asam asetat

Upload: vanya-meideliae

Post on 20-Jul-2015

530 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka[2] adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7C. Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati. Asam asetat merupakan nama trivial atau nama dagang dari senyawa ini, dan merupakan nama yang paling dianjurkan oleh IUPAC. Nama ini berasal dari kata Latin acetum, yang berarti cuka. Nama sistematis dari senyawa ini adalah asam etanoat. Asam asetat glasial merupakan nama trivial yang merujuk pada asam asetat yang tidak bercampur air. Disebut demikian karena asam asetat bebas-air membentuk kristal mirip es pada 16.7 C, sedikit di bawah suhu ruang. Singkatan yang paling sering digunakan, dan merupakat singkatan resmi bagi asam asetat adalah AcOH atau HOAc dimana Ac berarti gugus asetil, CH3C(=O). Pada konteks asam-basa, asam asetat juga sering disingkat HAc, meskipun banyak yang menganggap singkatan ini tidak benar. Ac juga tidak boleh disalahartikan dengan lambang unsur Aktinium (Ac).

[sunting] Sejarah

Kristal asam asetat yang dibekukan

Cuka telah dikenal manusia sejak dahulu kala. Cuka dihasilkan oleh berbagai bakteria penghasil asam asetat, dan asam asetat merupakan hasil samping dari pembuatan bir atau anggur. Penggunaan asam asetat sebagai pereaksi kimia juga sudah dimulai sejak lama. Pada abat ke-3 Sebelum Masehi, Filsuf Yunani kuno Theophrastos menjelaskan bahwa cuka bereaksi dengan logam-logam membentuk berbagai zat warna, misalnya timbal putih (timbal karbonat), dan verdigris, yaitu suatu zat hijau campuran dari garam-garam tembaga dan mengandung tembaga (II) asetat. Bangsa Romawi menghasilkan sapa, sebuah sirup yang amat manis, dengan mendidihkan anggur yang sudah asam. Sapa mengandung timbal asetat, suatu zat manis yang disebut juga gula timbal dan gula Saturnus. Akhirnya hal ini berlanjut kepada peracunan dengan timbal yang dilakukan oleh para pejabat Romawi. Pada abad ke-8, ilmuwan Persia Jabir ibn Hayyan menghasilkan asam asetat pekat dari cuka melalui distilasi. Pada masa renaisans, asam asetat glasial dihasilkan dari distilasi kering logam asetat. Pada abad ke-16 ahli alkimia Jerman Andreas Libavius menjelaskan prosedur tersebut, dan membandingkan asam asetat glasial yang dihasilkan terhadap cuka. Ternyata asam asetat glasial memiliki banyak perbedaan sifat dengan larutan asam asetat dalam air, sehingga banyak ahli kimia yang mempercayai bahwa keduanya sebenarnya adalah dua zat yang berbeda. Ahli kimia Prancis Pierre Adet akhirnya membuktikan bahwa kedua zat ini sebenarnya sama. Pada 1847 kimiawan Jerman Hermann Kolbe mensintesis asam asetat dari zat anorganik untuk pertama kalinya. Reaksi kimia yang dilakukan adalah klorinasi karbon disulfida menjadi karbon tetraklorida, diikuti dengan pirolisis menjadi tetrakloroetilena dan klorinasi dalam air menjadi asam trikloroasetat, dan akhirnya reduksi melalui elektrolisis menjadi asam asetat. Sejak 1910 kebanyakan asam asetat dihasilkan dari cairan piroligneous yang diperoleh dari distilasi kayu. Cairan ini direaksikan dengan kalsium hidroksida menghasilkan kalsium asetat yang kemudian diasamkan dengan asam sulfat menghasilkan asam asetat.

[sunting] Sifat-sifat kimiaKeasaman Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (COOH) dalam asam karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa=4.8. Basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO). Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4.

Dimer siklis

Dimer siklis dari asam asetat, garis putus-putus melambangkan ikatan hidrogen. Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul asam asetat berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen.[3] Dimer juga dapat dideteksi pada uap bersuhu 120 C. Dimer juga terjadi pada larutan encer di dalam pelarut tak-berikatanhidrogen, dan kadang-kadang pada cairan asam asetat murni.[4] Dimer dirusak dengan adanya pelarut berikatan hidrogen (misalnya air). Entalpi disosiasi dimer tersebut diperkirakan 65.0 66.0 kJ/mol, entropi disosiasi sekitar 154157 J mol1 K1.[5] Sifat dimerisasi ini juga dimiliki oleh asam karboksilat sederhana lainnya. Sebagai Pelarut Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6.2, sehingga ia bisa melarutkan baik senyawa polar seperi garam anorganik dan gula maupun senyawa non-polar seperti minyak dan unsurunsur seperti sulfur dan iodin. Asam asetat bercambur dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia. Reaksi-reaksi kimia Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium, dan seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut logam asetat). Logam asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa yang cocok. Contoh yang terkenal adalah reaksi soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hapir semua garam asetat larut dengan baik dalam air. Salah satu pengecualian adalah kromium (II) asetat. Contoh reaksi pembentukan garam asetat: Mg(s) + 2 CH3COOH(aq) (CH3COO)2Mg(aq) + H2(g) NaHCO3(s) + CH3COOH(aq) CH3COONa(aq) + CO2(g) + H2O(l) Aluminium merupakan logam yang tahan terhadap korosi karena dapat membentuk lapisan aluminium oksida yang melindungi permukaannya. Karena itu, biasanya asam asetat diangkut dengan tangki-tangki aluminium.

Dua reaksi organik tipikal dari asam asetat Asam asetat mengalami reaksi-reaksi asam karboksilat, misalnya menghasilkan garam asetat bila bereaksi dengan alkali, menghasilkan logam etanoat bila bereaksi dengan logam, dan menghasilkan logam etanoat, air dan karbondioksida bila bereaksi dengan garam karbonat atau bikarbonat. Reaksi organik yang paling terkenal dari asam asetat adalah pembentukan etanol melalui reduksi, pembentukan turunan asam karboksilat seperti asetil klorida atau anhidrida asetat melalui substitusi nukleofilik. Anhidrida asetat dibentuk melalui kondensasi dua molekul asam asetat. Ester dari asam asetat dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi Fischer, dan juga pembentukan amida. Pada suhu 440 C, asam asetat terurai menjadi metana dan karbon dioksida, atau ketena dan air. Deteksi Asam asetat dapat dikenali dengan baunya yang khas. Selain itu, garam-garam dari asam asetat bereaksi dengan larutan besi(III) klorida, yang menghasilkan warna merah pekat yang hilang bila larutan diasamkan. Garam-garam asetat bila dipanaskan dengan arsenik trioksida (AsO3) membentuk kakodil oksida ((CH3)2As-O-As(CH3)2), yang mudah dikenali dengan baunya yang tidak menyenangkan.

