penerapan perkembangan kognitif berdasarkan teori piagetdalam pembelajaran matematika

23
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Munari [1] menyatakan Jean Piaget adalah seorang epistemolog dan psikolog berkebangsaan Swiss yang tertarik kepada dunia pendidikan karena merasa tidak puas dengan teori para ahli pendidikan yang sudah ada. Sebagai seorang epistomolog, Piaget mempelajari pola berpikir anak yang akhirnya bisa diketahui bagaimana pengetahuan seseorang bisa diperoleh. Metode dan prinsip yang dikemukakan Piaget tentang proses belajar ternyata banyak diakui oleh ahli- ahli pendidikan dari berbagai negara. Berdasarkan pengalamannya sejak masa kanak-kanak, Piaget berkesimpulan bahwa setiap makhluk hidup memang perlu beradaptasi dengan lingkungannya untuk dapat melestarikan kehidupannya. Manusia adalah makhluk hidup, maka manusia juga harus beradaptasi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal ini, Piaget beranggapan bahwa perkembangan pemikiran manusia mirip dengan perkembangan biologis, yaitu perlu beradaptasi dengan lingkungannya. Piaget sendiri menyatakan bahwa teori pengetahuannya adalah teori adaptasi pikiran ke dalam suatu realitas, seperti organisme yang beradaptasi dengan lingkungannya. Piaget mengembangkan teori perkembangan kognitif yang cukup dominan selama beberapa dekade. Dalam teorinya Piaget membahas pandangannya tentang bagaimana anak belajar. Menurut Jean Piaget, dasar dari belajar adalah aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan anak merupakan suatu proses sosial. Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial. Akibatnya lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan lingkungan fisiknya. Interaksi anak dengan orang lain memainkan peranan penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran ide-ide dengan orang lain, seorang anak yang tadinya

Upload: mobasha

Post on 27-Nov-2015

284 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penerapan Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piagetdalam Pembelajaran Matematika

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Munari [1] menyatakan Jean Piaget adalah seorang epistemolog dan

psikolog berkebangsaan Swiss yang tertarik kepada dunia pendidikan karena

merasa tidak puas dengan teori para ahli pendidikan yang sudah ada. Sebagai

seorang epistomolog, Piaget mempelajari pola berpikir anak yang akhirnya bisa

diketahui bagaimana pengetahuan seseorang bisa diperoleh. Metode dan prinsip

yang dikemukakan Piaget tentang proses belajar ternyata banyak diakui oleh ahli-

ahli pendidikan dari berbagai negara.

Berdasarkan pengalamannya sejak masa kanak-kanak, Piaget

berkesimpulan bahwa setiap makhluk hidup memang perlu beradaptasi dengan

lingkungannya untuk dapat melestarikan kehidupannya. Manusia adalah makhluk

hidup, maka manusia juga harus beradaptasi dengan lingkungannya. Berdasarkan

hal ini, Piaget beranggapan bahwa perkembangan pemikiran manusia mirip

dengan perkembangan biologis, yaitu perlu beradaptasi dengan lingkungannya.

Piaget sendiri menyatakan bahwa teori pengetahuannya adalah teori adaptasi

pikiran ke dalam suatu realitas, seperti organisme yang beradaptasi dengan

lingkungannya.

Piaget mengembangkan teori perkembangan kognitif yang cukup

dominan selama beberapa dekade. Dalam teorinya Piaget membahas

pandangannya tentang bagaimana anak belajar. Menurut Jean Piaget, dasar dari

belajar adalah aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan

lingkungan fisiknya. Pertumbuhan anak merupakan suatu proses sosial. Anak

tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi

sebagai bagian dari kelompok sosial. Akibatnya lingkungan sosialnya berada

diantara anak dengan lingkungan fisiknya. Interaksi anak dengan orang lain

memainkan peranan penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap

alam. Melalui pertukaran ide-ide dengan orang lain, seorang anak yang tadinya

Page 2: Penerapan Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piagetdalam Pembelajaran Matematika

2

memiliki pandangan subyektif terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah

pandangannya menjadi obyektif. Aktivitas mental anak terorganisasi dalam suatu

struktur kognitif yang disebut ”skema” atau pola tingkah laku.

Dengan menggunakan skema itu seseorang mengadaptasi dan

mengkoordinasi lingkungannya sehingga terbentuk skema yang baru, yaitu

melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif

yang dengannya seseorang mengintegrasikan informasi (persepsi, konsep, dsb)

atau pengalaman baru ke dalam struktur kognitif (skema) yang sudah dimiliki

seseorang. Akomodasi adalah proses restrukturisasi skema yang sudah ada

sebagai akibat adanya informasi dan pengalaman baru yang tidak dapat secara

langsung diasimilasikan pada skema tersebut.

Karya Jean Piaget pada perkembangan kognitif anak, khususnya dengan

konsep kuantitatif, telah memperoleh banyak perhatian dalam bidang pendidikan.

Salah satu kontribusi teori Piaget menyangkut tahap perkembangan kognisi anak.

Karyanya pada perkembangan anak secara kuantitatif telah memberikan wawasan

penting kepada pendidik matematika mengenai bagaimana anak mempelajari

konsep dan ide matematika. Makalah ini menjelaskan tahap perkembangan

kognitif dengan penekanan pada pentingnya mereka untuk pengembangan

matematika dan memberikan saran untuk perencanaan pembelajaran matematika .

Pendekatan dari makalah ini akan memberikan pembahasan singkat mengenai hal-

hal yang mendasari asumsi Piaget pada tahap perkembangan kognitif. Setiap tahap

akan dijelaskan dan dicirikan, lalu menyoroti tahap perkembangan yang sesuai

dengan pengajaran matematika secara teknis yang dapat membantu pendidik

memiliki dasar yang kuat dalam pengajaran matematika di kemudian hari.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yakni “Bagaimana

penerapan perkembangan kognitif berdasarkan teori Piaget dalam instruksi

matematika?”

Page 3: Penerapan Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piagetdalam Pembelajaran Matematika

3

1.3 Definisi Operasionalonal

1.3.1 Kognisi

Bjorklund [2] menyatakan kognisi adalah proses atau kemampuan

dimana pengetahuan diperoleh dan dimanipulasi. Kognisi biasanya dianggap

sebagai mental. Artinya, kognisi adalah refleksi dari pikiran. Hal ini tidak dapat

diamati secara langsung tetapi seharusnya dapat disimpulkan.

