pengaruh konsentrasi asam asetat terhadap tegangan tarik benang karet pt ikn
DESCRIPTION
abstrakTRANSCRIPT
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
PENGARUH KONSENTRASI ASAM ASETAT (CH3COOH) TERHADAP TEGANGAN TARIK (GREEN MODULUS 300%)
BENANG KARET (COUNT 37 SW ENDS 40) PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA
KARYA ILMIAH
MAWADDAH 052409001
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
PENGARUH KONSENTRASI ASAM ASETAT (CH3COOH)TERHADAP TEGANGAN TARIK (GREEN MODULUS 300%)
BENANG KARET (COUNT 37 SW ENDS 40) PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya
MAWADDAH 052409001
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2008
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
PERSETUJUAN
Judul : PENGARUH KONSENTRASI ASAM ASETAT (CH3COOH) TERHADAP TEGANGAN TARIK (GREEN MODULUS 300%) BENANG KARET COUNT 37 SW ENDS 40 PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA Kategori : KARYA ILMIAH Nama : MAWADDAH Nomor Induk Mahasiswa : 052409001 Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA INDUSTRI Departemen : KIMIA Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Disetujui di Medan, Juni 2008 Diketahui Pembimbing, Departemen Kimia FMIPA USU Ketua, Dr.Thamrin, M.Sc Dr. Rumondang Bulan, MS NIP. 131 864 894 NIP. 131 459 466
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
PERNYATAAN
PENGARUH KONSENTRASI ASAM ASETAT (CH3COOH) TERHADAP TEGANGAN TARIK (GREEN MODULUS 300%)
BENANG KARET (COUNT 37 SW ENDS 40) PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya. Medan, Juni 2008 MAWADDAH 052409001
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
PENGHARGAAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa mencurahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dalam waktu yang telah ditetapkan. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga terselesaikannya karya ilmiah ini, maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang tulus kepada:
1. Orang tua tercinta, Ayahanda Rusdi Ibrahim, dan Ibunda Rosmaini yang senantiasa mendoakan yang terbaik buat penulis.
2. Bapak Dr. Thamrin, M.sc, selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku ketuan jurusan kimia FMIPA USU. 4. Bapak Erwin Lubis, ST selaku pembimbing lapangan yang selalu bersedia
memberikan pengarahan kepada penulis selama praktek lapangan. 5. Para karyawan pabrik PT. Industri Karet Nusantara, yang selalu bersedia
membantu dalam pemberian informasi kepada penulis. 6. Rekan-rekan mahasiswa Kimia Industri angkatan 2005
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
ABSTRAK
Asam asetat merupakan agen yang berperan penting dalam penggumpalan compound pada pembuatan benang karet. Konsentrasi asam asetat sangat mempengaruhi salah satu sifat fisik yaitu modulus green 300%. Kualitas modulus green 300% benang karet ditentukan pada tahap penggumpalan compound yang menggunakan asam asetat. Apabila konsentrasi asam asetat yang digunakan tinggi maka modulus green 300% akan tinggi pula, hal ini menyebabkan benang karet menjadi keras dan kaku. Tetapi jika pemakaian konsentrasi asam asetat terlalu rendah, modulus green 300% akan rendah sehingga benang karet yang dihasilkan sangat rapuh dan mudah putus. Jadi, untuk menghasilkan modulus green 300% yang baik bagi benang karet konsentrasi asam asetat yang digunakan harus memenuhi standar yaitu 28-32 %.
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
THE INFLUENCE OF ACETIC ACID (CH3COOH) TO GREEN MODULUS 300%
OF RUBBER THREAD COUNT 42 ENDS 40 PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA
ABSTRACT
Acetic acid is the important agent in compound coagulating of rubber thread process. The concentration of acetic acid influence on of rubber thread physical properties that is green modulus 300%. The quality of rubber thread’s green modulus 300% was determined by compound coagulating phase that used acetic acid. If the using of acetic acid high so green modulus 300% will be high too, it cause rubber thread become hard and rigid. And if the using of acetic acid low, green modulus 300% will be low and it makes rubber thread will be brittle and easy break. So, to get a good rubber thread’s green modulus 300% the using of acetic acid is according with the standard that is 28-32 %.
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan ii Pernyataan iii Penghargaan iv Abstrak v Abstract vi Daftar Isi vii Daftar Tabel viii Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Permasalahan 3 1.3 Tujuan 3 1.4 Manfaat 3 Bab 2 Tinjauan Pustaka 4
2.1 Sejarah Perkembangan Karet 4 2.2 Karet Alam 5 2.3 Sifat Karet Alam 6 2.4 Lateks Alam 8 2.5 Modulus 15
Bab 3 Metodologi 17
3.1 Metodologi 17 3.2 Alat dan Bahan 17 3.1.1 Alat 17 3.1.2 Bahan 18 3.3 Prosedur 18 3.3.1 Penentuan Konsentrasi Asam Asetat 18
3.3.2 Penentuan Green Modulus 300% 19
Bab 4 Data dan Pembahasan 4.1 Data 20 4.2 Perhitungan 21 4.3 Pembahasan 27
Bab 5 Kesimpulan dan Saran 28
5.1 Kesimpulan 28 5.2 Saran 28
Daftar Pustaka 29 Lampiran
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Standar Mutu Lateks Pekat 8 Tabel 2. Data Analisa Konsentrasi Asam Asetat 20 Tabel 3. Data Analisa Green Modulus 300% 20 Tabel 4. Data Konsentrasi Asam Asetat dan Green Modulus 300% 24 Tabel 5. Data metode least square 25 Tabel 6. Data persamaan regresi 26
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan karet dan industri karet dewasa ini luar biasa. Masyarakat modern
sekalipun tidak dapat berjalan tanpa karet. Komoditi ini ditemukan oleh orang Eropa
pada abad ke-16. Sejak abad ke-19 industri karet mulai menggunakan cara
manufaktural (lewat pabrik) dan peralatan yang sederhana. Industri karet ini
merupakan salah satu industri yang paling rumit atau canggih dalam abad modern dan
merupakan suatu bagian dari masyarakat yang sangat diperlukan.
