makalah perkembangan kognitif

35
PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA TK HINGGA SMA Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Perkembangan Peserta Didik Yang dibimbing oleh Ibu Arbin Janu Setyowati Disusun oleh: 1. Ayu Ilfiana (120351410913) 2. Diego Pradana (120351412769) 3. Indah Puspitaningtyas (120351410908) UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Upload: okta-defa

Post on 26-Dec-2015

493 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

perkembangan kognitif

TRANSCRIPT

Page 1: makalah perkembangan kognitif

PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK

USIA TK HINGGA SMA

Makalah ini disusun untuk memenuhi

Tugas Perkembangan Peserta Didik

Yang dibimbing oleh Ibu Arbin Janu Setyowati

Disusun oleh:

1. Ayu Ilfiana (120351410913)

2. Diego Pradana (120351412769)

3. Indah Puspitaningtyas (120351410908)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PRODI S1 PENDIDIKAN IPA

Maret 2014

Page 2: makalah perkembangan kognitif

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan intelektual pada dasarnya berhubungan dengan konsep-konsep yang

dimiliki dan tindakan kognitif seseorang, oleh karenanya perkembangan kognitif

seringkali menjadi sinonim dengan perkembangan intelektual. Dalam proses

pembelajaran seringkali anak dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang menuntut

adanya pemecahan. Kegiatan itu mungkin dilakukan anak secara fisik, seperti mengamati

penampilan obyek yang berupa wujud atau karakteristik dari obyek tersebut. Tetapi lebih

lanjut anak dituntut untuk menanggapinya secara mental melalui kemampuan berfikir,

khususnya mengenai konsep, kaidah atau prinsip atas obyek masalah dan pemecahannya.

Ini berarti aktivitas dalam belajar tidak hanya menyangkut masalah fisik semata, tetapi

yang lebih penting adalah keterlibatannya secara mental yaitu aspek kognitif yang

berhubungan dengan fungsi intelektual.

Perkembangan kognitif menjadi sangat penting manakala anak akan dihadapkan

kepada persoalan-persoalan yang menuntut kemampuan berfikir. Masalah ini sering

menjadi pertimbangan mendasar di dalam membelajarkan mereka, khususnya yang

menyangkut isi atau kurikulum yang akan dipelajarinya.

Berkaitan dengan hal itu akan diungkapkan secara berturut-turut mengenai

pengertian-pengertian kognitif, konsep-konsep kognitif, proses perkembangan kognitif,

karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan masalah perkembangan kognitif

peserta didik

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian perkembangan kognitif?

2. Bagaimana konsep mnegenai perkembangan kognitif?

3. Bagaimana proses perkembangan kognitif peserta didik?

4. Apa saja karakteristik perkembangan kognititf peserta didik?

5. Apa saja masalah yang berkaitan dengan proses perkembangan kogntif peserta didik?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui dan memahami pengertian perkembangan kognitif peserta diidik

2. Mengetahui konsep mengenai perkembangan kognitif peserta didik

3. Megetahui proses perkembangan kognitif peserta didik

Page 3: makalah perkembangan kognitif

4. Mengetahui karakteristik perkembangan kognitif peserta didik

5. Mengetahui masalah-masalah yang berkaitan dengan perkembangan kognitif peserta

didik

Page 4: makalah perkembangan kognitif

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Hakikat Kognitif

Kognitif atau sering disebut kognisi mempunyai pengertian yang luas mengenai

berfikir dan mengamati. Ada yang mengartikan bahwa kognitif adalah tingkah laku yang

mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk

menggunakan pengetahuan (Ernawulan, tanpa tahun). Selain itu, kognitif juga dipandang

sebagai suatu konsep yang luas dan inklusif yang mengacu kepada kegiatan mental yang

terlibat di dalam perolehan, pengolahan, organisasi dan penggunaan pengetahuan. Proses

utama yang digolongkan di bawah istilah kognisi mencakup : mendeteksi, menafsirkan,

mengelompokkan dan mengingat informasi; mengevaluasi gagasan, menyimpulkan

prinsip dan kaidah, mengkhayal kemungkinan, menghasilkan strategi dan berfantasi.

Bila disimpulkan maka kognisi dapat dipandang sebagai kemampuan yang

mencakup segala bentuk pengenalan, kesadaran, pengertian yang bersifat mental pada

diri individu yang digunakan dalam interaksinya antara kemampuan potensial dengan

lingkungan seperti : dalam aktivitas mengamati, menafsirkan memperkirakan,

mengingat, menilai dan lain-lain.

Proses kognitif penting dalam membentuk pengertian karena berhubungan

dengan proses mental dari fungsi intelektual. Hubungan kognisi dengan proses mental

disebut sebagai aspek kognitif.

Faktor kognitif memiliki pemahaman bahwa ciri khasnya terletak dalam belajar

memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili obyek-obyek

yang dihadapi dan dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau

lambang yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental (Ernawulan, tanpa

tahun). Dari pernyataan ini dapat dikatakan bahwa makin banyak pikiran dan gagasan

yang dimiliki seseorang, makin kaya dan luaslah alam pikiran kognitif orang tersebut.

Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa kognitif merupakan proses mental yang

berhubungan dengan kemampuan dalam bentuk pengenalan secara umum yang bersifat

mental dan ditandai dengan representasi suatu obyek ke dalam gambaran mental

seseorang apakah dalam bentuk simbol, tanggapan, ide atau gagasan dan nilai atau

pertimbangan.

Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam

belajar, karena sebahagian besar aktivitasnya dalam belajar selalu berhubungan dengan

Page 5: makalah perkembangan kognitif

masalah mengingat dan berfikir dimana kedua hal ini merupakan aktivitas kognitif yang

perlu dikembangkan.

