pelaksanaan ktsp dalam pembelajaran fiqih di mi...
TRANSCRIPT
PELAKSANAAN KTSP DALAM PEMBELAJARAN FIQIH DI MI
KALIJERUK KECAMATAN GARUNG KABUPATEN WONOSOBO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1)
Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
SULISTIYANI 073111165
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : SULISTIYANI
NIM : 073111165
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, Mei 2011 Saya yang menyatakan, SULISTIYANI 073111165
NOTA PEMBIMBING
Semarang, Mei 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
Di Semarang
Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : PENERAPAN KTSP DALAM PEMBELAJARAN FIQIH DI MI KALIJERUK KECAMATAN GARUNG KABUPATEN WONOSOBO
Nama : SULISTIYANI NIM : 073111165 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Pembimbing,
H. Abdul Wahid, Drs. M.Ag NIP. 196911141994031003
MOTTO
�آ��� ������ أ��� ��� ه� أهى �����. $ آ # "!� ��� )٨٤: ا(��اء(
Katakanlah tiap-tiap orang berbuat menurut keadaanya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalan-Nya. (Al-Isra’ 84).
ABSTRAK
Judul : PENERAPAN KTSP DALAM PEMBELAJARAN FIQIH DI MI KALIJERUK KECAMATAN GARUNG KABUPATEN WONOSOBO
Penulis : SULISTIYANI NIM : 073111165
Skripsi ini dilatarbelakangi oleh Kurikulum nasional hendaknya berorientasi kepada standar global, regional, berwawasan nasional. Dan dilaksanakan secara lokal. karena itu kualitas kurikulum fiqih diharapkan relevan dengan tuntutan global, nasional dan kebutuhan lokal kurikulum fiqih juga diharapkan selain dapat mengemban empat pilar pendidikan global yang dirumuskan UNESCO yang meliputi learning to think, learning to do, learning to be, learning to live together. Namun juga dapat mengemban pilar learning lillahita’ala.
Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan : 1) Bagaimana penerapan KTSP dalam pembelajaran fiqih di MI Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo? 2) Bagaimana problematika yang dihadapi dalam penerapan KTSP dalam pembelajaran fiqih di MI Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
Permasalahan tersebut dibahas melalui penelitian kualitatif dengan pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu pendekatan penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena atau karakteristik individu, situasi atau kelompok tertentu secara akurat setelah data terkumpul lalu dianalisis dengan menggunakan analisis data yang terdiri dari tahapan pengumpulan data, reduksi data, display data dan penyajian data, data yang yang terkumpul semata-mata bersifat deskriptif dimana analisis datanya dilakukan secara induktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Penerapan KTSP dalam pembelajaran fiqih di MI Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo dilakukan dengan menerapkan KTSP melalui bentuk dan pendekatan yang mengarah pada keaktifan peserta didik, ada beberapa tahapan yang dilakukan guru fiqih dalam menerapkan KTSP pada pembelajaran fiqih diantaranya perencanaan pembelajaran dengan membuat program tahunan, program semesteran, program rencana pembelajaran dan kalender pendidikan dan proses perencanaan ini sudah cukup bagus karena sesuai dengan kriteria yang dikembangkan di BSNP, pada saat pelaksanaan dilakukan guru melakukan Appersepsi yang dilakukan dengan pre test baik berupa tanya jawab, kuis, studi kasus dan sebagainya, pendekatan CTL, Metode pembelajaran fiqih menggunakan metode ceramah, metode tanya jawab, metode demonstrasi, metode pemecahan masalah (problem solving), metode karya wisata, metode diskusi, metode permainan yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan, media pembelajaran disediakan oleh sekolah dan hasil kreativitas guru PAI, sedang evaluasi atau penilaian kelas yang dilakukan dengan sistem penilaian proses dan penilaian hasil yang berorientasi pada tiga ranah kognitif afektif dan psikomotorik. 2) Problematika yang dihadapi dalam
penerapan KTSP dalam pembelajaran fiqih di MI Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo berkisar pada kurangnya pelatihan KTSP, kurang nya dukungan orang tua, fasilitas yang kurang , masih kurangnya minat siswa dan jam pelajaran yang sedikit, untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan kekreatifan dari seorang guru fiqih untuk melaksanakan pembelajaran baik dalam mengoleh metode pembelajaran maupun media yang digunakan, guru harus lebih sering mengikuti pelatihan KTSP dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak sehingga anak lebih aktif ketika diterapkan pembelajaran fiqih dengan KTSP.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap terlimpahkan kepangkuan
beliau Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya serta
orang-orang mukmin yang senantiasa mengikutinya.
Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan bahwa
skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan
dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang
telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan
kepada :
1. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan
dengan baik
2. H. Abdul Wahid, Drs. M.Ag selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini
3. Kepala MI Ma’arif Kalijeruk, Kec. Garung, Kab. Wonosobo yang telah
memberikan izin dan memberikan bantuan dalam penelitian.
4. Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan ilmu.
5. Semua karib kerabat yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian
skripsi ini.
Kepada semuanya, peneliti mengucapkan terima kasih disertai do’a semoga
budi baiknya diterima oleh Allah SWT, dan mendapatkan balasan berlipat
ganda dari Allah SWT.
Kemudian penyusun mengakui kekurangan dan keterbatasan kemampuan
dalam menyusun skripsi ini, maka diharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif, evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya semoga dapat bermanfaat bagi diri peneliti khususnya.
Semarang, Mei 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ...................................................................................... vi
HALAMAN TRANSLITERASI .......................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... xi
HALAMAN KATA PENGANTAR ..................................................................... xii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
(a) Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
(b) Rumusan Masalah ................................................................... 5
(c) Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 5
(d) Metode Penelitian.................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
1. Pengertian KTSP ............................................................... 12
2. Tujuan KTSP ..................................................................... 15
3. Landasan KTSP ................................................................. 15
4. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) ........................................................... 17
5. Komponen KTSP .............................................................. 18
6. Kelebihan KTSP ............................................................... 25
B. Pembelajaran Fiqih.................................................................. 25
1. Pengertian Pembelajaran Fiqih ......................................... 25
2. Tujuan Pembelajaran Fiqih ............................................... 27
3. Materi Fiqih ...................................................................... 27
4. Metode Pembelajaran Fiqih ............................................. 28
5. Evaluasi (Evaluation of Performance) dalam Pembelajaran
Fiqih .................................................................................. 30
C. Penerapan KTSP dalam Pembelajaran Fiqih .......................... 31
BAB III PENERAPAN KTSP DALAM PEMBELAJARAN FIQIH DI
MI KALIJERUK KECAMATAN GARUNG KABUPATEN
WONOSOBO
A. Kondisi Madrasah/Gambaran Umum MI Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo ............................. 35
1. Sejarah dan Perkembangan MI Kalijeruk Kecamatan
Garung Kabupaten Wonosobo .......................................... 35
2. Letak Geografis MI Kalijeruk Kecamatan Garung
Kabupaten Wonosobo ....................................................... 36
3. Keadaan Tenaga Pendidikan, Tenaga Kependidikan MI
Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten
Wonosobo ......................................................................... 37
4. Keadaan Siswa MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung
Kabupaten Wonosobo ....................................................... 37
B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MI Ma’arif
Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo ........... 38
C. Pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan
Garung Kabupaten Wonosobo ................................................ 41
D. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam
Pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan
Garung Kabupaten Wonosobo. ............................................... 45
E. Problematika yang Dihadapi dalam Penerapan KTSP dalam
Pembelajaran Fiqih di MI Kalijeruk Kecamatan Garung
Kabupaten Wonosobo ............................................................ 55
BAB IV ANALISIS PENERAPAN KTSP DALAM PEMBELAJARAN
FIQIH DI MI KALIJERUK KECAMATAN GARUNG
KABUPATEN WONOSOBO
A. Analisis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MI
Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo 57
B. Analisis Pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo ............................. 58
C. Analisis Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
dalam Pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo ............................. 59
D. Analisis Solusi Untuk Mengatasi Problematika yang
dihadapi dalam Penerapan KTSP dalam Pembelajaran Fiqih
di MI Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo ... 66
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 69
B. Saran-Saran ............................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Percepatan arus informasi dalam era globalisasi dewasa ini menurut
semua bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan, dan
strateginya agar sesuai dengan kebutuhan, dan tidak ketinggalan zaman.
Penyesuaian tersebut secara langsung mengubah tatanan dalam sistem makro,
maupun mikro, demikian halnya dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan
Nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan yang terjadi, baik ditingkat lokal, Nasional, maupun global.
Kurikulum adalah merupakan salah satu komponen terpenting dari
sistem pendidikan, kurikulum juga merupakan komponen pendidikan yang
dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan baik oleh pengelola maupun
penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Oleh karena itu sejak
Indonesia mempunyai kebebasan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi
anak-anak bangsanya, sejak saat itu pula pemerintah menyusun kurikulum.
Dalam hal ini, kurikulum dibuat pemerintah pusat secara sentralistik, dan
diberlakukan bagi seluruh anak bangsa di seluruh tanah air Indonesia.
Dalam pasal 36-38 UU No. 20 tahun 2003 dalam Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib
memuat pendidikan agama. Hal ini dimaksudkan agar pendidikan agama dapat
membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa serta akhlak mulia. Kurikulum nasional hendaknya berorientasi kepada
standar global, regional, berwawasan nasional. Dan dilaksanakan secara lokal.
karena itu kualitas kurikulum fiqih diharapkan relevan dengan tuntutan global,
nasional dan kebutuhan lokal kurikulum fiqih juga diharapkan selain dapat
mengemban empat pilar pendidikan global yang dirumuskan UNESCO yang
meliputi learning to think, learning to do, learning to be, learning to live
together. Namun juga dapat mengemban pilar learning lillahita’ala.1
Sebagai sebuah lembaga pendidikan tingkat awal, sekolah dasar
memiliki peranan penting dalam proses pembentukan kepribadian peserta
didik, baik bersifat internal (bagaimana mempersepsikan dirinya), eksternal
(bagaimana mempersepsikan lingkungannya) dan supra internal (bagaimana
mempersepsikan dan menyikapi Tuhannya, sebagai ciptaan-Nya).2
Menurut BNSP sebagaimana dikutip oleh Khaeruddin dan Mahfud
Junaedi, dikemukakan bahwa KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-
prinsip sebagai berikut :
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta
didik dan lingkungan.
2. Beragam dan terpadu.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan.
6. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
7. Belajar sepanjang hayat.3
Oleh karena itu, pihak-pihak dengan pelaksanaan KTSP di sekolah /
Madrasah harus mengenai apa saja yang harus dilakukan dalam pelaksanaan
KTSP tersebut.
Tuntutan sekarang institusi pendidikan perlu mengacu pada Undang-
undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa
pengembangan kurikulum harus mengacu pada Standar Nasional Pendidikan
(SNP).4 Standar Nasional Pendidikan (SNP) sendiri dalam peraturan
pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 mencakup komponen standar isi, proses,
1 Didin Syafrudin, Bahris, Pedoman Pendidikan Agama Islam Sekolah Tingkat Dasar,
(Jakarta : Depag RI, Dirjen Binbaga Islam, 2005), hlm. 2-3 2 Imam Nawawi, Muhtasar dan Intisari Riyadhussalihin, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1993),
hlm. 279 3 Khaerudin dan Mahfud Junaedi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Konsep dan
Implementasinya di Madrasa, (Jogjakarta : Nuansa Aksara, 2007), Cet. I, hlm. 6 4 Rindang, No. 03 Tahun XXXII, Oktober, 2006, hlm. 25
Standar Kompetensi Lulusan (SKL), kependidikan dan tenaga kependidikan,
sarana-prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan.5
Landasan inilah yang mengantar dunia pendidikan ke dalam satuan pendidikan
sekolah atau madrasah untuk merumuskan atau membuat kurikulum tingkat
satuan pendidikan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) itu adalah merupakan
kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan. KTSP terdiri atas tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan dan silabus.6
Struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah tertuang dalam standar isi, diantara salah satu dari kelompok
mata pelajaran itu adalah Pendidikan Agama Islam (PAI).
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dilakukan di semua mata
pelajaran termasuk mata pelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah yang
merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang fiqih
ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara
pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari,
serta fikih muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman
sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan
haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam
meminjam. Secara substansial mata pelajaran Fiqih memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan
menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan
keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah
SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya
ataupun lingkungannya.7
5 Mulyani M. Noor, dkk., Himpunan KTSP 2006 Tingkat Satuan MTs atau SMP,
(Semarang: Pimpinan Wilayah LPM NU, Jawa Tengah, 2006), hlm. 4 6 Suhendro, BSNP Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah, (Jakarta: BSNP, 2006), hlm. 5 7 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 20
Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk
membekali peserta didik agar dapat:
a. Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik yang
menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman
hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.
b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar
dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran
agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan
diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun
hubungan dengan lingkungannya.8
Pelajaran fiqih akan lebih menyenangkan apabila seorang pendidik
dapat menyampaikan materi dengan baik. Namun pada kenyataannya yang
ada di MI Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo tampaknya
bukanlah demikian. Mata pelajaran fiqih bukanlah pelajaran yang
menyenangkan, melainkan membosankan. Sehingga minimnya kesadaran
untuk melaksanakan salah satu lima rukun Islam, yaitu melaksanakan shalat
lima waktu dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu maka perlu adanya
peningkatan pelaksanaan pembelajaran fiqih dengan memberikan
pembelajaran fiqih yang sesuai dengan kemampuan siswa dan keadaan
lingkungan sekitar siswa tersebut.
Berdasarkan hal-hal tersebut, itulah yang mendorong pelaksanaan
penelitian ini, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut
tentang penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan dalam pembelajaran
fiqih di MI Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut di atas, maka
penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan KTSP dalam pembelajaran fiqih di MI Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo?
