bab ii evaluasi pembelajaran mata pelajaran fiqih...

28
12 BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH A. Evaluasi Evaluasi merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran pada khususnya, dan sistem pendidikan pada umumnya. Artinya, evaluasi merupakan kegiatan yang tidak mungkin dielakkan dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun evaluasi pembelajaran merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pendidikan. Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi yaitu adanya “triangulasi” atau hubungan erat tiga komponen antara tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan evaluasi. 1 Dalam dunia pendidikan, kegiatan evaluasi sering digunakan. Karena selama suatu periode berlangsung, orang perlu mengetahui hasil atau prestasi yang telah dicapai, baik oleh pihak pendidikan maupun oleh peserta didik, hal ini dapat dirasakan dalam semua bentuk dan jenis pendidikan, baik pendidikan formal, non formal maupun informal. 1. Pengertian Evaluasi Secara etimologis atau bahasa, evaluasi yang berarti penilaian, 2 dan evaluasi mengacu pada suatu tindakan atau proses untuk menentukan sesuatu. Sedangkan secara istilah, para ahli mendefinisikan evaluasi sebagai berikut: a. Hendry Clay Lindgren bahwa “Evaluasi is the result of the teacher’s concern with the goals of education”. 3 Evaluasi adalah hasil akhir pengajaran pendidik atas proses pembelajaran yang telah berlangsung. 1 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 24 2 Saliman dan Sudarsono, Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm. 69 3 Henry Clay Lindgren, Education Psychology in The Classroom, (New York : John Wiley & Sons, 1959), hlm. 365.

Upload: dangkiet

Post on 22-Mar-2019

240 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

12

BAB II

EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH

A. Evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran pada

khususnya, dan sistem pendidikan pada umumnya. Artinya, evaluasi

merupakan kegiatan yang tidak mungkin dielakkan dalam proses

pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan evaluasi, baik evaluasi hasil belajar

maupun evaluasi pembelajaran merupakan bagian integral yang tidak dapat

dipisahkan dari kegiatan pendidikan.

Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi yaitu

adanya “triangulasi” atau hubungan erat tiga komponen antara tujuan

pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan evaluasi.1

Dalam dunia pendidikan, kegiatan evaluasi sering digunakan. Karena

selama suatu periode berlangsung, orang perlu mengetahui hasil atau prestasi

yang telah dicapai, baik oleh pihak pendidikan maupun oleh peserta didik, hal

ini dapat dirasakan dalam semua bentuk dan jenis pendidikan, baik pendidikan

formal, non formal maupun informal.

1. Pengertian Evaluasi

Secara etimologis atau bahasa, evaluasi yang berarti penilaian,2 dan

evaluasi mengacu pada suatu tindakan atau proses untuk menentukan

sesuatu. Sedangkan secara istilah, para ahli mendefinisikan evaluasi

sebagai berikut:

a. Hendry Clay Lindgren bahwa “Evaluasi is the result of the teacher’s

concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah hasil akhir

pengajaran pendidik atas proses pembelajaran yang telah berlangsung.

1 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001),

hlm. 24 2 Saliman dan Sudarsono, Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum, (Jakarta: Rineka

Cipta, 1994), hlm. 69 3 Henry Clay Lindgren, Education Psychology in The Classroom, (New York : John

Wiley & Sons, 1959), hlm. 365.

Page 2: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

13

b. Anne Anasti sebagaimana yang dikutip Chabib Thoha dalam bukunya

Teknik Evaluasi Pendidikan mendefinisikan sebagai kegiatan untuk

menilai sesuatu secara terencana, sistematis, dan terarah berdasarkan

atas tujuan yang jelas.4

c. Wayan Nurkancana dan Sunartana mendefinisikan “evaluasi adalah

suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu

dalam dunia pendidikan”.5 Dalam melakukan evaluasi itu merupakan

proses untuk menentukan nilai terhadap peserta didiknya yang

berkaitan dalam dunia pendidikan.

d. Suharsimi Arikunto mendefinisikan “evaluasi yang berarti menilai

yang dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu”.6 Ini berarti bahwa

dalam kegiatan evaluasi kita harus mengadakan pengukuran terlebih

dahulu, kemudian setelah kita ukur baru kita berikan penilaian.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan pengertian evaluasi yaitu

sesuatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek

dengan menggunakan instrumen tertentu dan hasilnya dibandingkan

dengan tolok ukur tertentu untuk memperoleh suatu simpulan. Dengan

mengacu pada kesimpulan tersebut, evaluasi hasil belajar adalah suatu

proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang

diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan

instrumen tes maupun yang non tes.7

Selain istilah evaluasi, terdapat pula istilah lainnya yang hampir

berdekatan, yaitu pengukuran (measurement), pengujian (test), penilaian.

Sementara orang memang lebih cenderung mengartikan kata tersebut

sebagai suatu pengertian yang sama, sehingga dalam pemakaiannya hanya

4M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1991),

hlm. 1 5 Wayan Nurkancana dan Sunartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,

1986), hlm. 1 6 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 3 7 PAU-PPAI UT Materi Pekerti (Peningkatan ketrampilan dasar teknik instruksional),

http://pau.ut.ac.id/isi_pekerti_1.htm.

Page 3: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

14

tergantung dari kata mana yang siap untuk diucapkan. Tetapi, ada

beberapa ahli yang membedakan istilah tersebut.

Conny Semiawan Stamboel membedakan antara pengukuran dan

penilaian “pengukuran dilakukan terhadap kemampuan dan kemajuan

belajar di sekolah, sedangkan penilaian terhadap kelakuan yang bersifat

kualitatif, dan evaluasi mencakup kedua pengertian itu”.8

Sedangkan menurut Anas Sudijono bahwa: Pengukuran

(measurement) adalah membandingkan sesuatu dengan atau dasar ukuran

tertentu dan hasil pengukuran bersifat kuantitatif dan penilaian adalah

mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau

berpegangan pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau

bodoh dan sebagainya. Hasil dari penilaiannya bersifat kualitatif.

Sedangkan evaluasi adalah mencakup dua kegiatan yang telah

dikemukakan terdahulu, yaitu mencakup pengukuran dan penilaian.9

Kemudian menurut Guilford sebagaimana yang dikutip oleh

Sumarna Surapranata dalam bukunya Panduan Penulisan Tes Tertulis

Implementasi Kurikulum 2004 bahwa: Pengukuran adalah proses

penetapan angka terhadap suatu segala menurut aturan tertentu.