Hal-hal yang termasuk dalam aktivitas kognitif adalah mengingat dan berfikir.

Mengingat merupakan aktivitas kognitif dimana orang menyadari bahwa pengetahuan

berasal dari kesan-kesan yang diperoleh dari masa lampau. Bentuk mengingat yang

penting adalah reproduksi pengetahuan, misalnya ketika seorang anak diminta untuk

menjelaskan kembali suatu pengetahuan atau peritiwa yang telah diperolehnya selama

belajar. Sedangkan pada saat berfikir anak dihadapkan pada obyek-obyek yang diwakili

dengan kesadaran. Jadi tidak dengan langsung berhadapan dengan obyek secara fisik

seperti sedang mengamati sesuatu ketika ia melihat, meraba atau mendengar.

Dalam berfikir obyek hadir dalam bentuk representasi, bentuk-bentuk

representasi yang paling pokok adalah tanggapan, pengertian, atau konsep dan lambang

verbal. Makin berkembang seseorang, makin kayalah anak akan tanggapan-tanggapan.

Hubungan atas tanggapan-tanggapan mulai dipahami manakala hubungan yang satu

dengan yang lain mulai dipahami secara logis. Perkembangan berikutnya anak akan

mampu menentukan hubungan sebab akibat.

Prinsip-prinsip Perkembangan Anak

Dalam perkembangan anak dikenal prinsip-prinsip perkembangan sebagai

berikut:

a) Perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi semua aspek. Perkembangan

bukan hanya berkenaan dengan aspek-aspek tertentu tetapi menyangkut semua aspek.

Perkembangan aspek tertentu mungkin lebih terlihat dengan jelas, sedangkan aspek

yang lainnya lebih tersembunyi. Perkembangan tersebut juga berlangsung terus

sampai akhir hayatnya, hanya pada saat tertentu perkembangannya lambat bahkan

sangat lambat, sedangkan pada saat lain sangat cepat. Jalannya perkembangan

individu itu berirama dan irama perkembangan setiap anak tidak selalu sama.

b) Setiap anak memiliki kecepatan (tempo) dan kualitas perkembangan yang berbeda.

Seorang anak mungkin mempunyai kemampuan berpikir dan membina hubungan

sosial yang sangat tinggi dan tempo perkembangannya dalam segi itu sangat cepat,

sedang dalam aspek lainnya seperti keterampilan atau estetika kemampuannya kurang

dan perkembangannya lambat. Sebaliknya, ada anak yang keterampilan dan

estetikanya berkembang pesat sedangkan kemampuan berpikir dan hubungan

sosialnya agak lambat.

Page 6: makalah perkembangan kognitif

c) Perkembangan secara relatif beraturan, mengikuti pola-pola tertentu. Perkembangan

sesuatu segi didahului atau mendahului segi yang lainnya. Anak bisa merangkak

sebelum anak bisa berjalan, anak bisa meraban sebelum anak bisa berbicara, dan

sebagainya.

d) Perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit. Secara

normal perkembangan itu berlangsung sedikit demi sedikit tetapi dalam situasi-situasi

tertentu dapat juga terjadi loncatan-loncatan. Sebaliknya dapat juga terjadi kemacetan

perkembangan aspek tertentu.

e) Perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju ke yang

lebih khusus, mengikuti proses diferensiasi dan integrasi. Perkembangan dimulai

dengan dikuasainya kemampuan-kemampuan yang bersifat umum, seperti

kemampuan memegang dimulai dengan memegang benda besar dengan kedua

tangannya, baru kemudian memegang dengan satu tangan tetapi dengan kelima

jarinya. Perkembangan berikutnya ditunjukkan dengan anak dapat memegang dengan

beberapa jari, dan akhirnya menggunakan ujung-ujung jarinya.

f) Secara normal perkembangan individu mengikuti seluruh fase, tetapi karena faktor-

faktor khusus, fase tertentu dilewati secara cepat, sehingga nampak ke luar seperti

tidak melewati fase tersebut, sedangkan fase lainnya diikuti dengan sangat lambat,

sehingga nampak seperti tidak berkembang.

g) Sampai batas-batas tertentu, perkembangan sesuatu aspek dapat dipercepat atau

diperlambat. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan juga faktor

lingkungan. Kondisi yang wajar dari pembawaan dan lingkungan dapat menyebabkan

laju perkembangan yang wajar pula. Kekurangwajaran baik yang berlebih atau

berkekurangan dari faktor pembawaan dan lingkungan dapat menyebabkan laju

perkembangan yang lebih cepat atau lebih lambat.

h) Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan aspek

lainnya. Perkembangan kemampuan sosial berkembang sejajar dengan kemampuan

berbahasa, kemampuan motorik sejajar dengan kemampuan pengamatan dan lain

sebagainya.

i) Pada saat-saat tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu perkembangan pria berbeda

dengan wanita. Pada usia 12-13 tahun, anak wanita lebih cepat matang secara sosial

dibandingkan dengan laki-laki. Fisik laki-laki umumnya tumbuh lebih tinggi

dibandingkan dengan wanita. Laki-laki lebih kuat dalam kemampuan inteleknya

sedangkan wanita lebih kuat dalam kemampuan berbahasa dan estetikanya.

Page 7: makalah perkembangan kognitif

2.2. Konsep Perkembangan Kognitif Peserta Didik

Perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan,

pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya. Kecerdasan merupakan

proses yang berkesinambungan yang membentuk struktur yang diperlukan dalam

interaksi terus menerus dengan lingkungan. Struktur yang dibentuk oleh kecerdasan,

pengetahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan masa kanak – kanak awal dan

menjadi objektif dalam masa dewasa awal.

