penegakan hukum pidana dalam penanggulangan … · dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang...

98
PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN PEMBUNUHAN BAYI DI WILAYAH DIY T E S I S Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Program Magister Ilmu Hukum Oleh: SUSI HADIDJAH, SH Pembimbing: PROF. DR. NYOMAN SERIKAT PUTRA JAYA, SH, MH. PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

Upload: buikhanh

Post on 21-Mar-2019

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN

PEMBUNUHAN BAYI DI WILAYAH DIY

T E S I S

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan

Program Magister Ilmu Hukum

Oleh:

SUSI HADIDJAH, SH

Pembimbing:

PROF. DR. NYOMAN SERIKAT PUTRA JAYA, SH, MH.

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2008

Page 2: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

ii

PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN

PEMBUNUHAN BAYI DI WILAYAH DIY

Disusun Oleh: SUSI HADIDJAH, SH

NIM. B002.93.039

Dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Pada Tanggal :

24 Desember 2008

Tesis ini telah diterima sebagai persyaratan untuk memperoleh Gelar Magister Ilmu Hukum

Mengetahui,

Pembimbing, Ketua Program Magister Ilmu Hukum

Prof.Dr. Nyoman Serikat Putra Jaya, SH, MH. Prof.Dr. Paulus Hadisuprapto, SH.MH. NIP. 130 529 438 NIP. 130 531 702

Page 3: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Dengan ini saya, Susi Hadidjah, SH., menyatakan bahwa Karya Ilmiah/Tesis ini

adalah asli hasil karya saya sendiri dan Karya Ilmiah ini belum pernah diajukan sebagai

pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan Strata Satu (S1) maupun

Magister (S2) dari Universitas Diponegoro maupun Perguruan Tinggi lain.

Semua informasi yang dimuat dalam Karya Ilmiah ini yang berasal dari penulis

lain baik yang dipublikasikan atau tidak, telah diberikan penghargaan dengan mengutip

nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari Karya Ilmiah/Tesis ini sepenuhnya

menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis.

Semarang, 24 Desember 2008 Penulis

Page 4: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

iv

ABSTRACT

Background: Indonesian people has been longly human right that origin from Pancasila and Undang-undang Dasar 1945. So, it can be said that Inndnesia people also has great attention of human right principally for protecting individual’s right. Child is lovely one who preciousless for every family, as heir and someone that continuos both of his parents. Nowdays, news that neonatal founded in death condition which got into the plastic bag or in garbage issue at mass media frequenly. Objectives: Generally to know and analized law enforcement rights to do infanticide as legislation now a days. To know and analized law enforcement rights at infanticide in DIY area. To know and analized law enforcement which in abbreviation in to the legislation in the future. Methods: This reasearch uses approach which oriented in legislation approach by empiric yuridical approach. Conclusions: Generally law enforcement of infanticed management in legislation recently enforcement at DIY area solved as same as criminal,s case. However, the rule of criminalsm law enforcement inthe future legislation, concept of KUHP Paragraf 526 and Paragraf 527 in 2008, rules about abandon and dump the child but not specifically rules for infanticide. Keywords: criminal’s law, criminal’s act, infanticide.

Page 5: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

v

ABSTRAK Latar Belakang; Masyarakat Indonesia telah lama mengenal hak asasi yang bersumber pada Pancasila dan Undang- Undang Dasar Tahun 1945. Jadi dapat dikatakan bahwa masyarakat Indonesia juga mempunyai perhatian yang besar terhadap hak asasi manusia yang pada prinsipnya untuk melindungi hak-hak individu. Anak adalah buah hati yang sangat berharga bagi setiap keluarga, sebagai pewaris dan penerus kedua orang tuanya. Sekarang ini berita-berita tentang ditemukannya bayi baru lahir dalam keadaan meninggal yang dimasukan dalam tas plastik atau di bak sampah sering dimuat di media masa. Permasalahan; Bagaimana penegakan hukum pidana secara umumdalam penanggulangan pembunuhan bayi dalam perundang-undangan dewasa ini? Bagaimana praktek penegakan hukum pidana dalam penanggulangan pembunuhan bayi di wilayah DIY. Bagaimana penegakan hukum pidana dalam penanggulangan pembunuhan bayi, yang sebaiknya dirumuskan dalam perundang-undangan di masa yang akan datang.? Metode Penelitian; Penelitian ini digunakan pendekatan yang berorientasi pada pendekatan hukum yang ditempuh lewat pendekatan yuridis empiris. Hasil pembahasan; Penegakan Hukum Pidana secara umum dalam penanggulangan pembunuhan bayi dalam perundang-undangan dewasa ini yaitu Pasal 341 dan Pasal 342 KUHP. Praktek penegakan hukum pidana dalam penanggulangan pembunuhan bayi di wilayah DIY dalam penyelesaiannya sama dengan penyelesaian kasus pidana.Sedangkan pengaturan penegakan hukum pidana dalam penanggulangan pembunuhan bayi dalam perundang-undangan yang akan datang yaitu Pasal 526 dan Pasal 527 KONSEP KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA Tahun 2008 mengatur mengenai meninggalkan anak dan membuang anak, tetapi tidak khusus mengatur tentang pembunuhan bayi. Kata kunci; Hukum Pidana, Perbuatan Pidana, Pembunuhan bayi.

Page 6: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas perkenannya

penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Penegakan Hukum Pidana Dalam

Penanggulangan Pembunuhan Bayi Di Wilayah DIY, sebagai syarat akhir studi Pasca

Sarjana Bidang Ilmu Hukum di Universitas Diponegoro Semarang.

Penulis menyadari tesis ini masih kurang ada kekurangannya atau masih jauh

dari sempurna, namun penulis tetap berharap, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Yth;

1. Bapak Prof. DR. PAULUS HADISUPRAPTO,SH.MH., selaku Ketua Program

Pasca Sarjana Ilmu Hukum dan selaku Tim Review Proposal.

2. Bapak Prof. DR. NYOMAN SERIKAT PUTRA JAYA, SH.MH., selaku

pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan tesis ini.

3. Bapak Prof. DR. H. BARDA NAWAWI ARIEF, SH.MH., selaku Tim Review

Proposal.

4. Bapak EKO SOPONYONO, SH.MH, selaku Tim Review Proposal

5. Para Guru Besar, Staf Pengajar,dan Bagian Pendidikan Program Magister Ilmu

Hukum Universitas Diponegoro Semarang yang telah memberikan bimbingan

dalam memperdalam keilmuan sebagai akademisi selama perkuliahan.

6. Kepala Kepolisian Yogyakarta, Bantul,Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

Page 7: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

vii

7. Bapak Kepala Kejaksaan Negeri Yogyakarta,Bantul, Sleman, Daerah Istimewa

Yogyakarta. Yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan

penelitian.

8. Bapak Ketua Pengadilan Negeri Yogyakarta, Bantul, Sleman, Daerah Istimewa

Yogyakarta. Yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan

penelitian.

9. Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

10. Ibu Kepala Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran

Universitas Gadjah Mada.Yang telah memberikan ijin untuk menyelesaikan studi

Pasca Sarjana Ilmu Hukum di Semarang.Juga memberikan ijin untuk penelitian.

11. Bapak Hartono Brojokusumo (suami), dan anak-anak Harumurti

Kusumawardhana, ST dan Whisnu Agus Suryanto, SH. yang selalu memberi

dorongan semangat, doa dan bantuan selama proses studi dan penyelesaian tesis

ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak

memberikan bantuan baik dalam doa maupun perbuatan selama penulis mengikuti

pendidikan Program Magister Ilmu Hukum di Universitas Diponegoro Semarang.

Semoga amal kebaikan bapak, ibu dan saudara sekalian mendapatkan pahala

dari ALLAH SWT, dan tesis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, .................................2008

Penulis

SUSI HADIDJAH, SH.

Page 8: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

viii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................. iii

ABSTRAK ................................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ................................................................... 1

B. PERUMUSAN MASALAH .......................................................... 8

C. TUJUAN PENELITIAN ............................................................... 9

D. KEGUNAAN PENELITIAN ........................................................ 9

E. KERANGKA TEORI ..................................................................... 9

F. METODE PENELITIAN ............................................................... 16

G. SISTEMATIKA PENULISAN ....................................................... 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. PERBUATAN PIDANA, PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN

PEMIDANAAN.............................................................................. 20

B. PENGERTIAN PEMBUNUHAN BAYI (INFANTICIDE) DALAM

PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA .................................. 31

C. KONSEP PEMBERIAN PIDANA DAN SISTEM PERADILAN

PIDANA DALAM KASUS PEMBUNUHAN BAYI ..................... 34

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

A. PENEGAKAN HUKUM PIDANA SECARA UMUM DALAM

PENANGGULANGAN PEMBUNUHAN BAYI DALAM

PERUNDANG-UNDANGAN DEWASA INI ................................. 38

1. PROSES PENYIDIKAN PEMBUNUHAN BAYI .................... 40

2. PERAN BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK PADA

PEMBUNUHAN KASUS BAYI .............................................. 44

Page 9: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

ix

B. PRAKTEK PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM

PENANGGULANGAN PEMBUNUHAN BAYI DI WILAYAH

DIY................................................................................................... 54

C. PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN

PEMBUNUHAN BAYI DALAM PERUNDANG-UNDANGAN DI

MASA YANG AKAN DATANG .................................................. 66

1. PRINSIP YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN OLEH HAKIM

DALAM MEMERIKSA KASUS PEMBUNUHAN BAYI ..... 69

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN............................................................................... 77

B. SARAN ............................................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 79

LAMPIRAN: 1. SURAT KETERANGAN PENELITIAN DARI KEPOLISIAN KOTA BESAR

DIY, POLRES BANTUL, POLRES SLEMAN. 2. SURAT KETERANGAN PENELITIAN DARI KEJAKSAAN NEGERI

YOGYAKARTA, BANTUL, DAN SLEMAN. 3. SURAT KETERANGAN PENELITIAN DARI PENGADILAN NEGERI

YOGYAKARTA, BANTUL, DAN SLEMAN

Page 10: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

x

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Negara Hukum menurut Undang-undang Dasar 1945 adalah negara hukum

dalam arti yang luas, yang menjamin hak-hak dan kewajiban asasi warga

negara/manusia, memajukan kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial berdasarkan

Pancasila1. Hal ini berarti bahwa Negara Indonesia menjunjung tinggi hak asasi

manusia. Dalam Negara hukum Republik Indonesia penghayatan, pengamalan dan

pelaksanaan hak asasi manusia maupun hak serta kewajiban warga negara untuk

menegakkan keadilan tidak boleh ditinggalkan oleh setiap warga negara. Apabila hak

asasi seseorang dilanggar oleh orang lain, maka orang tersebut akan selalu menuntut

dan memperjuangkan terlaksananya hak asasi ini dengan segala cara. Hal ini

dikarenakan hak-hak asasi manusia merupakan hak dasar manusia yang dimiliki sejak

bayi dalam kandungan lahir dan hidup di dalam kehidupan masyarakat.

Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana

seseorang atau segolongan manusia memperjuangkan apa yang dianggap haknya. Hal

ini terbukti dengan lahirnya naskah-naskah keuniversalan dan keasasian beberapa hak

yang mengandung inti yang sama yaitu manusia tidak ingin dirampas hak asasinya.

Namun, hak asasi bangsa Indonesia yang dikenal dalam kehidupan masyarakat tidak

hanya menonjolkan hak-haknya saja sebagai hak individu yang dituntutnya

melainkan harus dipenuhi pula kewajiban-kewajibannya. Sebenarnya masyarakat 1 Barda Nawawi Arief, Kumpulan Hasil Seminar Nasional ke-1 s/d ke-, dan Konvensi Hukum Nasional 2008, Pustaka Magister, Semarang, 2008.

Page 11: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xi

Indonesia telah lama mengenal hak asasi yang bersumber pada Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945. Jadi, dapat dikatakan bahwa masyarakat Indonesia juga

mempunyai perhatian yang besar terhadap hak asasi manusia yang pada prinsipnya

untuk melindungi hak-hak individu.

Anak adalah buah hati yang sangat berharga bagi setiap keluarga, sebagai

pewaris dan penerus kedua orang tuanya. Sedangkan seorang ibu adalah sosok yang

penuh kasih sayang, apapun dikorbankan demi anak buah hati. Tetapi sekarang ini

berita-berita tentang ditemukannya bayi baru lahir dalam keadaan meninggal yang

dimasukan dalam tas platik sering dimuat di media masa.

Seorang gadis berparas cantik X ( 17 tahun ) Warga Purwobinangun, Pakem

Sleman,Daerah Istimewa Yogyakarta nekat membunuh bayi yang baru di

lahirkannya. Kenekatan X di duga karena merasa malu mengingat bayi yang berjenis

kelamin laki-laki itu merupakan hasil hubungan gelap dengan F yang tak lain kakak

iparnya sendiri2 .

Di Sumber Agung, Kecamatan Jetis, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta,

seorang pelajar SMA Swasta, T (17 tahun) membunuh bayinya yang baru dilahirkan

karena hubungan gelap dengan pacarnya yang tidak mau bertanggung jawab3. Selain,

dua kasus di atas, bisa juga dilihat kasus yang diperiksa di Instalasi Kedokteran

Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Di dusun Bongoskenthi, desa Murtigading, Sanden, Kabupaten Bantul,

seorang ibu, Ny. IW (40 tahun), pada hari minggu 23 Maret 2008, sekitar pukul 06.30

2 Surat Kabar Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta: 11 September 2008. 3 Surat Kabar Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta: 12 Oktober 2007.

Page 12: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xii

WIB, membunuh bayi yang baru dilahirkannya dengan memasukkan bayi ke dalam

lubang kloset.4

Kejahatan pembunuhan bayi bukan hanya merusak nilai-nilai asas manusia,

tetapi telah merendahkan derajat manusia, karena masalah moralitas agama melekat

pada seorang manusia juga tidak kalah memegang peranan penting dalam terjadinya

tindak pidana pembunuhan bayi. Oleh sebab itu, menurut Barda Nawawi Arif,

Hukum pidana yang paling dekat dan paling syarat dengan nilai-nilai kejiwaan atau

moralitas.5

Masalah pembunuhan bayi merupakan sebutan yang bersifat umum bagi

setiap perbuatan merampas nyawa bayi di luar kandungan, sedangkan infanticide

(yang dikenal di negara-negara Common Law) merupakan sebutan yang bersifat

khusus bagi tindakan merampas nyawa bayi yang belum berumur satu tahun oleh ibu

kandungnya sendiri. Pengkhususan infanticide sebagai tindak pidana yang

hukumannya lebih ringan tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa kondisi

mental pada saat hamil, melahirkan dan menyusui sangat labil dan mudah terguncang

akibat gangguan keseimbangan hormon.6 Disamping alasan tersebut ada motivasi

untuk melakukan kejahatan adalah karena si ibu takut ketahuan bahwa ia telah

melahirkan anak, oleh karena anak tersebut adalah anak sebagai hasil hubungan gelap

atau anak yang tidak diinginkan. Selain alasan itu adalah saat dilakukan tindakan

menghilangkan nyawa si anak, yaitu pada saat anak dilahirkan atau tidak lama

kemudian yang dalam hal ini patokannya adalah sudah ada atau belum ada tanda-

4 Surat Kabar Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta: Maret 2008. 5 Barda Nawawi Arif. Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana. P.T Citra Aditya Bakti. Bandung 2001 6 Dahlan Sofwan, Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum. Badan Penerbit UNDIP, Semarang, 2000, hal.141

Page 13: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xiii

tanda perawatan, dibersihkan, dipotong tali pusatnya, atau diberi pakaian. Saat

dilakukannya kejahatan tersebut dikaitkan dengan keadaan mental emosional dari si

ibu dimana selain rasa malu, takut, benci, bingung serta rasa nyeri bercampur aduk

menjadi satu sehingga perbuatan itu dianggap dilakukan tidak dalam keadaan mental

yang tenang, sadar serta perhitungan yang matang. Inilah yang menjelaskan mengapa

ancaman hukuman pada kasus pembunuhan bayi/anak lebih ringan dibandingkan

dengan kasus-kasus pembunuhan lainnya. Hukum sebagai salah satu tiang utama

dalam menjamin ketertiban masyarakat, diharapkan mampu mengantisipasi segala

tantangan kebutuhan, kendala-kendala yang menyangkut sarana dan prasarana serta

peluang yang terjadi sebagai akibat dari hasil pembangunan yang telah dicapai.

Hukum harus dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi

dalam masyarakat. Dalam Pembukaan UUD 1945 telah dirumuskan, tujuan negara

ialah; ”melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan Pancasila. Inilah yang menjadi

landasan dan tujuan politik hukum di Indonesia dan usaha pembaharuan hukum

termasuk pembaharuan di bidang hukum pidana, serta kebijakan atau upaya

penanggulangan kejahatan pembunuhan bayi di Indonesia.

