allium cepa var. aggregatum kultivar tiron pada beberapa ... · penampang melintang dan membujur...

43
EMBRIOGENESIS SOMATIK BAWANG MERAH (Allium cepa var. aggregatum) KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA KONSENTRASI 2,4 D DAN BAP FAUZAN HIDAYATULLAH SEMENDAYA A24144008 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Upload: dangnga

Post on 19-Mar-2019

251 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

EMBRIOGENESIS SOMATIK BAWANG MERAH

(Allium cepa var. aggregatum) KULTIVAR TIRON PADA

BEBERAPA KONSENTRASI 2,4 D DAN BAP

FAUZAN HIDAYATULLAH SEMENDAYA

A24144008

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

2

Page 3: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Embriogenesis

Somatik Bawang Merah (Allium cepa var. aggregatum) Kultivar Tiron pada

Berbagai Konsentrasi 2,4 D dan BAP adalah benar karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2016

Fauzan H. Semendaya

NIM A24144008

Page 4: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi
Page 5: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

ABSTRAK

FAUZAN H. SEMENDAYA. Embriogenesis Somatik Bawang Merah (Allium

cepa var. aggregatum) Kultivar Tiron pada Beberapa Konsentrasi 2,4 D dan BAP.

Dibimbing oleh DINY DINARTI dan MEGAYANI SRI RAHAYU

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi 2,4-D dan BAP

terbaik untuk menghasilkan kalus proembriogenik dan embrio somatik pada

bawang merah cv. Tiron. Penelitian di laksanakan pada bulan Februari-Juni 2016

di Laboratorium Kultur Jaringan 3, Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB.

Penelitian ini terdiri dari 2 percobaan menggunakan rancangan kelompok lengkap

teracak. Percobaan 1 (inisiasi kalus) disusun secara faktorial dengan faktor

pertama 2,4 D (0,5, 1,0, 1,5, 2,0) ppm dan faktor kedua BAP (0 dan 0,5) ppm.

Percobaan 2 (regenerasi kalus proembriogenik) terdiri atas satu faktor konsentrasi

BAP (0, 2,5, 5,0, 7,5, 10) ppm. Hasil penelitian pada percobaan pertama

menunjukkan bahwa konsentrasi BAP mempengaruhi persentase berkalus pada

(1 dan 3) MST. Hasil interaksi konsentrasi 2,4 D dan BAP menunjukkan bahwa

media terbaik untuk induksi kalus dan menghasilkan kalus proembriogenik

terbanyak adalah media dengan konsentrasi BAP 0 ppm dan 2,4 D 1,5 ppm. Hasil

percobaan 2 menunjukkan bahwa media regenerasi terbaik untuk menghasilkan

embrio somatik bawang merah kultivar Tiron adalah media dengan konsentrasi

BAP 5 ppm.

Kata kunci: embrio somatik, kalus proembriogenik, regenerasi

ABSTRACT

FAUZAN H. SEMENDAYA. Somatical Embryogenesis of Shallot (Allium cepa

var. aggregatum) Cultivar Tiron at Various Concentrations of 2,4 D dan BAP.

Supervised by DINY DINARTI and MEGAYANI SRI RAHAYU

This research aimed is to get the best combination of 2,4-D and BAP to

produce embryogenic callus and somatic embryos on shallot cv. Tiron. This study

was conducted on February-June 2016 at Tissue Culture Laboratory, Department

of Agronomy and Horticulture, IPB. This research consisted of two experiments

used a randomized complete block design. The first experiment (callus induction)

used factorial treatments with the first factor was the BAP (0 and 0.5) ppm and

the second factor was 2,4 D (0.5, 1.0, 1.5, 2.0) ppm. The second experiment

(regeneration of proembriogenic callus) used BAP concentrations (0, 2.5, 5.0,

7.5, 10) ppm. The first experiment resulted the concentration of BAP affected the

percentage of callus at 1 and 3 week after treatment (WAT). The interaction

between BAP and 2,4D consentrasion showed that the best medium for callus

induction and proembryogenic callus was medium with BAP 0 ppm and 2,4 D 1.5

ppm. Results of the second experiment showed that the best regeneration medium

to produced somatical embryos of shallot cultivar Trion was medium with BAP

consentration of 5 ppm.

Keywords: somatic embryos, proembryogenic callus, regeneration

Page 6: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

ii

Page 7: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

EMBRIOGENESIS SOMATIK BAWANG MERAH

(Allium cepa var. aggregatum) KULTIVAR TIRON PADA

BEBERAPA KONSENTRASI 2,4 D DAN BAP

FAUZAN HIDAYATULLAH SEMENDAYA

A24144008

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 8: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi
Page 9: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi
Page 10: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

ii

Page 11: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

iii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat,

taufik, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi

dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB. Judul skripsi yang disusun adalah

“Embriogenesis Somatik Bawang Merah (Allium cepa var. aggregatum) Kultivar

Tiron pada Berbagai Konsentrasi 2,4 D dan BAP” dapat diselesaikan dengan baik.

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan 3, Departemen

Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada

bulan Februari-Juni 2016.

. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Diny Dinarti, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan saran dalam penyelesaian usulan penelitian ini.

2. Ir. Megayani S. Rahayu, M.S. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan saran dalam menyelesaikan usulan penelitian ini.

3. Dr. Ir. Desta Wirnas, M.S. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dalam melaksanakan kegiatan akademik selama menempuh

pendidikan

4. Dr. Ir. Winarso D. Widodo, M.S. selaku penguji skripsi yang telah memberikan

banyak sarann untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Dr. Ir. Heni Purnamawati, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Agronomi dan

Hortikultura yang telah memberikan arahan dan nasihat selama menempuh

pendidikan.

6. Kedua orang tua dan seluruh keluarga atas doa, dukungan, dan kasih sayang yang

diberikan kepada penulis selama ini.

7. Rekan-rekan di Laboratorium Kultur Jaringan 3, Departemen Agronomi dan

Hortikultura IPB, dan rekan-rekan satu angkatan (Lotus AGH 49), atas dukungan

yang telah diberikan selama penulis menjalani kuliah dan melakukan penelitian

disana.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagai acuan dalam melaksanakan

kegiatan penelitian serta semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Oktober 2016

Fauzan H. Semendaya

Page 12: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

iv

Page 13: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i DAFTAR TABEL ii DAFTAR GAMBAR ii DAFTAR LAMPIRAN ii PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Tujuan 2

Hipotesis 2 TINJAUAN PUSTAKA 2

Bawang Merah 2 Kultur In-Vitro 3 Embryogenesis 4

METODE PENELITIAN 5 Waktu dan Tempat 5 Bahan dan Alat 5 Rancangan Percobaan dan Analisis Data 5 Prosedur Percobaan 6 Pengamatan 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Sterilisasi Eksplan 7 Percobaan 1 Induksi Kalus 8 Percobaan 2 Regenerasi Kalus Proembriogenik 14

KESIMPULAN DAN SARAN 20 Kesimpulan 20 Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 20 LAMPIRAN 23 RIWAYAT HIDUP 27

Page 14: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi
Page 15: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

DAFTAR TABEL

1. Rekapitulasi hasil percobaan induksi kalus bawang merah cv. Tiron 8 2. Persentase berkalus bawang merah cv. Tiron pada 2 konsentrasi BAP

selama 3 MST. 10 3. Interaksi 2,4 D dan BAP pada 3 MST terhadap persentase berkalus

bawang merah cv Tiron. 10 4. Warna kalus bawang merah cv. Tiron pada media dengan berbagai

konsentrasi 2,4 D dan BAP. 11

5. Tekstur kalus bawang merah cv. Tiron dengan berbagai konsentrasi 2,4

D dan BAP pada 3 MST 12 6. Persentase kalus proembriogenik bawang merah cv. Tiron beberapa

konsentrasi 2,4 D dan BAP pada 3 MST. 13 7. Rekapitulasi regenerasi kalus proembriogenik bawang merah cv.

Tiron. 14 8. Persentase kalus bawang merah cv. Tiron yang beregenerasi pada

media dengan berbagai konsentrasi BAP. 14 9. Persentase kalus berakar dan jumlah akar bawang merah cv. Tiron

pada media dengan berbagai konsentrasi BAP. 15 10. Persentase kalus bertunas dan jumlah tunas bawang merah cv. Tiron

pada media regenerasi dengan berbagai konsentrasi BAP. 16 11. Persentase kalus membentuk embrio somatik dan jumlah embrio

somatik pada media regenerasi dengan berbagai konsentrasi BAP. 17

DAFTAR GAMBAR

1. Grafik waktu berkalus bawang merah cv. Tiron. 9 2. Tekstur kalus bawang merah cv. Tiron 12 3. Kalus proembriogenik bawang merah cv. Tiron. 13 4. Regenerasi kalus bawang merah cv. Tiron menjadi organ pada 8 MST

dengan perbesaran mikroskop 10x.1 17 5. Tahapan perkembangan embrio somatik bawang merah cv. Tiron 18 6. Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik

bawang merah cv. Tiron 19

DAFTAR LAMPIRAN

1. Deskripsi varietas tanaman bawang merah cv. Tiron 25 2. Komposisi media Murashige dan Skoog (MS) 26

Page 16: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi
Page 17: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bawang merah merupakan komoditas penting sehingga menjadi salah satu

prioritas dalam pengembangan sayuran di Indonesia. Bawang merah

dipergunakan sebagai bumbu yang belum dapat disubstitusi rempah lainnya dan

selalu ada pada hampir seluruh menu masakan Indonesia. Kebutuhan bawang

merah per kapita per tahun pada tahun 2015 mencapai 2,7 kg (BPS, 2016), dan

akan terus meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk.

Produktivitas bawang merah berfluktuasi dan pada tahun 2015 mencapai

10,07 ton Ha-1

(BPS, 2016). Produktivitas yang tinggi salah satunya ditunjang

oleh ketersediaan benih. Kebutuhan benih umbi bawang merah sekitar 1 ton Ha-1

.