Menurut Piaget, dinamika perkembangan kognitif individu mengikuti dua proses,

yaitu proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang

mengintegrasikan persepsi, konsep, atau pengalaman baru ke dalam struktur kognitif

yang sudah ada dalam pikirannya. Struktur kognitif yang dimaksud adalah segala

pengalaman individu yang membentuk pola-pola kognitif tertentu. Jadi struktur kognitif

seungguhnya merupakan kumpulan dari pengalaman dalam kognisi individu.

Sedangkan menurut Piaget, proses asimilasi dan akomodasi terus berlangsung

pada diri seseorang. Dalam perkembangan kognitif, diperlukan keseimbangan antara

kedua proses ini. Keseimbangan itu disebut ekuilibrium yakni pengaturan diri secara

mekanis yang perlu untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi.

Pentingnya asimilasi dan akomodasi pada diri individu adalah agar individu

mampu beradaptasi dengan lingkungan dimana ia berada. Dalam beradaptasi dengan

lingkungan, ada kalanya individu cukup mengitegrasikan realitas luar dengan struktur

kognitifnya yang sudah ada, tetapi ada kalanya ia mesti mengubah struktur kognitif yang

sudah ada atau bahkan membuat struktur kognitif baru.

2.3. Proses Perkembangan Kognitif Peserta Didik

Kognisi sebagai kapasitas kemampuan berfikir dan segala bentuk pengenalan,

digunakan individu untuk melakukan interaksi dengan lingkungannya. Dengan

berfungsinya kognisi mengakibatkan individu memperoleh pengetahuan dan

menggunakannya. Pada prosesnya kognisi mengalami perkembangan ke arah

kolektivitas kemajuan secara berkesinambungan.

Perkembangan struktur kognisi berlangsung menurut urutan yang sama bagi

semua individu. Artinya setiap individu akan mengalami dan melewati setiap tahapan itu,

sekalipun kecepatan perkembangan dari tahapan-tahapan tersebut dilewati secara relatif

dan ditentukan oleh banyak faktor seperti : kematangan psikis, struktur syaraf, dan

Page 8: makalah perkembangan kognitif

lamanya pengalaman yang dilewati pada setiap tahapan perkembangan. Mekanisme

utama yang memungkinkan anak maju dari satu tahap pemungsian kognitif ke tahap

berikutnya oleh Piaget disebut: (a) asimilasi, (b) akomodasi, dan (c) ekuilibrium.

a. Asimilasi

Asimilasi merupakan proses dimana stimulus baru dari lingkungan diintegrasikan

pada skema yang telah ada. Dengan kata lain, asimilasi merujuk pada usaha individu

untuk menghadapi lingkungan dengan membuatnya cocok ke dalam struktur

organisme itu sendiri yang sudah ada dengan jalan menggabungkannya. Proses ini

dapat diartikan sebagai suatu obyek atau ide baru ditafsirkan sehubungan dengan

gagasan atau tindakan yang telah diperoleh anak.

Asimilasi tidak menghasilkan perkembangan atau skemata, melainkan hanya

menunjang pertumbuhan skemata. Sebagai suatu ilustrasi, kepada seorang anak

diperlihatkan suatu benda yang berbentuk persegi empat sama sisi. Setelah itu

diperlihatkan persegi panjang. Asimilasi terjadi apabila anak menjawab persegi

panjang adalah persegi empat sama sisi. Jadi persegi panjang diasimilasikan dengan

persegi empat sama sisi. Hal ini karena bentuk itu dikenal anak lebih awal sementara

persegi panjang diperoleh kemudian. Jika menyangkut masalah ukuran dari bentuk

tersebut asimilasi tidak akan terjadi karena tidak cocok dengan gagasan yang telah

ada. Tetapi jika persegi empat itu dilihat sebagaimana adanya persegi empat maka hal

ini merupakan proses akomodasi.

b. Akomodasi

Akomodasi merupakan proses yang terjadi apabila berhadapan dengan stimulus

baru. Anak mencoba mengasimilasikan stimulus baru itu tetapi tidak dapat dilakukan

karena tidak ada skema yang cocok. Dalam keadaan seperti ini anak akan

menciptakan skema baru atau mengubah skema yang sudah ada sehingga cocok

dengan stimulus tersebut.

Akomodasi dapat dikatakan sebagai proses pembentukan skema baru atau

perubahan skema yang telah ada, seperti contoh di atas dimana persegi empat dilihat

sebagaimana adanya persegi empat.

c. Equilibrium

Akomodasi menghasilkan perubahan atau perkembangan skemata atau struktur

kognitif. Asimilasi dan akomodasi berlangsung terus sepanjang hidup. Jika seseorang

selalu mengasimilasi stimulus tanpa pernah mengakomodasikan, ada kecenderungan

ia memiliki skema yang sangat besar, sehingga ia tidak mampu mendeteksi

Page 9: makalah perkembangan kognitif

perbedaan-perbedaan diantara stimulus yang mirip. Sebaliknya jika seseorang selalu

mengakomodasi stimulus dan tidak pernah mengasimilasikannya, ada kecenderungan

ia tidak pernah dapat mendeteksi perasaan persamaan dari stimulus untuk membuat

generalisasi. Oleh karenanya harus terjadi keseimbangan antara proses asimilasi dan

akomodasi yang dikaitkan sebagai equiilibrium.

Berkenaan dengan perkembangan kognitif ini, Syamsuddin (1990)

mengungkapkan bahwa proses perkembangan fungsi-fungsi dan perilaku kognitif

menurut Piaget berlangsung mengikuti suatu sistem atau prinsip atau teknik

keseimbangan (seeking equilibrium), dengan menggunakan dua cara ialah ialah

assimilation dan accomodation.

