penentuan kadar lemak pada bubuk coklat dengan metode …
TRANSCRIPT
PENENTUAN KADAR LEMAK PADA BUBUK COKLAT DENGAN
METODE EKSTRAKSI SOKLETASI
TUGAS AKHIR
TYA UTARI NINGSIH
142401035
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENENTUAN KADAR LEMAK PADA BUBUK COKLAT DENGAN
METODE EKSTRAKSI SOKLETASI
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar
Ahli Madya
TYA UTARI NINGSIH
142401035
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : Penentuan Kadar Lemak pada Bubuk Coklat dengan Metode Ekstraksi Sokletasi
Kategori : Tugas Akhir
Nama : Tya Utari Ningsih Nomor Induk Mahasiswa : 142401035
Program Studi : Diploma Tiga ( D-3 ) Kimia Departemen : Kimia Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Disetujui di
Medan, Juni 2017
Disetujui Oleh
Program Studi D-3 Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing Ketua,
Dr. Minto Supeno, M.S Dr. Emma Zaidar Nst, M.Si NIP. 196105091987031002 NIP . 195512181987012001
Disahkan Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si NIP. 197404051999032001
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
PENENTUAN KADAR LEMAK PADA BUBUK COKLAT DENGAN
METODE EKSTRAKSI SOKLETASI
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2017
Tya Utari Ningsih 142401035
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat , rahmad , dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan. Tujuan disusunnya tugas akhir ini adalah untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi pada program studi D-3 Kimia Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara . Tugas Akhir ini disusun berdasarkan hasil kerja praktek yang dilakukan di Balai Riset Standardisasi
Industri Medan ( BARISTAND ) dari tanggal 01 Februari sampai dengan 28 Februari 2017. Secara Khusus penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga
kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Zulkifli , Ibunda Sunarti dan kepada abang dan adik serta seluruh keluarga atas dukungan moril, materil serta semangat
yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini . Selama penulisan tugas akhir ini , banyak kendala yang penulis hadapi.
Berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulisan tugas akhir ini dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditetapkan . Karena itu, tiada kata yang
patut penulis sampaikan kecuali ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
Kepada:
1. Bapak Dr. Kerista Sebayang, M.S selaku Dekan FMIPA USU.
2. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku ketua Departemen Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera
Utara .
3. Bapak Dr. Minto Supeno, M.S selaku ketua Program Studi D-3 Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera
Utara.
4. Ibu Dr. Emma Zaidar Nst, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini .
5. Seluruh Dosen dan Staf pengajar di Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara .
6. Bapak Alhamra selaku pembimbing , Ibu Sri Chasnawati, dan Bapak
Handriyan Syahputra selaku pembimbing penulis selama melakukan
Praktek Kerja Lapangan .
7. Seluruh Staf dan Karyawan di Balai Riset Standardisasi Industri Medan
yang telah membantu penulis selama menjalani Praktek Kerja Lapangan
8. Teman-teman separtner PKL Anggun Riska Wahyuni , Gita Almaylia
Siregar , Rafika Dewi Sitepu , dan Jojor Indri Panggabean yang telah
memberikan semangat serta masukan saat menjalani PKL .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9. Teman-teman seperjuangan D-3 Kimia FMIPA USU dan seluruh pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut andil dalam
menyelesaikan tugas akhir ini .
Penulis juga mengucapkan terimakasih atas segala kritik dan saran . Semoga
Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua .
Medan, Juni 2017
Penulis
Tya Utari Ningsih
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Telah dilakukan analisis penentuan kadar lemak dari bubuk coklat dengan metode ekstraksi sokletasi . Pada penelitian ini lemak diekstraksi dengan pelarut hexana selama 3 jam , kemudian pelarut diuapkan , dikeringkan labu lemak kedalam oven dengan suhu 105 ℃ selama 3 jam dan didinginkan labu lemak kedalam desikator
selama 30 menit dan ditimbang hasil sampai bobot konstan . Hasil yang diperoleh
dari bubuk coklat merek van houten adalah 11,3 % , sedangkan pada bubuk coklat tanpa merek 4,00 %. Kadar lemak pada bubuk coklat merek van houten
telah memenuhi persyaratan SNI 3747:2009 yaitu minimal 10,0% dan kadar lemak bubuk coklat tanpa merek tidak memenuhi syarat SNI yang telah
ditetapkan .
Kata Kunci : Coklat bubuk , Ekstraksi , Sokletasi , Lemak , Hexana
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DETERMINATION OF FAT IN COCOA POWDER WITH THE METHOD
OF EXTRACTION OF SOKLETASI
ABTRACT
It has been done the analysis of the determination of levels of fat in the chocolate with the method of extraction sokletasi . Where in this study the fat was extracted
with hexane solvent for 3 hours , when the solvent was evaporated , dried fat flask in to the oven at 105℃ for 3 hours and cooled the fat flask in to the desicator for
30 minutes and weighed the results until the weight was constant . The result obtained from the van houten chocolate powder is 11,3 % , where as on the brown powder without brand 4,00 % . Levels of fat in the powdered chocolate brand the
van houten it has met the requirements of SNI 3747:2009 which is at least 10,00 % and levels of fat brown powder without brand does not qualify SNI that have
been established.
Keywords: Chocolate powder, Extraction, Sokletasi, Fat, Hexana
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan i Pernyataan ii Penghargaan iii
Abstrak v Abstract vi
Daftar Isi vii Daftar Tabel ix Daftar Gambar x
Daftar Lampiran xi
Bab 1. Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1 1.2 Permasalahan 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
Bab 2. Tinjauan Pustaka 4
2.1 Tanaman Kakao 4
2.2 Standar Mutu Coklat 6 2.3 Komposisi Kimia Lemak Coklat 7 2.4 Daya Guna Coklat dan Lemak Coklat 7
2.5 Proses Pembuatan Bubuk Coklat 8 2.6 Syarat Mutu Kakao Bubuk 11
2.7 Lemak 12 2.7.1 Pengertian Lemak 13 2.7.2 Pembagian Lemak 14
2.7.3 Sifat Lemak 16 2.7.4 Fungsi Lemak 17
2.8 Kelebihan Mengkonsumsi Lemak 19 2.9 Kekurangan Mengkonsumsi Lemak 20 2.10 Metode Analisa Lemak 20
2.10.1 Ekstraksi Sokletasi 20 2.10.2 Ekstraksi Goldfisch 22
2.10.3 Metode Botol Babcock 23 2.10.4 Metode Mojonnier 24
2.11 Kerusakan Lemak 25
Bab 3. Metode Penelitian 28
3.1 Tempat dan Waktu Percobaan 28
3.2 Alat 28 3.3 Bahan 29
3.4 Prosedur Percobaan 29 3.4.1 Sampel 29
3.4.2 Preparasi Labu Lemak 29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.4.3 Coklat Bubuk Merek Van Houten 29
3.4.4 Coklat Bubuk Tanpa Merek 30
Bab 4. Hasil dan Pembahasan 31
4.1 Hasil Percobaan 31 4.2 Perhitungan 32
4.3 Pembahasan 32
Bab 5. Kesimpulan dan Saran 35
5.1 Kesimpulan 35
5.2 Saran 35
Daftar Pustaka 36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Halaman
2.3 Komposisi Kimia Lemak Coklat 7
2.6 Syarat Mutu Kakao Bubuk 11 2.7.2 Klasifikasi Lemak Nabati 15 2.7.2 Klasifikasi Lemak Hewani 16
4.1.1 Data Kadar Lemak dalam Bubuk 31 Coklat Merek Van Houten
4.1.2 Data Kadar Lemak dalam Bubuk 31 Coklat Tanpa Merek
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Halaman
2.1 Biji Coklat 5 2.5 Proses Pembuatan Bubuk Kakao 10
2.10.1 Alat Ekstraksi Sokletasi 21 2.10.2 Alat Ekstraksi Goldfisch 23 2.10.3 Alat Botol Babcock 24
2.10.4 Alat Mojonnier 25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Judul Halaman
1. Preparasi Alat 38
2. Proses Desikator 38
3. Penyediaan Sampel 38
4. Penimbangan 39
5. Pemanasan 39
6. Penyaringan 39
7. Pengeringan 40
8. Proses Ekstraksi 40
9. Proses didalam Oven 40
10. Pendinginan 41
11. Hasil 41
12. Perhitungan 42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan di bidang perkebunan
yang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pemasukan devisa negara
yang tiap tahunnya mengalami peningkatan . Indonesia merupakan negara ketiga
pengekspor kakao terbesar didunia ( Herlinda , 2016 ) . Biji coklat adalah bahan
yang sangat penting dalam industri berbagai makanan. Namun sebelum dapat
digunakan sebagai salah satu bahan campuran dalam industri makanan atau
minuman tersebut, buah kakao harus menjalani berbagai proses dalam
pengolahannya ( Dewi , 2012 ) .
