neurosains kognitif dalam pembelajaran matematika …

12
Jurnal THEOREMS (The Or URL Naskah masuk: 21-12-2018 Copyright ©2019, Jurnal THEO p-ISSN: 2528-102X, e-ISSN: 25 NEUROSAINS MATE (COGNITIVE NEUR IN De 1 Pendidikan Guru Madrasah Ib 2 Pendidikan Dasar, Univer Artikel ini bertujuan untuk manusia dari bayi hingga s matematika; hubungan neu kognitif dengan perkemban peningkatan kognisi matema penelitian yang lebih lanjut ad yang relevan dengan bidang sekolah dasar untuk menjanji matematika, tetapi juga peni implikasi jangka pendek dan Kata kunci:matematika, neuros This article aims to describe from infants to secondary sc relationship of cognitive neu with atypical development mathematical cognition in ele further research is collaboratio the field of mathematics lea encourage further progress knowledge about mathematic education of future generation Keywords:cognitive neuroscien riginal Research of Mathematics) Vol. 3 No. 2, Janua L: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th Naskah diperbaiki: 26-12-2018 Naskah dite OREMS (The Original Research of Mathematics) 541-4321 S KOGNITIF DALAM PEMBELAJA EMATIKA DI SEKOLAH DASAR ROSCIENCE OF MATHEMATICS ED N ELEMENTARY SCHOOL) essy Noor Ariani 1* , Asep Supena 2 btidaiyah, Fakultas Studi Islam, Universitas Islam rsitas Negeri Jakarta, Jl. Rawamangun Muka, Jaka * email: [email protected] ABSTRAK mendeskripsikan tahapan perkembangan kogn sekolah menengah; bagaimana peran otak dal urosains kognitif dengan pendidikan matemat ngan dan kognisi atypical pada siswa; dan matika pada siswa sekolah dasar. Adapun sara dalah berupa kolaborasi antara ilmuwan dan pen pembelajaran matematika terutama pembelajar ikan kemajuan lebih lanjut dalam pemahaman tid ingkatan kognisi matematika pada siswa sekol jangka panjang yang bermanfaat untuk generasi sains kognitif, sekolah dasar. ABSTRACT the development of numerical cognitive develop chools; what the role of the brain in mathematic uroscience with mathematics education; cogniti t and cognition in students; and intervent lementary school students. Related to the autho on between researchers and professional educato arning especially mathematics learning in elem in understanding not only mathematics, bu cs in elementary schools, and short- and long-te ns nce, elementary school, mathematics. ari. hal. 157-168 erima: 31-12-2018 157 ARAN DUCATION m Kalimantan MAB arta, Indonesia nisi numeric pada lam pembelajaran tika; karakteristik intervensi dalam an penulis untuk ndidik profesional ran matematika di dak hanya kognisi lah dasar, dengan masa depan. pment in humans cs learning is; the ive characteristics tion to improve or's suggestion for ors that relevant to mentary schools to ut also increasing erm impact on the

Upload: others

Post on 01-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NEUROSAINS KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA …

Jurnal THEOREMS (The Original Research of MathematicsURL: Naskah masuk: 21-12-2018 Naskah diperbaiki: Copyright ©2019, Jurnal THEOREMS (p-ISSN: 2528-102X, e-ISSN: 2541 NEUROSAINS KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR(COGNITIVE NEUROSCIENCE OF MATHEMATICS EDUCATION

IN ELEMENTARYDessy Noor Ariani1Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah2Pendidikan Dasar, Universitas Negeri Jakarta, Jl. Rawamangun Muka, Jakarta, IndonesiaArtikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan tahapan perkembangan kognisi numeric pada manusia dari bayi hingga sekolah menengah; bagaimana peran otak dalam pembelajaran matematika; hubungan neurosains kognitif dengan pendidikan matematika; karakterkognitif dengan perkembangan dan kognisi atypical pada siswa; dan intervensi dalam peningkatan kognisi matematika pada siswa sekolah dasar. Adapun saran penulis untuk penelitian yang lebih lanjut adalah berupa kolaborasi antara ilmuwan dan pendidik pyang relevan dengan bidang pembelajaran matematika terutama pembelajaran matematika di sekolah dasar untuk menjanjikan kemajuan lebih lanjut dalam pemahaman tidak hanya kognisi matematika, tetapi juga peningkatan kognisi matematika pada siswa simplikasi jangka pendek dan jangka panjang yang bermanfaat untuk generasi masa depan.

Kata kunci:matematika, neurosains kognitifThis article aims to describe the development of numerical cognitive development from infants to secondary schools; what the role of the brain in mathematics learning is; the relationship of cognitive neuroscience with mathematics education; cognitive characteristics with atypical development and cognition in students; and inmathematical cognition in elementary school students. Related to the author's suggestion for further research is collaboration between researchers and professional educators that relevant to the field of mathematics learning especiallencourage further progress in understanding not only mathematics, but also increasing knowledge about mathematics in elementary schools, and shorteducation of future generationsKeywords:cognitive neuroscience, elementary school, mathematics

The Original Research of Mathematics) Vol. 3 No. 2, Januari. hal. URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th 2018 Naskah diperbaiki: 26-12-2018 Naskah diterima: , Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) ISSN: 2541-4321 NEUROSAINS KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR COGNITIVE NEUROSCIENCE OF MATHEMATICS EDUCATION

IN ELEMENTARY SCHOOL) Dessy Noor Ariani1*, Asep Supena2 Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Studi Islam, Universitas Islam Kalimantan MABniversitas Negeri Jakarta, Jl. Rawamangun Muka, Jakarta, Indonesia*email: [email protected] ABSTRAK Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan tahapan perkembangan kognisi numeric pada manusia dari bayi hingga sekolah menengah; bagaimana peran otak dalam pembelajaran matematika; hubungan neurosains kognitif dengan pendidikan matematika; karakterkognitif dengan perkembangan dan kognisi atypical pada siswa; dan intervensi dalam peningkatan kognisi matematika pada siswa sekolah dasar. Adapun saran penulis untuk penelitian yang lebih lanjut adalah berupa kolaborasi antara ilmuwan dan pendidik pyang relevan dengan bidang pembelajaran matematika terutama pembelajaran matematika di sekolah dasar untuk menjanjikan kemajuan lebih lanjut dalam pemahaman tidak hanya kognisi matematika, tetapi juga peningkatan kognisi matematika pada siswa sekolah dasar, dengan implikasi jangka pendek dan jangka panjang yang bermanfaat untuk generasi masa depan.neurosains kognitif, sekolah dasar.

ABSTRACT This article aims to describe the development of numerical cognitive development from infants to secondary schools; what the role of the brain in mathematics learning is; the relationship of cognitive neuroscience with mathematics education; cognitive characteristics with atypical development and cognition in students; and intervention to improve mathematical cognition in elementary school students. Related to the author's suggestion for further research is collaboration between researchers and professional educators that relevant to the field of mathematics learning especially mathematics learning in elementary schools to encourage further progress in understanding not only mathematics, but also increasing knowledge about mathematics in elementary schools, and short- and long-term impact on the education of future generations cognitive neuroscience, elementary school, mathematics. Vol. 3 No. 2, Januari. hal. 157-168 2018 Naskah diterima: 31-12-2018 157 NEUROSAINS KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN

COGNITIVE NEUROSCIENCE OF MATHEMATICS EDUCATION Universitas Islam Kalimantan MAB niversitas Negeri Jakarta, Jl. Rawamangun Muka, Jakarta, Indonesia Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan tahapan perkembangan kognisi numeric pada manusia dari bayi hingga sekolah menengah; bagaimana peran otak dalam pembelajaran matematika; hubungan neurosains kognitif dengan pendidikan matematika; karakteristik kognitif dengan perkembangan dan kognisi atypical pada siswa; dan intervensi dalam peningkatan kognisi matematika pada siswa sekolah dasar. Adapun saran penulis untuk penelitian yang lebih lanjut adalah berupa kolaborasi antara ilmuwan dan pendidik profesional yang relevan dengan bidang pembelajaran matematika terutama pembelajaran matematika di sekolah dasar untuk menjanjikan kemajuan lebih lanjut dalam pemahaman tidak hanya kognisi ekolah dasar, dengan implikasi jangka pendek dan jangka panjang yang bermanfaat untuk generasi masa depan. This article aims to describe the development of numerical cognitive development in humans from infants to secondary schools; what the role of the brain in mathematics learning is; the relationship of cognitive neuroscience with mathematics education; cognitive characteristics tervention to improve mathematical cognition in elementary school students. Related to the author's suggestion for further research is collaboration between researchers and professional educators that relevant to y mathematics learning in elementary schools to encourage further progress in understanding not only mathematics, but also increasing term impact on the

