pelaksanaan kewenangan setelah perbaikan

Upload: der-herr-fernando

Post on 15-Oct-2015

44 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Analisis Pelaksanaan Kewenangan Atributif Camat Di Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa

BAB IPENDAHULUANBab pendahuluan merupakan gambaran secara umum dari judul penelitian yang dirumuskan dalam suatu metode yang sistematis. Bab ini akan menguraikan dan menjelaskan tentang latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka konseptual, dan metode penelitian.1.1. Latar BelakangRuntuhnya rezim orde baru yang ditandai dengan turunnya Presiden Soeharto dari kekuasaan pada tahun 1998 telah membawa berbagai perubahan mendasar bagi kehidupan politik di Indonesia. Amandemen UUD 1945 merupakan produk masa transisi pasca orde baru tersebut yang mempunyai implikasi amat luas bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya di bidang politik. Selain itu pemberlakuan UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian diganti menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur Otonomi Daerah juga membawa implikasi mendasar dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Salah satu institusi yang mengalami dampak mendasar akibat pemberlakuan UU No. 32 Tahun 2004 itu adalah kecamatan. Dalam UU No. 32 Tahun 2004 tersebut kecamatan tidak lagi merupakan suatu wilayah kekuasaan pemerintahan, melainkan sebagai satuan wilayah kerja atau pelayanan. Status kecamatan kini merupakan perangkat daerah kabupaten/kota yang setara dengan dinas dan lembaga teknis daerah, bahkan setara dengan kelurahan. Hal ini dinyatakan dengan jelas dalam Pasal 120 ayat (2) dari UU No. 32 Tahun 2004 tersebut, yakni : Perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan dan kelurahan.[footnoteRef:1] [1: UU No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah.]

Sejalan dengan itu, camat tidak lagi ditempatkan sebagai kepala wilayah dan wakil pemerintah pusat seperti dalam UU No. 5 Tahun 1974, melainkan sebagai perangkat daerah. Camat merupakan perpanjangan tangan bupati. Seperti dikatakan Kertapradja (2007) bahwa:Camat tidak lagi berkedudukan sebagai kepala wilayah kecamatan dan sebagai alat pemerintah pusat dalam menjalankan tugas-tugas dekonsentrasi, namun telah beralih menjadi perangkat daerah dalam lingkungan wilayah kecamatan.[footnoteRef:2] [2: Rilus A Kinseng, Kelembagaan dan Tata Pemerintahan Kecamatan, Bogor, Hal. 2.]

Dilihat dari sumbernya, kewenangan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu kewenangan atributif dan kewenangan delegatif. Kewenangan atributif adalah kewenangan yang melekat dan diberikan kepada suatu institusi atau pejabat berdasarkan peraturan perundang-undangan. Sedangkan kewenagan delegatif adalah kewenagan yang berasal dari pendelegasian kewenangan dari institusi atau pejabat yang lebih tinggi tingkatannya.[footnoteRef:3] [3: Sadu Wasistiono,Dkk, Perkembangan Organisasi Kecmatan dari Masa Ke Masa, Fokusmedia, Hal. 22.]

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, camat selain menerima kewenangan yang bersifat delegatif juga memiliki kewenagan yang bersifat atributif. Hal ini juga diperjelas dalam PP Nomor 19 Tahun 2008 dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2). Dalam Pasal 126 UU No. 32 Tahun 2004 ayat (3), atau dalam PP Nomor 19 Tahun 2008 pada Pasal 15 ayat (1), tugas umum pemerintahan yang dimaksud yang juga merupakan kewenagan atributif meliputi:[footnoteRef:4] [4: Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008]

a. Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;b. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum;c. Mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;d. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;e. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan;f. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan; dang. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.Kemudian dalam Pasal 15 ayat (2) PP Nomor 19 Tahun 2008 dijelaskan bahwa : Selain tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) camat melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh bupati/walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, yang meliputi aspek:a. Perizinan;b. Rekomendasi;c. Koordinasi;d. Pembinaan;e. Pengawasan;f. Fasilitasi;g. Penetapan;h. Penyelenggaraan; dani. Kewenangan lain yang dilimpahkan.Sedangkan pada ayat (5) Pasal 15 PP Nomor 19 Tahun 2008 lebih jauh menegaskan tentang ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang camat diatur dengan peraturan bupati/walikota. Perubahan pada UU No. 32 Tahun 2004 yang memberikan kewenagan kepada camat antara lain kewenagan atributif dan kewenagan delegatif dipandang sebagai penyempurnaan atas UU No. 5 Tahun 1974 dan UU No. 22 Tahun 1999.[footnoteRef:5] [5: Sadu Wasistiono,Dkk, Perkembangan Organisasi Kecmatan dari Masa Ke Masa, Fokusmedia, Hal. 35.]

Kecamatan Sumarorong merupakan salah satu kecamatan yang sedikit telah mengalami pertumbuhan dan kemajuan dalam berbagai bidang bila dibandingkan beberapa kecamatan yang terdapat di Kabupaten Mamasa. Secara umum, masyarakat Sumarorong merupakan masyarakat yang bercorak agraris, bidang pertanian merupakan ujung tombak sistem ketahanan pangan masyarakat meskipun di bidang lain seperti perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan, dan sebagainya juga menjadi prioritas dalam sistem kehidupan masyarakat Sumarorong. Dari segi Sumber Daya Alam (SDA), Sumarorong dapat dianggap sebagai kecamatan yang potensial dalam sistem otonomi daerah saat ini.Camat sebagai ujung tombak pemerintah daerah secara jelas dalam UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 126 ayat (3) menyatakan bahwa camat menjalankan tugas umum pemerintahan yang dalam pembahasan di atas disebut sebagai kewenangan atributif. Camat diharapkan mampu melihat potensi wilayah yang dimiliki dan ikut bertanggungjawab dan bertugas dalam hal kemajuan masyarakat dan lingkungan wilayah kerjanya. Persoalannya adalah kewenangan yang dimiliki camat dalam menjalankan tugas umum pemerintahan lebih banyak hanya sebatas mengkoordinasikan. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Kecamatan Sumarorong, pelaksanaan tugas dan tanggungjawab camat lebih banyak mengarah pada suatu posisi camat yang tidak startegis dalam pengambilan keputusan. Camat menafsirkan bahwa posisinya yang hanya sebatas dikoordinasikan dan mengkoordinasikan kegiatan pemerintahan dalam wilayah kecamatan menyebabkan pelaksanaan tugas yang tidak jelas. Sebagai cantoh: pelaksanaan tugas dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat, penegakan peraturan perundang-undangan, ketentraman dan ketertiban umum, pembinaan, dan pelayanan kepada masyarakat telah terbagi habis pada semua UPTD, Instansi Vertikal, dan SKPD yang ada di daerah sehingga posisi camat dalam menjalankan kewenangan oleh undang-undang pun tidak terlalu rinci. Konsekuensinya adalah pelaksanaan kewenangan camat sebagai pimpinan SKPD kecamatan tidak terlalu nampak dan dirasakan oleh masyarakat.Permasalahan pelaksanaan kewenangan atributif yang kini dimiliki oleh camat menarik menjadi suatu fokus masalah penelitian untuk mengetahui seberapa jauh camat berpengaruh terhadap penyelenggaraan pemerintahan kecamatan. Dengan demikian judul Studi Pelaksanaan Kewenagan Camat Di Kecamatan Sumarorong (Studi Kasus Pelaksanaan Kewenagan Atributif) diharapkan memberikan gambaran yang real tentang pelaksanaan kewenangan camat di era otonomi daerah.1.2. Permasalahan1.2.1. Identifikasi MasalahDalam penyelenggaraan pemerintahan kecamatan di era otonomi daerah tentu tidak terlepas dari berbagai masalah. Adapun masalah-masalah yang dapat diidentifikasi berdasarkan studi perndahuluan yang telah dilakukan di Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa adalah sebagai berikut:a. Pemberlakuan UU Nomor 32 Tahun 2004, dan PP Nomor 19 Tahun 2008 menyebabkan seorang camat harus lebih proaktif dalam menjalankan tugas umum pemerintahan. Meski demikian hal ini belum sepenuhnya nampak pada Kecamatan Sumarorong; b. Adanya persepsi dan penafsiran yang sempit terhadap posisi camat berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 dan PP 19 Tahun 2008 dalam menyelenggarakan pemerintahan kecamatan.1.2.2. Pembatasan MasalahKajian mengenai Studi Pelaksanaan Kewenangan Camat di Kecamatan Sumarorong ini merupakan suatu kajian yang sangat luas. Mengingat berbagai keterbatasan, penelitian terlebih dahulu diprioritaskan pada 2 (dua) aspek yaitu: pertama, pelaksanaan kewenangan Camat Sumarorong tentang tugas umum pemerintahan. Kedua, faktor-faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan kewenagan atributif camat. Kemudian ruang lingkup masalah akan dibatasi pada masa periode Bupati Mamasa Tahun 2008/2013.1.2.3. Perumusan MasalahBerangkat dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitiannya dapat dirumuskan sebagai berikut:a. Bagaimana pelaksanaan kewenangan atributif Camat Sumarorong?b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan kewenagan atributif Camat Sumarorong?1.3. Tujuan PenelitianMaksud penelitian ini untuk merumuskan tata pemerintahan kecamatan bidang kewenangan, sedangkan tujuannya antara lain:a. Untuk mengetahui pelaksanaan kewenangan atributif Camat Sumarorong dalam penyelenggaraan pemerintahan kecamatan;b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kewenangan atributif Camat Sumarorong.1.4. Manfaat PenelitianSecara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Pemerintah Kabupaten Mamasa secara khusus Kecamatan Sumarorong sebagai bahan pembuatan kebijakan mengenai pelaksanaan kewenangan oleh Camat Sumarorong dalam penyelenggaraan pemerintahan kecamatan. Sedangkan secara akademis, diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu pemerintahan khususnya model/desain tata pemerintahan kecamatan di era otonomi daerah secara khusus tentang kewenangan atributif camat.1.5. Kerangka Konseptual1.5.1. Konsep KewenanganUntuk melaksanakan fungsi pemerintahan, kekuasaan dan kewenangan sangatlah penting. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata wewenang memiliki arti :a. Hak dan kekuasaan untuk bertindak; kewenangan;b. Kekuasaan membuat keputusan, memerintah dan melimpahkan tanggungjawab kepada orang lain;c. Fungsi yang boleh dilaksanakan.Sedangkan kewenangan memiliki arti:a. Hak berwenang;b. Hak dan kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan sesuatu;Selain itu kekuasaan dalam KBBI memiliki arti:a. Kuasa (untuk mengurus, memerintah, dan sebaginya)b. Kemampuan, kesanggupan;c. Daerah (tempat dsb) yang dikuasai;d. Kemampuan orang atau golongan, untuk menguasai orang atau golongan lain berdasarkan kewibawaan, wewenang, kharisma, atau kekuasaan fisik;e. Fungsi menciptakan dan memantapkan kedamaian, keadilan serta mencegah dan menindak ketidakdamaian atau ketidakadilan.[footnoteRef:6] [6: Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan Pertama Edisi III, Jakarta: Balai Pustaka. Hal. 1272]

Sedangkan Soekanto (2003) menguraikan beda antara kekuasaan dan wewenang bahwa:Setiap kemampuan untuk memengaruhi pihak lain dapat dinamakan kekuasaan, sedangkan wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai dukungan atau mendapat pangkuan dari masyarakat.[footnoteRef:7] [7: Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003. Hal. 91-92]

Kewenangan atau wewenang adalah suatu istilah yang biasa digunakan dalam lapangan hukum publik; namun sesunggunya terdapat perbedaan diantara keduanya. Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan yang diberikan oleh undang-undang atau legislatif dari kekuasaan eksekutif atau administrtif. Karenanya, merupakan kekuasaan dari segolongan orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan atau urusan pemerintahan tertentu yang bulat. Sedangkan wewenang hanya mengenai suatu bagian tertentu dari kewenangan. Wewenang (authority) adalah hak untuk memberi perintah, dan kekuasaan untuk meminta dipatuhi.[footnoteRef:8] [8: Ibid]

Berdasarkan sumbernya, kewenangan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu kewenangan atributif dan kewenangan delegatif. Kewenangan atributif adalah kewenangan yang melekat dan diberikan kepada suatu institusi atau pejabat berdasarkan peraturan perundang-undangan. Sedangkan kewenagan delegatif adalah kewenagan yang berasal dari pendelegasian kewenangan dari institusi atau pejabat yang lebih tinggi tingkatannya.[footnoteRef:9] [9: Sadu Wasistiono,Dkk, Perkembangan Organisasi Kecmatan dari Masa Ke Masa, Fokusmedia, Hal. 22.]

