pelaksanaan strategi quantum quotient dalam...
TRANSCRIPT
PELAKSANAAN STRATEGI QUANTUM QUOTIENT DALAM
PEMBELAJARAN PAI DI KELAS VIII SMPN 18 SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Pendidikan Agama Islam
Oleh :
AHMAD FARIZ ISKANDAR
NIM : 073111118
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ahmad Fariz Iskandar NIM : 073111118
Jurusan / Program Studi : Pendidikan Agama Islam menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 06 Juni 2011
yang menyatakan,
Ahmad Fariz Iskandar NIM.073111118
KEMENTERIAN AGAMA R.I.
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp. 024-7601295 Fax 7615387
PENGESAHAN
Naskah skripsi dengan: Judul : Pelaksanaan Strategi Quantum Quotient Dalam Pembelajaran
PAI di Kelas VIII SMPN 18 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011
Nama : Ahmad Fariz Iskandar
Nim : 073111118 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam
telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.
Semarang, 20 Juni 2011
DEWAN PENGUJI Ketua ,
Nasirudin, M.Ag NIP. 19691012 199603 1002
Sekretaris ,
Yunita Rahmawati, M.A NIP. 19780627 200501 2004
Penguji I,
Ismail, M.Ag.
NIP. 19711021 199703 1002
Penguji II,
H. Mahfudz Siddiq, Lc. MA NIP. 15031312 700000 1000
Pembimbing I,
Dr. H. Fatah Syukur M.Ag NIP. 19681212 199403 1 003
Pembimbing II,
Ismail, M.Ag. NIP. 19711021 199703 1002
NOTA PEMBIMBING Semarang, 06 Juni 2011 Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Pelaksanaan Strategi Quantum Quotient Dalam Pembelajaran PAI di Kelas VIII SMPN 18 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011.
Nama : Ahmad Fariz Iskandar NIM : 073111118 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Pembimbing I
NOTA PEMBIMBING Semarang, 06 Juni 2011 Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu’alaikum wr. wb
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Pelaksanaan Strategi Quantum Quotient Dalam Pembelajaran PAI di Kelas VIII SMPN 18 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011
Nama : Ahmad Fariz Iskandar NIM : 073111118 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Pembimbing II
Ismail, M.Ag.
ABSTRAK Judul : Pelaksanaan Strategi Quantum Quotient Dalam
Pembelajaran PAI di Kelas VIII SMPN 18 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011.
Penulis : Ahmad Fariz Iskandar NIM : 073111118
Skripsi ini membahas pelaksanaan strategi Quantum Quotient dalam teknik Quantum Quotient yang mana dapat melejitkan IQ, EQ dan SQ siswa. Diantaranya dengan berbagai tahapan yang berhubungan IQ, EQ dan SQ, diantaranya membantu ingatan, fungsi otak kanan aktif karena anak dilatih untuk berimajinasi, membuat lagu, serta menggabungkan kata-kata sehingga suatu materi menjadi suatu yang unik, menarik dan menyenangkan.
Sedangkan permasalahan yang diambil adalah bagaimana pelaksanaan strategi Quantum Quotient dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMPN 18 Semarang, bagaimana peran Guru dalam strategi Quantum
Quotient pelaksanaan strategi Quantum Quotient dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMPN 18 Semarang. Sekolah tersebut dijadikan sebagai sumber data untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan pendidikan Agama Islam dengan strategi Quantum Quotient. Datanya diperoleh melalui wawancara bebas, observasi partisipan dan studi dokumentasi. Semua data dianalisis dengan pendekatan sosiologis dan analisis deskriptif menggunakan logika induksi.
Dari hasil penelitian, Pelaksanaan strategi Quantum Quotient dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMPN 18 Semarang tergolong baik, hal ini ditunjukkan dengan antusias dari peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran dan para peserta didik lebih aktif serta saling memotivasi.
Selain itu, pendidik juga melakukan pengawasan, pengarahan agar sesama peserta didik saling membantu dan memotivasi. Guru juga mengontrol kegiatan pembelajaran dengan cara memperingatkan peserta didik yang gaduh dan memberi hukuman dengan memberi tugas. Guru juga melakukan perencanaan dan penilaian dengan begitu proses pembelajaran bisa lebih baik. Strategi Quantum
Quotietn juga mempengaruhi hasil prestasi belajar. Hal ini diketahui dari prestasi belajar siswa pada pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 18 Semarang hal ini dapat dilihat dari hasil raport, dan tugas-tugas yang lain.
TRANSLITERASI ARAB LATIN
Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor: 158/1987 dan Nomor: 0543b/Untuk1987. Penyimpangan penulisan kata sandang (al-) disengaja secara konsisten agar sesuai teks Arabnya.
{t ط A ا
{z ظ B ب
‘ ع T ت
gh غ |s ث
f ف J ج
q ق {h ح
k ك Kh خ
l ل D د
m م |z ذ
n ن R ر
w و Z ز
h ه S س
’ ء Sy ش
y ي {s ص
{d ض
Bacaan madd: Bacaan diftong:
a> = a panjang او = au
i> = I panjang اي = a u> = u panjang
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
ÉΟŠÏm§�9 $# «≈uΗ÷q §�9$#! $#Οó¡ Î0
ان أ9WX.ا<GU9 و EHN اSTرا<JK GHFLMN OPQ R9 و <;GH ا<EF ربA B ا<=;9[ J>ا]\ ا A9 و اWX9ا ان\ أ\;=T لS_\ر A. \ W\P>ا Bab BP_و OPQ 9;=T .9FK اET .اJd=b GHF;e و ا<OPQ J و
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah ‘azza wa jalla’ dan rasa syukur yang besar penulis panjatkan atas, berkat, rahmat, taufiq, hidayah serta pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skipsi ini. Penulis sadar bahwa semua ini tidak lepas dari tuntunan dan bimbingan-Nya.
Iringan Shalawat dan Salam semoga senantiasa dilimpahkan keharibaan baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, serta pengikutnya yang setia, atas jasa dan perjuangan besar beliau, penulis sekarang dapat menikmati percikan cahaya kebenaran Islam.
Skripsi yang berjudul : “Pelaksanaan Strategi Quantum Quotient Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 18 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011”, ini telah disusun dengan sungguh-sungguh sehingga memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata I (satu) pada IAIN Walisongo Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terealisasikan. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Prof. DR. H Muhibbin M.Ag Rektor IAIN Walisongo Semarang
2. Dr. Sudja`i Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
3. Nasirudin, M.Ag. Ketua Jurusan dan Mursid, M.Ag. selaku Sekretaris Jurusan
Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo yang telah membantu dalam
kelancaran pembuatan skripsi ini.
4. Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag, Dosen Pembimbing I dan Ismail M.Ag. selaku
Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan
motivasi kepada penulis sampai skripsi ini selesai.
5. Ringsung Suratno, M. Pd, Her Rustiyono S.Pd.I Selaku Kepala Sekolah dan
Guru PAI SMPN 18 Semarang yang telah memberikan ijin dan layanan data
yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Dewan Guru SMPN 18 Semarang yang telah banyak membantu dalam
penggalian data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Muntholi’ah M.Pd. dosen wali studi penulis dan seluruh Bapak dan Ibu Dosen
IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan ilmunya kepada kami.
8. Bapak dan Ibuku tercinta (Bpk. Abdul Salam dan Ibu Ubaidah) yang selalu
menyayangi dan mengasihiku, keluarga besarku yang senantiasa memberikan
motivasi, yang selalu setia mengiringi langkahku, dan semua sahabat senasib
seperjuangan.
9. Adik-adikku (Azwar Fahmi, Cikida, Juned, Aslam, Nurul, Auliya, Fida,
Sandi, zaki.) yang saya sayangi dan saya banggakan, semoga kalian menjadi
anak yang sholeh dan solehah sehingga menjadi generasi bangsa yang berguna
bagi agama, orang tua, bangsa dan Negara.
10. Simbah-simbahku (mbh H. Aly Munawwar (alm), mbah Hj Solikah),( mbh H.
Djuri Kasno, mbh Hj. Aminatuz Zuriyah) yang selalu mendoakan penulis dan
memberikan dukungan dengan ikhlas.
11. Kawan– kawan mahasiswa senasib seperjuangan dalam perjalanan panjangnan
melelahkan yang bergerak bersama membangun peradaban kampus IAIN,
Kawan-kawan di Tarbiyah 2007, kawan-kawan PAI paket C 2007 terima kasih
atas bantuan dan kerja samanya yang tak akan dilupakan.
12. Dan semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu
Akhirnya penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya. Amin..
Semarang, 06 Juni 2010
Penulis,
Ahmad Fariz Iskandar
NIM : 073111118
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................... ii
PENGESAHAN ......................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING .............................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................. vi
TRANSLITERASI ..................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................. 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka ......................................................................... 11
B. Kerangka Teoritik .................................................................. 12
1. Pengertian Strategi quantum quotient
2. Teknik-teknik quantum quotient ( kecerdasan quantum )
3. Pengertian pembelajaran pendidikan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.......................................................................... 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................. 35
C. Sumber Penelitian.................................................................... 35
D. Fokus Penelitian...................................................................... 36
E. Teknik Pengumpulan Data....................................................... 36
F. Teknik Analisis Data............................................................... 40
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI QUANTUM
QUOTIENT DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI SMP 18 SEMARANG TAHUN
PELAJARAN 2010/201
A. Analisis Penyajian Data Pelaksanaan Strategi Quantum Quotient
Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam DI SMP 18
Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011……………………........ 40
B. Analisis Penyajian Data Peranan Guru dalam Pelaksanaan
Strategi Quantum Quotient Dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam DI SMP 18 Semarang Tahun Pelajaran
2010/2011................................................................................... 50
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………….........….. 56
B. Saran-saran …………………………………………..........….. 57
C. Kata Penutup …………………………………………........…. 58
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Skema Proses Mengingat 16
2. Komponen Dalam Analisis Data (Interactive Model) 39
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1
Pendidikan dalam konteks pembangunan nasional berfungsi: (1)
pemersatu bangsa, (2) penyamaan kesempatan, dan (3) pengembangan potensi
diri. Pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memberi kesempatan yang sama bagi
setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam pembangunan,dan memungkinkan
setiap warga negara untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.2
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupanya. Pendidikan
merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui
proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.
Undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945 pasal 31 ayat (1)
menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat
(3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan
1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Jakarta 2003 hlm. 5.
2 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 hlm.
64.
undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan
kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia.
Gerakan reformasi di Indonesia secara umum menuntut diterapkanya
prinsip demokrasi, desentralisasi, keadilan, dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam hubunganya dengan
pendidikan, prinsip-prinsip tersebut akan memberikan dampak yang mendasar
pada kandungan, proses, dan manajemen sistem pendidikan. Selain itu, ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan memunculkan tuntutan baru
dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam sistem pendidikan. Tuntutan
tersebut menyangkut pembaharuan sistem pendidikan, di antaranya pembaharuan
kurikulum, yaitu diversifikasi kurikulum untuk melayani peserta didik dan potensi
daerah yang beragam, diversifikasi jenis pendidikan yang dilakukan secara
profesional, penyusunan standar kompetensi tamatan yang berlaku secara nasional
dan daerah menyesuaikan dengan kondisi setempat. Penyusunan standar
kualifikasi pendidik yang sesuai dengan tuntutan pelaksanaan tugas secara
profesional; penyusunan standar pendanaan pendidikan untuk setiap satuan
pendidikan sesuai prinsip-prinsip pemerataan dan keadilan; pelaksanaan
manajemen pendidikan berbasis sekolah dan otonomi perguruan tinggi; serta
penyelenggaraan pendidikan dengan sistem terbuka dan multimakna.
Pembaharuan sistem pendidikan juga meliputi penghapusan diskriminasi antara
pendidikan yang dikelola pemerintah dan pendidikan yang dikelola masyarakat,
serta pembedaan antara pendidikan keagamaan dan pendidikan umum.3
Dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan nasional telah ditetapkan
visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan
nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat
dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, op.cit., hlm. 47-48.
Terkait dengan visi tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip
penyelenggaraan pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan
reformasi pendidikan. Salah satu prinsip tersebut adalah pendidikan
diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang
memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi
dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran
paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma
pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu
direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan
efisien.4 Setidaknya proses pendidikan harus mencakup: (1) penumbuhkembangan
keimanan, ketakwaan,; (2) pengembangan wawasan kebangsaan, kenegaraan,
demokrasi, dan kepribadian; (3) penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi; (4)
pengembangan, penghayatan,apresiasi, dan ekspresi seni; serta (5) pembentukan
manusia yang sehat jasmani dan rohani.5
Misi pendidikan nasional adalah: (1) mengupayakan perluasan dan
pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh
rakyat indonesia; (2) meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di
tingkat nasional, regional, dan internasional; (3) meningkatkan relevansi
pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan global; (4) membantu
dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini
sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar; (5)
meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral; (6) meningkatkan
keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat
4 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2007, hlm. 3. 5 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005,
hlm. 66.
pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai
berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global; dan (7) mendorong peran
serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi
dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.6
Mengingat kebhinekaan budaya, keragaman latar belakang dan
karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang
bermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel,
bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap satuan
pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.7
Bersamaan dengan itu Islam memandang pendidikan sebagai dasar utama
seseorang diutamakan dan dimuliakan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT
dalam al-Qur'an Surat al-Mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi :
$ pκš‰r' ‾≈ tƒ tÏ% ©!$# (# þθãΖtΒ#u #sŒ Î) Ÿ≅ŠÏ% öΝä3s9 (#θ ßs ¡¡x s? †Îû ħÎ=≈ yf yϑø9 $# (#θßs |¡ øù$$ sù Ëx|¡ ø tƒ ª!$#
öΝä3s9 ( #sŒ Î)uρ Ÿ≅ŠÏ% (#ρâ“ à±Σ $# (#ρâ“ à±Σ $$sù Æìsùö� tƒ ª!$# tÏ%©!$# (#θ ãΖtΒ#u öΝä3ΖÏΒ tÏ% ©!$#uρ (#θ è?ρé& zΟù=Ïè ø9 $#
;M≈y_ u‘yŠ 4 ª!$#uρ $ yϑÎ/ tβθè=yϑ÷ès? ×�� Î7yz ∩⊇⊇∪
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.8 (QS, Al-Mujaadilah: 11).
6 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005,
hlm. 65. 7 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007.
hlm. 3 8 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha Putra,
1989), hlm 910-911.
Menurut Al-Maraghi: Allah melarang para hamba dari berbisik-bisik
mengenai dosa dan pelanggaran yang menyebabkan permusuhan, Allah
memerintahkan kepada mereka sebab kecintaan dan kerukunan diantara orang-
orang mukmin. Dan diantara sebab kecintaan dan kerukunan itu adalah
melapangkan tempat di majlis (pertemuan) ketika ada orang yang datang, dan
bubar apabila diminta dari kalian untuk bubar.
Apabila kalian melakukan yang demikian itu, maka Allah akan
meninggikan tempat-tempat kalian di dalam surga-surga-Nya dan menjadikan
kaliyan termasuk orang-orang yang berbakti tanpa kekhawatiran dan kesedihan.9
Dalam pelaksanaan pendidikan pemerintah telah mengupayakan dan
menyelenggarakan suatu sistem pengajaran Nasional yang diatur dalam undang-
undang. Untuk itu pemerintah memberikan hak pada warganya untuk
mendapatkan pengajaran dan pendidikan dimulai dari lingkungan keluarga
sebagai Lembaga pendidikan, kemudian pendidikan di lingkungan masyarakat
sebagai pendidikan nonformal, oleh karena itu pendidikan adalah tanggung jawab
bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.10
Dalam keseluruhan proses pendidikan (dalam hal itu di Sekolah atau
Madrasah), kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, ini berarti
berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai anak didik.11 Istilah
belajar sebenarnya telah lama dikenal oleh manusia, sejak manusia ada
sebenarnya mereka telah melakukan aktifitas belajar, oleh karena itu kiranya tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa kegiatan belajar itu ada sejak adanya manusia.12
9 Ahmad Mushthafa Al-Maraghi., Terjemah Tafsir Al- Maraghi, terj Bahrun Abu Bakar,
Heri Noer Ali. ( Semarang: PT.karya Toha putra, 1993), hlm 23.
10 Abu Ahmadi, ct, al, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm 59.
11 Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
hlm 14.
