perkembangan fisik dan kognitif remaja awal

63
PERKEMBANGAN FISIK DAN KOGNITIF REMAJA AWAL REMAJA: SEBUAH TRANSISI PERKEMBANGAN Dalam sebagian besar masyarakat moderen, bagian transisi antara kanak-kanak dengan remaja ditandai dengan sebuah proses yang dinamakan masa remaja (adolescence). Masa remaja merupakan sebuah transisi perkembangan yang meliputi peubahan fisik, kognitif, emosional, dan sosial yang dapat berbeda-beda sesuai dengan lingkungan sosial, budaya, dan ekonomi individu. Permulaan perubahan fisik pada remaja yaitu pubertas, sebagai proses yang akan menuju kepada pendewasaan secara seksual (reproduksi). Secara tradisional, proses pubertas dan masa remaja berada pada usia 13 tahun, namun belakangan para dokter menemukan menemukan bahwa perubahan terjadi sebelum anak berusia 10 tahun. Masa Remaja sebagai Konstruksi Sosial Saat ini masa remaja telah menjadi fenomena yang global, meskipun konteksnya akan berbeda tergantung pada budaya dan lingkungannya. Dalam sebagian besar wilayah di dunia, proses pada masa remaja berjalan lebih lama dibandingkan sebelumnya. Pubertas berlangsung lebih awal dibanding dengan waktu yang seharusnya. Remaja lebih banyak menghabiskan waktu untuk dunianya sendiri, sehingga hal ini menjadi 1

Upload: chairun-filhayani

Post on 06-Dec-2014

143 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Psikologi perkembangan

TRANSCRIPT

Page 1: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

PERKEMBANGAN FISIK DAN KOGNITIF REMAJA AWAL

REMAJA: SEBUAH TRANSISI PERKEMBANGAN

Dalam sebagian besar masyarakat moderen, bagian transisi antara kanak-

kanak dengan remaja ditandai dengan sebuah proses yang dinamakan masa

remaja (adolescence). Masa remaja merupakan sebuah transisi perkembangan

yang meliputi peubahan fisik, kognitif, emosional, dan sosial yang dapat berbeda-

beda sesuai dengan lingkungan sosial, budaya, dan ekonomi individu.

Permulaan perubahan fisik pada remaja yaitu pubertas, sebagai proses

yang akan menuju kepada pendewasaan secara seksual (reproduksi). Secara

tradisional, proses pubertas dan masa remaja berada pada usia 13 tahun, namun

belakangan para dokter menemukan menemukan bahwa perubahan terjadi

sebelum anak berusia 10 tahun.

Masa Remaja sebagai Konstruksi Sosial

Saat ini masa remaja telah menjadi fenomena yang global, meskipun

konteksnya akan berbeda tergantung pada budaya dan lingkungannya. Dalam

sebagian besar wilayah di dunia, proses pada masa remaja berjalan lebih lama

dibandingkan sebelumnya. Pubertas berlangsung lebih awal dibanding dengan

waktu yang seharusnya. Remaja lebih banyak menghabiskan waktu untuk

dunianya sendiri, sehingga hal ini menjadi pembeda tahapan antara remaja dengan

dewasa (Larson & Wilson, 2004).

Masa Remaja: Masa Mencari Kesempatan dan Risiko

Masa remaja menawarkan kesempatan untuk tumbuh tidak hanya dari segi

fisik, namun juga dari segi kognitif dan kompetensi sosial berupa otonomi, self-

esteem, dan kedekatan. Anak muda yang memiliki hubungan baik dengan orang

tua, sekolah, dan komunitasnya cenderung membangun pola hidup yang positif

dan sehat (Youngblade et al., 2007). Sebuah survei nasional terhadap 14.000

siswa sekolah menengah menyatakan tren yang mendorong. Sejak era 1990an,

siswa berusaha mencegah konsumsi alkohol, tembakau, atau marijuana;

mengendarai mobil tanpa mengenakan sabuk pengaman atau mengendarai tidak

1

Page 2: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

dalam keadaan mabuk; membawa senjata; melakukan hubungan seks bebas; atau

percobaan bunuh diri (CDC, 2006d; Eaton et al., 2008). Pencegahan perilaku

berisiko tersebut meningkatkan kesempatan bagi anak muda untuk memiliki

kondisi fisik dan mental yang sehat.

PERKEMBANGAN FISIK

PUBERTAS

Perubahan biologis dari pubertas, dimana hal ini mengisyaratkan

berakhirnya masa kanak-kanak, meliputi perkembangan yang pesat dari segi

tinggi dan berat badan, perubahan proporsi dan bentuk tubuh, serta pencapaian

pematangan seks. Proses ini berlangsung lama dan kompleks.

Bagaimana Pubertas Berawal: Perubahan Hormonal

Pubertas meliputi dua hormon, yaitu adrenarche (pematangan kelenjar

adrenal), yang akan diikuti oleh pematangan hormon gonadarce (pematangan

organ seks).

Dalam rentang usia tujuh hingga delapan tahun (Susman & Rogol, 2004),

kelenjar adrenal terletak di atas ginjal, yang mensekresikan peningkatan hormon

androgen yaitu dehydroepiandrosterone (DHEA). DHEA berperan dalam

pertumbuhan rambut pubis, ketiak, dan rambut pada bagian wajah. Selain itu,

pada masa remaja juga terjadi aktivitas hormon. Perempuan memiliki persentase

yang lebih besar dalam pertumbuhan lemak. Sebuah studi menyarankan bahwa

akumulasi dari leptin, yaitu hormon yang berada di dalam jaringan yang berperan

dalam obesitas, yang akan menstimulasi hipotalamus, yang akan meningkatkan

sekresi hormon (Chehab, Mounzih, Lu & Lim, 1997; Susman & rogol, 2004).

Waktu, Gejala-gejala, dan Tahapan Pubertas serta Kematangan

Seksual

Perubahan terjadi di masa kini, yaitu masa pubertas anak perempuan

terjadi pada usia 8 tahun, sedangkan anak laki-laki berada pada usia 9 tahun

(Susman & Rogol, 2004). Namun para dokter telah menemukan bahwa

pertumbuhan payudara pada anak perempuan lebih cepat, bahkan sebelum ulang

2

Page 3: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

tahun mereka yang ke delapan (Slyper, 2006). Proses pubertas biasanya terjadi

selama tiga hingga empat tahun.

a. Karakteristik Seksual Primer dan Sekunder

Karakteristik seks primer merupakan organ-organ tubuh yang penting

dalam reproduksi. Pada wanita, organ seks berupa ovarium, tuba fallopi, uterus,

klitoris, dan vagina. Sedangkan pada pria, meliputi testis, penis, skrotum, vesikula

seminalis, dan kelenjar prostat. Selama pubertas, organ-organ ini mengalami

pematangan.

Karakteristik seks sekunder merupakan tanda psikologis dari pendewasaan

yang tidak selalu meliputi organ seks. Contohnya, perubahan suara pada laki-laki

dan perempuan, serta pertumbuhan rambut di berbagai bagian tubuh.

b. Tanda-tanda Pubertas

Tanda eksternal pertama yang terlihat merupakan jaringan payudara dan

rambut pubis pada perempuan, serta pelebaran testis pada laki-laki (Susman &

Rogol, 2004). Rambut pubis pada awalnya berbentuk lurus dan halus. Lama

kelamaan akan menjadi lebih keriting dan berwarna gelap. Hal ini terjadi pada

pertumbuhan laki-laki dan perempuan. aselain itu, perubahan suara juga terjadi

pada masa pubertas. Kulit menjadi lebih berminyak dan kasar.

c. Pertumbuhan Pesat Remaja

Pada masa puber terjadi peningkatan tinggi, berat, otot, dan tulang tubuh

secara pesat. Hal ini berlangsung antara usia 91/2 tahun hingga 141/2 tahun pada

perempuan, dan antara usia 101/2 tahun hingga 16 tahun pada laki-laki.

Pertumbuhan perempuan biasanya lebih cepat dibandingkan laki-laki.

Anak perempuan antara usia 11 tahun dan 13 tahun akan menjadi lebih tinggi,

lebih berat, serta lebih kuat dari anak laki-laki. Laki-laki dan perempuan tumbuh

secara berbeda, tidak hanya pada tingkatan pertumbuhan namun juga dalam

bentuk tubuh.

d. Tanda-tanda Kematang Seksual: Produksi Sperma dan Menstruasi

Pematangan organ reproduksi menjadikan terjadinya proses menstruasi

pada perempuan, serta produksi sperma pada laki-laki. Tanda utama dalam

kematangan seksual pada laki-laki adalah prdouksi sperma, dimana terjadi

3

Page 4: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

ejakulasi pertama yang terjadi pada usia 13 tahun. Mereka akan mengalami

sebuah mimpi yang disebut dengan mimpi basah.

Sedangkan pada perempuan, tanda utama kematangannya berupa

menstruasi. Biasanya anak perempuan akan mengalami menstruasi pada usia 14

tahun sebelum tahun 1900, sedangkan saat ini terjadi lebih cepat yaitu dalam

rentang usia 121/2 tahun.

e. Pengaruh dan Dampak dari Pubertas

Anak yang lebih sehat biasanya akan memiliki masa remaja yang lebih

cepat dan tumbuh besar (Slyper, 2006). Kombinasi dari genetik, fisik, emosiona,

dan pengaruh kontekstual meliputi SES, racun lingkungan, diet, berat badan,

penyakit kronis atau stres akan mempengaruhi waktu menstruasi individu (Belsky

et al., 2007; Graber, Brooks-Gunn, & Warren, 1995).

Penelitian lain menyatakan bahwa periode menstruasi anak perempuan

menyerupai periode menstruasi ibunya, jika pemasukan nutrisi dan makanan yang

dimakan serupa dengan ibu mereka. Konflik keluarga juga berhubungan dengan

menstruasi yang lebih cepat, dimana kehangatan keluarga, hubungan keluarga

yang harmonis, dan adanya orang tua memiliki hubungan dengan menstruasi yang

lebih lambat (Belsky et al., 2007; Mendle et al., 2006).

STRUKTUR OTAK REMAJA

Perubahan pesat pada struktur otak remaja meliputi emosi, penilaian,

organisasi perilaku, dan kontrol diri. Hal ini terjadi antara masa remaja dan

dewasa. Pengambilan risiko merupakan hasil koordinasid ari dua bagian otak: (1)

hubungan sosioemosional yang sensitif terhadap stimulus sosial dan emosional,

seperti pengaruh teman sebaya, (2) hubungan kontrol-kognitif yang

meregulasikan respons terhadap stimulus. Hubungan sosioemosional bekerja lebih

aktif dalam masa pubertas, sedangkan hubungan kontrol-kognitif akan bekerja

lebih aktif di masa dewasa awal.

Proses informasi remaja terhadao emosi berbeda jika dibandingkan dengan

orang dewasa. Dalam sebuah penelitian, peneliti mengamati aktivitas otak remaja

saat mereka mengidentifikasikan emosi yang diperlihatkan dalam bentuk ekspresi

wajah dalam layar komputer. Remaja usia 11 hingga 13 tahun cenderung

4

Page 5: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

menggunakan amygdala, yang berperan dalam reaksi emosional dan insting.

Sedangkan remaja usia 14 hingga 17 tahun lebih menunjukkan pola pikir orang

dewasa, menggunakan lobus frontalis yang menangani perencanaan, penalaran,

penilaian, regulasi emosional, dan mengontrol impuls yang masuk.