PT.Industri Karet Nusantara merupakan salah satu industri karet yang
memproduksi benang karet sejak tahun 1992. Benang karet yang diproduksi tersebut
berbahan baku lateks pekat dengan kadar karet kering ±60%. Di dalam mengolah
lateks pekat menjadi benang karet terdiri dari berbagai tahapan proses. Akan tetapi,
secara umum proses ini terbagi ke dalam dua tahapan, yaitu compounding section dan
extrusion section.
Secara garis besar compounding section adalah suatu kegiatan dimana bahan
baku yaitu lateks pekat dicampur dengan bahan-bahan kimia sebagai bahan
pendukung dengan fungsi-fungsi tertentu dan perlakuan tertentu pula seperti proses
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
homogenisasi, maturasi dan lain sebagainya sehingga nantinya dihasilkan suatu
compound yang siap diolah lebih lanjut di extrusion section.
Sedangkan kegiatan di extrusion section secara garis besarnya merupakan
proses pembentukan compound menjadi benang karet yang dicetak dengan pipa kaca
(capillary) melalui proses koagulasi menggunakan asam asetat (CH3COOH) yang
dilanjutkan dengan proses pengeringan pada drying belt serta pemasakan pada curing
oven dan proses terus berlanjut di talcum area.
Pada proses penggumpalan (koagulasi) compound, bahan kimia yang
digunakan sebagai penggumpal yaitu asam asetat sangat mempengaruhi mutu dari
final product yang dihasilkan nantinya. Apabila konsentrasi asam asetat yang
digunakan tidak sesuai dengan konsentrasi yang telah distandardisasi oleh perusahaan,
maka benang karet yang dihasilkan akan memiliki mutu yang tidak sesuai standar
pula, seperti visual benang yang tidak bagus dan tegangan tarik benang (modulus
green 300%) menjadi rendah.
Jadi, asam asetat sangatlah berpengaruh pada sifat fisik benang karet yang
dihasilkan, apabila pemakaiannya tidak sesuai dengan konsentrasi yang telah
ditetapkan, maka akan menimbulkan masalah pada final product nantinya. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk membahas permasalahan pemakaian asam asetat dan
pengaruhnya terhadap final product dengan mengambil judul : Pengaruh konsentrasi
asam asetat (CH3COOH) terhadap tegangan tarik (modulus green 300%) benang
karet count 37 ends 40.
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
1.2 Permasalahan
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi asam asetat terhadap modulus green 300%.
2. Berapa konsentrasi asam asetat yang dapat digunakan agar dihasilkan benang
karet dengan modulus green 300% yang sesuai standar.
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi asam asetat terhadap modulus green
300% pada benang karet.
2. Untuk mengetahui konsentrasi asam asetat yang dipakai agar dihasilkan
modulus green 300% sesuai standart.
1.4 Manfaat
Memberikan pengetahuan kepada penulis tentang pemakaian konsentrasi asam asetat
yang tepat untuk menggumpalkan lateks agar diperoleh produk akhir dengan mutu
yang bagus.
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah perkembangan karet
Sejak berabad-abad yang lalu, karet telah dikenal dan digunakan secara tradisional
oleh penduduk asli di daerah asalnya, yakni Brasil-Amerika Selatan. Akan tetapi,
meskipun telah diketahui penggunaannya oleh Columbus pada akhir abad ke-15 dan
bahkan oleh penjelajah-penjelajah berikutnya pada awal abad ke-16, sampai saat itu
karet masih belum menarik perhatian orang-orang Eropa.
Perhatian terhadap karet bertambah meningkat setelah Pries-Tly, seorang ahli
fisika/kimia inggris, pada tahun 1770 menemukan bahwa karet dapat digunakan untuk
menghapus tulisan dari grafit, sehingga orang Inggris menyebut karet dengan sebutan
“rubber”. Percobaan penggunaan karet dikembangkan secara terus menerus.
Penemuan yang sangat menentukan tumbuhan karet adalah ditemukannya cara
vulkanisasi oleh seorang ahli kimia Amerika, Charles Goodyear pada tahun 1839.
Pada proses vulkanisasi ini karet dicampur dengan belerang pada derajat suhu tertentu,
sehingga menghasilkan sejenis produk yang lebih unggul dalam penggunaan bahan
karet murni. Dengan perbaikan dan penyempurnaan yang terus-menerus, akhirnya
menghasilkan berbagai macam bahan karet mulai dari yang lunak sampai yang keras.