Page 2: NEUROSAINS KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA …

Jurnal THEOREMS (The Original Research of MathematicsURL: Naskah masuk: 21-12-2018 Naskah diperbaiki: Copyright ©2019, Jurnal THEOREMS (p-ISSN: 2528-102X, e-ISSN: 2541 1. PENDAHULUAN Terjadinya pertumbuhan yang luar biasa dalam studi ilmiah tentang otak manusia selama 15 tahun terakhir ini, dan bersamaan dari itu juga banyak tercipta temuan baru tentang cara kerja otak. Asal mula terciptanya bidang neurosains kognitif pada awal tahun 1990an dikarenakan ketersediaan alatalat dan teknik non-invasif yang berkembang dan digunakan untuk mengukur fungsi otak selama tugastugas kognitif dan pengembangan berkelanjutan dari alat-alat tersebut sehingga mendukung pertumbuhan yang luar biasa. Secara umum, tujuan Neuroscience Kognitif adalah untuk menjelaskan bagaimana otak memungkinkan pikiran (Gazzaniga, 2002). Dengan kata lain, tujuan Cognitive Neuroscience adalah untuk membatasi kognitif dan teori psikologis dengan data neuroscientific, sehingga membentuk teori-teori tersebut menjadi lebih masuk akal secara biologis. Sepanjang ‘Decade of brain’ pada 1990abad ke-21, penelitian neurosains kognitif telah dipopulerkan secara luas dengan gambar otak yang penuh warna mengisi bagian 'Sains ddari surat kabar harian. Dalam bidang neurosains kognitif dari pembelajaran matematika, istilah "matematika", "aritmatika" dan "berhitung" sering digunakan secara bergantian. Matematika penting tidak hanya untuk pencapaian akademis, tetapi juga memprediksi banyak aspek pencapaian kehidupan individu lainnya (Parsons dan Bynner, 2005). Pada tingkat masyarakat, standar numerasi sangat mempengaruhi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang sangat penting untuk hasil ekonomi nasional (Gross, Hudsondan Price, 2009). The Original Research of Mathematics) Vol. 3 No. 2, Januari. hal. URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th 2018 Naskah diperbaiki: 26-12-2018 Naskah diterima: , Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) ISSN: 2541-4321 Terjadinya pertumbuhan yang luar biasa dalam studi ilmiah tentang otak manusia selama 15 tahun terakhir ini, dan bersamaan dari itu juga banyak tercipta temuan baru tentang cara kerja otak. Asal mula terciptanya bidang neurosains kognitif pada awal tahun 990an dikarenakan ketersediaan alat-invasif yang berkembang dan digunakan untuk mengukur fungsi otak selama tugas-tugas kognitif dan pengembangan alat tersebut sehingga mendukung pertumbuhan ara umum, tujuan Neuroscience Kognitif adalah untuk menjelaskan bagaimana otak memungkinkan pikiran (Gazzaniga, 2002). Dengan kata lain, tujuan Cognitive Neuroscience adalah untuk membatasi kognitif dan teori psikologis dengan data a membentuk teori tersebut menjadi lebih masuk akal secara biologis. Sepanjang ‘Decade of brain’ pada 1990-an dan ke 21, penelitian neurosains kognitif telah dipopulerkan secara luas dengan gambar otak yang penuh warna mengisi bagian 'Sains dan Alam' Dalam bidang neurosains kognitif dari pembelajaran matematika, istilah "matematika", "aritmatika" dan "berhitung" sering digunakan secara bergantian. Matematika penting tidak hanya untuk pencapaian akademis, emprediksi banyak aspek pencapaian kehidupan individu lainnya (Parsons dan Bynner, 2005). Pada tingkat masyarakat, standar numerasi sangat mempengaruhi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang sangat penting untuk hasil ekonomi nasional (Gross, Hudson, Dari sudut pandang teoretis, terdapat hubungan antara neurosains kognitif dan pembelajaran matematika berkaitan dengan pandangan kognitif/ rasionalis tentang pemikiran dan pembelajaran matematika (Greeno, Collins & Resnick, 1996). Pembematematika bukan hanya proses mental yang sangat individual dan murni dari pengetahuan dan keterampilan yang terjadi pada pembelajar individu, tetapi juga proses sosio budaya yang secara fundamental terkoordinasi bersama oleh unsur-unsur dalam lingmaterial dan sosial, seperti yang disoroti oleh pandangan situatif pada pemikiran dan pembelajaran matematika (Greeno et al., 1996). Tetapi masih sedikit artikel yang membahas tentang neurosains kognitif dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar. Oleh karena itu, penulis berusaha untuk mendeskripsikan dengan jelas tentang neurosains kognitif pada pembelajaran matematika di Sekolah Dasar.

2. METODE PENELITIANArtikel ini ditulis menggunakan pendekatan studi pustaka (library research). Studi pustaka bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisis data atau informasi ilmiah, seperti: jurnal, laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, surah kabar, buku yang relevan, hasilartikel ilmiah yang belum di publikasikan, dan data ilmiah lain yang berkaitan dengan judul artikel ini (Sukardi, 2003). Metode pengumpulan datanya dilakukan dengan metode eksploratif, yakni menganalisis perkembangan kognisi numeric, hubungan neurosains kognitif dengan pendidikan matematika, dan bagaimana intervensi dalam peningkatan kognisi matematika (Arikunto, 2006). Vol. 3 No. 2, Januari. hal. 157-168 2018 Naskah diterima: 31-12-2018 158 Dari sudut pandang teoretis, terdapat hubungan antara neurosains kognitif dan pembelajaran matematika berkaitan dengan pandangan kognitif/ rasionalis tentang pemikiran dan pembelajaran matematika (Greeno, Collins & Resnick, 1996). Pembelajaran matematika bukan hanya proses mental yang sangat individual dan murni dari pengetahuan dan keterampilan yang terjadi pada pembelajar individu, tetapi juga proses sosio budaya yang secara fundamental terkoordinasi bersama unsur dalam lingkungan material dan sosial, seperti yang disoroti oleh pandangan situatif pada pemikiran dan pembelajaran matematika (Greeno et al., 1996). Tetapi masih sedikit artikel yang membahas tentang neurosains kognitif dalam pembelajaran matematika di ar. Oleh karena itu, penulis berusaha untuk mendeskripsikan dengan jelas tentang neurosains kognitif pada pembelajaran matematika METODE PENELITIAN Artikel ini ditulis menggunakan pendekatan studi pustaka (library research). Studi pustaka bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisis data atau informasi ilmiah, seperti: jurnal, laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, surah kabar, hasil-hasil seminar, artikel ilmiah yang belum di publikasikan, dan data ilmiah lain yang berkaitan dengan judul artikel ini Metode pengumpulan datanya dilakukan dengan metode eksploratif, nalisis perkembangan kognisi numeric, hubungan neurosains kognitif dengan pendidikan matematika, dan bagaimana intervensi dalam peningkatan kognisi matematika

Page 3: NEUROSAINS KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA …

Jurnal THEOREMS (The Original Research of MathematicsURL: Naskah masuk: 21-12-2018 Naskah diperbaiki: Copyright ©2019, Jurnal THEOREMS (p-ISSN: 2528-102X, e-ISSN: 2541 Adapun teknik analisis data yang diterapkan dalam artikel ini analisis isi (content analysis), yaitu mengkaji secara mendalam suatu informasi tertulis untuk menemukan informasi yang lengkap. Tahapannya terdiri dari atas 6 tahapan, yaitu (1) merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesisnya, (2) melakukan sampling terhadap sumberdata yang telah dipilih, (3) pembuatan kategori yang dipergunakan dalam analisis, (4) pendataan suatu sampel dokumen yang telah dipilih dan melakukan pengkodean, (5) pembuatan skala dan item berdasarkan kriteria tertentu untuk pengumpulan data, dan (6) interpretasi/ penafsiran data yang diperoleh (Bungin, 2003).

3. PEMBAHASAN A. Perkembangan Kognisi Numerik

pada Anak-anak Usia Sekolah Pra Sekolah Pada masa pra sekolah, anak telah memahami tentang hubungan kuantitas, seperti "lebih "kurang dari", berkembang saat mereka dewasa, bersama dengan kemampuan mereka untuk menambah dan mengurangi. Starkey (1992) menunjukkan bahwa pemahaman bayi tentang penambahan dan pengurangan berkembang secara bertahap untuk memasukkan ukuran set hingga 4 item pada usia 4 tahun, dan set yang lebih besar sejak saat itu (Geary et al., 2000).Kemudian, sistem bilangan preverbal menjadi terintegrasi dengan kemampuan bahasa anak yang muncul melalui penggunaan kata-kata bilangan (misalnya "satu," "dua,"penghitungan verbal untuk memecahkan masalah penambahan dan pengurangan dasar (misalnya untuk menyelesaikan 2 + 3, The Original Research of Mathematics) Vol. 3 No. 2, Januari. hal. URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th 2018 Naskah diperbaiki: 26-12-2018 Naskah diterima: , Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) ISSN: 2541-4321 Adapun teknik analisis data yang diterapkan dalam artikel ini adalah analisis isi (content analysis), yaitu mengkaji secara mendalam suatu informasi tertulis untuk menemukan informasi yang lengkap. Tahapannya terdiri dari atas 6 tahapan, yaitu (1) merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesisnya, (2) melakukan ing terhadap sumber-sumber data yang telah dipilih, (3) pembuatan kategori yang dipergunakan dalam analisis, (4) pendataan suatu sampel dokumen yang telah dipilih dan melakukan pengkodean, (5) pembuatan skala dan item berdasarkan kriteria ngumpulan data, dan (6) interpretasi/ penafsiran data yang