Teknik asimilasi digunakan apabila individu memandang bahwa obyekobyek atau

masalah-masalah baru dapat disesuaikan dengan kerangka berfikir. Sedangkan teknik

akomodasi digunakan apabila individu memandang bahwa obyek-obyek kerangka

berfikirnya yang ada sehingga harus mengubah strukturnya.

Equilibrium menunjuk pada relasi antara individu dan sekelilingnya, terutama

sekali pada relasi antara struktur kognitif individu dan struktur sekelilingnya. Di sini ada

keadaan seimbang bila individu tidak lagi perlu mengubah hal-hal dalam kelilingnya

untuk mengadakan asimilasi dan juga tidak harus mengubah dirinya untuk mengadakan

akomodasi dengan hal-hal yang baru.

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa, perkembangan kognitif atau dapat

dipandang sebagai suatu perubahan dari suatu keadaan seimbang ke dalam keseimbangan

baru. Setiap tahap perkembangan kognitif mempunyai bentuk keseimbangan tertentu

sebagai fungsi dari kemampuan memecahkan masalah pada tahap itu. Ini berarti

penyeimbangan memungkinkan terjadinya transformasi dari bentuk penalaran sederhana

ke bentuk penalaran yang lebih komplek, sampai mencapai keadaan terakhir yang

diwujudkan dengan kematangan berfikir orang dewasa.

Menurut Piaget pertumbuhan mental mengandung dua macam proses yaitu

perkembangan dan belajar. Perkembangan adalah perubahan struktur sedangkan belajar

adalah perubahan isi. Proses perkembangan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu: (a) heriditas,

(b) pengalaman, (c) transmisi sosial dan (d) ekuilibrasi.

a. Heriditas

Heriditas tidak hanya menyediakan fasilitas kepada anak yang baru lahir untuk

menyesuaikan diri dengan dunianya, lebih dari itu heriditas akan mengatur waktu

Page 10: makalah perkembangan kognitif

jalannya perkembangan pada tahun-tahun mendatang. Inilah yang dikenal dengan

faktor kematangan internal. Kematangan mempunyai peranan penting dalam

perkembangan kognitif, akan tetapi faktor ini saja tidak mampu menjelaskan segala

sesuatu tentang perkembangan kognitif.

b. Pengalaman

Pengalaman dengan heriditas fisik merupakan dasar perkembangan struktur

kognitif. Dalam hal ini sering kali disebut sebagai pengalaman fisis dan logika

matematis. Kedua pengalaman ini secara psikologi berbeda. Pengalaman fisis

melibatkan obyek yang kemudian membuat abstraksi dari obyek tersebut. Sedangkan

pengalaman logika matematis merupakan pengalaman dimana diabstraksikan bukan

dari obyek melainkan dari akibat tindakan terhadap obyek (abstraksi reflektif).

c. Transmisi sosial

Transmisi sosial digunakan untuk mempresentasikan pengaruh budaya terhadap

pola berfikir anak. Penjelasan dari guru, penjelasan orang tua, informasi dari buku,

meniru, merupakan bentuk-bentuk transmisi sosial. Kebudayaan memberikan alat-alat

yang penting bagi perkembangan kognitif, seperti dalam berhitung atau membaca,

dapat menerima transmisi sosial apabila anak ada dalam keadaan mampu menerima

informasi. Untuk menerima informasi itu terlebih dahulu anak harus memiliki struktur

kognitif yang memungkinkan anak dapat mengasimilasikan dan mengakomodasikan

informasi tersebut.

d. Ekuilibrasi

Ekuilibrasi merupakan suatu keadaan dimana pada diri setiap individu akan

terdapat proses ekuilibrasi yang mengintegrasikan ketiga faktor tadi, yaitu heriditas,

pengalaman dan transmisi sosial. Alasan yang memperkuat adanya ekuilibrasi yaitu

dimana anak secara aktif berinteraksi dengan lingkungan. Sebagai akibat dari interaksi

itu anak berhadapan dengan gangguan atau kontradiksi, yaitu apabila situasi pada pola

penalaran yang lama tidak dapat menanggapi stimulus. Kontradiksi ini menimbulkan

keadaan menjadi tidak seimbang. Dalam keadaan ini individu secara aktif mengubah

pola penalarannya agar dapat mengasimilasikan dan mengakomodasikan stimulus

baru yang disebut ekuilibrasi.

Para ahli psikologi perkembangan mengakui bahwa pertumbuhan itu berlangsung

secara terus menerus dengan tidak ada lompatan. Kemajuan kompetensi kognitif

bertahap dan berurutan selama masa kanak-kanak Piaget melukiskan urutan tersebut ke

dalam empat tahap perkembangan yang berbeda secara kualitatif yaitu : (1) tahap sensori

Page 11: makalah perkembangan kognitif

motor, (2) tahap praoperasional, (3) tahap operasional konkrit dan (4) tahap operasional

formal. Dari setiap tahapan itu urutannya tidak berubah-ubah. Semua anak akan melalui

ke empat tahapan tersebut dengan urutan yang sama. Hal ini terjadi karena masing-

masing tahapan dibangun di atas, dan berasal dari pencapaian tahap sebelumnya. Tetapi

sekalipun urutan kemunculan itu tidak berubah-ubah, tidak mustahil adanya seseorang

untuk melewati tahap-tahap itu secara lebih dini di satu sisi dan terhambat di sisi lainnya.