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
Pemanfaatan karet yang sangat berarti ditemukan oleh Dunlop pada tahun
1888, yakni diciptakannya ban pompa. Penemuan ini kemudian disusul oleh Michelin
(Prancis) dan Goodrich (Amerika) dengan penciptaan ban mobil yang di kemudian
hari berkembang terus setelah orang berhasil membuat mobil pada 1895.
2.2 Karet alam
Karet alam adalah suatu polimer dari isoprene dengan nama kimia cis 1,4
poliisoprene. Rumus umum monomer karet alam adalah (C5H8)n dengan rumus
bangun seperti berikut
CH3 H CH2 CH2 C = C C = C
CH2 CH2 CH3 H
monomer Rumus bangun cis 1,4 poliisopren (karet alam)
n adalah derajat polimerisasi yaitu bilangan menunjukkan jumlah monomer di dalam
rantai polimer. Nilai n dalam karet alam berkisar antara 3000-15000.
Viskositas karet berkolerasi dengan nilai n. Semakin besar nilai n akan
semakin panjang rantai molekul karet menyebabkan sifat viskositas karet semakin
tinggi. Karet yang terlalu kental (viscous) kurang disukai konsumen, karena akan
mengkonsumsi energi yang besar sewaktu proses vulkanisasi pada pembuatan barang
jadi. Tetapi sebaliknya karet yang viskositasnya terlalu rendah juga kurang disukai
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
karena sifat barang jadinya seperti tegangan putus dan perpanjangan putus menjadi
rendah.
Molekul-molekul polimer karet alam tidak lurus, tetapi melingkar seperti spiral
dan ikatan –C–C– di dalam rantai berputar pada sumbunya sehingga memberikan
sifat karet yang fleksibel yaitu dapat ditarik, ditekan dan lentur. Adanya ikatan
rangkap –C=C– pada molekul karet, memungkinkan dapat terjadi reaksi oksidasi.
Oksidasi karet oleh udara (O2) terjadi pada ikatan rangkap yang akan berakhir dengan
pemutusan ikatan rangkap molekul, sehingga panjang rantai polimer akan semakin
pendek. Terjadinya pemutusan rantai polimer mengakibatkan sifat viskositas karet
menjadi menurun.
Oksidasi karet oleh udara akan lebih lambat terjadi bila kadar antioksidant
alam (protein dan lipida) tinggi serta kadar ion-ion logam karet rendah. Untuk itu
dalam penanganan bahan olah berupa lateks atau koagulum harus dilakukan sebaik
mungkin, agar sifat-sifat hakiki karet alam dapat terjaga tetap baik mulai dari kebun,
pengolahan di pabrik hingga sampai di luar negeri.
2.3 Sifat karet alam
Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai susunan kimia yang berbeda
dan memungkinkan untuk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis
(rubberiness). Namun, bahan-bahan itu berbeda sifat bahan dasarnya misalnya,
kekuatan tensil, daya ulur maksimum, daya lentur (resilience) dan terutama pada
proses pengolahannya serta prestasinya sebagai barang jadi.
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
Karet alam adalah suatu komoditi homogen yang cukup baik. Kualitas dan
hasil produksi karet alam sangat terkenal dan merupakan dasar perbandingan yang
baik untuk barang-barang karet buatan manusia. Karet alam mempunyai daya lentur
yang tinggi, kekuatan tensil, dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah. Daya
tahan karet terhadap benturan, goresan, dan koyakan sangat baik. Namun, karet alam
tidak begitu tahan terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti oksidasi dan ozon.
Karet alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan-bahan
kimia seperti bensin, minyak tanah, bensol, pelarut lemak (degreaser), pelarut sintetis,
dan cairan hidrolik. Karena sifat fisik dan daya tahannya, karet alam dipakai untuk
produksi-produksi pabrik yang membutuhkan kekuatan yang tinggi dan panas yang
rendah (misalnya ban pesawat terbang, ban truk raksasa, dan ban-ban kendaraan) dan
produksi-produksi teknik lain yang memerlukan daya tahan yang sangat tinggi.
Pada saat penyimpanan, kekerasan karet alam bertambah. Penambahan
kekerasan ini diindikasikan oleh nilai viskositas Mooney nya. Viskositas Mooney
merupakan suatu pengujian terhadap viskositas dari karet. Semakin tinggi nilai
viskositas Mooney maka semakin tahan karet tersebut terhadap regangan (strain).
Pengerasan pada saat penyimpanan disebabkan reaksi ikat silang dari sejumlah kecil
gugus aldehid yang terdapat dalam molekul karet. Efek pengerasan ini dapat dicegah
dengan mengolah lateks dengan hidroksilamina.
2.3 Lateks pekat
Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran
atau padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual di pasaran ada yang dibuat melalui
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
proses pendadihan atau creamed latex dan melalui proses pemusingan atau
centrifuged latex. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan-
bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi.