Perkembangan Kognisi Numerik Usia Sekolah Pada masa pra sekolah, anak telah tentang hubungan kuantitas, seperti "lebih dari" dan "kurang dari", berkembang saat mereka dewasa, bersama dengan kemampuan mereka untuk menambah dan mengurangi. Starkey (1992) menunjukkan bahwa pemahaman bayi tentang penambahan dan pengurangan berkembang secara bertahap untuk hingga 4 item pada usia 4 tahun, dan set yang lebih besar sejak saat itu (Geary et al., 2000). Kemudian, sistem bilangan preverbal menjadi terintegrasi dengan kemampuan bahasa anak yang muncul kata bilangan (misalnya "satu," "dua," dll.) Dan penghitungan verbal untuk memecahkan masalah penambahan dan pengurangan dasar (misalnya untuk menyelesaikan 2 + 3, menghitung "satu, dua, tiga, empat, lima") meskipun sistem juga dapat beroperasi tanpa bahasa (Geary et al., 2000). Pada akhir tahunsekolah, sebagian besar anakmemiliki pemahaman yang baik tentang konsep penghitungan. Mereka dapat menggunakan keterampilan berhitung ini untuk menghitung set item yang relatif besar dan dapat melakukan penambahan dan pengurangan item dari set ini. Selain itu, mereka memiliki pemahaman dasar tentang ordinalitas (mis. 1 <2 <3 <4) dan kardinalitas (mis. Bahwa kata angka terakhir dalam urutan penghitungan menentukan jumlah item dalam satu set). Yang penting, mereka dapat menggunakan keterampdengan cara praktis, seperti untuk pengukuran (Geary, Frensch dan Wiley, 1994). Sementara sebagian besar studi perkembangan angka telah berfokus pada keterampilan numerik dasar, beberapa telah menjelaskan perubahan perkembangan dalam penggunaan strategi aritmatika. Sebagai contoh, dibandingkan dengan anaklebih muda yang cenmengandalkan prosedur langkahlangkah yang menyita waktu (misalnya menghitung dari 1 untuk setiap jumlah), anak-anak yang menerima pendidikan formal menunjukkan peningkatan tingkat optimasi dalam strategi mereka, seperti penggunaan "Min strategy", yaitu menghitung dari penambahan yang lebih besar (Groen, 1977), "tie-strategy", misalnya 2 + 2, 3 + 3, 4 + 4 (Barrouillet dan Fayol, 1998), dan akhirnya mengambil fakta aritmatika dari memori. Tidak mengherankan, anak-anak yang lebih tua juga lebih cepat dan lebih akurat daripada anak-anak yang lebih muda Vol. 3 No. 2, Januari. hal. 157-168 2018 Naskah diterima: 31-12-2018 159 menghitung "satu, dua, tiga, empat, lima") meskipun sistem juga dapat beroperasi tanpa bahasa (Geary et al., un-tahun pra-sekolah, sebagian besar anak-anak memiliki pemahaman yang baik tentang konsep penghitungan. Mereka dapat menggunakan keterampilan berhitung ini untuk menghitung set item yang relatif besar dan dapat melakukan penambahan dan ri set ini. Selain itu, mereka memiliki pemahaman dasar tentang ordinalitas (mis. 1 <2 <3 <4) dan kardinalitas (mis. Bahwa kata angka terakhir dalam urutan penghitungan menentukan jumlah item dalam satu set). Yang penting, mereka dapat menggunakan keterampilan ini dengan cara praktis, seperti untuk pengukuran (Geary, Frensch dan Sementara sebagian besar studi perkembangan angka telah berfokus pada keterampilan numerik dasar, beberapa telah menjelaskan perubahan perkembangan dalam penggunaan strategi aritmatika. Sebagai contoh, dibandingkan dengan anak-anak yang lebih muda yang cenderung mengandalkan prosedur langkah-demi-langkah yang menyita waktu (misalnya menghitung dari 1 untuk setiap anak yang menerima pendidikan formal menunjukkan peningkatan tingkat optimasi dalam strategi mereka, seperti penggunaan y", yaitu menghitung dari penambahan yang lebih besar (Groen, strategy", misalnya 2 + 2, 3 + 3, 4 + 4 (Barrouillet dan Fayol, 1998), dan akhirnya mengambil fakta aritmatika dari memori. Tidak anak yang lebih pat dan lebih akurat anak yang lebih muda

Page 4: NEUROSAINS KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA …

Jurnal THEOREMS (The Original Research of MathematicsURL: Naskah masuk: 21-12-2018 Naskah diperbaiki: Copyright ©2019, Jurnal THEOREMS (p-ISSN: 2528-102X, e-ISSN: 2541 ketika memecahkan masalah matematika (Imbo, 2007), dan menunjukkan penurunan efek ukuran masalah, pengamatan yang direplikasi dengan baik tentang peningkatan waktu reaksi dengan masalah yang melibatkan sejumlah besar (Roussel, Fayol dan Barrouillet, 2002).Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pada tingkat ini, sebagian besar keterampilan kuantitatif yang diharapkan dipelajari anakremaja ditentukan secara budaya, dan dapat diklasifikasikan sebakemampuan sekunder yang dibangun dari sistem primer yang lebih universal (Geary et al., 2000). Perbedaan antara kedua sistem ini penting karena lintasan perkembangan kemampuan sekunder dapat bervariasi antara generasi dan budaya, tergantung pada praktik pendidikan. Pada usia antara enam hingga delapan tahun, representasi numerik tampaknya bergeser secara bertahap dari format logaritmik ke format linear, sehingga mencerminkan pemahaman numerik yang lebih tepat. Korelasi yang kuat telah ditemukan antara perbedaan individu dalam representasi numerik, seperti yang ditunjukkan oleh kinerja dalam tugas estimasi angkaline, dan skor tes prestasi matematika (Siegler dan Booth, 2004). Artinya, peningkatan kinerja matematika dikaitkan dengan peningkatan linearitas dalam estimasi. B. Peran Otak dalam Proses

Pembelajaran Matematika 1) Peran Korteks Prefrontal dalam

Proses PembelMatematika Korteks prefrontal sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu: Korteks prefontal orbito-frontal dan korteks prefrontal dorso-lateral. Korteks The Original Research of Mathematics) Vol. 3 No. 2, Januari. hal. URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th 2018 Naskah diperbaiki: 26-12-2018 Naskah diterima: , Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) ISSN: 2541-4321 ketika memecahkan masalah matematika (Imbo, 2007), dan menunjukkan penurunan efek ukuran masalah, pengamatan yang direplikasi dengan baik tentang peningkatan waktu reaksi dengan masalah yang n sejumlah besar (Roussel, Fayol dan Barrouillet, 2002).

Sekolah Dasar dan Sekolah Pada tingkat ini, sebagian besar keterampilan kuantitatif yang diharapkan dipelajari anak-anak dan remaja ditentukan secara budaya, dan dapat diklasifikasikan sebagai kemampuan sekunder yang dibangun dari sistem primer yang lebih universal (Geary et al., 2000). Perbedaan antara kedua sistem ini penting karena lintasan perkembangan kemampuan sekunder dapat bervariasi antara generasi dan budaya, tergantung pada Pada usia antara enam hingga delapan tahun, representasi numerik tampaknya bergeser secara bertahap dari format logaritmik ke format linear, sehingga mencerminkan pemahaman numerik yang lebih tepat. Korelasi yang kuat telah ditemukan antara erbedaan individu dalam representasi numerik, seperti yang ditunjukkan oleh kinerja dalam tugas estimasi angka-line, dan skor tes prestasi matematika (Siegler dan Booth, 2004). Artinya, peningkatan kinerja matematika dikaitkan dengan peningkatan Peran Otak dalam Proses Pembelajaran Matematika Peran Korteks Prefrontal dalam Proses Pembelajaran Korteks prefrontal sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu: Korteks frontal dan korteks ral. Korteks prefrontal orbito-frontal bertanggung jawab atas emosi dan kontrol lain di berbagai daerah otak. Korteks prefontal orbito-frontal bekerja paling aktif terutama dalam menyeimbangkan proses pemahaman kognitif sederhana. Sedangkan korteks prefronlateral yang bertanggung jawab atas working memory dan manipulasi mental (Squire, 2008). Keterbatasan ini yang menyebabkan manusia tidak dapat memaksimalkan kerja otaknya; menyebabkan kemampuan luar biasa yang dimiliki manusia hanya dapat ditelusuri permukaannya.Dapat disimpulkan bahwa menciptakan kecerdasan matematika bukan hanya sebatas menstimulasi kerja otak kanan dan otak kiri, namun juga mengurangi penggunaan proses pemahaman kognitif sederhana dan menciptakan trik khusus untuk mengaktivasi korteks prefrontal.

2) Peran Amygdala sehingga Menyebabkan Rasa Cemas, Tidak Suka, Takut, dan Cemas yang Dialami Siswa Amygdala merupakan sekumpulan nukleus yang heterogen secara anatomi maupun fisiologinya. Amygdala mengatur ingatan yang bersifat emosi. Amygdala terbagi menjadi nukleus inti dan kompleks amygdala basolateral/ BLA yang berfungsi sebagai pengenal rasa takut dan cemas, memicu reaksi hormon dan respon motor yang menyebabkan meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, berkeringat, dan reaksi terkejut (Gale 2004). Amygdala juga berperan dalam konsolidasi ingatan, atensi, persepsi, dan reaksi yang berhubungan dengemosi (Phelps, 2005 dalam Herma, 2017). Selain itu, amygdala juga merupakan salah satu area yang membantu konsolidasi long term Vol. 3 No. 2, Januari. hal. 157-168 2018 Naskah diterima: 31-12-2018 160 frontal bertanggung jawab atas emosi dan kontrol lain di berbagai daerah otak. Korteks prefontal frontal bekerja paling aktif terutama dalam menyeimbangkan proses pemahaman kognitif sederhana. Sedangkan korteks prefrontal dorso-lateral yang bertanggung jawab atas dan manipulasi mental (Squire, 2008). Keterbatasan ini yang menyebabkan manusia tidak dapat memaksimalkan kerja otaknya; menyebabkan kemampuan luar biasa yang dimiliki manusia hanya dapat usuri permukaannya. Dapat disimpulkan bahwa menciptakan kecerdasan matematika bukan hanya sebatas menstimulasi kerja otak kanan dan otak kiri, namun juga mengurangi penggunaan proses pemahaman kognitif sederhana dan menciptakan trik khusus untuk si korteks prefrontal. Peran Amygdala sehingga Menyebabkan Rasa Cemas, Tidak Suka, Takut, dan Cemas yang Dialami Siswa Amygdala merupakan sekumpulan nukleus yang heterogen secara anatomi maupun fisiologinya. Amygdala mengatur ingatan yang bersifat emosi. Amygdala terbagi menjadi nukleus inti dan kompleks amygdala basolateral/ BLA yang berfungsi sebagai pengenal dan cemas, memicu reaksi hormon dan respon motor yang menyebabkan meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, berkeringat, dan reaksi terkejut (Gale 2004). Amygdala juga berperan dalam konsolidasi ingatan, atensi, persepsi, dan reaksi yang berhubungan dengan emosi (Phelps, 2005 dalam Herma, Selain itu, amygdala juga merupakan salah satu area yang membantu konsolidasi long term

Page 5: NEUROSAINS KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA …

Jurnal THEOREMS (The Original Research of MathematicsURL: Naskah masuk: 21-12-2018 Naskah diperbaiki: Copyright ©2019, Jurnal THEOREMS (p-ISSN: 2528-102X, e-ISSN: 2541 memory, terutama jika ingatan tersebut melibatkan emosi. Studi memaparkan amygdala, terutama BLA, merupakan hasil evolusi yang memungkinkan manusia untuk beradaptasi dan menyimpan informasi lebih efisien (McGaugh, 2004). Suatu kejadian yang melibatkan emosi yang cukup kuat akan memicu sekresi efinefrin dan glukokortikoid oleh kelenjar adrenalin. Hormon-hormon tersebut kemudian memicu sekresi norepinefrin ke amygdala, menginduksi kerja amygdala mengonsolidasi ingatan terhadap kejadian tersebut.Kecemasan yang dialami siswa ketika menghadapi soal matematika dikarenakan adanya stimulasi terhadap amygdala yang memberi sinyal kepada keseluruhan tubuh bahwa pelajar sedang merasa takut. Hal ini mungkin saja terjadi ketika pelajar merasa tertekan atas materi yang diajarkan, guru yang tidak kompeten, suasana pembelajaran tidak mendukung,maupun alasan personal lainnya seperti kurang percaya diri, tidak teliti, dan malas (Herma, 2017).C. Neurosains Kognitif pada

