halusinasi pendengaran blm slese

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa bukansekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di butuhkan olehsemua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005) Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii Ahmad,kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyusuaikan dengan berbagai perubahan, sertamengelola konflik dan stres tersebut. ( Diktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan PelayananMedik Dapertemen Kesehatan, 2007) Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku

Upload: rajuddin-kwonnie

Post on 31-Oct-2015

90 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

halusinasi

TRANSCRIPT

Page 1: Halusinasi Pendengaran Blm Slese

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa

bukansekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di butuhkan

olehsemua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi

tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap

positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005)

Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii

Ahmad,kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara

termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberikan

dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang

mempunyai kemampuan yang sama untuk menyusuaikan dengan berbagai perubahan,

sertamengelola konflik dan stres tersebut. ( Diktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan

PelayananMedik Dapertemen Kesehatan, 2007)

Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa,

syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat.Pada study terbaru WHO di

14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang,sekitar 76-85% kasus gangguan

jiwa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahunutama(Hardian, 2008). Masalah kesehatan

jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat yang demikian tinggi dibandingkan dengan

masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat. Dari 150 juta populasi orang dewasa

Indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan(Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami

gangguan mental emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan

tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakitkejiwaan ini. Krisis ekonomi

dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, dan

Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25%dari

juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008).

Page 2: Halusinasi Pendengaran Blm Slese

Berdasar kan data dari medical record BPRS dari makasar provinsi ulawesi selatan

menunjukan pasien halusinasi yang dirawat pada tiga tahun terakhir sebagai berikut: pada

tahun2006 jumlah pasien 8710 dengan halusinasi sebanyak 4340 orang (52%), tahun 2007

jumlahpasien 9245 dengan halusinasi sebanyak 4430 orang (49%), tahun 2008 ( januari-maret)

jumlahpasien 2294 dengan halusinasi sebanyak 1162 orang. Agar perilaku kekerasan tidak

terjadi pada klien halusinasi maka sangat di butuhkan asuhan keperawatan yang

berkesinambungan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan halusinasi?

2. Apa penyebab dari halusinasi?

3. Apa gejala dari halusinasi?

4. Bagaimana tahapan dari halusinasi?

5. Bagaimana rentang respon halusinasi?

6. Bagaimana pohon masalah dari halusinasi?

7. Bagaimana asuhan keperawatan halusinasi pendengaran?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa dan diharapkan

mahasiswa mampu memahami seputar halusinasi pendegaran.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengertian halusinasi.

b. Mengetahui penyebab dari halusinasi.

c. Mengetahui tanda-tanda atau gejala dari halusinasi.

d. Mengetahui tahapan-tahapan halusinasi.

e. Mengetahui rentang respon halusinasi

f. Mengetahui pohon masalah dari halusinasi

g. Mengetahui asuhan keperawatan dari halusinasi pendengaran

Page 3: Halusinasi Pendengaran Blm Slese

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

1. Halusinasi

Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca

indra sesorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya

mungkin organik, psikotik ataupun histerik (Maramis, 2009). Halusinasi

adalah tanggapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus)

dari luar diri (eksternal), (Stuart, 2001). 

2. Halusinasi pendengaran

Halusinasi dengar merupakan adanya persepsi sensori pada pendengaran

individu tanpa adanya stimulus eksternal yang nyata. Halusinasi pendengaran

adalah persepsi yang salah dari indra pendengaran, tanpa sumber rangsangan

eksternal, seolah-olah mendengar suara manusia, hewan, suara mesin yang

tidak ada hubungannya dengan stimulus yang nyata (Stuart dan Sundeen,

1995).

B. Etiologi

Menurut Stuart (2001), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah :

1. Faktor predisposisi (pencetus)

a. Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan

respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini

ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut :

1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang

lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,

temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.

Page 4: Halusinasi Pendengaran Blm Slese

2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang

berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin

dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.

3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan

terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi

otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral

ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil

(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh

otopsi (post-mortem).

b. Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon

dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat

mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan

kekerasan dalam rentang hidup klien.

c. Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:

kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan

kehidupan yang terisolasi disertai stress.

2. Faktor Presipitasi (penyulut)

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah

adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,

putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah

koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).

Menurut Stuart (2001), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi

adalah :

a. Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur

proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam

Page 5: Halusinasi Pendengaran Blm Slese

otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif

menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

b. Stress lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor

lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

c. Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi

stressor.