Dengan adanya reformasi maka semangat untuk menanggulangi pembunuhan

bayi yang sudah sejak lama ada lebih digiatkan dan sangsinya berat, tetapi tidak

menyurutkan seorang remaja atau ibu melakukan pembunuhan bayi

Hal semacam ini dapat dipahami karena proses penegakan hukum dalam

upaya penanggulangan pembunuhan bayi, masih menunjukkan permasalahan dan

kendala. Oleh karena itu apabila tujuan dan dasar pemikiran kepada upaya

Page 14: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xiv

pencegahan dan penanggulangan pembunuhan bayi sebagaimana dirumuskan dalam

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002: bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya, termasuk perlindungan terhadap

hak anak yang merupakan hak asasi manusia.

a. bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dalam

dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.

b. bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan

bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang

menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan Negara pada masa depan;

c. bahwa agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia

perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang

secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu

dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak

dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya

perlakuan tanpa diskriminasi.7 Dalam Deklarasi hak-hak anak yang ditetapkan

oleh PBB pada 20 November 1959 dalam Resolusi Sidang Majelis Umum PBB,

dalam mukadimahnya bahwa seorang anak dalam keadaan masih belum matang

jasmani dan rokhani membutuhkan upaya pembinaan dan perlindungan khusus

(termasuk perlindungan hukum) baik sebelum maupun sesudah lahir. Pemerintah

Indonesia mengakui Deklarasi Hak-Hak Anak (Universal) dalam Undang-Undang

No.4 Tahun 1979 yang antara lain menyebutkan bahwa anak berhak atas

7 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Penerbit Citra Umbawa, Bandung: 2003

Page 15: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xv

pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan maupun sesudah

dilahirkan. 8

Dalam menggunakan dasar penal,praktek penegakan hukum khususnya dalam

proses penanggulangan pembunuhan bayi bersumber pada 3 hal, yaitu;

1. Tahap kebijakan Formulasi atau legislatif;

2. Tahap kebijakan Yudikafif atau Aplikatif, dan

3. Tahap kebijakan Eksekusi atau Administratif.9

Lebih jauh Peter Hoefnagels sebagaimana dikutip oleh Barda Nawawi Arief

mengemukakan, bahwa kebijakan penanggulangan kejahatan atau yang biasanya

dikenal dengan istilah’’Politik Kriminal’’dapat meliputi ruang lingkup yang lebih

luas. Upaya penanggulangan kejahatan dapat ditempuh dengan:10

a. Penerapan Hukum Pidana ( Criminal Law Aplication); b. Pencegahan tanpa Pidana (Prevention Without Punishment); c. Mempengaruhi pandangan masyarakat dan pemidanaan lewat media massa

(Influencing Views of Society on Crime andPunishment Mass Media). Dengan demikian, upaya penanggulangan kejahatan secara garis besar dapat dibagi

dua, yaitu;

1. lewat jalur penal (hukum pidana); 2. lewat jalur non penal (di luar hukum pidana) Upaya yang disebut dalam butir (b) dan (c) dapat dimasukkan dalam kelompok upaya

non penal. Perbedaannya adalah:

8 Anonim, Citra Anak Indonesia, Kerja sama Kantor Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI dengan Departemen Sosial Jakarta, 1988. 9 Barda Nawawi Arief, Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Bandung; Citra Aditya Bakri, 2001, hal 75. 10 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Kriminal, Bandung; Citra Aditya Bakri, 2002.

Page 16: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xvi

Social-Welfare Policy

a. Upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur penal lebih menitikberatkan pada sifat represif (penindasan, pemberantasan, penumpasan), sesudah kejahatan terjadi.

b. Upaya-upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur non penal (pencegahan, penangkalan, pengendalian) sebelum kejahatan terjadi.

Menurut Barda Nawawi Arief, sekiranya dalam kebijakan penanggulangan kejahatan

atau politik kriminal digunakan upaya/sarana hukum pidana (penal), maka kebijakan

hukum pidana harus diarahkan pada tujuan dari kebijakan sosial (social policy) yang

terdiri dari kebijakan/upaya-upaya untuk kesejahteraan sosial (social welfare policy)

dan kebijakan/upaya-upaya untuk perlindungan masyarakat (social defence policy).

Hal ini dapat dilihat dari skema berikut:11

Gambar 1. Penal policy menurut Barda Nawawi Arif

11 Barda Nawawi Arief, Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan,Bandung; Citra Aditya Bakri, 2001, hal 73-74.

Social Policy

Social-DefencePolicy

Criminal Policy

Goal SW/SD

Penal: - Formulasi - Aplikasi - Eksekusi

Non Penal

Page 17: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xvii

Kebijakan hukum pidana (penal policy) atau penal law enforcement policy

operasionalisasinya melalui beberapa tahap yaitu tahap formulasi (kebijakan

legislatif); tahap aplikasi (kebijakan yudikatif/yudicial) dan tahap eksekusi (kebijakan

eksekutif/administratif).

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulisan ini didasarkan

pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut;

1. Law Enforcement Policy secara umum sebagai kebijakan hukum, dewasa ini tidak

bisa dilepaskan dari upaya perlindungan terhadap pelaku tindak pidana

pembunuhan bayi, dan juga korbannya.

2. Penegakan hukum pidana terhadap pelaku pembunuhan bayi para pelaksana

hukum dari mulai penangkapan, penahanan, dan sampai pemeriksaan, ada tidak

pelanggaran hak asasi manusia.

3. Polisi, Jaksa, Hakim dalam melaksanakan tugas sudah sesuai belum dengan

peraturan/undang-undang yanng berlaku.

Berdasarkan latar belakang seperti yang diuraikan di atas, maka dalam penulisan

ini, penulis mengambil judul: “PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM

PENANGGULANGAN PEMBUNUHAN BAYI DI WILAYAH DIY” .

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang akan

dibahas adalah:

1. Bagaimana pengaturan penegakan hukum pidana secara umum, dalam

penanggulangan pembunuhan bayi dalam perundang-undangan dewasa ini?

Page 18: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xviii

2. Bagaimana praktek penegakan hukum pidana dalam penanggulangan

pembunuhan bayi di wilayah DIY?

3. Bagaimana sebaiknya pengaturan penanggulangan pembunuhan bayi, yang

dirumuskan dalam perundang-undangan di masa yang akan datang?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini bertolak dari perumusan

tersebut di atas adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis penegakan hukum pidana secara umum

dalam penanggulangan pembunuhan bayi dalam perundang-undangan dewasa ini.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis praktek penegakan hukum pidana dalam

penanggulangan pembunuhan bayi di wilayah DIY.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis penegakan hukum pidana dalam

penanggulangan pembunuhan bayi, yang sebaiknya dirumuskan dalam

perundang-undangan di masa yang akan datang.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi terhadap

penegakan hukum pidana dalam penanggulangan pembunuhan bayi serta

sumbangan penelitian pada bidang ilmu hukum pidana.

Page 19: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xix

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian dalam

rangka meningkatkan kualitas penegakan hukum pidana dalam penanggulangan

pembunuhan bayi di dalam pengambilan keputusan.

E. KERANGKA TEORI

Anak adalah buah hati yang sangat berharga bagi setiap keluarga, sebagai

pewaris dan penerus kedua orang tuanya. Sedangkan seorang ibu adalah sosok yang

penuh kasih sayang, apapun dikorbankan demi anak buah hatinya. Oleh karena itu

seorang anak harus mendapatkan perlindungan baik masih dalam kandungan maupun

setelah dilahirkan.Tetapi sekarang ini berita-berita tentang ditemukannya bayi yang

baru lahir dalam keadaan meninggal karena dibunuh oleh ibunya, seringkali dijumpai

di media massa.

Soedarto memberi arti pada penegakan hukum adalah

perhatian dan penggarapan perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang sungguh- sungguh terjadi (onrecht in actu) maupun perbuatan melawan hukum yang mungkin akan terjadi (onrecht in potenti)12 Sedangkan menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukum merupakan suatu

usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep menjadi kenyataan. Penegakan

hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi

kenyataan. Yang disebut sebagai keinginan hukum disini tidak lain adalah pikiran-

pikiran pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan- peraturan hukum

itu. Pembicaraan mengenai proses penegakan hukum ini menjangkau pula sampai

12 Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana,Bandung Alumni 1985, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung Alumni 1988.

Page 20: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xx

kepada pembuatan hukum. Perumusan pikiran pembuat undang-undang (hukum)

yang dituangkan dalam peraturan hukum akan turut menentukan bagaimana

penegakan hukum itu dijalankan.13

Sedangkan menurut Soerjono Soekanto: Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang dijabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkuman penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.Penegakan Hukum sebagai suatu proses yang pada hakekatnya merupakan diskresi menyangkut pembuatan keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi dan pada hakekatnya diskresi berada diantara hukum dan moral.14 Sebagai generasi penerus bangsa, seorang bayi harus ditempatkan pada posisi

yang aman sebagai mana yang ditegaskan pada akhir Deklarasi PBB, tanggal 25

November 1959, tentang Hak-hak anak, bahwa anak-anak haruslah dibesarkan dalam

semangat jiwa yang penuh pengertian, toleransi persahabatan antar bangsa,

perdamaian dan persaudaraan yang bersifat universal.

Kejahatan pembunuhan bayi bukan hanya merusak nilai-nilai asas manusia ,

tetapi telah merendahkan derajat manusia, karena masalah moralitas agama melekat

pada seorang manusia juga tidak kalah memegang peranan penting dalam terjadinya

tindak pidana pembunuhan bayi. Oleh sebab itu, menurut Barda Nawawi Arief, dan

dalam rangka pembaharuan hukum pidana yang dimaksud menciptakan hukum

positif secara nasional, tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai yang timbul dan

berkembang dalam masyarakat hukum yang hidup dalam masyarakat, karena

13 Satjipta Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum; Suatu Tinjauan Sosiologis, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Jakarta; 1983, hal 24. 14 Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang MempengaruhiPenegakan Hukum, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1983, hal 5.

Page 21: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xxi

masyarakat memegang teguh nilai-nilai kemasyarakatan sebagai pedoman untuk

berbuat dan tidak berbuat. Berkaitan dengan kebijakan hukum pidana dalam

kepustakaan asing. juga dikenal dengan berbagai istilah lain, diantaranya adalah penal

policy, criminal law policy, atau stafrecht politeik.15

Usaha penanggulangan kejahatan lewat pembuatan undang-undang atau

hukum pidana, pada hakekatnya juga merupakan bagian integral dari usaha

perlindungan masyarakat atau social defence, dan usaha mencapai kesejahteraan

masyarakat atau social welfare. Oleh karena itu, wajar apabila kebijakan atau politik

hukum pidana juga merupakan bagian integral dan kebijakan politik atau social

policy. Kebijakan sosial dapat diartikan sebagai segala usaha yang rasional untuk

mencapai kesejahteraan masyarakat dan sekaligus mencakup perlindungan

masyarakat. Jadi, di dalam pengertian social policy tercakup pengertian social welfare

policy dan social defence policy.16

Penggunaan hukum pidana sebagai suatu upaya untuk mengatasi masalah

sosial atau kejahatan termasuk dalam bidang penegakan hukum, khususnya hukum

pidana sehingga sering dikatakan bahwa politik atau kebijakan hukum pidana

merupakan bagian dari penegakan hukum (law enforcement policy).17

Hukum dibuat untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan

apabila orang mengatakan bahwa hukum tidak bisa lagi disebut sebagai hukum

15 Barda Nawawi Arief , Beberapa Aspek Pengembangan Ilmu Hukum Pidana (Menyongsong Generasi Baru Hukum Pidana Indonesia), Pidato Pengukuhan Guru Besar Fakultas Hukum UNDIP( Semarang 1984) hal 28. 16 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Cetakan Kedua Edisi Revisi, PT. Citra Aditya Bakri, Bandung;2002 17 Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni Bandung, 1983.

Page 22: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xxii

manakala ia tidak pernah dilaksanakan (lagi).18 Dan diketahui pula, bahwa hukum

dapat dilihat bentuknya melalui kaidah-kaidah yang dirumuskan secara eksplisit. Di

dalam kaidah-kaidah atau peraturan-peraturan hukum itulah terkandung tindakan-

tindakan yang harus dilaksanakan, yang tidak lain berupa penegakan hukum itu.19

Untuk mewujudkan hukum sebagai ide-ide menjadi kenyataan, maka

sebetulnya kita sudah memasuki bidang manajemen. Dan, menurut Shrode dan

Voich, sebagaimana telah dikutip oleh Satjipto Rahardjo, manajemen adalah

seperangkat kegiatan atau suatu proses mengkoordinasikan dan mengintegrasikan

penggunaan sumber-sumber daya dengan tujuan untuk mencapai tujuan organisasi

melalui orang-orang, teknik-teknik dan informasi, dan dijalankan dalam kerangka

suatu strukur organisasi.20

Perwujudan hukum sebagai ide-ide membutuhkan suatu organisasi yang

cukup kompleks. Negara yang harus campur tangan dalam mewujudkan hukum

yang21, abstrak ternyata harus mengadakan berbagai macam badan untuk keperluan

tersebut, seperti pengadilan; kejaksaan; kepolisian; pemasyarakatan; dan juga badan

perundang-undangan.22 Hal ini dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai

berikut:23

18 Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum (Suatu Tinjauan Sosiologis), Sinar Baru, Bandung Tanpa Tahun 19 Satjipto Rahardjo, Loc.Cit, hal16 20 Satjipto Rahardjo, Loc, Cit, hal 16-17 21 Ibid, hal .16 22 Ibid, hal 5 23 Satjipto Rahardjo, Loc, Cit, hal 16.

Tujuan-Tujuan Hukum

Organisasi

Organisasi

Organisasi

Organisasi

- Perumusan UU, Hak, Kewajiban, Hubungan Hukum dan sebagainya.

- Keputusan-keputusan Pengadilan

- Kondisi Ketertiban, keamanan

- Dan sebagainya.

Page 23: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xxiii

Gambar 2. Perwujudan Tujuan Hukum Melalui Organisasi

Untuk dapat menjalankan tugasnya, organisasi yang dituntut untuk

mewujudkan tujuan-tujuan hukum itu perlu mempunyai suatu tingkat otonomi

tertentu. Otonomi mencapai tujuan organisasi. Sumber-sumber daya ini menurut

Satjipto Rahardjo adalah:24

1. Sumber daya manusia, seperti hakim, polisi, jaksa, panitera.

2. Sumber daya fisik, seperti gedung, perlengkapan, kendaraan.

3. Sumber daya keuangan, belanja negara dan sumber-sumber lain.

4. Sumber daya selebihnya yang dibutuhkan untuk menggerakkan organisasi

dalam usahanya mencapai tujuan.

Menurut Soerjono Soekanto, bahwa masalah pokok dari penegak hukum

sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya, yaitu:25

1. Faktor hukum (Undang-Undang).

2. Faktor Penegak Hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum.

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku dan

diterapkan.

24 Satjipto Rahardjo, Loc, Cit, hal 18 25 Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1983, hal.5

Page 24: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xxiv

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan

pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Mengenai penegakan hukum atau bekerjanya hukum di dalam masyarakat,

Robert B. Seidman, secara teoritis memberikan penjelasan sebagaimana dikutip oleh

Satjipto Rahardjo yang dapat digambarkan dalam sebuah bagan sebagai berikut:26

26 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, Bandung: 1980, Alumni, Hal.27

Lembaga Pembuat Peraturan

Lembaga Penerap Peraturan

Lembaga Penerap Peraturan

Aktivitas Penerapan

Faktor-faktor sosial dan personal

lainnya

Faktor-faktor sosial dan personal

lainnya

Umpan Balik Umpan Balik

Page 25: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xxv

Gambar 3. Diagram Chambliss dan Seidman mengenai Proses Penegakan Hukum.

Dalam teori tersebut, terdapat tiga komponen utama pendukung bekerjanya

hukum dalam masyarakat. Ketiga komponen tersebut meliputi: 1) Lembaga Pembuat

Peraturan; 2) Lembaga Penerap Peraturan; 3) Pemegang Peran. Dan dari ketiga

komponen dasar tersebut, Robert B. Seidman mengajukan beberapa dalil,

sebagaimana dikutip Satjipto Rahardjo, sebagai berikut:27

Setiap peraturan hukum memberitahukan tentang bagaimana seorang

pemegang peran itu diharapkan bertindak.

1. Bagaimana seorang pemegang peran itu akan bertindak sebagai suatu respon

terhadap peraturan-peraturan yang ditujukan kepadanya. Sanksi-sanksi,

aktivitas dari lembaga-lembaga pelaksana, serta keseluruhan kompleks

kekuatan sosial, politik, dan lain-lain mengenai dirinya.

2. Bagaimana lembaga-lembaga pelaksana itu akan bertindak sebagai respon

terhadap peraturan hukum yang ditujukan kepada mereka, sanksi-sanksinya

keseluruhan kompleks kekuatan-kekuatan sosial, politik, dan lain-lain yang

mengenai diri mereka, serta umpan-umpan balik yang datang dari para

pemegang peran.

3. Bagaimana para pembuat undang-undang itu akan bertindak merupakan

fungsi peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku mereka, sanksi-

sanksinya keseluruhan kompleks kekuatan-kekuatan sosial, politik, ideologis,

27 Satjipto Rahardjo, Op.Cit, Hal.28

Page 26: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xxvi

dan lain-lain yang mengenai diri mereka, serta umpan-umpan balik yang

datang dari para pemegang peran serta birokrasi.

Sedangkan Sudarto memberi arti pada penegakan hukum adalah perhatian dan

penggarapan perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang sungguh-sungguh

terjadi (onrecht in actu) maupun perbuatan melawan hukum yang mungkin akan

terjadi (onrecht in potentie)28

F. METODE PENELITIAN

Pendapat Soerjono Soekanto ;tentang penelitian dengan mengatakan:

Penelitian hukum dimaksudkan sebagai kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau lebih gejala-gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya kecuali itu maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta-fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul dalam segala hal yang bersangkutan.29

1. Metode Pendekatan

Permasalahan pokok dalam penelitian ini merupakan bagian pokok dari

penegakan hukum. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan yang berorientasi pada pendekatan hukum yang ditempuh lewat

pendekatan yuridis normatif . Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan

data sekunder, data primer lebih bersifat sebagai penunjang.

2. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitis.

3. Jenis Data

28 Soedarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Penerbit Alumni, Bandung; 1986. 29 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta.UI Press, 1981.

Page 27: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xxvii

Sumber data yang digunakan dari sumber primer dan sumber sekunder. Untuk

data sekunder, sumber primer yang digunakan berpusat pada perundang-undangan

yang berlaku di Indonesia yang mengatur tentang pembunuhan bayi, yaitu:

KUHP; Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 1960 tentang Lafal Sumpah Dokter;

Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Sumber sekunder yang digunakan berupa dokumen atau Konsep KUHP 2008,

pendapat para ahli hukum, ahli medis serta hasil penelitian dan kegiatan ilmiah

lainnya yang menyangkut pembunuhan bayi.

Di samping itu, digunakan pula data sekunder yang berupa putusan perkara

pembunuhan bayi di Pengadilan Negeri Kota Yogyakarta dan Pengadilan Negeri

Sleman, Pengadilan Negeri Bantul.

Sedangkan, data empiris digunakan data primer dari hasil wawancara dengan

polisi, jaksa, hakim, dan ahli kedokteran forensik Yogyakarta.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data untuk penyusunan dan pembahasan penulisan hukum

ini, penulis memakai metode-metode:

a. Kepustakaan (Library Research)

Yaitu dengan mempelajari buku-buku jurnal, makalah dan peraturan-peraturan

yang berkaitan dengan penelitian ini.

b. Wawancara/interview

1) Wawancara secara langsung kepada pihak-pihak yang bersangkutan sebagai

responden, dengan menggunakan pedoman yang berupa penanggulangan

pembunuhan bayi.