[sunting] BiokimiaGugus asetil yang terdapat pada asam asetat merupakan gugus yang penting bagi biokimia pada hampir seluruh makhluk hidup, seperti gugus asetil yang berikat pada koenzim A menjadi senyawa yang disebut Asetil-KoA, merupakan enzim utama bagi metabolisme karbohidrat dan lemak. Namun demikian, asam asetat bebas memiliki konsentrasi yang kecil dalam sel, karena asam asetat bebas dapat menyebabkan gangguan pada mekanisme pengaturan pH sel. Berbeda dengan asam karboksilat berantai panjang, asam asetat tidak ditemukan pada trigliserida dalam tubuh makhluk hidup. Sekalipun demikian, trigliserida buatan yang memiliki gugus asetat, triasetin (trigliserin asetat), adalah zat aditif yang umum pada makanan, dan juga digunakan dalam kosmetika dan obat-obatan. Asam asetat diproduksi dan diekskresikan oleh bakteri-bakteri tertentu, misalnya dari genus Acetobacter dan spesies Clostridium acetobutylicum. Bakteri-bakteri ini terdapat pada makanan, air, dan juga tanah, sehingga asam asetat secara alami diproduksi pada buah-buahan/makanan yang telah basi. Asam asetat juga terdapat pelumas vagina manusia dan primata lainnya, berperan sebagai agen anti-bakteri.[6]

[sunting] Biosintesis asam asetatAsam asetat merupakan produk katabolisme aerob dalam jalur glikolisis atau perombakan glukosa. Asam piruvat sebagai produk oksidasi glukosa dioksidasi oleh NAD+ terion lalu segera diikat oleh Koenzim-A. Pada prokariota proses ini terjadi di sitoplasma sementara pada eukariota berlangsung pada mitokondria.

[sunting] Produksi

Pabrik pemurnian asam asetat di tahun 1884 Asam asetat diproduksi secara sintetis maupun secara alami melalui fermentasi bakteri. Sekarang hanya 10% dari produksi asam asetat dihasilkan melalui jalur alami, namun kebanyakan hukum yang mengatur bahwa asam asetat yang terdapat dalam cuka haruslah berasal dari proses biologis. Dari asam asetat yang diproduksi oleh industri kimia, 75% diantaranya diproduksi melalui karbonilasi metanol. Sisanya dihasilkan melalui metode-metode alternatif.[7] Produksi total asam asetat dunia diperkirakan 5 Mt/a (juta ton per tahun), setengahnya diproduksi di Amerika Serikat. Eropa memproduksi sekitar 1 Mt/a dan terus menurun, sedangkan Jepang memproduksi sekitar 0.7 Mt/a. 1.51 Mt/a dihasilkan melalui daur ulang, sehingga total pasar asam asetat mencapai 6.51 Mt/a.[8][9] Perusahan produser asam asetat terbesar adalah Celanese dan BP Chemicals. Produsen lainnya adalah Millenium Chemicals, Sterling Chemicals, Samsung, Eastman, dan Svensk Etanolkemi.

[sunting] Karbonilasi metanolKebanyakan asam asetat murni dihasilkan melalui karbonilasi. Dalam reaksi ini, metanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat CH3OH + CO CH3COOH Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, dimana reaksi itu sendiri terjadi dalam tiga tahap dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua. (1) CH3OH + HI CH3I + H2O (2) CH3I + CO CH3COI (3) CH3COI + H2O CH3COOH + HI

Jika kondisi reaksi diatas diatur sedemikian rupa, proses tersebut juga dapat menghasilkan anhidrida asetat sebagai hasil tambahan. Karbonilasi metanol sejak lama merupakan metode paling menjanjikan dalam produksi asam asetat karena baik metanol maupun karbon monoksida merupakan bahan mentah komoditi. Henry Dreyfus mengembangkan cikal bakal pabrik karbonilasi metanol pada perusahaan Celanese di tahun 1925.[10] Namun, kurangnya bahanbahan praktis yang dapat diisi bahan-bahan korosif dari reaksi ini pada tekanan yang dibutuhkan yaitu 200 atm menyebabkan metoda ini ditinggalkan untuk tujuan komersial. Baru pada 1963 pabrik komersial pertama yang menggunakan karbonilasi metanol didirikan oleh perusahaan kimia Jerman, BASF dengan katalis kobalt (Co). Pada 1968, ditemukan katalis kompleks Rhodium, cis[Rh(CO)2I2] yang dapat beroperasi dengan optimal pada tekanan rendah tanpa produk sampingan. Pabrik pertama yang menggunakan katalis tersebut adalah perusahan kimia AS Monsanto pada 1970, dan metode karbonilasi metanol berkatalis Rhodium dinamakan proses Monsanto dan menjadi metode produksi asam asetat paling dominan. Pada akhir 1990'an, perusahan petrokimia British Petroleum mengkomersialisasi katalis Cativa ([Ir(CO)2I2]) yang didukung oleh ruthenium. Proses berbasis iridium ini lebih efisien dan lebih "hijau" dari metode sebelumnya[11], sehingga menggantikan proses Monsanto.