Kebutuhan benih umbi bawang merah nasional mencapai 99.000 ton. Sampai saat

ini penyediaan benih bawang merah belum dapat dipenuhi penangkar. Menurut

Pangestuti dan Sulistyaningsih (2011), bawang merah selama ini dibudidayakan

dengan menggunakan benih yang berasal dari umbi yang masih lemah dalam

kualitas, penyediaan, pengelolaan, penyimpanan dan distribusinya. Penggunaan

umbi dari kultivar yang sama secara terus menerus akan menyebabkan kecilnya

peluang perbaikan sifat/kualitas sehingga daya saing bawang merah Indonesia

akan menurun.

Salah satu kultivar lokal bawang merah unggul dan sudah dirilis

Kementrian Pertanian adalah Tiron. Menurut Warintek Bantul (2015), bawang

merah kultivar Tiron berasal dari Bantul dengan potensi hasil sebesar 9-13 ton

Ha-1

. Bawang merah kultivar Tiron juga memiliki ketahanan terhadap penyakit

busuk ujung daun (Phytopthora porii) dan relatif tahan busuk umbi

(Botrytis alii) (Lampiran 1).

Teknik kultur in vitro dapat memproduksi benih secara massal dan bebas

dari penyakit. Kultur in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari

tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan, dan organ yang ditumbuhkan pada

kondisi aseptik, sehingga dapat beregenerasi menjadi tanaman lengkap

(Wattimena et al,. 2011). Proses regenerasi eksplan in vitro salah satunya dengan

embriogenesis. Menurut Finer (2006), embriogenesis adalah proses inisiasi dan

pengembangan embrio melalui empat tahap yaitu globular, heart, torpedo dan

kotiledon. Embrio yang terbentuk pada proses embriogenesis somatik merupakan

embrio yang berasal dari jaringan somatik. Perbanyakan tanaman dengan

embriogenesis somatik lebih menguntungkan karena dari kalus proembriogenik

yang terbentuk akan dihasilkan planlet tanpa melalui tahap induksi tunas dan

pengakaran, dan diperoleh planlet dalam jumlah masal.

Pemberian auksin dan sitokinin akan sangat berpengaruh pada proses

embriogenesis. Hasil penelitian embriogenesis somatik pada bawang merah

kultivar Bima Juna, Timor dan Kuning menunjukkan bahwa media dengan

penambahan 1,5 ppm 2,4-D memberikan hasil pembentukan kalus

proembriogenik terbaik (Dinarti et. al., 2007). Hasil penelitian lainnya

mennjukkan pada kultivar Sumenep persentase kultur membentuk kalus

proembriogenik mencapai 95% diperoleh pada media dengan 2,4-D 1,5 ppm dan

Page 18: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

2

2,4-D 1,5 ppm + Kinetin 1 ppm (Hellyanto, 2008). Kalus proembriogenik

bawang merah dapat beregenerasi membentuk embrio somatik dengan

penambahan BAP atau Kin 10 ppm (Dinarti et al., 2007; Hellyanto, 2008).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mendapatkan kombinasi 2,4-D dan BAP terbaik

untuk menghasilkan kalus proembriogenik dan untuk mendapatkan konsentrasi

BAP terbaik dalam pembentukan embrio somatik pada bawang merah cv. Tiron.

Hipotesis

Percobaan I

1. Konsentrasi 2,4-D 1,5 ppm merupakan konsentrasi terbaik pada induksi kalus

proembriogenik bawang merah kultivar Tiron

2. Konsentrasi BAP 0,5 meningkatkan persentase kalus proembriogenik

3. Terdapat kombinasi 2,4 D dan BAP yang menghasilkan kalus

proembriogenik terbaik

Percobaan II

1. Terdapat konsentrasi BAP yang menginduksi embrio somatik terbaik pada

bawang merah kultivar Tiron

TINJAUAN PUSTAKA

Bawang Merah

Bawang merah (Allium cepa var. aggregatum) merupakan tanaman yang

berasal dari Asia Tengah dan mempunyai banyak kegunaan diantaranya sebagai

penyedap masakan dan obat tradisional. Bawang merah termasuk tanaman dwi

musim yang berumbi lapis, tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 50 cm. Bawang

merah memiliki banyak nama daerah diantaranya brambangan (Jawa),

bhabangmera (Madura), lasuna mahamu (Minahasa), bawaroriha (Ternate), dan

jasun mirah (Bali) (Swasono, 2006).

Bawang merah dapat diperbanyak secara vegetatif menggunakan umbi

dan secara generatif menggunakan biji. Perbanyakan dengan biji lebih murah

namun penyediaan biji bawang merah lebih sulit. Teknik in vitro merupakan cara

lain yang dapat menyediakan sejumlah bibit tanaman dalam waktu yang relatif

cepat, bebas dari patogen (jamur dan bakteri) atau virus, klonal dan tersedia tanpa

dipengaruhi musim (Dinarti et al., 2007).

Bawang merah yang ditanam di Indonesia terdiri dari beberapa kultivar,

salah satunya adalah Tiron. Menurut Warintek Bantul (2015), bawang merah

kultivar Tiron diambil dari nama seorang petani yang menemukan umbi bibit

bawang merah di pesisir wilayah Kretek Bantul. Bawang merah Tiron disukai

petani karena produksinya cukup tinggi, umur genjah 55 hari, tahan terhadap

penyakit busuk ujung daun (Phytophthora porii) dan cukup tahan penyakit busuk

Page 19: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

3

umbi (Botrytis allii), serta memiliki potensi hasil sebesar 9-13 ton umbi basah per

hektar. Bawang merah cv. Tiron tumbuh dan berkembang dengan baik pada

ketinggian 0-100 m dari permukaan laut (mdpl). Bawang merah Tiron juga dapat

berproduksi tinggi di musim kemarau dan di musim hujan. Ukuran umbi bawang

merah kultivar ini relatif kecil sehingga menghemat penggunaan benih per satuan

luas.

Kultur In Vitro

Kultur jaringan awalnya berkembang dengan adanya teori totipotensi sel,

bahwa setiap sel, jaringan, dan organ mempunyai potensi untuk beregenerasi

menjadi tanaman lengkap. Tujuan perbanyakan mikro ini adalah untuk

memproduksi tanaman dalam jumlah besar dengan waktu yang singkat khususnya

untuk varietas-varietas unggul baru yang dihasilkan (Wattimena et al., 2011).

Kultur jaringan menggunakan bahan tanam yang disebut dengan eksplan.

Eksplan merupakan faktor yang menentukan laju pertumbuhan dan mutu tanaman

yang diregenerasikan. Beberapa hal yang diperhatikan dalam pengambilan

eksplan adalah sumber eksplan, umur, dan perlakuan terhadap eksplan sebelum

dikulturkan. Hampir seluruh bagian tanaman dapat digunakan sebagai ekpslan,

tergantung dengan tujuan dan spesies tanaman yang dikulturkan

(Wattimena et al., 2011).

Menurut Yuwono (2008), bahwa terdapat lima komponen utama dalam

media in vitro, yaitu senyawa anorganik, sumber karbon, vitamin, suplemen

organik., dan zat pengatur tumbuh. Pemilihan media untuk kultur jaringan

tergantung pada spesies, jaringan atau organ yang akan digunakan, dan tujuan

dilakukan kultur jaringan (Wattimena et al., 2011). Media Murashige-Skoog (MS)

merupakan media yang telah digunakan secara luas dalam kultur in vitro untuk

berbagai tipe kultur jaringan dan berbagai spesies.

Zat pengatur tumbuh perlu ditambahkan dalam kultur in vitro untuk

mendukung pertumbuhan eksplan. Zat pengatur tumbuh yang sering digunakan

adalah sitokinin dan auksin. Keduanya sering ditambahkan dalam perbandingan

konsentrasi tertentu yang interaksinya dapat mengendalikan pertumbuhan dan

diferensiasi (Wattimena et al., 2011).

Auksin digunakan untuk merangsang pertumbuhan kalus, perpanjangan

tunas dan pembentukan akar. Auksin pada konsentrasi rendah akan memacu akar

adventif sedangkan pada konsentrasi tinggi akan mendorong terbentuknya kalus

(Pierik, 1987). Auksin berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman,

seperti pembesaran sel, menghambat mata tunas samping, menghambat

pengguguran daun (absisi daun), aktivitas kambium, pertumbuhan akar,

pembungaan pada Bromeliaceae, pembentukan buah partenokarpi, pembentukan

bunga betina pada tanaman diocious, dominan apikal, dan respon tropisme

(Nurhasanah, 2009).

Salah satu jenis auksin adalah asam 2,4-diklorofenoksiasetat atau yang

dikenal dengan 2,4 D yang merupakan auksin sintetik. Aktivitas dari senyawa

2,4 D lebih tinggi jika dibandingkan dengan IAA yang menunjukan aktivitas yang

lebih rendah (Wattimena et al., 1992). Senyawa 2,4 D merupakan senyawa yang

dapat menginduksi pembelahan sel akan tetapi menekan diferensiasi sel pada

Page 20: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

4

tanaman dikotil, dan juga diketahui 2,4 D efektif dalam menginduksi

embriogenesis somatik tanaman monokotil (Yuwono, 2008).

Sitokinin merupakan senyawa golongan adenin yang berperan penting

dalam pengaturan sel dan morfogenesis. Sitokinin pertama kali ditemukan adalah

kinetin yang diisolasi oleh Prof. Skoog dalam laboratorium botani di University of

Wisconsin (Gunawan, 1992). Salah satu jenis sitokinin yang sering digunakan

adalah 6-benzylaminopurine atau yang dikenal dengan BAP. Senyawa ini

banyak digunakan dalam kultur jaringan untuk induksi kalus, dan morfogenesis.

Senyawa ini lebih sering digunakan dibandingkan dengan kinetin untuk

multiplikasi tunas (Franklin dan Dixon, 2006).