Page 28: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xxviii

2) Wawancara dengan daftar pertanyaan yang bersifat terbuka, dalam arti

pertanyaan tersebut hanya memuat garis besar saja, sehingga tidak menutup

kemungkinan diajukannya pertanyaan-pertanyaan baru, sepanjang masih ada

hubungannya dengan permasalahan.

c. Teknik Dokumentasi

Yaitu mengumpulkan data dengan cara mempelajari, meneliti dokumen-

dokumen atau berkas, karena berkas yang berkaitan dengan pembunuhan bayi.

5. Metode Analisis Data

Setelah data berhasil dikumpulkan, disajikan secara sistematis, selanjutnya akan

dianalisa secara kualitatif dengan penguraian secara deskriptif. Normatif, karena

penelitian ini bertolak dari peraturan-peraturan yang ada sebagai norma hukum

positif. Deskriptif, karena penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan secara

keseluruhan dan sistematis mengenai kebijakan legislatif dalam merumuskan

peraturan perundangan yang berlaku sekarang dan yang akan datang, serta

penegakan hukum pidana dalam penanggulangan pembunuhan bayi di DIY.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan, untuk Bab I: Pendahuluan dilanjutkan Bab II: Tinjauan Pustaka,

akan dibahas tentang: A. Perbuatan Pidana, Pertanggung jawaban Pidanna, Dan

Pemidanaan, B. Pengertian Pembunuh Bayi Menurut Perundang-undangan Di

Indonesia, C. Konsep Pemberian Pidana dalam kasus pembunuhan Bayi Di Wilayah

DIY.

Page 29: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xxix

Sesuai dengan uraian dalam Bab I dan Bab II, maka Bab III berisi tentang

Hasil Penelitian dan Pembahasan, dari penelitian berikut akhirnya, tesis ini diakhiri

dengan Bab IV, merupakan Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran.

Page 30: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xxx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERBUATAN PIDANA, PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN

PEMIDANAAN

Dalam penulisan tesis ini diketengahkan 3 (tiga) masalah :(1) penegakan

hukum pidana dalam menanggulangi pembunuhan bayi dalam perundang-undangan

dewasa ini, (2) praktek penegakan hukum pidana dalam penanggulangan

pembunuhan bayi di wilayah DIY, (3) penegakan hukum pidana dalam

penanggulangan pembunuhan bayi, yang dirumuskan dalam perundang-undangan

dimasa datang, merupakan masalah penting, khususnya apabila dikaitkan pengertian

pembunuhan bayi oleh ibu kandung sendiri (infanticide) baik disengaja maupun

direncanakan akibat perzinahan dan perkosaan.

Moeljatno, dalam berbagai tulisannya pernah mengatakan bahwa perbuatan

pidana dapat disamakan dengan Criminal act. Beliau menolak dengan tegas untuk

menggunakan istilah tindak pidana sebagai pengganti istilah Strafbaar feit atau

delict.30

Senada dengan pendapat Moeljatno, Roeslan Saleh juga mengatakan bahwa

perbuatan pidana itu dapat disamakan dengan criminal act, jadi berbeda dengan

istilah Strafbaar feit yang meliputi pertanggung jawaban pidana. Criminal act

menurutnya berarti kelakuan dan akibat, yang lazim disebut dengan actu reus.

Perbuatan pidana (criminal act) harus dibedakan dengan pertanggung jawaban pidana

30 Moeljatno, Pengantar Ilmu Hukum Pidana, Yogyakarta, 1983

Page 31: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xxxi

(criminal responsibility). Oleh karena itu pengertian perbuatan pidana tidak meliputi

pertanggung jawaban pidana.

Unsur perbuatan pidana adalah sifat melawan hukumnya perbuatan,

sedangkan unsur pertanggung jawaban pidana adalah bentuk-bentuk kesalahan yang

terdiri dari kesengajaan (dolus) dan kealpaan (culpa) serta tidak adanya alasan

pemaaf. Alasan pemaaf yaitu alasan-alasan yang menghapuskan kesalahan dari

terdakwa. Adapun asas dari pertanggung jawaban pidana adalah’’ tidak dipidana

apabila tidak ada kesalahan’’. Ini berarti, bahwa kalau ada alasan pemaaf, terdakwa

harus dilepas dari tuntutan hukum (ontslag van rechtsvervolging).

Roeslan Saleh mengikuti pendapat Moeljatno, dengan menamakan

kesengajaan dan kealpaan itu sebagai bentuk-bentuk kesalahan., ‘’Untuk menentukan

ada tidaknya kesalahan, maka yang ditinjau adalah sifat-sifat dari orang yang

melakukan perbuatan tersebut. Sifat-sifatnya ini dilihat pada saat dia melakukan

perbuatan pidana’’ 31. Sifat melawan hukum dari pada perbuatan pidana’’adalah

bagian dari Ilmu Hukum Pidana, demikian pendapat dari Roeslan Saleh. Beliau

menambahkan bahwa32; ‘’Bersifat melawan hukum berarti bertentangan dengan

hukum, yaitu lebih luas dari pada bertentangan dengan undang-undang. Selain dari

pada peraturan undang-undang disini haruslah diperhatikan aturan-aturan yang tidak

tertulis.

Adapun asas daripada perbuatan pidana adalah asas legalitas, yang dimuat

dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP. Seperti telah dikemukakan dimuka, bahwa sifat

31 Roeslan Saleh, Perbuatan pidana dan Pertanggung Jawaban Pidana, Jakarta, Aksara Baru, Cetakan kedua,1981, hal 150. 32 Roeslan Saleh, Sifat Melawan Hukum dari Perbuatan Pidana.Jakarta, Aksara Baru, 1981, Cetakan ketiga.

Page 32: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xxxii

melawan hukumnya perbuatan, berarti tidak ada alasan pembenar.Alasan pembenar

inilah yang menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan.

Dalam praktek Pengadilan, apabila ada alasan pembenar, maka terdakwa

haruslah dibebaskan dari segala dakwaan (Vrijspraak) yang lazim disebut bebas

murni,sesuai dengan pasal 191 ayat (1) KUHAP. Apabila ada alasan pemaaf,

terdakwa harus dilepas dari tuntutan hukum, ini berarti bebas tidak murni (ontslag

van rehctsvervolging) sesuai dengan Pasal 191 ayat (2) KUHAP.

Dalam hal putusan Pengadilan bebas dari segala dakwaan atau lepas dari

tuntutan hukuman, maka dalam amar putusan Pengadilan harus memuat rehabilitasi

yang berbunyi: “Memulihkan hak terdakwa dalam kemampuan, kedudukan dan

harkat serta martabatnya”, sesuai dengan Pasal 14 ayat (1) BABV tentang

Rehabilitasi dalam PP tentang pelaksanaan KUHAP, dan upaya hukumnya adalah

kasasi ke Mahkamah Agung RI.

Berbicara tentang pidana dan pemidanaan sangat luas sekali lingkupnya, oleh

karena itu dalam pembahasan kali ini, penulis akan membatasi pembicaraan dalam

konteks, formulasi pidana dan pedoman pemidanaan nya sehingga dengan demikian

dapat terarah dengan jelas.

Memulai pembicaraan ini, kiranya tidak perlu lagi diuraikan mengenai

pengertian pidana dan pemidanaan itu secara harfiah/ maknawiah. Namun secara

singkat dapat diartikan dalam konsep sistem, sehingga pidana dapat diartikan sebagai

susunan dan pemidanaan diartikan sebagai cara.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hukum pidana merupakan hasil

konsruksi lembaga yang berwenang, dalam hal memformulasikan pidana tersebut

Page 33: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xxxiii

dalam batasan-batasan yang sejelas mungkin dengan sanksi yang tegas, sehingga

dapat mereaksi perbuatan pidana yang dilakukan oleh individu maupun oleh Badan

hukum.

Dalam memformulasikan pidana (susunan), hukum pidana dapat dilihat

dalam sudut pandang sebagai berikut:

a. Strafaatmaat, yaitu dalam aspek lamanya pidana, b. Strafsoort yaitu dalam aspek jenis pidana, dan c. Strafaatmodus, yaitu dalam aspek pelaksanaan pidana.

Sedangkan pemidanaan(cara) dipandang dalam konteks;

1. Pola pemidanaan ; 2. Tujuan pemidanaan; dan 3. Pedoman pemidanaan. Kejahatan dalam arti kriminologi menurut Roeslan Saleh masih dibutuhkan

upaya-upaya adat untuk memulihkan kembali keseimbangan masyarakat yang

terganggu (misalnya terhadap delik perkosaan), baik yang dilakukan oleh orang

dewasa maupun remaja, dimana remaja sebagai korbannya, maupun remaja sebagai

pelakunya. Pidana penjara saja tidaklah cukup, masyarakat belum bersih dari kotoran

batin. Pengadilan tidak berwenang untuk memerintahkan upaya-upaya adat tersebut

diatas, kecuali sebagai syarat istimewa pada pidana bersyarat.33 Berbicara tentang

pembunuhan bayi oleh ibu kandungnya setelah melahirkan yang diatur Pasal 341 dan

Pasal 342 KUHP juga terdapat dalam Undang-undang No 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan anak.

Adanya aturan dalam Pasal 341 dan Pasal 342 sebagai akibat Pasal 284 KUHP

tentang delik perzinahan. Barda Nawawi Arief memaparkan sebagai berikut:

33 Roeslan Saleh, Sifat Melawan Hukum Perbuatan Pidana (Jakarta,Aksara Baru,1981), Cetakan Ketiga

Page 34: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xxxiv

A. Perumusan delik perzinahan dalam Pasal 284 KUHP (yang didalam Konsep

disebut dengan istilah permukahan) mengalami perubahan redaksional,

walaupun inti deliknya sama, yaitu:

• Pria/Wanita telah kawin, melakukan persetubuhan dengan orang lain yang

bukan istri/suaminya; dan

• Seorang yang melakukan persetubuhan dengan orang lain yang sudah

kawin.

• Sejak Konsep pertama Buku II tahun 1977 (disebut KonsepBAS) s/d

Konsep 1991/1992 edisi revisi bulan Desember 1992, delik permukahan

ini oleh Konsep tidak lagi dijadikan delik aduan (berarti menjadi delik

biasa); tetapi dalam perkembangan terakhir Maret 1993, dirubah kembali

menjadi delik aduan.Hal semacam ini seharusnya dilihat dari pendekatan

kebijakan (policy-oriented approach)

B. Perumusan delik perkosaan yang diatur dalam pasal 285 KUHP;Barang siapa

dengan kekerasan dan ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh

dia diluar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana

penjara paling lama dua belas tahun.

C. Selain itu masih ada lagi pasal 287 dan pasal 289 KUHP.34

Dilihat sebagai salah satu delik masalah kebijakan (policy), banyak faktor dan

alternatif yang perlu dipertimbangkan,antara lain;

1. Konsep nilai dan kepentingan yang melatar belakangi sifat dan hakikat

delik perzinahan.

34 Bahan Ceramah, Diklat Aparatur Penegak Hukum, Depkumdang, Di Pusdiklat Cinere, Jakarta, 28 Januari 2000.

Page 35: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xxxv

2. Aspek tujuan dari kebijakan / politik kriminal

3. Aspek nilai kesusilaan nasional, faktor kriminogen dan dampak negatif

4. Aspek kepentingan individu dan alternatif teknik perumusan delik aduan.

Dalam pasal 287 s/d pasal 289 KUHP yang mengatur mengenai delik

perkosaan dan percabulan dalam konsep KUHP yang akan datang lebih diperluas,

sedangkan Pasal 284 s/d 289 KUHP sebagai akibat terjadinya pembunuhan bayi baik

yang dilakukan oleh remaja maupun ibu.

Delik perzinahan pada hakekatnya termasuk salah satu delik kesusilaan yang

erat hubungannya dengan nilai-nilai kesucian dari lembaga perkawinan. Jadi masalah

sentralnya bukan berkisar masalah, apakah perzinahan itu delik aduan atau bukan,

tetapi masalah sentralnya harus melihat pada masalah pandangan dan konsep nilai

masyarakat mengenai nilai-nilai kemanusiaan dan kesucian dari lembaga perkawinan

itu sendiri.

Menurut pandangan ‘’Barat’’yang individualistik-liberalistik, hak-hak dan

kebebasan individu (termasuk dibidang hubungan seksual/moral) sangat menonjol

dan dijunjung tinggi. Sepanjang hubungan seksual/moral itu bersifat individual, bebas

tanpa paksaan dianggap wajar dan tidak tercela. Oleh karena itu wajar perzinahan

dalam lembaga perkawinan bersifat sangat pribadi (privat), konsekuensinya

perzinahan dipandang delik aduan. Yang melatar belakangi konsep delik aduan

menurut WvS (KUHP) yang termasuk keluarga civil law system atau The Romano

Page 36: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xxxvi

Gormanic Family. Menurut Rene David, keluarga hukum ini dipengaruhi oleh ajaran

yang menonjolkan paham individualism, liberalism dan individual rights..35

Masalah perzinahan dan lembaga perkawinan dalam pandangan dan struktur

sosial budaya masyarakat yang lebih bersifat kekeluargaan, kolektivistik dan

monodualistik, tidak hanya masalah privat dan kebebasan individual; tetapi terkait

pula nilai-nilai dan kepentingan masyarakat luar, minimal kepentingan keluarga,kaum

dan kepentingan lingkungan.

Dengan demikian dilihat dari sudut kebijakan, apakah cukup bijaksana.

apabila delik perzinahan dijadikan delik aduan absolute (menjadi hak absolut

istri/suami untuk mengadu/menuntut). Sementara di lain pihak ada juga kepentingan

umum, atau kepentingan pihak lain di luar istri/suami yang bersangkutan. Terlebih

apabila sudah ada korban di pihak wanita (misal terjadi kehamilan), ini ada

hubungannya dengan pembunuhan bayi yang kelahirannya tidak dikehendaki.

Sedangkan pihak istri dari pria yang menghamili tidak melakukan pengaduan atas

dasar perzinahan. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan terjadinya kehamilan diluar

nikah, sehingga kelahiran nya tidak dikehendaki maka seorang ibu nekat membunuh

bayinya.

1. Pengertian Kesengajaan dan Kealpaan

Pengertian atau definisi mengenai kesengajaan dan kealpaan tidak kita

jumpai dalam KUHP kita saat ini . Konsep Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Baru yang akan datang bermaksud merumuskan kedua bentuk kesalahan itu.

35 Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta, Kencana,2007 Ed I. Cet I 32. Soegandhi, Buku Pedoman Pengadaan Visum Et Repertum, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran UGM,Yogyakarta, 1984.

Page 37: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xxxvii

Sedangkan Konsep Tahun 2008 KUHP yang baru tidak memformulasikan

pembunuhan bayi dalam Pasal 526;

(1) Setiap orang yang meninggalkan anak yang belum berumur 7 (tujuh) tahun

dengan maksud supaya ditemukan orang lain, sehingga dapat melepaskan

tanggung jawab atas anak tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6

(enam) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori IV.

(2) Pembuat tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan:

a. pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun, jika perbuatan tersebut

mengakibatkan luka berat pada anak yang ditinggalkan; atau

b. pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun, jika perbuatan tersebut

mengakibatkan matinya anak yang ditinggalkan.

Pasal 527; Seorang ibu yang membuang atau meninggalkan anaknya tidak

lama setelah dilahirkan karena takut kelahiran anak tersebut diketahui oleh orang lain,

dengan maksud agar anak tersebut ditemukan orang lain atau dengan maksud melepas

tanggung jawabnya atas anak yang dilahirkan, maksimum pidana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 526 dikurangi 1/2 (satu per dua).

Ancaman pidana yang didasarkan pada pertimbangan bahwa rasa takut

seorang ibu yang melahirkan diketahui orang lain sudah dianggap suatu

penderitaan. Sedangkan dalam pembunuhan bayi ada yang disengaja dan

direncanakan, hal ini bisa dilihat dari tanda-tanda bayi yang telah dilahirkan

apakah bayi lahir hidup atau lahir mati. Dalam ilmu kedokteran hal seperti ini bisa

ditentukan sebab-sebab kematiannya contoh apakah dicekik atau dibekap dan

akan dituangkan/ditulis dalam Visum et Repertum, masalah seperti ini akan

Page 38: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xxxviii

membantu dalam proses peyidikan oleh polisi dan dapat untuk alat bukti di

Pengadilan akan mempengaruhi sanksi pidananya.36

Menurut Soerjono Soekanto mengartikan penegakan hukum sebagai berikut, secara konsepsional maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaidah-kaidah yang mantap dan mengejawantah dalam sikap tindak sebagai rangkuman penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Penegakan Hukum sebagai suatu proses yang pada hakekatnya merupakan diskresi menyangkut pembuatan keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi dan pada hakekatnya diskresi berada diantara hukum dan moral.37

Menurut Soedarto, pengertian politik hukum pidana dapat dilihat dari

politik hukum maupun politik kriminal, politik hukum adalah: Usaha untuk

mengajukan peraturan-peraturan yang baik sesuai dengan keadaan dan situasi

pada suatu saat.38 Kebijakan dari Negara melalui badan-badan yang berwenang

untuk menetapkan peraturan-peraturan yang dikehendaki dan diperkirakan bisa

digunakan untuk diekspresikan apa yang dicita-citakan.39

Dalam konsepsi tujuan demikian, merupakan keajiban Negara untuk satu

pihak melindungi mensejahterakan masyarakat pada umumnya dari gangguan-

gangguan perbuatan jahat dan dilain pihak juga berarti melindungi dan

mensejahterakan si pelaku kejahatan.

Ini berarti bahwa dalam konsepsi tujuan untuk melindungi dan

mensejahterakan masyarakat untuk pandangan hidup bangsa Indonesia, sekaligus

36 Soegandhi, Buku Pedoman Pengadaan Visum et Repertum, Bagian Ilmu Kedokteran Kehakiman, Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta, 1984. 37Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1983. 38 Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana ,(Bandung,Alumni,1981),hal 159 39 Sudarto Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat, (Bandung, Al Gumni 1981), hal 20

Page 39: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xxxix

juga mengandung tujuan untuk melindungi, memperbaiki, mendidik dan

mensejahterakan si pelaku kejahatan itu sendiri.

Undang-undang Republik Indonesia No 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak pada Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (1) dan ayat (2),

mengatur tentang definisi anak dan perlindungan anak.