[sunting] Oksidasi asetaldehidaSebelum komersialisasi proses Monsanto, kebanyakan asam asetat diproduksi melalui oksidasi asetaldehida. Sekarang oksidasi asetaldehida merupakan metoda produksi asam asetat kedua terpenting, sekalipun tidak kompetitif bila dibandingkan dengan metode karbonilasi metanol. Asetaldehida yang digunakan dihasilkan melalui oksidasi butana atau nafta ringan, atau hidrasi dari etilena. Saat butena atau nafta ringan dipanaskan bersama udara disertai dengan beberapa ion logam, termasuk ion mangan, kobalt dan kromium, terbentuk peroksida yang selanjutnya terurai menjadi asam asetat sesuai dengan persamaan reaksi dibawah ini. 2 C4H10 + 5 O2 4 CH3COOH + 2 H2O Umumnya reaksi ini dijalankan pada temperatur dan tekanan sedemikian rupa sehingga tercapai suhu setinggi mungkin namut butana masih berwujud cair. Kondisi reaksi pada umumnya sekitar 150 C and 55 atm. Produk sampingan seperti butanon, etil asetat, asam format dan asam propionat juga mungkin terbentuk. Produk sampingan ini juga bernilai komersial dan jika diinginkan kondisi reaksi dapat diubah untuk menghasilkan lebih banyak produk samping, namun pemisahannya dari asam asetat menjadi kendala karena membutuhkan biaya lebih banyak lagi. Melalui kondisi dan katalis yang sama asetaldehida dapat dioksidasi oleh oksigen udara menghasilkan asam asetat. 2 CH3CHO + O2 2 CH3COOH Dengan menggunakan katalis modern, reaksi ini dapat memiliki rasio hasil (yield) lebih besar dari 95%. Produk samping utamanya adalah etil asetat, asam format dan formaldehida, semuanya memiliki titik didih yang lebih rendah daripada asam asetat sehingga dapat dipisahkan dengan mudah melalui distilasi.

[sunting] Penggunaan

Botol berisi 2,5 liter asam asetat di laboratorium Asam asetat digunakan sebagai pereaksi kimia untuk menghasilkan berbagai senyawa kimia. Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan sebagai bahan untuk memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM). Selain itu asam asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga ester. Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil.

[sunting] KeamananAsam asetat pekat bersifat korosif dan karena itu harus digunakan dengan penuh hati-hati. Asam asetat dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan mata permanen, serta iritasi pada membran mukosa. Luka bakar atau lepuhan bisa jadi tidak terlihat hingga beberapa jam setelah kontak. Sarung tangan latex tidak melindungi dari asam asetat, sehingga dalam menangani senyawa ini perlu digunakan sarung tangan berbahan karet nitril. Asam asetat pekat juga dapat terbakar di laboratorium, namun dengan sulit. Ia menjadi mudah terbakar jika suhu ruang melebihi 39 C (102 F), dan dapat membentuk campuran yang mudah meledak di udara (ambang ledakan: 5.4%-16%).

Asam asetat adalah senyawa korosif Konsentrasi Molaritas Klasifikasi Frase-R berdasar berat 10%25% 1.674.16 mol/L Iritan (Xi) R36/38 25%90% 4.1614.99 mol/L Korosif (C) R34

>90%

>14.99 mol/L

Korosif (C) R10, R35

Larutan asam asetat dengan konsentrasi lebih dari 25% harus ditangani di sungkup asap (fume hood) karena uapnya yang korosif dan berbau. Asam asetat encer, seperti pada cuka, tidak berbahaya. Namun konsumsi asam asetat yang lebih pekat adalah berbahaya bagi manusia maupun hewan. Hal itu dapat menyebabkan kerusakan pada sistem pencernaan, dan perubahan yang mematikan pada keasaman darah.Asam lemak (bahasa Inggris: fatty acid, fatty acyls) adalah senyawa alifatik dengan gugus karboksil. Bersama-sama dengan gliserol, merupakan penyusun utama minyak nabati atau lemak dan merupakan bahan baku untuk semua lipida pada makhluk hidup. Asam ini mudah dijumpai dalam minyak masak (goreng), margarin, atau lemak hewan dan menentukan nilai gizinya. Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang terhidrolisis) maupun terikat sebagai gliserida.

Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat dengan rumus kimia RCOOH or R-CO2H. Contoh yang cukup sederhana misalnya adalah H-COOH yang adalah asam format, H3C-COOH yang adalah asam asetat, H5C2-COOH yang adalah asam propionat, H7C3COOH yang adalah asam butirat dan seterusnya mengikuti gugus alkil yang mempunyai ikatan valensi tunggal, sehingga membentuk rumus bangun alkana. Karena berguna dalam mengenal ciri-cirinya, asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atomatom karbon penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu ikatan ganda di antara atom-atom karbon penyusunnya. Asam lemak merupakan asam lemah, dan dalam air terdisosiasi sebagian. Umumnya berfase cair atau padat pada suhu ruang (27 Celsius). Semakin panjang rantai C penyusunnya, semakin mudah membeku dan juga semakin sukar larut. Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) daripada asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh mudah bereaksi dengan oksigen (mudah teroksidasi). Karena itu, dikenal istilah bilangan oksidasi bagi asam lemak. Keberadaan ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh menjadikannya memiliki dua bentuk: cis dan trans. Semua asam lemak nabati alami hanya memiliki bentuk cis (dilambangkan dengan "Z", singkatan dari bahasa Jerman zusammen). Asam lemak bentuk trans (trans fatty acid, dilambangkan dengan "E", singkatan dari bahasa Jerman entgegen) hanya diproduksi oleh sisa metabolisme hewan atau dibuat secara sintetis. Akibat polarisasi atom H, asam lemak cis memiliki rantai yang melengkung. Asam lemak trans karena atom H-nya berseberangan tidak mengalami efek polarisasi yang kuat dan rantainya tetap relatif lurus. Ketengikan (Ingg. rancidity) terjadi karena asam lemak pada suhu ruang dirombak akibat hidrolisis atau oksidasi menjadi hidrokarbon, alkanal, atau keton, serta sedikit epoksi dan alkohol (alkanol). Bau yang kurang sedap muncul akibat campuran dari berbagai produk ini.

[sunting] Aturan penamaanBeberapa aturan penamaan dan simbol telah dibuat untuk menunjukkan karakteristik suatu asam lemak. Nama sistematik dibuat untuk menunjukkan banyaknya atom C yang menyusunnya (lihat asam alkanoat). Angka di depan nama menunjukkan posisi ikatan ganda setelah atom pada posisi tersebut. Contoh: asam 9-dekanoat, adalah asam dengan 10 atom C dan satu ikatan ganda setelah atom C ke-9 dari pangkal (gugus karboksil). Nama lebih lengkap diberikan dengan memberi tanda delta () di depan bilangan posisi ikatan ganda. Contoh: asam 9-dekanoat. Simbol C diikuti angka menunjukkan banyaknya atom C yang menyusunnya; angka di belakang titikdua menunjukkan banyaknya ikatan ganda di antara rantai C-nya). Contoh: C18:1, berarti asam lemak berantai C sebanyak 18 dengan satu ikatan ganda. Lambang omega () menunjukkan posisi ikatan ganda dihitung dari ujung (atom C gugus metil).