Pengukuran dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Pengujian

merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan kegiatan

penilaian. Sedangkan penilaian merupakan suatu pernyataan yang

berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau

sesuatu. Dan evaluasi adalah penilaian yang dilakukan secara sistematik

tentang manfaat suatu obyek.10

Jadi pengukuran adalah membandingkan suatu ukuran-ukuran dan

hasilnya bersifat kuantitatif, dan wujud dari pengukuran itu adalah

pengujian yang dikenal dengan tes. Sedangkan penilaian adalah

8 Conny Semiawan Stamboel, Prinsip dan Teknik Pengukuran dan Penilaian di Dalam

Dunia Pendidikan, (Jakarta : Mutiara Sumber Widya, 1990), hlm. 21. 9 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1996), hlm 4-5. 10 Sumartana Surapranata, Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum

2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 17.

Page 4: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

15

mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk.

Penilaian bersifat kualitatif, untuk mengadakan evaluasi meliputi kedua

langkah tersebut di atas yakni mengukur dan menilai.

2. Dasar Evaluasi

Ajaran Islam juga menaruh perhatian sangat besar terhadap

evaluasi. Adapun yang mendasari dari evaluasi dalam proses pendidikan

khususnya Islam. Seperti hadits Nabi saw. yang berbunyi sebagai berikut:

حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا : ويروى عن عمرا ين الخطاب قال نلى مة عامالقي موي ابسالح حفا يمانر وض االكبرللع ونيزتو

11)ه الترمذىروا. (حاسب نفسه في الدنياDiriwayatkan dari Umar bin Khattab, ia berkata: “Nilailah (introspeksi) dirimu sebelum kamu dinilai dan hiasilah dirimu dengan kehormatan yang mulia, karena keringanan hisab di hari kiamat itu tergantung pada orang yang menilai dirinya di dunia”. (HR. Tirmidzi)

Berdasarkan hadits di atas, apabila dikaitkan dalam dunia

pendidikan, secara implisit bahwa evaluasi atau penilaian merupakan

introspeksi atau muhasabah pada diri sendiri sebelum melakukan atau

dinilai terhadap orang lain, untuk melihat sejauhmana kemampuan atau

kondisi (apakah mampu atau tidak).

Selanjutnya, menurut Sumadi Suryabrata dalam bukunya Khoiron

Rosyadi12 mengenai dasar evaluasi pembelajaran dapat diklasifikasikan

menjadi tiga kelompok, yaitu dasar psikologis, dasar didaktis, dan dasar

administratif.

Secara psikologis, orang selalu ingin mengetahui sejauh mana dia

berjalan menuju tujuan yang diinginkan atau yang dicapai. Secara didaktis

menunjukkan bahwa hasil evaluasi sangat besar manfaatnya untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan didaktis, misalnya untuk memotivasi

11 Abi Isa Muhammad bin Abi Isa, Sunan Tirmidzi, Juz 4, (Beirut: Darul Fikr, 1994), hlm.

207. 12 Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 284.

Page 5: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

16

belajar, untuk mendapatkan informasi/data peserta didik yang kesulitan

belajar dan untuk mengetahui cara belajar yang cocok. Kemudian secara

administratif, evaluasi ini sangat dibutuhkan, karena tanpa informasi yang

diperoleh dari evaluasi, orang tidak mungkin mengisi raport, menentukan

IP, memberikan STTB dan lain-lain.

3. Fungsi dan Tujuan Evaluasi

Ada beberapa fungsi melakukan evaluasi dalam proses belajar

mengajar sebagai berikut:

a. Diagnostik (diagnostic test)

Tes diagnostik bertujuan mendiagnosa kesulitan belajar peserta

didik untuk mengupayakan perbaikan. Dengan demikian harus lebih

dahulu disajikan tes formatif untuk mengetahui ada atau tidak bagian

yang belum dikuasai peserta didik.

b. Tes Formatif (formative test)

Tes formatif, dilaksanakan di tengah program pembelajaran

digunakan sebagai umpan balik, baik peserta didik maupun pendidik.

Berdasarkan hasil tes pendidik dapat menilai kemampuannya dan

dijadikan bahan perbaikan melalui tindakan mengajar selanjutnya.

Sedangkan peserta didik dapat mengetahui materi pelajaran yang

belum dikuasai untuk bahan perbaikan juga.

c. Tes Sumatif (summative test)

Tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan

program pengajaran selesai diberikan. Tes sumatif disusun atas dasar

materi pelajaran yang telah diberikan selama satu catur wulan atau satu

semester.13

Tujuan utama tes sumatif yakni untuk menentukan nilai yang

melambangkan keberhasilan peserta didik setelah menempuh proses

pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, sehingga dapat ditentukan

13 Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, (Jakarta: Grasindo, 1991),

hlm. 9-10.

Page 6: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

17

kedudukan peserta didik di kelasnya, mengikuti program pengajaran

sebagai bahan informasi kepada pihak yang bersangkutan.

d. Tes Penempatan (placement test)

Peserta didik dapat ditempatkan pada kelompok yang sesuai

dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki maka digunakan suatu tes.

Sekelompok peserta didik yang mempunyai hasil penilaian yang sama,

akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.14

4. Prinsip dan Acuan Evaluasi

a. Prinsip Evaluasi

Dalam memberikan evaluasi dalam proses belajar mengajar

harus berdasarkan pada prinsip pelaksanaan. Adapun prinsip-prinsip

pelaksanaan evaluasi itu sebagai berikut: prinsip berkesinambungan

(continuity), prinsip menyeluruh (comprehensive), prinsip obyektivitas

(objectivities).15

1) Prinsip berkesinambungan (continuity)

Bahwa kegiatan evaluasi dilaksanakan secara terus

menerus. Artinya, pendidik harus selalu memberikan evaluasi

kepada peserta didik sehingga kesimpulan yang diambil akan lebih

cepat.

2) Prinsip menyeluruh (comprehensive)

Evaluasi itu harus dilaksanakan secara utuh dan

menyeluruh. Hal ini mencakup keseluruhan aspek tingkah laku

peserta pendidik, baik aspek berfikir (cognitive domain), aspek

nilai atau sikap (affective domain), dan aspek ketrampilan

(psychomotor domain) yang ada pada masing-masing peserta

pendidik.

14 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar ... op. cit., hlm. 11. 15 Anas Sudijono, op.cit., hlm. 31, lihat pula Zuharini, et.al., Metodologi Pendidikan

Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm. 150.

Page 7: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

18

3) Prinsip obyektivitas (objectivities)

Objektif dalam arti bahwa evaluasi itu dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya, berdasarkan fakta dan data tanpa ada

pengaruh dari unsur-unsur subjektivitas dari evaluator. Objektif

dalam evaluasi itu dapat ditunjukkan dalam sikap, misalnya jujur

dan benar.

b. Acuan Evaluasi

Untuk dapat menginterpretasikan hasil penilaian belajar yang

direncanakan sebelumnya, ada dua jenis acuan yang digunakan, yaitu:

criterion referenced evaluation dan norm-referenced evaluation.16

1) Criterion Refenced Evaluation (PAP : Penilaian Acuan Patokan).