Untuk memahami ketidakdewasaan dari otak remaja, kita perku meluhat

perubahan struktur dan komposisi dari korteks frontalis. Peningkatan white matter

dari ootak di masa kanak-kanak akan berlanjut di dalam lbus frontalis (ACT for

Youth, 2002; Blakemore & Choudhury, 2006; Kuhn, 2006; NIMH, 2001b).

Pemangkasan dari dendrit yang tidak digunakan selama masa kanak-kanak akan

mengalami pengurangan pada kepadatan gray matter yang akan meningkatkan

efisiensi otak.

KESEHATAN FISIK DAN MENTAL

Banyak remaja, terutama remaja perempuan mengeluhkan sakit pada diri

mereka, seperti pusing, sakit punggung, sakit perut, merasa gugup, keletihan,

merasa kesepian, atau lemah. Permasalahan kesehatan lainnya berakar dari gaya

hidup individu. Pada negara industri, remaja cenderu merasa kurang sehat dan

melaporkan gejala penyakit lainnya (Scheidt et al., 2000). Sedangkan remaja yang

berasal dari keluarga yang berkecukupan hidup lebih sehat dan aktif secara fisik

(Mullan & Currie, 2000).

Aktivitas Fisik

Olahraga, atau kurangnya olahraga akan berdampak pada kesehatan fisik

dan mental remaja. Keuntungan dari olahraga meliputi peningkatan kekuatan,

tulang yang lebih sehat, kontrol berat badan, dan mengurangi rasa cemas.

Olahraga yang lazim dilakukan berlangsung selama 30 menit setiap harinya.

Kebutuhan Tidur dan Permasalahannya

Kurangnya waktu tidur pada remaja telah menjadi wabah saat ini. rata-rata

40 persen remaja (terutama laki-laki) merasa mengantuk sepanjang pagi (Scheidt

et al., 2000). rata-rata remaja yang tidur lebih dari sepuluh jam pada usia 9 tahun

akan memiliki waktu tidur yang kurang dari 8 jam pada usia 16 tahun (Eaton et

al., 2008; Hoban, 2004). Pola tidur yang buruk akan menyebabkan insomnia,

5

Page 6: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

sebuah permasalahan yang sering terjadi pada masa kanak-kanak akhir atau

remaja (Hoban, 2004). Kurangnya waktu tidur akan menyebabkan kurangnya

konsentrasi dan penurunan kinerja di sekolah.

Mengapa remaja senang tidur lambat? Mereka memerlukan waktu untuk

mengerjakan tugas, berbicara dengan teman, atau menggunakan internet. Waktu

sekresi hormon melatonin berlangsung ketika otak telah siap untuk istirahat

(tidur). Setelah pubertas, sekresi ini akan menjadi lebih lambat pada malam hari

(Carskadon, Acebo, Richardson, Tate, & Seifer, 1997).

NUTRISI DAN GANGGUAN MAKAN

Gizi yang baik sangat penting untuk mendukung pesatnya pertumbuhan

remaja dan membangun kebiasaan makan yang sehat yang akan berlangsung

sampai dewasa. Sayangnya, remaja AS lebih sedikit makan buah-buahan dan

sayuran dan lebih banyak mengkonsumsi makanan yang tinggi kolesterol, lemak,

kalori dan rendah nutrisi dibandingkan remaja di negara-negara industri lainnya

(American Association jantung et al, 2006;. Vereeken & Maes, 2000).

Pola makan yang buruk misalnya makan-makanan cepat saji, makan

malam yang beku, ngemil, dan model diet yang umum dilakukan di seluruh

kelompok umur. Meskipun salad, sus, dan jus tidaklah menu tertinggi dari banyak

menus fast food di restoran, remaja tetap saja bisa makan di banyak tempat dan

memenuhi kebutuhan nutrisinya. Masalah terbesarnya bukanlah pada

ketidakmampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, tetapi tentang

banyak hal yang mereka dapatkan bersamanya. Misalnya saja fast food itu terasa

enak karena makanan ini mengandung lemak, gula dan garam didalamnya, tetapi

komposisi ini menambah kalori,inilah yang akan meningkatkan resiko berat badan

berlebihan.

Di seluruh dunia, gizi buruk paling sering terjadi pada populasi ekonomi

tertekan atau terisolasi, tetapi gizi buruk juga bisa terjadi akibat kekhawatiran

dengan citra tubuh dan kontrol berat badan (Vereeken & Maes, 2000). Gangguan

makan, termasuk obesitas, yang paling lazim dalam masyarakat industri, di mana

makanan berlimpah dan daya tarik disamakan dengan kelangsingan, tetapi

6

Page 7: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

gangguan ini tampaknya juga meningkat di negara non-Barat (Makino, Tsuboi, &

Dennerstein, 2004).

Obesitas

Remaja dikatakan mengalami obesitas atau overweight bila ia memiliki

berat badan antara 85-95% atau lebih dari BMI (Body Mass Index). BMI adalah

berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan tingginya dalam meter

persegi, sejak kegemukan tubuh bervariasi dengan umur dan jenis kelamin, persen

dari BMI spesifik dengan gender dan umur.

Remaja AS dua kali lebih besar mengalami masalah kelebihan berat

badan. Sekitar 34 persen dari remaja AS memiliki indeks massa tubuh (BMI) atau

di atas persentil ke-85 untuk usia dan jenis kelamin. Persentase remaja AS dengan

BMI di atas persentil ke-95 lebih dari tiga kali lipat antara tahun 1980 dan 2006,

dari 5 persen menjadi hampir 18 persen (Ogden et al., 2006, 2008).

Obesitas biasanya terjadi pada remaja yang kurang bergerak/berolahraga

dan tidak memiliki pola makan yang sehat dan teratur. Mereka berada pada

peningkatan risiko kolesterol tinggi, hipertensi, dan diabetes (NCHS, 2005).

Mereka cenderung menjadi obeser dewasa dan tunduk pada berbagai risiko fisik,

sosial, dan psikologis (Gortmaker, harus, Perrin, Sobol, & Dietz, 1993).

Mengingat berapa banyak remaja yang kelebihan berat badan saat ini,

proyek-proyek penelitian satu tim yang pada 2035 lebih dari 100.000 kasus

tambahan penyakit jantung akan timbul peningkatan prevalensi kelebihan berat

badan pada pria muda dan setengah baya dan wanita (Bibins-Domingo, Coxson,

Pletcher, lightwood, & Goldman, 2007).

Faktor genetik dan faktor lainnya, seperti pengaturan metabolisme yang

rusak, setidaknya pada anak perempuan, gejala depresi dan memiliki orang tua

obesitas dapat meningkatkan kemungkinan obesitas remaja (Morrison et al, 2005;.

Stice, Presnell, Shaw, & Rohde, 2005) . Namun sebuah penelitian dari 878

California 11 - sampai 15-year-olds mengungkapkan bahwa kurang olahraga

adalah faktor risiko utama untuk kelebihan berat badan pada anak laki-laki dan

perempuan (Patrick et al, 2004.)

7

Page 8: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

Remaja-remaja berusaha untuk mengurangi berat badannya dengan

harapan yang tidak realistic.Banyak yang berpandangan bahwa berat badan adalah

pusat dari segala masalahnya dan berharap dengan mengurangi berat badannya itu

masalahnya bisa terselesaikan dan mereka kan menjadi popular , membuat

kelompok, dan lain-lain. Kegagalan dalam hal ini bisa menyebabkan frustasi dan

membatalkan program dietnya. Namun kesuksesan dari program ini juga

dipengaruhi oleh banyak segi. Kesuksesan dalam mengontrol berat badan pada

remaja hampir tergantung pada integrasi dari orang tua.

Bentuk Tubuh dan Gangguan Makan

Beberapa remaja yang bertekad untuk tidak memiliki kelebihan berat

badan dapat mengakibatkan masalah penting dari berat badan itu sendiri. Karena

kenaikan normal dalam lemak tubuh anak perempuan selama masa pubertas,

banyak perempuan, terutama jika mereka maju dalam perkembangan pubertas

menjadi tidak bahagia tentang penampilan mereka yang turut mencerminkan

penekanan budaya pada atribut fisik perempuan (Susman & Rogol, 2004).

Biasanya perempuan cenderung tidak puas dengan perubahan postur tubuh yang

sangat meningkat selama masa remaja tengah, sedangkan anak laki-laki, yang

menjadi lebih berotot menjadi lebih puas dengan tubuh mereka (Feingold &

Mazella, 1998; Rosenblum & Lewis, 1999; Swarr & Richards, 1996).

Kekhawatiran yang berlebihan dengan berat badan dengan kontrol berat

badan dan citra tubuh mungkin mengeluhkan anorexia nervosa atau bulimia

nervosa, yang keduanya melibatkan pola abnormal dari asupan makanan.

Gangguan kronis terjadi di seluruh dunia, terutama pada remaja putri dan

perempuan muda. Namun, tidak cukup belajar telah dilakukan gangguan makan di

kalangan laki-laki dan kelompok etnis kulit putih. Selain itu, gagasan bahwa

gangguan makan adalah hasil dari tekanan budaya untuk menjadi kurus terlalu

sederhana, faktor biologis, termasuk faktor genetik, memainkan peran yang sama

penting (Striegel-Moore & Bulik, 2007). Studi kembar telah menemukan

hubungan antara gangguan makan dan serotonin kimia otak, sebuah varian dari

protein BDNF, yang mempengaruhi asupan makanan, dan estrogen (Klupm &

Culbert, 2007).

8

Page 9: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

Secara singkat ada beberapa alasan yang melibatkan remaja dalam aslah

makan adalah :

- Body Images : Umumnya remaja kecewa dengan tubuhnya. Lkai-laki

ingin untuk lebih tinggi sedangkan perempuan ingin untuk

menurunkan berat badannya. Dalam penelitian ini, harga diri dan

dukungan sosial yang rendah, dan tekanan untuk menurunkan berat

badan berhubungan negative dengan body image remaja.

- Pola Asuh : Orang yang mendapatkan pengajaran tentang pola makan

yang sehat serta olahraga dari orang tuanya memiliki pola makan yang

lebih sehat dibandingkan yang tidak mendapatkan pengajaran itu.

- Aktivitas seksual : Perempuan yang aktif dengan pacarnya dan dalam

masa pubertas transisi akan lebih mungkin mrlakukan diet dan terlibat

pola makan yang tidak baik.

- Peran Model dan Media : Perempuan yang termotivasi untuk melihat

figure yang sama jenis kelamin dengannya akan lebih berpengaruh

dibandingkan dengan teman sebayanya dalam hal menurunkan berat

badan. Melihat figure yang memiliki badan yang langsing maka ia

akan merasa kecewa dengan tubunhnya. Penekltian mengatakan,

dengan membaca artikel di majalah yang dibaca oleh remaja

perempuan tentang diet dan menurunkan berat badan berhubungan

dengan perilaku control berat badan yang tidak sehat seperti berpuasa,

menolak makanan, dan merokok 5 tahun berikutnya.