Berkaitan dengan itu maka dalam pembahasan perkembangan kognitif

sebagaimana yang dikemukakan Piaget sekaligus diungkap pula beberapa sanggahan atas

urutan dari aspek-aspek kemampuan pada tahapan-tahapan tersebut khususnya yang

berkaitan dengan tahapan praoperasional dan tahapan operasional konkrit.

a. Tahap Sensorimotor (0 - 2 tahun)

Tahap sensorimotor ini ada pada usia antara 0 - 2 tahun, mulai pada masa bayi

ketika ia menggunakan pengindraan dan aktivitas motorik dalam mengenal

lingkungannya. Pada masa ini biasanya bayi keberadaannya masih terikat kepada

orang lain bahkan tidak berdaya, akan tetapi alat-alat inderanya sudah dapat berfungsi.

Tindakannya berawal dari respon refleks, kemudian berkembang membentuk

representasi mental. Anak dapat menirukan tindakan masa lalu orang lain, dan

merancang kesadaran baru untuk memecahkan masalah dengan menggabungkan

secara mental skema dan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya. Dalam periode

singkat antara 18 bulan atau 2 tahun, anak telah mengubah dirinya dari suatu

organisme yang hampir sepenuhnya kepada refleks dan perlengkapan heriditer lainnya

menjadi pribadi yang cakap dalam berfikir simbolik.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif selama stadium sensorimotor, intelegensi

anak baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimulus. Dalam

stadium ini yang penting adalah tindakan-tindakan konkrit dan bukan tindakan-

tindakan yang imaginer atau hanya dibayangkan saja, tetapi secara perlahanlahan

melalui pengulangan dan pengalaman konsep obyek permanen lama-lama terbentuk.

Anak mampu menemukan kembali obyek yang disembunyikan.

b. Tahap Praoperasional (2 - 7 tahun)

Dikatakan praoperasional karena pada tahap ini anak belum memahami

pengertian operasional yaitu proses interaksi suatu aktivitas mental, dimana prosesnya

bisa kembali pada titik awal berfikir secara logis. Manipulasi simbol merupakan

karakteristik esensial dari tahapan ini. Hal ini sering dimanefestasikan dalam peniruan

tertunda, tetapi perkembangan bahasanya sudah sangat pesat, kemampuan anak

Page 12: makalah perkembangan kognitif

menggunakan gambar simbolik dalam berfikir, memecahkan masalah, dan aktivitas

bermain kreatif akan meningkat lebih jauh dalam beberapa tahun berikutnya.

Sekalipun demikian, pemikiran pada tahap praoperasional terbatas dalam

beberapa hal penting. Menurut Piaget, pemikiran itu khas bersifat egosentris, anak

pada tahap ini sulit membayangkan bagaimana segala sesuatunya tampak dari

perspektif orang lain.

Berfikir praoperasional juga tidak dapat dibalik (irreversable). Anak belum

mampu untuk meniadakan suatu tindakan dengan melakukan tindakan tersebut sekali

lagi secara mental dalam arah yang sebaliknya.

c. Tahap Operasional Konkrit (7 - 11 Tahun)

Tahap operasional konkrit dapat digambarkan pada terjadinya perubahan positif

ciri-ciri negatif tahap preoprasional, seperti dalam cara berfikir egosentris pada tahap

operasional konkrit menjadi berkurang, ditandainya oleh desentrasi yang benar,

artinya anak mampu memperlihatkan lebih dari satu dimensi secara serempak dan

juga untuk menghubungkan dimensi-dimensi itu satu sama lain. Oleh karenanya

masalah konservasi sudah dikuasai dengan baik.

Dalam eksperimen konservasi jumlah yang tipikal, satu barisan yang terdiri dari 5

kancing dideretkan di atas satu barisan yang juga terdiri dari 5 kancing sehingga

kedua barisan sama panjangnya. Si anak setuju bahwa kedua barisan memiliki jumlah

kancing yang sama. Namun, apabila satu barisan dipendekkan dengan jalan

merapatkan jarak kancing-kancingnya, anak praoperasional mungkin mengatakan

bahwa barisan yang panjang mempunyai kancing lebih banyak. Anak pada tahap

operasional konkrit tahu bahwa penyusunan ulang kancing-kancing tersebut tidak

mengubah jumlahnya.

Menurut Piaget, anak pada tahap ini mengerti masalah konservasi karena mereka

dapat melakukan operasi mental yang dapat dibalikan (reversable). Reversable

transformation (transformasi bolak-balik) terjadi dalam dua bentuk yaitu ; (1)

inversion (kebalikan) + A kebalikan dari - B (penjumlahan kebalikan pengurangan,

perkalian kebalikan pembagian), (2) recipocity (timbal balik). Ketika sebuah obyek

mengalami perubahan kuantitasnya tidak berubah. Hal ini oleh Piaget disebut

konservasi. Seriasi adalah satu lagi karakteristik tahap operasional konkrit yang

merupakan kemampuan menyusun obyek menurut beberapa dimensi seperti berat atau

ukuran.

Page 13: makalah perkembangan kognitif

Kompetensi yang oleh Piaget dinamakan seriasi sangat penting untuk pemahaman

hubungan bilangan khususnya dalam matematik. Pemahaman lain pada tahap

operasional konkrit, dapat menalar serentak mengenai bagian dan keseluruhan yang

dikenal dengan istilah inklusi kelas. Pemahaman mengenai inklusi kelas ini

mengilustrasikan prinsip logis bahwa ada hubungan hirarkisdiantara kategori-

kategori.