C. Gejala Halusinasi

Menurut Stuart dan Sundeen (1995), seseorang yang mengalami halusinasi

biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:

1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.

2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.

3. Gerakan mata abnormal.

4. Respon verbal yang lambat.

5. Diam.

6. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.

7. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya

peningkatan nadi,

pernafasan dan tekanan darah.

8. Penyempitan kemampuan konsenstrasi.

9. Dipenuhi dengan pengalaman sensori.

10. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi

dengan realitas.

11. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya

daripada menolaknya.

12. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.

13. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.

Page 6: Halusinasi Pendengaran Blm Slese

14. Berkeringat banyak.

15. Tremor.

16. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.

17. Perilaku menyerang teror seperti panik.

18. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.

19. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi.

20. Menarik diri atau katatonik.

21. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.

22. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

D. Tahapan halusinasi

Menurut Stuart (2001) tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase dan

setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:

1. Fase I

Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah

dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan

untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak

sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam

dan asyik sendiri.

2. Fase II

Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali

dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang

dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom

akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung,

pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan

kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.

3. Fase III

Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah

pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain,

Page 7: Halusinasi Pendengaran Blm Slese

berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan

berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan

berhubungan dengan orang lain.

4. Fase IV

Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah

halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak

mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu

berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.

E. Rentang Respon Halusinasi

Page 8: Halusinasi Pendengaran Blm Slese

Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada

dalam rentang respon neurobiologi. Rentang respon neurobiologi dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. logis : yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.

2. Persepsi akurat : yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang

didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu

yang ada di dalam maupun diluar dirinya.

3. Emosi konsisten : yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar

di sertai banyak banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak

lama.

4. Perilaku sesuai : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian

masalah masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya umum

yang belaku.

5. Hubungan sosial harmonis : yaitu hubungan yang dinamis menyangkut

hubungan antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk

kerja sama.

6. Proses pikir kadang tergantung (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi implus

eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada

area tertentu diotak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah

dialami sebelumnya.

7. Emosi berlebihan atau kurang : yaitu manifstatasi perasaan atau afek keluar

berlebihan atau kurang.

8. Perilaku atau tidak sesuai atau biasa : yaitu perilaku individu berupa tindakan

nyata dalam penyesuaian masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sesial

atau berbudaya umum yang berlaku.

9. Perilaku aneh atau tidak biasa : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam

menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau

budaya umum yang berlaku.

Page 9: Halusinasi Pendengaran Blm Slese

10. Menarik diri : yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,

menghindari hubungan dengan orang lain.

11. Isolasi sosial : menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam

berinteraksi.

F. Pohon Masalah

 

Page 10: Halusinasi Pendengaran Blm Slese

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas klien dan penanggung

Yang perlu dikaji yaitu: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status,

pendidikan, pekerjaan, dan alamat.

2. Alasan masuk rumah sakit

Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga merasa

tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain, gejala

yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke rumah sakit untuk

mendapatkan perawatan.

3. Faktor predisposisi

a. Faktor perkembangan terlambat

1) Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.

2) Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.

3) Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan.

b. Faktor komunikasi dalam keluarga

1) Komunikasi peran ganda.

2) Tidak ada komunikasi.

3) Tidak ada kehangatan.

Page 11: Halusinasi Pendengaran Blm Slese

4) Komunikasi dengan emosi berlebihan

5) Komunikasi tertutup.

6) Orang tua yang membandingkan anak – anaknya, orang tua yang

otoritas dan komplik orang tua.

c. Faktor sosial budaya

Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan

lingkungan yang terlalu tinggi.

d. Faktor psikologis

Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal

diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran,

gambaran diri negatif dan koping destruktif.

e. Faktor biologis

Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel,

perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik.

f. Faktor genetik

Adanya pengaruh  herediter (keturunan) berupa anggota keluarga 

terdahulu yang mengalami skizofrenia dan kembar monozigot.

g. Perilaku

Pasien  yang mengalami halusinasi sering kecewa karena mendapatkan

respons negative ketika mereka menceritakan halusinasinhya kepada

orang lain. Oleh sebab itu, banyak pasien kemudian enggan untuk

menceritakan pengalaman-pengalaman aneh halusinasinya. Pengalaman

halusinasi menjadi masalah untuk dibicarakan  dengan orang lain.

