pelaksanaan -...
TRANSCRIPT
PELAKSANAAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
(TANGGUNG JAWAB SOSIAL) DI BMT AMAL
MULIA DI SURUH KAB. SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
TRI SETYORINI
NIM: 214-12-003
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Tri Setyorini
NIM : 214 12 003
Jurusan/Fakultas : Hukum Ekonomi Syariah/ Syariah
Judul : Pelaksanaan Corporate Social Responsibility
(Tanggung Jawab Sosial) di BMT Amal
Mulia di Suruh Kab. Semarang
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri,
bukan jiplakan (Plagiat) dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat pada skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah (Buku Pedoman IAIN Salatiga).
Salatiga, Februari 2017
Yang Menyatakan
TRI SETYORINI
NIM 214 12 003
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar Salatiga, Februari 2017
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada :
Yth. Rektor IAIN Salatiga
di Salatiga
السالم عليكن ورحمة اهلل وبركاته
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan
perbaikan seperlunya, maka skripsi saudara :
Nama : TRI SETYORINI
NIM : 214-12-003
Judul : Pelaksanaan Corporate Social Responsibility
(Tanggung Jawab Sosial) di BMT Amal Mulia di
Suruh Kab. Semarang
dapat diajukan dalam sidang munaqasyah.
Demikian untuk menjadikan periksa.
والسالم عليكن ورحمة اهلل وبركاته
Pembimbing
Luthfiana Zahriani, S.H., MH.
NIP.19760827 200003 2 007
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS SYARIAH
Jl. Nakula Sadewa VA No 9 Telp. (0298) 3419400 Fak 323433 Salatiga 50722
Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
PENGESAHAN SKRIPSI
PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
(TANGGUNG JAWAB SOSIAL) DI BMT AMAL MULIA DI SURUH
KAB. SEMARANG
DISUSUN OLEH
TRI SETYORINI
214 -12 – 003
Telah dipertahankan di depan Dewan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Syariah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Senin tanggal 20
Maret 2017 dan dinyatakan LULUS, sehingga dapat diterima sebagai salah
satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Hukum Islam
v
MOTTO
Seng penting yakin
Menjadi luar biasa itu perlu disakiti, dihina, dan perlu jam terbang yang
teruji.
Jalanilah jalan sendiri
@t_setyorini
Keberuntungan dan bercanda dalam hidup ini tidak ada yang abadi, tidak
seorangpun tahu mampu hidup berapa lama, ada sebagian hal sebaiknya
dibicarakan sejak awal.
Jack Ma_
Buntuti terus rasa ingin tahu
Tekun itu tak ternilai
Imajinasi adalah Kekuatan
Pengetahuan terasah melalui Pengalaman
Pahami aturan main, Lalu bermainlah dengan lebih baik
Albert Einstein_
Kalau mau melihat masa depan suatu Negara, lihatlah generasi
mudanya.
Rhenald Kasali_
vi
PERSEMBAHAN
1. Teruntuk kedua orangtuaku yang sangat berharga dan tiada duanya
“D&D” Bapak Dalyono dan Ibu Daimah terimakasihku tiada berharganya
dibandingkan dengan usaha, doa dan pengorbanan serta restu yang selama
ini selalu tercurahkan untuk anakmu ini.
2. Kakak-kakakku Muhammad Faizin, Sri Prihati dan Dwi Retno Ningsih
terimakasih selalu memberikan dorongannya selama ini
3. Adikku ponakan tercinta Dzakir Rafi Maulana yang selalu meberikan
warna, semangat, kekuatan dan candanya. Tante sangat sayang padamu
nak.
vii
ABSTRAK
Setyorini, Tri. 2017. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (Tanggung
Jawab Sosial) di BMT Amal Mulia di Suruh Kab. Semarang. Skripsi.
Fakultas Syari’ah. Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah. Institut Agama
Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Luthfiana Zahriani, S.H., M.H.
Kata kunci: Corporate Social Responsibility (CSR), BMT Amal Mulia.
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif
yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami keadaan atau fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa dengan memanfaatkan dengan berbagai metode
alamiah. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasa digunakan adalah
wawancara, pengamatan dan pemanfaatan dokumen.
Dalam pelaksanaan CSR oleh BMT Amal Mulia di Suruh Kab.
Semarang peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa dasar hukum
pelaksanaan CSR berdasarkan pada peraturan Perundang-undangan yang telah
diberlakukan oleh pemerintah dalam hal ini Undang-undang No. 25 tahun
2007 tentang Penanaman Modal, Undang-undang No. 17 tahun 2012 tentang
Perkoperasian serta peraturan lain yang terkait yaitu dalam ART Pasal 35.
Pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh BMT Amal Mulia di Suruh yaitu
program Baitul Maal, kegiatan sosial dan Danamal dibawah Koordinasi BMT
Amal Mulia Pusat di Suruh. BMT Amal Mulia telah melaksanakan berbagai
bentuk CSR dengan tiga dasar pembangunan yang berkelanjutan yaitu sosial,
ekonomi dan lingkungan.Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan CSR di
BMT Amal Mulia adalah kurangnya sosialisasi mengenai program csr yang
dilakukan oleh bmt amal mulia dan harus jelas, kurangnya respon masyarakat
akan sosialisasi yang telah diberikan oleh bmt amal mulia,pelaksanaan
kegiatan yang belum maksimal oleh bmt amal mulia, dalam pelatihan umkm
oleh bmt amal mulia hanya memberi arahan mengenai penyediaan modal
usaha saja, bukan mencangkup memberi arahan kebidang usahanya.Jauh
sebelum adanya konsep CSR, Zakat, Infak dan Shadaqah sudah lebih ada
karena Islam sudah mengatur sedemikian rupa untuk dimanfaatkan,
sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an surat at-Taubah ayat 60.
viii
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT,
karena berkat rahmat-Nya penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai
dengan yang diharapkan.Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang
telah diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyusun penulisan skripsi
ini.
Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Nabi, Kekasih,
Spirit Perubahan, Rasulullah Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan
para sahabat, dan teman-teman, syafa’at beliau sangat penulis nantikan dihari
pembalasan nanti.
Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu
persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana dalam Hukum Islam, Fakultas
Syari’ah, Jurusan Hukum Ekonomi Syariah yang berjudul : “Pelaksanaan
Corporate Sosial Responsibility (Tanggung Jawab) di BMT Amal Mulia di
Suruh Kab. Semarang”. Penulis mengakui bahwa dalam menyusun penulisan
skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.
Karena inilah penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya,
ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata-kata, namun perlu
kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah di IAIN
Salatiga.
3. Ibu Evi Ariyani, SH.,M.H, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah
di IAIN Salatiga yang selalu member arahan, pemahaman, dan selalu
membagi ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Luthfiana Zahriani, M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari’ah IAIN
Salatiga dan selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan
pemahaman, memberikan saran, arahan, dan masukan mengenai skripsi
ix
penulis sehingga dapat terselesaikan dengan maksimal sesui dengan apa
yang diharapkan.
5. Manajer dan staf BMT Amal Mulia yang sudah banyak membantu dan
berperan penting dalam penelitian penulis.
6. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf Administrasi
Fakultas Syari’ah yang tidak bisa kami sebut satu persatu yang selalu
memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
tanpa halangan apapun.
7. Ayah dan Ibu selaku orangtua yang sangat penulis cintai dan tidak ada
duanya, usaha, doa dan pengorbanan serta restu yang tiada habisnya
sehingga penulis bisa menyelesaikan tanggung jawab ini sampai tahap
akhir menyelesaikan tugas skripsi ini.
8. Sahabat-sahabatku Dita Septikawati, Wahyu Gumelar, Iva Ekowati,
Masadah, Istiqomah, Hafsari ayu Wardani, Rifa’I Rif’an, Angga Hendro
Hariyanto, Lutfi Hakim yang selalu memberikan dukungan dan semangat
untuk penulis dalam menyusun skripsi ini.
9. Teman-teman Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2012 di IAIN
Salatiga yang telah memberikan warna dan cerita selama menempuh
pendidikan di IAIN Salatiga.
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan
balasan yang sepantasnya dan yang lebih dari apa yang telah mereka berikan
kepada penulis, agar pula senantiasa mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi
rahmat dan cita-Ny. Amin.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi inimasih jauh
dari sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun
analisanya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis
harapkan agar mudah dibaca dan dipahami.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya
bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.
Penulis
x
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN ......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... iii
PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................... iv
MOTTO ..................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ..................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
D. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 7
E. Penegasan Istilah ........................................................................... 8
F. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 9
G. Metode Penelitian .......................................................................... 13
H. Sistematika Penulisan .................................................................... 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Corporate Social Responsibility (CSR) .......................................... 21
B. Baitul Mal wat-Tamwil (BMT) ..................................................... 59
xi
BAB III BMT AMAL MULIA SURUH KAB. SEMARANG
A. Gambaran Umum BMT Amal Mulia ............................................. 68
B. Dasar Hukum Pelaksanaan CSR di BMT Amal Mulia .................. 83
C. Pelaksanaan CSR di BMT Amal Mulia ......................................... 85
BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) DI BMT AMAL MULIA SURUH
KAB. SEMARANG
A. Dasar Hukum CSR di BMT Amal Mulia ....................................... 89
B. Pelaksanaan CSR di BMT Amal Mulia ......................................... 91
C. Hambatan Pelaksanaan CSR di BMT Amal Mulia ....................... 103
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 106
B. Saran-saran .................................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 108
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 112
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Penunjukkan pembimbing Skripsi
2. Surat Bukti Observasi
3. Daftar Nilai SKK
4. Lembar Konsultasi Skripsi
5. Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan ekonomi pada umumnya dilakukan oleh pelaku-pelaku
ekonomi baik orang perorangan yang menjalankan badan-badan usaha,
baik yang mempunyai kedudukan sebagai Badan Hukum atau bukan
Badan Hukum (Poerwanto, 2010:16). Yang bermaksud atau bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan.Akan tetapi tidak semua kegiatan
ekonomi menghasilkan keuntungan (Faisal, 2012:44).Keuntungan (profit)
baru muncul dengan kegiatan ekonomi yang menggunakan sistem
keuangan. Dalam sistem penukaran barang dengan barang (barter) tidak
memperoleh keuntungan (profit), meskipun kegiatan tersebut dapat
menguntungkan kedua belah pihak.
Suatu badan usaha keberadaannya selalu didalam masyarakat,
badan usaha hanya dapat hidup, tumbuh dan berkembang apabila
memperoleh dukungan dari masyarakat.Karena pada dasarnya
masyarakatlah yang merupakan pemasok utama kebutuhan badan usaha
dan juga sekaligus sebagai produk (barang dan jasa) dari badan usaha.
Badan usaha berusaha meningkatkan kinerjanya untuk
mendapatkan keuntungan yang optimal supaya dapat bersaing dengan
badan usaha lainnya.Namun dalam usaha untuk mencapai keuntungan
yang optimal ini badan usaha juga harus memperhatikan lingkungan
2
sekitar badan usaha yaitu masyarakat setempat dan pemerintah.Oleh
karena itu, perlu ditanyakan seberapa jauh suatu badan usaha dapat
memberi nilai manfaat kepada masyarakat lingkungannya.
Ada hubungan timbal balik antara badan usaha dengan
masyarakat.Badan usaha dan masyarakat adalah pasangan hidup yang
saling memberi dan membutuhkan. Badan usaha selain mengejar
keuntungan ekonomi untuk kesejahteraan dirinya juga memerlukan alam
untuk sumber daya olahannya dan stakeholders lain untuk mencapai
tujuannya. Dengan menggunakan pendekatan tanggung jawab sosial
badan usaha, badan usaha tidak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi,
tetapi juga keuntungan secara sosial.Namun dalam usaha untuk mencapai
keuntungan yang optimal ini badan usaha juga harus memperhatikan
lingkungan sekitar badan usaha yaitu masyarakat setempat dan
pemerintah. Dengan demikian keberlangsungan usaha tersebut dapat
berlangsung dengan baik dan secara tidak langsung akan mencegah
konflik yang merugikan.
(Corporate Social Responsibility) CSR merupakan suatu tindakan
atau konsep yang dilakukan oleh badan usaha sebagai bentuk tanggung
jawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu
berada, memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi dan pada
saat yang sama meningkatkan kualitas hidup dari para pekerja dan
keluarganya. CSR atau tanggung jawab sosial badan usaha (TJS) di dunia
dan di Indonesia kini telah menjadi isu penting berkaitan dengan masalah
3
dampak lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan.Hal tersebut
muncul sebagai reaksi dari banyak pihak terhadap kerusakan lingkungan
baik fisik, psikis, maupun sosial, sebagai akibat dari pengelolaan sumber-
sumber produksi secara yang tidak benar.Kesadaran untuk
menyelamatkan sumber-sumber produksi sudah menipis.Para pengelola
lebih mementingkan keuntungan finansial sebesar-besarnya daripada
membangun keseimbangan kepentingan dan keberlanjutan pembangunan
(Poerwanto, 2010:16).
Di Indonesia, praktik CSR sudah dilakukan oleh masing-masing
badan usaha dimulai dengan memberikan beasiswa pendidikan,
membangun sarana umum, bekerja dengan usaha kecil menengah (UKM),
hingga bantuan bencana alam. Dalam menerapkan CSR, umumnya badan
usaha akan melibatkan partisipasi masyarakat, baik sebagai objek maupun
sebagai subjek program CSR. Hal ini dikarenakan masyarakat adalah salah
satu pihak yang cukup berpengaruh dalam menjaga eksistensi suatu badan
usaha.Masyarakat adalah pihak yang paling merasakan dampak dari
kegiatan produksi suatu badan usaha, baik itu dampak positif maupun
dampak negatif.Dampak ini dapat terjadi dalam bidang sosial, ekonomi,
politik maupun lingkungan.
Namun demikian dari berbagai penerapan mengenai CSR belum
ada yang melihat dan merumuskan penerapan CSR yang ideal (sesuai
prinsip bisnis) dalam menunjang pembangunan masyarakat.Sehingga
masing-masing badan usaha bebas melakukan hal yang berbeda-beda
4
dalam penerapan CSR, karena masih belum jelas batasan dan ruang
lingkup dari penerapan CSR, dan belum adanya kebijakan dalam bentuk
pengaturan yang khusus mengatur mengenai penerapan CSR. Adapun
motivasi CSR bagi badan usaha yaitu menciptakan citra baik badan usaha
dimata public, mensosialisasikan Badan Usaha dilingkungan Badan
Usaha, mempererat hubungan dan kerjasama antara masyarakat dengan
badan usaha, dan mempertahankan dan meningkatkan eksistensi serta
peran badan usaha sesuai dengan aktivitas masyarakat. Dalam Al Qur’an
surat Adz- Zariyaat: 19 yang berbunyi:
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”.
Adapun juga di dalam Al Qur’an surat At- Taubah : 105, yang
berbunyi:
105. dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
Pengaturan tentang CSR No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman
Modal dalam Pasal 15 yang berbunyi “setiap penanam modal
5
berkewajiban: huruf (b) melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan”, maksudnya adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap
badan usaha untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang,
dan sesuai dengan lingkungan, nilai norma dan budaya masyarakat
setempat. Dalam pelaksanaannya, dan dalam melakukan kegiatan-kegiatan
yang termasuk ruang lingkup tanggung jawab dalam badan usaha apakah
BMT Amal Mulia sudah sesuai dengan kewajiban yang ada di UU No. 25
tahun 2007 pasal 15. Maka dari itu penulis ingin melakukan penelitian di
BMT Amal Mulia dengan judul “Pelaksanaan Corporate Social
Responsibility (tanggung jawab sosial) di BMT Amal Mulia di Suruh
Kab.Semarang” agar dapat mengetahui lebih luas mengenai CSR,
pelaksanaannya dan tanggung jawab BMT Amal Mulia di Suruh.
B. Rumusan Masalah
6
Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan
masalah yang akan dibahas, yaitu:
1. Dasar hukum pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) di
BMT Amal Mulia di Suruh?
2. Bagaimana pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) di
BMT Amal Mulia di Suruh?
3. Apa hambatan BMT Amal Mulia dalam melaksanakan program
Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap pembangunan
masyarakat di daerah Suruh?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan hal-hal yang akan dicapai sebagai upaya
pemecahan masalah. Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Agar mengetahui dasar hukum pelaksanaan Corporate Social
Responsibility (CSR) di BMT Amal Mulia di Suruh?
2. Agar mengetahui pelaksanaanCorporate Social Responsibility (CSR)
di BMT Amal Mulia.
3. Agar mengetahui hambatan dalam melaksanakan Corporate Social
Responsibility (CSR) oleh BMT Amal Mulia terhadap pembangunan
masyarakat di daerah Suruh.
D. Kegunaan Penelitian
7
Agar tulisan ini dapat memberikan hasil yang berguna secara
keseluruhan, maka penelitian ini dapat memberikan manfaat diantaranya:
1. Kegunaan Teoritis
Untuk memberikan sumbangan pemikiran terhadap kemajuan
perkembangan Ilmu Pengetahuan pada umumnya dan bidang Hukum
Ekonomi Syariah pada khususnya yang memiliki kaitan dengan hal-
hal yang berhubungan dengan pelaksanaan CSR di BMT Amal Mulia.
Sehingga bisa mengungkap permasalahan-permasalahan yang
ditimbulkan dari pelaksanaan tersebut.
Dalam hal ini mengungkapkan bagaimana dasar hukum dan
Pelaksanaan CSR yang ada di BMT Amal Mulia di suruh Kab.
Semarang.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Almamater
Memberikan masukan dan informasi terkait Pelaksanaan
Corporate Social Responsibility (CSR) di BMT Suruh Kab.
Semarang dan disampaikan dalam bentuk laporan serta dapat
dijadikan sebagai referensi penelitian lebih lanjut dengan judul
dan tema yang hampir sama bagi perpustakaan IAIN Salatiga.
b. Bagi Penulis
Bagi penulis sendiri penelitian ini bermanfaat secara
akademik, yakni menambah pengetahuan penulis guna
pengembangan ilmu hukum ekonomi yang salah satunya terkait
8
tentang Corporate Social Responsibility (CSR) di BMT Suruh
Kab. Semarang
c. Bagi Perusahaan BMT Amal Mulia
Untuk mengetahui peranan CSR terhadap citra BMT Amal
Mulia pada masyarakat, dengan demikian akan menjadi acuan
dalam badan usaha dalam meningkatkan produktifitas.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi salah pengertian dalam pemahaman penelitian
yang penulis teliti ini, maka dipandang perlu untuk menjelaskan beberapa
istilah yang ada hubungannya dengan judul penelitian ini yaitu:
1. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan suatu tindakan atau pelaksanaan dari
sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci,
implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap
siap. Dengan kata lain pelaksanaan bisa diartikan penerapan.
(http://ddsgpunya.blogspot.co.id.,2012:03).
2. CSR (Corporate Social Responsibility)
CSR merupakan sebuah konsep dimana perusahaan atau badan
usaha memutuskan secara sukarela untuk memberi kontribusi kepada
masyarakat dengan lebih baik dan lingkungan yang lebih lestari
(Wahyudi, 2008:19).