Tabel 1. Standar Mutu Lateks Pekat
Lateks Pusingan
(Centrifuged Latex)
Lateks Dadih
(Creamed Latex)
1. Jumlah padatan (total solids) minimum
2. Kadar karet kering (KKK) minimum
3. Perbedaan angka butir 1 & 2 maksimum
4. Kadar amoniak (berdasarkan jumlah air
yang terdapat dalam lateks pekat)
minimum
5. Viskositas maksimum pada suhu 250C
6. Endapan dari berat basah maksimum
7. Kadar koagulum dari jumlah padatan
maksimum
8. Bilangan KOH maksimum
9. Kemantapan mekanis minimum
10. Persentase kadar tembaga dari jumlah
padatan maksimum
11. Persentase kadar mangan dari jumlah
padatan maksimum
12. Warna
13. Bau setelah dinetralkan dengan asam
borat
61,5%
60,0 %
2,0%
1,6%
50 centipoise
0,10 %
0,80 %
0,80
475 detik
0,001 %
0,001 %
tidak biru,
tidak kelabu
tidak boleh berbau
busuk
64,0%
62,0%
2,0%
1,6%
50 centipoise
0,10 %
0,80 %
0,80
475 detik
0,001 %
0,001 %
tidak biru,
tidak kelabu
tidak boleh berbau
busuk
Sumber : Thio Goan Loo, 1980
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
2.3.1 Pengolahan lateks pekat (Lateks pusingan)
Lateks pusingan atau centrifuged latex juga membutuhkan penambahan gas ammonia
pada lateks kebun seperti pada pembuatan creamed lateks, tetapi jumlah yang
ditambahkan lebih sedikit, cukup 2-3 gas ammonia untuk setiap liter lateks.
Lateks yang telah diberi gas ammonia dibawa ke pabrik atau tempat
pengolahan. Di sini lateks disaring dan dikumpulkan dalam tangki atau bejana dan
diukur volume serta kadar keringnya. Kadar ammonia diukur dengan titrasi memakai
asam klorida. Bila ternyata gas ammonia yang ditambahkan pada lateks kebun kurang
dari jumlah yang seharusnya, maka penambahan harus segera dilakukan. Penambahan
2-3 g gas ammonia memungkinkan lateks tahan disimpan selama 24 jam tanpa terjadi
prakoagulasi.
Ammonia yang kurang perlu ditambahkan, tetapi jangan sampai berlebihan.
Selain baunya yang menyengat, ammonia yang berlebihan akan terbawa dalam lateks
skim. Asam untuk pembekuan lateks encer atau lateks skim akan diperlukan lebih
banyak untuk mengatasinya dan akan terjadi pula penghamburan gas ammonia.
Pengendapan selama 24 jam diperlukan agar kotoran-kotoran dan magnesium
ammonium fosfat mengendap. Magnesium ammonium fosfat muncul karena
penambahan ammonium pada bahan lateks. Lateks dapat dimasukkan ke dalam alat
pemusing atau centrifugal machine setelah dibiarkan selama 24 jam. Beberapa mesin
yang dapat digunakan untuk pemusing antara lain Separator Aktiebolaget (Laval)
buatan Stockholm atau Westphalia dan Titania buatan Kopenhagen.
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
Kadar karet kering yang diinginkan untuk hasil lateks pusingan adalah 60%,
tetapi kadarnya bisa turun 1-2% pada proses produksi. Penambahan ammonia dan
penyimpanan sering juga mengakibatkan terjadinya penurunan kadar karet kering.
Oleh karena itu, kadar karet kering hasil biasanya dibuat 62% untuk mengatasi
penurunan tersebut. Proses pemusingan memisahkan lateks kebun menjadi 2 bagian
yang berlainan. Lateks pekat atau cream akan keluar dari bagian atas dan lateks encer
atau skim akan keluar dari bagian bawah.
Lateks yang pekat lalu diambil dan dikumpulkan di tempat tersendiri. Lateks
ini dianggap telah jadi. Penambahan gas ammonia hingga kadarnya menjadi 7-10 g
per liter lateks pekat yang dihasilkan perlu dilakukan. Umumnya penambahan sekitar
6 g gas ammonia dianggap telah memenuhi karena sebelum lateks diolah telah diberi
gas ammonia sebanyak 2-3 g.
Penambahan gas ammonia memungkinkan lateks pekat tahan disimpan dalam
waktu yang cukup lama. Bila akan dikirim ke negara pembeli atau tempat yang jauh,
biasanya lateks pusingan juga dimasukkan ke dalam drum atau tangki yang bagian
dalamnya telah diolesi dengan zat yang tahan lateks dan ammonia.
2.3.2 Bahan-bahan kimia
Dalam pengolahan karet alam banyak sekali digunakan bahan-bahan kimia. Sesuai
dengan proses yang dibantunya bahan itu ada yang berfungsi sebagai bahan pokok ,
yaitu sebagai bahan pembeku, pengelantang, vulkanisasi, pencepat reaksi, penggiat,
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
antioksidan dan antiozonan, pengisi, pelunak, pewarna, peniup, pencegah
pravulkanisasi, dan bahan pewangi.
a. Bahan pembeku
Untuk proses pembekuan lateks ada beberapa macam bahan kimia yang bisa
digunakan. Biasanya adalah jenis-jenis asam, seperti asam format atau asam semut
dan asam asetat atau asam cuka.
b. Bahan pengelantang
Bahan ini digunakan untuk mendapatkan warna yang diinginkan dari karet. Biasanya
warna lateks agak kekuningan sampai kuning. Bahkan, beberapa klon karet tertentu
seperti Ciranji 1 lateksnya berwarna terlalu kuning.
c. Bahan vulkanisasi
Bahan kimia ini diperlukan dalam proses vulkanisasi agar kompon karet cepat matang.
