pendidikan akhlak dalam al-qur’ane-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi...

96
i PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’AN SURAT MARYAM AYAT 41-42 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh SAYIDATUL MUWAFIQOH NIM: 111-12-089 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Upload: others

Post on 29-Nov-2019

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

i

PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’AN

SURAT MARYAM AYAT 41-42

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

SAYIDATUL MUWAFIQOH

NIM: 111-12-089

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

Page 2: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

ii

Page 3: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

iii

Page 4: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

iv

Page 5: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

v

Page 6: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

vi

MOTTO

ت علمون يا أي ها الذين آمنوا ال تونوا اللو والرسول وتونوا أماناتكم وأن تم

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul

(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang

dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.

(QS. Al-Anfāl: 27)

Page 7: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

vii

PERSEMBAHAN

Perjuangan merupakan pengalaman berharga yang dapat menjadikan kita

manusia yang berkualitas.

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku (bapak Nahrowi dan ibu Muzawaroh) yang telah

memberikan kasih sayang, segala dukungan, doa dan cinta kasih yang tiada

terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas

yang bertuliskan kata cinta dan persembahan.

2. Kedua kakakku (Asa dan Imam) dan adikku (Ezra) yang telah memberikan

semangat dan nasehatnya selama ini.

3. Sahabat-sahabatku (Noviana, Nia, Zulaika, Tesa, Rani, Anggun, Helmi,

Hani, Heni, Reni, Kuni, Ika, Fida, Mazu, Rumi, Topiqin, Dedi, Tri, Sian‟s

Hostel Family, My Best Joko Sarifudin, dan semua teman-teman) terima

kasih atas bantuan, doa, nasehat, hiburan, traktiran, ojekan, dan semangat

yang kalian berikan selama aku kuliah, aku tak akan melupakan semua yang

telah kalian berikan selama ini.

4. Bapak Prof. Dr. H. Budiardjo, M.Ag. yang selalu membimbing dan

memotivasi penulis.

5. Keluarga besar PAI C dan teman-teman PAI 2012.

Page 8: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, dan

inayah-Nya kepada kita semua. Sehingga penulis bisa menjalani kehidupan ini sesuai

dengan ridha-Nya. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada nabi besar kita nabi

Muhammad SAW. Atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul “Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur’an Surat Maryam Ayat 41-

42” sesuai dengan rencana.

Selanjutnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang

telah membantu pembuatan skripsi ini, kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN

Salatiga yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian dan kemudahan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

dengan sabarnya memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Bapak M. Ali Zamroni, MA. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

6. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik

secara langsung maupun tidak langsung.

Page 9: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

ix

Semoga skripsi ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas bagi kita semua dan

dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada para pembaca khususnya para mahasiswa-

mahasiswi IAIN Salatiga. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan

jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk

perbaikan skripsi ini.

Wassalammu’alaikum wr.wb.

Page 10: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

x

ABSTRAK

Muwafiqoh, Sayidatul. 2017. Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur‟an Surat Maryam Ayat 41-

42. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Prof.

Dr. H. Budihardjo. M. Ag.

Kata Kunci: Pendidikan, Akhlak, Surat Maryam ayat 41-42.

Prolematika rendahnya pendidikan akhlak yang berarah pada kehancuran bangsa ini

sangat memprihatinkan, sehingga untuk menyelamatkan bangsa seluruh masyarakat, para

orang tua, pendidik, harus membiasakan anak dengan akhlak yang baik agar tercipta

generasi yag mampu menghadapi tantangan hidup. Nabi Ibrāhīm AS merupakan seorang

nabi yang memiliki sifat jujur dan tauhid yang baik. Sehingga para orang tua dan pendidik

mampu mengaplikasikan atau mencontoh dalam kehidupan sehari-hari. Karena pada masa

sekarang ini banyak orang pintar, tetapi sedikit orang yang memiliki sifat jujur.

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pendidikan akhlak yang terdapat

dalam surat Maryam ayat 41-42, agar bisa di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah, (1) bagaimanakah

akhlak dan pendidikan akhlak dalam al-Qur‟an?, dan (2) bagaimana isi pendidikan akhlak

yang terdapat dalam surat Maryam ayat 41-42. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka

penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research), atau bahan-bahan

bacaan untuk mencari pendapat para ahli tafsir dan ahli pendidikan tentang pendidikan

akhlak. Kemudian dianalisis untuk mencapai tujuan penelitian. Metode yang penulis

gunakan yaitu metode tafsir maudhu‟i.

Berdasarkan telaah dari literature maka hasil penelitian menunjukkan bahwa akhlak

dan pendidikan akhlak dalam Islam meliputi macam-macam akhlak, faktor-faktor yang

mempengaruhi pembentukan akhlak, dasar pendidikan akhlak, tujuan pendidikan akhlak,

ruang lingkup pendidikan akhlak, metode pendidikan akhlak yang semua itu didasarkan

pada al-Qur‟an dan Hadist. Sedangkan isi dari pendidikan akhlak yang terdapat dalam surat

Maryam ayat 41-42 yaitu berupa sifat jujur (siddiq). Selain itu aktualisasi ayat itu dalam

pendidikan karakter berupa: menanamkan sifat jujur, menanamkan sifat tauhid kepada

anak sejak dini, bersikap lemah lembut kepada orang tua, serta menanamkan sifat lemah

lembut dan tegas dalam membela yang benar.

Page 11: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

xi

DAFTAR ISI

JUDUL .................................................................................................................. i

LEMBAR BERLOGO ......................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii

PENGESAHAN KELULUSAAN ....................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................... v

MOTTO ................................................................................................................ vi

PERSEMBAHAN................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii

ABSTRAK ............................................................................................................ ix

DAFTAR ISI......................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................... .................................................... 4

C. Tujuan penelitian.................................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4

E. Penegasan Istilah ....................................................................................................... 5

Page 12: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

xii

F. Metode Penelitian................................................................................. 9

G. Kajian Pustaka...................................................................................... 12

H. Sistematika Penulisan .......................................................................... 14

BAB II RUANG LINGKUP PENDIDIKAN AKHLAK

A. Akhlak .................................................................................................. 15

1. Pengertian Akhlak .......................................................................... 15

2. Macam-Macam Akhlak.................................................................. 16

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak ............ 18

B. Pendidikan Akhlak ............................................................................... 23

1. Pengertian Pendidikan Akhlak ....................................................... 23

2. Dasar Pendidikan Akhlak............................................................... 25

3. Tujuan Pendidikan Akhlak............................................................. 27

C. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak ..................................................... 29

D. Metode Pendidikan Akhlak .................................................................. 38

BAB III TAFSIR SURAT MARYAM AYAT 41-42

1. Jenis-jenis Tafsir .................................................................................. 45

2. Kisah Nabi Ibrāhīm AS ........................................................................ 49

3. Asbāb An-Nuzūl Surat Maryam............................................................ 56

4. Analisis Surat Maryam Ayat 41-42 ..................................................... 59 a. Surat Maryam Ayat 41 ................................................................... 59

Page 13: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

xiii

b. Surat Maryam Ayat 42 ................................................................... 63

BAB IV PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’AN

SURAT MARYAM AYAT 41-42

A. Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur‟an................................................... 71

B. Pendidikan Akhlak yang Terdapat dalam Surat Maryam

Ayat 41-42 dan Aktualisasinya dalam Pendidikan Karakter ............... 73

1. Pendidikan Akhlak dalam Surat Maryam Ayat 41-42 ................... 73

2. Aktualisasi QS. Maryam 41-42 dalam Pendidikan Karakter ......... 75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 80

B. Saran-Saran .......................................................................................... 81

C. Penutup................................................................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP PENULIS

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 14: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup Penulis

2. Daftar SKK

3. Nota Pembimbing Skripsi

4. Lembar Konsultasi

Page 15: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah menurunkan kitab-kitab suci-Nya kepada para Rasul-Nya sebagai

pedoman hidup manusia, diantara kitab-kitab suci itu adalah al-Qur‟an. Al-

Qur‟an merupakan firman Allah yang bersifat (berfungsi) mukjizat (sebagai

bukti kebenaran atas kenabian Muhammad SAW) yang diturunkan kepada nabi

Muhammad SAW, yang tertulis di dalam mushaf-mushaf, yang dinukil

(diriwayatkan) dengan jalan mutawatir, dan yang membacanya dipandang

beribadah (Masjfuk Zuhdi, 1997: 1).

Al-Qur‟an tersebut diberikan kepada nabi Muhammad SAW dengan

perantara malaikat Jibril yang di dalamnya mengandung petunjuk, panduan,

aqidah, akhlak, hukum, kisah, ibadah serta janji dan ancaman (Ali Abdul

Hamim Mahmud, 2004: 178).

Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan

adab dan akhlak yang baik, akhlak yang terpuji bagi seorang muslim

mempunyai kedudukan yang sangat penting. Bahkan salah satu risalah yang

diemban nabi Muhammad SAW adalah menyempurnakan akhlak. Ini semua

karena beliau seorang yang diakui kebaikan akhlaknya oleh Allah dan manusia.

وإنك لعلى خلق عظيم “Sesungguhnya engkau (hai Muhammad) memiliki budi pekerti yang luhur”.

(QS. Al-Qalam: 4)

Page 16: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

2

Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran Islam yang

memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak mulia juga merupakan buah

yang dihasilkan dari proses penerapan aqidah dan syariah. Ibarat bangunan,

akhlak mulia merupakan kesempurnaan dari bangunan tersebut setelah fondasi

dan bangunannya dibangun dengan baik.

Sumber akidah dan akhlak dalam ajaran Islam pada dasarnya berasal

pada al-Qur‟an dan Sunnah nabi Muhammad SAW (Darmiyati Zuchdi, 2009:

86). Baik dan buruk dalam akhlak Islam ukuranya adalah baik dan buruk

menurut kedua sumber itu, bukan baik dan buruk menurut ukuran manusia.

Karena kebenaran dan keaslian al-Qur‟an sudah tidak diragukan lagi.

Secara umum akhlak Islam dibagi menjadi dua, yaitu akhlak mulia (al-

akhlaq al-mahmudah/al-karimah) dan akhlak tercela (al-akhlaq al-

madzmumah/al-qabihah). Akhlak mulia harus diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari, sedangkan akhlak tercela harus dijauhi dan jangan sampai

dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Akhlak bukan hanya teori tetapi juga pernah dipraktikkan oleh sejumlah

manusia dalam suatu zaman, sehingga muncul sebagai penyelamat dunia dan

pelopor peradaban. Ada sebuah syair yang digubah oleh Syauqi Bek yakni:

ا المم ال خلق ما بقيت , فإن ىم ذىبت أ خل ق هم ذىب وا وإن “Suatu bangsa dikenal karena akhlaknya (budi pekerti), jika budi pekertinya

telah runtuh maka runtuhlah bangsa itu”. (Mansur, 2007: 230)

Hal itu menunjukkan betapa pentingnya akhlak sebagai karakter bangsa,

bila mereka masih menginginkan eksis di dunia (Mansur, 2007: 230). Artinya

bahwa bangsa akan jaya jika warga negaranya terdiri atas masyarakat yang

Page 17: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

3

berakhlak luhur. Sebab yang menyebabkan kehancuran dan kejahatan itu

memang bukan kurangnya ilmu melainkan kurangnya akhlak.

Tujuan utama pendidikan akhlak adalah agar manusia berada dalam

kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan

oleh Allah. Inilah yang akan mengantar manusia kepada kebahagiaan di dunia

dan akhirat. Akhlak seseorang akan dianggap mulia jika perbuatannya

mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur‟an dan Sunnah.

Adapun alasan peneliti mengambil surat Maryam ayat 41-42 bahwa di

dalam surat ini diceritakan kisah nabi Ibrāhīm, yaitu seorang yang sangat benar

sikap, ucapan, dan perbuatnya, serta nabi Ibrāhīm ini merupakan seseorang

yang memiliki tauhid yang baik. Akhlak nabi Ibrāhīm ini di akui di dalam al-

Qur‟an dan menjadi pedoman terutama bagi orang tua dan pendidik.

Diharapkan pendidik dan orang tua mencontoh serta dapat mengaplikasikan

dalam pendidikan anak. Apalah arti seorang anak pintar dan cerdas tapi tidak

memiliki hati nurani, angkuh, sombong, tidak mensyukuri nikmat Allah,

durhaka kepada orang tua dan menganggap orang lain tidak ada apa-apanya.

Pendidik dan orang tua diharapkan mampu untuk mencontoh pendidikan akhlak

yang terdapat dalam al-Qur‟an surat Maryam ayat 41-42. Hal tersebut yang

mendorong penulis untuk menyusun skripsi dengan judul PENDIDIKAN

AKHLAK DALAM AL-QUR‟AN SURAT MARYAM AYAT 41-42.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, pokok permasalahan dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

Page 18: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

4

1. Bagaimana akhlak dan pendidikan akhlak dalam al-Qur‟an?

2. Bagaimana isi pendidikan akhlak dalam al-Qur‟an surat Maryam ayat 41-42

dan aktualisasinya dalam pendidikan karakter?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. Mengetahui akhlak dan pendidikan akhlak dalam al-Qur‟an.

2. Mengetahui isi pendidikan akhlak yang terdapat dalam al-Qur‟an surat

Maryam ayat 41-42 dan aktualisasinya dalam pendidikan karakter.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi beberapa manfaat, baik

secara teoritis maupun secara praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Memberi sumbangan pemikir bagi ilmu pendidikan Islam pada

umumnya dan pendidikan akhlak pada khususnya terutama mengenai

konsep pendidikan akhlak dalam al-Qur‟an dan pendidikan akhlak yang

terkandung surat Maryam 41-42.

2. Manfaat Praktis

Memberi masukan kepada pendidik, pemikir dimasa mendatang atau

manusia seluruhnya dalam mensosialisasikan pendidikan akhlak di

masyarakat sesuai dengan aturan ajaran agama Islam. Begitu juga peran

Page 19: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

5

keluarga dan orang tua sangat dibutuhkan, sehingga tujuan pendidikan

akhlak dapat tercapai yaitu akhlak-akhlak yang mulia.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari adanya kemungkinan penafsiran yang salah tentang

istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian, maka penulis perlu untuk

menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul ini, antara lain:

1. Pendidikan Akhlak

Pendidikan berasal dari kata dasar “didik” yang mendapat awalan pe

dan akhiran an, yang berarti suatu perbuatan untuk memelihara, memberi

latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan). Dalam mendidik juga akan dihasilkan

suatu “didikan” yang berarti hasil mendidik yang berupa manusia atau

hewan yang dididik, ini semua berhubungan erat dengan “pendidik” yaitu

orang yang mendidik. Jadi, pendidikan dalam KBBI adalah suatu proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang

berupa proses, cara, dan perbuatan mendidik (KBBI, 2000: 263).

Pendidikan adalah suatu proses penyiapan generasi muda untuk

menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara efektif dan

efisien (Azyumardi Azra, 2012: 4). Dengan pendidikan, maka akan

dihasilkan kualitas manusia yang memiliki kehalusan budi dan jiwa, dan

memiliki kesadaran penciptaan dirinya.

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu “khuluqun” ( خلق( juga

diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Akhlak

Page 20: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

6

secara bahasa berasal dari kata khalaqa ( ق خل ). Kalimat tersebuat

mengandung persesuaian dengan perkataan “khalqun” ( خلق( yang berarti

kejadian, serta berhubungan erat dengan “Khāliq” ( خبلق( yang berarti

pencipta dan “makhluq” ( مخلوق( yang bebarti yang diciptakan (Zahruddin,

2004: 1)

Sedangkan pengertian akhlak menurut Al-Ghazali dalam kitab Ihya‟

Ulum al-Din yakni:

ها تصدرالف عال بسهولة ويسرمن غيحاجة إل فاللق عبارة عن ىيئة ف الن فس راسخة, عن فكر ورؤية.

“Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan

perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan

pemikiran dan pertimbangan”. (Imam al-Ghazali, 2003: 53)

Dengan demikian bila ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud

akhlak pada pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Akhlak mengenai hubungan manusia dengan manusia sebagai ciptaan

(hablumminannas).

b. Akhlak dalam hubungannya manusia dengan Allah sebagai pencipta

(hablumminallah).

Pendidikan akhlak adalah usaha sadar dan tidak sadar yang

dilakukan oleh seorang pendidik untuk membentuk kepribadian yang baik

pada seorang anak didik baik dari segi jasmani maupun rohani, sehingga

terbentuk manusia yang taat kepada Allah. (http://skripsi-

tarbiyahpai.blogspot.co.id/2015/01/pengertian-pendidikan-akhlak-

menurut.html. 10.00.13062016).

