penanggulangan korupsi dalam perspektif...

114
i PENANGGULANGAN KORUPSI DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN (Kajian Terhadap Tafsir Tematik Al-Qur’an dan Kenegaraan Kemenag RI) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama Strata 1 (S.Ag.) Bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Oleh: Fissabil Ibrohim NIM. 21514004 JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2019

Upload: others

Post on 04-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    PENANGGULANGAN KORUPSI DALAM

    PERSPEKTIF Al-QUR’AN

    (Kajian Terhadap Tafsir Tematik Al-Qur’an dan

    Kenegaraan Kemenag RI)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama Strata 1 (S.Ag.)

    Bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

    Oleh:

    Fissabil Ibrohim

    NIM. 21514004

    JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

    FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    2019

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

    MOTTO

    لَُكمابَۡينَُكماب ااَوَلا ل اٱتَۡأُكلُٓواْاأَۡمَوَٰ ط ۡناااۡلُحكَّام اٱَوتُۡدلُواْاب َهآاإ لَىاااۡلبََٰ يٗقاام تَۡأُكلُواْافَر ل

    ا ل اٱأَۡمَوَٰ ۡثم اٱب االنَّاس َوأَنتُۡماتَۡعلَُمونَااۡۡل

    “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain

    di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu

    membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat

    memakan sebagian dari pada harta benda orang lain itu dengan

    (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”

    (Q.S Al-Baqarah [2] : 188)

    PERSEMBAHAN

    Dengan rasa syukur atas Rahmat ALLAH SWT

    Karya ini penulis persembahkan kepada:

    Bapak dan Ibu tercinta atas seluruh do’a, kasih sayang, dan motivasi serta

    Almamater tercinta Progam Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin,

    Adab dan Humaniora Institut Agama Islam Negeri Salatiga

  • vi

  • vii

  • viii

  • ix

    KATA PENGANTAR

    الحمد هلل رب العالمين

    Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan segenap manusia. Melalui hidayah,

    inayah, rahmat, karunia dan mahhabah-Nya yang tiada batas, penulis dapat

    menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih pula kepada Nabi Muhammad yang

    telah mengajarkan kepada kita, cara bagaimana berusaha dengan keras dan

    sungguh-sungguh. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepadamu.

    Dalam mengerjakan tugas akhir ini, saya banyak mengambil inspirasi dan

    rujukan utama dari beberapa literatur, utamanya adalah Tafsir Tematik Al-Qur’an

    dan kenegaraan yang merupakan seri kelima pada tahun 2011, maupun literatur

    pendukung lainnya. Penulis berusaha sekuat mungkin dalam memaparkan tentang

    korupsi dan upaya penanggulanganya dalam Al-Qur’an perspektif tafsir tematik Al-

    Qur’an dan Kenegaraan karya Kemenag RI, tetapi tidak menutup kemungkinan

    terjadi kekurangan di dalamnya. Karena itu, penulis memohon maaf.

    Akhirnya, usaha dalam menyelesaikan penelitian ini, mulai dari proposal,

    proses penelitian hingga penulisan skripsi selesai, tidak akan terlepas dari bantuan

    berbagai pihak, khususnya dalam mengkontruksi skripsi tematik ini dengan judul

    Penanggulangan Korupsi dalam Perspektif Al-Qur’an (Kajian Terhadap Tafsir

    Tematik Al-Qur’an dan Kenegaraan Kemenag RI). Harapannya, apa yang menjadi

    ikhtiar saya, mampu memberikan kontribusi bagi pembaca mengenai upaya

    penanggulangan korupsi. Setelah melewati proses yang cukup panjang dan penuh

    tantangan, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu, saya ingin

    menyampaikan ucapkan terima kasih kepada:

    1. Orang tua, Bapakku Slamet Sidik dan ibunda Zulaikhah yang selalu

    mendoakan dan mensuport dalam segala hal yang penulis lakukan. Serta

    adik tercinta Mades Bagus Anugrah yang selalu menyayangi dan mensuport

    penulis.

    2. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag., selaku Rektor beserta

    jajarannya dan segenap tenaga pendidik baik dosen maupun karyawan di

    IAIN Salatiga.

  • x

    3. Jajaran Dekanat fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora, Dr. Benny

    Ridwan, M. Hum., Dr. Supardi, M.A., Dr. M. Gufron, M. Ag., Drs. Abdul

    Syukur, M.Si yang telah memberi dukungan dan motivasi.

    4. Ibunda Tri Wahyu Hidayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Qur’an

    dan Tafsir (IAT).

    5. Bapak Nuryansyah M. Hum., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu

    memberikan bimbingan tanpa waktu dan mengarahkan proses penelitian

    skripsi ini berupa koreksi, masukan, kritikan, dan saran yang kontruktif

    dalam melengkapi dan menyelesaikan studi dan penelitian ini di sela-sela

    kesibukan mengajar dan aktifitas yang lainnya.

    6. Bapak Dr. Adang Kuswaya, M. Ag., selaku pembimbing akademik yang

    telah sudi kiranya meluangkan waktunya, membina dan membimbing dari

    awal perkuliahan hingga akhir

    7. Segenap jajaran Dosen dan Karyawan Fakultas Ushuluddin, Adab dan

    Humaniora yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk mengurus

    administrasi dan kelengkapan skripsi..

    8. Teman-teman sehimpunan-seperjuangan Rabika, Neny, Samsul, Ayusta,

    Annisa Fitri, Saifunnuha, Wahyu, Fatimah, Novita, Laila Khodariyah,

    Trisna, Yusuf, Abrar, Muda’i, alumni jurusan IAT MK. Ridwan, Wahyu

    Kurniawan, Triyanah, Rangga, Rohman, Husen, semua adek angkatan IAT,

    yang menjadi patner akademis dan teman diskusi. Dan yang tak terlupakan

    alm. Latif teman yang sebelumya selalu memberi tempat penginapan

    selama penulis mengerjakan dan bimbingan skripsi. Semoga Allah

    memberikan rahmat, keselamatan, ampunan serta ditempatkan ditempat

    yang mulia (Surga).

    9. Segenap teman-teman kos Bu Wiwik, Andika, Aris, Sapta, Tiyar dan Arif

    yang menjadi keluarga di Salatiga. Senang dan susah telah kita lalui

    bersama-sama.

    10. Segenap teman-teman FALMA Salatiga, HMJ IAT, LDK Fatir Ar-Rasyid,

    KAMMI Salatiga, Keluarga Mahasiswa Wonosobo (KMW) Salatiga, KKN

  • xi

    Desa Tampir Kulon, dan kawan-kawan dalam berbagai kegiatan dan

    organisasi.

    11. Azzam, Dayat, Sokley, Engin, Afif, Aa’ Ilyas, Latif Mubarok, Syihab Ateng

    dkk. Yang menjadi temen diskusi dan memberi semangat menyelesaikan

    skripsi sampai selesai di Perum Salatiga Permai.

    12. Serta seluruh pihak yang telah membantu tersusunnya skripsi ini baik secara

    moral, spiritual maupun material yang tidak dapat penulis sebut satu-

    persatu.

    Akhirnya, saya menyadari bahwa, apa yang penulis kerjakan ini, bukanlah

    suatu hal yang sempurna dan tidak menuai kritik. Justru berbagai masukan berupa

    kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca, adalah nutrisi bagi saya dalam

    rangka mendekatkan diri pada kesempurnaan, walaupun hal itu bersifat mustahil.

    Selamat membaca.

  • xii

    ABSTRAK

    Skripsi ini hasil dari penelitian Kepustakaan dengan judul “

    Penanggulangan Korupsi dalam Perspektif Al-Qur’an (Kajian Terhadap Tafsir

    Tematik Al-Qur’an dan Kenegaraan Kemenag RI)”, dengan menggunakan

    metode analis deskriptif. Adapun tujuan penelitian ini Adalah Untuk mengetahui

    bagaimana penafsiran ayat-ayat yang melarang korupsi dalam tafsir tematik al-

    Quran dan kenegaraan Kemenag RI, Bagaimana konsep penanggulangan

    korupsi perspektif tafsir tematik al-Qur’an dan kenegaraan Kemenag RI.

    Korupsi di analogikan dengan al-ghulul, istilah yang di ambil dari Q.S Ali

    Imron 3:161. Yang di artikan “penghianatan atau penyelewengan”, yang

    termasuk tindakan korupsi yang lain adalah ar risywah (suap-menyuap). Di

    dalam kitap tafsir tematik Kemenag RI, korupsi di kategorikan kedalam fasad

    yakni perbuatan yang merusak. Karena menyebabkan kerusakan akhlak, moral,

    kehancuran ekonomi, Pendidikan, budaya, dan tatanan kehidupan lainya.

    Adapun teori yang dipakai penulis dalam melakukan penelitian tafsir tematik

    ini, penulis menggunakan sistematik Tafsir Maudlu’i yang diperkenalkan oleh

    Abd. Al Hayy Al Farmawi, sebagai berikut: (1) Menentukan tema yang akan

    dibahas, dalam hal ini adalah peanggulangan korupsi. (2) Melacak dan

    menghimpun ayat-ayat yang menyangkut topik yang akan dibahas, ayat

    Makkiyyah dan Madaniyyah.(3) Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut

    menurut kronologi masa turunnya, disertai dengan pengetahuan mengenai latar

    belakang turunnya ayat atau asbab al-nuzul. (4) Memahami korelasi antar ayat

    (munasabah) di dalam masing-masing suratnya (5) Menyusun tema bahasan di

    dalam kerangka yang sistematis, sempurna dan utuh (outline).

    Temuan Penelitian ini: Ayat-ayat Al-Qur’an yang melarang korupsi

    didalam tafsir ini antar lain QS. Al-Maidah/5 :33, QS. Al- Baqarah/2:30, QS. Ali

    Imron/3: 161, QS. An-Nisa/4 :58, QS. An-Nisa/ 4:1, QS. Al-Anbiya 21:107 dan

    QS. Al-Maidah/5:8. Konsep penanggulangan korupsi menurut tafsir tematik al-

    Qur’an dan Kenegaraan yaitu: pertama Sistem penggajian yang layak, kedua.

    larangan suap dan menerima hadiah, ketiga penghitungan kekayaan pejabat,

    keempat teladan dari pemimpin, kelima hukuman setimpal, keenam pengawasan

    masyarakat dan ketujuh, pengendalian di dengan iman yang teguh. Itulah

    beberapa upaya untuk penanggulangan korupsi

    Kata kunci: Tafsir Tematik, Penanggulangan Korupsi, Kemenag RI.

