pbl 1 bhl (blm di edit 08012011)

34
KASUS Mr.X datang ke Rumah Sakit GM untuk mencabut gigi radix premolar satu kanan bawah. Di rumah sakit tersebut, mr.X ditangani oleh drg.Y. melihat gigi sebelahnya yang juga tinggal radix dan sangat memungkinkan untuk dilakukan pencabutan sekaligus 2 gigi tanpa menambah anestesi, maka drg.Y mencabut gigi sebelahnya tanpa minta ijin terlebih dahulu kepada mr.X. pada saat mengurus biaya administrasi, mr.X terkejut karena dikenai biaya pencabutan untuk 2 gigi. Mr.X marah-marah kepada drg. Y dan melaporkan hal tersebut kepada direktur rumah sakit. Direktur RS memberikan teguran kepada drg.Y karena dianggap telah melakukan tindakan medis secara tidak lege artis dan tidak melakukan informed consent dengan baik. Bab 1 Pendahuluan Bab 2 Pembahasan 2.1 Step 1 Klarifikasi Istilah a. Anestesi: 1. Kehilangan sensasi, biasanya akibat kerusakan saraf atau reseptor atau namnes.

Upload: bambang-heryanto

Post on 27-Jun-2015

226 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PBL 1 BHL (blm di edit 08012011)

KASUS

Mr.X datang ke Rumah Sakit GM untuk mencabut gigi radix premolar satu kanan

bawah. Di rumah sakit tersebut, mr.X ditangani oleh drg.Y. melihat gigi

sebelahnya yang juga tinggal radix dan sangat memungkinkan untuk dilakukan

pencabutan sekaligus 2 gigi tanpa menambah anestesi, maka drg.Y mencabut gigi

sebelahnya tanpa minta ijin terlebih dahulu kepada mr.X. pada saat mengurus

biaya administrasi, mr.X terkejut karena dikenai biaya pencabutan untuk 2 gigi.

Mr.X marah-marah kepada drg. Y dan melaporkan hal tersebut kepada direktur

rumah sakit. Direktur RS memberikan teguran kepada drg.Y karena dianggap

telah melakukan tindakan medis secara tidak lege artis dan tidak melakukan

informed consent dengan baik.

Bab 1 Pendahuluan

Bab 2 Pembahasan

2.1 Step 1 Klarifikasi Istilah

a. Anestesi:

1. Kehilangan sensasi, biasanya akibat kerusakan saraf atau reseptor

atau namnes.

2. Hilangnya kemampuan untuk merasakan nyeri, yang disebabkan

oleh pemberian suatu obat atau oleh intervernsi medik lainnya

(Dorland, 2002).

b. Lege artis:

Tindakan yang sesuai dengan prosedur atau sesuai dengan standar

operasional medis.

c. Informed consent:

1. Persetujuan atau perikatan antara dokter dan pasien sebelum

melakukan tindakan medis, yang dikomunikasikan dengan cara

yang baik lisan maupun tertulis.

Page 2: PBL 1 BHL (blm di edit 08012011)

2. Berdasarkan Permenkes 585/1989 dikatakan bahwa informed

consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau

keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang

akan dilakukan terhadap pasien tersebut.

2.2 Step 2 Rumusan Masalah

a. Hal apa saja yang dilanggar oleh dokter gigi Y dari segi hukum

kesehatan, beserta pasal-pasalnya?

b. Prosedur apa saja yang harus dilakukan oleh dokter gigi Y ?

c. Siapa yang bertanggung jawab atas ketidaknyamanan pasien?

d. Bagaimana prosedur pengaduan?

e. Bagaimana penyelesaian kasus?

2.3 Step 3 Curah Pendapat

2.3.1 Pelanggaran

b. Secara hukum

Melanggar Undang-Undang No.29 tahun 200 4 Tentang Praktik

Kedokteran :

Pasal 45

(1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan

oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.

(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah

pasien mendapat penjelasan secara lengkap.