Merupakan cara memperbandingkan taraf keberhasilan

peserta pendidik dengan membandingkan prestasi yang dicapainya

dengan kriteria yang telah ditetapkan lebih dahulu.

Menurut penilaian acuan ini, peserta pendidik dikatakan

telah mencapai hasil belajar sebagaimana diharapkan apabila telah

menguasai bahan-bahan belajar sesuai dengan patokan yang

ditetapkan. Patokan ini dinyatakan dalam bentuk prosentase

minimal, misalnya 75%, 80%, 90% dan sebagainya. Memang tidak

ada ketentuan pasti tentang batas prosentase minimal yang harus

digunakan, biasanya digunakan atas dasar kesepakatan dari para

perencana pendidikan dan pengajaran di sekolah.17

2) Norm Referenced Evaluation (PAN: Penilaian Acuan Norma)

Merupakan cara mempertimbangkan taraf keberhasilan

belajar peserta pendidik, dengan cara memperbandingkan prestasi

individual peserta pendidik dengan nilai rata-rata kelompoknya.

Pelaksanaan penilaian ini didasarkan atas anggapan bahwa

setelah sekelompok peserta pendidik menyebar dalam kegiatan

16 Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2002), hlm. 249. 17 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm.

228.

Page 8: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

19

belajar, maka tingkat keberhasilan mereka akan menyebar dalam

bentuk kurva normal.

Misalnya sebagian besar (68%) dari peserta pendidik itu

akan memperoleh hasil sedang (S); sebagian kecil yaitu 13,5%

memperoleh hasil belajar baik (B) dan 13,5% lagi kurang (K),

selebihnya pada kedua ujung kurva, yaitu lebih 2,5% memperoleh

hasil belajar baik sekali (BS), dan 2,5% kurang sekali (KS).18 Alur

penilaian ukuran menaksirkan hasil belajar peserta didik

berdasarkan standar kriteria maupun norma kelompok

(terlampir).19

Dengan menggunakan batas prosentase minimal, pendidik

akan dapat menentukan mana peserta pendidik yang telah menguasai

bahan belajar dan mana yang belum. Peserta pendidik yang belum

menguasai bahan belajar digolongkan peserta pendidik yang

mengalami masalah dalam belajar.

Atas dasar kedua norma itulah peserta pendidik dinyatakan

lulus atau tidak lulus; atau berhasil atau tidak berhasil. Norma

kelulusan itu biasanya disebut batas lulus.

Untuk memberi gambaran yang jelas, berikut ini disusun

diagram yang menunjukkan persamaan dan perbedaan antara

keduanya.

Tabel 2.1

Persamaan dan Perbedaan Norm-Referenced

dan Criterion-Referenced Tes20

Perbedaan No Persamaan Norm-Referenced

(PAN) Criterion

Referenced (PAP) 1 Menurut spesifikasi

tujuan (learning outcomes)

Tujuan dinyatakan secara umum atau khusus

Cenderung sangat khusus dan mendetail

18 Abdul Majid, loc. cit. 19 Conny Semiawan Stamboel, op. cit., hlm. 336. 20 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 1997), hlm. 30.

Page 9: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

20

2 Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar

- Mencakup rentangan hasil yang luas

- Sedikit item untuk tiap hasil

- Domain hasil (aspek yang diukur) terbatas.

- Sejumlah item untuk tiap hari

3 Menggunakan berbagai tipe item tes

Item tipe memilih (true-false, multiple, dan sebagainya)

Tidak bergantung pada item tipe memilih saja

4 Harus memenuhi syarat-syarat penulisan tes

“Daya pembeda” diperhatikan

Performance peserta pendidik lebih ditekankan

5 Menurut kegagalan hasil (variabilitas skor tinggi)

Menggunakan prosedur statistik (variabilitas skor rendah)

Tidak menggunakan prosedur statistik (variabilitas skor rendah)

6 Memiliki kegunaan tertentu

Baik untuk placement dan sumatif

Cocok untuk formatif dan diagnostik.

5. Teknik dan Bentuk Evaluasi

Dalam kegiatan evaluasi terdapat suatu alat untuk mengukur

keadaan suatu objek, yang gunanya dapat mempermudah seseorang untuk

melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien.

Kata alat bisa disebut dengan istilah “instrumen”. Kemudian untuk

menggunakan alat tersebut evaluator menggunakan cara atau teknik. Pada

umumnya ada dua teknik evaluasi hasil belajar, yaitu non tes, terdiri atas

observasi, wawancara, kuesioner, check list, rating scale, riwayat hidup

dan teknik tes.21 Tes ini biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang

harus di jawab atau perintah-perintah yang harus dijalankan oleh peserta

didik, kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar yang telah

ditetapkan. Adapun teknik bentuk tes yang digunakan beragam.

a. Dilihat dari segi bentuk

Bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh pendidik

dilakukan sebagai berikut:

21 Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 26.

Page 10: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

21

1) Tes Tertulis

Tes tertulis merupakan suatu tes di mana dalam

mengajukan pertanyaan dilakukan secara tertulis dan memberikan

jawabannya juga tertulis.22 Tes tertulis meliputi:

(a) Tes dalam bentuk uraian (subjective tes)

Tes ini meliputi semua tes yang pertanyaannya

membutuhkan jawaban yang berupa uraian, yang terdiri dari

bentuk uraian bebas dan bentuk uraian terbatas atau tes

berstruktur.

(b) Tes dalam bentuk objektif (objektif tes)

Tes objektif yakni semua bentuk tes yang

mengharuskan peserta didik memilih di antara kemungkinan-

kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberikan

jawaban singkat, atau mengisi jawaban pada kolom titik yang

disediakan. Bentuk tes objektif antara lain: benar atau salah,

pilihan ganda, menjodohkan, jawaban singkat, isian.23

2) Tes lisan

Tes lisan merupakan alat penilaian yang pelaksanaannya

dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung untuk

mengetahui kemampuan untuk memecahkan suatu masalah,

mempertanggungjawabkan pendapat, penguasaan bahasa dan

penguasaan materi pelajaran. Tes lisan dapat berupa jawaban atas

pertanyaan maupun tanggapan atas pertanyaan yang diajukan.24

Dari segi persiapan dan cara bertanya, tes lisan dapat

dibedakan menjadi dua yakni tes lisan bebas, tes tanpa

menggunakan pedoman yang dipersiapkan secara tertulis dan tes

lisan pedoman, tentang apa yang ditanyakan kepada peserta

didik.25

22 Anas Sudijono, op. cit., hlm. 75. 23 Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis Mata Pelajaran Fiqih, (Jakarta: 1997), hlm.

