perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id meningkatkan … · 2013-07-23 · ” belajar adalah...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01
SURUHKALANG KARANGANYAR
TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh :
FAJAR MAHENDRA
X7107027
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01
SURUHKALANG KARANGANYAR
TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh :
FAJAR MAHENDRA
X7107027
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul : ”MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS
DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 SURUHKALANG,
KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011”
Oleh :
Nama : FAJAR MAHENDRA
NIM : X7107027
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hari : Kamis
Tanggal : 23 Juni 2011
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Kuswadi, M.Ag Drs. Samidi, M.Pd
NIP. 19530506 198103 1 002 NIP. 19511108 198803 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul : ”MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS
DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 SURUHKALANG,
KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011”
Nama : FAJAR MAHENDRA
NIM : X7107027
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Kartono, M.Pd ........................
Sekretaris : Drs. Sukarno, M.Pd .........................
Anggota I : Drs. Kuswadi, M.Ag .........................
Anggota II : Drs. Samidi, M. Pd .........................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Fajar Mahendra. MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 SURUHKALANG KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis deskripsi dengan model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar tahun ajaran 2010/2011.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Prosedur penelitian ini terdiri dari dua siklus, dan setiap siklus terdapat dua kali pertemuan. Setiap pertemuan mempunyai empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan pada setiap pertemuan diadakan tes awal, tes proses dan post tes sehingga dapat diketahui ada tidaknya peningkatan kemampuan menulis deskripsi pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan model pebelajaran kontekstual. Sebagai subjek adalah siswa kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar yang berjumlah 32 anak. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, tes dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa ada peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa setelah dilaksanakan tindakan kelas dengan model pembelajaran kontekstual. Hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan menulis deskripsi siswa dari sebelum dan sesudah dilaksanakannya tindakan. Siklus I ada peningkatan kemampuan menulis deskripsi siswa dari nilai rata-rata 54,56 menjadi 61,34 dan dari pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 53,13% menjadi 71,88%. Sedangkan di siklus II terjadi peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa dari rata-rata siklus I yaitu 61,34 menjadi 70,96 dan dari pencapaian KKM 71,88% menjadi 90,62%. Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa kemampuan menulis deskripsi dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar Tahun Ajaran 2010/ 2011.
Kata kunci : Kemampuan menulis Deskripsi, Model Pembelajaran Kontekstual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Fajar Mahendra. IMPROVING THE DESCRIPTIVE WRITING MASTERY THROUGH CONTEXTUAL APPROACH AT THE FOURH YEAR STUDENTS OF SD NEGERI 01 SURUHKALANG KARANGANYAR I N THE ACADEMIC YEAR OF 2010/2011. Thesis, Surakarta, Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. July 2011.
The research are to improve the descriptive writing mastery through contextual approach at the fourth year students of SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar in the academic year of 2010/2011.
The method used in the research is qualitative research in the form of classroom action research (CAR). The research procedures consist of two cycles, and each cycle has two meetings. Each meeting has four steps, planning, treatment, observation, and then reflection. The research is done in two cycles, and there will be a pre-test and a post-test in each meeting to know the whether there is an improvement in the students’ descriptive writing mastery in teaching Bahasa Indonesia by using contextual approach. The subject is the the fourth year students of SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar consisting of thirthy two students. The techniques of collecting data are interview, observation, test, and documentation. The techniques of analyzing data are interactive analysis consisting of three components, they are data reduction, data display, and conclusion.
Based on the research result, it can be concluded that there is an improvement of writing descriptive essay after being given treatments through contextual approach. This is shown by the improvement in the students’ descriptive writing mastery before and after the treatments. Cycle I indicates the improvement in the students’ descriptive writing mastery from the mean 54.56 becomes 61.34, based on the Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 53.13% becomes 71.88%. Cycle II indicates the improvement in the students’ descriptive writing mastery from the mean of Cycle I, 61.34 becomes 70.96, and based on the Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 71.88% becomes 90.62%. Thus, it can be recommended that descriptive writing mastery can be improved through contextual approach in the fourth year students of SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar in the academic year of 2011/2012. Keywords: Descriptive writing mastery, contextual approach,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
” Barang siapa takut menghadapi persoalan ia sebenarnya takut menghadapi
sebuah kemajuan ”
(Bung Karno)
” Belajar adalah benang-benang yang membujur, dan pengalaman pribadi
adalah benang-benang yang melintang dalam membuat suatu tenunan
pengetahuan ”
(The Liang Gie)
” Dari air kita belajar ketenangan, dari batu kita belajar ketegaran, dari tanah
kita belajar kehidupan, melihat ke atas memperoleh semangat untuk maju,
melihat ke bawah bersyukur atas semua yang ada, melihat ke samping semangat
kebersamaan, melihat ke belakang sebagai pengalaman berharga, melihat ke
depan untuk menjadi yang lebih baik ”
( Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan Kepada:
Kedua orang tuaku (Wagiya dan Hari Pangesti) tersayang yang selalu memberi
dukungan, semangat, bantuan, serta doa yang tiada henti demi
lancarnya tugas skripsi ini.
Adikku (Deni) tersayang yang selalu memberi semangat dan doa.
Adikku tercinta yang selalu menemaniku dalam suka dan duka, serta menjadi
semangatku.
Sahabat-sahabatku (Kos Hidayat) yang memberikan semangat, dorongan dan
motivasi.
Semua teman-teman mahasiswa S1 PGSD kelas B angkatan 2007 yang selalu
membantu dan memberikan semangat kepada peneliti.
Keluarga Kampus PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta,
almamaterku tercinta tempat kutimba ilmu untuk menjadi pengabdi bangsa
Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkat,
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Meningkatkan Kemampuan Menulis Deskripsi Dengan Model
Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang,
Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini. Dalam
kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. H. Hadi Mulyono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Drs. Kuswadi, M.Ag., selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat
membantu dalam penulisan skripsi ini.
6. Drs. Samidi, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat
membantu dalam penulisan skripsi ini.
7. Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd., Pembimbing Akademik yang telah
memberikan arahan dan bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
8. Ibu Nanik Sarwigiyatni, S.Pd., selaku kepala sekolah SD Negeri 01
Suruhkalang Karanganyar yang telah mengijinkan mengadakan penelitian di
SD tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
9. Bapak Sugiyartoto, S.Pd.SD., selaku guru kelas IV SD Negeri 01
Suruhkalang Karanganyar yang telah membantu pelaksanaan penelitian di
kelas tersebut.
10. Bapak/Ibu Guru SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar yang banyak
memberikan bantuan dan dorongan.
11. Berbagai pihak yang telah membantu penulis, yang tidak mungkin penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
karena keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memberi
manfaat kepada penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
Surakarta, Juni 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv
HALAMAN ABSTRAK ...................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 7
A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 7
1. Hakikat Kemampuan Menulis Deskripsi ........................... 7
a. Pengertian Kemampuan ............................................... 7
b. Karakteristik Kemampuan ........................................... 8
c. Klasifikasi Kemampuan .............................................. 12
d. Pengertian Menulis ...................................................... 13
e. Ragam Menulis ............................................................ 14
f. Menulis Deskripsi ........................................................ 16
g. Tujuan Menulis Deskripsi ........................................... 18
h. Manfaat Menulis Deskripsi .......................................... 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
i. Penilaian Menulis Deskripsi ........................................ 21
2. Hakikat Model Pembelajaran Kontekstual ........................ 22
a. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual .............. 22
b. Dasar Teori Model Pembelajaran Kontekstual ............ 25
c. Karakteristik Model Pembelajaran Kontekstual .......... 26
d. Komponen Model Pembelajaran Kontekstual ............. 28
e. Langkah-langkah model pembelajaran Kontekstual .... 30
B. Penelitian yang Relevan .......................................................... 32
C. Kerangka Berpikir ................................................................... 33
D. Hipotesis Penelitian ................................................................ 36
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 37
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 37
B. Subjek dan Objek Penelitian ................................................... 38
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................ 38
D. Sumber Data ........................................................................... 40
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 40
F. Validtas Data .......................................................................... 42
G. Teknik Analisis Data .............................................................. 43
H. Indikator Kinerja ..................................................................... 45
I. Prosedur Penelitian ................................................................. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................ 48
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................... 48
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ......................................... 49
C. Deskripsi pelaksanaan Tindakan ............................................. 51
1. Siklus I .............................................................................. 51
2. Siklus II ............................................................................. 62
D. Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................... 72
E. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................. 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................. 83
A. Simpulan ................................................................................. 83
B. Implikasi ................................................................................. 83
C. Saran ....................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 86
LAMPIRAN ................................................................................................... 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
1.Penilaian Menulis deskripsi ........................................................................... 22
2. Rincian Waktu penelitian ............................................................................. 38
3. Hasil Nilai Kondisi Awal ............................................................................. 50
4. Hasil Nilai Siklus I ....................................................................................... 59
5. Hasil Perkembangan Nilai Kondisi Awal dan Siklus I ................................. 61
6. Hasil Nilai Siklus II ...................................................................................... 69
7. Hasil Perkembangan Nilai Siklus I dan Siklus II ......................................... 70
8. Hasil Perkembangan Nilai Pra Siklus,Siklus I dan Siklus II ........................ 77
9. Hasil Observasi Aktivitas Sisiwa dan Kinerja Guru .................................... 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
1. Alur Kerangka Berpikir .................................................................................. 35
2. Model interaktif Miles dan Hubermann……………………………………. 44
3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas .................................................................. 47
4. Grafik Data Nilai Kondisi Awal ..................................................................... 51
5. Grafik Data Nilai Siklus I ............................................................................... 60
6. Grafik Pekembangan Nilai Pra Siklus dan Siklus I ........................................ 61
7. Grafik Data Nilai Siklus II .............................................................................. 70
8. Grafik Perkembangan Nilai Siklus I dan siklus II .......................................... 71
9. Grafik Perkembangan Nilai Pra Siklus, Siklus I, dan siklus II ....................... 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman
1. Rincian Waktu dan Pelaksanaan Kegiatan Penelitian .............................. 89
2. Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan ........................... 90
3. Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan .............................. 92
4. Silabus Kelas IV ........................................................................................ 94
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................................. 97
6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ........................................... 109
7. Format Penilaian Menulis Deskripsi .......................................................... 122
8. Pedoman Observasi Aktivitas Siswa ......................................................... 125
9. Pedoman Observasi Kinerja Guru ............................................................. 129
10. Hasil Tes Kondisi Awal ............................................................................ 134
11. Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus I ....................................................... 136
12. Perolehan Hasil Tes Evaluasi Siklus II ...................................................... 140
13. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 dan 2 .................... 145
14. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 Dan 2.................. 150
15. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 dan 2 ................ 156
16. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 dan 2 .............. 161
17. Foto Kegiatan Pembelajaran ...................................................................... 166
18. Surat Ijin Penelitian .................................................................................... 172
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Fajar Mahendra. MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 SURUHKALANG KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis deskripsi dengan model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar tahun ajaran 2010/2011.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Prosedur penelitian ini terdiri dari dua siklus, dan setiap siklus terdapat dua kali pertemuan. Setiap pertemuan mempunyai empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan pada setiap pertemuan diadakan tes awal, tes proses dan post tes sehingga dapat diketahui ada tidaknya peningkatan kemampuan menulis deskripsi pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan model pebelajaran kontekstual. Sebagai subjek adalah siswa kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar yang berjumlah 32 anak. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, tes dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa ada peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa setelah dilaksanakan tindakan kelas dengan model pembelajaran kontekstual. Hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan menulis deskripsi siswa dari sebelum dan sesudah dilaksanakannya tindakan. Siklus I ada peningkatan kemampuan menulis deskripsi siswa dari nilai rata-rata 54,56 menjadi 61,34 dan dari pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 53,13% menjadi 71,88%. Sedangkan di siklus II terjadi peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa dari rata-rata siklus I yaitu 61,34 menjadi 70,96 dan dari pencapaian KKM 71,88% menjadi 90,62%. Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa kemampuan menulis deskripsi dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar Tahun Ajaran 2010/ 2011.
Kata kunci : Kemampuan menulis Deskripsi, Model Pembelajaran Kontekstual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Fajar Mahendra. IMPROVING THE DESCRIPTIVE WRITING MASTERY THROUGH CONTEXTUAL APPROACH AT THE FOURH YEAR STUDENTS OF SD NEGERI 01 SURUHKALANG KARANGANYAR IN THE ACADEMIC YEAR OF 2010/2011. Thesis, Surakarta, Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. July 2011.
The research are to improve the descriptive writing mastery through contextual approach at the fourth year students of SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar in the academic year of 2010/2011.
The method used in the research is qualitative research in the form of classroom action research (CAR). The research procedures consist of two cycles, and each cycle has two meetings. Each meeting has four steps, planning, treatment, observation, and then reflection. The research is done in two cycles, and there will be a pre-test and a post-test in each meeting to know the whether there is an improvement in the students’ descriptive writing mastery in teaching Bahasa Indonesia by using contextual approach. The subject is the the fourth year students of SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar consisting of thirthy two students. The techniques of collecting data are interview, observation, test, and documentation. The techniques of analyzing data are interactive analysis consisting of three components, they are data reduction, data display, and conclusion.
Based on the research result, it can be concluded that there is an improvement of writing descriptive essay after being given treatments through contextual approach. This is shown by the improvement in the students’ descriptive writing mastery before and after the treatments. Cycle I indicates the improvement in the students’ descriptive writing mastery from the mean 54.56 becomes 61.34, based on the Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 53.13% becomes 71.88%. Cycle II indicates the improvement in the students’ descriptive writing mastery from the mean of Cycle I, 61.34 becomes 70.96, and based on the Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 71.88% becomes 90.62%. Thus, it can be recommended that descriptive writing mastery can be improved through contextual approach in the fourth year students of SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar in the academic year of 2011/2012. Keywords: Descriptive writing mastery, contextual approach,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Nasional Republik Indonesia dan
bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah
Dasar. Dalam kurikulum kajian materi Bahasa Indonesia diajarkan mengenai
keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak, keterampilan
berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis (St.Y.Slamet, 2007:
4). Pembelajaran bahasa Indonesia bukan lagi ditekankan pada pengetahuan
bahasa, melainkan pada keterampilan berbahasa yang diberikan secara terpadu
yaitu meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Menulis dan membaca merupakan aktivitas komunikasi ibarat dua sisi
mata uang yang saling melengkapi (St.Y.Slamet, 2008: 95). Kebiasaan menulis
tidak mungkin terlaksana tanpa kebiasaan membaca. Meskipun belum tentu
membawa kebiasaan menulis, kebiasaan membaca akan memperluas pengetahuan
dan wawasan. Pengetahuan dan wawasan menjadi dasar kegiatan menulis dan
kebiasaan menulis tidak akan bermakna tanpa diikuti kebiasaan membaca.
Membaca adalah suatu proses penangkapan dan pemahaman ide,
sedangkan menulis merupakan serangkaian aktivitas (kegiatan) yang terjadi dan
melibatkan fase (tahap) yaitu pramenulis (persiapan), penulisan (pengembangan
tulisan), dan pasca penulisan (revisi atau penyempurnaan tulisan). Meskipun
demikian, masing-masing fase dari ketiga fase penulisan di atas tidaklah
dipandang secara kaku, selalu berurut, dan terpisah-pisah. Ketiganya harus
dipahami sebagai komponen yang memang ada dan dilalui oleh seorang penulis
dalam proses tulis-menulis.
Menurut Tarigan dalam Slamet (2008:99) menulis adalah melukiskan
lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
seseorang untuk dibaca orang lain yang dapat memahami bahasa dan lambang-
lambang grafis tersebut. Menulis bisa berupa narasi, deskripsi, eksposisi, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
argumentasi. Menulis deskripsi adalah paparan gambaran mengenai suatu hal atau
keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal
tersebut. Pembelajaran menulis diajarkan di Sekolah Dasar sejak kelas I sampai
dengan kelas VI. Kemampuan menulis di kelas I dan II merupakan kemampuan
awal atau tahap permulaan. Oleh karena itu, pembelajaran menulis di kelas I dan
II disebut pembelajaran menulis permulaan. Sedangkan di kelas III, IV, V, dan VI
disebut pembelajaran menulis lanjut. Jadi, di sekolah dasar ada dua jenis menulis
yakni menulis permulaan dan menulis lanjut.
Pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam menulis deskripsi di
Sekolah Dasar banyak mengalami hambatan karena ada beberapa faktor salah
satunya adalah penggunaan metode atau model pembelajaran yang kurang tepat,
sehingga menyulitkan guru untuk mengembangkan kemampuan menukis
deskripsi siswa. Pembelajaran menulis deskripsi di Sekolah Dasar pada saat ini
masih banyak diterapkan dengan metode konvensional yaitu pembelajaran yang
berfokus pada metode ceramah sehingga membuat siswa menjadi bosan dan sulit
menerima pelajaran. Hal ini yang menyebabkan hasil belajar siswa dalam materi
menulis deskripsi rendah dan perlu ditingkatkan. Kemampuan menulis deskripsi
dirasakan sangat penting dan perlu di tingkatkan karena kemampuan menulis
deskripsi merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap siswa untuk melatih kreatifitas
dalam menuangkan ide atau gagasan ke dalam bentuk suatu karangan.
Hasil pengamatan tersebut penulis menemukan kendala yang sama pada
siswa kelas IV di SD Negeri I Suruhkalang, dimana siswa mengalami kesulitan
menulis, siswa mengalami kesulitan di dalam menyusun kata-kata dengan
bahasanya sendiri dan siswa kurang berkembang dalam menulis karena
terbatasnya ide, pendapat dan pengetahuan menulis siswa karena metode yang
diterapkan masih konvensional. Dari hasil data yang ada menyebutkan bahwa
nilai dari siswa kelas IV SD Negeri I Suruhkalang yang berjumlah 32 siswa pada
kondisi awal (Lampiran 10 hal 134), terdiri atas 17 siswa mendapat nilai di atas
Kriteria Ketuntasan Mengajar (KKM) dan 15 siswa mendapat nilai dibawah
KKM. Dari data tersebut menunjukkan bahwa 53,17% siswa mendapatkan nilai
dibawah angka KKM mata pelajaran bahasa Indonesia SD Negeri I Suruhkalang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
yaitu 60. Ini berarti kemampuan menulis siswa kelas IV SD Negeri I Suruhkalang
masih tergolong rendah dan perlu ditingkatkan agar tercapai nilai hasil belajar
siswa.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti kemudian mencari cara untuk
dapat memperbaiki proses dan hasil belajar tersebut dengan alternatif pemecahan
masalah yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual ( constextual
teaching and learning-CTL ). Ada beberapa model pembelajaran yaitu 1) model
pembelajaran kooperatif. 2) model pembelajaran kontekstual. 3) model
pembelajaran quantum. 4) model pembelajaran terpadu. 5) model pembelajaran
berbasis masalah. Dari beberapa model pembelajaran di atas penulis
menggunakan model pembelajaran kontekstual karena pembelajaran kontekstual
merupakan pembelajaran yang melibatkan dunia nyata atau objek langsung
sehingga diharapkan dapat membantu dan mempermudah siswa dalam
meningkatkan kemampuan menulis deskripsi. Pembelajaran kontekstual
(Contexstual Teaching and Learning-CTL) adalah konsep belajar yang
mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa. ( Sugiyanto, 2009: 14).