Salah satunya biji kakao mentah digunakan untuk memproduksi bubuk
kakao, langkah pengolahannya meliputi fermentasi, pengeringan, penyangraian,
pengulitan biji kakao, penggilingan, pengepresan dan pengayakan . Kualitas
bubuk coklat yang baik dapat dilihat dari warna, rasa, aroma, cemaran mikroba,
kehalusan, kadar air dan kandungan lemaknya ( Joel , 2013 ) . Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya tempat budidaya, proses fermentasi,
proses pengeringan dan juga proses teknologinya ( Krysiak , 2012 ) .
Bentuk-bentuk produk coklat antara lain adalah bahan pembuat kue,
permen coklat sebagai makanan kecil atau sebagai bahan untuk permen bagi anak-
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
anak, manisan coklat dan coklat pengoles roti . Disamping itu produk coklat ini
menghasilkan lemak coklat yang dapat dipakai sebagai bahan pembuat kosmetika
( Dewi , 2012 ) .
Dalam penelitian ini lemak dalam bubuk coklat diperoleh dengan
menggunakan ekstraksi sokletasi, bubuk coklat berkadar lemak lebih tinggi
biasanya memimiliki warna yang lebih gelap ( Widayat , 2013 ) . Lemak coklat
mengandung asam lemak esensial yaitu : asam linoleat 2 %, dan vitamin E
sebanyak 13 mg/100 gram bahan . Lemak yang terdapat dalam coklat bubuk
merupakan lemak nabati terdapat dalam buah-buahan, kacang-kacangan dan biji-
bijian ( Ketaren , 1986 ) .
Berdasarkan SNI 3747:2009 telah ditetapkan bahwa kadar lemak dalam
bubuk coklat minimal 10,0 % . Jika kurang dari 10,0 % maka dinyatakan tidak
memenuhi syarat yang sudah ditetapkan oleh SNI . Dari uraian diatas penulis
ingin mengetahui kadar lemak dari bubuk coklat dan diharapkan hasil penelitian
ini dapat menjadi acuan pada petani kakao untuk meningkatkan kualitas dari
bubuk coklat agar diperoleh produk turunan yang berkualitas tinggi dan tidak
merugikan konsumen .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.2 Permasalahan
Apakah kadar lemak bubuk coklat merek van houten dan bubuk coklat
tanpa merek yang diuji telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan SNI
( Standar Nasional Industri ) ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui kadar lemak
pada coklat bubuk merek van houten dan coklat bubuk tanpa merek dengan
menggunakan metode ekstraksi sokletasi.
1.4 Manfaat
Dapat mengetahui kadar lemak pada coklat bubuk merek van houten dan
coklat bubuk tanpa merek dengan menggunakan metode ekstraksi sokletasi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kakao
Tanaman kakao termasuk marga Theobroma, suku dari Sterculiaceae yang
banyak diusahakan oleh para pekebun, dalam setiap buah terdapat sekitar 20-50
butir biji, biji dibungkus oleh daging buah yang berwarna putih dan rasanya manis
( Susanto,1994) .
Tanaman coklat juga merupakan tanaman tropis, dapat tumbuh pada
kelembaban dan temperatur agak tinggi dan tumbuh baik di antara 20° LS dan 20°
LU . Secara garis besar tanaman coklat membutuhkan temperatur rata-rata per
tahun 25℃ dengan temperatur harian terendah rata-rat tidak kurang dari 15℃ .
Temperatur rendah mengakibatkan proses pembungaan terlambat .
Temperatur dibawah 22° akan mengakibatkan primordial bunga berhenti .
dan perkembangan akan terjadi normal kembali bila temperatur naik mencapai
25℃ . Coklat dapat tumbuh di tempat-tempat dengan curah hujan hanya 1350 mm
. Pada daerah yang bertanah lempung, pertumbuhan tanaman baik dengan curah
hujan 1500 mm, Sedangkan pada tanah-tanah berpasir dikehendaki curah hujan
yang tinggi karena daya simpan air pada daerah ini relatif kurang baik
( Ketaren , 1986 ).
Cokelat mentah memiliki rasa yang astringen. Untuk mendapatkan
karakteristik rasa dan rasa coklat, kakao mentah harus difermentasi, dikeringkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dan dipanggang . Kacang kakao segar kira-kira terdiri dari 32% -39% air, 30% -
32% lemak, 8% -10% protein, polifenol 5% -6%, pati 4% -6%, pentosa 4% -6%
2% -3% selulosa, 2% -3% sukrosa, 1% -2% theobromine, asam 1% dan 1% kafein
( Gu , 2013 ) .
Biji kakao Merupakan sumber berbagai produk, seperti cocoa powder,
Pasta kakao (massa), kakao kasar dan theobroma Minyak, juga disebut cocoa
butter. Selain cokelat, coklat Bubuk adalah produk yang paling populer dari biji
kakao. Theobromine juga terdapat pada kakao dengan jumlah terbesar, adalah
alkaloid paling khas dari kakao. Bubuk coklat terdiri dari sekitar 2-4%
theobromine Kandungan theobromine dalam coklat sekitar 1% .Theobromine
meningkatkan konsentrasi, dan sebagian mengurangi efek kelelahan (Witt, 2016 ).
2.1 Gambar Biji Coklat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2 Standar Mutu Coklat
Penentuan mutu biji ini pada umumnya hanya berdasarkan penampakan
fisik (luar) biji, yaitu : bulat, keriput, gepeng, biji pecah dan warna kulit biji . Di
Indonesia, penentuan mutu biji ini dibedakan atas lima golongan mutu, yaitu :
– Mutu A : warna merah/coklat merata biji bulat penuh
– Mutu B : warna merah/coklat kurang merata biji kurang bulat dan
Agak rusak .
– Mutu C : warna merah/coklat tidak merata biji gepeng,berkeriput
– Mutu G : campuran biji yang pecah atau membelah
– Mutu Z : biji berwarna hitam dan kotor kena tanah
biji-biji bekas serangan penyakit
biji dari sisa-sisa serangan tikus ( Ketaren , 1986 ).