(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya

mencakup :

a. diagnosis dan tata cara tindakan medis;

b. tujuan tindakan medis yang dilakukan;

c. alternatif tindakan lain dan risikonya;

d. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan

e. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

Page 3: PBL 1 BHL (blm di edit 08012011)

(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik

secara tertulis maupun lisan.

Pasal 52

Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai

hak:

a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis

sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3);

c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

Pasal 66

(1) Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas

tindakan

dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat

mengadukan secara tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan

Disiplin

Kedokteran Indonesia.

(2) Pengaduan sekurang-kurangnya harus memuat :

a. identitas pengadu;

b. nama dan alamat tempat praktik dokter atau dokter gigi dan waktu

tindakan dilakukan; dan

c. alasan pengaduan.

(3) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak

menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan

tindak

pidana kepada pihak yang berwenang dan/atau menggugat kerugian

perdata

ke pengadilan.

Undang-Undang No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

Page 4: PBL 1 BHL (blm di edit 08012011)

Pasal 29

b. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan

efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar

pelayanan Rumah Sakit;

g. membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan

di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien

l. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan

kewajiban pasien;

m. menghormati dan melindungi hak-hak pasien

Pasal 46

Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian

yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di

Rumah Sakit.

Prosedur dan Pengaduan :

Dalam kasus ini pasien berhak mengadukan masalahnya baik kepada

pimpinan rumah sakit, polisi maupun kepada Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia maupun Majelis kehormatan Etika Kedokteran.

Adapun prosedur pengaduan telah diatur dalam Undang-Undang No 29

Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

Pasal 66

(1) Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas

tindakan

dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat

mengadukan secara tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia.

(2) Pengaduan sekurang-kurangnya harus memuat :

a. identitas pengadu;

Page 5: PBL 1 BHL (blm di edit 08012011)

b. nama dan alamat tempat praktik dokter atau dokter gigi dan waktu

tindakan dilakukan; dan

c. alasan pengaduan.

(3) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak

menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan tindak

pidana kepada pihak yang berwenang dan/atau menggugat kerugian perdata

ke pengadilan.

Dalam hal ini pimpinan bertanggung jawab terhadap perbuatan yang

dilakukan oleh dokter gigi tersebut yang tercantum dalam pasal 29 Ayat 1

point S yaitu setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban melindungi dan

memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit dalam

melaksanakan tugas.

Jika terjadi sengketa medis, terutama antara dokter dan pasien terutama

dalam kasus ini, dilakukan tindakan mediasi yang tercantum dalam Undang

Undang Kesehatan No 36 Th 2009 yang berbunyi Mediasi dilakukan bila

timbul sengketa antara tenaga kesehatan pemberi pelayanan kesehatan

dengan pasien penerima layanan kesehatan. Mediasi disepakati oleh para

pihak.

Namun apabila jalur mediasi tidak dapat menyelesaikan sebuah perkara

maka masalah tersebut akan dilanjutkan ke MKDI ataupun jika berkait

dengan Kode Etik, maka akan dilanjutkan ke MKEK.

UUPK No 29 Th 2004 Pasal 66

Setiap orang yang mengetahui atu kepentingannya dirugikan atas tindakan

dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat

mengadukansecara tertulis kepada ketua Majelis Kehormatan Displin

Kedokteran Indonesia.

Setelah kasus tersebut diberikan kepada MKDKI atau MKEK maka dokter

akan menerima sanksi berupa sanksi administrasi sesuai dengan

Page 6: PBL 1 BHL (blm di edit 08012011)

UUPK No 29 Th 2004 Pasal 69

(3) Sanksi disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa :

a. pemberian peringatan tertulis;

b. rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik;

dan/atau

c. kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan

kedokteran atau kedokteran gigi.

2.4 Step 4 Analisa Permasalahan Detail

2.5 Step 5 Sasaran Belajar

2.6 Step 6 Belajar Mandiri

2.7 Step 7 Hasil Belajar

JENIS PELANGGARAN

1. HUKUM

KUH PERDATA

Pasal 1313

Jenis pelanggaran

pengaduan

Medis (pasal)Etika (pasal) Hukum (pasal)

penyelesaian

prosedur

Page 7: PBL 1 BHL (blm di edit 08012011)

Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau

lebih mengikatkan diri terhadap satu orang atau lebih.

Analisis: Pada skenario, dokter gigi Y tidak memberitahukan kepada

pasien bahwa dokter gigi tersebut akan mencabut dua radix sekaligus

tanpa adanya persetujuan pasien terlebih dahulu. Dokter gigi Y dapat

digugat dengan pasal 1313.

Pasal 1365

Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian

kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu

karena kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut.

Analisis: Pada pasal tersebut, pasien merasa dirugikan secara finansial

akibat dari pembiayaan jasa dokter gigi Y. Pasien W dapat menggugat

dokter gigi Y dan dapat meminta ganti rugi.

Pasal 1366

Setiap orang bertanggungjawab, bukan hanya atas kerugian yang

disebabkan perbuatan-perbuatan, melainkan juga atas kerugian yang

disebabkan kelalaian atau kesembronoannya.

Analisis: Dokter gigi Y dianggap mengakibatkan kerugian bagi pasien

dan lalai tidak menyelenggarakan informed consent dengan baik.

Pasal 1367

“Seseorang tidak hanya bertanggung jawab atas kerugian yang

disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang

disebabkan perbuatan-perbuatan orang-orang yang menjadi

tanggunganya atau disebabkan barang-barang yang berada di bawah

pengawasannya.”

Analisis: Kelalaian yang dilakukan oleh dokter gigi Y mengakibatkan

pihak Rumah Sakit juga bertanggung jawab dalam kasus tersebut.

2. MEDIS

Page 8: PBL 1 BHL (blm di edit 08012011)

UU PRAKTIK KEDOKTERAN NO.29 Tahun 2004

Pasal 39

Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada

kesepakatan antara dokter atau dokter gigi dengan pasien dalam

upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit,

peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan

kesehatan.

Analisis: Setiap tindakan medis harus dilakukan dengan

persetujuan antara pasien dan dokter. Pada skenario, tindakan

pencabutan yang dilakukan oleh dokter gigi Y harus mendapatkan

persetujuan dari pasien W. Namun, dokter gigi Y melakukan

tindakan medis di luar persetujuan.

Pasal 45 tentang persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi

1. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang

dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien

harus mendapat persetujuan.

2. Persetujuan sebagaiman dimaksud pada ayat (1) diberikan

setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap.

3. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-

kurangnya mencakup:

a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis;

b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan;

c. Alternatif tindakan lain dan resikonya;

d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan

e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

4. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat

diberikan baik secara tertulis maupun lisan.

Analisa: Setiap pasien yang datang kepada dokter gigi

untuk memeriksaan diri, secara tidak langsung telah terikat

hukum persetujuan dengan dokter gigi tersebut. Hukum

perikatan tersebut dapat dibedakan menjadi dua bentuk

Page 9: PBL 1 BHL (blm di edit 08012011)

yaitu resultaat verbintenis dan inspanning verbintenis.

Resultaat verbintenis yaitu perjanjian yang disertai dengan

pernyataan dokter gigi bahwa hasil didapat akan baik.

Namun, pada inspanning verbintenis baik dokter maupun

pasien bersama-sama mengupayakan hasil yang baik.

Pada pasal tersebut, pasien berhak mendapatkan

informasi dari tindakan medis yang akan dilakukan dokter

gigi dengan jelas dan selengkap-lengkapnya. Informasi

tersebut meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,

tujuan tindakan medis yang dilakukan, alternatif tindakan

lain dan risikonya, risiko dan komplikasi yang mungkin

terjadi, prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

Pasien berhak menerima maupun menolak tindakan

medis yang telah dijelaskan oleh dokter gigi. Namun, pada

pasal ini dokter gigi dapat dianggap bersalah apabila dokter

tidak memberikan penjelasan mengenai tindakan medis

yang akan dilakukan.

Pada skenario, dokter gigi tidak meminta

persetujuan kepada pasien ketika akan mencabut dua radix

gigi sekaligus. Pasien dapat mengadukan hal tersebut

kepada pihak yang berwenang.

Pasal 50 tentang hak dokter atau dokter gigi

b. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan

standar prosedur operasional;

Analisis: Pada skenario, dokter gigi Y dianggap tidak

memenuhi standar prosedur operasional dengan melakukan

tindakan medis tanpa persetujuan pasien W.

Pasal 51 tentang kewajiban dokter atau dokter gigi

Page 10: PBL 1 BHL (blm di edit 08012011)

a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi

dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis

pasien.

Analisis: Semua tindakan yang dilakukan oleh dokter gigi

harus sesuai dengan standar operasional dan persetujuan

pasien.

Pasal 52 tentang hak pasien

a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan

medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (3)

b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;

c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

d. Menolak tindakan medis; dan

e. Mendapatkan isi rekam medis.

Analisis: Pasien W dapat menyampaikan pengaduan atas tindakan dokter Y

yang melakukan tindakan pencabutan gigi tanpa penjelasan dan

persetujuannya.

Pasal 66 tentang pengaduan

(1) Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya

dirugikan atas tindakan dokter atau dokter gigi dalam

menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara

tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia.

(2) Pengaduan sekurang-kurangnya harus memuat :

a. identitas pengadu;

b. nama dan alamat tempat praktik dokter atau dokter gigi

dan waktu tindakan dilakukan; dan

c. alasan pengaduan.

(3) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

tidak menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan

Page 11: PBL 1 BHL (blm di edit 08012011)

adanya dugaan tindak pidana kepada pihak yang berwenang

dan/atau menggugat kerugian perdata ke pengadilan.

Analisis: Setiap pasien berhak memberikan pengaduan dengan

prosedur yang telah ditetapkan oleh pasal tersebut.

Sebagai keputusan:

Pasal 69

(1) Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia mengikat dokter, dokter gigi, dan Konsil

Kedokteran Indonesia.

(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ) dapat

berupa dinyatakan tidak bersalah atau pemberian sanksi

disiplin.

(3) Sanksi disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat

berupa :

a. pemberian peringatan tertulis;

b. rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat

izin praktik; dan/atau

c. kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi

pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi.

Analisis: Setiap tindakan dokter/ dokter gigi yang terbukti

bersalah akan ditindak dan mendapatkan sanksi.

UU NO.44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT

Pasal 3 tentang asas dan tujuan

Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan:

b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan

pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan

sumber daya manusia di rumah sakit;

Page 12: PBL 1 BHL (blm di edit 08012011)

Pasal 29 tentang kewajiban dan hak

Ayat (1) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban :

l. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur

mengenai hak dan kewajiban pasien;

m. menghormati dan melindungi hak-hak pasien;

Pasal 31 tentang kewajiban pasien

(1) Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap Rumah

Sakit atas pelayanan yang diterimanya.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pasien diatur

dengan Peraturan Menteri.

Pasal 32 tentang hak pasien

Setiap pasien mempunyai hak:

d. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai

dengan standar profesi dan standar prosedur

operasional;

e. memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga

pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi;

f. mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang

didapatkan;

j. mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara

tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif

tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi,

dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta

perkiraan biaya pengobatan;

Page 13: PBL 1 BHL (blm di edit 08012011)

q. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila

Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak

sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun

pidana;

Pasal 32 yang digunakan apabila pasien mengeluhkan ke publik,

r. mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai

dengan standar pelayanan melalui media cetak dan

elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 37 tentang pengelolaan klinik

(1) Setiap tindakan kedokteran yang dilakukan di Rumah

Sakit harus mendapat persetujuan pasien atau

keluarganya.

Pasal 46 tanggungjawab hukum

Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap

semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit.

Analisa kasus berdasarkan UU No. 44 Tahun 2009 tentang rumah

sakit, dari pasal-pasal tersebut sudah menjelaskan bahwa rumah sakit

beserta tenaga kesehatan didalamnya harus memberikan informasi,

sehingga apa yang dilakukan oleh drg.Y tersebut tidak memenuhi kriteria

pasal tersebut, semestinya sebagai pasien juga berhak untuk mengetahui

apa yang dilakukan dokter atau dokter gigi meskipun hal tersebut bisa saja

dilakukan, akan tetapi dokter atau dokter tetap harus sesuai dengan

informed consent atau dengan kata lain harus sesuai dengan Hospital by

Page 14: PBL 1 BHL (blm di edit 08012011)

Law, rumah sakit juga bertanggungjawab terhadap kelalaian yang

dilakukan oleh tenaga kesehatannya.

UU KESEHATAN No. 36 Tahun 2009

Sebagai tuntutan:

Pasal 23

(1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan

pelayanan kesehatan.

(2) Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai

dengan bidang keahlian yang dimiliki.

(3) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga

kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah.

(4) Selama memberikan pelayanan kesehatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilarang mengutamakan

kepentingan yang bernilai materi.

(5) Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri.

Analisis: Tindakan dokter gigi Y yang tidak memberikan informasi yang jelas

ketika akan melakukan tindakan pencabutan gigi mengakibatkan kerugian finansial

pasien W. Hal tersebut bertentangan dengan pasal 23 ayat 4.

Pasal 24

(1) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23

harus memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi,

hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan,

dan standar prosedur operasional.

Page 15: PBL 1 BHL (blm di edit 08012011)

(2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh

organisasi profesi.

(3) Ketentuan mengenai hak pengguna pelayanan kesehatan,

standar pelayanan, dan standar prosedur operasional

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Peraturan Menteri.

Analisis: Pada pasal tersebut berarti setiap tindakan yang

dilakukan oleh dokter gigi Y harus sesuai dengan standar

prosedur dan kode etik kedokteran.

Pasal 49

(2) Penyelenggaraan upaya kesehatan harus memperhatikan

fungsi sosial, nilai, dan norma agama, sosial budaya,

moral, dan etika profesi.

Analisis: Dokter gigi Y dianggap melanggar etika profesi

dengan tidan melakukan informed consent dengan baik.

Sebagai dasar pembelaan dokter:

Pasal 27

(1) Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan

pelindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai

dengan profesinya.

(2) Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya

berkewajiban mengembangkan dan meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

(3) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur

dalam Peraturan Pemerintah.

Analisis: Dokter gigi Y dapat memberi pembelaan dengan pasal tersebut. Pada pasal

tersebut, dokter gigi Y tidak dapat diadukan dengan kerugian finansial pasien karena

Page 16: PBL 1 BHL (blm di edit 08012011)

dokter Y telah melakukan pelayanan medis dan berhak mendapatkan imbalan dari

tindakan yang terlah dilakukannya.

Sebagai penyelesaiannya:

Pasal 29

Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian

dalam menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus

diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi.

Analisis: Pada persoalan dalam skenario, hendaknya

penyelesaian awal yang dapat diambil adalah melalui mediasi

antara pihak pasien dan pihak dokter gigi dengan diperantarai

oleh pihak Rumah Sakit.

Sebagai dasar tuntutan:

Pasal 58

(1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang,

tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang

menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian

dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.

(2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan

tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan

seseorang dalam keadaan darurat.

(3) Ketentuan mengenai tata cara pengajuan tuntutan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Analisis: Apabila mediasi telah ditempuh dan belum mencapai

penyelesaian dan dokter gigi Y terbukti bersalah maka

pasien berhak untuk menuntut ganti rugi.

Page 17: PBL 1 BHL (blm di edit 08012011)

3. ETIKA

KODE ETIK KEDOKTERAN

Pasal 1

setiap dokter harus menjujung tinggi, menghayati, dan mengamalkan

sumpah dokter (saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya

sesuai dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran gigi;

Pasal 2

Seorang dokter harus senantiasa berupaya melakukan profesianya sesuai

dengan standar yang tertinggi

Pasal 7c

Setiap dokter harus menjaga hak-hak pasien

Analisis: Setiap dokter gigi harus menerapkan etika kedokteran dan

tindakan yang dilakukan oleh dokter gigi Y dianggap bertentangan dengan

etika kedokteran tersebut.

Page 18: PBL 1 BHL (blm di edit 08012011)

Prosedur pengaduan:

Prosedur penanganan pelanggaran etika kedokteran

Pada tahun 1985 Rapat Kerja antara P3EK, MKEK dan MKEKG telah

menghasilkan pedoman kerja yang menyangkut para dokter antara lain sebagai

berikut :

1. Pada prinsipnya semua masalah yang menyangkut pelanggaran etik

diteruskan lebih dahulu kepada MKEK.

2. Masalah etik murni diselesaikan oleh MKEK.

pengaduan

MKDKI

(Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia)

Etik Disiplin kedokteran Medik (Pidana)

MKEK

bebas Tuntunan lisan, tertulis

bebas

Tindakan administratif

Hukuman Disiplin

1. Teguran tertulis2. Pencabutan STR3. Pencabutan SIP4. Wajib pendidikan

Penegak Hukum

(Penyidik)

Pengadilan

bebas Pidana1. Gaji/pangkat (tunda kenaikan, atau

penurunan)2. Cabut SIP sementara / selama-lamanya.3. Hukuman kepegawaian

Page 19: PBL 1 BHL (blm di edit 08012011)

3. Masalah yang tidak murni serta masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh

MKEK dirujuk ke P3EK propinsi.

4. Dalam sidang MKEK dan P3EK untuk pengambilan keputusan, Badan

Pembela Anggota IDI dapat mengikuti persidangan jika dikehendaki oleh

yang bersangkutan (tanpa hak untuk mengambil keputusan).

5. Masalah yang menyangkit profesi dokter atau dokter gigi akan ditangani

bersama oleh MKEK dan MKEKG terlebih dahulu sebelum diteruskan ke

P3EK apabila diperlukan.

6. Untuk kepentingan pencatatan, tiap kasus pelanggaran etik kedokteran serta

penyelesaiannya oleh MKEK dilaporkan ke P3EK Propinsi.

7. Kasus-kasus pelanggaran etikolegal, yang tidak dapat diselesaikan oleh

P3EK Propinsi, diteruskan ke P3EK Pusat.

8. Kasus-kasus yang sudah jelas melanggar peraturan perundang-undangan

dapat dilaporkan langsung kepada pihak yang berwenang.

Pedoman penilaian kasus-kasus pelanggaran etik kedokteran.

Etik lebih mengandalkan itikad baik dan keadaan moral para

pelakunya dan untuk mengukur hal ini tidaklah mudah. Karena itu timbul

kesulitan dalam menilai pelanggaran etik, selama pelanggaran itu tidak

merupakan kasus-kasus pelanggaran hukum. Dalam menilai kasus-kasus

pelanggaran etik kedokteran, MKEK berpedoman pada :

a. Pancasila

b. Prinsip-prinsip dasar moral umumnya

c. Ciri dan hakekat pekerjaan profesi

d. Tradisi luhur kedokteran

e. LSDI

f. KODEKI

g. Hukum kesehatan terkait

h. Hak dan kewajiban dokter

i. Hak dan kewajiban penderita

j. Pendapat rata-rata masyarakat kedokteran

Page 20: PBL 1 BHL (blm di edit 08012011)

k. Pendapat pakar-pakar dan praktisi kedokteran senior.

Selanjutnya, MKEK menggunakan pula beberapa

pertimbangan berikut, yaitu :

a. Tujuan spesifik yang ingin dicapai

b. Manfaat bagi kesembuhan penderita

c. Manfaat bagi kesejahteraan umum

d. Penerimaan penderita terhadap tindakan itu

e. Preseden tentang tindakan semacam itu

f. Standar pelayanan medik yang berlaku

Jika semua pertimbangan menunjukkan bahwa telah

terjadi pelanggaran etik, pelanggaran dikategorikan

dalam kelas ringan, sedang atau berat, yang

berpedoman pada :

1) Akibat terhadap kesehatan penderita

2) Akibat bagi masyarakat umum

3) Akibat bagi kehormatan profesi

4) Peranan penderita yang mungkin ikut

mendorong terjadinya pelanggaran

5) Alasan-alasan lain yang diajukan tersangka

Bentuk-bentuk sanksi

Dalam pasal 6 PP no.30 tahun 1980 tentang

Peraturan Disiplin Pegawai Sipil terdapat uraian

tentang tingkat dan jenis hukuman, sebagai

berikut :

1) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari :

a. Hukuman disiplin ringan

b. Hukuman disiplin sedang, dan

c. Hukuman disiplin berat

2) Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari :

Page 21: PBL 1 BHL (blm di edit 08012011)

a. Teguran lisan

b. Teguran tulisan, dan

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis

3) Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari :

a. Penundaan kenaikan gaji berkala untuk

paling lama satu tahun

b. Penurunan gaji sebesar satu kali

kenaikan gaji berkala untuk paling lama

satu tahun, dan

c. Penundaan kenaikan pangkat untuk

paling lama satu tahun

4) Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari :

a. Penurunan pangkat pada pangkat yang

setingkat lebih rendah untuk paling

lama satu tahun

b. Pembebasan dari jabatan

c. Pemberhentian dengan hormat tidak

atas permintaan sendiri sebagai Pegawai

Negeri Sipil, dan

d. Pemberhentian tidak dengan hormat

sebagai Pegawai Negeri Sipil

Pada kasus-kasus pelanggaran

etikolegal, di samping pemberian

hukuman sesuai peraturan tersebut di

atas, maka selanjutnya diproses ke

pengadilan.

Kode Etika

Pelanggaran

Pengaduan

Page 22: PBL 1 BHL (blm di edit 08012011)

MKDKI

MKEK

Penyelidikan Bersalah Tidak Bersalah

e. Medis

Pelanggaran

Pengaduan

Mediasi

MKDKI

Penyelidikan

Bersalah Tidak Bersalah

Sanksi Perdamaian

f. Hukum

Pelanggaran

Pengaduan

Kepolisian

Kejaksaan

Page 23: PBL 1 BHL (blm di edit 08012011)

Pengadilan

Di adili

Bersalah Tidak Bersalah

Hukuman

Pelanggaran etika yang dilakukan dokter dapat di adukan ke

MKDKI dan MKEK. Kemudian MKDKI akan melakukan

penyidikan. Apabila ditemukan pelanggaran, maka dokter yang

bersalah akan dikenai sanksi berupa pemberian peringatan tertulis,

rekomendasi pencabutan STR/ SIP, dan kewajiban mengikuti

pendidikan atau pelatihan pendidikan kedokteran seperti tercantum

dalam Undang-Undang No.29 tahun 2004.

Untuk pelanggaran medis, dapat diadukan ke MKDKI atau

juga dapat melalui mediasi. Prosedur dan penyelesaian ke MKDKI

sama dengan pelanggaran kode etik. Sedangkan mediasi yaitu suatu

penyelesaian yang dilakukan dengan cara kekeluargaan, dengan

adanya satu orang sebagai penengah dan bersifat netral.

Pelanggaran hukum yang dilakukan dokter dapat diadukan

ke kepolisian. Kemudian kasus tersebut akan diproses ke kejaksaan

dan dibawa ke pengadilan. Apabila saat dilakukan sidang dokter

tersebut terbukti bersalah maka dokter akan dijatuhi hukuman

berupa sanksi perdata atau pidana.

Page 24: PBL 1 BHL (blm di edit 08012011)

Bab 3 Penutup