Menurut Johnson dalam Sugiyanto (2009:14) Pembelajaran kontekstual
adalah proses pendidikan dimana siswa menghubungkan kehidupan keseharian
mereka dengan materi pembelajaran yang mempunyai keterkaitan dengan keadaan
pribadi, sosial dan budaya mereka. Anak akan belajar lebih baik jika lingkungan
yang diciptakan secara alamiah dan belajar menjadi lebih bermakna jika anak
mengalami apa yang dipelajari bukan hanya sekedar mengetahui, hal inilah yang
menjadi keterkaitan model pembelajaran kontekstual dengan menulis deskripsi
yaitu dimana siswa dapat menulis deskripsi berdasarkan keadaan nyata atau objek
langsung yang diamati. Model pembelajaran kontekstual proses pembelajaran
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami,
bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa secara terus menerus tetapi kerja
siswa secara mandiri. Pembelajaran kontekstual mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari. Ada 7 komponen yang melandasi tujuan pembelajaran kontekstual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
yaitu : kontruktivisme ( Construktivism ), bertanya ( Questioning ), menemukan
( Inquiri), masyarakat belajar ( Learning community ), pemodelan ( Modeling ),
dan penilaian sebenarnya ( authentic assessment ).
Melalui 7 komponen di atas dapat diterapkan dalam peningkatan
kemampuan menulis siswa dan di harapkan dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran kontekstual learning dapat meningkatkan kemampuan
menulis deskripsi dan mengatasi berbagai masalah yang ada yaitu: situasi belajar
yang kondusif, guru tidak lagi menggunakan model pembelajaran konvensional,
siswa lebih aktif dan kreatif dan memotivasi guru untuk menemukan model
pembelajaran yang baru guna meningkatkan minat siswa dan kemampuan siswa
dalam menulis terutama menulis deskripsi.
Berdasarkan uraian di atas, untuk membuktikan lebih lanjut peneliti
melakukan penelitian dengan judul ” MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENULIS DESKRIPSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 SURUHKALANG
KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011 ”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan di atas, rumusan
masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
” Apakah pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menulis
deskripsi siswa kelas IV SD Negeri I Suruhkalang Karanganyar Tahun Ajaran
2010/2011? ”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah di atas adalah untuk
mengetahui peningkatan kemampuan menulis deskripsi melalui model
pembelajaran kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri I Suruhkalang
Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
D. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian harus bermanfaat terhadap para pembaca maupun peneliti
sendiri. Adapun manfaat yang diharapkan adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan pengetahuan kepada pendidik untuk dapat meningkatkan
proses pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar melalui model
pembelajaran kontekstual dan menambah pengembangan proses
pembelajaran yang inovatif, kreatif, aktif dan menyenangkan.
b. Membantu pembinaan murid untuk meningkatkan keterampilan atau
kemampuan menulis deskripsi dalam pelajaran Bahasa Indonesia melalui
model pembelajaran kontekstual.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat :
a. Bagi Guru
Bagi guru hasil penelitian ini bermanfaat untuk memecahkan
permasalahan dan cara mengatasi masalah yang timbul dalam
pembelajaran menulis deskripsi. Selain itu penelitian ini juga bermanfaat
untuk meningkatkan inovasi pengembangan kualitas pembelajaran menulis
deskripsi dengan pendekatan kontekstual karena dalam proses
pembelajaran kontekstual dapat meningkatakan kreativitas guru dan tidak
lagi mengacu pada model pembelajaran konvensional yang selama ini
sering diterapkan pada saat proses pembalajaran.
b. Bagi siswa
Bagi siswa penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan siswa
dalam menulis deskripsi, menggali potensi siswa dalam menulis deskripsi,
dan meningkatkan minat atau antusias siswa dalam menulis deskripsi
dalam pembelajaran bahasa Indonesia dan menjadikan suasana
pembelajaran lebih menyenangkan karena menambah pemahaman siswa
tentang menulis deskripsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
c. Bagi sekolah
Bagi sekolah penelitian ini bermanfaat untuk menumbuhkan inovasi
sekolah dalam kegiatan pembelajaran dan memberikan sumbangan yang
positif khususnya dalam pelajaran bahasa indonesia dengan model
pembelajaran kontekstual dalam meningkatakan kemampuan menulis
deskripsi siswa, untuk itu sekolah dapat membantu sarana dan prasarana
untuk menunjang inovasi tersebut, karena dalam proses pembelajaran
dengan model kontekstual menggunakan media atau bahan ajar yang dapat
diperoleh dari lingkungan sekitar yang dapat dimanfaatkan secara efektif
dan efisien.
d. Bagi peneliti
Bagi peneliti hasil penalitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan
mengenai penggunaaan model pembelajaran yang tepata dalam proses
pembelajaran dan memperoleh bukti bahwa penerapan model
pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menulis
diskripsi pada siswa kelas IV SD Negeri I Suruhkalang Karanganyar
Tahun Ajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Hakikat Kemampuan Menulis Deskripsi
a. Pengertian Kemampuan
Kemampuan adalah pengetahuan atau kecakapan yang terlihat
Kemampuan mencangkup pula bakat dan prestasi yang dimiliki seseorang
yang merupakan hasil dari latihan atau bawaan sejak lahir dan digunakan
untuk mengerjakan sesuatu yang ditunjukkan melalui tindakannya.
Kemampuan dapat dikatakan sebagai kapasitas seorang individu untuk
melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.
Kemampuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud,
1999: 623) bersal dari kata “ mampu “ yang berarti bisa atau sanggup.
Kemampuan dapat diidentifikasi sebagai kesanggupan, kecakapan, kekuatan
atau potensi diri sendiri. Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam
melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan
sesuatu yang harus ia lakukan.
Menurut Chaplin (1997: 34) “ ability (kemampuan, kecakapan,
ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk
melakukan suatu perbuatan”. Sedangkan menurut Keith Davis dalam
mangkunegara (2000) kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi
(IQ) di atas rata-rata dan dengan pendidikan yang memadai serta terampil
dalam mengerjakan pekerjaanya sehari-hari, maka akan lebih mudah
mencapai kinerja maksiamal.
Kemampuan menurut Ubaidillah Nugraha (2003) mengungkapkan
bahwa kemampuan adalah keterampilan untuk mengeluarkan semua segala
daya internal, keunggulan, dan bakat agar bisa mendatangkan manfaat bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
diri sendiri maupun orang lain. Keterampilan diartikan sebagai kemampuan
melakukan sesuatu dengan tepat dan mahir.
Menurut Akhmad sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata
kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam
melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi yang
ada dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran mengharuskan
siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki.
Kemampuan merupakan suatu kekuatan untuk menunjukkan suatu tindakan
atau tugas khusus baik secara fisik maupun mental, dimana setiap tindakan atau tugas
yang berbeda menuntut kemampuan yang berbeda pula. Selain itu kemampuan juga
dapat dijadikan sebagai kekuatan untuk menunjukkan tindakan yang bersifat responsif,
terkoordinasi, dan pemecahan suatu masalah.
Menurut Robbins (2000: 46-48) menyatakan bahwa kemampuan bisa
merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek.
Dan kemampuan terdiri dari kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah suatu pengetahuan atau kecakapan untuk menunjukkan suatu
tindakan khusus, baik secara fisik maupun mental. Kemampuan mencangkup bakat
dan prestasi yang bisa mendatangkan suatu manfaat bagi dirinya dan orang lain serta
dapat dijadikan sebagai kekuatan untuk menunjukkan tindakan responsif dan
pemecahan problem mental.
b. Karakteristik Kemampuan
Kemampuan mempengaruhi langsung fisik dan mental seseorang.
Untuk mengetahui seseorang yang mempunyai kemampuan sesuai dengan
yang diinginkan dapat diketahui dengan melihat karakteristik atau ciri-cirinya.
Karakteristik kemampuan atau ciri-ciri kemampuan ada tiga macam yaitu :
1) Kemampuan kognitif
Kemampuan kognitif adalah kemampuan yang menekankan pada
aspek intelektual individu yang terdiri dari :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
a) Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan yang mencangkup kemampuan kognitif adalah
pengetahuan hafalan yang merupakan tingkatan terendah/sederhana
yang berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap
pengetahuan tentang fakta, istilah, prinsip, pasal, hukum, bab, ayat,
rumus, dan sebagainya.
b) Pemahaman
Pemahaman yang mencangkup kemampuan kognitif adalah
pemahaman yang berhubungan dengan sejenis pemahaman yang
menunjukkan bahwa seseorang mengetahui apa yang sedang
dikomunikasikan dan dapat menggunakan sebagai bahan pengetahuan
atau ide tertentu tanpa perlu menghubungkannya dengan bahan
lainnya. Selain itu kemampuan pemahaman adalah kemampuan
membedakan, mengubah, mempersiapkan, menanyakan, mengatur,
menjelaskan, mendemonstrasikan, dan memberi contoh.
c) Penerapan
Penerapan adalah kesanggupan menerapkan suatu konsep, ide, rumus,
hokum, dan situasi yang baru. Penerapan dapat berbentuk prosedur,
gagasan umum, atau metode yang diterapkan dalam proses pemecahan
masalah.
d) Analisis
Analisis mencakup penguraian suatu ide ke dalam unsur-unsur
pokoknya sedemikian rupa sehingga menjadi jelas apa maksud ide
tersebut, atau hubungan antar unsumya menjadi jelas. Analisis seperti
itu dimaksudkan memperjelas ide yang bersangkutan, atau untuk
menunjukkan bagaimana ide itu disusun. Di samping itu juga
dimaksudkan untuk menunjukkan caranya menimbulkan efek maupun
dasar dan penggolongannya.
e) Sintesis
Sintesis adalah merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur
pokok ke dalam struktur yang baru. Sintesis memerlukan kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
hafalan, pemahaman, aplikasi dan analisis agar dapat menemukan
sesuatu yang baru untuk lebih mudah dikembangkan.
f) Evaluasi
Evaluasi merupakan kesanggupan memberi keputusan tentang nilai
suatu berdasarkan pendapat yang dimiliki dan kriteria yang
dipakainya. Evaluasi menyangkut penilaian bahan dan metode untuk
mencapai tujuan tertentu. Penilaian diadakan untuk melihat sejauh
mana bahan dan metode memenuhi kriteria tertentu.
2) Kemampuan Afektif
Kemampuan afektif adalah kemampuan yang menekankan pada
aspek sikap, emosi dan perasaan individu yang terdiri dari :
a) Menerima
Menerima yaitu kepekaan dalam menerima rangsangan/stimulus dari
luar baik dalam bentuk masalah, situasi atau keadaan. Dalam hal ini
kesadaran keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dsan seleksi
gejala atau rangsangan dari luar.
b) Merespon
Merespon merupakan kesengajaan untuk menanggapi jawaban yaitu
reaksi yang diberikan seseorang terhadap ketepatan reaksi, perasaan,
kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang
c) Penilaian
Penilaian yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap
gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya
kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk
menerima nilai dan kesepakatan nilai tersebut.
d) Organisasi
Organisasi yaitu kemampuan membentuk pengembangan nilai ke
dalam satu sistem organisasi termasuk menemukan hubungan satu nilai
dengan nilai dan kemantapan prioritas nilai yang dimilikinya. Yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
termasuk dalam organisai adalah konsep tentang nilai, organisasi dan
sistem nilai.
e) Karakteristik nilai
Karakteristik nilai yaitu keterpaduan dari semua nilai yang telah
dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah
lakunya.
3) Kemampuan psikomotor
Kemampuan psikomotor adalah kemampuan yang menekankan
pada aspek keterampilan motorik individu yang terdiri dari :
a) Persepsi
Persepsi adalah kegiatan yang bersifat motoris yaitu menyadari obyek,
sifat, atau hubungan-hubungan melalui alat indera. Langkah inilah
bagian utama dalam rangkaian situasi-situasi interprestasi tindakan
yang menimbulkan suatu kegiatan yang bersifat motoris.
b) Respon terbimbing
Respon terbimbing adalah tingkat permulaan dalam mengembangkan
keterampilan motoris. Yang ditekankan ialah kemampuan-kemampuan
yang merupakan bagian dan keterampilan yang lebih kompleks.
Respon terbimbing adalah perbuatan individu yang dapat diamati,
yang terjadi dengan bimbingan individu lain.
c) Respon mekanis
Respon mekanis adalah taraf kemampuan dan keterampilan seseorang
melakukan suatu perbuatan atau kegiatan. Terbentuknya kebiasaan
dalam dirinya untuk merespon sesuai dengan jenis-jenis perangsang
dan situasi yang dihadapi.
d) Respon kompleks
Respon kompleks adalah taraf individu dapat melakukan perbuatan
motoris yang boleh dianggap kompleks, karena pola gerakan yang
dituntut sudah kompleks. Perbuatan itu dapat dilakukan secara efisien
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dan lancar, yaitu dengan menggunakan tenaga dan waktu yang
sesedikit mungkinan.
c. Klasifikasi Kemampuan
Kemampuan dapat dilihat dari tingkatan atau klasifikasinya.
Klasifikasi kemampuan dibedakan menjadi dua yaitu kemampuan intelektual
dan kemampuan fisik. Menurut Robbins (2000: 46-48) menyatakan bahwa
kemampuan terdiri dari :
1) Kemampuan intelektual
Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk
melakukan berbagai aktivitas mental, berfikir, menalar dan memecahkan
masalah individu. Sebagian besar individu yang cerdas juga lebih mungkin
menjadi pemimpin dalam suatu kelompok karena menempatkan
kecerdasan untuk alasan yang tepat dan pada nilai tertinggi.
Kemampuan intelektual biasanya lebih dominan pada saat
mngerjakan hal-hal yang bersifat akademis dan formal, misalnya
menghadapi ujian sekolah,ujian mencari pekerjaan ataupun kemampuan
memecahkan masalah umum dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang
mempunyai kemampuan intelektual di atas rata-rata biasa disebut anak
jenius atau mempunyai tingkat kemampuan intelegensi yang tinggi.
2) Kemampuan fisik
Kemampuan fisik adalah kemampuan melakukan aktivitas
berdasarkan stamina, keterampilan, kekuatan dan karakteristik fisik.
Kemampuan fisik lebih ditekankan pada kekuatan badan (raga) dalam
melakukan sesuatu atau aktivitas dan kemampuan fisik setiap individu
berbeda-beda.
Kemampuan fisik biasanya lebih dominan pada saat melakukan
hal-hal yang bersifat jasmani atau kemampuan tubuh seseorang dalam
melakukan suatu hal yang membutuhkan kekuatan fisik atau tubuh,
misalnya kemampuan fisik yang di atas rata-rata adalah pada seorang atlet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
olahraga yang mempunyai kemampuan fisik di atas rata-rata dari pada
orang normal.
d. Pengertian Menulis
Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang yang bersifat
produktif, karena menulis lebih banyak menekankan pada penuangan ide dan
gagasan dalam bentuk kata-kata, susunan kalimat, dan menjadi satu gagasan.
Menulis adalah sebuah bentuk komunikasi yang berupa pesan yang
disampaikan kepada orang lain dalam bentuk tulisan.
Menurut Tarigan dalam St.Y. Slamet (2008: 99) menulis adalah
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan
suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang dapat
membaca lambang-lambang grafik tersebut jika mereka memahami bahasa
dan gambaran grafik tersebut.
Puji Santoso (2008:64) berpendapat bahwa menulis merupakan sebuah
proses atau hasil kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan
sebuah tulisan. Sedangkan menurut McCrimmon dalam St.Y. Slamet
(2008:96) menulis merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan
mengenai suatu objek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara
menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan
jelas.
Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan
(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya
(Suparno dan M. Yunus (2007:3). Pesan adalah isi atau muatan yang
terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan simbol atau lambang
bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Dengan demikian,
dalam komunikasi tulis terdapat empat unsure, yaitu : Penulis sebagai
penyampai pesan, isi tulisan, media berupa tulisan dan pembaca sebagai
penerima pesan.
Menulis itu bukan hanya berupa melahirkan pikiran atau perasaan saja,
melainkan juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis
bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana dan tidak perlu dipelajari tepai
justru dikuasai. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang bersifat
produktif, karena menulis lebih banyak menekankan pada penuangan ide dan
gagasan dalam bentuk kata-kata, susunan kalimat dan menjadi satu gagasan
alinea. Selain itu menulis adalah kegiatan dalam bentuk komunikasi berupa
penyampaian pesan secara tertulis kepada orang lain.
Menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang
grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang
mempumyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut.
Menulis adalah salah satu cara dalam berkomunikasi mengenai pengungkapan
gagasan, pikiran, perasaan dan kehendak kepada orang lain secara tertulis.
Contoh bentuk menulis dalam berkomunikasi kepada orang lain adalah
menulis karangan, menulis surat, menulis puisi, menulis laporan dan
sebagainya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis
adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada
pihak lain yang berisi suatu rangkaian kegiatan pengungkapan gagasan,
pikiran, perasaan, dan pengalaman dengan bahasa tulis yang diorganisasikan
secara logis dan sistematis sehingga dapat dipahami oleh pembaca.
e. Ragam Menulis
Suatu tulisan atau karangan secara umum mengandung dua hal, yaitu
isi dan cara pengungkapan atu penyajian. Banyak cara yang dipilih untuk
mengemukakan gagasan dalam sebuah tulisan. Suparno dan M. Yunus
(2007:11) berpendapat bahwa tulisan atau karangan dapat disajikan dalam
lima bentuk atau jenis yaitu deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan
persuasi.
Menurut St.Y. Slamet (2008:103) bentuk menulis terdiri dari ragam
wacana: deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi dan persuasi. Berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis dapat berbentuk
deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
Deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau
menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan,
pengalaman, dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau
memungkinkan terciptanya imajinasi (daya khayal) pembaca sehingga dia
seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa yang dialami
penulisnya. Melalui deskripsi seorang penulis menolong pembaca menemukan
ketajaman perasaan, penglihatan, pengaruh emosi dan menciptakan imajinasi
berdasarkan pengalaman penulisnya.
Narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu
peristiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya
kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan, atau rangkaian terjadinya
suatu hal. Narasi mempunyai ciri-ciri yaitu berisi cerita tentang kehidupan
manusia, peristiwa yang merupakan kehidupan nyata, dalam peristiwa tersebut
ada konflik dan diceritakan dalam tulisan narasi dengan menggunakan cara
kronologis.
Eksposisi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk
menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat
memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya.