12 Ali Imron, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1996), hlm 2.
Belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam tingkah laku sebagai
hasil interaksi dengan lingkungannya di dalam memenuhi kehidupannya. Aktifitas
belajar bagi kegiatan individu tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar,
terkadang lancar dan terkadang tidak, terkadang dapat menangkap dengan cepat
apa yang dipelajarinya, terkadang amat sulit, demikian antara lain kenyataan yang
kita jumpai pada anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan
aktifitas belajar. Setiap individu memang tidak ada yang sama, perbedaan
individual ini pula yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan
anak didik. Dalam keadaan di mana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana
mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar. Sehubungan dengan ini,
bahwa pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi umat manusia,
sebagaimana perkembangan dan perwujudan diri bagi pembangunan Bangsa dan
Negara serta Agama. Yang mana pendidikan dapat diperoleh secara formal
(Sekolah) maupun nonformal (luar Sekolah). Di dalam lingkungan Sekolah
terdapat bidang studi pendidikan Agama Islam yang bertujuan :13
“Untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian
dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman
peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia Muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya kepada Allah SWT. serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih
tinggi”. 14
Di samping itu pendidikan Sekolah bertujuan untuk menghasilkan
perubahan-perubahan yang positif (tingkah laku dan sikap) dalam diri murid yang
sudah berkembang menuju kedewasaan.15 Sehingga anak didik dapat mewujudkan
dirinya dan dapat berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan
kebutuhan masyarakat.16 Oleh karena itu profil seorang pendidik sebagai personil
13
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Petunjuk Tehnik Mata Kuliah PAI, (Jakarta:
TP,1995). 14 Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam SMP Dan MTs, (Jakarta: TP, 2003), hlm 8. 15 WS. Winkel, S.J. M. Sc, Psikologi Pengajaran, (Jogjakarta: Media Abadi, 1991), hlm 10. 16 S.C. Utami Munandar, Pengembangan Anak Kreatif Anak Berbakat, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2002), hlm 6.
yang menduduki posisi strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia
dituntut untuk terus mengikuti perkembangan konsep-konsep baru dalam dunia
pengajaran. Guna mencapai dunia pendidikan itu sendiri, dalam hal ini tentunya
diperlukan suatu cara atau alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang dimaksud
yaitu strategi belajar.
Untuk mengatasi heterogenitas peserta didik dalam pelaksanaan
pembelajaran PAI diupayakan berbagai metode dan pendekatan. Dalam hal ini
strategi juga penting untuk digunakan dalam pembelajaran PAI diantaranya
menggunakan strategi Quantum Quotient. adapun pendekatan yang digunakan
dalam pembelajaranya adalah pembiasaan, rasional, emosional, keimanan,
fungsional dan pencegahan.
Untuk memperoleh pengalaman belajar yang cukup, setiap peserta didik
memerlukan waktu yang berbeda-beda oleh karena itu penyediaan waktu belajar
bagi peserta didik harus diberikan seluas-luasnya dengan memberikan kesempatan
belajar yang banyak terutama di luar sekolah sebelum maupun sesudah proses
pembelajaran.17
Strategi Quantum Quotient atau kecerdasan Quantum (QQ) adalah
kecerdasan manusia yang mampu mengoptimalkan seluruh potensi diri secara
seimbang, sinergi dan komprehensif meliputi kecerdasan intelektual, emosional
dan spiritual. Intelektual berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan pemikiran
rasional, logis dan matematis. Emosional berkaitan dengan emosi pribadi dan
antar pribadi guna efektifitas individu dan organisasi, sedangkan spiritual
berkaitan dengan segala sesuatu yang melampaui intelektual dan emosional,
karakteristik utama Quantum Quotient adalah terbuka kepada ide-ide baru atau
hanif, dan senantiasa bergerak maju sepanjang spiral ke atas menuju
kesempurnaan.18 Langkah awal Quantum Quotient adalah mengembangkan
kecerdasan intelektual yang meliputi pengenalan potensi otak manusia yang
17 Wawancara dengan Her Rustiyono Guru PAI SMP 18 Semarang, pada hari Kamis, 24
Pebruari 2011. 18 Agus Nggermanto. Quantum Quatient (QQ) Kecerdasan Quantum, (Bandung: Nuansa,
2005), hlm 151.
sangat besar yakni 100 milyard sel ahtif sejak lahir, serta mengembangkan otak
kiri yang berpikir urut, Persial dan logis dengan otak kanan yang berpikir acak,
holistik dan kreatif. Kemudian mengaktifkan otak reptil, instinctive, lapisan
manusia feeling, dan lapisan Neo-cortex, berpikir tingkat tinggi, otak sadar dan di
bawah sadar juga merupakan bagian penting untuk optimalisasi intelektual.
Berikutnya melangkah ke-multi Intellegence yang meliputi IQ, EQ, SQ
Accelered learning disarankan untuk mengembangkan IQ, mengenali emosi
kemudian mengelolahnya secara kreatif untuk meningkatkan EQ, refleksi
trasendensi dan realisasi adalah langkah utama mengasah otak SQ. Dimensi
spiritual adalah pusat Quantum Quotient, pusat diri kita untuk perenungan
pemaknaan, dan momen transendensi dibiasakan sebagai aktifitas harian.
Dalam pendidikan Islam, strategi ini sangat erat hubungannya dalam
rangka meningkatkan prestasi siswa, sebab anak bisa cepat tanggap terhadap
meteri yang disampaikan karena anak lebih mudah menyerap atau mengingat
kembali memori ingatan yang telah lalu serta mempertahankannya. Sehubungan
dengan hal ini, peningkatan kreatifitas siswa dapat diperhatikan, baik peningkatan
kemampuan berpikir maupun kemampuan menyerap atau mengingat ciri-ciri
kepribadian yang kreatif, mengingat perkembangan yang optimal dari prestasi
berhubungan cara mengajar. Dalam suasana non otoriter, ketika belajar atas
prakasa sendiri dapat dikembangkan, karena guru menaruh kepercayaan terhadap
kemampuan anak untuk berpikir dan berani mengungkapkan gagasan baru dan
ketika anak diberi kesempatan sesuai minat dan kebutuhannya, dalam hal ini
kreatifitas siswa dapat berkembang dengan baik. Oleh sebab itu menjadi guru
yang kreatif, profesional dan menyenangkan dituntut untuk memiliki kemampuan
mengembangkan pendekatan dan memilih metode belajar yang efektif, hal ini
penting terutama untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif dan
menyenangkan, cara guru melakukan suatu kegiatan belajar memerlukan
pendekatan dan strategi yang berbeda dengan belajar yang lainnya. Oleh karena
itu belajar sangat penting dalam melaksanakan penerapan pemecahan masalah
dengan menggunakan strategi Quantum Quotient atau kecerdasan Quantum, maka
penulis mengadakan penelitian dengan judul “Pelaksanaan Strategi Quantum
Quotient Dalam Pembelajaran PAI di kelas VIII SMPN 18 Semarang Tahun
pelajaran 2010/2011.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan bentuk pertanyaan yang dapat memandu
peneliti untuk mengumpulkan data di lapangan19. Uraian latar belakang
masalah tersebut dapat penulis rumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pelaksanaan strategi Quantum Quotient dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMPN 18 Semarang Tahun
pelajaran 2010/2011?
2. Bagaimana Peranan Guru dalam Pelaksanaan strategi Quantum Quotient
Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 18 Semarang
Tahun Pelajaran 2010/2011?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan strategi Quantum Quotient dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMPN 18 Semarang
Tahun pelajaran 2010/2011?
2. Untuk mengetahui Peranan Guru dalam Pelaksanaan strategi Quantum
Quotient Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 18
Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011?
2. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya
sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai20.
19 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),
(Bandung: ALFABETA, 2008), hlm.288
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara
akademis maupun praktis, sebagai berikut:
1. Manfaat akademis
a. Manambah pengetahuan kepustakaan mengenai penerapan strategi
Quantum Quotient terhadap pembelajaran anak di kelas VIII SMPN
18 Semarang Tahun pelajaran 2010/2011.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan untuk penelitian lebih
lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan oleh lembaga-lembaga pendidikan, baik lembaga formal
maupun non formal dalam penggunan model-model pembelajaran.
b. Dapat memberikan pengetahuan bagi pendidik khususnya dalam upaya
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 18 Semarang melalui
penerapan strategi Quantum Quotient.
20 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), hlm. 49
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Untuk memperjelas gambaran tentang alur penelitian yang relevan dengan
pembahasan skripsi yang penulis susun. Dalam telaah pustaka ini, penulis akan
mendiskripsikan beberapa penelitian yang ada relevansinya dengan judul skripsi
penulis.
Dalam hasil penelitian yang berjudul “Kepemimpinan Kepala Madrasah
Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient) Siswa MTs
Negeri Kepanjen Malang“, skripsi karya Very Husni Ni’am Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Membahas mengenai
kepemimpinan Kepala MTs Negeri Kepanjen Malang Dalam Meningkatkan
Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient) Siswa. kepemimpinan kepala sekolah
yang harus mengarah pada peningkatan kompetensi yang berkenaan dengan
keterampilan hidup untuk yang lebih luas, baik di rumah, di sekolah, maupun di
masyarakat, sehingga peserta didik mampu menghayati kehidupan dan
lingkungan. Dalam hal ini kemampuan intra personal dan inter personal sangat
mendukung untuk maksud tersebut, agar dapat menjalin hubungan dengan orang
lain secara baik dan efektif dengan menggabungkan IQ, EQ, SQ, ESQ dan AQ
Penelitian lain yang dijadikan artikel Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
berjudul, “Lengkapi Anak dengan Tiga Kecerdasan : IQ, EQ dan SQ ” disusun
oleh DR.dr.Taufiq Pasiak,M.Pd.I,M.Kes. Dalam penelitian ini penulis membahas
secara teoritis tentang pendidik yang profesional dan bermakna, karena tugas
kemanusiaan pendidik adalah berusaha membelajarkan para peserta didik untuk
dapat mengembangkan segenap potensi (fitrah) kemanusian yang dimilikinya,
melalui pendekatan dan proses pembelajaran yang bermakna (Meaningful
Learning) (SQ), menyenangkan (Joyful Learning) (EQ) dan menantang atau
problematis (problematical Learning) (IQ), sehingga pada gilirannya dapat
dihasilkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang cageur, bageur, bener,
tur pinter.
Penelitian lain yang dijadikan artikel Jurnal Pendidikan yang berjudul
“Perbandingan diantara IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional Quotient), dan
SQ ( Spiritual Quotient )” disusun oleh helmy sahirul. Di sini peneliti banyak
menyoroti kelebihan dan kekurangan tentang IQ, EQ, dan SQ serta pelaksanaan
dalam kegiatan pembelajaran peserta didik yang mampu mempengaruhi prestasi
belajar.
Dari beberapa penelitian yang dilakukan tersebut sekilas memang ada
persamaan dengan permasalahan yang akan penulis kaji, namun dalam skripsi ini
penulis menekankan pada “Pelaksanaan Strategi Quantum Quotient Dalam
Pembelajaran PAI di kelas VIII SMPN 18 Semarang Tahun pelajaran
2010/2011.", yang di dalamnya memaparkan tentang deskripsi dan pelaksanaan
Strategi Quantum Quotient dalam pembelajaran pendidikan agama islam penulis
juga yakin bahwa permasalahan yang akan penulis kaji ini belum ada yang
mengkajinya.
B. Kerangka Teoritik
1. Pengertian Strategi Quantum Quotient (QQ).
Kata Quantum berasal dari pakar fisika modern pada abad 20. kemudian
berkembang secara luas merambat kebidang-bidang kehidupan manusia, salah
satunya, Quantum digunakan dalam bidang pembelajaran, sedangkan Quotient
adalah kecerdasan yang yang meliputi pengembangan tiga aspek : intelektual,
emosional dan spiritual.
Intelektual berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan pemikiran
rasional, logis dan matematis. Emosional berarti berkaitan dengan emosi pribadi
dan antar pribadi guna evektivitas individu dan organisasi. Sedangkan spiritual
berkaitan dengan segala sesuatu yang melampaui intelektual dan emosional.
Strategi Quantum Quotient merupakan teknik yang dapat membantu
melejitkan intelektual, emosional dan spiritual. Quantum Quotient digunakan pada
tugas belajar yang berbeda yang merupakan proses atau tahnik memori. Dari
banyak penelitian terbukti bahwa strategi Quantum Quotient jelas dapat
meningkatkan daya serap.
Cara-cara yang digunakan dalam peningkatan daya serap ini adalah suatu
teknik yang menuntut kamampuan otak untuk menghubungkan katakata, ide dan
khayalan.21 Sedangkan Quantum Quotient merupakan suatu metode untuk
membantu IQ, EQ dan SQ, selain itu membantu mengingat dalam jumlah besar
informasi yang melibatkan tiga unsur yaitu: pengkodean, pemeliharaan dan
menyerap kembali.22
Strategi Quantum Quotient ini merupakan cara untuk pengkodean
sehingga membantu proses penyimpanan dan menyerap kembali baik dalam
ingatan jangka panjang maupun jangka pendek, karena sistem tersebut
memungkinkan kita menyimpan informasi di dalam memori sehingga mampu
memperoleh kembali bila dibutuhkan.
Dalam teknik Quantum Quotient atau kecerdasan Quantum fungsi otak
kanan diahtifkan karena anak dilatih untuk membuat suatu cerita, berimajinasi,
lagu atau irama atau gambar, sehingga suatu materi menjadi sesuatu yang unik
dan menarik dan menyenangkan. Dengan demikian anak akan lebih mudah dan
lebih cepat dalam menghafal, sama seperti pada waktu berkemah, maka akan lebih
memudahkan untuk mengatur peralatan peralatan yang banyak, yang pada
awalnya memang dibutuhkan banyak waktu dan usaha namun kalau sudah sekali
dilakukan maka proses retrieval (mendapatkan informasi kembali yang
dibutuhkan akan lebih mudah). Informasi organisasi tersebut terjadi baik diingatan
jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam ingatan jangka pendek (short term
memory) kapasitasnya dapat kita perluas kalau kita melakukan chanking terdapat
informasi yang baru masuk, sedangkan dalam ingatan jangka panjang
kapasitasnya berhubungan dengan skema organisasi subyek. Dengan demikian
21
IR Agus Nggermanto, Quantum Quotient, (Bandung: Nuansa, 2005), hlm 22-23 22
Karen Markowith, Eric Jensen, Otak Sejuta Gigabyte, (Bandung: Kaita, 2002), hlm 72.
penkodean informasi dalam katagori-katagori dapat mempermudah proses
mengingat kembali.
Namun ada beberapa pengkodean dalam menerima suatu informasi dan
setiap orang mempunyai gaya yang berbeda-beda dalam mengingat informasi,
misalnya secara visual yaitu dengan gambar, struktur benda, peta dan kata tertulis
dibandingkan dengan instruksi yang diberikan secara lisan, sebaliknya yang
memiliki kecenderungan dengan audiotori lebih suka memproses informasi
melalui telinga dan mereka lebih mudah menampilkan kembali ingatan irama,
jingel, puisi, sajak, dam hampir semua orang mempunyai kecenderungan kinestik,
artinya, kita belajar lebih baik jika kita melakukan, merasakan, mengalami sesuatu
dalam bentuk nyata.23
Sebagaimana yang dijelaskan pada latar belakang masalah, bahwa strategi
Quantum Quotient (QQ) adalah merupakan strategi yang mampu mengoptimalkan
seluruh potensi diri secara seimbang, sinergi, dan komprehensif yang meliputi
kecerdasan intelektual (IQ) kecerdasan emosional ( EQ), dan kecerdasan spiritual
(SQ).24
Awal langkah Quantum Quotient (QQ) adalah mengembangkan
kecerdasan intelektual yang meliputi pengenalan potensi otak manusia yang
sangat besar : 100 milyard sel aktif sejak lahir, serta pengembangan otak kiri yang
berfikir urut, persial, dan logis dengan otak kanan yang berfikir acak, holistik dan
kreatif. Kemudian mengaktifkan lapisan otak reptile (instinctive), lapisan mamalia
(feding) dan lapisan neo-cortex (berfikir tingkat tinggi). Otak sadar dan bahwa
sadar juga merupakan bagian penting untuk optimasi intektual.
Berikutnya adalah melangkah kemulti intelligence yang meliputi
kecerdasan intektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual
(SQ). Sebelum kita melanjutkan pembahasan terlebih dahulu penulis membahas
tentang kecerdasan intelektual (IQ) kecerdasan intektual (IQ) adalah syarat
23
Karen Markowith, Eric Jensen, Otak Sejuta Gigabyt, hlm. 40. 24 IR Agus Nggermanto, Quantum Quotient, hlm 151.
minimum kompetensi. Di sini penulis mengambil contoh dari beberapa strategi
yang berhubungan dengan kecerdasan intelektual (IQ), yakni tentang ingatan.