Pemikiran mereka masih terbatas pada operasi konkrit. Pada tahap ini anak dapat

mengkonservasi kualitas serta dapat mengurutkan dan mengklasifikasikan obyek

secara nyata. Tetapi mereka belum dapat bernalar mengenai abstraksi, proposisi

hipotesis. Jadi mereka mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah secara verbal

yang sifatnya abstrak. Pemahaman terakhir ini baru dicapai pada tahap oprasional

formal.

d. Operasional Formal ( 11 - 16 tahun)

Pada tahap operasional formal anak tidak lagi terbatas pada apa yang dilihat atau

didengar ataupun pada masalah yang dekat, tetapi sudah dapat membayangkan

masalah dalam fikiran dan pengembangan hipotesis secara logis. Perkembangan lain

pada tahap ini ialah kemampuannya untuk berfikir secara sistematis, dapat

memikirkan kemungkinan-kemungkinan secara teratur atau sistematis untuk

memecahkan masalah. Pada tahap ini anak dapat memprediksi berbagai kemungkinan

yang terjadi atas suatu peristiwa. Misalnya ketika mengendarai sebuah mobil dan tiba-

tiba mobil mogok, maka anak akan menduga mungkin bensinnya habis, businya atau

platinanya rusak dan sebab lain yang memungkinkan memberikan dasar atas

pemikiran terjadinya mobil mogok. Perkembangan kognitif pada tahapan ini

mencapai tingkat perkembangan tertinggi dari tahapan yang dijelaskan Piaget.

2.4. Karakteristik Perkembangan Kognitif Peserta Didik

Karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Masa kanak-kanak awal

Jean Piaget menanamkan masa kanak-kanak awal. Dari sekitar usia 2 sampai 7

tahun, sebagai tahap praoperasional, karena anak-anak belum siap untuk terlibat

dalam operasi atau manipulasi mental yang mensyaratkan pemikiran logis.

Karakteristik perkembangan dalam tahap kedua adalah perluasan penggunaan

pemikiran simbolis, atau kemampuan representional, yang pertama kali muncul pada

akhir tahap sensorimotor. Menurut Montessori ( Hurlock, 1978) anak usia 3-6 tahun

Page 14: makalah perkembangan kognitif

adalah anak yang sedang berada dalam periode sensitif atau masa peka, yaitu suatu

periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak

terhambat perkembangannya. Anak taman kanak-kanak adalah anak yang sedang

berada dalam rentang usia 4-6 tahun, yang merupakan sosok individu yang sedang

berada dalam proses perkembangan. Proses pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun

secara formal dapat ditempuh di taman kanak-kanak.

Kemampuan yang mampu dikuasai anak Pada tahap ini kemampuan anak

berada pada tahap praoperasional. Dikatakan praoperasional karena pada tahap ini

anak belum memahami. Fase praoperasional dapat dibagi ke dalam tiga subfase, yaitu

subfase fungsi simbolis, subfase berpikir secara egosentris dan subfase berpikir secara

intuitif. Fase ini rnemberikan andil yang besar bagi perkembangan kognitif anak. Pada

fase praoperasional, anak tidak berpikir secara operasional yaitu suatu proses berpikir

yang dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu aktivitas yang memungkinkan

anak mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukannya sebelumnya. Fase ini

merupakan fase permulaan bagi anak untuk membangun kemampuannya dalam

menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil

dan tidak terorganisasi secara baik.

Berpikir simbolik yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan

peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di

hadapan anak. Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 2 - 4 tahun. Aspek berpikir

secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak

setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum dapat

meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain. Subfase berpikir secara

egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara egosentris ditandai oleh

ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau cara berpikir orang lain.

Anak berasumsi bahwa orang lain berpikir, menerima dan merasa sebagaimana yang

mereka lakukan.

Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu,

seperti menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti

alasan untuk melakukannya. Subfase berpikir secata intuitif tenadi pada usia 4 - 7

tahun. Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena pada saat ini anak

kelihatannva mengerti dan mengetahui sesuatu. Kemampuan lain yang dikuasai anak

tahap ini adalah:

a. Memahami identitas

Page 15: makalah perkembangan kognitif

Anak memahami bahwa perubahan di permukaan tidak mengubah karakter

alamiah sesuatu.

b. Memahami sebab akibat

Anak mengetahui bahwa peristiwa memiliki sebab dan akibat.

c. Mampu mengklasifikasi

Anak mengorganisir objek, orang, dan peristiwa kedalam kategori yang

memiliki makna.

d. Memahami angka

Anak dapat berhitung dan bekerja dengan angka.

e. Empati

Anak menjadi lebih mampu untuk membayangkan apa yang dirasakan oleh

orang lain.

f. Teori pikiran

Anak menjadi lebih dasar akan aktivitas mental dan fungsi pikirannya.

Tahap perkembangan bahasa berbicara pada masa kanak-kanak awal.

Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode Prelinguistik (0-1

tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah mulai hasrat anak

mengucapkan kata kata yang pertama, yang merupakan saat paling menakjubkan bagi

orang tua. Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:

1. Fase satu kata atau Holofrase

Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran

yang kornpleks, baik yang bcrupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa

pcrbedaan yang jelas.

2. Fase lebih dari satu kata

Fase dua kata muncul pada anak berusia sekkar 18 bulan. Pada fase ini

anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat

tersebut kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang

pokok kalimat dengan obyek dengan tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua

kata, muncullah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya.

Pada periode ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan

uniuk dirinya sendiri. Mulailah mcngadakan komunikasi dengan orang lain secara

lancar. Orang tua mulai melakukan tanya jawab dengan anak secara sederhana.

Page 16: makalah perkembangan kognitif

Anak pun mulai dapat bercerita dengan kalimat-kalimatnya sendiri yang

sederhana.

3. Fase ketiga adalah fase diferensiasi

Periode terakhir dari masa balita yang bErlangsung antara usia dua

setengah sampai lima tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan

berkembang pesat. Dalam berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya

yang mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata demi kata

sesuai dengan jenisnya, terutama dalam pemakaian kata benda dan kata kerja.