9
CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk
berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan
dengan memperhatikan tanggung jawab social perusahaan dan
menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek
ekonomi, sosial dang lingkungan.
3. BMT
BMT merupakan lembaga keuangan mikro yang dioperasikan
dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro
dan kecil, dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta
membela kepentingan kaum fakir dan miskin.
(http://royarohmatika. blogspot.,2013:04).
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini tidak merupakan duplikasi atau pengulangan dari
penelitian yang ada. Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan
dan perbandingan bagi penelitian ini adalah penelitian-penelitian terkait
dengan CSR dalam ruang lingkup yang berbeda. Di antaranya adalah:
Pertama, Rismawaty Itsnaeni (2008) yang berjudul Pelaksanaan
Kewajiban Corporate Social Responsibility (CSR) oleh BUMN untuk
Pembangunan Masyarakat di PT. Telkom (PERSERO) Yogyakarta).
Skripsi tersebut meneliti tentang bagaimana pelaksanaan kewajiban
Corporate Social Responsibility (CSR) dan pengaruh pelaksanaan
Corporate Social Responsibility (CSR) oleh PT. Telkom (Persero) di
10
Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2008 yang kesimpulannya
mengacu pada peraturan Perundang-undangan yang telah diberlakukan
oleh pemerintah dalam hal ini Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 dan
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 serta peraturan lain yang terkait.
Pelaksanaan kewajiban CSR yang dilakukan oleh PT. Telkom (Persero)
Yogyakarta yaitu Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKLB)
dibawah koordinasi unit Telkom Community Development Center (CDC)
PT. Telkom (Persero) Yogyakarta telah melaksanakan berbagai bentuk
CSR dengan tiga dasar pembangunan yang berkelanjutan yaitu sosial,
ekonomi dan lingkungan. Program Pelaksanaan CSR PT. Telkom yang
paling diprioritaskan adalah Program Bina lingkungan.Adanya kewajiban
CSR oleh PT. Telkom (Persero) terhadap pembangunan masyarakat di
Daerah Istimewa Yogyakarta berpengaruh pada produktivitas dan
pendapatan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta.Dalam bentuk
pemberian pinjaman modal usaha sehingga menambah pendapatan para
mitra binaan PT. Telkom, dan pemberian fasilitas dan prasaranan sosial
terhadap masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kedua, Ahmad Sahal (2012) yang berjudul Penerapan CSR
(Corporate Social Responsibility) BMT Sumber Usaha Kembang
Sari.Skripsi tersebut meneliti tentang bagaimana konsep penerapan CSR
(Corporate Social Responsibility) BMT Sumber Usaha Tahun 2011 dan
dampak dari program CSR terhadap peningkatan asset di BMT Sumber
Usaha Kembang Sari yang kesimpulannya yaitu CSR merupakan
11
kewajiban mutlak perusahaan sebagai suatu betuk tanggung jawab sosial
perusahaan berupa kepedulian dan perhatian pada komunitas sekitarnya.
Pandangan perusahaan terhadap kewajiban tersebut berbeda-beda, mulai
dari anggapan sekedar basa-basi atau suatu keterpaksaan hanya untuk
pemenuhan kewajiban, hingga pelaksanaan berdasarkan asas
kesukarelaan. Bentuk-bentuk CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan
dapat diwujudkan dalam berbagai bidang kehidupan yang penerapannya
harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat penerima CSR. CSR
memberikan manfaat yang sangat besar dalam menyejahterakan
masyarakat dan melestarikan lingkungan sekitarnya, serta bentuk investasi
bagi perusahaan pelakunya. Manfaat ini dapat diperoleh apabila
perusahaan menerapkan CSR atas dasar kesukarelaan, sehingga akan
timbul hubungan timbal balik antara pihak perusahaan dengan masyarakat
sekitar. CSR yang diterapkan oleh BMT Sumber Usaha Kembang Sari
memang belum dapat meningkatkan asset yang tinggi terhadap
perusahaan, hal tersebut sudah menjadi kewajaran perusahaan karena asset
yang di miliki masih begitu sedikit.
Ketiga, Akmal Lageranna (2013) yang berjudul Pelaksanaan
Tanggung Jawab Perusahaan (Corporate Social responsibility/CSR) Pada
Perusahaan Industri Rokok. Skripsi tersebut meneliti tentang
sejauhmanakah pelaksanaan tanggung jawab perusahaan/CSR dan
pengaruh pelaksanaanya pada PT. Djarum terhadap masyarakat yang
berkesimpulan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan/CSR PT.
12
Djarum secara umum sudah dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang
berlaku yakni ketentuan Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas sebagai peraturan yang memayungi pelaksanaan
tanggung jawab sosial perusahaan/CSR di Indonesia dan Peraturan
Pemerintah Nomor 47 tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perseroan Terbatas sebagai peraturan pelaksanannya. Namun
masih terdapat kelemahan dan kekurangan dalam pelaksanaannya yaitu,
tidak terdapat program dan kegiatan pengembangan masyarakat
(Community Development) di sekitar daerah perusahaan beroperasi, tidak
adanya program dan kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi dampak
negatif dari penggunaan produk yang mereka hasilkan dari operasi
perusahaannya, dan hanya sebagian kecil dari pelaksanaan tanggung
jawab sosial perusahaan/CSR yang dilaksanakan oleh direksi perusahaan.
Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan/CSR PT. Djarum secara
keseluruhan telah memberikan pengaruh positif bagi masyarakat, baik itu
masyarakat disekitar daerah perusahaan beroperasi maupun terhadap
masyarakat Indonesia secara umum. Hal ini terwujud dalam peningkatan
kualitas hidup masyarakat yang mencakup berbagai bidang antara lain,
sosial, olahraga, lingkungan, pendidikan, dan budaya. Tetapi pelaksanaan
tanggung jawab sosial perusahaan/CSR PT. Djarum belum memberi
pengaruh pada pengembangan masyarakat (Community Development)
khususnya di bidang ekonomi dalam upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat di sekitar daerah perusahaan beroperasi.
13
Keempat, Yustisia Puspaningrum (2014) yang berjudul Pengaruh
Corporate Sosial Responsibility dan Kepemilikan Manajerial Terhadap
Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Sebagai
Variabel Moderating. Sekripsi tersebut meneliti tentang bagaimana
pengaruh CSR dan pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang
berkesimpulan CSR memiliki pengaruh negatif dan untuk kepemilikan
manajerial memiliki pengaruh posistif dan tidak signifikan terhadap
perusahaan pertambangan. Profitabilitas sebagai variabel moderating tidak
dapat memoderasi pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan
pertambangan.Untuk ukuran perusahaan memperkuat pengaruh CSR dan
memperkuat pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan
pertambangan di Bursa Efek Indonesia.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
hukum field research (penelitian lapangan) artinya dengan
mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata
atau fakta sosial sesuai dengan kenyataan hidup dalam
masyarakat. Penelitian hukum sebagai fakta sosial yang mana
data hukumnya dieksplorasi dari proses interaksi hukum di
14
masyarakat. Dengan maksud menyelidiki respon atau tingkat
kepatuhan masyarakat terhadap hukum (Widjaya, 2008:21).
Penggunaan pendekatan ini, dimaksudkan untuk
memahami gejala hukum di BMT Amal Mulia yang berhubungan
dengan pelaksanaan CSR pada masyarakat.
b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang bermaksud untuk memahami keadaan atau
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa dengan
memanfaatkan dengan berbagai metode alamiah. Dalam penelitian
kualitatif metode yang biasa digunakan adalah wawancara,
pengamatan dan pemanfaatan dokumen (Moleong, 2002:112).
Penelitian ini adalah usaha untuk mengetahui atau
mendalami bagaimana pelaksanaan CSR oleh BMT Amal Mulia
Suruh. Penelitian kualitatif dipilih karena dipandang cocok untuk
mengekspresikan temuan kasus-kasus yang berkaitan
denganpelaksanaan CSR yang dilaksanakan kepada masyarakat
dengan cara terjun langsung ke lapangan yaitu di BMT Amal
Mulia Suruh Kab. Semarang.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai pengumpul
data di lapangan dengan menggunakan alat penelitian aktif dalam
15
mengumpulkan data-data di lapangan. Selain itu alat yang dijadikan
untuk pengumpulan data bisa berupa dokumen-dokumen yang
menunjang keabsahan hasil penelitian ini serta alat-alat bantu lain
yang dapat mendukung terlaksananya penelitian, seperti kamera dan
alat perekam.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat di mana lokasi penelitian itu
akan dilakukan. Lokasi dalam penelitian ini adalah di BMT Amal
Mulia Jl. Raya Suruh-Salatiga, Karangasem Suruh.Kec. Suruh, Kab.
Semarang.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini, penulis menggunakan
sumber data penelitian berupa;
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung
didapatkan dari lapangan atau lokasi penelitian.
1) Informan
Informan adalah orang yang dapat memberikan
informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan
penelitian.Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah
Pimpinan BMT Amal Mulia, Karyawan BMT Amal Mulia dan
tokoh masyarakat.
b. Sumber Data Sekunder
16
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh
dari berbagai bacaan atau hasil penelitian sebelumnya yang
bertema sama. Jadi sumber data lain yang bisa mendukung
penelitian ini adalah dengan telaah pustaka seperti buku-buku,
jurnal ataupun hasil penelitian sebelumnya yang meneliti hal
serupa.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan tiga metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penyusunan laporan penelitian yaitu
sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan jalan
pengamatan dan pencatatan secara langsung dan sistematis
terhadap fenomena yang diselidiki (Ruslan, 2010:34). Dalam
observasi ini, data yang penulis peroleh secara langsung dari BMT
Amal Mulia Suruh dengan melakukan pengamatan dan wawancara
secara langsung terhadap kegiatan yang terjadi pada obyek
penelitian seperti dengan cara mengamati keadaan sekitar BMT Amal
Mulia Suruh.
b. Interview
Interview yaitu cara memperoleh keterangan atau data
dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada pihak
17
BMT Amal Mulia dalam hal ini adalah Pimpinan BMT Amal
Mulia, dan Karyawan BMT Amal Mulia Suruh.
Interview dilakukan langsung oleh ibu Saidah yang selaku
staf pembiayaan di BMT Amal Mulia, kemudian kepala desa
Suruh bp. Latief.
6. Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode
deskriptif analisis.Analisis data yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif terhadap data primer dan sekunder. Selanjutnya diuraikan
dan disimpulkan dengan memakai metode berfikir induktif yaitu yaitu
pengambilan kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta-fakta
khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat umum (Moleong,
2002:190).
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam suatu penelitian, validitas data mempunyai pengaruh
yang sangat besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian
sehingga untuk mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik
untuk memeriksa keabsahan data.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pengecekan
keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi. Menurut
(Patton 1987:331) triangulasi dalam pengujian kredibilitas dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut:
18
a. Triangulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber.
b. Triangulasi teknik yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda.
c. Triangulasi waktu yaitu pengecekan data dengan wawancara,
observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik triangulasi
sumber, yaitu dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan
data hasil wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan isi
suatu dokumen yang berkaitan.
8. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap dalam penelitian ini adalah sebagi berikut, yaitu;
a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum
melakukan penelitian seperti penulis menentukan topik penelitian,
mencari informasi tentang Pelaksanaan CSR oleh BMT Amal
Mulia, pembuatan proposal penelitian, menetapkan fokus
penelitian dan sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan
penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan yaitu penulis terjun langsung ke
lapangan untuk mencari data-data yang diperlukan seperti
19
wawancara kepada informan, melakukan observasi dan
dokumentasi.
c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa
cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data-data
tersebut dan menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa
memberi arti pada objek yang diteliti.
Tahap penulisan laporan yaitu apabila semua data telah
terkumpul dan dianalisis serta dikonsultasikan kepada pembimbing
maka yang dilakukan penulis selanjutnya adalah menulis hasil
penelitian tersebut sesuai dengan pedoman penulisan yang telah
ditentukan.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran dan mempermudah cara memahami
laporan skripsi ini penulis menyusun dalam beberapa bab, antara lain
sebagai berikut:
BAB 1 Pendahuluan
Di dalam bab ini penulis akan menguraikan latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, metode penelitian,
sistematika penulisan.
20
BAB II Kajian Pustaka
Bab ini merupakan kerangka awal yang akan menguraikan tentang
sejarah CSR, Pengertian CSR, tujuan utama CSR, BMT Amal Mulia, dan
dasar hukum BMT.
BAB III Hasil Penelitian
Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan tentang gambaran
umum BMT Amal Mulia, profil BMT Amal Mulia, dasar hukum
pelaksanaan CSR di BMT Amal Mulia dan Pelaksanaan CSR di BMT
Amal Mulia.
BAB IV Analisis dan Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas tentang dasar hukum
pelaksanaan CSR di BMT amal Mulia apakah sudah sesuai dengan dasar
hukumnya dan hambatan BMT Amal Mulia dalam melaksanakan program
CSR terhadap pembangunan masyarakat di daerah Suruh.
BAB V Penutup
Pada bab ini meliputi kesimpulan dan saran.
21
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. (Corporate Social Responsibility) CSR
1. Sejarah SingkatCSR
Pada awalnya, konsep CSR muncul sebagai akibat dari adanya
ketidakpercayaan masyarakat terhadap korporasi.Masyarakat
menganggap korporasi sebagai pihak yang selalu mengeruk
keuntungan tanpa mempedulikan kondisi masyarakat maupun
lingkungan sekitarnya. Kekuatan modal yang dimiliki oleh korporasi,
terutama korporasi dengan skala Internasional, telah menjelma sebagai
sebuah kekuatan tersendiri yang seringkali ditunggangi oleh
kepentingan politik suatu Negara atau kelompok tertentu, yang pada
ujungnya hampir dapat dipastikan akan merugikan masyarakat.
Ada dua jenis skandal tentang korporasi melawan masyarakat
yang cukup menggemparkan dan pada akhirnya semakin memperkuat
ketidakpercayaan masyarakat pada korporasi diantaranya adalah yang
terungkap dalam kasus Holocaust dan Agent Orange.Keadaan ini pula
yang kemudian melahirkan undang-undang tentang boikot di Amerika
Serikat, yang memberikan hak kepada masyarakat luas untuk
memboikot penggunaan produk tertentu yang dihasilkan oleh
produsen tertentu, manakala diketahui bahwa produsen atau
manufaktur tersebut telah melakukan sesuatu yang tidak sejalan
22
dengan kewajiban dan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Widjaja
dkk, 2008:11-12).
Bila dilihat dari perspektif sejarah, perkembangan CSR ini
dapat dikelompokkan menurut periodisasi sebagai berikut:
a. Periode 1920-1950
Tahun 1920-an merupakan awal dari dikenalnya konsep
“responsibility and responsivenerss” dalam praktek dunia usaha.
b. Periode 1960
Di tahun 1960-an hanya ditandai dengan diskusi atau
ceramah tentang CSR. Menurut Carroll justru dekade ini ditandai
satu pertumbuhan yang signifikan di dalam usaha untuk menyusun
dengan teliti dan menguraikan apa yang dimaksud dengan CSR.
c. Periode 1970
Yang menjadi pusat perhatian dari berbagai kalangan
berkaitan dengan CSR pada dekade 1970 ini adalah berkaitan
dengan pernyataan Milton Friedman’s tentang tanggung jawab
“minimalis” dari suatu perusahaan yang masih diperdebatkan
sampai saat ini.
Tahun 1975 berkembanglah 3 (tiga) tingkatan konsep
daiCSR, yaitu:
1) Kewajiban sosial (social obligation) yang berkaitan dengan
aturan hukum dan pembatasan pasar;
23
2) Tanggung jawab sosial perusahaan (social responsibility) yang
berkaitan dengan norma-norma masyarakat; dan
3) Social responsiveness yang berkaitan dengan upaya
penyesuaian diri, pencegahan dan mengantisipasi.
d. Periode 1980
Pada dekade 1980-an, istilah CSR telah menjadi perdebatan
secara global dalam konteks pembangunan berkelanjutan
(sustainability development).
e. Periode 1990
Pada periode 1990-an tidak banyak penulis yang
membicarakan tentang pengertian CSR, tetapi mereka
menggunakan konsep CSR sebagai “point-of-departure” untuk
tema dan konsep yang terkait dengan CSR.
f. Periode abad 21
Pada saat terminology responsibility dikenalkan tahun 1920
sampai pada abad ke 21 ini, ternyata belum ada satu kesatuan
bahasa dalam memaknai dan mengimplementasikan CSR dalam
aktivitas dunia usaha. Sampai saat sekarang belum ada kesamaan
bahasa dalam memaknai dan mengimplementasikan CSR,
meskipun kalangan akademisi, dunia usaha dan birokrasi
menyadari bahwa CSR ini sangat amat penting bagi keberlanjutann
(sustainability) usaha suatu perusahaan.Hal ini dapat dilihat mulai
rumusan CSR baik oleh para ahli maupun lembaga-lembaga tetap
24
terjadi perbedaan karena mereka melihat dari perspektif
subyektifitas masing-masing (Wahyudi dkk, 2008:19-28).
2. Pengertian CSR (Corporate Social Responsibility)
Menurut Philip Kotler bersama Nancy Lee (2005: 18)
mendefinisikan CSR sebagai komitmen untuk memperbaiki
kesejahteraan komunitas melalui praktik-praktik kebijakan bisnis dan
dengan keterlibatan-keterlibatan dari sumber-sumber perusahaan.
Menurut CSR Forum (Wahyudi, 2008: 30) menegaskan bahwa
CSR merupakan keterbukaan dan transparan dalam dunia bisnis yang
didasarkan atas nilai etika dan respek terhadap karyawan, komunitas,
dan lingkungan.
Menurut Mu’man Nuryana (2005) CSR adalah sebuah
pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial
dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan
pemangku kepentingan (stakeholder).
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen
perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam
pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan
tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada
keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan (Untung, 2009: 01). Kompleksitas permasalahan sosial
yang semakin rumit dalam dekade terakhir dan di Indonesia kini telah
menjadi isu penting berkaitan dengan masalah dampak lingkungan
25
dalam pembangunan berkelanjutan.Hal tersebut muncul sebagai reaksi
dari banyak pihak terhadap kerusakan lingkungan baik fisik, psikis
maupun sosial, sebagai akibat dari pengelolaan sumber-sumber
produksi secara tidak benar.Kesadaran untuk menyelamatkan sumber-
sumber produksi sudah menipis. Para pengelola lebih mementingkan
keuntungan finansial sebesar-besarnya daripada membangun
keseimbangan kepentingan dan keberlanjutan pembangunan
(Poerwanto, 2010: 16).
Pada sisi lain, istilah CSR juga mengalami perubahan sejalan
dengan perkembangan dunia usaha, politis, dan pembangunan sosial
serta hak asasi manusia (HAM). Selain ini, CSR juga dipengaruhi oleh
dampak globalisasi dan perkembangan teknologi informasi, dan semua
itu akan mencerminkan pemahaman terhadap pengertian CSR dalam
konteks lokal. Hal ini dapat dibuktikan, dimana sampai sekarang
belum adanya kesamaan bahasa tentang CSR tersebut, sehingga
pengertiannya masih diterjemahkan secara sepihak (Wahyudi dkk,
2008: 19).