47. 24 Ibid., hlm. 49. 25 M. Chabib Thoha, op. cit., hlm. 61.

Page 11: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

22

3) Tes perbuatan

Tes perbuatan adalah tes dilakukan dengan jawaban dari

peserta didik yang sedang dinilai.26 Penugasannya dapat

disampaikan secara tertulis maupun lisan.27 Sedangkan

Muhammad Athiyah al-Abrasy mendefinisikan tes perbuatan yaitu:

نستطيع أن نعرف مقدرة الطالب من : وباالمتحان العملىومالحظته , ومهارته اليدويه, الناحيتني العمليه والعلميه معا

28.القويهDengan tes praktek: kita bisa mengetahui kemampuan peserta didik dari dua segi, yaitu dari segi teori (pembelajaran) dan dari segi praktek secara bersama, kita juga dapat mengetahui ketrampilan (tangan), juga dapat mengevaluasi kemampuan peserta didik.

b. Dilihat dari segi jumlah peserta, tes hasil belajar dibedakan menjadi

dua jenis, yakni tes individual dan kelompok.29

1) Tes individual, yakni tes di mana tester hanya berhadapan dengan

satu orang testee saja. Jadi tes yang pada saat diberikan hanya

dilakukan terhadap satu orang

2) Tes kelompok, yakni tes di mana tester berhadapan dengan lebih

dari satu orang testee. Dengan demikian tes ini diberikan lebih dari

satu atau sekelompok anak.

c. Dilihat dari segi penyusunan, menurut tingkat atau taraf mutunya dapat

digolongkan menjadi dua yaitu tes buatan pendidik dan tes baku.30

1) Tes buatan pendidik

Merupakan suatu tes yang dibuat dan digunakan oleh

seorang pendidik sendiri di sekolah. Tes ini digunakan untuk

mengetahui kedudukan prestasi belajar peserta pendidik di kelas

26 Slameto, Ebaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 30. 27 Departemen Agama RI, loc. cit. 28 Muhammad Athiyah al-Abrasy, Ruh at-Tarbiyah wat Ta’lim, (Kairo: Dar al-Khaya al-

Kutub al-Arabiyah, 1369 H.), hlm. 363. 29 Anas Sudijono, op. cit., hlm. 74. 30 Masidjo, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius,

1995), hlm. 57.

Page 12: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

23

setelah mengikuti suatu kegiatan instruksional suatu mata pelajaran

dan untuk mengetahui kemajuannya.

2) Tes Baku

Suatu tes yang sudah distandarisasi atau sudah disusun

secara cermat oleh tim ahli penyusun tes melalui uji coba berkali-

kali sehingga tes tersebut memiliki mutu tinggi. Hasil tes tersebut

untuk mengetahui kemampuan belajar calon peserta pendidik,

penjurusan peserta pendidik yang sesuai dengan kemampuan

belajarnya.

Untuk dapat dijadikan alat pengukur, maka tes harus memenuhi

sedikitnya dua syarat, yaitu:

1) Syarat validitas

Validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian

terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang

seharusnya dinilai. Validitas dalam hal ini tidak berlaku universal,

sebab tergantung pada situasi dan tujuan penilaian. Alat penilaian

yang valid untuk suatu tujuan tertentu belum otomatis akan valid

untuk tujuan yang lain.31

2) Reabilitas

Reabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat

tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat

penilaian tersebut menilai akan memberikan hasil yang relatif

sama.

Tes hasil belajar dikatakan tetap apabila hasil pengukuran

saat ini menunjukkan kesamaan hasil pada saat yang berlainan

waktunya terhadap siswa yang sama. Tetapi kemungkinaan terjadi

perbedaan hasil tersebut disebabkan oleh dua faktor, 1) kesalahan

yang terletak pada kelemahan soal yang tidak memiliki kepastian

jawaban atau meragukan siswa dan 2) disebabkan oleh kondisi

31 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Remaja

Rosdakarya,1999), hlm. 12.

Page 13: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

24

yang terjadi pada diri siswa, misal motivasi pada waktu tes pertama

berbeda pada waktu tes kedua.32

Selain kedua syarat di atas, Anas Sudiyono menambahkan dua

syarat lagi, yakni mengenai objektivitas dan praktikabilitas.

1) Bersifat objektif, apabila tes tersebut disusun dan dilaksanakan

“menurut apa adanya”. Dilihat dari segi materi tesnya mengandung

pengertian bahwa materi tes tersebut adalah diambilkan dan materi

atau bahan pelajaran yang telah diberikan sesuai atau sejalan

dengan tujuan instruksional khusus yang telah diberikan. Dan

dilihat dari pemberian skor dan penentuan nilai hasil tesnya, bahwa

pekerjaan koreksi, pemberian skor dan pemberian nilainya

terhindar dari unsur-unsur subjektivitas yang melekat pada diri

penyusun tes.

2) Bersifat praktis dan ekonomis, bahwa tes hasil belajar tersebut

dapat dilaksanakan dengan mudah, karena tes itu:

a) Bersifat sederhana, dalam arti tidak memerlukan peralatan yang

banyak atau peralatan yang sulit pengadaannya

b) Bersifat lengkap, bahwa tes tersebut telah dilengkapi dengan

petunjuk mengenai cara mengerjakannya, kunci jawabannya

dan pedoman scoring serta penentuan nilainya.

Dan bersifat ekonomis, mengandung pengertian bahwa tes

hasil belajar tersebut tidak mengandung pengertian, tes tersebut

tidak memakan waktu yang panjang dan tidak memerlukan tenaga

biaya yang banyak.33

Dengan kriteria sebagaimana tersebut di atas, seorang guru

dapat memilih/menentukan hasil belajar apa yang akan dinilai. Dengan

demikian guru dapat menentukan teknik apa yang akan digunakan

dalam menilai hasil belajar tersebut.

32 Ibid., hlm. 16-17. 33 Anas Sudijono, op. cit., hlm. 96-97.

Page 14: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

25

6. Tindak Lanjut

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan, peserta didik

dapat merencanakan kegiatan tindak lanjut yang perlu dilakukan, baik

berupa upaya perbaikan (remedial) maupun penyempurnaan program

pengajaran berikutnya.34

Program perbaikan merupakan suatu kegiatan yang disediakan

sekolah untuk membantu para peserta didik yang terlambat atau

mengalami kegagalan dalam penguasaan pelajaran.35 Untuk

mengetahuinya menggunakan tes atau teknik diagnostik kesulitan belajar.