1.5.3. Pelaksanaan dan Pelimpahan KewenanganApabila bupati/walikota belum mendelegasikan sebagian kewenangan pemerintahan kepada camat, apakah tidak mempunyai kewenangan apa-apa? Mengenai hal ini ada dua pandangan. Pertama, mengatakan bahwa camat praktis tidak lagi mampu menjalankan fungsi dengan baik, karena camat tidak dapat mengambil keputusan-keputusan strategis yang berkaitan kepentingan publik karena dapat menimbulkan implikasi hukum yang melemahkan bagi camat. Kedua, di dalam pemerintahan tidak boleh ada kekosongan kekuasaan, dengan demikian apabila belum ada ketentuan yang baru, maka ketentuan lama masih dapat digunakan, yang terpenting pelayanan kepada masyarakat tidak terlantar (prinsip mengutamakan kepentingan umum atau salus populi suprema lex).[footnoteRef:10] [10: Sadu Wasistiono,Dkk, Perkembangan Organisasi Kecmatan dari Masa Ke Masa, Fokusmedia, Hal. 48.]

Merujuk pendapat Wasistiono (2005) bahwa:Tugas adalah pekerjaan yang berkaitan dengan status yang harus ditunaikan oleh seseorang. Sedangkan kewenangan adalah kekuasaan yang sah (legitimate power) atau kekuasaan yang terlembagakan (institusinalized power). Kekuasaan pada dasarnya adalah merupakan kemampuan yang membuat seseorang atau orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu sesuai keinginannya. Dalam pengertian administtrasi, hal ini diarahkan untuk mencapai tujuan bersama (organisai). Dengan demikian disimpulkan bahwa dalam kewenangan terdapat kekuasaan dan sebaliknya. Jadi kewenangan dan kekuasaan pada dasarnya merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.[footnoteRef:11] [11: Ibid]

Menurut Ensiklopedia Administrasi, sebagaimana dikutip oleh Wasistiono (2005), bahwa:Wewenang adalah hak seseorang pejabat untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas serta tanggung jawabnya dapat dilaksanakan dengan berhasil. Sedangkan yang disebut tanggung jawab adalah keharusan pada seseorang pejabat untuk melaksanakan secara selayaknya segala sesuatu yang telah dibebankan kepadanya. Kewajiban adalah tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Antara tugas, wewenang, tanggung jawab, dan kewajiban mempunyai kaitan sangat erat yang dapat dibedakan tetapi sulit untuk dipisahkan.[footnoteRef:12] [12: Ibid]

Terry (1960) menyatakan bahwa:Authority is the power or the right to act, to command, or to exact action by others. Kewenangan berkaitan dengan kekuasaan atau hak untuk melakukan atau memerintah, atau mengambil tindakan melalui orang lain. Pada bagian lain Wasistiono (2005) mengemukakan bahwa pelimpahan kewenangan dari seorang eksekutif atau unit organisasi kepada yang lain adalah untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Sedangkan menurut Terry (1960) bahwa: Delegation means confreing authority from one exsecutive or organizasional unit to another in order to accomplish particular assignment. Artinya pelimpahan kewenangan dapat berasal dari seseorang pejabat eksekutif atau satu unit organisasional. Selanjutnya Terry (1960:300) mengemukakan tentang adanya dua alasan penting mengenai perlunya pelimpahan kewenangan, yaitu: (1) Kemampuan seseorang menangani pekerjaan ada batasnya; (2) Perlu adanya pembagian tugas dan kaderisasi kepemimpinan.[footnoteRef:13] [13: Ibid]

Agar pelimpahan kewenangan dapat efektif, maka perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagaimana dikemukakan oleh Donnel and Weihrich (1980). Menurut pendapat mereka, terdapat 7 (tujuh) prinsip untuk melakukan pelimpahan kewenangan, yaitu:a. Principle of delegation by result expectedBahwa pelimpahan didasarkan pada hasil yang dapat diperkirakan, maksudnya adalah pelimpahan diberikan berdasarkan tujuan dan rencana yang telah disiapkan sebelumnya.b. Principle of functional definitionPelimpahan berdasarkan prinsip defenisi fungsional. Berdasarkan prinsip ini dimaksudkan bahwa pelimpahan kewenangan hendaknya didasarkan pertimbangan-pertimbangan fungsional agar pekerjaan atau tugas tertentu dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efesien.c. Scalar PrinciplePrinsip berurutan berdasarkan hierarki jabatan. Maksudnya adalah bahwa kewenangan yang diberikan hendaknya dilimpahkan secara berurutan dari jabatan tertinggi hingga jabatan dibawahnya. d. Authority level principlePrinsip jenjang kewenangan, dimana prinsip ini mengharapkan adanya pelimpahan secara bertahap berdasarkan tingkat kewenangan yang dimiliki pejabat atau satu unit organisasi tertentu.e. Authority of unity of commandYaitu prinsip kesatuan komando. Prinsip ini menekankan akan pentingnya satu kesatuan komando dalam pelimpahan kewenangan.f. Principle of absoluteness of responsibilityMengharapkan pelimpahan kewenangan diimbangi dengan pemberian tanggung jawab yang penuh kepada pihak yang diberi delegasi kewenangan, sehingga pihak yang melimpahkan tidak seharusnya terlalu campur tangan terhadap urusan yang sudah dilimpahkannya.g. Principle of parity of authority of responsibilityPrinsip keseimbangan dan tanggung jawab, artinya bahwa kewenangan yang dilimpahkan harus dibarengi tanggung jawab yang seimbang.[footnoteRef:14] [14: Sadu Wasistiono,dkk, Perkembangan Organisasi Kecmatan dari Masa Ke Masa, Fokusmedia, Hal. 49-50]

1.5.3. Kewenangan CamatMenurut Pasal 126 ayat (3) dan PP Nomor 19 Tahun 2008 pada Pasal 15 ayat (1), camat melaksanakan tugas umum pemerintahan yang merupakan kewenangan artibutif yang meliputi:a. Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;b. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum;c. Mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;d. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;e. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan;f. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan; dang. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.[footnoteRef:15] [15: Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008]

Tugas camat dalam mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf a PP Nomor 19 Tahun 2008, meliputi:a. Mendorong partisipasi masyarakat untuk ikut serta dalam perencanaan pembangunan lingkup kecamatan dalam forum musyawarah perencanaan pembangunan di desa/kelurahan dan kecamatan;b. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap keseluruhan unit kerja baik pemerintah maupun swasta yang mempunyai program kerja dan kegiatan pemberdayaan masyarakat di wilayah kerja kecamatan;c. Melakukan evaluasi terhadap berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat di wilayah kecamatan baik yang dilakukan oleh unit kerja pemerintah maupun swasta;d. Melakukan tugas-tugas lain di bidang pemberdayaan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang -undangan; dane. Melaporkan pelaksanaan tugas pemberdayaan masyarakat di wilayah kerja kecamatan kepada bupati/walikota dengan tembusan kepada satuan kerja perangkat daerah yang membidangi urusan pemberdayaan masyarakat.[footnoteRef:16] [16: Ibid]

Tugas camat dalam mengoordinasikan upaya peyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf b PP Nomor 19 Tahun 2008, meliputi:a. Melakukan koordinasi dengan kepolisian Negara Republik Indonesia dan/atau Tentara Nasional Indonesia mengenai program dan kegiatan penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum di wilayah kecamatan;b. Melakukan koordinasi dengan pemuka agama yang berada di wilayah kerja kecamatan untuk mewujudkan ketenteraman dan ketertiban umum masyarakat di wilayah kecamatan; danc. Melaporkan pelaksanaan pembinaan ketenteraman dan ketertiban kepada bupati/ walikota.[footnoteRef:17] [17: Ibid]

Tugas camat dalam mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang - undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf c PP Nomor 19 Tahun 2008, meliputi:a. Melakukan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah yang tugas dan fungsinya di bidang penerapan peraturan perundang-undangan;b. Melakukan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah yang tugas dan fungsinya di bidang penegakan peraturan perundang-undangan dan/atau Kepolisian Negara Republik Indonesia; danc. Melaporkan pelaksanaan penerapan dan penegakan peraturan perundang - undangan di wilayah kecamatan kepada bupati/walikota.[footnoteRef:18] [18: Ibid]

Tugas camat dalam mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf d PP Nomor 19 Tahun 2008, meliputi:a. Melakukan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah dan/atau instansi vertikal yang tugas dan fungsinya di bidang pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;b. Melakukan koordinasi dengan pihak swasta dalam pelaksanaan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; danc. Melaporkan pelaksanaan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum di wilayah kecamatan kepada bupati/walikota.[footnoteRef:19] [19: Ibid]

Tugas camat dalam mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf e PP Nomor 19 Tahun 2008, meliputi:a. Melakukan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah dan instansi vertikal di bidang penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;b. Melakukan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan dengan satuan kerja perangkat daerah dan instansi vertikal di bidang penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;c. Melakukan evaluasi penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan; dand. Melaporkan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan kepada bupati/walikota.[footnoteRef:20] [20: Ibid]

Tugas camat dalam membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf f PP Nomor 19 Tahun 2008, meliputi:a. Melakukan pembinaan dan pengawasan tertib administrasi pemerintahan desa dan/atau kelurahan;b. Memberikan bimbingan, supervisi, fasilitasi, dan konsultasi pelaksanaan administrasi desa dan/atau kelurahan;c. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kepala desa dan/atau lurah;d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perangkat desa dan/atau kelurahan;e. Melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan di tingkat kecamatan; danf. Melaporkan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan di tingkat kecamatan kepada bupati/walikota.[footnoteRef:21] [21: Ibid]

Tugas camat dalam melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 aya t (1) huruf g PP Nomor 19 Tahun 2008, meliputi:a. Melakukan perencanaan kegiatan pelayanan kepada masyarakat di kecamatan;b. Melakukan percepatan pencapaian standar pelayanan minimal di wilayahnya;c. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat di kecamatan;d. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat di wilayah kecamatan;e. Melaporkan pelaksanaan kegiatan pelayanan kepada masyarakat di wilayah kecamatan kepada Bupati/Walikota.[footnoteRef:22] [22: Ibid]

1.5.4. Faktor-Faktor BerpengaruhTugas umum pemerintahan sebagai kewenangan atributif camat mencakup tiga jenis kewenangan yakni kewenangan melakukan koordinasi yang meliputi lima bidang kewenangan, kewenangan melakukan pembinaan, serta kewenangan pelayanan kepada masyarakat. Kewenangan koordinasi dan pembinaan merupakan bentuk pelayanan secara tidak langsung (indirect service), karena yang dilayani adalah entitas pemerintahan lainnya sebagai pengguna (users), meskipun pengguna akhirnya (end users) tetap masyarakat. Sedangkan kewenangan pemberian pelayanan kepada masyarakat, pengguna maupun pengguna akhirnya sama yakni masyarakat ini dapat dikategorikan sebagai pelayanan secara langsung (direct services).[footnoteRef:23] Kecamatan sebagai organisasi pemerintahan diciptakan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, oleh karenanya diperlukan sumber daya seperti keuangan yang cukup, personil yang berkemampuan, logistik/sarana dan prasarana, lingkungan, dll. [23: Sadu Wasistiono,Dkk, Perkembangan Organisasi Kecmatan dari Masa Ke Masa, Fokusmedia, Hal. 34-35.]

