknik pengambilan data menggunakan backboard test.Hasil analisis data diperoleh uji-t perbedaan antara kelompok Jigsaw danSTAD diperoleh t hitung= -1,776 < t tabel= 2,024 maka tolak H1 dan terima H0
artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara model pembelajarankooperatif tipe Jigsaw dan STAD terhadap kemampuan pukulan forhand tenismeja pada siswa kelas V SD Negeri Sekipi Kecamatan Abung Tinggi LampungUtara. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran tipeJigsaw dan STAD berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan pukulanforehand tenis meja dan model pembelajaran tipe STAD memliki pengaruhyang lebih besar daripada model pembelajaran tipe Jigsaw.
Kata Kunci : Jigsaw, pukulan forehand, STAD, tenis meja,
iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWDAN STUDENT TEAM ACHIEVMENT DIVISION (STAD) TERHADAP
KEMAPUAN PUKULAN FOREHAND TENIS MEJA PADASISWA KELAS V SD NEGERI SEKIPI KECAMATAN
ABUNG TINGGI LAMPUNG UTARA
OLEH
ANANG ARTAREZA
SkripsiSebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
PadaJurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Anang Artareza lahir di Sekipi Kecamatan
Abung Tinggi Lampung Utara pada tanggal 09 Juni 1995,
dari pasangan bapak Sarwono S.Pd dan ibu Eliza
Sulistilinda. Penulis adalah anak pertama dari empat
bersaudara.
Penulis menyelsaikan studi tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) Dharma Wanita,
Bukit Kemuning pada tahun 2001, kemudian menempuh pendidikan Sekolah Dasar
(SD) Negeri Sekipi Abung Tinggi Lampung Utara diselesaikan pada tahun 2007,
dilanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Bukit
Kemuning Lampung Utara diselesaikan pada tahun 2010, kemudian melanjutkan ke
Madrasah Aliyah (MA) Negeri 1 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2013.
Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Penjaskesrek
Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lampung, melalui jalur SBMPTN pada tahun 2013.
Pada tahun 2016 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa
Rejobasuki, Kecamatan Seputih Raman dan melakukan PPL di SD Negeri 1
Rejobasuki Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah. Pada bulan
Juli-Agustus 2016.
viii
Motto
"Man Jadda Wajada”
“Siapa Yang Bersungguh - Sungguh Pasti Akan Berhasil”
(Al-hadits)
“Setiap Orang Punya Jatah Gagal. Habiskan Jatah Gagalmu Saat
Muda”
(Dahlan Iskan)
"Hidup Hanya Sekali, Harus Berarti Setelah Itu Mati"
(Anang Artareza)
ix
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini dengan kerendahan hati mengharap
Ridho Allah SWT, sebagai tanda cinta kasihku kepada:
Kedua orang tuaku, bapak Sarwono dan ibu Eliza Sulistilinda
tercinta yang tak pernah lupa untuk selalu memberikan do’a
dalam setiap sujud dan harapan disetiap tetes keringatmu demi
tercapainya cita-citaku.
Adik-adikku yang kusayangi Diki, Aldi, Gita dan seluruh
keluarga besarku, yang selalu memotivasi, mendoakan dan
menantikan keberhasilanku.
Sahabat-sahabat Penjaskesrek 2013 yang selalu mensupportku.
Almamaterku tercinta. Universitas Lampung
x
SANWACANA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Student Team
Achievment Division (STAD) Terhadap Kemampuan Pukulan Forehand Tenis
Meja Pada Siswa Kelas V SD Negeri Sekipi Kecamtan Abung Tinggi Lampung
Utara” Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan sebagai Sarjana Pendidikan
di Universitas Lampung.
Dalam proses penyelsaian skripsi ini dan selama menjadi mahasiswa di Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, penulis banyak mendapat
bimbingan, petunjuk, bantuan, dan nasihat dari berbagai pihak. Oleh sebab itu
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum, selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidkan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Akor Sitepu, M.Pd. Ketua Program Studi Pendidkan Jasmani,
Kesehatan, dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan Universitas
Lampung.
xi
4. Bapak Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd. selaku Pembimbing pertama dan
Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan
motivasi serta kepercayaan kepada penulis.
5. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd selaku Pembimbing kedua. yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan kepada penulis.
6. Bapak Drs. Suranto, M.Kes selaku Pembahas yang telah memberikan
perbaikan, pengarahan, masukan kepada penulis.
7. Bapak, Ibu Dosen dan karyawan staf tata usaha FKIP Unila yang telah
memberikan pengetahuan dan pelayanannya sehingga terselsaikan skripsi ini.
8. Kepala Sekolah dan guru olahraga SD Negeri Sekipi Abung Tinggi Lampung
Utara, yang telah memberikan izin untuk melaksakan penelitian.
9. Teman-teman seperjuanganku khususnya penjaskesrek angkatan 2013 yang
senantiasa memberikan warna disetiap kebersamaan selama menjalani studi di
Universitas Lampung.
10. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tulus dan ikhlas,
semoga diberikan balasan kebaikan yang berlimpah dari Allah SWT.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 5 Desember 2017
Penulis,
Anang Artareza
xii
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL ........................................................................................ xiiiDAFTAR GAMBAR .................................................................................... xivDAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I. PENDAHULUANA. Latar Belakan................................................................................... 1B. Identifikasi Masalah......................................................................... 5C. Batasan Masalah .................................................................................. 6D. Rumusan Masalah ............................................................................... 6E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7F. Manfaat Penelitian........................................................................... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKAA. Pengertian Pembelajaran .................................................................. 10B. Tujuan Pembelajaran ....................................................................... 12C. Belajar Motorik................................................................................. 15D. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Olahraga............ 16E. Permainan Tenis Meja ...................................................................... 17
1. Pengertian Tenis Meja ................................................................ 172. Teknik Memegang Bad ............................................................... 183. Peralatan Tenis Meja ................................................................... 214. Pukulan Dasar Tenis Meja........................................................... 24
F. Model Pembelajaran ......................................................................... 29G. Pembelajaran Kooperatif (Cooverative Learning) ........................... 30H. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.............................................. 32I. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD .............................................. 36J. Grand Theory.................................................................................... 38K. Penelitian Relevan ............................................................................ 40L. Kerangka Berpikir ............................................................................ 43M. Hipotesis ........................................................................................... 44
xiii
BAB III. METODOLOGI PENELITIANA Metode Penelitian ....................................................................... 47B Populasi dan Sampel Penelitian.................................................. 48C Variabel dan Data Penelitian ...................................................... 49D Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................. 54E Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 56F Prosedur Penelitian .................................................................... 56G Isntrumen Penelitian ................................................................... 58H Teknik Analisis Data .................................................................. 61
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian........................................................................... 65
1. Deskripsi Data ........................................................................ 652. Analisis Data .......................................................................... 71
B. Pembahasan ................................................................................ 75
BAB V. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan................................................................................. 80B. Saran ........................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 82
LAMPIRAN............................................................................................... 84
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabulasi hasil penelitian kelompok model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dan STAD...................................................... 65
2. Persentase Jumlah Nilai Tes Awal yang Di atas Rata-Rata dan
Di Bawah Rata-Rata Model Pembelajaran Jigsaw dan STAD.......... 66
3. Persentase Jumlah Nilai Tes Akhir yang Di atas Rata-Rata dan
Di Bawah Rata-Rata Model Pembelajaran Jigsaw dan STAD.......... 66
4. Hasil Uji Normalitas .......................................................................... 72
5. Hasil Uji Homogenitas ...................................................................... 73
6. Tabel Z............................................................................................... 112
7. Tabel Uji Normalitas ......................................................................... 113
8. Tabel Uji T......................................................................................... 114
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Shakehand Grip ......................................................................... 19
2. Penhold Grip ............................................................................. 20
3. Smiller Grip ............................................................................... 21
4. Lapangan Tenis Meja ................................................................. 22
5. Bola ................................................................................................ 23
6. Bad (Grip) ...................................................................................... 23
7. Sikap Persiapan Awal Gerakan Forehand .................................... 25
8. Sikap Gerakan Memukul Lanjutan Forehand ............................... 26
9. Sikap Akhir Pukulan Forehand ..................................................... 27
10. Sikap Persiapan Awal Gerakan Backhand .................................... 28
11. Sikap Gerakan Memukul Lanjutan Backhand .............................. 29
12. Sikap Akhir Pukulan Backhand ..................................................... 29
13. Skema Model Pembelajaran Tipe Jigsaw .................................... 35
14. Variabel Penelitian ......................................................................... 50
15. Rencangan Penelitian ..................................................................... 52
16. Backboard Test ............................................................................... 56
17. Hasil Tes Awal Dan Akhir Kelompok model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw ................................................................... 67
18. Grafik peningkatan hasil kemampuan pukulan forehand ............ 68
19. Hasil Tes Awal Dan Akhir Kelompok model pembelajaran
kooperatif tipe STAD .................................................................... 69
20. Grafik Peningkatan Hasil Kemampuan Pukulan Forehand........... 69
21. Perbedaan Hasil Tes Awal Antar Kelompok Pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw dan STAD ................................................. 70
22. Perbedaan Hasil Tes Akhir Antar Kelompok Pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw dan STAD ................................................. 71
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Program Latihan Kelompok Jigsaw ............................................. 84
2. Program Latihan Kelompok STAD .............................................. 90
3. Data Hasil Tes Awal Pukulan Forehand Tenis Meja ................... 96
4. Data Hasil Pembagian Kelompok Dengan Ordinal Pairing......... 97
5. Data Perbandingan Tes Awal dan Tes Akhir
Kelompok Jigsaw.......................................................................... 98
6. Data Perbandingan Tes Awal dan Tes Akhir
Kelompok STAD .......................................................................... 99
7. Uji Normalitas Data Tes Awal Kelompok Jigsaw ....................... 100
8. Uji Normalitas Data Tes Awal Kelompok STAD ........................ 101
9. Uji Normalitas Data Tes Akhir Kelompok Jigsaw ...................... 102
10. Uji Normalitas Data Tes Akhir Kelompok STAD ........................ 103
11. Uji Homogenitas Data Tes Awal Kelompok Jigsaw dan
Kelompok STAD .......................................................................... 104
12. Uji Homogenitas Data Tes Akhir Kelompok Jigsaw dan
Kelompok STAD .......................................................................... 105
13. Tabel Uji Hipotesis Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw ................................................................ 106
14. Tabel Uji Hipotesis Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD ................................................................. 107
15. Uji-t Perbedaan Tes Awal Kelompok Pembelajaran Jigsaw
dan Kelompok STAD ................................................................... 108
16. Uji-t Perbedaan Tes Akhir Kelompok Pembelajaran Jigsaw
dan Kelompok STAD ................................................................... 110
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu di era global dituntut mengembangkan kapasitasnya secara
optimal, kreatif, dan mampu mengadaptasikan diri terhadap perkembangan
dan situasi global yang amat bervariasi dan semakin berkembang. Setiap
individu dituntut memiliki daya nalar yang kreatif dan mampu mengikuti
arus di era modern ini, untuk itu ketrampilan yang dimiliki individu adalah
ketrampilan intelektual, sosial, dan personal.
Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) merupakan
komponen pendidikan secara keseluruhan. Penjasorkes merupakan bagian
penting bagi perkembangan manusia untuk mencapai tujuan pendidikan
secara menyeluruh. Oleh karena itu, Penjasorkes yang diselenggarakan di
sekolah mempunyai jangkauan yang luas. Penjasorkes bukan hanya sarana
penunjang tujuan pendidikan melainkan juga mewujudkan tujuan
pembangunan bangsa.
Model pembelajaran Penjasorkes tidak harus berpusat pada guru saja, akan
tetapi keberadaan siswa juga sangat berperan dalam pembelajaran
penjasorkes konsep dasar penjasorkes model pembelajaran Penjasorkes
2
yang efektif perlu dipahami oleh mereka yang hendak akan mengajar
pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.
Peran pendidikan jasmani sudah dimulai dari tingkat sekolah dasar,
menengah dan tinggi. Pada setiap tingkatan sekolah tersebut ada berbagai
materi pembelajaran yang disampaikan, selain materi yang berhubungan
dengan kesehatan, Pendidikan Jasmani juga mengajarkan berbagai macam
cabang olahraga yang diajarkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku di
masing-masing sekolah.
Berdasarkan pengamatan awal bahwa kekaguman pada setiap cabang
olahraga diharapkan dapat menarik minat bagi sipebelajar dalam bidang
olahraga, seperti yang terjadi di SD Negeri Sekipi Kecamatan Abung
Tinggi Lampung Utara bahwa pada beberapa cabang olahraga seperti
bulutangkis, sepak bola, dan bola voli, siswa mempunyai semangat lebih
dibandingkan dengan olahraga lain khususnya tenismeja. Kekaguman itu
terjadi karena adanya rasa suka dari siswa yang kemudian memberikan
sumbangan teknik, fisik, maupun mental pada olahraga tersebut, sehingga
ada sebuah harapan khususnya pada pembelajaran tenis meja agar
mendapat peranan yang sama seperti olahraga bulutangkis, sepakbola dan
bolavoli.
Permainan tenis meja adalah salah satu cabang olahraga yang banyak
digemari masyarakat luas, terutama masyarakat sekolah termasuk
perguruan tinggi. Hal ini bukan hanya disebabkan oleh masuknya cabang
ini dalam kurikulum di sekolah tetapi juga permainan ini sangat menarik
3
dan dapat dimainkan di dalam ruangan dengan peralatan yang relatif
murah, serta tidak membutuhkan tempat yang luas. Tenis meja dapat
dimainkan dan dinikmati oleh semua anggota keluarga dan memberi gerak
badan serta hiburan kepada pemain-pemain pada semua tingkat usia, dan
termasuk juga mereka yang cacat jasmaninya.
Olahraga tenis meja di Indonesia merupakan bagian dari salah satu cabang
olahraga permainan yang belum dapat mengimbangi prestasi dunia, baik di
tingkat Asia maupun di tingkat Internasional. Oleh karena usaha untuk
meningkatkan hasil belajar atau keterampilan bermain tenismeja adalah
sangat penting baik ditingkat sekolah, club atau perkumpulan-
perkumpulan tenismeja yang lainnya. Salah satu cara meningkatkan hasil
belajar tenismeja dalam permainan tenismeja adalah dengan cara memilih
dan menggunakan metode yang tepat di dalam mengajar tenis meja.
Dalam proses belajar tenis meja merupakan sasaran pokok dalam
penelitian, terutama yang menyangkut masalah perbedaan pembelajaran
pukulan forehand dengan model pembelajaran Jigsaw dan STAD. lni
bukan berarti bahwa kemampuan dalam tenis meja tidak hanya ditentukan
oleh metode belajar saja, tetapi masih banyak faktor lain yang dapat
mempengaruhinya.
Dalam hal ini penulis memilih hasil belajar keterampilan pukulan forehand
dalam tenismeja dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw dan
STAD sebagai pilihan untuk meningkatkan pukulan forehand dalam tenis
4
meja, karena cara memukul bola yang baik dan benar akan menentukan
pengembangan permainan itu sendiri.
Seorang guru harus mampu menerapkan model pembelajaran gerak yang
relatif sesuai dengan kondisi sipebelajar. Belajar adalah suatu proses
perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.
Hasil temuan awal pada saat penelitian menunjukkan bahwa letak
kesalahan atau kesulitan gerak yang dialami siswa adalah pada tahap
pelaksanaan, terutama gerakan sikap berdiri, posisi kaki, mengambil bola
dititik tertinggi, bola tepat mengenai bagian tengah bad, pukul dengan kuat
dan terarah. Penulis mengidentifikasi penyebab masih rendahnya
kemampuan siswa dalam menguasai pukulan forehand ialah pada
perkenaan bola saat memukul tidak tepat pada permukaan tengah bad,
belum bisa mengarahkan pukulan forehand memantul ke meja lawan,
power pukulan forehand lemah atau terlalu kuat tidak terarah sehingga
keluar meja atau masih menyangkut di net, masih kaku cara pegangan
pukulan forehand dan penyelesaian akhir yang kurang efektif. Metode
belajar yang dipakai monoton atau tidak ada variasi membuat proses
pembelajaran membosankan, hal ini terlihat pada saat penulis melakukan
penelitian.
5
Berdasarkan uraian-uraian di atas bahwa hasil belajar yang dicapai oleh
siswa tidak terlepas dari peranan guru dalam memilih dan menerapkan
model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa
agar tercapainya keberhasilan pembelajaran. Model pembelajaran yang
dipilih harus dapat memberdayakan siswa agar lebih banyak bergerak
untuk mencoba gerak dasar forehand dan berlatih secara berulang-ulang.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui
bagaimana pemilihan metode tersebut apakah tepat dan terdapat perbedaan
dalam meningkatkan keterampilan gerak dasar siswa pada mata pelajaran
tenismeja khususnya pada pukulan forehand. Sehingga penulis mengambil
judul penelitian”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
dan Student Team Achievement Division (STAD) Terhadap Pukulan
Forehand Dalam Tenismeja Pada Siswa Kelas V SD Negeri Sekipi
Kecamatan Abung Tinggi Lampung Utara”. Untuk mengetahui hal
tersebut, maka perlu dikaji dan diteliti secara lebih mendalam baik secara
teori maupun praktik melalui penelitian eksperimen.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang timbul
dapat di identifikasi sebagai berikut:
1. Kurangnya kemampuan siswa pada tahap pelaksanaan, terutama
gerakan sikap berdiri dan posisi kaki.
6
2. Siswa rata-rata mengalami kesulitan saat memukul bola tidak tepat
mengenai permukaan tengah bad sehingga belum bisa mengarahkan
pukulan forehand memantul ke meja lawan dan posisi kemiringan bad
yang tidak tepat
3. Siswa rata-rata belum bisa mengontrol power pukulan forehand lemah
atau terlalu kuat tidak terarah sehingga keluar meja atau masih
menyangkut di net.
4. Sebagian siswa masih kaku pada saat memegang bad pukulan forehand
dan penyelesaian akhir yang kurang efektif.
5. Model pembelajaran yang monoton atau tidak ada variasi membuat
proses pembelajaran membosankan
C. Batasan Masalah
Untuk memudahkan penelitian perlu pembatasan yang berdasarkan
tujuan dari penelitian ini, adapun pembatasan masalah tersebut adalah
menggunakan dua model pembelajaran kooperatif yaitu tipe Jigsaw dan
Student Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan
kemampuan pukulan forehand dalam tenis meja. Dengan sampel
penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Sekipi Kecamatan Abung
Tinggi Lampung Utara.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
7
a. Seberapa besar pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
terhadap kemampuan pukulan forhand tenis meja pada siswa kelas V
SD Negeri Sekipi Kecamatan Abung Tinggi Lampung Utara?
b. Seberapa besar pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD
terhadap kemampuan pukulan forhand tenis meja pada siswa kelas V
SD Negeri Sekipi Kecamatan Abung Tinggi Lampung Utara?
c. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dan STAD terhadap kemampuan pukulan
forhand tenis meja pada siswa kelas V SD Negeri Sekipi Kecamatan
Abung Tinggi Lampung Utara?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Tujuan umum
a. Untuk membuktikan adakah perbedaan yang signifikan dari model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD terhadap gerak dasar
kemampuan pukulan forehand tenis meja.
b. Untuk membuktikan adakah pengaruh yang signifikan dari model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD terhadap gerak dasar
kemampuan pukulan forehand tenis meja.
8
2. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
a) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw terhadap gerak dasar kemampuan pukulan
forehand dalam tenis meja pada siswa kelas V SD Negeri Sekipi
Kecamatan Abung Tinggi Lampung Utara.
b) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe STAD terhadap gerak dasar kemampuan pukulan
forehand dalam tenis meja pada siswa kelas V SD Negeri Sekipi
Kecamatan Abung Tinggi Lampung Utara.
c) Untuk mengetahui perbedaan kedua model pembelajaran kooperatif
antara Jigsaw dengan STAD mana yang lebih baik untuk
meningkatkan pukulan forehand dalam tenis meja pada siswa kelas
V SD Negeri Sekipi Kecamatan Abung Tinggi Lampung Utara.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan membawa manfaat secara langsung
maupun tidak langsung untuk dunia pendidikan. Adapun manfaat dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi sekolah agar
dapat mengembangkan model pembelajaran yang berbeda dan
bervariatif dalam cabang olahraga tenis meja khususnya gerak dasar
kemampuan pukulan forhand.