Embriogenesis

Proses embriogenesis atau pembentukan embrio pada tanaman dapat

dibedakan menjadi dua tipe yaitu embriogenesis zigotik dan embriogenesis

somatik. Embriogenesis zigotik adalah proses pembentukan embrio dari zigot,

sedangkan embriogenesis somatik adalah proses perkembangan sel somatik

menjadi tanaman lengkap melalui karakteristik stadia pembentukan embrio tanpa

melalui peleburan sel gamet (Santos et al., 2006). Regenerasi melalui

embriogenesis somatik memberikan banyak keuntungan, yaitu waktu perbanyakan

lebih cepat, pencapaian hasil dalam mendukung program perbaikan tanaman lebih

cepat, dan jumlah bibit yang dihasilkan tidak terbatas jumlahnya (Mariska 1996).

Embrio pada embriogenesis somatik sama seperti struktur yang dapat

berkembang menjadi tanaman utuh pada embrio zigotik, akan tetapi embrio

somatik terbentuk dari jaringan somatik. Embrio somatik dapat diproduksi baik

secara langsung maupun tidak langsung. Embrio somatik langsung terjadi apabila

embrio langsung terbentuk dari eksplan yang dikulturkan. Ini terjadi pada sel-sel

yang menentukan proembriogenik, dimana sel-sel telah memasuki perkembangan

embrionik. Embrio somatik tidak langsung terjadi apabila embrio somatik

melewati pembentukan kalus terlebih dahulu, dimana eksplan yang dikulturkan

berkembang membentuk sel yang tidak teratur. Kalus ini bila disubkulturkan

berulang-ulang dengan mengganti media akan terjadi dua kemungkinan, yaitu sel

dapat berubah menjadi meristemoid yaitu kumpulan sel meristematik yang berisi

sel-sel parenkhim padat dengan nukleus yang sangat besar dan akan tumbuh terus

kemudian berdiferensiasi dan berkembang menjadi tunas akar adventif, atau sel-

sel kalus berubah bentuk menyerupai embrio yang dinamakan embrio somatik

(Ammirato, 1982; Yadav dan Yadav, 2011).

Pembentukan embrio somatik secara in vitro adalah pembentukan embrio

dari sel-sel non seksual yang dikulturkan. Eksplan diberi hormon dengan kadar

yang cukup tinggi sehingga pertumbuhan normal dan teratur, terbentuk kalus atau

sel-sel yang tersuspensi dalam media kultur. Kalus atau sel-sel tersebut akan terus

berkembang sehingga mencapai jumlah yang cukup banyak. Sel somatik pada

embriogenesis somatik akan dalam keaadaan tereduksi, sehingga akan

menghasilkan sel-sel embriogenik, kemudian mengalami serangkaian perubahan

morfologi dan biokimia dan akhirnya terbentuk embrio somatik (Hartman

et al., 1990; Jimenez, 2001). Embriogenesis dimulai dari tahap inisiasi, proliferasi,

maturasi, dan perkecambahan.

Page 21: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

5

Media yang digunakan untuk proliferasi jaringan memegang peranan

penting untuk terjadinya embriogenesis. Embrio somatik dapat ditumbuhkan pada

media White hingga formulasi Gamborg, SH, B5, dan MS. Media MS banyak

digunakan sebagai media dasar dalam pembentukan kalus dan diferensiasi kalus

dengan penambahan hormon 2,4 D (Ammirato, 1982; Chen, 1990). Hasil

penelitian pada komoditas bawang merah menunjukkan aplikasi 2,4 D dengan

kosentrasi 1,5 ppm menunjukan kemampuan untuk membentuk embrio somatik

rata-rata 15,60, dan interaksi kultivar kuning tablet dengan dosis awal 2,4 D 1,5

ppm dan BAP 10 ppm menunjukan nilai rata-rata paling baik, dalam peubah

jumlah embrio somatik. Persentase kultur berkalus dan persentase bentuk embrio

globular mencapai 95% pada kultivar Bima Juna pada media [MS + 2,4 D

1,5 ppm]. Pada kultivar Sumenep presentase kultur membentuk kalus 95%

diperoleh pada media [MS + 2,4 D 1,5 ppm] dan [MS + 2,4 D 1,5 ppm + Kinetin

1 ppm] (Tiran, 2007; Hellyanto, 2008). Zat pengatur tumbuh sitokinin juga dapat

digunakan dalam embriogenesis somatik dengan fungsi membantu perkembangan

kotiledon dan pemasakan embrio somatik, dan diperlukan untuk pertumbuhan

embrio menjadi planlet (Ammirato, 1982). Tahap transisi dari proembrio menjadi

embrio somatik, maka kalus proembriogenik umumnya disubkultur pada media

tanpa zat pengatur tumbuh atau media yang mengandung sitokinin seperti BAP

tanpa auksin (Manil dan Sentil, 2011).

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Juni 2016 di

Laboratorium Kultur Jaringan 3, Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Bahan dan Alat

Bahan tanaman umbi bawang merah kultivar Tiron yang digunakan pada

percobaan I adalah eksplan tunas adventif dan kalus proembriogenik pada

percobaan II. Bahan lainnya yang digunakan antara lain media MS, zat pengatur

tumbuh 2.4-D, BAP, gula, aquadestilata, alkohol, spritus,fungisida dan

bakterisida. Alat-alat yang digunakan adalah karet gelang, plastik, tisu, hand

sprayer, botol kultur, cawan petri, pinset, skalpel, mata pisau, bunsen, autoclave,

laminar air flow cabinet, kertas`pH, ATK, kamera.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Percobaan 1. Induksi kalus proembriogenik

Percobaan pertama menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap

Teracak (RKLT) yang disusun secara faktorial. Faktor pertama yaitu 2,4 D terdiri

dari 4 taraf konsentrasi (0,5, 1,0, 1,5, dan 2,0 ppm ). Faktor kedua yaitu 2 taraf

konsentrasi BAP (0 dan 0,5 ppm). Terdapat 8 kombinasi perlakuan yang diulang 6

kali sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 4

Page 22: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

6

botol kultur yang masing-masing ditanami satu eksplan sehingga terdapat 192

satuan amatan. Pengelompokan dilakukan berdasarkan perbedaan waktu tanam.

Data dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) atau uji F,

apabila hasil uji F nyata ada pengaruh perlakuan, maka akan diuji lanjut dengan

Duncan Multiple Range Test (DMRT).

Percobaan 2. Regenerasi kalus proembriogenik

Percobaan kedua menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak

yang disusun dalam satu faktor. Percobaan terdiri dari 5 konsentrasi BAP (0, 2,5,

5, 7,5, 10 ppm) yang diulang sebanyak 6 kali sehingga terdapat 30 satuan

percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri atas 4 botol kultur yang berisi satu

clump kalus masing-masing berukuran 0,25 cm2, sehingga terdapat 120 satuan

amatan. Kalus yang disubkultur berasal dari media terbaik percobaan pertama.

Data dianalisis menggunakan ANOVA atau uji F, apabila hasil uji F perlakuan

berpengaruh nyata, maka akan diuji lanjut menggunakan Duncan Multiple Range

Test (DMRT).

Prosedur Percobaan

Sterilisasi alat dan media

Cawan petri, botol kultur, pinset, gunting, scalpel, mata dan peralatan

lainnya disterilkan dengan autoclave pada suhu 121°C dengan tekanan 17,5 psi

selama 30 menit. Botol kultur berisi media perlakuan disterilisasi dengan

autoclave suhu 121°C dengan tekanan 17,5 psi selama 15 menit

Pembuatan Media

Larutan stok MS yang telah dibuat dipipet sejumlah volume yang sudah

ditentukan dan dimasukkan ke labu ukur. Larutan stok zat pengatur tumbuh

dipipet sesuai perlakuan. Gula 30 g L-1

ditimbang, dilarutkan dan dimasukkan ke

dalam labu ukur. Aquadestilata ditambahkan sampai garis tera pada labu ukur.

Kemasaman media ditentukan pada pH 5,6-5,8 diatur dengan menambahkan HCl

atau KOH 1M. Larutan media ditambahkan agar-agar sebanyak 8 g L-1

dan

dimasak sampai mendidih. Media yang sudah mendidih di tuang ke dalam botol

kultur steril, ditutup dengan plastik dan diikat karet gelang dan diberi label

perlakuan.

Sterilisasi bahan tanaman

Umbi bawang merah dikupas bagian kulit terluarnya dan dibersihkan

bagian basalnya, dicuci bersih dan direndam dalam larutan fungisida dan

bakterisida masing–masing 2 g L-1

selama 12 jam. Umbi dibilas dengan

aquadestilata dan direndam dalam larutan NaClO 1,05 % selama 15 menit dan

NaClO 0,525 % selama 20 menit.. Umbi dikupas sampai diperoleh ukuran tunas

adventif 3-5 mm. Tunas direndam dalam larutan NaClO 0,2625% selama 5

menit. Eksplan ditanam pada media tanpa zat pengatur tumbuh dan diinkubasi

selama satu minggu.

Page 23: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

7

Induksi kalus

Eksplan tunas adventif yang bebas dari kontaminan dan tumbuh

disubkultur ke media perlakuan pada percobaan 1. Setiap botol kultur ditanam

satu tunas adventif steril. Kultur diletakkan di rak kultur tanpa pencahayaan

(ruang gelap) selama 3 minggu.

Induksi Embrio Somatik

Kalus proembriogenik yang dihasilkan dari media terbaik pada 3 MST

selanjutnya disubkultur ke media regenerasi. Kalus berukuran 0,25 cm2

disubkultur ke media regenerasi yang mengandung BAP. Setiap botol kultur

ditanam 1 clump kalus. Kultur diletakkan di ruang kultur dengan intensitas cahaya

600-1.000 lux selama 24 jam pada suhu ruangan kultur 23 oC. Kultur diinkubasi

selama 8 minggu setelah subkultur.