Sasarannya adalah menginformasikan sesuatu tanpa ada maksud
mempengaruhi pikiran, perasaan dan sikap pembacanya. Dalam eksposisi
yang disampaikan oloeh penulis adalah sekedar memperjelas apa yang akan
disampaikannya. Dengan demikian eksposisi adalah bentuk wacana yang
tujuannya untuk memberitahukan atau menguraikan suatu hal yang dapat
memperluas dan menambah pengetahuan pembacanya.
Argumentasi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk
meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya.
Karena tujuannya meyakinkan pendapat atau pemikiran pembaca, maka
penulis akan menyajikan secara logis, kritis, dan sistematis bukti-bukti yang
dapat memperkuat keobjektifan dan kebenaran yang disampaikan sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
dapat menghapus konflik dan keraguan pembaca terhadap pendapat penulis.
Dalam menulis argumentasi penulis dituntut untuk dapat menyajikan
pendapatnya secara logis, kritis dan sistematis. Penulis juga harus dapat
menyampaikan bukti-bukti yang dapat memperkuat keobjektifan dan
kebenaran sehingga dapat menghapus konflik dan keraguan pembaca terhadap
pendapat penulis.
Persuasi adalah ragam wacana yang ditulis untuk mempengaruhi sikap
dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya.
Berbeda dengan argumentasi yang pendekatannya bersifat rasional dan
diarahkan untuk mencapai suatu kebenaran, persuasi lebih menggunakan
pendekatan emosional atau psikologis karena persuasi bertujuan mencapai
kesepakatan dengan dengan orang yang dipersuasi, selain itu penulis persuasi
mempersembahkan fakta dan opini yang dapat diperoleh pembaca untuk
dimengerti. Contoh tulisan persuasi adalah iklan, selebaran atau kampanye.
Dengan demikian dapat disimpulkan persuasi adalah suatu bentuk wacana
yang bertujuan untuk membujuk atau mempengaruhi sikap dan pendapat
pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan oleh penulisnya.
f. Menulis Deskripsi
Suatu karangan deskripsi dapat dilihat dari bahasa yang digunakan, isi
tulisan/karangan, dan bentuk atau cara penyajiannya. Kegiatan menulis
bukanlah pekerjaan sulit, bercerita lalu menuliskan di atas kertas, tetapi hal itu
membutuhkan kemampuan apalagi dalam menulis deskripsi yang pada intinya
adalah menulis dalam bentuk wacana yang melukiskan atau menggambarkan
suatu objek yang bertujuan untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman
pembaca.
Menurut Suparno dan Yunus (2008:46) kata deskripsi berasal dari
bahasa latin “describere” yang berarti melukiskan atau menggambarkan
sesuatu. Karangan deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan
sesuatu sesuai dengan kenyataan sebenarnya, sehingga pembaca dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
melihat, mendengar, mencium, dan merasakan yang ditulis sesuai dengan citra
penulisnya.
Deskripsi adalah suatu teknik menulis menggunakan detail dengan
tujuan membuat pembaca seakan-akan berada di tempat kejadian, ikut
merasakan, mengalami, melihat dan mendengar mengenai satu peristiwa atau
adegan. Menulis deskripsi bisa membuat karakter yang digambarkan lebih
hidup gambarannya di benak pembaca.
Menurut Keraf menulis deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang
berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga
objek itu seolah-olah berada di depan mata pembaca, seakan-akan pembaca
melihat sendiri objek itu. Deskripsi memberi satu citra mental mengenai
sesuatu hal yang dialami, misalnya pemandangan, benda, orang atau sensasi.
Karangan atau karya tulis deskripsi memiliki ciri-ciri, yaitu
1) Berupaya memperlihatkan rincian tentang objek. 2) Lebih bersifat
mempengaruhi emosi dan membentuk imajinasi pembaca. 3) Umumnya
menyangkut objek benda, alam, warna, dan manusia. 4) Oraganisasi
penyajiannya dengan gaya bahasa yang memikat sehingga menarik
pembacanya.
Pola pengembangan karangan deskripsi ada 3, yaitu 1) Karangan
deskripsi spasial, karangan ini menggambarkan objek khusus ruangan, benda
atau tempat. 2) Karangan deskripsi subjektif, karangan ini menggambarkan
objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis. 3) Karangan deskripsi
objektif, karangan ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau
sebenarnya.
Menulis deskripsi juga harus memperhatikan langkah-langkahnya agar
menulis lebih teratur dan sesuai dengan apa yang akan dideskripsikan. Berikut
adalah langkah-langkah dalam menulis deskripsi yaitu 1) Tentukan tujuan,
dimana sebelum menulis deskripsi kita harus menentukan tujuan kita menulis
agar apa yang ditulis sesuai dengan arah tulisan/karangan yang dibuat.
2) Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan, agar tulisan yang kita
buat jelas mengenai objek yang kita pilih dan menggambarkan objek yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
sesungguhnya kedalam tulisan. 3) Mengumpulkan data dengan mengamati
objek yang akan dideskripsikan, semakin banyak data yang terkumpul
mengenai objek yang kan dideskripsikan akan semakin mempermudah kita
dalam menulis deskripsi. 4) Menyususn data tersebut ke dalam urutan yang
baik, mengenai urutan lokasi atau tempat dan waktu sebelum membuat
kerangka karangan. 5) Menyusun kerangka karangan dan menguraikan
kerangka karangan menjadi deskripsi yang sesuai dengan tema yang telah
ditentukan.
Dengan demikian, dalam menulis deskripsi yang baik menurut Sabarti
Akhadiah dalam Suparno dan Yunus (2008:48) dituntut tiga hal, yaitu
1) Kesanggupan berbahasa lisan yang memiliki kekayaan nuansa dan bentuk.
2) kecermatan pengamatan dan keluasan pengetahuan tentang sifat, ciri, dan
wujud objek yang dideskripsikan. 3) Kemampauan memilih detail khusus
yang dapat menunjang ketepatan dari keterhidupan deskripsi.
g. Tujuan Menulis Deskripsi
Tujuan menulis deskripsi adalah membuat para pembaca menyadari
dengan hidup apa yang diserap penulis melalui pancaindera, merangsang
perasaan pembaca mengenai apa yang digambarkannya, menyajikan suatu
kualitas pengalaman langsung. Objek yang dideskipsikan mungkin sesuatu
yang bisa ditangkap dengan pancaindera kita, sebuah pemandangan alam,
jalan-jalan kota, kebun binatang, pasar, terminal, bahkan wajah seseorang
yang cantik molek, atau seseorang yang sedang menangis, alunan musik atau
gelegar guntur, dan sebagainya.
Tujuan menulis deskripsi dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang
yaitu 1) Segi penulis, terdapat beberapa macam tujuan menulis yaitu memberi
tahu, mengajar, meyakinkan, menghibur dan mengekspresikan peranan. 2)
Segi pembaca, penulis tidak hanya memilih satu pokok pembicaraan yang
cocok, tetapi juga harus menentukan pembacanya dari pertimbangaan usia,
jenis kelamin, tempat tinggal, budaya, agama, politik, dan sebagainya. 3) Segi
waktu menulis mencangkup masalah keadaan yang melibatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
berlangsungnya suatu kejadian tertentu, waktu dan tempat. Tujuan menulis
adalah untuk menyampaikan pesan, informasi, dan tujuan dari penulis melalui
tulisan itu sendiri.
Tujuan Menulis menurut Iskandarwassid (2008) mengemukakan
bahawa tujuan menulis berdasarkan tingkatannya adalah menulis tingkat
pemula, menulis tingkat menengah, menulis tingkat lanjut. Lebih jelasnya
tujuan menulis berdasarkan tingkat lanjut yang berhubungan dengan menulis
deskripsi atau menulis karangan deskripsi secara umum bertujuan untuk 1)
Menceritakan sesuatu, baik hal-hal yang detail, hal-hal yang diamati secara
langsung maupun menceritakan imajinasi atau ide dan gagasan yang
diungkapkan dalam bentuk tulisan. 2) Memberikan petunjuk atau pengarahan
mengenai suatu hal atau objek yang diamati dalam menulis deskripsi yang
berupa langkah-lagkah mengenai suatu perintah baik langsung dan tidak
langsung. 3) Menjelaskan sesuatu hal yang belum dimengerti dari hasil objek
yang diamati tau objek yang dijadikan tema karangan. 4) Meyakinkan dan
memberitahukan secara langsung dan tidak langsung kepada pembaca bahwa
tulisan yang ditulis merupakan sesuatu hal yang bisa dipahami atau dimengerti
dari objek yang diamati dalam menulis karangan deskripsi. 5) Merangkum
atau menyimpulkan isi dari tulisan yang dibuat berdasarkan tema dari objek
yang diamati.
Berdasarkan uraian di atas, tujuan menulis adalah memberitahu,
mengekspresikan peranan, menentukan pembaca, dan menyampaikan
informasi dari penulis kepada pembaca mengenai berlangsungnya suatu halt
au kejadian tertentu.
h. Manfaat Menulis Deskripsi
Manfaat menulis adalah sebagai sarana pengungkapan diri,
mengembangkan daya kreativitas dan mengembangkan tentang pemahaman
bahasa terutama bahasa tulis. Manfaat menulis lebih jelasnya lagi adalah
sebagai bentuk untuk pengekspresian diri yang dapat diungkapkan dalam
bentuk tulisan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Menurut Suparno dan Yunus (2008:4) Manfaat menulis adalah untuk
menungkatakan kecerdasan, mengembangkan daya inisiatif atau kreativitas,
menumbuhkan keberanian dan mendorong kemauan atau kemampuan
mengumpulkan informasi.
Kegiatan menulis banyak manfaatnya, antara lain : 1) Menulis itu
penting supaya ilmu tidak hilang. Jika ilmu diibaratkan hewan buruan, maka
menulis adalah tali kekangnya. Supaya hewan buruan tidak lari kemana-mana,
mesti ada tali kekangnya. Demikian pula dengan ilmu dan menulis. 2) Menulis
untuk mengoptimalkan otak kanan. Otak kanan ini yang berfungsi untuk hal-
hal “non-logical”, semacam mempertajam perasaan, misalanya.
menumbuhkan rasa empati, meningkatkan sensitivitas, meningkatkan
kreativitas, dll. 3) Menulis itu untuk mengurangi kesulitan seseorang
memahami sesuatu hal yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan maupun
hal-umum dalam kehidupan sehari-hari.
Manfaat menulis antara lain adalah : 1) Mengurangi stres. Kondisi
mental orang-orang yang terbiasa mengekspresikan emosi atau masalah
dengan menulis, lebih stabil dibandingkan orang yang tidak biasa menulis. 2)
Menjaga semangat dan komitmen. Setiap tulisan yang kita buat akan
mengingatkan kita pada komitmen yang telah kita buat, dan itu adalah obat
yang sangat baik untuk membangkitkan semangat yang kerap kali pudar di
tengah jalan. 3) Mencari dan memperkaya inspirasi. Menulis tentang sesuatu
akan mendorong kita untuk mencari hal yang akan memperkuat materi
penulisan. 4) Meningkatkan kreativitas. Menulis yang rutin lama-kelamaan
akan mendorong kita untuk terus menggali lebih dalam bagaimana cara
menulis yang baik, penyampaian yang sistematis, dan gaya penulisan yang
menarik. 5) Menyimpan memori. Menyimpan memori adalah salah satu
“tujuan utama” sebagian orang menulis, baik itu buku harian, buku umum
ataupun dalam blog di internet dan lain-lain.
Secara umum kegiatan menulis banyak manfaatnya yaitu 1) Dapat
mengenali kemampuan dan potensi pribadi yang berkaitan dengan
permasalahan yang ditulis. 2) Dapat mengembangkan dan menghubung-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
hubungkan beberapa gagasan tau pemikiran. 3) dapat memperluas wawasan
dan kemampuan berfikir, baik dalam bentuk teoritis maupun dalam bentuk
terapan. 4) Dapat menjelaskan dan mempertegas suatu masalah. 5) Dapat
menilai gagasan sendiri secara objektif. 6) Dapat memotivasi diri untuk
belajar dan membaca lebih giat. 7) Dapat membiasakan diri untuk berfikir dan
berbahasa secar baik dan benar sesuai tata kaidah kebahasaan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulakan bahwa manfaat
menulis adalah untuk meningkatkan kecerdasan, menumbuhkan kreatifitas,
mengungkapakan perasaan dan mengembangkan kemampuan berbahasa
secara baik dan benar sesuai tata kaidah kebahasaan.
i. Penilaian menulis Deskripsi
Dalam menilai keterampilan menulis deskripsi penilaian di SD lebih
sulit dilaksanakan dibanding dengan penilaian keterampilan menulis lainnya
karena persiapan, pelaksanaan, dan perskorannya memerlukan banyak waktu
dan tenaga. Memang banyak sekali aspek atau faktor yang harus diidentifikasi
dalam penilaian keterampilan menulis. Semua ini merupakan masalah
penilaian keterampilan menulis yang harus dihadapi guru. Namun demikian,
upaya melaksanakan penilaian keterampilan menulis harus dilaksanakan demi
pencapaian tujuan pembelajaran keterampilan menulis yang diharapkan.
Keterampilan menulis hanya dapat diperoleh dengan jalan praktik dan
banyak latihan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya perlu diadakan tes
untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai siswa. Menurut
Burhan Nurgiyantoro (2010 : 440) mengungkapakan bahwa komponen
penilaian menulis deskripsi meliputi beberapa aspek format penilaian dan
deskriptor penilaian ( Lampiran 7 hal 122).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Komponen-komponen yang perlu diperhatikan khusus dalam tes
(penilaian) menulis deskripsi adalah seperti tabel 1 berikut:
Tabel 1. Komponen-komponen penilaian menulis deskripsi
No Nama
Siswa
Aspek Yang Dinilai Skor
Total
Ket
Isi Organisasi Kosa
kata
Pengembangan
Bahasa
Mekanik
Keterangan :
Nama Aspek Yang Dinilai Jumlah
Isi Organisasi Kosa kata Pengembangan
Bahasa
Mekanik
X 30 25 20 15 10 100
Kriteria Penilaian NA (NilaiAkhir) = 30 + 25 + 20 + 15 + 10
= 100 ( Skor Akhir)
2. Hakikat Model Pembelajaran Kontekstual
a. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual
Tujuan kegiatan pembelajaran adalah membantu siswa mencapai
kemampuan secara optimal untuk dapat belajar lebih mudah dan efektif, untuk
mencapai hal tersebut perlu adanya kerangka pembelajaran secara konseptual
(model pembelajaran) yang menentukan tercapainya tujuan pembelajaran.
Model pembelajran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu dan berfungsi merencanakan atau melaksanakan
aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran ada banyak macamnya salah
satunya adalah model pembelajaran kontekstual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Menurut Mills dalam Agus Supriyono (2010:45) Model pembelajaran
adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran mengacu pada
pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar. Melalui model pembelajaran guru dapat
membantu peserta didik mendapat informasi, ide, keterampilan, cara berfikir
dan mengekspresikan ide.
Menurut Rusman ( 2010:144) model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk rencana
pembelajaran, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran di kelas. Model pembelajaran dapat dijadikan pola artinya para
guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk
mencapai tujuan pendidikannya.
Menurut Chauhan dalam Abdul Aziz Wahab (2009:52)
mengungkapkan bahwa “ Model of teaching be defined as an instructional
design which describes the proses of specifying and producing particular
environmental situations which cause the students to interact in such a way
that a specific change occurs in their behavior”. Apabila diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: Model pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai desain intuksional yang mendeskripsikan proses dalam
merinci dan menghasilkan situasi lingkungan yang menyebabkan siswa
berinteraksi sehingga suatu perubahan yang spesifik tercermin dalam perilaku
mereka. Degan memperhatikan pendapat tersebut model pembelajaran adalah
perencanaan pembelajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada
proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa
seperti yang diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Pembelajaran kontekstual (Contexstual Teaching and Learning-CTL)
adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. ( Sugiyanto, 2009:
14).
Menurut Johnson dalam Sugiyanto (2009:14) pembelajaran
kontekstual adalah proses pendidikan dimana siswa menghubungkan
kehidupan keseharian mereka dengan materi pembelajaran yang mempunyai
keterkaitan dengan keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka, karena anak
belajar lebih baik jika lingkungan yang diciptakan alamiah dan belajar
menjadi lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajari bukan hanya
sekedar mengetahui.
Menurut Johnson (2009: 65) mendefinisikan pembelajaran
kontekstual/CTL sebagai berikut :
“ Kontekstual/CTL adalah sebuah sistem yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Setiap bagian CTL yang berbeda-beda ini memberikan sumbangan dalam mendorong siswa memahami tugas sekolah. Secara bersama-sama, mereka membentuk suatu sistem yang memungkinkan para siswa melihat makna di dalamnya dan mengingat materi akademik”.
Menurut Rusman (2010: 187) pembelajaran kontekstual/CTL adalah
usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa
merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus
menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata. Pembelajaran
kontekstual tidak hanya difokuskan pada pemberian pembekalan kemampuan
yang bersifat teoritis saja, akan tetapi bagaimana agar pengalaman belajar
yang dimiliki siswa itu senantiasa terkait dengan permasalahan-permasalahan
aktual yang terjadi di lingkungannya. Inti dari CTL adalah keterkaitan setiap
materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk mengaitkanya
bisa dilakukan berbagai cara, selain karena memang materi yang bisa
dipelajari secara langsung terkait dengan kondisi faktual, juga bisa disiasati
dengan pemberian ilustrasi atau contoh, sumber belajar, dan media, yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
memang baik secara langsung maupun tidak diupayakan terkait atau ada
hubungan dengan pengalaman hidup nyata. Dengan demikian, pembelajaran
kontekstual selain lebuh menarik, juga akan dirasakan sangat dibutuhkan oleh
setiap siswa karena apa yang dipelajari dirasakan langsung manfaatnya.
b. Dasar Teori Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran dan pengajaran kontekstual sasaran utamanya untuk
mencari makna dengan menghubungkan pekerjaan akademik dengan
kehidupan keseharian. Memahami prinsip ini model pembelajaran kontekstual
menerapkan tiga prinsip dalam pelaksanan pembelajarannya. Menurut
Johnson dalam Sugiyanto (2009: 15) Pandangan ilmu pengetahuan bahwa
alam semesta itu hidup, tidak diam, dan bahwa alam semesta ditopang oleh
tiga prinsip kesaling-bergantungan, diferensiasi, dan organisasi diri. Ada tiga
pilar dalam sistem pembelajaran kontekstual/CTL, yaitu:
1) CTL mencerminkan prinsip kesaling-bergantungan.
Kesaling-bergantungan mewujudkan diri, misalnya ketika para
siswa bergabung untuk memecahkan masalah dan ketika para guru
mengadakan pertemuan dengan rekannya. Hal ini tampak jelas ketika
subjek yang berbeda dihubungkan dan ketika kemitraan menggabungkan
sekolah dengan dunia bisnis dan komunitas.
