blm rapih lama

90
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ’’VETERAN’’JAKARTA HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA ROKOK DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN MEROKOK PADA SISWA/I KELAS VII-VIII SMP NEGERI 2 SUKARAJA BOGOR PERIODE MARET 2014 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran CHANDRA HIDAYAT 0910.211.180

Upload: chandrahidayat

Post on 05-Sep-2015

237 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ea ea

TRANSCRIPT

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERANJAKARTA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA ROKOK DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN MEROKOK PADA SISWA/I KELAS VII-VIII SMP NEGERI 2 SUKARAJA BOGOR PERIODE MARET 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kedokteran

CHANDRA HIDAYAT

0910.211.180

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN

2014BAB I

PENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang

Rokok sudah merupakan benda yang tak asing lagi bagi kebanyakan orang. Merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di masyarakat. Sekarang rokok bukan saja dikonsumsi oleh orang dewasa, namun remaja bahkan anak-anak sudah mulai mengenal rokok dan mencoba untuk mengkonsumsi rokok. Di antara negara-negara dengan tingkat konsumsi rokok tertinggi, Indonesia menduduki peringkat kelima setelah China (1.697 milyar batang), Amerika Serikat (464 milyar batang), Rusia (375 milyar batang) dan Jepang (299 milyar batang) (Depkes RI, 2009; Ariani, 2011). Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan berbagai pihak, baik untuk dirinya sendiri maupun orang di sekelilingnya. Rokok memiliki dampak gangguan kesehatan yang sangat serius.

Tidak ada cara yang aman untuk merokok kecuali menghentikannya sama sekali. Meskipun di pasar tersedia rokok dengan kadar nikotin yang rendah namun tidak benar bahwa rokok yang rendah nikotin akan menghindarkan perokok dari bahaya nikotin. Argumentasi bahwa rokok dengan kadar nikotin yang rendah tidak berbahaya hanyalah untuk pembenaran tindakan semata. Satu hal jika ingin hidup sehat dan tidak ingin mengalami gangguan kesehatan, tidak ada kompromi, yakni berhenti dan jauhi rokok (Surbakti, 2008).Di Indonesia perokok pemula adalah mereka yang masih sangat muda. Perilaku merokok terbesar berawal dari masa remaja dan meningkat menjadi perokok tetap dalam kurun waktu beberapa tahun. Usia mulai merokok pada usia anak mengalami peningkatan, demikian pula umur merokok pada usia remaja dan dewasa muda. Rokok pada remaja dapat menyebabkan berbagai macam gangguan kesehatan yaitu penyakit paru, lebih mudah terkena gangguan infeksi saluran napas, dan asma (Istiqomah, 2003). Rokok juga dapat menurunkan kekebalan tubuh. Perilaku merokok juga menimbulkan dampak negatif bagi perokok pasif. Resiko perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif karena daya tahan perokok pasif terhadap zat-zat berbahaya sangat rendah dibandingkan dengan perokok aktif. Diperkirakan 700 juta anak-anak di dunia, sekitar 40% dari jumlah keseluruhan anak-anak di dunia terpapar asap rokok orang lain di dalam rumahnya (kemenkes RI, 2012). Data dari GYTS yang diselenggarakan oleh WHO tahun 2009 membuktikan jika 24,5% anak laki-laki dan 2,3 % anak perempuan berusia 13-15 tahun di Indonesia adalah perokok (WHO, 2009). Antara usia 13-15 tahun adalah usia Sekolah Menengah Pertama. Pada rentang usia seperti itu sudah masuk masa remaja. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal 20 tahunan (Ali dan Asrori, 2011)Secara umum faktor penyebab seseorang merokok dibagi menjadi 3 yaitu faktor farmakologis, yaitu salah satu zat didalam rokok yang dapat mempengaruhi perasaan atau kebiasaan, selanjutnya faktor sosial yaitu lingkungan disekitar perokok seperti teman, orangtua, saudara, dan sebagainya yang merokok disekelilingnya. Faktor yang ketiga adalah faktor psikologis, rokok dianggap dapat meningkatkan konsentrasi, dan anggapan hebat bagi anak laki-laki yang berani merokok. Disamping itu faktor lain yang dapat mempengaruhi kebiasaan merokok adalah pengaruh iklan. Perilaku seseorang juga tidak lepas dari faktor pendorong berupa pengetahuan, sikap, motivasi, dan persepsi. Faktor pemungkin berupa ketersediaan sarana prasarana, keterjangkauan, serta peraturan terkait, dan faktor penguat terjadinya perilaku adalah orang tua, teman sebaya, guru, dan lain-lain (Liana, 2013).Prevalensi pertama kali merokok di jawa barat pada usia 5-9 tahun adalah 1,2%, 10-14 tahun adalah 15,3%, 15-19 tahun adalah 44,6%, 20-24 tahun adalah 16,2 %, 25-29 tahun adalah 4,6 %, >30 tahun adalah 4.9 % (Depkes RI, 2010).Menurut hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2010 terjadi kecenderungan peningkatan usia mulai merokok pada usia yang lebih muda. Adapun usia pertama kali merokok menurut data Riskesdas tahun 2007, pada usia 5-9 tahun sebesar 1,2%, pada usia 10-14 tahun sebesar 17,3%, pada usia 15-19 tahun sebesar 33,1%, pada usia 20-24 tahun sebesar 12,1%, pada usia 25-29 tahun sebesar 3,4% pada usia 30 tahun sebesar 4%. Sedangkan menurut data Riskesdas tahun 2010 usia pertama kali merokok pada usia 5-9 tahun sebesar 1,7%, pada usia 10-14 tahun sebesar 17,5%, pada usia 15-19 tahun sebesar 43,3%, pada usia 20-24 tahun sebesar 14,6%, pada usia 25-29 tahun sebesar 4,3% pada usia 30 tahun sebesar 3,9% (Depkes RI, 2007; Depkes RI, 2010). Hasil penelitian Istiqomah tahun 2003 terdapat 31% responden mulai merokok di usia 10-17 tahun, 11% responden pada usia 10 tahun atau kelas V dan VI SD. Di Jakarta Selatan diantara anak umur 12-18 tahun, 80%-nya telah menjadi perokok. Survei yang diadakan Yayasan Jantung Indonesia tahun 1990 pada anak-anak berusia 10-16 tahun menunjukkan angka perokok berusia 10 tahun 9% responden, 12 tahun 18% responden, 13 tahun 23% responden, 14 tahun 22% responden dan 15-16 tahun 28% responden (Istiqomah, 2003).Hasil penelitian Fajar Adhie Sulistyo pada tahun 2010 menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan responden dengan perilaku merokok dan ada hubungan sikap dan perilaku merokok siswa SMA N 88 Jakarta (Sulistyo, 2010).

Hasil penelitian Kiki Rizqiah Nurhamidin pada tahun 2012 tingkat pengetahuan dan sikap tentang bahaya rokok dengan tindakan pencegahan merokok siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manado menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan tentang bahaya rokok dengan tindakan pencegahan merokok (p>0,05). Terdapat hubungan antara sikap tentang bahaya rokok dengan tindakan pencegahan merokok (p r > 0.999. Kadar Cadmium (Cd) yang tinggi berhubungan dengan penyakit jantung (Musharraf, et al., 2012).