Menurut Hopkins (2003), kesamaan bahasa sangat dibutuhkan
dalam memahami pengertian CSR, agar perusahaan dapat
mengimplementasikannya secara konsisten.
26
3. Konsep CSR Bagi Perusahaan dan Masyarakat
Seperti disebutkan sebelumnya, awal mula munculnya konsep
CSR adalah adanya ketidakpercayaan masyarakat terhadap
perusahaan.Perusahaan yang dimaksud disini tidak terbatas pada
Perseroan Terbatas, tetapi setiap kegiatan usaha yang ada, baik
berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum. Seiring dengan
perkembangan zaman, masyarakat semakin sadar akan pentingnya
perlindungan atas hak-hak mereka. Masyarakat menuntut perusahaan
untuk lebih peduli pada masalah-masalah yang terjadi dalam
komunitas mereka.Lebih jelasnya, masyarakat menuntut tanggung
jawab sosial perusahaan (Widjaja dkk, 2008:17-18).
Bagi pengusaha, hal ini harus diperhatikan dengan baik, agar
tidak menjadi bumerang pada akhirnya. Dengan semakin baiknya
kesadaran masyarakat akan hak-hak mereka dan kepedulian mereka
terhadap lingkungan mereka, pengusaha harus mewujudkan tanggung
jawab sosial.
Dalam perkembangannya, Yusuf Wibisono (2007) dalam
bukunya Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, mengatakan bahwa
dunia usaha semakin menyadari bahwa perusahaan tidak lagi
dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom
line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam
kondisi keuangannya saja, namun juga harus memperhatikan aspek
sosial dan lingkungannya. Dunia usaha bukan lagi sekedar kegiatan
27
ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan usahanya,
melainkan juga tanggung jawab terhadap sosial dan lingkungannya.
Pemikiran yang mendasari hal ini adalah bahwa perusahaan
yang sehat secara finansial sekalipun tidak menjamin perusahaan
tersebut dapat terus eksis apalagi bertumbuh.Fakta menunjukkan
bahwa masyarakat sekitar memiliki semacam “power” yang secara
tidak langsung dapat mempengaruhi eksistensi perusahaan
tersebut.Semakin baik citra perusahaan tersebut ditengah-tengah
masyarakat sekitarnya, semakin kondusif pula iklim usaha bagi
perusahaan tersebut.Bagi perusahaan melaksanakan CSR dengan baik
tidak lagi sebagai biaya ekstra atau beban manajemen.Bahkan, CSR
dilihat tidak hanya menciptakan citra baik bagi perusahaan melainkan
juga memberikan kontribusi pada kemakmuran jangka panjang bagi
perusahaan dan untuk mempertahankan eksistensi perusahaan tersebut
(Widjaja dkk, 2008:17).
Tidak melaksanakan CSR dapat berakibat terjadinya hal-hal
yang tidak diinginkan terjadi dalam kegiatan usaha, diantaranya:
a. Boikot konsumen
b. Serangan terhadap asset tetap seperti tanah perkebunan dan
bangunan.
c. Kegagalan untuk menarik karyawan yang berkualitas dan
kehilangan dukungan dari karyawan.
d. Pengeluaran ekstra untuk memperbaiki kesalahan dimasa lalu.
28
e. Pengalihan perhatian manajemen dari aktivitas inti perusahaan.
f. Pembatasan operasi perusahaan, seperti adanya peraturan baru.
g. Halangan untuk menaikkan keuangan dan asuransi.
h. Kesulitan dengan siklus hidup perusahaan (konsumen akhir dan
pemasok).
CSR sering disalahartikan sebagai kegiatan donasi perusahaan
atau sekedar ketaatan perusahaan pada hukum dan aturan yang
berlaku, padahal kegiatan donasi dan ketaatan perusahaan pada hukum
tidak dapat dikatakan sebagai CSR.Kegiatan donasi dan ketaatan
perusahaan pada hukum hanya syarat minimum agar perusahaan dapat
beroperasi dan diterima oleh masyarakat (Widjaja dkk, 2008:19-20).
4. Manfaat CSR Bagi Badan Usaha Serta Masyarakat dan
Lingkungan
CSRakan lebih berdampak positif bagi masyarakat, ini akan
sangat tergantung dari orientasi dan kapasitas lembaga dan organisasi
lain, terutama pemerintah. Studi Bank Dunia (Howard Fox, 2002:76)
menunjukkan, peran pemerintah yang terkait dengan CSR meliputi
pengembangan kebijakan yang menyehatkan pasar, keikutsertaan
sumber daya, dukungan politik bagi pelaku CSR, menciptakan insentif
dan peningkatan kemampuan organisasi. Untuk Indonesia, biasa
dibayangkan pelaksanaan CSR membutuhkan dukungan pemerintah
daerah, kepastian hukum, dan jaminan ketertiban sosial.Pemerintah
dapat mengambil peran penting tanpa harus melakukan regulasi di
29
tengah situasi hukum dan politik saat ini.Di tengah persoalan
kemiskinan dan keterbelakangan yang dialami Indonesia, pemerintah
harus berperan penting sebagai koordinator penanganan krisis melalui
CSR.Pemerintah bisa menetapkan bidang-bidang pekerjaan yang
menjadi fokus, dengan masukan pihak yang kompeten. Setelah itu,
pemerintah memfasilitasi, mendukung, dan memberikan penghargaan
pada kalangan bisnis yang mau terlibat dalam upaya besar ini.
Pemerintah juga dapat mengawasi proses interaksi antara pelaku bisnis
dan kelompok-kelompok lain agar terjadi proses interaksi yang lebih
adil dan menghindarkan proses menipulasi atau pengancaman satu
pihak ke pihak yang lainnya (Sahal, 2012:26-27).
CSR yang dilakukan perusahaan sebagai suatu bentuk kearifan
moral perusahaan memiliki pengaruh yang lebih luas dari perusahaan
kepada masyarakat untuk keuntungan perusahaan dan masyarakat
secara keseluruhan (Saktiyanti dan Irvan, 2006:27).Tentu banyak
manfaat yang diperoleh masyarakat sekitar.CSR juga akan
memberikan manfaat dengan menciptakan dan melestarikan
lingkungan dan sumber daya yang ada kearah yang lebih baik.
Namun CSR yang diterapkan tidak hanya member manfaat
bagi masyarakat dan lingkungan, melainkan juga bermanfaat bagi
perusahaan. Telah disinggung sebelumnya, bahwa penerapan CSRakan
berimbas dan mempengaruhi keberlanjutan usaha. Menurut Wibisono
(2007: 84-87), manfaat CSR bagi perusahaan diantaranya:
30
a. Mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan brand image
perusahaan;
b. Layak mendapatkan social lisence to operate;
c. Mereduksi resiko bisnis perusahaan;
d. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha;
e. Membuka peluang pasar yang lebih luas;
f. Mereduksi biaya;
g. Memperbaiki hubungan dengan stakeholder;
h. Memperbaiki hubungan dengan regulator;
i. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan;
j. Memberikan peluang untuk mendapatkan penghargaan, dan
beberapa keuntungan lainnya. (Untung, 2009:6-7).
5. Ruang Lingkup dan Prinsip Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(Corporate social Responsibility)
a. Ruang Lingkup Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Bila ditarik prinsip tanggung jawab sosial perusahaan
sebagaimana dijelaskan sebelumnya pada pengertian CSR, dapat
disimpulkan bahwa CSR merupakan komitmen perusahaan
terhadap kepentingan para stakeholdes dalam arti luas dari pada
sekedar kepentingan perusahaan belaka.Secara negatif suatu
perusahaan harus menjalankan usahanya sedemikian rupa sehingga
tidak merugikan para stakeholders-nya dan tidak merusak
lingkungan. Sedangkan secara positif, setiap perusahaan dalam
31
menjalankan aktivitasnya sedemikian rupa sehingga pada akhirnya
mampu meningkatkan kesejahteraan para stakeholders-nya dengan
memperhatikan kualitas lingkungan kearah yang lebih baik.
Berdasarkan pemaknaan baik secara negatif maupun positif,
disadari bahwa ruang lingkup CSR amat luas sehingga harus ada
acuan atau pedoman untuk memudahkan pemahaman dan
implementasinya dikalangan perusahaan (Wahyudi, 2008:43-44).
Berkaitan dengan ruang lingkup tersebut, John
Elkingston’s berdasarkan pengertian dan rumusan CSR,
mengelompokkan CSR atas 3 (tiga) aspek lebih dikenal dengan
istilah “Triple Bottom Line” yang meliputi kesejahteraan atau
kemakmuran ekonomi (economic property), peningkatan kualitas
lingkungan (environmental quality), dan keadilan sosial (social
justice). Lebih lanjut menegaskan bahwa suatu perusahaan yang
ingin menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan
(sustainability development) harus memperhatikan “Triple P”
yaitu profit, planet, and people. Bila dikaitkan antara “triple
bottom line” dengan “triple P” dapat disimpulkan bahwa “Ptofit”
sebagai ujud aspek ekonomi, “planet” sebagai ujud aspek
lingkungan dan “people” sebagai aspek sosial. Kemudian tahun
2002 Global Compact Initiative mempertegaskan kembali tentang
triple P dengan menyatakan bahwa sementara tujuan bisnis adalah
untuk mencari laba (profit), yang seharusnya juga
32
menyejahterakan orang (people), dan menjamin keberlanjutan
kehidupan (planet) ini. Bila dirinci lebih lanjut dari ketiga aspek
triple bottom line, maka ketiga aspek itu diwujudkan dalam
kegiatan sebagaimana terlihat dari tabel dibawah ini (Wahyudi,
2008:44-45).
Table 1.1 : Kegiatan Corporate Sosial Responsibility
No Aspek Muatan
1. Sosial
Pendidikan, pelatihan, kesehatan, perumahan,
penguatan kelembagaan (secara internal,
termasuk kesejahteraan karyawan)
kesejahteraan, sosial, olahraga, pemuda,
wanita, agama, kebuadayaan dan sebagainya.
2. Ekonomi
Kewirausahaan, kelompok usaha bersama/unit
mikro kecil dan menengah (KUB/UMKM),
agrobisnis, pembukaan lapangan kerja,
infrastruktur ekonomi dan usaha produktifitas
lain.
3. Lingkungan
Penghijauan, reklamasi lahan, pengelolaan air,
pelestarian alam, ekowisata penyehatan
lingkungan, pengendalian polusi, serta
penggunaan produksi dan energi secara efisien.
Menurut Hardinsyah dan Iqbal, agar ketiga aspek tersebut
dapat diimplementasikan dibutuhkan strategi tertentu. Adapun
strategi dasar yang dapat digunakan dalam Implementasi prinsip-
prinsip CSR tersebut adalah:
1) Penguatan kapasitas (capacity building);
2) Kemitraan (collaboration); dan
33
3) Penerapan inovasi.
Pada sisi lain, Brodshaw dan Vogel (1981) juga
menyatakan bahwa ada 3 (tiga) dimensi dari garis besar ruang
lingkup CSR, yaitu sebagai berikut:
1) Corporate philantrophy adalah usaha-usaha amal yang
dilakukan oleh suatu perusahaan, dimana usaha-usaha amal ini
tidak berhubungan secara langsung dengan kegiatan normal
perusahaan. Usaha-usaha amal ini dapat berupa tanggapan
langsung perusahaan atas permintaan dari luar perusahaan atau
juga berupa pembentukan suatu badan tertentu, seperti yayasan
untuk mengelola usaha amal tersebut.
2) Corporate responsibility adalah usaha-usaha sebagai wujud
tanggung jawab sosial perusahaan ketika sedang mengejar
profitabilitas sebagai tujuan perusahaan.
3) Corporate policy adalah berkaitan erat dengan bagaimana
hubungan perusahaan dengan pemerintah yang meliputi posisi
suatu perusahaan dengan adanya berbagai kebijaksanaan
pemerintah yang mempengaruhi baik bagi perusahaan atau
masyarakat secara keseluruhan (Wahyudi, 2008:46).
Berkaitan dengan 3 (tiga) dimensi ruang lingkup CSR
tersebut, ternyata dalam prakteknya ada beberapa terminologi yang
mempunyai kemiripan atau bahkan sering diidentikkan dengan
CSR antara lain pemberian amal perusahaan (Corporate
34
Giving/Carity), Kedermawanan Perusahaan (Corporate
Philantropy), relasi kemasyarakatan Perusahaan (Corporate
Community/ Public Relations) dan pengembangan masyarakat
(Community Development). Dalam perkembangannya sendiri
ternyata keempat terminologi tersebut dapat pula dilihat sebagai
dimensi atau pendekatan CSR dalam konteks Investasi Sosial
Perusahaan (Corporate Sosial Investment) yang didorong oleh
spektrum motif yang terentang dari motif “amal” hingga
“pemberdayaan”.
Perkembangan lebih lanjut dari CSR dalam praktek etika
dunia usaha modern dewasa ini mencoba memberikan pembatasan
ruang lingkup CSR itu sendiri. Menurut Jack Mahoney dalam
orasinya menegaskan bahwa melalui praktek etis dunia usaha
modern dewasa sedikitnya ruang lingkup CSR dapat dibedakan
atas 4 (empat) yaitu:
1) Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang
berguna bagi kepentingan masyarakat luas.
Selama ini image yang berkembang pada sebagian
besar perusahaan sehubungan dengan keterlibatannya dalam
berbagai kegiatan sosial secara tradisional dianggap sebagai
ujud paling “urgen” sebagai implementasi CSR. Bahkan ada
image yang menyatakan bahwa keterlibatan perusahaan pada
kegiatan sosial inilah satu-satunya yang kegiatan CSR
35
dimaksud.Melalui keterlibatan perusahaan ini, diharapkan
perusahaan tidak hanya melakukan kegiatan bisnis demi
mencari keuntungan, melainkan juga ikut memikirkan
kebaikan, kemajuan, dan kesejahteraan masyarakat dengan
keterlibatannya dalam berbagai kegiatan sosial dalam
mengatasi ketimpangan sosial dan ekonomi.Kegiatan sosial ini
dapat diujudkan dalam berbagai bentuk diantaranya
pembangunan rumah ibadah, membangun sarana dan prasarana
fasilitas umum, penghijauan, pemberian beasiswa, pelatihan
secara cuma-cuma dan lain sebagainya.
Dari sekian banyak bentuk kegiatan sosial yang dapat
dlakukan oleh perusahaan, yang paling banyak mendapat
sorotan adalah kegiatan sosial yang dapat memecahkan
masalah ketimpangan sosial dan ekonomi.Kegiatan ini
didasarkan atas konsep keadilan distributif atau keadilan
ekonomi dari Aristoteles yang prinsipnya menyatakan bahwa
distribusi ekonomi baru dianggap adil apabila dibagi merata
bagi semua warga.Kegiatan ini dapat dilakukan dalam bentuk
membangun pola kemitraan dan pembinaan antara pengusaha
besar, kecil, dan koperasi.
Ada beberapa alasan mengapa perusahaan dilibatkan
dan atau melibatkan diri dalam kegiatan sosial tersebut:
36
a) Perusahaan dan karyawan adalah bagian integral dari
masyarakat setempat.
b) Perusahaan telah diuntungkan dengan mendapatkan hak
untuk mengelola sumber daya alam atau aktivitas lainnya
yang ada dalam masyarakat tersebut dengan mendatangkan
keuntungan bagi perusahaan. Dan pada tingkat tertentu
masyarakat telah berjasa pada perusahaan dengan
menyediakan tenaga profesional yang telah mendatangkan
keuntungan bagi perusahaan.
c) Perusahaan telah memperlihatkan komitmen moralnya
untuk tidak melakukan aktivitas yang merugikan
masyarakat.
d) Sebagai upaya menjalin interaksi dan komunikasi yang
baik antara perusahaan dengan masyarakat, supaya
keberadaan perusahaan dapat diterima ditengah-tengah
masyarakat itu sendiri. Akhirnya pada tingkatan tertentu
akan melahirkan rasa memiliki (sance of belongings)
masyarakat terhadap perusahaan. Dengan sendirinya
kondisi ini akan menciptakan iklim sosial dan politik yang
kondusif (Wahyudi, 2008:47).
2) Keuntungan ekonomis yang diperoleh perusahaan.
Kegiatan usaha modern ini, sulit untuk memisahkan
antara keuntungan ekonomis denngan keuntungan dari
37
keterlibatannya dalam aktivitas sosial. Fakta empiris
menunjukkan bahwa keterlibatan perusahaan dalam kegiatan
sosial sangat menunjang aktivitas usaha itu sendiri, yang pada
akhirnya akan menguntungkan perusahaan. Namun demikian
dewasa ini masih ada perusahaan yang menganut paham klasik
sebagaimana yang diungkapkan M. Friedman bahwa satu-
satunya tanggung jawab sosial perusahaan adalah
mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya bagi
perusahaan.Dalam kerangka inilah, keuntungan ekonomi
dilihat sebagai sebuah lingkup tanggung jawab moral dan
sosial yang sah dari suatu perusahaan.
Bila dilihat dari teori ekonomi klasik pertanyaan
tersebut tidak ada artinya, karena satu-satunya tanggung jawab
perusahaan adalah bagaimana menghimpun keuntungan
sebanyak-banyaknya.Tetapi bila dilihat dari optic bisnis
modern sekarang ini sangat sulit memisahkan antara
keuntungan ekonomis dari keterlibatan sosial.Fakta
menunjukkan bahwa dengan keterlibatan aktivitas sosial
sebagai ujud tanggung jawab sosial perusahaan sangat
menunjang kegiatan bisnis dan pada akhirnya menguntungkan
perusahaan itu sendiri (Wahyudi, 2008:48).
38
3) Memenuhi aturan hukum yang berlaku, baik yang berkaitan
dengan kegiatan dunia usaha maupun kehidupan sosial
masyarakat pada umumnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, Jack Mahoney
menegaskan betul bahwa lingkup tanggung jawab sosial
perusahaan yang “paling penting dan urgen” dewasa ini adalah
bagaimana suatu perusahaan mematuhi aturan hukum. Hal ini
tidak terlepas dari integritas masyarakat itu sendiri, karena
perusahaan adalah bagian masyarakat yang bertanggung jawab
dan berkewajiban untuk menjaga ketertiban dan keteraturan
tatanan sosial tersebut. Dengan kata lain perusahaan (rect
persoon) dan masyarakat sebagai kumpulan individu (naturlijk
persoon) merupakan subyek hukum yang sama-sama sebagai
pengemban hak dan kewajiban.
Asumsi dasar yang digunakannya adalah jika suatu
perusahaan tidak memenuhi aturan hukum yang ada,
sebagaimana halnya orang lain, maka ketertiban dan
keteraturan masyarakat tidak akan terwujud. Demikian pula
halnya dengan perusahaan, jika tidak menaati ketentuan hukum
mana tidak akan ada ketenangan, ketenteraman dan rasa aman
dalam melakukan setiap aktivitas usahanya (Wahyudi,
2008:49-50).
