repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_full.pdf · i evaluasi drug therapy...

141
i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Kajian Terhadap Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri Periode Februari 2006 - Oktober 2008 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Yosephin Dyah Susilo Pratiwi NIM : 058114113 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

Upload: others

Post on 19-Nov-2020

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

i

EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS

PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP

DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Kajian Terhadap Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri

Periode Februari 2006 - Oktober 2008

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Yosephin Dyah Susilo Pratiwi

NIM : 058114113

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

Page 2: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

ii

EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS

PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP

DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Kajian Terhadap Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri

Periode Februari 2006 - Oktober 2008

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Yosephin Dyah Susilo Pratiwi

NIM : 058114113

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

Page 3: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

iii

Persetujuan Skripsi

EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS

PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP

DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Kajian Terhadap Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri

Periode Februari 2006 - Oktober 2008

Oleh :

Yosephin Dyah Susilo Pratiwi

NIM : 058114113

Skripsi ini telah disetujui oleh :

Pembimbing I

dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK tanggal 3 Juli 2009

Pembimbing II

M. Wisnu Donowati, M.Si., Apt. tanggal 3 Juli 2009

Page 4: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

iv

Pengesahan Skripsi Berjudul

EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP

DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Kajian Terhadap Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri

Periode Februari 2006 - Oktober 2008

Page 5: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ketika aku merasa lelah dan tak berdaya dari usaha yang sepertinya

sia-sia, Tuhan tahu betapa keras aku telah berusaha............

Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan aku memiliki tujuan untuk

digenapi, maka Tuhan telah memanggilku dengan namaku.

Terpujilah TUHAN, gunung batuku, yang mengajar tanganku untuk bertempur, dan jari-jariku untuk berperang.

(Mazmur 144 : 1)

Segala perkara dapat kutanggung di dalam dia yang memberi kekuatan kepadaku.

(Filipi 4:13)

Karena itu dengan penuh keyakinan, aku menyerahkan

segala kekuatiranku kepada-Nya karena DIA memelihara

aku & tak pernah membiarkanku berjalan sendirian..........

Kupersembahkan karyaku yang sederhana ini untuk :

Yesus Kristus yang menjadi kekuatan & harapanku dalam segala hal,

Bunda Maria yang selalu menyertai dan memberkati setiap langkahku,

Bapak dan ibuku tersayang, yang tak pernah berhenti memberikan

semangat, dukungan, nasehat, kasih, perhatian, dan doanya,

Those who I cherish deeply in my heart,

RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta & my future patients,

All my lovely friends & Almamaterku

Page 6: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Yosephin Dyah Susilo Pratiwi Nomor Mahasiswa : 058114113

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Kajian Terhadap Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri Periode Februari 2006 - Oktober 2008 beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 11 Agustus 2009 Yang Menyatakan

Yosephin Dyah Susilo Pratiwi

Page 7: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas

segala berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Evaluasi Drug Therapy Problems Penggunaan Antibiotika Selama

Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Kajian Terhadap Kasus Operasi

Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri Periode Februari 2006 - Oktober 2008”

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi pada program

studi Ilmu Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan semangat, motivasi, dorongan, kritik dan saran sampai

terselesaikannya skripsi ini, terutama kepada :

1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik

atas arahan, saran, dan bimbingannya selama ini.

3. dr. Fenty, MKes, Sp.PK. selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan

waktu serta memberikan bimbingan, saran, masukan, kritik dan motivasi

kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktu serta memberikan bimbingan, saran, masukan, kritik dan

motivasi kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

Page 8: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

viii

5. Yosef Wijoyo, M.Si.,Apt. selaku dosen penguji atas segala arahan, kritik,

saran, masukan, serta waktunya.

6. Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen penguji atas segala arahan, kritik,

saran, masukan, serta waktunya.

7. Dra. Sri Kadarinah Apt. atas waktu, bimbingan, arahan, masukan, dan

bantuannya selama penelitian di RSUP Dr. Sardjito.

8. Para dosen di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang

telah memberikan bekal kepada penulis untuk praktik kefarmasiannya kelak.

9. Staff Rekam Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta (dr. Endang, Ibu Ndari,

Bapak Mardi), serta Ibu Mami, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya

selama penulis melakukan penelitian.

10. Staff SMF Bedah (Mas Santo, Mbak Erli), staff bagian Sanitasi, dan Instalasi

Farmasi terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya selama penulis

melakukan penelitian.

11. Bapak Ibuku tercinta, terima kasih untuk semua doa, cinta, perhatian,

motivasi, dan dukungannya. Terima kasih telah membuat hidupku sangat

bahagia, berwarna, dan penuh inspirasi.

12. Pakde Praba dan Suster Agatha, terimakasih atas dukungan dan doanya, juga

Mbak Winda, Mas Tatuk, Mas Toro, Tata yang selalu membantuku dan

mengisi hari-hariku.

13. Mas Anton yang telah mengajarkanku untuk selalu percaya diri, juga Mas

Boni, Mbak Tina dan Indah terima kasih untuk dukungannya agar cepat

menyelesaikan skripsiku dan cepat ujian.

Page 9: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

ix

14. Sahabat-sahabatku Aline, Flora, Denky, Suster Bernadeta, Dina, Cori, Fanny.

Terima kasih untuk kebersamaannya selama ini dan terima kasih sudah

menerimaku apa adanya.

15. Sahabatku di SMA Cintami, Eka, Tyas terima kasih untuk doa dan

dukungannya ya, terimakasih atas persahabatan yang indah hingga saat ini.

16. Teman-teman seperjuanganku selama pengambilan data di ICM, Melda, Lina

Chen, Deta, Sinta, Tika, Lia, Sella, mbak Tysom, dr.Ita, dan para teman

sejawat yang lain, terima kasih untuk kebersamaan dan kerjasamanya selama

mengambil data.

17. Teman-teman FKK 2005 Roni, Tara, Maya, Pipit, Donald, Stelli, Wisely,

Bustan, Bamby, Tami, Nolen, dan semua teman - temanku di farmasi yang

lain terutama kelas C angkatan 2005 yang tidak dapat disebutkan satu -

persatu, terimakasih untuk kebersamaan, kerjasama dan semua proses yang

kita lalui selama ini.

18. Teman-teman Komunitas Organis KoBar, Lian, Finza, Ajeng, Yulius, Bonny,

Ivan, Henny dll, teman-teman PSF Veronica dan teman-teman kelompok

koor yang lain di mana saja, terimakasih untuk kebersamaan, kerjasama,

inspirasi dan hari-hari yang berwarna di dalam musik.

19. Teman-teman KKNku, terimakasih atas kebersamaan & kerjasama yang telah

kita lalui bersama, mari kita berjuang bersama untuk lulus bersama.

20. Semua orang yang membuat hidupku lebih bersemangat dan menjadi

berwarna, terima kasih telah membuat hidupku lebih indah dan menarik

setiap harinya.

Page 10: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

x

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan skripsi

ini, sehingga saran, masukan, serta kritik yang membangun sangat penulis

harapkan. Semoga karya tulis yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi

para pembaca serta bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, Mei 2009

Penulis

Page 11: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

xi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Mei 2009

Penulis

Yosephin Dyah Susilo Pratiwi

Page 12: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

xii

INTISARI

Pemberian antibiotik yang tidak tepat merupakan salah satu faktor risiko surgical site infection. Antibiotika profilaksis diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi, sedangkan antibiotika terapi diberikan kepada pasien yang sudah mengalami infeksi. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika pada operasi Hernia Inguinal pasien geriatri selama rawat inap di RSUP Dr. Sardjito periode Februari 2006 - Oktober 2008.

Penelitian ini merupakan penelitian noneksperimental, dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Tahap penelitian meliputi perencanaan, analisis situasi, pengumpulan data, dan evaluasi, dengan instrumen penelitian berupa lembar rekam medis pasien. Data diambil dan dianalisis berdasarkan penyakit penyerta, jenis hernia inguinal, golongan antibiotik, jenis antibiotik, dan analisis Drug Therapy Problems (DTPs) penggunaan antibiotik selama rawat inap.

Hasil yang diperoleh adalah 36 kasus. Persentase berdasarkan penyakit penyerta, yaitu (5,56%) kasus dengan penyakit penyerta hipertensi, (2,78%) kasus dengan CHF, dan (2,78%) kasus dengan batu buli. Jenis hernia inguinal, yaitu (83,33%) kasus dengan jenis hernia inguinal indirek dan (16,67%) kasus dengan jenis hernia inguinal direk. Penggunaan antibiotik terbanyak adalah seftriakson, yaitu (88,89%) penggunaan pada profilaksis bedah, (22,22%) penggunaan pada terapi sebelum operasi, dan (86,11%) penggunaan pada terapi postoperasi. Identifikasi DTPs penggunaan antibiotik diperoleh 3 kasus, yang terdiri dari 6 kasus dosis terlalu rendah (16,67%), 1 kasus efek obat merugikan (2,78%), dan 2 kasus dosis terlalu tinggi (5,56%). Outcome terapi pasien, lama tinggal terbanyak pada lama perawatan 6 – 10 hari (58,33%), keadaan pasien keluar rumah sakit sebanyak 35 kasus keluar rumah sakit dengan keadaan sembuh / membaik.

Kata kunci : antibiotika profilaksis, antibiotika terapi, hernia inguinal, geriatri,

Drug Therapy Problems

Page 13: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

xiii

ABSTRACT

Unappropriately administered antibiotic is one of risk factor for surgical site infection. Antibiotic prophylaxis is given to prevent infection, while antibiotic therapy is given to the patient who has been experienced infection. The aims of this research is to evaluate the using of the antibiotic in geriatric patients case inguinal hernia surgery during opname at RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta period Februari 2006 - Oktober 2008.

This research is a nonexperimental research, and done with the evaluative descriptive design and the data were obtained by retrospective method. The steps of this research is planning, analize of the situation, data collecting, and evaluation, with medical record of the research instrument. The data being taken and analized were based on illness inverted, type of inguinal hernia, antibiotic classification, type of antibiotic, and the analize of the Drug Therapy Problems (DTPs) about the using of antibiotic during opname.

The results of this research was 36 cases. Percentage of the illness inverted, was (5,56%) case with hipertensy, (2,78%) case with CHF, and (2,78%) case with kidney stone. Type of inguinal hernia, (83,33%) case with indirect inguinal hernia and (16,67%) case with direct inguinal hernia. The most of antibiotic used was ceftriaxone, that was (88,89%) used for prophylaxis in surgery, (22,22%) used for therapy before surgery, and (86,11%) used for therapy after surgery. Identifying DTPs of using the antibiotic yielded 3 cases, consist of 6 case dosage too low (16,67%), 1 case adverse drug reaction (2,78%), and 2 case dosage too high (5,56%). Outcome therapy patient, the most length of stay was 6 – 10 day (58,33%), patient condition out from hospital was 35 case with recover / fine condition. Key words : antibiotic prophylaxis, antibiotic therapy, inguinal hernia, geriatric,

Drug Therapy Problems

Page 14: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v

PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..................................... vi

PRAKATA .................................................................................................. vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... xi

INTISARI .................................................................................................... xii

ABSTRACT .................................................................................................. xiii

DAFTAR ISI ............................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xxiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xxiv

BAB I. PENGANTAR .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

1. Perumusan masalah .................................................................. 3

2. Keaslian penelitian ................................................................... 4

3. Manfaat penelitian .................................................................... 5

a) Manfaat teoritis ................................................................... 5

b) Manfaat praktis ................................................................... 5

B. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5

1. Tujuan umum ........................................................................... 5

Page 15: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

xv

2. Tujuan khusus .......................................................................... 5

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA........................................................ 7

A. Hernia Inguinal............................................................................. 7

1. Definisi ..................................................................................... 7

2. Jenis-jenis hernia inguinal ........................................................ 8

3. Komplikasi hernia inguinal ...................................................... 9

4. Penatalaksanaan hernia inguinal .............................................. 9

B. Infeksi ........................................................................................... 10

1. Definisi Infeksi ......................................................................... 10

2. Surgical Site Infection .............................................................. 11

a) Definisi .............................................................................. 11

b) Faktor risiko surgical site infection .................................. 12

c) Penatalaksanaan surgical site infection ............................. 13

3. Sel darah putih ......................................................................... 13

C. Antibiotika ................................................................................... 14

1. Definisi ..................................................................................... 14

2. Prinsip penggunaan antibiotik .................................................. 14

3. Antibiotik profilaksis ............................................................... 15

3.1.Jenis - jenis antibiotik profilaksis ...................................... 15

3.2.Waktu dan dosis pemberian ............................................... 16

4. Antibiotik terapetik .................................................................. 16

D. Geriatri ......................................................................................... 17

1. Definisi ..................................................................................... 17

Page 16: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

xvi

2. Perubahan farmakokinetik ....................................................... 17

3. Prinsip pengobatan pada geriatri .............................................. 18

4. Penggunaan antibiotik pada geriatri ......................................... 19

E. Drug Therapy Problems ............................................................... 20

1. Definisi drug therapy problems ............................................... 20

2. Pengelompokan dan penyebab drug therapy problems ........... 20

F. Keterangan Empiris ...................................................................... 22

BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................ 23

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................... 23

B. Definisi Operasional .................................................................... 23

C. Subyek Penelitian ......................................................................... 25

D. Bahan Penelitian........................................................................... 25

E. Lokasi Penelitian .......................................................................... 25

F. Tata Cara Penelitian ..................................................................... 26

1. Perencanaan ............................................................................. 26

2. Analisis situasi ......................................................................... 26

3. Pengumpulan data .................................................................... 26

4. Tahap penyelesaian data .......................................................... 27

a) Pengolahan data ................................................................ 27

b) Evaluasi data ..................................................................... 27

G. Kesulitan Penelitian ..................................................................... 29

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 31

A. Karakteristik Kasus Operasi Hernia Inguinal .............................. 32

Page 17: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

xvii

1. Berdasarkan adanya penyakit penyerta .................................... 32

2. Berdasarkan jenis hernia inguinal ............................................ 33

B. Profil Penggunaan Obat ............................................................... 35

1. Obat antiinfeksi ........................................................................ 36

2. Anestesi .................................................................................... 36

3. Analgesik / Antiinflamasi ....................................................... 37

4. Obat sistem kardiovaskuler ...................................................... 37

5. Obat saluran cerna .................................................................... 37

6. Infus / cairan elektrolit ............................................................ 38

7. Obat saluran pernapasan ......................................................... 38

8. Vitamin ..................................................................................... 38

9. Obat neurotropik, nootropik & antiparkinson .......................... 38

10. Obat otot skelet dan sendi ....................................................... 39

C. Profil Penggunaan Antibiotik ....................................................... 39

1. Golongan dan jenis antibiotik ................................................. 39

2. Indikasi dan pilihan terapi antibiotik....................................... 42

3. Cara pemberian antibiotik ...................................................... 44

4. Waktu pemberian antibiotik .................................................... 44

D. Drug Therapy Problems (DTPs) .................................................. 45

1. Dosis terlalu rendah ................................................................ 47

2. Efek obat merugikan ............................................................... 48

3. Dosis terlalu tinggi .................................................................. 49

E. Outcome Terapi ............................................................................ 49

Page 18: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

xviii

1. Lama tinggal (length of stay) .................................................. 50

2. Keadaan pasien keluar............................................................. 50

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 52

A. Kesimpulan .................................................................................. 52

B. Saran ............................................................................................. 54

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 55

LAMPIRAN ................................................................................................ 58

BIOGRAFI PENULIS ................................................................................ 117

Page 19: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

xix

DAFTAR TABEL

Tabel I Kuman Penginfeksi yang Umumnya Muncul pada Kulit / Jaringan Lunak................................ 10 Tabel II Faktor resiko Surgical Site Infection ………...……........ 12 Tabel III Klasifikasi Luka Operasi …...........................…….......... 12 Tabel IV Identifikasi Drug Therapy Problems .............................. 21 Tabel V Profil Penggunaan Obat Selama Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2006 - Oktober 2008......... 36 Tabel VI Golongan dan Jenis Antibiotik Profilaksis Kasus

Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2006-Oktober 2008........... 39

Tabel VII Golongan dan Jenis Antibiotik Terapi yang Diberikan Sebelum Operasi pada pada Pasien Geriatri Kasus Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2006 - Oktober 2008............................. 40 Tabel VIII Golongan dan Jenis Antibiotik Terapi yang Diberikan Postoperasi pada Pasien Geriatri Kasus Operasi

Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2006 - Oktober 2008............................. 41

Tabel IX Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito periode Februari 2006 - Oktober 2008............................. 45

Tabel X Jenis DTPs Penggunaan Antibiotik Pasien Geriatri Selama Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito

Periode Februari 2006 - Oktober 2008..............................46 Tabel XI Kasus DTPs Dosis Terlalu Rendah pada Penggunaan

Antibiotik Selama Rawat Inap Kasus Operasi Hernia Inguinal Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito periode Februari 2006 - Oktober 2008 ............................47

Tabel XII Kasus DTPs Efek Obat Merugikan pada Penggunaan Antibiotik Selama Rawat Inap Kasus Operasi Hernia Inguinal Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2006 - Oktober 2008............... 48

Tabel XIII Kasus DTPs Dosis Terlalu Tinggi pada Penggunaan Antibiotik Selama Rawat Inap Kasus Operasi Hernia Inguinal Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2006 - Oktober 2008............................. 49 Tabel XIV Kajian DTPs Kasus 1 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 58

Page 20: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

xx

Tabel XV Kajian DTPs Kasus 2 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 59 Tabel XVI Kajian DTPs Kasus 3 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 60 Tabel XVII Kajian DTPs Kasus 4 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 61 Tabel XVIII Kajian DTPs Kasus 5 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 62 Tabel XIX Kajian DTPs Kasus 6 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 63 Tabel XX Kajian DTPs Kasus 7 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 64 Tabel XXI Kajian DTPs Kasus 8 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 65 Tabel XXII Kajian DTPs Kasus 9 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 66 Tabel XXIII Kajian DTPs Kasus 10 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 67 Tabel XXIV Kajian DTPs Kasus 11 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 68 Tabel XXV Kajian DTPs Kasus 12 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 69 Tabel XXVI Kajian DTPs Kasus 13 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 70 Tabel XXVII Kajian DTPs Kasus 14 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 71

Page 21: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

xxi

Tabel XXVIII Kajian DTPs Kasus 15 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 72 Tabel XXIX Kajian DTPs Kasus 16 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 73 Tabel XXX Kajian DTPs Kasus 17 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 74 Tabel XXXI Kajian DTPs Kasus 18 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 75 Tabel XXXII Kajian DTPs Kasus 19 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 76 Tabel XXXIII Kajian DTPs Kasus 20 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 77 Tabel XXXIV Kajian DTPs Kasus 21 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 78 Tabel XXXV Kajian DTPs Kasus 22 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 79 Tabel XXXVI Kajian DTPs Kasus 23 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 80 Tabel XXXVII Kajian DTPs Kasus 24 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 81 Tabel XXXVIII Kajian DTPs Kasus 25 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 82 Tabel XXXIX Kajian DTPs Kasus 26 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 83 Tabel XL Kajian DTPs Kasus 27 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 84

Page 22: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

xxii

Tabel XLI Kajian DTPs Kasus 28 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 85 Tabel XLII Kajian DTPs Kasus 29 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 86 Tabel XLIII Kajian DTPs Kasus 30 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 87 Tabel XLIV Kajian DTPs Kasus 31 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 88 Tabel XLV Kajian DTPs Kasus 32 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 89 Tabel XLVI Kajian DTPs Kasus 33 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 90 Tabel XLVII Kajian DTPs Kasus 34 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 91 Tabel XLVIII Kajian DTPs Kasus 35 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 92 Tabel XLIX Kajian DTPs Kasus 36 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008................................ 93

Page 23: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

xxiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Hernia Inguinal.................................................................... 7

Gambar 2 Jenis Hernia Inguinal........................................................... 9

Gambar 3 Klasifikasi Surgical Site Infection........................................ 11

Gambar 4 Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri

Berdasarkan Adanya Penyakit Penyerta di RSUP Dr. Sardjito

Periode Februari 2006 – Oktober 2008............................... 33

Gambar 5 Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri

Berdasarkan Jenis Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito

Periode Februari 2006 – Oktober 2008............................... 34

Gambar 6 Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri

Berdasarkan Sifat Benjolan Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito

Periode Februari 2006 – Oktober 2008............................... 35

Gambar 7 Lama Perawatan (Length of Stay) Pasien Geriatri yang

Menjalani Operasi Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito

Periode Februari 2006 – Oktober 2008 .............................. 50

Gambar 8 Keadaan Pasien Keluar Rumah Sakit.................................. 51

Page 24: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

xxiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis SOAP ..................................................................... 58

Lampiran 2 Golongan Obat yang Digunakan Pasien Selama

Rawat Inap .......................................................................... 94

Lampiran 3 Data Kultur Kuman di Ruang Operasi ................................ 98

Lampiran 4 Standar Pelayanan Medis Bedah Digestif ........................... 101

Lampiran 5 Daftar Istilah Medis ............................................................ 106

Lampiran 6 Izin Pengambilan Data di ICM ........................................... 108

Lampiran 7 Lembar Pernyataan Peneliti ................................................ 109

Lampiran 8 Persetujuan Penelitian di Instalasi Farmasi ......................... 110

Lampiran 9 Persetujuan Penelitian di Instalasi Sanitasi ......................... 111

Lampiran 10 Persetujuan Penelitian di SMF Bedah ................................ 112

Lampiran 11 Surat Pengantar Penelitian di Instalasi Farmasi .................. 113

Lampiran 12 Surat Pengantar Penelitian di Instalasi Sanitasi .................. 114

Lampiran 13 Surat Pengantar Penelitian di SMF Bedah .......................... 115

Lampiran 14 Surat Keterangan Selesai Penelitian.................................... 116

Page 25: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Berdasarkan Pusat Statistik Kesehatan Nasional Amerika diketahui

bahwa surgical site infection (SSI) terjadi pada 3% - 6% pasien dan memperlama

waktu tinggal di rumah sakit. Surgical site infection merupakan kasus ketiga

terbanyak (14%-16%) yang menyebabkan infeksi nosokomial pada pasien di

rumah sakit, dan menempati urutan pertama (40%) yang menyebabkan infeksi

nosokomial pada pasien operasi (Di Piro, 2005). Hasil studi deskriptif Suwarni di

semua rumah sakit di Yogyakarta tahun 1999 menunjukkan bahwa proporsi

kejadian infeksi nosokomial berkisar antara 0,0% hingga 12,06%, dengan rata-rata

keseluruhan 4,26% (Suwarni, 2001). Faktor risiko terjadinya surgical site

infection dapat dipengaruhi dari segi pasien, segi proses bedah, dan

mikroorganisme di tempat operasi. Usia lanjut merupakan salah satu faktor risiko

surgical site infection dari segi pasien (Schwartz, 2005). Pada usia lanjut

pertahanan tubuh menurun, lebih mudah terjadi infeksi sehingga diperlukan

penggunaan antibiotik (Wattimena, 1991).

Antibiotik profilaksis menjadi standar pertimbangan untuk semua

prosedur bedah kecuali bedah bersih, seperti elektif, nontraumatik, tidak disertai

inflamasi akut, dan tidak memasuki saluran pernafasan, saluran pencernaan, atau

traktus urinarius. Nilai infeksi luka sesudah operasi pada prosedur bersih kurang

lebih 2% (Lawrence, Stephen, Maxine, 2002).

Page 26: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

2

Operasi hernia inguinal merupakan operasi elektif yang termasuk dalam

prosedur bersih (kelas I) dimana tidak memerlukan penggunaan antibiotik

profilaksis, kecuali apabila terdapat pemasangan alat perlengkapan prostetik

(misalnya mesh atau klep). Karena adanya akibat yang serius dari luka infeksi

setelah bedah bersih dimana material prostetik ditanamkan ke dalam jaringan,

pasien yang menjalani prosedur tersebut dapat menerima dosis tunggal antibiotik

preoperatif (Schwartz, 2005). Perkembangan luka infeksi sesudah operasi

merupakan kejadian yang biasa terjadi dan memiliki peranan penting sebagai

penyebab morbiditas dan memperlama waktu tinggal di rumah sakit (Lawrence

dkk, 2002). Pasien yang sudah mengalami infeksi, membutuhkan pemberian

antibiotik berdasarkan hasil kultur atau berdasarkan organisme yang paling

mungkin berperan pada terjadinya infeksi sementara menunggu hasil kultur

(Grace dan Borley, 2006).

Pemilihan antibiotik ditentukan oleh keadaan klinis pasien, kuman -

kuman yang berperan, dan sifat antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat

akan mengakibatkan pesatnya pertumbuhan kuman yang resisten, efek samping

yang potensial berbahaya bagi pasien, dan beban biaya bagi pasien (Noer, 1996).

Penilaian segi manfaat dan risiko pada pasien geriatri harus selalu

dipertimbangkan sebelum pemberian suatu obat, oleh karena berbagai perubahan

fisiologis yang terjadi pada usia lanjut, gangguan mekanisme homeostatis dan

keadaan umum lemah, sering terjadi perubahan farmakodinamik, farmakokinetik

obat, sehingga memudahkan pasien mengalami efek samping obat (Suyono,

2001).

Page 27: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

3

Evaluasi penggunaan antibiotik pada kasus operasi bersih pasien geriatri

perlu dilakukan, mengacu pada kriteria Drug Therapy Problems antara lain

adanya terapi obat tanpa indikasi, indikasi penyakit yang tidak diberikan terapi,

ketidakefektifan pemilihan obat, dosis yang kurang, terjadinya adverse drug

reaction, dan dosis yang berlebih (Cipolle, Strand, dan Morley, 2004). Adapun

pemilihan RSUP Dr. Sardjito sebagai tempat penelitian dikarenakan perannya

sebagai rumah sakit umum pendidikan kelas A dan rumah sakit rujukan bagi DI

Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian Selatan, selain itu pelayanan pasien geriatri

menjadi salah satu pelayanan unggulan di RSUP Dr. Sardjito (Anonim, 2009a).

1. Perumusan masalah

Masalah yang dapat dirumuskan mengenai evaluasi drug therapy

problems penggunaan antibiotika pada operasi hernia inguinal pasien geriatri

selama rawat inap di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta periode Februari 2006-

Oktober 2008 adalah :

a. Bagaimana karakteristik pasien geriatri yang menjalani operasi Hernia

Inguinal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Februari 2006-

Oktober 2008, yang meliputi ada tidaknya penyakit penyerta, jenis dan

sifat hernia inguinal ?

b. Bagaimana pola penggunaan antibiotika selama rawat inap pada pasien

geriatri yang menjalani operasi Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta periode Februari 2006-Oktober 2008, yang meliputi :

1) profil penggunaan antibiotik profilaksis?

