patologi ulkus peptikum
TRANSCRIPT
![Page 1: patologi ulkus peptikum](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572029e4979599169a3d759/html5/thumbnails/1.jpg)
ULKUS PEPTIKUM
Ulkus peptikum, yaitu lesi yang memiliki batas tegas pada membran mukosa dan
membentang hingga di bawah epitelium, dapat terjadi pada esofagus bagian bawah, lambung,
pilorus, duodenum, atau yeyenum. Erosi yang sekalipun disebut sebagai ulkus merupakan
robekan atau lecet pada membran mukosa yang tidak terbentang hingga di bawah epitelium.
Ulkus peptikum dapat bersifat akut tatau kronis. Ulkus kronis dikenali dengan adanyajaringan
parut pada dasar ulkus. Sekitar 80% ulkus peptikum merupakan ulkus duodeni yang
mengenai bagian proksimal usus halus dan paling sering terjadi pada laki-laki yang berusia
antara 20 dan 50 tahun. Biasanya ulkus duodeni mengikuti perjalanan kronis dengan masa-
masa remisi dan eksaserbasi; 5% hingga 10% pasien mengalami komplikasi yang
memerlukan pembedahan.
Ulkus lambung paling sering dijumpai pada laki-laki pada usia pertengahan dan lanjut,
khususnya di antara para pemakai kronis obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), alkohol
atau tembakau.
Penyebab
Penyebab ulkus peptikum meliputi :
Infeksi Helicobacter pylori
Penggunaan NSAID
Gangguan patologis hipersekresi
Lesi gastrointestinal tidak selalu berupa ulkus. Lesi yang tidak meluas hingga di bawah
lapisan mukosa (epitelium) disebut erosi. Lesi pada ulkus peptikum yang akut ataupun kronis
dapat membentang melewati epitelium dan menimbulkan perforasi dinding lambung. Ulkus
peptikum yang kronis juga dapat disertai pembentukan paru\t pada dasarnya.
Patofisiologi
Meskipun lambung berisi sekresi asam yang dapat mencerna sejumlah substansi, namun
pertahanan intrinsiknya melindungi membran mukosa lambung terhadap cedera akibat sekret
tersebut. Lapisan mukosa yang kental dan lengket melindungi lambung terhadap autodigesti,
![Page 2: patologi ulkus peptikum](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572029e4979599169a3d759/html5/thumbnails/2.jpg)
trauma mekanis, dan trauma kimia. Prostaglandin merupakan baris pertahanan lain. Ulkus
lambung dapat terjadi karena kerusakan sawar mukosa.
Duodenum terlindung dari ulserasi karena kerja kelenjar Brunner. Kelenjar ini memproduksi
sekret alkalis yang kental, mukoid, dan menetralkan kimus yang asam. Ulkus duodeni
tampaknya terjadi karena proteksi asam yang berlebihan.
H. pylory melepaskan suatu toksin yang merusak mukosa lambung dan duodenum
dengan menurunkan resistensi epitelium terhadap digesti asam dan menimbulkan gastritis
serta penyakit ulkus.
Salisilat dan obat-obatan golongan NSAID lian menghambatsekresi prostaglandin
(substansi yang menyekat ulserasi). Sakit tertentu, seperti pankreatitis, penyakit hepar,
penyakit Crohn, gastritis yang sudah ada sebelumnya dan sindrom Zollinger-Ellison juga
turut menimbulkan ulserasi.
Selain penyebab utama ulkus peptikum, keberadaan beberapa faktor predisposisi juga sudah
diakui. Faktor ini meliputi golongan darah (ulkus lambung dengan golongan darah A; ulkus
duodeni dengan golongan darah O) dan faktor genetik. Pajanan dengan zat-zat iritan seperti
alkohol, kopi dan tembakau dapat turut menyebabkan ulkus peptikum dengan mempercepat
pengosongan lambung serta meningkatkan perekahan mukosa. Stres emosional juga memiliki
kontribusi dalam pembentukan ulkus karena meningkatkan stimulasi sekresi asam lambung
serta pepsin dan menurunkan pertahanan mukosa. Trauma fisik dan proses penuaan yang
normal juga merupakan faktor predisposisi tambahan.