2) CTL mencerminkan prinsip diferensiasi.
Diferensiasi menjadi nyata ketika CTL menantang para siswa
untuk saling menghormati keunikan masing-masing, untuk menghormati
perbedaan-perbedaan, untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru yang
berbeda dan tahapan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda
kemantapan dan kekuatan.
3) CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri.
Pengorganisasian diri terlihat ketika para siswa mencari dan
menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda,
mendapat manfaat dari umpan balik yang diberikan oleh penilai autentik,
mengulas usaha-usaha mereka dalam tuntutan tujuan yang jelas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
standar yang tinggi, dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang
berpusat pada siswa yang membuat hati mereka bernyanyi.
Proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dengan
kontekstual (CTL) dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami,
bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih
dipentingkan daripada hasil. Dalam konteks itu siswa perlu mengerti apa
makna belajar, apa menfaatnya, mereka dalam status apa dan bagaimana
mencapainya. Dengan demikian mereka belajar yang berguna bagi hidupnya,
mereka memposisikan dirinya yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya
nanti. Mereka mempelajarai sesuatau yang bermanfaat bagi dirinya dan
berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai
pengarah dan pembimbing. Untuk mencipatakan kondisi tersebut diperlukan
sebuah strategi belajar yang mendorong siswa mengkontruksi pengetahuan di
benak mereka sendiri. Melalui strategi pembelajaran kontekstual/CTL siswa
diharapkan belajar mengalami bukan menghafal.
c. Karakteristik Model Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran kontekstual bersifat aktif, kreatif dan gembira
dalam proses pembelajaran, karena berhubungan dengan situasi dunia nyata.
Menurut Sugiyanto (2009: 23) mengemukakan beberapa ciri atau karakteristik
kelas yang menggunakan model pembelajaran kontekstual adalah:
1) Pengalaman nyata
Pengalaman nyata adalah memberikan pengalaman nyata kepada
siswa dalam proses kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini pengalaman
nyata yang diberikan adalah bentuk pengamatan objek secara langsung
dialami, dilihat dan dimengerti oleh siwa pada saat menerima pelajaran
sehingga siswa menyadari betul bahwa pengalaman nyata yang diberikan
guru benar-benar ada dilingkungan kehidupan sehari-hari.
2) Kerja sama yang saling menunjang
Kerjasama yang saling menunjang dalam proses pembelajaran
kontekstual adalah kerjasama antara guru dan murid dalam mewujudkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
proses pembelajaran kontekstual yang sebenarnya dan dilaksanakan
secara benar yaitu dimana guru memfasilitasi dan memotivasi siswa
sehingga siswa melaksanakan apa perintah guru berdasarkan prinsip
pelaksanaan pembelajaran kontekstual.
3) Gembira belajar dengan bergairah
Pembelajaran kontektual di dalam kelas bersifat gembira belajar
dengan bergairah yaitu membuat siswa bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran dan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran karena ada
gairah dalam belajar maka dalam proses pelaksanaan model pembelajaran
kontekstual siswa dapat nyaman di dalam kelas saat kegiatan belajar
mengajar.
4) Pembelajaran terintegrasi
Pembelajaran terintegrasi adalah proses pembelajaran yang
menyeluruh namun membentuk satu kesatuan dalam kegiatan belajar
mengajar dimana antara guru dan siswa bergabung atau berpadu dalam
melaksanakan model pembelajaran kontekstual
5) Menggunakan berbagai sumber
Sumber pembelajaran dalam proses pembelajaran kontekstual tidak
hanya berasal dari buku yang bersifat teori tetapi sumbernya dapat berupa
keadaan lingkungan kehidupan sekitar dan kehidupan sehari hari sebagai
objek materi pembelajaran.
6) Siswa aktif dan kritis
Dalam proses pembelajaran kontekstual siswa secara tidak
langsung akan berfikir kritis dan aktif terhadap materi atau objek
pembelajaran karena siswa dapat mengembangkan ide atau gagasannya
sesua dengan apa yang dilihat dan dialaminya.
7) Menyenangkan tidak membosankan.
Model pembelajaran kontekstual bersifat menyenangkan dan tidak
membosankan karena proses pembelajaran dapat dilakukan diluar kelas
sehingga membuat siswa tidak merasa jenuh seperti selalu di dalam kelas
saat menerima pelajaran lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
8) Diskusi dengan teman
Dalam proses pembelajaran kontekstual siswa dapat berdiskusi,
bercerita, dan bertanya kepada siswa lain mengenai apa yang diterima
dalam proses pembelajaran karena adanya perbedaan dan persamaan
pemahaman siswa akan semakin menghidupkan suasana kegiatan belajar
mengajar.
9) Guru kreatif.
Guru dituntut untuk lebuh kreatif dalam membimmbing siswa
dalam proses pembelajaran kontekstual karena hal-hal yang baru dalam
pemberian materi harus disesuaikan dengan kemampuan siswa agar proses
pembelajaran kontekstual dapat berjalan maksimal.
d. Komponen Model Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran kontekstual merupakan model pembelajaran yang
melibatkan beberapa komponen dalam proses pembelajarannya. Model
pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama yang saling
terintegrasi atau berhubungan untuk menunjang pelaksanaan proses
pembelajaran kontekstual di dalam kelas. Menurut Sanjaya dalam Sugiyanto
(2009: 17) tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yaitu:
1) Kontruktivisme
Kontruktivisme adalah proses membangun dan menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
Menurut kontruktivisme pengetahuan memang berasal dari luar tetapi
dikontruksi oleh dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan
terbentuk oleh dua faktor penting yaitu: objek yang menjadi bahan
pengamatan dan kemampuan subjek untuk mengintepretasi objek tersebut.
Asumsi ini melandasi pembelajaran kontekstual yang pada dasarnya
mendorong agar siswa bisa mengkontruksi pengetahuannya melalui proses
pengamatan dan pengalaman nyata yang dibangun oleh individu atau
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2) Inkuiri
Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencairan dan
penemuan melaui proses berfikir secara sistematis. Secara umum proses
inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: 1) merumuskan
masalah, 2) mengajukan hipotesa, 3) mengumpulkan data, 4) menguji
hipotesis, 5) membuat kesimpulan. Penerapan inkuiri pada pembelajaran
kontekstual dimulai dengan adanya masalah yang jelas yang ingin
dipecahkan, dengan cara mendorong siswa untuk menemukan masalah
sampai merumuskan kesimpulan. Asas menemukan dan berfikir sistematis
akan dapat menumbuhkan sikap ilmiah, rasional, sebagai dasar
pembentukan kreatifitas.
3) Bertanya
Bertanya adalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan.
Dengan adanya keingintahuan pengetahuan selalu dapat berkembang.
Dalam model pembelajaran kontekstual guru tudak menyampaikan
informasi begitu saja tetapi memancing siswa dengan bertanya agar siswa
dapat menemukan jawabannya sendiri. Dengan demikian pengembangan
keterampilan guru dalam bertanya sangat diperlukan. Hal ini penting
karena pertanyaan guru menjadikan pembelajaran lebih produktif
4) Masyarakat belajar
Masyarakat belajar adalah Pengetahuan dan pengalaman anak
banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain. Permasalahan tidak
mungkin dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain
untuk saling membutuhkan. Dalam model pembelajaran kontekstual hasil
belajar dapat diperoleh dari hasil diskusi dengan orang lain, teman, antar
kelompok, sumber lain dan bukan hanya guru. Dengan demikian asas
masyarakat belajar dapat diterapkan melaui belajar kelompok, dan
sumber-sumber lain dari luar yang dianggap tahu tentang sesuatu yang
menjadi fokus pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
5) Pemodelan
Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagam suatu
contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Sebagai contoh membaca berita,
membaca lafal bahasa, mengoperasikan instrument memerlukan contoh
agar siswa dapat mengerjakan dengan benar. Dengan demikian Pemodelan
merupakan asas penting dalam pembelajaran kontekstual, karena melalui
pembelajaran kontekstual siswa dapat terhindar dari verbalisme atau
pengetahuan yang bersifat teoritis-abstrak. Perlu juga dipahami bahwa
Pemodelan tidak terbatas dari guru saja tetapi dapat memanfaatkan siswa
atau sumber lain yang mempunyai pengalaman dan keahlian.
6) Refleksi
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah
dipelajarinya dengan cara mengurutkan dan mengevaluasi kembali
kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilauinya untuk
mendapatkan pemahaman yang dicapai baik yang bernilai positif atau
negatif. Melaui refleksi siswa akan dapat memperbaharui pengetahuan
yang telah dibentuknya serta menambah khazanah pengetahuannya.
7) Penilaian nyata
Penailaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan
siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-
benar belajar atau tidak. Penilaian ini berguna untuk mengetahui apakah
pengalaman belajar mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan
siswa baik intelektual, mental maupun psikomotorik. Pembelajaran
kontekstual lebih menekankan pada proses belajar daripada terus menerus
selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dan dilakukan secara
terintegrasi. Dalam pembelajaran kontekstual keberhasilan pembelajaran
tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja,
akan tetapi perkembangan seluruh aspek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
e. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kontekstual
Sebelum melaksanakan model pembelajaran kontekstual tentu saja
terlebih dahulu guru harus membuat skenario atau langkah-langkah
pembelajarannya, sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagai alat control
dalam pelaksanaannya. Menurut Rusman (2010: 199) mengemukakan pada
intinya pengembangan pembelajaran kontekstual menggunakan tujuh
komponen yaitu kontruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar,
pemodelan, refeksi, dan penilaian nyata. Secara garis besar dalam
pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Komponen kontruktivisme, Mengembangkan pemikiran siswa untuk
melakukan kegiatan belajar lebih bermakna apakah dengan cara bekerja
sendiri, menemukan sendiri dan mengontruksikan sendiri pengetahuan dan
keterampilan baru yang dimilikinya. Dalam teori kontruktivisme
dijelaskan bahwa struktur pengetahuan dikembangkan oleh otak manusia
melalui dua cara asimilasi dan akomodasi. Asimilasi artinya struktur
pengetahuan baru dibangun atas dasar pengetahuan yang sudah ada.
Sementara itu akomodasi adalah struktur pengetahuan yang sudah ada
dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan hadirnya pengalaman
baru.
2) Komponen inquiri, melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk
semua topik yang diajarkan. Komponen inkuiri merupakan bagian inti dari
kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual, yaitu dimana pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat
fakta melainkan dari hasil siswa menemukan sendiri.
3) Komponen bertanya, Mengembangakan sifat ingin tahu siswa melaui
kegiatan memunculkan pertanyaan-pertanyaan. Komponen bertanya
merupakan strategi utama dalam pembelajaran berbasis kontekstual.
Tujuan bertanya adalah untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan
apa yang sudah diketahuinya dan mengarahkan perhatian kepada aspek
yang belum diketahuinya. Kegiatan bertanya dapat diterapkan dalam
bentuk ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, menemui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
kesulitan, dan mengamati sesuatu. Kegiatan bertanya dapat dilakukan
antara sesama siswa, guru dengan siswa, dan siswa dengan narasumber.
4) Komponen masyarakat belajar, menciptakan masyakat belajar, seperti
melaui kegiatan kelompok berdiskusi atau tanya jawab. Kelompok belajar
adalah pembelajaran dilakukan dalam bentuk kelompok-kelompok, hasil
pembelajaran diperoleh dari kerjasama. Kelompok dibuat secara heterogen
dimana siswa yang pandai mengajari siswa yang kuarang pandai,
membimbing yang belum tahu, menyampaikan pendapat, ide atau usul
dari kelompok siswa.
5) Komponen pemodelan, menghadirkan model sebagai contoh
pembelajaran, bisa melaui illustrasi, model, bahkan media yang
sebenarnya. Pemodelan dalam pembelajaran dilakukan dengan cara
memberi model yang ditiru. Pemodelan akan memudahkan siswa dalam
melaksanakan pembelajaran berbasis kontekstual karena bersifat
membantu dan memudahkan siswa.
6) Komponen refleksi, membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari
setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi adalah cara
berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tentang
apa yang baru dilakukan. Refleksi juga merupakan tanggapan terhadap
kegiatan yang baru dilakukan atau pengetahuan yang baru diterima.
7) Komponen penilaian, melakukan penilaian secara objektif yaitu menilai
kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa. Penilaian pembelajaran
kontekstual dapat dilakukan dengan pengamatan dan penilaian bukan
hanya dari guru tetapi juga bisa dari teman dan orang lain. Penilaian
dilaksankan selama dan sesuadah proses pembelajaran berlangsung secara
berkesinambungan dan terintegrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian oleh Tri Yudowibowo (2010) dengan judul “ Penerapan Strategi
pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) Untuk
Meningkatkan Keterampilan Menulis Deskripsi Pada Siswa Kelas X
SMKN 2 Ngawi Tahun Ajaran 2009/2010” yang menyimpulkan bahwa
penerapan strategi pembelajaran kooperatif strategi STAD mampu
meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis deskripsi. Hal ini
terindikasi adanya peningkatan jumlah siswa yang mengalami ketuntasan
belajar siklus I hingga siklus III. Siklus I Ketuntasan 44,74% dari kondisi
awal 23,68%, pada siklus II Ketuntasan 57,89%, pada siklus III ketuntasan
mencapai 84,21% hasilnya cukup memuaskan dan sesuai target yang ingin
dicapai.
2. Penelitian oleh Berry Dwi Santi Kismawati (2010) dengan judul “
Peningkatan Kemampuan Menghitung Pecahan Melalui Pendekatan
Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Kedungwinong I Keamatan
Nguter Kabupaten Sukoharjo “ yang menyimpulkan bahwa hasil
kemampuan menghitung pecahan Matematika siswa kelas IV SD Negeri
Kedungwinong I dapat meningkat dengan menerapkan pendekatan
konteksual yang terlihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata kelas yang
pada tes awal 57,5 pada siklus I menjadi 68, pada siklus II menjadi 77
sedangkan pada siklus III menjadi 85,12. Untuk persentase ketuntasan
pada tes awal 45%, siklus I 60%, siklus II 75%, siklus III 90%.
C. Kerangka Berfikir
Pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang,
khususnya materi menulis deskripsi sampai saat ini masih menggunakan
metode konvensional. Pembelajaran yang dilaksanakan kurang melibatkan
siswa untuk akatif belajar. Hal ini menyebabkan rendahnya nilai siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
karena siswa tidak menguasahi pelajaran yang diajarkan khususnya
menulis deskripsi.
Oleh karena itu peneliti berinisiatif untuk menggunakan model
pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran menulis deskripsi. Peneliti
menggunakan model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran
kontekstual dipilih karena proses pembelajarannya menghubungkan materi
dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimiliki dengan dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Penerapan model pembelajaran kontekstual
melibatakan tujuh komponen utama yaitu kontruktivisme, bertanya,
inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian nyata.
Dengan penerapan model pembelajaran kontekstual pada
pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan pada kondisi akhir dapat
meningkatakan kemampuan menulis deskripsi pada siswa kelas IV SD
Negeri 01 Suruhkalang karanganyar.
Kerangka pemikiran yang ditunjukkan untuk mengarahkan
jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok
permasalahan, maka kerangka pemikiran dilukiskan dalam sebuah skema
gambaran penelitian agar peneliti mempunyai gambaran yang jelas dalam
melakukan penelitian. Untuk lebih jelasnya kerangka berfikir dalam
penelitian ini dapat dilihat dalam gambar 1 berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Gambar 1. Alur Kerangka Berfikir Penelitian Tindakan Kelas
Kondisi Awal
Kegiatan pembelajaran masih konvensionalGuru jarang menggunakan model pembelajaran
Tindakan
Guru menggunakan model pembelajaran kontekstual untuk menjelaskan materi tentang menulis deskripsi
Siklus I : ( kemampuan menulis deskripsi siswa meningkat 71,88%)
Siklus II : ( kemampuan menulis siswa meningkat 90,62%)
Dengan menerapkan model
pembelajaran kontekstual dapat
meningkatkan kemampuan
menulis deskripsi pada siswa kelas
IV SD Negeri 01 Suruhkalang,
Karanganyar.
Kondisi terakhir
Siswa : • Hasil belajar rendah,
53,13% siswa mempunyai nilai di bawah KKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, landasan teori dan kerangka
pemikiran, maka dapat dikemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut:
“Penerapan model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran bahasa
Indonesia dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi pada siswa kelas IV
SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 01 Suruhkalang
Kecamatan Jaten Karanganyar. Alasan pemilihan sekolah ini adalah:
a. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di SD tempat peneliti melaksanakan
Program Pengalaman Lapangan ( PPL ), sehingga mempermudah peneliti
dalam melakukan penelitian karena peneliti sudah mengetahui kondisi
siswa, fasilitas sekolah dan lingkungan sekolah.
b. Sekolah Dasar Negeri 1 Suruhkalang belum pernah digunakan sebagai
objek penelitian yang sejenis sehingga terhindar dari penelitian ulang
c. Terdapat permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu
menulis deskripsi, penulis melakukan penelitian dengan maksud untuk
memecahkan masalah tersebut dan meningkatkan kemampuan menulis
deskripsi pada mata pelajaran bahasa Indonesia
2. Waktu Penelitian
Tahap persiapan hingga laporan hasil pengembangan dilakukan selama 5
bulan, yaitu dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2011. Tahap perencanaan
akan dilaksanakan pada bulan Februari 2011 dan tahap pelaksanaan dimulai
bulan April. Berikut jadwal kegiatan penelitian :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tabel 2. Rincian Waktu Penelitian
No. Kegiatan
Bulan Februari
2011 Maret 2001
April 2011
Mei 2011
Juni 2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Penyusunan dan
pengajuan proposal
2. Mengurus izin penelitian
3. Persiapan penelitian 4. Pelaksanaan siklus I 5. Pelaksanaan siklus II 6. Analisis data 7. Penyusunan laporan 8. Ujian skripsi
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitiannya adalah siswa kelas IV SD negeri 01 Suruhkalang
Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 32 siswa, terdiri dari 18
siswa putra dan 14 siswa putri. Siswa kelas IV sebagai subjek yang akan diamati
kegiatan pembelajarannya dan dikenai tindakan. Selain siswa, guru juga menjadi
subjek penelitian berkaitan dengan kegiatan guru saat mengajar. Objek
penelitiannya adalah pembelajaran menulis deskripsi pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Dari istilah ini menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu
sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di dalam kelas (Suharsimi Arikunto,
2008: 2).
Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian yang reflektif. Kegiatan
penelitian dimulai dari permasalahan yang riil yang dihadapi oleh guru dalam
proses pembelajaran, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalah
tersebut. Setelah itu, masalah tersebut ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan
terencana dan terukur. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas membutuhkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
kerjasama antara peneliti, guru, peserta didik, dan staf sekolah lainnya untuk
menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik.