2. Al-Qur‟an

Page 21: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

7

Ditinjau dari bahasa, al-Qur‟an berasal dari bahasa Arab, yaitu

bentuk jamak dari kata benda (masdar) dari kata qara‟a – yaqra‟u –

qur‟anan ( قرانب -قرأ –قرأ ) yang berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca

berulang-ulang (Mahmud Yunus, 2010: 335). Kosep pemakaian kata

tersebut dapat dijumpai pada salah satu surah al-Qur‟an yaitu surat al-

Qiyāmah ayat 17-18:

()فإذا ق رأناه فاتبع ق رآنو () نا جعو وق رآنو إن علي “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (didadamu)

dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai

membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.” (QS. al-Qiyāmah: 17-18)

Al-Qur‟an secara istilah yaitu firman Allah yang bersifat (berfungsi)

mukjizat (sebagai bukti kebenaran atas kenabian Muhammad) yang

diturunkan kepada nabi Muhammad, yang tertulis di dalam mushaf-mushaf,

yang dinukil (diriwayatkan) dengan jalan mutawatir, dan yang membacanya

dipandang beribadah (Masjfuk Zuhdi, 1997: 1). Al-Qur‟an yang diberikan

Allah kepada nabi Muhammad di dalamnya mengajarkan berbagai prinsip

dalam hidup, diantaranya aqidah, akhlak, muamalah, pendidikan dan

sebagainya.

Maryam adalah seorang hamba Allah yang taqwa dan memperoleh

rahmad dari-Nya. Surat ini dinamakan Maryam, karena mengandung kisah

Maryam, ibu dari nabi Isā AS. Surat ini menceritakan kelahiran yang ajaib,

dimana ia melahirkan Isā AS sedang ia belum pernah digauli oleh seorang

laki-laki. Kelahiran Isā AS tanpa ayah merupakan suatu bukti kekuasaan

Allah (Departemen Agama RI, 2009: 34).

Page 22: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

8

Dalam surat Maryam 41-42 ini juga diceritakan kisah nabi Ibrāhīm,

yaitu seorang nabi yang sangat benar sikap, ucapan, dan perbuatanya. Sifat

baik Ibrāhīm menekankan pada pendidikan akhlak dan tauhid. Adapun QS.

Maryam ayar 41-42 tersebut yaitu:

ي قانب ) ( اذقال البيو يابت ل ت عبد ماال يسمع وال واذكرف الكتب اب رىيم, انو كان صد(شيئا )ي بصر والي غن عنك

41. Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrāhīm di dalam Al Kitab (Al-

Qur‟an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat mencintai

kebenaran dan seorang Nabi.

42. (Ingatlah) ketika ia (Ibrāhīm) berkata kepada bapaknya; "Wahai

bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak

melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?. (QS. Maryam: 41-42).

Penulis membatasi surat Maryam beberapa ayat, dalam hal ini yang

dimaksud adalah ayat 41-42 karena ayat tersebut ada kaitanya dengan

pendidikan akhlak,

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kepustakaan (library

research), karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka

(Sutrisna Hadi, 1981: 9). Penelitian kepustakaan adalah penelitian dengan

mencari dan membandingkan naskah atau pendapat para ahli tafsir dan ahli

pendidik tentang pendidikan akhlak.

2. Sumber Data

Sumber data di sini penulis golongkan menjadi dua macam yaitu:

a. Sumber Data Primer

Page 23: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

9

Yang dimaksud sumber data primer di sini kitab-kitab tafsir, al-

Qur‟an yang membahas pokok permasalahan secara langsung yang

dijadikan acuan penulis untuk membuat skripsi.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yang penulis maksud adalah buku-buku

yang membahas pokok permasalahan secara tidak langsung. Adapun

sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku karangan

ilmiah, majalah, artikel yang berhubungan dengan pokok permasalahan.

3. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan atau mengadakan

penelitian kepustakaan (library research), maka metode yang digunakan

untuk membahas sekaligus sebagai kerangka pikir pada penelitian adalah

sebagai berikut:

a. Metode Tafsir Maudhu‟i

Metode tafsir maudhu‟i (tematik) adalah metode yang

ditempuh seorang mufassir dengan cara menghimpun seluruh ayat-ayat

al-Qur‟an yang berbicara tentang satu masalah/ tema (maudhu‟) serta

mengarah kepada satu pengertian dan satu tujuan, sekalipun ayat-ayat

itu (cara) turunnya berbeda, tersebar pada berbagai surat dalam al-

Qur‟an dan berbeda pula waktu dan tempat turunnya (Said Agil Husin

Al Munawar, 2002: 73).

Kemudian ia menentukan ayat-ayat itu sesuai dengan masa

turunnya, mengemukakan sebab turunnya sepanjang hal itu

Page 24: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

10

dimungkinkan (jika ayat-ayat itu turun karena sebab tertentu),

menguraikanya dengan sempurna menjelaskan makna dan tujuannya,

mengkaji terhadap seluruh segi dan apa yang dapat diistinbatkan

darinya, segi i‟rabnya, unsur-unsur balaghahnya, segi-segi i‟jaznya

(kemu‟jizatanya) dan lain-lain. Namun penulis hanya membatasi dua

ayat saja dalam pembahasan ini, yaitu dalam surat Maryam ayat 41-42.

Dalam kaitanya dengan pendidikan akhlak, disini dapat kita lihat

ayat-ayat tentang pendidikan akhlak cukup banyak tersebut baik di

tengah-tengah surat Makiyyah maupun Madaniyah.

Seorang penafsir dapat mengikuti runtutan ayat yang sudah

tersusun dengan mengemukakan munasabah dan asbabun nuzul dan

dalil-dalil yang relevan mengenai pendidikan akhlak, lalu

menjelaskannya dan menarik kesimpulan makna yang dimaksud dengan

yang memperkuat ide atau pendidikan akhlak berdasarkan argumentasi

yang jelas.

b. Metode Deskripsi

Metode deskripsi adalah suatu metode penelitian dengan

mendiskripsikan realita-realita, fenomena sebagaimana adanya yang

dipilih dari prespektif subyektif (Winarno, 1989: 132). Maka penulis

mendiskripsikan pemikiran al-Qur‟an khususnya surah Maryam ayat 41-

42.

c. Metode Analisis

Page 25: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

11

Metode analisis adalah metode yang digunakan untuk

menganalisis bab perbab guna mencari pendidikan akhlak yang

terkandung dalam al-Qur‟an khususnya surat Maryam ayat 41-42 yang

diperkuat oleh tafsir para mufassir.

G. Kajian Pustaka

Fungsi kajian pustaka adalah untuk mengemukakan hasi-hasil penelitian

dahulu yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun

beberapa penelitian yang diakukan dan sejauh ini telah penulis ketahui adalah

sebagai berikut:

1. Deden Indiarto, STAIN Salatiga, ekstensi jurusan PAI (2007), dengan judul

skripsi “Pendidikan Akhlak dalam al-Qur‟an surat ad-Dhuha ayat 9 sampai

11”, menyimpulkan bahwa konsep pendidikan akhlak dalam al-Qur‟an yaitu

berupa tingkah laku atau perbuatan, dinilai baik dan buruk, terpuji dan

tercela, semata-mata karena syara‟ (al-Qur‟an dan As-Sunnah). Contoh

mengasihi anak yatim dan dermawan merupakan sifat terpuji. Begitu pula

sebaliknya, mendzalimi anak yatim, kikir, merupakan sifat tercela. Nilai

pendidikan akhlak dalam surat ad-Dhuha ayat 9-11 sebagai berikut: a)

larangan menghardik anak yatim, b) larangan menolak dengan kasar orang

yang meminta-minta, c) anjuran untuk bersyukur atas nikmat Allah. Para

mufasir Ibnu Katsir dan Al-Maraghi bersepakat mengatakan bahwa surat

ad-Dhuha diturunkan kepada Rasulullah sebagai hiburan untuknya, dan

Allah akan memberi dua kabar gembira kepada Rasulullah, kabar pertama

Page 26: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

12

bahwasanya Allah akan menambah kemuliaan beliau, dan yang dicita-

citakan oleh Rasulullah.

2. Siti Nurismawandari, STAIN Salatiga, jurusan PAI (2012), dengan judul

skripsi “Pendidikan Akhlak dalam al-Qur‟an dalam surat Luqman ayat 12-

19”. Menceritakan kisah hidup seorang hamba Allah yang bernama Luqman

terkenal dengan sebutan Al-Hakim, yang merupakan seorang yang

bijaksana , berilmu pengetahuan, pemahaman, perkataan serta perbuatan,

sehingga dapat mengendalikan diri dari perbuatan jahat, dan bisa menempati

sesuatu pada tempatnya. Luqman bukan seorang nabi, tetapi ia seorang

hamba Allah yang banyak berbuat kebajikan, dan keyakinannya yang lurus,

adapun pendidikan Luqman dalam mendidik anaknya antara lain: a)

pendidikan bersyukur. b) pendidikan keimanan, c) pendidikan untuk

berbakti kepada orang tua, d) pendidikan intelektual, e) pendidikan shalat, f)

larangan takabur atau sombong,

H. Sistematika Penelitian

Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif dan menyeluruh

maka diperlukan sebuah sistematika penulisan yang runtut dari satu bab ke bab

yang selanjutnya. Sistematika sendiri memiliki arti suatu tata urutan yang saling

berkaitan, saling berhubungan, dan saling melengkapi. Adapun sistematika

penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I pendahuluan akan dipaparkan tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,

metode penelitian, kajian pustaka, dan sistematika penulisan.

Page 27: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

13

Bab II akan dikemukakan tentang pendidikan akhlak dalam al-Qur‟an

yang meliputi: pengertian akhlak, macam-macam akhlak, faktor yang

mempengaruhi pembentukan akhlak, pengertian pendidikan akhlak, dasar

pendidikan akhlak, tujuan pendidikan akhlak, ruang lingkup pendidikan akhlak,

serta metode pendidikan akhlak.

Bab III dikemukakan tentang tafsir al-Qur‟an surat Maryam ayat 41-42,

yang sebelumnya juga dikemukakan jenis-jenis tafsir, kisah nabi Ibrāhīm AS,

Asbābun nuzūl surat Maryam, baru kemudian analisis surat Maryam ayat 41-42.

Bab IV akan dikemukakan tentang pendidikan akhlak dalam al-Qur‟an

dan pendidikan akhlak yang terdapat dalam surat Maryam ayat 41-42 dan

aktualisasinya dalam pendidikan karakter.

Bab V akan dikemukakan tentang penutup, berisi tentang kesimpulan,

saran-saran, dan penutup.

Page 28: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

14

BAB II

LANDASAN TEORI

RUANG LINGKUP PENDIDIKAN AKHLAK

A. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Secara bahasa kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab, yaitu khuluqun

yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Berakar dari )خلق )

kata khalaqa ( خلق) yang berarti menciptakan, seakar dengan kata Khāliq ( خبلق)

yang berarti pencipta, makhlūq ( مخلوق) yang berarti diciptakan, dan khalq (خلق)

yang berarti penciptaan (Zahruddin, 2004: 1).

Al-Ghazali menjelaskan bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam

dalam jiwa, dari sifat itu timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan

tidak memerlukan pertimbangan pikiran lebih dulu (Imam al-Ghazali, 2003:

53).

Pendapat Al-Ghazali hampir sama dengan pendapat Ibn Miskawaih,

bahwa akhlak adalah sesuatu dalam jiwa yang mendorong seseorang

mempunyai potensi-potensi yang sudah ada sejak lahir (Yunahar Ilyas, 2007:

2).

Menurut Ahmad Amin akhlak adalah kehendak yang dibiasakan.

Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan

akhlak (Zahruddin RR, 2004: 4). Sedangkan menurut Abdullah Dirroj, akhlak

adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak

Page 29: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

15

berkombinasi membawa kecenderungan pada pilihan pihak yang benar (dalam

hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak jahat) (Mansur,

2007: 223). Jadi, akhlak menurut pendapat penulis adalah suatu perbuatan yang

dimiliki manusia sejak lahir dan menjadi sebuah kebiasaan yang mantap.

Akhlak diartikan sebagai tata krama, yaitu ilmu yang berusaha mengenal

tingkah laku manusia, kemudian memberi nilai kepada perbuatan baik atau

buruk sesuai norma-norma dan tata susila.

2. Macam-Macam Akhlak

Pada dasarnya akhlak manusia itu ada dua macam, yaitu akhlak yang

terpuji (al-akhlaq al-mahmudah) dan akhlak yang tercela (al-akhlaq al-

mazmumah) (Mansur, 2007: 238).

a. Akhlak Yang Terpuji (Al-Akhlaq Al-Mahmudah)

Akhlak terpuji adalah perbuatan-perbuatan baik yang datang dari

sifat-sifat batin yang ada dalam hati menurut syara‟. Sifat-sifat itu biasanya

disandang oleh para Rasul, anbiya, aulia, dan orang-orang salih. Adapun

syarat-syarat diterima tiap amal salih itu dilandasi dengan sifat-sifat terpuji

juga antara lain sebagai berikut:

1) Ikhlas, artinya beramal karena Allah.

2) Wara‟, artinya meninggalkan setiap hal yang haram atau yang ada

subhatnya.

3) Zuhud, artinya meninggalkan tamak dan meninggalkan yang bagus-

bagus dari kelezatan dunia baik berupa makanan, minuman, rumah, dan

lain-lain.

Page 30: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

16

b. Akhlak Yang Tercela (Al-Akhlaq Al-Mazmumah)

Sifat tercela menurut syara‟ dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya yaitu

sifat-sifat ahli maksiat pada Allah. Sifat-sifat itu sebab tidak diterimanya

amalan-amalan manusia, antara lain:

1) Ujub, yakni melihat kebagusan dan kebajikan diri sendiri dengan ajaib

hingga dia memuji akan dirinya sendiri.

2) Takabur, yakni membesarkan diri atas yang lain dengan pangkat, harta,

ilmu, dan amal.

3) Riya‟, yakni beramal dengan tujuan ingin mendapatkan pangkat, harta,

nama, pujian, sebagai lawan dari ikhlas.

4) Hasad, yakni dengki, suka harta dunia baik halal maupun haram, lawan

dari wara‟ dan zuhud. Akhlak tercela lainya adalah mengumpat,

namimah, main judi, mencuri, mendengarkan bunyi-bunyian yang

haram, melihat sesuatu yang haram, dan bid‟ah.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

Faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak, merupakan faktor

penting yang berperan dalam menentukan baik dan buruknya tingkah laku

seseorang (Ali Mas‟ud, 2012: 39). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan akhlak, meliputi:

a. Instink (Naluri)

Page 31: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

17

Instink (naluri) adalah pola perilaku yang tidak dipelajari,

mekanisme yang dianggap ada sejak lahir dan juga muncul pada setiap

spesies (A. Budiarjo, 1987: 208-209). Dari definisi di atas, dapat ditarik

pengertian bahwa setiap kelakuan manusia, lahir dari suatu kehendak yang

digerakkan oleh naluri. Naluri merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak

lahir, jadi merupakan suatu pembawaan asli manusia. Naluri dapat

mendatangkan manfaat dan mendatangkan kerusakan, tergantung cara

pengekspresiannya. Naluri makan misalnya, jika diperturutkan begitu saja

dengan memakan apa saja tanpa melihat halal haramnya, juga cara

mendapatkanya sesuai dengan keinginan hawa nafsu, maka pastilah akan

merusak diri sendiri. Islam mengajarkan agar naluri ini disalurkan dengan

memakan dan meminum barang yang baik, halal, suci, dan tidak

memperturutkan hawa nafsu. Sebagaimana firman Allah:

عدو مبي يا أي ها الناس كلوا ما ف االرض حلال طيبا والت تبعوا حطوات الشيطان إنو لكم “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik, dari apa yang ada

di bumi, dan jangan lah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena

sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al-

Baqarah: 168)

b. Keturunan

Keturunan adalah kekuatan yang menjadikan anak menurut

gambaran orang tua. Ada yang mengatakan turunan adalah persamaan

antara cabang dan pokok. Ada pula yang mengatakan bahwa turunan adalah

yang terbelakang mempunyai persediaan persamaan dengan terdahulu

(Rahmad Djatmika, 1985: 76).

Page 32: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

18

Seperti halnya doa nabi Zakariā kepada Allah agar diberi anak yang

baik, yang terdapat dalam surat Ali-„Imrān ayat 38:

عاء يع الد ىنالك دعا زكريا ربو قال رب ىب ل من لدنك ذرية طيبة إنك س“Di sanalah Zakariya mendo'a kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya

Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik.

Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do'a". (QS. Ali-„Imrān: 38)

Sifat-sifat yang diturunkan oleh orang tua kepada anaknya, pada

garis besarnya ada dua macam:

1) Sifat Jasmaniah. Yakni kekuatan dan kelemahan otot dan urat syaraf

orang tua dapat diwariskan kepada anak-anaknya. Orang tua yang kekar

ototnya, kemungkinan mewariskan kekekaran itu pada anak cucunya,

misalnya orang-orang Negro. Dan orang tua yang lemah fisiknya,

kemungkinan mewariskan pula kelemahan itu pada anak cucunya.

2) Sifat Rohaniah. Yakni lemah atau kuatnya suatu naluri dapat

diturunkaan pula oleh orang tua yang kelak mempengaruhi tingkah laku

anak cucunya.

c. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang melingkupi atau

mengelilingi individu sepanjang hidupnya (Hamzah Ya‟qub, 1993: 71-72).

Karena luasnya pengertian “segala sesuatu” itu maka dapat disebut:

lingkungan fisik dan lingkungan psikologis. Lingkungan fisik yang meliputi

rumahnya, orangtuanya, sekolahmya, teman-temannya, dan sebagainya.

sedangkan lingkungan spikologis seperti aspirasinya, cita-citanya, masalah-

masalah yang dihadapinya, dan lain sebagainya.

Page 33: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

19

Faktor lingkungan dipandang cukup menentukan bagi pematangan

watak dan kelakuan seseorang. Hal ini sejalan dengan penjelasan Allah

dalam al-Qur‟an:

قل كل ي عمل على شاكلتو ف ربكم أعلم بن ىو أىدى سبيل “Katakanlah: tiap-tiap orang berbuat menurut keadaan masing-masing.

Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalanya”. (QS. A-

Isrā‟ [17]: 84)

Sabda nabi Muhammad yang diriwayatkan At-Tirmidzi:

ع ن أ ب ذ ر ال غ ف ار ي ر ض ي الل ع ن و ق ال : ق ال ر س و ل الل ص ل ى الل ع ل ي و و س ل م : ا ت ق الل ح ي ث م ا ك ن ت ، و أ ت ب ع الس ي ئ ة ال س ن ة ت ح ه ا، و خ ال ق الن اس ب ل ق ح س ن .

dari Abi Dzar Al Ghifari r.a. berkata, sabda Rasulullah SAW:

“Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, dan ikutlah

perbuatan buruk dengan perbuatan baik maka akan menghapuskanya, dan

bergaullah dengan manusia dengan sebaik-baik pergaulan”. (HR. At-

Tirmidzi no.1987)

d. Kebiasaan

Salah satu faktor penting dalam akhlak manusia adalah kebiasaan.

Kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga mudah

dikerjakan. Sebuah adat istiadat yang dilakukan dalam kehidupan sehari-

hari selalu menimbulkan dampak positif dan bisa juga dampak negatif, tapi

nilai adat tersebut tetap berfungsi sebagai pedoman manusia untuk hidup

bersama masyarakat dimana ia tinggal. Apabila adat kebiasaan telah lahir

dalam suatu masyarakat ataupun pada diri seseorang, maka sifat dari adat itu

sendiri adalah:

1) Mudah melakukan apapun pekerjaan yang sudah biasa dikerjakan

tersebut.

Page 34: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

20

2) Tidak memakan waktu lama dan perhatian berlebihan dari sebelumnya

(Istighfarotun Rahmaniyah, 2010: 98-99)

e. Kehendak

Kehendak merupakan faktor yang menggerakkan manusia untuk

berbuat dengan sungguh-sungguh. Seseorang dapat bekerja sampai larut

malam, dan pergi menuntut ilmu di negeri seberang berkat kekuatan

kehendak.

Kehendak ini mendapatkan perhatian khusus dalam lapangan etik,

karena itulah yang menentukan baik buruknya suatu perbuatan, dari

kehendak inilah menjelma niat yang baik dan memburuk, sehingga

perbuatan atau tingkah laku manusia menjadi baik dan buruk karena

kehendaknya.

Menurut Hamzah Ya‟qub (1993: 74) bahwa kadang-kadang

kehendak itu terkena penyakit sebagaimana halnya tubuh kita, antara lain:

1) Kelemahan Kehendak

Seseorang mudah menyerah kepada hawa nafsu, kepada

lingkungan atau kepada pengaruh yang jelek. Kelemahan kehendak ini

melahirkan kemalasan dan kelemahan dalam perbuatan.

2) Kehendak Yang Kuat Tetapi Salah Arah

Yaitu pada pola hidup yang merusak dalam berbagai bentuk

kedurhakaan dan kerusakan. Misalnya, kehendak orang merampok

seorang hartawan.

f. Pendidikan

Page 35: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

21

Pendidikan merupakan faktor penting yang memberikan pengaruh

dalam pembentukan akhlak. Pendidikan turut mematangkan kepribadian

manusia sehingga tingkah lakunya sesuai dengan pendidikan yang telah

diterimanya.

Seperti halnya firman Allah dalam al-Qur‟an surat al-Mujādilah ayat

11:

ي رفع اللو الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات واللو با ت عملون خبي Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah

Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujādilah: 11)

Sistem perilaku atau akhlak dapat dididikkan atau diteruskan dengan

menggunakan sekurang-kurangnya dua pendekatan:

1) Rangsangan-jawaban (stimulus-response) atau yang disebut proses

mengkondisi, sehingga terjadi automatisasi, dan dapat dilakukan dengan

melalui latihan, tanya jawab, dan mencontoh.

2) Kognitif yaitu penyampaian informasi secara teoritis, yang dapat

dilakukan dengan cara melalui dakwah, ceramah, diskusi, dan lain-lain

(Zakiah Daradjat, 1990: 545-555).

B. Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak terbentuk dari dua suku kata yaitu “pendidikan” dan

“akhlak”, dan untuk memudahkan dan memahami pengertian pendidikan akhlak

membutuhkan terlebih dahulu pemahaman akan dua kata tersebut. Dalam

pendidikan banyak sekali para ahli berpendapat dalam mengartikan kata

Page 36: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

22

pendidikan, baik para ahli pendidikan barat maupun para ahli pendidikan Islam.

Sedangkan pendidikan dalam KBBI adalah suatu proses pengubahan sikap dan

tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang berupa proses, cara, dan perbuatan

mendidik (KBBI, 2000: 263). Sedangkan dalam bahasa Arab “pendidikan”

sama dengan “At-Tarbiyyah”, kata At-Tarbiyyah berasal dari tiga bentuk

“rabā-yarbū” yang berarti bertambah tumbuh (Mahmud Yunus, 1989: 20).

Kata kedua “robaya” yang berarti mendidik, mengajar, mengasuh, dan yang

ketiga adalah kata “rabba-rabaya” yang berarti mengasuh, mendidik,

mengemong (Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, 2002: 952).

Merujuk pada ayat dalam al-Qur‟an:

را واخفض لما جناح الذل من الرحة وقل رب ارحهما كما رب يا ن صغي “ya Allah, sayangilah keduanya (orang tuaku) sebagaimana mereka telah

mengasuhku (mendidikku) sejak kecil”. (QS. Al-Isrā‟: 24)

Sementara ahli pendidik Islam menyatakan bahwa “Tarbiyah” adalah

proses menyadarkan manusia agar dapat mewujudkan penghambaan diri kepada

Allah SWT. Baik secara individu maupun bersama-sama (Cahyadi Takariawan,

2003: 137).

Menurut Langeveld pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,

perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada

pendewasaan anak itu, atau lebih cepat membantu anak agar cukup cakap

melaksanakan tugas hidupnya sendiri (Hasbullah, 2009: 2).

Pendidikan akhlak adalah proses mengarahkan atau mendidik manusia

mengenai ajaran baik dan buruk agar tercapai tujuan yang dicita-citakan, yaitu

Page 37: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

23

bahagia di dunia dan akhirat. Pendidikan akhlak adalah suatu usaha yang

disengaja, memberikan bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan ajaran Islam

yang berupa penanaman akhlak mulia, latihan moral, fisik sehingga

menghasilkan perubahan dalam hidup meliputi kebiasaan, tingkah laku,

berfikir, dan bersikap dalam membentuk kepribadian yang mulia.

2. Dasar Pendidikan Akhlak

Dasar pendidikan akhlak adalah al-Qur‟an dan Hadist, karena akhlak

merupakan sistem moral yang bertitik pada ajaran Islam. Al-Qur‟an dan hadist

sebagai pedoman hidup umat manusia menjelaskan kriteria baik dan buruknya

suatu perbuatan (Abu Ahmad dan Noor Salimi, 1994: 199). Al-Qur‟an sebagai

dasar akhlak menjelaskan tentang kebaikan Rasulullah SAW sebagai teladan

bagi seluruh umat manusia. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-

Ahzāb, 21:

م الخر وذكر اللو لقد كان لكم ف رسول اللو أسوة حسنة لمن كان ي ر جوا اللو والي و م الي و را كثي

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.(QS. Al-Ahzāb: 21)

Mengenai landasan atau dasar pendidikan akhlak telah dijelaskan dalam

al-Qur‟an surat Maryam ayat 41-42 yang berisikan tentang teladan baik nabi

Ibrāhīm, jelasnya yaitu:

ي قانب ) بيو يابت ل ت عبد ماال يسمع وال ( اذقال ال واذكرف الكتب اب رىيم, انو كان صد(ي بصر والي غن عنك شيئا )

41. Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrāhīm di dalam Al Kitab (Al-

Qur‟an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat mencintai kebenaran

dan seorang Nabi.

Page 38: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

24

42. (Ingatlah) ketika ia (Ibrāhīm) berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku,

mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan

tidak dapat menolong kamu sedikitpun?. (QS. Maryam: 41-42)

Dasar pentingnya akhlak dalam as-Sunnah dijelaskan oleh Rasulullah

dalam sabdanya:

ا بعثت لتم مكارم الخلق إن“sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang

mulia”. (HR.Ahmad dan Baihaqi) (Imam Ahmad Ibn Hanbal, 1991: 504)

Dari ayat-ayat al-Qur‟an dan as-Sunnah di atas, menunjukkan bahwa

dasar dan pijakan pendidikan akhlak adalah al-Qur‟an dan Sunnah nabi. Dari

dasar dan pedoman itulah dapat diketahui kriteria suatu perbuatan itu baik

ataupun buruk.

3. Tujuan Pendidikan Akhlak

Al-Qur‟an menegaskan bahwa tujuan pendidikana akhlak adalah

membina manusia. Secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan

fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya, untuk membangun konsep

yang di tentukan Allah. Manusia yang dibina adalah akhlak makhluk yang

memiliki unsur material (jasmani) dan inmaterial (akal dan jiwa), pembinaan

akal menghasilkan menghasilkan ilmu, sedangkan pembinaan jiwanya

menghasilkan kesucian dan akhlak mulia, dan pembinaan jasmaninya

menghasilkan ketrampilan (Slamet Untung, 2007: 107).

Dalam konteks ini secara tegas menjelaskan bahwa apapun aktifitas

yang dilakukan oleh manusia tidak dapat lepas dari tujuan dan penghambaan

kepada Allah. Hal ini sebagaimana tertuang dalam surat al-An‟ām, 162:

لو رب العالمي قل إن صلت ونسكي ومياي ومات ل

Page 39: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

25

“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku

hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An‟ām: 162)

Adapun tujuan pendidikan akhlak menurut pendapat beberapa tokoh

diantaranya:

a) Mahmud Yunus

Tujuan pendidikan akhlak yaitu membentuk putra-putri yang

berakhlak mulia, berbudi luhur, bercita-cita tinggi, kemauan keras, beradab,

sopan santun, baik tingkah lakunya, tutur bahasanya jujur dalam segala

perbuatan, suci murni hatinya (Mahmud Yunus, 1996: 22).

b) Oemar M. At Taumy Asy-Syaibany

Tujuan pendidikan akhlak adalah menciptakan kebahagiaan dunia

dan akhirat, kesempurnaan jiwa bagi individu dan menciptakan

kebahagiaan, kemajuan, kekuatan, dan keteguhan bagi masyarakat (Oemar

M. At Taumy Asy-Syaibany, 1979: 346).

c) M. Athiyah al-Abrasyi

Tujuan pendidikan akhlak adalah membentuk orang-orang bermoral

baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam

tingkah laku dan perangai, bersifat bijaksana, beradab, ikhlas, jujur, dan suci

(M. Athiyah al-Abrasyi, 1970: 1-2).

d) Anwar Masy‟ari

Tujuan pendidikan akhlak adalah untuk mengetahui perbedaan

perangai manusia yang baik dan yang jahat, agar manusia memegang teguh

perangai-perangai yang baik dan menjauhi perangai-perangai yang jelek,

sehingga terciptalah tata tertib dalam pergaulan masyarakat, tidak saling

Page 40: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

26

membenci, tidak saling mencurigai, serta tidak ada persengketaan diantara

hamba Allah (Anwar Masy‟ari, 2007: 5).

Adapun tujan utama pendidikan akhlak adalah agar manusia berada dalam

kebenaran dan senantiasa berjalan di jalan yang lurus yaitu jalan yang diridhai oleh

Allah. Inilah yang akan mengantar manusia bahagia di dunia dan akhirat.

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

pendidikan akhlak adalah terbinanya akhlak terpuji dan mulia sebagaimana

dicontohkan oleh Rasulullah dan dapat tercapai keselamatan di dunia dan akhirat.

C. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak

Dalam garis besarnya, akhlak di bagi menjadi dua bagian yaitu, akhlak

terhadap Allah (yang menciptakan) dan makhluk (yang diciptakan) (Zubaedi, 2011:

66). Adapun uraian sebagai berikut:

1. Akhlak Terhadap Allah SWT

Akhlak kepada Allah merupakan esensial dari pada akhlak-akhlak yang

lain. Akhlak terhadap Allah merupakan tolak ukur keberhasilan dalam

memahami dan melaksanakan nilai-nilai akhlak yang lainnya. Jika akhlak

terhadap Allah lemah (kualitas rendah), maka akan mempengaruhi kualitas

akhlak lainya. Dengan demikian, untuk menjalani proses hidup dengan baik,

manusia perlu menjalin hubungan (bertakarub) secara harmonis dengan

pencipta (al-Khaliq), sehingga perjalanan kehidupan manusia senantiasa

mendapat bimbingan dan petunjuk dari Allah.

Manusia harus mensyukuri nikmat yang di berikan Allah kepadanya

serta malu kepada-Nya ketika akan berbuat maksiat, bertaubat dengan benar,

Page 41: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

27

bertawakal kepada-Nya, mengharapkan rahmat-Nya, takut akan siksaan-Nya,

itulah yang dinamakan akhlak kepada Allah. Ketika manusia konsisten dan

menjaga akhlak kepada Allah dengan baik, maka manusia akan di tambah

derajatnya, kedudukan semakin tinggi, dan kemuliaan yang agung. Sehingga

manusia akan mendapatkan perlindungan dari Allah.

Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 163:

ىو الرحن الرحيم وإل هكم إلو واحد ال إلو إال “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia

Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah: 163)

Ibadah secara umum meliputi segala perbuatan yang diizinkan oleh

Allah. Manusia sebagai ciptaan Allah mempunyai kewajiban terhadap sang

pencipta dan terhadap sesama manusia. Untuk ibadah dalam pengertian khusus

artinya ibadah yang pelaksanaanya mempunyai tata cara tertentu. Dalam ajaran

Islam, ibadah yang bersifat khusus antara lain: shalat, puasa, zakat, dan haji.

Melalui ibadah manusia akan membangun kedekatan dengan sang pencipta.

Sementara itu, termasuk bagian dari akhlak terhadap Allah yitu meminta tolong

kepada Allah setelah terlebih dahulu melakukan ikhtiyar semaksimal mungkin.

2. Akhlak Terhadap Rasulullah SAW

Setiap umat Islam yakin bahwa Muhammad adalah rasul Allah dan

merupakan kewajiban bagi manusia untuk beriman kepada Allah dan para rasul-

Nya.

Iman bukan hanya sekedar percaya terhadap sesuatu yang diyakini,

tetapi harus pula dibuktikan dengan amal perbuatan yang dijelaskan di dalam

Page 42: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

28

al-Qur‟an dan hadist tentang bagaimana bersikap kepada Rasulullah. Itulah

yang dinamakan akhlak terhadap rasulullah.