Yang biasa digunakan untuk keperluan ini adalah belerang. Selain untuk vulkanisasi
karet alam, belerang juga digunakan untuk vulkanisasi karet sintetis.
d. Bahan pencepat reaksi
Reaksi vulkanisasi biasanya berlangsung sangat lambat. Dalam dunia industri hal ini
kurang efisien karena menambah lama waktu produksi yang secara tak langsung juga
menambah biaya. Bahan pencerpat reaksi digunakan untuk mengatasi kelambatan ini.
Berdasarkan jenisnya ada beberapa macam bahan pencepat reaksi. Dari golongan
thiazol contohnya MBT dan MBTS. Dari golongan guanidine contohnya DPG dan
DOTG. Dari golongan sulfenamida contohnya CBS, dan Santocure NS.
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
e. Bahan penggiat
Fungsi bahan penggiat adalah menambah cepat kerja bahan pencepat reaksi. Jadi,
meskipun bahan ini tidak termasuk vital, tetapi cukup menentukan dalam proses
pengolahan karet. Seng oksida dan asam stearat adalah contoh bahan penggiat yang
paling banyak dipakai.
f. Bahan antioksidan dan antiozonan
Fungsi bahan ini untuk melindungi karet dari kerusakan karena pengaruh oksigen
maupun ozon yang terdapat di udara. Bahan kimia ini biasanya juga tahan terhadap
pengaruh ion-ion tembaga, mangan, dan besi. Selain itu, juga mampu melindungi
terhadap suhu tinggi, retak-retak, dan lentur. Golongan antioksidan Golongan
kondensat aldehid amina contohnya Santowhite Crystals. Adapun antiozonan yang
paling banyak digunakan adalah turunan parafenilen diamina seperti Santoflex 13,
Nonox DPPD, dan UOP 88.
g. Bahan pelunak
Bahan pelunak berfungsi memudahkan pembuatan karet dan pemberian bentuk. Karet
yang diberi bahan pelunak bisa menjadi empuk. Penambahan bahan pengisi yang
cukup banyak perlu diimbangi dengan penambahan bahan ini. Bahan pelunak yang
banyak digunakan antara lain minyak naftenik, minyak nabati, minyak aromatic,
terpinus, lilin paraffin, faktis, damar, dan bitumen.
h. Bahan pengisi
Ada dua macam bahan pengisi dalam proses pengolahan karet. Pertama, bahan pengisi
yang tidak aktif. Kedua, bahan pengisi yang aktif atau bahan pengisi yang
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
menguatkan. Yang pertama hanya menambah kekerasan dan kekakuan pada karet
yang dihasilkan, tetapi kekuatan dan sifat lainnya menurun. Contoh bahan pengisi
tidak aktif yaitu kaolin, tanah liat, kalsium karbonat, magnesium karbonat, dll. Bahan
pengisi aktif atau penguat contohnya karbon hitam, silica, aluminium silikat, dan
magnesium silikat. Bahan ini mampu menambah kekerasan, ketahanan sobek,
ketahanan kikisan, serta tegangan putus yang tinggi pada karet yang dihasilkan.
i. Bahan pewarna
Jenis karet tertentu membutuhkan warna dalam pengolahannya. Untuk keperluan
inilah bahan pewrana digunakan.
j. Bahan peniup
Fungsi bahan ini membentuk pori halus yang menyebabkan karet menjadi ringan dan
empuk. Bahan peniup ini terutama digunakan pada pembuatan karet mikroseluler,
contohnya Porofor BSH dan Vucacel BN.
k. Bahan pencegah pravulkanisasi
Fungsi bahan ini mencegah terjadinya pravulkanisasi yang tidak diinginkan pada
bagian ekstruder mesin acuan injeksi. Biasanya, bahan ini ditambahkan pada kompon
karet tertentu, misalnya kompon karet untuk acuan injeksi. Contohnya adalah
Santogard PVI dan Vulcalent A.
l. Bahan pewangi
Bau karet yang khas serta bau bahan kimia yang tidak enak dapat dihilangkan dengan
menambahkan bahan pewangi. Walaupun tidak semua jenis karet menggunakan bahan
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
pewangi, tetapi ada beberapa jenis yang menggunakannya. Contoh bahan pewangi
antara lain Rodo 10.
2.3.3 Penggumpalan lateks
Proses penggumpalan (koagulasi) lateks terjadi karena penetralan muatan partikel
karet, sehingga daya interaksi karet dengan pelindungnya menjadi hilang. Partikel
karet yang sudah bebas akan bergabung sesamanya membentuk gumpalan.
Penggumpalan karet di dalam lateks kebun (pH ± 6,8) dapat dilakukan dengan
penambahan asam untuk menurunkan pH hingga tercapai titik isoelektrik yaitu pH
dimana muatan positif protein seimbang dengan muatan negatif sehingga
elektrokinetis potensial sama dengan nol.
Titik isoelektrik karet di dalam lateks kebun segar adalah pada pH 4,5-4,8
tergantung jenis klon. Asam penggumpal yang banyak digunakan adalah asam formiat
atau asam asetat dengan karet yang dihasilkan bermutu baik. Penggunaan asam kuat
seperti asam sulfat atau asam nitrat dapat merusak mutu karet yang digumpalkan.
Penambahan bahan-bahan yang dapat mengikat air seperti alkohol juga dapat
menggumpalkan partikel karet, karena ikatan hidrogen antara alkohol dengan air lebih
kuat daripada ikatan hidrogen antara air dengan protein yang melapisi partikel karet,
sehingga kestabilan partikel karet di dalam lateks akan terganggu dan akibatnya karet
akan menggumpal. Penggunaan alkohol sebagai penggumpal lateks secara komersil
jarang digunakan.