Pasal 1 ayat (1); Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan

belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Pasal 1 ayat (2); Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk

menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,

berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Pasal 80 ayat (1); Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan

atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan

pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling

banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).

Pasal 80 ayat (2); Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (! )

luka berat, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima)

tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

Pasal 80 ayat (3); Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

mati, maka pelaku dipidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau

denda paling banyak Rp 200.000.000,00(dua ratus juta rupiah).

Page 40: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xl

Pasal 80 ayat (4); pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan

penganiayaan tersebut orang tuanya.40

Dalam KUHP Pasal 286; Barangsiapa bersetubuh dengan seorang wanita

diluar perkawinan, padahal diketahui, bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan

atau tidak berdaya,diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

Pasal 289 KUHP Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan

memaksa seorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul,

diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan,

dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

Pasal 297 KUHP; Perdagangan wanita dan perdagangan anak laki-laki

yang belum cukup umur, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun.

Bahwa tujuan Hukum Acara Pidana adalah memberi perlindungan kepada

Hak-hak Asasi Manusia dalam keseimbangannya dengan kepentingan umum,

maka dalam KUHAP yang diutamakan mengenai perlindungan terhadap harkat

dan martabat manusia.

Salah satu asas terpenting dalam pasal 8 Undang-undang No. 14 Tahun

1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok-Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi;

Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan di depan pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sebelum adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum yang tetap.41

40 UU No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. 41 UU No.14 Tahun 1970, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.

Page 41: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xli

Bersumberkan pada asas tersebut maka wajar apabila tersangka /terdakwa

dalam proses peradilan pidana wajib mendapat hak-haknya sebagai seorang yang

belum dinyatakan bersalah maka ia mendapat hak-haknya seperti hak segera

mendapatkan pemeriksaan oleh pengadilan dan mendapat putusan seadil-adilnya.

Sebagaimana diketahui penegakan hukum merupakan salah satu usaha

untuk menciptakan tata tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat baik

itu merupakan usaha pencegahan maupun merupakan pemberantasan atau

penindakan setelah terjadi pelanggaran hukum.

B. PENGERTIAN PEMBUNUHAN BAYI (INFANTICIDE) DALAM

PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA

B.1 Pengertian Umum Pembunuhan Bayi (Infanticide)

Pembunuhan bayi atau secara umum disebut dengan infanticide adalah

sebuah istilah hukum yang menggambarkan tentang pembunuhan anak dengan

usia di bawah 1 tahun oleh ibu sang anak. Sedangkan menurut Infanticide Act

1938, article I yang disepakati di London, Infanticide adalah:

Where a women by any wiilful act or omission causes the death of her child. Being a child under the age of 12 months, but at the time of the act or omission the balance of her mind was disturbed by reason of her not having fully recovered from the effect for lactation concequent upon the birth of the child, then not withstanding... that but for this act the offence would have amounted to murder, she shall be guilty...of infanticide.

Infanticide adalah di mana seorang wanita dengan sengaja atau karena

kelalaiannya mengakibatkan kematian atas anaknya yang berumur di bawah 12

bulan. Namun pada saat tindakan ataupun kelalaiannya tersebut terjadi,

Page 42: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xlii

didapatkan gangguan mental dikarenakan oleh alasan belum pulihnya efek dari

kelahiran anaknya, atau efek dari menyusui sebagai konsekuensi melahirkan

bayi tanpa perkecualian. Hal tersebut dapat dinyatakan sebagai pembunuhan,

dan dinyatakan bersalah sebagai infanticide.42

Infanticide juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang secara

sengaja, yang menyebabkan kematian infant atau bayi. Pada umumnya

dilakukan oleh ibunya, namun ilmu kriminologi menyatakan bahwa berbagai

macam bentuk pembunuhan anak yang bisa juga dilakukan selain ibu dari bayi.

Pada ensiklopedi yang diterbitkan oleh Columbia University Press, pada

tahun 2007, menyatakan bahwa infanticide (bahasa Latin) untuk

menggambarkan adanya pembunuhan terhadap anak (child), yang menyebabkan

kematian terhadap bayi yang baru lahir dengan persetujuan atau diketahui oleh

orang tua, keluarga, ataupun komunitas korban.

Kesan yang didapat dari beberapa definisi tentang infanticide adalah

merujuk kepada pelaku adalah ibu dari korban, dengan korban adalah anak-anak

yang dititikberatkan pada bayi, yaitu dengan usia di bawah 12 bulan. Secara

umum, infanticide juga bisa dilakukan oleh orang tua secara umum, yang di

dunia barat dikenal sebagai filicide. Filicide adalah pembunuhan terhadap

seorang anak oleh orang tuanya sendiri. Filicide sendiri lebih spesifik

menggambarkan adanya pembunuhan bayi di bawah 12 bulan, pada saat 24 jam

setelah kelahiran, kurang dari pada itu disebut sebagai neonaticide.43

42 Spinelli, Margaret, Maternal Infanticide Associated With Mental Illness; Prevention and The Promised of Saved Lives America Journal, 2004,page 16 43 Cyle, Linda, Classification and Description of Parents who Commit Filicide,2004,Villanola University Journal.

Page 43: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xliii

B.2 Pengertian Pembunuhan Bayi (Infanticide) Menurut Perundang-undangan

di Indonesia

Dalam wilayah tutorial hukum Indonesia yang tertuang pada Kitab

Undang-undang Hukum Pidana, pada pasal 341, dinyatakan sebagai berikut:

Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Demikian juga yang tertuang pada pasal 342 Kitab Undang-undang

Hukum Pidana (KUHP) sebagai berikut:

Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. Hal ini dapat dicermati adanya unsur-unsur sengaja ataupun terkaitnya

unsur tanpa kesengajaan yang dilakukan oleh ibu dari anak yang kemudian

melakukan pembunuhan setelah bayi itu lahir ataupun saat bayi itu lahir menjadi

batasan terhadap infanticide di Negara Republik Indonesia.

C. KONSEP PEMBERIAN PIDANA DAN SISTEM PERADILAN PIDANA

DALAM KASUS PEMBUNUHAN BAYI

Telah disebutkan sebelumnya bahwa pemberian pidana dan penjatuhan pidana

dalam praktek peradilan selama ini dengan mempertimbangkan kualifikasi

kejahatannya, dan segala bentuk pidana tersebut diberikan oleh Negara dengan

Page 44: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xliv

asumsi bahwa warga negaranya adalah mahluk yang bertanggung jawab dan dapat

mempertanggung jawabkan perbuatannya. Sementara remaja dan ibupun dianggap

sebagai individu yang dapat sepenuhnya mempertanggung jawabkan perbuatannya.

Dengan demikian akan muncul semacam kontradiksi ketika pemberian pidana

dan penjatuhan pidana terjadi pada pelaku ibu dan remaja yang melakukan

pembunuhan bayi. d engan kejahatan pembunuhan biasa..

Dalam Tata Peradilan di Indonesia, penyelenggaraan Peradilan bagi ibu dan

remaja yang melakukan pembunuhan bayi dalam Sistem Peradilan Pidana, telah ada

dalam KUHP, KUHAP serta peraturan-peraturan pelaksananya dan Undang-Undang

Perlindungan Anak. Dalam praktek pelaksanaannya pedoman pemidanaan yang

digunakan oleh hakim adalah Pasal 7 UU Pokok Kekuasaan Kehakiman NO.14

Tahun 1970 (Undang-undang ini sudah dicabut), yang intinya tiada seorang pun dapat

dikenakan penangkapan, penahanan, penggeledahan,dan penyitaan, selain atas

perintah tertulis oleh kekuasaan yang sah.44

Pasal 5 ayat (1); Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak

membeda-bedakan orang .

Pasal 6 ayat (1); Tidak seorang juapun dapat dihadapkan ke Pengadilan selain

dari pada yang ditentukan oleh undang-undang.

Pasal 6 ayat (2); Tidak seorang juapun dapat dijatuhi pidana kecuali bila

Pengadilan karena alat bukti yang sah dan orang yang dianggap bertanggung jawab

dinyatakan bersalah.

44 UU No.14 Tahun 1970, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.

Page 45: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xlv

Pasal 8; Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau

dihadapkan ke Pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya keputusan

yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

Bila dihubungkan dengan Pasal 66 KUHAP tentang Asas Praduga Tidak

Bersalah

Pasal 1 KUHP: Nulum delictum nula poena sine previa lege punali;

1. Tiada suatu perbuatan dapat dipidana, kecuali atas kekuatan aturan pidana

dalam perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan dilakukan.

2. Jika sesudah perbuatan dilakukan ada perubahan dalam perundang-undangan,

dipakai aturan yang paling ringan bagi terdakwa.

Tidak adanya pedoman penjatuhan pidana ini pernah diakui Sudarto, yang

mengatakan45;

KUHP kita tidak memuat pedoman pemberian pidana (straftoemettingsliddraad) yang umum, ialah yang dibuat oleh pembuat UU yang memuat asas-asasyang perlu diperhatikan oleh hakim dalam menjatuhkan pidana,yang ada hanya aturan pemberian pidana (straftoemettinggregels)’’. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Barda Nawawi Arief pernah pula

mengemukakan bahwa;46 Pedoman Pemidanaan merupakan pedoman bagi hakim

untuk menjatuhkan atau menerapkan pemidanaan atau merupakan

pedoman’’yudicial/yudikatif’’bagi hakim.47

45 Sudarto, Hukum-Hukum Pidana (Bandung Alumni, 1986 ), hal 45-46 (Periksa pula dalam Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana),BP UNDIP, Semarang 2002 hal 108. 46 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Bandung Citra Aditya Bakti.,op.cit ,hal 107 dan 153-154. Pedoman Pemidanaan merupakan pedoman bagi hakim untuk menjatuhkan atau menerapkan pemidanan atau merupakan pedoman’’yudicial/yudikatif’’ bagi hakim. (lihat pula dalam 47Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan dengan Pidana Penjara. BPUNDIP.Semarang 2000 hal144 )

Page 46: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xlvi

Dilihat dari fungsional dan operasional, pemidanaan merupakan satu rangkaian proses dan kebijakan yang konkretisasinya sengaja direncanakan melalui tahap ‘dan’formulasi’’ oleh pembuat UU, tahap ‘’aplikasi’’ oleh badan/aparat yang berwenang tahap’’ eksekusi’’ oleh aparat/instansi pelaksana pidana, agar ada keterjalinan dan keterpaduan antara ketiga tahap.itu sebagai satu kesatuan sistem pemidanaan, diperlukan perumusan tujuan dan pedoman pemidanaan”.

Secara singkat dapat dikemukakan bahwa sebelum seorang hakim

menjatuhkan pidana. Hal-hal yang perlu diperhatikan atau dipertimbangkan adalah

sebagai berikut48:

1. Kesalahan pembuat 2. Motif dan tujuan dilakukan tindak pidana; 3. Cara melakukan tindak pidana; 4. Sikap batin pembuat; 5. Riwayat hidup dan keadaan sosial ekonomi pembuat; 6. Sikap dan tindakan pembuat pidana sesudah melakukan tindak pidana; 7. Pengaruh pidana terhadap masa depan pembuat; 8. Pandangan masyarakat terhadap tindak Pidana yang dilakukan; 9. Pengaruh tindak pidana terhadap korban atau keluarga korban; dan 10. Tindak pidana dilakukan dengan berencana.

Hal-hal seperti terurai diatas, akan membantu hakim dalam menjatuhkan

pidana, sehingga pidana bersifat proporsional dan dapat dipahami dengan baik oleh

masyarakat ataupun oleh terpidana itu sendiri. Unsur yang menentukan sifatnya

perbuatan (voorwaardendie de straf baarheid bepalen).

Suatu delik dapat terjadi karena adanya kelakuan dan akibat, tetapi sifat dan

tindak pidana ini masih ada yang mempengaruhi terhadap diri pelaku antara lain

berupa hal ikhwal yang menyertai kelakuan dan akibat itu. Hal ikhwal yang

mempengaruhi dan menentukan sifat perbuatan dari orang yang melakukan tindak

pidana itu merupakan unsur inti dari delik. Dalam membuat surat dakwaan unsur ini

48 Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif ,opcit,hal 147-148

Page 47: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xlvii

harus diuraikan secara jelas, sampai di mana pengaruhnya terhadap perbuatan yang

dilakukan itu.49

Bentuk pidana pokok seperti yang diatur dalam Pasal 341 KUHP ini, adalah

sama bentuk sengaja merampas nyawa orang lain seperti yang diatur dalam Pasal 338

KUHP. Dalam kasus ini terdakwa telah melakukan perbuatan telah merampas nyawa

orang lain itu segera setelah anak dilahirkan, menunjukkan bahwa perbuatan itu

dilakukan karena ada rasa takut akan diketahui orang lain yang merupakan alasan

yang meringankan pidana apabila dibanding dengan ancaman pidana terhadap tindak

pidana pembunuhan pada umumnya.

Keadaan yang sifatnya mempengaruhi perbuatan tersebut diuraikan dalam

surat dakwaan sebagai tambahan unsur yang dapat meringankan ancaman pidana..

Delik yang mengandung unsur yang menentukan sifatnya perbuatan yaitu Pasal 341

KUHP, Pasal 342 KUHP dan Pasal 281 KUHP.

49 RM Suharto, Penuntutan dalam Praktek Peradilan, Jakarta, Sinar Grafika, 2004, Cetakan Kedua.

Page 48: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xlviii

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PENEGAKAN HUKUM PIDANA SECARA UMUM DALAM

PENANGGULANGAN PEMBUNUHAN BAYI DALAM PERUNDANG-

UNDANGAN DEWASA INI

Penegakan hukum dengan penerapan hukum pidana sebagaimana

sebelumnya telah dikatakan bahwa menjadi sebuah senjata terakhir apabila upaya lain

telah dilakukan, khususnya melalui sarana non penal, seperti melalui pendidikan baik

formal maupun non formal dan lain.

Dengan berlandaskan beberapa pendapat ahli hukum atau pakar Hukum

Pidana, maka yang dimaksudkan sebagai penegak hukum dalam Sistem Peradilan

Pidana pada rumusan masalah yang pertama dalam penulisan tesis ini adalah mereka

yang bertugas dibidang Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman dan Lembaga

Pemasyarakatan serta Pengacara yang menangani pembunuhan bayi.

Persoalan perlindungan terhadap korban maupun pelaku tidak hanya menjadi

perhatian negara saja akan tetapi telah menjadi perhatian dunia. Status atau eksistensi

kepolisian dalam Sistem Peradilan Pidana sudah jelas, yaitu sebagai bagian integral

dari SPP. Secara internasional hal inipun bisa terlihat dalam laporan Kongres PBB

ke 5/1975 (mengenai The Prevention of Crime and Treatment of Offenders,

khususnya dalam membicarakan masalah the emerging roles of the police and other

lawenforcement agencies) yang menegaskan ;

It was recognized that the police were component of the large system of criminal justice which operated against criminality.

Page 49: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xlix

Status POLRI sebagai komponen /unsur/subsistem dari SPP sudah jelas

terlihat dalam Perundang-undangan yang berlaku saat ini (baik dalam KUHAP

maupun dalam UU Kepolisian No.28/1997 yang sudah diganti dengan UU

No.2/2002), yaitu sebagai ‘’penyelidik dan penyidik’’.50

Adapun dasar hukum Penyelidik adalah Pasal 1 KUHAP berbunyi;

Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia yang diberi wewenang.

Oleh undang-undang ini untuk melakukan penyidikan. Pasal 102 KUHAP berbunyi;

(2) Penyelidik yang mengetahui, menerima laporan, atau pengaduan, tentang

terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana wajib

segera melakukan tindakan penyelidikan yang diperlukan.

(3) Dalam hal tertangkap tangan tanpa menunggu perintah penyidik, penyelidik

wajib segera melakukan tindakan yang diperlukan dalam rangka penyelidikan

sebagaimana tersebut pada Pasal 5 ayat(1) huruf b.

Pasal 6

(1) Penyidik adalah :

a. Penyidik pejabat polisi negara Republik Indonesia

b. Pejabat Pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh

undang-undang.

(2) Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) akan diatur

lebih lanjut dalam PP 27/1983

50 KUHAP dan KUHP, Sinar Grafika, Jakarta, Cetakan Ketiga, 2002

Page 50: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

l

Pasal 7

(1) Penyidik sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (1) huruf a karena

kewajibannya mempunyai wewenang;

a. menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak

pidana

b. melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian

c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri

tersangka,

d. melakukan penangkapan , penahanan, penggeledahan, dan penyitaan.

e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.

f. mengambil sidik jari dan memotret seseorang

g. memanggil orang untuk diperiksa dan didengar esbagai tersangka atau

saksi.

h. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara.

i. mengadakan penghentian penyidikan;

j. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab

1. Proses Penyidikan Pembunuhan Bayi

Bahwa proses penyidikan tindak pidana pembunuhan bayi dilakukan oleh

Polri merupakan subsistem dari pada Sistem Peradilan Pidana (Criminal Justice

System) yang terdiri dari Polri (Penyidik), Jaksa (Penuntut), dan

Pengadilan/Hakim (pemutus perkara).

Page 51: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

li

Di dalam melakukan proses penyidikan maka Polri mendasari undang –

undang dan ketentuan – ketentuan yang berlaku dengan tetap menjunjung tinggi

kode etik profesi dan hak azasi manusia. Etika profesi hukum itu harus dijadikan

pedoman para penegak hukum dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya

menciptakan ketertiban didalam masyarakat. Kode Etik Profesi ini jangan hanya

dijadikan pajangan yang menghiasi dinding. Menurut O. Noto Hamidjojo, ada

empat norma yang harus ditaati oleh para penegak hukum atau para pemelihara

hukum yaitu;51

(1) Kemanusiaan, norma kemanusiaan menuntut supaya dalam penegakan hukum

Manusia senantiasa diperlakukan sebagai manusia, sebab ia mempunyai

keluhuran budi.

(2) Keadilan adalah kehendak yang ajeg dan kekal untuk memberikan kepada

orang lain apa saja yang menjadi haknya.

(3) Kepatutan atau equity adalah yang wajib dipelihara dalam pemberlakuan

undang-undang dengan maksud untuk menghilangkan ketajamannya.

Kepatutan perlu diperhatikan terutama dalam pergaulan hidup manusia dalam

masyarakat.