Pengamatan

Peubah yang diamati setiap hari selama 3 minggu pada percobaan I yaitu :

jumlah eskplan hidup dan steril, hari munculnya kalus, jumlah eksplan berkalus,

warna kalus, tekstur kalus (remah atau kompak), dan jumlah kalus yang

embriogenik. Peubah yang diamati setiap minggu selama 8 minggu pada

percobaan II yaitu: jumlah kalus yang beregenerasi, jumlah kalus berakar, jumlah

kalus bertunas, jumlah kalus membentuk embrio somatik, jumlah tunas, jumlah

akar, jumlah embrio somatic dan histologi embrio somatik.

Pengamatan kalus dan embrio soamtik dibantu dengan menggunakan

mikroskop stereo dengan perbesaran 10x1 sampai 10x2 untuk melihat dengan

jelas keragaannya. Pengamatan histologi embrio somatik dilakukan menggunakan

mikroskop binokuler dengen perbesaran 10x40.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sterilisasi Eksplan

Komposisi media tumbuh yang diberikan agar eksplan dapat berkembang

juga merupakan situasi yang menguntungkan bagi sumber kontaminan seperti

cendawan dan bakteri. Mikroorganisme yang mengontaminasi media kultur akan

dapat berkembang dengan pesat dan akan menyerang eksplan melalui luka-luka

yang terjadi pada saat pemotongan yang dapat mengakibatkan kematian eksplan.

Sumber kontaminasi yang paling sulit ditangani adalah yang berasal dari ekplan

itu sendiri (Zulkarnain, 2014). Eksplan bawang merah yang berasal dari umbi

akan menyebabkan tingginya kemungkinan sumber kontaminan dari eksplan

Ekplan bawang merah berupa tunas yang telah disterilisasi ditanam terlebih

dahulu pada media tanpa ZPT (MS0) sebelum ditanam pada media perlakuan.

Hasil sterilisasi terlihat bahwa 90% eksplan steril, akan tetapi didapatkan pula

bahwa hanya rata-rata 60% ekplan yang mampu hidup. Eksplan hidup jika

Page 24: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

8

eksplan mampu tumbuh dan mengeluarkan tunas berwarna hijau setelah

diinkubasi selama satu minggu. .

Penggunaan NaClO 0,2625% selama 5 menit pada tahap akhir sterilisasi

menyebabkan banyaknya eksplan yang streril akan tetapi tidak mampu hidup.

Menurut Zulkarnain (2014), Natrium hypocloride (NaClO) merupakan bahan

yang sering digunakan dalam sterilisasi eksplan karena sangat efektif sebagai

disinfektan, akan tetapi juga dapat menyebabkan matinya jaringan pada eksplan.

Natrium hypocloride juga dapat meracuni tanaman, sehingga konsentrasi dan

lamanya perlakuan harus diperhatikan untuk mengurangi resiko kematian

jaringan. Ekplan yang berukuran kecil akan sangat rentan mati ketika disterilisasi

dengan larutan NaClO. Ukuran eksplan yang kecil akan meminimalkan

kontaminasi dan peluang variasi genetik akan lebih kecil, akan tetapi

memperbesar kemungkinan kerusakan selama penanganan kultur dan kegagalan

selama fase awal kultur.

Percobaan 1 Induksi Kalus

Kalus diinduksi menggunakan media dengan beberapa taraf konsentrasi 2,4

D dan BAP. Inisiasi kalus dilakukan selama 3 minggu di ruangan gelap.

Berdasarkan hasil analisis ragam menggunakan uji F, perlakuan tidak memberikan

respon yang nyata terhadap waktu berkalus. Konsentrasi BAP mempengaruhi

persentase berkalus pada 1 dan 3 MST. Interaksi antara zat pengatur tumbuh 2,4

D dan BAP terjadi pada peubah pengamatan persentase berkalus dan persentase

kalus proembriogenik pada 3 MST (Tabel 1).

Tabel 1. Rekapitulasi hasil percobaan induksi kalus bawang merah cv. Tiron

Peubah pengamatan BAP 2,4 D Interaksi % KK

Waktu berkalus tn tn tn 26,64

Persentas berkalus (1 MST)t * tn tn 28,39

Persentase berkalus (2 MST)t tn tn tn 26,68

Persentase berkalus (3 MST) * tn * 17,35

% Kalus proembriogenikt tn tn * 25,83

Keterangan: tn= perlakuan tidak berpengaruh nyata; *= perlakuan berpengaruh

nyata; t= data di trasformasi menggunakan tranformasi akar kuadrat

Waktu Berkalus

Kalus mulai bisa diamati pada 7 HSP (hari setelah perlakuan). Hasil uji F

pada parameter waktu berkalus diketahui bahwa konsentrasi 2,4 D dan BAP tidak

mempengaruhi waktu terbentuknya kalus (Tabel 1). Nilai rataan waktu berkalus

paling cepat adalah 9 hari pada media dengan konsentrasi BAP 0 ppm dan 2,4 D

1,5 ppm (Gambar 1). Hellyanto (2008), melaporkan hasil penelitiannya bahwa

waktu berkalus bawang merah kultivar Bima Juna tercepat yaitu 4,3 hari pada

media MS + 2,4D 1,5 ppm, dan waktu berkalus kultivar Sumenep tercepat yaitu

5,85 hari pada media MS + 2,4 D 1,5 ppm + BA 0,5 ppm. Dinarti et. al. (2007)

menyatakan bahwa rataan waktu berkalus untuk kultivar Bima Juna adalah 8,4

hari, kultival Kuning Tablet selama 10,6 hari dan kultival Timor selama 10,7 hari.

Page 25: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

9

Setiap kombinasi ZPT yang diujikan dapat menginduksi kalus dengan

waktu yang tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya

penambahan BAP ataupun tanpa penambahan BAP, hari terbentuknya kalus tidak

berbeda. Menurut Franklin dan Dixon (2006), BAP merupakan sitokinin yang

sering digunakan dalam multiplikasi dan juga inisiasi kalus, akan tetapi lebih

sering digunakan pada multiplikasi tunas dibandingkan dengan Kinetin.

Berdasarkan hasil penelitian Hellyanto (2008), penambahan sitokinin (benzil

adenin dan kinetin) dan tanpa penambahan sitokinin, tidak berpengaruh nyata

terhadap hari terbentuknya kalus pada bawang merah varietas Bima Juna dan

Sumenep.

Persentase Berkalus

Pemberian sitokinin berupa BAP pada media menunjukkan perbedaan

yang nyata dibandingkan dengan tanpa pemberian BAP terhadap persentase

berkalus. Hasil analisis lanjut menggunakan metode DMRT pada 1 MST dan 3

MST, media tanpa BAP nyata menunjukkan pembentukan kalus yang lebih baik.

Persentase pembentukan kalus pada media yang mengandung BAP memiliki nilai

rata-rata yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata persentase berkalus

pada media tanpa BAP atau 0 ppm BAP. Rata-rata hasil persentase pembentukan

kalus pada media tanpa BAP selama 3 MST mampu terbentuk sebanyak 64,59%.

Hal ini berarti bahwa penambahan BAP sebanyak 0,5 ppm menurunkan

kemampuan inisiasi kalus bawang merah cv. Tiron (Tabel 2). Lizawati et. al.,

(2012), melaporkan bahwa persentase eksplan daun durian berkalus paling tinggi

diperoleh pada perlakuan tanpa BAP dan 2,4-D 5 ppm.

0

2

4

6

8

10

12

14

16w

aktu

ber

kalu

s (h

ari)

Perlakuan

BAP 0 ppm + 2,4 D 0,5 ppm

BAP 0 ppm + 2,4 D 1,0 ppm

BAP 0 ppm + 2,4 D 1,5 ppm

BAP 0 ppm + 2,4 D 2,0 ppm

BAP 0,5 ppm + 2,4 D 0,5 ppm

BAP 0,5 ppm + 2,4 D 1,0 ppm

BAP 0,5 ppm + 2,4 D 1,5 ppm

BAP 0,5 ppm + 2,4 D 2,0 ppm

Gambar 1. Grafik waktu berkalus bawang merah cv. Tiron.

Page 26: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

10

Tabel 2. Persentase berkalus bawang merah cv. Tiron pada 2 konsentrasi BAP

selama 3 MST.

BAP

(ppm)

MST

1 2 3

-----------------------------------------%-----------------------------------------

0 22,92a 51,04 64,59a

0,5 19,79b 54,17 52,09b Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata

berdasarkan hasil DMRT pada taraf 5%

Perlakuan konsentrasi 2,4 D menunjukkan respon yang sebaliknya dengan

perlakuan konsentrasi BAP. Konsentrasi 2,4 D tidak mempengaruhi secara

tunggal persentase pembentukan kalus pada bawang merah cv. Tiron. Rata-rata

persentase eksplan berkalus pada media dengan 2,4 D secara tunggal adalah

berkisar antara 52,1 - 62,5%.

Nilai rata-rata persentase pembentukan kalus pada media dengan 2.4 D 1,5

ppm dan BAP 0 ppm merupakan yang terbesar mencapai 79,17% pada minggu

ke-3 setelah perlakuan (Tabel 3). Interaksi 2,4 D dan BAP memberikan nilai rata-

rata tertinggi yang lebih besar dibandingkan dengan pengaruh 2,4 D dan BAP

secara tunggal. Nilai rata-rata parameter pengamatan waktu berkalus pada

kombinasi media 2,4 D 1,5 ppm dan tanpa BAP juga menunjukkan pembentukan

kalus yang lebih cepat. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi media ini

merupakan kombinasi terbaik dibandingkan kombinasi media lainnya dalam

pembentukan kalus bawang merah cv. Tiron. Berdasarkan hasil penelitian

Hellyanto (2008), kalus bawang merah cv. Sumenep paling optimal terbentuk

sebesar 95% pada media MS + 2,4 D 1,5 ppm dan media MS + 2,4 D 1,5 ppm +

Kinetin 1 ppm. Kalus bawang merah pada cv. Bima Juna sebanyak 95% terbentuk

pada media MS + 2,4 D 1,5 ppm + Kinetin 1 ppm. Hal ini sejalan dengan

pernyataan Devy dan Hardiyanto (2009), bahwa kemampuan membentuk kalus

bergantung pada karakteristik individu eksplan.