Tanda dan Gejala
Gejala bervariasi menurut tipe ulkus. Ulkus lambung menimbulkan tanda dan gejala berikut
ini :
Rasa nyeri yang semakin parah pada waktu makan karena peregangan mukosa lambung
oleh makanan
Mual dan anoreksia yang terjadi sekunder karena peregangan mukosa
Ulkus duodeni akan menghasilkan tanda dan gejala berikut ini :
![Page 3: patologi ulkus peptikum](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572029e4979599169a3d759/html5/thumbnails/3.jpg)
Nyeri epigastrium seperti rasa penuh yang sangat sakit dan bersifat tumpul atau “mirip
rasa lapar” yang disebabkan oleh produksi asam berlebihan
Rasa nyeri yang mereda setelah makan atau minum antasid tetapi biasanya akan kambuh
kembali dua hingga empat jam kemudian; rasa nyeri terjadi sekunder karena makanan
bekerja sebagai pendapar asam
Komplikasi
Komplikasi meliputi :
- Perdarahan
- Syok
- Perforasi lambung
- Obstruksi saluran keluar lambung
Diagnosis
Pemeriksaan barium meal atau pembuatan foto seri traktus GI bagian atas dan usus
halus dapat mengungkapkan keberadaan ulkus tersebut. Pemeriksaan ini merupakan
tes pertama yang dikerjakan pada pasien sebelum keluhan dan gejala semakin parah.
Esofagogastroduodenoskopi memastikan keberadaan ulkus dan memungkinkan
pemeriksaan sitologi serta biopsi untuk menyingkirkan infeksi H. pylori ataupun
penyakit kanker.
Foto rontgen traktus GI bagian atas mengungkapkan kelainan mukosa
Analisis feses dapat memperlihatkan darah samar
Tes serologi dapat menunjukkan tanda-tanda klinis infeksi, seperti kenaikan jumlah
sel darah putih.
Pemeriksaan sekret lambung memperlihatkan hiperklorhidria.
Hasil tes ureum pada udara napas mencerminkan aktivitas H. Pylori.
![Page 4: patologi ulkus peptikum](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572029e4979599169a3d759/html5/thumbnails/4.jpg)
Penanganan
Penanganan dapat meliputi :
Preparat antimikroba (tetrasiklin, bismut subsalisilat, dan metronidazol) untuk
membasmi infeksi H. Pylori.
Misoprostol (analog prostaglandin) untuk menghambat sekresi asam lambung dan
meningkatkan produksi karbonat serta mukus guna melindungi dinding lambung.
Antasid untuk menetralkan isi lambung yang asam dengan menaikkan pH lambung
dan dengan melindungi mukosa serta meredakan rasa nyeri.
Tindakan menghindari pemakaian kafein dan alkohol untuk mencegah stimulasi
sekresi asam lambung
Obat-obat antikolinergik untuk menghambat efek nervus vagus pada sel-sel lambung
yang menyesekresi asam
Penyekat histamin-2 untuk mengurangi sekresi asam lambung
Sukralfat, preparat protektan mukosa, untuk membentuk pelindung mukosa yang
tidak permeabel terhadap zat asam yang dapat melekatpada mukosa lambung dan
mempercepat produksi mukus.
Inhibitor pompa proton asam lambung (omeprazol) untuk mengurangi sekresi asam
lambung
Terapi diet dengan makan sedikit tetapi sering dan menghindari makan sebelum
tidur untuk menetralkan isi lambung
Pemasangan pipa nasogastrik (NGT) (pada kasus perdarahan GI) untuk dekompresi
lambungdan mengistirahatkan lambungserta untuk memungkinkan lavase dengan
larutan saline dingin yang mengandung norepinefrin
Gastrokospi untuk memungkikan kita melihat lokasi perdarahan dan melakukan
terapi koagulasi dengan laser atau kauter agar perdarahan bisa dikendalikan
![Page 5: patologi ulkus peptikum](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572029e4979599169a3d759/html5/thumbnails/5.jpg)
Pembedahan untuk memperbaiki perforasi atau untuk mengatasi keadaan yang tidak
responsif, terhadap terapi konservatif atau untuk menangani kecurugaan adanya
keganasan
Tetapi penting diperhatikan bahwa tindakan yang digunakan dalam terapi ulkus
ditujukan pada penghambatan sekresi asam dan meningkatkan resistensi mukosa terhadap
asam. Tersedia berbagai antasid berbeda (kebanyakan mengandung aluminium hidroksida,
magnesium hidroksida atau kalsium karbonat). Penghambatan reseptor H2 lambung dengan
obat penghambat reseptor H2 simetidin, ranitidin dan famotidin menimbulkan pengurangan
efektif respon asam, karena ia menyingkirkan efek potensiasi rangsangan reseptor ini atas
respon terhadap rangsangan lain; jelas atas dasar kemampuannya menghambat sekresi asam,
simetidin pada satu titik merupakan obat yang terlazim diresepkan di AS. Reseptor
muskarinik M1 dapat dihambat dengan atropin atau obat antikolinergik lebih spesifik
pirenzepin. Reseptor lambung kadang-kadang dihambat oleh proglumid. H+-K+ ATPase
lambung dapat dihambatoleh omeprazol dan obat ini telah terbukti efektif untuk masa lama.
Sukralfat (garam aluminum basa dari sukrosa oktasulfat) meningkatkan resistensi mukosa
terhadap asam dengan membentuk kompleks protein yang melekat pada tempat ulkus dan ia
juga memperlihatkan harapan dalam terapi ulkus.
Pertimbangan khusus
Penatalaksanaan ulkus peptikum memerlukan pemberian obat yang cermat, edukasi pasien
yang baik, dan perawatan pascabedah yang terampil.
Berikan obat yang diresepkan dokter
Awasi kemungkinan reaksi yang merugikan terhadap pemakaian antagonis reseptor
H2 dan omeprazol (pening, rasa mudah lelah, ruam, dan diare ringan)
Sarankan setiap pasien yang menggunakan antasid, yang memiliki riwayat penyakit
jantung, atau yang mengikuti diet rendah natrium untuk meminum jenis antasid
dengan kandungan natrium rendah.
Ingatkan pasien untuk menghindari obat-obat golongan steroid dan NSAID karena
obat –obat ini akan mengiritasi mukosa lambung. Dengan alasan yang sama,
![Page 6: patologi ulkus peptikum](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572029e4979599169a3d759/html5/thumbnails/6.jpg)
sarankan pasien untuk berhenti merokok dan menghindari situasi stres, minum kopi
yang berlebihan, serta minum minuman beralkohol selama eksaserbasi penyakit
ulkus peptikum.
Informasikan pasien tentang efek samping yang dapat terjadi pada pemakaian
antibiotik, misalnya superinfeksi atau diare. Beri tahu pasien agar memberitahukan
dokter jika efek samping ini terjadi.
Jelaskan pemeriksaan lanjutan yang akan diminta oleh dokter untuk memastikan
keberhasilan eradikasi infeksi H. pylori.
Beri tahu pasien yang menggunakan bismut subsalisilat bahwa obat ini dapat
meyebabkan konstipasi.
Sesudah pembedahan lambung :
Pertahankan patensi pipa nasogastrik. Jika pipa tersebut tidak berfungsi, jangan
lakukan reposisi; dapat merusak jahitan luka atau anastomosis yang dibuat dokter
bedah. Beri tahu dokter bedah segera.
Pantau asupan dan haluaran cairan termasuk caoran drainase yang keluar dari NGT.
Periksa bising usus serta anjurkan pasien untuk berpuasa sampai peristaltis ususnya
timbul kembali dan NGT sudah diangkat atau diklem.
Gantikan cairan dan elektrolit. Kaji tanda-tanda dehidrasi, defisiensi natrium, dan
alkalosis metabolik yang dapat terjadi sekunder karena pengisapan isi lambung.
Pantau kemungkinan komplikasi yang terjadi; perdarahan; syok; anemia defisiensi
besi, folat atau vitamin B12 akibat malabsorpsi (anemia pernisiosa) yang disebabkan
oleh kekurangan faktor intrinsik; dan sindrom dumping (pengosongan lambung yang
cepat menyebabkan distensi duodenum dan yeyenum yang ditimbulkan oleh bolus
makanan). Tanda dan gejala sindrom dumping meliputi diaforesis, kelemahan, nausea,
flatulensi, diare eksplosif, distensi, dan palpitasi dalam 30 setelah makan.
Untuk menghindari sindrom dumping sarankan pasien untuk berbaring sehabis
makan, meminum cairan di antara jam-jam makan dan bukan bersama makanan,
![Page 7: patologi ulkus peptikum](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572029e4979599169a3d759/html5/thumbnails/7.jpg)
menghindari konsumsi karbohidrat dalam jumlah besar, dan konsumsi makanan kaya
protein rendah karbohidrat dalam porsi kecil, empat hingga enam kali sehari.
![Page 8: patologi ulkus peptikum](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081719/5572029e4979599169a3d759/html5/thumbnails/8.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W.F.1992. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC
Kowalak-Welsh-Mayer.2011.Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.