Prinsip utama dalam PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang
bertahap dan berkelanjutan samapai memperoleh hasil yang ditetapkan. Siklus
yang dinamis dengan tindakan yang sama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto (2008: 75), bahwa PTK dilaksanakan
dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama
kegiatan, yaitu (a) perencanaan; (b) tindakan; (c) pengamatan; dan (d) refleksi.
2. Strategi Penelitian
Strategi penelitian adalah penelitian tindakan kelas secara rinci diuraikan
sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan tindakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membuat skenario pembelajaran
2) Mempersiapkan instrumen penelitian
3) Mempersiapkan dan merancang tindakan yang sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
4) Mengajukan solusi alternatif.
b. Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melaksanakan proses
pembelajaran sesuai rancangan. Setiap tindakan dan proses pembelajaran
tersebut selalu diikuti kegiatan pemantauan.
c. Tiap pengamatan dan interprestasi dilakukan dengan mengamati dan
menginterprestasi aktivitas penerapan tindakan pada pembelajaran. Pada tahap
interprestasi proses koreksi hasil kerja dilakukan oleh peneliti. Interprestasi ini
berguna untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan dapat mengatasi
permasalahan yang ada.
d. Tahap analisis dan refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil pengamatan
dan interprestasi sehingga diperoleh simpulan tentang bagian yang perlu
diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian. Dari hasil
penarikan kesimpulan tersebut, dapat diketahui apakah penelitian ini mencapai
keberhasilan atau tidak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
D. Sumber Data
Data yang paling penting untuk dikumpulkan dalam penelitian ini
diperoleh dari data kualitatif. Informasi data ini akan digali dari berbagai sumber.
Adapun sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini antara lain :
1. Informasi data penelitian diperoleh dari responden yaitu 32 siswa kelas IV dan
Guru kelas IV.
2. Arsip dan dokumen
Arsip berupa kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP 2006), sedangkan
dokumen berupa daftar nilai proses kemampuan menulis yang akan digunakan
untuk mendapatkan data nilai siswa sebelum dilakukan tindakan.
3. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran menulis deskripsi dengan model
pembelajaran kontekstual berupa nilai tes atau evaluasi siswa dari pelaksanaan
siklus I dan siklus II.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai bentuk penelitian tindakan kelas dan juga jenis sumber data yang
dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Teknik Wawancara Langsung
Teknik wawancara langsung adalah metode pengumpulan data yang
dilaksanakan dengan jalan tanya jawab langsung dengan subjek penelitian.
Dalam setiap wawancara ( interview) selalu ada dua pihak, yang
masing-masing mempunyai kedudukan yang berlainan yaitu :
a. Pewawancara sebagai pencari informasi yang mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, meminta penjelasan dan menggali keterangan yang lebih
mendalam
b. Pemberi informasi sebagai sumber informasi (information supplyer
respondent) Melalui wawancara (interview) dapat diperoleh berbagai
keterangan dan data yang diperlukan dalam suasana penelitian. Dalam
penelitian ini metode wawancara digunakan untuk mewawancarai guru
kelas IV dan hal-hal lain yang terkait dengan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
2. Teknik Obsevasi Langsung
Metode pengumpulan data dengan cara observasi adalah metode
perolehan data dengan menggunakan mata langsung tanpa pertolongan alat
standart keperluan tersebut. Dalam penelitian ini peneliti mengobservasi guru
dan siswa kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang (Marzuki, 2002: 58)
Agar metode observasi ini dapat digunakan secara efektif maka harus
mempunyai kriteria sebagai berikut :
a. Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara
sistematik.
b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah
direncanakan
c. Pengamatan tersebut dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan
proposal umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik
perhatian saja
d. Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan reabilitasnya
3. Metode Tes
Tes merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur sesuatu,
berwujud pernyataan atau tugas yang harus diselesaikan oleh siswa, sehingga
akan diketahui kuantitas dan kualitas sesuatu setelah dibandingkan dengan
standar yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini akan menggunakan jenis
pre test ( tes awal ) dan post tes (tes akhir ) dalam pelaksanaan siklus
penelitian, Kedua tes tersebut berbentuk tes tertulis untuk mengetahui
kemampuan menulis deskripsi pada siswa kelas IV SD Negeri 01
Suruhkalang.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dalam bentuk
dokumen baik laporan tertulis maupun dalam bentuk foto dan video. Menurut
Suharsimi Arikunto (2010 :201) Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
artinya barang-barang tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi,
peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah dokumen,
peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan
dokumen resmi dan dokumen pribadi. Dokumen resmi untuk menjaring data
awal berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sebelum
tindakan, daftar nilai bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri 01
Suruhkalang. Dokumen pribadi digunakan untuk mngetahui perkembangan
anak dalam pembelajaran berupa RPP pembelajaran, foto pembelajaran, video
pembelajaran, dan nilai evaluasi siswa dalam menulis deskripsi dengan model
pembelajaran kontekstual.
F. Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut bisa dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang
digunakan untuk memeriksa validitas adalah teknik triangulasi. Menurut Lexy J.
Moleong dalam Sarwiji Suwandi (2009:60) Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data
itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi data dan triangulasi
metode. Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah:
1. Triangulasi Data
Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu
dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi
koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda. Informasi dari
narasumber yang satu dibandingkan dengan informasi dari narasumber
lainnya. Data yang diperlukan dalam penelitian yaitu data kemampuan
menulis deskripsi siswa yang berasal dari data nilai awal, data tes siklus
pertama dan data tes siklus kedua pada pembelajaran bahasa Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
2. Triangulasi Metode
Triangulasi metode yaitu teknik mengumpulkan data sejenis dengan
menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Peneliti
menggunakan metode pengumpulan data yang berupa wawancara pada
informan yaitu guru kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang, kemudian
dilakukan observasi dan dokumentasi pada saat pelaksanaan tindakan
kemudian hasilnya diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan
menggunakan teknik tes dan dokumentasi pada pelaku kegiatan. Dari data
yang diperoleh melalui beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda
tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan data yang lebih
kuat validitasnya. Seperti data tentang kesulitan – kesulitan guru kelas IV SD
Negeri 01 Suruhkalang dalam mengajarkan materi menulis deskripsi pada
siswa kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang yang dihasilkan dari observasi,
wawancara, tes, dan dokumentasi.
G. Analisis Data
Analisis data adalah cara mengelola data yang sudah diperoleh dari
dokumen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif Miles dan Huberman. Model analisis interaktif ini mempunyai
tiga komponen pokok yaitu, reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan atau
verifikasi. Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan proses
pengumpulan data sebagai suatu proses siklus.
1. Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-simpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Pada peneliatian ini data yang direduksi berupa data hasil observasi
siswa dan guru SD Negeri 01 Suruhkalang serta data hasil tes kemampuan
menulis deskripsi pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang.
2. Penyajian Data
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan. Dalam
pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar valid.
Pada penelitian ini, data yang disajikan berupa data hasil tes
kemampuan menulis deskripsi pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang
3. Penarikan Simpulan (Verifikasi)
Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji
kebenarannya. Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi
utuh, sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya
hasil laporan penelitian. Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada
catatan di lapangan atau simpulan dapat diuji kebenarannya, kekokohannya
merupakan validitasnya.
Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dari Miles dan
Huberman dapat digambarkan pada Gambar 2 di bawah ini :
Gambar 2. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman.
Pengumpulan data
Sajian data Penarikan simpulan
(verivikasi)
Reduksi Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
H. Indikator Kerja
Menurut Sarwiji Suwandi (2009:61) Indikator kinerja merupakan rumusan
kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan
atau keefektifan penelitian. Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah meningkatnya kemampuan menulis deskripsi pada siswa
kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual. Indikator penelitian ini bersumber dari kurikulum dan
silabus KTSP bahasa Indonesia kelas IV serta Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM), yaitu 60.
Pada siklus I pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan menulis
deskripsi siswa secara klasikal memperoleh nilai ≥60 mencapai 70%. Pada siklus
II pembelajaran dikatakan berhasil apabila menulis deskripsi siswa secara klasikal
memperoleh nilai ≥60 mencapai 80%.
I. Prosedur Penelitian
Tahapan dalam prosedur penelitian adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan untuk proses penelitian tindakan kelas ini
adalah berapa banyak anak yang kurang mempunyai kemampuan menulis
pada pembelajaran bahasa Indonesia, sehingga diperlukan tindakan untuk
mengatasi masalah belajar tersebut.
2. Pelaksanaan
a. Tahap Perencanaan Tindakan
1) Pengumpulan data diri anak yang kemempuan menulis dalam pelajaran
bahasa Indonesia lemah.
2) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa dan memecahkannya
b. Tahapan Pelaksanaan Tindakan
1) Guru menerapkan model pembelajaran kontekstual
2) Proses pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual
3) memantau kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
c. Tahapan Observasi
1) Tindakan guru memonitor proses pembelajaran kontekstual yang
menerapkan proses diskusi kelompok
2) Guru mencatat semua kejadian atau peristiwa yang berlangsung
3) Mengamati proses diskusi siswa dalam pembelajaran kontekstual
dalam meningkatkan kemampuan menulis
d. Tahap Refleksi
Mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan a, b, c yang meliputi :
1) Tahap perencanaan tindakan
2) Tahap pelaksanaan tindakan
3) Tahap obsevasi
4) Tahap refleksi
5) Tapan rekomendasi
Tahapan ini dilakukan dengan merumuskan tindakan pembelajaran
kontekstual yang dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa pada
pelajaran bahasa Indonesia.
3. Siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas yang Dilaksanakan
a. Rencana : melakukan identifikasi pada siswa yang kesulitan dalam
menulis pada pelajaran bahasa Indonesia
b. Tindakan : Melaksanakan model pembelajaran kontekstual
c. Observasi : melakukan pemantauan proses pembelajaran kontekstual dan
memperhatikan keaktifan anak pada saat proses pembelajaran
berlangsung
d. Refleksi : Pada kegiatan ini guru menganalisis peningkatan kemampuan
menulis siswa sebagai dasar menyusun tindakan yang akan
dilakukan pada siklus berikutnya.
4. Tahap Rekomendasi
a. Pada kegiatan ini dirumuskan dapat tidaknya pembelajaran kontekstual
dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa pada pelajaran bahasa
Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
b. Pada kegiatan ini dirumuskan kendala apa yang terjadi dalam
melaksanakan pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan
Kemampuan menulis pada pelajaran bahasa Indonesia
Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan
(Suharsimi Arikunto, 2009 : 16)
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
Siklus I
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
Siklus II
Tindak Lanjut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Tinjauan Historis Sekolah Dasar Negeri 01 Suruhkalang
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 01 Suruhkalang
Karanganyar. SD Negeri 01 Suruhkalang terletak di desa Suruhkalang,
Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. SD Negeri 01 Suruhkalang berdiri
pada tahun 1966. Ketika berdiri memiliki Nomor Induk Sekolah (NIS): 10014
dan Nomor Statistik Sekolah (NSS): 101031311014.
Sejak awal berdirinya SD dari tahun 1966 sampai sekarang telah
mengalami beberapa pergantian Kepala Sekolah. Kepala Sekolah yang menjabat
saat ini adalah Ibu Nanik Sarwigiyatni, S.Pd. Pergantian Kepala Sekolah
dilakukan melalui prosedur yang benar sesuai dengan peraturan yang ada. Sekolah
Dasar Negeri 01 Suruhkalang telah terakreditasi. Hal ini mendorong pihak
sekolah untuk berusaha dalam meningkatkan kinerja dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2. Letak Geografis Sekolah Dasar Negeri 01 Suruhkalang
Secara geogarafis Sekolah Negeri 01 Suruhkalang berada di wilayah
Kabupaten Karanganyar, tepatnya terletak di desa Suruhkalang Kecamatan jaten.
Letak SD Negeri 01 Suruhkalang sangat strategis karena dekat dengan
pemukiman penduduk dan juga dekat dengan lingkungan persawaahan, selain itu
SD Negeri 01 Suruhkalang terletak di pinggir jalan raya, yang merupakan jalur
alternatif menuju objek wisata tawangmangu.
3. Keadaan Personil Sekolah Dasar Negeri 01 Suruhkalang
Sekolah Dasar Negeri 01 suruhkalang kecamatan Jaten kabupaten
Karanganyar pada tahun 2010/2011 dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah dan
memiliki 6 guru yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 3 orang
tenaga pengajar yang masih Wiyata Bakti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Jumlah seluruh siswa Sekolah Dasar Negeri 01 Suruhkalang pada tahun
2010/2011 adalah 201 siswa yang terdiri dari 98 siswa laki-laki dan 103 siswa
perempuan. Siswa terbagi dalam 6 kelas yakni kelas I sebanyak 35 siswa, kelas II
sebanyak 36 siswa, kelas III sebanyak 38 siswa, kelas IV sebanyak 32 siswa, kelas
V sebanyak 33 siswa, kelas VI sebanyak 27 siswa. Siswa berasal dari berbagai
latar belakang sosial yang berbeda-beda. Sebagian besar orang tua siswa bekerja
sebagai petani yang pendidikannya masih terhitung rendah.
4. Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar Negeri 01 Suruhkalang
Bangunan gedung Sekolah Dasar Negeri 01 Suruhkalang berdiri di atas
tanah seluas 1970 meter persegi, dengan luas bangunan 1100 meter persegi.
Bangunan yang ada adalah 6 ruang kelas, 1 ruang Kepala Sekolah, 1 ruang guru, 1
ruang alat peraga, 1 gudang,1 ruang komputer, perpustakan, UKS, mushola, dan 3
kamar mandi. Selain mempunyai beberapa ruangan, SD Negeri 01 Suruhkalang
juga mempunyai halaman yang biasanya digunakan untuk upacara, olahraga dan
berbagai ekstrakurikuler yang diadakan oleh sekolah serta tempat bermain para
siswa waktu istirahat.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti melaksanakan
kegiatan survei awal dengan tujuan mengetahui keadaan nyata yang ada di
lapangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru (lampiran 2 halaman 90
dan lampiran 3 halaman 92), siswa banyak menemui kesulitan dalam pelajaran
bahasa Indonesia, keadaan seperti ini terjadi pada siswa kelas IV SD Negeri 01
Suruhkalang yaitu pada kegiatan pembelajaran menulis deskripsi. Siswa masih
menemui kesulitan karena guru belum mengupayakan model pembelajaran yang
tepat dan menarik untuk meningkatkan kemampuan siswa terhadap materi
pembelajaran sehingga hasil yang diperoleh pun juga belum maksimal. Hal ini
ditunjukkan pada kegiatan pra siklus (lampiran 10 halaman 134) dengan masih
adanya 15 siswa atau sekitar 46,88% siswa yang nilainya belum dapat memenuhi
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60, dengan perolehan nilai terendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
40 dan 17 siswa atau 53,12% mendapat nilai diatas KKM dengan nilai tertinggi
70. Sedangkan rata-rata nilai kelas 56,18. Untuk mengantisipasi hal tersebut
maka peneliti mengadakan penelitian di kelas IV dengan menerapkan model
pembelajaran kontekstual yang dapat meningkatkan kemampuan menulis
deskripsi siswa.
Agar lebih jelas maka kondisi awal (pra siklus) hasil belajar
Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang
dapat dilihat dari tabel 3 dan grafik 1 di bawah ini :
Tabel 3. Distribusi Data Nilai Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas IV
SD Negeri 01 Suruhkalang Pada Kondisi Awal
N
o
Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah (xi) fi.xi
Persentase
(%) Keterangan
1 34-44 3 39 117 9,38 Belum Tuntas
2 45-55 12 50 600 37,50 Belum Tuntas
3 56-66 13 61 793 40,62 Tuntas
4 67-77 4 72 288 12,50 Tuntas
32 1798 100
Nilai rata-rata = 1798 : 32 = 56,18
Ketuntasan klasikal = (17 : 32) x 100 % = 53,12%
Nilai Di bawah KKM = (15 : 32) x 100% = 46,88 %
Nilai Tertinggi = 70
Nilai Terendah = 40
Dari tabel nilai bahasa Indonesia materi menulis deskripsi pada siswa
kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang sebelum diadakan tindakan melalui
penerapkan model pembelajaran kontekstual, dapat disajikan dalam bentuk
grafik 1 sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Grafik 1. Grafik Nilai Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas IV SD
Negeri 01 Suruhkalang Pada Kondisi
1. Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I dilakukan selama 2 kali pertemuan. Setiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan
selama satu minggu yaitu pada tanggal
tahapan-tahapan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan
Peneliti menggunakan acuan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan tahun 2006 dalam pembelajaran. Langkah
pembelajarannya sebagai berikut :
1) Menyiapkan Rencana Pelaks
halaman 97
menulis deskripsi dengan model pembelajaran kontekstual, yang
meliputi tujuh komponen model pembelajaran kontekstual yaitu
bertanya (
(learning community
(inquiry), penilaian nyata (
(reflection
0
2
4
6
8
10
12
14
fre
ku
en
si
Grafik 1. Grafik Nilai Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas IV SD
Negeri 01 Suruhkalang Pada Kondisi Awal
C. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan
Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I dilakukan selama 2 kali pertemuan. Setiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan
selama satu minggu yaitu pada tanggal 19 April dan 21 April
tahapan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
Tahap Perencanaan
Peneliti menggunakan acuan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan tahun 2006 dalam pembelajaran. Langkah
pembelajarannya sebagai berikut :
Menyiapkan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP
97 ). Pembelajaran yang direncanakan adalah pembelajaran
menulis deskripsi dengan model pembelajaran kontekstual, yang
meliputi tujuh komponen model pembelajaran kontekstual yaitu
bertanya (questioning), pemodelan (modeling), masyarakat belajar
learning community), kontruktivisme (contructivisme
), penilaian nyata (authentic assessment), dan refleksi
reflection)
3
1213
34-44 45-55 56-66 67
interval nilai
51
Grafik 1. Grafik Nilai Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas IV SD
Tindakan siklus I dilakukan selama 2 kali pertemuan. Setiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan
19 April dan 21 April 2011. Adapun
Peneliti menggunakan acuan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan tahun 2006 dalam pembelajaran. Langkah - langkah
embelajaran (RPP). (lampiran 5
Pembelajaran yang direncanakan adalah pembelajaran
menulis deskripsi dengan model pembelajaran kontekstual, yang
meliputi tujuh komponen model pembelajaran kontekstual yaitu
), masyarakat belajar
contructivisme), menemukan
), dan refleksi
4
67-77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
2) Membuat lembar observasi siswa (lampiran 8 halaman 125) dan
observasi guru (lampiran 9 halaman 129) untuk mengetahui kondisi
belajar mengajar di kelas ketika diajarkan dengan model pembelajaran
kontekstual.
3) Menyiapkan media atau peralatan yang digunakan dalam pembelajaran
dan menyiapakan sumber-sumber pelajaran yang diperlukan dalam
menunjang kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang
akan diajarkan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran dengan model
pembelajaran kontekstual sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.
1) Pertemuan I
Pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 19 April 2011. Pada
pertemuan ini materi yang diajarkan adalah Pengertian menulis
deskripsi, ciri-ciri karangan deskripsi, dan langkah-langkah menyusun
karangan deskripsi dengan menggunakan model pembelajaran
kontekstual.