Nabi Muhammad adalah manusia istimewa yang dipilih Allah yang harus

dicintai, diikuti, dan ditaati oleh setiap muslim dan muslimah. Kedudukan

sebagai nabi dan rasul inilah yang menjadikan nabi Muhammad mempunyai

posisi tersendiri dibandingkan manusia lainnya.

Diantara perilaku atau akhlak yang harus dilakukan oleh setiap manusia

terhadap rasulullah ialah sebagai berikut:

a. Menerima dan mengamalkan ajaran yang di bawanya.

إن اللو شديد العقاب وما آتاكم الرسول فخذوه وما ن هاكم عنو فانت هوا وات قوا اللو “Apa yang di berikan Rasul kepadamu, maka terimalah, dan apa yang

dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah amat keras hukumanya.” (QS. Al-Hasyr: 7)

b. Mengikuti dan Mengamalkan Sunahnya

Merupakan keharusan bagi umatnya yaitu umat Islam untuk

mengikuti jejaknya baik dalam ibadah maupun akhlak, karena di sana ada

jaminan dari Rasulullah, barang siapa yang mengikuti beliau akan dicintai

Allah dan di ampuni dosanya.

c. Mengucapkan Shalawat dan Salam Kepadanya.

Adapun akhlak manusia terhadap Rasulullah antara lain:

1) Taat kepada rasulullah, mengikuti jejaknya, dan meniti jalanya dalam

seluruh aspek dunia dan akhirat.

2) Cinta kepada rasulullah, hormat kepadanya, dan pengagungan

kepadanya harus didahului daripada cinta kepada yang lain, hormat

kepada yang lain, dan pengagungan yang lain, siapapun orangnya.

Page 43: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

29

3) Mencintai siapapun yang dicintai rasulullah. Memusuhi siapa saja yang

di musuhi oleh rasulullah, ridha dengan apa saja yang diridhainya, dan

marah kepada apa yang dimarahi beliau.

4) Mengagungkan rasulullah, mengucap salawat dan salam untuknya, dan

menghormati seluruh kelebihanya.

5) Membenarkan apa yang dijelaskan oleh rasulullah tentang persoalan

dunia, dan masalah-masalah ghaib di kehidupan dunia atau kehidupan

akhi rat.

6) Menghidupkan sunah rasulullah mementingkan syariatnya,

menyampaikan dakwahnya, dan melaksanakan wasiatnya.

7) Merendahkan suara di kuburanya, dan di masjid bagi orang yang

mendapatkan kehormatan bisa menziarahi kuburanya.

8) Mencintai orang-orang salih, loyal kepada mereka karena kecintaannya

rasulullah kepada mereka, marah kepada orang-orang fasik, dan

memusuhi mereka, karena kemarahan beliau kepada mereka.

3. Akhlak Pada Diri Sendiri

Orang muslim meyakini bahwa kebahagiaan di dunia, dan akhirat sangat

di tentukan oleh sejauh mana pembinaan terhadap dirinya, perbaikan dirinya

dan penyucian diirinya.

Di dalam Islam, orang muslim dalam memperbaiki dirinya, pembinanya,

dan membersihkan dengan menempuh jalan-jalan sebagai berikut:

a. Taubat

Page 44: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

30

Taubat adalah melepaskan diri dari semua dosa dan maksiat,

menyesali semua dosa-dosa masalahnya, dan bertekad tidak kembali kepada

dosa di sisa-sisa umurnya.

Firman Allah:

يعا أي ها المؤمنون لعلكم ت فلحون وتوبوا إل اللو ج“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang

beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nuūr: 31)

b. Muraqobah

Muraqobah adalah merasa diawasi oleh Allah di setiap waktu

kehidupan sehingga akhir kehidupanya, dan mengamati apa saja yang

dikerjakan oleh semua jiwa.

Firman Allah:

و إب راىيم ومن أحسن دينا من أسلم وجهو لل وىو مسن وات بع ملة إب راىيم حنيفا واتذ الل خليل

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas

menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan,

dan ia mengikuti agama Ibrāhīm yang lurus ? Dan Allah mengambil

Ibrāhīm menjadi kesayanganNya.” (QS.An-Nisā: 125)

c. Muhasabah (Evaluasi)

Orang muslim mengadakan muhasabah (evaluasi) terhadap dirinya

atas amal perbuatanya sepanjang siang harinya. Jika ia melihat dirinya

kurang mengerjakan ibadah-ibadah wajib, ia mencela dirinya dan

memarahinya, kemudian memaksa dirinya untuk melakukan ibadah-ibadah

wajib tersebut dan memperbanyak ibadah-ibadah sunah. Jika manusia

melihat banyak dosa yang terdapat pada dirinya, maka ia beristighfar,

menyesali, bertaubat, dan mengajarkan amal shalih yang bisa memperbaiki

Page 45: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

31

apa yang telah dirusak. Inilah yang dinamakan muhasabah terhadap dirinya

sendiri.

Allah berfirman:

مت لغد وات قوا اللو إن اللو خب ي با ت عملون يا أي ها الذين آمنوا ات قوا اللو ولتنظر ن فس ما قد “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah

setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok

(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 59)

d. Mujahadah (Perjuangan)

Orang muslim mengetahui bahwa musuh besarnya adalah hawa

nafsu yang ada pada dirinya, bahwa watak hawa nafsu adalah condong

kepada keburukan , lari dari kebaikan, dan memerintahkan kepada

keburukan seperti yang dikatakan Zulaikah dalam al-Qur‟an.

م رب إن رب غفور رحيم وما أب رئ ن فسي إن الن فس لمارة بالسوء إال ما رح “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena

sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu

yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha

Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yūsuf: 53)

Selain itu, watak hawa nafsu ialah senang malas-malasan, santai, dan

menganggur, serta larut dalam syahwat, kendati di dalamnya terdapat

kecelakaan, dan membinasakan. Manusia harus mampu melawan hawa

nafsu dan bertekat mengatasi seluruh perjuanganya melawan hawa nafsu.

Menentang syahwatnya hingga dirinya menjadi tentram, bersih, dan menjadi

baik. Itulah tujuan utama mujahadah (perjuangan) terhadap hawa nafsu.

4. Akhlak Manusia Kepada Sesama Manusia

Ajaran sosial dan pembinaan akhlak dalam al-Qur‟an bertujuan untuk

memperkuat kerjasama dalam lingkungan keluarga dengan mengatur anggota-

Page 46: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

32

anggota keluarga melalui pembentukan kepribadian individu yang baik. Sebagai

salah satu bagian dari masyarakat, untuk lebih jelasnya kondisi masyarakat itu

ada beberapa uraian:

a. Akhlak di Lingkungan Keluarga

Setelah manusia lahir, maka akan terlibat dengan jelas fungsi

keluarga dalam pendidikan, yaitu memberi pengalaman kepada anak, baik

melalui pemeliharaan, pembinaan, dan pengaruh yang menuju pada

terbentuknya tingkah laku yang diinginkan oleh orang tua.

Orang tua (keluarga) merupakan pusat kegiatan rohani pada anak

yang pertama, baik itu tentang sikap, cara berbuat, cara berfikir itu akan

kelihatan. Keluarga juga sebagai pelaksana pendidikaan Islam yang akan

mempengaruhi dalam pembentukan akhlak yang mulia.

b. Akhlak di Lingkungan Tetangga atau Kerabat

Tetangga mempunyai hak-hak atas dirinya, dan akhlak harus

dijalankan terhadap tetangga mereka dengan sempurna, berdasarkan dalil-

dalil berikut:

Firman Allah:

وبالوالدين إحسانا وبذي القرب واليتامى والمساكي والار ذي القرب والار النب “Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-

anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang

jauh”. (QS. An-Nisā‟: 36)

c. Akhlak Kepada Manusia Secara Umum

Terbentuknya suatu masyarakat manusia yang luas di mana satu

sama lainnya saling melengkapi kebutuhan masing-masing, saling

Page 47: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

33

menolong, saling komitmen dalam kebersamaan sehingga terwujudnya

hubungan komunikasi yang harmonis serta tumbuh sikap persaudaraan.

Manusia yang bersatu dan menggalang agar terciptanya kedamaian,

ketentraman, dan kesejahteraan yang dapat menjadikan masyarakat yang

diidamkan.

5. Akhlak Manusia Kepada Alam Sekitar

Akhlak manusia terhadap alam bukan semata-mata untuk kepentingan

alam, tetapi jauh dari itu untuk memelihara, melestarikan alam, dan sekaligus

memakmurkan manusia. Alam dalam hal ini dipahami sebagai segala sesuatu

yang berada di langit dan di bumi beserta isinya selain Allah. Manusia

ditugaskan Allah menjadi khalifah (wakil) di bumi dengan diberikan

kemampuan untuk mengelola dan mengolah alam semesta. Hubungan antara

manusia dan alam bukan merupakan hubungan antara penakluk dan yang di

tahlukkan atau antara tuan dan hambanya, tetapi hubungan kebersamaan dalam

ketundukan kepada Allah. Hal ini karena kemampuan manusia dalam

mengelola dan anugerah yang diberikan Allah kepada manusia.

Firman Allah dalam surat Ali-„Imrān ayat 191:

الذين يذكرون اللو قياما وق عودا وعلى جنوبم وي ت فكرون ف خلق السماوات والرض رب نا ما خلقت ىذا باطل

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau

dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan

bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini

dengan sia-sia.” (QS. Ali-„Imrān: 191)

Manusia wajib untuk berakhlak kepada alam karena didasarkan pada

alasan-alasan berikut:

Page 48: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

34

a. Manusia hidup dan mati berada di alam (bumi).

b. Alam merupakan salah satu hal pokok yang dibicarakan oleh al-Qur‟an.

c. Allah memerintahkan kepada manusia untuk menjaga kelestarian alam.

d. Allah memerintahkan kepada manusia untuk mengambil manfaat sebesar-

besarnya dari alam, agar kehidupan menjadi makmur.

e. Manusia berkewajiban mewujuddkan kemakmuran dan kebahagiaan di

muka bumi.

Berakhlak terhadap alam dapat dilakukan manusia dengan upaya-upaya

pelestarian alam sebagai berikut:

a. Melarang penebangan pohon secara liar.

b. Melarang perburuan binatang secara liar.

c. Melakukan reboisasi (penghijauan).

d. Membuat cagar alam dan suakamargasatwa.

e. Mengendalikan erosi dan lain-lain.

D. Metode Pendidikan Akhlak

Mendidik akhlak anak (peserta didik) merupakan pekerjaan yang bernilai

tinggi dan paling penting, karena anak merupakan anugerah dari Allah bagi orang

tuanya, dimana hatinya bersih dan suci bagaikan mutiara yang cemerlang dan

jiwanya sedehana yang kosong dari segala lukisan dan ukiran. Anak-anak itu akan

menerima segala sesuatu yang akan diukir padanya, serta condong kepada sesuatu

yang mengotorinya. Jika ia dibiasakan dengan kebiasaan yang baik, maka ia akan

tumbuh menjadi baik, dan ia akan hidup bahagia di dunia dan di akhirat, dan begitu

pula sebaliknya (Ali al-Jumbulati, 2002: 152). Beberapa metode yang bisa

Page 49: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

35

digunakan dalam rangka pendidikan akhlak menuju terwujudnya peserta didik

berakhlak baik, antara lain:

a. Metode Alami

Sebagai berkat anugerah Allah, manusia diciptakan telah dilengkapi

dengan akal, syahwat, dan nafsu. Semua anugerah tersebut berjalan sesuai

dengan hajat hidup manusia yang diperlukan adanya keseimbangan. Metode

alami ini adalah suatu metode akhlak yang baik diperoleh bukan melalui

pendidikan, pengalaman ataupun latihan, tetapi diperoleh melalui insting atau

naluri yang dimilikinya secara alami. Sesuai firman Allah SWT:

ها فطرة اللو الت فطر الناس علي “(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah

itu”. (QS. Ar-Rūm: 30)

Pada dasarnya manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat baik,

seperti halnya berakhlak baik. Sebab bila ia berbuat jahat, sebenarnya sangat

bertentangan dan tidak dikehendaki oleh jiwa (hati) yang mengandung fitrah

tadi. Meskipun demikian, metode ini tidak bisa diharapkan secara pasti tanpa

adanya metode atau faktor lain yang mendukung, seperti pendidikan,

pengalaman, latihan, dan lain-lain. Tetapi paling tidak metode alami ini jika

dipelihara dan dipertahankan akan melakukan akhlak yang baik sesuai dengan

fitrah dan suara hati manusia. Metode ini cukup efektif untuk menanamkan

kebaikan pada anak, karena pada dasarnya manusia mempunyai potensi untuk

berbuat kebaikan, tinggal bagaimana merawat dan menjaganya.

b. Metode Langsung

Page 50: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

36

Maksud dari metode langsung adalah dengan cara mempergunakan

petunjuk, tuntunan, nasihat, menyebutkan manfaat dan bahayanya sesuatu.

Kepada peserta didik dijelaskan mengenai hal-hal yang bermanfaat dan yang

tidak, menuntunnya pada amal-amal salih, menolong mereka untuk berbudi

pekerti yang tinggi dan menghindari hal-hal yang tercela.

c. Metode Tidak Langsung

Metode ini berjalan dengan cara memberikan sugesti, seperti

mendiktekan sajak-sajak yang mengandung hikmat-hikmat kepada anak-anak,

memberikan nasihat-nasihat dan berita-berita berharga, mencegah mereka dari

membaca sajak yang kosong, termasuk yang menggugah soal-soal cinta dan

pelakon-pelakonya (Muhammad „Athiyyah Al-Abrasyi, 2003: 116-117).

d. Metode Mujahadah dan Riyadlah

Orang yang ingin menjadi penyantun, maka jalannya dengan

membiasakan bersedekah, sehingga menjadi tabiat yang mudah mengerjakanya

dan merasa tidak berat lagi. Mujahadah atau perjuangan yang dilakukan oleh

guru menghasilkan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Memang pada awalnya

cukup berat, namun apabila manusia bersunggu-sungguh pasti akan menjadi

suatu kebiasaan. Metode ini sangat tepat untuk mengajarkan tingkah laku dan

perbuatan baik lainya, agar peserta didik mempunyai kebisaan berbuat baik,

sehingga menjadi akhlak baik baginya, walaupun dengan usaha yang keras dan

melalui perjuangan yang sungguh-sungguh.

Imam Al-Ghozali sangat menganjurkan agar mendidik anak dan

membina akhlaknya dengan cara latihan dan pembiasaan yang sesuai dengan

Page 51: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

37

perkembangan jiwanya walaupun seakan-akan dipaksakan, agar anak dapat

terhindar dari keterlanjuran yang menyesatkan (Zainuddin, 1991: 107).

Oleh karena itu, guru harus memberikan bimbingan secara terus

menerus kepada peserta didiknya agar tujuan pendidikan akhlak dapat tercapai

secara optimal.

e. Metode Teladan

Akhlak yang baik tidak hanya diperoleh melalui mujahadah, latihan atau

riyadlah, dan diperoleh secara alami berdasarkan fitrah saja. Akan tetapi akhlak

juga bisa diperoleh melalui teladan, yaitu mengambil contoh atau meniru orang

yang dekat dengannya. Oleh karena itu dianjurkan untuk bergaul dengan orang-

orang yang berbudi pekerti luhur. Pergaulan sebagai salah satu bentuk

komunikasi manusia memang sangat berpengaruh dan akan memberikan

pengalaman-pengalaman yang bermacam-macam.

Metode teladan ini memberikan kesan atau pengaruh atas tingkah laku

perbuatan manusia, metode ini sangat efektif untuk pengajaran akhlak. Maka

seyogyanya guru menjadi panutan utama bagi peserta didik dalam segala hal,

misalnya kelembutan dan kasih sayang, banyak senyum dan ceria, lemah

lembut dalam bertutur kata, disiplin beribadah dan menghiasi diri dengan

tingkah laku yang baik (Chabib Thoha, 1999: 127-129).

f. Metode Pengawasan/Perhatian

Pendidikan yang disertai dengan pengawasan yaitu pendidikan dengan

cara mendampingianak dalam upaya membentuk akidah dan moral,

mengawasinya dalam mempersiapkannya secara psikis serta senantiasa

Page 52: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

38

menanyakan secara terus menerus tentang keadaannya, baik dari jasmani

maupun rohani. Dengan kata lain, pendidikan dengan pengawasan dan

perhatian tidak hanya terbatas pada satu pembentukan saja. Tetapi juga

mencakup berbagai segi yaitu keimanan, intelektual, moral,fisik, spikis, dan

sosial kemasyarakatan. Perlu diingat, dalam memberikan perhatian dan

pengawasan hendaknya dengan tata carayang menyenangkan sehingga anak

tidak merasa terkekang dan sebagainya.

g. Metode Nasehat

Diantara metode dan cara-cara mendidik yang efektif didalam upaya

membentuk keimanan anak, mempersiapkannya secara moral, psikis dan secara

sosial adalah mendidik dengan memberi nasehat (Abdullah Nashih Ulwan,

1998: 70). Yang dimaksud metode nasehat adalah memberi peringatan untuk

menghindarisuatu perbuatan yang dilarang dan memerintahkan untuk

mengerjakan perbuatan yang baik dengan berbicara lemah lembut, sehingga

menyentuh hati anak yang dinasehati. “maka suatu hal yang pasti jika pendidik

memberi nasehat dengan jiwa iklas, suci, dan dengan hati yang terbuka serta

akal yang bijak, maka nasehat itu akan lebih cepat terpengaruh tanpa bimbang.