(4) Kejujuran, pemelihara hukum atau penegak hukum harus bersikap jujur dalam

Mengurus atau menangani hukum, serta dalam melayani justiciable yang

berupaya mencari hukum dan keadilan. Atau dalam kata lain , setiap yurist

diharapkan sedapat mungkin memelihara kejujuran dalam dirinya dan

51 O.Notohamidjojo, Soal-soal Pokok Filsafat Hukum, BPK Gunung Muria.1975

Page 52: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lii

menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang curang dalam mengurus

perkara.

Di dalam International Association of Chiefs of Police, 1970, yang

memuat Law Enforcement Code of Ethics, antara lain ditentukan As a law

Enforcement officer, my fundamental duty is to serve mankind, to safeguard lives

and property; protect the innocent againts deception, the weak against oppression

or intimidation, and the peaceful against violence or disorder; and to respect the

constituonal rights of all man liberty, equality and justice.52

Yang terpenting dalam penegakan hukum haruslah didasarkan pada hati

nurani dengan hati nurani kita bisa menilai apakah tindakan kita sudah

manusiawi, adil, patut, dan jujur.53

Adapun kegiatan pokok dalam rangka proses penyidikan tindak pidana

meliputi :

1. Penyidik

2. Penindak

a. Pemanggilan

b. Penangkapan

c. Penahanan

d. Penggeledahan

e. Penyitaan

52 Richard Quinney, Criminology Analysis and Critique of crime in America, Little Brown and Company Boston /Toronto 1975 53 Nyoman Serikat Putera Jaya, Penegakan Hukum Dalam Era Reformasi Disampaikan pada Rapat Senat Terbuka Universitas Pekalongan dalam rangka Dies Natalis XVI dan Wisuda Sarjana XII 5 September 1998 Pengajar pada Fakultas Hukum UNDIP.

Page 53: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

liii

3. Pemeriksaan

a. Saksi

b. Ahli

c. Tersangka

4. Penyelesaian dan Penyerahan berkas perkara

a. Pembuatan Resume

b. Penyusunan berkas perkara

c. Penyerahan berkas perkara

Dari keempat kegiatan pokok proses penyidikan pembunuhan bayi maka

hasilnya harus memenuhi persyaratan formil yaitu menyangkut format

administrasi penyidikan biasanya penyidiknya perempuan dalam kasus ini,dengan

alasan seorang perempuan lebih halus dan sabar didalam melakukan

pemeriksaan.dan persyaratan materiil yaitu yang menyangkut substansi Hukum(

unsur-unsur pasal yang dipersangkakan) Pasal 341 KUHP,dan Pasal 342 KUHP

yang kedua-duanya harus terpenuhi. Di samping dalam rangka mendukung

pembuktian seperti yang diuraikan , maka penyidik harus dibantu oleh dukungan

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dalam rangka mencapai hasil penyidikan yang

lebih profesional dan ilmiah serta juga dalam rangka menciptakan budaya

criminalistic mindedness.54

54 Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta, Peran ScientificInvestigation dalam Pengungkapan Kecelakaan/Kejahatan terhadap Manusia,Makalah yang disampaiakan pada Simposium Penyelidikan Ilmiah Medis dalam Penegakan Hukum dalam rangka HUT Fakultas Kedokteran UGM ke-58 dan RS Dr Sardjito ke-22.

Page 54: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

liv

2. Peran Bagian Ilmu Kedokteran Forensik pada Pembunuhan Kasus Bayi

Bahwa kembali mengacu pada Pasal 183 dan Pasal 184 KUHAP, maka

penyidik sekurang-kurangnya harus dapat membuktikan dua alat bukti yang sah

untuk dapat diajukan ke sidang pengadilan, sehingga keterangan saksi dan

tersangka yang biasa selama ini dikerjakan oleh penyidik, maka peran forensik

dalam rangka penyidikan sangat diperlukan dan harus dilakukan karena

kapasitasnya sesuai Pasal 184 KUHAP adalah sebagai Keterangan Ahli dan Surat

sebagaimana diatur pada Pasal 187 huruf c KUHAP yaitu Surat keterangan dari

seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan mengenai sesuatu hal atau

sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya. Dalam pembunuhan

bayi peran penyidik minta bantuan kepada Ahli Kedokteran Forensik untuk

menentukan apakah bayi yang ditemukan lahir hidup atau lahir mati ,dan sudah

dilakukan perawatan /belum, umur bayi.55

Adapun mengenai kemampuan Forensik Polri dalam rangka mendukung

proses penyidikan adalah:56

(1) Personal Identification Forensic, tugas ini diemban oleh fungsi Identifikasi,

yang melakukan tugas antara lain;

a. Identifikasi raut wajah

b. Identifikasi melalui daktiloscopy

c. Fotography kepolisian.

55 Agus Purwodianto,Budisampurno, Herkutanto, Kristal-Kristal Kedokteran Forensik, Bagian IKF, Jakarta, 1981 56 Kepolisian Negara RI DIY, Simposium Penyelidikan Ilmiah Medis Dalam Penegakan Hukum ,HUT Fakultas Kedokteran UGM Ke 58 dan RS. DR Sardjito Ke 22, Yogyakarta, 6 Maret 2004

Page 55: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lv

(2) Physical Identification Forensic, tugas ini diemban oleh fungsi laboratorium

Forensic Polri, yang melakukan tugas antara lain;

a. Kimia biologi forensik, melakukan pemeriksaan terhadap; produk

industri dan bahan kimia tertentu narkoba keracunan pencemaran

dan kerusakan lingkungan material biologis (darah, sperma, air

ludah).

b. Pemeriksaan dan penanganan korban mati, yang meliputi

pemeriksaan tentang;

Cara kematian

Sebab kematian

Tanda-tanda kematian

c. Pemeriksaan pada luka-luka yaitu;

Luka akibat kekerasan mekanis, seperti oleh benda tumpul,

tajam atau senjata api

Luka akibat kekerasan fisik, seperti akibat panas, atau arus

listrik

Luka akibat kekerasan kimiawi, seperti akibat oleh asam

kuat( contoh air aki) atau basa kuat serta gas beracun

Pembongkaran kuburan dan pemakaman kembali.

d. Odontologi Forensik, yang meliputi;

Pemeriksaan bekas gigitan (bite mark)

Page 56: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lvi

Pemeriksaan odontogram (rumus gigi), penting untuk

identifikasi Jenazah yang tidak dikenal/ rusak atau korban

pada korban massal.

e. Penanganan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak, yang

dalam hal ini korban dikirim kepada Pusat Pelayanan Terpadu

(PPT), yaitu RPK (Ruang Pelayanan Khusus) di rumah sakit Polri

maupun Pemerintah yang telah ditunjuk, khusus untuk menangani

korban kejahatan ini.

(3) Pembutan VER (Visum et Repertum) sebagai Keterangan Ahli dokter Polri

maupan dokter Pemerintah, yang meliputi:

Visum luar

Visum dalam

Dalam proses penyidikan pembunuhan bayi masih terdapat hambatan-

hambatan baik secara internal maupun eksternal antara lain;

1. Secara Internal;

a. Kemampuan penyidik yang masih terbatas baik terhadap perundang-

undangan maupun pemahaman terhadap peran forensik.

b. Dukungan peralatan penyidikan dilapangan dan biaya operasional yang

masih terbatas.

2. Secara Eksternal;

a. Kesadaran dan pemahaman masyarakat secara umum terhadap hukum

masih belum memberikan kontribusi yang positif.

Page 57: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lvii

b. Masih banyak dijumpai keengganan masyarakat untuk bersedia menjadi

saksi dalam kepentingan penyidikan.

c. Di tempat kejadian perkara sering kali dijumpai situasi dan kondisi TKP

yang sudah rusak akibat banyak masyarakat yang ingin melihat dan

bahkan masuk ke TKP ,hal ini sangat menyulitkan penyidik di dalam

melakukan pengolahan TKP.

Peranan Penuntut Umum dalam upaya pembuktian pembunuhan bayi

Dasar hukum UU No. 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia57

1. Sebagai Mandatory Prosecutoral System (MPS), Jaksa dalam menangani

perkara hanya berdasarkan alat-alat bukti yang sudah ditentukan dan tidak

terhadap hal-hal yang berada diluar yang sudah ditentukan, kecuali dalam

keadaan tertentu.

2. Sebagai Discetionary Prosecutorial System (DPS),Jaksa bisa melakukan

berbagai kebijakan tertentu dan bisa mengambil keputusan selain

mempertimbangkan alat-alat bukti yang sudah ditemukan, juga

mempertimbangkan faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya suatu

tindak pidana.

Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam mengajukan Tuntutan

Pidana:58

1. Keadaan dimana tindak pidana itu dilakukan .

2. Atribut-atribut pribadi dari terdakwa maupun korban

3. Tingkat penyesalan terdakwa

57 Arief ,Gossita Masalah Korban Kejahatan,Kumpulan Karangan, Akademi Pressindo,Jakarta 1983. 58 Kejaksaan Negeri Yogyakarta, Bantul, Sleman, 2008.

Page 58: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lviii

4. Tingkat pemaafan korban atau keluarga korban

5. Pertimbangan-pertimbanganan kebijakan publik.

Di bidang Hukum Pidana:

1 Melakukan penuntutan

2 Melaksanakan Penetapan Hakim dan Putusan Pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

3 Melakukan pengawasan, dan putusan lepas bersyarat.

4 Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasar undang-

undang.

5 Melengkapi berkas perkara dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan

tambahan sebelum dilimpahkan ke Pengadilan yang dalam pelaksanaannya

dikoordinasikan dengan Penyidik.

Bertolak dari pendekatan kebijakan (mencakup kebijakan sosial, kebijakan

kriminal, dan kebijakan penegakan hukum yang berkaitan secara integral), maka

faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan perbuatan

pembunuhan bayi sebagai tindak pidana adalah ;

1) Seorang anak (bayi) merupakan aset pembangunan nasional yang sangat besar

artinya Masa depan bangsa terletak ditangan generasi-generasi penerus yang

bermula dari bayi. Oleh sebab itu perhatian dan perlindungan terhadap

seorang anak (bayi) serta kualitas kehidupan adalah sangat penting demi

kemajuan bangsa dan negara.

2) Berkaitan dengan butir (1), perbuatan membunuh bayi yang baru dilahirkan

harus ditempatkan pada keadaan yang sangat membahayakan, tidak

Page 59: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lix

berperikemanusiaan dan perbuatan yang benar-benar tidak dikehendaki,

sangat dibenci dan merugikan. Selain itu harus pula dipertimbangkan sejauh

mana perbuatan membunuh bayi itu telah bertentangan bahkan merusak nilai-

nilai fundamental kemanusiaan dalam masyarakat.

3) Perlu diperhitungkan apakah biaya yang harus dikeluarkan (cost) dalam

pembuatan suatu undang-undang. Tetapi dalam hal tindak pidana

pembunuhan manusia (bayi) menurut penulis pertimbangan tentang biaya

(cost) bukan merupakan pertimbangan yang penting hal ini disebabkan karena

menyangkut harta dan martabat manusia yang seharusnya dijunjung tinggi.

4) Selanjutnya perlu juga dipertimbangkan kapasitas atau kemampuan daya

kerja dari badan-badan penegak hukum di Indonesia dalam menegakkan

ketentuan-ketentuan yang mengatur delik pembunuhan anak (bayi) . Karena

masalah pembunuhan bayi (manusia) ini sudah berskala kejahatan

transnasional bahkan internasional. Maka harus diprediksi bagaimana kondisi

personil aparat penegak hukum baik secara kuantitas maupun kualitas,

misalnya menyangkut tngkat pendidikan, tingkat profesionalisme,

pengalamannya serta bagaimana penyebarannya di Indonesia. Selain harus

pula ditinjau bagaimana kondisi-kondisi yang menyangkut pelaksanaan

tugasnya atau cara kerjanya, misalnya, menyangkut sistem hukum negara lain,

prosedurnya maupun birokrasinya.

5) Akhirnya perlu pula dikaji akibat sosial dari pengkriminalisasian atau

pendekriminalisasian dari kejahatan pembunuhan manusia (bayi).bagi prilaku

atau sikap pelaku pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Page 60: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lx

Harus disadari, upaya penghapusan pembunuhan bayi tidak hanya

berdasar pada instrumen legal tetapi juga harus mampu merubah budaya

masyarakat yang permisif terhadap praktek pembunuhan bayi.

Penegakan hukum pidana dalam pembunuhan bayi di Indonesia saat ini

menggunakan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang No 23

Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Sedangkan pasal-pasal yang ada hubungannya dengan pembunuhan bayi

juga diterapkan ialah Pasal 305 KUHP Barang siapa menempatkan anak yang

umurnya belum tujuh tahun untuk ditemu, atau meninggalkan anak itu, dengan

maksud untuk melepaskan diri dari padanya diancam dengan pidana penjara

paling lama lima tahun enam bulan.

Pasal 306 KUHP (1) Jika salah satu perbuatan tersebut dalam Pasal 304

dan 305 mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara

tujuh tahun enam bulan (2). Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara

paling lama sembilan tahun.

Pasal 307 KUHP Jika yang melakukan kejahatan kejahatan tersebut Pasal

305 bapak atau ibu dari anak itu, maka pidana yang ditentukan dalam Pasal 305

dan 306 dapat ditambah dengan sepertiga.

Pasal 308 KUHP Jika seorang ibu karena takut akan diketahui orang

tentang kelahiran anaknya, tidak lama setelah melahirkan, menempatkan anaknya

untuk ditemu atau meninggalkannya, dengan maksud untuk melepaskan diri dari

Page 61: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxi

padanya, maka maksimum pidana tersebut dalam Pasal 305 dan 306 dikurangi

separuh.59

Kalau dicermati rumusan pasal 305 sampai dengan pasal 308 sudah jelas

bukan mengenai pembunuhan bayi, tetapi mengatur mengenai menempatkan

anak dan meninggalkan anak. Dalam pasal 308 ancaman dikurangi separo dengan

alasan saat dilakukannya kejahatan tersebut dikaitkan dengan keadaan mental

emosional dari si ibu dimana selain rasa malu ,takut, benci, bingung serta rasa

nyeri bercampur aduk menjadi satu sehingga perbuatannya itu dianggap dilakukan

tidak dalam keadaan mental yang tenang, sadar serta dengan perhitungan yang

matang Inilah yang menjelaskan mengapa ancaman hukuman pada kasus

pembunuhan bayi lebih ringan bila dibandingkan dengan kasus-kasus

pembunuhan lainnya.

Pasal 341 KUHP Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan

anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja

merampas nyawa anakanya, diancam karena membunuh anaknya sendiri, dengan

pidana paling lama tujuh tahun.

Pasal 342 KUHP Seorang ibu, yang untuk melaksanakan niat yang

ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat

anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam

karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana

penjara paling lama sembilan tahun.

59 Soesilo R, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar-komnetarnya Lengkap Pasal demi Pasal, Bogor 1983.

Page 62: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxii

Kedua pasal ini dalam rumusan sudah jelas dan bisa untuk

menghukum/menjerat pelaku tindak pidana pembunuhan bayi, tetapi harus

memenuhi unsur-unsur :

a. Seorang ibu yang takut ketahuan melahirkan seorang anak

b. Dengan sengaja merampas nyawa anaknya.

Untuk mengungkap tindak pidana yang mengakibatkan korban jiwa, maka

penyidik bisa minta bantuan /dokter ahli forensik untuk melakukan pemeriksaan

terhadap korban sehingga ditemukan sebab-sebab kematian korban..Hasil

pemeriksaan ini dituangkan dalam bentuk Visum et Repertum..60

Pasal 80 Undang-undang No 23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak

(1) Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan,

atau penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama

3 (tiga) tahun 6(enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp72.000.000.00

(tujuh puluh juta rupiah)

(2) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud ayat (1)luka berat, maka pelaku

dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan/atau denda paling

banyak Rp100.000.000,00(seratus juta rupiah).

(3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat(2) mati, maka pelaku

dipidana dengan pidana penjara paling lama 10(sepuluh) tahun dan/atau denda

paling banyak Rp200.000.000,00 (duaratus juta rupiah).

60 Susi Hadidjah, Visum et Repertum Kaitannya Dengan Penyelesaian Perkara Pidana Di Pengadilan, Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta 1994.

Page 63: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxiii

(4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

ayat(1), ayat(2), dan ayat(3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut

orang tuanya.

Bunyi pasal 80 dalam Undang-Undang No, 23 Tahun 2002 pidananya

lebih berat dan dendanya cukup besar dibandingkan dengan ancaman pidana

yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Sedangkan jenis-jenis

pidana diatur dalam pasal 10 KUHP:61

Pasal 80 ayat (4) ini bisa untuk menjerat pelaku tindak pidana

pembunuhan bayi yang dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri.ancaman hukuman

ditambah sepertiganya.

Penegakan hukum melalui sistem peradilan pidana harus sesuai dengan

cita-cita penegakan hukum pada umumnya yang tercermin pada kebersamaan

antara Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan , Lembaga Pemasyarakatan.

Romli Atmasasmita mengatakan bahwa:62 ‘’Dalam konteks sistem

peradilan pidana justru seharusnya lebih diutamakan pandangan yang

mengangkat kebersamaan yang tulus dan ikhlas serta positif diantara aparatur

penegak hukum untuk mengemban tugas penegakan keadilan hukum (legal

justice)’’.

61 Pasal 10 menyebutkan tentang jenis-jenis pidana yaitu;

a. pidana pokok: 1. pidana mati 2. pidana penjara 3. pidana kurungan 4. pidana denda, dan 5. pidana tutupan

b. pidana tambahan; 1. pencabutan hak-hak tertentu. 2. perampasan hak-hak tertentu dan 3. pengumuman putusan hakim

62 Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana.(Bandung; Eresco, 1996), hal 26.

Page 64: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxiv

Sistem peradilan pidana mempunyai perangkat struktur atau sub sistem

yang seharusnya bekerja secara koordinatif agar dapat tercapai efisiensi dan

efektifitas yang maksimum. Kombinasi antara efisiensi dan efektifitas sangat

penting guna mencapai fungsi sistem Peradilan pidana yang diharapkan.