Mutu biji kakao dihasilkan oleh berbagai faktor antara lain faktor prapanen
dan pascapanen . Faktor prapanen misalnya jenis tanaman, teknik budidaya,
pemanenan dan kondisi lingkungan sedangkan faktor pascapanen yang penting
adalah proses fermentasi, pengeringan, serta penyimpanan . Jumlah buah, berat
buah, jumlah biji tiap buah serta banyaknya biji dalam 1 kg biji kering atau indeks
buah merupakan komponen produksi yang penting untuk kakao .
Biji yang bermutu baik mempunyai berat rata-rata 1,0-1,2 gram atau
sekitar 83-100 biji tiap 100 gram . Berat biji berkaitan erat dengan lemak dan kulit
biji, bila berat biji kurang dari 1 gram tiap biji maka kandungan lemaknya turun
dan kadar kulitnya naik . Biji kakao memiliki kandungan lemak nabati tinggi
sekitar 50% kandungan lemak dipengaruhi oleh tanaman, disamping itu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kandungan lemak juga dipengaruhi oleh ukuran biji . Standar titik cair lemak
kakao adalah 31-35℃ lemak biji kakao terdiri dari tujuh macam asam lemak,
asam palmitat 24,8%, asam stearat 33,0% asam oleat 33,1 % , asam linoleat 3,2%,
asam arakidonat 0,8%, asam palmitoleat 0,3%, dan asam miristat 0,2% . Biji
kakao disamping sumber lemak juga merupakan sumber perisa ( flavour ) sangat
penting dalam industry makanan . Perisa ( flavour ) merupakan sumber penyedap
biji kakao dan menempati urutan kedua setelah vanili, disusul strawberry pada
urutan ketiga . Perisa kakao ini akan timbul setelah biji melewati fermentasi dan
pengeringan ( Susanto , 1994 ) .
2.3 Komposisi Kimia Lemak Coklat
Tabel 2.3 Komposisi Kimia Lemak Coklat
Bahan Persentase
Gliserida jenuh 2,6
Oleopalmitin 3,7
Oleopalmitostearin 57,0
Oleodistearin 22,2
Palmitodiolein 7,4
Stearodiolein 5,8
Triolein 1,1
2.4 Daya Guna Coklat dan Lemak Coklat
Coklat dapat digunakan untuk pembuatan kembang gula, pencampur susu
bubuk coklat dan sebagai sumber lemak coklat . Lemak coklat mengandung asam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
lemak esensial yaitu asam linoleat 2% dan vitamin E ( tokoferol ) 313 mg / 100
gram bahan. Selain itu lemak coklat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
kosmetik antara lain sebagai krim pembersih, krim penyedap dan minyak rambut
( Ketaren , 1986 ).
2.5 Proses Pembuatan Bubuk Coklat
Banyak petani yang menanam kakao secara kecil-kecilan tetapi akhirnya
kecewa karena tidak dapat memanfaatkan hasilnya . Tidak seperti pada komoditas
kopi , petani sudah mampu mengolahnya atau langsung menjual kepasar . Sebagai
jalan keluar para petani kakao mengolah sendiri penenan mereka sebagai kegiatan
industri rumah tangga . Pada dasarnya biji kakao dapat diproses untuk dijadikan
campuran minuman, permen coklat dan lain-lain ( Susanto , 1994 ) . Biji coklat
tidak hanya menghasilkan coklat bubuk, tetapi juga dapat menghasilkan mentega
coklat . Cairan coklat pada biji digunakan untuk mengekstrak mentega kakao,
beberapa metode yang digunakan untuk mengekstrak mentega kakao adalah pres
hidrolik, pres mekanik dan metode ekstraksi pelarut ( kumar , 2014 ) .
Proses pengolahan kakao untuk industri rumah tangga cukup sederhana, yaitu
sebagai berikut :
– Biji kakao yang sudah kering dengan kadar air sekitar 6-7 % digoreng
sangrai ( tanpa menggunakan minyak ) . Lamanya penyangraian 40 menit
selanjutnya kulit dikupas dengan tangan atau memakai alat .
– Setelah bersih, biji kakao tersebut ditumbuk dengan alat penumbukan
tradisional, atau dengan mesin penggiling sehingga biji menjadi halus .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Selanjutnya hasil tumbukan dipres, dengan tujuan memisahkan lemak
dengan tepung .
– Tepung yang masih mengandung lemak berkadar rendah ini selanjutnya
dikeringkan lagi secara alami dengan sinar matahari atau dengan oven.
Setelah kering kemudian diayak untuk mendapatkan tepung yang halus .
Akhirnya diperoleh bubuk kakao yang bagus . Bubuk kakao inilah yang
dimanfaatkan sebagai campuran minuman, serta untuk membuat permen
coklat ( Susanto , 1994 ) .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Secara garis besar dapat dibuat skema sebagai berikut :
Biji kakao kering
( 6% - 7% )
Disangrai
( 40 menit )
Kulit dikupas
Ditumbuk/digiling
Dipres
Lemak Tepung dengan lemak rendah
Dikeringkan
Diayak
Bubuk kakao
2.5 proses pembuatan bubuk kakao
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.6 Syarat Mutu Kakao Bubuk
Tabel 2.6 Syarat Mutu Kakao Bubuk
Parameter Uji Satuan Syarat Mutu
Bau - Khas kakao , bebas dari bau asing
Rasa - Khas kakao , bebas dari bau asing
Warna - Coklat atau warna lain akibat alkalisasi
Kehalusan ( lolos ayakan
mesh 200 ) (b/b)
% Min 99,5
Kulit ( b/b ) % Maks 1,75
Kadar air (b/b) % Maks 5,0
Kadar lemak ( b/b) % Min 10,0
Cemaran Logam
Timbal (Pb) mg/kg Maks 2,0
Kadmium ( Cd ) mg/kg Maks 1,0
Timah ( Sn ) mg/kg Maks 40
Cemaran arsen ( As ) mg/kg Maks 1,0
Cemaran mikroba
Angka lempeng total Kolino/g Maks 5 ×10 3
Bakteri bentuk coli APM/g < 3
Escherichia coli Per g Negatif
Salmonela Per 25 g Negatif
Kapang Koloni/g Maks 50
Khamir Koloni/g Maks 50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.7 Lemak
Lemak adalah campuran trigliserida dalam bentuk padat dan terdiri dari
suatu fase padat dan fase cair . Sumber-sumber lemak dan minyak dapat dibagi
menjadi dua bagian besar yaitu : sumber dari tumbuh-tumbuhan yang meliputi
biji-bijian seperti kedelai, kacang tanah, bunga matahari dan sebagainya dan
sumber-sumber dari hewan yang meliputi sapi, domba, babi . Lemak yang
digunakan dalam makanan sebagian besar adalah trigliserida yang merupakan
ester dari gliserol, komponen-komponen lain yang mungkin terdapat meliputi
fosfolipid, sterol, vitamin dan zat warna yang larut dalam lemak seperti klorofil
dan karotenoid . Trigliserida dapat berwujud padat atau cair, dan hal ini
tergantung dari komposisi asam lemak yang menyusunnya . Peran dari pada
lemak (lipid) dalam makanan manusia dapat merupakan zat gizi yang
menyediakan energi bagi tubuh ; dapat bersifat psikologis dengan meningkatkan
nafsu makan ; atau dapat membantu memperbaiki tekstur dari bahan pangan yang
diolah ( Buckle, 1987 ) .
Lemak berbeda dari karbohidrat dan protein karena tidak terdiri dari
polimer satu-satuan molekuler . Setiap gram lemak mengandung kalori 2,25 kali
dari jumlah kalori yang dihasilkan oleh satu gram protein atau karbohidrat .