Anak telah mampu mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk menyebut

dirinya, mampu mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan, akhiran dan

berkomunikasi lebih lancar lagi dengan lingkungan. Anak mulai dapat

mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah, memberitahu dan bentuk-bentuk

kalimat lain yang umum untuk satu pembicaraan “gaya” dewasa.

Kemampuan memori yang berkembang pada masa kanak-kanak awaL. Model

pemprosesan informasi mendeskripsikan tiga tahap dalam mengingat yaitu:

1. Encoding: proses di mana informasi dipersiapkan untuk penyimpanan jangka

panjang dan pemanggilan kembali di kemudian hari.

2. Storage: penyimpanan ingatan untuk penggunaan di masa depan.

3. Retrieval: proses di mana informasi diakses atau dipanggil kembali dari

penyimpanan ingatan.

Pada semua usia, mengenal dapat dilakukan lebih baik dari mengingat, akan

tetapi kedua kemampuan tersebut meningkat pada masa anak-anak awal. Cara seorang

anak membentuk memori permanen ada tiga tipe yaitu:

1. Memori generic: memori yang menghasilkan script bagi rutinitas yang akrab

untuk memandu perilaku. Script adalah catatan umum yang akrab dan berulang,

dipergunakan untuk memandu perilaku. Misalnya: seorang anak bisa saja

memiliki script untuk menaiki bus ke sekolah atau makan siang di rumah nenek.

2. Memori episodis: memori jangka panjang tentang peristiwa yang kerap terjadi dan

akrab, dihubungkan dengan tempat dan waktu.

3. Memori autobiografis: memori tentang peristiwa tertentu dalam kehidupan

seseorang. Misalnya: seorang anak mengingat saat dia pergi ke kebun binatang.

Karena ke kebun binatang itu dia mengingat peristiwa baru dan unik, dia juga

mengingat detail dari perjalanan tersebut hingga beberapa tahun.

Page 17: makalah perkembangan kognitif

2. Masa Kanak-kanak Akhir

Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut

pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas

mental yang difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata atau konkrit. Masa ini

berlangsung pada masa kanak-kanak akhir. Dalam upaya memahami alam sekitarnya,

mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera,

karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh

mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam keadaan normal, pada periode ini

pikiran anak berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya,

daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya

pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya

ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar.

Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut

dengan operasi – operasi, yaitu :

a. Negasi (Negation), yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami

hubungan-hubungan antara benda atau keadaan yag satu dengan benda atau

keadaan yang lain.

b. Hubungan Timbal Balik (Resiprok), yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-

akibat dalam suatu keadaan.

c. Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda

yang ada.

KEMAJUAN KOGNITIF

Pemikiran spasial

Contoh : Dani dapat menggunakan peta atau model untuk membantunya

mencari objek tersembunyi dan dapat memberikan arah untuk menemukan benda

tersebut kepada orang lain. Dia dapat menemukan jalan ke sekolah dan pulang ke

rumah, dapat memperkirakan jarak, dapat menilai berapa waktu yang dibutuhkan

untuk pergi dari satu tempat ke tempat yang lain.

Sebab akibat

Contoh : Doni mengetahui atribut fisik objek mana yang akan

memengaruhi hasil (misalnya, jumlah objek berpengaruh sedangkan jumlah

Page 18: makalah perkembangan kognitif

warna tidak). Tetapi dia belum mengetahui faktor spesial mana seperti posisi dan

penempatan objek, yang membuat perbedaan.

Klasifikasi

Kemampuan mengategorisasi membantu anak untuk berpikir secara logis.

Contoh : elena dapat memilah objek ke dalam beberapa kategori, seperti bentuk,

warna, atau keduanya. Dia mengetahui bahwa subkelas (mawar) memiliki

anggota yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelas yang menjadi induknya

(bunga).

Seriasi dan kesimpulan transitif

Kemampuan untuk mengenali hubungan antara dua objek dengan

mengetahui hubungan antara masing-masing objek tersebut dan objek ketiga.

Contoh : nina dapat mengatur kumpulan tongkat sesuai urutan, dari yang

paling pendek ke yang paling panjang, dan dapat memasukkan tongkat berukuran

menengah ke tempat yang tepat. Dia mengetahui apabila satu tongkat lebih

panjang dibandingkan tongkat kedua, dan tongkat kedua lebih panjang dari

tongkat ketiga, maka tongkat pertama lebih panjang dari tongkat ketiga.

Penalaran induktif dan deduktif

Penalaran induktif merupakan tipe penalaran logis yang bergerak dari

yang observasi khusus terhadap anggota kelas hingga mencapai kesimpulan

tentang kelas tersebut. Dan penalaran deduktif merupakan tipe penalaran logis

yang bergeneral dari premis umum tentang sebuah kelas kepada sebuah

kesimpulan tentang anggota tertentu atau beberapa anggota dari kelas tersebut.

Contoh : Dara dapat memecahkan masalah induktif maupun deduktif dan

mengetahui bahwa kesimpulan induktif (yang didasarkan pada beberapa premis

tertentu) memiliki tingkat kepastian yang lebih rendah dibandingkan dengan

kesimpulan deduktif (didasarkan kepada premis umum).

Konservasi

Dalam memecahkan berbagai masalah konservasi, anak-anak yang berada

dalam tahap operasi konkret dapat mencari jawabannya dalam kepala mereka:

mereka tidak harus mengukur atau menimbang objek tersebut.