1.3.2 Perkembangan

Bjorklund [2] menyatakan perkembangan adalah perubahan dalam

struktur atau fungsi dari waktu ke waktu.

1.3.3 Perkembangan Kognitif

Menurut King dalam [3] perkembangan intelektual (atau perkembangan

kognitif) biasanya didefinisikan sebagai proses di mana individu secara aktif

mencoba untuk berfikir secara logis berdasarkan pengalamannya.

1.3.4 Perkembangan Kognitif menurut teori Piaget

Piaget mengemukakan bahwa perkembangan kemampuan kognitif

manusia terdiri atas 4 tahap dari lahir hingga dewasa, yakni: sensorimotor, pra-

operasional, operasional konkrit, dan operasional formal.

1.3.5 Instruksi Matematika

Instruksi matematika ialah perintah yang diberikan secara searah oleh

instruktur kepada peserta didik dalam pembelajaran matematika.

1.4 Asumsi Dasar dalam Masalah

Menurut Ojose [4] Piaget percaya bahwa perkembangan anak terjadi

melalui transformasi yang terus-menerus dari proses berfikir. Sebuah tahap

perkembangan berlangsung selama satu periode yang terdiri dari beberapa bulan

atau bahkan tahun ketika perkembangan itu sendiri membutuhkan proses.

Menurut Weinert dan Helmke dalam Ojose [4] meskipun siswa biasanya

dikelompokkan oleh usia secara kronologis, tingkat perkembangan mereka

mungkin memiliki perbedaan yang cukup signifikan, serta tingkat dimana anak

secara individual melewati setiap tahap perkembangannya. Menurut Papila &

Olds dalam Ojose [4] perbedaan ini mungkin tergantung pada kedewasaan,

pengalaman, budaya, dan kemampuan anak.

Page 4: Penerapan Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piagetdalam Pembelajaran Matematika

4

Menurut Berk dalam Ojose [4], Piaget percaya bahwa anak-anak

berkembang sedikit demi sedikit dan melalui tahapan-tahapan yang bervariasi

dan pengalaman mereka alami dalam suatu masa dimana hal tersebut membentuk

dasar-dasar untuk kegiatan mereka yang berikutnya. Semua orang akan melewati

suatu tahap sebelum memulai yang tahapan yang berikutnya, bahkan ada yang

melompat pada tahapan tertentu. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Ojose [4] ini

berarti bahwa anak-anak yang lebih tua, dan bahkan orang dewasa, yang belum

melewati tahapan tertentu, pada masa yang berikutnya akan memproses informasi

dengan cara yang dilakukan oleh anak-anak muda pada tahap perkembangan

yang sama.

Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek dari perkembangan

peserta didik dan tentunya berperan penting dalam dunia pendidikan karena

mempelajari perubahan dalam perkembangan intelektual siswa yang

memungkinkan pendidik untuk menentukan apakah sistem pendidikan beserta

komponen dan program-programnya dapat memenuhi kebutuhan siswa. Dalam

hal ini, teori Piaget diharapkan dapat menjadi salah satu landasan dalam instruksi

matematika yang tepat guna dan sasaran sesuai dengan perkembangan kognitif

peserta didik.

Page 5: Penerapan Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piagetdalam Pembelajaran Matematika

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Perkembangan Kognitif

2.1.1 Kognitif

Menurut Kamus Bahasa Inggris Oxford [5], kognisi diartikan sebagai “the

mental action or process of acquiring knowledge through thought, experience and

the senses” yang berarti bahwa kognisi adalah tindakan atau proses mental dalam

memperoleh pengetahuan melalui pemikiran, pengalaman, dan perasaan. Menurut

Taylor [6] kognisi adalah istilah umum yang mengacu pada semua kegiatan

mental yang melibatkan pikiran dan pemikiran kita. Berpikir itu sendiri bukanlah

proses yang sederhana, atau bahkan sebuah proses tunggal. Berpikir (atau

kognisi; merupakan dua istilah yang dapat saling dipertukarkan) adalah prosedur

kompleks yang terdiri dari banyak proses lainnya.

2.1.2 Perkembangan

Menurut Taylor [6] definisi yang paling mendasar kata perkembangan

(orontogeny) mengacu pada perubahan dalam struktur atau fungsi sepanjang

waktu. Struktur mengacu pada beberapa substrat organisme, seperti jaringan saraf,

otot, atau anggota badan, atau─dalam psikologi kognitif─pengetahuan mental

yang mendasari inteligensi. Ketika berbicara tentang perkembangan kognitif, kita

menggunakan struktur yang berarti membangun hipotesis mental, kecakapan,

atau kemampuan yang berubah seiring dengan bertambahnya usia. Sebagai

contoh, pengetahuan anak-anak tentang istilah-istilah seperti anjing, singa, zebra

dan dapat ditafsirkan sebagai hal yang membekas dalam struktur mental

(menganggapnya sebagai kamus ingatannya), dengan arti dari kata-kata ini yang

berubah dari waktu ke waktu. Atau kita bisa berhipotesis dari beberapa bentuk

ingatan yang terorganisir yang memungkinkan anak-anak untuk menempatkan

Page 6: Penerapan Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piagetdalam Pembelajaran Matematika

6

objek dalam urutan yang seri berdasarkan tinggi (dari yang terpendek ke

tertinggi).

2.1.3 Perkembangan Kognitif

Menurut King dalam Mc Keown [7] perkembangan intelektual (atau

perkembangan kognitif) biasanya didefinisikan sebagai proses di mana individu

secara aktif mencoba untuk berfikir secara logis berdasarkan pengalamannya.

Upaya ini untuk membuat makna dari pengalaman yang seringkali meminta

individu untuk membangun cara-cara baru dalam memahami kehidupan, logika

internal yang memungkinkan dia untuk menginterpretasikan peristiwa dengan

cara yang dapat dijelaskan dan dimengerti.

2.2 Jean Piaget

Jean Piaget lahir pada tanggal 9 Agustus 1986 di Neuchatel, Swiss.

Ayahnya adalah seorang ahli sejarah dengan spesialisai sejarah abad pertengahan.

Ibunya adalah seorang yang dinamis, cerdas, dan religius. Sejak remaja, Piaget

berkonsentrasi pada dua bidang: biologi dan filsafat pengetahuan. Biologi lebih

berkaitan dengan kehidupan, sedangkan filsafat lebih pada pengetahuan. Biologi

menggunakan metode ilmiah, sedangkan filsafat menggunakan metode spekulatif.

Piaget berfikir untuk menjembatani keduanya.