Tabel 3. Interaksi 2,4 D dan BAP pada 3 MST terhadap persentase berkalus

bawang merah cv Tiron.

BAP

(ppm)

2,4 D (ppm)

0,5 1 1,5 2

----------------------------------%---------------------------------

0 62,5ab 66,67ab 79,17a 50b

0,5 62,5ab 50b 41,67b 54,17b Keterangan: Angaka pada kolom dan baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak

berbeda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf 5%

Pembentukan kalus dipengaruhi beberapa faktor antara lain genotip

tanaman, jenis eksplan, jenis media dan zat pengatur tumbuh serta umur eksplan.

Zat pengatur tumbuh yang ditambahkan pada media kultur merupakan senyawa

penting dalam pembentukan kalus. Konsentrasi zat pengatur tumbuh dalam setiap

tanaman bervariasi dan bahkan dapat bergantung pada sumber eksplan yang

digunakan atau genotipe individu tanaman, umur dan status nutrisinya (Smith,

2006).

Page 27: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

11

Warna Kalus

Warna kalus diamati secara visual dengan skor pengamatan putih, putih

kekuningan, putih kehijauan, putih kecoklatan, dan coklat. Warna pada kalus

menunjukkan pigmen yang terdapat pada kalus. Kalus yang terbentuk pada

1 MST 100% berwarna putih dan berubah seiring umur terbentuknya kalus

(Tabel 4).

Tabel 4. Warna kalus bawang merah cv. Tiron pada media dengan berbagai

konsentrasi 2,4 D dan BAP.

Kombinasi

media

MST

1 2 3

BAP 0 ppm +

2,4 D 0,5 ppm Putih Putih Putih

BAP 0 ppm +

2,4 D 1 ppm Putih Putih Putih

BAP 0 ppm +

2,4 D 1,5 ppm Putih putih, putih kekuningan putih, putih kekuningan

BAP 0 ppm +

2,4 D 2 ppm Putih putih, putih kekuningan putih, putih kekuningan

BAP 0,5 ppm +

2,4 D 0,5 ppm Putih Putih putih, putih kekuningan

BAP 0,5 ppm +

2,4 D 1 ppm Putih Putih Putih

BAP 0,5 ppm +

2,4 D 1,5 ppm Putih putih, putih kekuningan putih, putih kekuningan

BAP 0,5 ppm +

2,4 D 2 ppm Putih Putih putih, putih kekuningan

Berdasarkan hasil pengamatan warna kalus menunjukkan bahwa warna

kalus yang terbentuk selama 3 MST antara putih sampai dengan putih

kekuningan. Kalus akan berwarna putih pada saat pertama kali terbentuk. Kalus

pada minggu ke-2 setelah perlakuan mulai mengalami perubahan warna menjadi

putih kekuningan. Kalus yang menunjukkan warna putih kekuningan hanya

16,67% saja dari setiap kombinasi perlakuan, dan sisanya menunjukkan warna

putih ataupun berubah menjadi warna cokelat. Menurut Paterson dan Smith

(1991), perbedaan warna kalus yang terjadi dapat dipengaruhi oleh adanya

perbedaan konsentrasi zat pengatur tumbuh pada media. Kalus proembriogenik

dicirikan dengan adanya perubahan warna menjadi putih kekuningan dan

mengkilat.

Proses perubahan warna kalus menunjukkan adanya perubahan warna

menjadi warna coklat. Perubahan warna menjadi lebih kecoklatan dikarenakan

metabolisme senyawa fenol yang bersifat toksik, semakin bertambahnya umur sel

atau jaringan kalus, maka warna kalus akan semakin gelap dan menyebabkan

pertumbuhan ekplan terhambat serta matinya jaringan eksplan (Lizawati, 2012b;

Sugiyarto dan Kuswandi, 2014)

Page 28: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

12

Tekstur Kalus

Tekstur kalus yang terbentuk pada bawang merah cv. Tiron adalah remah

dan kompak. Kalus bertekstur remah memiliki ciri-ciri kalus yang berupa butiran-

butiran halus dan mudah terpisahkan satu sama lain, sedangkan kalus bertekstur

kompak dicirikan oleh kalus dengan bentuk seperti gumpalan yang padat dan sulit

untuk dipisahkan (Gambar 2).

(a) Kalus bertekstur remah

(b) Kalus bertekstur kompak

Hasil pengamatan secara visual menunjukkan bahwa kalus yang terbentuk

pada 3 MST didominasi oleh kalus kompak. Kalus bertekstur remah paling

banyak didapatkan sebanyak 20% pada media dengan BAP 0,5 ppm dan 2,4 D 1

ppm. Kalus bertekstur kompak sebanyak 100% didapatkan pada perlakuan BAP 0

ppm + 2,4 D 1 ppm, BAP 0 ppm + 2,4 D 1,5 ppm, BAP 0 ppm + 2,4 D 2 ppm,

dan BAP 0,5 ppm + 2,4 D 2 ppm (Tabel 5).

Tabel 5. Tekstur kalus bawang merah cv. Tiron dengan berbagai konsentrasi 2,4

D dan BAP pada 3 MST

Perlakuan Tekstur kalus

BAP 0 ppm + 2,4 D 0,5 ppm 16,7% remah dan 83,3% kompak

BAP 0 ppm + 2,4 D 1,0 ppm 100% kompak

BAP 0 ppm + 2,4 D 1,5 ppm 100% kompak

BAP 0 ppm + 2,4 D 2,0 ppm 100% kompak

BAP 0,5 ppm + 2,4 D 0,5 ppm 16,7% remah dan 83,3% kompak

BAP 0,5 ppm + 2,4 D 1,0 ppm 20% remah dan 80% kompak

BAP 0,5 ppm + 2,4 D 1,5 ppm 16,7% remah dan 83,3% kompak

BAP 0,5 ppm + 2,4 D 2,0 ppm 100% kompak

Hasil pengamatan inisisasi kalus pada eksplan kacang tanah menunjukan

hasil bahwa kalus yang terbentuk memiliki tekstur kompak pada seluruh

perlakuan konsentrasi 2,4 D (1,0, 1,5, 2,0, 2,5, 3,0, dan 3,5) ppm (Bustami, 2011).

Kalus pada beberapa eksplan awalnya terbentuk memiliki tekstur yang remah

kemudian menjadi kompak pada minggu berikutnya. Kalus yang langsung

terbentuk dengan tekstur kompak, diduga karena fase remah yang terbentuk tidak

terlihat secara visual dikarenakan ukuran eksplan yang kecil. Menurut Hellyanto

(2008), kalus yang terbentuk pada bawang merah kultivar Bima Juna dan

Gambar 2. Tekstur kalus bawang merah cv. Tiron

(a) (b)

3 mm 2 mm

Page 29: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

13

Sumenep menunjukkan kecendrungan tekstur kalus remah akan menjadi kompak

seiring dengan lamanya waktu inisiasi.

Persentase Kalus Proembriogenik

Embrio somatik akan terbentuk dari kalus yang memiliki sifat

embriogenik yaitu kalus yang membentuk nodul-nodul dan berwarna putih sampai

putih kekuningan (Paterson dan Smith, 1991) (Gambar 3). Persentase

pembentukan kalus proembriogenik pada media dengan penambahan berbagai

konsentrasi 2,4 D dan BAP menunjukkan berpengaruh nyata pada 3 MST (Tabel

1). Konsentrasi 2,4 D 1,5 ppm dan BAP 0 ppm pada 3 MST menunjukkan hasil

yang nyata lebih tinggi pembentukan kalus proembriogenik sebesar 25% (Tabel

6). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian auksin 2,4 D 1,5 ppm dan tanpa

disertai dengan penambahan BAP dapat menginduksi kalus proembriogenik yang

optimal pada cv. Tiron. Menurut hasil penelitian Lizawati (2012a) pada tanaman

jarak pagar, secara umum pemberian auksin pada media padat tanpa disertai

dengan pemberian sitokinin akan meningkatkan induksi kalus proembriogenik,

dan penambahan auksin disertai juga dengan penambahan sitokinin pada media

padat akan meningkatkan proliferasi kalus proembriogenik.

Tabel 6. Persentase kalus proembriogenik bawang merah cv. Tiron beberapa

konsentrasi 2,4 D dan BAP pada 3 MST.

BAP

(ppm)

2,4 D (ppm)

0,5 1 1,5 2

0 16,67ab 4,17b 25a 4,17b

0,5 4,17b 4,17b 8,33ab 20,83ab Keterangan: Angaka pada kolom dan baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak

berbeda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf 5%

Hasil percobaan menunjukkan pembentukan kalus paling besar 25% dari

seluruh kalus yang diinisiasi pada 8 kombinasi media. Hal ini menunjukkan

bahwa tidak semua kalus yang diinisiasi akan menjadi kalus proembriogenik.

Pembentukan kalus proembriogenik tidak terjadi pada seluruh jaringan ekplan

yang membentuk kalus, hanya sebagian dari basal ekplan yang membentuk kalus

dan menjadi kalus proembriogenik. Kalus merupakan suatu kumpulan sel

amorphous yang terjadi dari sel-sel jaringan yang membelah diri secara terus

menerus, sehingga tidak semua sel pada eksplan berkontribusi dalam pembetukan

kalus, dan tidak semua sel kalus dapat beregenerasi menjadi struktur organ

( Gunawan, 1992; Smith, 2006).

(a) Eksplan yang membentuk kalus proembriogenik (b) Eksplan yang membentuk kalus non embriogenik

Gambar 3. Kalus proembriogenik bawang merah cv. Tiron.