Guna mencapai efektifitas organisasi pemerintahan, Forland (1967:394) mengemukakan ada 4 (empat) faktor penentu, yaitu:1. Kewenangan dan tanggungjawab yang jelas;2. Pengawasan dan pengamatan yang saksama;3. Fasilitas-fasilitas yang efektif;4. Menggunakan kemampuan/kualitas pemimpin.[footnoteRef:24] [24: Siti Aisyah dan H.M. Aries Djaenuri, Koordinasi Pemerintahan Daerah, Hal. 78]

Permasalahan dan kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini dapat disederhanakan seperti berikut.Gambar 1.1Kerangka Konseptual Penelitian

CamatKewenagan atributifKewenangan Menggordinasikan, Membina, dan PelayananMasyarakatPelaksanaan KewenanganPrinsip-Prinsip Kewenangan:Hasil Defenisi fungsi Kejelasan hierarki jabatan terhadap kewenanganJenjang kewenanganKesatuan komandoTanggungjawab yang penuh/jelasKeseimbangan kewenanganUnit Kerja(Pemerintah/Swasta)Faktor-Faktor yang berpengaruh:Kejelasan kewenangan dan pengaturannyaKejelasan tanggungjawabKompetensi camat PengawasanSarana dan prasaranaPembiayaan/anggaran

1.6. Metode Penelitian1.6.1. Lokasi PenelitianBerdasakan judul penelitian, maka penelitian ini berlokasi di wilayah Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat.1.6.2. Tipe PenelitianTipe Penelitian adalah tipe penelitian deskriptif yaitu suatu tipe penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau lukisan situasi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai objek yang diteliti di mana hasil deskriptif dilanjutkan dengan penjelasan secara rinci dan mendetail tentang situasi dan kondisi pelaksanaan kewenangan camat di Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa.1.6.3. InformanInforman merupakan pihak yang dapat memberikan informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan fokus penelitian.[footnoteRef:25] Informan yang akan diwawancarai di dalam penelitian ini tidak hanya terbatas di kalangan pejabat pemerintah kecamatan yang bertanggung jawab dalam kewenanagan camat, tetapi juga kalangan di luar unsur Pemerintah Kecamatan. [25: Abdullah;2003]

Adapun informan yang diyakini akan dapat memberikan data dan atau informasi yang tepat dan akurat di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:a. Bupati/Sekertaris Daerah Kabupaten Mamasa;b. Asisten Bupati Bidang Pemerintahan;c. Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Mamasa;d. Camat Sumarorong;e. Instansi Vertikal yang ada di Kecamatan Sumarorong;f. Lurah yang ada di wilayah Kecamatan Sumarorong;g. Kepala Desa yang ada di wilayah Kecamatan Sumarorong;h. Kepala Dinas Teknis Daerah/Unit Pelaksana Teknis Daerah yang ada di Kecamatan Sumarorong;i. Tokoh Masyarakat; 1.6.4. Sumber DataDari penelitian ini data yang diperoleh berdasarkan sumbernya dapat diklasifikasikan menjadi dua sumber yaitu :a. Data Primer, yaitu suatu obyek atau dokumken original-material materi mentah dari pelaku yang disebut first-hand information. Data yang dikumpulkan dari situasi aktual ketika peristiwa terjadi dinamakan data primer.[footnoteRef:26] Data tersebut dapat diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan pedoman yang telah dibuat serta pengamatan secara langsung terhadap informan; [26: Dr. Ulber Silalahi, MA. 2010. Metode Penelitian Sosial. Penerbit: Refika Aditama, Bandung. Hal 289.]

b. Data sekunder, merupakan data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan. Sumber sekunder meliputi komentar, interpretasi, atau pembahasan tentang materi original.[footnoteRef:27] Data berupa dokumen-dokumen, catatan-catatan, laporan-laporan maupun arsip-arsip resmi, yang dapat mendukung kelengkapan data primer. [27: Ibid. Hal. 291.]

Penggunaan data primer dan data sekunder secara bersama-sama dimaksudkan agar saling melengkapi yang disesuaikan dengan keperluan penelitian, selain itu hal ini dilakukan sekaligus untuk perbandingan data yang diperoleh.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu :a. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap objek penelitian;b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti secara langsung mengadakan tanya jawab dengan nara sumber. Wawancara merupakan percakapan yang berlangsung secara sistematis dan terorganisasi yang dilakukan oleh peneliti sebagai pewawancara dengan sejumlah orang sebagai informan atau yang diwawancarai untuk mendapatkan sejumlah informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Hasil percakapan tersebut dicatat atau direkam oleh pewawancara.[footnoteRef:28] [28: Ibid. Hal. 312.]

c. Studi kepustakaan (library research), yaitu dengan membaca buku, majalah, surat kabar, dokumen-dokumen, undang-undang dan media informasi lain yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti; d. Penelusuran data online, data yang dikumpulkan menggunakan teknik ini seperti studi kepustakaan di atas. Namun yang akan membedakan hanya media tempat pengambilan data atau informasi. Teknik ini memanfaatkan data online, yakni menggunakan fasilitas internet. 1.6.5. Defenisi OperasionalSetelah berbagai uraian konsep tentang kegiatan penelitian dipaparkan maka untuk mempermudah memahami tujuan penelitian, yang dimaksud dengan pelaksanaan kewenagan atributif camat adalah penyelenggaraan pemerintahan di Kecamatan Sumarorong berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang tugas umum pemerintahan, yaitu:a. Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;b. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum;c. Mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;d. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;e. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan;f. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan;dang. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.Dengan indikator:1) Prinsip-prinsip kewenangan:a) Hasil (efektif/efesien)b) Defenisi fungsi (jelas dan terarah)c) Kejelasan hierarki jabatan terhadap kewenangand) Jenjang kewenangane) Kesatuan komandof) Tanggungjawab yang penuh/jelasg) Keseimbangan kewenangan2) Faktor-faktor yang berpengaruh:a) Kejelasan kewenangan dan pengaturannyab) Kejelasan tanggungjawabc) Kompetensi camat d) Pengawasane) Sarana dan prasaranaf) Pembiayaan/anggaran1.6.6. Teknik Analisis DataDi dalam penelitian ini, untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan dan diseleksi digunakan teknik analisis data deskriptif-kualitatif, yaitu data-data yang telah dihimpun dan dikumpulkan baik primer maupun sekunder selanjutnya disusun, dianalisis, diinterpretasikan untuk kemudian dapat diambil kesimpulan sebagai jawaban atas masalah yang diteliti. Pengambilan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan secara induktif yaitu dari data dan fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkrit, kemudian dari fakta atau peristiwa yang khusus itu digeneralisasikan atau dianalisis ketingkat abstraksi yang lebih tinggi.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. Konsep PelaksanaanPelaksanaan sering disejajarkan dengan kata actuating dalam prinsip-prinsip manajemen. Actuating atau tahap pelaksanaan merupakan penerapan atau implementasi dari rencana yang telah ditetapkan dan diorganisasikan. Actuating merupakan langkah-langkah pelaksanaan rencana di dalam kondisi nyata yang melibatkan segenap anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Menurut Terry dalam Skarna (1992:b2),bahwa:[footnoteRef:29] [29: G.R.Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, PT Bumi Aksa:Jakarta. Hal. 17]

Pelaksanaan adalah membangkitkan dan mendorong semua anggota kelompok agar berkehendak dan berusaha dengan keras untuk mencapai tujuan dengan ikhlas serta serasi dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian dari pihak pimpinan.

Oleh karena itu, tercapainya tujuan bukan hanya tergantung pada penggerakan dan pengawasan. Perencanaan dan pengorganisasian hanyalah merupakan landasan yang kuat untuk adanya penggerak yang terarah kepada sasaran yang dituju. Penggerakan tanpa perencanaan tidak akan berjalan efektif dikarenakan dalam perencanaan itulah ditentukan tujuan, biaya, standar, metode kerja, prosedur, dan program.(Sukarna, 1992).Actuating menurut Terry (2008) disebut juga gerakan aksi mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan tercapai. Actuating mencakup penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari pegawai-pegawainya, memberi penghargaan, memimpin, mengembangkan dan memberi kompensasi kepada mereka.[footnoteRef:30] [30: Ibid]

Menurut Kasmir (2007), Actuating atau menggerakkan adalah proses untuk menjalankan kegiatan atau pekerjaan dalam organisasi. Dalam menjalankan organisasi, para pemimpin atau manajer harus menggerakkan bawahannya (para karyawan) untuk mengerjakan pekerjaan yang telah ditentukan dengan cara memimpin, memberi perintah, memberi petunjuk, dan motivasi. Pelaksanaan pekerjaan dilakukan dengan berpedoman pada rencana yang telah disusun.2.2. Konsep KewenanganKewenangan sering disejajarkan dengan istilah wewenang. Istilah wewenang digunakan dalam bentuk kata benda dan sering disejajarkan dengan istilah bevoegheid dalam istilah hukum Belanda. Menurut Hadjon, jika dicermati ada sedikit perbedaan antara istilah kewenangan dengan istilah bevoegheid. Perbedaan tersebut terletak pada karakter hukumnya. Istilah bevoegheid digunakan dalam konsep hukum publik maupun dalam hukum privat. Dalam konsep hukum Indonesia istilah kewenangan atau wewenang seharusnya digunakan dalam konsep hukum publik.[footnoteRef:31] [31: Phillipus M. Hadjon, Op Cit, h. 20]

Syafrudin (2000) berpendapat ada perbedaan antara pengertian kewenangan dan wewenang. Perlu membedakan antara kewenangan (authority, gezag) dengan wewenang (competence, bevoegheid). Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan yang diberikan oleh undang-undang, sedangkan wewenang hanya mengenai suatu onderdeel (bagian) tertentu saja dari kewenangan. Di dalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang (rechtsbe voegdheden). Wewenang merupakan lingkup tindakan hukum publik, lingkup wewenang pemerintahan, tidak hanya meliputi wewenang membuat keputusan pemerintah (bestuur), tetapi meliputi wewenang dalam rangka pelaksanaan tugas, dan memberikan wewenang serta distribusi wewenang utamanya ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.[footnoteRef:32] [32: Ateng Syafrudin, Menuju Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bersih dan Bertanggung Jawab, Jurnal Pro Justisia Edisi IV,( Bandung, Universitas Parahyangan, 2000), h. 22]

Secara yuridis, pengertian wewenang adalah kemampuan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum.[footnoteRef:33] [33: Indroharto, Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, dalam Paulus Efendie Lotulung, Himpunan Makalah Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), h. 65]