39
4) Menghormati hak dan kepentingan stakeholders atau pihak
terkait yang mempunyai kepentingan langsung maupun tidak
langsung aktivitas perusahaan.
Lingkup ke empat dari tanggung jawab sosial
perusahaan ini, sedang mendapatkan perhatian khusus dari
pemerintah, praktisi, akademisi, dan lembaga swadaya
masyarakat dewasa ini.Semua itu tidak terlepas dari asumsi
bahwa suatu perusahaan punya tanggung jawab moral dan
sosial.Hal ini berarti bahwa perusahaan secara moral dituntut
dan menuntut dirinya sendiri untuk bertanggung jawab atas
hak dan kenpentingan stakeholders. Tanggung jawab sosial
perusahaan akan menjadi hal yang bagitu konkret, baik demi
terciptanya suatu kehidupan sosial yang baik, maupun demi
keberlanjutan dan keberhasilan aktivitas perusahaan itu sendiri.
Atas dasar ruang lingkup CSR tersebut, CSRakan
menjadi hal yang harus dikonkretkan, baik demi terciptanya
suatu kehidupan sosial yang baik maupun demi kelangsungan
dan keberhasilan kegiatan bisnis perusahaan. Menurut
Wigrantoro Roes Setyadi dalam wawancara majalah Swa tahun
2004 menegaskan setidaknya ada 5 (lima) aspek yang perlu
menjadi perhatian bagi perusahaan ketika berupaya
meningkatkan tanggung jawab sosialnya, yaitu:
40
a) Melakukan bisnis dengan memperhatikan tanggung jawab
sosial dan etika;
b) Melindungi lingkungan lokasi bisnisnya dan selamatan
semua orang yang berkaitan dengan kegiatan bisnisnya;
c) Memberikan manfaat ekonomi dan lainnya kepada
masyarakat di mana saja perusahaan beroperasi;
d) Mendukung dan memberikan kontribusi terhadap upaya
penegakan hak asasi manusia;
e) Menerapkan berbagai kebijakan, program dan praktik
untuk mengelola perusahaan dengan menaati azas good
corporate governance, memastikan berlakunya perlakuan
adil (fair) kepada semua stakeholder, serta memberikan
informasi publik secara lengkap dan transparan (Wahyudi,
2008:50).
Kemudian Setyadi juga menjelaskan bahwa fenomena
kemitraan antara pelaku bisnis dan lingkungan sosial yang
semakin erat dan hal ini akan menjanjikan beberapa hal yang
bersifat positif yaitu:
a) Menjawab isu-isu kemanusiaan dan kemasyarakatan
dengan pengaruh yang luar biasa besarnya melalui cara-
cara baru dalam menyelesaikan permasalahan bisnis dan
sosial yang membutuhkan sumber daya dari multi sektor
dan multi sumber.
41
b) Meningkatkan nilai budaya masyarakat madani melalui
semangat partisipasi dalam kerja sama lintas kelompok dan
lintas sektor.
c) Membantu bisnis lebih berkemanusiaan dan organisasi
layanan masyarakat lebih berorientasi bisnis, pelaku bisnis
dan organisasi nirlaba dapat lebih baik dalam mencapai
misinya.
Mengingat begitu luasnya ruang lingkup CSR, maka
Siregar membagi atas 2 (dua) ruang lingkup utama, yaitu :
sumbernya
a) Tanggung jawab institusional atau struktural berupa
tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan sekitar
yang terikat oleh peraturan perundang-undangan.
Tanggung jawab sosial ini dicirikan dengan adanya sanksi
positif atau formal dari pemerintah apabila tidak
diindahkan.
b) Tanggung jawab kognitif atau interaksional yaitu tindakan
sosial sukarela yang tidak terikat oleh peraturan perundang-
undangan, tetapi dianggap penting atau dikerjakan oleh
perusahaan, baik oleh kebutuhan inheren produksi
perusahaan maupun oleh panggilan moral, sosial, dan
kemanusiaan. Tanggung jawab sosial ini dicirikan
absennya sanksi positif apabila tidak diindahkan, tetapi
42
dalam hal ini akan berlaku sanksi sosial atau formal
lainnya.
Dari 2 (dua) ruang lingkup utama CSR yang
diungkapkan oleh Siregar ini, terdapat hal yang kontradiktif.
Satu sisi menegaskan bahwa CSR sebagai tanggung jawab
institusional yang terkait secara formil dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku, sedangkan pada sisi lain
justru melihat CSR sebagai tanggung jawab yang bersifat
interaksinal yang bersifat sukarela. Atas pengelompokan CSR
yang kontradiktif ini, maka kalangan dunia perusahaan akan
memilih CSR dalam konteks yang akan menguntungkan
dirinya, meskipun pilihan tersebut masih diikuti dengan sanksi.
Oleh karena itu penulis sendiri lebih melihat CSR itu sebagai
tanggung jawab sosial yang bersifat imperatif. Makna
imperatif ini sendiri harus bersifat self-regulation bagi
perusahaan, sedangkan pemerintah harus memposisikan
dirinya sebagai corporate state dengan menuangkan aturan
CSR dalam arti bersifat umum yang disertai dengan aturan
yang bersifat sektoral yang akan menguraikan CSR sesuai
dengan bidang usaha masing-masing perusahaan (Wahyudi,
2008:51-52).
43
Sedangkan menurut Susanto (2003) menegaskan bahwa
bila CSR dilihat dari segi implementasinta dapat dibagi 3 (tiga)
tahapan atau kategori yaitu :
a) Social obligation, pada kategori ini implementasinya
sekadar untuk memenuhi persyaratan minimal yang
ditentukan oleh pemerintah dan ada kesan terpaksa.
b) Social raction, pada tahap ini sudah muncul kesadaran oleh
perusahaan akan pentingnya CSR, namun tetap saja
memiliki ketidakbaikan karena dilakukan setelah
masyarakat mengalami eksternalitas yang cukup lama
tanpa ada kebijakan dari perusahaan.
c) Social response, pada kategori ini masyarakat dan
perusahaan mencari peluang timbulnya kebaikan di tengah
masyarakat. Kategori ini lebih dari sekedar pendekatan ad
hoc, charity, atau tekan pihak luar. Ia lebih merupakan
sebuah dorongan internal (internally driven) dan jalinan
kemitraan (partnership).
Memahami begitu luasnya cakupan ruang lingkup CSR
tersebut, sedangkan masing-masing perusahaan mempunyai
karakter dan kondisi yang berbeda-beda. Kondisi ini akan
berdampak pada implementasi CSR yang berbeda-beda pada
masing-masing perusahaan. Namun demikian bila cakupan
CSR yang begitu luas dilihat secara komprehensif, maka
44
cakupan itu meliputi 5 (lima) bidang, yaitu ekonomi, politik,
sosial, legal, etika, dan diskresi.
1) Bidang Ekonomi
CSR di bidang ekonomi pada dasarnya dapat
dirumuskan sebagai kewajiban untuk berperan serta dalam
meningkatkan taraf hidup masyarakat, bukan hanya
internal, akan tetapi juga eksternal. Implikasinya pun
banyak, seperti penciptaan lapangan kerja, produksi barang
dan jasa yang bermanfaat bagi konsumen, tidak
memperlebar jurang pemisah antara yang kaya dan yang
miskin, dan secara internal memberikan imbalan yang adil,
wajar dan layak bagi para anggota organisasi.
2) Bidang Politik
Pada manajer dan seluruh karyawan suatu
organisasi adalah suatu masyarakat yang mempunyai hak
dan kewajiban sebagai mana warga lainnya.Oleh karena
itu, mereka pun mempunyai kewajiban di bidang politik
seperti misalnya turut menjaga stabilitas politik di
masyarakat dan menggunakan hak pilihnya dalam
pemilihan umum yang diselenggarakan oleh pemerintah.
3) Bidang Sosial
Sebagaimana halnya dengan bidang-bidang lainnya,
perusahaannya pun mempunyai kewajiban di bidang sosial
45
yang mencakup berbagai aspek, seperti tanggung jawab
untuk turut serta memajukan kegiatan pendidikan pada
semua jenjang mulai dari taman kanak-kanak, sekolah
dasar, sekolah lanjutan, pendidikan tinggi, mendorong dan
mendukung terselenggaranya kegiatan pendidikan non-
formal yang berlangsung seumur hidup, mendukung
program pemberantasan tuna aksara, mendorong kreativitas
masyarakat dibidang seni, termasuk seni musik, seni tari
dan seni lukis. Salah satu segi penting dari bidang sosial
ialah kebiasaan menggunakan bahasa nasional dengan cara
yang benar, seperti dalam proses berkomunikasi antar
individu dan antar kelompok dalam perusahaan. Di sini
termasuk penggunaan bahasa nasional dalam pemberian
nama atau identitas perusahaan dan dalam melakukan
berbagai kegiatan promosi produk yang dihasilkan.
4) Bidang Legal
Logika dan rasa tanggung jawab sebagai warga
Negara mengatakan bahwa ketaatan pada berbagai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
sesungguhnya bukan hanya merupakan salah satu tanggung
jawab sosial seseorang, akan tetapi merupakan “keharusan
mutlak”. Dengan ketaatan itu tertib sosial dapat terpelihara
dan keseimbangan antara hak dan kewajiban seseorang
46
dapat diwujudkan. Melanggar berbagai ketentuan yang
sifatnya normatif, bukan hanya akan merugikan orang yang
bersangkutan, akan tetapi juga merupakan jalan pintas
untuk ketidakberhasilan. Apabila seorang usahawan
melakukan berbagai pelanggaran terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku,
sesungguhnya ia melakukan sesuatu yang akhirnya
merugikan diri sendiri dan perusahaannya.
5) Bidang Etika
Sudah umum diakui dan diterima sebagai kenyataan
bahwa dalam kehidupan bersama, terdapat norma-norma
moral dan etika yang mengikat semua anggota masyarakat,
termasuk kalangan dunia usaha. Meskipun sulit
mengatakan bahwa norma-norma moral dan etika tersebut
berlaku secara universal, akan tetapi dilingkungan suatu
masyarakat tertentu biasanya terdapat kesepakatan tentang
norma-norma moral dan etika yang berlaku bagi mereka.
Pada dasarnya dapat dikatakan bahwa norma-norma moral
dan etika dianggap baik apabila diterima oleh masyarakat.
Dan kondisi ini pun berlaku dalam dunia perusahaan,
karena perusahaan merupakan anggota dari suatu
komunitas yang dalam artifisial sama dengan manusia
sendiri.
47
Penggunaan Diskresi Secara bertanggung jawab.
Dalam menyelenggarakan kegiatan bisnis, manajemen pada
umumnya memiliki diskresi dalam menentukan kebijakan
perusahaan, termasuk dalam pegambilan keputusan tentang
kewajiban sosial yang akan ditunaikannya. Penggunaan
diskreasi tersebut berbeda antara satu perusahaan dengan
perusahaan lainnya.Banyak faktor yang mempengaruhinya.
Akan tetapi yang jelas penggunaan diskresi tersebut harus
dilakukan secara bertanggung jawab dalam arti bahwa Ia
memperkuat komitmen manajemen untuk memikul tanggung
jawab sosialnya.
Sementara itu, Kotler dan Lee dalam bukunya
“Corporate Sosial Responsibility : Doing The Most Good For
You Company an Your Cause”, mengidentifikasikan 6 (enam)
pilihan program bagi perusahaan-perusahaan yang ingin
melakukan inisiatif dan aktivitas yang berkaitan dengan
berbagai masalah–masalah sosial sekaligus juga sebagai wujud
komitmen dari CSR, yaitu :
1) Cause promotion adalah kegiatan yang dilakukan dalam
bentuk memberikan kontribusi berupa dana dan
penggalangan dana untuk meningkatkan kesadaran akan
permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di
masyarakat.
48
2) Cause related marketing adalah bentuk kontribusi
perusahaan dengan menyisihkan beberapa persen dari
pendapatan yang diperoleh perusahaan sebagai donasi bagi
permasalahan sosial tertentu, untuk periode tertentu atau
produk tertentu.
3) Corporate social marketing adalah upaya untuk membantu
mengembangkan dan sekaligus juga
mengimplementasikannya dalam bentuk kampanye dengan
fokus mengubah perilaku tertentu yang mempunyai
pengaruh negatif.
4) Corporate philantrophy adalah inisiatif dari perusahaan
dengan memberikan kontribusi langsung kepada suatu
aktivitas amal, baik dalam bentuk donasi ataupun
sumbangan tunai.
5) Community volunteering adalah bentuk kegiatan yang
dilakukan langsung oleh perusahaan dalam memberikan
bantuan dan mendorong karyawan serta mitra bisnisnya
untuk secara sukarela terlibat dan membantu masyarakat
setempat.
6) Socially responsible business practice adalah inisiatif
perusahaan untuk mengadopsi dan melakukan praktek
bisnis tertentu serta investasi yang ditujukan untuk
49
meningkatkan kualitas sebuah komunitas dan melindungi
lingkungan.
Apa yang diuraikan oleh Kotler dan Lee sebagai
alternatif pilihan bagi perusahaan jika mau
mengimplementasikan CSR dalam aktivitas usahanya, namun
alternatif tersebut masih didasarkan paradigma bahwa CSR
lebih bersifat voluntari belum lagi mengarah pada suatu
kewajiban dalam makna liability (Wahyudi, 2008:52-57).
b. Prinsip-prinsip Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, di mana sampai
saat sekarang belum ada kesatuan pandang baik dari lembaga
maupun para pakar mengenai pengertian maupun ruang lingkup
CSR tersebut, sehingga implementasi CSR itu sendiri amat
tergantung dari pemahaman dan kebutuhan dari perusahaan yang
bersangkutan. Namun demikian berdasarkan pengertian dan ruang
lingkupnya dapat ditarik prinsip-prinsip yang terdapat pada CSR
tersebut.
Salah seorang pakar CSR dari University of Bath Inggris
yaitu Alyson Warhurst, di mana pada tahun 1998 beliau
menjelaskan ada 16 (enam belas) prinsip yang harus diperhatikan
dalam mengimplementasikan CSR. Adapun prinsip-prinsip itu
adalah sebagai berikut:
50
1) Prioritas Perusahaan.
Dalam hal ini perusahaan harus menjadikan tanggung
jawab sosial sebagai prioritas tertinggi dan penentu utama
dalam pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian suatu
perusahaan dapat membuat kebijakan, program, dan praktek
dalam menjalankan aktivitas bisnisnya dengan cara lebih
bertanggung jawab secara sosial.
2) Manajemen Terpadu.
Manajer sebagai pengendali dan pengambil keputusan
harus mampu mengintegrasikan setiap kebijakan dan program
dalam aktivitas bisnisnya, sebagai salah satu unsur dalam
fungsi manajemen.
3) Proses Perbaikan.
Setiap kebijakan, program, dan kinerja sosial harus
dilakukan evaluasi secara berkesinambungan didasarkan atas
temuan riset mutakhir dan memahami kebutuhan sosial serta
menerapkan kriteria sosial tersebut secara global.
4) Pendidikan Karyawan.
Karyawan sebagai stakeholders primer harus
ditingkatkan kemampuan dan keahliannya, oleh karena itu
perusahaan harus memotivasi mereka melalui program
pendidikan dan pelatihan.
51
5) Pengkajian.
Perusahaan sebelum malakukan sekecil apapun suatu
kegiatan harus terlebih dahulu melakukan kajian mengenai
dampak sosialnya.Kegiatan ini tidak saja dilakukan pada saat
memulai suatu kegiatan, tapi juga pada saat sebelum
mengakhiri atau menutup suatu kegiatan.
6) Produk dan Jasa.
Suatu perusahaan harus senantiasa berusaha
mengembangkan suatu produk dan jasa yang tidak mempunyai
dampak negatif secara sosial.
7) Informasi Publik.
Memberikan informasi dan bila perlu mengadakan
pendidikan terhadap konsumen, distributor, dan masyarakat
umum tentang penggunaan, penyimpanan, dan pembuangan
atas suatu produk barang dan atau jasa.
8) Fasilitas dan Operasi.
Mengembangkan, merancang, dan mengoperasikan
fasilitas serta menjalankan kegiatan dengan
mempertimbangkan temuan yang berkaitan dengan dampak
sosial dari suatu kegiatan perusahaan.
9) Penelitian.
Melakukan dan atau mendukung suatu riset atas
dampak sosial dari penggunaan bahan baku, produk, proses,
52
emisi, dan limbah yang dihasilkan sehubungan dengan
kegiatan usaha. Penelitian itu sendiri dilakukan dalam upaya
mengurangi dan atau meniadakan dampak negatif kegiatan
dimaksud.
10) Prinsip Pencegahan.
Memodifikasi manufaktur, pemasaran dan atau
penggunaan atas produk barang atau jasa yang sejalan dengan
hasil penelitian mutakhir.Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya
mencegah dampak sosial yang bersifat negatif.
11) Kontraktor dan Pemasok.
Mendorong kontraktor dan pemasok untuk
mengimplementasikan dari prinsip-prinsip tanggung jawab
sosial perusahaan, baik yang telah maupun yang akan
melakukannya. Bila perlu menjadikan tanggung jawab sosial
sebagai bagian dari suatu persyaratan dalam kegiatan
usahanya.
12) Siaga Menghadapi Darurat.
Perusahaan harus menyusun dan merumuskan rencana
dalam menghadapi keadaan darurat. Dan bila terjadi keadaan
berbahaya perusahaan harus bekerja sama dengan layanan
gawat darurat (emergency), instansi berwenang, dan komunitas
lokal. Selain itu perusahaan berusaha mengenali potensi
bahaya yang muncul.
53
13) Transfer Best Practise.
Berkontribusi pada pengembangan dan transfer bisnis
praktis sepanjang bertanggung jawab secara sosial pada semua
industry dan sektor publik.
14) Memberikan Sumbangan.
Sumbangan ini ditujukan untuk pengembangan usaha
bersama, kebijakan publik dan bisnis, lembaga pemerintah dan
lintas departemen serta lembaga pendidikan akan membantu
meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab sosial.
15) Keterbukaan (disclosure).
Menumbuh kembangkan budaya keterbukaan dan
dialogis dalam lingkungan perusahaan dan dengan unsur
publik.Selain itu perusahaan harus mampu mengantisipasi dan
memberikan respons terhadap resiko potensial (potencial
hazard) yang mungkin muncul, dan dampak negatif dari
operasi, produk, limbah, dan jasa.
16) Pencapaian dan Pelaporan.
Melakukan evaluasi atas hasil kinerja sosial,
melaksanakan audit sosial secara berkala dan mengkaji
pencapaian berdasarkan kriteria perusahaan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan serta menyampaikan informasi
tersebut kepada dewan direksi, pemegang saham, pekerja, dan
publik.