Bahkan dengan cepat tunduk kepada kebenaran dan menerima hidayah Allah

yang diturunkan”. (Abdullah Nashih Ulwan, 1998: 65-66)

Allah berfirman:

ادع إل سبيل ربك بالكمة والموعظة السنة وجادلم بالت ىي أحسن

Page 53: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

39

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang

baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik” (QS. An-Nahl: 125).

h. Metode Pembiasaan

Sejak kecil anak harus dibiasakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan

yang baik, dilatih untuk bertingkah laku yang baik, diajari sopan santun dan

sebagainya. Pembiasaan adalah suatu peran penting dalam membentuk pribadi

anak, banyak contoh pola kehidupan anak, dan tujuan dari pembiasaan itu

sendiri adalah peranan kecakapan-kecakapan berbuat dan menyampaikan

sesuatu, agar cara-cara tepat dapat dikuasai (Ahmad D. Marimba, 1989: 82).

Maka untuk itu orang tua tua atau pendidik, harus mengajarkan pebiasaan

dengan prinsip-prinsip kebaikan, harapanya nanti menjadi pelajaran bagi anak,

karena apabila anak membiasakan sesuatu yang baik, maka akan terbiasa.

Page 54: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

40

BAB III

TAFSIR SURAT MARYAM AYAT 41-42

Surat Maryam terdiri dari 98 ayat. Keseluruhan ayatnya turun sebelum nabi

Muhammad SAW berhijrah ke Madinah. Nabi Muhammad menamai surat ini dengan

“Surat Maryam” karena pada surat ini diuraikan dengan cukup panjang kisah Maryam (M.

Quraish shihab, 2012: 335).

Selain kisah Maryam surat ini juga menguraikan kisah-kisah lain seperti kisah

Zakariyā, Īsā, Yahyā, Ibrāhīm, Isḫāq, Mūsa, Hārūn, Ismāīl, dan Idrīs.

Skripsi ini hanya fokus pada surat Maryam ayat 41-42 yang berisi teladan nabi

Ibrāhīm. Pembahasan dalam tafsir ayat ini diambil dari tafsir al-Misbah dan al-Lubab karya

Quraish Shihab, tafsir Ibnu Katsir karya M. Nasib ar-Rifa‟I dan kitab-kitab tafsir alqur‟an

lainnya. Namun, sebelum membahas tafsir surat Maryam 41-42 tersebut, alangkah lebih

baiknya jika kita mengetahui jenis-jenis tafsir dan kisah nabi Ibrāhīm AS terlebih dahulu.

1. Jenis-Jenis Tafsir

Tafsir adalah ilmu pengetahuan untuk memahami dan menafsirkan yang

bersangkutan dengan al-Qur‟an dan isinya berfungsi sebagai mubayyin (pemberi

penjelasan), menjelaskan tentang arti dan kandungan al-Qur‟an, khususnya

menyangkut ayat-ayat yang tidak dipahami dan samar artinya, dalam memahami

dan menafsirkan al-Qur‟an diperlukan bukan hanya pengetahuan bahasa Arab saja

tetapi juga berbagai macam ilmu pengetahuan yang menyangkut al-Qur‟an dan

isinya, ilmu untuk memahami al-Qur‟an dinamakan ulumul Qur‟an. Adapun

metode-metode dalam menafsirkan al-Qur‟an diantaranya sebagai berikut:

a. Ijmali

Page 55: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

41

Ijmali yaitu penafsiran al-Qur‟an dengan uraian singkat dan global,

tanpa uraian panjang lebar. Mufassir menjelaskan arti dan makna ayat dengan

uraian singkat yang dapat menjelaskan sebatas arti tanpa menyinggung hal-hal

selain arti yang dikehendaki. Hal ini dilakukan terhadap ayat-ayat al-Qur‟an

ayat demi ayat dan surat demi surat, sesuai urutan dalam muskhaf dalam

rangkai uraian yang mudah dengan bahasa dan cara yang dapat dipahami orang

yang pintar dan orang yang bodoh dan juga orang pertengahan antara keduanya.

b. Tahlili

Tahlili adalah tafsir yang mengkajia ayat-ayat al-Qur‟an dari segala segi

dan maknanya, ayat demi ayat dan surat dami surat, sesuai dengan urutan dalam

muskhaf Utsmani. Untuk itu, pengkajian metode ini kosa kata dan lafadz,

menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat,

menjelaskan apa yang dapat diistinbathkan dari ayat serta mengemukakan

kaitan ayat-ayat dan relevansinya dengan ayat sebelumnya dan sesudahnya.

Untuk itu ia merujuk kepada sebab sebab turunya ayat, hadist-hadist Rasulullah

dan riwayat dari para sahabat dan tabi‟in. metode ini di bagi menjadi 7 jenis,

yaitu: tafsir bi al-ma‟tsur, tafsir bi al-ra‟yi, tafsir shufi, tafsir fikih, tafsir falsafi,

tafsir „ilmi, dan tafsir adabi.

Sebagai contoh penafsiran metode tahliliy yang menggunakan

bentuk Al-Tafsir bi al-Ma‟tsur (Penafsiran ayat dengan ayat lain), misalnya :

kata-kata al-muttaqin (orang-orang bertakwa) dalam ayat 1 surat al-Baqarah

dijabarkan ayat-ayat sesudahnya (ayat-ayat 3-5) yang menyatakan :

Page 56: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

42

( والذين ي ؤمنون با أنزل زق ناىم ي نفقون )الذين ي ؤمنون بالغيب ويقيمون الصلة وما ر م وأولئك ىم إليك وما أنزل من ق بلك وباآلخرة ىم يوقنون ) ( أولئك على ىدى من رب

(المفلحون ) (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan

menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan

mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan

kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka

yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat

petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung. (QS.

al-Baqarah: 3-5)

c. Muqaran

Muqaran aitu metode yang ditempuh seorang mufassir dengan cara

mengambil sejumlah ayat al-Quran, kemudian mengemukakan penafsiran para

ulama terhadap ayat-ayat itu, dan mengungkapkan pendapat mereka serta

membandingkan segi-segi dan kecenderungan masing-masing yang berada

dalam penafsiran al-Qur‟an. Kemudian menjelaskan bahwa diantara mereka

ada yang corak penafsiranya ditentukan oleh disiplin ilmu yang dikuasainya.

Ada diantara mereka yang menitik beratkan pada bidang nahwu, yakni segi-segi

i‟rab, seperti Imam al-Zarkasyi. Ada yang corak penafsiranya ditentukan oleh

kecenderungannya kepada bidang balaghah, seperti „Abd al-Qahhar al-Jurjany

dalam kitab tafsirnya I‟jaznya al-Qur‟an dan Abu Ubaidah Ma‟mar ibn al-

Mutsanna dalam kitab tafsirnya al-mujaz, dimana ia memberi perhatian pada

penjelasan ilmu ma‟any, bayan, badi, baqiqat, dan majaz. Seorang mufassar

dengan metode muqaran dituntut mampu menganalisis pendapat para ulama

tafsir yang ia temukan, lalu ia harus mengambil sikap menerima penafsiran

yang dinilai benar dan menolak penafsir yang tidak dapat diterima rasionya,

Page 57: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

43

serta menjelaskan kepada pembaca alasan dari sikap yang diambilnya, sehingga

pembaca merasa puas.

d. Maudhui (Tematik)

Maudhui Yaitu metode yang ditempuh seorang mufassir dengan cara

menghimpun seluruh ayat-ayat al-Qur‟an yang berbicara tentang sesuatu

masalah/tema (maudhu) serta mengarah kepada suatu pengertian dan satu

tujuan, sekalipun ayat-ayat itu (cara) turunnya berbeda, tersebar pada berbagai

surat dalam al-Qur‟an dan berbeda pula waktu dan tempat turunnya (Said Agil

Husin al-Munawar,2001: 73). Kemudian ia menemukan ayat-ayat sesuai dengan

masa turunnya, mengemukakan sebab turunnya sepanjang hal itu dimungkinkan

(jika ayat turun karena sebab tertentu), menguraikan dengan sempurna

menjelaskan makna tujuannya, mengkaji terhadap seluruh segi dan apa yang

dapat diistinbatkan darinya, segi I‟rabnya, unsur-unsur balaghahnya, segi-segi

I‟jaznya (kemukjizatannya) dan lain-lain, sehingga satu tema dapat dipecahkan

secara tuntas berdasarkan seluruh ayat al-Qur‟an itu dan karenanya, tidak

diperlukan ayat-ayat lain.

2. Kisah Nabi Ibrāhīm AS

عنا ف ت يذكرىم ي قال لو إب راىيم .() قالوا س“mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-

berhala ini yang bernama Ibrāhīm ". (QS. Al-Anbiyā‟: 60).

Dialah kekasih Allah, Ibrāhīm “sang penepat janji”. Allah memberikan

petunjuk diusianya yang masih belia.

Ibrāhīm mendapati kaumnya dalam kesesatan, maka ia tak mau bersama

orang-orang yang bodoh. Ia merenungkan batu-batu yang disembah oleh kaumnya,

Page 58: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

44

maka ia tahu bahwa batu-batu itu tiada dapat memberikan manfaat dan mudharat,

tiada dapat mendengar dan melihat, tiada dapat memberikan pertolongan apapun.

Karena itu, ia memutuskan untuk meninggalkan batu-batu itu, bahkan bertekad

menghancurkanya. Maka ia pun menghancurkan semua batu itu kecuali yang paling

besar. Hal itu sengaja ia lakukan agar orang-orang bertanya kepada berhala yang

paling besar itu, siapakah gerangan yang menghancurkan tuhan-tuhan mereka yang

lain. Demikianlah yang dilakukan Ibrāhīm muda (Mustafa Al-„Adawy, 2006: 198).

Ibrāhīm muda merenung,

ف لما جن عليو الليل رأى كوكبا قال ىذا رب ف لما أفل قال ال أحب اآلفلي

“Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah

Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka

kepada yang tenggelam." (QS. Al-An‟ām: 76).

Sebab, bintang lebih memukau daripada batu dan patung. Namun kemudian

bintang itu tenggelam. Maka ia berkata “ aku tak suka yang tenggelam”.

Kemudian ia melihat bulan, dan berkata:

م و ف لما رأى القمر بازغا قال ى ذا رب ف لما أفل قال لئن ل ي هدن رب لكونن من الق (الضالي )

“Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi

setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak

memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat." (QS. Al-

An‟ām: 77).

Kemudian ia melihat matahari dan berkata:

ا ف لما رأى الشمس بازغة قال ى ذا رب ى ذا أكب ر ف لما أف لت قال يا ق وم إن بريء م الرض حنيفا وما أنا من ( إن وجهت وجهي للذي فطر السماوات و تشركون )

(المشركي ) “Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini

yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku,

sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya

Page 59: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

45

aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan

cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang

yang mempersekutukan Tuhan”. (QS. Al-An‟ām: 78-79).

Ketika itulah kaumnya membantah dan ia pun membantah mereka, mereka

mendebatnya dan ia pun mendebat mereka dan membantah argument mereka. Ia

berkata:

رب وحآجو ق ومو قال أتاجون ف اللو وقد ىدان وال أخاف ما تشركون بو إال أن يشاء ( وكيف أخاف ما أشركتم وال شيئا وسع رب كل شيء علما أفل ت تذكرون )

نتم من إن ك تافون أنكم أشركتم باللو ما ل ي ن زل بو عليكم سلطانا فأي الفريقي أحق بال ( ( الذين آمنوا ول ي لبسواإميان هم بظلم أول ئك لم المن وىم مهتدون )ت علمون )

“Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata: "Apakah kamu hendak membantah

tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku".

Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu

persekutukan dengan Allah, kecuali dikala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari

malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah

kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)? Bagaimana aku takut

kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal

kamu tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah

sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukanNya. Maka

manakah diantara dua golongan itu yang lebih berhak memperoleh keamanan

(dari malapetaka), jika kamu mengetahui? Orang-orang yang beriman dan tidak

mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang

mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat

petunjuk.” (QS. Al-An‟ām: 80-82).

Demikian Ibrāhīm berkata. Ia berfikir dan tidak mau sekedar mengekor. Ia

tidak mentaklid buta pada ayahnya dalam kesesatan dan tidak mengikuti kaumnya

dalam kebatilan mereka. Justru ia menasehati dan mengingatkan mereka.

Ia berkata kepada ayahnya:

( يا أبت إن إذ قال لبيو يا أبت ل ت عبد ما ال يسمع وال ي بصر وال ي غن عنك شيئا )( يا أبت ال ت عبد تك فاتبعن أىدك صراطا سويا )قد جاءن من العلم ما ل يأ

Page 60: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

46

( يا أبت إن أخاف أن ميسك عذاب من الشيطان إن الشيطان كان للرحن عصيا )(الرحن ف تكون للشيطان وليا )

“Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku! mengapa kamu

menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat

menolong kamu sedikitpun? Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku

sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku,

niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku,

janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada

Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa

kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi

kawan bagi syaitan.” (QS. Maryam: 42-45).

Ayahnya mengancamnya, namun ia tetap teguh dan tidak mau kembali

kepada kebatilan.

Ayahnya berkata:

(لئن ل تنتو لرجنك واىجرن مليا )قال أراغب أنت عن آلت يا إبراىيم Berkata bapaknya: "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrāhīm? Jika

kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku

buat waktu yang lama". (QS. Maryam: 46).

Maka Ibrāhīm berkata:

(قال سلم عليك سأست غفر لك رب إنو كان ب حفيا ) Berkata Ibrāhīm: “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan

memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik

kepadaku.” (QS. Maryam: 47).

Dengan gamblang, ia menjelaskan kepada kaumnya,

(إذ قال لبيو وق ومو ماذا ت عبدون ) “(Ingatlah) ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Apakah yang kamu

sembah itu ?” (QS. Ash-Shāffāt: 85).

(اللو تريدون )أئفكا آلة دون “Apakah kamu menghendaki sembahan-sembahan selain Allah dengan jalan

berbohong?” (QS. Ash-Shāffāt: 86).

Kemudian ia dilempar ke dalam api, namun ia sabar dan teguh pendirian. Ia

berkata, “Cukuplah Allah sebagai penolongku. Dan Allah adalah sebaik-baik

Page 61: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

47

pelindung”. Maka Allah pun menyelamatkannya dari api. Api itu berubah menjadi

dingin dan menyelamatkan.

Ia keluar dan memutuskan untuk meninggalkan tanah airnya, menjauhi

kaumnya serta teman-temannya. Sebab mereka tidak sejalan dengannya. Ia berkata:

(( رب ىب ل من الصالي )وقال إن ذاىب إل رب سي هدين ) “Dan Ibrāhīm berkata: "Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku,

dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku

(seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Ash-Shāffāt: 99-

100).

Lalu ia pergi, Allah pun menolong dan menjaganya. Dan Ibrāhīm menjadi

pemimpin orang-orang yang bertaqwa.

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa nabi Ibrāhīm AS bangkit menentang

dan memberantas berbagai penyelewengan yang dilakukan umatnya dengan

menggunakan akal dan argumen. Pada saat yang sama, Ibrāhīm AS juga

menyatakan berlepas diri dari segala bentuk patung serta yang mereka sembah.

Dalam ayat di atas, Allah SWT menjelaskan bahwa berbagai tindakan tegas

Ibrāhīm AS tadi telah membuat ia memperoleh anugerah berupa kemampuan

melihat tanda-tanda Allah yang ada di lagit atupun yang ada di bumi.