9
2. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan guru dalam memilih suatu model pembelajaran
yang kreatif yang dapat menunjang keberhasilan pembelajaran
pendidikan jasmani.
3. Bagi Siswa
Menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan
variatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani melalui variasi model
pembelajaran yang diterapkan.
4. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui bahwa dengan model pembelajaran
kooperatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan gerak dasar
kemampuan pukulan forehand tenis meja pada siswa. Dan menambah
wawasan serta pengalaman bagi peneliti.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pembelajaran
Pembelajara dapat dikatakan sebagai hasil dari memori dan kognisi yang
berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang terjadi ketika seseorang
sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-
hari, karena belajar merupakan proses alamiah setiap orang. Pembelajaran
merupakan konsep yang terkait dengan proses belajar - mengajar. Dalam
bidang pendidikan istilah belajar-mengajar lebih populer dengan istilah
pembelajaran. Di dalam pendidikan jasmani istilah belajar-mengajar
pendidikan jasmani disebut juga proses pembelajaran pendidikan jasmani.
Menurut Trianto (2014: 19) Pembelajaran adalah usaha sadar seorang guru
untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan
sumber belajar lainya) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan
interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara
keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju
pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.
11
Menurut Hamalik (2008: 57), mengatakan bahwa pembelajaran adalah
suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai
tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, manusia terlibat dalam sistem
pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainya, misalnya tenaga
laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan alat tulisnya,
fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan,
terdiri dari ruangan kelas dan lapangan. Prosedur meliputi jadwal dan
metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dan sebagainya.
Proses pembelajaran merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk
mencapai tujuan yang diharapkan yang berkaitan dengan proses
pembelajaran.
Pengertian yang mantap dalam hakikat dan defenisi pembelajaran
merupakan bantuan yang sangat berguna bagi pengajaran pendidikan
jasmani. Proses pembelajaran merupakan suatu usaha yang strategis untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Begitu juga dengan proses belajar
mengajar sendiri merupakan hubungan timbal balik antar peserta didik dan
pendidik, juga antar sesama peserta didik. Sehingga terasa sekali bahwa
proses pembelajaran bukan sekedar penyampaian pesan berupa materi
pembelajaran saja, tetapi menanamkan sikap dan nilai pada diri peserta
didik yang sedang belajar.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah serangkaian kegiatan yang dirancang dan disusun agar terjadi proses
12
belajar pada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran
mengacu pada segala kegiatan yang dirancang untuk mendukung proses
belajar yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku individu yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau
kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Tujuan tersebut dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang
spesifik. Menarik untuk digaris bawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan
David E. Kapel (dalam Istiqomah,2010) bahwa perumusan tujuan
pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung
implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanya dibuat
secara tertulis (written plan). Upaya merumuskan tujuan pembelajaran
dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa.
Nana S. Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari
tujuan pembelajaran, yaitu: (1) memudahkan dalam mengkomunikasikan
maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat
melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri; (2) memudahkan
guru memilih dan menyusun bahan ajar; (3) membantu memudahkan guru
13
menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran; (4) memudahkan
guru mengadakan penilaian.
Dalam pendekatan masalah khusus dalam pembelajaran, mendeskripsikan
bahwa pendekatan ini akan menciptakan pembelajaran yang spesifik sesuai
dengan bidangnya. Pendekatan ini lebih mempertimbangkan apa yang
harus dipelajari tentang materi tersebut. Tidak bisa dipungkiri bahwa
identifikasi tujuan pembelajaran melalui pendekatan masalah khusus dalam
pembelajaran, mengandung makna sebagai pengetahuan dan pengertian
berdasarkan informasi yang diterima.
Pendekatan berikutnya yaitu pendekatan penguraian isi pembelajaran.
Pendekatan ini lebih menetapkan berdasarkan fakta-fakta dari masalah
yang di tampilkan, tapi sebuah asumsi menyatakan bahwa frekuensi akan
mempengaruhi masalah seperti siswa yang berada dalam kelas unggul
tetapi tidak belajar dengan tipe yang benar atau tidak sesuai dengan isi
pembelajaran. Pendekatan ini sering terjadi jika “tipe yang benar dan sesuai
dengan isi pembelajaran” sesuai denga isi standar kurikulum dan bagan
kerja, perangkat pembelajaran, pelatihan manual, dan lain sebagainya.
Masalah pada pendekatan ini, harus sesuai dengan standar isi dimana tidak
banyak yang sesuai atau tidak ada jalan keluar yang cukup mampu untuk
organisasi atau kebutuhan sosial.
Tujuan khusus melalui pendekatan tugas akan valid jika melalui
perencanaan yang tepat dan melalui latihan dengan petugas yang ahli dalam
pelatihan tersebut atau jika pendesain pembelajaran dapat melatih
14
pemahaman dan kecakapan untuk mengkonfirmasi atau mengubah tujuan
pembelajaran setelah menemukan fakta. Pendekatan yang keempat yaitu
pendekatan pada teknologi penampilan, dimana dalam tujuan pembelajaran
disusun dalam menanggapi masalah atau kesempatan dalam sebuah
struktur. Tidak ada pertimbangan atas gagasan sebelumnya dari apa yang
harus dipelajari dari apa yang akan termasuk dalam tujuan pembelajaran
atau dalam kenyataan adanya kebutuhan untuk semua pembelajaran.
Pendesain terlibat dalam analisis pelaksanaan dan proses asesmen
kebutuhan untuk mengidentifikasi masalah dengan tepat, dimana hal
tersebut bukanlah tugas yang mudah.
Kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan salah satu tugas
penting guru dalam memproses pembelajaran siswa. Dalam perspektif
kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam Permendiknas RI
No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa salah satu
komponen dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yaitu adanya tujuan pembelajaran yang di dalamnya menggambarkan
proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik
sesuai dengan kompetensi dasar.
Agar proses pembelajaran dapat terkonsepsikan dengan baik, maka seorang
guru dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan tujuan
pembelajaran secara jelas dan tegas. Dengan harapan dapat memberikan
pemahaman kepada para guru agar dapat merumuskan tujuan pembelajaran
15
secara tegas dan jelas dari mata pelajaran yang menjadi tanggung
jawabnya.
C. Belajar Motorik
Belajar motorik adalah proses perubahan individu sebagai hasil timbal
balik antara latihan dan kondisi lingkungan. Belajar motorik adalah suatu
perubahan perilaku gerak yang relatif permanen sebagai hasil dari latihan
dan pengalaman. Belajar motorik adalah suatu proses perubahan merespons
yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman
(Schmidt, 1991)
Motorik adalah keseluruhan proses yang terjadi pada tubuh manusia, yang
meliputi proses pengendalian (koordinasi) dan proses pengaturan (kondisi
fisik) yang dipengaruhi oleh faktor fisiologi dan faktor psikis untuk
mendapatkan suatu gerakan yang baik. Motorik berfungsi sebagai motor
penggerak yang terdapat didalam tubuh manusia. Motorik dan gerak
tidaklah sama, namun tetapi berhubungan definisi lain menyebutkan bahwa
yang dimaksud dengan motorik ialah segala sesuatu yang ada hubungannya
dengan gerakan-gerakan tubuh.
Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui
kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord.
Jadi, perkembangan motorik merupakan perkembangan kemampuan
melakukan atau merespon suatu hal, jadi bertambahnya usia bertambah
16
pula kemampuan motoriknya. Untuk mengembangkan kemampuan
motoriknya, anak melakukan berbagai aktivitas.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar
motorik adalah proses perubahan individu baik berupa perilaku gerak
maupun respon yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan dan
pengalaman.
D. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Olahraga
Pembelajaran pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong
perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan,
penalaran, penghayatan nilai (sikap, mental, emosional, dan sosial).
Pendidikan jasmani dan kesehatan pada dasarnya memiliki arah
pembelajaran yang menekankan pembelajaran gerak dasar yang benar
sehingga gerakan yang dilakukan akan menghasilkan dan meningkatakan
efektifitas kesehatan yang baik serta peningkatan pola gerak terampil
sebagai dasar gerak olahraga.
Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas
jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk
mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik,
neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem
pendidikan nasional. (Depdiknas, 2004:1)
Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk
meningkatkan kebugaran jasmani, pengetahuan, prilaku hidup yang aktif
17
dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara
terencana, bertahap, dan berkelanjutan agar dapat meningkatkan sikap
positif bagi diri sendiri sebagai pelaku dan menghargai manfaat aktifitas
jasmani bagi peningkatan kualitas hidup sehat seseorang sehingga akan
terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup yang aktif (Depdiknas, 2004 : 2)
Pembelajaran pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong
perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan,
penalaran, penghayatan nilai (sikap, mental, emosional, dan sosial).
Pendidikan jasmani dan kesehatan pada dasarnya memiliki arah
pembelajaran yang menekankan pembelajaran gerak dasar yang benar
sehingga gerakan yang dilakukan akan menghasilkan dan meningkatakan
efektifitas kesehatan yang baik serta peningkatan pola gerak terampil
sebagai dasar gerak olahraga.
E. Permainan Tenis Meja
1. Pengertian Tenis Meja
Yang dimaksud dengan tenis meja adalah suatu permainan yang
menggunakan meja sebagai lapangan yang dibatasi oleh jaring (net)
yang menggunakan bola kecil yang terbuat dari celluloid dan
permainannya menggunakan pemukul atau yang disebut bad
(Depdiknas, 2004 : 6). Negara asal tenis meja yang sebenarnya tidak
diketahui. Olahraga ini dimulai kira-kira di tahun 1890-an sebagai
permainan pendatang. Tenis meja menjadi populer pada tahun 1920-an
dan klub-klub bermunculan di seluruh dunia. Nama aslinya adalah ping
18
pong, diambil dari nama merk dagang Parker Brother. Kemudian dari
pingpong diubah menjadi tenis meja. Federasi Tenis Meja Internasional
(ITTF) didirikan pada tahun 1926.