Page 28: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

4

2) jenis dan golongan antibiotik terbanyak yang digunakan oleh pasien

selama rawat inap?

c. Bagaimana kajian Drug Therapy Problems pada pengunaan antibiotika

selama rawat inap pasien geriatri yang menjalani operasi Hernia Inguinal

di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Februari 2006-Oktober 2008,

yang meliputi :

1) apakah ada terapi obat tanpa indikasi?

2) apakah perlu terapi tambahan?

3) adakah pemakaian obat yang tidak efektif?

4) apakah dosis yang diterima pasien kurang?

5) apakah terjadi adverse drug reaction?

6) apakah dosis yang diterima pasien berlebih?

d. Bagaimanakah outcome terapi pasien geriatri yang menjalani operasi

hernia inguinal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Februari 2006

– Oktober 2008?

2. Keaslian penelitian

Berdasarkan penelusuran penulis, penelitian mengenai penggunaan

antibiotik pada operasi hernia inguinal sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain

dengan judul “Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Bedah Hernia Inguinal

Penelitian pada Bagian Bedah RSU Dr.Soetomo Surabaya” (Chodijayanti, 2007).

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chodijayanti berbeda dalam hal

subjek, lokasi, dan analisis penelitian.

Page 29: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

5

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

kerasionalan penggunaan antibiotik selama rawat inap pada kasus hernia

inguinal khususnya bagi pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi dan bahan masukan

dalam hal penggunaan antibiotik pada prosedur pembedahan terutama

bagi pasien geriatri pada kasus hernia inguinal di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui profil penggunaan antibiotika selama rawat inap pada

pasien geriatri yang menjalani operasi hernia inguinal di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta periode Februari 2006-Oktober 2008.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khususnya yaitu :

a. Untuk mengetahui karakteristik pasien geriatri yang menjalani operasi

Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Februari 2006-

Oktober 2008, yang meliputi ada tidaknya penyakit penyerta, jenis dan

sifat hernia inguinal.

Page 30: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

6

b. Untuk mengetahui pola penggunaan antibiotika selama rawat inap pada

pasien geriatri yang menjalani operasi Hernia Inguinal di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta periode Februari 2006-Oktober 2008, yang meliputi

profil penggunaan antibiotik profilaksis serta jenis dan golongan

antibiotik terbanyak yang digunakan oleh pasien selama rawat inap.

c. Mengetahui kajian Drug Therapy Problems penggunaan antibiotika

selama rawat inap pada pasien geriatri yang menjalani operasi Hernia

Inguinal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Februari 2006-

Oktober 2008, yang meliputi :

1) adanya terapi obat tanpa indikasi

2) adanya indikasi penyakit yang tidak diberikan terapi

3) adanya pemakaian obat yang tidak efektif

4) adanya dosis yang kurang

5) terjadinya adverse drug reaction

6) adanya dosis yang berlebih.

d. Mengetahui outcome terapi pasien geriatri yang menjalani operasi hernia

inguinal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Februari 2006 –

Oktober 2008.

Page 31: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Hernia Inguinal

1. Definisi

Hernia inguinal merupakan penonjolan viskus dari posisi normalnya

melalui suatu celah/area yang lemah pada cincin inguinal dan dapat menurun

sampai ke dalam scrotum (Crowley, 2001). Semua hernia terjadi melalui celah

lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang didukung oleh

adanya peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.

Peningkatan tekanan intraabdomen disebabkan oleh beberapa faktor seperti batuk

kronis, konstipasi, obstruksi leher vesika atau uretral, parturisi, muntah,

penggunaan otot berlebihan, keganasan abdomen dan ascites (Marijata, 2006).

Gambar 1. Hernia Inguinal (Anonim, 2009 a)

Page 32: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

8

2. Jenis-jenis hernia inguinal

Hernia inguinal dibedakan menjadi 3 jenis umum, yaitu :

a. Indirek

Hernia inguinal indirek biasanya bersifat kongenital (Marijata, 2006).

Jenis hernia ini dapat dimasukkan dengan tekanan oleh jari-jari di sekitar cincin

inguinalis interna, seperti leher yang sempit dan banyak terjadi pada pria usia

muda, sebanyak 3% pertahun kasus ini terjadi dengan komplikasi (Grace dan

Borley, 2006).

b. Direk

Biasanya merupakan penonjolan difus dari bagian medial dinding

posterior kanalis inguinal, medial dari arteri epigastrika inferior, dan di belakang,

atas serta bawah korda. Hernia inguinal direk bersifat didapat (acquired) kecuali

pada jenis yang jarang dimana terdapat ofisium sirkular yang kaku dan kecil pada

conjoint tendon (Marijata, 2006). Hernia inguinalis direk biasanya memiliki leher

yang lebar, sulit dimasukkan dengan penekanan jari-jari tangan dan lebih sering

pada pria usia tua, sebanyak 0,3% kasus pertahun mengalami strangulasi (Grace

dan Borley, 2006).

c. Indirek dan Direk

Hernia inguinalis jenis ini disebut juga ganda, hernia pantalon atau hernia

saddle bag. Hernia ini terdiri dari dua kantong yang melintasi vasa epigastrika

inferior (Marijata, 2006). Sedangkan sifat benjolan pada hernia inguinal

dibedakan menjadi reponible dimana sifat benjolan keluar masuk, dan irreponible

yaitu sifat benjolan menetap (Anonim, 2005).

Page 33: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

9

Gambar 2. Jenis Hernia Inguinal (Anonim, 2009 b)

3. Komplikasi hernia inguinal

Komplikasi pada hernia inguinal dapat berupa inkarserasi, obstruksi, atau

strangulasi usus. Obstruksi usus di dalam kantung mempunyai gambaran klinik

seperti obstruksi usus halus atau usus besar lainnya. Strangulasi merupakan risiko

obstruksi usus, tetapi obstruksi tidak selalu timbul (Schrock, 1993).

4. Penatalaksanaan hernia inguinal

Perbaikan dengan bedah biasanya dilakukan pada pasien-pasien dengan

hernia yang berisiko komplikasi, hernia dengan adanya gejala-gejala obstruksi

sebelumnya, dan hernia dengan risiko komplikasi yang rendah namun dengan

gejala yang mengganggu gaya hidup (Grace dan Borley, 2006).

Untuk hernia reponibilis dan irreponibilis dilakukan operasi elektif

sedangkan untuk hernia inkarserata dan strangulata dilakukan operasi darurat.

Pengobatan untuk herniotomi elektif, yaitu simtomatis untuk rasa nyeri dapat

digunakan asam mefenamat 3x500 mg per hari untuk 3 hari atau antalgin 3x500

mg. Untuk herniotomi darurat apabila belum terjadi perforasi dapat digunakan

Page 34: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

10

Ampicillin 3x1 gram per hari untuk 5 hari, apabila sudah terjadi perforasi dapat

digunakan ampicillin 3x1 gram, gentamisin 2x80 mg, flagyl suppositoria 3x500

mg, pengobatan selama 5 hari (Anonim, 1999).

Antibiotik profilaksis yang direkomendasikan pada operasi hernia adalah

sefazolin dan hanya direkomendasikan pada risiko yang tinggi, yaitu pasien

dengan faktor risiko infeksi luka seperti pasien lanjut usia, diabetes, atau multiple

medical comorbidities. Dosis dewasa untuk pemberian secara i.v adalah 1-2 g

(Lawrence dkk, 2002). Pemberian antibiotika sebagai penatalaksanaan terapi

pasca bedah, ditujukan kepada pasien umur tua, DM, pengguna corticosteroid atau

sitostatika, immunocompromised, dan hernia strangulata (Anonim, 2007).

B. Infeksi

1. Definisi infeksi

Infeksi merupakan proses pada waktu organisme berupa bakteri, virus,

dan jamur masuk ke dalam tubuh atau jaringan, yang mampu menyebabkan

munculnya penyakit serta dapat menyebabkan trauma atau kerusakan (Grace dan

Borley, 2006).

Tabel I. Kuman Penginfeksi yang Umumnya Muncul pada Kulit / Jaringan Lunak (McEvoy, 2005).

Tempat / Tipe Infeksi

Kuman penginfeksi

Selulitis Streptococcus kelompok A, Staphylococcus aureus

Pada kateter intravena Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis Luka operasi Staphylococcus aureus, gram-negatif yang

berbentuk batang Ulkus diabetes Staphylococcus aureus, gram-negatif aerobic yang berbentuk

batang, anaerob Furuncle Staphylococcus aureus

Page 35: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

11

2. Surgical Site Infection

a. Definisi

Surgical Site Infection merupakan infeksi yang dapat terjadi pada

jaringan, organ, atau tempat pembedahan selama pelaksanaan prosedur yang

invasif dalam proses pembedahan (Schwartz, 2005), contoh infeksi spesifik yang

diakibatkan oleh pembedahan adalah selulitis, tetanus, dan gangren gas,

sedangkan infeksi pascaoperasi dapat berupa infeksi luka, infeksi intra-abdomen,

abses intra-abdomen, infeksi pernafasan, infeksi saluran kemih, infeksi jalur

sentral intravena, dan enterokolitis pseudomembranosa (Grace dan Borley, 2006).

Gambar 3. Klasifikasi Surgical Site Infection (Di Piro, 2005)

Page 36: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

12

b. Faktor Risiko Surgical Site Infection

Faktor resiko terjadinya surgical site infection dapat dipengaruhi dari

segi pasien, segi proses bedah, dan mikroorganisme di tempat operasi. Hal

tersebut dikelompokkan dalam tabel di bawah ini :

Tabel II. Faktor resiko surgical site infection (Schwartz, 2005)

Segi pasien Segi proses bedah Mikroorganisme • Usia lanjut • Imunosupresi • Obesitas • Penyakit diabetes • Proses inflamasi kronis • Malnutrisi • Peripheral vascular

disease • Anemia • Radiasi • Penyakit kulit kronis • Sudah terjadi infeksi

terlebih dahulu (carrier stage)

• Lamanya tinggal saat preoperasi

• Durasi pembersihan bedah

• Persiapan preoperatif • Pencukuran daerah

operasi • Lama bedah • Antibiotik profilaksis • Ventilasi ruang operasi • Sterilisasi alat-alat bedah • Pemasangan implan

prosthetic • Drainase bedah • Tehnik bedah • Hipoksia, hipotermia

• Kolonisasi dengan mikroorganisme resisten

• Sekresi toksin • Organisme

penyebab infeksi nosokomial

Klasifikasi bedah dapat dikelompokkan menjadi bedah bersih, bedah

terkontaminasi bersih, bedah terkontaminasi, dan bedah kotor.

Tabel III. Klasifikasi Luka Operasi (Grace dan Borley, 2006)

Klasifikasi luka operasi

Definisi Contoh Insidensi infeksi

luka (%) Bersih Tidak ada kontaminasi

dari GI, GU, atau RT Tiroidektomi, operasi elektif hernia

1-5

Terkontaminasi bersih

Kontaminasi minimal dari GI, GU, atau RT

Kolesistektomi, TURP, pneumonektomi

7-10

Terkontaminasi Kontaminasi signifikan dari GI, GU, atau RT

Pembedahan elektif kolon, apendisitis yang meradang

15-20

Kotor Terdapat infeksi Perforasi usus, apendisitis perforasi, amputasi yang terinfeksi

30-40

Page 37: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

13

c. Penatalaksanaan Surgical Site Infection

Pencegahan yang dilakukan sebelum terjadi infeksi dapat berupa:

1) operasi dilakukan sesingkat mungkin,

2) kulit pasien dibersihkan dengan antiseptik, sedangkan dokter bedah dan

perawat hendaknya menggunakan teknik yang aseptis,

3) dilakukan filtrasi / penyaringan terhadap udara pada kamar operasi,

4) personil yang terlibat dalam pembedahan menggunakan Alat

Perlindungan Diri (APD),

5) pemberian antibiotik profilaksis (Grace dan Borley, 2006).

Hal-hal yang dilakukan apabila sudah terjadi infeksi:

1) penegakan diagnosis bakteri penginfeksi dengan kultur spesimen yang

tepat,

2) pemberian antibiotik berdasarkan kultur (terapi absolut / definitif) dan

berdasar organisme yang paling mungkin menginfeksi (terapi empirik),

3) drainase untuk mengeluarkan kumpulan cairan yang terinfeksi

(Grace dan Borley, 2006).

3. Sel darah putih

Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah peranan utama dari leukosit

atau sel darah putih. Batas normal jumlah sel darah putih berkisar dari 4000

sampai 10.000/mm3. Lima jenis sel darah putih yang sudah diidentifikasikan

dalam darah perifer adalah netrofil (55% dari total), eosinofil (1% sampai 2%),

basofil (0,5% sampai 1%), monosit 6%, limfosit 36% (Price dan Wilson, 1995).

Page 38: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

14

Sel darah putih yang berperan dalam pertahanan terhadap infeksi bakteri

adalah neutrofil. Nilai normal neutrofil berkisar antara 2,0 – 7,5 x 109

/L.

Neutrofilia atau peningkatan jumlah neutrofil dapat disebabkan oleh infeksi

bakteri akut, peradangan, nekrosis jaringan akut, peradangan akut, dan leukemia.

Sedangkan neutropenia atau penurunan jumlah neutrofil dapat disebabkan oleh

infeksi virus, reaksi obat, dan penyakit darah (Rubenstein, Wayne, Bradley,

2007).

C. Antibiotika

1. Definisi

Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba terutama

fungi, yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain (Ganiswara,

1995). Berdasarkan spektrumnya antibiotik dapat dibedakan menjadi antibiotik

berspektrum sempit (narrow spectrum) dan antibiotik berspektrum luas (broad

spectrum). Antibiotik berspektrum sempit hanya mampu menghambat atau

membunuh segolongan jenis bakteri, yaitu Gram positif atau Gram negatif.

Sedangkan antibiotik berspektrum luas dapat menghambat atau membunuh

bakteri dari golongan Gram positif maupun Gram negatif (Pratiwi, 2008).

2. Prinsip penggunaan antibiotik

Pemilihan antibiotik hendaknya didasarkan atas pertimbangan beberapa

faktor, yaitu spektrum antibiotik, efektivitas, sifat-sifat farmakokinetik, keamanan,

pengalaman klinik sebelumnya, kemungkinan terjadinya resistensi kuman, super

infeksi dan harga yang terjangkau. Arti penting dari pertimbangan faktor-faktor

Page 39: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

15

ini tergantung dari derajat penyakit dan tujuan pemberian antibiotik, untuk

profilaksis atau terapi (Anonim, 1992).

3. Antibiotik profilaksis

Antibiotik profilaksis merupakan antibiotik yang digunakan secara luas

dalam prosedur pembedahan dan bertujuan untuk mengurangi prevalensi

terjadinya infeksi akibat luka sesudah pembedahan (Gugliemo, 2005).

Prinsip penggunaan antibiotik profilaksis:

a. pemilihan antibiotik efektif untuk mengatasi tipe kontaminasi

b. penggunaan antibiotik hanya digunakan pada risiko infeksi

c. pemberian antibiotik harus sesuai dosis dan waktu pemberian

d. dosis dihentikan sebelum terjadi risiko efek samping lebih besar dibanding

keuntungannya (Doherty dan Way, 2006).

3.1. Jenis-jenis antibiotik profilaksis

Sefazolin, sefotaksim, seftriakson, dan sefuroksim digunakan sebagai

perioperatif untuk mengurangi kejadian infeksi pada pasien dengan bedah yang

mengenai saluran pencernaan atau saluran kencing, bedah kandungan, bedah

kardiovaskular, bedah noncardiac thoracic atau prosthetic arthoplasty (McEvoy,

2005). Antibiotik profilaksis yang direkomendasikan pada operasi hernia adalah

sefazolin dan hanya direkomendasikan pada risiko yang tinggi, yaitu pasien

dengan faktor risiko infeksi luka seperti pasien lanjut usia, diabetes, atau multiple

medical comorbidities (Lawrence dkk, 2002).

Page 40: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

16

3.2. Waktu dan dosis pemberian

Pemberian antibiotik profilaksis dosis tunggal secara intravena diberikan

tidak lebih dari 30 menit sebelum mulai bedah agar konsentrasi dalam jaringan

adekuat sampai proses bedah selesai. Jika bedah berlangsung lama (lebih dari 4

jam), banyak kehilangan darah, atau antibiotik yang digunakan memiliki waktu

paruh yang pendek (misal cefoxitine), maka diberikan dosis tambahan antibiotik

profilaksis 1 atau lebih selama proses bedah setiap 4-8 jam selama durasi bedah

(McEvoy, 2005).

Antibiotik diberikan bersamaan dengan anestesi sebelum operasi dimulai.

Pemberian antibiotik yang terlalu awal dapat menyebabkan konsentrasi obat

dalam darah pada akhir operasi berada di bawah MIC. Sedangkan pemberian

terlambat akan menyebabkan pasien tidak terlindung secara optimal pada waktu

dimulainya operasi (Di Piro et al, 2005).

4. Antibiotik terapetik

Pemberian antibiotik terapetik dilakukan atas dasar penggunaannya

secara empirik atau terarah pada kuman penyebab yang diketemukannya.

Penggunaan antibiotik secara empirik adalah pemberian antibiotik pada kasus

infeksi yang belum diketahui jenis kumannya. Antibiotik diberikan berdasar data

epidemioligik kuman yang ada. Penggunaan antibiotik secara terarah adalah

pemberian antibiotik pada kasus infeksi yang sudah diketahui jenis kumannya.

Antibiotik yang dipilih, hendaklah yang paling efektif, paling aman dan dengan

spektrum yang sempit. Cara pemberian dapat secara parenteral, oral atau topikal.

Page 41: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

17

Dalam memilih cara pemberiannya hendaknya dipertimbangkan berdasar tempat

infeksi dan berat infeksi (Anonim, 1992).

D. Geriatri

1. Definisi

Geriatri merupakan kelompok usia 65 tahun atau di atasnya, dimana telah

terjadi penurunan fungsi organ tubuh yang akan berpengaruh terhadap proses

farmakokinetik di dalam tubuh yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme, dan

eliminasi (Di Piro, 2005).

2. Perubahan farmakokinetik

Umumnya tidak terjadi gangguan besar absorpsi pada orang lanjut usia.

Walaupun demikian, akibat berkurangnya motilitas lambung, laju absorpsi dapat

berkurang (Mutschler, 1991). Dalam hal distribusi obat perlu diperhatikan suatu

obat tergolong yang lebih larut dalam air atau lemak. Karena berkurangnya cairan

tubuh maka obat-obat yang larut air akan berada dalam konsentrasi lebih tinggi,

sedangkan waktu paruh obat-obat larut dalam lemak akan memanjang karena

lemak tubuh bertambah pada usia lanjut. Sebagai akibatnya maka dosis dan

frekuensi pemberian obat perlu disesuaikan. Dalam hal metabolisme obat perlu

diperhitungkan kondisi pasien yang mempunyai gangguan fungsi hati atau

gangguan fungsi ginjal. Gangguan fungsi hati terutama harus diperhitungkan pada

obat-obat yang dimetabolisme di hati. Obat golongan tersebut mengalami proses

oksidatif di hati, yang pada orang usia lanjut aktivitasnya menurun. Proses

oksidasi menghasilkan senyawa kurang atau tidak aktif. Oleh sebab itu efek

Page 42: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

18

samping maupun toksisitas obat-obat tersebut di atas lebih mudah timbul pada

orang usia lanjut. Pada ekskresi obat perlu diperhitungkan fungsi ginjal, yang

pada usia lanjut umumnya sudah menurun. Oleh karena itu dianjurkan pada

pemberian obat, terutama yang diberi dalam jangka panjang harus selalu

memperhitungkan fungsi ginjal pasien (Suyono, 2001).

Contoh obat-obat yang potensial terakumulasi akibat penurunan fungsi

ginjal ialah digoksin, gentamisin, klorpropamid, litium, prokainamid, tetrasiklin,

trimetoprim, sulfametoksazol, dan penisilin (Suyono, 2001).

3. Prinsip pengobatan pada geriatri

Prinsip pengobatan pada geriatri adalah selalu mengutamakan

pengobatan nonfarmakologis apabila memungkinkan, karena dengan cara akan

mengurangi pemakaian obat. Apabila diperlukan maka dapat diberikan obat atau

obat-obatan dengan berbagai kaidah umum, agar pasien terhindar dari efek

samping atau kejadian yang tidak diharapkan. Kaidah umum tersebut meliputi :

a. Alasan pemberian obat yang kuat

Tidak semua penyakit memerlukan obat, sehingga apabila tidak perlu obat

atau tanpa alasan yang kuat, sebaiknya tidak diberikan obat.

b. Perlu anamnesis mengenai kebiasaan pasien

Perlu diketahui mengenai riwayat pengobatan sebelumnya, riwayat merokok,

minum alkohol, atau kafein, yang kesemuanya dapat mempengaruhi obat-

obatan.

Page 43: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

19

c. Mengetahui farmakologi obat yang akan diberikan

Sebaiknya memberikan obat yang telah diketahui indikasi, kontraindikasi dan

efek sampingnya secara pasti.

d. Mulai dengan dosis kecil

Pemberian obat pada usia lanjut dimulai dengan dosis kecil. Dosis yang

dianjurkan sering terlalu tinggi untuk usia lanjut. Dalam hal ini harus selalu

diperhitungkan fungsi ginjal pasien.

e. Cara pemberian obat sesederhana mungkin

Hal ini untuk mendapat kepatuhan minum obat, sehari sekali sangat ideal, dan

sebaiknya tidak diberikan dalam dosis terlalu sering atau dengan instruksi

yang sulit dimengerti.

f. Evaluasi secara berkala

Secara teratur apabila pasien mendapat obat-obat dalam jangka panjang,

dievaluasi kembali, apabila tidak diperlukan lagi maka pengobatan tidak

diteruskan. Obat-obat dengan rentang terapeutik sempit perlu diukur kadarnya

dalam serum secara berkala, misalnya warfarin, fenitoin, teofilin, digoksin,

dan aminoglikosida.

g. Tidak melakukan pengobatan yang berlebihan (overtreatment)

Menghindari pengobatan yang mencapai dosis toksik untuk mendapat efek

inotropik yang diinginkan (Suyono, 2001).

4. Penggunaan antibiotik pada geriatri

Perjalanan penyakit pada pasien usia lanjut pada umumnya lebih parah

dan lebih sering terjadi komplikasi, karena dengan meningkatnya usia, terjadi

Page 44: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

20

perubahan-perubahan fisiologik dan patologik (Wattimena, 1991). Proses penuaan

dan malnutrisi yang terjadi pada usia lanjut mengakibatkan defisiensi sistim imun

(Sudoyo, 2006). Karena pertahanan tubuh yang menurun, lebih mudah terjadi

infeksi sehingga diperlukan penggunaan antibiotik (Wattimena, 1991).

Tidak terdapat penyesuaian dosis antibiotik khusus pada pasien geriatri,

pengaturan dosis diperlukan apabila pasien mengalami gangguan fungsi ginjal dan

gangguan hepar yang umum terjadi pada usia lanjut (Ahronheim, 1992).

E. Drug Therapy Problems (DTP)

1. Definisi Drug Therapy Problems

Drug Therapy Problems yaitu kejadian yang tidak diinginkan yang

dialami oleh pasien pada waktu menjalani terapi pengobatan dan dapat

mengganggu outcome yang diharapkan dan dapat juga merugikan pasien. Drug

Therapy Problems sering dialami pada waktu penggunaan obat dalam praktek

klinis yang dapat berakibat pada ketidakrasionalan penggunaan obat (Cipolle,

Strand, Moley, 2004).

2. Pengelompokan dan penyebab Drug Therapy Problems

Permasalahan yang sering muncul dapat dikelompokkan menjadi 7 drug

therapy problems yang berkaitan dengan indikasi, efektivitas, keamanan, dan

kepatuhan (Cipolle, Strand, Moley, 2004). Ketujuh Drug Therapy Problems

tersebut adalah:

Page 45: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

21

Tabel IV. Identifikasi Drug Therapy Problems (Cipolle, Strand, Moley, 2004)

Jenis Drug Therapy Problems

Penyebab Drug Therapy Problems

Terapi tanpa indikasi (unnecessary drug therapy)

Terapi yang diperoleh tidak sesuai, menggunakan terapi polifarmasi, kondisi yang seharusnya mendapat terapi non farmakologi, terapi efek samping yang dapat diganti dengan penggantian pengobatan lainnya.

Memerlukan terapi tambahan (needs additional drug therapy)

Munculnya kondisi kronis yang membutuhkan terapi, memerlukan terapi pencegahan untuk mengurangi risiko munculnya kondisi medis yang baru, tambahan terapi obat kombinasi untuk memperoleh efek tambahan.

Pemilihan obat yang kurang efektif (ineffective drug)

Obat yang digunakan tidak efektif dengan kondisi medis yang dihadapi, kondisi medis yang sukar untuk sembuh dengan pengobatan saat itu, bentuk sediaan kurang tepat, obat yang digunakan tidak sesuai dengan indikasi.

Dosis terlalu rendah (dosage too low)

Dosis terlalu rendah untuk dapat memberikan respon, jarak pemberian obat dalam frekuensi yang jarang untuk memberikan respon, interaksi obat mengurangi jumlah obat yang tersedia dalam bentuk aktif, durasi terapi obat terlalu pendek untuk menghasilkan respon.

Efek obat merugikan (adverse drug reaction)

Obat menimbulkan efek yang tidak diinginkan tetapi tidak ada hubungannya dengan dosis, obat yang aman memiliki faktor risiko, interaksi obat menyebabkan reaksi yang tidak diharapkan tetapi tidak ada hubungannya dengan dosis, aturan dosis telah diberikan atau diubah terlalu cepat, obat yang menyebabakan alergi, obat yang memiliki kontraindikasi yang merupakan faktor risiko.

Dosis terlalu tinggi (dosage too high)

Dosis yang diberikan terlalu tinggi, frekuensi pemberian obat terlalu pendek, durasi terapi pengobatan terlalu panjang, interaksi obat dapat menghasilkan reaksi toksik, obat diberikan terlalu cepat.