Lemak selalu tercampur dengan komponen-komponen lain didalam makanan
misalnya vitamin-vitamin yang larut dalam lemak yaitu Vitamin A, D, E dan K,
sterol didalam lemak hewan dan fotosterol didalam lemak sayuran . Lemak dalam
bahan makanan pada umumnya dipisahkan dari lain komponen yang terdapat
dalam bahan tersebut dengan cara ekstraksi dengan suatu pelarut misalnya
petroleum ether, etil eter, khloroform atau benzena . Perbedaan asam lemak yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
terdapat didalam lemak menyebabkan perbedaan dalam sifat-sifatnya, sebagai
contoh misalnya lemak yang mengandung asam lemak berantai lebih panjang
akan menyebabkan titik cairnya lebih tinggi dibandingkan dengan asam lemak
yang berantai pendek . Perbedaan jumlah komponen asam lemak berantai panjang
di dalam lemak juga menimbulkan perbedaan titik cair lemak . Selain dari panjang
rantai, ketidakjenuhan rantai asam lemak juga dapat mempengaruhi titik cair
lemaknya . Pada umumnya makin tinggi derajat ketidakjenuhan makin rendah
titik cair lemak . Berdasarkan sifat titik cair tersebut dikenal 2 macam istilah
gliserida yaitu minyak dan lemak, minyak adalah gliserida yang berbentuk cair
sedangkan lemak berbentuk padat pada suhu kamar, Oleh karena ketidakjenuhan
gliserida mengakibatkan perbedaan titik cair gliserida, maka hal ini dapat
dijadikan prinsip untuk membuat lemak padat dan lemak cair . Lemak dan minyak
sering ditambahkan kepada makanan dalam bentuk “Shortening” .
(Winarno,1980).
2.7.1 Pengertian Lemak
Secara defenitif, lipida diartikan sebagai semua bahan organik yang dapat
larut dalam pelarut-pelarut organik yang memiliki kecenderungan nonpolar .
Maka kelompok lipida ini secara khusus berbeda dengan karbohidrat dan protein
yang tak larut dalam pelarut-pelarut organik . Bahan-bahan pelarut yang umum
dipakai untuk ekstraksi lipida adalah heksan, ether atau khloroform . Untuk
golongan lipida yang lebih polar, bahan pelarut yang dipakai untuk ekstraksi juga
dipilih yang lebih polar misalnya kloroform, etanol, metanol ataupun campuran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
beberapa pelarut . Lemak dan minyak secara kimiawi adalah trigliserida
merupakan bagian terbesar dari kelompok lipida, trigliserida ini merupakan
senyawa hasil kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak
.Dialam bentuk gliserida yang lain yaitu digliserida dan monogliserida hanya
terdapat sangat sedikit pada tanaman, dalam dunia perdagangan lebih banyak
dikenal digliserida dan monogliserida dipakai dalam teknologi makanan misalnya
sebagai bahan pengemulsi, penstabil, dan lain-lain . Secara umum lemak diartikan
sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat
dan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair . Secara
lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan minyak dan lemak ini
(Sudarmadji,1989) .
2.7.2 Pembagian Lemak
Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa
golongan . Ada beberapa golongan yang kita kenal, Bloor membagi lipid dalam
tiga golongan besar yakni :
1. Lipid sederhana yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol,
contohnya lemak atau gliserida dan lilin
2. Lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan
contohnya fosfolipid
3. Derivat lipid yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid
contohnya asam lemak, gliserol (Poedjadi, 1994).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lemak dan minyak sebagai bahan pangan dibagi menjadi dua golongan,
yaitu :
1. Lemak yang siap dikonsumsi tanpa dimasak misalnya mentega, margarin,
dan lemak yang digunakan dalam kembang gula .
2. Lemak yang dimasak bersama bahan pangan, atau dijadikan sebagai
medium penghantar panas dalam memasak bahan pangan misalnya
minyak goreng, shortening dan lemak babi.
Lemak berdasarkan sumbernya sebagai berikut :
Tabel 2.7.2 Klasifikasi lemak nabati
Kelompok lemak Jenis lemak/minyak
1. Lemak (berwujud padat) Lemak biji coklat , inti sawit
Shea butter
2. Minyak (berwujud cair)
a. Tidak mengering Minyak zaitun ,inti kelapa
Kacang tanah , almond,inti
alpukat,inti pulm
b. Setengah mengering Minyak dari biji kapas ,
Jagung,gandum,biji bunga
matahari
c. Mengering Minyak kacang kedelai,biji
karet
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 2.7.2 Klasifikasi lemak hewani
Kelompok lemak Jenis lemak
1. Lemak (berwujud padat)
a. Lemak susu Lemak dari susu sapi,kerbau
Kambing,dan domba
b. Hewan peliharaan Lemak babi, lemak tulang
(Gol.mamalia)
2. Minyak (berwujud cair) Minyak dari ikan paus,
Salmon,lumba- lumba
(Ketaren,1986)
2.7.3 Sifat Lemak
Lemak merupakan campuran trigliserida yang berbentuk padat pada suhu
ruangan, keragaman dari sifat lemak sebagai berikut :
– Lemak tidak larut dalam air
– Viskositas lemak cair biasanya bertambah dengan bertambahnya panjang
rantai karbon ; berkurang dengan naiknya suhu , dan berkurang dengan
tidak jenuhnya rangkaian karbon .
– Lemak lebih padat dari pada minyak , berat jenisnya lebih tinggi untuk
trigliserida dengan berat molekul rendah dan trigliserida yang tidak jenuh,
berat jenis menurun dengan bertambahnya suh.
– Makin pendek rantai asam lemak makin rendah titik cair trigliserida nya
(Buckle,1987).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan,
sedangkan lemak yang berasal dari tumbuhan berupa zat cair . Lemak yang
mengandung titik lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh, sedangkan lemak
cair atau yang biasa disebut minyak mengandung asam lemak tidak jenuh . Lemak
hewan dan tumbuhan mempunyai susunan asam lemak yang berbeda-beda, untuk
menentukan derajat ketidakjenuhan asam lemak yang terkandung didalamnya
diukur dengan bilangan iodium . Iodium dapat bereaksi dengan ikatan rangkap
dalam asam lemak . Tiap molekul iodium mengadakan reaksi adisi pada suatu
ikatan rangkap . Oleh karenanya makin banyak ikatan rangkap, makin banyak
pula iodium yang bereaksi . Lemak atau gliserida asam lemak pendek dapat larut
dalam air, sedangkan gliserida asam lemak panjang tidak larut . Semua gliserida
larut dalam ester, kloroform, atau benzena dan alkohol panas merupakan pelarut
lemak yang baik . Pada umumnya lemak apabila dibiarkan lama diudara akan
menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak (Poedjadi , 1994).
2.7.4 Fungsi Lemak
Tersedianya lemak di dalam tubuh ternyata banyak kemanfaatannya, hal
ini dapat diketahui dari fungsi-fungsi lemak tersebut . Mengenai fungsinya ini
dapat dikelompokkan ke dalam fungsi utama dan fungsi lain yang melengkapi .
a. Fungsi utamanya
1. Sebagai penghasil energi, tiap gram lemak menghasilkan sekitar 9 sampai
9,3 kalori, energi yang berlebihan dalam tubuh disimpan dalam jaringan
adiposa sebagai energi potensial .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Sebagai pembangun/pembentuk susunan tubuh, pelindung kehilangan
panas tubuh atau pengatur temperatur tubuh .