Tenis meja adalah cabang olahraga yang sangat mengandalkan
kemampuan skill yang tinggi dan kondisi tubuh yang prima. Faktor
kematangan skill mutlak menentukan dalam permainan tenismeja, hal
ini mengingat bentuk lapangan yang relatif kecil, bola yang kecil,
pemukul yang kecil. Ciri khas permainan tenismeja yang lain adalah
kecepatan. Kecepatan ini tidak hanya pada gerakan-gerakan saja,
melainkan hitungannyapun cepat.
Dalam satu set permainan dibutuhkan 11 angka yang diperoleh pada
setiap bola mati, baik oleh sendiri maupun lawan. Sifat permainan
tenismeja rally point memerlukan kematangan teknik dan mental untuk
mengambil keputusan yang cepat untuk menyerang dan bertahan. Rally
point yaitu suatu sifat permainan yang apabila bola mati langsung
menghasilkan angka. Kecepatan memukul, ketepatan menganalisa
pukulan lawan mutlak menentukan. Pengembalian bola yang tepat,
setiap jenis pukulan mempunyai efek terhadap bola yang berbeda pula.
2. Teknik Memegang Bad (Grip)
Teknik memegang bad merupakan faktor yang sangat penting
dalam permainan tenis meja. Secara garis besar pegangan dapat
dibedakan menjadi dua macam :
19
a. Shakehand Grip
Gambar 1. Shakehand GripSumber: Larry Hodges (2007: 16).
Shakehands grips merupakan cara memegang bad yang paling
multiguna, paling terkenal, dan paling disarankan. Berikut ini
cara memegang bad dengan shakehand grips:
1) Dengan bidang bad yang tegak lurus dengan lantai,
peganglah bet seakan-akan sedang bersalaman.
2) Bidang bad bersandar pada lekuk antara ibu jari dan jari
telunjuk.
3) Ibu jari bersandar pada sisi forehand dari bad, kuku ibu
jari tegak. lurus dengan permukaan bad.
4) Jari telunjuk bersandar pada sisi backhand dari bad.
5) Tiga jari lain berada di sekeliling pegangan bad.
20
b. Penhold Grip
Gambar 2. Penholder GripSumber: Larry Hodges (2007: 16).
Penhold Grips merupakan satu sisi bad digunakan untuk
semua pukulan, sisi yang lain mungkin mempunyai
kesempatan untuk memukul bola. Cara memegang bad dengan
Penhold Grips, antara lain:
1) Pegang bad mengarah ke bawah dengan pegangan
mengarah keatas.
2) Pegang bad tepat di mana pegangan menyatu dengan
bidang bad dengan menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk. Cara ini sama dengan cara memeganng pena.
3) Pada sisi belakang, ketiga jari lain dapat ditekuk (Penhold
Grips gaya Cina), atau ketiga jari diluruskan ke arah
bawah dan dirapatkan (Penhold Grips gaya Korea)
21
c. Seemiller Grip
Gambar 3. Seemiller GripSumber : Larry Hodges (2007: 20).
Seemiller grips merupakan versi lain dari shakehand grips,
akan tetapi beberapa pelatih menganggap seemiller grips
memiliki mutu yang paling rendah, karena dengan pegangan
seperti itu atlet tidak dapat melakukan pukulan forehand dan
backhand dengan baik. Seperti halnya penhold grips, cara
seemiller grips juga hanya menggunakan satu sisi bet untuk
memukul bola.
3. Peralatan Tenis Meja
Untuk melakukan olahraga tenis meja ada beberapa alat yang harus
disiapkan, yaitu meja beserta meja, net, bola, dan bad.
Adapun penjelasan tentang peraturan peralatan dalam tenis meja
sebagai berikut:
22
a. Meja
Gambar 4. Meja Tenis MejaSumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tenis_meja
Meja yang digunakan untuk bermain tenis meja mempunyai
ukuran dan ketentuan tertentu.
Menurut Sutarmin (2007: 5) meja tenis meja mempunyai
ketentuan sebagai berikut : (1) meja dibuat dari kayu dengan cat
warna gelap biasanya hijau tua; (2) permukaan meja harus rata;
(3) berukuran panjang 274 cm dan lebar 152,5 cm; (4) meja
diletakkan di lantai yang permukaannnya rata; Setiap tepi meja
diberi diberi garis putih yang lebarnya 2 cm; (5) bagian tengah
meja diberi garis selebar 2 cm berwarna putih yang membelah
panjang meja, sama luasnya; (6) net atau jaring untuk tenis meja
23
terdiri atas net dan tiang penyangga atau penjepit, net dipasang
di atas permukaan meja, masing-masing ujungnya diikatkan di
tiang penangga, net dipasang dengan ketinggian 15,25 cm dari
permukaan meja, dan bagian bawah net harus rapat dengan meja
b. Bola
Gambar 5. Bola Tenis MejaSumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tenis_meja
Salah satu peralatan yang penting dalam tenis meja adalah
bola. Menurut (Sutarmin, 2007:6) bola untuk tenis meja
memiliki ketentuan sebagai berikut : (1) dibuat dari bahan
seluloid atau plastik; (2) berwarna putih atau orange; (3)
berbentuk bulat, dengan diameter 40 mm; (4) beratnya 25
gram; (5) ciri bola yang berkualitas adalah tanda bintang pada
bola
c. Bad (Grip)
24
Gambar 6. Bad Tenis MejaSumber: http://id.wikipedia.org/Tenis_meja
Bad yang digunakan untuk bermain tenis meja mempunyai
ketentuan sebagai berikut (Sutarmin, 2007: 6): (1) bad dibuat
dari kayu alami yang dapat dilapisi dengan bahan perekat
seperti fiber carbon, fiber glass, atau bahan lainnya; (2) sisi
bad yang digunakan memukul bola harus ditutupi karet; (3)
karet boleh berbintik boleh juga tanpa bintik; (4) karet yang
berbintik ke dalam ketebalannya tidak melebihi 4 mm.
4. Pukulan Dasar Dalam Tenis Meja
Sebagai seorang pemain hendaknya dapat mengontrol teknik
permainannya sendiri dan dapat memperbaiki serta
mengembangkannya. Untuk itu perlu adanya pembinaan sejumlah
pukulan-pukulan yang merupakan dasar untuk meningkatkan mutu
permainan yang diinginkan.
Di dalam permainan tenis meja ada dua macam pukulan Sutarmin
(2007: 21):
a. Pukulan Forehand
Pukulan forehand merupakan pukulan yang paling umum
dilakukan dalam tenismeja. Menurut Sutarmin (2007: 21)
pukulan forehand adalah pukulan bola dengan posisi telapak
tangan yang memegang bad/raket menghadap ke depan.
25
Pukulan forehand dianggap pukulan yang penting karena tiga
alasan, yaitu (Larry Hodges, 2007: 33): (1) pukulan forehand
untuk menyerang dengan sisi forehand; (2) pukulan forehand
bisa menjadi pukulan utama untuk melakukan serangan; (3)
pukulan forehand merupakan pukulan yang paling sering
digunakan untuk melakukan smash.
Berikut sikap gerakan pukulan forehand, dengan mengambil
sikap dasar agak condong ke arah meja, dengan pengertian
bahwa kaki kiri berada di depan:
1) Sikap persiapan awal gerakan lengan
Gambar 7. Tahap Sikap Persiapan awal GerakanSumber: Larry Hodges (2007: 35)
Lengan atas membentuk sudut kecil dengan tubuh, tetapi
tidak rapat pada tubuh dan jangan terlalu horizontal.
Lengan bawah membentuk sudut sekitar 90º dengan siku
26
ditekan ke depan. Selama melakukan pukulan bola posisi
bad/raket terbuka.
2) Gerakan memukul
Gambar 8. Sikap gerakan memukul dalam pukulan forehandSumber: Larry Hodges (2007: 36)
Gerakan memukul dilakukan dari belakang ke depan, dari
kanan ke kiri dan dari atas kebawah merupakan bagian
yang bergerak paling kuat. Hal ini harus diperhatikan
karena lengan atas turun bergerak kedepan dengan
sendirinya. Perkenaan bad dengan bola sebaiknya pada saat
mencapai titik tertinggi yaitu pada waktu pantulan bola
mencapai titik tertinggi barulah pukulan dilakukan. Tetapi
pantulan bola terlalu tinggi maka pukulan baru dilakukan
setelah bola melewati titik tertinggi.
3) Sikap akhir
27
Setelah bat/raket mengenai bola, gerakan lengan diteruskan
secara relaks sehingga bad/raket berada di depan kembali.
Gambar 9. Tahap Sikap Gerakan Akhir Pukulan ForehandSumber: Larry Hodge (2007: 37)
b. Pukulan Backhand
Pukulan backhand melengkapi forehand dalam menutupi bola
yang datang. Menurut Sutarmin (2007: 21) pukulan backhand
adalah pukulan bola dengan posisi tangan menghadap ke
belakang, atau posisi punggung tangan yang memegang
raket/bad menghadap ke depan.
Berikut sikap gerakan pukulan backhand, yang digunakan
untuk melakukan pukulan dengan dorongan backhand sikap
tubuh dan kedua kaki berdiri sejajar dengan meja, tungkai
kanan berada di depan.
1) Sikap persiapan awal gerakan
28
Lengan atas tidak terlalu lurus kebawah juga tidak mengarah
horizontal kedepan tetapi menyerong. Lengan bawah
membentuk sudut kecil denganlengan atas, posisi bad/raket
terbuka selama melakukan pukulan.
Gambar 10. Sikap persiapan awal dalam Pukulan BackhandSumber: Larry Hodges (2007: 38)
2) Gerakan pukulan
Gerakan memukul dilakukan dari belakang ke depan dari
kiri ke kanan dan atas ke bawah dengan lengan
direntangkan. Untuk melakukan gerakan pukulan ini
perhatian dipusatkan terutama pada lengan bawah.