  • xiii

    DAFTAR ISI

    JUDUL ............................................................................................................. i

    PERYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii

    PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

    PEDOMAN TRANSLITASI ........................................................................... vi

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

    ABSTRAK ....................................................................................................... xii

    DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .................................................................. 8

    C. Tujuan dan Kegunaan ............................................................ 8

    D. Kajian Pustaka ........................................................................ 9

    E. Kerangka teori ........................................................................ 12

    F. Metode Penelitian................................................................... 14

    G. Sistematika Penulisan ............................................................ 15

  • xiv

    BAB II: TAFSIR TEMATIK AL-QUR’AN DAN KENEGARAAN

    KEMENAG RI

    A. Latar Belakang dan Motivasi Penyusunan ............................. 17

    B. Prinsip dasar Penyusunan Tafsir Tematik Al-Qur’an dan

    Kenegaraan Kemenag RI ....................................................... 21

    C. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Tematik Al-Qur’an dan

    Kenegaraan Kemenag RI ...................................................... 24

    BAB III: TAFSIR KORUPSI DAN PENANGGULANGANYA DALAM

    TAFSIR TEMATIK AL-QUR’AN DAN KENEGARAAN

    KEMENAG RI

    A. Korupsi .................................................................................. 28

    1. Pengertian Korupsi ............................................................ 28

    2. Faktor dan penyebab korupsi ........................................... 29

    3. Hukuman bagi koruptor perspektif hukum Indonesia ....... 35

    4. Lembaga anti korupsi di Indonesia ................................... 42

    B. Ayat-ayat yang melarang Korupsi dalam Tafsir Tematik

    Al-Qur’an dan Kenegaraan Kemenag RI ............................... 43

    1. QS. Al-Maidah/5 :33 ......................................................... 43

    2. QS. Al- Baqarah/2:30 ....................................................... 48

    3. QS. Ali Imron/3: 161 ......................................................... 51

    4. QS. An-Nisa/4: 58 ............................................................. 54

    5. QS. An-Nisa/4: 1 ............................................................... 50

    6. QS. Al-Anbiya 21: 107 ...................................................... 63

  • xv

    7. QS. Al-Maidah ................................................................. 64

    C. Tafsir Ayat-ayat Larangan Korupsi dalam Tafsir Tematik

    Al-Qur’an dan Kenegaraan Kemenag RI .............................. 68

    BAB IV: KONSEP PENANGGULANGAN KORUPSI PERSPEKTIF

    TAFSIR TEMATIK AL-QUR’AN DAN KENEGARAAN

    KEMENAG RI

    A. Sistem penggajian yang layak ............................................... 81

    B. Larangan Suap dan Menerima Hadiah ................................... 83

    C. Penghitungan Kekayaan Pejabat ........................................... 84

    D. Teladan dari Pemimpin .......................................................... 85

    E. Hukuman Setimpal ................................................................. 86

    F. Pengawasan Masyarakat ........................................................ 88

    G. Pengendalian Diri dengan Iman yang Teguh ......................... 89

    BAB V: PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................ 92

    B. Saran-saran ............................................................................. 93

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 94

    LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 97

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Al-Qur'an tidak hanya membicarakan tentang ibadah, hukum dan akhlak.

    Namun, al-Qur'an juga memberikan perhatian kepada ilmu-ilmu pengetahuan

    empiris, baik ilmu sosial maupun ilmu alam, agar Al-Qur’an dapat dijadikan

    sebagai pedoman manusia hidup di dunia menuju akhirat.

    Dalam sejarah perkembangan Islam menunjukkan bahwa negara

    dibutuhkan sebagai upaya untuk mengembangkan dakwah di muka bumi.Pada

    masa Nabi Muhammad masih berada di kota Mekah (611 – 622M) tidak banyak

    yang dapat dilakukan dalam bidang politik, karena kekuatan politik masa itu

    didominasi oleh kaum aristokrat Quraisy yang memusuhi Nabi. Akan tetapi

    setelah Nabi berhijrah ke Madinah (622 – 632 M), dimana Nabi telah memiliki

    komunitas sendiri yang berjanji untuk hidup bersama dalam suatu kesepakatan

    menggunakan aturan piagam Madinah, oleh para pakar dianggap sebagai

    kehidupan yang bernegara.

    Indonesia merupakan negara yang luas wilayahnya 1.913.578,68 km2.

    Dengan 34 provinsi, 416 kabupaten, 98 kota, 82.395 desa (termasuk kelurahan

    dan unit pemukiman transmigasi.1 dan tentunya di setiap tingkat terdapat

    pemimpin dan juga pegawai di setiap bidangnya. Dan tentunya pemimpin yang

    1 Badan Pusat Statistik Indonesia. Statistik Indonesia tahun 2017. (Jakarta: CV.Dharmaputra,

    2017), 3. https://www.bps.go.id/publication/2017/07/26/b598fa587f5112432533a656/statistik-

    indonesia-2017.html. di akses pada 10 Juli 2018 10:50 AM

    https://www.bps.go.id/publication/2017/07/26/b598fa587f5112432533a656/statistik-indonesia-2017.htmlhttps://www.bps.go.id/publication/2017/07/26/b598fa587f5112432533a656/statistik-indonesia-2017.html

  • 2

    di inginkan adalah yang bisa mengayomi dan juga mementingkan kepentingan

    masyarakatnya.

    Akan tetapi masih banyak terjadi Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)

    di berbagai lini pemerintahan di Indonesia. Pada tahun 2015, berdasarkan

    laporan tahunan KPK menyebutkan bahwa terdapat pegaduan masyarakat 5.694

    pelaporan2, Pada tahun 2016 jumlah pengaduan masyarakat 7.271 pelaporan3,

    dan jumlah pengaduan masyarakat sepanjang tahun 2017 sejumlah 6000

    pelaporan4, ini menunjukan masih tingginya tingkat korupsi di indonesia.

    padahal 87 % penduduk Indonesia beragama Islam, dan pemimpin yang terpilih

    kebanyakan beragama Islam.

    Pengertian korupsi dalam Ensiklopedia Indonesia disebut ‘Korupsi` (dari

    bahasa latin curruptio: penyuapan; curruptore : merusak) gejala dimana para

    pejabat, badan-badan Negara menyalah gunakan wewenang dengan terjadinya

    penyuapan, pemalsuan, serta ketidak beresan lainnya.5

    Didalam black’s law dictionary dalam bukunya Marwan Effendy

    menyebutkan tentang korupsi itu sendiri yaitu:6

    “Suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk memberikan suatu

    keuntungan yang tidak sesuai dengan kewajiban resmi dan hak-hak dari pihak

    2 Tim Penyusun Laporan Tahunan KPK 2015. Laporan Tahunan 2015: Menolak

    Surut.Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi, 2016), 223. 3 Tim Penyusun Laporan Tahunan KPK 2016. Laporan Tahunan 2016: Hingga Ke Bawah

    Permukaan..(Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi, 2017), 111. 4 Tim Penyusun Laporan Tahunan KPK 2017. Laporan Tahunan 2017: Demi Indonesia

    Untuk Indonesia.(Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi, 2018), 120. 5 Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2007), 8. 6 Marwan Effendy, SIstem Peradilan Pidana: Tinjauan terhadap Beberapa

    Perkembangan Hukum Pidana (Jakarta: Referensi, 2012), 80.

  • 3

    lain, secara salah menggunakan jabatannya atau karakternya untuk mendapatkan

    suatu keuntungan untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain, bersamaan dengan

    kewajibannya dan hak-hak dari pihak lain”.

    Pengelolaan negara seharusnya dilakukan dengan baik. Amanah yang

    diperoleh penjabat seharusnya dapat di perteguh. Namun demikian,

    kenyataannya tidak selalu seperti itu, dimana terjadi penyimpangan-

    penyimpangan dalam pengelolaan negara. Banyak godaan ketika mereka

    mendapatkan kesempatan untuk melakukan korupsi, salah satunya adalah

    korupsi e-ktp yang dilakukan Setya Novanto, yang menyeret banyak nama

    penjabat, ada 280 tersangka, yang merugikan negara sejumlah 5 triliun. 7

    Undang-undang no. 20 Tahun 2001 menjelaskan pengertian korupsi

    sebagai “ tindakan melanggar hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri,

    orang lain atau korporasi yang berakibat merugikan keuangan negara atau

    perekonomian negara.” Di dalam UU tersebut, ada Sembilan tindakan yang

    dikategorikan sebagai korupsi : suap, ilegal profit, secret transaction, hadiah,

    hibah(pemberian). Penggelapan, kolusi, nepotisme dan penyalah gunaan jabatan

    dan wewenang serta fasilitas negara.8

    Dalam menjawab masalah korupsi, banyak Tafsir atau Fatwa yang

    menjelaskan tentang korupsi di antaranya :

    7 Kasus korupsi e-KTP. Lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Kasus_korupsi_e-KTP , di akses

    pada 11 juli 2018 8 Muchlis M. Hanafi, et.al., Tafsir Tematik : Al-Qur’an dan kenegaraan, (Jakarta : Lajnah

    Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011), 391.

    https://id.wikipedia.org/wiki/Kasus_korupsi_e-KTP

  • 4

    "Dan Ibn 'Umar (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Sesungguhnya saya

    mendengar Rasulullah saw bersabda: Tidak diterima salat tanpa wudlu dan

    sedekah dari hasil korupsi (ghulul). " (HR. Muslim).9

    Mengomentari hadis tentang hadiah yang diterima pejabat, Imam al-Syafi'i

    (w. 204/820) dalam al-Umm mengatakan: "Apabila seorang warga masyarakat

    memberikan hadiah kepada seorang pejabat, maka bilamana hadiah itu

    dimaksudkan untuk memperoleh, melalui atau dari pejabat itu, suatu hak atau

    suatu yang batil, maka haram atas pejabat bersangkutan untuk menerima hadiah

    tersebut. Hal itu karena adalah haram atasnya untuk mempercepat pengambilan

    hak (yang belum waktunya) untuk kepentingan orang yang ia menangani

    urusannya (dengan menerima imbalan) karena Allah mewajibkannya mengurus

    hak tersebut, dan haram pula atasnya untuk mengambilkan suatu yang batil

    untuk orang itu dan imbalan atas pengambilan suatu yang batil itu lebih haram

    lagi. Demikian pula (haram atasnya) apabila ia menerima hadiah itu agar ia

    menghindarkan pemberi hadiah dari sesuatu yang tidak ia inginkan. Adapun

    apabila ia dengan menerima hadiah itu bermaksud menghindarkan pemberi

    hadiah dari suatu kewajiban yang harus ditunaikannya, maka haram atas pejabat

    tersebut menghindarkan pemberi hadiah dari kewajiban yang harus

    dilakukannya."

    Pernyataan al-Syafi'i ini memuat beberapa bentuk hadiah haram yang

    mungkin diterima pejabat (pegawai) dari pemberi hadiah, yaitu: 1. Hadiah dari

    9 Muslim, Sahih Muslim, (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), I,h. 124, Hadis no. 224, Bab Wujub at-

    Taharah li al-Shalah."

  • 5

    pemberi dengan maksud si pemberi mendapatkan haknya lebih cepat dari

    waktunya yang semestinya, 2. Hadiah dari pemberi dengan maksud si pemberi

    memperoleh sesuatu yang bukan haknya, seperti hakim menerima suap dari

    tergugat atau terdakwa agar kasusnya dimenangkan atau dibebaskan dari

    tuntutan hukum, padahal bukti-bukti sebenarnya menunjukkan sebaliknya,

    3.Hadiah dari pemberi dengan maksud pejabat bersangkutan membebaskannya

    dari seluruh atau sebagian kewajiban yang seharusnya ia tunaikan, seperti hadiah

    yang diterima petugas pajak dari wajib pajak agar kewajiban pajaknya

    diperkecil, 4. Hadiah yang dikategorikan sebagai korupsi ekstortif (pemerasan),

    yaitu bentuk korupsi di mana pihak pemberi dipaksa melakukan penyuapan guna

    mencegah kerugian yang akan mengancam diri, kepentingan, orang-orang atau

    hal-hal yang penting baginya.10

    Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran bekerja sama dengan Ulama-

    Ulama dan Lembaga litbang dan diklat, di bawah Kementrian Agama RI.