3. Sebagai penghemat protein, dalam hal ini kalau tersedianya energi dalam
tubuh telah tercukupi oleh lemak dan karbohidrat, maka pemanfaatan
untuk protein untuk penimbul energi dapat dikurangi atau tidak
diperlukan.
4. Sebagai penghasil asam lemak esensial, dikarenakan asam lemak esensial
ini tidak dapat dibentuk dalam tubuh melainkan harus tersedia dari luar,
berasal dari makanan, untuk pertumbuhan dan pencegahan terjadinya
peradangan kulit/dermatitis .
5. Sebagai pelarut vitamin tertentu, seperti A, D, E, K sehingga dapat
dipergunakan tubuh .
b. Fungsi lainnya
1. Sebagai pelumas di antara persediaan dan membantu pengeluaran sisa-sisa
makanan dari dalam tubuh .
2. Sebagai penanggu perasaan rasa lapar sehubungan dengan dicernanya
lemak lebih lama, selain itu lemak juga memberi cita rasa lebih tahan dan
lebih memuaskan pada makanan yang dikonsumsi.
3. Sebagai pengantar emulsa yang menunjang mempermudah pengangkutan
unsur-unsur/zat-zat lemak keluar masuknya melalui membran sel, dalam
hal ini memperhatikan fungsi senyawa lipida lecithin
(kartasapoetra, 1991).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dalam teknologi makanan, lemak dan minyak memegang peranan penting
untuk menggoreng makanan sehingga kandungan air dalam makanan menjadi
kering . Lemak dan minyak juga memberikan rasa gurih dan aroma yang spesifi .
Dalam dunia teknologi roti, lemak dan minyak penting dalam memberikan
konsistensi empuk, halus, dan bahan lemak yang sering dipakai dalam pembuatan
kue dan roti dikenal sebagai shortening. Juga dalam teknologi es krim lemak dan
minyak memberikan tekstur yang lembut dan lunak ( Sudarmadji, 1989 ).
2.8 Kelebihan Mengkonsumsi Lemak
Penggunaan lemak yang berlebihan dalam makanan dapat membawa
kerugian bagi kesehatan tubuh . Lemak dan minyak sebagian besar terdiri dari
trigliserida, lemak kakao didominasi oleh trigliserida yang terdiri atas asam stearat
( 34 % ), palmitat ( 27 % ), dan oleat ( 34 % ) yang bersifat padat pada suhu ruang
dan meleleh pada suhu tubuh 37 ℃ ( Budijanto, 2013 ) .
Trigliserida ini akan mempengaruhi kadar trigliserida dalam darah yang
merupakan penyebab terjadinya hiperlipidemia yang merupakan awal dari
terjadinya penyakit kardiovaskuler . Akan tetapi, tidak semua lemak dapat
menyebabkan terjadinya hiperlipidemia . Minyak atau lemak yang kandungan
asam lemak tak jenuhnya tinggi ternyata tidak menyebabkan terjadinya
hiperlipidemia contohnya minyak kacang tanah, minyak bunga matahari,
minyak jagung baik sekali untuk makanan sebagai pengganti minyak kelapa
( Moehyi , 1992 ) .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.9 Kekurangan Mengkonsumsi Lemak
Terjadinya kekurangan lemak dan asam lemak dalam tubuh manusia akan
menunjukkan akibat-akibat sebagai berikut :
Kekurangan lemak dapat menimbulkan pengurangan ketersediaan energi, karena
energi harus terpenuhi maka terjadilah katabolisme atau perombakan protein,
cadangan lemak yang semakin berkurang akan sangat berpengaruh terhadap berat
badan, berupa penurunan berat badan . Kekurangan asam lemak akan
berpengaruh terhadap tubuh, berupa gangguan pada pertumbuhannya, berupa
timbulnya kelainan pada kulit, khusus pada balita berupa terjadinya luka
pada kulit ( enzematous ) ( Kartasapoetra , 1991 ).
2.10 Metode Analisa Lemak
Dalam menentukan kadar lemak pada makanan dapat dilakukan dengan
beberapa metode sebagai berikut :
2.10.1 Ekstraksi Sokletasi
Sejumlah sampel ditimbang dengan teliti dimasukkan kedalam thimble
yang dapat dibuat dari kertas saring atau alundum ( Al2O3 ) . Ukuran thimble yang
dipilih sesuai dengan besarnya soxhlet yang digunakan . Sampel yang belum
kering harus dikeringkan terlebih dahulu, diatas sampel dalam thimble ditutup
dengan kapas bebas lemak supaya partikel bahan/sampel tidak ikut terbawa aliran
pelarut . Selanjutnya labu godok dipasang berikut kondensornya, pelarut yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
digunakan 2 kali isi tabung ekstraksi . Pemanasan sebaiknya menggunakan
penangas air untuk menghindari bahaya kebakaran . Lipida akan terekstraksi dan
melalui sifon terkumpul kedalam labu godok . Pada akhir ekstraksi yaitu kira-kira
4-6 jam, labu godok diambil dan ekstrak dituang kedalam botol timbang atau
cawan porselen yang telah diketahui beratnya, kemudian pelarut diuapkan diatas
penangas air sampai pekat . Selanjutnya dikeringkan dalam oven sampai diperoleh
berat konstan pada suhu 100℃ . Berat residu dalam botol timbang dinyatakan
sebagai berat lemak atau minyak .
Agar diperoleh lemak dan minyak bebas air dengan cepat maka
pengeringan dapat menggunakan oven vakum . Selain cara diatas penentuan
banyaknya lemak dapat pula diketahui dengan menimbang sampel padat yang
ada dalam thimble setelah ekstraksi, dan sudah dikeringkan dalam oven sehingga
diperoleh berat konstan . Selisih berat sebelum dengan sesudah ekstraksi
merupakan berat minyak atau lemak yang ada dalam bahan tersebut .
2.10.1 Alat ekstraksi sokletasi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.10.2 Ekstraksi Goldfisch
Ekstraksi dengan alat goldfisch sangat praktis dan mudah pemakainnya .
Bahan sampel yang telah dihaluskan dimasukkan dalam thimble dan dipasang
dalam tabung penyangga yang pada bagian bawahnya berlubang . Bahan pelarut
yang digunakan ditempatkan dalam beaker glas dibawah tabung penyangga . Bila
beaker glas dipanaskan uap pelarut akan naik dan didinginkan oleh kondensor
sehingga akan mengembun dan menetes pada sampel demikian terus-menerus
sehingga bahan akan dibasahi oleh pelarut dan lipida akan terekstraksi dan
selanjutnya akan tertampung kedalam beaker glas kembali .
Setelah ekstraksi selesai 3-4 jam pemanas dimatikan dan sampel berikut
penyangganya diambil dan diganti dengan beaker glas yang ukurannya sama
dengan tabung penyangga . Pemanasan dihidupkan kembali sehingga pelarut akan
diuapkan lagi dan diembunkan serta tertampung kedalam beaker glas yang
terpasang dibagian bawah kondensor .
Dengan demikian pelarut yang tertampung ini dapat dimanfaatkan untuk
ekstraksi yang lain. Residu yang ada didalam beaker glas yang dipasang pada
pemanas selanjutnya dieringkan dalam oven 100℃ sampai berat konstan, berat
residu ini dinyatakan sebagai lemak atau minyak yang ada didalam bahan .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.10.2 Alat ekstraksi goldfisch
2.10.3 Metode Botol Bobcock
Penentuan lemak dengan botol babcock sangatlah sederhana . sampel yang
telah ditimbang dengan teliti dimasukkan kedalam botol babcock . Pada leher
babcock ini telah dilengkapi dengan skala ukuran volume . Sampel yang dianalisa
ditambah asam sulfat pekat (95%) untuk merusak emulsi lemak sehingga lemak
akan terkumpul menjadi satu pada bagian atas cairan . Pemisahan lemak pada
cairannya dapat lebih sempurna bila dilakukan sentrifugasi . Rusaknya emulsi
lemak dikarenakan asam sulfat dapat merusak lapisan film yang menyelimuti
globula lemak yang biasanya terdiri dari senyawa protein .