Senada dengan Romli Atmasasmita, Muladi berpendapat63

Sistem Peradilan Pidana disatu pihak berfungsi sebagai sarana untuk menahan dan mengendalikan kejahatan pada tingkat tertentu (Crime Containment System), dilain pihak sistem peradilan pidana juga berfungsi untuk mencegah sekunder (Secondary Prevention) yakni untuk mencoba mengurangi kriminalitas diantara yang pernah melakukan melalui proses deteksi, pemidanaan dan pelaksanaan pidana.Untuk mencegah terjadinya korban kejahatan maupun mencegah telah selesai menjalani pidana, tidak mengulangi perbuatan mereka yang melanggar hukum itu. Pengertian Undang-Undang yang umum adalah peraturan tertulis yang

dibuat oleh penguasa pusat maupun daerah yang sah. Dalam memberlakukan

Undang-Undang tersebut dalam pelaksanaannya dapat mencapai tujuan yang

diinginkan pembentuk undang-undang tersebut.

B. PRAKTEK PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN

PEMBUNUHAN BAYI DI WILAYAH DIY

Daerah Istimewa Yogyakarta terkenal sebagai kota wisata, budaya dan juga

kota pelajar. Dengan menyandang predikat seperti itu , sehingga tanggung jawab

sebagai pelajar, mahasiswa dan masyarakat semakin berat. Kemajuan tehnologi

membawa dampak positif dan negatif ,para pelajar dan mahasiswa yang jauh dari

orang tua sering kurang pengawasan dan iman yang kurang kuat. Juga ibu kost yang

kurang perhatian pada anak kostnya , sering terjadi pergaulan bebas yang sampai

63 Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, (Semarang tanpa nama penerbit ,1995),hal 21

Page 65: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxv

mengakibatkan pelajar/mahasiswa melakukan hubungan layaknya suami-isteri di luar

nikah.

Akhirnya pelajar/mahasiswa sampai hamil dan tidak ada yang mau

bertanggung jawab, sehingga berbuat nekat untuk melakukan perbuatan yang

melanggar hukum, sengaja melakukan aborsi atau membunuh bayi yang baru

dilahirkan. Perbuatan seperti ini melanggar hak asasi manusia, norma agama dan

etika.

Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga

negaranya, termasuk perlindungan terhadap hak anak yang merupakan hak asasi

manusia. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam

dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.64

Anak adalah tunas, potensi,dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan

bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin

kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Agar setiap anak kelak

mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapat kesempatan yang

seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental,

maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk

mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan

hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi. Anak adalah seseorang yang

belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan

Penulis mengemukakan hasil penelitian bahwa kasus pembunuhan bayi yang

dilakukan seorang pelajar bernama T kelas I SMA Swasta hamil oleh pacarnya yang

tidak mau bertanggung jawab di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. 64 Undang-Undang No 23 /2002 Tentang Perlindungan Anak, Penerbit Umbara,Bandung, 2003.

Page 66: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxvi

Berita Acara Pemeriksaan oleh penyidik; Ia diperiksa dan didengar keterangannya

selaku tersangka dalam perkara pidana.65

Pada hari Jumat tanggal 12 Oktober 2007 sekitar pukul 24.00 wib, T terasa

mau buang air besar selanjutnya ia berjalan menuju ke Sungai (Kali) Derman dan

ditempat tersebut T langsung mengambil posisi jongkok (ndodok) hanya dengan

celana diturunkan dan tidak lama kemudian ia merasakan ada sesuatu yang keluar dan

ternyata yang keluar tersebut bukan kotoran dan ternyata adalah bayi dari kandungan

T. Semula T tidak tahu kalau yang keluar tersebut adalah bayi, namun T merasa tidak

enak, kemudian T menengok ternyata bayi selanjutnya ia pegang pada bagian leher

belakang ternyata bayi tersebut sudah tidak bergerak dan tidak menangis selanjutnya

dibawa keatas,namun saat akan dibawa naik tersebut T terjatuh dan ari-arinya putus

sedangkan bayinya hanyut disungai dan ia cari tidak ada.

Setelah bayi tersebut hanyut T tidak langsung pulang tetapi tetap mencari

selama kurang lebih 30 menit, namun tidak ketemu T langsung pulang, tidak melapor

kepada orang tua ataupun pengurus kampung lainnya. Umur T 18 (delapan belas)

tahun sedangkan yang menghamili laki-laki bernama S umur 23 (dua puluh tiga)

tahun.

Praktek penegakan hukum pidana dalam penanggulangan pembunuhan bayi

Di Wilayah DIY sama saja seperti menangani kasus-kasus tindak pidana

umumnya.Pada kasus ini sebagai penyidik dan penuntut umum adalah seorang

65 wawancara dengan Penyidik Polres Bantul: Dengan sengaja seorang ibu menghilangkan jiwa anaknya ketika dilahirkan atau tidak berapa lama setelah dilahirkan karena takut ketahuan bahwa ia sudah melahirkan, dan atau barang siapa mengubur, menyembunyikan, mengangkut, atau menghilangkan mayat, dengan maksud hendak menyembunyikannya kematian dan kelahiran orang itu, sebagaimana dimaksud dalam pasal 342 jo 341jo 305 jo 306 jo 307 jo 306 jo 181 KUHP sesuai dengan Laporan Polisi No. Pol;LP/92/K/X/2007/Sek. Jts tanggal 13 Oktober 2007

Page 67: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxvii

perempuan, dengan alasan seorang wanita lebih halus dan sabar didalam melakukan

pemeriksaan,terdadap seorang ibu atau remaja sebagai tersangka.

Kalau Berita Acara Pemeriksaan sudah lengkap selanjutnya akan diserahkan

ke Kejaksaan Negeri Bantul dan sidang perkara pidana di Pengadilan Negeri Bantul.

Dalam hal penanganan kasus yang pembuktiannnya perlu mendapatkan

keterangan ahli atau Visum et Repertum, maka Penyidik membawa bayi (anak

kandung T) yang baru dilahirkan ke Instalasi Kedokteran Forensik RS .Dr Sardjito,

untuk dilakukan pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam atau otopsi. Dalam kasus

pembunuhan bayi, bantuan dokter sangat penting artinya terutama untuk pemeriksaan

korban. Dalam hal ini pemeriksaan mengenai apakah korban pada waktu dilahirkan

hidup atau tidak, untuk mengetahui sebab-sebab kematian, saat kematian, dan cara

kematian.

Keterangan Ahli merupakan alat bukti yang sangat penting artinya di dalam

mengajukan tersangka/terdakwa ke pengadilan untuk meyakinkan hakim terhadap

kebenaran tindak pidana yang didakwakan kepada tersangka/terdakwa. Pada kasus

dengan tersangka T dalam pemeriksaan berjalan lancar dan semua pertanyaan yang

diajukan penyidik dijawab dengan tenang dan lancar, serta mengakui segala

perbuatannya ,merasa menyesal. Jaksa Penuntut Umum seorang wanita berpendapat

bahwa terdakwa T telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana; Membunuh Anaknya sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam

pasal 341 KUHP oleh karenanya Jaksa Penuntut Umum menuntut:

- Menjatuhkan Pidana terhadap terdakwa T dengan pidana penjara selama 3

(tiga) tahun dikurangi selama terdakwa dalam tahanan;

Page 68: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxviii

- Menyatakan barang bukti berupa ;

- 2 (dua) ampul PP tes kehamilan yang dinyatakan positif

- Satu potong kaos lengan panjang warna biru,

- Satu potong celana dalam warna putih

- Satu potong rok panjang berbahan jean warna biru dikembalikan pada

terdakwa

- Menetapkan supaya terdakwa di bebani membayar biaya perkara sebesar Rp

1000,- (seribu rupiah)..

Hasil Visum et Repertum dari RS Dr Sasdjito No 149/2007 tanggal;21

Oktober 2007 yang di tanda tangani oleh Dr IBG. Surya Putra P, SpF dengan hasil

kesimpulan:

1. Jenasah orok, jenis kelamin perempuan, cukup bulan, tidak ada tanda-tanda

cacat bawaan, tidak ada tanda-tanda perawatan.

2. Terdapat memar pada seluruh atap kepala, terdapat jendolan darah pada otak

bagian belakang akibat kekerasan tumpul.

3. Terdapat memar pada otot leher kanan kiri akibat kekerasan tumpu pada

kepala sehingga mengakibatkan pendarahan pada otak.

Perbuatan terdakwa melanggar ketentuan sebagaimana diatur dan diancam

pidana dalam pasal 341 KUHP .

Dalam sidang pengadilan Negeri Bantul Majelis Hakim setelah

memperhatikan keterangan saksi-saksi dan keterangan Terdakwa, barang bukti dan

Visum et Repertum ternyata antara satu dan lainnya terdapat persesuaian sehingga

diperoleh fakta-fakta yang mana dari fakta-fakta tersebut selanjutnya akan Majelis

Page 69: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxix

Hakim pertimbangkan apakah perbuatan yang dilakukan terdakwa tersebut memenuhi

kesemua unsure dari pasal yang di dakwakan oleh Jaksa Penuntut umum kepada

Terdakwa.

Dakwaan terhadap terdakwa tersebut disusun secara dakwaan alternative,

sehingga oleh karenanya Majelis hakim harus mempertimbangkan terlebih dahulu

dakwaan alternatif kesatu yang tercantum dalam pasal 80 ayat (4) Undang-Undang

No 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak adalah sebagai berikut;

1. Setiap orang dalam UU no 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 1

huruf a adalah orang perseorangan yang merupakan subyek hukum yang sehat

dan mampu untuk bertanggung jawab atas perbuatannya.

Di persidangan telah di hadapkan T sebagai terdakwa yang telah

membenarkan semua identitasnya sebagaimana termuat dalam surat Dakwaan

Jaksa Penuntut Umum.

Selama dalam pemeriksaan persidangan terdakwa mampu dan bisa

mempertanggung jawabkan semua perbuatan dan tidak pula ditemukan

alasan-alasan pembenar maupun alasan pemaaf yang dapat menghapus

pertanggung jawaban Terdakwa, sehingga dengan demikian unsur setiap

orang telah terpenuhi dan terbukti terhadap diri terdakwa.

2. Melakukan kekejaman, kekerasan, atau ancaman kekerasan atau

penganiayaan.

Unsur ini adalah bersifat alternatif yang artinya dengan dipenuhinya

salah satu unsur maka keseluruhan unsur tersebut telah terpenuhi.

Page 70: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxx

Undang-Undang No 4 Tahun 2004 Tentang Ketentuan-ketentuan

Pokok Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi:

Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa dan mengadili sesuatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya. Pasal 27 Undang-undang No.4 Tahun 2004; mengharuskan hakim

menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

Pasal 5 Undang-undang No 4 Tahun 2004; Pengadilan mengadili menurut

hukum.

Berdasarkan itu semua bagi hakim tetap berlaku adagium atau pemeo;

Ius Curia Novit. Oleh karena itu pengadilan merupakan tempat pelarian

terakhir bagi para pencari keadilan (Lastste-toevlucht), baik bagi orang

dewasa maupun ibu-ibu. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa

remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat

menggantikan generasi-generasi terdahulu,dengan kualitas kinerja dan mental

yang lebih baik. Dengan adanya teknologi yang canggih seperti internet,

sehingga remaja bisa mengakses film-film yang melanggar kesusilaan,

masuknya kebudayaan barat yang tidak sesuai dengan kebudayaan Indonesia.

Pergaulan bebas sehingga melakukan perbuatan yang melanggar hukum

seperti hamil di luar nikah,aborsi dan pembunuhan bayi, yang akhir-akhir ini

dimuat di media massa.

3. Terhadap anak kandung.

Page 71: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxxi

Berdasarkan fakta-fakta di persidangan maka benar pada hari kamis tanggal

12 Oktober 2007. Terdakwa telah melahirkan anak yang telah di kandungnya

hasil hubungan gelap dengan pacar terdakwa.

Terdakwa melahirkan seorang bayi perempuan namun karena panik

bayi tersebut telah diperlakukan dengan kejam oleh terdakwa sehingga jatuh

ke sungai dan hanyut sampai ke dusun Balakan Sumberagung Jetis Bantul

yang akhirnya di temukan sudah tidak bernyawa oleh saksi Budi Marsono dan

Doyo Utomo.

Oleh karena semua unsur yang didakwakan dalam dakwaan alternatif

ke satu telah terpenuhi dan terbukti, maka terhadap terdakwa haruslah di

nyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana ‘’Melakukan kekejaman terhadap anak yang dilahirkan’’.

Sebelum menjatuhkan pidana terhadap terdakwa haruslah di

pertimbangkan hal-hal yang menyangkut diri terdakwa;

- Hal-hal yang memberatkan

- Terdakwa telah menyembunyikan kehamilan dan kelahirannya.

- Hal-hal yang meringankan ;

- Terdakwa menyesali perbuatannya

- Terdakwa masih ingin melanjutkan sekolahnya.

Pendapat Penasehat Hukum Terdakwa yang menyatakan bahwa terdakwa

adalah sekaligus korban dari perbuatannya bersama dengan pacar terdakwa serta

atas pula kesimpulan dan saran dari hasil Litmas yang dilakukan Bapas terhadap

diri terdakwa dan keluarga terdakwa maka Majelis Hakim dapat menerima dan

Page 72: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxxii

mempertimbangkan namun terhadap saran agar di kembalikan kepada orang tua

terdakwa tentulah tidak relevansi karena dari fakta dipersidangan di mana orang

tua terdakwa tidak mengetahui atas kehamilan puterinya sehingga sampai

melahirkan bayi yang artinya orang tua terdakwa ternyata tidak mampu

menguasai perkembangan dan pergaulan terdakwa.

Berdasarkan keseluruhan pertimbangan di atas maka Majelis Hakim

berpendapat bahwa putusan yang dijatuhkan terhadap diri terdakwa dalam amar

putusan di bawah ini sudah patut, adil dan setimpal dengan kesalahan terdakwa.

Tujuan pemidanaan bukanlah semata-mata sebagai sarana balas dendam.

Atas kesalahan terdakwa akan tetapi lebih bertujuan untuk mendidik dan

memperbaiki tingkah laku terdakwa serta untuk mencegah orang lain berbuat hal

yang sama tanpa mengurangi keseimbangan antara keadilan terdakwa dan

keadilan masyarakat.

Mengingat dan memperhatikan Pasal 80.ayat (4) UU No 23 Tahun 2002,

UU No 3 Tahun 1997, UU No 8 Tahun 1981 maupun pasal-pasal dari UU lainnya

yang berkaitan dengan perkara ini.

Mengadili:

1. Menyatakan terdakwa T terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana; Melakukan kekejaman terhadap anak yang

dilahirkannya.

2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa dengan pidana penjara selama 1

(satu) tahun dan 6 (enam) bulan.

Page 73: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxxiii

3. Menetapkan lamanya masa tahanan yang telah dijalani terdakwa

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

4. Memerintahkan terdakwa tetap ditahan.

5. Memerintahkan agar barang bukti berupa;

- 2 (dua) ampul PP tes kehamilan yang positif

- 1 (satu) potong kaos lengan panjang warna biru

- 1 (satu) potong celana dalam warna putih

- 1 (satu) potong rok panjang jeans warna biru

Dikembalikan kepada terdakwa

6. Membebankan pula pada terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar

Rp.1000.- (seribu rupiah).

Nama terdakwa Ny I W, pada hari Minggu tanggal 23 Maret 2008 sekira

pukul 06.30 WIB telah melahirkan bayi laki-laki dalam keadaan hidup karena

sempat menangis. Sebelum melahirkan terdakwa juga merasakan mulas dan sakit

pada perut tetapi tidak minta tolong karena orang tua sedang pergi ke pengajian.

Terdakwa melahirkan di WC di rumah terdakwa di Dusun Bongoskenthi

RT. 02, Ds Murtigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul dengan cara

jongkok di atas kloset yang ada airnya sehingga bayi masuk ke dalam lubang

kloset. Sewaktu kepala bayi kemudian disusul seluruh tubuh masuk ke dalam

kloset terdakwa tidak segera menolong tetapi membiarkannya beberapa saat

sampai ari-ari keluar dan bayi sudah tidak menangis lagi.

Sewaktu diangkat sudah dalam keadaan biru dan diam untuk memastikan

bayinya meninggal terdakwa memegang leher bayi, setelah yakin meninggal lalu

Page 74: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxxiv

bayi dibungkus kaos dan dimasukkan ke dalam ember kemudian disembunyikan

di dalam kamar kemudian dikubur di samping rumah dekat pohon pisang dan

terlebih dahulu terdakwa meminjam cangkul dari saksi Suratijo.

Pada hari Kamis sore sewaktu suami terdakwa pulang, terdakwa

menceritakan kepada suaminya bahwa ia telah melahirkan anak dan meninggal

kemudian dikubur di samping rumah kemudian suaminya menyarankan agar

kuburan tersebut dipindahkan saja.

Perkataan suami tersebut dan takut pada Polisi maka pada hari Minggu 30

Maret 2008 selepas Isyak terdakwa kemudian membongkar kuburan bayi dengan

menggunakan golok /bendo, mengambil mayatnya lalu menghanyutkannya ke

sungai di dekat rumah yng arusnya deras sehingga bayi sampai sekarang tidak

diketemukan.

Bahwa alasan terdakwa melakukan perbuatannya karena tidak mampu

membiayai dan suami yang pekerjaannya sebagai sopir jarang pulang serta

mempunyai istri lagi. Bahwa terdakwa telah memikirkan perbuatan tersebut

salama 1 bulan sebelum melahirkan.

Visum et Repertum Nomor; 350/51/Sdn/IV/08 tanggal 9 April 2008 yang

ditandatangani oleh dr.Puji Astuti, dokter pada Puskesmas Kecamatan Sanden

Kab. Bantul yang telah memeriksa I.W, umur 40 tahun, alamat Dsn.

Bongoskenthi, Murtigading, Sanden, Bantul, dengan kesimpulan:

1. Dada; payudara; mengeluarkan air susu.

2. Rahim; sudah tidak teraba

Page 75: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxxv

3. Vagina/Jalan lahir; masih didapatkan darah seperti menstruasi/nifas,

warna merah.

Melihat dampak/akibat yang diderita korban/pasien dan pemeriksaan

secara medis, diduga/disimpulkan korban benar dalam kondisi nifas (setelah

melahirkan) dan diperkirakan melahirkan dalam waktu lebih dari sepuluh hari

sejak tanggal pemeriksaan dikarenakan rahim sudah tidak teraba.

Berdasarkan ketentuan Pasal 188 KUHAP dari keterangan para saksi

dihubungkan dengan keterangan terdakwa di persidangan, surat, serta barang

bukti yang ada dimana satu dengan lainnya terdapat persesuaian maka didapat

petunjuk yang bahwa benar terdakwa IW melakukan tindak pidana kekejaman,

kekerasan atau ancaman kekerasan atau penganiayaan terhadap anak yang

mengakibatkan mati.