Pada umur 21 tahun, Piaget menyelesaikan disertasi tentang moluska dan

memperoleh gelar doktor filsafat di Universitas Neuchatel. Setelah menyelesaikan

studi formal, ia memutuskan untuk mendalami psikologi. Piaget meninggalkan

Neuchatel dan pergi ke Zurich untuk bekerja di laboratorium psikologi dan di

klinik psikiatri Bleuler. Pada tahun 1919, ia meninggalkan Zurich dan pergi ke

Paris. Selama dua tahun, ia tinggal di Universitas Sorbonne, belajar psikologi

klinis, logika, serta epistemologi.

Pada tahun berikutnya, Piaget bekerja bersama Dr. Theophile Simon di

Laboratorium Binet di Paris dengan tugas mengembangkan tes penalaran. Dalam

suatu standarisasi tes, pertanyaan-pertanyaan dan urutan penyajian haruslah

dengan tepat didefinisikan, dan penguji tidak boleh melenceng dari prosedur yang

telah ditentukan. Tujuan standarisasi tes itu adalah untuk menyajikan pertanyaan-

Page 7: Penerapan Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piagetdalam Pembelajaran Matematika

7

pertanyaan yang sama kepada setiap peserta. Berdasarkan adanya perbedaan

jawaban peserta dapat disimpulkan bahwa perbedaan tersebut disebabkan oleh

perbedaan intelegensi peserta menurut Ginsburg dan Opper dalam Suparno [8]

Menurut Suparno [8] pengalaman Piaget dalam membuat tes tersebut,

mendapatkan tiga pemikiran penting yang mempengaruhi cara berpikirnya di

kemudian hari. Pertama, Piaget lebih tertarik pada anak-anak yang jawabannya

salah daripada yang jawabannya benar. Saat bertanya kepada anak-anak, ia

menemukan bahwa anak-anak yang memiliki umur yang sama kerap mempunyai

kesalahan yang sama. Sedangkan, anak-anak yang memiliki umur yang berbeda

mempunyai kesalahan jawaban yang berbeda pula. Maka, Piaget menyimpulkan

bahwa anak yang lebih dewasa tidak hanya menjadi lebih pandai, secara kualitatif

pemikiran mereka juga berbeda dengan anak yang lebih muda. Dengan kata lain,

anak yang berbeda umurnya memiliki cara berpikir yang berbeda. Hal inilah yang

mempengaruhi pandangan Piaget mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif

anak.

Kedua, Piaget menemukan metode yang berbeda untuk mempelajari

intelegensi. Ia menolak standarisasi tes karena pendekatan tersebut dinilai terlalu

kaku. Jika anak kesulitan memahami maksud dari pertanyaan tersebut, maka

terdapat kemungkinan bahwa mereka akan menjawab pertanyaan dengan keliru.

Oleh karena itu, ia mencari metode yang kurang terstruktur yang lebih fleksibel

sehingga dapat memberikan lebih banyak kebebasan dalam bertanya kepada anak.

Piaget menggunakan pengalamannya saat bekerja di psikologi klinis untuk

memodifikasi teknik wawancara psikiatri yang disesuaikan dalam mempelajari

pemikiran anak. Metode klinis ini bertujuan agar anak dapat mengikuti jalan

pemikirannya sendiri tanpa memaksakan suatu arah tertentu kepada anak. Hal ini

diharapkan agar dapat diperoleh informasi mengenai pemikiran anak secara lebih

mendalam. Metode inilah yang dikembangkan Piaget dalam studinya tentang

perkembangan kognitif anak.

Ketiga, Piaget berpikir bahwa pemikiran logika abstrak mungkin relevan

untuk memahami pemikiran anak. Ia mengamati bahwa anak yang belum berumur

11 tahun tidak dapat memecahkan persoalan operasional logika yang dasar. la

juga mengamati bahwa proses pemikiran membentuk suatu struktur yang

Page 8: Penerapan Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piagetdalam Pembelajaran Matematika

8

terintegrasi yang sifat-sifat dasamya dapat dijelaskan dalam istilah-istilah logika.

Menurut Piaget, operasional-operasional logika yang ada dalam pemikiran

deduksi berkaitan dengan struktur mental tertentu dalam anak. Ia mencoba untuk

menemukan bagaimana pemikiran sangat berkaitan dengan logika. Ciri pemikiran

deduksi logis (abstrak dan hipotetis) ini menjadi salah satu ukuran tertinggi Piaget

dalam menentukan tahap-tahap perkembangan kognitif anak.

Selama di Paris, Piaget juga mencoba mengintegrasikan minatnya dalam

biologi dan epistemologi. Langkah pertama adalah mendalami psikologi

inteligensi manusia. Langkah kedua adalah mengarahkan psikologi ini pada

persoalan epis-temologi. Menurut Piaget, teori psikologi dapat menggunakan

konsep biologi, di mana inteligensi dapat dilihat sebagai suatu adaptasi organisme

terhadap lingkungannya. Psikologi harus memusatkan perhatian pada proses

pertumbuhan intelektual individu. Ia percaya bahwa suatu pengertian yang

menyeluruh mengenai pengetahuan manusia hanya dapat diperoleh dengan

mempelajari pembentukan dan perkembangan kognitif pada masa anak-anak.

Oleh karena itu, Piaget memutuskan untuk menekuni psikologi kognitif anak dan

menggunakan penemuan psikologis dalam persoalan epistemologi.

Piaget juga mencoba menentukan sebab-musabab perkembangan kognitif.

Pada awalnya, Piaget beranggapan bahwa perkembangan kognitif disebabkan oleh

faktor sosial, seperti bahasa, kontak dengan teman, dan orang tua. Setelah

mengadakan penelitian, Piaget mengubah anggapan itu dengan lebih menekankan

peran tindakan anak sebagai sumber perkembangan kognitif.