Ketidakpatuhan pasien (noncompliance)

Pasien tidak memahami perintah, pasien lebih suka tidak menggunakan obat, pasien lupa untuk menggunakan obat, obat terlalu mahal untuk pasien, pasien tidak dapat menelan obat atau menggunakan obat sendiri secara tepat, obat yang digunakan tidak cocok untuk pasien.

Page 46: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

22

F. Keterangan Empiris

Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika

selama rawat inap pada operasi hernia inguinal pasien geriatri, yang terkait

dengan Drug Therapy Problems yaitu merupakan masalah-masalah yang dapat

timbul selama pasien diberi terapi, yaitu adanya terapi obat tanpa indikasi, adanya

indikasi penyakit yang tidak diberikan terapi, ketidakefektifan pemilihan obat,

dosis yang kurang, terjadinya adverse drug reaction dan dosis yang berlebih.

Page 47: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai Evaluasi Drug Therapy Problems Penggunaan

Antibiotika Selama Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Kajian

Terhadap Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri Periode Februari

2006-Oktober 2008 merupakan penelitian noneksperimental, dengan rancangan

deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Penelitian ini merupakan penelitian

nonekperimental karena tidak ada perlakuan pada subjek uji. Rancangan

penelitian deskriptif evaluatif karena penelitian ini hanya bertujuan melakukan

eksplorasi deskriptif terhadap fenomena yang terjadi dan dilakukan evaluasi data

yang diperoleh berdasarkan studi pustaka dan standar yang berlaku di rumah sakit.

Penelitian ini bersifat retrospektif karena data yang digunakan diambil dengan

melakukan penelusuran terhadap dokumen terdahulu yang berupa rekam medis

pasien dan peneliti tidak mengikuti subjek penelitian.

B. Definisi Operasional

1. Hernia Inguinal adalah penonjolan viskus dari posisi normalnya melalui suatu

celah/area yang lemah pada cincin inguinal dan dapat menurun sampai ke

dalam scrotum.

Page 48: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

24

2. Pasien Hernia Inguinal geriatri adalah pasien dengan usia ≥ 65 tahun,

terdiagnosis hernia inguinal dan belum komplikasi, baik diagnosis utama

maupun diagnosis lain, serta telah menjalani operasi di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta periode Februari 2006-Oktober 2008.

3. Antibiotik selama rawat inap dalam penelitian ini adalah antibiotik yang

diberikan pada pasien selama rawat inap, meliputi : antibiotik profilaksis

yang diberikan 2 jam dari sebelum pembedahan sampai 24 jam setelah

pembedahan dan antibiotik terapi yang bersifat empirik, penggunaanya

bertujuan mencegah surgical site infection dan tidak berdasarkan hasil kultur

kuman yang spesifik dari pasien.

4. Drug Therapy Problems adalah suatu permasalahan atau kejadian yang tidak

diharapkan dan kemungkinan dialami pasien selama proses terapi akibat obat,

sehingga mengganggu tujuan terapi yang diinginkan, dalam penelitian ini

kriterianya mengacu terhadap golongan, jenis, dosis, dan jangka waktu

pemberian antibiotik. Evaluasi Drug Therapy Problems penggunaan

antibiotik dalam penelitian ini adalah evaluasi yang meliputi : terapi obat

tanpa indikasi (unnecessary drug therapy), perlu terapi tambahan (needs

additional drug therapy), ketidakefektifan pemilihan obat (ineffective drug),

dosis yang terlalu rendah (dosage too low), efek samping obat yang

merugikan (adverse drug reaction), dan dosis yang berlebih (dosage too

high).

5. Lembar rekam medis adalah catatan pengobatan dan perawatan pasien yang

memuat data mengenai karakteristik pasien meliputi identitas, diagnosis,

Page 49: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

25

anamnesis, pemeriksaan jasmani, hasil laboratorium, daftar pemberian obat,

rencana pengelolaan dan catatan perkembangan, rekam catatan keperawatan

serta ringkasan pemeriksaan pada kasus operasi Hernia Inguinal pasien

geriatri yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Februari

2006-Oktober 2008.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah pasien geriatri yang menjalani operasi

hernia inguinal, memperoleh terapi antibiotik, dan rawat inap di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta pada periode Februari 2006-Oktober 2008. Jumlah kasus

dalam penelitian ini sebanyak 36 kasus.

D. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah lembar rekam medis pasien

geriatri yang menjalani operasi hernia inguinal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

periode Februari 2006-Oktober 2008, Standar Pelayanan Medis Bedah Digestif

(kasus hernia inguinal), dan data kultur kuman di ruang operasi hernia tahun

2006-2008.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Catatan Medis, Bagian Sanitasi

Kultur Kuman, dan SMF Bedah Digestif RSUP Dr.Sardjito Jalan Kesehatan No. 1

Sekip Yogyakarta.

Page 50: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

26

F. Tata Cara Penelitian

Jalannya penelitian meliputi empat tahap yaitu, tahap perencanaan,

analisis situasi, pengumpulan data, dan tahap penyelesaian data.

1. Perencanaan

Dimulai dengan penentuan dan analisis masalah yang akan dijadikan

bahan penelitian, kemudian mengurus proses perijinan dan melakukan survei data

rekam medis pada kasus operasi hernia inguinal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

periode tahun 2006 - 2008.

2. Analisis situasi

Pada tahap ini dilakukan pengelompokan materi yang akan dibahas dan

evaluasi yang akan dilakukan dalam penelitian, sehingga didapatkan kriteria-

kriteria data yang harus diambil. Selanjutnya dilakukan penelusuran data di

Instalasi Catatan Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dan didapatkan data print

out mengenai jumlah pasien, nomor rekam medis, usia, jenis kelamin, alamat,

lama perawatan, unit perawatan, diagnosis utama, diagnosis lain ataupun

komplikasi yang dialami pasien. Dari keseluruhan data print out pasien yang

menjalani operasi hernia inguinal tahun 2006-2008 yang didapatkan, dipilih hanya

data pasien geriatri untuk pengambilan data.

3. Pengumpulan data

Data rekam medis yang didapatkan dari hasil penelusuran seluruh data

pasien geriatri sebanyak 36 kasus, selanjutnya data masing-masing kasus ditulis

ke dalam lembar pencatatan. Data yang dikumpulkan meliputi identititas,

diagnosis, anamnesis, pemeriksaan jasmani, hasil laboratorium, daftar pemberian

Page 51: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

27

obat, lama pasien menjalani perawatan, rencana pengelolaan dan catatan

perkembangan, rekam catatan keperawatan dan ringkasan pemeriksaan.

4. Tahap penyelesaian data

a. Pengolahan data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel atau gambar kemudian

dideskripsikan. Gambar berisi mengenai karakteristik pasien yang

meliputi penyakit penyerta, jenis hernia inguinal, sifat benjolan hernia,

lama tinggal di rumah sakit, dan keadaan pasien keluar rumah sakit.

Sedangkan tabel data berisi profil penggunaan obat pasien selama rawat

inap, pola pemberian antibiotik selama rawat inap yang menampilkan

kerasionalan terapi antibiotik, dan kajian mengenai Drug Therapy

Problems yang dijabarkan menggunakan metode SOAP (Subjective,

Objective, Assessment, Plan). Pada analisa kerasionalan pada penelitian

ini parameter Drug Therapy Problems yang digunakan hanya sebesar 6

parameter tanpa mengikutsertakan kepatuhan pasien, hal ini disebabkan

karena adanya keterbatasan dalam penelitian sehingga hanya mampu

mengamati keenam parameter lainnya yang termasuk dalam kategori

Drug Therapy Problems.

b. Evaluasi data

Kerasionalan terapi pemberian antibiotik selama rawat inap yang

digunakan pada analisa kasus berdasarkan pustaka acuan Informatorium

Obat Nasional Indonesia 2000 dan MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi

Edisi 7 2007/2008, AHFS Drug Information Handbook, dan data kultur

Page 52: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

28

kuman di ruang operasi hernia. Pembahasan Drug Therapy Problems

dalam analisis dalam penelitan ini menggunakan pustaka Drug

Information Handbook 11th edition, Informasi Spesialite Obat Indonesia

volume 43-2007, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, MIMS

Indonesia Petunjuk Konsultasi edisi 7 2007/2008, Pedoman Penggunaan

Antibiotik Nasional Edisi 1 1992, Standar Pelayanan Medis Bedah

Digestif tahun 2007, dan Standar Pelayanan Medis RSUP Dr.Sardjito

Yogyakarta edisi 2 cetakan I tahun 1999 jilid 1. Evaluasi yang dilakukan

secara kasus per kasus.

Untuk tata cara analisa hasil dilakukan sebagai berikut :

a. Karakteristik pasien

1) Persentase adanya penyakit penyerta dikelompokkan menjadi kasus pada

pasien dengan penyakit penyerta dan tanpa penyakit penyerta, dihitung

dengan cara membagi antara jumlah kasus pada tiap kelompok dengan

jumlah keseluruhan kasus kemudian dikalikan 100%.

2) Persentase terjadinya jenis hernia inguinal dikelompokkan menjadi jenis

hernia inguinal direk dan indirek, dihitung dengan cara membagi antara

jumlah kasus pada tiap kelompok dengan jumlah keseluruhan kasus

kemudian dikalikan 100%.

b. Profil penggunaan antibiotik yang meliputi golongan dan jenis antibiotik

yang digunakan, waktu dan cara pemberian antibiotik.

c. Kajian Drug Therapy Problems dijabarkan dengan metode SOAP. Pada

bagian Subjective dijabarkan mengenai jenis kelamin, usia, diagnosis,

Page 53: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

29

keluhan utama, perjalanan penyakit, kondisi umum, dan keadaan pulang

pasien. Bagian Objective digambarkan dengan tabel mengenai data

laboratorium maupun tanda vital yang dilengkapi dengan pemberian terapi

selama perawatan. Sedangkan Drug Therapy Problems akan dijabarkan pada

Assessment yang kemudian akan dipecahkan melalui Plan.

d. Kajian Drug Therapy Problems kemudian dirangkum, yaitu dengan

mengelompokkan kasus yang terjadi pada keenam parameter Drug Therapy

Problems beserta jenis obat dan zat aktifnya disertai penilaian dan

rekomendasi terhadap terjadinya Drug Therapy Problems.

G. Kesulitan Penelitian

Penulis menemui beberapa kesulitan dalam penelitian ini, antara lain

penggunaan istilah medis yang tidak lazim digunakan sulit dimengerti oleh

penulis. Kesulitan tersebut dapat diatasi dengan bertanya kepada dokter

pembimbing medis, dosen pembimbing skripsi, dosen farmasi Sanata Dharma

maupun rekan sejawat yang bersama penulis juga sedang meneliti di Instalasi

Catatan Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Penulis juga mengalami kesulitan

pada saat melakukan analisis hasil dan evaluasi data karena terdapat tulisan yang

tidak jelas pada lembar rekam medis mengenai perawatan yang diterima pasien,

pemberian obat dan tulisan nama jenis obat yang diterima pasien, serta data pasien

yang tidak lengkap pada lembar rekam medis, seperti diagnosis pasien, waktu

pemberian obat, jenis dan dosis obat, data laboratorium yang tidak selalu ditulis

dalam rekam medis, dan hasil kultur kuman dari pasien yang dapat menjadi salah

Page 54: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

30

satu pedoman penggunaan antibiotik. Kesulitan lainnya yang juga merupakan

keterbatasan dalam penelitian ini yaitu keterbatasan waktu dalam pengambilan

data karena harus menyesuaikan dengan jam buka dan jam tutup rumah sakit,

tidak dapat melakukan analisis DTPs ketidakpatuhan pasien karena penelitian

dilakukan secara retrospektif, tidak dapat melakukan analisis DTPs terapi tanpa

indikasi dan pemilihan obat yang kurang efektif karena penelitian ini tidak disertai

data uji sensitivitas antibiotik yang terkait dengan resistensi kuman di RSUP Dr.

Sardjito, dalam Standar Pelayanan Medis Bedah Digestif juga tidak dicantumkan

golongan, jenis, dan dosis antibiotik yang lazim digunakan dalam operasi hernia

inguinal pasien geriatri.

Page 55: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian mengenai Evaluasi Drug Therapy Problems Penggunaan

Antibiotika Selama Rawat Inap di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Kajian Terhadap

Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri Periode Februari 2006 - Oktober

2008 dilakukan dengan menelusuri kasus pasien geriatri rawat inap yang terdiagnosis

hernia inguinal dan menjalani operasi, baik dalam diagnosis utama maupun diagnosis

lain. Hasil data print out pasien geriatri yang telah dikelompokkan, didapatkan 93

kasus, namun dalam analisis yang dilakukan oleh penulis hanya digunakan data

lembar rekam medis sebanyak 36 kasus dengan menghitung banyaknya kasus rawat

inap yang terjadi dalam periode 2006-2008 dan data yang dapat dianalisis.

Pengurangan jumlah kasus yang diteliti dalam penelitian ini disebabkan karena

diagnosa salah, data yang tidak lengkap, tahun tidak masuk dalam range (2006-2008),

dan sebagian tidak ditemukan rekam medisnya. Kasus hernia inguinal pada pasien

geriatri dalam penelitian ini yang tergolong dalam diagnosis utama sebanyak 34

kasus sedangkan yang tergolong dalam diagnosis lain sebanyak 2 kasus.

Hasil penelitian mengenai Evaluasi Drug Therapy Problems Penggunaan

Antibiotika Selama Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Kajian Terhadap

Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri Periode Februari 2006 - Oktober

2008 dibagi menjadi 5 bagian yaitu karakteristik kasus operasi hernia inguinal, profil

Page 56: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

32

penggunaan obat selama pasien dirawat inap, profil penggunaan antibiotik, kajian

Drug Therapy Problems (DTPs), dan outcome terapi.

Karakteristik kasus operasi hernia inguinal meliputi penyakit penyerta, dan

jenis hernia inguinal. Profil penggunaan obat selama pasien dirawat inap meliputi

semua golongan obat yang diberikan kepada pasien selama dirawat inap. Profil

penggunaan antibiotik dibagi menjadi golongan dan jenis antibiotik, indikasi dan

pilihan terapi antibiotik, cara pemberian antibiotik, dan waktu pemberian antibiotik.

Kajian parameter Drug Therapy Problems (DTPs) dijabarkan melalui metode SOAP

pada lampiran, kemudian permasalahan yang didapatkan dibahas berdasarkan

kategori DTPs yang terjadi pada masing-masing kasus. Sedangkan outcome terapi

meliputi lama tinggal dan keadaan pasien keluar.

A. Karakteristik Kasus Operasi Hernia Inguinal

1. Berdasarkan adanya penyakit penyerta

Penyakit penyerta berpengaruh terhadap penatalaksanaan operasi yang akan

dilakukan, terutama pada pasien geriatri yang telah mengalami penurunan fungsi

organ tubuh. Keadaan pasien harus terkontrol selama proses operasi, tekanan darah,

pernapasan dan denyut jantung harus dipastikan normal sebelum dilakukan operasi.

Dari 36 kasus, sebanyak 4 kasus dengan penyakit penyerta dan 32 kasus tanpa

penyakit penyerta. Penyakit penyerta yang diderita pasien geriatri dalam kasus ini

adalah 2 kasus hipertensi, 1 kasus CHF dan 1 kasus batu buli.

Page 57: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

33

Gambar 4. Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri Berdasarkan Adanya Penyakit Penyerta di RSUP Dr. Sardjito

Periode Februari 2006 - Oktober 2008

Pada pasien dengan hipertensi dilakukan cek tekanan darah setiap 4 jam

selama perawatan sebelum operasi, pada pasien dengan CHF dilakukan pemeriksaan

dengan EKG. Hal ini untuk menjaga kondisi pasien tetap baik saat dilakukan operasi.

Pada pasien dengan batu buli (batu ginjal) perlu dilakukan pemeriksaan terhadap

keparahan penyakitnya, karena batu ginjal yang sudah parah memungkinkan pasien

mengalami infeksi pada saluran urin yang memerlukan penanganan antibiotik

tambahan untuk mencegah timbulnya infeksi yang baru saat dilakukan operasi.

2. Berdasarkan jenis hernia inguinal

Jenis hernia inguinal dibedakan menjadi direk, indirek, dan hernia ganda

yang merupakan gabungan dari jenis direk dan indirek. Hernia inguinalis direk di

dalam rekam medis RSUP Dr. Sardjito diistilahkan dengan Hernia Inguinalis

88,89%

5,56%2,78% 2,78%

1234

tanpa penyakit penyertahipertensiCHFbatu buli

Page 58: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

34

Medialis (HIM), sedangkan hernia inguinalis indirek diistilahkan dengan Hernia

Inguinalis Lateralis (HIL).

Gambar 5. Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri Berdasarkan Jenis Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito Periode

Februari 2006 - Oktober 2008

HIM biasanya terjadi pada usia tua, sedangkan HIL dapat terjadi pada semua

usia, akan tetapi pada penelitian ini jumlah pasien geriatri yang mengalami hernia

inguinal jenis indirek lebih banyak ditemukan. Sifat benjolan pada hernia inguinal

dibedakan menjadi reponible dimana sifat benjolan keluar masuk, dan irreponible

yaitu sifat benjolan menetap. Jumlah kasus dengan sifat benjolan hernia reponible

lebih banyak ditemukan.

83,33%

16,67%

1

2

Indirek (HIL)

Direk (HIM)

Page 59: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

35

Gambar 6. Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri Berdasarkan Sifat Benjolan Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito Periode

Februari 2006 - Oktober 2008

Jenis hernia inguinalis indirek dengan sifat benjolan reponible sebagai kasus

terbanyak pasien geriatri yang menjalani operasi, dapat dikarenakan jenis hernia

tersebut telah mengganggu gaya hidup pasien dan menimbulkan ketidaknyamanan.

B. Profil Penggunaan Obat

Profil penggunaan obat pasien geriatri yang menjalani operasi hernia

inguinal selama dirawat inap disajikan pada tabel di bawah ini.

91,67%

8,33%

1

2

Reponible

Irreponible

Page 60: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

36

Tabel V. Profil Penggunaan Obat Selama Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2006 - Oktober 2008

No. Golongan obat Jumlah kasus (n=36)

Persentase (%)

1. Obat antiinfeksi 36 100 2. Anestesi 36 100 3. Analgesik/antiinflamasi 18 50 4. Obat sistem kardiovaskuler 15 41,67 5. Obat saluran cerna 9 25 6. Infus / cairan elektrolit 5 13,89 7. Obat saluran pernafasan 4 11,11 8. Vitamin 4 11,11 9. Obat neurotonik & nootropik 1 2,78 10. Obat antiparkinson 1 2,78 11. Otot skelet dan sendi 1 2,78

1. Obat antiinfeksi

Obat antiinfeksi dapat berupa antibiotika maupun antivirus yang diberikan

kepada pasien selama dirawat inap, dikarenakan infeksi yang mungkin telah terjadi

pada pasien sebelum masuk rumah sakit, atau saat pasien mulai dirawat inap.

2. Anestesi

Pemberian anestesi pada pasien dilakukan saat proses bedah dengan tujuan

menghilangkan kesadaran pasien selama pembedahan agar pasien tidak merasakan

sakit. Anestesi yang diberikan harus dapat menginduksi kesadaran dan dapat

mempertahankan anestesi sampai proses bedah selesai. Untuk itu, keadaan pasien

perlu diperhatikan pada pemberian anestesi. Dalam penelitian ini digunakan anestesi

spinal.

Page 61: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

37

3. Analgesik / Antiinflamasi

Nyeri yang dirasakan pasien setelah operasi disebabkan oleh kerusakan

jaringan karena rangsangan mekanis saat dilakukan operasi yang dapat

mengakibatkan pelepasan mediator nyeri dan obat analgesik digunakan untuk

mengurangi nyeri. Obat analgesik yang paling banyak digunakan adalah remopain.

4. Obat sistem kardiovaskuler

Pasien geriatri dengan penyakit penyerta yang berhubungan dengan sistem

kardiovaskular contohnya hipertensi dan CHF memerlukan tindakan yang tepat dalam

perawatan. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan setiap 4 jam dalam sehari pada

pasien dengan hipertensi yang tidak stabil. Pada pasien dengan penyakit penyerta

CHF dan hipertensi pemakaian obat-obat seperti antikoagulan, inhibitor monoamin

oksidase, dan diuretik harus dihentikan saat praoperatif (Cameron, 1997).

5. Obat saluran cerna

Gangguan saluran cerna yang dialami pasien yang menjalani perawatan di

rumah sakit dapat berupa penyakit yang sudah diderita pasien sebelumnya, atau

karena gangguan pada saat perawatan di rumah sakit. Perawatan pasien dengan

gangguan pencernaan perlu diperhatikan untuk kenyamanan pasien pada waktu

perawatan di rumah sakit, terutama pada pasien geriatri yang sering mengalami

konstipasi, mual, dan tukak lambung. Obat yang paling banyak digunakan yaitu

ranitidin (golongan antagonis reseptor H2) yang mempunyai mekanisme mengurangi

asam lambung (Anonim, 2000). Antiemetik yang digunakan untuk mual dan muntah

Page 62: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

38

pada pasien yang menjalani bedah yaitu metoklopramide. Obat pencahar yang

digunakan untuk mengatasi konstipasi yaitu Laxadine.

6. Infus/cairan elektrolit

Ketersediaaan cairan dan elektrolit diperlukan pada pasien yang menjalani

perawatan di rumah sakit. Infus yang mengandung elektrolit-elektrolit (Natrium,

Kalium, Klorida) dan cairan diberikan untuk menjaga keseimbangan cairan dan

elektrolit karena pada pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit tidak cukup

memenuhi kebutuhan asupan secara per oral.

7. Obat saluran pernapasan

Obat saluran napas digunakan untuk pasien yang mengalami gangguan pada

pernapasan, supaya tidak mengganggu proses operasi yang dapat menyebabkan

hipoksia atau kekurangan oksigen.

8. Vitamin

Pemberian vitamin sangat penting untuk pasien yang menjalani perawatan di

rumah sakit untuk menjaga kondisi tubuh pasien agar tidak menurun. Terutama

karena kondisi pasien geriatri yang lebih rentan terkena penyakit.

9. Obat neurotropik, nootropik & antiparkinson

Obat neurotropik digunakan oleh pasien yang mempunyai gangguan pada

sistem saraf, dan obat antiparkinson digunakan oleh pasien yang memiliki gejala atau

menderita penyakit parkinson, yang dapat terjadi pada usia lanjut.

Page 63: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

39

10. Otot skelet dan sendi

Pada penelitian ini digunakan golongan obat untuk pelemas otot

nondepolarisasi yang bekerja dengan menghambat transmisi sambungan di otot dan

saraf, sehingga dapat diperoleh relaksasi otot yang akan memudahkan dalam

pembedahan.

C. Profil Penggunaan Antibiotik

Profil penggunaan antibiotik dalam penelitian ini dibagi menjadi golongan

dan jenis antibiotik, indikasi dan pilihan terapi antibiotik, cara pemberian, dan waktu

pemberian antibiotik.

1. Golongan dan jenis antibiotik

Golongan dan jenis antibiotik dalam penelitian ini dibagi menjadi golongan

dan jenis antibiotik profilaksis, golongan dan jenis antibiotik terapi yang diberikan

sebelum operasi, dan antibiotik terapi yang diberikan postoperasi. Antibiotik terapi

yang diberikan sebelum operasi dan postoperasi merupakan antibiotik terapi yang

bersifat empirik, yaitu antibiotik yang diberikan ketika belum ditemukan kultur

kuman yang spesifik.

Tabel VI.Golongan dan Jenis Antibiotik Profilaksis Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito

Periode Februari 2006 - Oktober 2008 No Golongan obat Jenis obat Jumlah kasus Persentase (%) 1. Sefalosporin

Generasi III seftriakson 32 88,89%

seftazidim 1 2,78%

2. Kuinolon siprofloksasin 3 8,33%

Page 64: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

40

Antibiotik profilaksis yang diberikan paling banyak yaitu seftriakson

(golongan sefalosporin generasi III). Golongan dan jenis antibiotik profilaksis yang

digunakan dapat mengacu pada kultur kuman yang ditemukan di ruang operasi

maupun kuman yang biasanya menyebabkan infeksi setelah operasi. Pada hasil kultur

kuman tahun 2006, di ruang operasi hernia (bedah digestif) yang terletak di OK 2

Lantai IV GBST, dideteksi adanya bakteri Bacillus spp dan Aerococcus pada

spesimen udara (data kultur dapat dilihat pada lampiran). Kedua jenis bakteri tersebut

merupakan bakteri gram positif. Karena pada tahun 2007-2008 tidak dilakukan kultur

pada OK 2 Lantai IV GBST, maka golongan dan jenis antibiotik profilaksis yang

digunakan dapat mengacu pada data kultur tahun 2006.

Tabel VII. Golongan dan Jenis Antibiotik Terapi yang Diberikan Sebelum Operasi pada Pasien Geriatri Kasus Operasi Hernia Inguinal di RSUP

Dr. Sardjito Periode Februari 2006 - Oktober 2008 No Golongan obat Jenis obat No. kasus Jumlah kasus

(n=36) Persentase

(%) 1. Sefalosporin

Generasi III seftriakson 8,9,10,12,15,

17,21,26 8 22,22

2. Makrolid azithromisin 8 1 2,78 3. Kuinolon siprofloksasin 20 1 2,78

Pada 10 kasus di atas, terdapat pemberian antibiotik ketika pasien sudah

mulai dirawat inap dan belum menjalani operasi. Antibiotik ini diberikan ketika pada

pasien terdapat data laboratorium yang menunjukkan kenaikan angka WBC maupun

netrofil. Kedua hal ini memang bukan penanda terjadinya infeksi yang spesifik,

karena terjadinya inflamasi juga mengakibatkan kenaikan angka WBC dan netrofil

(Di Piro et al, 2005). Akan tetapi usia geriatri rentan terkena infeksi, sehingga dapat

Page 65: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

41

diberikan terapi antibiotik empirik untuk meminimalkan risiko infeksi nosokomial

saat pasien sudah lama rawat inap dan belum menjalani operasi.

