pemilihan antibiotika untuk demam typoid
TRANSCRIPT
-
8/7/2019 pemilihan antibiotika untuk demam typoid
1/8
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Demam typhoid merupakan penyakit yang sudah sejak lama menjadi masalah di
negara-negara di dunia, terutama di negara berkembang. Demam typhoid yang
disebabkan oleh kuman Salmonella sering menjadi endemik di negara
berkembang, yang menyebabkan 26 juta penduduk terinfeksi dan 200.000
penduduk meninggal. Insiden kematian terbanyak terjadi di Asia Selatan dan
Asia Tenggara yaitu lebih dari 100/100.000 kasus setiap tahunnya.1 Pengobatan
demam typoid biasanya diberikan antibotika dan penurun demam. Antibiotikayang digunakan di setiap belahan dunia mungkin berbeda satu sama lainnya,
terutama setelah terjadinya resistensi. Sehingga diperlukannya suatu penelitian
untuk menentukan jenis antibiotika yang efektif dan mencegah terjadinya
resistensi. Dari banyak penelitian yang ada, dapat kita lihat beberapa antibiotika
yang masih efektif digunakan dalam pengobatan demam typhoid. Maka dari itu
diperlukan suatu analisa berupa sintesis untuk menentukan antibotika tersebut.
I.2. Rumusan Masalah
Antibiotika yang sering digunakan dan menjadi pilihan pertama untuk
pengobatan demam typhoid yaitu chlorampenicol sampai tahun 1948. Namun
beberapa dekade belakangan ini semakin banyak laporan tentang meningkatnya
resistensi kuman Salmonella pada antibiotika ini. Rsistensi terhadap
chlorampenicol petama kali dilaporkan di Inggris tahun 1950 dan di India
tahun1972.2 Selain chlorampenicol, antibiotika lain seperti trimethoprim-
sulfamethoxazole dan ampicillin juga telah resisten terhadap kuman
Salmonella, terutama di negara berkembang. Flouroquinolone yang belakangan
ini dipakai sebagai pilihan pertama untuk pengobatan demam typhoid juga telah
menunjukkan terjadinya penurunan keefektifanya.3 Terjadinya resistensi
1
-
8/7/2019 pemilihan antibiotika untuk demam typoid
2/8
terhadap antibiotika tersebut cenderung dikarenakan oleh penggunaan obat yang
tidak tepat dan sembarangan.
I.3. Tujuan
Tujuan yang yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui secara jelas tentang
pemilihan antibiotika yang tepat dan efektif serta pemberian antibiotika yang
rasional terhadap penyakit demam typhoid. Sehingga pengobatan demam
typhoid dapat kita optimalkan. Selain itu, kita juga dapat mengetahui
antibiotika yang sudah resisten dan antibiotika mana yang masih efektif dari
beberapa negara.
I.4. Manfaat
Manfaat yang dapat kita peroleh dari membandingkan antibiotika mana yang
masih efektif dan yang sudah resisten yaitu :
1. Kita dapat menghindari penggunaan antibiotika yang sudah resisten
2. Pengobatan demam typhoid menjadi lebih optimal
3. Biaya yang dikeluarkan menjadi lebih rendah
4. Resiko terjadinya relaps menjadi lebih rendah
2
-
8/7/2019 pemilihan antibiotika untuk demam typoid
3/8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi Demam Typhoid
Demam typhoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman
Salmonella serotype Typhi atau Salmonella serotype Paratyphi. Penyakit ini
menyerang semua usia baik muda ataupun tua, tetapi yang paling rentan yaitu
pada anak-anak. Penyakit ini menyebar hampir di semua belahan dunia,
terutama sering menjadi endemik di negara-negara berkembang seperti di
kawasan Asia dan Afrika.1 Kuman Salmonella banyak terdapat pada air yang
sudah terkontaminasi kotoran, sehingga penyebaran penyakit demam typhoidbiasanya melalui konsumsi air yang tidak sehat terutama disaat musim
penghujan. Sanitasi yang tidak baik dan masih banyaknya kawasan kumuh
makin mempermudah berkembangnya kuman terutama terjadi di negara-
negara yang sedang berkembang.2
II.2. Manifestasi Klinis Demam Typhoid
Demam typhoid merupakan penyakit peningkatan suhu badan yang diatas
normal ( 38 C ) selama 4 hari. Selain itu terdapat juga gejala klinis lainnya
seperti : sakit kepala, muntah, sakit pada perut, diare/konstipasi,
hepatomegali, splenomegali dan rose spot. Pemeriksaan yang dipakai untuk
menentukan adanya infeksi yaitu kultuh darah, kultur sumsum tulang dan
kultur feses. Bila penyakit ini tidak ditangai dengan baik pada keadaan berat
penyakit ini sering menyebabkan terjadinya komplikasi. Komplikasi yang