Perkenaan bad dengan bola, ini tergantung pada kecepatan
permainan yang dilakukan, bola yang datangnya pelan
dipukul ketika mencapai titik tertinggi, tetapi apabila
datangnya bola cepat dipukul sebelum mencapai titik
tertinggi
29
Gambar 11. Sikap gerakan pukulan BackhandSumber: Larry Hodges (2007: 39)
3) Sikap akhir gerakan lengan
Setelah bad/raket mengenai bola, gerakan diteruskan secara
relaks sehingga bad/raket berada di depan badan.
Gambar 12. Sikap akhir gerakan pukulan BackhandSumber: Larry Hodges (2007: 39)
F. Model Pembelajaran
30
Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam
pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan
belajar siswa. Model pembelajaran yang sesuai akan sangat membantu
dalam pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran akan lebih mudah
terwujud. Soekamto, dkk. (Trianto, 2009: 22) mengemukakan bahwa
model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan aktivitas pembelajaran.
Senada dengan yang diutarakan oleh Komalasari (2010: 57) bahwa
model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan
kata lain, model pembelajaran adalah wadah atau bungkus dari
penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berdasarkan dari beberapa uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan
bahwa model pembelajaran adalah kerangka sistematis mengenai tata
cara guru dalam mengatur jalannya pembelajaran demi terwujudnya
tujuan pembelajaran.
G. Pembelajaran Kooperatif (Cooverative Learning)
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham konstruktivis. yaitu suatu pendekatan di mana
31
siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan
informasi yang kompleks, memerikasa informasi dengan aturan yang
ada dan merevisinya bila perlu. Pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur
kelompok yang bersifat heterogen.
Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok.
Oleh karena itu, banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang
aneh dalam cooperative learning karena mereka bernggapan telah biasa
melakukan pembelajaran kooperatif dalam bentuk belajar kelompok.
Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan
cooperative learning, seperti dijelaskan Abdulhak dalam Rusman
(2014:203) bahwa “pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui
sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan
pemahaman bersama di antara peserta belajar.
Menurut Sanjaya (2014:203) “Pembelajaran kooperatif merupakan
kegiatan belajar siswa yang dilakukakan dengan cara berkelompok.
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telak dirumuskan.
Dalam model pembelajaran cooperative ini, guru lebih berperan sebagai
fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah
32
pemahamanya yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru
tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus
membangun pengetahuan dalam pikiranya. Siswa mempuyai
kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam penerapan
ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk
menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang memerlukan kerja sama antara
siswa, saling kebergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan,
dan penghargaan. Keberhasilan pembelajaran bergantung dari individu
dalam kelompok.
H. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan
pertama kali oleh Eliot Aronson tahun (1975), dan kemudian di
adaptasi oleh Robert E Slavin dan teman-teman di Universitas John
Hopkins.
Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji dan ada juga yang
menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun
potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini
mengambil cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa
melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan
siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
33
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang
besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru
membagi siswa kedalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri 4-5
orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap
penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan
sebaik-baiknya. Siswa yang bertanggung jawab terhadap subtopik
yang sama membentuk kelompok lagi yang disebut kelmpok ahli
(exspert group) yang terdiri atas empat atau lima orang. Guru juga
memberikan banyak kesempatan pada siswa untuk mengolah informasi
dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Model pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah sebuah model belajar
yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk
kelompok kecil. Seperti diungkapkan oleh Lie dalam Rusman
(2014:218), bahwa “pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini
merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam
kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara
heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan
bertanggung jawab secara mandiri. Sedangkan menurut Rusman
(2014:218) Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif
yang paling fleksibel. Jigsaw merupakan teknik kooperatif yang
menggabungkan materi dari siswa lain sehingga membentuk kumpulan
pengetahuan atau keterampilan yang padu.
34
Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi model
Collaborative Learning yaitu proses belajar kelompok dimana setiap
anggota menyumbangkan informai, pengalaman, ide, sikap, pendapat,
kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara
bersamasama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw:
1. Siswa dibagi atas beberapa kelompokan secara heterogen, tiap
kelompok anggotanya terdiri 4–5 orang
2. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi
sebelumnya untuk di pelajari dan setiap anggota kelompok
bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari materi
tersebut
3. Masing – masing anggota dari beberapa kelompok secara acak
ditugaskan untuk menjadi ahli (exspert) pada suatu aspek dari
materi tertentu.
4. Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok ahli kembali
ke kelompok semula untuk mengajar anggota lain mengenai materi
yang telah dipelajari dalam kelompok ahli.
5. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam kelompok asal para
siswa dievaluasi dan diberikan tes secara invidual mengenai semua
materi yang telah dipelajari.
6. Pemberian skor atau nilai oleh guru.
35
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
Gambar 13. Skema Model Pembelajaran Tipe JigsawSumber : Trianto Ibnu Badar (2014:123)
Pada pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Jigsaw pada awalnya
akan terjadi proses yang kurang lancar. Hal ini terjadi karena beberapa
masalah yang muncul selama kegiatan belajar mengajar, antara lain:
(1) Peserta didik yang pandai akan mendominasi pembicaraan,
sebaliknya peserta didik yang kurang pandai akan kesulitan
memberikan presentasi; (2) Peserta didik yang pandai akan merasa
bosan dengan anggota kelompok yang lambat. Untuk mengatasi
masalah tersebut adalah dengan jalan keluarnya diantaranya: (1) Agar
kelompok hendaknya terdiri dari peserta didik yang berkemampuan
akademiknya beragam yaitu dari tingkat akademik tinggi sampai
rendah; (2) Tidak menganut keanggotaan permanen, artinya peserta
didik dapat bergantian kelompok dalam kurun waktu tertentu.
36
I. Pembelajaran Kooperatif Tipe (STAD)
Model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Division (STAD) pertama kali dikembangkan oleh Robert Slavin dan
teman temannya di Universitas John Hopkins, dan merupakan
pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan paling
mudah diterapkan oleh guru yang baru menggunakan model
pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (2007:213) menyatakan bahwa
pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5
orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis
kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa
bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
menguasi pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa diberikan tes
tentang materi tersebut, pada saat tes mereka tidak dibolehkan saling
membantu.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model
pembelajaran kooperatif di mana siswa belajar berdiskusi guna
memahami konsep-konsep menemukan hasil yang benar. Semua
anggota dibagi tanggung jawab, semua siswa secara individu diberi tes
yang akan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh kelompok, sehingga
untuk memperoleh suatu penghargaan, hasil belajar tiap kelompok
tersebut di bandingkan. Dalam STAD, para siswa dibagi dalam
kelompok belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda
tingkat kemampuannya, jenis kelamin, dan latar belakang etnik. Guru
37
menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam kelompok mereka
untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai
pelajaran.
Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara
sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk
saling membantu. Skor kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata
pencapaian mereka sebelumnya, kepada masing-masing tim akan
diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa
dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin ini kemudian
dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang memenuhi
kreteria tertentu akan mendapatkan penghargaan. Seluruh rangkaian
kegiatan, termasuk presentasi yang disampaikan guru, praktik tim, dan
kuis biasanya memerlukan waktu 3-5 periode kelas. Tiap siswa harus
tau materinya tidak boleh saling bantu dalam mengerjakan kuis, tiap
siswa harus tau materinya, tanggung jawab individual seperti
memotivasi siswa untuk memberi penjelasan dengan baik satu sama
lain, karena satu-satunya cara bagi tim untuk berhasil adalah dengan
membuat semua anggota tim menguasai informasi atau kemampuan
yang diajarkan. Karena skor tim didasarkan atas kemajuan yang dibuat
anggotanya dibandingkan hasil yang dicapai sebelumnya (kesempatan
yang sukses bersama), semua siswa mempunyai kesempatan untuk
menjadi “bintang” tim dalam minggu tersebut, baik dengan
memperoleh skor yang lebih tinggi dari rekor mereka sebelumnya
maupun dengan membuat jawaban kuis yang sempurna, yang selalu
38
akan memberikan skor maksimum tanpa menghiraukan rata-rata skor
terakhir siswa.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 atau 5 orang secara
heterogen (menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
2. Guru menyajikan pelajaran
3. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota – anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti
dapat menjelaskan pada anggota lainya sampai semua anggota
dalam kelompok mengerti.
4. Guru memberikan tes atau pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada
saat tes mereka tidak dibolehkan saling membantu
5. Lalu memberikan penghargaan kelompok.
Berdasarkan pendapat di atas, yang dimaksud dengan Student Team
Achievement Division (STAD) dalam penelitian ini adalah guru
membagai siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari
empat sampai enam orang dan terdiri dari laki-laki dan perempuan
yang berasal dari siswa memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah dengan langkah-langkah: Presentasi kelas, Belajar dalam tim,
Kuis, Skor kemajuan individu, dan Penghargaan kelompok.
J. Grand Theory
Adapun teori dasar atau hasil penelitian yang menyatakan peneliatian
model pembelajaran kooperatif berpengaruh signifikan terhadap
39
pembelajaran penjaskes antara lain. Hasil penenlitian yang dilakukan
oleh Ana Naimatul Jannah (2014) yang berjudul Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Forehand dan
Backhand Tenis Meja Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3
Pamekasan. Didapat hasil analisis data yaitu nilai thitung (11,424) >
ttabel (1,684) untuk forehand dan nilai thitung (14,113) > ttabel (1,684).
karena nilai thitung > nilai ttabel, maka dapat dikatakan bahwa H0 ditolak
dan Ha diterima. Dengan kata lain terdapat pengaruh yang signifikan
pemberian model pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar
forehand dan backhand tenis meja pada siswa kelas VII E SMPN 3
Pamekasan
Penelitian yang dilakukan oleh Ragil Sanjaya (2016) yang berjudul
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievment
Division (STAD) Dan Tipe Jigsaw Terhadap Gerak Dasar Lompat Jauh
Gaya Jongkok Siswa Kelas VII Smp Negeri 8 Bandar Lampung. Dari hasil
penelitain yang telah dilakukan menyatakan ada pengaruh yang signifikan
antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw terhadap
gerak dasar lompat jauh gaya jongkok pada siswa SMP Negeri 8 Bandar
Lampung.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Bijak Adhi Suroyo (2014) yang
berjudul ‘‘Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Team Achievment Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar
Shooting Sepak Bola’’ diperoleh hasil perhitungan statistik dapat
40
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap hasil
belajar shooting sepakbola yang dibuktikan dari nilai thitung (4,488) > ttabel(2,042) dengan taraf signifikan 0,05. Sedangkan besar pengaruhnya
diketahui sebesar 30,13%.