Tabel VIII. Golongan dan Jenis Antibiotik Terapi yang Diberikan Postoperasi pada Pasien Geriatri Kasus Operasi Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito

Periode Februari 2006 - Oktober 2008 No Golongan obat Jenis obat No. kasus Jumlah kasus

(n=36) Persentase

(%) 1. Sefalosporin

Generasi III seftriakson 2,3,4,6,7,8,10,11,

12,13,14,15,16,17, 18,19,20,21,24,25, 26,27,28,29,30,31,

32,33,34,35,36

31 86,11

sefiksim 1,3,5,23,24,27,29 7 19,44

sefoperazon 6 1 2,78

seftazidim 22 1 2,78 2. Kuinolon siprofloksasin 1,2,5,6,7,10,12,

14,20,23,30,31,34 13 36,11

3. Sefalosporin Generasi I

sefadroksil 8,9,17,28,34,35 6 16,67

4. Penisillin amoksisilin 21,25 2 5,56 5. Makrolid azithromisin 8 1 2,78

spiramisin 25 1 2,78 6. Kombinasi

antibakterial kotrimoksazol 36 1 2,78

Pada Standar Pelayanan Medis Bedah Digestif di RSUP Dr. Sardjito

dicantumkan penatalaksanaan setelah operasi hernia yaitu :

1. Pemberian analgetika.

Penanganan pasca bedah :

2. Pemberian antibiotika pada penderita :

a. Umur tua

b. DM

c. Pengguna corticosteroid atau sitostatika

Page 66: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

42

d. Immunocompromised

e. Hernia strangulata

Berdasarkan Standar Pelayanan Medis ini, maka pada pasien geriatri diberikan

antibiotik sesudah operasi. Hal ini dikarenakan usia lanjut merupakan salah satu

faktor risiko surgical site infection. Golongan dan jenis antibiotik yang diberikan,

disesuaikan dengan data kuman di ruang operasi hernia dan kuman yang biasanya

menyebabkan infeksi di rumah sakit, sehingga digunakan antibiotika terapi yang

bersifat empirik.

2. Indikasi dan pilihan terapi antibiotik

Pemberian antibiotik profilaksis diindikasikan pada operasi yang mempunyai

resiko infeksi tinggi, karena tujuan pemberian antibiotik profilaksis untuk

mengurangi kejadian infeksi. Indikasi dan pemilihan terapi antibiotik profilaksis

tergantung dari tipe prosedur operasi, mikrobia patogen yang paling banyak terdapat

di ruang operasi, profil keamanan dan kemanjuran dari agen antimikrobia, dan

harganya. Penggunaan antibiotik profilaksis yang tidak tepat dapat menginduksi

resistensi antibiotik, tidak tepat dalam hal ini berupa penggunaan antimikrobia

spektrum luas ketika diperlukan agen spektrum sempit, memperpanjang durasi

profilaksis tanpa rekomendasi dari pedoman yang baku, dan penggunaan antibiotik

yang mahal ketika terdapat agen yang ekuivalen lebih murah tersedia.

Operasi hernia inguinal termasuk kategori operasi bersih, dimana tidak ada

kontaminasi dari traktus respiratorius, traktus gastro intestinal, atau traktus urinarius,

insidensi infeksinya 1-5 %, dan umumnya tidak terdapat pemasangan alat implant,

Page 67: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

43

sehingga tidak memerlukan pemberian antibiotik profilaksis. Dalam Standar

Pelayanan Medis Bedah Digestif RSUP Dr.Sardjito juga tidak dicantumkan

keterangan penggunaan antibiotik profilaksis pada operasi hernia, akan tetapi salah

satu faktor terjadinya surgical site infections adalah usia yang lanjut dan dari hasil

kultur bakteri di ruang operasi hernia tahun 2006 dideteksi adanya Bacillus spp dan

Aerococcus, sehingga diperlukan pertimbangan khusus penggunaan antibiotik

profilaksis pada pasien geriatri. Pada beberapa kasus terdapat penggunaan kateter dan

infus saat pasien mulai rawat inap, hal ini memungkinkan terjadinya infeksi.

Pada 36 kasus dalam penelitian ini, antibiotik profilaksis yang paling banyak

digunakan adalah sefalosporin generasi III yaitu sebanyak 88,89% dan sisanya

sebanyak 8,33% menggunakan siprofloksasin. Apabila ditinjau dari jenis kuman di

ruang operasi hernia, yaitu Bacillus spp dan Aerococcus maka penggunaan antibiotik

sefalosporin generasi I sebenarnya sudah cukup efektif dan harganya lebih murah

dibandingkan sefalosporin generasi III, sehingga dalam hal ini terjadi pemborosan

penggunaan antibiotik. Akan tetapi pemilihan terapi antibiotik ini juga harus

didukung dengan adanya data kuman yang resisten, dalam penelitian ini tidak

didapatkan data tersebut sehingga tidak dapat dikatakan bahwa penggunaan

sefalosporin generasi III kurang efektif. Dapat dimungkinkan penggunaan

sefalosporin generasi III di RSUP Dr. Sardjito dilakukan karena bakteri sudah

resisten Sefalosporin generasi I.

Pada Standar Pelayanan Medis Bedah Digestif RSUP Dr.Sardjito

dicantumkan penatalaksanaan setelah operasi hernia pada usia lanjut salah satunya

Page 68: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

44

adalah pemberian antibiotik. Akan tetapi dalam SPM tersebut tidak dicantumkan

jenis, golongan, dan dosis antibiotik yang digunakan, sehingga terdapat keterbatasan

dalam evaluasi pemilihan dan penggunaan antibiotik postoperasi pada penelitian ini.

Karena kondisi pada setiap pasien berbeda-beda, tidak terdapat data kultur kuman

pada pasien, dan tidak terdapat data kuman yang resisten dalam penelitian ini maka

tidak dapat dilakukan pemilihan antibiotik yang paling efektif untuk kasus ini.

3. Cara pemberian antibiotik

Pada penelitian ini cara pemberian antibotik profilaksis pada semua pasien

secara parenteral. Sebanyak 2 kasus secara infus (i.v. drip) dan 34 kasus secara i.v.

bolus. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa pemberian antibiotik profilaksis

melalui rute parenteral. Cara pemberian antibiotik terapi sesudah operasi dan sebelum

operasi dapat dilakukan secara oral maupun parenteral (i.v. bolus, i.v. drip), hal ini

disesuaikan dengan kondisi pasien.

4. Waktu pemberian antibiotik

Waktu pemberian antibiotik profilaksis sangat penting diperhatikan karena

berhubungan dengan kadar antibiotik dalam darah. Pemberian antibiotik yang terlalu

awal dapat menyebabkan konsentrasi obat di dalam darah pada akhir operasi berada

di bawah MIC, sehingga tujuan pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah

terjadinya infeksi tidak terpenuhi (Di Piro et al, 2005).

Page 69: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

45

Tabel IX. Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito

Periode Februari 2006 - Oktober 2008 No. Waktu pemberian Jumlah kasus

(n=36) Persentase (%)

1. Kurang dari 30 menit - - 2. 30-60 menit 2 5,56 3. 60 menit-2 jam 2 5,56 4. Lebih dari 2 jam 15 41,67 5. *Tidak diketahui 17 47,22

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pemberian antibiotik profilaksis

pada kasus operasi hernia inguinal pasien geriatri paling banyak diberikan lebih dari 2

jam. Hal ini tidak sesuai teori bahwa pemberian antibiotik profilaksis dosis tunggal

secara intravena tidak lebih dari 30 menit atau antara 30 menit - 2 jam untuk

memperoleh kadar yang adekuat dalam darah hingga proses bedah selesai (Di Piro et

al, 2005). Kecuali bedah yang dilakukan berlangsung lama (lebih dari 3 jam) maka

diperlukan dosis kedua antibiotik profilaksis. Pada penelitian ini lama operasi rata-

rata berlangsung kurang dari 3 jam sehingga tidak diperlukan pemberian antibiotik

dosis kedua. Sebanyak 17 kasus tidak diketahui waktu pemberian antibiotik

profilkasisnya, sehingga tidak dapat dilakukan evaluasi ketepatan waktu pemberian

antibiotik. Hal ini merupakan salah satu kelemahan dalam penelitian ini karena data

rekam medis tidak selalu lengkap.

D. Drug Therapy Problems (DTPs)

Identifikasi Drug Therapy Problems (DTPs) dilakukan dengan mengevaluasi

permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan antibiotik selama rawat inap pada

Page 70: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

46

pasien geriatri yang menjalani operasi hernia inguinal di RSUP Dr.Sardjito

Yogyakarta periode Februari 2006 - Oktober 2008. Permasalahan yang muncul ialah

pemilihan antibiotik, waktu pemberian antibiotik, ketepatan dosis, dan indikasi

penggunaan antibiotik. Dari 36 kasus operasi hernia inguinal pasien geriatri di RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta periode Februari 2006 - Oktober 2008 diperoleh 3 kasus

DTPs yaitu kasus dosis terlalu rendah, efek obat merugikan, dan dosis terlalu tinggi.

Drug Therapy Problems yang diperoleh yaitu 6 kasus dosis terlalu rendah, 1 kasus

efek obat merugikan, dan 2 kasus dosis terlalu tinggi. Dalam penelitian ini tidak dapat

dilakukan analisis DTPs terapi tanpa indikasi dan pemilihan obat yang kurang efektif

karena penelitian ini tidak disertai data uji sensitivitas antibiotik yang terkait dengan

resistensi kuman di RSUP Dr. Sardjito dan dalam Standar Pelayanan Medis Bedah

Digestif tidak dicantumkan golongan, jenis, dan dosis antibiotik yang lazim

digunakan dalam operasi hernia inguinal pasien geriatri, sehingga pada 27 kasus yang

lain tidak dapat diketahui ada tidaknya kejadian DTPs.

Tabel X. Jenis DTPs Penggunaan Antibiotik Pasien Geriatri Selama Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2006 - Oktober 2008

No. Jenis DTPs Nomor kasus (n=36)

Jumlah kasus Persentase (%)

1. Dosis terlalu rendah (dosage too low)

1,8,11,17,18, 36

6 16,67

2. Efek obat merugikan (adverse drug reaction)

25 1 2,78

3. Dosis terlalu tinggi (dosage too high)

1, 35 2 5,56

Page 71: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

47

1. Dosis terlalu rendah

Evaluasi DTPs dosis terlalu rendah karena kadar antibiotik pada jaringan

kurang mencukupi kebutuhan saat operasi berlangsung. Ada beberapa hal yang

menyebabkan kadar antibiotik rendah yaitu bentuk sediaan, waktu penggunaan

antibiotik profilaksis, waktu optimum antibiotik profilaksis, dosis pemberian

antibiotik profilaksis, dan lama operasi. Pada penelitian ini terdapat 6 kasus dosis

terlalu rendah karena waktu pemberian antibiotik profilaksis terlalu awal. Pemberian

antibiotik profilaksis yang ideal yaitu ≤ 2 jam sebelum operasi dan tergantung dari

T½ eliminasi antibiotik tersebut. Selain itu, lama operasi juga dapat mempengaruhi

kadar antibiotik, jika operasinya berlangsung lama (lebih dari 3 jam) dapat diberikan

antibiotik profilaksis dosis kedua untuk menjaga kadar antibiotik dalam darah tetap

adekuat.

Tabel XI. Kasus DTPs Dosis Terlalu Rendah pada Penggunaan Antibiotik Selama Rawat Inap Kasus Operasi Hernia Inguinal Pasien Geriatri di RSUP

Dr. Sardjito Periode Februari 2006 - Oktober 2008 Jenis

Antibiotik No kasus Penilaian Rekomendasi

Seftriakson 36 Pemberian Seftriakson untuk profilaksis pembedahan jangka waktunya terlalu lama.

T ½ Seftriakson 5-9 jam sehingga maksimal jangka waktu pemberian antibiotik profilaksis 9 jam dari mulai diberikan hingga pasien selesai operasi

Broadced® 8 (Seftriakson) Terfacef® 11,17,18 (Seftriakson)

Siprofloksasin 1 Jangka waktu pemberian Siprofloksasin untuk profilaksis pembedahan terlalu lama

T½ Siprofloksasin 3-5 jam sehingga maksimal jangka waktu pemberian antibiotik profilaksis 5 jam dari mulai diberikan hingga pasien selesai operasi

Page 72: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

48

2. Efek obat merugikan

Salah satu bentuk efek obat yang merugikan adalah adanya interaksi obat

menyebabkan reaksi yang tidak diharapkan tetapi tidak ada hubungannya dengan

dosis obat. Sehingga dalam terapi pasien geriatri perlu diperhatikan obat-obat yang

dipakai pasien yang memungkinkan terjadinya interaksi dengan antibiotik. Pemilihan

antibiotik selain melihat efektifitas terapi dan dosisnya juga perlu melihat adanya

potensial interaksi antara antibiotik dengan obat selain antibiotik yang digunakan oleh

pasien saat itu.

Tabel XII. Kasus DTPs Efek Obat Merugikan pada Penggunaan Antibiotik Selama Rawat Inap Kasus Operasi Hernia Inguinal Pasien Geriatri di RSUP

Dr. Sardjito Periode Februari 2006 - Oktober 2008 Jenis Antibiotik No kasus Penilaian Rekomendasi Clavamox® 25 (Amoksisilin klavulanat) dan Allopurinol

Pada tanggal 3 diberikan Clavamox® (Amoksisilin klavulanat) dan Allopurinol, pemberian kedua obat ini potensial meningkatkan adverse effect dari Clavamox®

Apabila pasien menggunakan terapi Alllopurinol dan Clavamox

berupa ruam-ruam (Amoksisilin rash).

® maka sebaiknya pemberiannya tidak bersamaan dan diberi jeda waktu 2 jam untuk menghindari terjadinya interaksi obat.

Efek obat yang merugikan dalam kasus ini adalah adanya potensial interaksi

antara Amoxicillin dan Allopurinol apabila obat tersebut diberikan bersamaan (Lacy,

Armstrong, Goldman, Lance, 2003). Untuk mencegah interaksi obat pada pasien yang

menggunakan terapi Allopurinol, maka disarankan pemberian Clavamox® setelah jeda

Page 73: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

49

waktu 2 jam untuk menghindari interaksi obat yang dapat menimbulkan efek

merugikan.

3. Dosis terlalu tinggi

Dosis terlalu tinggi yang ditemukan pada kasus ini, yaitu pada pemberian

antibiotik sesudah operasi. Pemberian dosis pada pasien geriatri perlu

dipertimbangkan secara khusus karena pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi

absorbsi, distribusi, dan eliminasi. Hal ini dapat berpengaruh terhadap kadar obat

dalam darah dan risiko terjadinya toksisitas obat.

Tabel XIII. Kasus DTPs Dosis Terlalu Tinggi pada Penggunaan Antibiotik Selama Rawat Inap Kasus Operasi Hernia Inguinal Pasien Geriatri di RSUP

Dr. Sardjito Periode Februari 2006 - Oktober 2008 Jenis Antibiotik No kasus Penilaian Rekomendasi Siprofloksasin 1

Pada pemberian terapi antibiotik postoperasi, dosis untuk injeksi Siprofloksasin sehari 2x500 mg melebihi dosis maksimum.

Dosis maksimal untuk injeksi Siprofloksasin dalam sehari adalah 2x400 mg (Anonim, 2000).

Qcef® 35 (sefadroksil)

Pada pemberian terapi antibiotik postoperasi, dosis Qcef®

Dosis maksimal untuk sefadroksil per oral 1-2 g / hr (Lacy, Armstrong, Goldman, Lance, 2003).

(sefadroksil) per oral melebihi dosis maksimum per hari.

E. Outcome Terapi

Outcome terapi dapat diketahui dari lama tinggal (length of stay) dan

keadaan pasien saat keluar dari rumah sakit.

Page 74: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

50

1. Lama tinggal (length of stay)

Rata-rata pasien menjalani perawatan di rumah sakit yaitu 6-10 hari. Gambar

berikut ini menyajikan lama perawatan (length of stay) pasien geriatri yang menjalani

operasi hernia inguinal.

Gambar 7. Lama Perawatan (length of stay) Pasien Geriatri yang Menjalani Operasi Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito

Periode Februari 2006 - Oktober 2008

Lama tinggal di rumah sakit merupakan salah satu faktor risiko terjadinya

infeksi nosokomial setelah pasien menjalani operasi. Semakin lama pasien dirawat

maka semakin besar risiko terjadinya infeksi nosokomial.

2. Keadaan pasien keluar

Keadaan pasien keluar rumah sakit merupakan keadaan pasien yang dapat

berupa keadaan membaik/sembuh, keluar atas permintaan sendiri, rawat jalan,

keadaan semakin parah, atau meninggal. Sebanyak 35 kasus keluar rumah sakit

22,22%

58,33%

13,89%

2,78% 2,78%

1

2

3

4

5

1-5 hari

6-10 hari

11-15 hari

16-20 hari

> 20 hari

Page 75: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

51

dengan keadaan senbuh / membaik, dan 1 kasus tidak ada keterangan membaik atau

sembuh. Sedangkan keadaan lain seperti pasien pulang atas permintaan sendiri, rawat

jalan, keadaan memburuk, dan pasien meninggal dunia tidak ditemukan dalam

penelitian ini. Gambar berikut ini menyajikan keadaan pasien keluar rumah sakit

setelah menjalani operasi hernia inguinal.

Gambar 8. Keadaan Pasien Keluar Rumah Sakit

97,22%

2,78%

1

2

3

sembuh/membaik

tidak ada keterangan membaik atau sembuh

Page 76: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian mengenai “Evaluasi Drug Therapy Problems Penggunaan

Antibiotika Selama Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Kajian

Terhadap Kasus Operasi Hernia Inguinal pada Pasien Geriatri Periode Februari

2006 - Oktober 2008” dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Karakteristik pasien geriatri yang menjalani operasi hernia inguinal, yaitu:

a. berdasarkan adanya penyakit penyerta : 88,89% kasus tanpa penyakit

penyerta, 5,56% kasus dengan hipertensi, 2,78% kasus dengan CHF, dan

2,78% kasus dengan batu buli,

b. berdasarkan jenis hernia inguinal : 83,33% kasus dengan jenis hernia

inguinal indirek; 16,67% kasus dengan jenis hernia inguinal direk;

91,67% kasus dengan sifat hernia reponible; dan 8,33% kasus dengan

sifat hernia irreponible.

2. Pola penggunaan antibiotika selama rawat inap pada pasien geriatri yang

menjalani operasi Hernia Inguinal di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode

Februari 2006-Oktober 2008, yang meliputi :

a. profil penggunaan antibiotik profilaksis pada kasus operasi hernia

inguinal pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode

Februari 2006-Oktober 2008, yaitu cara pemberian antibiotik profilaksis,

sebanyak 2 kasus secara i.v. drip dan 34 kasus secara i.v. bolus. Waktu

Page 77: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

53

pemberian antibiotik profilaksis, sebanyak 5,56% kasus dengan waktu 30

- 60 menit; 5,56% kasus dengan waktu 60 menit - 2 jam; dan 41,67%

kasus dengan waktu lebih dari 2 jam.

b. penggunaan antibiotik terbanyak pada kasus operasi hernia inguinal

pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Februari 2006 -

Oktober 2008 adalah seftriakson yang merupakan golongan sefalosporin

generasi III, yaitu 88,89% penggunaan pada profilaksis bedah; 22,22%

penggunaan pada terapi sebelum operasi; dan 86,11% penggunaan terapi

postoperasi.

3. Drug Therapy Problems penggunaan antibiotik selama rawat inap pada kasus

operasi hernia inguinal pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

periode Februari 2006-Oktober 2008, yaitu :

a. sebanyak 6 kasus (16,67%) dosis terlalu rendah

b. sebanyak 1 kasus (2,78%) efek obat merugikan

c. sebanyak 2 kasus (5,56%) dosis terlalu tinggi.

4. Outcome terapi pasien geriatri yang menjalani operasi hernia inguinal di

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Februari 2006-Oktober 2008, yaitu :

a. lama tinggal di rumah sakit (length of stay), kasus terbanyak pada lama

perawatan 6 – 10 hari (58,33%),

b. keadaan pasien keluar rumah sakit, sebanyak 35 kasus keluar rumah sakit

dengan keadaan sembuh / membaik dan 1 kasus tidak ada keterangan

membaik atau sembuh.

Page 78: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

54

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta :

Perlu disusun standar terapi bedah digestif (terutama kasus hernia inguinal)

terkait dengan penggunaan antibiotik profilaksis dan antibiotik postoperasi

yang dilengkapi dengan jenis, golongan, dan dosis antibiotik yang sesuai

untuk kasus tersebut di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

2. Bagi penelitian selanjutnya dapat dilakukan :

a. Penelitian lebih lanjut secara prospektif mengenai hubungan penggunaan

antibiotik selama rawat inap pada pasien operasi dengan kejadian infeksi

setelah operasi.

b. Penelitian lebih lanjut yang disertai dengan data pemeriksaan kultur

lengkap pasien dan data uji sensitivitas antibiotik di RSUP Dr. Sardjito,

sehingga dapat dilakukan evaluasi lebih lanjut mengenai penggunaan

antibiotik dan angka kejadian Drug Therapy Problems yang dalam

penelitian ini tidak dapat dievaluasi semuanya.

Page 79: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

55

DAFTAR PUSTAKA

Ahronheim, J.C., 1992, Handbook of Prescribing Medications for Geriatric Patients, 1 - 12, 393 – 410, Little,Brown and Company, Boston, Toronto, London

Anonim, 1992, Pedoman Penggunaan Antibiotik Nasional edisi 1, vii-xv, 7-18,

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Anonim, 1996, Dorland’s Pocket Medical Dictionary 25th ed, diterjemahkan

Kamus Saku Kedokteran Dorland edisi 25, 79-1145, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Anonim, 1999, Standar Pelayanan Medis RSUP DR. Sardjito, edisi 2, cetakan I

jilid 1, 119, Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Komite Medik RSUP DR. Sardjito, Yogyakarta

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, 1-375, DepKes RI, Jakarta Anonim, 2005, Standar Pelayanan Medis RSUP DR. Sardjito, edisi III, cetakan I

jilid 3, Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Rumah Sakit DR. Sardjito, Yogyakarta

Anonim, 2007, Standar Pelayanan Medis Bedah Digestive RSUP DR. Sardjito,

Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 37-41, Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Rumah Sakit DR. Sardjito, Yogyakarta

Anonim, 2009 a, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta,

http://www.pdpersi.co.id/hospex/sardjito/, diakses tanggal 19 juni 2009 Anonim, 2009 b, Jenis Hernia Inguinal,

https://services.epnet.com/GetImage.aspx/getImage.aspx?ImageIID=7341, diakses tgl 14 Mei 2009

Cameron, J.L., 1997, Current Surgical Therapy, jilid 2, 72-77, diterjemahkan oleh

Widjaja Kusuma, Binarupa Aksara, Jakarta Chodijayanti, A., 2007, Studi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Bedah Hernia

Inguinal (Penelitian Pada Bagian Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya), Skripsi, ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga, Surabaya

Page 80: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

56

Cipolle R.J., Strand L.M., dan Morley P.C., 2004, Pharmaceutical Care Practice: The Clinician’s Guide 2nd ed., 172-173, 178-179, 197, The Mcgraw-Hill Companies,Ic., United States of America

Crowley, L.V., 2001, An Introduction to Human Disease : Patology and

Pathophysiology Correlations fifth edition, 618-621, Jones and Bartlett Publishers, Massachusetts, USA

DiPiro J.T., Talbert R.L., Yee G.C., Matzle G.R., Wells B.G., dan Posey L.M.,

2005, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, sixth edition, 103-114; 1891-1908; 2217-2230, Mc-Graw Hill, New York.

Doherty, G.M. dan Way, L.W., 2006, Current Surgical Diagnosis & Treatment,

12th edition, 106-107, Lange Medical Books/McGraw-Hil Companies Inc, North America

Ganiswara, S.G., 1995, Farmakologi dan Terapi, edisi 4, 571, Bagian

Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Grace, P.A. dan Borley, N.R., 2006, Surgery at a Glance, 3rd edition,

diterjemahkan At a Glance Ilmu Bedah, edisi ketiga, 64-65; 76-81; 118-119, Penerbit Erlangga, Jakarta

Gugliemo B.J., Koda-Kimble M.A., Young L.Y., dan Kradjan W.A., 2005,

Antimicrobial Prophylaxis for Surgical Procedures Applied Therapeutics: The Clinical Use of Drugs, eighth (8th) ed, 7 – 19, Lippincott Williams & Wilkins A Wolters Kluwer Company, United States of America

Lacy, Armstrong, Goldman, Lance, 2003, Drug Information Handbook 11th

Edition, 1-1692, 1717, Lexi-Comp, America

Lawrence M.T., Stephen J. McPhee, Maxine A.P., 2002, Current Medical Diagnosis & Treatment 2002, 41st edition, 43 - 44, Lange Medical Book The McGraw-Hill Companies, United States of America

Marijata, 2006, Pengantar Dasar Bedah Klinis, hal 357-368, Unit Pelayanan

Kampus Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta McEvoy, G.K., 2005, AHFS Drug Information ®, 89-237; 361-377, The

American Society of Health System Pharmacists, Inc., United Stated of America

Noer, S.H.M., 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, 531,

Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Page 81: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

57

Pratiwi, S. T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, 154, Erlangga, Jakarta Price, S.A. dan Wilson, L.M., 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit, edisi 4, 244-246, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Rubenstein D., Wayne D., Bradley J., 2007, Lecture Notes Kedokteran Klinis,

edisi 6, 357, Penerbit Erlangga, Jakarta Schrock, T. R., 1993, Ilmu Bedah (Handbook of Surgery), 300, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta Schwartz, S. I., 2005, Principles of Surgery, seventh edition, 1586-1592, Mc

Graw-Hill, Singapore Sudoyo A.W., Sehyohadi B., Alwi I., Simodibrata M., Setiadi S., 2006, Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam, jilid III, edisi IV, 886, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Pusat

Suwarni, A., 2001, Studi Diskriptif Pola Upaya Penyehatan Lingkungan Hubungannya dengan Rerata Lama Hari Perawatan dan Kejadian Infeksi Nosokomial Studi Kasus: Penderita Pasca Bedah Rawat Inap di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Provinsi DIY Tahun 1999, Laporan Penelitian, Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta, http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jkpkbppk-gdl-grey-2001-agus-88-nosokomial&q=Hidup, diakses tanggal 29 Juni 2009

Suyono, S., 2001, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 284-285, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Wattimena J. R., Sugiarso N. C., Widianto M. B., Sukandar E. Y., Soemardji A.