Pembelajaran Matematika Neurosains kognitif adalah studi ilmiah tentang substrat biologis yang mendasari kognisi, khususnya dasar saraf dari proses mental. Neurosains kognitif merupakan bidang interdisipliner yang melibatkan disiplin ilmu seperti ilmu saraf molekuler, psikologi kognitif dan eksperimental, fisiologi, ilmu komputer, dan psikiatri. Neurosains kognitif menggunakan berbagai metode dari tindakan neuropsikologis dasarpsikofisika, neuroimaging, elektrofisiologi, dan barugenomik perilaku dan kognitif untuk mengeksplorasi hubungan antara proses saraf, kognisi dan perilaku The Original Research of Mathematics) Vol. 3 No. 2, Januari. hal. URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th 2018 Naskah diperbaiki: 26-12-2018 Naskah diterima: , Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) ISSN: 2541-4321 memory, terutama jika ingatan tersebut melibatkan emosi. Studi memaparkan amygdala, terutama BLA, merupakan ng memungkinkan manusia untuk beradaptasi dan menyimpan informasi lebih efisien (McGaugh, 2004). Suatu kejadian yang melibatkan emosi yang cukup kuat akan memicu sekresi efinefrin dan glukokortikoid oleh kelenjar adrenalin. hormon tersebut kemudian memicu sekresi norepinefrin ke amygdala, menginduksi kerja amygdala mengonsolidasi ingatan terhadap kejadian tersebut. Kecemasan yang dialami siswa ketika menghadapi soal - soal matematika dikarenakan adanya stimulasi terhadap amygdala yang kepada keseluruhan tubuh bahwa pelajar sedang merasa takut. Hal ini mungkin saja terjadi ketika pelajar merasa tertekan atas materi yang diajarkan, guru yang tidak kompeten, suasana pembelajaran tidak mendukung,maupun alasan personal g percaya diri, (Herma, 2017). Neurosains Kognitif pada Pembelajaran Matematika Neurosains kognitif adalah studi ilmiah tentang substrat biologis yang mendasari kognisi, khususnya dasar dari proses mental. Neurosains merupakan bidang pliner yang melibatkan disiplin ilmu seperti ilmu saraf molekuler, psikologi kognitif dan eksperimental, fisiologi, ilmu komputer, dan psikiatri. Neurosains kognitif menggunakan berbagai metode dari tindakan neuropsikologis dasar, untuk psikofisika, neuroimaging, elektrofisiologi, dan baru-baru ini, genomik perilaku dan kognitif untuk mengeksplorasi hubungan antara proses saraf, kognisi dan perilaku manusia. Sebagai bidang ilmu saraf kognitif yang berkembang pesat jelas tergambar bahwa pengetahuan tentang otak dan fungsinya dapat diterapkan untuk meningkatkan pembelajaran. Salah satu cara untuk mengetahui neurosains kognitif dapat berkontribusi pada penelitian pendidikan matematika dilihat dari data aktivitas otak yang dapat menamtentang diskripsi berbagai proses kognitif yang terjadi selama berpikir dan belajar matematika. Contoh dalam masalah ini adalah dilihat dari penelitian Menon (2002) yang menggambarkan bahwa berbagai proses kognitif terlibat dalam pengembangan aritmatika, seperti penggunaan strategi aritmatika, pengambilan fakta, memori yang bekerja, pengambilan keputusan, dan proses perhatian; dan Zago et al. (2010), juga menyoroti bahwa proses kognitif yang berbeda terjadi selama penghitungan angka kecil daSelain itu juga terdapat peelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang besar dalam bagian proses kognitif individu yang berhubungan dengan matematika (Dowker, 2005), dan neurosains kognitif dapat membantu kita untuk lebih memahami perbedaan setiap individu dalam kinerja matematika. Selain itu hal yang paling menonjol dari penelitian neurosains kognitif adalah di bidang pengembangan atipikal, di mana penelitian neurosains kognitif pada dyscalculia (gangguan belajar spesifik dalam domain aritmatika dengan adanya fungsi kognitif normal). Penelitian ini menyoroti bahwa kesulitan pada aritmatika dasar yang dialami anakanak dengan dscalculia berasal dari perkembangan abnormal dari sirkuit otak yaiutu intrapariental sulcus yang Vol. 3 No. 2, Januari. hal. 157-168 2018 Naskah diterima: 31-12-2018 161 manusia. Sebagai bidang ilmu saraf kognitif yang berkembang pesat jelas bahwa pengetahuan tentang otak dan fungsinya dapat diterapkan untuk meningkatkan pembelajaran. Salah satu cara untuk mengetahui neurosains kognitif dapat berkontribusi pada penelitian pendidikan matematika dilihat dari data aktivitas otak yang dapat menambah lebih rinci tentang diskripsi berbagai proses kognitif yang terjadi selama berpikir dan belajar matematika. Contoh dalam masalah ini adalah dilihat dari penelitian Menon (2002) yang menggambarkan bahwa berbagai proses kognitif terlibat dalam an aritmatika, seperti penggunaan strategi aritmatika, pengambilan fakta, memori yang bekerja, pengambilan keputusan, dan proses perhatian; dan Zago et al. (2010), juga menyoroti bahwa proses kognitif yang berbeda terjadi selama penghitungan angka kecil dan besar. Selain itu juga terdapat peelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang besar dalam bagian proses kognitif individu yang berhubungan dengan matematika (Dowker, 2005), dan neurosains kognitif dapat membantu kita untuk lebih memahami aan setiap individu dalam Selain itu hal yang paling menonjol dari penelitian neurosains kognitif adalah di bidang pengembangan atipikal, di mana penelitian neurosains kognitif pada dyscalculia (gangguan belajar spesifik dalam domain itmatika dengan adanya fungsi kognitif normal). Penelitian ini menyoroti bahwa kesulitan pada aritmatika dasar yang dialami anak-anak dengan dscalculia berasal dari perkembangan abnormal dari sirkuit otak yaiutu intrapariental sulcus yang

Page 6: NEUROSAINS KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA …

Jurnal THEOREMS (The Original Research of MathematicsURL: Naskah masuk: 21-12-2018 Naskah diperbaiki: Copyright ©2019, Jurnal THEOREMS (p-ISSN: 2528-102X, e-ISSN: 2541 mendukung pemrosesan besaran numeric(Butterworth dan Laurillard, 2010 dalam Menon, 2010). Melihat sisi berlawanan dari spektrum perbedaan individu, para peneliti berusaha mengungkap faktor kognitif mana yang berkontribusi terhadap kemahiran dengan matematika, seperti yang dalam masalah ini oleh Bornemann et al. (2010) dan Preusse et al. (2010) dalam Menon (2010). Mereka berdua menyelidiki tentang penalaran geometris pada individu yang sangat cerdas dengan menggabungkan data perilaku dan tindakan neuroscientificseperti pupil dilatation dan fMRI. Langkah-langkah terakhir memungkinkan registrasi alokasi sumber daya kognitif online dan berkelanjutan (mis.,Penyimpanan informasi dan kemampuan pemrosesan) selama penyelesaian masalah, suatu proses yang sulit untuk dilakukan,ditangkap dengan akurasi dan data waktu reaksi. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa individu dengan kecerdasan tinggi memiliki lebih banyak sumber daya kognitif yang tersedia saat melakukan tugas geometris. Secara keseluruhan, ini menunjukkan bahwa neurosains kognitif dapat menambah pemahaman kita tentang spektrum penuh perbedaan individu dalam perkembangan matematika (dari yang lemah hingga yang mahir), menunjukkan potensi (neuro) factor kognitif yang terkait dengan perbedaan individu ini. D. Karakteristik Kognitif dengan

Perkembangan dan Kognisi Atypical Pada Siswa Pada bagian ini, penulis akan menggambarkan karakteristik kognitif dari berbagai populasi dengan perkembangan dan kognisi atipikal The Original Research of Mathematics) Vol. 3 No. 2, Januari. hal. URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th 2018 Naskah diperbaiki: 26-12-2018 Naskah diterima: , Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) ISSN: 2541-4321 san besaran numeric(Butterworth dan Laurillard, Melihat sisi berlawanan dari spektrum perbedaan individu, para peneliti berusaha mengungkap faktor kognitif mana yang berkontribusi terhadap kemahiran dengan dicontohkan dalam masalah ini oleh Bornemann et al. (2010) dan Preusse et al. (2010) dalam Menon (2010). Mereka berdua menyelidiki tentang penalaran geometris pada individu yang sangat cerdas dengan menggabungkan data perilaku dan tindakan neuroscientific, seperti pupil dilatation dan fMRI. langkah terakhir memungkinkan registrasi alokasi sumber daya kognitif online dan berkelanjutan (mis.,Penyimpanan informasi dan kemampuan pemrosesan) selama penyelesaian masalah, suatu proses yang sulit untuk akukan,ditangkap dengan akurasi dan data waktu reaksi. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa individu dengan kecerdasan tinggi memiliki lebih banyak sumber daya kognitif yang tersedia saat melakukan tugas geometris. Secara keseluruhan, n bahwa neurosains kognitif dapat menambah pemahaman kita tentang spektrum penuh perbedaan individu dalam perkembangan matematika (dari yang lemah hingga yang mahir), menunjukkan potensi (neuro) factor kognitif yang terkait dengan perbedaan

arakteristik Kognitif dengan Perkembangan dan Kognisi

Pada bagian ini, penulis akan menggambarkan karakteristik kognitif dari berbagai populasi dengan perkembangan dan kognisi atipikal yang biasa ditemui pada siswa sekolah dasar yaitu sebagai berikut. 1) Aculculia