Ingatan adalah proses mental yang meliputi pengkodean, penyimpanan,
dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan yang semuanya berpusat
dalam otak.25 Winkel mengatakan bahwa ingatan adalah suatu aktifitas kognitif di
mana manusia menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau.26
Demikian juga yang diungkapakan Abu Ahmadi bahwa ingatan adalah suatu daya
yang dapat menerima, menyimpan, dan memproduksi kembali kesan-kesan,
tanggapan dan pengertian. Dengan demikian ingatan itu tidak hanya kemampuan
untuk menyimpan apa yang pernah dialami pada masa lampau, namun juga
termasuk kemampuan untuk menerima, menyimpan dan mengeluarkan kembali,
kemampuan mengingat ini tidak hanya diperlukan dalam proses belajar untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan tapi juga dalam proses berpikir,
kemampuan kognitif dan kemampuan-kemampuan yang lain. Dengan kata lain
bahwa, kecakapan kognitif menurut seorang anak untuk mempunyai beberapa
keahlian yang tepat, salah satunya adalah daya ingat yang baik. Namun, tidak
semua ingatan yang baik dimiliki oleh setiap anak, hal ini disebabkan karena
memori atau ingatan kita dipengaruhi oleh: sifat seseorang, alam sekitar, keadaan
jasmani, keadaan rohani (jiwa) dan umur manusia.27
Menurut Atkinson dkk (1987) Proses mengingat dibagi dalam tiga tahapan
yaitu :
a. Memasukkan.
Dalam tahap memasukkan, kesan-kesan diterima dan di pelajari baik
secara spontan atau disengaja maupun sadar atau tidak sadar. Pada tahap
memasukkan ini, terjadi pula proses enconding. Enconding adalah proses
perubahan informasi menjadi simbol-simbol atau gelombang-gelombang listrik
tertentu sesuai dengan perangkat organisme yang ada.
25 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm 72. 26 Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Gramedia, 1987), hlm 42. 27
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm 26.
b. Menyimpan.
Setelah enconding selesai dilakukan baru dapat dilakukan penyimpanan
selama waktu tertentu, pada tahap ini terjadi penyimpanan beberapa catatan,
kesan-kesan yang telah diterima dari pengalaman sebelumnya.
c. Mengeluarkan Kembali.
Tahap ini merupakan tahap untuk mengingat kembali (Remembering) atau
memperoleh kesan – kesan pengalaman yang telah disimpan dalam ingatan
batasan tersebut menunjukkan bahwa informasi tidak hanya disimpan saja,
tetapi harus dapat dipanggil kembali, terjadi proses kelupaan.
Gambar 2.1
Skema Proses Mengingat
Memasukkan Mengeluarkan Kembali
Menyimpan
Kecerdasan Emosi (EQ) adalah kemampuan untuk mengenali perasaan
kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan
kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
hubungan dengan orang lain. Menurut Howard Gardner kecerdasan Emosi
(EQ) terdiri dari dua kecakapan yaitu: intrapersonal Intelligence dan
Inrapersonal Intelligence. Demikian juga dengan pendapat tokoh spiritual
terbesar, pendiri filsafat Illuminasi, yakni Syihabuddin Suhrawardi Al- Maqtul,
“….beliau Aristoteles mulai berbicara kepada saya dalam sebuah penampakan
tentang gagasan bahwa manusia harus melakukan penyelidikan pertama-tama
mengenai (masalah) pengetahuan tentang realitas dirinya, dan selanjutnya,
menyelidiki (pengetahuan orang lain) yang berada di luar (realitas dirinya)”.28
28
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2000),
hlm 30.
Jadi kecerdasan Emosi (EQ) sangat berpengaruh sekali dalam proses
belajar mengajar. Untuk itu kecerdasan Emosi harus di kembangkan oleh setiap
siswa. Begitu pula seorang pendidik harus mengetahui begaimana cara yang
terbaik untuk mengukur kecerdasan Emosi (EQ) seseorang atau dirinya sendiri.
Menurut Daniel Goleman salah satu cara terbaik untuk mengukur EQ
seseorang yakni dengan kerangka kerja yang terdiri dari lima kategori utama
yaitu:
1) Kesadaran diri, meliputi: kesadaran emosi diri, penilaian pribadi dan
percaya diri.
2) Pengaturan diri, meliputi: pengendalian diri, dapat dipercaya, waspada,
adaptif, komitmen, inisiatif dan optimis.
3) Motivasi, meliputi: dorongan berprestasi, komitmen, inisiatif, dan optimis.
4) Empati, meliputi: memahami orang lain, pelayanan, mengembangkan orang
lain, mengatasi keragaman, dan kesadaran politis.
5) Keterampilan sosial, meliputi: pengaruh komunikasi, kepemimpinan,
katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi dan
koperasi serta kerja tim.
Setelah mengetahui cara mengukur EQ, maka yang harus dilakukan
selanjutnya adalah mengembangkan EQ, agar kegiatan belajar mengajar dapat
berhasil dengan baik. Demikian pula di sini cara yang terbaik untuk
menerapkan dan mengembangkan EQ adalah sebagai berikut :
Menurut John Gottman adalah:29
a) Menyadari Emosi Anak.
Seorang pendidik harus dapat merasakan apa yang dirasakan oleh anak
didiknya. Karena seringkali siswa mengungkapkan emosi mereka secara tidak
langsung dan dengan cara-cara yang membingungkan, contoh dalam suatu
kelas meskipun pelajaran sudah dimulai masih ada saja dari beberapa siswa
29
John Gpttman, Kecerdasan Emosional : Kiat-Kiat Membesarkan Anak Yang Memiliki
Kecerdasan Emosional, (Jakarta: Gramedia, 1998), hlm 81.
yang ngobrol sendiri, mainan, pukul-pukul bangku, dan lain-lain. Intinya
adalah karena setiap siswa mempunyai alasan bagi emosi mereka, ketika setiap
kali pendidik merasa bahwa hatinya berpihak pada anak tersebut, maka dia
akan merasakan apa yang sedang di rasakan oleh anak tersebut.
b) Mengakui Emosi Sebagai Kesempatan.
Setelah seorang pendidik mengetahui emosi anak didiknya, kemudian
mengetahui pengalaman-pengalaman negatif yang pernah di alami, maka
seorang pendidik harus dapat membangun kedekatan dengan anak-anak
mereka. Dan membantu menangani perasaan mereka.
c) Mendengarkan Dengan Empati.
Pendidik harus bisa bersikap dengan penuh perhatian, berbicara dengan
santai. Dan dengan mengamati petunjuk fisik emosi anak.
d) Mengungkapkan Nama Emosi.
Menolong anak memberi nama emosi sewaktu emosi itu mereka alami
dan semakin tepat jika seorang anak tersebut dapat mengungkapkan
perasaannya lewat kata-kata, maka kita dapat membantu mereka
mencamkannya betul-betul di otaknya, misalnya, apabila ia sedang marah,
boleh jadi ia juga merasa kecewa.
e) Membantu Menemukan Solusi.
Proses ini memiliki lima tahap :
1) Menentukan batas-batas.
2) Menentukan sasaran.
3) Memiliki pemecahan yang mungkin.
4) Mengevaluasi pemecahan yang disarankan berdasarkan nilai-nilai keluarga.
5) Menolongnya memilih satu pemecahan.
f) Jadilah Teladan.
Menurut kaca mata Quantum Teaching, keteladanan adalah tindakan
paling ampuh dan efektif yang dapat di lakukan oleh seorang pendidik.
Keteladanan dapat mempengaruhi perilaku dan tindakan tanpa banyak kata-
kata. Siswa pada umumnya lebih senang melihat teladan dari pada banyak
diceramahi panjang lebar.
Kecerdasan spiritual (SQ) menurut Danah Zohar adalah “kecerdasan
yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan
di luar ego, atau jiwa sadar. Inilah kecerdasan yang kita gunakan bukan hanya
untuk mengetahui nila-inilai yang ada, melainkan juga untuk secara kreatif
menemukan nilai-nilai baru”.30
Menurut Sinetar “kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang mendapat
inspirasi, dorongan, dan efektivitas yang terinspirasi, theisness atau
penghayatan ketuhanan yang di dalamnya kita semua menjadi bagian”.
Sementara menurut, Khalil Khavari, kecerdasan spiritual adalah fakultas
dari dimensi non material kita-ruh manusia.
Sedangkan menurut Pak Muh (Muhammad Zuhri) kecerdasan spiritual
adalah kecerdasan manusia yang digunakan untuk “berhubungan” dengan
Tuhan.
Dr. Dimitri Mahayana menunjukkan beberapa ciri orang yang ber- SQ
tinggi, beberapa diantaranya adalah :
1) Kapasitas diri untuk bersikap fleksibel, seperti aktif dan adaptif secara
sepontan.
2) Level kesadaran diri (self-awareness) yang tinggi.
3) Kapasitas diri untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan (suffering).
4) Kualitas hidup yang terinspirasi dengan visi dan nilai-nilai.
5) Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu (unnecessary
harm).
6) Memiliki cara pandang yang holistik, dengan memiliki kecenderungan
untuk melihat keterkaitan diantara segala sesuatu yang berbeda.
7) Memiliki kecenderungan yang nyata untuk bertanya: “Mengapa?” (whay)
atau “bagaimana jika?” (what if?) dan cenderung untuk mencari jawaban-
jawaban yang fundamental (prinsip, mendasar)
30
Hidayat Nafaat Maja, Intelegensi Spritual, (Bandung: Parenial Press, 2001) hlm 19
8) Menjadi apa yang disebut psikolog sebagai “field-independen (bidang
Mandiri), yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.31
2. Teknik-Teknik Quantum Quotient (Kecerdasan Quantum).
Strategi Quantum Quotient merupakan suatu metode yang meliputi
pengembangan tiga aspek : intelektual, emosioan dan spiritual.
Dengan menerapkan beberapa teknik Quantum Quotient (kecerdasan
Quantum) akan membantu untuk melejitkan intelektual, emosional dan
spiritual.
Untuk itu dalam proses untuk melejitkan intelektual, emosional dan
spriritual dengan mudah, maka teknik Quantum Quotient menggunakan prinsip
asosiasi (penghubung) dengan sesuatu yang lain. Teknik Quantum Quotient
(kecerdasan Quantum) yang akan dibahas berikut yang akan melejitkan
intelektual, emosional dan spiritual, hanya dengan sedikit usaha diantaranya :
a. Teknik menghafal cepat.
Menghafal adalah proses menyimpan data kememori otak.32
Kemampuan menghafal manusia sangat besar sekali, menurut Tony Buzan,
kapasitas memori otak adalah 10800 (angka 10 diikuti 800 angka 0
dibelakangnya), bila memori untuk menghafal seluruh atom dialam semesta
maka kapasitas memori masih bersisah banyak sekali, kita harus bisa
membedakan istilah menghafal dengan daya serap adalah kemampuan
menyerap kembali data-data yang telah tersimpan dimemori.
Sebagian besar orang memiliki persoalan didaya serap menghafal,
teknik menghafal cepat di sini merupakan cara menghafal lebih cepat sekaligus
meningkatkan daya serap.
Dalam teknik menghafal cepat terdapat beberapa metode yang dapat
membantu menghafal cepat.
1) Sistem cantol.
31
Ahmad Norma, Rahasia Sukses Hidup Bahagia Kecerdasan Spiritual Mengapa SQ
Lebih Penting Daripada IQ Dan EQ, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 2002) hlm 78. 32 Agus Nggermanto, Quantum Quotient, hlm. 55.
Cara menggunakan sistem cantol adalah dengan membuat cantolan,
mengasosiasikan dengan materi yang dihafal, mengimajinasikan secara
kreatif.33
Misalnya apabila kita ingin menghafal 10 Tokoh berikut tanpa
bertukar :
1. Nabi Muhammad.
2. Isaac Newton.
3. Nabi Isa (yesus).
4. Budha gautama.
5. Kong Hu Chu.
6. St. Paul.
7. Ts’ai Lun.
8. Johann Guttenberg.
9. Christoper Colombus.
10. Albert Einstein.
2) Menyanyi/kata penanda.
Sistem kata penanda adalah alat mengingat dengan mengasosiasikan
menggunakan obyek kongkrit, sistem kata penanda ini sangat membantu
dalam mengingat angka, kata penanda dapat berupa kata-kata yang anda
ciptakan sendiri atau kata-kata yang sudah dikenal dimasyarakat, seperti:
kata penanda dari lagu dua mata saya, jadi, dua adalah mata, satu adalah
mulut, hidung adalah satu dan seterusnya.34
3) Gerakan.
Menghafal sambil melakukan gerakan sangat membantu
mengahtifkan memori, otak kita memiliki satu pusat kecerdasan yang
disebut bodily - kinestethyc intelligence - kecerdasan gerak.35
33
Agus Nggermanto, Quantum Quotient, hlm. 59. 34
Karen Margowitz, Eric Jensen, Otak Sejuta Gigabyt., hlm. 83. 35
IR. Agus Nggermanto, Quantum Quotient, hlm. 64.
Gerakan dapat membuat otot-otot lebih rileks, santai dan juga
membangkitkan semangat, mengusir kemalasan dan kejenuhan.
Teknik gerakan ini sangat membantu untuk menghafal suatu
ungkapan yang harus sama persis, tepat tanpa ada kesalahan kata demi kata,
umumnya sangat bermanfaat untuk menghafal ungkapan-ungkapan dalam
bahasa asing, misalnya : mengajarkan anak ketika mengerjakan sholat.
4) Konsonan kreatif.
Konsonan kreatif ini digunakan untuk menghafal sesuatu yang
berhubungan dengan angka-angka, nomor telepon, nomor rekening, kode
rahasia dan lain-lain.36Cara menguasai konsonan kreatif ini sangat
sederhana, mula-mula gantilah angka-angka yang akan dihafal dengan
konosonan (huruf mati). Dari konsonan ini kemudian kita bentuk kata atau
kalimat yang menarik sehingga mudah dihafal dan diingat, misalnya:
1. Satu - Tu : T
2. Dua - Dua : D
3. Tiga - Ga : G
4. Empat - Pat : P
5. Lima - Ma : M
6. Enam -Nam : N
7. Tujuh - Ju : J
8. Delapan - Lapan : L
9. Sembilan - Bilan : B
10. Kosong - Kosong : K
Misalnya kita disuruh menghafalkan nomor telepon berikut:
Budi: 442809.
Prosesnya adalah sebagai berikut :
Kita buat konsonan dari nomor telepon menjadi PPDLKB.
Kemudian kita membuat kalimat yang menarik PaPaDuLuKoBoy
36
IR. Agus Nggermanto, Quantum Quotient hlm. 67.
b. Teknik berpikir kreatif.
Dalam berpikir kreatif harus memenuhi tiga syarat diantaranya :
- Kreatifitas melibatkan respon atau gagasan yang baru.
- Memecahkan persoalan secara realistic.
- Kreatifitas merupakan usaha untuk mempertahankan in-sight yang orisinal
menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin.37
Ketika berpikir kreatif, jenis berpikir evaluatif adalah sangat membantu
dalam kreativitas karena menyebabkan kita menilai gagasangagasan secara
kritis.
c. Teknik membaca cepat.
Membaca memiliki beranega ragam arti, antara lain adalah :
menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-
ciri sesuatu dan sebagainya.38
Menurut Quarish Shihab dalam Tafsirnya (Pustaka Hidayah 1997),
membaca itu mencakup telaah alam raya, masyarakat dan diri sendiri, serta
bacaan tertulis, baik suci maupun tidak.39
Sedangkan menurut Tony Buzan membaca adalah hubungan timbal
balik individu secara total dengan informasi simbolik. Membaca biasanya
merupakan aspek visual belajar, dan berisi tujuh langkah berikut: pengenalan,
asimilasi, intra-integrasi, ekstra-integrasi, penyimpanan, mengingat dan
komunikasi.
Salah satu cara mempercepat membaca dengan pertama melompat
belakang dan regresi dapat dihilangkan, dengan hanya mempertimbangkan
kata-kata yang perlu, kata-kata yang perlu dipertimbangkan kira-kira 10
persen, sisanya dapat diperkirakan dengan cerdas, kedua, waktu untuk setiap
fiksasi dapat mendekati yang detik, ketiga, ukuran fiksasi dapat diperluas.