Anorexia Nervosa

Ketika memasuki masa remaja, khususnya masa pubertas, remaja menjadi

sangat peka atas pertambahan berat badan, terutama remaja putri, karena mereka

mengalami pertambahan jumlah jaringan lemak sehingga mudah untuk menjadi

gemuk apabila mengkonsumsi  makanan yang berkalori tinggi. Pada

kenyataannya kebanyakan wanita ingin terlihat langsing  dan kurus karena

beranggapan banhwa menjadi kurus akan membuat mereka bahagia, sukses, dan

popular.  Remaja dengan gangguan makan memiliki masalah dengan bentuk

tubuhnya. Artinya mereka sudah mempunyai suatu pola pikir bahwa tubuh

9

Page 10: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

mereka tidak ideal. Mereka merasa tubuhnya gemuk, banyak lemak disana-sini,

dan tidak sedap dipandang.1

Anoreksia nervosa adalah suatu kelainan yang ditandai dengan perubahan

gambaran tubuh, ketakutan yang luar biasa akan kegemukan, penolakan untuk

mempertahankan berat badan yang normal dan hilangnya siklus mentruasi (pada

wanita). Penderita yang umumnya terjadi pada remaja putri biasanya mengalami

gangguan makan, berupa aktifitas untuk menguruskan badan dengan melakukan

pembatasan makan secara sengaja melalui kontrol yang ketat.

Pada anoreksia nervosa terjadi hilangnya nafsu makan atau terganggunya

pusat nafsu makan. Hal tersebut disebabkan oleh konsep yang salah mengenai

konsep penampilan tubuh, sehingga penderita mempunyai rasa takut yang

berlebihan terhadap kegemukan. Penderita anoreksia nervosa sadar mereka lapar

namun takut untuk memenuhi kebutuhan makan mereka, karena bisa berakibat

meningkatnya berat badan. Berbeda dengan korban kelaparan, penderita anoreksia

nervosa mampu menjaga kekuatan dan kegiatan sehari-hari mendekati normal.

Tidak merasa lapar dan tidak cemas terhadap kondisinya.

Takut gemuk atau merasa terlalu gemuk ini terutama terjadi pada wanita,

sehingga membatasi makan dan terkadang tidak makan atau puasa. Akhirnya tidak

mau makan hingga penderita kurus kering. Kelainan ini banyak terjadi di dalam

masyarkat yang memuja bentuk tubuh yang kurus kering. Mereka terus-menerus

malakukan diet mati-matian untuk mencapai tubuh yang kurus, yang pada

akhirnya kondisi ini menimbulkan efek yang berbahaya yaitu kematian . Penyakit

ini dapat menyebabkan kematian pada 10% penderitanya.

Pada penderita anorexia nervosa dapat menurunkan berat badannya antara

25 – 50 % dari berat badan sebenarnya. Dampak fisik yang umumnya terjadi

penderita adalah kehilangan selera makan, hingga tidak mau mengkonsumsi

apapun, lemah tidak bertenaga, sulit berkonsentrasi dan terjadi gangguan

mentruasi. Namun dampak psikis juga terpengaruhi, seperti mempunyai perasaan

tidak berharga, sensitiv mudah tersinggung atau marah, mudah merasa bersalah,

kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain, tidak percaya diri,

10

Page 11: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

cenderung berbohong untuk menutupi perilaku makannya, minta perhatian orang

lain, dan depresi. Dampak fisik maupun psikis yang terjadi akibat gangguan

makan tersebut  memerlukan pertolongan segera dari psikolog, dokter, ahli gizi,

dan tentu saja orang tua.

Bulimia Nervosa

Bulimia nervosa merupakan kondisi dimana seseorang makan dengan

jumlah yang besar kemudian memuntahkan kembali makanan tersebut. Individu

yang menderita bulimia akan senantiasa makan dengan brutal, lalu kemudian

berusaha menghilangkan kalori yang masuk akibat makan berlebihan tadi. Upaya

ini dapat berupa diet ketat, puasa, olahraga terlalu ketat, atau bahkan

menggunakan obat pencahar dan suntikan. Kejadian ini biasanya terjadi dalam

waktu sekali dua minggu atau sekurang-kurangnya tiga bulan (APA, 2000).

Penderita bulimia biasanya tidak memiliki kelebihan berat badan, namun mereka

terobsesi dengan berat badan dan bentuk tubuh mereka. Mereka cenderung

memiliki self-esteem yang rendah dan senantiasa merasa malu bahkan depresi

(Wilson et al., 2007).

Tanda-tanda dan gejala bulimia nervosa :

1. Olah raga yang berlebihan

2. Obsesi dengan makanan

3. Menggunakan obat pencahar

4. Perubahan warna gigi

5. Berat badan berfluktuasi

6. Pergi ke kamar mandi setelah makan

Treatment dan Dampak Gangguan Pola Makan

Tujuan langsung dari pengobatan untuk anoreksia adalah untuk

mendapatkan berat yang ideal bagi pasien. Namun seringkali sulit untuk mencapai

dalam memberikan kekuatan dan keyakinan pada pasien tentang tubuh mereka.

Salah satu perawatan yang banyak digunakan adalah jenis terapi keluarga di mana

orang tua mengontrol pola makan anak mereka.

11

Page 12: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

Bulimia juga lebih baik diobati dengan terapi perilaku kognitif (Wilson et

al., 2007). Pasien menyimpan buku harian pola makan mereka dan diajarkan cara

untuk menghindari godaan untuk pesta. Individu, kelompok, atau psikoterapi

keluarga dapat membantu baik anoreksia dan bulimia pasien, biasanya setelah

terapi perilaku awal telah membawa symtomps terkendali. Karena pasien

merupakan risiko untuk depresi dan bunuh diri, obat antidepresan sering

dikombinasikan dengan psikoterapi (McCallum & Bruton, 2003), tetapi bukti

jangka panjang efektivitas mereka di kedua anoreksia atau bulimia kurang

(Wilson et al., 2007).

Remaja dengan kebutuhan mereka untuk otonomi mungkin menolak

intervensi keluarga dan mungkin perlu struktur pengaturan kelembagaan. Namun,

setiap program perawatan untuk remaja harus melibatkan keluarga. Hal ini juga

harus menyediakan kebutuhan perkembangan remaja, yang mungkin berbeda dari

kebutuhan pasien dewasa, dan harus menawarkan kesempatan untuk bersaing

dengan sekolah (McCallum & Bruton, 2003).

Hampir setengah dari pasien anoreksia akhirnya membuat pemulihan

penuh (Steinhausen, 2002), tetapi sampai sepertiga berhenti dari pengobatan

sebelum mencapai berat yang sesuai (McCallm & Bruton, 2003). Tingkat

pemulihan dari bulimia rata-rata 30 sampai 50 persen setelah terapi perilaku

kognitif, dan banyak pasien lain menunjukkan perbaikan (Wilson et al., 2007).

PENYALAHGUNAAN OBAT-OBATAN

Penyalahgunaan obat-obatan merupakan penggunaan alkohol maupun obat

lainnya yang berbahaya. Penyalahgunaan ini dapat menyebabkan dependensi

obat-obatan (adiksi), yang dapat bersifat psikologis, fisiologis, dan dapat berlanjut

hingga masa dewasa. Penggunaan obat-obatan secara adiktif berbahaya bagi

remaja karena akan menstimulasi bagian otak yang masih berkembang di masa

remaja (Chambers et al., 2003).

Tren Penggunaan Narkoba

Hampir setengah (47 persen) dari remaja AS telah mencoba obat-obatan

terlarang pada saat mereka meninggalkan sekolah tinggi. Sebuah kebangkitan

12

Page 13: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

dalam penggunaan obat selama awal 1990-an disertai berkurangnya persepsi

bahaya dan pelunakan ketidaksetujuan rekan. Namun, tren yang sudah mulai

mundur. Akhir tahun penggunaan obat-obatan terlarang sudah mulai turun hampir

sepertiga di antara delapan kelas, satu-kelima di antara kelas kesepuluh, dan satu-

kedelapan di antara siswa kelas dua belas sejak tahun 1996 namun masih jauh di

atas titik terendah pada 1991-1992.

Alkohol, Ganja, dan Tembakau

Alkohol, ganja, dan tembakau digunakan antara anak usia belasan tahun di

Amerika kemudian diikuti dengan kecenderungan untuk menetap dan lebih

kerasnya lagi menggunaan putaw, dan naik satu level lebih selama tahun 1990-

an yang diikuti oleh satu lebih kecil serta berangsur-angsur.

Alkohol berpotensi kuat sebagai obat perangsang pikiran dengan akibat

utama pada fisik, emosional dan kemudian kesejahteraan sosial. Penggunaannya

merupakan satu masalah yang serius pada suatu negara. Mayoritas pelajar SMA

terlibat dalam pesta minum minuman keras – mengkonsumsi minuman lima atau

lebih pada satu tempat. Pada sebuah studi nasional, menyatakan bahwa pesta

minum minuman keras lebih disukai oleh peminum minuman keras dibandingkan

pelajar lain yang dilaporkan menurunkan kinerja sekolah serta perilaku lain yang

penuh resiko. Remaja lebih rentan terkena dampaknya daripada orang dewasa.

Keduanya secara langsung dan dalam jangka panjang alkohol dapat memberikan

akibat yang negatif pada proses belajar dan pembentukan ingatan.

Terlepas dari kemerosotan oleh penggunaan ganja sejak 1996-1997,

selama sejauh itu lebih luas digunakan secara sembunyi-sembunyi. Secara khas

rokok ganja mengandung lebih dari 400 zat karsinogen. Pengguna yang berat

dapat menyebabkan kerusakan otak, hati, paru-paru dan dan system imun dan

karena kekurangan nutrisi, infeksi pernapasan dan masalah pisik lainnya.

Kemungkinan pengguna yang berat akan kehilangan motivasi, depresi yang

memburuk, aktifitas yang kacau dan karena masalah keluarga. Menggunakan

ganja juga dapat menghambat ingatan, kecepatan berfikir, belajar, serta

kemampuan di sekolah. Pengguna ganjan yang berat dapat mengurangi persepsi,

kewaspadaan, perhatian, penilaian, serta kemampuan motorik yang

13

Page 14: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

mengendalikan penggerak dengan demikian dapat menyokong terjadinya

penyimpangan.

Penggunaan tembakau oleh remaja adalah untuk mengatasi masalah,

terutama di beberapa negara industri. Remaja-remaja awal boleh saja mulai

menggunakan rokok dan bir, hingga di saat mereka semakin beranjak dewasa

mereka mulai menggunakan ganja atau narkoba (obat keras). Remaja yang

memulai minum minuman awalnya cenderung mempunyai perilaku yang salah

atau memiliki saudara kandung yang pecandu alkohol. Mereka mulai meminum

minuman sebelum mereka berumur 15 tahun lebih banyak dan beberapa waktu

yang akan datang mereka menjadi pecandu alkohol, atau mereka tidak mulai

minum pada umur 21 tahun.

Pengaruh teman sebaya dalam merokok dan minum minuman telah

dilaporkan meluas (CASA di Universitas Kolumbia, 1996; Cleveland & Wiebe,

2003). Hal ini serupa dengan dampak yang diberikan terhadap konsumsi obat-

obatan, pengaruh saudara dan teman sebaya meningkatkan konsumsi alkohol dan

tembakau (Rendle, Slomkowsko, Lloyd-Richardson, & Niaura, 2005).

Orangtua turut memberi kontribusi yang besar dalam perilaku remaja.

Remaja yang percaya bahwa orang tua mereka menolak perilaku merokok

memiliki keinginan yang lebih rendah untuk merokok (Sargent & Dalton, 2001).

Namun, orang tua juga dapat memberi pengaruh buruk kepada remaja. Studi

menyatakan bahwa 514 anak yang mengkonsumsi alkohol juga berasal dari

orangtua yang mengkonsumsi alkohol. Media turut memberi pengaruh terhadap

perilaku merokok, yaitu dengan adanya film yang memperlihatkan perilaku

merokok di dalamnya (Charlesworth & Glants, 2005).