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
Penambahan elektrolit yang bermuatan positif akan dapat menetralkan muatan
partikel karet (negatif), sehingga interaksi air dengan partikel karet akan rusak,
mengakibatkan karet menjadi menggumpal. Petani karet sering menggunakan tawas
(Al3+) sebagai bahan penggumpal lateks. Sifat karet yang digumpalkan dengan tawas
kurang baik, karena dapat mempertinggi kadar abu dan kotoran karet. Selain itu
semakin tinggi konsentrasi logam dapat mempercepat oksidasi karet oleh udara
menyebabkan terjadi pengusangan karet dan PRI menjadi rendah.
Proses penggumpalan karet di dalam lateks juga dapat terjadi secara alamiah
akibat kegiatan mikroba. Karbohidrat dan protein lateks menjadi sumber energi bagi
pertumbuhan mikroba dan diubah menjadi asam-asam lemak eteris (asam formiat,
asetat, dan propionat). Semakin tinggi konsentrasi asam-asam tersebut, pH lateks
akan semakin menurun dan setelah tercapai pH titik isoelektrik karet akan
menggumpal.
Dalam pembuatan lum mangkok untuk bahan olah SIR 10 atau SIR 20
penggumpalan secara alamiah sering dilakukan. Lateks dibiarkan menggumpal di
dalam mangkok selama sekitar 24 jam (1 hari, 1 malam), kemudian besok harinya
dipungut. Lum mangkok yang digumpalkan secara alamiah harus dipungut setiap kali
deres, agar variasi mutu bahan olah lum tersebut tidak terlalu besar.
2.4 Modulus
Untuk suatu tegangan yang sederhana, tegangan tarik adalah sebanding dengan
tegangan putus.
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
Tegangan putus = tegangan tarik × konstanta
Konstanta, E, dikenal sebagai modulus young. Ia mempunyai satuan yang sama
seperti tegangan, yaitu Nm-2.
E = tariktegangan
putustegangan =
= ε
σ
Harga E dapat diturunkan dari tegangan putus-tegangan tarik atau grafik perpanjangan
putus dalam uji tegangan tertentu, dimana digunakan untuk control kualitas rutin.
Bahan pengujian dipusatkan pada suatu kenaikan tegangan putus dan menghasilkan
perubahan pada panjang yang diplotkan sebagai suatu tensilgram. Tegangan putus σ,
diartikan sebagai permukaan per satuan dari daerah perpotongan dan diukur dalam
Megapascal (Mpa).
Tegangan tarik ε, diartikan sebagai bagian dari perubahan panjang (∆l/l 0),
dimana l0 adalah panjang awal dan ∆l adalah selisih dari panjang awal dan pa njang
akhir. Mesin pengujian digunakan untuk mengukur tegangan yang dibuat dalam
bentuk kurva perpanjangan putus yang dirubah ke dalam kurva tegangan putus-
tegangan tarik oleh hubungan σ = F/A0 dan ε = x/l0, dimana o adalah besaran awal.
A0 dan l0 adalah konstanta.
Ujung kurva dari σ - ε identik dengan kurva F - x. Kurva perpanjangan
permukaan untuk karet menunjukkan sesuatu yang berasal dari hokum hooke pada
harga yang sangat rendah. Oleh karena itu, sangatlah sulit untuk menentukan harga
modulus young dari karet.
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
a. Alat di laboratorium Kimia
1. Buret
2. Erlenmeyer
3. Neraca analitis
b. Alat di laboratorium Fisika
1. Cutting apparatus/alat potong benang
2. Meteran
3. Loops machine/mesin loop
4. Dinamometer
5. Kertas grafik
6. Pena rotring
7. Kalkulator
3.1.2 Bahan
1. Kalium hidroksida (KOH) 0,5 N
2. Indikator brom thymol blue (BTB) 0,04%
3. Aquades
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
4. Asam asetat
5. Benang karet
3.2 Prosedur
3.2.1 Penentuan konsentrasi asam asetat
- Ditimbang ± 1 ml sampel dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
- Ditambahkan aquades sebanyak 100 ml.
- Ditambahkan 1 tetes indikator brom thymol blue 0,04%.
- Dititrasi dengan KOH 0,5 N hingga terjadi perubahan warna dari kuning
menjadi biru.
- Dicatat volume KOH 0,5 N yang terpakai
- Dihitung konsentrasi asam asetat dengan rumus :
% CH3COOH = %1005,05,003,0
×××sampelBerat
NKOHVolumeNKOHf
3.2.2 Penentuan green modulus 300%
- Diambil benang karet dari sampel sejumlah yang diperlukan untuk loops
sesuai dengan standart yang diinginkan.
- Digulung sesuai standart loops, lalu diikat kedua pangkalnya, kemudian
dipotong dan dicabut gulungan sampel tersebut dan diletakkan pada alat uji
dynamometer yang telah disetting.
- Ditekan tombol down alat dynamometer dan dipastikan pena pencatat grafik
berfungsi dengan baik.
- Ditekan tombol stop setelah skala menunjukkan angka 400%.
- Ditutup pena pencatat grafik sebelum menekan tombol up.
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
- Ditekan tombol up dan secara otomatis alat testing akan stop.
- Diputar posisi kertas grafik ke posisi semula untuk membaca hasil testing.