37
IR. Agus Nggermanto, Quantum Quotient, hlm. 73. 38
IR. Agus Nggermanto, Quantum Quotient, hlm. 77. 39
Quraish Shihab, Tafsir al-Qur'an al-Karim, (Pustaka Hidayah, 1997), hlm. 87.
d. Teknik berhitung cepat.
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
Untuk teknik berhitung cepat di sini seorang guru harus lebih pandai
dalam memilih materi apa yang cocok dalam menerapkan teknik berhitung
cepat, karena dalam teknik berhitung cepat di sini banyak sekali alternative
untuk menyelesaikan satu persoalan.40
C. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Sebelum penulis menjabarkan lebih lanjut tentang
pembelajaranpendidikan agama Islam, akan terlebih dahulu penulis
menjabarkan tentang pengertian dari pembelajaran dan pendidikan agama
Islam secara terpisah sehingga akan memperoleh pengertian yang jelas.
a. Pembelajaran
Pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan
mempengaruhi cara guru itu mengajar. Kata pembelajaran itu sendiri
bermakna proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Sedangkan pengertian pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan.41
Pembelajaran menurut D. Sudjana S adalah upaya yang sistematik
dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar
peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan tersebut terjadi
interaksi edukatif antara dua pihak yaitu antara peserta didik yang
melakukan kegiatan belajar dengan pendidik yang melakukan kegiatan
membelajarkan.42
40
IR. Agus Nggermanto, Quantum Quotient, hlm. 78
41Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm 61 42D.Sudjana S, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung: Falah
Production, 2001), hlm. 8.
Menurut Ibrahim Nasir, pembelajaran adalah
٤٣.التعلم ىخر علآجمهود شخص ملعونة شخص التعليم
“Pembelajaran adalah usaha sungguh-sungguh seseorang
untuk membantu seseorang yang lain dalam belajar.”
upaya untuk membelajarkan peserta didik. Dalam definisi ini
terkandung makna bahwa dalam pembelajaran tersebut terdapat kegiatan
memilih, menetapkan dan mengembangkan metode atau strategi yang
optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.44
Dalam definisi tersebut terkandung makna bahwa peserta didik
tidak dilihat sebagai obyek yang pasif, tetapi lebih dilihat sebagai subyek
yang sedang belajar atau mengembangkan potensinya.
Dalam setiap proses pembelajaran, membelajarkan merupakan
suatu kegiatan yang memerlukan ketrampilan profesional yang harus
dikerjakan atau dimiliki oleh guru karena proses pembelajaran merupakan
suatu kegiatan yang disengaja diciptakan dengan tujuan untuk merubah
sikap dan perilaku anak serta meningkatkan pengetahuan dari tidak tahu
menjadi tahu.
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran adalah suatu proses yang
dilakukan oleh individu di mana terdapat unsur manusiawi, material,
fasilitas, prosedur dan perlengkapan yang saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan pembelajaran serta untuk memperoleh perubahan prilaku
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dangan
lingkungannya agar tercipta suasana dan kondisi belajar yang kondusif
43 Ibrahim Nasir, Muqaddimah fi At-Tarbiyah, Madkhal Ila At-Tarbiya, (Kuliyyah At-
Tarbiyah, Jami’ah Al-Ardaniyyah), hlm 98 44Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Pemberdayaan
Pengembangan Kurikulum Hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, (Bandung: Nuansa 2003), hlm. 82.
bagi siswa sehingga siswa bergairah dan aktif belajar dalam rangka
memperoleh hasil yang maksimal.
b. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk
menghormati penganut agama lain dalam hubunganya dengan kerukunan
antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (
Kurikulum PAI, 3: 2002 ).
Menurut Zakiyah Drajat (1987:87) pendidikan agama Islam adalah
suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa
dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan,
yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai
pandangan hidup.
Tayar Yusuf ( 1986:35 ) mengartikan pendidikan agama Islam
sebagai usaha dasar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman,
pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar
kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT. Sedangkan menurut
A. Tafsir pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan
seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai
dengan ajaran Islam.
Dari beberapa pendapat para ahli tentang pendidikan agama Islam
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah
usaha sadar, sistematis dan pragmatis berupa bimbingan, latihan dan
asuhan yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak didik yang
sesuai dengan ajaran Islam untuk mencapai kebahagian di dunia dan
akhirat.
Jadi dapat diambil suatu pengertian pembelajaran dan pendidikan
agama Islam adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu di mana
terdapat unsur manusiawi, material, fasilitas, prosedur dan perlengkapan
yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran serta
untuk memperoleh perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman individu
itu sendiri dalam interaksi dangan lingkungannya agar tercipta suasana dan
kondisi belajar yang kondusif bagi siswa sehingga siswa bergairah dan
aktif belajar dalam rangka memperoleh hasil yang maksimal yang
diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak didik yang sesuai dengan
ajaran Islam.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Dalam kurikulum PAI tahun 2002, bahwa pendidikan agama Islam di
sekolah dasar/madrasah bertujuan untuk menimbulkan dan meningkatkan
keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,
ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk melanjutkan pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.45
Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun
tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak
dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai
ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak
didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat
kelak.46
45 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan islam berbasis kompetensi. (Bandung PT
Remaja Rosdakarya), hlm. 135.
46 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan islam berbasis kompetensi, hlm. 136
3. Ruang Lingkup dan Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup menjadi suatu kajian keniscayaan dalam mengkaji
sesuatu. Karena bagaimanapun juga ruang lingkup akan manjadi pembatas
agar kajian permasalahan satu dengan lainnya menjadi jelas. Ruang lingkup
Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan
antara:
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT b. Hubungan manusia dengan sesama manusia c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Menengah Pertama terfokus pada aspek:
• Keimanan. • Al Quran/Hadits. • Akhlak. • Fiqh/Ibadah. • Tarikh.47 Al-Qur’an merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti
merupakan sumber akidah, syari’ah, ibadah, muamalah dan akhlak sehingga
berada pada tiap unsur tersebut.48
Keimanan atau akidah merupakan akar atau pokok agama. Iman berarti
percaya. Pengajaran keimanan berarti belajar mengajar tentang berbagai aspek
kepercayaan. Ajaran pokok pengajaran keimanan meliputi rukun iman yang
enam, yaitu percaya pada Allah, rasul, malaikat, kitab, hari akhir dan qodho’
qodar.
٤٩.حا العلم بألحكام الشرعية العملية املكتسب من أدلتها التفصليةالفقه لغة الفهم، واصطالFiqh secara bahasa adalah faham, sedangkan menurut istilah fiqih
adalah suatu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hokum-hukum
syara’ yang didapatkan dari dalil-dalil yang terperinci.
47 Departemen Pendidikan Nasional, Tahun 2006, hlm 9 48 Muhaimin, et. al., Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan pendidikan
agama Islam di Sekolah, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001) ., hlm. 80. 49
Syihabuddin Ahmad Bin Hajar, Fathul Mu’in Bi Syarhi Qurratul ‘Ain, hlm 2
Syari’ah merupakan sistem norma atau aturan yang mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan makhluk lain. Dalam
hubungannya dengan tuhan diatur dalam ibadah dan hubungan dengan sesama
manusia diatur dalam muamalah.
Ibadah merupakan bentuk pengabdian yang ditujukan kepada Allah
yang diawali dengan niat. Bentuk pengabdiannya seperti sholat, zakat, puasa,
bersedekah, membantu orang yang membutuhkan pertolongan dan lain-lain.
Sedangkan muamalah merupakan aspek yang mengatur hubungan manusia
dengan manusia, contohnya jual beli.
Sedangkan unsur pokok akhlak merupakan aspek hidup atau
kepribadian hidup manusia, dalam arti hubungan dengan Tuhan dan manusia
lain menjadi sikap hidup pribadi manusia. Akhlak merupakan bentuk batin
seseorang. Dan dilihat dari segi nilai bentuk batin ada yang baik dan jahat ada
yang terpuji dan tercela.50
Unsur yang lain yaitu tarikh (sejarah kebudayaan) islam. Tarikh
merupakan sejarah yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan
umat Islam dari masa ke masa dalam usaha bersyari’ah (beribadah dan
muamalah) dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupannya
yang dilandasi oleh aqidah.
Pada tingkat sekolah dasar, pembelajaran PAI ditekankan pada unsur
pokok al-Qur’an, keimanan, ibadah dan akhlak. Sedangkan pada tingkat
pertama dan menengah, selain empat unsur di atas maka unsur syari’ah dan
tarikh dimasukkan pula.
Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam SMP/MTs/SMPLB antara lain :
a) Menerapkan tata cara membaca Al-qur’an menurut tajwid, mulai dari cara
membaca “Al”-Syamsiyah dan “Al”-Qomariyah sampai kepada menerapkan
hukum bacaan mad dan waqaf.
50 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), hlm. 68.
b) Meningkatkan pengenalan dan keyakinan terhadap aspek-aspek rukun iman
mulai dari iman kepada Allah sampai kepada iman pada Qadha dan Qadar
serta Asmaul Husna.
c) Menjelaskan dan membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah dan tasawuh
dan menjauhkan diri dari perilaku tercela seperti ananiah, hasad, ghadab dan
namimah.
d) Menjelaskan tata cara mandi wajib dan shalat-shalat munfarid dan jamaah
baik shalat wajib maupun shalat sunat.
e) Memahami dan meneladani sejarah Nabi Muhammad dan para shahabat
serta menceritakan sejarah masuk dan berkembangnya Islam di nusantara.51
Standar Isi Pendidikan Agama bertujuan untuk :
a. Memperdalam dan memperluas pengetahuan dan wawasan keberagamaan
peserta didik;
b. Mendorong peserta didik agar taat menjalankan ajaran agamanya dalam
kehidupan sehari-hari;
c. Menjadikan agama sebagai landasan akhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
d. Membangun sikap mental peserta didik untuk bersikap dan berprilaku jujur,
amanah, disiplin, bekerja keras, mandiri, percaya diri, kompetitif,
kooperatif, ikhlas, dan bertanggung jawab; serta
e. Mewujudkan kerukunan antar umat beragama;52
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah dan madrasah
berfungsi sebagai berikut :
a. Pengembangan; yaitu meningkatkan keimanan dan bertakwa kepada Allah
SWT, yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya
dan pertama-tama menanamkan kewajiban menanamkan ssssskeimanan
51 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016, hlm
5 52 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010, hlm 5-6
dan ketakwaan yang dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga.
Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri
anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan
ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
b. Penyaluran; yaitu menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus
dibidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal
sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula
bermanfaat untuk orang lain.
c. Perbaikan; yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan dan kelemahan-kelemahan dalam keyakinan, pemahaman dan
pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
d. Pencegahan; yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan
peserta didik atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dan
menghambat perkembangan dirinya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
e. Penyesuaian; yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosila dan dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
f. Sumber nilai; yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
g. Pengajaran; yaitu untuk menyampaikan pengetahuan keagamaan yang
fungsional. 53
5. Pendekatan Pendidikan Agama Islam
Dalam melaksanakan Pendidikan Agama Islam dapat menggunakan
beberapa pendekatan :
a. Pendekatan pengalaman; yaitu memberikan pengalaman keagamaan
kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan.
53 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, PBM-PAI di Sekolah Eksistensi dan
Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1998), hlm. 180
b. Pendekatan pembiasaan; yaitu memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk senantiasa mengamalkan ajaran agamanya.
c. Pendekatan emosional; yaitu usaha untuk menggugah perasaan dan emosi
peserta didik dalam meyakini, mamahami dan menghayati ajaran
agamanya.
d. Pendekatan rasional; yaitu usaha untuk memberikan perasaan kepada rasio
(akal) dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran agama.
e. Pendekatan fungsional; yaitu usaha untuk menyajikan ajaran agama Islam
dengan menekankan kepada kemanfaatannya bagi peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya.54
a) Prinsip Pengembangan Kurikulum
Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan
menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman
pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan
kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan
prinsip-prinsip berikut.
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta
didikmemiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi
peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
b. Beragam dan terpadu
54 Muhaimin, et. al., Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan pendidikan
agama Islam di Sekolah,., hlm. 181
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis
pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat,
serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi
komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan
diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan
yang bermakna dan tepat antarsubstansi.55
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh
karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk
mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan
pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi
pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya
kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu,
pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan
sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan
keniscayaan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi,
bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan
disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.56
f. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan,
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung
55 Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 hlm. 4 56 Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 hlm.
4
sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-
unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan
memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang
serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan
nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan
kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan
dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini digunakan jenis penelitian lapangan
(field research), yaitu riset yang dilakukan dikancah atau medan terjadinya
gejala-gejala. 57 Di sini penulis mengumpulkan data dari lapangan dengan
mengadakan penyelidikan secara langsung di lapangan untuk mencari
berbagai masalah yang ada relevansinya dengan penelitian ini.58
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yaitu penelitian
yang tidak menggunakan perhitungan59. Secara teknis penelitian kualitatif
dapat diartikan sebagai penelitian yang secara fundamental bergantung
pada pengamatan manusia dalam bahasa dan dalam peristilahannya60. Oleh
karena itu penelitian ini tidak melibatkan perhitungan, maka hasil yang
diperoleh berupa data yang berwujud kata-kata tertulis atau lisan orang
yang diamati.
Pada penelitian ini di fokuskan pada peranan guru dalam upaya
peningkatan penerapan pembelajaran pendidikan agama Islam. Untuk
dapat memahami proses pembelajaran dengan berbagai upaya yang
dilakukan oleh guru dalam usaha meningkatkan penerapan pembelajaran
Pendidikan agama Islam, maka digunakan pendekatan kualitatif yang lebih
menekankan pada analisisnya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu data
yang diperoleh berupa kata-kata, gambar, perilaku, tidak dituangkan dalam
bentuk bilangan atau angka statistik.melainkan, dalam bentuk kualitatif
57 Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fak. Psikologi UGM, 1997), hlm. 10
58 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Telaah Potivistik, Rasionalistik, dan
Phenomenologik ) (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002), hlm. 38.
59 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 2.
60 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif,, hlm. 3.
yang memiliki arti lebih kaya dari sekedar angka atau frekuensi, yaitu
dengan pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk
uraian naratif 61
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dengan judul pelaksanaan strategi Quantum Quotient
dalam Pembelajaran Agama Islam di kelas VIII ini dilaksanakan dari
tanggal 03 Maret 2011 sampai dengan tanggal 03 April 2011 bertempat di
SMP Negeri 18 Semarang. Penelitian yang di fokuskan untuk Kelas VIII
ini dilaksanakan di luar kelas dan di dalam kelas karena untuk penyesuaian
materi yang terkait.
C. Sumber Penelitian
Pada penelitian ini, ada beberapa sumber data yang diperoleh untuk
memperkuat penelitian ini. Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini
dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumber data subjek dan sumber data
informan.
1. Sumber data informan
Informan adalah sumber data yang berupa orang. Orang yang
dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan keterangan yang
diperlukan untuk melengkapi atau memperjelas jawaban dari responden.
Dalam penelitian ini informan yang dimaksud kadang juga bertindak
sebagai responden. Untuk keabsahan informasi maka tidak cukup bila
informasi didapat dari satu informan saja, untuk itu perlu diambil
informasi dari beberapa informan yang memahami tentang subyek yang
dimaksud.
Informan yang terlibat secara langsung dalam kegiatan pendidikan
sebagai fokus penelitian, yaitu Bapak Drs. Ringsung Suratno, M. Pd
selaku kepala sekolah SMP Negeri 18 Semarang, Bapak Her Rustiono
S.Pd.I selaku guru mata pelajaran PAI di SMP Negeri 18 Semarang.
61 S. Margono , Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2003). hlm.29
2. Sumber data subjek
Subyek adalah pelaku, sebagai subyek dalam penelitian ini adalah
sekolah SMP Negeri 18 Semarang. Sedangkan data ini bersumber dari
keadaan sekolah, peristiwa yang terjadi, dokumen dan bahan-bahan lain
yang dapat mendukung dalam penelitian ini.
D. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini fokus yang akan dikaji adalah pelaksanaan
Strategi pembelajaran Quantum Quotient dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di kelas VIII SMPN 18 Semarang Tahun pelajaran
2010/2011.
E. Teknik Pengumpulan Data
Usaha pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Field
Research. Penelitian ini digunakan untuk memperoleh data kongkrit yang
terjadi di lapangan. Metode yang digunakan adalah:
a. Metode Observasi
Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan dengan sistemik fenomena-fenomena yang
diselidiki62. Metode ini digunakan untuk melihat lebih dekat tentang
pelaksanaan Strategi Quantum Quotient dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMPN 18 Semarang Tahun pelajaran 2010/2011.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat pengumpulan data
yang berupa pedoman pengamatan dan observasi partisipasi dengan
tujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Strategi Quantum
Quotient dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun cara
yang digunakan adalah mengadakan pengamatan langsung di SMPN 18
Semarang dengan cara melihat, mendengar dan penginderaan lainnya.