DEPRESI

Prefalensi dari depresi meningkat dalam usia remaja. Pada tahun 2004

ditemukan bahwa 9 persen anak muda berusia 12-17 tahun telah mengalami

sedikitnya satu kali periode depresi, dan hanya 40 persennya yang telah diobati

(SAMHSA, 2005). Depresi pada anak muda tidak selalu berupa kesedihan, namun

juga berupa iritabilitas (rasa tidak peka), kebosanan, atau ketidakmampuan untuk

merasa senang.

14

Page 15: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

Remaja perempuan -khususnya perempuan yang mulai beranjak dewasa-

lebih rentan mengalami depresi dibandingkan remaja laki-laki (Brent & Birmaher,

2002; Ge, Conger, & Elder, 2001; SAMHSA, 2005; Stice, Presnell & Bearman,

2001). Perbedaan gender ini berhubungan dengan perubahan secara biologis pada

masa puber. Faktor lain yang menyebabkan perempuan lebih rentan adalah

sosialisasi, dimana perempuan lebih rentan mengalami stres dalam pergaulan

mereka (Ge et al., 2001; Hankin, Mermelestein, & Roesch, 2007). Depresi pada

remaja dapat di atasi dengan perlakuan rawat jalan, atau yang mempunyai

ketergantungan zat, gejala psikosis, atau upaya bunuh diri yang membutuhkan

rumah sakit. Sekurang-kurangnya satu dari lima orang yang mengalami serangan

penyakit depresi pada anak-anak atau remaja menyebabkan mereka menghadapi

suatu gangguan yang besar, diantaranya; episode depresi, kemudian digantikan

dengan episode manic, ditandai oleh meningkatnya energi, euforia, dan

pengambilan resiko. Peristiwa remaja dengan gejala seperti diatas untuk

mendiagnosa masalah depresi mendapatkan perlakuan yang sesuai di rumah sakit

serta perilaku usaha bunuh diri dilakukan oleh umur 25 tahun.

Faktor risiko dari depresi meliputi kecemasan, rasa takut terhadap kontak

sosial, penyakit kronis, konflik orang tua, kekerasan, penggunaan alkohol dan

obat-obatan, serta orang tua yang memiliki riwayat depresi. Permasalahan bentuk

tubuh dan gangguan pola makan dapat memperburuk gejala depresi (Stice &

Bearman, 2001).

Remaja penderita depresi yang tidak mampu merespon pengobatan atau

mengalami psikosis, serta memiliki keinginan bunuh diri sebaiknya diberi

perawatan intensif di rumah sakit. Sedikitnya satu dari lima orang yang

mengalami depresi pada masa kanak-kanak dan remaja berada dalam risiko

gangguan bipolar, dalam peristiwa depresi yang berada pada periode rendah

hingga tinggi, yang memiliki ciri-ciri peningkatan energi, mengalami euforia, dan

senang mencari masalah (Brent & Birmaher, 2002).

Salah satu alternatif pengobatan pada gejala depresi adalah psikoterapi.

Sebuah analisa terhadap suatu studi menemukan bahwa psikoterapi kognitif dan

non-kognitif dapan menjadi efektif dalam jangka waktu pendek, namun efeknya

bertahan tidak lebihd ari satu tahun (Weisa, McCarty, & Valeri, 2006).

15

Page 16: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

KEMATIAN PADA MASA REMAJA

Kematian pada remaja merupakan kejadian yang tragis dan mendadak

(Hoyert, Heron, Murphy, & kung, 2006). 71 persen kematian pada rentang usia

10-24 tahun di Amerika Serikat disebabkan oleh kecelakaan motor, pembunuhan,

atau bunuh diri (Eaton et al., 2006). Frekuensi dari kematian yang disebabkan

oleh kekerasan merefleksikan budaya pada remaja yang cenderung belum

berpengalaman dan belum dewasa, yang seringkali membuat mereka kurang

berhati-hati.

Kematian karena Kecelakaan Motor dan Senjata Api

Kecelakaan motor merupakan kasus utama penyebab kematian remaja di

Amerika Serikat. Risiko kecelakaan ini menjadi lebih besar pada remaja usia 16-

19 tahun, terutama pada remaja yang baru belajar mengendarai (McCartt, 2001;

Minino, Anderson, Fingerhut, Boudreault, 2004). Kecelakaan ini juga diperparah

dengan kondisi remaja yang mengendarai dalam keadaan mabuk serta tidak

mengenakan sabuk pengaman saat berkendara.

Kematian yang disebabkan oleh senjata api pada usia 15-19 tahun

(meliputi pembunuhan, bunuh diri, maupun kematian mendadak) lebih umum

terjadi di Amerika Serikat dibandingkan negara industri lainnya. Di Amerika,

masyarakatnya memiliki kebebasan menggunakan senjata, sehingga risiko

kematian karena senjata api lebih besar di negara ini.

Bunuh Diri (Suicide)

Bunuh diri merupakan penyebab kematian ke tiga terbesar di Amerika

Serikat dengan rentang usia 15-19 tahun (Heron, & Smith, 2007). Pada tahun

2004, kematian pada remaja meningkat, terutama pada remaja perempuan.

Remaja laki-laki empat kali lebih mampu bertahan dibandingkan remaja

perempuan, sehingga mereka lebih sering melakukan percobaan bunuh diri

(NCHS, 2004, 2005, 2006).

16

Page 17: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

PERKEMBANGAN KOGNITIF

ASPEK-ASPEK DALAM PENDEWASAAN SECARA KOGNITIF

Kebanyakan remaja siap untuk menjalani kehidupan remaja mereka

dengan penampilan yang lebih dewasa, kondisi tubuh yang sehat, serta

bersemangat. Perkembangan kognitif mereka terus berlanjut, sehingga remaja

ridak hanya mengalami perbedaan fisik namun juga berpikir dan berbicara dengan

cara yang berbeda. Meskipun terkadang pemikiran mereka masih labil,

kebanyakan remaja sudah memiliki penalaran secara abstrak dan penilaian moral

yang modern, sehingga mereka mampu merencanakan sesuatu secara lebih

realistis.

Remaja mampu menghasilkan hipotesis sesuai dengan data yang telah

mereka peroleh, sehingga pikiran mereka menjadi lebih logis dibanding anak-

anak. Remaja akan berusaha menyelesaikan masalah mereka dengan logis dan

realistis.

TAHAP PERKEMBANGAN PIAGET: OPERASIONAL FORMAL

Perkembangan kognitif menurut Piaget merupakan kebebasan bertahap

yang diperoleh melalui pengalaman. Remaja telah memasuki masa perkembangan

operasional formal, yang merupakan tingkatan tertinggi pada tahap perkembangan

Piaget. Pada tahap ini, remaja sudah membentuk pemikiran secara abstrak.

Perkembangan ini terjadi pada usia 11 tahun, yang memberi remaja cara yang

inovatif, lebih fleksibel, sebagai jalan untuk memanipulasi informasi. Remaja

pada tahap operasional formal sudah mampu memahami metafora dan

menemukan arti suatu kata secara mendalam. Mereka berpikir dalam lingkup

“Apa yg seharusnya terjadi”, tidak lagi menggunakan pemikiran pragmatis.

Mereka mampu membayangkan kemungkinan dan melakukan uji hipotesis.

Penalaran Deduktif-Hipotesis

Penalaran deduktif-hipotesis merupakan konsep dari tahapan operasional

formal yang memperlihatkan kemampuan remaja untuk membuat sebuah hipotesis

atau penalaran terbaik. Hal ini dapat berupa cara pemecahan masalah, seperti

17

Page 18: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

persamaan aljabar dalam pelajaran matematika. Hipotesis yang telah diperoleh ini

tentunya memerlukan pengujian untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang

telah ada.

Evaluasi terhadap Teori Piaget

Meskipun remaja cenderung berpikir secara abstrak dibanding anak-anak,

masih terdapat perdebatan pada usia berapa tepatnya pemikiran abstrak ini

muncul. Tulisan Piaget menyediakan banyak contoh dari anak-anak yang

memiliki pemikiran yang lebih ilmiah sebelum mencapai usia remaja. Pada saat

bersamaan, Piaget terlalu berlebihan dalam menilai kemampuan yang dimiliki

anak yang lebih tua.

Dalam tulisannya, Piaget kurang memperhatikan perbedaan individu, baik

itu berupa cara anak dalam menyelesaikan tugasnya, atau pengaruh sosial dan

budaya. Sedangkan penelitian Neo-Piagetian menyatakan bahwa proses kognitif

anak terikat dengan beberapa hal, tentang apa yang dipikirkan anak, serta jenis

informasi dan pengetahuan yang dimiliki anak (Case & Okamoto, 1996; Kuhn,

2006).

Mempertimbangkan proses kognitif yang terajdi dalam pemerolehan

informasi dan prosesnya, -akumulasi pengetahuan, keahlian khusus, proses

metakognitif yang terjadi, kesadaran, dan pengamatan dari proses mental

seseorang serta strategi yang digunakan- teori Piaget dianggap tidak adekuat

(Flavell et al., 2002).

PERUBAHAN DALAM PEMROSESAN INFORMASI

Perubahan cara remaja dalam pemrosesan informasi merefleksikan

pematangan dari lobus frontal otak dan dapat membantu menjelaskan proses

kognitif yang telah dijelaskan Piaget. Bagian neural mana yang melemah dan

menjadi lebih kuat memiliki hubungan yang kuat dengan pengalaman yang

dimiliki. Peningkatan yang terjadi dalam proses kognitif akan terus berkembang

dengan pesat pada remaja (Kuhn, 2006). Terdapat dua kategori dari perubahan

pengukuran pada kognisi remaja, yaitu: perubahan struktural dan perubahan

fungsional.

18

Page 19: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

Perubahan Struktural

Perubahan struktural pada remaja meliputi:

- Perubahan kapasitas memori kerja;

- peningkatan kapasitas pengetahuan yang tersimpan dalam LTM (Long

Term Memory).

Kapasitas dalam memori kerja yang meningkat dalam masa kanak-kanak

tengah akan terus berkembang selama masa remaja. Perluasan dari memori kerja

dapat membuat remaja yang lebih tua mampu menyelesaikan permasalahan

maupun pilihan yang tersedia. Informasi yang tersedia dalam LTM dapat berupa

deklaratif, prosedural, dan konseptual:

- Pengetahuan Deklaratif meliputi seluruh pengetahuan faktual yang

dimiliki individu. Contoh: pengetahuan bahwa 2 + 2 = 4.

- Pengetahuan Prosedural meliputi kemampuan (skill) yang dimiliki

individu. Contoh: kemampuan mengendarai kendaraan.

- Pengetahuan Konseptual merupakan sebuah pemahaman, sebagai

contoh: persamaan aljabar akan memberi hasil yang sama jika angka

yang ada dikalikan atau ditambahkan dengan kedua sisi.

Perubahan Fungsional

Proses dalam memperoleh, dan menguasai informasi sebagai aspek

fungsional dari kognisi. Hal ini meliputi pembelajaran, proses mengingat, dan

penalaran, keseluruhannya meningkat selama remaja.