II.1.1.4. Dampak Rokok Pada Kesehatan

Telah banyak terbukti bahwa dengan mengkonsumsi rokok berdampak pada status kesehatan. Diketahui pula bahwa komsumsi rokok berkontribusi terhadap timbulnya katarak, pneumonia, acute myeloid, leukaemia, abdominal aortic aneurysm, kanker lambung, kanker pancreas, kanker cervix, kanker ginjal dan penyakit lainnya. Penyakit-penyakit ini menambah panjangnya daftar penyakit yang ditimbulkan oleh konsumsi rokok seperti: Kanker paru-paru, vesikel, oesophagus, larynx, mulut dan tenggorokan; chronic pulmonary disease, empfisema, dan bronkhitis; stroke, serangan jantung dan penyakit kardiovaskuler lainnya. Namun demikian tidak hanya perokok saja yang berisiko mendapatkan penyakit penyakit tersebut, tetapi masyarakat banyak yang terpapar oleh asap rokok yang kita kenal dengan perokok pasif. Telah terbukti bahwa perokok pasif beresiko untuk terkena penyakit kardiovaskuler, kanker paru, asma, dan penyakit paru lainnya (Gondodiputro, 2007). 1) Efek Rokok Terhadap Susunan Saraf Pusat

Nikotin yang diabsorpsi dapat menimbulkan tremor tangan dan kenaikan berbagai hormon dan neurohormon dopamin di dalam plasma. Berdasarkan rangsangannya terhadap chemoreceptors trigger zone dari sumsum tulang belakang dan stimulasinya dari refleks vagal, nikotin menyebabkan mual dan muntah. Di lain pihak, nikotin itu diterima oleh reseptor asetilkolin nikotinik yang kemudian membaginya ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan rasa nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya, perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan serotonin. Meningkatnya serotonin menimbulkan rangsangan senang sekaligus mencari tembakau lagi. Efek dari tembakau memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya rangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor (Gondodiputro, 2007).

2) Penyakit Kardiovaskuler

Nikotin dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah meningkat (Fahim, Nemmar, Singh, dan Hassan, 2011). Satu batang rokok dapat meningkatkan aktivitas trombosit yang dapat memicu sumbatan pada pembuluh darah jantung (Pamukcu, et al., 2011). Afinitas karbon monoksida yang 240 kali lebih kuat daripada oksigen pada hemoglobin dapat menyebabkan otot jantung kekurangan oksigen sehingga dapat menyebabkan jantung melakukan metabolisme anaerob sehingga menghasilkan asam laktat yang dapat menstimulasi ujung saraf otot jantung dan menimbulkan sensasi nyeri (Sherwood, 2008). Perokok mempunyai risiko 24 kali lipat untuk terkena PJK dan risiko lebih tinggi untuk kematian mendadak (Peraturan Pemerintah RI, 2012). Paparan asap rokok pada perokok pasif dapat menyebabkan kerusakan sel endotel pembuluh darah koroner dan juga meningkatkan risiko untuk terserang penyakit jantung koroner. Risiko seseorang untuk menderita penyakit jantung koroner juga meningkat dengan jumlah batang rokok yang dikonsumsi sehari-hari (Libby, Bonow, Mann, dan Zipes, 2007). Kadar Cd yang tinggi berhubungan dengan penyakit jantung (Musharraf, et al., 2012). Mekanisme Cd dapat menyebabkan penyakit jantung masih belum sepenuhnya dipahami tetapi diduga Cd dapat memicu terjadinya aterosklerosis dan menginduksi perubahan metabolisme pada jantung. Sebuah penelitian dilakukan kepada 471 pasien gagal jantung dan didapatkan hasil kadar Cd pada penderita gagal jantung 20% lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang sehat (Peters, Perlstein, Perry, McNeely, dan Weuve, 2012).

3) Arteriosklerosis

Merokok merupakan penyebab utama timbulnya penyakit ini, yaitu menebal dan mengerasnya pembuluh darah. Arteriosklerosis menyebabkan pembuluh darah kehilangan elastisitas serta pembuluh darah menyempit. Arteriosklerosis dapat berakhir dengan penyumbatan yang disebabkan oleh gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah. Wanita yang merokok dan menggunakan pil kontrasepsi mempunyai kemungkinan untuk menderita penggumpalan pembuluh darah sekitar 10% Dari 100 pasien yang menderita gangguan sirkulasi pada tungkai bawah (Arteriosklerosis Obliteran), 99% diantaranya adalah perokok (Gondodiputro, 2007). Ada 4 tingkat gangguan Arteriosklerosis Obliteran, yaitu: Tingkat I :Tanpa gejala.

Tingkat II :Kaki sakit saat latihan, misalnya berjalan lebih dari 200 m dan kurang dari 200 m. Keluhan hilang bila istirahat.

Tingkat III :Keluhan timbul saat istirahat umunya saat malam hari dan bila tungkai ditinggikan.

Tingkat IV :Jaringan mati. Dalam stadium ini tindakan yang mungkin adalah amputasi. Jika penyumbatan terjadi di percabangan aorta daerah perut akan menimbulkan sakit di daerah pinggang termasuk pula timbulnya gangguan ereksi.

4) Tukak Lambung dan Tukak Usus 12 Jari

Di dalam perut dan usus 12 jari terjadi keseimbangan antar pengeluaran asam yang dapat mengganggu lambung dengan daya perlindungan. Tembakau meningkatkan asam lambung sehingga terjadilah tukak lambung dan usus 12 jari. Perokok menderita gangguan 2x lebih tinggi dari bukan perokok (Gondodiputro, 2007).

5) Efek Terhadap Bayi

Ibu hamil yang merokok mengakibatkan kemungkinan melahirkan prematur. Jika kedua orang tuanya perokok mengakibatkan daya tahan bayi menurun pada tahun pertama sehingga akan menderita radang paruparu maupun bronchitis 2X lipat dibandingkan yang tidak merokok, sedangkan terhadap infeksi lain meningkat 30%. Terdapat bukti bahwa anak yang orangtuanya merokok menunjukkan perkembangan mentalnya terbelakang (Gondodiputro, 2007).6)Efek Terhadap Otak dan Daya Ingat

Akibat proses aterosklerosis yaitu penyempitan dan penyumbatan aliran darah ke otak yang dapat merusak jaringan otak karena kekurangan oksigen (Gondodiputro, 2007). Kelainan tersebut dibagi menjadi 4 bentuk :

Tingkat I :Penyempitan kurang dari 75% tanpa disertai keluhan.

Tingkat II :Defisit neurologis sementara.

Tingkat III:Defisit neurologis yang menghilang disekitar 3 hari atau frekuensinya meningkat.

Tingkat IV:Terjadi infark otak yang lengkap dan menyebabkan defisit neurologis yang menetap.

Studi tentang hubungan tembakau dan daya ingat juga dilakukan barubaru ini. Dari hasil analisis otak, peneliti dari Neuropsychiatric Institute University of California menemukan bahwa jumlah dan tingkat kepadatan sel yang digunakan untuk berpikir pada orang yang merokok jauh lebih rendah daripada orang yang tidak merokok.