Observasi secara langsung mempunyai maksud untuk mengamati dan
melihat langsung kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dilakukan di
SMPN 18 Semarang.
62 Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2000), hlm. 136
Pada penelitian ini penulis mengamati kegiatan penerapan Strategi
Quantum Quotient dalam pembelajaran PAI di kelas dan sarana
prasarana sekolah, teknik ini digunakan untuk mengetahui kegiatan
pembelajaran di kelas dan dan letak geografis SMPN 18 Semarang.
b. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara
dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide (panduan wawancara)63. Sehingga dalam hal
ini informasi atau keterangan yang diperoleh langsung dari responden
atau informan dengan cara tatap muka dan bercakap-cakap. Sedangkan
subyek interview dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, waka
kurikulum, sebagai penanggung jawab dan penyelenggara pendidikan
dan pendidik dalam hal ini para guru.SMPN 18 Semarang.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode untuk mendapatkan data-data
yang berupa pedoman atau barang tertulis. Metode ini digunakan untuk
mengetahui latar belakang anak didik dan guru, kepribadian anak didik,
jumlah, presensi dan lain-lain64.
Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data-data
pelaksanaan Strategi Quantum Quotient yang tidak diperoleh dari data-
data wawancara atau observasi serta mengabadikannya bisa dalam
bentuk gambar foto. Metode ini digunakan untuk melengkapi metode
pengumpulan data yang pertama dan kedua. Metode dokumentasi ini
berupa foto-foto pelaksanaan Strategi Quantum Quotient, recording,
buku-buku dan lain sebagainya.
63 Muh Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indah,1998), hlm. 234
64 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 2003), hlm. 131
F. Teknik Analisis Data
Analisa data merupakan upaya mencari dan menata secara
sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainya untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan
menyajikan sebagai temuan bagi orang lain. Adapun untuk meningkatkan
pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari
makna (meaning)65. Dalam menganalisis data dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan cara mendeskripsikan dan
menginterpretasikan apa yang ada. Pendapat yang sedang tumbuh, proses
yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau
kecenderungan yang sedang berkembang66. dan juga data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.
Adapun langkah-langkah analisis yang peneliti lakukan selama di
lapangan adalah:
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu67. Dengan demikian data yang di reduksi
akan memberikan gambaran yang cukup jelas.
b. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data, sehingga data dapat terorganisasikan dan dapat
semakin mudah dipahami.
c. Kesimpulan (Conclution)
65 Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif Edisi IV, (Yogyakarta: Penerbit Rake
Sarasin, 2002), hlm. 142
66 Sanapiah Faisal, Metode Penelitian Pendidikan, (Surabaya, Usaha Nasional, 1982), hlm. 82.
67 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), hlm. 92.
Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel68.
Gambar 3.1. Komponen dalam analisis data (Interactive Model)
68 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D). hlm 99.
Data collection
Data reduction
Data display
Conclusions:
drawing/verifying
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI QUANTUM QUOTIENT DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KELAS VIII SMPN
18 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011
A. Analisis Penyajian data Pelaksanaan strategi Quantum Quotient dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPN 18 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011
Bardasarkan wawancara dengan Bapak Her Rustiyono. Selaku guru
PAI untuk kelas VIII di SMP Negeri 18 Semarang, bahwasanya setiap materi
hafalan pada mata pelajaran pendidikan agama Islam selalu menggunakan
teknik-teknik yang ada pada strategi Quantum Quontient, karena dalam
proses belajar mengajar dengan menggunkan strategi Quantum Quontient
dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran yang ada yaitu nilai-nilai yang
ada pada materi hafalan cukup memuaskan serta menjadikan siswa lebih aktif
dalam proses pembelajaran dan dapat memaksimalkan waktu belajar dengan
baik.
Dalam proses belajar mengajar, pribadi guru sangat besar pengaruhnya
terhadap peartumbuhan pribadi siswa, karena sikap dan tindakan serta tingkah
laku seorang guru akan menjadi contoh bagi setiap siswanya dalam berbagai
aspek kehidupan, maka guru harus dapat memberikan hal-hal yang baik
dengan jalan menunjukan cara-cara yang pantas ditiru serta mengucapkan
kata-kata yang baik dan bersifat mendidik. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Atiyah Al Abrosy yaitu: “He is the spiritual father of the student it is he
who feeds the soul with learning and polishes morals.”69 Maksudnya guru
adalah bapak bagi seorang murid yang memberikan santapan jiwa dengan
ilmu, menghaluskan dan membentuk pendidikan moral.
Namun tidak semua pelajaran PAI serta yang ada menggunakan stategi
Quantum Quotient, hanya beberapa materi yang dapat dihafalkan serta dirasa
cocok jika menggunakan strategi Quantum Quotient. Beliau berkali-kali
69 Muhammad Atiya Al Ibrasy, Education In Islam, (cairo: council for islamic alfair,
1963), hlm. 30
mengulang hafalan pada setiap pelajaran Pendidikan Agama Islam
berlangsung. Hal itu diharapkan agar siswa menghafal dengan baik dan dapat
dengan mudah memanggil ingatan.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang penggunaan strategi Quantum
Quotient di SMP Negeri 18 Semarang. Maka penulis menjelaskan langkah-
langkah penggunaan strategi Quantum Quontient di SMP Negeri 18
Semarang.
Dalam pembelajaran PAI tepatnya pada materi Al- Qur‘an, akhlak dan
fiqih yang paling cocok dan efektif menggunakan teknik menghafal cepat,
yang meliputi (sistem cantol, menyanyi, gerakan dan kosonan kreatif) teknik
berpikir kreatif, teknik membaca cepat dan teknik menghitung cepat.
1. Teknik Menghafal Cepat
Teknik menghafal cepat disini dapat diperoleh dengan beberapa cara
diantaranya: sistem cantolan, menyanyi atau kata penanda, gerakan dan
kosonan kreatif.
a) Untuk sistem cantolan
1) Kita membuat cantolan
2) Mengasosiasikan dengan materi yang dihafal.
3) Mengimajinasikan secara kreatif.
4) Mengulanginya bila di perlukan
Dalam sistem cantolan ini lebih tepat digunakan pada pelajaran
Aqidah Akhlak, karena dalam pelajaran Aqidah Akhlak terdapat materi
tentang Nabi-Nabi Ulul ‘Azmi yang ada lima, yang disingkat dengan Nimin,
yaitu:
N : Nuh I : Isa M : Musa I : Ibrahim M : Muhammad
Pada saat proses belajar mengajar dimulai, disini seorang guru harus
kreatif apabila dirasa para peserta didik kesulitan untuk menghafal upat pada
pelajaran Akhida akhlak pada materi ulum ‘azmi biasanya di SMP Negeri
18 Semarang menggunakan sistem cantol untuk memudahkan para peserta
didik mengikuti mata pelajaran tersut dengan menyenangkan.
2. Menyanyi
Pada teknik menyanyi disini, kembali kepada seorang guru yang
untuk selalu bersifat kreatif. Seorang guru harus mengerti materi apa yang
tepat dijadikan lagu atau irama agar para siswa mudah untuk menyerap
pelajaran yang telah disampikan, biasanya teknik menyanyi ini digunakan di
SMP Negeri 18 Semarang untuk pelajaran aqidah dimateri sifat wajib bagi
Allah dan nama-nama Malaikat yang kesemuanya itu lebih cepat menghafal
jika dilagukan.
3. Gerakan.
Teknik menghafal cepat menggunakan gerakan ini sangat membantu
untuk menghafal sesuai ungkapan yang harus sama, persis, tepat tanpa ada
kesalahan kata demi kata. Teknik ini biasanya dipakai dalam materi Fiqih
bab sholat, yang mana di butuhkan ungkapan-ungkapan dalam bahasa Arab
dengan tepat tanpa ada kesalahan sedikitpun. Biasanya siswa disuruh
mempraktekkan gerakan-gerakan sholat beserta bacaannya.70
Sesuai dengan 5 prinsip Quantum Learning yakni :
a. Ucapkan everything speaks (segalanya berbicara) : sambil menggerakkan
kedua tangan ke atas kepala, kemudian menggerakkan tangan kiri ke
sebelah kiri, tangan kanan ke sebelah kanan membentuk gerakan
lingkaran besar melambangkan keseluruhan. Everything, selanjutnya,
tempatkan tangan kanan di dekat jari tangan seakan-akan mewakili bibir
berbicara, speaks.
b. Ucapkan Everything is on purpose (segalanya memiliki maksud):
gerakkan tangan seperti langkah pertama di atas : Everything, selanjutnya
tempatkan tangan kiri di depan dada dada mengadah ke atas lalu gerakan
70 Wawancara, dengan Bapak Her Rustiyono, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 18
Semarang, pada tanggal 14-19 Maret 2011
tangan kanan seolah-olah menaruh sesuatu di atas tangan kiri, is on
purpose.
c. Ucapkan acknoeledge every effort (hargai setiap usaha) : bertepuk
tanganlah : acknowledge, lalu kepalkan tangan kanan di kanan, tangan
kiri di kiri seolah-olah sedang berusaha lari, every effort.
d. Ucapkan experience before label (alami sebelum menamai): kepalkan
kedua tangan seolah-olah berusaha lari : experience lalu taruh tangan kiri
di depan dada tengah ke atas disusul tangan kanan telungkup 15 cm di
atas tangan kiri seolah-olah memberi tahu panjang sesuatu : before label.
e. Ucapkan if it’s worth learning, it’s worth celebrating (jika sudah layak
dipelajari, layak pula dirayakan) : gunakan telunjuk kanan untuk kepala
bagian kanan seolah-olah sedang berpikir keras : if it’s worth learning,
kemudian lambaikan kedua tangan tinggitinggi seolah-olah sedang
merayakan kemenangan : it’s worth Celebrating.71
4. Teknik berpikir kreatif.
Langkah-langkahnya :
a. Sibukkan diri anda mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya.
b. Berpikir empat arah - lihatlah berbagai sudut.
c. Alternatif – hasilkan ide sebanyak-banyaknya.
d. Desain kombinasi baru – carilah kombinasi terbaik dari semua ide.
e. Ukur – tetapkan kombinasi terbaik.
f. Terapkan.
Teknik berpikir kreatif ini biasanya digunakan dalam pembelajaran Fiqih.
5. Teknik membaca cepat.
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. Bacalah hanya kata-kata yang penting yaitu judul dan sub judul,
kemudian catatlah yang diperoleh dari langkah pertama dalam bentuk
peta pikiran.
71
Agus Nggermanto, Quantum Quotient, (Bandung: Nuansa, 2005), hlm. 65.
b. Renungkanlah apa yang telah diperoleh dari langkah pertama,
praktekkanlah dengan cerdas hubungan antara masing-masing sub judul
dengan judulnya, kemudian perkirakan dengan cerdas pula apa yang
dibahas dalam masing-masing sub judul.
c. Bacalah kembali hanya kata-kata yang perlu, yaitu satu kalimat pertama
untuk setiap paragrap. Karena ide pertama setiap paragrap ada dikalimat
utama yaitu kalimat utama masing-masing paragraph.
d. Renungkanlah kembali apa yang telah kita peroleh.
e. Bacalah bagian bacaan yang menurut kita perlu atau menarik.
f. Lengkapilah peta pikiran.72
6. Teknik berhitung cepat.
Dalam teknik berhitung cepat terdapat beberapa cara diantaranya
Alkhawarizmi, Trachtenberg, Onde-onde melenium, sempoa dan sapu
tangan yang semuanya ini adalah cara menghitung cepat yang sangat
membantu dalam berhitung cepat.
7. Metode Tugas.
Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu
banyak sementara waktu sedikit, artinya bahan yang tersedia dengan waktu
yang kurang seimbang, sehingga akan bahan pelajaran sesuai dengan yang
ditentukan. Metode inilah yang biasa guru gunakan dan metode tugas ini
digunakan untuk materi yang kurang esensial.
Metode ini tidak hanya untuk tugas individual saja akan tetapi juga
di luar jam pelajaran atau PR secara kelompok. Dalam hasil pengamatan
atau observasi tentang strategi Quantum Quotient menunjukkan bahwa
kreatifitas peserta didik dalam belajar mereka sangat aktif misalnya dalam
diskusi dan bekerjasama dengan sesama peserta didik, pada jam istirahat
sering mereka lanjutkan untuk berdiskusi bersama tentang pelajaran-
pelajaran yang mereka anggap cukup sulit. Mengingat banyaknya materi
72
Agus Nggermanto, Quantum Quotient, hlm. 65
yang mesti mereka selesaikan ataupun mereka tempuh dengan waktu yang
lebih singkat.
Dalam pelaksanaan strategi Quantum Quotient peserta didik di SMP
Negeri 18 Semarang, pendidik adalah yang mempunyai peran penting dalam
mengelola pembelajaran di kelas dan bagaimana agar pembelajaran bisa
berangsung dengan nyaman dan kondusif serta target yang diharapkan,
sehingga secara langsung atau tidak akan sangat mempengaruhi
perkembangan peserta didik.
8. Metode Ceramah.
Hampir semua materi PAI disampaikan dengan ceramah, hal ini
bukan bearti secara keseluruhan pembelajaran dengan ceramah, kemudian
dilanjutkan dengan dialog dengan tujuan mengaktifkan dan melibatkan
peserta didik dalam pembelajaran dan jika ada materi yang perlu
dipraktekkan gurupun menggunakan metode praktek.
9. Metode Tanya Jawab.
Metode ini digunakan guru Agama Islam (PAI) baik sebelum
pelajaran dimulai, pada saat pelajaran berlangsung maupun dipenghujung
pelajaran. Metode tanya jawab digunakan diawal pelajaran bertujuan untuk
mengetahui kapasitas pengetahuan peserta didik terhadap pelajaran yang
lalu maupun yang akan diajarkan, pada saat pembelajaran berlangsung,
bertujuan untuk menghilangkan kejenuhan, kefakuman suasana kelas dan
sebagai cara untuk membina keakraban antara pendidik dan peserta didik.
Sedangkan dipenghujung pelajaran bertujuan untuk mengetahui materi
mana yang belum dipahami dan sejauh mana pemahaman dan pengetahuan
peserta didik dalam mengikuti pelajaran.
10. Metode Cerita
Metode ini digunakan guru agama islam dalam penyampaian kisah
nabawiyah yang didasarkan pada cerita-cerita dalam hadis nabi Muhammad
SAW, cenderung berisi yang lebih khusus seperti menjelaskan pentingnya
keihlasan beramal, menganjurkan bersedekah dan mensyukuri nikmat Allah.
ري بن حرب قاال حدثنا جرير عن هبن مجيل بن طريف الثقفي وز دثنا قتيبة بن سعيدح
عمارة بن القعقاع عن أيب زرعة عن أيب هريرة قال جاء رحل إىل رسول اهللا صلى اهللا
عليه وسلم فقال من أحق الناس حبسن صحابيت قال أمك قال مث من قال مث أمك قال مث
)رواه مسلم(مث أبوك من قال مث أمك قال مث من قال
Artinya: diceritakan dari quthaibah bin said jamil bin thorif ats tsaqofi dan zuhair bin harb dari jarir dari umarah bin qa’qa’ dari abi zur’ah dari abu hurairah berkata: seorang laki-laki dating kepada Nabi dan berkata: “wahai Rasulullah! Siapa yang lebih berhak dihormati? Kata Rasulullah Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian bapakmu.” (HR. Muslim)73
Bentuk-bentuk metode cerita adalah :
• Reading directly from a book ( bercerita melalui buku )
• Using the illustration of a book ( bercerita menggunakan ilustrasi dalam buku)
• Telling the story with flannel board ( bercerita menggunaskan papan panel )
• Telling a story with puppets ( bercerita menggunakan boneka)74 Sheila Ellison and Barbara Ann Barnett berpendapat bahwa: “kids
love hearing what their parents were like at their age. Let your child tell you
a story about their life now, their friends, toys, games, events, and habbits.75
”anak-anak sering mendengarkan cerita tentang apa yang orang tua
mereka suka di waktu kecil. Bukankah anak muda mengungkapkan cerita
tentang kehidupan mereka saat ini, teman-teman mereka, boneka-boneka,
mainan mereka, permainan, kegiatan-kegiatan dan kebiasaan yang mereka
suka.”