    Menerbitkan Tafsir tematik yang salah satu temanya Al-Qur’an dan Kenegaraan,

    yang di dalamnya juga membahas tentang pandangan Al-Qur’an tentang KKN,

    yang di kategorikan sebagai penyimpangan dalam bernegara.

    Derivasi atau turunan dari KKN ini akan menyebabkan kerusakan akhlak,

    moral, kehancuran ekonomi, pendidikan, budaya, dan tatanan kehidupan

    lainnya. Dalam Tafsir Kemenag, korupsi termasuk kategori perbuatan fasad dan

    khianat yakni perbuatan yang merusak (fasad) tatanan kehidupan, dan pelakunya

    10 Syamsul Anwar, et.al., Fikih Anti korupsi Perspektif Ulama Muhammadiyah. Cet.

    1.(Jakarta: Pusat Studi Agama dan Peradaban. 2006), Xii-xiii

  • 6

    boleh dikategorikan melakukan jinayah kubra (dosa besar). Ibnu al-Faris dalam

    Mu’jam Maqayis Al Lughah mendefinisikan kata al Fasad adalah ضداالصالح

    "lawan dari ash-shalah (perbaikan)".11 Sedangkan kata fasad sendiri dalam Al-

    Qur’an tersebut sebanyak 50 kali dengan segala bentuknya.12 Balasan bagi

    pelaku fasad adalah dikemukakan dalam al-Maidah/5: 33:

    ُؤاْااإ نََّمآ ينَاٱَجَزَٰ بُوَنااالَّذ َاٱيَُحار اٱَويَۡسعَۡوَناف يااۥاَوَرُسولَهُااّللَّ فََسادًااأَنايُقَتَّلُٓواْاأَۡوايَُصلَّبُٓواْاأَۡواااۡۡلَۡرض

    ۡنا ۡماَوأَۡرُجلُُهمام يه َناتُقَطََّعاأَۡيد ٍفاأَۡوايُنفَۡواْام لََٰ اٱاخ ۡزٞياف يااۡۡلَۡرض ل َكالَُهۡماخ يَۖااَولَُهۡماف ياالدُّنۡاٱذََٰ

    َرة اٱ يٌماااۡۡلٓخ َعذَاٌباَعظ

    “Hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan

    membuat kerusakan di bumi hanyalah dibunuh atau disalib, atau dipotong

    tangan dan kaki mereka secara silang, atau diasingkan dari tempat

    kediamannya. Yang demikian itu kebinaan bagi mereka di duma, dan di akhirat

    mereka mendapat azab yang besar. (al-Maidah/ 5: 33)

    Kalimat yuharibuna Allaha wa rasulahu, para ulama berbeda pendapat

    dalam memahaminya. Imam Malik berpendapat mengangkat senjata untuk

    merampas harta orang lain yang pada dasarnya tidak ada permusuhan antara

    yang merampas dan yang di rampas. Baik perampasan itu terjadi di kota atau di

    daerah terpencil. Imam Abu Hanifah menilai bahwa perampasan tersebut terjadi

    di tempat terpencil, sehingga jika terjadi di kota atau di tempat keramaian, makai

    tidak termasuk dalam kategori yuharibun. Ulama-ulama mazhab Syafi’i dan

    11 Ibnu Al Faris, Mu’jam Maqayis Al Lughah, juz 4, 503. 12 Muhammada Fuad Abdul Baqi. Al- Mu'jam Al-Mufahras li alfadz al-qur'an al-karim.

    (Kairo: Dar Al-Hadits.tth), 518-519.

  • 7

    Abu Hanifah memahami kata au (atau) pada ayat ini berfungsi sebagai rincian

    yang disebut sanksinya secara berurutan sesuai dengan jenis dan bentuk

    kejahatan yang mereka lakukan, yakni jika membunuh, maka balasanya dibunuh

    bila membunuh merampok dan menakut-nakuti maka dibunuh dan di salib, jika

    merampok tanpa membunuh maka kaki dan tanganya dipotong menyilang dan

    jika hanya menakut-nakuti, ia dibuang dan dipenjarakan. Sementara itu, Imam

    Malik memahami kata aw dalam arti pilihan yakni empat macam pilihan tersebut

    di serahkan kepada yang berwenang untuk memilih yang paling sesuai dan adil

    sesuai kejahatan pelaku. 13

    Muhammad 'Ali As-Sabuni menyatakan bahwa yang dimaksud dengan al-

    fasad yaitu segala perbuatan yang menyebabkan hancurnya kemaslahatan dan

    kemanfaatan hidup, seperti membuat teror yang menyebabkan orang takut,

    membunuh, melukai dan mengambil atau merampas harta orang lain. Karena itu,

    berdasarkan pendapat tersebut, korupsi sama buruk dan jahatnya dengan

    terorisme. Yang aneh, banyak kalangan tidak menyadarinya seolah-olah korupsi

    itu dianggap perbuatan kriminal biasa, bahkan sering dianggap perbuatan yang

    wajar. Tentu pendapat ini perlu ditolak, sehingga penting melawan korupsi

    mungkin harus disuarakan senyaring dan sekeras perang melawan terorisme.

    Kedua-duanya sangat membahayakan eksistensi dan keutuhan masyarakat dan

    bangsa.14

    13 Muchlis M. Hanafi, et.al., Tafsir Tematik : Al-Qur’an dan kenegaraan, (Jakarta : Lajnah

    Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011), 393. 14 Muchlis M. Hanafi, et.al., Tafsir Tematik : Al-Qur’an dan kenegaraan, (Jakarta : Lajnah

    Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011), 394.

  • 8

    Korupsi sejajar dengan bahaya terorisme, merupakan sebuah pendapat

    yang cukup baru yang perlu untuk mendapatkan perhatian yang lebih besar dan

    diteliti secara mendalam. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk menulis

    skripsi dengan judul “Penanggulangan Korupsi dalam Perspektif Al-Qur’an

    (Kajian Terhadap Tafsir Tematik Al-Qur’an dan Kenegaraan Kemenag RI)”

    B. Rumusan Masalah

    Mengacu dari uraian di atas, maka selanjutnya penulis merumuskan fokus

    penelitian yang akan dibahas lebih lanjut. Hal tersebut antara lain :

    1. Bagaimana penafsiran ayat-ayat yang melarang korupsi dalam tafsir tematik

    al-Qur’an dan kenegaraan Kemenag RI?

    2. Bagaimana konsep penanggulangan korupsi perspektif tafsir tematik al-

    Qur’an dan kenegaraan Kemenag RI?

    C. Tujuan dan Kegunaan

    1. Tujuan

    Bertolak dari konteks penelitian dan fokus penelitian di atas, maka

    dapat ditetapkan beberapa tujuan penelitian sebagai berikut:

    a. Untuk mengetahui penafsiran ayat-ayat yang melarang korupsi dalam

    tafsir tematik al-Qur’an dan kenegaraan Kemenag RI?

    b. Untuk mengetahui konsep penanggulangan korupsi perspektif tafsir

    tematik al-Qur’an dan kenegaraan Kemenag RI?

    2. Kegunaan

  • 9

    Manfaat penelitian dalam hal ini mencangkup dua manfaat. Manfaat

    yang pertama adalah manfaat teoritis dan manfaat yang kedua adalah

    manfaat praktis.

    a. Manfaat teoritis

    Manfaat teoritis adalah kegunaan hasil penelitian terhadap

    pengembangan keilmuan. Secara khusus penelitian ini memberikan

    sumbangsih pemikiran ilmu pada umumnya dan pemahaman hukum

    korupsi pada khususnya terutama di dalam Al-Qur’an menurut tafsir

    Tematik Al-Qur’an dan Kenegaraan Karya Kementrian Agama RI

    b. Manfaat Praktis

    Memberikan kontribusi positif untuk dijadikan pertimbangan berfikir

    dan bertindak.

    D. Kajian Pustaka

    Terkait dengan orisinalitas penelitian, ada beberapa hasil studi penelitian

    terdahulu yang penulis anggap mempunyai relevansi dengan penelitian ini, dan

    bisa diajuakan acuan atau rujukan. Penelitian tentang korupsi antara lain :

    1. Buku berjudul Strategi dan Teknik Korupsi: Mengetahui Untuk Mencegah,

    buku karya Surachmin dan Dr. Suhadi Cahaya ini mengajak kita untuk

    mengetahui gejala-gejala awal atau dini bagaimana suatu korupsi dilakukan

    oleh para koruptor di lingkungan kehidupan kita semua mulai dari institusi

    terendah (kelurahan) sampai dengan Lembaga-lembaga negara. Dengan

  • 10

    mengetahui teknik, akibat dan penyebab Korupsi. Maka bisa mengetahui

    pencegahan korupsi.15

    Pencegahan yang dilakukan berdasarkan ilmu hukum dan undang-undang

    yang ada di Indonesia. Disini menarik untuk mengetahui pula pencegahan

    yang dapat dilakukan melalui sudut pandang Al-Qur’an.

    2. Buku berjudul Pembahasan Undang-undang pemberantasan Tindak Pidana

    Korupsi karya R. Wiyono buku ini secara khusus membahas ketentuan-

    ketentuan yang terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

    tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan perubahanya.16

    3. Skripsi Della Rahmaswary dengan judul “Penegakan Hukum Oleh

    Pengadilan Tipikor Terhadap Koruptor di Lampung” membahas Korupsi di

    Indonesia yang sudah ada sejak lama, baik sebelum maupun sesudah

    kemerdekaan, era Orde Lama, Orde Baru, berlanjut hingga era Reformasi.

    Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas korupsi, namun

    hasilnya masih jauh dari memuaskan.

    Ditengah gencarnya agenda pemberantasan korupsi, kita dihadapkan pada

    penegakan hukum dalam kasus korupsi ini yang cukup paradoksal dan

    masih jauh dari rasa keadilan masyarakat. Salah satunya adalah semakin

    menggejalanya vonis hakim pengadilan negeri yang menjatuhkan vonis

    ringan, bahkan sampai ada beberapa vonis bebas terhadap terdakwa kasus

    korupsi. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan ini adalah:

    15 Surachmin dan Suhadi Cahaya. Strategi dan Teknik Korupsi: Mengetahui untuk Mencegah.

    Ed. Tarmizi. Cet. 4. (Jakarta: Sinar Grafika, 2015). 16 R. Wiyono. Pembahasan Undang-undang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.. Cet. 4.

    (Jakarta: Sinar Grafika, 2016).

  • 11

    Bagaimana penegakan hukum oleh pengadilan tipikor terhadap koruptor di

    Lampung?Apakah yang menjadi faktor penghambat dalam penegakan

    hukum oleh pengadilan tipikor terhadap koruptor di Lampung?17

    Sama-sama berbicara tentang korupsi, akan tetapi di skripsinya della

    menilai korupsi dari hukum yang ada di Indonesia dan pengalaman empiris

    yang ada di Indonesia terutama di Pengadilan Negeri lampung, sedangkan

    penulis ingin melihat korupsi dari pandangan Al-Qur’an.