Perubahan fungsional yang paling penting diantaranya adalah (1)

peningkatan yang berkesinambungan dalam kecepatan (Kuhn, 2006), serta (2)

perkembangan fungsi eksekutif yang meliputi kemampuan pengambilan

keputusan dan manajemen memori kerja. Kemampuan-kemampuan ini akan

berkembang dalam tingkatan yang berbeda (Blakemore & Choudhury, 2006;

Kuhn, 2006). Dalam sebuah penelitian, remaja mencapai tingkatan dewasa dalam

respons inhibisi saat berusia 14 tahun, memproses kecepatan dalam usia 15 tahun,

serta peningkatan memori kerja di usia 19 tahun (Luna et al., 2004).

19

Page 20: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

PERKEMBANGAN BAHASA

Pada umumnya, indvidu mampu mengenali 80.000 kosakata pada usia 16

hingga 18 tahun (Owens, 1996). Dengan pemikiran formal, remaja dapat

menentukan serta melakukan diskusi terhadap sejumlah abstraksi seperti cinta,

keadilan, dan kebebasan. Remaja akan lebih sering menggunakan beberapa

macam istilah untuk mengekspresikan hubungan logis antara kalimat. Mereka

menjadi lebih menyadari bahwa satu kata dapat memiliki banyak arti, serta lebih

senang menggunakan metafora dan permainan kata-kata (Owens, 1996).

Remaja juga menjadi lebih mampu dalam pengambilan perspektif sosial,

yaitu kemampuan untuk memahami pola pikir orang lain dan tingkat

pengetahuannya, sehingga mereka berbicara sesuai dengan konteksnya. Remaja

juga memiliki dialek yang berbeda dari orang dewasa (bahasa gaul).

Perbendaharaan kata yang dimiliki setiap orang dapat berbeda, melalui

gender, etnis, usia, wilayah geografis, dan tingkat pendidikan (Labov, 1992).

Sebuah studi terhadap gaya berbicara remaja di Naples, Italia, menyatakan bahwa

ciri-ciri yang sama dapat muncul “dalam beberapa kebudayaan dimana remaja

berada dalam kategori sosial yang berbeda” (Danesi, 1994, p.123).

TEORI KOHLBERG: PENALARAN MORAL

Sebagai anak yang sedang mencapai tingkat kognitif yang lebih tinggi,

mereka menjadi lebih mampu untuk menggunakan penalaran yang lebih kompleks

terhadap isu-isu moral yang terjadi. Kecendrungan remaja untuk menjadi altruis

dan empati akan meningkat di masa remaja awal. Dibandingkan dengan anak-

anak, remaja mampu memahami pola pikir orang lain, menyelesaikan

permasalahan sosial, membangun hubungan interpersonal dengan baik, serta

melihat diri mereka sebagai makhluk sosial.

Kohlberg melakukan sebuah penelitian terhadap perkembangan moral

pada perempuan, serta penelitian terhadap perilaku prososial pada remaja.

20

Page 21: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

Dilema Heinz

Seorang wanita sedang menderita penyakit kanker stadium lanjut. Seorang

apoteker berhasil menemukan obat yang dipercaya dokter dapat menyembuhkan

wanita tersebut. Apoteker tersebut menjual obat dalam dosis kecil seharga $2000,

sepuluh kali lebih mahal dibandingkan obat yang biasa ia buat. Suami wanita

penderita kanker tersebut, yaitu Heinz, meminjam uang kepada kerabatnya namun

ia hanya mampu memperoleh $1000. Dia memohon kepada sang apoteker agar

dapat menjual obatnya seharga $1000, namun apoteker tersebut menolaknya.

Heinz yang sedang kehilangan arah menjadi labil. Ia merusak apotik dan mencuri

obat yang dibuat apoteker tersebut. Apa yang sebaiknya Heinz lakukan? Why or

why not? (Kohlberg, 1969).

Permasalahan Heinz merupakan contoh yang paling terkenal dari

pendekatan Kohlberg untuk meneliti perkembangan moral individu. Pada tahun

1950an, Kohlberg beserta koleganya melakukan penelitian terhadap dilema seperti

Heinz pada 75 orang anak laki-laki dalam rentang usia 10, 13, dan 16 tahun.

Kohlberg melakukan pengujian secara berkala selama lebih dari tiga puluh tahun.

Dari penelitian ini, Kohlberg menyimpulkan bahwa cara pandang orang

mencerminkan perkembangan kognitifnya.

Tingkatan dan Tahapan Kohlberg

Perkembangan moral dalam teori Kohlberg turut menunjang teori Piaget,

namun teori Kohlberg lebih kompleks. Kohlberg mendefinisikan tiga tingkatan

penalaran moral, diantaranya:

1. Tahap I Moralitas Prakonvensional : individu berperilaku dibawa

kontrol eksternal mereka. Mereka mematuhi peraturan untuk

mencegah hukuman. Tahapan ini biasanya ada pada anak usia 4-10

tahun;

2. Tahap II moralitas konvensional :individu telah menginternalisasi

tokoh yang dijadikan pemegang otoritas (standar perilaku). Tahapan

ini biasanya akan dicapai pada usia 10 tahun ke atas, dimana individu

akan tetap mempertahankan perilaku baik mereka, bahkan hingga

dewasa;

21

Page 22: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

3. Tahap III moralitas postkonvensional : individu menyadari adanya

konflik diantara standar moraldan membuat penilaian mereka sendiri

berdasarkan prinsip yang dianggap benar dan adil. Individu biasanya

mencapai tahapan ini pada masa remaja akhir, atau dewasa awal.

Beberapa remaja dan orang dewasa menetap pada tahapan pertama

Kohlberg. Layaknya anak-anak, mereka cenderung menghindari hukuman atau

memuaskan kebutuhan mereka. Kebanyakan remaja dan orang dewasa berada

pada tingkatan ke dua, dan juga tingkatan ke tiga. Mereka mengikuti orang lain

untuk menaati peraturan dan hukum yang ada. Tingkatan ke empat dalam

penalaran, berupa penegakan norma sosial, mungkin kurang dikenal namun

meningkat dari remaja hingga dewasa.

Kohlberg menambahkan tingkatan transisi antara tingkatan ke dua dan ke

tiga, dimana individu tidak merasa terikat dengan standar moral dalam

masyarakat. Mereka cenderung menuruti perasaan dan insting. Sebelum individu

berhasil membangun tingkatan ke tiga yaitu moralitas, mereka harus mampu

menyadari adanya standar moral dalam masyarakat. Banyak anak muda yang

mempertanyakan tentang moral ketika mereka mulai memasuki sekolah

menengah dan bangku kuliah, serta mulai menghadapi perbedaan dari segi

budaya, nilai, dan etnis.

Evaluasi Teori Kohlberg

Kohlberg merupakan bagian dari Piaget yang lebih melihat pada

perkembangan moral. Bahkan jika dilihat dari segi moral, terlihat semata-mata

seperti pencapaian dari kontrol impuls-impuls pemuasan diri, para investigator

sekarang mempelajari bagaimana anak-anak dan dewasa menanamkan moral

dasar dalam pertumbuhan pemahamana mereka tentang dunia sosial.

Penelitian awal mendukung penelitian Kohlberg yang menunjukkan

bahwa orang dewasa telah mencapai kemajuan dalam tahapan-tahapan Kohlberg

dan tidak meninggalkan satu tahap pun. Penilaian moral mereka berkorelasi

positif dengan umur, pendidikan, IQ, dan status sosial ekonomi. Beberapa

penelitian terakhir, telah membuang keragu-raguan dalam penjelasan dari

22

Page 23: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

beberapa tahapan Kohlberg. Sebuah penelitian mengenai penilaian anak-anak

tentang hukum dan pelanggar hukum menunjukkan bahwa beberapa anak telah

bisa memberikan alasannya tentang isu-isu pada awal umur 6 tahun.

Salah satu alasan kenapa umur dihubungkan dengan tingkatan Kohlberg

berubah-berubah adalah orang yang telah mencapai tingkatan yang tinggi dalam

perkembangan kognitifnya tidak selalu menjangkau sebuah perbandingan dengan

tingkatan tinggi dari perkembangan moral. Sebuah tingkatan yang pasti dari

perkembangan kognitif adalah kebutuhan tetapi tidak cukup untuk dijadikan

sebuah tingkat perbandingan dari perkembangan moral. Beberapa investigator

mengemukakan bahwa aktivitas moral itu dimotivasi tidak hanya dengan

pertimbangan abstrak dari penilaian tetapi juga dengan contoh emosi seperti

empati, rasa bersalah, distress, dan norma prososial internal.

Ini juga telah dibantah oleh tahap 5 dan 6 Kohlberg yang tidak bisa

dikatakan sebagai tahap yang paling matang dari moral development karena

mereka membatasi kematangan untuk memilih grup yang diberi refleksi filosofis.

Selanjutnya, hubungan antara moral reasoning dan moral behavior tidak

selalu mulus. Orang-orang pada level postkonventional tidak membutuhkan aksi

lebih secara moral dibandingkan dengan level yang lebih rendah. Faktor lainnya

seperti situasi khusus, konsep kebaikan, dan perhatian pada atribut lain dari moral

behavior. Remaja yang lebih maju dalam moral reasoning melakukan

pengendalian lebih terhadap moral mereka dalam bertingkah laku yang lebih baik

dan teratur dan lebih tinggi dalam kompetensi sosial, dimana remaja yang

antisosial memiliki kematangan yang lebih rendah dalam moral reasoning.

Pengaruh Orang Tua, Teman Sebaya, dan Budaya

Tidak seperti Paiget, Kohlberg mengemukakan bahwa orang tua penting

untuk perkembangan moral anak, tetapi beberapa penelitian terahir menekankan

pada kontribusi orang tua pada dua aspek tersebut yaitu kognitif dan emosional.

Remaja yang suportif memiliki orang tua yang berwenang untuk menstimulasi

mereka untuk bertanya dan memperluas pengendalian moral reasoning mereka

untuk alasan di tingkat yang lebih tinggi.

23

Page 24: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

Teman sepermainan juga berpengaruh terhadap moral reasoning yaitu

berbincang-bincang dengan orang lain tentang konflik moral. Memiliki banyak

teman dekat, menghabiskan waktu luangnya bersama-sama dengan hal yang

bermanfaat, dan belajar menjadi pemimpin adalah asosiasi dengan moral

reasoning yang lebih tinggi.

Sistem Kohlberg tidak bisa direpresentasikan di budaya non barat secara

akurat seperti yang terjadi di budara barat yang mana budaya barat adalah tempat

asli berkembangnya moral reasoning. Orang yang lebih tua di negara-negara lain

selain AS cenderung mencapai tahap yang lebih tinggi dibandingkan dengan

orang yang lebih muda. Namun, orang-orang dengan budaya non barat jarang

memiliki skor diatas tahap 4., ini menunjukkan bahwa beberapa aspek dari model

Kohlberg tidak sesuai dengan nilai budaya di negara itu.

ETIKA KEPEDULIAN: TEORI GILLIGAN

Berdasarkan penelitian pada wanita, Carol Gilligan menegaskan bahwa

teori Kohlberg hanya berorientasi pada nilai yang lebih penting untuk laki-laki

dibandingkan dengan wanita. Gilligan mengklaim bahwa wanita melihat tidak

terlalu banyak syarat dalam penilaian dan keadilan sebagai sebuah tanggung

jawab untuk memperlihatkan perhatian dan menghindari kesakitan. Mereka

berfokus pada tidak meninggalkan orang itu bila dibandingkan dengan berlaku

tidak adil kepada mereka.