A., Setiadi A. R., 1991, Farmakodinami dan Terapi Antibiotik, 30-37; 294-298, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Page 82: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

58

Lampiran I. Analisis SOAP

Tabel XIV. Kajian DTPs Kasus 1 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.22.46.77

Dirawat pada tanggal 02/02/2006 – 06/02/2006 (5 hari)

Pasien laki-laki, 71 tahun, dengan keluhan utama : benjolan di atas kemaluan sebelah kanan, hilang timbul Subjective

Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Medialis Dextra Reponibilis Riwayat penyakit sekarang : muncul benjolan di atas kemaluan sebelah kanan sejak 3 bln yll, pasien sudah pernah dioperasi 14 bln yll. Muncul benjolan lagi di atas kemaluan sebelah kanan, benjolan hilang timbul. BAB dan BAK biasa, riwayat angkat junjung (+). Keadaan pulang : pasien membaik, prognosa baik

Tanggal Objective

02/02/2006 04/02/2006 Nilai normal Suhu (0 37 C) 36,7 36-37,40C Nadi (X/menit) 80 80 50-100 X/menit TD (mmHg) 140/90 ↑ 135/80 120/80 mmHg RR (X/menit) 20 20 ≤ 20 X/menit TB (cm) 156 - - BB (kg) 49 - -

Pemberian obat sebelum operasi Penatalaksanaan

Nama obat Tanggal 03/02/2006 04/02/2006

Injeksi Dexamethason 2 A √ √

Tanggal & waktu operasi

Lama

Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

04/02/2006 Pk 10.45-11.30 WIB

45 menit

Siprofloksasin 200 mg secara infus

4 jam 45 menit sebelum operasi

3-5 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal Februari 2006

04 05 06 Injeksi Siprofloksasin 2x500 mg

√ √

Infus RL 20 tts/mnt √ √ √ Injeksi Remopain 3x1 A √ √ Sefiksim 2x100 mg p.o. √ Asam mefenamat 3x500 mg p.o. √ OBH syrup® 4x1 p.o. √

1. Jangka waktu pemberian infus Siprofloksasin 200 mg untuk profilaksis pembedahan terlalu lama, yaitu 4 jam 45 menit sebelum operasi. DTPs : Dosis terlalu rendah (dosage too low).

Assesment

2. Pada pemberian terapi antibiotik postoperasi, dosis untuk injeksi Siprofloksasin sehari 2x500 mg melebihi dosis maksimum. DTPs : Dosis terlalu tinggi (dosage too high).

1. T½ Siprofloksasin 3-5 jam (DIH, 2003) sehingga maksimal jangka waktu pemberian antibiotik profilaksis 5 jam dari mulai diberikan hingga pasien selesai operasi, pemberian antibiotik yang terlalu awal dapat menyebabkan konsentrasi obat di dalam darah pada akhir operasi berada di bawah MIC.

Plan

2. Dosis maksimal untuk injeksi Siprofloksasin yang diberikan dalam sehari adalah 2x400 mg (IONI, 2000).

Page 83: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

59

Tabel XV. Kajian DTPs Kasus 2 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.22.61.82

Dirawat pada tanggal 08/02/2006 – 15/02/2006 (8 hari)

Pasien laki-laki, 78 tahun, dengan keluhan utama : benjolan di kedua lipat paha Subjective

Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Residif dan Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponibilis Riwayat penyakit sekarang : + 1½ tahun yll pasien mengeluh muncul benjolan di lipat paha kanan yang hilang timbul, dapat dimasukkan dengan tangan, terasa sakit, mual muntah (-), BAK & BAB normal, pasien pernah menjalani operasi di RS PKU Temanggung pada bln September 2005. Benjolan di lipat paha kanan kembali muncul, nyeri (+), 3 bln sebelum dirawat di RSUP Dr.Sardjito benjolan juga muncul di sisi kiri, hilang timbul, nyeri (+). Keadaan pulang : pasien membaik, prognosa baik

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa

Nilai normal (sel/µL)

07/02/06 WBC 7000 4000-11000 Netrofil 4200 3000-6000

Tanggal 08/02/2006 10/02/2006 Nilai normal Suhu (0 37 C) 36 36-37,40C Nadi (X/menit) 80 84 50-100 X/menit TD (mmHg) 130/80 150/80 ↑ 120/80 mmHg RR (X/menit) 20 16 ≤ 20 X/menit

Tanggal & waktu operasi

Penatalaksanaan

Lama Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

11/02/2006 Pk 10.00-11.55 WIB

1 jam 55 menit

Terfacef ®

1x1g secara i.v.

tanggal 11/02/2006, tidak terdapat keterangan jam pemberian

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal Februari 2006

13 14 15 Injeksi Seftriakson 1x1 g √ √ Laxadine syrup® √ 2xCI p.o. √ Injeksi Remopain 3x1 A √ √ OBH syrup® √ 3xCI p.o. √ Asam mefenamat 3x500 mg p.o. √ Siprofloksasin 2x500 mg p.o. √

Penggunaan antibiotik profilkasis TerfacefAssesment

® tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberian, karena tidak tercantum jam pemberian antibiotik tersebut. Dari segi dosisnya, antibiotik yang diberikan postoperasi (Seftriakson, Siprofloksasin) sudah tepat dosis, selain itu berdasarkan SPM bedah digestif untuk pasien geriatri diberikan antibiotik postoperasi.

Pasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu diberikan antibiotik postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Plan

Page 84: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

60

Tabel XVI. Kajian DTPs Kasus 3 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.22.60.93

Dirawat pada tanggal 11/02/2006 – 16/02/2006 (6 hari)

Pasien laki-laki, 67 tahun, dengan keluhan utama : benjolan di lipat paha kanan Subjective

Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponibilis Riwayat penyakit sekarang : + 3 tahun sebelum masuk RS pasien mengeluh timbul benjolan di lipat paha kanan, hilang timbul (+), BAB dan BAK normal, demam (+), mual muntah (-). Keadaan pulang : pasien membaik, prognosis baik

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa

Nilai normal (sel/µL)

08/02/06 WBC 9500 4000-11000 Netrofil 5800 3000-6000

Tanggal 11/02/2006 13/02/2006 Nilai normal Suhu (0 37 C) 37 36-37,40C Nadi (X/menit) 80 80 50-100 X/menit TD (mmHg) 120/80 120/80 120/80 mmHg RR (X/menit) 20 20 ≤ 20 X/menit

Tanggal & waktu operasi

Penatalaksanaan

Lama Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

14/02/2006 Pk 10.30-11.30 WIB

1 jam

Seftriakson 1x1 g secara i.v.

4 jam 30 menit sebelum operasi

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal Februari 2006

14 15 16 Injeksi Seftriakson 1x1 g √ √ Injeksi Remopain 1 A √ √ Sefiksim 2x100 mg p.o. √ Asam mefenamat 3x500 mg p.o. √

Penggunaan antibiotik profilkasis Seftriakson sudah tepat dosisnya berdasarkan T ½ antibiotik. Pengunaan antibiotik yang diberikan postoperasi (Seftriakson, Sefiksim) juga sudah tepat dosis, selain itu berdasarkan SPM bedah digestif untuk pasien geriatri memang diberikan antibiotik postoperasi.

Assesment

Pasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu diberikan antibiotik postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Plan

Page 85: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

61

Tabel XVII. Kajian DTPs Kasus 4 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.08.31.68 Dirawat pada tanggal 14/02/2006 – 23/02/2006 (10 hari)

Pasien laki-laki, 69 tahun, dengan keluhan utama : benjolan di lipat paha Subjective

Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Medialis Sinistra Reponible Riwayat penyakit sekarang : pasien mengeluh timbul benjolan pada lipat paha kiri, + sejak 20 tahun. Benjolan hilang bila berbaring/tidur. Keadaan pulang : pasien sembuh

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa

Nilai normal (sel/µL)

11/02/06 WBC 7400 4000-11000

Tanggal 15/02/2006 19/02/2006 Nilai normal Suhu (0 36 C) 36 36-37,40C Nadi (X/menit) 84 76 50-100 X/menit TD (mmHg) 130/80 130/70 120/80 mmHg RR (X/menit) 18 20 ≤ 20 X/menit TB (cm) - 160 - BB (kg) - 55 -

Penatalaksanaan

Pemberian obat sebelum operasi Nama obat Tanggal

17/02/2006 Laxadine syrup 3xCI √

Tanggal &

waktu operasi

Lama Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

20/02/2006 Pk 09.40-10.30 WIB

50 menit

Siprofloksasin 200 mg secara infus

tanggal 18/02/2006, tidak terdapat keterangan jam pemberian

3-5 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal Februari 2006

20 21 22 23 Injeksi Seftriakson 1x1g √ √ √ Infus RL 20 tpm √ √ √ Injeksi Tradosik® √ 3x1 A √ √ Meisec® 2x100 mg p.o. √ Voltadex® 2x1 tab/hari p.o. √ √ Hytrin ® tab 1x2 mg p.o. √ √

Penggunaan antibiotik profilkasis Siprofloksasin tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberian, karena tidak tercantum jam pemberian antibiotik tersebut. Dari segi dosisnya, antibiotik yang diberikan postoperasi (Seftriakson) sudah tepat dosis, selain itu berdasarkan SPM bedah digestif untuk pasien geriatri diberikan antibiotik postoperasi.

Assesment

Pada pasien geriatri perlu diberikan antibiotik postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi karena daya tahan tubuh yang menurun rentan terkena infeksi.

Plan

Page 86: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

62

Tabel XVIII. Kajian DTPs Kasus 5 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.25.06.34

Dirawat pada tanggal 13/07/2006 – 20/07/2006 (8 hari)

Pasien laki-laki, 80 tahun, dengan keluhan utama : timbul benjolan di selangkangan/lipat paha kiri sejak + 6 bln yll.

Subjective

Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponible Riwayat penyakit sekarang : + 6 bln yll, pasien mengeluh timbul benjolan di selangkangan kiri, benjolan hilang timbul. Timbul terutama saat pasien berdiri, mual (-), muntah (-), nyeri (-), BAB dan BAK normal, riwayat operasi (-). Keadaan pulang : pasien sembuh, prognosis baik

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa

Nilai normal (sel/µL)

10/07/06 WBC 8100 4000-11000 Netrofil 5000 3000-6000

Tanggal 18/07/2006 Nilai normal Suhu (0 37 C) 36-37,40C Nadi (X/menit) 96 50-100 X/menit TD (mmHg) 160/90 ↑ 120/80 mmHg RR (X/menit) 20 ≤ 20 X/menit

Penatalaksanaan

Tanggal & waktu operasi

Lama

Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

18/07/2006 Pk 11.40-13.00 WIB

1 jam 20 menit

Terfacef®

1x1 g secara i.v.

tanggal 17/07/2006, tidak terdapat keterangan jam pemberian

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal Juli 2007

18 19 20 Injeksi Siprofloksasin 2x200 mg √ Remopain 3x1 A √ Siprofloksasin tab 2x500 mg √ Asam mefenamat 3x500 mg √ √ Sporetic® tab 2x100 mg √

Penggunaan antibiotik profilkasis TerfacefAssesment

® tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberian, karena tidak tercantum jam pemberian antibiotik tersebut. Pemberian siprofloksasin dan Sporetic® postoperasi sudah tepat dosis, dan berdasarkan SPM bedah digestif untuk pasien geriatri diberikan antibiotik postoperasi.

Pada pasien geriatri perlu diberikan antibiotik postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi karena daya tahan tubuh yang menurun rentan terkena infeksi.

Plan

Page 87: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

63

Tabel XIX. Kajian DTPs Kasus 6 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.25.23.49 Dirawat pada tanggal 20/07/2006 – 11/08/2006 (23 hari)

Pasien laki-laki, 76 tahun, dengan keluhan utama : benjolan di lipat paha kiri, tidak bisa BAK Subjective

Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponible, BPH Riwayat penyakit sekarang : sejak + 10 th yll pasien merasa ada benjolan di lipat paha kiri, hilang timbul, + 5 hari sebelum masuk RS pasien tidak bisa BAK. Keadaan pulang : pasien membaik, belum sembuh, prognosis dubia

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai norm

(sel/µL) 19/07/06 26/07/06 01/08/06 07/08/06 10/08/06 WBC 15500 ↑ 53700 ↑ 18520 ↑ 14600 ↑ 16210 ↑ 4000-1100 Netrofil 12200 ↑ 49600 ↑ 16520 ↑ - 14590 ↑ 3000-6000

Tanggal 26/07/2006 Nilai normal Suhu (0 36,4 C) 36-37,40C Nadi (X/menit) 88 50-100 X/menit TD (mmHg) 140/80 ↑ 120/80 mmHg RR (X/menit) 24 ≤ 20 X/menit

Tanggal & waktu operasi

Penatalaksanaan

Lama Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

26/07/2006 Pk 09.20-10.20 WIB

1 jam

Terfacef 1x1 g secara i.v.

tanggal 26/07/2006, tidak terdapat keterangan jam pemberian

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal Juli 2006 Agustus 2006

27 28 29 1 2 4 5 7 8 9 10 11 Injeksi Seftriakson 1x1g √ √ √ Injeksi Tramadol 3x1 A √ √ √ Laxadine syr 3xCI p.o. √ √ Siprofloksasin tab 2x500 mg √ √ Asam mefenamat 3x500 mg p.o. √ √ Injeksi Omeprazole 1A/24 jam √ Inpepsa syr® 3xCth I p.o. √ √ √ √ √ √ Imipenem 2x1 g p.o. √ √ √ √ √ √ √ Nifedipin 2x10 mg p.o. √ Injeksi Dolgesik® 2x1 A √ √ √ √ √ √ Injeksi Ranitidin 3x1 A √ √ √ √ Injeksi Sefoperazon 1A/12 jam √ Injeksi Seftriakson 1x2 g √

Keterangan : Pada tanggal 2 Agustus Injeksi Sefoperazon 1A/12 jam dan injeksi Seftriakson 1x2 g diberikan pada pk.16.00. Pemberian Siprofloksasin tab 2x500 mg tidak ada keterangan waktunya.

Penggunaan antibiotik profilkasis TerfacefAssesment

® tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberian, karena tidak tercantum jam pemberian antibiotik tersebut. Dari segi dosisnya, pemberian siprofloksasin, imipenem, injeksi sefoperazon dan injeksi seftriakson (antibiotik postoperasi) sudah tepat dosis.

Pasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu diberikan antibiotik postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Plan

Page 88: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

64

Tabel XX.Kajian DTPs Kasus 7 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.25.23.09 Dirawat pada tanggal 26/07/2006 – 05/08/2006 (11 hari)

Pasien laki-laki, 68 tahun, dengan keluhan utama : BAK tidak lancar sejak 1 thn yll Subjective

Diagnosis Utama : BPH Diagnosis Lain : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponible Keadaan pulang : pasien membaik, prognosa dubia ad bonam

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai normal

(sel/µL)

25/07/06 26/07/06 28/07/06 WBC 5200 18100 ↑ 18100 ↑ 4000-11000

Tanggal 26/07/2006 28/07/2006 Nilai normal Suhu (0 37 C) 36,2 36-37,40C Nadi (X/menit) 80 82 50-100 X/menit TD (mmHg) 130/80 130/80 120/80 mmHg RR (X/menit) 20 20 ≤ 20 X/menit

Tanggal & waktu operasi

Penatalaksanaan

Lama Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

28/07/2006 Pk 09.00-10.45 WIB

1 jam 45 menit

Seftriakson 1x1g secara i.v.

tanggal 27/07/2006, tidak terdapat keterangan jam pemberian

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal (2006) Juli Agustus

28 29 31 01 02 03 04 05 Injeksi Seftriakson 2x1g √ √ √ √ √ Injeksi Tramadol 3x1 A √ √ √ √ √ Infus NaCl 0,9% : Dx 5% √ Infus RL 28 tts/mnt √ √ √ √ Siprofloksasin 2x500 mg p.o. √ √ √ Tramadol 2x1 tab p.o. √ √ √ Injeksi Remopain 1 A √

Penggunaan antibiotik profilkasis seftriakson tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberian, karena tidak tercantum jam pemberian antibiotik tersebut. Seftriakson dan siprofloksasin yang diberikan postoperasi sudah tepat dosis.

Assesment

Pada pasien geriatri perlu diberikan antibiotik postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi karena daya tahan tubuh yang menurun rentan terkena infeksi.

Plan

Page 89: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

65

Tabel XXI. Kajian DTPs Kasus 8 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 00.66.15.54 Dirawat pada tanggal 21/08/2006 – 26/08/2006 (6 hari)

Pasien laki-laki, 67 tahun, dengan keluhan utama : benjolan di lipat paha kanan yang hilang timbul. Subjective

Riwayat penyakit sekarang : 1 thn yll benjolan di lipat paha kanan masih bisa keluar masuk, 6 bln sebelum masuk RS pasien operasi BPH, rencana operasi hernia ditunda Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Medialis Dextra Reponible Keadaan pulang : pasien membaik

Tanggal Objective

22/08/2006 Nilai normal Suhu (0 36 C) 36-37,40C Nadi (X/menit) 88 50-100 X/menit TD (mmHg) 150/90 ↑ 120/80 mmHg RR (X/menit) 20 ≤ 20 X/menit

Pemberian obat sebelum operasi Penatalaksanaan

Nama obat Tanggal 21/08/2006 22/08/2006 23/08/2006

Azithromisin 1x500 mg p.o. √ √ Injeksi Broadced® √ 1x2 g √ Fluimusi® √ l 3xCI p.o. √ √ Injeksi Ventolin® √ 1 A/6 jam √ √ Medixon® 125 mg p.o. √ √

Keterangan : Pada tanggal 21 Azithromisin 1x500 mg p.o. diberikan pk. 21.00 dan injeksi Broadced 1x2 g diberikan pk. 20.00. Pada tanggal 22 Azithromisin 1x500 mg p.o. dan injeksi Broadced 1x2 g diberikan pk. 20.00.

Tanggal & waktu operasi

Lama

Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

23/08/2006 Pk 09.15-09.45 WIB

30 menit Broadced®

1x2 g secara i.v.

13 jam 15 menit sebelum operasi

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal Agustus 2006

23 24 25 26 Injeksi Seftriakson 1x1g √ √ √ Longcef ® 3x500 mg p.o. √ Fluimucil syr® √ 3xCI p.o. √ √ Injeksi Remopain 1A/8 jam √ √ Injeksi Ventolin® √ 1 A/6 jam √ √ Pronalges® 3x1 g p.o. √ √

1. Jangka waktu pemberian injeksi BroadcedAssesment

®

2. Pemberian antibiotik postoperasi (seftriakson dan Longcef

(Seftriakson) 1x2 g untuk profilaksis pembedahan terlalu lama, yaitu 13 jam 15 menit sebelum operasi. DTPs : Dosis terlalu rendah (dosage too low).

®) sudah tepat dosis.

1. T ½ Seftriakson 5-9 jam (DIH, 2003) sehingga maksimal jangka waktu pemberian antibiotik profilaksis 9 jam dari mulai diberikan hingga pasien selesai operasi, pemberian antibiotik yang terlalu awal dapat menyebabkan konsentrasi obat di dalam darah pada akhir operasi berada di bawah MIC.

Plan

2. Berdasarkan SPM Bedah Digestif, pada pasien geriatri perlu diberikan antibiotik postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Page 90: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

66

Tabel XXII.Kajian DTPs Kasus 9 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.25.23.09 Dirawat pada tanggal 19/09/2006 – 23/09/2006 (5 hari)

Pasien laki-laki, 69 tahun, dengan keluhan utama : benjolan di lipat paha kanan. Subjective

Riwayat penyakit sekarang : sejak + 1 thn yll pasien mengalami benjolan di lipat paha kanan yang bisa keluar masuk, nyeri (-), mual (-), muntah (-). Riwayat penyakit dahulu : Riwayat Hipertensi (+) Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponible Keadaan pulang : pasien membaik, prognosa dubia ad bonam

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai normal

(sel/µL) 18/09/06 WBC 10500 4000-11000 Netrofil 7300 ↑ 3000-6000

Tanggal 26/07/2006 Nilai normal Suhu (0 36,5 C) 36-37,40C Nadi (X/menit) 92 50-100 X/menit TD (mmHg) 160/110 ↑ 120/80 mmHg RR (X/menit) 18 ≤ 20 X/menit BB (kg) 60 -

Pemberian obat sebelum operasi Penatalaksanaan

Nama obat Tanggal 20/09/2006

Injeksi Tricefin® √ 1x1 A Injeksi Remopain 3x1 A √

Tanggal &

waktu operasi

Lama Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

21/09/2006 Pk 14.35-15.55 WIB

1 jam 20 menit

Seftriakson 1x1 g secara i.v.

Tanggal 20/09/2006, tidak ada keterangan jam pemberian

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal 23/08/2006

Sefadroksil 2x200 mg p.o. √ Meloxicam® √ 1x7,5 mg p.o.

Penggunaan antibiotik profilkasis Seftriakson tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberian, karena tidak tercantum jam pemberian antibiotik tersebut. Sefadroksil yang diberikan postoperasi sudah tepat dosis.

Assesment

Berdasarkan SPM Bedah Digestif, pada pasien geriatri perlu diberikan antibiotik postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi karena usia lanjut merupakan salah satu faktor risiko surgical site infection.

Plan

Page 91: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

67

Tabel XXIII. Kajian DTPs Kasus 10 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.25.92.58 Dirawat pada tanggal 06/11/2006 – 11/11/2006 (6 hari)

Pasien laki-laki, 66 tahun, dengan keluhan utama : benjolan di kantong pelir sejak 1 bln, keluar masuk. Subjective

Riwayat penyakit sekarang : sejak + 1 bln yll timbul benjolan di skrotum yang keluar masuk, keluar saat melakukan aktivitas dan masuk saat istirahat. Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponible Keadaan pulang : pasien sembuh, prognosis baik

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai normal

(sel/µL) 06/11/06 08/11/06

WBC 9200 10200 4000-11000 Netrofil 7100 ↑ 5800 3000-6000

Tanggal 09/11/2006 Nilai normal Suhu (0 36,3 C) 36-37,40C Nadi (X/menit) 80 50-100 X/menit TD (mmHg) 140/80 ↑ 120/80 mmHg RR (X/menit) 20 ≤ 20 X/menit

Penatalaksanaan

Pemberian obat sebelum operasi Nama obat Tanggal

08/11/2006 Injeksi Ceftriaxone 1x1 g √

Tanggal & waktu operasi

Lama

Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

09/11/2006 Pk 10.25-11.00 WIB

35 menit Seftriakson 1x1 g secara i.v.

Tanggal 08/11/2006, tidak ada keterangan jam pemberian

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal November 2006

09 10 11 Injeksi Seftriakson 1x1g √ √ √ Injeksi Remopain 2x1 A √ √ √ Infus RL : D5 = 3:2 √ √ √ Siprofloksasin 2x500 mg p.o. √ √ Asam mefenamat 3x500 mg p.o. √ √

Keterangan : tidak terdapat keterangan waktu pemberian Injeksi Seftriakson 1x1g dan Siprofloksasin 2x500 mg p.o.

Penggunaan antibiotik profilkasis seftriakson tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberian, karena tidak tercantum jam pemberian antibiotik tersebut. Dari segi dosisnya, pemberian seftriakson dan siprofloksasin postoperasi sudah tepat dosis.

Assesment

Berdasarkan SPM Bedah Digestif, pada pasien geriatri perlu diberikan antibiotik postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi karena usia lanjut merupakan salah satu faktor risiko surgical site infection.

Plan

Page 92: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

68

Tabel XXIV. Kajian DTPs Kasus 11 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.19.95.83 Dirawat pada tanggal 12/02/2007 – 16/02/2007 (5 hari)

Pasien laki-laki, 78 tahun, dengan keluhan utama : benjolan di selangkangan kanan Subjective

Riwayat penyakit sekarang : + 1 bln yll muncul benjolan di selangkangan kanan, benjolan bertambah besar jika beraktivitas, serta hilang saat tiduran, riwayat sulit tenang (-), batuk (+) lama. Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponible Keadaan pulang : pasien sembuh, prognosa baik

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai normal

(sel/µL) 09/02/07 WBC 9900 4000-11000 Netrofil 7100 ↑ 3000-6000

Tanggal 12/02/2007 Nilai normal Suhu (0 37 C) 36-37,40C Nadi (X/menit) 88 50-100 X/menit TD (mmHg) 160/80 ↑ 120/80 mmHg RR (X/menit) 16 ≤ 20 X/menit

Tanggal & waktu operasi

Penatalaksanaan

Lama Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

14/02/2007 Pk 10.30-11.50 WIB

1 jam 20 menit

Terfacef®

1x1 g secara i.v.

12 jam 20 menit sebelum operasi

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal Februari 2007

14 15 16 Terfacef ® √ 1x1g √ √ Injeksi Remopain 3x30 mg √ √ √ Infus RL : D 5 = 1:1 24 tpm √ √ √ Injeksi Altoven® 1A √

Jangka waktu pemberian injeksi TerfacefAssesment

® (Seftriakson) 1x1 g untuk profilaksis pembedahan terlalu lama, yaitu 12 jam 20 menit sebelum operasi. DTPs : Dosis terlalu rendah (dosage too low)

T ½ Seftriakson 5-9 jam (DIH, 2003) sehingga maksimal jangka waktu pemberian antibiotik profilaksis 9 jam dari mulai diberikan hingga pasien selesai operasi, pemberian antibiotik yang terlalu awal dapat menyebabkan konsentrasi obat di dalam darah pada akhir operasi berada di bawah MIC.

Plan

Page 93: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

69

Tabel XXV. Kajian DTPs Kasus 12 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.07.14.37 Dirawat pada tanggal 06/03/2007 – 12/03/2007 (7 hari)

Pasien laki-laki, 75 tahun, dengan keluhan utama : benjolan di kedua belah selangkangan sebelah kiri sampai kantong pelir, pada awalnya benjolan dapat keluar masuk

Subjective

Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Duplex Reponibilis Keadaan pulang : pasien membaik

Objective

Tanggal 08/03/2007 Nilai normal Suhu (0 36,5 C) 36-37,40C Nadi (X/menit) 88 50-100 X/menit TD (mmHg) 130/80 120/80 mmHg RR (X/menit) 20 ≤ 20 X/menit

Pemberian obat sebelum operasi Penatalaksanaan

Nama obat Tanggal 06/03/2007 07/03/2007

Injeksi Intrix® √ 1x1 g √ Injeksi Tramadol® √ 2x1 A √ Sistenol extra® √ p.o. Diazepam 5 mg p.o. √

Tanggal &

waktu operasi

Lama Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

08/03/2007 Pk 11.20-13.45 WIB

2 jam 25 menit

Intrix®

1x1 g secara i.v.