54
Pada sisi lain, Organization for Economic Cooperation
andDevelopment (OECD) pada saat pertemuan para menteri
anggota OECD di Perancis tahun 2000 juga merumuskan
prinsip-prinsip yang dapat dijadikan pedoman dalam
implementasi CSR bagi perusahaan transnasional. Pedoman itu
berisikan kebijakan umum yang meliputi :
a) Memberi kontribusi untuk kemajuan ekonomi, sosial, dan
lingkungan berdasarkan pandangan untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
b) Menghormati hak-hak asasi manusia yang dipengaruhi oleh
kegiatan yang dijalankan perusahaan tersebut, sejalan
dengan kewajiban dan komitmen pemerintah di Negara
tempat perusahaan beroperasi.
c) Mendorong pembangunan kapasitas lokal melalui kerja
sama yang erat dengan komunitas lokal. Termasuk
kepentingan bisnis. Selain mengembangkan kegiatan
perusahaan di pasar dalam dan luar negeri sejalan dengan
kebutuhan praktek perdagangan.
d) Mendorong pembentukan human capital, khuusnya melalui
penciptaan kesempatan kerja dan memfasilitasi pelatihan
bagi karyawan.
e) Menahan diri untuk tidak mencari atau menerima
pembebasan di luar yang dibenarkan secara hukum yang
55
terkait dengan lingkungan, kesehatan dan keselamatan
kerja, perburuhan, perpajakan, insentif finansial dan isu-isu
lainnya.
f) Mendorong dan memegang teguh prinsip-prinsip Good
CorporateGovernment (GCG) serta mengembangkan dan
menerapkan praktek-praktek tata kelola perusahaan yang
baik.
g) Mengembangkan dan menerapkan praktek-praktek sistem
manajemen yang mengatur diri sendiri (self-regulation)
secara efektif guna menumbuh kembangkan relasi saling
percaya diantara perusahaan dan masyarakat setempat di
mana perusahaan beroperasi.
h) Mendorong kesadaran pekerja yang sejalan dengan
kebijakan perusahaan melalui penyebarluasan informasi
tentang kebijakan-kebijakan itu pada pekerja termasuk
melalui program-program pelatihan.
i) Menahan diri untuk tidak melakukan tindakan tebang pilih
(discrimination) dan indisipliner.
j) Mengembangkan mitra bisnis, termasuk para pemasok dan
sub-kontraktor, untuk menerapkan aturan perusahaan yang
sejalan dengan pedoman tersebut.
k) Bersikap abstain terhadap semua keterlibatan yang tak
sepatutnya dalam kegiatan-kegiatan politik lokal.
56
Dari rincian prinsip-prinsip CSR sebagaimana tersebut
diatas, baik dari Alyson Warshurst maupun OECD terlihat bahwa
prinsip CSR tersebut tidak terlepas dari konsep Tripel Bottom Line
sebagaimana diungkpkan oleh John Elkingston yang terdiri atas
economic properity, environmental quality, and social justice.
Selain ketiga prinsip dasar tersebut, ada beberapa prinsip yang
perlu ditambahkan yaitu, prinsip Hak Asasi Manusia (HAM),
Good Corporate Governance (GCG), law enforcement dan
Netralitas (Wahyudi, 2008:57-61).
c. Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Di kalangan sebagian dunia usaha, sudah tumbuh
pengakuan bahwa keberhasilan ekonomi dan finansial mereka
berkaitan erat dengan kondisi sosial dan lingkungan di mana
perusahaan mereka beroperasi.Untuk mewujudkan tanggung
jawab semacam itu, dunia usaha diharapkan memperhatikan
dengan sungguh-sungguh CSR dalam aktivitas usahanya.Pada
intinya, CSR merupakan komitmen dari perusahaan untuk
mengintegrasikan kepeduliannya terhadap masalah ekonomi,
sosial dan lingkungan atau lebih dikenal dengan istilah “triple
bottom line”. Dalam implementasinya secara ringkas bentuk dari
CSR ini dapat digolongkan dalam empat bentuk, yaitu :
1) Pengelolaan lingkungan kerja secara baik, termasuk
didalamnya penyediaan lingkungan yang aman dan nyaman,
57
sistem kompensasi yang layak dan perhatian terhadap
kesejahteraan karyawan dan keluarga.
2) Kemitraan antara perusahaan dengan masyarakat, khususnya
masyarakat lokal. Kemitraan ini diwujudkan secara umum
dalam program community development untuk membantu
peningkatan kesejahteraan umum masyarakat setempat dalam
kurun waktu yang cukup panjang. Melalui program ini,
diharapkan masyarakat akan menerima manfaat keberadaan
perusahaan yang digunakan untuk menopang kemandiriannya
bahkan setelah perusahaan berhenti beroperasi.
3) Penanganan kelestarian lingkungan, kegiatan ini dimulai dari
lingkungan perusahaan sendiri, termasuk melakukan
penghematan penggunaan listrik, air, kertas dan lain
sebagainya sampai peenanganan limbah akibat kegiatan
perusahaan, agar tidak mencemari lingkungan sekitar kantor,
pabrik, dan atau lahan.
4) Investasi sosial yang sering diartikan secara sempit sebagai
“kegiatan amal perusahaan”. Makna sesungguhnya adalah
perusahaan member dukungan finansial dan non-finansial
terhadap kegiatan sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh
kelompok/organisasi lain yang pada akhirnya akan menunjang
kegiatan bisnis perusahaan, karena perusahaan melalui
58
investasi sosial akan dapat menuai citra yang positif (corporate
image).
Menilik semua bentuk CSR tersebut, perusahaan memang
perlu melakukan itu semua semata-mata untuk kelangsungan
perusahaan itu sendiri.Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan tersebut, harus dianggap sebagai bagian dari investasi,
jadi bukan biaya. Semua itu bertujuan agar perusahaan dapat
menjalankan fungsi utamanya yaitu berusaha untuk
menghasilkan keuntungan dan bertahan lama.
Berdasarkan hal tersebut, Jorg Andriof dan Malcolm
Meintosch (2001) menegaskan bahwa CSR meliputi semua
dimensi dari dampak, hubungan dan tanggung jawab perusahaan
terhadap masyarakat secara keseluruhan. Dampak ini akan
memperlihatkan sebuah pengaruh yang tersebar luas di dalam
masyarakat, seperti sebuah batu yang dilempar kedalam kolam,
dapat dibagi ke dalam tiga bidang, bidang-bidang yang
berhubungan dengan ekonomi, sosial, dan lingkungan (Wahyudi,
2008:62-63).
59
B. (Baitul Mal wat-Tamwil) BMT
1. Sejarah BMT
Istilah baitu tamwil (BT), namanya pernah popular lewat BT
Teksona di Bandung dan BT Ridho Gusti di Jakarta. Keduanya kini
tidak ada lagi, setelah itu walapun dengan bentuk berbeda namun
memiliki persamaan daalam tata kerjanya, pada bulan Agustus 1991
berdiri sebuah Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah (BPRS) di Bandung.
Kelahirannya terus diikuti dengan beroperasinya Bank Muamalat
Indonesia (BMI) pada bulan Juni 1992. Semakin menjamurnya BT
dan istilah BMT pada tahun-tahun itu didukung oleh Syariah Banking
Institute (SBI), Institute for Shari’ah Economic Development (ISED),
serta Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Bank Syari’ah
(LPPBS).
Dalam konteks Indonesia, keinginan tersebut nampaknya
sejalan dengan kebijakan pemerintah, yang memberikan respon positif
terhadap usulan pendirian bank Syariah. Dengan disahkannya II No. 7
Tahun 1992 tentang Perbankan yang mencantumkan kebebasan
penentuan imbalan dan sistem keuangan bagi hasil, juga dengan
terbitnya Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 yang memberikan
batasan tegas bahwa bank diperbolehkan melakukan kegiatan usaha
dengan berdasarkan prinsip bagi hasil, maka mulailah bermunculan
perbankan yang menggunakan system syari’ah, seperti Bank
60
Muamalat Indonesia (BMI), BNI Syari’ah, BPRS-BPRS, dan Baitul
Mal wat Tamwil (BMT).
Perkembangan ekonomi Islam tidak hanya berhenti pada
tingkatan ekonomi makro, tetapi telah mulai menyentuh sektor paling
bawah yaitu mikro.Lahirnya lembaga keuangan mikro Islam yang
berorientasi sebagai lembaga sosial keagamaan, kemudian popular
dengan istilah BMT.Munculnya BMT sebagai lembaga keuangan
mikro Islam yang bergerak pada sector riil masyarakat bawah dan
menengah sejalan dengan lahirnya Bank Muamalat Indonesia
(BMI).Karena BMI sendiri secara operasional tidak dapat menyentuh
masyarakat kecil ini, maka BMT menjadi salah satu lembaga
keuangan mikro Islam yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
(Sumiyanto, 2008:20-23).
Kelahiran BMT sangat menunjang sistem perekonomian pada
masyarakat yang berada di daerah karena di samping sebagai lembaga
keuangan Islam, BMT juga memberikan pengetahuan-pengetahuan
agama pada masyarakat yang tergolong mempunyai pemahaman
agama yang rendah.Dengan demikian, fungsi BMT sebagai lembaga
ekonomi dan social keagamaan betul-betul terasa dan nyata
hasilnya.Lahirnya BMT ini diantaranya dilatarbelakangi oleh beberapa
alasan sebagai berikut.
a. Agar masyarakat dapat terhindar dari pengaruh sistem ekonomi
kapitalis dan sosialis yang hanya memberikan keuntungan bagi
61
mereka yang mempunyai modal banyak. Sehingga ditawarkan
sebuah sistem ekonomi yang berbasis syari’ah.
b. Melakukan pembinaan dan pendanaan pada masyarakat menengah
kebawah secara intensif dan berkelanjutan.
c. Agar masyarakat terhindar dari rentenir-rentenir yang memberikan
pinjaman modal dengan sistem bunga yang sangat tidak
manusiawi.
d. Agar ada alokasi dana yang merata pada masyarakat, yang
fungsinya untuk menciptakan keadilan sosial.
Realitas menunjukkan, adanya BMT didaerah sangat
membantu masyarakat dalam rangka pmenuhan kebutuhan ekonomi
yang saling menguntungkan dengan memakai sistem bagi
hasil.Disamping itu juga ada bimbingan yang bersifat pemberian
pengajian kepada masyarakat dengan tujuan sebagai sarana
transformatif untuk lebih mengakrabkan diri pada nilai-nilai agama
Islam yang bersentuhan langsung dengan kehidupan sosial
masyarakat. (Sumiyanto, 2008:23-24).
BMT mempunyai beberapa komitmen yang harus dijaga
supaya konsisten terhadap perannya, komitmen tersebut adalah:
a. Menjaga nilai-nilai syariah dalam operasi BMT.
b. Memperhatikan permasalahan-permasalahan yang berhubungan
dengan pembinaan dan pendanaan usaha kecil.
c. Meningkatkan profesionalitas BMT dari waktu ke waktu.
62
d. Ikut terlibat dalam memelihara kesinambungan usaha masyarakat.
Perkembangan BMT cukup pesat, hingga akhir 2001 Pinbuk
mendata ada 2938 BMT terdaftar dan 1828 BMT yang melaporkan
kegiatannya (Sudarsono, 2003:85).
2. Pengertian BMT
BMT merupakan kependekan dari Baitul Mal wat-Tamwil atau
dapat juga ditulis Baitul Maal wa baitu Tamwil. Secara
harfiah/llughowi Baitul Maal berarti rumah dana dan baitul Tamwil
berarti rumah usaha. Kedua pengertian tersebut memiliki makna dan
dampak yang berbeda.Baitul Maal dengan segala konsekuensinya
merupakan lembaga sosial yang berdampak pada tidaknya profit atau
keuntungan duniawi atau material didalamnya, sedangkan baitul
Tamwil merupakan lembaga bisnis yang karenanya harus dapat
berjalan sesuai prinsip bisnis yakni efektif dan efisien.
Kesimpulannya, BMT merupakan organisasi bisnis yang juga
berperan sebagai sosial. Sebagai lembaga sosial, Baitul Maal memiliki
kesamaan fungsi dan peran dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ) atau
Badan Amil Zakat milik pemerintah, oleh karenanya, Baitul Maal ini
harus didorong untuk mampu berperan secara profesional menjasi
LAZ yang mapan. Fungsi tersebut paling tidak meliputi upaya
pengumpuan dana zakat, infaq, sedekah, wakaf dan sumber dana-dana
sosial yang lain, serta upaya pentsyarufan zakat kepada golongan yang
paling berhak sesuai dengan ketentuan asnabiah (UU nomor 38 tahun
63
1999). Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih memfokuskan kegiatan
usahanya pada sektor keuangan, yakni simpan-pinjam dengan pola
syariah.
Dalam perspektif hukum di Indonesia, sampai sekarang badan
hukum yang paling mungkin untuk BMT adalah koperasi, baik serba
usaha (KSU) maupun simpan-pinjam Syari’ah (KSPS).Bagi BMT
yang berbadan hukum KSU, diharuskan membentuk Unit Simpan-
Pinjam Syari’ah (USPS). Sistem operasional BMT tidak sama persis
dengan koperasi, oleh sebab itu sebelum beroperasi BMT harus segera
mengurus badan hukum, supaya lembaganya menjadi legal. Sambil
menunggu turunnya badan hukum dari instansi yang berhak, BMT
dapat mengajukan sertifikat operasional dari lembaga yang berhak
seperti PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil) (Ridwan,
2006:01-03).
3. Dasar Hukum BMT
Pesatnya aktivitas ekonomi masyarakat berbasis syari’ah
membuat kehadiran regulasi yang mandiri menjadi sebuah
keniscayaan.Bank-bank Syari’ah dan BPRS tunduk pada peraturan
Bank Indonesia.Sedangkan Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
daalam bentuk BMT hingga saat ini belum ada regulasi yang mandiri
dan realitasnya berbadan hukum koperasi sehingga tunduk terhadap
peraturan perkoperasian.Sedangkan ditinjau dari segmen usahanya
BMT juga termasuk UKM karenanya juga mengikuti peraturan-
64
peraturan terkait pembinaan dan pengembangan usaha kecil (Amalia,
2009:242).
Hingga saat ini status kelembagaan atau badan hukum yang
memanyungi keabsahan BMT adalah Koperasi, hal ini berarti
kelembagaan BMT tunduk pada Undang-Undang Perkoperasian
Nomor 17 tahun 2012 dan secara spesifik diatur dalam Keputusan
Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor
91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang petunjuk pelaksanaan Kegiatan
Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah (KJKS) (Amalia, 2009:243).
4. Visi BMT
Visi BMT harus mengarah pada upaya untuk mewujudkan
BMT menjadi lembaga yang mampu meningkatkan kualitas Ibadah
anggota (Ibadah dalam arti luas), sehingga mampu berperan sebagai
wakil-pengabdi Allah SWT, memakmurkan kehidupan anggota pada
khususnya dan msyarakat pada umumnya. Titik tekan perumusan visi
BMT adalah mewujudkan lembaga yang profesional dan dapat
meningkatkan kualitas Ibadah (Ridwan, 2006:03).
5. Misi BMT
Misi BMT adalah membangun dan mengembangkan tatanan
perekonomian dan struktur masyarakat madani yang adil dan
berkemakmuran-berkemajuan, berlandaskan Syari’ah dan ridha Allah
SWT.Dapat dipahami bahwa misi BMT semata-mata mencari
keuntungan dan penumpukan laba-modal pada segolongan orang kaya
65
saja, tetapi lebih berorientasi pada pendistribusian laba yang merata
dan adil sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam (Ridwan,
2006:04).
6. Tujuan dan Sifat BMT
a. Tujuan
Untuk meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
b. Sifat
BMT bersifat usaha bisnis, mandiri ditumbuhkembangkan
secara swadaya dan dikelola secara profesional.Sifat usaha BMT
yang berorientasi pada bisnis (core bisnis) dimaksudkan supaya
pengelolaan BMT dapat dijalankan secara professional, sehingga
mencapai tingkat efisiensi yang tinggi. Aspek bisnis BMT menjadi
kunci sukses mengembangkan BMT, dari sinilah BMT akan
mampu memberikan bagi hasil yang kompetitif kepada para
shahibul maal serta mampu meningkatkan kesejahteraan para
pengelolanya sejajar dengan lembaga lain (Ridwan, 2006:5-6).
7. Asas dan Landasan BMT
BMT berazaskan Pancasila dan UUD 1945 serta berlandaskan
prinsip Syari’ah Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah),
kekeluargaan/koperasi, kebersamaan, kemandirian dan
profesionalisme (Ridwan, 2006:6).
66
8. Prinsip, Fungsi dan Peranan BMT
a. Prinsip
Dalam melaksanakan usahanya BMT, berpegang teguh
pada prinsip utama sebagai berikut:
1) Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan
mengimplementasikan pada prinsip-prinsip Syari’ah dan
muamalah Islam ke dalam kehidupan nyata.
2) Keterpaduan, yakni nilai-nilai spiritual dan moral
menggerakkan dan mengarahkan etika bisnis yang dinamis,
proaktif, progresif adil dan berakhlaq mulia.
3) Kekeluargaan, yakni mengutamakan kepentingan bersama
diatas kepentingan pribadi.
4) Kebersamaan, yakni kesatuan pola pikir, sikap dan cita-cita
antar semua elemen BMT.
5) Kemandirian, yakni mandiri diatas semua golongan politik.
6) Profesionalisme, yakni semangat kerja yang tinggi, dilandasi
dengan dasar keimanan.
7) Istiqomah; konsisten, konsekuen, kontinyuitas/berkenjutan
tanpa henti dan tanpa pernah putus asa (Sudarsono, 2003:89).
b. Fungsi dan Peranan
Dalam rangka mencapai tujuannya, BMT berfungsi:
1) Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisir, mendorong
dan mengembangkan potensi serta kemampuan potensi
67
ekonomi anggota, kelompok anggota muamalat (Pokusma) dan
daerah kerjanya.
2) Meningkatkan kualitas SDI (sumber daya insani anggota dan
Pokusma menjadi lebih profesional dan Islami sehingga
semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan
global.
3) Menggalang dan memobilisir potensi masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan anggota.
4) Menjadi perantara keuangan (Financial Intermediary) antara
aghniya sebagai shahibul maal dengan du’afa sebagai
Mudharub, terutama untuk dana-dana sosial.
5) Menjadi perantara keuangan (Financial Intermediary), antara
pemilik dana (shahibul maal), baik sebagai pemodal maupun
penyimpan dengan pengguna dana (mudharib) untuk
pengembangan usaha produktif (Ridwan, 2006:7-9).
68
BAB III
BMT AMAL MULIA SURUH KABUPATEN SEMARANG
A. Gambaran Umum BMT Amal Mulia
1. Profil BMT Amal Mulia
a. Sejarah BMT Amal Mulia
BMT Amal Mulia merupakan salah satu dari 15 Koperasi
Syari’ah di wilayah Kabupaten Semarang yang lahir melalui
program P3T (Penanggulangan Pengangguran Pekerja Terampil)
pada bidang LEP (Lembaga Ekonomi Produktif) yang
diselenggarakan kerja sama antara Depnaker Kabupaten Semarang
dengan fasilitor PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil) Dati
II Kabupaten Semarang.