    4. Buku Majelis Tarjih dan Tajdid yang berjudul Fikih Anti Korupsi Perspektif

    Ulama Muhammadiyah Menjelaskan bahwa ta'zir merupakan sanksi

    hukuman yang di jatuhkan terhadap terpidana yang tidak di tentukan secara

    tegas di dalam al-qur'an dan al-Hadits. Hukuman ini di berikan kepada

    terpidana atau orang agar tidak mengulangi kejahatan yang pernah ia

    lakukan. Hukuman ta'zir di sebut dengan aqubah muhkayyarah ( hukuman

    pilihan). Yang menjadi acuan adalah Q.S Ali Imron 3;161, korupsi di sebut

    ghulul berarti “ penghianatan terhadap kepercayaan (amanah)”. 18

    Di dalam tafsir tematik kemenag yang menjadi acuan adalah Q.S Al-Maidah

    5:33. Korupsi di golongkan kepada fasad yang berarti kerusakan.

    Adapun penetian yang menggunakan tafsir tematik karya Kemenag RI

    antara lain :

    1. Thesis yang berjudul Tafsir ilmi kementrian Agama RI (kajian

    epistemology Ayat-ayat kelautan), yang di tulis Arif Rijalul Fikry

    17 Della Rahmanswary, “Penegakan Hukum oleh Pengadilan Tipikor Terhadap Koruptor di

    Lampung”, Skripsi (Lampung: Program sarjana Universitas Lampung, 2017). 18 Syamsul Anwar, et.al., Fikih Anti korupsi Perspektif Ulama Muhammadiyah. Cet.

    1.(Jakarta: Pusat Studi Agama dan Peradaban. 2006).

  • 12

    membahas bagaimana penafsiran dari tafsir ilmi kemenag, tentang ayat-

    ayat kelautan .dengan mengupas bagaimana sumber dan metode yang di

    pakai oleh tafsir kemenag.kemudian di uji dengan validitas penafsiran

    menggunakan teori koherendi, korespondensi dan pragmatis. Meskipun

    sama-sama menggunakan tafsir dari kemenag, akan tetapi perbedaan

    dengan penelitian kali ini adalah di sumbernya, yang mana penelitian

    sekarang menggunakan tafsir tematik Al-Qur’an dan kenegaraan.19

    2. Skripsi Toleransi Beragama dalam Tafsir Al-Qur’an Tematik Kementrian

    Agama RI, yang di tulis Muhammad Choirurohman meneliti tentang sifat

    toleransi beragama dan mengkaji pada tafsir Al-Qur’an Tematik

    Kementrian Agama RI. Adapun hasil penelitian ini, bahwa tafsir ini

    merupakan tafsir dengan metode tematik. Kementrian Agama dalam

    menafsirkan menentukan tema-tema permasalahan. Semua ayat yang

    berkaitan dihimpun dan dikaji secara mendalam dan tuntas dari berbagai

    aspek yang berkaitan, seperti asbab nuzul, kosa kata, dan munasabah di

    beberapa ayat.20

    E. Kerangka Teori

    Korupsi di analogikan dengan al-ghulul, istilah yang di ambil dari Q.S Ali

    Imron 3:161. Yang di artikan “penghianatan atau penyelewengan”, yang

    termasuk tindakan korupsi yang lain adalah ar risywah (suap-menyuap). Di

    dalam kitap tafsir tematik Kemenag RI, korupsi di kategorikan kedalam fasad

    19 Arif Rijalul Fikry.” Tafsir Ilmi Kementrian Agama RI( Kajian Epistemologi Tafsir Ayat-

    ayatKelautan). Thesis,(Yogyakarta: Progam pascasarjana UIN Sunan Kalijaga,2017). 20 Muhammad Choirurohman, “Toleransi Beragama dalam Tafsir Al-Qur’an Tematik

    Kementrian Agama RI”, Skripsi. (Salatiga: Program sarjana IAIN Salatiga,2017).

  • 13

    yakni perbuatan yang merusak. Karena menyebabkan kerusakan akhlak, moral,

    kehancuran ekonomi, Pendidikan, budaya, dan tatanan kehidupan lainya.

    Adapun langkah untuk membedah rumusan masalah yang telah penulis

    ajukan di depan, maka penulis akan menggunakan sistematik Tafsir Maudlu’i.

    Tafsir Maudlu'i, disebut juga dengan tafsir tematik, adalah cara menafsirkan

    kitab suci dengan menghimpun ayat-ayat Al-Qur'an dari berbagai surat yang

    berkaitan dengan persoalan atau topik yang ditetapkan sebelumnya.

    Dalam melakukan penelitian tafsir tematik ini, penulis menggunakan

    sistematik Tafsir Maudlu’i yang diperkenalkan oleh Abd. Al Hayy Al Farmawi,

    sebagai berikut21:

    1. Menentukan tema yang akan dibahas, dalam hal ini adalah peanggulangan

    korupsi.

    2. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang menyangkut topik yang akan

    dibahas, ayat Makkiyyah dan Madaniyyah.

    3. Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologi masa

    turunnya, disertai dengan pengetahuan mengenai latar belakang turunnya

    ayat atau asbab al-nuzul.

    4. Memahami korelasi antar ayat (munasabah) di dalam masing-masing

    suratnya

    5. menyusun tema bahasan di dalam kerangka yang sistematis, sempurna dan

    utuh (outline)

    21 Abd. Al-Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’I, terj. Suryan A. Jamrah, (Jakarta : PT

    Raha Grafindo Persada,1994), 45-46.

  • 14

    F. Metodologi Penelitian

    1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

    Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang menitik beratkan

    pada telaah kepustakaan (library research) dengan analisis deskriptif. Penulis

    mengumpulkan tulisan atau buku yang bersangkutan kemudian mengaplikasikan

    pemikiran tersebut.

    2. Kebutuhan dan Sumber data

    Penulisan ini merupakan penulisan kepustakaan, karenanya data yang

    digunakan adalah tafsir Tematik Al-Qur’an dan Kenegaraan Kemenag RI yang

    membahas tentang KKN dan beberapa kitab tafsir, Selain itu penulis juga

    melakukan pengumpulan data dengan jalan mempelajari literatur dari buku-

    buku lain yang mendukung pendalaman analisis.

    Secara garis besar sumber data terbagi mejadi dua yaitu

    a. Sumber pilihan (Primer)

    Sumber data primer dalam penelitian ini meliputi karya Kementrian

    Agama RI yang dipakai bahan analisis, yaitu Tafsir Tematik Al-Qur’an dan

    Kenegaraan Kemenag RI.

    b. Sumber Tambahan (Sekunder)

    Data sekunder merupakan pendukung karya yang ditulis oleh para tokoh

    yang berkaian dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini

    yakni yang membahas tentang penafsiran ayat yang berhubungan dengan

    korupsi, dan buku-buku yang membahasnya.

  • 15

    3. Teknik Pengumpulan data

    Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan studi pustaka yaitu

    dengan mencari literatur baik berupa buku atau jurnal yang berkaitan dengan

    penelitian.

    G. Sistematika Penulisan

    Pada penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab. Yang mana setiap bab saling

    berkaitan satu sama lain. Sistematika penulisan laporan penelitian ini bertujuan

    agar pembahasan dalam laporan penelitian ini tersusun secara sistematis supaya

    lebih mudah untuk dipahami. Sistematikanya antara lain:

    Bab I Pendahuluan berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

    Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka teori, Metode Penelitian dan

    Sistematika Penulisan

    Bab II Tafsir Tematik Al-Qur’an dan Kenegaraan Kemenag RI berisi Latar

    Belakang dan Motivasi Penyusunan, Prinsip dasar Penyusunan Tafsir Tematik

    Al-Qur’an dan Kenegaraan Kemenag RI, serta Kelebihan dan Kekurangan Tafsir

    Tematik Al-Qur’an dan Kenegaraan Kemenag RI.

    Bab III Tafsir Korupsi dan Penanggulanganya Dalam Tafsir Tematik Al-

    Qur’an dan Kenegaraan Kemenag RI berisi yang pertama membahas Korupsi:

    pengertian korupsi, factor dan penyebab korupsi, Hukum bagi koruptor

    perspektif hukum di Indonesia, dan Lembaga anti korupsi di Indonesia. Kedua,

    Ayat-ayat yang melarang Korupsi dalam tafsir tematik al-Quran dan kenegaraan

    kemenag RI. Ketiga, Tafsir ayat-ayat yang melarang korupsi dalam tafsir

    tematik al-Qur’an dan kenegaraan kemenag RI.

  • 16

    Bab IV Konsep Penanggulangan Korupsi Perspektif tafsir Tematik Al-

    Qur’an dan Kenegaraan Kemenag RI

    Bab V Penutup berisikan Kesimpulan dan Saran-saran

  • 17

    BAB II

    TAFSIR TEMATIK AL-QUR’AN DAN KENEGARAAN KEMENAG RI

    A. Latar Belakang dan Motivasi Penyusunan

    Al-Qur’an telah menyatakan dirinya sebagai kitab petunjuk (hudan) yang

    dapat menuntun manusia kedalam jalan yang benar. Selain itu juga berfungsi

    sebagai pemberi penjelas (tibyan) terhadap segala sesuatu dan pembeda (furqan)

    antara kenenaran dan kebatilan. Sebagai salah satu upaya memberi pemahaman

    baru yang berkualitas, penghayatan dan pengalaman ajaran agama (Al-Qur’an)

    dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, Lajnah Pentashihan

    Mushaf Al-Qur’an, Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI pada tahun

    2008 telah melaksanakan kegiatan penyusunan tafsir tematik.

    Tafsir tematik adalah salah satu model penafsiran yang diperkenalkan para

    ulama tafsir untuk memberikan jawaban terhadap problem-problem baru dalam

    masyarakat melalui petunjuk-petunjuk Al-Qur’an.22Begitu pentingnya tafsir Al-

    Qur’an, kementrian Agama sejak tahun 1972 membentuk satu tim untuk

    menyusun tafsir Al-Qur’an, disusun dengan pendekatan tahlili.Tafsir Tematik

    karya Kementrian Agama ini adalah tafsir kolektif yang di akomodir oleh

    pemerintahan. Selanjutnya, Kementrian Agama RI menyusun tafsir kolektif

    yang berdasarkan pada tafsir tematik.

    Melihat pentingnya karya tafsir tematik, Kementrian Agama RI, seperti

    yang tertuang dalam keputusan mentri Agama RI, Nomor BD/28/2008, tgl 14

    22 Muchlis M. Hanafi, et.al., Tafsir Tematik : Al-Qur’an dan kenegaraan, (Jakarta: Lajnah

    Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011), xvii.

  • 18

    Februari 2008,23 telah membentuk tim pelaksana kegiatan penyusunan tafsir

    tematik, sebagai wujud pelaksanaan rekomendasi Musyawarah Kerja Ulama Al-

    Qur’an tanggal 8 s.d 10 Mei 2006 di Yogyakarta dan 14 s.d 16 Desember 2006

    di Cilito.