3 jam 20 menit sebelum operasi

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal Maret 2007

08 09 10 11 12 Injeksi Intrix® 1x1g √ √ Injeksi Tramadol® √ 2x1 A √ √ Scanax® 2x500 mg p.o. √ √ √ Nonflamin® 3x1 p.o. √ √ √ Zegavit® 1x1 p.o. √ √ √ Toradol ® 3x10 p.o. √ √ √

Keterangan : Injeksi Intrix 1x1 g diberikan pk. 08.00 Scanax 2x500 mg p.o. diberikan pk.14.00 dan pk.20.00

Pemberian antibiotik profilaksis IntrixAssesment

® berdasarkan T ½ dan waktu pemberiannya sudah tepat. Dari segi dosisnya, pemberian injeksi Intrix® dan Scanax® postoperasi sudah tepat dosis.

Pasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu diberikan antibiotik postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Plan

Page 94: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

70

Tabel XXVI. Kajian DTPs Kasus 13 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No.RM 01.28.83.69 Dirawat pada tanggal 27/03/2007 – 02/04/2007 (7 hari)

Pasien laki-laki, 79 tahun, dengan keluhan utama : benjolan di selangkangan kanan Subjective

Riwayat penyakit sekarang : sejak + 1 bln yll muncul benjolan di selangkangan kanan yang hilang timbul, muncul terutama saat berjalan jauh, bekerja, dan hilang saat istirahat Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Medialis Dextra Reponible Keadaan pulang : pasien membaik, prognosis dubia

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai normal

(sel/µL) 24/03/07 WBC 8650 4000-11000 Netrofil 5950 3000-6000

Tanggal 27/03/2007 30/03/2007 Nilai normal Suhu (0 37 C) 37 36-37,40C Nadi (X/menit) 88 80 50-100 X/menit TD (mmHg) 160/90 ↑ 200/100 ↑ 120/80 mmHg RR (X/menit) 16 20 ≤ 20 X/menit

Pemberian obat sebelum operasi Penatalaksanaan

Nama obat Tanggal 28/03/2007

Infus RL 20 tpm √ Injeksi Remopain 3x1 A √ Diazepam 5 mg p.o. √ Nifedipin p.o. √

Tanggal &

waktu operasi

Lama Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

29/03/2007 Pk 12.30-13.20 WIB

50 menit Seftriakson 1x1 g secara i.v.

Tanggal 28/03/2007, tidak ada keterangan jam pemberian

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal Maret 2007 April 2007 29 30 01 02

Injeksi Seftriakson 2x1 g √ √ √ √ Injeksi Remopain 3x1 A √ √ √ √ Injeksi Ranitidin 2x1 A √ √ √ Infus RL 24 tpm √ √ √

Penggunaan antibiotik profilkasis seftriakson tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberian, karena tidak tercantum jam pemberian antibiotik tersebut. Pemberian seftriakson postoperasi sudah tepat dosis.

Assesment

Pasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik profilaksis dan postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Plan

Page 95: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

71

Tabel XXVII. Kajian DTPs Kasus 14 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 00.39.90.45 Dirawat pada tanggal 07/04/2007 – 16/04/2007 (10 hari)

Pasien laki-laki, 72 tahun, dengan keluhan utama : benjolan di selangkangan kiri Subjective

Riwayat penyakit sekarang : sejak 1 thn yll muncul benjolan di selangkangan kiri, benjolan dapat masuk apabila dimasukkan. Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponible Keadaan pulang : pasien sembuh, prognosis dubia ad bonam

Objective

Tanggal 07/04/2007 09/04/2007 Nilai normal Suhu (0 37 C) 36,5 36-37,40C Nadi (X/menit) 84 84 50-100 X/menit TD (mmHg) 120/80 120/70 120/80 mmHg RR (X/menit) 24 20 ≤ 20 X/menit TB (cm) 160 - - BB (kg) 70 - -

Tanggal & waktu operasi

Penatalaksanaan

Lama Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

10/04/2007 Pk 09.20-10.00 WIB

40 menit Terfacef®

1x1 g secara i.v.

Tanggal 09/04/2007, tidak ada keterangan jam pemberian

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal April 2007

10 11 12 13 14 15 16 Injeksi Terfacef ® √ 2x1 g √ √ √ √ √ Injeksi Ketorolac 1 A √ Injeksi Remopain 3x1 A √ √ √ √ √ Infus RL 30 tpm √ √ √ Siprofloksasin 2x500 mg p.o. √ √ √ Asam mefenamat 3x500 mg p.o. √ √ √ Injeksi Altoven® 1 A √ Dolgesik® 1 g p.o. √

Keterangan : pada tanggal 14 dan 15 injeksi Terfacef® 2x1 g diberikan pk. 08.00. Pemberian Siprofloksasin 2x500 mg p.o. tidak ada keterangan waktunya.

Penggunaan antibiotik profilkasis TerfacefAssesment

® tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberian, karena tidak tercantum jam pemberian antibiotik tersebut. Dari segi dosisnya, pemberian injeksi terfacef dan siprofloksasin postoperasi sudah tepat dosis, selain itu berdasarkan SPM bedah digestif untuk pasien geriatri memang diberikan antibiotik postoperasi.

Pasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu diberikan antibiotik postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Plan

Page 96: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

72

Tabel XXVIII. Kajian DTPs Kasus 15 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.29.12.50 Dirawat pada tanggal 12/04/2007 – 20/04/2007 (9 hari)

Pasien laki-laki, 80 tahun, dengan keluhan utama : benjolan di kantong pelir Subjective

Riwayat penyakit sekarang : + 3 thn terakhir timbul benjolan di lipat paha kiri, hilang timbul, nyeri (-), mual (-), muntah (-), benjolan semakin lama semakin membesar & turun ke kantong pelir, hari sebelum masuk RS pasien mengeluh benjolan tidak dapat kembali. Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Irreponible Keadaan pulang : pasien membaik, prognosa baik

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai normal

(sel/µL) 12/04/07

WBC 16710 ↑ 4000-11000

Tanggal 12/04/2007 17/04/2007 Nilai normal Suhu (0 37 C) 36,2 36-37,40C Nadi (X/menit) 60 80 50-100 X/menit TD (mmHg) 120/80 130/100 ↑ 120/80 mmHg RR (X/menit) 22 16 ≤ 20 X/menit

Pemberian obat sebelum operasi Penatalaksanaan

Nama obat Tanggal 13/04/2007 14/04/2007 15/04/2007 16/04/2007

Injeksi Remopain 3x1 A √ √ √ √ Injeksi Seftriakson 1 g √ √ √ √ Injeksi Ranitidin 2x1 A √ √ √ √ Infus RL 20 tpm √ √ √ √ Diazepam 10 g p.o. √

Tanggal &

waktu operasi

Lama Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

17/04/2007 Pk 13.20-14.20 WIB

1 jam Seftriakson 1x1 g secara i.v.

Tanggal 17/04/2007, tidak ada keterangan jam pemberian

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal April 2007

17 18 19 20 Injeksi Seftriakson 1x1 g √ √ √ √ Injeksi Remopain 3x1 A √ √ √ √ Infus RL 20 tpm √ √ √ √ Injeksi Ranitidin 2x1 A √ √ √ √ Injeksi Kalnex extra® √ 1 A

Penggunaan antibiotik profilkasis Seftriakson tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberian, karena tidak tercantum jam pemberian antibiotik tersebut. Seftriakson yang diberikan postoperasi sudah tepat dosis.

Assesment

Pasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik profilaksis dan postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Plan

Page 97: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

73

Tabel XXIX.Kajian DTPs Kasus 16 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.29.12.51 Dirawat pada tanggal 12/04/2007 – 19/04/2007 (8 hari)

Pasien laki-laki, 73 tahun, dengan keluhan utama : benjolan di kantong pelir Subjective

Riwayat penyakit sekarang : + sejak 3 thn yll pasien memiliki benjolan di lipat paha yang hilang timbul, kadang masuk ke kantong pelir, nyeri (-), mual (-), muntah (-), + 1 jam sebelum masuk RS pasien mengeluh benjolan timbul dan tidak dapat kembali. Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Irreponible Keadaan pulang : pasien sembuh, prognosa baik

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai normal

(sel/µL) 12/04/07

WBC 6050 4000-11000

Tanggal 12/04/2007 Nilai normal Suhu (0 37 C) 36-37,40C Nadi (X/menit) 88 50-100 X/menit TD (mmHg) 120/80 120/80 mmHg RR (X/menit) 20 ≤ 20 X/menit

Penatalaksanaan

Pemberian obat sebelum operasi Nama obat Tanggal

13/04/2007 14/04/2007 15/04/2007 Injeksi Ranitidin 2x1 A √ √ Infus RL:DS 28 tpm √ √ Injeksi Radin √ Diazepam 5 mg p.o. √

Tanggal &

waktu operasi

Lama Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

16/04/2007 Pk 15.20-16.00 WIB

40 menit Terfacef®

1x1 g secara i.v.

Tanggal 15/04/2007, tidak ada keterangan jam pemberian

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal April 2007

16 17 18 19 Injeksi Seftriakson 1x1 g √ √ √ √ Injeksi Remopain 3x1 A √ √ √ √ Injeksi Acran® 1 A √ Injeksi Rolac Radin √ ® Injeksi Kalnex® √ 3x1 A √

Penggunaan antibiotik profilkasis TerfacefAssesment

® tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberian, karena tidak tercantum jam pemberian antibiotik tersebut. Seftriakson yang diberikan postoperasi sudah tepat dosis.

Pasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik profilaksis dan postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Plan

Page 98: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

74

Tabel XXX. Kajian DTPs Kasus 17 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.27.33.18 Dirawat pada tanggal 21/04/2007 – 25/04/2007 (5 hari)

Pasien laki-laki, 79 tahun, dengan keluhan utama : benjolan di lipat paha kiri yang tidak bisa dimasukkan lagi.

Subjective

Riwayat penyakit sekarang : + 6 bln yll pasien mengeluh terdapat benjolan di lipat paha kiri yang keluar masuk, serta terjadi pembesaran prostat, + 6 jam sebelum masuk RS pasien merasa benjolan tidak dapat masuk lagi dan terasa nyeri. Riwayat penyakit dahulu : riwayat operasi open prostatektomi pada bln Desember 2006 Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Medialis Sinistra Reponible Keadaan pulang : pasien sembuh

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai normal

(sel/µL) 21/04/07

WBC 10700 4000-11000 Netrofil 7400 ↑ 3000-6000

Tanggal 21/04/2007 Nilai normal Suhu (0 36,7 C) 36-37,40C Nadi (X/menit) 80 50-100 X/menit TD (mmHg) 130/80 120/80 mmHg RR (X/menit) 20 ≤ 20 X/menit

Pemberian obat sebelum operasi Penatalaksanaan

Nama obat Tanggal 21/04/2007 22/04/2007

Injeksi Terfacef √ ® Injeksi Kalferon √ ® Valium® √ p.o. Infus RL 20 tpm √

Tanggal & waktu operasi Lama

Operasi Jenis dan Dosis

Antibotik Profilaksis Waktu Pemberian

Antibiotik Profilaksis T ½ Antibiotik

Profilaksis 23/04/2007 Pk 11.35-12.30 WIB

55 menit Terfacef® 15 jam 35 menit sebelum operasi

1x1 g secara i.v.

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi Nama obat Tanggal

April 2007 23 24 25

Injeksi Terfacef® √ 2x1 g √ Injeksi Remopain 3x30 mg √ √ Injeksi Efedrin 10 mg/1 cc √ Infus RL 20 tpm √ Longcef® 3x500 mg p.o. √ √ Pronalges® 3x1 g p.o. √ √

Keterangan : Injeksi Terfacef® 2x1 g pada tanggal 24 diberikan pk. 12.00 dan Longcef ® 3x500 mg p.o. pada pk. 20.00.

1. Jangka waktu pemberian injeksi Terfacef (Seftriakson) 1x1 g untuk profilaksis pembedahan terlalu lama, yaitu 15 jam 35 menit sebelum operasi. DTPs : Dosis terlalu rendah (dosage too low).

Assesment

2. Dari segi dosisnya, pemberian injeksi terfacef® dan longcef® postoperasi sudah tepat dosis, selain itu berdasarkan SPM bedah digestif untuk pasien geriatri diberikan antibiotik postoperasi.

1. T ½ Seftriakson 5-9 jam (DIH, 2003) sehingga maksimal jangka waktu pemberian antibiotik profilaksis 9 jam dari mulai diberikan hingga pasien selesai operasi, pemberian antibiotik yang terlalu awal dapat menyebabkan konsentrasi obat di dalam darah pada akhir operasi berada di bawah MIC.

Plan

2. Pasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik profilaksis dan postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Page 99: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

75

Tabel XXXI.Kajian DTPs Kasus 18 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.29.38.96 Dirawat pada tanggal 05/05/2007 – 18/05/2007 (14 hari)

Pasien laki-laki, 80 tahun, dengan keluhan utama : benjolan di selangkangan kanan Subjective

Riwayat penyakit sekarang : + 6 bln sebelum masuk RS pasien merasakan benjolan di selangkangan paha kanan, benjolan muncul saat melakukan akivitas an hilang saat beristirahat, nyeri (+) saat benjolan keluar. Riwayat penyakit dahulu : asma (+) Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponible Keadaan pulang : pasien sembuh

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai normal

(sel/µL) 08/05/07

WBC 6030 4000-11000 Netrofil 3100 3000-6000

Tanggal 05/05/2007 14/05/2007 Nilai normal Suhu (0 36,4 C) 37 36-37,40C Nadi (X/menit) 80 88 50-100 X/menit TD (mmHg) 120/90 130/80 120/80 mmHg RR (X/menit) 24 24 ≤ 20 X/menit TB (cm) 164 - - BB (kg) 50 - -

Pemberian obat sebelum operasi Penatalaksanaan

Nama obat Tanggal 09/05/2007 11/05/2007 12/05/2007

Infus RL:D5 28 tpm √ Neurodex® 2x1 tab p.o. √ √

Tanggal &

waktu operasi

Lama Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

15/05/2007 Pk 10.30-11.30 WIB

1 jam Terfacef®

1x1 g secara i.v.

20 jam 30 menit sebelum operasi

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal Mei 2007

15 16 17 18 Injeksi Terfacef® √ 1x1 g √ √ √ Injeksi Remopain 3x1 A √ Injeksi Ranitidin 1 A √ Injeksi Altofen® √ 3x1 A √ √ Infus RL : D5 = 2:1 √

Jangka waktu pemberian injeksi Terfacef (Seftriakson) 1x1 g untuk profilaksis pembedahan terlalu lama, yaitu 20 jam 30 menit sebelum operasi. DTPs : Dosis terlalu rendah (dosage too low).

Assesment

T ½ Seftriakson 5-9 jam (DIH, 2003) sehingga maksimal jangka waktu pemberian antibiotik profilaksis 9 jam dari mulai diberikan hingga pasien selesai operasi, pemberian antibiotik yang terlalu awal dapat menyebabkan konsentrasi obat di dalam darah pada akhir operasi berada di bawah MIC.

Plan

Page 100: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

76

Tabel XXXII.Kajian DTPs Kasus 19 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.28.88.13 Dirawat pada tanggal 19/06/2007 – 25/06/2007 (7 hari)

Pasien laki-laki, 65 tahun, dengan keluhan utama : benjolan di paha kiri Subjective

Riwayat penyakit sekarang : + 2,5 thn yll pasien merasa ada benjolan di paha kiri, benjolan dapat keluar masuk, sejak Oktober 2006 benjolan semakin lama semakin turun. Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Medialis Sinistra Reponible Keadaan pulang : pasien membaik, prognosa baik

Tanggal Objective

19/06/2007 21/06/2007 Nilai normal Suhu (0 37 C) 36 36-37,40C Nadi (X/menit) 88 84 50-100 X/menit TD (mmHg) 140/90 ↑ 130/90 120/80 mmHg RR (X/menit) 16 24 ≤ 20 X/menit TB (cm) 165 - - BB (kg) 65 - -

Penatalaksanaan

Tanggal & waktu operasi

Lama

Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

21/06/2007 Pk 11.35-12.30 WIB

55 menit Terfacef ®

1x1 g secara i.v.

Tanggal 21/06/2007, tidak ada keterangan jam pemberian

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal Juni 2007

22 23 24 25 Injeksi Terfacef ® √ 1x1 g √ √ √ Injeksi Remopain 3x1 A √ √ √ √ Injeksi Kalnex® √ 3x500 mg √ √ Diazepam 5 mg p.o. √ Infus RL : D5% = 28 tpm √

Penggunaan antibiotik profilkasis TerfacefAssesment

® tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberian, karena tidak tercantum jam pemberian antibiotik tersebut. Pemberian Terfacef® postoperasi sudah tepat dosis.

Pasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu diberikan antibiotik postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Plan

Page 101: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

77

Tabel XXXIII. Kajian DTPs Kasus 20 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.30.44.66 Dirawat pada tanggal 07/07/2007 – 23/07/2007 (17 hari)

Pasien laki-laki, 73 tahun, dengan keluhan utama : timbul benjolan pada selangkangan kanan. Subjective

Riwayat penyakit sekarang : benjolan di skrotum sejak kecil, benjolan berukuran 20x8x5 cm dan dapat dikembalikan. Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponible & Susp BPH Keadaan pulang : pasien membaik, prognosa baik

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai normal

(sel/µL)

18/07/07 20/07/07 22/07/07 WBC 9500 8520 6700 4000-11000 Netrofil 6000 5970 - 3000-6000

Tanggal 18/07/2007 Nilai normal Suhu (0 36,5 C) 36-37,40C Nadi (X/menit) 80 50-100 X/menit TD (mmHg) 130/80 120/80 mmHg RR (X/menit) 18 ≤ 20 X/menit

Pemberian obat sebelum operasi Penatalaksanaan

Nama obat Tanggal 16/07/2007 17/07/2007 18/07/2007

Siprofloksasin 2x500 mg p.o. √ √ Asam mefenamat 3x500 mg p.o. √ √ Diazepam 2 mg p.o. √

Tanggal & waktu

operasi Lama

Operasi Jenis dan Dosis

Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

19/07/2007 Pk 14.30-17.00 WIB

2 jam 30 menit

Seftriakson 1x1 g secara i.v.

tanggal 19/07/2007, tidak terdapat keterangan jam pemberian

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi Nama obat Tanggal

Juli 2007 19 20 21 23

Injeksi Seftriakson 1x1 g √ √ √ Injeksi Transamin® 1 A √ Injeksi Tradosik ® 1 A √ Injeksi Dolgesik® √ 3x1 A √ Injeksi Kalnex® 1 A √ √ Laxadine syrup ® √ 3x1 cth p.o. √ √ Injeksi Ditranex® √ 3x500 mg √ √ Siprofloksasin 2x500 mg p.o. √ Asam mefenamat 3x500 mg p.o. √ Infus NaCl 30 tpm √

Penggunaan antibiotik profilkasis Seftriakson tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberian, karena tidak tercantum jam pemberian antibiotik tersebut. Dari segi dosisnya seftriakson dan siprofloksasin yang diberikan postoperasi sudah tepat dosis.

Assesment

Pasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik profilaksis dan postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Plan

Page 102: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

78

Tabel XXXIV.Kajian DTPs Kasus 21 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.30.54.25 Dirawat pada tanggal 06/08/2007 – 13/08/2007 (12 hari)

Pasien laki-laki, 80 tahun, dengan keluhan utama : benjolan pada scrotum yng keluar masuk, scrotum sebelah kanan membesar.

Subjective

Riwayat penyakit sekarang : timbul benjolan pada scrotum kanan. Riwayat penyakit dahulu : stroke non haemoragia 2x, riwayat gastritis pada thn 2006 Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Residif Keadaan pulang : pasien membaik, prognosa baik

Tanggal Objective

06/08/2007 Nilai normal Suhu (0 36 C) 36-37,40C Nadi (X/menit) 84 50-100 X/menit TD (mmHg) 160/80 ↑ 120/80 mmHg RR (X/menit) 20 ≤ 20 X/menit TB (cm) 160 - BB (kg) 75 -

Pemberian obat sebelum operasi Penatalaksanaan

Nama obat Tanggal 07/08/2007 08/08/2007

Injeksi Seftriakson √ Diazepam 5 mg p.o. √ √

Tanggal &

waktu operasi

Lama Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

08/08/2007 Pk 09.35-12.55 WIB

3 jam 20 menit

Seftriakson 1x1 g secara i.v.

2 jam 35 menit sebelum operasi

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal Agustus 2007

08 09 10 11 12 13 Injeksi Broadced ® √ 2x1 g √ √ √ √ √ Injeksi Remopain 3x1 A √ √ √ √ √ √ Injeksi Kalnex® √ 3x1 A √ √ Injeksi Ranitidin 2x1 A √ √ √ √ √ √ Clavamox® 3x500 mg p.o. √ Nonflamin® 3x500 mg p.o. √ Profenid® 2x1 g p.o. √

Keterangan : pada tanggal 13 Injeksi Broadced® 2x1 g diberikan pada pk. 08.00 dan Clavamox® 3x500 mg p.o. pada pk. 20.00.

Berdasarkan waktu pemberiannya seftriakson yang diberikan untuk profilaksis bedah sudah tepat dosis. Pemberian injeksi Broadced

Assesment

® dan Clavamox® postoperasi sudah tepat dosis, selain itu berdasarkan SPM bedah digestif untuk pasien geriatri diberikan antibiotik postoperasi.

Pasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik profilaksis dan postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Plan

Page 103: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

79

Tabel XXXV. Kajian DTPs Kasus 22 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 00.06.92.77 Dirawat pada tanggal 23/08/2007 – 29/08/2007 (7 hari)

Pasien laki-laki, 68 tahun, dengan keluhan utama : timbul benjolan pada selangkangan kanan. Subjective

Riwayat penyakit sekarang : + 26 bln yll timbul benjolan terutama saat batuk, terasa nyeri, benjolan hilang timbul. Riwayat penyakit dahulu : pernah operasi hidrokel dan batu empedu Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponible Keadaan pulang : pasien sembuh, prognosa baik

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai normal

(sel/µL)

21/08/07

WBC 7600 4000-11000 Netrofil 5300 3000-6000

Tanggal 27/08/2007 Nilai normal Suhu (0 37 C) 36-37,40C Nadi (X/menit) 80 50-100 X/menit TD (mmHg) 150/80 ↑ 120/80 mmHg RR (X/menit) 20 ≤ 20 X/menit

Penatalaksanaan

Tanggal & waktu operasi

Lama

Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

27/08/2007 Pk 09.00-10.00 WIB

1 jam Seftazidim 1x1 g secara i.v.

tanggal 26/08/2007, tidak terdapat keterangan jam pemberian

1-2 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal Agustus 2007

27 28 29 Injeksi Seftazidim 1x1 g √ √ Injeksi Remopain 3x1 A √ √ √ Injeksi Ketorolac 1 A drip √ Infus RL 20 tpm √ √ Injeksi Ranitidin 2x1 A √ √

Penggunaan antibiotik profilkasis Seftazidim tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberian, karena tidak tercantum jam pemberian antibiotik tersebut. Dari segi dosisnya, pemberian injeksi Seftazidim postoperasi sudah tepat dosis, selain itu berdasarkan SPM bedah digestif untuk pasien geriatri diberikan antibiotik postoperasi.

Assesment

Pasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik profilaksis dan postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Plan

Page 104: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

80

Tabel XXXVI. Kajian DTPs Kasus 23 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.31.39.98

Dirawat pada tanggal 12/09/2007 – 19/09/2007 (8 hari)

Pasien laki-laki, 78 tahun, dengan keluhan utama : timbul benjolan di lipat paha kiri. Subjective

Riwayat penyakit sekarang : sejak + 1 bln yll timbul benjolan di lipat paha kiri, benjolan dapat dimasukkan sendiri, mual (+), muntah (+), riwayat batuk lama (-). Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponible Keadaan pulang : pasien membaik, prognosa dubia ad bonam

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai normal

(sel/µL)

11/09/07

WBC 8400 4000-11000

Tanggal 12/09/2007 16/09/2007 Nilai normal Suhu (0 37 C) 36,7 36-37,40C Nadi (X/menit) 84 88 50-100 X/menit TD (mmHg) 120/80 120/80 120/80 mmHg RR (X/menit) 16 24 ≤ 20 X/menit TB (cm) 160 - - BB (kg) 50 - -

Penatalaksanaan

Tanggal & waktu operasi

Lama

Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

17/09/2007 Pk 11.45-12.30 WIB

45 menit Siprofloksasin 2x200 mg secara i.v.

3 jam 45 menit sebelum operasi

3-5 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal September 2007

17 18 19 Injeksi Siprofloksasin 2x200 mg √ √ √ Injeksi Kalnex® √ 1 A √ Injeksi Ketorolac 30 mg √ Injeksi Remopain 3x1 A √ √ Injeksi Plasmin® √ 3x1 A Sefiksim 2x100 mg p.o. √ Meloxicam® 2x15 mg p.o. √

Keterangan : pemberian injeksi Siprofloksasin 2x200 mg pada tanggal 19 tidak ada keterangan waktunya, Sefiksim 2x100 mg p.o. diberikan pk. 24.00.

Berdasarkan waktu pemberiannya siprofloksasin yang diberikan untuk profilaksis bedah sudah tepat dosis. Dari segi dosisnya, pemberian injeksi siprofloksasin dan sefiksim postoperasi sudah tepat dosis, selain itu berdasarkan SPM bedah digestif untuk pasien geriatri memang diberikan antibiotik postoperasi.

Assesment

Pasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik profilaksis dan postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Plan

Page 105: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

81

Tabel XXXVII. Kajian DTPs Kasus 24 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.12.50.56 Dirawat pada tanggal 26/10/2007 – 09/11/2007 (15 hari)

Pasien laki-laki, 69 tahun, dengan keluhan utama : timbul benjolan yang dapat keluar bila mengejan dan masuk sendiri bila beristirahat.

Subjective

Riwayat penyakit sekarang : benjolan dirasakan + sejak 2 thn yll. Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponible Keadaan pulang : pasien sembuh, prognosa baik

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai normal

(sel/µL)

25/10/2007 07/11/2007 WBC 11000 9860 4000-11000 Netrofil 9200 ↑ 8360 ↑ 3000-6000

Tanggal 06/11/2007 Nilai normal Suhu (0 36,2 C) 36-37,40C Nadi (X/menit) 86 50-100 X/menit TD (mmHg) 120/70 120/80 mmHg RR (X/menit) 18 ≤ 20 X/menit

Pemberian obat sebelum operasi Penatalaksanaan

Nama obat Tanggal 01/11/07 02/11/07 03/11/07 04/11/07 05/11/07

Spironolactone® √ ½ p.o. √ √ √ Dorner ® √ 1 tab p.o. √ √ Digoxin ½ tab p.o. √ √ Furosemide ½ tab p.o. √ √ Diazepam 5 mg p.o. √

Tanggal & waktu operasi Lama

Operasi Jenis dan Dosis

Antibotik Profilaksis Waktu Pemberian

Antibiotik Profilaksis T ½ Antibiotik

Profilaksis 06/11/2007 Pk 10.55-11.30 WIB

35 menit Terfacef ® 55 menit sebelum operasi 1x1 g secara i.v.