Kemampuan untuk bercakap-cakap tentang halusinasi yang dialami oleh

pasien penting untuk memiliki ketulusan dan perhatian yang penuh untuk

dapat memfasilitasi percakapan tentang halusinasi.

Apabila perawat mengidentifikasi adanya tanda-tanda  dan perilaku

halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya

Page 12: Halusinasi Pendengaran Blm Slese

sekewdar mengetahui  jenis halusinasinya saja. Validasi informasi tentang

halusinasi yang diperlukan meliputi:

1) Isi halusinasi yang dialami oleh pasien

2) Waktu dan frekuensi halusinasi

3) Situasi pencetus halusinasi

4) Respons pasien.

h. Fisik

1) ADL

Nutrisi tidak adekuat bila halusinasi memerintah untuk tidak makan,

tidur terganggu karena ketakutan, ruang kebersihan diri atau tidak

mandi, tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan aktivitas fisik yang

berlebihan, agitasi gerakan, atau kegiatan ganjil.

2) Kebiasaan

Berhenti dari minuman keras, penggunaan obat-obatan dan zat

halusinogen dan tingkah laku merusak diri.

3) Riwayat kesehatan

Skizofrenia, delirium berhubungan dengan riwayat demam dan

penyalahgunaan obat

4) Riwayat skizofrenia dalam keluarga

5) Fungsi system tubuh

a) Perubahan berat bada, hypertemia(demam)

b) Neurologikal:perubahan mood,disorientasi

c) Ketidakefektifan endoktrin oleh peningkatan temperature

i. Status Emosi

Afek  tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negatif dan 

bermusuhan, kecemasan berat atau panic, suka berkelahi .

j. Status Intelektual

Page 13: Halusinasi Pendengaran Blm Slese

Gangguan persepsi,penglihatan, pendengaran, perabaan, pencviuman dan

kecap, isi piker tidak realitas, tidak logis dan sukar diikuti atau

kaku,kurang motivasi koping.

4. Faktor presipitasi

Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:

a. Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan

memproses informasi di thalamus dan frontal otak.

b. Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme

penerimaan abnormal).

c. Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak

berguna, putus asa dan tidak berdaya.

B. Diagnosa

Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan

C. Intervensi

1. Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan

dengan halusinasi pendengaran.

Tujuan umum:

Tidak terjadi perilaku kekerasan yang diarahkan kepada diri sendiri, orang

lain dan lingkungan.

Tujuan khusus:

TUK 1:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya

b. Ekspresi wajah bersahabat, klien nampak tenang, mau berjabat tangan,

membalas salam, mau duduk dekat perawat.

INTERVENSI RASIONAL

1. Bina hubungan saling percaya dengan klien

dengan menggunakan/ komunikasi terapeutik

yaitu sapa klien dengan ramah, baik secara

1. Hubungan saling percaya

sebagai dasar interaksi

perawat dan klien.

Page 14: Halusinasi Pendengaran Blm Slese

verbal maupun non verbal, perkenalkan nama

perawat, tanyakan nama lengkap klien dan

panggilan yang disukai, jelaskan tujuan

pertemuan, jujur dan menepati janji, bersikap

empati dan menerima klien apa adanya.

2. Dorong klien mengungkapkan perasaannya.

3. Dengarkan klien dengan penuh perhatian dan

empati.

2. Mengetahui masalah yang

dialami oleh klien.

3. Agar klien merasa

diperhatikan

TUK 2:

a. Klien dapat mengenal halusinasinya.

b. Klien dapat membedakan antara nyata dan tidak nyata.

INTERVENSI RASIONAL

1. Adakan kontak sering dan singkat.

2. Observasi segala perilaku klien verbal

dan non verbal yang berhubungan dengan

halusinasi.

3. Terima halusinasi klien sebagai hal yang

nyata bagi klien, tapi tidak nyata bagi

perawat.

4. Klien dapat menyebutkan situasi yg dapat

menimbulkan dan tidak menimbulkan

halusinasi.

a. Diskusikan dengan klien situasi yang

menimbulkan dan tidak menimbulkan

situasi.

1. Menghindari waktu kosong yang

dapat menyebabkan timbulnya

halusinasi.

2. Halusinasi harus kenal terlebih

dahulu agar intervensi efektif

3. Meningkatkan realita klien dan

rasa percaya klien.

a. Peran serta aktif klien

membantu dalam melakukan

intervensi keperawatan.

Page 15: Halusinasi Pendengaran Blm Slese

b. Diskusikan dengan klien faktor

predisposisi terjadinya halusinasi.

b. Dengan diketahuinya faktor

predisposisi membantu dalam

mengontrol halusinasi.