Dengan rusaknya protein ( denaturasi ataupun koagulasi ) maka
memungkinkan globula lemak yang satu akan bergabung dengan globula lemak
yang lain dan akhirnya menjadi kumpulan lemak yang lebih besar dan akan
mengapung di atas cairan . Setelah disentrifugasi lemak akan semakin jelas
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
terpisah dengan cairannya dan agar dapat dibaca banyaknya lemak maka ke dalam
botol ditambahkan aquades panas sampai lemak atau minyak tepat pada tanda
skala bagian atas, dengan demikian banyaknya lemak atau minyak dapat secara
langsung dibaca/diketahui . Asam sulfat yang berfungsi untuk merusak emulsi
minyak dapat diganti dengan senawa lain misalnya detergent yang bersifat anion
yaitu dioktil sodium fosfat atau memakai detergent tidak mengion tetapi hidrofil
yaitu polioxiethilen sorbitan monolaurat .
2.10.3 Gambar alat botol babcock
2.10.4 Metode Mojonnier
Pada penentuan lemak dengan mojonnier , sampel dimasukkan ke dalam
tabung mojonnier dan ditambahkan ethanol , ammonium hidroksida , kemudian
diekstraksi menggunakan campuran ethil-ether dan petroleum ether ( 1:1 ) .
Ammonium hidroksida akan menetralkan asam-asam dan menghilangkan
mantol/lapisan film , sekeliling globula lemak sehingga lemak mudah terekstraksi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Ethanol merupakan medium yang menyebabkan ether dapat mudah mengadakan
kontak dengan lemak secara lebih baik . Dengan demikian adanya ethanol
menyebabkan ekstraksi lebih cepat . Petroleum ether mempunyai kemampuan
mengurangi kelarutan air dalam ethil-ether, dengan dmikian adanya petroleum
ether ini akan memperkecil adanya zat-zat yang dapat larut dalam air terikut
dalam minyak .
Dengan kata lain akan diperoleh lemak/minyak yang mencerminkan
jumlah sebenarnya . Untuk memperbesar ketelitian maka ekstraksi dikerjakan
berulang-ulang . Hasil ekstraksi kemudian diuapkan pelarutnya dan dikeringkan
dalam oven 100℃ sampai diperoleh berat konstan . Berat residu dinyatakan
sebagai berat lemak/minyak dalam bahan ( Sudarmadji, 1989 ).
2.10.4 Gambar alat mojonnier
2.11 Kerusakan lemak
a. Absorbsi bau oleh lemak
Salah satu kesulitan dalam penanganan dan penyimpanan bahan pangan
adalah usaha untuk mencegah pencemaran oleh bau yang berasal dari bahan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pembungkus, cat, bahan bakar atau pencemaran bau yang berasal dari bahan
pangan lain yang disimpan dalam wadah yang sama, terutama terjadi pada bahan
pangan yang berkadar lemak tinggi . Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena
lemak dapat mengabsorbsi zat menguap yang dihasilkan dari bahan lain .
Kerusakan bahan pangan yang berlemak akibat proses absorbsi bau oleh lemak
dapat dihindarkan dengan memisahkan lemak dari bahan-bahan lain yang dapat
mencemari bau .
b. Kerusakan oleh enzim
Lemak hewan dan nabati yang masih berada dalam jaringan, biasanya
mengandung enzim yang dapat menghidrolisa lemak . Semua enzim yang
termasuk golongan lipase, mampu menghidrolisa lemak netral (trigliserida)
sehingga menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol . Dalam organisme hidup
enzim pada umumnya berada dalam bentuk zymogen aktif, sehingga lemak yang
terdapat dalam jaringan lemak tetap bersifat netral dan masih utuh . Jika
organisme telah mati, maka koordinasi mekanisme sel-sel akan rusak dan enzim
lipase mulai bekerja dan merusak molekul lemak . Kecepatan hidrolisa oleh enzim
lipase yang terdapat dalam jaringan relatif lambat pada suhu rendah, sedangkan
pada kondisi yang cocok proses hidrolisa oleh lemak lipase akan lebih intensif
dibandingkan dengan enzim lipolitik yang dihasilkan oleh bakteri .
c. Kerusakan oleh mikroba
Mikroba dalam proses metabolisme ( jamur, ragi, dan bakteri )
membutuhkan air, senyawa nitrogen dan mineral. Kerusakan oleh mikroba
biasanya terjadi pada lemak yang masih berada dalam jaringan dan dalam bahan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pangan berlemak . Mikroba yang menyerang bahan pangan berlemak biasanya
termasuk tipe mikroba non pathologi, tapi umumnya dapat merusak lemak dengan
menghasilkan cita rasa yang tidak enak, disamping menimbulkan perubahan
warna .
d. Kerusakan lemak oleh oksidasi
Bentuk kerusakan, terutama ketengikan yang paling penting disebabkan
oleh aksi oksigen udara terhadap lemak . Oksidasi oleh oksigen udara terjadi
secara spontan jika bahan yang mengandung lemak dibiarkan kontak dengan
udara , sedangkan kecepatan proses oksidasinya tergantung dari tipe lemak dan
kondisi penyimpanan . Oksidasi spontan ini tidak hanya terjadi pada bahan
pangan berlemak, akan tetapi dapat terjadi terhadap persenyawaan lain yang
memegang peranan penting dalam kegiatan biologis dan industri. Contoh-contoh
persenyawaan selain lemak, yang dapat dioksidasi antara lain hidrokarbon,
aldehida, eter, senyawa sulfidril, fenol . Dalam bahan pangan berlemak,
konstituen yang mudah mengalami oksidasi spontan adalah asam lemak tidak
jenuh dan sejumlah kecil persenyawaan yang merupakan konstituen yang cukup
penting . Sebagai contoh adalah persenyawaan yang membuat bahan pangan
menjadi menarik misalnya persenyawaan yang menimbulkan aroma, flavor, warna
dan sejumlah vitamin ( Ketaren , 1986 ) .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Makanan dan Minuman Hasil
Pertanian Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan yang berada di jalan
Sisingamangaraja No. 24 Medan pada tanggal 16-17 Februari 2017 .
3.2 Alat-Alat
Nama Alat Ukuran Merk
1. Neraca analitik - Sartorius
2. Spatula - -
3. Beaker glass 150 ml Pyrex
4. Hot plate - Cymarex
5. Batang pengaduk - -
6. Labu alas 25 ml Pyrex
7. Alat soklet - Pyrex
8. Oven - Memert
9. Corong kaca - Pyrex
10. Kertas saring no.42 Whatman
11. Desikator - Pyrex
12. Gelas ukur 100 ml Pyrex
13. Pipet tetes - -
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.3 Bahan-Bahan
1. Hcl(aq) E.Merck
2. Hexana(aq) E.Merck
3. Coklat bubuk merek van houten (s) PT. Industri Ceres Bandung
4. Coklat bubuk tanpa merek (s) -
5. Aquadest (l) -
6. AgNO3 (aq) E.Merck
3.4 Prosedur Percobaan
3.4.1 Sampel
Sampel coklat bubuk merek van houten dan coklat bubuk tanpa merek
diperoleh dari Jl. Jamin Ginting Pajak Sore Medan .
