pemberian batuk efektif terhadap pengeluaran...

85
PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN DAHAK PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn. D DENGAN ASMA BRONKHIAL DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA DISUSUN OLEH : RETNANING IKA PURNAMI NIM. P.12 104 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

Upload: hoangngoc

Post on 02-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN

DAHAK PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn. D DENGAN

ASMA BRONKHIAL DI INSTALASI GAWAT DARURAT

RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA

DISUSUN OLEH :

RETNANING IKA PURNAMI

NIM. P.12 104

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 2: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

i

PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN

DAHAK PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn. D DENGAN

ASMA BRONKHIAL DI INSTALASI GAWAT DARURAT

RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH:

RETNANING IKA PURNAMI

NIM. P.12 104

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 3: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Retnaning Ika Purnami

NIM : P.12 104

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul : Pemberian Batuk Efektif terhadap Pengeluaran Dahak

pada Asuhan Keperawatan Tn.D dengan Asma Bronkhial

di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Dr. Moewardi

Surakarta

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 2015

Yang Membuat Pernyataan

Retnaning Ika Purnami

NIM. P.12 104

Page 4: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

iii

Page 5: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

iv

Page 6: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini dengan judul “Pemberian Batuk Efektif terhadap Pengeluaran

Dahak pada Asuhan Keperawatan Tn.D dengan Asma Bronkhial di Instalasi

Gawat Darurat Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta.”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Ns. Atiek Murharyati, S.Kep., M.Kep. selaku ketua Program Studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu

di Stikes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ns. Meri Oktariani, S.Kep., M.kep. selaku sekretaris Program Studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu

di Stikes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ns. Intan Maharani S Batubara, S.Kep. selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

laporan karya tulis ilmiah ini.

Page 7: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

vi

4. Ns. Diyah Ekarini, S.Kep. selaku dosen penguji pertama yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

laporan karya tulis ilmiah ini.

5. Ns. S.Dwi Sulisetyowati, S.Kep., M.Kep. selaku dosen penguji kedua yang

telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

karya tulis ilmiah ini.

6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya

serta ilmu yang bermanfaat.

7. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat

untuk menyelesaikan pendidikan.

8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma

Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,

yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan karya tulis ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan

ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 2015

Penulis

Page 8: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ................................................................ 3

C. Manfaat Penulisan .............................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori .................................................................... 5

1. Asma Bronkhial ........................................................... 5

2. Dahak ........................................................................... 17

3. Batuk Efektif ................................................................ 20

B. Kerangka Teori................................................................... 22

C. Kerangka Konsep ............................................................... 23

Page 9: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

viii

BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjek aplikasi riset ........................................................... 24

B. Tempat dan waktu .............................................................. 24

C. Media atau alat yang digunakan ......................................... 24

D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ..................... 24

E. Alat ukur evaluasi tindakan aplikasi riset .......................... 25

BAB IV LAPORAN KASUS

A. Pengkajian .......................................................................... 26

B. Perumusan masalah keperawatan ....................................... 32

C. Intervensi keperawatan....................................................... 33

D. Implementasi keperawatan ................................................. 35

E. Evaluasi keperawatan ......................................................... 36

BAB V PEMBAHASAN

A. Pengkajian .......................................................................... 39

B. Perumusan masalah keperawatan ....................................... 49

C. Intervensi keperawatan....................................................... 53

D. Implementasi keperawatan ................................................. 56

E. Evaluasi keperawatan ......................................................... 63

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................ 67

B. Saran ................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 4.1 Pemeriksaan Laboratorium dan Data Penunjang ................. 31

Page 11: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 2.1 Kerangka Teori .............................................................. 22

2. Gambar 2.2 Kerangka Konsep ............................................................ 23

3. Gambar 4.1 Genogram ........................................................................ 30

Page 12: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Usulan Judul Aplikasi Jurnal

Lampiran 2 Lembar Konsultasi

Lampiran 3 Jurnal Aplikasi Riset

Lampiran 4 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Asma Bronkhial

Lampiran 5 Lembar Log Book

Lampiran 6 Lembar Pendelegasian

Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup

Page 13: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data WHO pada tahun 2010 menunjukkan sebanyak 300 juta

orang di dunia dan 225 ribu orang meninggal karena mengidap penyakit

asma. Jumlah ini diprediksi akan semakin meningkat hingga 400 juta

orang pada tahun 2025. Prevalensi penyakit asma di Indonesia tahun

2010diperkirakan mencapai 6,4%. Kasus asma di Jawa Tengah tahun

2010sendiri mencapai 1,09 %, tahun 2011 sebesar 0,69%, tahun 2012

sebesar 0,68%, dan tahun 2013 mencapai 0,58% (John, 2010).

Penyakit asma merupakan suatu penyakit pada jalan nafas yang

disebabkan oleh stimulus tertentu yang menyerang bagian trakhea dan

bronki. Asma terjadi karena faktor keturunan, perubahan cuaca, stress, dan

kondisi lingkungan kerja. Penyakit asma ditandai dengan adanya batuk,

suara nafas mengi, sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas

(Musliha, 2010).

Penyakit asma dapat menimbulkan masalah pada jalan nafas dan

mengganggu aktivitas sehari-hari. Seseorang akan merasa terganggu

apabila melakukan aktivitas yaitu cepat merasakan sesak nafas, frekuensi

nafas cepat, mudah lelah, dan sulit untuk bernafas. Pada kasus asma akan

menimbulkan batuk disertai dahak yang berlebih. Apabila dahak tidak

segera dikeluarkan maka akan menghambat masuknya oksigen ke saluran

Page 14: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

2

pernafasan sehingga kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang. Selain itu

juga akan menimbulkan suara nafas tambahan mengi pada saat bernafas.

Dahak yang timbul pada jalan nafas apabila tidak segera dikeluarkan juga

akan menimbulkan komplikasi yang lebih serius (Mutaqqin, 2010).

Penatalaksanaan pada pasien asma dapat dilakukan secara

farmakologik dan non farmakologik. Pengobatan farmakologik seperti

pemberian bronkodilator dan obat-obatan untuk penyakit asma. Sedangkan

pengobatan secara non farmakologik seperti penyuluhan mengenai

penyakit asma, menghindari faktor pencetus timbulnya asma, pemberian

cairan, fisioterapi dan batuk efektif (Padila, 2013).

Penatalaksanaan penyakit asma secara non farmakologik salah

satunya dengan batuk efektif. Batuk efektif merupakan suatu metode batuk

dimana pasien dapat mengeluarkan dahak secara maksimal dengan teknik

yang benar. Dengan melakukan batuk efektif maka sekret yang

menghambat saluran pernafasan dapat dikeluarkan atau dihilangkan.

Tindakan inilah yang digunakan perawat untuk mengeluarkan lendir pada

penderita asma bronkhial (Yunus, 2009).

Hasil observasi yang dilakukan penulis pada pasien asma bronkhial

di Rumah Sakit dr.Moewardi didapatkan data adanya suara nafas

tambahan wheezing, batuk disertai dahak yang sulit dikeluarkan, sesak

nafas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yosep Agung

Nugroho pada tahun 2011 menunjukkan hasil yang signifikan terhadap

pengeluaran dahak sebelum dilakukan batuk efektif sebanyak 13,33 %

Page 15: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

3

dan sesudah dilakukan batuk efektif sebanyak 66,66 % dari 15 responden.

Kondisi responden sebelum dan sesudah dilakukan batuk efektif terlihat

ada perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat membuktikan bahwa

penatalaksanaan non farmakologik batuk efektif dapat membuat bersihan

jalan nafas pasien menjadi lebih baik (Nugroho, 2011).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

memberikan batuk efektif terhadap pengeluaran dahak pada asuhan

keperawatan pasien dengan asma bronkhial.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaporkan pemberian batuk efektif terhadap pengeluaran dahak pada

Tn.D dengan asma bronkhial di instalasi gawat darurat

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn.D dengan asma

bronkhial

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.D

dengan asma bronkhial

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn. D

dengan asma bronkhial

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn.D dengan asma

bronkhial

Page 16: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

4

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn.D dengan asma

bronkhial

f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian batuk efektif

terhadap pengeluaran dahak pada Tn.D dengan asma bronkhial

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Pasien

Sebagai referensi dalam membantu mengeluarkan dahak dan

memberikan pilihan dalam penanganan asma bronkhial dengan

menerapkan pemberian batuk efektif dalam kehidupan sehari-hari

2. Bagi Rumah Sakit

Sebagai referensi bahwa pemberian batuk efektif merupakan salah satu

alternatif untuk mngeluarkan dahak yang dapat diimplementasikan

pada pasien asma bronchial

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi dalam pengembangan dan peningkatan pelayanan

keperawatan preservice

4. Bagi Penulis

Sebagai referensi dalam mengaplikasikan ilmu dan meningkatkan

pengalaman dalam melakukan intervensi berbasis riset di bidang

Keperawatan Gawat Darurat.

Page 17: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Asma Bronkhial

a. Pengertian

Asma bronkhial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya

respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan

manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya

dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan

(Musliha, 2010).

b. Klasifikasi

Asma bronkhial di bagi menjadi 3 (Price and Wilson, 2006), yaitu:

1) Asma bronkhial tipe atopik (Ekstrinsik)

Asma timbul karena seseorang yang mengalami atopi akibat

pemaparan alergen. Alergen yang masuk ke tubuh melalui saluran

pernafasan, kulit, saluran pencernaan, dan lain-lain.Pemicu

imunologi yang berhubungan dengan alergi merangsang

munculnya respon imun humoral dengan mengaktifkan

multiseluler secara komplek termasuk sel mast (berhubungan

dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

yang akan meningkat pada reaksi hipersensitivitas

(Ed: Howard and Steinmann, 2010).

Page 18: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

6

2) Asma bronkhial tipe non-atopik (intrinsik)

Asma intrinsik terjadi bukan karena pemaparan alergen tetapi

terjadi akibat beberapa faktor pencetus seperti infeksi saluran

pernafasan bagian atas, olahraga atau kegiatan jasmani yang berat,

dan tekanan jiwa atau stres psikologis. Pemicu nonimunologi

merangsang nervus sistem otonom yang menyebabkan sel mast

dan respon mediator inflamasi (Ed: Howard and Steinmann, 2010)

3) Asma Campuran

Terjadi akibat adanya alergen sebagai faktor pencetus dan

ketidakstabilan kondisi fisik.

c. Etiologi

Penyebab asma menurut Muttaqin, 2010 yaitu:

1) Alergen

Alergen adalah zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan

dapat menimbulkan serangan asma misalnya debu, spora jamur,

bulu binatang, beberapa makanan laut, dan lain-lain.

2) Infeksi saluran pernafasan

Infeksi saluran pernafasan terutama disebabkan oleh virus. Virus

influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang sering

menimbulkan asma bronkhial.

3) Tekanan jiwa

Tekanan jiwa bukan penyebab asma tetapi pencetus asma karena

banyak orang yang mendapat tekanan jiwa tetapi tidak menderita

Page 19: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

7

asma bronkhial. Faktor ini berperan mencetuskan serangan asma

terutama pada orang yang sedikit labil kepribadiannya. Hal ini

lebih menonjol pada wanita dan anak-anak.

4) Olahraga/ kegiatan jasmani yang berat

Sebagian penderita asma bronkhial akan mendapatkan serangan

asma bila melakukan olahraga atau aktivitas fisik yang berlebihan.

5) Obat-obatan

Beberapa klien dengan asma bronkhial sensitif atau alergi

terhadap obat tertentu seperti penisilin, salsilat, beta blocker,

kodein, dan lain-lain.

6) Polusi udara

Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap

kendaraan/pabrik, asap rokok, asap yang mengandung hasil

pembakaran, dan bau yang tajam.

7) Lingkungan kerja

d. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala asma bronkhial menurut Kusuman (2008) yaitu:

1) Sesak nafas (dispnea)

Sesak nafas atau kesulitan bernafas disebabkan oleh aliran udara

dalam saluran pernafasan karena penyempitan. Penyempitan dapat

terjadi karena saluran pernafasan menguncup, oedemaatau

timbulnya sekret yang menghalangi saluran pernafasan. Sesak

Page 20: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

8

nafas dapat ditentukan dengan menghitung pernafasan dalam satu

menit.

2) Mengi (wheezing)

Wheezing adalah suara pernapasan frekuensi tinggi nyaring yang

terdengar di akhir fase ekspirasi. Hal ini disebabkan adanya

penyempitan pada saluran pernafasan.

3) Batuk disertai dahak

Timbulnya gejala batuk karena iritasi partikulat dan rangsangan

pada bagian-bagian peka dalam saluran pernafasan misalnya

trakeobronkial, sehingga timbul sekresi berlebih dalam saluran

pernafasan. Batuk timbul sebagai reaksi refleks saluran pernafasan

terhadap iritasi pada mukosa saluran pernafasan dalam bentuk

pengeluaran udara dan lendir secara mendadak disertai bunyi yang

khas.