Diperlihatkannya tanda-tanda Allah itulah yang kemudian membuat Ibrāhīm

bertambah yakin bahwa segala sesuatu adalah milik Allah dan Dialah penguasa

mutlak segala sesuatu.

Pada zaman nabi Ibrāhīm masih hidup, masyarakat penyembah berhala juga

sangat memperhatikan benda-benda langit. Mereka menganggap bahwa perputaran

benda-benda itu sangat mempengaruhi kehidupan mereka. Kepercayaan seperti ini

hingga sekarang masih dengan mudah kita temukan dalam karya-karya sastra.

Page 62: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

48

Dalam menghadapi pikiran-pikiran yang sesat seperti itu, nabi Ibrāhīm

mengambil langkah yang agak unik. Pertama-tama ia menempatkan diri seakan-

akan seperti mereka yang sangat menggantungkan diri kepada bintang, rembulan,

dan matahari. Ketika disaksikannya benda-benda langit itu senantiasa muncul dan

tenggelam, Ibrāhīm lantas mengambil kesimpulan bahwa benda-benda itu tidak

layak untuk disembah. Dengan kata lain, dalam benak Ibrāhīm yang tergambar

adalah logika bahwa alih-alih mampu menguasai alam, benda-benda tadi malah

tidak bisa melepaskan diri dari hukum alam. Karenanya sangatlah aneh jika benda-

benda itu sampai tidak bisa menguasai nasib seseorang.

mengikuti penjelasan ayat diatas penyembahan bintang dan bantahan

terhadapnya, ayat ini menunjuk kepada para penyembah bulan dan matahari.

Disana disebutkan bahwa Ibrāhīm dengan melihat bulan dan matahari,

sebagaimana orang-orang lain, menunjukkan penghambaan kepadanya. Namun

ketika dilihatnya matahari dan bulan tenggelam, Ibrāhīm memperingatkan kaumnya

bahwa benda-benda langit itu bisa terbit dan tenggelam. Artinya benda-benda

tersebut tidak layak untuk disembah.

Ibrāhīm menyatakan kepada kaumnya, "Tindakan kalian itu adalah sebuah

penyelewengan dan jika aku mengikuti kalian, aku akan tersesat. Bagaimana

mungkin kalian bisa menjadikan bulan dan bintang sebagai sekutu Tuhan dalam

mengatur bumi sementara mereka itu tidak mampu mengatur dirinya sendiri”. Di

akhir perdebatan logis dan fitri dengan kaum penyembah berhala dan penyembah

bintang, bulan, dan matahari, nabi Ibrāhīm AS berkata, "Tidak ada satupun dari

benda-benda itu yang bisa menjadi Tuhanku. Tuhanku adalah yang menciptakan

Page 63: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

49

aku, pencipta benda-benda itu, dan pencipta langit dan bumi. Aku mengikuti jalan

yang benar dan lurus. Tanpa ada sekutu dan penyelewengan, aku hadapkan diriku

secara ikhlas kepada-Nya dan kepada-Nya-lah aku mengikatkan hatiku."

Kontekstualisasi dari kisah nabi Ibrāhīm di atas untuk masa kini dan yang

akan datang antara lain:

a. Siapa saja yang mengetahui kebenaran dan mengajak orang lain untuk

mengikuti kebenaran itu, pasti akan memperoleh hidayah

Allah Swt berupa diperlihatkannya tanda-tanda-Nya yang ada di langit

dan di bumi.

b. Kita diperintahkan untuk tidak hanya membatasi pandangan kita

terhadap hal-hal yang lahiriah di dunia. Kita tidak boleh melupakan

hubungan antara Allah, manusia, dan alam semesta.

c. Salah satau cara berdakwah adalah dengan menempatkan diri kita

seolah-olah bersama mereka yang tersesat dan menjadi obyek dakwah

kita itu. Setelah itu, kita tunjukkan kekeliruan mereka itu dengan

menggunakan logika dan membangkitkan fitrah mereka.

d. Sesuatu yang disembah haruslah dicintai oleh penyembahnya. Karena

aktivitas penyembahan sendiri berkaitan dengan hati dan

perasaan, bukan dengan indera atau akal.

e. Pembangunan fitrah dan pengaktifan pemikiran merupkan metode

dakwah para rasul Allah

Page 64: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

50

f. Menghadapi pemikiran dan perilaku yang menyimpang harus dilakukan

langkah demi langkah. Misalnya, nabi Ibrāhīm awalnya menolak

bintang, kemudian bulan, dan terakhir matahari

g. Setiap kali kebenaran tampak kepada kita, dengan tegas dan jelas, kita

harus mengumumkan kebenaran itu dan kita harus berlepas diri dari

kebatilan.

h. Menjauhkan diri dari syirik artinya semua pekerjaan yang dilakukan

oleh manusia hanyalah dipersembahkan kepada Tuhan dan segala

bentuk keterikatan kepada benda atau orang lain akan menjauhkan diri

dari tauhid dan akan masuk ke dalam batasan syirik.

3. Asbāb An-Nuzūl Surat Maryam

Secara bahasa, asbāb an-nuzūl dapat diartikan dengan sebab turunnya al-

Qur‟an. Kita tahu bahwa al-Qur‟an di turunkan kurang lebih selama 23 tahun secara

mutawatir (berangsur-angsur), dan bertujuan untuk meperbaiki tata cara kehidupan

orang yang hidup pada masa zaman jahiliyah.

Namun, pembahasan sebab diturunkanya al-Qur‟an di atas, bukanlah

maksud dari asbābun nuzūl dalam tulisan ini. Secara bahasa, kata asbābun nuzūl

berasal dari kata asbāb dan nuzūl. Kata asbāb merupakan mufrod (bentuk tunggal)

dari kata sabab yang artinya alasan atau sebab. Sebab adalah kejadian atau sesuatu

hal yang melatarbelakangi suatu wahyu al-Qur‟an di turunkan (Idhoh Anas, 2008:

9).

Sedangkan nuzul secara bahasa berarti turun, jadi asbābun nuzūl dapat

diartikan sebagai sebab-sebab turunnya al-Qur‟an. Secara terminologi, ada

Page 65: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

51

beberapa definisi yang diberikan oleh para ulama‟. Menurut Dr. Shubhi al-Shalih

definisi dari asbābun nuzūl adalah sesuatu yang menyebabkan turunnya suatu ayat

yang memberi jawaban terhadap sebab itu, dan menerangkan hukumnya pada masa

terjadinya sebab itu (Ahmad Shadali, 2000: 90).

Muhammad Ali Ash Shaubuny mengartikan asbābun nuzūl sebagai sebab

atau masalah yang menyebabkan diturunkannya ayat-ayat al-Qur‟an (Muhammad

Ali Ash Shaubuny, 1987: 45).

Dari penjelasan itu dapat diambil pengertian bahwa sebab turunnya al-

Qur‟an (turunnya suatu ayat) ada kalanya berbentuk pertanyaan suatu ayat atau

beberapa ayat turun guna menerangkan hal yang berhubungan dengan peristiwa

tertentu atau memberi jawaban terhadap pertanyaan tertentu.

Anggapan mempelajari asbābun nuzūl tidak bermanfaat dan membuang-

buang waktu adalah tidak benar. Karena dengan mempelajari asbābun nuzūl itu

sendiri, ada beberapa manfaat yang dapat kita ambil, diantaranya yaitu:

a. Mengerti segi rahasia yang mendorong disyariatkanya beberapa hukum.

b. Jalan yang kuat untuk memahami arti dan makna al-Qur‟an karena dengan

mengetahui sebabnya maka akan tahu pula perkara yang diakibatkan (Idhoh

Anas, 2008: 10).

Dilihat dari segi turunnya, al-Qur‟an dibedakan menjadi dua kelompok,

yang pertama adalah ayat yang tidak memiliki sebab dan hubungan dengan

kejadian. Bagian yang kedua adalah ayat yang memiliki sebab dengan suatu

peristiwa (Muhammad Nor Ichwan, 2008: 74).

Page 66: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

52

QS. Maryam yaitu bahan pembuatan skripsi ini, juga ada ayat yang

memiliki asbābun nuzūl dan ada juga yang tidak memiliki asbābun nuzūl nya.

Ayat dari surat Maryam yang memiliki asbābun nuzūl adalah ayat 64, ayat 77, dan

ayat 96 (Qomaruddin Shaleh dkk, 1990: 317).

Berdasarkan keterangan mengenai mana-mana ayat dari QS. Maryam yang

memiliki sebab diturunkanya secara khusus, maka QS. Maryam 41-42 yang

menjadi bahan kajian skripsi ini, adalah tidak memiliki asbābun nuzūl . Dengan

kata lain, QS. Maryam ayat 41-42 tidak memiliki sebab yang khusus ketika ayat

tersebut diturunkan.

4. Analisis Surat Maryam Ayat 41-42

a. Surat Maryam ayat 41

ي قانب ) (واذكرف الكتب اب رىيم, انو كان صد “Dan ingatkanlah yang terdapat di dalam al-Kitab tentang Ibrāhīm.

Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat benar lagi seorang Nabi.” (QS.

Maryam: 41)

Ulama menghubungkan ayat ini dengan ayat-ayat yang lalu dengan

menampilkan terlebih dahulu tema utama surah ini, yakni penjelasan tentang

keEsaan Allah, kenabian, dan keniscayaan hari kebangkitan. Ada dua kelompok

besar yang mempersekutukan Allah. Pertama, mempersekutukan-Nya dengan

makhluk-Nya yang hidup dan berakal, seperti kaum Nasrani yang

mempersekutukan Allah dengan al-Masih, sedang kedua adalah yang

mempersekutukanNya dengan makhlukNya yang tidak hidup dan tidak berakal

seperti bintang dan berhala-berhala (Bachtiar Surin, 1991: 1259). Kalau ayat

yang lalu telah mengecam mereka yang mempersekutukan Allah dengan siapa

Page 67: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

53

yang berakal dari makhlukNya, yakni mereka yang mempertuhan Isa AS,

kelompok ini menguraikan tentang mereka yang mempersekutukanNya dengan

berhala, yakni nabi Ibrāhīm AS.

Al-Biqa‟i menghubungkan ayat ini dengan ayat sebelumnya dari sisi

kandungan makna kewarisan, yang antara lain menurutnya tercermin dalam

kemenangan para nabi dan pengikut-pengikut mereka menghadapi kebanyakan

penghuni bumi, yakni dengan kembalinya penganut agama yang batil kepada

para nabi itu (M. Quraish Shihab, 2012: 457). Dan karena nabi Ibrāhīm AS

adalah tokoh yang memiliki anak cucu yang banyak, itu berarti beliau

merupakan orang yang paling banyak mewarisi bumi. Di sisi lain, beliau seperti

halnya nabi Zakariyā AS yang mengharapkan serta dianugerahi ahli waris

(anak) ketika usianya telah lanjut dan istrinya dinilai mandul.

Apa pun hubungan yang anda pilih atau kemukakan, yang jelas setelah

ayat-ayat yang lalu memerintahkan nabi Muhammad SAW Menyampaikan

kisah Maryam AS dan putra beliau, kini ayat-ayat di atas memerintahkan

bahwa: ”Ceritakan dan ingatkanlah juga, wahai nabi Muhammad SAW, kisah

yang terdapat di dalam al-Kitab, yakni ayat-ayat al-Qur‟an yang selama ini

engkau telah terima, tentang nabi Ibrāhīm AS. ”Sesungguhnya ia adalah

seorang yang sangat benar sikap, ucapan, dan perbuatanya lagi seorang nabi

yang mendapat wahyu dari Allah SWT.”

Kata ( واذكر) wadzkur berasal dari kata ذكر dzakara yang berarti

mengingat atau bercerita. Sedangkan kata ( واذكر) wadzkur sendiri berarti

Page 68: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

54

ceritakanlah )Mahmud Yunus, 2007: 134). Kata ini merupakan kata perintah

yang Allah tujukan kepada nabi Muhammad SAW.

Bahwa sesungguhnya nabi Muhammad SAW diperintahkan Allah SWT

untuk menerangkan kepada kaum musyrikin Mekah kisah nabi Ibrāhīm AS

yang mereka anggap sebagai bapak bangsa Arab dan mereka sendiri adalah

anak cucunya dan mendakwakan bahwa mereka adalah pengikut-pengikut

agamanya. Padahal nabi Ibrāhīm AS adalah seorang mukmin kekasih Allah dan

seorang nabi penyembah Tuhan Yang Maha Esa bukan seorang musyrikin

penyembah berhala. Allah memerintahkan kepada nabi Muhammad agar dia

menceritakan kepada mereka ketika nabi Ibrāhīm AS melarang kaumnya

menyembah berhala (Muhammad Nasib ar-Rifa‟I, 2008: 71)

Kata فى الكتت fī al-kitabi berasal dari kata الكتت al-kitabu yang jama‟nya

dari kata ت ت ك kutubun yang berarti kitab atau buku (Munawir, 1997: 1187). dan

mendapat tambahan فى fī yang berarti di, atau menunjukkan suatu keberadaan.

Sehingga فى الكتت fī al-kitabi berarti di dalam kitab. Kitab yang di maksud

adalah kitab al-Qur‟an karena rujukannya kembali pada kata sebelumnya, yaitu

nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW hanya memiliki satu kitab yang

diberi oleh Allah SWT, sehingga dapat di pastikan bahwa yang di maksud

dalam kata فى الكتت fī al-kitabi ini adalah al-Qur‟an.

Kata م Ibrāhīma adalah salah satu nabi yang kisahnya di ceritakan اثره

dalam al-Qur‟an karena berakhlak mulia dan memiliki tauhid yang baik

(Allamah kamal Faqih Imani dan tim ulama, 2005: 272 ).

Page 69: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

55

Ayat di atas mengatakan bahwa Ibrāhīm harus disebutkan dalam Kitab

ini, yakni al-Qur‟an lantaran dia seorang manusia yang penuh kebenaran dan

penyaksi ajaran-ajaran dan perintah-perintah Ilahi. Dia juga seorang nabi Allah.

Ayat dia atas mengatakan, “Dan sebutkanlah Ibrāhīm di dalam al-Kitab.

Sesungguhnya dia seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi”.

Kata انه innahu berarti sesungguhnya dia. Dia yang di maksud ini adalah

nabi Ibrāhīm, karena merujuk kepada kata sebelumnya (Ahmad Maslakhudin,

2006: 6).

Kata كبن kāna pada ayat ini, di samping untuk menunjukkan kebenaran

nabi Ibrāhīm. Karena sesungguhnya nabi Ibrāhīm AS adalah seorang nabi yang

cepat membenarkan semua hal yang ghaib yang datang dari Allah.

Kata )صدق( shiddīq merupakan hiperbola dari kata (صدق) shidq/benar.

Yakni seorang yang selalu benar sikap, ucapan, dan perbuatanya (M. Quraish

Shihab, 2012: 458). Dia yang dengan pengertian apapun selalu benar dan jujur,

tidak ternodai oleh kebatilan, tidak pula mengambil sikap yang bertentangan

dengan kebenaran, serta selalu tampak di pelupuk mata mereka yang haq.

Shiddiq juga berarti orang yang selalu membenarkan tuntutan-tuntutan Ilahi,

pembenaran melalui ucapan dan pengalamanya. Selanjutnya, ayat ini menyifati

Nabi Ibarhim AS dengan kata (نجب) nabiyyan, yakni manusia yang dipilih Allah

untuk memeroleh bimbingan sekaligus ditugasi untuk menuntun manusia

menuju kebenaran Ilahi. Ia yang memiliki kesungguhan, amanat, kecerdasan,

dan keterbukaan sehingga mereka menyampaikan segala sesuatu yang harus di

Page 70: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

56

sampaikan. Mereka adalah orang-orang yang terpelihara identitas mereka

sehingga tidak melakukan dosa atau pelanggaran apa pun.

Kata (نجب) nabiyyan terambil dari kata (نجأ) naba‟ yang berarti berita

yang penting. Seorang yang mendapat wahyu dari Allah dinamai demikian

karena ia mendapat berita penting dari Allah. Bisa juga kata nabiyy terambil

dari kata (انجوح) an-nubuwwah yang bermakna ketinggian. Ini karena ketinggian

derajatnya di sisi Allah swt (M. Quraish Shihab, 2012: 458).