7) Impotensi

Pada lakilaki berusia 3040 tahun-an, merokok dapat meningkatkan disfungsi ereksi sekitar 50%. Ereksi tidak dapat terjadi bila darah tidak mengalir bebas ke penis. Oleh karena itu pembuluh darah harus dalam keadaan baik. Merokok dapat merusak pembuluh darah, nikotin menyempitkan arteri yang menuju penis, mengurangi aliran darah dan tekanan darah menuju penis. Efek ini meningkat bersamaan dengan waktu. Masalah ereksi ini merupakan peringatan awal bahwa tembakau telah merusak area lain dari tubuh (Gondodiputro, 2007).8) Kanker

Asap rokok bertangggungjawab terhadap lebih dari 85% kanker paruparu dan berhubungan dengan kanker mulut, faring, laring, esofagus, lambung, pankreas, saluran kencing, ginjal, ureter, kandung kemih, dan usus (Gondodiputro, 2007).Tipe kanker yang umumnya terjadi pada rokok :

Kanker esofagus

Kanker pada ginjal

Kanker pada pankreas

Kanker serviks

Kanker payudara

Mekanisme kanker yang disebabkan tembakau yaitu sebagai berikut : merokok menyebabkan kanker pada berbagai organ, tetapi organ yang terpengaruh langsung oleh karsinogen adalah saluran nafas. Sebagian besar karsinogen dalam asap tembakau ditemukan pada fase tar seperti PAH dan fenol aromatik. Tembakau yang mengandung nitrosamine dan derivate nikotin juga bersifat karsinogen karena mudah diabsorpsi ke dalam darah. Berkembangnya pengetahuan tentang karsinogen meningkatkan usaha mengurangi konsentrasi berbagai senyawa dan kadar tar menurun hampir 3x sejak tahun 1955. Pengurangan kadar senyawa tertentu dalam tembakau, akan mengubah pola merokok untuk memenuhi kebutuhannya.

9) Chronic Obstructive Pulnomary Diseases (COPD)

Kebiasaan merokok mengubah bentuk jaringan saluran nafas dan fungsi pembersih menghilang, saluran membengkak dan menyempit. Seseorang yang menunjukkan gejala batuk berat selama paling kurang 3 bulan pada setiap tahun berjalan selama 2 tahun, dinyatakan mengidap bronchitis kronik. Hal tersebut terjadi pada separuh perokok diatas umur 40 tahun. Bronkus yang melemah kolaps sehingga udara tidak bisa disalurkan dan alveoli melebar menimbulkan emfisema paruparu. Kerusakan saluran napas umumnya dan paruparu pada khususnya tersebut dipengaruhi oleh beberapa mekanisme di bawah ini sehingga terjadi penyakit paru obstruksi kronik (Gondodiputro, 2007).a. Cedera Akibat Oksidasi

-Oksidasi Langsung

Fase tar mengandung kuinon, radikal bebas semikuinon dan hidrokuinon dalam bentuk matriks polimer. Fase gas mengandung nitric oxide. Senyawa ini dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangan merusak. Oksidasi pada Cell-mediated

Asap tembakau mengakibatkan peningkatan jumlah neutrofil dan makrofag secara nyata pada petembakau yang secara normal tidak terjadi pada bukan petembakau. Neutrofil dirangsang untuk melepas protease dan oksigen dari radikal bebas. Petembakau mengalami penurunan kadar vitamin E pada cairan alveolar, penurunan konsentrasi vitamin C dalam plasma dan peningkatan superoksida dismutase (SOD) serta aktivitas katalase dalam makrofag secara mencolok.

b) Aktivasi Imunologik

Perokok mengalami peningkatan kadar immunoglobulin E serum. Penyebabnya belum diketahui tetapi peningkatan mencapai hampir 2x lipat. Toksisitas dan kerusakan sel akibat oksidasi menimbulkan kerusakan permeabilitas sel mukosa saluran napas, sehingga memudahkan alergen untuk merangsang sel menjadi aktif secara imunologik.Merokok akan meningkatkan aktivitas subsets limfosit T untuk menghasilkan interleukin-4, suatu sitokin yang merangsang pembentukan Imunoglobulin E. Hubungan kadar immunoglobulin E dan perburukan fungsi paru sudah terbukti pada asma (penyempitan saluran napas), tetapi hal ini belum terbukti jelas pada perokok yang tidak menderita asma.

10) Interaksi Dengan Obat Obat

Perokok memetabolisme berbagai jenis obat lebih cepat daripada non perokok yang disebabkan enzimenzim di mukosa, usus, atau hati oleh komponen dalam asap rokok. Dengan demekian, efek obatobat tersebut berkurang, sehingga perokok membutuhkan obat dengan dosis lebih tinggi daripada non perokok (analgetika, anksiolitika, dan obat anti angina) (Gondodiputro, 2007).II.1.2. Pengetahuan (Knowledge) II.1.2.1. Pengertian Pengetahuan

Menurut Green (1980), pengetahuan merupakan salah satu variabel yang termasuk dalam faktor sosio demografi (predisposing factor) yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara kognitif mempunyai 6 tingkatan menurut Notoatmodjo (2012), yaitu :a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifk dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada. f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek menggunakan kriteria yang telah ada. Menurut Arikunto pengetahuan sesorang dapat diketahui dan dinterprestasikan dengan skala yang bersifat konatif (Arikunto 2006), yaitu : Baik

: Hasil presentase 76% - 100%

Cukup: Hasil presentase 56% - 75%

Kurang: Hasil presentase < 56%II.1.2.2. Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoadmodjo, untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dikelompokan menjadi dua cara (Notoadmodjo, 2010), yaitu :

1) Cara memperoleh kebenaran non ilmiah

Kebenaran non ilmiah terdiri dari 10 cara, yaitu :

Cara coba salah (Trial and error)

Secara kebetulan

Cara kekuasaan atau otoritas

Berdasarkan pengalaman

Cara akal sehat

Kebenaran melalui wahyu

Kebenaran secara intuitif

Melalui jalan pikiran

Induksi

Deduksi

2) Cara memperoleh kebenaran ilmiah Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology). Pada awalnya cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626) yang menyatakan bahwa untuk memperoleh suatu kesimpulan, dilakukan dengan observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok yaitu : Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan.

Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan.

Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.

II.1.2.3. Pengetahuan Terhadap Bahaya RokokApabila seseorang menerima perilaku baru atau adopsi perilaku berdasarkan pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku akan berlangsung lama. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Sebagai contoh para siswa dilarang untuk merokok oleh orangtua atau guru di sekolah tanpa menjelaskan efek atau dampak apa yang akan terjadi, maka para siswa akan mencoba untuk merokok karena tidak didasari pengetahuan tentang bahaya rokok dan dampak yang akan terjadi apabila merokok (Nurhamidin, 2012).Terdapat beberapa indikator dari remaja yang memiliki pengetahuan tentang bahaya rokok yaitu :

1) Mengetahui apa itu rokok, jenis-jenis rokok dan dampak merokok bagi tubuh.

2) Memahami fakta pengunaan rokok dan alasan mengapa merokok berbahaya.II.1.3. Sikap II.1.3.1. Pengertian Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi dan dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap objek sikap yang diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif (emosi) serta perilaku. Sikap adalah keadaan dalam diri manusia yang menggerakan untuk bertindak, menyertai dalam keadaan-keadaan tertentu dalam menghadapi objek dan terbentuk berdasarkan pengalaman-pengalaman (Notoatmodjo, 2012). Diagram di bawah ini dapat lebih menjelaskan uraian tentang sikap (Notoatmodjo, 2012).