[sunting] Beberapa asam lemakBerdasarkan panjang rantai atom karbon (C), berikut sejumlah asam lemak alami (bukan sintetis) yang dikenal. Nama yang disebut lebih dahulu adalah nama sistematik dari IUPAC dan diikuti dengan nama trivialnya.

Asam oktanoat (C8:0), asam kaprilat. Asam dekanoat (C10:0), asam kaprat. Asam dodekanoat (C12:0), asam laurat. Asam 9-dodekenoat (C12:1), asam lauroleinat, -3. Asam tetradekanoat (C14:0), asam miristat. Asam 9-tetradekenoat (C14:1), asam miristoleinat, -5. Asam heksadekanoat (C16:0), asam palmitat. Asam 9-heksadekenoat (C16:1), asam palmitoleinat, -7. Asam oktadekanoat (C18:0), asam stearat. Asam 6-oktadekenoat (C18:1), asam petroselat, -12. Asam 9-oktadekenoat (C18:1), asam oleat, -9. Asam 9-hidroksioktadekenoat (C18:1), asam ricinoleat, -9, OH-7. Asam 9,12-oktadekadienoat (C18:2), asam linoleat, -6, -9. Asam 9,12,15-oktadekatrienoat (C18:3), asam -linolenat, -3, -6, -9. Asam 6,9,12-oktadekatrienoat (C18:3), asam -linolenat, -6, -9, -12. Asam 8,10,12-oktadekatrienoat (C18:3), asam kalendulat, -6, -8, -10. Asam 9,11,13-oktadekatrienoat (C18:3), asam -elaeostearat, -7, -9, -11. Asam 9,11,13,15-oktadekatetraenoat (C18:4), asam -parinarat, -3, -5, -7, -9. Asam eikosanoat (C20:0), asam arakidat. Asam 5,8,11,14-eikosatetraenoat (C20:4), asam arakidonat, -6, -9, -12, -15. Asam 9-eikosenoat (C20:1), asam gadoleinat, -11. Asam 11-eikosenoat (C20:1), asam eikosenat, -9. Asam dokosanoat (C22:0), asam behenat. Asam 13-dokosenoat (C22:1), asam erukat, -9.

Asam tetrakosanoat (C24:0), asam lignoserat. Asam 15-tetrakosenoat (C24:1), asam nervonat, -9. Asam heksakosanoat (C26:0), asam cerotat.

[sunting] Biosintesis asam lemakPada daun hijau tumbuhan, asam lemak diproduksi di kloroplas. Pada bagian lain tumbuhan dan pada sel hewan (dan manusia), asam lemak dibuat di sitosol. Proses esterifikasi (pengikatan menjadi lipida) umumnya terjadi pada sitoplasma, dan minyak (atau lemak) disimpan pada oleosom. Banyak spesies tanaman menyimpan lemak pada bijinya (biasanya pada bagian kotiledon) yang ditransfer dari daun dan organ berkloroplas lain. Beberapa tanaman penghasil lemak terpenting adalah kedelai, kapas, kacang tanah, jarak, raps/kanola, kelapa, kelapa sawit, jagung dan zaitun. Proses biokimia sintesis asam lemak pada hewan dan tumbuhan relatif sama. Berbeda dengan tumbuhan, yang mampu membuat sendiri kebutuhan asam lemaknya, hewan kadang kala tidak mampu memproduksi atau mencukupi kebutuhan asam lemak tertentu. Asam lemak yang harus dipasok dari luar ini dikenal sebagai asam lemak esensial karena organisme yang memerlukan tidak memiliki cukup enzim untuk membentuknya. Biosintesis asam lemak alami merupakan cabang dari daur Calvin, yang memproduksi glukosa dan asetil-KoA. Proses berikut ini terjadi pada daun hijau tumbuh-tumbuhan dan memiliki sejumlah variasi. Kompleks-enzim asilsintase III (KAS-III) memadukan malonil-ACP (3C) dan asetil-KoA (2C) menjadi butiril-ACP (4C) melalui empat tahap (kondensasi, reduksi, dehidrasi, reduksi) yang masing-masing memiliki enzim tersendiri. Pemanjangan selanjutnya dilakukan secara bertahap, 2C setiap tahapnya, menggunakan malonilKoA, oleh KAS-I atau KAS-IV. KAS-I melakukan pemanjangan hingga 16C, sementara KASIV hanya mencapai 10C. Mulai dari 8C, di setiap tahap pemanjangan gugus ACP dapat dilepas oleh enzim tioesterase untuk menghasilkan asam lemak jenuh bebas dan ACP. Asam lemak bebas ini kemudian dikeluarkan dari kloroplas untuk diproses lebih lanjut di sitoplasma, yang dapat berupa pembentukan ikatan ganda atau esterifikasi dengan gliserol menjadi trigliserida (minyak atau lemak). Pemanjangan lebih lanjut hanya terjadi bila terdapat KAS-II di kloroplas, yang memanjangkan palmitil-ACP (16C) menjadi stearil-ACP (18C). Enzim 9-desaturase kemudian membentuk ikatan ganda, menghasilkan oleil-ACP. Enzim tioesterase lalu melepas gugus ACP dari oleat. Selanjutnya, oleat keluar dari kloroplas untuk mengalami perpanjangan lebih lanjut.