73
Maktabah Samilah, edisi II, hadis ke-4621 74 Hildebrand, Verna, Introduction To Early Children Education. (New York: Mc.
Millian Publishing Co-Inc, 197), hlm 193 75Ellison, Sheila, Barbara Ann Barnett, 365 way to help your children Grow, (Noperville:
Illionis Source Books. Inc, 1996) hlm. 251
11. Metode Diskusi.
Metode ini diberikan untuk mengaktifkan peserta didik untuk
berfikir aktif dan memecahkan masalah sehingga dapat menambah wawasan
lebih luas dan mampu menghargai pendapat orang lain. Salah satu metode
yang telah digunakan dalam penggalian data observasi, dengan mengadakan
pengamatan lansung kepada guru PAI dan peserta didik, baik ketika
pembelajaran berlangsung atau di luar jam pelajaran.
Data yang diperoleh melalui observasi langsung di lapangan guru
menggunakan beberapa metode dalam proses belajar mengajar.76
Pendekatan strategi Quantum Quotient sangat penting dalam pelaksanaan
pembelajaran karena dapat meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran,
strategi Quantum Quotient merupakan salah satu cara dalam mencerdasan
kegiatan intelektual, emosional dan spiritual peserta didik serta mempunyai
peranan penting yang cukup besar dalam menentukan keberhasilan program
pendidikan dan pangajaran.
Dengan menggunakan strategi Quantum Quotient pada proses
belajar mengajar, peserta didik diharapkan lebih mampu menguasai materi
pendidikan Agama Islam. Teknik Quantum Quotient lebih meningkatkan
penggunaan belahan otak kanan sebagaimana diketahui bahwa belahan otak
kanan berkaitan erat dengan aktifitas-aktifitas kreatif yang menggunakan
irama, musik, warna, gambar serat emosi subyek.57 Sehingga proses
pembelajaran menjadi sesuatu yang unik dan menyenangkan.
Mempelajari sistem Quantum Quotient bukan berarti menggantikan
proses pembelajaran itu sendiri, Quantum Quotient hanyalah sebagai
pelengkap, proses pembelajaran juga merupakan saran untuk mempermudah
penguasaan pembelajaran. Di dalam strategi Quantum Quotient terdapat
teknik membaca cepat, teknik berpikir kreatif dan teknik menghitung cepat.
76 Wawancara, dengan Bapak Her Rustiyono, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 18
Semarang, pada tanggal 14-19 Maret 2011
Strategi Quantum Quotient ini dapat membantu peserta didik pada
saat proses belajar mengajar berlangsung. Karena strategi Quantum
Quotient merupakan sarana untuk mempermudah dalam penguasaan
pelajaran. Dengan menggunakan beberapa teknik Quantum Quotient yang
ada serta sedikit usaha dapat memperkuat menghafal cepat, membaca cepat
pada materi pelajaran, sehingga dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
dapat lebih efektif dan efisien serta lebih menarik perhatian peserta didik
dengan begitu prestasi belajar peserta didik juga lebih meningkat. Dengan
kata lain dengan menggunakan strategi Quantum Quotient dapat
meningkatkan kecerdasan IQ, EQ, SQ sehingga peserta didik dapat
menggunakan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui
mata pelajaran yang ada dan nilai hasil belajar peserta didik dapat
meningkat lebih baik.
Penggunaan strategi belajar Quantum Quotient dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitakan dan minat baru bahkan membawa
pengaruh psikologis terhadap peserta didik, karena penggunaan strategi
belajar ini sangat membantu terhadap keefektifan proses pengajaran dan
penyampaian isi pelajaran.
Untuk mengetahui apakah strategi belajar sebagai salah satu strategi
pembelajaran yang mampu mempengaruhi prestasi belajar, maka perlu
diketahui terlebih dahulu mengenai bagaimana sebenarnya proses balajar
mengajar dapat dihubungkan antara critera proses belajar mengajar dapat
mempengaruhi proses belajar dengan menggunakan strategi Quantum
Quotient.
Namun demikian, peranan strategi belajar dalam proses belajar
mengajar tidak akan terlihat bila dalam penggunaan tidak sejalan dengan isi
dan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan, karena itu tujuan pengajaran
haruslah dijadikan pangkal acuan untuk menggunakan strategi belajar.
Apabila diabaikan maka, strategi belajar bukan lagi sebagai alat bantu
proses belajar mengajar, melainkan sebagai penghambat dalam pencapaian
tujuan pendidikan secara efektif dan efesien.77
Berdasarkan hasil wawancara yang disertai dengan observasi, maka
peneliti telah memperoleh data-data tentang Pelaksanaan strategi Quantum
Quotient pada bidang studi pendidikan agama Islam (PAI) di SMPN 18
Semarang. Hasil wawancara tersebut peneliti peroleh dari sejumlah responden
yang terkait dengan Pelaksanaan strategi Quantum Quotient pada bidang studi
pendidikan agama Islam (PAI) di SMPN 18 Semarang. Dalam hal ini, peneliti
melakukan wawancara dengan Bapak Her Rustiyono selaku guru PAI di
SMPN 18 Semarang, di mana dalam penelitian ini Bapak Her Rustiyono
merupakan sumber data primer (sumber utama) serta pihak yang menerapkan
strategi Quantum Quotient pada pembelajaran Pendidikan agama Islam (PAI)
di SMPN 18 Semarang.
Untuk mempermudah pembahasan selanjutnya, maka dalam bab ini,
data-data hasil wawancara yang telah terkumpul tersebut akan peneliti sajikan
sesuai dengan rumusan masalah yang menjadi pembahasan dalam penelitian
ini. Penyajian data-data tersebut adalah sebagai berikut:
Setelah melakukan penggalian data, maka dapat diketahui
Pelaksanaan strategi Quantum Quotient pada bidang studi Pendidikan agama
Islam (PAI) di SMPN 18 Semarang adalah sebagai berikut :
Mengenai alasan Bapak Her Rustiyono menerapkan strategi Quantum
Quotient, Bapak Her Rustiyono mengatakan: ”Ya supaya lebih bervariasi,
pembelajaran tidak monoton, tidak membosankan. Dengan penerapan strategi
Quantum Quotient ini tujuan saya agar peserta didik lebih aktif, kreatif, dan
tidak jenuh mengikuti pelajaran PAI”.
Adapun aktifitas peserta didik dalam belajar, dikatakan oleh Bapak
Her Rustiyono: “Mereka mengerjakan tugas individu atau kelompok dengan
cara berdiskusi, tanya jawab dan pemberian tugas. Misalkan peserta didik
77 Wawancara, dengan Bapak Her Rustiyono, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 18
Semarang, pada tanggal 21-23 Maret 2011
saya beri tugas secara kelompok tentang surat-surat pendek. Kadang-kadang
kan peserta didik saya suruh maju untuk menghafalkan. Di sini ada peserta
didik yang bertugas menulis, ada yang mencari jawabannya, ada yang
menghafal untuk maju di depan kelas, ada juga yang membantu temannya.
Jadi mereka saling memotivasi”. Dalam hal ini, peserta didik juga
mengatakan: “Belajar bersama-sama. Diskusi, menyelesaikan tugas bersama.
Ada tugas tertulis, ada tugas praktek”
Mengenai materi yang menjadi pembahasan dalam strategi Quantum
Quotient, lebih banyak materi tentang praktek. Dalam hal ini Bapak Her
Rustiyono menjelaskan : “Kalau praktek itu untuk kelas VII dan VIII.
materinya misalnya kisah nabi, ketentuan sholat. Kalau kelas VII dan VIII
selain tugas tertulis juga praktek. Materinya seperti surat-surat pendek.”.78
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa pelaksanaan strategi
Quantum Quotient yang di terapkan oleh Bapak Her Rustiyono dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPN 18 Semarang
berdasarkan materi.
Tujuan diterapkannya strategi Quantum Quotient dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam (PAI) adalah sebagai variasi supaya pembelajaran
tidak monoton dan tidak membosankan. Strategi yang digunakan Bapak Her
Rustiyono dalam menerapkan strategi Quantum Quotient adalah
mengaktifkan peserta didik, diantaranya dengan pembagian tugas. Di mana
tiap-tiap siswa dalam satu kelompok mempunyai pembagian tugas kelompok
yang sehingga antar siswa dapat saling memotivasi. strategi Quantum
Quotient ini diterapkan pada materi praktek, seperti sholat, baca tulis al-
Qur’an, dan tadarus. Serta materi yang tertulis seperti sejarah nabi.
Penerapan strategi Quantum Quotient tersebut direspon baik oleh
peserta didik. Dalam hal ini Bapak Her Rustiyono mengatakan : “Respon
peserta didik baik, rata-rata mereka mereka senang dan lebih aktif serta
78 Wawancara, dengan Bapak Her Rustiyono, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 18
Semarang, pada tanggal 14-19 Maret 2011
suasana pembelajaran tidak tegang. Jadi peserta didik banyak yang suka.
Kalau materi seperti praktek ibadah sholat, wudlu, kemudian baca tulis al-
Qur’an rata-rata mereka antusias. Karena tidak semua anak terampil dalam
praktek ibadah dan rajin belajar. Anak-anak itu kan kalau dalam pergaulan,
apa yang dilakukan temannya dalam pergaulan, mereka lebih mudah
melaksanakannya”.
Respon peserta didik ini juga terlihat dari kedisiplinan peserta didik
menyelesaikan tugas. Bapak Her Rustiyono mengatakan: “Tugas kan
diselesaikan ada yang individu ada juga bersama-sama. Namanya anak-anak
ya ada yang disiplin, ada yang kurang disiplin. Kalau diawasi meskipun
kadang-kadang mereka ramai tapi masih mau memperhatikan, dan materinya
lebih mudah mereka pahami”.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di simpulkan bahwa rata-rata
respon peserta didik terhadap strategi Quantum Quotient yang sudah di
terapkan oleh guru PAI adalah baik atau senang. Respon itu terlihat dalam
bentuk keaktifan siswa menyelesaikan tugas, pembelajaran lebih
bersemangat, tidak tegang, tidak mengantuk, dan peserta didik lebih
memperhatikan.
B. Analisis Penyajian Data Peranan Guru dalam Pelaksanaan strategi Quantum Quotient Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 18 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011.
Proses pembelajaran selalu melibatkan guru dan peserta didik dalam
aktifitas belajar mengajar. Jadi, keberhasilan pembelajaran tentu tidak akan
lepas dari peranan guru. Begitu juga dalam pelaksanaan strategi Quantum
Quotient ini, guru juga memiliki peranan yang besar bagi keberhasilan
pelaksanaan strategi Quantum Quotient dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) di SMPN 18 Semarang.
Adapun peran bapak Her Rustiyono selaku guru Pendidikan agama
Islam di SMPN 18 Semarang, dalam pelaksanaan strategi Quantum Quotient
dapat dilihat dari hasil wawancara pada uraian berikut:
Mengenai peran guru, Bapak Her Rustiyono mengatakan: “Ya seperti
yang sudah saya jelaskan tadi. Melakukan pengawasan, pengarahan agar
sesama teman dapat menyelesikan tugas dan saling membatu. Kalau tidak
benar-benar diawasi malah siswa ramai, bicara sendiri”.79
Sedangkan peserta didik sebagai objek pelaksanaan strategi Quantum
Quotient, mereka mengatakan: “Di tegur, dihukum disuruh mengerjakan
tugas.” 80Mengenai kendala dalam melaksanakan strategi Quantum Quotient,
Bapak Her Rustiyono mengatakan “Kendalanya ya kalau peserta didik ramai
sendiri. Tiap siswa karakteristiknya kan bermacam-macam. Namanya anak-
anak, apalagi kalau yang bandel, tidak mengerjakan tugas malah dia jalan ke
sana ke mari mengganggu teman lain. Sudah saya peringatkan, belum juga
berhenti.”
Sedangkan solusi Bapak Her Rustiyono untuk mengatasi kendala
tersebut, di katakana oleh Bapak Her Rustiyono: “Kalau ada siswa yang
bermain sendiri, tidak mau mengerjakan tugas saya suruh temannya untuk
mencatat atau lapor pada saya. Ketika tidak mau mengerjakan tugas, dia akan
saya beri hukuman. Hukumannya ya macam-macam tergantung kondisinya
atau kesalahannya. Misalkan saya beri PR atau saya suruh menghafal.
Maksudnya biar dia lebih disiplin.”
Adapun bentuk peran guru PAI dapat dilihat dari aktivitas guru PAI
dalam pelaksanaan strategi Quantum Quotien sebagaimana uraian pada
pembahasan sebelumnya. Hal tersebut dapat di lihat dari penggalan uraian
bapak Her Rustiyono, yaitu :
Mengenai aktivitas belajar peserta didik, Bapak Her Rustiyono
mengatakan : ”.......Misalkan peserta didik saya beri tugas tentang surat-surat
pendek. Kadang-kadang kan peserta didik saya suruh maju untuk
menghafalkan. Di sini ada siswa yang bertugas menulis, ada yang mencari
79 Wawancara, dengan Bapak Her Rustiyono, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 18
Semarang, pada tanggal 14-19 Maret 2011
80 Wawancara Beberapa Siswa kelas VIII SMPN 18 Semarang, , Dikutip pada tanggal 16 Maret 2011
jawabannya, ada yang menghafal untuk maju di depan kelas, ada juga yang
membantu temannya menghafalkan. Jadi mereka saling memotivasi.”
Mengenai kedisiplinan peserta didik, bapak Her Rustiyono
mengatakan : “…….Namanya anak-anak ya ada yang disiplin, ada yang
kurang disiplin. Kalau diawasi meskipun kadang-kadang mereka ramai tapi
masih mau memperhatikan, dan materinya lebih mudah mereka pahami.”
Bersadarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peranan bapak
Her Rustiyono selaku guru PAI di SMPN 18 Semarang yaitu dengan
pengawasan, pengarahan agar sesama teman saling membantu, mengontrol
kegiatan belajar peserta didik, memperingatkan peserta didik yang ramai,
menegur peserta didik yang tidak disiplin, memberi hukuman atau peserta
didik disuruh mengerjakan tugas. Pembagian tugas peserta didik tersebut
misalnya dalam menyelesaikan tugas surat-surat pendek, ada peserta didik
yang bertugas maju menghafal, membantu temannya menghafal, menulis,
mencari jawaban. Jadi mereka saling memotivasi.
Proses pembelajaran bisa dikatakan sebagai rangkaian upaya guru
untuk mencerdaskan peserta didik baik pada aspek intelektual, emosional dan
spiritual. Keberhasilan guru dalam mencerdaskan peserta didik, salah satu
indikasinya dapat dilihat dari hasil yang telah diperoleh peserta didik. Oleh
karena itu, dalam penerapan strategi Quantum Quotient ini hendaknya perlu
ditinjau seberapa jauh keberhasilan belajar peserta didik dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) melalui penerapan strategi
Quantum Quotient. Untuk itu, diperlukan adanya kegiatan evaluasi atau
penilaian. Kegiatan evaluasi ini mengandung unsur membandingkan
kemampuan atau kondisi peserta didik sebelum dan sesudah pelaksanaan
strategi Quantum Quotient, sehingga diketahui kelebihan dan kekurangan
tentang strategi Quantum Quotient yang sudah dilaksanakan. Setelah itu, guru
bisa mengambil kebijaksanaan untuk memperbaiki atau meningkatkan
pelaksanaan strategi Quantum Quotient selanjutnya.
Adapun data-data yang terkait dengan hasil penerapan strategi
Quantum Quotient terhadap proses pembelajaran Pendidikan agama Islam
adalah sebagai berikut :
Mengenai kondisi pembelajaran PAI sebelum guru menerapkan
strategi Quantum Quotient, Bapak Her Rustiyono mengatakan : “Kondisinya
seperti yang sudah saya jelaskan tadi. Ada peserta didik yang jenuh, bosan,
dan tidak berminat. Kalau materi yang sedang saya sampaikan itu, efektif jika
menggunakan strategi Quantum Quotien ya saya gunakan. Kalau tidak ya
saya gunakan tehnik atau pendekatan yang lain.
Sedangkan mengenai kondisi pembelajaran PAI setelah guru
menerapkan strategi Quantum Quotient, Bapak Her Rustiyono mengatakan :
“Suasana pembelajaran menjadi lebih baik. peserta didik tidak lagi bosan,
minat belajar peserta didik juga meningkat. Kendalanya ya itu tadi. Kadang-
kadang anak bermain sendiri, ramai sendiri. Tapi secara umum kondisinya
menjadi lebih baik. Kalau keaktifan itu anak-anak tertentu saja. Karena anak
itu bermacam-macam. Ada yang pintar tapi takut kalau di suruh maju. Secara
umum anak-anak memperhatikan.”