4) Waktu ekspirasi yang memanjang

5) Penggunaan otot-otot bantu nafas

6) Takikardia

7) Adanya usaha yang kuat untuk bernafas

e. Patofisiologi

Mekanisme perjalanan penyakit asma bronkhial adalah

individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap

lingkungan. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-

sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen

Page 21: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

9

mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan

pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin,

bradikinin dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang

bereaksi lambat. Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru

mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan napas, bronkospasme,

pembengkakakan membran mukosa dan pembentukan mukus yang

sangat banyak.

Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial

diatur oleh impuls saraf vegal melalui sistem parasimpatis. Pada asma

idiopatik atau non alargi ketika ujung saraf pada jalan nafas

dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi

polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan

asetilkolin ini secara langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga

merangsang pembentukan mediator kimiawi yang dibahas diatas.

Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap

respon parasimpatis.

Setelah pasien terpajan alergen penyebab atau faktor

pencetus, segera akan timbul dispnea. Pasien merasa seperti tercekik

dan harus berdiri atau duduk dan berusaha penuh mengerahkan tenaga

untuk bernafas. Kesulitan utama terletak pada saat ekspirasi.

Percabangan trakeobronkial melebar dan memanjang selama inspirasi,

tetapi sulit untuk memaksakan udara keluar dari bronkhiolus yang

sempit, mengalami edema dan terisi mukusyang dalam keadaan

Page 22: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

10

normal akan berkontraksi sampai tingkatan tertentu pada saat

ekspirasi.

Udara terperangkap pada bagian distal tempat penyumbatan,

sehingga terjadi hiperinflasi progresif paru. Akan timbul mengi

ekspirasi memanjang yang merupakan ciri khas asma sewaktu pasien

berusaha memaksakan udara keluar. Serangan asma seperti ini dapat

berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam, diikuti batuk

produktif dengan sputum berwarna keputih-putihan (Padilla, 2013).

f. Penatalaksanaan

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi menjadi dua yaitu

(Musliha, 2010):

1) Pengobatan non farmakologi

a) Penyuluhan

Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan

klien tentang penyakit asma sehingga klien secara sadar akan

menghindari faktor-faktor pencetus asma, menggunakan obat

secara benar, dan berkonsultasi pada tim kesehatan.

b) Menghindari faktor pencetus

Klien perlu mengidentifikasi pencetus asma yang ada pada

lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan mengurangi

faktor pencetus asma termasuk intake cairan yang cukup.

Page 23: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

11

c) Fisioterapi

Dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus.

Hal ini dapat dilakukan dengan postural drainase, perkusi, dan

fibrasi dada

2) Pengobatan farmakologi

a) Obat pelega asma seperti salbutamol, terbutalin, fenoterol,

metaproterol, formoterol, dan lain-lain

b) Obat anti vagus seperti atrovent

c) kortikosteroid

g. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada pasien asma bronkhial (Hadibroto,

2006), yaitu :

1) Pemeriksaan darah

Terkadang pada pemeriksaan darah terdapat peningkatan SGOT

dan LDH, leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana

menandakan adanya suatu infeksi.

2) Pemeriksaan sputum

3) Pemeriksaan tes kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai allergen

yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada pasien asma.

Page 24: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

12

4) Scanning paru

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa

redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada

paru-paru.

5) Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible.

Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah

pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan

adrenergik. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk

menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat

obstruksi dan efek pengobatan.

h. Komplikasi

Berbagai komplikasi yang mungkin timbul yaitu (Smeltzer & Bare,

2002):

1) Status asmatikus

2) Atelektasis

3) Hipoksemia

4) Pneumothoraks

5) Emfisema

Page 25: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

13

2. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Pengkajian Primer

a) Jalan Nafas

Umumnya terjadi penyumbatan pada jalan nafas akibat adanya

bronkospasme ataupun sekresi yang tertahan,wheezing, adanya

retraksi dinding dada.

b) Pernafasan

Kaji keefektifan pola nafas, respiratory rate, saturasi oksigen,

adanya nafas cuping hidung, penggunaan otot bantu nafas,

abnormalitas pernafasan.

c) Sirkulasi

Kaji heart rate, perkusi, tekanan darah, perdarahan, perabaan

akral, tanda-tanda syok, capillary refille, suhu tubuh,

kelembaban kulit.

d) Tingkat Kesadaran

Kaji tingkat kesadaran pasien serta kondisi secara umum

(GCS, AVPU), ukuran dan reaksi pupil.

e) Kontrol Lingkungan

Pengkajian adanya cedera atau kelainan lain dan kondisi

lingkungan yang ada di sekitar pasien.

Page 26: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

14

2) Pengkajian sekunder

a) Alergi

Kaji adanya alergi terhadap makanan, obat-obatan,

lingkungan, dan lain-lain

b) Obat-obatan

Kaji penggunaan obat-obatan yang sedang atau pernah

dikonsumsi

c) Riwayat penyakit sebelumnya

Kaji riwayat penyakit sebelumnya yang dialami pasien yang

berhubungan dengan asma bronkhial

d) Makanan terakhir yang dikonsumsi

Hasil pengkajian makanan atau minuman terakhir yang

dikonsumsi pasien sebelum datang ke rumah sakit (kapan

terakhir makan, jenis makanan apa, jam berapa makan

terakhir, dan lain-lain)

e) Kronologi terjadinya penyakit

Kaji kronologi terjadinya penyakit asma bronkhial

b. Diagnosa keperawatan

1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

obstruksi jalan nafas (sekresi yang tertahan)

2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi

Page 27: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

15

c. Intervensi keperawatan

1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret

yang tertahan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

...x24 jam diharapkan jalan nafas pasien kembali

efektif

Kriteria Hasil : a) tidak ada suara nafas tambahan

b) kecepatan dan kedalaman pernafasan normal

c) tidak ada dispnea

d) tidak ada sekret yang tertahan

e) tidak ada gangguan pada jalan nafas

Intervensi :

a) Kaji kecepatan, irama, dan frekuensi pernafasan

Rasional: untuk mengetahui keabnormalan pernafasan pasien

b) Auskultasi pada pemeriksaan fisik paru

Rasional: untuk mengetahui ada tidaknya suara nafas tambahan

c) Ajarkan fisioterapi dada dan batuk efektif

Rasional: membantu mengeluarkan dahak yang tertahan

d) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

Rasional: membantu mengencerkan dahak sehingga mudah

untuk dikeluarkan

Page 28: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

16

2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

...x24 jam diharapkan pola nafas pasien dapat

efektif

Kriteria hasil : a) sesak nafas berkurang atau hilang

b) tidak ada retraksi dinding dada

c) tidak ada pernafasan cuping hidung

d) RR dalam batas normal (16-24 x/menit)

Intervensi:

a) Kaji pola nafas pasien

Rasional: mengetahui frekuensi, kedalaman, irama pernafasan

b) Pantau tanda- tanda vital

Rasional: mengetahui kondisi pasien dan keefektifan intervensi

c) Atur posisi semi fowler

Rasional: untuk membantu dalam ekspansi paru

d) Kolaborasi pemberian terapi oksigen dan bronkodilator

Rasional: membantu memenuhi kebutuhan oksigen dan

meringankan sesak nafas

Page 29: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

17

3. Dahak

a. Pengertian

Dahak adalahlendir kental, membulur dan lengket yang disekresikan

di saluran pernapasan, biasanya sebagai akibat dari peradangan, iritasi

atau infeksi pada saluran pernafasan (Somantri, 2007).

b. Klasifikasi

1) Klasifikasi dahak menurut warnanya (Alsagaf, 2005) yaitu:

a) Dahak kekuning-kuningan, kemungkinan proses infeksi

b) Dahak hijau, kemungkinan proses penimbunan nanah. Warna

hijau dikarenakan adanya verdoperoksidase, sering ditemukan

pada penderita bronkhiektasis

c) Dahak merah muda dan berbusa, kemungkinan tanda edema

paru akut

d) Dahak berlendir/lekat/abu-abu/putih, kemungkinan tanda

bronkhitis kronik

e) Dahak berbau busuk, kemungkinan tanda abses paru

(bronkhiektasis)

f) Dahak berdarah (hemoptisisi), sering ditemukan pada

tuberkulosis

g) Dahak berbusa putih, berasal dari obstruksi atan edema

h) Dahak kuning kehijauan (mukopurulen)

Page 30: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

18

2) Klasifikasi dahak menurut jumlahnya (Nugroho, 2011) yaitu:

a) Dahak sedikit dipengaruhi karena pasien mengalami sesak

nafas, lemas, dan sulit untuk batuk. Hal ini juga disebutkan

bahwa dalam setiap harinya, seseorang dapat memproduksi

dahak sebanyak 100 ml di saluran pernafasan sehingga

menyebabkan dahak menumpuk pada saluran pernafasan.

b) Dahak sedang dapat dipengaruhi karena keadaan pasien yang

kurang baik sehingga dahak sulit dikeluarkan.

c. Jenis pemeriksaan

Jenis pemeriksaan dahak menurut Alsagaf, 2005 yaitu:

1) Pewarna gram

Dapat memberikan informasi tentang jenis mikroorganisme untuk

menegakkan diagnosispresumatif

2) Kultur sputum

Untuk mengidentifikasi organisme spesifik guna menegakkan

diagnosis definitif

3) Sensitivitas

Sebagai pedoman terapi antibiotik dengan mengidentifikasi

antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat

dalam dahak

4) Basil tahan asam (BTA)

Untuk menentukan adanya Mycobacterium tuberculosa

Page 31: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

19

5) Sitologi

Untuk mengidentifikasi adanya keganasan (karsinoma) pada paru-

paru

6) Tes kuantitatif

Pemeriksaan kualitatif harus sering dilakukan untuk menentukan

apakah sekresi yang dihasilkan merupakn saliva, lendir, pus atau

yang lainnya.

d. Mekanisme dahak

Pada orang dewasa normal, setiap harinya dapat memproduksi mukus

sebanyak100 ml dalam saluran nafas. Mukus ini kemudian dibawa ke

faring dengan mekanisme pembersihan silia dari epitel yang melapisi

saluran nafas. Keadaan produksi mukus abnormal yang berlebihan

menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan secara normal

sehingga mukus ini banyak tertimbun pada saluran pernafasan. Bila

hal ini terjadi maka membran mukosa akan terangsang dan mukus

akan dikeluarkan dengan tekanan intra thorakal dan intra abdominal

yang tinggi, kemudian timbul reflek batuk. Mukus tersebut akan

keluar sebagai dahak. Dahak yang dikeluarkan hendaknya dapat

dievaluasi sumber, warna, volume, konsistensinya, dan kondisi

dahaknya (Darmanto,2006).

Page 32: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

20

4. Batuk efektif

Batuk merupakan mekanisme refleks yang sangat penting untuk

menjaga jalan nafas tetap terbuka (paten) dengan cara menyingkirkan

hasil sekresi lendir yang menumpuk pada jalan nafas. Batuk diakibatkan

oleh iritasi membran mukosa dalam saluran pernafasan. Stimulus yang

menghasilkan batuk dapat timbul dari suatu proses infeksi atau iritan yang

dibawa oleh udara seperti debu, asap, gas, dan kabut. Batuk adalah

proteksi utama pasien terhadap akumulasi sekret dalam bronkhi dan

bronkhiolus (Pranowo, 2012).

Batuk efektif merupakan salah satu tindakan non farmakologi

untuk pasien dengan gangguan pernafasan akut dan kronik. Peran perawat

dalam hal ini sangatlah penting yaitu melatih pasien untuk melakukan

batuk efektif yang bertujuan untuk menambah pengetahuan pasien tentang

pentingnya pengeluaran dahak. Batuk efektif dapat diberikan pada pasien

dengan cara mengatur posisi yang benar agar dahak dapat keluar dengan

lancar (Sudoyo, 2006).

Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana

klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat

mengeluarkan dahak secara maksimal. Batuk efektif dilakukan dengan

tujuan untuk meningkatkan ekspansi paru, memobilisasi sekret,

danmencegah efek samping dari penumpukan sekret. Batuk yang tidak

efektif akan dapat menyebabkan efek yang merugikan pada klien dengan

penyakit paru-paru kronis berat (Pranowo, 2012).

Page 33: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

21

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan batuk

efektif yaitu pasien diberikan posisi duduk tegak di tempat tidurnya,

kemudian tarik nafas dalam secara maksimal dan perlahan dengan

menggunakan pernafasan diafragma sambil meletakkan 2 jari tepat di

bawah procesus xipoideus, pasien disuruh menahan nafas selama 3-5

detik lalu hembuskan secara perlahan melalui mulut. Ambil nafas kedua

dan tahan, kemudian suruh pasien untuk membatukkan dengan kuat dari

dada. Setelah itu istirahatkan pasien selama 2-3 menit, lalu lakukan batuk

efektif secara berulang (Nugroho, 2011).