8 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, hlm. 59
2. Bagaimana problematika yang dihadapi dalam penerapan KTSP dalam
pembelajaran fiqih di MI Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten
Wonosobo
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
a. Untuk mengetahui pelaksanaan KTSP dalam pembelajaran fiqih di MI
Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo.
b. Untuk mengetahui problematika yang dihadapi dalam penerapan
KTSP dalam pembelajaran fiqih di MI Kalijeruk Kecamatan Garung
Kabupaten Wonosobo
2. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi seluruh komponen akademik sebagai berikut:
a. Secara teoritis
Hasil penelitan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
secara teoritis khususnya tentang bagaimana sebenarnya konsep
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) secara teoritis serta
dapat memperkaya khazanah pengetahuan dalam bidang pendidikan,
khususnya mengenai kurikulum.
b. Secara Praktis
1) Sebagai bahan pemikiran praktisi pendidikan Islam untuk
mengembangkan kompetensi dan pembelajaran fiqih
2) Sebagai bahan informasi bagi MI Kalijeruk Kecamatan Garung
Kabupaten Wonosobo untuk mengikuti perkembangan teknologi
pendidikan yang berorientasi pada model pembelajaran yang
manusiawi secara nyaman dan menyenangkan
3) Sebagai bahan motivasi dalam mengembangkan KTSP di MI
Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo, sehingga
dapat mematangkan stigma negatif atas kegagalan kurikulum KBK
4) Sebagai bahan motivasi siswa dan guru MI Kalijeruk Kecamatan
Garung Kabupaten Wonosobo untuk lebih aktif dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam.
5) Sebagai bahan motivasi guru MI Kalijeruk Kecamatan Garung
Kabupaten Wonosobo untuk menjadi aktif dalam memancing
kreativitas anak didik.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian
yang bersifat atau mempunyai karakteristik bahwa datanya dinyatakan
dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya (Natural Setting)
dengan tidak merubah dalam bentuk simbol-simbol atau kerangka.9
Sedangkan pendekatan yang peneliti gunakan adalah pendekatan
kualitatif deskriptif, yaitu pendekatan penelitian yang dimaksudkan untuk
menjelaskan fenomena atau karakteristik individu, situasi atau kelompok
tertentu secara akurat. Metode yang digunakan yaitu Case Study yang
memiliki karakteristik penelitian kualitatif, yang bertitik tolak pada
paradigma fenomenologis yang obyektifitasnya dibangun atas rumusan
tentang situasi tertentu sebagaimana yang dihayati oleh individu atau
kelompok sosial tertentu, dan relevan dengan tujuan penelitian.10
2. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Sumber Data Primer
Jenis data primer adalah data pokok yang berkaitan dan
diperoleh secara langsung dari obyek penelitian. Sedangkan sumber
data primer adalah sumber data yang dapat memberikan data penelitian
secara langsung.11 Sumber data dalam penelitian ini adalah kepala
9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Ketika Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), cet. 16, hlm. 12 10 Asmadi Alsa, Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif Serta Kombinasinya dalam
Penelitian Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 31 11 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), cet. IV, hlm. 87
sekolah, waka kurikulum, dan guru mata pelajaran fiqih MI Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak
lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya.12
Atau dengan kata lain dapat pula didefinisikan sebagai sumber yang
dapat memberikan informasi/data tambahan yang dapat memperkuat
data pokok. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder
adalah segala sesuatu yang memiliki kompetensi dengan masalah yang
menjadi pokok dalam penelitian ini, baik berupa manusia maupun
benda (majalah, buku, koran, ataupun data-data resmi). seperti Buku-
buku yang menjadi data sekunder antara lain pengembangan
kurikulum, KTSP dasar pemahaman dan pengembangan, standarisasi
pendidikan nasional, dan lain-lain.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dari penelitian ini, peneliti menggunakan
beberapa metode, yaitu:
a. Metode Interview
Metode interview yaitu cara digunakan untuk mendapatkan
keterangan secara lisan dari responden.13 Wawancara dilakukan untuk
mendapatkan informasi maupun konfirmasi data-data tentang
penerapan KTSP dalam pembelajaran fiqih di MI Kalijeruk Kecamatan
Garung Kabupaten Wonosobo. Sedangkan yang diwawancarai dalam
penelitian ini adalah kepala madrasah dan guru fiqih MI Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
b. Metode Observasi
Sebagai metode ilmiah, observasi biasa diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena data yang
12 Saifudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), cet. VII, hlm.
91 13 Koentjoroningrat, Metodologi Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1994), hlm.
129
diselidiki. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari berbagai proses biologik dan psikologik.14
Adapun alat pengumpulan datanya disebut panduan observasi, yang
digunakan untuk mendapatkan data hasil pengamatan baik terhadap
benda, kondisi, situasi, kegiatan, proses, ataupun penampilan tingkah
laku.
Peneliti menggunakan observasi non-partisipan, yaitu sebagai
proses pengamatan yang dilakukan observer dengan tidak ikut ambil
bagian dalam kehidupan orang-orang yang diobservasi dan secara
terpisah berkedudukan selaku pengamat.15
Kegiatan observasi ini peneliti laksanakan secara intensif dalam
jangka waktu tertentu untuk memperoleh data dan gambaran tentang
penerapan KTSP dalam pembelajaran fiqih di MI Kalijeruk Kecamatan
Garung Kabupaten Wonosobo.
c. Metode Dokumentasi
Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan lain
sebagainya. Dokumen yang peneliti perlukan dalam hal ini adalah
dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kelembagaan dan
administrasi kurikulum, struktur organisasi MI Kalijeruk Kecamatan
Garung Kabupaten Wonosobo.
4. Metode Analisis Data
Metode analisis data yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-
kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan
penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran
penyajian laporan tersebut.16 Untuk memperjelas penulisan ini maka
peneliti menetapkan metode analisis deskriptif yaitu menyajikan dan
14 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi, 2002), Jilid. II, Cet. 27, hlm.
137 15 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm.
162 16 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2002), hlm. 7
menganalisis fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk
dipahami dan disimpulkan. Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat
deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji
hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi.17
Langkah-langkah analisis deskriptif sebagai berikut:
a. Data Reduction
Mereduksi data bisa berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya.18 Setelah data penelitian yang diperoleh di lapangan
terkumpul, proses data reduction terus dilakukan dengan cara
memisahkan catatan antara data yang sesuai dengan data yang tidak,
berarti data itu dipilih-pilih.
Data yang peneliti pilih-pilih adalah data dari hasil pengumpulan
data lewat metode observasi, metode wawancara dan metode
dokumenter. Semua data itu dipilih-pilih sesuai dengan masalah
penelitian yang peneliti pakai. Data wawancara yang peneliti lakukan di
lapangan juga dipilih-pilih mana data yang berkaitan dengan masalah
penelitian seperti hasil wawancara mengenai komponen-komponen
pembelajaran dalam penerapan KTSP dalam pembelajaran fiqih di MI
Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo mulai dari tujuan
sampai evaluasi. Semua data wawancara itu dipilih-pilih yang sangat
mendekati dengan masalah penelitian.
b. Data Display
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kualitatif penyajian data
ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram
dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data
17 Saifudin Azwar, Metode Penelitian,, hlm.6-7. 18 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan
Laporan Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 92
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan
semakin mudah dipahami.19
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Menurut Miles and Huberman (1984) sebagaimana dikutip
oleh Sugiyono menyatakan “the most frequent form of display data for
qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.20
Data yang peneliti sajikan adalah data dari pengumpulan data
kemudian dipilih-pilih mana data yang berkaitan dengan masalah
penelitian, selanjutnya data itu disajikan (penyajian data). Dari hasil
pemilihan data maka data itu dapat disajikan seperti dalam hal ini
informasi berupa proses belajar mengajar antara guru dan peserta didik
dalam penerapan KTSP dalam pembelajaran fiqih di MI Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo, juga landasan teori yang
membahas tentang penerapan KTSP dalam pembelajaran fiqih.
c. Verification Data/ Conclusion Drawing
Menurut Miles dan Huberman dalam Rasyid mengungkapkan
verification data/ conclusion drawing yaitu upaya untuk mengartikan
data yang ditampilkan dengan melibatkan pemahaman peneliti.
Kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-
bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan merupakan kesimpulan yang
kredibel.21
Data yang didapat merupakan kesimpulan dari berbagai proses
dalam penelitian kualitatif, seperti pengumpulan data kemudian dipilih-
19 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan
Laporan Penelitian, hlm. 95 20 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan
Laporan Penelitian, hlm. 95 21 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan
Laporan Penelitian, hlm. 99
pilih data yang sesuai, kemudian disajikan, setelah disajikan ada proses
menyimpulkan, setelah menyimpulkan data, ada hasil penelitian yaitu
temuan baru berupa deskripsi , yang sebelumnya masih remang-remang
tapi setelah diadakan penelitian masalah tersebut menjadi jelas.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap
sehingga setelah diteliti menjadi jelas.22
22 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan
Laporan Penelitian, hlm. 99
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
1. Pengertian KTSP
Dalam bidang pendidikan, kurikulum merupakan unsur penting
dalam setiap bentuk dan model pendidikan. Tanpa adanya kurikulum, sulit
rasanya bagi para perencana pendidikan dalam mencapai tujuan
pendidikan yang diselenggarakan. Kurikulum merupakan alat yang sangat
penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai
dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang
diinginkan.23 Oleh karena itu, kurikulum berpengaruh sekali kepada maju
mundurnya pendidikan.
Kurikulum dan pendidikan merupakan dua hal yang saling
berkaitan tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain.
Kurikulum merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kebutuhan adanya aktifitas pendidikan selalu berarti kebutuhan adanya
kurikulum pula. Segala sesuatu yang harus dijadikan pedoman
pelaksanaan pendidikan ada pada kurikulum. Tujuan pendidikan yang
ingin dicapai, akan terlaksana jika kurikulum berisi nilai-nilai atau cita-
cita yang sesuai dengan pandangan hidup bangsa.
Sebagai alat yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan,
kurikulum hendaknya berperan dan bersifat anticipatory dan adaftif
terhadap perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Maka hal ini berarti bahwa sebagai alat pendidikan, kurikulum
mempunyai komponen-komponen penunjang yang saling mendukung satu
sama lain. Salah satu komponen kurikulum adalah komponen isi.
Komponen isi dan struktur program atau materi merupakan materi yang
ditetapkan isi atau materi yang dimaksud biasanya berupa materi bidang
23 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar
Baru, 1991), hlm. 3.
studi24. Masyarakat senantiasa berubah dan terus akan berubah.
Masyarakat kita sekarang jauh berbeda dengan masyarakat nenek
moyang kita dan berbeda pula dengan masyarakat yang akan dihadapi
oleh anak cucu kita pada masa mendatang. Masyarakat kita sekarang
sangat dinamis dan senantiasa akan berubah. Perubahan dalam masyarakat
kita dewasa ini, sangat cepat sehingga sering sekolah kita tidak sanggup
mengikuti jejak kemajuan masyarakat. perubahan yang cepat akibat
perkembangan ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam teknologi
memberikan tugas yang lebih luas dan lebih berat kepada sekolah.
Perubahan masyarakat mengharuskan kurikulum ditinjau kembali. Isinya
pun harus disesuaikan dengan perubahan masyarakat. Kurikulum yang
baik dan tepat yakni kurikulum yang dapat berubah-ubah sesuai dengan
perubahan zaman. Dengan demikian kurikulum itu cukup elastis, sehingga
senantiasa terbuka memberikan bahan pelajaran yang penting dan perlu
bagi murid-murid pada saat dan tempat tertentu.
Dasar perlunya perubahan kurikulum menurut Muhadi seperti
yang dikutip oleh Muhammad Joko Susilo: 25
Bahwa saat terjadi perkembangan dan perubahan dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara yang perlu segera ditanggapi dan dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum baru pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Dimana peraturan perundang-undangan yang baru telah membawa implikasi terhadap pengembangan kurikulum seperti pembaharuan dan diversifikasi kurikulum.
Pemberian otonomi pendidikan yang luas yang sekarang terjadi
pada sekolah merupakan kepedulian terhadap gejala-gejala yang muncul
dimasyarakat serta upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan secara
umum. Pemberian otonomi ini menuntut pendekatan kurikulum yang lebih
kondusif disekolah agar dapat mengakomodasi seluruh keinginan
24 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Jakarta : Media Pratama,
1999), hlm. 15. 25 Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen
Pelaksanaan dan kesiapan Sekolah Menyongsongnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 10
sekaligus memberdayakan berbagai komponen masyarakat secara efektif,
guna mendukung kemajuan dan sistem yang ada di sekolah. Dalam
kerangka inilah KTSP tampil sebagai alternatif kurikulum yang
ditawarkan.26
KTSP merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada
sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan
mutu, dan efisiensi pendidikan agar dapat memodifikasi keinginan
masyarakat setempat, serta menjalin kerja sama yang erat antar sekolah,
masyarakat, industri dan pemerintah dalam membentuk pribadi peserta
didik.27
Dalam standar nasional pendidikan (SNP pasal 1, ayat 15)
dikemukakan bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-
masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan
pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi
serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) 28
KTSP disusun memperhatikan UU No 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional pasal 36 ayat 1 dan 2 sebagai berikut :29
a. Pengembangan kurikulum mengacu pada standar nasional pendidikan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversivikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah dan peserta didik.
Pada sistem KTSP sekolah memiliki “full authority and
responsibility” dalam menetapkan kurikulum, dan pembelajaran sesuai
26 Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen
Pelaksanaan dan kesiapan Sekolah Menyongsongnya, hlm 11 27 Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen
Pelaksanaan dan kesiapan Sekolah Menyongsongnya, hlm 12 28 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), hlm. 19 29 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis, hlm 20
dengan visi, misi dan satuan pendidikan. Untuk mewujudkan visi, misi
dan tujuan tersebut sekolah dituntut untuk mengembangkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indikator kompetensi,
mengembangkan strategi, menentukan prioritas, mengendalikan
pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar, serta
mempertanggungjawabkan kepada masyarakat dan pemerintah.30
2. Tujuan KTSP
Secara umum tujuan diterapkan KTSP adalah untuk
memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian
wewenang (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah
untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam
pengembangan kurikulum.