2.3 Beberapa Konsep dalam Teori Piaget.

Berikut merupakan beberapa konsep yang perlu dimengerti agar lebih

mudah memahami teori perkembangan kognitif atau teori perkembangan Piaget,

yaitu:

a. Intelegensi

Menurut Suparno [8] Piaget mengartikan intelegensi secara lebih luas,

juga tidak mendefinisikan secara ketat. Ia memberikan definisi umum yang lebih

mengungkap orientasi biologis. Menurutnya, intelegensi adalah suatu bentuk

Page 9: Penerapan Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piagetdalam Pembelajaran Matematika

9

ekuilibrium kearah mana semua struktur yang menghasilkan persepsi, kebiasaan,

dan mekanisme sensiomotor diarahkan.

b. Organisasi

Organisasi adalah suatu tendensi yang umum untuk semua bentuk

kehidupan guna mengintegrasikan struktur, baik yang psikis ataupun fisiologis

dalam suatu sistem yang lebih tinggi.

c. Skema

Skema adalah suatu struktur mental seseorang dimana ia secara

intelektual beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema akan beradaptasi

dan berubah selama perkembangan kognitif seseorang.

d. Asimilasi

Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan

persepsi, konsep atau pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada

dalam pikirannya.

e. Akomodasi

Akomodasi adalah pembentukan skema baru atau mengubah skema lama

sehingga cocok dengan rangsangan yang baru, atau memodifikasi skema yang ada

sehingga cocok dengan rangsangan yang ada.

f. Ekuilibrasi

Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi

sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses

asimilasi dan akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan

pengalaman luar dengan struktur dalamnya.

2.4 Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piaget

Menurut Piaget, tahap perkembangan intelektual anak secara kronologis

terjadi 4 tahap. Urutan tahap-tahap ini tetap bagi setiap orang, akan tetapi usia

kronologis memasuki setiap tahap bervariasi pada setiap anak. Keempat tahap

dimaksud adalah sebagai berikut:

2.4.1 Tahap sensorimotor : umur 0 – 2 tahun.

Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi lahir

sampai sekitar berumur 2 tahun. Tahap ini disebut tahap sensorimotor oleh Piaget.

Page 10: Penerapan Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piagetdalam Pembelajaran Matematika

10

Pada tahap sensorimotor, intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan

inderawi anak terhadapt lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjambak,

mendengar, membau dan lain-lain. Ciri pokok perkembangan ini ialah anak

mengalami dunianya melalui gerak dan inderanya serta mempelajari permanensi

obyek.

Pada tahap sensorimotor, gagasan anak mengenai suatu benda berkembang

dari periode “belum mempunyai gagasan” menjadi “sudah mempunyai gagasan”.

Gagasan mengenai benda sangat berkaitan dengan konsep anak tentang ruang dan

waktu yang juga belum terakomodasi dengan baik. Struktur ruang dan waktu

belum jelas dan masih terpotong-potong, belum dapat disistematisir dan diurutkan

dengan logis.

Menurut Piaget, mekanisme perkembangan sensorimotor ini menggunakan

proses asimilasi dan akomodasi. Tahap-tahap perkembangan kognitif anak

dikembangkan dengan perlahan-lahan melalui proses asimilasi dan akomodasi

terhadap skema-skema anak karena adanya masukan, rangsangan, atau kontak

dengan pengalaman dan situasi yang baru. Pada tahap ini Piaget membagi tahap

sensorimotor dalam enam periode, yaitu:

a. Periode 1 : Refleks (umur 0 – 1 bulan)

Periode paling awal tahap sensorimotor adalah periode refleks. Ini

berkembang sejak bayi lahir sampai sekitar berumur 1 bulan. Pada periode ini,

tingkah laku bayi kebanyak bersifat refleks, spontan, tidak disengaja, dan tidak

terbedakan. Tindakan seorang bayi didasarkan pada adanya rangsangan dari luar

yang ditanggapi secara refleks.

b. Periode 2 : Kebiasaan (umur 1 – 4 bulan)

Pada periode perkembangan ini, bayi mulai membentuk kebiasan-

kebiasaan pertama. Kebiasaan dibuat dengan mencoba-coba dan mengulang-

ngulang suatu tindakan. Refleks-refleks yang dibuat diasimilasikan dengan skema

yang telah dimiliki dan menjadi semacam kebiasaan, terlebih dari refleks tersebut

menghasilkan sesuatu. Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan benda-

benda di dekatnya. Ia mulai mengaakan diferensiasi akan macam-macam benda

yang dipegangnya. Pada periode ini pula, koordinasi tindakan bayi mulai

berkembang dengan penggunaan mata dan telinga. Bayi mulai mengikuti benda

Page 11: Penerapan Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piagetdalam Pembelajaran Matematika

11

yang bergerak dengan matanya. Ia juga mulai menggerakkan kepala kesumber

suara yang ia dengar. Suara dan penglihatan bekerja bersama. Ini merupakan suatu

tahap penting untuk menumbuhkan konsep benda.

c. Periode 3 : Reproduksi kejadian yang menarik (umur 4 – 8 bulan)

Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek

apapun yang ada di sekitarnya (Piaget dan Inhelder 1969). Tingkah laku bayi

semakin berorientasi pada objek dan kejadian di luar tubuhnya sendiri. Ia

menunjukkan koordinasi antara penglihatan dan rasa jamah. Pada periode ini,

seorang bayi juga menciptakan kembali kejadian-kejadian yang menarik baginya.

Ia mencoba menghadirkan dan mengulang kembali peristiwa yang menyenangkan

diri (reaksi sirkuler sekunder). Piaget mengamati bahwa bila seorang anak

dihadapkan pada sebuah benda yang dikenal, seringkali hanya menunjukkan

reaksi singkat dan tidak mau memperhatikan agak lama. Oleh Piaget, ini diartikan

sebagai suatu “pengiaan” akan arti benda itu seakan ia mengetahuinya.

d. Periode 4 : Koordinasi Skemata (umur 8 – 12 bulan)

Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil

tindakannya. Ia sudah mulai menggunakan sarana untuk mencapai suatu hasil.

Sarana-sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan atau hasil diperoleh dari

koordinasi skema-skema yang telah ia ketahui. Bayi mulai mempunyai

kemampuan untuk menyatukan tingkah laku yang sebelumnya telah diperoleh

untuk mencapai tujuan tertentu. Pada periode ini, seorang bayi mulai membentuk

konsep tentang tetapnya (permanensi) suatu benda. Dari kenyataan bahwa dari

seorang bayi dapat mencari benda yang tersembunyi, tampak bahwa ini mulai

mempunyai konsep tentang ruang.

e. Periode 5 : Eksperimen (umur 12 – 18 bulan)

Unsur pokok pada perode ini adalah mulainya anak memperkembangkan

cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan cara mencoba-coba (eksperimen)

bila dihadapkan pada suatu persoalan yang tidak dipecahkan dengan skema yang

ada, anak akan mulai mecoba-coba dengan Trial and Error untuk menemukan cara

yang baru guna memecahkan persoalan tersebut atau dengan kata lain ia mencoba

mengembangkan skema yang baru. Pada periode ini, anak lebih mengamati

benda-benda disekitarnya dan mengamati bagaimana benda-benda di sekitarnya

Page 12: Penerapan Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piagetdalam Pembelajaran Matematika

12

bertingkah laku dalam situasi yang baru. Menurut Piaget, tingkah anak ini

menjadi intelegensi sewaktu ia menemukan kemampuan untuk memecahkan

persoalan yang baru. Pada periode ini pula, konsep anak akan benda mulai maju

dan lengkap. Tentang keruangan anak mulai mempertimbangkan organisasi

perpindahan benda-benda secara menyeluruh bila benda-benda itu dapat dilihat

secara serentak.

f. Periode Refresentasi (umur 18 – 24 bulan)

Periode ini adalah periode terakhir pada tahap intelegensi sensorimotor.