[sunting] Nilai gizi

Asam lemak mengandung energi tinggi (menghasilkan banyak ATP). Karena itu kebutuhan lemak dalam pangan diperlukan. Diet rendah lemak dilakukan untuk menurunkan asupan energi dari makanan. Asam lemak tak jenuh dianggap bernilai gizi lebih baik karena lebih reaktif dan merupakan antioksidan di dalam tubuh. Posisi ikatan ganda juga menentukan daya reaksinya. Semakin dekat dengan ujung, ikatan ganda semakin mudah bereaksi. Karena itu, asam lemak Omega-3 dan Omega-6 (asam lemak esensial) lebih bernilai gizi dibandingkan dengan asam lemak lainnya. Beberapa minyak nabati (misalnya -linolenat) dan minyak ikan laut banyak mengandung asam lemak esensial (lihat macammacam asam lemak). Karena mudah terhidrolisis dan teroksidasi pada suhu ruang, asam lemak yang dibiarkan terlalu lama akan turun nilai gizinya. Pengawetan dapat dilakukan dengan menyimpannya pada suhu sejuk dan kering, serta menghindarkannya dari kontak langsung dengan udara. Hexanoic acid (caproic acid), is the carboxylic acid derived from hexane with the general formula C5H11COOH. It is a colorless oily liquid with an odor that is fatty, cheesy, waxy, and like that of goats[1] or other barnyard animals. It is a fatty acid found naturally in various animal fats and oils, and is one of the chemicals that give the decomposing fleshy seed coat of the ginkgo its characteristic unpleasant odor.[3] The primary use of hexanoic acid is in the manufacture of its esters for artificial flavors, and in the manufacture of hexyl derivatives such as hexylphenols.[1] The salts and esters of this acid are known as hexanoates or caproates. Two other acids are named after goats: caprylic (C8) and capric (C10). Along with hexanoic acid, these total 15% in goat milk fat. Caproic, caprylic, and capric acids (capric is a crystal- or wax-like substance, whereas the other 2 are mobile liquids) are not only used for the formation of esters but also commonly used "neat" in: butter, milk, cream, strawberry, bread, beer, nut, and other flavors.

[edit] References1. ^ a b c d e f The Merck Index: An Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and Biologicals (11th ed.), Merck, 1989, ISBN 091191028X 2. ^ a b Record in the GESTIS Substance Database from the IFA 3. ^ Ginkgo.html [hide]

v t

e

Lipids: fatty acidsVFA: Acetic (C2) Propionic (C3) Butyric (C4) Valeric (C5) Caproic (C6) Enanthic (C7) Caprylic (C8) Pelargonic (C9) Capric (C10) Undecylic (C11) Lauric (C12) Tridecylic (C13) Myristic (C14) Pentadecanoic (C15) Palmitic (C16) Margaric (C17) Stearic (C18) Saturated Nonadecylic (C19) Arachidic (C20) Heneicosylic (C21) Behenic (C22) Tricosylic (C23) Lignoceric (C24) Pentacosylic (C25) Cerotic (C26) Heptacosylic (C27) Montanic (C28) Nonacosylic (C29) Melissic (C30) Hentriacontylic (C31) Lacceroic (C32) Psyllic (C33) Geddic (C34) Ceroplastic (C35) Hexatriacontylic (C36) n3 -Linolenic Stearidonic Eicosapentaenoic Docosahexaenoic Unsaturated n6 Linoleic -Linolenic Dihomo--linolenic Arachidonic Unsaturated n9 Oleic Elaidic Eicosenoic Erucic Nervonic Mead Unsaturatedbiochemical families: proteins (amino acids/intermediates) nucleic acids (constituents/intermediates) carbohydrates (glycoproteins, alcohols, glycosides) lipids (fatty acids/intermediates, phospholipids, steroids, sphingolipids, eicosanoids) tetrapyrroles/intermediates

Caprylic acid is the common name for the eight-carbon saturated fatty acid known by the systematic name octanoic acid. It is found naturally in the milk of various mammals, and it is a minor constituent of coconut oil and palm kernel oil.[3] It is an oily liquid that is minimally soluble in water with a slightly unpleasant rancid-like smell and taste.[1] Two other acids are named after goats: caproic (C6) and capric (C10). Along with caprylic acid these total 15% in goat milk fat.

[edit] UsesCaprylic acid is used commercially in the production of esters used in perfumery and also in the manufacture of dyes. Caprylic acid is also used in the treatment of some bacterial infections. Due to its relatively short chain length it has no difficulty in penetrating fatty cell wall membranes, hence its effectiveness in combating certain lipid-coated bacteria, such as Staphylococcus aureus and various species of Streptococcus.[4]

Caprylic acid is an antimicrobial pesticide used as a food contact surface sanitizer in commercial food handling establishments on dairy equipment, food processing equipment, breweries, wineries, and beverage processing plants. It is also used as disinfectant in health care facilities, schools/colleges, animal care/veterinary facilities, industrial facilities, office buildings, recreational facilities, retail and wholesale establishments, livestock premises, restaurants, and hotels/motels. In addition, caprylic acid is used as an algaecide, bactericide, and fungicide in nurseries, greenhouses, garden centers, and interiorscapes on ornamentals. Products containing caprylic acid are formulated as soluble concentrate/liquids and ready-to-use liquids.[5] Caprylic acid must be covalently linked to the serine residue at the 3-position of ghrelin, specifically, it must acylate the -OH group, for ghrelin to have its hunger-stimulating action on the feeding centers of the hypothalamus, though other fatty acids may have similar effects.[clarification needed] The octanoic acid breath test is used to measure gastric emptying. 2-Ethylhexanoic acid is the organic compound with the formula CH3(CH2)3CH(C2H5)CO2H. This carboxylic acid is widely used to prepare metal derivatives that are soluble in nonpolar organic solvents. These lipophilic metal-containing derivatives are used as catalysts in polymerizations. For example, tin 2-ethylhexanoate is used in the production of poly(lactic-coglycolic acid). The high solubility of these metal complexes is attributable to the long hydrocarbon chain and the presence of a chiral center which leads to mixtures of diastereoisomeric complexes. These metal complexes are often described as salts, when in fact they are not ionic but charge-neutral coordination complexes akin to the better defined, more crystalline acetates.