(a) (b)

3 mm 2 mm 1 mm

Page 30: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

14

Percobaan 2 Regenerasi Kalus Proembriogenik

Regenerasi kalus dilakukan pada kalus proembriogenik yang terbentuk

pada percobaan sebelumnya, sehingga ekplan yang digunakan pada percobaan ini

berasal dari perlakuan yang berbeda pada percobaan sebelumnya. Regenerasi

kalus proembriogenik menunujukkan hasil bahwa secara umum perlakuan BAP

tidak menunjukkan pengaruh yang nyata, kecuali pada parameter jumlah akar

pada 6-8 MST yang menunjukkan pengaruh yang nyata (Tabel 7). Pemberian

BAP 10 ppm pada bawang merah menghasilkan rata-rata paling baik terhadap

peubah jumlah embrio somatik sekunder (Dinarti et al., 2007) dan pemberian

BAP 1 ppm pada tanaman cendana mampu menghasilkan embrio somatik sebesar

63,6% (Sukmadjaja, 2005).

Tabel 7. Rekapitulasi regenerasi kalus proembriogenik bawang merah cv. Tiron.

Parameter pengamatan MST

1 2 3 4 5 6 7 8

Persen kalus beregenerasit tn tn tn tn tn tn tn tn

Persen kalus berakar tn tn tn * * * * *

Waktu berakart tn tn tn tn tn tn tn tn

Jumlah akar tn tn tn tn tn tn tn tn

Persen kalus bertunast tn tn tn tn tn tn tn tn

Waktu bertunas tn tn tn tn tn tn tn tn

Jumlah tunast tn tn tn tn tn tn tn tn

Persen kalus membentuk embrio somatikt tn tn tn tn tn tn tn tn

Waktu terbentuk embrio somatikt tn tn tn tn tn tn tn tn

Jumlah embrio somatikt tn tn tn tn tn tn tn tn

Keterangan: tn= perlakuan tidak berpengaruh nyata; *=perlakuan berpengaruh nyata,

t= data di transformasi menggunakan tranformasi akar kuadrat

Persentase Kalus Beregenerasi

Sel secara umum memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi. Arah

diferensiasi kemampuan totipotensi sel bergantung pada beberapa hal, yaitu

eksplan, komposisi media, zat pengatur tumbuh, cahaya, suhu, dan kelembapan.

Kalus pada medium regenerasi akan berdiferensiasi menjadi embrio somatik,

akar, dan tunas (Gunawan, 1992; Zulkarnain, 2014). Kalus yang berhasil

beregenerasi pada media dengan berbagai taraf BAP pada 1 MST sampai dengan

8 MST adalah antara 7,50% sampai 31,94%. (Tabel 8).

Tabel 8. Persentase kalus bawang merah cv. Tiron yang beregenerasi pada media

dengan berbagai konsentrasi BAP.

BAP

(ppm) MST

1 2 3 4 5 6 7 8

----------------------------------------------%----------------------------------------

0 7,50 16,39 16,39 21,94 21,94 21,94 27,50 27,50

2,5 21,94 21,94 21,94 21,94 21,94 21,94 21,94 21,94

5 15,28 22,78 22,78 31,94 31,94 31,94 31,94 31,94

7,5 26,11 30,28 30,28 30,28 30,28 30,28 30,28 30,28

10 19,72 19,72 19,72 25,28 25,28 25,28 25,28 25,28

Hasil pengamatan persentase kalus beregenerasi menunjukkan bahwa

respon kalus terhadap perlakuan BAP tidak berpengaruh nyata pada setiap

Page 31: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

15

minggunya. Hal ini berarti bahwa BAP memberikan respon yang kurang optimal

dalam proses regenerasi kalus bawang merah cv. Tiron. Menurut Zulkarnain

(2014), zat pengatur tumbuh akan memberikan respon yang berbeda-beda antar

genus, spesies, dan bahkan kultivar.

Pembentukan Akar

Persentase kalus berakar dipengaruhi secara nyata oleh pemberian BAP

pada 4-8 MST. Persentase kalus berakar paling besar didapatkan pada konsentrasi

BAP 0 ppm. Konsentrasi BAP tidak mempengaruhi jumlah akar yang terbentuk

selama 8 MST (Tabel 9 ).

Tabel 9. Persentase kalus berakar dan jumlah akar bawang merah cv. Tiron pada

media dengan berbagai konsentrasi BAP.

BAP

(ppm)

MST

1 2 3 4 5 6 7 8

Persentase kalus berakar (%)

0 7,50 12,22 12,22 17,78a 17,78a 17,78a 17,78a 17,78a

2,5 0,00 0,00 0,00 0,00b 0,00b 0,00b 0,00b 0,00b

5 0,00 0,00 0,00 0,00b 0,00b 0,00b 0,00b 0,00b

7,5 0,00 0,00 0,00 0,00b 0,00b 0,00b 0,00b 0,00b

10 6,67 6,67 6,67 6,67ab 6,67ab 6,67ab 6,67ab 6,67ab

Nilai KK 28,99 28,56 28,56 28,99 28,99 28,99 28,99 28,99

Jumlah akar

0 0,50 0,92 2,00 2,50 3,25 3,42 3,67 3,75

2,5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

7,5 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

10 0,33 0,33 0,42 0,42 0,42 0,42 0,50 0,50

Nilai KK 18,66 22,86 19,35 21,08 23,67 24,71 26,30 26,82

Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda

nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa BAP menghambat kalus untuk

beregenerasi menjadi organ akar. Persentase kalus berakar memiliki pengaruh

yang nyata mulai pada 4 MST dan nilainya tetap sampai 8 MST. Zulkarnain

(2014), menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh sitokinin akan menghambat

pembentukan akar, menghalangi pertumbuhan akar, dan menghambat pengaruh

auksin dalam inisiasi akar, sehingga biasanya sitokinin tidak digunakan dalam

media inisiasi akar.

Pembentukan akar juga terjadi pada media yang mengandung BAP 10

ppm sebanyak 6,67%. Pembentukan akar ini dimungkinkan terjadi karena

pengaruh dari media perlakuan pada percobaan sebelumnya. Eksplan kalus yang

digunakan pada percobaan 2 berasal dari hasil inisiasi kalus pada percobaan

Page 32: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

16

sebelumnya, sehingga dimungkinkan adanya residu dari 2,4 D yang digunakan

pada percobaan sebelumnya.

Pembentukan Tunas

Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan penambahan BAP pada media

regenerasi kalus tidak ada yang berpengaruh nyata terhadap parameter

pembentukan tunas. Jumlah tunas yang terbentuk pada 8 MST paling banyak

sebesar 0,33 tunas (Tabel 10).

Tabel 10. Persentase kalus bertunas dan jumlah tunas bawang merah cv. Tiron

pada media regenerasi dengan berbagai konsentrasi BAP.

BAP

(ppm)

MST

1 2 3 4 5 6 7 8

Persentase kalus bertunas (%)

0 4,17 4,17 4,17 4,17 4,17 8,33 8,33 8,33

2,5 6,67 6,67 6,67 6,67 6,67 6,67 6,67 6,67

5 0,00 4,17 4,17 4,17 4,17 4,17 4,17 4,17

7,5 0,00 0,00 0,00 7,50 7,50 7,50 7,50 7,50

10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,33 3,33 3,33

Nilai KK (%) 23,23 26,75 26,75 29,12 29,12 29,21 29,21 29,21

Jumlah tunas

0 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,33 0,33 0,33

2,5 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17

5 0,00 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17

7,5 0,00 0,00 0,00 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17

10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,17 0,17 0,17

Nilai KK (%) 10,66 13,19 13,19 15,36 15,36 16,81 16,81 16,81

Sebagian kalus dapat beregenerasi menjadi organ tunas pada setiap

perlakuan BAP yang diberikan, akan tetapi persentase pembentukannya sangat

rendah. Pembentukan tunas paling besar hanya sekitar 8,33% pada 6 minggu

setelah dipindahkan ke media regenerasi. Jumlah tunas hasil regenerasi yang

terbentuk untuk setiap konsentrasi BAP juga menunjukkan hasil yang sangat

rendah dan tidak memiliki perbedaan yang signifikan antar perlakuan.

Kalus yang beregenereasi dinyatakan sebagai tunas apabila menunjukkan

ciri terbentuknya organ dengan bentuk kerucut atau lonjong dengan semburat

warna hijau, sedangkan akar akan memiliki bentuk yang lurus dengan ukuran

cukup panjang dengan warna putih dan terkadang memiliki serabut akar

(Gambar 4).

Page 33: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

17

(a) Kalus beregenerai menjadi tunas

(b) Kalus beregenerasi menjadi akar

Pembentukan Embrio Somatik

Embriogenesis merupakan suatu teknik yang menjanjikan dalam

perbanyakan tanaman secara massal dan cepat. Embrio-embrio dapat terbentuk

langsung pada permukaan eksplan ataupun melalui regenerasi dari kalus

(Zulkarnain, 2014). Media regenerasi dengan beberapa konsentrasi BAP

memberikan hasil yang tidak berpengaruh secara nyata terhadap persentase kalus

membentuk embrio somatik dan jumlah embrio somatik. Persentase kalus yang

membentuk embrio somatik paling besar adalah pada media dengan BAP 5 ppm

yaitu 26,11% dan yang paling rendah pada BAP 0 ppm sebesar 8,33% (Tabel 10).

Rata-rata jumlah embrio somatik yang terbentuk menunjukkan bahwa media

tanpa BAP memberikan hasil yang lebih rendah.

Tabel 11. Persentase kalus membentuk embrio somatik dan jumlah embrio

somatik pada media regenerasi dengan berbagai konsentrasi BAP.