Barang bukti yang diajukan di muka persidangan yaitu:

1. 1 (satu) buah cangkul dengan gagang kayu warna kuning gading,

panjang kurang lebih 1 meter.

2. 1 (satu) buah ember plastic warna merah.

3. 1 (satu) potong kaos warna biru lengan pendek bergaris putih.

4. 1 (satu) bilah bendo (golok).

Barang bukti tersebut telah disita secara sah menurut hukum dan telah

diperlihatkan kepada para saksi dan terdakwa, terhadapnya yang bersangkutan

membenarkan sehingga dapat dipergunakan untuk memperkuat dalam

pembuktian.

Page 76: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxxvi

Fakta-fakta hukum: Berdasarkan keterangan para saksi dan keterangan

terdakwa, surat serta barang bukti yang terungkap di persidangan, maka dapat

diketemukan fakta-fakta hukum sebagai berikut:

1. Bahwa pada hari Minggu tanggal 23 Maret 2008 sekira pukul 06.30 WIB di

rumahnya Dusun Bongoskenthi RT.02, Ds Murtigading, Kecamatan Sanden,

Kabupaten Bantul terdakwa telah melahirkan bayi laki-laki dalam keadaan

hidup(sempat menangis).

2. Bahwa terdakwa sengaja melahirkan di atas closet yang ada airnya, sehingga

kepala bayi masuk ke lubang closet yang ada airnya.

3. Bahwa terdakwa sengaja tidak segera memberikan pertolongan/mengangkat

bayinya tersebut malah menunggu hingga ari-arinya/plasentanya keluar.

4. Bahwa tangisan bayi tersebut sempat didengar oleh saksi Anton Huda

Wibowo yang rumahnya bersebelahan dengan rumah terdakwa.

5. Bahwa saksi Ny Surabinah menemukan tanda-tanda terdakwa telah

melahirkan antara lain menemukan darah seperti benang (kiler-kiler) selain itu

saksi juga menemukan celana gojak-gajek milik terdakwa yang sedang

direndam di ember berbau amis karena terdapat darah yang telah menyatu

dengan air serta tingkah laku terdakwa yang aneh dan tidak menyangkal

ketika dikatakan telah melahirkan.

6. Bahwa bayi terdakwa tidak ditemukan namun disamping rumah terdakwa ada

tanah bekas digali(galian baru) yang diatasnya ditaruh batu, disekitar tanah

tersebut didatangi lalat dan tercium bau busuk/bangkai dan terdakwa

mengakui bayinya yang sudah meninggal dikuburkan di samping rumah.

Page 77: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxxvii

7. Bahwa untuk menggali tanah untuk menguburkan bayinya terdakwa

menggunakan cangkul yang dipinjamnya dari saksi Suratijo.

8. Bahwa ketika dilakukan penggalian kuburan bayi tersebut ternyata mayatnya

tidak diketemukan dan terdakwa mengakui bahwa terdakwa telah menggali

kembali kubur bayi tersebut dan mengambil mayatnya kemudian

membuangnya ke sungai di dekat rumah yang arusnya deras sehingga sampai

sekarang tidak diketemukan.

9. Bahwa yang melatar belakangi perbuatan tersebut adalah ketidakharmonisan

hubungan antara terdakwa dengan suaminya, karena suaminya kawin lagi, dan

masalah kesulitan ekonomi

Analisa Yuridis:

Bahwa tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa berbentuk

alternatif yaitu Pertama Pasal 80 ayat (3) UU No23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak atau Kedua Primair melanggar Pasal 342 KUHP Subsidair;

Pasal 341 KUHP, dengan mengingat fakta-fakta yang terungkap di persidangan

dan alat-alat bukti yang ada serta dakwaan yang berbentuk alternatif maka akan

membuktikan salah satu dari dakwaan Pertama; Pasal 80 ayat (3) UU No. 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dengan unsur-unsur sebagai berikut;

1. Barang siapa;

2. Melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan atau

penganiayaan terhadap anak.

3. Yang mengakibatkan mati.

Page 78: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxxviii

Kesimpulan;

a. Berdasarkan analisa yuridis sebagaimana tersebut di atas, maka

kesimpulannya bahwa tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa

dalam dakwaan pertama melanggar Pasal 80 ayat(3) UU No, 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak telah dapat dibuktikan secara sah dan meyakinkan

bahwa terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana melakukan

kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan atau penganiayaan terhadap

anak yang mengakibatkan mati.

b. Bahwa dari pengamatan selama pemeriksaan di persidangan, terdakwa terlihat

normal dan sehat serta tidak diketemukan adanya alasan pemaaf atau

pembenar yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana yang

dilakukan, sehingga sudah sepantasnya apabila terdakwa dijatuhi pidana yang

setimpal dengan perbuatan yang dilakukan.

c. Hal-hal yang memberatkan ;

1) Perbuatan terdakwa sangat kejam karena dilakukan terhadap anak

kandungnya yang baru saja lahir yang seharusnya dijaga dan

dilindunginya

2) Perbuatan terdakwa telah mengakibatkan korban meninggal dunia.

3) Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat.

d. Hal-hal yang meringankan;

1) Bahwa terdakwa menyesali perbuatannya

2) Bahwa terdakwa masih mempunyai anak balita

3) Bahwa terdakwa belum pernah dihukum.

Page 79: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxxix

Menjatuhkan pidana kepada terdakwa IW dengan pidana penjara 5 (lima)

tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan

perintah supaya terdakwa tetap ditahan dan denda sebesar Rp 20.000.000,- (dua

puluh juta rupiah) subsidair 4(empat) bulan kurungan.

Menyatakan barang bukti berupa;

1. 1 (satu) buah cangkul dengan gagang kayu warna kuning gading, panjang

kurang lebih 1 meter.

2. 1 (satu) buah ember plastik warna merah.

3. 1 (satu) potong kaos warna biru lengan pendek bergaris putih.

Di DIY, jumlah kasus selama Tahun 2007 ada 6 kasus yang diperiksa di

Instalasi Kedokteran Forensik, tetapi yang sampai ke Pengadilan 3( tiga) kasus

disebabkan karena sebagian besar. merupakan kasus pembuangan bayi atau

penelantaran yang tidak ada tersangkanya. Hal yang menjadi kendala adalah ;

1. Informasi minim, tidak ada koordinasi informasi antara masyarakat

dengan aparat penegak hukum,

2. Kesadaran kurang, kadang-kadang tersangka pihak keluarga. Jadi

menutup-nutupi keadaan tersangka. Disamping itu masyarakat jarang mau

menjadi saksi .Hal semacam ini biasanya terjadi pada masyarakat pelosok,

dan penanganan awalnya dilakukan oleh perangkat desa dengan tujuan

supaya melaporkan ke polisi, sehingga yang menjadi saksi biasanya

perangkat desa.

3. Dari point 1dan 2 menyebabkan kesulitan mengindentifikasikan pelaku.

Page 80: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxxx

4. Tidak ada biaya dari Negara cq, Polri untuk pemeriksaan kedokteran

forensik (otopsi), sehingga hal ini secara terselubung atau tidak terang-

terangan digunakan sebagai pendorong untuk tidak mengirimkan

korban/jenasah di Kedokteran Forensik.66

Hasil wawancara penulis dengan Polisi, Jaksa dan Hakim di DIY bahwa

Upaya Menanggulangi Pembunuhan Bayi/Infanticide dapat dimulai dari kita

sendiri, keluarga dan lingkungan, berpegang teguh terhadap ajaran agama

merupakan hal mutlak yang harus diajarkan kepada anak bahkan semenjak

mereka masih di usia yang sangat muda. Dengan ketaatan terhadap ajaran agama

maka dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama, dalam

hal ini termasuk hubungan seksual di luar pernikahan yang dapat berujung kepada

terjadinya infanticide.

Selain itu, sejak masih muda sebaiknya orang tua mulai memberikan

edukasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual, namun hal ini harus

disampaikan secara tepat dan bijaksana sehingga anak akan memahami dengan

baik dan benar, bukan malah memiliki pandangan yang salah mengenai

seksualisme.

Sebagai keluarga, rasa kasih sayang antar anggota keluarga harus terus

dibina dengan baik. Dengan adanya situasi dalam keluarga harmonis dan tenang,

tidak akan sering timbul konflik sehingga anak terutama yang sedang beranjak

remaja dapat hidup dengan nyaman dan meminimalisir untuk dapat terjerumus

dalam kenakalan-kenakalan remaja. Orang tua juga harus bersikap terbuka

66 Sumartono, Peranan Kepolisian Dalam Penanganan Kasus Kedokteran Forensik, Pertemuan Ilmiah Koordinasi Pelayanan Kedoteran Forensik, Yogyakarta, 1996.

Page 81: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxxxi

terhadap anak, dan mau untuk mendengarkan keluh kesah mereka. Hal ini dapat

mendekatkan anak dengan orang tua, dan orang tua dapat memantau dengan baik

perkembangan putera-puterinya, sehingga bila terdapat hal-hal yang menyimpang,

orangtua dapat langsung mengingatkan.

Sedangkan untuk menghindari terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan

akibat pemerkosaan, sejak dini orang tua harus mengajarkan kepada anak

gadisnya, untuk “menjaga dirinya”. Misalnya untuk tidak bepergian pada suatu

tempat tak dikenal seorang diri hingga larut malam. Mengajarkan kepada anak

gadisnya untuk selalu tampil sopan dan santun dalam berpakaian dan bertingkah

laku, sehingga tidak mengundang orang-orang yang memiliki niat jahat untuk

melakukan hal yang tidak senonoh kepada dirinya.

Sedangkan untuk infanticide yang dilakukan sebagai alat pengontrol

populasi keluarga karena memikirkan masalah beban ekonomi, maka satu hal

yang harus kita tekankan pada diri kita dan orang lain adalah bahwa anak

merupakan rezeki yang sudah diberikan kepada Allah SWT kepada kita, maka

harus kita jaga sebaik-baiknya dan bukan dengan menolak rezeki tersebut.

Masalah rezeki, sudah ada yang mengatur, maka manusia tidak berhak untuk

melakukan tindakan-tindakan seperti infanticide.

Hal-hal yang diuraikan di atas hanya merupakan sedikit dari sekian

banyak tindakan untuk menanggulangi terjadinya infanticide, yang tidak hanya

dapat kita lakukan kepada diri kita dan keluarga kita sendiri, namun sebagai

warga masyarakat yang baik hendaknya kita juga melakukan tindakan-tindakan

tersebut kepada orang lain, misalnya dengan mengingatkan atau memberi nasihat.

Page 82: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxxxii

C. PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN

PEMBUNUHAN BAYI DALAM PERUNDANG-UNDANGAN DI MASA

YANG AKAN DATANG

Sampai saat ini, masih ditemukan fakta para pelaku tindak pidana

pembunuhan bayi ternyata dijatuhkan pidana tidak setimpal dengan jenis dan akibat

dari kejahatan tersebut. Hal ini memang disebabkan karena adanya pedoman dan

peraturan yang berlaku untuk para Penegak Hukum.

Penyidik dalam melakukan penyidikan kasus tindak pidana pembunuhan bayi

mendasari dengan Undang-Undang dan ketentuan yang berlaku dengan tetap

menjunjung tinggi kode etik profesi dan hak-hak asasi manusia.

Di dalam penegakan hukum khususnya dalam penanggulangan pembunuhan

bayi, para penegak hukum dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus

menciptakan ketertiban dan keamanan masyarakat. Empat norma yang harus ditaati

oleh para penegak hukum atau pemelihara hukum, yaitu:67

1. Kemanusiaan, norma kemanusiaan menuntut supaya dalam penegakan hukum

manusia senantiasa diperlakukan sebagai manusia, sebab ia memiliki

keluhuran budi.

2. Keadilan, adalah kehendak yang ajeg dan kekal untuk memberikan kepada

orang lain apa saja yang menjadi haknya.

3. Kepatutan, atau equity adalah hal yang wajib dipelihara dalam pemberlakuan

undang-undang dengan maksud untuk menghilangkan ketajamannya.

67 O. Notohamidjojo, Soal-soal Pokok Filsafat Hukum, Penerbit BPK Gunung Mulia, 1975

Page 83: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxxxiii

Kepatutan ini perlu diperhatikan terutama dalam pergaulan hidup manusia

dalam masyarakat.

4. Kejujuran., pemelihara hukum atau penegak hukum harus bersikap jujur

dalam mengurus atau menangani hukum serta dalam melayani justiciable

yang berupaya untuk mencari hukum dan keadilan. Atau dalam kata lain,

setiap yurist diharapkan sedapat mungkin memelihara kejujuran dalam dirinya

dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang curang dalam mengurus

perkara.

Penuntut Umum pun dalam melakukan penuntutan kasus tindak pidana

pembunuhan bayi juga mempunyai faktor-faktor pertimbangan yang melatar

belakangi terjadinya suatu tindak pidana pembunuhan bayi, yaitu:68

1. Keadaan dimana tindak pidana itu dilakukan

2. Atribut-atribut pribadi dari terdakwa maupun korban

3. Tingkat penyesalan terdakwa

4. Tingkat pemaafan korban atau keluarga korban

5. Pertimbangan-pertimbangan kebijakan publik

Majelis Hakim di dalam memutus perkara atau menjatuhkan hukuman

terhadap terdakwa juga mempunyai pertimbangan-pertimbangan di samping harus

memenuhi rumusan pasal-pasal yang dituduhkan. Pasal-pasal yang diatur dalam

KONSEP KUHP 2008 menurut pendapat para penegak hukum yaitu Penyidik,

Penuntut Umum dan Hakim, yaitu:

a. Pasal 526;

(1) Setiap orang yang meninggalkan anak yang belum berumur 7 (tujuh) tahun 68 UU No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

Page 84: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxxxiv

dengan maksud supaya ditemukan orang lain, sehingga dapat melepaskan

tanggung jawab atas anak tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6

(enam) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori IV.

(2) Pembuat tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan:

c. pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun, jika perbuatan tersebut

mengakibatkan luka berat pada anak yang ditinggalkan; atau

d. pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun, jika perbuatan tersebut

mengakibatkan matinya anak yang ditinggalkan.

b. Pasal 527; Seorang ibu yang membuang atau meninggalkan anaknya tidak lama

setelah dilahirkan karena takut kelahiran anak tersebut diketahui oleh orang lain, dengan

maksud agar anak tersebut ditemukan orang lain atau dengan maksud melepas

tanggung jawabnya atas anak yang dilahirkan, maksimum pidana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 526 dikurangi 1/2 (satu per dua).

Selain Pasal–pasal dalam KONSEP KUHP 2008, terdapat juga dalam

Undang- Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, sebagai berikut:

a. Pasal 80:

(1) Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan,

atau penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan pidana paling lama 3 (tiga)

tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh

puluh dua juta rupiah)

(2) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat, maka

pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan/atau

denda paling banyak Rp 100,000.000,00 (seratus juta rupiah).

Page 85: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxxxv

(3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mati, maka pelaku

dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau

denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

ayat(1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut

orang tuanya.

Kalau diperhatikan ancaman pidana untuk tindak pidana pembunuhan bayi

lebih berat yang terdapat dalam Undang-Undang Perlindungan Anak dari pada

KONSEP KUHP 2008. Hal ini sudah diterapkan oleh para Penegak Hukum di dalam

penyidikan, penuntutan, maupun Hakim untuk pertimbangan dalam

memutuskan/menjatuhkan pidana.

Prinsip yang harus Dipertimbangkan oleh Hakim dalam Memeriksa Kasus

Pembunuhan Bayi

Menurut Soerjono Soekanto, masalah pokok dan pada penegak hukum (law

enforcement) sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mempengaruhinya, faktor-

faktor tersebut mempunyai arti yang netral sehingga dampak positif atau negatifnya

terletak pada isi faktor-faktor tersebut, antara lain adalah69 :

1) Faktor hukumnya sendiri

2) Faktor penegak hukum, faktor yang membentuk maupun yang menerapkan

hukum.

3) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum 69 Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.(Jakarta;Rajawali,1983),hlm 4-5

Page 86: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxxxvi

4) Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau

diterapkan

5) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang didasarkan

pada karsa manusia, di dalam pergaulan hidup

Kelima faktor tersebut diatas menurut Soerjono Soekanto saling berkaitan

eratnya, oleh karenanya merupakan esensi dari penegakan hukum serta merupakan

tolok ukur (parameter) dari efektifitas penegakan hukum (law enforcement)

Penegakan hukum merupakan golongan panutan dalam masyarakat, yang hendaknya

mempunyai kemampuan tertentu, sesuai dengan aspirasi masyarakat.

Masyarakat harus dapat berkomunikasi dan mendapatkan pengertian dari

golongan dan sasaran, di samping mampu membawakan atau menjalankan peranan

yang dapat diterima oleh mereka. Kecuali itu maka golongan panutan harus dapat

memanfaatkan semua unsur-unsur tradisional tertentu, sehingga dapat menggerakan

partisipasi dari golongan sasaran atau masyarakat luas. Golongan panutan juga harus

dapat memilih waktu dan lingkungan yang tepat di dalam memperkenalkan norma-

norma atau kaidah-kaidah hukum yang baru, serta memberikan keteladanan yang

baik. Halangan-halangan yang mungkin dijumpai pada penerapan peranan yang

seharusnya dari golongan panutan atau penegak hukum, mungkin berasal dan dirinya

sendiri atau dari lingkungan.

Lebih jauh beliau berpendapat bahwa halangan-halangan yang memerlukan

penanggulangan tersebut antara lain dapat berupa:70

1. Keterbatasan kemampuan untuk mendapatkan diri dalam peranan pihak lain

dengan siapa mereka berinteraksi; 70 Ibid,hal 6

Page 87: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxxxvii

2. Tingkat aspirasi yang belum tinggi;

3. Kegairahan yang sangat terbatas untuk memikirkan masa depan, sehingga

sulit sekali untuk membuat proyeksi;

4. Belum adanya kemampuan untuk menunda pengawasan suatu kebutuhan

tertentu, terutama kebutuhan materiil;

5. Kurangnya daya inovatif yang sebenarnya merupakan pasangan koservatif

Halangan-halangan tersebut selanjutnya oleh Soejorno Soekanto disebutkan

dapat diatasi dengan cara mendidik, melatih dan membiasakan diri untuk mempunyai

sikap-sikap sebagai berikut:71

1) Sikap yang terbuka terhadap pengalaman-pengalaman maupun penemuan-

penemuan baru, artinya sebanyak mungkin menghilangkan prasangka

terhadap hal-hal yang baru atau yang berasal dari luar seebelum dicoba

manfaatnya.

