pbl 2 modul malnutrisi

13
MODUL 2 SKENARIO 2 Seorang anak perempuan, 6 bulan dibawa ibunya ke puskesmas dengan keluhan sering mencret sejak 1 bulan terakhir. Riwayat pemberian makan: ASI diberikan sampai 3 bulan, selanjutnya diberi air tajin sampai sekarang. Riwayat kelahiran: BBL 2900 gr, PB 48 cm. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: BB 6 kg, PB 60 cm. Telapak tangan tampak pucat. Ditemukan edema pada tungkai bawah dan abdomen. Tampak otore pada telinga kanan dan kiri. Hati teraba 2 cm dibawah arcus costa. Laboratorium: Hb 5 gr/dl. KATA SULIT 1. Air tajin adalah saripati beras yang diperoleh dengan merebus beras yaitu air kental pada saat memasak nasi. 2. Otore adalah secret yang keluar dari telinga khususnya secret pirulen. KATA KUNCI Anak perempuan 6 bulan Sering mencret sejak 1 bulan terakhir ASI diberikan sampai 3 bulan, selebihnya diberikan air tajin Riwayat kelahiran: BB lahir = 2900 gr, PB lahir = 48cm Pada pemfis didapatkan BB = 6kg dan PB = 60cm Telapak tangan pucat Edema tungkai bawah dan abdomen Otore pada telinga kanan dan kiri

Upload: annisa-indayani

Post on 26-Jan-2016

124 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Malnutrisi

TRANSCRIPT

Page 1: Pbl 2 Modul Malnutrisi

MODUL 2

SKENARIO 2

Seorang anak perempuan, 6 bulan dibawa ibunya ke puskesmas dengan keluhan sering mencret

sejak 1 bulan terakhir. Riwayat pemberian makan: ASI diberikan sampai 3 bulan, selanjutnya

diberi air tajin sampai sekarang. Riwayat kelahiran: BBL 2900 gr, PB 48 cm. Pada pemeriksaan

fisik didapatkan: BB 6 kg, PB 60 cm. Telapak tangan tampak pucat. Ditemukan edema pada

tungkai bawah dan abdomen. Tampak otore pada telinga kanan dan kiri. Hati teraba 2 cm

dibawah arcus costa. Laboratorium: Hb 5 gr/dl.

KATA SULIT

1. Air tajin adalah saripati beras yang diperoleh dengan merebus beras yaitu air kental pada

saat memasak nasi.

2. Otore adalah secret yang keluar dari telinga khususnya secret pirulen.

KATA KUNCI

Anak perempuan 6 bulan

Sering mencret sejak 1 bulan terakhir

ASI diberikan sampai 3 bulan, selebihnya diberikan air tajin

Riwayat kelahiran: BB lahir = 2900 gr, PB lahir = 48cm

Pada pemfis didapatkan BB = 6kg dan PB = 60cm

Telapak tangan pucat

Edema tungkai bawah dan abdomen

Otore pada telinga kanan dan kiri

Hati teraba 2cm dibawah arcus costa

Hb 5 gr/dl

Page 2: Pbl 2 Modul Malnutrisi

PERTANYAAN

1. Apa definisi, etiologi, epidemiologi, faktor-faktor, dan patomekanisme dari malnutrisi?

2. Jelaskan klasifikasi PEM!

3. Bagaimana status gizi anak pada scenario?

4. Apakah ada hubungan antara pemberian air tajin dengan gejala yang diderita?

5. Jelaskan hubungan antar-gejala pada skenario!

6. Langkah-langkah diagnosis

7. Bagaimana penanganan awal dan penatalaksanaan lanjutan pada anak?

8. Bagaimana pencegahan yang dapat diberikan?

9. Apa komplikasi yang dapat timbul pada anak berdasarkan skenario?

JAWABAN

1. Malnutrisi

Definisi

Malnutrisi adalah kekurangan atau kelebihan relative atau absolute, satu atau beberapa

zat gizi essensial dalam waktu lama sehingga menimbulkan keadaan patologik.

Etiologi

a. Penyebab langsung

1. Kurangnya asupan makanan :

kurangnya asupan makanan sendiri dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah

makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan, dan cara

pemberian makanan yang salah.

2. Adanya penyakit :

Terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan

nutrien oleh tubuh.

b. Penyebab tidak langsung

1. kurangnya ketahanan pangan keluarga :

keterbatasan keluarga untuk menghasilkan atau mendapatkan makanan

Page 3: Pbl 2 Modul Malnutrisi

2. kualitas perawatan ibu dan anak

3. buruknya pelayanan kesehatan

4. sanitasi lingkungan yang kurang

Epidemiologi

Menurut WHO, Indonesia menduduki peringkat 142 dari 170 negara dan terendah di

ASEAN. Pada tahun 2002 terjadi peningkatan sebesar 8,3% gizi buruk dan 27% gizi

kurang pada balita. Beberapa keadaan yang berhubungan dengan terjadinya malnutrisi

adalah menurunnya nafsu makan, terjadinya malabsorbsi, serta peningkatan pengeluaran.

Faktor-Faktor Penyebab Malnutrisi

a. Faktor sosial. Yang dimaksud faktor sosial adalah rendahnya kesadaran

masyarakat akan pentingnya makana bergizi bagi pertumbuhan anak, sehingga

banyak balita tidak mendapatkan makanan yang bergizi seimbang hanya diberi

makan seadanya atau asal kenyang. Selain itu, hidup di negara dengan tingkat

kepadatan penduduk yang tinggi sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya

pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan berlangsung turun-temurun

dapat menjad hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.

b. Kemiskinan. Kemiskinan sering dituding sebagai biang keladi munculnya

penyakit ini di negara-negara berkembang. Rendahnya pendapatan masyarakat

menyababkan kebutuhan paling mendasar, yaitu pangan pun sering kali tidak

biasa terpenuhi apalagi tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.

c. Laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya

ketersedian bahan pangan akan menyebabkan krisis pangan. Ini pun menjadi

penyebab munculnya penyakit KKP.

d. Infeksi. Tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara infeksi dengan

malnutrisi. Infeksi sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh. Sedangkan kondisi

malnutrisi akan semakin memperlemah daya tahan tubuh yang pada gilirannya

akan mempermudah masuknya beragam penyakit. Tindakan pencegahan otomatis

sudah dilakukan bila faktor-faktor penyebabnya dapat dihindari. Misalnya,

Page 4: Pbl 2 Modul Malnutrisi

ketersediaan pangan yang tercukupi, daya beli masyarakat untuk dapat membeli

bahan pangan, dan pentingnya sosialisasi makanan bergizi bagi balita serta faktor

infeksi dan penyakit lain.

e. Pola makan. Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk

tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang

cukup, tidak semua makanan mengandung protein atau asam amino yang

memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari Air

Susu Ibu (ASI) yang diberikan ibunya. Namun, bayi yang tidak memperoleh ASI

protein dari suber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu, dan lain-lain) sangatlah

dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak

berperan penting terhadap terjadinya kwashiorkor terutama pada masa peralihan

ASI ke makanan pengganti ASI.

f. Tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu mempengaruhi pola pengasuhan

balita. Para ibu kurang mengerti makanan apa saja yang seharusnya menjadi

asupan untuk anak-anak mereka.

g. Kurangnya pelayanan kesehatan, terutama imunisasi. Imunisasi yang merupakan

bagian dari system imun mempengaruhi tingkat kesehatan bayi dan anak-anak.

h. Gangguan saluran cerna, Satu di antara tiga manusia sehat cenderung mengalami

hipersensitif saluran cerna. Hal ini akan lebih sering lagi pada anak usia di bawah

usia 5 tahun, dengan kemungkinan sekitar 30-40 persen anak mengalami

hipersensitifitas saluran cerna. Karena sebagian besar pada anak, terjadi imaturitas

atau ketidakmatangan saluran cerna. Hipersensitif saluran cerna ini biasanya

hanya merupakan gangguan fungsional dan selama ini dianggap normal. Tetapi

ternyata bila dicermati gangguan ini sering disertai secara bersamaan dengan

berbagai gangguan organ tubuh lainnya yang sangat mengganggu. Gangguan

tersebut sering disertai gangguan pertumbuhan berat badan, gangguan perilaku

dan gangguan perkembangan lainnya.

Patomekanisme

Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak

faktor. Faktor – faktor ini digolongkan menjadi 3 faktor yaitu : tubuh sendiri (host),

Page 5: Pbl 2 Modul Malnutrisi

kuman penyebab (agent) dan lingkungan (environment). Memang faktor diet memegang

peranan tetapi faktor lain ikut menentukan.

Kurangnya asupan makanan dan adanya penyakit merupakan penyebab langsung

malnutrisi yang paling penting. Penyakit, terutama penyakit infeksi, mempengaruhi

jumlah asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh. Kurangnya asupan makanan

sendiri dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya

kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian makanan yang salah.

Penyebab tidak langsung adalah kurangnya ketahanan pangan keluarga, kualitas

perawatan ibu dan anak, pelayanan kesehatan serta sanitasi lingkungan. Ketahanan

pangan dapat dijabarkan sebagai kemampuan keluarga untuk menghasilkan atau

mendapatkan makanan. Sebagai tambahan, perlu diperhatikan pengaruh produksi bahan

makanan keluarga terhadap beban kerja ibu dan distribusi makanan untuk anggota

keluarga. Sanitasi lingkungan berpengaruh terhadap kesehatan, produksi serta persiapan

makanan untuk dikomsumsi serta kebersihan. Pelayanan kesehatan bukan hanyaharus

tersedia, namun juga dapat diakses denganmudah oleh ibu dan anak. Statuspendidikan

dan ekonomi perempuan yang rendah menyebabkan kurangnya kemampuan untuk

memperbaiki status gizi keluarga.

Penyebab dasar berupa kondisi sosial, politik dan ekonomi negara. Malnutrisi,

yang dapat berupa gizi kurang atau gizi buruk, dapat bermanifestasi bukan hanya di

tingkat rumah tangga, masyarakat, nasional, dan international sehingga upaya untuk

mengatasinya perlu dilaksanakan secara berkesinambungan di berbagai tingkatan dengan

melibatkan berbagai sektor.

(SUMBER : Pusponegoro DP, Hadinegoro SRS, Firmanda D, et al. Standart Pelayanan Medis

Kesehatan Anak. Edisi 1. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2005)

(Buku ilmu penyakit dalam jilid 1 hal 354 bab Malnutrisi penulis Ari Fahrial Syam tahun 2009

jakarta: Interna Publishing)

2. Klasifikasi MEP

Page 6: Pbl 2 Modul Malnutrisi

3. Status gizi anak pada scenario

Pertama-tama dilakukan koreksi udem :

Udem pretibial : 10-15%

Ascites ringan : 15-20 %

Ascites berat : 20-25 %

Pada kasus BB : 6 kg PB : 60 cmMaka koreksi edema : 15% x 6 kg = 0,9

20% x 6 kg = 1,2 BB = 6 kg – 0,9 = 5,1 kg BB = 6 kg – 1,2 = 4,8 kg

Sehingga berat badan sebenarnya pada pasien berada dalam range 4,8 kg – 5,1 kg.

Untuk menilai status gizi pasien, maka nilai ini dimasukkan dalam grow chart WHO berat badan menurut umur dan didapatkan :

Untuk BB = 4,8 kg, maka berada di bawah / < -3 SD. Hal ini menunjukkan pasien dalam keadaan gizi buruk, sedangkan untuk BB = 5,1 kg berada pada -3 SD. Hal ini menunjukkan pasien berada dalam keadaan gizi kurang.

Page 7: Pbl 2 Modul Malnutrisi

Sehingga Penambahan Berat Badan (BB) dan Panjang Badan (PB) bayi tersebut:

Penambahan BB

Trimester 1 = 700-1000 gr/bln

Trimester 2 = 500-600 gr/bln

Trimester 3 = 350-450 gr/bln

Trimester 4 = 250-350 gr/bln

Sehingga, penambahan BB pada usia 6 bulan adalah:

Trim. 1 : 1 bulan : 2900 gr + 700-1000 gr = 3600-3900 gr

2 bulan : 1 bulan + 700-1000 gr = 4300-4900 gr

3 bulan : 2 bulan + 700-1000 gr = 5000-5900 gr

Trim. 2: 4 bulan : 3 bulan + 500-600 gr = 5500-6500 gr

5 bulan : 4 bulan + 500-600 gr = 6000-7100 gr

6 bulan : 5 bulan + 500-600 gr = 6500-7700 gr

Penambahan PB

Trimester 1 = 2,8-4,4 cm/bln

Trimester 2 = 1,9-2,6 cm/bln

Trimester 3 = 1,3-1,6 cm/bln

Trimester 4 = 1,2 – 1,3 cm/ bln

Sehingga, penambahan PB pada usia 6 bulan adalah:

Trim. 1 : 1 bulan : 48 cm + 2,8-4,4 cm = 50,8-52,4 cm

2 bulan : 1 bulan + 2,8-4,4 cm = 53,6-56,8 cm

3 bulan : 2 bulan + 2,8-4,4 cm = 56,4-61,2 cm

Trim. 2: 4 bulan : 3 bulan + 1,9-2,6 cm = 58,3-63,8 cm

5 bulan : 4 bulan + 1,9-2,6 cm = 60,2-66,4 cm

6 bulan : 5 bulan + 1,9-2,6 cm = 62,1-69 cm

Page 8: Pbl 2 Modul Malnutrisi

BB pasien (6 kg)

BB Aktual pasien (4,8 – 5,1) kg)

BB lahir pasien (2,9 kg)