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk :
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
c. Meningkatkan kompetensi yang sehat antara satuan pendidikan
tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.31
Tujuan utama KTSP adalah memandirikan dan memberdayakan
sekolah dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan
kepada peserta didik, sesuai dengan kondisi lingkungan.32
3. Landasan KTSP
KTSP disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang
dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
30 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis, hlm. 21 31 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis, hlm. 22. 32 Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen
Pelaksanaan dan kesiapan Sekolah Menyongsongnya, hlm 13
Perarutan Pemerintah (PP) RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.33
Dalam pasal 36 ayat 1 sampai 4 UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan:
a. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
c. Kurikulm disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: 1) Peningkatan iman dan takwa; 2) Peningkatan akhlak mulia; 3) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; 4) Keragaman potensi daerah dan lingkungan; 5) Tuntunan pembangunan daerah dan nasional; 6) Tuntutan dunia kerja; 7) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; 8) Agama; 9) Dinamika perkembangan global; dan 10) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
d. Ketentuan mengenai perkembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.34
Adapun peraturan pemerintah yang kemudian mengatur persoalan
ini adalah Perarutan Pemerintah (PP) RI Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (SNP). Dalam PP ini disebutkan bahwa
standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.35
Dalam penyusunan KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah
mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
33 Masnur Muslich, KTSP; Dasar Pemahaman dan Pengembangan Pedoman Pengelola
Lembaga Pendidikan, Pengurus Sekolah, Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Dewan Sekolah dan Guru, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), cet. I, hlm. 1.
34 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Berserta Penjelasannya, (Bandung: Nuansa Aulia, 2005), hlm. 35
35 Bab I Pasal 1 (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 2
2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
Peraturan menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan 23, dan
berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BNSP).36
4. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan jenjang pendidikan dasar
dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah
berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta
panduan penyusunan kurikulum yang di buat BSNP, dengan
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 37
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya.
b. Beragam dan terpadu
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
f. Belajar sepanjang hayat
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Selain itu KTSP disusun dengan memperhatikan acuan operasional
sebagai berikut :38
36 Masnur Muslich, KTSP; Dasar Pemahaman dan Pengembangan Pedoman Pengelola
Lembaga Pendidikan, Pengurus Sekolah, Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Dewan Sekolah dan Guru, hlm. 1
37 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis, hlm 151-153.
38 Masnur Muslich, KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar Pemahaman dan Pengembangan, hlm. 11-12.
a. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
b. Peningkatan potensi kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik
c. Keragaman potensi dan karakter daerah dan lingkungan.
d. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
e. Tuntutan dunia kerja
f. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
g. Agama
h. Dinamika perkembangan global
i. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
j. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
k. Kesetaraan gender.
l. Karakteristik satuan pendidikan
5. Komponen KTSP
Ada empat komponen dalam KTSP antara lain:
a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan
menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan
berikut.
1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai dengan kejuruannya. 39
b. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah yang tertuang dalam SI meliputi lima kelompok mata
pelajaran sebagai berikut.
1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
4) Kelompok mata pelajaran estetika
5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui
muatan dan/atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam
PP 19/2005 Pasal 7. tentang kelompok mata pelajaran.
Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan
dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada
satuan pendidikan. Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan
pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum.
1) Mata pelajaran
Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing
tingkat satuan pendidikan berpedoman pada struktur kurikulum
yang tercantum dalam SI.
2) Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas
dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya
tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan atau
terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri.
39 Masnur Muslich, KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar Pemahaman dan
Pengembangan, hlm. 11-12.
3) Kegiatan Pengembangan Diri
Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi
sekolah.
Pengembangan diri untuk satuan pendidikan khusus
menekankan pada peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian
sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran.
Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif,
tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran.
4) Pengaturan Beban Belajar
a) Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat
satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB baik
kategori standar maupun mandiri, SMA/MA/SMALB
/SMK/MAK kategori standar.
Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) dapat
digunakan oleh SMP/MTs/SMPLB kategori mandiri, dan oleh
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori standar.
Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) digunakan
oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori mandiri.
b) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem
paket dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur
kurikulum. Pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata
pelajaran yang terdapat pada semester ganjil dan genap dalam
satu tahun ajaran dapat dilakukan secara fleksibel dengan
jumlah beban belajar yang tetap. Satuan pendidikan
dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran
per minggu secara keseluruhan. Pemanfaatan jam
pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta
didik dalam mencapai kompetensi, di samping dimanfaatkan
untuk mata pelajaran lain yang dianggap penting dan tidak
terdapat di dalam struktur kurikulum yang tercantum di dalam
Standar Isi.
c) Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket untuk
SD/MI/SDLB 0% - 40%, SMP/MTs/SMPLB 0% - 50% dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0% - 60% dari waktu
kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.
Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan
potensi dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai
kompetensi.
d) Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di
sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Empat jam praktik
di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka.
e) Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur, dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk SMP/MTs dan
SMA/MA/SMK/MAK yang menggunakan sistem SKS
mengikuti aturan sebagai berikut.
(e) Satu SKS pada SMP/MTs terdiri atas: 40 menit tatap
muka, 20 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri
tidak terstruktur.
(f) Satu SKS pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45
menit tatap muka, 25 menit kegiatan terstruktur dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur.
5) Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan
dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria
ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan
pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan
mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik
serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran.
6) Kenaikan Kelas dan Kelulusan
Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1),
peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada
pendidikan dasar dan menengah setelah:
a) menyelesaikan seluruh program pembelajaran.
b) memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk
seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian,
kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran
jasmani, olahraga, dan kesehatan;
c) lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
d) lulus Ujian Nasional.
7) Penjurusan
Penjurusan dilakukan pada kelas XI dan XII di SMA/MA.
Kriteria penjurusan diatur oleh direktorat teknis terkait.
8) Pendidikan Kecakapan Hidup
a) Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,
SMA/MA/ SMALB, SMK/MAK dapat memasukkan
pendidikan kecakapan hidup, yang mencakup kecakapan
pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik dan/atau
kecakapan vokasional.
b) Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian integral
dari pendidikan semua mata pelajaran dan/atau berupa
paket/modul yang direncanakan secara khusus.
c) Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari
satuan pendidikan yang bersangkutan dan/atau dari satuan
pendidikan formal lain dan/atau nonformal.
9) Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global
a) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah
pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dan
kebutuhan daya saing global dalam aspek ekonomi, budaya,
bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-
lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan
kompetensi peserta didik.
b) Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat
memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
c) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat
merupakan bagian dari semua mata pelajaran dan juga dapat
menjadi mata pelajaran muatan lokal.
d) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta
didik dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal
yang sudah memperoleh akreditasi. 40
c. Kalender Pendidikan
Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun
kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik
sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan
memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana yang dimuat dalam
Standar Isi. 41
d. Silabus, SP (Satuan Pembelajaran) dan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pengajaran)
40 Masnur Muslich, KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar Pemahaman dan
Pengembangan, hlm. 12-15. 41 Masnur Muslich, KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar Pemahaman dan
Pengembangan, hlm. 15
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok
mata pelajaran dengan tema tertentu yang mencakup standar ,
kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh satuan tingkat
pendidikan. Dalam KTSP, Silabus merupakan penjabaran standar
kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian hasil belajar.
Dalam Silabus minimal memuat enam komponen utama yakni:
1) Standar kompetensi.
2) Kompetensi dasar.
3) Indikator.
4) Materi standar.
5) Standar proses (kegiatan belajar mengajar.
6) Standar penilaian.42
Begitu juga dalam proses pembelajaran seorang guru
membutuhkan perencanaan pembelajaran atau biasa disebut rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang merupakan rancangan
pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam
pembelajaran di kelas. Tanpa perencanaan yang matang mustahil
target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. RPP terdiri dari
beberapa komponen diantaranya: standar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, pendekatan dan metode pembelajaran, langkah-langkah
kegiatan pembelajaran, alat dan sumber belajar dan evaluasi
pembelajaran.43
42 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis,, hlm
190-191 43 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta :
PT Bumi Aksara, 2007), hlm. 53
6. Kelebihan KTSP
KTSP sebagai kurikulum penyempurna mempunyai kelebihan
diantaranya:
a. KTSP menganut prinsip fleksibilitas setiap sekolah diberikan
kebebasan menambah 4 jam pelajaran tambahan perminggu yang bisa
diisi apa saja baik yang wajib ataupun yang muatan lokal.
b. KTSP membutuhkan pemahaman dan keinginan sekolah untuk
mengubah kebiasaan lama yakni kebergantungan pada birokrat.
c. Guru kreatif dan siswa aktif. Guru harus bisa “memaksa” siswa untuk
memberi feed back dalam setiap pelajaran.
d. KTSP dikembangkan dengan menganut prinsip diversifikasi melalui
KTSP diharapkan adanya keseimbangan antara kepentingan nasional
dan kepentingan daerah.
e. KTSP sejalan dengan konsep desentralisasi pendidikan dan
manajemen berbasis sekolah (School –based management).
f. KTSP beragam terpadu. Biarkan sekolah menentukan kriteria
kelulusan masing-masing, yakni dengan menggabungkan hasil UAN
dengan ujian sekolah masing-masing
g. KTSP tanggap terhadap perkembangan IPTEK dan seni. KTSP
berpusat pada potensi perkembangan, kebutuhan dan kehidupan,
menyeluruh dan berkesinambungan, dan mestinya sejalan dengan
prinsip belajar sepanjang hayat. 44
B. Pembelajaran Fiqih
1. Pengertian Pembelajaran Fiqih
Pembelajaran dalam pendidikan berasal dari kata instruction yang
berarti pengajaran. Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang
menuntut guru menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik
sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan.45
44 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, hlm. 16-
17 45 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 117
Menurut Frederick Y. Mc. Donald dalam bukunya Educational
Psychology mengatakan: Education/ learning is a process or an activity,
which is directed at producing desirable changes into the behavior of
human beings. Pendidikan/pembelajaran adalah suatu proses atau aktifitas
yang menunjukkan perubahan yang layak pada tingkah laku manusia.46
Dalam bukunya Theory and Problems of Psychology of Learning
dinyatakan bahwa Learning can be defined as any relatively permanent
change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of
experience.47 (Pembelajaran adalah dapat diartikan sebagai perubahan
yang relatif tetap dalam tingkah laku seseorang yang terjadi sebagai hasil
dari pengalaman). Pada dasarnya pembelajaran merupakan interaksi antara
guru dan peserta didik, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang
lebih baik.
Sedangkan pembelajaran Mata pelajaran Fiqih di Madrasah
Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari
tentang fikih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman
tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam
kehidupan sehari-hari, serta fikih muamalah yang menyangkut pengenalan
dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan
minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan
jual beli dan pinjam meminjam. Secara substansial mata pelajaran Fikih
memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik
untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan
sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri,
sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya.48
46Frederick Y. Mc. Donald, Educational Psychology, (Tokyo: Overseas Publication LTD,
1959), hlm. 4. 47 Arno F. Witting, Theory and Problems of Psychology of Learning, (New York: Mc
Graw Hiil Book Company, tth), hlm. 2 48 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 20
2. Tujuan Pembelajaran Fiqih
Dalam undang-undang RI No. 20 tahun 2003 pasal 3 di sebutkan
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab.49
Jabir Abdul Hamid Jabir, dalam kitab Ilmu Nafsi At-Tarbawi
mengatakan
.9� ا7/�اض ا7 ��51�� 5���1��6 أن 1�23� 0��� أ/�.
Salah satu tujuan dasar pendidikan adalah mampu menumbuhkan pemahaman yang lebih. 50
Sedang pembelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan
untuk membekali peserta didik agar dapat:
c. Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik
yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan
pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.
d. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan
benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan
ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT,
dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya
maupun hubungan dengan lingkungannya.51
3. Materi Fiqih
Ruang lingkup materi mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah
meliputi:
49 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Berserta Penjelasannya, hlm. 2. 50Jabir Abdul Hamid Jabir, Ilmu Nafsi At-Tarbawi, (Mesir: Darul Nahdlatul Arabiyah,
1977), hlm.7. 51 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, hlm. 59
a. Fikih ibadah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman tentang
cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti: tata cara
taharah, salat, puasa, zakat, dan ibadah haji.
b. Fikih muamalah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman
mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan
haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam
meminjam.52
4. Metode Pembelajaran Fiqih
Permasalahan yang sering dijumpai dalam pengajaran atau
pembelajaran adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa
secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Disamping
masalah lainnya yang juga sering didapati adalah kurangnya perhatian
guru agama terhadap variasi penggunaan metode mengajar dan upaya
peningkatan mutu pengajaran secara baik.
Metode pembelajaran menurut Sudjana adalah cara yang
dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya pembelajaran. Oleh karena itu peranan metode
pembelajaran sebagai alat untuk menciptakan proses belajar-mengajar .
dengan metode in diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa
sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain tercipta
interaksi edukatif.53
Metode pembelajaran juga dapat diartikan sebagai cara yang
dugunakan oleh guru untuk mengadakan hubungan dengan peserta didik
pada saat berlangsung pembelajaran, dan penyampaian itu berlangsung
dalam interaksi edukatif.54
Proses pembelajaran yang baik hendaknya mempergunakan
berbagai jenis metode mengajar secara bergantian atau saling bahu
52 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, hlm. 63 53 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, cet V, 2000), hlm. 76. 54 Depad RI, metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: 2002), hlm. 88.
membahu satu sama lain. Berikut beberapa variasi metode yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran fiqih:
a. Metode ceramah, yaitu: guru memberikan penjelasan kepada sejumlah
murid pada waktu tertentu dan tempat tertentu pula.55
b. Metode tanya jawab, yaitu: penyampaian pelajaran dengan jalan guru
mengajukan pertanyaan dan murid menjawab.56
c. Metode diskusi, yaitu: suatu metode di dalam mempelajari bahan atau
menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya.57
d. Metode demonstrasi, yaitu: metode yang mengajar yang menggunakan
peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik.58
e. Metode tugas belajar dan resitasi:, yaitu: suatu cara dalam proses
belajar mengajar dengan cara guru memberikan tugas tertentu kepada
murid.
f. Metode kerja kelompok, yaitu: suatu metode dengan cara guru
membagi-bagi anak didik dalam kelompok-kelompok untuk
memecahkan suatu masalah
g. Metode sosiodrama (role playing), yaitu: suatu metode dengan drama
atau sandiwara dilakukan oleh sekelompok orang untuk memainkan
suatu cerita yang telah disusun naskah ceritanya dan dipelajari
sebelum memainkan
h. Metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu: suatu metode
mengajar dengan menggunakan metode berfikir, sebab dalam problem
solving murid dituntut memecahkan sebuah masalah
i. Metode sistem regu (team teaching), yaitu: metode mengajar dua
orang guru atau lebih bekerja sama mengajar sebuah kelompok siswa.