Proses pendirian diawali dengan sosialisasi Koperasi
Syari’ah oleh PINBUK Dati II Kabupaten Semarang pada acara
Pengajian IPHI Kecamatan Suruh yang diselenggarakan di rumah
Bapak. H. Syahri Dusun Morangan Desa Suruh, sosialisasi
perdana Kecamatan Suruh ini bersifat informatif.
Bersamaan dengan Calon Pengelola yang telah terseleksi
melalui P3T tersebut mengikuti pelatihan tentang manajemen
operasional Koperasi Syari’ah se-Jawa Tengah di Asrama Haji
Donohudan Solo yang diselenggarakan oleh PINBUK Dati I
Provinsi Jawa Tengah. Pelatihan tersebut diadakan selama dua
69
minggu dan dilanjutkan dengan Job on Training di Koperasi
Syari’ah Assa’adah Gedangan Sraten Salatiga selama tiga hari.
Setelah pelatihan purna dan Jon on Training selesai
kemudian diadakan pertemuan ulang pada pertengahan bulan
Agustus 1998 di rumah Bapak H. Badarudin yang dihadiri oleh
beberapa orang yang merupakan tim formatur yang
mengagendakan segera dibentuk susunan pengurus sementara
kemudian ditindak lanjuti pertemuan di Gedung Ar-Rohmah yang
dihadiri oleh calon Pendiri tepat pada acara itu disahkan Susunan
Pengurus BMT AMAL MULIA Suruh serta disepakati ketentuan
simpanan Pokok per anggota Rp. 200.000,- dan simpanan wajib
per anggota pendiri sebanyak Rp. 2000,- setiap bulannya.
Akhirnya pada hari Selasa Pon tanggal 20 Oktober 1998
telah diresmikan BMT AMAL MULIA oleh Bapak Camat Suruh
yang berlokasi di Jl. Sumberejo Suruh No. 57 yang dihadiri oleh
sejumlah tokoh Masyarakat, Pengurus, Anggota Pendiri dan tamu
undangan lainnya.
b. Obyek Tempat Praktik, Visi, Misi, dan Tujuan BMT Amal Mulia
1) Obyek tempat praktik
Obyek tempat praktik adalah Koperasi BMT Amal
Mulia, yang terletak Dusun Karangasem Desa Suruh,
Kecamatan Suruh. Jl. Raya Suruh-Salatiga.
70
a) Daerah sekitar lokasi BMT Amal Mulia di Suruh belum
terdapat lembaga keuangan sekitar yang sejenis.
b) Kantor yang mudah dijangkau transportasi sebab kantor
berhadapan langsung dengan Jalan Suruh-Salatiga.
c) Tempat dengan aktivitas ekonomi berupa pasar sekitar 200
meter, sehingga dapat memudahkan nasabah.
2) Visi, Misi dan Tujuan
BMT Amal Mulia Suruh adalah sebuah lembaga
ekonomi swadaya yang tumbuh dan berkembang diwilayah
Suruh dan sekitarnya. BMT Amal Mulia terlahir dengan tujuan
untuk berperan aktif dalam memberdayakan dan
mengembangkan ekonomi umat melalui sebuah lembaga
keuangan rakyat berdasarkan syariat Islam sebagai sarana
untuk meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi dengan
sasaran utama para pedagang dan pengusaha kecil serta
masyarakat umum kelas menengah kebawah. Adapun target
yang hendak dicapai adalah terbentuknya pusat penghimpunan
dan pendistribusian dana umat berdasarkan syariat Islam
dengan sistem bagi hasil melalui kegiatan atau usaha yang
bersifat produktif, sosial, dan perspektif, untuk memberi
semangat usaha masyarakat dalam rangka mencapai
kesejahteraan hidup.
71
c. Manajemen BMT Amal Mulia
1) Aspek Hukum
Nama Koperasi : Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah
“BMT Amal Mulia”
No. Badan Hukum : 069/BH/KDK.II.I/III/1999 tanggal
24 Maret 1999
Perubahan : 01/PAD/I/2011 tanggal 12 Januari
2011
Kantor Pusat : Jln. Raya Suruh-Salatiga,
Kecamatan Suruh Kab. Semarang
Telp. (0298) 317100
Kantor Cabang : Jln. Raya Suruh-Salatiga,
Kecamatan Suruh Kab. Semarang
Telp. (0298) 317100
Kantor Cabang : Jln. Raya Wonosegoro-Karanggede,
Trayon, Kebonan, Kec. Karanggede
Kabupaten Boyolali Telp. (0298)
610714
72
Kantor Cabang : Jln. Wahid Hasyim No 16, Sidorejo
Lor, Sidorejo, Kota Salatiga
Telp. (0298) 322969
NPWP : 02.253.369.9.505.000
SIUP : 503/17/PM/IV/2010
TDP : 111726500227
Ijin Simpan Pinjam :
Kab. Semarang : 007/SISPK/KD.UMKM/XII/2009
Jawa Tengah : 14/SISPK.KDK.11.III/2010
d. Sumber Daya Manusia (SDM) terdiri dari Pengurus, Pengawas,
dan Pengelola.
Susunan Pengurus terdiri dari 3 orang :
Ketua : H. Hartoyo SPd
Sekretaris : Siti Sa’idah, AMd.
Bendahara : H. Budoyo Akbar
Susunan Pengawas terdiri dari 3 orang :
Ketua : Ahmad Hazim, SE
Anggota 1 : Ikhwanul Muslim, Sag
Anggota 2 : Drs. Wazir
73
Susunan Dewan Pengawas Syari’ah terdiri dari 3
orang:
Ketua : KH. Fatkhul Djawad Zuhdi
Anggota 1 : KH. Mahasin
Anggota 2 : H.Suyitno Mushoffa,A. Md.
Karyawan terdiri dari 25 orang sebagai berikut :
Tabel 3.1 Jumlah Karyawan BMT Amal Mulia
NO NAMA JABATAN
1 H. Mustofa Al Amin, S. Ag. Manejer Umum
2 Isti’anah, SE Manejer Cabang
3 Amir Mahmud Manejer Cabang
4 Iwan Susiyanto, SE Manejer Cabang
5 Restina Hardanik, SE Kasir/Teller
6 Nur Faizah. A. Md Kasir/Teller
7 Fatmawati, A. Md Kasir/Teller
8 Siti Sa’idah, A. Md Pembiayaan
9 Linta Aftuha Maulana, SE Customer Service
10 Kiptiyah, BA Marketing
11 Edi Yulianto Marketing
12 Slamet Bagyo Marketing
13 Sihabudin, SE Marketing
14 Hamdan Majid, A. Md Marketing
15 Sri Susilowati, A. Md Marketing
16 Puji Hariyono, S. Pd Marketing
17 Wahyu Adi Prasetyo, S. Kom Marketing
18 Any Puji Rahayu, A. Md Marketing
19 Najmuddin Zaky, SH Marketing
20 Satria Anugrah, S.I.Kom Marketing
21 Sukarli Penjaga
22 Wahyudi Penjaga
23 Avid Eka Ardana Penjaga
24 Sugito Penjaga
74
25 Sahid Akbar Penjaga
Tabel 3.2 Jumlah Anggota BMT Amal Mulia
2014 2015 KENAIKAN
JUMLAH %
4.287 4.958 671 15.65
e. Filosofi Kerja BMT Amal Mulia
Di BMT Amal Mulia mempunyai filosofi kerja yaitu:
a) Membangun ekonomi rakyat
b) Melayani dengan 3S (Sapa Senyum Salam)
c) Dari anggota untuk anggota
d) Keimanan, dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan
mengimplementasikannya pada prinsi-prinsip syariah dan
muamalah Islam ke dalam kehidupan nyata.
e) Kekeluargaan, yakni mengutamakan kepentingan bersama
diatas kepentingan pribadi. Semua pengelola pada setiap
tingkatan, pengutus dan semua lininya serta anggota dibangun
atas rasa kekeluargaan, sehingga akan tumbuh rasa saling
melindungi dan menanggung (ta’aruf, ta’awaun, tasamuh,
tausiah, dan takafuli).
f) Kebersamaan, yakni kesatuan pola pikir, sikap dan cita-cita
antar semua elemen BMT Amal Mulia. Antara pengelola
75
dengan pengurus harus memiliki satu visi-misi dan berusaha
bersama-sama untuk mewujudkan atau mencapai visi-misi
tersebut serta bersama-sama anggota untuk memperbaiki
kondisi ekonomi dan sosial.
g) Kemandirian, yakni mandiri atas semua golongan politik.
Mandiri berarti juga tidak tergantung dengan dana-dana
pinjaman dan “bantuan” tetapi senantiasa proaktif untuk
menggalang dana masyarakat sebanyak-banyaknya.
h) Profesionalisme, yakni semangat kerja yang tinggi (amalus
saleh/ahsanu amala) yakni dilandasi dengan dasar keimanan.
i) Istiqamah; konsisten, konsekuen, kontinyuitas /berkelanjutan
tanpa henti dan tanpa putus asa.
2. Struktur Organisasi BMT Amal Mulia
Suatu kegiatan usaha agar berjalan sesuai dengan tujuan suatu
lembaga atau perusahaan, maka diperlukan adanya struktur organisasi
yang baik. Struktur organisasi yang ditentukan dengan baik juga harus
didukung moral karyawan untuk membentuk kerja yang loyal dan
harmonis.
Dalam menentukan bentuk struktur organisasi, tentunya
disesuaikan dengan kebutuhan dan pertumbuhan lembaga atau
perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar pekerjaan yang ada dapat
terselesaikan secara efektif dan efisien.
76
Susunan Organisasi Koperasi BMT Amal Mulia
Keterangan :
a. PENGURUS
1) Ketua : H. Hartoyo, SPd.
2) Sekretaris : Siti Sa’idah, A.Md.
3) Bendahara : H. Budoyo Akbar
b. BADAN PENGAWAS
1) Ketua : Ahmad Hazim, SE.
2) Anggota : Ikhwanul muslim, Sag.
Drs. Wazir
RAT
PENGURUS
MANAGER
STAF/PENGELOLA
BADAN PENGAWAS
77
Susunan Organisasi Pengelola
Koperasi BMT Amal Mulia
3. Produk BMT Amal Mulia
a. Produk Simpanan
1) Si Rela (Simpanan Sukarela Lancar)
Merupakan bentuk simpanan Mudharabah biasa yaitu
simpanan pihak ketiga yang disimpan di BMT Amal Mulia
atas dasar akad wadi’ah (titipan) dan BMT Amal Mulia
berkewajiban memelihara dana tersebut yang oleh para
penyimpan sewaktu-waktu dapat ditarik.
STAF
KASIR/TELLER
CUSTUMER
SERVICE
GENERAL MANAGER
PEMBIAYAAN PEMBUKUAN
PEMASARAN
STAF
DEWAN PENGAWAS
SYARI’AH
PENGURUS PENGAWAS
MANAGER CAB.
SURUH MANAGER CAB.
SALATIGA
MANAGER CAB.
KARANGGEDE
78
a) Syarat :
1. Fotocopy kartu identitas (KTP/SIM/Passport)
2. Setoran awal minimum Rp. 10.000,-
3. Selanjutnya minimal Rp. 5.000,-
4. Menandatangani kesepakatan nisbah bagi hasil
b) Nisbah bagi hasil :
1. 35% nasabah : 65% BMT Amal Mulia.
2) Si Suqur (Simpanan Sukarela Qurban)
Merupakan bentuk simpanan berkala mudharabah yaitu
simpanan dari pihak ketiga dengan harapan BMT Amal Mulia
dapat memutar uang tersebut kepada debitur. Nasabah
menyimpan uang untuk jangka waktu tertentu dan
penarikannya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
Simpanan ini khusus untuk melaksanakan ibadah qurban.
Penyetoran dapat dilakukan setiap hari tetapi tabungan hanya
dapat diambil pada saat akan melaksanakan ibadah
qurban/bulan Dzulkhijjah setiap tahunnya.
3) Si Suka (berjangka)
Merupakan bentuk simpanan berupa deposito yang
penarikannya hanya dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah dengan BMT Amal Mulia.
Jangka waktu jatah tempo sebagai berikut :
79
a) Tiga (3) bulan, dengan prosentase nisbah bagi hasil 40%
untuk penabung dan 60% untuk BMT.
b) Enam (6) bulan, dengan prosentase nisbah bagi hasil 45%
untuk nasabah dan 55% untuk BMT Amal Mulia.
c) Dua belas (12) bulan, dengan prosentase nisbah bagi hasil
50% untuk nasabah dan 50% untuk BMT amal Mulia.
Tabel 3.3 Jenis Simpanan di BMT Amal Mulia
JENIS
SIMPANAN DES 2014 DES 2015
KENAIKAN 2015
JUMLAH %
SI RELA 11,975,300,651.00 13,758,113,499.00 1,782,812,848.00 14.89
SI SUKA 5,486,900,000.00 7,312,515,000.00 1,825,615,000.00 33.27
SIPEMBY 18,849,653.00 20,671,003.00 1,821,350.00 9.66
Si MABRUR 134,035,751.00 62,836,014.00 -71,199,737.00 -53.12
SIMPANAH 360,662,784.00 583,604,960.00 222,942,176.00 61.81
SIMP.TITIPAN 1,975,100.00 12,134,050.00 10,158,950.00 514.35
TOTAL 17,977,723,939.00 21,749,874,526.00 3,772,150,587.00 20.98
b. Produk Layanan
Selain produk yang tersebut di atas, Koperasi BMT Amal
Mulia Suruh juga mempunyai produk baru yaitu berupa produk
layanan yang bertujuan untuk lebih mempermudah nasabah
Koperasi BMT Amal Mulia Suruh yang meliputi :
1) Jemput bola (mendatangi para nasabah kepasar, rumah, dll)
2) Servis Excelent (3S) Senyum Sapa Salam
3) Pembayaran Listrik dengan biaya Rp. 1.600,-
4) Pembayaran rekening Telepon dengan biaya Rp. 2.000,-
80
5) Transfer Bank
c. Produk Pembiayaan
1) Pembiayaan Mudharabah (MDA)
Merupakan pembiayaan modal kerja dimana seluruh
dana disediakan oleh BMT Amal Mulia, dan nasabah harus
mengambilkan pinjaman ditambah bagi hasil yang disesuaikan
dengan keuntungan.
2) Pembiayaan Musyarakah
Merupakan pembiayaan yang dilakukan untuk investasi
atau modal kerja dengan kondisi berbagi modal dan
pengelolaan antara BMT Amal Mulia dengan anggota dengan
pembagian keuntungan sesuai nisbah yang disepakati.
3) Pembiayaan Ijaroh
Pembiayaan yang diberikan untuk pembiayaan yang
barang, rumah atau bangunan dan jasa yang diperlukan
nasabah, dan nasabah membayar harga pokok sewa barang
tersebut dengan kelebihan yang disepakati (mark up).
4) Pembiayaan Bai Bitsaman Ajil (BBA)
Adalah pembiayaan yang diberikan untuk pembelian
suatu barang yang diperlukan nasabah dan nasabah membayar
harga barang tersebut secara angsuran ditambah keuntungan
(margin) yang disepakati bersama.
81
5) Pembiayaan Murabahah
Merupakan pembiayaan yang diberikan untuk
pembelian barang yang diperlukan nasabah akan membayar
secara tengah pada waktu yang telah ditentukan sebesar harga
barang ditambah mark up yang diberikan kepada BMT Amal
Mulia.
6) Pembiayaan Usaha
Merupakan pembiayaan yang diberikan untuk
peminjaman uang yang diperlukan nasabah untuk keperluan
usaha dan nasabah akan membayar pada waktu yang telah
disepakati bersama.
7) Talangan
a) Haji/Umrah
b) Biaya Sekolah
c) Usaha Kecil (Multiusaha)
d. Lain-lain
1) Arisan Motor
BMT Amal Mulia mengadakan arisan motor untuk para
nasabah yang ingin mempunyai motor dengan angsuran motor
dengan cara angsuran perbulan. Untuk jangka waktunya, 1
kelompok terdiri dari 60 orang untuk 1 bulan 1 motor yang
akan dikeluarkan, apabila saldonya tinggi maka bisa 2 motor
tiap bulan yang akan dikeluarkan.
82
2) Baitul Maal (data Infak, Zakat dan Shodaqah)
Menangani pelayanan Infak, Zakat dan Shodaqah dari
masyarakat ditasarufkan untuk masyarakat juga. BMT Amal
Mulia dekat ini juga sedang mengusahakan Mobil Pelayanan
Umat (MPU) untuk melayani orang sakit, orang hamil, orang
meninggal dunia dan itu akan segera diluncurkan Oktober
mendatang dan tanpa dipungut biaya sepeserpun alias gratis
untuk masyarakat. BMT Amal Mulia juga bekerja sama
dengan IPHI (Ikatan Pengurus Haji Indonesia), selain
memfasilitasi untuk tabungan Haji BMT Amal Mulia juga
mengantarkan peserta Haji untuk mendaftar dan mengurusi
pendaftaran Haji.
3) Bakti Sosial (Tingkat Asosiasi)
Dalam kegiatan lainnya tiap setahun sekali di BMT
Amal Mulia yaitu ada bakti sosial yang diadakan tingkat
asosiasi untuk mempererat tali silaturahmi antar asosiasi.
4) Danamal
Yaitu kegiatan setiap lebaran yang didistribusikan oleh
BMT Amal Mulia berupa sembako, uang, pembangunan
Masjid, pembangunan jalan, bangunan lain-lain, proposal
karnaval, dll. Untuk pembagian sembako diadakan untuk 250
orang dan pembagiannya disekitar BMT Amal Mulia kantor
83
pusat maupun kantor cabang (100 kantor pusat, dan 50 kantor
cabang).
5) Penabung (Nasabah)
a) Doorprize (berjangka)
Bagi nasabah setiap tahunnya juga dapat bingkisan
dari BMT Amal Mulia untuk nasabah sebagai kenang-
kenangan.
b) Jalan Sehat
Pada saat hari jadi BMT Amal Mulia biasanya
diadakan acara jalan sehat untuk memperingatinya.
c) Donor Darah
Diadakan setiap 3 bulan sekali di kantor pusat BMT
Amal Mulia.