Seorang anak sudah mulai dapat menemukan cara-cara baru yang tidak hanya

berdasarkan rabaan fisis dan eksternal, tetap juga dengan koordinasi internal

dalam gambarannya. Pada periode ini, anak berpindah dari periode intelegensi

sensori motor ke intelegensi refresentatif. Secara mental, seorang anak mulai

dapat menggambarkan suatu benda dan kejadian, dan dapat menyelesaikan suatu

persoalan dengan gambaran tersebut. Konsep benda pada tahap ini sudah maju,

refresentasi ini membiarkan anak untuk mencari dan menemukan objek-objek

yang tersembunyi. Sedangkan konsep keruangan, anak mulai sadar akan gerakan

suatu benda sehingga dapat mencarinya secara masuk akal bila benda itu tidak

kelihatan lagi.

Karakteristik anak yang berada pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1) Berfikir melalui perbuatan (gerak)

2) Perkembangan fisik yang dapat diamati adalah gerak-gerak refleks sampai ia

dapat berjalan dan bicara.

3) Belajar mengkoordinasi akal dan geraknya.

4) Cenderung intuitif egosentris, tidak rasional dan tidak logis.

2.4.2 Tahap Pra operasionalonal : umur 2 -7 tahun.

Istilah “operasional” di sini adalah suatu proses berfikir logis, dan

merupakan aktivitas sensorimotor. Dalam tahap ini anak sangat egosentris,

mereka sulit menerima pendapat orang lain. Anak percaya bahwa apa yang

mereka pikirkan dan alami juga menjadi pikiran dan pengalaman orang lain.

Mereka percaya bahwa benda yang tidak bernyawa mempunyai sifat bernyawa.

Page 13: Penerapan Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piagetdalam Pembelajaran Matematika

13

Tahap pra operasionalonal ini dapat dibedakan atas dua bagian. Pertama, tahap pra

konseptual (2-4 tahun), dimana representasi suatu objek dinyatakan dengan

bahasa, gambar dan permainan khayalan. Kedua, tahap intuitif (4-7 tahun). Pada

tahap ini representasi suatu objek didasarkan pada persepsi pengalaman sendiri,

tidak kepada penalaran. Ciri pokok pada perkembangan ini adalah penggunaan

simbol/bahasa tanda dan konsep intuitif.

Karakteristik anak pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a) Anak dapat mengaitkan pengalaman yang ada di lingkungan bermainnya

dengan pengalaman pribadinya, dan karenanya ia menjadi egois. Anak tidak

rela bila barang miliknya dipegang oleh orang lain.

b) Anak belum memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang

membutuhkan pemikiran “yang dapat dibalik (reversible).” Pikiran mereka

masih bersifat irreversible.

c) Anak belum mampu melihat dua aspek dari satu objek atau situasi sekaligus,

dan belum mampu bernalar (reasoning) secara individu dan deduktif.

d) Anak bernalar secara transduktif (dari khusus ke khusus). Anak juga belum

mampu membedakan antara fakta dan fantasi. Kadang-kadang anak seperti

berbohong. Ini terjadi karena anak belum mampu memisahkan kejadian

sebenarnya dengan imajinasi mereka.

e) Anak belum memiliki konsep kekekalan (kuantitas, materi, luas, berat dan

isi).

f) Menjelang akhir tahap ini, anak mampu memberi alasan mengenai apa yang

mereka percayai. Anak dapat mengklasifikasikan objek ke dalam kelompok

yang hanya mempunyai satu sifat tertentu dan telah mulai mengerti konsep

yang konkrit.

2.4.3 Tahap operasional konkret : umur 7 – 11/12 tahun.

Ciri pokok perkembangannya ialah anak mulai berpikir secara logis

tentang kejadian-kejadian konkret. Tahap operasional konkret (concrete

operations) dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan

pada aturan-aturan tertentu yang logis. Anak sudah memperkembangkan

operasional-operasional logis. Operasional itu bersifat reversible, artinya dapat

Page 14: Penerapan Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piagetdalam Pembelajaran Matematika

14

dimengerti dalam dua arah, yaitu suatu pemikiran yang dapat dikemblikan kepada

awalnya lagi. Tahap opersi konkret dapat ditandai dengan adanya sistem

operasional berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata/konkret.

Ciri-ciri operasional konkret yang lain, yaitu:

a) Adaptasi dengan gambaran yang menyeluruh.

Pada tahap ini, seorang anak mulai dapat menggambarkan secara menyeluruh

ingatan, pengalaman dan objek yang dialami. Menurut Piaget, adaptasi

dengan lingkungan disatukan dengan gambaran akan lingkungan itu.

b) Melihat dari berbagai macam segi.

Anak pada tahap ini mulai dapat melihat suatu objek atau persoalan secara

sediki menyeluruh dengan melihat apek-aspeknya. Ia tidak hanya

memusatkan pada titik tertentu, tetapi dapat bersama-sama mengamati titik-

titik yang lain dalam satu waktu yang bersamaan.

c) Seriasi

Proses seriasi adalah proses mengatur unsur-unsur menurut semakin besar

atau semakin kecilnya unsur-unsur tersebut. Menurut Piaget, bila seorang

anak telah dapat membuat suatu seriasi maka ia tidak akan mengalami banyak

kesulitaan untuk membuat seriasi selanjutnuya.

d) Klasifikasi

Menurut Piaget, bila anak yang berumur 3 tahun dan 12 tahun diberi

bermacam-macam objek dan disuruh membuat klasifikasi yang serupa

menjadi satu, ada beberapa kemungkinan yang terjadi.

e) Bilangan.