    Pada edisi pertama tahun 2007, tema-tema yang diangkat adalah

    Hubungan Umat beragama, Al-Qur’an dan Pemberdayaan Kaum Duafa, dan

    Membangun Keluarga Harmonis,.Kemudian tahun 2008, terbit sebanyak lima

    tema yaitu Pembangunan Ekonomi Umat, Kedudukan dan Peran Perempuan,

    Etika Keluarga, Bermasyarakat dan Berpolitik, Pelestarian Lingkungan Hidup,

    dan Kesehatan dalam Perspektif Al-Qur’an. Pada tahun 2010, tema-tema yang

    terbit sebanyak lima tema yaitu Sepiritual dan Akhlak, Kerja dan Ketenaga

    Kerjaan, Keniscayaan Hari Akhir, Pendidikan, Pembangunan Karakter dan

    Pengembangan SDM, serta Hukum Keadilan dan HAM.

    Kemudian sejalan dengan amanat pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945,

    dalam peraturan Presiden Replubik Indonesia Nomor 5 tahun 2010 tentang

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, di

    sebutkan bahwa prioritas peningkatan kualitas kehidupan beragama meliputi:

    1.Peningkatan kualitas pemahaman dan pengamalan agama, 2. Peningkatan

    kualitas kerukunan umat beragama, 3.Peningkatan kualitas pelayanan kehidupan

    beragama dan, 4. Pelaksanaan ibadah haji yang tertib dan lancar.24 Sehingga

    pada tahun 2011 terkait dengan kehidupan beragama diterbitkan lima buku tafsir

    23Muhammad Choirurohman, “Tolernsi Beragama dalam Tafsir Al-Qur’an Tematik

    Kementrian Agama RI”, Skripsi (Salatiga: Program sarjana IAIN Salatiga,2017), 37. 24 Muchlis M. Hanafi, et.al., Tafsir Tematik : Al-Qur’an dan kenegaraan, (Jakarta : Lajnah

    Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011), Xiii.

  • 19

    Al-Qur’an tematik dengan tema-tema sebagai berikut: Al-Qur’an dan

    Kebinekaan, Tanggung Jawab Sosial, Komunikasi dan Informasi, Pembangunan

    Generasi Muda dan, Al-Qur’an dan Kenegaraan.

    Buku tafsir tematik dengan tema Al-Qur’an dan kenegaraan, merupakan

    kitab tafsir yang memberikan penjelasan tentang berbagai hal yang berkaitan

    dengan kenegaraan, mengkaitkan antara nash di dalam Al-Qur’an dan Hadits

    Nabi yang membahas hal-hal berkaitan dengan negara dengan keadaan kenegara

    Indonesia. Tafsir ini membahas tentang: Negara/ Kerajaan dalam lintasan

    sejarah, tujuan negara menurut al-qur’an, prinsip-prinsip bernegara,hukum dan

    perundang-undangan, Lembaga negara, syarat pemimpin negara, kewajiaban

    dan hak pemimpin, kewajiban dan hak rakyat, wilayah dan kedaulatan, kekayaan

    dan keuangan negara, hubungan antarnegara, dan yang terakhir penyimpangan

    pengelolaan negara.25

    Kegiatan penyusunan tafsir tematik dilaksanakan oleh satu tim kerja yang

    terdiri dari para ahli tafsir, ulama Al-Qur’an para pakar dan cendekiawan dari

    berbagai bidang terkait, mereka Adalah :

    1. Kepada Badan Litbang dan Diklat Pengarah

    2. Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Pengarah

    3. Dr. H. Muchlis Muhammad Hanafi Ketua

    4. Prof. Dr. H. Darwis Hude, M.Si. Wakil Ketua

    5. Dr. H. M. Bunyamin Yusuf, M.Ag. Sekertaris

    25Muchlis M. Hanafi, et.al., Tafsir Tematik : Al-Qur’an dan kenegaraan, (Jakarta: Lajnah

    Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011), xviii-xix

  • 20

    6. Prof. Dr. H. Salim Umar, MA. Anggota

    7. Dr. Hj. Huzaimah T. Yanggo, MA. Anggota

    8. Prof. Dr. H. Maman Abdurrahman, MA. Anggota

    9. Prof. Dr Muhammad Chirzin, MA. Anggota

    10. Prof. Dr. Phil. H.M. Nur Kholis Setiawan Anggota

    11. Prof. Dr. Rosihun Anwar, MA. Anggota

    12. Dr. Asep Usman Ismail, MA Anggota

    13. Dr. H. Ali Nurdin, MA. Anggota

    14. Dr. H. Ahman Husnul Hakim, MA. Anggota

    15. Dr. Hj. Sri Mulyati, MA. Anggota

    16. H. Irfan Mas’ud, MA. Anggota

    17. Hj.Yuli Yasin, MA. Anggota

    18. Dr. H. Abdul Ghafur Maimun, MA. Anggota

    Staf Sekertariat

    1. H. Deni Hudaeny AA, MA.

    2. H. Zaenal Muttaqin, Lc, M.Si

    3. Mustopa, M.Si

    4. Reflita, MA.

    5. Novita Siswayanti, MA.

    6. Bagus Purnomo, S.Th.I

    7. Ahmad Jaeni, S.Th.I

    8. Fatimatuzzahro, S.Hum

    9. H. Harits Fadlly, Lc, MA.

  • 21

    10. Tuti Nurkhayati, S.H.I

    Para narasurnber dalarn kegiatan ini adalah Prof. Dr. H. Quraish MA.,

    Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA., Prof. Dr. H. Didin Hafidhuddin, M.Sc., Dr.

    H. Ahsin Sakho Muhammad, MA, dan Dr. KH. A. Malik Madaniy, MA.26

    B. Prinsip dasar Penyusunan Tafsir Tematik Al-Qur’an dan Kenegaraan

    Kemenag RI

    Karya tafsir tematik yang disusun oleh LajnahPentashihan Mushaf Al-

    Qur'an kali ini adalah model tafsir tematik yang ketiga. Tema-tema yang

    disajikan disusun berdasarkan pendekatan induktif dan deduktif yang biasa

    digunakan oleh para ulama penulis tafsir tematik. Dengan pendekatan induktif,

    seorang mufasir maudlu’i berupaya memberikan jawaban terhadap berbagai

    persoalan kehidupan dengan berangkat dari nash Al-Qur'an menuju realita

    (minal-Qur'an ilal waqi). Dengan pendekatan ini, mufasir membatasi diri pada

    hal-hal yang dijelaskan oleh Al-Qur'an, termasukdalam pemilihan tema hanya

    kosa kata atau term, yang digunakan Al-Qur'an, sehingga diharapkan

    subyektifitas penafsir menjadi semakin berkurang dan dapat ditemukan kaidah-

    kaidah qur'ani menyangkut persoalan yang dibahas. Sebaliknya, dengan

    pendekatan deduktif, seorang mufasir berangkat dari berbagai persoalan dan

    realita yang terjadi di masyarakat, kemudian mencari solusinya dari Al-Qur'an

    (minal waqi' ilal-Qur’an). 27Pendekatan ini ditempuh mengingat semakin

    banyaknya persoalan yang dihadapi manusla saat ini sedangkan jumlah teks Al-

    26 Muchlis M. Hanafi, et.al., Tafsir Tematik : Al-Qur’an dan kenegaraan, (Jakarta : Lajnah

    Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011), XX. 27 Muchlis M. Hanafi, et.al., Tafsir Tematik : Al-Qur’an dan kenegaraan, (Jakarta : Lajnah

    Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011), xxx.

  • 22

    Qur'an terbatas, dan dalam banyak hal hanya berisikan prinsip-prinsip umum.

    Dengan menggabungkan dua pendekatan ini, bila ditemukan kosa kota atau term

    yang terkait dengan tema pembahasan maka digunakan istilah tersebut. Tetapi

    bila tidak ditemukan, maka persoalan tersebut dikaji berdasarkan tuntunan yang

    ada dalam Al-Qur'an.

    Dalam melakukan kajian tafsir tematik, ketika pertama kali melangkah

    pada tahun 2007, tim penyusun berpedoman pada beberapa langkah yang telah

    dirumuskan oleh para ulama, terutama yang disepakati dalam musyawarah para

    ulama Al-Qur'an, tanggal 14-16 Desember 2006, di Ciloto. Langkah- langkah

    tersebut antara lain: 28

    1. Menentukan topik atau tema yang akan dibahas.

    2. Menghimpun ayat-ayat menyangkut topik yang akan dibahas.

    3. Menyusun urutan ayat sesuai masa turunnya.

    4. Memahami korelasi (munasabah) antar-ayat.

    5. Memperhatikan sebab nuzul untuk memahami konteks ayat.

    6. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis dan pendapat para ulama.

    7. Mempelajari ayat-ayat secara mendalam.

    8. Menganalisls ayat-ayat secara utuh dan komprehensif dengan jalan

    mengkompromikan antara yang 'am dan khas, yang mutlaq dan muqayyad

    dan lain sebagainya.

    9. Membuat kesimpulan dari masalah yang dibahas.

    28 Muchlis M. Hanafi, et.al., Tafsir Tematik : Al-Qur’an dan kenegaraan, (Jakarta : Lajnah

    Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011), xxxi.

  • 23

    Dalam perjalanan berikutnya, seiring dengan kebutuhan untuk menjawab

    persoalan persoalan kekinian yang tidak dijelaskan secara eksplisit di dalam Al-

    Qur'an, langkah langkah di atas tidak sepenuhnya dipedomani. Banyak persoalan

    yang tidak ditemukan penjelasannya secara tersurat dalam Al-Qur'an meski kita

    dapat memetik petunjuk yang tersirat di balik itu. Keinginan kuat untuk

    menjawab pelbagai persoalan kemasyarakatan terkadang 'memaksa' tim

    penyusun untuk keluar dari pakem tafsir tematik di atas. Cara ini dipandang oleh

    sebagiankalangan masih dapat ditolerir meski terkadang pembahasan yang

    terlalu melebar dalam menjelaskan persoalan kekinian membuat sebagian

    pembaca kehilangan kontak dengan tafsir Al-Qur'an. Meski demikian, dengan

    segala kerendahan hati kami tetap menyebutnya sebagai tafsir tematik karena

    dalam membahas tema-tema tersebut kami berpegangan pada petunjuk-petunjuk

    yang terdapat dalam Al-Qur'an.

    Dalam penulisan sebuah karya tafsir diperlukan kehati-hatian. Oleh

    karenanya selain harus melewati kajian mendalam oleh sejumlah akademisi dan

    ulama yang tergabung dalam tim penyusun, setelah dilakukan cetak perdana dan

    terbatas, karya-karya tersebut dibahas bersama secara lebih meluas dalam

    sebuah forum Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Ulama Al-Qur'an.

    Kepada para ulama dan akademisi peserta Mukernas Ulama Al-Qur'an yang

    berlangsung di Mataram, 21-23 Juni 2011 kami ucapkan terima kasih ata segala

    saran, kritik dan masukan yang diberikan untuk perbaikan dan penyempurnaan

    buku-buku tafsir tematlk yang telah diterbitkan sejak tahun 2008 hingga 2010.