Berdasarkan dari tiga hasil penelitian diatas menyatakan pembelajaran
model kooperatif mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
pembelajaran pendidikan jasmani kesehatan dan olahraga.
K. Penelitian Relevan
Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti telah menelusuri beberapa
hasil penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian
yang peneliti lakukan ini. Dari beberapa contoh judul penelitian
terdahulu memang memiliki keterkaitan dari segi masalah yaitu
mencari tau tentang hubungan dan pengaruh akan tetapi objek dan
sasarannya yang berbeda. Adapun penelitian yang relevan dengan
penlitian ini sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ana Naimatul Jannah (2014) yang
berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil
Belajar Forehand dan Backhand Tenis Meja Pada Siswa Kelas VII
SMP Negeri 3 Pamekasan. Jenis penelitian yang digunakan adalah
kuantitatif. Dan desain penelitian yang digunakan adalah desain
penelitian eksperimen One Group Pretest-Posttest Design. Metode
41
pengumpulan data penelitian ini adalah membuat format penilaian
dan melakukan eksperimen pada kelas yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan,
(1) ada pengaruh yang signifikan pembelajaran kooperatif terhadap
hasil belajar pukulan forehand tenis meja, dengan perbedaan rata-
rata antara pretest dan posttest sebesar 22,22 dan rata-rata hasil
posttest sebesar 90. (2) ada pengaruh yang signifikan pembelajaran
kooperatif terhadap pukulan backhand tenis meja dengan
perbedaan rata-rata pretest sebesar 33,389 dan rata-rata hasil
posttest sebesar 70,694. (3) dan terdapat perbedaan yang signifikan
pemberian model pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar
pukulan forehand dan backhand tenis meja.
Skripsi : Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ragil Sanjaya (2016) yang berjudul
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team
Achievment Division (STAD) Dan Tipe Jigsaw Terhadap Gerak
Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa Kelas VII Smp Negeri 8
Bandar Lampung. Tujuan penelitian adalah untuk mengatahui
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team
Achievment Division (STAD) Dan Tipe Jigsaw Terhadap Gerak
Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa Kelas VII Smp Negeri 8
Bandar Lampung. Metode yang digunakan adalah metode
eksperimen dengan desain penelitian pre test, ordinal pairing,
treatment dan post test. Populasi penelitian berjumlah 258 siswa,
42
dan sampel sebanyak 60 siswa. Teknik pengambilan data
menggunakan tes instrument gerak dasar. Teknik analisis data
menggunakan Uji t, dengan persyaratan analisis Uji Normalitas,
Uji Homogenitas, dan Uji Hipotesis. Hasil analisis data
menunjukan bahwa model pembelajaran STAD dapat diperoleh
nilai rata-rata 28,65, sedangkan setelah diberi pembelajaran nilai
rata-ratanya adalah 29,60. Hal ini terjadi peningkatan nilai sebesar
0,95. Model pembelajaran Jigsaw diperoleh nilai rata-rata 37,40,
dan setelah diberi pembelajaran nilai rata-ratanya adalah 37,85.
Hal ini terjadi peningkatan nilai sebesar 0,45. Berdasarkan analasis
dan pembahasan dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan
bahwa (1) Ada pengaruh yang signifikan antara model
pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap gerak dasar lompat
jauh gaya jongkok pada siswa SMP Negeri 8 Bandar Lampung. (2)
Ada pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw terhadap gerak dasar lompat jauh gaya
jongkok pada siswa SMP Negeri 8 Bandar Lampung. (3) Model
pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dalam
meningkatkan keterampilan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok
pada siswa SMP Negeri 8 Bandar Lampung.
Skripsi : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Prodi Penjaskesrek,
Universitas Lampung.
43
L. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan
antara variabel yang akan diteliti, jadi secara teoritis perlu dijelaskan
hubungan antara variabel independen dan dependen.
Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2012 : 60) mengemukakan
bahwa “Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai hal yang penting jadi dengan demikian maka
kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi
pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang
paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran atau suatu
bentuk proses dari keseluruhan dari penelitian yang akan dilakukan.
Menurut Riduwan (2004 : 25) kerangka berfikir adalah dasar
pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi
dan telaah penelitian. Kerangka pikir memuat teori, dalil atau konsep-
konsep yang akan dijadikandasar dalam penelitian.
Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya
dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa
tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Kerangka pikir
penelitian merupakan urut-urutan logis dari pemikiran peneliti untuk
memecahkan suatu masalah penelitian, yang dituangkan dalam bentuk
bagan dengan penjelasannya.
44
Dari uraian diatas, dapat diduga bahwa dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat meningkatkan gerak dasar kemampuan pukulan forehand dalam
tenis meja.
M. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih
praduga karena masih harus diverifikasi. Menurut Erwan A. Purwanto
dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2007:137), hipotesis adalah pernyataan
atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian
yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga
harus diuji secara empiris.
Dari penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis
adalah kesimpulan awal dari sebuah penelitian, yang belum teruji
kebenarannya (perkiraan), dan untuk membuktikan kebenarannya
maka dilakukanlah penelitian.
KEMAMPUAN PUKULANFOREHAND TENIS MEJA
MODEL PEMBELAJARANTIPE JIGSAW
MODEL PEMBELAJARANTIPE STAD
MODEL PEMBELAJARANKOOPERATIF
45
Berdasarkan pendapat menurut para ahli di atas maka hipotesis
dirumuskan sebagai berikut :
H1 : Ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw terhadap kemampuan pukulan forehand tenis meja
siswa kelas V SD Negeri Sekipi Kecamatan Abung Tinggi
Lampung Utara.
H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw terhadap kemampuan pukulan forehand
tenis meja siswa kelas V SD Negeri Sekipi Kecamatan Abung
Tinggi Lampung Utara.
H2 : Ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD terhadap kemampuan pukulan forehand tenis meja
siswa kelas V SD Negeri Sekipi Kecamatan Abung Tinggi
Lampung Utara.
H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD terhadap kemampuan pukulan forehand
tenis meja siswa kelas V SD Negeri Sekipi Kecamatan Abung
Tinggi Lampung Utara.
H3 : Ada pengaruh yang lebih signifikan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dan STAD terhadap kemampuan pukulan
forehand tenis meja siswa kelas V SD Negeri Sekipi Kecamatan
Abung Tinggi Lampung Utara.
46
H0 : Tidak ada pengaruh yang lebih signifikan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dan STAD terhadap kemampuan pukulan
forehand tenis meja siswa kelas V SD Negeri Sekipi Kecamatan
Abung Tinggi Lampung Utara.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
D]alam suatu penelitian pasti mutlak diperlukan metode yang akan
digunakan. Karena dengan menggunakan metode, maka terdapat cara untuk
menyelesaikan sebuah penelitian. Menurut Sugiyono (2009:3) “Metode
penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu.” Artinya melalui penggunaan metode serta
pemilihan sebuah metode yang tepat maka akan membantu jalannya sebuah
penelitian.
Beranjak dari sebuah permasalahan, rumusan masalah dan tujuan
penelitian, maka metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2009:107) “Metode penelitian
eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan.” Sedangkan menurut Arikunto (2006:3) mengatakan
bahwa.“Metode eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan
sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti
dengan mengeliminisasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor - faktor
lain yang mengganggu.”
48
Metode eksperimen dibedakan menjadi dua, yaitu eksperimen murni (true
experiment) dan eksperimen semu (quasi experiment). Penelitian ini
tergolong penelitian eksperimen dengan pendekatan komparatif.
Komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Menguji
hipotesis komparatif berarti menguji parameter populasi yang berbentuk
perbandingan (Sugiyono, 2005:115). Pendapat lain, Mohammad Nasir
(2003 :68) mengatakan bahwa “ penelitian komparatif adalah sejenis
penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang
sebab akibat, dengan menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya atau
munculnya suatu fenomena tertentu”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode komparatif adalah penelitian yang
bertujuan untuk membandingkan dua variabel atau lebih tanpa ada nya
kelompok kontrol untuk mendapatkan jawaban atau fakta apakah ada
perbandingan atau tidak dari objek yang sedang diteliti.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau
objek yang mempunyai sifat-sifat umum. Menurut Suharsimi Arikunto
(2006:130), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan
menurut Sudjana (2005:6) populasi adalah semua hasil menghitung atau
pengukuran kuantitatif, kualitatif, mengenai karakteristik tertentu dari
semua anggota kumpulan lengkap dan jelas yang dipelajari sifat-
sifatnya.
49
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa populasi
adalah semua objek yang akan diteliti yang bersifat lengkap dan jelas.
Populasi dalam penelitin ini ialah siswa kelas V SD Negeri Sekipi
Kecamatan Abung Tinggi Lampung Utara, total berjumlah sebanyak 40
siswa. Terdiri dari siswa putra sebanyak 23 siswa dan siswa putri
sebanyak 17 siswa.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2012:118) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” akan tetapi dalam
penelitian ini semua populasi dijadikan sampel. Arikunto (2010:90)
apabila seseorang meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi sampel.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
sampling total yaitu pengambilan sampel dengan mengambil seluruh
populasi penelitian yaitu seluruh siswa kelas V SD Negeri Sekipi
Kecamatan Abung Tinggi Kabupaten Lampung Utara sebanyak 40
siswa.
C. Variabel dan Data Penelitian
1. Variabel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:161) “variabel adalah obyek
penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian atau penelitian”.