Dalam percobaan Piaget, ternyata anak pada tahap praoperasional konkret

belum dapat mengerti soal korespondensi satu-satu dan kekekalan, namun

pada tahap tahap operasional konkret, anak sudah dapat mengerti soal

korespondensi dan kekekalan dengan baik. Dengan perkembangan ini berarti

konsep tentang bilangan bagi anak telah berkembang.

f) Ruang, waktu, dan kecepatan.

Pada umur 7 atau 8 tahun seorang anak sudah mengerti tentang urutan ruang

dengan melihat interval jarak suatu benda. Pada umur 8 tahun anak sudan

sudah sapat mengerti relasi urutan waktu dan jug akoordinasi dengamn

Page 15: Penerapan Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piagetdalam Pembelajaran Matematika

15

waktu, dan pada umur 10 atau 11 tahun, anak sadar akan konsep waktu dan

kecepatan.

g) Probabilitas.

Pada tahap ini, pengertian probabilitas sebagai suatu perbandingan antara hal

yang terjadi dengan kasus-kasus yang mulai terbentuk.

h) Penalaran.

Dalam pembicaraan sehari-hari, anak pada tahap ini jarang berbicara dengan

suatu alasan,tetapi lebih mengatakan apa yang terjadi. Pada tahap ini, menurut

Piaget masih ada kesulitan dalam melihat persoalan secara menyeluruh.

i) Egosentrisme dan Sosialisme.

Pada tahap ini, anak sudah tidak begitu egosentris dalam pemikirannya. Ia

sadar bahwa orang lain dapat mempunyai pikiran lain.

2.4.4 Tahap operasional formal: umur 11/12 ke atas.

Tahap operasional formal (formal operations) merupakan tahap terakhir

dalam perkembangan kognitif menurut Piaget. Pada tahap ini, seorang remaja

sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan

proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa

yang dapat diamati saat itu. Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti. Pada

tahap ini ciri pokok perkembangannya adalah hipotesis, abstrak, dan logis.

Sedangkan sifat pokok tahap operasional formal adalah sebagai berikut:

a) Pemikiran Deduktif Hipotesis

Pemikiran deduktif adalah pemikiran yang menarik kesimpulan yang spesifik

dari sesuatu yang umum. Kesimpulan benar hanya jika premis-premis yang

dipakai dalam pengambilan keputusan benar. Alasan deduktif hipotesis

adalah alasan/argumentasi yang berkaitan dengan kesimpulan yang ditarik

dari premis-premis yang masih hipotetis. Jadi, seseorang yang mengambil

kesimpulan dari suatu proposisi yang diasumsikan, tidak perlu berdasarkan

dengan kenyataan yang real.

Dalam pemikiran remaja, Piaget dapat mendeteksi adaanya pemikiran yang

logis, meskipun para remaja sendiri pada kenyataannya tidak tahu atau belum

menyadari bahwa cara berpikir mereka itu logis. Dengan kata lain, model

Page 16: Penerapan Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piagetdalam Pembelajaran Matematika

16

logis itu lebih merupakan hasil kesimpulan Piaget dalam menafsirkan

ungkapan remaja, terlepas dari apakah para remaja sendiri tahu atau tidak.

b) Pemikiran Induktif Sintifik

Pemikiran induktif adalah pengambilan kesimpulan yang lebih umum

berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus. Pemikiran ini disebut juga

dengan metode ilmiah. Pada tahap pemikiran ini, anak sudah mulai dapat

membuat hipotesis, menentukan eksperimen, menentukan variabel control,

mencatat hasi, dan menarik kesimpulan. Disamping itu mereka sudah dapat

memikirkan sejumlah variabel yang berbeda pada waktu yang sama.

c) Pemikiran Abstraksi Reflektif

Menurut Piaget, pemikiran analogi dapat juga diklasifikasikan sebagai

abstraksi reflektif karena pemikiran itu tidak dapat disimpulkan dari

pengalaman.

Dalam perkembangan kognitif Piaget telah mengidentifikasi empat tahap

utama yaitu: sensorimotor, praoperasionalonal, konkrit operasionalonal , dan

formal operasionalonal. Selain itu, ada tiga hal penting yang juga menjadi

perhatian Piaget, yakni:

a) Struktur

Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik,

tindakan mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan (action) menuju

pada operasional-operasional dan operasional-operasional menuju pada

perkembangan struktur-struktur.

b) Isi

Isi merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon

yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.

c) Fungsi

Fungsi adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan

intelektual. Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi

yaitu organisasi dan adaptasi.

Selain itu, Menurut Piaget (Paul Suparno, 2001:104) paling sedikit ada

empat faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak, yaitu:

Page 17: Penerapan Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piagetdalam Pembelajaran Matematika

17

a) Perkembangan organik dan kematangan system saraf.

Unsur biologis cukup jelas mempunyai pengaruh dalam perkembangan

inteligensi seseorang. Kematangan fisik seseorang juga mempunyai pengaruh

pada perkembangan inteligensinya. Misalnya: Pada saat anak belum dapat

berjalan, sehingga anak tersebut akan sulit dan terbatas dalam berkontak dengan

alamsekitar. Sehingga pemikirannya dan skema yang ia miliki belum banyak

berkembang.

b) Peran latihan dan pengalaman

Latihan berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya, serta

mengambil kesimpulan akan membantu seseorang untuk mengembangkan

pemikiran atau inteligensinya. Seorang anak yang sudah mulai dapat berpikir

deduktif dan abstrak perlu mengembangkan diri dengan pengalaman –

pengalaman dalam menggunakan pemikirannya. Piaget membedakan dua macam

pengalaman, yaitu:

1) Pengalaman fisis, terdiri dari tindakan atau aksi seseorang terhadap

objek yang dihadapi untuk mengabstraksi sifat – sifatnya.contohnya:

pengalaman melihat dan mengamati anjing akan membantu

mengabstraksi sifat – sifat anjing yang pada tahap selanjutnya

membantu pemikiran orang itu tentang anjing.

2) Pengalaman matematis-logis, terdiri dari tindakan terhadap objek

untuk mempelajari akibat tindakan – tindakan terhadap objek itu.

Contohnya: pengalaman menjumlahkan atau mengurangkan benda

akan membantu pemikiran anak akan operasional benda itu.

c) Interaksi sosial dan transmisi.

Dengan interaksi ini, seorang anak dapat membandingkan pemikiran dan

pengetahuan yang telah dibentuknya dengan pemikiran dan pengetahuan orang

lain. Ia tertantang untuk semakin memperkembangkan pemikiran dan

pengetahuannya sendiri. Dalam interaksi sosial dan transmisi, pengetahuan itu

datang dari orang lain baik itu dari orangtuanya maupun masyarakat sekitarnya.