Pengertian wewenang menurut Stoud (2004) adalah:Bevoegheid wet kan worden omscrevenals het geheel van bestuurechttelijke bevoegdheden door publiekrechtelijke rechtssubjecten in het bestuurechttelijke rechtsverkeer. (Wewenang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang pemerintah oleh subjek hukum publik dalam hukum publik).[footnoteRef:34] [34: Stout HD, de Betekenissen van de wet, dalam Irfan Fachruddin, Pengawasan Peradilan Administrasi terhadap Tindakan Pemerintah, Bandung: Alumni, 2004, hal.4]

Dari berbagai pengertian, kewenangan (authority) memiliki pengertian yang berbeda dengan wewenang (competence). Kewenangan merupakan kekuasaan formal yang berasal dari undang-undang. Terry (1960) menyatakan bahwa:authority is the power or the right to act, to command, or to exact action by others. Kewenangan berkaitan dengan kekuasaan atau hak untuk melakukan atau memerintah, atau mengambil tindakan melalui orang lain. Sedangkan wewenang adalah suatu spesifikasi dari kewenangan, artinya barang siapa (subyek hukum) yang diberikan kewenangan oleh undang-undang, maka ia berwenang untuk melakukan sesuatu yang tersebut dalam kewenangan itu.Otoritas atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan sebutan wewenang merupakan suatu pengertian yang kompleks. Berikut ini beberapa definisi para ahli mengenai wewenang:[footnoteRef:35] [35: Blau, PM. 1963. "Critical remarks on Weber's theory of authority". The American Political Science Review , 57 (2): 305-316. ]

Robert Bierstedt dalam bukunya Analysis of Social Power menyatakan: wewenang adalah kekuasaan yang dilembagakanHarold D. Laswell dan Abraham Kaplan dalam buku Power and Society menyatakan: wewenang adalah kekuasaan formalStepphen P. Robbins dalam bukunya Organisational Theory yang menyatakan bahwa: wewenang adalah hak untuk bertindak atau untuk memerintahkan orang lain untuk bertindak ke arah pencapaian organisasi. Max Weber mengusulkan teori otoritas yang mencakup tiga jenis dalam esainya "Tiga jenis pemerintahan yang sah". Tiga jenis otoritas tersebut adalah:Otoritas TradisionalOtoritas tradisional disahkan oleh kesucian tradisi. Kemampuan dan hak untuk mengatur diwariskan melalui keturunan. Tidak mengubah waktu, tidak memfasilitasi perubahan sosial, cenderung tidak rasional dan tidak konsisten, dan melanggengkan status quo. Bahkan, Weber menyatakan: "Pembentukan undang-undang baru yang berlawanan norma-norma tradisional dianggap tidak mungkin pada prinsipnya." Otoritas tradisional biasanya diwujudkan dalam feodalisme atau patrimordialisme.

Otoritas Kharismatik

Otoritas karismatik ditemukan dalam diri seorang pemimpin dimana misi dan visinya menginspirasi orang lain. Hal ini didasarkan pada karakteristik yang dirasakan oleh seorang individu.[footnoteRef:36] [36: Weber melihat seorang pemimpin yang kharismatik sebagai kepala dari gerakan sosial baru, dan satu menanamkan dengan ilahi atau kekuatan gaib, seperti nabi agama. Dalam hal ini, Weber tampaknya mendukung otoritas karismatik, dan menghabiskan banyak waktu membicarakannya. Dalam sebuah studi tentang karisma dan agama, Riesebrodt (1999) berpendapat bahwa Weber juga berpikir karisma bermain yang kuat - jika tidak terpisahkan - peran dalam sistem otoritas tradisional. Dengan demikian, Weber untuk mendukung otoritas karismatik sangat kuat, terutama dalam berfokus pada apa yang terjadi dengan kematian atau penurunan dari seorang pemimpin yang kharismatik. Otoritas karismatik adalah "dirutinkan" dalam berbagai cara menurut Weber: pesanan traditionalized, staf atau pengikut berubah menjadi hukum atau "estate-seperti" (tradisional) staf, atau arti karisma sendiri mungkin mengalami perubahan.]

Otoritas Rasional-Legal

Legal-rasional, kekuasaannya dipegang oleh suatu keyakinan formalistik isi hukum atau hukum alam (rasionalitas). Ketaatan tidak diberikan kepada individu tertentu pemimpin - apakah tradisional atau karismatik - tetapi satu set prinsip-prinsip seragam.[footnoteRef:37] [37: Menurut Weber contoh terbaik-hukum otoritas rasional adalah birokrasi (politik atau ekonomi). Bentuk otoritas ini sering ditemukan di negara modern, kota pemerintah, swasta dan perusahaan publik, dan berbagai asosiasi sukarela. Bahkan, Weber menyatakan bahwa "perkembangan negara modern memang identik dengan pejabat dan modern seperti organisasi birokrasi, perkembangan kapitalisme modern identik dengan meningkatnya birokratisasi usaha ekonomi (Weber 1958, 3).]

Menurut Ensiklopedia Administrasi, sebagaimana dikutip oleh Wasistiono (2005), bahwa:Wewenang adalah hak seseorang pejabat untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas serta tanggung jawabnya dapat dilaksanakan dengan berhasil. Sedangkan yang disebut tanggung jawab adalah keharusan pada seseorang pejabat untuk melaksanakan secara selayaknya segala sesuatu yang telah dibebankan kepadanya. Kewajiban adalah tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Antara tugas, wewenang, tanggung jawab, dan kewajiban mempunyai kaitan sangat erat yang dapat dibedakan tetapi sulit untuk dipisahkan.[footnoteRef:38] [38: Sadu Wasistiono,Dkk, Perkembangan Organisasi Kecmatan dari Masa Ke Masa, Fokusmedia, Hal. 48.]

Merujuk pendapat Wasistiono (2005) bahwa:Tugas adalah pekerjaan yang berkaitan dengan status yang harus ditunaikan oleh seseorang. Sedangkan kewenangan adalah kekuasaan yang sah (legitimate power) atau kekuasaan yang terlembagakan (institusinalized power). Kekuasaan pada dasarnya adalah merupakan kemampuan yang membuat seseorang atau orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu sesuai keinginannya. Dalam pengertian administtrasi, hal ini diarahkan untuk mencapai tujuan bersama (organisai). Dengan demikian disimpulkan bahwa dalam kewenangan terdapat kekuasaan dan sebaliknya. Jadi kewenangan dan kekuasaan pada dasarnya merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.[footnoteRef:39] [39: Ibid]

Kewenangan yang dimiliki oleh organ (institusi) pemerintahan dalam melakukan perbuatan nyata (riil), mengadakan pengaturan atau mengeluarkan keputusan selalu dilandasi oleh kewenangan yang diperoleh dari konstitusi secara atribusi, delegasi, maupun mandat. Suatu atribusi menunjuk pada kewenangan yang asli atas dasar konstitusi (UUD). Pada kewenangan delegasi, harus ditegaskan suatu pelimpahan wewenang kepada organ pemerintahan yang lain. Pada mandat tidak terjadi pelimpahan apapun dalam arti pemberian wewenang, akan tetapi, yang diberi mandat bertindak atas nama pemberi mandat. Dalam pemberian mandat, pejabat yang diberi mandat menunjuk pejabat lain untuk bertindak atas nama mandator (pemberi mandat).Dalam kaitan dengan konsep atribusi, delegasi, ataupun mandat, Brouwer dan Schilder, mengatakan:[footnoteRef:40] [40: J.G. Brouwer dan Schilder, A Survey of Dutch Administrative Law, (Nijmegen: Ars Aeguilibri, 1998), hal. 16-17.]

With atribution, power is granted to an administrative authority by an independent legislative body. The power is initial (originair), which is to say that is not derived from a previously existing power. The legislative body creates independent and previously non existent powers and assigns them to an authority. (Atribusi merupakan kewenangan yang diberikan kepada suatu organ (institusi) pemerintahan atau lembaga Negara oleh suatu badan legislatif yang independen. Kewenangan ini adalah asli, yang tidak diambil dari kewenangan yang ada sebelumnya. Badan legislatif menciptakan kewenangan mandiri dan bukan perluasan kewenangan sebelumnya dan memberikan kepada organ yang berkompeten).

Delegation is a transfer of an acquired atribution of power from one administrative authority to another, so that the delegate (the body that the acquired the power) can exercise power in its own name.( Delegasi adalah kewenangan yang dialihkan dari kewenangan atribusi dari suatu organ (institusi) pemerintahan kepada organ lainnya sehingga delegator (organ yang telah memberi kewenangan) dapat menguji kewenangan tersebut atas namanya.)

With mandate, there is not transfer, but the mandate giver (mandans) assigns power to the body (mandataris) to make decision or take action in its name. (Sedangkan pada mandat, tidak terdapat suatu pemindahan kewenangan tetapi pemberi mandat (mandator) memberikan kewenangan kepada organ lain (mandataris) untuk membuat keputusan atau mengambil suatu tindakan atas namanya).

Ada perbedaan mendasar antara kewenangan atribusi dan delegasi. Pada atribusi, kewenangan yang ada siap dilimpahkan, tetapi tidak demikian pada delegasi. Berkaitan dengan asas legalitas, kewenangan tidak dapat didelegasikan secara besar-besaran, tetapi hanya mungkin dibawah kondisi bahwa peraturan hukum menentukan menganai kemungkinan delegasi tersebut.Delegasi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:[footnoteRef:41] [41: Philipus M. Hadjon, Op Cit, h. 5]

1. Delegasi harus definitif, artinya delegasn tidak dapat lagi menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan itu;2. Delegasi harus berdasarkan ketentuan perundang-undangan, artinya delegasi hanya dimungkinkan jika ada ketentuan yang memungkinkan untuk itu dalam peraturan perundang-undangan;3. Delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hierarki kepagawaian tidak diperkenankan adanya delegasi;4. Kewajiban memberi keterangan (penjelasan), artinya delegans berwenang untuk meminta penjelasan tentang pelaksanaan wewenang tersebut;5. Peraturan kebijakan (beleidsregel), artinya delegans memberikan instruksi (petunjuk) tentang penggunaan wewenang tersebut.Kewenangan harus dilandasi oleh ketentuan hukum yang ada (konstitusi), sehingga kewenangan tersebut merupakan kewenangan yang sah. Dengan demikian, pejabat (organ) dalam mengeluarkan keputusan didukung oleh sumber kewenangan tersebut. Stroink menjelaskan bahwa sumber kewenangan dapat diperoleh bagi pejabat atau organ (institusi) pemerintahan dengan cara atribusi, delegasi dan mandat. Kewenangan organ (institusi) pemerintah adalah suatu kewenangan yang dikuatkan oleh hukum positif guna mengatur dan mempertahankannya. Tanpa kewenangan tidak dapat dikeluarkan suatu keputusan yuridis yang benar.[footnoteRef:42] [42: F.A.M. Stroink dalam Abdul Rasyid Thalib, Wewenang Mahkamah Konstitusi dan Aplikasinya dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006), h. 219]

2.3. Kewenangan dalam OrganisasiKewenangan adalah hak untuk mengambil keputusan, hak untuk mengarahkan pekerjaan orang lain, dan hak untuk memberi perintah.[footnoteRef:43] Wewenang ini merupakan faktor yang sangat penting dalam pengorganisasian karena para pimpinan harus mempunyai wewenang untuk menjalankan tugas yang diberikannya. Adapun sumber-sumber wewenang dapat berasal dari: [43: Basu Swastha DH., SE., M.B.A.,Azas-Azas Manajemen Modern, Liberty:Yogyakarta. Hal. 114-115.]