Berikut ini urutan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I
pertemuan pertama :
a) Guru (Peneliti) masuk ke dalam kelas mengkondisikan siswa,
kemudian guru mengucapkan salam, setelah itu guru mengajak
siswa berdoa dan mengabsen siswa.
b) Guru membuka pelajaran sebagai apersepsi, guru dan siswa
bertanya jawab mengenai pembelajaran menulis deskripsi.
Guru dan siswa bertanya jawab mengenai suatu tempat yang
pernah dikunjungi. Dari kunjungan ke tempat tersebut apakah
pernah menceritakan kepada orang lain atau menuliskannya
dalam sebuah karangan. Tahap ini merupakan bagian model
pembelajaran kontekstual komponen bertanya ( questioning).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
c) Guru menyampaikan materi menulis deskripsi tentang
pengertian, ciri-ciri dan langkah-langkah menulis deskripsi,
kemudian guru memberikan contoh karangan deskripsi. Siswa
memperhatikan penjelasan guru dan siswa mengikuti langkah-
langkah menulis karangan deskripsi seperti contoh yang
diberikan guru. Tahap ini merupakan bagian model
pembelajaran kontekstual komponen kontrutivisme
(contructivisme) dan pemodelan ( modeling)
d) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk
berdiskusi membuat karangan deskripsi. Tugas menulis
deskripsi dikerjakan secara kelompok agar siswa dapat saling
bertukar informasi dan bekerja sama. Tahap ini merupakan
bagian model pembelajaran kontekstual komponen masyarakat
belajar ( learning community)
e) Siswa ke luar kelas untuk mengamati lingkungan sekolah
sebagai objek pengamatan nyata dalam menulis karangan
deskripsi dengan model pembelajaran kontekstual. Tahap ini
merupakan bagian model pembelajaran kontekstual komponen
masyarakat belajar ( learning community)
f) Siswa mengamati lingkungan sekolah dan mengumpulkan data
dari objek nyata tersebut kedalam kerangka karangan dan
menyusunnya kedalam karangan yang utuh. Tahap ini
merupakan bagian model pembelajaran kontekstual komponen
menemukan (inquiry)
g) Siswa selesai mengerjakan tugas kelompok menulis karangan
deskripsi kemudian siswa membacakan karangan di depan
kelas. Siswa yang ditunjuk maju untuk membaca bertindak
sebagai model pembelajaran. Tahap ini merupakan bagian
model pembelajaran kontekstual komponen pemodelan
(modeling)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
h) Siswa melaporkan hasil pekerjaaanya, guru melakukan koreksi
dan memberi nilai pada pekerjaan siswa.Kemudian guru
beserta siswa membahas hasil kerja kelompok mengenai
kegiatan menulis karangan deskripsi. Tahap ini merupakan
bagian model pembelajaran kontekstual komponen penilaian
nyata (authentic assessment)
i) Guru dan siswa membuat kesimpulan hasil pembelajaran
tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru juga
bertanya kepada siswa mengenai proses pembelajaran dengan
model pembelajaran kontekstual apakah menyenangkan atau
tidak dan dapat digunakan pada proses pembelajaran
berikutnya. Tahap ini merupakan bagian model pembelajaran
kontekstual komponen refleksi (reflection)
2) Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 21 April 2011. Pada
pertemuan ini materi yang diajarkan adalah Pengertian menulis
deskripsi, ciri-ciri karangan deskripsi, dan langkah-langkah menyusun
karangan deskripsi dengan menggunakan model pembelajaran
kontekstual.
Berikut ini urutan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
pertemuan pertama :
a) Guru (Peneliti) masuk ke dalam kelas mengkondisikan siswa,
kemudian guru mengucapkan salam, setelah itu guru mengajak
siswa berdoa dan mengabsen siswa.
b) Guru membuka pelajaran sebagai apersepsi, guru dan siswa
bertanya jawab mengenai pembelajaran menulis deskripsi. Guru
dan siswa bertanya jawab mengenai suatu tempat yang pernah
dikunjungi. Dari kunjungan ke tempat tersebut apakah pernah
menceritakan kepada orang lain atau menuliskannya dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
sebuah karangan. Tahap ini merupakan bagian model
pembelajaran kontekstual komponen bertanya ( questioning)
c) Guru menyampaikan materi menulis deskripsi tentang
pengertian, ciri-ciri dan langkah-langkah menulis deskripsi,
kemudian guru memberikan contoh karangan deskripsi. Siswa
memperhatikan penjelasan guru dan siswa mengikuti langkah-
langkah menulis karangan deskripsi seperti contoh yang
diberikan guru. Tahap ini merupakan bagian model pembelajaran
kontekstual komponen kontrutivisme (contructivisme) dan
pemodelan ( modeling)
d) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk
berdiskusi membuat karangan deskripsi. Tugas menulis deskripsi
dikerjakan secara kelompok agar siswa dapat saling bertukar
informasi dan bekerja sama. Tahap ini merupakan bagian model
pembelajaran kontekstual komponen masyarakat belajar (
learning community)
e) Siswa keluar kelas untuk mengamati mushola yang ada di
sekolah sebagai objek pengamatan nyata dalam menulis karangan
deskripsi dengan model pembelajaran kontekstual. Tahap ini
merupakan bagian model pembelajaran kontekstual komponen
masyarakat belajar ( learning community)
f) Siswa mengamati mushola dan mengumpulkan data dari objek
nyata tersebut ke dalam kerangka karangan dan menyusunnya ke
dalam karangan yang utuh. Tahap ini merupakan bagian model
pembelajaran kontekstual komponen menemukan (inquiry)
g) Siswa selesai mengerjakan tugas kelompok menulis karangan
deskripsi kemudian siswa membacakan karangan di depan kelas.
Siswa yang ditunjuk maju untuk membaca bertindak sebagai
model pembelajaran. Tahap ini merupakan bagian model
pembelajaran kontekstual komponen pemodelan (modeling)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
h) Siswa melaporkan hasil pekerjaaanya, guru melakukan koreksi
dan memberi nilai pada pekerjaan siswa.Kemudian guru beserta
siswa membahas hasil kerja kelompok mengenai kegiatan
menulis karangan deskripsi. Tahap ini merupakan bagian model
pembelajaran kontekstual komponen penilaian nyata (authentic
assessment)
i) Guru dan siswa membuat kesimpulan hasil pembelajaran tentang
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru juga bertanya
kepada siswa mengenai proses pembelajaran dengan model
pembelajaran kontekstual apakah menyenangkan atau tidak dan
dapat digunakan pada proses pembelajaran berikutnya. Tahap ini
merupakan bagian model pembelajaran kontekstual komponen
refleksi (reflection)
c. Observasi
Peneliti melalui pengamat (observer) melakukan pemantauan dalam
pelaksanaan tindakan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan
kemampuan menulis deskripsi dengan model pembelajaran kontekstual.
Dalam tahap ini peneliti mengadakan kolaborasi dengan guru kelas dalam
melaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran
yaitu dengan menggunakan lembar observasi. Observasi aktivitas siswa
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis
siswa kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang. Dari data observasi aktivitas
siswa dalam siklus I selama dua kali pertemuan (lampiran 15 halaman
156 ) diperoleh hasil observasi sebagai berikut:
1) Kedisiplinan siswa dalam memulai pembelajaran cukup disiplin
namun keadaan siswa harus dikondisikan agar suasana kelas menjadi
lebih kondusif.
2) Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran cukup siap terutama pada
saat proses diskusi kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
3) Keaktifan siswa dalam bertanya, mengemukakan pendapat dan
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran cukup aktif.
4) Kemampuan siswa sudah baik dalam melakukan pengamatan, yang
merupakan komponen pokok dalam model pembelajaran kontekstual.
5) Kemampuan siswa cukup dalam menjawab pertanyaan dalam proses
pengamatan untuk mengumpulkan data.
6) Keadaan siswa dengan lingkungan belajar dalam mengikuti proses
pembelajaran sudah baik karena siswa sudah mengenal lingkungan
belajarnya.
7) Kemampuan siswa dalam mengerjakan evaluasi cukup baik namun
masih ada beberapa siswa yang nilainya masih kurang maksimal.
8) Kesimpulan rata-rata aktivitas siswa pada siklus I cukup baik.
Observasi tidak hanya dilaksanakan pada aktivitas siswa dalam
mengikuti pembelajaran tetapi juga ditujukan pada aktivitas peneliti
sebagai guru. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai
aktivitas peneliti dalam kesesuaian antara rencana pembelajaran yang
disusun dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan. Dari data
observasi aktivitas guru dalam siklus I selama dua kali pertemuan
(lampiran 13 halaman 145) diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran sudah baik.
2) Kemampuan guru dalam memberikan apersepsi sudah baik.
3) Kemampuan mengelola waktu pelajaran cukup baik, guru tepat waktu
memulai pelajaran dan memberi batasan waktu dalam melakukan
diskusi.
4) Kemampuan guru mengelola kelas belum cukup baik.
5) Kemampuan guru dalam menyampaikan materi sudah cukup baik,
meskipun belum maksimal.
6) Keterampilan guru mengajukan pertanyaan sudah baik.
7) Kemampuan guru dalam pelaksanaan konsep pembelajaran cukup baik
8) Perhatian guru terhadap seluruh siswa sudah baik, meskipun masih ada
beberapa yang belum berperan aktif dalam kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
9) Kemampuan dalam pengembangan aplikasi sudah baik meskipun
siswa belum maksimal dalam mengerjakan soal.
10) Kemampuan menutup pelajaran sudah baik dengan memberi pesan,
motivasi dan juga menyampaikan kesimpulan bersama dengan siswa.
11) Kesimpulan dari rata-rata skor kinerja guru pada siklus I sudah baik.
d. Refleksi
Peneliti memperoleh temuan data, bahwa ada beberapa siswa
belum mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru secara
optimal, karena guru belum dapat menyampaikan informasi secara jelas.
Hal ini membuat kurangnya ketelitian siswa dalam mengerjakan tugas.
Selain itu, masih ada beberapa siswa yang belum menunjukkan keaktifan
dalam bertanya. Mereka belum mempunyai keberanian untuk
mengungkapkan pendapatnya, kreatifitas dan inisiatif siswa kurang karena
mereka belum mampu mengembangkan ide yang dimiliki. Beberapa siswa
masih ada yang berbicara dengan temannya di luar materi pelajaran dan
masih ada yang belum mampu bekerjasama dengan baik dalam
kelompoknya karena belum begitu memahami peranannya dalam
kelompok.
Perolehan hasil nilai kemampuan menulis deskripsi siswa pada
siklus I yaitu siswa yang mendapat nilai di bawah KKM (60) sebanyak 9
siswa dengan perolehan nilai terendah 45 dan siswa yang mendapat nilai
di atas KKM (60) sebanyak 23 siswa atau 71,88% dengan perolehan nilai
tertinggi 75. Sedangkan rata-rata nilai kelas yaitu 61,34. Dari data tersebut
masih ada 9 siswa dari 32 siswa yang nilainya di bawah KKM (60).
Belum tuntasnya siswa sesuai dengan KKM dalam menyelesaikan
tugas pada saat proses pembelajaran berlangsung bersumber dari hal-hal
sebagai berikut : 1) siswa belum memahami langkah-langkah atau tahapan
pembelajaran yang masih tergolong baru bagi mereka. 2) siswa belum
mampu bekerjasama dengan kelompoknya. 3) siswa belum berani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
mengungkapkan pendapat/ide mereka dalam kelompok. 4) siswa kurang
konsentrasi dan teliti dalam mengerjakan soal. 5) masih ada siswa yang
suka mengganggu teman yang lain sehingga menghambat dalam
penyelesaian tugas. Hal tersebut terjadi karena siswa belum memahami
perannya dalam kelompok dan kurangnya kemampuan guru dalam
pengelolaan kelas. Dengan demikian dapat direnungkan bahwa penelitian
dalam siklus I belum menunjukkan keberhasilan dalam proses
pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka
peneliti mencari solusi dengan memberikan arahan kembali kepada siswa
tentang tahapan-tahapan menulis deskripsi dengan model pembelaajran
kontekstual. Selain itu guru lebih meningkatkan kemampuan dalam
mengelola kelas yaitu perhatian guru lebih menyeluruh ke seluruh siswa
dan mengadakan interaksi langsung pada masing- masing kelompok pada
saat pengamatan objek nyata. Hal ini dilakukan dengan alasan agar
pembelajaran dapat berjalan efektif. Dengan beberapa hal tersebut maka
peneliti mengadakan tindakan untuk siklus berikutnya untuk memperbaiki
proses pembelajaran agar proses pembelajaran menjadi lebih baik untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
Adapun hasil yang diperoleh pada siklus I dapat dilihat pada tabel
4 dan grafik 2 di bawah ini:
Tabel 4. Distribusi Data Nilai Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas
IV SD Negeri 01 Suruhkalang Pada Siklus I
No
Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
fi.xi Prosentase
(%)
Keterangan
1 34-44 0 0 0 0 -
2 45-55 9 50 450 28,13 Belum
Tuntas
3 56-66 13 61 793 40,62 Tuntas
4 67-77 10 72 720 31,25 Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jumlah
Dari Tabel Nilai
Negeri 01 suruhkalang
pembelajaran kontekstual
Grafik 2. Grafik Ni
Tabel 5. Distribusi
Siswa Kelas
Keterangan
Nilai terendah
Nilai tertinggi
0
2
4
6
8
10
12
14
fre
ku
en
si
32 1963 100
Nilai rata-rata = 1963 : 32 = 61,34
Ketuntasan klasikal = (23 : 32) x 100% = 71,88
Nilai Di bawah KKM = (10 : 32) x 100% = 28,12
Nilai tertinggi = 75
Nilai terendah = 45
Dari Tabel Nilai Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas
suruhkalang setelah tindakan melalui penerapan model
kontekstual, dapat disajikan grafik 2 di bawah ini
Grafik 2. Grafik Nilai Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas IV SD
Negeri 01 Suruhkalang Pada Siklus I
Distribusi Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I
Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang
Keterangan Pra Siklus
Nilai terendah 40
Nilai tertinggi 70
3
9
8
45-55 56-66 67-77
interval nilai
60
(23 : 32) x 100% = 71,88
Nilai Di bawah KKM = (10 : 32) x 100% = 28,12
Siswa Kelas IV SD
setelah tindakan melalui penerapan model
isajikan grafik 2 di bawah ini
Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas IV SD
Perkembangan Hasil Tes Pra Siklus dan Tes Siklus I
Siklus I
45
75
12
78-88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Rata-rata nilai 56,18 61,34
Ketuntasan Klasikal 53,12 % 71,88 %
Dari hasil perkembangan tes pra siklus dan evaluasi siklus I
pada Tabel 5 di atas dapat digambarkan pada Grafik 3 sebagai
berikut:
Grafik 3. Hasil Perkembangan Nilai Evaluasi Kemampuan Menulis
Deskripsi Pada Pra Siklus dan Siklus I Setelah Menerapkan
Model Pembelajaran Kontekstual
2. Tindakan Siklus II
Tindakan siklus II dilakukan selama 2 kali pertemuan. Tiap- tiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan
selama dua minggu yaitu pada tanggal 26 April 2011 dan 3 Mei 2011. Adapun
tahapan-tahapan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan
40
70
56.18
53.12
45
75
61.34
71.88
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Pra
Siklus
Siklus
1
fre
ku
en
si
nil
ai
nilai terendah
nilai tertinggi
nilai rata-rata
ketuntasan (%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Perencanaan pada siklus yang kedua ini adalah dengan
memperbaiki kekurangan siklus I agar dalam proses pembelajaran di
siklus II menjadi lebih baik. Tahapan-tahapan yang dilaksanakan adalah
sebagai berikut :
Peneliti menggunakan acuan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan tahun 2006 dalam pembelajaran. Langkah - langkah
pembelajarannya sebagai berikut :
1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP). (lampiran 6
halaman 109). Pembelajaran yang direncanakan adalah pembelajaran
menulis deskripsi dengan model pembelajaran kontekstual, yang
meliputi tujuh komponen model pembelajaran kontekstual yaitu
bertanya (questioning), pemodelan (modeling), masyarakat belajar
(learning community), kontruktivisme (contructivisme), menemukan
(inquiry), penilaian nyata (authentic assessment), dan refleksi
(reflection)
2) Membuat lembar observasi siswa (lampiran 8 halaman 125) dan
observasi guru (lampiran 9 halaman 129) untuk mengetahui kondisi
belajar mengajar di kelas ketika diajarkan dengan model pembelajaran
kontekstual.
3) Menyiapkan media atau peralatan yang digunakan dalam pembelajaran
dan menyiapakan sumber-sumber pelajaran yang diperlukan dalam
menunjang kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang
akan diajarkan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran dengan model
pembelajaran kontekstual dengan pemantapan dari siklus I yaitu pada
materi pokok menulis deskripsi sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.
1) Pertemuan I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 26 April 2011. Pada
pertemuan ini materi yang diajarkan adalah Pengertian menulis
deskripsi, ciri-ciri karangan deskripsi, langkah-langkah menyusun
karangan deskripsi dan penambahan materi untuk memperbaiki
kekurangan pada siklus I yaitu menulis karangan yang utuh dengan
memperhatikan ejaan yang tepat ( huruf besar, tanda titik dan koma) .
Berikut ini urutan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II pertemuan
pertama :
a) Guru masuk ke dalam kelas mengkondisikan siswa, kemudian
guru mengucapkan salam, setelah itu guru mengajak siswa
berdoa dan mengadakan presensi kehadiran siawa.
b) Guru membuka pelajaran sebagai apersepsi, guru dan siswa
bertanya jawab mengenai pembelajaran menulis deskripsi. Guru
dan siswa bertanya jawab mengenai proses pembalajaran
sebelumnya yaitu menulis karangan deskripsi dengan model
pembelajaaran kontekstual. Tahap ini merupakan bagian model
pembelajaran kontekstual komponen bertanya ( questioning)
c) Guru menyampaikan materi menulis deskripsi tentang langkah-
langkah menulis deskripsi dan menulis karangan yang utuh
dengan memperhatikan ejaan yang tepat ( huruf besar, tanda titik
dan koma), kemudian guru memberikan contoh karangan
deskripsi. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan siswa
mengikuti langkah-langkah menulis karangan deskripsi seperti
contoh yang diberikan guru. Tahap ini merupakan bagian model
pembelajaran kontekstual komponen kontrutivisme
(contructivisme) dan pemodelan ( modeling)
d) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk
berdiskusi membuat karangan deskripsi. Tugas menulis deskripsi
dikerjakan secara kelompok agar siswa dapat saling bertukar
informasi dan bekerja sama. Tahap ini merupakan bagian model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
pembelajaran kontekstual komponen masyarakat belajar
( learning community)
e) Siswa keluar kelas untuk mengamati lingkungan persawahan
sebagai objek pengamatan nyata dalam menulis karangan
deskripsi dengan model pembelajaran kontekstual. Tahap ini
merupakan bagian model pembelajaran kontekstual komponen
masyarakat belajar ( learning community)
f) Siswa mengamati lingkungan persawahan yang ada di dekat
sekolah dan mengumpulkan data dari objek nyata tersebut
kedalam kerangka karangan dan menyusunnya kedalam karangan
yang utuh. Tahap ini merupakan bagian model pembelajaran
kontekstual komponen menemukan (inquiry)
g) Siswa selesai mengerjakan tugas kelompok menulis karangan
deskripsi kemudian siswa membacakan karangan di depan kelas.