Jadi kelas dihadapi oleh beberapa guru
55 Zakiyah Darajat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
1995), hlm. 227 56 M. Zein, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: AK Group dan Indra Buana,
1995) hlm. 178 57 M. Zein, Metodologi Pengajaran Agama, hlm. 175 58 Zakiyah Darajat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam hlm. 232-233
j. Metode karya wisata (field-trip), yaitu: kunjungan keluar kelas dalam
rangka mengajar
k. Metode manusia sumber (resource person), yaitu: orang luar (bukan
guru) atau orang-orang PPL memberikan pelajaran kepada siswa
l. Metode simulasi, yaitu: cara untuk menjelaskan suatu pelajaran
melalui perbuatan yang bersifat pura-pura
m. Metode latihan (drill), metode ini digunakan untuk memperoleh suatu
ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari.
n. Metode latihan kepekaan (dinamika kelompok).59
Dari beberapa metode diatas, masing-masing metode mempunyai
kelemahan dan kelebihan sendiri-sendiri, kendatipun demikian, tugas guru
adalah memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses
belajar mengajar, ketepatan penggunaan metode mengajar tersebut sangat
bergantung pada tujuan, isi, proses belajar mengajar, dan kegiatan belajar
mengajar.
5. Evaluasi (Evaluation of Performance) dalam Pembelajaran Fiqih
Performance adalah proses belajar mengajar, yaitu interaksi antara
siswa dan pengajar, dan interaksi antara siswa dengan media intruksional.
Interaksi tersebut berupa apa yang diberikan stimulus dan bagaimana
reaksinya. Jadi evaluasi terhadap performance berarti evaluasi terhadap
seluruh proses belajar mengajar dari awal pelajaran diberikan, selama
pelaksanaan pengajaran (proses), dan pada akhir pengajaran yang sudah
ditarget semula. (terminal objective).
Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar terdiri dari
rangkaian tes yang dimulai dari (tes awal) / entering behaviour untuk
pengetahuan mutu\isi pelajaran yang sudah diketahui oleh siswa dan apa
yang belum terhadap rencana pembelajaran.
Pada saat pelaksanaan (dalam proses) pembelajaran fiqih
diperlukan tes formatif untuk mengetahui apakah proses pembelajaran
yang sedang berlangsung sudah betul atau belum. Data yang diperoleh
59 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar,t, hlm. 81-90
dari evaluasi formatif dipergunakan untuk pengembangan, need
assessment, dan diagnostic decision. Sedangkan pada akhir pembelajaran
diadakan evaluasi sumatif untuk mengetahui apakah yang diajarkan efektif
atau tidak. Evaluasi sumatif ini untuk mengetahui seberapa jauh
pengetahuan, keterampilan, atau sikap siswa menangkap pelajaran.60
C. Penerapan KTSP dalam Pembelajaran Fiqih
Pada dasarnya kehidupan manusia tidak bisa lepas dari rasa butuh
terhadap agama, ini terbukti dalam sejarah perkembangan manusia. Agama
merupakan kebutuhan manusia yang tetap tidak bisa ditinggalkan kebutuhan
terhadap manusia tersebut, karena sifat manusia tidak puas dengan kehidupan
dunia yang semu dan terbatas serta bersifat sementara sehingga mereka beralih
pada sesuatu yang kekal dan bisa mengisi kekosongan hati mereka.61
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat
manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu
kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa
pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi
nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan,
yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga,
sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan fiqih dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan
membetuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia
mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan
agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengamalan, pemahaman, dan
penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi
spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi
60 Mudhofirf, Teknologi Intruksional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), cet. 7, hlm.
84. 61 Zakiah Darajat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang,
1976), hlm.12
yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Pembelajaran fiqih sebagai bagian dari pendidikan secara umum sejak
masa lalu telah mengembangkan, merumuskan dan mempedomani kurikulum
dalam penyelenggaraan pembelajaran fiqih.62
Kurikulum pembelajaran fiqih, sebetulnya tidak jauh berbeda dari
pengertian kurikulum modern pada umumnya, kurikulum dalam konteks
pendidikan Islam dikenal dengan istilah manhaj yang berarti jalan yang terang
yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap mereka.63 Menurut Al-Syaibany,
pengertian manhaj (kurikulum) tersebut merupakan pengertian yang sempit
dan terbatas. Dalam definisi luas, maka kurikulum pendidikan Islam berisikan
materi untuk pendidikan seumur hidup (long life education) dan yang menjadi
materi pokok kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan, aktivitas dan
pengalaman yang mengandung unsur ketauhidan. Bila dikaitkan dengan
filsafat dan sistem pendidikan Islam, kurikulum pendidikan Islam
mengandung makna sebagai suatu rangkaian program yang mengarahkan
kegiatan belajar mengajar yang terencana dan sistematis dan berarah tujuan,
menggambarkan cita-cita ajaran Islam.64
KTSP sebagai bentuk pengembangan kurikulum yang bertujuan untuk
memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian
wewenang (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah
untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam
pengembangan kurikulum. Dimana Acuan Operasional Penyusunan
Kurikulumnya didasarkan pada Peningkatan iman dan takwa serta akhlak
mulia yaitu Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi dasar
pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang
62 Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005), hlm. 56. 63 Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (terj. Hasan
Langgulung), (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hlm. 478. 64 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 1999), hlm. 117.
memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan
takwa serta akhlak mulia. Dan termasuk Struktur dan muatan KTSP pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam SI yaitu
Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
Pembelajaran fiqih mendorong dikembangkannya standar kompetesi
sesuai dengan jenjang persekolahan yang secara nasional ditandai dengan
ciri-ciri: 65
1. Lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secara utuh selain
penguasaan materi;
2. Mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan
yang tersedia;
3. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk
mengembangkan strategi dan program pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan dan ketersediaan sumber daya pendidikan.
Pembelajaran fiqih diharapkan menghasilkan manusia yang selalu
berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun
peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan
peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh
dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam
pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun
global. 66
Firman Allah SWT, QS. Al-Isra’ 84:
�آ��� ������ أ��� ��� ه� أهى �����. $ آ # "!� ��� ٦٧)٨٤: ا(��اء(
“Katakanlah tiap-tiap orang berbuat menurut keadaanya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalan-Nya”. (Al-Isra’ 84).
65 CD KTSP Kerja sama Dinas Pendidikan Nasional dan Departemen Agama RI, 2007 66 CD KTSP Kerja sama Dinas Pendidikan Nasional dan Departemen Agama RI, 2007 67 Soenarjo, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Kumudasmoro Grafindo,
1994), hlm. 437.
Ayat diatas menjelaskan bahwa pendidikan membutuhkan perubahan
karena kebutuhan setiap keadaan manusia yang terus berkembang.
Dalam sebuah kaidah dikatakan
ا7?�ح وا�6>"@6�� AB7ا�C�D6ا �"E6ا �5 ��F� Mentransfer nilai-nilai baru yang lebih baik dengan tetap mempertahankan nilai-nilai lama yang baik. 68
Proses pembelajaran fiqih dalam sistem KTSP tidak berbeda dengan
mata pelajaran yang lain yaitu diserahkan pada tingkat satuan pendidikan
masing-masing karena pada dasarnya pembelajaran fiqih merupakan bagian
komponen KTSP, baik bentuk Silabi, maupun RPP. Yang membedakan PAI
dengan mata pelajaran lain adalah standar kompetensi, kompetensi dasar dan
materinya dalam Komponen itu.
Pembelajaran fiqih dengan KTSP menuntut satuan pendidikan
terutama guru fiqih untuk lebih profesional dalam menjalankan tugas
pembelajaran fiqih dan guru lebih bersifat motivator karena tokoh utama
dalam pendidikan ini adalah peserta didik.
68 Muktarom, Pendidikan Islam Di Tengah Pergumulan Budaya Kontemporer,
(Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2007), hlm 12
BAB III
PELAKSANAAN KTSP DALAM PEMBELAJARAN FIQIH
DI MI KALIJERUK KECAMATAN GARUNG
KABUPATEN WONOSOBO
A. Kondisi Madrasah/Gambaran Umum MI Kalijeruk Kecamat an Garung
Kabupaten Wonosobo
1. Sejarah dan Perkembangan MI Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten
Wonosobo
Sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
1945, salah satu tujuan pembangunan nasional yang diemban oleh
pemerintah adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya paling
strategis untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah melalui pendidikan
yang terorganisir secara baik. Akan tetapi karena berbagai alasan,
pemerintah memerlukan bantuan pihak-pihak lain untuk
menyelenggarakan pendidikan guna mencapai tujuan tersebut. Oleh karena
itu pendirian madrasah merupakan salah satu wujud upaya membantu
program pemerintah.
Berawal dari pemikiran tersebutlah, para tokoh pendidikan, tokoh
agama dan tokoh masyarakat Desa Kalijeruk berinisiatif mendirikan
madrasah berupa satuan pendidikan tingkat dasar (MI), yaitu MI Ma’arif
Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo dengan tujuan selain
membantu program pemerintah juga ingin mengembangkan ajaran-ajaran
Islam ala ahlusunnah waljama’ah melalui pendidikan dan membentuk
anak/peserta didik selaku generasi bangsa yang beriman, bertaqwa, shalih,
shalihah, berbudi pekerti yang luhur, cerdas, terampil dan berwawasan
luas sehingga nantinya dapat berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
didirikan pada tahun 1969. upaya tersebut terlaksana atas dasar
musyawarah para tokoh pendidikan, tokoh agama dan tokoh masyarakat di
Desa Kalijeruk dan atas dukungan warga masyarakat desa tersebut. Dan
sebagai pelopor utama pendirian MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung
Kabupaten Wonosobo tersebut adalah Mustaham selaku tokoh pendidikan
dan Wahidun selaku tokoh agama.69
2. Letak Geografis MI Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
MI Ma’arif Kalijeruk Merupakan sebuah lembaga pendidikan yang
bercirikan Islam dengan status terakreditasi ‘B’ terletak di Desa Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo Jawa tengah. Secara geografis,
letak MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
cukup strategis karena letaknya di sebuah kawasan atau daerah yang
tenang, nyaman, sejuk dan jauh dari keramaian serta dikelilingi oleh
pemukiman penduduk. Selain itu, letaknya juga mudah dijangkau dari
segala penjuru. Dan hal yang tidak kalah pentingnya, letak madrasah tidak
terlalu jauh dari wilayah kecamatan, yaitu hanya sekitar ± 0,5 Km.
Secara lebih lanjut, letak desa kalijeruk yang merupakan lokasi MI
Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo berbatasan
dengan beberapa desa dan kecamatan. Secara terperinci dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Disebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Mojotengah
b. Disebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kejajar
c. Disebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Mojotengah
d. Disebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kejajar
Dengan demikian, secara geografis letak MI Ma’arif Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo tergolong cukup strategis
karena dikelilingi oleh beberapa desa dan kecamatan disekitarnya. Apalagi
kondisi wilayah-wilayah tersebut berada di daerah dataran tinggi yang
jauh/tidak rawan bencana, separti banjir, dan erosi.70
69 Dokumen MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo yang
dikutip pada tanggal 4 Februari 2011 70 Dokumen MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo yang
dikutip pada tanggal 4 Februari 2011
3. Keadaan Tenaga Pendidikan, Tenaga Kependidikan MI Ma’arif Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
Keadaan tenaga pendidikan yang ada di MI Ma’arif Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo hingga bulan Februari 2011
jumlahnya 10 orang yang terdiri 5 PNS dan 5 yang berstatus sebagai non
PNS.
Adapun guru dan karyawan yang bertugas di MI Kalijeruk adalah
sebagai berikut :71
Tabel 1
Daftar Guru dan Karyawan MI Ma’arif Kalijeruk Tahun 2010/2011
No. Nama Pendidikan Jabatan Keterangan 1 Ahmad Muchasir,SE S1-2004 KAMA D NIP. 2 Khuzaimah,S.Pd.I S1-2008 Guru NIP.198305242005012002 3 Ahmad Hisyam, A.ma D2-2003 Guru Sedang S1 NIP.198106222007011012 4 Umi Azizan, A.ma D2-2007 Guru Sedang S1 NIP.197110082007102003 5 Khoizah Rikhayati S.Pd.I S1-2010 Guru NIP.197903052007102002 6 Suyanti MAN-2002 Guru Sedang S1 NIP.150418973 7 Umi Hawaiyah SMA-2007 Guru Sedang S1 8 Usmiyati SMA-2009 Guru Sedang s1 9 Titin Supriyati S.Pd.I S1-2009 Guru 10 Makmun SMA-2010 Guru
4. Keadaan Siswa MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten
Wonosobo
Siswa MI Ma’arif Kalijeruk awal tahun pelajaran 2010/2011
berjumlah 144 siswa, 74 siswa laki-laki dan 70 siswa perempuan yang
berasal dari desa kalijeruk.