1. Posisi atau urutan orang tersebutBerdasarkan urutannya, seorang direktur memiliki wewenang lebih banyak dari pada wakilnya. Dan seorang manajer masing-masing mempunyai wewenang atas kegiatan-kegiatan mereka sesuai dengan posisinya dalam organisasi.2. Atribut pribadiBanyak orang yang dapat memiliki wewenang karena memiliki satu atau beberapa sifat pribadi, seperti kecerdasan atau kharisma. Dengan sifat-sifat pribadi mereka dan kuatnya kepribadian mereka, mereka mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengarahkan orang lain sesuai dengan posisi atau jabatan yang dipegang.3. Keahlian dan pengetahuan.Sumber wewenang yang lain adalah keahlian dan pengetahuan seseorang di bidang tertentu yang menyebabkan orang lain tergantung padanya. Dengan keahlian dan pengetahuan ini seseorang dapat berwenang memberi perintah. Menurut posisi atau urutannya, secara tradisional wewenang itu mengalir dari atas ke bawah dengan bentuk seperti corong di mana wewenang paling banyak berada di atas dan wewenang paling sedikit berada di bawah.[footnoteRef:44] [44: Ibid]

Beberapa ahli tidak setuju dengan pendapat tentang wewenang dari atas ke bawah tersebut. Mereka mengatakan bahwa wewenang seseorang itu akan tergantung apakah para bawahan mau menerima perintah yang diberikannya. Chester Barnard adalah salah satu pencetus pertama tentang pendekatan penerimaan (acceptance approach) terhadap wewenang. Ia menyamakan wewenang dengan pemberian perintah. Ia juga mengatakan bahwa beberapa perintrah dapat diterima dengan jelas, dan beberapa yang lain tidak dapat diterima, sehingga hanya beberapa perintah berada di dalam daerah penerimaan (Zone of acceptance). Jadi meskipun para bawahan dapat acuh tak acuh terhadap beberapa perintah (perintah atau wewenang yang harus dilaksanakan), menurut Barnard, perintah tersebut harus dapat diterima oleh bawahan.[footnoteRef:45] [45: Basu Swastha DH., SE., M.B.A.,Azas-Azas Manajemen Modern, Liberty:Yogyakarta. Hal. 116]

Gambar 2.1Pendelegasian WewenangSetiap Jenjang yang lebih rendah mempunyai wewenang dan ruang lingkup kegiatan yang lebih sempit

Gambar 2.2TEORI PENERIMAAN WEWENANG MENURUT BARNARD (Asseptance Theory Of Authority) Dapat Diterima Perintah yang dapat diterima untuk dijalankan Daerah PenerimaanPerintah yang tidak dapat diterima untuk tidak dijalankan

Dalam praktek, pendekatan atas-bawah dan pendekatan penerimaan adalah saling melengkapi. Banyak dari wewenang dalam organisasi (seperti yang didasarkan pada urutan atau posisi) secara jelas mengalir dari atas ke bawah. Tetapi betul juga bahwa wewenang itu ada jika bawahan mau menerima perintah berdasarkan wewenang tersebut.Apabila dihayati sebenarnya wewenang ini dapat datang dari (1) lembaga sosial, menurut teori wewenang formal, (2) unsur penerimaan oleh bawahan, menurut teori penerimaan, dan (3) kemampuan seseorang atau kharisma seseorang. Di dalam kenyataannya wewenang mungkin datang dari kombinasi ketiga unsur di atas.[footnoteRef:46] [46: Prof. Dr. Sukanto Reksohadiprodjo, M.Com, Dasar-Dasar Manajemen, BPFE:Yogyakarta. Hal. 41.]

Tanggung jawab merupakan kewajiban bawahan yang telah diberi tugas atasannya melaksanakan kegiatan-kegiatan. Hendaknya diketahui bahwa wewenang dapat didelegasikan; tanggung jawab tercipta dengan diterimanya tugas oleh bawahan. Bagaimanapun juga atasan tetap bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya. Dengan demikian tanggung jawab tidak dapat didelegasikan.[footnoteRef:47] [47: Ibid]

Orang mempertanggungjawabkan tugas serta hasil pekerjaannya dengan cara memberikan laporan, terutama pada atasan langsungnya. Dengan demikian laporan juga merupakan kewajiban bawahan. Agar supaya pelaporan tersebut berfungsi sebagaimana diharapkan, perlu diciptakan sistem pelaporan yang baik sehingga data laporan yang masuk sesuai dengan kebutuhan, artinya tidak terlalu banyak atau sedikit dan kualitasnya baik sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan atau menyelesaikan soal yang timbul. [footnoteRef:48] [48: Ibid]

Disamping itu menurut Follett (1980) mengatakan bahwa:Kewenangan dari pimpinan dapat hilang apabila ia (pimpinan) tidak mendapat persesuaian dengan para bawahannya.[footnoteRef:49] [49: Drs. Soewarno Handayanigrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, CV Haji Masangung: Jakarta. Hal. 67.]

Oleh karena itu Follett (1980) menganjurkan bahwa suatu kerja sama (team work) antara pimpinan dan bawahan adalah mutlak. Kepemimpinan dan kewenangan bukan merupakan pengertian yang tunggal (single) tetapi jamak (plural), karena menyangkut banyak orang yang bekerja dalam organisasi itu. Kewenangan (authority) menurut Follett (1980) bukan kedudukan (potition), bukan suatu hak yang legal (menurut hukum) dan juga bukan sekedar mengepalai orang-orang atau pun mengeluarkan perintah. Kewenangan (authority) adalah usaha mempengaruhi bawahan yang merupakan suatu integrasi atas dasar konsensus secara suka rela. Apabila diberikan pengertian dengan kenyataan-kenyataan yang ada dan diajak berbicara bersama dalam suatu situasi yang baik, tidak perlu perintah selalu diberikan, tetapi dengan memberikan suatu prosedur kerja yang baik adalah lebih efektif dari pada selalu mengeluarkan perintah. Atas dasar teorinya ini Follett tidak hanya meletakkan asas-asas hubungan antara manusia (human relation) dalam administrasi/managemen, tetapi juga dinamika daripada kelompok pekerjaan dan teknik daripada perburuhan yang modern.[footnoteRef:50] [50: Ibid]

Barnard (1980) mengatakan bahwa:Kewenangan terletak pada persetujuan yang mempunyai daya kekuatan (potentiality of assent) yaitu yang tersebar luas berujud kesetiaan, kesadaran anggota tentang tujuan bersama dari pada organisasi itu.[footnoteRef:51] [51: Ibid]

Maksudnya ialah kesadaran dan kesetiaan melaksanakan tujuan dari pada suatu program, sekalipun para pejabat yang terendah sekalipun, mempunyai kewenangan yang nyata (actual power) untuk mengambil keputusan yang terakhir dalam batas wewenangnya. Jadi jelaslah seperti halnya Follett yang menyatakan bahwa kewenangan (authority) ada pada pekerjaan dan berada pada pekerjaan itu. (Authority belongs to the job and stands out the job).Untuk melengkapi sebuah organisasi, unit-unit pegawai digabungkan bersama melalui suatu wewenang yang menetapkan hubungan antara unit-unit tersebut. Hubungan seperti itu perlu ditetapkan karena hanya apabila hubungan tersebut dipahami benar-benar oleh tiap-tiap unit maka mereka dapat berfungsi sebagai komponen.[footnoteRef:52] [52: G.R.Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, PT Bumi Aksa:Jakarta. Hal. 100-101.]

Seseorang diperlukan untuk mengarahkan kegiatan setiap unit menuju sasaran-sasaran organisasi. Seseorang dapat dikatakan merupakan kekuasaan untuk melakukan tindakan oleh orang lain atau mungkin juga secara sederhana dikatakan untuk mengambil keputusan-keputusan dan memaksakan pelaksanaannya. Walaupun demikian, hal tersebut tidak perlu dicapai dengan paksaan dan kekerasan; lebih baik dilaksanakan melalui pendekatan dan permintaan. Pimpinan yang efektif dituntut untuk berbuat demikian. Disamping itu, setiap manajer harus memiliki keseimbangan antara tanggungjawab dan wewenang; wewenang tanpa tanggung jawab tidak layak untuk dijadikan pegangan; begitu pun tanggung jawab tanpa kewenangan adalah omong kosong. Pada organisasi-organisasi resmi yang berjalan, wewenang harus didelegasikan atau dibagi oleh seorang manajer atau kelompok kerja organisasi pada pihak-pihak lain untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban khusus. Pendelegasian wewenang adalah untuk memutuskan perkara-perkara yang cenderung menjadi kewajibannya. Walaupun demikian, manajer yang mendelegasikan wewenang tidak menyerahkan secara permanen baik wewenang maupun tanggung jawabnya. Hal-hal yang dilakukannya itu merupakan penyerahan hak untuk mengelola tugas-tugas di dalam batas-batas yang telah ditentukan, namun wewenang akhir tetap berada pada manajer yang memegang wewenang untuk mengelola seluruh kegiatan dan memikul tanggung jawab terakhir.[footnoteRef:53] [53: Ibid]

Pendelegasian wewenang merupakan suatu faktor yang vital di dalam manajemen, karena: (a) menetapkan hubungan organisatoris formal di antara anggota-anggota badan usaha; (b) memberikan kekuasaan manajerial, yakni memeberi senjata kepada para manajer agar mereka mampu bertindak apabila keadaannya memaksa; dan (c) mengembangkan bawahan dengan cara memberi izin kepada mereka untuk mengambil keputusan dan menerapkan pengetahuan yang mereka peroleh dari program-program latihan dan pertemuan-pertemuan.[footnoteRef:54] [54: Ibid]

Pendelegasian merupakan alokasi atau pembebanan tugas, wewenang dan permintaan akan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. Pendelegasian harus jelas kepada posisi tertentu, siapa orang yang akan menempati posisi tersebut dan bagaimana pelaksanaannya. Tentu saja perlu keluwesan tertentu agar supaya pelaksanaan tugas berjalan sebagaimana mestinya. [footnoteRef:55] [55: Prof. Dr. Sukanto Reksohadiprodjo, M.Com, Dasar-Dasar Manajemen, BPFE:Yogyakarta. Hal. 43.]