Dari penjelasan di atas kita dapat mengetahui bahwa seorang nabi itu

wajib memiliki sifat jujur, dan kita sebagai umatnya harus meneladani sifat

jujur tersebut.

b. Surat Maryam Ayat 42

(اذقال البيو يابت ل ت عبد ماال يسمع وال ي بصر والي غن عنك شيئا ) “ketika ia berkata kepada orang tuanya:” Wahai bapakku. Mengapa engkau

menyembah sesuatu yang tidak mendengar dan tidak melihat serta tidak dapat

menolongmu sedikit pun.” (QS. Maryam: 42)

Ayat yang lalu memerintahkan nabi Muhammad SAW. Mengingatkan

tentang ayat-ayat al-Qur‟an yang berbicara tentang Nabi Ibrāhīm AS. Ayat ini

menyebut secara khusus satu peristiwa yang berkaitan dengan beliau, yakni

ketika ia dengan lemah lembut berkata kepada orang tuanya sambil

memanggilnya dengan panggilan mesra:

”Wahai bapakku, mengapa engkau menyembah sesuatu, yakni berhala atau

bintang-bintang yang tidak dapat mendengar dan tidak juga dapat melihat

serta tidak dapat menolongmu atau mendatangkan manfaat sedikitpun

kepadamu dan tidak juga dapat menampik mudharat atasmu? Bukankah yang

disembah adalah sesuatu yang jauh lebih tinggi kedudukanya dan jauh lebih

mampu daripada yang menyembahnya?”

Page 71: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

57

Kata اذقبل idzqōla terdiri dari dua suku kata yaitu kata اذ idz berarti ketika

dan kata قبل qāla berkata. Jadi ل اذقب idzqāla itu berarti ketia dia berkata. Dia yang

di maksud yaitu nabi Ibrāhīm AS. Nabi Ibrāhīm AS adalah seorang hamba yang

selalu menepati janji, sehingga apa yang di ucapkan beliau selalu yang baik-

baik dan benar.

Kata (أثه) abīhi penulis terjemahkan dengan orang tuanya. Ini serupa

dengan terjemahan penulis untuk ayat 74 surah al-An‟ām. Disana, antara lain

penulis kemukakan bahwa berbeda-beda pendapat ulama menyangkut Ãzar

yang disebut (أة) ab nabi Ibrāhīm AS, apakah dia ayah kandung beliau atau

pamanya (M. Quraish Shihab, 2012: 459).

Salah satu alasan yang menolak memahami kata (أثه) abīhi dalam arti

bapak kandung adalah bahwa jika Ãzar adalah bapak kandung nabi Ibrāhīm AS.

Itu berarti ada dari leluhur nabi Muhammad SAW yang musyrik karena beliau

adalah keturunan nabi Ibrāhīm AS. Ini di tolak oleh banyak ulama dengan

alasan bahwa sekian banyak riwayat yang mengatakan kebersihan dan kesucian

leluhur nabi Muhammad SAW. Beliau bersabda:

ما ولدن شيء من سفاح الاىلية ، وما ولدن إال نكاح كنكاح اإلسلم ”Sedikitpun aku tidak dilahirkan dari perzinahan orang-orang ahli Jahiliyah

dan tidak pula aku dilahirkan kecuali dengan nikah seperti nikahnya Islam.”

(HR. ath-Thabrani, Al-Mu'jam Al-Kabir no.10812 10/329)

Ini berarti bahwa tidak seorang pun dari leluhur beliau yang

mepersekutukan Allah SWT dan dengan demikian, jika memang Ãzar yang

membuat dan menyembah patung itu adalah ayah kandung nabi Ibrāhīm AS.

Page 72: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

58

Sedangkan nabi Ibrāhīm AS adalah leluhur nabi Muhammad SAW, maka

berarti ada leluhur beliau yang pernah mempersekutukan Allah SWT.

Terlepas dari perbedaan pendapat ulama menyangkut hal ini, apa yang

dikemukakan oleh penafsir Syi‟ah, Yhabāthabā‟i, sangat wajar untuk

dipertimbangkan. Menurutnya, al-Qur‟an menggunakan kata ( لدوا ) wālid untuk

makna “ayah kandung”, sedangkan kata (أة) ab digunakan al-Qur‟an untuk

makna “kakek” atau “paman” dan lain-lain. Arti-arti kata demikian sama halnya

dalam QS. Al-Baqarah: 33, dan QS. Yūsuf: 38 (M. Quraish Shihab, 2012: 459).

Apa yang dikemukakan di atas benar adanya, tetapi perlu dicatat bahwa

al-Qur‟an menggunakan kata ab untuk menunjuk orangtua kandung, misalnya

QS. Yūsuf ayat 4:

قمر رأي ت هم ل ساجدين إذ قال يوسف لبيو يا أبت إن رأيت أحد عشر كوكبا والشمس وال “(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku ,

sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan;

kulihat semuanya sujud kepadaku." (QS. Yūsuf: 4)

Di sisi lain perlu juga dicatat bahwa, merujuk kepada al-Qur‟an, Nabi

Ibrāhīm AS, menggunakan kedua kata tersebut. Dalam QS. Ibrāhīm ayat 41:

رب نا اغفر ل ولوالدي وللمؤمني ي وم ي قوم الساب “Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-

orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” (QS. Ibrāhīm: 4)

Beliau menggunakan kata ( والدي) wālidayya untuk menunjuk kepada

bapak ibunya.

Ash-Sya‟rawi dalam tafsirnya setelah membuktikan bahwa kata (أة) ab

digunakan untuk menunjuk ayah kandung atau paman, ia mengemukakan

bahwa biasanya bila kata ab dirangkai dengan namanya, yang dimaksud adalah

Page 73: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

59

selain ayah kandung. Kalau ada yang akan bertanya ke mana ayah kandung

seseorang, cukup sudah ia bertanya: kemana ayahmu? Tetapi, kalau yang

ditanyakan selain ayah kandung, di sini pertanyaannya harus di sertai dengan

nama yang bersangkutan. Nah, ayat al-An‟ām itu menggunakan kata ab/ayah

sambil menyebut nama, yakni Ãzar. Dengan demikian, yang bersangkutan

bukan ayah kandung nabi Ibrāhīm AS. Demikian tulis ulama Mesir itu ketika

menafsirkan ayat al-An‟ām. Apakah ini berarti bahwa yang di maksud dengan

abihi pada ayat surat Maryam ini adalah ayah kandung nabi Ibrāhīm AS.

Kata (أثت) abati terambil dari kata ( ة أ ) abun berarti bapak/ayah yang

dirangkaikan dengan huruf )تب( tā yang berfungsi sebagai pengganti huruf (ب) yā

yang menunjukkan makna kepemilikan (M. Quraish Shihab, 2012: 460).

Sehingga, abati bisa diartikan ayak/bapakku. Kata ini mengandung makna

kelemah lembutan dan memberi kesan merengek untuk meminta sesuatu kepada

orangtua.

Kata لم تعجد lima ta‟budu berasal dari kata عجد „abada yang berarti

mengabdi atau menyembah (Mahmud Yunus, 2010: 252). Kemudian

mendapatkan tambahan huruf jazm berupa لم lima dan ت ta yang merupakan

tanda fi‟il mudhari. Jadi لم تعجد lima ta‟buda berarti mengapa kalian menyembah.

Menyembah yaitu mengabdikan diri kepada yang diyakininya. Namun

yang dimaksud dalam ayat ini adalah menyembah, tetapi mengikuti bisikan

setan. Memang, boleh Jadi orang tua dan masyarakat nabi Ibrāhīm AS.

menyembah setan, jin, dan malaikat, tetapi semua penyembahan itu lahir dari

Page 74: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

60

rayuan dan tipu daya setan yang diikuti oleh para pendurhakan sehingga pada

akhirnya lebih tepat memahami kata ta‟bud dalam arti mengikuti bisikan setan

Kata مب mā ini bermakna sesuatu. Bahwasanya menyembah itu perlu

sesuatu yang di sembah. Sesuatu disini berupa patung berhala yang dibuat oleh

umat yang hidup pada zaman nabi Ibrāhīm AS dan kemudian disembah oleh

orang-orang kafir.

Kata ل سمع lā yasma‟u berasal dari kata سمع sami‟a yang berarti

mendengar. Kemudian mendapat tambahan ل lā nahi yang berarti tidak.

Sehingga ل سمع lā yasma‟u berarti tidak adapat mendengar (Munawir, 1997:

660).

Kata wa lā yughnī berasal dari kata ولغن ghoniya yang berarti غن

mencukupi atau kaya. Kemudian mendapatkan tambahan ل lā nahi yang

bermakna tidak. Sehingga wa lā yughnī bermakna tidak mencukupi ولغن

Mahmud Yunus, 2010: 303).

Kata عنك „anka berarti dari kamu. Ini yang di maksud ialah kamu atau

mereka para penyembah berhala.

Kata ئب syaian bermakna sedikitpun. Maksudnya yaitu tidak ada ش

sedikitpun kebaikan yang bermanfaat bagi para penyembah berhala dan bahkan

berbahaya apa yang selama ini dilakukan. Nabi Ibrāhīm AS berkata yang

terdapat dlam surat Maryam ayat 44:

د الشيطان إن الشيطان كان للرحن عصيا يا أبت ال ت عب .() “Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan

itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.” (QS. Maryam: 44)

Page 75: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

61

Maksud dari “Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan”,

yakni berhala dan bintang yang sebenarnya tidak mempunyai kemampuan

sedikitpun. Tetapi, setan yang memperindah penyembahan dan dengan

demikian, penyembahan berhala atau bintang dan apapun selain Allah berarti

menyembah setan. Sesungguhnya syaitan sejak dahulu durhaka kepada Tuhan

Yang Maha Pemurah.

Nabi Ibrāhīm AS. Pada ayat ini tidak secara tegas menyebut berhala-

berhala sebagai sesembahan orangtuanya, tetapi menyebut sifatnya, yakni tidak

dapat mendengar dan melihat, sehingga, dengan demikian, beliau sekaligus

membuktikan bahwa apa yang disembahnya itu sama sekali batil dan tidak

beralasan, yaitu:

Pertama, karena yang disembah mestinya adalah sesuatu yang

kedudukanya lebih tinggi daripada yang menyembahnya, sedang manusia jauh

lebih tinggi kedudukaanya daripada berhala. Bukankah manusia yang membuat

berhala-berhala itu dan bukankah apa yang di sembah itu tidak dapat

mendengar dan melihat?

Kedua, sesuatu yang disembah adalah yang diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan yang menyembahnya, mendengar permohonannya, dan melihat

keadaanya. Apa yang disembah oleh orang tua Nabi Ibrāhīm AS itu sama sekali

tidak memenuhi syarat untuk disembah, sebagaimana ditegaskan oleh akhir ayat

di atas.

Pelajaran yang dapat dipetik dari surat Maryam ayat 42, yaitu kewajiban

menghormati orang tua, kendati tidak seiman dengan anak, siapa pun yang tidak

Page 76: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

62

mengetahui harus mengikuti siapa yang mengetahui, walau yang tidak tahu itu

seorang yang harus dihormati. Seperti orangtua, bahkan ayah kandung.

Menyembah selain dari Allah Yang Maha Esa adalah dampak dari megikuti

setan dan dapat dinilai sama dengan menyembah setan, serta setiap orang

berkewajiban mengingatkan siapapun (M. Quraish Shihab, 2012: 353).

Page 77: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

63

BAB IV

PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’AN

SURAT MARYAM AYAT 41-42

Berpijak pada uraian bab-bab sebelumnya, maka pada bab IV ini akan dilakukan

analisis tentang pendidikan akhlak dalam al-Qur‟an telaah surat Maryam ayat 41-42,

sebagai berikut:

A. Pendidikan Akhlak dalam al-Qur’an

Perlu diketahui bahwa salah satu ciri terpenting dari pendidikan Islam yang

berbasis al-Qur‟an adalah penekanan akhlaknya. Secara garis besar pendidikan

akhlak dalam al-Qur‟an dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan secara

sadar guna memberikan bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan ajaran Islam

yang berupa penanaman akhlak mulia kepada seseorang, sehingga menghasilkan

perubahan yang dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan hidup

baik itu meliputi: tingkah laku, cara berfikir dan bersikap baik yang dapat

menjadikan manusia sempurna (insan kamil).

Perbuatan mulia yang keluar dari kekuatan jiwa tanpa keterpaksaan itu

disebut akhlak yang baik (akhlakul mahmudah), seperti: kemurnian hati, lemah

lembut, sabar, teguh, berani, adil, jujur, amanah, dan akhlak-akhlak mulia serta

kesempurnaan jiwa lainnya.

Penemuan baru akan mendorong masyarakat untuk lebih jauh menyibak

kebenaran konsep akhlak, masalah perkembangan akhlak selama ini lebih banyak

dipengaruhi oleh kurang adanya bukti riil dalam mempengaruhi peningkatan akhlak

Page 78: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

64

masyarakat (Mansur, 2007: 229). Begitu juga jika ditelantarkan, tidak disentuh oleh

pendidikan yang memadai atau tidak dibantu untuk menumbuhkan unsur-unsur

kebaikan yang tersembunyi di dalam jiwanya atau bahkan dididik oleh pendidik

yang buruk sehingga kejelekan menjadi kegemaran, kebaikan menjadi kebencian,

dan perkataan serta perbuatan tercela mengalir tanpa rasa terpaksa, maka jiwa yang

demikian disebut buruk, perkataan dan perbuatan tercela keluar darinya disebut

akhlak tercela (akhlak madzmumah), seperti: menghina orang, khianat, dusta, putus

asa, ghibah, mencela diri sendiri, berbuat kedzaliman dan berkata kotor.

Di sini al-Qur‟an menjadi penyeru pada akhlak yang baik dan mengajak

kepada pendidikan akhlak di kalangan kaum muslimin, menumbuhkannya di jiwa

mereka, dan menilai keimanan seseorang dengan kemuliaan akhlaknya. Allah

memuji nabi-Nya karena akhlaknya yang agung. Allah berfirman:

(وإنك لعلى خلق عظيم ) “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-

Qalam: 4)

Allah pun memerintahkan agar manusia berakhlak mulia. Allah berfirman:

يم ) نو عداوة كأنو ول ح نك وب ي (ادفع بالت ىي أحسن فإذا الذي ب ي “Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang

antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang

sangat setia.” (QS. Fushshilat: 34)

Tujuan dari pendidikan akhlak dalam al-Qur‟an adalah terbentuknya akhlak-

akhlak yang terpuji dan mulia dalam diri manusia sebagaimana yang telah

digambarkan dalam al-Qur‟an dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW, sehingga

terwujudnya keselamatan dunia dan akhirat. Sedangkan materi pendidikan akhlak

dalam al-Qur‟an, meliputi: akhlak manusia kepada Allah, Rasulullah, diri sendiri,

Page 79: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

65

sesama manusia dan alam sekitar (Zubaedi, 2011: 66). Metode yang di gunakan

dalam pendidikan akhlak, antara lain: pengarahan, bimbingan, nasehat, motivasi

dan suri tauladan yang baik.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pendidikan akhlak antara

lain:

1. Faktor intern yaitu faktor yang ada pada diri manusia secara fitrah mempunyai

bakat untuk membentuk akhlak.

2. Faktor ekstern yaitu faktor yang mempengaruhi kelakuan dan perbuatan

manusia dari luar pribadi manusia yang meliputi: pengaruh keluarga, sekolah

dan masyarakat.

B. Pendidikan Akhlak yang Terdapat dalam Surat Maryam Ayat 41-42 dan

Aktualisasinya dalam Pendidikan Karakter

1. Pendidikan Akhlak dalam Surat Maryam Ayat 41-42

Allah memberikan petunjuk kepada hambaNya melalui berbagai macam cara.

Salah satunya Allah menurunkan al-Qur‟an sebagai pedoman manusia hidup di

bumi ini agar selamat di dunia dan akhirat. Salah satunya surat Maryam ayat

41-42:

ي قانب ) ( اذقال البيو يابت ل ت عبد ماال يسمع وال واذكرف الكتب اب رىيم, انو كان صد(ر والي غن عنك شيئا )ي بص

41. Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrāhīm di dalam Al Kitab (Al-

Qur‟an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat mencintai kebenaran

dan seorang Nabi.

42. (Ingatlah) ketika ia (Ibrāhīm) berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku,

mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan

tidak dapat menolong kamu sedikitpun?. (QS. Maryam: 41-42).

Setelah mengetahui dan memahami penafsiran surat Maryam ayat 41-42 yang

telah dikemukakan oleh para ahli tafsir serta aspek-aspek pendidikan akhlak

Page 80: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

66

yang ada di dalamnya, maka secara garis besar dalam ayat di atas mengandung

nilai-nilai pendidikan akhlak yaitu berupa kejujuran (Shiddiq).