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi Nama obat Tanggal

November 2007 06 07 08 09

Injeksi Terfacef ® √ 1x1 g √ √ Injeksi Remopain 3x1 A √ √ Infus KAEN 3B 28 tts/mnt √ Digoxin 1x1/2 p.o. √ Furosemide ½-0-0 p.o. √ Spironolakton® ½ tab p.o. √ Dorner® 3x1 tab p.o. √ Sefiksim 2x100 mg p.o. √ √ Meloxicam® 2x15 mg p.o. √ √ Vitamin C 3x1 p.o. √

Keterangan : Injeksi Terfacef® 1x1 g diberikan pk. 08.00 dan Sefiksim 2x100 mg p.o. pk. 10.00.

Berdasarkan waktu pemberiannya Terfacef Assesment

® yang diberikan untuk profilaksis bedah sudah tepat dosis. Dari segi dosisnya, pemberian injeksi Terfacef® dan sefiksim postoperasi sudah tepat dosis, selain itu berdasarkan SPM bedah digestif untuk pasien geriatri diberikan antibiotik postoperasi.

Pasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik profilaksis dan postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Plan

Page 106: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

82

Tabel XXXVIII. Kajian DTPs Kasus 25 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.29.84.73 Dirawat pada tanggal 27/10/2007 – 03/11/2007 (8 hari)

Pasien laki-laki, 74 tahun, dengan keluhan utama : timbul benjolan di lipat paha kanan. Subjective

Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponible Keadaan pulang : pasien membaik

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai normal

(sel/µL)

27/10/2007 WBC 3800 ↓ 4000-11000 Netrofil 2100 ↓ 3000-6000

Tanggal 27/10/2007 01/11/2007 Nilai normal Suhu (0 36 C) 36,1 36-37,40C Nadi (X/menit) 82 80 50-100 X/menit TD (mmHg) 100/60 ↓ 120/80 120/80 mmHg RR (X/menit) 24 20 ≤ 20 X/menit TB (cm) 170 - - BB (kg) 70 - -

Pemberian obat sebelum operasi Penatalaksanaan

Nama obat Tanggal 27/10/07 28/10/07 29/10/07 30/10/07 31/10/07 01/11/07

Aspar K® √ 3x1 g √ √ √ √ √ Allopurinol® 3x1 √ √ √ √ Lasix® √ 3x1 A √ Lasix® 2x1 A √ √ Lasix® oral √ √ Diazepam 5 mg √

Tanggal & waktu

operasi Lama Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

01/11/2007 Pk 10.55-11.40 WIB

45 menit Terfacef® tanggal 31/10/2007, tidak terdapat keterangan jam pemberian

1x1 g secara i.v.

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi Nama obat Tanggal

November 2007 01 02 03

Injeksi Terfacef ® √ 1x1 g √ Injeksi Kalnex® √ 3x500 mg √ Injeksi Toradol® √ 3x1 g √ Aspar K® 3x1 g √ √ Allopurinol 3x1 g p.o. √ √ Lasix® 1-0-0 √ √ Clavamox® 3x500 mg p.o. √ Provamed® 2x100 mg √ √ Nevramin ® 3x1 g √ √

Keterangan : Allopurinol 3x1 g p.o. dan Clavamox®

pk. 08.00 dan pk. 14.00. 3x500 mg p.o. diberikan bersamaan pada

Pada tanggal 3 diberikan Clavamox (Amoksisilin Klavulanat) dan Allopurinol, pemberian kedua obat ini pada saat yang bersamaan potensial meningkatkan adverse effect dari Clavamox berupa ruam-ruam (Amoxicillin rash). DTPs : Efek obat merugikan (adverse drug reaction).

Assesment

Apabila pasien menggunakan terapi Alllopurinol dan Clavamox maka sebaiknya pemberiannya tidak bersamaan dan diberikan jeda waktu 2 jam untuk menghindari terjadinya interaksi obat.

Plan

Page 107: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

83

Tabel XXXIX. Kajian DTPs Kasus 26 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.32.16.05 Dirawat pada tanggal 03/11/2007 – 08/11/2007 (6 hari)

Pasien laki-laki, 68 tahun, dengan keluhan utama : benjolan kantong pelir kanan. Subjective

Riwayat penyakit sekarang : + 3 thn yll pasien mengeluh terdapat benjolan di kantong pelir kanan yang dapat keluar masuk, tidak nyeri. Benjolan tersebut membesar. + 1 hari sebelum masuk RSpasien merasa benjolan semakin membesar disertai nyeri. Riwayat penyakit dahulu : riwayat operasi hernia sebelah kanan + 15 thn yll, riwayat stroke (+), opname (+) 3 thn yll. Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponible Keadaan pulang : pasien sembuh, prognosa baik

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai normal

(sel/µL)

03/11/2007

WBC 13700 ↑ 4000-11000 Netrofil 11900 ↑ 3000-6000

Tanggal 27/10/2007 Nilai normal Suhu (0 36 C) 36-37,40C Nadi (X/menit) 72 50-100 X/menit TD (mmHg) 130/70 120/80 mmHg RR (X/menit) 20 ≤ 20 X/menit

Pemberian obat sebelum operasi Penatalaksanaan

Nama obat Tanggal 04/11/07 05/11/07 06/11/07

Seftriakson 1x1 g p.o. √ √ Injeksi Ranitidin 1 A √ √ Injeksi Remopain 3x1 A √

Tanggal &

waktu operasi

Lama Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

06/11/2007 Pk 11.50-13.30 WIB

1 jam 40 menit

Terfacef®

1x1 g secara i.v.

3 jam 50 menit sebelum operasi

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi Nama obat Tanggal

November 2007 06 07 08

Injeksi Terfacef ® √ 1x1 g √ √ Injeksi Kalnex® √ 3x1 A √ √ Injeksi Remopain 3x1 A √ √ √

Penggunaan antibiotik profilkasis Terfacef Assesment

® berdasarkan waktu pemberian sudah tepat. Pemberian injeksi Terfacef® postoperasi sudah tepat dosis, selain itu berdasarkan SPM bedah digestif untuk pasien geriatri memang diberikan antibiotik postoperasi.

Pasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik profilaksis dan postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Plan

Page 108: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

84

Tabel XL.Kajian DTPs Kasus 27 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.32.26.59 Dirawat pada tanggal 13/11/2007 – 22/11/2007 (10 hari)

Pasien laki-laki, 79 tahun, dengan keluhan utama : benjolan lipat paha kanan. Subjective

Riwayat penyakit sekarang : sejak + 1 bln yll pasien merasa ada benjolan di selangkangan kanan yang dapat keluar masuk. Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponible Keadaan pulang : pasien sembuh, prognosa baik

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai normal

(sel/µL)

12/11/2007 17/11/2007

WBC 5900 5180 4000-11000 Netrofil 3200 2860 ↓ 3000-6000

Tanggal 13/11/2007 19/11/2007 Nilai normal Suhu (0 37 C) 37 36-37,40C Nadi (X/menit) 88 84 50-100 X/menit TD (mmHg) 150/90 ↑ 120/80 120/80 mmHg RR (X/menit) 20 20 ≤ 20 X/menit

Pemberian obat sebelum operasi Penatalaksanaan

Nama obat Tanggal 18/11/2007

Diazepam 5 mg √

Tanggal & waktu operasi

Lama

Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

19/11/2007 Pk 12.45-13.30 WIB

45 menit Seftriakson 1x1 g secara i.v.

4 jam 45 menit sebelum operasi

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal November 2007

19 20 21 22 Injeksi Seftriakson 2x1 g √ √ √ Injeksi Kalnex 3x1 A √ √ Injeksi Remopain 2x1 A √ Injeksi Tramadol 1 A √ √ Sefiksim 100 mg p.o. √ √ Meloxicam 15 mg p.o. √ √ OBH 1 A √ √

Keterangan : Injeksi Seftriakson 2x1 g pada tanggal 21 dan 22 diberikan pk.08.00, Sefiksim 100 mg p.o. diberikan pk. 14.00.

Penggunaan antibiotik profilkasis seftriakson dari segi dosis sudah tepat, hal ini ditinjau dari waktu pemberian antibiotik dan lama operasi yang tidak melebihi T ½ antibiotik. Dari segi dosisnya, pemberian injeksi seftriakson dan sefiksim postoperasi sudah tepat dosis, selain itu berdasarkan SPM bedah digestif untuk pasien geriatri diberikan antibiotik postoperasi.

Assesment

Pasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik profilaksis dan postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Plan

Page 109: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

85

Tabel XLI. Kajian DTPs Kasus 28 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 00.58.44.61

Dirawat pada tanggal 15/01/2008 – 19/01/2008 (5 hari)

Pasien laki-laki, 67 tahun, dengan keluhan utama : benjolan pada selangkangan kanan. Subjective

Riwayat penyakit sekarang : + 2 thn yll timbul benjolan kecil pada selangkangan yang hilang timbul, hari sebelum masuk RS benjolan semakin membesar. Riwayat penyakit dahulu : Susp BPH thn 2003 (tidak dioperasi), operasi hernia thn 1970 Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponible Keadaan pulang : tidak ada keterangan, prognosa dubia ad bonam

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai normal

(sel/µL) Nilai normal

dalam Persen (%)

15/01/2008

WBC 6600 4000-11000 - Netrofil 71,2% ↑ 3000-6000 50-70

Tanggal 17/01/2008 Nilai normal Suhu (0 36,5 C) 36-37,40C Nadi (X/menit) 64 50-100 X/menit TD (mmHg) 140/90 ↑ 120/80 mmHg RR (X/menit) 24 ≤ 20 X/menit

Penatalaksanaan

Tanggal & waktu operasi

Lama

Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

17/01/2008 Pk 11.00-12.15 WIB

1 jam 15 menit

Seftriakson 1x1 g secara i.v.

tanggal 16/01/2008, tidak terdapat keterangan jam pemberian

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal Januari 2008

17 18 19 Injeksi Terfacef ® √ 1x1 g √ Infus RL 28 tpm √ Injeksi Remopain 3x1 A √ √ Sefadroksil 2x500 mg √ Meloxin® 1x7,5 √

Penggunaan antibiotik profilkasis Seftriakson tidak dapat ditinjau kerasionalannya berdasarkan waktu pemberian, karena tidak tercantum jam pemberian antibiotik tersebut. Dari segi dosisnya, pemberian injeksi Terfacef

Assesment

® dan sefadroksil postoperasi sudah tepat dosis, selain itu berdasarkan SPM bedah digestif untuk pasien geriatri memang diberikan antibiotik postoperasi.

Pasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik profilaksis dan postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Plan

Page 110: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

86

Tabel XLII. Kajian DTPs Kasus 29 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.33.17.40

Dirawat pada tanggal 17/01/2008 – 22/01/2009 (6 hari)

Pasien laki-laki, 78 tahun, dengan keluhan utama : benjolan pada selangkangan kanan. Subjective

Riwayat penyakit sekarang : + 3 bln yll pasien merasa keluar benjolan dari selangkangan. Benjolan dapat masuk bila ditekan, nyeri (-), mual (-), muntah (-), 1 minggu yll pasien datang ke UGD dan disarankan operasi. Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponible Keadaan pulang : membaik, prognosa dubia ad bonam

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai normal

(sel/µL)

17/01/2008

WBC 6550 4000-11000 Netrofil 2980 ↓ 3000-6000

Tanggal 20/01/2008 Nilai normal Suhu (0 36,5 C) 36-37,40C Nadi (X/menit) 84 50-100 X/menit TD (mmHg) 110/90 120/80 mmHg RR (X/menit) 20 ≤ 20 X/menit

Tanggal & waktu operasi

Penatalaksanaan

Lama Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

21/01/2008 Pk 10.55-11.45 WIB

50 menit Terfacef ®

2x1 g secara i.v.

tanggal 20/01/2008, tidak terdapat keterangan jam pemberian

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal Januari 2008 21 22

Injeksi Terfacef ® √ 1x1 g √ Injeksi Kalnex® √ 3x1 A √ Injeksi Remopain 3x1 A √ √ Injeksi Ranitidin 2x1 A √ √ Infus RL 30 tpm √ √

Penggunaan antibiotik profilkasis Terfacef Assesment

® dari segi dosis sudah tepat, hal ini ditinjau dari waktu pemberian antibiotik dan lama operasi yang sesuai dengan T ½ antibiotik. Dari segi dosisnya, pemberian injeksi Terfacef® postoperasi sudah tepat dosis, selain itu berdasarkan SPM bedah digestif untuk pasien geriatri diberikan antibiotik postoperasi.

Pasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik profilaksis dan postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Plan

Page 111: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

87

Tabel XLIII.Kajian DTPs Kasus 30 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.33.19.29

Dirawat pada tanggal 24/01/2008 – 30/01/2009 (7 hari)

Pasien laki-laki, 71 tahun, dengan keluhan utama : benjolan di kantong pelir kanan sebesar kelapa gading, benjolan tidak dapat masuk lagi.

Subjective

Riwayat penyakit dahulu : 3 thn yll pasien pernah operasi hernia, riwayat hipertensi + 2 thn yll. Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponible Diagnosis Lain : Hipertensi Keadaan pulang : membaik, prognosa baik

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai normal

(sel/µL) 24/01/2008 27/01/2008

WBC 8300 11200 ↑ 4000-11000 Netrofil 5800 8600 ↑ 3000-6000

Tanggal 25/01/2008 Nilai normal Suhu (0 36,4 C) 36-37,40C Nadi (X/menit) 80 50-100 X/menit TD (mmHg) 140/90 ↑ 120/80 mmHg RR (X/menit) 20 ≤ 20 X/menit BB (kg) 72 -

Pemberian obat sebelum operasi Penatalaksanaan

Nama obat Tanggal 24/01/2008 25/01/2008

Valsartan® √ 1x80 mg p.o. √ Norvask® √ 1x5 mg p.o. √

Tanggal & waktu

operasi Lama

Operasi Jenis dan Dosis

Antibotik Profilaksis Waktu Pemberian Antibiotik

Profilaksis T ½ Antibiotik

Profilaksis 25/01/2008 Pk 13.30-16.00 WIB

2 jam 30 menit

Starxon® 4 jam 30 menit sebelum operasi 1x1 g secara i.v.

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi Nama obat Tanggal

Januari 2008 25 26 27 28 29 30

Injeksi Starxon® √ 1x1 g √ Injeksi Acran® √ 2x1 g √ √ Injeksi Remopain 3x10 mg √ √ √ Injeksi Siprofloksasin 200 mg/12 jam √ √ Valsartan® √ 1x80 mg p.o. √ √ √ √ √ Norvask® √ 1x5 mg p.o. √ √ √ √ √ Sistenol KP® p.o. √ Injeksi Metoclopramide extra √ Aspar K ® 3x1 g p.o. √ √ √ √ Asam mefenamat 2x500 mg p.o. √ √ √ Siprofloksasin 2x500 mg p.o. √ √ √ Aricept® 0-0-1 √ √ Methylcobal ® 3x1 g p.o. √ √

Keterangan : Injeksi Starxon® 1x1 g pada tanggal 26 diberikan pk. 08.00 dan Injeksi Siprofloksasin 200 mg/12 jam pada pk. 20.00.

Penggunaan antibiotik profilkasis StarxonAssesment

® dari segi dosis sudah tepat, hal ini ditinjau dari waktu pemberian antibiotik dan lama operasi yang sesuai dengan T ½ antibiotik. Dari segi dosisnya, pemberian injeksi Starxon® dan siprofloksasin postoperasi sudah tepat dosis, selain itu berdasarkan SPM bedah digestif untuk pasien geriatri diberikan antibiotik postoperasi. PlanPasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik profilaksis dan postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

.

Page 112: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

88

Tabel XLIV. Kajian DTPs Kasus 31 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.33.81.94 Dirawat pada tanggal 13/03/2008 – 18/03/2009 (6 hari)

Pasien laki-laki, 70 tahun, dengan keluhan utama : benjolan pada selangkangan kiri. Subjective

Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Irreponible Keadaan pulang : membaik, prognosa baik

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai normal

(sel/µL) Nilai normal

dalam Persen (%)

10/03/2008

WBC 8460 4000-11000 - Netrofil 69,7% 3000-6000 50-70

Tanggal 14/03/2008 Nilai normal Suhu (0 36 C) 36-37,40C Nadi (X/menit) 88 50-100 X/menit TD (mmHg) 150/80 ↑ 120/80 mmHg RR (X/menit) 20 ≤ 20 X/menit

Tanggal & waktu operasi

Penatalaksanaan

Lama Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

14/03/2008 Pk 09.20-11.25 WIB

2 jam 5 menit

Intrix®

2x1 g secara i.v.

1 jam 20 menit sebelum operasi

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal Januari 2008

14 15 16 17 18 Injeksi Intrix® √ 2x1 g √ √ Injeksi Ranitidin 2x1 A √ √ √ Injeksi Plasminex® √ 3x1 A √ √ Siprofloksasin 2x500 mg p.o. √ √ √ Nonflamin® 3x1 g √ √ √ Celebrex® 2x1 g √ √ √

Keterangan : Injeksi Intrix® 2x1 g pada tanggal 16 diberikan pk. 08.00 dan Siprofloksasin 2x500 mg diberikan pk. 14.00 dan pk. 20.00.

Penggunaan antibiotik profilkasis IntrixAssesment

® dari segi dosis sudah tepat, hal ini ditinjau dari waktu pemberian antibiotik dan lama operasi yang sesuai dengan T ½ antibiotik. Dari segi dosisnya, pemberian injeksi Intrix® dan siprofloksasin postoperasi sudah tepat dosis, selain itu berdasarkan SPM bedah digestif untuk pasien geriatri diberikan antibiotik postoperasi.

Pasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik profilaksis dan postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Plan

Page 113: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

89

Tabel XLV. Kajian DTPs Kasus 32 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.34.93.64

Dirawat pada tanggal 08/05/2008 – 12/05/2009 (5 hari)

Pasien laki-laki, 66 tahun, dengan keluhan utama : benjolan di lipat paha kanan. Subjective

Riwayat penyakit sekarang : + 2 minggu sebelum masuk RS pasien merasa terdapat benjolan di lipat paha kanan yang semakin turun, benjolan hilang timbul, timbul apabila pasien beraktivitas, hilang apabila pasien tidur, nyeri (+) di perut bagian bawah, riwayat angkat junjung berat (+). Riwayat penyakit dahulu : riwayat hipertensi (+) Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponible Diagnosis Lain : Hipertensi Keadaan pulang : membaik, prognosa baik

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai normal

(sel/µL) 07/05/2008 WBC 7910 4000-11000 Netrofil 5210 3000-6000

Tanggal 08/05/2008 10/05/2008 Nilai normal Suhu (0 36,2 C) 36,5 36-37,40C Nadi (X/menit) 80 84 50-100 X/menit TD (mmHg) 130/90 ↑ 160/80 ↑ 120/80 mmHg RR (X/menit) 20 24 ≤ 20 X/menit TB (cm) 163 - - BB (kg) 60 - -

Pemberian obat sebelum operasi Penatalaksanaan

Nama obat Tanggal 09/05/2008 10/05/2008 11/05/2008 12/05/2008

Diazepam 5 mg √ √ Adolat Oros √ ® √ √ √

Tanggal & waktu

operasi Lama

Operasi Jenis dan Dosis

Antibotik Profilaksis Waktu Pemberian

Antibiotik Profilaksis T ½ Antibiotik

Profilaksis 10/05/2008 Pk 11.40-12.15 WIB

35 menit Seftriakson 1x1 g secara i.v.

40 menit sebelum operasi

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal Mei 2008

10 11 12 Injeksi Seftriakson 1x1 g √ √ Injeksi Pantozol ® √ 1x40 mg √ √ Fluimucil syrup® 3x1 sdm √ √ Ketorolac K/P √ Adolat oros® 1x30 mg √ √ Pronalges® 2x50 mg √ √

Penggunaan antibiotik profilkasis seftriakson dari segi dosis sudah tepat, hal ini ditinjau dari waktu pemberian antibiotik dan lama operasi yang sesuai dengan T ½ antibiotik. Dari segi dosisnya, pemberian injeksi seftriakson postoperasi sudah tepat dosis, selain itu berdasarkan SPM bedah digestif untuk pasien geriatri diberikan antibiotik postoperasi.

Assesment

Pasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik profilaksis dan postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Plan

Page 114: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

90

Tabel XLVI.Kajian DTPs Kasus 33 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 00.49.78.99

Dirawat pada tanggal 09/05/2008 – 12/05/2009 (4 hari)

Pasien laki-laki, 78 tahun, dengan keluhan utama : benjolan di selangkangan kanan yang hilang timbul. Subjective

Riwayat penyakit sekarang : 2 bln yll timbul benjolan di selangkangan kanan yg hilang timbul. Riwayat penyakit dahulu : pasien pernah operasi hernia thn 2000 dan operasi prostat thn 2007 Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponible Diagnosis Lain : CHF Keadaan pulang : sembuh

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai normal

(sel/µL)

07/05/2008

WBC 5500 4000-11000 Netrofil 3200 3000-6000

Tanggal 09/05/2008 Nilai normal Suhu (0 36 C) 36-37,40C Nadi (X/menit) 88 50-100 X/menit TD (mmHg) 120/81 120/80 mmHg RR (X/menit) 24 ≤ 20 X/menit TB (cm) 155 - BB (kg) 59 -

Tanggal & waktu operasi

Penatalaksanaan

Lama Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

10/05/2008 Pk 14.10-14.55 WIB

45 menit Tyason®

1x1 g secara i.v.

4 jam 10 menit sebelum operasi

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal Mei 2008

10 11 12 Injeksi Tyason® √ 1x1 g √ √ Injeksi Radin® √ 2x1 A √ √ Injeksi Remopain 2x1 A √ √ √ Valsartan® 1x80 mg p.o. √ √ Allopurinol 1x100 mg p.o. √ √ Digoxin ½ p.o. √

Penggunaan antibiotik profilkasis TyasonAssesment

® dari segi dosis sudah tepat, hal ini ditinjau dari waktu pemberian antibiotik dan lama operasi yang sesuai dengan T ½ antibiotik. Dari segi dosisnya, pemberian injeksi Tyason®

postoperasi sudah tepat dosis, selain itu berdasarkan SPM bedah digestif untuk pasien geriatri diberikan antibiotik postoperasi.

Pasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik profilaksis dan postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Plan

Page 115: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

91

Tabel XLVII.Kajian DTPs Kasus 34 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 00.62.61.51 Dirawat pada tanggal 10/05/2008 – 16/05/2009 (7 hari)

Pasien laki-laki, 86 tahun, dengan keluhan utama : benjolan pada lipat paha kiri Subjective

Riwayat penyakit sekarang : + 5 bln yll timbul benjolan di lipat paha kiri, nyeri (-), bila berbaring benjolan dapat masuk kembali. Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponible & BPH Keadaan pulang : sembuh

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai normal

(sel/µL)

12/05/08

WBC 5200 4000-11000 Netrofil 3300 3000-6000

Tanggal 10/05/2008 Nilai normal Suhu (0 36 C) 36-37,40C Nadi (X/menit) 88 50-100 X/menit TD (mmHg) 130/80 120/80 mmHg RR (X/menit) 20 ≤ 20 X/menit

Tanggal & waktu operasi

Penatalaksanaan

Lama Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

12/05/2008 Pk 09.55-11.15 WIB

1 jam 20 menit

Seftriakson 1x2 g secara i.v.

1 jam 55 menit sebelum operasi

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi

Nama obat Tanggal Mei 2008

12 13 14 15 16 Injeksi Seftriakson 1x2 g √ √ √ Injeksi Ketorolac 3x1 A √ √ √ Qcef ® 3x500 mg p.o. √ √ Pronalges® 3x1 g p.o. √ √ Ciproxin® 1x1 g p.o. √ √ √

Keterangan : Pada tanggal 14 Injeksi Seftriakson 1x2 g diberikan pk. 08.00 dan Ciproxin 1x1 g p.o. diberikan pk. 20.00. Tanggal 15 dan 16 Qcef 3x500 mg p.o. diberikan pk. 08.00, pk. 14.00 dan pk. 20.00. Tanggal 15 Ciproxin 1x1 g p.o. diberikan pk. 14.00 dan tanggal 16 pada pk.20.00.

Penggunaan antibiotik profilkasis Seftriakson dari segi dosis sudah tepat, hal ini ditinjau dari waktu pemberian antibiotik dan lama operasi yang sesuai dengan T ½ antibiotik. Dari segi dosisnya, pemberian injeksi Seftriakson, Qcef, dan Ciproxin postoperasi sudah tepat dosis.

Assesment

Berdasarkan SPM Bedah Digestif pada pasien geriatri perlu diberikan antibiotik postoperasi karena daya tahan tubuh yang menurun sehingga rentan terkena infeksi.

Plan

Page 116: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

92

Tabel XLVIII. Kajian DTPs Kasus 35 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.35.08.25 Dirawat pada tanggal 25/05/2008 – 28/05/2009 (4 hari)

Pasien laki-laki, 85 tahun, dengan keluhan utama : benjolan di lipat paha kanan yang hilang timbul. Subjective

Riwayat penyakit sekarang : 2 bln sebelum masuk RS pasien mengeluh timbul benjolan di lipat paha kanan terutama setelah melakukan aktivitas, benjolan dapat masuk kembali. Diagnosis Utama : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Reponible Keadaan pulang : pasien membaik

Parameter Objective

infeksi Tanggal periksa Nilai normal

(sel/µL) 24/05/08

WBC 6400 4000-11000 Netrofil 3200 3000-6000

Tanggal 25/05/2008 26/05/2008 Nilai normal Suhu (0 36,4 C) 36,3 36-37,40C Nadi (X/menit) 80 87 50-100 X/menit TD (mmHg) 120/80 140/80 ↑ 120/80 mmHg RR (X/menit) 20 20 ≤ 20 X/menit

Pemberian obat sebelum operasi Penatalaksanaan

Nama obat Tanggal 25/05/2008 26/05/2008

Diazepam 5 mg tab p.o. √ √

Tanggal & waktu operasi

Lama

Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

26/05/2008 Pk 10.15-10.45 WIB

30 menit Tyason®

2x1 A secara i.v.