Aculculia adalah gangguan yang didapat dalam kemampuan untuk melakukan tugas matematika. Acalculia merupakan kelainan heterogen dan dapat bermanifestasi dalam bentuk yang berbeda, yaitu pasien mungkin menunjukkan gangguan dalam pemprosesan jumlah atau perhitungan atau keduanya. Ini berbeda dari dyscalculia (lihat bagian di karena acalculia biasanya diakibatkan dari kerusakan otak dari kondisi neurologis seperti stroke atau penyakit neurodegeneratif, sedangkan dyscalculia perkembangan adalah perkembangan spesifik (Lo2) Dsycalculia Dsycalculia adalah kesulitan belajar atau gangguan perkembangan dalam memahami matematika (termasuk tentang simbol-simbol matematika). Individu dengan Dsycalculia biasanya berjuang untuk mensubstitusikan sejumlah kecil objek, menggstrategi yang tidak matang dalam memecahkan masalah aritmatika dan menunjukkan kesulitan dalam memahami aritmatika (Looi, 2016). Namun, baru-baru ini studi pencitraan otak telah menunjukkan bahwa terdapat proyeksi serat yang kurang pada otak anakdsycalculia, dan ini termasuk konektivitas antara daerah parietal, temporal, dan frontal (K. Kucian et al., 2013). Mempertimbangkan fungsi daerah-daerah ini, menyoroti pentingnya mempertimbangkan fungsi domainumum, misalnya, fungsi econtrol penghambatan, pengalihan perhatian, pembaruan, dan memori kerja. Vol. 3 No. 2, Januari. hal. 157-168 2018 Naskah diterima: 31-12-2018 162 yang biasa ditemui pada siswa sekolah dasar yaitu sebagai berikut. adalah gangguan yang didapat dalam kemampuan untuk melakukan tugas matematika. Acalculia merupakan kelainan heterogen dan dapat bermanifestasi dalam bentuk yang berbeda, yaitu pasien mungkin menunjukkan gangguan dalam pemprosesan jumlah tau keduanya. Ini berbeda dari dyscalculia (lihat bagian di karena acalculia biasanya diakibatkan dari kerusakan otak dari kondisi neurologis seperti stroke atau penyakit neurodegeneratif, sedangkan dyscalculia perkembangan adalah perkembangan spesifik (Looi, 2016). Dsycalculia adalah kesulitan belajar atau gangguan perkembangan dalam memahami matematika (termasuk simbol matematika). Individu dengan Dsycalculia biasanya berjuang untuk mensubstitusikan sejumlah kecil objek, menggunakan strategi yang tidak matang dalam memecahkan masalah aritmatika dan menunjukkan kesulitan dalam memahami aritmatika (Looi, 2016). baru ini studi pencitraan otak telah menunjukkan bahwa terdapat proyeksi serat yang kurang pada otak anak-anak dengan dsycalculia, dan ini termasuk konektivitas antara daerah parietal, temporal, dan frontal (K. Kucian et al., 2013). Mempertimbangkan fungsi daerah ini, temuan ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan fungsi domain-umum, misalnya, fungsi eksekutif, control penghambatan, pengalihan perhatian, pembaruan, dan memori

Page 7: NEUROSAINS KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA …

Jurnal THEOREMS (The Original Research of MathematicsURL: Naskah masuk: 21-12-2018 Naskah diperbaiki: Copyright ©2019, Jurnal THEOREMS (p-ISSN: 2528-102X, e-ISSN: 2541 3) Kecemasan Matematika Kompetensi dalam matematika tidak hanya bergantung pada kemampuan kognitif, tetapi juga pada faktor-faktor emosional dan sikap (Dowker, Bennett dan SMaloney dan Beilock, 2012). Studi telah menunjukkan bahwa faktoremosional sangat mempengaruhi kinerja matematika, dan mereka yang memiliki kecemasan matematika sangat terpengaruh (Baloglu, 2006; Miller, 2004). Biasanya, individu dkecemasan matematika akan mengalami kecemasan ketika mereka dihadapkan dengan masalah yang melibatkan informasi numerik. Ini tidak terbatas pada pertanyaan dalam buku teks matematika, tetapi juga kegiatan sehari-hari seperti membayar tagihan atau menceritakan waktu. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa mereka yang memiliki kecemasan matematika cenderung menghindari kegiatan yang berhubungan dengan matematika. Kurangnya kepercayaan diri dan kekhawatiran tentang kinerja dalam situasi yang berhubungan dengan matematika menimbulkan stres dan dengan demikian mengkompromikan sumber daya kognitif seperti memori kerja (Beilock, 2010). Dimungkinkan juga bahwa kecemasan matematika mungkin timbul dari kegagalan berulang seseorang dan kemampuan numerik dan spasial dasar yang buruk, yang merupakan kemampuan untuk mewakili dan alasan tentang jarak, bentuk, urutan,` dan hubungan yang melibatkan ruang dua dan tiga dimensi, dan komunikasi informasi tersebut. The Original Research of Mathematics) Vol. 3 No. 2, Januari. hal. URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th 2018 Naskah diperbaiki: 26-12-2018 Naskah diterima: , Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) ISSN: 2541-4321 Kecemasan Matematika Kompetensi dalam matematika tidak hanya bergantung pada kemampuan kognitif, tetapi juga pada faktor emosional dan sikap (Dowker, Bennett dan Smith, 2012; Maloney dan Beilock, 2012). Studi telah menunjukkan bahwa faktor-faktor emosional sangat mempengaruhi kinerja matematika, dan mereka yang memiliki kecemasan matematika sangat terpengaruh (Baloglu, 2006; Miller, Biasanya, individu dengan kecemasan matematika akan mengalami kecemasan ketika mereka dihadapkan dengan masalah yang melibatkan informasi numerik. Ini tidak terbatas pada pertanyaan dalam buku teks matematika, tetapi juga i seperti membayar kan waktu. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa mereka yang memiliki kecemasan matematika cenderung menghindari kegiatan yang berhubungan dengan matematika. Kurangnya kepercayaan diri dan kekhawatiran tentang kinerja dalam situasi yang berhubungan gan matematika menimbulkan stres dan dengan demikian mengkompromikan sumber daya kognitif seperti memori kerja (Beilock, 2010). Dimungkinkan juga bahwa kecemasan matematika mungkin timbul dari kegagalan berulang seseorang dan kemampuan numerik dasar yang buruk, yang merupakan kemampuan untuk mewakili dan alasan tentang jarak, bentuk, urutan,` dan hubungan yang melibatkan ruang dua dan tiga dimensi, dan komunikasi informasi E. Intervensi dalam

Kognitif 1) Intervensi dalam

kemampuan akademik Matematika di Sekolah DasarSejumlah program intervensi matematika telah dirancang untuk digunakan sebagai bahan pembelajaran matematika tambahan untuk anakdalam kelompok kecil atau secara individu. Namun, sangat sedikprogram-program ini yang telah divalidasi melalui penggunaan empiris, penelitian peer-review atau diinformasikan oleh penelitian neuroscience dalam perkembangannya. Lima program intervensi matematika yang telah menunjukkan dukungan dari penelitian empiris, peermenurut (Kroeger, 2012) adalah

• Accelerated Math (AM)penilaian dan pengajaran matematika terkomputerisasi untuk keperluan praktik pemantauan dan kemajuan bagi siswa di Kelas 1Program ini tidak mengklaim bahwa itu dikembangkaberdasarkan literatur ilmu saraf, tetapi melibatkan unsuryang termasuk dalam TripelModel dari pemrosesan numerik. Misalnya, pelajaran mencakup tugas perbandingan dan estimasi, menggunakan sistem kuantitas, menghubungkan faktamatematika dengan jawaban yang benar, yang menggunakan sistem verbal, dan berlatih pada masalah komputasi multimembutuhkan sistem visual. AM juga menargetkan perubahan dalam memori deklaratif dan memori yang berfungsi. Sejumlah besar penelitian oleh bapenelitian independen dan penelitian internal oleh pengembang telah melaporkan Vol. 3 No. 2, Januari. hal. 157-168 2018 Naskah diterima: 31-12-2018 163 alam Peningkatan

Intervensi dalam meningkatkan kemampuan akademik Matematika di Sekolah Dasar Sejumlah program intervensi matematika telah dirancang untuk digunakan sebagai bahan pembelajaran matematika tambahan untuk anak-anak dalam kelompok kecil atau secara individu. Namun, sangat sedikit dari program ini yang telah divalidasi melalui penggunaan empiris, review atau diinformasikan oleh penelitian neuroscience dalam perkembangannya. Lima program intervensi matematika yang telah menunjukkan dukungan empiris, peer-review menurut (Kroeger, 2012) adalah Accelerated Math (AM) :Alat penilaian dan pengajaran matematika terkomputerisasi untuk keperluan praktik pemantauan dan kemajuan bagi siswa di Kelas 1-2. Program ini tidak mengklaim bahwa itu dikembangkan berdasarkan literatur ilmu saraf, tetapi melibatkan unsur-unsur yang termasuk dalam Tripel-Code Model dari pemrosesan numerik. Misalnya, pelajaran mencakup tugas perbandingan dan estimasi, menggunakan sistem kuantitas, menghubungkan fakta-fakta a dengan jawaban yang benar, yang menggunakan sistem verbal, dan berlatih pada masalah komputasi multi-digit, yang membutuhkan sistem visual. AM juga menargetkan perubahan dalam memori deklaratif dan memori yang berfungsi. Sejumlah besar penelitian oleh badan penelitian independen dan penelitian internal oleh pengembang telah melaporkan

Page 8: NEUROSAINS KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA …

Jurnal THEOREMS (The Original Research of MathematicsURL: Naskah masuk: 21-12-2018 Naskah diperbaiki: Copyright ©2019, Jurnal THEOREMS (p-ISSN: 2528-102X, e-ISSN: 2541 hasil yang signifikan secara statistik dari penggunaan program ini dalam berbagai populasi (Bolt, 2010). Dilaporkan dalam penelitian ini bahwa siswa yang telah mencapai peningkatan akademik yang signifikan umumnya adalah mereka yang guru kelasnya menggunakan AM secara konsisten. • Corrective Mathematics (CM)Program perbaikan untuk anakanak dari Kelas 3digunakan dalam pengajaran kelompok kecil atau besar. Mirip dengan AM, ia juga memiliki tautan Tripel-Code Modelpelajaran tentang nilai tempat (sistem kuantitas), penekanan pada pengambilan fakta (sistem verbal), dan pengajaran strategi untuk memecahkan masalah aritmatika multi-digit (sistem visual). CM menargetkan peningkatan memori kerja dan fungsi eksekutif. Sejauh ini, kemanjuran program ini telah didukung oleh hasil positif berdasarkan studi penelitian independen menggunakan CM dengan siswa yang menderita cedera otak (Glang, 1992), dengan siswa sekolah menengah yang berisiko (Sommers, 1991), dan sebagai bagian dari program peertutoring dengan siswa sekolah menengah (JL Parsons, Martella, Martella, dan WaldronSingkatnya, penelitian ini telah mengeksplorasi efektivitas CM pada siswa dengan karakteristik yang berbeda di berbagai pengaturan dan sulit untuk membangun hubungan sebab akibat yang jelas antara program ini dan kinerja siswa.