Penelitian telah menemukan sedikit dukungan untuk klaim Gilligan

tentang bias wanita dalam tahapan Kohlberg. Namun, penelitian telah menemukan

sedikit perbedaan gender dalam relasi perhatian moral reasoning diantara remaja

dalam beberapa budaya. Sebagai contoh, remaja awal perempuan di AS

cenderung menekankan pada hubungan dekat dibandingkan dengan anak laki-laki.

Alasannya mungkin karena anak perempuan lebih awal matang dan

memiliki lebih banyak hubungan dekat secara sosial. Dalam analisisi 113

penelitian, anak perempuan dan anak laki-laki lebih berpikir tentang perhatian

sedangkan pria dan wanita lebih memikirkan keadilan, tapi perbedaannya hanya

sedikit.

24

Page 25: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

PERILAKU PROSOSIAL DAN KESUKARELAAN

Pemikiran prososial didasarkan pada refleksi personal tentang konsekuensi

dan nilai internal serta norma meningkat dengan usia, pemikiran ini berdasarkan

pada salah satu streotip seperti “ menolong itu baik” menurun dari kanak-kanak

hingga remaja akhir.

Perilaku prososial juga, meningkat secara tipikal dari masa kanak-kanak

sampai remaja. Anak perempuan menunjukkan perilaku prososial yang lebih

dibandingkan dengan anak laki-laki dan perbedaan ini menetap sampai mereka

remaja. Anak perempuan cenderung melihat diri mereka lebih empati dan

prososial dibandingkan dengan anak laki-laki, dan orang tua anak perempuan

lebih menekankan pada tanggung jawab sosial dibandingkan dengan orang tua

anak laki-laki.

Berdasarkan penelitian, anak-anak lebih muda yang memiliki orang tua

dengan disiplin induktif lebih tinggi memiliki perilaku prososial saat remaja

dibandingkan dengan orang tua yang menggunakan disiplin secara asertif.

Sebagian remaja ikut serta dalam aktifitas prososial dan suka rela. Perilaku

prososial memungkinkan remaja terlibat dalam dunia orang dewasa, untuk

mengeksplor potensi mereka sebagai bagian dari komunitas dan untuk membantu

mereka mengembangkan rasa identitas dalam berhubungan dengan masyarakat.

Sukarelawan remaja cenderung memiliki pemahaman diri yang tinggi dan

lebih berkomitmen. Sukarelawan perempuan lebih banyak dari laki-laki dan

remaja yang status sosial ekonominya tinggi lebih banyak menjadi sukarelawan

dibandingkan dengan yang memiliki SES rendah. Siswa yang menjadi

sukarelawan cenderung lebih dibutuhkan di komunitas dibandingkan dengan yang

tidak.

PENDIDIKAN DAN ISU KEJURUAN

Di AS, seperti di negara industri lain dan negara berkembang, banyak

siswa yang telah menamatkan sekolah tinggi dibandigkan dengan sebelumnya dan

banyak juga yang mendaftar ke pendidikan yang lebih tinggi. Namun remaja di

AS rata-rata kurang baik dalam pencapaian akademiknya bila dibandingkan

dengan negara lain. Mari kita lihat hal-hal yang mempengaruhi pencapaian

25

Page 26: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

sekolah dan kemudian pada anak muda yang mengalami drop out. Sehingga kita

dapat merencanakan pendidikan yang lebih tinggi dan menjurus.

PENGARUH-PENGARUH DALAM PRESTASI SEKOLAH

Seperti di Sekolah Dasar, beberapa faktor seperti pola asuh orang tua,

SES, dan kualitas lingkungan rumah berpengaruh terhadap pencapaian sekolah

pada remaja. Faktor-faktor lainnya seperti gender, etnik, pengaruh teman

sepermainan, dan kepercayaan siswa terhadap dirinya.

Motivasi Siswa dan Kepercayaan Diri

Di negara barat, khusunya di AS praktek pendidikan didasarkan pada

asumsi bahwa siswa dimotivasi untuk belajar. Pendidik menekankan pada nilai

motivasi intrinsic yaitu keinginan siswa untuk belajar demi proses pembelajaran.

Sayangnya, banyak siswa di AS tudak memiliki motivasi diri dan motivadinya

sering menurun ketika telah masuk kesekolah.

Di budaya barat, siswa yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi adalah

yang percaya terhadap kemampuan dirinya bahwa dia bisa menjadi yang terbaik

dalam mengerjakan tugas dan mampu mengatur jadwal belajarnya sendiri dan

seperti itu juga di sekolahnya. Penelitian menunjukkan bahwa disiplin diri dua

kali lebih penting seperti IQ dalam laporan untuk tingkatan mereka dan

pencapaian skor tes dan untuk seleksi dalam kompetisi program sekolah.

Dalam banyak budaya, pendidikan tidak didasarkan pada motivasi tapi

faktor-faktor seperti kewajiban di India, ketundukan pada pihak otoriter ( Negara

Islam), dan partisipasi dari keluarga dan komunitas ( sub- Sahara Afrika). Di

negara Asia, siswa diharapkan untuk belajar bukan untuk mendapatkan nilai dari

pembejaran, tetapi untuk memenuhi harapan keluarga dan sosial. Pembelajaran

diharapkan untuk melakukan usaha yang lebih intens, dan siswa yang gagal atau

jatuh dirasa waiib untuk mengulang.

26

Page 27: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

Pentingnya SES dan Karkateristik Hubungan Keluarga

Tingginya SES menjadi prediktor yang penting dalam menentukan

kesuksesan akademik. Di banyak negara, siswa dengan orang tua yang memiliki

tingkat pendidikan yang lebih tinggi lebih baik daripada yang orang tuanya

memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah. Kesenjangan ini juga terjadi pada

siswa antara siswa dengan orang tua yang memiliki status pekerjaan yang lebih

tinggi dan orang tua yang memiliki status pekerjaan menengah kebawah.

Memiliki lebih dari 200 buku di rumah juga berhubungan dengan skor yang lebih

tinggi. Ini yang berdasarkan status sosial ekonomi.

Tinggal bersama kedua orang tua adalah kunci lain dalam memprediksi

kompetensi di 20 negara yang juga berhubungan denagn SES. Jadi akan

merugikan pada imigran dan berbicara dengan bahasa noramatif di rumah,

mempengaruhi prestasi di beberapa negara.

Gender

Dalam sebuah tes internasional pada remaja di 43 negara industry, anak

perempuan di semua negara membaca lebih baik dibandingkan dengan anak laki-

laki. Anak laki-laki lebih unggul pada bagian matematika di sebagian negara, tapi

perbedaan gender ini jarang disebutkan dalam hal membaca. Di AS remaja laki-

laki dan perempuan memiliki skor yang sama dalam tes standar di sebagian besar

materi pelajaran. Anak laki-laki sedikit unggul di bidang matematika dan sains,

tetapi kesenjangan gender ini akan menyusut bila anak perempuan mengikuti

kursus matematika dan sains dan belajar dengan baik atau lebih baik dari mereka.

Anak perempuan cenderung melakukan dengan lebih baik dibandingkan dengan

anak laki-laki dalam membaca dan menulis. Anak perempuan lebih baik pada

tugas verbal yang meliputi menulis dan penggunaan bahasa, anak laki-laki lebih

baik pada aktivitas-aktivitas yang meliputi fungsi visual dan spasial yang sangat

menolong untuk matematika dan sains. Apa yang menyebabkan perbedaan gender

ini? Jawabannya kompleks. Poinnya ada pada penyebab bilogis dan penjelasan

lingkungan.

27

Page 28: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

Secara biologis, otak laki-laki dan perempuan berbeda, dan akan lebih

berbeda karena umur. Perempuan memiliki lebih banyak gray matter (tubuh sel

neuron dan koneksi yang lebih dekat) tetapi laki-laki lebh banyak connection

white matter (myelin) dan cairan serebrospinal dengan bantalan jalan sempit yang

panjang dari impuls saraf. Itulah yang berfungsi untuk membantu kemapuan

visual dan spasial yang juag akan manguntungkan matematika dan sains. Gray

matter akan tumbuh maksimal pada awal masa remaja peremouan dan berlanjut

dengan terus meningkat pada remaja laki-laki.

Selain itu, juga dipengaruhi oleh korpus kalosum, yang menghubungkan 2

belahan otak, ini lebih besar pada perempuan dari pada laki-laki yang akan

membantu perempuan untuk lebih baik pada pemrosesan bahasa. Tambahannya,

otak perempuan terkadang lebih seimbang antara 2 hemisfernya sehingga

memungkinkan untuk memiliki kemampuan yang lebih luas di bidang kognitif,

dan mampu mengintegrasikan kemampuan verbal dan analitik (otak kiri) serta

kemampuan spasial dan holistic (otak kanan) sedangkan laki-laki lebih

terspesialisasi karena ia hanya mengoptimalkan satu hemisfer saja.

Sedangkan pengaruh sosial dan budaya terhadap perbedaan gender,

meliputi :

- Pengaruh rumah : Diseluruh budaya, tingkatan pendidikan orang tua

berhubungan dengan prestasi anak mereka. Kecuali untuk anak yang

berbakat. Sikap gender orang tua juga memiliki pengaruh.

- Pengaruh sekolah : Ada sedikit perbedaan cara guru dalam menangani

anak laki-laki dan perempuan, khususnya dalam kelas matematika dan

sains.

- Pengaruh tetangga : Anak laki-laki merasa lebih senang jika ia memiliki

banyak tetangga dan merasa sedih jika ia kehilangan tetangga nya.

- Peran laki-laki dan perempuan : di dalam masyarakat membantu

membentuk pilihan laki-laki dan perempuan untuk kursus atau bekerja.

- Pengaruh budaya : Studi silang budaya menunjukkan bahwa ukuran

perbedaan gender dalam performance bervariasi antara negara-negara dan

28

Page 29: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

menjadi lebih baik. Perbedaan ini berhubungan dengan derajat persamaan

gender di suatu masyarakat.

Pola Asuh, Etnik, dan Pengaruh Teman Sepermainan

Di budaya barat, keuntungan dari asuhan autoritatif berpengaruh terhadap

prestasi selama remaja.

- Orang tua yang otoritatif mendesak remaja untuk melihat dua sisi dari

isu-isu yang ada, berpartisipasi dalam membuat keputusan keluarga dan

mengakui bahwa anak terkadang lebih banyak tahu daripadanya. Orang

tua harus membuat keseimbangan antara tuntutan dengan responsifnya.

Anak mereka menerima pujian dan haknya bila mendapatkan peringakta

yang baik dan peringkat yang buruk didorong untuk berusaha lebih keras

lagi serta menawarkan pertolongan.

- Orang tua yang otoriter, menyuruh remaja untuk tidak terdesak dengan

atau pertanyaan orang dewasa dan mengajarkan mereka untuk “

Mengetahui lebih baik ketika mereka tumbuh”. Anak yang berperingkat

baik diperingatkan untuk menjadi lebih baik lagi sedangkan yang

berperingkat rendah diberikan hukuman untuk mengurangi penguat.

- Orang tua yang permisif terliaht acuh tak acuh terhadap peringkat, tidak

memberikan aturan dalam menonton televisi, tudak datang ke sekolah, dan

tidak menotong atau mengecek pekerjaan rumah mereka. Orang tua ini

mungkin bukan lalai atau tidak perhatian tetapi mungkin hanya menjaga.

Mereka sudah percaya dengan tanggung jawab dari pekerja yang

membantu mereka.