  • 24

    Apa yang dilakukan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an

    merupakan sebuah upaya menghadirkan Al-Qur'an secara tematik dan sistematis

    agar lebih dapat dirasa ditengah masyarakat Bukan hanya sekadar dibaca untuk

    mendatangkan pahala, tetapi juga menjadikannya sebagai petunjuk dalam

    kehidupan.

    Didalam sambutanya Dr. H. Muchlis M. Hanafi, M.A. Sebagai ketua Tim

    punyusunan mengatakan “Tentu tak ada gading yang tak retak Untuk itu

    masukan dari para pembaca sangat dinanti dalam upaya perbaikan dan

    penyempumaan di masa yang akan datang”.29 Tafsir Tematik ini masih terbuka

    untuk masukan dan kritik.

    C. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Tematik Al-Qur’an dan Kenegaraan

    Kemenag RI

    Metode tafsir ayat Al-Qur’an secara tematik sangat membantu masyarakat

    agar semua persoalan yang ada dapat dipecahkan berdasarkan Al-Qur’an, selain

    itu juga guna membimbing masyarakat muslim kejalan yang benar. Metode ini

    pun tak luput dari adanya kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya

    adalah sebagai berikut:30

    1. Dapat menjawab tantangan zaman, penafsiran dengan metode ini

    mampu mengatasi perkembangan zaman yang selalu berubah dan

    berkembang, sehingga melalui metode penafsiran tematik ini. setiap

    permasalahan yang ada dapat dilihat melalui tafsir al-Qur’an. Dengan

    29 Muchlis M. Hanafi, et.al., Tafsir Tematik : Al-Qur’an dan kenegaraan, (Jakarta : Lajnah

    Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011), xxxii 30 Nashiruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

    2012) cet. IV, 165

  • 25

    kata lain, sumber permasalahan berdasarkan kenyataan yang ada dalam

    masyarakat dan mencari jawaban di dalam al-Qur’an. Tafsir tematik Al-

    Qur’an dan kenegaraan karya kemenag RI mencoba memberikan

    jawaban atau solusi atas permasalahan penyimbangan pengelolaan

    negara Indonesia dari al-Qur’an dan juga Hadits Nabi saw.

    2. Praktis dan sistematis tafsir dengan metode tematik ini disusun secara

    praktis dan tematis dalam memecahkan suatu masalah, dengan

    menjelaskan setiap sub bab yang berkaitan dengan negara secara

    lengkap, di mulai dari pengertian negara, tujuan negara, prinsip-prinsip

    negara, hukum dan perundang-undangan, sampai konflik dan

    penyimpangan pengelolaan negara.

    3. Sangat dinamis, al-Qur’an di katakan sebagai kitab yang shohih li kulli

    zaman wa makan, bisa menyesuaikan dengan keadaan zaman dan

    tempat, karena cara pemahaman manusia di pengaruhi oleh

    perkembangan zaman dan juga letak geografis, tafsir tematik ini

    dinamis, sesuai dengan tuntutan zaman sehingga menimbulkan image di

    dalam pikiran si pembaca dan pendengar dan dapat diterima oleh

    seluruh lapisan masyarakat, dengan demikian al-Quran selalu aktual dan

    tidak ketinggalan zaman. Dengan menggunakan al-Qur’am Hadits,

    ijtihad ulama dan perundang-undangan di Indonesia, tafsir tematik ini

    memberikan penjelasan yang disesuai dengan pemahaman masyarakat

    Indonesia.

  • 26

    4. Membuat pemahaman menjadi utuh, setelah menetapkan judul

    pembahasan yang akan di bahas, membuat pembahasan itu utuh dan

    sempurna. Dalam hal ini tafsir tematik al-Qur’an dan kenegaraan karya

    kemenag RI telah menetapkan judul-judul yang berkaitan tentang

    negara untuk mengetahui pandangan-pandangan al-Qur’an terhadap

    permasalahan negara.

    Adapun Kekurangan metode tematik adalah sebagai berikut:

    1. Terkesan memenggal ayat-ayat Al-Qur’an, maksudnya ialah metode ini

    mengambil satu kasus di dalam satu ayat atau lebih yang mengandung

    beberapa permasalahan. Seperti dalam al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 1,

    yang menjelaskan tentang penciptaan pasangan Nabi Adam dan Hawa,

    perintah bertakwa kepada Allah, dan perintah untuk saling menjaga dan

    mengawasi. Pembahasan yang lebih di tekankan dalam kitab ini ialah

    perintah untuk saling menjaga dan mengawasi untuk kebaikan, dalam

    hal ini mengawasi para pejabat dari tindak korupsi, agar korupsi bisa di

    cegah dengan pengawasan masyarakat. Menurut sebagian ulama (kaum

    kontekstual) cara ini dipandang kurang sopan terhadap ayat-ayat al-

    Qur’an, namun tidak menjadi masalah, jika tidak membawa kerusakan

    atau kesalahan di dalam penafsiran.

    2. Membatasi pemahaman ayat hanya terhadap tema tertentu, adanya

    penetapan judul di dalam penafsiran, maka dengan sendirinya membuat

  • 27

    suatu permasalahan menjadi terbatas (sesuai dengan topik yang di

    bahas).31

    Dibalik kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada metode maudhu’i

    tafsir al-Qur’an dan kenegaraan kemenag RI, metode ini dapat diandalkan untuk

    menjawab problematika yang timbul di tengah masyarakat sekarang ini.

    Berangkat dari asumsi diatas, maka kedudukan metode ini menjadi lebih urgen

    dalam khazanah intelektual islam.

    31 Nashiruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an,… 168-169.

  • 28

    BAB III

    KORUPSI DAN PENANGGULANGANYA DALAM TAFSIR TEMATIK

    AL-QUR’AN DAN KENEGARAAN KEMENAG RI

    A. Korupsi

    1. Pengertian Korupsi

    Kata “korupsi” sudah sangat familiar di Indonesia. Asal kata korupsi

    berasal dari bahasa Latin corruptio atau corruptus, dari bahasa Latin itulah

    turun ke banyak bahasa Eropa seperti dalam bahasa Inggris: Corruption

    (corrupt), dalam Bahasa Belanda: corruptie, yang kemudian turun ke bahasa

    Indonesia menjadi “korupsi”.32

    Secara harfiah, arti dari ”korupsi” adalah ialah kebusukan, keburukan,

    kebejatan, ketidak jujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari

    kesucian, dan sebagainya. Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia

    pengertian “korupsi” adalah “Perbuatan yang buruk seperti penggelapan

    uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya33

    Selanjutnya untuk beberapa pengertian lain, disebutkan Muhammad Ali

    di dalam buku Pendidikan anti korupsi kemendikbud bahwa34:

    a. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai

    kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan sebagainya

    32 Ridwan Zachrie Wijayanto, Korupsi Mengorupsi Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka

    Utama, 2009), 5 33 Ronny Rahman Nitibaskara, Tegakkan Hukum Gunakan Hukum,(Jakarta: PT. Kompas

    Media Nusantara, 2000),26 34 Nanang T. Puspito, et.al., Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi,(Jakarta:

    Kemendikbud,2011), 24

  • 29

    b. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan

    uang sogok, dan sebagainya, dan

    c. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.

    Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan

    merusak, berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut:

    sesuatu yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut

    jabatan instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam

    jabatan karena pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan

    penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan

    jabatan.

    2. Faktor dan penyebab korupsi

    Tindak korupsi pada dasarnya bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri.

    Perilaku korupsi menyangkut berbagai hal yang bersifat kompleks. Faktor-

    faktor penyebabnya bisa dari internal pelaku-pelaku korupsi, tetapi bisa juga

    bisa berasal dari situasi lingkungan yang kondusif bagi seseorang untuk

    melakukan korupsi. Dengan demikian secara garis besar penyebab korupsi

    dapat dikelompokan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

    a. Faktor internal

    1) Aspek Perilaku Individu

    a) Sifat tamak/rakus manusia. Korupsi, bukan kejahatan kecil-kecilan

    karena mereka membutuhkan makan. Korupsi adalah kejahatan orang

    profesional yang rakus. Sudah berkecukupan, tapi serakah.

    Mempunyai hasrat besar untuk memperkaya diri. Unsur penyebab

  • 30

    korupsi pada pelaku semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu

    sifat tamak dan rakus. Maka tindakan keras tanpa kompromi, wajib

    hukumnya.35

    b) Moral yang kurang kuat Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung

    mudah tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari

    atasan, teman setingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang

    memberi kesempatan untuk itu.36

    c) Gaya hidup yang konsumtif. Kehidupan di kota-kota besar sering

    mendorong gaya hidup seseong konsumtif. Perilaku konsumtif bila

    tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan membuka

    peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk

    memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah

    dengan korupsi.37

    2) Aspek Sosial

    Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum

    behavioris mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat

    memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat

    baik seseorang yang sudah menjadi traits pribadinya. Lingkungan dalam

    hal ini malah memberikan dorongan dan bukan memberikan hukuman

    pada orang ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.38

    35 Nanang T. Puspito, et.al., Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi,(Jakarta:

    Kemendikbud,2011), 47. 36 Ibid., 47. 37 Ibid., 48. 38 Ibid., 48.

  • 31

    b. Factor Eksternal

    1) Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi

    Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi

    yang dilakukan oleh segelintir oknum dalam organisasi. Akibat sifat

    tertutup ini pelanggaran korupsi justru terus berjalan dengan berbagai

    bentuk. Oleh karena itu sikap masyarakat yang berpotensi menyuburkan

    tindak korupsi terjadi karena:39

    a) Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi. Korupsi

    bisa ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya, masyarakat

    menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya. Sikap ini

    seringkali membuat masyarakat tidak kritis pada kondisi, misalnya

    dari mana kekayaan itu didapatkan.

    b) Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah

    masyarakat sendiri. Anggapan masyarakat umum terhadap peristiwa

    korupsi, sosok yang paling dirugikan adalah negara. Padahal bila

    negara merugi, esensinya yang paling rugi adalah masyarakat juga,

    karena proses anggaran pembangunan bisa berkurang sebagai akibat

    dari perbuatan korupsi.

    c) Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi. Setiap

    perbuatan korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini

    kurang disadari oleh masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sudah

    39 Ibid., 48.

  • 32

    terbiasa terlibat pada kegiatan korupsi sehari-hari dengan cara-cara

    terbuka namun tidak disadari.

    d) Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan

    diberantas bila masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan

    pemberantasan. Pada umumnya masyarakat berpandangan bahwa

    masalah korupsi adalahtanggung jawab pemerintah semata.

    Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi itu bisa diberantas

    hanya bila masyarakat ikut melakukannya.