Siswa yang ditunjuk maju untuk membaca bertindak sebagai
model pembelajaran. Tahap ini merupakan bagian model
pembelajaran kontekstual komponen pemodelan (modeling)
h) Siswa melaporkan hasil pekerjaaanya, guru melakukan koreksi
dan memberi nilai pada pekerjaan siswa.Kemudian guru beserta
siswa membahas hasil kerja kelompok mengenai kegiatan
menulis karangan deskripsi. Tahap ini merupakan bagian model
pembelajaran kontekstual komponen penilaian nyata (authentic
assessment)
i) Guru dan siswa membuat kesimpulan hasil pembelajaran tentang
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru juga bertanya
kepada siswa mengenai proses pembelajaran dengan model
pembelajaran kontekstual apakah menyenangkan atau tidak dan
dapat digunakan pada proses pembelajaran berikutnya. Tahap ini
merupakan bagian model pembelajaran kontekstual komponen
refleksi (reflection)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
2) Pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2011. Pada
pertemuan ini materi yang diajarkan adalah Pengertian menulis
deskripsi, ciri-ciri karangan deskripsi, langkah-langkah menyusun
karangan deskripsi dan menulis karangan yang utuh dengan
memperhatikan ejaan yang tepat ( huruf besar, tanda titik dan koma) .
Berikut ini urutan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
pertemuan kedua :
a) Guru masuk ke dalam kelas mengkondisikan siswa, kemudian
guru mengucapkan salam, setelah itu guru mengajak siswa
berdoa dan mengadakan presensi kehadiran siawa.
b) Guru membuka pelajaran sebagai apersepsi, guru dan siswa
bertanya jawab mengenai pembelajaran menulis deskripsi. Guru
dan siswa bertanya jawab mengenai suatu tempat yang pernah
dikunjungi kemudian dari kunjungan ke tempat tersebut apakah
pernah menceritakan kepada orang lain atau menuliskannya
dalam sebuah karangan. Tahap ini merupakan bagian model
pembelajaran kontekstual komponen bertanya ( questioning)
c) Guru menyampaikan materi menulis deskripsi tentang langkah-
langkah menulis deskripsi dan menulis karangan yang utuh
dengan memperhatikan ejaan yang tepat ( huruf besar, tanda titik
dan koma), kemudian guru memberikan contoh karangan
deskripsi. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan siswa
mengikuti langkah-langkah menulis karangan deskripsi seperti
contoh yang diberikan guru. Tahap ini merupakan bagian model
pembelajaran kontekstual komponen kontrutivisme
(contructivisme) dan pemodelan ( modeling)
d) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk
berdiskusi membuat karangan deskripsi. Tugas menulis deskripsi
dikerjakan secara kelompok agar siswa dapat saling bertukar
informasi dan bekerja sama. Tahap ini merupakan bagian model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
pembelajaran kontekstual komponen masyarakat belajar
( learning community)
e) Siswa keluar kelas untuk mengamati keadaan lingkungan pasar
yang ada di dekat sekolah sebagai objek pengamatan nyata dalam
menulis karangan deskripsi dengan model pembelajaran
kontekstual. Tahap ini merupakan bagian model pembelajaran
kontekstual komponen masyarakat belajar ( learning community)
f) Siswa mengamati keadaan lingkungan pasar dan mengumpulkan
data dari objek nyata tersebut kedalam kerangka karangan dan
menyusunnya kedalam karangan yang utuh. Tahap ini
merupakan bagian model pembelajaran kontekstual komponen
menemukan (inquiry)
g) Siswa selesai mengerjakan tugas kelompok menulis karangan
deskripsi kemudian siswa membacakan karangan di depan kelas.
Siswa yang ditunjuk maju untuk membaca bertindak sebagai
model pembelajaran. Tahap ini merupakan bagian model
pembelajaran kontekstual komponen pemodelan (modeling)
h) Siswa melaporkan hasil pekerjaaanya, guru melakukan koreksi
dan memberi nilai pada pekerjaan siswa.Kemudian guru beserta
siswa membahas hasil kerja kelompok mengenai kegiatan
menulis karangan deskripsi. Tahap ini merupakan bagian model
pembelajaran kontekstual komponen penilaian nyata (authentic
assessment)
i) Guru dan siswa membuat kesimpulan hasil pembelajaran tentang
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru juga bertanya
kepada siswa mengenai proses pembelajaran dengan model
pembelajaran kontekstual apakah menyenangkan atau tidak dan
dapat digunakan pada proses pembelajaran berikutnya. Tahap ini
merupakan bagian model pembelajaran kontekstual komponen
refleksi (reflection)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
c. Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan kolaborasi dengan guru kelas
untuk mengadakan pengamatan terhadap sikap, perilaku siswa selama
pembelajaran berlangsung serta kemampuan guru dalam mengajar dengan
model pembelajaran kontekstual materi menulis deskripsi. Dari hasil
observasi aktivitas siswa dan kegiatan pembelajaran siklus II selama dua
kali pertemuan (lampiran 16 halaman 161) diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Kedisiplinan siswa dalam memulai pembelajaran sudah baik suasana
kelas menjadi lebih kondusif.
2) Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran sudah baik terutama pada
saat proses diskusi kelompok.
3) Keaktifan siswa dalam bertanya, mengemukakan pendapat dan
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran sudah baik.
4) Kemampuan siswa dalam melakukan pengamatan yang merupakan
komponen pokok dalam model pembelajaran kontekstual sudah baik
dan aktif.
5) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dalam proses
pengamatan untuk mengumpulkan data sudah baik.
6) Keadaan siswa dengan lingkungan belajar dalam mengikuti proses
pembelajaran sudah maksimal karena siswa sudah mengenal
lingkungan belajarnya.
7) Kemampuan siswa dalam mengerjakan evaluasi sudah baik.
8) Kesimpulan skor aktivitas siswa pada siklus II sudah baik
Observasi tidak hanya dilaksanakan pada aktivitas siswa dalam
mengikuti pembelajaran tetapi juga ditujukan pada aktivitas peneliti
sebagai guru. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai
aktivitas peneliti dalam kesesuaian antara rencana pembelajaran yang
disusun dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan. Dari data
observasi aktivitas guru dalam siklus II selama dua kali pertemuan
(lampiran 14 halaman 150) diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran sudah baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
2) Kemampuan guru dalam memberikan apersepsi sudah baik.
3) Kemampuan mengelola waktu pelajaran sudah baik, guru tepat waktu
memulai pelajaran dan memberi batasan waktu dalam melakukan
diskusi.
4) Kemampuan guru mengelola kelas sudah baik.
5) Kemampuan guru dalam menyampaikan materi sudah baik, meskipun
belum maksimal.
6) Keterampilan guru mengajukan pertanyaan sudah baik.
7) Kemampuan guru dalam pelaksanaan konsep pembelajaran sudah
baik
8) Perhatian guru terhadap seluruh siswa sudah baik, meskipun masih
ada beberapa yang belum berperan aktif dalam kelompok.
9) Kemampuan dalam pengembangan aplikasi sudah baik meskipun
siswa belum maksimal dalam mengerjakan soal.
10) Kemampuan menutup pelajaran sudah baik dengan memberi pesan,
motivasi dan juga menyampaikan kesimpulan bersama-sama dengan
siswa.
11) Kesimpulan skor kinerja guru pada siklus II sudah baik.
d. Refleksi
Pada siklus II juga dilakukan diskusi yang mendalam terhadap
deskripsi data seperti yang dilakukan sebelumnya pada siklus I. Pada
lembar observasi aktivitas siswa terjadi perubahan keaktifan yang cukup
berarti. Pada siklus I siswa belum berani dan masih ragu-ragu dalam
menyampaikan gagasannya, namun pada siklus II siswa sudah mempunyai
keberanian untuk bertanya dan mengungkapkan pendapatnya. Demikian
juga dalam mengerjakan tugas kelompok atau diskusi, secara keseluruhan
siswa sudah memperlihatkan aktivitas yang baik. Perolehan hasil post tes
nilai keterampilan berpikir kritis siswa pada siklus II yaitu siswa yang
mendapat nilai di bawah KKM (60) sebanyak 3 siswa atau 9,75 % dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
perolehan nilai terendah 50 dan siswa yang mendapat nilai di atas KKM
(60) sebanyak 29 siswa atau 90,62% dengan perolehan nilai tertinggi 85.
Sedangkan rata-rata nilai kelas yaitu 70,96. Dari data tersebut hanya ada 3
siswa dari 32 siswa yang nilainya di bawah KKM (60), jadi ada
peningkatan baik dari siklus I ke siklus II. Hal tersebut dapat dilihat dari
data nilai kemampuan menulis deskripsi siswa kelas IV Sd Negeri 01
Suruhkalang pada tabel 6 seperti dibawah ini:
Tabel 6. Distribusi Data Nilai kemampuan menulis deskripsi siswa kelas
IV SD Negeri 01 Suruhkalang Pada Siklus II
N
o
Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah (xi)
fi.xi Prosentase
(%)
Keterangan
1 45-55 3 50 150 9,38 Belum Tuntas
2 56-66 9 61 549 28,12 Tuntas
3 67-77 8 72 576 25,00 Tuntas
4 78-88 12 83 996 37,50 Tuntas
Jumlah 32 2271 100
Nilai rata-rata = 2271 : 32 = 70,96
Ketuntasan klasikal = (29 : 32) x 100 % = 90,62 %
Nilai Di bawah KKM = (3 : 32 ) x 100 % = 9,75 %
Nilai terendah = 50
Nilai tertinggi = 85
Dari tabel 6 di atas nilai kemampuan menulis deskripsi siswa kelas
IV SD Negeri 01 Suruhkalang melalui penerapan pembelajaran
kontekstual yang telah diterangkan di atas, dapat disajikan grafik 4 sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
0
2
4
6
8
10
12
14
fre
ku
en
si
Grafik 4. Grafik Nilai
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan
siklus II (lampiran 10 halaman 136
dapat dilihat pada Tabel 7
Tabel 7. Distribusi
Siswa Kelas
Nilai terendah
Nilai tertinggi
Rata-rata nilai
Ketuntasan Klasikal
3
9
8
45-55 56-66 67-77
interval nilai
Grafik 4. Grafik Nilai Kemampuan Menulis deskripsi Siswa Kelas V SD
Negeri 01 Suruhkalang Pada Siklus II
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan
lampiran 10 halaman 136 dan lampiran 11 halaman 1
dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini:
Distribusi Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II
Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang
Keterangan Siklus I Siklus IINilai terendah 45
Nilai tertinggi 75
rata nilai 61,34
Ketuntasan Klasikal 71,88 % 90,62 %
70
12
78-88
iswa Kelas V SD
Data hasil perkembangan nilai siswa pada tes siklus I dan
dan lampiran 11 halaman 142)
Perkembangan Hasil Tes Siklus I dan Tes Siklus II
Siklus II 50
85
70,96
90,62 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari hasil perkembangan tes siklus I dan
pada Tabel 7
berikut :
Grafik 5. Hasil Perkembangan Nilai
Siklus I dan
Dari hasil penelitian siklus II, maka peneliti mengulas bahwa
dilihat dari nilai rata
menulis deskripsi de
tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) masih ada
siswa yang belum tuntas.
Dengan mempertimbangkan temuan nyata selama proses
pembelajaran serta diskusi dengan observer dan siswa, mak
menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan
kontekstual menyenangkan karena da
dalam proses pembelajran
siswa baik terhadap dirinya maupun orang lain. Selain
ditunjukkan pula
Dari hasil perkembangan tes siklus I dan evaluasi siklus II
pada Tabel 7 di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai
Grafik 5. Hasil Perkembangan Nilai Kemampuan Menulis
Siklus I dan Siklus II Setelah Menerapkan Model Pembelajaran
Kontekstual
Dari hasil penelitian siklus II, maka peneliti mengulas bahwa
dilihat dari nilai rata-rata kelas pembelajaran bahasa Indonesia materi
menulis deskripsi dengan model pembelajaran kontekstual sudah berhasil
tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) masih ada
siswa yang belum tuntas.
Dengan mempertimbangkan temuan nyata selama proses
pembelajaran serta diskusi dengan observer dan siswa, mak
menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran
menyenangkan karena dapat meningkatakan antusias siswa
dalam proses pembelajran dan lebih memperkaya rasa tanggungjawab
siswa baik terhadap dirinya maupun orang lain. Selain
ditunjukkan pula peningkatan terhadap kemampuan menulis deskripsi
71
evaluasi siklus II
di atas dapat digambarkan pada Grafik 5 sebagai
Kemampuan Menulis Deskripsi Pada
Siklus II Setelah Menerapkan Model Pembelajaran
Dari hasil penelitian siklus II, maka peneliti mengulas bahwa
rata kelas pembelajaran bahasa Indonesia materi
ngan model pembelajaran kontekstual sudah berhasil
tetapi apabila dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) masih ada
Dengan mempertimbangkan temuan nyata selama proses
pembelajaran serta diskusi dengan observer dan siswa, maka peneliti
model pembelajaran
pat meningkatakan antusias siswa
dan lebih memperkaya rasa tanggungjawab
siswa baik terhadap dirinya maupun orang lain. Selain hal tersebut,
peningkatan terhadap kemampuan menulis deskripsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
siswa yang signifikan. Dari fakta tersebut maka penelitian tindakan kelas
ini dianggap cukup dan diakhiri pada siklus II.
D. Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan pengamatan dan analisis data yang ada, dapat dilihat adanya
peningkatan aktivitas dan kemampuan menulis deskripsi siswa kelas IV SD
Negeri 01 Suruhkalang dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Peningkatan hasil
dari proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah siswa dapat lebih berkembang
dalam menuangkan ide dalam menulis karangan karena telah mengikuti setiap
langkah atau tahapan pembelajaran dengan sungguh-sungguh. Hal ini dapat
ditunjukkan dalam deskripsi berikut ini:
1. Hasil Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia
a. Data Hasil Belajar Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas IV
Sebelum Dilaksanakan Tindakan ( Pra siklus)
Dari daftar nilai (lampiran 10 halaman 134) dapat diketahui bahwa
nilai bahasa Indonesia sebelum dilaksanakan tindakan yaitu siswa yang
memperoleh nilai 34-44 ada 3 siswa, yang memperoleh nilai 45-55 ada 12
siswa, yang mendapat nilai 56-66 ada 2 siswa, yang mendapat nilai 67-77
ada 15 siswa. Dengan demikian rata-rata nilai yang diperoleh sebesar
56,18. Siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM sebanyak 15 siswa
atau 46,88% sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 17
siswa atau 53,12%.
b. Data Hasil Belajar Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas IV Pada
Siklus I
Berdasarkan hasil tes pada siklus I selama dua kali pertemuan
(lampiran 11 halaman 136) dapat diketahui nilai pembelajaran bahasa
Indonesia seperti di bawah ini:
1) Pada pertemuan pertama siswa yang memperoleh nilai 45-55 ada 9
siswa, nilai 56-66 ada 13 siswa, dan mendapat nilai 67-77 ada 10
siswa. Dengan demikian rata-rata nilai yang diperoleh siswa sebesar
61,34. Siswa yang mendapat nilai di bawah 60 (KKM) sebanyak 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
siswa atau 28,12% dan siswa yang mendapat nilai di atas 60 (KKM)
sebanyak 23 siswa atau 71,88%.
2) Pada pertemuan kedua siswa yang memperoleh nilai 45-55 ada 7
siswa, mendapat nilai 56-66 ada 12 siswa, nilai 67-77 ada 11 siswa,
dan mendapat nilainya 78-88 ada 2 siswa. Dengan demikian rata-rata
nilai yang diperoleh siswa sebesar 63,75 . Siswa yang mendapat nilai
di bawah 60 (KKM) sebanyak 7 siswa atau 21,88% dan siswa yang
mendapat nilai di atas 60 (KKM) sebanyak 25 siswa atau 78,12%.
Nilai rata-rata dari hasil ulangan siswa pada pertemuan I dan
pertemuan II siklus I adalah 61,34. Siswa yang mendapat nilai di atas
KKM adalah 23 siswa atau sebesar 71,88%.
c. Data Hasil Belajar Kemampuan menulis Deskripsi Siswa Kelas IV pada
Siklus II
Berdasarkan hasil tes pada siklus II selama dua kali pertemuan
(lampiran 12 halaman 140) dapat diketahui nilai pembelajaran matematika
seperti di bawah ini:
1) Pada pertemuan pertama siswa yang memperoleh nilai 45-55 ada 5
siswa, mendapat nilai 56-66 ada 8 siswa, nilai 67-77 ada 6 siswa ,
mendapat nilai 78-88 ada 12 siswa dan siswa yang mendapat nilai 89-
99 ada 1 siswa. Dengan demikian rata-rata nilai yang diperoleh siswa
sebesar 70,62 Siswa yang mendapat nilai di bawah 60 (KKM)
sebanyak 5 siswa atau 15,62% dan siswa yang mendapat nilai di atas
60 (KKM) sebanyak 27 siswa atau 84,37%.
2) Pada pertemuan kedua siswa yang memperoleh nilai 45-55 ada 2
siswa, mendapat nilai 56-66 ada 4 siswa, nilai 67-77 ada 9 siswa, nilai
78-88 ada 13 siswa, dan siswa yang memperoleh nilai 89-99 ada 4
siswa. Dengan demikian rata-rata nilai yang diperoleh siswa sebesar
76,46. Siswa yang mendapat nilai di bawah 60 (KKM) sebanyak 2
siswa atau 6,25% dan siswa yang mendapat nilai di atas 60 (KKM)
sebanyak 30 siswa atau 93,75%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Nilai rata-rata dari hasil ulangan siswa pada pertemuan I dan
pertemuan II siklus II adalah 70,96. Siswa yang mendapat nilai di atas
KKM adalah 29 siswa atau sebesar 90,62%.
2. Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia
Melalui penerapan model pembelajaran kontekstual, siswa cukup
aktif dalam mengikuti setiap langkah yang dilaksanakan. Siswa membentuk
kelompok heterogen atas bimbingan guru berdasarkan materi menulis
deskripsi yang dipelajari. Siswa berdiskusi dengan kelompok masing-
masing untuk menyelesaikan tugas mengamati objek kemudian disusun
menjadi sebuah karangan yan utuh. Setelah melakukan pengamatan
bersama dalam kelompok, guru akan membimbing siswa dalam melakukan
pengapatan. Masing-masing siswa dalam kelompok melakukan pengamatan
objek langsung dan mengumpulkan data . Tetapi masih ada beberapa siswa
yang belum konsentrasi, tidak begitu aktif dan masih bingung dengan
langkah-langkah pembelajaran tersebut.