3.4.2 Preparasi Labu Lemak
Sebelum digunakan, labu lemak harus dipreparasi terlebih dahulu pertama
dikeringkan labu lemak yang berisi batu didih kedalam oven suhu 105℃ selama 3
jam . Selanjutnya dinginkan dalam desikator selama 30 menit, dan ditimbang
sampai bobot konstan .
3.4.3 Coklat bubuk merek van houten
Siapkan 4-5 gram sampel dengan menggunakan neraca analitik.
Dimasukkan kedalam beaker glass 150 ml . Tambahkan 45 ml aquadest, 55 ml
Hcl 25% aduk hingga rata . Selanjutnya panaskan diatas hot plate selama 15 menit
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
. Disaring dengan kertas saring whatmann no.42. Bilas dengan air panas sampai
tidak bereaksi dengan asam lagi, kemudian tambahkan 3 tetes AgNO3 terhadap
filtrat jika tidak terdapat endapan putih ( Agcl ) maka PH sudah netral . Masukkan
kertas saring yang berisi endapan kedalam oven . keringkan pada suhu 105℃
selama 3 jam . Rangkai alat soklet . masukkan kertas saring serta isinya kedalam
timbal ekstraksi .Tambahkan pelarut heksana dan diekstraksi selama 3 jam .
Setelah proses ekstraksi selesai uapkan pelarut, keringkan labu lemak beserta
lemak kedalam oven suhu 105℃ selama 3 jam . Dinginkan kedalam desikator
selama 30 menit, dan timbang sampai bobot konstan .
3.4.4 Coklat bubuk tanpa merek
Siapkan 4-5 gram sampel dengan menggunakan neraca analitik .Masukkan
kedalam beaker glass 150 ml .Ditambahkan 45 ml aquadest, 55 ml Hcl 25% aduk
hingga rata . Selanjutnya panaskan diatas hot plate selama 15 menit . Disaring
dengan kertas saring whatmann no.42 .Bilas dengan air panas sampai tidak
bereaksi dengan asam lagi, kemudian tambahkan 3 tetes AgNO3 terhadap filtrat
jika tidak terdapat endapan putih ( Agcl ) maka Ph sudah netral .Masukkan kertas
saring yang berisi endapan kedalam oven . keringkan pada suhu 105℃ selama 3
jam .Rangkai alat soklet . Masukkan kertas saring serta isinya kedalam timbal
ekstraksi .Tambahkan pelarut heksana dan diekstraksi selama 3 jam . Setelah
proses ekstraksi selesai uapkan pelarut . Keringkan labu lemak beserta lemak
kedalam oven suhu 105℃ selama 3 jam . Dinginkan kedalam desikator selama 30
menit dan ditimbang sampai bobot konstan .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Percobaan
Hasil percobaan kadar lemak dalam bubuk coklat merek van houten dan
bubuk coklat tanpa merek dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1.1 Data Kadar Lemak dalam Bubuk Coklat Merek Van Houten
No Sampel W
(g)
Wo
(g) W1 (g)
Kadar
Lemak
(%)
1. Coklat
Bubuk
Merek
Van
Houten
I II III
5,0045 136,5142 137,0939 137,0885 137,0842 11,4
4,9947 102,1166 102,6838 102,6792 102,6789 11,3
5,0439 135,7296 136,2967 136,2927 136,2924 11,2
Tabel 4.1.2 Data Kadar Lemak dalam Bubuk Coklat Tanpa Merek
No Sampel W
(g)
Wo
(g) W1 (g)
Kadar
Lemak
(%)
1. Coklat
Bubuk
Tanpa
Merek
I II III
4,8503 105,7465 105,9442 105,9411 105,9408 4,01
4,7028 136,4039 136,5967 136,5933 136,5931 4,02
4,9837 88,0819 88,2846 88,2806 88,2804 3,98
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.2 Perhitungan
Kadar Lemak (%) = ( 𝑊1−𝑊0 )
𝑊 × 100 %
Keterangan :
W = Berat contoh ( gr )
W0 = Berat labu kosong ( gr )
W1 = Berat contoh + berat labu setelah dikeringkan ( gr )
4.3 Pembahasan
Dalam analisa minyak dan lemak yang umum dilakukan pada bahan
makanan adalah penentuan kuantitatif yaitu penentuan kadar lemak atau minyak
yang terdapat dalam bahan makanan atau bahan pertanian . Ekstraksi akan mudah
dilakukan ditentukan oleh ukuran partikel bahan tersebut . Penghancuran atau
penghalusan merupakan perlakuan pendahuluan yang sangat penting sebelum
ekstraksi . Ekstraksi lemak dari bahan kering dapat dilakukan dengan metode
ekstraksi soxhlet ( Sudarmadji , 1989 ) .
Hasil penentuan kadar lemak coklat bubuk merek van houten perlakuan
pertama 11,4 %, perlakuan kedua 11,3 %, perlakuan ketiga 11,2 % dan kadar
lemak coklat bubuk tanpa merek perlakuan pertama diperoleh 4,01 %, perlakuan
kedua 4,02 %, dan perlakuan ketiga 3,98 % . Selisih hasil perlakuan pertama,
kedua, dan ketiga dari masing-masing coklat bubuk dapat disebabkan oleh
kurang dan lebihnya waktu pengeringan di dalam oven setelah proses hidrolisis .
Proses hidrolisis yaitu penambahan air kedalam suatu zat dengan tujuan
untuk menghilangkan zat warna yang ada pada makanan . Apabila bahan masih
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengandung air yang tinggi maka bahan pelarut akan sulit masuk kedalam
jaringan/sel dan pelarut menjadi jenuh dengan air sehingga pada proses ektraksi
kadar lemak yang dihasilkan kurang efisien. Pemanasan bahan yang terlalu tinggi
( misalnya untuk menghilangkan sebagian air yang ada dalam bahan ) juga tidak
baik untuk proses ekstraksi lipida, karena sebagian lipida akan terikat dengan
protein dan karbohidrat yang ada dalam bahan sehingga menjadi sukar untuk
diekstraksi ( Sudarmadji , 1989 ) .
Hasil kadar lemak pada coklat bubuk tanpa merek tidak memenuhi syarat
SNI yang telah ditetapkan dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
lamanya waktu proses fermentasi, semakin lama waktu fermentasi kandungan
lemak semakin tinggi . Kandungan lemak tinggi diperoleh pada biji kakao
fermentasi sempurna karena pada proses fermentasi terjadi penurunan kandungan
bahan bukan lemak seperti protein, polifenol, dan karbohidrat yang terurai
sehingga secara relatif kadar lemak akan meningkat . Kadar lemak pada coklat
bubuk juga dapat disebabkan oleh suhu pada saat pengempaan lemak kakao yang
kurang dari 35 ℃ dan tekanan kempa yang kurang kuat, sehingga masih banyak
lemak kakao yang belum terekstraksi ( Towaha , 2012 ) . Proses penyangraian
juga mempengaruhi kadar lemak dalam bubuk coklat, lamanya proses
penyangraian akan mempermudah pengurangan kadar lemak dalam biji pada saat
pengepresan ( Dewi , 2012 ) .