Bapak Her Rustiyono mengatakan : ”Kondisinya cukup kondusif.
Memang kadang-kadang suasana menjadi gaduh. Tapi kalau saya datangi,
saya pantau sebentar, peserta didik menjadi tenang kembali.” 81
Berdasarkan uraian data di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan
setrategi Quantum Quotient ini, proses belajar mengajar menjadi lebih baik,
yaitu peserta didik yang tadinya jenuh, bosan, tidak berminat, menjadi lebih
bersemangat, aktif dan memperhatikan pembelajaran. Meskipun dengan
penerapan strategi Quantum Quotient ini, kadang-kadang suasana menjadi
gaduh, ada peserta didik ramai sendiri, bermain sendiri tapi kondisi ini masih
bisa diatasi oleh guru sehingga suasana pembelajaran tenang kembali. Jadi
secara umum siswa menjadi lebih memperhatikan. Sehingga dengan
81 Wawancara, dengan Bapak Her Rustiyono, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 18
Semarang, pada tanggal 14-19 Maret 2011
menerapkan strategi Quantum Quotient ini, proses pembelajaran pendidikan
agama Islam menjadi lebih baik.
Penerapan strategi Quantum Quotient memiliki pengaruh dan manfaat
yang besar terhadap proses pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI). Hal
tersebut sebagaimana penjelasan respon, yaitu sebagai berikut :
Mengenai pengaruh pelaksanaan strategi Quantum Quotient ini bagi
pembelajaran PAI, Bapak Her Rustiyono mengatakan : “Sangat berpengaruh.
Secara umum, suasana belajar mengajar menjadi lebih baik, lebih aktif.” 82
Bapak Her Rustiyono juga mengatakan : ”Saya lihat pengaruhnya
cukup besar. Keberhasilan pembelajaran kan bisa dilihat dari hasil belajar
yang diperoleh peserta didik. Saya lihat peserta didik menjadi lebih terampil
dalam kegiatan praktek misalnya sholat, wudhu. Untuk materi ibadah sudah
terampil atau menguasai. Karena tujuan untuk melejitkan IQ , EQ dan SQ.”
Penerapan strategi Quantum Quotient memiliki manfaat yang besar
terhadap pembelajaran PAI. Oleh karena itu, Bapak Her Rustiyono
mengatakan: “Manfaatnya banyak. Sesama peserta didik bisa belajar
mengaplikasikanya dalam kehidupan misalnya bersosialisasi, suasana belajar
mengajar tidak tegang, Siswa lebih termotivasi.”83
Selain memiliki pengaruh yang besar, yaitu menjadikan proses
pembelajaran PAI menjadi lebih baik, penerapan strategi Quantum Quotient
juga memiliki kelemahan. Kelemahan tersebut sebagaimana penjelasan
responden yaitu :
Mengutip pendapat Bapak Her Rustiyono dalam hal ini, beliau
mengatakan : “ Ada. Setiap metode itu kan pasti ada kekurangan dan
kelebihan. Kelemahannya kadang-kadang pembelajaran menjadi gaduh.
82 Wawancara, dengan Bapak Her Rustiyono, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 18
Semarang, pada tanggal 21-23 Maret 2011
83 Wawancara, dengan Bapak Her Rustiyono, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 18 Semarang, pada tanggal 21-23 Maret 2011
peserta didik yang tidak disiplin, yang bermain, bicara sendiri itu bukan
berkurang tapi bertambah. Jadi guru harus bisa mengelola kelas.”84
Adapun kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh Bapak Her Rustiyono
adalah sebagai berikut :
Mengenai pelaksanaan evaluasi terhadap pelaksanaan strategi
Quantum Quotient, Bapak Her Rustiyono mengatakan : “Kalau nilainya
kurang bagus, ketika di koreksi itu saya ulangi lagi, saya jelaskan lagi
materinya dan kekurangan mereka belajar kelompok.”
Adapun aspek-aspek yang dinilai dalam pelaksanaan strategi Quantum
Quotient, Bapak Her Rustiyono mengatakan : ”Aspeknya, dari soal-soal itu
mereka bisa mengerjakan dengan baik apa tidak serta bisa mengaplikasikan
materi yang telah di pelajarinya dalam kehidupan dan bermasyarakat.
Kemudian keaktifan, kedisiplinan.”85
Pelaksanaan strategi Quantum Quotient dalam proses pembelajaran
PAI di SMPN 18 Semarang, membawa kemajuan atau peningkatan peserta
didik dalam proses pembelajaran Pendidikan Agamaa Islam.
84
Wawancara, dengan Bapak Her Rustiyono, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 18 Semarang, pada tanggal 21-23 Maret 2011
85 Wawancara, dengan Bapak Her Rustiyono, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 18 Semarang, pada tanggal 21-23 Maret 2011
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis mengadakan penelitian dan menganalisa tentang
pelaksanaan strategi Quantum Quotient dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dengan mengambil data lapangan dari SMPN 18 Semarang
Tahun Pelajaran 2010/2011, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pelaksanaan strategi Quantum Quotient dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMPN 18 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011 adalah
diterapkan pada kelas VIII dengan mengerjakan tugas individu atau
kelompok dengan cara berdiskusi, tanya jawab dan pemberian tugas. Setiap
peserta didik diberikan tugas tentang surat-surat pendek dan di berikan
permasalahan untuk dibahas dalam satu kelompok mempunyai pembagian
tugas kelompok masing-masing dan peserta didik juga disuruh maju untuk
menghafal, sehingga antar peserta didik dapat saling memotivasi.
Pelaksanaan strategi Quantum Quotient dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMPN 18 Semarang dapat dikatakan sebagai variasi supaya
pembelajaran tidak monoton dan tidak membosankan sehingga dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar dapat lebih efektif dan efisien serta
lebih menarik perhatian peserta didik dengan begitu prestasi belajar peserta
didik juga lebih meningkat. Dengan kata lain dengan menggunakan strategi
Quantum Quotient dapat meningkatkan kecerdasan IQ, EQ, SQ sehingga
peserta didik dapat menggunakan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan melalui mata pelajaran yang ada dan nilai hasil belajar
peserta didik dapat meningkat lebih baik.
2. Peranan pendidik dalam pelaksanaan strategi Quantum Quotient dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 18 Semarang Tahun
Pelajaran 2010/2011 yaitu dengan pengawasan, pengarahan agar sesama
teman dalam kelompok saling membantu, mengontrol kegiatan belajar
peserta didik, memperingatkan peserta didik yang ramai, menegur peserta
didik yang tidak disiplin, memberi hukuman atau peserta didik disuruh
mengerjakan tugas. Peranan pendidik PAI di SMPN 18 Semarang sangat
luas, tidak hanya pada waktu pelaksanaan strategi Quantum Quotient saja,
tetapi juga pada aspek perencanaan dan penilaian. Jadi, peranan guru PAI di
SMPN 18 Semarang perlu ditingkatkan lagi agar pelaksanaan strategi
Quantum Quotient pada bidang studi PAI di SMPN 18 Semarang menjadi
lebih baik.
A. Saran-saran
Perkenankanlah penulis untuk sekedar memberikan saran
berdasarkan pengalaman penulis setelah melaksanakan penelitian tentang
pelaksanaan strategi Quantum Quotient dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMPN 18 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011.
Setidaknya ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian demi
peningkatan kegiatan belajar mengajar agar lebih efektif dan efisien dalam
mencapai tujuan pembelajaran, yaitu :
1. Dalam menerapkan strategi Quantum Quotient dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam sudah baik, hanya perlu lebih ditingkatkan lagi
dan sekolah melakukan penambahan sarana dan prasarana yang
memadai yang berkaitan dengan proses Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam.
2. Dengan hasil yang sangat baik seyogyanya Bagi guru Pendidikan
Agama Islam tetap memperhatikan penggunaan strategi Quantum
Quotient pada materi hafalan dalam proses belajar mengajar dan lebih
ditingkatkan. Karena strategi Quantum Quotient ini tidak hanya meliputi
satu kecerdasan saja melainkan banyak kecerdasan, mulai dari
kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan spiritual
(SQ).
3. Bagi kepala sekolah, hendaknya dapat memberikan masukan dan
menjadi support bagi guru, dalam hal ini memberikan masukan dan
support bagi guru Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan strategi
Quantum Quotient sebagai upaya guru dalam proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dan selalu mendukung hal-hal yang membawa
kemajuan bagi peserta didik dalam mempelajari ajaran agama Islam.
4. Bagi peserta didik, hendaknya ikut aktif dalam meningkatkan kegiatan
belajar mengajar. Karena dalam proses pembelajaran peserta didik
adalah sebagai subjek sekaligus objek. Selain itu, keberhasilan belajar
peserta didik tidak hanya dipengaruhi oleh guru saja tetapi peserta didik
juga memiliki pengaruh yang besar terhadap keberhasilan belajar.
Begitu juga dalam strategi Quantum Quotient ini, selain guru memiliki
peranan yang besar, aktivitas belajar peserta didik juga sangat
menentukan keberhasilan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
B. Kata Penutup
Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat, taufiq hidayah serta inayah-Nya yang tidak
terkira kepada peneliti selama proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dari sisi
metodologi maupun dalam sistem penulisannya karena keterbatasan referensi
dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat peneliti harapkan dari pembaca sebagai masukan bagi
peneliti demi kesempurnaan skripsi ini sehingga menjadi sempurna dan
bermanfaat. Akhirnya peneliti minta maaf atas kekhilafan dalam penyusunan
skripsi ini dan dengan mengharap ridho Allah semoga penulisan skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi peneliti
sendiri. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Bin Hajar, Syihabuddin, Fathul Mu’in Bi Syarhi Qurratul ‘Ain,
Ahmadi, Abu, ct, al, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
_______, Abu, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
_______, Abu, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta,
1991.
Al Ibrasy, Muhammad Atiya, Education In Islam, Cairo: Council For Islamic
Alfair, 1963
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia,
2003.
________, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta, 1998.
Daradjat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, 1995.
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Semarang: CV. Toha
Putra, 1989.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Petunjuk Tehnik Mata Kuliah PAI,
Jakarta: TP,1995.
Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam SMP Dan MTs, Jakarta: TP, 2003.
Ellison, Sheila, Barbara Ann Barnett, 365 way to help your children Grow,
Noperville: Illionis Source Books. Inc, 1996
Faisal, Sanapiah, Metode Penelitian Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982.
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, PBM-PAI di Sekolah Eksistensi
dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset, 1998.
Goleman, Daniel, Kecerdasan Emosional, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
2000.
Hadi, Sutrisno Metodologi Research II, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2000.
_____, Sutrisno, Metodologi Research I, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fak.
Psikologi UGM, 1997.
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Hildebrand, Verna, Introduction To Early Children Education. New York: Mc.
Millian Publishing Co-Inc, 1997
Imron, Ali, Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta: Pustaka Jaya, 1996.
J. Moleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002.
Majid, Abdul, dan Dian Andayani, Pendidikan Islam Berbasis Kompetensi.
Bandung PT Remaja Rosdakarya.
Maktabah Samilah, edisi II, hadis ke-4621
Margono , S., Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta,2003.
Markowith, Karen, Eric Jensen, Otak Sejuta Gigabyte, Bandung: Kaita, 2002.
Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Pemberdayaan
Pengembangan Kurikulum Hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan,
Bandung: Nuansa 2003.
________, et. al., Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan
pendidikan agama Islam di Sekolah, Bandung : Remaja Rosda Karya,
2001.
Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Telaah Potivistik,
Rasionalistik, dan Phenomenologik ), Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002.
Mushthafa Al-Maraghi., Ahmad, Terjemah Tafsir Al- Maraghi, terj Bahrun Abu
Bakar, Heri Noer Ali., Semarang: PT.karya Toha putra, 1993.
Nafaat Maja, Hidayat, Intelegensi Spritual, Bandung: Parenial Press, 2001
Gpttman, John, Kecerdasan Emosional : Kiat-Kiat Membesarkan Anak Yang
Memiliki Kecerdasan Emosional, Jakarta: Gramedia, 1998.
Nasir, Muh, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indah,1998.
Nasir, Ibrahim, Muqaddimah fi At-Tarbiyah, Madkhal Ila At-Tarbiya, Kuliyyah
At-Tarbiyah, Jami’ah Al-Ardaniyyah
Nggermanto, Agus Quantum Quatient (QQ) Kecerdasan Quantum, Bandung:
Nuansa, 2005.
Norma, Ahmad Rahasia Sukses Hidup Bahagia Kecerdasan Spiritual Mengapa
SQ Lebih Penting Daripada IQ Dan EQ, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama 2002
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesianomor 16 Tahun 2010
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
2007
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006
Shihab, Quraish, Tafsir al-Qur'an al-Karim, Pustaka Hidayah, 1997
Sudjana S, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, Bandung: Falah
Production, 2001.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D), Bandung: ALFABETA, 2008.
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Jakarta 2003
Utami Munandar, S.C., Pengembangan Anak Kreatif Anak Berbakat, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2002
Wawancara Beberapa Siswa kelas VIII SMPN 18 Semarang, Dikutip pada tanggal
16 Maret 2011
Wawancara, dengan Bapak Her Rustiyono, Guru Pendidikan Agama Islam SMPN
18 Semarang, pada tanggal 14-19 Maret 2011
Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia, 1987
RIWAYAT HIDUP PENULIS
A. Identitas diri
4. Nama : Ahmad Fariz Iskandar
5. TTL : Pati, 05 April 1987
6. NIM : 073111118
7. Alamat : Ds. pekalongan RT.06 RW.02 Kec. Winong Kab. Pati
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal :
a. MI Tarbiyatul Banin Lulus Tahun 2000
b. MTS Negeri Winong Lulus Tahun 2003
c. MA Salafiyah Lulus Tahun 2007
d. IAIN Walisongo Semarang angkatan 2007
2. Pendidikan Non Formal
a. PPMH Buludana Kajen-Margoyoso-Pati
b. ................................................................................................
c. ................................................................................................
Demikianlah Riwayat Hidup singkat Pendidikan Penulis dan dibuat dengan
sebenar-benarnya.
Semarang,06 Juni 2011
Penulis
Ahmad Fariz Iskandar NIM. 073111118
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Ahmad Fariz Iskandar
NIM : 073111118
Alalmat : Ds. Pekalongan Kec. Winong Kab. Pati
Jurusan/prodi : Tarbiyah/PAI
Judul Skripsi : Pelaksanaan Strategi Quantum Quotient Dalam
Pembelajaran PAI di Kelas VIII SMPN 18 Semarang
Tahun Ajaran 2010/2011
Instrument Untuk Kepala Sekolah SMPN 18 Semarang
1. Apakah Bapak mengetahui Strategi Quantum Quotient yang diterapkan oleh
guru PAI dalam proses pembelajaran?
2. Dengan adanya Strategi Quantum Quotient tersebut bagaimanakah gambaran
kondisi pembelajaran PAI? Apakah menjadi lebih kondusif atau sebaliknya?
3. Sejauhmana pengaruh penerapan Strategi Quantum Quotient bagi
keberhasilan pembelajaran PAI?
4. Apa saja kendala yang dihadapi dalam menerapkan Strategi Quantum
Quotient pada pembelajaran PAI?
5. Sejauhmana hasil pelaksanaan Strategi Quantum Quotient pada pembelajaran
PAI dapat meningkatkan kreatifitas dan keaktifan siswa di SMP 18
Semarang?.
6. Bagaimana aktivitas belajar siswa dalam melaksanakan Strategi Quantum
Quotient pada pembelajaran PAI?
7. Apa bentuk hasil belajar siswa dari pelaksanaan Strategi Quantum Quotient
pada pembelajaran PAI?
8. Apakah Bapak melakukan evaluasi terhadap cara mengajar guru PAI,
khususnya dalam menerapkan Strategi Quantum Quotient?
9. Saran apa yang Bapak berikan untuk meningkatkan pembelajaran PAI?
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Ahmad Fariz Iskandar
NIM : 073111118
Alamat : Ds. Pekalongan Kec. Winong Kab. Pati Rt 06. Rw 02
Jurusan / Prodi : Tarbiyah / PAI
Judul Skripsi : Pelaksanaan Strategi Quantum Quotient Dalam Pembelajaran
PAI Di Kelas VIII SMPN 18 Semarang Tahun Pelajaran
2010/2011
Instrumen untuk Guru Mata Pelajaran PAI SMPN 18 Semarang
A. Pelaksanaan Strategi Quantum Quotient Dalam Pembelajaran PAI Di
Kelas VIII SMPN 18 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011
1. Apakah bapak menggunakan Strategi Quantum Quotient dalam setiap
pembelajaran PAI?