Tabel 3.4 Jenis Akad di BMT Amal Mulia
JENIS
AKAD DES 2014 DES 2015
KENAIKAN 2015
JUMLAH %
BBA 6,854,822,450.00 11,335,658,750.00 4,480,836,300.00 65.37
MBA 8,394,562,700.00 4,944,805,806.00 -3,449,756,894.00 -41.10
MSA 1,419,570,650.00 1,324,449,250.00 -95,121,400.00 -6.70
QH 95,667,000.00 76,350,000.00 -19,317,000.00 -20.19
TOTAL 16,764,622,800.00 17,681,263,806.00 916,641,006.00 5.47
84
B. Dasar Hukum Pelaksanaan CSR di BMT Amal Mulia.
a. UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dalam Pasal 15
yang berbunyi “setiap penanam modal berkewajiban: huruf (b)
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”, maksudnya adalah
tanggung jawab yang melekat pada setiap badan usaha untuk tetap
menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan
lingkungan, nilai norma dan budaya masyarakat setempat.
b. UU No 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian dalam Pasal 6 ayat (1)
yang berbunyi “Koperasi melaksanakan Prinsip Koperasi yang
meliputi: huruf (g) Koperasi bekerja untuk pembangunan
berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakatnya melalui kebijakan
yang disepakati oleh Anggota”, maksudnya adalah pembangunan
berkelanjutan yang tetap utuh untuk mempertahankan hubungan yang
sudah melekat antara badan usaha dengan lingkungan masyarakat
sekitar.
c. Dalam ART Pasal 35 Kegiatan usaha yang dilakukan BMT Amal
Mulia adalah, meliputi huruf :
Huruf (c) : Melakukan kegiatan Pembinaan untuk membangun dan
mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Huruf (d) : Mendorong penumbuhan dan pengembangan lembaga-
lembaga ekonomi masyarakat yang mandiri melalui
penumbuhkembangan, pelatihan, konsultasi, dan pembinaan
85
kelompok-kelompok usaha anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
Huruf (e) : Menghimpun dana sosial antara lain dari ZIS (Zakat, Infak,
Sodakoh) dan menyalurkannya sebagaimana amanahnya,
antara lain untuk 8 (delapan) asnaf, beasiswa pendidikan,
kesehatan, pembiayaan tanpa imbalan bagi hasil/mark-up
(Qordhul Hasan), dll.
C. Pelaksanaan CSR di BMT Amal Mulia
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan keterbukaan
dan pendekatan dalam dunia bisnis yang didasarkan atas nilai etika dan
respek terhadap karyawan, komunitas, dan lingkungan. Yang dimaksud
dengan CSR disini adalah tanggung jawab yang diberikan oleh BMT
Amal Mulia terhadap karyawan, masyarakat dan lingkungan sekitar.
Dalam menjalankan sebuah usaha tidaklah terlepas dari kegiatan
sosial, badan usaha mewajibkan dirinya untuk bisa menjalin hubungan
antara masyarakat setempat dengan baik. Hal tersebut juga telah di
lakukan oleh BMT Amal Mulia yang mana sebuah badan usaha telah
melakukan aktifitas sosialnya. Hal tersebut dapat dilihat dengan seperti
berikut.
1. Bidang Kelembagaan dan Sarana Prasarana.
a) Melanjutkan program-program tahun sebelumnya yang belum
dilaksanakan.
b) Pengadaan laptop bagi menejer-menejer.
86
c) Meja counter kantor pusat dan interior.
d) Pembuatan mushola dibelakang kantor Cabang Suruh.
e) Menambah karyawan sesuai dengan kebutuhan operasional.
f) Sesuai surat edaran dari Kementerian Koperasi dan UMKM, maka
Koperasi BMT Amal Mulia segera diadakan Perubahan anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang baru sesuai dengan
peraturan yang ada.
g) Membuka kantor Cabang di tahun 2006.
2. Bidang Usaha
a) Baitul Maal
1) Pengadaan Mobil layanan Ummat (APV), untuk membantu
melayani anggota/masyarakat berupa mengantar orang sakit,
membawa jenazah, membantu bencana, acara PBHI dengan
mengutamakan “Mobil Layanan Ummat” tersebut.
2) Tahun 2016 adalah dicanangkan oleh PP PBMT Indonesia
sebagai tahun Maal, maka BMT Amal Mulia segera
mengangkat karyawan Baitul Maal yang khusus mengelola
Maal.
3) Mengadakan kegiatan sosial Donor Darah bekerjasama dengan
PMI.
4) Semua karyawan Baitut-Tamwil wajib membantu funding
Maal.
87
5) Gaji karyawan Baitul maal dan biaya-biaya yang lain di back-
up oleh Baitut-Tamwil.
6) Menyalurkan dana ke anggota/masyarakat yang terkena
musibah/bencana.
7) Meningkatkan pengumpulan ZIS dengan membuat kotak amal
yang ditempatkan dioutlet-outlet (anggota/tempat-tempat yang
strategis).
b) Baitut-Tamwil
1) Menambah jumlah anggota Koperasi BMT Amal Mulia.
2) Untuk lebih meningkatkan pelayanan dan mengawal dana
terhadap anggota dengan memberikan hadiah/souvenir kepada
penyimpan baik Sirela maupun Sisuka, diawal transaksi.
3) Meningkatkan struktur permodalan untuk lebih memperkuat
nilai equity baik berupa Simpanan Pokok, Simpanan Pokok
Khusus maupun Modal Penyertaan.
4) Mengoptimalkan Simpanan anggota baik Sirela, Sisuka,
Mabrur haji dan Umroh.
3. Bidang Lending/Pembiayaan
Pembiayaan paket bea Umroh bagi anggota/masyarakat dengan
uang muka Rp. 5.000.000,- (Lima juta rupiah), kerjasama dengan
Perusahaan yang ditunjuk oleh BMT Amal Mulia.
4. Bidang Sosial
a) Membantu pembayaran siswa kurang mampu.
88
b) Menyalurkan dana Zakat kepada masyarakat menjelang Idul Fitri.
c) Memberi santunan ke panti asuhan terdekat.
d) Menyalurkan dana Infak kepada pembangunan mushola dan
masjid-masjid yang sedang melakukan pembangunan.
e) Bakti sosial di lingkungan masyarakat.
f) Peduli gempa/bencana alam dengan memberikan bantuan
semampunya.
5. Bidang SDM
a) Peningkatan kualitas lembaga dan SDI (Sumber Daya Insani)
dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan yang ada, baik yang
diadakan Dinas Koperasi maupun Lembaga Diklat Pelatihan,
PBMTI, Perbankan, dan lain-lain.
b) Melaksanakan Program MKU (Menuju Keluarga Utama) bagi
Pengelola, Pengurus, Pengawas, dan Dewan Pengawas Syari’ah.
c) Ikut aktif dalam kegiatan ke-BMT-an/perkoperasian, baik yang
diadakan PBMTI, Dinas Koperasi, maupun lembaga lainnya.
89
BAB IV
ANALISIS PELAKSANAAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CRS)
DI BMT AMAL MULIA SURUH KABUPATEN SEMARANG
A. Dasar Hukum CSR di BMT Amal Mulia.
Badan usaha yang keberadaannya didalam lingkungan masyarakat
hanya akan hidup dan berkembang apabila memperoleh dukungan dari
masyarakat. Karena pada dasarnya badan usaha dalam mencapai
keuntungan harus memperhatikan lingkungan sekitar badan usaha yaitu
masyarakat, karena antara badan usaha dan masyarakat adalah pasangan
hidup yang saling memberi dan membutuhkan. CSR merupakan
keterbukaan dan pendekatan dalam dunia bisnis yang didasarkan atas
dasar nilai etika dan respek terhadap karyawan, komunitas dan lingkungan
sekitar.
Pengaturan tentang CSR No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman
Modal dalam Pasal 15 yang berbunyi “setiap penanam modal
berkewajiban: huruf (b) melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan”, maksudnya adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap
badan usaha untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang,
dan sesuai dengan lingkungan, nilai norma dan budaya masyarakat
setempat.
Pengaturan juga ada dalam Undang-Undang No. 17 tahun 2012
tentang Perkoperasian dalam Pasal 6 ayat (1) yang berbunyi “Koperasi
90
melaksanakan Prinsip Koperasi yang meliputi: huruf (g) Koperasi bekerja
untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakatnya
melalui kebijakan yang disepakati oleh Anggota. Dalam ART Pasal 35
Kegiatan Usaha yang dilakukan BMT Amal Mulia adalah, meliputi :
Huruf c. Melakukan kegiatan Pembinaan untuk membangun dan
mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Huruf d. Mendorong penumbuhan dan pengembangan lembaga-lembaga
ekonomi masyarakat yang mandiri melalui
penumbuhkembangan, pelatihan, konsultasi, dan pembinaan
kelompok-kelompok usaha anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
Huruf e. Menghimpun dana sosial antara lain dari ZIS (Zakat, Infak,
Sodaqoh) dan menyalurkannya sebagaimana amanahnya,
antara lain untuk 8 (delapan) asnaf, beasiswa pendidikan,
kesehatan, pembiayaan tanpa imbalan bagi hasil/mark-up
(Qordhul Hasan), dll.
B. Pelaksanaan CSR di BMT Amal Mulia
91
Bila ditarik prinsip tanggung jawab sosial badan usaha,
sebagaimana dijelaskan sebelumnya pada pengertian CSR, secara negatif
badan usaha harus menjalankan usahanya sedemikian rupa sehingga tidak
merugikan para stakeholders-nya dan tidak merusak lingkungan.
Sedangkan secara positif, badan usaha dapat menjalankan aktifitasnya
sedemikian rupa hingga mampu meningkatkan kesejahteraan para
stakeholders-nya dengan memperhatikan lingkungannya kearah yang
lebih baik.
Demikian pula oleh BMT Amal Mulia dalam menjalankan sebuah
usaha tidaklah terlepas dari kegiatan sosial, badan usaha mewajibkan
dirinya untuk bisa menjalin hubungan antara masyarakat setempat dengan
baik. Hal tersebut juga telah di lakukan oleh BMT Amal Mulia yang mana
sebuah badan usaha telah melakukan aktifitas sosialnya. Hal tersebut
dapat dilihat sebagai berikut:
1. Bidang Kelembagaan dan Sarana Prasarana.
2. Bidang Usaha
a. Baitul Maal
b. Baitut-Tamwil
3. Bidang Lending/Pembiayaan
4. Bidang Sosial
5. Bidang SDM
Dari sekian banyak bentuk kegiatan sosial yang dapat dilakukan
oleh BMT Amal Mulia, yang paling banyak mendapat sorotan adalah
92
kegiatan sosial yang dapat memecahkan masalah ketimpangan sosial dan
ekonomi. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam bentuk membangun pola
kemitraan dan pembinaan antara pengusaha besar, kecil, dan koperasi.
Tanggung jawab sosial badan usaha dalam menjalankan kegiatan-kegiatan
sosial diharapkan dapat terciptanya suatu kehidupan sosial yang baik demi
kelangsungan dan keberhasilan kegiatan bisnis badan usaha.
Memahami begitu luasnya cakupan ruang lingkup CSR, sedangkan
masing-masing badan usaha mempunyai karakter dan kondisi yang
berbeda-beda begitu juga di BMT Amal Mulia. Kondisi ini akan
mempengaruhi implementasi CSR yang berbeda-beda pada masing-
masing badan usaha. Namun bila cakupan CSR dilihat secara
komprehensif maka cakupan itu meliputi 5 bidang, yaitu:
1. Bidang Ekonomi
Di BMT Amal Mulia sudah menerapkan implementasi di
dalam bidang ekonomi ini, contohnya adalah memberikan bantuan
peminjaman uang misalnya untuk kegiatan UMKM, untuk modal
kerja, usaha dan bisnis, mengadakan arisan motor setiap bulannya.
2. Bidang Politik
BMT Amal Mulia tidak mengimplementasikan bidang ini
dikarenakan BMT Amal Mulia tidak mau mempunyai urusan atau ikut
campur tangan dalam bidang politik, BMT Amal Mulia bersifat netral
dalam bidang politik ini.
3. Bidang Sosial
93
BMT Amal Mulia menerapkan implementasi bidang sosial
yang mencangkup kegiatan sosial yang sudah BMT Amal Mulia
jalankan sejak lama, contohnya adalah bakti sosial kepada masyarakat
sekitar BMT Amal Mulia di Pusat maupun dicabang berupa
memberikan bantuan biaya sekolah untuk siswa yang kurang mampu,
setiap lebaran setahun sekali BMT Amal Mulia mendistribusikan
sembako, uang, bantuan pembangunan masjid, pembangunan jalan,
bangunan dan lain-lain. Bakti sosial juga diadakan oleh tingkat
asosiasi BMT, BMT Amal Mulia juga menangani pelayanan Infak,
Zakat dan Sodaqah. Melayani masyarakat dengan menyediakan Mobil
Layanan Ummat (MLU), BMT Amal Mulia juga bekerjasama dengan
IPHI selain memfasilitasi tabungan haji juga mengantar mendaftarkan
dan mengurusi pendaftaran haji. BMT Amal Mulia juga mengadakan
jalan sehat, Donor darah dan pembagian doorprize untuk waktu-waktu
tertentu.
4. Bidang Legal
BMT Amal Mulia selalu mentaati ketentuan peraturan
Undang-undang yang berlaku, mentaati setiap arahan dari Dinas
Koperasi, saling menghormati antar karyawan, dan nasabah.
5. Bidang Etika
94
BMT Amal Mulia memberikan layanan terbaik untuk setiap
nasabah yang mempunyai keperluan di BMT Amal Mulia dengan
servis excellent dan 3S (Sapa, Senyum, Salam).
BMT Amal Mulia sudah menerapkan bidang-bidang tersebut,
meskipun BMT Amal Mulia masih banyak kekurangannya dalam
menerapkan bidang tersebut untuk berperan penuh untuk masyarakat.
Dikalangan sebagian dunia usaha, sudah tumbuh pengakuan
bahwa keberhasilan ekonomi dan finansial mereka berkaitan erat dengan
kondisi sosial dan lingkungan badan usaha mereka beroperasi. Intinya,
CSR merupakan komitmen dari badan usaha untuk mengintegrasikan
kepeduliannya terhadap masalah ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam
implementasinya secara ringkas bentuk dari CSR digolongkan dalam
empat bentuk, yaitu:
1. Pengelolaan lingkungan kerja secara baik, yaitu dengan cara
memberikan kenyamanan dan perhatian terhadap kesejahteraan
karyawan dan keluarganya. Di BMT Amal Mulia menerapkan
implementasi tersebut dalam bentuk tadarus setiap pagi, mempunyai
diskripsi yang jelas, pemberian jamsostek yang jelas, dan memberikan
bonus bagi yang berprestasi.
2. Kemitraan antara badan usaha dengan masyarakat, untuk membantu
meningkatkan kesejahteraan umum masyarakat dalam kurun waktu
yang cukup panjang dan diharapkan masyarakat dapat menerima
manfaat keberadaan badan usaha tersebut. BMT Amal Mulia
95
menerapkan implementasi tersebut mencakup memberikan modal
usaha, talangan haji dan umrah, arisan motor, distribusi mengenai
sembako, pembangunan masjid, jalan, bangunan, dan persetujuan
proposal acara.
3. Penanganan kelestarian lingkungan, badan usaha diharapkan bisa
menempatkan diri dari masyarakat untuk selalu menjaga kelestarian
dilingkungan masyarakat. BMT Amal Mulia menerapkan
implementasi ini mencakup memberikan pinjaman sanitasi dan air,
ikut kerja bakti disekitar lingkungan Kantor BMT Amal Mulia.
4. Investasi sosial, istilah lain dari investasi bisa diartikan dengan
kegiatan amal oleh badan usaha dimana badan usaha bisa memberikan
dukungan finansial maupun non-finansial kepada masyarakat setempat
yang dapat menunjang kegiatan bisnis suatu badan usaha. Dalam
implemetasi ini BMT Amal Mulia mengadakan donor darah, jalan
santai, memberikan bantuan ke panti asuhan, mengisi acara
dipengajian, pkk, diforum-forum atau memberi pelatihan untuk
manasik haji, memberi pelatihan mengenai UMKM meskipun yang
memberi pelatihan kebanyakan dari Perhimpunan BMT Indonesia atau
dari Dinas Koperasi.
BMT Amal Mulia sudah menerapkan keempat implementasi
tersebut tetapi dalam pelaksanaannya belum semaksimal mungkin.
Menilik semua bentuk CSR, badan usaha memang perlu
melakukan semua itu semata-mata untuk kelangsungan badan usaha
96
sendiri. Tujuannya agar badan usaha dapat menjalankan fungsi utamanya
yaitu berusaha untuk menghasilkan keuntungan dan bertahan lama.
Berdasarkan hal tersebut, menegaskan bahwa CSR meliputi semua
dimensi dari dampak, hubungan dan tanggung jawab badan usaha
terhadap masyarakat secara keseluruhan. Dampak ini memperlihatkan
sebuah pengaruh yang tersebar luas dalam masyarakat dapat dibagi
kedalam tiga bidang, bidang-bidang yang berhubungan dengan ekonomi,
sosial, dan lingkungan.
Bagaimanapun juga implementasi CSR tergantung dari kita bisa
memahami dan tahu kebutuhan dari badan usaha yang bersangkutan apa
belum. Bisa diambil kesimpulan pula berdasarkan dari pengertian dan
ruang lingkup CSR dan dapat ditarik prinsip-prinsip yang terdapat pada
CSR tersebut. Ada 16 (enam belas) prinsip yang harus diperhatikan dalam
mengimplementasikan CSR. Adapun prinsip-prinsip itu adalah sebagai
berikut:
1. Prioritas Perusahaan
BMT Amal Mulia dalam menerapkan prioritas perusahaan
maksudnya perusahaan menjadikan tanggungjawab sosial menjadi
prioritas yang tertinggi dan peran utama dalam pembangunan
berkelanjutan. Contohnya yaitu melakukan kegiatan pembinaan untuk
pembangunan dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota dan masyarakat.
2. Manajemen Terpadu
97
Manajer BMT Amal Mulia mempunyai peran terpenting dalam
setiap badan usaha, misalnya sebagai pengendali dan pengambil
keputusan yang harus mampu mengintegrasikan setiap kebijakan dan
program bisnis.
3. Proses Perbaikan
Setiap tahunnya BMT Amal Mulia selalu melakukan evaluasi
terhadap setiap kebijakan, program dan kinerja sosial secara
berkesinambungan berdasarkan riset.
4. Pendidikan Karyawan
Dinas Koperasi selalu memberikan pelatihan mengenai
berbagai hal seperti pelatihan UMKM, permodalan, manajemen,
akuntansi, perpajakan, baitul maal, pengawasan, dan servis excelent.
Selain dari Dinas Koperasi pelatihan dan pembinaan juga dilakukan
oleh Perhimpunan BMT Indonesia.
5. Pengkajian
BMT Amal Mulia setiap tahunnya selalu melakukan
pengkajian terhadap laporan bulanan, triwulan, dan tahunan. Apapun
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh BMT Amal Mulia selalu
dilakukan pengkajian terlebih dahulu.
6. Produk dan Jasa
98
BMT Amal Mulia mempunyai produk dan jasa yang selalu
dikembangkan agar menjadi nilai lebih untuk nasabah dan
karyawannya.
7. Informasi Publik
Apabila ada kegiatan yang dilakukan oleh BMT Amal Mulia
biasanya akan diumumkan melalui selebaran, brosur-brosur,
mengikuti pengajian, PKK bahkan ke forum-forum yang ada
dimasyarakat. BMT Amal Mulia tidak memasang spanduk sebagai
pemberitahuan lainnya.
8. Fasilitas dan Operasi
Fasilitas operasi yang dimiliki oleh BMT Amal Mulia
bersistem komputerisasi, perlengkapan komplit, mempunyai
transportasi yang cukup, dan anggota yang selalu tanggap.