Kata )صدق( shiddīq merupakan hiperbola dari kata (صدق) shidq yang

bearti benar, jujur, dan dapat dipercaya (M. Quraish Shihab, 2012: 458). Namun

siddiq di sini lebih menjurus kepada sebuah sikap membenarkan sesuatu yang

datang dari Allah SWT dan Rasulullah SAW yang timbul dari rasa dan naluri

keimanan yang mendalam.

Sifat jujur merupakan sifat wajib yang harus dimiliki oleh para nabi, tak

terkecuali nabi Ibrāhīm yang menjadi pembahasan dalam surat ini. sifat-sifat ini

harus teladani oleh manusia di bumi ini.

Sifat jujur adalah sifat yang selalu benar dalam bersikap, ucapan dan

perbuatanya. Seseorang yang hatinya telah tertanam oleh sifat jujur tidak akan

ternodai oleh kebatilan, tidak pula mengambil sikap yang bertentangan dengan

kebenaran, serta selalu tampak di pelupuk mata mereka yang haq.

Sesungguhnya sifat yang paling nyata dari seorang nabi dan pembahwa

wahyu Ilahi adalah bahwa mereka betul-betul menyampaikana perintah Allah

kepada hamba-hamba Allah sepenuhnya.

2. Aktualisasi Surat Maryam Ayat 41-42 dalam Pendidikan Karakter

Nabi Ibrāhīm AS dikenal dengan nabi yang sangat lemah lembut

sifatnya, sesungguhnya Ibrāhīm adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi

penyantun (QS. At-Taubah: 114) hal ini terlihat ketika nabi Ibrāhīm

mengingkari ayahanda dan kaumnya, Ibrāhīm bahkan menentang ayahnya

dengan kata-kata yang sopan dan masih menjaga kebaktiannya dan rasa

Page 81: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

67

hormatnya kepada ayahnya. Begitu juga ketika Ibrāhīm mendebat kaumnya,

“sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan

langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku

bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan”. (QS. Al-

An‟am: 79) artinya saya tujukan ibadah dan tauhid saya kepada Allah semata

beragama yang benar, yaitu condong kepada yang hak dan aku tidaklah berbuat

syirik dalam ibadah kepada Allah (tafsir Ibnu katsir, 2008: 149-152). Dari kisah

nabi Ibrāhīm di atas terdapat beberapa nilai-nilai pendidikan yang dapat kita

aktualisasikan dalam pendidikan karakter, diantaranya:

a. Menanamkan Sifat Jujur

Sifat mulia yang dimiliki nabi Ibrāhīm yang dapat kita teladani

berupa sifat jujurnya, sebagai karakter kenabiannya. Kita sebagai umat

dapat membentuk karakter itu salah satunya melalui pendidikan. maka

penyiapan sumberdaya manusia yang berkarakter menjadi keniscayaan.

Artinya, pendidikan karakter suatu yang mutlak untuk menumbuhkan

kesadaran manusia sebagai makhluk dan hamba Allah, yang seluruh

rangkaian aktivitasnya senantiasa disandarkan pada nilai kebenaran dan

kejujuran yang diajarkan dalam proses pendidikannya.

karakter seseorang tidak bisa dibentuk secara instan atau sekadar lewat

transfer pengetahuan (knowledge) atau lewat aturan-aturan formal, tapi

harus memberi contoh konkrit para penyuaranya. Seseorang pendidik tidak

cukup dengan menyuarakan tentang kebaikan, tentang berbuat benar, tapi

Page 82: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

68

dirinya juga mesti menunjukkan sikap dan karakter yang baik dan berbuat

benar.

b. Menanamkan Sifat Tauhid Kepada Anak Sejak Dini

Telah dibahas ayat-ayat di atas mengenai tauhid nabi Ibrāhīm, maka

kita sebagai umatnya hendaknya meneladani sifat tauhid tersebut dengan

cara menanamkannya pada diri anak sejak dini. Penananman tauhid kepada

anak yang merupaan proses pendidikan akhlak anak kepada Allah SWT.

Dalam perspektif agama Islam keluarga (orang tua) sangat berpengaruh

dalam pembentukan pilihan keyakinan dan sikap hidup yang akan dipilih

oleh seorang anak/anggota keluarga. Karena setiap orang tua diperintahkan

untuk berupaya semaksimal mungkin memelihara diri dari dan anggotanya

dari perilaku yang dapat menjerumuskan diri dan dampak buruk baik di

dunia maupun akherat (QS. at-Tahrim:6). Keluarga dengan demikian

bertanggung jawab dalam mengembangkan budaya positif yang mendorong

seluruh anggotanya keluarganya untuk memiliki semangat beribadah dan

mengembangkan akhlaq mulia (Muhjidin, 2011: 30). Adapun cara dan

materi penanaman tauhid untuk anak usia dini yang dapat diambil dari surat

al Baqoroh 132, yaitu:

1) Mengajarkan Kalimat Tauhid

2) Mengenalkan dan Menanamkan Cinta Pada Allah.

c. Bersikap Lemah Lembut Kepada Orang Tua

Page 83: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

69

Dari kisah nabi Ibrāhīm mengajarkan kepada umat Islam bahwa

dalam mengajak kepada kebenaran atau dalam berdakwah kepada siapapun

seorang da‟i harus melakukan dengan benar dengan cara tetap menjaga

sopan santun dan menghargai mereka terlebih dahulu jika objek dakwah

adalah kedua orang tua, maka wajib seorang da‟i untuk tetap menjaga sopan

santun dan hormat kepada mereka. Hal ini berkaitan dengan apa yang

dilakukan oleh nabi Ibrāhīm dalam al-Qur‟an surat Maryam ayat 41-42

“Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrāhīm di dalam Al Kitab (Al-

Qur‟an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat mencintai

kebenaran dan seorang Nabi. (Ingatlah) ketika ia (Ibrāhīm) berkata kepada

bapaknya; "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak

mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?”

Ketika mengajak dan menyeru ayahnya pada kebenaran nabi Ibrāhīm

memanggil ayahnya dengan sebutan wahai ayahku. Ibrāhīm memulai setiap

nasehatnya dengan kata ya abati sebagai penghubung dan penggugah

hatinya (tafsir al-Qasimi, jilid 11 hlm. 120).

d. Menanamkan Sifat Lemah Lembut dan Tegas dalam Membela yang Benar

Nabi Ibrāhīm AS dalam menyampaikan kebenaran kepada kaumnya

tetepa memegang teguh dalam sikap kelembutanya dan mendebatkan

dengan sebaik-baiknya dengan menunjukkan hujjah-hujjah yang benar

walaupun kaumnya mengancam akan membunuhnya dengan

memasukkannya kedalam api. Ibrāhīm tidak takut karena kebenaran yang ia

sampaikan. Ibrāhīm berkata: "Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit

Page 84: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

70

dan bumi yang telah menciptakannya; dan aku termasuk orang-orang yang

dapat memberikan bukti atas yang demikian itu".

Sikap yang tegas merupakan sikap yang harus dimiki oleh

pemimpin, maka sikap ini dapat kita tanamkan sikap ini pada anak didik

sebagai generasi yang akan datang agar memiliki karakter yang tegas agar

mampu menjadi pemimpin yang berkarakter dan tidak terombang ambing

dalam perkembangan zaman.

Page 85: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

71

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis menguraikan mengenai pendidikam akhlak dalam al-Qur‟an

surat Maryam ayat 41-42, maka dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Akhlak merupakan suatu perbuatan yang dimiliki manusia yang dilakuakan

tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran terlebih dahulu karena telah

menjadi kebiasaan yang mantap. Pada dasarnya akhlak manusia itu ada dua

macam, yaitu akahlak terpuji (al-akhlaq al-mahmudah) dan akhlak yang tercela

(al-akhlak al-mazmumah).

Untuk membentuk akhlak yang mulia perlu adanya suatu proses

pendidikan. Pendidikan akhlak itu sendiri adalah suatu proses pengarahan

manusia mengenai ajaran baik agar tercapai tujuan yang di cita-citakan, yaitu

bahagia dunia dan akhirat dengan mendasarkan al-Qur‟an dan Hadist sebagai

pedomannya.

2. Pendidikan akhlak yang terdapat dalam QS. Maryam ayat 41-42 secara garis

besar mengandung nilai-nilai pendidikan kejujuran (siddiq). Selain itu

aktualisasi ayat itu dalam pendidikan karakter berupa: menanamkan sifat jujur,

menanamkan sifat tauhid kepada anak sejak dini, bersikap lemah lembut kepada

orang tua, serta menanamkan sifat lemah lembut dan tegas dalam membela

yang benar.

B. Saran-Saran

Page 86: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

72

Dari hasil penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan saran-saran sebagai

berikut:

1. Kepada Pendidik

Pendidikan akhlak sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

individu dan masyarakat yang beradap. Karena pada dasarnya pendidikan

akhlak itu mengenai perintah berperilaku mulia dan larangan berperilaku

tercela. Hal itu telah nyata dan dijelaskan dalam al-Qur‟an dan as-Sunnah,

diantaranya adalah yang terkandung dalam surat Maryam ayat 41-42. Oleh

karena itu, penulis menyarankan kepada pendidik agar penggalian ajaran

tersebut dapat diaplikasikan atau diterapkan pada pendidik sebagai tauladan

bagi pesertaa didik, dengan melakukan perbaikkan akhlak manusia dalam

menjalani hidup di dunia.

2. Bagi Pembaca

Hendaknya membenahi apabila menemukan kesalahan dalam skripsi ini

agar sesuai dengan hasil yang diinginkan oleh penulis, yaitu memberi manfaat

baik secara teoritis kepada dunia pendidikan dan secara praktis kepada pendidik

dan para orang tua yang berperan dalam pembentukan akhlak yang mulia

kepada anak.

C. Penutup

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang senantiasa

memberikan petunjuk, kelancaran, dan kecerahan pikiran serta nikmat yang tak

Page 87: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

73

terkira hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. tiada daya upaya melainkan

dengan pertolongan-Nya.

Alam yang sangat luas ini ibarat kitab, syair, lukisan, dan bangunan dengan

tekstur yang amat indah. Tentu ilmu dan nikmat yang di sediakan Allah pada alam

dan kita tidak terbatas.

Penulis berharap apabila dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini belum

memenuhi syarat, atas nama pribadi penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Karena penulis sendiri menyadari kita sebagai manusia yang jauh dari

kesempurnaan dan tak luput dari salah dan lupa. Untuk pembaca hendaknya

berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun menuju perbaikan.

Dengan saran tersebut semoga mampu memberikan semangat bagi penulis untuk

memperbaiki karya-karya selanjutnya.

Akhirnya, hanya ucapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada

semua belah pihak yang ikut membantu, memberi motivasi dengan segala

kerendahan hati sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini jazzakumullah khaira

jazza‟ teriring doa dan salam, sehingga skrispsi ini memberi manfaat kepada kita

semua.

Page 88: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

74

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. dan Salimi, N. (1994). Dasar-dasar Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Al-Abrasyi, M.A. (1970). Dasar-Dasar pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

. (2003). Dasar-Dasar pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Al-Adawi, M. (2006). Fiqh Akhlak. Jakarta: Qishti Press

Al-Ghazali, I. (2003). Ihya „Ulum Al-Din juz III. Mesir: Isa Bab Al-Halaby tt.

Al-Jumbulati, A. (2002). Perbandingan Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta.

Al-Munawar,S.A.H. (2002). Fikih Hubungan Antar Agama. Jakarta: Ciputat Press

Ali, A dan A. Zuhdi M. (2002). Kamus Kontemporer Arab Indonesia. Jakarta: Multi

Karya Grafika.

„Ali Ash-Shabuni, M. (1987). Syafwah At-Tafsir. Beirut: Dar Al-Qur‟an Al-Karim.

Ash-Syaibany, O.M. (1979). Falsafah At-Tarbiyah Al-Islamiyah, terjemahan: Hasan

Lunggalung. Jakarta: Bulan Bintang.

Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (1976). Departemen Agama RI, Jakarta: Bumi Restu.

Ar-Rifa‟i, M.N. (1989). Al-Qur‟an-Tafsir (Taisiru al-Aliyyui Qadir Ii Ikhtishari Tafsir Ibnu

Katsir, jilid 3). Bandung: Maktabah Ma‟arif Riyadh.

. (2008). Al-Qur‟an-Tafsir (Taisiru al-Aliyyui Qadir Ii Ikhtishari Tafsir Ibnu

Katsir, jilid 3). Bandung: Maktabah Ma‟arif Riyadh.

Asmuni, Y. (1993). Ilmu Tauhid. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Azra, A. (2012). Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan

Milenium III. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Budiarjo, A. (1987). Kamus Psikologi. Semarang: Dakara Prize.

Daradjat, Z. (1990). Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Djatmika, R. (1985). Sistem Etika Islam. Surabaya: Pustaka Islam.

Hadi, S. (1981). Metode Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah

Mada.

Hasbullah. (2009). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Page 89: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

75

Ibn Hanbal, I.A. (1991). Musnad Imam Ahmad bin Hanbal. Beirut: Darul Kutub al

Ilmiyyah

Ichwan, M.N. (2008). Memasuki Dunia Al-Qur‟an. Semarang: Lubuk Raya.

Idhoh, A. (2008). Kaidah-Kaidah Ulumul Qur‟an. Pekalongan: Al Asri.

Ilyas, Y. 2007. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

. (2000). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Imani, A.K.F. dan tim ulama. (2005). Tafsir Nurul Qur‟an. Jakarta: Al-Huda.

Mahmud, A.A.H. (2004). Karakteristik Umat Terbaik, Telaah Manhaj, Akidah dan

Harakah. Jakarta: Gema Insan Press.

Mansur. (2007). Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Marimba, A.D. (1989). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Ma‟arif.

Maslakhudin, A. (2006). Modul Nahwu Shorof. Semarang: UNNES.

Mas‟ud, A. (2012). Akhlak Tasawuf. Sidoarjo: CV Dwi Putri Pustaka Jaya.

Masy‟ari, A. (2007). Akhlak Al-Qur‟an. Surabaya: Bina Ilmu.

Munawir, A.W. (1997). Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progressif.

Rahmaniah, I. (2010). Pendidikan Etika. Malang: UIN Maliki.

Sabikah. (2012). Al-Qur‟an dan Terjemah. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sarqawi, U.S. (2001). Zikir itu Nikmat. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Shadali, A. (2000). Ulumul Qur‟an. Bandung: Pustaka Setia.

Shaleh, Q. (1990). Asbabun Nuzul (Latar Belakang History Turunnya Al-Qur‟an).

Bandung: CV Diponegoro.

Shihab, M.Q. (2012). Al-Lubab (Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah Al-

Qur‟an). Tangerang: Lentera Hati.

Slamet. (2007). Pengaruh Penerapan Kecakapan Hidup. Jakarta: UPI.

Surin, B. (1991). Tafsir Al-Qur‟an Adz Dzikra lengkap (juz 16-20). Bandung: Angkasa.

Syafri, U.A. (2014). Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur‟an. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Takariawan, C. (2003). Prinsip-Prinsip Dakwah. Yogyakarta: Izzan Pustaka.

Page 90: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

76

Thoha, C.et, al. (1999). Metodologi Pengajaran Agama. Semarang: Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo.

Ulwan, A.N. (1992). Pendidikan Anak Menurut Islam (Kaidah-Kaidah Dasar). Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Winarno. (1989). Pengantar Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito.

Ya‟qub, H. (1993). Etika Islam. Bandung: Diponegoro.

Yunus, M. (1989). Kamus Arab – Indonesia. Jakarta: Hidakarya Agung.

. (1996). Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia. Jakarta: Hidakarya

Agung.

. (2007). Kamus Arab – Indonesia. Jakarta: PT Mahmud Yunus Wa

Dzurriyyah.

(2010). Kamus Arab – Indonesia. Jakarta: PT Mahmud Yunus Wa

Dzurriyyah.

Zahruddin, AR. (2004). Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Zahruddin. (2004). Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Zainuddin, et,al. (1991). Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali. Jakarta: Bumi Aksara.

Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter (Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga

Pendidikan). Jakarta: Kencana

Zuchdi, D, dkk. (2009). Pendidikan Karakter Grand Design dan Nilai-nilai Target.

Yogyakarta: Uny Press.

Zuhdi, M. (1997). Pengantar Ulumul Qur‟an. Surabaya: Karya Abditama.

http://skripsi-tarbiyahpai.blogspot.co.id/2015/01/pengertian-pendidikan-akhlak-

menurut.html. 10.00.13062016

Page 91: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

77

Page 92: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

78

Page 93: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

79

Page 94: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

80

Page 95: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

81

Page 96: PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL-QUR’ANe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1752/1/skripsi jadi...pdf · Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar dapat bermuamalah dengan adab dan akhlak

82