    2) Aspek ekonomi

    Pendapatan tidak mencukupi kebutuhan. Dalam rentang kehidupan

    ada kemung-kinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal

    ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk

    mengambil jalan pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.40

    3) Aspek Politis

    Menurut Rahardjo di dalam buku anti korupsi, bahwa kontrol sosial

    adalah suatu proses yang dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang

    agar bertingkah laku sesuai dengan harapan masyarakat. Kontrol sosial

    tersebut dijalankan dengan menggerakkan berbagai aktivitas yang

    melibatkan penggunaan kekuasaan negara sebagai suatu lembaga yang

    diorganisasikan secara politik, melalui lembaga-lembaga yang

    dibentuknya. Dengan demikian instabilitas politik, kepentingan politis,

    40 Ibid., 48.

  • 33

    meraih dan mempertahankan kekuasaan sangat potensi menyebabkan

    perilaku korupsi 41

    4) Aspek Organisasi

    a) Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan

    Posisi pemimpin dalam suatu lembaga formal maupun informal

    mempunyai pengaruh penting bagi bawahannya. Bila pemimpin tidak

    bisa memberi keteladanan yang baik di hadapan bawahannya,

    misalnya berbuat korupsi, maka kemungkinan besar bawahnya akan

    mengambil kesempatan yang sama dengan atasannya.42

    b) Tidak adanya kultur organisasi yang benar

    Kultur organisasi biasanya punya pengaruh kuat terhadap

    anggotanya. Apabila kultur organisasi tidak dikelola dengan baik,

    akan menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif mewarnai

    kehidupan organisasi. Pada posisi demikian perbuatan negatif, seperti

    korupsi memiliki peluang untuk terjadi.43

    c) Kurang memadainya sistem akuntabilitas

    Institusi pemerintahan umumnya pada satu sisi belum

    dirumuskan dengan jelas visi dan misi yang diembannya, dan belum

    dirumuskan tujuan dan sasaran yang harus dicapai dalam periode

    tertentu guna mencapai hal tersebut. Akibatnya, terhadap instansi

    pemerintah sulit dilakukan penilaian apakah instansi tersebut berhasil

    41 Ibid., 48. 42 Ibid., 48. 43 Ibid., 49.

  • 34

    mencapai sasaranya atau tidak. Akibat lebih lanjut adalah kurangnya

    perhatian pada efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki.

    Keadaan ini memunculkan situasi organisasi yang kondusif untuk

    praktik korupsi.44

    d) Kelemahan sistim pengendalian manajemen

    Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi

    tindak pelanggaran korupsi dalam sebuah organisasi. Semakin

    longgar/lemah pengendalian manajemen sebuah organisasi akan

    semakin terbuka perbuatan tindak korupsi anggota atau pegawai di

    dalamnya.45

    e) Lemahnya pengawasan

    Secara umum pengawasan terbagi menjadi dua, yaitu

    pengawasan internal (pengawasan fungsional dan pengawasan

    langsung oleh pimpinan) dan pengawasan bersifat eksternal

    (pengawasan dari legislatif dan masyarakat). Pengawasan ini kurang

    bisa efektif karena beberapa faktor, diantaranya adanya tumpang

    tindih pengawasan pada berbagai instansi, kurangnya profesional

    pengawas serta kurangnya kepatuhan pada etika hukum maupun

    pemerintahan oleh pengawas sendiri.46

    44 Ibid., 49. 45 Ibid., 49. 46 Ibid., 49.

  • 35

    3. Hukuman bagi koruptor perspektif hukum Indonesia

    UU No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan UU No. 20 Tahun

    2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, menerangkan secara

    terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan sanksi pidana karena

    korupsi. korupsi tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan sebagai

    berikut:47

    a. Kerugian keuangan negara

    Pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001:48

    (1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan

    memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang

    dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,

    dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara

    paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun

    dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)

    dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

    (2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat

    (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.

    Rumusan korupsi pada Pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999, pertama kali

    termuat dalam Pasal 1 ayat (1) huruf a UU No. 3 Tahun 1971. Perbedaan

    rumusan terletak pada masuknya kata ”dapat” sebelum unsur ”merugikan

    47 Mudzakki, et.al,, ”Tim Kompedium Hukum Tentang Lembaga Pemberantasan Korupsi”.

    Laporan Akhir.(Jakarta : Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Badan pembinaan Hukum

    Nasional,2011). 18-23. 48 Ibid., 19.

  • 36

    keuangan/ perekonomian negara” pada UU No. 31 Tahun 1999. Sampai

    dengan saat ini, pasal ini termasuk paling banyak digunakan untuk

    memidana koruptor.49

    b. Penggelapan dalam jabatan

    Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001: Setiap

    orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau

    suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana

    yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan

    keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana

    penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan

    paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp.

    50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.

    1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).50

    Rumusan korupsi pada Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999, pertama kali

    termuat dalam Pasal 1 ayat (1) huruf b UU No. 3 Tahun 1971. Perbedaan

    rumusan terletak pada masuknya kata ”dapat” sebelum unsur ”merugikan

    keuangan/perekonomian negara” pada UU No. 31 Tahun 1999.

    c. Suap-menyuap

    Pasal 5 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001:

    (1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan

    paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp

    49 Ibid., 19. 50 Ibid., 19.

  • 37

    50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp

    250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:

    a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau

    penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri

    atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat

    sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan

    kewajibannya; atau

    b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara

    negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang

    bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan

    dalam jabatannya.51

    Rumusan korupsi pada Pasal 5 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2001 berasal

    dari Pasal 209 ayat (1) angka 1 dan 2 KUHP, yang dirujuk dalam Pasal 1

    ayat (1) huruf c UU No. 3 Tahun 1971, dan Pasal 5 UU No. 31 Tahun 1999

    sebagai tindak pidana korupsi, yang kemudian dirumuskan ulang pada UU

    No. 20 Tahun 2001

    d. Pemborong Perbuatan curang

    Pasal 7 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001:

    (1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan

    paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp

    51 Ibid., 20.

  • 38

    100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp

    350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah):

    a. pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan,

    atau penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan

    bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat

    membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan

    negara dalam keadaan perang;

    b. setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau

    penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan

    curang sebagaimana dimaksud dalam huruf a;52.

    Rumusan korupsi pada Pasal 7 ayat (1) huruf a dan b UU No. 20

    Tahun 2001 berasal dari Pasal 387 ayat (1) dan ayat (2) KUHP, yang

    dirujuk dalam Pasal 1 ayat (1) huruf c UU No. 3 Tahun 1971, dan Pasal 7

    UU No. 31 Tahun 1999 sebagai tindak pidana korupsi, yang kemudian

    dirumuskan ulang pada UU No. 20 Tahun 2001.

    e. Benturan kepentingan dalam pengadaan

    Pasal 12 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001: Dipidana

    dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4

    (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda

    paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak

    Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah): a. ...

    52 Ibid.,21.

  • 39

    e. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan

    maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara

    melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan

    kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu,

    membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan,

    atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;

    i. pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung

    maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam

    pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada saat

    dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan

    untuk mengurus atau mengawasinya.53

    Rumusan korupsi pada Pasal 12 huruf e dan i UU No. 20 Tahun 2001

    berasal dari Pasal 423 dan 435 KUHP, yang dirujuk dalam Pasal 1 ayat (1)

    huruf c UU No. 3 Tahun 1971, dan Pasal 12 UU No. 31 Tahun 1999

    sebagai tindak pidana korupsi, yang kemudian dirumuskan ulang pada UU

    No. 20 Tahun 2001

    f. Gratifikasi

    Pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001: Dipidana

    dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5

    (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima

    puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima

    53 Ibid., 22.

  • 40

    puluh juta rupiah) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang

    menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa

    hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan

    yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang

    yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan

    jabatannya.54

    Rumusan korupsi pada Pasal 11 UU No. 20 Tahun 2001 berasal dari

    Pasal 418 KUHP, yang dirujuk dalam Pasal 1 ayat (1) huruf c UU No. 3

    Tahun 1971, dan Pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999 sebagai tindak pidana

    korupsi, yang kemudian dirumuskan ulang pada UU No. 20 Tahun 2001

    Pasal 12 B UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001:

    (1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara

    dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya

    dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan

    ketentuan sebagai berikut::

    a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih,

    pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap

    dilakukan oleh penerima gratifikasi;;

    b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta

    rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan

    oleh penuntut umum.

    54 Ibid., 22-23

  • 41

    (2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana

    dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup atau

    pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua

    puluh) tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua

    ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar

    rupiah).55

    Pasal 12 C UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001:

    (1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B ayat (1) tidak

    berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya

    kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

    (2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib

    dilakukan oleh penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari

    kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima.

    (3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu paling

    lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal menerima laporan

    wajib menetapkan gratifikasi dapat menjadi milik penerima atau milik

    negara.

    (4) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporan sebagaimana

    dimaksud dalam ayat (2) dan penentuan status gratifikasi sebagaimana

    dimaksud dalam ayat (3) diatur dalam Undangundang tentang Komisi

    Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.56

    55 Ibid., 23-24 56 Ibid., 24

  • 42

    Rumusan korupsi pada Pasal 12 B UU No. 20 Tahun 2001 adalah

    rumusan tindak pidana korupsi baru yang dibuat pada UU No. 20 Tahun

    2001.

    4. Lembaga anti korupsi di Indonesia

    Sejarah pembentukan Lembaga/ Tim Pemberantasan Korupsi

    sesungguhnya sudah dimulai sejak tahun 1960 hingga saat ini. Lembaga atau

    tim yang pernah dibentuk dalam pemberantasan korupsi, sebagai berikut:57

    a. Pada masa orde lama

    Munculnya perpu tentang pengusutan, penuntutan dan pemeriksaan

    tindak pidana korupsi. Perpu itu dikukuhkan menjadi UU No. 24/1960.

    Salah satu upaya yang dilakukan adalah melancarkan “Operasi Budhi”.

    b. Pada masa orde baru

    1) Tim Pemberantasan Korupsi/ TPK (1967)

    2) Komisi Empat (1970)

    3) Komisi Anti Korupsi/ KAK (1970)

    4) Operasi Penertiban /OPSTIB (1977)

    c. Masa reformasi

    1) Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi/TGPTPK

    (1999-2001)

    2) Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggaran Negara /KPKPN (1999-

    2002)

    57 Mudzakki, et.al,, ”Tim Kompedium Hukum Tentang Lembaga Pemberantasan Korupsi”.

    Laporan Akhir.(Jakarta : Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Badan pembinaan Hukum

    Nasional,2011). 26-31

  • 43

    3) Komisi Pemberantasan Korupsi /KPK (2003)

    4) Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi/Timtas Tipikor

    (2005)

    5) Pengadilan tindak pidana korupsi (2009)

    B. Ayat-ayat yang Melarang Korupsi dalam Tafsir Tematik Al-Qur’an dan

    Kenegaraan Kemenag RI

    1. QS. Al-Maidah/5:33

    َ َوَرُسولَهُ َويَْسعَْوَن فِي اْْلَْرِض فََساًدا إِنََّما َجَزاُء الَِّذيَن يَُحارِ بُوَن َّللاَّ

    ْن ِخََلٍف أَْو يُنفَْوا مِ َن أَن يُقَتَّلُوا أَْو يَُصلَّبُوا أَْو تُقَطََّع أَْيِديِهْم َوأَْرُجلُُهم م ِ

    ْنيَۖا َولَ ِلَك لَُهْم ِخْزٌي فِي الدُّ ُهْم فِي اْْلِخَرةِ َعذَاٌب َعِظيٌم اْْلَْرِضِۚ ذََٰ

    “Hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya

    dan membuat kerusakan di bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau

    dipotong tangan dan kaki mereka secara silang, atau diasingkan dari tempat

    kediamannya). Yang demikian itu kebinaanbagi mereka didunia, dan di

    akhirat mereka beroleh siksaan yang besar” (Q.S. Al-Maidah 5:33)58

    a. Kosa kata

    58 Muchlis M. Hanafi, et.al., Tafsir Tematik : Al-Qur’an dan kenegaraan, (Jakarta : Lajnah

    Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011), 393

  • 44

    NO Kosa kata Asal kata Maqoyisul lughoh Arti

    ُؤاْ 1 َٰٓ )جزي( الجيم جزي َجَزَٰ

    والزاء والياء: قيام

    الشيء َمقاَم غيره

    59فأتُه إياه. ومكا

    Terdiri dari huruf jim,

    za, dan ya. Bermakna

    tergantinya sesuatu

    oleh sesuatu yang lain

    (balasan, membalas)

    )حرب( الحاء حرب َحاِربُونَ 2

    والراء والباء أصوٌل

    أحدها الس ْلب، ثَلثة:

    واْلخر دوْيبَّة،

    والثالث بعُض

    60المجالس.