Contoh : Pada usia 7 tahun, Andre mengetahui apabila bola

tanah liat digulung menjadi bentuk sosis, maka ia memiliki jumlah tanah liat yang

sama (konservasi substansi). Pada usia 9 tahun, dia mengetahui bahwa berat bola

Page 19: makalah perkembangan kognitif

dan sosis sama. Baru pada usia awal remaja, dia mengetahui bahwa keduanya

meluberkan jumlah cairan yang sama jika keduanya diletakkan dalam segelas air.

3. Masa Remaja

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli

perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap

pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya

para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-

masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang

sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak

alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas

berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu

berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi

apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya

dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman

masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan

rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja

mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.

Perkembangan kognitif remaja mencapai tahap operasional formal yang

memungkinkan remaja berpikir secara abstrak dan komplek, sehingga remaja mampu

mengambil keputusan untuk dirinya. Selama masa remaja, kemampuan untuk

mengerti masalah-masalah kompleks berkembang secara bertahap. Masa remaja

adalah awal dari tahap pikiran formal operasional, yang mungkin dapat dicirikan

sebagai pemikiran yang melibatkan logika pengurangan atau deduksi. Tahap ini

terjadi di semua orang tanpa memandang pendidikan dan pengalaman mereka.

Namun, bukti riset tidak mendukung hipotesis itu yang menunjukkan bahwa

kemampuan remaja untuk menyelesaikan masalah kompleks adalah fungsi dari proses

belajar dan pendidikan yang terkumpul.

Unsur yang terpenting dalam mengembangkan pemikiran seseorang adalah

latihan dan pengalaman. Latihan berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya,

serta mengambil kesimpulan akan membantu seseorang untuk mengembangkan

pemikirannya ataupun intelegensinya. Piaget membedakan dua macam pengalaman,

yaitu :

Page 20: makalah perkembangan kognitif

1. Pengalaman fisis: terdiri dari tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang di

hadapi untuk mengabstraksi sifat-sifatnya.

2. Pengalaman matematis-logis: terdiri dari tindakan terhadap objek untuk

mempelajari akibat tindakan-tindakan terhadap objek itu.

Kemampuan yang dimiliki pada tahap operasional formal ini adalah:

a. Abstrak

Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta

pengalaman yang benar-benar terjadi. Mampu memunculkan kemungkinan-

kemungkinan hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak.

b. Fleksibel dan kompleks

Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan

tentang suatu hal. Mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang

lain, dan dunia, serta membandingkan diri mereka dengan orang lain dan

standard-standard ideal ini. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai

tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu

hal. Seharusnya seorang remaja harus sudah mencapai tahap perkembangan

pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa

berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.

c. Logis

Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana

mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa

depan (Santrock, 2001). Mulai mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan

terbaik akan jalan keluar suatu masalah, menyusun rencana-rencana untuk

memecahkan masalah-masalah dan menguji pemecahan-pemecahan masalah

secara sistematis.

2.5. Masalah Perkembangan Kognitif Peserta Didik

a. Masa kanak-kanak awal

Permasalahan membaca pada masa ini masih dengan cara dieja,

pemahamannya hanya satu kata dan terkadang anak sulit diajak belajar membaca.

Solusi: Membaca diikuti kata-kata bergambar agar menari anak untuk membaca.

b. Masa kanak-kanak akhir

Permasalahan membaca dan pemahaman di SD saat ini umumnya

menggunakan sistem klasikal yang menempatkan kecepatan memahami isi bacaan

Page 21: makalah perkembangan kognitif

berdasarkan kecepatan rata-rata memahami isi buku atau siswa merasa bahwa

pembelajaran membaca pemahaman yang dilakukan oleh guru terlalu cepat.

Solusi: Guru mengefektifkan pembelajaran membaca interpretatif dengan

mengelompokkan siswa menjadi 8 kelompok dengan memahami isi bacaan &

sharing.

c. Masa Remaja

Permasalahan membaca pemahaman di masa SMP/SMA lebih ke kurang

memahami isi bacaan.

Solusi: Seharusnya dengan membaca pemahaman.

Page 22: makalah perkembangan kognitif

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Perkembangan kognitif kognitiif anak sekolah harus disesuaikan dengan kemampuan

belajar dan menerima materi pembelajaran. Perkembangan kognitif pada anak merupakan

kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan

pemecahan masalah yang termasuk dalam proses psikologis yang berkaitan dengan

bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.

Dalam memahami perkembangan kognitif, kita harus mengetahui konsep serta proses

perkembangan kognitif tersebut. Selain itu karakteristik perkembangan kognitif peserta didik

juga harus dapat dipahami semua pihak. Dengan pemahaman pada karakteristik

perkembangan peserta didik, pengajar dan orang tua dapat mengetahui sebatas apa

perkembangan yang dimiliki anak didiknya sesuai dengan usia mereka masing-masing,

sehingga pengajar dan orang tua dapat menerapkan ilmu yang sesuai dengan kemampuan

kognitif masing-masing anak didik.

Meskipun banyak hal dan kendala dalam perkembangan kognitif anak, setidaknya kita

sebagai calon pengajar maupun sebagai orang tua harus memahami tentang perkembangan

kognitif dan tahap-tahap karakteristik perkembangan kognitif agar kita mampu mengetahui

perkembangan kemampuan kognitif masing-masing anak.

Page 23: makalah perkembangan kognitif

DAFTAR RUJUKAN

Syaodih, Ernawulan. Tanpa tahun. Perkembangan Kognitif Anak. (online). (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022- ERNAW-ULAN_SYAODIH/perk_kognitif_anak.pdf). Diakses tanggal 6 Februari 2014

Syaodih, Ernawulan. Tanpa tahun. Psikologi Perkembangan. (online). (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-ERNAWULAN _SYAODIH/PSIKOLOGI_PERKEMBANGAN.pdf). Diakses tanggal 6 Februari 2014