9. Penelitian
BMT Amal Mulia selalu mengadakan pengamatan terhadap
masyarakat guna untuk mendukung suatu riset atas dampak sosial
sehubungan dengan kegiatan usaha untuk upaya mengurangi dan atau
meniadakan dampak negatif kegiatan yang dimaksud.
10. Prinsip Pencegahan
BMT Amal Mulia selalu mengadakan upaya modifikasi
manufatur mengenai pemasaran atau penggunaan produk barang atau
jasa untuk mencegah dampak sosial yang bersifat negatif.
11. Pihak ketiga
99
BMT Amal Mulia bekerjasama dengan pihak ketiga yaitu
Perbankan yang peranannya juga sebagai penyeimbang.
12. Siaga Menghadapi Darurat
BMT Amal Mulia menyediakan Mobil Layanan Ummat
(MLU) sebagai upaya untuk pengabdian kepada masyarakat untuk
siaga dalam membantu masyarakat yang sedang kesusahan, dan BMT
Amal Mulia juga siaga untuk mengenali potensi terhadap bahaya yang
muncul.
13. Transfer Best Practise
BMT Amal Mulia memberikan layanan peminjaman modal
dalam dunia usaha atau berkontribusi dalam modal usaha.
14. Memberikan Sumbangan
BMT Amal Mulia membantu meningkatkan kesadaran akan
tanggungjawab sosial dengan cara memberikan bantuan kepada
lembaga pendidikan, yatim piatu, baitul Maal yang ditujukan untuk
pengembangan usaha bersama dengan masyarakat.
15. Keterbukaan (disclosure)
BMT Amal Mulia selalu menumbuhan kembangkan budaya
keterbukaan dalam lingkungan badan usaha dan dengan unsur publik,
meskipun tidak mengenai semuanya.
16. Pencapaian dan Pelaporan
100
BMT Amal Mulia melakukan evaluasi atas hasil kerja sosial
secara berkala dan mengkaji pencapaian berasarkan kriteria badan
usaha dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta
menyampaikan informasi tersebut kepada dewan direksi, pemegang
saham, pekerja, dan publik.
BMT Amal Mulia sudah melaksanakan implementasi tersebut
sesuai dengan apa yang selama ini BMT Amal Mulia laksanakan
meskipun masih banyak kekurangan atau belum maksimal
pelaksanaannya dalam beberapa hal.
Dari rumusan beberapa prinsip-prinsip yang dapat dijadikan
pedoman dalam impelentasi CSR bisa dijadikan kebijakan umum bagi
badan usaha, pedoman tersebut berisikan, sebagai berikut :
1. Memberi kontribusi untuk kebijakan sosial, ekonomi dan lingkungan
untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.
2. Menghormati hak-hak asasi manusia dalam kegiatan di badan usaha.
3. Mendorong pembangunan kapasitas lokal yang bekerja sama dengan
komunitas lokal.
4. Menciptakan lapangan kerja dan memberikan fasilitas pelatihan bagi
karyawan.
5. Menahan diri dari isu-isu yang belum tentu kebenarannya.
6. Memegang teguh prinsip-prinsip Good Corporate Government
(GCG).
7. Mengembangkan praktek-praktek sistem manajemen self-regulation.
101
8. Menghormati kebijakan badan usaha.
9. Mengembangkan mitra bisnis.
10. Bersifat profesionalisme.
BMT Amal Mulia sudah melaksanakan pedoman yang disebutkan
diatas, meskipun belum semua pedoman yang dilaksanakan oleh BMT
Amal Mulia belum berjalan sesuai keinginan dengan kata lain, BMT Amal
Mulia masih banyak kekurangannya dalam melaksanakan pedoman
tersebut.
Dalam melaksanakan program CSR yang ada dilingkungan BMT
Amal Mulia atau diberbagai daerah BMT Amal Mulia sangat kompeten
karena sesuai dengan UU yang berlaku, BMT Amal Mulia tidak hanya
mematuhi perintah atau melaksanakan kewajiban tetapi BMT Amal Mulia
juga benar-benar mempunyai keasadaran akan adanya timbal balik antara
badan usaha dengan lingkungan masyarakat sekitar. Meskipun dalam
beberapa kegiatan sosial dari pihak BMT Amal Mulia tidak bisa
sepenuhnya berperan langsung atau mendampingi secara langsung dalam
kegiatan sosial tersebut karena anggota BMT Amal Mulia mempunyai
kepentingan masing-masing tetapi BMT Amal Mulia sadar benar akan
tanggung jawabnya kepada kegiatan sosial maka BMT Amal Mulia
melakukan tanggung jawab sepenuhnya dengan baik. Sepenuhnya untuk
kedepan apa yang diharapkan BMT Amal Mulia untuk mewujudkan
impiannya agar bisa melayani masyarakat dengan tambah baik lagi,
meskipun dikerjakan pelan-pelan tapi pasti.
102
Meskipun dalam pelaksanaan CSR yang dianggap sudah maksimal
oleh badan usaha namun menurut pandangan beberapa pakar masih
kurang dalam memperhatikan beberapa tanggung jawab sosialnya atau
dalam mengimplementasikan CSR itu sendiri. CSR bisa dilihat dari segi
implementasinya dan dapat dibagi mejadi 3 (tiga) tahapan atau kategori,
yaitu:
1. Social Obligation
Implementasinya sekedar memenuhi persyaratan minimal yang
ditentukan oleh pemerintah dan ada kesan terpaksa.
2. Social Raction
Tahap ini muncul kesadaran badan usaha akan pentingnya
CSR namun masih belum maksimal yang diterima masyarakat.
3. Social Response
Pada kategori ini sudah adanya timbal balik antara masyarakat
dengan BMT Amal Mulia.
BMT Amal Mulia sudah melaksanakan prinsip-prinsip yang tertera
diatas, kebijakan implementasi BMT Amal Mulia berpedoman pada
Social Raction yang berarti BMT Amal Mulia mempunyai kesadaran akan
pentingnya CSR, namun pelaksanaannya belum maksimal. BMT Amal
Mulia ada timbal balik dengan masyarakat tetapi belum maksimal juga
dalam pelaksanaannya.
C. Hambatan Pelaksanaan CSR di BMT Amal Mulia
103
Dari hasil penelitian ini menyatakan bahwa program CSR sangat
berpengaruh terhadap asset perusahaan BMT Amal Mulia, hal ini
menunjukkan bahwa besar kecilnya prantek CSR sangat mempengaruhi
peningkatan badan usaha. Hal tersebut sesuai dengan teori, bahwa badan
usaha bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri
namun harus memberikan manfaat bagi masyarakat setempat, maka akan
timbul kepuasan bagi masyarakat sendiri sehingga dengan sendirinya
untuk memilih. Teori tersebut seringkali dilakukan oleh badan usaha-
badan usaha lainnya dan hasilnyapun juga tidak akan sia-sia. Dengan
adanya CSR (Corporate Social Responsibility) dalam badan usaha
memang sangat penting sekali, tanpa adanya CSR badan usaha tersebut
dianggap badan usaha yang pelit, hal tersebut juga bisa menjadi sorotan
masyarakat bahwa nilai-nilai sosial badan usaha tersebut sangat kurang,
sehingga menimbulkan kerenggangan terhadap hubungan masyarakat
setempat. Namun untuk menerapkan CSR (Corporate Social
Responsibility) juga harus membutuhkan dana yang tidak sedikit,
sedangkan melihat keadaan badan usaha tersebut assetnya masih sangat
sedikit. Jadi tidak mungkin badan usaha bisa menggunakan program CSR.
Hal tersebut dapat dilihat dari perbandingan sebelum dan sesudah adanya
CSR pada BMT Amal Mulia di Suruh.
Dalam melaksanakan kegiatan CSR yang dilaksanakan oleh BMT
Amal Mulia seringkali terdapat hambatan-hambatan dalam melaksanakan
kegiatan CSR tersebut, hambatan tersebut diantara lain dalam kegiatan
104
amal dari BMT Amal Mulia sendiri tidak ada/belum ada petugas Maal
yang secara langsung fokus kebidang Maal tersebut, biasanya petugas
mempunyai pekerjaan rangkap, yaitu antara kegiatan Maal dan Tamwil
untuk saat ini, tapi untuk kedepannya sedang diusahakan oleh BMT Amal
Mulia agar ada petugas sendiri yang mempunyai peran aktif dalam
kegiatan Maal tersebut.
Untuk kegiatan bakti sosial donor darah dan bakti sosial lainnya,
kebanyakan dari donor darah pelaksanaannya belum sepenuhnya
maksimal karena kurangnya kesadaran dari masyarakat mengenai arti
pentingnya dari donor darah tersebut, atau dari pihak BMT Amal Mulia
belum maksimal dalam memberikan sosialisasi atau arahan mengenai
pentingnya kegiatan donor darah. Dan untuk kegiatan lainnya yaitu
melakukan kegiatan pelatihan mengenai UMKM, permodalan, servis
excellent, manajemen, akuntansi, perpajakan, baitul maal dan pengawasan
yang dibina oleh Dinas Koperasi selain dari Dinas juga dari asosiasi BMT
juga lembaga-lembaga pelatihan umum dan juga dari Perhimpunan BMT
Indonesia. Pembinaan untuk membangun dan mengembangkan potensi
dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya, bagi anggota harus benar-benar meluangkan waktunya karena
harus membagi antara waktu kerja dengan waktu pada saat adanya
pelatihan, itupun juga tidak dilakukan sesering mungkin dan tidak bisa
diwakilkan.
105
Sebisa mungkin sebagai anggota BMT Amal Mulia seharusnya
lebih diperbanyak lagi ilmunya mengenai beberapa hal yang mencangkup
semua kegiatan yang berkaitan langsung dengan BMT Amal Mulia agar
kelak untuk kedepannya lagi anggota sudah benar-benar siap untuk
menghadapi apapun kegiatan pembinaan atau pelatihan untuk masyarakat
setempat.
106
BAB V
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa:
1. Dasar hukum CSR di BMT Amal Mulia di Suruh Kab. Semarang
berdasarkan pada peraturan Perundang-undangan yang telah
diberlakukan oleh pemerintah dalam hal ini Undang-undang No. 25
tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang-undang No. 17 tahun
2012 tentang Perkoperasian serta peraturan lain yang terkait yaitu
dalam ART Pasal 35.
2. Pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh BMT Amal Mulia di Suruh
yaitu program Baitul Maal, kegiatan sosial dan Danamal dibawah
Koordinasi BMT Amal Mulia Pusat di Suruh. BMT Amal Mulia telah
melaksanakan berbagai bentuk CSR dengan tiga dasar pembangunan
yang berkelanjutan yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan.
3. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan CSR di BMT Amal Mulia
adalah:
a. Belum adanya petugas yang khusus menangani kegiatan Maal.
b. Kurangnya sosialisasi mengenai program CSR yang dilakukan
oleh BMT Amal Mulia dan harus jelas.
107
c. Kurangnya respon masyarakat akan sosialisasi yang telah
diberikan oleh BMT Amal Mulia.
d. Pelaksanaan kegiatan yang belum maksimal oleh BMT Amal
Mulia.
e. Dalam pelatihan UMKM oleh BMT Amal Mulia hanya memberi
arahan mengenai penyediaan modal usaha saja, bukan
mencangkup memberi arahan kebidang usahanya.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui penelitian ini
agar mendapatkan hasil yang lebih baik, sebagai berikut:
1. Bagi BMT Amal Mulia diharapkan lebih terbuka mengungkapkan
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial
badan usaha dalam laporan tahunannya.
2. Bagi pemerintah diharapkan mampu merumuskan suatu kebijakan
untuk menjadikan pengungkapan tanggung jawab badan usaha sebagai
sebuah mandatory disclosure (pengungkapan wajib) mengingat
rendahnya tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial.
108
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Euis. 2009. Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam Penguatan
Peran LKM dan UKM di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.
Carrol, A.D.Jr. 1962. Strategy and Structure : Chapters in the History og the
American Industrial Enterprise, Cambrige: MIT Press.
Elkington, John. 1997. Cannibals with forks, the triple bottom line of
twentieth century business.
Hardiyansah & Iqbal, Muhammad. 2006. Wacana Sinergi Konsep Corporate
Social Responsibility Dan Payment For Environmental Services
Dalam Upaya Pelestarian Sumberdaya Air (Daerah Aliran Sungai
Brantas). Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian,
Departemen Pertanian, Bogor.
Hopkins, Michel. 2003. The Business Case for CSR: Where are we?.
International Journal for Business Performance Management, Vol. 5.
Nomor 2,3. Hal. 125.
Howard, Dick & Fox, James J. 2002. Pembangunan yang Berimbang. Jakarta:
Gramedia.
Hughes, Robert. J. and Kapoor Jack R., 1985, Business, Houghton Miffin
Company.
Majalah SWA Sembada, 19 Desember 2005-11 Januari 2006.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Peneltian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Nuryana, Mu’man. 2005. Corporate Social Resposibility dan Kontribusi bagi
Pembangunan Berkelanjutan. Makalah yang disampaikan pada Diklat
Pekerjaan Sosial Industri, Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan
Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Bandung: Lembang 5 Desember
2005.
109
Patton, Michael Quinn. 1987, Qualitative Evaluation Methods, Beverly Hills:
Sage Publications.
Philip Kotler & Nancy Lee, 2005, Corporate Social Responsibility: doing The
Most Good for Your Company and Your cause, New Jersey: John
Wiley & Sons.
Poerwanto, 2010. Corporate Social Responsibility: Menjinakkan Gejolak
Sosial di Era Pornografi., Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ridwan, Muhammad. 2006. Sistem dan Prosedur Pendirian Baitul Mal wat-
Tamwil (BMT), Yogyakarta: Citra Media.
Rudito, Bambang. & Famiola, Melia. 2013. CSR (Corporate Sosial
Responsibility)., Bandung: Rekayasa Sains.
Ruslan, Rosady. 2010, Metode Penelitian Publics Relations dan Komunikasi.
Jakarta. Rajawali Pers.
Sahal, Ahmad. 2012. Penerapan CSR (Corporate Sosial Responsibility) di
BMT Sumber Usaha Kembang Sari. STAIN Salatiga.
Saktiyanti, Rusfadia & Irvan, Jahja M. Menilai Tanggung Jawab Televisi.
Jakarta: Piramedia; 2006.
Santiago, Faisal. 2012. Pengantar Hukum Bisnis, Jakarta. Mitra Wacana
Media.
Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah “Deskripsi
dan Ilustrasi”, Yogyakarta: Ekonisia.
Sumiyanto, Ahmad. 2008. BMT Menuju Koperasi Modern “Panduan untuk
Pemilik, Pengelola dan Pemerhati Baitul Mal wat-Tamwil dalam
Format Koperasi”, Yogyakarta: ISES Publising.
Thomas, Gail & Nowak, Margaret. 2006. Corporate Sosial Responsibility: A
Definition. Working Paper Series 62, Curtin University of Technology.
Graduate School of Business.
Untung, Hendrik Budi. 2009. Corporate Sosial Responsibility., Jakarta: Sinar
Grafika.
110
Urip, Sri. 2014. Strategi CSR: Tanggung Jawab social Perusahaan untuk
Peningkatan Daya Saing Perusahaan di Pasar Negara Berkembang.
Tangerang: Lentera Hati.
Wahyudi, Isa & Busyra Azheri. 2011. Corporate Sosial Responsibility:
Prinsip, Pengaturan dan Implementasi. Malang. Setara Press
(Kelompok IN-TRANS Publising)
Wahyudi, Isa & Wicaksono, AS. 2007. Analysis Of Corporate Social
Responsibility And The Impact Of Fullfil Public Culture Social
Economics Rights. Proceeding International Conference On Indrustry
and Organization psychoLoty. I/ O PsychoLoty Practices. Yogyakarta:
Indonesia. August 9-11, 2007.
Wahyudi, Isa. & Azheri, Busyra. 2008. Corporate Social Responsibility:
Prinsip, Pengaturan dan Implementasi., Malang: SETARA Press.
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep & Aplikasi CSR., Gresik: Fascho
Publishing.
Widjaya, Gunawan & Yeremia Ardi Pratama. 2008. Risiko Hukum & Bisnis
Perusahaan Tanpa CSR. Jakarta. PT. Percetakan Penebar Swadaya.
UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dalam Pasal 15 huruf (b).
UU No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian dalam Pasal 6 ayat (1) huruf
(g).
Dalam ART Pasal 35 tentang Kegiatan Usaha yang dilakukan BMT Amal
Mulia.
UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
http://ddsgpunya.blogspot.co.id/2012/03/pengertian-pelaksanaan.html?m=1
(Hari Selasa Pukul 19:30 Tanggal 26 Juli 2016).
http://zaysscremeemo.blogspot.com/2012/06/pengertian-
tanggungjawab.html?m=1 (Hari Selasa Pukul 19:30 Tanggal 26 Juli 2016).
111
http://royarohmatika.blogspot.co.id/2013/04/baitul-maal-wat-tamwil-
bmt.html?m=1 (Hari Selasa Pukul 19:30 Tanggal 26 Juli 2016).
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_25_92.htm (Hari Kamis Pukul 19:30 Tanggal 28
Juli 2016) https://blognyamitra.wordpress.com/2012/04/05/CSR-tanggung-
jawab-sosial-diatur-oleh-undang-undang (Hari Kamis Pukul 19:30 Tanggal 28
Juli 2016).
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS SYARIAH
Jl. Nakula Sadewa VA No 9 Telp. (0298) 3419400 Fak 323433 Salatiga 50722
Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
Nomor : In.26/D1.2/PP.05.02/198/2015
Lamp : Proposal Skripsi
Hal : Penunjukan Pembimbing Skripsi
Kepada
Yth. Luthfiana Zahriani, S.H.,M.H.
Di – Tempat
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Dalam rangka penulisan Skripsi Mahasiswa Program Sarjana (S.1)
Saudara ditunjuk sebagai Dosen Pembimbing mahasiswa:
Nama : Tri Setyorini
NIM : 214-12-003
Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah
Judul Skripsi : Pelaksanaan Corcopare Social Responbility
(Tanggungjawab Sosial) di BMT Amal Mulia di
Suruh Kab. Semarang
Apabila dipandang perlu Saudara diminta mengkoreksi tema Skripsi
daiatas.
Demikian surat ini kami sampaikan, untuk diketahui dan dilaksanakan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
an-Dekan Fakultas Syariah
Wakil Dekan Bidang Akademik
Dr. H. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A.
NIP. 19740104 200003 1 003
2
3
4
5
6
7
8
9
10
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Tri Setyorini
NIM : 214 12 003
Tempat, Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 09 April 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Morangan Suruh RT 01 RW XI Kel. Suruh,,
Kec. Suruh, Kab. Semarang
Pendidikan : 1. TK Bustanul Athfal Suruh
2. MI Muhammadiyah Suruh
3. SMP N 1 Suruh
4. SMA N 1 Suruh
5. IAIN Salatiga
Pengalaman Organisasi : 1. Sekretaris OSIS SMP N 1 Suruh
2. Sekretaris Karang Taruna Bina Utama
Morangan Suruh
Morangan. 17 Maret 2017
Hormat Saya,
Tri Setyorini
:
:
: