pemilihan antibiotika untuk demam typoid

Upload: wy-wawan-lismana

Post on 08-Apr-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/7/2019 pemilihan antibiotika untuk demam typoid

    1/8

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang

    Demam typhoid merupakan penyakit yang sudah sejak lama menjadi masalah di

    negara-negara di dunia, terutama di negara berkembang. Demam typhoid yang

    disebabkan oleh kuman Salmonella sering menjadi endemik di negara

    berkembang, yang menyebabkan 26 juta penduduk terinfeksi dan 200.000

    penduduk meninggal. Insiden kematian terbanyak terjadi di Asia Selatan dan

    Asia Tenggara yaitu lebih dari 100/100.000 kasus setiap tahunnya.1 Pengobatan

    demam typoid biasanya diberikan antibotika dan penurun demam. Antibiotikayang digunakan di setiap belahan dunia mungkin berbeda satu sama lainnya,

    terutama setelah terjadinya resistensi. Sehingga diperlukannya suatu penelitian

    untuk menentukan jenis antibiotika yang efektif dan mencegah terjadinya

    resistensi. Dari banyak penelitian yang ada, dapat kita lihat beberapa antibiotika

    yang masih efektif digunakan dalam pengobatan demam typhoid. Maka dari itu

    diperlukan suatu analisa berupa sintesis untuk menentukan antibotika tersebut.

    I.2. Rumusan Masalah

    Antibiotika yang sering digunakan dan menjadi pilihan pertama untuk

    pengobatan demam typhoid yaitu chlorampenicol sampai tahun 1948. Namun

    beberapa dekade belakangan ini semakin banyak laporan tentang meningkatnya

    resistensi kuman Salmonella pada antibiotika ini. Rsistensi terhadap

    chlorampenicol petama kali dilaporkan di Inggris tahun 1950 dan di India

    tahun1972.2 Selain chlorampenicol, antibiotika lain seperti trimethoprim-

    sulfamethoxazole dan ampicillin juga telah resisten terhadap kuman

    Salmonella, terutama di negara berkembang. Flouroquinolone yang belakangan

    ini dipakai sebagai pilihan pertama untuk pengobatan demam typhoid juga telah

    menunjukkan terjadinya penurunan keefektifanya.3 Terjadinya resistensi

    1

  • 8/7/2019 pemilihan antibiotika untuk demam typoid

    2/8

    terhadap antibiotika tersebut cenderung dikarenakan oleh penggunaan obat yang

    tidak tepat dan sembarangan.

    I.3. Tujuan

    Tujuan yang yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui secara jelas tentang

    pemilihan antibiotika yang tepat dan efektif serta pemberian antibiotika yang

    rasional terhadap penyakit demam typhoid. Sehingga pengobatan demam

    typhoid dapat kita optimalkan. Selain itu, kita juga dapat mengetahui

    antibiotika yang sudah resisten dan antibiotika mana yang masih efektif dari

    beberapa negara.

    I.4. Manfaat

    Manfaat yang dapat kita peroleh dari membandingkan antibiotika mana yang

    masih efektif dan yang sudah resisten yaitu :

    1. Kita dapat menghindari penggunaan antibiotika yang sudah resisten

    2. Pengobatan demam typhoid menjadi lebih optimal

    3. Biaya yang dikeluarkan menjadi lebih rendah

    4. Resiko terjadinya relaps menjadi lebih rendah

    2

  • 8/7/2019 pemilihan antibiotika untuk demam typoid

    3/8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1. Definisi Demam Typhoid

    Demam typhoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman

    Salmonella serotype Typhi atau Salmonella serotype Paratyphi. Penyakit ini

    menyerang semua usia baik muda ataupun tua, tetapi yang paling rentan yaitu

    pada anak-anak. Penyakit ini menyebar hampir di semua belahan dunia,

    terutama sering menjadi endemik di negara-negara berkembang seperti di

    kawasan Asia dan Afrika.1 Kuman Salmonella banyak terdapat pada air yang

    sudah terkontaminasi kotoran, sehingga penyebaran penyakit demam typhoidbiasanya melalui konsumsi air yang tidak sehat terutama disaat musim

    penghujan. Sanitasi yang tidak baik dan masih banyaknya kawasan kumuh

    makin mempermudah berkembangnya kuman terutama terjadi di negara-

    negara yang sedang berkembang.2

    II.2. Manifestasi Klinis Demam Typhoid

    Demam typhoid merupakan penyakit peningkatan suhu badan yang diatas

    normal ( 38 C ) selama 4 hari. Selain itu terdapat juga gejala klinis lainnya

    seperti : sakit kepala, muntah, sakit pada perut, diare/konstipasi,

    hepatomegali, splenomegali dan rose spot. Pemeriksaan yang dipakai untuk

    menentukan adanya infeksi yaitu kultuh darah, kultur sumsum tulang dan

    kultur feses. Bila penyakit ini tidak ditangai dengan baik pada keadaan berat

    penyakit ini sering menyebabkan terjadinya komplikasi. Komplikasi yang

    sering menyertai demam typoid yaitu : pendarahan gastrointestinal yang berat,

    jaundice pada mata, myocarditis, pneumonia, gagal ginjal dan shock.3

    II.3. Pengobatan Demam Typhoid

    Demam typhoid diobati dengan menurunkan suhu badan penderita sampai

    batas normal dan mengeradikasi kuman penyebab dengan memberikan

    antibiotika. Obat penurun panas bisa diberikan untuk menurunkan suhu badan

    3

  • 8/7/2019 pemilihan antibiotika untuk demam typoid

    4/8

    penderita. Pemilihan antibiotika yang baik diperlukan untuk mengoptimalkan

    pengobatan dan mencegah terjadinya infeksi berulang. Pemberian antibiotika

    ditujukan untuk menghilangkan kuman yaitu kuman Salmonella serotype

    Typhi atau Salmonella serotype Paratyphi. Ada berapa pilihan antibiotika

    yang bisa dipilih tergantung efektivitasnya.2

    II.4. Pemilihan Antibiotika yang Rasional

    Untuk mengobati demam typhoid yang disebabkan karena infeksi kuman

    Salmonella salah satunya dengan pemberian antibiotika. Pemilihan antibiotika

    yang tepat merupakan kunci suksesnya pengobatan untuk mengeradikasi

    penyebab infeksi. Namun beberapa dekade belakangan ini mulai banyak

    antiboitika yang resisten terhadap kuman Salmonella. Chlorampenicol yang

    merupakan salah satu antibiotika, sampai tahun 1948 merupakan pilihan

    pertama pengobatan untuk demam typhoid. Kuman Salmonella mulai

    dilaporkan resisten terhadap chlorampenicol pada tahun 1950 di Inggris dan

    tahun 1972 di India. Semenjak itu pula banyak laporan terjadinya peningkatan

    frequensi resistensi antibiotika yang terjadi di dunia, terutama di negara

    berkembang.2 Selain chlorampenicol, juga dilaporkan terjadinya resistensi

    terhadap ampicilin dan co-trimoxazol serta terjadinya penurunan efektivitasquinolon terutama jenis asam nalidixic.1

    Ada beberapa penelitian yang membahas tentang antibiotika yang sudah

    resisten dan yang masih efektif dalam mengobati demam typhoid. Salah satu

    penelitian yang dilakukan di Kahmandu Nepal meneliti tentang profil klinis

    dan respon antibiotika terhadap demam typhoid. Pada penelitian ini terdapat

    100 pasien antara umur 11 bulan sampai 17 tahun dengan rata-rata umur 8,4

    tahun, laki-laki 34 dan perempuan 66 yang diduga menderita demam typhoid

    yang diperiksa dengan kultur darah dan tes widal. Penetilian berlangsung

    selama 2 tahun 9 bulan di Kathmandu Medical College. Dari 100 pasien

    terdapat 33 pasien yang positif terdapat kuman Salmonella, 52 pasien positif

    pada tes widal dan 15 pada kombinasi pemeriksaan tersebut. Pada

    4

  • 8/7/2019 pemilihan antibiotika untuk demam typoid

    5/8

    pemeriksaan kultur darah menunjukkan bahwa pada chloramphenicol terjadi

    resistensi sebanyak 8 pasien (24%), ciprofloxacin 7 pasien (21%), cefixime 2

    pasien (6%), cetriaxone 2 pasien (6%) dan pada ofloxacin tidak ada(0%). Dari

    data penelitian tersebut dapat kita lihat terjadinya resistensi terhadap beberapa

    antibiotika namun pada jenis ofloxacin masih efektif untuk pengobatan.2

    Dalam suatu penelitian meta-analisis yang membandingkan fluoroquinolone

    dengan antibiotika lainya dimana penelitian tersebut merupakan perbandingan

    diantara penelitian-penelitian yang sudah ada. Pada meta analisis itu

    membandingkan 20 trial yang menganalisis perbandingan antara

    fluoroquinolone dengan chlorampenicol (10trial), cetriaxone (3 trial),

    cefixime (3trial), dan azithromycin (4 trial). Pada meta-analisis ini tercatat

    terjadi perbedaan yang signifikan pada kegagalan klinis dan kegagalan kultur

    mikrobiologi pada orang dewasa antara fluoroquinolone dengan

    chloramphenicol meskipun pada ciprofloxacin secara intraseluler

    membutuhkan proporsi yang besar dalam mengeradikasi S.typhi.1

    Dalam angka kejadian terjadinya relaps terlihat flouroquinolone secara

    signifikan lebih sedikit daripada clhoramphenicol. Data untuk perbandingan

    antara fluoroquinolone dengan cefixime pada anak-anak terbatas, tetapi pada

    dewasa fluoroquinolone lebih baik untuk mencegah terjadinya kegagalan

    klinis dan relaps daripada cefixime dan ceftriaxone, namun pada kegagalan

    kultur mikrobiologi masih kekurangan data dan sering terjadi bias. Pada meta-

    analisis ini terlihat bahwa fluoroquinolone lebih baik daripada

    chlorampenicol, cefixime, dan ceftriaxone untuk mencegah kegagalan klinis

    dan mengurangi waktu lamanya penyembuhan. Namun, meskipun

    fluoroquinolone terlihat lebih baik dari antibiotika lainya tetapi sensitifitasnya

    mulai menurun terutama pada ciprofloxacin dan ofloxacin. Pada data yang ada

    juga terlihat ofloxacin ternyata lebih lemah daripada azitromycin.1

    5

  • 8/7/2019 pemilihan antibiotika untuk demam typoid

    6/8

    Dalam penelitian lainnya yang membandingkan ofloxacin, azithromycin dan

    kombinasi keduannya menunjukkan hasil yang sedikit berbeda dengan dua

    penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini, dilakukan randomasi control trial

    pada anak-anak dan dewasa di Vietnam dengan ofloxacin (20 mg/kg berat

    badan/hari selama 7 hari), azithromycin (10 mg/kg/hari selama 7 hari), dan

    ofloxacin (15 mg/kg/hari selama 7 hari) dikombinasikan dengan azithromycin

    (10 mg/kg/hari untuk 3 hari pertama) pada 187 pasien dengan perbandingan :

    63 pasien untuk ofloxacin, 62 kombinasi dan 62 azithromycin.3

    Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ofloxacin 20mg/kg/ hari

    selama 7 hari mengalami penurunan efektivitasnya dan hanya 64 % pasien

    yang sembuh total dengan rata-rata durasi pengobatan 8,2 hari. Untuk

    pengobatan dengan azithromycin (10 mg/kg/hari) selama 7 hari menunjukkan

    lebih dari 80 % pasien sukses menjalani pengobatan dengan rata-rata 5.8 hari

    durasi pemberian obat, serta untuk angka kegagalan hanya 3.2 %. Sedangkan

    pengobatan kombinasi antara azithromycin selama 3 hari pertama dan

    ofloxacin 7 hari berikutnya menunjukkan tingkat kesembuhan rata-rata lebih

    cepat daripada penggunaan ofloxacin, namun lebih lama dari azithromycin.

    Untuk biaya pengobatan, pada anak-anak dengan berat badan 20 kgpemakaian ofloxacin selama 7 hari (20mg/kg/hari) yaitu $2 sampai $10, untuk

    pengobatan kombinasi memerlukan $8 sampai $14, sedangkan untuk

    pengobatan menggunakan azithromycin memerlukan $15 selama 7 hari. Akhir

    penelitian dapat disimpulkan untuk 7 hari masa pengobatan lebih efektif

    menggunakan azithromycin daripada ofloxacin dan pengobatan kombinasi

    melalui oral untuk demam typhoid.3

    BAB III

    RINGKASAN

    6

  • 8/7/2019 pemilihan antibiotika untuk demam typoid

    7/8

    Demam typhoid merupakan penyakit yang sudah sejak lama menjadi masalah

    di negara-negara di dunia, terutama di negara berkembang. Demam typhoid

    merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella

    serotype Typhi atau Salmonella serotype Paratyphi. Penyakit ini menyerang

    semua usia baik muda ataupun tua, tetapi yang paling rentan yaitu pada anak-

    anak. Demam typhoid merupakan penyakit peningkatan suhu badan yang

    diatas normal ( 38 C ) selama 4 hari. Selain itu terdapat juga gejala klinis

    lainnya seperti : sakit kepala, muntah, sakit pada perut, diare/konstipasi,

    hepatomegali, splenomegali dan rose spot. Pemeriksaan yang dipakai untuk

    menentukan adanya infeksi yaitu kultuh darah, kultur sumsum tulang dan

    kultur feses. Demam typhoid diobati dengan menurunkan suhu badanpenderita sampai batas normal dan mengeradikasi kuman penyebab dengan

    memberikan antibiotika.

    Pemilihan antibiotika yang tepat merupakan kunci suksesnya pengobatan

    untuk mengeradikasi penyebab infeksi. Namun beberapa dekade belakangan

    ini mulai banyak antiboitika yang resisten terhadap kuman Salmonella. Ada

    beberapa penelitian yang membahas tentang antibiotika yang sudah resisten

    dan yang masih efektif dalam mengobati demam typhoid. Dari tiga penelitianyang dipakai dalam sintesis ini menunjukkan beberapa hal yang sama dan

    berbeda. Untuk terjadinya resistensi terhadap antibiotika jenis chlorampenicol,

    ampicilin dan co-trimoxazol ketiga jurnal menunjukkan laporan yang sama.

    Sedangkan untuk antibiotika jenis quinolone menunjukkan sedikit perbedaan.

    Pada penelitian yang membahas tentang profil klinis dan respon antibiotika

    pada demam typhoid, terlihat golongan quinolone merupakan pilihan pertama

    pengobatan meskipun beberapa jenis quinolone mulai menurun efektivitasnya.

    Pada dua penelitian lainnya yaitu pada penelitian meta-analisis dan penelitian

    yang membandingkan antara azithromycin, ofloxacin dan kombinasi

    keduanya menunjukkan bahwa pemberian azithromycin lebih baik daripada

    antibiotika lainnya. Sehingga dapat disimpulkan untuk pengobatan demam

    7

  • 8/7/2019 pemilihan antibiotika untuk demam typoid

    8/8

    typhoid dapat dipilih pengobatan dengan anyibiotika jenis azithromycin

    dengan mempertimbangkan efektivitasannya, biaya dan lamanya waktu

    pengobatan.

    8