TUK 3:

a. Klien dapat mengontrol halusinasi.

b. Klien dapat menyebutkan tindakan yang dapat dilakukan apabila

halusinasinya timbul.

INTERVENSI RASIONAL

1. Diskusikan dengan klien tentang tindakan

yang dilakukan bila halusinasinya timbul.

2. Klien akan dapat menyebutkan cara

memutuskan halusinasi yaitu dengan

melawan suara itu dengan mengatakan

tidak mau mendengar, lakukan kegiatan :

menyapu/mengepel, minum obat secara

teratur, dan lapor pada perawat pada saat

timbul halusinasi

a. Diskusikan dengan klien tentang cara

memutuskan halusinasinya.

b. Dorong klien menyebutkan kembali

cara memutuskan halusinasi.

c. Berikan reinforcement positif atas

keberhasilan klien menyebutkan

kembali cara memutuskan

halusinasinya

1. Mengetahui tindakan yang

dilakukan dalam mengontrol

halusinasinya.

a. Meningkatkan pengetahuan

klien tentang cara memutuskan

halusinasi.

b. hasil diskusi sebagai bukti dari

perhatian klien atas apa yg

dijelaskan.

c. Meningkatkan harga diri klien.

TUK 4 :

Page 16: Halusinasi Pendengaran Blm Slese

a. Klien dapat memanfaatkan obat dalam mengontrol halusinanya.

b. Klien mau minum obat dengan teratur.

INTERVENSI RASIONAL

Diskusikan dengan klien tentang obat

untuk mengontrol halusinasinya.

Meningkatkan pengetahuan klien tentang

fungsi obat yang diminum agar klien mau

minum obat secara teratur.

TUK 5:

a. Klien mendapat sistem pendukung keluarga dalam mengontrol

halusinasinya.

b. Klien mendapat sistem pendukung keluarga.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji kemampuan keluarga tentang tindakan yg

dilakukan dalam merawat klien bila

halusinasinya timbul.

2. Diskusikan juga dengan keluarga tentang cara

merawat klien yaitu jangan biarkan klien

menyendiri, selalu berinteraksi dengan klien,

anjurkan kepada klien untuk rajin minum obat,

setelah pulang kontrol 1 x dalam sebulan.

1. Mengetahui tindakan yang

dilakukan oleh keluarga dalam

merawat klien.

2. Meningkatkan pengetahuan

keluarga tentang cara merawat

klien.

D. Implementasi

E. Evaluasi

Asuhan keperawatan klien dengan halusinasi berhasil jika :

1. Klien menunjukkan kemampuan mandiri untuk mengontrol halusinasi

2. Mampu melaksanakan program pengobatan berkelanjutan

3. Keluarga mampu menjadi sebuah sistem pendukung yang efektif dalam

membantu klien mengatasi masalahnya.

Page 17: Halusinasi Pendengaran Blm Slese

PENUTUP

A. Kesimpulan

Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari

suara sederhana sampai suara berbicara mengenai klien sehingga klien berespon

terhadap suara atau bunyi tersebut. Halusinasi pendengaran seperti mendengar

suara manusia, hewan, mesin, barang, kejadian alamiah dan musik dalam keaadan

sadar tanpa adanya rangsangan apapun.

Halusinasi pendengaran adalah persepsi sensorik yang keliru melibatkan

panca indra pendengaran yang merupakan gejala gangguan jiwa pada individu yang

ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,

penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang

sebenarnya tidak ada.

B. Saran

Melalui makalah ini kelompok mengharapkan agar pengetahuan mengenai

halusinasi sebagai gejala dari skizofrenia dapat diketahui oleh para pembaca. Semoga

makalah ini bermanfaat buat kehidupan pembaca, baik dalam aplikasi praktik di lingkungan

rumah sakit maupun di lingkungan sekitar sendiri.

Page 18: Halusinasi Pendengaran Blm Slese

DAFTAR PUSTAKA

Stuart dan  Laraia. 2001. Principle And Practice Of Psychiatric Nursing Edisi 6. St

Louis : Mosby Year Book.

Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J., 1995. Principles and Practice of Psychiatric

Nursing (5thed) St louis :Mosby Year Book.

Stuart dan Sundeen . 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. EGC.Jakarta .

Maramis, Willy F .2009.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya. 

Keliat , Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa . EGC. Jakarta.