Batuk efektif sangat penting untuk menghilangkan gangguan

pernafasan dan menjaga paru-paru agar tetap bersih. Batuk efektif dapat

dilakukan pada pasien asma bronkhial dengan cara memberikan posisi

yang sesuai agar pengeluaran dahak dapat lancar. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Yosep Agung Nugroho di Instalasi Rehabilitasi Medik

Rumah Sakit Baptis Kediri pada tahun 2011 menunjukkan bahwa hasil

sebelum dilakukan batuk efektif sebanyak 33,34 % dan sesudah dilakukan

batuk efektif sebanyak 6,66 % dari 15 responden yang sulit mengeluarkan

dahaknya. Kemudian dari 15 responden yang dapat mengeluarkan dahak

dalam jumlah sedikit sebelum dilakukan batuk efektifsebanyak 53,33%

dan sesudah dilakukan batuk efektif sebanyak 26,67 %. Dari 15

responden yang bisa mengeluarkan dahak dalam jumlah banyak sebelum

dilakukan batuk efektif sebanyak 13,33 % dan sesudah dilakukan batuk

efektif sebanyak 66,66 %. Kondisi responden sebelum dan sesudah

Page 34: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

22

dilakukan batuk efektif terlihat ada perbedaan yang signifikan dalam

pengeluran dahak (Nugroho, 2011).

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

(Muttaqin, 2010; Kusuman, 2008; Musliha, 2010; Alsagaf, 2005; Nugroho,

2011)

Klasifikasi menurut

warna: 1. Dahak kekuning-

kuningan

2. Dahak hijau

3. Dahak merah muda

4. Dahak berlendir

5. Dahak berbau busuk

6. Dahak berdarah

7. Dahak berbusa putih

8. Dahak kuning

kehijauan

Asma

Bronkhial

Etiologi : 1. Alergen

2. Infeksi saluran

pernafasan

3. Tekanan jiwa

4. Olahraga

5. Obat-obatan

6. Polusi udara

7. Lingkungan

kerja

Manifestasi Klinis : 1. Sesak nafas

2. Mengi

3. Batuk disertai dahak

4. Waktu ekspansi

yang memanjang

5. Penggunaan otot

bantu nafas

6. Takikardia

7. Adanya usaha yang

kuat untuk bernafas

Penatalaksanaan

Non Farmakologi

Dahak

Penatalaksana

an

Farmakologi

Klasifikasi menurut

jumlah: 1. Dahak

sedikit,dipengaruhi

pasien mengalami

sesak nafas, lemas,

dan sulit untuk

batuk.

2. Dahak sedang,

dipengaruhi karena

keadaan pasien

yang kurang baik.

Tindakan

Nebulizer

Batuk

Efektif

Dahak

Keluar

Page 35: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

23

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

(Muttaqin, 2010; Kusuman, 2008; Musliha, 2010; Alsagaf, 2005; Nugroho,

2011)

Batuk

Efektif

Pengeluaran

dahak

Page 36: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

24

BAB III

METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjek Aplikasi Riset

Tn.D dengan asma bronkhial di Instalasi Gawat Darurat

B. Tempat dan Waktu

Penerapan aplikasi riset ini dilakukan di Rumah Sakit dr. Moewardi Ruang

Instalasi Gawat Darurat pada tanggal 10 Maret 2015

C. Media dan Alat

1. Handscoon

2. Masker

3. Perlak/ pengalas

4. Bengkok/ sputum pot

5. Tissue

D. Prosedur Tindakan

Prosedur tindakan batuk efektif menurut modul keperawatan kebutuhan

dasar manusia yang diterapkan di pendidikan yaitu:

1. Fase Orientasi

a. Memberi salam

b. Memperkenalkan diri

c. Menjelaskan tujuan tindakan

d. Menjelaskan prosedur

e. Menanyakan kesiapan pasien

2. Fase Kerja

a. Menanyakan klien apakah sudah tahu cara melakukan batuk efektif

b. Menjelaskan prosedur batuk efektif dan membimbing pasien yaitu:

Page 37: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

25

1) Mengatur posisi pasien duduk

2) Meminta klien meletakkan 1 tangan di dada dan 1 tangan di

abdomen

3) Melatih klien melakukan napas perut (menarik nafas dalam

melalui hidung sampai 3 hitungan, mulut dalam keadaan tertutup)

4) Meminta klien untuk merasakan pengembangan abdomen (cegah

lengkung punggung)

5) Meminta klien untuk menahan napas sampai 3 hitungan

6) Meminta klien menghembuskan napas perlahan dalam 3 hitungan

(lewat mulut, bibir seperti meniup)

7) Meminta klien untuk merasakan mengempisnya abdomen dan

kontraksi dari otot abdomen

8) Memasang perlak/ pengalas serta bengkok pada pangkuan klien

9) Meminta klien untuk melakukan napas dalam sebanyak 2 kali,

napas yang ketiga inspirasi tahan napas dan batukkan dengan kuat

10) Menampung sekret yang keluar dalam bengkok/ sputum pot

3. Fase Terminasi

a. Melakukan evaluasi tindakan

b. Menyampaikan rencana tindak lanjut

c. Berpamitan

E. Alat Ukur Evaluasi Tindakan Aplikasi Riset

No Hari/ Tanggal/ Jam Kegiatan Dilakukan Tidak

dilakukan

Tanda

tangan

1

Selasa, 9 Maret

2015

jam 11.00 WIB

Melakukan

batuk

efektif

Iya

2 Jam 16.00 WIB

Melakukan

batuk

efektif

Iya

3 Jam 19.00 WIB

Melakukan

batuk

efektif

iya

Page 38: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

26

BAB IV

LAPORAN KASUS

Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang ringkasan asuhan

keperawatan pada Tn. D dengan diagnosa medis asma bronkhial di Instalasi

Gawat Darurat yang dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2015. Proses asuhan

keperawatan ini di mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan,

intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi

keperawatan.

A. Pengkajian

1. Identitas Klien

Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 10 Maret 2015 jam

10.00 WIB, pada kasus ini diperoleh data dengan menggunakan metode

autoanamnesa dan alloanamnesa. Dari data pengkajian diperoleh

identitas klien bernama Tn.D, umur 63 tahun, beragama Islam,

pendidikan terakhir SLTA, pekerjaan sebagai petani, dan beralamat di

Danukusuman, Serengan, Surakarta. Tn.D dirawat di rumah sakit mulai

tanggal 10 Maret 2015 dan didiagnosa dokter menderita penyakit asma

bronkhial. Yang bertanggung jawab kepada Tn.D yaitu Ny.S sebagai istri

dari Tn.D, umur 58 tahun, pendidikan terakhir SLTA, pekerjaan petani,

dan beralamat di Danukusuman, Serengan, Surakarta.

Page 39: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

27

2. Pengkajian Primer

Pengkajian yang dilakukan terhadap Tn.D dengan menggunakan

metode pengkajian kegawatdaruratan ABCDE. Airway yaitu pada saluran

nafas terdengar suara wheezing saat ekspirasi, adanya sekret yang

tertahan, dan adanya retraksi dinding dada. Breathing yaitu pola nafas

yang dialami Tn. D tidak efektif, respiratory rate 28 x/menit, adanya

pernafasan cuping hidung, dan saturasi oksigennya 97%. Circulation

yaitu tekanan darah 150/100 mmHg, heart rate 110 x/menit, capillary

refillkurang dari dua detik, akral teraba hangat, dan suhu tubuh 37ºC.

Disability yaitu tingkat kesadaran composmentis, nilai GCS 15, reaksi

pupil positif terhadap cahaya, pupil isokor diameter 2 milimeter.Exposure

yaitu Tn.D mendapatkan pemasangan infus pada ekstremitas atas sebelah

kanan, kontrol lingkungan di sekitar klien aman, Tn.D tidak mengalami

cedera maupun kelainan lain.

3. Pengkajian Sekunder

Keadaan umum pasien baik, kesadaran composmentis.

Pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh tekanan darah 150/100 mmHg,

nadi 110 x/menit dengan irama teratur dan kuat, respirasi 28 x/menit

dengan irama teratur, suhu 37ºC.

Pengkajian selanjutnya yang dilakukan pada Tn.D yaitu dengan

menggunakan SAMPLE. Subjektif yaitu Tn.D mengatakan sesak nafas,.

Alergi yaitu Tn.D tidak ada alergi terhadap obat-obatan, makanan,

lingkungan maupun cuaca. Medikasi yaitu keluarga pasien mengatakan

Page 40: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

28

bahwa pasien pernah mengkonsumsi obat-obatan asma sebelumnnya

tetapi belum pernah menggunakan obat semprot atau inhaler. Riwayat

penyakit sebelumnya yaitu keluarga mengatakan bahwa Tn.D pernah

berobat di Rumah Sakit dr.Moewardi sebanyak 1 kali kurang lebih 1

tahun yang lalu karena sesak nafas, ada riwayat merokok selama kurang

lebih 40 tahun. Last meal yaitu keluarga mengatakan Tn.D terakhir makan

nasi, sayur dan buah-buahan. Event leading yaitu pasien datang dengan

keluhan sesak nafas pada tanggal 10 Maret 2015 jam 10.00 WIB dan

semakin memberat pada saat malam hari, ada suara nafas tambahan mengi

tetapi tidak dipengaruhi cuaca atau waktu, ada batuk disertai dahak

kurang lebih 1 tahun berlangsung hilang timbul, serta nafsu makan

menurun.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil bentuk kepala

mesochepal, kulit kepala bersih, penyebaran merata, dan tidak ada bekas

luka, rambut hitam sedikit beruban, tidak ada kutu. Palbebra tidak ada

oedema, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupilisokor, diameter

mata kanan dan kiri 2 milimeter, reflek terhadap cahaya pada mata kanan

dan kiri positif, tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Bentuk hidung

simetris, tidak ada sekret, terpasang nasal kanul oksigen sebesar 4

liter,ada pernafasan cuping hidung. Mulut tidak sumbing, mukosa bibir

lembab, permukaan lidah bersih, warna gigi sedikit kuning. Bentuk

telinga simetris, tidak ada benjolan pada telinga, lubang telinga bersih.

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid pada leher.

Page 41: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

29

Pemeriksaan fisik pada paru-paru didapatkan hasil inspeksi yaitu

bentuk dadasimetris, tidak ada jejas, menggunakan alat bantu pernafasan.

Palpasi yaitu vokal premitus kanan dan kiri sama, ekspansi paru kanan

dan kiri sama,pengembangan dada kanan dan kiri sama. Perkusi yaitu

terdengar suara hipersonor. Auskultasi yaitu terdengar suara nafas

wheezing saat ekspirasi. Pemeriksaan fisik jantung didapatkan inspeksi

yaitu bentuk dada simetris, iktus cordis tidak tampak, tidak ada jejas.

Palpasi yaitu iktus cordis teraba di SIC V. Perkusi yaitu terdengar bunyi

pekak. Auskultasi yaitu bunyi jantung I dan II murni. Pemeriksaan fisik

abdomen didapatkan hasil inspeksi yaitu bentuk datar, tidak ada jejas,

tidak ada penonjolan umbilikus. Saat di auskultasi bising usus 15 x/menit.

Perkusi yaitu pada kuadran pertama terdengar organ hati suara redup,

pada kuadran dua terdapat organ lambung suara timpani, pada kuadran

tiga dan empat terdapat organ usus dan ginjal suara timpani.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak memiliki riwayat

penyakit menular maupun penyakit keturunan.

Page 42: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

30

Genogram :

Tn.D, 67 tahun (Asma bronkhial)

Keterangan :

: laki-laki : tinggal serumah

: perempuan : garis keturunan

: pasien

: meninggal

Gambar 4.1 Genogram

5. Pemeriksaan Laboratorium dan Data Penunjang

Tanggal : 10 Maret 2015

Jenis

Pemeriksaan Hasil Satuan

Nilai

Normal

HEMATOL

OGI

Hemoglobin 11,5 g/dl 11,3 –

17,5

Hematokrit 36 % 33 – 45

Leukosit 7,7 ribu/ul 4,5 –

11,0

Page 43: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

31

Trombosit 288 ribu/ul 150 –

450

Eritrosit 4,27 juta/ul 4,50 –

5,90

INDEX

ERITROSIT

MCV 85,2 /um 80,0 –

96,0

MCH 26,9 pg 28,0 –

33,0

MCHC 31,6 g/dl 33,0 –

36,0

RDW 16,1 % 11,6 –

14,6

MPV 8,9 Fl 7,2 – 11

PDW 15 % 25 – 65

HITUNG

JENIS

Granulosit 77,60 % 56,00 –

78,00

Limfosit 13,90 % 22,00 –

44,00

Monosit,

Eosinofil,

Basofil

8,50 % 0,00 –

12,00

Golongan

darah

B

HEMOSTAS

IS

PT 16,9 detik 10,0 –

15,0

APTT 32,3 detik 20,0 –

40,0

INR 1,46

KIMIA

KLINIK

Gula darah

sewaktu

100 mg/dl 60 –

140

SGOT 168 u/l < 35

SGPT 213 u/l < 45

Albumin 3,1 g/dl 3,2 –

4,6

Creatinin 1,7 mg/dl 0,8 –

1,3

Ureum 65 mg/dl < 50

ELEKTROL

IT

Natrium 132 mmol/l 136 –

Page 44: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

32

darah 145

Kalium

darah

4,7 mmol/l 3,7 –

5,4

Chlorida

darah

99 mmol/l 98 –

106

ANALISA

GAS DARAH

Ph 7,41 mmol/dl

BE 3,1 mmHg

PCO2 44 mmHg

PO2 70 %

HCO3 26,8 mmol/l

Total CO2 29,7 %

Saturasi

Oksigen

94 %

HEPATITIS

HbSag Non

reaktive

Tabel 4.1 Pemeriksaan Laboratorium dan Data Penunjang

6. Terapi

Terapi yang diberikan oleh dokter pada tanggal 10 Maret 2015 kepada

Tn.D yaitu infus Nacl 20 tpm, ceftriaxone 2 gram/24 jam, dexamethasone

5 ml/8 jam, alstein (NAC) 200 mg. Untuk obat inhalasi yaitu ventolin 2,5

mg dan flixotide 2 ml.

B. Perumusan masalah keperawatan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengkajian pada tanggal 10

Maret 2015 maka penulis dapat merumuskan diagnosa keperawatan menurut

NANDA yaitu yang pertama ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031)

berhubungan dengan obstruksi jalan nafas (sekresi yang tertahan) yang

ditandai dengan data subyektif pasien mengatakan batuk berdahak dan sulit

untuk dikeluarkan dan data obyektifnya pasien terlihat batuk terus-menerus

Page 45: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

33

namun dahaknya sulit keluar, terdengar suara wheezing pada saat ekspirasi,

pasien terlihat gelisah dan keluar keringat dingin, pasien tampak sulit untuk

mengeluarkan suara.

Diagnosa yang kedua yaitu ketidakefektifan pola nafas (00032)

berhubungan dengan hiperventilasi yang ditandai dengan data subyektif

pasien mengatakan sesak nafas dan untuk data obyektifnya tampak adanya

retraksi dinding dada, terlihat pernafasan cuping hidung, terlihat pada saat

bernafas fase ekspirasinya memanjang, pernafasan cepat dan dangkal,

respiratory rate 28 x/menit, pasien terlihat hanya memegangi dadanya.

Berdasarkan analisa data yang telah didapatkan, maka penulis dapat

memprioritaskan diagnosa keperawatan. Prioritas diagnosa keperawatan

utama pada kasus Tn.D adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031)

berhubungan dengan obstruksi jalan nafas (sekresi yang tertahan) dan

prioritas diagnosa keperawatan kedua yaitu ketidakefektifan pola nafas

(00032) berhubungan dengan hiperventilasi.

C. Intervensi keperawatan

Diagnosa keperawatan pertama pada kasus Tn.D yaitu

ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031) berhubungan dengan obstruksi

jalan nafas (sekresi yang tertahan) dan diagnosa keperawatan kedua yaitu

ketidakefektifan pola nafas (00032) berhubungan dengan hiperventilasi.

Tujuan dan kriteria hasil pada diagnosa keperawatan pertama menurut

NOC (Nursing Outcome Classification) yaitu setelah dilakukan tindakan

Page 46: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

34

keperawatan selama 1 kali 24 jam diharapkan jalan nafas pasien tidak

terganggu atau kembali efektif dengan kriteria hasil pasien dapat

mengeluarkan sekret secara mandiri, tidak ada gangguan pada jalan nafas,

tidak terdengar suara nafas tambahan, mengatakan rasa nyaman, tidak ada

gangguan saat mau berbicara.Tujuan dan kriteria hasil pada diagnosa

keperawatan kedua menurut NOC (Nursing Outcome Classification) yaitu

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 kali 24 jam diharapkan pola

nafas pasien kembali efektif dengan kriteria hasil pasien tidak merasakan

sesak nafas, respiratory rate dalam batas normal (16-24 x/menit),

mengatakan rasa nyaman, tidak menggunakan otot bantu nafas, tidak ada

retraksi dinding dada, tidak ada pernafasan cuping hidung, fase inspirasi dan

ekspirasi dengan perbandingan 1:2, tidak terpasang oksigen.

Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan pertama menurut

NIC (Nursing Intervention Classification) yaitu observasi kecepatan, irama

dan frekuensi pernafasan untuk mengetahui keefektifan intervensi

sebelumnya, auskultasi pada pemeriksaan fisik paru untuk mengetahui ada

tidaknya suara nafas tambahan pasien, kaji kemampuan klien untuk

memobilisasi sekret jika tidak mampu ajarkan pasien untuk melakukan batuk

efektif, kolaborasi pemberian bronkodilator sesuai advis dokter untuk

membantu melonggarkan jalan nafas dan membantu mengencerkan sekret

agar mudah untuk dikeluarkan.Intervensi keperawata pada diagnosa

keperawatan kedua menurut NIC (Nursing Intervention Classification) yaitu

observasi pola nafas pasien untuk mengetahui irama, kedalaman dan

Page 47: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

35

frekuensi pernafasan, kemudian pantau tanda-tanda vital dan saturasi oksigen

untuk mengetahui keadaan umum pasien dan kadar oksigen, anjurkan kepada

pasien untuk mengatur posisi semi fowler untuk membantu dalam ekspansi

paru, kolaborasi oksigen sesuai advis dokter untuk membantu memenuhi

kebutuhan oksigen pasien.

D. Implementasi keperawatan

Tindakan keperawatan pada diagnosa pertama dilakukan pada tanggal

10 Maret 2015 jam 11.00 WIB yaitu mengobservasi kecepatan, irama dan

frekuensi pernafasan didapatkan respon subyektif pasien mengatakan masih

merasakan sesak nafas dan respon obyektifnya respirasi 28 x/menit,

pernafasan dangkal dan cepat, adanya retraksi dinding dada. Jam 11. 15 WIB

melakukan tindakan bronkhodilator didapatkan respon subyektif pasien

mengatakan bersedia dan respon obyektifnya pasien tampak kooperatif,

pasien terlihat nyaman saat diberi nebulizer. Jam 11.30 WIB mengajarkan

batuk efektif didapatkan respon subyektif pasien mengatakan mau diajarkan

batuk efektif dan respon obyektif pasien tampak antusias saat melakukan

batuk efektif, dahak sudah bisa keluar. Jam 11.45 WIB mengauskultasi pada

pemeriksaan fisik paru pasien didapatkan respon subyektif pasien

mengatakan mau dan respon obyektifnya masih terdengar suara wheezing saat

ekspirasi. Jam 12.05 WIB melaksanakan kolaborasi dengan dokter tentang

pemberian obat didapatkan respon subyektif pasien mengatakan mau disuntik

dan respon obyektif pasien tampak nyaman setelah diberikan terapi obat, obat

Page 48: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

36

sudah masuk melalui intravena. Jam 14.00 WIB mengobservasi kecepatan,

irama dan frekuensi pernafasan didapatkan respon subyektif pasien

mengatakan masih merasakan sesak nafas dan respon obyektifnya respirasi 27

x/menit, pernafasan dangkal dan cepat. Jam 15.00 WIB mendampingi pasien

dalam mengeluarkan dahak dengan batuk efektif didapatkan respon subyektif

pasien mengatakan mau melaksanakannya dan respon obyektifnya dahak

sudah bisa keluar berwarna putih, pasien terlihat sudah mampu melakukan

batuk efektif dengan benar.

Tindakan keperawatan pada diagnosa kedua dilakukan pada tanggal

10 Maret 2015 jam 10.10 WIB yaitu mengobservasi pola nafas pasien

didapatkan respon subyektif pasien mengatakan sesak nafas dan respon

obyektifnya pasien terpasang oksigen 4 liter, tampak adanya retraksi dinding

dada, adanya pernafasan cuping hidung, adanya penggunaan otot bantu nafas,

respiratory rate 26x/menit. Jam 10.35 WIB memantau tanda-tanda vital dan

saturasi oksigen didapatkan respon subyektif pasien mengatakan mau

diperiksa dan respon obyektifnya pasien tampak kooperatif, tekanan darah

150/100 mmHg, nadi 110 kali per menit, suhu tubuh 37ºC, respirasi 26

x/menit, saturasi oksigen 99%. Jam 10.40 WIB mengatur posisi semi fowler

didapatkan respon subyektif pasien mengatakan mau melaksanakan perintah

perawat dan respon obyektifnya pasien tampak kooperatif, pasien terlihat

lebih nyaman dengan posisi yang diberikan. Jam 10.45 WIB berkolaborasi

pemberian oksigen sesuai advis dokter didapatkan data subjektif pasien

Page 49: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

37

mengatakan sesak nafas dan data objektifnya tampak adanya retraksi dinding

dada, adanya usaha yang kuat untuk bernafas.

E. Evaluasi keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada diagnosa

ketidakefektifan bersihan jalan nafas, hasil evaluasi yang dihasilkan pada jam

13.00 WIB yaitu pasien mengatakan dahak sudah bisa keluar. Hasil observasi

didapatkan dahak keluar berwarna putih, masih terdengar suara wheezing saat

ekspirasi, pasien sudah tidak kesulitan lagi dalam berbicara. Masalah

keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pasien belum teratasi

sehingga intervensi yang dilanjutkan yaitu lakukan batuk efektif dan

kolaborasi pemberian obat sesuai advis dokter.

Diagnosa ketidakefektifan pola nafas, hasil evaluasi yang dilakukan

pada hari selasa tanggal 10 Maret 2015 jam 13.20 WIB yaitu Tn.D

mengatakan masih merasakan sesak nafas. Hasil observasi didapatkan

respirasi 26 x/menit, terpasang nasal kanul oksigen 4 liter, terlihat retraksi

dinding dada. Dari semua data yang telah dilakukan didapatkan hasil masalah

ketidakefektifan pola nafas pasien belum teratasi, sehingga intervensi yang

dilanjutkan pada kasus Tn.D yaitu lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,

saturasi oksigen dan kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.

Hasil evaluasi diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada jam

17.00 WIB yaitu pasien mengatakan dahak sudah keluar. Hasil observasi

didapatkan dahak keluar berwarna putih, terdengar suara wheezing saat

Page 50: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

38

ekspirasi. Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas pasien belum teratasi

sehinnga intervensi dilanjutkan dengan lakukan tindakan nebulizer dan

pantau pasien dalam melakukan batuk efektif.

Hasil evaluasi dari diagnosa ketidakefektifan pola nafas pada jam

17.20 WIB didapatkan pasien mengatakan sesak nafas sudah mulai berkurang

daripada tadi pagi. Hasil observasi yaitu respirasi 26 x/menit,terpasang nasal

kanul 4 liter, masih terlihat retraksi dinding dada, tidak ada pernafasn cuping

hidung.. Masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas psien belum

teratasi, sehingga intervensi dilanjutkan dengan observasi pola nafas pasien

(irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan), pantau tanda-tanda vital dan

saturasi oksigen. .

Evaluasi diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada jam

19.20 WIB yaitu pasien mengatakan dahak sudah keluar. Hasil observasi

dahak keluar berwarna putih, terdengar suara nafas wheezing saat di

auskultasi, pasien sudah mampu melakukan batuk efektif secara mandiri.

Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas pasien belum teratasi sehingga

intervensi dilanjutkan dengan lakukan tindakan nebulizer.

Evaluasi diagnosa ketidakefektifan pola nafas pada jam 19.40 WIB

didapatkan pasien mengatakan sesak nafas sudah berkurang. Hasil observasi

respirasi 24 x/menit, terpasang nasal kanul oksigen 3 liter, masih terlihat

retraksi dinding dada. Masalah ketidakefektifan pola nafas pasien belum

teratasi sehingga intevensi dilanjutkan dengan observasi tanda-tanda vital,

kolaborasi pemberian obat.

Page 51: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

39

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan

pada Tn.D dengan asma bronkhial di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit dr.

Moewardi Surakarta. Pembahasan pada bab ini terutama akan membahas adanya

kesenjangan maupun kesesuaian antara teori dengan kasus.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data relevan yang

kontinyu tentang respon manusia, kekuatan, dan masalah klien. Pengkajian

pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua yaitu pengkajian primer dan

pengkajian sekunder. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan

dengan terlebih dahulu melakukan pengkajian primer untuk mengidentifikasi

masalah-masalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya

dilakukan pengkajian sekunder. Pengkajian primer bertujuan mengetahui

dengan segera kondisi yang mengancam nyawa pasien dan dilakukan secara

sekuensial sesuai dengan prioritas. Pengkajian sekunder merupakan

pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan secara head to toe, dapat pula

ditambahkan pemeriksaan diagnostik (Fatwa, 2009).

Tahapan pengkajian primer meliputi: airway untuk mengecek jalan

nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai kontrol servikal, breathing

untuk mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar

Page 52: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

40

oksigenasi adekuat, circulation untuk mengecek sistem sirkulasi disertai

kontrol perdarahan, disability untuk mengecek status neurologis, exposure

untuk mengontrol adanya cedera atau kelainan lain. Pengkajian sekunder

meliputi: alergi untuk mengetahui adakah alergi pada pasien (obat-obatan,

makanan/minuman, cuaca), medikasi untuk mengetahui obat-obatan yang

pernah atau sedang dikonsumsi oleh pasien, pertinent medical history untuk

mengetahui riwayat penyakit sebelumnya, last meal untuk mengetahui

makanan/minuman yang terakhir dikonsumsi pasien sebelum datang ke

rumah sakit, eventsleading untuk mengetahui kronologis kejadian hingga

pasien dibawa ke rumah sakit (Gilbert, 2009).