Bagan 1. Proses Terbentuknya Sikap

II.1.3.2. Komponen Pokok Sikap

Allport dalam Notoatmodjo, menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok (Notoadmodjo, 2012), yaitu :

1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh dibutuhkan pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Azwar S menyatakan sikap terdiri dari 3 komponen yang saling menunjang (Azwar, 2011), yaitu :a) Kognitif (cognitive)

Kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan dengan penanganan terutama apabila menyangkut masalah isu atau yang kontroversial.b) Afektif (affective)

Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap.c) Konatif (conative)

Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai sikap yang dimiliki oleh seseorang. Aspek ini berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

II.1.3.3. Tingkatan Sikap Notoadmodjo sikap terdiri dari beberapa tingkatan (Notoadmodjo, 2012) :1) Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Salah satu contohnya sikap seseorang terhadap rokok dapat dilihat dari perhatian orang itu terhadap sosialisasi atau penyuluhan mengenai rokok dan bahaya yang ditimbulkan dari merokok (Nurhamidin, 2012).2) Merespon (responding) Memberikan jawaban jika ditanya dan mengerjakan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap. Suatu usaha dilakukan untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang tersebut menerima ide itu. Misalnya seseorang dengan mengetahui dampak dari bahaya merokok, orang tersebut tidak akan mencoba untuk merokok. Bagi yang telah menjadi perokok, ia mau berusaha untuk berhenti karena mengetahui apa dampak yang akan terjadi bila terus merokok (Nurhamidin, 2012).3) Menghargai (valuing)Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Misalnya seseorang dengan niat ingin menolong orang lain agar tidak terjerumus lebih dalam dan menjadi pecandu berat rokok, sehingga dia mengajak orang lain untuk tidak atau berhenti merokok dengan menjelaskan bahaya rokok yang ia ketahui dengan harapan orang lain akan mendengar ajakannya dan tidak lagi merokok (Nurhamidin, 2012).4) Bertanggungjawab (responsible)Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah mempunyai tingkatan sikap yang paling tinggi. Misalnya seseorang dengan pengetahuan yang ia miliki tentang rokok dan bahayanya maka ia bertanggungjawab atas apa yang dipilihnya untuk tidak merokok. Berjanji dalam dirinya untuk menolak ajakan merokok dari orang lain, menegur dengan baik apabila merokok di sekitarnya dan menyarankan kepada orang lain untuk tidak atau berhenti merokok (Nurhamidin, 2012).II.1.3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi SikapAzwar manyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap (Azwar, 2011), yaitu :

1) Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap jika dapat meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya individu cenderung memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dapat memberikan corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

4) Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar, radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual jika disampaikan secara obyektif akan mempengaruhi sikap konsumennya. 5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan sehingga dapat mempengaruhi sikap. 6) Faktor emosional

Suatu bentuk sikap pernyataan yang didasari emosi, biasanya berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme dari pertahanan ego.

II.1.3.5.Sikap Terhadap bahaya rokok

Sikap adalah penunjukkan rasa suka atau tidak suka terhadap sesuatu. Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran dan keyakinan dan emosi memegang peranan yang penting. Sikap dimulai dari subjek yang telah mendengar dan mengetahui tentang dampak yang ditimbulkan oleh rokok dan bagaimana pencegahannya. Kemudian pengetahuan ini akan membawa subjek untuk berpikir dan berusaha supaya diri dari subjek tidak terkena dampak dari bahaya rokok. Dalam berpikir, komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga subjek tersebut berniat untuk menjauhi atau tidak mencoba untuk merokok sebagai upaya mencegah agar diri dari subjek tidak terkena dampak bahaya rokok. Subjek ini mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa bahaya rokok (Nurhamidin, 2012).II.1.4. TindakanUntuk mewujudkan sikap menjadi Suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain.Tindakan atau praktek mempunyai beberapa tingkatan (Notoatmodjo, 2010), yaitu: a. Persepsi (perception): merupakan praktik tingkat pertama yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

b. Respon terpimpin (guided response): merupakan indikator praktik tingkat dua yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.c. Mekanisme (mecanism): merupakan praktik tingkat tiga yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.d. Adopsi (adoption): suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Tindakan atau praktik kesehatan ini juga meliputi 4 faktor seperti pengetahuan dan sikap kesehatan tersebut di atas (Notoatmodjo, 2010), yaitu :

a. Tindakan atau praktik sehubungan dengan penyakit menular dan tidak menular (jenis penyakit dan tanda-tandanya atau gejalanya, penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, cara mengatasi atau menangani sementara).b. Tindakan atau praktik sehubungan dengan faktor-faktor yang terkait dan/atau mempengaruhi kesehatan antara lain: gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah, perumahan sehat, polusi udara dan sebagainya.c. Tindakan atau praktik sehubungan dengan penggunaan (utilisasi) fasilitas pelayanan kesehatan.II.1.4.1.Tindakan Pencegahan merokok

Yaitu tindakan yang dilakukan dalam upaya mencegah merokok yang dapat membahayakan kesehatan. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut tindakan (Nurhamidin, 2012).II.1.5. Strategi World Health Organization (WHO)

Untuk mengatasi epidemi tembakau, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengajak negara anggotanya menerapkan strategi MPOWER. Strategi ini merupakan salah satu upaya untuk mengendalikan konsumsi tembakau tahun 2007 di Indonesia. MPOWER terdiri atas 6 (enam) upaya pengendalian tembakau yang meliputi (WHO, 2008) :1) Monitor Prevalensi Penggunaan Tembakau dan Pencegahannya

Monitoring penggunaan tembakau dan dampak yang ditimbulkannya harus diperkuat untuk kepentingan perumusan kebijakan. Saat ini 2/3 negara berkembang di seluruh dunia tidak memiliki data dasar penggunaan tembakau pada anak muda dan orang dewasa dan Indonesia menduduki posisi ketiga dalam proporsi perokok di dunia.2) Perlindungan Terhadap Asap Tembakau

Asap rokok tidak hanya berbahaya bagi orang yang menghisap rokok tetapi juga orang di sekitarnya (perokok pasif). Lebih dari separuh Negara di dunia, dengan populasi mendekati 2/3 penduduk dunia, masih membolehkan merokok di kantor pemerintah, tempat kerja dan di dalam gedung (WHO, 2008).

Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2003 pasal 22 menjelaskan peraturan tentang kawasan bebas rokok yaitu setiap ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan/atau penggunaan rokok (BPKP, 2012).3) Optimalisasi Dukungan Untuk Berhenti Merokok

Ada 3 (tiga) bantuan yang diberikan seperti pelayanan konsultasi bantuan berhenti merokok yang terintegrasi di pelayanan kesehatan primer, quitline atau telepon layanan bantuan berhenti merokok yang mudah diakses dan cuma-cuma serta terapi obat yang murah dengan pengawasan dokter.

4) Waspadakan Masyarakat Akan Bahaya Tembakau

Walaupun sebagian besar perokok tahu bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan namun kebanyakan dari mereka tidak tahu apa bahayanya. Karena itulah, pesan kesehatan wajib dicantumkan dalam bentuk gambar penyakit akibat rokok.5) Eliminasi Iklan, Promosi, Dan Sponsor Tembakau

Larangan terhadap promosi produk tembakau adalah senjata yang ampuh untuk memerangi tembakau. Di seluruh dunia, perusahaan tembakau menghabiskan 10 milyar US Dollar setiap tahunnya untuk biaya promosi (WHO, 2008).6) Raih Kenaikan Cukai Tembakau

Hal ini merupakan cara yang paling efektif dalam menurunkan pemakaian tembakau dan mendorong perokok untuk berhenti.II.1.5.1. Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah

Dalam mendukung peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan Bagian Keenam tentang Kawasan Tanpa Rokok bahwa pemerintah daerah wajib mewujudkan kawasan tanpa rokok di tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja, dan tempat secara spesifik sebagai tempat proses belajar mengajar dalam hal ini sekolah (BPKP, 2012).Untuk mewujudkan pengembangan kawasan tanpa rokok di sekolah, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyusun langkah-langkah pengembangan kawasan tanpa rokok di tempat proses belajar mengajar.Petugas kesehatan melaksanakan advokasi kepada pemimpin/pengelola tempat proses belajar mengajar dengan menjelaskan perlunya Kawasan Tanpa Rokok dan keuntungannya jika dikembangkan Kawasan Tanpa Rokok. Yang perlu dilakukan oleh pimpinan/pengelola dalam hal ini kepala sekolah untuk mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok adalah sebagai berikut (Kemenkes, 2011) :1) Analisis Situasi

Penentu kebijakan/pimpinan di tempat proses belajar mengajar dalam hal ini kepala sekolah melakukan pengkajian ulang tentang ada tidaknya kebijakan Kawasan Tanpa Rokok dan bagaimana sikap dan perilaku sasaran seperti karyawan, guru dan siswa terhadap kebijakan Kawasan Tanpa Rokok. 2) Pembentukan Komite atau Kelompok Kerja Penyusun Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok

Antara pimpinan sekolah, karyawan dan guru yang mewakili perokok dan bukan perokok melakukan pertemuan atau rapat untuk menyampaikan maksud dan tujuan diadakan Kawasan Tanpa Rokok, membahas rencana kebijakan tentang pemberlakuan Kawasan Tanpa Rokok, meminta masukan dan saran tentang penerapan Kawasan Tanpa Rokok, menetapkan penanggungjawab Kawasan Tanpa Rokok dan mekanisme pengawasannya serta membahas cara sosialisasi yang efektif bagi guru, karyawan dan siswa.3) Membuat Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok

Komite atau kelompok kerja yang terbentuk selanjutnya membuat kebijakan yang jelas tujuan dan cara melaksanakannya.

4) Penyiapan Infrastuktur

Membuat surat keputusan dari pimpinan atau kepala sekolah tentang penanggungjawab dan pengawas Kawasan Tanpa Rokok di sekolah, menyediakan instrument pengawasan, menyediakan materi sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok, pembuatan dan penempatan larangan merokok, mekanisme dan saluran penyampaian pesan tentang Kawasan Tanpa Rokok di sekolah melalui poster, stiker dan sebagainya, pelatihan bagi pengawas Kawasan Tanpa Rokok dan pelatihan bagi karyawan, guru dan siswa tentang cara berhenti merokok.5) Sosialisasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok

Melakukan sosialisasi tentang penerapan Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan internal bagi karyawan, guru dan siswa, melaksanakan sosialisasi tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok.6) Penerapan Kawasan Tanpa Rokok

Pesan Kawasan Tanpa Rokok bagi karyawan, guru dan siswa melalui poster, tanda larangan merokok, pengumuman, pengeras suara dan sebagainya, penyediaan tempat bertanya dan pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.7) Pengawasan dan Penegakan Hukum

Pengawas Kawasan Tanpa Rokok di sekolah dan mencatat pelanggaran dan menerapkan sanksi sesuai peraturan yang berlaku dan melaporkan hasil pengawasan kepada otoritas pengawasan yang ditunjuk baik diminta atau tidak.

8) Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi secara berkala tentang kebijakan yang telah dilaksanakan, meminta pendapat komite dan lakukan kajian terhadap masalah yang ditemukan dan putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap masalah kebijakan.II.1.6. Remaja

Menurut Depkes RI (2005), masa remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa muda. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 atau 13 tahun sampai dengan 17 atau 18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17 atau 18 tahun dengan 21 atau 22 tahun adalah remaja akhir. Menurut Hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya (Ali dan Asrori, 2011).Sarwono menyebutkan batasan usia remaja di Indonesia adalah 11-24 tahun dan belum menikah dengan pertimbangan sebagai berikut (Sarwono, 2007) :

1) Pada usia 11 tahun tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak (kriteria fisik).

2) Di Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil baligh baik menurut adat maupun agama sehingga masyarakat tidak memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial).

3) Pada usia 21 tahun mulai terlihat tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri dan tercapainya puncak perkembangan kognitif maupun moral (kriteria psikologik).

4) Pada usia 24 tahun merupakan usia maksimum untuk memberikan peluang bagi mereka yang masih menggantungkan diri pada orang tua dan belum mempunyai hak penuh sebagai orang dewasa (secara tradisi).

5) Status perkawinan sangat menentukan karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat. Seseorang yang sudah menikah pada usia berapapun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa baik secara hukum maupun dalam kehidupan bermasyarakat.II.1.6.1. Makna Remaja

Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescence yang berarti to grow atau to grow maturity. Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja seperti Debrune mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan dewasa. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal 20 tahunan (Ali dan Asrori, 2011).

Masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Adapun masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan masa dewasa (Ali dan Asrori 2011).

Masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orang tua dan cita-cita mereka dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.II.1.6.2. Aspek Perkembangan Pada Remaja

Dalam perkembangan remaja terbagi menjadi tiga aspek (Jahja, 2011), yaitu :

1) Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya ialah kematangan. Perubahan fisik otak strukturnya semakin sempurna untuk meningkatkan kemampuan kognitif.

2) Perkembangan Kognitif

Seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, dimana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide ini.

3) Perkembangan Kepribadian Sosial

Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik, sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja ialah pencarian identitas diri. Pencarian identitas diri adalah proses menjadi seseorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup. Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orangtua.II.1.6.3. Tahap Perkembangan Remaja

Dalam Sarwono tahapan perkembangan masa remaja terbagi atas 3 (Sarwono, 2008), yaitu :

1) Remaja awal (early adolescence)

Seorang remaja pada tahap ini masih belum yakin akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan itu.

2) Remaja madya (mid adolescence)

Pada tahapan ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang jika banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan narcistic yaitu mencintai diri sendiri dan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat sama dengan dirinya.

3) Remaja akhir (late adolescence)

Tahap ini merupakan masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal di bawah ini, seperti :a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b) Mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dalam pengalaman-pengalaman baru.

c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri).

e) Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya dengan masyarakat umum.II.1.6.4. Segmentasi Remaja

Segmentasi remaja sangat penting dilakukan mengingat rentang permasalahan yang sangat luar biasa dan memerlukan penanganan yang berbeda. Sarwono mengemukakan segmentasi remaja dibagi menjadi 3 bagian (Sarwono, 2008), diantaranya : 1) Remaja tidak bermasalah

Remaja yang berperilaku baik atau tidak mempunyai masalah. Pada remaja tidak bermasalah membutuhkan pengetahuan yang benar mengenai masalah kesehatan remaja agar remaja tersebut tidak mengalami segmentasi remaja berisiko.2) Remaja beresiko

Remaja yang pernah melakukan perilaku yang berisiko bagi kesehatan seperti merokok, minum alkohol, memakai narkoba dan melakukan seks pra nikah. Untuk kelompok remaja ini harus diberikan panutan dan kesempatan perkembangan yang positif.3) Remaja bermasalah

Remaja yang melakukan perilaku beresiko dan sudah mengalami dampaknya serta yang mengalami tindak kekerasan. Kelompok ini memerlukan pelayanan medis dan bantuan penyelesaian masalah secara komperhensif.

II.2.Penelitian Terkait Yang Pernah Dilakukan

No.Judul PenelitianNama PenelitiTempat & Tahun PenelitianRancangan PenelitianVariabel PenelitianHasil Penelitian

1.

2

Tingkat pengetahuan dan sikap tentang bahaya rokok dengan tindakan pencegahan merokok siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manado.