2. Mengapa bapak menerapkan Strategi Quantum Quotient dalam
pembelajaran PAI?
3. Bagaimana pelaksanaan Strategi Quantum Quotient dalam pembelajaran
PAI yang bapak sampaikan?
4. Bagaimana aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan
Strategi Quantum Quotient?
5. Materi apa saja yang menjadi pembahasan dalam pembelajaran yang
menggunakan Strategi Quantum Quotient?
6. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran PAI dengan adanya
Strategi Quantum Quotient yang bapak gunakan?
7. Adakah kendala yang Bapak jumpai dalam melaksanakan pembelajaran
dengan Strategi Quantum Quotient?
8. Apa solusi/langkah yang bapak lakukan untuk mengatasinya?
9. Dalam menerapkan pembelajaran Strategi Quantum Quotient ini apakah
bapak mempunyai perencanaan lebih dulu?
10. Sejauh mana peran bapak dalam melaksanan pembelajaran Strategi
Quantum Quotient?
11. Sejauh mana kedisipilinan siswa melaksanakan tugas masing-masing
dalam belajar menggunakan Strategi Quantum Quotient?
12. Bagaimana kondisi siswa dalam pembelajaran PAI sebelum Bapak
menerapkan Strategi Quantum Quotient?
13. Bagaimanakah Setelah Bapak menerapkan pembelajaran dengan Strategi
Quantum Quotient ini, serta bagaimana suasana pembelajaran PAI?
14. Sejauhmana pengaruh pelaksanaan Strategi Quantum Quotient ini bagi
pembelajaran PAI?
15. Adakah kelemahan yang Bapak jumpai dalam melaksanakan Strategi
Quantum Quotient?
16. Apa manfaat Strategi Quantum Quotient terhadap pembelajaran PAI?
17. Apakah Bapak melakukan evaluasi terhadap Strategi Quantum Quotient
yang sudah bapak laksanakan?
18. Adakah aspek-aspek yang menjadi penilaian Bapak dalam Strategi
Quantum Quotient?
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Ahmad Fariz Iskandar
NIM : 073111118
Alalmat : Desa Pekalongan Kec, Winong Kab Pati
Jurusan/prodi : Tarbiyah/PAI
Judul Skripsi : Pelaksanaan Strategi Quantum Quotient Dalam
Pembelajaran PAI Di Kelas VIII SMPN 18 Semarang
Tahun Pelajaran 2010/2011
Instrumen untuk siswa SMPN 18 Semarang
1. Apakah anda senang dengan Strategi Quantum Quotient yang sudah di
terapkan oleh guru PAI?
2. Apa yang anda peroleh dari kegiatan pembelajaran dengan Strategi Quantum
Quotient?
3. Apa yang anda dan teman-teman anda lakukan dalam kegiatan pembelajaran
?
4. Apa saja tugas yang diberikan dalam pembelajaran PAI?
5. Dengan menggunakan Strategi Quantum Quotient tersebut, apakah anda lebih
mudah memahami/mempelajari materi yang disampaikan?
6. Bagaimana suasana belajar mengajar ketika dilaksanakan pelajaran PAI?
7. Kalau suasana ramai, apa yang di lakukan Pak guru?
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama Responden : Bapak Ringsung Suratno M.Pd
Jabatan : Kepala Sekolah SMPN 18 Semarang
Hari/Tanggal : Kamis / 05 Maret 2011
Waktu Wawancara : 08.00-09.10 WIB
Tempat Wawancara : Di Kantor SMPN 18 Semarang
1) Dengan adanya Strategi Quantum Quotient tersebut bagaimanakah gambaran
kondisi pembelajaran PAI? Apakah menjadi lebih kondusif atau sebaliknya?
Jawab : Kondisinya cukup kondusif. Memang kadang-kadang suasana
menjadi gaduh. Tapi kalau saya datangi, saya pantau sebentar,
peserta didik menjadi tenang kembali.
2) Sejauhmana pengaruh penerapan Strategi Quantum Quotient bagi
keberhasilan pembelajaran PAI?
Jawab : Saya lihat pengaruhnya cukup besar. Keberhasilan pembelajaran
kan bisa dilihat dari hasil belajar yang diperoleh peserta didik.
Saya lihat peserta didik menjadi lebih terampil dalam kegiatan
praktek misalnya sholat, wudhu.
3) Apa saja kendala yang dihadapi dalam menerapkan Strategi Quantum
Quotient pada pembelajaran PAI?
Jawab : Kendalanya ya itu tadi, harus bisa menguasai dan
mengkondisikan kelas. Kemudian memotivasi belajar peserta
didik agar peserta didik menjadi lebih kreatif dan aktif.
4) Sejauh mana hasil pelaksanaan Strategi Quantum Quotient pada pembelajaran
PAI dapat meningkatkan kreatifitas dan keaktifan siswa di SMPN 18
Semarang?
Jawab : Kreativitas peserta didik terlihat dalam bentuk praktek-praktek
ibadah itu mereka lebih terampil. Jadi peserta didik tidak hanya
mengetahui teorinya saja. Materi ibadah kalau tidak dipraktekkan
kan tidak bisa maksimal.
5) Bagaimana aktivitas belajar siswa dalam melaksanakan Strategi Quantum
Quotient pada pembelajaran PAI?
Jawab : Mereka terlihat lebih bersemangat dalam belajar dan tidak
mengantuk. Karena dapat belajar bersama dan tiap peserta didik
punya tugas masing-masing.
6) Apa bentuk hasil belajar siswa dari pelaksanaan Strategi Quantum Quotient
pada pembelajaran PAI?
Jawab : Hasilnya ya seperti penjelasan saya tadi. Jadi peserta didik itu
lebih mudah menguasai materi yang disampaikan guru.
7) Apakah Bapak melakukan evaluasi terhadap cara mengajar guru PAI,
khususnya dalam menerapkan Strategi Quantum Quotient?
Jawab : Selain saya lihat secara langsung ya saya tanyakan kepada
pendidik. Hasilnya bagaimana. Kalau hasilnya positif ya saya
dukung, yang penting jangan gaduh sehingga mengganggu kelas
lain.
8) Saran apa yang Bapak berikan untuk meningkatkan pembelajaran PAI?
Jawab : Guru harus melihat perkembangan peserta didik. Karena peserta
didik itu kan macam-macam jenisnya. Peserta didik yang
kemampuannya kurang juga harus diperhatikan.
Semarang, 05 Maret 2011
Pewawancara Informan
Ahmad Fariz Iskandar Ringsung Suratno M.Pd
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama Responden : Bapak Her Rustiyono
Jabatan : Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 18 Semarang
Hari/Tanggal : Selasa-Kamis/05-07 Maret 2011
Waktu Wawancara : 08.25-10.10 WIB
Tempat Wawancara : Di Masjid Sekolahan
A. Pelaksanaan Strategi Quantum Quotient pada Bidang Studi PAI di SMPN
18 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011
1) Apakah bapak menggunakan strategi Quantum Quotient dalam setiap
pembelajaran PAI?
Jawab : Tidak, strategi Quantum Quotient saya gunakan supaya lebih
bervariasi, pembelajaran tidak monoton, tidak membosankan. Kalau metode
ceramah, pemberian tugas itu kan sudah sering digunakan. Dengan metode
tersebut, anak-anak itu kadang ada yang mengantuk, tidak konsentrasi, ramai
sendiri jadi pembelajarannya tidak bisa berjalan lancar. Dengan penerapan
strategi Quantum Quotient ini tujuan saya agar siswa lebih aktif, kreatif, dan
tidak jenuh mengikuti pelajaran PAI.
2) Bagaimana pelaksanaan Strategi Quantum Quotient pada bidang studi PAI
yang bapak sampaikan?
Jawab : Pelaksanaannya dengan mengerjakan tugas individu atau kelompok
dengan cara berdiskusi, tanya jawab dan pemberian tugas.
3) Bagaimana aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan strategi
Quantum Quotient?
Jawab : Mereka mengerjakan tugas individu atau kelompok dengan cara
berdiskusi tentang surat-surat pendek dan peserta didik saya suruh untuk maju
untuk menghafal. Ada yang menulis ,ada mencari jawaban dan ada juga yang
membantu temanya. Jadi mereka saling memotivasi.
4) Materi apa saja yang menjadi pembahasan dalam pembelajaran yang
menggunakan strategi Quantum Quotient?
Jawab : Kalau materi biasanya saya praktek. materinya misalnya kisah nabi,
ketentuan sholat. selain tugas tertulis juga praktek. Materinya seperti surat-
surat pendek. tadarus Al-Quran.
5) Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran PAI dengan adanya strategi
Quantum Quotient yang Bapak gunakan?
Jawab : Respon siswa baik, rata-rata mereka mereka senang dan lebih aktif
serta suasana pembelajaran tidak. Jadi siswa banyak yang suka. Kalau materi
seperti praktek ibadah sholat, wudlu, kemudian baca tulis al-Qur’an rata-rata
mereka antusias. Karena tidak semua anak terampil dalam praktek ibadah dan
rajin belajar. Anak-anak itu kan kalau dalam pergaulan, apa yang dilakukan
temannya dalam pergaulan, mereka lebih mudah melaksanakannya
6) Adakah kendala yang Bapak jumpai dalam melaksanakan pembelajaran
dengan strategi Quantum Quotient?
Jawab : Kendalanya ya kalau siswa ramai sendiri. Tiap siswa karakteristiknya
kan bermacam-macam. Namanya anak-anak, apalagi kalau yang bandel, tidak
mengerjakan tugas bersama temannya malah dia jalan ke sana ke mari
mengganggu teman kelompok lain. Sudah saya peringatkan, belum juga
berhenti.
7) Apa solusi/langkah yang anda lakukan untuk mengatasinya?
Jawab : Kalau ada siswa yang bermain sendiri, tidak mau mengerjakan tugas
saya suruh temannya untuk mencatat/lapor pada saya. Ketika kelompok baru
dibentuk itu saya beritahukan kalau tidak mau mengerjakan tugas, dia akan
saya beri hukuman. Hukumannya ya macam-macam tergantung kondisinya
atau kesalahannya. Misalkan saya beri PR atau saya suruh menghafal.
Maksudnya biar dia lebih disipin.
8) Dalam menerapkan pembelajaran strategi Quantum Quotient ini apakah bapak
mempunyai perencanaan lebih dulu?
Jawab : Ada perencanaan. Pembelajaran strategi Quantum Quotient kan
tergantung materinya. Jadi tidak semua materi. Biasanya kalau praktek sholat,
wudlu saya gunakan strategi Quantum Quotient. Jadi antar siswa bisa saling
bertukar pengetahuan. kalau ujian akhir biasanya kan ada ujian praktek
ibadah.
9) Sejauh mana peran bapak dalam melaksanan pembelajaran strategi Quantum
Quotient?
Jawab : Ya seperti yang sudah saya jelaskan tadi. Melakukan pengawasan,
pengarahan agar sesama teman dalam kelompok saling membatu. Kalau tidak
benar-benar diawasi malah siswa ramai, bicara sendiri.
10) Sejauh mana kedisipilinan siswa melaksanakan tugas masing-masing dalam
belajar ?
Jawab : Tugas kan diselesaikan bersama-sama. Namanya anak-anak ya ada
yang disiplin, ada yang kurang disiplin. Kalau diawasi meskipun kadang-
kadang mereka ramai tapi masih mau memperhatikan, dan materinya lebih
mudah mereka pahami.
11) Bagaimana kondisi siswa dalam pembelajaran PAI sebelum Bapak
menerapkan strategi Quantum Quotient?
Jawab : Kondisinya seperti yang sudah saya jelaskan tadi. Ada siswa yang
jenuh, bosan, dan tidak berminat. Kalau materi yang sedang saya sampaikan
itu, efektif jika menggunakan model belajar kelompok ya saya gunakan.
Kalau tidak ya saya gunakan metode/pendekatan yang lain.
12) Setelah Bapak menerapkan pembelajaran dengan strategi Quantum Quotient
ini, bagaimana suasana pembelajaran PAI? Apakah lebih bersemangat atau
lebih kondusif atau siswa lebih aktif atau lebih memperhatikan atau
bagaimana?
Jawab : Suasana pembelajaran menjadi lebih baik. Siswa tidak lagi bosan,
minat belajar siswa juga meningkat. Kendalanya ya itu tadi. Kadang-kadang
anak bermain sendiri, ramai sendiri. Tapi secara umum kondisinya menjadi
lebih baik. Kalau keaktifan itu anak-anak tertentu saja. Karena anak itu
bermacam-macam. Ada yang pintar tapi takut kalau di suruh maju. Secara
umum anak-anak memperhatikan.
13) Sejauhmana pengaruh pelaksanaan strategi Quantum Quotient ini bagi
pembelajaran PAI?
Jawab : Sangat berpengaruh. Secara umum, suasana belajar mengajar menjadi
lebih baik, lebih aktif.
14) Adakah kelemahan yang Bapak jumpai dalam melaksanakan strategi
Quantum Quotient?
Jawab : Ada. Setiap strategi atau metode itu kan pasti ada kekurangan dan
kelebihan. Kelemahannya kadang-kadang pembelajaran menjadi gaduh.
Siswa yang tidak disiplin, yang bermain, bicara sendiri itu bukan berkurang
tapi bertambah. Jadi guru harus bisa mengelola kelas.
15) Apa manfaat strategi Quantum Quotient terhadap pembelajaran PAI?
Jawab : Manfaatnya banyak. Sasama siswa bisa belajar bersosialisasi, suasana
belajar mengajar tidak tegang, Siswa lebih termotivasi.
16) Apakah Bapak melakukan evaluasi terhadap strategi Quantum Quotient yang
sudah bapak laksanakan?
Jawab : Kalau nilainya kurang bagus, ketika di koreksi itu saya ulangi lagi,
saya jelaskan lagi materinya dan kekurangan mereka belajar kelompok.
17) Aspek apa saja yang menjadi penilaian Bapak dalam strategi Quantum
Quotient?
Jawab : Aspeknya, dari soal-soal itu mereka bisa mengerjakan dengan baik
apa tidak. Kemudian keaktifan, kedisiplinan.
Semarang, 07 Maret 2011
Pewawancara Informan
Ahmad Fariz Iskandar Her Rustiyono SA.g
TRANSKRIP WAWANCARA
Responden : Siswa-Siswi Kelas VIII
Jabatan : Siswa Kelas VIII SMPN 18 Semarang
Hari/Tanggal : Jum’at-Sabtu/28 April 2011
Waktu Wawancara : 09.30-10.10 WIB
Tempat Wawancara : Di Kelas dan di Luar Kelas SMPN 18 Semarang
Selain melakukan wawancara dengan Bapak Her Rustiyono (guru PAI)
dan Bapak Ringsung Suratno (kepala sekolah) di SMPN 18 Semarang peneliti
juga melakukan wawancara dengan beberapa siswa kelas VIII. Hasil wawancara
tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut:
8. Apakah anda senang dengan pembelajaran Strategi Quantum Quotient yang
sudah di terapkan oleh guru PAI?
Jawab : Senang. Karena bisa bersama-sama teman.
9. Apa yang anda peroleh dari kegiatan pembelajaran cooperative?
Jawab : Bisa membaca Al-Qur’an (surat-surat pendek), sholat, sejarah
(sejarah nabi/sahabat).
10. Apa yang anda dan teman-teman anda lakukan dalam kegiatan pembelajaran
Strategi Quantum Quotient?
Jawab : Belajar bersama-sama. Diskusi, menyelesaikan tugas bersama.
11. Apa saja tugas yang diberikan dalam belajar (pembelajaran Strategi Quantum
Quotient)?
Jawab : Ada tugas tertulis, ada tugas praktek.
12. Dengan pembelajaran Strategi Quantum Quotient tersebut, apakah anda lebih
mudah memahami/mempelajari materi yang disampaikan?
Jawab : Lebih mudah, karena bisa bertanya sama teman dan lebih aktif.
13. Bagaimana suasana belajar mengajar ketika dilaksanakan Strategi Quantum
Quotient ? Dalam kegiatan belajar apakah menegangkan, atau santai, atau
gaduh, atau bersemangat, atau bagaimana?
Jawab : Suasananya lebih semangat, tenang, kadang-kadang juga yang
ramai.
14. Kalau suasana ramai, apa yang di lakukan Pak guru?
Jawab : Di tegur, dihukum disuruh mengerjakan tugas.