[edit] Examples of metal ethylhexanoates

Hydroxyl aluminium bis(2-ethylhexanoate), used as a thickener Tin(II) ethylhexanoate (CAS# 301-10-0), a catalyst for polylactide polymerization Cobalt(II) ethylhexanoate (CAS# 136-52-7), a drier for alkyd resins Nickel(II) ethylhexanoate (CAS# 4454-16-4)

[edit] Health aspectsSome studies showed now subchronic oral toxicity.[2] but as a study indicated the teratogenicity of the compound the sources for exposure were evaluated.[3] One major source are the metal derivatives of 2-ethylhexanoic acid, which are widely used as stabilizers for polyvinyl chloride PVC. The other source is the metabolism of bis(2-ethylhexyl) phthalate (DEHP) the two ester bonds are hydrolysed and the resulting 2-ethylhexanol is oxidized in the organism to 2ethylhexanoic acid. The elevated levels of the compound even in glass jars was due to the diffusion of the compound from the PVC cap into the food. [4]

Ethyl butyrate, also known as ethyl butanoate, or butyric ether, is an ester with the chemical formula CH3CH2CH2COOCH2CH3. It is soluble in propylene glycol, paraffin oil, and kerosene. It has a fruity odor, similar to pineapple.[1]

Contents[hide]

1 Uses 2 Production 3 See also 4 References 5 External links

[edit] UsesIt is commonly used as artificial flavoring such as pineapple flavoring in alcoholic beverages (e.g. martinis, daiquiris etc), as a solvent in perfumery products, and as a plasticizer for cellulose. In addition, ethyl butyrate is often also added to orange juice, as most associate its odor with that of fresh orange juice. Ethyl butyrate is one of the most common chemicals used in flavors and fragrances. It can be used in a variety of flavors: orange (most common), cherry, pineapple, mango, guava, bubblegum, peach, apricot, fig, and plum. In industrial use, it is also one of the cheapest chemicals, which only adds to its popularity.

[edit] ProductionIt can be synthesized by reacting ethanol and butyric acid. This is a condensation reaction, meaning water is produced in the reaction as a byproduct.

[edit] See alsoUntuk kegunaan lain dari Ester, lihat Ester (disambiguasi).

Formula umum ester karboksilat

Dalam kimia, ester adalah suatu senyawa organik yang terbentuk melalui penggantian satu (atau lebih) atom hidrogen pada gugus hidroksil dengan suatu gugus organik (biasa dilambangkan dengan R'). Asam oksigen adalah suatu asam yang molekulnya memiliki gugus -OH yang hidrogennya (H) dapat menjadi ion H+.

[sunting] Senyawa-senyawa esterBanyak ester memiliki bau seperti bau buah-buahan, sehingga banyak senyawanya dijadikan perasa dan aroma buatan.Nama ester Alil heksanoat Struktur Bau atau terdapat di nanas

Benzil asetat

pir, stroberi, melati

Bornil asetat

pine

Butil butirat

nanas

Etil asetat

penghilang cat kuku, cat pada mainan, lem

Etil butirat

pisang, nanas, stroberi

Etil heksanoat Etil sinamat Etil format Etil heptanoat Etil isovalerat

nanas kulit manis lemon, rum, stroberi aprikot, ceri, anggur, raspberi apel

Etil laktat

mentega, krim

Etil nonanoat Etil pentanoat Geranil asetat Geranil butirat Geranil pentanoat Isobutil asetat

anggur apel Pelargonium ceri apel ceri, raspberi, stroberi

Isobutil format Isoamil asetat

raspberi pir, pisang

Isopropil asetat

fruity

Linalil asetat

lavender, sage

Linalil butirat

persik

Linalil format

apel, persik

Metil asetat

lem

Metil antranilat

anggur, melati

Metil benzoat

fruity, ylang ylang, feijoa

Metil butirat (metil butanoat) Metil sinamat Methyl pentanoat (metil valerat) Metil fenilasetat

nanas, apel, stroberi strawberry bunga madu

Metil salisilat

root beer, wintergreen, Germolene dan Ralgex ointments

Nonil kaprilat Oktil asetat Oktil butirat Amil asetat (pentil asetat) Pentil butirat (amil butirat) Pentil heksanoat (amil kaproat) Pentil pentanoat (amil valerat)

jeruk jeruk parsnip apel, pisang aprikot, pir, nanas apel, nanas apel

Propil asetat Propil heksanoat Propil isobutirat

pir blackberry, nanas, keju, wine rum

Terpenil butirat

ceri

Asetaldehida, atau menurut nama sistematisnya etanal, adalah sebuah senyawa organik dari kelompok aldehida, dengan rumus kimia CH3CHO atau MeCHO. Senyawa ini merupakan cairan mudah terbakar dengan bau buah-buahan. Asetaldehida terdapat dalam buah-buahan dan kopi yang sudah matang, dan roti segar. Senyawa ini dihasilkan oleh tumbuhan dalam metabolisme normalnya. Asetaldehida juga merupakan zat antara dalam produksi asam asetat, beberapa ester, dan zat-zat kimia lainnya.

Asetaldehid merupakan senyawa organik yang terdiri dari satu gugus alkil dan sekurangnya satu atom hidrogen yang terikat pada karbon karbonilnya. Aldehida lazim terdapat dalam sistem makhluk hidup. Aldehida memiliki bau yang khas yang dapat membedakannya dengan keton. Umumnya aldehida berbau merangsang dan keton berbau harum. Salah satu aldehid yang penting adalah asetaldehid. Asetaldehid memiliki titik didih sekitar temperatur kamar (20oC), juga lebih mudah untuk disimpan atau diangkut dalam bentuk trimer atau tetramer siklik. Asetaldehid digunakan sebagai zat antara dalam sintesis asam asetat, anhidrida asetat dan senyawa-senyawa lain dalam industri. Sintesa aldehid dapat dilakukan beberapa metode, yakni oksidasi alkohol primer dengan KMnO4 + H2O atau K2Cr2O7 + H2O, reduksi asilhalida dengan H2 yang dikenal reaksi Rosenmund, suling kering garam alkanoat dengan garam formiat, adisi CO dan H2 pada alkena, dan cara khusus dengan