Apakah laporan kesuksesan akademik yang secara autoritatif

meningkatkan remaja? Orang tua yang autoritatif lebih terlibat dalam proses

pembelajaran mungkin karena satu faktor yaitu mereka mendorong menuju sikap

positif dalam bekerja. Sebuah mekanisme halus, konsisten dengan kepercyaan

diri, mungkin orang tua memengaruhi dalam bagaimana anaknyamenjelaskan

tentang sukses dan gagal. Berlawanan dengan ini, orang tua yang tidak autoritatif

29

Page 30: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

berasosiasi dengan rasa tak berdaya dan berkecil hati untuk berusaha menjadi

sukses pada diri anaknya.

Diantara beberapa kelompok etnis, meskipun, gaya pola asuh mungkin

tidak terlalu penting dibandingkan pengaruh teman sepermainan dalam motivasi

akademik dan prestasi. Dalam sebuah penelitian, Latino dan remaja Afrika

Amerika bhakan dengan orang tau yang autoritatifoun anaknya tetap kurang

berusaha di sekolah dibandingkan dengan siswa Eropa Amerika,rupanya

disebabkan karena kurangnya dukungan teman sepermainan untuk prestasi

akademik. Di lain kasus, siswa Asia Amerika, yang memiliki orang tua otoriter

mendapat peringkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa Eropa Amerika

dalam prestasi tes matematika, rupanya karena keduanya orang tua dan teman

sepermainan.

Sekolah

Kualitas sekolah sangat mempengaruhi prestasi siswa. Sebuah sekolah

menengah atau tinggi yang baik memiliki tata tertib, lingkungan yang aman,

sumber daya material yang memadai, staf pengajar yang stabil dan rasa positif

masyarakat. Budaya sekolah menempatkan penekanan kuat pada akademisi dan

menumbuhkan keyakinan bahwa semua siswa dapat belajar. Hal ini juga

menawarkan kesempatan untuk kegiatan ekstrakurikuler, yang menjaga siswa

yang terlibat dan mencegah mereka mendapatkan kesulitan setelah sekolah.

Kepercayaan guru, rasa hormat, rasa peduli kepada siswa dan memiliki harapan

yang tinggi untuk mereka sebaik mungkin dalam kemampuan mereka sendiri

untuk membantu siswa berhasil.

Remaja lebih puas dengan sekolah jika mereka diizinkan untuk

berpartisipasi dalam membuat aturan dan merasa dukungan dari guru dan siswa

lain dan jika kurikulum dan pengajaran yang bermakna dan tepat menantang dan

sesuai kepentingan mereka, tingkat keterampilan, dan kebutuhan. Dalam sebuah

survei terhadap siswa, persepsi guru mereka, harapan guru yang tinggi adalah

prediktor positif yang paling konsisten pada diri dalam mencapai tujuan dan

30

Page 31: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

kepentingan siswa serta umpan balik negatif adalah prediktor negatif yang paling

konsisten terhadap prestasi akademis dan perilaku di dalam kelas kelas.

Penurunan motivasi akademik dan prestasi sering dimulai dengan transisi

dari keintiman dan keakraban dari SD ke lingkungan yang lebih besar, lebih

tertekan, dan kurang mendukung di sekolah menengah atau sekolah menengah

pertama.

KELUAR DARI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Meskipun siswa di U.S yang lebih muda telah menyelesaikan sekolah

tinggi dari sebelumnya, 3,8% dari siswa SMA telah di dropout selama tahun

ajaran 2004-2005. Siswa kulit hitam dan Hispanik lebih mungkin untuk dropout

dari siswa kulit putih Amerika atau Asia. Namun, kesenjangan ras/etnis mulai

mengalami penyempitan: 1990-2005, semua kelompok minoritas telah

menunjukkan peningkatan persentase orang dewasa usia 25 tahun atau lebih tua

yang sudah selesai sekolah tinggi.

Mengapa miskin dan remaja minoritas lebih mungkin untuk putus sekolah

atau terkena dropout? Salah satu alasan mungkin sekolah tidak efektif: harapan

guru rendah atau perlakuan yang berbeda dari siswa: kurangnya dukungan dari

guru ketika di SMA daripada di tingkat SD: dan dirasakan kurikulum yang tidak

relevan terhadap budaya kelompok yang kurang terwakili. Di sekolah yang

menggunakan uji kemampuan, siswayang berada di tingkat kemampuan rendah

atau noncollege (di mana pemuda minoritas kemungkinan akan ditugaskan)

mereka biasanya memiliki pengalaman pendidikan rendah. Ditempatkan dengan

rekan-rekan yang sama-sama terasing, mereka dapat mengembangkan perasaan

ketidakmampuan dan sikap negatif terhadap sekolah dan terlibat dalam masalah

perilaku.

Masyarakat menderita ketika anak muda tidak menyelesaikan sekolahnya.

Anak yang di dropout lebih cenderung menjadi pengangguran atau memiliki

pendapatan rendah, berakhir pada kesejahteraan, menjadi terlibat dengan narkoba,

kejahatan dan kenakalan, dan berada dalam kesehatan yang buruk.

31

Page 32: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

Sebuah studi longitudinal yang diikuti 3,502 siswa kelas delapan sampai

masa dewasa awal mengenai poin perbedaan keberhasilan menyelesaikan sekolah

tinggi. Sebagai orang dewasa awal, mereka yang berhasil menyelesaikan sekolah

tinggi yang paling mungkin untuk memperoleh pendidikan postsecondary, untuk

memiliki pekerjaan, dan harus konsisten bekerja. Salah satu faktor penting yang

membedakan completers sukses adalah keterlibatan aktif: "perhatian, minat,

investasi dan usaha siswa dalam pekerjaan sekolah". Pada tingkat yang paling

dasar, keterlibatan aktif berarti datang ke kelas tepat waktu, mempersiapkan diri,

mendengarkan dan menanggapi guru dan mematuhi peraturan sekolah. Sebuah

tingkat yang lebih tinggi dari keterlibatan aktif terdiri dari: terlibat dengan kursus

tersebut - mengajukan pertanyaan mengambil inisiatif untuk mencari bantuan bila

diperlukan, atau melakukan proyek tambahan. Kedua tingkat keterlibatan aktif

cenderung untuk menggambarkan kinerja sekolah yang positif. Dorongan

keluarga, ukuran kelas kecil, dan lingkungan, sekolah yang hangat dapat

mendukung mempromosikan keterlibatan aktif.

MEMPERSIAPKAN PENDIDIKAN TINGGI ATAU KEJURUAN

Bagaimana orang-orang muda mengembangkan tujuan karir? Bagaimana

mereka memutuskan apakah akan pergi ke perguruan tinggi dan, jika tidak,

bagaimana memasuki dunia kerja? Banyak faktor yang masuk, termasuk

kemampuan individu dan kepribadian, pendidikan, sosial ekonomi dan etnis, saran

dari konselor sekolah, pengalaman hidup dan nilai-nilai sosial. Kemudian kita

"akan mengkaji ketentuan bagi remaja yang tidak berencana untuk pergi ke

perguruan tinggi. Kami "juga akan membahas pro dan kontra dari pekerjaan di

luar untuk siswa SMA.

32

Page 33: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

Pengaruh pada Aspirasi

Siswa Keyakinan efikasi diri membantu membentuk pilihan dalam

mempertimbangkan pekerjaan siswa dan cara mereka mempersiapkan diri untuk

karir. Selain itu, nilai-nilai orang tua serta nilai-nilai yang berkaitan dengan

pengaruh prestasi akademik remaja dan tujuan kerja.

Meskipun saat ini tujuan karir sangat fleksibel, namun gender dan gender

stereotip masih mempengaruhi pilihan kejuruan. Anak perempuan dan anak laki-

laki di Amerika Serikat sekarang memiliki kemungkinan yang sama untuk

merencanakan karir di matematika dan ilmu pengetahuan. Namun, anak laki-laki

jauh lebih mungkin untuk mendapatkan gelar sarjana di bidang teknik, fisika dan

ilmu komputer. Sedangkan anak perempuan masih lebih mungkin untuk memilih

jurusan keperawatan, kesejahteraan sosial dan profesi mengajar. Hal yang sama

juga terjadi di negara-negara industri lainnya.

Membimbing Siswa yang tidak Terikat untuk Kuliah Negara industri

Kebanyakan menawarkan bimbingan untuk siswa non-perguruan tinggi yang

terikat. Jerman, misalnya, memiliki sistem magang di mana siswa SMA pergi ke

sekolah paruh waktu dan menghabiskan sisa minggu latihan sambil bekerja dan di

dibayar serta diawasi oleh seorang mentor karyawan. Di beberapa komunitas,

program demonstrasi membantu dalam transisi dari sekolah ke pekerjaan. Yang

paling sukses menawarkan instruksi dalam keterampilan dasar, konseling,

dukungan sebaya, mentoring, magang, dan penempatan kerja.

Remaja di Tempat Kerja

Di U.S, diperkirakan 80-90% remaja yang bekerja paruh waktu, terutama

dalam pelayanan dan pekerjaan ritel. Para peneliti tidak setuju mengenai apakah

kerja paruh waktu bermanfaat bagi siswa SMA (dengan membantu mereka

mengembangkan keterampilan dunia nyata dan etos kerja) atau merugikan

(dengan mengalihkan mereka dari tujuan jangka panjang pendidikan dan

pekerjaan).

33

Page 34: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa siswa yang bekerja paruh waktu

terbagi dalam dua kelompok: mereka yang berada pada tahap transisi yang cepat

sampai dewasa, dan mereka yang membuat transisi yang lebih santai. The

"akselerator" bekerja lebih dari 20 jam per minggu selama berada di sekolah

tinggi dan menghabiskan sedikit waktu di sekolah yang berhubungan dengan

kegiatan rekreasi bersama teman sebaya. Paparan ke dunia orang dewasa dapat

menuntun mereka ke dalam penggunaan alkohol dan narkoba, aktivitas seksual,

dan perilaku nakal. Banyak dari remaja memiliki SES relatif rendah: mereka

cenderung untuk mencari pekerjaan penuh waktu setelah pulang dari sekolah

tinggi dan tidak ingin untuk memperoleh gelar sarjana. Pengalaman kerja intensif

di sekolah tinggi meningkatkan prospek mereka untuk bekerja dan memiliki

pendapatan setelah sekolah tinggi, tapi tidak untuk jangka panjang dalam

pencapaian kerja. The "balancers" Sebaliknya, bagi mereka, efek dari pekerjaan

paruh-waktu tampaknya sepenuhnya baik. Ini membantu mereka untuk

mendapatkan rasa tanggung jawab, kemandirian, dan rasa percaya diri dan

menghargai nilai pekerjaan tetapi tidak menghalangi mereka dalam dunia

pendidikan mereka.

Untuk siswa SMA yang harus atau memilih untuk bekerja di luar sekolah,

cenderung efek lebih positif jika mereka mencoba untuk membatasi jam kerja dan

tetap terlibat dalam kegiatan sekolah. Program pendidikan kooperatif yang

memungkinkan siswa untuk bekerja paruh waktu sebagai bagian dari program

sekolah mereka mungkin sangat protektif.

Perencanaan Kejuruan merupakan salah satu aspek dari pencarian identitas

remaja. Pertanyaan "apa yang harus saya lakukan?" Sangat dekat dengan "Harus

jadi apa saya?" Orang yang merasa mereka melakukan sesuatu yang berharga, dan

melakukannya dengan baik, merasa baik tentang diri mereka sendiri. Mereka yang

merasa bahwa pekerjaan mereka tidak peduli atau bahwa mereka tidak pandai

mungkin akan bertanya-tanya tentang arti kehidupan mereka.