The Original Research of Mathematics) Vol. 3 No. 2, Januari. hal. URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th 2018 Naskah diperbaiki: 26-12-2018 Naskah diterima: , Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) ISSN: 2541-4321 hasil yang signifikan secara statistik dari penggunaan program ini dalam berbagai populasi (Bolt, 2010). Dilaporkan dalam penelitian ini bahwa siswa yang telah ngkatan akademik yang signifikan umumnya adalah mereka yang guru kelasnya menggunakan AM secara Corrective Mathematics (CM) : Program perbaikan untuk anak-anak dari Kelas 3-12 untuk digunakan dalam pengajaran kelompok kecil atau besar. Mirip dengan AM, ia juga memiliki

Code Model, mis. pelajaran tentang nilai tempat (sistem kuantitas), penekanan pada ta (sistem verbal), dan pengajaran strategi untuk memecahkan masalah aritmatika digit (sistem visual). CM menargetkan peningkatan memori kerja dan fungsi eksekutif. Sejauh ini, kemanjuran program ini telah didukung oleh hasil positif i penelitian independen menggunakan CM dengan siswa yang menderita cedera otak (Glang, 1992), dengan siswa sekolah menengah yang berisiko (Sommers, 1991), dan sebagai bagian dari program peer-tutoring dengan siswa sekolah menengah (JL Parsons, Martella, rtella, dan Waldron-Soler, 2004). Singkatnya, penelitian ini telah mengeksplorasi efektivitas CM pada siswa dengan karakteristik yang berbeda di berbagai pengaturan dan sulit untuk membangun hubungan sebab akibat yang jelas antara program ini • Fluency and Automaticity through Systematic Teaching (FAST Math)Perangkat lunak terkomputerisasi untuk anak-anak di kelas 2 hingga 12 yang dirancang untuk memfasilitasi dan meningkatkan akses anak-anak ke kurikulum matematika melalui pelatihan tentang kelancaran fakta. Program berbasis penelitian ini berfokus pada beberapa aspek pembelajaran matematika: otomatisitas, hubungan antara simbol numerik dan representasi verbal yang terkait, yang konsisten dengan triple-code-model, representasi pengetahuan, dan memori kerja.

• Number Worldsinstruksional untuk PAUD hingga kelas enam untuk memperoleh pemahaman kognitif terpusat dari matematika melalui pelatihan keterampilan mulai dari pengertian jumlah hingga aljabar. Program interaktif ini mencakuppenggunaan aktivitas yang terkomputerisasi, langsung dan di atas kertas dan pensil untuk mengajarkan konsep matematika. Ia mengklaim telah berkonsultasi literatur neuroscience dalam pengembangan program, meskipun penelitian spesifik tidak dijelaskan. Komponen program ini juga konsisten dengan triplemodel; mereka termasuk memahami makna di balik kuantitas (sistem kuantitas) dan kemampuan komputasi dengan penekanan pada akurasi dan efisiensi (sistem verbal). Program ini juga mendukung perubahan dalam memori kerja dan fungsi eksekutif dengan menggunakan strategi pengajaran. Penelitian oleh pengembang menunjukkan bahwa NW berhasil meningkatkan pemahaman konseptual angka Vol. 3 No. 2, Januari. hal. 157-168 2018 Naskah diterima: 31-12-2018 164 Fluency and Automaticity through Systematic Teaching (FAST Math): Perangkat lunak terkomputerisasi anak di kelas 2 hingga 12 yang dirancang untuk memfasilitasi dan meningkatkan anak ke kurikulum matematika melalui pelatihan tang kelancaran fakta. Program berbasis penelitian ini berfokus pada beberapa aspek pembelajaran matematika: otomatisitas, hubungan antara simbol numerik dan representasi verbal yang terkait, yang konsisten dengan , representasi n, dan memori kerja. Number Worlds: Program instruksional untuk PAUD hingga kelas enam untuk memperoleh pemahaman kognitif terpusat dari matematika melalui pelatihan keterampilan mulai dari pengertian jumlah hingga aljabar. Program interaktif ini mencakup penggunaan aktivitas yang terkomputerisasi, langsung dan di atas kertas dan pensil untuk mengajarkan konsep matematika. Ia mengklaim telah berkonsultasi literatur neuroscience dalam pengembangan program, meskipun penelitian spesifik tidak dijelaskan. onen program ini juga konsisten dengan triple-code-model; mereka termasuk memahami makna di balik kuantitas (sistem kuantitas) dan kemampuan komputasi dengan penekanan pada akurasi dan efisiensi (sistem verbal). Program ini juga mendukung perubahan emori kerja dan fungsi eksekutif dengan menggunakan strategi pengajaran. Penelitian oleh pengembang menunjukkan bahwa NW berhasil meningkatkan pemahaman konseptual angka

Page 9: NEUROSAINS KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA …

Jurnal THEOREMS (The Original Research of MathematicsURL: Naskah masuk: 21-12-2018 Naskah diperbaiki: Copyright ©2019, Jurnal THEOREMS (p-ISSN: 2528-102X, e-ISSN: 2541 pada anak-anak dengan kelemahan sosial ekonomi (Griffin, 2007).• The Number Race (NR)perangkat lunak adaptif untuk mempromosikan pengertian jumlah di antara anak-anak PAUD yang sedang berkembang, dan untuk mencegah dan memulihkan dyscalculia pada anakantara 4-8 tahun (A. J. Wilson et al., 2006 dalam Looi, (2016)). Progini dikembangkan oleh Wilson dan Dehaene, dan memasukkan unsurunsur model kode-tiga: pengertian angka dan perbandingan angka (sistem kuantitas), menghitung angka (sistem verbal) dan membaca angka Arab (sistem visual). NR menargetkan peningkatan dalam memori kerja dengan mengadaptasi jendela respons dan kompleksitas opsi respons. Satupeningkatan nyata pada anakprasekolah yang memainkan NR adalah dalam perbandingan jumlah (Kroeger, 2012) dan penelitian tentang efektivitasnya telah dilakukan oleh pengembang dan kolaborator mereka (Räsänen et al., 2009). 2) Peningkatan Kognitif • Pelatihan Kognitif Penelitian neuroimaging telah menunjukkan bahwa pengalaman dapat berkontribusi terhadap perubahan anatomis dan fungsional di otak manusia, bahkan selama masa dewasa (Zatorre et al., 2012). Namun, sebagian besar studi tentang plastisitas otak didasarkan pada penelitian sensorimotor. Penelitian tersebut menunjukkan perubahan dalamkorelasi otak anak-anak dengan dsycalculia setelah pelatihan pada game matematika berbasis komputer yang diinspirasi oleh neuroscience (Kucian et al., 2011). The Original Research of Mathematics) Vol. 3 No. 2, Januari. hal. URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th 2018 Naskah diperbaiki: 26-12-2018 Naskah diterima: , Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) ISSN: 2541-4321 anak dengan kelemahan sosial ekonomi (Griffin, 2007).