    Terdiri dari huruf kha,

    ra, dan ba. Mempunyai

    tiga arti, yang salah

    satunya bermakna

    merampas/merampok.

    سعى َويَۡسعَۡونَ 3Berbuat atau bertindak

    فسد فََساًدا 4)فسد( الفاء والسين

    والدال كلمةٌ واحدة،

    فََسَد الشَّيُء يَْفُسد

    فساداً وفُسوداً، وهو

    61 فاِسٌد وفَِسيد.

    Terdiri dari huruf fa,

    sin, dan dal.

    Mempunyai satu

    makna yaitu merusak.

    59 Ibnu Al Faris, Mu’jam Maqayis Al Lughah ,Juz 1. 455 60 Ibnu Al Faris, Mu’jam Maqayis Al Lughah ,Juz 2. 48 61 Ibnu Al Faris, Mu’jam Maqayis Al Lughah ,Juz 4. 503

  • 45

    اْ 5 )قتل( القاف والتاء قتل يُقَتَّلُوَٰٓ

    والَلم أصٌل صحيح

    يدلُّ على إذالٍل

    62وإماتٍة.

    Terdiri dari huruf qaf,

    ta, dan lam.

    Mempunyai satu

    makna yang berarti

    menundukkan dan

    membunuh.

    اْ يَُصلَّ 6 بُوَٰٓ صلب )صلب( الصاد

    والَلم والباء

    أصَلن: أحدهما يدلُّ

    ة، على الشد ة والقو

    واْلخر جنس من

    63الَوَدك.

    Terdiri dari huruf shad,

    lam, dan ba’.

    Mempunyai dua

    makna, salah satunya

    berarti kesungguhan,

    kekuatan dan kedua

    berati salah satu jenis

    malapetaka.

    طَّعَ قَ تُ 7 )قطع( القاف قطع

    والطاء والعين أصٌل

    صحيٌح واحد، يدل

    على َصْرٍم وإبانة

    64شيٍء من شيء.

    Terdiri dari huruf qaf,

    tha, dan ‘ain.

    Mempunyai satu

    makna yaitu

    memotong,

    membangun atau

    62 Ibnu Al Faris, Mu’jam Maqayis Al Lughah ,Juz 5. 56 63 Ibnu Al Faris, Mu’jam Maqayis Al Lughah, Juz 3. 301 64 Ibnu Al Faris, Mu’jam Maqayis Al Lughah, Juz 5. 101

  • 46

    membuat sesuatu

    dengan cara

    memotongnya.

    فٍ 8 الخاء )خلف( خلف ِخلََٰ

    والفاء أصوٌل َلم وال

    ثَلثة: أحُدها أن

    يجيَء شيٌء بعَد

    شيٍء يقوُم مقاَمه،

    والثاني ِخَلف

    قُدَّام، والثالث

    65التغيُّر.

    Terdiri dari huruf kho’,

    lam, dan fa.

    Mempunyai 3 makna:

    mengganti,

    baru/sekarang, dan

    berubah/merubah.

    )نفي( النون والفاء نفي يُنفَۡواْ 9

    رف المعتل والح

    على أَُصيٌل يدلُّ

    تْعِرية شيء من

    شيٍء وإبعاده منه.

    66

    Terdiri dari huruf nun,

    fa, dan ya. Mempunyai

    satu arti yang

    menunjukkan atas

    mengusir dan

    menjauhkan sesuatu

    atas sesuatu.

    65 Ibnu Al Faris, Mu’jam Maqayis Al Lughah, Juz 2. 210 66 Ibnu Al Faris, Mu’jam Maqayis Al Lughah, Juz 5. 456

  • 47

    b. Munasabah

    Pada ayat-ayat yang sebelumya telah di terangkan kisah kedua putra

    Nabi Adam (Qabil dan Habil). Qabil membunuh Habil disebabkan oleh

    kedengkiannya. Karena perbuatan Qabil itu adalah kesalahan besar dan

    merupakan pembunuhan manusia yang pertama kali terjadi di bumi, maka

    Qabil ikut menerima dosa dari setiap pembunuhan yang terjadi sesudahnya.

    Kemudian pada ayat ini di terangkan hukuman orang yang merampok,

    mengganggu keamanan umum dan lain lain. perbuatan itu kerap kali juga

    disertai dengan pembunuhan.67

    c. Asbabun Nuzul

    Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Yazid bin Abi Habib bahwasanya

    Abdul Malik bin Marwan mengirimkan surat kepada Anas bin Malik yang

    berisi pertanyaan tetang ayat, "Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-

    orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya.. lalu Anas mengirim kembali

    kepada Abdul Malik bin Marwan bahwasanya ayat ini turun pada orang-

    orang Urniy. Yaitu ketika mereka keluar dari Islam, membunuh

    penggembala, dan membawa untanya. Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkan

    dari Jarir hadits yang serupa dengannya. Abdurrazzaq juga meriwayatkan dari

    Abu Hurairah hadits yang serupa.68

    2. QS. Al- Baqarah/2:30

    67 Kementrian Agama RI.Al-Qur’an dan Tafsirnya. Vol. 2(Jakarta:PT. Sinergi Pustaka

    Indonesia,2012),389. 68 Imam As-Syuyuti, ASBABUN NUZUL, Sebab Turunya Ayat Al-Qur’an (edisi Indonesia),

    Cet 1- (Jakarta: Al-Kautsar, 2014), 199-200.

  • 48

    قَالُوا أَتَْجعَُل فِيَها َوإِْذ قَاَل َربَُّك ِلْلَمََلئَِكِة إِن ِي َجاِعٌل فِي اْْلَْرِض َخِليفَةًۖ

    َماَء َونَْحُن نَُسب ُِح بِ ُس لََكۖ قَاَل إِن ِي َمن يُْفِسُد فِيَها َويَْسِفُك الد ِ َحْمِدَك َونُقَد ِ

    لَُم َما اَل تَْعلَُموَن أَعْ

    “Dan (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:

    "Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata:

    "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusakan padanya dan

    menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan

    mensucikan-Mu?" Dia berfirman: "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak

    kamu ketahui" (Al-Baqarah 2:30)69

    a. Kosa kata

    NO Kosa kata Asal kata Maqoyisul lughoh Arti

    الخاء )خلف( خلف َخِليفَةۖ 1

    والَلم والفاء أصوٌل

    ُدها أن ثَلثة: أح

    يجيَء شيٌء بعَد

    شيٍء يقوُم مقاَمه،

    والثاني ِخَلف قُدَّام،

    70والثالث التغيُّر.

    Terdiri dari huruf kho’,

    lam, dan fa.

    Mempunyai 3 makna:

    mengganti,

    baru/sekarang, dan

    merubah/berubah.

    69 Muchlis M. Hanafi, et.al., Tafsir Tematik : Al-Qur’an dan kenegaraan, (Jakarta : Lajnah

    Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011), 395. 70 Ibnu Al Faris, Mu’jam Maqayis Al Lughah, Juz 2. 210

  • 49

    سفك َويَۡسِفكُ 2)سفك( السين والفاء

    والكاف كلمة واحدة.

    دَمه يقال َسفَكَ

    ً ، إذا يسِفكه سْفكا

    أساله، وكذلك

    71الد مع.

    Terdiri dari huruf sin,

    fa, dan qof. Mengalir

    (darah).

    )سبح( السين والباء سبح نَُسب ِحُ 3

    والحاء أصَلن:

    أحدهما جنٌس من

    العبادة، واْلخر

    جنٌس من السَّعي.

    72

    Terdiri dari huruf sin,

    ba, dan kha.

    Mempunyai dua arti:

    pertama merupakan

    salah satu jenis

    ibadah/dzikir (tasbih),

    dan kedua sejenis cara

    berjalan.

    سُ 4 قدس نُقَد ِ)قدس( القاف

    والدال والسين أصٌل

    صحيح، وأظنه من

    ِ الكَلم الشرعي

    Terdiri dari huruf qaf,

    dal, dan sin.

    Mempunyai satu arti

    yaitu suci/mensucikan.

    71 Ibnu Al Faris, Mu’jam Maqayis Al Lughah ,Juz 3. 78 72 Ibnu Al Faris, Mu’jam Maqayis Al Lughah, Juz 3. 125

  • 50

    ، وهو يدلُّ اإلسَلمي

    73على الطْهر.

    b. Munasabah

    Ayat-ayat yang lalu mengingatkan manusia kepada nikmat-nikmat

    yang telah dilimpahkan-Nyakepada mereka. Jika mereka senantiasa ingat

    kepada nikmat tersebut, niscaya mereka akan senantiasa bersyukur dan

    bertakwa kepada-Nya, dan mereka tidakmakan durhaka dan mengingkari

    nikmat-nikmat-Nya itu. Kemudian pada ayat ini dan dua ayat setelahnya,

    Allah menerangkan nikmat-Nya yang jauh lebih besar, yang disukuri oleh

    semua keturunan Adam a.s. dengan cara menaati perintah-perintah-Nya, serta

    menjauhkan diri dari kedurhakaan dan kekafiran terhadap-Nya. Nikmat

    tersebut ialah diangkatnya manusia sebagai khalifah di bumi.74

    3. QS. Ali Imron/3: 161

    ٍ أَن يَغُلَِّۚ َوَمن يَْغلُْل يَأِْت بَِما َغلَّ يَْوَم اْلقِ َوَما ثُمَّ تَُوفَّىَٰ َكاَن ِلنَبِي يَاَمِةِۚ

    ا َكَسبَْت َوُهْم اَل يُْظلَُموَن ُكلُّ نَْفٍس مَّ

    73Ibnu Al Faris, Mu’jam Maqayis Al Lughah, Juz 5. 63. 74 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya. Vol. 1(Jakarta:PT. Sinergi Pustaka

    Indonesia,2012),75.

  • 51

    “Dan tidak mungkin seorang nabi berkhianat (dalam urusan harta

    rampasan perang). Barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari kiamat dia

    akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, kemudian setiap orang

    akan diberi balasan yang sempurna,