hidrasi katalitik dari asetilena. Dalam percoban kali ini, dilakukan pembuatan asetaldehid dari oksidasi alkohol primer (etanol) dengan larutan K2Cr2O7 dalam suasana asam menggunakan metode destilasi. Dimana destilat yang dihasilkan akan direaksikan dengan Fehling A dan Fehling B untuk membuktikan adanya aldehid dalam destilat. Untuk mengetahui lebih lanjut proses pembuatan asetaldehid dengan cara oksidasi dan memahami sifat kimia dari asetaldehid, maka dilakukan percobaan ini. Prinsip percobaan ini adalah pembuatan asetaldehida dengan cara mengoksidasi etanol dengan menggunakan zat pengoksid K2Cr2O7 yang dilakukan dalam suasana asam, dalam hal ini etanol mengalami reaksi oksidasi dan K2Cr2O7 mengalami reduksi. Pembuatan asetaldehid dilakukan dengan metode destilasi biasa pada suhu 60-80oC selama 3 jam sehingga diperoleh destilat berupa asetaldehid, yang kemudian diuji dengan Fehling A dan B, uji positif menandakan adanya asetaldehid ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata Cu2O, dan di uji dengan uji Tollens, uji positif menandakan adanya asetaldehid ditandai dengan terbentuknya cermin perak. KAJIAN TEORI Aldehid merupakan sekian banyak kelompok senyawa organik yang mengandung gugus karbonil. Aldehida mempunyai sekurangnya satu atom hidrogen yang terikat pada karbon karboninya. Gugus lain dalam suatu aldehida (R dalam rumus di bawah ini) dapat berupa alkil, aril atau H. Aldehid lazim terdapat dalam sistem makhluk hidup. Gula ribosa dan hormon betina progesteron merupakan contoh aldehid yang penting secara biologis. Banyak aldehid

mempunyai bau yang khas yang membedakannya umumnya aldehid berbau merangsang. Misalnya, transinamaldehida adalah komponen utama minyak kayu manis dan enentiomerenantiomer karbon yang menimbulkan bau jintan dan tumbuhan permen. Dalam sistem IUPAC, nama suatu aldehida diturunkan dari nama alkana induknya dengan mengubah huruf akhir a menjadi al. tak diperlukan nomor; gugus CHO selalu memiliki nomor 1 untuk karbonnya. Aldehid lazim, nama trivialnya untuk digunakan cara luas. Aldehid diberi nama menurut nama asam karboksilat induknya dengan mengubah akhiran asam oat atau asam at menjadi akhiran aldehida. Asam karboksilat Aldehida Asam formiat Formaldehid Asam asetat Asetaldehid Asam propionat Propionaldehid Asam butirat Butiraldehid Asam benzoat Benzaldehid Salah satu aldehid penting, asetaldehida dengan titik didih sekitar temperatur kamar (20oC), juga lebih mudah untuk disimpan atau diangkut dalam bentuk trimer atau tetramer siklik. Asetaldehida digunakan sebagai zat antara dalam sintesis asam asetat, anhidrida asetat dan senyawa-senyawa lain dalam industri. (Ralp J. Fessenden dan Joan S. Fessenden, 1982) Aldehida mudah direduksi masing-masing menjadi alkohol primer dan sekunder. Reduksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, umumnya dengan hidrida logam. Hidrida logam yang paling sering digunakan untuk mereduksi

senyawa karbonil ialah lithium alumina hidrida (LiAlH4) dan natrium borohidrida (NaBH4). Ikatan logam-hidrida terpolarisasi, dengan muatan pada logam positif dn muatan pada hidrogen negatif. Dengan demikian, reaksinya melibatkan serangan nukleofilik tak reversibel dari hidrida (H-) pada karbon karbonil. Produk awalnya ialah aluminium alkoksida, yang selanjutnya terhidrolisis oleh air dan asam menghasilkan alkohol. Hasil akhirnya ialah adisi hidrogen pada ikatan rangkap karbon-oksigen. Karena ikatan rangkap karbon-karbon tidak mudah diserang oleh nukleofilik, hidrida logam dapat digunakan untuk mereduksi ikatan rangkap karbon-oksigen menjadi alkohol padanannya tanpa mereduksi ikatan rangkap karbon-karbon yang terdapat pada senyawa yang sama. Aldehid jauh lebih mudah dioksidasi dari keton. Oksidasi aldehida menghasilkan asam dengan jumlah atom karbon yang sama. Karena reaksi ini terjadi dengan mudah, banyak zat pengoksidasi seperti KMnO4, CrO3, Ag2O dan perasam dapat digunaka. Ion perak sebagai pengoksidasi memang mahal tetapi dapat secara selektif mengoksidasi aldehida menjadi asam karboksilat meskipun dengan kehadiran alkena. Uji laboratorium yang membedakan aldehida dari keton didasarkan pada perbedaan kemudahannya dioksidasi. Pada uji cermin perak Tollens, ion kompleks perak-amonia direduksi oleh aldehida (tetapi tidak oleh keton) menjadi perak logam. Jika bejana kaca tempat melakukan uji benar-benar bersih, perak pengendap sabagai cermin pada permukaan kaca. Reaksi ini juga dilakukan pada kaca perak, dengan menggunakan aldehida yang murah, yaitu formaldehida. Aldehida begitu mudahnya dioksidasi sehingga sampel yang

disimpan biasanya mengandung sedikit asamnya. Kontaminasi ini disebabkan oleh oksidasi udara RCHO + O2 2 RCO2H (Harold Hart, 1983). Destilasi adalah metode pemisahan zat-zat cair dari campurannya berdasarkan perbedaan titik didih. Pada proses destilasi sederhana, suatu campuran dapat dipisahkan apabila zat-zat penyusunnya mempunyai perbedaan .titik didih cukup tinggi. Misalnya untuk memisahkan natrium klorida dan air dari larutan garam NaCl, maka pelarut yang mempunyai titik didih rendah dalam hal ini air diuapkan kemudian diembunkan (dikondensasikan) kembali untuk mendapatkan air murni (aquades). Apabila proses ini dilanjutkan, maka semua air akan habis menguap dan terkondensasi sehingga yang tertinggal hanya padatan zat terlarut natrium klorida. Pada pemisahan campuran dari dua cairan yang menguap atau titik didihnya berdekatan lebih banyak persoalannya, sehingga tidak dapat dilakukan dengan destilasi biasa. Suatu cara yang sering digunakan untuk memperoleh hasil yang lebih baik disebut destilasi bertingkat, yaitu proses dalam mana komponen-komponennya secara bertingkat diuapkan dan diembunkan. Dalam proses ini campuran didihkan pada kisaran suhu tertentu pada tekanan tetap. Uap yang dilepaskan dari dalam cairan tidak murni berasal dari salah satu komponen tetapi masih mengandung komponen dengan komposisi yang biasanya berbeda dengan komposisi cairan yang mendidih. Kenyataan umum yang diperoleh adalah bahwa uap lebih banyak