The Number Race (NR): Sebuah perangkat lunak adaptif untuk mempromosikan pengertian jumlah anak PAUD yang sedang berkembang, dan untuk mencegah dan memulihkan dyscalculia pada anak-anak berusia 8 tahun (A. J. Wilson et al., 2006 dalam Looi, (2016)). Program ini dikembangkan oleh Wilson dan Dehaene, dan memasukkan unsur-tiga: pengertian angka dan perbandingan angka (sistem kuantitas), menghitung angka (sistem verbal) dan membaca angka Arab (sistem visual). NR menargetkan peningkatan dalam memori kerja dengan mengadaptasi jendela respons dan kompleksitas opsi respons. Satu-satunya peningkatan nyata pada anak-anak prasekolah yang memainkan NR adalah dalam perbandingan jumlah (Kroeger, 2012) dan penelitian tentang efektivitasnya telah n oleh pengembang dan kolaborator mereka (Räsänen et al., Peningkatan Kognitif Penelitian neuroimaging telah menunjukkan bahwa pengalaman dapat berkontribusi terhadap perubahan anatomis dan fungsional di selama masa Zatorre et al., 2012). Namun, sebagian besar studi tentang plastisitas otak didasarkan pada penelitian Penelitian tersebut menunjukkan perubahan anak dengan dsycalculia setelah pelatihan pada atematika berbasis komputer yang diinspirasi oleh neuroscience Perubahan aktivasi otak setelah pelatihan diidentifikasi oleh peneliti menunjukkan alasan matematika yang lebih otomatis, dan menemukan bahwa konsolidasi lebih lanjut dapengetahuan yang diperoleh dari pelatihan membutuhkan waktu lebih lama untuk diekspresikan pada tingkat saraf pada anak-anak dsycalculia. Beberapa program pelatihan lain yang menargetkan matematika dan fungsi kognitif lainnya seperti memori kerja juga diklaim berkontribusi terhadap perbaikan perilaku, tetapi sangat sedikit yang didukung oleh temuan empiris. Seperti yang disebutkan sebelumnya, ahli matematika yang telah menjalani pelatihan yang luas dan gigih dalam pemikiran matematika selama bertahun-tahmemiliki perbedaan yang signifikan dalam struktur anatomi otak mereka, yaitu mereka terbukti memiliki kepadatan materi abu-tinggi daripada yang bukan ahli matematika di daerah yang mendukung pemrosesan numerik, perhitungan dan pvisuospatial (Aydin dkk., 2007). Hal ini menunjukkan bahwa praktik intensif jangka panjang dapat mengakibatkan perubahan anatomi. Namun, karena matematikawan dan nonmatematikawan tidak dibandingkan dalam kemampuan kognitif lain seperti IQ dan memori kerja, hasil ini harus ditafsirkan dengan hati-Adapun di antara alat yang dapat digunakan untuk pelatihan kognitif adalah Transcranial Electrical Stimulation (tES) (Looi dkk.,2016). Metode tES melibatkan penerapan arus listrik yang lemah pada kuatas daerah otak yang menarik, dan dianggap bekerja dengan memodulasi aktivitas listrik endogen dari rakitan Vol. 3 No. 2, Januari. hal. 157-168 2018 Naskah diterima: 31-12-2018 165 Perubahan aktivasi otak setelah pelatihan diidentifikasi oleh peneliti menunjukkan alasan matematika yang lebih otomatis, dan menemukan bahwa konsolidasi lebih lanjut dari pengetahuan yang diperoleh dari pelatihan membutuhkan waktu lebih lama untuk diekspresikan pada tingkat anak dsycalculia. Beberapa program pelatihan lain yang menargetkan matematika dan fungsi kognitif lainnya seperti memori kerja iklaim berkontribusi terhadap perbaikan perilaku, tetapi sangat sedikit yang didukung oleh temuan Seperti yang disebutkan sebelumnya, ahli matematika yang telah menjalani pelatihan yang luas dan gigih dalam pemikiran matematika tahun diketahui memiliki perbedaan yang signifikan dalam struktur anatomi otak mereka, yaitu mereka terbukti memiliki -abu yang lebih tinggi daripada yang bukan ahli matematika di daerah yang mendukung pemrosesan numerik, perhitungan dan pemrosesan visuospatial (Aydin dkk., 2007). Hal ini menunjukkan bahwa praktik intensif jangka panjang dapat mengakibatkan perubahan anatomi. Namun, karena matematikawan dan non-matematikawan tidak dibandingkan dalam kemampuan kognitif lain seperti mori kerja, hasil ini harus -hati. Adapun di antara alat yang dapat digunakan untuk pelatihan kognitif adalah Transcranial Electrical Stimulation (tES) (Looi dkk.,2016). Metode tES melibatkan penerapan arus listrik yang lemah pada kulit kepala di atas daerah otak yang menarik, dan dianggap bekerja dengan memodulasi aktivitas listrik endogen dari rakitan

Page 10: NEUROSAINS KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA …

Jurnal THEOREMS (The Original Research of MathematicsURL: Naskah masuk: 21-12-2018 Naskah diperbaiki: Copyright ©2019, Jurnal THEOREMS (p-ISSN: 2528-102X, e-ISSN: 2541 saraf di daerah yang ditargetkan (Looi dkk.,2016). Berbagai hasil penelitian telah menunjukkan bahwa transcranial direct current stimulation (tDCS) yang merupakan bagian dari tES dapat secara selektif meningkatkan fungsi otak, termasuk pemrosesan numerik (Cohen Kadosh dkk., 2010; Iuculano dan R. Cohen Kadosh, 2013; Snowball dkk. 2013 dalam Looi dkk (2016). 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan di atas, penulis menarik beberapa kesimpulan berikut. 1) Hasil studi neurosains kognitif telah membuktikan bahwa struktur saraf mendasari proses kognitif yang begitu kompleks dan canggih, termasuk kognisi numerik. 2) Kognisi numerik manusia telah berkembang pesat sejak ia masih bayi hingga sekolah menengah3) Otak berperan penting sebagai regulator dalam pembelajaran matematika 4) Neurosains kognitif telah memberikan kontribusi mengenai metode pembelajaran matematika yang sesuai dengan karakteristik kognitif anak dan dapat mengatasi kognisi atypical sehingga kognisi matematika siswa sekolah dasar dapat ditingkatkan melalui berbagai intervensi. 5. DAFTARPUSTAKA [1] Ansari, D. & Coch, D. (2006) Bridges Over Troubled Waters: Education and cognitive neuroscience, Trends in Cognitive Sciences, 10:4, pp. 146–The Original Research of Mathematics) Vol. 3 No. 2, Januari. hal. URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th 2018 Naskah diperbaiki: 26-12-2018 Naskah diterima: , Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) ISSN: 2541-4321 saraf di daerah yang ditargetkan (Looi dkk.,2016). Berbagai hasil penelitian telah menunjukkan bahwa transcranial ulation (tDCS) yang merupakan bagian dari tES dapat secara selektif meningkatkan fungsi otak, termasuk pemrosesan numerik (Cohen Kadosh dkk., 2010; Iuculano dan R. Cohen Kadosh, 2013; Snowball dkk. 2013 dalam Looi dkk (2016). pembahasan di atas, penulis menarik beberapa Hasil studi neurosains kognitif telah membuktikan bahwa struktur saraf mendasari proses kognitif yang begitu kompleks dan canggih, termasuk kognisi Kognisi numerik manusia telah berkembang pesat sejak ia masih bayi hingga sekolah menengah Otak berperan penting sebagai regulator dalam pembelajaran Neurosains kognitif telah memberikan kontribusi mengenai metode pembelajaran matematika yang sesuai dengan karakteristik itif anak dan dapat mengatasi kognisi atypical sehingga kognisi matematika siswa sekolah dasar dapat ditingkatkan melalui Coch, D. (2006) Bridges Over Troubled Waters: Education and cognitive Trends in Cognitive –151. [2] Antell, S.E. and D.P. Keating (1983), “Perception of numerical invariance in neonates”,

Development, pp. 695[3] Arikunto, S. (2006). Penelitian Suatu Pendekatan PraktikJakarta: Rineka Cipta.[4] Baloglu, M. and R. Kocak (2006), “A multivariate investigation of the differences in mathematicsanxiety”, Personality and Individual Differences, Vol. 40/71335. [5] Barrouillet, P. and R. Lépine (2005), “Working memory and children’s use of retrieval to solve additionproblems”, Journal of Experimental Child Psychology, Vol. 91/3, pp. 183204 [6] Beilock, S.L. et al. (2010), “Female teachers’ math anxiety affects girls’ math achievement”, the National Academy of SciencesVol. 107/5, pp. 1860[7] Blakemore, S. J. & Frith, U. (2005) The Learning Brain: Lessons for education (Oxford, Blackwell). [8] Bolt, D.M., J. Ysseldyke and M.J. Patterson (2010), “Students, Teachers, and Schools as Sources of Variability, Integrity, and Sustainability in Implementing Progress Monitoring”, Psychology Review, Vol. 39/4, pp. 612-630. [9] Bungin, B. (2003). Penelitian KualitatifRaja Grafindo Persada.[10] Cohen Kadosh, R. et al. (2010), “Double dissociation of formatdependent and numberneurons in human parietal cortex”, Cerebral Cortex, Vol. 20/9, pp.2171. [11] Dehaene, S., Piazza, M., Pinel, P. & Cohen, L. (2003) Three Parietal Circuits for NumberProcessing, Vol. 3 No. 2, Januari. hal. 157-168 2018 Naskah diterima: 31-12-2018 166 Antell, S.E. and D.P. Keating (1983), “Perception of numerical invariance in neonates”, Child , pp. 695-701. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Baloglu, M. and R. Kocak (2006), “A multivariate investigation of the differences in mathematics

Personality and Individual , Vol. 40/7, pp. 1325-Barrouillet, P. and R. Lépine (2005), “Working memory and children’s use of retrieval to solve addition Journal of Experimental , Vol. 91/3, pp. 183-Beilock, S.L. et al. (2010), “Female teachers’ math anxiety affects girls’ math achievement”, Proceedings of

the National Academy of Sciences, Vol. 107/5, pp. 1860-1863. Blakemore, S. J. & Frith, U. (2005) The Learning Brain: Lessons for ord, Blackwell). Bolt, D.M., J. Ysseldyke and M.J. Patterson (2010), “Students, Teachers, and Schools as Sources of Variability, Integrity, and Sustainability in Implementing Progress Monitoring”, School , Vol. 39/4, pp. Bungin, B. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Cohen Kadosh, R. et al. (2010), “Double dissociation of format-dependent and number-specific neurons in human parietal cortex”, , Vol. 20/9, pp. 2166-Dehaene, S., Piazza, M., Pinel, P. & Cohen, L. (2003) Three Parietal Circuits for NumberProcessing,

Page 11: NEUROSAINS KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA …

Jurnal THEOREMS (The Original Research of MathematicsURL: Naskah masuk: 21-12-2018 Naskah diperbaiki: Copyright ©2019, Jurnal THEOREMS (p-ISSN: 2528-102X, e-ISSN: 2541 Cognitive Neuropsychology6, pp. 487–506. [12] Dehaene, S., Spelke, E., Pinel, P., Stanescu, R. & Tsivkin, S. (1999) Sources of MathematicalThinking: Behavioral and brainevidence, Science, 284, pp. 970[13] Dowker, A. (2005). Individual differences in arithmetic: Implications for psychology, neuroscience, and education. New York: Psychology Press.[14] Gale, G.D; Stephan, G.A; Bill P.G; Shawn. M; Takashi N; JenBrian W; Michael SF. 2004. “Role of the Basolateral Amygdala in the Storage of Fear Memories across the Adult Lifetime of Rats”.