Kadar lemak pada coklat bubuk juga dapat dipengaruhi oleh kualitas biji
coklat, biji coklat yang bermutu baik mempunyai berat rata-rata 1,0-1,2 gram atau
sekitar 83-100 biji tiap 100 gram . Berat biji berkaitan erat dengan kandungan
lemak, bila berat biji kurang dari 1 gram tiap biji maka kandugan lemaknya turun .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Ukuran berat biji ini ada kaitannya juga dengan pengolahan dipabri, biji yang
ukurannya seragam akan mencapai derajat penyangraian yang seragam pula . Biji
yang kecil cenderung tersangrai lebih cepat ( Susanto , 1994 ) .
Berdasarkan uraian diatas bahwa kadar lemak coklat bubuk tanpa merek
tidak mencukupi syarat SNI 3747:2009 yang telah ditetapkan yaitu minimal
10,0% karena proses fermentasi yang kurang sempurna, tekanan saat pengepresan
kurang kuat, suhu kurang tinggi, proses penyangraian yang terlalu lama, dan
kualitas dari biji coklat yang akan diolah .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan kadar lemak coklat bubuk
merek van houten 11,3% dan kadar lemak pada coklat bubuk tanpa merek
diperoleh 4,00 % .
5.2 Saran
Sebaiknya kepada peneliti yang ingin menguji kadar lemak pada bahan
pangan tidak hanya menggunakan ekstraksi sokletasi, tetapi menggunakan metode
lain seperti ekstraksi goldfisch, botol babcock, dan metode mojonnier agar
semakin majunya perkembangan ilmu pengetahuan .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, k.A . et al . ( 1987 ) . Ilmu Pangan . Jakarta : UI-Press. Hlm. 327-329 .
Dewi, K.H . Zuki, M. dan Subagio, M. ( 2012 ) . “Kajian Suhu dan Lama Waktu
Penyangraian Nibs Terhadap Mutu Bubuk Coklat“ . Universitas
Bengkulu , Vol.2 , No.1, 42-47 .
Gu, F . et al . ( 2013 ) .” Comparison Of Cocoa Beans From China , Indonesia and Papua New Guinea “. Chinese Academy of Tropical Agricultural
Sciences , Vol. 2 , 184 .
Herlinda, R . Maulana, I.T . dan Sadiyah, E.R . ( 2016 ) .” Kandungan Komponen
Asam Lemak Biji Kakao ( Theobroma Cacao L. ) Hasil Fermentasi dan Non Fermentasi “. Universitas Islam Bandung , Vol.2 , No.1, 23.
Joel, N. et al . ( 2013 ) . “ Production and Quality Evalution of Cocoa Products ( Plain Cocoa Powder and Chocolate ) “ . Michael okpara University of
Agric , Vol.3 , No.1 , 31
Kartasapoetra, G. Med . dan Marsetyo, H. ( 1991 ) . Ilmu Gizi . Jakarta : Rineka
Cipta . Hlm. 74-75
Ketaren, S . ( 1986 ) . Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan . Jakarta :
UI-Press. Hlm. 1-12 , 61-72 , 295-297
Krysiak, W . Adamski, R and Zyzelewicz, D . ( 2013 ) . “ Factors Affecting The Color Of Roasted Cocoa Bean “ . University Of Technology Poland ,
Vol.36 , 21
Moehyi, S.M. ( 1992 ) . Makanan Institusi dan Jasa Boga . Jakarta : Bhratara.
Hlm. 185
Naik, B . and Kumar, V . ( 2014 ) .”Cocoa Butter and Its Alternatives: A Reveiw“.
Banaras Hindu University , Vol.1 , 9
Poedjadi, A. ( 1994 ) . Dasar-Dasar Biokimia . Jakarta : UI-Press. Hlm. 52-61 .
Sudarmadji, S. Bambang, H. dan Suhardi . ( 1989 ) . Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta : Liberty . Hlm 95-97 , 103-209
Susanto, F.X. ( 1994 ). Tanaman Kakao. Yogyakarta : Kanisius. Hlm: 20-25 ,
173-176.
Towaha, J. Anggraini, D.A. dan Rubiyo . ( 2012 ) . “ Keragaman Mutu Biji Kakao
dan Produk Turunannya Pada Berbagai Tingkat Fermentasi “ . Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Bali, Vol.28 , No.3 , 169-172
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Widayat, H.P. ( 2013 ) . “ Perbaikan Mutu Bubuk kakao Melalui Proses Ekstraksi
Lemak dan Alkalisasi “ . Universitas Syiah Kuala , Vol.5 , No.23 , 12-15.
Winarno, G. Fardiaz, S. dan Fardiaz, D . ( 1980 ) . Pengantar Teknologi Pangan.
Jakarta : PT Gramedia . Hlm. 10-12
Witt, P.W . Smiechowska, M . and Klobukowski, F . ( 2016 ) .” The Presence Of Oxalates In The Cocoa Powder From Organic and Conventional Plantations”. Comodity and Quality Science University Of Poland , Vol.61
, No.4 , 219 .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 1 . Preparasi alat
Masukkan labu lemak kedalam oven selama 1 jam pada suhu 105oC
Lampiran 2 . Proses Desikator
Masukkan kedalam desikator selama 30 menit , dan ditimbang sampai bobot
konstan
Lampiran 3. Penyediaan sampel
Bubuk coklat merek van houten Bubuk coklat kiloan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4. Penimbangan
Timbang sampel sebanyak 4-5 gram kedalam beaker glas
Lampiran 5. Pemanasan
Tambahkan 55 ml Hcl 25% dan 45 ml air , didihkan diatas hot plate ± 15 menit
Lampiran 6 . Penyaringan
Disaring dalam keadaan panas , dan dicuci dengan air panas sampai tidak bereaksi
dengan asam lagi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 7 . Pengeringan
Keringkan kertas saring kedalam oven , sampai sampel benar-benar kering
Lampiran 8 . Proses Ekstraksi
Rangkai alat soxhlet , masukkan kertas saring beserta isinya kedalam
timble/selongsong . Kemudian tuangkan pelarut N-Heksana secukupnya , lalu
ekstraksi selama 3 jam . Setelah proses ektraksi selesai uapkan pelarut .
Lampiran 9. Proses didalam Oven
Masukkan kedalam oven labu lemak+lemak yang selesai diektraksi selama 3 jam
pada suhu 105oC
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 10 . Pendinginan Dinginkan didalam desikator selama 30 menit
Lampiran 11. Hasil
Ditimbang sampai bobot konstan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 12 . Perhitungan
– Kadar Lemak Bubuk Coklat Merek Van Houten
Perlakuan I
Kadar Lemak (%) = (137,0842 −136 ,5142 )
5,0045×100%
= 0,5700
5,0045 ×100%
= 11,4 %
Perlakuan II
Kadar Lemak (%) = ( 102 ,6789−102,1166 )
4,9947 ×100%
= 0,5622
4,9947×100%
= 11,3 %
Perlakuan III
Kadar Lemak (%) = ( 136 ,2924−135,7296 )
5,0439×100%
= 0,5627
5,0439×100%
= 11,2 %
Kadar lemak rata-rata = 11,3 %
– Kadar Lemak Coklat Bubuk Kiloan
Perlakuan I
Kadar Lemak (%) = (105,9408 −105 ,7465 )
4,8503×100%
= 0,1943
4,8503×100%
= 4,01%
Perlakuan II
Kadar Lemak (%) = ( 136 ,5931−136,4039
4,7028×100%
= 0,1892
4,7028×100%
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
= 4,02 %
Perlakuan III
Kadar Lemak (%) = ( 88,2804 −88,0819 )
4,9837×100%
= 0,1985
4,9837×100%
= 3,98 %
Kadar lemak rata-rata = 4,00 %
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA