pbl 29 asma
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 pbl 29 asma
1/19
ASMA PERISTEN DALAM EKSASERBASI AKUT
RUTH PUTRI THAULADAN
10.2009.263
Mahasiswa Faku!as K"#$k!"%a& S"'"s!"% (
Faku!as K"#$k!"%a& UKRIDA )aka%!a
). A%*u&a U!a%a N$. 6 + )aka%!a Ba%a! 11,(0
E'ai - u!hauaa#a&/'ai.$'
P"ahuua&
Asma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan suatu episode batuk danmengakibatkan obstruksi aliran udara dalam derajat yang bervariasi. Insiden penyakit asma lebih
tinggi pada usia prasekolah yang diagnosisnya mungkin dapat sulit ditegakan. Tampaknya kasus
asma menjadi lebih sering dan mungkin juga lebih parah. Asma sangat sering menyebabkan
kesulitan pada orangtua dan anak itu sendiri. Penderita asma mempunyai hiper reaktivitas
bronkus dalam berbagai derajat dan akan mengalami obstruksi jalan napas setelah olahraga,
terpapar udara dingin dan iritan nonspesifik seperti embun, debu atau asap rokok. Dengan
dibuatnya makalah ini bertujuan agar pembaca dapat mengerti lebih dalam tentang asma pada
anak dan cara penanganannya.
Kasus - Seorang anak lakilaki !" tahun diba#a $%D &S karena sesak napas sejak ' jam yang
lalu. Pasien memiliki ri#ayat asma sejak kecil. (enurut ibunya, sejak ' minggu yang lalu pasien
memerlukan salbutamolinhalasi setiap hari, terutama saat berolahraga. Pasien juga mengalami
batuk yang berulang saat sedang tidur sebanyak ') seminggu, sehingga pasien tidak bis atidur
dengan nyenyak.
Pemeriksaan fisik * didapatkan pasien pucat, hanya dapat bicara sepatahsepatah kata dan
ditemukan sianosis perioral ringan, kesadaran somnolen. Suhu badan afebril, frekuensi nafas
+)-menit, denyut nadi ')-menit, TD !'"-!/", terdapat retraksi dinding dada dengan 012
#hee3ing.
1
mailto:[email protected]:[email protected] -
7/25/2019 pbl 29 asma
2/19
P"'ahasa&
A&a'&"sis
Anamnesis pada penderita asma sangatlah penting. Tujuannya, selain untuk menegakkan
diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding, anamnesis juga berguna untuk menyusun
strategi pengobatan pada penderita asma. Pada anamnesis akan kita jumpai adanya keluhan,
batuk, sesak, mengi dan atau rasa berat di dada yang timbul secara tibatiba dan hilang secara
spontan atau dengan pengobatan. Tetapi adakalanya juga penderita hanya mengeluhkan batuk
batuk saja yang umumnya timbul pada malam hari atau se#aktu kegiatan jasmani ataupun hanya
pada musimmusim tertentu saja. Disamping itu, mungkin adanya ri#ayat alergi baik pada
penderita maupun pada keluarganya, seperti rhinitis alergi, dermatitik atopic dapat membantu
menegakakan diagnosis. 4ang perlu juga diketahui adalah faktorfaktor pencetus serangan,
dengan mengetahui factor pencetus kemudian menghindarinya, diharapkan gejala asma dapat
dicegah. 5aktorfaktor pencetus pada asma, terdiri dari* dari !"
Allergen, baik yang berupa inhalasi seperti debu rumah, tungau, serbuk sari, bulu
binatang, kapas, debu kopi atau the, maupun yang berupa makanan seperti udang,
kepiting, 3at penga#et, 3at pe#arna dan sebagainya.
Infeksi saluran napas, terutama oleh virus seperti &espiratory syncitial, parainfluensa dan
sebagainya.
6egiatan jasmani- olahraga, seperti lari.
6etegangan atau tekanan ji#a.
7batobatan, seperti penyekat beta, salisilat, kodein, AI8S dan sebagainya.
Polusi udara atau bau yang merangsang, seperti asap rokok, semprot nyamuk, parfum dan
sebagainya.
9erdasarkan halhal di atas, maka seseorang dicurigai menderita asma apabila*!"
Sesak atau batuk yang berkepanjangan setelah menderita influen3a
9atukbatuk setelah olahraga, terutama pada anakanak atau rasa berat atau tercekik pada
dada sehabis olahraga 0yang terbukti tidak ada kelainan jantung2
Sesak atau batukbatuk pada #aktu ruang berdebu atau berasap
9atukbatuk setelah mencium bau tertentu
9atukbatuk atau sesak yang sering timbul pada malam hari dan tidak berkurang sesudah
duduk.!
2
-
7/25/2019 pbl 29 asma
3/19
Dengan kata lain, bila seseorang mengeluh sesak, batuk atau mengi yang tidak bisa
diterangkan penyebabnya, kita perlu mencurigai itu suatu asma. Atau yeng membedakan asma
dengan penyakit paru lain yaitu pada asma serangan dapat hilang dengan atau tanpa obat.
Artinya, serangan asma ada yang hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan. Tetapi,
membiarkan penderita asma dalam srangan tanpa obat selain tidak etis, juga bisa membahayakan
nya#a penderita.!
P"'"%iksaa& isik
Tanda vital. Tekanan darah, temperature, frekuensi nadi dan frekuensi napas menentukan tingkat
keparahan penyakit. Seorang pasien sesak dengan tandatanda vital normal biasanya hanya
menderita penyakit kronik atau ringan, sementara pasien yang memperliatkan adanya perubahan
nyata pada tandatanda vital biasanya menderita gangguan akut yang memerlukan evaluasi dan
pengobatan segera.'
a. Temperature di ba#ah :o; 0 dan ketika obstruksi membaik,pulsus parado)us menurun.
c. 5rekuensi napas kurang dari kali-menit mengisyaratkan hipoventilasi dan kemungkinan
besar respiratory arrest. 9ila lebih dari :)-menit menunjukkan gangguan yang parah,
frekuensi yang lebih cepat dapat terlihat beberapa jam sebelum otototot napas menjadi
lelah dan gagal napas.'
P"'"%iksaa& u'u'
a. Tampilan umum
Pasien yang mengantuk dengan napas lambat dan pendek bisa disebabkan * obat tertentu,
retensi ;7' atau gangguan system saraf pusat 0 stroke, edema serebral, perdarahan
3
-
7/25/2019 pbl 29 asma
4/19
subaraknoid2. Sedangkan pada pasien yang gelisah dengan napas yang cepat dan dalam
disebabkan hipoksemia berat karena primer penyakit paru-saluran napas, jantung atau
bisa juga seragan cemas.
b. 6ontraksi otot bantuan napasDapat mengungkapkan adanya tanda obstruksi saluran napas. 7tot bantu pernapasan di
leher dan otototot interkostal akan berkontraksi-digunakan pada keadaan adanya
obstruksi saluran napas moderat hingga parah. Asimetri gerakan dinding dada atau
deviasi trakeal dapat pula dideteksi selama pemeriksaan otototot napas. Pasien tension
pneumothora) suatu keadaan ga#at darurat, dimana sisi yang terkena akan membesar
pada setiap inspirasi dan trakea akan terdorong kesisi yang sebelahnya.
c. Tekanan vena jugularis
Peninggian pada vena jugularis menandakan adanya peningkatan tekanan atrium kanan. '
d. Palpasi
Tertinggalnya pengembangan suatu hemitoraks yang dirasakan dengan palpasi
bagian lateral ba#ah rib cage paru bersangkutan menunjukkan adanya gangguan
pengembangan pada hemitoraks tersebut. =al ini bisa akibat obstruksi salah satu
bronkus utama, pneumotoraks atau efusi pleura
5remitus taktil . menurunya fremitus taktil yang diperoleh dengan memerintahkan
pasien menyebutkan berulangulang terpalpasi pada area yang mengalami
atelektasis seperti yang terjadi pada bronchus yang tersumbat atau area yang ada
efusi pleura. (eningkatnya fremitus disebabkan karena adanya daerah
konsolidasi parenkim pada suatu area yang mengalami inflamasi.'
e. Perkusi
=ipersonor akan ditemukan pada hiperinflasi paru seperti terjadi selama serangan
asma akut, emfisema, juga pada pneumotoraks
&edup pada perkusi menunjukkan konsolidasi paru atau efusi pleura.
f. Auskultasi
9erkurangnya intensitas suara napas pada kedua bidang paru menunjukkan
adanya obstruksi saluran napas. 6eadaan ini dapat terdengar pada konsolidasi,
efusi pleura atau pneumotoraks.
&onkhi kasar dan nyaring sesuai dengan obstruksi partial atau penyempitan
saluran napas.4
-
7/25/2019 pbl 29 asma
5/19
&onkhi basah halus terdengar pada parenkim paru yang berisi cairan. &onkhi
bilateral disertai dengan irama gallop sesuai dengan gagal jantung kongestif.
&onkhi setempat sesuai dengan adanya konsolidasi paru ditempat itu .
Adanya egofoni 0pengucapan huruf i seperti e datar2 menandakan konsolidasi.
Pada pasien dengan sesak dan rasa sakit didada harus dipikirkan kemungkinan
adanya frection rub, bila ' komponen merupakan ciri pleuritis dan suara :
komponen seperti perikarditis.'
P"'"%iksaa& 4"&u&*a&
1. U*i u&si 4a%u 5 P"ak "4i%a!$% 4"ak $w
$ji fungsi paru bukan merupakan aspek rutin pada penilaian I%D. ?aju aliran ekspirasipuncak merupakan suatu cara penilaian fungsi yang dapat dilakukan di tempat 0betside2,
tetapi pemeriksaan ini membutuhkan kerja sama pasien. 8ilai P@5& tidak berhubungan
dengan prognosis, dan tidak ada nilai mutlak yang mengharuskan pera#atan.
Pemeriksaan tersebut paling baik dilakukan secara serial untuk memantau efek terapi
pada pasien dengan penyakit yang ringan sampai sedang. Secara umum pada pasien
de#asa, P@5& :"" menginduksi eksaserbasi ringan, P@5& '"" eksaserbasi sedang,
dan P@5& !"" eksaserbasi berat.'
2. F$!$ R$!"& #a#a
Pada eksaserbasi asma yang ringan sampai sedang, pemeriksaan foto dada rutin tidak
diperlukan. Pemeriksaan ini berguna untuk menginduksi adanya komplikasi seperti
pneumotoraks. 5oto dada diindikasikan untuk pasien yang tidak membaik dengan terapi,
pasien yang mengalami demam, pasien dengan temuan fokal saat pemeriksaan paru,
nyeri dada pleuritik, atau hipoksia. Pasien yang datang dengan episode pertama mengi
dan mereka dengan diagnosis yang tidak jelas harus menjalani pemeriksaan foto &otgen
dada untuk menilai patologi penyebab.
3. A&aisis 7as Da%ah
5
-
7/25/2019 pbl 29 asma
6/19
Penilaian gas darah tidak rutin diindikasikan tetapi dapat menutun penatalaksanaan
dengan ventilator dan menentukan derajat hiperkarbia-hipokisa pada pasien dengan
eksaserbasi yang berat. Selama timbulnya eksaserbasi akut, A%D biasanya
memperlihatkan alkalosis respiratorik. p;"' yang normal atau meningkat
menggambarkan perburukan ventilasi meskipun hal ini seharusnya juga tampak nyata
secara klinis.
,. P"'"%iksaa& La$%a!$%iu'
Pada pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan dan biasanay juga jarang mempengaruhi
untuk penatalaksaan pada penyakit asma ini. 6eputusan untuk memperoleh hasil
pemeriksaan laboratorium harus berdasarkan pada umur pasien, penggunaan obatobatan,
dan penyakit penyerta lainnya. Peningkatan hitung leukosit adalah sesuai dengan infeksi
dan penggunaan steroid.'
8$%ki& #ia&$sis
Kasiikasi as'a
Diagnosis asma ditegakkan dengan* ri#ayat penyakit dan deskripsi gejala asma,
pemeriksaan fisik, tes fungsi paru 0peak flo# metri atau spirometri2, pemeriksaan lain untuk
menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Tes alergi pada kulit dapat dilakukan untuk
mengetahui penyebab alergi, yang kadang juga menjadi penyebab asma.:
As'a %i&a&
Anak dengan asma ringan mengalami berbagai frekuensi eksaserbasi 0kekambuhan2,
sampai dua kali seminggu, dengan penurunan angka aliran ekspirasi puncak tidak lebih dari '"B
dari berespon terhadap pengobatan bronkodilator dalam '+'/ jam. Anak dengan asma ringan
mempunyai tingkate kehadiran di sekolah baik> toleransi terhadap olah raga baik, dan tidurnya
tidak atau sedikit terganggu oleh asma. $ji fungsi paru dapat menunjukkan penyumbatan jalannapas ringan yang reversible, dengan sedikit atau tanpa penambahan volume udara.:
As'a s"#a&
Anak dengan asma sedang mempunyai gejala yang lebih sering daripada mereka yang
menderita asma ringan dan seringkali menderita batuk dan mengi ringan diantara serangan yang6
-
7/25/2019 pbl 29 asma
7/19
lebih berat. Absensi sekolah mungkin terganggu dan biasanya kemungkinan tidur malam harinya
kurang, terutama selama eksaserbasi. Anak demikian biasanya akan lebih memerlukan terapi
bronkodilator yang terus menerus dari pada intermitten 0sebentarsebentar2 untuk mencapai
pengendalian yang memuaskan terhadap gejala yang ada. =iperinflasi kemungkinan terbukti
secara klinik, tandatanda penyumbatan jalan napas pada uji fisiologis lebih mencolok daripada
kelompok ringan> volume paru mungkin bertambah.
Asa'a "%a!
Anak dengan asma berat menderita mengi harian yang jelas dan kumatnya lebih sering
dan lebih berat, memerlukan ra#at inap berulang. (ereka mederita defformitas dada sebagai
akibat hiperinflaksi kronik yang terbukti pada rontenogram. 7batobatan bronkodilator akan
diperlukan terusmenerus dan regimen akan mencakup pemberian kortikosteroid sistemik atau
aerosol yang teratur. $ji fisiologis akan menunjukan penyumbatan jalan nafas lebih berat
daripada asma ringan atau sedang, reversibilitas dalam responya terhadap brokodilatator aerosol
lebih sedikit dan gangguan volume paru yang lebih berat.
7
-
7/25/2019 pbl 29 asma
8/19
Table !.6alsifikasi berat serangan asma akut:
8
7"*aa #a& B"%a! S"%a&a& Aku! K"a#aa&Taa Ri&a& S"#a& B"%a! M"&a&a' *iwa
Sesak napas Berjalan Berbicara Istirahat
Posisi Dapat tidur
terlentang
Duduk Duduk
membungkuk
;ara berbicara Satu kalimat Beberapa
kata
Kata demi kata
6esadaran Mungkingelisah
Gelisah Gelisah Mengantuk, gelisah,kesadaran menurun
Frekuensi napas
-
7/25/2019 pbl 29 asma
9/19
P"&"a #a& a!$% %"sik$
Asma umumnya diklasifikasikan sebagai alergik 0ekstrinsik2 atau nonalergik 0intrinsic2.
Asma alergik lebih sering terjadi dan bertanggung ja#ab atas sebagian besar kasus asma pada
anakanak dan sejumlah besar kasus pada orang de#asa. Pasienpasien tersebut sensitive
terhadap alergan inhalen yang spesifik. Pasein dengan asma alergik biasanya memiliki ri#ayat
penyakit alergik pada dirinya dan keluarganya, yang mencakup rhinitis alergik dan dermatitis
atopic. 9erbeda dengan pasien dengan asma intrinsic, mereka terkena asma alergik mengalami
peningkatan kadar immunoglobulin @ 0Ig@2. Inhalasi alergan menginduksi respon dalam dua
fase.'
&espon a#al biasanga bermula dalam hitungan menit setelah paparan dan berlangsung
hingga beberapa jam. Timbul akibat degranulasi sel mast. Pelepasan mediator kemudian
menginduksi bronkokontriksi dan suatu reaksi peradangan. &espon lanjutan ditandai dengan
peradangan saluran napas yang menimbulkan bronkojontriksi dan produksi mukul lebih lanjut.
%ejala dapat bertahan selama berharihari hingga bermingguminggu setelah paparan a#al.
Asma non alergik timbul akibat berbagai rangsangan, meliputi aktivitas fisik, emosi,
polusi udara, rokok, obatobatan dan paparan di tempat kerja.'
E4i#"'i$$i
(enurut F=7, sebanyak !"" hingga !" juta penduduk dunia adalah penyandang Asma.
Gumlah ini terus bertambah sebanyak !/".""" orang setiap tahunnya. Di Indonesia, prevalensi
asma belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan ' E B 0:/B' dan B2 penduduk
Indonesia menderita asma. 9erdasarkan laporan =eru Sundaru 0Departemen Ilmu Penyakit
Dalam 56$I-&S;(2, prevalensi asma di 9andung 0,'B2, Semarang 0,B2, Denpasar 0+,:B2
dan Gakarta 0,B2/. Di Palembang, pada tahun !
-
7/25/2019 pbl 29 asma
10/19
Ma&i"s!asi ki&is
Asma adalah menjadi sindrom klinis yang dikarakteristikan oleh batuk, mengi, dan sesak
napas serta sesak dada yang ditimbulkan oleh allergen, infeksi atau stimulus lain. Tanda dan
gejala serangan asmatik sangat berhubungan dengan jalan napas. 4ang pasti tentang manifestasi
asma adalah jenisnya dan tidak dapat diduga. %ejala asma mengacu pada triad * dispnea, batuk
dan ronki kering 0mengi2.+
Table '* gejala asma dan patofisiologinya +
7"*aa Pa!$isi$$i
Dispnea, ortopnea, batuk, mengi, sesak dada,
peningkatan nadi paradoksik, penurunan bising
napas, hiperesonans, hipoksia
Spasme bronkiolus, jebakan udara, pendataran
diafragmatik
Takikardia, pernapasan sulit, lapar udara,
retraksi interkostal
Peningkatan kerja pernapasan, keletihan,
peningkatan konsumsi oksigen
Sputum kental dan lengket, turgor kulit buruuk,
tanda lain dari dehidrasi
Peningkatan produksi sputum, dehidrasi,
demam yang dihubungkan dengan infeksi
Sputum kental hijau atau kuning Infeksi
Spasme bronus, eosinofilia, bila alergi Inflamasi
6etakutan-panik Ansietas
Pa!$isi$$i as'a
Pemicu yang berbedabeda dapat menyebabkan eksaserbasi asma oleh karena inflamasi
saluran napas atau bronkhospasme akut atau keduanya sesuatu yang dapat memicu serangan
asma ini sangat bervariasi antara satu individu dengan yang lain. 9eberapa hal diantaranya
adalah allergen, polusi udara, infeksi saluran napas, kecapaian, perubahan cuaca, makanan, obat
ataupun emosi ya berlebihan. 5actor lain yang kemungkinan menyebabkan eksaserbasi adalah
rhinitis, sinusitis bacterial, poliposis, menstruasi. (ekanisme keterbatasan aliran udara yang
bersifat akut ini bervariasi sesuai dengan rangsangan. Allergen akan memicu terjadinya
bronkhokontriksi akibat dari pelepasan Ig@ dependent dari mast sel salura pernapasan dari
mediator, termasuk diantaranya histmanin, prostaglandin, leukotrin sehingga akan terjadi
kontraksi otot polos. 6eterbatasan aliran udara yang bersifat akut ini kemungkinan juga terjadi
10
-
7/25/2019 pbl 29 asma
11/19
oleh karena saluran pernapasan pada pasien asma sangat hiperresponsif terhadap bermacam
macam rangsangan.+
Pada kasus asma akut mekanisme yang menyebabkan bronkhokontriksi terdiri dari
kombinasi antara pelepasan mediator sel inflamasi dan rangsangan yang bersifat localatau refle)
saraf pusat. Akibatnya keterbatasan aliran udara timbul oleh karena adanya pembengkakan
dinding saluran napas dengan atau tanpa kontraksi otot polos. Peningkatan perrmeabilitas dan
kebocoran mikrovaskuler berperan terhadap penebalan dan pembengkakan pada sisi luar otot
polos saluran pernapasan.
Penyempitan saluran pernapasan yang bersifat progresif yang disebabkan oleh inflamasi
saluran pernapasan dan atau peningkatan tonus otot polos bronkhioler merupakan gejala
serangan asma akut dan berperan terhadap peningkatan resistensi aliran, hiperinflasi pulmoner
dan ketidak seimbangan ventilasi dan perfus. Apabila tidak dilakukan koreksi terhadap obstruksi
saluran pernapasan ini, akan terjadi gagal napas yang merupakan konsekuensi dari peningkatan
kerja pernapasan, inefisiensi pertukaran gas dan kelelahan otototot pernapasan. Interaksi
kardiopulmoner dan system kerja paru sehubungan dengan obstruksi saluran napas.
7bstruksi aliran udara merupakan gangguan fisiologis terpenting pada asma akut.
%angguan ini akan menghambat aliran udara selama inspirasi dan eksaserbasi dan dapat dinilai
dengan tes fungsi paru sederhana sepert P@5& dan 5@H! 0forced e)piration volume2. 6etika
terjadi obstruksi aliran udara saat ekspirasi yang relative cukup berat akan menyebabkan
pertukaran aliran udara yang kecil untuk mencegah kembalinya tekanan alveolar terhadap
tekanan atmosfer maka akan terjadi hiperinflasi dinamik. 9esarnya hiperinflasi dapat dinilai
dengan derajat penurunan kapasitas cadangan fungsional dan volume cadangan. 5enomena ini
dapat pula terlihat pada foto toraks, yang memperlihatkan gambaran volume paru yang
membesar dan diafragma yang mendatar.+
=iperinflasi dinamik terutama berhubungan dengan peningkatan aktivitas otot
pernapasan, mungkin sangat berpengaruh terhadap tampilan kardiovaskuler. =iperinflasi paru
akan meningkatkan afterload pada ventrikel kanan oleh karena peningkatan efek kompresi
langsung terhadap pembuluh darah.
E$usi s"%a&a& as'a
11
-
7/25/2019 pbl 29 asma
12/19
Terdapat dua mekanisme yang berbeda dalam perkembangan laju serangan asma. 6etika
yang dominan adalah proses inflamasi saluran pernapasan, pasien memperlihatkan perburukan
gejala klinis dan fungsional tipe I atau serangan asma akut tipe lambat. Data penelitian
menunjukkan bah#a sekitar /"
-
7/25/2019 pbl 29 asma
13/19
efek samping sistemiknya minimal. 7bat golongan beta ' agonis inhalasi yang dapat
digunakan yaitu (DI dengan atau tanpa spacer atau nebuli3er. 9ila dalam #aktu :"
menit setelah inhalasi tidak ada perbaikan atau bahkan terjadi perburukan harus segera
diba#a ke rumah sakit.
b.Tatalaksana emergensi
Penderita yang datang dalam keadaan serangan langsung dinilai derajat
serangannya. Tatalaksana a#al adalah pemberian beta agonis secara nebulisasi. %aram
fisiologis dapat ditambahkan dalam cairan nebulisasi. 8ebulisasi serupa dapat diulang
dengan selang '" menit. Pada pemberian ketiga dapat ditambahkan obat antikolinergik.
Tatalaksana a#al ini sekaligus berfungsi sebagai penapis yaitu untuk penentuan derajat
serangan, karena penilaian derajat secara klinis tidak selalu dapat dilakukan dengan cepat
dan jelas. 9erikut ini pentalaksanaan serangan asma sesuai derajat serangan*
Serangan asma ringan
Pada serangan asma ringan dengan sekali nebulisasi pasien dapat menunjukkan
respon yang baik. Pasien dengan derajat serangan asma ringan diobservasi !' jam, jika
respon tersebut bertahan pasien dapat dipulangkan dan jika setelah observasi selama '
jam gejala timbul kembali, pasien diperlakukan sebagai serangan asma derajat sedang.
Sebelum pulang pasien dibekali obat J'agonis 0hirupan atau oral2 yang harus diberikan
tiap +C jam dan jika pencetus serangannya adalah infeksi virus, dapat ditambahkan
steroid oral jangka pendek selama : hari. Pasien juga dianjurkan kontrol ulang ke klinik
ra#at jalan dalam #aktu '++/ jam untuk evaluasi ulang tatalaksana dan jika sebelum
serangan pasien sudah mendapat obat pengendali, obat tersebut diteruskan hingga
evaluasi ulang yang dilakukan di klinik ra#at jalan.
Serangan asma sedang
Pada serangan asma sedang dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali pasien
hanya menunjukkan respon parsial 0incomplete response2 dan pasien perlu diobservasi di
ruang ra#at sehari 07ne day care2 dan #alaupun belum tentu diperlukan, untuk persiapan
keadaan darurat, pasien yang akan diobservasi di ruang ra#at sehari langsung dipasang
13
-
7/25/2019 pbl 29 asma
14/19
jalur parenteral sejak di unit ga#at darurat 0$%D2. Pada serangan asma sedang diberikan
kortikosteroid sistemik oral metilprednisolon dengan dosis ",! mg-kgbb-hari selama :
hari.
Serangan asma berat
Pada serangan asma berat dengan : kali nebulisasi berturutturut pasien tidak
menunjukkan respon yait gejala dan tanda serangan masih ada. Pada keadaan ini pasien
harus dira#at inap dan jika pasien menunjukkan gejala dan ancaman henti napas pasien
harus langsung dira#at diruang intensif. Pasien diberikan oksigen '+ ?-menit sejak a#al
termasuk saat dilakukan nebulisasi, dipasang jalur parenteral dan dilakukan foto toraks.
Gika ada dehidrasi dan asidosis, diatasi dengan pemberian cairan intravena dan koreksi
terhadap asidosis dan pada pasien dengan serangan berat dan ancaman henti napas, foto
toraks harus langsung dibuat untuk mendeteksi kemungkinan pneumotoraks dan
pneumomediastinum. Pada ancaman henti napas hipoksemia tetap terjadi #alaupun sudah
diberi oksigen 0kadarPa7'C" mm=g dan atau Pa;7'+ mm=g2. Pada ancaman henti
napas diperlukan ventilasi mekanik. 8ebulisasi dengan Kagonis1antikolinergik dengan
oksigen dilanjutkan tiap !' jam, jika dengan +C kali pemberian mulai terjadi perbaikan
klinis jarak pemberian dapat diperlebar menjadi +C jam. Pasien juga diberikan
kortikosteroid intravena ",! mg-kg-99-hari perbolus setiap C/ jam dan aminofilin
intravena dengan beberapa ketentuan sebagai berikut* Gika pasien belum mendapat
minofilin sebelumnya, diberikan aminofilindosis a#al sebesr C/ mg-kg99 dilarutkan
dalam dekstros B atau garam fisiologis sebanyak '" ml diberikan dalm '":" menit.
Gika pasien telah mendapat aminofilin sebelumnya 0kurang dari + jam2, dosis yang
diberikan adalah setengah dari dosis inisial. Sebaiknya kadar aminofilin dalam darah
diukur dan dipertahankan sebesar!"'"L-ml. Selanjutnya, aminofilin dosis rumatan
diberikan sebesar ",!mg-kg99-jam. Gika terjadi perbaikan klinis nebulisasi diteruskan
tiap C jam hingga '+ jamdan pemberian aminofilin dan kortikosteroid diganti oral, jika
dalam '+ jam stabil pasien dapat dipulangkan dengan dibekali K'agonis 0hirupan atau
oral2 yang diberikan tiap +C jam selama !' hari. Selain itu, steroid oral dilanjutkan
hingga pasien kontrol ke klinik ra#at jalan dalam !' hari untuk evalasi ulang
tatalaksana.
14
-
7/25/2019 pbl 29 asma
15/19
%ambar :. Alur tatalaksana emergensi serangan asma
15
-
7/25/2019 pbl 29 asma
16/19
'. Tatalaksana jangka panjang asma persisten:
Pada penatalaksanaan asma persisten terdapat dua alternative yaitu dengan menggunakan
steroid hirupan dosis medium dengan memberikan budenoside '""+""ug-hari budesonide 0!""
'""ug-hari flutikason2 untuk anak berusia kurang dari !' tahun, +""C""ug-hari budesonid 0'""
:""ug-hari flutikason2 untuk anak berusia di atas !' tahun. Selain itu, dapat digunakan alternatif
pengganti dengan menggunakan steroid hirupan dosis rendah ditambah dengan ?A9A 0?ong
Acting K' Agonist2 atau ditambahkan Theophylline Slo# &elease 0TS&2 atau ditambahkan Anti
?eukotriane &eceptor 0A?T&.2
Apabila dengan pengobatan tersebut selama C/ minggu tetap terdapat gejala asma, maka
dapat diberikan alternatif lapis ketiga yaitu dapat meningkatkan dosis kortikosteroid sampai
dengan dosis tinggi pada pemberian +""ug-haribudesonid 0'""ug-hari flutikason2 untuk anak
berusia kurang dari !' tahun, danC""ug-hari budesonid 0:""ug-hari flutikason2 untuk anak
berusia di atas !'tahun atau tetap dosis medium ditambahkan dengan ?A9A, atau TS&, atau
A?T&. Penambahan ?A9A pada steroid hirupan telah banyak dibuktikan keberhasilannya yaitu
dapat memperbaiki 5@HI, menurunkan gejala asmanya, dan memperbaiki kualitas hidupnya.
Apabila dosis steroid hirupan sudah mencapai /""ug-hari namun tetap tidak mempunyai
respons, maka baru digunakan steroid oral 0sistemik2. Gadi penggunaan kortikosteroid oral
sebagai controller 0pengendali2 adalah jalan terakhir setelah penggunaan steroid hirupan atau
alternatif di atas telah dijalankan. ?angkah ini diambil hanya bila bahaya dari asmanya lebih
besar daripada bahaya efek samping obat.
$ntuk steroid oral sebagai dosis a#al dapat diberikan !'mg-kg99-hari. Dosis kemudian
diturunkan sampai dosis terkecil yang diberikan selang hari pada pagi hari. Penggunaan steroid
secara sistemik harus berhatihati karena mempunyai efek samping yang cukup berat.
Pada pemberian antileukotrien 03afirlukas2 pernah dilaporkan adanya peningkatan en3im hati,
oleh sebab itu kelainan hati merupakan kontraindikasi. (engenai pemantauan uji fungsi hati
pada pemberian antileukotrien belum ada rekomendasi. (engenai obat antihistamin generasi
baru nonsedatif 0misalnya ketotifen dansetiri3in2, penggunaannya dapat dipertimbangkan pada
anak dengan asma tiperinitis, hanya untuk menanggulangi rinitisnya. Pada saat ini penggunaan
kototifen sebagai obat pengendali 0controller2 pada asma anak tidak lagi digunakan karena tidak
mempunyai manfaat yang berarti.
16
-
7/25/2019 pbl 29 asma
17/19
Apabila dengan pemberian steroid hirupan dicapai fungsi paru yang optimal atau
perbaikan klinis yang mantap selama C/ minggu, maka dosis steroid dapat dikurangi bertahap
hingga dicapai dosis terkecil yang masih bisa mengendalikan asmanya. Sementara itu
penggunaan Kagonis sebagai obat pereda tetap diteruskan.
%ambar +. Alur tatalaksana jangka panjang asma
K$'4ikasi
17
-
7/25/2019 pbl 29 asma
18/19
Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh asma bronkial ini, antara lain*
!. Infeksi saluran nafas.
'. Atelektasis.
:. Pneumothoraks. Pneumomediastinum, @mfisema kutis.
+. %agal nafas.
. Aritmia 0terutama bila sebelumnya ada kelainan jantung2.
P"&"aha&
Selain pengobatan di atas, perlu kiranya dilakukan perbaikan lingkungan untuk mencegah
terjadinya serangan asma, antara lain dengan *
a. (enjaga agar udara di rumah tidak terlalu lembab.
b. Air conditioner 0A;2 harus sering dibersihkan, paling lama setiap : bulan sekali.c. =indari he#an peliharaan berbulu di dalam rumah.
d. =indari debu di dalam rumahe. 9ersihkan rumah secara teratur dengan cara basah 0langsung dengan lap basah
dan pel2 agar debu tidak beterbangan di udara.
Pada prinsipnya untuk pencegahan sendiri, pencegahan meliputi pencegahan primer yaitu
mencegah tersensitisasi dengan bahan yang menyebabkan asma, pencegahan sekunder adalah
mencegah yang sudah tersensitisasi untuk tidak berkembang menjadi asma> dan pencegahan
tersier adalah mencegah agar tidak terjadi serangan - bermanifestasi klinis asma pada penderita
yang sudah menderita asma.C
K"si'4ua&- Asma merupakan penyakit respiratorik kronis yang ditandai adanya proses
inflamasi yang disertai remodeling. Prevalensi asma meningkat dari #aktu ke #aktu yang
berhubungan dengan pola hidup dan polusi. 6lasifikasi asma adalah asma episodik jarang, sering
dan persisten. Pada asma episodik jarang hanya diberikan obat reliever saja tanpa controller,
sedangkan pada asma episodic sering dan persisten diperlukan controller. Terapi kombinasi pada
anak dapat memperbaiki uji fungsi paru, gejala asma dan aktivitas seharihari yang pada
akhirnya meningkatkan kualitas hidup anak. Terapi kombinasi merupakan suatu harapa baru
dalam tatalaksana asma.
Da!a% Pus!aka
!. =ull David, Gohnston DI. Dasardasar pediatric. @disi :. Gakarta* @%; > '""/. !'C
-
7/25/2019 pbl 29 asma
19/19
'. =enderson S. kedokteran emergensi. Gakarta * 9uku 6edokteran @%;> '"!' * C'
:. Diunduh dari http*--###.pdpersi.co.id-content-article.phpMmidNOcatidN