Journal of Neuroscience3815 [15] Gazzaniga, M. S. (2002) Neuroscience, 2nd edn. (New York, W.W. Norton & Company[16] Geary, D.C., Frensch, P.A., and Wiley, J.G. (2000), “From infancy to adulthood: The development of numerical abilities”, European child and adolescent psychiatryS11-S16, https://web.missouri.edu/~gearyd/ECAPsychiatry.pdf .[17] Goswami, U. (2004) Neuroscience and Education, British Journal of Educational Psychologypp. 1–14. [18] Goswami, U. (2006) Neuroscience and Education: From research to practice? ReviewsNeuroscience, 7, pp. 406413. [19] Groen, Guy and Lauren B. Resnick (1977), “Can preschool children invent addition algorithms?”,Journal of Educational Psychology, Vol. 69/6, pp. 645[20] Gross, J., C. Hudson and D. Price (2009), The long term

The Original Research of Mathematics) Vol. 3 No. 2, Januari. hal. URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th 2018 Naskah diperbaiki: 26-12-2018 Naskah diterima: , Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) ISSN: 2541-4321 Cognitive Neuropsychology, 20:3–Dehaene, S., Spelke, E., Pinel, P., Stanescu, R. & Tsivkin, S. (1999) maticalThinking: Behavioral and brain-imaging , 284, pp. 970–974. Dowker, A. (2005). Individual in arithmetic: Implications for psychology, neuroscience, and education. New York: Psychology Press. G.A; Bill P.G; Shawn. M; Takashi N; Jennifer R.S; 2004. “Role of the Basolateral Amygdala in the age of Fear Memories across Adult Lifetime of Rats”. The Journal of Neuroscience.24(15):3810-Gazzaniga, M. S. (2002) Cognitive . (New York, W.W. Norton & Company). Geary, D.C., Frensch, P.A., and Wiley, J.G. (2000), “From infancy to adulthood: The development of

European child and adolescent psychiatry, Vol. 9/2, https://web.missouri.edu/~gearyd/ECAPsychiatry.pdf . Goswami, U. (2004) Neuroscience British Journal of Educational Psychology, 74:Pt1, Goswami, U. (2006) Neuroscience and Education: From research to Nature , 7, pp. 406–Groen, Guy and Lauren B. Resnick (1977), “Can preschool children invent addition

Journal of Educational , Vol. 69/6, pp. 645-652. Gross, J., C. Hudson and D. Price The long term costs of

numeracy difficulties Every Child a Chance Trust.[21] Herma, A. (2017). Teaching Material Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM)[22] Iuculano, Teresa Roi Cohen Kadosh (2013), “The mental cost of cognitive enhanJournal of Neurosciencepp. 4482-4486. [23] Izard, V. et al. (2009), “Newborn infants perceive abstract numbers”, Proceeding of the National Academy of Science USA, Vol. 106, pp. 1038210385. [24] Kucian, K. et al. (2013), “Developmental dyscalculia: A dysconnection syndrome?”,Structure and Function.[25] Looi, C. et al. (2016), “The Neuroscience of Mathematical Cognition and Learning”, OECD Education Working Papers, No. 136, OECD Publishing, Paris.[26] Maloney, E.A. and S.L. Beilock (2012), “Math anxiety: Who has it, why it develops, and how to guard against it”, Trends in cognitive sciences, Vol. 16/8, pp. 404 [27] Menon, V. (2010). Developmental cognitive neuroscience of arithmetic: implications for learning and education. 515-525. [28] Miller, H. and J. Bichsel (2004), “Anxiety, working memory, gender, and math performance”, Personality and Individual Differences, Vol. 37/3, pp. 591[29] Parikh, S; Lydia, D; Sarita, P; Surabhi D. 2007. [ConferPaper] “Making Mathematics Fun”. 37th Indian Social Science Congress. 27-31 December 2007. Mumbai India. [30] Parsons, S. and J. Bynner (2005), Does numeracy matter more?London. Vol. 3 No. 2, Januari. hal. 157-168 2018 Naskah diterima: 31-12-2018 167 numeracy difficulties (2nd edition), Every Child a Chance Trust.

Teaching Material Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM). Iuculano, Teresa Roi Cohen Kadosh (2013), “The mental cost of cognitive enhancement”, The Journal of Neuroscience, Vol. 33/10, Izard, V. et al. (2009), “Newborn infants perceive abstract numbers”, Proceeding of the National Academy of , Vol. 106, pp. 10382-Kucian, K. et al. (2013), “Developmental dyscalculia: A dysconnection syndrome?”,Brain Structure and Function. Looi, C. et al. (2016), “The Neuroscience of Mathematical Cognition and Learning”, OECD Education Working Papers, No. 136, OECD Publishing, Paris. and S.L. Beilock (2012), “Math anxiety: Who has it, why it develops, and how to guard

Trends in cognitive , Vol. 16/8, pp. 404-406. Menon, V. (2010). Developmental cognitive neuroscience of arithmetic: implications for nd education. Zdm, 42(6), Miller, H. and J. Bichsel (2004), “Anxiety, working memory, gender, and math performance”, Personality and Individual , Vol. 37/3, pp. 591-606. Parikh, S; Lydia, D; Sarita, P; Surabhi D. 2007. [Conference Paper] “Making Mathematics Fun”. 37th Indian Social Science 31 December 2007. Parsons, S. and J. Bynner (2005), Does numeracy matter more?, NRDC,

Page 12: NEUROSAINS KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA …

Jurnal THEOREMS (The Original Research of MathematicsURL: Naskah masuk: 21-12-2018 Naskah diperbaiki: Copyright ©2019, Jurnal THEOREMS (p-ISSN: 2528-102X, e-ISSN: 2541 [31] Posner, M. I. & Rothbart, M. K. (2005) Influencing Brain Implications for education,in Cognitive Sciences, 9:3, pp. 99103. [32] Pugh, K. R., Shaywitz, B. A., Shaywitz, S. E., Constable, R. T., Skudlarski, P., Fulbright, R. K.,(1996) Cerebral Organization of Component Processes in ReadingBrain, 119, pp.1221–1238.[33] Roussel, J.L., M. Fayol and P. Barrouillet (2002), “Procedural vs. direct retrieval strategies in arithmetic: A comparison between additive and multiplicative problem solving”, European Journal

of Cognitive Psychologypp.61-104. [34] Rusconi, E. et al. (2010), “The enigma of Gerstmann's syndrome revisited: A telling tale of the vicissitudes of neuropsychology”, Brain, Vol. 133, pp. 320[35] Seron, X. (2012), “Can teachers count on mathematical neurosciences?”, in S. Della Sala and M. Anderson, M. (eds.), Neuroscience in Education: The good, the bad and the uglyUniversity Press, Oxford, pp. 91[36] Sharon, T. and K. Wynn (1998), “Individuation of actions from continuous motion”, Science, Vol. 9/5, pp. 357[37] Snowball, A. et al. (2013), “LongTerm Enhancement of Brain Function and Cognition Using Cognitive Training and Brain Stimulation”, Current Biology23/11, pp. 987-992 [38] Squire, L.R; Floyd, E.B; Nicholas, C.S; Sascha, D.L; Anirvan, G; Darwin, B. 2008. Neuroscience 3rd Edition.Academia Press. [39] Starkey, P. (1992), “The early development of numerical The Original Research of Mathematics) Vol. 3 No. 2, Januari. hal. URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th 2018 Naskah diperbaiki: 26-12-2018 Naskah diterima: , Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) ISSN: 2541-4321 Posner, M. I. & Rothbart, M. K. (2005) Influencing Brain Networks: Implications for education,Trends , 9:3, pp. 99–Pugh, K. R., Shaywitz, B. A., Shaywitz, S. E., Constable, R. T., Skudlarski, P., Fulbright, R. K.,et al. (1996) Cerebral Organization of Component Processes in Reading, 1238. Roussel, J.L., M. Fayol and P. Barrouillet (2002), “Procedural vs. direct retrieval strategies in arithmetic: A comparison between additive and multiplicative

European Journal of Cognitive Psychology, Vol. 14/1, Rusconi, E. et al. (2010), “The enigma of Gerstmann's syndrome revisited: A telling tale of the vicissitudes of neuropsychology”, , Vol. 133, pp. 320-332. Seron, X. (2012), “Can teachers count on mathematical ”, in S. Della Sala and M. Anderson, M. (eds.), Neuroscience in Education: The good, the bad and the ugly, Oxford University Press, Oxford, pp. 91-92. Sharon, T. and K. Wynn (1998), “Individuation of actions from continuous motion”, Psychological , Vol. 9/5, pp. 357-362. Snowball, A. et al. (2013), “Long-Term Enhancement of Brain Function and Cognition Using Cognitive Training and Brain

Current Biology, Vol. Squire, L.R; Floyd, E.B; Nicholas, ascha, D.L; Anirvan, G; Darwin, B. 2008. Fundamental Neuroscience 3rd Edition.Canada : Starkey, P. (1992), “The early development of numerical reasoning”, Cognitionpp. 93-126. [40] Starkey, P. and R.G. Cooper (1980), “Perception of numbers by human infants”, Science, Vol. 210/4473, pp. 1033-1035. [41] Stern, E. (2005) Pedagogy Meets Neuroscience, Science[42] Sukardi. (2003).

Penelitian Pendidikan: Komnpetensi dan Praktiknya Jakarta: PT. Bumi Aksara. [43] Turkeltaub, P. E., Gareau, L., Flowers, D. L., Zeffiro, T. A. & Eden, G. F. (2003) Development ofNeural Mechanisms for Reading, Nature Neuroscience73. [44] Wynn, K. (1996), “Infants' individuation and enumeration of actions”, Psychological Science7/3, pp. 164-169. Vol. 3 No. 2, Januari. hal. 157-168 2018 Naskah diterima: 31-12-2018 168 Cognition, Vol. 43/2, Starkey, P. and R.G. Cooper (1980), rception of numbers by human , Vol. 210/4473, pp. Stern, E. (2005) Pedagogy Meets Science, 310, p. 745. Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan: Komnpetensi Jakarta: PT. Bumi Turkeltaub, P. E., Gareau, L., Flowers, D. L., Zeffiro, T. A. & Eden, G. F. (2003) Development ofNeural Mechanisms for Reading, Nature Neuroscience, 6:7, pp. 67–Wynn, K. (1996), “Infants' individuation and enumeration of

Psychological Science, Vol.