- Dipotong sampel modulus 300% sepanjang 98,23 cm dan dihitung total
section dengan rumus : Total section = 2 × section × jumlah loops
- Dibaca hasil testing pada kertas grafik sesuai petunjuk teknis skala 300%.
- Dihitung green modulus 300% dengan rumus :
Modulus 300% = tionTotal
skalagrafikpadapembacaanHasilsec
%300
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
BAB 4
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
4.1.1 Data dari laboratorium kimia untuk analisa konsentrasi asam asetat
Tabel 2. Data analisa konsentrasi asam asetat
No.
Compound
Berat
sampel
(g)
Berat
erlenmeyer
(g)
Berat sampel +
berat erlenmeyer
(g)
Volume
KOH 0,5 N
(ml)
Faktor
KOH 0,5 N
1721
1821
1823
1812
1822
1,1190
0,9009
0,9782
0,9649
1,0228
93,8732
95,4322
107,3150
93,8732
107,3150
94,9922
96,3331
108,2932
94,8381
108,3378
10,50
8,70
9,80
10,00
10,90
1,0010
1,0010
1,0010
1,0010
1,0010
4.1.2 Data dari laboratorium fisika untuk analisa green modulus 300%
Tabel 3. Data analisa green modulus 300%
No. Compound Section
(mm)
Total section
(mm2)
Pembacaan grafik skala 300%
(g)
1721
1821
1823
1812
0,348
0,351
0,354
0,357
8,352
8,424
8,496
8,568
2590
2680
2750
2820
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
1822 0,360 8,640 2890
4.2 Perhitungan
4.2.1 Penentuan konsentrasi asam asetat (% CH3COOH)
% CH3COOH = %1005,05,003,0
×××sampelBerat
NKOHVolumeNKOHf
Compound no. 1721
Berat erlenmeyer = 93,8732
Berat sampel = 1,1190
KOH yang terpakaai = 10,50
Faktor KOH 0,5 N = 1,0010
% CH3COOH = %1001190,1
50,100010,103,0×
××
= 28%
Compound no. 1821
Berat erlenmeyer = 95,4322
Berat sampel = 0,9009
KOH yang terpakai = 8,70
Faktor KOH 0,5 N = 1,0010
% CH3COOH = %1009009,0
70,80010,103,0×
××
= 29%
Compound no. 1823
Berat erlenmeyer = 107,3150
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
Berat sampel = 0,9782
KOH yang terpakai = 9,80
Faktor KOH 0,5 N = 1,0010
% CH3COOH = %1009782,0
80,90010,103,0×
××
= 30%
Compound no. 1812
Berat erlenmeyer = 93,8732
Berat sampel = 0,9649
KOH yang terpakai = 10,00
Faktor KOH 0,5 N = 1,0010
% CH3COOH = %1009649,0
00,100010,103,0×
××
= 31%
Compound no. 1822
Berat erlenmeyer = 107,3150
Berat sampel = 1,0228
KOH yang terpakai = 10,90
Faktor KOH 0,5 N = 1,0010
% CH3COOH = %1000028,1
90,100010,103,0×
××
= 32%
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
4.2.2 Penentuan green modulus 300%
Modulus 300% = tionTotal
skalagrafikpadapembacaanHasilsec
%300
Total section = 2 × section × jumlah loops
Jumlah loops count 37 = 12 mm
Compound no. 1721
Hasil pembacaan grafik skala 300% = 2590 g
Section = 0,348 mm
Total section = 2 × 0,348 mm × 12mm = 8,352 mm2
Modulus 300% = 2mm352,8
2590 g
= 310,10 g/mm2
Compound no. 1821
Hasil pembacaan grafik skala 300% = 2680 g
Section = 0,351 mm
Total section = 2 × 0,351 mm × 12 mm = 8,424 mm2
Modulus 300% = 2mm424,8
2680 g
= 318,13 g/mm2
Compound no. 1823
Hasil pembacaan grafik skala 300% = 2750 g
Section = 0,354 mm
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
Total section = 2 × 0,354 mm × 12 mm = 8,496 mm2
Modulus 300% = 2mm496,8
2750 g = 323,68 g/mm2
Compound no. 1812
Hasil pembacaan grafik skala 300% = 2820 g
Section = 0,357 mm
Total section = 2 × 0,357 mm × 12 mm = 8,568 mm2
Modulus 300% = 2mm568,8
2820 g
= 329,13 g/mm2
Compound no. 1822
Hasil pembacaan grafik skala 300% = 2890 g
Section = 0,360 mm
Total section = 2 × 0,360 mm × 12 mm = 8,640 mm2
Modulus 300% = 2mm640,8
2890 g
= 334,50 g/mm2
4.3 Data hasil perhitungan
Tabel 4. Data konsentrasi asam asetat dan green modulus 300%
No.Compound Konsentrasi CH3COOH (%) Modulus 300% (g/mm2)
1721
1821
28
29
310,10
318,13
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
1823
1812
1822
30
31
32
323,68
329,13
334,50
X Y X2 XY
28
29
30
31
32
310,10
318,13
323,68
329,13
334,50
784
841
900
961
1024
8682,8
9225,77
9710,4
10203,03
10704
150=∑ X 54,1615=∑Y 45102 =∑ X 48526=∑ XY
Metode least square
a. Penentuan Slope
a = 22 )()()()()(
XXnYXXYn
∑−∑∑∑−∑
a = 2)150()4510(5)54,1615()150()48526(5
−−
a = 50299
= 5,98
b. Penentuan intersept
b = 22
2
)()()()()()(
XXnXYXYX
∑−∑∑∑−∑∑
b = 2)150()4510(5)48526()150()54,1615()4510(
−−
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
b = 50
4,7185
= 143,70
Persamaan garis regresi
Y = ax + b
Y1 = 5,98 (28) + 143,70
= 311,14
Y2 = 5,98 (29) + 143,70
= 317,12
Y3 = 5,98 (30) + 143,70
= 323,10
Y4 = 5,98 (31) + 143,70
= 329,08
Y5 = 5,98 (32) + 143,70
= 335,06
Tabel 5. Data persamaan regresi
No X (Konsentrasi CH3COOH) Y (Modulus 300%)
1
2
3
4
5
28
29
30
31
32
311,14
317,12
323,10
329,08
335,06
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Apabila konsentrasi asam asetat yang dipakai tinggi, maka green modulus 300%
akan tinggi pula, sebaliknya apabila konsentrasi asam asetat yang dipakai
rendah, maka green modulus 300% akan rendah pula. Keduanya mempunyai
hubungan yang berbanding lurus atau linier.