2) Senantiasa siap untuk menerima perubahan-perubahan setelah menilai

kekurangan-kekurangan yang ada pada saat ini,

3) Peka terhadap masalah-masalah yang terjadi disekitarnya dengan dilandasi

suatu kesadaran, bahwa persoalan-persoalan tersebut berkaitan dengan

dirinya.

4) Senantiasa mempunyai informasi yang selengkap mungkin mengenai

pendiriannya

5) Orientasi ke masa kini dan masa depan yang sebenarnya merupakan suatu

urutan.

71 Ibid hal 6-7

Page 88: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxxxviii

6) Menyadari potensi-potensi yang ada di dalam dirinya dan percaya bahwa

potensi-potensi tersebut akan dikembangkan,

7) Berpegang pada suatu perencanaan dan tidak pasrah pada nasib (yang buruk),

8) Percaya kepada kemampuan ilmu pengetahuan dan tehnologi di dalam

meningkatkan kesejahteraan umat manusia,

9) Menyadari dan menghormati hak, kewajiban maupun kehormatan diri sendiri

maupun pihak-pihak lain.

10) Perpegang teguh pada keputusan-keputusan yang diambil atas dasar penalaran

dan perhitungan yang mantap.

Persoalan lain yang ada erat kaitannya dengan masalah kebebasan peradilan

dalam usaha pencapaian penegakan hukum di Indonesia untuk mengembangkan

sarana kontrol terhadap lembaga peradilan baik yang berupa kontrol dari pada

lembaga ilmiah (Scientific Control) maupun kontrol dari masyarakat (Sosial Control).

Kontrol ini memang harus diakui sangat membatasi kebebasan peradilan, namun

untuk menegakan obyektifitas maka kontrol yang demikian mutlak diperlukan untuk

mencegah kemungkinan disalah gunakan kebebasan yang diberikan kepada lembaga

peradilan.

Untuk dapat mewujudkan sistem penegakan hukum yang berorientasi pada

perempuan dan remaja, maka perlu dilakukan pembaharuan baik pada tingkat PPU

maupun terhadap aparatur pelaksanaannya. Secara spesifik, Independence Judiciary

dalam arti luas meliputi hal-hal sebagai berikut:72

72 M. Muchsin, Seri Hukum Peradilan Kekuasaan Kehakiman Yang Merdeka dan Kebijakan Asasi,(Jakarta STIH IBLAM, 2004), hlm 8

Page 89: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

lxxxix

1) Peradilan memiliki yurisdiksi yang tidak terbatas terhadap seluruh isu-isu

yang menyangkut peradilan dan harus memiliki wewenang untuk menetapkan

apakah isu-isu yang dihadapkan adalah dalam lingkup sebagaimana

diperintahkan dalam Undang-undang.

2) Pengadilan harus menjamin bahwa proses peradilan dilaksanakan secara jujur

dan hak-hak para pihak (yang berperkara) dihormati dan dilindungi.

3) Perlindungan dan hak-hak asasi manusia para hakim dalam melaksanakan

tugasnya terutama dalam menghadapi setiap tuduhan-tuduhan dalam rangka

melaksanakan tugasnya.

4) Persoalan rekruitment, seleksi, mutasi pelatihan dan promosi hakim .

5) Penegakan disiplin para hakim dan penggajiannya.

Hal yang demikian sangat erat kaitannya dengan apa yang menjadi fungsi dari

pada hukum di dalam masyarakat terutama sekali dalam masyarakat yang sedang

membangun yaitu sebagai suatu sarana pembaharuan masyarakat. Menurut

Abdurrahman, hal utama sehubungan masalah kesadaran hukum ini adalah:73

Bagaimanakah memberikan kesadaran hukum dalam diri para penegak hukum ini sendiri agar supaya para penegak hukum itu tidak hanya memaksakan pelaksanaan hukum kepada orang lain saja sedangkan ia sendiri, tidak atau kurang mentaati ketentuan hukum yang sebenarnya berlaku bagi dirinya sendiri, pelanggaran-pelanggaran hukum oleh para penegak hukum sangatlah merusak kepercayaan masyarakat hukum yang berarti pula akan merusak kesadaran hukum masyarakat. Sebaliknya kepatuhan seseorang penegak hukum dalam melaksanakan suatu ketentuan hukum dapat dipandang sebagai langkah pertama kearah pembinaan kesadaran hukum masyarakat.

Pendapat Abdurrahman di atas dapat disimpulkan bahwa para penegak

hukum seharusnya menjadi contoh atau panutan bagi masyarakat dalam hal mentaati

73 Abdurrahman, Aneka Masalah Dalam Praktek Hukum Di Indonesia.(Bandung Alumni,1980)

Page 90: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xc

hukum yang berlaku, apabila dilakukan pelanggaran sehingga merusak kesadaran

hukum yang ada dalam masyarakat itu sendiri, untuk itu kesadaran hukum bagi para

penegak hukum harus benar-benar ditingkatkan, agar pembinaan kesadaran hukum

pada masyarakat dapat berjalan dengan baik dan memperoleh hasil yang memuaskan

sehingga peraturan hukum dapat diperlakukan secara efektif.

Sedangkan upaya penanggulangan pembunuhan bayi dengan memberikan

ajaran agama merupakan hal mutlak yang harus diajarkan kepada anak bahkan

semenjak mereka masih di usia muda. Dengan adanya ketaatan terhadap ajaran agama

maka dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama, dalam hal

ini termasuk hubungan seksual di luar pernikahan yang dapat berujung kepada

terjadinya infantiside.

Sebagai keluarga rasa kasih sayang antar anggota keluarga harus terus

dipelihara dengan baik. Dengan adanya situasi dalam keluarga yang harmonis dan

hangat, tidak akan sering timbul konflik sehingga anak terutama yang sedang

beranjak remaja dapat hidup dengan nyaman dan meminimalisir untuk dapat

terjerumus dalam kenakalan-kenakalan remaja. Orang tua harus bersikap terbuka

kepada anak, dan mau mendengarkan keluh kesah mereka. Hal ini dapat mendekatkan

anak dengan orangtua, dan orangtua dapat memantau dengan baik perkembangan

putra-putrinya, sehingga bila terdapat hal-hal yang menyimpang, orangtua dapat

langsung mengingatkan. Sebagai warga negara sekaligus masyarakat dalam lingkup

sosial, pencegahan dapat berawal dari apa yang ada di sekitar kita.Rumah pondokan

ataupun kost bebas menjadi sebuah tempat dengan berjuta karakternya, munculnya

kemaksiatan dan penyakit masyarakat yang lain tanpa adanya pengawasan terpadu

Page 91: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xci

menjadi sebuah keleluasaan tindakan yang mengarah kepada kebebasan tak

bertanggung jawab.

Penegak hukum, dan komisi khusus dalam menghadapi salah satu tindakan

pemusnahan manusia dalam bentuk infanticide atau bahkan aborsi merupakan

langkah yang dapat diwujudkan pada awalnya di kemudian hari. Law Enforcement

penting untuk lebih bersifat aktif dalam menangani infanticide, mengingat

kewenangan yang luas sekalipun mengambil hak-hak asasi manusia (menunda hak

untuk merdeka atau bebas dengan penjara). Hukum menyumbangkan peraturan bagi

tata kehidupan masyarakat untuk dapat menjaga nilai, norma ,bermasyarakat dan juga

pengaturan kebijakan. Hukum perlu menegakan peraturan baru khusus menangani

masalah infanticide, perkosaan, ataupun pergaulan bebas yang lebih tajam dalam

artian lebih tegas, sehingga sebuah langkah awal yang diharapkan, dan menjadikan

phobia ataupun ketakutan bagi pelaku ataupun masyarakat agar tidak terjadi hal-hal

tersebut di kemudian hari.

Tata tertib ataupun Peraturan Daerah yang melibatkan para pengusaha rumah

pondokan, kos, dan kontrakan seyogyanya mendapatkan perhatian lebih lanjut.

langsung dengan kasus tersebut juga perlu diperhatikan agar ruang gerak ataupun

ruang lingkup kebebasan yang tak bertanggung jawab tersebut menjadi lebih terbatas.

Kebudayaan luar yang tak terfiltrasi menjadi masalah yang sangat pelik dihadapi,

Kemudian informasi didapat, moral penyiaran, dan juga kemudahan teknologi global

menjadi hal tersendiri yang selanjutnya membutuhkan penanganan multidimensional.

Moral dapat dipertebal dengan pendidikan dan religi, sehingga diharapkan edukasi

Page 92: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xcii

religi menjadi lebih intens dalam membentuk pribadi-pribadi baru yang bertanggung

jawab.

Penegakan Hukum Pidana dalam Penaggulangan Pembunuhan Bayi Pada

Masa Yang Akan Datang sudah diatur dalam KONSEP KUHP 2008 yaitu dalam

Pasal 526 dan Pasal 527. Disamping itu masih tetap untuk pedoman para penegak

hukum adalah Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Dalam pembaharuan ini harus diusahakan agar sistem peradilan pembunuhan bayi

yang bersifat preventif, represif, dan punitif tidak menjadi faktor viktimogen. Hukum

pidana mempunyai fungsi menjadi dasar orang melindungi dan sekaligus

mempertahankan keseimbangan hak dan kewajiban masyarakat, negara, pelaku, dan

korban tindak pidana.

Akan tetapi para penegak hukum atau pelaksana hukum mengenai isi Pasal

526 dan Pasal 527 KONSEP KUHP 2008 belum begitu paham, karena memang

belum disahkan dan diundangkan, sehingga belum bisa disosialisasikan

Page 93: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xciii

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari uraian yang telah penulis sampaikan dalam penulisan tesis ini, maka

dapat penulis simpulkan dalam uraian yang singkat dalam bab ini sebagai berikut:

1. Penegakan Hukum Pidana dalam penanggulangan pembunuhan bayi yang

dirumuskan dalam perundang-undangan dewasa ini adalah: Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana sudah mengatur mengenai penanggulangan pembunuhan

bayi yaitu Pasal 341 dan Pasal 342, sedangkan pasal yang berkaitan dengan

penelantaran anak diatur dalam Pasal 306 s/d 308 dan Pasal 338. Selain itu masih

ada Pasal 80 ayat (3) Undang-Undang Perlindungan Anak yang ancaman

hukumannya lebih berat dibandingkan dengan KUHP.

Peraturan-Peraturan/Undang-Undang ini sudah diterapkan oleh para Penegak

Hukum/Pelaksana Hukum baik Penyidik, Penuntut Umum, maupun Hakim.

2. Penegakan Hukum Pidana dalam praktek Penanggulangan Pembunuhan Bayi di

Wilayah DIY, sudah mengetrapkan peraturan dan Undang-Undang yang berlaku

serta Pasal-Pasal yang bisa untuk menjerat pelaku pembunuhan bayi dan

pelaksanaannya sama dengan penyelesaian kasus-kasus tindak pidana pada

umumnya. Penyidik dalam melakukan pemeriksaan terhadap tersangka

pembunuhan bayi biasanya penyidiknya perempuan karena lebih teliti , sabar

dan hati-hati serta menghormati hak-hak asasi manusia.

Page 94: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xciv

Jaksa melakukan penuntutan berdasar Pasal 341 KUHP dan Pasal 80 ayat (3)

Undang-Undang No 23 Tahun 2002. Selain itu juga mempunyai faktor-faktor

pertimbangan yang melatar belakangi terjadinya suatu tindak pidana pembunuhan

bayi; keadaan dimana tindak pidana itu dilakukan, atribut-atribut pribadi dari

terdakwa maupun korban, tingkat penyesalan terdakwa, tingkat pemaafan korban

atau keluarga korban, pertimbangan-pertimbangan publik.

3. Penegakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Pembunuhan Bayi Pada Masa

Yang Akan Datang terdapat dalam KONSEP KUHP 2008, yaitu dalam Pasal 526

dan Pasal 527, namun secara garis besar belum mengatur tentang pembunuhan

bayi, hanya mengatur tentang penelantaran anak. Disamping itu masih tetap untuk

pedoman para penegak hukum adalah Undang-Undang No 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak.

B. SARAN

Dalam penulisan tesis ini penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. KONSEP KUHP 2008 lebih cepat disahkan akan lebih baik untuk pedoman bagi

para penegak hukum dan pelaksana hukum.

2. Penelitian mengenai penegakan hukum pidana dalam penanggulangan

pembunuhan bayi bisa di lakukan lagi pada Daerah yang lebih luas.

3. Penegak hukum dan Pelaksana hukum seharusnya juga membaca mengenai

KONSEP KUHP 2008 agar bisa memberi masukan atau perbaikan .

Page 95: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xcv

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-buku

Abdurahman, Aneka Masalah Dalam Praktek Hukum Di Indonesia, Bandung Alumni,

1980, hal 15 Arief, Barda Nawawi, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan

Kejahatan, Citra Aditya Bhakti, BAndung, 2001 __________________, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan

Hukum Pidana, Citra Aditya Bhakti, BAndung, 2001 __________________, Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan Kejahatan

dengan Pidana Penjara, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2000

__________________, Bunga Rampai Kebijakan Kriminal, Citra Aditya Bhakti,

Bandung, 2002 __________________, Sari Kuliah Perbandingan Hukum Pidana, PT. Rajagrafindo

Persada, Jakarta 2002. __________________, Kumpulan Hasil Seminar Nasional ke-1 s/d ke-, dan Konvensi

Hukum Nasional 2008, Pustaka Magister, Semarang, 2008 Atmasasmita, Romli, Sistem Peradilan Pidana Bandung Eresco 1996 hal 26. ________________, Teori Kapita Selekta Kriminologi, Penerbit PT. Eresco, Bandung

1982. Cyle, Linda, Classification and Description of Parents who Commit Filicide,

2004,Villanola University Journal Moelyatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Cetakan 21, Sinar Grafika,

Jakarta, 2001. Muladi dan Barda Nawawi Arief. Teori-teori Kebijakan Pidana, Cet 21, Sinar

Grafika, Jakarta,2001. Nyoman Serikat Putera Jaya, Kapita Selekta Hukum Pidana, BP. Universitas

Diponegoro, Semarang 2001 O. Notohamidjojo, Soal-soal Pokok Filsafat Hukum, Penerbit BPK Gunung Mulia,

1975.

Page 96: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xcvi

Purwadianto, Agus.,Budi Sampurna, Herkutanto, Kristal-kristal Ilmu Kedokteran

Forensik, Bagian IKF FK UI/Lembaga Kriminologi UI Jakarta 1981. Putra Jaya, Nyoman Sarikat, Kapita Selekta Hukum Pidana, Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, Semarang 2001. Richard Quinney, Criminology, Analysis and Critique of Crime in America, Little

Brownond Company, Boston/Toronto, 1975 RM. Suharto, Penuntutan Dalam Praktek Peradilan, Jakarta: Sinar Grafika, 2004,

Cetakan Kedua. Roeslan Saleh, Suatu Reorientasi Dalam Hukum Pidana, Aksara Baru, Jakarta, 1978. ____________, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Aksara Baru,

Jakarta, 1981 ______, Kapita Selekta Hukum Pidana, Aumni Bandung, 1986. Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum: Suatu Tinjauan Sosiologis, Badan

Pembinaan Hukum Nasional-Departemen Kehakiman, Jakarta 1983. ________________, Hukum dan Masyarakat, Bandung 1983. Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT

RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002. ________________, Penelitian Hukum Normatif, CV. Rajawali, Jakarta. ________________, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Pidato

Pengukuhan Guru Besar, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 1983 Soesilo R, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar-

komnetarnya Lengkap Pasal demi Pasal, Bogor 1983. Soegandhi, Buku Pedoman Pengadaan Visum et Repertum, Bagian Ilmu Kedokteran

Kehakiman, Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta, 1984 Sofwan Dahlan, Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak

Hukum, Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, 2000. Spinelli, Margaret, Maternal Infanticide Associated With Mental Illness; Prevention

and The Promised of Saved Lives, America Journal, 2004,page 16. Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, 1981

Page 97: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xcvii

Sumartono, Peranan Kepolisian Dalam Penanganan Kasus Kedokteran Forensik, Pertemuan Ilmiah Koordinasi Pelayanan Kedokteran Forensik, Yogyakarta, 1996.

Susi Hadidjah, Visum et Repertum KaitannyaDengan Penyelesaian Perkara Pidana

Di Pengadilan, Fakultas Kedokteran UGM, 1994. B. Undang-undang, Jurnal, dan Makalah

Undang-undang RI No.39 tahun 1999: Tentang Hak Asasi Manusia Undang-undang RI No.23 Tahun 2002: Tentang Perlindungan Anak Undang-undang RI No.16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia Undang-Undang RI No.8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana. Undang-Undang RI No.14 Tahun 1970 Tentang Pokok-pokok Kekuasaan

Kehakiman. Jurnal Pembaharuan Hukum Volume 1/No,2/Februari 2006, Program Magister Ilmu

Hukum Pascasarjana UNDIP Semarang. Jurnal Pembaharuan Hukum Volume 3/No 2/Oktober 2007, Program Magister Ilmu

Hukum Pascasarjana UNDIP Semarang. Kepolisian Negara RI Daerah Istimewa Yogyakarta, Peran Scientific Investigtion

dalam Pengungkapan Kecelakaan/Kejahatan terhadap Manusia, Makalah disampaikan pada Simposium Penyelidikan Ilmiah Medis dalam Penegakan Hukum dalam Rangka HUT Fakultas Kedokteran UGM ke-58 dan RS Dr Sardjito ke-22. 6 Maret 2004.

Masalah-Masalah Hukum Edisi II/Juli-September 1998 Majalah Ilmiah Fakultas

Hukum UNDIP Semarang Surat kabar Kedaulatan Rakyat 12 Oktober 2007 Surat Kabar Kedaulatan Rakyat 24 Maret 2008 Surat Kabar Kedaulatan Rakyat 11 September 2008

Page 98: PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN … · Dalam sejarah kemanusiaan, tak sedikit yang mencatat kejadian dimana ... Forensik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Di dusun Bongoskenthi,

xcviii