Metode pengkajian yang dilakukan penulis terhadap kasus Tn.D

yaitu menggunakan metode wawancara, observasi, serta catatan dari rekam

medik. Hasil pengkajian yang ditemukan pada kasus Tn.D dan sesuai dengan

teori meliputi airway, breathing, circulation, disability, dan exsopure.

Airway didapatkan pada saluran nafas terdengar suara wheezing

saat ekspirasi, adanya sekret yang tertahan, dan adanya retraksi dinding dada.

Wheezing adalah pernapasan frekuensi tinggi nyaring yang terdengar di akhir

fase ekspirasi. Hal ini disebabkan adanya penyempitan pada saluran

pernafasan. Selama asma menyerang, saluran napas akan mengalami

penyempitan dan mengisinya dengan cairan lengket yang diproduksi oleh

dinding bagian dalam yang menyebabkan jalan udara menyempit serta dapat

mengurangi aliran keluar masuknya udara ke paru-paru. Obstruksi saluran

napas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus, penyumbatan

Page 53: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

41

mukus, edema dan inflamasi dinding bronkus. Obstruksi bertambah berat

selama ekspirasi karena secara fisioiogis saluran napas menyempit pada fase

tersebut. Hal ini menyebabkan udara distal tempat terjadinya obstruksi

terjebak tidak bisa diekspirasi. Keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran

napas tetap terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar. Untuk

mempertahankan hiperinflasi ini diperlukan otot bantu napas (Gilbert, 2009).

Breathing didapatkan pola nafas tidak efektif, respiratory rate 28

x/menit, adanya pernafasan cuping hidung, dan saturasi oksigennya 97 %.

Frekuensi pernafasan normal adalah 16-24 x/menit. Sedangkan pada kasus

didapatkan hasil respirasi 28 x/menit dan pasien mengeluh sesak nafas. Sesak

nafas atau kesulitan bernafas disebabkan oleh aliran udara dalam saluran

pernafasan karena penyempitan. Penyempitan dapat terjadi karena saluran

pernafasan menguncup, oedema atau timbulnya sekret yang menghalangi

saluran pernafasan. Sesak nafas dapat ditentukan dengan menghitung

pernafasan dalam satu menit (Handoko, 2008). Pernapasan cuping hidung

lebih identik ke sesak napas atau dispneakarena adanya

gangguanpadapertukaran gas antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan

kebutuhan ventilasi makin meningkat dan terjadi sesak napas. Pada kasus

Tn.D juga didapatkan hasil saturasi oksigen 97%. Saturasi oksigen adalah

prosentase hemoglobin yang berikatan dengan oksigen dalam darah arteri.

Saturasi oksigen normal antara 95-100% (Aryres, 2003).

Circulation didapatkan tekanan darah 150/100 mmHg, heart rate

110 x/menit, capillary refill kurang dari dua detik, akral teraba hangat, dan

Page 54: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

42

suhu tubuh 37ºC. Pada kasus Tn.D tidak ditemukan adanya syok ataupun

perdarahan. Syok didefinisikan sebagai tidak adekuatnya perfusi organ dan

oksigenasi jaringan. Penyebab syok paling umum pada trauma adalah

hipovolemia. Diagnosis syok didasarkan pada gejala klinis yaitu hipotensi,

takikardia, takipnea, hipotermia, pucat, ekstremitas dingin, penurunan

capillary refill, dan penurunan produksi urin. Oleh karena itu, dengan adanya

tanda-tanda hipotensi merupakan salah satu alasan telah terjadi perdarahan

(Hudak & Gallo, 1999).

Disability didapatkan tingkat kesadaran composmentis, nilai GCS

15, reaksi pupil positif terhadap cahaya, pupil isokor diameter 2 milimeter.

Kesadaran composmentis (conscious) yaitu kesadaran normal, sadar

sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan

sekelilingnya dengan tepat. Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan

dari berbagai faktor, termasuk perubahan dalam lingkungan kimia otak

seperti keracunan, kekurangan oksigen karena berkurangnya aliran darah ke

otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala. Salah satu cara

untuk mengukur tingkat kesadaran yaitu dengan menggunakan nilai GCS

(Glasgow Coma Scale). GCS dipakai untuk menentukan derajat cedera

kepala. Nilai GCS meliputi: reflek membuka mata, respon verbal, dan respon

motorik. Apabila nilai GCS kurang dari 13, maka seseorang dikatakan

mengalami cedera kepala yang menunjukan adanya penurunan kesadaran.

Metode lain untuk mengukur tingkat kesadaran yaitu dengan menggunakan

sistem AVPU dimana pasien diperiksa apakah tingkat kesadaran baik (alert),

Page 55: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

43

berespon dengan kata-kata (verbal), hanya berespon jika dirangsang nyeri

(pain), dan pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal maupun

diberi rangsang nyeri (unresponsive) (Gilbert, 2009).

Exposure didapatkan pemasangan infus pada ekstremitas atas

sebelah kanan, kontrol lingkungan di sekitar klien aman, Tn.D tidak

mengalami cedera maupun kelainan lain. Jika pasien diduga mengalami

cedera leher atau tulang belakang, hal penting yang dilakukan dengan

imobilisasi in-line yaitu mempertahankan agar posisi bagian yang mengalami

cedera tetap lurus. Tindakan log roll dilakukan untuk pemeriksaan pada

punggung pasien. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan

pada pasien adalah mengekspos pasien hanya selama pemeriksaan eksternal.

Setelah semua pemeriksaan telah selesai dilakukan, tutup pasien dengan

selimut hangat dan jaga privasi pasien, kecuali jika diperlukan pemeriksaan

ulang (Thygerson, 2011).

Hasil pengkajian selanjutnya yang didapatkan pada kasus Tn.D yaitu

keadaan umum pasien baik, kesadaran composmentis. Pemeriksaan tanda-

tanda vital diperoleh tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 110 x/menit dengan

irama teratur dan kuat, respirasi 28 x/menit dengan irama teratur, suhu 37ºC.

Pengkajian sekunder yang dilakukan pada kasus Tn.D dengan menggunakan

sistem SAMPLE (Subjektif, Alergi, Medication, Past Illnes, Last Meal, Event

Leading).

Page 56: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

44

Subjektif didapatkan Tn.D mengatakan sesak nafas. Data subjektif

merupakan data keluhan utama yang sedang dirasakan pasien saat ini. Alergi

didapatkan Tn.D tidak ada alergi terhadap obat-obatan, makanan, lingkungan

maupun cuaca. Medikasi didapatkan keluarga pasien mengatakan bahwa

pasien pernah mengkonsumsi obat-obatan asma sebelumnnya tetapi belum

pernah menggunakan obat semprot atau inhaler. Past Illnes didapatkan

keluarga mengatakan bahwa Tn.D pernah berobat di Rumah Sakit

dr.Moewardi sebanyak 1 kali kurang lebih 1 tahun yang lalu karena sesak

nafas, ada riwayat merokok selama kurang lebih 40 tahun. Last meal

didapatkan keluarga mengatakan Tn.D terakhir makan nasi, sayur dan buah-

buahan. Event leading didapatkan pasien datang dengan keluhan sesak nafas

pada tanggal 10 Maret 2015 jam 10.00 WIB dan semakin memberat pada saat

malam hari, ada suara nafas tambahan mengi, ada batuk disertai dahak kurang

lebih 1 tahun berlangsung hilang timbul, serta nafsu makan menurun. Pada

kasus Tn.D termasuk dalam asma bronkhial tipe atopik (ekstrinsik). Asma

timbul karena seseorang yang mengalami atopi akibat pemaparan alergen.

Alergen masuk ke tubuh melalui saluran pernafasan, kulit, saluran

pencernaan, dan lain-lain. Pemicu imunologi yang berhubungan dengan alergi

merangsang munculnya respon imun humoral dengan mengaktifkan

multiseluler secara komplek termasuk sel mast (berhubungan dengan alergi),

eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE) yang akan meningkat pada reaksi

hipersensitivitas (Ed: Howard and Steinmann, 2010). Pada Tn.D juga

mengalami sesak nafas pada malam hari, hal ini dikarenakan adanya

Page 57: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

45

hormonmelatonin. Hormon ini yang berperan penting dalam mencetuskan

serangan asma pada malam hari. Melatonin adalah hormon yang diproduksi

oleh kelenjar pineal yang membantu mengatur ritme sirkardian seperti makan

dan tidur. Hormon melatonin juga meningkatkan jalur alergi peradangan

sehingga membuat serangan asma lebih mungkin terjadi (Gamal, 2013).

Pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan data yang

sistematik dengan memakai indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan

rasa untuk mendeteksi masalah kesehatan klien. Untuk pemeriksaan fisik

perawat menggunakan teknik inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi (Delp

and Mannig, 2008).

Inspeksi merupakan metode pemeriksaan pasien dengan melihat

langsung seluruh tubuh pasien atau hanya bagian tertentu yang diperlukan.

Metode ini berupaya melihat kondisi klien dengan menggunakan ‘sense of

sign’ baik melalui mata telanjang atau alat bantu penerangan (lampu). Metode

inspeksi ini digunakan untuk mengkaji warna kulit, bentuk, posisi, ukuran

dan lainnya dari tubuh pasien (Delp and Mannig, 2008).

Palpasi merupakan metode pemeriksaan pasien dengan

menggunakan ‘sense of touch’. Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan

yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan

menggunakan jari atau tangan. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang

sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya metode palpasi ini

dapat digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh (temperatur), adanya getaran,

pergerakan, bentuk, kosistensi dan ukuran (Delp and Mannig, 2008).

Page 58: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

46

Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan

bunyi getaran/gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari

bagian tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau

tangan pada permukaan tubuh. Perjalanan getaran/gelombang suara

tergantung oleh kepadatan media yang dilalui. Karakter bunyi yang

dihasilkan dapat menentukan lokasi, ukuran, bentuk, dan kepadatan struktur

di bawah kulit (Delp and Mannig, 2008).

Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara

mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat

yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah bunyi

jantung, suara nafas, dan bising usus (Delp and Mannig, 2008).

Hasil pemeriksaan fisik pada kasus Tn.D didapatkan hasil bentuk

kepala mesochepal, kulit kepala bersih, penyebaran merata, dan tidak ada

bekas luka, rambut hitam sedikit beruban, tidak ada kutu. Palpebra tidak ada

oedema, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter mata

kanan dan kiri 2 milimeter, reflek terhadap cahaya pada mata kanan dan kiri

positif, tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Bentuk hidung simetris,

tidak ada sekret, terpasang nasal kanul oksigen sebesar 4 liter,ada pernafasan

cuping hidung. Mulut tidak sumbing, mukosa bibir lembab, permukaan lidah

bersih, warna gigi sedikit kuning. Bentuk telinga simetris, tidak ada benjolan

pada telinga, lubang telinga bersih. Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid pada

leher.

Page 59: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

47

Hasil pemeriksaan fisik paru-paru pada Tn.D didapatkan hasil

inspeksi: bentuk dadasimetris, tidak ada jejas, menggunakan alat bantu

pernafasan. Palpasi: vokal premitus kanan dan kiri sama, ekspansi paru kanan

dan kiri sama,pengembangan dada kanan dan kiri sama. Perkusi: terdengar

suara hipersonor. Bunyi hipersonor yaitu mempunyai intensitas amat keras,

waktu lebih lama, kualitas ledakan (Priharjo, 2006). Auskultasi: terdengar

suara wheezing saat ekspirasi. Wheezing adalah pernapasan frekuensi tinggi

nyaring yang terdengar di akhir fase ekspirasi. Hal ini disebabkan adanya

penyempitan pada saluran pernafasan (Kusuman, 2008).

Pemeriksaan fisik jantung didapatkan inspeksi: bentuk dada

simetris, iktus cordis tidak tampak, tidak ada jejas. Iktus cordis adalah denyut

apeks jantung. Dalam keadaaan normal dengan sikap duduk, tidur terlentang

atau berdiri iktus cordis terlihat di dalam ruangan interkosta V sisi kiri agak

kanan dari linea midclavicularis sinistra. Jika iktus kordis terlihat lebih kanan

dari normal, hal ini dapat terjadi karena adanya penimbunan cairan pleura kiri

atau pleura kanan. Palpasi: iktus cordis teraba di SIC V. Pada keadaan normal

iktus cordis dapat teraba pada interkosta V. Apabila iktus cordis tidak teraba,

bisa diakibatkan karena dinding toraks yang tebal misalnya pada orang

gemuk atau adanya emfisema. Perkusi: terdengar bunyi pekak.Apabila

menimbulkan bunyi pekak berarti organ yang diketuk adalah jantung karena

jantung merupakan organ yang memiliki konsentrasi darah yang tinggi.

Auskultasi: bunyi jantung I dan II murni. Bunyi jantung I terjadi karena

getaran menutupnya katup atrioventrikularis pada permulaan sistol. Bunyi

Page 60: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

48

Jantung II terjadi akibat proyeksi getaran menutupnya katup aorta dan arteri

pulmonalis pada dinding toraks, Ini terjadi pada permulaan diastol. Bunyi

jantung II normal selalu lebih lemah daripada bunyi jantung I

(Mubarak, 2007).

Pemeriksaan fisik abdomen didapatkan hasil inspeksi: bentuk datar,

tidak ada jejas, tidak ada penonjolan umbilikus. Auskultasi: bising usus

15x/menit. Pemeriksaan auskultasi abdomen berguna untuk memperkirakan

gerakan usus, dan kemungkinan adanya gangguan vaskuler. Perkusi: pada

kuadran pertama terdengar organ hati suara redup, pada kuadran dua terdapat

organ lambung suara timpani, pada kuadran tiga dan empat terdapat organ

usus dan ginjal suara timpani. Perkusi berguna untuk orientasi abdomen,

untuk memperkirakan ukuran hepar, menemukan asites, mengetahui apakah

suatu masa padat atau kistik, dan untuk mengetahui adanya udara pada

lambung dan usus. Palpasi: tidak ada nyeri tekan (Mubarak, 2007).

Riwayat kesehatan klien diawali dengan mengumpulkan informasi

tentang data biografiyaitu mencakup nama, usia, jenis kelamin, dan situasi

kehidupan klien. Mewawancarai klien dan keluarga dan fokuskan pada

manifestasi klinik tentang keluhan utama, peristiwa yang mengarah pada

kondisi saat ini, riwayat kesehatan terdahulu, riwayat keluarga, dan riwayat

psikososial. Pengkajian pada keluarga juga terdapat genogram yaitu suatu alat

bantu berupa peta skema (visual map) dari silsilah keluarga pasien yang

berguna bagi pemberi layanan kesehatan untuk segera mendapatkan

Page 61: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

49

informasi tentang nama anggota keluarga pasien, kualitas hubungan antar

anggota keluarga, riwayat penyakit keturunan (Harnilawati, 2013).

Riwayat kesehatan keluarga yang terdapat dalam kasus yaitu pasien

mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit

keturunan maupun penyakit menular. Pasien adalah anak kedua dari tiga

bersaudara, kedua orangtuanya sudah meninggal dunia. Saat ini pasien

dikaruniai anak tiga yaitu dua perempuan dan satu laki-laki. Pasien sekarang

tinggal dengan istri dan anak pertamanya. Saat ini Tn.D menderita penyakit

asma bronkhial pada umur 63 tahun.

B. Perumusan Masalah Keperawatan

Analisa data adalah pengelompokan data-data klien atau keadaan

tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan

berdasarkan kriteria permasalahnnya. Pengelompokan data dapat disusun

berdasarkan pola respon manusia (taksonomi NANDA) dan atau pola fungsi

kesehatan (Gordon, 1982).

Analisa data dari Tn.D berdasarkan pengkajian didapatkan data

subyektif pasien mengatakan batuk berdahak dan sulit untuk dikeluarkan,

data obyektifnya pasien terlihat batuk terus-menerus namun dahaknya sulit

keluar, terdengar suara wheezing pada saat ekspirasi, pasien terlihat gelisah

dan keluar keringat dingin, pasien tampak sulit untuk mengeluarkan suara.

Masalah keperawatan pada pasien yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas,

disebabkan karena obstruksi jalan nafas (sekresi yang tertahan).

Page 62: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

50

Data subjektif kedua yaitu pasien mengatakan sesak nafas, data

obyektifnya tampak adanya retraksi dinding dada, terlihat pernafasan cuping

hidung, terlihat pada saat bernafas fase ekspirasinya memanjang, pernafasan

cepat dan dangkal, respiratory rate 28 x/menit, pasien terlihat hanya

memegangi dadanya. Masalah keperawatan kedua yaitu ketidakefektifan pola

nafas, disebabkan karena hiperventilasi.

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu

maupun kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi dan dapat memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan (menurunkan, membatasi, mencegah, dan

merubah). Perumusan diagnosa keperawatan meliputi aktual yaitu

menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang

ditemukan, resiko yaitu menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi

jika tidak di lakukan intervensi, kemungkinan yaitu menjelaskan bahwa perlu

adanya data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan,

wellness yaitu keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga atau

masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera

yang lebih tinggi, syndrom yaitu diagnosa yang terdiri dari kelompok

diagnosa keperawatan aktual dan resiko tinggi yang diperkirakan

muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu (Wahit, 2008).

Page 63: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

51

Berdasarkan semua data yang ditemukan, diagnosa keperawatan

yang muncul pada pasien Tn.D dengan asma bronkhial yaitu:

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031) berhubungan dengan

obstruksi jalan nafas (sekresi yang tertahan)

Diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas menjadi diagnosa

utama pada pasien asma bronkhial dikarenakan masalah yang utama pada

kasus asma terletak pada saluran nafas yaitu adanya sekret yang berlebihan

pada jalan nafas sehingga kebutuhan oksigen untuk masuk ke paru-paru

terganggu. Dari pengkajian dan observasi yang penulis lakukan terhadap

pasien asma bronkhial, penulis menemukan ada tanda dan gejala yang

muncul pada Tn. D sehingga penulis akan mengangkat diagnosa ini

sebagai diagnosa utama. Hal ini ditandai dengan adanya suara wheezing

saat ekspirasi, batuk tidak efektif, perubahan pada frekuensi pernafasan

(Potter & Perry, 2005).

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan

untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk

memepertahankan bersihan jalan nafas. Batasan karakteristik dari

ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah suara nafas tambahan,

perubahan frekuensi nafas, perubahan irama nafas, sianosis, kesulitan

berbicara/mengeluarkan suara, penurunan bunyi nafas, dispnea, sputum

dalam jumlah yang berlebihan, batuk yang tidak efektif, gelisah, mata

terbuka lebar (NANDA, 2009-2011).

Page 64: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

52

2. Ketidakefektifan pola nafas (00032) berhubungan dengan hiperventilasi

Diagnosa ketidakefektifan pola nafas merupakan prioritas diagnosa

keperawatan kedua setelah ketidakefektifan bersihan jalan nafas karena

diharapkan intervensi dalam obstruksi jalan nafas dapat diselesaikan

terlebih dahulu agar pengeluaran pola nafas lebih efektif.

Ketidakefektifan pola napas adalah inspirasi dan/atau ekspirasi

yang tidak memberi ventilasi adekuat. Batasan karakteristik pada

ketidakefektifan pola nafas adalah perubahan kedalaman pernafasan,

perubahan ekskursi dada, bradipnea, penurunan tekanan ekspirasi,

penurunan tekanan inspirasi, penurunan ventilasi semenit, penurunan

kapasitas vital, dispnea, pernafasan cuping hidung, ortopnea, fase ekspirasi

memanjang, pernafasan bibir mecucu, takipnea, penggunaan otot

aksesorius untuk bernafas (NANDA, 2009-2011).

Hiperventilasi merupakan kondisi ketika terjadi peningkatan

frekuensi bernapas. Hal ini akan memicu berubahnya kadar

karbondioksida dalam darah. Penyebab terjadinya hiperventilasi adalah

pernafasan yang sangat cepat dan dalam yang menyebabkan terlalu banyak

jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Ketika tubuh

mengeluarkan karbondioksida lebih dari yang dibutuhkan, kondisi ini akan

mengarah pada respiratory alkalosis. Hiperventilasi terjadi ketika paru-

paru bernapas berlebihan untuk mencapai gas darah arteri normal.

Akibatnya paru-paru menghirup oksigen lebih dari yang dibutuhkan.

Page 65: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

53

Hiperventilasi dapat terjadi karena infeksi paru-paru, serangan jantung,

perdarahan, atau serangan panik (Barbara, 2000).

C. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah semua tindakan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini ke status

kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang di harapkan. Langkah-langkah

dalam membuat perencanaan keperawatan meliputi: penetapan prioritas,

penetapan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan, menentukan intervensi

keperawatan yang tepat dan pengembangan rencana asuhan keperawatan.

Setelah diagnosa keperawatan dirumuskan secara spesifik, perawat

menggunakan kemampuan berfikir kritis untuk segera menetapkan prioritas

diagnosa keperawatan dan intervensi yang penting sesuai dengan kebutuhan

klien (Potter & Perry, 2005).

Diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas

(00031) berhubungan dengan obstruksi jalan nafas (sekresi yang tertahan)

dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan jalan nafas

pasien tidak terganggu atau kembali efektif dengan kriteria hasil menurut

NOC (Nursing Outcome Classification) yaitu pasien dapat mengeluarkan

sekret secara mandiri, tidak ada gangguan pada jalan nafas, tidak terdengar

suara nafas tambahan, mengatakan rasa nyaman, tidak ada gangguan saat mau

berbicara. Metode yang digunakan yaitu SMART. Spesifik (S) yaitu tujuan

harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda. Measurable (M) yaitu

Page 66: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

54

tujuan keperawatan harus dapat diukur, terutama tentang perilaku pasien.

Achievable (A) yaitu tujuan harus dapat dicapai. Reasonable (R) yaitu tujuan

harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Time (T) yaitu mempunyai

batasan waktu yang jelas (Nursalam, 2008).

Intervensi keperawatan yang akan penulis rencanakansesuai dengan

ONEC (Observation, Nursing, Education, Colaboration) dengan diagnosa

ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehingga kebutuhan pasien dapat

terpenuhi. Berdasarkan diagnosa yang telah ditegakkan maka penulis akan

menyusun intervensi keperawatan disesuaikan dengan NIC (Nursing

Intervention Classification) yaitu observasi kecepatan, irama dan ferekuensi

pernafasan untuk mengetahui keefektifan intervensi sebelumnya. Kemudian

auskultasi pada pemeriksaan fisik paru untuk mengetahui ada tidaknya suara

nafas pasien. Selanjutnya kaji kemampuan klien untuk memobilisasi sekret

jika tidak mampu ajarkan pasien untuk melakukan batuk efektif. Dan yang

terakhir kolaborasi pemberian bronkodilator sesuai advis dokter untuk

membantu melonggarkan jalan nafas dan membantu mengencerkan sekret

agar mudah untuk dikeluarkan (Wilkinson, 2007).

Diagnosa keperawatan ketidakefektifan pola nafas berhubungan

dengan hiperventilasi (00032) dengan tujuan setelah dilakukan tindakan

keperawatan diharapkan pola nafas pasien kembali efektif dengan kriteria

hasil menurut NOC (Nursing Outcome Classification) yaitu pasien tidak

merasakan sesak nafas, respiratory rate dalam batas normal (16-24 x/menit),

mengatakan rasa nyaman, tidak menggunakan otot bantu nafas, tidak ada

Page 67: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

55

retraksi dinding dada, tidak ada pernafasan cuping hidung, fase inspirasi dan

ekspirasi dengan perbandingan 1:2, tidak terpasang oksigen. Metode yang

digunakan yaitu SMART. Spesifik (S) yaitu tujuan harus spesifik dan tidak

menimbulkan arti ganda. Measurable (M) yaitu tujuan keperawatan harus

dapat diukur, terutama tentang perilaku pasien. Achievable (A) yaitu tujuan

harus dapat dicapai. Reasonable (R) yaitu tujuan harus dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Time (T) yaitu mempunyai batasan

waktu yang jelas (Nursalam, 2008).

Intervensi keperawatan yang akan penulis rencanakan sesuai dengan

ONEC (Observation, Nursing, Education, Colaboration) dengan diagnosa

ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sehingga

kebutuhan pasien dapat terpenuhi. Berdasarkan diagnosa yang telah

ditegakkan maka penulis akan menyusun intervensi keperawatan disesuaikan

dengan NIC (Nursing Intervention Classification) yaitu observasi pola nafas

pasien untuk mengetahui irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan.

Kemudian pantau tanda-tanda vital dan saturasi oksigen untuk mengetahui

keadaan umum pasien dan kadar oksigen. Selanjutnya anjurkan kepada pasien

untuk mengatur posisi semi fowler untuk membantu dalam ekspansi paru.

Dan yang terakhir kolaborasi pemberian oksigen sesuai advis dokter untuk

membantu memenuhi kebutuhan oksigen pasien (Wilkinson, 2007)

Page 68: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

56

D. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah tindakan keperawatan dimana

tindakan yang dilakukan mencapai tujuan dan kriteria hasil dari asuhan

keperawatan. Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan meliputi

tahap persiapan, tahap intervensi, dan tahap dokumentasi. Tahap persiapan

yaitu tahap awal tindakan keperawatan yang menuntut perawat untuk

mengevaluasi hal-hal yang diindentifikasi pada tahap perencanaan. Tahap

intervensi yaitu fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan pada kegiatan

dan pendekatan tindakan keperawatan dari perencanaan untuk memenuhi

kebutuhan fisik dan emosional, pendekatan tindakan keperawatan meliputi

tindakan independen,dependen,dan interdependen. Tahap dokumentasi yaitu

pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap

dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan (Potter &

Perry, 2005).

Tindakan keperawatan pada diagnosa pertama dilakukan pada tanggal

10 Maret 2015 jam 11.00 WIB yaitu mengobservasi kecepatan, irama dan

frekuensi pernafasan didapatkan respon subyektif pasien mengatakan masih

merasakan sesak nafas dan respon obyektifnya respirasi 28 x/menit,

pernafasan dangkal dan cepat, adanya retraksi dinding dada. Pada data hasil

respirasi masih menunjukkan frekuensi nafas 28 x/menit dikarenakan pada

saluran nafas belum sepenuhnya baik, hal ini disebabkan karena sekret yang

ada pada jalan nafas belum sepenuhnya keluar sehingga belum menunjukkan

penurunan dalam frekuensi pernafasan (Nursalam, 2008).

Page 69: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

57

Jam 11. 15 WIB melakukan tindakan bronkhodilator didapatkan

respon subyektif pasien mengatakan bersedia dan respon obyektifnya pasien

tampak kooperatif, pasien terlihat nyaman. Nebulizer adalah suatu alat yang

bisa menyemburkan medikasi atau agen pelembab seperti agen bronkodilator

atau mukolitik menjadi partikel mikroskopik dan mengirimkannya ke dalam

paru-paru ketika klien menghirup nafas. Tujuan dilakukan tindakan nebulizer

adalah untuk mengencerkan sekret, mengobati peradangan saluran napas atas,

melegakan saluran napas. Terapi nebulizer dapat diberikan langsung pada

tempat/sasarannya yaitu paru-paru, oleh karena itu dosis yang diberikan lebih

rendah. Dosis yg rendah dapat menurunkan absorpsi sistemik dan efek

samping sistemik. Pengiriman obat melalui nebulizer ke paru-paru sangat

cepat, sehingga untuk sampai pada sasarannya lebih cepat daripada obat

lainnya seperti subkutan dan oral. Udara yang dihirup melalui nebulizer telah

lembab, hal ini yang dapat membantu mengeluarkan sekresi bronkhus

(Wahyudi, 2009). Obat yang digunakan terhadap Tn.D dalam tindakan

nebulizer yaitu ventolin 2,5 mg dan flixotide 2 ml. Ventolin dan flixotide

termasuk golongan obat antiasma. Indikasi ventolin yaitu pasien dengan

gangguan saluran pernafasan misalnya asma, bronkhitis kronis, dan

emfisema. Sedangkan indikasi flixotide yaitu terapi profilaksis terhadap asma

ringan sampai dengan berat (ISO, 2012).

Jam 11.30 WIB mengajarkan batuk efektif didapatkan respon

subyektif pasien mengatakan mau diajarkan batuk efektif dan respon obyektif

pasien tampak antusias saat melakukan batuk efektif, dahak sudah bisa

Page 70: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

58

keluar, warna putih. Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan

benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan

dapat mengeluarkan dahak secara maksimal. Batuk efektif dilakukan dengan

tujuan untuk meningkatkan ekspansi paru, memobilisasi sekret, danmencegah

efek samping dari penumpukan sekret (Apriyadi, 2013).

Batuk efektif sangat penting untuk menghilangkan gangguan

pernafasan dan menjaga paru-paru agar tetap bersih. Batuk efektif dapat

dilakukan pada pasien asma bronkhial dengan cara memberikan posisi yang

sesuai agar pengeluaran dahak dapat lancar. Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Yosep Agung Nugroho di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit

Baptis Kediri pada tahun 2011 menunjukkan bahwa hasil sebelum dilakukan

batuk efektif sebanyak 33,34 % dan sesudah dilakukan batuk efektif sebanyak

6,66 % dari 15 responden yang sulit mengeluarkan dahaknya. Kemudian dari

15 responden yang dapat mengeluarkan dahak dalam jumlah sedikit sebelum

dilakukan batuk efektif sebanyak 53,33% dan sesudah dilakukan batuk efektif

sebanyak 26,67 %. Dari 15 responden yang bisa mengeluarkan dahak dalam

jumlah banyak sebelum dilakukan batuk efektif sebanyak 13,33 % dan

sesudah dilakukan batuk efektif sebanyak 66,66 %. Kondisi responden

sebelum dan sesudah dilakukan batuk efektif terlihat ada perbedaan yang

signifikan dalam pengeluran dahak (Nugroho, 2011).

Apabila dahak yang ada pada saluran pernafasan tidak segera

dikeluarkan atau dihilangkan, akan menimbulkan komplikasi yang lebih

serius. Dahak adalah materi yang dikeluarkan pada saluran nafas bawah oleh

Page 71: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

59

batuk. Pada orang dewasa normal, setiap harinya dapat memproduksi mukus

sebanyak 100 ml dalam saluran nafas. Mukus ini kemudian dibawa ke faring

dengan mekanisme pembersihan silia dari epitel yang melapisi saluran nafas.

Keadaan produksi mukus abnormal yang berlebihan menyebabkan proses

pembersihan tidak berjalan secara normal sehingga mukus ini banyak

tertimbun pada saluran pernafasan. Bila hal ini terjadi maka membran mukosa

akan terangsang dan mukus akan dikeluarkan dengan tekanan intra thorakal

dan intra abdominal yang tinggi, kemudian timbul reflek batuk. Mukus

tersebut akan keluar sebagai dahak. Dahak yang dikeluarkan hendaknya dapat

dievaluasi sumber, warna, volume, konsistensinya, dan kondisi dahaknya

(Darmanto, 2006).

Jam 11.45 WIB mengauskultasi pada pemeriksaan fisik paru pasien

didapatkan respon subyektif pasien mengatakan mau dan respon obyektifnya

masih terdengar suara wheezing saat ekspirasi. Menurut Potter & Perry

(2005), mengauskultasi pada bagian paru-paru bertujuan untuk mengetahui

suara nafas tambahan. Wheezing adalah suara pernapasan frekuensi tinggi

nyaring yang terdengar di akhir fase ekspirasi. Hal ini disebabkan adanya

penyempitan pada saluran pernafasan. Suara wheezing masih terdengar saat

dilakukan auskultasi, hal ini disebabkan karena sekret yang ada pada saluran

pernafasan belum keluar/hilang sepenuhnya sehingga oksigen yang masuk ke

dalam paru-paru kurang adekuat (Putranto, 2007).

Page 72: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

60

Jam 12.05 WIB melaksanakan kolaborasi dengan dokter tentang

pemberian obat didapatkan respon subyektif pasien mengatakan mau di suntik

dan respon obyektif pasien tampak nyaman setelah diberikan terapi obat, obat

sudah masuk melalui intravena. Jam 14.00 WIB mengobservasi kecepatan,

irama dan frekuensi pernafasan didapatkan respon subyektif pasien

mengatakan masih merasakan sesak nafas dan respon obyektifnya respirasi

27x/menit, pernafasan dangkal dan cepat. Jam 15.00 WIB mendampingi

pasien dalam mengeluarkan dahak dengan batuk efektif didapatkan respon

subyektif pasien mengatakan mau melaksanakannya dan respon obyektifnya

dahak sudah bisa keluar berwarna putih, pasien terlihat sudah mampu

melakukan batuk efektif dengan benar. Dahak berwarna putih, kemungkinan

menunjukkan tanda bronkhitis kronik. Klasifikasi lain dari warna dahak

meliputi dahak kekuning-kuningan kemungkinan proses infeksi, dahak hijau

kemungkinan proses penimbunan nanah dikarenakan adanya

verdoperoksidase (sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis), dahak

merah muda dan berbusa kemungkinan tanda edema paru akut, dahak berbau

busuk kemungkinan tanda abses paru (bronkhiektasis), dahak berdarah

(hemoptisisi) sering ditemukan pada tuberkulosis, dahak berbusa putih,

berasal dari obstruksi atan edema, dahak kuning kehijauan atau mukopurulen.

Dahak berwarna putih yang terjadi pada Tn.D berasal dari obstruksi atau

edema. Pada saat serangan asma, otot polos dari bronkhi mengalami kejang

dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena

adanya peradangan (inflamasi) dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara.

Page 73: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

61

Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (bronkokonstriksi) dan

penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya

dapat bernapas (Pranowo, 2012).

Tindakan keperawatan pada diagnosa kedua dilakukan pada tanggal

10 Maret 2015 jam 10.10 WIB yaitu mengobservasi pola nafas pasien

didapatkan respon subyektif pasien mengatakan sesak nafas dan respon

obyektifnya pasien terpasang oksigen 4 liter, tampak adanya retraksi dinding

dada, adanya pernafasan cuping hidung, adanya penggunaan otot bantu nafas,

respiratory rate 26 x/menit. Kebutuhan oksigen yang diberikan kepada Tn.D

adalah 4 liter karena pasien menggunakan alat pemberian oksigen jenis nasal

kanul. Aliran oksigen yang diberikan dan konsentrasinyta meliputi 1 liter =

24%, 2 liter=28%, 3 liter=32%, 4 liter=36%, 5 liter = 40%. Dalam

memberikan jumlah oksigen, lihat pula hasil dari analisa gas darah dan

saturasi oksigen. Hal ini berguna untuk mengetahui keefektifan pemberian

oksigen yang sudah masuk ke tubuh pasien. Apabila hasil analisa gas darah

baik, maka tidak ada gangguan dalam pertukaran oksigen dan jumlah oksigen

yang diberikan bisa diturunkan (Brunner & Suddarth,2002).

Jam 10.35 WIB memantau tanda-tanda vital dan saturasi oksigen

didapatkan respon subyektif pasien mengatakan mau diperiksa dan respon

obyektifnya pasien tampak kooperatif, tekanan darah 150/100 mmHg, nadi

110 x/menit, suhu tubuh 37ºC, respirasi 26 x/menit, saturasi oksigen 97

persen. Tanda-tanda vital merupakan pengukuran fungsi tubuh yang paling

dasar untuk mengetahui tanda klinis dan berguna untuk menegakkan

Page 74: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

62

diagnosis suatu penyakit dan berfungsi dalam menentukan perencanaan

perawatan medis yang sesuai. Saturasi oksigen adalah ukuran seberapa

banyak prosentase oksigen yang mampu dibawa oleh hemoglobin

(Kozier, 2002).

Jam 10.40 WIB mengatur posisi semi fowler didapatkan respon

subyektif pasien mengatakan mau melaksanakan perintah perawat dan respon

obyektifnya pasien tampak kooperatif, pasien terlihat lebih nyaman dengan

posisi yang diberikan. Posisi semi fowler merupakan sikap dalam posisi

duduk 45º dengan tujuan untuk mobilisasi, memberikan perasaan lega pada

pasien sesak nafas, memudahkan perawatan. Sesak nafas atau kesulitan

bernafas disebabkan oleh aliran udara dalam saluran pernafasan karena

penyempitan. Penyempitan dapat terjadi karena saluran pernafasan

menguncup, oedema atau timbulnya sekret yang menghalangi saluran

pernafasan. Pemberian posisi semi fowler pada pasien asma telah dilakukan

sebagai salah satu cara untuk membantu mengurangi sesak nafas. Posisi semi

fowler dengan derajat kemiringan 45º yaitu dengan menggunakan gaya

gravitasi untuk membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari

abdomen pada diafragma (Kim, 2004). Dijelaskan oleh Supadi, dkk (2008)

bahwa posisi semi fowler dimana kepala dan tubuh dinaikkan 45º membuat

oksigen di dalam paru-paru semakin meningkat memudahkan pasien

bernafas. Penurunan sesak nafas tersebut didukung juga dengan sikap pasien

yang kooperatif, patuh saat diberikan posisi semi fowler sehingga tindakan ini

dapat dilakukan secara efektif. Jam 10.45 WIB berkolaborasi pemberian

Page 75: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

63

oksigen sesuai advis dokter didapatkan data subjektif pasien mengatakan

sesak nafas dan data objektifnya tampak adanya retraksi dinding dada, adanya

usaha yang kuat untuk bernafas (Wilkinson, 2007).

E. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi

proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,

rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Dalam tahap

evaluasi keperawatan penulis menggunakan metode SOAP. Data Subjektif

(S) yaitu menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan data klien

melalui anamnese (apa yang dikatakan atau dikeluhkan klien. Data Objektif

(O) yaitu data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosa (data fisiologis, hasil observasi atau

pengkajian, hasil pemeriksaan penunjang dan laboratorium, informasi dari

keluarga atau orang lain). Analisa (A) yaitu masalah atau diagnosa yang

ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang

dikumpulkan atau disimpulkan (kesimpulan apa yang telah dibuat dari data

subjektif dan objektif). Perencanaan (P) yaitu menggambarkan

pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkana assesment

(rencana apa yang akan dilakukan berdasarkan hasil evaluasi). Dalam

melakukan evaluasi keperawatan dilakukan setelah akhir seluruh kegiatan

dari intervensi keperawatan yang telah di susun sebelumnya

(Dermawan, 2010).

Page 76: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

64

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada diagnosa

ketidakefektifan bersihan jalan nafas, hasil evaluasi yang dihasilkan pada jam

13.00 WIB yaitu pasien mengatakan dahak sudah bisa keluar. Hasil observasi

didapatkan dahak keluar berwarna putih, masih terdengar suara wheezing saat

ekspirasi, pasien sudah tidak kesulitan lagi dalam berbicara. Masalah

keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pasien belum teratasi

sehingga intervensi yang dilanjutkan yaitu lakukan batuk efektif dan

kolaborasi pemberian obat sesuai advis dokter. Intervensi ini dilakukan

karena sekret yang tertahan belum keluar sepenuhnya dan masih terdengar

bunyi nafas tambahan wheezing (Wahyudi, 2009).

Diagnosa ketidakefektifan pola nafas, hasil evaluasi yang dilakukan

pada hari selasa tanggal 10 Maret 2015 jam 13.20 WIB yaitu Tn.D

mengatakan masih merasakan sesak nafas. Hasil observasi didapatkan

respirasi 28 x/menit, terpasang nasal kanul oksigen 4 liter, terlihat retraksi

dinding dada. Dari semua data yang telah dilakukan didapatkan hasil masalah

ketidakefektifan pola nafas pasien belum teratasi, sehingga intervensi yang

dilanjutkan pada kasus Tn.D yaitu lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,

saturasi oksigen dan kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.

Hasil evaluasi diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada jam

17.00 WIB yaitu pasien mengatakan dahak sudah keluar. Hasil observasi

didapatkan dahak keluar berwarna putih, terdengar suara wheezing saat

ekspirasi. Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas pasien belum teratasi

Page 77: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

65

sehinnga intervensi dilanjutkan dengan lakukan tindakan nebulizer dan

pantau pasien dalam melakukan batuk efektif.

Hasil evaluasi dari diagnosa ketidakefektifan pola nafas pada jam

17.20 WIB didapatkan pasien mengatakan sesak nafas sudah mulai berkurang

daripada tadi pagi. Hasil observasi yaitu respirasi 26 x/menit,terpasang nasal

kanul 4 liter, masih terlihat retraksi dinding dada, tidak ada pernafasn cuping

hidung. Masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas psien belum

teratasi, sehingga intervensi dilanjutkan dengan observasi pola nafas pasien

(irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan), pantau tanda-tanda vital dan

saturasi oksigen.

Evaluasi diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada jam

19.20 WIB yaitu pasien mengatakan dahak sudah keluar. Hasil observasi

dahak keluar berwarna putih, terdengar suara nafas wheezing saat di

auskultasi, pasien sudah mampu melakukan batuk efektif secara mandiri.

Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas pasien belum teratasi sehingga

intervensi dilanjutkan dengan lakukan tindakan nebulizer.

Evaluasi diagnosa ketidakefektifan pola nafas pada jam 19.40 WIB

didapatkan pasien mengatakan sesak nafas sudah berkurang. Hasil observasi

respirasi 24 kali per menit, terpasang nasal kanul oksigen 3 liter, masih

terlihat retraksi dinding dada. Masalah ketidakefektifan pola nafas pasien

belum teratasi sehingga intevensi dilanjutkan dengan observasi tanda-tanda

vital, kolaborasi pemberian obat.

Page 78: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

66

Penulis dalam melakukan tindakan keperawatan batuk efektif terhadap

Tn.D tidak menggunakan prosedur tindakan dari jurnal melainkan

menggunakan prosedur tindakan sesuai dengan SOP yang diterapkan di

pendidikan. Hal ini dikarenakan dari pihak Rumah Sakit dr. Moewardi

Surakarta menghendaki untuk menggunakan prosedur tindakan sesuai SOP

bukan sesuai jurnal. Prosedur tindakan batuk efektif yang dilakukan oleh

Yosep Agung Nugroho pada tahun 2011 tidak sesuai dengan SOP yang

diterapkan di pendidikan. Oleh karena itu penulis menerapkan tindakan batuk

efektif terhadap Tn.D sesuai dengan modul keperawatan kebutuhan dasar

manusia yang diterapkan di pendidikan.

Page 79: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

67

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 10 Maret 2015 adalah

Data subjektif pasien mengatakan batuk berdahak dan sulit untuk

dikeluarkan dan data obyektifnya pasien terlihat batuk terus-menerus

namun dahaknya sulit keluar, terdengar suara wheezing pada saat

ekspirasi, pasien terlihat gelisah dan keluar keringat dingin, pasien

tampak sulit untuk mengeluarkan suara. Data subjektif pasien

mengatakan sesak nafas dan data objektifnya tampak adanya retraksi

dinding dada, terlihat pernafasan cuping hidung, terlihat pada saat

bernafas fase ekspirasinya memanjang, pernafasan cepat dan dangkal,

respiratory rate 28 x/menit, pasien terlihat hanya memegangi dadanya.

2. Diagnosa keperawatan utama adalah ketidakefektifan bersihan jalan

nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas (sekresi yang tertahan)

dan diagnosa keperawatan kedua adalah ketidakefektifan pola nafas

berhubungan dengan hiperventilasi

3. Intervensi keperawatan pada diagnosa pertama yaitu observasi kecepatan,

irama dan frekuensi pernafasan, auskultasi pada pemeriksaan fisik paru

untuk, kaji kemampuan klien untuk memobilisasi sekret jika tidak

mampu ajarkan pasien untuk melakukan batuk efektif, kolaborasi

pemberian bronkodilator sesuai advis dokter. Intervensi keperawatan

pada diagnosa kedua yaitu observasi pola nafas pasien, pantau tanda-

Page 80: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

68

tanda vital dan saturasi oksigen, anjurkan untuk mengatur posisi semi

fowler , kolaborasi pemberian oksigen sesuai advis dokter

4. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 10 Maret 2015

berdasarkan pada rencana keperawatan yang telah dibuat yang bertujuan

sesuai dengan kriteria hasil. Tindakan keperawatan pada diagnosa

pertama yaitu mengobservasi kecepatan, irama dan frekuensi pernafasan;

melakukan tindakan bronkhodilator; mengajarkan batuk efektif;

mengauskultasi pada pemeriksaan fisik paru pasien; melaksanakan

kolaborasi dengan dokter. Tindakan keperawatan pada diagnosa kedua

yaitu mengobservasi pola nafas pasien; memantau tanda-tanda vital dan

saturasi oksigen; mengatur posisi semi fowler; berkolaborasi pemberian

oksigen sesuai advis dokter.

5. Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada pasien asma bronkhial pada

diagnosa pertama yaitu dahak keluar berwarna putih, terdengar suara

nafas wheezing saat di auskultasi, pasien sudah mampu melakukan batuk

efektif secara mandiri. Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas

pasien belum teratasi sehingga intervensi dilanjutkan dengan lakukan

tindakan nebulizer. Sedangkan pada diagnosa kedua yaitu respirasi 24

x/menit, terpasang nasal kanul oksigen 3 liter, masih terlihat retraksi

dinding dada. Masalah ketidakefektifan pola nafas pasien belum teratasi

sehingga intevensi dilanjutkan dengan observasi tanda-tanda vital,

kolaborasi pemberian obat.

Page 81: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

69

6. Hasil analisa yang diakukan penulis yaitu berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Yosep Agung Nugroho pada tahun 2011

menunjukkan hasil yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan batuk

efektif. Sedangan hasil tindakan keperawatan yang dilakukan penulis di

Rumah Sakit mengenai tindakan batuk efektif juga menunjukkan hasil

yang efektif terhadap Tn.D dengan asma bronkhial. Hal ini dapat

membuktikan bahwa penatalaksanaan non farmakologik batuk efektif

dapat membuat bersihan jalan nafas pasien menjadi lebih baik.

B. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan asma

bronkhial, penulis akan memberikan saran antara lain:

1. Bagi Pasien

Saran bagi pasien asma bronkhial untuk melakukan perawatan dan

pengobatan yang tepat dan kontinyu dalam mencegah dan mengobati

terjadinya komplikasi dari dahak yang tertahan

2. Bagi Rumah Sakit

Pengeluaran dahak merupakan masalah yang rentan dialami penderita

asma bronkhial sehingga perawat perlu mengidentifikasi dini

kemampuan pasien dalam melakukan batuk efektif

3. Bagi Institusi Pendidikan

Aplikasi riset ini dapat menjadi bahan referensi bagi institusi pendidikan

tentang penerapan batuk efektif pada pasien asma bronkhial yang sulit

mengeluarkan dahak

Page 82: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

70

4. Bagi Penulis

Sebaiknya dilakukan modifikasi tindakan lain seperti fisioterapi dada

dan postural drainase. Selain itu pula penulis diharapkan dapat

melibatkan keluarga dalam upaya pencegahan dan perawatan pada

penderita asma bronkhial dengan pasien yang memiliki dahak yang

tertahan pada penerapan aplikasi ini selanjutnya.

Page 83: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia. PT. ISFI. Jakarta

Alsagaf. H. Mukty. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga.

Surabaya.

Arif Muttaqin. 2010. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan

Gangguan Sistem Pernapasan.Salemba Medika. Jakarta.

Aryres. 2003. Asma. Pt. Dian Rakyat. Bandung

Barbara, C.Long. 2000. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses

Keperawatan). Alih Bahasa: Karneal Et.Al. Yayasan IAPK.

Bandung

Brunner And Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.

Editor: Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. Egc Jakarta.

Ed: Howard, P. K., And Steinmann, R. A. 2010. Sheehy’s Emergency

Nursing; Principle And Practice. Sixth Edition. Amerika: Mosby

Elsevier.

Darmanto. 2006. Faktor-Faktor Resiko Yang Berpengaruh Terhadap

Kejadian Asma Bronkhial. Disertasi. Program Pasca Sarjana

Universitas Diponegoro. Semarang

Delp And Mannig. 2008. Major Diagnosis Keperawatan Edisi 1. EGC.

Jakarta

Dermawan. 2010. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Gosyen Publishing.

Yogyakarta

Fatwa, Imelda. 2009. Proses Keperawatan. Tiga Serangkai. Jakarta

Gamal, S. 2013. Konsep Penyakit Saluran Pernafasan. Salemba Medika.

Jakarta

Gilbert, Gregory. 2009. Patient Assessment Routine Medical Care Primary

And Secondary Survey. San Mateo Country. England.

Gordon, J. George. 1982. Proses Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta

Hadibroto. 2006. Asma. Gramedia. Jakarta.

Page 84: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

Handoko. 2008. Sistem Pernafasan Manusia. EGC. Jakarta.

Harnilawati. 2013. Pengantar Ilmu Keperawatan. Pustaka As Salam.

Sulawesi Selatan

Hudak & Gallo. 1999. Keperawatan Kritis. EGC. Jakarta

Kim. 2004. Fisiologis Paru-Paru. Salemba Medika. Jakarta

Kozier, Berman Synder. 2002. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,

Dan Paraktek Edisi 7. EGC. Jakarta

Kusuman. A. 2008. Asma. Pt.Gramedia Pustaka. Jakarta

Mubarak, Wahid Iqbal. (2007). Promosi Kesehatan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Musliha, 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Nuha Medika. Yogyakarta.

NANDA International 2010, Keperawatan Definisi Dan Diagnosa Klasifikasi

2009-2010, Penerjemah Made Sumarwati, Dkk. EGC. Jakarta

Notoatmojo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Nugroho, Yosef Agung. 2011. Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada

Pasien Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas . Jurnal

STIKES RS Baptis Kediri 2085-0921

Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian

Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta

Padilla. 2013. Buku Ajar Keperawatan Gawat Darurat. Nuha Medika.

Yogyakarta

Potter, P.A, Perry. A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:

Konsep, Proses, Dan Praktik Edisi 4 Volume 1. Alih Bahasa:

Renata Komalasari, Dkk. EGC. Jakarta

Pranowo, C.W. 2012. Efektifitas Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Sputum

Untuk Penemuan BTA Pada Pasien Tb Paru Rumah Sakit Mardi

Rahayu Kudus. Jurnal Stikes Bakti Husada. 16(2): 178-189.

Price, S. A., And Wilson, L. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6. Egc. Jakarta

Purwanto, M. Ngalim. 2007. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi

Keperawatan. PT. Remaja Rosdakarya.Bandung.

Page 85: PEMBERIAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-retnaningi... · dengan alergi), eosinofil dan antibodi imunoglobin E (IgE)

Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Salemba

Medika. Jakarta.

Sudoyo, A.S. 2006. Buku Ajar Penyaki Dalam. Airlangga. Jakarta.

Sundaru, Heru. 2008. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid Ii Edisi Ketiga.

Balaipenerbit Fkui. Jakarta.

Supadi, Dkk. 2008. Konsep Sistem Pernafasan. EGC. Jakarta.

Syarif. D.R. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam. Salemba Medika. Jakarta.

.

Thygerson, Alton. (2006). Keperawatan Kritis. Alih Bahasa Dr. Huriawati

Hartantnto. Ed. Rina Astikawati. Pt. Gelora Aksara Pratama.

Jakarta.

Wahit, Iqbal. 2005. Buku Ajar Kenutuhan Dasar Manusia. EGC. Jakarta.

Wibowo, Daniel. 2005. Anatomi Tubuh Manusia. Grasindo, Jakarta.

Wilkinson, Judith. M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan

Intervensi NIC Dan Kriteria Hasil NOC Edisi 7, Penerjemah

Widyawati.Dkk. EGC. Jakarta.

World Health Organisation (WHO), 2010. Asthma. New York

Yunus, F. 2009. Penatalaksanaan Asma.

Http://Staff.Ui.Ac.Id/Internal/1403707229/Material/Diagnosispe

natalaksanaanasma09pdf . 20 Mei 2015 (16.25).