71 Dokumen MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo yang
dikutip pada tanggal 4 Februari 2011
Kemudian tentang keadaan siswa MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan
Garung Kabupaten Wonosobo sampai dengan bulan Februari 2011 dapat
dilihat dalam tabel di bawah ini :72
Tabel 2 Keadaan siswa MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten
Wonosobo Tahun Pelajaran 2010/2011 No Kelas Keadaan Siswa Jumlah
L P 1 I 10 13 23 2 II 15 8 23 3 III 11 14 25 4 IV 14 10 24 5 V 8 15 23 6 VI 11 15 26
Jumlah 74 70 144 B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MI Ma’arif K alijeruk Kecamatan
Garung Kabupaten Wonosobo
Sesuai dengan perkembangan pendidikan modern, di berbagai lembaga
pendidikan, dikembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai
penyempurna dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK). KTSP adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan, dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya (1994 dan
Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004) KTSP memuat dua ketentuan yakni
standar isi dan standar kelulusan. Pada pelaksanaannya proses pencapaian
kedua standar tersebut sangat terbuka dan diserahkan kepada daerah masing-
masing dan memberikan keleluasaan kepada tingkat satuan pendidikan untuk
mengembangkan kurikulum tersebut sesuai dengan Satuan Pendidikan,
potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan
Peserta didik di sekolah masing-masing
Dalam penyusunan KTSP, sekolah memerlukan sumber daya manusia
(Tenaga Kependidikan dan tenaga non kependidikan di sekolah) yang
72 Dokumen MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo yang
dikutip pada tanggal 4 Februari 2011
memiliki kemampuan selain mengelola proses pembelajaran di sekolah, yaitu;
1. Kemampuan menganalisis potensi dan kekuatan/kelemahan yang ada di
sekolah
2. Menganalisis peluang dan tantangan yang ada dimasyarakat dan
lingkungan sekitar.
3. Mengidentifikasi standar isi dan Standar Kompetensi lulusan.
Ketiga kemampuan tersebut merupakan kemampuan baru, yang harus
dimiliki oleh sekolah terutama guru sebagai sumberdaya Penyusunan KTSP,
yang selama ini tidak pernah muncul sebagai akibat dari kebijakan pendidikan
dan kurikulum sebelumnya. 73
KTSP memberikan wewenang kepada Sekolah dalam mengembangkan
kurikulum sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan. Pengembangan KTSP
tentunya berbeda antara satu sekolah dengan sekolah yang lain. KTSP pada
sekolah mandiri berbeda dengan sekolah standar. Sekolah kategori standar
merupakan sekolah yang memiliki komponen pendidikan yang memerlukan
bantuan penuh dari pemerintah dan belum bisa secara mandiri memenuhi
kebutuhan sekolahnya. Sedangkan sekolah kategori mandiri dapat
mengembangkan diri menjadi sekolah yang unggul dan dapat mengalami
percepatan dan pembelajaran (accelerated learning).74
1. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MI Ma’arif Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
Tujuan digunakannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
adalah untuk meningkatkan kompetensi siswa dan mengarahkan
pembelajaran sesuai dengan satuan sekolah masing-masing dalam hal ini
masyarakat MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten
Wonosobo. 75
2. Landasan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MI Ma’arif Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo.
73 Wawancara dengan Kepala Madrasah MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung
Kabupaten Wonosobo Bapak Ahmad Muchasir,SE. pada tanggal 9 Februari 2011 74 Wawancara dengan Kepala Madrasah pada tanggal 9 Februari 2011 75 Wawancara dengan Kepala Madrasah pada tanggal 9 Februari 2011
Landasan yang dipergunakan di MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan
Garung Kabupaten Wonosobo dalam menggunakan KTSP adalah sesuai
dengan undang-undang sistem pendidikan nasional, peraturan pemerintah
no 19 tahun 2005 standar isi dan standar kompetensi lulusan sebagaimana
tercantum dalam panduan BSNP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 76
3. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di
MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
dalam menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan prinsip yang
dipergunakan diantaranya berpusat pada perkembangan dan peningkatan
kemampuan peserta didik baik kognitif, psikomotorik dan afektif dalam
menunjang kehidupannya, selain itu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan di MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten
Wonosobo dipersiapkan untuk mengatasi gejolak globalisme yang
semakin kuat yang menuntut kreativitas dari seseorang untuk
menghadapinya.77
4. Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MI Ma’arif Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tersusun dalam
bentuk tujuan, materi, proses pembelajaran, dan rencana pembelajaran
lainnya yang tertuang dalam RPP, silabus kalender pendidikan, dan
perangkat pendidikan lainnya
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Penilaian berbasis
kelas merupakan salah satu komponen dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan. Penilaian berbasis kelas dilakukan untuk memberikan
keseimbangan pada ketiga ranah, kognitif, afektif, dan psikomotorik
dengan menggunakan berbagai jenis, bentuk dan model penilaian yang
dilakukan secara berkesinambungan. Penilaian berbasis kelas diharapkan
lebih bermanfaat untuk memperoleh gambaran secara utuh mengenai
76 Wawancara dengan Kepala Madrasah pada tanggal 9 Februari 2011 77 Wawancara dengan Kepala Madrasah pada tanggal 9 Februari 2011
prestasi dan kemajuan proses dan hasil belajar yang dicapai oleh peserta
didik pada setiap mata pelajaran.
Peserta didik dituntut untuk mampu menguasai dan menampilkan
kemampuannya secara nyata, baik dalam penguasaan pengetahuan, sikap,
nilai maupun ketrampilan. KTSP menuntut guru untuk mampu
mengajarkannya kepada peserta didik dalam suatu kegiatan belajar-
mengajar yang baik untuk mengetahui apakah peserta didik benar-benar
telah mampu menguasai kompetensi yang dituntut oleh Kurikulum tingkat
Satuan Pendidikan, maka perlu dilakukan penilaian terhadap proses dan
hasil belajarnya. Seperti halnya Kurikulum Berbasis Kompetensi,
kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan juga melakukan penilaian yang
digunakan adalah penilaian berbasis kelas.78
C. Pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif Kalijeruk Kecamata n Garung Kabupaten
Wonosobo
MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
menerapkan pembelajaran fiqih dilakukan dengan memperhatikan beberapa :
1. Kurikulum dan Tujuan Pembelajaran Fiqih
Ruang lingkup pembelajaran fiqih sesuai dengan Peraturan
Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan
Bahasa Arab di Madrasah yang meliputi :
a. Fikih ibadah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman tentang
cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti: tata cara
taharah, salat, puasa, zakat, dan ibadah haji.
b. Fikih muamalah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman
mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan
haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam
meminjam.79
78 Wawancara dengan Kepala Madrasah pada tanggal 9 Februari 2011 79 Wawancara dengan Guru Fiqih MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten
Wonosobo Ibu Khuzaimah,S.Pd.I. pada tanggal 15 Februari 2011
Sedangkan tujuan pembelajaran fiqih juga sesuai dengan Peraturan
Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan
Bahasa Arab di Madrasah yaitu:
e. Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik
yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan
pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.
f. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan
benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan
ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT,
dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya
maupun hubungan dengan lingkungannya.80
2. Penilaian Berbasis Kelas
Pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, penilaiannya harus
menyeluruh pada segenap aspek tersebut dengan mempertimbangkan
tingkat perkembangan siswa, serta bobot setiap aspek dari setiap
kompetensi dan materi. Misalnya aspek kognitif, meliputi: seluruh materi
pembelajaran. Aspek afektif sangat dominan khususnya pada aspek
penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam materi, sedangkan aspek
psikomotorik sangat domain pada aspek praktek ibadah.
Untuk pelaksanaannya, di MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung
Kabupaten Wonosobo meskipun belum menuju kesuksesan pelaksanaan
KTSP pada pembelajaran fiqih, para guru dan terlebih-lebih kepala
sekolah terus berupaya melaksanakannya dengan baik.
Adapun dalam jenis penilaian untuk mengukur tiga aspek tersebut,
MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
menggunakan penilaian seperti kuis, pertanyaan lisan, ulangan harian,
ulangan blok, tugas individu, tugas kelompok, responsif atau ujian
praktek, laporan kerja praktik, serta ujian sumatif. 81
80 Wawancara dengan Guru Fiqih pada tanggal 15 Februari 2011 81 Wawancara dengan Guru Fiqih pada tanggal 15 Februari 2011
3. Kegiatan Belajar-Mengajar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MI
Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
Proses pembelajaran yang ada selama ini masih terdapat
kecenderungan bersifat memaksakan target bahan ajar, bukan pada
pencapaian dan penguasaan kompetensi. Namun lain halnya dengan
proses pembelajaran fiqih di MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung
Kabupaten Wonosobo. Di sekolah tersebut, selain proses pembelajaran
yang terfokus pada aspek kognitif (pencapaian target bahan ajar) yang
bersifat hafalan, ceramah dan sejenisnya yang selama ini dilakukan, juga
menekankan aspek afektif dan psikomotorik.
Sebagai sekolah yang sedang mengupayakan pengembangan KTSP
fiqih, maka tidak terlepas dari beberapa sarana dan prasarana yang
mendukung pelaksanaannya, antara lain:
a. Materi pendukung / materi pokok yang dipelajari terkait dengan apa
yang telah mereka ketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang
terjadi disekelilingnya.
b. Metode pengajaran yang sesuai dengan materi perkembangan zaman.
c. Media pengajaran yang cukup.
d. Kesiapan siswa guru, sarana dan prasarana.
e. Kurikulum yang sesuai dengan perkembangannya.
f. Evaluasi yang terprogram dan system penilaian yang berkelanjutan.
g. Perangkat administrasi pengajaran yang lengkap.
h. Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah
i. Sekolah mempunyai peran dan tanggung jawab yang terkait dalam
pendidikan di daerah yang bersangkutan. Secara khusus, tugas unsur-
unsur yang berada di sekolah dalam pengelolaan kurikulum.82
Di MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
kepala madrasah sangat mendukung terlaksananya Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Hal ini terbukti dengan mengikutsertakan guru-guru
pada pelatihan-pelatihan tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
82 Wawancara dengan Guru Fiqih pada tanggal 15 Februari 2011
dukungan sarana dan prasarana dan lain-lain. Selain itu, hal lain yang
mendukung pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah
sebagai berikut:
a. Guru yang berkompeten di bidangnya
b. Sarana dan prasarana yang menunjang
c. Wali murid yang antusias dan peduli pada perkembangan sekolah
d. Manajemen sekolah yang pro-aktif dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan .83
Dalam menyelenggarakan program, MI Ma’arif Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo mendasarkan pada tata
hubungan antar komponen pokok sekolah yaitu sebagai berikut:
a. Orang Tua/ Wali Murid
1) Orang tua/ wali murid selaku penanggung jawab bersama
lembaga, masyarakat dan pemerintah berhak mengetahui segala
kebijakan yang berkaitan dengan penyelenggaraan sekolah.
2) Orang tua/ wali murid melalui komite sekolah berkewajiban
mendukung proses berlangsungnya pendidikan dan secara pribadi
mengadakan musyawarah dengan madrasah/sekolah.
b. Siswa
1) Siswa wajib mengikuti program yang telah menjadi kebijaksanaan
sekolah
2) Siswa wajib mentaati tata tertib sekolah
c. Sekolah
Sekolah berkewajiban menyelenggarakan pendidikan sesuai
dengan visi dan misinya. Sekolah memberikan laporan tentang
keadaan peserta didik kepada wali murid secara periodic sebagai
bentuk tanggung jawab kepada orang tua/wali.84
Dengan demikian, agar pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dapat berjalan dengan baik, maka perlu adanya kerja sama antar
83 Wawancara dengan Kepala Madrasah pada tanggal 9 Februari 2011 84 Wawancara dengan Kepala Madrasah pada tanggal 9 Februari 2011
komponen pendidikan yang bukan hanya melibatkan guru dan siswa, tetapi
juga kepada kepala sekolah, komite sekolah, masyarakat dan juga pihak-pihak
lain yang terkait.
D. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam
Pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif Kalijeruk Kecamata n Garung
Kabupaten Wonosobo.
Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MI Ma’arif
Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo masih terhitung baru.
Karena Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini baru diterapkan tahun ajaran
2007/2008 dengan fasilitas dan media pembelajaran yang cukup memadai
sebagai alat proses belajar mengajar. Sehingga perlu sosialisasi, baik kepada
guru mata pelajaran, peserta didik dan stakeholder di MI Ma’arif Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo. Hal ini bertujuan agar Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan dapat diterapkan di lembaga pendidikan tersebut
sesuai rencana.85
Pelaksanaan pembelajaran fiqih dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya mencakup
perencanaan, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan dari implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan pada pembelajaran fiqih guru fiqih melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
5. Perencanaan Pembelajaran
Persiapan pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah rencana yang
digunakan untuk merealisasikan rancangan yang telah disusun dalam
silabus. Silabus merupakan serangkaian kegiatan atau pengalaman belajar
yang harus dilewati untuk mencapai ketuntasan belajar. Silabus disusun
oleh guru fiqih di MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten
Wonosobo sendiri dengan memperhatikan contoh yang telah
dikembangkan oleh BSNP.
85 Wawancara dengan Kepala Madrasah pada tanggal 9 Februari 2011
Guru fiqih MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten
Wonosobo sebagai pengembang kurikulum memiliki kreatifitas dalam
mengembangkan materi dan kompetensi dasar setiap pokok bahasan sesuai
dengan kompetensi yang dimiliki peserta didik dan perkembangan
lingkungan sekitar. Dalam merencanakan pengembangan silabus setiap
guru fiqih melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi dan menentukan jenis-jenis Standar kompetensi dan
Kompetensi dasar dari setiap bidang studi
b. Mengkonsep setiap bidang studi sesuai pokok bahasan yang akan
disampaikan
c. mengembangkan dasar kompetensi dan standar kompetensi dari pokok
bahasan, serta mengelompokkannya sesuai dengan ranah pengetahuan,
pemahaman, kemampuan (ketrampilan), nilai dan sikap.
d. Mengembangkan indikator untuk setiap kompetensi dan kriteria
pencapaiannya.
e. Mengembangkan materi sesuai dengan SK dan KD.
f. Merencanakan proses pembelajaran yang akan dilakukan.
g. Membuat penilaian yang disesuaikan dengan SK, KD dan tujuan dari
pembelajaran86
Selain itu guru fiqih MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung
Kabupaten Wonosobo tersebut membuat perencanaan pembelajaran yang
meliputi:
a. Program Tahunan
Program tahunan merupakan program umum setiap mata
pelajaran untuk setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru mata
pelajaran yang bersangkutan. Program ini perlu dipersiapkan dan
dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran baru, karena
merupakan pedoman bagi pengembangan program-program
86 Observasi pada tanggal 16 Februari 2011, dan Dokumentasi yang dikutip pada tanggal
17 Februari 2011
berikutnya, yakni program semesteran, program mingguan, dan
program harian atau program pembelajaran setiap pokok bahasan.