BAP MST

1 2 3 4 5 6 7 8

Persentase kalus membentuk embrio somatik (%)

0 4,17 4,17 4,17 4,17 4,17 8,33 8,33 8,33

2,5 16,39 17,78 17,78 17,78 17,78 17,78 17,78 17,78

5 26,94 22,78 22,78 22,78 26,11 26,11 26,11 26,11

7,5 17,22 26,94 18,61 18,61 22,78 22,78 22,78 22,78

10 15,28 25,28 15,28 15,28 15,28 18,61 18,61 18,61

Nilai KK (%) 29,09 28,28 25,95 25,95 26,67 27,12 27,12 27,12

Jumlah embio somatik

0 1,00 1,00 2,00 3,00 3,17 3,17 3,17 3,17

2,5 6,25 7,00 9,67 10,25 10,58 11,33 12,17 12,67

5 2,25 3,17 8,08 9,08 10,75 11,17 11,92 12,17

7,5 2,67 3,50 7,08 7,08 8,33 8,33 8,33 8,75

10 5,11 5,38 7,17 9,17 9,83 10,25 10,50 10,83

Nilai KK (%) 28,63 25,65 29,10 27,46 26,08 28,27 28,29 28,63

Gambar 4. Regenerasi kalus bawang merah cv. Tiron menjadi organ pada 8 MST

dengan perbesaran mikroskop 10x1.

(a)

(b)

5 mm 5 mm

(a)

Page 34: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

18

Jumlah embrio somatik yang terbentuk pada konsentrasi BAP 2,5 dan 5

ppm menunjukkan respon yang berbeda dengan hasil persentase kalus membentuk

embrio somatik. Persentase kalus membentuk embrio menunjukkan bahwa

konsentrasi BAP 5 ppm memberikan hasil yang lebih tinggi, sedangkan hasil

jumlah embrio somatik yang terbentuk menunjukkan bahwa konsentrasi BAP 2,5

ppm membentuk embrio lebih banyak. Hasil perkalian antara persentase kalus

yang membentuk embrio dengan jumlah embrio somatik yang terbentuk

memberikan hasil yang lebih tinggi pada konsentrasi BAP 5 ppm sebesar 3,18,

sedangkan pada konsentrasi BAP 2,5 ppm sebesar 2,25.

Keberhasilan dalam pembentukan embrio somatik sangat dipengarui oleh

faktor formulasi media yang berbeda pada setiap tahap perkembangan embrio

somatik serta jenis eksplan yang digunakan (Sukmadjaja, 2005). Hasil penelitian

Hellyanto (2008), perlakuan eksplan embrio globular Kultivar Bima Juna yang

dipindah ke media [MS+2,4 D 1,5 ppm + Kinetin 1 ppm] terbentuk 40% embrio

dengan tahapan yang lengkap, sedangkan pada kultivar Sumenep rata-rata 67,5 %

embrio terbentuk pada eksplan embrio globular yang dipindah ke media [MS+BA

10 ppm]. Menurut Zulkarnain (2014), respon eksplan terhadap zat pengatur

tumbuh akan berbeda-beda sesuai dengan kondisi fisiologis ekplan. Keragaman

yang terjadi bisa sangat tinggi antar genus, antar spesies, bahkan antar kultivar.

Konsentrasi BAP 0 ppm mampu menghasilkan embrio somatik, tetapi

persentase dan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan pada media yang

mengandung BAP. Embrio somatik pada konsentrasi 0 ppm juga tidak ditemukan

adanya perkembangan embrio membentuk embrio dewasa. Menurut Yelnititis

(2013), pertumbuhan embrio somatik merupakan hasil dari aktifitas sitokinin pada

saat diferensiasi sel-sel kalus. Hasil penelitian Rohani et. al. (2012), pada eksplan

daun manggis yang diregenerasikan pada media tanpa sitokinin jenis kinetin, tidak

dapat menghasilkan embrio somatik.

Rendahnya hasil pembentukan embrio somatik pada penelitian ini sejalan

dengan rendahnya persentase kalus yang terbentuk dan rendahnya pembentukan

kalus proembriogenik. Hal ini disebabkan karena ukuran ekplan yang kecil

sehingga bagian yang beregenerasi menjadi kalus juga semakin kecil. Zulkarnain

(2014), menyatakan bahwa semakin besar ukuran eksplan akan semakin besar

kemungkinan untuk ploriferasi, tetapi akan semakin besar kemungkinan untuk

terkontaminasi. Fase-fase embrio yang terlihat pada percobaan ini adalah globular,

hati, torpedo, dan koleoptil (Gambar 4).

(a) Fase globular dengan perbesaran 10x1

(b) Fase hati dengan perbesaran 10x2

(c) Fase torpedo dengan perbesaran 10x2

(d) Fase embrio dewasa (koleoptil) dengan perbesaran 10x1

Gambar 5. Tahapan perkembangan embrio somatik bawang merah cv. Tiron

(a) (b) (c) (d)

5 mm 3 mm

Page 35: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

19

Embriogenesis somatik adalah proses perkembangan sel somatik menjadi

tanaman lengkap melalui karakteristik stadia pembentukan embrio tanpa melalui

peleburan sel gamet (Santos et. al., 2006). Embrio somatik yang terbentuk

biasanya berkembang melewati beberapa tahap yaitu oktan, globular, awal hati,

hati, torpedo dan embrio dewasa (Zulkarnain, 2014). Tahapan embrio ini sulit

dilihat secara kasat mata karena ukurannya yang kecil dan posisinya saling

bertindih satu sama lainnya. Tahapan embrio yang terlihat pada fase globular,

hati, torpedo dan embrio dewasa. Embrio dewasa yang terbentuk pada tanaman

dikotil biasanya memiliki bentuk kotiledon, akan tetapi pada tanaman monokotil

seperti bawang merah, embrio dewasa yang terbentuk adalah koleoptil. Hasil ini

juga dinyatakan oleh Sholeha et. al. (2015) dalam penelitiannya mengenai

embriogenesis tebu, bahwa fase embrio dewasa pada tanaman tebu (monokotil)

adalah fase koleoptil.

Pembentukan embrio dewasa pada embriogenesis somatik merupakan

proses morfogenetik yang penting (Yelnitits, 2013). Embrio somatik dewasa akan

berkembang menjadi individu tanaman layaknya pada perkembangan embrio

zigotik yang akan menghasilkan tunas dan akar. Hasil analisis histologi

penampang melintang pada kecambah yang berkembang dari embrio somatik

dewasa bawang merah cv menunjukkan adanya basal plate bawang merah

(Gambar 6).

(a) Kecambah dari embrio somatik

(b) Penampang melintang bagian dasar kecambah dengan perbesaran 10x40

(c) Penampang membujur kecambah dari embrio somatik dengan perbesaran

10x40

Gambar 6. Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik

bawang merah cv. Tiron

daun

akar

(c)

basal

plate

epidermis

(a)

(b)

tunas

adventif 0,1mm 0,1mm

3 mm

Page 36: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

20

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian pada percobaan pertama menunjukkan bahwa perlakuan

konsentrasi 2,4 D (0,5 – 2,0) ppm tidak berpengaruh secara tunggal dalam induksi

kalus bawang merah cv. Tiron. Peningkatan konsentrasi BAP menjadi 0,5 ppm

berpengaruh menurunkan induksi kalus bawang merah cv. Tiron. Kombinasi

terbaik antara konsentrasi 2,4 D 1,5 ppm dan BAP 0 ppm mampu menghasilkan

persentase kalus proembriogenik terbesar. Hasil percobaan kedua menunjukkan

bahwa konsentrasi BAP tidak berpengaruh dalam pembentukan embrio somatik

bawang merah cv. Tiron, tetapi media tanpa BAP memberikan hasil pembentukan

embrio somatik yang lebih rendah dibandingkan dengan media yang ditambahkan

BAP. Konsentrasi BAP 5 ppm merupakan media regenerasi kalus proembriogenik

bawang merah cv. Tiron terbaik yang mengasilkan total jumlah embrio yang

terbentuk lebih banyak dibandingkan perlakuan konsentrasi BAP (0, 2,5, 7,5 dan

10) ppm.

Saran

Pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan subkultur beberapa kali untuk

proliferasi kalus.

DAFTAR PUSTAKA

Ammirato. 1982. Embryogenesis in Evan, Sharp, In Ammirato and Yamada (Eds).

1984. Technique for Propagation and Breeding. Hand Book of Plant Cell

Culture. Macmillan. Publishing Company, New York.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik Indonesia 2016. Badan Pusat

Statistik. Indonesia.

Bustami M. U. 2011. Penggunaan 2,4 D induksi kalus kacang tanah. Media

Litbang Sulteng IV (2) : 137 – 141.

Devy N. F. dan Hardiyanto. 2009. Kemampuan regenerasi kalus segmen akar

pada beberapa klon bawang putih lokal secara in vitro. J. Hort. 19 (1): 6-13

Chen, Z. 1990. Cell Suspention Culture and Mutant Screening in Parennial crops.

Hand Book Culture. 6

Dinarti D., Purwito A., Susila A. D., dan Tiran R. 2007. Embriogenesis somatik

pada bawang merah. Prosiding Simposium, Seminar dan Kongres IX

PERAGI. Bandung ,15-17 November 2007.

[Ditbenih Horti] Direktorat Benih Hortikultura. 2002. Database varietas terdaftar

hortikultura. http://varitas.net/dbvarietas/deskripsi/2016.pdf. [14 Oktober

2016]

Finer J. J. 2006. Plant regeneration via embryogenic suspension cultures. In

Dixion R. A. and Gonzales R. A. (Eds.). Plant Cell Culture A Partical

Approach Second Edition. Oxport University Press, Oklahoma.

Page 37: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

21

Franklin, C. I. and Dixion R. A. 2006. Initiation and maintance of callus and cell

suspention cultures. In R. A. Dixion and Gonzales R. A. (Eds.). Plant Cell

Culture A Partical Approach Second Edition. Oxport University Press,

Oklahoma.

Gunawan, L.W.1992. Teknik Kultur Jaringan Tanaman. Laboratorium Kultur

Jaringan Tanaman, Pusat Antar Universitas Bioteknologi-IPB. Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Bogor.

Hartman H. T., Dale E., Kester and Davies F.T. 1990. Plant Propagation,

Principle and Practices 5-th Edition. Prentice Hall International, New

Jersey.