2 jam 15 menit sebelum operasi

5-9 jam

Pemberian obat postoperasi Nama obat Tanggal

Mei 2008 26 27 28

Injeksi Tyason® √ 2x1 A √ Injeksi Remopain 3x1 A √ √ Injeksi Ranitidin 2x1 A √ √ Qcef ® 3x1 g p.o. √ Injeksi Pronalges® 3x1 A √ Diazepam 5 mg tab p.o. √

1. Penggunaan antibiotik profilkasis TyasonAssesment

® dari segi dosis sudah tepat, hal ini ditinjau dari waktu pemberian antibiotik dan lama operasi yang sesuai dengan T ½ antibiotik. Pemberian injeksi Tyason®

2. Pada pemberian terapi antibiotik postoperasi, dosis Qcef

postoperasi sudah tepat dosis.

® (sefadroksil) per oral melebihi dosis maksimum. DTPs : Dosis terlalu tinggi (dosage too high).

1. Pasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik profilaksis dan postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Plan

2. Dosis maksimal untuk sefadroksil per oral 1-2 g / hr (DIH, 2003).

Page 117: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

93

Tabel XLIX.Kajian DTPs Kasus 36 Operasi Hernia Inguinal pada pasien Geriatri di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta Periode Februari 2006-Oktober 2008

No. RM 01.33.37.65 Dirawat pada tanggal 06/06/2008 – 18/06/2009 (13 hari)

Pasien laki-laki, 66 tahun, dengan keluhan utama : pasien tidak dapat menahan BAK, nyeri, benjolan di lipat paha kiri

Subjective

Riwayat penyakit dahulu : pasien pernah menjalani litotereksi pada tahun 1996 dan operasi hernia 7 bln yll. Diagnosis Utama : Batu Buli Diagnosis Lain : Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponible Keadaan pulang : pasien membaik, prognosis dubia ad bonam

Parameter Objective

Tanggal periksa Nilai normal (sel/µL) 16/06/08 17/06/08

WBC 7200 12700 ↑ 4000-11000 Netrofil 4400 - 3000-6000

Tanggal 09/06/2008 10/06/2008 Nilai normal Suhu (0 36,5 C) 36,3 36-37,40C Nadi (X/menit) 88 84 50-100 X/menit TD (mmHg) 130/80 120/80 120/80 mmHg RR (X/menit) 24 24 ≤ 20 X/menit TB (cm) 160 - - BB (kg) 50 - -

Pemberian obat sebelum operasi Penatalaksanaan

Nama obat Tanggal 09/06/2008 10/06/2008 11/06/2008

Diazepam 5 mg tab √ √ √

Tanggal & waktu operasi

Lama Operasi

Jenis dan Dosis Antibotik Profilaksis

Waktu Pemberian Antibiotik Profilaksis

T ½ Antibiotik Profilaksis

11/06/2008 Pk 11.00-12.00 WIB

1 jam Seftriakson 1x1 g secara i.v.

11 jam sebelum operasi 5-9 jam

Pemberian obat postoperasi Nama obat Tanggal

Juni 2008 11 12 13 14 15 16 17 18

Injeksi Seftriakson 1x1 g √ √ √ √ Injeksi Dolgesik® √ 2x50 mg √ √ Injeksi Ditranex® √ 3x500 mg √ √ Injeksi Remopain 2x1 A √ Cotrimoxazole 2x960 mg √ √ √ Asam mefenamat 3x500 mg √ √ √ √ √

Keterangan : tanggal 14 Injeksi Seftriakson 1x1 g dan Cotrimoxazole 2x960 mg diberikan pk. 08.00. Tanggal 16 Injeksi Seftriakson 1x1 g diberikan pk. 16.00 dan Cotrimoxazole 2x960 mg diberikan pk. 08.00 dan pk. 18.00.

1. Jangka waktu pemberian injeksi Seftriakson 1x1 g untuk profilaksis pembedahan terlalu lama, yaitu 11 jam sebelum operasi. DTPs : Dosis terlalu rendah (dosage too low).

Assesment

2. Dari segi dosisnya, pemberian injeksi seftriakson dan cotrimoxazole postoperasi sudah tepat dosis, selain itu berdasarkan SPM bedah digestif untuk pasien geriatri memang diberikan antibiotik postoperasi.

1. T ½ Seftriakson 5-9 jam (DIH, 2003) sehingga maksimal jangka waktu pemberian antibiotik profilaksis 9 jam dari mulai diberikan hingga pasien selesai operasi.

Plan

2. Pasien geriatri rentan terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang menurun, sehingga perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik profilaksis dan postoperasi untuk mencegah infeksi sesudah operasi.

Page 118: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

94

Lampiran 2. Golongan Obat yang Digunakan Pasien Selama Rawat Inap

1. Obat yang bekerja pada saluran cerna

Golongan Kelompok Zat aktif Jenis obat

Antitukak

Antagonis reseptor H

Ranitidine HCl 2

ranitidin Acran® Radin®

PPI pantoprazol Pantozol® omeprazole Meisec ®

Omeprazole Khelator dan senyawa kompleks

sucralfate Inpepsa®

Pencahar Pelunak tinja Phenolphthalein, liq paraffin, glycerin

Laxadine®

Obat antiemetik

- metoclopramide metoclopramide

2. Obat untuk penyakit pada sistem kardiovaskuler Golongan Kelompok Zat aktif Jenis obat

Anti hipertensi

Antagonis reseptor angiotensin II

valsartan valsartan

Alfa bloker terazosin Hytrin® ACE I Amlodipine

bensylate Norvask®

Antiangina Golongan antagonis kalsium

nifedipin nifedipin Adalat oros®

Inotropik positif

glikosida jantung

digoxin digoxin

Diuretika

Diuretika kuat furosemid Lasix® furosemid

Diuretika hemat kalium

Spironolakton

Spironolactone

Obat Sistem

koagulasi darah

Hemostatik

dan antifibrinolitik

asam traneksamat

Ditranex® Transamin®

Kalnex® Plasminex®

- Collagenase, fibrinolysin, profibrinolysin activator

Plasmin®

- Beraprost Na Dorner®

Page 119: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

95

3. Obat yang bekerja pada sistem saluran pernafasan

Golongan Kelompok Zat aktif Jenis obat Antiasma dan bronkodilator

Stimulan Adrenoreseptor beta-2 selektif

Salbutamol sulfate Ventolin®

Mukolitik - asetilsistein Fluimucil®

Simpatomimetik Alfa/beta agonis efedrin efedrin Antitusif dan ekspektoran

ekspektoran Succus liquiritiae, Ammon Cl, anise oil, peppermint oil, lemon lime flavour, ethanol

OBH®

4. Obat antiinfeksi

Golongan Kelompok Zat aktif Jenis obat

Antibiotik

kuinolon ciprofloxacin ciprofloxacin Scanax®

Ciproxin® Sefalosporin

generasi I cefadroxil cefadroxil

Longcef® Qcef®

Sefalosporin generasi III

cefixime cefixime Sporetic®

ceftriaxone ceftriaxone Terfacef® Broadced® Starxon®

Ceftriazone Na Tricefin® Intrix®

Tyason® ceftazidime ceftazidime

cefoperazone cefoperazone Antibiotik β-

laktam imipenem imipenem

azithromycin azithromycin Penisillin Amoxicillin clavulanat Clavamox® Makrolid spiramycin Provamed®

Kombinasi antibiotik

Sulfamethoxazole & trimethoprim

cotrimoxazole

Antiinfeksi dengan

kortikosteroid topikal

Kortikosteroid dexamethason dexamethason

Antivirus - Recombinant human interferon α-2b

Kalferon®

Page 120: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

96

5. Obat yang bekerja sebagai analgesik Golongan Kelompok Zat aktif Jenis obat

Analgesik nonopioid

- Ketorolac thromethamine

remopain

- parasetamol dan n-acetyl-cysteine

Sistenol®

- Asam mefenamat Asam mefenamat - meloxicam meloxicam

Meloxin® - ketoprofen Pronalges®

Profenid® Altofen®

- Diclofenac diethylammon Voltadex® - Ketorolac tromethamine Toradol® - ketorolac ketorolac - celecoxib Celebrex® - Tinoridine HCl Nonflamin®

Analgesik opioid

- Tramadol HCl Tradosik® Dolgesik®

Tramadol Tramadol - diazepam diazepam

diazepam valium®

6. Obat untuk penyakit otot skelet dan sendi

Golongan Kelompok Zat aktif Jenis obat Obat reumatik dan gout Obat gout allopurinol allopurinol

7. Vitamin Golongan Kelompok Zat aktif Jenis obat vitamin - Vit E, vit C, vit B1, vit B2,

niacinamide, vit B6, vit B12, folic acid, Ca, pantothenic

acid, Zn

Zegavit®

Vitamin B Vit B1, vit B6, vit B12 Neurodex® Vitamin C Vitamin C Vitamin C

- Fursultiamine, vitamin B6 Nevramin®

Page 121: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

97

8. Infus / cairan elektrolit

Golongan Kelompok Zat aktif Jenis obat Cairan

elektrolit - Natrium laktat Ringer Laktat

(RL) ®

Natrium klorida, glukosa

NaCl 0,9% : Dekstrosa 5%

Na, Cl, glukosa KAEN Natrium klorida NaCl

Elektrolit dan mineral

- K I-aspartate Aspar K®

9. Obat neurotropik & nootropik Golongan Kelompok Zat aktif Jenis obat

Obat neurotonik

- mecobalamin Aricept®

10. Obat antiparkinson

Golongan Kelompok Zat aktif Jenis obat Obat

antiparkinson - Donepezil

HCl Methycobal®

Page 122: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

98

Lampiran 3. Data kultur kuman di ruang operasi Data kultur kuman di ruang operasi tahun 2006 No. Bulan Spesimen Lokasi Kultur mikroorganisme Angka

kuman 1. Februari Udara OK 1 GBST

Lantai V - 0 koloni/m3

OK 2 GBST Lantai V

- 0 koloni/m3

OK 3 GBST Lantai V

- 0 koloni/m3

OK 4 GBST Lantai V

- 0 koloni/m3

OK 5 GBST Lantai V

- 0 koloni/m3

OK 6 GBST Lantai V

- 0 koloni/m3

RR GBST Lantai V

- 2 koloni/m3

Door Loop GBST Lantai V

- 2 koloni/m3

Usap Lantai

OK 1 GBST Lantai V

- -

OK 2 GBST Lantai V

- -

OK 3 GBST Lantai V

- -

OK 4 GBST Lantai V

- -

OK 5 GBST Lantai V

- -

OK 6 GBST Lantai V

- -

2. Februari Udara OK 1 GBST Lantai IV

- -

OK 2 GBST Lantai IV

- -

OK 3 GBST Lantai IV

- -

OK 4 GBST Lantai IV

- -

OK 5 GBST Lantai IV

- -

OK 6 GBST Lantai IV

- -

Door Loop GBST Lantai IV

Micrococci, Acirebacter calcoaceticus

10 koloni/m3

Page 123: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

99

No. Bulan Spesimen Lokasi Kultur mikroorganisme Angka kuman

3. Februari Udara OK 1 GBST Lantai IV

- -

OK 2 GBST Lantai IV

Bacillus spp, Aerococcus 1-2 cfu/m3

OK 3 GBST Lantai IV

Aerococcus 0-1 cfu/m3

OK 4 GBST Lantai IV

Aerococcus 0-1 cfu/m3

OK 5 GBST Lantai IV

Bacillus spp, Aerococcus 0-1 cfu/m3

OK 6 GBST Lantai IV

Bacillus spp, Aerococcus 0-1 cfu/m3

RR GBST Lantai IV

Aerococcus 0-1 cfu/m3

Door Loop GBST Lantai IV

Aerococcus 0-1 cfu/m3

4. April Udara & Usap

Lantai

OK 1 GBST Lantai IV

- -

OK 2 GBST Lantai IV

- -

OK 3 GBST Lantai IV

- -

OK 4 GBST Lantai IV

- -

OK 5 GBST Lantai IV

- -

OK 6 GBST Lantai IV

- -

5. Desember Udara OK 5 GBST Lantai IV

Staphylococcus sp, Bacillus sp

117 cfu/m3

OK 3 GBST Lantai IV

Staphylococcus sp, Bacillus sp

197 cfu/m3

OK 4 GBST Lantai IV

Staphylococcus sp, Bacillus sp

150 cfu/m3

OK 3 GBST Lantai V

Staphylococcus sp, Bacillus sp

313 cfu/m3

Dinding OK 4 GBST Lantai V

Bacillus sp, Staphylococcus sp

0 cfu/cm2

Lantai OK 5 GBST Lantai IV

Bacillus sp 1 cfu/cm2

AC OK 5 GBST Lantai IV

Staphylococcus sp 1 cfu/cm2

OK 3 GBST Lantai IV

Bacillus sp, Staphylococcus sp

126 cfu/cm2

OK 4 GBST Lantai IV

Bacillus sp 1 cfu/cm2

Exhaust OK 3 GBST Lantai IV

Bacillus sp, Staphylococcus sp

28 cfu/cm2

OK 4 GBST Lantai V

Staphylococcus sp 1 cfu/cm2

Page 124: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

100

No. Bulan Spesimen Lokasi Kultur mikroorganisme Angka kuman

Desember Tempat tidur

OK 5 GBST Lantai IV

Staphylococcus sp 2 cfu/cm2

OK 4 GBST Lantai V

Bacillus sp, Staphylococcus sp

19 cfu/cm2

OK 3 GBST Lantai V

Bacillus sp 1 cfu/cm2

Alat 1/Alat 2

OK 5 GBST Lantai IV

Staphylococcus sp 1/0 cfu/cm2

OK 3 GBST Lantai IV

Bacillus sp, Staphylococcus sp

13/1 cfu/cm2

OK 4 GBST Lantai V

Bacillus sp 1/0 cfu/cm2

OK 3 GBST Lantai V

Bacillus sp, Staphylococcus sp

1/17 cfu/cm2

Data kultur kuman di ruang operasi tahun 2008

No.

Jenis/kode sampel

Lokasi

Hasil pemeriksaan Angka kuman

Jamur Kultur mikroorganisme

1. Udara ruang 02315

OK 1 GBST Lantai IV

5 cfu/m - 3 -

2. Usap Lantai 02316

OK 1 GBST Lantai IV

260 cfu/30x 30 cm

- -

3. Usap AC 02317 OK 1 GBST Lantai IV

- Negatif Bacillus licheniformis

4. Udara Ruang 02318

OK 3 GBST Lantai IV

4 cfu/m - 3 -

5. Usap Lantai 02319

OK 3 GBST Lantai IV

1740 cfu/30x 30 cm

- -

6. Usap AC 02320 OK 3 GBST Lantai IV

- Negatif Proteus mirabilis, Acinetobacter calcoaceticus

7. Udara Ruang 02321

OK 1 GBST Lantai V

3 cfu/m - 3 -

8. Usap Lantai 023322

OK 1 GBST Lantai V

120 cfu/30x 30 cm

- -

9. Usap AC 02323 OK 1 GBST Lantai V

- Negatif Bacillus licheniformis, Bacillus cereus

10. Udara Ruang 02324

OK 3 GBST Lantai V

5 cfu/m - 3 -

11. Usap Lantai 02325

OK 3 GBST Lantai V

1120 cfu/30x 30 cm

- -

12. Usap AC 02326 OK 3 GBST Lantai V

- Negatif Bacillus licheniformis

Keterangan : • Ruang operasi Hernia Inguinal (Bedah Digestif) di OK 2 Lantai IV GBST. • Tahun 2007 tidak dilakukan kultur kuman di ruang operasi.

Page 125: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

101

Lampiran 4. Standar Pelayanan Medis Bedah Digestif

SPM BEDAH DIGESTIF

No. Dokumen

No. Revisi

0

Halaman

37/41

Standar Pelayanan

Medik

Tanggal Terbit

2 Januari 2007

HERNIA EXTERNA

Insidensi yang paling sering :

- Hernia Inguinalis lateralis ( Indirekta )

- Hernia Inguinalis medialis ( Direkta )

- Hernia Femoralis

- Hernia Insisionalis.

Faktor predisposisi :

- Congenital :

Processus vaginalis persistens pada laki-laki.

Canalis Nuck persistens pada wanita.

- Acquisilal :

Luka operasi

Kelemahan oto akibat obesitas, kehamilan, malnutrisi,

ketuaan dan gangguan saraf.

Page 126: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

102

Faktor presipitasi :

Semua keadaan yang menyebabkan kenaikan tekanan intra abdominal,

seperti batuk chronis, bersin-bersin, retensi urine, konstipasi, partus, angkat berat

dan ascites.

Klinis :

HIL HIM HF

Umur Semua umur Tua Tua

Sex Pria Pra Wanita

Benjolan terhadap

lig. Inguinale

Diatas Diatas Dibawah

Test invaginasi Ujung jari Samping jari --------

- Tidak dilakukan tindakan, bila hernia reponibel dan kondisi penderita tidak

memungkinkan untuk operasi.

Pilihan pengobatan :

- Pemakaian sabuk hernia.

- Operasi : disebut :

hernio repair.

- Menghilangkan atau mengurangi faktor presipitasi.

Persiapan operasi :

- Pemeriksaan darah lengkap.

- Foto thoraks.

- EKG

Anaesthesi :

General anaethesi, spinal atau lokal anaesthesi.

1. Irisan inguinal.

Prosedur operasi untuk HIL dan HIM :

2. Subcutis dibuka sampai terlihat aponeurosis m. obliquus abdominis

externus sampai anulus inguinalis externus.

3. Insisi aponeurosis m.o.a.e. sesuai arah serabutnya sampai anulus externus.

Page 127: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

103

4. Dibuat flap aponeurosis m.o.a.e. dan identifikasi dan preservasi n.

ilioinguinalis.

5. Funiculus spermaticus disolasi dan dikait dengan kateter nelaton atau drain

penrose.

6. Dicari kantong hernia :

- Pada hernia inguinalis lateralis kantong ditemukan setelah

membuka bungkus funiculus sebelah anteromedial. Kantong

dibuka, isi hernia dimasukkan kedalam rongga perut, kemudian

kantong dipisahkan dari jaringan funiculus yang lain, dijahit

ikat dekat anulus internus dengan chromic no. 0, kmeudian

dipotong.

- Pada hernia inguinalis medialis kantong berada diluar

funiculus. Setelah dipisahkan dari funiculus dilakukan inversi

dan dijahit dengan chromic no. 0

7. Fascia transversa abdominis dinilai, kalau terlalu kendor:

- Pada cara Bassini atau Halsted tidak diapa-apakan, sedangkan

pada cara Shouldice dilakukan plikasi atau interposisi dengan

chromic no. 0

8. Conjoint tendon dan tepi bebas m. obliquus abdominis internus dan m.

transversus abdominis dijahitkan ke ligamentum inguinale secara

interupted mulai dari ujung medial ( tuberculum pubicum ) ke lateral 3

atau 4 jahitan menggunakan zeide no. 0 atau no. 1. Bila anulus internus

masih longgar dapat ditambah jahitan disebelah lateral anulus internus.

9. Kontrol perdarahan.

10. Aponeurosism m.o.a.e. dijahitkan kembali, didepan funiculus ( cara

Bassini dan Shouldice ) atau dibelakang funiculus ( cara Halsted ).

11. Subcutis dijahit dengan plain catgut no. 000.

12. Kulit ditutup dengan zeide no. 000 atau dermalon no. 000.

Page 128: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

104

1. samapi 7 sda.

Hernio repair terbuka dengan mesh :

1. Dibuat potongan mesh dengan ukuran lebar selebar celah anatara conjoint

tendon dengan lig. Inguinale, panjang 2 cm lebih panjang dari tuberculum

pubicum ke anulus internus. Satu ujung dibelah dua sepanjang 3 cm. Ujung

yang terbelah melingkari funiculus pada anulus internus, tepi- tepi mesh

dijahitkan pada conjoint tendon, tapi bebas m. obliquus abdominis internus

dan m. transversus abdominis, dan lig. Inguinale, menggunakan prolene no.

000.

2. sampai 12 sda.

Pada hernia incarcerata atau strangulata sebelum membuka aponeurosis m.o.a.e.

kantong hernia dibuka dulu untuk menilai viabilitas isi hernia. Pada wanita lig.

Teres uteri / rotundum dapat dipotong dan dijahit ikat, kemudian canalis

inguinalis dapat ditutup rapat.

Catatan :

- Hematom

Komplikasi pasca bedah :

- Neuropraxia.

- Cedera struktur-struktur pada funiculus spermaticus

- Residif

- Pada yang menggunakan mesh dapat terjadi penolakan mesh

yang berupa migrasi, infeksi dan rejecsi.

1. Irisan inguinofemoral.

Prosedur operasi untuk Hernia Femoralis :

2. Dibuat flap sehingga tampak kanting hernia.

3. Kantong hernia dibuka untuk menilai viabilitas isi hernia.

4. Untuk melepas jepitan dipotong ligamentum lacunare, kalau perlu

sebagian lig. Inguinale.

Page 129: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

105

5. Setelah isi hernia dimasukkan, kantong hernia dipisahkan dari jaringan

sekitarnya, pangkalnya dijahit ikat dengan chromic no. 0, kemudian

dipotong.

6. Plasty dengan menjahitkan lig. Inguinale ke lig. Pectineale 3-4 jahitan

dengan zeide no. 0

7. Subcutis dijahit dengan plain catgut no. 000.

8. Kulit dijahit dengan zeide atau dermalon no. 000.

- Cedera usus.

Komplikasi pasca bedah :

- Usus yang dimasukkan tidak masuk intraperitoneal tetapi

extraperitoneal.

- Cedera vasa femoralis.

- Residif.

- Pemberian analgetika.

Penanganan pasca bedah :

- Pemberian antibiotika pada penderita :

Umur tua

DM

Pengguna corticosteroid atau sitostatika

Immunocompromised.

Hernia strangulata.

- Tetap mengontrol ( menghilangkan atau mengurangi ) faktor

presipitasi.

Page 130: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

106

Lampiran 5. Daftar Istilah Medis

abses intraabdomen : kumpulan nanah setempat yang terkubur di dalam abdomen

ascites : pengumpulan cairan serosa di rongga abdomen chorda sepermatica : struktur yang memanjang dari anulus inguinalis

abdominalis menuju testis conjoint tendon : otot tempat tendon melekat yang bergabung menjadi satu fascia : sehelai jaringan fibrosa yang membentuk pembungkus

bagi otot dan berbagai organ tubuh geriatri : berkenaan dengan orang tua atau proses penuaan hernia : penonjolan gelung atau ruas organ atau jaringan melalui

lubang abnormal hernia saddle bag : hernia inguinalis dengan kantong hernia direk dan indirek

sekaligus herniotomy : operasi untuk memperbaiki hernia; disebut juga celotomy hernioplasty : perbaikan hernia secara bedah hipotermia : penurunan temperatur tubuh hingga 320C (890

F) atau lebih rendah

immunosuppression : pencegahan atau pengurangan respons imun implant : memasukkan atau mencangkokkan benda atau bahan,

seperti bahan aloplastik atau radioaktif, kapsul obat, atau jaringan ke dalam tubuh resipien

inguinal : berkenaan batas antara abdomen dan paha, atau

selangkangan kanalis inguinalis : saluran superfisial terhadap cincin inguinal dalam untuk

menyalurkan chorda sepermaticus pada pria dan ligamentum rotundum pada wanita; disebut juga abdominal canal dan Velpeau’s canal

ligament : pita jaringan ikat yang menghubungkan tulang atau

menyokong organ dalam

Page 131: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

107

obstruksi : keadaan atau kondisi tersumbat parturisi : kelahiran anak scrotum : kantong yang berisi testis dan organ-organ asesorisnya strangulasi : gagalnya sirkulasi pada suatu bagian, akibat penekanan tekanan intraabdomen : tekanan di dalam rongga abdomen (perut) vasa epigastrika : pembuluh darah pada usus besar vesika : kandung kemih viskus : beberapa organ dalam besar pada salah satu di antara tiga

rongga tubuh besar, khususnya di abdomen

Page 132: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

108

Lampiran 6. Izin Pengambilan Data di ICM

Page 133: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

109

Lampiran 7. Lembar Pernyataan Peneliti

Page 134: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

110

Lampiran 8. Persetujuan Penelitian di Instalasi Farmasi

Page 135: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

111

Lampiran 9. Persetujuan Penelitian di Instalasi Sanitasi

Page 136: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

112

Lampiran 10. Persetujuan Penelitian di SMF Bedah

Page 137: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

113

Lampiran 11. Surat Pengantar Penelitian di Instalasi Farmasi

Page 138: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

114

Lampiran 12. Surat Pengantar Penelitian di Instalasi Sanitasi

Page 139: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

115

Lampiran 13. Surat Pengantar Penelitian di SMF Bedah

Page 140: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

116

Lampiran 14. Surat Keterangan Selesai Penelitian

Page 141: repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/17066/2/058114113_Full.pdf · i EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA RAWAT INAP . DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

117

BIOGRAFI PENULIS

Yosephin Dyah Susilo Pratiwi, dilahirkan di Sleman pada

tanggal 31 Maret 1987. Putri pertama dari pasangan

Yohanes Petrus Wasito, A.Ma.pd. dan Theresia Maria

Sriwidayati. Penulis menempuh pendidikan pertamanya di

TK Kanisius Duwet Sleman (1991-1993), SD Kanisius

Duwet Sleman (1993-1999), kemudian melanjutkan

pendidikan di SLTP Stella Duce I Yogyakarta (1999-2002) dan SMU Stella

Duce I Yogyakarta (2002 - 2005). Pada tahun 2005 – 2009 penulis menempuh

pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Penulis pernah

menjadi Asisten Praktikum Kimia Analisis (2007) dan Asisten Praktikum

Biokimia (2008). Sejak tahun 2005 - 2008, penulis terlibat aktif dalam berbagai

kegiatan kampus, seperti PSF Veronica (sebagai pianis), panitia Seminar

Glutation (Sie.Humas), panitia Temu Alumni Tiga Latar Belakang (Sie.Humas),

panitia Pengabdian Kepada Masyarakat, panitia Insadha 2007 (Sie.P3K),

berprestasi di Bidang Akademik Ilmiah pada PKM DIKTI 2008.