34

Page 35: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

ANALISA KASUS

“Satu di Antara Lima Orang Depresi” (Jawa Pos 05/10/2012). Berita itu menarik

sebab muncul hanya beberapa hari menjelang 10 Oktober 2012, saat orang-orang

memperingati “World Mental Health Day”. Disebutkan, jumlah penderita depresi

bertambah dan itu beriringan dengan semakin meningkatnya risiko bunuh diri karenanya.

  Fenomena bunuh diri meningkat di kalangan remaja. Dalam 6 bulan pertama di

tahun 2012, Komnas Nasional Perlindungan Anak mencatat 20 kasus bunuh diri. Hal ini

sangat memprihatinkan, mengingat remaja adalah generasi penerus.

Maraknya kasus bunuh diri ini diasumsikan terjadi karena berbagai faktor.

Lingkungan sekitar menjadi faktor terbesar pemicu munculnya depresi dan bunuh diri di

kalangan remaja. Jumlah penderita depresi terbesar saat ini adalah remaja, mengapa?

Karena masa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak menuju tahapan

perkembangan selanjutnya. Selayaknya golden age yang tejadi pada masa kanak-kanak,

masa remaja turut menjadi penentu karakter kepribadian dan konsep diri individu.

Kondisi emosional remaja memang kurang stabil, mereka senang memberontak, dan

berperilaku kurang dewasa (terlalu berani mengambil risiko).

Dalam hubungan sosialnya dengan orang lain -khususnya dengan orang tua- juga

mengalami perubahan yang signifikan. Remaja cenderung mempersepsikan orangtua

secara berbeda sehingga tidak jarang timbul konflik dengan orangtua. Sehingga hal-hal

yang sebenarnya sepele dalam pandangan orangtua / orang dewasa bisa merupakan

masalah besar dan serius bagi remaja. Banyaknya masalah yang tidak terfasilitasi

penyelesaiannya dapat menyebabkan depresi yang berkepanjangan dan berakibat pada

kematian dengan cara bunuh diri.

Remaja memiliki potensi dan energi yang cukup besar karena kognisi, afeksi, dan

motoriknya mengalami peningkatan perkembangan yang sangat signifikan sehingga

terjadi gejolak-gejolak dalam dirinya. Atas kondisi tersebut maka dibutuhkan ruang-ruang

yang luas untuk menampung semua potensi remaja yang sedang tumbuh.

Sekolah dapat menjadi salah satu media penyaluran aspirasi bagi remaja. Dengan

berinteraksi dengan teman sebaya dan orang lain, diharapkan akan timbul konsep diri

yang positif dari seorang remaja. Dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler juga

diharapkan dapat menjadi media penyaluran minat dan bakat mereka. Dengan penyaluran

minat dan bakat ini, remaja menjadi lebih fokus dalam minat mereka. Diharapkan mereka

dapat mengatasi permasalahan yang dialami dengan pemikiran yang lebih matang.

Dengan terfasilitasinya potensi–potensi remaja melalui aktivitas-aktivitas

tersebut, secara tidak langsung akan meminimalkan terjadinya perilaku-perilaku buruk

35

Page 36: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

yang kerap muncul pada remaja, seperti tawuran, narkoba, seks bebas yang bisa berujung

pada depresi dan bunuh diri. Dampak positif lainnya yang muncul adalah remaja akan

memiliki cakrawala berpikir yang lebih luas, memiliki cita-cita tinggi, bersemangat dalam

berusaha dan belajar, lebih percaya diri, trampil berinteraksi sosial, dan cakap

menghadapi persoalan hidup. Pikiran-pikiran positif akan hidup dan menjadi pendorong

serta penunjuk jalan bagi remaja dalam mengambil berbagai langkah menyikapi dan

menyelesaikan berbagai permasalahan. Dengan demikian, mental para remaja akan lebih

cepat mengarah pada kematangan dan menjadi lebih sehat.

Tak hanya fasilitas yang perlu disediakan, namun peran serta orang tua dan

keluarga turut menentukan karakter pribadi seorang remaja. Cara mengkomunikasikan

sesuatu haruslah dengan baik, mengingat labilnya kondisi emosional remaja di masa

puber ini. Orang tua juga sebaiknya mampu memikirkan alternatif solusi yang tepat untuk

memecahkan masalah anak mereka, tanpa menyebabkan adanya selisih paham antara

orang tua dan anak.

Dengan meningkatnya ketrampilan berkomunikasi kita kepada remaja,

harapannya kualitas komunikasi menjadi semakin baik dan bermakna. Implikasinya,

kasus-kasus remaja depresi dan bunuh diri sejak awal dapat diantisipasi.

36

Page 37: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

SOAL

1. Sebutkan dan jelaskan pengaruh sosial dan budaya terhadap perbedaan

gender dalam prestasi siswa !

Jawab :

- Pengaruh rumah : Diseluruh budaya, level pendidikan orang tua

berhubungan dengan prestasi anak mereka. Kecuali untuk anak yang

berbakat. Sikap gender orang tua jua berpengaruh.

- Pengaruh sekolah : Ada sedikit perbedaan cara guru dalam menangani

anak laki-laki dan perempuan, khususnya dalam kelas matematika dan

sains, ini bisa dilihat.\

- Pengaruh tetangga : Anak laki-laki merasa lebih senang jika ia memiliki

banyak tetangga dan merasa sedih jika ia kehilangan tetangga nya.

- Peran laki-laki dan perempuan : di dalam masyarakat membantu

membentuk pilihan laki-laki dan perempuan untuk kursus atau bekerja.

- Pengaruh budaya : Studi silang budaya menunjukkan bahwa ukuran

perbedaan gender dalam performance bervariasi antara negara-negara dan

enjadi lebih baik di akhir secondary school. Perbedaan ini berhubungan

dengan derajat persamaan gender di suatu masyarakat.

2. Sebutkan ciri-ciri tindakan yang dilakukan oleh orang tua yang

menerapkan pola asuh authoritarian !

Jawab: Orang tua menyuruh remaja untuk tidak terdesak dengan atau

pertanyaan orang dewasa dan mengajarkan mereka untuk “ Mengetahui lebih

baik ketika mereka tumbuh”. Anak yang berperingkat baik diperingatkan

untuk menjadi lebih baik lagi sedangkan yang berperingkat rendah diberikan

hukuman untuk mengurangi penguat.

3. Apa saja perubahan biologis yang terjadi pada masa pubertas?

Jawab:pertumbuhan tinggi dan berat yang pesat, perubahan bentuk tubuh,

pematangan organ seks.

37

Page 38: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

4. Jelaskan karakteristik seks primer dan sekunder!

Jawab:Karakteristik seks primer merupakan organ-organ tubuh yang penting

dalam reproduksi. Pada wanita, organ seks berupa ovarium, tuba fallopi,

uterus, klitoris, dan vagina. Sedangkan pada pria, meliputi testis, penis,

skrotum, vesikula seminalis, dan kelenjar prostat. Selama pubertas, organ-

organ ini mengalami pematangan.

Karakteristik seks sekunder merupakan tanda psikologis dari pendewasaan

yang tidak selalu meliputi organ seks. Contohnya, perubahan suara pada laki-laki

dan perempuan, serta pertumbuhan rambut di berbagai bagian tubuh.

5. Mengapa anak remaja, khususnya remaja putri lebih banyak mengalami

Anorexia Nervosa?

Jawab : Ketika memasuki masa remaja, khususnya masa pubertas, remaja

menjadi sangat concern atas pertambahan berat badan, terutama remaja putri,

karena mereka mengalami pertambahan jumlah jaringan lemak, sehingga mudah

untuk menjadi gemuk apabila mengkonsumsi  makanan yang berkalori tinggi.

Pada kenyataannya kebanyakan wanita ingin terlihat langsing  dan kurus karena

beranggapan banhwa menjadi kurus akan membuat mereka bahagia, sukses, dan

popular. Remaja dengan gangguan makan memiliki masalah dengan body

imagenya. Artinya mereka sudah mempunyai suatu mind set ( pemikiran yang

sudah terpatri di otak ) bahwa tubuh mereka tidak ideal. Mereka merasa tubuhnya

gemuk, banyak lemak disana-sini, dan tidak sedap dipandang.

6. Mengapa remaja di Amerika serikat tingkat terkena obesitas

persentasenya lebih besar dibandingkan Negara lain?

Jawab : Gizi yang baik dan olahraga yang cukup sangat penting untuk

mendukung pesatnya pertumbuhan remaja dan membangun kebiasaan makan

yang sehat yang akan berlangsung sampai dewasa. Sayangnya, remaja AS lebih

sedikit makan buah-buahan dan sayuran dan lebih banyak mengkonsumsi

makanan yang tinggi kolesterol, lemak, kalori dan rendah nutrisi dibandingkan

remaja di negara-negara industri lainnya.

38

Page 39: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

7. Mengapa perempuan cenderung lebih rentan mengalami depresi?

Jawab: Hormon wanita yang kadang berubah-ubah, pubertas, serta sosialisasi

wanita dengan lingkungan sekitar membuatnya lebih banyak berpikir. Kondisi

wanita yang cenderung sensitif juga menjadikan wanita lebih mudah stres,

bahkan mengalami depresi.

8. Apa kriteria yang menjadikan sebuah tahapan perkembangan

operasional formal (Piaget)?

Jawab: adanya pola pikir yang lebih logis, serta menggunakan penalaran

secara abstrak. Remaja tidak lagi berpikir sesuai dengan apa yang mereka

lihat, namun mampu membayangkan kejadian tanpa perlu menghadirkan

kejadian tersebut secara nyata.

9. Apa saja yang meliputi perubahan struktural dan fungsional dalam

kognisi remaja?

Jawab:Perubahan struktural pada remaja meliputi:

- Perubahan kapasitas memori kerja;

- peningkatan kapasitas pengetahuan yang tersimpan dalam LTM (Long

Term Memory).

Perluasan dari memori kerja dapat membuat remaja yang lebih tua mampu

menyelesaikan permasalahan maupun pilihan yang tersedia. Informasi yang

tersedia dalam LTM dapat berupa deklaratif, prosedural, dan konseptual:

- Pengetahuan Deklaratif meliputi seluruh pengetahuan faktual yang

dimiliki individu. Contoh: pengetahuan bahwa 2 + 2 = 4.

- Pengetahuan Prosedural meliputi kemampuan (skill) yang dimiliki

individu. Contoh: kemampuan mengendarai kendaraan.

- Pengetahuan Konseptual merupakan sebuah pemahaman, sebagai

contoh: persamaan aljabar akan memberi hasil yang sama jika angka

yang ada dikalikan atau ditambahkan dengan kedua sisi.

Perubahan fungsional yang paling penting diantaranya adalah (1)

peningkatan yang berkesinambungan dalam kecepatan (Kuhn, 2006), serta (2)

perkembangan fungsi eksekutif yang meliputi kemampuan pengambilan

keputusan dan manajemen memori kerja.

39

Page 40: Perkembangan Fisik Dan Kognitif Remaja Awal

10. Apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya drop out pada siswa?

Jawab: kurikulum sekolah yang mungkin tidak bisa dipenuhi oleh

siswa, kurangnya perhatian guru yang berbanding terbalik dengan pada

masa sekolah dasar, kapasitas intelektual siswa, permasalahan siswa.

40