Hellyanto R. 2008. Pengaruh jenis media terhadap embriogenesis somatik dua

kultivar bawang merah (Allium Cepa Cv. Ascalonicum L.). Skripsi. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Lizawati. 2012a. Proliferasi kalus dan embriogenesis somatik jarak pagar

(Jatropha curcas L.). J. Unja.1 (4): 32-41.

Lizawati. 2012b. Induksi kalus proembriogenik dari eksplan tunas apikal tanaman

jarak pagar ( Jatropha curcas L.) dengan penggunaan 2,4 D dan

TDZ. J. Unja. 1 (2): 75-87.

Lizawati, Neliyati dan Desfira R. 2012. Induksi kalus eksplan daun durian (Durio

zibethinus Murr. cv. Selat Jambi) pada beberapa kombinasi 2,4-d dan

BAP. J. Unja. 1 (1): 19-25.

Jimenez V. M. 2001. Regulation of in vitro somatic embryogenesis with emphasis

on the role of endogenous hormones. R. Bras. Fisiol. Veg. (13):196-223.

Manil T. and Senthil K. 2011. Multiplication of chrysanthemum through somatic

embryogenesis. Asian J. Pharm. Tech.1(1): 13-16.

Mariska I. 1996. Embriogenesis somatik tanaman kehutanan. Prosiding Kursus

Bioteknologi, 4-9 November 1996. Badan, Pengkajian dan Penerapan

Teknologi. Serpong.

Nurhasanah, E. 2009. Perbanyakan anggrek Grammatophyllum scriptum melalui

proliferasi tunas adventif secara in vitro. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Pangestuti R. dan Sulistyaningsih E. 2011. Potensi penggunaan true seed shallot

sebagai sumber benih bawang merah di Indonesia. Prosiding Semiloka

Nasional Dukungan Agro-Inovasi untuk Pemberdayaan Petani. Semarang,

14 Juli 2011.

Paterson G. and Smith R. 1991. Effect of abscisic acid and callus size on

regeneration of American and international rice varieties. Plant Cell

Reports. 10: 35-38.

Pierik R. L. M. 1987. In vitro culture of higher plant. Matinus Nijhoff Publisher,

Dordrecht.

Rohani E.R., Ismanizan I., dan Noor N. M. 2012. Somatic embryogenesis of

mangosteen. Plant Cell Tissue and Organ Culture. 110: 251 – 259.

Santos K.G.B, Mariath J.E.A., Moco M.C.C., and Zanettini M.H.B. 2006. Somatic

embryogenesis from immature cotyledons of soybean (Glycine max (L.)

Merr.): Ontogeny of Somatic Embryos. Braz.Arch.Biol.Technol. 4: 49-55.

Sholeha W., Sugiharto B., Setyati D., dan Dewanti P. Induksi embriogenesis

somatik menggunakan 2,4-dichlorophenoxyacetic acid (2,4-d) dan kinetin

Page 38: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

22

pada eksplan gulungan daun muda tanaman tebu. Jurnal Ilmu Dasar. 16

(1): 17-22.

Smith R. H. 2006. Plant Tissue Culture Techniques and Experiments. Elsevier,

Texas.

Sugiyarto L dan Kuswandi P. C. 2014. Pengaruh 2,4-Diklorofenoksiasetat (2,4-d)

dan benzyl aminopurin (BAP) terhadap pertumbuhan kalus daun binahong

(Anredera cordifolia l.) serta analisis kandungan flavonoid total. J.

Saintek. 19 (1): 1-6.

Sukmadjaja, D. 2005. Embriogenesis somatik langsung pada tanaman cendana. J.

Bioteknologi Tanaman. 10 (1) :1-6.

Swasono, F. D. H. 2006. Peranan mikoriza Arbuskula dalam mekanisme adaptasi

beberapa varietas bawang merah terhadap cekaman kekeringan. Disertasi.

Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Tiran, R. 2007. Embrio dan seleksi in vitro untuk toleransi terhadap cekaman

aluminium pada bawang merah (Allium ascalonikum L.). Skripsi. Program

Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

[WARINTEK Bantul] Warung Informasi dan Teknologi Kabupaten Bantul. 2015.

Perbenihan Bawang Merah (Allium ascalonicum) Varietas Tiron Bantul.

http://warintek.bantulkab.go.id/web.php?mod=basisdata

&kat=1&sub=2&file=29. [08 Maret 2015].

Wattimena, G. A., Nurhajati A. M., Wiendi N. M. A., Purwito A., D. Efendi A.,

Purwoko B. S. dan Khumaida N.. 2011. Bioteknologi dalam Pemuliaan

Tanaman. PT. Penerbit IPB Press, Bogor.

Wattimena, G. A., Gunawan L. W., Matjik N. A., Syamsudin A., Wiendi N. M.

A., dan Ernawati A. 1992. Bioteknologi Tanaman. Laboratorium Kultur

Jaringan, Pusat Antar Universitas Bioteknologi-IPB. Direktorat Jendral

Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bogor.

Yadav, N. R. and Yadav R. C. 2011. Plant tissue culture: fundamentals and

aplications. In M. K. Rana (Eds). Physio-Biochemistry and Biotechnology

of Vegetable Crops. New India Publishing Agency, New Delhi.

Yelnititis. 2013. Induksi embrio somatik Shorea pinanga scheff. pada kondisi fisik

media berbeda. J. Pemuliaan Tanaman Hutan. 7 (2) : 73-84.

Yuwono, T. 2008. Bioteknologi Pertanian. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.

Zulkarnain. 2014. Kultur Jaringan Tanaman. PT Bumi Aksara, Jambi.

Page 39: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

23

LAMPIRAN

Page 40: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

10

Page 41: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

25

Lampiran 1. Deskripsi varietas tanaman bawang merah cv. Tiron

Tanggal pelepasan

Keputusan Menteri Pertanian

Asal tanaman

:

:

:

21 Agustus 2002

No. 498/Kpts/TP.240/8/2002

Kabupaten Bantul

Umur tanaman : mulai berbunga 45 hari

panen 55 hari (daun melemas > 60%)

Tinggi tanaman : 37 – 44 cm

Jumlah anakan : 9 – 21 umbi

Jumlah daun per umbi : 3 – 5 helai

Jumlah daun per rumpun : 34 – 57 helai

Bentuk daun : pipa dengan ujung runcing

Warna daun : hijau keputihan

Panjang daun : 24 – 42 cm

Diameter daun : 33 – 53 mm

Bentuk bunga : seperti payung

Warna bunga : putih

Bentuk biji : bulat

Warna biji : abu-abu

Bentuk umbi : cenderung bulat

Warna umbi : merah keunguan

Berat umbi basah (panen) : 44 – 149 gram per rumpun

Potensi hasil : 9 – 13 ton umbi basah per hektar

Susut bobot umbi : ± 30 %

Keterangan : cocok untuk ditanam pada ketinggian

0 – 100 meter di atas permukaan laut dan

lahan berpasir serta dapat dikembangkan

pada musim penghujan

Pengusul/ peneliti : BPSB-TPH dan Diperta DIY/ UGM serta

Pemda Bantul/ H. Idham Samawi, H.

Marsudi, Pulung Haryadi, Nanang

Suwandi, Mustikaningrum, Rohadi,

Martapa Indria W., Atik Triwiji Astuti,

Tonny Koenardi, Tuhono, Purnomo,

Suparjo, dan Sutardi

Sumber : Ditbenih Horti, 2002

Page 42: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

26

Lampiran 2. Komposisi media Murashige dan Skoog (MS)

Stok Bahan kimia

Konsentrasi

larutan stok

(g l-1

)

Pemakaian per

liter media

(ml l-1

)

Konsentrasi

pada media

(ppm)

A NH4NO3 82,500 20 1.650,000

B KNO3 95,000 20 1.900,000

C

KH2PO4 34,000

5

170,000

H3BO3 1,240 6,200

KI 0,166 0,830

NaMoO4 2H2O 0,050 0,250

CoCl2 6H2O 0,005 0,025

D CaCl2 2H2O 88,000 5 440,000

E

MgSO4 7H2O 74,000

5

370,000

MnSO4 4H2O 4,460 22,300

ZnSO4 4H2O 1,720 8,600

CuSO4 7H2O 0,005 0,025

F Na2EDTA 2H2O 3,370

10 37,300

FeSO4 7H2O 2,780 27,800

Myo Myo-Inositol 10,000 10 100,000

Vitamin

Thiamine 0,010

10

0,100

Nicotine 0,050 0,500

Pyridoxine 0,050 0,500

Glycine 0,200 2,000

Page 43: Allium cepa var. aggregatum KULTIVAR TIRON PADA BEBERAPA ... · Penampang melintang dan membujur kecambah dari embrio somatik bawang merah cv. Tiron 19. DAFTAR LAMPIRAN . 1. Deskripsi

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera

Selatan pada tanggal 9 April 1993. Penulis merupakan anak sulung dari tiga

bersaudara dari pasangan Bapak Ramlan Solihin dan Ibu Adilah. Penulis

mulai bersekolah di SD Negeri 8 OKU pada tahun 2000 hingga tahun 2006.

Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 OKU pada tahun 2006

hingga tahun 2009 dan melanjutkan sekolahnya di SMA Negeri 4 OKU.

Penulis lulus dari SMA pada tahun 2011 kemudian melanjutkan sekolahnya

ke jenjang pendidikan tinggi di Program Kehalian Teknologi Industri Benih,

Program Diploma Institut Pertanian Bogor. Penulis lulus dari Program

Diploma IPB pada tahun 2014 sebagai Lulusan Terbaik pada Program

Keahlian Teknologi Industri Benih.

Penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi

akademiknya di Departemen Agronomi dan Hortikultura melalui Program

Alih Jenis Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB

pada tahun 2014. Selama menjadi mahasiswa penulis bergabung dalam

kepanitian Festival Bunga dan Buah Nusantara 2015 dan pada tahun 2016

penulis diangkat menjadi Deputy Event Manager Fruit Contest pada Fruit

Indonesia 2016.