Dalam program tahunan mata pelajaran berisi tentang
kompetensi dasar yang akan dicapai dan alokasi waktu yang
dibutuhkan. (Contoh Program Tahunan terlampir)
b. Program Semesteran
Program semesteran berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal
yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut.
Program semesteran ini merupakan penjabaran dari program tahunan.
Pada umumnya program semesteran ini berisikan tentang bulan,
pokok bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang direncanakan,
dan keterangan-keterangan.
Pada modul program semesteran mata pelajaran ini berisi
tentang kompetensi dasar, pokok materi, indicator keberhasilan
belajar, pengalaman belajar yang akan dicapai, alokasi waktu, dan
system penilaian sumber, bahan, alat belajar sudah termasuk dalam
prota.
c. Program Rencana Pembelajaran
Rencana pembelajaran adalah sebuah persiapan yang
dilakukan oleh seorang guru dalam setiap mengajar. Untuk MI Ma’arif
Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo setiap guru mata
pelajaran fiqih sudah membuat rencana pembelajaran yang isinya
sesuai dengan konsep Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yaitu:
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil
belajar, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, pendekatan dan
metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, alat
dan sumber belajar dan evaluasi pembelajaran. (contoh terlampir)87
87 Observasi pada tanggal 16 Februari 2011, dan Dokumentasi yang dikutip pada tanggal
17 Februari 2011
d. Kalender Pendidikan
Kalender pendidikan di MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan
Garung Kabupaten Wonosobo di buat oleh pihak sekolah hasil
musyawarah kerja dari Tim pengembang kurikulum yang dikoordinir
oleh kepala madrasah. Dalam kalender pendidikan MI Ma’arif
Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo ditentukan atas
dasar efisiensi, efektifitas kegiatan belajar mengajar. 88
6. Pelaksanaan Pembelajaran Fiqih
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran fiqih adalah upaya yang
dilakukan oleh guru untuk merealisasikan rancangan yang telah disusun
baik di dalam silabus maupun rencana pembelajaran. Karena itu
pelaksanaan kegiatan pembelajaran menunjukkan penerapan langkah-
langkah suatu strategi pembelajaran yang ditempuh oleh guru untuk
menyediakan pengalaman belajar, langkah-langkah metode/strategi
kegiatan pembelajaran, dan program pembelajaran lintas kurikulum dalam
mencapai standar kompetensi hasil belajar di kelas program ilmu agama
Islam yang mengacu pada pendekatan, prinsip kegiatan pembelajaran dan
motivasi belajar, serta cara-cara belajar yang produktif, aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan.
Karena pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi
antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan-
perubahan perilaku yang lebih baik. Dalam pembelajaran, tugas guru yang
paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang
terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.89
Pelaksanaan pembelajaran MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung
Kabupaten Wonosobo khususnya mata pelajaran fiqih. Ada beberapa hal
yang menjadikan proses pembelajaran MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan
Garung Kabupaten Wonosobo memiliki nilai plus, diantaranya adalah
sebelum pembelajaran fiqih dimulai siswa diharapkan berdo’a secara
88 Wawancara dengan Guru Fiqih pada tanggal 15 Februari 2011 89 Wawancara dengan Guru Fiqih pada tanggal 15 Februari 2011
bersama-sama dengan dipimpin oleh salah satu siswa. Setelah itu
dilanjutkan membaca Al-Qur'an yang dikhususkan pada Juz Amma dan
bacaan yang ada dalam shalat. Dan ini merupakan salah satu implementasi
dari pendekatan pembiasaan dari materi fiqih yang paling efektif.
Kemudian budaya berjabat tangan yang dilakukan setiap jam mata
pelajaran terakhir, saat mau meninggalkan ruang kelas.
Pada garis besarnya ada beberapa langkah yang dilakukan oleh
guru fiqih MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
dalam melaksanakan pembelajaran diantaranya:
a. Appersepsi
Apersepsi adalah menghubungkan materi pembelajaran dengan
pengalaman peserta didik atau dengan kompetensi yang telah dikuasai
oleh peserta didik., Guru fiqih MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung
Kabupaten Wonosobo melakukan apersepsi dengan pre test baik berupa
tanya jawab, kuis, studi kasus atau yang lainnya.
Apersepsi memiliki peran penting dalam proses pembelajaran
antara lain sebagai berikut:
1) Untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesiapan peserta didik
sehingga proses belajarnya efektif
2) Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan
dengan proses pembelajaran yang dilakukan
3) Untuk mengetahui kompetensi awal yang telah dimiliki peserta
didik mengenai bahan ajar yang akan dijadikan topik dalam proses
pembelajaran
4) Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran
dimulai, tujuan-tujuan mana yang telah dikuasai peserta didik, dan
tujuan-tujuan mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian
khusus.90
90 Observasi pada tanggal 22 Februari 2011
b. Pendekatan Pembelajaran Fiqih
Pendekatan yang dilakukan dalam pembelajaran fiqih pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MI Ma’arif Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo lebih banyak digunakan
adalah pendekatan CTL, karena dengan pendekatan CTL peserta didik
diharapkan belajar dengan mengalami langsung, bukan mendengar dan
menghafal saja, artinya siswa belajar dengan cara melibatkan diri secara
langsung bukan hanya sekedar mengetahui, ketika peserta didik belajar
fiqih diharapkan mereka dapat memahami dan melaksanakan materi
yang disampaikan (dipraktekkan) dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya pada materi shalat para peserta langsung dimasjid atau
mushalla terdekat untuk latihan shalat atau melakukan shalat dhuhur dan
dhuha.
c. Metode Pembelajaran Fiqih
Efektifitas dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi
proses, pembelajaran efektif dan berhasil apabila peserta didik terlibat
secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses
pembelajaran. Sedangkan dari segi hasil, pembelajaran dikatakan efektif
dan berhasil
Dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan,
metode-metode pembelajaran yang ada dalam konsep Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan terus berupaya dilaksanakan, tanpa
meninggalkan metode lama yang sudah bagus. Pada pelaksanaan
pembelajaran fiqih MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten
Wonosobo guru berperan sebagai fasilitator dalam penyampaian materi,
sehingga guru tidak menjadi satu-satunya informasi, siswa juga bisa
aktif dalam pembelajaran.
Bentuk penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam
pelaksanaan pembelajaran antara lain dengan menggunakan metode-
metode yang sudah ada yang perlu dikembangkan dan disesuaikan
dengan materi yang diajarkan. Diantaranya metode-metode yang
digunakan dalam pembelajaran antara lain: 91
1) Metode Ceramah
Berdasarkan observasi dan wawancara guru bidang studi fiqih
metode ini biasanya digunakan guru pada awal pelajaran. Metode ini
bisa dikatakan sebagai prolog dari awal proses pembelajaran.
2) Metode Tanya Jawab
Ini dilakukan agar peserta didik terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran tidak bersifat
satu arah, melainkan ada feed back dengan peserta didik.
3) Metode Demonstrasi
Metode ini merupakan metode interaksi edukatif yang sangat
efektif dalam membantu murid untuk mengetahui proses
pelaksanaan sesuatu, apa unsur yang terkandung di dalamnya, dan
cara mana yang paling tepat dan sesuai, melalui pengamatan
induktif.
Metode ini biasanya digunakan pada pelajaran fiqih misalnya
pada materi atau pokok bahasan yang membutuhkan praktek seperti
materi shalat dan pelaksanaan haji atau yang lain.
4) Metode Pemecahan Masalah (problem solving)
Adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan
mengajak dan memotivasi siswa untuk memecahkan masalah dalam
kaitannya dengan kegiatan proses belajar mengajar. Metode ini
biasanya digunakan oleh mata pelajaran fiqh. Dengan tujuan untuk
mengembangkan pola pikir peserta didik.92
5) Metode Diskusi
91 Observasi pada tanggal 22 Februari 2011 92 Wawancara dengan Guru Fiqih pada tanggal 22 Februari 2011
Metode diskusi merupakan metode yang diterapkan oleh
semua guru mata pelajaran fiqih, sebagai upaya untuk
mengembangkan pola pikir siswa.
Metode ini dinilai efektif dalam meningkatkan motivasi siswa
dalam menguasai materi pelajaran yang akan dibahas pada
pertemuan berikutnya.
Pengelolaan kelas dan formasi yang digunakan dalam
pembelajaran beraneka ragam diantaranya: formasi U, formasi corak
tim, konferensi, melingkar, berkelompok dan kelas tradisional dan
sebagainya sesuai dengan materi dan keinginan peserta didik serta
kebutuhan proses pembelajaran.93
6) Metode Permainan
Metode ini dilakukan dengan melakukan permainan yang
berhubungan dengan meningkatkan kerjasama diantara peserta didik
selain itu metode ini dilakukan untuk menghilangkan rasa jenuh
yang dialami oleh peserta didik karena beban pelajaran yang terlalu
banyak yang mereka terima.
d. Media Pembelajaran
Selain itu media pembelajaran yang digunakan sesuai materi
yang diajarkan. Kreatifitas guru dalam menggunakan media sangat
berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran. fiqih MI Ma’arif
Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo memfasilitasi
semua sumber belajar sesuai kemampuan, baik sumber belajar yang
skala besar misal gedung, laboratorium, perpustakaan, sarana ibadah,
buku-buku, alat peraga dan sebagainya. Selain itu guru fiqih MI Ma’arif
Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo juga dituntut oleh
93 Wawancara dengan Guru Fiqih pada tanggal 22Februari 2011
sekolah untuk menciptakan media sendiri yang dapat memperlancar
kegiatan pembelajaran fiqih.94
7. Evaluasi
Efektifitas pembelajaran tidak dapat diketahui tanpa melalui
evaluasi hasil belajar. Sesuai dengan karakteristik Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan evaluasi atau penilaian hasil belajar fiqih MI Ma’arif
Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo menggunakan
penilaian berbasis kelas (PBK), yang memuat ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik. Dalam hal ini ada bentuk penilaian yang digunakan:
a. Penilaian Proses
Penilaian proses dilakukan terhadap partisipasi peserta didik
baik secara individu maupun kelompok selama proses pembelajaran
berlangsung. Standar yang digunakan di MI Ma’arif Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo dalam penilaian proses
dapat dilihat dari keterlibatan peserta didik secara aktif, baik fisik,
mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping
menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang
besar, dan rasa percaya diri sendiri. Selain memperhatikan keaktifan
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dalam satuan bahasan
tertentu. Penilaian proses secara kognitif dapat dilakukan dengan
adanya pre test, post test dengan ulangan harian yang dilakukan
dengan test tulis yang berbentuk pilihan ganda (objektif) dan
berbentuk uraian (subjektif).
Selain penilaian yang berbentuk test juga menggunakan
instrumen lain yaitu portofolio. Hal ini diselenggarakan agar
kompetensi setiap mata pelajaran fiqih MI Ma’arif Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo yang mencakup
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang tercermin dalam tindakan
dan perilaku. Sehingga semua guru fiqih memantau peserta didik dan
94 Observasi pada tanggal 22 Februari 2011
mengevaluasi secara menyeluruh baik di madrasah dan lingkungan
sekitar.95
MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten
Wonosobo menentukan kriteria ketuntasan minimal belajar dalam
memberikan penilaian tiga ranah yaitu:
1) Ranah kognitif, dengan adanya tes tertulis ulangan harian minimal
3 kali dalam satu semester, apabila dalam ulangan harian belum
mencapai ketuntasan belajar oleh peserta didik makan diadakan
program remidiasi sehingga ada nilai remidi. Ulangan harian ini
ditujukan untuk memperbaiki kinerja dan hasil belajar peserta didik
secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Bentuk remidiasi
biasanya tugas resume ataupun tugas rumah lainnya. Dan untuk
standar nilai ketuntasan mata pelajaran fiqih adalah 7.0
2) Ranah afektif, dengan adanya kriteria yang dinilai diantaranya:
(a) Kehadiran
(b) Kerajinan
(c) Kedisiplinan
(d) Keramahan
(e) Ketepatan mengumpulkan tugas-tugas
(f) Partisipasi dalam belajar
(g) Perhatian pada pelajaran
3) Ranah psikomotorik, penilaian psikomotorik ini dapat dinilai
sesuai materi dan metode yang digunakan, misal metode diskusi
maka aspek penilaiannya pada perhatian terhadap pelajaran,
ketepatan memberi contoh, kemampuan mengemukakan pendapat
dan kemampuan untuk tanya jawab. Serta bentuk performance dan
95 Observasi dan Wawancara dengan Guru Fiqih pada tanggal 22 Februari 2011
hasil karya keseharian misalnya membuat resume, melafalkan
bacaan shalat, gerakan shalat dan sebagainya.96
b. Penilaian Hasil
Penilaian ini dilihat dari segi hasil, proses pembelajaran
dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif
pada diri peserta didik seluruhnya atau sebagian besar. MI Ma’arif
Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo dalam
melaksanakan penilaian hasil dilakukan pada tengah dan akhir
semester dengan diselenggarakannya kegiatan penilaian guna
mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai
ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu tertentu.
Dalam penilaian hasil ini dilakukan dengan berbagai cara:
1) Pertanyaan lisan di kelas baik berupa pemahaman konsep dan
prinsip
2) Pertanyaan yang berupa kuis, pertanyaan ini diajukan kepada
siswa dalam waktu terbatas kurang lebih 15 menit, pertanyaan
tersebut berupa option atau jawaban singkat.
3) Ulangan harian, ulangan harian ini dilakukan secara periodik.
4) Tugas individu, tugas ini diberikan kepada siswa dengan
bentuk tugas atau soal uraian obyektif atau non obyektif
5) Tugas kelompok, tugas ini digunakan untuk menilai
kemampuan kerja kelompok . Bentuk tugas yang diberikan
berupa uraian dengan tingkat tinggi.