sering menyertai demam typoid yaitu : pendarahan gastrointestinal yang berat,
jaundice pada mata, myocarditis, pneumonia, gagal ginjal dan shock.3
II.3. Pengobatan Demam Typhoid
Demam typhoid diobati dengan menurunkan suhu badan penderita sampai
batas normal dan mengeradikasi kuman penyebab dengan memberikan
antibiotika. Obat penurun panas bisa diberikan untuk menurunkan suhu badan
3
-
8/7/2019 pemilihan antibiotika untuk demam typoid
4/8
penderita. Pemilihan antibiotika yang baik diperlukan untuk mengoptimalkan
pengobatan dan mencegah terjadinya infeksi berulang. Pemberian antibiotika
ditujukan untuk menghilangkan kuman yaitu kuman Salmonella serotype
Typhi atau Salmonella serotype Paratyphi. Ada berapa pilihan antibiotika
yang bisa dipilih tergantung efektivitasnya.2
II.4. Pemilihan Antibiotika yang Rasional
Untuk mengobati demam typhoid yang disebabkan karena infeksi kuman
Salmonella salah satunya dengan pemberian antibiotika. Pemilihan antibiotika
yang tepat merupakan kunci suksesnya pengobatan untuk mengeradikasi
penyebab infeksi. Namun beberapa dekade belakangan ini mulai banyak
antiboitika yang resisten terhadap kuman Salmonella. Chlorampenicol yang
merupakan salah satu antibiotika, sampai tahun 1948 merupakan pilihan
pertama pengobatan untuk demam typhoid. Kuman Salmonella mulai
dilaporkan resisten terhadap chlorampenicol pada tahun 1950 di Inggris dan
tahun 1972 di India. Semenjak itu pula banyak laporan terjadinya peningkatan
frequensi resistensi antibiotika yang terjadi di dunia, terutama di negara
berkembang.2 Selain chlorampenicol, juga dilaporkan terjadinya resistensi
terhadap ampicilin dan co-trimoxazol serta terjadinya penurunan efektivitasquinolon terutama jenis asam nalidixic.1
Ada beberapa penelitian yang membahas tentang antibiotika yang sudah
resisten dan yang masih efektif dalam mengobati demam typhoid. Salah satu
penelitian yang dilakukan di Kahmandu Nepal meneliti tentang profil klinis
dan respon antibiotika terhadap demam typhoid. Pada penelitian ini terdapat
100 pasien antara umur 11 bulan sampai 17 tahun dengan rata-rata umur 8,4
tahun, laki-laki 34 dan perempuan 66 yang diduga menderita demam typhoid
yang diperiksa dengan kultur darah dan tes widal. Penetilian berlangsung
selama 2 tahun 9 bulan di Kathmandu Medical College. Dari 100 pasien
terdapat 33 pasien yang positif terdapat kuman Salmonella, 52 pasien positif
pada tes widal dan 15 pada kombinasi pemeriksaan tersebut. Pada
4
-
8/7/2019 pemilihan antibiotika untuk demam typoid
5/8
pemeriksaan kultur darah menunjukkan bahwa pada chloramphenicol terjadi
resistensi sebanyak 8 pasien (24%), ciprofloxacin 7 pasien (21%), cefixime 2
pasien (6%), cetriaxone 2 pasien (6%) dan pada ofloxacin tidak ada(0%). Dari
data penelitian tersebut dapat kita lihat terjadinya resistensi terhadap beberapa
antibiotika namun pada jenis ofloxacin masih efektif untuk pengobatan.2
Dalam suatu penelitian meta-analisis yang membandingkan fluoroquinolone
dengan antibiotika lainya dimana penelitian tersebut merupakan perbandingan
diantara penelitian-penelitian yang sudah ada. Pada meta analisis itu
membandingkan 20 trial yang menganalisis perbandingan antara
fluoroquinolone dengan chlorampenicol (10trial), cetriaxone (3 trial),
cefixime (3trial), dan azithromycin (4 trial). Pada meta-analisis ini tercatat
terjadi perbedaan yang signifikan pada kegagalan klinis dan kegagalan kultur
mikrobiologi pada orang dewasa antara fluoroquinolone dengan
chloramphenicol meskipun pada ciprofloxacin secara intraseluler
membutuhkan proporsi yang besar dalam mengeradikasi S.typhi.1
Dalam angka kejadian terjadinya relaps terlihat flouroquinolone secara
signifikan lebih sedikit daripada clhoramphenicol. Data untuk perbandingan
antara fluoroquinolone dengan cefixime pada anak-anak terbatas, tetapi pada
dewasa fluoroquinolone lebih baik untuk mencegah terjadinya kegagalan
klinis dan relaps daripada cefixime dan ceftriaxone, namun pada kegagalan
kultur mikrobiologi masih kekurangan data dan sering terjadi bias. Pada meta-
analisis ini terlihat bahwa fluoroquinolone lebih baik daripada
chlorampenicol, cefixime, dan ceftriaxone untuk mencegah kegagalan klinis
dan mengurangi waktu lamanya penyembuhan. Namun, meskipun
fluoroquinolone terlihat lebih baik dari antibiotika lainya tetapi sensitifitasnya
mulai menurun terutama pada ciprofloxacin dan ofloxacin. Pada data yang ada
juga terlihat ofloxacin ternyata lebih lemah daripada azitromycin.1
5
-
8/7/2019 pemilihan antibiotika untuk demam typoid
6/8
Dalam penelitian lainnya yang membandingkan ofloxacin, azithromycin dan
kombinasi keduannya menunjukkan hasil yang sedikit berbeda dengan dua
penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini, dilakukan randomasi control trial
pada anak-anak dan dewasa di Vietnam dengan ofloxacin (20 mg/kg berat
badan/hari selama 7 hari), azithromycin (10 mg/kg/hari selama 7 hari), dan
ofloxacin (15 mg/kg/hari selama 7 hari) dikombinasikan dengan azithromycin
(10 mg/kg/hari untuk 3 hari pertama) pada 187 pasien dengan perbandingan :
63 pasien untuk ofloxacin, 62 kombinasi dan 62 azithromycin.3
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ofloxacin 20mg/kg/ hari
selama 7 hari mengalami penurunan efektivitasnya dan hanya 64 % pasien
yang sembuh total dengan rata-rata durasi pengobatan 8,2 hari. Untuk
pengobatan dengan azithromycin (10 mg/kg/hari) selama 7 hari menunjukkan
lebih dari 80 % pasien sukses menjalani pengobatan dengan rata-rata 5.8 hari
durasi pemberian obat, serta untuk angka kegagalan hanya 3.2 %. Sedangkan
pengobatan kombinasi antara azithromycin selama 3 hari pertama dan
ofloxacin 7 hari berikutnya menunjukkan tingkat kesembuhan rata-rata lebih
cepat daripada penggunaan ofloxacin, namun lebih lama dari azithromycin.
Untuk biaya pengobatan, pada anak-anak dengan berat badan 20 kgpemakaian ofloxacin selama 7 hari (20mg/kg/hari) yaitu $2 sampai $10, untuk
pengobatan kombinasi memerlukan $8 sampai $14, sedangkan untuk
pengobatan menggunakan azithromycin memerlukan $15 selama 7 hari. Akhir
penelitian dapat disimpulkan untuk 7 hari masa pengobatan lebih efektif
menggunakan azithromycin daripada ofloxacin dan pengobatan kombinasi
melalui oral untuk demam typhoid.3
BAB III
RINGKASAN
6
-
8/7/2019 pemilihan antibiotika untuk demam typoid
7/8
Demam typhoid merupakan penyakit yang sudah sejak lama menjadi masalah
di negara-negara di dunia, terutama di negara berkembang. Demam typhoid
merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella
serotype Typhi atau Salmonella serotype Paratyphi. Penyakit ini menyerang
semua usia baik muda ataupun tua, tetapi yang paling rentan yaitu pada anak-
anak. Demam typhoid merupakan penyakit peningkatan suhu badan yang
diatas normal ( 38 C ) selama 4 hari. Selain itu terdapat juga gejala klinis
lainnya seperti : sakit kepala, muntah, sakit pada perut, diare/konstipasi,
hepatomegali, splenomegali dan rose spot. Pemeriksaan yang dipakai untuk
menentukan adanya infeksi yaitu kultuh darah, kultur sumsum tulang dan
kultur feses. Demam typhoid diobati dengan menurunkan suhu badanpenderita sampai batas normal dan mengeradikasi kuman penyebab dengan
memberikan antibiotika.
Pemilihan antibiotika yang tepat merupakan kunci suksesnya pengobatan
untuk mengeradikasi penyebab infeksi. Namun beberapa dekade belakangan
ini mulai banyak antiboitika yang resisten terhadap kuman Salmonella. Ada
beberapa penelitian yang membahas tentang antibiotika yang sudah resisten
dan yang masih efektif dalam mengobati demam typhoid. Dari tiga penelitianyang dipakai dalam sintesis ini menunjukkan beberapa hal yang sama dan
berbeda. Untuk terjadinya resistensi terhadap antibiotika jenis chlorampenicol,
ampicilin dan co-trimoxazol ketiga jurnal menunjukkan laporan yang sama.
Sedangkan untuk antibiotika jenis quinolone menunjukkan sedikit perbedaan.
Pada penelitian yang membahas tentang profil klinis dan respon antibiotika
pada demam typhoid, terlihat golongan quinolone merupakan pilihan pertama
pengobatan meskipun beberapa jenis quinolone mulai menurun efektivitasnya.
Pada dua penelitian lainnya yaitu pada penelitian meta-analisis dan penelitian
yang membandingkan antara azithromycin, ofloxacin dan kombinasi
keduanya menunjukkan bahwa pemberian azithromycin lebih baik daripada
antibiotika lainnya. Sehingga dapat disimpulkan untuk pengobatan demam
7
-
8/7/2019 pemilihan antibiotika untuk demam typoid
8/8
typhoid dapat dipilih pengobatan dengan anyibiotika jenis azithromycin
dengan mempertimbangkan efektivitasannya, biaya dan lamanya waktu
pengobatan.
8