mengandung komponen yang mudah menguap (atsiri). Bila sebagian cairan yang telah didihkan uapnya diembunkan, maka campuran akan terbagi manjadi dua bagian. Bagian pertama terdiri dari uap yang terembunkan disebut destilat, dan yang mengandung lebih banyak komponen yang atsiri dibandingkan cairan aslinya. Bagian kedua adalah cairan yang tertinggal disebut residu, yang susunannya lebih banyak komponen yang sukar menguap. Bila destilat yang mula-mula diperoleh dipanaskan lagi sampai mendidih, maka uap yang baru akan lebih banyak lagi komponen yang lebih atsiri. Hal ini dapat diulangi lagi beberapa kali sampai akhirnya diperoleh salah satu komponen murni yang mudah menguap. Destilasi bertingkat dengan proses bertahap (batch) seperti dilakukan diatas agak merepotkan. Pemisahan yang lebih efisien dapat dicapai melalui proses sinambung (kontinyu) yang dapat dilakukan dengan cara cepat dalam suatu kolom fraksionasi. Dalam kolom ini uap diembunkan dan tersuling ulang beberapa kali sebelum meninggalkan kolom sampai akhirnya diperoleh destilat yang murni. Destilasi bertingkat dengan cara ini banyak dipakai dalam industri, misalnya untuk memisahkan minyak mentah ke dalam berbagai komponennya, termasuk bensin, minyak tanah, minyak pelumas dan parafin. Pada pemisahan campuran yang membentuk larutan non ideal dapat menujukkan prilaku yang lebih rumit. Campuran tersebut tidak dapat dipisahkan secara menyeluruh kedalam komponen-komponennya, karena bila didihkan campuran akan mendidih dengan konstan. Campuran semacam ini disebut azeotrop, yaitu campuran yang mendidih pada suhu konstan dan dengan komposisi yang konstan. Campuran HCl dan air adalah contoh larutan non ideal yang menunjukkan deviasi negatif besar.

Campuran ini memiliki titik didih maksimum yang konstan pada 1 atm dan suhu 108,5oC, dengan komposisi 20,22% HCl. Campuran lain yang mempunyai titik didih konstan adalah etil alkohol dan air. Campuran ini menunjukkan deviasi positif besar dari sifat ideal, sehingga mendidih dengan titik didih minimum 72,8oC pada 1 atm dengan komposisi 95,6% etil alkohol. Untuk mengetahui hubungan antara titik didih dan komposisi uap dapat dibuat diagram titik didih. (Estien Yazid, 2005) PROSEDUR

Pembuatan Asetaldehid

- Dimasukkan 5 gr K2Cr2O7 yang telah dilarutkan dengan 100 ml aquadest kedalam labu destilasi. - Dirangkai alat destilasi. - Dibuat campuran 25 ml etanol dengan 15 ml H2SO4 pekat kedalam beaker glass dan dihomogenkan campuran tersebut. - Dipabaskan alat selama kurang lebih 10 menit. - Dimasukkan campuran etanol-H2SO4 kedalam labu destilasi, secara perlahan-lahan. - Dipanaskan kembali alat destilasi sampai semua aldehid keluar (kira-kira 30 ml). - Dinetralkan destilat dengan larutan Na2CO3, dan dicek pHnya dengan kertas pH universal.

Uji Destilat dengan Pereaksi Fehling

- Dimasukkan destilat kedalam tabung reaksi sebanyak - Ditambah 10 tetes Fehling A. - Ditambah 10 tetes Fehling B.

- Dipanaskan larutan dan diamati. HASIL PENGAMATAN Perlakuan dan Pengamatan

Ditimbang 5 gr K2Cr2O7, ditambah dengan 100 ml aquades. Disiapkan alat destilasi. Disiapkan 25 ml etanol dan 15 ml H2SO4 pekat, kemudian dicampurkan. Dimasukkan larutan K2Cr2O7 dalam labu destilasi. Ditambahkan campuran etanol dan H2SO4 dalam labu destilasi secara perlahan-lahan. Didestilasi selama 3 jam Destilat yang didapatkan, dinetralkan dengan larutan Na2CO3. Diambil 10 ml destilat, ditambah dengan Fehling A 10 tetes dan Fehling B 10 tetes. Dipanaskan dan diamati. Larutan warna orange Larutan berwarna biru tua Destilat bening pH = 3 V Na2CO3 = 3 tetes, pH = 7 Larutan berwarna biru Terbentuk sedikit endapan coklat

KESIMPULAN - Kegunaan asetaldehid antara lain: a. Sebagai bahan baku pembuatan asam asetat. b. Sebagai bahan baku dalam anhidrida asetat dan esternya, yaitu etil asetat.

c. Aldehid aromatik sering digunakan sebagai penyedap, parfum dan lain sebagainya. d. Sebagai bahan untuk kareat atau damar buatan dan zat warna. - Sifat kimia asetaldehid yaitu: larut dalam air, lebih reaktif daripada keton, dapat dideteksi dengan uji Tollens, Benedict dan fehling, dan dapat bersifat sebagai pereduksi. Sedangkan sifat fisis asetaldehid yaitu: merupakan cairan yang baunya sangat enak, mudah menguap dan titik didihnya 20,2oC. Pembuatan asetaldehid dilakukan dari oksidasi alkohol primer yakni etanol dengan larutan K2Cr2O7 dalam suasana asam dengan menggunakan metode destilasi yang didasarkan pada perbedaan titik didih masing-masing larutannya. DAFTAR PUSTAKA Fessenden R. J dan J. S Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Hart, Harold. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga. Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi.Benzaldehida (C6H5CHO) adalah sebuah senyawa kimia yang terdiri dari cincin benzena dengan sebuah substituen aldehida. Ia merupakan aldehida aromatik yang paling sederhana. Pada suhu kamar, ia berupa cairan tidak berwarna dengan aroma seperti badam (almond). Ia merupakan komponen utama pada ekstrak kacang almond, dan dapat diekstraksi dari beberapa sumber alami seperti aprikot, ceri, dan biji persik. Pada saat ini, benzaldehida pada umumnya dibuat dari toluena menggunakan berbagai macam proses yang berbeda. sifat fisis: Penampilan : cairan tidak berwarna Densitas :1,0415 g/ml, cair Titik leleh: 26 C Titik didih : 178,1 C Kelarutan dalam air ; sedikit larut (0,6 wt pada 20 C) Viskositas : 1,4 cP pada 25 C