2. Standar pemakaian konsentrasi asam asetat agar didapatkan green modulus 300%
yang bagus adalah 28-32%. Apabila konsentrasi asam asetat dibawah 28% maka
green modulus 300% benang karet yang dihasilkan tidak bagus, dimana benang
akan sangat rapuh/mudah putus, dan jika konsentrasi asam asetat di atas 32%,
maka green modulus 300% juga kurang baik, dimana benang akan menjadi
keras/kaku sehingga kurang elastis.
5.2 Saran
1. Dalam prosedur penentuan konsentrasi asam asetat yang akan dipakai,
hendaknya dilakukan dengan teliti agar tidak terjadi kerusakan produk akhir.
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
2. Pemakaian konsentrasi asam asetat harus benar-benar sesuai standart, jangan
sampai melebihi ataupun mengurangi dari standart yang telah ditentukan agar
diperoleh produk akhir dengan mutu yang baik.
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Loganathan, K.S. 1998. Rubber Engineering. New Delhi: Indian Rubber Institute.Mc
Graw Hill Publishing.
Ompusunggu, M. 1987. Pengetahuan Mengenai Lateks Hevea. Sei Putih: Balai
Penelitian Perkebunan.
Setyamidjaja, S. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Spillane, J.J. 1989. Komoditi Karet. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Surya, I. 2006. Teknologi Karet. Medan: Departemen Teknik Kimia Universitas
Sumatera Utara.
Tim Penulis PS. 1999. Karet Budidaya dan Pengolahan, Strategi Pemasaran. Cetakan
Ke-6. Jakarta: Penebar Swadaya.
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
L A M P I R A N
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
Grafik Hubungan Antara Modulus Green 300% Vs Konsentrasi Asam Asetat
Grafik Data Hasil Pengamatan
295
300
305
310
315
320
325
330
335
340
28 29 30 31 32
Konsentrasi Asam Asetat
Mod
ulus
Gre
en 3
00%
Grafik Data Hasil Regresi
295
300
305
310
315
320
325
330
335
340
28 29 30 31 32
Konsentrasi Asam Asetat
Mod
ulus
Gre
en 3
00%
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
Parameter Physical Properties Count 37 Ends 40
No Parameter Physical Properties Count 37 Toleransi
1 Filament weight (mg) 33,7-33,8-37,1
2 Exact Count 37±6%
3 Separability (g) 110-135-160
4 Resistant at Break (g/mm2) Min 3000
5 Elongation at Break (%) Max 650
6 Green Modulus CA 300% (g/mm2) 262-310-370-427
7 Green Modulus CA 500% (g/mm2) 750-1300
8 Schwartz Value (VRS) (g/mm2) 123-135-150-164
9 Schwartz Hysteresis Ratio (RIS) 1,00-1,85
10 Temp.500C vulcanization test (0C) -2 to -5
11 Retention at 1490C test (%) Min 50
12 Permanent set at 80% E.B (%) 2-8
13 Talcum Content (%) Max 3,5%
14 Moisture Content (%) 4-6 – 8 -10
15 Water Extract (%) 0,70-0,90
16 Density 0,900-1,100
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
TABEL LOOP UNTUK MASING-MASING COUNT BENANG KARET
No Count Loop 1 20 1 x 3 2 24 1 x 5 3 26 1 x 5 4 28 1 x 6 5 30 1 x 8 6 32 1 x 8 7 34 1 x 10 8 36 1 x 10 9 37 1 x 12 10 38 1 x 12 11 40 1 x 12 12 42 1 x 16 13 44 1 x 16 14 46 1 x 18 15 48 1 x 20 16 50 1 x 20 17 52 1 x 22 18 53 1 x 24 19 60 2 x 15 20 63 2 x 18 21 70 2 x 20 22 75 2 x 25 23 80 2 x 25 24 90 3 x 20 25 100 3 x 20 26 110 3 x 22
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009
Mawaddah : Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat (Ch3cooh) Terhadap Tegangan Tarik (Green Modulus 300%) Benang Karet (Count 37 Sw Ends 40) PT. Industri Karet Nusantara, 2008. USU Repository © 2009