Beberapa prinsip pendelegasian perlu dianut:[footnoteRef:56] [56: Ibid. Hal. 44.]

a. Prinsip defenisi fungsi, yaitu bahwa isi setiap posisi atau kedudukan haruslah dibatasi dengan jelas sedangkan hubungan wewenang perlu digariskan semacam deskripsi jabatan;b. Prinsip skalar, yaitu kebalikan akan adanya rantai hubungan wewenang langsung atasan bawahan secara menyeluruh; bawahan harus tahu siapa atasannya;c. Prinsip tingkat wewenang, yang menyatakan bahwa wewenang mengambil keputusan yang tidak dapat dilakukan pada suatu tingkat hendaknya dilakukan oleh atasan;d. Prinsip delegasi berdasarkan hasil yang diharapkan memberikan kejelasan pada bawahan seberapa jauh dia harus bertindak;e. Prinsip kemutlakan tanggungjawab, berarti bahwa tanggung jawab bawahan pada atasannya itu mutlak; sebaliknya atasan tak dapat menghindari tanggung jawab walaupun dia telah mendelegasikan wewenangnya;f. Prinsip paritas antara wewenang dan tanggung jawab, yang berarti bahwa manajer di dalam menjalankan wewenangnya juga harus bertanggung jawab sama terhadap hasil-hasilnya;g. Prinsip kesatuan perintah, berarti bawahan harus melapor pada satu atasan saja kecuali dalam hal-hal seperti wewenang bersama dipecah antara atasan dan bawahan.Hal serupa juga dijelaskan oleh Koontz, ODonnell and Weihrich yang dikutip oleh Wasistiono (2009), bahwa ada tujuh prinsip untuk mendelegasikan kewenangan yaitu:[footnoteRef:57] [57: Sadu Wasistiono,Dkk, Perkembangan Organisasi Kecmatan dari Masa Ke Masa, Fokusmedia, Hal. 49-50.]

a. Principle of delegation by result expectedBahwa pelimpahan didasarkan pada hasil yang dapat diperkirakan, maksudnya adalah pelimpahan diberikan berdasarkan tujuan dan rencana yang telah disiapkan sebelumnya.b. Principle of functional definitionPelimpahan berdasrkan prinsip defenisi fungsional. Berdasarkan prinsip ini dimaksudkan bahwa pelimpahan kewenangan hendaknya didasarkan pertimbangan-pertimbangan fungsional agar pekerjaan atau tugas tertentu dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efesien.c. Scalar PrinciplePrinsip jenjang kewenangan, dimana prinsip ini mengharapkan adanya pelimpahan secara bertahap berdasarkan tingkat kewenangan yang dimiliki pejabat atau satu unit organisasi tertentu.d. Authority level principlePrinsip jenjang kewenangan, dimana prinsip ini mengharapkan adanya pelimpahan secara bertahap berdasarkan tingkat kewenangan yang dimiliki pejabat atau satu unit organisasi tertentu.e. Authority of unity of commandYaitu prinsip kesatuan komando. Prinsip ini menekankan akan pentingnya satu kesatuan komando dalam pelimpahan kewenangan.f. Principle of absoluteness of responsibilityMengharapkan pelimpahan kewenangan diimbangi dengan pemberian tanggung jawab yang penuh kepada pihak yang diberi delegasi kewenangan, sehingga pihak yang melimpahkan tidak seharusnya terlalu campur tangan terhadap urusan yang sudah dilimpahkannya.g. Principle of parity of authority of responsibilityPrinsip keseimbangan dan tanggung jawab, artinya bahwa kewenangan yang dilimpahkan harus dibarengi tanggung jawab yang seimbang.Untuk efektifnya delegasi, Koontz dan ODonnell mengemukakan berbagai syarat:[footnoteRef:58] [58: Ibid.]

a. Rencana dan kebijakannya harus jelas;b. Tugas dan wewenang harus dibatasi sesuai dengan apa yang diharapkan;c. Orang yang diberi tugas dipilih secara seksama;d. Komunikasi terbuka;e. Sistem pengawasan perlu diciptakan;f. Sistem pituwas perlu juga diciptakan.2.4. Kewenangan CamatMenurut Pasal 126 ayat (3) UU Nomor 32 Tahun 2004 tenang Otonomi Daerah dan Pasal 15 ayat (1) PP Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan disebutkan bahwa:[footnoteRef:59] [59: Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan.]

Camat meneyelenggarakan tugas umum pemerintahan yang meliputi:a. Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;b. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum;c. Mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;d. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;e. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan;f. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan; dang. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.Tugas umum pemerintahan yang dimaksud dalam Pasal 126 ayat (3) UU No. 32 Tahun 2004 berbeda maknanya dengan urusan pemerintahan umum sebagaimana dimaksud pada UU No. 5 Tahun 1974. Menurut Pasal 1 huruf (j) UU Nomor 5 Tahun 1974, yang dimaksud dengan urusan pemerintahan umum adalah: Urusan pemerintahan yang meliputi bidang-bidang ketentraman dan ketertiban, politik, koordinasi, pengawasan dan urusan pemerintahan lainnya yang tidak termasuk dalam tugas sesuatu instansi dan tidak termasuk urusan rumah tangga daerah. Urusan pemerintahan umum ini diselenggarakan oleh setiap kepala wilayah pada setiap tingkatan sebagai wakil pemerintah pusat di daerah dalam rangka melaksanakan asas dekonsentrasi.[footnoteRef:60] [60: Sadu Wasistiono,Dkk, Perkembangan Organisasi Kecmatan dari Masa Ke Masa, Fokusmedia, Hal. 34-35.]

Tugas umum pemerintahan yang diselenggarakan oleh camat tidak dimaksudkan sebagai pengganti urusan pemerintahan umum, karena camat bukan lagi sebagai kepala wilayah. Selain itu, intinya juga berbeda. Tugas umum pemerintahan sebagai kewenangan atributif mencakup tiga jenis kewenangan yakni kewenangan melakukan koordinasi yang meliputi lima bidang kegiatan, kewenangan melakukan pembinaan, serta kewenangan melaksanakan pelayanan kepada masyarakat. Kewenangan koordinasi dan pembinaan merupakan bentuk pelayanan secara tidak langsung (inderect services), karena yang dilayani adalah entitas pemerintah lainnya sebagai pengguna (users), meskipun pengguna akhirnya (end users) tetap masyarakat. Sedangkan kewenangan pemberian pelayanan kepada masyarakat, pengguna (users) maupun pengguna akhirnya (end users) sama yakni masyarakat. Jenis pelayanan ini dapat dikategorikan sebagai pelayanan secara langsung (direct services).[footnoteRef:61] [61: Ibid.]

Menurut Forland (1964):Koordinasi adalah suatu proses di mana pimpinan mengembangkan usaha kelompok secara teratur diantara bawahan dan menjamin kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan bersama.[footnoteRef:62] [62: Siti Aisyah dan H.M. Aries Djaenuri, Koordinasi Pemerintahan Daerah, Modul 7. Hal. 73.]

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi mengandung unsur-unsur:1. Sebagai suatu proses kegiatan menyatupadukan kegiatan unit-unit organisasi;2. Upaya menyatupadukan dapat mengangkat kegiatan, waktu maupun biaya;3. Kegiatan ini ditandai dengan tidak adanya kekacauan, kecekcokan, kekembaran kerja dan kekosongan kerja;4. Proses kegiatan ini diarahkan untuk mencapai tujuan bersama.Menurut Leonard D. White:Coordination is the adjustment of the parts to each ohter, and of the movement and operation of parts in time so that each can make its maximum contribution to the product of the whole[footnoteRef:63] [63: Syafiie, Inu Kencana. 2011. Etika Pemerintahan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Hal. 187-188.]

Maksudnya koordinasi adalah penyesuaian diri dari masing-masing bagian, dan usaha menggerakkan serta mengoperasikan bagian-bagian pada waktu yang cocok, sehingga dengan demikian masing-masing bagian dapat memberikan sumbangan terbanyak pada keseluruhan hasil.

Dengan demikian koordinasi menurut Leonard D. White adalah sebagai berikut:1. Penyesuaian diri;2. Pengoperasian;3. Waktu yang cocok;4. Sumbangan terbanyak;5. Hasil Menurut Henry Fayol:To coordinate means binding together, unifling, and harmonizing all activity and effort[footnoteRef:64] [64: Ibid.]

Maksudnya mengkoordinasikan berarti mengikat bersama, menyatukan dan menyelaraskan semua kegiatan dan usaha.

Menurut George R. Terry:Coordination is the orderly synchronization of effort to private the paper amount, timing, and directing of execution resulting in harmonious and unified action to stated abjective[footnoteRef:65] [65: Ibid.]

Maksudnya koordinasi adalah sinkronisasi yang teratur dari usaha-usaha untuk menciptakan pengaturan waktu yang terpimpin dalam hasil pelaksanaan yang harmonis dan bersatu untuk meghasilkan tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan demikian unsur-unsur koordinasi bagi George R. Terry adalah sebagai berikut:1. Usaha sinkronisasi yang teratur;2. Pengaturan waktu yang terpimpin;3. Harmonis;4. Tujuan yang ditetapkanMenurut James D. Mooney:Coordination, therefore, is the orderly arrangement of group effort, to provide unity of action in the pursuit of a common purposeKoordinasi, karenanya, adalah susunan yang teratur dari usaha kelompok, untuk menciptakan kesatuan tindakan dalam mengejar tujuan bersama.

Jadi dengan begitu unsur-unsur koordinasi menurut James D. Mooney adalah sebagai berikut:1. Susunan yang teratur;2. Usaha kelompok;3. Kesatuan tindakan;4. Tujuan bersama.Melihat pengertian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa unsur koordinasi meliputi:1. Pengaturan;2. Sinkronisasi;3. Kepentingan bersama;4. Tujuan bersama.Secara umum pembinaan diartikan sebagai usaha untuk memberikan pengarahan dan bimbingan guna mencapai suatu tujuan tertentu. Pembinaan merupakan hal yang umum yang digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, kecakapan di bidang pendidikan, sikap, ekonomi, sosial, kemasyarakatan dan lainnya. Pembinaan menekankan pada pendekatan praktis, pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan. Berkenaan dengan hal tersebut sesuai dengan Poerwadarminta (1987:182) bahwa Pembinaan adalah yang dilakukan secara sadar, terencana, teratur dan terarah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan subjek dengan tindakan pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Hal serupa diungkapkan oleh A.Maqun Hardjana (1989:12) yaitu:Pembinaan adalah suatu proses pembelajaran dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimilikinya, yang bertujuan untuk membantu dan mengembangkan kecakapan dan pengetahuan yang sudah ada serta mendapatkan kecakapan dan pengetahuan untuk mencapai tujuan hidup, dan kerja yang sudah dijalani secara efektif dan efesien.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa pembinaan terjadi melalui proses melepaskan hal-hal yng bersifat menghambat, dan mempelajari pengetahuan dengan kecakapan baru yang dapat meningkatkan taraf hidup dan kerja lebih baik. Pembinaan tersebut menyangkut kegitan perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan dan pengawasan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan hasil yang maksimal. Dalam defenisi tersebut, secara implisit mengandung suatu interpretasi bahwa pembinaan adalah segala usaha dan kegiatan mengenai perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan, dan pengawasan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan dengan hasil yang maksimal. Seperti yang diungkapkan oleh Widjaja (1988):Pembinaan adalah suatu proses atau pengembangan yang mencakup urutan-urutan pengertian, diawali dengan mendirikan, membutuhkan, memelihara pertumbuhan tersebut yang disertai usaha-usaha perbaikan, penyempurnaan, dan mengembangkannya.

Sedangkan pelayanan kepada masyarakat (Pelayanan Publik) menurut Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Meneg PAN) Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, memberikan pengertian pelayanan publik yaitu segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.Vincent Gesperz, mengemukakan bahwa kualitas pelayanan meliputi dimensi-dimensi berikut:[footnoteRef:66] [66: Hanif Nurcholis,Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Penerbit PT. Grasindo, 2005, hlm 175.]