Dari hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I (lampiran 15
halaman 156) diperoleh hal-hal seperti berikut:
1) Kedisiplinan siswa dalam memulai pembelajaran cukup disiplin
namun keadaan siswa harus dikondisikan agar suasana kelas menjadi
lebih kondusif.
2) Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran masih kurang terutama
pada saat proses diskusi kelompok.
3) Keaktifan siswa dalam bertanya, mengemukakan pendapat dan
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran masih rendah.
4) Kemampuan siswa dalam melakukan pengamatan yang merupakan
komponen pokok dalam model pembelajaran kontekstual masih
kurang.
5) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dalam proses
pengamatan untuk mengumpulkan data masih rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
6) Keadaan siswa dengan lingkungan belajar dalam mengikuti proses
pembelajaran cukup maksimal karena siswa sudah mengenal
lingkungan belajarnya.
7) Kemampuan siswa dalam mengerjakan evaluasi cukup baik namun
masih ada beberapa siswa yang nilainya masih kurang maksimal.
8) Kesimpulan skor Aktivitas siswa pada siklus I cukup baik.
Dari hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II (lampiran 16
halaman 161) diperoleh hal-hal berikut:
1) Kedisiplinan siswa dalam memulai pembelajaran sudah baik suasana
kelas menjadi lebih kondusif.
2) Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran sudah baik terutama pada
saat proses diskusi kelompok.
3) Keaktifan siswa dalam bertanya, mengemukakan pendapat dan
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran sudah baik.
4) Kemampuan siswa dalam melakukan pengamatan yang merupakan
komponen pokok dalam model pembelajaran kontekstual sudah baik
dan cukup aktif.
5) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dalam proses
pengamatan untuk mengumpulkan data sudah baik.
6) Keadaan siswa dengan lingkungan belajar dalam mengikuti proses
pembelajaran sudah maksimal karena siswa sudah mengenal
lingkungan belajarnya.
7) Kemampuan siswa dalam mengerjakan evaluasi sudah baik.
8) Kesimpulan skor aktivitas siswa pada siklus II sangat baik.
3) Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia
Observasi tidak hanya ditujukan kepada siswa tetapi juga kepada
peneliti sebagai guru. Dari hasil observasi kinerja guru pada siklus I
(lampiran 13 halaman 145) diperoleh hal-hal seperti berikut:
1) Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran cukup baik.
2) Kemampuan guru dalam memberikan apersepsi sudah cukup baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
3) Kemampuan mengelola waktu pelajaran sudah baik, guru tepat waktu
memulai pelajaran dan memberi batasan waktu dalam melakukan
diskusi.
4) Kemampuan guru mengelola kelas belum cukup baik.
5) Kemampuan guru dalam menyampaikan materi sudah cukup baik,
meskipun belum maksimal.
6) Keterampilan guru mengajukan pertanyaan sudah cukup baik.
7) Kemampuan guru dalam pelaksanaan konsep pembelajaran cukup baik
8) Perhatian guru terhadap seluruh siswa cukup baik, meskipun masih ada
beberapa yang belum berperan aktif dalam kelompok.
9) Kemampuan dalam pengembangan aplikasi sudah cukup baik
meskipun siswa belum maksimal dalam mengerjakan soal.
10) Kemampuan menutup pelajaran sudah cukup baik dengan memberi
pesan, motivasi dan juga menyampaikan kesimpulan bersama-sama
dengan siswa.
11) Kesimpulan skor kinerja guru pada siklus I cukup baik.
Bertolak dari hasil observasi dan refleksi kinerja guru pada siklus I,
Maka guru memperbaiki kinerjanya pada siklus II (lampiran 14 halaman 150)
dan dapat diperoleh hasil sebagai berikut:
1) Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran sudah baik.
2) Kemampuan guru dalam memberikan apersepsi sudah baik.
3) Kemampuan mengelola waktu pelajaran sudah baik, guru tepat waktu
memulai pelajaran dan memberi batasan waktu dalam melakukan
diskusi.
4) Kemampuan guru mengelola kelas sudah baik.
5) Kemampuan guru dalam menyampaikan materi sudah baik, meskipun
belum maksimal.
6) Keterampilan guru mengajukan pertanyaan sudah baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
7) Kemampuan guru dalam pelaksanaan konsep pembelajaran sudah
baik
8) Perhatian guru terhadap seluruh siswa sudah baik, meskipun masih
ada beberapa yang belum berperan aktif dalam kelompok.
9) Kemampuan dalam pengembangan aplikasi sudah baik meskipun
siswa belum maksimal dalam mengerjakan soal.
10) Kemampuan menutup pelajaran sudah baik dengan memberi pesan,
motivasi dan juga menyampaikan kesimpulan bersama dengan siswa.
11) Kesimpulan skor kinerja guru pada siklus II sangat baik.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian dari beberapa tabel di atas, dapat
diketahui adanya peningkatan proses pembelajaran terutama kemampuan
menulis deskripsi siswa terhadap materi pada masing-masing siklus melalui
penerapan model pembelajaran kontekstual. Peningkatan terlihat dari
perhitungan rata-rata nilai belajar dan aktivitas siswa pada deskripsi di bawah
ini.
Perhitungan rata-rata nilai belajar yang diperoleh siswa pada kondisi
awal sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan siklus
I dan siklus II selama dua kali pertemuan pada setiap siklusnya Hal ini dapat
dilihat pada tabel 8 seperti berikut:
Tabel 8. Distribusi Perkembangan Nilai Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa
Kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang Pada Kondisi Awal, Siklus I
dan Siklus II
No Pembelajaran Matematika (sifat-sifat bangun ruang)
Sebelum Tindakan
(Pra Siklus)
Sesudah dilaksanakan tindakan
Siklus I Siklus II 1 Nilai Terendah 40 45 50
2 Nilai Tertinggi 70 75 85 3 Nilai rata-rata 56,18 61,34 70,96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
4 Persentase ketuntasan klasikal
53,13 % 71,88 % 90,62 %
Berdasarkan tabel 8 di atas, dapat diketahaui bahwa jumlah siswa yang
memperoleh nilai ≥ 60 (KKM) mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini
menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis deskripsi
yang dilaksanakan oleh guru dapat dinyatakan berhasil.
Peningkatan rata-rata nilai kemampuan menulis deskripsi melalui
penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual dapat disajikan
dalam grafik 6, sebagai berikut :
Grafik 6. Grafik Perkembangan Nilai Kemampuan Menulis Deskripsi Pada
Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang Sebelum Tindakan,
Siklus I, Siklus II
Peningkatan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran kontekstual
dalam materi menulis deskripsi adalah pada aspek berikut:
1. Memperhatikan penjelasan dari guru
0
20
40
60
80
100
120
pra siklus siklus I siklus II
fre
ku
en
si
nil
ai
Nilai
Terendah
Nilai Tertinggi
Nilai rata-rata
Prosentase
ketuntasan
klasikal
4045
50
75
85
56,1853,13
61,34
71,88 70,96
90,62
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
2. Mengerjakan tugas individu maupun kelompok dengan penuh kesiapan,
serius, teliti dan tepat waktu.
3. Keinginan bertanya dan mengungkapkan pendapat
4. Kemauan untuk berdiskusi, bekerjasama dalam menyelesaikan soal.
5. Keaktifan untuk membu
6. at kesimpulan pelajaran,
7. Keaktifan dalam mengikuti proses pembelajaran.
8. Keantusiasan siswa mengikuti pembelajaran.
Peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran kontekstual dalam materi
menulis deskripsi adalah pada aspek berikut:
1. Kesiapan guru yang matang ketika memulai kegiatan pembelajaran.
2. Kemampuan memberikan apersepsi pada kegiatan awal pembelajaran
3. Kemampuan mengelola waktu pembelajaran secara efisien.
4. Mampu guru mengelola kelas sehingga tercipta pembelajaran yang kondusif.
5. Menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami.
6. Keterampilan guru mengajukan pertanyaan yang dapat memancing siswa
untuk berpikir.
7. Kemampuan guru melaksanakan konsep pembelajaran
8. Perhatian guru terhadap siswa menyeluruh.
9. Pengembangan aplikasi dan evaluasi yang baik.
10. Kemampuan memberikan motivasi pada individu mapun kelompok.
Peningkatan aktivitas siswa dan kinerja guru pada siklus I dan siklus II
dapat dilihat pada tabel 9 seperti berikut:
Tabel 9. Distribuasi Rata-rata Aktivitas Siswa dan Kinerja Guru Kelas
IV SD Negeri 01 Suruhkalang Materi Menulis Deskripsi
No Aspek Skor Kategori
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
1 2 1 2 1 2 1 2
1 Aktivitas siswa 16 20 24 26 Rendah Cukup Baik Baik Sekali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
2 Kinerja guru 28 30 34 36 Cukup Baik Baik Baik sekali
Berdasarkan tabel 9, dapat dilihat skor hasil aktivitas siswa dan kinerja
guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis deskripsi dengan
menerapkan model pembelajaran kontekstual secara individual dan kelompok,
dari siklus I pertemuan pertama aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran
dalam kategori rendah karena jumlah skor hanya 16 dan pada pertemuan kedua
aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dalam kategori sedang atau cukup
karena jumlah skor mencapai 20, kinerja guru pada siklus I pertemuan pertama
dalam kategori cukup karena jumlah skor yang dicapai adalah 28 dan pada
pertemuan kedua kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran dalam kategori baik
karena jumlah skor yang dicapai adalah 30. Pada siklus II pertemuan pertama
aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dalam kategori tinggi karena jumlah
skor mencapai 24 dan pada pertemuan kedua aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran dalam kategori sangat tinggi dengan jumlah skor 26. Kinerja guru
pada siklus II pertemuan pertama dalam kategori baik karena jumlah skor yang
dicapai adalah 34 dan pada pertemuan kedua kinerja guru dalam kegiatan
pembelajaran dalam kategori baik sekali karena jumlah skor mencapai 36.
Dari hasil perkembangan aktivitas siswa dan kinerja guru siklus I dan
siklus II pada tabel 9 dapat digambarkan pada grafik 7 dan grafik 8 sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Grafik 7. Grafik perkembangan rata-rata aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II
Grafik 8. Grafik perkembangan rata-rata kinerja guru pada siklus I dan siklus II
Hambatan-hambatan yang ditemui pada masing-masing siklus berbeda-
beda, antara lain: pada siklus I hambatan yang dijumpai adalah guru belum dapat
menyampaikan materi dengan jelas dan kurang dapat dipahami oleh siswa karena
terlalu cepat dalam menjelaskan sehingga siswa belum memahami langkah-
langkah pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual, guru belum
memberikan motivasi baik pada individu maupun kelompok sehingga siswa masih
belum barani dalam menjawab pertanyaan dan belum mampu bekerjasama dengan
16
20
2426
0
5
10
15
20
25
30
Siklus I Siklus II
SK
OR
AKTIVITAS SISWA
Pertemuan 1
Pertemuan 2
2830
3436
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Siklus I Siklus II
SK
OR
KINERJA GURU
Pertemuan 1
Pertemuan 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
kelompoknya, guru belum dapat mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran
yang kondusif sehingga menghambat dalam penyelesaian tugas, pengelolaan
waktu pun belum maksimal.
Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus I yang
dilaksanakan di siklus II dalam upaya perbaikan adalah dengan memberikan
arahan kembali kepada siswa tentang tahapan-tahapan kerja kelompok dengan
model pembelajaran kontekstual secara tepat dan jelas, memberi perhatian
menyeluruh dan bimbingan terhadap siswa agar pembelajaran lebih kondusif dan
memberikan motivasi berupa penghargaan baik secara verbal maupun non verbal
kepada siswa agar mereka lebih kreatif dan kritis lagi dalam mengerjakan soal
maupun saat memaparkan hasil pekerjaan di depan kelas. Pembelajaran pada
siklus II sudah berhasil sehingga tidak ada hambatan yang berarti.
Berdasarkan uraian di atas dapat pneliti simpulkan bahwa salah satu upaya
untuk meningkatkan kemampuan menulis deskripsi pada pelajaran bahasa
Indonesia pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang yaitu dengan
menerapkan pembelajaran kontekstual. Hal ini terjadi karena pembelajaran
dengan model pembelajaran kontekstual dapat membiasakan siswa untuk
mengembangkan ide atau gagasan dalam menulis karangan deskripsi serta aktif
mengembangkan kreativitas dan inisiatifnya. Dalam hal tersebut siswa juga
dituntut untuk lebih bertanggung jawab pada dirinya sendiri dan orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model
pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi
pada siswa kelas V SD Negeri 01 Suruhkalang tahun ajaran 2010/2011. Hal ini
terbukti pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa
56,18 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 53,13%, siklus I nilai rata-
rata kelas 61,34 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 71,88% dan siklus
II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 70,96 dengan persentase ketuntasan
klasikal sebesar 90,62%. Dengan demikian penerapan model pembelajaran
kontekstual dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis deskripsi
pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Suruhkalang tahun ajaran 2010/2011 karena
model pembelajaran kontekstual merupakan model pembelajaran yang
menyenangkan, bekerja secara kelompok tetapi lebih menekankan pada individu
dengan memerlukan ketelitian siswa dalam mengamati suatu objek nyata
berdasarkan pengamatan langsung.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan penelitian di atas, maka implikasi penelitian
tindakan kelas ini adalah penggunaan model pembelajaran kontekstual dapat
meningkatkan kemampuan menulis deskripsi pada siswa kelas IV SD Negeri 01
Suruhkalang Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011,
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran
kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi pada siswa kelas
IV SD Negeri 01 Suruhkalang Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011. Hal ini
menunjukkan bahwa secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
salah satu acuan untuk menggunakan model pembelajaran kontekstual dalam
pembelajaran bahasa Indonesia pada materi yang sesuai. Dari hasil penelitian ini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
maka penggunaan model pembelajaran kontekstual dapat dioptimalkan untuk
meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dalam
upaya meningkatkan nilai kemampuan menulis deskripsi maupun materi menulis
karangan yang lainnya. Hasil penelitian ini dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelajaran yaitu: penggunaan metode,media pembelajaran dan kegiatan
pembelajaran.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa
saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:
1. Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya meningkatkan kompetensi guru, karena kompetensi
tersebut berpengaruh pada kinerja guru dalam pembelajaran di kelas. Untuk itu,
kepala sekolah disarankan untuk memotivasi guru guna meningkatkan
kompetensinya agar lebih memperluas wawasan mengenai model-model
pembelajaran yang kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran. Untuk itu
Peneliti menyarankan penggunaan model pembelajaran kontekstual sebagai
model pembelajaran alternatif dalam pembelajaran menulis deskripsi di kelas
tinggi sekolah dasar. Penggunaan Model pembelajaran kontekstual dapat
menciptakan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi menulis
siswa karena siswa diajak mengamati objek nyata secara langsung sehingga
sangat bermanfaat dan meningkatkan kualitas hasil menulis siswa.
2. Bagi Guru
Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan
merancang proses pembelajaran yang inovatif, kreatif dan menyenangkan
salah satunya dengan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran
menulis deskripsi. Siswa menjadi lebih tertarik dan termotivasi dan tercipta
suasana pembelajaran yang baru dan kondusif. Hal ini membuat siswa tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
mudah bosan dan tetap semangat untuk mengikuti proses pembelajaran yang
melibatkan situasi dunia nyata atau objek langsung, sehingga memudahkan
siswa untuk menuliskan apa yang mereka pikirkan karena berhadapan
langsung dengan objek yang akan mereka gambarkan dalam bentuk tulisan.
3. Bagi Siswa
Siswa harus lebih berperan secara aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran menulis khususnya menulis deskripsi melalui model
pembelajaran kontekstual, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik dan hasil yang diharapkan dapat tercapai secara optimal. Di
samping itu siswa perlu memberikan masukan ataupun saran apabila siswa
kurang setuju terhadap cara mengajar guru yang bersangkutan, sehingga
pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual dapat berlangsung
secara efektif dan efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Wahab. 2009. Metode dan model-medel mengajar. Bandung :
Alfabeta.
Ahmad Rofiudin dan Darmayati Zuhdi. 2002. Pendidikan dan Sastra Indonesia di Kelas Tingg. Malang : UNM.
Agus suprijono. 2010. Cooperative Learning (Teori dan aplikasi PAIKEM) Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Burhan Nurgiyantoro, 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta :BPFE-Yogyakarta.
Berry Dwi Santi Kismawati. 2010. Peningkatan Kemampuan Menghitung Pecahan Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Kedungwinong I Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun Pelajaran 2009/2010. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Daryanto. 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Goris Keraf. 2004. Komposisi. Semarang : Bineka Putra
Iskandarwassid (2008) dalam (http://dyahprihastuty.blogspot.com/ diunduh tanggal 8 februari 2011)
Johnson, B. Elaine. 2009. Contextual Teaching and Learning. Diterjemahkan oleh Ibnu Setiyawan. Bandung : MLC.
J.S. Badudu. 1996. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar III. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Marzuki. 2003. Metodologi Riset. Yogyakarata : BPFE-UII
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Miles, Matthew B and Michael Hubbermann. 2007. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UIP.
M. Faisal, dkk. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD. Jakarta : Dikti Depdiknas.
Puji santoso, dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Rusmiyati, dkk. 2004. Bahasa Indonesia 4. Jakarta : Bumi Aksara.
Sarwiji Suwandi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru
Sugiyanto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : UNS Press
Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian Pemdidikan. Bandung : Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Suparno dan Yunus. 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta : Universitas Terbuka.
St. Y. Slamet. 2007. Dasar-Dasar Pembelajaran bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. Surakarta : UNS Press
St. Y. Slamet. 2008. Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta : UNS Press
Tri Yudowibowo. 2010. Penerapan Strategi pembelajaran Student teams Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Deskripsi Pada Siswa Kelas SMKN 2 Ngawi Tahun Ajaran 20009/2010. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
_________. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta : UNS Press
Ubaidillah Nugraha (2003) dalam (http://tobukas.wordpress.com diunduh tanggal 7 februari 2011)
Chaplin (1997: 34) dalam (http://www.digilib.petra.ac.id diunduh tanggal 7 Februari 2011)
Robbins (2000: 46-48) dalam (http://digilib.petra.ac.id diunduh tanggal 7 Februari 2011)
Keith Davis dalam mangkunegara (2000) (http://www.digilib.petra.ac.id diunduh tanggal 7 Februari 2011)
Ahkmad Sudrajat dalam (http://www.akhmadsudrajat.wordpress.com diunduh tanggal 7 Februari 2011)
Keraf dalam wikipedia ( http://id.wikipedia.org diunduh tanggal 8 Februari 2011)