Namun, menurut Piaget meskipun interaksi sosial itu sangat penting dalam

pengembangan pemikiran seseorang, tindakan interaksi sosial itu tidaklah efektif

bila tidak ada tindakan aktif dari anak sendiri. Pemikiran dan pengetahuan anak

Page 18: Penerapan Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piagetdalam Pembelajaran Matematika

18

kurang berkembang pesat apabila anak itu sendiri tidak secara aktif mengolah,

mencerna, dan mengambil makna.

d) Ekuilibrasi (kesetimbangan).

Ekuilibrasi adalah kemampuan untuk mencapai kembali kesetimbangan

selama periode ketidaksetimbangan melalui asimilasi dan akomodasi. Ekuilibrasi

ini sering juga disebut dengan motivasi dasar seseorang yang memungkinnya

selalu berusaha mengembangkan pemikiran dan pengetahuannya.

2.5 Instruksi Matematika

Menurut Gibbons and Fairweather [9] instruksi adalah kegiatan yang

harmonis dimana dua kehendak dan tujuan yang bekerja sama untuk sementara

dalam usaha bersama dimana siswa (dan guru) dapat memperoleh manfaat.

Instruksi memerlukan suatu definisi sehingga tidak akan bingung dengan kegiatan

yang tampaknya serupa tetapi dilakukan untuk alasan yang berbede. Instruksi juga

memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Instruksi adalah kegiatan yang memiliki tujuan

Instruksi tidak terjadi begitu saja, melainkan direncanakan. Tentu saja,

pembelajaran dapat terjadi secara insidental: instruksi dapat terjadi sekalipun pada

saat itu tidak dimaksudkan. Instruksi, bagaimanapun, perlu didukung oleh

tindakan yang disengaja oleh seseorang. Seorang guru harus berniat untuk

mengajar. Guru juga harus berniat untuk belajar. Baik guru maupun siswa harus

memiliki tujuan untuk mengajar dan belajar selama instruksi.

b. Instruksi melibatkan seorang instruktur

Seorang siswa dapat belajar melalui eksplorasi mandiri, eksperimen,

inferensi, deduksi, dan generalisasi. Ketika hal ini terjadi maka dapat dikatakan

sebagai pembelajaran namun tidak dapat disebut sebagai instruksi.

Instruksi merupakan interaksi antara dua orang. Mahasiswa bergantung pada

instruktur untuk melibatkan beberapa hal pendukung yang disesuaikan dengan

tingkatan untuk belajar, yang mencakup kombinasi dari tujuan dan kehendak.

Kegiatan instruktur dapat diinternalisasikan, dan pelajar mampu melakukan

instruksi oleh dirinya sendiri dengan sengaja diri. Salah satu tujuan utama dari

Page 19: Penerapan Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piagetdalam Pembelajaran Matematika

19

instruktur harus memberikan kesadaran yang cukup dari proses pembelajaran

kepada siswa bahwa mereka bisa menjadi instruktur bagi dirinya sendiri.

c. Instruksi diarahkan pada tujuan

Instruksi selalu memiliki tujuan, meskipun beberapa instruktur keluar

dari konten dengan tujuan yang kabur dan tidak jelas. Tujuan dalam memberikan

instruksi adalah untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan konseptual atau

kinerja . Keberadaan tujuannya adalah satu-satunya alasan untuk mengajar . Entah

guru menetapkan tujuan dan siswa setuju untuk menginstruksikan , atau siswa

menetapkan tujuan dan mendaftar beberapa tingkat bantuan dari guru dalam

mencapainya.

d. Instruksi melibatkan respon yang dinilai dari pelajar

Selama pembelajaran paling tidak terdapat satu atau lebih respon yang

bisa diperoleh. Tujuan dari respon ini ialah untuk mengukur efek dari instruksi -

untuk mengukur jenis dan tingkat pembelajaran yang telah terjadi dibandingkan

dengan tujuan yang dimaksud dalam instruksi. Tanpa respon, tidak mungkin

untuk mengatakan apakah instruksi telah memperoleh hasil, dan pencapaian

tujuan yang tidak pasti. Sebuah respon siswa dapat dinilai baik oleh siswa, guru,

atau oleh pihak ketiga, namun interaksi saja tidak cukup untuk mengetahui baik

apakah instruksi memiliki efek atau tidak. Respon dinilai merupakan elemen

penting dari instruksi. Banyak instruksi yang tampak mirip namun dibedakan dari

instruksi lainnya dalam hal banyaknya respon yang diperoleh dari peserta didik.

Orang bisa belajar dari hanya presentasi, tetapi jika hal seperti itu saja memenuhi

syarat sebagai instruksi, maka setiap acara televisi, film, siaran berita, talk show

radio, billboard, artikel majalah, iklan, kotak sereal dan ceramah─setiap hal

berpusat pada presentasi, acara yang penuh informasi mengenai budaya, termasuk

tanda “tidak merokok” dan “tidak boleh parkir"─harus disertakan dalam segala

sesuatu yang disebut instruksi . Dalam hal ini, jika tidak ada respon yang diambil

dari pengguna, maka instruksi tidak akan terjadi, hanya penyajian informasi.

Dalam makalah ini yang dimaksud dengan instruksi matematika adalah

perintah yang diberikan secara searah oleh instruktur kepada peserta didik dalam

pembelajaran matematika. Dalam konteks pendidikan, instruksi berlangsung

dalam satu rangkaian, pertama memberikan informasi, kemudian memberikan

Page 20: Penerapan Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piagetdalam Pembelajaran Matematika

20

kesempatan untuk berlatih mengerjakan soal, kemudian menguji peserta didik

dengan melaksanakan ujian.

2.6 Penerapan Perkembangan Kognitif Berdasarkan teori Piaget dalam

Pembelajaran Matematika

2.6.1 Pembelajaran di tingkat Taman Kanak-Kanak (TK)

Anak usia Taman Kanak-Kanak masuk kategori pra operasionalonal dalam

perkembangan teori Piaget. Jadi anak-anak hanya mampu melihat gambar dan

tidak berbentuk penalaran atas pengalamannya sendiri. Pada masa ini, instruksi

matematika dalam proses belajar mengajar lebih diarahkan pada:

a. Anak-anak baru hanya diperkenalkan dengan bentuk

b. Pembahasan hanya terbatas pada sub pokok bahasan yang terlihat kontekstual

c. Misalnya terkait dengan suatu bangun, instruktur mengenalkan kubus cukup

pada bentuknya serta warna, contoh pada benda-benda yang ada disekitarnya

seperti dadu.

d. Demikian pula untuk bangun lainnya seperti balok dan bola lainnya dengan

konsekuensi siswa mengetahui nama dan bentuknya saja.