6) Ulangan semesteran atau mid semester yaitu ujian yang
dilakukan pada akhir semester
7) Ujian praktek bentuk ujian yang dilakukan yang berupa materi
yang berkaitan dengan praktik seperti materi shalat,
mengkafani, dan sebagainya. 97
96 Observasi dan Wawancara dengan Guru Fiqih pada tanggal 22 Februari 2011 97 Wawancara dengan Guru Fiqih pada tanggal 22 Februari 2011
E. Problematika yang Dihadapi dalam Penerapan KTSP dalam
Pembelajaran Fiqih di MI Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten
Wonosobo
Ada beberapa hal yang menjadi menghambat atau problem proses
pembelajaran fiqih terutama dalam sistem Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yang menjadi perhatian sekolah sampai saat ini diantaranya:
a. Masih minimnya pengetahuan guru tentang seluk beluk KTSP sehingga
terkadang masih menggunakan sistem lama dalam pembelajaran.
b. Terbatasnya sarana dan prasarana pendukung dalam penerapan KTSP
sehingga menyulitkan guru mengimplementasikan KTSP.
c. Adanya sikap yang cenderung acuh tak acuh dari siswa tentang metode
atau yang digunakan guru sehingga cukup menyulitkan pelaksanaan KTSP
ini.
d. Tidak adanya biaya khusus dari pemerintah untuk pembekalan guru
mengikuti pelatihan dan workshop tentang apa itu KTSP.
e. Peserta didik yang masuk di sekolah ini rata-rata mempunyai kemampuan
melaksanakan ibadah kurang dan berada dalam kultur sosial yang kurang
memperhatikan pendidikan agama
f. Dijadikannya pendidikan agama termasuk mata pelajaran fiqih menjadi
nomor dua dan kalah dengan pendidikan yang lain yang masuk ujian
nasional
g. Masalah klasik yaitu sedikitnya jam pelajaran fiqih yaitu Cuma 2 jam
setiap minggu.
h. Adanya kecenderungan orang tua siswa yang menyerahkan sepenuhnya
pendidikan anak-anaknya pada sekolah, padahal antara sekolah dan orang
tua harus sinergis dalam membina anak., sehingga hal ini menjadi problem
tersendiri bagi guru dalam melaksanakan KTSP ini. 98
98 Wawancara dengan Guru Fiqih pada tanggal 22 Februari 2011
BAB IV
ANALISIS PELAKSANAAN KTSP DALAM PEMBELAJARAN FIQIH
DI MI KALIJERUK KECAMATAN GARUNG KABUPATEN
WONOSOBO
A. Analisis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MI Ma’arif Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
Menyimak secara mendalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) secara eksplisit menuntut adanya perubahan paradigma secara
“radikal” oleh guru, kepala sekolah dan juga oleh institusi sekolah sebagai
organisasi. Perubahan paradigma yang dimaksud adalah pergeseran dalam
memandang apa itu proses pembelajaran. Proses pembelajaran bukan hanya
sebagai suatu kegiatan belajar dan mengajar, tetapi dibalik itu semua ada niat
dan kerinduan dari mereka untuk terus meninggalkan pengetahuan,
performance, pengalaman dan ketrampilan.
Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masih terhitung
baru demikian juga di di MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten
Wonosobo. Karena Kurikulum Berbasis Kompetensi ini baru diterapkan tahun
ajaran 2007/2008 dengan fasilitas dan media pembelajaran yang cukup
memadai sebagai alat proses belajar mengajar. Sehingga perlu sosialisasi, baik
kepada guru mata pelajaran, peserta didik dan stakeholder di SMA N 8
Semarang. Hal ini bertujuan agar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dapat
diterapkan di lembaga pendidikan tersebut dapat sesuai.
Proses pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MI
Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo sudah
menggunakan berbagai media untuk menunjang proses pembelajaran, selain
itu proses penilaian disesuaikan dengan kompetensi, materi pendukung /
materi pokok yang dipelajari terkait dengan apa yang telah mereka ketahui
dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya, metode
pengajaran disesuaikan dengan tuntutan zaman. Media pembelajarannyapun
telah dikategorikan cukup dalam menunjang pembelajaran seperti media audio
visual, dan sebagainya.
Dalam penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini di MI
Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo melakukan
evaluasi secara terprogram dan sistem penilaian yang berkelanjutan yang
terdiri dari tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini
menunjukkan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMAN 8
Semarang sudah memenuhi persyaratan.
Selain itu di MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten
Wonosobo kepala madrasah sangat mendukung terlaksananya Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Hal ini terbukti dengan mengikutsertakan guru-
guru pada pelatihan-pelatihan tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
dukungan sarana dan prasarana dan lain-lain.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tidak mungkin berjalan dengan
baik tanpa kerja sama dari segala warga sekolah termasuk didalamnya Stake
Holder (komite sekolah, kepala sekolah, guru dan wali murid), di MI Ma’arif
Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo keterlibatan wali murid
dan masyarakat menjadi syarat yang tak tertinggal dalam melaksanakan proses
pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, ini membuktikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dilaksanakan sesuai dengan
konsep harapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yaitu kurikulum yang
disesuaikan dengan tingkat satuan pendidikan (sekolah dan masyarakat
sekitar)
B. Analisis Pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung
Kabupaten Wonosobo
Pembelajaran fiqih yang dilakukan di MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan
Garung Kabupaten Wonosobo Semarang bertujuan untuk mengetahui dan
memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek
ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan
pribadi dan sosial, juga melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum
Islam dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam
menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah
SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya
maupun hubungan dengan lingkungannya.
Materi yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada di MI Ma’arif
Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo dipergunakan metode
yang bervariasi yang upaya pencapaian dan tujuan pembelajaran Fiqih, selain
itu media yang digunakan sudah cukup lengkap seperti audio visul, alat peraga
dan lain-lain, selain itu juga didukung dengan pengajar yang kompeten yaitu
pengajar yang mempunyai jenjang pendidikan adalah SI.
Penilaian dalam proses pembelajaran fiqih di MI Ma’arif Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo menggunakan penilaian berbasis
kelas karena dengan penilaian ini kemampuan siswa yang terdiri dari ketiga
ranah tersebut dapat terdeteksi dengan baik dalam rangka meningkatkan
proses pembelajaran. Karena pada dasarnya sebuah bentuk penilaian yang
baik adalah penilaian yang dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan proses
pembelajaran sehingga terprogram proses lanjutan untuk meningkatkan proses
pendidikan selanjutnya
C. Analisis Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam
Pembelajaran Fiqih di MI Ma’arif Kalijeruk Kecamata n Garung
Kabupaten Wonosobo
Pada pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam
pembelajaran fiqih di MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten
Wonosobo ada beberapa proses kegiatan pembelajaran dalam penerapan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Antara lain:
1. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan merupakan bagian yang penting dari langkah suatu
pola pengajaran yang disebut penyiapan lingkungan belajar mengajar yang
benar dan memadai, suasana yang menggairahkan dan kegiatan belajar
mengajar dengan maksud-maksud tertentu.
Di MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
merencakan proses pembelajaran terutama dalam sistem Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan dilakukan dengan cara Persiapan pelaksanaan
kegiatan pembelajaran adalah rencana yang digunakan untuk
merealisasikan rancangan yang telah disusun dalam silabus, program
tahunan, Rencana pembelajaran, kalender pendidikan program semesteran.
Semuanya disusun oleh guru fiqih MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan
Garung Kabupaten Wonosobo sendiri dengan memperhatikan contoh yang
telah dikembangkan oleh BSNP.
Apa yang telah dilakukan guru fiqih MI Ma’arif Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo sudah tepat karena telah sesuai
dengan kerangka teori yang berupa panduan membuat RPP dan silabus
dan lain-lain.
2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Fiqih
Pada garis besarnya ada beberapa langkah yang dilakukan oleh
guru fiqih MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
dalam melaksanakan pembelajaran
a. Post Test
Post tes adalah menghubungkan materi pembelajaran dengan
pengalaman peserta didik atau dengan kompetensi yang telah dikuasai
oleh peserta didik. Guru fiqih MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung
Kabupaten Wonosobo melakukan Post tes dengan pre test baik berupa
tanya jawab, kuis, studi kasus dan sebagainya.
Karena pada dasarnya Post tes yang dilakukan oleh guru fiqih
MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
memiliki peran penting dalam proses pembelajaran antara lain sebagai
berikut:
5) Untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesiapan peserta didik
sehingga proses belajarnya efektif
6) Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan
dengan proses pembelajaran yang dilakukan
7) Untuk mengetahui kompetensi awal yang telah dimiliki peserta
didik mengenai bahan ajar yang akan dijadikan topik dalam proses
pembelajaran
8) Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran
dimulai, tujuan-tujuan mana yang telah dikuasai peserta didik, dan
tujuan-tujuan mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian
khusus.
Post tes pada pembelajaran fiqih di MI Ma’arif Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo sudah berjalan dengan baik
sebagai mana pengamatan peneliti guru telah menjalankan Post tes
setiap awal pembelajaran, dan selalu disesuaikan dengan materi dan
dengan bahasa yang sederhana
b. Pendekatan Pembelajaran Fiqih
Pendekatan yang dilakukan dalam pembelajaran fiqih pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di MI Ma’arif Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo lebih banyak digunakan
adalah pendekatan CTL, karena dengan pendekatan CTL peserta didik
diharapkan belajar dengan mengalami langsung, bukan mendengar dan
menghafal saja, artinya siswa belajar dengan cara melibatkan diri secara
langsung bukan hanya sekedar mengetahui, ketika peserta didik belajar
fiqih diharapkan mereka dapat memahami dan melaksanakan materi
yang disampaikan (dipraktekkan) dalam kehidupan sehari-hari.
Kebaikan pendekatan CTL dalam pembelajaran agama adalah
metode dialogis. Dialog diperlukan agar ilmu agama yang diajarkan
mengalami proses refleksi bersama antara guru dan murid, dosen dan
mahasiswa, metode ini digunakan dalam bab sumber hukum islam.
Proses inilah yang akan menjadikan peserta didik menjadi kreatif dan
kritis, sekaligus ada pendalaman dan komprehensif terhadap materi
agama yang diajarkan.
c. Metode Pembelajaran PAI
Permasalahan yang sering kali dijumpai dalam pengajaran,
khususnya pengajaran agama Islam adalah bagaimana cara menyajikan
materi kepada siswa secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif
dan efisien. Fungsi metode pembelajaran tidak dapat diabaikan, karena
metode pembelajaran turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses
belajar mengajar dan merupakan bagian yang integral dalam suatu
sistem pembelajaran.
Pada pelaksanaan pembelajaran fiqih di MI Ma’arif Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo guru berperan sebagai
fasilitator dalam penyampaian materi, sehingga guru tidak menjadi satu-
satunya informasi, siswa juga bisa aktif dalam pembelajaran.
Bentuk penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam
pelaksanaan pembelajaran antara lain dengan menggunakan metode-
metode yang sudah ada yang perlu dikembangkan dan disesuaikan
dengan materi yang diajarkan. Diantaranya metode-metode yang
digunakan dalam pembelajaran antara lain: metode ceramah, metode ini
digunakan dalam semua materi. Metode tanya jawab, metode ini
digunakan dalam semua materi. Metode demonstrasi, metode ini
digunakan pada bab shalat. Metode pemecahan masalah (problem
solving), metode ini digunakan pada bab sumber hukum islam. Metode
karya wisata, metode ini digunakan pada bab dakwah penyiaran islam di
makkah. Metode diskusi, metode ini digunakan pada semua materi.
Metode modeling, metode ini digunakan pada bab shalat jenazah.
Metode role playing
Penggunaan metode yang dilakukan di MI Ma’arif Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo sudah sama seperti metode
yang ada pada kerangka teori, tetapi ada pengembangan strategi metode
yang digunakan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, sehingga
bentuknya dimodifikasi oleh guru fiqih sendiri
Contoh dari penerapan metode dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dari observasi yang dilakukan peneliti yaitu pada
pembelajaran tentang materi shalat atau shalat jenazah, guru melakukan
Demonstrasi dengan memberikan gambar dan menayangkan VCD
tentang praktek shalat ini dikarenakan banyak anak di MI Ma’arif
Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo yang tidak
berangkat dari latar belakang keluarga agamis atau santri. Sehingga
dengan memberikan gambaran terlebih dahulu lalu mendemonstrasikan
akan lebih mempermudah proses pembelajaran.
Penggunaan metode yang dilakukan di di MI Ma’arif Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo tergolong cukup baik karena
dengan variasi dalam penggunaan metode yang disesuaikan dengan
keadaan pembelajaran maka tujuan pembelajaran fiqih akan tercapai,
karena tidak mungkin untuk menuju satu tujuan pembelajaran dengan
hanya menggunakan satu metode pembelajaran. Pada dasarnya semua
orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya. Demikian
pula dalam proses belajar mengajar. Bila guru dalam proses belajar
mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan membosankan siswa,
perhatian siswa berkurang, mengantuk akibatnya tujuan belajar tidak
tercapai.
d. Media Pembelajaran PAI
MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
memfasilitasi semua sumber belajar sesuai kemampuan, baik sumber
belajar yang skala besar misalnya gedung, perpustakaan, sarana ibadah,
buku-buku, alat peraga dan sebagainya. Selain itu guru fiqih juga
dituntut oleh sekolah untuk menciptakan media sendiri yang dapat
memperlancar kegiatan pembelajaran fiqih.
Dalam proses belajar mengajar, guru memiliki tugas untuk
mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa
untuk mencapai tujuan. Agar guru mempunyai tanggung jawab untuk
melihat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas untuk membantu
proses perkembangan siswa. penyampaian materi pelajaran hanyalah
sebagai salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu
proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa,
tetapi ia harus mampu menciptakan proses belajar mengajar yang
kondusif sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif
dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan, inilah
yang dilaksanakan di MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung
Kabupaten Wonosobo.
Kreativitas guru dalam proses pembelajaran akan sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. guru yang memiliki
kreativitas dalam pembelajarannya akan tercipta PAKEM
(Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan). Kreativitas
merupakan kegiatan yang mendatangkan hasil dengan sifat baru,
menarik, dan belum ada sebelumnya. Dalam kaitannya dengan
kreativitas guru yaitu bagaimana seorang guru dalam proses
pembelajaran memilih dan menerapkan berbagai metode pembelajaran,
media pembelajaran, evaluasi, dan lain sebagainya sehingga hasil
prestasi peserta didik dapat maksimal.