1. Ketaatan waktu pelayanan, berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu proses.2. Akurasi pelayanan, berkaitan dengan keakuratan pelayanan dan bebas dari kesalahan-kesalahan.3. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan, berkaitan dengan perilaku orang-orang yang berintegrasi langsung kepada pelanggan eksternal.4. Tanggung jawab, berkaitan dengan penerimaan pesanan dan penanganan keluhan pelanggan eksternal (masyarakat).5. Kemudahan mendapatkan pelayanan, berkaitan dengan banyaknya petugas yang melayani dan fasilitas pendukung.6. Kenyamanan mendapatkan pelayanan, berkaitan dengan lokasi, ruangan tempat pelayanan, tempat parkir, ketersediaan informasi dan petunjuk panduan lainnya.7. Atribut pendukung lainnya, seperti lingkungan, kebersihan, ruang tunggu, fasilitas musik, AC dan lain-lain.Menurut Pasal 126 ayat (2) UU No. 32 Tahun 2004 bahwa: Kecamatan dipimpin oleh camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang bupati atau walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.Selanjutnya pada Pasal 15 ayat (2) PP Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan ditambahkan rambu-rambu kewenangan yang perlu didelegasikan oleh bupati atau walikota kepada camat untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, yang meliputi aspek:[footnoteRef:67] [67: Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan..]

a. Perizinan;b. Rekomendasi;c. Koordinasi;d. Pembinaan;e. Pengawasan;f. Fasilitasi;g. Penetapan;h. Penyelenggaraan; dani. Kewenangan lain yang dilimpahkan.Perubahan kedudukan kecamatan sebagai perangkat daerah, berimplikasi terhadap kewenangan yang mendasari pelaksanaan tugas-tugasnya memiliki kesamaan dengan perangkat daerah lainnya. Bahwa, tugas-tugas yang dilaksanakan setiap perangkat daerah berdasarkan kewenangan yang didelegasikan, namun untuk kecamatan tugasnya cenderung lebih bersifat umum berkaitan dengan kewenangan atributif dan menyangkut berbagai aspek dalam pemerintahan dan pembangunan. Hal ini berbeda dengan perangkat daerah lainnya (dinas/lembaga teknis) yang lebih bersifat spesifik. Oleh karenanya, untuk menghindari terjadinya overlapping dalam penyelenggaraan tugas, maka sangat diperlukan kejelasan mengenai kewenangan delegatif kecamatan.[footnoteRef:68] [68: Zulpikar, Karakteristik Wilayah Sebagai Basis Pendelegasian Wewenang Kecamatan, PKPPA I LAN, Sumedang. Hal. 158.]

Pendelegasian kewenangan kecamatan, hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip obyektif yang memiliki keterkaitan langsung dengan aspek-aspek yang mendukung keberadaan kecamatan tersebut, seperti:[footnoteRef:69] [69: Ibid.]

1. Kewenangan yang dilimpahkan ke kecamatan, hendaknya didasarkan pada karakteristik dan potensi yang dimilikinya.2. Kelembagaan pemerintahan kecamatan, dibentuk untuk dapat menjalankan fungsi, tugas dan kewenangan yang dimiliki kecamatan. Oleh karena itu, struktur, jumlah, dan substansi kompetensinya juga harus menyesuaikan dengan kewenangan dan karakteristik maupun potensi wilayahnya.3. Orientasi pelayanan kepada masyarakat, hendaknya menjadi fokus atau arah dalam pelaksanaan kewenangan kecamatan. Baik dalam perspektif sebagai katalisator yang menghubungkan proses pelayanan masyarakat dengan urusan pemerintah kabupaten/kota, maupun pelayanan yang bersifat final di tingkat kecamatan.4. Dukungan fasilitas dan sumber daya yang memadai, hendaknya diberikan kepada kecamatan secara proporsional sesuai dengan kewenangan yang dilimpahkan kepadanya. Sebagai bentuk implikasi dari adanya prisnip-prinsip seperti di atas, maka kewenangan kecamatan tidak lagi bisa diseragamkan, baik jenisnya, besarannya, maupun kapasitas kompetensinya. Begitu pula halnya dengan kelembagaan dan dukungan sumber dayanya juga tidak dapat lagi diseragamkan, karena hal ini akan sangat tergantung kepada kapasitas dari kewenangan yang dilimpahkan kepadanya. Fernanda (2004:1) menyatakan dalam makalahnya bahwa:Keberadaan kecamatan dan kelurahan sebagai perangkat daerah tidak mungkin lagi diseragamkan dalam hal urusan dan fungsi pemerintahan, kelembagaan, maupun sumber-sumber daya organisasinya. Dengan kata lain, setiap unit organisasi pemerintahan kecamatan maupun kelurahan harus dirancang berdasarkan sasaran kapasitas penyelenggaraan urusan pemerintahan yang sesuai dengan kondisi lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi masyarakat di dalam wilayah kerja masing-masing.[footnoteRef:70] [70: Ibid. Hal. 159.]

Sejalan dengan hal tersebut, terdapat dua pola dalam pendelegasian kewenangan dari bupati/walikota kepada camat, yaitu: pola seragam, dan pola beranekaragam. Lebih lanjut dijelaskannya, pola seragam yaitu wewenang yang didelegasikan sama (seragam) untuk semua camat tanpa mempertimbangkan karakteristik kecamatan. Pola ini cocok untuk kecamatan yang memiliki karakteristik yang relatif homogen. Adapun pola beranekaragam, yaitu pendelegasian wewenang yang berbeda untuk setiap camat yang didasarkan atas karakteristik kecamatannya. Dalam pola beranekaragam ini, kewenangan yang dapat didelegasikan bisa dibagi menjadi dua macam, yakni kewenangan (atributif) generik dan kewenangan kondisional.[footnoteRef:71] [71: Ibid. Hal. 159. kewenangan (atributif) generik yaitu kewenangan yang sama untuk semua kecamatan, sedangkan kewenangan kondisional yaitu kewenangan yang sesuai dengan karakteristik setiap kecamatan. ]

Kewenangan generik, sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) Nomor 158 Tahun 2004 tentang Pedoman Organisasi Kecamatan yang merupakan pelaksanaan atas amanat PP Nomor 8 Tahun 2003 pasal 12 ayat (5). Dalam lampiran tersebut, memuat bidang urusan pemerintahan dan rincian kewenangannya yang dapat didelegasikan kepada camat, yaitu:[footnoteRef:72] [72: Lampiran Kepmendagri No. 158 Tahun 2004]

1. Bidang Pemerintahan meliputi 17 tugas;2. Bidang Ekonomi dan Pembangunan meliputi 8 tugas;3. Bidang Pendidikan dan Kesehatan meliputi 8 tugas;4. Bidang Sosial dan Kesejahteraan Rakyat meliputi 6 tugas;5. Bidang Pertanahan meliputi 4 tugas. Penetapan kewenangan di atas, tidak dimaksudkan sebagai keharusan bagi bupati dan walikota dalam mendelegasikan wewenangnya, namun dapat disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan daerah. Selanjutnya, di dalam pasal 2 ayat (2) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 158 Tahun 2004, dikemukakan kedudukan tambahan bagi camat yaitu sebagai koordinator pemerintahan di wilayah kerjanya. Kedudukan tambahan tersebut menimbulkan konsekuensi logis adanya kewenangan atributif lainnya yakni mengkoordinasikan kegiatan instansi pemerintah baik instansi vertikal maupun dinas daerah yang ada di wilayah kecamatan.

BAB IIIGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN3.1. Gambaran Umum Kecamatan SumarorongKecamatan Sumarorong merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Mamasa yang berada pada ketinggian 700 meter di atas permukaan air laut. Secara geografis, letak wilayah Kabupaten Mamasa berada pada koordinat antara 1190049-19927 Bujur Timur, serta 24000 - 031200 Lintang Selatan. Wilayah Kecamatan Sumarorong merupakan zona agriklimatr A1 dengan curah hujan rata-rata sekitar 3.155 mm/tahun dan basah sebanyak 12 bulan.[footnoteRef:73] [73: Sumber: Statistik Kecamatan Sumarorong dan Bappeda Kabupaten Mamasa]

Gambar 3.1Peta Kecamatan Sumarorong

Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Tanduk Kalua di sebelah Utara, Kecamatan Messawa di sebelah Selatan, Kabupaten Polewali Mandar di sebelah Barat, serta Sulawesi Selatan di Sebelah Timur.Luas wilayah Kecamatan Sumarorong 254 km2 yang terdiri dari 10 desa/kelurahan yaitu: Desa Sibanawa, Desa Batanguru, Desa Tadisi, Desa Sasakan, Desa Batanguru Timur, Desa Salubalo, Desa Banea, Desa Rante Kamase, Kelurahan Sumarorong, dan Kelurahan Tabone.[footnoteRef:74] [74: Ibid.]

Desa terluas di Kecamatan Sumarorong adalah desa Batanguru Timur dengan luas 39,83 km2 dan desa dengan wilayah terkecil adalah Kelurahan Sumarorong yang merupakan ibukota kecamatan dari Kecamatan Sumarorong yakni 14,06 km2. [footnoteRef:75] [75: Ibid.]

Jarak antara desa dengan pusat pemerintahan kabupaten cukup jauh yaitu desa terdekat dapat ditempuh dengan jarak sekitar 36 km dan desa terjauh dengan jarak 53 km.Kecamatan Sumarorong dipimpin oleh seorang camat yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris daerah secara administrasi. Secara adminitrasi Kecamatan Sumarorong terdiri dari 8 desa dan 2 kelurahan, kedua kelurahan tersebut adalah Kelurahan Sumarorong dan Kelurahan Tabone. Dari keseluruhan desa dan kelurahan di Kecamatan Sumarorong terdiri dari 121 RT dan 44 dusun/lingkungan.[footnoteRef:76] [76: Sumber : Sumarorong Dalam Angka, 2011]

Tabel 3.1Jumlah Dusun, RT, RW dan Blok Sensus Tahun 2010

Desa/ KelurahanDusun/ lingkunganRTRWBlok Sensus

Sibanawa41684

Batanguru4-64

Tabone31263

Tadisi520104

Sasakan5-105

Sumarorong41475

Batanguru Timur51263

Salubalo521103

Banea51083

Rante Kamase41684

Jumlah441217938

Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kecamatan Sumarorong pada Tahun 2010 berjumlah 54 orang yang terdiri dari 19 laki-laki dan 35 perempuan. Ada beberapa posisi strategis yang menempatkan pegawai perempuan lebih dominan dibanding dengan pegawai laki-laki. Diantaranya posisi sekretaris camat yang dipegang perempuan. Demikian juga di posisi perawat dan penyuluh KB yang mayoritas adalah perempuan. Fenomena ini mungkin juga dijumpai di kecamatan lain.[footnoteRef:77] [77: Sumber : Masing-Masing Instansi, Statistik Kecamatan Sumarorong.]

Tabel 3.2Jumlah PNS di Lingkup Kecamatan Sumarorong Tahun 2010

Nama InstansiLaki-LakiPerempuanJumlah

BKKBN-11

Kantor Camat81018

KUA213

Puskesmas41519

Pustu-33

Statistik1-1

UPTD459

Jumlah 193554

Penduduk Kecamatan Sumarorong Tahun 2010 sebanyak 11.473 jiwa yang terdiri dari 5.757 jiwa laki-laki dan 5.716 jiwa perempuan yang tersebar di 10 desa/kelurahan. Jumlah penduduk tertinggi berada pada Desa Rante Kamase dengan jumlah 1.517 jiwa atau 13% dari jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Sumarorong. Sedangkan Desa Banea merupakan desa yang memiliki jumlah penduduk terendah sebanyak 953 jiwa atau 8% dari total jumlah penduduk di Kec. Sumarorong.[footnoteRef:78] [78: Ibid]

Komposisi penduduk di Kec. Sumarorong di dominasi oleh penduduk anak-anak yang beranjak ke remaja, hal ini di perlihatkan oleh batang piramida untuk kelompok umur muda (0-4, 5-9, dan 10-14) yang lebih panjang mencapai 35,41%. Hal ini mengindikasikan bahwa angka kelahiran cukup tinggi. Sedangkan piramida untuk untuk kelompok umur tua (60 tahun keatas) cukup pendek atau mencapai sekitar 3%.[footnoteRef:79] [79: Ibid.]