2.6.2 Pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar (SD)

Sesuai dengan kurikulum pembelajaran tematik, bangun ruang ini baru

diperkenalkan dikelas II SD, itu artinya pembelajaran-pembelajaran sebelumnya

tentu masih mengacu pada pra operasionalonal. Dan pada pembelajaran

selanjutnya di SD ini sudah memasuki tahap Operasional Konkret sesuai teori

perkembangan kognitif Piaget. Adapun instruksi matematika yang diberikan

dalam proses belajar mengajar lebih diarahkan pada:

a. Peserta didik sudah mulai di perkenalkan dengan pendalaman bentuk bangun

yang telah dia ketahui tersebut.

b. Pengelompokan bangun juga mulai hanya diperkenalkan, bahwa kubus, balok

dan yang lainnya termasuk bangun ruang.

c. Peserta didik juga berkontekstual dengan bangun-bangun tersebut sehingga

ada pemahamannya tentang apa-apa saja yang terdapat pada bangun itu.

Seperti kubus, tentu memiliki panjang, lebar dan juga tinggi.

d. Keterhubungan unsur yang dimiliki belum dijelaskan

Page 21: Penerapan Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piagetdalam Pembelajaran Matematika

21

e. Melanjutkan pembelajaran dikelas-kelas berikutnya sampai pada operasional-

operasional sederhana yang terdapat pada bangun itu.

2.6.3 Pembelajaran ditingkat Sekolah Menengah (SMP dan SMU)

Materi bangun ruang di SMP diajarkan dikelas VII semester 2, itu artinya

erat dengan keterstrukturan materi sebelumnya yang menjadi pendukung dalam

pembelajaran materi ini. Anak diusia ini sudah masuk pada tingkat operasional

formal, sesuai tingkat perkembangan kognitif Piaget. Pada masa ini, instruksi

matematika dalam proses belajar mengajar lebih diarahkan pada:

a. Anak diajarkan mengetahui bentuk, struktur, dan isi dari bangun-bangun

ruang yang ada.

b. Tiap-tiap bangun ruang itu anak-anak diminta mengetahui cara menghitung

luas sisi, volume serta bentuk permukaan dengan mengetahui jarring-jaring

dari bangun tersebut.

c. Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari juga penting dilakukan sebagai aplikasi

materi yang diajarkan.

d. Khusus dijenjang SMU hanya diperdalam dengan mengkaji unsur-unsur yang

terdapat pada bangun ruang, disamping mengulang kembali pembelajaran

tersebut.

e. Pembelajaran di SMU sudah sampai pada tingkat penalaran oleh pengalaman

sendiri.

2.6.4 Pembelajaran di Perguruan Tinggi

Pada jenjang ini, mahasiswa sudah mengandalkan tahap deduktif, induktif,

hipotesis dan logis. Tetapi tahap perkembangannya tetap berada pada operasional

formal sesuai tingkat kognitif Piaget. Adapun instruksi matematika yang diberikan

dalam proses belajar mengajar lebih diarahkan pada:

a. Di perguruan tinggi bangun ruang sudah lebih didalami dalam mata kuliah

geometri

b. Pendalamannya lebih dikaji lagi dalam teori Van Hiele.

.

Page 22: Penerapan Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piagetdalam Pembelajaran Matematika

22

BAB III

KESIMPULAN

Perkembangan kognitif adalah tahap-tahap perkembangan kognitif

manusia mulai dari usia anak-anak sampai dewasa; mulai dari proses-proses

berpikir secara konkret sampai dengan yang lebih tinggi yaitu konsep-konsep

anstrak dan logis. Jean Piaget seorang pakar yang banyak melakukan penelitian

tentang perkembangan kemampuan kognitif manusia, mengemukakan dalam

teorinya bahwa kemampuan kognitif manusia terdiri atas 4 tahap dari lahir hingga

dewasa. Tahap dan urutan berlaku untuk semua usia tetapi usia pada saat

seseorang mulai memasuki tahap tertentu tidak sama untuk setiap orang.

Dalam instruksi matematika, Teori Piaget sangat berarti, karena dengan

menggunakan teori ini, pendidik dapat mengetahui adanya tahap-tahap

perkembangan tertentu pada kemampuan berpikir anak-anak di sekolahnya.

Dengan demikian guru bisa memberikan perlakuan yang tepat bagi para siswanya.

Sehingga pendidik juga perlu mencermati apakah simbol-simbol matematika yang

digunakan guru dalam mengajar cukup mudah dipahami siswa atau tidak,

demikian pula dengan instruksi dan tingkat masalah yang diberikan oleh guru

dengan mengingat tingkat kemampuan berpikir yang dimiliki oleh masing-masing

siswa.

Page 23: Penerapan Perkembangan Kognitif Berdasarkan Teori Piagetdalam Pembelajaran Matematika

23

DAFTAR PUSTAKA

[1] Munari, Alberto. 1994. “Jean Piaget”, Prospects: the Quarterly Review of

Comparative Education. UNESCO: International Bureau of Education),

vol. XXIV, no.1/2.

[2] Bjorklund, David. 2012. Children’s Thinking, Cognitive Development and

Individual Differences Fifth Edition. Wadsworth: Cengage Learning.

[3] Mc Keown, Joshua. 2009. The First Time Effect: The Impact of Study

Abroad On College Student Intellectual Development. Albany: State

University of New York Press.

[4] Ojose, Bobby. 2008. Applying Piaget’s Theory of Cognitive Development

to Mathematics Instruction, The Mathematics Educator. Vol. 18.

[5] ________. 2005. Oxford Dictionary of English. Oxford: Oxford University

Press.

[6] Taylor, Laura. 2005. Introducing Cognitive Development. Hove and New

York: Psychology Press.

[7] Mc Keown, Joshua. 2009. The First Time Effect: The Impact of Study

Abroad On College Student Intellectual Development. Albany: State

University of New York Press.

[8] Suparno, Paul. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:

Kanisius.

[9] Gibbons and Fairweather. 1998. Computer Based Instruction: Design and

Development. New Jersey: Educational Technology Publications, Inc.