50
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2
yaitu variabel bebas dan variabel terikat:
a. Variabel bebas adalah variabel yang nilai-nilainya tidak terkandung
pada variabel lainnya yang berguna untuk meramalkan dan
menerangkan nilai variabel yang disimbolkan dengan (X) adapun
variabel bebas dalam penelitian ini adalah:
1) Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. (X1)
2) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD. (X2)
b. Variabel terikat adalah variabel yang nilai-nilainya bergantung pada
variabel lainnya dan merupakan variabel yang diterangkan nilainya
dilambangkan dengan (Y) adapun variabel terikat dalam penelitian
ini adalah pukulan forehand tenis meja (Y)
X1
Y
X2
Gambar 14. Variabel penelitian
Keterangan:
X1 : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
X2 : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Y : Pukulan Forehand Tenis meja
51
2. Data Penelitian
Dalam menyelidiki sesuatu masalah selalu diperlukan data. Data dapat
diartikan sebagai keterangan yang diperlukan untuk memecahkan suatu
masalah Surisman (2010:2). Sedangkan menurut Riduwan (2010:5)
Data merupakan suatu bahan yang masih mentah yang membutuhkan
pengolahan lebih lanjut sehingga menghasilkan informasi atau
keterangan, baik kuantitatif maupun kualitatif yang menunjukkan suatu
fakta.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa data adalah
semua hasil pengukuran atau observasi yang sudah dicatat lalu diolah
untuk mendapatkan informasi guna suatu keperluan tertentu.
Dalam hal ini data dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Data primer
Adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu
organisasi serta diperoleh langsung dari obyeknya. Adapun teknik
pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu:
1) Observasi
Menurut Sugiyono (2012:145) observasi merupakan suatu
proses kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai
proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting
adalah proses - proses pengamatan dan ingatan. Observasi
memiliki ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik
yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara
dan kuesioner identik dengan melakukan komunikasi dengan
52
orang lain, maka observasi tidak terbatas pada orang tetapi juga
pada objek - objek alam yang lain.
b. Data sekunder
Adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, sudah
dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya data itu dicatat
dalam bentuk publikasi-publikasi.
3. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian adalah gambaran dari seluruh pemikiran dan
kegiatan yang dilakukan dalam penelitian. Adapun bentuk desain dalam
penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 15. Rancangan Penelitian
Keterangan:
Pi : Populasi
Si : Sampel
Pretest : Tes awal
OP : Ordinal Pairing
K1 : Kelompok eksperimen 1
K2 : Kelompok eksperimen 2
X1 : Treatment model pembelajaran kooperatif Jigsaw
OPPretestPi
K1
K2
X1
X2 Posttest
Posttest
Si
53
X2 : Treatment model pembelajaran kooperatif STAD
Posttest : Tes akhir
Adapun pembagian kelompok dalam penelitian ini dengan cara ordinal
pairing sebagai berikut :
Kelompok A Kelompok B
1 2 Keterangan:
4 3 A (Jigsaw) : 1 4 5 8 9
5 6 B (STAD) : 2 3 6 7 10
8 7
9 10 dst.
Dalam pelaksanaan penelitian menggunakan perlakuan atau treatment
yang berbeda antara dua kelompok yaitu kelompok eksperimen 1 dan
kelompok eksperimen 2. Dalam penelitian ini pengelompokan
kelompok dilakukan dengan berdasarkan data tes awal (pre test) yang
ditentukan menggunakan ordinal pairing.
Setelah ditentukan kelompok kemudian kedua kelompok diundi untuk
mendapatkan bentuk model pembelajaran. Didapat Kelompok
eksperimen I diberi perlakuan model pembelajaran Jigsaw dan
kelompok eksperimen II diberi perlakuan model pembelajaran STAD.
Perlakuan atau treatment diberikan selama 16 kali pertemuan yaitu
termasuk tes awal (pre-test) dan dilakukan tes akhir (post-test) untuk
mengetahui perbedaan pengaruh model pembelajaran jigsaw dan model
54
pembelajaran STAD terhadap hasil kemampuan pukulan forehand pada
tenis meja . Setelah kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen I dan
kelompok eksperimen II diberi perlakuan yang telah direncanakan
sebelumnya,kemudian data tes akhir (post test) tersebut dibandingkan
dengan menggunakan statistik rumus analisis normalitas, homogenitas,
dan uji-t.
D. Definisi Oprasional Variabel Penelitian
Agar dalam penelitian ini tidak terjadi kesalahpahaman dan dapat
dimengerti oleh semua pihak maka dalam penelitian ini ada beberapa
definisi operasional yang perlu diketahui. Menurut Sugiyono (2010: 4)
bahwa variabel independen sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat), sedangkan
variabel dependen sering disebut variabel output, kriteria, konsekuen.
Dalam bahasa Indonesia disebut variabel terikat. Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas.
Dalam penelitian ini terdapat variabel utama bebas sebagai prediktor.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw (X1) dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (X2) dan
variabel terikat adalah kemampuan pukulan forehand tenis meja (Y).
Definisi operasionalnya yaitu:
55
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi
komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa
kedalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri 4-5 orang siswa
sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap
komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.
Siswa yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama
membentuk kelompok lagi yang disebut kelmpok ahli (exspert group)
yang terdiri atas empat atau lima orang. Guru juga memberikan banyak
kesempatan pada siswa untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan berkomunikasi.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
salah satu model pembelajaran kooperatif di mana siswa belajar
berdiskusi guna memahami konsep-konsep menemukan hasil yang
benar. Semua anggota dibagi tanggung jawab, semua siswa secara
individu diberi tes yang akan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh
kelompok, sehingga untuk memperoleh suatu penghargaan, hasil
belajar tiap kelompok tersebut di bandingkan. Dalam STAD, para siswa
dibagi dalam kelompok belajar yang terdiri atas empat orang yang
berbeda-beda tingkat kemampuannya, jenis kelamin, dan latar belakang
etnik. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam
kelompok mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah
menguasai pelajaran.
56
3. Pukulan Forehand
Pukulan forehand merupakan pukulan yang paling umum dilakukan
dalam tenismeja. Menurut Sutarmin (2007: 21) pukulan forehand
adalah pukulan bola dengan posisi telapak tangan yang memegang
bad/raket menghadap ke depan.
E. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini di laksanakan di SD Negeri Sekipi Kecamatan
Abung Tinggi Kabupaten Lampung Utara.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 April sampai dengan tanggal
13 Mei 2017
F. Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah kerja dalam penelitian ini yang digunakan adalah
Pre-test and Post-test Group. Pelaksanaan penelitian meliputi :
1. Tes Awal atau Pre-test
Tes awal bertujuan untuk memperoleh data awal tingkat kemampuan
pukulan forehand sampel sebelum diberi treatmen atau perlakuan. Tes
yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu melakukan Backboard Test.
Dalam tes kemampuan forehand ini yang dicatat adalah hasil yang
diperoleh dengan memantulkan bola ke meja tenis meja yang dibuat
57
berdiri sebagian dengan arah sasarannya adalah meja yang berdiri,
selama 30 detik dengan menggunakan stopwatch.
2. Treatment atau Perlakuan
Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok pertama diberi
treatment model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan kelompok
kedua diberi treatment model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Pembagian kelompok dilakukan sesuai dari hasil data tes awal (tinggi
ke rendah), kemudian dimasukan dalam rumus ordinal pairing.
Pemberian treatment ini diberikan selama 16 kali pertemuan dimulai
dari tanggal 1 April – 13 Mei 2017 yaitu termasuk tes awal (pre-test)
dan dilakukan tes akhir (post-test). Untuk kelompok pertama Jigsaw
jadwal pemberian treatment dimulai dari tanggal 3 April hari Senin,
tanggal 5 hari Rabu, tanggal 7 hari Jum’at dan seterusnya. Sedangkan
untuk kelompok kedua STAD pemberian treatment dimulai dari tanggal
4 April hari Selasa, tanggal 6 April hari Kamis, tanggal 8 hari Sabtu
dan seterusnya.
3. Tes akhir (Post-test)
Tes akhir dilakukan setelah sampel melakukan treatment atau perlakuan
program latihan selama 16 kali pertemuan. Tes akhir ini dilakukan
seperti tes awal. Tujuan dari tes akhir ini untuk mengetahui hasil tingkat
kemampuan pukulan forehand setelah diberi treatment.
58
G. Instrument Penelitian
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, sehingga mudah diolah (Arikunto, 2010 : 136).
Alat ukur yang digunakan dalam instrumen ini adalah Backboard Test
Tujuan test ini adalah untuk mengukur kemampuan pukulan forehand
sebelum dan setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dan tipe STAD selama 30 detik, yang bersumber dari bersumber
dari Moth and Lockkhart dalam Heri Prawaka (2012: 29-30).
Dalam tes kemampuan forehand ini yang dicatat adalah hasil yang
diperoleh dengan memantulkan bola ke meja tenis meja yang dibuat berdiri
sebagian dengan arah sasarannya adalah meja yang berdiri, selama 30 detik
dengan menggunakan stopwatch. Pelaksanaan instumen kemampuan
forehand tenis meja sebagai berikut: instumen kemampuan forehand
merupakan tes yang terdiri dari satu item yang mencakup subjek
melakukan pemanasan dan latihan, subjek melakukan rally forehand
selama 30 detik. Setelah istirahat 10 detik, melakukan lagi rally 30 detik.
Bola pertama dimulai dari testee.
Adapun persiapan perlengkapan dan prosedur pelaksanaan tes sebagai
berikut:
59
Gambar 16. Backboard TestSumber : https://prjasetia.wordpress.com
1. Alat-alat dan perlengkapan
a) Stopwatch
b) Bola tenis meja
c) Bad
d) Lapangan tenis meja
e) Keranjang kecil tempat menaruh bola
f) Blangko dan alat tulis untuk mencatat hasil tes
2. Petugas
a) Seorang pengambil waktu memegang stopwatch yang memberikan
aba-aba „ya‟ dan „stop’
b) Seorang penghitung bola yang masuk sasaran dengan pantulan yang
sah selama tiga puluh detik dan sekaligus mencatat hasilnya.
60
3. Prosedur Pelaksanaan Tes
a) Peserta tes berdiri menghadap bagian meja dengan sebuah bad dan
sebuah bola di tangan.
b) Pada aba-aba “ya” peserta melakukan pukulan forehand pada bola
dengan cara memantulkan ke bagian meja horisontal kemudian
dipantulkan ke dinding vertikal dan bergerak kembali ke meja
horizontal. Gerakan ini dilakukan sebanyak banyaknya selama 30
detik.
c) Apabila peserta tes tidak dapat menguasai bola, maka ia dapat
mengambil bola yang tersedia dalam kotak dan melanjutkan
gerakan semula sebanyak-banyaknya dalam sisa waktu yang
tersedia.
d) Pantulan dinyatakan tidak sah apabilah bola di voli peserta tes
menekan meja dengan tangannya yang bebas pada saat memukul
bola, bola mengenai bagian meja bawah garis batas, melakukan
pukulan servis pada saat menilai tes, memukul bola setelah bola
memantul lebih dari satu kali pada bagian meja horisontal.
e) Penguji berdiri di samping meja, menghitung dan mencatat jumlah
pantulan yang sah selama 30 detik.
f) Setiap anak coba di beri kesempatan melakukan tes sebanyak 3 kali,
dengan waktu istirahat antara setiap kesempatan lamanya adalah 15
detik.
g) Pada aba-aba stop diberikan tetapi bola terlanjur dipukul maka
pantulan di anggap sah dan ikut dihitung sebagai skor peserta tes.
61
4. Pemberian Skor
Bola pertama dari testee tidak dicatat. Dari 2 kali kesempatan tes yang
dilakukan, jumlah skor yang tertinggi dari rally selama 30 detik adalah
yang dipakai.
H. Teknik Analisis Data
Data yang dianalisis adalah data dari hasil tes awal dan akhir. Menghitung
hasil tes awal dan akhir model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan
STAD untuk meningkatkan kemampuan pukulan forehand menggunakan
teknik analisis data uji t. Adapun syarat dalam menggunakan uji t adalah ;
1. Uji normalitas
Uji normalitas adalah uji untuk melihat apakah data penelitian yang
diperoleh mempunyai distribusi atau sebaran normal atau tidak. Untuk
pengujian normalitas ini adalah menggunakan uji Liliefors. Langkah
pengujiannya mengikuti prosedur Sudjana (2005: 466) yaitu :
a. Pengamatan X1., X2….., Xn dijadikan bilangan baku Z1., Z2, ....... Zn
dengan menggunakan rumus
Zi =
Keterangan :
SD : Simpangan baku
Zi : Skor baku
Xi : Row skor
X : Rata-rata X
62
b. Untuk tiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi
normal baku. Kemudian di hitung peluang F (Zi) = P (Z Zi)
c. Selanjutnya dihitung Z1,Z2,…Zn yang lebih kecil atau sama dengan
Zi kalau proporsi ini dinyatakan dengan S (Zi) maka
S (Zi) =.. ,…. ……., ….
d. Hitung selisih F (Zi) – S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
e. Ambil harga paling besar di antara harga mutlak selisih tersebut.
Sebutlah harga terbesar ini dengan L0. Setelah harga L0, nilai hasil
perhitungan tersebut dibandingkan dengan nilai kritis L0 untuk uji
Liliefors dengan taraf signifikan 0,05. bila harga L0 lebih kecil (<)
dari L tabel maka data yang akan diolah tersebut berdistribusi normal
sedangkan bila L0 lebih besar (>) dari L tabel, maka data tersebut
tidak berdistribusi normal.
L0<Ltabel = normal
L0<Ltabel = normal
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh informasi apakah kedua
kelompok sampel memiliki varians yang homogen atau tidak. Menurut
Sudjana (2005:250) untuk pengujian homogenitas digunakan rumus
sebagai berikut:
TerkecilVarians
TerbesarVariansF
Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan rumus:
Dk pembilang : n-1 (untuk varians terbesar)
63
Dk penyebut : n-1 (untuk varians terkecil)
Taraf signifikan (0,05) maka dicari pada tabel F
Didapat dari tabel F. Dengan kriteria pengujian
Jika : Fhitung> Ftabel tidak homogen
Fhitung< Ftabel berarti homogen (bisa dilanjutkan)
Pengujian homogenitas ini bila Fhitung lebih kecil (<) dari Ftabel maka
data tersebut mempunyai varians yang homogen. Tapi sebaliknya bila
Fhitung lebih besar (>) dari Ftabel maka kedua kelompok mempunyai
varians yang berbeda.
3. Uji Hipotesis
Analisis dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dilakukan, yaitu
untuk mengetahui besarnya kontribusi yang diberikan oleh variabel
bebas (X1, X2 ,) terhadap variabel terikat (Y). Menurut Sugiyono
(2015:273), bila sampel berkolerasi/berpasangan, misalnya
membandingkan sebelum dan sesudah treatmen atau perlakuan, atau
membandingkan kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen,
maka dugunakan t-test. Menurut Sugiyono (2012:272) Pengujian
hipotesis menggunakan t-test terdapat beberapa rumus t-test yang
digunakan untuk pengujian, dan berikut pedomannya :
a. Bila jumlah anggota sampel n1= n2, dan varian homogen ( 21 )
maka dapat digunakan rumus t-test baik untuk sepaerated, maupun
pool varian. Untuk melihat harga t-tabel digunakan dk = n1 + n2 -2 .
b. Bila n1 ≠ n2, varian homogen ( 21 ), dapat digunakan rumus t-
test pool varian
64
c. Bila n1 = n2, varian tidak homogen α ≠ α dapat digunakan rumus
seperated varian atau polled varian dengan dk= n1- 1 atau n2 – 1.
Jadi dk bukan n1 + n2 – 2.
d. Bila n1 ≠ n2 dan varian tidak homogen ( ). Untuk ini dapat
digunakan t-test dengan separated varian. Harga t sebagai pengganti
t-tabel dihitung dari selisih harga t-tabel dengan dk (n1-1) dan dk
(n2-1) dibagi dua, kemudian ditambahkan dengan harga t yang
terkecil.
e. Ketentuannya bila t-hitung ≤ t-tabel, maka H0 diterima dan tolak Ha
Berikut rumus t-test yang digunakan :
t hitung =
21
21
11
nnxS
XX
gab
2
)1()1(
21
222
211
nn
SxnSxnSgab
Keterangan :
X : Rerata kelompok eksperimen A
X : Rerata kelompok eksperimen B
1S : Simpangan baku kelompok eksperimen A
2S : Simpangan baku kelompok eksperimen B
1n : Jumlah sampel kelompok eksperimen A
2n : Jumlah sampel kelompok eksperimen B
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa:
1. Ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw terhadap kemampuan pukulan forehand tenis meja siswa kelas V
SD Negeri Sekipi Kecamatan Abung Tinggi Lampung Utara.
2. Ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
terhadap kemampuan pukulan forehand tenis meja siswa kelas V SD
Negeri Sekipi Kecamatan Abung Tinggi Lampung Utara.
3. Tidak ada perbedaan keterampilan kemampuan pukulan forehand tenis
meja antara melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan
STAD.
B. Saran
Penulis menyarankan untuk dijadikan bahan masukan bagi :
1. Peneliti lainnya, untuk dapat terus menerus memperbaiki penelitian
dalam melakukan penelitian selanjutnya, dengan beberapa
penyempurnaan misalnya: a) jumlah sampel penelitian yang lebih besar;
81
b) waktu penelitian yang lebih lama; c) menambah variabel bebas
sebagai pembanding.
2. Guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dalam upaya meningkatkan kemampuan pukulan forehand tenis meja.
3. Bagi siswa agar dapat meningkatkan kemampuan pukulan forehand tenis
meja
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta.
Arends. 1997. Model-Model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstuktivitis,Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Depdiknas. 2004. Permainan Tenis Meja. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Pendidikan Jasmani,Jakarta, Depdiknas.
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hodges, Larry. 2007. Tenis Meja Tingkat Pemula. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.
Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Isjoni. 2007. Cooperative Learning (Efektivitas Pembelajaran Kelompok).Bandung: Alfabeta.
Istiqomah. 2010. Taksonomi dan Tujuan Pembelajaran. http//materi.blogspot.in/2010/05/taksonomi-dan-tujuan-pembelajaran.html?m=1. Diakses 24Juli 2017 pukul 19.30 WIB.
Jannah, Ana Naimatul. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran KooperatifTerhadap Hasil Belajar Forehand dan Backhand Tenis Meja Pada SiswaKelas VII SMP Negeri 3 Pamekasan”. https://dokumen.tips.html. Skripsi.FIK, Universitas Negeri Surabaya. Diakses 20 Juli 2017 pukul 20.15 WIB.
Nasir, Muhammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008. Tentang Standar Proses KegiatanMenyusun RPP.
Prasidya, Ardhi. 2010. Tenis Meja. http://id.wikipedia.org/wiki/Tenis_meja.Diakses 22 Juli 2017 pukul 20.15 WIB.
Prawaka, Heri. 2012. Tingkat Keterampilan Pukulan Forehand Drive Dalam
83
Permainan Tenis meja Peserta Ekstrakurikuler Sekolah Dasar NegeriGuwosari Pajangan Kabupaten Bantul Tahun 2012. Skripsi. Yogyakarta:FIK UNY.
Purwanto, Erwan A dan Dyah Ratih Sulistyastuti. 2007. Metode PenelitianKuantitatif, Untuk Administrasi Publik, Dan Masalah-masalahSosial.Yogyakarta: Gaya Media.
Riduwan, 2010, Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika, Cet 2, Alfabeta.
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
Sanjaya, Ragil. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe StuzdentTeam Achievment Division (STAD) Dan Tipe Jigsaw Terhadap GerakDasar Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa Kelas VII Smp Negeri 8 BandarLampung. http://unila.ac.id/. Skripsi. FKIP, Prodi Penjaskesrek,Universitas Lampung. Diakses 11 Juli 2017 pukul 16.25 WIB.
Schmidt, Richard A. 1988. Motor Control and Learning. A BehavioralEmphasis Human Kinetics, Publisher, Inc. http://www.humankinetics.com.Diakses pada 20 Juni 2017 pukul 21.20 WIB.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R&D).Bandung: CV. Alfabeta.
Sukmadinata, Nana S. 2002. Pengembangan kurikulum teori dan praktek.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sutarmin. 2007.Terampil Berolahraga Tenis Meja. Surakarta: Era Intermedia.
Trianto. 2014. Mendesaian Model Pembelajaran. Jakarta: Pranada Media Group.