Seorang guru harus dapat menerapkan media apa yang paling
tepat dan sesuai untuk tujuan tertentu dan menyampaikan bahan
tertentu. Dengan adanya berbagai jenis media, sangat penting di ketahui
oleh guru dan tentu saja akan lebih baik jika guru memiliki kemampuan
menggunakan dan membuat suatu media yang dibutuhkan. Dan itulah
yang dikembangkan di MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan Garung
Kabupaten Wonosobo.
e. Evaluasi dan Penilaian PAI
Setelah penyampaian materi diakhiri dengan evaluasi atau post
test yang berupa pengayaan dari proses belajar atau dalam bentuk
praktik sesuai materi kepada peserta didik dan memberikan
penghargaan bagi peserta didik yang berhasil.
Evaluasi atau penilaian hasil belajar fiqih di di MI Ma’arif
Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo menggunakan
Penilaian Berbasis Kelas (PBK), yang memuat ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik. Dalam hal ini ada bentuk penilaian yang digunakan:
yaitu Penilaian Proses yang berupa penilaian kognitif afektif dan
psikomotorik. dan Penilaian Hasil ini berupa Penilaian dilihat dari segi
hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan
perilaku yang positif pada diri peseta didik seluruhnya atau setidaknya
sebagian besar.
Proses evaluasi yang dilakukan di MI Ma’arif Kalijeruk
Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo sudah sesuai kalau dipandang
bahwa Pendidikan agama yang hanya menekankan pada akumulasi
pengetahuan agama belum mampu membuahkan hasil sedemikian rupa
pada pembentukan kepribadian anak didik khususnya pendidikan agama
terlalu menitik beratkan pada dimensi kognitif intelektual. Kurang
menyentuh aspek afektif dan psikomotorik serta wilayah trasendental.
Pelaksanaan pendidikan di MI Ma’arif Kalijeruk Kecamatan
Garung Kabupaten Wonosobo khususnya pembelajaran fiqih Ada
beberapa hal yang menjadikan proses pembelajaran fiqih di MI Ma’arif
Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo memiliki nilai plus,
diantaranya adalah sebelum pelajaran Pendidikan Agama Islam dimulai
siswa diharapkan berdo’a secara bersama-sama dengan dipimpin oleh
salah satu siswa. setelah itu dilanjutkan membaca Al-Qur'an yang
dikhususkan pada Juz Amma dan bacaan shalat. Dan ini merupakan
salah satu implementasi dari pendekatan pembiasaan dari materi fiqih
yang paling efektif. Kemudian budaya berjabat tangan yang dilakukan
setiap jam mata pelajaran terakhir, saat mau meninggalkan ruang kelas.
D. Analisis Solusi Untuk Mengatasi Problematika yang dihadapi dalam
Penerapan KTSP dalam Pembelajaran Fiqih di MI Kalijeruk Kecamatan
Garung Kabupaten Wonosobo
Untuk mengantisipasi berbagai hambatan dan problematika dalam
proses pembelajaran, guru fiqih tidaklah putus asa dalam melaksanakan proses
pembelajaran. ada beberapa langkah bisa dilakukan oleh guru fiqih untuk
mengatasi problematika yang ada antara lain:
1. Karena kurangnya referensi buku-buku mata pelajaran, guru mencarikan
buku-buku referensi dan membuat resume yang digandakan oleh para
siswa sebagai bahan belajar.
2. Anak didik disuruh mengungkapkan masalahnya dalam kegiatan tentang
materi yang belum dipahaminya.
3. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk belajar di rumah dan hasil
belajarnya (resume) disetorkan pada guru pada waktu yang telah
ditentukan.
4. Mengembangkan metode belajar dengan problem solving dan diskusi.
Sehingga muncul motivasi pada peserta didik untuk mencari referensi atau
bahan-bahan pelajaran selain dari perpustakaan sekolah.
5. Kepala sekolah ataupun guru bidang studi tidak lupa selalu memberikan
motivasi tentang pentingnya menguasai Pendidikan Agama Islam di
masyarakat disetiap upacara hari senin.
6. Mengasah kreatifitas guru dalam mengembangkan materi pembelajaran di
kelas agar materi yang disampaikan bermanfaat bagi peserta didik.
7. Mengasah wawasan guru agar senantiasa selalu mengikuti informasi yang
disampaikan kepada peserta didik merupakan informasi yang actual dan
tidak ketinggalan zaman.
8. Mendorong guru untuk mengasah kompetensinya secara terus menerus.
9. Mendorong guru untuk mengaktifkan dan memotivasi peserta didik dalam
pembelajaran.
10. Mendorong kreatifitas peserta didik dalam pembelajaran.
11. Waktu yang tidak terbatas, dimana dalam KTSP menekankan
pembelajaran tuntas (mastery learning). Hal ini menuntut adanya perhatian
secara khusus bagi peserta didik yang berkemampuan dibawah rata-rata
siswa pada umumnya sekolah di Indonesia masih mengikuti model
klasikal yang secara otomatis dibatasi oleh waktu. Melihat dari perbedaan
kemampuan peserta didik, maka ada peserta didik yang mampu menguasai
kompetensi 100% dan ada pula peserta didik yang hanya mampu
menguasai kompetensi 70% bahkan ada kemungkinan peserta didik yang
menguasai kompetensi dibawah 50%. Kenyataan ini menuntut adanya
perbedaan kurikulum bagi peserta didik. Untuk peserta didik yang
berkemampuan diatas rata-rata diperlukan kurikulum pengayaan,
sedangkan bagi peserta didik yang berkemampuan dibawah rata-rata
diberikan kurikulum remidiasi. Dalam hal ini perlu adanya tenaga ekstra
dalam pelaksanaan KTSP.
12. Mengikutsertakan guru dalam workshop, pelatihan dan diklat mengenai
KTSP.
13. Mengadakan sosialisasi internal yang rutin tentang KTSP.
14. Melakukan koordinasi dengan orang tua siswa sehingga dalam
pembelajarannya sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
15. Memberdayakan komite sekolah agar hubungan sekolah dengan
masyarakat dan orang tua murid tidak terputus.
16. Menciptakan suasana dan lingkungan sekolah yang kondusif yakni aman,
nyaman dan menyenangkan dengan penataan kelas yang indah supaya
siswa merasa betah di kelas selama proses pembelajaran berlangsung.
17. Guru diharapkan bisa menjelaskan pada siswa tentang adanya kurikulum
baru yakni KTSP sehingga bisa lebih aktif dalam pembelajaran
18. Karena siswa berasal dari latar belakang yang bervariasi maka dalam
pembelajarannya guru bisa memposisikan sebagai pendidik sebagai
partner siswa dalam belajar di kelas.
19. Untuk mengatasi siswa yang sering menggampangkan dalam pelajaran
maka guru harus bisa membuat suasana belajar di kelas menjadi
menyenangkan yang selalu ditunggu-tunggu oleh siswa.
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya maka dalam bab ini akan
disimpulkan penelitian ini sebagai berikut:
1. Pelaksanaan KTSP dalam pembelajaran fiqih di MI Kalijeruk Kecamatan
Garung Kabupaten Wonosobo dilakukan guru melakukan Appersepsi yang
dilakukan dengan pre test baik berupa tanya jawab, kuis, studi kasus dan
sebagainya, pendekatan CTL, Metode pembelajaran fiqih menggunakan
metode ceramah, metode tanya jawab, metode demonstrasi, metode
pemecahan masalah (problem solving), metode karya wisata, metode
diskusi, metode permainan yang disesuaikan dengan materi yang
diajarkan, media pembelajaran disediakan oleh sekolah dan hasil
kreativitas guru PAI, sedang evaluasi atau penilaian kelas yang dilakukan
dengan sistem penilaian proses dan penilaian hasil yang berorientasi pada
tiga ranah kognitif afektif dan psikomotorik,
2. Problematika yang dihadapi dalam penerapan KTSP dalam pembelajaran
fiqih di MI Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo berkisar
pada kurangnya pelatihan KTSP, kurang nya dukungan orang tua, fasilitas
yang kurang, masih kurangnya minat siswa dan jam pelajaran yang sedikit,
untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan kekreatifan dari seorang guru
fiqih untuk melaksanakan pembelajaran baik dalam mengoleh metode
pembelajaran maupun media yang digunakan, guru harus lebih sering
mengikuti pelatihan KTSP dan menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan bagi anak sehingga anak lebih aktif ketika diterapkan
pembelajaran fiqih dengan KTSP.
B. Saran-Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian yang penulis lakukan, kiranya
dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi seorang guru terutama guru fiqih diharapkan selalu meningkatkan
kompetensinya dan selalu mencari inovasi dalam setiap proses
pembelajaran agar implementasi KTSP semakin dapat dirasakan peserta
didik
2. Bagi peserta didik hendaknya selalu mengembangkan prestasi dengan
tetap belajar yang rajin dan terus mengembangkan sikap hormat pada
guru.
3. bagi pihak sekolah hendaknya meningkatkan manajemen pengelolaan
sekolah dengan melibatkan semua pihak, sehingga proses pembelajaran
dapat sesuai dengan tujuan yang di cita-citakan
4. Bagi semua praktisi pendidikan terutama para kaum elit pemegang
kekuasaan pendidikan meningkatkan kualitas pendidikan dengan
mementingkan kepentingan pendidikan di atas segalanya, karena
pendidikan merupakan tonggak kehidupan bagi bangsa kedepan.
DAFTAR PUSTAKA
Alsa, Asmadi, Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif Serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003
Al-Syaibany, Omar Muhammad Al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1984
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Ketika Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2006
Azwar, Saifudin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007
CD KTSP Kerja sama Dinas Pendidikan Nasional dan Departemen Agama RI, 2007
Darajat, Zakiyah, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995
Depad RI, metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: 2002
Donald, Frederick Y. Mc., Educational Psychology, Tokyo: Overseas Publication LTD, 1959
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi, 2002
Idi, Abdullah, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Jakarta : Media Pratama, 1999.
Jabir, Jabir Abdul Hamid, Ilmu Nafsi At-Tarbawi, Mesir: Darul Nahdlatul Arabiyah, 1977.
Khaerudin dan Mahfud Junaedi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Konsep dan Implementasinya di Madrasa, Jogjakarta : Nuansa Aksara, 2007
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002
Mudhofirf, Teknologi Intruksional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999
Muktarom, Pendidikan Islam Di Tengah Pergumulan Budaya Kontemporer, Semarang: IAIN Walisongo Semarang, 2007
Mulyasa, E., Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004
------------., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006
Muslich, Masnur, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007
--------------, KTSP; Dasar Pemahaman dan Pengembangan Pedoman Pengelola Lembaga Pendidikan, Pengurus Sekolah, Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Dewan Sekolah dan Guru, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007
Nawawi, Imam, Muhtasar dan Intisari Riyadhussalihin, Surabaya : Al-Ikhlas, 1993
Ningrat, Koentjoro, Metodologi Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia, 1994
Noor, Mulyani M., dkk., Himpunan KTSP 2006 Tingkat Satuan MTs atau SMP, Semarang: Pimpinan Wilayah LPM NU, Jawa Tengah, 2006
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah
Rindang, No. 03 Tahun XXXII, Oktober, 2006
Soenarjo, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: Kumudasmoro Grafindo, 1994
Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2004
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, cet V, 2000.
-----------, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung: Sinar Baru, 1991
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan Laporan Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2005
Suhendro, BSNP Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: BSNP, 2006
Susilo, Muhammad Joko, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen Pelaksanaan dan kesiapan Sekolah Menyongsongnya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007
Syafrudin, Didin, Bahris, Pedoman Pendidikan Agama Islam Sekolah Tingkat Dasar, Jakarta : Depag RI, Dirjen Binbaga Islam, 2005
Syar’I, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Berserta Penjelasannya, Bandung: Nuansa Aulia, 2005, 35
Witting, Arno F., Theory and Problems of Psychology of Learning, New York: Mc Graw Hiil Book Company, tth,
Zakiah Darajat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, Jakarta: Bulan Bintang, 1976
Zein, M., Metodologi Pengajaran Agama, Yogyakarta: AK Group dan Indra Buana, 1995
PEDOMAN WAWANCARA
A. Kepala Madrasah
1. Upaya apa yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam mendukung
terciptanya pembelajaran yang baik di dalam sekolah terutama dalam
pembelajaran fiqih
2. Bagaimana peranan kepala sekolah dalam pembelajaran fiqih dengan KTSP
3. Adakah peningkatan sarana-prasarana dalam mendukung kegiatan belajar
mengajar khususnya pada pembelajaran fiqih dengan sistem KTSP
4. Bagaimana posisi Steak Holder dalam pembelajaran fiqih terutama dalam
sistem KTSP
A. Guru Fiqih
1. Bagaimana proses pembelajaran Fiqih dengan menggunakan KTSP
a. Bagaimana tahapan pelaksanaan pembelajaran Fiqih dengan menggunakan
KTSP
b. Prinsip apakah yang digunakan dalam pembelajaran Fiqih dengan KTSP
c. Pendekatan apa saja yang sering digunakan dalam pembelajaran Fiqih
dengan KTSP
d. Metode apa saja yang digunakan dalam pembelajaran PAI dengan KTSP
e. Bagaimana posisi peserta didik dalam pembelajaran Fiqih dengan KTSP
2. Problematika apa saja yang dihadapi dalam penerapan KTSP pada
pembelajaran fiqih
PEDOMAN OBSERVASI Nama Sekolah : MI Kalijeruk Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo
Mata Pelajaran : Fiqih
Nama Guru : Khuzaimah,S.Pd.I.
No. Yang Diamati Ya Tidak Keterangan/Bukti 1 Persiapan a. Do,a bersama b. Pre tes 2 Pendekatan a. CTL b. Pembiasaan c. Psikologi 3 Metode a. Metode ceramah b. Metode Tanya jawab c. Metode Demonstrasi
d. Metode pemecahan masalah (problem solving)
e. Metode diskusi f. Metode Permainan 4 Media pembelajaran a. Gedung b. Laboratorium c. Perpustakaan, d. Buku-buku,
e. Alat peraga
5 Evaluasi a. Penilaian proses b. Penilaian Hasil