Setelah diadakan tes diketahui adanya penyebab keterlambatan atau

ketidakmampuan peserta didik.

Adapun penyebab keterlambatan atau ketidakmampuan peserta

didik dalam keberhasilan belajar adalah faktor internal peserta didik yang

menyangkut aspek jasmaniah maupun rohaniah atau faktor eksternal

peserta didik baik fisik maupun sosial psikologis yang berada pada

lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Untuk memberikan perbaikan dapat dilakukan kegiatan-kegiatan

antara lain: kerja kelompok dalam mendiskusikan kesulitan bagian-bagian

materi pelajaran tertentu, memberikan buku pelajaran yang relevan dengan

tujuan yang bersangkutan, mengajar kembali atau mengulang pelajaran

yang belum dikuasai oleh peserta didik.

7. Makna Evaluasi

Melihat pentingnya evaluasi dalam pendidikan, maka evaluasi

memiliki makna sebagai berikut:36

34 R. Ibrahim, Nana Syaodih Sukmadinata, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka

Cipta, 1996), hlm. 32. 35 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 276. 36 Suke Silverius, op. cit., hlm. 6-8.

Page 15: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

26

a. Makna bagi peserta didik

Hasil evaluasi memberi informasi tentang sejauhmana ia telah

menguasai bahan pelajaran yang disampaikan pendidik.

b. Makna bagi pendidik

Hasil evaluasi memberikan petunjuk bagi pendidik mengenai keadaan

peserta didik, materi pengajaran dan metode mengajarnya.

c. Makna bagi pembimbing/penyuluh

Bimbingan dan penyuluhan umumnya diarakan kepada usaha

peningkatan daya serap peserta didik serta penyesuaian peserta didik

dengan lingkungan, sehingga bimbingan dan penyuluhan tersebut lebih

terarah untuk memperoleh informasi yang diinginkan. Evaluasi

memegang peranan penting sesuai tujuannya, apabila ditunjang oleh

informasi yang akurat tentang keadaan peserta didik, baik dari segi

intelektualnya maupun dari segi emosionalnya.

d. Makna bagi sekolah

Keberhasilan kegiatan belajar mengajar ditentukan pula oleh

kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah. Efektivitas kegiatan

belajar mengajar yang diprasyaratkan antara lain adalah kondisi belajar

yang diciptakan sekolah itu diperoleh melalui evaluasi. Hasil evaluasi

yang diperoleh itu dapat dipakai sekolah untuk mengintrospeksi diri

dan untuk melihat sejauhmana kondisi belajar sehingga dapat tercipta

pembelajaran yang baik.

e. Makna bagi orang tua peserta didik

Semua orang tua ingin melihat sejauhmana tingkat kemajuan

yang dicapai anaknya di sekolah, meskipun pengetahuan itu tidak

menjamin adanya upaya dari mereka untuk meningkatkan kemajuan

anaknya.

Page 16: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

27

B. Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqih

1. Pengertian Pembelajaran Fiqih

Sebelum penulis menjelaskan pengertian pembelajaran mata

pelajaran fiqih terlebih dahulu penulis akan menjelaskan beberapa

pengertian tentang belajar.

Belajar menurut Uzer Usman bahwa:

Belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan, sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.37

Gordon H. Bower, Ernes R. Hilgard mengemukakan bahwa:

Learning refers to the change in a subject’s behavior or behavior potential to a given situation brought about by the subject’s repeated experiences in that situation, provided that the behavior change cannot be explained on the basis of the subject’s native response tendencies, maturation, or temporary states.38 Belajar menunjukkan pada perubahan tingkah laku subyek atau tingkah laku yang potensial menjadi sebuah keadaan atau kondisi yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman berulang-ulang subyek dalam situasi tertentu, hal ini memberi penjelasan bahwa perubahan tingkat laku itu, tidak dapat dijelaskan dari dasar.

Kemudian untuk memudahkan pembahasan dan pemahaman maka

definisi tentang pembelajaran adalah:

Pembelajaran menurut Mulyasa: “Pembelajaran adalah proses

interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi

perilaku ke arah yang lebih baik”.39 Dalam interaksi tersebut banyak sekali

yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri

individu, maupun eksternal yang datang dari lingkungan.

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas): “Pembelajaran adalah proses interaktif

37 Moh. Uzer Usman, Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar,

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hlm. 4. 38 Ernest R. Hilgard, Gordon H. Bower, Theories of Learning, (USA: Prentice Hall, Inc.,

Englewood Cliffs, 1981), hlm. 11. 39 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset,

2004), hlm. 100.

Page 17: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

28

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar”.40

Kemudian menurut Annas Mahduri bahwa pembelajaran berarti

kegiatan belajar mengajar yang interaktif yang terjadi antara santri sebagai

peserta didik dan ustadz sebagai pendidik yang diatur berdasarkan

kurikulum yang telah disusun dalam rangka mencapai tujuan tertentu.41

Dengan demikian pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum

yang menuntut keaktivan pendidik dalam menciptakan dan menumbuhkan

kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan.

Kemudian kata Fiqih menurut bahasa bermakna “tahu dan

paham”,42 sedangkan menurut istilah, banyak ahli fiqih (fuqaha’)

mendefinisikan berbeda-beda, tetapi mempunyai tujuan yang sama di

antaranya:

a. Menurut Syekh Muhammad Qasim al-Ghazy:

واصطالحا العلم باالحكام الشرعية العملية , الفقه هو لغة الفهم 43.املكتسب من أدلتها التفصيلية

Fiqih menurut bahasa adalah faham, sedangkan menurut istilah adalah ilmu tentang hukum yang syar’iyyah awaliyah yang diperoleh dari dalil-dalil yang terperinci.

b. Kemudian menurut Abdul Wahab Khallaf mendefinisikan fiqih adalah

pengetahuan tentang hukum-hukum syariat Islam mengenai perbuatan

manusia, yang diambil dari dalil secara terperinci.44

Jadi dapat disimpulkan dari definisi-definisi di atas, fiqih adalah

ilmu yang menjelaskan tentang hukum syari’ah yang berhubungan dengan

40 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional(SISDIKNAS), (Yogyakarta: Media Wacana, 2003), bab 1, pasal 1, hlm. 11. 41 Annas Mahduri, (Ketua Tim), Pola Pembelajaran di Pesantren, (Jakarta: Departemen

Agama RI, 2003), hlm. 73. 42 Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqih, (Semarang: Pustaka Rizki

Putra, 1999), hlm. 15. 43 Syekh Muhammad Qasim al-Ghazy, Syarah Fathul Qarib, (Semarang: Pustaka al-

Alawiyah, t.th.), hlm. 3. 44 Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 1991),

hlm. 2.