Gambar 3.3 Persentase Jumlah Penduduk di KecamatanSumarorong Tahun 2010

Gambar 3.4Piramida Penduduk Kecamatan Sumarorong Tahun 2010

Penduduk di Kecamatan Sumarorong sangat di dominasi Suku Toraja dan Suku Mamasa. Sedangkan agama yang dianut oleh penduduk Kecamatan Sumarorong yakni agama Islam, Kristen, Katolik dan Hindu.Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kemajuan suatu daerah. Oleh karena itu ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berupa sumber daya manusia dan sarana fisik sangatlah penting. Keberadaan sekolah merupakan hal penting bagi penduduk untuk memperoleh pendidikan formal.Di Kecamatan Sumarorong pada Tahun 2010 terdapat 16 Sekolah Dasar, 4 SLTP, dan 2 SMA/K baik sekolah negeri ataupun sekolah swasta. Untuk pendidikan pra sekolah terdapat 2 TK yang dimana terletak di Kelurahan Sumarorong dan di Desa Rante Kamase.[footnoteRef:80] [80: UPTD Sumarorong, Sumarorong Dalam Angka 2011.]

Penduduk di Kecamatan Sumarorong tergolong masyarakat yang sebagian besar telah mengerti pentingnya ilmu pendidikan. Hampir sebagian besar masyarakatnya telah mengecap bangku pendidikan meskipun pada akhirnya keterbatasan biaya dan jauhnya sekolah dari rumah mereka menyebabkan sebagian besar dari mereka tak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.Jumlah Tenaga Pendidik di Kecamatan Sumarorong untuk tingkat SD berjumlah 59 orang dengan jumlah murid 1.921 orang, tingkat SMP 32 orang dengan jumlah murid 753 orang dan untuk tingkat SMA tenaga pendidiknya sebanyak 44 orang dengan jumlah murid 387 orang. Diketahui bahwa jumlah guru yang berstatus pegawai negeri masih sangat kurang, karena jumlah murid sangat tidak sebanding dengan jumlah gurunya, hal ini dapat menyebabkan proses belajar mengajar tidak dapat berlangsung secara optimal.[footnoteRef:81] [81: Statistik Kecamatan Sumarorong, Sumarorong Dalam Angka 2011.]

Tabel 3.3Jumlah Sekolah yang ada di KecamatanSumarorongTahun 2010

Desa/KelurahanJenjang Pendidikan

TKSDSMPSMA/K

Sibanawa-1--

Batanguru-3--

Tabone-11-

Tadisi-1--

Sasakan-1--

Sumarorong121-

Salubalo-21-

Batanguru Timur-2--

Banea-2--

Rante Kamase1112

Jumlah21642

Gambar 3.5 Perbandingan Jumlah Murid dan Guru di Kecamatan Sumarorong Tahun 2010

Kesehatan merupakan harta yang paling berharga bagi setiap manusia, sehingga sarana dan tenaga kesehatan yang memadai merupakan dambaan bagi seluruh masyarakat, akan tetapi selama ini banyak masyarakat yang belum bisa menikmati fasilitas kesehatan yang baik karena kata kesehatan identik dengan katan mahal. Dari fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Sumarorong masih dikatakan kurang memadai karena 10 desa/kelurahan yang ada belum terdapat rumah sakit, hanya terdapat satu puskesmas, 8 pustu dan 9 posyandu. Untuk posyandu di setiap desa/kelurahan memang ada, namun tidak semua mempunyai bangunan fisik. Sedangkan tenaga kesehatan yang ada di Kecamatan Sumarorong yaitu terdiri dari 5 perawat, 10 bidan dan 19 dukun bayi yang membantu proses kelahiran yang tersebar diseluruh desa/kelurahan di Kecamatan Sumarorong.[footnoteRef:82] [82: Ibid.]

Tabel 3.4Jumlah Sarana Kesehatan Kecamatan SumarorongTahun 2010

Desa/ KelurahanPuskesmas/PustuPolindesPosyandu

Sibanawa1-1

Batanguru1-1

Tabone1-1

Tadisi111

Sasakan--1

Sumarorong1-1

Batanguru Timur1-1

Salubalo111

Banea1-1

Rante Kamase1-1

Jumlah9210

Sektor pertanian merupakan aspek penting dalam pembangunan masyarakat di pedesaan, karena masyarakat pedesaan cenderung menggantungkan hidupnya pada sektor ini. Seiring perkembangan zaman, lahan pertanian semakin hari semakin terkikis oleh pembangunan yang didominasi sektor lain seperti industri dan perumahan.Di Kecamatan Sumarorong, untuk lahan pertanian saat ini di dominasi oleh lahan Hutan Rakyat (43%). Hal ini di karenakan topografi Kecamatan Sumarorong yang sebagiannya merupakan daerah dataran tinggi dan bukan pesisir. Sementara lahan sawah hanya sekitar 1%, lahan ladang 8%, lahan perkebunan 20% dan lainnya berkisar sekitar 28%.[footnoteRef:83] [83: Statistik Kecamatan Sumarorong, Sumarorong Dalam Angka 2011.]

Gambar 3.6Persentase Luas Lahan Kecamatan Sumarorong Tahun 2010

Untuk sektor pertanian, ada beberapa komoditi yang diusahakan masyarakat di Kecamatan Sumarorong. Meskipun sektor pertanian tidak mendominasi di Kecamatan Sumarorong tetapi sebagian besar masyarakatnya masih mengusahakan lahan pertanian mereka untuk keperluan sehari-hari. Komoditi pertanian tersebut diantaranya padi sawah, jagung, ubi kayu, kopi dan coklat.[footnoteRef:84] [84: Ibid.]

Tabel 3.5Luas Tanam, Produksi dan Rata-Rata Produksi Tanaman Pertanian Kec. Sumarorong Tahun 2010

Jenis TanamanLuas tanam/ panen(Ha)Produksi (Ton)Rata-rata Produksi (Ton/Ha)

Padi Sawah6644,50,3

Jagung1509,60,2

Ubi Kayu25026,50,2

Kopi10482,60,1

Coklat1700,50,1

3.2. Visi dan Misi Kecamatan SumarorongVisi Kecamatan Sumarorong:Terwujudnya masyarakat Kecamatan Sumarorong yang tanggu, sejahtera dan demokrasi bernafaskan ajaran agama dan nilai-nilai Budaya Ada Tuo.Misi Kecamatan Sumarorong:a. Mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas sejak dalam kandungan;b. Pengelolahan Sumber Daya Alam (SDA) secara profesional untuk meningkatkan produktivitas dengan menerapkan teknologi rama lingkungan;c. Pemberdayaan masyarakatat dalam kelembagaan-kelembagaan ekonomi secara profesional;d. Melaksanakan usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, dan peternakan serta perikanan secara profesional melalui internsifikasi, ekstensifikasi dan konservasi serta reboisasi dan penghijauan;e. Pemberian pelayanan prima kepada seluruh lapisan masyarakat;f. Penegakan supremasi hukum oleh HAM demi terciptanya demokrasi;g. Meningkatkan kualitas pendidikan melalui tenaga pendidik, anak didik, serta peningkatan sarana dan prasarana pendidikan;h. Menciptakan lingkungan yang sehat menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera;i. Meningkatkan kerukunan dan toleransi umat beragama;j. Meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi menuju kemandirian;k. Membangun obyek-obyek wisata yang ada dengan mengutamakan kriteria ekonomis dengan memperhatikan kelestarian lingkungan;l. Melestarikan dan meningkatkan pembinaan kebudayaan daerah;m. Miningkatkan upaya pemberdayaan perempuan dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender;n. Menerapkan prinsip Mesakada Dipotuo Pantan Kada Dipomate dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.3.3. Organisasi Kecamatan SumarorongKecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten. Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten sebagai pelaksana teknis kewilayaan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan dipimpin oleh camat.[footnoteRef:85] [85: Peraturan Bupati Mamasa Nomor 17 Tahun 2010 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Jabatan Struktural Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Mamasa.]

Susunan organisasi kecamatan terdiri dari:[footnoteRef:86] [86: Peraturan Bupati Mamasa Nomor 17 Tahun 2010 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Jabatan Struktural Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Mamasa dan Peraturan Daerah Kabupaten Mamasa Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Mamasa.]

a. Camat;b. Sekretaris Camat membawahi:1. Kepala Sub Bagian Umum dan Keuangan;2. Kepala Sub Bagian Umum Kepegawaian;3. Kepala Sub Bagian Umum Program, Data dan Evaluasi;c. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Desa;d. Kepala Seksi Pemerintahan, Ketentraman dan Ketertiban Umum;e. Kepala Seksi Perekonomian dan Pembangunan;f. Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial.Organisasi Kecamatan Sumarorong di atur dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2010, Peraturan Bupati Mamasa Nomor 17 Tahun 2010 yang berpedoman pada PP Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.Gambar 3.7STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHANKECAMATAN SUAMRORONG(PP. NO : 41 TAHUN 2009)

Sumber: Kecamatan Sumarorong Tahun 2012CAMATSEKCAMKASUBAG KEPEGAWAIANKASUBAG PROG. DATA DAN EVALUASIKASUBAG UMUM DAN KEUANGANJABATAN FUNGSIONALKASI PEM. TRANRIB DAN PELAYANAN UMUMKASI EKO. DAN PEMBANGKASI PEMBERDAYAAN. MASY. DESAKASI KESEJAHTERAAN SOSIALKELURAHAN

3.3.1. CamatCamat berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris daerah. Camat mempunyai tugas pokok membantu bupati dalam menyelenggarakan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kehidupan kemasyarakatan dalam wilayah kecamatan. [footnoteRef:87] [87: Peraturan Bupati Mamasa Nomor 17 Tahun 2010 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Jabatan Struktural Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Mamasa.]

Dalam menyelenggarakan tugas pokok, camat mempunyai fungsi:[footnoteRef:88] [88: Ibid.]

1. Pelaksanaan pelimpahan sebagai wewenang pemerintah dari kabupaten;2. Pelayanan administrasi kecamatan.Camat menyelenggrakan tugas umum pemerintahan yang meliputi:1. Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;2. Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum;3. Mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;4. Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;5. Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan;6. Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan; dan7. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.Selain tugas di atas, camat melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, yang meliputi:a. Perizinan;b. Rekomendasi;c. Koordinasi;d. Pembinaan;e. Pengawasan;f. Fasilitasi;g. Penetapan;h. Penyelenggaraan; dani. Kewenangan lain yang dilimpahkan.3.3.2. Sekretariat KecamatanSekretariat kantor kecamatan di pimpin oleh seorang sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada camat, serta mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan administratif bagi seluruh satuan kerja di lingkungan kecamatan yang dipimpin oleh sekretaris camat serta mengoordinasikan penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan kegiatan ketatausahaan meliputi administrasi umum dan keuangan, kepegawaian, surat-menyurat, penyusunan program kegiatan dan laporan.[footnoteRef:89] [89: Ibid.]

Untuk melaksanakan tugas pokok, sekretariat mempunyai fungsi:[footnoteRef:90] [90: Ibid.]

1. Penyusunan kebijakan teknis dan pemberian dukungan atas penyelenggaraan bidang administrasi umum, kepegawaian, program dan pelaporan, serta keuangan;2. Pembinaan pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan kegiatan sub bagian;3. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh camat sesuai dengan tugas dan fungsinya.Rincian tugas sekretaris kecamatan sebagai berikut:1. Pelaksanaan pengelolaan ketatausahaan;2. Pelaksanaan urusan kepegawaian kecamatan;3. Pelaksanaan urusan keuangan;4. Pelaksanaan urusan perlengkapan;5. Pelaksanaan urusan umum dan rumah tangga;6. Pelaksanaan koordinasi terhadap penyusunan perencanaan dan program kerja kecamatan;7. Melakukan pengawasan, pengendalian, dan evaluasi terhdap penyelenggaraan tugas administrasi umum dan keuangan, kepegawaian, serta program dan laporan;8. Menyiapkan bahan penyusunan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah kecamatan.3.3.3. Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan DesaRincian tugas Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat