pembekuan bahan pangan nabati

29
PEMBEKUAN BAHAN PANGAN NABATI A. PRINSIP Proses perpindahan panas dari produk makanan yang akan menyebabkan bekunya air dalam bahan dan menyebabkan berkurangnya aktivitas air didalamnya. Menurunnya temperatur dan menghilangnya ketersediaan air menjadi penghambat utama pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas enzim di dalam bahan makanan, menyebabkan bahan menjadi lebih awet dan tidak mudah membusuk. B. TUJUAN 1. Melakukan pendinginan dan pembekuan pada berbagai bahan pangan nabati 2. Menjelaskan sifat-sifat bahan pangan nabati dalam proses pendinginan dan pembekuan 3. Menjelaskan ciri-ciri dan penyebab kerusakan bahan pangan nabati akibat pembekuan dan pendinginan C. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pembekuan Pembekuan merupakan suatu cara pengawetan bahan pangan dengan cara membekukan bahan pada suhu di bawah titik beku pangan tersebut. Dengan membekunya sebagian kandungan air bahan atau dengan terbentuknya es (ketersediaan air menurun), maka kegiatan enzim dan jasad renik dapat dihambat atau dihentikan sehingga dapat mempertahankan mutu bahan pangan. Mutu hasil pembekuan masih mendekati buah segar 1

Upload: bertha-julisti

Post on 20-Jun-2015

1.971 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pembekuan Bahan Pangan Nabati

PEMBEKUAN BAHAN PANGAN NABATI

A. PRINSIP

Proses perpindahan panas dari produk makanan yang akan menyebabkan bekunya air

dalam bahan dan menyebabkan berkurangnya aktivitas air didalamnya. Menurunnya

temperatur dan menghilangnya ketersediaan air menjadi penghambat utama pertumbuhan

mikroorganisme dan aktivitas enzim di dalam bahan makanan, menyebabkan bahan

menjadi lebih awet dan tidak mudah membusuk.

B. TUJUAN

1. Melakukan pendinginan dan pembekuan pada berbagai bahan pangan nabati

2. Menjelaskan sifat-sifat bahan pangan nabati dalam proses pendinginan dan

pembekuan

3. Menjelaskan ciri-ciri dan penyebab kerusakan bahan pangan nabati akibat pembekuan

dan pendinginan

C. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pembekuan

Pembekuan merupakan suatu cara pengawetan bahan pangan dengan cara

membekukan bahan pada suhu di bawah titik beku pangan tersebut. Dengan

membekunya sebagian kandungan air bahan atau dengan terbentuknya es (ketersediaan

air menurun), maka kegiatan enzim dan jasad renik dapat dihambat atau dihentikan

sehingga dapat mempertahankan mutu bahan pangan. Mutu hasil pembekuan masih

mendekati buah segar walaupun tidak dapat dibandingkan dengan mutu hasil

pendinginan.

Pembekuan dapat mempertahankan rasa dan nilai gizi bahan pangan yang lebih baik

daripada metoda lain, karena pengawetan dengan suhu rendah (Pembekuan) dapat

menghambat aktivitas mikroba mencegah terjadinya reaksi-reaksi kimia dan aktivitas

enzim yang dapat merusak kandungan gizi bahan pangan. Walaupun pembekuan dapat

mereduksi jumlah mikroba yang sangat nyata tetapi tidak dapat mensterilkan makanan

dari mikroba (Frazier, 1977).

Menurut Tambunan (1999), pembekuan berarti pemindahan panas dari bahan yang

disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat, dan merupakan salah satu proses

pengawetan yang umum dilakukan untuk penanganan bahan pangan. Pada proses

1

Page 2: Pembekuan Bahan Pangan Nabati

Pembekuan, penurunan suhu akan menurunkan aktifitas mikroorganisma dan sistem

enzim, sehingga mencegah kerusakan bahan pangan. Selain itu, kristalisasi air akibat

pembekuan akan mengurangi kadar air bahan dalam fase cair di dalam bahan pangan

tersebut sehingga menghambat pertumbuhan mikroba atau aktivitas sekunder enzim.

Proses pembekuan terjadi secara bertahap dari permukaan sampai pusat bahan. Pada

pemukaan bahan, pembekuan berlangsung cepat sedangkan pada bagian yang lebih

dalam, proses pembekuan berlangsung lambat (Brennan, 1981). Pada awal proses

pembekuan, terjadi fase precooling dimana suhu bahan diturunkan dari suhu awal ke

suhu titik beku. Pada tahap ini semua kandungan air bahan berada pada keadaan cair

(Holdworth, 1968). Setelah tahap precooling terjadi tahap perubahan fase, pada tahap ini

terjadi pembentukan kristal es (Heldman dan Singh,1981).

Perubahan-perubahan fisik, kimia dan biologis yang terjadi di dalam bahan pangan

selama pembekuan dan pencairan merupakan proses yang sangat kompleks dan belum

seluruhnya diketahui. Walaupun demikian sangat bermanfaat mempelajari perilaku

perubahan-perubahan ini. Sehingga dapat dirancang suatu proses pembekuan bahan

pangan dengan berhasil. Titik beku suatu cairan adalah suhu di mana cairan tersebut

dalam keadaan seimbang dengan bentuk padatnya. Suatu larutan dengan tekanan uap

yang lebih rendah dari zat pelarut murni tidak akan seimbang dengan zat pelarut yang

padat pada titik beku normalnya. Sistem tersebut harus didinginkan sampai suhu dimana

larutan dan zat pelarut yang padat mempunyai tekanan yang sama. Titik beku suatu

larutan adalah lebih rendah daripada zat pelarut murni. Titik beku bahan pangan adalah

lebih rendah daripada air murni.

a. Pengaruh pembekuan terhadap jaringan

Makanan tidak mempunyai titik beku yang pasti, tetapi akan membeku pada kisaran

suhu tergantung pada kadar air dan komposisi sel. Kurva suhu – waktu pembekuan

umumnya menunjukkan garis datar (plataeau) antara 0oC dan 5oC berkaitan dengan

perubahan (fase) air menjadi es, kecuali jika kecepatan pembekuan sangat tinggi. Telah

ditunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk melampaui daerah pembekuan ini

mempunyai pengaruh yang nyata pada mutu beberapa makanan beku. Umumnya telah

diketahui bahwa pada tahapan ini terjadi kerusakan sel dan struktur yang irreversible

yang mengakibatkan mutu menjadi jelek setelah pencairan, terjadi khususnya sebagai

2

Page 3: Pembekuan Bahan Pangan Nabati

hasil pembentukan kristal es yang besar dan perpindahan air selama pembekuan dari

dalam sel ke bagian luar sel yang dapat mengakibatkan kerusakan sel karena pengaruh

tekanan osmotis. Pembekuan yang cepat dan penyimpanan dengan fluktuasi suhu yang

tidak terlalu besar, akan membentuk kristal-kristal es kecil di dalam sel dan akan

mempertahankan jaringan dengan kerusakan minimum pada membran sel.

b. Pengaruh pembekuan terhadap mikroorganisme

Pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan pada suhu di bawah kira-kira -12oC

belum dapat diketahui dengan pasti. Jadi penyimpanan makanan beku pada suhu sekitar

18oC dan di bawahnya akan mencegah kerusakan mikrobologis, dengan persyaratan tidak

terjadi perubahan suhu yang besar mikroorganisme psikofilik mempunyai kemampuan

untuk tumbuh pada suhu lemari es terutama di antara 0o dan 5oC. Jadi penyimpanan yang

lama pada suhu-suhu ini baik sebelum atau sesudah pembekuan dapat mengakibatkan

terjadinya kerusakan oleh mikroba.

Walaupun jumlah mikroba biasanya menurun selama pembekuan dan penyimpanan

beku (kecuali spora), makanan beku tidak steril dan acapkali cepat membusuk seperti

produk yang tidak dibekukan jika suhu cukup tinggi dan lama penyimpanan pada suhu

tersebut cukup lama. Pembekuan dan penyimpanan makanan beku juga mempunyai

pengaruh yan nyata pada kerusakan sel mikroba. Jika sel yang rusak atau luka tersebut

mendapat kesempatan menyembuhkan dirinya, maka pertumbuhan yang cepat akan

terjadi jika lingkungan sekitarnya memungkinkan

c. Metode Pembekuan

Metode yang umum digunakan adalah :

Penggunaan udara dingin yang ditiupkan atau gas lain dengan suhu rendah kontak

langsung dengan makanan, misalnya dengan alat-alat pembeku tiup (blast), terowongan

(tunnel), bangku fluidisasi (fluidised bed), spiral, tali (belt) dan lain-lain.

Kontak langsung misalnya alat pembeku lempeng (plate freezer), di mana makanan atau

cairan yang telah dikemas kontak dengan permukaan logam (lempengan, silindris) yang

telah didinginkan dengan mensirkulasi cairan pendingin (alat pembeku berlempeng

banyak).

Perendaman langsung makanan ke dalam cairan pendingin, atau menyemprotkan cairan

pendingin di atas makanannya (misalnya nitrogen cair dan freon, larutan gula atau garam)

3

Page 4: Pembekuan Bahan Pangan Nabati

Metoda pembekuan yang dipilih untuk setiap produk tergantung pada :

Mutu produk dan tingkat pembekuan yang didinginkan .

Tipe dan bentuk produk , pengemasan , dan lain-lain.

Fleksibilitas yang dibutuhkan dalam operasi pembekuan.

Biaya pembekuan untuk teknik alternatif.

2. Pembekuan Bahan Pangan Nabati

Penyimpanan bahan makanan pada suhu rendah tidak hanya mengurangi laju

respirasi, tapi juga menghambat pertumbuhan kebanyakan mikroorganisme yang

menyebabkan pembusukan.

Sayuran seperti umbi, bawang, kentang, dan biji-bijian dapat disimpan pada suhu

ruang dalam jangka waktu yang relatif lama tanpa terjadi penurunan mutu yang berarti.

Terung, wortel, buncis, ketimun, dapat disimpan pada ruang sejuk. Sayuran yang lainnya

akan sangat baik jika disimpan pada suhu dingin.

Suhu pendinginan atau pembekuan dan cara yang digunakan tergantung pada jenis

dan sifat bahannya. Buah-buahan jenis tertentu (seperti pisang, advokat, nenas,

semangka) sebaiknya tidak disimpan pada suhu dingin, karena pada suh dibawah 13,3oC

akan terjadi kerusakan (Chilling Injury) dan tidak akan mengalami pematangan yang

normal. Penyimpanan pada suhu rendah (dibawah 4,4oC) menyebabkan terjadinya

akumulasi gula sebab aktivitas metabolisme berlangsung agak lambat. Gula

menyebabkan kentang mempunyai rasa manis, rasa yang tidak disenangi dan

menimbulkan reaksi pencoklatan yang tidak terlalu keras pada waktu digoreng.

D. ALAT & BAHAN

Alat Bahan Cold Storage Timbangan Peralatan dapur Plastic wrap Wadah dari Sterofoam

Nenas (Ananas comosus L) Apel (Malus domestica) Buncis (Phaseolus vulgaris L) Kentang (Solanum tuberosum L) Wortel (Daucus carota L) Tomat (Solanum lycopersicum L) Jeruk (Citrus L) Pepaya (Carica papaya L)

4

Page 5: Pembekuan Bahan Pangan Nabati

E. PROSEDUR

1. Persiapan Bahan

a. Bahan-bahan yang akan dibekukan dibersihkan dari kotoran yang melekat dan kalau

perlu buang yang tidak akan dimakan (dikupas).

b. Blanching dilakukan untuk semua bahan dengan suhu 80oC selama 5 menit.

c. Bahan-bahan yang telah di-blanching kemudian ditimbang, hasil penimbangan

dicatat.

d. Bahan-bahan tersebut kemudian disusun dalam wadah dari sterofoam

2. Pembekuan

a. Bahan-bahan yang telah disusun dalam wadah sterofoam dimasukan kedalam cold

storage

b. Setelah 24 jam, bungkus wadah dari sterofoam tersebut dengan plastic warp

c. Lakukan pengamatan 1 minggu sekali selama 1 bulan

d. Berat bahan beku dan setelah di-thawing, serta uji organoleptik baik yang beku

maupun setelah dithawing dicatat

5

Page 6: Pembekuan Bahan Pangan Nabati

F. DATA HASIL PENGAMATAN

1. Data Pembekuan Dengan Blanching

Bahan Pengamatan Sebelum Blancing

Setelah Blancing

Selama Penyimpanan Sesudah Thawing1 2 3 4 1 2 3 4

Nanas Bau Tajam Menyengat khas nanas

Tidak Tajam dan Tidak menyengat

Sedikit tercium aroma khas nanas

Sedikit tercium aroma khas nanas

Sedikit tercium aroma khas nanas

Sedikit tercium aroma khas nanas

- Khas nanas Khas nanas Khas nanas

Warna Kuning Cerah

Kuning Cerah Stabil Stabil Stabil Stabil - Kuning pucat Kuning pucat

Kuning pucat

Tekstur Lembut Berair

Lembut Berair Keras Keras Keras Keras - Normal Sedikit lunak

Lunak

Bobot 568 g 580 g 460 g 490 g 420 g 450 g - @50 @35 g 420 gWortel Bau Khas wortel Khas wortel

lebih tajamTidak tercium

Tidak tercium

Tidak tercium

Tidak tercium

- Khas wortel Khas wortel

Tidak tercium

Warna Orange Pekat Orange Pekat Stabil Stabil Orange kusam

Orange kusam

- Orange cerah pekat

Orange cerah pekat

Orange pekat

Tekstur Keras Keras Keras Keras Keras Keras - Empuk Empuk Empuk Bobot 400 g 462 g 410 g 400 g 400 g 400 g - 20 g/9 pcs 20 g/7 pcs 400 g

Tomat Bau Khas tomat segar

tidak tercium bau khas tomat

Tidak tercium

Tidak tercium

Tidak tercium

Tidak tercium

- Khas tomat Khas tomat Khas tomat

Warna Orange kekuningan

Orange pekat kekuningan

Stabil Stabil Stabil Stabil - Orange kekuningan

Orange kekuningan

Orange kekuningan

Tekstur Lembek berair

Kulit buah mengencang

Keras Keras Keras Keras - Lembek Lembek Lembek, beberapa hancur

Bobot 488 g 510 g 480 g 500 g 500 g 500 g - @ 40 g @30 g 390 gKentang Bau khas kentang

mentah Bau kentang tidak tercium

Tidak tercium

Tidak tercium

Tidak tercium

Tidak tercium

- Sedikit tercium bau khas kentang

Sedikit tercium bau khas kentang

Sedikit tercium bau khas kentang

Warna Kulit coklat, Kuning pucat Terdapat Noda hitam Noda hitam Noda hitam - Kuning pucat Kuning Kuning

6

Page 7: Pembekuan Bahan Pangan Nabati

daging sedikit noda-noda hitam

pada sample bertambah banyak

pada sample tidak bertambah banyak

pada sample tidak bertambah banyak

dengan sedikit noda hitam

pucat dengan noda hitam bertambah banyak

pucat, noda hitam tidak bertambah

Tekstur Keras Sedikit lunak Keras Keras Keras Keras - Empuk Empuk Empuk Bobot 450 g 470 g 440 g 450 g 410 g 410 g - 10 g/ 3 pcs 10 g/3pcs 440 g

Jeruk Bau Tajam khas jeruk

Bau khas jeruk tidak terlalu tajam

Tidak tercium

Tidak tercium

Tidak tercium

Tidak tercium

- Khas jeruk Khas jeruk Khas jeruk

Warna Kulit orange, warna daging kuning pucat

Warna daging kuning pucat

Stabil Kuning pucat

Kuning pucat

Kuning pucat

- Kuning pucat Kuning pucat

Kuning pucat

Tektur Lembek berair

Semakin Lembek berair

Keras Keras Keras Keras - Lembek Lembek Lembek, beberapa hancur

Bobot 680 g 690 g 640 g 650 g 650 g 650 g - 40 g/ 0,5 buah

41 g/0,5 buah

680 g

Buncis Bau Khas buncis Bau khas buncis tercium lebih menyengat

Tidak tercium

Tidak tercium

Tidak tercium

Tidak tercium

- Bau khas Bau khas Tidak tercium

Warna Hijau tua Hijau tua pekat

Stabil Stabil Hijau tua kusam

Hijau tua kusam

- Hijau pucat Hijau tua kusam

Hijau pucat layu

Tekstur Renyah Lembek Keras Keras Keras Keras - Lembek Lembek LembekBobot 230 g 250 g 200 g 270 g 270 g 275 g - 18 g/3 pcs 10 g/3 pcs 160 g

Apel Bau Khas apel Bau khas aple tidak tercium

Tidak tercium

Tidak tercium

Tidak tercium

Tidak tercium

- Tercium sedikit bau asam

Tercium bau asam

Tercium bau asam

Warna Kulit : hijau mudaDaging Buah : putih

Daging buah berwarna coklat

Coklat Coklat Coklat Coklat - Coklat Coklat Coklat

Tekstur Renyah Renyah Keras Keras Keras Keras - Empuk Empuk Empuk Bobot 340 g 390 g 470 g 410 g 450 g 450 g - 70 g/ 3 pcs 20 g/2 pcs 360 g

Pepaya Bau Khas pepaya Khas pepaya sedikit tercium

Tercium sedikit bau khas pepaya

Tercium sedikit bau khas papaya

Tercium sedikit bau khas papaya

Tercium sedikit bau khas papaya

- Khas pepaya Khas pepaya

Khas papaya

7

Page 8: Pembekuan Bahan Pangan Nabati

Warna Kulit : hijau kekuninganDaging buah : orange

Dading buah orange pekat

Stabil Stabil Stabil Stabil - Orange Orange Orange

Tekstur Semakin mendekati kulit buah, daging bauh semakin keras

Lembek Keras Keras Keras Keras - Sangat lembek

Sangat lembek

Sangat lembek, sebagian besar hancur

Bobot 750 g 750 g 640 g 680 g 670 g 670 g - @ 60 g @ 65 g 560 g

2. Data Pembekuan Tanpa Blanching

Bahan Pengamatan Selama Penyimpanan Sesudah Thawing1 2 3 4 1 2 3 4

Nanas

Warna Kuning pucat, khas apel

Kuning cerah, khas

Kuning cerah, khas nanas

Sedikit tercium aroma khas nanas

- Kuning pucat Kuning pucat Kuning pucat

Tekstur Keras, berkristal

Keras berair Keras berair Keras berair - Normal Agak lembek Lunak

Bobot 520 g 480 g 420 g 380 g - 60 g 54,2 g 340 gWortel

Warna Orange cerah, khas wortel

Orange cerah, khas

Orange kusam Orange kusam - Orange cerah pekat

Orange cerah pekat Orange pekat

Tekstur Keras, berkristal

Keras, berkristal

Keras, berkristal Keras, berkristal - Empuk Empuk Empuk

Bobot 400 g 380 g 370 g 360 g - 5 g 16 g 370 gTomat

Warna Kuning bersemu orange, khas tomat

Orange kemerahan, khas tomat

Kuning bersemu orange, khas tomat (asam)

Kuning bersemu orange, khas tomat

- Orange kekuningan

Orange kemerahan, agak berbau busuk

Orange kekuningan

Tekstur Agak empuk, berkristal

Agak empuk, berkristal

Agak empuk, berkristal

Keras - Lembek Agak lembek Lembek, beberapa hancur

Bobot 500 g 510 g 400 g 365 g - 45 g 46 g 280 g

8

Page 9: Pembekuan Bahan Pangan Nabati

Kentang

Warna Putih pucat kecoklatan, khas kentang

Putih pucat kecoklatan, khas

Putih pucat kecoklatan, khas kentang

Putih pucat kecoklatan, khas kentang

- Sedikit tercium bau khas kentang

Kuning kecoklatan, agak berbau busuk

Sedikit tercium bau khas kentang

Tekstur Keras, berkristal

Keras, berkristal

Keras, berkristal Keras - Empuk Empuk Empuk

Bobot 390 g 400 g 360 g 370 g - 10 g/ 3 pcs 10 g/3pcs 440 gJeruk

Warna orange kusam, khas jeruk

Kuning pucat Kuning pucat Kuning pucat - Kuning pucat Kuning pucat Kuning pucat

Tektur Keras berair, berkristal

Keras berair, berkristal

Keras berair, berkristal

Keras - Lembek Lembek berair Lembek, beberapa hancur

Bobot 690 g 620 g 635 g 590 g - 20 g buah 36,5 g 590 gBuncis

Warna Hijau segar, khas buncis

Hijau segar, khas

Hijau segar, khas buncis

Hijau segar, khas buncis

- Hijau pucat Hijau cerah, aroma khas berkurang

Hijau pucat layu

Tekstur Keras, berkristal

Keras, berkristal

Keras, berkristal Keras, berkristal - Lembek Agak lembek Lembek

Bobot 230 g 175 g 200 g 160 g - 5 g 8,1 g 220 gApel

Warna Kuning pucat, khas apel

Kuning pucat, khas

Kuning pucat, khas apel

Kuning pucat, khas apel

- kecoklatan Kuning pucat kecoklatan

Tekstur Keras, berkristal

Keras, berkristal

Keras, berkristal Keras, berkristal - Empuk Agak lembek Empuk

Bobot 420 g 370 g 370 g 340 g - 10 g 25,9 g 345 gPepaya

Warna Orange kemerahan, khas pepaya

Orange kemerahan, khas papaya

Orange kemerahan, khas pepaya

Orange kemerahan, khas pepaya

- Khas pepaya Orange kemerahan, khas pepaya

Khas papaya

Tekstur Setengah lembek dan licin, berkristal

Setengah lembek dan licin, berkristal

Setengah lembek dan licin, berkristal

Keras - Sangat lembek

Agak lembek Sangat lembek, sebagian besar hancur

Bobot 910 g 900 g 850 g 850 g - 20 g 22,4 g 775 g

9

Page 10: Pembekuan Bahan Pangan Nabati

10

Page 11: Pembekuan Bahan Pangan Nabati

a. Transformasi data pengamatan menjadi nilai mutu

1) Aroma

BuahPengamatan ke

1 2 3 4Nanas 4 3 3 3Wortel 5 4 3 2Tomat 4 4 4 3Kentang 4 3 3 3Jeruk 5 4 4 4Buncis 5 4 4 2Apel 4 2 1 1Pepaya 5 4 4 4

Keterangan Skala Nilai 5 : Aroma khas sangat menyengat

4 : Aroma khas3 : Sedikit tercium aroma khas2 : Tidak tercium aroma khas1 : Aroma menyimpang

11

1 2 3 40

1

2

3

4

5

GRAFIK PENURUNAN AROMA BUAH DAN SAYUR SELAMA PEMBEKUAN

NanasWortel TomatKentang Jeruk BuncisApelPepaya

Pengamatan Minggu ke-

NIlai Mutu

Page 12: Pembekuan Bahan Pangan Nabati

2) Warna

BuahPengamatan ke

1 2 3 4Nanas 5 4 4 4Wortel 5 4 4 3Tomat 5 4 4 3Kentang 4 3 2* 2*Jeruk 5 4 4 4Buncis 5 4 3 3Apel 5 1** 1** 1**Pepaya 5 4 4 4

Keterangan * : terjadi freezerburn (noda-noda

hitam)** : terjadi browning

Skala Nilai 5 : Warna segar4 : Warna sedikit memudar3 : Warna pudar2 : Warna sedikit

menyimpang1 : Warna menyimpang

12

1 2 3 40

1

2

3

4

5

GRAFIK PENURUNAN WARNA BUAH DAN SAYUR SELAMA PEMBEKUAN

NanasWortel TomatKentang Jeruk BuncisApelPepaya

Pengamatan Minggu ke-

Nilai mutu

Page 13: Pembekuan Bahan Pangan Nabati

1) Tekstur

BuahPengamatan ke

1 2 3 4Nanas 5 3 2 2Wortel 4 2 2 2Tomat 3 2 2 1Kentang 3 3 2 2Jeruk 3 2 2 1Buncis 3 3 2 2Apel 3 3 2 2Pepaya 3 2 1 1

Keterangan Skala Nilai 5 : Tekstur Sangat keras

4 : Tekstur keras3 : Tekstur agak keras (sedikit lunak) 2 : Tekstur lunak 1 : Tekstur sangat lunak

13

1 2 3 40

1

2

3

4

5

GRAFIK PENURUNAN TEKSTUR BUAH DAN SAYUR SELAMA PEMBEKUAN

NanasWortel TomatKentang Jeruk BuncisApelPepaya

Pengamatan Minggu ke-

NIlai Mutu

Page 14: Pembekuan Bahan Pangan Nabati

G. PEMBAHASAN

Kerusakan bahan pangan pada umumnya disebabkan oleh adanya proses kimiawi dan

biokimiawi, termasuk juga kerusakan yang dikerjakan oleh mikroorganisme. Kecepatan reaksi

dalam proses kerusakan tadi dipengaruh oleh suhu. Salah satu contoh terjadinya kerusakan lepas

panen ialah masih berlangsungnya respirasi setelah hasil-hasil tanaman dipanen.

Sample yang dipergunakan dalam praktikum pembekuan bahan pangan nabati adalah Nenas

(Ananas comosus L), Apel (Malus domestica), Buncis (Phaseolus vulgaris L), Kentang

(Solanum tuberosum L), Wortel (Daucus carota L), Tomat (Solanum lycopersicum L), Jeruk

(Citrus L), Pepaya (Carica papaya L).

Praktikum pembekuan bahan pangan nabati ini bertujuan untuk mengetahui perubahan fisik

seperti bobot, warna, tekstur, dan aroma sample bahan buah dan sayur. Proses pengamatan

dilakukan 1 minggu sekali selama 1 bulan. Parameter yang diamati adalah bobot bahan beku dan

setelah di thawing, pengujian organoleptik meliputi bau, tekstur, dan warna.

Proses pembekuan bahan nabati dilakukan oleh 2 kelompok, 1 kelompok dengan bahan nabati

yang diberi perlakuan terlebih dahulu sebelum pembekuan yaitu Blanching, dan kelompok

lainnya tanpa perlakuan blanching terlebih dahulu.

1. Persiapan bahan

Bahan yang dipergunakan terlebih dahulu dibersihkan dengan cara dicuci dengan air bersih yang

mengalir. Proses pencucian ini dilakukan untuk meminimalisir jumlah kotoran yang menempel

pada bahan yang dapat menyebabkan kontaminasi pada produk.

Bahan yang tidak mengalami perlakukan blanching, setelah dibersihkan langsung disusun diatas

wadah dan dimasukan kedalam cold storage.

Untuk apel, sebelum dilakukan blanching terlebih dahulu dilakukan perendaman dengan asam

askorbat untuk mencegah proses browning pada apel.

14

Page 15: Pembekuan Bahan Pangan Nabati

2. Blanching

Blanching merupakan suatu cara pemanasan pendahuluan pada sayur-sayuran dan buah-buahan,

dalam air panas atau uap air. Tujuan utama blanching adalah menginaktifkan enzim, diantaranya

enzim peroksidase dan katalase, kedua jenis enzim ini yang paling tahan terhadap panas.

Blanching memiliki banyak fungsi, salah satu diantarannya adalah merusak aktifitas enzim

dalam sayuran dan beberapa buah terutama yang akan mengalami proses lebih lanjut. Oleh

karena itu blanching tidak dimasukkan kedalam metode pengawetan namun dalam preparasi

(persiapan) bahan baku proses.

Blanching yang dilakukan saat praktikum adalah dengan metode perebusan, bahan direbus

setelah dibersihkan dan sebagian dikupas terlebih dahulu. Kemudian bahan dimasukan kedalam

air yang dipanaskan sampai suhu 80oC dan biarkan direbus selama 5 menit.

Setelah direbus selama 5 menit, bahan kemudian diangkat dan ditiriskan kemudian ditimbang.

Dari hasil penimbangan sebelum dan sesudah blanching, terjadi peningkatan bobot bahan. Hal

ini dikarenakan kandungan air dalam bahan meningkat akibat proses perebusan.

Kenaikan bobot bahan sesudah blanching yang paling menonjol adalah wortel, kenaikan bobot

bahan sesudah blanching mencapai 62 gram. Dan kenaikan bahan yang paling kecil terjadi pada

jeruk, kenaikan bobotnya setelah blanching hanya 10 gram dari bobot awal. Sedangkan untuk

papaya, bobot sebelum blanching dan sesudah blanching sama, atau dengan kata lain tidak

terjadi kenaikan bobot.

Sedangkan bahan-bahan lainnya mengalami kenaikan yang bervariasi, dan berkisar antara 20-50

gram dari bobot awal bahan.

Tabel 1. Kenaikan bobot sebelum dan sesudah blanching

Bahan Bobot Sebelum Blanching (g)

Bobot Sesudah Blanching (g)

Kenaikan Bobot (g)

Nanas 568 580 12Wortel 400 462 62Tomat 488 510 22Kentang 450 470 20Jeruk 680 690 10

15

Page 16: Pembekuan Bahan Pangan Nabati

Buncis 230 250 20Apel 340 390 50Papaya 750 750 0

Setelah mengalami proses blanching, bahan mengalami perubahan organoleptik yaitu dari warna,

tekstur, dan aroma. Selain bertujuan menginaktifkan enzim dalam buah atau sayur, blanching

juga dapat meningkatkan warna bahan (terutama warna hijau) sehingga menjadi lebih menarik.

Contoh peningkatan warna yang cukup terlihat adalah pada bahan buncis. Setelah di-blanching,

warna buncis menjadi lebih menarik.

Gambar 1. Perubahan warna setelah buncis di-blanching

Selain warna, sifat organoleptik yang lain pun mengalami perubahan. Ketajaman aroma bahan

setelah di-blanching menjadi menurun dibandingkan dengan aroma bahan ketika masih dalam

keadaan segar. Sedangkan untuk tekstur, bahan menjadi lebih lemas dibandingkan dengan

keadaan segarnya.

16

Page 17: Pembekuan Bahan Pangan Nabati

3. Pembekuan

Setelah proses blanching dilakukan, baru kemudian bahan hasil nabati dimasukan kedalam cold

storage dengan suhu -40oC. Sebelum dimasukan kedalam cold storage, masing-masing bahan

terlebih dahulu disusun dalam wadah yang terbuat dari sterofoam.

Gambar 2. Bahan yang disusun dalam wadah sterofoam

Setelah disimpan selama 24 jam didalam cold storage, wadah dari masing-masing bahan

kemudian dilapisi dengan plastik wrap. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah Kristal es

yang menempel pada bahan. Ketika temperatur produk makanan diturunkan hingga di bawah

titik beku air, air mulai membentuk kristal es. Pembentukan kristal es dapat disebabkan oleh

kombinasi molekul-molekul air yang disebut dengan nukleasi homogenik, atau pembentukan inti

di sekitar partikel tersuspensi yang dikenal dengan nama nukleasi heterogen (Fellows, 2000)

Setelah dilakukan pengamatan selama 1 bulan, diketahui bahwa bahan pangan nabati yang

dibekukan dan di-blanching terlebih dahulu mengalami fluktuasi. Berikut table fluktuasi bobot

bahan selama penyimpanan beku :

Bahan Pengamatan Bobot (gram) Minggu ke-1 2 3 4

Nanas 460 490 420 360Wortel 410 400 400 360Tomat 480 500 400 330Kentang 440 450 410 380Jeruk 640 650 600 550

17

Page 18: Pembekuan Bahan Pangan Nabati

Buncis 200 270 180 150Apel 470 410 320 190Pepaya 670 680 570 480

Dari table hasil pengamatan diatas, diketahui bahwa bahan rata-rata mengalami kenaikan di

minggu pertama dan kedua, dan selanjutnya bobot bahan mengalami penurunan yang cukup

besar, hal ini kemungkinan disebabkan karena sebagian bahan diambil untuk diamati dan

mengalami proses thawing, sebagian bahan yang di-thawing tidak mengalami proses

penimbangan kembali dalam keadaan beku. Sisa bahan yang mengalami proses thawing dan

yang masih beku ditimbang total diakhir pengamatan.

Fluktuasi bobot bahan selama pembekuan juga terjadi pada bahan yang dibekukan tanpa di-

blanching terlebih dahulu. Sebagaimana dapat dilihat pada table berikut :

Bahan Pengamatan Bobot (gram) Minggu ke-1 2 3 4

Nanas 520 480 420 380Wortel 400 380 370 370Tomat 500 510 400 365Kentang 390 400 360 370Jeruk 690 620 635 590Buncis 230 175 200 160Apel 420 370 370 340Pepaya 910 900 850 850

Dari table hasil pengamatan diatas, diketahui bahwa fluktuasi bobot bahan yang cukup tinggi

terjadi pada minggu ke 2 setelah pembekuan. Jika data hasil pengamatan pembekuan bahan yang

mengalami blanching dan tidak mengalami blanching tersebut dibandingkan, maka fluktuasi

bobot bahan paling besar terjadi pada pembekuan bahan dengan blanching. Ketika air diubah

menjadi es, volumenya bertambah 9% (air memiliki volume terkecil pada temperatur 4oC lalu

bertambah volumenya seiring penurunan temperatur, sifat anomali air) (Kalichevsky et al. 1995).

Jika produk makanan tersebut mengandung banyak air, maka hal yang sama akan terjadi, namun

kadar air, temperatur pendinginan, dan keberadaan ruang antar sel amat mempengaruhi

perubahan volume tersebut.

18

Page 19: Pembekuan Bahan Pangan Nabati

Untuk masing-masing sifat organoleptik bahan yang dibekukan, baik bahan yang di-blanching

maupun tidak di-blanching mengalami perubahan yang hampir sama. Yaitu warna menjadi lebih

pekat dan aroma tidak setajam bahan ketika masih dalam keadaan segar.

Pada komoditas kentang yang disimpan beku mengalami kerusakan fisik, yaitu timbulnya

bercak-bercak kehitaman pada permukaan bahan. Hal tersebut dinamakan freezer burn. Freezer

burn yang terjadi akibat dehidrasi pada permukaan kentang karena fluktuasi suhu penyimpanan.

Gambar 3. Kerusakan fisik kentang

Kerusakan yang hampir sama juga terjadi pada bahan yang dibekukan tanpa proses blanching

terlebih dahulu.

4. Thawing

Thawing merupakan proses pencairan atau penurunan suhu bahan yang dibekukan, proses

thawing dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan disiram air panas atau disiram dengan air

biasa. Saat praktikum, proses thawing dilakukan dengan merendam bahan yang sebelumnya

dimasukan kedalam kantong plastic dengan air biasa. Proses thawing dilakukan dengan

mengambil beberapa potong bahan kemudian dimasukan kedalam kantong plastik, hal ini

dilakukan untuk menghindari proses drip. Drip merupakan proses keluarnya sel dalam bahan

yang pecah ketika thawing.

Bahan yang mengalami thawing beberapa kali akan lebih cepat mengalami kerusakan, hal ini

dikarenakan proses pendinginan dan pembekuan tidak mampu membunuh semua mikroba,

sehingga pada saat dicairkan kembali (thawing), sel mikroba yang tahan terhadap suhu rendah

19

Page 20: Pembekuan Bahan Pangan Nabati

akan mulai aktif kembali dan dapat menimbulkan masalah kebusukan pada bahan pangan yang

bersangkutan. untuk itulah bahan yang di-thawing hanya diambil sebagian saja. Karena bahan

yang diambil sebagian, bobot bahan total setelah di-thawing hanya dilakukan ketika pengamatan

pada minggu terakhir, sedangkan perubahan-perubahan sifat organoleptik-nya dilakukan setiap

minggu.

Pada bahan beku dengan proses blanching terlebih dahulu, mengalami perubahan pada minggu

ke-2. Akan tetapi perubahan yang paling signifikan adalah pada minggu ke-3 dan ke-4. Rata-rata

warna bahan yang sesudah di-thawing lebih pucat dan layu. Tekstur menjadi lebih lembek

bahkan ada yang hancur, seperti pada papaya. Tekstur buah yang lembek dan mengalami proses

blanching membuat pepaya mengalami kerusakan tekstur paling parah dibandingkan dengan

komoditas lainnya.

Komoditas lainnya mengalami kerusakan yang hampir sama, yaitu berair dan tekstur menjadi

lembek. Bahan dengan tekstur awal keras, seperti kentang, wortel dan apel setelah mengalami

proses thawing tekstur bahan menjadi lebih lembek dan empuk. Sedangkan untuk bahan dengan

tekstur awal lembek dan berair seperti tomat, nanas, papaya setelah mengalami proses thawing

tekstur bahan menjadi hancur dan pecah, hal ini sangat terlihat pada komoditas tomat. Setelah

mengalami proses thawing tomat menjadi hancur dan kandungan air dalam bahan keluar.

H. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa dengan melakukan proses blanching terlebih

dahulu akan berpengaruh pada mutu organoleptik bahan terutama warna. Pada saat praktikum

proses blanching yang dilakukan tidak maksimal sehingga browning tetap terjadi pada beberapa

komoditas.

20

Page 21: Pembekuan Bahan Pangan Nabati

I. DAFTAR PUSTAKA

Buckle, et al. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Dwiari, S.R. 2008. Teknologi Pangan Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah

Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Departemen Pendidikan Nasional.

http://en.wikipedia.org/

http:// www.iptek.net.id/

http://library.usu.ac.id/download/fp/Tekper-Ainun.pdf .

Muchtadi, T.R. 1992. Pengetahuan Bahan Hasil Pertanian. Bogor: Pusat Antar

Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor.

Poedjiadi, A. 2005. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dn Gizi. Jakarta: Penerbit Gramedia.

21