Hubungan pengetahuan dan sikap remaja terhadap

perilaku merokok

pada siswa di SMAN 88 Jakarta.

Kiki Rizqiah Nurhamidin

Sulistyo Fajar A, 2010Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manado.

Di SMAN 88 Jakarta

cross sectional

Cross sectional

1) Var. Dependen : Perilaku terhadap pencegahan merokok

2) Var. Independen : Pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya rokok

1) Var. Dependen : Perilaku merokok2) Var. Independen : Pengetahuan dan sikap merokok

Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan tentang bahaya rokok dengan tindakan pencegahan merokok (p>0,05).

Terdapat hubungan antara sikap tentang bahaya rokok dengan tindakan pencegahan merokok (p0,05).

ada hubungan sikap dan perilaku merokok siswa (p 80% : sikap baik

2. Jumlah skor 60-80% : sikap sedang

3. Jumlah skor < 60 % : sikap kurang(Corrie W, 2001)

Ordinal

Tindakan Pencegahan

MerokokTindakan adalah melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik) (Nurhamidin, 2012).Skala guttman. Jawaban ya bernilai 0 jawaban tidak , bernilai 1 jawaban ya (Sugiyono, 2008)Kuesioner1. Jumlah skor > 80% : baik

2. Jumlah skor 60-80% : sedang3. Jumlah skor < 60 % : kurang(Corrie W, 2001)

Ordinal

III.7. Alur PenelitianPopulasi : Siswa/i kelas VII-VIII SMP N 2 Sukaraja Bogor periode maret 2014

Dilakukan uji coba pembagian kuesioner untuk uji validitas

Dilakukan pengolahan uji validitas kuesioner

Setelah kuesioner di nyatakan valid

Dilakukan sidang proposal

Pembuatan surat ijin penelitian

Surat diberikan kepada Sekolah

Sampel : siswa/i yang terpilih dari metode systematic random sampling Inform Consent dan Pembagian kuesioner di SMP N 2 Sukaraja Bogor periode maret 2014Responden mengisi kuesioner yang dibagikan

didapatkan data primer

Analisis data : Analisa univariat dan analisa bivariat

Laporan penelitian : Terima H0 atau Tolak H0Cara Kerja Penelitian

1)Persiapan Penelitian

Persiapan yang dilakukan sehubungan dengan penelitian adalah penetapan tindakan yang akan dilakukan sebelum dilakukan penelitian meliputi pembuatan kuisioner sebagai instrumen penelitian, dilakukan uji coba kuesioner untuk uji validitas, uji validitas terhadap kuesioner yang akan dibagikan, sidang proposal, serta pengurusan perizinan penelitian.2)Identifikasi subjek penelitian

Identifikasi subjek dilakukan oleh peneliti terhadap Siswa/i kelas VII-VIII SMP N 2 Sukaraja Bogor periode maret 2014. Apabila subjek memenuhi kriteria berpotensi, maka peneliti akan melanjutkan prosedur informed consent.

3)Informed consent

Informed consent dilakukan oleh peneliti di SMP N 2 Sukaraja Bogor periode maret 2014. Kesediaan ikut serta dalam penelitian.

4)Pembagian kuesioner

Pembagian kuesioner ini dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari responden, dan sebagai acuan untuk pengambilan data dalam penelitian

5)Analisis statistika dan hasil penelitian

Setelah data dikumpulkan, data akan diolah dengan menggunakan sistem komputerisasi program statistika. Selanjutnya,data akan dianalisis secara univariat dan bivariat.III.8. Analisis Data

III.8.1. Analisis Univariat

Setiap variabel penelitian yang ada dianalisis secara deskriptif dengan menghitung frekuensi dan persentase dari tiap variabel. Variabel yang dianalisis secara univariat dalam penelitian ini adalahtingkat pengetahuan tentang bahaya rokok, sikap tentang bahaya rokok dan tindakan pencegahan merokok.III.8.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara masing-masing variabel bebas (pengetahuan bahaya rokok dan sikap bahaya rokok) dengan variabel terikat (tindakan pencegahan merokok) mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang bahaya rokok dengan melalui pengujian statistik yaitu uji Chi Square test dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 19. Untuk membuktikan hipotesis penelitian dilakukan uji Chi Square menggunakan data kategorik (ordinal dan ordinal). Kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Penggunaan chi-square bertujuan untuk mengadakan pendekatan terhadap faktor-faktor yang diselidiki atau frekuensi hasil observasi (O) dengan frekuensi yang diharapkan (E) dari sampel, apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang mencolok atau tidak Hal ini dapat dinilai melalui rumus sebagai berikut:

Keterangan :

X = chi Square (Kai Kuadrat)

E = frekuensi yang diharapkanO = frekuensi hasil observasi

Df = Degree of freedom (Derajat Kebebasan)

k = Kolom

b = Jumlah Baris

Keputusan uji chi square untuk mengetahui HO ditolak atau diterima dengan menggunakan alpha sebesar 5%. H0 ditolak jika nilai p < (0,05), artinya ada hubungan bermakna antara variabel dependen dengan variabel independen. H0 diterima apabila p > (0,05), artinya tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.III.9.Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian peneliti harus memperhatikan masalah etika penelitian yang meliputi:

1. Lembar persetejuan responden (Informed Consent)

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan.2. Kerahasiaan Nama (Anonimity)

Dalam menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi kode pada masing-masing lembar tersebut.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dengan cara peneliti tidak mencantumkan data responden pada saat pengolahan data dan interpretasi hasil.

FORMULIR INFORMASI DAN PERNYATAAN KESEDIAAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN

JUDUL PENELITIAN: Hubungan Tingkat pengetahuan dan sikap bahaya rokok dengan tindakan pencegahan siswa/i kelas VII-VIII SMP N 2 Sukaraja Bogor periode Maret 2014.INSTANSI PENELITIAN:Program Studi Kedokteran Universitas Veteran Jakarta

INFORMASI PENELITIAN

Dengan hormat,

Sehubungan dengan kegiatan penelitian yang akan saya lakukan yang berjudul Hubungan Tingkat pengetahuan dan sikap bahaya rokok dengan tindakan pencegahan siswa/i kelas VII-VIII SMP N 2 Sukaraja Bogor periode Maret 2014, maka saya sebagai peneliti memohon siswa/i kelas VII-VIII SMP N 2 Sukaraja Bogor untuk menjadi responden/subjek penelitian dalam kegiatan penelitian ini.

Adapun data atau hasil yang berhubungan dan diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan disebarluaskan kepada pihak lain selain pihak yang berkepentingan dengan penelitian ini. Oleh karena itu, sangat diharapkan agar siswa/i kelas VII-VIII bersedia menjadi responden/subjek penelitian dalam penelitian ini dan dapat memberikan informasi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Demikian informasi yang saya sampaikan, atas kerja sama siswa/i kelas VII-VIII SMP N 2 Sukaraja Bogor, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

(Chandra Hidayat)

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertandatangan di bawah ini, saya :

Nama: ..................................................................................................

Umur

: ..................................................................................................

Bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden/subjek penelitian yang berjudul Hubungan Tingkat pengetahuan dan sikap bahaya rokok dengan tindakan pencegahan siswa/i kelas VII-VIII SMP N 2 Sukaraja Bogor periode Maret 2014 yang akan dilakukan oleh :

Nama: Chandra HidayatInstansi: Program Studi Kedokteran Universitas Veteran Jakarta

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa ada paksaan dari siapapun.

Depok, Maret 2014

Responden

( )

Data Identitas Responden

Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap bahaya rokok dengan tindakan pencegahan merokok siswa/i kelas VIII SMP N 2 Sukaraja Bogor periode maret 2014

Nama Responden

:

Umur Responden

: Jenis Kelamin

: 1. Laki-laki

2. Perempuan

Kelas

: 1. VII ( )

2. VIII ( )A. Pengetahuan bahaya rokok

Petunjuk : Berikut ini terdapat 10 Pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan adik tentang bahaya rokok beri tanda silang (X) untuk pertanyaan yang adik rasakan tepat/ benar. Bila adik ingin mengganti jawaban,maka adik dapat melingkari (O) pada jawaban yang akan diganti 1. Apa itu rokok ?

a. rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm(bervariasu tergantung )dengan diameter sekitar 10mm yang berisi daun- daun tembakau yang tidak di cacah

b. rokok adalah silinder dari kertas berukuran pa njang antara 70 hingga 120 mm(bervariasi tergantung )dengan diameter sekitar 10mm yang berisi daun -daun teh yang tidak di cacah

c. rokok adalah silinder dari kertas berukuran pa njang antara 70 hingga 120 mm(bervariasu tergantung )dengan diameter sekitar 10mm yang berisi daun -daun aren yang tidak di cacah

d. rokok adalah silinder dari kertas berukuran pa njang antara 70 hingga 120 mm(bervariasu tergantung )dengan diameter sekitar 10mm yang berisi daun- daun jagung yang tidak di cacah2. bahan- bahan yang terkandung dalam rokok adalah ..a. tembakau,nikotin, debu, bahan yang digukan dalam cat (aceton)

b. nikotin, bahan yang digunakan dalam cat( aceton), racun seranga(DTT),tembakau

c. Nikotin,tembakau,racun serangga(DTT), debud. Tembakau ,debu,tar,nikotin3. Di dalam rokok terdapat zat yang menimbulkan efek ketergantuggan seperti narkoba yaitua. tar

b. nikotin

c. acetond. polonium

4. Bagian apa dari rokok yang berbahaya bagi kesehatan ?a. Puntung

b. Api

c. Asap

d. Debu5. Rokok berpengaruh langsung bagian apa pada tubuh kita ?a. jantung

b. paru-paru

c. telinga

d. hati6. penyakit yang biasa di sebabkan oleh rokok adalaha. Demam berdarah,flu,diare

b. Flu,diare,sakit tengorokan

c. Kanker,penyakit jantung dan stroke,karies gigi

d. Sakit tengorokan, pusing, demam berdarah

7. berikut ini adalah beberapa cara untuk berhenti merokok, KECUALIa. membuat daftar negative efek rook

b. bertanya pada kerabat yang merupakan merokok berat

c. segera mengalihkan perhaian ke mendengarkan

d. segera mengalihkan perhatian dengan mengosok gigi

8. Bila seseorang yang berada didekatmu bukan seorang perokokok, tetapi dia ikut menghisap asap rokok yang kamu hembuskan disebut dengan..a. Perokok aktif

b. Perokok pasif

c. Perokok setengah aktif

d. Perokok setengah pasif9. perokok, hanya akan membahayakan kesehatan dirinya sendiri ?a. Tidak, karena akan membahayakan orang disekitarnyab. Ya, karena hanya hanya dikonsumsi dirinya sendiri

c. Ya , karena zat-zat yang terkandung dalam rokok hanya akan berefek pada tubuhnya sendiri

d. Tidak, karena merokok dilarang oleh pemerintah10. Bila seseorang mulai merokok, maka ia akansulit untuk berhenti merokok karenaa. Ya, karena rokok mengandung nikotin

b. Tidak, karena rokok mengandungnikotin

c. Ya, karena rokok mengandung tar

d. Tidak, karena rokok mengadung tarB. Sikap tentang bahaya rokok

Petunjuk : Berikut ini terdapat 15 Pertanyaan yang berhubungan dengan Sikap siswa/i tentang bahaya rokok tanda check list () untuk pertanyaan yang adik rasakan tepat/ benar. Bila adik ingin mengganti jawaban. (STS) bila sangat tidak setuju, (TS) bila Tidak setuju, kurang setuju (KS), (S) bila setuju, dan (SS) bila sangat setuju dengan pertanyaan yang tertulis

NoPERTANYAANSSSKSTSSTS

1Bagaimana pendapat adik bila dilakukan penyuluhan tentang anti merokok di sekolah

2Bagimana pendapat adik dengan peraturan pemerintah terbaru tentang larangan untuk merokok di tempat umum

3Bagiaman pendapat adik mengenai pertanyaan bahwa iklan pada media (cetak,elektronnik,dan sebaganya ) tidak mempengaruhi adik untuk mencoba merokok

4Bagaimana pendapat adik mengenai pernyataan merokok membuat anak laki-laki menjadi lebih menarik dibandingkan dengan anak laki-laki yang tidak merokok

5Asap rook dari satu orang yang sedang merokok membahayakan kesehatan

6saya akan menjauh ketika teman disekitar saya merokok

7Merokok dapat mengubah warna gigi

8Saya akan menegur ketika teman disekitar saya merokok

9Menurut saya rokok itu berbahaya untuk kesehatan

10Merokok itu buruk bagi kesehatan orang sekitar

11Merokok dapat menyebabkan sesak nafas

12 Tidak satupun orang ingin menderita serangan jantung akibat rokok.

12Ibu hamil tidak boleh merokok karena dapat menderita gangguan kehamilan/ janin

13Merokok hanya berbahaya bagi kesehatan perokok saja

14Merokok dapat mengancam kesehatan perokok dan orang disekitarnya

15Menurut adik rokok pada dasarnya merupakan pabrik bahan kimia berbahaya

C. Tindakan pencegahan merokok yang berisi 10 pertanyaan.Petunjuk : Pertanyaan yang berhubungan dengan Tindakan siswa/i tentang pencegahan merokok yang berisi 10 pertanyaan , tanda check list () untuk pertanyaan yang adik rasakan tepat/ benarNoPertanyaanYaTidak

1Apakah anda pernah memberitahu teman anda tentang bahaya rokok ?

2Pernahkah anda memberitahu teman anda tentang bahaya rokok bagi kesehatan ?

3Pernahkah anda memberitahu teman anda bahwa iklan rokok dapat mempengaruhi kebiasaan merokok ?

4

5Pernahkah anda menyampaikan tentang bahaya rokok ketika teman di sekitar anda merokok ?

5Pernahkah anda menyampaikan kepada orang yang bukan perokok tentang bahaya rokok ?

6Apakah anda berupaya untuk menghindari pergaulan/ajakan teman anda untuk merokok ?

7

8Pernahkah anda dan anggota keluarga anda mendiskusikan atau membicarakan manfaat tentang orang yang tidak merokok ?

8Pernahkah anda menunjukkan atau membagikan leaflet, brosur, poster, atau media informasi lain tentang bahaya merokok kepada anggota keluarga anda ?

9Pernahkah anda memberi tahu keluarga anda tentang bahaya rokok ?

10Pernahkah anda memberitahu teman anda bahwa merokok dapat mempengaruhi kondisi finansial (keuangan) ?

DAFTAR PUSTAKAAli M, Asrori M. 2011. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Ariani, Rizky dyah. 2011. Hubungan Antara Iklan Rokok Dengan Sikap dan Perilaku Merokok Pada Remaja. Semarang: Fakultas Kedokteran UNDIP.Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka CiptaAzwar, S. 2011. Sikap Manusia teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Baker B, T., dkk. 2004. School-related stress and psychosomatic symtoms among Norwegian aldolescents : Annnual review of psychology. Diakses pada tanggal 11 Februari 2014. http://www.proquest.comBPKP. 2012. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2003. Diakses tanggal 11 Febuari 2014. (www.bpkp.go.id/uu/filedownload/4/62/999.bpkp)Corrie, W. 2001. Survei epidemiologi sederhana. Jakarta: Panorama perc.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia.(Riskesdas). 2007.

Departemen Kesehatan. Survey Kesehatan Nasional. Laporan. Depkes RI Jakarta. 2009.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas). 2010.

Fahim MA, Nemmar A, Singh S, Hassan MY. 2011. Antioxidant Aleviate Nicotine-Induced Platelet Aggregation in Cerebral Arterioles of Mice in Vivo. 2011; 60: 695-700. Diakses tanggal 6 Februari 2014. http://www.biomed.cas.cz/physiolres/pdf/60/60_695.pdfFowles J, Philips D, dan Kaiserman M. 2003. Chemical Composition of Tobacco and Cigarette Smoke in Two Brands of New Zealand Cigarettes.2003: 4. Diakses tanggal 14 Februari 2014. http://www.ndp.govt.nz/moh.nsf/pagescm/1005/$File/chemicalcompositioncigarettesbrands.pdfGoldman L dan Schafer AI. 2011. Goldmans Cecil Medicine. 24th ed. Philadelphia : Elsevier-Saunders. pp: 412 425.

Gondodiputro, Sharon. 2007. Bahaya Tembakau dan Bentuk-Bentuk SediaanTembakau. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Bandung.

Hastrup JL, Cummings KM, Swedrock T, Hayland A, dan Pauly JL. 2001. Consumer Knowledge and Beliefs About the Safety of Cigarette Filters, Tobacco control, (10): 84 86.

Istiqomah, U. 2003. Upaya menuju generasi tanpa rokok. Surakarta: Seti Aji.

Jahja Y. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Kencana.

Kemenkes RI. 2010. Panduan Penyelenggaraan Kegiatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Diakses tanggal 13 Februari 2014. (Online) (http://www.depkes.go.id/downloads/2010_HTTS_Buku_panduan_draft2.pdf) Kemenkes RI. 2011. Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Proses Belajar Mengajar. Pusat Promosi Kesehatan Tahun 2011.

Kemenkes RI. 2012. Lindungi Generasi Muda Dari Bahaya Rokok. Diakses tanggal 15 Februari 2014. (Online) (http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1528-lindungi-generasi-muda-dari-bahaya-merokok.html).

Liana, Irmayvita Hesti. 2013. Hubungan Pengetehuan, lingkungan sosial dan ketersediaan sarana prasarana dengan perilaku merokok pada siswa sekolah dasar SDN Ungaran 02.04. SemarangLibby P, Bonow RO, Mann Douglas L, dan Zipes DP. Braunwalds Hearth Disease, 2007. A Textbook of Cardiovascular Medicine. 8th ed. Philadelphia : Elsevier-Saunders.

Musharraf SG, Shoaib M, Siddiqui AJ, Najam-ul-Haq M, and Ahmed A. 2012. Quantitative Analysis of Some Important Metals and Metalloids in Tobacco Products by Inductively Coupled Plasma-Mass Spectrometry (ICP-MS). Chemistry Central Journal. 2012 ; 6:56. Diakses tanggal 7 Februari 2014. http://www.ncbi.nih.gov/pmc/articles/PMC3443060/pdf/1752-153X-6-56.pdfNasution, I.K. 2007. Perilaku merokok pada remaja. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Notoatdmojo. 2010. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.Notoatdmojo. 2012. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.Nurhamdin, Kiki Rizqiah. 2012 Tingkat pengetahuan dan sikap tentang bahaya rokok dengan tindakan pencegahan merokok di Madrasah Tsanawiyah Negeri Manado. Manado: UNSRAT

Pamukcu, et al. 2011. Effect of Cigarette Smoking on Platelet Aggregation. 2011; 17 (6) : E175-180. Diakses tanggal 8 Februari 2014. http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=f7a04e97-0f44-4525-b0bf-ec1b97813088%40sessionmgr104&vid=30&hid=113Parrot, A. 2004. Does Cigarette Smoking Causa Stress? Jurnal of Clinican Psychology. Diakses tanggal 7 Februari 2014. http://www.fidarticles.com.

Peraturan Pemerintah RI. 2012. Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Kementrian Kesehatan RI.

Peters JL, Perlstein TS, Perry MJ, McNeely E, and Weuve J. 2010. Cadmium Exposure in Association with History of Stroke and Heart Failure. NIH. 2010; 110(2): 199-206. Diakses tanggal 7 Februari 2014. http://www.ncbi.nih.gov/pmc/articles/PMC3031174/pdf/nihms258398.pdfSastroasmoro, Sudigdo, Ismail Sofyan.2011.Dasar Dasar Metodologi

Penelitian Klinis Edisi 4. Jakarta : Sagung SetoSarwono, S.W. 2007. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sarwono, S.W. 2008. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sherwood L. 2008. Human Physiology, From Cells to Systems. 7th ed. Belmont : Brooks-Cole.Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sulistyo Fajar A. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja terhadap Perilaku Merokok pada Siswa di SMAN 88 Jakarta. Skripsi. Jakarta Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan UPN Veteran, 2010.Surbakti, EB. 2008. Sudah siapkah anda menikah panduan bagi siapa saja yang sedang proses menentukan hal penting dalam hidup. Jakarta: PT Elex media komputindo. Diakses tanggal 12 Februari 2014. http://books.google.co.idSopiyudin, D., 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba MedikaWhincup PH, Gilg JA, Emberson JR, Jarvis MJ, Feyerabend C, Bryant A, Walker M, and Cook DG. 2004. Passive Smoking and Risk of Coronary Heart Disease and Stroke: Prospective Study with Cotinine Mesurement. BMJ 2004; 329:200. Diakses tanggal 7 Februari 2014. http://www.bmj.com/content/329/7459/200.pdf%2BhtmlWorld Health Organization. 2008. Upaya Pengendalian Konsumsi Tembakau. Jakarta: WHO Country Office for Indonesia.

World Health Organisation. 2009. Indonesia (Ages 13-15), Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Fact Sheet. Diakses tanggal 11 Februari 2014. http://www.searo.who.int/LinkFiles/GYTS.html.Yuwon HS. 2011. Ilmu bedah vaskuler dan pengalaman praktis. Bandung: Refika Aditama.Reaksi Tingkah laku (terbuka)

Stimulus Rangsangan

Proses Stimulus

Sikap (tertutup)

Sikap

Pengetahuan

Menerima informasi bahaya rokok siswa/i

Hasil tau siswa /i mengenai bahaya rokok

Merespon informasi dampak bahaya rokok

Semakin banyak pengetahuan yang didapat mengenai bahaya rokok

Memahami bahaya rokok

Tindakan pencegahan merokok siswa/i

Dapat mengaplikasikanya

pengetahuan yang dimiliki kehidupan nyata

Persepsi mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil

Mekanisme (mecanism): seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

Respon terpimpin (guided response) dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

Adopsi (adoption) suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengetahuan siswa/i kelas VII-VIII tentang bahaya rokok

Tindakan pencegahan merokok siswa/I kelas VII-VIII

Sikap siswa/i kelas VII-VIII tentang bahaya rokok

Kriteria Inklusi

Kriteria Eksklusi

Df = (k 1)(b-1)