Page 18: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

29

segala tindakan manusia, baik berupa ucapan atau perbuatan yang diambil

dari nash-nash yang ada, atau dari mengistinbath dalil syariat Islam.

Sehingga dapat ditarik pengertian bahwa pembelajaran mata

pelajaran fiqih sebagai proses belajar yang dibangun oleh pendidik untuk

mengembangkan kreativitas berfikir yang dapat meningkatkan

kemampuan berfikir peserta didik, serta dapat meningkatkan kemampuan

membangun pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan

yang baik terhadap materi pelajaran Fiqih.

2. Tujuan Mata Pelajaran Fiqih

Yang menjadi dasar dan pendorong bagi umat islam untuk

mempelajari fiqih,45 ialah:

a. Untuk mencari kebisaan paham dan pengertian dari agama Islam

b. Untuk mempelajari hukum-hukum Islam yang berhubungan dengan

kehidupan manusia.

c. Memperdalam pengetahuan dalam hukum-hukum Islam agama baik

dalam bidang akidah dan akhlak maupun dalam bidang ibadat dan

muamalat.

3. Materi Mata Pelajaran Fiqih

Materi yang dibahas dalam Ilmu Fiqih meliputi pembahasan

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan individu, masyarakat dan negara,

meliputi Pertama, Fiqih Ibadah yang menjelaskan masalah ketentuan-

ketentuan syari’ah dengan segala syarat dan rukunnya untuk bisa

diterimanya ibadah mahdhah. Muatannya seperti: thaharah, zakat, puasa

dan haji. Kedua, Fiqih Muamalat adalah yang mengatur segala sesuatu

dalam kegiatan kemasyarakatan, yakni tata norma agama yang berisikan

aturan-aturan untuk dipatuhi dalam proses interaksi sosial kemasyarakatan.

Ketiga, Fiqih yang mengatur masalah keluarga, negara, (Fiqih al-Siyasah)

45 Syafii Karim, Fiqih/Ushul Fiqih ,(Bandung: Pustaka Setia, 1997),hlm. 53.

Page 19: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

30

lengkap dengan arkanul mustama’nya yang mengatur eksistensi dari

beragamnya organisasi yang muncul dalam kehidupan kemasyarakatan.46

Jadi, materi mata pelajaran Fiqih berisi pokok-pokok mengenai

hubungan manusia dengan Allah (Fiqih al-Ibadah), hubungan manusia

dengan manusia (Fiqih al-Muamalah), hubungan manusia dengan negara

(Fiqih al-Siyasah) dan setiap pokok ilmu Fiqih meliputi materi tersendiri.

4. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan cara yang dipergunakan untuk

menyampaikan ajaran sampai ke tujuan. Metode-metode inidapat

ditetapkan dalam klasikal maupun non klasikal.

a. Metode Bandungan (Wetonan)

Dilakukan oleh seorang pendidik (ustadz) terhadap

sekelompok peserta didik (santri), untuk mendengarkan dan menyimak

apa yang dibaca dari sebuah kitab.

b. Metode Sorogan

Merupakan kegiatan pembelajaran bagi santri yang lebih

menitikberatkan pada pengembangan kemampuan individu, di bawah

bimbingan seorang ustadz.47

c. Metode Halaqah

Belajar bersama secara diskusi untuk saling mencocokkan

pemahaman mengenai arti terjemahan dari isi kitab.48

d. Metode Ceramah

Metode ceramah ialah sebuah bentuk interaksi edukatif melalui

penerangan dan penuturan secara lisan oleh pendidik atau pendidik

terhadap sekelompok pendengar (peserta didik).49

46 Irfan Hielmy, Modernisasi Pesantren, (Bandung: Nuansa, 2003), hlm. 92. 47 Departemen Agama RI, Pola Pengembangan Pesantren, (Jakarta: 2003), hlm. 45. 48 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), hlm.144. 49 Zuharini, et.al., op. cit., hlm. 74.

Page 20: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

31

e. Metode Tanya Jawab

Suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui berbagai bentuk

pertanyaan dijawab peserta didik. Metode ini dapat dikembangkan

ketrampilan: mengamati, mengklasifikasi, menginterpretasi, dan lain-

lain.50

f. Metode Demontrasi

Cara pembelajaran yang dilakukan dengan memperagakan

suatu ketrampilan dalam pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan

secara perorangan atau kelompok di bawah petunjuk dan bimbingan

ustadz.51

5. Evaluasi dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqh

Evaluasi keberhasilan belajar di pondok pesantren ditentukan oleh

penampilan kemampuan mengajar kitab kepada orang lain. Jika

audiensinya merasa puas, maka santri yang bersangkutan telah lulus.52

Dengan kata lain, bahwa keberhasilan belajar (kelulusan) santri ditentukan

oleh masyarakat. Namun, penilaian tersebut sulit dikembangkan dalam

pendidikan seperti sekarang ini. Lepas dari pro dan kontra, pengembangan

sistem penilaian tidak harus mengikuti model penilaian pendidikan umum,

melainkan dikembangkan sistem penilaian yang komprehensif sesuai

dengan tenaga pendidikan yang ada di pesantren.53

Adapun evaluasi dalam mata pelajaran Fiqih meliputi:

a. Aspek yang dinilai

Penilaian yang dilakukan untuk menilai hasil dari suatu proses

belajar mengajar dan hasil belajar. Adapun sasaran atau aspek

penilaian mata pelajaran Fiqih yang terkandung di dalam tujuan dalam

pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya, meliputi:

50 Abdurrahman Saleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan: Visi, Misi, dan Aksi,

(Jakarta: Gema Windu Panca Perkasa, 2000), hlm.68. 51 Annas Mahduri (Ketua Tim), op. cit., hlm. 102. 52 Mastuhu, op. cit., hlm. 145. 53 Saefudin Zuhri, “Reformulasi Kurikulum Pesantren”, dalam Ismail SM. (eds.),

Dinamika Pesantren dan Madrasah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 104 .

Page 21: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

32

1) Aspek kognitif

Yaitu ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).54 Yang

mencakup semua materi unsur pokok pendidikan yang disampaikan

kepada peserta didik dalam kegiatan proses belajar mengajar.55

Tingkatan aspek yang harus dicapai oleh peserta didik

sesuai dengan taksonomi Bloom yaitu:

1) Pengetahuan (knowledge), adalah kemampuan seseorang untuk

mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali

tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya,

tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.56

Contohnya adalah peserta didik dapat menghafal surat Al-

Baqarah ayat 34, menerjemahkan dan menuliskannya secara

baik dan benar, sebagai salah satu materi pelajaran Fiqih yang

diberikan oleh pendidik.

2) Pemahaman (Comprehension), adalah kemampuan seseorang

untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu

diketahui dan diingat.57 Peserta didik dapat dikatakan

memahami sesuatu apabila dapat memberikan penjelasan lebih

rinci tentang suatu hal dengan menggunakan kata-katanya

sendiri. Contohnya peserta didik dapat menguraikan makna

shalat yang terkandung dalam surat Al-Baqarah ayat 34 secara

lancar dan jelas.

3) Penerapan (application), adalah penggunaan abstraksi pada

situasi konkret atau situasi khusus.58 Pada tingkatan ini

merupakan proses berfikir yang lebih tinggi dibandingkan

dengan pemahaman. Contohnya peserta didik mampu

54 Anas Sudijono, op. cit., hlm. 49. 55 Departemen Agama RI, Petunjuk Teknik…op. cit., hlm. 46. 56 Anas Sudijono, op. cit., hlm. 50. 57 Ibid. 58 Nana Sudjana,Penilaian Hasil……. op. cit. hlm. 25.

Page 22: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

33

memikirkan penerapan tentang konsep shalat dalam kehidupan

sehari-hari.

4) Analisis (analysis), adalah usaha memilah suatu integritas

menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas

hierarkinya dan atau susunannya.59 Contohnya peserta didik

dapat merenung dan memikirkan tentang wujud nyata dari shalat

seorang siswa di rumah, sekolah dan kehidupan sehari-hari

sebagai bagian dari ajaran Islam.

5) Sintesis (synthesis), menunjuk pada suatu kemampuan untuk

menghimpun atau menyatukan bagian-bagian atau elemen-

elemen untuk membentuk pola baru.60 Contoh hasil belajar pada

tingkat ini adalah peserta didik dapat menuliskan karangan

tentang pentingnya shalat sebagaimana telah dianjurkan dalam

Islam.

6) Evaluasi (Evaluation), merujuk pada kemampuan untuk

memutuskan atau menentukan nilai suatu materi (pernyataan,

novel, puisi, laporan penelitian) untuk suatu tujuan yang telah

ditentukan.61 Contohnya peserta didik mampu menimbang-

nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang

melakukan shalat dan dapat menunjukkan akibat negatif yang

akan menimpa jika tidak shalat, sehingga pada akhirnya sampai

pada kesimpulan penilaian, bahwa shalat merupakan perintah

Allah yang wajib dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

2) Aspek afektif

Kemampuan afektif berhubungan dengan perasaan, emosi,

sistem nilai, dan sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau

penolakan terhadap sesuatu.62 Penilaian dalam bentuk afektif lebih

59 Ibid, hlm. 27. 60 Hisyam Zaini, dkk, Desain Pembelajaran Di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: IAIN

Sunan Kalijaga,2002),hlm.70. 61 Ibid. 62 R. Ibrahim, Nana Syaodih Sukmadinata, op. cit., hlm. 76.

Page 23: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

34

ditekankan kepada unsur pokok pengalaman sehari-hari melalui

tingah laku perbuatan.63

Jenjang pada aspek ini meliputi:

a) Menerima (receiving), kemampuan peserta didik yang mengacu

kepada kesukarelaan memperhatikan dan memberikan respon

terhadap stimulasi yang tepat.64 Pada jenjang ini peserta didik

dibina agar bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan, dan

mereka mau menggabungkan diri ke dalam nilai itu. Contoh

hasil belajar pada jenjang ini peserta didik menyadari bahwa

shalat harus ditegakkan, dan sifat malas harus disingkirkan jauh-

jauh.

b) Menanggapi (responding), kemampuan yang dimiliki peserta

didik yang mengacu kepada keikutsertaan secara aktif menjadi

peserta dan tertarik.65 Pada jenjang ini peserta didik tidak hanya

ikut serta akan tetapi juga dapat melakukan reaksi dalam

fenomena yang terjadi. Contohnya peserta didik tumbuh

hasratnya untuk lebih mempelajari lebih jauh atau menggali

lebih dalam lagi ajaran-ajaran Islam tentang shalat.

c) Menilai (evaluating), jenjang ini bertalian dengan nilai yang

dikenakan siswa terhadap suatu objek, fenomena, atau tingkah

laku tertentu, pada jenjang ini mulai dari hanya sekedar

penerimaan nilai sampai ketingkat komitmen yang lebih

tinggi.66 Contoh hasil belajar pada jenjang ini adalah tumbuhnya

kemauan yang kuat pada diri peserta didik untuk melakukan

shalat.

d) Mengorganisasi (organization), kemampuan yang mengacu

kepada penyatuan nilai yang menimbulkan suatu sikap

63 Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis … loc. cit. 64 Arnie Fajar, Portofolio dalam Pelajaran IPS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),

hlm. 225. 65 Ibid. 66 Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 117.

Page 24: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

35

tertentu.67 Dalam mengorganisasikan ini merupakan

pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi,

termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan

prioritas nilai yang telah dimilikinya.

e) Membentuk watak (characterization), kemampuan yang

mengacu pada karakter dan gaya hidup seseorang.68 Nilai-nilai

berkembang dengan tertentu sehingga tingkah laku menjadi

lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan, pada tingkatan ini

terjadi adanya hubungan antara ketentuan pribadi, sosial, dan

emosi siswa. Contoh hasil belajar pada jenjang ini peserta didik

memiliki kebulatan sikap untuk menjadikan perintah Allah yang

tertera dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 34 sebagai

pegangan hidupnya menyangkut shalat.

Untuk mengukur hasil belajar yang berupa sikap paling

tepat dipakai skala sikap, skala sikap yaitu sejenis angket tertutup

di mana pertanyaan/pernyataan mengandung sifat-sifat dari nilai-

nilai yang menjadi tujuan pengajaran.69

3) Aspek psikomotor

Ranah psikomotorik berhubungan erat dengan kerja otot

sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya.70

Penilaiannya menekankan kepada pelaksanaan pengalaman. Aspek

ini lebih ditekankan pada unsur pelaksanaan ibadah seperti: shalat,

puasa dan sebagainya.71

Aspek psikomotorik meliputi:

a) Peniruan, yaitu ketrampilan untuk menirukan ketrampilan tertentu.

b) Pemanfaatan, yaitu kemampuan untuk menggunakan ketrampilan-ketrampilan yang telah berhasil ditirukan dalam situasi yang tepat.

67 Ibid. 68 Ibid. 69 Slameto, op. cit., hlm. 124. 70 Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 122. 71 Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis … loc. cit.

Page 25: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

36

c) Kecermatan/ketepatan, yaitu kemampuan untuk menggunakan ketrampilan-ketrampilan tersebut secara cermat/tepat.

d) Naturalisasi, yaitu kematangan dari ketrampilan-ketrampilan sehingga menjadi otomatis dan natural (tidak kaku).72

Hasil belajar psikomotorik merupakan kelanjutan dari hasil

belajar kognitif dan hasil belajar afektif, kedua hasil belajar tersebut

akan menjadi hasil belajar psikomotorik apabila peserta didik telah

menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna

yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya.

Untuk mengukur aspek psikomotorik adalah menggunakan

teknik non tes yakni dengan observasi, suatu upaya untuk mengukur

hasil belajar peserta didik melalui pengamatan, sedangkan peserta

didik diukur kemampuannya diminta untuk melakukan atau

mempraktekkan sesuatu. Dalam praktek, metode observasi harus

dilengkapi dengan instrumen lain yaitu daftar check, skala

penilaian, catatan kegiatan khusus.73 Contoh penilaian dengan skala

penilaian terhadap mata pelajaran Fiqih mengenai ketrampilan

berwudlu sebagai dalam tabel berikut:

Tabel 2.2

Tabel Penilaian Dengan Skala Penilaian Terhadap Mata

Pelajaran Fiqih Mengenai Ketrampilan Berwudlu74

No. Jenis perilaku/ketrampilan Ya 1. Santri membersihkan semua kotoran di

sekitar muka (0) 1 2 3 4

2. Santri berkumur sebelum berwudlu 0 1 2 3 4 (4) 3. Santri membaca do’a sebelum berwudlu 0 1 2 (3) 4 4. Santri membasuh muka hingga merata 0 1 2 3 (4) 5. Santri membasuh kedua tangan hingga

siku 0 1 2 (3) 4 6. Santri membasuh sebagian kepala 0 1 2 3 (4) 7. Santri membasuk kedua telapak kaki 0 1 2 (3) 4

72 Mastuki (et al.), Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2003), hlm.

103. 73 Ibid., hlm. 105. 74 Ibid., hlm. 107.

Page 26: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

37

hingga tumit 8. Santri membasuh 1-7 tersebut sebanyak 3

kali 0 1 2 (3) 4

9. Santri mmebaca doa setelah berwudlu (0) 1 2 3 4 Jumlah Skor 25

b. Waktu pelaksanaan evaluasi

Jenis penilaian dalam prosedur pelaksanaan evaluasi untuk

mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran

Fiqih selama pembelajaran perlu membuat alat informasi berupa

tagihan dan pelaksanaan penilaiannya dapat dilakukan pada tahap

waktu yang berbeda.

1) Pertanyaan lisan di kelas.75 Materi yang ditanyakan berupa

pemahaman konsep, prinsip atau teorema. Pertanyaan ini dapat

dilakukan pada awal atau akhir pelajaran.

2) Kuis. Pertanyaan yang diajukan kepada peserta didik dalam waktu

yang terbatas, misal kurang lebih 15 menit. Pertanyaan berupa

pilihan atau jawaban singkat. Waktu pelaksanaan pada umumnya

di awal pembelajaran.76

3) Ulangan Harian

Ulangan harian merupakan ulangan yang mencakup kajian

satu bahasan atau beberapa pokok bahasan.77 Dapat dilakukan

secara periodik, misal satu atau dua kali setiap materi pokok selesai

diajarkan. Penilaian hasil belajar pada ulangan harian bertujuan

untuk mengetahui sejauhmana penguasaan peserta didik terhadap

materi sesuai dengan tujuan pembelajaran telah ditentukan dan

hasilnya untuk memperbaiki proses belajar selanjutnya.

75 Martinis Yamin, Pengembangan Kompetensi Pebelajar, (Jakarta: UI Press, 2004), hlm.

149. 76 Ibid., hlm. 150. 77 Departemen Agama RI., Petunjuk Teknis … op. cit., hlm. 49.

Page 27: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

38

Ulangan harian dapat disamakan dengan evaluasi formatif.78

Dalam bentuk soal bisa menggunakan obyektif maupun subyektif.

4) Tugas Individu dan kelompok. Tugas individu dapat diberikan

setiap minggu dalam bentuk tugas atau soal uraian baik obyektif

maupun non obyektif. Sedangkan tugas kelompok diberikan untuk

menilai kemampuan pembelajaran dalam kerja kelompok. Bentuk

soal yang digunakan uraian.79

5) Ujian Praktek. Digunakan untuk mengetahui penguasaan akhir

peserta didik terhadap materi pelajaran pada tingkat kognitif dan

psikomotorik. Tugas ini diberikan kaitannya dengan praktek di

laboratorium.80

6) Ulangan Semester

Merupakan ulangan yang mencakup bahan kajian seluruh

pokok bahasan. Selain untuk mengetahui tingkat pencapaian

peserta didik terhadap bahan kajian yang telah dipelajari, juga

untuk menentukan kemajuan atau hasil belajar masing-masing

peserta didik. Hasil penjelasan tersebut digunakan untuk keperluan

laporan pada orang tua dan keperluan administrasi lainnya.81

Ulangan semester pada umumnya dikenal dengan evaluasi

sumatif. Menurut Anita E. Woolfolk, bahwa “Summative

assessment occurs at the end of instruction. Its purpose is to let the

teacher and the students know the level of accomplishment

attained”.82 Artinya: Evaluasi sumatif dilaksanakan setelah selesai

pengajaran. Evaluasi sumatif ditujukan agar pendidik dan para

peserta pendidik tahu tatanan prestasi yang dihasilkan.

Sedangkan menurut Anas Sudijono, bahwa:

78 Anas Sudijono, op. cit., hlm. 71. 79 Martinis Yamin, loc. cit. 80 Ibid., hlm. 151. 81 Ibid., hlm. 50. 82 Anita E. Woolfalk, Educational Psychology, (United States of America : Allyn &

Bacon, 1995), hlm. 551

Page 28: BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN FIQIH …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain-gdl-s1... · concern with the goals of education”.3 Evaluasi adalah

39

Tes sumatif adalah tes yang dilaksanakan setelah sekumpulan program pelajaran selesai diberikan (berakhir), dengan kata lain, evaluasi yang dilaksanakan setelah seluruh unit pelajaran selesai diajarkan.83

Dalam setiap semester minimal bisa dilakukan dua kali

yakni pada pertengahan semester dan akhir semester.

7) Ujian Akhir

Menguji kemampuan peserta didik dari kelas awal sampai

kelas akhir. Ujian akhir bisa bersifat nasional, regional, maupun

lokal sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hasil penilaian tahap

akhir ini dapat digunakan untuk bahan pertimbangan kelulusan

peserta didik yang dinyatakan telah menyelesaikan pendidikan.84

83 Anas Sudijono, op. cit., hlm. 23. 84 Ibid., hlm. 51.